bab iv hasil penelitian dan pembahasan 4.1 gambaran...
Post on 10-May-2019
218 Views
Preview:
TRANSCRIPT
41
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Subyek Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada Sekolah Dasar Gugus Hasanudin
Kecamatan Kedungjati Kabupaten Grobogan Tahun Pelajaran 2011/2012
yang terdiri dari SD Negeri 01 Panimbo dan SD Negeri 02 Panimbo.
Subyek dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V SD Negeri 01
Panimbo dan SD Negeri 02 Panimbo.
Pada Tahun ajaran 2010/2011 diketahui bahwa jumlah seluruh
siswa kelas V di SD Negeri 01 Panimbo dan SD Negeri 02 Panimbo
Kecamatan Kedungjati Kabupaten Grobogan berjumlah 50 siswa yang
terdiri dari 25 siswa di SD Negeri 01 Panimbo sebagai kelas eksperimen dan
25 siswa di SD Negeri 02 Panimbo sebagai kelas kontrol. Berikut gambaran
lebih jelas tentang subyek dalam penelitian yang ditinjau dari kelas jenis
kelamin, dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut ini:
Tabel 4.1. Data Subyek Penelitian
Nama Sekolah Kelas Jenis Kelamin Jumlah
Siswa Laki-laki Perempuan SDN 01 Panimbo Eksperimen 14 11 25
SDN 02 Panimbo Kontrol 9 16 25
Jumlah Seluruhnya 50
4.1.1 Pelaksanaan Penelitian
Pelaksanaan penelitian di SDN 01 Panimbo sebagai kelas eksperimen
dan SDN 02 Panimbo sebagai kelas kontrol masing-masing dilakukan 2 kali
pertemuan pada kedua SD seperti tercantum dalam jadwal penelitian.
Jadwal kegiatan yang dilaksanakan seperti pada Tabel 4.2 berikut.
42
Tabel 4.2. Jadwal Kegiatan Penelitian
No. Hari/Tanggal Uraian Kegiatan 1. Selasa, 27 Maret 2012 a. Perkenalan dengan siswa (kelas
eksperimen dan kelas kontrol) b. Memberikan pre-tes kepada
kelas eksperimen dan kelas kontrol.
2. Rabu, 28 Maret 2012 Kegiatan pembelajaran 1 pada kelas eksperimen dan kelas kontrol tentang pembentukan tanah.
3. Kamis, 29 Maret 2012 Kegiatan pembelajaran 2 pada kelas eksperimen dan kelas kontrol melanjutkan materi tentang pembentukan tanah.
4. Jumat, 30 Maret 2012 Memberikan post test kepada kelas eksperimen dan kelas kontrol.
5 Sabtu, 31 Maret 2012 Memberikan angket motivasi belajar IPA kepada kelas eksperimen dan kelas kontrol.
4.1.2 Pelaksanaan Kegiatan Pembelajaran
4.1.2.1 Pelaksanaan Kegiatan Pembelajaran pada Kelas Eksperimen
Pelaksanaan kegiatan pembelajaran pada kelas eksperimen ini terdiri
dari dua pertemuan, yaitu pertemuan I dan pertemuan II. Masing-masing
pertemuan berlangsung selama 70 menit (2x35 menit). Pertemuan I
dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 28 Maret 2012 dan pertemuan II
dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 29 Maret 2012.
a. Pertemuan I
Sebelum kegiatan pembelajaran dimulai guru menyiapkan peralatan
yang dibutuhkan dalam pembelajaran, seperti Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP), lembar kerja siswa, lembar observasi, media
pembelajaran gambar bagian-bagian tanah, contoh macam-macam batuan
beku dan endapan, buku pelajaran dan serta ruang/lokasi.
43
Pada awal pembelajaran guru melihat kesiapan siswa untuk mengikuti
proses pembelajaran, mengucapkan salam, berdoa, dan melakukan presensi,
kemudian dilanjutkan dengan pemberian apersepsi, yaitu “coba kalian lihat
lingkungan disekitar kalian! Benda-benda apa saja yang dapat kalian lihat?
Coba bayangkan batu-batu yang ada di rumah kalian pasti tampak sangat
keras dan kuat. Namun, tahukah kalian bahwa lama-kelamaan batu-batu itu
akan mengalami pelapukan? Batu-batu itu akan rapuh dan hancur menjadi
butiran-butiran halus. Butiran-butiran halus inilah yang akhirnya
membentuk tanah. Bagaimana proses pembentukan tanah tersebut? Nah hari
ini kita akan mempelajari pembentukan tanah”, dilanjutkan dengan
penyampaian tujuan pembelajaran.
Setelah kegiatan awal selesai disampaikan, kemudian dilanjutkan
kegiatan inti yang terdiri dari 4 tahap pembelajaran dengan menggunakan
metode pembelajaran diskusi kelompok jenis syndicate group yaitu:
Tahap Forming (pembentukan)
Pada tahap forming (pembentukan) siswa dibagi menjadi 5 kelompok,
masing-masing kelompok terdiri dari 5 siswa kemudian masing-masing
kelompok mendapat materi yang berbeda dari guru, yaitu:
1) Kelompok 1: bagian-bagian tanah yang tersusun atas beberapa lapisan
(lapisan atas dan lapisan tengah)
2) Kelompok 2: bagian-bagian tanah yang tersusun atas beberapa lapisan
(lapisan bawah dan lapisan batuan induk)
3) Kelompok 3: jenis-jenis batuan berdasarkan proses terbentuknya
(Batuan Beku / Magma / Vulkanik)
4) Kelompok 4: macam-macam batuan beku / magma / vulkanik
5) Kelompok 5: jenis-jenis batuan berdasarkan proses terbentuknya
(Batuan Endapan / Sedimen)
44
Tahap Functioning (pengaturan)
Pada tahap functioning (pengaturan) masing-masing kelompok
membagi tugas dengan anggota kelompoknya berdasarkan subtopik yang
akan dibahas dan masing-masing kelompok memahami dan mempelajari
bahan-bahan dari berbagai sumber untuk menyelesaikan materi yang
diperoleh kemudian masing-masing kelompok melakukan diskusi kelompok
berdasarkan subtopik yang mereka bahas, yaitu kelompok 1: berdiskusi
mengenai bagian tanah lapisan atas dan lapisan tengah, kelompok 2: bagian
tanah lapisan bawah dan lapisan batuan induk, kelompok 3: jenis-jenis
batuan beku, kelompok 4: macam-macam batuan beku, dan kelompok 5:
jenis-jenis batuan endapan.
Tahap Formatting (perumusan)
Pada tahap formatting (perumusan) masing-masing anggota kelompok
diberi kesempatan untuk mengungkapkan materi yang dibahas oleh masing-
masing kelompok yaitu kelompok 1: bagian tanah lapisan atas dan lapisan
tengah, kelompok 2: bagian tanah lapisan bawah dan lapisan batuan induk,
kelompok 3: jenis-jenis batuan beku, kelompok 4: macam-macam batuan
beku, dan kelompok 5: jenis-jenis batuan endapan. Kemudian masing-
masing anggota kelompok menyusun suatu rangkuman berdasarkan hasil
diskusi kelompoknya.
Tahap Fermenting (penyerapan)
Pada tahap fermenting (penyerapan) Masing-masing kelompok
mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas secara bergantian dengan
ruangan yang diatur guru dan langkah-langkahnya kemudian kelompok lain
menanggapi kelompok presentator dengan bertanya, berpendapat,
menyanggah, dan memberikan komentar. Selanjutnya kelompok memberi
kesimpulan dan guru memberikan tambahan penjelasan.
Kegiatan akhir guru menyimpulkan hasil pembelajaran bersama-sama
siswa, kemudian guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
mengungkapkan hambatan/kesulitan yang dialami selama proses
berlangsung, setelah itu dilanjutkan dengan pemantapan berupa mendorong
45
siswa untuk menginternalisasikan konsep, pengetahuan dan keterampilan
dalam kehidupan sehari-hari, dan pembelajaran diakhiri dengan tindak
lanjut yaitu berupa penerapan pembelajaran dalam kehidupan sehari-hari.
b. Pertemuan II
Pelaksanaan kegiatan pembelajaran pada pertemuan II guru
menyiapkan peralatan yang dibutuhkan dalam pembelajaran, seperti
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), lembar kerja siswa, media
pembelajaran contoh macam-macam batuan malihan, lembar observasi,
buku pelajaran dan serta ruang/lokasi.
Pada awal pembelajaran guru melihat kesiapan siswa untuk mengikuti
proses pembelajaran, mengucapkan salam, berdoa, dan melakukan presensi,
kemudian dilanjutkan dengan pemberian apersepsi, yaitu guru
mengingatkan kembali materi pelajaran tentang bagian-bagian tanah dan
jenis-jenis batuan beku dan endapan yang telah dipelajari pada pertemuan
yang lalu”, dilanjutkan dengan penyampaian tujuan pembelajaran.
Langkah-langkah pembelajaran dalam kegiatan inti masih sama
dengan pertemuan I hanya yang membedakan yaitu materi pelajaran yaitu
mengenai batuan endapan dan malihan dan proses pembentukan tanah
karena pelapukan, setelah kegiatan awal selesai disampaikan, kemudian
dilanjutkan kegiatan inti yang terdiri dari 4 tahap pembelajaran dengan
menggunakan metode pembelajaran diskusi kelompok jenis syndicate group
yaitu:
Tahap Forming (pembentukan)
Pada tahap forming (pembentukan) siswa dibagi menjadi 5 kelompok,
masing-masing kelompok terdiri dari 5 siswa kemudian masing-masing
kelompok mendapat materi yang berbeda dari guru, yaitu:
1) Kelompok 1: macam-macam batuan endapan
2) Kelompok 2: jenis-jenis batuan berdasarkan proses terbentuknya
(batuan malihan/ metamorf)
3) Kelompok 3: macam-macam batuan malihan
46
4) Kelompok 4: pelapukan fisika
5) Kelompok 5: pelapukan biologi
Tahap Functioning (pengaturan)
Pada tahap functioning (pengaturan) masing-masing kelompok
membagi tugas dengan anggota kelompoknya berdasarkan subtopik yang
akan dibahas dan masing-masing kelompok memahami dan mempelajari
bahan-bahan dari berbagai sumber untuk menyelesaikan materi yang
diperoleh kemudian masing-masing kelompok melakukan diskusi kelompok
berdasarkan subtopik yang mereka bahas, yaitu kelompok 1: macam-
macam batuan endapan, kelompok 2: jenis-jenis batuan malihan, kelompok
3: macam-macam batuan malihan, kelompok 4: pelapukan fisika, dan
kelompok 5: pelapukan biologi.
Tahap Formatting (perumusan)
Pada tahap formatting (perumusan) masing-masing anggota kelompok
diberi kesempatan untuk mengungkapkan seputar materi yang dibahas, yaitu
kelompok 1: macam-macam batuan endapan, kelompok 2: jenis-jenis batuan
malihan, kelompok 3: macam-macam batuan malihan, kelompok 4:
pelapukan fisika, dan kelompok 5: pelapukan biologi. Kemudian masing-
masing anggota kelompok menyusun suatu rangkuman berdasarkan hasil
diskusi kelompoknya.
Tahap Fermenting (penyerapan)
Pada tahap fermenting (penyerapan) Masing-masing kelompok
mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas secara bergantian dengan
ruangan yang diatur guru dan langkah-langkahnya kemudian kelompok lain
menanggapi kelompok presentator dengan bertanya, berpendapat,
menyanggah, dan memberikan komentar. Selanjutnya kelompok memberi
kesimpulan dan guru memberikan tambahan penjelasan.
Kegiatan akhir guru menyimpulkan hasil pembelajaran bersama-sama
siswa, kemudian guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
mengungkapkan hambatan/kesulitan yang dialami selama proses
berlangsung, setelah itu dilanjutkan dengan pemantapan berupa mendorong
47
siswa untuk menginternalisasikan konsep, pengetahuan dan keterampilan
dalam kehidupan sehari-hari, dan pembelajaran diakhiri dengan tindak
lanjut yaitu berupa penerapan pembelajaran dalam kehidupan sehari-hari.
4.1.2.2 Pelaksanaan Kegiatan Pembelajaran pada Kelas Kontrol
Pelaksanaan kegiatan pembelajaran pada kelas kontrol ini juga terdiri
dari dua pertemuan, yaitu pertemuan I dan pertemuan II. Masing-masing
pertemuan berlangsung selama 70 menit (2x35 menit). Pertemuan I
dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 28 Maret 2012 dan pertemuan II
dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 29 Maret 2012.
a. Pertemuan I
Guru menyiapkan peralatan yang dibutuhkan dalam pembelajaran,
seperti Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), lembar kerja siswa,
media pembelajaran gambar bagian-bagian tanah, contoh macam-macam
batuan beku dan endapan, buku pelajaran dan serta ruang/lokasi.
Pada awal pembelajaran guru melihat kesiapan siswa untuk mengikuti
proses pembelajaran, mengucapkan salam, berdoa, dan melakukan presensi,
kemudian dilanjutkan dengan pemberian apersepsi, yaitu “coba kalian lihat
lingkungan disekitar kalian! Benda-benda apa saja yang dapat kalian lihat?
Coba bayangkan batu-batu yang ada di rumah kalian pasti tampak sangat
keras dan kuat. Namun, tahukah kalian bahwa lama-kelamaan batu-batu itu
akan mengalami pelapukan? Batu-batu itu akan rapuh dan hancur menjadi
butiran-butiran halus. Butiran-butiran halus inilah yang akhirnya
membentuk tanah. Bagaimana proses pembentukan tanah tersebut? Nah hari
ini kita akan mempelajari pembentukan tanah”, dilanjutkan dengan
penyampaian tujuan pembelajaran.
Setelah kegiatan awal selesai disampaikan, kemudian dilanjutkan
kegiatan inti dimana dalam pembelajarannya lebih berpusat pada guru.
Kegiatan pembelajarannya meliputi siswa memperhatikan gambar bagian-
bagian tanah yang dibawa oleh guru. Kemudian siswa mendengarkan
penjelasan dari guru mengenai bagian-bagian tanah berdasarkan gambar dan
48
siswa memperhatikan penjelasan guru mengenai jenis-jenis batuan
berdasarkan proses terbentuknya (batuan beku dan batuan endapan).
Selanjutnya siswa menyebutkan macam-macam batuan beku. Kemudian
siswa memperhatikan penjelasan dari guru mengenai macam-macam batuan
beku yang mencakup ciri-ciri dan manfaatnya serta proses terbentuknya.
Selanjutnya siswa diberikan kesempatan untuk bertanya mengenai
pembelajaran yang belum dipahami.
Kegiatan akhir guru menyimpulkan hasil pembelajaran bersama-sama
siswa, kemudian guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
mengungkapkan hambatan/kesulitan yang dialami selama proses
berlangsung, setelah itu dilanjutkan dengan pemantapan berupa mendorong
siswa untuk menginternalisasikan konsep, pengetahuan dan keterampilan
dalam kehidupan sehari-hari, dan pembelajaran diakhiri dengan tindak
lanjut yaitu berupa penerapan pembelajaran dalam kehidupan sehari-hari.
b. Pertemuan II
Pelaksanaan kegiatan pembelajaran pada pertemuan II guru
menyiapkan peralatan yang dibutuhkan dalam pembelajaran, seperti
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), lembar kerja siswa, media
pembelajaran contoh macam-macam batuan malihan, buku pelajaran dan
serta ruang/lokasi.
Pada awal pembelajaran guru melihat kesiapan siswa untuk mengikuti
proses pembelajaran, mengucapkan salam, berdoa, dan melakukan presensi,
kemudian dilanjutkan dengan pemberian apersepsi, yaitu guru
mengingatkan kembali materi pelajaran tentang bagian-bagian tanah dan
jenis-jenis batuan beku dan endapan yang telah dipelajari pada pertemuan
yang lalu”, dilanjutkan dengan penyampaian tujuan pembelajaran.
Setelah kegiatan awal selesai disampaikan, kemudian dilanjutkan
kegiatan inti yaitu: siswa diminta menyebutkan macam-macam batuan
endapan. Kemudian siswa memperhatikan penjelasan dari guru mengenai
49
macam-macam batuan endapan yang mencakup ciri-ciri dan manfaatnya
serta proses terbentuknya. Dan siswa memperhatikan penjelasan guru
mengenai jenis-jenis batuan berdasarkan proses terbentuknya (batuan
malihan). Kemudian siswa menyebutkan macam-macam batuan malihan.
Selanjutnya siswa memperhatikan penjelasan dari guru mengenai macam-
macam batuan malihan yang mencakup ciri-ciri dan manfaatnya serta proses
terbentuknya. Dan siswa menyebutkan jenis-jenis pelapukan batuan.
Kemudian siswa memperhatikan penjelasan dari guru mengenai jenis-jenis
pelapukan batuan. Selanjutnya siswa diberikan kesempatan untuk bertanya
mengenai pembelajaran yang belum dipahami.
Kegiatan akhir guru menyimpulkan hasil pembelajaran bersama-sama
siswa, kemudian guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
mengungkapkan hambatan/kesulitan yang dialami selama proses
berlangsung, setelah itu dilanjutkan dengan pemantapan berupa guru
memberikan soal evaluasi kepada masing-masing siswa, dan pembelajaran
diakhiri dengan tindak lanjut yaitu berupa penerapan pembelajaran dalam
kehidupan sehari-hari.
4.2 Analisis data
4.2.1 Analisis Data Tes
4.2.1.1 Analisis Data Pre Test
a. Analisis Deskriptif
Analisis deskritif variabel penelitian membahas tentang hasil uji
deskritif dan distribusi frekuensi untuk menentukan tinggi rendahnya
variabel kelas eksperimen dan kelas kontrol peneliti menggunakan lima
kategori dengan acuan yaitu : baik sekali (skor 81 – 100), baik (skor 61 –
80), cukup (skor 41 – 60), hampir cukup (skor 21 – 40), dan kurang (0 –20).
Berikut ini hasil analisis deskriptif distribusi frekuensi dapat dilihat pada
tabel 4.3.
50
Tabel 4.3 Analisis Deskriptif Distribusi Frekuensi Pre-test Kelas Eksperimen
dan Kelas Kontrol
No. Nilai Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
Frekuensi (f)
Persentase (%)
Frekuensi (f)
Persentase (%)
1. 0 – 20 1 4 1 4 2. 21 – 40 12 48 13 52 3. 41 – 60 12 48 11 44 4. 61 – 80 0 0 0 0 5. 81 – 100 0 0 0 0
Jumlah 25 100 25 100 Minimum 20 16 Maximum 60 60
Mean 42.24 41.76 Standar Deviasi 10.005 9.315
Tabel 4.3 di atas menunjukkan bahwa pada pre test kelas eksperimen
dengan jumlah data (N) sebanyak 25 diperoleh nilai minimum 20 sedangkan
nilai maximum sebesar 60 dengan rata-rata nilai sebesar 42,24 dan standar
deviasi sebesar 10,005. Sedangkan untuk pre test kelas kontrol dengan
jumlah data (N) sebanyak 25 diperoleh nilai minimum sebesar 16 sedangkan
nilai maximum sebesar 60 dengan rata-rata nilai sebesar 41,76 dan standar
deviasi sebesar 9,315.
Sedangkan untuk distribusi frekuensi, tampak bahwa hasil pre test
pada kelas eksperimen terbanyak adalah pada kategori hampir cukup (skor
21– 40) dan cukup (skor 41 – 60) yaitu sebanyak 12 orang (48%) diikuti
pada kategori kurang (skor 0 – 20) yaitu sebanyak 1 orang (4%).
Sedangkan hasil pre test pada kelompok kontrol terbanyak adalah pada
kategori hampir cukup (skor 21 - 40) yaitu sebanyak 13 orang (52%) diikuti
pada kategori cukup (skor 41- 60) yaitu sebanyak 11 orang dan diikuti pada
kategori kurang (skor 0 – 20) yaitu sebanyak 1 orang (4%). Di bawah ini
disajikan gambaran visual diagram lingkaran pre-tes kelas eksperimen dan
kelas kontrol.
51
Gambar 4.1
Diagram Lingkaran Distribusi Frekuensi Pre-tes Kelas Eksperimen
Dan Kelas Kontrol.
b. Uji Normalitas
Tahap awal dalam analisis data adalah melakukan uji normalitas
terhadap data hasil penelitian. Pengujian terhadap normalitas menggunakan
progam SPSS release 16.0 for windows. Uji normalitas yang dilakukan
dalam penelitian ini menggunakan uji One Sample-Kolmogorov-Smirnov
Test. Hasil pengujian normalitas data pre test siswa terhadap kelas
eksperimen yaitu SD Negeri 01 Panimbo dan kelas kontrol yaitu SD Negeri
02 Panimbo untuk mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) pada kelas
V ditunjukkan pada tabel 4.4 berikut ini.
52
Tabel 4.4
Hasil Pengujian Normalitas Data Pre Test
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
PRE TEST EKSPERIMEN
PRE TEST KONTROL
N 25 25 Normal Parametersa
Mean 42.2400 41.7600 Std. Deviation 10.00533 9.31522
Most Extreme Differences
Absolute .118 .185 Positive .109 .165 Negative -.118 -.185
Kolmogorov-Smirnov Z .588 .925 Asymp. Sig. (2-tailed) .880 .359 a. Test distribution is Normal.
Berdasarkan Tabel 4.4 di atas, data pre test siswa untuk mata
pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) pada kelas eksperimen yaitu SDN
01 Panimbo berdistribusi normal ditunjukkan dengan nilai Kolmogorov-
Smirnov (KS Z) sebesar 0,588 dengan signifikansi = 0,880 > 0,05 dan pada
kelas kontrol yaitu SDN 02 Panimbo juga berdistribusi normal ditunjukkan
dengan nilai Kolmogorov-Smirnov (KS Z) sebesar 0,925 dengan
probabilitas signifikansi sebesar 0,359 > 0,05. Berdasarkan pengujian
normalitas diatas dapat disimpulkan bahwa kelas SDN 01 Panimbo dan
kelas SDN 02 Panimbo mengikuti distribusi normal. Adapun visualisasi
dalam grafik berikut ini.
53
Gambar 4. 2
Distribusi Nilai Pre Test Kelas Eksperimen
Gambar 4.3
Distribusi Nilai Pre Test Kelas Kontrol
54
c. Uji Homogenitas
Pengujian homogenitas menggunakan progam SPSS release 16.0 for
windows. Uji homogenitas yang dilakukan dalam penelitian ini
menggunakan uji Levene. Hasil pengujian homogenitas data pre test siswa
pada kelas eksperimen yaitu SD Negeri 01 Panimbo dan kelas kontrol yaitu
SD Negeri 02 Panimbo untuk mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
pada kelas V ditunjukkan pada tabel 4.5 berikut ini.
Tabel 4.5 Hasil Uji Homogenitas dan Uji t Pre-tes Kelas Ekperimen dan Kelas
Kontrol Independent Samples Test
Levene's Test for Equality of Variances t-test for Equality of Means
F Sig. t df
Sig. (2-
tailed)
Mean Difference
Std. Error Difference
95% Confidence Interval of the
Difference Lower Upper PRE TEST
Equal variances assumed
.612 .438 .176 48 .861 .480 2.734 -5.017 5.977
Equal variances not assumed
.176 47.757 .861 .480 2.734 -5.017 5.977
Berdasarkan Tabel 4.5 di atas diketahui F hitung levene test sebesar
0,612 dengan probabilitas signifikansi 0,438 > 0,05, maka dapat
disimpulkan bahwa kedua populasi memiliki variance sama atau dengan
kata lain kedua kelas homogen.
d. Uji t
Berdasarkan tabel 4.5 hasil perhitungan uji t hasil belajar awal siswa,
maka dapat diperoleh bahwa nilai t sebesar 0,176 dengan probalitas
signifikansi sebesar 0,861 > 0,05. Hal ini dapat disimpulkan bahwa tidak
ada perbedaan antara rata-rata hasil belajar pre test pada kelas SDN 01
Panimbo dan kelas SDN 02 Panimbo. Jadi kedua kelas memiliki
kemampuan awal yang sama.
55
Berdasarkan uji normalitas, homogenitas, dan Uji t di atas maka
dapat ditarik kesimpulan bahwa antara kelas SDN 01 Panimbo dan kelas
SDN 02 Panimbo berdistribusi normal, bersifat homogen, dan tidak ada
perbedaan rata-rata hasil belajar awal. Maka kedua kelas tersebut dapat
dijadikan kelas kontrol dan kelas eksperimen. Dalam penelitian ini dipilih
kelas eksperimen adalah SDN 01 Panimbo dan kelas kontrol adalah SDN 02
Panimbo.
4.2.1.2 Analisis Data Post Test
a. Analisis Deskriptif
Hasil analisis deskriptif di bawah ini merangkum data empirik hasil
belajar kognitif sesudah mengikuti pembelajaran menggunakan metode
diskusi kelompok jenis syndicate group untuk kelas eksperimen dan metode
konvensional untuk kelas kontrol. Selain menyajikan data masing-masing
variabel penelitian dalam bentuk statistik deskriptif, dapat juga ditunjukkan
distribusi frekuensi untuk menentukan tinggi rendahnya variabel kelas
eksperimen dan kelas kontrol peneliti menggunakan lima kategori dengan
acuan yaitu : baik sekali (skor 81 – 100), baik (skor 61 – 80), cukup (skor
41– 60), hampir cukup (skor 21 – 40), dan kurang (0 –20). Berikut ini hasil
analisis deskriptif dapat dilihat pada tabel 4.6.
Tabel 4.6 Analisis Deskriptif Distribusi Frekuensi Post test Kelas Eksperimen
dan Kelas Kontrol
No. Nilai Kelas Eksperimen Kelas Kontrol Frekuensi
(f) Persentase
(%) Frekuensi
(f) Persentase
(%) 1. 0 – 20 0 0 0 0 2. 21 – 40 0 0 0 0 3. 41 – 60 0 0 0 0 4. 61 – 80 12 48 22 88 5. 81 – 100 13 52 3 12
Jumlah 25 100 25 100 Minimum 72 68 Maximum 100 92
Mean 82,24 73,6 Standar Deviasi 7,4009 7,2111
56
Tabel 4.6 di atas menunjukkan bahwa pada post test kelas
eksperimen dengan jumlah data (N) sebanyak 25 diperoleh nilai minimum
72 sedangkan nilai maximum sebesar 100 dengan rata-rata nilai sebesar
82,24 dan standar deviasi sebesar 7,40090. Sedangkan untuk post test
kelas kontrol dengan jumlah data (N) sebanyak 25 diperoleh nilai
minimum sebesar 68 sedangkan nilai maximum sebesar 92 dengan rata-
rata nilai sebesar 73,6 dan standar deviasi sebesar 7,21110.
Sedangkan untuk distribusi frekuensi, tampak bahwa hasil pre test
pada kelas eksperimen terbanyak adalah pada kategori baik sekali (skor
81–100) yaitu sebanyak 13 orang (52%) diikuti pada kategori baik (skor 6
– 80) yaitu sebanyak 12 orang (48%). Sedangkan hasil pre test pada
kelompok kontrol terbanyak adalah pada kategori baik (skor 61 - 80) yaitu
sebanyak 22 orang (88%) diikuti pada kategori baik sekali (skor 81- 100)
yaitu sebanyak 3 orang (12%). Di bawah ini disajikan gambaran visual
diagram lingkaran post tes kelas eksperimen dan kelas kontrol.
Gambar 4.4.
Diagram Lingkaran Distribusi Frekuensi Post Test Kelas Eksperimen
Dan Kelas Kontrol.
57
b. Uji Normalitas
Hasil pengujian normalitas data post test siswa terhadap kelas
eksperimen yaitu SD Negeri 01 Panimbo dan kelas kontrol yaitu SD Negeri
02 Panimbo untuk mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) pada kelas
V ditunjukkan pada tabel 4.7 berikut ini.
Tabel 4.7
Hasil Pengujian Normalitas Data Post Test
B
e
r
d
a
P
a
d
a
Pada Tabel 4.7 di atas, data post test siswa untuk mata pelajaran
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) pada kelas eksperimen yaitu SDN 01
Panimbo berdistribusi normal ditunjukkan dengan nilai Kolmogorov-
Smirnov (KS Z) sebesar 1,002 dengan probabilitas signifikansi 0,268> 0,05
dan pada kelas kontrol yaitu SDN 02 Panimbo juga berdistribusi normal
ditunjukkan dengan nilai Kolmogorov-Smirnov (KS Z) sebesar 1,306
dengan probabilitas signifikansi 0,066 > 0,05. Berdasarkan pengujian
normalitas diatas dapat disimpulkan bahwa kelas SDN 01 Panimbo dan
kelas SDN 02 Panimbo mengikuti distribusi normal. Adapun visualisasi
dalam grafik berikut ini.
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test POST TEST
EKSPERIMEN POST TEST KONTROL
N 25 25 Normal Parametersa Mean 82.2400 73.6000
Std. Deviation 7.40090 7.21110 Most Extreme Differences
Absolute .200 .261 Positive .200 .261 Negative -.120 -.219
Kolmogorov-Smirnov Z 1.002 1.306 Asymp. Sig. (2-tailed) .268 .066 a. Test distribution is Normal.
58
Gambar 4. 5
Distribusi Nilai Post Test Kelas Eksperimen
Gambar 4. 6
Distribusi Nilai Post Test Kelas Kontrol
59
c. Uji t
Uji t menggunakan progam SPSS release 16.0 for windows. Hasil
uji t data post test siswa pada kelas eksperimen yaitu SD Negeri 01 Panimbo
dan kelas kontrol yaitu SD Negeri 02 Panimbo untuk mata pelajaran Ilmu
Pengetahuan Alam (IPA) pada kelas V ditunjukkan pada tabel 4.8 berikut
ini.
Tabel 4.8 Hasil Uji t Post Test Kelas Ekperimen dan Kelas Kontrol
Independent Samples Test
Levene's Test for Equality of Variances
t-test for Equality of Means
F Sig. t df
Sig. (2-
tailed)
Mean Difference
Std. Error
Difference
95% Confidence
Interval of the Difference
Lower Upper POST TEST
Equal variances assumed
.038 .846 4.181 48 .000 8.640 2.066 4.484 12.795
Equal variances not assumed
4.181 47.968 .000 8.640 2.066 4.484 12.795
Berdasarkan tabel 4.8 hasil perhitungan uji t hasil belajar kognitif
siswa setelah mendapat perlakuan metode diskusi kelompok jenis
syndicate group untuk kelas eksperimen dan perlakuan konvensional untuk
kelas kontrol, maka dapat diperoleh bahwa nilai t sebesar 4,181 dengan
probabilitas signifikasi 0,000 < 0,05, maka ada perbedaan antara rata-rata
hasil belajar kognitif kelas eksperimen dan kelas kontrol. Jadi Ha1 diterima
dapat disimpulkan bahwa penggunaan metode diskusi kelompok jenis
syndicate group efektif terhadap hasil belajar kognitif bagi siswa kelas V
SD. Perbedaan rata-ratanya berkisar antara 4,484 sampai 12,795 dengan
perbedaan rata-rata 8,64.
60
4.2.2 Analisis Data Angket
a. Analisis Deskriptif
Hasil analisis deskriptif di bawah ini merangkum data empirik hasil
belajar afektif siswa. Selain menyajikan data masing-masing variabel
penelitian dalam bentuk statistik deskriptif, terhadap data tersebut dapat juga
ditunjukkan distribusi frekuensi untuk menentukan tinggi rendahnya
variabel motivasi belajar kelas eksperimen dan kelas kontrol peneliti
menggunakan empat kategori dengan acuan yaitu: sangat tinggi (skor 66 –
80), tinggi (skor 51–65), rendah (skor 36–50) dan sangat rendah (skor 20–
35).
Tabel 4.9
Analisis Deskriptif Distribusi Frekuensi Angket Motivasi Belajar Kelas
Eksperimen dan Kelas Kontrol
No. Nilai Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
Frekuensi
(f)
Persentase
(%)
Frekuensi
(f)
Persentase
(%) 1. 20 – 35 0 0 0 0 2. 36 – 50 0 0 0 0 3. 51 – 65 10 40 14 56 4. 66 – 80 15 60 11 44
Jumlah 25 100 25 100 Minimum 57 51 Maximum 76 72
Mean 67,36 62,68 Standar Deviasi 6,21 6,77
Tabel 4.9 di atas menunjukkan bahwa pada data angket motivasi
belajar kelas eksperimen dengan jumlah data (N) sebanyak 25 diperoleh
nilai minimum sebesar 57 sedangkan nilai maximum sebesar 76 dengan
rata-rata nilai sebesar 67,36 dan standar deviasi sebesar 6,21. Sedangkan
untuk angket motivasi belajar kelas kontrol dengan jumlah data (N)
sebanyak 25 diperoleh nilai minimum 51 sedangkan nilai maximum sebesar
72 dengan rata-rata nilai sebesar 62,68 dan standar deviasi sebesar 6,77.
61
Sedangkan untuk distribusi frekuensi, tampak bahwa hasil angket
motivasi belajar pada kelas eksperimen terbanyak adalah pada kategori
sangat tinggi (skor 66 - 80) yaitu sebanyak 15 orang (60%) diikuti pada
kategori tinggi (skor 51 – 65) yaitu sebanyak 10 orang (40%). Sedangkan
hasil angket motivasi belajar pada kelas kontrol terbanyak adalah pada
kategori tinggi (skor 51 - 65) yaitu sebanyak 14 orang (56%) diikuti pada
kategori sangat tinggi (skor 66 - 80) yaitu sebanyak 11 orang (44%). Di
bawah ini disajikan gambaran visual diagram lingkaran angket motivasi
belajar IPA kelas eksperimen dan kelas kontrol.
Gambar 4.7
Diagram Lingkaran Distribusi Frekuensi Angket Kelas Eksperimen
Dan Kelas Kontrol.
b. Uji Normalitas
Hasil pengujian normalitas data angket motivasi belajar siswa
terhadap kelas eksperimen yaitu SD Negeri 01 Panimbo dan kelas kontrol
yaitu SD Negeri 02 Panimbo untuk mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam
(IPA) pada kelas V ditunjukkan pada tabel 4.10 berikut ini.
62
Tabel 4.10
Hasil Pengujian Normalitas Data Angket Motivasi Belajar
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
KELAS EKSPERIMEN
KELAS KONTROL
N 25 25 Normal Parametersa Mean 67.3600 62.6800
Std. Deviation 6.21074 6.77446 Most Extreme Differences
Absolute .145 .154 Positive .127 .119 Negative -.145 -.154
Kolmogorov-Smirnov Z .723 .770 Asymp. Sig. (2-tailed) .673 .594 a. Test distribution is Normal.
Berdasarkan Tabel 4.10 di atas, data angket motivasi belajar siswa
untuk mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) pada kelas eksperimen
yaitu SDN 01 Panimbo berdistribusi normal ditunjukkan dengan nilai
Kolmogorov-Smirnov (KS Z) sebesar 0,723 dengan signifikansi 0,673 > 0,05
dan pada kelas kontrol yaitu SDN 02 Panimbo juga berdistribusi normal
ditunjukkan dengan nilai Kolmogorov-Smirnov (KS Z) sebesar 0,770
dengan signifikansi 0,594 > 0,05. Berdasarkan pengujian normalitas diatas
dapat disimpulkan bahwa kelas SDN 01 Panimbo dan kelas SDN 02
Panimbo mengikuti distribusi normal. Adapun visualisasi dalam grafik
berikut ini.
63
Gambar 4. 8
Distribusi Nilai Angket Kelas Eksperimen
Gambar 4. 9
Distribusi Nilai Angket Kelas Kontrol
64
c. Uji t
Uji t menggunakan progam SPSS release 16.0 for windows. Hasil
uji t data angket motivasi belajar siswa pada kelas eksperimen yaitu SD
Negeri 01 Panimbo dan kelas kontrol yaitu SD Negeri 02 Panimbo untuk
mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) pada kelas V ditunjukkan
pada tabel 4.11 berikut ini.
Tabel 4.11
Uji t Data Angket Motivasi Belajar IPA
Independent Samples Test Levene's
Test for Equality of Variances
t-test for Equality of Means
F Sig. t df
Sig. (2-
tailed)
Mean Difference
Std. Error Difference
95% Confidence Interval of
the Difference
Lower
Upper
ANGKET MOTIVASI BELAJAR IPA
Equal variances assumed
.407 .526 2.546 48 .014 4.680 1.838 .984 8.375
Equal variances not assumed
2.546 47.642 .014 4.680 1.838 .983 8.376
Berdasarkan tabel 4.11 hasil perhitungan uji t hasil belajar afektif
siswa terhadap data angket motivasi belajar IPA siswa, maka dapat
diperoleh bahwa nilai t sebesar 2,546 dengan probabilitas signifikasi 0,014
< 0,05, maka ada perbedaan antara rata-rata hasil belajar afektif kelas
eksperimen dan kelas kontrol. Jadi Ha2 diterima dapat disimpulkan bahwa
penggunaan metode diskusi kelompok jenis syndicate group efektif
terhadap hasil belajar afektif bagi siswa kelas V SD. Perbedaan rata-ratanya
berkisar antara 0,983 sampai 8,375 dengan perbedaan rata-rata 4,68.
65
4.3 Hasil Uji Hipotesis
Pembuktian terhadap efektivitas penggunaan metode diskusi
kelompok jenis syndicate group terhadap hasil belajar kognitif dan afektif
siswa kelas V SD, perlu dilakukan uji hipotesis.
1. Hipotesis statistik yang pertama adalah sebagai berikut:
Ho1 : µ1 = µ2 Metode diskusi kelompok jenis syndicate group
tidak efektif terhadap hasil belajar kognitif bagi
siswa kelas V SD. Ha1 : µ1 ≠ µ2 Metode diskusi kelompok jenis syndicate group
efektif terhadap hasil belajar kognitif bagi siswa
kelas V SD. Dasar pengambilan keputusan:
Jika angka signifikansi (probabilitas) > 0,05 Ho1 diterima
Jika angka signifikansi (probabilitas) < 0,05 Ha1 diterima
Kesimpulan:
Berdasarkan nilai post-test yang diperoleh siswa, diketahui bahwa
rata-rata nilai post-test kelas eksperimen sebesar 82.24 dan rata-rata kelas
kontrol sebesar 73.6. Berarti rata-rata nilai post-test antara siswa yang
belajar menggunakan metode diskusi kelompok jenis syndicate group
dengan siswa yang belajar menggunakan metode konvensional berbeda.
Nilai post-test siswa yang belajar menggunakan metode diskusi
kelompok jenis syndicate group lebih tinggi daripada nilai siswa yang
belajar dengan metode konvensional, dalam hal ini maka diartikan ada
perbedaan hasil belajar kognitif antara siswa yang menggunakan metode
diskusi kelompok jenis syndicate group dengan siswa yang belajar
dengan metode konvensional. Hal ini diperkuat dengan hasil uji t, karena
angka signifikansi (probabilitas) sebesar 0,000 < 0,05 maka Ha1 diterima,
artinya metode diskusi kelompok jenis syndicate group efektif terhadap
hasil belajar kognitif bagi siswa kelas V SD.
66
2. Hipotesis statistik yang kedua adalah sebagai berikut:
Ho2 : µ3 = µ4 Metode diskusi kelompok jenis syndicate group
tidak efektif terhadap hasil belajar afektif bagi siswa
kelas V SD. Ha2 : µ3 ≠ µ4 Metode diskusi kelompok jenis syndicate group
efektif terhadap hasil belajar afektif bagi siswa kelas
V SD Dasar pengambilan keputusan:
Jika angka signifikansi (probabilitas) > 0,05 Ho2 diterima
Jika angka signifikansi (probabilitas) < 0,05 Ha2 diterima
Kesimpulan:
Berdasarkan skor angket yang diperoleh siswa, diketahui bahwa
rata-rata nilai kelas eksperimen sebesar 67,36 dan rata-rata kelas kontrol
sebesar 62,68. Berarti rata-rata skor angket antara siswa yang belajar
menggunakan metode diskusi kelompok jenis syndicate group dengan
siswa yang belajar menggunakan metode konvensional berbeda. Skor
angket siswa yang menggunakan metode diskusi kelompok jenis
syndicate group lebih tinggi daripada nilai siswa yang belajar dengan
metode konvensional, dalam hal ini maka diartikan ada perbedaan hasil
belajar afektif antara siswa yang belajar menggunakan metode diskusi
kelompok jenis syndicate group dengan siswa yang belajar dengan
metode konvensional. Hal ini diperkuat dengan hasil uji t, karena angka
signifikansi (probabilitas) sebesar 0,014 < 0,05 maka Ha2 diterima,
artinya metode diskusi kelompok jenis syndicate group efektif terhadap
hasil belajar afektif bagi siswa kelas V SD.
67
4.4 Pembahasan Hasil Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah
penggunaan metode diskusi kelompok jenis syndicate group efektif
terhadap hasil belajar kognitif dan afektif IPA siswa kelas V SD Gugus
Hasanudin Kecamatan Kedungjati Kabupaten Grobogan Semester II Tahun
Pelajaran 2011/2012. Dalam perbandingan penggunaan metode diskusi
kelompok jenis syndicate group terhadap hasil belajar kognitif IPA siswa
kelas V SD Gugus Hasanudin Kecamatan Kedungjati Kabupaten Grobogan
melalui Uji t sebesar 4,181 dengan probabilitas signifikasi sebesar 0,000
(0,000 < 0,05), sedangkan penggunaan metode diskusi kelompok jenis
syndicate group terhadap hasil belajar afektif IPA siswa kelas V SD Gugus
Hasanudin Kecamatan Kedungjati Kabupaten Grobogan melalui Uji t
sebesar 2,546 dengan probabilitas signifikasi 0,014 (0,014 < 0,05). Hal ini
menunjukkan bahwa penggunaan metode diskusi kelompok jenis syndicate
group efektif terhadap hasil belajar kognitif dan afektif IPA siswa kelas V
SD Gugus Hasanudin Kecamatan Kedungjati Kabupaten Grobogan
Semester II Tahun Pelajaran 2011/2012.
Hal ini diperkuat dengan informasi yang memaparkan nilai rata-
rata hasil belajar kognitif maupun afektif IPA siswa kelas eksperimen dan
kelas kontrol. Nilai rata-rata untuk hasil belajar kognitif pada kelas
eksperimen yaitu sebesar 82.24 dan rata-rata kelas kontrol yaitu sebesar
73.6, sedangkan nilai rata-rata untuk hasil belajar afektif pada kelas
eksperimen yaitu sebesar 67,36 dan rata-rata kelas kontrol yaitu sebesar
62,68, berarti rata-rata hasil belajar kognitif maupun afektif antara siswa
yang diajar menggunakan metode diskusi kelompok jenis syndicate group
dengan siswa yang diajar menggunakan pembelajaran konvensional
berbeda. Hasil belajar kognitif maupun afektif siswa yang diajar
menggunakan metode diskusi kelompok jenis syndicate group lebih tinggi
dari pada hasil belajar kognitif maupun afektif siswa yang diajar
menggunakan pembelajaran konvensional. Dengan demikian, metode
68
diskusi kelompok jenis syndicate group efektif digunakan dalam
pembelajaran IPA.
Terjadinya perbedaan hasil belajar kognitif dan afektif antara kelas
eksperimen dan kelas kontrol ini salah satunya disebabkan adanya
penggunaan metode diskusi kelompok jenis syndicate group pada kelas
eksperimen. Pembelajaran pada kelas eksperimen mendorong siswa untuk
bekerja sama dalam kelompoknya. Pembelajaran yang dilakukan juga
mengajari siswa menjadi pendengar yang baik, dapat memberikan
penjelasan kepada teman kelompoknya, berdiskusi dan menghargai
pendapat teman lain. Hal ini dapat berdampak positif terhadap hasil belajar
kognitif maupun afektif siswa, sebab dalam metode diskusi kelompok jenis
syndicate group siswa yang lemah mendapat bantuan dari teman
sekelompoknya yang lebih pandai untuk memecahkan suatu masalah yang
dihadapinya. Melalui teman sendiri, siswa akan merasa nyaman, tidak ada
rasa malu sehingga diharapkan siswa yang lemah tidak segan-segan untuk
menanyakan kesulitan yang dihadapinya. Keberhasilan yang tercapai juga
tercipta karena adanya hubungan antar personil yang saling mendukung,
saling membantu, saling menghargai dan peduli antara siswa yang satu
dengan siswa lain dalam kelompoknya. Secara umum terjadinya perbedaan
hasil belajar kognitif maupun afektif dan pencapaian tingkat berpikir siswa
dimungkinkan karena dalam metode diskusi kelompok jenis syndicate
group dikembangkan sikap siswa dalam bekerja sama, berinteraksi dari latar
belakang, cara berpikir yang berbeda untuk dapat menyelesaikan
permasalahan yang dikerjakan secara bersama sehingga dapat membangun
motivasi belajar pada siswa dan pada akhirnya berpengaruh terhadap hasil
belajar kognitif dan afektif serta pencapaian tingkat berpikirnya.
top related