balai pengkajian teknologi pertanian maluku badan...
Post on 26-Oct-2020
28 Views
Preview:
TRANSCRIPT
BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN MALUKU
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN
2013
Laporan Kepala Balai
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Maluku, merupakan salah
satu Unit Pelaksana Tekinis (UPT) lingkup badan litbang pertanian yang ada di
Provinsi, yang menyelenggarakan kegiatan pengkajian, penelitian dan diseminasi
pada dua belas gugus pulau dengan berbagai komoditas spesifik lokasi. Kegiatan
pengkajian, penelitian dan diseminasi dituntut untuk menghasilkan sesuatu yang
bermanfaat bagi masyarakat melalui Inovasi teknologi. Oleh karena itu program
pengkajian, penelitian dan diseminasi di BPTP Maluku harus berorientasi pada
komoditas spesifik lokasi dan program-program yang terkait dengan kegiatan
strategis mendukung empat target sukses Kementerian Pertanian selama 5 tahun
(2010-2014).
Demikian laporan ini disampaikan, semoga dapat dgunakan sebagai tolak
ukur kinerj BPTP Maluku dan untuk melakukan perencanaan program di masa
mendatang yang dapat bermanfaat bagi masyarakat.
Kepala Balai,
Ir. Demas Wamaer, MP NIP. 19630519 199603 1 001
DAFTAR ISI
LAPORAN KEPALA BALAI ……………………………………………………………… i
DAFTAR ISI ……………………………………………………………………………….. ii
Pendahuluan …………………………………………………………………………………………………. 1
a. Latar Belakang ………………………………………………………………………………….. 1
Kasie Kerjasama dan Pelayanan Pengkajian …………………………………….. 3
Reformasi Birokrasi …………………………………………………………………….. 9
Ringkasan Hasil Kegiatan …………………………………………………………….. 12
1. Kajian Potensi dan Perbaikan Teknologi Budidaya Beberapa Pangan Lokal
sebagai Sumber Pangan Alternatif di Maluku ……………………………………………
12
2. Inventarisasi, Dokumentasi dan Karakterisasi Penyebaran Plasma Nutfah
Komoditas Perkebunan, Tanaman Pangan dan Hortikultura Spesifik Lokasi di
Provinsi Maluku ……………………………………………………………………………………
13
3. Kajian Adaptasi dan Pengembangan Beberapa Padi Varietas Unggul Baru
Pada Lahan Sawah Sub Optimal di Kabupaten Maluku Tengah dan Seram
Bagian Timur ……………………………………………………………………………………….
17
4. Perbaikan Sistem Pemeliharaan Itik Lokal secara Intensif pada Petani Lahan
Sawah di Kabupaten Seram Bagian Barat (SBB) Prov Maluku ……………………
19
5. Model Pengembangan Pertanian Pedesaan Melalui Inovasi (M-P3MI) di
Maluku ……………………………………………………………………………………………….. 21
6. Peningkatan Manfaat Bahan Pangan Non Beras Mendukung Upaya
Diversifikasi Ketahanan Pangan di Maluku ………………………………………………
24
7. Pendampingan Inovasi Pertanian dan Program Strategis di Provinsi Maluku
……………………………………………………………………………………………………………
28
8. Demfram Kedelai …………………………………………………………………………………. 30
9. AEZ II Kabupaten Seram Bagian Barat …………………………………………………… 32
10. Unit Pengelola Benih Sumber BPTP Maluku ……………………………………………. 36
11. Pengelolaan Sumber Daya Genetik di Maluku …………………………………………. 39
12. Siaran TV Lokal …………………………………………………………………………………… 42
13. M-KRPL Kabupaten Maluku Tengah ……………………………………………………….. 44
14. M-KRPL Kabupaten Seram Bagian Timur ………………………………………………… 47
15. M-KRPL Kota Tual ……………………………………………………………………………….. 48
16. M-KRPL Kabupaten Kepulauan Aru ……………………………………………………….. 51
17. M-KRPL Buru Selatan ……………………………………………………………………………. 53
18. M-KRPL Maluku Tenggara Barat …………………………………………………………….. 56
19. M-KRPL Kota Ambon …………………………………………………………………………….. 57
20. M-KRPL Seram Bagian Barat ………………………………………………………………….. 62
21. M-KRPL Maluku Barat Daya …………………………………………………………………… 64
22. M-KRPL Buru ………………………………………………………………………………………. 67
23. M-KRPL Maluku Tenggara ……………………………………………………………………… 70
24. Analisis Kebijakan Pertanian : Kajian Dampak Penambangan Emas Terhadap
Kegiatan Uasaha Pertanian dan Produksi Pertanian di Kabupaten Buru ………
71
PENUTUP ……………………………………………………………………………………………. 74
1
PENDAHULUAN
a. Latar Belakang
Peraturan Menteri Pertanian No. 16/Permentan/OT.140/3/2006 tanggal 1
Maret 2006 menjelaskan bahwa Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pusat dibidang
Penelitian dan Pengembangan Pertanian yang berada di bawah dan
bertanggung jawab kepada Kepala Badan Litbang Pertanian, dan dalam
pelaksanan tugas sehari-hari dikoordinasikan dengan Kepala Balai Besar
Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian. Oleh karenanya Balai
Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Maluku merupakan UPT Pusat yang
berada di daerah memiliki tugas pokok melaksanakan pengkajian, perakitan dan
pengembangan teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasi, sedangkan tugas
dan fungsi (TUPOKSI), didukung oleh Kelompok Fungsional meliputi Kelompok
Pengkaji/Kelji (Peneliti, Penyuluh maupun kelompok fungsional lainnya seperti
Litkayasa), Pustakawan, Arsiparis dan Pranata Komputer.
Visi BPTP Maluku adalah Menjadikan Institusi Pertanian yang
Menghasilkan dan mendistribusikan Teknologi Spesifik Lokasi untuk Mewujudkan
Pertanian Maju dan Berkelanjutan di Dua Belas Gugus Pulau di Maluku” dengan
motto “Manggurebe Maju Membangun Pertanian Kepualaun Berbasis Inovasi ”. Untuk mencapai hal tersebut, maka Misi BPTP Maluku adalah (a) Menghasilkan,
mengembangkan dan mendiseminasikan inovasi pertanian spesifik lokasi di dua
belas gugus pulau sesuai kebutuhan pengguna, (b) Mengembangkan jejaring
kerjasama dengan Pemerintah Daerah, Perguruan Tinggi, Lembaga Swadaya
Masyarakat, Swasta dan Petani dalam rangka pendayagunaan hasil pengkajian
dan pengembangan inovasi pertanian, (c) Mengembangkan kapasitas Balai
dalam rangka meningkatkan kemampuan pelayanan yang professional dan
mandiri kepada stakeholder serta peningkatan kinerja balai.
Untuk menciptakan manusia aparatur yang memiliki kompetensi
diperlukan mutu Profesionalisme, sikap pengabdian dan pengembangan PNS
melalui pendidikan dan pelatihan maupun non pendidikan dan pelatihan. Pada
bidang keuangan belum dilakukan secara optimal, sehingga perlu dilaksanakan
secara efektif, efisien, terukur dan akuntabel, selain itu pengelolaan sarana dan
2
prasarana telah dilakukan perawatan dan pemeliharaan namun belum optimal
dan pengadministrasiannya pun belum dilakukan secara tertib sebingga
diperlukan ketersediaan anggaran yang cukup untuk pengelolaan ketiga aspek
kegiatan tersebut.
Dalam rangka mendukung pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya,
BPTP Maluku memiliki sumberdaya manusia sebanyak 85 orang pegawai negeri
Sipil. BPTP Maluku secara keseluruhan memiliki tanah seluas 419.973 M2, yang
tersebar di tiga lokasi yakni perkantoran dan perumahan di Rumah Tiga 8.873
M2, Lab. Diseminasi Waiheru 10.500 M2, KP Makariki 307.000 M2. Selain tanah,
sarana dan prasarana lain yang dimiliki BPTP Maluku adalah bangunan gedung
(bangunan laboratorium) seluas 748 M2, rumah dinas 57 unit (sebahagian
rusak berat), mess 2 unit, serta kendaraan roda 4 dan roda 2 masing-masing 5
unit dan 3 unit.
Untuk menunjang jalannya organisasi maka perlu adanya Rencana
Kegiatan Tim Manajemen, yang meliputi aspek manajemen sumber daya
manusia, manajemen keuangan, manajemen fasilitas/ Barang Milik negara
(BMN) dan manajemen Kerumah Tanggaan, sehingga diharapkan tercapainya
sasaran yang sesuai dengan mandat dan fungsi dari BPTP Maluku.
Sumber anggaran Balai berasal dari DIPA yang dialokasikan untuk
belanja pegawai, belanja barang dan belanja modal (Tabel 1).
Tabel 1. Anggaran BPTP Maluku selama 3 tahun periode TA 2011-2013
Kode Jenis Belanja Tahun Anggaran ( x Rp.000)
2011 2012 2013
51 Belanja Pegawai 4.673.684 5.269.300 5.870.865
52 Belanja Barang 2.888.796 854.851 5.680.734
53 Belanja Modal 201.300 333.446 7.275.700
Jumlah 7.763.780 10.775.027 18.827.299
3
Kasie Kerjasama dan Pelayanan Pengkajian (KSPP) pada BPTP Maluku
mempunyai tugas :
Merencanakan kegiatan diseminasi (RDHP/RODHP/RAB),
Melakukan inventarisasi dan identifikasi kebutuhan teknologi tepat guna
spesifik lokasi,
Mempersiapkan dan mengkoordinasikan kegiatan diseminasi di tingkat
lapangan,
Melaksanakan diseminasi hasil penelitian dan pengkajian melalui model
peragaan berupa gelar teknologi, demplot, visitor plot/display dan
ekpose/pameran,
Melaksanakan diseminasi hasil penelitian dan pengkajian melalui model
pengembangan media informasi (cetak/elektronik) berupa leaflet/liptan,
brosur, buku, poster, baliho, audio visual (CD/DVD/film), paket siaran
radio/televisi, publikasi media massa dan website,
Aktif dalam penyusunan Programa Penyuluhan pertanian tingkat provinsi,
Merencanakan sumberdaya penyuluh dan materi ajar untuk keperluan
sebagai narasumber teknologi pertanian spesifik lokasi dan kelembagaan
pendukung agribisnis dalam kegiatan pelatihan, workshop dan studi
banding yang diselenggarakan oleh BPP dan Dinas terkait,
Melaksanakan diseminasi hasil penelitian dan pengkajian melalui model
pertemuan tatap muka berupa temu informasi, temu aplikasi paket
teknologi, temu lapang dan temu usaha.
Dalam rangka peningkatan kapasitas penelitian, maka BPTP berupaya
untuk menjalin kerjsama dengan pihak mitra baik dalam maupun luar negeri.
Kerjasama diperlukan dalam upaya menumbuhkembangkan jaringan penelitian
guna peningkatan kemampuan pemanfaatan serta penguasaan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Kegiatan kerjasama ini diharapkan dapat saling
memanfaatkan potensi yang dimiliki dalam upaya peningkatan efektivitas dan
efisiensi penelitian.
Kasie Kerjasama dan Pelayanan Pengkajian
4
1. Kegiatan Kerjasama Dalam Negeri
Sampai dengan akhir kegiatan tahun anggaran 2013, bagian kerjasama
(KSPP) telah melaksanakan 3 kegiatan kerjasama dalam negeri. Kegiatan
kerjasama tersebut adalah kegiatan m-P3MI, Mapping potensi BBI dan BBU yang
didanai oleh SmartD melalui Badan Litbang Pertanian dan permodelan (m-
AP2RL2) yang didanai oleh Sekretariat Badan Litbang Pertanian. Kegiatan
permodelan ini lebih banyak melihat tentang aspek kebijakan untuk peningkatan
produksi sagu, yang merupakan makanan pokok masyarakat Maluku dan
alternatif pengganti beras.
Tabel 2. Kegiatan kerja sama dalam negeri BPTP Maluku dengn Badan Litbang
1 Inisiasi Model Pengembangan Usahatani Integrasi Tanaman Kakao-Ternak Sapi Potong pada Agroekosistem Lahan Kering Dataran Rendah Iklim Basah di Kabupaten Maluku Tengah
SmartD, melalui DIPA Badan Litbang Pertanian Kantor Pusat Jakarta No. 018.09.1.411971/2013 Tanggal 5 Desember 2012
2013
Rp.
120.000.000,-
2 Mapping Potensi BBU dan BBI Dalam Penyediaan Benih Berkualitas di Provinsi Maluku pada Kabupaten Buru, Maluku Tengah, Seram Bagian Barat dan Seram Bagian Timur
SmartD melalui DIPA Badan Litbang Pertanian Kantor Pusat Jakarta No. 018.09.1.411971/2013 Tanggal 5 Desember 2012
2013
Rp.
75.000.000,-
3 Model Akselerasi Pembangunan Pertanian Ramah Lingkungan (m-AP2RL) Dengan Pendekatan Analisis Modelling Mendukung Desentralisasi Rencana Aksi (Decentralized Action Plan/DAP) Peningkatan Produksi Sagu di Provinsi Maluku
Sekretariat Litbang, No Surat Perjanjian : 1930.3/LB.620/I.1/4/2013 tanggal 11 April 2013
2013
Rp.
63.400.000,-
2. Kegiatan Kerjasama Luar Negeri
Tahun Anggaran 2013, kegiatan kerjasama penelitian dengan luar negeri
sampai saat ini tidak ada.
3. Perpustakaan
Pengelolaan perpustakaan BPTP Maluku telah memanfaatkan teknologi
informasi. Pemenuhan kebutuhan informasi baik interen maupun eksteren yang
dikelola perpustakaan digital BPTP Maluku selalu mengikuti perkembangan
digitasi dan kecepatan akses yang terfokus pada metadata dan jaringan
computer. Pengisian pangkalan data dilakukan melalui program bersama Badan
5
Litbang Pertanian yang dipimpin oleh Pusat Perpustakaan dan Penyebaran
Teknologi Informasi Pertanian (Pustaka). Selama akhir kegiatan (semester II),
perpustakaan BPTP Maluku telah melakukan kegiatan antara lain:
menginfentarisasi koleksi perpustakaan, pengisian pangkalan data, melayani
pemustaka dan peminjaman, memelihara koleksi perpustakaan, mengalih
mediakan publikasi menjadi koleksi on-line dan mengirim semua pangkalan data
melalui program core FTP lite.
4. Pameran
Akhir kegiatan semester II untuk kegiatan pameran, yang dilakukan oleh
BPTP Maluku, berlokasi di dalam daerah (Provinsi Maluku) dan diluar daerah.
Dalam rangka mempromosikan dan mendiseminasikan teknologi hasil penelitian,
pengkajian dari BPTP Maluku selama semester II adalah berupa pameran yang
diselenggarakan oleh Perguruan Tinggi Universitas Pattimura dalam rangka
Diesnatalis yang ke 43 th dan pameran yang diselenggarakan oleh Dewan
Rempah Indonesia yang diketuai oleh Pa Adi Sasono dalam rangka seminar
Rempah Internasional yang bertempat di hotel Aston, Maluku. Materi yang
ditampilkan dalam pameran berupa liflet, brosur, poster, dan biner berdasarkan
hasil penelitian dan kajian.
Kegiatan pameran lainnya yang diikuti oleh BPTP Maluku bersama dengan
Dinas Pertanian Provinsi Maluku adalah PENAS yang diselenggarakan di
Yogyakarta dan kegiatan Pekan Inovasi Spesifik Lokasi di Kendari Sulawesih
Tenggara.
5. Program dan Anggaran
Pada bagian program dan anggaran di BPTP Maluku mempunyai tugas :
o Membantu kepala Balai dalam menyusun landasan, arah dan prioritas
program pengkajian sesuai dengan mandat Balai, serta
menselaraskannya dengan program nasional/pusat.
o Menselaraskan Keterkaitan antar Balai di lingkup Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian dan antar Sub Program di tingkat BPTP
Maluku.
6
o Mengalokasikan dan menetapkan kebutuhan dana Program Penelitian,
Alokasi biaya, Matriks Program Tahunan, Rencana Desiminasi Hasil
Pengkaji (RDHP) untuk kegiatan tahun 2013 dan Rencana Kinerja
Tingkat Manajemen (RKTM) dan Rencana Operasional Kegiatan Tingkat
Manajemen (ROKTM) yang diusulkan
o Melakukan evaluasi dan monitoring pelaksanaan dan serta pembuatan
laporan program penelitian
o Menyiapkan bahan laporan bulanan Semester I dan II.
o Menetapkan urutan prioritas Rencana Diseminasi Hasil Pengkaji (RDHP)
sesuai dengan isu dan program penelitian tingkat nasional dan
kebutuhan daerah setelah konsultasi dengan Kepala Balai
o Menetapkan sebaran kegiatan dan alokasi dana menurut skala prioritas,
ketersediaan dana, pemerataan dan kemampuan tenaga dan sarana
masing-masing Sub-Program dan/atau Kelti
o Mengalokasikan anggaran pada masing-masing kegiatan yang
diselaraskan dengan anggaran yang tersedia.
Pada T.A. 2013 akan dilaksanakan kegiatan yang bersifat spesifik lokasi
sebanyak 7 RPTP, terdiri atas : rekomendasi kebijakan pembangunan pertanian
1 RPTP dan 8 RDHP untuk teknologi yang terdiseminasikan ke pengguna, serta
kegiatan pendampingan dan program strategis 2 RDHP serta produksi benih 1
RDHP. Kegiatan pengkajian, diseminasi dan manajemen ini didanai oleh APBN
sesuai yang tertera dalam Tabel 3.
Tabel 3. Alokasi anggaran berdasarkan kegiatan TA. 2013
No Uraian kegiatan Pagu DIPA
I. Belanja Mengikat 6.786.221
1801.994.001 Belanja Pegawai 5.870.865
1801.994.002 Peny. Operasional dan Pemeliharaan Perkantoran 915.356
II. Belanja Tidak Mengikat 4.664.992
1801.003.001 Manajemen 1.041.182
1801.003.001.011 Pengelolaan Administrasi Keuangan 647.259
1801.003.001.012 Penyusunan Rencana Kegiatan dan Anggaran 146.900
1801.003.001.013 Monitoring, Evaluasi, Pelaporan 104.500
1801.003.001.014 SPI/WBK 17.000
7
1801.003.001.015 Pengelolaan Website/Perpustakaan 76.300
1801.003.001.016 Operasional dan Pemeliharaan Laboratorium 12.223
1801.003.001.017 Pemeliharaan Akreditasi Manajemen 37.000
1801.008 Laporan Kerjasama, Pengkajian, Pengembangan dan Pemanfaatan Hasil Litbang
120.385
1801.008.018.A Kerj asama dan MOU 41.850
1801.008.018.B Mendukung Seminar/Workshop Nasional/Internasional 78.535
1801.010 Koordinasi Dan Sinkronisasi Kegiatan Satker 115.500
1801.013 Teknologi Spesifik Lokasi 950.225
1801.013.020.A Inventarisasi, dokumentasi dan karakteristik Penyebaran Plasma Nutfah Komoditas, Perkebunan Tanaman Pangan Dan Hortikultur Spesifik Lokasi Di Prov. Maluku
142.290
1801.013.020.B Kajian Perbaikan Tek. Budidaya Pangan Lokal Sebagai Sumber Pangan Alternatif Di Maluku
102.300
1801.013.020.C
Kajian Diversifikasi Produk Olahan Pangan Lokal Non Beras Mendukung Ketahanan Pangan Di Maluku (Beberapa Varietas Jagung Sebagai Bahan Dasar Pembuatan Roti Tawar Di Kab. Malra Prov. Maluku)
85.115
1801.013.021.A Pemetaan farming System Zona (Skala 1 : 50.000) DI kecamatan Kairatu Kab. Seram Bagian Barat
96.000
1801.013.022.A Kajian Perbaikan Pola Pemeliharaan Itik Lokal Pada Petani Lahan Sawah Di Maluku
121.830
1801.013.022.B Kajian Adaptasi Dan Pengembangan Beberapa VUB Padi rawa Pada Lahan Sub. Optimal Di Kab. Maluku Tengah Dan Kab. Seram Bagian Barat.
123.690
1801.013.023. Pengelolaan Sumberdaya Genetik 279.000
1801.015 Rekomendasi Kebijakan Pembangunan Pertanian 50.000
1801.015.024 Analisis Kebijakan Pembangunan Pertanian 50.000
1801.018 Teknologi Yang Terdiseminasikan Ke Pengguna 1.733.271
1801.018.025.A Pameran 64.000
1801.018.025.B Media Cetak 44.000
1801.018.025.C Siaran TV Lokal 93.673
1801.018.025.D Model Pengembangan Pertanian Perdesaan Melalui Inovasi 216.783
1801.018.025.E Model Kawasan Rumah Pangan Lestari 988.065
1801.018.025.F Pendampingan KRPL 71.750
1801.018.025.G Kebun Bibit Desa 165.000
1801.018.025.H Kebun Bibit Induk 30.000
1801.018.025.J KRPL Lama 35.900
1801.019 Laporan Pelaksanaan KegiatanPendampingan Inovasi Pertanian Dan Program Strategis Nasional
454.841
1801.019.026.A Pendampingan SL-PTT Padi Sawah 186.841
1801.019.026.B Pendampingan SL-PTT Jagung 93.000
1801.019.026.I Pendampingan Katam SL-PTT 50.000
1801.019.026.K Demfarm Kedelai 75.000
1801.025 Produksi Benih 281.474
8
1801.025.029 Perbanyakan Benih Sumber (28 ton benih ES) 281.474
III. Belanja Modal
1801.024 Pengadaan Buku 30.000
1801.024.028 Pengadaan Buku 30.000
1801.996 Perangkat Pengolah Data dan Komunikasi 178.500
1801.996.030.A Pengadaan Alat Pengolah Data 100.000
1801.996.030.B Pengadaan Alat elektronik 60.000
1801.996.030.C Honor Pengadaan 18.500
1801.997 Peralatan dan Fasilitas Perkantoran 585.700
1801.997.031.A Lab. Diseminasi 379.700
1801.997.031.B Peralatan KP. Makariki 80.000
1801.997.032.A Peralatan GPS 16.000
1801.997.032.B High Profile Perbenihan 110.000
1801.99 Gedung/Bangunan 6.500.000
1801.998.033.A Renovasi Bangunan Gedung Negara 2.174.377
1801.998.033.B Renovasi Rumah Negara 2.250.416
1801.998.033.C Sarana Prasarana Lingkungan Gedung 1.606.435
1801.998.033.D Renovasi Gedung Perpustakaan 468.772
Total Pagu 18.827.299
9
1. Peningkatan kapasitas Kelembagaan
Dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan yang baik dan bersih, BPTP
Maluku berkewajiban melaksanakan kebijakan reformasi birokrasi yang telah
diimplementasi secara nasional baik dilembaga-lembaga pemerintah maupun
institusi pemerintah secara berkelanjutan. Pembaharuan dan perubahan
mendasar terhadap system penyelenggaraan pemerintah, terutama menyangkut
aspek-aspek kelembagaan, ketatalaksanaan dan sumberdaya manusia.
Untuk mendukung reformasi birokrasi tersebut BPTP Maluku wajib
menerapkan ISO 9001:2008. Sesuai dengan semangat reformasi dan perubahan
birokrasiBPTP Maluku dituntut untuk memiliki standard performance sesuai
standard mutu dalam pelayanan terhadap masyrakat, mempunyai konsistensi
dan komitmen terhadap mutu manajemen dan melaksanakan tupoksi dan fungsi
organisasi dengaan baik.
Reformasi birokrasi menutut adanya perubahan kultur dalam bekerja.
Salah satunya berupa disiplin kehadiran dengan mantaati jam kerja. Untuk
mendukung hal tersebut, BPTP Maluku telah menerapkan system absensi
elektronik untuk meningkatkan disiplin kerja bagi para pegawai. Hasil absensi
tersebut secara berkala dilaporkan secara berjenjang ke BBP2TP, Badan Litbang
pertanian dan Kementrian pertanian. Selain peningkatan disiplin pegawai,
diharapkan setiap aparatur Negara (PNS) dapat memiliki sikap, tindakan dan
perilaku yang dapat menginisiasi terciptanya budaya kerja yang efisien, hemat,
disiplin tinggi, dan anti KKN sesuai dengan Peraturan Menteri Pertanian no
06/permentan/OT.140/1/2010 tanggal 22 januari 2010.
2. Kondisi dan Kompetensi SDM
Sumberdaya manusia sebagai salah satu input dalam indicator kinerja
yang dimiliki BPTP Maluku memegang peranan penting dan strategis dalam
mendukung kinerja BPTP Maluku menunju institusi yang akuntabel. Keberhasilan
Reformasi Birokrasi
10
pengembangan SDM pada akhirnya akan meningkatkan kinerja pelaksanaan
pengkajian dan diseminasi, serta manajemen institusi.
Keragaan SDM berdasarkan pendidikan, fungsional dan jabatan sebagai
berikut :
Uraian Tugas Pendidikan Jumlah
SLTP SLTA D3 S1 S2 S3
Peneliti 5 7 3 15
Penyuluh 5 3 8
Pustakawan 1 1
Fungsional umum
4 43 13 1 61
Jumlah 4 43 1 23 11 3 85
Keragaan SDM BPTP Maluku berdasarkan fungsional dan jabatannya
adalah sebagai berikut : presentase terbesar dari pegawai BPTP Maluku masih
didominasi oleh fungsional umum/pegawai penunjang sejumlah 68,5% yang
Rekapitulasi PNS menurut Gologan/Ruang
11
meliputi tenaga administrasi, tenaga ketatausahaan, tenaga keuangan, dan
jabatan non fungsional lainnya. Sedangkan jabatan fungsional peneliti 16,9%,
fungsional penyuluh 9%, sementara fungsional pustakawan 1%.
Dari keragaan jabatan fungsional dimaksud, diharapka para pejabat
fungsional dapat mengoptimalkan peran dan tupoksi jabatannya masing-masing
dalam mendukung visi, misi dan kinerja BPTP Maluku dalam mencapai tujuan
organisasinya.
12
1. Kajian Potensi Dan Perbaikan Teknologi Budidaya Beberapa Pangan Lokal Sebagai Sumber Pangan Alternatif
Di Maluku
Kajian potensi dan perbaikan teknologi budidaya beberapa pangan lokal
(jagung dan kacang tunggak) sebagai sumber pangan alternatif di Maluku
dilaksanakan di KP. Makariki dan di dusun Kampung Baru, desa Haruru,
kecamatan Amahai, Kab. Maluku Tengah dengan tujuan perbaikan teknologi
budidaya pangan lokal (jagung dan kacang tunggak) pada lahan kering;
meningkatkan produktivitas pangan lokal (jagung dan kacang tunggak)
dan pendapatan petani pada lahan kering. Keluaran (Output) yang
diharapkan Diperolehnya teknologi perbaikan budidaya pangan lokal
(jagung dan kacang tunggak) pada lahan kering; Meningkatnya
produktivitas pangan lokal (jagung dan kacang tunggak) dan pendapatan
petani pada lahan kering.
Perbaikan teknologi budidaya tanaman pangan lokal (jagung dan kacang
tunggak) yang dikaji adalah : A = Monokultur kacang tunggak; B =
Tumpangsari kacang tunggak dan jagung dengan basecrop kacang tunggak (4
baris kacang tunggak dan 2 baris jagung); C = Monokultur jagung; D =
Tumpangsari jagung dan kacang tunggak dengan basecrop jagung (4 baris
jagung dan 4 baris kacang tunggak), dan E = Jagung dan kacang tunggak
ditanam dalam satu lubang (sesuai dengan kebiasaan petani di MBD). Jarak
tanam jagung adalah 75 cm x 40 cm (2 tanaman/lubang), jarak tanam kacang
tungak 40 cm x 20 cm (2 tanaman/lubang) untuk perlakuan A, B, C dan D,
sedangkan untuk perlakuan E, jarak tanam adalah 100 cm x 80 cm (2 tanaman/
lubang). Teknologi budidaya lainnya berdasarkan konsep pengelolaan tanaman
terpadu, antara lain pemupukan berimbang, yaitu pupuk anorganik berdasarkan
hasil analisis tanah dengan mengunakan Perangkat Uji Tanah Kering (PUTK), dan
pupuk organik 2 ton per ha, sedangkan pengendalian hama penyakit
berdasarkan konsep PHT. Luas petak percobaan 8 m x 10 m. Perlakuan disusun
Ringkasan Hasil Kegiatan 2013
13
dalam Rancangan Acak Kelompok yang diulang 3 kali. Parameter yang diamati
dalam kajian ini adalah komponen pertumbuhan dan hasil tanaman pangan local
(jagung dan kacang tunggak) serta biaya usahatani. Hasil kajian menunjukkan
bahwa pola tumpangsari jagung dan kacang tunggak dengan basecrop kacang
tunggak (Perlakuan B) memberikan hasil, penerimaan dan keuntungan yang
tertinggi dengan B/C rasio sebesar 2,41. Pola tanam lainnya yang cukup
menguntungkan adalah monokultur jagung (C), monokultur kacang tunggak (A),
dan tumpangsari jagung dan kacang tunggak dengan basecrop kacang tunggak
(B).
2. Inventarisasi, Dokumentasi Dan Karakterisasi Penyebaran
Plasma Nutfah Komoditas Perkebunan, Tanaman Pangan Dan Hortikultura Spesifik Lokasi Di Propinsi Maluku
Kajian Inventarisasi, Dokumentasi dan Karakterisasi Penyebaran Plasma
nutfah Komoditas Perkebunan, Tanaman pangan dan Hortikultura Spesifik Lokasi
di Propinsi Maluku dilaksanakan di gugus pulau II(Kabupaten Seram Bagian
Barat),III (Kecamatan Seram Utara dan Kecamatan Seram Utara Barat dan IV
(Kabupaten Seram Bagian Timur). Inventarisasi, dokumentasi dan karakterisasi
penyebaran plasma nutfah /sumber daya genetic komoditas spesifik lokasi di
Maluku dilakukan dengan pendekatan survai. Melalui pendekatan ini data
potensi, dan penyebaran plasma nutfah dapat di kumpulkan dan diiventarisasi
(catat), kemudian data tersebut dijelaskan dalam bentuk peta dan memvalidasi
data base dari III gugus pulau di Maluku untuk penentuan aksesi. Untuk
mengefisienkan tenaga kerja, waktu, dan biaya maka kegiatan survai dilakukan
mengacu pada metode Hawkes (1980), yaitu apabila populasi tanaman banyak
Budidaya Beberapa Pangan Lokal di lokasi kegiatan
14
maka dilakukan secara acak, tetapi bila populasinya terbatas maka pengambilan
contoh diambil dari tanaman yang dijumpai di lapang. Sampel yang dikumpulkan
berupa tunas/anakan, masing-masing 1-4 tanaman untuk tiap aksesi. Tanaman
sampel diberi kode aksesi lalu dicatat karakter penting dan sifat-sifat khusus
yang dimiliki, nama tempat dan agroklimat, serta karakter lainnya. Sampel
anakan kemudian ditumbuhkan di Kebun Percobaan Makariki. Pada saat
ekplorasi diperoleh Hasil survai komoditas tanaman perkebunan, pangan dan
hortikultura spesifik lokasi di tiga gugus pulau (II,III dan IV) menunjukkan
bahwa tingkat sebaran plasma nutfah atau sumber daya genetic sangat
beragam, hal ini dibuktikan dengan penemuan-penemuan beberapa aksesi
komoditas perkebunan, pangan dan hortikultura sebagai berikut: Gugus pulau II
(Kabupaten Seram Bagian Barat) yang terdiri dari 8 kecamatan sampel (Seram
barat, Huamual Muka, Taniwel, Taniwel Timur, Waisala, Kairatu, Amalatu,
Elpaputih dan Kairatu barat). Komoditas spesifik lokasi yang ditemui: a) tanaman
perkebunan spesifik lokasi : Cengkeh (Tuni dan Seputih), kelapa dalam (hijau
dan orange/merah), Aren/Gamutu dan pala Banda. b) Tanaman pangan : Sagu
(Molat, Tuni, Ihur, makanaro, Rotan); Ubi Kayu (sangkola, Nasi, Aneka, Ular,
Bastel, Kuning, Huku, Bubur, pulut, keriting, daun panjang dan kasbi bunga );
Ubi Jalar (Kapur, Morokau, Wortel, Gila-gila, merah, unggu, dan kuning); Gembili
(kasbi dan kentang gantung), Ubi Kelapa dan ubi ular, Ubi Putih dan Ubi
merah/unggu; Pisang (Abu-abu, raja, Meja, 7 Bulan,40 hari, Bawang Merah,
Tonka langit, Dewaka, Susu dan tanduk); Keladi johar, Sukun, Gomu. C)
tanaman hortikultura : Durian (bantal Bantal polo, Rumapelu, Sukun, K7, 6
jalur, 8 jalur dan durian sawai), Mangis/Manggustan, Gandaria, Langsat,
kakusang, Mangga (Golek , telur dan mangga papaya), Nenas, salak dan sayur
.Gugus pulau III ( Kecamatan Seram Utara Kabupaten Maluku tengah).
Komoditas spesifik lokasi yang ditemui: a) Tanaman perkebunan : Kelapa dalam
(Hijau buah kecil dan hijau buah besar, Orange/merah ), kakao lokal. b) tanaman
pangan : Pisang (Bawang merah, dewaka, raja). c) tanaman hortikultura :
cempedak, langsat). Gugus pulau IV terdiri dari 4 kecamatan sampel (
Kecamatan Pulau gorom, Tutuk tolu, Teluk waru, Bula) Komoditas spesifik yang
ditemui : a) Tanaman perkebunan : Pala (Liat, Andan, Onin), Kelapa dalam
(hijau, orange/merah dan bulan terang), b) Tanaman pangan : pisang (raja,
pisang abu-abu, pisang meja/ambon, pisang susu, pisang dewaka, pisang
15
tanduk, pisang tembaga/bawang merah, pisang kapal, pisang 40 hari); ubi kayu
(3 bulan, 6 bulan, sangkola); keladi johar. sedangkan kacang tanah dawang
warna merah muda keputihan. c) Tanaman Hortikultura : durian Gumumai,
manggis.
Penampilan tanaman perkebunan ( aren, cengkeh, yang
ditemui dari hasil survai di kec. Seram barat
Penampilan 8 aksesi ubi kayu (kasbi Huku, kasbi kuning, kasbi Inggris, kasbi sankola/pahit,
kasbi tiga bulan, kasbi Bastel, kasbi Aneka, kasbi Bubur) di desa Morekau
Penampilan 6 aksesi ubijalar (patatas Morekau, patatas Kapur, patatas Wortel, patatas Gila-gila, patatas Merah dan patatas Mayana/Unggu) di desa Morekau.
16
Penampilan buah, daging dan biji pala Onin
Penampilan buah, biji Andan besar dan Andan kecil
Penampilan Daun cengkeh Zanzibar dan cengkeh Maluku di kec.Kian darat dan Kec. Tutuk Tolu
Penampilan 4 jenis kelapa (Orange/merah, Hijau, Kuning dan bulan)
17
3. Kajian Adaptasi Dan Pengembangan Beberapa Padi
Varietas Unggul Baru Pada Lahan Sawah Sub Optimal Di Kabupaten Maluku Tengah Dan Seram Bagian Timur
Kajian adaptasi dan pengembangan beberapa padi VUB dilakukan di
kabupaten Maluku Tengah dan Seram Bagian Timur pada lahan sawah yang
tergolong sub optimal. Tujuan dari kegiatan ini adalah : Mengetahui potensi dari
beberapa padi varietas unggul baru untuk lahan sawah sub-optimal;
Mendapatkan minimal 2 varietas unggul baru yang adaptif untuk lahan sawah
sub-optimal; Meningkatkan produktivitas padi sawah > 4,5 t GKP/ha untuk lahan
sawah sub-optimal. Keluaran yang diharapkan adalah diketahuinya potensi dari
beberapa padi varietas unggul baru untuk lahan sawah sub-optimal;
diperolehnya minimal 2 varietas unggul baru yang adaptif untuk lahan sawah
sub-optimal; Meningkatnya produktivitas padi sawah > 4,5 t GKP/ha untuk lahan
sawah sub-optimal.
Kegiatan ini dilakukan di Kabupaten Maluku Tengah, yaitu di Seram Utara
dan di Kabupaten Seram Bagian Timur. Sebelum pelaksanaan kegiatan dilakukan
PRA untuk mengetahui lokasi kajian dan permasalahan serta teknologi yang
dilakukan petani setempat. Pengumpulan data dilakukan melalui desk study (data
sekunder), wawancara/interview kepada petani dan PPL (data primer), dan data
hasil kajian (data primer). Data yang diamati meliputi sistem usahatani/budidaya
padi yang dilakukan petani setempat, data pertumbuhan dan hasil tanaman
meliputi tinggi tanaman menjelang panen, jumlah anakan produktif/rumpun,
jumlah gabah/rumpun, jumlah gabah isi dan gabah hampa/rumpun, bobot 1000
biji, hasil per petak ubinan 2,5 x 5 m, dan hasil per hektar, data biaya usahatani,
dan data pendukung lainnya (serangan hama penyakit, curah hujan). Data
pertumbuhan dan hasil tanaman ditabulasi dan selanjutnya dianalisis secara
statistik menggunakan program system SAS. Untuk melihat perbedaan antar
perlakuan digunakan uji Duncan.
Perlakuan yang akan dikaji adalah beberapa varietas baru untuk lahan
sawah sub optimal, yaitu Inpara 1, Inpara 2, Inpara 3, Inpara 5, Inpara 6, IPB 3
S, IPB 4 S, dan IPB Kapuas 7 R. Luas lahan kajian di Maluku Tengah 1 ha dan di
Seram Bagian Timur 1 ha, sehingga total luas lahan kajian 2 ha. Dosis pupuk
18
NPK Phonska sesuai dengan hasil analisis tanah berdasarkan PUTS/PUTR dan
nitrogen berdasarkan BWD. Pupuk organik yang digunakan adalah Petroganik
dengan dosis 1,5 t/ha. Teknologi budidaya padi lainnya berdasarkan konsep
teknologi PTT. Hasil kajian menunjukkan analisis tanah awal dengan
menggunakan Perangkat Uji Tanah Rawa (PUTR) versi 1,0 menunjukkan bahwa
status hara tanah untuk ketiga lokasi kajian adalah N tergolong sangat tinggi, P
rendah sampai sedang, K rendah, dan pH tanah agak masam. Pengamatan
pertumbuhan tanaman baru dilakukan di desa Jakarta Baru, meliputi tinggi
tanaman, jumlah anakan, dan warna bagan daun pada umur tanaman 30 hari
setelah tanam. Varietas Inpara 2 rata-rata memiliki tinggi tanaman yang lebih
tinggi (64,80 cm) dibandingkan dengan varietas lainnya, menyusul IPB Kapuas 7
R (64,20 cm), Inpara 6 dan IPB 3 S, masing-masing 62,90 cm dan 62,70 cm.
Namun rata-rata jumlah anakan terbanyak terdapat pada varietas Inpara 6
(29,80 anakan), menyusul Inpara 2 (22,80 anakan), IPB Kapuas 7 (19,50
anakan), dan terendah pada varietas IPB 3 S (16,20 anakan). Hasil pengukuran
terhadap kehijauan daun dalam kaitannya dengan kecukupan hara nitrogen
menunjukkan bahwa varietas Inpara 2 memberikan nilai BWD lebih tinggi (3,40)
dibandingkan dengan varietas lainnya (2,70 – 3,20), meskipun masih
memerlukan tambahan hara nitrogen untuk mencukupi kebutuhan tanaman
dalam proses pertumbuannya. Nilai kecukupan hara untuk nitrogen ditunjukkan
pada skala 4,0 ke atas.
Kegiatan Padi Varietas Unggul Baru Pada Lahan Sawah Sub Optimal
19
4. Perbaikan Sistem Pemeliharaan Itik Lokal secara intensif
pada Petani Lahan Sawah di Kabupaten Seram Bagian Barat (SBB) Prov. Maluku
Peluang pengembangan ternak itik di Maluku dapat dilaksanakan pada
daerah sentra padi sawah. Mengingat Maluku sebagai sentra padi untuk
Indonesia Timur, memiliki lahan persawahan yang cukup luas dengan luasan
panen padi sekitar 18.545 ha (BPS Maluku, 2012). Hal ini memungkinkan karena
itik hidup di agroekosistem basah dan dapat diintegrasikan dengan usahatani
padi. Saat ini, populasi itik di wilayah Propinsi Maluku sebanyak 406.719 ekor
dengan produksi telur 20.153.743 butir (BPS Maluku, 2012). Tujuan Kajian ini
adalah untuk melihat Pola pemeliharaan itik secara intensif yang dilakukan
peternak sehingga mampu meningkatkan produktivitas itik petelur lebih tinggi
dan melihat pertumbuhan dan perkembangan produksi telur. Keluaran Tahun
berjalan adalah tersedia suatu pola pemeliharaan itik secara intensif dengan
tingkat produktivitasnya yang lebih baik; Tersedia data pertumbuhan dan
perkembangan serta produksi hasil telur itik secara intensif di tingkat peternak.
Kegiatan pengkajian dilakukan di Kabupaten SBB kecamatan Kairatu desa
Waemital. Dalam pengkajian ini digunakan anak itik berumur 2 minggu sebanyak
100 ekor yang di bagikan ke 3 peternak itik masing-masing ada yang mendapat
33 ekor dan ada yang 34 ekor. Bangunan kandang ukuran 4 m x 3 m dibuat
pada masing-masing peternak dengan tempat bermain dan tempat untuk
istirahat pada malam hari. Rancangan pengkajian dianalisis secara deskriptif.
Sementara untuk perhitungan ekonomi menyangkut untung rugi akan dianalisis
berdasarkan R/C ratio. Data yang dikumpulkan berupa bobot awal, bobot
menjelang bertelur, produksi telur, berat telur, dan karakteristik tubuh itik. Hasil
yang diperoleh memperlihatkan Tingkat mortalitas ternak itik yang dipelihara
periode starter sampai periode layer untuk peternak pa Naan dan pa Supriyanto
sangat tinggi berkisar 30-77%, sementara pa Safei sangat yakni kecil 6%.
Tingkat mortalitas yang tinggi disebab karena adanya serangan penyakit
ND yang meluas di kabupaten SBB dan menyerang semua ternak unggas
termasuk itik yang ada. Umur dan bobot badan pertama bertelur berbeda antara
ketiga peternak, dimana peternak pa Naan umur pertama bertelur 157 hari
dengan bobot badan 1680 g, sementara peternak Safei 164 hari dengan bobot
20
itik sebesar 1754 g, dan peternak Supriyanto 180 hari dengan bobot itik 1861 g.
Karakteristik itik lokal Maluku yang dilihat berupa panjang paruh untuk jantan
(6.42 cm), betina (5,42 cm); lebar paruh jantan (2,76 cm), betina (2,39 cm),
tinggi kepala jantan (4,24 cm), betina (3,79 cm); panjang kepala jantan (6,46
cm), betina (5,34 cm); panjang leher jantan (24,23 cm), betina (20,58 cm);
panjang sayab (27,80 cm), betina (25,25 cm); panjang punggung jantan (22,69
cm), betina (20,58 cm); panjang sternum jantan (11, 85 cm), betina (11,04 cm);
panjang tibia jantan (9,44 cm), betina (8, 25 cm); panjang tersometatarsus
jantan (5,61 cm), betina (5,36 cm), panjang jari ke tiga jantan (6,69 cm), betina
(5,94 cm).
Untuk produksi telur yang dipelihara ke tiga peternak selama 9 bulan
peternak (Safei) dengan jumlah itik sebanyak 32 ekor dapat memproduksi telur
itik sebanyak 1169 butir dan produksi telur bisa bertahan sampai 3 bulan,
peternak Naan sebanyak 494 butir bertahan hanya 2 bulan dan peternak
Suptiyanto 215 butir hanya 1 bulan. Peternak Naan dan Supriyanto boleh
dikatakan kurang berhasil dalam penanganan itik mereka karena hanya
berproduksi 1 dan 2 bulan, setelah itu itiknya mengalami rontok bulu. Peternak
Safei cukup berhasil dalam mempertahankan produksi telur, hal ini kemungkinan
karena ada pemberian pakan tambahan berupa gabah dan sisa-sisa makanan
yang berasal dari restoran (rumah makan) yang dikumpulkannya setiap hari
selain pakan anjuran yang dikasih tim pengkaji. Penanganan pengelolaan telur
oleh ketiga peternak (Pa Naan, Safei dan Supriyanto) berupa penjualan telur
mentah yang dapat digunakan untuk telur konsusmi atau juga untuk ditataskan.
Kegiatan penyuluhan dan pelatihan yang diberikan selama kajian berupa materi
tentang bagaimana caranya memelihara itik dengan sistem pemeliharaan
intensif; juga bagaimana caranya membuat ransum itik berbahan baku lokal dan
sederhana, dan bagaimana caranya pengelolaan hasil panen berupa telur yang
dibuat menjadi telur asin dengan berbagai rasa.
Keberadaan itik periode Layer (periode bertelur)
21
5. Model Pengembangan Pertanian Pedesaan Melalui Inovasi
(M-P3mi) Di Maluku
m-P3MI Kabupaten Seram Bagian Barat (Model Pengembangan Pertanian Pedesaan Berbasis Integrasi Tanaman/Padi Sawah –
Ternak/Sapi Potong pada Agroekosistem Lahan Sawah Irigasi Dataran Rendah).
m-P3MI Kabupaten Maluku Tenggara (Model Pengembangan
Pertanian Pedesaan Berbasis Pangan Lokal-Ubi Kayu pada Agroekosistem Lahan Kering Dataran Rendah Iklim Basah).
Kegiatan m-P3MI atau MODEL PENGEMBANGAN PERTANIAN PEDESAAN
MELALUI INOVASI merupakan salah satu kegiatan strategis Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian dalam upaya mempercepat diseminasi teknologi
pertanian melalui inovasi dan merupakan kelanjutan dan kegiatan Prima Tani
tahun 2007-2010. m-P3MI bertujuan mempercepat, meningkatkan dan
memperluas prevalensi adopsi teknologi pertanian inovatif bagi pengguna.
Implementasi program m-P3MI tersebut dilapang berbentuk unit percontohan
berskala pengembangan berwawasan agribisnis terpadu. Unit percontohan yang
holistik itu meliputi aspek perbaikan teknologi produksi, pasac panen, pengolahan
hasil, aspek pemberdayaan masyarakat tani, aspek pengembangan dan
penguatan sarana pendukung agribisnis. Dengan dengan demikian akan terjadi
proses pembelajaran dan diseminasi teknologi yang berjalan secara simultan,
sehingga spketrum diseminasi menjadi semakin meluas.
Sejak tahun 2011, BPTP Maluku telah mengembangkan m-P3MI Berbasis
Integrasi Tanaman (Padi Sawah) - Ternak (Sapi Potong) pada Agroekosistem
Lahan Sawah Irigasi Dataran Rendah di Maluku, berlokasi di desa Waimital
kecamatan Kairatu kabupaten Seram Bagian Barat. Walaupun kegiatan telah
berjalan dua tahun, namun masih dalam tahapan inisiasi model. Tahun 2013 m-
P3MI di desa Waimital adalah model pertanian Berbasis Integrasi Tanaman (Padi
Sawah) - Ternak (Sapi Potong) pada Agroekosistem Lahan Sawah Irigasi
Dataran Rendah dan masuk pada tahapan pengawalan model. Sedangan pada
lahan kering dataran rendah iklim basah di Maluku Tenggara baru dimulai tahun
2013 yaitu sehingga masih dalam tahapan inisiasi model.
Kegiatan m-P3MI di Maluku terdiri atas dua kegiatan utama yaitu;
22
(1) m-P3MI pola usahatani Integrasi Padi sawah-ternak sapi potong
berbasis agribisnis pada Agroekosistem Lahan Sawah Irigari Dataran Rendah di
Seram Bagian Barat dengan komoditas padi sawah dan ternak sapi potong. m-
P3MI di Seram Bagian Barat telah masuk pada tahapan pengawalan model
dengan focus kegiatan sebagai berikut: (a) pemanfaatan limbah kotoran ternak
sebagai sumber energi alternatif (biogas) dan sebagai pupuk organik untuk
tanaman padi sawah; (b) pelatihan pembuatan dedak padi (dedak-mix) sebagai
suplemen pakan untuk pengemukan sapi potong; (c) diseminasi inovasi teknologi
melalui penyebaran media cetak (brosur/leaflet);dan (d) temu lapang.
(2) m-P3MI pola usaha berbasis pangan lokal-ubi kayu akan dilaksanakan
pada Agroekosistem Lahan Kering Dataran Rendah Iklim Basah di kabupaten
Maluku Tenggara, dengan komoditas utama ubi kayu/enbal dan fokus kegiatan
adalah sebagai berukut; (a) implementasi inovasi teknologi usahatani berbasis
pangan lokal (ubi kayu/enbal), (b) peningkatan pengetahuan dan kemampuan
petani melalui pelatihan pengolahan enbal aneka rasa dan susu jagung, dan (c)
temu lapang inovasi teknologi usahatani berbasis pangan lokal (ubikayu/enbal).
Hasil yang dicapai adalah sebagai berikut:
(1) m-P3MI pola usaha Integrasi Padi sawah-ternak sapi potong berbasis
agribisnis pada Agroekosistem Lahan Sawah Irigari Dataran Rendah di
Seram Bagian Barat dengan hasil sebagai berikut; (a) pemanfaatan
kotoran sapi kapasitas tangki 7 m3 dapat menghasilkan gas sebanyak 4
tungku untuk empat keluarga; (b) sapi yang dipelihara secara semi
intensif (pagi dilepas,sore dan malam dikandang) yang diberi rumput
lapangan sebagai pakan basal dan pakan jerami ditambahkan dedak padi
sebagai suplemen (dedak-mix) member hasil rata rata pertambahan
bobot badan harian (PBBH) ternak jantan umur 3 tahun rata-rata sebesar
310 ± 125 /gram/hari dan ternak betina dewasa (afkir) diperoleh
pertambahan berat badan (PBBH) sebesar 220 ± 0,175 gram/hari,
sedangkan pola petani untuk sapi Bali jantan 230 ± 0,150 gram/ekor/hari
dan sapi Bali betina 150 ± 0,165 gram/ekor/hari; (c) pemupukan sapi
dengan pupuk kandang kotoran sapi (1 t/ha) memberikan hasil padi
varietas Inpari 13 sebesar 7,2 t/ha lebih tinggi atau meningkat sebesar
6,0 % dibandingkan dengan tanpa pemberian pupuk kandang kotoran
23
sapi (6.8 t/ha), (d) diseminasi inovasi pertanian berupa
pengadaan/penyebaran brosur 60 eksemplar dan leaflet 100 eksemplar.
(2) m-P3MI pola usaha berbasis pangan lokal-ubi kayu yang dilaksanakan
pada Agroekosistem Lahan Kering Dataran Rendah Iklim Basah di
kabupaten Maluku Tenggara, dengan komoditas utama ubi kayu/enbal
memberikan hasil sebagai beriku; (a) unit percontohan (1 ha)
implementasi pola usahatani berbasis enbal telah dilaksanakan oleh satu
kelompok tani (poktan SAR, Gapoktan PRIMA TANI) dimana tanaman
urutan ke-I (kacang tanah) telah panen dengan hasil 2,67 t/ha polong
kering atau meningkat sebesar 147 % dibandingkan dengan produktivitas
eksisting (1,25 t/ha), sedangkan ubikayu dan jagung masih dilapangan;
(b) peningkatan pengetahuan dan ketrampilan petani melalui kegiatan
pelatihan pengolahan enbal aneka rasa dan susu jagung diikuti oleh 70
petani terdiri atas petani peserta m-P3MI maupun petani pengolah enbal
desa Debut; (c) temu lapang inovasi teknologi usahatani berbasis pangan
lokal (ubikau/enbal) dihadiri kurang lebih 70 orang terdiri atas; petani
peserta, petani tetangga desa Debut, Kepala Desa Debut, Instansi terkait
(Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Maluku Tenggara; Badan
Ketahanan Pangan Kabupaten Maluku Tenggara; dan BP4K), Koordinator
penyuluh dan Penyuluh Lapangan Kecamatan Kei Kecil, Bintara Bimbingan
Desa (Babinsa) desa Debut.
ANOMAHasil: 6,6 t/ha
Keragaan Tanaman Urutan ke-I (ka.Tanah) dan Tanaman Urutan II (Jagung) dan pelatihan
Pemanfaatan Kotoran Sapi sebagai Sumber Energi Alternatif (Biogas)
24
6. Peningkatan Manfaat Bahan Pangan Non Beras Mendukung
Upaya Diversifikasi Ketahanan Pangan Di Maluku
Provinsi Maluku merupakan salah satu daerah yang memiliki keragaman
sumber daya hayati yang cukup tinggi, termasuk tanaman sumber pangan lokal.
Salah satu jenis pangan lokal seperti: jagung,telah dikonsumsi masyarakat
secara turun temurun dan telah banyak dimanfaatkan oleh masyarakat Maluku
terutama Masyarakat Maluku Tenggara sebagai sumber karbohidrat. Namun
pemanfaatannya masih dilakukan secara sederhana. Dengan demikian,
komoditas tersebut perlu dikembangkan sebagai sumber pangan utama bagi
masyarakat dalam bentuk produk setengah jadi atau produk jadi, sehingga
mengurangi ketergantungan pada pangan yang berasal dari beras. Selama ini
masyarakat di Maluku belum memanfaatkan jagung untuk diolah menjadi
berbagai macam produk siap santap. Biasanya jagung hanya dimanfaatkan
dengan cara direbus, dibakardandikeringkan. Hal ini disebabkan oleh kurangnya
informasi pengetahuan tentang teknologi pengolahan hasil pertanian, sehingga
masyarakat sulit untuk mengolah jagung menjadi berbagai macam produk
pangan. Oleh karena itu pengolahan tepung jagung termodifikasi untukbahan
baku olahan roti dan tortilla chips dari jagung perlu dikaji untuk mendapatkan
tekologi pengolahan yang mudah dan dapat diterima secara ekonomis
menguntungkan.
Tujuan dari penelitian ini adalah,(1) untuk mendapatkan minimal satu
paket rekomendasi teknologi pembuatan roti yang bermutu dengan substitusi
tepungjagung termodifikasi diatas 40 %,(2) untuk mendapatkan minimal satu
paket rekomendasi teknologi pembuatan totilla chips pada perlakuan yang
terbaik dari beberapa jenis jagung lokal, (3) Data dan informasi tentang
substitusi tepung jagung temodifikasi yang tepat untuk pembuatan roti, (4) Data
dan informasi tentang jenis jagung lokal yang terbaik untuk pembuatan tortilla
chips, (5) diperolehnya 1-2 paper yang dapat dipublikasikan pada jurnal ilmiah
nasional terakreditasi.
Penenelitianini terdiri dari dua sub kegiatan antara lain: (1).Kajian
pembuatan roti dari tepung jagung termodifikasi secara fermentasi .Perlakuan
yang diberikan adalah perlakuan jenis jagung= (A) dimana A1 =t. jagung pulut,
A2 =t.Jagung putih. Sedangkan perlakuan substitusi tepung jagung termodifikasi
25
pada tepung terigu =(B) yaitu B1= tepung jagung 35%:tepung terigu 65%, B2=
tepung jagung 45%:tepung terigu 55% dan B3= tepung jagung 55%:tepung
terigu 45%.Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap
Faktorial dengan perlakuan 2 x 3 x 3 ulangan = 18 kombinasi perlakuan dan
dilanjutkan dengan uji BNJ. Parameter yang diamati meliputi: air, protein, lemak,
abu,pati dan gula pereduksi. dan uji organoleptik antara lain; aroma, warna,
rasa, tekstur dan penampakan daya kembang roti (2).Kajian pembuatan tortilla
chip dari beberapa jenis jagung lokal. Perlakuan yang diberikan adalah perlakuan
jenis jagung= (A) dimana A1 = jagung pulut, A2 = jagung kuning, A3 = jagung
ungu, dan A4= Jagung merah dara sedangkan perlakuan konsentrasi larutan
kapur pada waktu perendaman = B, dimana konsentrasi larutan kapur 3 %
padaperendaman 12 jam =B1, konsentrasi larutan kapur 3 % pada perendaman
24 jam =B2 dan konentrasi larutan kapur 3 % pada perendaman 36 jam =B3.
Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap factorial dengan 4
x 3 x 2 = 24 dan dilanjutkan dengan uji BNJ. Parameter yang diamati meliputi:
karbohidrat, air, protein, lemak dan abu, serta uji organoleptik antara lain; rupa,
warna, bau, rasa ,tekstur dan tingkat kesukaan.
Hasil terbaik dari uji laboratorium, selanjutnya dilakukan sosialisasi. Untuk
kegiatan sosialisasi, pengumpulan data menggunakan kwisioner yang
pengisiannya dilakukan melalui diskusi dan wawancara intensif terhadap petan
ikooperator. Jumlah ibu-ibu tani kooperator 30 - 40 orang pada satu desa. Hasil
pengamatan organoleptik menunjukkan bahwa`perlakuan jenis jagung pulut dan
perlakuan perbandingan substitusi tepung jagung termodifikasi : tepung terigu 35 :
65 % (A1B1) memberikan warna yang disukai oleh panelis dengan skor nilai
4.08, yaituwarna yang disukai panelis adalah cokelat kekuningan seperti layaknya
roti pabrik.Untuk parameter aroma, perlakuan konsentrasi jenis jagung pulut dan
perlakuan perbandingan substitusi tepung jagung termodifikasi :tepung terigu 35 :
65 % (A1B1) memberikan aroma yang disukai oleh panelis dengan skor nilai
3,86.Hasil pengujian dengan hedonik untuk parameter rasa, perlakuan konsentrasi
jenis jagung pulut dan perlakuan perbandingan substitusi tepung jagung
termodifikasi :tepungterigu 35 : 65 % (A1B1) memberikan rasa yang disukai oleh
panelis dengan skor nilai tertinggi 4.1.Hasil pengamatan organoleptik terhadap
tekstur roti, menunjukan bahwa perlakuan konsentrasi jenis jagung pulut dan
perlakuan perbandingan substitusi tepung jagung termodifikasi :tepungterigu 35 :
26
65 % (A1B1) memberikan tekstur yang disukai oleh panelis dengan skor nilai
tertinggi 4.00.Hasil pengujian dengan skala hedonik untuk parameter penampilan,
perlakuan konsentrasi jenis jagung pulut dan perlakuan perbandingan substitusi
tepung jagung termodifikasi :tepung terigu 35 : 65 % (A1B1) memberikan tekstur
yang disukai oleh panelis dengan skor nilai tertinggi 3.94. Muturoti yang disukai
panelis adalah perlakuan jenis jagung pulut dan perlakuan perbandingan substitusi
tepung jagung termodifikasi :tepungterigu 35 : 65 % (A1B1) dengan skor nilai
tertinggi 3.86– 4.08.Hasil pengamatan organoleptik menunjukkan bahwa`jenis
jagung pulut pada perendaman pada larutan kapur 3 % selama 24 (A1B2)
memberikan nilai warna yang disukai oleh panelis dengan skor nilai 4.05.Untuk
parameter bau, perlakuan jenis jagung pulut dan perendaman pada larutankapur
3 % selama 36 jam (A1B3) memberikan bau yang disukai oleh panelis dengan skor
nilai 3,83. Untuk parameter rasa, perlakuan jenis jagung pulut dan
perendaman pada larutan kapur 3 % selama 36 jam (A1B3) agak disukai oleh
panelis dengan skor nilai tertinggi3.45. Untuk parameter kernyahan perlakuan
konsentrasi jenisjagung pulut dan perendaman pada larutan kapur 3 % selama 24
jam (A1B2) memberikannilai yang agakdisukai oleh panelis dengan skor nilai
3,75.Hasil pengamatan organoleptik terhadap tekstur tortilla chips, menunjukan
bahwa perlakuan jenis jagung pulut dan perlakuan perendaman dalam larutan
kapur 3 % selama 24 (A1B2) memberikan nilaitekstur yang agakdisukai oleh
panelis dengan skor nilai tertinggi3.37, dansecarakeseluruhanagak di suka I dengan
nilai tertinggi 3.50.Mutu tortilla chips yang disukai panelis adalah perlakuan jenis
jagung pulut dan perendaman pada larutan kapur 3 % selama 24 jam (A1B2)
dengan skor nilai tertinggi antara3.50– 4.05.
Sosialisasi dilakukan di desa FiditanKab.Maluku Tenggara dengan jumlah
responden sebanyak 50 orang.Sosialisasi produk olahan roti dari tepung jagung
termodifikasi dan torlilla Chips sangat direspon oleh masyarakat setempat karena
selama ini hasil tanaman jagung hanya dikonsumsi dengan cara di bakar, direbus
atau dikeringkan, belum diolah menjadi produk siap santap. Hal iniditunjukan
dengan keinginan responden untuk melakukan pengolahan roti dan tortilla
chips.Sosialisasiini d ikuti dengan kegiatan praktek pembuatan roti dari tepung
jagung termodifikasi dan tortila chips yang dilakukan oleh ibu-ibu responden.
Jumlahrespondenibu-iburumahtanggadanwanitaremajasebanyak 50 orang yang
terdiridari 35 orang ibu-iburumahtanggadan 15 orang wanitaremaja. Dari
27
hasilujitingkatkesukaanternyata 21.30 % menyatakansangatsuka 62.23 %
respondensuka, 15,70 biasa, 0,77 % menyatakankurangsukadan 0,00 %
menyatakantidaksuka.
Tortilla Chips
Pembuatan Roti jagung
okumentasiPembuatan Roti
28
7. Pendampingan Inovasi Pertanian dan Program Strategis di
Provinsi Maluku.
Pendampingan Program SL-PTT Padi Sawah Irigasi pada 3 kabupaten (Seram Bagian Barat, Seram Bagian Timur dan Maluku Tengah).
Pendampingan Program SL-PTT jagung pada 1 kabupaten (Maluku Barat Daya).
Penyebab utama rendahnya produktivitas padi di Maluku adalah tidak
tersedianya varietas unggul spesifik lokasi, sehingga petani masih menggunakan
varietas lokal bermutu rendah. Di samping itu teknik budidaya yang diterapkan
oleh petani setempat selalu mengikuti kebiasaan mereka dari tahun ke tahun
tanpa menerapkan teknologi inovatif sehingga produksi yang dicapai tetap
rendah. Di sisi lain, adanya peningkatan kebutuhan pangan dan permintaan
bahan baku industri di masa depan menuntut perlunya inovasi teknologi.
Salah satu upaya peningkatan produktivitas padi dan jagung adalah
penerapan pendekatan Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT). PTT merupakan
pendekatan untuk menghasilkan rakitan teknologi dalam pengelolaan hara, air,
tanaman dan organisme pengganggu tanaman (OPT) secara terpadu dan
berkelanjutan dalam upaya peningkatan produktivitas tanaman, pendapatan dan
kesejahteraan petani serta menjamin keberlanjutan kelestarian lingkungan.
Kegiatan display/demplot uji adaptasi varietas unggul baru padi sawah
dan jagung dilaksanakan pada 3 kabupaten (Maluku Tengah, Seram Bagian
Barat dan Maluku Barat Daya). Untuk padi sawah setiap unit percontohan di
tempatkan 5 Varietas Unggul Baru di Kabupaten Seram Bagian Barat varietas
Inpari 16, Inpari 23, Inpari 24, Inpari 25, Inpari 28). Kabupaten Maluku tengah
VUB padi sawah Inpari 23, Inpari 24, Inpari 25, Inpari 27 dan Inpari 28
sedangkan di Kabupaten Maluku Barat Daya display jagung terdiri dari varietas
(Sukmaraga, Lamuru, Bima 3, Bima 4, Bima 6, Bima 14, Provita 01 dan STJ 01
dan varietas lokal MBD (pembanding), sehingga satu varietas ditempatkan pada
petakan 10 m x 50 m (500 m2).
Kegiatan pendampingan padi sawah di Kabupaten Seram Bagian Barat
yang dilakukan BPTP Maluku, diKecamatan Kairatu Barat, dari 5 Varietas Unggul
Baru yang di displaykan dalam bentuk Demfarm menunjukkan bahwa hasil
29
varietas Inpari 23 memberikan produksi tertinggi (8.6 t/ha),kemudian diikuti oleh
Inpari 24 (8.5 t/ha), Inpari 25 (8.3 t/ha), Inpari 28 (7.9 t/ha) dan Inpari 16 (7.6
t/ha).
Kegiatan pendampingan SL-PTT padi sawah di Kabupaten Maluku
Tengah dalam bentuk Display varietas dilakukan di dua Kecamatan yakni
Kec.Seram Utara Timur Seti desa Kobisonta dan Kec. Seram Utara Timur Kobi,
desa Samal. Masing-masing 0,5 ha. Kondisi pertumbuhan tanaman sampai saat
ini di desa Kobisonta sudah memasuki fase Masak susu dan direncanakan panen
bulan Februari 2014 minggu ke 2 sedangkan di desa Samal baru memasuki fase
bunting, rencana panen bulan Maret 2014. Sedangkan kegiatan pendampingan
SL-PTT jagung di Kabupaten Maluku Barat Daya Kegiatan Displey Jagung VUB
terdiri dari 7 Jenis Vareitas ( Sukmaraga, Lamuru,Bima 3, Bima 4, ima 6, Bima
14, Privita 01 dan STJ 01) dan 1 Varietas Lokal MBD dilakukan di kecamatan
Pulau-Pulau Terselatan yaitu desa Nowuru dan Yauru. Kegiatan penanaman
baru dilakukan mulai tanggal 27 November sampai dengan 4 Desember 2013 dan
direncanakan panen bulan Maret 2014.
Kegiatan Displey Jagung VUB terdiri dari 7 Jenis Vareitas ( Sukmaraga,
Lamuru,Bima 3, Bima 4, Bima 6, Bima 14, Privita 01 dan STJ 01) dan 1 Varietas
Lokal MBD dilakukan di kecamatan Pulau-Pulau Terselatan yaitu desa Nowuru
dan Yauru. Kegiatan penanaman baru dilakukan mulai tanggal 27 November
sampai dengan 4 Desember 2013 dan direncanakan panen bulan Maret 2014.
Kegiatan pendampingan BPTP sudah dilakukan dengan beberapa kegiatan
mulai dari CPCL, Sosialisasi, Apresiasi dan pelatihan meliputi Pengambilan sampel
tanah, Analisa dengan PUTS, PUTK penentuan dosis pupuk, cara tanam sistem
legowo, cara pemeliharaan, pemberian pupuk Urea untuk tanaman dikontrol
dengan pengunaan BWD, pengendalian gulma, hama dan penyakit dan
penyebaran brosur petunjuk teknis PTT padi sawah, padi gogo, jagung dan
kedelai. Semua kegiatan ini mendapat apresiasi yang cukup besar dari petani
maupun Stakeholder dengan inovasi dan teknologi yang BPTP.
30
8. DEMFARM KEDELAI
Demfarm kedelai di Maluku merupakan bagian dari kegiatan Pengkajian
Adaptasi dan Peningkatan Produktivitas Kedelai pada Agroekosistem Lahan
Kering dan Lahan Sawah di Maluku. Lokasi kegiatan Demfarmadalah di lahan
petani kedelai di dusun Waitoso kelurahan Kawa, kecamatan kairatu, Kabupaten
Seram Bagian Barat melibatkan petani secara partisipati. Tujuan pengkajian 1)
Menyediakan 2 paket rekomendasi PTT kedelai di lahan sawah dan lahan kering,
2) Meningkatkan produktivitas tanaman kedelai pada lahan kering (1,95 t/ha)
dan lahan sawah irigasi (2,25 t/ha) melalui pendekatan Pengelolaan Tanaman
dan Sumberdaya Terpadu (PTT). Luas lahan Demfarm kedelai pada lahan kering
adalah 3 ha. Komponen teknologi dasar/utama model PTT kedelai yang
diintroduksi meliputi: (1) penggunaan varietas unggul baru Agromulyo; (2) olah
tanah sempurna (OTS), (3) perlakuan benih dengan Iletrisoy pengganti rhizoplus,
(4) jarak tanam 40 cm x 20 cm dua biji per lubang tanam, (5) jumlah benih 40 –
50 kg/ha, (6) pemupukan PTT1: 200 kg Ponska/ha + 50 kg Urea + 1 ton/ha
pupuk organik (Petro organik) + 150 gram Rhizoplus, PTT2: 100 kg/Ponska/ha
+ 25 kg Urea/ha + 2 ton pupuk organik (Petro organik) + 150 gram
Kegiatan SL-PTT di Kabupaten SBB, SBT dan Maluku Tengah
31
Rhizoplus dibandingkan dengan cara petani. Dari ke tiga paket teknologi PTT
(PTT1, PTT 2 dan pola petani) yang diterapkan pola petani memberikan hasil
yang tertinggi 2,72 t/ha, PTT 2 1,92 t/ha sedangkan PTT 1 tidak diperoleh hasil
karena hama babi yang menyerang lahan petani dan menghabiskan semua
tanaman kedelai dan hasilnya. Berdasarkan análisis kelayakan usahatani pada
lahan kering pola petani memberi R/C ratio lebih tinggi yaitu 6,95 sedangkan
PTT 2 (3,76), hal ini disebabkan karena petani kooperator menggunakan input
yang lebih banyak selain itu petani kooperatornya merupakan ketua kelompok
tani, dan sangat memperhatikan pertumbuhan tanamannya tahap demi tahap
dan ketika ada serangan hama dilakukan penyemprotan sebanyak 5 kali, ketika
tanaman terendam air (banjir) setinggi 1 meter, tanaman tetap dapat bertahan
terhadap cekaman lingkungan tersebut, dan pada saat tanaman sudah siap
untuk dipanen, dilakukan penjagaan/ronda untuk mencegah masuknya babi
hutan ke areal tanaman.
Kegiatan Demfarm Kedelai di Kabupaten SBB
32
9. AEZ II Kabupaten Seram Bagian Barat
Data dan informasi sumberdaya lahan telah tersedia pada
berbagai tingkat kedetilan dan tingkat skala peta. Salah satu kegiatan
pengumpulan data dan informasi sumberdaya lahan telah dilakukan, yaitu
Penyusunan peta Zona Agro Ekologi (ZAE) skala 1:250.000. Penyusunan
peta ini telah dilaksanakan oleh BPTP di seluruh Indonesia melalui
jaringan litkaji sejak tahun 1996. Peta tersebut sangat bermanfaat sebagai
acuan dasar pada tingkat perencanaan regional atau nasional, sedangkan
untuk pemanfaatannya pada skala operasional perlu ditindaklanjuti
dengan skala yang lebih besar yaitu 1 : 50.000. Pada skala detail tersebut,
penilaian kesesuaian lahan digunakan sebagai dasar untuk menyusun peta
pewilayahan komoditas pada berbagai zone agro-ekologi akan merupakan
bagian yang tidak terpisahkan dalam pemanfaatan peta ZAE secara
operasional. Tujuan dari pewilayaan komoditas pertanian berdasarkan
AEZ skala 1:50.000 adalah untuk :
1. Menyamakan presepsi, pemahaman dan konsep dari pewilayahan
komoditas pertanian.
2. Menyediakan wilayah Kabupaten Seram Bagian Barat sebagai
sentra produksi pertanian, di Provinsi Maluku
Dengan Keluaran yang diharapkan dari peta pewilayahan komoditas
pertanian berdasarkan AEZ skala 1:50.000 adalah : Naskah laporan adalah
peta penyebaran tanah, peta kesesuaian lahan untuk komoditas pertanian
tanaman pangan dan peta arahan penggunaan lahan secara rasional
(Rationalized land use) skala semi detail 1 : 50.000, dan hasil ini
mendukung program Badan Litbang Pertanian, BPTP Maluku dan
pengembangan pertanian di Kabupaten Seram bagian Barat Provinsi
Maluku. Metode yang dipergunakan adalah Metode Survai, dimana seluruh
areal yang ditentukan dalam peta kerja di telusuri dan diamati (Tanah,
Pengunaan lahan) dan data iklim yang tersedia di stasium iklim setempat
dan data Sosial ekonomi.
33
Hasil : Kabupaten Seram bagian Barat (SBB) merupakan
kabupaten kepulauan (37 pulau), dengan luas wilayah luas 85.953,40
km2, terdiri dari 79.005 km2 lautan dan 6.948,40 km2 daratan Wilayah
Kabupaten SBB terdiri dari dataran Kawa, Eti, dan Kairatu yang berada di
Pulau Seran dan pulau-pulau terpisah sebanyak 67 pulau, dimana pulau
yang dihuni sebanyak 11 buah pulau dan pulau tidak dihuni sebanyak 56
pulau.
Daerah survai termasuk wilayah Moson-Tropis yang dipengaruhi
oleh daerah katulistiwa dan dikelilingi oleh laut luas. Musim Barat atau
musim utara berlangsung dari bulan Desember sampai bulan Maret
sedangkan musim Timur berlangsung dari bulan Mei sampai bulan oktober
dan bulan November terjadi pancarobah di Musim Timur. Data curah
hujan yang di ambil dari stasiun iklim Kairatu dari tahun 2009 sampai
2013 menunjukan bahwa total curah hujan di daerah ini mencapai 28.471
mm/tahun. Jumlah hari hujan 212 hari. Suhu udara tahunan rata-rata
sebesar 26,20C dengan suhu maksimum rata-rata 310C dan suhu udara
minimum rata-rata 220C. Berdasarkan peta Agroklimat Oldemen (1980)
daerah survai termasuk B1 (dataran, perbukitan Eti dan Kawa) dan daerah
survai bagian bawah C1 (Kairatu sampai Kairatu Timur).
Klasifikasi tanah di daerah survai berdasarkan system Taksonomi
Tanah (USDA, 2003), mengindentifikasi di lapangan dan analisis
laboratorium, tanah yang dijumpai di Kabupaten Seram Bagian Barat
berkembangan dari bahan induk Aluvium, kolovium, batu gamping,
vulkan, batu pasir,batu liat, skis, gneiss, filit, kuarsit, andesit basal dan
utrabasik/sepertin. Berdasarkan hasil identifikasi tersebut tanah yang
dijumpai terdiri dari
34
Tabel 1. Klasifikasi Tanah Menurut Taksonomi Tanah (USDA, 2003), di
SBB berdasarkan peta kerja lapang.
Ordo Sub Ordo Grup Sub-Grup
Entisol Orthents Udorthents
Lythic Udorthents
Typic Udorthents
Psamemnts Quartzipsamemnts Typic Quartzipsamments
Mollisols Udolls Hapludolls Lythic Hapludolls
Typic Hapludolls
Inceptisol
Aquepts Endoaquepts
Fluventic Endoaquepts
Vertic Endoaquepts
Typic Endoaquepts
Udepts
Dystrudepts Lithic Dystrudepts
Typic Dystrudepts
Eutrudepts Aquic Eutrudepts
Typic Eutrudepts
Alfisols Udalfs Hapludalfs Typic Hapludalfs
Ultisols Udults Paleudults Typic Paleudults
Hapludults Typic Hapludults
a. Penggunaan Lahan
Berdasarkan pengamatan dilapangan daerah survai penggunaan
lahannya adalah :
Hutan sekunder : Daerah-daerah perbukitan dengan tingkat kelerengan
> dari 45% tersebar pada kecamatan Taniwel dan Taniwel Timur,
Huamual, Seram Barat, Hunitetu, Kairatu Timur dan Teluk Elpaputih
tersebar hutan sekunder.
Semak Belukar : Untuk daerah survai lahan belukar tersebar semua
daerah survai dengan kelerengan 25 – 45%.
Kebun Campuran : Penyebaran kebun campuran tersebar setempat di
daerah survai tanaman tahunan dan semusim (kelapa dalam derah pesisir
sampai derah tengah, mangga, durian, sagu dengan kelerengan 1 – 25%.
35
Kebun Monokultur : Penyebaran kebun monokultur pada dataran
kairatu, Kairatu Barat dan kecamatan seram Barat dengan kelerengan 1 –
15%.
Sawah : Penyebaran daerah persawahan terdapat di daerah Waimital dan
Waihatu yang mendapatkan suplai air irigasi, daerah ini mempunyai
kelereng 0 – 3%.
Mangrove : Jenis pengunaan lahan ini di dominasi oleh bakau dan nipa,
penyebaran hutan ini umumnya tersebar disekitar pantai yang berlumpur
atau bermuara atau di tepi sungai besar, terutama daerah yang terkenah
langsung pasang surut dan intuasi air asing (payau), daerah ini
mempunyai kelerengan 0 – 2%
Pola tanam yang umumnya ditemukan di petani dalam wilayah
kabupaten Seram Bagian Barat adalah Pola tanam Polykultur teristimewa :
- Tanam campuran (mixed cropping) tanpa memperhatikan jarak
tanam, beberapa jenis tanaman pada lahan yang sama secara
bersamaan : (Ubi kayu, ubi jalar, jagung, pisang, kacang tanah di
tanam pada tegalan yang sama).
- Tanaman tumpang sari (Iintercropping), yaitu menanam lebih dari
satu jenis tanaman pada waktu yang sama. (Kelapa, kakao, jeruk
dan jagung)
Sarana produksi yang di pergunakan antara lain :
Benih
- Benih unggul melalui BLBU, bantuan benih bersubsidi (untuk
padi sawah)
- Palawija dan hortikultura, mempergunakan benih yang
bersertifikat (benih unggul).
- Petani local sebagian besar menggunakan benih lokal.
Pupuk
- Pupuk yang digunakan adalah pupuk yang bersubsidi dari
pemerintah dengan unsure hara yang berimbang yaitu ;
Urea:TSP/SP-36:KCl:BO=300 kg/ha:100 kg/ha:500 kg/ha
36
Pestisida
Pestisida yang digunakan adalah pestisida kimia dan yang
dianjurkan untuk mengunakan pertisida Organik sehingga ramah
lingkungan.
10. Unit Pengelola Benih Sumber Bptp Maluku
Produksi benih sumber menjadi sangat penting dan menempati posisi
strategis dalam industri perbenihan nasional guna mendukung peningkatan
produksi padi, jagung dan kedelai. Selanjutnya benih sumber akan menjadi
sumber bagi produksi benih dari kelas di bawahnya yang akhirnya digunakan
petani. Untuk mempercepat laju penyaluran benih sumber yang bersertifikat
hingga ketingkat petani perlu dibangun suatu sistem produksi benih sumber
secara partisipatif mulai dari pemilihan komoditas dan varietas yang mendapat
respon cukup baik dari petani maupun penangkar benih lokal.
Di Provinsi Maluku terdapat 4 (empat) kabupaten sentra produksi padi sawah
yaitu : Kabupaten Maluku Tengah, Seram Bagian Barat, Seram Bagian Timur dan
Buru. Luas areal sawah irigasi di keempat kabupaten tersebut masing-masing
9.500 ha, 1.864 ha, 3.000 dan 13.298 ha (SL-PTT Provinsi Maluku, 2012).
Kegiatan AEZ II di Kabupaten Seram Bagian Barat
37
Dengan total areal pertanaman seluas 27.662 ha, maka kebutuhan benih sebar
(ES) untuk dua kali musim tanam adalah sebesar 1.383 ton. Dengan mengetahui
kebutuhan benih sebar (ES) sebesar itu pertahunnya, maka dapat dihitung
kebutuhan benih padi kelas SS (benih pokok) dan benih dasar (FS) masing-
masing sebesar 11,5 ton dan 100 kg. Dengan dasar pertimbangan ini maka UPBS
BPTP Maluku sebaiknya mengambil peran untuk hanya memproduksi benih padi
kelas SS dan ES dengan kisaran antara 20 – 30 % dari total kebutuhan benih
padi di Provinsi Maluku.
Kegiatan UPBS BPTP Maluku tahun 2012 terfokus pada komoditas padi
sawah yang dilaksanakan di tiga kabupaten yaitu : Kabupaten Maluku Tengah,
Seram Bagian Barat, dan Seram Bagian Timur. Tahapan pelaksanan kegiatan
UPBS BPTP Maluku tahun 2012 sebagai berikut :
- Persiapan
- Pelaksanaan :
Penyiapan lahan persemaian
penyemaian benih
Pengolahan tanah dan penanaman,
Pemeliharaan pertanaman
Target dan Realisasi Produksi Benih Padi UPBS dapat dilihat pada Tabel berikut :
Kabupaten Varietas Kelas
Benih
Luas tanam
(ha)
Target
Produksi (kg)
Realisasi
Produksi (kg)
SBB Mekongga FS 3 9.000 9.000
Maluku Tengah Ciherang FS 2 6.000 2.600
Mekongga FS 1 3.000 1.400
SBT Cigeulis SS 3 9.000 4.000
Jumlah 9 27.000 17.000
Berdasarkan Tabel di atas, terlihat bahwa realisasi produksi tidak
mencapai target di dua kabupaten (Maluku Tengah dan SBT). Hal ini disebabkan,
pada saat mendekati panen pada bulan Juli – Agustus 2013 curah hujan pada
lokasi kegiatan (desa Wailoping Kab. Maluku Tengah dan desa Waimatakabo
Kab. SBT) curah hujan cukup tinggi dan terjadi serangan hama. Kondisi produksi,
38
dan distribusi benih milik UPBS yang dihasilkan pada tahun 2012 – 2013 dilihat
pada Tabel berikut :
Kabupaten Tahun 2012 Tahun 2013
Varietas Kelas Benih
Produksi (kg)
Distribusi (kg)
Varietas Kelas Benih
Produksi (kg)
Distribusi (kg)
SBB Inpari 10
ES 9.000 9.000 Mekongga SS 9.000 0
Maluku Tengah
Inpari 10
- - - Ciherang SS 2.600 0
Mekongga SS 1.400 0
SBT Cigeulis
ES 9.000 7.000 Cigeulis ES 4.000 4.000
Jumlah 18.000 16.000 17.000 4.000
Koordinasi dengan Instasi Terkait
Penanaman dan Pemupukan
39
11. Pengelolaan Sumber Daya Genetik Di Maluku
Sumber daya genetik (SDG) tanaman untuk pangan dan pertanian
merupakan bahan yang dapat dimanfaatkan secara langsung atau tidak
langsung untuk mendukung ketahanan pangan (BBP2BSGP, 2013).
Pemanfaatan langsung SDG tanaman berupa budidaya langsung untuk
memenuhi kebutuhan tanpa memerlukan perbaikan tanaman melalui
pemuliaan. Bagi SDG tanaman yang memiliki keunikan secara
geografis, maka dapat dilindungi untuk memperoleh hak perlindungan
Indikasi Geografis. Pemanfaatan SDG secara tidak langsung, yaitu
memanfaatkan keanekaragaman bahan genetik yang terdapat di dalam sumber
daya genetik tanaman untuk merakit variertas unggul baru melalui kegiatan
pemuliaan tanaman.
Maluku merupakan wilayah kepulauan yang memiliki keragaman SDG
cukup tinggi, namun belum teridentifikasi secara baik. Dengan demikian
kegiatan inventarisasi SDG diharapkan mampu memberikan informasi keragaman
sumber daya genetik terutama tanaman pangan potensial, hortikultura buah dan
tanaman perkebunan spesifik sebagai bahan dalam penyusunan kebijakan
pengelolaan SDG tanaman di Maluku.
Informasi keanekaragaman serta status keberadaan SDG tanaman di
Maluku sangat diperlukan sebagai dasar penyusunan kebijakan pengelolaan dan
pemanfaatan SDG pertanian untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat.
Menurut BBP2BSDGP (2013) informasi keragaman SDG dapat diperoleh melalui
serangkaian kegiatan inventarisasi SDG genetik tanaman dan data inventariasi
SDG tanaman mencakup identitas petani, lokasi, jenis/spesies tanaman yang
dibudidayakan, cakupan dan deskripsi serta pemanfaatan. Hasil inventarisasi
keanekaragaman SDG tanaman dapat memberikan informasi tingkat
keberagaman/diversitas dan potensi pemanfaatan serta sumber keberadaannya
berupa peta sebaran secara spatial.
Hasil yang diharapkan dari kegiatan ini adalah tersedia data base SDG
tanaman pangan potensial, tanaman hortikultura buah dan perkebunan spesifik
di provinsi Maluku (Gugus Pulau I dan Gugus Pulau V).
Fokus Kegiatan pengelolaan SDG tahun2013 meliputi: (1) inventarisasi
SDG tanaman pangan potensial, hortikultura buah dan tanaman perkebuanan
40
spesifik; (2) inventarisasi dan konservasi ex-situ plasma nutfah koleksi KP
Makariki; (3) pembuatan kebun koleksi SDG spesifik; dan (4) inisiasi
pembentukan Komda SDG Provinsi Maluku.
Hasil yang dicapai adalah sebagai berikut:
(1) Inventarisasi SDG tanaman spesifik (tanaman pangan potensial, tanaman
hortikultura buah dan tanaman perkebunan spesifik) telah dilakukan pada
Gugus Pulau I dan Gugus Pulau V. Hasil inventarisasi menunjukkan
bahwa tanaman pangan potensial yang berhasil teridentifikasi adalah:
paling sedikit tanaman ubi kayu (5 jenis), hotong (2 jenis), padi
gogo/ladang (2 jenis) terdapat pada Gugus Pulau I, sedangkan paling
sedikit talas (2 jenis) terdapat pada Gugus Pulau V. Tanaman hortikultura
buah spesifik yang teridentifikasi pada Gugus Pulau I adalah durian (6
jenis), mangga (5 jenis), jambu (2 jenis), jambu (2 jenis), salak (2 jenis),
langsat (1 jenis), pisang (3 jenis), pepaya (1 jenis), sirsak (1 jenis), jeruk
(1 jenis),nangka (1jenis), petai (1 jenis). Sedangkan pada Gugus Pulau V
adalah durian (9 jenis), jambu (3 janis), rambutan (2 janis), mangga (3
janis), jeruk (2 jenis), nenas (1 jenis), manggis (1 jenis), pinang (1 jenis),
cempedak (1 jenis), bacang (1),kwuini (1jenis), gandaria
(1jenis),kendondong (1 jenis), belimbing (1 jenis). Hasil inventarisasi
tanaman perkebunan spesifik pada Gugus Pulau I paling sedikit terdapat
tanaman cengkeh (3 jenis), kelapa (6 jenis), pala (1jenis), kakao (2
jenis), sedangkan pada Gugus Pulau V paling sedikit terdapat tanaman
cengkeh (1 jenis),kelapa (7 jenis), pala (2 jenis),kakao (2 jenis).
(2) Inventarisasi dan konservasi plasma nutfah KP Makariki, terdapat
tanaman hortikultura pisang (15 jenis) dan tanaman pangan ubikayu (30
jenis), kumbili (21 jenis), ubi (27 jenis), ubi jalar (23 jenis), jagung (23
jenis), dan kacang tunggak (4 jenis)
(3) Kebun koleksi plasma nutfah tanaman telah dibangun seluas 2 ha dan
telah dipagari dengan kawat duri, dilengkapi dua buah sumur air dangkal,
saung tani dan WC.
(4) Pembentukan Komda SDG Maluku dilakukan pada pertemuan FGD (Focus
Group Discussion) tanggal 20 Desember 2013 telah berhasil disepakati
komposisi KOMDA SDG Maluku yang terdiri atas (1) Pelindung/Penasehat,
(2) Pengarah (Ketua, Wakil Ketua, Sekretaris, Anggota),(3) Pelaksana
41
Harian terdiri atas (a) Pengurus Inti (Ketua, Wakil Ketua, Sekretaris, Wakil
Sekretaris), dan (b) Koordinator Bidang-Bidang (Bidang SDG Tanaman,
SDG Peternakan dan Hewan, Mikroba, dan Bidang Kebijakan)
Plasma Nutfah Tanaman Pangan Potensial (A=Hotong, B=Dioscorea, C= Talas)
Plasma Nutfah Hortukultura Buah Spesifik (A=Pisang Tongkat Langit, B= Gandaria, C= Lemon Cina)
Plasma Nutfah Perkebunan Spesifik (A=Cengkeh Tuni), (B=Pala Banda), (C= Kelapa Raja)
A B C
C
A B C
A B C
42
12. SIARAN TV LOKAL
Dalam upaya meningkatkan nilai tambah komoditas pertanian,
pendapatan dan kesejahteraan keluarga petani maka teknologi tepat guna
spesifik lokasi yang bersifat dinamis sesuai dengan kebutuhan dan
kemampuan masyarakat, tidak merusak lingkungan, akan menjadi
teknologi pilihan untuk dapat ditransfer ke pengguna (stakeholder).
Melalui penerapan metode penyuluhan yang efektif dan sesuai kondisi
petani, diharapkan mampu merubah perilaku petani lebih baik. Salah satu
metode penyuluhan pertanian berdasarkan teknik komunikasi dan indera
penerima, yaitu melalui media massa, yang dikemas melalui media
pertunjukan seperti shoting TVRI ambon. Untuk memenuhi kebutuhan
petani akan jenis-jenis informasi teknologi pertanian sesuai dengan jenis
usahatani yang dikembangkan, maka BPTP Maluku telah melakukan
berbagai kegiatan pengkajian spesipik lokasi adaptif yang menghasilkan
berbagai informasi teknologi pertanian dan selanjutnya akan dikemas
dalam bentuk shoting. Olehnya itu dalam kegiatan penyuluhan yang
selanjutnya terimplementasiharus diperhatikan adalah penggunaan
metode penyuluhan yang sesuai dengan kondisi dan kebutuhan petani
dan penggunaan lainnya (Padmanagara, 1996), slide dan pembuatan film
merupakan salah satu metode informasi penyuluhan pertanian dalam
kegiatan desiminasi. Wujud desiminasi tersebut adalah tersebarnya
teknologi baru yang dihasilkan dan digunakan oleh penyuluh pertanian
yang teriplementasi oleh masyarakat petani.
Cakupan Kegiatan
a. Melakukan Inventarisasi kegiatan Pengkajian dan Program strategis
Kementerian untuk pelaksanaan peliputan/syuting Film.
b. Melakukan negoisasi dan pihak pengelola Telivisi Swasta maupun
pemerintah dalam rangka peliputan, penayangan dan wawancara
(Talk Show) interaktif.
43
Prosedur Kerja
Pembangunan di bidang pertanian salah satunya ditunjukkan dengan
peningkatan produksi melalui penerapan inoivasi teknologi yang pada
akhirnya meningkatkan pendapatan petani. Selanjutnya agar teknologi
dapat diadopsi oleh petani, maka penyebaran informasi dari sumber
(Badan Litbang dan BPTP) akan dilakukan melalui Diseminasi, diantaranya
pemutaran Film, Vidio atau melalui media elektronik lainnya.
Paket Siaran TV
Hasil kegiatan yang telah dicapai adalah meliputi 1) Satu Paket
Siaran TV berupa berita daerah yaitu Kedatangan Kepala Balai Besar
Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian beserta Rombongan
dan Menteri Pertanian dan Rombongan di Kota Ambon tentang kegiatan
MOU. 2). Dua Paket Siaran TV dalam Program Salam dari Desa memuat
hasil kegiatan yang dilakukan BPTP Maluku
A. Kabupaten Maluku Tengah yaitu tentang :
Koleksi Pisang Lokal Maluku berlokasi di KP Makariki.
Inisiasi Model Usahatani Integrasi Tanaman Kakao dan Ternak
Sapi Potong pada Agroekosistem Lahan kering Dataran Rendah
Iklim Basah Di Maluku
B. Kegiatan di Kabupaten Seram Bagian Barat
Kajian Perbaikan Pola Pemeliharaan Itik Lokal Pada Petani
Lahan Sawah di Maluku.
Kegiatan M-KRPL di desa Waisamu
Kegiatan pembuatan Biogas
Pelatihan pembuatan telur asin dan pembuatan ransum/pakan
lokal untuk ternak itik
44
13. m-KRPL KABUPATEN MALUKU TENGAH 2013
Peningkatan ketahanan pangan merupakan prioritas utama dalam
pembangunan pertanian karena pangan merupakan kebutuhan paling mendasar
bagi manusia. Berkaitan dengan hal tersebut Kementerian Pertanian melalui
Badan Litbang Pertanian mengembangkan suatu Model Kawasan Rumah Pangan
Lestari (Model KRPL) untuk optimalisasi pemanfaatan lahan pekarangan dan
model pengembangan kemandirian pangan setingkat wilayah desa/dusun dan
rumah tangga pendukungnya utamanya melalui pemanfaatan berbagai inovasi
yang telah dihasilkan oleh Badan Litbang Pertanian dan lembaga penelitian
lainnya. Model percontohan tersebut divisualisasikan dalam bentuk kawasan yang
dibangun dari unit-unit rumah tangga yang menerapkan prinsip pemanfaatan
pekarangan secara optimal ramah lingkungan dan ditopang pula oleh
maksimalisasi produktivitas lahan olah dan non-olah pertanian di dalam kawasan
untuk pemenuhan kebutuhan pangan dan gizi keluarga, serta meningkatkan
pendapatan dan kesejahteraan masyarakat berbasis partisipasi masyarakat.
Konsep yang divisualisasikan dalam unit percontohan ini disebut Kawasan Rumah
Pangan Lestari (KRPL). Rumah pangan merupakan salah satu konsep
pemanfaatan lahan pekarangan baik di pedesaan maupun perkotaan untuk
mendukung ketahanan pangan nasional dengan memberdayakan potensi pangan
Kegiatan Showting TVRI pada kegiatan SDG dan Itik
45
lokal. Dalam kegiatan rumah pangan, pekarangan dimanfaatkan secara optimal
untuk budidaya tanaman pangan, buah dan sayuran, tanaman obat keluarga
(toga) serta beternak ayam atau ikan.
Prosedur kegiatan menggunakan pendekatan partisipatif melibatkan
kelompok sasaran, tokoh masyarakat dan perangkat desa. Lokasi kegiatan di
Kelurahan Lesane Kecamatan Kota Masohi dan Desa Haruru Kecamatan Amahai.
Tahapan kegiatannya dimulai dari persiapan, pembentukan kelompok, sosialisasi,
penguatan kelembagaan kelompok, pelatihan, pelaksanaan, monitoring dan
evaluasi serta penulisan laporan dan seminar hasil.
Hasil kegiatan yang telah dilakukan adalah (a) koordinasi dan sosialisasi
dilakukan dengan instansi terkait dan ditetapkan Kelurahan Lesane dan desa
Haruru sebagai lokasi/kawasan kegiatan m-KRPL Kabupaten Maluku Tengah.
Selanjutnya ditetapkan 20 orang petani kooperator untuk masing-masing lokasi
dengan komoditas yang dikembangkan adalah sawi, kangkung, cabe, tomat,
terung, seledri dan pepaya serta membangun satu rumah bibit di kedua lokasi
kegiatan dengan ukuran 6 m x 3 m; (b) Dukungan MKRPL bagi pengembangan
pertanian di Kabupaten Maluku Tengah belum nyata teristimewa dukungan
dalam penyediaan benih/bibit bagi petani kooperator maupun bagi masyarakat
sekitar kawasan rumah pangan lestari; (c) Implementasi MKRPL,
pengelompokkan lahan pekarangan di Kelurahan Lesane dikelompokkan menjadi
3 yaitu yang berpekarangan sangat sempit 1 orang, pekarangan sempit 17 orang
dan pekarangan sedang 2 orang, sedangkan di desa Haruru yang berpekarangan
sempit 17 orang, pekarangan sedang 2 orang dan yang berpekarangan luas 1
orang. Dengan demikian yang berpekarangan sangat sempit (tanpa
halaman) penggunakan rak vertikultur, pot/polybag; pekarangan sempit
menggunakan rak vertikultur, pot/polybag/tanam langsung; pekarangan
sedang menggunakan pot/polybag/tanam langsung, bedengan dan multistrata
sedangkan yang berpekarangan luas menggunakan bedengan, pot/polybag,
multistrata. (d) Peran Kelembagaan Pemda dan TNI-AD yang ada di Kabupaten
Maluku Tengah belum terlihat nyata di lapangan. (e) Keberlanjutan KRPL di
Kabupaten Maluku Tengah dapat dicapai melalui : (a) ketersediaan dan kesiapan
infrastruktur dan potensi alam terutama ketersediaan air, media tanam dan
sarana produksi; (b) peran aktif tokoh masyarakat/kelembagaan pengelola KRPL
(pamong desa, ketua/pengurus kelompok tani/kelompok keagamaan, yang
46
dituakan atau sesepuh adat, penggerak PKK, Posyandu dan sebagainya); (c)
ketersediaan benih/bibit yang dibutuhkan masyarakat; (d) dukungan Pemda; dan
(e) Pasar. Kelima pilar ini belum dapat dicapai bagi keberlanjutan MKRPL di
Kabupaten Maluku Tengah.
Kesimpulan yang dapat diberikan terkait kegiatan yang telah dilakukan
adalah kegiatan MKRPL dalam pemanfaatan lahan pekarangan belum dapat
memenuhi kebutuhan gizi dan meningkatkan ketahanan pangan keluarga petani
kooperator maupun masyarakat sekitar ; Kegiatan MKRPL secara aktif melibatkan
para petugas lapangan setempat dan petani kooperatorsejak awal dan
diharapkan akan memudahkan proses keberlanjutan dan kemandiriannya;
Ketersediaan bibit menjadi faktor yang menentukan keberhasilan. Kebun Bibit
Desa (KBD) harus ada dan dikelola secara baik di setiap KRPL. Sedangkan saran
yang dapat diberikan dari kegiatan ini adalah Perlu pengaturan pola dan rotasi
tanaman termasuk sistem integrasi tanaman-ternak dan model diversifikasi yang
tepat sehingga dapat memenuhi pola pangan harapan dan memberikan
kontribusi pendapatan keluarga; Perlu adanya keterlibatan instansi terkait dan
lembaga pendukung lainnya untuk pengembangan KRPL ke depan serta Perlu
dukungan Pemda melalui APBD nya untuk pengembangan MKRPL.
Kegiatan m-KRPL di Kabupaten Maluku Tengah
47
14. m-KRPL KABUPATEN SERAM BAGIAN TIMUR
Pemanfaatan lahan pekarangan untuk pengembangan pangan rumah
tangga merupakan salah satu alternatif untuk mewujudkan kemandirian pangan
rumah tangga yang diawali dari pemanfaatkan sumberdaya yang tersedia
maupun yang dapat disediakan di lingkungannya. Untuk itu perlu dilakukan
berbagai upaya guna dapat mengoptimalkan pemanfaatan pekarangan guna
memenuhi kebutuhan pangan dan gizi keluarga dan mengembangkan kegiatan
ekonomi produktif keluarga. Tujuan kegiatan M-KRPL adalah: 1) Meningkatkan
ketrampilan keluarga dan masyarakat di dalam memanfaatkan lahan pekarangan
baik di kota maupun di desa melalui budidaya tanaman pangan, buah, sayuran
dan pengolahan limbah rumah tangga menjadi kompos, 2) Memenuhi kebutuhan
pangan dan gizi keluarga dan masyarakat secara lestari dalam suatu kawasan, 3)
Mengembangkan kegiatan ekonomi produktif keluarga dan menciptakan
lingkungan hijau yang bersih dan sehat secara mandiri, 4) Menganalisis
hubungan antara aspek sosial ekonomi keluarga terhadap keanekaragaman
konsumsi pangan (skor PPH) dan 5) Penurunan pangsa pengeluaran biaya
konsumsi pangan tingkat RT ± 10 %. Kegiatan M-KRPL dilaksanakan di Desa
Fattolu dan desa Bula Air Kecamatan Bula Kabupaten Seram Bagian Timur yang
mewakili pedesaan. Kegiatan dilaksanakan mulai bulan April 2013 s/d Desember
2013. Jumlah petani kooperator 40 orang untuk 2 desa, dengan pengelompokan
pekarangan dikelompokan menjadi 3 yaitu pekarangan sempit 2 orang,
pekarangan sedang 6 orang dan pekarangan luas 12 orang, untuk Desa Fattolu
sedangkan untuk Desa Bula Air pekarangan sempit 4 orang, sedang 4 orang dan
pekarangan luas 12 orang. Hasil survey menunjukan bahwa sumber pendapatan
rumahtangga di desa Fattolu dan desa Bula air berasal dari berbagai aktifitas
usaha di bidang pertanian, nelayan, pertukangan, transportasi, PNS, dagangan,
dll. Hasil analisis data keanekaragaman konsumsi pangan dari 10 responden
peserta M-KRPL dari Fattolu diperoleh rata-rata skor PPH=87,75 dan desa Bula
air skor PPH-nya adalah 85,39. Angka ini menunjukan bahwa skor PPH ke dua
desa mendekati skor PPH ideal yaitu 100. Kondisi ini menggambarkan bahwa
konsumsi pangan kedua desa beragam dan seimbang. Kebutuhan energy dan
gizi dapat terpenuhi dan erat kaitannya dengan aspek kesehatan dan kualitas
sumberdaya manusia meliputi pertumbuhan fisik, perkembangan mental,
48
kecerdasan maupun produktivitas. Kegiatan pelatihan yang dilakukan adalah
Pelatihan Pembuatan MOL dari serabut kelapa, daun gamal dan pelepah pisang.
Sedangkan kegiatan Temu lapang yang dilaksanakan dihadiri oleh petani
kooperator dari kedua desa, Badan ketahanan Pangan dan Dinas Pertanian
Kabupaten Seram Bagian Timur, setelah itu dilakukan panen bersama ibu-ibu
dilahan petani.
15. m- KRPL Kota Tual
Prinsip utama pengembangan KRPL adalah mendukung upaya : (1)
Ketahanan dan kemandirian pangan keluarga, (2) Diversifikasi pangan berbasis
sumberdaya lokal, (3) Konservasi tanaman pangan untuk masa depan, (4)
Peningkatan kesejahteraan keluarga. Rumah pangan merupakan salah satu
konsep pemanfaatan lahan pekarangan baik di pedesaan maupun perkotaan
untuk mendukung ketahanan pangan nasional dengan memberdayakan potensi
pangan lokal. Dalam kegiatan rumah pangan, pekarangan dimanfaatkan secara
optimal untuk budidaya tanaman pangan, buah dan sayuran, tanaman obat
keluarga (toga) serta beternak ayam atau ikan. Terkait dengan upaya
mendukung kemandirian pangan, Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP)
Maluku melakukan pendampingan pada Model Kawasan Rumah Pangan Lestari
sejak tahun 2011 hingga tahun 2013 pada 31 kawasan/desa termasuk 3
Aktifitas m-KRPL di Kabupaten SBT
49
kawasan/desa di Kota Tual. Tujuan utama dari kegiatan ini adalah memenuhi
kebutuhan pangan dan gizi keluarga dan masyarakat secara lestari dalam suatu
kawasan
Untuk menjamin kelancaran pelaksanaan kegiatan pendampingan MKRPL,
maka langkah awal koordinasi dan sosialisasi kepada pemerintah daerah (Pemda)
serta pemerintahan desa calon lokasi dan calon petani/anggota. Pemda memiliki
kewenangan untuk menentukan beberapa calon lokasi (lebih besar dari target
yang ditetapkan/>2 kawasan). Tim BPTP selanjutnya melakukan survey terbatas
untuk melihat kesesuaian calon lokasi meliputi ketersediaan dan kesiapan
infrastruktur dan potensi sumberdaya alam terutama terkait dengan ketersediaan
air, media tanam dan sarana produksi (input) lainnya. Untuk mekanisme
pendampingan terhadap kawasan dilakukan secara partisipatif terutama dalam
hal penetuan komoditas yang akan ditanam serta manajamen pengelolaan
Kebun Bibit Desa (KBD).
Kegiatan pendampingan MKRPL di Kota Tual dilaksanakan pada dua
kawasan/Desa yaitu Desa Fiditan dan Mangon. Jumlah anggota di masing-masing
desa sebanyak 20 orang. Komoditas yang ditanaman adalah terong, caisim,
kangkung, cabe, tomat, seledri, pepaya dan beberapa jenis tanaman obat.
Ternak tidak menjadi pilihan dengan pertimbangan bahwa kebutuhan
masyarakat akan protein sudah sangat bisa terpenuhi oleh ikan laut mengingat
Kota Tual merupakan wilayah kepulauan. Ketersediaan bibit merupakan faktor
penting agar kegiatan ini bisa berlanjut dan lestari. Oleh karena itu untuk
menjamin ketersediaan bibit secara kontinyu maka dibuat bangunan KBD di
setiap kawasan dengan ukuran panjang 5 m, lebar 3,5 m dan tinggi 2,5 m dan
juga memanfaatkan halaman di sekitar KBD. Untuk menetapkan manajemen
pengelolaan KBD dilakukan secara partisipatif antara tim BPTP dengan anggota
kelompok .
Sistem bercocok tanam yang dilakukan adalah kombinasi antara
vertikultur dan bedengan. Pendampingan oleh BPTP dimulai saat penyiapan
media tumbuh, penyemaian, pemeliharaan dan panen. Pendampingan dilakukan
secara langsung (face to face) maupun secara tidak langsung (komunikasi jarak
jauh), baik diminta maupun tidak. Untuk meningkatkan pengetahuan anggota
tentang teknologi bercocok tanam tanaman sayuran dan hortikultura (sistem
bedengan dan vertikultur) secara organik, BPTP Maluku telah melakukan
50
pelatihan teknologi bercocok tanam sayuran dan hortikultura secara organik di
kedua kawasan tersebut.
Permasalahan yang dihadapi dalam pelaksanaan pendampingan adalah:
a. Media tanah tidak tersedia dalam jumlah yang cukup
b. Sumber air masih mengandalkan curah hujan dan air tanah dalam
bentuk sumur yang kurang dapat diakses oleh anggota dalam volume
yang cukup.
c. Pada puncak musim hujan, media tanam pada bedengan-bedengan
kecil yang dibuat dengan mengatur batu pada bagian pinggir
sebagian besar keluar dari bedengan. Akibatnya setelah musim hujan
, media tanam harus diisi kembali pada bedengan tersebut
d. Pengetahuan petani tentang teknologi bercocok tanam dengan sistem
vertikultur masih kurang
e. Masyarakat kurang memiliki motivasi untuk memanfaatkan
pekarangan yang tersedia. Itulah sebabnya MKRPL belum tereplikasi
oleh masyarakat dalam desa maupun di luar desa
f. Pemda kota Tual tidak didukung oleh petugas lapangan (Penyuluh)
yang diharapkan bisa mendampingi masyarakat dalam
pengembangan kegiatan KRPL
Beberapa hal yang dapat disimpulkan dari kegiatan pendampingan
MKRPL di Kota Tual adalah :
a. Nilai PPH meningkat dari 86,5 menjadi 87,8 di Desa Fiditan dan 88,9
menjadi 89,8 di Desa Mangon.
b. Asupan kalori setelah kegiatan (bulan Nopember) yang berasal dari
protein, lemak KH dan mineral sumbernya semakin beragam.
c. Terjadi pengematan pangsa pengeluaran RT untuk kebutuhan pangan
sebesar rata-rata 140 – 150 ribu rupiah perbulan di kedua desa
tersebut. Dan untuk anggota yang lahannya luas terjadi peningkatan
pendapatan sebesar rata-rata 200 – 250 ribu perbulan
d. Kegiatan MKRPL di Kota Tual yang sudah dimulai sejak tahun 2012
belum memperlihatkan adanya replikasi oleh masyarakat baik yang
ada di dalam desa maupun di luar desa. Termasuk masyarakat pada
51
kawasan MKRPL tahun 2013 juga belum memperlihatkan adanya
replikasi
e. Permasalah seperti kurang tersedianya media tanam dan air menjadi
faktor utama kurang berkembangnya kegiatan MKRPL baik di desa
Ngadi (Tahun 2012), maupun di desa Fiditan dan Mangon (tahun
2013)
16. m-KRPL KAB. KEPULAUAN ARU
Pemanfaatan lahan pekarangan untuk pengembangan pangan rumah
tangga merupakan salah satu alternatif untuk mewujudkan kemandirian pangan
rumah tangga yang diawali dari pemanfaatkan sumberdaya yang tersedia
maupun yang dapat disediakan di lingkungannya. Untuk itu perlu dilakukan
berbagai upaya guna dapat mengoptimalkan pemanfaatan pekarangan guna
memenuhi kebutuhan pangan dan gizi keluarga dan mengembangkan kegiatan
ekonomi produktif keluarga.
Kegiatan M-KRPL dilaksanakan di Desa Durjela dan desa Wangel
Kabupaten Kepulauan Aru yang mewakili pedesaan. Kegiatan dilaksanakan mulai
bulan April 2013 s/d Desember 2013. Jumlah petani kooperator 40 orang untuk
2 desa, dengan pengelompokan pekarangan dikelompokan menjadi 2 yaitu
pekarangan sempit 20 orang khusus di desa Wangel, untuk Desa Durjela
pekarangan luas 20 orang. Hasil survey menunjukan bahwa sumber pendapatan
rumahtangga di desa Wangel dan desa Durjela berasal dari berbagai aktifitas
52
usaha di bidang pertanian, nelayan, pertukangan, transportasi, PNS, dagangan,
dll. Hasil analisis data keanekaragaman konsumsi pangan dari 10 responden
peserta M-KRPL dari Wangel diperoleh rata-rata skor PPH= 89,25 dan desa
Durjela skor PPH-nya adalah 87,45. Angka ini menunjukan bahwa skor PPH ke
dua desa mendekati skor PPH ideal yaitu 100. Kondisi ini menggambarkan bahwa
konsumsi pangan kedua desa beragam dan seimbang. Kebutuhan energy dan
gizi dapat terpenuhi dan erat kaitannya dengan aspek kesehatan dan kualitas
sumberdaya manusia meliputi pertumbuhan fisik, perkembangan mental,
kecerdasan maupun produktivitas. Kegiatan pelatihan yang dilakukan adalah
Pelatihan Pembuatan MOL dari serabut kelapa, daun gamal dan pelepah pisang.
Sedangkan kegiatan Temu lapang yang dilaksanakan dihadiri oleh petani
kooperator dari kedua desa, Badan ketahanan Pangan dan Dinas Pertanian
Kabupaten Kepulauan Aru, setelah itu dilakukan panen bersama ibu-ibu dilahan
petani.
Pelatihan Pembuatan MOL dan kondisi tanaman di lahan petani
Temu lapang dan kunjungan lapang ke lahan petani
53
17. m-KRPL BURU SELATAN
Kabupaten Buru Selatan mempunyai luas sekitar 5.060 km2 dan
wilayahnya meliputi sebagian dari Pulau Buru dan pulau-pulau lain di sekitarnya,
baik yang berpenghuni maupun tidak berpenghuni. Sebagian besar wilayah
kabupaten Buru Selatan berada pada Pulau Buru (4.754 km2 atau 93,95 persen
dari luas kabupaten). Pulau yang berpenghuni adalah Pulau Buru, Pulau Ambalau
dan Pulau Tengah (Pasir Putih). Bila ditinjau dari luasnya menurut kecamatan,
maka terbesar adalah kecamatan Leksula (2.428,00 km2 atau 47,98 persen).
Kemudian disusul oleh kecamatan Kepala Madan (1.276 km2 atau 25,22 persen),
kecamatan Waisama (724 km2 atau 14,31 persen), kecamatan Namrole (326
km2 atau 6,44 persen) dan yang terkecil adalah kecamatan Ambalau (306 km2
atau 6,05 persen). Kabupaten Buru Selatan memiliki lima buah dataran dengan
luas secara keseluruhan sekitar 5.750 Ha. Kabupaten Buru Selatan memiliki 12
sungai yang merupakan anak sungai dari sebuah sungai besar di kabupaten Buru
Selatan (Wae Mala). Sungai ini seluruhnya bermuara di Danau Rana (Kabupaten
Buru Selatan). Kabupaten Buru Selatan mempunyai sebuah gunung yaitu
Gunung Kepala Madan. Gunung yang terletak di kecamatan Kepala Madan ini
memiliki ketinggian mencapai 2.429 meter dari permukaan laut. Gunung Kepala
Madan tergolong gunung yang tidak aktif.
Kabupaten Buru Selatan merupakan kabupaten baru hasil pemekaran
wilayah kabupaten Buru pada bulan Oktober 2008. Tagop Sudarsono Soulisa,SH,
MT terpilih sebagai Bupati Buru Selatan periode 2011-2016 pada Pemilihan
Kepala Daerah di tahun 2011. Semenjak terbentuknya, Kabupaten Buru Selatan
terdiri dari 5 (lima) kecamatan. Kelima kecamatan ini terbagi dalam 55 desa dan
25 dusun. Kecamatan tersebut adalah kecamatan Kepala Madan (10 desa dan 4
dusun), kecamatan Leksula (20 desa dan 11 dusun), kecamatan Namrole (10
desa dan 7 dusun), kecamatan Waisama (8 desa dan 3 dusun), serta kecamatan
Ambalau (7 desa).
Koordinasi dan Sosialisasi
Kegiatan pendampingan M-KRPL di Buru Selatan diawali dengan
koordinasi dan sinkronisasi dengan Badan Ketahanan Pangan Kabupaten dan
instansi terkait. Hasil sosialisasi kami dengan Kepala Badan Ketahanan Pangan,
54
ditentukan dua lokasi KRPL yaitu Desa Kamanglale dan Desa Labuang
Kecamatan Namrole, kedua desa terebut dianggap strategis karena berada di
jantung kota Buru Selatan. Setelah penentuan lokasi, kami langsung koordinasi
dengan kepala desa setempat, kemudian dilakukan identifikasi untuk
menentukan calon petani dan calon lahan (CPCL) serta menentukan pendamping
(PPL) yang menguasai teknik pemberdayaan masyarakat sesuai kriteria yang
telah ditentukan. Berdasarkan hasil CPCL maka disepakti petani kooperator
sebanyak 40 KK untuk dua desa dan satu orang penyuluh pendamping lapangan
(PPL) seperti terlampir pada Tabel 1. Hasil identifikasi di lapangan di dua desa
tersebut, umumnya petani memiliki lokasi yang sempit dan sedang, serta kondisi
tanah yang berpasir, sehingga kami anjurkan untuk bercocok tanam sayuran
secara vertikultur.
Saat kami melakukan pertemuan/soialisai dengan petani kooperator, di
sini kami tak lupa menjelaskan Konsep Model Kawasan Rumah Pangan Lestari (M-
KRPL), maksud dan tujuan dari KRPL, petunjuk teknis kegiatan KRPL, dan
memeberikan bekal pengetahuan tentang teknologi budidaya tanaman,
pengelolaan hasil dan penguatan kelembagaan.
Pelaksanaan kegiatan.
Pembangunan Kebun Bibit Desa (KBD) dengan ukuran 3 m x 5 m. Sebanyak
dua KBD masing-masing di desa kamanglale dan desa Labuang.
Persemaian benih sayuran yang dilakukan di dua KBD untuk dua Desa. Jenis
sayuran yang kami semaikan di KBD adalah : benih tomat, benih seledri, benih
sawi, benih terong, benih kol, benih cabe, benih papaya, dan paria. Sedangkan
jenis yang kami sarankan untuk tanam langsung di lapangan adalah kangkung,
bayam, kacang panjang, buncis ketimun, jagung manis dan juga semangka
Pengisian polibag berbagai ukuran dengan media tanah, pupuk kandang dan
pasir dengan perbandingan 1 : 1 : 1
Pembuatan rak vertikultur
Tanaman yang disemai di KBD, sebelum didistribusikan ke lahan petani maka
petani kooperator sudah harus menyiapkan lahan pekarangannya masing-masing
disesuaikan dengan besar pekarangan yaitu (1) pekarangan sangat sempit
(tanpa halaman), pekarangan sempit (< 120 m²), pekarangan sedang ( 120-400
m²) dan pekarangan luas (>400 m²). Umumnya petani di dua desa tersebut
55
pekarangannya tergolong pekarangan sempit dan sedang, serta kondisi tanah
yang berpasir, sehinga sebagian besar petani hanya bisa bercocok tanam secara
vertikultur.
Temu Lapang Kegiatan temu lapang dilakukan pada saat tanaman sudah diusahakan di
masing-masing pekarangan peserta KRPL. Kegiatan temu lapang dilaksanakan
di lokasi KBD Desa Labuang dan dilanjutkan dengan peninjauan ke lapangan
pada Bulan Nopember 2013. Materi temu lapang disampaikan oleh Staf Badan
Ketahanan Pangan Kabupaten Buru Selatan bagian Kasubdin Kelembagaan
Tani dan Pengembangan Teknologi dan tim KRPL dari BPTP Maluku. Dalam
arahannya Kasubdin Badan ketahanan Pangan sangat merespon kegiatan ini
dan didepan peserta temu lapang dikatakan bahwa jika bapak ibu pesrta KRPL
menemui kesulitan di lapangan tentang hal budidaya sayuran, disini beliau
menganjurkan agar langsung saja ke kantor BKP karena beliau juga yang
menangani KRPL. Peserta temu lapang juga sangat merespon kegiatan tersebut
karena mereka merasa terbantu dengan adanya program ini, dimana
sebelumnya semuanya harus beli sayur di pasar, namun setelah adanya
program KRPL mereka bisa berhemat beli sayur di pasar.
Kegiatan m-KRPL di Kabupaten Buru Selatan
56
18. m-KRPL Maluku Tenggara Barat (MTB)
Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) merupakan salah satu program
Kementerian Pertanian dalam rangka optimalisasi lahan pekarangan yang ramah
lingkungan dalam suatu kawasan. Kawasan rumah dapat diwujudkan dalam satu
wilayah antara lain wilayah Rukun Tetangga (RT), beberapa RT, wilayah Rukun
Warga (RW), wilayah dusun/peduduk atau wilayah desa/kelurahan (Badan
Litbang Pertanian, 2013). Di dalam kawasan termasuk juga keberadaan pagar
lingkungan rumah, jalan desa, lahan terbuka hijau dan fasilitas umum lainnya
yang ada di wilayah tersebut.
Tujuan
a. Meningkatkan keterampilan keluarga dan masyarakat di dalam
memanfaatkan lahan pekarangan baik di kota maupun di desa melalui
budidaya tanaman pangan, buah, sayuran dan pengolahan hasil serta
pengolahan limbah rumah tangga menjadi kompos.
b. Memenuhi kebutuhan pangan dan gizi keluarga dan masyarakat secara
lestari dalam suatu kawasan.
c. Mengembangkan kegiatan ekonomi produktif keluarga dan menciptakan
lingkungan hijau yang bersih dan sehat secara mandiri.`
Pendekatan yang digunakan dalam kegiatan MKRPL adalah partisipatif yaitu
dengan melibatkan kelompok sasaran, tokoh masyarakat, dan perangkat desa.
Waktu pelaksanaan kegiatan MKRPL berlangsung dari bulan Januari s/d
Desember 2013. Lokasi kegiatan di kabupaten Maluku Tenggara Barat yaitu di
desa Bomaki dan desa Lermatang Kecamatan Tanimbar Selatan
Koordinasi dan Sosialisasi
Demi kelancarana kegiatan M-KRPL di Kabupaten MTB maka dilakukan
koordinasi dan sosialisasi kegiatan dengan Pemda melalui Kantor Ketahanan
Pangan serta Pemerintah desa calon lokasi. Kegiatan ini bertujuan untuk
menyamakan persepsi atau pelaksanaan kegiatan M-KRPL antaraBPTP dengan
Pemda setempat, perangkat desa dan calon petani kooperator dalam hal ini : (a)
penentapan lokasi pelaksaanaan kegiatan M-KRPL, (b) pelaksanaan tahapan
kegiatan oleh BPTP, (c) dan membahas kemungkinan dalam bentuk kerjasama
57
antara BPTP dan Pemda dalam pelaksanaan M-KRPL. Disamping itu karena
terdapat kegiatan RPL pada tingkat Kabupaten/kota yang pelaksanaan
kegiatannya berada pada Kantor Ketahanan Pangan, maka hal ini perlu adanya
koordinasi agar tidak terjadi tumpang tindih pelaksanaan kegiatan pada desa
yang sama.
19. m-KRPL Kota Ambon
Koordinasi dan Sosialisasi
Langkah awal dari pelaksanaan kegiatan m-KRPL di Kota Ambon adalah
melakukan koordinasi dan sosialisasi kepada Dinas Pertanian dan Kehutanan
serta Pemerintah desa Hukurila dan Pemerintah desa Hative Besar. Kegiatan ini
bertujuan untuk menyamakan persepsi dalam pelaksanaan kegiatan m-KRPL
antara BPTP dengan Pemerintah Daerah meliputi penetapan lokasi m-KRPL, (b)
penentuan calon petani kooperator , (c) dan pelaksanaan tahapan kegiatan m-
KRPL oleh BPTP.
Koordinasi dan sosialisasi dilaksanakan dalam bulan April 2013. Hasil yang
diperoleh dari pelaksanaan koordinasi dan sosialisasi adalah :
a. Penetapan desa Hukurila dan dusun Kamiri di desa Hative Besar sebagai
calon Lokasi pelaksanaan kegiatan m-KRPL tahun 2013 di Kota Ambon.
Kedua desa ini ditetapkan setelah dilakukan identifikasi terhadap beberapa
desa lain di Kota Ambon. Identifikasi dilakukan untuk melihat ketersediaan
dan kesiapan infrastruktur dan potensi sumberdaya alam terutama terkait
dengan ketersediaan air, media tanam dan sarana produksi (input) lainnya.
Kegiatan m-KRPL di Kabupaten Maluku Tenggara Barat
58
b. Penetapan lokasi pembangunan KBD di kedua desa tersebut . Penetapan
20 (dua puluh) orang petani peserta pada masing-masing desa
Implementasi MKRPL
Lokasi Tahapan Implementasi
Sosialisasi Implentasi Pendampingan
1. Desa Hukurila 1. Koordinasi/Sosialisasi Di tingkat Provinsi, Kab/Kota, Kec. dan desa. 2. Melakukan identifikasi lokasi dan CPCL. 3. Melakukan PRA untuk menganalisa aspek social, ekonomi dan lingkungan.
1. Sosialisasi m-KRPL kepada 40 peserta.
2. Pelatihan inovasi teknologi kepada 30 peserta.
3. Pembuatan KBD : a. Rumah kebun
bibit desa 1 unit. b. Rak pembibitan 2
unit. 4. Rak Vertikultur 20
unit. 5. Pelaksanaan
/penerapan kegiatan m-KRPL. - Penyebaran
leaflet. - Pendampingan.
Pendampingan teknologi meliputi : 1. Pendampingan
pengelolaan KBD. 2. Pembuatan media
tanam (campuran tanah-pupuk kandang).
3. Pengisian vertikultur dan polybag dengan media tanam.
4. Pembibitan di KBD dan di KK peserta.
5. Pembuatan bedengan 6. Pemberian pupuk
kandang di bedengan. 7. Penanaman. 8. Penyiraman. 9. Pemupukan. 10. Penyulaman. 10.Pengendalian OPT. 11. Panen.
1. Dusun Kamiri, desa Hative Besar.
1. Koordinasi/Sosialisasi Di tingkat Provinsi, Kab/Kota, Kec. dan desa. 2. Melakukan identifikasi lokasi dan CPCL. 3. Melakukan PRA untuk menganalisa aspek social, ekonomi dan lingkungan..
1) Sosialisasi m-KRPL kepada 25 peserta.
2) Pelatihan inovasi teknologi kepada 25 peserta .
3) Pembuatan KBD : c. Rumah kebun
bibit desa 1 unit. d. Rak pembibitan 1
unit. 4) Rak Vertikultur 20
unit. 5) Pelaksanaan/penerapan Kegiatan m-KRPL.
- Penyebaran leaflet.
- Pendampingan
Pendampingan
teknologi meliputi :
1) Pendampingan
pengelolaan KBD.
2) Pembuatan media
tanam (campuran
tanah-pupuk
kandang).
3) Pengisian vertikultur
dan polybag dengan
media tanam.
4) Pembibitan di KBD
dan di KK peserta.
5) Pembuatan
bedengan.
6) Pemberian pupuk
kandang di
bedengan.
7) Penanaman.
8) Penyiraman.
9) Pemupukan.
10) Penyulaman.
10).Pengendalian OPT.
11). Panen.
59
Pada tahap implementasi m-KRPL, BPTP Maluku telah melakukan
koordinasi/sosialisasi dengan instansi terkait mulai dari tingkat provinsi sampai di
tingkat desa.
a. Desa Hukurila
1. Pertemuan koordinasi BPTP Maluku dengan kepala desa Hukurila
menghasilkan :
a. Kesepakatan untuk menerima kegiatan M-KRPL di desa Hukurila.
b. Pemerintah desa Hukurila bersama masyarakatnya bersedia secara
partisipatif untuk melakukan kegiatan m-KRPL di desanya.
2. Melakukan kegiatan identifikasi lokasi dan kelompok sasaran (CPCL)
menghasilkan data :
a. Sebanyak 36 KK yang letak lahan pekarangannya di depan jalan umum
dan lorong.
b. Luas pekarangan yang dimiliki oleh 36 KK bervariasi mulai dari sangat
sempit 3 KK, sempit 20 KK, sedang 12 KK dan luas 1 KK.
3. Peserta yang menghadiri sosialisai m-KRPL berjumlah 40 orang terdiri dari
36 orang asal desa Hukurila dan 4 petugas dari BPTP Maluku. Dari 36 KK
yang mengikuti sosialisasi m-KRPL hanya 20 KK yang terpilih sebagai calon
KK yang terlibat dalam kegiatan m-KRPL tahun 2013.
4. Materi yang disampaikan pada kegiatan sosialisasi adalah: Model Kawasan
Rumah Pangan Lestari.
5. Dari diskusi yang berkembang ditemui beberapa masalah teknis yang perlu
menjadi perhatian dalam hal bercocok tanam sayuran adalah sebagai berikut
:
a. Masalah serangan hama pada tanaman kacang panjang dan timun.
Disarankan bahwa pengendalian sebaiknya menggunakan pestisida
nabati seperti akar tuba, brotowali, daun nimba, daun sirsak, abu dapur,
tembakau, dll.
b. Masalah kekurangan air pada lahan pekarangan yang letaknya di daerah
ketinggian. Disarankan perlu memilih jenis komoditas yang paling cocok
untuk ditanam pada lokasi tersebut. Sebagai contoh, menanam tanaman
yang tidak terlalu banyak memerlukan air seperti umbi-umbian, toga,
pisang, papaya, jeruk, nenas, terung, cabe dan kacang-kacangan. Untuk
60
menekan penguapan air yang berlebihan sebaiknya menggunakan
teknologi mulsa sebagai bahan penutup tanah.
c. Komoditas pilihan yang diinginkan oleh masyarakat adalah pepaya dan
jeruk manis sebagai investasi jangka panjang.
6. Pelatihan inovasi teknologi pertanian tanaman pangan dan Hortikultura
melibatkan 30 peserta terdiri dari kaum ibu 22 orang dan pria 8 orang.
Materi yang disampaikan pada kegiatan pelatihan adalah: (1). Kebijakan
Pengembangan Model Kawasan Rumah Pangan Lestari; (2). Teknik budidaya
syuran; (3). Pembuatan MOL dari nasi; (4). Praktek pembuatan MOL; (5).
Praktek pembibitan dan penanaman sayuran.
7. Pembuatan Kebun Bibit Desa (KBD) sebanyak 1 unit, rak pembibitan
sebanyak 2 unit dan rak vertikultur sebanyak 20 unit.
b. Dusun Kamiri, desa Hative Besar
1. Pertemuan koordinasi BPTP Maluku dengan kepala desa Hative Besar dan
kepala dusun Kamiri menghasilkan :
a. Kesepakatan untuk menerima kegiatan M-KRPL di dusun Kamiri.
b. Kepala dusun Kamiri bersama warganya bersedia secara partisipatif
untuk melakukan kegiatan m-KRPL di desanya.
2. Melakukan kegiatan identifikasi lokasi dan kelompok sasaran (CPCL)
terdata sebanyak 20 KK calon peserta m-KRPL dengan luas pekarangan yang
dimiliki bervariasi mulai dari sangat sempit 1 KK, sempit 12 KK, dan sedang
7 KK.
3. Peserta yang menghadiri kegiatan sosialisai m-KRPL berjumlah 25 orang
terdiri dari 22 orang asal dusun Kamiri dan 3 petugas dari BPTP Maluku.
4. Materi yang disampaikan pada kegiatan sosialisasi adalah: Model Kawasan
Rumah Pangan Lestari.
5. Pelatihan inovasi teknologi pertanian tanaman pangan dan Hortikultura
sayuran melibatkan 25 peserta, semua anggota adalah ibu-ibu rumah
tanggga. Materi yang disampaikan pada kegiatan pelatihan adalah: (1).
Kebijakan Pengembangan Model Kawasan Rumah Pangan Lestari; (2).
Teknik budidaya syuran; (3). Pembuatan MOL dari nasi; (4). Praktek
pembibitan dan penanaman sayuran.
61
6. Pembuatan 1 unit Rumah Kebun Bibit Desa (KBD), 2 unit rak pembibitan
sebanyak dan 20 unit rak vertikultur.
7. Penyebaran materi diseminasi.
Materi diseminasi berupa Leaflet dengan judul (1). Teknologi
Budidaya kangkung, (2). Teknologi Budidaya bayam, (3). Teknologi
Budidaya tomat (4). Teknologi Budidaya selada, (5). Teknologi Budidaya
caisin/sawi (6) Teknologi Budidaya cabai, (7). Teknologi Budidaya terung,
dan (8) Teknologi Pembuatan Pupuk Organik dengan Promi, telah di
berikan kepada peserta pelatihan sebanyak 20 eksemplar.
Konsumsi pangan keluarga
Responden
Survey konsumsi pangan keluarga dilaksanakan pada tanggal 16-17 Januari
2014 di lokasi M-KRPL dusun Kamiri, desa Hative Besar dan desa Hukurila, Kota
Ambon. Jumlah responden pada masing-masing desa sebanyak 5 KK.
Analisis Data
Hasil analisis data keanekaragaman konsumsi pangan dari 5 responden
pada masing-masing desa diperoleh rata-rata skor PPH bagi responden di desa
Hukurila = 75.88 dan responden di dusun Kamiri, desa Hative Besar = 61.40.
Angka ini menunjukkan bahwa skor PPH desa Hukurila lebih tinggi dari skor PPH
dusun Kamiri, desa Hative Besar. Kondisi ini menggambarkan bahwa konsumsi
pangan di desa Hukurila semakin beragam dan seimbang bila dibanding dengan
konsumsi pangan di dusun Kamiri.
Dari hasil analisis penurunan pangsa pengeluaran di desa Hukurila, rata-
rata biaya konsumsi yang dikeluarkan per hari/KK adalah sebesar Rp 91.851.-
Dari pengeluaran sebesar itu kontribusi dari kegiatan KRPL Rp.26.666 (25,47 %).
Hal yang sama pula di dusun Kamiri, pengeluaran biaya konsumsi per hari/KK
sebesar Rp 81.867.- didalamnya kontribusi hasil kegiatan KRPL sebesar
Rp.15.000.- (16,47 %). Dapat disimpulkan bahwa kegiatan KRPL memberikan
pengaruh positif terhadap penurunan pangsa pengeluaran biaya konsumsi
pangan di tingkat Rumah Tangga sebesar 16,47 % sampai 25,47%/KK/hari.
62
Dari segi ekonomi produktif keluarga, ibu-ibu di desa Hukurila dan di
dusun Kamiri sudah memperoleh pendapatan dari hasil penjualan sayuran dari
pemasukan yang terendah Rp. 200.000.- sampai yang tertinggi Rp. 1.235.000.-
Dari aspek lingkungnan, lahan pekarangan rumah yang tadinya gersang
telah berubah menjadi lingkungan hijau dan bersih.
20. m- KRPL Seram Bagian Barat (SBB)
Kegiatan m-KRPL di Kabupaten Seram Bagian Barat (SBB), dawali dengan
koordinasi dan sinkronisasi dengan Badan Ketahanan Pangan dan Instansi terkait
yakni Dinas Pertanian Kabupaten SBB, maka ditentukan dua desa yang akan di
jadikan model pengembangan kawasan rumah pangan lestari yakni desa
Waisamu dan desa Lohiatala. Lokasi tersebut dipilih karena berdekatan dengan
KRPL lama di desa Waihatu, selain itu karena aksesbilitasnya yang lancer mudah
dijangkau.
Setelah penentuan lokasi kegiatan, terlebih dahulu dilakukan identifikasi
untuk menentukan calon petani dan calon lahan serta menentukan pendamping
(PPL) yang menguasai teknik pemberdayaan masyarakat sesuai criteria yang
telah ditentukan. Berdasarkan CPCL, maka disepakati kelompok tani untuk
masing-masing sebanyak 20 KK/ desa.
m-KRPL di desa Hukurila dan Hative Besar (kampung Kemiri)
63
Kegiatan Sosialisasi
Kegiatan sosialisasi m-KRPL kepada kelompok tani dihadiri oleh kepala
Badan Ketahanan Pangan kabupaten SBB, petugas kecamatan dan pemerintahan
desa. Materi yang disosialisasikan antara lain tentang konsep model kawasan
rumah pangan lestari dan penjelasan tentang petunjuk teknis kegiatan. Sebelum
tanaman yang disemai didistribusikan dari Kebun Bibit Desa (KBD), maka
kelompok tani sudah harus menyiapkan lahan pekarangannya sesuai dengan
besar pekarangan yaitu : (1) pekarangan sangat sempit, pekarangan sempit
(<120m2), pekarangan sedang (120-400m2), dan pekarangan luas (>400m2).
Implementasi m-KRPL
Implementasi m-KRPL di kabupaten SBB tahun 2013 di lakukan didesa
Waisamu dan desa Lohiatala dengan melibatkan 20 kk disetiap desa.
Tahapan pelaksanaan implementasi m-KRPL pada 2 desa di kabupaten SBB
adalah sebagai berikut :
a. Pemilihan Komoditas
Komoditas yang dikembangkan disesuaikan dengan persyaratan tumbuh
tanaman, tutama ketinggian tempat dari permukaan laut. Tanaman yang
dikembangkan adalah sawi, kangkung, terong, tomat, cabe kecil, cabe besar,
papaya, serta tanaman obat keluarga.
Pada pekarangan yang sangat sempit dan sempit komoditas yang ditanam
terbatas pada tanaman sayuran. Sedangkan pada lahan pekarangan luas selain
dapat diusahakan tanaman sayuran, juga dapat diusahakan tanaman buah-
buahan, dan ternak.
b. Media Tanam
Media tanam ditempatkan dalam wadah polybag, pot atau wadah buatan
lainnya dan dapat pula tanpa wadah dan langsung pada tanah yang sudah
dipersiapkan dalam bentuk bedengan pada pekarangan luas.
64
Pelatihan dan Penyebaran Informasi
Pelaksanaan pelatihan pada m-KRPL di masing-masing desa diikuti oleh
ibu-ibu rumah tangga. Materi yang disampaikan dalam pelatihan tersebut berupa
pembuatan Mol; budidaya tanaman sayuran, kelembagaan petani. Informasi
dalam bentuk brosur dibagikan ke peserta m-KRPL dengan materi berupa Juknis
kegiatan, pedoman m_KRPL, dan budidaya tanaman sayrur-sayuran.
Tingkat keanekaragaman konsumsi Pangan
Konsumsi yang beraneka ragam sangat erat kaitannya dengan gizi,
kesehatan dan juga kualitas sumber daya manusia, baik berkaitan dengan
pertumbuhan fisik, perkembangan mental, kecerdasan maupun produktivitas.
Berdasarkan perhitungan skor PPH desa waisamu dan desa Lohiatala kecamatan
Kairatu, kabupaten SBB adalah 82,1 hampir mendekati skor PPH ideal yakni 100.
21. m- KRPL Maluku Barat Daya (MBD)
Pola hidup Masyarakat tani MBD rata-rata bersifat konsumtif. masalah
pendampingan sampai kelini petani sangat jarang bahkan kurang dilaksanakan.
dan cara atau pola dalam berusahatani rata – rata masih tradisionil.
Presiden,R.I.melalui Menteri Pertanian, diharapkan Peningktan pola hidup petani
yang mau dirubah,maka dilaksanakan Pengembangan MK-RPL melalui penerapan
Pengembangan Rumah Kebun Bibit Desa. Pola hidup petani rata – rata harus
dirubah sehingga dapat menuju sejahtera. Permasalahan selama ini masyarakat
tani belum mengecap baik percepatan Penyebaran inovasi Teknologi pertanian
yang dihasilkan Badan Litbang Pertanian dalam mendukung ketahanan pangan
nasional; Perluasan jangkauan penggunaan teknologi kepada berbagai
pengguna utama dan pengguna usaha di sektor pertanian, belum dirasakan
secara merata. Ini karena, proses/sistim berusahatani masih Tradisionil;
pendampingan berkesenambungan masih jarang dilaksanakan,terutama dari
Dinas/Instansi terkait, khusus tentang Kelembagaan, Dinamika Kelompok. Sistim
65
Budidaya tanaman, baik Hortikultura, palawija dan Sistim Berusahatani
Produktif. belum tersentuh secara merata.
Peningkatan kesejahteraan dan kualitas masyarakat, melalui jaminan
ketersediaan pangan dalam jumlah, mutu, keragaman, kandungan gizi belum
terjangkau daya beli masyarakat. Pengembangan sistem usaha agribisnis di
bidang pangan maupun perdagangan, dan Pengembangan kelembagaan
pangan yang menjamin peningkatan, keberlanjutan ketersediaan, konsumsi
pangan. Dengan Memantapkan ketahanan pangan di tingkat rumah tangga dan
daerah, yang bertumpu pada pengelolaan sumberdaya lokal,teknologi dan
peluang pasar. Pemberdayaan masyarakat dalam ketahanan pangan sebagai
akibat Dinamisnya kelompok tani yg mengarah kekesejahteraan
petani/kelompoktani dan keluarganya. perlu perhatian extra.
Metode yang digunakan berupa pendekatan partispatif,
pendampingan/pembinaan, dan pengawalan, pengamatan hasil produksi dan
analisis data,serta analisa pendapatan. Sosialoisasi program MKRPL kepada
petani kooperator. Dengan Peningkatan pengetahuan petani tentang MKRPL .
Peningkatan/ Pengembangan Kemampuan POKTAN. (Dinamika Kelompok) dan
Kelembagaan Tani.
HASIL KEGIATAN :
1. Koordinasi bersama instansi terkait terlaksana dalam rangka
penempatan CP-CL,
2. Pelaksanaan Sosialisasi MK-RPL dengan melibatkan : Anggota Poktan.
Kelompok PKK Desa dan sebagian Besar Anggota Kelompok Wanita
tani, sehingga MK-RPL lebih dipahami dan dikenal lebih luas lagi.
3. Pelaksanaan Penyerahan Saprodi, untuk pembuatan KBD. Vertikultur.
dan Bedengan,terlaksana baik kemudian kegiatan pesemaian kepolibag
atau Tarpan benih atau penanaman langsung ke Polibag / kebedengan, demi
kegiatan Pengembangan MK-RPL berlangsung dari 30 April s/d 18
Desember 2013.sehingga menhasilkan hal-hal sbb:
a. Anggota Poktan.PKK dan KWT kedua Lokasi dapat memahami dengan baik
apa itu MK-RPL.
66
b. bagaimana Manfaatnya bagi kehidupan diri dan keluarganya, untuk
pengembangan dinamisasi kelompok itu sendiri. kebun Bibit desa yang
rampung 98%. Karena sudah sampai pada proses penyemaian ataupun
penanaman langsung Bibit Hortikultura, baik ke Polibag(Ukuran 12x10cm.
30x18 cm) maupun ke Vertikultur, ke Tarpan Bibit dan juga langsung ke
Bedengan siap tanam. Yang dicampur Kompos berbahan dasar Promi yang
telah siap pakai.
3. Alhasil sesuai urutan pelaksanaan kegiatan Pengembangan KBD, hingga
laporan hasil kegiatan ini dibuat, sudah dapat dilakukan Panen secara
bertahap (untuk Komoditi Kangkung Cabut. Bayam Cabut. Sawi/Pakcoi, juga
Terong.Seledri.K.Pnjng. Pari dll.) dengan berhasil ini Di Noworu. dan Lebelau,
sama pelaksanaan Panen-Nya dan berulang ukang kali.
4. Hasil Analisa Usahatani, sesuai pokok kegiatan panen, selanjutnya, dapat
dianalisa secara bersama KWT yang melakukan upaya panen
berkesenambungan. Dicontohkan hasil Panen sawi dan kangkung Cabut a.l
a. Hasil Panen kangkung /sawi sudah tiga - lima x panen, shingga
(Jelasnya Lihat Dokumentasi Urutan Kegiatan Pengembangan K-RPL untuk
Pembangunan KBD dan kegiatan). Sehingga panen komoditi hortikultura
sesuai perhitungan hasil analisa, dapat memberikan keuntungan berarti.
Contoh : Kangkung cabut sekali panen bisa mencapai 30-40 ikat, dengan
harga jual Rp.10.000/ikt. tentu habis terjual dan menghasilkan 300 –
Rp.400.000. kemudian Sayur sawi dan Bayam, sehingga jumlah dana kas
kelompok yang terisi ketika panen 1 x dapat mencapai
Rp,1.200.000/komodoti. Kalau 3 komodoti dengan ragam jumlah dan
bervariasi harga,dapat diprediksi kalau masukan kas kelompok bisa
mencapai Rp.6.000.000./sekali panen.bila 2=3 komoditi, maka harga hasil
panen dapat mencapai Rp.18.000.000.
b. bila benar disimak,2 KWT dapat meminitues hasil panennya untuk setiap
panen komoditi, maka hasil panen secara keseluruhan benar – benar
mampu memberi nilai Rp yang berarti bagi kelompok sehingga proses
simpan pinjam dapat terjadi dan saat tertentu kelompok ini dapat
berkembang menuju pada upaya pemerintah untuk nebsejahterakan
petani dan kelompoknya.
67
22. m – KRPL Buru
Koordinasi dan Sosialisasi
Koordinasi dan sosialisasi metetapkan desa Namlea dan Waplau sebagai
Calon Lokasi/kawasan pelaksanaan kegiatan MKRPL di KabBuru. Kedua desa ini
ditetapkan setelah dilakukan survei terhadap beberapa desa yang
direkomendasikan oleh pemda setempat.
Sejak dimulainya kegiatan KRPL di kab Buru pada tahun 2012 hingga
akhir Desember 2013 belum terlihat adanya peningkatan jumlah rumah
tangga/dusun/desa/ atau kecamatan yang mengadopsi prinsip-prinsip rumah
pangan lestari, KBD belum berkembang dengan baik untuk melayani kebutuhan
benih/bibit bagi anggota, local cahampion belum berperan dengan baik.
Masyarakat di desa Namlea dan Waplau merupakan masyarakat pesisir
yang sangat heterogen.Terbentuk oleh kelompok-kelompok sosial yang beragam.
Karena letaknya yang dekat dengan pusat kota maka kedua desa ini berkembang
menjadi desa urban dimana telah terjadi pembauran antara masyarakat yang
memiliki mata pencaharian sebagai petani/nelayan berbaur dengan masyarakat
urban yang umumnya memiliki mata pencaharian seperti pedagang, tukang,
pegawai negeri dan lainnya.
Anggota yang terlibat dalam kegiatan MKRPL sebanyak 20 orang/desa,
umumnya berprofesi sebagai ibu rumah tangga. Ini berarti bahwa mereka
memiliki waktu yang cukup untuk mengurusi pekarangan yang dimanfaatkan
untuk pengembangan MKRPL. Luas lahan pekarangan anggota di kedua desa
tersebut sebagai berikut : a. Desa Namlea: Sempit : 8 orang; Sedang : 12
orang; b. Desa Waplau: Sempit : 4 orang; Sedang : 16 orang
Kegiatan m-KRPL di Kabupaten Maluku Barat Daya
68
Pelaksanaan Implementasi MKRPL
Kegiatan MKRPL dimulai dengan melakukan koordinasi dan sosialisi
kepada pemda setempat dan calon lokasi/kawasan/desa (desa Fiditan dan
Mangon). Implementasi MKRPL yang dilaksanakan di kedua desa tersebut
didahului dengan melakukan pertemuan dengan calon anggota sebanyak 30
orang/desa untuk menetapkan 20 orang/desa sebagai anggota pelaksana.
Disamping itu dalam pertemuan tersebut sekaligus dibahas secara partisipatif
tentang jenis-jenis komoditas apa saja yang akan dikembangkan di kedua desa
tersebut. Hasil dari pertemuan tersebut ditetapkan beberapa komoditas antara
lain : kangkung, terong, caisin, cabe, tomat, seledri, pepaya dan beberapa
tanaman toga seperti, jahe, kunyit, sereh. Ternak dan ikan tidak menjadi pilihan
karena untuk memenuhi kebutuhan protein masyarakat di kedua desa tersebut
hasil perikanan telah cukup tersedia. Pada kegiatan ini dibahas juga tentang
pembangunan KBD dan sekaligus dibicarakan tentang manajemen
pengelolaannya yang akan diterapkan.
Tahapan selanjutnya yang dilakukan adalah melaksanakan kegiatan
pelatihan tentang teknologi bercocok tanam dalam pekarangan secara organik
dengan memanfaatkan sumberdaya lokal yang tersedia.
Pendampingan yang dilakukan oleh BPTP adalah berperan sebagai
narasumber dalam kegiatan pelatihan, mencetak media-media informasi (liptan,
brosur), mendampingi anggota dengan menyampaikan teknologi yang dimiliki
Badan Litbang Pertanian pada saat mempersiapkan media tanam, persemaian,
penanaman, pemeliharaan dan panen tanaman.
Peran Kelembagaan
Dilaksanakannya kegiatan MKRPL pada tahun 2013 di desa Namlea dan
Waplau , kami dapat sampaikan beberapa hal tentang peran kelembagaan di
KabBuru :
a. Pemda melalui Dinas Pertanian KabBuru, pada tahun 2013
melalui APBD telah dianggarkan biaya untuk mengembangkan
model KRPL dengan kegiatan berupa pembuatan rak-rak
69
vertikultur, dan pemberian benih-benih tanaman sayuran dan
hortikultura
b. SIKIB dan Salimah di KabBuru belum ada, sementara TNI kami
belum melakukan koordinasi untuk menjajaki peluang
pengembangan KRPL di KabBuru
Permasalahan Pengembangan KRPL dan Rencana Tindak Lanjut
o Media tanah tidak tersedia dalam jumlah yang cukup
o Sumber air masih mengandalkan curah hujan dan air tanah dalam
bentuk sumur yang kurang dapat diakses oleh anggota dalam
volume yang cukup.
o Pada puncak musim hujan, media tanam pada bedengan-bedengan
kecil yang dibuat dengan mengatur batu pada bagian pinggir
sebagian besar keluar dari bedengan. Akibatnya setelah musim
hujan , media tanam harus diisi kembali pada bedengan tersebut
o Pengetahuan petani tentang teknologi bercocok tanam dengan
sistem vertikultur masih kurang
o Masyarakat kurang memiliki motivasi untuk memanfaatkan
pekarangan yang tersedia. Itulah sebabnya MKRPL belum tereplikasi
oleh masyarakat dalam desa maupun di luar desa
o Pemda kabBuru tidak didukung oleh petugas lapangan (Penyuluh)
yang diharapkan bisa mendampingi masyarakat dalam
pengembangan kegiatan KRPL
Rencana tindak lanjut dari permasalahan di atas adalah :
a. Harus ada model teknologi yang dikembangkan oleh pemda setempat
bekerjasama dengan BPTP untuk dicarikan solusi pemecahan
keterbatasan sumber air, misalnya pembuatan embung
b. Harus ada pelatihan-pelatihan yang dilakukan pemda untuk
meningkatkan pengetahuan tentang teknologi budidaya tanaman
melalui sistem vertikultur dan tentunya sekaligus mampu memotivasi
masyarakat agar mau memanfaatkan pekaranangan sebagai sumber
pangan
c. Pemda harus memikirkan untuk merekrut tenaga lapangan (penyuluh)
70
23. m – KRPL Kabupaten Maluku Tenggara
71
Penutup
Dengan segala keterbatasan yang dimiliki BPTP Maluku, baik SDM
maupun Biaya Operasionalisasi tidak menyurutkan kinerja BPTP dalam
mengembangkan tugas dan pengabdian kepada masyarakat di 11
kabupaten/kota yang ada di Provinsi Maluku.
Melalui kegiatan pengkajian, diseminasi dan koordinasi serta dukungan
terhadap kegiatan program kementerian pertanian (SL-PTT, PUAP, Kawasan
Hortikultura, Gernas Kakako, PSDSK), m-P3MI-Smatd, m-AP2RL2 di tahun 2013
sudah terlihat adanya simpul-simpul koordinasi yang merupakan titik ungkit
perbaikan kierja BPTP Maluku, sehingga apa yang diinginkan berupa percepatan
inovasi teknologi teradopsi ke pengguna (petani/stakeholder).
Selanjutnya didiharapkan adanya kepedulian dari segenap sumber daya
manusia BPTP Maluku untuk menjadikan hasil pengkajian, diseminasi sebagai
landasan untuk pengembangan kegiatan selanjutnya dan berkelanjutan.
Kenyataan telah menunjukkan bahwa semua kegiatan yang didasarkan pada
presisi yang tepat dan memiliki dasar-dasar keilmiahan, tidak akan menemui
kegagalan dalam pencapaian tujuan.
72
top related