bab ii tinjauan pustaka a. karyawan atau pekerja 1...
Post on 31-Oct-2020
11 Views
Preview:
TRANSCRIPT
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Karyawan atau Pekerja
1. Definisi Karyawan atau Pekerja
Tenaga kerja, pekerja, karyawan, potensi manusiawi sebagai
penggerak organisasi dalam mewujudkan eksistensinya atau potensi
yang merupakan aset dan berfungsi sebagai modal non material dalam
organisasi bisnis yang dapat diwujudkan menjadi potensi nyata secara
fisik dan non fisik dalam mewujudkan eksistensi organisasi (Nawawi,
2011)
Karyawan adalah setiap orang yang bekerja dengan menjual
tenaganya (fisik dan pikiran) kepada suatu perusahaan dan
memperoleh balas jasa yang sesuai dengan perjanjian (Hasibuan,
2009).
2. Shift Kerja
Shift kerja adalah semua pengaturan jam kerja sebagai pengganti
atau sebagai tambahan kerja pagi dan sore hari sebagaimana yang
dilakukan (Lintje, 2010)
Shift kerja adalah pola waktu kerja yang diberikan pada tenaga
kerja untuk mengerjakan sesuatu oleh perusahaan dan biasanya dibagi
atas kerja pagi, sore dan malam (Suma’mur, 2009).
Shift kerja yaitu hadir pada suatu tempat kerja yang sama secara
reguler pada waktu yang sama (shift tetap) atau dengan waktu yang
berbeda-beda (shift rotasi). Shift tetap yaitu karyawan yang bekerja
secara tetap pada shift tertentu, sedangkan shift rotasi yaitu sistem
kerja dimana karyawan bekerja secara shift yang berputar, bekerja di
pagi hari sementara waktu kemudian bertukar dengan shift siang lalu
kadang bekerja pada shift malam. (Winarsunu dalam Marchelia, 2014)
Sistem shift kerja yang berlaku umum biasanya terbagi atas 3
periode, masing-masing selama 8 jam termasuk istirahat.
Pembagiannya adalah :
a. Shift pagi
Yaitu bekerja dari jam 08.00 – 16.00
b. Shift siang
Yaitu bekerja dari jam 16.00 – 24.00
c. Shift malam
Yaitu bekerja dari jam 24.00 – 08.00
3. Kompensasi
a. Pengertian
Kompensasi adalah semua bentuk pembayaran atau hadiah
yang diberikan kepada karyawan dan muncul dari pekerjaan
mereka. (Garry Dasler dalam Dewi, 2014)
Kompensasi adalah semua pendapatan yang berbentuk uang,
barang langsung atau tidak langsung yang diterima karyawan
sebagai imbalan atas jasa yang diberikan kepada perusahaan.
(Hasibuan, 2012)
b. Jenis Kompensasi
Menurut Rivai (2011) kompensasi terbagi menjadi dua yaitu
sebagai berikut :
1) Kompensasi Finansial
Kompensasi finansial terdiri atas dua yaitu kompensasi
langsung dan kompensasi tidak langsung (tunjangan).
a) Kompensasi finansial langsung terdiri dari pembayaran
karyawan dalam bentuk gaji, upah, komisi atau bonus.
b) Kompensasi finansial tidak langsung atau benefit, terdiri
dari semua pembayaran yang tidak tercakup dalam
kompensasi finansial langsung yang meliputi liburan,
berbagai macam asuransi, jasa seperti perawatan anak atau
kepedulian keagamaan, dan sebagainya.
2) Penghargaan Non Finansial
Penghargaan non finansial terdiri dari pujian, menghargai diri
sendiri dan pengakuan.
Bentuk kompensasi menurut Slamet dalam Dewi (2014) dibedakan
menjadi :
1) Kompensasi langsung meliputi :
a) Gaji pokok
Merupakan kompensasi dasar yang diterima seorang
karyawan biasanya berupa upah aatau gaji. Sedangkan gaji
merupakan imbalan finansial langsung yang dibayarkan
kepada pegawai secara teratur.
b) Penghasilan tidak tetap
Merupakan jenis kompensasi yang dihubungkan dengan
kinerja individual, tim dengan organisasional.
Contoh :
(1) Bonus
merupakan pembayaran ekstra tepat waktu diakhir
sebuah periode dimana akan dilakukan penilaian kinerja
pekerjaan.
(2) Komisi
merupakan suatu kompensasi untuk mencapai target
penjualan tertentu.
(3) Opsi Saham
merupakan suatu bentuk kompensasi yang
memungkinkan karyawan membeli sebagian saham
instansi milik karyawan dengan harga khusus.
(4) Insentif
merupakan imbalan langsung yang dibayarkan kepada
pegawai karena kinerjanya melebihi standar yang telah
ditentukan.
(5) Pembagian Keuntungan
merupakan bagian keuntungan instansi untuk
dibayarkan kepada karyawan.
2) Kompensasi tidak langsung meliputi :
a) Tunjangan Karyawan
Tambahan hak istimewa selain pembayaran kompensasi
seperti pembayaran tidak masuk kantor (pelatihan, cuti
kerja, sakit, liburan hari merah, acara pribadi, masa
istirahat, asuransi kesehatan dan program pensiun).
b) Tunjangan Jabatan
Tambahan hak istimewa selain pembayaran kompensasi
dan tunjangan karyawan.
c. Tujuan Pemberian Kompensasi
Menurut Samsudin (2009), tujuan pemberian kompensasi adalah
sebagai berikut :
1) Pemenuhan Kebutuhan ekonomi
Kompensasi yang diterima karyawan digunakan untuk
memenuhi kebutuhan hidup karyawan sehari-hari. Untuk itu,
diperlukan kepastian akan penerimaan upah atau gaji secara
tepat.
2) Meningkatkan produktivitas kerja
Karyawan dapat bekerja dengan produktif jika ada perhatian
dari perusahaan untuk memberikan kompensasi yang lebih
baik.
3) Memajukan organisasi atau perusahaan
Jika perusahaan memberikan kompensasi tinggi, dapat
mendorong karyawannya untuk bekerja lebih giat dan
memotivasi karyawan untuk memajukan perusahaan.
4) Menciptakan keseimbangan dan keadilan
Keseimbangan dapat tercipta dari pemberian kompensasi
secara adil dan layak, namun karyawan harus memenuhi
persyaratan dalam jabatannya.
d. Indikator Kompensasi
Menurut Henry Simamora dalam Dewi (2014) indikator-indikator
kompensasi bagi karyawan antara lain :
1) Gaji yang adil sesuai dengan pekerjaan
2) Insentif yang sesuai dengan pengorbanan
3) Tunjangan yang sesuai dengan harapan
4) Fasilitas yang memadai
4. Hak-Hak dan Kewajiban Pekerja
a. Hak-hak Pekerja
Menurut Darwan Prints, yang dimaksud dengan hak di sini
adalah sesuatu yang harus diberikan kepada seseorang sebagai
akibat dari kedudukan atau status dari seseorang, sedangkan
kewajiban adalah suatu prestasi baik berupa benda atau jasa yang
harus dilakukan oleh seseorang karena kedudukan atau statusnya.
Mengenai hak-hak bagi pekerja adalah sebagai berikut :
1) Hak mendapat upah/gaji (Pasal 1602 KUH Perdata, Pasal 88
s/d 97 Undang-undang No. 13 Tahun 2003, Peraturan
Pemerintah No. 8 Tahun 1981 tentang Perlindungan Upah)
2) Hak atas pekerjaan dan penghasilan yang layak bagi
kemanusiaan (Pasal 4 Undang-undang No. 13 Tahun 2003)
3) Hak bebas memilih dan pindah pekerjaan sesuai bakat dan
kemampuannya (Pasal 5 Undang-undang No. 13 Tahun 2003)
4) Hak atas pembinaan keahlian kejuruan untuk memperoleh serta
menambah keahlian dan keterampilan lagi ( Pasal 9-30
Undang-undang No. 13 Tahun 2003)
5) Hak mendapatkan perlindungan atas keselamatan, kesehatan
serta perlakuan yang sesuai dengan martabat manusia dan
moral agama (Pasal 3 Undang-undang No. 3 Tahun 1992
tentang Jamsostek)
6) Hak atas istirahat tahunan, tiap-tiap kali setelah ia mempunyai
masa kerja 12 (dua belas) bulan berturut-turut pada satu
majikan atau beberapa majikan dari satu organisasi majikan
(Pasal 79 Undang-undang No. 13 Tahun 2003)
7) Hak atas upah penuh selama istirahat tahunan ( Pasal 88 – 98
Undangundang No. 13 Tahun 2003)
8) Hak atas suatu pembayaran penggantian istirahat tahunan, bila
pada saat diputuskan hubungan kerja ia sudah mempunyai
masa kerja sedikitnya enam bulan terhitung dari saat ia berhak
atas istirahat tahunan yang terakhir; yaitu dalam hal bila
hubungan kerja diputuskan oleh majikan tanpa alasan-alasan
mendesak yang diberikan oleh buruh, atau oleh buruh karena
alasan-alasan mendesak yang diberikan oleh Majikan (Pasal
150 – 172 Undang-undang No. 13 Tahun 2003)
9) Hak untuk melakukan perundingan atau penyelesaian
perselisihan hubungan industrial melalui bipartit, mediasi,
konsiliasi, arbitrase dan penyelesaian melalui pengadilan
(Pasal 6 – 115 Undang-undang No. 2 Tahun 2004)
b. Kewajiban Pekerja
Selain memiliki hak, tenaga kerja juga mempunyai kewajiban
sebagai berikut :
1) Wajib melakukan prestasi atau pekerjaan bagi majikan
2) Wajib mematuhi peraturan perusahaan
3) Wajib mematuhi perjanjian kerja
4) Wajib mematuhi perjanjian perburuhan
5) Wajib menjaga rahasia perusahaan
6) Wajib mematuhi peraturan majikan
7) Wajib memenuhi segala kewajiban selama izin belum
diberikan dalam hal ada banding yang belum ada putusannya
5. Perlindungan Upah Tenaga Kerja
Pasal 88 (1) Undang - undang No. 13 Tahun 2003 disebutkan bahwa
setiap pekerja/buruh berhak memperoleh penghasilan yang memenuhi
penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. Dalam Peraturan
Pemerintah No. 8 Tahun 1981 tentang Perlindungan Upah disebutkan
bahwa upah adalah suatu penerimaan sebagai imbalan dari pengusaha
kepada buruh untuk suatu pekerjaan atau jasa yang telah atau akan
dilakukan, dinyatakan atau dinilai dalam bentuk uang yang ditetapkan
menurut persetujuan atau peraturan perundang-undangan yang berlaku
dan dibayarkan atas dasar suatu perjanjian kerja antara pengusaha
dengan buruh, termasuk tunjangan, baik untuk buruh itu sendiri
maupun keluarganya. Pasal 88 Ayat (1) Undang-undang No.13 Tahun
2003 Tentang Ketenagakerjaan disebutkan bahwa kebijakan
pengupahan meliputi:
1) Upah minimum
2) Upah kerja lembur
3) Upah tidak masuk kerja karena berhalangan
4) Upah tidak masuk kerja karena melakukan kegiatan lain di luar
pekerjaannya
5) Upah karena menjalankan hak waktu istirahat kerjanya
6) Bentuk dan cara pembayaran upah
7) Denda dan potongan upah
8) Hal-hal yang dapat diperhitungkan dengan upah
9) Struktur dan skala pengupahan yang proporsional
10) Upah untuk pembayaran pesangon dan
11) Upah untuk perhitungan pajak penghasilan
Pasal 93 Undang-undang No.13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan
disebutkan bahwa upah tidak dibayar apabila pekerja/ buruh tidak
melakukan pekerjaan, kecuali :
a) Pekerja/ buruh sakit sehingga tidak dapat melakukan pekerjaan
b) Pekerja/ buruh perempuan yang sakit pada hari pertama dan
kedua masa haidnya sehingga tidak dapat melakukan pekerjaan
c) Pekerja atau buruh tidak masuk bekerja karena pekerja atau buruh
menikah, menikahkan, mengkhitankan, membaptiskan anaknya,
istri melahirkan atau keguguran kandungan, suami atau istri atau
anak atau menantu atau orang tua atau mertua atau anggota
keluarga dalam satu rumah meninggal dunia.
d) Pekerja/buruh tidak dapat melakukan pekerjaannya karena sedang
menjalankan kewajiban terhadap negara
e) Pekerja/buruh tidak dapat melakukan pekerjaannya karena
menjalankan ibadah yang diperintahkan agamanya
f) Pekerja/buruh bersedia melakukan pekerjaan yang telah
dijanjikan tetapi pengusaha tidak mempekerjakannya, baik karena
kesalahan sendiri maupun halangan yang seharusnya dapat
dihindari pengusaha
g) Pekerja/buruh melaksanakan hak istirahat
h) Pekerja/buruh melaksanakan tugas serikat pekerja/serikat buruh
atas persetujuan pengusaha dan
i) Pekerja/buruh melaksanakan tugas pendidikan dari perusahaan
B. Permasalahan Kesehatan Pada Karyawan
Persaingan dan tuntutan profesionalitas yang semakin tinggi menimbulkan
banyaknya permasalahan yang harus dihadapi karyawan dalam lingkungan
kerja, diantaranya adalah kelelahan dan stres kerja.
1. Kelelahan
a. Definisi
Kelelahan adalah ungkapan perasaan yang tidak enak secara
umum, suatu perasaan kurang menyenangkan, perasaan resah dan
capek yang menguras seluruh minat dan tenaga. (Anoraga, 2009)
Kelelahan adalah gejala berkurangnya manusia untuk
melakukan sesuatu. (Ahmadi, 2009)
Kelelahan kerja adalah aneka keadaan yang disertai
penurunan efisiensi dan ketahanan dalam bekerja, yang dapat
disebabkan oleh:
1) Kelelahan yang sumber utamanya adalah mata (kelelahan
visual)
2) Kelelahan fisik umum
3) Kelelahan syaraf
4) Kelelahan oleh lingkungan yang monoton
5) Kelelahan oleh lingkungan kronis terus-menerus sebagai faktor
secara menetap (Suma’mur, 2009)
Kelelahan menurunkan kapasitas kerja dan ketahanan kerja
yang ditandai oleh sensasi lelah, motivasi menurun, aktivitas
menurun. Keadaan yang ditandai oleh adanya perasaan kelelahan
kerja dan penurunan kesiagaan keadaan pada saraf sentral sistimik
akibat aktivitas yang berkepanjangan dan secara fundamental
dikontrol oleh sistim aktivasi dan sistim inhibisi batang otak.
Merupakan fenomena kompleks yang disebabkan oleh faktor
biologi pada proses kerja dan dipengaruhi oleh faktor internal dan
eksternal. Pembebanan otot secara statis pun (static muscular
loading) jika dipertahankan dalam waktu yang cukup lama akan
mengakibatkan RSI (Repetition Strain Injuries), yaitu nyeri otot,
tulang, tendon, dan lain-lain yang diakibatkan oleh jenis pekerjaan
yang bersifat berulang (repetitive). Selain itu karakteristik
kelelahan akan meningkat dengan semakin lamanya pekerjaan
yang dilakukan, sedangkan menurunnya rasa lelah (recovery)
adalah didapat dengan memberikan istirahat yang cukup.
b. Jenis Kelelahan Kerja
Kelelahan dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu
berdasarkan proses dan waktu terjadinya kelelahan.
1) Berdasarkan proses, meliputi:
a) Kelelahan otot (muscular fatigue)
Kelelahan otot adalah tremor pada otot atau perasaan
nyeri yang terdapat pada otot. Hasil percobaan yang
dilakukan para peneliti pada otot mamalia, menunjukkan
kinerja otot berkurang dengan meningkatnya ketegangan
otot sehingga stimulasi tidak lagi menghasilkan respon
tertentu. Manusiapun menunjukkan respon yang sama
dengan proses yang terjadi pada percobaan diatas. Irama
kontraksi otot akan terjadi setelah melalui suatu periode
aktivitas secara terus menerus. Fenomena berkurangnya
kinerja otot setelah terjadinya tekanan melalui fisik untuk
suatu waktu tertentu disebut kelelahan otot secara
fisiologis, dan gejala yang ditunjukkan tidak hanya berupa
berkurangnya tekanan fisik namun juga pada makin
rendahnya gerakan (Budiono dalam Widyasari, 2010).
b) Kelelahan Umum
Kelelahan umum ditandai dengan berkurangnya
kemauan untuk bekerja, yang sebabnya adalah pekerjaan
yang monoton, intensitas dan lamanya kerja fisik, keadaan
lingkungan, Sebab-sebab mental, status kesehatan dan
keadaan gizi. (Tarwaka dalam Widyasari, 2010)
Secara umum gejala kelelahan dapat dimulai dari
yang sangat ringan sampai perasaan yang sangat
melelahkan. Kelelahan subyektif biasanya terjadi pada
akhir jam kerja, apabila beban kerja melebihi 30-40% dari
tenaga aerobik. Pengaruh-pengaruh ini seperti berkumpul
didalam tubuh dan mengakibatkan perasaan lelah
(Suma’mur, 2009)
2) Berdasarkan waktu terjadi kelelahan
Berdasarkan waktu terjadi kelelahan, meliputi:
a) Kelelahan akut
yaitu disebabkan oleh kerja suatu organ atau seluruh organ
tubuh secara berlebihan dan datangnya secara tiba-tiba.
b) Kelelahan kronis
merupakan kelelahan yang terjadi sepanjang hari dalam
jangka waktu yang lama dan kadang-kadang terjadi
sebelum melakukan pekerjaan, seperti perasaan
“kebencian” yang bersumber dari terganggunya emosi.
Selain itu timbulnya keluhan psikosomatis seperti
meningkatnya ketidakstabilan jiwa, kelesuan umum,
meningkatnya sejumlah penyakit fisik seperti sakit kepala,
perasaan pusing, sulit tidur, masalah pencernaan, detak
jantung yang tidak normal, dan lain-lain (Budiono dalam
Widyasari, 2010).
c. Penyebab Kelelahan
Menurut Suma’mur (2009) terdapat lima kelompok sebab
kelelahan yaitu:
1) Keadaan monoton
2) Beban dan lamanya pekerjaan baik fisik maupun mental
3) Keadaan lingkungan seperti cuaca kerja, penerangan dan
kebisingan
4) Keadaan kejiwaan seperti tanggung jawab, kekhawatiran atau
konflik
5) Penyakit, perasaan sakit dan keadaan gizi
2. Stres Kerja
a. Definisi
Stres kerja merupakan suatu bentuk tanggapan seseorang,
baik secara fisik maupun mental, terhadap suatu perubahan di
lingkungan kerja yang dirasakan mengakibatkan dirinya terancam
(Anoraga, 2009)
Stres kerja adalah suatu perasaan tertekan yang dialami
karyawan dalam menghadapi perasaan (Mangkunegara, 2008)
Stres kerja adalah suatu kondisi ketegangan yang
menciptakan adanya ketidakseimbangan fisik dan psikis yang
mempengaruhi emosi, proses berfikir dan kondisi seorang
karyawan (Veitzal, 2009)
b. Penyebab Stres Kerja
Menurut Mangkunegara (2008) berpendapat bahwa penyebab stres
kerja, antara lain :
1) Beban kerja yang dirasakan terlalu berat
2) Waktu kerja yang mendesak
3) Kualitas pengawasan yang rendah
4) Iklim kerja yang tidak sehat
5) Otoritas kerja yang tidak memadai yang berhubungan dengan
tanggung jawab
6) Konflik kerja
7) Perbedaan nilai antar karyawan dengan pimpinan yang frustasi
dalam kerja
c. Dampak Stres Kerja
Dalam penelitian Dahlia Ragil Harnanik (2011) yang berjudul
“Analisa Hasil Pengukuran Kelelahan Tahun 2011 Berdasar Data
Overtime, Absensi Sakit dan Produktivitas Kerja Pada Tahun 2010
Pada Tenaga Kerja Produksi PT Dupont Agricultural Products
Indonesia Surabaya Plant Jawa Timur”, Terry Beehr dan John
Newman mengkaji ulang beberapa kasus stres pekerjaan dan
menyimpulkan tiga gejala dari
stres pada individu, yaitu:
1) Gejala psikologis
Berikut ini adalah gejala-gejala psikologis yang sering ditemui
pada hasil penelitian mengenai stres pekerjaan :
a) Kecemasan, ketegangan, kebingungan dan mudah
tersinggung
b) Perasaan frustrasi, rasa marah, dan dendam (kebencian)
c) Sensitif dan hyperreactivity
d) Memendam perasaan, penarikan diri, dan depresi
e) Komunikasi yang tidak efektif
f) Perasaan terkucil dan terasing
g) Kebosanan dan ketidakpuasan kerja
h) Kelelahan mental, penurunan fungsi intelektual, dan
kehilangan konsentrasi
i) Kehilangan spontanitas dan kreativitas
j) Menurunnya rasa percaya diri
2) Gejala fisiologis
Gejala-gejala fisiologis yang utama dari stres kerja adalah:
a) Meningkatnya denyut jantung, tekanan darah, dan
kecenderungan mengalami penyakit kardiovaskular
b) Meningkatnya sekresi dari hormon stres (contoh: adrenalin
dan noradrenalin).
c) Gangguan gastrointestinal (misalnya gangguan lambung).
d) Meningkatnya frekuensi dari luka fisik dan kecelakaan.
e) Kelelahan secara fisik dan kemungkinan mengalami
sindrom kelelahan yang kronis (chronic fatigue syndrome).
f) Gangguan pernapasan.
g) Gangguan pada kulit.
h) Sakit kepala, sakit pada punggung bagian bawah,
ketegangan otot.
i) Gangguan tidur
j) Rusaknya fungsi imun tubuh, termasuk risiko tinggi
kemungkinan terkena kanker.
3) Gejala perilaku
Gejala-gejala perilaku yang utama dari stres kerja adalah:
a) Menunda, menghindari pekerjaan, dan absen dari
pekerjaan.
b) Menurunnya prestasi (performance) dan produktivitas.
c) Meningkatnya penggunaan minuman keras dan obat-
obatan.
d. Pendekatan Stress Kerja
Menurut Rivai (2009) pendekatan stres kerja dapat dilakukan
dengan cara :
1) Pendekatan individu meliputi :
a) Meningkatnya keimanan kepada Tuhan
b) Melakukan meditasi pernapasan
c) Melakukan kegiatan olahraga
d) Melakukan relaksasi
e) Menghindari kebiasaan rutin yang membosankan
f) Berbincang-bincang dengan teman dekat
g) Melakukan kegiatan lain yang lebih menyenangkan
2) Pendekatan perusahaan meliputi :
a) Melakukan perbaikan iklim organisasi
b) Melakukan perbaikan terhadap lingkungan fisik
c) Menyediakan sarana olahraga
d) Melakukan analisis dan kejelasan tugas
e) Meningkatkan partisipasi dalam pengambilan keputusan
f) Melakukan rektrukturasi tugas
C. Penyakit Psikologis yang Sering Dialami Pekerja
Faktor psikologis memiliki pengaruh yang sangat besar karena
manusia bekerja bukan seperti mesin, manusia memiliki perasaan, pikiran
serta harapan dalam kehidupannya. Hal tersebut berpengaruh pula pada
keadaan dalam pekerjaan. Faktor ini dapat berupa sifat, motivasi, hadiah-
hadiah, jaminan keselamatan dan kesehatannya, upah dan lain-lain.
Penyakit dan kelelahan itu dapat timbul dari konflik mental yang terjadi di
lingkungan pekerjaan, akhirnya dapat mempengaruhi kondisi fisik pekerja.
Masalah psikologis dan kesakitan-kesakitan lainnya amatlah mudah untuk
menimbulkan suatu bentuk kelelahan kronis dan sangatlah sulit
melepaskan keterkaitannya dengan masalah kejiwaan. (A.M. Sugeng
Budiono dalam Harnanik, 2011).
1. Depresi
a. Pengertian
Depresi merupakan satu masa terganggunya fungsi manusia
yang berkaitan dengan alam perasaan yang sedih dan gejala
penyertanya, termasuk perubahan pada pola tidur dan nafsu makan,
psikomotor, konsentrasi, anhedonia, kelelahan, rasa putus asa dan
tidak berdaya, serta bunuh diri (Kaplan, 2010).
Depresi dapat diartikan sebagai salah satu bentuk gangguan
alam perasaan yang ditandai dengan perasaan sedih yang berlebihan,
murung, tidak bersemangat, perasaan tidak berharga, merasa kosong,
putus harapan, selalu merasa dirinya gagal, tidak berminat pada ADL
sampai ada ide bunuh diri (Yosep, 2009).
Depresi adalah salah satu bentuk gangguan kejiwaan pada
alam perasaan (affective/ mood disorder) yang ditandai dengan
kemurungan, kelesuan, ketiadaan gairah hidup, perasaan tidak
berguna, putus asa dan lain sebagainya (Hawari, 2008).
b. Penyebab Depresi
Dasar penyebab depresi yang pasti tidak diketahui, banyak
usaha untuk mengetahui penyebab dari gangguan ini. Menurut
Kaplan, faktor-faktor yang dihubungkan dengan penyebab depresi
dapat dibagi atas: faktor biologi, faktor genetik dan faktor
psikososial. Dimana ketiga faktor tersebut juga dapat saling
mempengaruhi satu dengan yang lainnya (Sadock & Sadock, 2010).
Faktor psikososial yang mempengaruhi depresi meliputi:
peristiwa kehidupan dan stressor lingkungan, kepribadian,
psikodinamika, kegagalan yang berulang, teori kognitif dan dukungan
sosial. Peristiwa kehidupan yang menyebabkan stres, lebih sering
mendahului episode pertama gangguan mood dari episode
selanjutnya. Para klinisi mempercayai bahwa peristiwa kehidupan
memegang peranan utama dalam depresi, klinisi lain menyatakan
bahwa peristiwa kehidupan hanya memiliki peranan terbatas dalam
onset depresi. Dalam percobaan binatang yang dipapari kejutan listrik
yang tidak bisa dihindari, secara berulang-ulang, binatang akhirnya
menyerah tidak melakukan usaha lagi untuk menghindari. Disini
terjadi proses belajar bahwa mereka tidak berdaya. Pada manusia
yang menderita depresi juga ditemukan ketidakberdayaan yang
mirip. Adanya interpretasi yang keliru terhadap sesuatu,
menyebabkan distorsi pikiran menjadi negatif tentang pengalaman
hidup, penilaian diri yang negatif, pesimisme dan keputusasaan.
Pandangan yang negatif tersebut menyebabkan perasaan depresi.
(Kaplan, 2010)
Menurut Prasetyono (2007), sumber-sumber yang umum
seseorang dapat menderita depresi, adalah sebagai berikut :
1) Disharmonis dalam pergaulan
2) Disfusi pada seksualitas
3) perceraian
4) Ditinggal anak-anak yang sudah dewasa dan berkeluarga
5) Gagal dalam pekerjaan atau tidak mendapat pekerjaan
6) Penyakit yang tak kunjung sembuh
7) Memasuki masa pensiun
8) Kematian dari orang yang dicintai
9) Hilangnya kekayaan
10) Kesulitan dalam keuangan
c. Gejala Depresi
Menurut Hawari (2008) gejala klinis depresi adalah sebagai berikut:
1) Afek disforik, yaitu perasaan murung, sedih, gairah hidup
menurun, tidak semangat, merasa tidak berdaya
2) Perasaan bersalah, berdosa, penyesalan
3) Nafsu makan menurun
4) Berat badan menurun
5) Konsentrasi dan daya ingat menurun
6) Gangguan tidur : insomnia (sukar atau tidak dapat tidur) atau
sebaliknya hipersomnia (terlalu banyak tidur). Gangguan ini
sering kali disertai dengan mimpi-mimpi yang tidak
menyenangkan, misalnya mimpi orang yang telah meninggal
7) Agitasi atau retardasi psikomotor (gaduh gembira atau lemah
tak berdaya)
8) Hilangnya rasa senang, semangat dan minat, tidak suka lagi
melakukan hobi, kreativitas menurun, produktivitas juga
menurun
9) Gangguan seksual (libido menurun)
10) Pikiran-pikiran tentang kematian, buduh diri
2. Stres
a. Pengertian
Stres adalah situasi ketegangan/tekanan emosional yang
dialami seseorang yang sedang menghadapi tuntutan yang sangat
besar, hambatan‐hambatan, dan adanya kesempatan yang sangat
penting yang dapat mempengaruhi emosi, pikiran, dan kondisi fisik
seseorang (Hariandja dalam Ananta, 2011).
Stres adalah sekumpulan perubahan fisiologis akibat tubuh
terpapar terhadap bahaya ancaman. Stres memiliki dua komponen:
fisik yakni perubahan fisiologis dan psikogis yakni bagaimana
seseorang merasakan keadaan dalam hidupnya. Perubahan keadaan
fisik dan psikologis ini disebut sebagai stressor (pengalaman yang
menginduksi respon stres) (Pinel, 2009).
b. Tahapan Stres
Gejala-gejala stres pada diri seseorang seringkali tidak disadari
karena perjalanan awal tahapan stres timbul secara lambat dan baru
dirasakan bilamana tahapan gejala sudah lanjut dan mengganggu
fungsi kehidupannya sehari-hari baik di rumah, di tempat kerja
ataupun di pergaulan lingkungan sosialnya. Menurut Amberg
(dalam Hawari, 2008) dalam penelitiannya membagi tahapan-
tahapan stres sebagai berikut:
1) Stres tahap I
Tahapan ini merupakan tahapan stres yang paling ringan dan
biasanya disertai dengan perasaan-perasaan sebagai berikut :
a) Semangat bekerja besar, berlebihan (over acting)
b) Penglihatan “tajam” sebagaimana biasanya
c) Merasa mampu menyelesaikan pekerjaan lebih dari
biasanya, namun tanpa disadari cadangan energi dihabiskan
(all out) disertai gugup yang berlebihan pula
d) Merasa senang dengan pekerjaannya dan semakin
bertambah semangat namun tanpa disadari cadangan energi
semakin menipis
2) Stres tahap II
Dalam tahapan ini dampak stres yang semula “menyenangkan”
seperti tahap I mulai menghilang dan timbul keluhan-keluhan
yang disebabkan karena cadangan energi tidak lagi cukup.
Keluhan-keluhan yang sering dikemukakan oleh seseorang
yang berada pada stres tahap II adalah sebagai berikut :
a) Merasa letih sewaktu bangun pagi yang seharusnya merasa
segar
b) Merasa mudah lelah sesudah makan siang
c) Lekas merasa capai menjelang sore hari
d) Sering mengeluh lambung atau perut tidak nyaman (bowel
discomfort)
e) Detakan jantung lebih keras dari biasanya (berdebar-debar)
f) Otot-otot punggung dan tengkuk terasa tegang
g) Tidak bisa santai
3) Stres tahap III
Pada stres tahap III, seseorang tetap memaksakan diri dalam
pekerjaannya tanpa menghiraukan keluhan-keluhan seperti
stres tahap II, maka yang bersangkutan akan menunjukkan
keluhan-keluhan yang semakin nyata dan mengganggu yaitu:
a) Gangguan lambung dan usus semakin nyata : misalnya
keluhan maag, buang air besar tidak teratur
b) Ketegangan otot semakin terasa
c) Perasaan tidak tenang dan ketegangan emosional semakin
meningkat
d) Gangguan pola tidur (insomnia), misalnya sukar untuk
mulai tidur (early insomnia), atau terbangun tengah malam
dan sukar kembali tidur (middle insomnia), atau terbangun
terlalu pagi atau dini hari dan tidak dapat kembali tidur
(late insomnia)
e) Koordinasi tubuh terganggu (badan terasa oyong dan
serasa mau pingsan)
4) Stres tahap IV
Gejala stres yang muncul pada stres tahap IV yaitu :
a) Untuk bertahan sepanjang hari saja sudah terasa amat sulit
b) Aktivitas pekerjaan yang semula menyenangkan dan
mudah diselesaikan menjadi membosankan dan terasa lebih
sulit
c) Yang semula tanggap terhadap situasi menjadi kehilangan
kemampuan untuk merespon secara memadai
d) Ketidakmampuan untuk melaksanakan kegiatan rutin
sehari-hari
e) Gangguan pola tidur disertai dengan mimpi-mimpi yang
menegangkan
f) Seringkali menolak ajakan karena tidak semangat
g) Daya konsentrasi dan daya ingat menurun
h) Timbul perasaan ketakutan dan kecemasan yang tidak
dapat dijelaskan apa penyebabnya
5) Stres tahap V
Tanda dari stres tahap V yaitu :
a) Kelelahan fisik dan mental yang semakin mendalam
b) Ketidakmampuan untuk menyelesaikan pekerjaan sehari-
hari yang ringan dan sederhana
c) Gangguan sistem pencernaan dan semakin berat
d) Timbul perasaan ketakutan dan kecemasan yang semakin
meningkat, mudah bingung dan panik
6) Stres tahap VI
Tahapan ini merupakan tahapan klimaks, seseorang mengalami
serangan panik dan perasaan takut mati. Gambaran stres tahap
VI adalah sebagai berikut:
a) Debaran jantung teramat keras
b) Susah bernafas
c) Sekujur badan terasa gemetar, dingin dan keringat
bercucuran
d) Ketiadaan tenaga untuk hal-hal yang ringan
e) Pingsan atau kolaps
Akibat adanya stres saat bekerja tersebut yaitu orang menjadi
nervous, merasakan kecemasan yang kronis, peningkatan ketegangan
pada emosi, proses beriikir dan kondisi fisik individu. Selain itu,
sebagai hasil dari adanya stres kerja karyawan mengalami beberapa
gejala stres yang dapat mengancam dan mengganggu pelaksanaan
kerja mereka, seperti : mudah marah dan agresif, tidak dapat relaks,
emosi yang tidak stabil, sikap tidak mau bekerja sama, perasaan tidak
mampu terlibat, dan kesulitan dalam masalah tidur.
3. Kecemasan
a. Pengertian
Kecemasan merupakan suatu perasaan subjektif mengenai
ketegangan mental yang menggelisahkan sebagai reaksi umum dari
ketidakmampuan mengatasi suatu masalah atau tidak adanya rasa
aman. Perasaan yang tidak menentu tersebut pada umumnya tidak
menyenangkan yang nantinya akan menimbulkan atau disertai
perubahan fisiologis dan psikologis (Rochman, 2010).
Kecemasan adalah tanggapan dari sebuah ancaman nyata
ataupun khayal. Individu mengalami kecemasan karena adanya
ketidakpastian dimasa mendatang. Kecemasan dialami ketika berfikir
tentang sesuatu tidak menyenangkan yang akan terjadi (Lubis, 2009).
Kecemasan berasal dari perasaan tidak sadar yang berada
didalam kepribadian sendiri, dan tidak berhubungan dengan objek
yang nyata atau keadaan yang benar-benar ada. Gejala dari
kecemasan antara lain :
1) Ada saja hal-hal yang sangat mencemaskan hati, hampir setiap
kejadian menimbulkan rasa takut dan cemas. Kecemasan tersebut
merupakan bentuk ketidakberanian terhadap hal-hal yang tidak
jelas.
2) Adanya emosi-emosi yang kuat dan sangat tidak stabil. Suka
marah dan sering dalam keadaan exited (heboh) yang memuncak,
sangat irritable, akan tetapi sering juga dihinggapi depresi.
3) Diikuti oleh bermacam-macam fantasi, delusi, ilusi, dan delusion
of persecution (delusi yang dikejar-kejar).
4) Sering merasa mual dan muntah-muntah, badan terasa sangat
lelah, banyak berkeringat, gemetar, dan seringkali menderita diare.
5) Muncul ketegangan dan ketakutan yang kronis yang menyebabkan
tekanan jantung menjadi sangat cepat atau tekanan darah tinggi.
(Rohman, 2010)
b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kecemasan
Faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan adalah :
1) Faktor fisik
Kelemahan fisik dapat melemahkan kondisi mental individu
sehingga memudahkan timbulnya kecemasan.
2) Trauma atau konflik
Munculnya gejala kecemasan sangat bergantung pada kondisi
individu, dalam arti bahwa pengalaman-pengalaman emosional
atau konflik mental yang terjadi pada individu akan
memudahkan timbulnya gejala-gejala kecemasan.
3) Lingkungan awal yang tidak baik
Lingkungan adalah faktor-faktor utama yang dapat
mempengaruhi kecemasan individu, jika faktor tersebut kurang
baik maka akan menghalangi pembentukan kepribadian sehingga
muncul gejala-gejala kecemasan. (Rufaidah, 2009)
c. Jenis-jenis Kecemasan
1) Kecemasan Rasional
Merupakan suatu ketakutan akibat adanya objek yang memang
mengancam, misalnya ketika menunggu hasil ujian.Ketakutan ini
dianggap sebagai suatu unsur pokok normal dari mekanisme
pertahanan dasariah kita.
2) Kecemasan Irrasional
Yang berarti bahwa mereka mengalami emosi ini dibawah
keadaankeadaan spesifik yang biasanya tidak dipandang
mengancam.
3) Kecemasan Fundamental
Kecemasan fundamental merupakan suatu pertanyaan tentang
siapa dirinya, untuk apa hidupnya, dan akan kemanakah kelak
hidupnya berlanjut. Kecemasan ini disebut sebagai kecemasan
eksistensial yang mempunyai peran fundamental bagi kehidupan
manusia (Pedak, 2009)
d. Gangguan Kecemasan
1) Fobia Spesifik
Yaitu suatu ketakutan yang tidak diinginkan karena kehadiran
atau antisipasi terhadap obyek atau situasi yang spesifik.
2) Fobia Sosial
Merupakan suatu ketakutan yang tidak rasional dan menetap,
biasanya berhubungan dengan kehadiran orang lain. Individu
menghindari situasi dimana dirinya dievaluasi atau dikritik,
yang membuatnya merasa terhina atau dipermalukan, dan
menunjukkan tanda-tanda kecemasan atau menampilkan
perilaku lain yang memalukan.
3) Gangguan Panik
Gangguan panik memiliki karakteristik terjadinya serangan
panik yang spontan dan tidak terduga. Beberapa simtom yang
dapat muncul pada gangguan panik antara lain ; sulit bernafas,
jantung berdetak kencang, mual, rasa sakit didada, berkeringat
dingin, dan gemetar. Hal lain yang penting dalam diagnosa
gangguan panik adalah bahwa individu merasa setiap serangan
panik merupakan pertanda datangnya kematian atau kecacatan.
4) Gangguan Cemas Menyeluruh (Generalized Anxiety Disorder)
Generalized Anxiety Disorder (GAD) adalah kekhawatiran yang
berlebihan dan bersifat pervasif, disertai dengan berbagai
simtom somatik, yang menyebabkan gangguan signifikan dalam
kehidupan sosial atau pekerjaan pada penderita, atau
menimbulkan stres yang nyata.
4. Keputusasaan
a. Pengertian
Keputusasaan adalah keadaan subjektif dimana seorang
individu terlihat memiliki keterbatasan atau tidak ada alternatif
atau pilihan-pilihan pribadi yang tersedia dan tidak mampu
menggerakkan energi atas nama sendiri (Rosernberg dan Smith,
2010).
Putus asa merupakan tanda dari individu yang mengalami
putus harapan yang akan menyebabkan seseorang bunuh diri jika
sudah dalam keadaan berat (Riyadi dan Purwanto, 2009).
Keputusasaan merupakan keadaan subjektif seorang
individu yang melihat keterbatasan atau tidak ada alternatif atau
pilihan pribadi yang bersedia dan tidak dapat memobilisasi energi
yang dimilikinya (NANDA, 2005).
b. Tanda dan Gejala
Adapun tanda dan gejala dari keputusasaan adalah :
1) Ungkapan klien tentang situasi kehidupan tanpa harapan dan
terasa hampa (“saya tidak dapat melakukan”)
2) Sering mengeluh dan tampak murung
3) Tampak kurang bicara atau tidak mau berbicara sama sekali
4) Menarik diri dari lingkungan
5) Kontak mata kurang
6) Mengangkat bahu tanda masa bodoh
7) Menurun atau tidak adanya selera makan
(Keliat, 2005)
Sedangkan menurut Keliat, dkk (2006) adalah :
1) Mayor (harus ada)
Mengungkapkan atau mengekspresikan sikap apatis yang
mendalam, berlebihan dan berkepanjangan dalam merespon
situasi yang dirasakan sebagai hal yang mustahil isyarat verbal
tentang kesedihan
a) Fisiologis
(1) Respon terhadap stimulus lambat
(2) Tidak ada energi
(3) Tidur bertambah
b) Emosional
(1) Individu yang putus asa sering sekali kesulitan
mengungkapkan perasaannya tapi dapat merasakan
(2) Tidak memiliki makna atau tujuan dalam hidup
(3) Hampa dan letih
(4) Perasaan kehilangan dan tidak memiliki apa-apa
c) Individu memperlihatkan :
(1) Sikap pasif dan kurangnya keterlibatan dalam
perawatan
(2) Penurunan verbalisasi
(3) Penurunan afek
(4) Kurangnya ambisi, inisiatif serta minat
(5) Ketidakmampuan mencapai sesuatu
(6) Hubungan interpersonal yang terganggu
(7) Proses pikir yang lambat
(8) Kurangnya tanggung jawab terhadap keputusan dan
kehidupannya sendiri
d) Kognitif
(1) Penurunan kemampuan untuk memecahkan masalah
dan kemampuan membuat keputusan
(2) Mengurusi masalah yang telah lalu dan yang akan
datang bukan masalah yang dihadapi saat ini
(3) Kaku (memikirkan semuanya atau tidak sama sekali)
(4) Tidak mempunyai kemampuan untuk berimaginasi
atau berharap
(5) Tidak dapat mencapai target dan tujuan yang
ditetapkan
(6) Tidak dapat mengenali sumber harapan
2) Minor (mungkin ada)
a) Fisiologis
(1) Anoreksia
(2) BB menurun
b) Emosional
(1) Individu merasa putus asa terhadap diri sendiri dan
orang lain
(2) Merasa berada di ujung tanduk
(3) Tegang
(4) Muak (merasa ia tidak bisa)
(5) Rapuh
c) Individu memperlihatkan :
(1) Kontak mata yang kurang, mengalihkan pandangan dari
pembicara
(2) Penurunan motivasi
(3) Keluh kesah
(4) Kemunduran
(5) Sikap pasrah
d) Kognitif
(1) Bingung
(2) Ketidakmampuan berkomunikasi secara efektif
(3) Penilaian yang tidak logis
d. Ketidakberdayaan
1) Pengertian
Ketidakberdayaan merupakan persepsi individu bahwa segala
tindakannya tidak akan mendapatkan hasil atau suatu keadaan
dimana individu kurang dapat mengendalikan kondisi tertentu atau
kegiatan yang baru dirasakan. (Suma’mur, 2009)
Ketidakberdayaan merupakan persepsi seseorang bahwa
tindakannya tidak akan mempengaruhi hasil secara bermakna,
kurang pengendalian yang dirasakan terhadap situasi terakhir atau
yang baru saja terjadi (Wilkinson, 2007).
Ketidakberdayaan merupakan keadaan ketika seseorang
individu atau kelompok merasa kurang kontrol terhadap kejadian
atau situasi tertentu (Carpenito-Moyet, 2007).
2) Batasan Karakteristik Klien Dengan Ketidakberdayaan
Menurut NANDA (2011) dan Wilkinson (2007) ketidakberdayaan
yang dialami klien dapat terdiri dari tiga tingkatan antara lain:
a) Rendah
Klien mengungkapakan ketidakpastian tentang fluktuasi tingkat
energi dan bersikap pasif.
b) Sedang
Klien mengalami ketergantungan pada orang lain yang dapat
mengakibatkan ketidaksukaan, marah dan rasa bersalah. Klien
tidak melakukan praktik perawatan diri ketika ditantang, tidak
ikut memantau kemajuan pengobatan, menunjukkan ekspresi
ketidakpuasan terhadap ketidakmampuan melakukan aktivitas
atau tugas sebelumnya serta menujukkan ekspresi keraguan
tentang performa peran.
c) Berat
Klien menunjukkan sikap apatis, depresi terhadap perburukan
fisik yang terjadi dengan mengabaikan kepatuhan pasien
terhadap program pengobatan dan menyatakan tidak memiliki
kendali (terhadap perawatan diri, situasi, dan hasil).
3) Proses Terjadinya Masalah
Kebanyakan individu secara subyektif mengalami perasaan
ketidakberdayaan dalam berbagai tingkat dalam bermacam-macam
situasi. Individu sering menunjukkan respon apatis, marah atau
depresi terhadap kehilangan kontrol (Carpenito-Moyet, 2007). Pada
ketidakberdayaan klien mungkin mengetahui solusi terhadap
masalahnya, tetapi percaya bahwa hal tersebut di luar kendalinya
untuk mencapai solusi tersebut. Jika ketidakberdayaan berlangsung
lama, dapat mengarah ke keputusasaan (Wilkinson, 2007).
D. Kerangka Teori
Penyebab Kelelahan
- Keadaan monoton
- Beban dan lamanya pekerjaan
- Keadaan lingkungan
- Keadaan kejiwaan
- Penyakit, perasaan sakit dan status gizi
Stres Kerja
Gejala Psikologis Gejala Fisiologis Gejala Perilaku
- Kebingungan - Gangguan lambung - Menunda pekerjaan
- Perasaan frustasi - Gangguan pernapasan - Menghindari
- Sensitif - Gangguan pada kulit pekerjaan
- Menarik diri - Sakit kepala - Absen dari
- Kebosanan - Ketegangan otot pekerjaan
- Menurunnya rasa - Gangguan tidur - Menurunnya
percaya diri produktivitas
Penyakit Psikologis
Sumber : Suma’mur (2009), Sitepoe dan Mangku (Harnanik, 2011), Tana L
(2009), Samara D (Rozana 2013), Kaplan (2010), Hariandja (Ananta, 2011)
Skema 2.1 kerangka teori
E. Kerangka Konsep
Penyakit psikologis
Skema 2.2 kerangka konsep
F. Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari
orang, objek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang
diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya (Sugiyono, 2012). Variabel yang terdapat dalam penelitian
ini adalah penyakit psikologis.
top related