bakat numberik
Post on 27-Jun-2015
849 Views
Preview:
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan
sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau mengembangkan
perilaku yang diinginkan. Sekolah sebagai lembaga formal merupakan sarana
dalam rangka pencapaian tujuan pendidikan tersebut. Melalui sekolah, siswa
belajar berbagai macam hal.
Dalam pendidikan formal, belajar menunjukkan adanya perubahan yang
sifatnya positif sehingga pada tahap akhir akan didapat keterampilan, kecakapan
dan pengetahuan baru. Hasil dari proses belajar tersebut tercermin dalam prestasi
belajarnya. Namun dalam upaya meraih prestasi belajar yang memuaskan
dibutuhkan proses belajar.
Proses belajar yang terjadi pada individu memang merupakan sesuatu
yang penting, karena melalui belajar individu mengenal lingkungannya dan
menyesuaikan diri dengan lingkungan disekitarnya. Menurut Irwanto (1997 :105)
belajar merupakan proses perubahan dari belum mampu menjadi mampu dan
terjadi dalam jangka waktu tertentu. Dengan belajar, siswa dapat mewujudkan
cita-cita yang diharapkan.
Belajar akan menghasilkan perubahan-perubahan dalam diri seseorang.
Untuk mengetahui sampai seberapa jauh perubahan yang terjadi, perlu adanya
penilaian. Begitu juga dengan yang terjadi pada seorang siswa yang mengikuti
suatu pendidikan selalu diadakan penilaian dari hasil belajarnya. Penilaian
1
terhadap hasil belajar seorang siswa untuk mengetahui sejauh mana telah
mencapai sasaran belajar inilah yang disebut sebagai prestasi belajar.
Pengukuran prestasi belajar ini sangat komplesk, banyak faktor yang
mempengaruhi prestasi belajar. Bakat, seperti juga minat dan intelgensi
merupakan faktor penentu prestasi belajar peserta didik. Sehingga untuk
mengetahui bakat atau potensi yang dimiliki oleh individu perlu diadakan
penyaringan sebelum masuk ke SMA, SMK atau Universitas agar dapat memilih
jurusan yang tepat sesuai dengan potensi yang dimilikinya.
Salah satu landasan dan rasionalisasi perlunya sistem penyaringan, secara
eksplisit dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional tahun 2003 pasal 5
ayat 4 menyatakan bahwa "warga negara yang memiliki potensi kecerdasan dan
bakat istimewa berhak memperoleh pendidikan khusus". Di samping itu juga
dikatakan bahwa "setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak
mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai dengan bakat, minat dan
kemampuannya" (pasal 12, ayat 1b). Pernyataan tersebut mengindikasikan bahwa
bakat merupakan salah satu faktor yang harus dipertimbangkan dalam usaha
pengembangan diri disamping faktor yang lain. Pernyataan itu juga
mengisyaratkan perlunya sebuah sistem seleksi untuk pendidikan dan pelatihan
dengan berdasarkan karakteristik internal seseorang. Hal senada dikatakan oleh
Dedi Herdiana H (1988 : 5), yang menyatakan bahwa untuk menunjang
keberhasilan proses dan hasil belajar maka siswa perlu diseleksi terlebih dahulu
berdasarkan kriteria psikologis calon siswa yang sudah pasti adanya keragaman.
2
Bakat, sebagaimana minat dan intelegensi, merupakan faktor yang besar
pengaruhnya terhadap proses dan hasil belajar seseorang. Sumadi Suryabrata,
(1978 : 77). Pendapat tersebut didukung oleh penelitian E. Khodijah (1992 : 54),
yang menyimpulkan bahwa bakat khusus memiliki urunan yang berarti terhadap
prestasi belajar siswa. Penelitian lain oleh Uun Sunarti (1997 : 62) menyimpulkan
bahwa kemampuan hitung teoritis (NA) memiliki korelasi yang tinggi terhadap
variabel prestasi belajar matematika. Juga penelitian yang dilakukan Pudjiono
(1982) tentang daya prediksi bakat, menyimpulkan bahwa bakat Verbal
Reasoning (VR) dan bakat Numerical Ability (NA) mempunyai daya prediksi
lebih tinggi dibanding daya prediksi berdasarkan tes prestasi belajar siswa.
Dalam kenyataannya, sistem seleksi penerimaan siswa baru SMA sampai
sekarang, hanya berdasarkan pada minat dan nilai prestasi belajar siswa di SLTP
atau yang sederajat, tanpa memperhitungkan bakat calon siswa tersebut. Hal ini
tentunya akan menimbulkan berbagai masalah, baik dari segi proses maupun out
put belajar.
Salah satu permasalahan yang dapat ditimbulkan dari sistem seleksi yang
sekarang adalah adanya peluang salah pilih jurusan, dalam hal ini bahwa jurusan
yang dipilih tidak sesuai dengan bakatnya. Fenomena ini akan menimbulkan
permasalahan baru yang lebih komplek. Bagi individu yang belajar akan
menimbulkan kesulitan dalam penyesuaian dengan lingkungan belajar sehingga
sulit belajar, tidak optimalnya semua potensi dan kemampuan yang dimiliki dan
prestasi belajar lebih rendah dari yang seharusnya dapat dicapai serta cenderung
lambat dalam menyelesaikan studinya.
3
Ditinjau dari segi relevansi, gejala salah pilih jurusan merupakan gejala
awal berkurangnya relevansi pendidikan dengan dunia pendidikan. Dilihat dari
pandangan bahwa pendidikan merupakan investasi manusia (human investment),
salah pilih jurusan merupakan kegagalan dalam investasi modal untuk
memperoleh tenaga kerja yang produktif, kreatif, cakap, dan terampil.
Pada penelitian ini, penulis menggunakan sampel pada SMAN 2
Sumbawa Besar, berdasarkan nilai pelajaran Ipa Fisika nilai Ulangan Umum
murni semester 1 kelas X tahun ajaran 2010/2011.
Dalam kaitan pentingnya bakat pada diri siswa sebagai salah satu faktor
penting untuk meraih prestasi akademik, maka dalam penyusunan proposal
penelitian ini penulis tertarik untuk meneliti : “Korelasi antara Bakat Numerik
dengan Prestasi Belajar Fisika Pada Siswa Kelas X SMAN 2 Sumbawa Besar”.
B. Identifikasi Masalah
Adapun yang menjadi identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Tenaga pendidik masih belum mengetahui bakat numerik atau potensi yang
dimiliki oleh peserta didik.
2. Masih minimnya pengetahuan pendidik tentang teknik-teknik mendeteksi
bakat peserta didik.
C. Rumusan Masalah
Bertitik tolak dari latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas,
maka masalah penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut : “Apakah ada
hubungan antara Bakat Numerik dengan Prestasi belajar fisika pada siswa kelas X
SMAN 2 Sumbawa Besar?”
4
D. Keterbatasan Masalah
Mengingat terbatasnya waktu, biaya dan kemampuan yang ada pada
penelitian maka ruang lingkup penelitian ini terbatas pada:
1. Obyek penelitian
Bagaimanakah peranan bakat numerik terhadap prestasi belajar fisika pada
siswa kelas X di SMAN 2 Sumbawa Besar?
E. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian dalam penulisan ini adalah untuk mengetahui hubungan
antara Bakat Numerik dengan prestasi belajar fisika pada siswa kelas X di SMAN
2 Sumbawa Besar.
F. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini mempunyai beberapa manfaat, antara lain ialah :
1. Dari segi teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan
bagi pendidikan fisika dan memperkaya hasil penelitian yang telah ada dan
dapat memberi gambaran mengenai hubungan bakat numerik dengan prestasi
belajar.
2. Dari segi praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu memberikan
informasi khususnya kepada para orang tua, konselor sekolah dan guru dalam
upaya membimbing dan memotivasi siswa remaja untuk menggali Bakat dan
Minat yang dimilikinya.
5
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Pada bab ini akan diuraikan lebih jauh mengenai teori-teori yang menjelaskan
mengenai pengertian belajar dan prestasi belajar, fator-faktor yang mempengaruhi
prestasi belajar, pengertian bakat dan bakat numerik, indikator bakat numerik,
keterkaitan bakat numerik dengan prestasi belajar.
A. Prestasi Belajar
1. Pengertian Belajar
Prestasi belajar tidak dapat dipisahkan dari perbuatan belajar, karena
belajar merupakan suatu proses, sedangkan prestasi belajar adalah hasil dari
proses pembelajaran tersebut.
Bagi seorang siswa belajar merupakan suatu kewajiban. Berhasil atau
tidaknya seorang siswa dalam pendidikan tergantung pada proses belajar yang
dialami oleh siswa tersebut.
Menurtut Logan, dkk (1976) dalam Sia Tjundjing (2001:70) belajar
dapat diartikan sebagai perubahan tingkah laku yang relatif menetap sebagai
hasil pengalaman dan latihan . Senada dengan hal tersebut, Winkel (1997:193)
berpendapat bahwa belajar pada manusia dapat dirumuskan sebagai suatu
aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan
lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan dan
nilai sikap. Perubahan itu bersifat relatif konstan dan berbekas.
Belajar tidak hanya dapat dilakukan di sekolah saja, namun dapat
dilakukan dimana-mana, seperti di rumah ataupun dilingkungan masyarakat.
6
Irwanto (1997:105) berpendapat bahwa belajar merupakan proses perubahan
dari belum mampu menjadi sudah mampu dan terjadi dalam jangka waktu
tertentu. Sedangkan menurut Mudzakir (1997:34) belajar adalah suatu usaha
atau kegiatan yang bertujuan mengadakan perubahan di dalam diri seseorang,
mencakup perubahan tingkah laku, sikap, kebiasaan, ilmu pengetahuan,
keterampilan dan sebagainya.
Di dalam belajar, siswa mengalami sendiri proses dari tidak tahu
menjadi tahu, karena itu menurut Cronbach (Sumadi Suryabrata,1998:231):
“Belajar yang sebaik-baiknya adalah dengan mengalami dan dalam mengalami itu pelajar mempergunakan pancainderanya. Pancaindera tidak terbatas hanya indera pengelihatan saja, tetapi juga berlaku bagi indera yang lain.”
Belajar dapat dikatakan berhasil jika terjadi perubahan dalam diri
siswa, namun tidak semua perubahan perilaku dapat dikatakan belajar karena
perubahan tingkah laku akibat belajar memiliki ciri-ciri perwujudan yang khas
(Muhibbidin Syah, 2000:116) antara lain :
a. Perubahan Intensional
Perubahan dalam proses berlajar adalah karena pengalaman atau
praktek yang dilakukan secara sengaja dan disadari. Pada ciri ini siswa
menyadari bahwa ada perubahan dalam dirinya, seperti penambahan
pengetahuan, kebiasaan dan keterampilan.
b. Perubahan Positif dan aktif
Positif berarti perubahan tersebut baik dan bermanfaat bagi
kehidupan serta sesuai dengan harapan karena memperoleh sesuatu yang
7
baru, yang lebih baik dari sebelumnya. Sedangkan aktif artinya perubahan
tersebut terjadi karena adanya usaha dari siswa yang bersangkutan.
c. Perubahan efektif dan fungsional
Perubahan dikatakan efektif apabila membawa pengaruh dan
manfaat tertentu bagi siswa. Sedangkan perubahan yang fungsional artinya
perubahan dalam diri siswa tersebut relatif menetap dan apabila
dibutuhkan perubahan tersebut dapat direproduksi dan dimanfaatkan lagi.
Berdasarkan dari uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa belajar adalah
suatu proses usaha yang dilakukan siswa untuk memperoleh suatu perubahan
tingkah laku yang baru secara keseluruhan, secara sengaja, disadari dan
perubahan tersebut relatif menetap serta membawa pengaruh dan manfaat
yang positif bagi siswa dalam berinteraksi dengan lingkungannya.
2. Pengertian Prestasi Belajar
Untuk mendapatkan suatu prestasi tidaklah semudah yang
dibayangkan, karena memerlukan perjuangan dan pengorbanan dengan
berbagai tantangan yang harus dihadapi.
Penilaian terhadap hasil belajar siswa untuk mengetahui sejauhmana ia
telah mencapai sasaran belajar inilah yang disebut sebagai prestasi belajar.
Seperti yang dikatakan oleh Winkel (1997:168) bahwa proses belajar yang
dialami oleh siswa menghasilkan perubahan-perubahan dalam bidang
pengetahuan dan pemahaman, dalam bidang nilai, sikap dan keterampilan.
Adanya perubahan tersebut tampak dalam prestasi belajar yang dihasilkan
oleh siswa terhadap pertanyaan, persoalan atau tugas yang diberikan oleh
8
guru. Melalui prestasi belajar siswa dapat mengetahui kemajuan-kemajuan
yang telah dicapainya dalam belajar.
Sedangkan Marsun dan Martaniah dalam Sia Tjundjing (2000:71)
berpendapat bahwa prestasi belajar merupakan hasil kegiatan belajar, yaitu
sejauh mana peserta didik menguasai bahan pelajaran yang diajarkan, yang
diikuti oleh munculnya perasaan puas bahwa ia telah melakukan sesuatu
dengan baik. Hal ini berarti prestasi belajar hanya bisa diketahui jika telah
dilakukan penilaian terhadap hasil belajar siswa.
Menurut Poerwodarminto (Mila Ratnawati, 1996 : 206) yang
dimaksud dengan prestasi adalah hasil yang telah dicapai, dilakukan atau
dikerjakan oleh seseorang. Sedangkan prestasi belajar itu sendiri diartikan
sebagai prestasi yang dicapai oleh seorang siswa pada jangka waktu tertentu
dan dicatat dalam buku rapor sekolah.
Dari beberapa definisi di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa prestasi
belajar merupakan hasil usaha belajar yang dicapai seorang siswa berupa
suatu kecakapan dari kegiatan belajar bidang akademik di sekolah pada
jangka waktu tertentu yang dicatat pada setiap akhir semester di dalam buki
laporan yang disebut rapor.
3. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Untuk meraih prestasi belajar yang baik, banyak sekali faktor yang
perlu diperhatikan, karena di dalam dunia pendidikan tidak sedikit siswa yang
mengalami kegagalan. Kadang ada siswa yang memiliki dorongan yang kuat
9
untuk berprestasi dan kesempatan untuk meningkatkan prestasi, tapi dalam
kenyataannya prestasi yang dihasilkan di bawah kemampuannya.
Untuk meraih prestasi belajar yang baik banyak sekali faktor-faktor
yang perlu diperhatikan. Menurut Sumadi Suryabrata (1998:233) dan Shertzer
dan Stone (Winkle, 1997 : 591), secara garis besar faktor-faktor yang
mempengaruhi belajar dan prestasi belajar dapat digolongkan menjadi dua
bagian, yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
a. Faktor internal
Merupakan faktor yang berasal dari dalam diri siswa yang dapat
mempengaruhi prestasi belajar. Faktor ini dapat dibedakan menjadi dua
kelompok, yaitu :
1). Faktor fisiologis Dalam hal ini, faktor fisiologis yang dimaksud adalah
faktor yang berhubungan dengan kesehatan dan pancaindera.
a). Kesehatan badan
Untuk dapat menempuh studi yang baik siswa perlu
memperhatikan dan memelihara kesehatan tubuhnya. Keadaan
fisik yang lemah dapat menjadi penghalang bagi siswa dalam
menyelesaikan program studinya. Dalam upaya memelihara
kesehatan fisiknya, siswa perlu memperhatikan pola makan dan
pola tidur, untuk memperlancar metabolisme dalam tubuhnya.
Selain itu, juga untuk memelihara kesehatan bahkan juga dapat
meningkatkan ketangkasan fisik dibutuhkan olahraga yang teratur.
10
b). Pancaindera
Berfungsinya pancaindera merupakan syarat dapatnya
belajar itu berlangsung dengan baik. Dalam sistem pendidikan
dewasa ini di antara pancaindera itu yang paling memegang
peranan dalam belajar adalah mata dan telinga. Hal ini penting,
karena sebagian besar hal-hal yang dipelajari oleh manusia
dipelajari melalui penglihatan dan pendengaran. Dengan demikian,
seorang anak yang memiliki cacat fisik atau bahkan cacat mental
akan menghambat dirinya didalam menangkap pelajaran, sehingga
pada akhirnya akan mempengaruhi prestasi belajarnya di sekolah.
2). Faktor psikologis
Ada banyak faktor psikologis yang dapat mempengaruhi
prestasi belajar siswa, antara lain adalah :
a). Intelligensi
Pada umumnya, prestasi belajar yang ditampilkan siswa
mempunyai kaitan yang erat dengan tingkat kecerdasan yang
dimiliki siswa. Menurut Binet (Winkle, 1997:529) hakikat
inteligensi adalah kemampuan untuk menetapkan dan
mempertahankan suatu tujuan, untuk mengadakan suatu
penyesuaian dalam rangka mencapai tujuan itu dan untuk menilai
keadaan diri secara kritis dan objektif. Taraf inteligensi ini sangat
mempengaruhi prestasi belajar seorang siswa, di mana siswa yang
memiliki taraf inteligensi tinggi mempunyai peluang lebih besar
11
untuk mencapai prestasi belajar yang lebih tinggi. Sebaliknya,
siswa yang memiliki taraf inteligensi yang rendah diperkirakan
juga akan memiliki prestasi belajar yang rendah. Namun bukanlah
suatu yang tidak mungkin jika siswa dengan taraf inteligensi
rendah memiliki prestasi belajar yang tinggi, juga sebaliknya .
b). Sikap
Sikap yang pasif, rendah diri dan kurang percaya diri dapat
merupakan faktor yang menghambat siswa dalam menampilkan
prestasi belajarnya. Menurut Sarlito Wirawan (1997:233) sikap
adalah kesiapan seseorang untuk bertindak secara tertentu terhadap
hal-hal tertentu. Sikap siswa yang positif terhadap mata pelajaran
di sekolah merupakan langkah awal yang baik dalam proses belajar
mengajar di sekolah.
c). Motivasi
Menurut Irwanto (1997 : 193) motivasi adalah penggerak
perilaku. Motivasi belajar adalah pendorong seseorang untuk
belajar. Motivasi timbul karena adanya keinginan atau kebutuhan-
kebutuhan dalam diri seseorang. Seseorang berhasil dalam belajar
karena ia ingin belajar. Sedangkan menurut Winkle (1991 : 39)
motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak di dalam diri
siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin
kelangsungan dari kegiatan belajar dan yang memberikan arah
pada kegiatan belajar itu; maka tujuan yang dikehendaki oleh
12
siswa tercapai. Motivasi belajar merupakan faktor psikis yang
bersifat non intelektual. Peranannya yang khas ialah dalam hal
gairah atau semangat belajar, siswa yang termotivasi kuat akan
mempunyai banyak energi untuk melakukan kegiatan belajar.
b. Faktor eksternal
Selain faktor-faktor yang ada dalam diri siswa, ada hal-hal lain
diluar diri yang dapat mempengaruhi prestasi belajar yang akan diraih,
antara lain adalah :
1). Faktor lingkungan keluarga
a). Sosial ekonomi keluarga
Dengan sosial ekonomi yang memadai, seseorang lebih
berkesempatan mendapatkan fasilitas belajar yang lebih baik,
mulai dari buku, alat tulis hingga pemilihan sekolah.
b). Pendidikan orang tua
Orang tua yang telah menempuh jenjang pendidikan tinggi
cenderung lebih memperhatikan dan memahami pentingnya
pendidikan bagi anak-anaknya, dibandingkan dengan yang
mempunyai jenjang pendidikan yang lebih rendah.
c). Perhatian orang tua dan suasana hubungan antara anggota keluarga
Dukungan dari keluarga merupakan suatu pemacu
semangat berpretasi bagi seseorang. Dukungan dalam hal ini bisa
secara langsung, berupa pujian atau nasihat; maupun secara tidak
langsung, seperti hubugan keluarga yang harmonis.
13
2). Faktor lingkungan sekolah
a). Sarana dan Prasarana
Kelengkapan fasilitas sekolah, seperti papan tulis, OHP,
LCD akan membantu kelancaran proses belajar mengajar di
sekolah; selain bentuk ruangan, sirkulasi udara dan lingkungan
sekitar sekolah juga dapat mempengaruhi proses belajar mengajar
b). Kompetensi Guru dan Siswa
Kualitas guru dan siswa sangat penting dalam meraih
prestasi, kelengkapan sarana dan prasarana tanpa disertai kinerja
yang baik dari para penggunanya akan sia-sia belaka. Bila seorang
siswa merasa kebutuhannya untuk berprestasi dengan baik di
sekolah terpenuhi, misalnya dengan tersedianya fasilitas dan
tenaga pendidik yang berkualitas, yang dapat memenuhi rasa
ingintahunya, hubungan dengan guru dan teman-temannya
berlangsung harmonis, maka siswa akan memperoleh iklim belajar
yang menyenangkan. Dengan demikian, ia akan terdorong untuk
terus-menerus meningkatkan prestasi belajarnya.
c). Kurikulum dan metode mengajar
Hal ini meliputi materi dan bagaimana cara memberikan
materi tersebut kepada siswa. Metode pembelajaran yang lebih
interaktif sangat diperlukan untuk menumbuhkan minat dan peran
serta siswa dalam kegiatan pembelajaran. Sarlito Wirawan
(1994:122) mengatakan bahwa faktor yang paling penting adalah
14
faktor guru. Jika guru mengajar dengan arif bijaksana, tegas,
memiliki disiplin tinggi, luwes dan mampu membuat siswa
menjadi senang akan pelajaran, maka prestasi belajar siswa akan
cenderung tinggi, paling tidak siswa tersebut tidak bosan dalam
mengikuti pelajaran.
3). Faktor lingkungan masyarakat
a). Sosial budaya
Pandangan masyarakat tentang pentingnya pendidikan
mempengaruhi kesungguhan pendidik dan peserta didik.
Masyarakat yang masih memandang rendah pendidikan akan
enggan mengirimkan anaknya ke sekolah dan cenderung
memandang rendah pekerjaan guru/pengajar
b). Partisipasi terhadap pendidikan
Bila semua pihak telah berpartisipasi dan mendukung kegiatan pendidikan,
mulai dari pemerintah (berupa kebijakan dan anggaran) sampai pada
masyarakat bawah, setiap orang akan lebih menghargai dan berusaha
memajukan pendidikan dan ilmu pengetahuan.
4. Pengukuran Prestasi Belajar
Dalam dunia pendidikan, menilai merupakan salah satu kegiatan yang
tidak dapat ditinggalkan. Menilai merupakan salah satu proses belajar dan
mengajar. Di Indonesia, kegiatan menilai prestasi belajar bidang akademik di
sekolah-sekolah dicatat dalam sebuah buku laporan yang disebut rapor. Dalam
rapor dapat diketahui sejauhmana prestasi belajar seorang siswa, apakah siswa
15
tersebut berhasil atau gagal dalam suatu mata pelajaran. Didukung oleh
pendapat Sumadi Suryabrata (1998 : 296) bahwa rapor merupakan perumusan
terakhir yang diberikan oleh guru mengenai kemajuan atau hasil belajar
murid-muridnya selama masa tertentu.
Syaifuddin Azwar (1998 :11) menyebutkan bahwa ada beberapa
fungsi penilaian dalam pendidikan, yaitu :
a. Penilaian berfungsi selektif (fungsi sumatif)
Fungsi penilaian ini merupakan pengukuran akhir dalam suatu
program dan hasilnya dipakai untuk menentukan apakah siswa dapat
dinyatakan lulus atau tidak dalam program pendidikan tersebut. Dengan
kata lain penilaian berfungsi untuk membantu guru mengadakan seleksi
terhadap beberapa siswa, misalnya :
1). Memilih siswa yang akan diterima di sekolah
2). Memilih siswa untuk dapat naik kelas
3). Memilih siswa yang seharusnya dapat beasiswa
b. Penilaian berfungsi diagnostik
Fungsi penilaian ini selain untuk mengetahui hasil yang dicapai
siswa juga mengetahui kelemahan siswa sehingga dengan adanya
penilaian, maka guru dapat mengetahui kelemahan dan kelebihan masing-
masing siswa. Jika guru dapat mendeteksi kelemahan siswa, maka
kelemahan tersebut dapat segera diperbaiki.
16
c. Penilaian berfungsi sebagai penempatan (placement)
Setiap siswa memiliki kemampuan berbeda satu sama lain.
Penilaian dilakukan untuk mengetahui di mana seharusnya siswa tersebut
ditempatkan sesuai dengan kemampuannya yang telah diperlihatkannya
pada prestasi belajar yang telah dicapainya. Sebagai contoh penggunaan
nilai rapor SMU kelas I menentukan jurusan studi di kelas II.
d. Penilaian berfungsi sebagai pengukur keberhasilan (fungsi formatif)
Penilaian berfungsi untuk mengetahui sejauh mana suatu program
dapat diterapkan. Sebagai contoh adalah raport di setiap semester di
sekolah-sekolah tingkat dasar dan menegah dapat dipakai untuk
mengetahui apakah program pendidikan yang telah diterapkan berhasil
diterapkan atau tidak pada siswa tersebut.
Raport biasanya menggambil nilai dari angka 1 sampai dengan 10,
terutama pada siswa SD sampai SMU, tetapi dalam kenyataan nilai
terendah dalam rapor yaitu 4 dan nilai tertinggi 9. Nilai-nilai di bawah 5
berarti tidak baik atau buruk, sedangkan nilai-nilai di atas 5 berarti cukup
baik, baik dan sangat baik.
Dalam penelitian ini pengukuran prestasi belajar menggunakan penilaian
sebagai pengukur keberhasilan (fungsi formatif), yaitu nilai-nilai raport pada
akhir masa semester I.
17
B. Bakat Numerik
1. Pengertian Bakat
Menurut istilanya ada dua kata yang menunjukkan arti bakat, yaitu
“ability” dan “aptitude” atau talent. Menurut Conny Semiawan
(http:siaksoft.net), bakat diartikan sebagai kemampuan bawaaan yang
merupakan potensi (potential ability) yang masih perlu dikembangkan dan
dilatih. Sedangkan menurut kamus psikologi, dalam Harun Iskandar,
(2010:13) ability adalah (kemampuan, kecakapan ketangkasan bakat
kesanggupan); tenaga (daya kekuatan) untuk melakukan suatu perbuatan.
Kemampuan biasanya merupakan kesanggupan bawaan sejak lahir atau
merupakan hasil latihan atau praktek.
S.C Utami Munandar (1999), dalam As’adi Muhammad, (2010:22)
memberikan definisi bakat (aptitude) secara umum adalah sebagai
kemampuan bawaan seseorang yang merupakan suatu potensi. Potensi ini
masih perlu dikembangkan dan dilatih agar dapat terwujud. Latihan-latihan
disini bukan hanya sekedar latihan biasa dan sembarangan, tetapi merupakan
kegiatan yang dapat mendukung terhadap perkembangan bakat seseorang.
Sedangkan menurut Dr. Saparinah Sadi, dalam Harun Iskandar, (2010:14)
bakat (aptitude) adalah sebuah faktor bawaan yang berupa potensi, yang
aktualisasinya membutuhkan interaksi dengan faktor-faktor dalam
lingkungan. Lingkungan disini adalah lingkungan keluarga, sekolah, teman-
teman, maupun tetangga yang dikategorikan tempat anak bersosialisasi. Pada
saat anak beriteraksi dengan lingkungannya, lingkungan akan “mencoba”
18
untuk membentuk seorang anak sehingga nilai dasar yang dimiliki seseorang
tidak lagi menjadi acuan dari perkembangan seorang anak.
Dari uraian diatas bakat merupakan potensi dalam anak yang harus
distimulasi terlebih dahulu sehingga dapat terlihat sebagai suatu kecakapan,
pengetahuan, dan keterampilan khusus yang menjadi bekal hidupnya kelak.
Menurut Harun Iskandar (2010:36-56) ada 4 (empat) faktor yang
mempengaruhi tampilnya bakat seseorang:
a. Faktor Motivasi
Motivasi dibutuhkan dalam menghadapi tugas sebagai seorang
pelajar. Motivasi berpengaruh terhadap tingkat keberhasilan dalam
mengembankan bakat. Beberapa ahli telah menggali informasi yang
terkait dengan motivasi, diantaranya adalah:
1) Amir Daim Indrakusuma (1971): menyatakan bahwa motivasi
merupakan kekuatan atau tenaga yang dapat memberikan dorongan
pada kegiatan yang dikehendaki dengan asas dan tujuan yang
dimaksudkan.
2) Wahgo Sumijo (1984): menyatakan bahwa motivasi adalah dorongan
kerja yang timbul pada seseorang untuk berprestasi dalam mencapai
tujuan. Sri Habsari (2005:74).
Dari dua definisi tentang motivasi di atas dapat dibagi menjadi dua, yaitu
motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik:
1) Motivasi instrinsik adalah bentuk dorongan belajar yang datangnya
dalam diri seseorang dan tidak perlu rangsangan dari luar. Misalnya
19
keinginan seorang anak mengetahu seluk beluk bermain gitar.
Motivasi intrinsik umumnya adanya faktor bakan dan intelegensi
dalam diri siswa. Seorang anak yang berbakat dibidang matematika
akan mempunyai dorongan yang tinggi untuk mempelajari ilmu ini
lebih dalam tanpa perlu dorongan dari orang lain. Meskipun dorongan
ini berasal dari dalam diri anak tetapi setiap anak memiliki kualitas
dorongan yang berbeda. Setiap anak dilahirkan dengan bakat dan
itelegensi yang berbeda.
2) Motivasi ekstrinsik adalah dorongan belajar yang datangnya dariluar
diri seseorang. Motivasi ekstrinsik adalah bentuk dorongan belajar
untuk prestasi yang diberikan oleh orang lain seperti semangat, pujian
dan nasehat, orang tua, saudara, dan orang yang dicintai.
Menurut seorang ahli jiwa dalam motivasi ada suatu hirarki, yaitu
motivasi itu mempunyai tingkatan-tingkatan dari bawah sampai ke atas
yakni:
1) Kebutuhan fisologis, seperti lapar, haus, kebutuhan akan istirahat dan
lain sebagainya.
2) Kebutuhan akan keamanan (security), yakni rasa terlindungi, bebas
dari takut dan kecemasan.
3) Kebutuhan akan cinta dan kasih, rasa diterima dan dihargai dalam
suatu kelompok (keluarga, sekolah, teman sebaya).
20
4) Kebutuhan untuk mewujudkan diri sendiri, yakni mengembangkan
bakat dengan usaha mencapai hasil dalam bidang pengetahuan, sosial,
pembentukan pribadi. Harun Iskandar, (2010: 38)
Bakat memerlukan motivasi yang kuat agar mampu menunjang
terwujudnya pengembangan bakat tersebut. Bakat tidak akan terlihat dan
berkembang secara wajar bila tidak ada usaha untuk mengembangkannya.
Motivasilah yang menyulut untuk jadi besar atau menjadi kecil, peranan
motivasi sangat penting. Dengan dorongan motivasi yang kuat akan
kebutuhan tentang wujud diri sendiri, maka motivasi tingkat tinggi ini
mampu menjadi pembangkit apa yang dicita-citakan. Motivasi untuk
mengembangkan bakat ini juga akan dipengaruhi oleh pandangan atau
pengetahuan yang dimilikinya.
b. Faktor Nilai
Faktor nilai ini turut menentukan dapat berkembagnya bakat atau
tidak. Menilai bakat yang ada pada dirinya itu baik atau tidak dapat
dipengaruhi oleh lingkungan. Lingkungan disini bisa lingkungan keluarga
atau lingkungan masyarakat.
Pandangan individu sangat menentukan bagi perkembangan
dirinya. Pandangan tentang kesadaran akan diri individu menuju kearah
mana bidang yang dikembangkan sesuai dengan bakatnya sangat
menentukan kesuksesan karirnya kelak.
21
c. Faktor Minat
Minat atau perhatian (interest) merupakan salah satu faktor yang
turut mempengaruhi tampilnya bakat. Menurut C.P chaplains, minat atau
perhatian (interest) memiliki arti:
1) Satu sikap yang berlangsung terus-menerus yang memusatkan
perhatian seseorang, sehingga membuat dirinya jadi selektif terhadap
obyek niatnya.
2) Perasaan yang menyatakan bahwa satu aktivitas, pekerjaan, atau obyek
itu berharga atau berarti bagi individu.
3) Satu keadaan motivasi, menuntut tingkahlaku menuju satu arah
(sasaran) tertentu.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan, bahwa minat itu terjadi
dari perhatian yang tidak hanya berlangsung sekali dari obyek yang
dianggap menarik atau berharga bagi dirinya. Dengan kata lain, bahwa
kecenderungan untuk menyelidiki dan manipulasi yang dilakukan oleh
seseorang lama-lama akan timbullah minat. Dengan timbulnya minat
maka seseorang akan berusaha terus menerus menggali, menyelidiki dan
mendalaminya. Dengan upaya semacam itu, bukan tidak mungkin apa
yang diminati juga menjadi bakatnya.
d. Faktro Kepribadian
Keperibadian atau personality memiliki pengertian yang sangat
kompleks, Adler memberi pengertian gaya hidup individu, atau cara yang
22
karakteristik mereaksinya seseorang terhadap masalah-masalah hidup,
termasuk tujuan-tujuan hidup.
Dari pengertian di atas kita melihat adanya perbedaan pengertian,
namun ada unsur persamaannya. Diantarannya ialah, bahwa keperibadian
atau personality itu dinamis, tidak statis atau tetap saja tanpa perubahan.
Menunjukkan tingkah laku yang menyatu dan merupakan interaksi antara
kesanggupan-kesanggupan bawaan yang ada pada individu dengan
lingkungannya. Demikian juga unsur psiko-fisik, ini berarti bahwa faktor
jasmai dan rohani dari individu tersebut bersama-sama memegang peranan
dalam kepribadian. Kepribadian yang dimiliki seseorang sifatnya khas,
artinya individu memiliki ciri-ciri yang tidak sama dengan individu yang
lain.
Banyak faktor yang mempengaruhi keperibadian. Diantaranya
faktor biologis, faktor sosial, dan faktor kebudayaan. Keadaan fisik
biologis seseorang tidak sama antara yang satu dengan orang yang lain.
Keadaan fisik ini juga berpengaruh pada sifat, sikap serta tempramen
seseorang, sehingga nampak ke khasan pada setiap individu.
Demikian juga dengan faktor sosial (masyaraka). Dalam
masyarakat ada peraturan adat istiada, bahasa maupun kepercayaan dan
sebagainya. Dengan begitu individu tidak begitu saja terlepas dari
hubungan tersebut. Bagi individu pengaruh dair masyarakat maupun
keluarga akan turut mempengaruhi perkembangan kepribadiannya.
23
Faktor kebudayaan turut pula memberi andil dalam mempengaruhi
kepribadian. Misalnya kepribadian orang barat dengan orang-orang timur
tentu tidak sama. Hal ini disebabkan oleh faktor kebudayaan yang berada
dan berkembang di wilayah masing-masing. Dalam kebudayaan terdapat
nilai-nilai yang dianut, tradisi, pengetahuan maupun ketrampilan yang
turut menentukan cara-cara bertindak atau bertingkah laku. Karena
kebudayaan merupakan hasil daya cipta, dan karya manusia maka dalam
mengerjakan atau melestarikan kebudayaan diperlukan orang yang cakap
dan terampil.
Untuk menjadikan seseorang yang cakap dan terampil dalam
mempertahankan dan mengembangkan budaya salah satunya adalah
mereka yang berbakat kecakapan menjadi cepat berkembang karena faktor
bakat yang turut menunjang. Seperti uraian di atas, bahwa kepribadian
pada setiap orang berbeda-beda, bergantung pada bagaimana pengaruh
yang masuk pada individu. Kepribadian yang sudah dimiliki inilah yang
turut menentukan muncul tidaknya bakat seseorang.
2. Pengertian Bakat Numerik (Matematika Logis)
Bakat numerik merupakan kecerdasan dalam menggunakan angka-
angka dan penalaran (logika). Howard Gardner (dalam Bunda Lucky,
2010:75). Kecerdasan ini meliputi di bidang sains, mengklasifikasikan dan
mengategorikan informasi, berfikir dengan konsep abstrak untuk menemukan
hubungan antara suatu hal dengan hal lainnya, dan memecahkan masalah
secara logis terutama dalam bidang matematika (memanipulasi angka).
24
Individu yang memiliki kecerdasan logika-matematika pada umumnya
memiliki cara berpikir yang teratur dan baik dalam mengerjakan sesuatu
maupun dalam memecahkan masalah.
Kecerdasan logis-matematis terlihat dari ketertarikan anak mengolah
hal-hal yang berhubungan dengan matematika dan peristiwa ilmiah. Bedanya
dengan kecerdasan lain, kecerdasan ini mempunyai suatu komponen khas,
yaitu sebagai kepekaan dan kemampuan untuk membedakan pola logika atau
numerik dan kemampuan menangani rangkaian penalaran yang panjang.
Contoh, anak usia 2-4 tahun senang sekali menghitung-hitung benda-benda
sekelilingnya. Karenanya, lingkungan dapat dijadikan sebagai sarana untuk
menstimulasi. Misalnya, ajak mereka untuk menghitung bersama jumlah
kuntum bunga yang ada di halaman rumah.
Individu dengan kecerdasan matematika dan logika yang berkembang
adalah orang yang mampu memecahkan masalah, mampu memikirkan, dan
menyusun solusi dengan urutan yang logis. Mereka suka angka, urutan, logika
dan keteraturan.
Kecerdasan yang mencakup kemampuan meneliti pola-pola. Kategori-
kategori dan korelasi-korelasi dengan cara memanipulasi simbul-simbul dan
mencobanya secara teratur dan terkendali. Kecerdasan ini menuntut
kemampuan menangani bilangan dan perhitungan. Mencari hubungan
matematika dan logika yang bermuara pada ketetapan hukum dasar. Hukum
dasar bekerja bagaimana argumentasi disusun, bukti dan syarat dinyatakan
dan kesimpulan dibuat. Anak yang dominan pada kecerdasan ini sudah
25
tertarik dengan bilangan dan pola sejak usia dini. Mereka menikmati
berhitung. Kesadaran dan konsep waktu amat tinggi. Kecenderungan belajar
secara induktif dan deduktif menjadi acuan utama. Segala sesuatu akan
dilogika. Dari logika akan timbul pemikiran ilmiah. Maka jika ada siswa yang
masih sangat muda sudah hobi berpikir dengan format pola pantas ditengarahi
dia menonjol di kecerdasan ini. Memberdayakan kecerdasan anak pada
komponen ini; melatih mengambil keputusan dengan deduktif-induktif,
memfasilitasi percobaan, membiasakan menghitung, dan membuat simulasi
yang relevan. Latihan rutin pengambilan putusan dan memperhitungkan
untung rugi bisa dimulai sejak dini. Konsep positif dan negarif dalam hitung-
hitungan yang selama ini sebagai aksioma bisa dijelaskan secara detail.
C. Keterkaitan Bakat Numerik Dengan Pretasi Belajar Fisika SMA
Di tengah semakin ketatnya persaingan di dunia pendidikan dewasa ini,
merupakan hal yang wajar apabila para siswa sering khawatir akan mengalami
kegagalan atau ketidak berhasilan dalam meraih prestasi belajar atau bahkan takut
tinggal kelas.
Banyak usaha yang dilakukan oleh para siswa untuk meraih prestasi
belajar agar menjadi yang terbaik seperti mengikuti bimbingan belajar. Usaha
semacam itu jelas positif, namun masih ada faktor lain yang tidak kalah
pentingnya dalam mencapai keberhasilan selain kecerdasan ataupun kecakapan
intelektual, faktor tersebut adalah bakat. Perwujudan nyata dari bakat dan
kemampuan adalah prestasi (Utami Munandar 1992), karena bakat dan
26
kemampuan sangat menentukan prestasi seseorang. Orang yang memiliki bakat
fisika diprediksi mampu mencapai prestsi yang menonjol dalam bidang fisika.
Bakat adalah kemampuan tertentu yang telah dimiliki seseorang sebagai
kecakapan pembawaan. Ungkapan ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh
Ngalim Purwanto (1986:28) bahwa “bakat dalam hal ini lebih dekat
pengertiannya dengan kata aptitude yang berarti kecakapan, yaitu mengenai
kesanggupan-kesanggupan tertentu”. Kartono (1995:2) menyatakan bahwa “bakat
adalah potensi atau kemampuan kalau diberikan kesempatan untuk dikembangkan
melalui belajar akan menjadi kecakapan yang nyata.” Menurut Syah Muhibbin
(1999:136) mengatakan “bakat diartikan sebagai kemampuan individu untuk
melakukan tugas tanpa banyak bergantung pada upaya pendidikan dan latihan.”
Dari pendapat di atas jelaslah bahwa tumbuhnya keahlian tertentu pada
seseorang sangat ditentukan oleh bakat yang dimilikinya sehubungan dengan
bakat ini dapat mempunyai tinggi rendahnya prestasi belajar bidang-bidang studi
tertentu. Dalam proses belajar terutama belajar keterampilan, bakat memegang
peranan penting dalam mencapai suatu hasil akan prestasi yang baik.
Bakat khusus yang memperoleh kesempatan maksimal dan dikembangkan
sejak dini serta didukung oleh fasilitas dan motivasi yang tinggi, akan dapat
terealisai dalam bentuk prestasi unggul. Contoh konkret bakat yang tidak
memperoleh kesempatan maksimal untuk berkembang adalah hasi penelitian
yaumil agoes akhir (1999) yang menemukan bahwa sekitar 22% siswa SD dan
SLTP menjadi anak yang Underachiever.
27
Artinya, prestsi belajar yang mereka peroleh berada dibawah potensi atau
bakat intelektual yang sesungguhnya mereka miliki. Bakat memang sangat
menentukan prestasi seseorang, tetapi sejauh mana itu akan terwujud
menghasilkan suatu prestasi, masih banyak variabel yang menentukan.
D. Hipotesis
Berdasarkan uraian teoritik di atas, maka hipotesis penelitian ini dapat
dirumuskan sebagai berikut :
1. Hipotesis alternatif (Ha) : “Ada hubungan antara bakat numerik dengan
Prestasi belajar fisika”
2. Hipotesis nihil (Ho) : “Tidak ada hubungan antara bakat numerik dengan
Prestasi belajar fisika”
28
BAB III
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan dari bulan Januari sampai dengan Maret di SMAN
2Sumbawa Besar, yang berfokus pada hubungan antara bakat numerik dengan
prestasi belajar fisika siswa di SMAN 2 Sumbawa Besar.
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang merupakan prosedur
penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan
dari orang-orang dan prilaku yang dapat diamati, yang bertujuan untuk
memahami fenomena tentang apa yang dialami. Misalnya prilaku, persepsi,
motivasi, tindakan, dan hal lainnya, secara holistic pada suatu konteks khusus
yang alamiah dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah. Moleong,
(2006:6). Pada penelitian ini data yang terkumpul bersifat kuantitatif. Kemudian
dibuat kategorisasi baik dalam bentuk table, diagram maupun grafik. Halis
kategorisasi tersebut kemudian dideskripsikan dan ditafsirkan dari berbagai aspek.
Dengan kata lain data yang bersifat kuantitatif tersebut ditafsirkan lebih lanjut
secara kualitatif. Karena itu, penelitian ini memerlukan ketajaman analisis,
obyektivitas, dan sistematik, sehingga memperoleh ketepatan dalam interpretasi.
Margono (2000:36).
Berdasarkan penjelasan diatas, maka penelitian ini bersifat deskriptif
kalitatif yang bertujuan untuk memberikan deskripsi atau gambaran tentang
korelasi antara bakat numerik dengan prestasi belajar fisika pada siswa kelas X
SMA Negeri 2 Sumbawa Besar Tahun Pelajaran 2010/2011.
29
B. Sumber Data
1. Populasi
Menurut Sutrisno Hadi (1993 : 70) populasi adalah seluruh penduduk
atau individu yang paling sedikit mempunyai satu sifat yang sama. Pendapat
lain menyatakan populasi adalah himpunan yang lengkap dari satuan-satuan
atau individu-individu yang karakteristiknya ingin kita ketahui. Toha
Anggoro, (2007:42).
Berdasarkan kedua pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa yang
dimaksud dengan populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X
SMA 2 Sumbawa yang berusia antara 15-16 tahun. Berdasarkan data yang
diperoleh dari pihak sekolah, jumlah populasi kelas X SMA 2 Sumbawa
sebanyak 240 orang.
2. Sampel
Mengacu pada tabel Morgan maka diperoleh jumlah sampel sebesar
148 orang. Adapun metode pengambilan sampel yang dipakai pada penelitian
ini adalah menggunakan teknik proporsional random sampling. Menurut
Sutrisno Hadi (1996:223) alasan penulis menggunakan random sampling ini
adalah memberikan peluang yang sama bagi setiap anggota populasi untuk
dipilih menjadi sampel. Selain hal tersebut, Sutrisno Hadi (1996:223)
mengatakan suatu cara disebut random apabila peneliti tidak memilih-milih
individu yang akan ditugaskan untuk menjadi sampel penelitian. Teknik
random sampling yang dipergunakan adalah dengan cara undian. Langkah
pertama adalah dengan memberi nomor urut pada masing-masing sampel,
30
setelah membuat nomor yang dimasukkan kedalam gelas yang berlubang
kemudian diambil sebanyak 148 kali. Nomor yang keluar dipergunakan
sebagai sampel penelitian. Sedangkan yang dimaksud dengan proporsional
adalah dimana tiap-tiap sub populasi mendapat bagian atau kesempatan yang
sama untuk menjadi sampel dalam penelitian.
Menurut M. Nasir (1988:360), untuk prosedur pengambilan sampel
dengan metode proporsional random sampling dipergunakan rumus sebagai
berikut :
ni= NiN
n
Keterangan :
ni : Jumlah sampel per sub populasi
Ni : Total sub populasi
N : Total populasi
n : Besarnya sample
Berdasarkan kriteria sampel di atas maka diperoleh distribusi sampling
sebagai berikut :
Kelas 1A 1B 1C 1D 1E 1F Jumlah
Populas
i40 42 40 38 42
38240
Sampel 25 26 25 23 26 23 140
31
C. Teknik Pengumpulan Data
Adapun teknik yang dilakukan dalam pengumpulan data adalah sebagai
berikut:
1. Tes
Tes adalah serentetan atau latihan yang digunakan untuk mengukur
minat, bakat, sikap atau kemampuan seseorang (Yatim Riyanto, 2001:103).
Pendapat lain mengatakan tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta
alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan
intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau
kelompok. Suharsimi Arikunto, (2006:150).
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tes adalah seperangkat
latihan yang dimaksudkan untuk mengukur minat, bakat, sikap atau
kemampuan seseorang dalam pencapaian prestasi. Adapun tes yang digunakan
dalam penelitian ini adalah tes bakat numerik.
Tes kemampuan bakat, mengukur taraf kemampuan seseorang untuk
berhasil dalam bidang studi tertentu, program pendidikan vokasional tertentu
atau bidang pekerjaan tertentu, lingkupnya lebih terbatas dari tes kemampuan
intelektual (Test of Specific Ability; Aptitude Test ). Kemampuan khusus
yang diteliti itu mencakup unsur-unsur intelegensi, hasil belajar, minat dan
kepribadian yang bersama-sama memungkinkan untuk maju dan berhasil
dalam suatu bidang tertentu dan mengambil manfaat dari pengalaman belajar
dibidang itu.
32
D. Instrumen Penelitian
E. Teknik Analisis Data
DAFTAR PUSTAKA
http://pengantarpendidikan.wordpress.com/2010/12/02/dasar-dasar-
pelaksanaan-pendidikan-dan-undang-undang-sistem-pendidikan-nasional/ (hari
minggu tgl 12 jam 9:31)
http://paudjermanclub.blogspot.com/
http://abdulpurwanto.blogspot.com/2005_03_06_archive.html
http://eko13.wordpress.com/2008/03/18/jenis-data-dan-metode-pengumpulan-
data/
33
top related