bab ii teori dan perumusan hipotesis a. tinjauan penelitian …eprints.umm.ac.id/41202/3/bab...
Post on 30-Sep-2020
8 Views
Preview:
TRANSCRIPT
11
BAB II
TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS
A. Tinjauan Penelitian Terdahulu
Fitrianto and Mawardi (2006) pada penelitiannya yang berjudul
“Analisis Pengaruh Kualitas Aset, Likuiditas, Rentabilitas, dan Efisiensi
Terhadap Rasio Kecukupan Modal Perbankan Yang Terdaftar di Bursa
Efek Jakarta” , dengan tujuan untuk mengkaji dan menganalisis pengaruh
antara risiko kredit (NPL), risiko aset (NPA), profitabilitas (ROA), (ROE),
Likuiditas (LDR), dan efisiensi usaha (BOPO) terhadap rasio kecukupan
modal (CAR). Alat analisis yang digunakan adalah regresi linear berganda.
Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa: Tidak terdapat pengaruh
signifikan antara NPL dengan CAR; Tidak terdapat pengaruh signifikan
antara NPA dengan CAR; Tidak terdapat pengaruh signifikan antara ROE
dengan CAR; Tidak terdapat pengaruh signifikan antara BOPO dengan
CAR; Terdapat pengaruh positif dan signifikan antara ROA dengan CAR;
dan Terdapat pengaruh negatif dan signifikan antara LDR dengan CAR.
Fatimah (2013) pada penelitiannya yang berjudul “Pengaruh
Rentabilitas, Efisiensi, dan Likuiditas terhadap Kecukupan Modal Bank
Umum Syariah”. Dengan tujuan penelitian untuk menganalisis seberapa
besar pengaruh rentabilitas (ROA), efisiensi (BOPO), dan likuiditas (FDR)
terhadap kecukupan modal (CAR) dalam jangka pendek maupun jangka
panjang. Alat analisis yang digunakan adalah metode analisis Vektor Error
12
Correction Model (VECM). Hasil penelitiannya menunjukkan ROA
berpengaruh negatif signifikan terhadap CAR, BOPO berpengaruh positif
signifikan dan FDR berpengaruh signifikan terhadap CAR. Selain itu,
terdapat hubungan jangka panjang antara BOPO dan FDR terhadap CAR,
sedangkan dalam jangka pendek terdapat hubungan antara ROA, BOPO,
dan FDR terhadap CAR.
Maolany et al. (2016) pada penelitiannya yang berjudul “Pengaruh
Likuiditas dan Profitabilitas terhadap Kecukupan Modal Pada Bank
Syariah Mandiri Periode 2008-2013”. Dengan tujuan penelitian untuk
mengetahui gambaran likuiditas yang diukur melalui Financing to Deposit
Ratio (FDR), profitabilitas yang diukur dengan Return on Assets (ROA)
dan kecukupan modal yang diukur dengan Capital Adequacy Ratio (CAR)
PT Bank Syariah Mandiri serta untuk mengetahui pengaruh likuiditas dan
profitabilitas terhadap kecukupan modal pada PT Bank Syariah Mandiri.
Alat analisis yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda. Hasil
penelitiannya menunjukkan bahwa: FDR berpengaruh positif dan
signifikan terhadap CAR; dan ROA berpengaruh secara signifikan, akan
tetapi memiliki hubungan yang negatif terhadap CAR.
Shingjergji and Hyseni (2015) pada penelitiannya yang berjudul “The
Determinants of The Capital Adequacy Ratio in The Albanian Banking
System During 2007-2014”. Dengan tujuan penelitian untuk menganalisis
faktor-faktor utama perbankan pada tingkat kecukupan modal sistem
perbankan Albania setelah krisis ekonomi global. Alat analisis yang
13
digunakan adalah model regresi. Hasil penelitiannya menunjukkan
beberapa kesimpulan, yaitu: ROA dan ROE berpengaruh negatif dan
signifikan terhadap CAR; NPL berpengaruh negatif dan signifikan
terhadap CAR; LTD berpengaruh negatif dan signifikan terhadap CAR;
EM berpengaruh negatif dan signifikan terhadap CAR; Bank Size
berpengaruh positif dan signifikan terhadap CAR.
Bukian and Sudiartha (2016) pada penelitiannya yang berjudul
“Pengaruh Kualitas Aset, Likuiditas, Rentabilitas dan Efisiensi
Operasional terhadap Rasio Kecukupan Modal”. Dengan tujuan
penelitian untuk mengetahui pengaruh dari Kualitas Aset (NPL),
Likuiditas (LDR), Rentabilitas (ROA), dan Efisiensi Operasional (BOPO)
terhadap Rasio Kecukupan Modal (CAR) Perbankan di Bursa Efek
Indonesia periode tahun 2013-2014. Alat Analisis yang digunakan adalah
analisis Regresi Linier Berganda. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa:
NPL dan LDR berpengaruh positif dan signifikan terhadap CAR; BOPO
berpegaruh negatif dan tidak signifikan terhadap CAR; dan ROA
berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap CAR.
Handayani and Taswan (2017) pada penelitiannya yang berjudul
“Pengaruh Pendapatan Bunga Bersih, Deposito, Kredit dan Ukuran Bank
terhadap Tingkat Kecukupan Modal Bank”. Dengan tujuan penelitian
untuk menguji pengaruh pendapatan bunga bersih, deposito, kredit, dan
ukuran bank terhadap tingkat kecukupan modal bank. Alat analisis yang
digunakan adalah regresi berganda. Hasil penelitiannya menunjukkan
14
bahwa: Pendapatan bunga bersih berpengaruh positif dan signifikan
terhadap Capital Adequacy Ratio (CAR); Deposito (DEP) berpengaruh
negatif dan tidak signifikan terhadap Capital Adequacy Ratio (CAR);
Kredit (LOA) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Capital
Adequacy Ratio (CAR); Bank Size (SIZE) berpengaruh negatif dan tidak
signifikan terhadap Capital Adequacy Ratio (CAR).
Hadinugroho and Yudha (2013) pada penelitiannya yang berjudul
“Analysis Factors That Influencing Capital Adequacy Ratio On The
General Bank in Indonesia”. Dengan tujuan penelitian untuk menganalisis
pengaruh Pendapatan bunga bersih dan Giro Wajib Minimum (GWM)
terhadap Capital Adequacy Ratio (CAR) pada bank umum yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia. Alat analisis yang digunakan adalah regresi linier
berganda. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa Pendapatan bunga
bersih dan GWM berpengaruh positif dan signifikan terhadap CAR.
Berikut pada Tabel 2.1 merupakan ringkasan penelitian terdahulu
sebagaimana telah diuraikan sebelumnya.
Tabel 2.1 Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu No Peneliti/Judul Variabel
Penelitian/Alat Analisis
Hasil Penelitian
1. Fitrianto and Mawardi (2006) “Analisis Pengaruh Kualitas Aset, Likuiditas, Rentabilitas, dan Efisiensi terhadap Rasio Kecukupan Modal yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta”
Variabel Dependen : CAR Variabel Independen : NPL, NPA, ROA, ROE, LDR, BOPO Analisis : Regresi Linear Berganda
Tidak terdapat pengaruh signifikan antara NPL dengan CAR; Tidak terdapat pengaruh signifikan antara NPA dengan CAR; Tidak terdapat pengaruh signifikan antara ROE dengan CAR; Tidak terdapat pengaruh signifikan antara BOPO dengan CAR; Terdapat pengaruh positif dan signifikan ROA dengan CAR; Terdapat pengaruh negatif dan signifikan antara LDR dengan CAR
15
2. Fatimah (2013) “Pengaruh Rentabilitas, Efisiensi, dan Likuiditas terhadap Kecukupan Modal Bank Umum Syariah”. metode analisis Vektor Error Correction Model (VECM).
Variabel Dependen : CAR Variabel Independen : ROA, BOPO, FDR Alat Analisis : analisis Vektor Error Correction Model (VECM)
ROA berpengaruh negatif signifikan terhadap CAR; BOPO berpengaruh positif signifikan terhadap CAR; FDR berpengaruh signifikan terhadap CAR; Terdapat hubungan jangka panjang antara BOPO dan FDR terhadap CAR; Sedangkan dalam jangka pendek terdapat hubungan antara ROA, BOPO, dan FDR terhadap CAR.
3. Maolany et al. (2016) “Pengaruh Likuiditas dan Profitabilitas terhadap Kecukupan Modal Pada Bank Syariah Mandiri Periode 2008-2013”
Variabel Dependen : CAR Variabel Independen : ROA dan FDR Alat Analisis : Regresi Linier Berganda
FDR berpengaruh positif dan signifikan terhadap CAR; dan ROA berpengaruh negatif dan signifikan terhadap CAR.
4. Shingjergji and Hyseni (2015) “The determinants of the capital adequacy ratio in the Albanian banking system during 2007-2014”
Variabel Dependen : CAR Variabel Independen : ROA dan ROE, NPL, LTD, EM, Bank Size Alat Analisis : Regresi Linier
ROA dan ROE berpengaruh negatif dan signifikan terhadap CAR; NPL berpengaruh negatif dan signifikan terhadap CAR; LTD berpengaruh negatif dan signifikan terhadap CAR; EM berpengaruh negatif dan signifikan terhadap CAR; Bank Size berpengaruh positif dan signifikan terhadap CAR.
5. Bukian and Sudiartha (2016) “Pengaruh Kualitas Aset, Likuiditas, Rentabilitas dan Efisiensi Operasional terhadap Rasio Kecukupan Modal”
Variabel Dependen : CAR Variabel Independen : NPL, LDR, ROA, dan BOPO Alat Analisis : Regresi Linier Berganda
NPL dan LDR berpengaruh positif dan signifikan terhadap CAR; BOPO berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap CAR; ROA berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap CAR.
6. Handayani and Taswan (2017)“Pengaruh Pendapatan Bunga Bersih, Deposito, Kredit dan Ukuran Bank terhadap Tingkat Kecukupan Modal”
Variabel Dependen : CAR Variabel Independen : NIM, DEP, LOA, Bank Size Alat Analisis : Regresi Berganda
NIM berpengaruh positif dan signifikan terhadap CAR; DEP berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap CAR; LOA berpengaruh negatif dan signifikan terhadap CAR; dan SIZE berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap CAR.
16
7. Hadinugroho and Yudha (2013) “Analysis Factors That Influencing Capital Adequacy Ratio On The General Bank in Indonesia”
Variabel Dependen : CAR Variabel Independen : Pendapatan bunga bersih dan GWM Alat analisis : Regresi Linier Berganda
Secara Parsial dan Simultan Pendapatan bunga bersih dan GWM berpengaruh positif signifikan terhadap CAR
Sumber : Berbagai jurnal
Rasio ROA menurut penelitian yang dilakukan oleh Fitrianto and
Mawardi (2006) menyatakan bahwa rasio ROA berpengaruh positif
signifikan terhadap CAR. Semakin besar laba yang dihasilkan oleh suatu
bank akan dapat menaikan permodalan bank, karena laba merupakan salah
satu komponen permodalan bank. Penelitian yang berbeda dilakukan oleh
Maolani & Helliana (2015) menyatakan bahwa ROA berpengaruh negatif
dan signifikan terhadap CAR. Hal ini berarti kondisi ROA yang lebih
besar dalam satu periode tidak secara langsung memberikan penurunan
laba pada periode yang sama. Hasil penelitian tersebut didukung penelitian
yang dilakukan oleh Bukian and Sudiartha (2016) yang menyatakan
bahwa ROA berpengaruh negatif dan akan tetapi tidak signifikan terhadap
CAR disebabkan oleh kenaikan dan penurunan rasio CAR dipengaruhi
oleh banyak faktor sehingga perolehan nilai ROA yang tinggi sebagai
wujud perolehan laba operasional yang tinggi tidak selalu akan
menyebabkan naiknya pula nilai CAR. Hal ini disebabkan besaran nilai
CAR bukan saja berasal dari profit, melainkan besaran nilai CAR juga
dapat berasal dari penyetoran modal dari pemilik bank. Sama halnya
dengan penelitian yang dilakukan oleh Shingjergji and Hyseni (2015) yang
menyatakan bahwa ROA berpengaruh negatif dan tidak signifikan
17
terhadap CAR. Berdasarkan faktanya bank yang berkinerja baik dapat
meningkatkan modal dari laba ditahan.
Rasio BOPO menurut penelitian yang dilakukan oleh Fitrianto and
Mawardi (2006) menyatakan bahwa rasio BOPO berpengaruh negatif dan
tidak signifikan terhadap CAR. Hasil penelitian tersebut didukung oleh
penelitian yang dilakukan oleh Bukian and Sudiartha (2016) yang
menyatakan bahwa BOPO berpengaruh negatif dan tidak signifikan
terhadap CAR. Bank yang dapat mengendalikan biaya operasionalnya
akan memperoleh keuntungan yang maksimal, ini disebabkan dari
pendapatan operasional bank yang diperoleh melebihi dari biaya
operasional yang dikeluarkan, kelebihan ini nantinya dapat menambah
modal bank.
Pendapatan Bunga Bersih (NII) menurut penelitian yang dilakukan
oleh Hadinugroho and Yudha (2013) yang menyatakan bahwa NIM secara
parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap CAR. Dan penelitian
yang dilakukan oleh Handayani and Taswan (2017)yang menyatakan
bahwa Net Interest Margin (NIM) berpengaruh positif dan signifikan
terhadap Capital Adequacy Ratio (CAR). Bank yang memiliki NIM yang
tinggi maka pendapatan yang berasal dari bunga akan tinggi dengan kata
lain laba bersih disumbang oleh pendapatan bunga bersih. Hal tersebut
didukung oleh pecking order dana internal menjadi sumber utama
memupuk modal oleh karena itu ketika pendapatan bunga bersih tinggi
maka semakin tinggi pula CAR.
18
Adapun relevansi penelitian ini dengan penelitian-penelitian terdahulu
adalah penelitian ini merupakan perbandingan dari penelitian terdahulu
yang di mana tetap digunakan variabel independen ROA, BOPO, dan
Pendapatan bunga bersih terhadap variabel dependen CAR yang juga
digunakan pada penelitian terdahulu. Akan tetapi dalam penggunaan
variabel independen pendapatan bunga bersih pada penelitian ini
digunakan Net Interest Income (NII) yang menunjukkan pendapatan bunga
bersih yang merupakan hasil dari pendapatan bunga dikurangi beban
bunga. Sedangkan pada penelitian terdahulu digunakan Net Interest
Margin (NIM) yang merupakan hasil dari pendapatan bunga bersih
berbanding rata-rata aktiva produktif. Akan tetapi keduanya memiliki
kesamaan yaitu dalam hal untuk mengetahui pengaruh pendapatan bunga
bersih terhadap CAR.
Dan perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu yaitu
digunakannya sampel perusahaan perbankan yang berbeda dan lebih
banyak dibandingkan penelitian terdahulu, serta digunakan tahun yang
lebih baru dibandingkan penelitian terdahulu.
B. Teori dan Kajian Pustaka
1. Hubungan Tingkat Pengembalian Aset (ROA) dengan Tingkat
Kecukupan Modal (CAR)
Menurut Abdullah (2003) dalam bukunya yang berjudul
Manajemen Perbankan menyatakan bahwa secara umum aktiva (aset)
19
bagi perusahaan merupakan sumber daya yang harus dikelola secara
baik guna mendatangkan penghasilan.
Aktiva produktif dimaksudkan kelompok aktiva yang berpotensi
menghasilkan atau mendatangkan pendapatan bagi bank. Aktiva
produktif (earning assets) terbagi menjadi 4 yaitu : kredit yang
disalurkan, surat-surat berharga, penempatan pada bank lain, dan
penyertaan.
Menurut Muljono (1999) dalam bukunya yang berjudul Analisa
Laporan Keuangan Untuk Perbankan menyatakan bahwa rentabilitas
bertujuan untuk mengukur tingkat efisiensi usaha dan profitabilitas
yang dicapai oleh bank yang bersangkutan. Profitabilitas dapat
diproksi dengan menggunakan rasio Return on Assets (ROA).
Apabila ditinjau kemampuan suatu bank di dalam menghimpun
modalnya dari intern, akan sangat tergantung dari kemampuan bank
yang bersangkutan di dalam menghasilkan laba bersih yang antara lain
dapat dimanifestasikan dengan tingginya Ratio Return on Assets.
Semakin tinggi Return on Assets suatu bank akan memberikan peluang
pada bank yang bersangkutan untuk memupuk modalnya sebagai dasar
untuk ekspansi usahanya.
Berdasarkan persamaan dasar akuntansi perbankan menurut
Taswan (2013) bahwa kewajiban bank terdiri dari kewajiban terhadap
pihak eksternal dan internal. Kewajiban terhadap pihak internal adalah
kepada pihak kreditor atau pemberi dana atau deposan. Sedangkan
20
kewajiban terhadap pihak internal adalah kewajiban kepada pemilik
modal. Dengan demikian persamaannya dapat diperluas menjadi:
𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴 = 𝐻𝐻𝐻𝐻𝐴𝐴𝐻𝐻𝐻𝐻𝐻𝐻 + 𝑀𝑀𝑀𝑀𝑀𝑀𝐻𝐻𝑀𝑀 ................................................................ 2.1
Sedangkan Callahan et al. (2007) dalam bukunya yang
berjudul Project Management Accounting menyatakan bahwa
seringkali meningkatkan utang bukanlah hal yang baik. Bagaimanapun
juga, ketika perusahaan bekerja dengan efisien untuk memperoleh
pengembalian, meningkatkan jumlah bisnis yang dilakukan dengan
meningkatkan hutang sebenarnya bisa meningkatkan tingkat
pengembalian ekuitas (modal). Perusahaan memiliki aset-aset yang
dibiayai oleh utang yang merupakan utang perusahaan dari entitas luar
dan juga modal yang merupakan kepemilikan dari pemilik. Modal
dapat didefinisikan sebagai gabungan dari aset-aset perusahaan yang
selalu setara dengan jumlah utang dan modal yang dimiliki perusahaan.
Apabila jumlah aset pada perusahaan meningkat sedangkan ekuitas
(modal) tidak meningkat, maka utang harus ditingkatkan. Dalam hal
ini utang yang dimaksud adalah sumber dana bank yang berasal dari
ekstern. Sumber ekstern berasal dari tabungan masyarakat, perusahaan,
dan pemerintah sedangkan sumber intern berasal dari pemilik dan bank
itu sendiri. (Hasibuan, 2001)
Dengan meningkatkan utang dapat meningkatkan Return on
Equity (ROE) yang merupakan rasio perbandingan antara laba bersih
terhadap rata-rata modal pemegang saham. ROE dapat diperoleh dari
21
perhitungan Leverage Multiplier (LM) yang merupakan rasio
perbandingan antara rata-rata total aset dan rata-rata total modal.
Meskipun tidak dicantumkan pada formula tersebut, utang memiliki
efek terhadap leverage yang merupakan rasio utang berbanding modal
dan memiliki pengaruh signifikan terhadap profit secara keseluruhan.
Leverage dapat membantu pengembalian modal perusahaan dari modal
yang diinvestasikan. Dalam hal ini yang harus diperhatikan yaitu
perusahaan harus mempertahankan ROC (Return on Capital) atau
persentase pengembalian perusahaan pada modal yang diinvestasikan,
yang dibiayai oleh utang dan modal pada tingkat yang sama untuk
mendapatkan hasil lebih baik ketika mengembangkan operasinya.
(Callahan et al., 2007)
Menurut Muljono (1999) menyatakan bahwa bagi para pemilik
bank yang bersangkutan ROE memiliki arti penting untuk mengukur
kemampuan manajemen dalam mengelola modal yang tersedia untuk
mendapatkan net income.
Menurut Brigham and Houston (2014) dalam bukunya yang
berjudul Dasar-Dasar Manajemen Keuangan menyatakan bahwa ketika
tingkat pengembalian aset rendah tidak selalu buruk. Itu dapat
diakibatkan dari keputusan yang disengaja untuk menggunakan lebih
banyak utang. Karena ketika beban tinggi menyebabkan laba bersih
relatif rendah. Sehingga beban utang menjadi penyebab rendahnya
ROA, tetapi meningkatkan pengembalian atas ekuitas biasa (modal).
22
Kemudian total aset meningkat karena kas meningkat dan kewajiban
menurun karena pembayaran utang Sehingga ekuitas (modal) pasti
meningkat. (Callahan et al., 2007)
ROA ditunjukkan dengan skala rasio dan diukur sebagai berikut:
(Hasibuan, 2001)
𝑅𝑅𝑅𝑅𝐴𝐴 = 𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿 𝑆𝑆𝑆𝑆𝐿𝐿𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆 𝑃𝑃𝐿𝐿𝑃𝑃𝐿𝐿𝑃𝑃𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝐿𝐿𝑆𝑆 𝐴𝐴𝐴𝐴𝑆𝑆𝑇𝑇
× 100% ...................................... 2.2
2. Hubungan Efisiensi Usaha (BOPO) dengan Tingkat Kecukupan
Modal (CAR)
Menurut Brigham and Houston (2014) dalam bukunya yang
berjudul Dasar-Dasar Manajemen Keuangan menyatakan bahwa
profitabilitas mencerminkan hasil akhir dari seluruh kebijakan
keuangan dan keputusan operasional. Biaya yang tinggi umumnya
terjadi karena operasi yang tidak efisien. Jika suatu perusahaan
memasang harga yang sangat tinggi bagi produknya, perusahaan
tersebut mungkin mendapatkan pengembalian yang tinggi atas setiap
penjualan, tetapi tidak menghasilkan banyak penjualan. Pada
perusahaan perbankan lebih memilih profitabilitas yang tinggi
daripada laba, karena laba yang besar tidak menunjukkan perusahaan
tersebut memiliki kinerja yang efisien.
Menurut Muljono (1999) dalam bukunya yang berjudul Analisa
Laporan Keuangan Untuk Perbankan menyatakan bahwa rentabilitas
bertujuan untuk mengukur tingkat efisiensi usaha dan profitabilitas
yang dicapai oleh bank yang bersangkutan. Efisiensi usaha diproksi
23
dengan Biaya Operasional berbanding Pendapatan Operasional
(BOPO).
Biaya usaha bank (operasional) yang dimasukkan ke dalam biaya
yang berhubungan langsung dengan kegiatan usaha bank adalah biaya
bunga, biaya karena transaksi devisa, biaya tenaga kerja, penyusutan
dan biaya rupa-rupa. Sedangkan pendapatan usaha bank (operasional)
yang dimasukkan merupakan semua pendapatan yang merupakan hasil
langsung dari kegiatan usaha bank adalah hasil bunga, provisi dan
komisi, pendapatan karena transaksi devisa, dan pendapatan rupa-rupa.
Dengan demikian tingginya BOPO menunjukkan efisiensi usaha yang
rendah. (Muljono, 1999)
Menurut Abdullah (2003) dalam bukunya yang berjudul
Manajemen Perbankan menyatakan bahwa dana yang masuk pada
bank tergambar dari pasiva, sedangkan dana yang keluar dari bank
tergambar dari aktiva. Jadi bagaimana bank mengelola sumber
dananya adalah bagian dari Manajemen Pasiva, sedangkan bagaimana
bank mengelola alokasi dananya adalah bagian dari manajemen aktiva.
Karena dana yang berhasil dihimpunnya sebagai bagian dari pasiva,
maka pengaturan keduanya merupakan bagian yang teramat penting
dalam aktivitas operasional bank yang bersangkutan.
Sistem dan operating prosedure suatu bank yang baik tentu akan
menunjang kegiatan usaha bank yang bersangkutan pada tingkat
efisiensi yang tinggi. Dengan efisiensi yang tinggi ini akan
24
memungkinkan bank untuk memperoleh laba yang akan memperkuat
capital dari bank yang bersangkutan. Sebaliknya bagi bank yang
beroperasi dengan biaya yang tinggi ada kemungkinan biaya tidak
tertutup oleh penghasilan akan menjadi beban capital. (Abdullah, 2003)
BOPO menurut Siamat (2005) dalam bukunya yang berjudul
Manajemen Lembaga Keuangan digunakan rumus sebagai berikut:
𝐵𝐵𝑅𝑅𝐵𝐵𝑅𝑅 = 𝐵𝐵𝐵𝐵𝐿𝐿𝐵𝐵𝐿𝐿 𝑂𝑂𝑂𝑂𝑆𝑆𝑂𝑂𝐿𝐿𝐴𝐴𝐵𝐵𝑇𝑇𝑂𝑂𝐿𝐿𝑆𝑆𝑃𝑃𝑆𝑆𝑂𝑂𝑃𝑃𝐿𝐿𝑂𝑂𝐿𝐿𝑇𝑇𝐿𝐿𝑂𝑂 𝑂𝑂𝑂𝑂𝑆𝑆𝑂𝑂𝐿𝐿𝐴𝐴𝐵𝐵𝑇𝑇𝑂𝑂𝐿𝐿𝑆𝑆
........................................................ 2.3
3. Hubungan Pendapatan Bunga Bersih (NII) dengan Tingkat
Kecukupan Modal (CAR)
Menurut Siamat (2005) dalam bukunya yang berjudul Manajemen
Lembaga Keuangan menyatakan bahwa Setiap terjadi perubahan
tingkat bunga akan memberi dampak langsung terhadap pendapatan
bunga dari aktiva produktif, dan di sisi lain akan berpengaruh pada
biaya bunga. Meskipun pengaruh perubahan tingkat harga terhadap
pos-pos assets dan liabilities (kewajiban) tidaklah sama karena
disebabkan oleh sensitivitasnya yang berbeda-beda, perbedaan
sensitivitas terhadap perubahan tingkat bunga tersebut membawa
perubahan net interest spread bank.
Dan menurut Kuncoro and Suhardjono (2002)pada bukunya yang
berjudul Manajemen Perbankan menyatakan bahwa laporan laba rugi
yang umum dipergunakan oleh bank terdiri dari penerimaan yang
terutama berasal dari pendapatan bunga (interest income) dari kredit
yang diberikan oleh bank kepada nasabah dalam berbagai bentuk.
25
Setelah diketahui nilai seluruh pendapatan dan nilai biaya secara
keseluruhan. Angka laba atau rugi dapat ditemukan. Apabila nilai total
pendapatan lebih besar dari pada nilai total biaya untuk kurun waktu
yang sama maka bank menghasilkan laba. Sebaliknya apabila nilai
total pendapatan lebih kecil dari pada nilai total biaya maka bank akan
mengalami kerugian. Penghasilan bersih dapat dituliskan sebagai
berikut:
𝑁𝑁𝑁𝑁 = 𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁 − 𝐵𝐵𝐻𝐻𝐵𝐵𝑀𝑀𝐴𝐴𝐻𝐻 − 𝐵𝐵𝑃𝑃 + 𝑆𝑆𝑆𝑆 − 𝑇𝑇 ............................................... 2.4
Dimana:
𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁 = Net Interest Income
𝐵𝐵𝐻𝐻𝐵𝐵𝑀𝑀𝐴𝐴𝐻𝐻 = Beban nonbunga (selisih penghasilan dan biaya non bunga)
𝐵𝐵𝑃𝑃 = Cadangan Kerugian Kredit
𝑆𝑆𝑆𝑆 = Laba (Rugi) surat berharga
𝑇𝑇 = Pajak
Sumber-sumber penerimaan bank berasal dari interest income, non
interest income, dan security gain. Sumber-sumber pengeluaran bank
berupa interest expense, provision for loan losses, security losses, dan
pajak. Sedangkan, sumber kerugian (keuntungan) bank berasal dari
transaksi kurs mata uang asing dan naik turunnya nilai utang pada
waktu yang dimiliki.
Selanjutnya neraca bank yang dihubungkan dengan laporan laba
rugi. Di mana neraca bank digunakan untuk mengetahui trend
perubahan (bertambah atau berkurangnya) modal atau kekayaan bank,
26
tetapi tidak bisa untuk mengetahui sebab-sebab perubahan modal
tersebut, karena itu diperlukan laporan yang lain yaitu laporan laba
rugi. Dengan demikian, menghubungkan antara neraca dan laporan
laba rugi akan diketahui perubahan (bertambah dan berkurangnya) dan
penyebab perubahan modal. Identitas neraca yang dinyatakan kembali
adalah sebagai berikut:
𝐴𝐴 = 𝑃𝑃 + 𝑁𝑁𝑁𝑁 ...................................................................................... 2.5
Dimana :
A = Aset
L = Utang
NW = Modal
Sedangkan NII dapat dinyatakan sebagai berikut:
𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁 = ∑ 𝐵𝐵𝐵𝐵𝐴𝐴𝐵𝐵𝑂𝑂𝐵𝐵=1 − ∑ 𝑐𝑐𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑆𝑆
𝑃𝑃=1 .............................................................. 2.6
Dimana:
Ai = Aset
Lj = Utang
ri = Penghasilan sebelum pajak dari aset ke-i yang ditanamkan
cj = Biaya bunga pada utang ke-j
n = Jumlah Aset
m = Jumlah Kewajiban
Besar pendapatan bunga bersih berubah ketika besarnya aset dan
kewajiban berubah. Ketika besarnya portofolio n dan m berubah maka
A dan L juga berubah dan mengubah besarnya pendapatan bunga
27
bersih karena setiap A atau L digandakan dengan tingkat suku bunga.
Walaupun besar portofolio (n dan m) tidak berubah, besarnya
penghasilan dari aset (ri) dan biaya bunga (cj) dapat berubah sesuai
dengan perubahan tingkat suku bunganya.
Pendapatan bunga bersih sama dengan pendapatan bunga total
dikurangi biaya bunga total. Besarnya pendapatan bunga bersih
ditentukan oleh besar kecilnya aset dan kewajiban yang dihubungkan
dengan tingkat suku bunga yang berlaku. Sehingga pendapatan bersih
bank dapat berubah mengikuti besarnya aset dan kewajiban dan aliran
dananya (cash flow). Persamaan pendapatan bersih kemudian dapat
dinyatakan menjadi:
𝑁𝑁𝑁𝑁 = ∑ 𝐵𝐵𝐵𝐵𝐴𝐴𝐵𝐵𝑂𝑂𝐵𝐵=1 − ∑ 𝑐𝑐𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑆𝑆
𝑃𝑃=1 − 𝐵𝐵𝐻𝐻𝐵𝐵𝑀𝑀𝐴𝐴𝐻𝐻 − 𝐵𝐵𝑃𝑃 + 𝑆𝑆𝑆𝑆 − 𝑇𝑇 ................... 2.7
Pendapatan bersih ini kemudian dapat mempengaruhi neraca
(sesuai persamaan 2.5) melalui laba yang tidak dibagikan / laba
ditahan (retained earnings) yang akan menambah besarnya modal
bank.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa neraca yang
dihubungkan dengan laporan laba rugi dapat digunakan untuk
mengetahui perubahan dan sebab-sebab bertambah atau berkurangnya
modal atau kekayaan bank. NII (Pendapatan Bunga Bersih)
dipengaruhi oleh aset dan kewajiban yang dihubungkan dengan suku
bunga yang berlaku. Sehingga NI (Pendapatan Bersih) dipengaruhi
oleh aset dan kewajiban dan aliran dananya. NI kemudian akan
28
mempengaruhi neraca melalui laba ditahan yang akan menambah
besarnya modal bank.
4. Permodalan Bank
a) Modal Bank
Menurut Abdullah (2003)dalam bukunya yang berjudul
Manajemen Perbankan menyatakan bahwa modal bank adalah
bagian dari dana bank yang merupakan dana pihak pertama.
Dalam neraca bank, modal terdapat pada sisi pasiva neraca,
demikian juga sumber dana bank lainnya.
Modal bank merupakan dana yang diinvestasikan oleh
pemilik pada waktu pendirian bank yang dimaksud untuk
membiayai kegiatan usaha bank. Modal yang terlalu besar akan
mempengaruhi jumlah perolehan laba bank. Sedangkan modal
yang terlalu kecil di samping akan membatasi kemampuan
ekspansi bank juga akan mempengaruhi penilaian khususnya para
deposan, debitur, dan juga pemegang saham.
Modal bank memiliki fungsi sebagai berikut:
1) Melindungi para kreditur
Bagi para kreditur (pemilik dana pihak ketiga)
mengharapkan adanya kepastian kemampuan bank dalam
membayar kembali simpanan kreditur. Modal bank sebagai
penyanggah pengembalian dana kreditur manakala bank
kesulitan menarik kembali investasi jangka pendek ataupun
29
bank kesulitan likuiditas. Namun demikian mengasuransikan
simpanan nasabah merupakan hal penting manakala sewaktu-
waktu bank mengalami insolvensi. Mengingat dengan modal
yang cukup belum dapat mengembalikan semua dana pihak
ketiga.
2) Menjamin kelangsungan operasional
Menurut Hampell (1986) dalam (Abdullah, 2003)
menyatakan bahwa menyanggah kelangsungan operasi bank
merupakan fungsi terpenting modal sendiri. Dengan modal
sendiri bank memulai kegiatan operasi mereka. Dengan dana
itu bank membiayai operasi mereka pada masa paceklik,
yaitu jumlah pendapatan lebih kecil daripada biaya yang
harus mereka keluarkan. Dan hendaknya penggunaan modal
guna kepentingan operasional dalam batas tertetntu (terutama
saat pendirian bank)
3) Memenuhi standar modal minimal
Berdasarkan rasio (CAR) apabila bank akan menambah
penyaluran kredit kepada masyarakat, maka dengan
sendirinya bank harus menambah modal yang dimiliki.
Apabila bank tidak menambah jumlah kredit maka akan
memperkecil CAR yang dicapai bank.
Menurut Hasibuan (2001) dalam bukunya yang berjudul
Dasar-Dasar Perbankan menyatakan bahwa modal sendiri bank
30
atau Equity Fund adalah sejumlah uang tunai yang telah
disetorkan pemilik dan sumber-sumber lainnya yang berasal dari
dalam bank itu sendiri; terdiri dari modal inti dan modal
pelengkap.
Menurut Abdullah (2003) menyatakan bahwa berdasarkan
pendekatan pada neraca bank, modal dapat dibedakan menjadi
modal inti dan modal pelengkap. Modal inti terdiri dari :
1) Modal disetor : Modal yang telah disetor secara efektif oleh
pemiliknya.
2) Laba ditahan : Saldo laba bersih setelah dikurangi pajak yang
oleh RUPS (Rapat Umum Pemegang Saham) diputuskan
untuk tidak dibagikan.
3) Laba tahun lalu : Laba bersih tahun-tahun lalu setelah
dikurangi pajak dan belum ditentukan penggunaannya oleh
RUPS.
4) Laba tahun berjalan : Laba yang diperoleh dalam tahun buku
berjalan setelah dikurangi taksiran utang pajak.
5) Agio saham : Selisih lebih setoran modal yang diterima oleh
bank sebagai akibar dari harga saham yang melebihi nilai
nominalnya.
6) Cadangan umum : Cadangan yang dibentuk dari penyisihan
laba ditahan atau laba bersih setelah dikurangi pajak dan
31
mendapat persetujuan RUPS sesuai anggaran dasar masing-
masing.
7) Cadangan tujuan : Laba setelah dikurangi pajak yang
disisihkan untuk tujuan tertentu dan telah mendapat
persetujuan dari RUPS.
8) Bagian kekayaan bersih anak perusahaan yang laporan
keuangannya dikonsolidasikan : Bagian kekayaan bersih
adalah modal inti anak perusahaan setelah dikompensasikan
nilai penyertaan bank pada anak perusahaan tersebut.
Sedangkan anak perusahaan adalah bank dan lembaga
keuangan bukan bank (LKBB) lain yang mayoritas sahamnya
dimiliki oleh bank.
Sedangkan modal pelengkap terdiri atas cadangan-cadangan
yang dibentuk tidak dari laba setelah pajak serta pinjaman yang
sifatnya dapat dipersamakan dengan modal. Modal pelengkap
dapat berupa :
1) Cadangan Revaluasi Aktiva Tetap : Cadangan yang dibentuk
dari selisih penilaian kembali aktiva tetap yang telah
mendapat persetujuan Direktorat Jenderal Pajak.
2) Cadangan Penghapusan Aktiva yang Diklasifikasikan :
Cadangan yang dibentuk dengan cara membebani laba-rugi
tahun berjalan, dengan maksud untuk menampung kerugian
32
yang mungkin timbul sebagai akibat dari tidak diterimanya
kembali sebagian atau seluruh aktiva produktif.
3) Modal Kuasi : Modal yang didukung oleh instrument atau
warkat yang memiliki sifat seperti modal atau hutang.
4) Pinjaman Subordinasi yaitu Pinjaman yang memenuhi syarat
bahwa ada perjanjian tertulis antara bank dengan pemberi
pinjaman; mendapat persetujuan terlebih dahulu dari Bank
Indonesia (BI), tidak dijamin oleh bank yang bersangkutan
dan telah dibayar penuh; minimal berjangka waktu 5 tahun;
dan pelunasan sebelum jatuh tempo harus mendapat
persetujuan dari BI, dan dengan pelunasan tersebut
permodalan bank tetap sehat, dan hak tagihnya dalam hal
terjadi likuidasi berlaku paling akhir dari segala pinjaman
yang ada (kedudukannya sama dengan modal).
b) Tingkat Kecukupan Modal
Menurut Muljono (1999) dalam bukunya yang berjudul
Analisa Laporan Keuangan Untuk Perbankan menyatakan bahwa
tingkat kecukupan modal (CAR) menunjukkan kemampuan
permodalan untuk menutup kemungkinan kerugian atas kredit
yang diberikan beserta kerugian atas investasi surat-surat
berharga.
Menurut Abdullah (2003) dalam bukunya yang berjudul
Manajemen Perbankan menyatakan bahwa rasio kecukupan
33
modal merupakan rasio yang membandingkan antara jumlah
modal bank dengan sejumlah aktiva yang dimiliki. Dengan rasio
CAR juga dapat diketahui berapa modal minimal yang harus
dicapai bank apabila Bank Sentral menetapkan standar CAR
tertentu dan bank memiliki sejumlah ATMR. Untuk menghitung
modal minimal yang wajib dimiliki bank adalah sebagai berikut:
Modal Bank (Minimal) = ATMR × standar CAR .................... 2.8
Dan CAR dapat dihitung dengan digunakan rumus:
𝐶𝐶𝐴𝐴𝑅𝑅 = ∑𝑀𝑀𝑇𝑇𝑃𝑃𝐿𝐿𝑆𝑆∑𝐴𝐴𝑇𝑇𝑀𝑀𝐴𝐴× 100% ........................................................... 2.9
Faktor-faktor yang mempengaruh kecukupan modal adalah
sebagai berikut:
1) Tingkat kualitas manajemen bank yang bersangkutan
Apabila bank dipimpin/dikelola oleh suatu kelompok
manajemen yang berkualitas tinggi yang ditinjau dari
berbagai aspek, maka hasilnya tentu akan berlainan dengan
bank yang dikelola oleh suatu kelompok manajemen yang
berkualitas rendah dan tidak kompak.
2) Tingkat likuiditas yang dimilikinya
Suatu bank yang memiliki alat-alat likuid yang sangat
terbatas dalam memenuhi kewajiban-kewajibannya, aka
nada kemungkinan penyediaan likuiditas tersebut akan
diambil dari permodalannya. Dengan demikian akan
34
dirasakan oleh Manajemen Bank yang bersangkutan betapa
terbatasnya modal yang dimiliki oleh bank.
3) Tingkat kualitas dari aset
Suatu bank yang banyak memiliki debitur dan non earning
assets lainnya yang kurang produktif maka sudah dapat
dipastikan bank tersebut tidak dapat melaksanakan
kegiatannya secara lancar. Dan sebaliknya bagi bank yang
mempunyai earning assets yang memadai maka kebutuhan
modalnya akan dapat diperoleh dari laba usaha bank yang
bersangkutan, yang akan berkembang secara kumulatif. Dan
sebaliknya apabila bank tersebut rugi secara terus-menerus
maka aka nada kemungkinan pula modalnya akan terkikis
sedikit demi sedikit.
4) Struktur deposito
Apabila bank memperoleh dana sebagian besar berupa
deposito berjangka dan dana-dana mahal lainnya, tentu akan
menimbulkan pula biaya yang tinggi. Apabila biaya ini tidak
dapat ditutup dari penghasilan operasionil/non operasionil
dari bank yang bersangkutan, tentu kerugian tersebut harus
diserap oleh modal/capital yang dimiliki hingga akan terasa
bagi modal manajemen yang bersangkutan terjadinya
kekurangan modal.
35
5) Tingkat kualitas dari sistem dan prosedurnya
Sistem dan operating prosedure suatu bank yang baik tentu
akan menunjang kegiatan usaha bank yang bersangkutan
pada tingkat efisiensi yang tinggi. Dengan efisiensi yang
tinggi ini akan memungkinkan bank untuk memperoleh laba
yang akan memperkuat capital dari bank yang bersangkutan.
Sebaliknya bagi bank yang beroperasi dengan biaya yang
tinggi ada kemungkinan biaya yang tidak tertutup oleh
penghasilan akan menjadi beban capital.
6) Tingkat kualitas dan karakter pemilik saham
Para pemilik saham yang berorientasi ke masa depan bank
yang dimilikinya agar lebih baik di kemudian hari tentu akan
berusaha membentuk akumulasi modal secara maksimal
hingga capital/modal bank yang bersangkutan akan semakin
kuat. Tentu yang terjadi akan sebaliknya apabila para
pemilik saham tersebut menghendaki agar laba yang
diperoleh langsung dibagikan saja, maka capital dari bank
yang bersangkutan tentu tidak akan mengalami
perkembangan.
7) Kapasitas untuk memenuhi kebutuhan jangka pendek
maupun panjang
36
8) Riwayat pemupukan modal dan peraturan pembagian laba
yang diperolehnya
Pada bank-bank pemerintah telah ditetapkan tata cara
pembagian laba yang diperoleh tiap tahun secara pasti, tentu
tidak ada keleluasaan lagi bagi bank yang bersangkutan
dalam memupuk modalnya sesuai keinginan maupun
kebutuhan investasi pengembangan bank tersebut di
kemudian hari. Hal ini tentu berbeda dengan bank-bank
swasta yang pembagian labanya dapat diatur lebih bebas,
maka bank-bank ini akan mempunyai kesempatan
mengembangkan capitalnya secara maksimal.
Menurut Hasibuan (2001) dalam bukunya yang berjudul
Dasar-Dasar Perbankan menyatakan bahwa ATMR (Aktiva
Tertimbang Menurut Risiko) merupakan penjumlahan aktiva
neraca dan aktiva administrasi. ATMR aktiva neraca diperoleh
dengan cara mengalikan nilai nominal aktiva yang bersangkutan
dengan bobot risikonya. Misalkan kredit yang diberikan oleh
Bank sebesar Rp 100 miliar, karena bobot kredit yang diberikan
100% maka nilai ATMR (kredit) Rp 100 miliar.
CAR atau Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM)
yang didasarkan pada standar BIS (8%) adalah salah satu cara
untuk menghitung apakah modal yang ada pada suatu bank telah
memadai atau belum. Jika modal rata-rata suatu bank lebih baik
37
dari bank lainnya maka bank bersangkutan akan lebih baik
solvabilitasnya. Ketetapan CAR 8% bertujuan untuk menjaga
kepercayaan masyarakat kepada perbankan, melindungi dana
pihak ketiga pada bank bersangkutan dan untuk memenuhi
ketetapan standar BIS Perbankan Internasional
Sanksi bagi bank yang tidak memenuhi CAR 8% di samping
diperhitungkan dalam penilaian tingkat kesehatan bank, juga
akan dikenakan sanksi dalam rangka pengawasan dan pembinaan
bank.
C. Kerangka Pemikiran
Berdasarkan teori yang telah dipaparkan sebelumnya, kerangka
pemikirian pada penelitian ini dapat digambarkan pada Gambar 2.1
sebagai berikut:
Keterangan: ROA= Return on Assets; BOPO= Biaya Operasional berbanding Pendapatan Operasional ; NII= Net Interest Income; CAR= Capital Adequacy Ratio
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran
Berdasarkan Gambar 2.1 di atas dapat diketahui bahwa Return on
Assets (X1) berpengaruh terhadap Capital Adequacy Ratio (Y), Biaya
Operasional berbanding Pendapatan Operasional (X2) berpengaruh
BOPO (X2)
ROA (X1)
CAR (Y)
NII (X3)
38
terhadap Capital Adequacy Ratio (Y), dan Net Interest Income (X3)
berpengaruh terhadap Capital Adequacy Ratio (Y).
D. Perumusan Hipotesis
Berdasarkan teori dan penelitian terdahulu yang telah dipaparkan
sebelumnya, maka hipotesis pada penelitian ini adalah diduga Return on
Assets (ROA), Biaya Operasional berbanding Pendapatan Operasional
(BOPO), dan Net Interest Income (NII) berpengaruh terhadap Capital
Adequacy Ratio (CAR). Dan dapat diuraikan sebagai berikut:
H1 = Diduga Return on Assets (ROA) berpengaruh terhadap Capital
Adequacy Ratio (CAR)
H2 = Diduga Biaya Operasional berbanding Pendapatan Operasional
(BOPO) berpengaruh terhadap Capital Adequacy Ratio (CAR)
H3 = Diduga Net Interest Income (NII) berpengaruh terhadap Capital
Adequacy Ratio (CAR)
top related