bab iii biografi badiuzzaman said nursi silsilah dan …eprints.radenfatah.ac.id/229/3/bab...
Post on 28-Mar-2019
235 Views
Preview:
TRANSCRIPT
43
BAB III
BIOGRAFI BADIUZZAMAN SAID NURSI
A. Silsilah dan Keluarga
Turki Timur adalah kawasan yang jarang dihampiri oleh pelancong. Namun
dari segi sejarah dan keadaan alam, kawasan ini adalah salah satu kawasan yang
paling menarik di Turki.1 Di lokasi inilah, tepatnya di desa Nurs, daerah Bitlis, di
sebelah timur Anatolia,2 lahirlah Said Nursi saat menjelang fajar terbit pada tahun
1877 M3. Said Nursi merupakan anak keempat4 dari tujuh bersaudara.5
Said Nursi mempunyai seorang ayah yang sangat taat sekali kepada ajaran
Agama Islam. Nama ayahnya Mirza6, seorang sufi yang sangat wara‟ dan diteladani
1Wan Jaffree Wan Sulaiman, Mujaddid Islam Sheikh Badiuzzaman Said Nursi, Ankara, Ihlas
Nur Nesriyat, 2015, hlm. 9. 2Badiuzzaman Said Nursi, Jendela Tauhid, Jakarta, Anatolia, 2011, hlm. v. 3Badiuzzaman Said Nursi, The Words: The Reconstruction of Islamic Belief and Thought,
New Jersey, Turkey, 2005, hlm. xi. Tidaklah pasti kapan Badiuzzaman Said Nursi lahir, tetapi sebagian besar sumber yang ada menyebutkan lahir pada tahun 1877. Catatan kaki no 1 dalam buku Sukran Vahide, Biografi Intelektual Badiuzzaman Said Nursi: Transformasi Dinasti Usmani Menjadi Republik Turki, Jakarta, Anatolia, 2007, hlm. 3.
4Ayah Badiuzzaman Said Nursi dikaruniai tujuh anak, yaitu: Diryah, Khanim, Molla Abdullah, Said Nursi (Badiuzzaman), Muhammad, Abdul Majid, dan Marjan. Catatan kaki nomor 4 dalam buku Ihsan Kasim Salih, Said Nursi, Pemikir dan Sufi Besar Abad 20: Membebaskan Agama dari Dogmatisme dan Sekularisme (judul asli Badiuzzaman Sa’id Nursi Nazrat al-‘Ammah’an Hayatihi wa Atsarihi), Jakarta, Murai Kencana, 2003, hlm. 8. Juga dalam bukunya, Wan Jaffree Wan Sulaiman, Mujaddid Islam..., hlm. 16.
5Sukran Vahide, Biografi Intelektual Badiuzzaman Said Nursi..., hlm. 3. 6Mirza beraliran Naqsyabandiah, meskipun begitu Said Nursi tidak mengikuti aliran yang
dianut ayahnya. Karena menurutnya hal demikian tidaklah sesuai dengan kebutuhan zaman modern. Sukran Vahide, Biografi Intelektual Badiuzzaman Said Nursi..., hlm. 6.
43
44
sebagai seorang yang tidak pernah memakan barang haram.7 Mirza wafat pada tahun
1920-an dan dikubur di makam Nursi.8
Said Nursi mempunyai Ibu yang bernama Nuriye.9 Nuriye adalah seorang Ibu
yang sangat berhati-hati dalam menjaga dan merawat anak-anaknya. Nuriye hanya
mau menyusui anak-anaknya jika Ia berada dalam keadaan suci dan berwudhu.10
Nuriye meninggal dunia sekitar Perang Dunia I dan juga dimakamkan di Nursi dekat
dengan pemakaman Mirza.11
B. Latar Belakang Sosial dan Intelektual
Said Nursi memulai studinya pada usia sembilan tahun dengan belajar al-
Quran.12 Said Nursi adalah anak jenius, tanda kejeniusannya telah tampak sejak Said
Nursi masih kecil. Hal ini seperti terlihat, bahwa Said Nursi selalu banyak bertanya
dan gemar menelaah masalah-masalah yang belum dimengerti. Said Nursi suka
menghadiri pendidikan yang diselenggarakan untuk orang dewasa, terutama yang
dilakukan oleh para ulama setempat yang biasa berkumpul di rumah ayahnya.13
Faktor yang pertama kali memicu Said Nursi untuk memulai belajar adalah
teladan dari kakaknya, Molla Abdullah. Dengan ketajaman pandangan yang luar
biasa untuk anak usia sembilan tahun, Said Nursi memperhatikan bagaimana
7Ihsan Kasim Salih, Said Nursi.., hlm. 8. 8Sukran Vahide, Biografi Intelektual Badiuzzaman Said Nursi..., hlm. 4. 9Sukran Vahide, Biografi Intelektual Badiuzzaman Said Nursi..., hlm. 3. 10Ihsan Kasim Salih, Said Nursi..., hlm. 8. 11Sukran Vahide, Biografi Intelektual Badiuzzaman Said Nursi..., hlm. 4. 12Sukran Vahide, Biografi Intelektual Badiuzzaman Said Nursi..., hlm. 6. 13Ihsan Kasim Salih, Said Nursi..., hlm. 9.
45
Abdullah telah menuai hasil dari belajarnya, hal inilah yang melahirkan dorongan
yang kuat dalam diri Said Nursi untuk belajar.14
Said Nursi terkenal seorang yang sangat pandai memelihara harga diri, dan
sejak kecil selalu menjauhkan diri dari perbuatan zalim. Sikap dan sifat-sifat ini terus
melekat dan bertambah kuat dalam kepribadiannya setelah Said Nursi dewasa.15
Dalam dunia pendidikan16, untuk pertama kalinya Said Nursi belajar di kuttab
(madrasah) pimpinan Muhammad Afandi di desa Thag, dan said Nursi juga belajar
langsung dengan Molla Abdullah setiap liburan akhir pekan.17 Proses belajar di desa
Thag ini hanya berjalan sebentar saja, karena kegiatan belajarnya dilanjutkan di
madrasah desa Birmis.18
Pada tahun 1888 M. Said Nursi pergi ke Bitlis dan belajar di sekolah Syaikh
Amin Afandi. Proses belajar di sini berlangsung hanya sebentar sebab syaikh tersebut
menolak untuk mengajar Said Nursi dengan alasan faktor usia yang belum memadai.
Said Nursi hanya dititipkan kepada orang dan hal ini membuat Said Nursi sedih.19
Sekali lagi Said Nursi segera mengalihkan perhatiannya untuk masuk di
sekolah Mir Hasan Wali di Mukus (Bahceseray), kepala sekolahnya adalah Molla
14Sukran Vahide, Biografi Intelektual Badiuzzaman Said Nursi..., hlm. 6. 15Ihsan Kasim Salih, Said Nursi..., hlm. 9. 16Said Nursi memiliki cinta yang amat besar kepada ulama-ulama hebat dari Anatolia Timur.
Empat di antara para ulama ini disebutkan di dalam biografinya. Mereka adalah Seyyid Nur Muhammad yang mengajarinya aliran Naqsyabandi, Abdurrahman Tagi gurunya dalam mempelajari “jalan cinta (muhabbet); Fehim guru yang mengajarinya “pemahaman tentang kenyataan” (‘ilm-i hakikat) “melalui jasa perantara;” dan Muhammad Kufrevi, darinya dia menerima pelajaran terakhirnya. Disebutkan juga bahwa ada tiga ulama terkemuka yang telah mengajari Said Nursi dan sangat Said Nursi cintai: Emin Efendi dari Bitlis, Molla Fethullah dari Siirt, dan Fethullah Verkanisi. Sukran Vahide, Biografi Intelektual Badiuzzaman Said Nursi..., hlm. 30.
17Ihsan Kasim Salih, Said Nursi..., hlm. 9. 18Ihsan Kasim Salih, Said Nursi..., hlm. 10. 19Ihsan Kasim Salih, Said Nursi..., hlm. 10.
46
Abdulkerim. Said Nursi bertahan di sekolah ini hanya beberapa hari, kemudian
beranjak pergi ke Vastan (Gevas) dekat Van. Setelah satu bulan di Gevas, Said Nursi
bertolak dengan temannya yang bernama Mollah Mehmet menuju Beyazid (timur), di
sinilah studinya yang sebenarnya baru berlangsung,20 karena sebelum itu Said Nursi
hanya belajar Nahwu dan Sharaf saja.21
Masa studi Said Nursi di madrasah Beyazid di bawah bimbingan Syekh
Muhammad Jalali berlangsung hanya tiga bulan, namun itulah yang memberinya
kunci menuju ilmu-ilmu agama yang kelak menjadi landasan pemikiran dan karya-
karyanya. Di sinilah sekali lagi dia menunjukkan apa yang secara naluriah telah dia
tunjukkan sejak awal studi-studinya yaitu, ketidakpuasannya dengan sistem
pendidikan yang ada dan kepeduliannya terhadap adanya kebutuhan mendadak
terhadap reformasi. Lebih lagi, banyaknya karya yang Said Nursi baca, hapalkan, dan
cerna selama masa yang sangat singkat menunjukkan kekuatan ingatannya yang
mengagumkan dan kecerdasan serta pemahamannya yang luar biasa. Saat itu usianya
baru empat belas atau lima belas tahun.22
Tercatat, bahwa Said Nursi dalam kesehariannya selalu menggunakan waktu
luang untuk digunakan dalam urusan yang bermanfaat seperti membaca buku. Dalam
sehari Said Nursi membaca setidaknya dua ratus halaman buku bahkan lebih yang
20Sukran Vahide, Biografi Intelektual Badiuzzaman Said Nursi..., hlm. 11. 21Ihsan Kasim Salih, Said Nursi..., hlm. 10. 22Sukran Vahide, Biografi Intelektual Badiuzzaman Said Nursi..., hlm. 11.
47
bahasanya sangat sulit dimengerti.23 Setelah tiga bulan berlalu di Beyazid, Said Nursi
pun berhasil meraih ijazah dari Syaikh Muhammad Jalali.24
Pada tahun 1889 M. Said Nursi berangkat menuju Bitlis untuk mengikuti
pelajaran yang disampaikan oleh Syaikh Muhammad Amin.25 Dari sini Said Nursi
melanjutkan studinya ke kota Syirwan, tempat seorang kakaknya yang bernama
Molla Abdullah.26 Selanjutnya dari kota Syirwan Said Nursi menuju ke Si‟rad untuk
menjadi siswa seorang ulama terkenal yaitu Fathullah Afandi.27 Di Si‟rad inilah Said
Nursi pertama kali mendapat tantangan oleh ulama lokal dan Said Nursi berhasil
menjawab pertanyaan-pertanyaan mereka dengan sempurna.28
Di Si‟rad, Said Nursi diuji oleh Fathullah Afandi seputar kitab-kitab yang
telah dibaca Said Nursi. Said Nursi dengan mantap mampu menjawab setiap
pertanyaan yang diberikan kepadanya. Peristiwa ini telah membuat Syaikh Fathullah
Afandi geleng kepala, sampai-sampai tidak percaya dengan hal yang sedang terjadi.29
Ketika Said Nursi berada di sisi Syaikh Fathullah Afandi, secara intensif Said
Nursi setiap satu atau dua jam setiap hari selama seminggu membaca kitab Jam’ul
Jawami’.30 Waktu yang digunakan untuk membaca kitab tersebut ternyata mencakup
untuk menghafalnya juga, sehingga Syaikh Fathullah pun terdorong untuk menulis
23Ihsan Kasim Salih, Said Nursi..., hlm. 11. 24Sukran Vahide, Biografi Intelektual Badiuzzaman Said Nursi..., hlm. 13. 25Ihsan Kasim Salih, Said Nursi..., hlm. 11. 26Sukran Vahide, Biografi Intelektual Badiuzzaman Said Nursi..., hlm. 13. 27Ihsan Kasim Salih, Said Nursi..., hlm. 11. 28Sukran Vahide, Biografi Intelektual Badiuzzaman Said Nursi..., hlm. 14. 29Ihsan Kasim Salih, Said Nursi..., hlm. 12. 30Jam’ul Jawami’ adalah kitab tentang ushul Fiqh yang merupakan karya Ibnu as-Subki.
Sukran Vahide, Biografi Intelektual Badiuzzaman Said Nursi..., hlm. 15.
48
catatan dalam sampul kitab tersebut dengan kata-kata: “Laqad jama’a fi hifzhihi,
Jam’ al–Jawami’, jami’ihi fi jum’atin”, yang artinya “Sungguh seluruh kitab Jam’ul
Jawami’ telah mampu dihafal hanya dalam satu minggu”.31
Kabar tentang kejadian-kejadian ini menyebar di Si‟rad. Banyak orang-orang
penasaran, sehingga para ulama silih berganti melakukan berbagai dialog ilmiah
dengannya dan berupaya untuk menyudutkannya dengan berbagai pertanyaan.32
Tetapi semua pertanyaan dan masalah yang dikemukakan terjawab dengan sangat
argumentatif, sehingga Said Nursi oleh para ulama digelari “Said Masyhur”.33
Pada tahun 1892 M. Said Nursi berangkat menuju Mardin.34 Di Mardin Said
Nursi berkesempatan menyampaikan pengajian di Masjid Raya dan menjawab
berbagai pertanyaan yang disampaikan oleh para pesertanya.35 Ketika itu wali kota
setempat, Nadir Bek, karena termakan hasutan sebagian para pegawainya yang benci
dengan Said Nursi, Said Nursi pun diusir dari kota Mardin, kemudian Said Nursi
kembali ke kota Bitlis.36
Tidak lama kemudian Umar Pasya, wali kota Bitlis, mengajak Said Nursi
untuk tinggal serumah dengannya.37 Semula permintaan ini ditolak, tetapi oleh karena
31Ihsan Kasim Salih, Said Nursi..., hlm. 12. 32Sukran Vahide, Biografi Intelektual Badiuzzaman Said Nursi..., hlm. 15. 33Ihsan Kasim Salih, Said Nursi..., hlm. 12. 34Ihsan Kasim Salih, Said Nursi..., hlm. 13. 35Sukran Vahide, Biografi Intelektual Badiuzzaman Said Nursi..., hlm. 24. 36Ihsan Kasim Salih, Said Nursi..., hlm. 13. 37Sukran Vahide, Biografi Intelektual Badiuzzaman Said Nursi..., hlm. 27.
49
permintaan ini terus disampaikan, akhirnya Said Nursi bersedia memenuhi
permintaan tersebut. Untuk itu, ia disediakan kamar khusus di rumahnya.38
Selama tinggal bersama Umar Pasya, beliau berkesempatan untuk menelaah
sejumlah besar buku ilmiah dan menghafal sebagiannya. Buku yang Said Nursi
pelajari di antaranya tentang logika, tata bahasa, sintaksis bahasa Arab, ilmu-ilmu
pokok (tafsir al-Quran, hadits, dan fiqh), dan termasuk karya-karya teologi (kalam).39
Keseharian Said Nursi hanya menghafal kitab-kitab tersebut secara berulang-
ulang dan baru dapat diselesaikannya setiap tiga bulan sekali.40 Akhir studi agama
yang ditempuhnya selama berada di kota ini adalah berguru kepada seorang ulama
kenamaan yang bernama Syaikh Muhammad al-Kafrawi.
Pada tahun 1895, Said Nursi berangkat menuju kota Wan berdasarkan
undangan Hasan Pasya agar tinggal bersamanya. Kemudian dari sana ia pindah ke
rumah Thahir Pasya.41 Selama berada di sana Said Nursi bertemu dengan para ulama
dari berbagai disiplin ilmu modern, seperti matematika, ilmu falak, kimia, fisika,
geologi, filsafat, sejarah, dan geografi. Dalam waktu relatif singkat Said Nursi
mampu menguasai berbagai bidang disiplin ilmu modern tersebut.
38Ihsan Kasim Salih, Said Nursi..., hlm. 13. 39Sukran Vahide, Biografi Intelektual Badiuzzaman Said Nursi..., hlm. 28. 40Ihsan Kasim Salih, Said Nursi..., hlm. 13. 41Sukran Vahide, Biografi Intelektual Badiuzzaman Said Nursi..., hlm. 31.
50
Berkat potensinya yang mampu menyerap berbagai disiplin ilmu dan otaknya
yang sangat jenius, popularitas Said Nursi segera tersebar luas dan karena kelebihan
yang dimilikinya maka Said Nursi digelari Badiuzzaman (Bintang Zaman).42
C. Peran dan Aktifitas Sosial Keagamaan dan Politik
Ketika di kota Wan, Said Nursi sering membaca koran. Suatu hari Thahir
Pasya menunjukkan kepada Said Nursi tentang berita menggemparkan yang dimuat
di surat kabar. Dalam surat kabar tersebut dikemukakan bahwa menteri urusan koloni
Inggris, Gladystone, berusaha untuk melenyapkan al-Quran dari umat Islam.43
Berita ini membuat Said Nursi bertekad untuk mengabdikan seluruh hidupnya
agar mukjizat al-Quran berkibar dan kaum muslimin terikat dengannya. Kemudian
Said Nursi berkeinginan untuk mendirikan sebuah Universitas Islam di Timur Anatoli
dengan nama Madrasah az-Zahra’ guna mengabdi pada al-Quran. Untuk
mewujudkan semua keinginan ini, Said Nursi berangkat menuju ibu kota Istambul.44
Pada tahun 1907 M. Sampailah Said Nursi di ibu kota Istambul. Di sana Said
Nursi tinggal di Khan asy-Syakrizi45 yang terletak di wilayah Fatih.46 Hotel ini
merupakan tempat tinggal sejumlah para tokoh cendekiawan terkemuka pada waktu
42Ihsan Kasim Salih, Said Nursi..., hlm. 14. 43Sukran Vahide, Biografi Intelektual Badiuzzaman Said Nursi..., hlm. 35. 44Sukran Vahide, Biografi Intelektual Badiuzzaman Said Nursi..., hlm. 36. 45Khan yaitu sejenis hotel zaman dahulu yang ada di kota-kota atau di perjalanan antara satu
kota dengan kota yang lain. 46Ihsan Kasim Salih, Said Nursi..., hlm. 15.
51
itu, seperti penyair kenamaan yang bernama Muhammad „Akif 47 dan kepala intelejen
yang bernama Fatih,48 juga seorang guru bahasa kenamaan yang bernama Jalal.
Said Nursi menggantungkan sebuah papan di depan pintu kamarnya yang
bertuliskan: “Gratis!!!49 Di sini akan terjawab setiap pertanyaan dan setiap problema
pasti akan terpecahkan”.50 Tulisan ini mampu menarik perhatian orang banyak,
sehingga banyak yang berdatangan menuju lokasi penginapannya. Akibat dari
tindakannya ini membuat popularitas nama Said Nursi meluas.51
Ketika Sayyid Hasan Fahmi Pasya az-Zaman Oglu52 mendengar informasi
bahwa Said Nursi memasang tulisan seperti yang diungkapkan di atas, Hasan pun
47Seorang penyair muslim dari kalangan penyair Turki terkemuka (1873-1936). Muhammad
„Aktif pernah menjadi anggota di Dar al-Hikmah al-Islamiyah. Muhammad „Aktif populer dengan kumpulan syairnya yang terdiri dari beberapa halaman yang berjudul Nazhm Nasyid al-Istiqlal. Catatan kaki nomor 12 dalam buku Ihsan Kasim Salih, Said Nursi..., hlm. 15.
48Sukran Vahide, Biografi Intelektual Badiuzzaman Said Nursi..., hlm. 45. 49Badiuzzaman selama hidupnya tidak pernah meminta-minta sesuatu apa pun kepada sesama
manusia. Hal ini berdasarkan mimpi yang dialami ketika Said Nursi masih anak-anak. Dalam mimpi ini dikisahkan bahwa Said Nursi melihat Rasulullah SAW. Peristiwa tersebut selalu diingat sampai akhir hayatnya. Dalam mimpi tersebut beliau melihat seolah-olah kiamat telah terjadi dengan segala kejadian yang sangat mengerikan dan seluruh manusia dihimpun. Ketika itu, perasaan ingin melihat Rasulullah SAW. pun begitu menggebu-gebu .... Tapi bagaimana mungkin hal ini bisa terjadi, di manakah dirinya dapat menjumpai Rasulullah SAW. dalam keadaan berdesak-desakan seperti ini?.... pada waktu dirinya sedang berfikir demikian dan dalam keadaan sedang berada di tengah kerumunan orang banyak, terlintas dalam benaknya pikiran untuk pergi ke Shiratal Mustaqim (jembatan menuju Syurga) ..., karena Rasulullah SAW. pun pasti akan melintasi jembatan tersebut .... Dengan demikian, bergegaslah Said Nursi menuju ke sana dan di sana ia diam menunggu Rasulullah SAW. melintasinya. Selama dalam penantian ini, para nabi melewatinya, lalu tangan mereka dijabat dan dicium. Kemudian Rasulullah SAW. Yang dinanti-nanti pun lewat padanya. Ketika itu dirinya adalah seorang Said Nursi yang masih kecil yang sedang berada di hadapan Rasulullah SAW. sambil menciumi kedua tangannya. Setelah itu, Said Nursi memohon dari Rasulullah SAW. agar diberi ilmu lalu Rasulullah SAW. bersabda kepada Said Nursi: “Engkau akan diberi ilmu al-Quran dengan syarat engkau tidak boleh meminta-minta kepada siapa pun dari kalangan umatku”. Lihat catatan kaki no 13 dalam buku Ihsan Kasim Salih, Said Nursi..., hlm. 15-16.
50Ihsan Kasim Salih, Said Nursi..., hlm. 15. 51Ihsan Kasim Salih, Said Nursi..., hlm. 16. 52Hasan pada saat itu adalah seorang mahasiswa yang sedang menuntut ilmu di al-Fatih.
Hasan termasuk di antara para mahasiswa yang menonjol dan berprestasi di kampus. Hasan juga adalah seorang yang dikemudian hari menjadi anggota Lembaga Penasihat Urusan Agama. Lembaga
52
terdorong untuk menguji Said Nursi.53 Kemudian Hasan melontarkan pertanyaan
tentang ketuhanan (al-ilahiyyat), pembahasan inilah yang dianggap paling sulit
kecuali dengan merujuk pada banyak referensi. Pertanyaan demi pertanyaan terjawab
dengan sangat mengagumkan dan sangat luar biasa. Hasan terpukau dengan jawaban
Said Nursi yang sangat rasional, Hasan meyakini bahwa Said Nursi adalah orang
pilihan yang diberikan anugerah oleh Allah berupa ilmu laduni.54
Kekaguman serupa pula telah dilontarkan oleh seorang ulama bernama Hasan
Afandi, terkenal dengan julukan “Perpustakaan Berjalan”. Sepulang berdiskusi
dengan Said Nursi, Hasan Afandi mengatakan kepada muridnya bahwa dirinya
menemui seorang yang langka hadir kedunia dengan membawa pencerahan yang
sejalan dengan agama Islam.55
Saat Mufti Mesir, Syaikh Bakhit al-Muthai‟i,56 datang berkunjung ke ibu kota
Istambul. Bakhit dimintai oleh ulama Istambul yang tidak berhasil menyudutkan Said
Nursi, agar Bakhit bersedia berdebat dengan Said Nursi. Bakhit pun menerima
permintaan para ulama Istambul. Seusai mengerjakan shalat di Masjid Raya Aya
Syafia dan ketika ada kesempatan, terjadilah diskusi yang ditonton oleh banyak
ini sama dengan Departemen Wakaf di negara-negara Arab. Ihsan Kasim Salih, Said Nursi..., hlm. 16-17.
53Ihsan Kasim Salih, Said Nursi..., hlm. 16. 54Ihsan Kasim Salih, Said Nursi..., hlm. 17. 55Sukran Vahide, Biografi Intelektual Badiuzzaman Said Nursi..., hlm. 47. 56Syaikh Muhammad Bakhit bin Husain al-Muthai‟i al-Hanafi, mufti mesir dan salah seorang
di antara fuqaha terkemuka mesir. Dilahirkan di desa al-Muthi‟ah, salah satu daerah di provinsi Asyuth Mesir. Beliau belajar di al-Azhar dan ditugaskan sebagai pendidik di sana. Kemudian pada tahun 1297 H. dimutasikan ke pengadilan agama dan ketika itu Bakhit berhubungan dengan Sayyid Jamaluddin al-Afghani. Selanjutnya pada tahun 1333 H. diangkat menjadi mufti Mesir. Bakhit adalah seorang penulis yang berjasa menyusun sejumlah kitab yang sangat bermutu dan Bakhit wafat pada tahun 1345 H. Catatan kaki nomor 22 dalam buku Ihsan Kasim Salih, Said Nursi..., hlm. 21.
53
ulama dan masyarakat.57 Bakhit sepakat dengan argumentasi Said Nursi yang
menjawab pertanyaan dengan simpel namun padat makna.58
Pada tanggal 5 April 1909 M. di Istambul terbentuklah organisasi al-Ittihad
al-Muhammadi dan pembentukannya dideklarasikan sesudah terselenggara perhelatan
agama secara besar-besaran di Masjid Raya Aya Syafia. Dalam kesempatan ini Said
Nursi turut menyampaikan pidato yang sangat berbobot.59
Pada tengah malam tepatnya tanggal 13 April 1909 atau dikenal dengan
inseden 31 Maret60 terjadilah kerusuhan antara pasukan al-Ittihad Wa at-Taraqi dari
kota Salonika dan pasukan tentara Abdul Hamid dari ibu kota Istambul.61 Kerusuhan
ini terjadi karena bermula dari kelompok al-Ittihad Wa at-Taraqi yang ingin
menghancurkan para pemimpin di Istambul. Dari data yang didapat bahwa kelompok
al-Ittihad Wa at-Taraqi ini merupakan kelompok yang berusaha menghancurkan
sistem kekhalifahan,62 hal ini di dukung oleh ungkapan Said Nursi yang mengatakan
bahwa kelompok ini adalah kelompok pembenci agama.63
57Dialog singkat yang terjadi antara Mufti Mesir dan Said Nursi:
Syaikh Makhit : Bagaimana pendapat saudara tentang kebebasan yang sedang dikembangkan dalam sistem pemerintahan Daulat Usmaniah? Dan bagaimana pendapat saudara tentang peradaban Eropa? Said Nursi : Daulat Usmaniah adalah seorang wanita yang sedang mengandung janin Eropa yang akan lahir pada suatu hari sedangkan Eropa adalah seorang wanita yang sedang mengandung janin Islam yang akan lahir pada suatu hari.
58Ihsan Kasim Salih, Said Nursi..., hlm. 21. 59Ihsan Kasim Salih, Said Nursi..., hlm. 22. 60Pemberontakan itu diberi nama menurut kalender Rumi (Julian), kemudian digunakan
dalam Kekaisaran Usmani. 31 Maret 1325, dan bertepatan dengan 13 April 1909, dalam kalender Miladi. Catatan kaki no 1 Bab 3 dalam buku Sukran Vahide, Biografi Intelektual Badiuzzaman Said Nursi..., hlm. 75.
61Ihsan Kasim Salih, Said Nursi..., hlm. 23. 62Ihsan Kasim Salih, Said Nursi..., hlm. 22. 63Ihsan Kasim Salih, Said Nursi..., hlm. 20.
54
Peristiwa di atas dapat diatasi ketika tentara al-Harakah sampai di Istambul
pada 23 April 1909. Pasukan tentara al-Harakah berhasil menguasai keadaan dan
berhasil memecat Sultan Abdul Hamid pada 27 April 1909 M. Kemudian hukum adat
diundangkan dan pengadilan militer segera dibentuk untuk mengadili orang-orang
yang harus bertanggungjawab atas segala tindakan kerusuhan.64
Dalam pengadilan tersebut di atas, Said Nursi terkena vonis hukum gantung.65
Said Nursi padahal tidak turut andil dalam pemberontakan, Said Nursi hanya menjadi
penenang dalam insiden.66 Ketika Said Nursi mendengar vonis tersebut, Said Nursi
langsung bangkit dan kepada hakim Said Nursi menyampaikan pernyataan yang
sangat monumental sebagai usaha pembelaannya. Pernyataan yang diungkapkan Said
Nursi membuat hakim memutuskan bahwa Said Nursi tidaklah bersalah.67
Sesudah Said Nursi bebas dari pengadilan, Said Nursi segera meninggalkan
ibu kota Istambul menuju kota Wan (1910 M.). Di kota Wan Said Nursi memulai
aktivitasnya, mengajar dan memberi kuliah kepada murid-muridnya, juga
mengajarkan ilmu agama kepada masyarakat.68
64Ihsan Kasim Salih, Said Nursi..., hlm. 23. 65Ihsan Kasim Salih, Said Nursi..., hlm. 24. 66Sukran Vahide, Biografi Intelektual Badiuzzaman Said Nursi..., hlm. 75. 67Dialog singkat yang terjadi antara Hakim dan Said Nursi:
Hakim : Apakah anda juga termasuk orang–orang yang menuntut pemberlakuan syariat Islam? Orang yang menuntut hal itu harus menerima hukum gantung seperti ini (sambil menunjuk dengan tangannya kepada mereka yang telah menjalaninya). Said Nursi : Andai saja aku mempunyai seribu jiwa, sungguh kesemuanya akan kukorbankan untuk itu agar satu aspek dari syariat benar-benar dilaksanakan. Sebab, syariat adalah faktor penyebab terwujudnya kebahagiaan dan keadilan sejati, juga keberuntungan. Pernyataanku ini maksudnya adalah syariat yang sesungguhnya, bukan syariat seperti yang dituntut oleh kaum pemberontak. Ihsan Kasim Salih, Said Nursi..., hlm. 25-26.
68Ihsan Kasim Salih, Said Nursi..., hlm. 24-26.
55
Di musim dingin tahun 1911 M./1327 H. Said Nursi menyampaikan khutbah
dengan bahasa Arab di Masjid Raya Umawi Damaskus.69 Khutbahnya ini dicetak dan
diterbitkan dengan judul al-Khutbah asy-Syamiyah, sebuah kumpulan pidato berisi
tentang penyakit-penyakit yang melanda umat Islam dan metode pengobatannya.70
Badiuzzaman kembali lagi ke ibu kota Istambul. Pada saat itu Turki Usmani
terlibat Perang Dunia I. Said Nursi ikut memanggul senjata dan bergegas ke medan
laga. Said Nursi memberikan suntikan semangat kepada mujahid dengan
mengeluarkan fatwa jihad. Tidak sampai disitu saja, Said Nursi kembali ke kota Wan
guna membentuk pasukan jihad suka rela dari kalangan para muridnya.71
Perang Dunia I terjadi di front Kaukakus. Pada tanggal 16 Februari 1916 M.
pasukan tentara Rusia berhasil memasuki kota Ardarum. Dari Ardarum pasukan
Rusia memasuki kota Bitlis, Said Nursi bersama muridnya berjuang dengan semangat
pantang menyerah. Namun karena selisih kekuatan yang teramat jauh, akhirnya
pasukan tentara Said Nursi berhasil dikalahkan. Dalam perang ini Said Nursi
tertangkap oleh pasukan tentara Rusia dan dibawa ke markas tawanan.72
Said Nursi diajukan ke pengadilan kejahatan perang dengan dakwaan
menghina kaisar dan tentara Rusia. Setelah melewati diskusi dan sidang pengadilan,
akhirnya Said Nursi dibebaskan karena Said Nursi tidak ada maksud sedikitpun
69Badiuzzaman Said Nursi, Sinar yang Mengungkap Sang Cahaya (judul asli Epitomes Of
Light), Jakarta, Murai Kencana, 2003, hlm. XIV. 70Ihsan Kasim Salih, Said Nursi..., hlm. 26. 71Ihsan Kasim Salih, Said Nursi..., hlm. 27. 72Ihsan Kasim Salih, Said Nursi..., hlm. 29.
56
menghina kaisar dan tentara Rusia melainkan hanya sebatas tuntutan iman.73
Kembalilah Said Nursi ke ibu kota Istambul.
Di Istambul Said Nursi diangkat menjadi anggota Darul Hikmah al-
Islamiyyah74 tanpa sepengetahuan Said Nursi pada tanggal 13 Agustus 1918. Nursi
tidak pernah mengikuti pertemuan yang diselenggarakan berulang kali oleh Darul
Hikmah. Atas pertimbangan di atas Said Nursi mengajukan surat permohonan agar
dirinya tidak usah dipilih sebagai anggota.75
Ketika Said Nursi berada di Istambul dan di Ankara berbagai makalah dan
buku-buku karangannya dalam bahasa Turki dan Arab diterbitkan. Di antara
makalah-makalahnya menantang kelompok yang meragukan wujud dan wahdaniyat
Allah seperti gerakan atheis.76
Dari Istambul, Said Nursi pergi menuju kota Wan. Di kota Wan Said Nursi
dituduh ikut dalam usaha revolusi terhadap pemerintah Ankara. Kemudian Said
ditangkap dan dibawa ke ibu kota Istambul dengan pengawasan yang ketat.
Selanjutnya Said Nursi dipindahkan ke Burdun, di sini Said Nursi hanya terfokus
untuk ibadah dan menyusun Risalah.77 Pada musim dingin tahun 1926 M. Said Nursi
73Ihsan Kasim Salih, Said Nursi..., hlm. 30-31. 74Lembaga ılmıah mılık para ulama Turkı Usmanı. Alasan Said Nursi diangkat karena Said
Nursi sangat menguasai ilmu hadis. Catatan kaki no 37 dalam buku Ihsan Kasim Salih, Said Nursi..., hlm. 34. Tercatat, bahwa para anggota Darul Hikmah ini hanya merupakan orang-orang dan para ulama terkemuka saja. Ihsan Kasim Salih, Said Nursi..., hlm. 35.
75Ihsan Kasim Salih, Said Nursi..., hlm. 34-35. 76Ihsan Kasim Salih, Said Nursi..., hlm. 43. 77Ihsan Kasim Salih, Said Nursi..., hlm. 47-48.
57
dibuang ke Perla yang kumuh selama seperempat abad (sampai tahun 1950 M.).
Selama itu upaya memutuskan bangsa Turki dengan agama Islam gencar dilakukan.78
Di Perla Said Nursi pertamakali berkenalan dan mengangkat murid yang
bernama Sulaiman. Di sini Said Nursi membuka pengajian, dan memperbanyak
murid-muridnya. Murid-muridnya tampak aktif mempelajari Rasail an-Nur dan
menyalin serta menyebarluaskannya ke seluruh penjuru Turki, tanpa menghiraukan
konsekuensi hukum dari langkah yang ditempuh.79
Aktivitas an-Nuriah terus berkembang dan selalu mendapat sambutan positif
dari setiap hati yang merindukan cahaya kebenaran, sehingga setiap rencana yang
diusahakan dalam memendung perluasan aktivitas an-Nuriah apalagi
membubarkannya selalu tidak membuahkan hasil. Pemerintah selalu mendapatkan
kegagalan di setiap usaha untuk mematikan gerakan an-Nuriah.80
Ketika di perla sampai Said Nursi Wafat, Said Nursi telah melepaskan
kehidupannya dari dunia politik di bawah syiar Said Nursi yang terkenal
A’udzubillahi minasysyaitani waminassiyasah (Aku berlindung kepada Allah dari
setan dan dari politik). Sejak itu Said Nursi terfokus dalam aktivitas inqadz al-Iman
(Menyelamatkan Keimanan) di Turki. Said Nursi berkeyakinan bahwa memfokuskan
diri sebagai pelayan Islam tidak mungkin dapat diwujudkan melalui perjuangan
politik dengan segala intrik dan pertentangannya. Sejak itu Said Nursi pun mengubah
aktivitas politiknya dan mengalihkan perhatiannya pada aspek keimanan dan
78Ihsan Kasim Salih, Said Nursi..., hlm. 50. 79Ihsan Kasim Salih, Said Nursi..., hlm. 56. 80Ihsan Kasim Salih, Said Nursi..., hlm. 74.
58
masalah-masalah akidah. Dengan ini, para musuh Islam kehilangan kesempatan atau
alasan untuk menghadang aktivitas Said Nursi.81
Pada tahun 1949 M. Rasail an-Nur tersebar luas di seluruh wilayah Turki. Hal
ini dikarenakan pengadilan di berbagai daerah mengizinkan Rasail an-Nur untuk
dicetak. Dampak daripadanya, Rasail an-Nur mendapat dukungan beribu-ribu
pembaca dan cahaya iman pun berhasil menyinari beribu-ribu hati.82
Pada tahun 1950 M. Partai Demokrasi berhasil mengambil alih kekuasaan dari
Partai Republik yang telah berkuasa selama seperempat abad dan terkenal sangat
memusuhi Islam melalui pemilu yang berlangsung secara bebas. Ketika Partai
Demokrasi naik ke panggung kekuasaan, keluarlah surat pengampunan umum dan
karenanya kasus yang menyangkut Said Nursi bersama Rasail an-Nur juga dianggap
tidak pernah terjadi.83
Dengan tersebarnya Rasail an-Nur ke berbagai daerah-daerah, tugas Said
Nursi pun telah selesai. Said Nursi meninggal dunia pada 25 Ramadhan 1379 yang
bertepatan dengan tanggal 23 Maret 1960 di Kota Urfa.84 Namun, rezim militer yang
memerintah ketika itu tidak membiarkan Said Nursi beristirahat dengan tenang.
81Ihsan Kasim Salih, Said Nursi..., hlm. 91. 82Ihsan Kasim Salih, Said Nursi..., hlm. 94. 83Ihsan Kasim Salih, Said Nursi..., hlm. 95. 84Badiuzzaman Said Nursi, Risalah Kebangkitan: Pengumpulan Makhluk di Padang
Mahsyar, Jakarta, Anatolia, 2011, hlm. xiv. Juga dalam bukunya, Badiuzzaman Said Nursi, Buah dari Pohon Cahaya, Kuala Lumpur, Ufuk Media SDN. BHD, 1984, hlm. 3.
59
Setelah empat bulan dari wafatnya, mereka membongkar kuburan Said Nursi dan
memindahkan jenazahnya dengan pesawat ke suatu tempat yang tidak diketahui.85
D. Karya Tulis Badiuzzaman Said Nursi
Nama Said Nursi tersebar di berbagai penjuru dunia dengan karyanya yang
sangat monumental yaitu Risalah an-Nur. Risalah an-Nur diterjemahkan lebih kurang
40 bahasa. Dua terjemahan yang paling banyak tersebar adalah terjemahan Sukran
Vahide (edisi berbahasa Inggris) dan Ihsan Kasim Salih (edisi bahasa Arab).86
Said Nursi memperkenalkan Risalah Nur sebagai berikut:
“Risalah an-Nur adalah argumen yang luar biasa dan tafsir yang sangat berharga terhadap al-Quranul Karim. Ia juga merupakan sebuah kilatan yang memukau dari kemukjizatan maknawi al-Quran, setetes dari samudera al-Quran, secercah cahaya dari surya al-Quran, dan sebuah hakikat yang terilhami dari khazanah ilmu hakikat. Risalah Nur juga merupakan terjemahan maknawi yang bersumber dari limpahan makna al-Quran. Risalah an-Nur bukanlah tarekat sufi, melainkan sebuah hakikat. Ia adalah cahaya al-Quranul Karim. Ia tidak bersumber dari ilmu-ilmu dari Timur maupun Barat. Sesungguhnya ia merupakan mukjizat maknawi dari al-Quranul Karim yang dikhususkan untuk zaman ini.”87 Dari paparan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa Said Nursi menggunakan
nama “Risalah an-Nur” karena nama itu “untuk menunjukkan karunia Ilahi”. Risalah
an-Nur adalah sebuah cara yang singkat dan aman serta cocok bagi kaum mukmin
pada masa kini untuk menyebarluaskan ajaran-ajaran agama Islam, karena di
dalamnya terkandung ajaran-ajaran yang bersumber dari limpahan pengetahuan al-
85Badiuzzaman Said Nursi, Menanam Keikhlasan Merajut Persaudaraan, Tanggerang
Selatan, Yayasan Nur Semesta, 2012, hlm. 16. 86Badiuzzaman Said Nursi, Menanam Keikhlasan..., hlm. 20-21. 87Badiuzzaman Said Nursi, Menanam Keikhlasan..., hlm. 16-17.
60
Quran dan juga sangat mudah dicerna serta dapat diaplikasikan.88 Risalah ini juga
hadir sebagai pelindung akidah dari ganasnya modernitas yang sedang terjadi.
Nursi menjelaskan proses lahirnya Risalah Nur sebagai berikut:
“Saya mencurahkan semua obsesi dan waktu untuk merenungkan makna-makna yang dikandung al-Quranul Karim. Kehidupan Said Baru telah saya awali. Takdir telah menarik saya dari satu kota ke kota yang lain. Dalam keadaan seperti itu, lahirlah dari hati yang paling dalam, makna-makna yang bersumber dari limpahan-limpahan al-Quran … Saya mendiktekannya kepada orang-orang yang ada di sekelilingku. Risalah-risalah itulah yang disebut dengan Risalah Nur. Ia benar-benar bersumber dari nur (cahaya) al-Quran. Oleh karena itu, nama ini terlahir dari lubuk hati yang paling dalam. Saya sangat yakin dan percaya bahwa risalah-risalah ini bukanlah hasil olah pikiranku. Ia semata-mata merupakan ilham Ilahi yang dilimpahkan Allah SWT ke dalam kalbuku. Maka, saya telah memohonkan keberkahan untuk semua orang yang menyalinnya karena saya yakin bahwa tidak ada cara lain untuk menjaga keimanan umat selain cara ini. ...”.89 Said Nursi menulis Risalah an-Nur hingga tahun 1950 M, saat beliau
dipindahkan dari satu penjara ke penjara yang lain, dari satu pengadilan ke
pengadilan yang lain. Demikianlah, beliau menulisnya selama seperempat abad,
sehingga jumlahnya lebih dari 130 risalah. Semua dikumpulkan dengan judul
Kuliyyat Rasa‟il anNur (Koleksi Risalah Nur) yang berisi empat seri utama:
al-Kalimat, alMaktubat, alLama‟at, dan asySyu‟a‟at. Selain itu, terdapat seri atau
koleksi yang tidak mudah untuk dicetak kecuali setelah 1954 M. Said Nursi sendiri
yang langsung mengawasi sehingga semuanya selesai tercetak.90
88Sukran Vahide, Biografi Intelektual Badiuzzaman Said Nursi..., hlm. 189. 89Badiuzzaman Said Nursi, Menanam Keikhlasan..., hlm. 14-15. 90Badiuzzaman Said Nursi, Risalah Mi’raj: Urgensi, Hakikat, dan Buahnya, Jakarta,
Anatolia, 2010, hlm. xii.
61
Badiuzzaman Said Nursi mengarang dua karyanya dalam bahasa Arab, yaitu
al-Matsnawi an-Nuri dan Isyarat al-I„jaz Fi Mazhan al-Ijaz. Karya-karyanya yang lain
berbahasa Turki dan telah diterjemahkan ke dalam bahasa Arab oleh Ihsan Kasim
Salih. Sebagian dari karya-karya itu telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia
oleh Fauzy Bahreisy.91 Hampir dari semua risalah dianugerahkan tanpa persiapan dan
dengan serta merta karena suatu kebutuhan yang timbul dari semangat Said Nursi. 92
Risalah an-Nur menjelaskan makna keimanan yang dipancarkan oleh cahaya
al-Quran. Said Nursi berhasil membangun sebuah mata air Qurani yang sangat jernih
dan segar untuk menjaga agama dan keimanan umat manusia, serta membersihkan
hati dan akal manusia dari kebatilan yang telah melekat.
Banyak karya-karya risalah yang dihasilkan serta diwariskan oleh
Badiuzzaman Said Nursi, di antara koleksi Risalah an-Nur terdiri dari beberapa jilid
di antaranya:
Jilid Pertama: al-Kalimat. Jilid pertama memuat 33 risalah. Sembilan kalimat
yang pertama menjelaskan makna ibadah dan akidah, pandangan seorang mukmin
terhadap dunia, tugas manusia di dunia, bahwa perdagangan yang menguntungkan
adalah menjual diri dan harta benda kepada Allah Swt, bahwa iman kepada-Nya dan
hari akhirat bisa memecahkan teka-teki alam semesta, dan tentang shalat.93
Risalah-risalah lainnya dalam al-Kalimat membahas hal-hal seperti keimanan
dan ketauhidan, hari kebangkitan, misi dan kesempurnaan manusia, hikmah al-Quran
91Badiuzzaman Said Nursi, Menanam Keikhlasan..., hlm. 21-22. 92Sukran Vahide, Biografi Intelektual Badiuzzaman Said Nursi..., hlm. 235. 93Badiuzzaman Said Nursi, Menanam Keikhlasan..., hlm. 22.
62
dan filsafat, sifat Allah, pembuktian kenabian dan pentingnya mukjizat para nabi,
prinsip dasar memahami hadis, mukjizat al-Quran, mikraj, risalah al-Lawami„
(kumpulan kata-kata puitis keimanan para Thullabun Nur).94 Di bagian akhir dari
mayoritas al-Kalimat, berisi doa-doa khas untuk selalu bersikap berbaik sangka
kepada Allah dan optimis dalam menjalani hidup ini.95
Jilid Kedua: al-Maktubat. Jilid kedua ini terdiri atas 33 risalah. Kitab ini
diawali dengan beberapa pertanyaan seputar kehidupan Nabi Khidhir as, hikmah
kematian dan penciptaannya, serta letak neraka jahanam.96
Dalam al-Maktubat selanjutnya membahas hal-hal seperti kehidupan
pengarang (Said Nursi), pentingnya keimanan, hikmah pernikahan Rasulullah saw
dengan Zainab, perbedaan antara karamah, ikram, dan istidraj, mengendalikan sifat
manusia, perbedaan iman dan Islam, warisan, hikmah turunnya Nabi Adam as dari
surga, hikmah penciptaan setan, hikmah dibalik fitnah, turunnya nabi Isa as, mazhab
sahabat, mukjizat Nabi saw, menjaga hak orang tua dan lansia, ukhuwah, kematian
dan musibah, implikasi dari asma Allah, rahasia dan macam-macam doa, bijaksana
dalam menyikapi perbedaan mazhab, mukjizat al-Quran dan hakikatnya, hikmah
puasa, waspada dari bisikan setan, sisi positif dan negatif tasawuf, dan di akhir kitab
94Badiuzzaman Said Nursi, Menanam Keikhlasan..., hlm. 23-24. 95Badiuzzaman Said Nursi, Al-Kalimat Jilid 1: Seputar Tujuan Manusia, Aqidah, Ibadah dan
Kemukjizatan Al-Quran (judul asli Al-Kalimat), Jakarta, Anatolia, 2011, hlm. x. 96Badiuzzaman Said Nursi, Menanam Keikhlasan..., hlm. 24.
63
terdapat risalah yang berjudul Nuwa al-Haqaiq (Benih-Benih Kebenaran). Risalah ini
merupakan penggalan-penggalan renungan hati dari karya-karya lama Said Nursi.97
Jilid Ketiga: al-Lama„at. Jilid ketiga ini terdiri 30 risalah, diawali pelajaran
dari munajat Nabi Yunus as dan Ayyub as. Selanjutnya membahas hal di antaranya
tentang konsep aqidah, sunah, kabar ghaib surat al-Fath dan an-Nisa: 68-69, berisi
pertanyaan-pertanyaan, tamparan kasih sayang, derajat sunnah dan obat penyakit
bid‟ah, hikmah al-Istiadzah, mengenali Tuhan: kumpulan memoar, risalah iqtishad
(hemat dan sederhana), risalah Ikhlas, isyarah ats-tsalatsah, (tiga petunjuk), thabi’ah
(risalah tentang alam), hijab, sakit, bala, dan maut, pahala, mata maknawi, risalah
para lansia, sebuah dialog singkat, risalah tafakkur imani, dan hakikat asma Allah.98
Jilid Keempat: asy-Syu„â‟ât. Jilid keempat ini mencakup 15 risalah, di
antaranya risalah keindahan alam semesta, keistimewaan manusia melalui tauhid,
munajat perjalanan, permohonan pertolongan kepada Allah, kiamat, dajjal dan
Sufyani, makna at-tahiyyâtu lillâhi…, sang petualang berdialog dengan alam, iman
kepada akhirat pondasi kehidupan, hikmah tikrar (pengulangan ayat) dalam al-Quran,
buah iman kepada malaikat, pembelaan Nursi dan muridnya, risalah penghibur di
tahanan, dan argumen kebenaran tauhid serta risalah kenabian.99
Jilid Kelima: Isyarat al-I„jaz Fi Mazhan al-Ijaz. Kitab ini ditulis Nursi dalam
bahasa Arab. Kitab ini merupakan penafsiran atas surat al-Fatihah dan 30 ayat dari
97Badiuzzaman Said Nursi, Menanam Keikhlasan..., hlm. 24-26. 98Badiuzzaman Said Nursi, Al-Lama’at: Menikmati Hidangan Langit (judul asli Al-Lama’at),
Jakarta, Robbani Press, 2010, hlm. xvii-xxxii. 99Badiuzzaman Said Nursi, Menanam Keikhlasan..., hlm. 27-28.
64
surat al-Baqarah. Said Nursi menjelaskan kemukjizatan bahasa al-Quran dengan
bahasa-bahasa yang lugas. Berbagai bentuk kemukjizatan itu berdasarkan kaedah-
kaedah ilmu balaghah, nahwu, sharaf, logika, teologi, dan semua cabang ilmu yang
memiliki keterkaitan dengannya. Ikut dilampirkan di akhir kitab ini risalah Qalu „an
al-Qur‟an (Mereka berkomentar Tentang al-Quran) karya Dr. Imaduddin Khalil.100
Jilid Keenam: al-Matsnawi an-Nuri. Jilid keenam ini terdiri atas 12 risalah
dalam bahasa Arab. Jilid ini di antaranya membahas cahaya tauhid, percikan makrifat
Nabi saw, lasiyyama (hari kebangkitan), setetes lautan tauhid, butir lutan al-Quran
yang penuh hikmah, benih biji buah taman al-Quran, bunga taman al-Quran yang
penuh hikmah, benih kilau petunjuk al-Quran, semerbak hembusan petunjuk al-
Quran, bagian ketiga semerbak hembusan petunjuk al-Quran, obor cahaya mentari al-
Quran, titik cahaya makrifatullah, dan cahaya bintang al-Quran.101
Jilid Ketujuh: Malahiq Fi Fiqh Da„wah an-Nur. Jilid ketujuh ini merupakan
kumpulan surat-menyurat antara Said Nursi dan murid-murid pertamanya. Secara
umum berisi arahan dan petunuk yang menjelaskan pentingnya Risalah an-Nur dan
metode dakwah di masa kini. Kitab ini juga berisi tentang metode pelurusan sifat-sifat
negatif, pendalaman iman, dan pengolahan hati. Malahiq terdiri dari tiga buku yang
terpisah, yaitu; Mulhaq Barla, Mulhaq Qastamunî, dan Mulhaq Emirdag.102
100Badiuzzaman Said Nursi, Menanam Keikhlasan..., hlm. 28-29. 101Badiuzaman Said Nursi, Al-Matsnawi an-Nuri: Menyibak Misteri Keesaan Ilahi (judul asli
Al-Matsnawi an-Nuri), Jakarta, Anatolia, t.th., hlm. xxxix-xxxx. 102Badiuzzaman Said Nursi, Menanam Keikhlasan..., hlm. 31.
65
Jilid Kedelapan: Shaiqal al-Islâm (Karya-Karya Said Lama). Pada Jilid
kedelapan membahas tentang risalah-risalah di antaranya; Muhakamat „Aqliyyah,
Qizil Ijaz, Ta„liqat „ala Burhan al-Kalanbawi, as-Sanihat dan al-Munazharat, al-
Mahkamah al-„Askariyyah al-„Urfiyyah, al-Khuthbah asy-Syamiyyah dan al-
Khuthuwat as-Sitt.103
E. Pandangan Ulama terhadap Pemikiran Badiuzzaman Said Nursi
Said Nursi adalah pemikir dan sufi besar abad 20. Said Nursi dijuluki
Badiuzzaman, Keajaiban Zaman, karena memiliki kemampuan nalar dan kejernihan
kalbu yang amat menakjubkan, sehingga pada zamannya tidak seorang ulama pun
mampu menandinginya. Dalam penyusunan Risala an-Nur, Said Nursi hanya
berteman dengan al-Quran. Itu artinya Nursi mengarang karya besarnya tersebut
hanya berdasarkan lintasan-lintasan ilham yang diterimanya.104
Fathullah Afandi105 pernah menguji kemampuan Said Nursi seputar kitab-
kitab yang Fathullah Afandi rekomendasikan kepada Said Nursi, dan Fathullah
Afandi juga menguji seberapa kuat ingatan Said Nursi dengan menyuruh Said Nursi
menghafal beberapa halaman kitab. Ternyata Said Nursi dapat dengan mudah
menjawab semua pertanyaan Fathullah Afandi, dan juga mampu menghafal beberapa
halaman kitab dengan hanya satu kali membaca. Fathullah Afandi terkejut dengan
103Badiuzzaman Said Nursi, Menanam Keikhlasan..., hlm. 32-33. 104Badiuzzaman Said Nursi, Al-Ayat Al-Kubra: Menemukan Tuhan pada Wajah Alam
Semesta (judul asli Al-Ayat Al-Kubra), Jakarta, Anatolia, 2009, hlm. vi. 105Fathullah Afandi adalah seorang ulama kenamaan yang berasal dari Si‟rad. Ihsan Kasim
Salih, Said Nursi..., hlm. 11.
66
jawaban dan kemampuan ingatan Said Nursi. Fathullah Afandi kagum kepada Said
Nursi, dan menganggap bahwa Said Nursi mempunyai otak jenius yang luar biasa
serta dipadu dengan daya hafal yang sangat luar biasa pula.106
Setelah di uji oleh Syaikh Fathullah Afandi, tidak lama kemudian popularitas
Said Nursi tersebar luas. Para ulama terkemuka silih berganti ingin berdialog ilmiah
dengan Said Nursi dan ada juga yang berupaya menyudutkannya dengan berbagai
pertanyaan sulit untuk diselesaikan. Tetapi semua permasalahan dapat terjawab
dengan sangat argumentatif, sehingga Said Nursi digelari “Said Masyur”.107
Ketika Said Nursi pindah ke rumah Thahir Pasya108. Said Nursi berjumpa
sebagian para ulama dari berbagai disiplin ilmu modern109. Kedatangan para ulama
ini menjadi motivasi bagi Said Nursi untuk dapat menguasai berbagai disiplin ilmu
modern. Setelah merasa belajarnya telah cukup, Said Nursi dalam sebuah kesempatan
berdiskusi dengan para ulama ahli ilmu-ilmu modern. Said Nursi mampu
membungkam mulut para ulama ilmu modern.110 Said Nursi hanya menggunakan
106Ihsan Kasim Salih, Said Nursi..., hlm. 11-12. 107Ihsan Kasim Salih, Said Nursi..., hlm. 12. 108Thahir Pasya adalah seorang pejabat terkemuka yang sangat dihormati oleh Sultan
Abdulhamid II, dan menjabat sebagai gubernur di Mosul dan Bitlis serta di Van. Dia adalah pelindung pendidikan, mengikuti perkembangan dalam ilmu pengetahuan, dan memiliki sebuah perpustakaan yang koleksinya kaya. Dialah pejabat negara pertama yang menyadari bakat dan potensi yang besar dalam diri Said, serta terus meyakinkan dan mendukungnya hingga akhir hayatnya pada tahun 1913. Sukran Vahide, Biografi Intelektual Badiuzzaman Said Nursi..., hlm. 31.
109Ilmu modern yang dimaksud seperti; sejarah, geografi, matematika, geologi, fisika, kimia, astronomi, dan filsafat.
110Ketika Said Nursi terlibat dialog dengan ulama ahli ilmu modern, dirasakan Said Nursi bahwa kemampuannya terhadap ilmu tersebut sangat terbatas. Hal inilah yang membuatnya mempelajari ilmu-ilmu pengetahuan modern. Said Nursi tidak memiliki guru untuk mempelajari ilmu-ilmu tersebut, Said Nursi hanya memanfaatkan perpustakaan dan koran-koran serta jurnal-jurnal yang tersedia di kantor Thahir Pasya. Ihsan Kasim Salih, Said Nursi..., hlm. 14. Juga dalam bukunya, Sukran Vahide, Biografi Intelektual Badiuzzaman Said Nursi..., hlm. 32.
67
waktu relatif singkat sekali untuk dapat menguasai ilmu-ilmu modern tersebut. Berkat
potensinya ini popularitas Said Nursi tersebar luas dan digelari Badiuzzaman
(Bintang Zaman).111
Saat Said Nursi berada di Hotel Khan asy-Syakrizi, Said Nursi bertemu
dengan Sayyid Hasan Fahmi Pasya az-Zaman Oglu112. Fahmi penasaran dengan Said
Nursi sehingga Fahmi berkeinginan untuk menguji Said Nursi. Fahmi memberikan
pertanyaan-pertanyaan yang dianggap paling sulit dan sangat mendalam, pertanyaan-
pertanyaan itu membahas tentang ketuhanan (al-ilahiyyat). Namun Said Nursi mampu
menjawab semua pertanyaan yang dilontarkan. Fahmi sungguh sangat kagum atas
jawaban cemerlang Said Nursi. Dengan demikian, Fahmi dengan mantap meyakini
bahwa ilmu yang dimiliki Said Nursi adalah ilmu laduni.113
Ketika Ali Himmet Berki114 memperhatikan Said Nursi sedang menjawab
pertanyaan para cendekiawan dan juga melihat Said Nursi sedang merespon teori-
teori para filsuf Yunani kuno, hal ini membuat Ali Himmet Berki terpesona. Yang
lebih membuat terpesonanya Ali Himmet Berki, yaitu ketika Said Nursi tidak mau
menerima hadiah dari orang lain.115
111Ihsan Kasim Salih, Said Nursi..., hlm. 14. 112Sayyid Hasan Fahmi Pasya az-Zaman Oglu adalah seseorang yang dikemudian hari
menjadi anggota Lembaga Penasihat Urusan Agama. Lembaga ini sama dengan Departemen Wakaf di negara-negara Arab. Pada saat itu Fahmi adalah orang yang terbaik di kelasnya. Sukran Vahide, Biografi Intelektual Badiuzzaman Said Nursi..., hlm. 46.
113Ihsan Kasim Salih, Said Nursi..., hlm. 16-17. 114Ali Himmet Berki adalah seorang mantan kepala pengadilan tinggi. Ali Himmet Berki pada
saat itu belajar di Madrasatul Kuzat (Setara dengan Fakultas Hukum). Ali Himmet Berki lebih maju dibandingkan mahasiswa lain. Sukran Vahide, Biografi Intelektual Badiuzzaman Said Nursi..., hlm. 47.
115Sukran Vahide, Biografi Intelektual Badiuzzaman Said Nursi..., hlm. 47.
68
Kekaguman serupa pula telah dilontarkan oleh seorang ulama bernama Hasan
Afandi116. Hasan Afandi pernah absen dalam mengajar karena hanya untuk menemui
Said Nursi. Sekembalinya dari sana, Hasan Afandi mengatakan kepada murid-
muridnya atas ketakjuban yang dirasakan terhadap Said Nursi. Hasan Afandi juga
mengatakan bahwa dirinya belum pernah bertemu orang seperti Said Nursi, Said
Nursi baginya adalah orang yang langka.117
Ketika Said Nursi Masih di ibu kota Istambul, datanglah salah seorang
anggota utama Universitas al-Azhar di Kairo yang terkenal (dan pernah menjadi
Mufti Agung Mesir), Syaikh Muhammad Bakhit bin Husain al-Muthai‟i al-Hanafi.118
Bakhit diminta oleh ulama Istambul yang belum berhasil mengalahkan Said Nursi
dalam argumentasi untuk bersedia berdebat dengan Said Nursi. Pertanyaan pun
dilontarkan, Said Nursi menjawab pertanyaan itu dengan simpel namun padat makna.
Bakhit sangat sependapat sekali dengan jawaban yang dilontarkan Said Nursi bahkan
kagum karena dapat mengungkapkannya dengan begitu singkat tapi jelas dan fasih.119
Nama Said Nursi dikenal oleh orang ternama tidak hanya pada masa
kehidupannya, melainkan pasca kehidupannya banyak juga yang kagum dan memberi
sanjungan kepada Said Nursi. Tidak hanya di Turki, di luar Turki pun turut
memberikan sanjungan positif terhadap ulama yang sangat monumental ini.
116Hasan Afandi adalah seorang guru dan juga merupakan tokoh cendekiawan yang sangat
dihormati. Hasan Afandi terkenal dengan julukan “Perpustakaan Berjalan”. Ihsan Kasim Salih, Said Nursi..., hlm. 17.
117Sukran Vahide, Biografi Intelektual Badiuzzaman Said Nursi..., hlm. 47. 118Sukran Vahide, Biografi Intelektual Badiuzzaman Said Nursi..., hlm. 48. 119Ihsan Kasim Salih, Said Nursi..., hlm. 21.
69
Sanjungan yang datang dari luar Turki seperti, Prof. Jane I. Smith (Hartford
Seminary, USA), menyampaikan:
Badiuzzaman Said Nursi telah menulis dengan hati dan imajinasinya, sebagaimana beliau telah menulis dengan akal dan kecerdasannya. Perbandingan alegoris ini sangat memukau dan memikat perhatian banyak orang; juga membuat kebenaran-kebenaran itu dapat dipahami dengan mudah, padahal mungkin saja itu sulit untuk dimengerti. Hal itu adalah faktor-faktor penentu yang dapat menjelaskan popularitas yang luas dan kejayaan Risalah an-Nur.120 Berikutnya datang dari Prof. Abdul Wadud Syelebi (Universitas al-Azhar,
Mesir), mengungkapkan:
Menurut sejarah Islam, telah muncul tiga gerakan Islam yang mirip satu dengan lainnya. Tiap-tiap gerakan ini memainkan peranan penting dalam membangkitkan kembali keimanan umat Islam, yaitu gerakan Imam Rabbani Syekh Ahmad Sirhindi di India, gerakan Abdul Hamid Ibnu Badis di Aljazair, dan gerakan Badiuzzaman Said Nursi di Turki.121 Di indonesia diwakilkan oleh Prof. Dr. Andi Faisal Bakti, M.A. (Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta), menyatakan:
Said Nursi adalah tokoh yang mencerahkan pada milenium ini. Pikirannya yang tertuang dalam karya agungnya, Risalah an-Nur, amat tepat menjadi referensi bagi resolusi konflik internal maupun eksternal, horisontal maupun vertikal. Karya ini dapat melembutkan urat-urat saraf yang tegang akibat diselimuti oleh berbagai permasalahan dunia saat ini. Dalam buku ini tersenarai resep atas berbagai penyakit sosial dan hati yang timbul dalam masyarakat modern.122 Sanjungan di atas merupakan sebagian kecil dari sanjungan yang ada di dunia
ini. Masih banyak tokoh-tokoh terkemuka lainnya yang sangat mengagumi Said Nursi
120Badiuzzaman Said Nursi, Menanam Keikhlasan..., hlm. 117. 121Badiuzzaman Said Nursi, Menanam Keikhlasan..., hlm. 119. 122Badiuzzaman Said Nursi, Menanam Keikhlasan..., hlm. 120.
70
dan risalahnya. Selama Risalah an-Nur masih ada di dunia maka sanjungan pun pasti
akan tetap muncul dari pembaca-pembaca yang mendapatkan hidayah.
top related