bab iv hasil penelitian dan pembahasan 4.1 pelaksanaan … · 2016. 8. 9. · soal pilihan ganda...
Post on 22-Nov-2020
6 Views
Preview:
TRANSCRIPT
56
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Pelaksanaan Penelitian
Penelitian eksperimen dilakukan pada siswa Se-Gugus Singoprono Sambi
Kabupaten Boyolali Tahun pelajaran 2013/2014. Subjek yang dijadikan dalam
penelitian adalah siswa kelas 5 Se-Gugus Singoprono Sambi Kabupaten Boyolali
terdiri dari 5 SD, yaitu SD N Cermo 2, SD N Cermo 3, SD N Trosobo 1, SD N
Trosobo 2 dan SD N Nglembu. Dimana siswa SD N Trososbo 2 Sambi Kabupaten
Boyolali sebagai kelas uji coba, SD N Cermo 2 Sambi Kabupaten Boyolali
dijadikan sebagai kelas eksperimen dan siswa SD N Trosobo 1 Sambi Kabupaten
Boyolali dijadikan sebagai kelas kontrol. Penetapan kelas ini dilakukan dengan
teknik random sampling yang sudah diuraikan pada bab III. Total keseluruhan
subjek penelitian adalah 63 siswa dengan masing-masing kelas uji coba berjumlah
18 siswa, kelas eksperimen berjumlah 23 siswa dan kelas kontrol berjumlah 22
siswa.
Penelitian ini prosedur yang pertama adalah melakukan uji coba soal pre tes,
pos tes dan instrumen penilaian sikap di kelas uji coba, yaitu kelas 5 SD N
Trosobo 2 pada hari Kamis, 10 Maret 2014. Soal yang telah diuji cobakan
kemudian dianalisis validitas dan reliabilitasnya. Dari jumlah pre tes sebanyak 35
soal pilihan ganda yang diujikan kepada 18 siswa kelas 5 memperoleh hasil
bahwa 20 soal dinyatakan valid dengan ketentuan koefisien Corrected Item Total
Cerrelation ≥ 0,2 dan hasil reliabilitasnya sebesar 0,845 artinya soal tersebut
sangat reliabel. Kemudian hasil dari uji coba soal pos tes sebanyak 35 soal pilihan
ganda memperoleh hasil bahwa 23 soal dinyatakan valid. Sedangkan hasil uji
coba instrumen penilaian sikap sebanyak 29 item memperoleh hasil bahwa 23 soal
dinyatakan valid. Berdasarkan hasil perhitungan tersebut 20 soal pre tes yang
valid dijadikan sebagai instrument pre tes di kelas 5 baik di kelas eksperimen
maupun kelas kontrol. Untuk hasil uji coba dari soal pos tes dinyatakan valid 23
soal, sedangkan yang dipakai untuk pos tes di kelas 5 pada kelas eksperimen
maupun kelas kontrol 20 soal. Selanjutnya untuk hasil uji coba instrumen
57
penilaian sikap 23 soal dinyatakan valid dan dari semua soal yang valid tersebut
dijadikan sebagai instrumen penilaian sikap di kelas 5 baik di kelas eksperimen
maupun di kelas kontrol.
Pada hari Sabtu, 15 Maret 2014 dilakukan pretes pada siswa kelas 5 di kelas
eksperimen (SD N Cermo 2) yang terdiri dari 10 siswa laki-laki dan 13 siswa
perempuan. Pada hari dan tanggal yang sama juga pretes dilakukan di kelas
kontrol (SD N Trosobo 1) yang terdiri dari 9 siswa laki-laki dan 13 siswa
perempuan. Hasil dari pretes tersebut selanjutnya dianalisis untuk mengetahui
persebaran normalitas dan homogenitas dari kedua kelas penelitian. Setelah
didapat hasil analisis dari data tersebut, peneliti berdiskusi dengan guru kelas 5
pada kelas ekperimen (SD N Cermo 2) dan kelas kontrol (SD N Trosobo 1) untuk
mendiskusikan jadwal pratik mengajar mata pelajaran IPA dengan materi sifat-
sifat cahaya dan pemanfaatannya selain itu juga menjelaskan langkah-langkah
pembelajaran yang akan dipraktikkan. Dalam proses mengajar praktikan sendiri
yang akan mengajar, hal ini dikarenakan pada minggu-minggu tersebut bertepatan
dengan uji coba kelas 6 dan ujian praktik kelas 6. Dengan hal tersebut semua guru
dilibatkan dalam pelaksanaan ujian sehingga tidak bisa membatu untuk
mengajarkan. Pelaksanaan praktik mengajar di kelas eksperimen (SD N Cermo 2)
menggunakan pembelajaran dengan model GI dilaksanakan pada hari Rabu,
Jumat dan Rabu tanggal 19, 21 dan 26 Maret 2014, sedangkan kelas kontrol (SD
N Trosobo 1) menggunakan pembelajaran konvensional denngan metode ceramah
yang dilaksanakan pada hari Rabu, Kamis dan Rabu tanggal 19, 20 dan 26 Maret
2014.
Praktik mengajar di kelas eksperimen dilakukan sebanyak tiga kali
pertemuan. Kegiatan pembelajaran di pertemuan ke-1 dan pertemuan ke-2
menerapkan pembelajaran dengan model group investigation sedangkan kegiatan
pembelajaran pertemuan ke-3 diisi dengan evaluai/ postes. Dimana dalam
kegiatan pembelajaran tersebut mencerminkan proses kerja sama dalam kelompok
dan kselanjutkan untuk bisa kerja sama dalam satu kelas. Kegiatan pembelajaran
dengan model GI ini dipraktikkan ke dalam 2 kali pertemuan pembelajaran IPA
pokok bahasan sifat-sifat cahaya dan kegunaannya.
58
Adapun pelaksanaan pembelajaran GI pertemuan ke-1 dengan indikator
mendiskripsikan sifat-sifat cahaya, mengidentifikasi sifat-sifat cahaya yang
mengenai cermin dan pemanfaatan sifat-sifat cayaha pada benda sederhana.
Kegiatan dengan model GI tersebut ialah: guru menumbuhkan motivasi siswa
dengan mematikan lampu di dalam kelas; guru memberikan contoh berbagai
sumber cahaya agar siswa mengetahui pembelajaran yang akan dipelajari; guru
melakukan demonstrasi mengenai salah satu sifat cahaya dan siswa mengamati
demonstrasi yang dilakukan oleh guru; siswa membentuk kelompok; siswa
bekerja dalam kelompok investigation, guru mendampingi siswa dalam kerja
kelompok; kerja kelompok dilanjutkan pada pertemuan berikutnya.
Pada pertemuan ke-2 dengan indikator mendemonstrasikan sifat-sifat
cahaya dan pemanfaatannya. Kegiatan dalam pembelajaran ini adalah: guru
menumbuhkan motivasi siswa dengan cara menunjukan sebuah cermin, kemudian
siswa mengamati bayangan yang terbentuk dari cermin tersebut; siswa kembali
berkelompok dengan kelompok yang sama pada pertemuan pertama; siswa
mempersiapkan diri untuk mempresentasikan dan mendemonstrasikan hasil kerja
kelompok; perwakilan dari setiap kelompok maju kedepan untuk
mempresentasikan dan mendemonstrasikan hasilnya; kelompok yang tidak
sebagai penyaji terlibat secara aktif untuk mengklarifikasi dan mengajukan
pertanyaan atau tanggapan terhadap topik yang disajikan; guru melakukan
penilaian kelompok; guru memberikan penguatan mengenai hasil dari masing-
masing kelompok penyaji; guru memberikan penghargaan terhadap kelompok
dengan kinerja terbaik.
Proses pembelajaran pada pertemuan ke-1 dan pertemuan ke-2 diamati oleh
observer/ pengamat dari guru kelas 5, yaitu ibu Budi. Tugas dari observer adalah
mengamati aktivitas guru dalam menerapkan model pembelajaran GI pada
kegiatan pembelajaran selama 2 jam pelajaran (2 x 35 menit) dan mengamati
aktivitas siswa saat terlibat dalam kegiatan pembelajaran menggunakan model GI.
Lembar pengamatan guru berisikan 32 item sedangakan lembar observasi siswa
berisikan 31 item, isi dari dari masing-masing lembar observasi dicantumkan pada
bagian lampiran. Hasil pengamatan observer terhadap pembelajaran yang
59
berdampak pada aktivitas siswa diisikan ke lembar observasi dengan memberikan
tanda (√ ) pada pernyataan yang tercantum. Dimana hasil observasi guru pada
pertemuan ke-1 menunjukkan tingkat persentase sebesar 85,15% dengan kategori
baik, sedangkan hasil observasi aktivitas belajar siswa menunjukkan persentase
sebesar 86,6% dengan kategori sangat baik. Pada pertemuan ke-2 hasil observasi
kegiatan pembelajaran guru lebih baik dari pada pertemuan pertama yaitu sebesar
90,15% dengan kategori sangan baik, dan hasil observasi aktivitas belajar siswa
menunjukkan persentase sebesar 87,5% dengan kategori sangat baik. Pertemuan
ke-3 pada Senin tanggal 24 Maret 2014 sudah tidak diamati oleh observer karena
dalam pertemuan ke-3 ini kegiatannya adalah menekankan materi dari pertemuan
ke-1 dan pertemuan ke-2 kemudian dilanjutkan dengan evaluasi/ postes. Postes
dilaksanakan pada hari Senin tanggal 24 Maret 2014 dengan jumlah siswa laki-
laki 10 siswa dan siswa perempuan 13 siswa.
Di kelas kontrol (SD N Trosobo 1) pokok bahasan yang diajarkan sama
dengan yang diajarkan di kelas eksperimen, hanya saja yang membedakan
perlakuan yang diberikan kepada siswa. Di dalam kelas kontrol hanya
menggunakan metode ceramah yang sifatnya konvensional. Pertemuan ke-1 pada
hari Selasa tanggal 18 Maret 2014 dan pertemuan ke-2 pada hari Kamis tanggal
20 Maret 2014. Pada akhir pertemuan yaitu pertemuan ke-3 pada hari Selasa
tanggal 25 Maret 2014 diberikan postes dengan jumlah siswa laki-laki 9 siswa dan
siswa perempuan 13 siswa. Pada kelas kontrol dalam proses pembelajaran juga
diamati oleh observer, dimana pada pertemuan ke-1 hasil observasi kegiatan
pembelajaran guru menunjukkan persentase sebesar 89,2% dengan kategori sangat
baik dan hasil observasi aktivitas belajar siswa menunjukkan persentase sebesar
83,3% dengan kategori baik. Sedangkan pada pertemuan ke-2 hasil observasi
kegiatan pembelajaran guru menunjukkan persentase sebesar 85,7% dengan
kategori sangat baik dan hasil observasi aktivitas belajar siswa menunjukkan
persentase sebesar 80,8% dengan kategori baik. Pada kelas kontrol tidak seperti
kelas ekperimen yang mengalami kanaikan persentase, tetapi pada kelas kontrol
mengalami penurunan persentase. Hal tersebut dikarenakan pada pertemuan ke-2
siswa kelas kontrol sehabis pelajaran penjaskes, sehingga lelah dan konsentrasi
60
sudah terpecah-pecah tidak terfokus pada mata pelajaran tersebut. Pertemuan ke-3
sudah tidak diamati oleh observer, karena pada pertemuan ini kegiatannya adalah
menekankan materi dari pertemuan ke-1 dan pertemuan ke-2 dilanjutkan dengan
evaluasi/ postes
Setelah dilakukan postes pada masing-masing kelas, data yang terkumpul
dari hasil postes pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen dilakukan
pengujian perbedaan rata-rata. Teknik analisis yang digunakan adalah uji t
Independent Samples Test. Agar kesimpulan yang diambil tidak menyimpang
maka syarat dari uji t-tes adalah dilakukannya uji normalitas dan uji homogenitas.
Uji normalitas dan homogenitas penelitian ini menggunakan Sofware SPSS 16 for
windows.
4.2 Hasil Penelitian
Pada bagian hasil penelitian ini akan disajika dua sub bab yaitu deskripsi
data dan analisis data. Deskripsi data berisi data hasil belajar, sikap belajar,
sedangkan analisis data akan diuraikan mengenai hasil analisis deskriptif , uji
normalitas dan uji homogenitas sebagai syarat untuk melakukan uji t dengan
menggunakan Sofware SPSS 16 for window.
4.2.1 Deskripsi Data
Data yang diperoleh dari hasil penelitian berupa data hasil belajar dan sikap
belajar siswa. Data hasil belajar dan sikap belajar diolah dan disederhanakan
dalam tabel distribusi frekuensi. Tabel distribusi frekuensi dibuat secara manual
dengan menggunakan rumus untuk mencari banyaknya kelas atau banyaknya
kategori, range dan interval. Berikut ini akan dibahas secara legkap mengenai
deskripsi data hasil belajar dan sikap belajar siswa kelompok eksperimen maupun
kelompok kontrol.
4.2.1.1 Data Hasil Belajar
Data hasil belajar disajikan secara deskriptif melalui tabel 4.1 yang akan
merangkum data empirik skor hasil belajar IPA pada siswa kelas 5 SD N Cermo 2
dan SD N Trosobo 1 setelah diterapkan pembelajaran dengan menggunakan
model group investigation dan model ceramah. Menurut Sugiyono (2010),
61
langkah-langkah dalam membuat tabel distribusi frekuensi yaitu dengan
menentukan rentang, menentukan banyak kelas interval, dan menentukan panjang
kelas interval. Rentang diperoleh melalui data (terbesar – data terkecil) + 1.
Banyak kelas interval diperoleh dengan menggunakan aturan dari Sturges (banyak
kelas = 1 + 3,3 log n) dimana n merupakan jumlah siswa. Sedangkan panjang
kelas interval diperoleh dari:
p =
Tabel distribusi frekuensi skor hasil belajar kelas eksperimen maupun kelas
kontrol disusun dengan menentukan banyak kelas dan interval kelas digunakan
rumus sebagai berikut:
Banyaknya kategori atau kelas = 1 + 3,3 Log 23
= 1 + 3,3 Log (10 x 2,3)
= 1 + 3,3 Log (1 + 0,36)
= 1 + (3,3 x 1,36)
= 1 + 4,48
= 5,48 dibulatkan menjadi 5 kelas
Range = (Skor maksimal – Skor minimal) + 1
= (100 – 70) + 1
= 31
Interval =
=
= 6,2 dibulatkan menjadi 6
Berikut disajikan distribusi frekuensi skor hasil belajar kelompok
eksperimen setelah diterapkan model pembelajaran Group Investigation dalam
Tabel 4.1 berikut:
62
Tabel 4.1
Destribusi Frekuensi Skor Hasil Belajar IPA pada Siswa Kelas 5 SD N
Cermo 2(Kelas Eksperimen) Se-Gugus Singoprono Sambi Boyolali
Semester 2 Tahun Pelajaran 2013/2014
No
Interval
Kelas Eksperimen
Frekuensi Presentase (%)
1 94 - ….. 2 8,7
2 88 – 93 2 8,7
3 82 – 87 8 34,8
4 76 – 81 5 21,7
5 70 – 75 6 26,1
Jumlah 23 100%
Dari Tabel 4.1 dapat diketahui bahwa pada kelas eksperimen siswa yang
mendapat hasil belajar IPA dengan frekuensi terbanyak adalah skor 82 sampai
dengan 87 yaitu sebanyak 8 orang dengan persentase 34,8%. Sedangkan 70
sampai dengan 75 sebanyak 6 siswa dengan persentase 26,1%. Siswa yang
mendapat skor 76 sampai dengan 81 sebanyak 5 siswa dengan persentase 21,7%.
Siswa yang mendapat skor 88 sampai dengan 93 sebanyak 2 siswa dengan
persentase 8,7%. Dan siswa yang mendapat skor lebih besar dari 94 sebanyak 2
siswa dengan persentase 8,7%. Gambar grafik data hasil belajar IPA kelas
eksperimen dapat dilihat pada gambar 4.1 berikut ini:
63
Gambar 4.1 Diagram Batang Penyebaran Data Skor Hasil Belajar Kelas
Eksperimen pada Siswa Kelas 5 SD N Cermo 2 Se-Gugus Singoprono
Sambi Boyolali Semester 2 Tahun Pelajaran 2013/2014.
Tabel destribusi frekuensi skor hasil belajar kelas kontrol setelah diterapkan
model pembelajaran ceramah juga disusun dengan menentukan banyaknya kelas
dan interval kelas digunakan rumus sebagai berikut:
Banyaknya Kelas = 1 + 3,3 Log 22
= 1 + 3,3 Log (10 x 2,2)
= 1 + 3,3 Log (1 + 0,34)
= 1 + (3,3 x 1,34)
= 1 + 4,42
= 5,42 dibulatkan menjadi 5
Range = (Skor Maksimal – Skor Minimal) + 1
= (90 – 70) + 1
= 21
Interval =
=
= 4,2 dibulatkan menjadi 4
0
1
2
3
4
5
6
7
8
≥94 88-93 82-87 76-81 70-75
64
Berikut disajikan distribusi frekuensi skor hasil belajar kelas kontrol dalam
Tabel 4.2 sebagai berikut:
Tabel 4.2
Destribusi Frekuensi Skor Hasil Belajar IPA pada Siswa Kelas 5 SD N
Trosobo 1 (Kelas Kontrol) Se-Gugus Singoprono Sambi Boyolali
Semester 2 Tahun Pelajaran 2013/2014
No
Interval
Kelas Kontrol
Frekuensi Presentase (%)
1 86 - …. 3 13,64
2 82 - 85 3 13,64
3 78 - 81 4 18,18
4 74 - 77 9 40.90
5 70 - 73 3 13,64
Jumlah 22 100%
Dari Tabel 4.2 dapat diketahui bahwa pada kelas kontrol siswa yang
mendapat hasil belajar IPA dengan frekuensi terbanyak adalah skor 74 sampai
dengan 77 yaitu sebanyak 9 orang dengan persentase 40,90%. Sedangkan 70
sampai dengan 73 sebanyak 3 siswa dengan persentase 13,64%. Siswa yang
mendapat skor 78 sampai dengan 81 sebanyak 4 siswa dengan persentase
18,18%. Siswa yang mendapat skor 82 sampai dengan 85 sebanyak 3 siswa
dengan persentase 13,64%. Dan siswa yang mendapat skor lebih dari 86 sebanyak
3 siswa dengan persentase 13,64 %. Gambar grafik data hasil belajar IPA kelas
kontrol dapat dilihat pada gambar 4.2 berikut ini:
65
Gambar 4.2 Diagram Batang Penyebaran Data Skor Hasil Belajar Kelas
Kontrol pada Siswa Kelas 5 SD N Trosobo 1 Se-Gugus Singoprono
Sambi Boyolali Semester 2 Tahun Pelajaran 2013/2014
4.2.1.2 Data Sikap Belajar
Data sikap belajar disajikan secara deskriptif melalui Tabel 4.3 yang akan
merangkum data empirik skor hasil sikap belajar siswa kelas 5 SD N Cermo 2 dan
SD N Trosobo 1 setelah dilakukan observasi sikap belajar siswa melalui angket
yang diberikan kepada siswa dan kemudian untuk diisikan pada setiap masing-
masing poinnya. Tabel distribusi frekuensi hasil sikap belajar siswa kelas
eksperimen maupun kelas kontrol dapat ditentukan berdasarkan skor ideal
(Sugiyono, 2012: 93). Untuk menghitung jumalah skor ideal (kriterium) dari
seluruh item, digunakan rumus sebagai berikut:
Selanjutnya setelah diketahui skor kriterium kemudian jumlah jawaban dari siswa
dimasukkan kedalam tabel distribusi frekuensi dan ditentukan daerah jawabannya.
Berikut disajikan Tabel 4.3 destribusi frekuensi sikap belajar IPA pada kelas
eksperimen.
0
1
2
3
4
5
6
90-94 85-89 80-84 75-79 70-74
Skor Kriterium = Nilai Skala x Jumlah Item Soal
rrryitficResResponden
66
Tabel 4.3
Destribusi Frekuensi Angket Sikap Belajar IPA pada Siswa Kelas 5 SD N
Cermo 2 (Kelas Eksperimen) Se-Gugus Singoprono Sambi Boyolali
No
Kategori
Interval
Kelas Eksperimen
Frekuensi Persentase (%)
1 Sangat Baik 81 – 100 16 69,57
2 Baik 61 – 80 7 30,43
3 Cukup Baik 41 – 60 0 0
4 Kurang Baik 21 – 40 0 0
5 Sangat Kurang Baik < 20 0 0
Jumlah 23 100%
Dari Tabel 4.3 dapat diketahui bahwa pada kelas eksperimen siswa yang
mendapat hasil sikap belajar IPA dengan frekuensi terbanyak adalah skor 81
sampai dengan 100 yaitu sebanyak 16 siswa dengan persentase 69,57% dan pada
krireria sangat baik. Frekuensi selanjutnya yang diperoleh siswa adalah 61 sampai
dengan 80 dengan yaitu sebanyak 7 siswa dengan persentase 30,43% dan pada
kriteria baik. Gambar grafik penyebaran data sikap belajar IPA kelas eksperimen
dapat dilihat pada gambar 4.3 berikut ini:
67
Gambar 4.3 Diagram Batang Penyebaran Data Skor Angket Sikap Belajar
IPA Kelas Eksperimen pada Siswa Kelas 5 SD N Cermo 2 Se-Gugus
Singoprono Sambi Boyolali Semester 2 Tahun Pelajaran 2013/2014.
Berikut disajikan Tabel 4.4 destribusi frekuensi hasil sikap belajar IPA pada kelas
kontrol.
Tabel 4.4
Destribusi Frekuensi Skor Sikap Belajar IPA pada Siswa Kelas 5 SD N
Trosobo 1 (Kelas Kontrol) Se-Gugus Singoprono Sambi Boyolali
No
Kategori
Interval
Kelas Kontrol
Frekuensi Persentase (%)
1 Sangat Baik 81 – 100 13 40,9
2 Baik 61 – 80 9 59,1
3 Cukup Baik 41 – 6- 0 0
4 Kurang Baik 21 – 40 0 0
5 Sangat Kurang Baik < 20 0 0
Jumlah 22 100%
Dari Tabel 4.4 dapat diketahui bahwa pada kelas kontrol siswa yang
mendapat hasil sikap belajar IPA dengan frekuensi terbanyak adalah skor 81
0
2
4
6
8
10
12
14
16
Interval 81 – 100 61 – 80 41 – 60 21 – 40 < 20
Kategori SangatBaik
Baik CukupBaik
KurangBaik
SangatKurang
Baik
68
sampai dengan 100 yaitu sebanyak 13 siswa dengan persentase 59,1% dan pada
sangat baik. Frekuensi selanjutnya yang diperoleh siswa adalah 61 sampai dengan
80 dengan persentase 40,9% dan pada kriteria baik. Gambar grafik penyebaran
data sikap belajar IPA kelas kontrol dapat dilihat pada gambar 4.4 berikut ini:
Gambar 4.4 Diagram Batang Penyebaran Data Skor Angket Sikap Belajar
IPA Kelas Kontrol pada Siswa Kelas 5 SD N Trosobo 1 Se-Gugus Singoprono
Sambi Boyolali Semester 2 Tahun Pelajaran 2013/2014.
4.2.2 Analisis Data
Pada sub bab ini akan dijelaskan mengenai proses analisis data baik data
hasil belajar IPA maupun data hasil sikap belajar IPA, termasuk gambaran umum
data yang di analisis seperti analisis deskriptif, pengujian normalitas dan
homogenitas sebagai syarat melakukan uji hipotesis menggunakan uji t. Semua
pengujian ini dilakukan dengan bantuan SPSS 16 for windows.
4.2.2.1 Analisis Deskriptif Hasil Belajar IPA
Setelah dilakukan distribusi frekuensi dilakukan analisis deskriptif dengan
bantuan SPSS 16 for windows. Deskriptif statistik dengan skor minimum,
0
2
4
6
8
10
12
14
Interval 81 – 100 61 – 80 41 – 6- 21 – 40 < 20
Kategori SangatBaik
Baik CukupBaik
KurangBaik
SangatKurang
Baik
69
maksimum mean, standar deviasi. Berikut disajikan Tabel hasil analisis deskriptif
pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.
Tabel 4.5
Deskriptif Statistik dari Hasil Belajar Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
SD N Se-Gugus Singoprono Sambi Boyolali
Tahun Pelajaran 2013/2014
kelas Mean Std. Deviation Minimum Maximum N
kontrol 78.6364 6.39602 70.00 90.00 22
eksperimen 86.9565 5.98087 70.00 100.00 23
Total 45
Berdasarkan Tabel 4.5 diketahui bahwa hasil belajar IPA pada siswa kelas
kontrol dengan jumlah siswa sebanyak 22 anak setelah diterapkan pembelajaran
dengan model konvensional atau ceramah diperoleh skor maksimal 90 sedangkan
skor minimum sebesar 70 dengan rata-rata nilai 78,6364 dan standar deviasi 6,396.
Sedangkan pada hasil belajar IPA kelas eksperimen dengan jumlah siswa
sebanyak 23 anak setelah diterapkan pembelajaran dengan menggunakan model
group investigation diperoleh skor maksimal 100 sedangkan skor minimum
sebesar 70 dengan rata-rata nilai 86, 9565 dan standar deviasi 5,981. Dari hasil
analisis statistik deskriptif skor hasil belajar IPA kondisi dua kelas perbedaannya
tidak terlalu jauh dari rata-rata.
4.2.2.2 Uji t Independent Samples Test Hasil Belajar IPA
Persyaratan analisis data dengan menggunakan statistik parametrik adalah
skor yang diperoleh berdasarkan distribusi normal dan homogen. Oleh karena itu,
sebelum dilakukan uji t Independent Samples Test mensyaratkan data terdistribusi
secara normal dan data bersifat homogen. Pengujian normalitas dilakukan dengan
SPSS 16 for windows berdasarkan pada uji Kolmogorov-Smirnov, yang hasilnya
disajikan dalam Tabel 4.6 berikut
70
Tabel 4.6
Hasil Analisis Uji Normalitas Hasil Belajar IPA Kelas 5 SD N Cermo 2
(Kelas Eksperimen) dan SD N Trosobo 1 (Kelas Kontrol) Se-Gugus
Singoprono Sambi Boyolali Semester 2 Tahun Pelajaran 2013/2014
Kelas
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Nilai eksperimen .218 23 .006 .886 23 .013
kontrol .261 22 .002 .878 22 .011
a. Lilliefors Significance Correction
Jika sig. pada Kolmogorov-Smirnov > 0,05 maka sebaran data tersebut
normal, sedangkan jika sig. Kolmogorov-Smirnov < 0,05 maka sebaran data
tersebut tidak normal. Hasil uji normalitas persebaran data pos tes dapat dilihat
pada Tabel 4.6. Berdasarkan Tabel 4.6 terlihat bahwa hasil analisis uji
Kolmogorov-Smirnov tingkat signifikasi pada kelompok ekperimen 0,006 dan
pada kelompok kontrol nilai signifikasinya 0,002 maka kedua kelompok tersebut
berdistribusi tidak normal.
Berikut ini disajikan gambar plot yang menunjukkan bahwa kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol berdistribusi tdak normal.
71
Gambar 4.5 Normal Q-Q Plot Skor Pos Tes IPA Kelas Eksperimen
Gambar 4.6 Normal Q-Q Plot Skor Pos Tes IPA Kelas Kontrol
Dari data uji normalitas selanjutnya di lakukan uji homogenitas. Uji
homogenitas dilakukan dengan SPSS 16 for windows. Berikut ni disajikan tabel
analisis uji homogenitas hasil belajar IPA pada materi sifat-sifat cahaya dan
manfaatnya dari kedua kelas yang digunakan dalam penelitian, yaitu SD N Cermo
2 sebagai kelas eksperimen dan SD N Trosobo 1 sebagai kelas kontrol.
72
Tabel 4.7
Hasil Analisis Uji Homogenitas Hasil Belajar IPA Kelas 5 SD N Cermo 2
(Kelas Eksperimen) dan SD N Trosobo 1 (Kelas Kontrol) Se-Gugus
Singoprono Sambi Boyolali Semester 2 Tahun Pelajaran 2013/2014
Independent Samples Test
Levene's Test for Equality of
Variances
F Sig.
Nilai Equal variances assumed .625 .433
Equal variances not
assumed
Berdasarkan Tabel 4.7 tersebut diketahui bahwa signifikasi sebesar 0,433.
Karena signifikasi lebih dari 0,05 maka dapat disimpulkan bahawa kelas
eksperimen dan kelas kontrol mempunyai varian yang sama .
Setelah diketahui uji normalitas dan uji homogenitas maka dilakukan uji t
antara kelas kontrol dan kelas eksperimen. Tetapi syarat untuk dapat dilakukan uji
t data tersebut harus berdistribusi normal dan mohogen. Sedangkan data dari hasil
uji normalitas pos tes tidak berdistribusi normal, oleh karena itu uji t diganti
dengan menggunakan uji mann-whitney U. Uji mann-whitney merupakan
alternative bagi uji t, uji mann-whitney U merupakan uji non parametrik yang
digunaka untuk membandingkan dua mean populasi yang berasal dari populasi
yang sama. Selain itu uni mann-whitney ini juga digunakan untuk menguji apakah
dua mean populasi tersebut sama atau tidak. Uji mann-whitney U dilakukan
dengan menggunakan program SPSS 16 for windows, berikut disajikan Tabel 4.8
uji mann-whitney U dari kelas eksperimen dan kelas kontrol.
73
Tabel 4.8
Hasil Analisis Uji Mann-Whitney U Hasil Belajar IPA Kelas 5 SD N Cermo 2
(Kelas Eksperimen) dan SD N Trosobo 1 (Kelas Kontrol) Se-Gugus
Singoprono Sambi Boyolali Semester 2 Tahun Pelajaran 2013/2014
Test Statisticsa
Nilai
Mann-Whitney U 91.000
Wilcoxon W 344.000
Z -3.768
Asymp. Sig. (2-
tailed) .000
a. Grouping Variable: Kelas
Berdasakan Tabel 4.8 hasil analisis uji Mann-Whitney U yang mencakup
Mann-Whitney U, Wilcoxom W dan Z, tersebut terlihat bahwa koefisien signifikasi
pada Asymp. Sig. (2 – tailed) sebesar 0,000.
4.2.2.3 Analisis Deskriptif Sikap Belajar IPA
Setelah dilakukan distribusi frekuensi, dilakukan analisis deskriptif dengan
bantuan SPSS 16 for windows. Deskriptif statistik dengan skor minimum, skor
maksimum, mean dan standar deviasi. Berikut disajikan Tabel hasil analisis
deskriptif pada kelas ekperimen maupun kelas kontrol.
74
Tabel 4.9
Deskriptif Statistik dari Sikap Belajar IPA Kelas Eksperimen dan
Kelas Kontrol SD N Se-Gugus Singoprono Sambi Boyolali
Tahun Pelajaran 2013/2014
Kelas Mean N Std. Deviation Minimum Maximum
kontrol 80.5000 22 6.66012 65.00 91.00
eksperimen 81.8261 23 5.19311 71.00 93.00
Total 81.1778 45 5.92487 65.00 93.00
Berdasarkan Tabel 4.9 diketahui bahwa hasil sikap belajar IPA pada siswa
kelas kontrol dengan jumlah siswa sebanyak 22 anak setelah diterapkan
pembelajaran dengan model konvensional atau ceramah diperoleh skor maksimal
91 sedangkan skor minimum sebesar 65 dengan rata-rata nilai 80,500 dan standar
deviasi 6,660. Sedangkan pada hasil sikap belajar IPA kelas eksperimen dengan
jumlah siswa sebanyak 23 anak setelah diterapkan pembelajaran dengan
menggunakan model group investigation diperoleh skor maksimal 93 sedangkan
skor minimum sebesar 71 dengan rata-rata nilai 81,826 dan standar deviasi 5,193.
Dari hasil analisis statistik deskriptif skor hasil sikap belajar IPA kondisi dua
kelas perbedaannya tidak terlalu jauh dari rata-rata.
4.2.2.4 Uji t Independent Samples Test Sikap Belajar IPA
Dalam uji t independent samples tes hasil sikap belajar ini prosedur pertama
yang dilakukan adalah uji normalitas untuk mengatahui berdistribusi normal atau
tidak. Selanjutnya dilakukan uji homogenitas dan yang terakhir dilakukan uji t
Independent Samples Test. Pengujian normalitas dilakukan dengan SPSS 16 for
windows berdasarkan pada uji Kolmogorov-Smirnov, yang hasilnya disajikan
dalam Tabel 4.10 berikut:
75
Tabel 4.10
Hasil Analisis Uji Normalitas Sikap Belajar IPA Kelas 5 SD N Cermo 2
(Kelas Eksperimen) dan SD N Trosobo 1 (Kelas Kontrol) Se-Gugus
Singoprono Sambi Boyolali Semester 2 Tahun Pelajaran 2013/2014
Tests of Normality
VAR00002
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
VAR0000
1
kontrol .152 22 .200* .947 22 .276
eksperimen .132 23 .200* .978 23 .871
a. Lilliefors Significance Correction
*. This is a lower bound of the true significance.
Jika sig. pada Kolmogorov-Smirnov > 0,05 maka sebaran data tersebut
normal, sedangkan jika sig. Kolmogorov-Smirnov < 0,05 maka sebaran data
tersebut tidak normal. Hasil uji normalitas persebaran data sikap belajar IPA dapat
dilihat pada Tabel 4.10, berdasarkan Tabel 4.10 terlihat bahwa hasil analisis uji
Kolmogorov-Smirnov tingkat signifikasi pada kelompok ekperimen 0,200 dan
pada kelompok kontrol nilai signifikasinya 0,200 maka kedua kelompok tersebut
berdistribusi normal. Berikut ini disajikan gambar plot yang menunjukkan bahwa
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol berdistribusi normal.
76
Gambar 4.7 Normal Q-Q Plot Skor Sikap Belajar IPA Kelas Eksperimen
Gambar 4.8 Normal Q-Q Plot Skor Sikap Belajar IPA Kelas Kontrol
Dari data uji normalitas selanjutnya di lakukan uji homogenitas. Uji
homogenitas dilakukan dengan SPSS 16 for windows. Hasil uji homogenitas dapat
dilihat pada Tabel 4.11 berikut:
77
Tabel 4.11
Hasil Analisis Uji Homogenitas Sikap Belajar IPA Kelas 5 SD N Cermo 2
(Kelas Eksperimen) dan SD N Trosobo 1 (Kelas Kontrol) Se-Gugus
Singoprono Sambi Boyolali Semester 2 Tahun Pelajaran 2013/2014
Independent Samples Test
Levene's Test for Equality of
Variances
F Sig.
VAR00001 Equal variances assumed .918 .343
Equal variances not
assumed
Berdasarkan Tabel 4.11 tersebut diketahui bahwa signifikasi sebesar 0,343.
Karena signifikasi lebih dari 0,05 maka dapat disimpulkan bahawa kelas
eksperimen dan kelas kontrol mempunyai varian yang sama.
Setelah diketahui uji normalitas yang berdistribusi normal dan uji
homogenitas yang mempunyai varian sama, maka selanjutnya dilakukan uji t
samples test antara kelas kontrol dan kelas eksperimen. Uji t dilakukan dengan
menggunakan program SPSS 16 for windows, yang hasilnya tersaji dalam Tabel
4.12 berikut:
78
Tabel 4.12
Hasil Analisis Uji t Sikap Belajar IPA Kelas 5 SD N Cermo 2 (Kelas
Eksperimen) dan SD N Trosobo 1 (Kelas Kontrol) Se-Gugus Singoprono
Sambi Boyolali Semester 2 Tahun Pelajaran 2013/2014
Independent Samples Test
t-test for Equality of Means
t df Sig. (2-tailed) Mean Difference
Std. Error
Difference
95% Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
-.747 43 .459 -1.32609 1.77584 -4.90741 2.25524
-.745 41.708 .459 -1.32609 1.78571 -4.93597 2.28380
Berdasarkan Tabel 4.12 hasil analisis uji t dapat diketahui bahwa koefisien
Sig. (2-tailed) sebesar 0,459.
4.3 Pembahasan
Pembahasan pada sub bab ini akan mencakup dua hal yaitu uji hipotesis dan
uji pembahasan hasil penelitian. Uji hipotesis akan memuat jawaban dari rumusan
masalah apakah Ho diterima dan Ha ditolak atau sebaliknya. Sedangkan
pembahasan hasil penelitian akan mencakup pembahasan berdasarkan uji
hipotesis yang telah dilakukan.
4.3.1 Uji Hipotesis Hasil Belajar IPA
Uji hipotesis hasil belajar dilakukan setelah melakukan uji mann-whitney U
yang terdapat pada Tabel 4.8. Uji mann-whitney U digunakan untuk mengetahui
perbedaan rata-rata skor hasil belajar siswa. Perbedaan pengaruh dalam hipotesis
dapat dilihat dari perbedaan rata-rata kelas eksperimen dan kelas kontrol.
Selanjutnya perbedaaan rata-rata dalam uji mann-whitney U digunakan untuk
melihat pengaruh yang signifikan antara penerapan metode pembelajaran group
79
investigation dengan metode pembelajaran ceramah/konvensional terhadap hasil
belajar IPA pada siswa kelas 5 SD N Cermo 2 sebagai kelas eksperimen dan SD
N Trosobo 1 sebagai kelas konrol. Uji hipotesis yang digunakan dalam penelitian
ini adalah hipotesis nol yang dinyatakan sebagai berikut:
1. Ho menyatakan tidak ada pengaruh yang signifikan antara penerapan model
pembelajaran group investigation (GI) dengan model pembelajaran
ceramah/konvensional terhadap hasil belajar IPA pada siswa kelas 5 SD N
Cermo 2 dan SD N Trosobo 1 Kecamatan Sambi Kabupaten Boyolali semester
2 tahun pelajaran 2013/2014
2. Ha menyatakan ada pengaruh yang signifikan antara penerapan model
pembelajaran group investigation (GI) dengan model pembelajaran
ceramah/konvensional terhadap hasil belajar IPA pada siswa kelas 5 SD N
Cermo 2 dan SD N Trosobo 1 Kecamatan Sambi Kabupaten Boyolali semester
II tahun pelajaran 2013/2014.
Setelah dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas maka dapat diketahui
data tidak tersebar normal sehingga analisis data dalam penelitian ini
menggunakan uji mann-whitney U. Pengambilan keputusan dalam analisis data ini
dapat dilihat berdasarkan tingkat signifikansinya. Ketentuan dalam uji mann-
whitney U ini, apabila signifikansinya > 0,05 maka menunjukkan bahwa Ho
diterima dan Ha ditolak. Tetapi apabila signifikansinya < 0,05 maka menunjukkan
Ho ditolak dan Ha diterima.
Berdasarkan Tabel 4.8 terlihat bahwa signifikansinya 0,000 sehingga kurang
dari 0,05. Dengan tingkat signifikansi yang < 0,05 maka menunjukkan Ho ditolak
dan Ha diterima. Sehingga dalam penelitian ini Ho yang menyatakan tidak ada
pengaruh yang signifikan antara penerapan model pembelajaran group
investigation (GI) dengan model pembelajaran ceramah/konvensional terhadap
hasil belajar IPA pada siswa kelas 5 SD N Cermo 2 dan SD N Trosobo 1
Kecamatan Sambi Kabupaten Boyolali semester II tahun pelajaran 2013/2014
ditolak. Sedangkan Ha dalam penelitian ini yang menyatakan ada pengaruh yang
signifikan antara penerapan model pembelajaran group investigation (GI) dengan
model pembelajaran ceramah/konvensional terhadap hasil belajar IPA pada siswa
80
kelas 5 SD N Cermo 2 dan SD N Trosobo 1 Kecamatan Sambi Kabupaten
Boyolali semester II tahun pelajaran 2013/2014 diterima.
4.3.2 Uji Hipotesis Sikap Belajar IPA
Uji hipotesis dilakukan setelah melakukan uji t Independent Samples Test
yang terdapat pada Tabel 4.12. Uji t independent digunakan untuk mengetahui
perbedaan rerata skor sikap belajar siswa. Perbedaan pengaruh dalam hipotesis
dapat dilihat perbedaan rerata kelas eksperimen dan kelas kontrol. Uji hipotesis
yang digunakan dalam penelitian ini adalah hipotesis nol yang dinyatakan sebagai
berikut:
1) Ho menyatakan tidak ada pengaruh yang signifikan antara penerapan model
pembelajaran group investigation (GI) dengan model pembelajaran
ceramah/konvensional terhadap sikap belajar IPA pada siswa kelas 5 SD N
Cermo 2 dan SD N Trosobo 1 Kecamatan Sambi Kabupaten Boyolali
semester 2 tahun pelajaran 2013/2014
2) Ha menyatakan ada pengaruh yang signifikan antara penerapan model
pembelajaran group investigation (GI) dengan model pembelajaran
ceramah/konvensional terhadap sikap belajar IPA pada siswa kelas 5 SD N
Cermo 2 dan SD N Trosobo 1 Kecamatan Sambi Kabupaten Boyolali
semester II tahun pelajaran 2013/2014.
Setelah dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas maka dapat
diketahui data tersebar normal. Pengambilan keputusan dalam analisis data ini
dapat dilihat berdasarkan tingkat signifikansinya. Ketentuan dalam uji t
independent ini, apabila signifikansinya > 0,05 maka menunjukkan bahwa Ho
diterima dan Ha ditolak. Tetapi apabila signifikansinya < 0,05 maka menunjukkan
Ho ditolak dan Ha diterima.
Berdasar Tabel 4.12 terlihat bahwa signifikansinya 0,459 sehingga lebih
dari 0,05. Dengan tingkat signifikansi yang > 0,05 maka menunjukkan Ho
diterima dan Ha di tolak. Sehingga dalam penelitian ini Ho yang menyatakan
tidak ada pengaruh yang signifikan antara penerapan model pembelajaran group
investigation (GI) dengan model pembelajaran ceramah/konvensional terhadap
81
sikap belajar IPA pada siswa kelas 5 SD N Cermo 2 dan SD N Trosobo 1
Kecamatan Sambi Kabupaten Boyolali semester 2 tahun pelajaran 2013/2014
diterima. Sedangkan Ha dalam penelitian ini yang menyatakan ada pengaruh
yang signifikan antara penerapan model pembelajaran group investigation (GI)
dengan model pembelajaran ceramah/konvensional terhadap sikap belajar IPA
pada siswa kelas 5 SD N Cermo 2 dan SD N Trosobo 1 Kecamatan Sambi
Kabupaten Boyolali semester II tahun pelajaran 2013/2014 di tolak.
4.3.3 Pembahasan Hasil Penelitian
Berdasarkan Tabel 4.5, terlihat bahwa hasil belajar mata pelajaran IPA
kelas eksperimen yang pembelajarannya menggunakan model group investigation
diperoleh rata-rata sebesar 86,956 dengan nilai tertinggi 100 dan terendah 70.
Sedangkan pada kelas kontrol yang pembelajarannya menggunakan model
konvensional/ceramah diperoleh rata-rata sebesar 78,636 dengan nilai tertinggi 90
dan terendah 70. Dari analisis tersebut terlihat bahwa rata-rata hasil belajar IPA
antara kelas eksperimen dan kelas kontrol menunjukkan perbedaan yang
signifikan. Perbedaan rata-rata antara kelas eksperimen dan kelas kontrol tersebut
dapat dibuktikan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara pembelajaran
dengan menggunakan model group investigation dengan pembelajaran yang
menggunakan model konvensional/ceramah, hal ini berarti bahwa penggunaan
model pembelajaran group investigation memberikan pengaruh lebih baik
daripada model pembelajaran konvensinal/ceramah.
Sedangkan berdasarkan Tabel 4.9, terlihat bahwa sikap belajar IPA kelas
eksperimen yang pembelajarannya menggunakan model group investigation
diperoleh rata-rata sebesar 81,826 dengan nilai tertinggi 93 dan terendah 71.
Sedangkan pada kelas kontrol yang pembelajarannya menggunakan model
konvensional/ceramah diperoleh rata-rata sebesar 80,500 dengan nilai tertinggi 91
dan terendah 65. Dari hasil analisis deskriptif dinyatakan bahwa rata-rata sikap
belajar siswa dua kelas tersebut menunjukkan adanya perbedaan tetapi tidak
signifikan. Oleh karena itu penggunaan model pembelajaran group investigation
kurang dapat mempengaruhi sikap belajar siswa secara signifikan. Hal tersebut
82
dapat dilihat dari hasil rata-rata angket sikap belajar IPA kelas eksperimen dan
kelas kontrol menunjukkan tidak beda jauh.
Secara teoritis perbedaan hasil belajar IPA ini terjadi karena tingkat
pemahaman siswa terhadap materi berbeda. Pembelajaran yang menggunakan
model group investigayion terlihat bahwa hasil belajarnya lebih baik
dibandingkan dengan pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran
konvensional/cermah. Dalam pembelajaran yang menggunakan model group
investigation, siswa terlibat aktif dalam pembelajaran, sejak dari menentukan
pokok bahasan yang akan dibahas. Siswa belajar memecahkan masalah, bekerja
sama, mengutarakan pendapatnya didalam kelompok masing-masing dan
kemudian menyampaikan di depan kelas kepada semua teman-temannya. Dengan
hal tersebut sehingga tingkat pemahaman siswa terhadap materi tersebut lebih
mendalam dibandingkan dengan model pembelajaran konvensional/ceramah.
Pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran konvensional/cerama,
siswa hanya duduk diam mendengarkan materi dari guru sehingga materi
pembelajaran yang diserap oleh siswa tidak maksimal. Tetapi hasil belajar IPA
berbeda dengan sikap belajar IPA. Pengggunaan model pembelajaran group
investigation dan model pembelajaran konvensional/ceramah ttidak berpengaruh
terhadap sikap belajar IPA.
Hasil penelitian yang telah dilakukan sejalan dengan penelitian yang telah
dilakukan sebelumnya oleh Yoyyan Alfiyatu Zuhriyah tahun 2010. Penelitian ini
berjudul “Pengaruh Model Belajar Kooperatif Tipe Group Investigation Terhadap
Minat Belajar dan Hasil Belajar pada Mata Pelajaran Periferal Kelas X TKJ di
SMK N 6 Malang”. Menyimpulkan bahwa ada perbedaan hasil belajar secara
signifikan antara kelas eksperimen dan kontrol setelah diberi perlakuan untuk
kelas eksperimen menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe group
investigation dan kelas kontrol menggunakan metode konvensional (metode
ceramah terbuka) sehingga diperoleh (2,089) (1,658) 3).
Shinta Yan Putri Kirana dengan judul “Pengaruh Cooperative Learning
Dengan Model Group Investigation Terhadap Sikap dan Hasil BelajarSiswa XII
IPS SMA Negeri 1 Krembung. Menyimpulkan bahwa hasil penelitian yang
83
pertama menunjukkan tidak ada perbedaan secara signifikan sikap belajar antara
kelas yang diajar dengan pembelajaran kooperatif model group investigation
dengan siswa yang diajar dengan menggunakan metode konvensional. Kemudian
yang kedua menunjukkan ada perbedaan secara signifikan hasil belajar antara
kelas yang diajar dengan pembelajaran kooperatif model group investigation
dengan siswa yang diajar menggunakan metode konvensional.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan
bahwa tidak ada pengaruh yang signifikan penggunaan model pembelajaran
kooperatif tipe group investigation (GI) terhadap sikap belajar siswa pada
pembelajaran IPA kelas V SD Negeri Se-Gugus Singoprono kecamatan Sambi
kabupaten Boyolali semester II tahun pelajaran 2013/2014. Kemudian terdapat
pengaruh yang signifikan penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe group
investigation (GI) terhadap hasil belajar siswa pada pembelajaran IPA kelas V SD
Negeri Se-Gugus Singoprono kecamatan Sambi kabupaten Boyolali semester II
tahun pelajaran 2013/2014.
top related