case hernia inguinalis
Post on 15-Dec-2015
45 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
Case Report Session
Hernia Inguinalis Bilateral
Oleh :
Azhiimil Akbar
0810312120
Preseptor :
dr. Arsil Hamzah, Sp. B
BAGIAN ILMU BEDAH
RSUP DR M. DJAMIL PADANG
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2015
BAB I
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 DEFINISI
Hernia berasal dari kata latin yang berarti rupture. Hernia didefinisikan adalah suatu
penonjolan abnormal organ atau jaringan melalui daerah yang lemah (defek) yang diliputi
oleh dinding. Meskipun hernia dapat terjadi di berbagai tempat dari tubuh kebanyakan
defek melibatkan dinding abdomen pada umumnya daerah inguinal. Tujuh puluh lima
persen dari seluruh hernia abdominal terjadi di inguinal (lipat paha). Yang lainnya dapat
terjadi di umbilikus (pusar) atau daerah perut lainnya. Hernia inguinalis dibagi menjadi 2,
yaitu hernia inguinalis medialis dan hernia inguinalis lateralis. Jika kantong hernia inguinalis
lateralis mencapai skrotum, hernia disebut hernia skrotalis. Hernia inguinalis lateralis terjadi
lebih sering dari hernia inguinalis medialis dengan perbandingan 2:1, dan diantara itu
ternyata pria lebih sering 7 kali lipat terkena dibandingkan dengan wanita. Semakin
bertambahnya usia kita, kemungkinan terjadinya hernia semakin besar. Hal ini dipengaruhi
oleh kekuatan otot-otot perut yang sudah mulai melemah.
Hernia abdominalis adalah penonjolan isi perut dari rongga yang normal melalui
suatu defek pada fasia dan muskuloaponeurotik dinding perut, baik secara kongenital atau
didapat, yang memberi jalan keluar pada setiap alat tubuh selain yang biasa melalui dinding
tersebut. Lubang itu dapat timbul karena lubang embrional yang tidak menutup atau
melebar atau akibat tekanan rongga perut yang meninggi. Hernia terdiri dari 3 hal yaitu
kantong, isi, dan cincin hernia.
Bila isi hernia terjepit oleh cincin hernia, disebut hernia inkarserata atau hernia
strangulata. Hernia inkarserata berarti isi kantong terperangkap, tidak dapat kembali ke
dalam rongga perut disertai akibatnya yang berupa gangguan pasase atau vaskularisasi.
Secara klinis hernia inkarserata lebih dimaksudkan untuk hernia ireponibel dengan
gangguan pasase. Pada keadaan sebenarnya gangguan vaskularisasi telah terjadi pada saat
jepitan dimulai, dengan berbagai tingkat gangguan mulai dari bendungan sampai nekrosis.
2.2 ANATOMI
Regio Inguinalis
A. Trigonum Inguinale ( Hesselbach ) Dibatasi :
a. Ke arah medial oleh tepi lateral musculus rectus abdominis (linea semilunaris)
b. Ke arah lateral oleh arteri dan vena epigastrika inferior.
c. Ke arah inferior oleh ligamentum inguinale ( merupakan suatu area yang
sangat lemah dan sring merupakan tempat untuk hernia inguinalis directa )
B. Anulus inguinalis ( cincin inguinal )
1. Anulus inguinalis superficialis
- Merupakan suatu pintu triangularis pada aponeurosis musculus obliquus
abdominis eksternus
- Terletak tepat lateral terhadap tuberklum pubikum
- Menyalurkan funikulus spermatikus pada laki-laki dan ligamentum teres
uteri pada wanita
2. Angulus inguinalis profundus
- Terletak dalam fasia transversalis, tepat lateral terhadap arteri dan vena
epigastrika inferior
- Dibentuk oleh perluasan embrionik prosesus vaginalis yang melalui dinding
abdomen dan sebagai akibat perjalanan testis melalui fasia transversalis
selama desensus testikulorum ke dalam skrotum
C. Kanalis inguinalis
- Mulai pada anulus inguinalis profundus dan berakhir pada anulus inguinalis
superficialis
- Dinding-dindingnya :
a. Dinding anteror
- Aponeurosis musculus obliquus abdominis eksternus dan obliquus
abdominis internus yang berasal dari separuh lateral ligamentum inguinale
b. Dinding posterior
- Aponeurosis transversus abdominis dan fascia transfersalis
c. Atap
- Serabut yang melengkung dari musculus obliquus abdominis internus dan
transversus abdominis
d. Lantai
- Ligamentum inguinale dan ligamentum lakunare
- lebih kecil pada wanita dari pada laki-laki
- Menyalurkan funikulus spermatikus ( atau ligamentum teres uteri ) dan
nervus ilioinguinalis
Kanalis inguinalis pada fetus laki-laki
- Menyalurkan duktus deferen, arteri dan vena testikularis, musculus kremaster,
procesus vaginalis, rami genitalis nervus genitofemoralis, nervus ilioinguinalis, arteri
dan vena duktus deferen, pleksus nervus testikularis, limfatik dan sebagainya
2.3 ETIOLOGI
Penyebab terjadinya hernia inguinalis masih diliputi berbagai kontroversi, tetapi
diyakini ada tiga penyebab, yaitu:
1. kongenital
2. Peninggian tekanan intra abdomen yang berulang.
a. Overweight
b. Mengangkat beban berat
c. Batuk – PPOK
d. Tahanan saat miksi – BPH atau karsinoma
e. Tahanan saat defekasi – konstipasi atau obstruksi usus besar
f. Distensi abdomen – yang mungkin mengindikasikan adanya gangguan intraabdomen
g. Perubahan isi abdomen, misalnya : adanya asites, tumor jinak atau ganas,
kehamilan,
3. Kelemahan dinding abdomen terjadi karena :
a. Umur yang semakin bertambah
b. Malnutrisi–baik makronutrien (protein, kalori) atau mikronutrien (misalnya: Vit. C)
c. Kerusakan atau paralisis dari saraf motorik
d. Abnormal metabolisme kolagen.
2.4 KLASIFIKASI
A. Hernia diberi nama menurut letaknya,
Utamanya diafragma, inguinal, umbilical, femoral, dll.
B. Hernia menurut riwayat alamiah dan komplikasi yang terjadi :
Riwayat alamiah perkembangan hernia yaitu pembesaran progresif, regresi yang
tidak spontan. Pengecualian untuk hernia umbilikalis kongenital pada neonatus,dimana
orifisium dapat menutup beberapa tahun setelah lahir. Seiring berjalannya waktu, hernia
membesar dan kecenderungan untuk terjadi komplikasi yang mengancam jiwa semakin
bertambah. Hernia dapat reponibel, ireponibel, obstruksi, strangulasi, atau terjadi inflamasi.
1. Hernia reponibel : bila isi hernia dapat keluar masuk, tetapi kantungnya menetap.Isinya
tidak serta merta muncul secara spontan, namun terjadi bila disokong gaya gravitasi atau
tekanan intraabdominal yang meningkat. Usus keluar jika berdiri atau mengedan dan masuk
lagi jika berbaring atau didorong masuk perut, tidak ada keluhan nyeri atau gejala obstruksi
usus.
2. Hernia Ireponibel : bila isi kantong tidak dapat direposisi kembali kedalam rongga perut.
Ini biasanya disebabkan oleh perlekatan isi kantong pada peritoneum kantong hernia.
Hernia ini disebut hernia akreta. Dapat juga terjadi karena leher yang sempit dengan tepi
yang kaku (misalnya pada : femoral, umbilical). Tidak ada keluhan rasa nyeri ataupun
sumbatan usus. Hernia ireponibel mempunyai resiko yang lebih besar untuk terjadi
obstruksi dan strangulasi daripada hernia reponibel.
3. Hernia obstruksi (inkarserata)
Hernia obstruksi berisi usus, dimana lumennya tertutup. Biasanya obstruksi terjadi pada
leher kantong hernia. Jika obstruksi terjadi pada kedua tepi usus, cairan berakumulasi di
dalamnya dan terjadi distensi (closed loop obstruction). Biasanya suplai darah masih baik,
tetapi lama kelamaan dapat terjadi strangulasi. Istilah ’inkarserata’ terkadang dipakai untuk
menggambarkan hernia yang ireponibel tetapi tidak terjadi strangulasi. Oleh sebab itu,
hernia ireponibel yang mengalami obstruksi dapat juga disebut dengan inkarserata.
Operasi darurat untuk hernia inkarserata merupakan operasi terbanyak nomor dua operasi
darurat untuk apendisitis. Selain itu, hernia inkarserata merupakan penyebab obstruksi usus
nomor satu di Indonesia.
4. Hernia Strangulata
Suplai darah untuk isi hernia terputus. Kejadian patologis selanjutnya adalah oklusi vena dan
limfe; akumulasi cairan jaringan (edema) menyebabkan pembengkakan lebih lanjut ; dan
sebagai konsekuensinya peningkatan tekanan vena. Terjadi perdarahan vena, dan
berkembang menjadi lingkaran setan, dengan pembengkakan akhirnya mengganggu aliran
arteri. Jaringannya mengalami iskemi dan nekrosis. Jika isi hernia abdominal bukan usus,
misalnya omentum, nekrosis yang terjadi bersifat steril, tetapi strangulasi usus yang paling
sering terjadi dan menyebabkan nekrosis yang terinfeksi (gangren). Mukosa usus terlibat
dan dinding usus menjadi permeabel terhadap bakteri, yang bertranslokasi dan masuk ke
dalam kantong dan dari sana menuju pembuluh darah. Usus yang rentan mengalami
perforasi (biasanya pada leher pada kantong hernia) dan cairan lumen yang mengandung
bakteri keluar menuju rongga peritonial menyebabkan peritonitis. Terjadi syok sepsis
dengan gagal sirkulasi dan kematian.
2.5 PATOFISIOLOGI HERNIA
Ligamentum gubernaculum turun pada tiap sisi abdomen dari pole inferior gonad ke
permukaan interna labial/scrotum. Gubernaculum akan melewati dinding abdomen yang
mana pada sisi bagian ini akan menjadi kanalis inguinalis. Processus vaginalis adalah
evaginasi diverticular peritoneum yang membentuk bagian ventral gubernaculums bilateral.
Pada pria testes awalnya retroperitoneal dan dengan processus vaginalis testes akan turun
melewati canalis inguinalis ke scrotum dikarenakan kontraksi gubernaculum. Pada sisi
sebelah kiri terjadi penurunan terlebih dahulu sehingga, yang tersering hernia inguinalis
lateralis angka kejadiannya lebih banyak pada laki-laki dan yang paling sering adalah yang
sebelah kanan.
Pada wanita ovarium turun ke pelvis dan gubernaculum bagian inferior menjadi
ligamentum rotundum yang mana melewati cincin interna ke labia majus.Processus
vaginalis normalnya menutup, menghapuskan perluasan rongga peritoneal yang melewati
cincin interna. Pada pria kehilangan sisa ini akan melekatkan testis yang dikenal dengan
tunika vaginalis. Jika processus vaginalis tidak menutup maka hidrokel atau hernia inguinalis
lateralis akan terjadi. Sedangkan pada wanita akan terbentuk kanal Nuck. Akan tetapi tidak
semua hernia inguinalis disebabkan karena kegagalan menutupnya processus vaginalis
dibuktikan pada 20%-30% autopsi yang terkena hernia inguinalis lateralis proseccus
vaginalisnya menutup.
Kanalis inguinalis adalah kanal yang normal pada fetus. Pada bulan ke-8 kehamilan,
terjadi desensus testis melalui kanal tersebut. Penurunan testis tersebut akan menarik
peritoneum ke daerah skrotum sehingga terjadi penonjolan peritoneum yang disebut
dengan prosesus vaginalis peritonei.
Pada bayi yang sudah lahir, umumnya prosesus ini telah mengalami obliterasi
sehingga isi rongga perut tidak dapat melalui kanalis tersebut. Namun dalam beberapa hal,
seringkali kanalis ini tidak menutup. Karena testis kiri turun terlebih dahulu, maka kanalis
inguinalis kanan lebih sering terbuka. Bila kanalis kiri terbuka maka biasanya yang kanan
juga terbuka. Dalam keadaan normal, kanalis yang terbuka ini akan menutup pada usia 2
bulan.
Bila prosesus terbuka terus (karena tidak mengalami obliterasi), akan timbul hernia
inguinalis lateralis kongenital. Pada orang tua kanalis tersebut telah menutup. Namun
karena merupakan lokus minoris resistensie, maka pada keadaan yang menyebabkan
tekanan intraabdominal meningkat, kanal tersebut dapat terbuka kembali dan timbul hernia
inguinalis lateralis akuisita.
Keadaan yang dapat menyebabkan peningkatan tekanan intraabdominal adalah
kehamilan, batuk kronis, pekerjaan mengangkat benda berat, mengejan pada saat defekasi,
dan mengejan pada saat miksi misalnya akibat hipertrofi prostat.
2.6 GEJALA DAN TANDA KLINIK
2.6.1 Gejala
Pasien mengeluh ada tonjolan di lipat paha, pada beberapa orang adanya nyeri dan
membengkak pada saat mengangkat. Seringnya hernia ditemukan pada saat pemeriksaan
fisik misalnya pemeriksaan kesehatan sebelum masuk kerja. Beberapa pasien mengeluh
adanya sensasi nyeri yang menyebar biasanya pada hernia inguinalis lateralis, perasaan
nyeri yang menyebar hingga ke scrotum. Dengan bertambah besarnya hernia maka diikuti
rasa yang tidak nyaman dan rasa nyeri, sehingga pasien berbaring untuk menguranginya.
Pada umumnya hernia direct akan memberikan gejala yang sedikit dibandingkan hernia
inguinalis lateralis.dan juga kemungkinannya lebih berkurang untuk menjadi inkarserasi atau
strangulasi.Gejala dari adanya komplikasi yaitu:
- obstruksi usus : kolik, muntah, distensi, konstipasi
- strangulasi : tambahan dari gejala obstruksi, rasa nyeri yang menetap pada hernia,demam,
takikardi.
2.6.2 Tanda
Pada pemeriksaan hernia pasien harus diperiksa dalam keadaan berdiri dan
berbaring dan juga diminta untuk batuk pada hernia yang kecil yang masih sulit untuk
dilihat. Kita dapat mengetahui besarnya cincin eksternal dengan cara memasukan jari ke
annulus. Jika cincinnya kecil jari tidak dapat masuk ke kanalis inguinalis dan akan sangat sulit
untuk menentukan pulsasi hernia yang sebenarnya pada saat batuk. Lain halnya pada cincin
yang lebar hernia dapat dengan jelas terlihat dan jaringan tissue dapat dirasakan pada
tonjolan di kanalis inguinalis pada saat batuk dan hernia dapat didiagnosa.
Pada inspeksi
Pasien saat berdiri dan tegang, pada hernia direct kebanyakan akan terlihat simetris,
dengan tonjolan yang sirkuler di cincin eksterna. Tonjolan akan menghilang pada saat pasien
berbaring . sedangkan pada hernia inguinalis lateralis akan terlihat tonjolan yang berbentuk
elips dan kadang susah menghilang pada saat berbaring.
Pada palpasi
Dinding posterior kanalis inguinalis akan terasa dan adanya tahanan pada hernia
inguanalis lateralis. Sedangkan pada hernia medialis tidak akan terasa dan tidak adanya
tahanan pada dinding posterior kanalis inguinalis. Jika pasien diminta untuk batuk pada
pemeriksaan jari dimasukan ke annulus dan tonjolan terasa pada sisi jari maka itu hernia
medialis. Jika terasa pada ujung jari maka itu hernia inguinalis lateralis. Penekanan melalui
cincin interna ketika pasien mengedan juga dapat membedakan hernia medialis dan hernia
inguinalis lateralis. Pada hernia medialis benjolan akan terasa pada bagian depan melewati
Trigonum Hesselbach’s dan kebalikannya pada hernia inguinalis lateralis. Jika hernianya
besar maka pembedaannya dan hubungan secara anatomi antara cincin dan kanalis
inguinalis sulit dibedakan. Pada kebanyakan pasien, jenis hernia inguinal tidak dapat
ditegakkan secara akurat sebelum dilakukan operasi. Hidrokel bertransiluminasi, tetapi
hernia tidak. Reduksi dari hernia strangulasi adalah kontraindikasi jika ada sepsis atau isi dari
sakus yang diperkirakan mengalami gangrenosa.
2.7 DIAGNOSIS BANDING
- Hidrokel
- Tumor testis
- Orchitis
- Torsio testis
- Varikokel
2.8 KOMPLIKASI
Hernia inkarserasi :
Hernia yang membesar mengakibatkan nyeri dan tegang
Tidak dapat direposisi
Adanya mual ,muntah dan gejala obstruksi usus.
Adanya infeksi sistemik
Adanya gangguan sistemik pada usus.
2.9. PEMERIKSAAN PENUNJANG
2.9.1 Laboratorium
Untuk mendukung ke arah adanya strangulasi, sebagai berikut:
Leukositosis dengan shift to the left yang menandakan strangulasi.
Elektrolit, BUN, kadar kreatinine yang tinggi akibat muntah-muntah dan menjadi dehidrasi.
Tes Urinalisis untuk menyingkirkan adanya masalah dari traktus genitourinarius yang
menyebabkan nyeri lipat paha.
2.9.2 Pemeriksaan Radiologis
Pemeriksaan radiologis tidak diperlukan pada pemeriksaan rutin hernia.
Ultrasonografi dapat digunakan untuk membedakan adanya massa pada lipat paha atau
dinding abdomen dan juga membedakan penyebab pembengkakan testis.
2.10 PENATALAKSANAAN HERNIA
2.10.1 Penanganan DI IGD
Mengurangi hernia.
Memberikan sedasi yang adekuat dan analgetik untuk mencegah nyeri. Pasien harus
istirahat agar tekanan intraabdominal tidak meningkat.
Menurunkan tegangan otot abdomen.
Posisikan pasien berbaring terlentang dengan bantal di bawah lutut.
Pasien pada posisi Trendelenburg dengan sudut sekitar 15-20° terhadap hernia inguinalis.
Kompres dengan kantung dingin untuk mengurangi pembengkakan dan menimbulkan
proses analgesia.
Posisikan kaki ipsi lateral dengan rotasi eksterna dan posisi flexi unilateral (seperti kaki
kodok)
Posisikan dua jari di ujung cincin hernia untuk mencegah penonjolan yang berlanjut selama
proses reduksi penonjolan
Usahakan penekanan yang tetap pada sisi hernia yang bertujuan untuk mengembalikan isi
hernia ke atas. Jika dilakukan penekanan ke arah apeks akan menyebabkan isi hernia keluar
dari pintu hernia.
Konsul ke ahli bedah jika usaha reduksi tidak berhasil dalam 2 kali percobaan.
Teknik reduksi spontan memerlukan sedasi dan analgetik yang adekuat dan posisikan
Trendelenburg, dan kompres dingin selama 20-30 menit.
Konsul bedah jika :
Reduksi hernia yang tidak berhasil
Adanya tanda inkarserata dan keadaan umum pasien yang memburuk
Hernia inguinalis harus dioperasi meskipun ada sedikit beberapa kontraindikasi. penanganan
ini teruntuk semua pasien tanpa pandang umur inkarserasi dan strangulasi hal yang
ditakutkan dibandingkan dengan resiko operasinya.
Pada pasien geriatri sebaiknya dilakukan operasi elektif agar kondisi kesehatan saat
dilakukan operasi dalam keadaan optimal dan anestesi dapat dilakukan. Operasi yang cito
mempunyai resiko yang besar pada pasien geriatri.
Jika pasien menderita hyperplasia prostat akan lebih bijaksana apabila dilakukan
penanganan terlebih dahulu terhadap hiperplasianya. Mengingat tingginya resiko infeksi
traktus urinarius dan retensi urin pada saat operasi hernia.
Karena kemungkinannya terjadi inkarserasi, strangulasi, dan nyeri pada hernia maka operasi
yang cito harus di lakukan. Pelaksanaan non operasi untuk mengurangi hernia
inkerserasi dapat dicoba. Pasien di posisikan dengan panggul dielevasikan dan di beri
analgetik dan obat sedasi untuk merelaxkan otot-otot.
Operasi hernia dapat ditunda jika massa hernia dapat dimanipulasi dan tidak ada gejala
strangulasi.
Pada saat operasi harus dilakukan eksplorasi abdomen untuk memastikan usus masih hidup,
ada tanda-tanda leukositosis.
Gejala klinik peritonitis, kantung hernia berisi cairan darah yang berwarna gelap.
Indikasi operasi :
- Hernia inguinalis lateralis pada anak-anak harus diperbaiki secara operatif tanpa
penundaan, karena adanya risiko komplikasi yang besar terutama inkarserata, strangulasi,
yang termasuk gangren alat-alat pencernaan (usus), testis, dan adanya peningkatan risiko
infeksi dan rekurensi yang mengikuti tindakan operatif.
- pada pria dewasa, dilakukan operasi elektif atau cito terutama pada keadaan inkarserata.
Pada pria tua, ada beberapa pendapat (Robaeck-Madsen, Gavrilenko) bahwa lebih baik
melakukan elektif surgery karena angka mortalitas, dan morbiditas lebih rendah jika
dilakukan cito surgery.
1. Konservatif :
- Reposisi bimanual : tangan kiri memegang isi hernia membentuk corong sedangkan tangan
kanan mendorongnya ke arah cincin hernia dengan tekanan lambat dan menetap sampai
terjadi reposisi.
- Reposisi spontan pada anak : menidurkan anak dengan posisi Trendelenburg, pemberian
sedatif parenteral, kompres es di atas hernia, kemudian bila berhasil, anak boleh menjalani
operasi pada hari berikutnya.
- Bantal penyangga, bertujuan untuk menahan hernia yang telah direposisi dan harus
dipakai seumur hidup. Namun cara ini sudah tidak dianjurkan karena merusak kulit dan otot
abdomen yang tertekan, sedangkan strangulasi masih mengancam.
2. Operatif
-Anak-anak : Herniotomy :
Karena masalahnya pada kantong hernia,maka dilakukan pembebasan kantong hernia
sampai dengan lehernya, dibuka dan dibebaskan isi hernia, jika ada perlekatan lakukan
reposisi, kemudian kantong hernia dijahit setinggi-tinggi mungkin lalu dipotong.
Karena herniotomi pada anak-anak sangat cepat dan mudah, maka kedua sisi dapat
direparasi sekaligus jika hernia terjadi bilateral
- Dewasa : Herniorrhaphy :
Tujuannya memperkecil anulus inguinalis dan memperkuat dinding belakang kanalis inguinalisCara Bassini: membuat jahitan antara lig inguinale dengan conjoint tendon (pertemuan msc.obligus transversus abdominis dan msc.obligus internus abdominis).Pada defek yg besar atau residif dipakai bahan sintetis ; Prolene mesh
BAB II
LAPORAN KASUS
Identitas Pasien
Nama / Panggilan : Tn. B
No. RM : 41.11.35
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 67 tahun
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Bukittinggi
Agama : Islam
Warga Negara : Indonesia
Suku Bangsa : Minangkabau
SMR : 22 Mei 2015
Anamnesis :
Seorang pasien laki-laki usia 67 tahun datang ke IGD RSUD Ahmad Muchtar pada
tanggal 22 Mei 2015 dengan :
Keluhan Utama :
Benjolan dan nyeri pada kantong kemaluan kiri sejak 4 jam sebelum masuk rumah sakit.
Riwayat Penyakit Sekarang :
- Benjolan dan nyeri pada kantong kemaluan kiri yang menetap sejak 4 jam sebelum
masuk rumah sakit.
- Awalnya benjolan sudah ada sejak 6 bulan yang lalu, benjolan hilang timbul
terutama timbul jika berdiri dan hilang bila berbaring, tidak terasa nyeri.
- Mual (+) dan muntah (+) sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit. Muntah berisi apa
yang dimakan.
- Buang air besar ada, flatus ada
- Buang air kecil (+) biasa.
- Demam (-).
Riwayat Penyakit Dahulu :
- Batuk-batuk lama (-)
- BAK dan BAB sering mengedan (-)
- Sesak napas (-)
Riwayat Sosioekonomi :
Pasien seorang pekerja bangunan.
Pemeriksaan Fisik :
Keadaan Umum : Sakit sedang
Tekanan Darah : 110/70 mmHg
Nadi : Teraba kuat, teratur, frekuensi 84 x/menit
Nafas : Thoracoabdominal, teratur, frekuensi 24 x/menit
Suhu : 36,60C
Bentuk badan : normo
Tinggi badan : 165 cm
Berat badan : 67 kg
Kepala : normosefal
Kulit : tidak ada kelainan
Rambut : warna hitam, tidak mudah dicabut
Mata : konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
Telinga : sekret (-), deformitas (-)
Gigi dan mulut : higiene oral baik
Leher : KGB dan kelenjar tiroid tidak membesar
Sistem Respiratorik : Inspeksi : Simetris kiri sama dengan kanan dalam keadaan
statis dan dinamis
Palpasi : Fremitus kiri sama dengan kanan
Perkusi : Sonor di seluruh lapangan paru
Auskultasi : Suara nafas vesikuler, ronkhi tidak ada, wheezing
tidak ada
Sistem Kardiovaskular : Inspeksi : Ictus tidak terlihat
Palpasi : Ictus teraba 1 jari medial LMCS RIC V
Perkusi : Batas jantung normal
Auskultasi : Bunyi jantung murni, irama regular, frekuensi
84x/menit, bising tidak ada
Abdomen : Inspeksi : distensi (-), darm contour (-), darm steifung (-)
Auskultasi : Bising usus (+) meningkat
Palpasi : Nyeri tekan (+), nyeri lepas (-), defense muscular (-)
hepar dan lien tidak teraba
Perkusi : Timpani
Ekstremitas : tidak ada kelainan
Status Lokalis
Regio scrotalis :
Inspeksi :
Benjolan pada skrotum kiri ukuran ± 10x5 cm, warna kulit
diatasnya sama dengan kulit disekitarnya. Tidak dapat
direposisi.
Benjolan pada suprapubik ukuran ± 4x3 cm, warna kulit
diatasnya sama dengan kulit disekitarnya, menghilang saat
berbaring.
Palpasi : lunak, permukaan licin, batas tegas, testis teraba, nyeri tekan (+)
pada skrotum kiri.
Transluminasi (-)
Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium (22 Mei 2015)
Hb : 15,6 mg/dl
Leukosit : 16.280/mm3
Trombosit : 279.000/mm3
Hematokrit : 45,8%
GDS : 116 mmol/L
Natrium : 137 mmol/L
Kalium : 4,5 mmol/L
Klorida : 103 mmol/L
Ureum : 35 mg/dl
Kreatinin : 0,6 mg/dl
Kesan : leukositosis
Diagnosis Kerja
Hernia inguinalis lateralis sinistra inkarserata + hernia inguinalis medialis dekstra reponibel
Diagnosis Banding
- Hidrokel
- Tumor testis
- Orchitis
- Torsio testis
- Varikokel
Penatalaksanaan
• Konservatif Dekompresi (NGT dan Catheter) Posisikan pasien dengan sikap Trendelenburg Puasa Berikan obat sedative Observasi 1 jam kemudian
Diagnosa: Hernia inguinalis lateralis sinistra inkarserata tereposisi spontan + hernia inguinalis medialis dekstra reponibel
• IVFD RL 20 tetes/menit• Injeksi Ceftriakson 2x1 amp• Injeksi Ranitidine 2x1 amp• Rawat Bangsal Bedah, awasi tanda-tanda peritonitis• Rencanakan operasi Herniorraphy + pasang mesh bilateral
Laporan Operasi :
• pasien dalam posisi supine, dalam Spinal anesthesi
• Aseptik dan antiseptik prosedur pada lapangan operasi
• Insisi crease iliaka kanan
• Buka kutis, subkutis, fascia, identifikasi kantong hernia, tampak hernia medialis sliding
ke lateral
• Tampak omentum, dorong omentum ke rongga peritoneum.
• Kantong hernia ditutup dan dipasang cone mesh, pasang mesh diatasnya
• Kontrol perdarahan
• Jahit luka operasi lapis demi lapis
• Insisi skin crease di inguinal kiri
• Diperdalam hingga fascia, identifikasi kantong, tampak hernia lateralis
• Dilakukan herniotomy, pasang mesh
• Kontrol perdarahan
• Jahit luka operasi lapis demi lapis
Prognosis
Qou ad vitam : bonam
Qou ad fungsionam : bonam
Qou ad sanationam : bonam
Follow Up :
Hari - Tanggal Pemeriksaan TerapiKamis – 28/5/2015
S : Nyeri (+), demam (-), Mual (-), Nafsu makan baik, pasien sudah makan dan minum tanpa keluhan.O : Kesadaran: CMC, Nd: 82x/m, Nf: 18x/m, T: 36.60CLBO baikA : Post Hernioraphy + mesh H+1
Injeksi Ceftriakson 2x1 ampInjeksi Ranitidine 2x1 ampInjeksi Ketorolac 2x1 ampAnjurkan berjalan/mobilisasi
Jumat – 29/5/2015
S : Nyeri (+) Menurun, demam (-), Mual (-), Nafsu makan baik, pasien sudah bisa berjalan ke kamar mandi.O : Kesadaran: CMC, Nd: 88x/m, Nf:
Injeksi Ceftriakson 2x1 ampInjeksi Ranitidine 2x1 ampInjeksi Ketorolac 2x1 amp
20x/m, T: 36.80CLBO baikA : Post Hernioraphy + mesh H+2
Pasien direncanakan pulang dengan obat pulang :Ceftriakson 2x500mgRanitidine 2x 150mgParacetamol 3x500mg (bila sakit)
DISKUSI
Seorang pasien laki-laki berusia 67 tahun dengan diagnosis Hernia inguinalis lateralis sinistra
inkarserata tereposisi spontan + hernia inguinalis medialis dekstra reponibel. Diagnosis
ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.
Dari anamnesis didapatkan benjolan dan nyeri pada kantong kemaluan kiri yang
menetap sejak 4 jam sebelum masuk rumah sakit. Awalnya benjolan sudah ada sejak 6
bulan yang lalu, benjolan hilang timbul terutama timbul jika berdiri dan hilang bila
berbaring, tidak terasa nyeri. Mual dan muntah ada sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit,
muntah berisi apa yang dimakan. Buang air besar ada, flatus ada, buang air kecil biasa.
Demam tidak ada. Pada pemeriksaan fisik regio abdomen ditemukan nyeri tekan dan bising
usus meningkat. Pada regio skrotalis, terdapat benjolan pada skrotum kiri ukuran ± 10x5 cm,
warna kulit diatasnya sama dengan kulit disekitarnya, tidak dapat direposisi; dan benjolan
pada suprapubik ukuran ± 4x3 cm, warna kulit diatasnya sama dengan kulit disekitarnya,
menghilang saat berbaring. lunak, permukaan licin, batas tegas, testis teraba, nyeri tekan (+)
pada skrotum kiri. Pada pemeriksaan transluminasi didapatkan hasil negative. Dari
pemeriksaan laboraturium ditemukan leukositosis ringan.
Pasien ini kemudian dilakukan herniorrhaphy dan di sebelah kanan tampak hernia
medialis sliding ke lateral, lalu omentum didorong ke rongga peritoneum dan ditutup
dengan mesh, serta di sebelah kiri tampak hernia lateralis lalu dilakukan herniotomi dan
pasang mesh.
Prognosis pada pasien ini adalah baik karena pasien dibawa dalam keadaan yang
ususnya masih baik, belum terjadi kerusakan jaringan yang berarti. Pasien dapat segera
beraktivitas setelah operasi.
DAFTAR PUSTAKA
Bland, Kirby I. 2002. Inguinal Hernias. The Practice of General Surgery.New York. WB
Saunders Company. 795-801
Brunicardi, F Charles. 2005. Inguinal Hernias. Schwartz’s Principles of Surgery. Eighth
edition. New York. Mc Graw-Hill. 1353-1394.
Cook, John. 2000. Hernia. General Surgery at the Distric Hospital.Switzerland. WHO. 151-
156.
http://www.healthsystem.virginia.edu/toplevel/home/
http://www.hernia.tripod.com/inguinal.html
http://www.webmed.com/digestive-disorders/tc/Inguinal-Hernia
http://www.webmed.com/digestive-disorders/tc/Inguinal-Hernia-Symptoms
Inguinal Hernia: Anatomy and
Managementhttp://www.medscape.com/viewarticle/420354_4
Kerry V. Cooke.incarcerated hernia.2005. http://www.webmed.com
Manthey, David. Hernias .2007.http://www.emedicine.com/emerg/topic251.htm
Norton,Jeffrey A. 2001. Hernias And Abdominal Wall Defects. Surgery Basic Science and
Clinical Evidence. New York. Springer. 787-803.
Townsend, Courtney M. 2004. Hernias. Sabiston Textbook of Surgery.
17thEdition. Philadelphia. Elsevier Saunders. 1199-1217.
Way, Lawrence W. 2003. Hernias & Other Lesions of the Abdominal Wall. Current
Surgical Diagnosis and Treatment. Eleventh edition. New York. Mc Graw-Hill. 783-789.
Zinner, Michael J. 2001. Hernias. Maingot’s Abdominal Operation. Volume 1. Tenth
edition. New York. Mc Graw-Hill. 479-525.
top related