bab ii tinjauan pustaka a. pengetahuan 1. pengertian...
Post on 25-Oct-2020
18 Views
Preview:
TRANSCRIPT
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengetahuan
1. Pengertian pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2012), pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini
terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.
Penginderaan terjadi melalui panca indra manusia, yakni indra penglihatan,
pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia
diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain
yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang. Pengalaman dan
penelitian membuktikan bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih
langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan
(Notoatmodjo, 2012).
Konsep Blum dalam Notoatmodjo (2011), menjelaskan bahwa derajat
kesehatan dipengaruhi oleh empat faktor utama, yakni perilaku, lingkungan,
pelayanan kesehatan, dan keturunan (hereditas). Menurut Green (1980) dalam
Notoatmodjo (2012). Kesehatan seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh dua
faktor pokok, yakni faktor perilaku (behavior causes) dan faktor diluar perilaku
(non behavior causes).
2. Cara memperoleh pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2002), cara memperoleh pengetahuan dapat
dikelompokkan menjadi dua cara, yaitu:
9
a. Cara tradisional atau non-ilmiah:
Cara kuno atau tradisional ini dipakai orang untuk memperoleh kebenaran
akan pengetahuan, sebelum diketemukannya metode ilmiah atau metode penemuan
secara sistemik dan logis. Adapun cara-cara penemuan pengetahuan pada periode ini
antara lain meliputi:
1) Cara coba-salah (trial and error)
Cara coba-salah ini dilakukan dengan menggunakan kemungkinan dalam
memecahkan masalah dan apabila kemungkinan tersebut tidak berhasil, dicoba
kemungkinan yang lain selanjutnya apabila kemungkinan yang kedua ini gagal,maka
dicoba kembali dengan kemungkinan yang ketiga dan apabila kemungkinan yang
ketiga gagal dicoba kemungkinan keempat dan seterusnya sampai masalah tersebut
dapat terpecahkan.
2) Cara kekuasaan atau otoritas
Prinsip ini adalah orang lain menerima pendapat yang dikemukakan oleh
orang yang mempunyai otoritas, tanpa terlebih dulu menguji atau membuktikan
kebenarannya, baik berdasarkan fakta empiris atau berdasarkan penalaran sendiri.
3) Berdasarkan pengalaman pribadi
Semua pengalaman pribadi dapat menjadi sumber kebenaran pengetahuan.
Perlu diperhatikan disini bahwa tidak semua pengalaman pribadi dapat menuntun
seseorang untuk menarik kesimpulan dengan benar. Menarik kesimpulan dari
pengalaman dengan benar diperlukan cara berpikir yang kritis dan logis.
10
4) Melalui jalan pikiran
Sejalan dengan perkembangan kebudayaan umat manusia, cara berpikir
manusia pun ikut berkembang dan telah mampu menggunakan penalarannya untuk
memperoleh pengetahuannya.
5) Cara modern dalam memperoleh pengetahuan
Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan pada dewasa ini lebih
sistematis, logis dan ilmiah. Cara ini disebut “metode penelitian ilmiah”, atau lebih
populer disebut metodelogi penelitian (research methodology).
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan
Menurut Syah (2012), faktor yang mempengaruhi pengetahuan dapat
dibedakan menjadi tiga macam, yaitu:
a. Faktor interna
Faktor yang berasal dari dalam diri sendiri ini meliputi dua aspek, yaitu aspek
fisiologis dan aspek psikologis. Pemaparan dari dua aspek tersebut adalah sebagai
berikut:
1) Aspek fisiologis
Semangat dan intesitas dalam penyerapan pengetahuan dipengaruhi oleh
kondisi umum jasmani dan tonus (tegangan otot) yang memadai tingkat kebugaran
organ-organ tubuh dan sendi-sendinya, sehingga sangat dianjurkan mengkonsumsi
makanan dan minuman yang bergizi untuk mempertahankan tonus jasmani tetap
bugar.
11
2) Aspek psikologis
Banyak faktor yang termasuk aspek psikologis yang dapat mempengaruhi
kuantitas dan kualitas perolehan pengetahuan. Diantara faktor-faktor rohaniah
tersebut dipandang lebih esensial, yaitu:
a) Faktor inteligensi
Tingkat kecerdasan tidak dapat diragukan lagi, sangat menentukan tingkat
keberhasilan dalam proses penyerapan pengetahuan. Semakin tinggi kemampuan
intelegensi seseorang maka semakin besar peluangnya untuk meraih sukses.
Sebaliknya, semakin rendah kemampuan intelegensi seseorang maka semakin kecil
peluangnya untuk memperoleh sukses.
b) Faktor sikap
Sikap adalah gejala interna yang berdimensi efektif berupa kecenderungan
untuk mereaksi atau merespon (response tendency) dengan cara relatif tetap terhadap
objek orang, barang dan sebagainya.
c) Faktor bakat
Secara umum, bakat adalah kemampuan potensial yang dimiliki seseorang
untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang. Setiap orang pasti
memiliki bakat dalam arti potensi untuk mencapai prestasi sampai tingkat tertentu
sesuai dengan kapasitasnya masing-masing. Secara global bakat hampir sama dengan
intelegensi.
d) Faktor minat
Secara sederhana, minat berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi
atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Minat seperti yang dipahami dan dipakai
selama ini dapat mempengaruhi kualitas penyerapan pengetahuan.
12
e) Faktor motivasi
Pengertian dasar motivasi adalah keadaan internal organisme baik manusia
atau hewan yang mendorongnya untuk berbuat sesuatu. Perkembangan selanjutnya,
motivasi dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu motivasi intrinsik dan ektrinsik.
Motivasi intrinsik adalah hal dan keadaan yang berasal dari dalam diri sendiri yang
dapat mendorong melakukan tindakan belajar. Motivasi ekstrinsik adalah hal dan
keadaan yang datang dari luar yang juga dapat mendorong untuk melakukan kegiatan
belajar.
b. Faktor eksternal
Seperti faktor internal, faktor eksternal juga terdiri atas dua macam, yaitu:
faktor lingkungan sosial dan faktor lingkungan non sosial. Penjelasan atas faktor-
faktor tersebut adalah:
1) Lingkungan sosial
Lingkungan sosial disini yang dimaksud adalah orang tua, keluarga, teman
dan masyarakat di lingkungan tempat tinggal. Semuanya dapat memberi dampak
yang baik ataupun yang buruk terhadap kegiatan belajar dan hasil yang dicapai dalam
proses memperoleh pengetahuan.
2) Faktor non sosial
Faktor-faktor yang termasuk faktor non sosial adalah rumah tempat tinggal
dan letaknya, alat-alat belajar, keadaan cuaca dan waktu belajar. Semua faktor
tersebut dapat mempengaruhi tingkat keberhasilan belajar dan penyerapan
pengetahuan.
3) Faktor pendekatan belajar
Suatu proses belajar untuk mendapatkan pengetahuan dengan segala cara atau
13
strategi yang digunakan seseorang dalam menunjang keefektifan dan efisiensi dalam
proses mendapat pengetahuan tertentu.
Menurut Mubarak, dkk. (2007), selain faktor-faktor di atas pengetahuan
seseorang juga dipengaruhi oleh:
a) Pendidikan
Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang pada orang lain
terhadap suatu hal. Tidak dapat dipungkiri bahwa makin tinggi pendidikan seseorang
semakin tinggi pula mereka menerima informasi dan pada akhirnya makin banyak
pula pengetahuan yang dimilikinya. Sebaliknya jika seseorang tingkat pendidikannya
rendah, akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap penerimaan
informasi dan nilai-nilai yang baru diperkenalkan.
b) Pekerjaan
Lingkungan pekerjaan dapat menjadikan seseorang memperoleh pengalaman
dan pengetahuan baik secara langsung maupun tidak langsung.
c) Umur
Dengan bertambahnya umur seseorang akan terjadi perubahan pada aspek
fisik dan psikologis (mental). Pertumbuhan secara fisik ada empat kategori perubahan
ukuran, proporsi, hilangnya ciri-ciri lama dan timbulnya ciri-ciri baru.Ini terjadi
akibat kematangan fungsi organ.Aspek psikologis atau mental taraf berpikir
seseorang semakin matang dan dewasa.
Menurut Vaughan (dalam Widayatun, 1999), umur manusia dalam proses
pertumbuhan dan perkembangan dibagi menjadi:
1). Masa anak-anak yaitu, masa pra sekolah pada umur 1-6 tahun dan masa sekolah
pada umur 6-10 tahun.
14
2). Masa remaja yaitu, pada perempuan umur 8-18 tahun dan laki-laki pada umur 10-
20 tahun.
3). Masa dewasa pada umur 19-39 tahun.
4). Masa tua pada umur 40-59 tahun.
d.Informasi
Kemudahan untuk memperoleh suatu informasi dapat membantu
mempercepat seseorang dalam berinteraksi dengan lingkungannya sebaliknya
menurut Kuta (2007), bahwa kurangnya pendekatan dan informasi-informasi yang
diperoleh dari media informasi akan mempengaruhi tingkat pengetahuan
seseorang.Salah satu sumber informasi adalah dengan menggunakan media informasi.
Menurut Kholid (2012), jenis- jenis media dibagi menjadi media cetak, media audio
visual dan media internet.
c. Pengalaman (masa kerja)
Pengalaman adalah suatu kejadian yang pernah dialami seseorang dalam
berinteraksi dengan lingkungannya, makin lama masa kerja maka pengetahuan akan
semakin bertambah.
Menurut Moekijat (1998), faktor jenis kelamin mempunyai keterkaitan
langsung maupun tidak langsung dengan tingkat pengetahuan seseorang terhadap
suatu hal. Diketahui bahwa jenis kelamin laki-laki cenderung mempunyai
pengetahuan lebih baik daripada perempuan.Hal ini dikarenakan berbagai hal, seperti
laki-laki mempunyai aktivitas dan pengetahuan yang lebih luas, mampu bersosialisasi
lebih baik dan peluang untuk mendapatkan informasi lebih besar akibat aktivitas yang
menyertainya. Menurut Iffada (2010) tidak ada hubungan yang bermakna yang bisa
dikaitkan antara tingkat pengetahuan seseorang dengan jenis kelaminnya tetapi
15
penelitian yang dilakukan oleh Yohani (2006) memperoleh hasil bahwa jenis kelamin
laki-laki dan perempuan memiliki tingkat pengetahuan yang sama hal ini disebabkan
karena berada dalam lingkungan yang sama.
4. Tingkat pengetahuan
Menurut Mubarak, dkk. (2007), pengetahuan mempunyai enam tingkat yaitu:
a. Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu meteri yang telah dipelajari
sebelumnya, mengingat kembali termasuk (recall) terhadap suatu yang spesifik dari
seluruh bahan atau rangsangan yang telah diterima.
b. Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar
tentang suatu objek yang diketahui dan dapat menginterprentasikan materi tersebut
secara luas.
c. Aplikasi (application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah
dipelajari pada situasi.
d. Analisis (analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek
kedalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi
tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain.
e. Sintesis (synthesis)
Sintesis diartikan menunjukkan pada suatu kemampuan untuk meletakkan
atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk kseluruhan yang baru.
f. Evaluasi (evaluation)
16
Evaluasi diartikan berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penilaian
suatu materi atau objek.
5. Kriteria tingkat pengetahuan
Menurut Syah (2012), kriteria tingkat pengetahuan dibedakan menjadi lima
yaitu :
a. Sangat baik (Nilai 80-100)
b. Baik (Nilai 70-79)
c. Cukup (Nilai 60-69)
d. Kurang (Nilai 50-59)
e. Gagal (Nilai 0-49)
B. Makanan Kariogenik
1. Pengertian makanan kariogenik
Menurut Setiowati dan Furqnita (2007), makanan kariogenik adalah makanan
manis dan lengket yang dapat menyebabkan karies gigi.Makanan kariogenik adalah
makanan yang lengket menempel di gigi yang dapat menyebabkan karies seperti
gula-gula (permen), biskuit, kue dan coklat (Heriyandi, 2006).
Sifat makanan kariogenik adalah banyak mengandung karbohidrat, lengket
dan mudah hancur di dalam mulut (Meishi, 2012). Kariogenik suatu makanan
tergantung dari:
a. Bentuk fisik
Bentuk fisik makanan lunak, lengket danmanis serta mudah menempel pada
permukaan gigi dan sela-sela gigi jika dibiarkan akan menghasilkan asam yang lebih
banyak sehingga mempertinggi resiko terkena karies gigi. Selain itu makanan yang
17
mudah hancur didalam mulut harus dihindari, misalnya kue-kue, roti,es krim, permen
dan lain-lain (Suwelo,1992).
b. Jenis karbohidrat
Menurut Pratiwi dalam Sirat, Senjaya dan Wirata (2016),karbohidrat yang
paling erat berhubungan dengan proses karies gigi adalah sukrosa, karena mempunyai
kemampuan yang lebih efisien terhadap pertumbuhan mikroorganisme asidogenik
dibanding karbohidrat lain. Sukrosa dimetabolisme dengan cepat untuk menghasilkan
zat-zat asam. Sukrosa terdapat pada makanan manis dan cemilan(snack)seperti
biskuit,coklat, permen dan es krim.
c. Frekuensi konsumsi
Mengkonsumsi makanan kariogenik dengan frekuensi yang lebih sering akan
meningkatkan kemungkinan terjadinya karies dibandingkan dengan mengkonsumsi
dalam jumlah banyak tetapi dengan frekuensi yang lebih jarang. Mengendap diantara
waktu makan membuat saliva dalam rongga mulut tetap dalam suasana asam,
akibatnya gigi akan semakin rentan terhadap karies (Arisman,2002).
2. Pengelompokan makanan manis
Pengelompokan makanan manis menurut Inunu dan Sarasti (2005) terdiri atas:
a. Makanan manis yang bersifat sangat kariogenik
Makanan manis yang bersifat sangat kariogenik mengandung gula dengan
jenis sukrosa. Sukrosa adalah gabungan dua macam gula yaitu glukosa dan fruktosa.
Makanan yang mengandung sukrosa memiliki efek yang sangat merugikan. Pertama,
seringnya asupan makanan yang mengandung sukrosa sangat berpotensi
menimbulkan kolonisasi streptococcusmutans, sehingga meningkatkan potensi karies.
Kedua plak lama yang sering terkena sukrosa dengan cepat termetabolisme menjadi
18
asam organik, sehingga menimbulkann penumpukan pH plak yang drastis. Terdapat
berbagai bentuk sukrosa,yaitu putih atau coklat. Gula putih dijual sebagai gula pasir,
gula halus, gula pengawet dan sebagai gula batu. Gula coklat dijual sebagai gula tebu
kasar dan gula coklat halus. Makanan manis yang termasuk bersifat sangat kariogenik
adalah permen, kue ataucake yang manis,coklat dan biskuit.
b. Makanan manis yang bersifat kurang kariogenik
Makanan manis yang bersifat kurang kariogenik mengandung gula jenis
glukosa. Glukosa tidak semanis sukrosa.Glukosa sering ditambah pada makanan dan
minuman dan juga pada selai. Makanan manis yang termasuk bersifat kurang
kariogenik adalah permen karet, agar-agar atau jeli, teh manis, jus, soft drink, dan es
buah.
c. Makanan lain yang tidak kariogenik
Makanan lain yang bersifat tidak kariogenik mengandung gula dengan jenis
fruktosa dan laktosa. Fruktosa dapat ditemukan pada buah-buahan,sayuran dan madu.
Gula jenis laktosa adalah gabungan dari dua jenis gula sederhana yaitu glukosa dan
galaktosa. sehingga jarang digunakan sebagai tambahan pada makanan. Gula ini
ditemukan pada susu. Makanan lain yang tidak kariogenik adalah buah berserat dan
berair, seperti mangga dan semangka, buah yang lebih kering separti pisang dan
jambu batu, serta air mineral.
3. Makanan pengganti gula
Menurut Besford (1996), pemanis ini dibagi menjadi dua golongan yaitu:
a. Pemanis bernutrisi
19
Golongan pemanis bernutrisi adalah gula (sakarida) diantaranya adalah gula
putih, gula coklat, gula invert dan golongan gula alkohol, dan yang kini paling
berguna adalah gula sorbitol, manitol dan xylitol.
Gula putih dijual sebagai gula pasir, gula kastor, gula halus, gula pengawet,
dan sebagai gula batu serta kristal kopi. Gula coklat dijual sebagai tebu kasar.Semua
variasi dari gula putih dan gula coklat hampir 100% adalah sukrosa.Sukrosa adalah
jenis gula yang dianggap lebih berbahaya bagi gigi dari pada bentuk gula lainya.
Madu umumnya terdiri dari komposisi glukosa dan fruktosa.Ada kepercayaan
bahwa madu adalah produk yang dibuat secara alamiah, sehingga lebih baik dari pada
sumber gula lainnya. Namun kenyataannya bahwa 99,4% dari madu adalah gula dan
air, sedangkan 0,6% mengundang sejumlah kecil vitamin. Madu adalah sumber
energi yang amat mahal, tetapi rasanya lebih enak dari pada jenis gula lainnya. Madu,
seperti juga jenis gula lainnya selain sukrosa, pada konsentrasi yang sama tinggi,
adalah sama buruknya bagi gigi dan madu hampir seburuk sukrosa.
Gula invert adalah sirup yang dihasilkan dari hidrolisis larutan sukrosa, yang
menghasilkan campuran glukosa dan fruktosa, dan kadang-kadang ditambahkan pada
makanan. Kandungannya seperti madu, dan karenanya tidak baik bagi gigi.
Sorbitol adalah gula alkohol yang terdapat dalam beberapa buah-buahan
masak tapi bisa diproduksi secara komersial dari sukrosa atau gula tepung. Rasa
manisnya kira-kira setengah manis sukrosa. Ada semacam ketidakpastian bahwa
sorbitol menjadi asam, tetapi ada kemungkinan kuman-kuman tersebut dapat
beradaptasi. Makanan dan permen karet yang berisi sorbitol lebih aman daripada
yang mengandung sukrosa karena sorbitol dianggap kariogenitasnya jauh lebih kecil
dari pada sukrosa (Kidd dan Bechal, 1992).
20
Mannitol adalah alkohol gula alamiah yang lain, dianggap relatif aman
terhadap gigi. Sama seperti sorbitol, mannitol merupakan komponen kecil dari
permen karet bebas gula (Kidd dan Bechal, 1992).
Xylitol adalah alkohol gula yang sama manisnya dengan sukrosa (dua kali
sorbitol dan mannitol). Xylitol banyak terdapat di alam, secara kormersial xylitol
dibentuk dari kayu sejenis pohon (birch tree) dankarena proses pembuatannya lebih
sulit dibandingkan pemerasan sederhana dari tebu dalam pembuatan sukrosa, harga
xylitol jauh lebih mahal. Hasil penelitian terus-menerus menunjukkan bahwa
pertama, xylitol tidak menghasilkan asam sama sekali pada plak, karenanya itu gula
jenis ini dianggap sangat aman bagi gigi, meskipun adaptasi bakteri pada plak tetap
masih mungkin terjadi (Besford, 1996).
b. Pemanis tidak bernutrisi
Zat ini memberikan rasa manis tetapi tidak menimbulkan kalori dan betul-
betul aman bagi gigi. Sakarin memiliki kekurangan yaitu adanya rasa pahit. Kini
acesulfured yang secara kimia sama dengan sakarin sudah mulai dijual. Produk baru
lainnya adalah aspartame, produk ini berisi dua asam amino dan dianggap sangat
aman karena dapat mengalami metabolisme protein yang normal.Rasanya dianggap
paling mendekati rasa sukrosa tanpa rasa pahit (Kidd dan Bechal, 1992).
4. Pengaruh makanan kariogenik terhadap kesehatan gigi
Menurut Heriyadi (2006), bahwa kariogenik suatu makanan antara lain
dipengaruhi oleh kondisi nutrient dari makanan tersebut, yang akan menentukan
komposisi plak merupakan media pertumbuhan bagi bakteri karies. Sukrosa
merupakan media yang baik untuk pertumbuhan dan peningkatan jumlah koloni yang
ada.
21
Semua karbohidrat dalam makanan pada dasarnya merupakan substrat
(karbohidrat makanan) untuk bakteri, yang melalui proses sintesa akan dirubah
menjadi asam. Makanan yang mengandung karbohidrat dengan berat molekul rendah
dan karbohidrat yang mudah dipecah seperti sukrosa akan segera diubah menjadi zat-
zat yang merusak jaringan mulut. Semakin sering mengkonsumsi makanan
berkarbohidrat yang mudah dipecah, semakin cepat terjadi proses demineralisasi
jaringan keras gigi (Putri, Elisa dan Neneng,2010).
Komponen diet yang sangat kariogenik adalah sukrosa dan glukosa,yang
dimetabolisme oleh bakteri dalam plak sehingga melarutkan email. Gula sukrosa dan
glukosa bukan hanya memiliki kariogenitas saja,melainkan sangat efektif dalam
menimbulkan karies. Semakin sering mengkonsumsi gula akan menyebabkan
penurunan pH yang akan memudahkan terjadinya demineralisasi email
(Putri, Elisa dan Neneng, 2010).
C. Gigi
1. Pengertian gigi
Gigi merupakan salah satu organ pengunyah yang terdiri dari gigi pada rahang
atas dan bawah (Tarigan, 1989). Gigi tetap atau permanen adalah gigi yang tumbuh
menggantikan gigi susu apabila tanggal tidak akan diganti oleh gigi lainnya
(Paramita, 2000).
2. Bagian-bagian gigi permanen
Menurut Tarigan (1989), gigi dibagi menjadi menjadi tiga bagian, yaitu:
a. Mahkota gigi adalah bagian gigi yang terlihat di dalam mulut dan berwarna putih
b. Akar gigi adalah bagian gigi yang tertanam di tulang rahang.
22
c. Leher gigi adalah bagian gigi yang terletak diantara mahkota gigi dan akar gigi.
3. Ciri –ciri gigi permanen
Menurut Beek (1996), gigi molar pertama baik rahang atas maupun rahang
bawah memiliki ciri-ciri tersendiri, adapun ciri-ciri tersebut sebagai berikut:
a. Gigi molar pertama rahang atas, ciri-cirinya:
1) Mempunyai lima cusp, termasuk tuberculum carabelli
2) Mempunyai tiga akar, akar palatal terpanjang dan terbesar
3) Pada pandangan oklusal tampak fissure berbentuk huruf “H”
4) Memiliki lima bidang pada mahkota, yaitu bidang bukal, palatal, mesial, distal,
dan oklusal.
b. Gigi molar pertama rahang bawah ciri-cirinya:
1) Mempunyai limacusp.
2) Mempunyai dua akar,yaitu akar mesial dan akar distal.
3) Pada pandangan oklusal tampak pit dan fissure,serta mempunyai empat groove.
4) Mempunyai lima bidang pada mahkota yaitu: bidang bukal, lingual, mesial, distal
dan oklusal.
4. Struktur Gigi Permanen
Menurut Paramita (2000) secara garis besar struktur gigi permanen dibagi
menjadi dua bagian berikut:
a. Struktur jaringan keras
Bagian ini terletak di rongga mulut yang dikenal dengan mahkota gigi. Pada
mahkota gigi terdapat bagian yang menonjol yang disebut puncak gigi.Mahkota dan
puncak gigi dilapisi oleh suatu lapisan yang disebut email gigi. Di bagian bawahnya
terdapat lapisan berwarna putih yang disebut dentin gigi.
23
b. Struktur jaringan lunak
Struktur jaringan lunak berfungsi untuk menyokong gigi. Jaringan lunak yang
menyokong gigi disebut gusi, bagian bawahnya terdapat rongga tempat melekatnya
gigi yang disebut tulang gigi. Bagian gigi yang melekat pada tulang gigi disebut akar
gigi, serta bagian dalam gigi terdapat rongga yaitu pulpa gigi dan di dalam pulpa
terdapat serabut saraf serta pembuluh darah. Struktur jaringan lunak berfungsi untuk
menyokong gigi sehingga disebut struktur jaringan penyokong.
5. Fungsi gigi permanen
Menurut Paramita (2000), fungsi gigi sebagai berikut:
a. Membantu fungsi bicara, bahasa yang diucapkan akan terdengar dengan jelas.
Banyak huruf alphabet yang tidak dapat disuarakan dengan baik tanpa bantuan gigi.
b. Membentuk wajah, gigi yang bersih dan sehat akan membentuk wajah, sehingga
berpenampilan baik.
c. Alat untuk mengunyah, sehingga makanan dengan mudah dapat ditelan dan masuk
ke dalam rongga pencernaan berikutnya.
6. Waktu erupsi gigi permanen
Menurut Paramita (2000), erupsi gigi permanen dijelaskan di dalam tabel
sebagai berikut:
24
Tabel 1
Waktu Erupsi Gigi Permanen
Rahang Jenis Gigi Pertumbuhan Gigi
Permanen (Tahun)
Rahang atas
Rahang Bawah
Incisivus 1 (I1)
Incisivus 2 (I2)
Caninus (C)
Premolar 1 (P1)
Premolar (P2)
Molar 1 (M1)
Molar 2 (M2)
Molar 3 (M3)
Incisivus 1 (I1)
Incisivus 2 (I2)
Caninus (C)
Premolar 1 (P1)
Premolar (P2)
Molar 1 (M1)
Molar 2 (M2)
Molar 3 (M3)
7-8
8-9
11-12
10-11
10-12
6-7
12-13
17-21
6-7
7-8
9-10
10-12
11-12
6-7
11-13
17-21
4. Karies Gigi
1. Pengertian Karies Gigi
Gigi berlubang (karies gigi) merupakan penyakit jaringan gigi yang ditandai
dengan kerusakan jaringan, dimulai dari permukaan gigi meluas ke arah pulpa
25
disebabkan oleh karbohidrat yang tertinggal di dalam mulut dan mikroorganisme
yang tidak segera dibersihkan (Tarigan, 2013).
Karies berasal dari bahasa Yunani yaitu “ker” yang artinya kematian, dalam
bahasa latin karies berarti kehancuran.Karies berarti pembentukan lubang pada
permukaan gigi disebabkan oleh kuman atau bakteri yang berada pada mulut
(Srigupta, 2004).
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya karies gigi
Menurut Suwelo (1992), faktor yang mempengaruhi terjadinya karies gigi
terdiri dari dua faktor antara lain faktor dari dalam dan faktor dari luar.
a. Faktor dari dalam
1) Hospes yang meliputi gigi dan saliva
a). Komposisi gigi
Komposisi gigi terdiri dari email dan dentin. Dentin adalah lapisan kedua
setelah email, dimana email sangat menentukan dalam terjadinya proses karies gigi.
b). Morfologi gigi
Variasi morfologi gigi juga mempengaruhi resistensi gigi terhadap karies.
Permukaan oklusal gigi tetap, memiliki lekuk dan fissure yang bermacam-macam
dengan kedalaman yang beragam. Permukaan oklusal gigi tetap, lebih mudah terkena
karies dibandingkan permukaan lain karena bentuknya yang khas sehingga sukar
dibersihkan.
c). Susunan gigi
Gigi geligi berjejal (crowding) dan saling tumpang tindih (over lapping) akan
mendukung timbulnya karies karena daerah tersebut sulit dibersihkan.
26
d). Saliva
Proses pencernaan di dalam mulut terjadi kontak anatara makanan dan saliva
dengan gigi. Di dalam mulut selalu ada saliva yang berkontak dengan gigi, saliva
berperan dalam menjaga kelestarian gigi, karena saliva merupakan pertahanan
pertama terhadap karies dan juga memegang peranan penting lain yaitu dalam proses
terbentuknya plak, saliva merupakan media yang baik untuk kehidupan
mikroorganisme tertentu yang berhubungan dengan karies.
2) Mikroorganisme / plak
Faktor yang menyebabkan karies yaitu plak.Plak merupakan suatu endapan
lunak dari sisa-sisa makanan yang menutupi dan melekat pada permukaan gigi yang
terdiri dari air liur (saliva) sisa-sisa makanan dan aneka ragam mikroorganisme.
Mikroorganisme di dalam mulut yang berhubungan dengan karies gigi antara lain
Streptococcus, lactobacillus, actinomycetes dan lain-lain.Kuman sejenis
Streptococcus berperan dalam proses awal karies yaitu lebih merusak lapisan luar
permukaan email, selanjutnya lactobacillus mengambil alih peranan pada karies yang
lebih merusak gigi.
3) Substrat
Substrat adalah campuran makanan halus dan minuman yang dimakan sehari-
hari yang menempel di permukaan gigi. Substrat ini berpengaruh terhadap karies
secara lokal di dalam mulut.Karbohidrat dalam bentuk tepung atau cairan yang
bersifat lengket serta mudah hancur di dalam mulut lebih memudahkan tumbuhnya
karies.
27
4). Waktu
Menurut Newbrun dalam Suwelo (1992), pengertian waktu disini adalah
kecepatan terbentuknya karies serta lama frekuensi substrat menempel di permukaan
gigi.
a. Faktor dari luar
1) Usia
Sejalan dengan bertambahnya usia seseorang, jumlah karies akan bertambah,
hal ini karena faktor resiko terjadinnya karies akan lama berpengaruh terhadap gigi
(Suwelo, 1992).
2) Jenis kelamin
Prevalensi karies gigi tetap pada wanita lebih tinggi dibandingkan pada pria.
Demikian juga pada anak-anak, prevalensi karies gigi sulung anak perempuan sedikit
lebih tinggi dibndingkan anak laki-laki, hal ini disebabkan karena erupsi gigi anak
perempuan lebih cepat dibandingkan anak laki-laki, sehingga gigi anak perempuan
berada lebih lama dalam mulut. Akibatnya gigi anak perempuan akan lebih lama
berhubungan dengan faktor terjadinya karies gigi (Suwelo, 1992).
3) Suku bangsa
Beberapa penelitian menunjukkan adanya hubungan suku bangsa dengan
prevalensi karies gigi, hal ini karena keadaan sosial ekonomi, pendidikan, makanan,
cara pencegahan karies gigi dan jangkauan pelayanan kesehatan gigi yang berbeda
pada setiap suku tersebut.
28
4) Letak geografis
Daerah-daerah tertentu yang sukar mendapatkan air tawar yang cukup
mengandung fluor, maka anak yang lahir di daerah ini akan mempunyai gigi yang
rapuh. (Tarigan, 1989)
5) Kultur sosial penduduk
Menurut Devies (dalam Suwelo, 1992), hubungan antara keadaan sosial
ekonomi dan prevalensi karies yaitu faktor yang mempengaruhi perbedaan ini adalah
pendidikan dan penghasilan yang berhubungan dengan dengan diet, kebiasaan
merawat gigi dan lain-lain. Perilaku sosial dan kebiasaan akan menyebabkan
perbedaan jumlah karies.
6) Kesadaran, sikap dan perilaku individu terhadap kesehatan gigi
Menurut Haditomo (dalam Suwelo, 1992), keadaan kesehatan gigi dan mulut
anak usia pra sekolah masih sangat ditentukan oleh kesadaran, sikap dan perilaku
serta pendidikan ibunya. Mengubah sikap dan perilaku seseorang harus didasari
motivasi tertentu, sehingga yang bersangkutan mau melakukan dengan sukarela.
Menurut Tarigan (2013), ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya
karies gigi, yaitu :
a) Ras
Keadaan tulang rahang suatu ras bangsa berhubungan dengan persentase
karies yang semakin meningkat atau menurun. Rahang yang sempit pada ras tertentu
sehingga gigi-gigi pada rahang sering tumbuh tidak teratur. Keadaan gigi yang tidak
teratur akan mempersulit pembersihan gigi dan mempertinggi persentase karies pada
ras tertentu.
29
b) Makanan
Makanan sangat berpengaruh terhadap gigi dan mulut. Isi dari makanan yang
menghasilkan energi berpengaruh pada masa pra erupsi serta pasca erupsi dari gigi-
geligi. Fungsi mekanis makanan yang dimakan juga berpengaruh terhadap gigi dan
mulut karena makanan yang berserat dan berair bersifat membersihkan gigi,
makanan merupakan penggosok gigi alami. Makanan yang lunak dan melekat
sebaliknya dapat merusak gigi.
c) Air Ludah
Pengaruh air ludah pada gigi sudah lama diketahui, terutama dalam
mempengaruhi kekerasan email. Air ludah ini diketahui oleh kelenjar parotis, kelenjar
sublingual, dan kelenjar submandibularis. Secara kimiawi unsur-unsur yang terdapat
dalam air ludah akan membantu penggantian mineralissi terhadap email atau
menetralisir keadaan asam dan basa. Air ludah memegang peranan penting dalam
keseimbangan antara demineralisasi dan remineralisasi yang menentukan terjadinya
karies gigi.
3. Proses terjadinya karies
Proses terjadinya karies gigi dimulai dengan adanya plak di permukaan gigi,
sukrosa (gula) dari sisa makanan dan bakteri berproses menempel pada waktu tertentu
dan berubah menjadi asam laktat yang akan menurunkan pH mulut menjadi kritis
(5,5) yang akan menyebabkan demineralisasi email berlanjut menjadi karies gigi
(Suryawati 2010).
Menurut Newburn dalam Suwelo (1992), karies gigi dapat dipengaruhi oleh 4
faktor, yaitu: gigi/saliva, mikroorganisme, substrat dan waktu. Karies gigi adalah
proses kerusakan yang dimulai dari email terus ke dentin. Karies gigi merupakan
30
penyakit yang berhubungan dengan banyak faktor yang saling mempengaruhi, ada
tiga faktor utama yaitu gigi dan saliva, mikroorganisme, substrat dan waktu, sebagai
faktor tambahan. Keempat faktor tersebut digambarkan sebagai empat lingkaran: jika
keempat lingkaran tersebut tumpang tindih maka terjadi karies.
4. Akibat karies gigi
Kebersihan mulut menunjang peranan penting dalam menjaga dan
mempertahankan kesehatan gigi. Kebersihan mulut yang jelek dapat menyebabkan
terjadinya karies gigi dan kerusakan jaringan periodontal, kalau hal ini terjadi akan
mengalami gangguan pengunyahan yang dengan sendirinya juga mengganggu fungsi
pencernaan dan penampilan, juga infeksi yang terjadi di gigi dapat menyebabkan
infeksi pada organ tubuh lainnya dan juga bau mulut (Wikipedia 2013).
5. Pencegahan karies gigi
Menjaga kebersihan mulut merupakan cara terbaik untuk mencegah terjadinya
penyakit-penyakit dalam mulut, seperti: karies gigi dan radang gusi. Kedua penyakit
tersebut merupakan penyakit yang paling sering ditemukan di dalam mulut, penyebab
utama penyakit tersebut adalah plak. Menurut Tarigan (2013), beberapa cara
pencegahan karies gigi antara lain:
a. Pengaturan diet
Hal ini merupakan faktor yang paling umum untuk penyakit karies. Asam
yang terus-menerus diproduksi oleh plak yang merupakan bentuk dari karbohidrat
dalam jumlah yang banyak akan menyebabkan system buffering saliva menjadi
inadekuat, sehingga proses remineralisasi yang merupakan faktor penyeimbang dari
demineralisasi tidak terjadi. Konsumsi karbohidrat yang tinggi merupakan faktor
penting untuk terjadinya karies.
31
a. Kontrol plak
Kontrol plak merupakan cara menghilangkan plak dengan menyikat gigi
untuk menjaga kebersihan rongga mulut dimulai pada pagi hari, baik sebelum
maupun setelah sarapan.
b. Penggunaan fluor
Penggunaan fluor pada air dapat menambah konsentrasi ion fluor dalam
struktur apatit gigi yang belum erupsi. Struktur apatit ini akan lebih tahan pada
lingkungan asam dan meningkatkan potensial terjadinya remineralisasi.
c. Kontrol bakteri
Obat kumur terapeutik yang dirancang untuk mengurangi populasi bakteri oral
yaitu bahan yang mengandung klorheksidin glukonat.Klorheksidin terbukti paling
efektif melekat secara ionik pada gigi dan permukaan mukosa oral dalam konsentrasi
tinggi selama berjam-jam sebagai aksi antibakterial.
e. Penutupan fissure
Penutupan fissure adalah sebuah tindakan protektif yang terbukti baik untuk
mencegah perkembangan karies pada anak-anak. Penutupan fissure kini
direkomendasikan untuk semua kelompok usia dengan resiko karies yang tinggi.
6. Perawatan karies gigi
Tindakan awal untuk perawatan karies gigi adalah penambalan, lubang kecil
pada gigi sebaiknya segera ditambal, tanpa penambalan proses bertambah besarnya
lubang pada gigi akan terus berlangsung. Lubang tersebut tidak dapat menutup
sendiri secara ilmiah, tetapi perlu dilakukan penambalan oleh dokter gigi. Selama gigi
masih dapat dirawat dan ditambal, sebaiknya dipertahankan, karena gigi berperan
penting dalam proses pengunyahan (Afrilina dan Granicinia,2006).
32
Pencabutan atau ekstraksi gigi juga menjadi pilihan perawatan karies, bila gigi
tersebut telah hancur dan tidak dapat dilakukan penambalan.Gigi permanen bila telah
dicabut baik sebagian atau seluruhnya maka tidak ada jalan lain untuk
mengembalikan fungsi pengunyahan selain dengan membuat gigi palsu
(Tarigan,1995).
C. Sekolah Dasar
1. Pengertian Sekolah Dasar
Sekolah Dasar adalah jenjang paling dasar pada pendidikan formal di
Indonesia.Sekolah Dasar ditempuh dalam waktu enam tahun, mulai dari kelas satu
sampai dengan kelas enam.Pelajar Sekolah Dasar umumnya berusia 7-12 tahun
(Wikipedia, 2013).
2. Siswa Sekolah Dasar
Siswa adalah peserta didik pada jenjang pendidikan dasar yang berusaha
mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran pada jalur pendidikan baik
pendidikan formal maupun pendidikan non formal. Pelajar sekolah dasar umumnya
berusia 7-12 tahun (Wikipedia,2013).
Anak Sekolah Dasar mulai memandang semua peristiwa dengan obyektif.
Semua kejadian ingin diselidiki dengan tekun dan penuh minat. Fikiran anak usia
Sekolah Dasar berkembang secara berangsur-angsur dan secara tenang. Anak betul-
betul ada dalam stadium belajar. Ingatan anak pada usia 8-12 tahun ini mencapai
intensitas paling besar, dan paling kuat. Daya menghafal dan daya memorisasi
(dengan sengaja memasukkan dan melekatkan pengetahuan dalam ingatan) adalah
33
paling kuat dan anak-anak mampu memuat jumlah materi ingatan paling banyak
(Kartono, 1995).
top related