bab ii landasan teori a. kajian pustaka 1. pengertian belajarrepository.ump.ac.id/2326/3/fathiyatul...
Post on 13-Feb-2020
15 Views
Preview:
TRANSCRIPT
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kajian Pustaka
1. Pengertian Belajar
Menurut pengertian secara psikologis, belajar merupakan suatu proses
perubahaan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan
lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Pengertian belajar dapat di
definisikan sebagai berikut :
Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai
hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Dengan ciri-
ciri perubahan tingkah laku dalam pengertian belajar, yaitu : 1) perubahan terjadi
secara sadar, 2) bersifat kontinu dan fungsional, 3) bersifat positif dan aktif, 4)
perubahan bersifat sementara, 5) bertujuan atau terarah, 6) perubahan mencakup
seluruh aspek tingkah laku (Slameto, 2003: 2).
Menurut James O. Whittaker (dalam Ahmadi dan Supriyono 2004 :127)
merumuskan belajar sebagai proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah
melalui latihan atau pengalaman. Menurut Ahmadi dan Supriyono (2004 : 128)
mengemukakan belajar adalah proses usaha yang dilakukan individu untuk
memperoleh perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil
pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungan.
Menurut kamus umum Bahasa Indonesia, belajar adalah berusaha (berlatih
dan sebagainya) supaya mendapat sesuatu kepandaian.
Upaya Meningkatkan Aktivitas..., Fathiyatul Laela, FKIP, 2012
Beberapa definisi tentang belajar yang lainnya adalah sebagai berikut
(Sardiman, 2000).
a. Cronbach memberikan definisi, belajar adalah perubahan tingkah laku
sebagai hasil pengalaman.
b. Harlod Spears memberikan batasan, belajar adalah dilakukan dengan
mengamati, membaca, menirukan, mencoba, mendengarkan,dan mengikuti
petunjuk dan pengarahan.
c. Geoch mengatakan, belajar adalah perubahan penampilan sebagai hasil
praktik.
Pada prinsipnya belajar adalah proses perubahan tingkah laku sebagai
akibat dari interaksi antar siswa dengan sumber-sumber belajar, baik
sumber yang didesain maupun yang dimanfaatkan. (Kunandar, 2010 : 319-
320)
2. Teori Belajar
Belajar memiliki persepsi dan penekanan, penekanan tersendiri tentang hakekat
belajar dan proses ke arah perubahan sebagai hasil belajar. Berikut ini adalah
beberapa teori belajar diantaranya:
a. Teori belajar menurut J. Bruner
Bruner mempunyai pendapat, alangkah baiknya bila sekolah dapat
menyediakan kesempatan bagi siswa untuk maju dengan cepat sesuai dengan
kemampuan siswa dalam mata pelajaran tertentu. Di dalam proses belajar
Bruner mementingkan partisipasi aktif dari tiap siswa, dan mengenal dengan
baik adanya perbedaan kemampuan. (Slameto,2010: 11)
Upaya Meningkatkan Aktivitas..., Fathiyatul Laela, FKIP, 2012
Dalam belajar guru perlu memperhatikan 4 hal berikut ini:
1) Mengusahakan agar setiap siswa berpartisipasi aktif, minatnya perlu
ditingkatkan, kemudian perlu dibimbing untuk mencapai tujuan tertentu.
2) Menganalisis struktur materi yang akan diajarkan, dan juga perlu disajikan
secara sederhana sehingga mudah dimengerti siswa.
3) Menganalisis sequence. Guru mengajar, berarti membimbing siswa
melalui urutan pertanyaan-pertanyaan dari suatu masalah, sehingga siswa
memperoleh pengertian dan dapat men-transfer apa yang sedang
dipelajari.
4) Memberi reinforcement dan umpan balik (feed-beck).penguatan yang
optimal terjadi pada waktu siswa mengetahui bahwa “ia menemukan
jawaban”nya.
b. Teori belajar menurut Psikolog Gestalt
Menurut aliran ini, jiwa manusia adalah keseluruhan yang berstruktur. Satu
keseluruhan bukan terdiri dari bagian-bagian atau unsur-unsur. Unsur itu
berada dalam keseluruhan menurut struktur yang telah tertentu dan saling
berinteraksi satu sama lain.
Teori psikologis Gastalt sangat berpengaruh terhadap tafsiran tentang belajar.
Beberapa prinsip yang perlu mendapat perhatian adalah sebagai berikut:
1) Belajar berdasarkan keseluruhan siswa berusaha menghubungkan suatu
pelajaran yang lain sebanyak mungkin.
2) Belajar adalah suatu proses perkembangan mempelajari dan merencanakan
bila siswa telah matang untuk menerima bahan pelajaran itu.
3) Siswa sebagai organisme keseluruhan siswa belajar tak hanya inteleknya
saja, tetapi juga emosional dan jasmaninya.
Upaya Meningkatkan Aktivitas..., Fathiyatul Laela, FKIP, 2012
4) Terjadi transfer belajar pada pokoknya yang terpenting pada penyesuaian
pertama ialah memperoleh respon yang tepat.
5) Belajar adalah reorganisasi pengalaman adalah suatu interaksi antara
seseorang dengan lingkungannya.
6) Belajar harus dengan instight adalah suatu proses belajar dimana sesorang
melihat pengertian dan hubungan-hubungan tertentu dalam unsur yang
mengandung suatu problem.
7) Belajar lebih berhasil bila berhubungan dengan minat, keinginan dan
tujuan siswa.
8) Belajar berlangsung terus-menerus siswa memperoleh pengetahuan tak
hanya di sekolah tetapi juga di luar sekolah.
c. Teori belajar menurut R. Gagne
Terhadap masalah belajar, Gagne memberikan dua definisi, yaitu:
1) Belajar ialah suatu proses untuk memperoleh motivasi dalam pengetahuan,
keterampilan, kebiasaan, dan tingkah laku.
2) Belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang diperoleh
dari instruksi.
d. Teori belajar menurut Piagnet
Pendapat Piagnet mengenai perkembangan proses belejar pada anak-anak
adalah sebgai berikut:
1) Anak mempunyai stuktur mental yang berbeda dengan orang dewasa.
Mereka bukan merupakan orang dewasa dalam bentuk kecil, mereka
mempunyai cara yang khas untuk menghayati dunia sekitarnya. Maka
memerlukan pelayanan tersendiri dalam belajar.
Upaya Meningkatkan Aktivitas..., Fathiyatul Laela, FKIP, 2012
2) Perkembangan mental pada anak melaluai tahap-tahap tertentu, menurut
suatu urutan yang sama bagi semua anak, tetapi jangka waktu untuk
berlatih dari satu tahap ke tahap yang lain tidaklah selalu sama pada setiap
anak.
3) Perkembangan mental anak dipengeruhi oleh 4 faktor yaitu: 1)
kemasakan,2) pengalaman,3) interaksi sosial, 4) equilibration (proses dari
tiga factor di atas bersama-sama untuk membangun dan memperbaiki
struktur mental).
4) Ada 3 tahap perkembangan, yaitu:
a) Berfikir secara intuitif ± 4 tahun
b) Beroperasi secara konkret ± 7 tahun
c) Beroperasi formal ± 11 tahun
3. Aktivitas Belajar
a. Pengertian Aktivitas belajar
Menurut Sardiman (2007:95) aktivitas adalah berbuat untuk mengubah
tingkah laku atau melakukan kegiatan. Kegiatan yang dimaksud adalah
kegiatan anak selaku siswa dalam lingkungan sekolah secara khusus yaitu
aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar.
Aktivitas belajar merupakan serentetan kegiatan yang dapat
menunjang tercapainya tujuan dari belajar yang dilakukan seseorang dalam
proses belajar mengajar, guru perlu menimbulkan aktivitas siswa dalam
berpikir maupun berbuat. Penerimaan pelajaran jika dengan aktivitas siswa
Upaya Meningkatkan Aktivitas..., Fathiyatul Laela, FKIP, 2012
sendiri, kesan itu tidak akan terlalu begitu saja, tetapi dipikirkan, diolah
kemudian di keluarkan lagi dalam bentuk yang berbeda. Siswa akan bertanya,
mengajukan perintah, melaksanakan tugas, membuat grafik, diagram, intansi,
dari pelajaran yang di sajikan oleh guru. (Slameto, 2010:36)
Menurut kunandar (2008: 277) aktivitas siswa adalah keterlibatan
siswa dalam bentuk sikap, pikiran, dan aktivitas dalam kegiatan pembelajaran
guna menunjang keberhasilan proses belajar mengajar dan memperoleh
manfaat dari kegiatan tersebut. Hal ini akan mengakibatkan suasana kelas
menjadi segar dan kondusif, dimana masing-masing siswa dapat melibatkan
kemampuannya semaksimal mungkin.
Menurut Usaman (2010:20) aktivitas belajar siswa sangat diperlukan
dalam kegiatan belajar mengajar, sehingga siswalah yang seharusnya banyak
aktif, sebab siswa sebagai subyek didik adalah yang merencanakan, dan ia
sendiri yang melaksanakan.
Sebagai subyek didik yang dalam satu komunitas belajar di kelas, tentu
seluruh siswa akan melakukan berbagai aktivitas belajar. Aktivitas belajar
yang dilakukan para siswa merupakan bagian dari cara mereka belajar. Namun
terkadang aktivitas yang dilakukan siswa belum tentu mendukung kegiatan
belajar yang sedang mereka lakukan.
Untuk menciptakan suasana belajar yang kondusif dengan melibatkan
siswa sebagai subyek belajar, guru memiliki peran yang sangat vital. Sebab,
guru adalah fasilitator kegiatan belajar siswa yang menciptakan segala suasana
belajar siswanya.
Upaya Meningkatkan Aktivitas..., Fathiyatul Laela, FKIP, 2012
b. Prinsip-prinsip aktivitas belajar
Prinsip-prinsip aktivitas dalam belajar dalam hal ini akan dilihat dari
sudut pandang perkembangan konsep jiwa menurut ilmu jiwa. Dengan melihat
unsur kejiwaan seseorang subjek belajar/ subjek didik, dapatlah diketahui
bagaimana prinsip aktivitas yang terjadi dalam belajar.
Menurut sardiman (2007: 97-100) prinsip aktivitas belajar dari sudut
pandang jiwa ini secara garis besar dibagi menjadi dua pandangan yakni :
1) Menurut ilmu jiwa lama
Johm Locke dengan konsep Tabularas, mengibaratkan jiwa (psyche)
seseorang bagaikan kertas putih yang tidak bertulis. Dalam hal ini terserah
kepada guru, mau dibawa kemana, mau diapakan siswa itu, karena guru
adalah memberi dan mengatur isinya, dengan demikian aktivitas didominasi
oleh guru, sedangkan anak didik bersifat pasif dan menerima begitu saja.
Selanjutnya Harbet memberikan rumusan bahwa jiwa adalah keseluruhan
tanggapan yang secara mekanis dikuasi oleh hokum-hukum asosiasi.
Mengombinasikan dua konsep yang baik dikemukakan John Locke
dan Herbat, jelas dalam proses belajar mengajar guru akan senantiasa
mendominasi kegiatan. Siswa terlalu pasif, sedangkan guru aktif dan segala
inisiatif datang dari guru.
2) Menurut pandangan ilmu jiwa modern
Aliran ilmu jiwa yang tergolong modern akan menerjemahkan jiwa
manusia sebagai sesuatu yang dinamis, memiliki potensi dan energi sendiri.
Oleh karena itu, secra alami anak didik itu juga bias menjadi aktif, karena
Upaya Meningkatkan Aktivitas..., Fathiyatul Laela, FKIP, 2012
adanya motivasi dan didorong oleh macam-macam kebutuhan. Tugas pendidik
adalah membimbing dan menyediakan kondisi agar anak didik dapat
mengembangkan bakat dan potensinya. Dalam hal ini anaklah yang
beraktivitas, berbuat dan harus aktif sendiri.
c. Jenis-jenis aktivitas dalam belajar
Paul B. Diedrich membuat suatu daftar yang berisi 177 macam
kegiatan siswa yang antara lain dapat digolongkan sebagai berikut :
(Sardiman, 2007:101)
1) Visual activites, yang termasuk di dalamnya misalnya, membaca,
memperhatikan gambar demostrasi, percobaan, pekerjaan orang lain.
2) Oral activites, seperti : menyatakan, merumuskan, bertanya, member
saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi,
interupsi.
3) Listening activites, sebagai contoh mendengarkan : uraian, percakapan,
diskusi, music pidato.
4) Wreating activites, seperti misalnya menulis cerita, karangan, laporan,
angket, menyalin.
5) Drawing activites, misalnya : menggambar, membuat grafik, peta,
diagram.
6) Motor activites, yang termasuk di dalamnya antara lain : melakukan
percobaan, membuat kontruksi, model mereparasi, bermaian,
berkebun, berternak.
7) Mental activites sebagai contoh misalnya : menanggapi, mengingat,
Upaya Meningkatkan Aktivitas..., Fathiyatul Laela, FKIP, 2012
memecahkan soal, menganalisis, melihat hubungan, mengambil
keputusan.
8) Emotional activities, seperti misalnya, menaruh minat, merasa bosan,
gembira, bersemangat, bergairah, berani, tenang, gugup.
d. Nilai aktivitas dalam pengajaran
Nilai aktivitas dalam pembelajaran terdiri atas beberapa asas, menurut
Hamalik (2003 : 175 – 176) menyebutkan bahwa penggunaan asas aktivitas
besar nilainya bagi pengajaran para peserta didik karena :
1) Para peserta didik mencari pengalaman sendiri dan langsung mengalami
sendiri.
2) Berbuat sendiri akan mengembangkan seluruh aspek pribadi peserta didik
secara integral.
3) Memupuk kerjasama yang harmonis dikalangan peserta didik.
4) Para peserta didik bekerja menurut minat dan kemampuan sendiri.
5) Memupuk disiplin kelas secara wajar dan suasana belajar menjadi
demokratis.
6) Mempererat hubungan sekolah dan masyarakat dan hubungan antara orang
tua dan guru.
7) Pengajaran disekolah menjadi hidup sebagaimana aktivitas kehidupan
dalam masyarakat.
4. Hasil Belajar
Menurut Sanjaya (2009:3) hasil belajar berkaitan dengan perubahan
perilaku yang diperoleh sebagai pengaruh dari proses belajar. Menurut Hamalik
Upaya Meningkatkan Aktivitas..., Fathiyatul Laela, FKIP, 2012
(2003:30) hasil belajar adalah perubahan tingkah laku pada orang dari tidak tahu
menjadi tahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti, dan dari belum mampu
kearah mampu. Hasil belajar akan tampak pada beberapa aspek antara lain:
pengetahuan, pengertian, kebiasaan, keterampilan, apresiasi, emosional, hubungan
sosial, jasmani, etis atau budi pekerti dan sikap. Seseorang yang telah melakukan
perbuatan belajar maka akan terlihat terjadinya perubahan dalam salah satu
beberapa aspek tingkah laku sebagai akibat dari hasil belajar.
Menurut Winkel (1986: 53) hasil belajar adalah suatu aktifitas mental atau
psikis yang langsung interaksi dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-
perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan nilai sikap.
Menurut Bloom (dalam sudjana 2001: 22-23) hasil belajar dapat di bagi
manjadi 3 ranah yaitu:
a. Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari
enam aspek, yakni: pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi,
sintentesis dan evaluasi
b. Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek, yaitu:
penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi dan internalisasi.
c. Ranah psikomotorik berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan
kemampuan bertindak.
Hasil belajar adalah proses pemberian nilai terhadap hasil-hasil belajar
yang dicapai dengan menggunakan kriteria tertentu. Hasil belajar pada hakikatnya
merupakan kompetensi-kompetensi yang mencakup aspek pengetahuan,
keterampilan, sikap, dan nilai-nilai yang diwujudkan dalam kebiasan berfikir dan
Upaya Meningkatkan Aktivitas..., Fathiyatul Laela, FKIP, 2012
bertindak. Kompetensi tersebut dapat dikenali melalui sejumlah hasil belajar dan
indikatornya yang dapat diukur dan diamati (Rusman.2011: 276-277).
Menurut S. Nasution (dalam kunandar 2008:276) berpendapat hasil belajar
adalah suatu perubahan pada individu yang belajar, tidak hanya mengenai
pengetahuan, tetapi juga membentuk kecakapan dan penghanyatan dalam diri
pribadi individu yang belajar. Menurut Nana Sudjana (dalam kunandar 2008: 276)
hasil belajar adalah suatu akibat dari proses belajar dengan menggunakan alat
pengukur, yaitu berupa tes yang disusun secara terencana, baik tes tertulis, tes
lisan maupun tes perbuatan.
Menurut Cullen (2003) dalam Fathul Hilman (2004). Hasil belajar adalah
hasil yang diperoleh siswa setelah mengikuti suatu materi tertutama dari mata
pelajaran yang berupa data kuantitatif maupun kualitatif. Untuk melihat hasil
belajar dilakukan suatu penilaian terhadap siswa yang bertujuan untuk mengetahui
apakah siswa telah menguasai suatu materi atau belum. Penialian merupakan
upaya sistematis yang dikembangkan oleh suatu institusi pendidikan yang
ditujukan untuk menjamin tercapainya kualitas proses pendidikan serta kualitas
kemampuan peserta didik sesuai dengan tujuan yang telah dicapai. (Kunandar
2008: 277).
Hasil belajar dapat dilihat dari hasil nilai tes berupa pre-tes dan post-test.
Pre-test dilakukan sebelum materi pembelajaran sedangkan pos-test dilakukan
pada setiap selesai pembelajaran. Dalam penelitian tindakan kelas ini, yang
dimaksud hasil belajar siswa adalah hasil nilai tes yang diperoleh siswa dalam
mata pelajaran ilmu pengetahuan sosial.
Upaya Meningkatkan Aktivitas..., Fathiyatul Laela, FKIP, 2012
5. Model Pembelajaran Cooperative Learning
a. Pembelajaran cooperative learning
Istilah cooperative learning dalam pengrtian bahasa Indonesia dikenal
dengan nama pembelajaran kooperatif. Menurut Johnson dan Johnson (1994)
cooperative learning adalah mengelompokkan siswa di dalam kelas ke dalam
suatu kelompok kecil agar siswa dapat bekerja sama dengan kemampuan
maksimal yang mereka miliki dan mempelajari satu sama lain dalam
kelommpok tersebut. (Isjoni, 2009:15)
Anita lie (2000) menyebutkan cooperative learning dengan istilah
pembelajaran gotong royong, yaitu sistem pembelajaran yang memberi
kesempatan kepada peserta didik untuk bekerjasama dengan siswa lain dalam
dalam tugas-tugas yang tersetruktur.
Slavin menyatakan cooperative learning adalah suatu model
pembelajaran di mana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok
kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari 4-6 orang, dengan
struktur kelompoknya yang bersifat heterogen. (Solihatin dan Raharjo, 2007)
Djahiri menyatakan cooperative learning sebagai pembelajaran
kelompok kooperatif yang menuntut diterapkannya pendekatan belajar yang
siswa sentries, humanistic, dan demokratis yang sesuaikan dengan
kemampuan siswa dan lingkungan belajarnya. Dengan demikian, maka
pembelajaran kooperatif mampu membelanjarakan diri dan kehidupan siswa
baik di kelas atau sekoalah. Lingkungan belajarnya juga membina dan
meningkatkan serta mengembangkan potensi diri siswa sekaligus memberikan
Upaya Meningkatkan Aktivitas..., Fathiyatul Laela, FKIP, 2012
pelatihan hidup senyatanya, jadi cooperative learning dapat dirumuskan
sebagai kegiatan pembelajaran kelompok yang terarah, terpadu, efektif-
efisiean, kearah mencari atau mengkaji sesuatu melalui proses kerjasama dan
saling membantu sehingga tercapai proses dan hasil belajar yang produktif.
(Isjoni, 2009:19)
Unsur-unsur dasar dalam cooperative learning menurut Lungdren
antara lain sebagai berikut:
1) Para siswa harus memiliki persepsi bahwa mereka “tenggelam/ berenang
bersama”.
2) Para siswa harus memiliki tanggungjawab terhadap siswa/peserta didik
lain dalam berkelompoknya, selain tanggungjawab terhadap diri sendiri
dalam mempelajari materi yang dihadapi.
3) Para siswa harus berpandangan bahwa mereka semua memiliki tujuan
yang sama.
4) Para siswa membagi tugas dan berbagi tanggungjawab diantara para
anggota kelompok.
5) Para siswa diberi satu evaluasi/ penghargaan yang akan ikut berpengaruh
terhadap evaluasi kelompok.
6) Para siswa berbagi kepemimpinan sementara mereka memperoleh
keterampilan bekerjasama selama belajar.
7) Setiap siswa akan diminta mempertanggungjawabkan secara individual
materi yang ditanggani kelompok kooperatif. (Isjoni, 2009: 13-14)
Upaya Meningkatkan Aktivitas..., Fathiyatul Laela, FKIP, 2012
b. Pembelajaran Snowball Throwing
1) Pengertian Snowball Throwing
Pembelajaran kooperatif memiliki beberapa tipe dan model
pembelajaran, salah satunya adalah model snowball throwing. Model snowball
throwing merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif yang bermuara
pada pembelajaran aktif yang dalam pelaksanaannya banyak melibatkan
siswa.
Model pembelajaran Snowball Throwing merupakan model
pembelajaran yang melatih siswa untuk lebih tanggap menerima pesan dari
orang lain dan menyampaikan pesan tersebut ke pada temannya dalam suatu
kelompok. Dalam membuat pertanyaan tidak seperti model pembelajaran
berkirim salam dan soal yang pertanyaan langsung di berikan kepada teman
lain. Lemparan pertanyaan tidak menggunakan tongkat seperti model
pembelajaran Talking Stik akan tetapi menggunakan kertas berisi pertanyaan
yang diremas menjadi sebuah bola kertas lalu di lempar-lemparkan kepada
siswa lain.
Snowball artinya bola salju, sedangkan throwing artinya melempar.
Snowball throwing secara keseluruhan dapat melempar bola salju. Model
pembelajaran Snowball throwing adalah suatu model pembelajaran yang
diawali dengan pembentukan kelompok yang diwakili ketua kelompok untuk
mendapat tugas dari guru kemudian masing-masing siswa membuat
pertanyaan yang dibentuk seperti bola (kertas pertanyaan) lalu dilempar ke
siswa lain yang masing-masing siswa menjawab pertanyaan dari bola yang
diperoleh.
Upaya Meningkatkan Aktivitas..., Fathiyatul Laela, FKIP, 2012
2) Langkah-langkah metode pembelajaran Snowball throwing adalah
sebagai berikut:
a) Guru menyampaikan materi yang akan disajikan.
b) Guru membentuk kelompok-kelompok dan memanggil masing-masing
ketua kelompok untuk memberikan penjelasan tentang materi.
c) Masing-masing ketua kelompok kembali ke kelompoknya masing-masing
kemudian menjelaskan materi yang disampaikan oleh guru kepada
temannya
d) Kemudian masing-masing siswa diberikan satu lembar kerja untuk
menulis pertanyaa apa saja yang menyangkut materi yang sudah dijelaskan
oleh ketua kelompok.
e) Kemudian kertas tersebut dibuat seperti bola dan dilempar dari satu siswa
ke siswa yang lain selama ± 5 menit.
f) Setelah siswa mendapat satu bola persatu pertanyaan diberikan
kesempatan kepada siswa untuk menjawab pertanyaan yang tertulis dalam
kertas berbentuk bola tersebut secara bergantian
g) Guru memberikan kesimpilan
h) Evalusi
i) Penutup.
(Asmani. 2011: 47-48)
3) Kelebihan dan kelemahan
Model pembelajaran snowball throwing ini memilki kelebihan dan
kekurangan, diantaranya:
Upaya Meningkatkan Aktivitas..., Fathiyatul Laela, FKIP, 2012
a) Kelebihan pembelajaran dengan model Snowball Throwing
(1) Melatih kesiapan siswa dalam merumuskan pertanyaan dengan bersumber
pada materi yang diajarkan serta saling memberikan pengetahuan.
(2) Siswa lebih memahami dan mengerti secara mendalam tentang materi
pelajaran yang dipelajari. Hal ini disebabkan karena siswa mendapat
penjelasan dari teman sebaya yang secara khusus disiapkan oleh guru serta
mengerahkan penglihatan, pendengaran, menulis dan berbicara mengenai
materi yang didiskusikan dalam kelompok.
(3) Dapat membangkitkan keberanian siswa dalam mengemukakan
pertanyaan kepada teman lain maupun guru.
(4) Melatih siswa menjawab pertanyaan yang diajukan oleh temannya dengan
baik.
(5) Merangsang siswa mengemukakan pertanyaan sesuai dengan topik yang
sedang dibicarakan dalam pelajaran tersebut.
(6) Dapat mengurangi rasa takut siswa dalam bertanya kepada teman maupun
guru.
(7) Siswa akan lebih mengerti makna kerjasama dalam menemukan
pemecahan suatu masalah.
(8) Siswa akan memahami makna tanggung jawab.
(9) Siswa akan lebih bisa menerima keragaman atau heterogenitas suku,
sosial, budaya, bakat dan intelegensia.
(10) Siswa akan terus termotivasi untuk meningkatkan kemampuannya.
Upaya Meningkatkan Aktivitas..., Fathiyatul Laela, FKIP, 2012
b) Kelemahan pembelajaran model Snowball Trowing
(1) Terciptanya suasana kelas yang kurang kondusif
(2) Adanya siswa yang bergantung pada siswa lain.
c. Aktivitas belajar siswa dalam model Snowball Throwing dengan hasil
belajar
Secara prinsip belajar adalah berbuat untuk mengubah tingkah laku, oleh
sebab itu aktivitas merupakan prinsip atau asas yang sangat penting di dalam
interaksi belajar – mengajar. (Sardiman : 1986 : 95 – 96).
Jarolimek dan Parker (1993) sejumlah aktivitas dalam pembelajaran di
kelas yang melibatkan siswa agar mereka memiliki kepekaan. Aktivitas kelas
yang melibatkan siswa ini pada gilirannya akan memberi kontribusi terhadap
pencapaian tujuan pembelajaran, yaitu : menarik perhatian siswa,
mengembangkan sejumlah kemampuan berpikir, memberikan arah dan tujuan
belajar, memberi kesempatan berpikir, bekerja dan meniali, serta kemampuan lain
yang dapat melatih kepekaan. (Sapriya, 2009: 179)
Pada hakekatnya setiap anak menyukai benda mainan atau benda model
suatu bangunan. Dalam model snowball throwing aktivitas pembelajaran yang
melibatkan siswa yaitu dimana siswa membentuk kelompok yang diwakili ketua
kelompok untuk mendapat tugas dari guru kemudian masing-masing siswa
membuat pertanyaan yang dibentuk seperti bola (kertas pertanyaan) lalu dilempar
ke siswa lain yang masing-masing siswa menjawab pertanyaan dari bola yang
diperoleh. Aktivitas yang melibatkan aspek motorik seperti ini sangat
mengembangkan kreativitas anak-anak. Aktivitas ini memberi kesempatan yang
Upaya Meningkatkan Aktivitas..., Fathiyatul Laela, FKIP, 2012
luas untuk berkreasi, berpikir, berbuat sesuai dengan keinginannya dan bekerja
menggunakan alat yang ada.
Model snowball throwing memiliki manfaat yaitu: siswa dapat mengenal
cara membuat soal, dapat menjawab pertanyaan dari teman lain, dapat belajar
sambil bermaian yaitu dengan melempar bola yang terbuat dari kertas dan berisi
pertanyaan sehingga memberi kesan yang menyenangkan. Sehingga aktivitas
belajar peserta didik dapat meningkat dalam proses belajar dan hasil belajar
peserta didik meningkat.
6. Pengertian IPS
a. Pengertian IPS
Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu-
ilmu sosial seperti : sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum, dan
budaya. Ilmu pengetahuan sosial dirumuskan atas dasar realitas dan fenomena
sosial yang mewujudkan satu pendekatan interdisipliner dari aspek dan cabang-
cabang ilmu-ilmu sosial (sosiologi, sejarah geografi, ekonomi, politik, hukum, dan
budaya) IPS atau studi sosial itu merupakan bagian dari kurikulum sekolah yang
diturunkan dari isi materi cabang-cabang ilmu-ilmu sosial. (BSNP, 2006: 3)
Menurut Sapriya (2009 : 12) IPS ditingkat sekolah dasar hingga sekolah
menengah bertujuan untuk mempersiapkan para peserta didik warga Negara yang
menguasai pengetahuan (knowledge), keterampilan (skills), sikap dan nilai
(attitudes and values) yang dapat digunakan sebagai kemampuan mengambil
keputusan dan berperstasi dalam berbagai kegiatan kemasyarakatan agar menjadi
warga Negara yang baik.
Upaya Meningkatkan Aktivitas..., Fathiyatul Laela, FKIP, 2012
b. Karekteristik mata pelajaran ilmu pengetahuan sosial
Karakteristik mata pelajaran IPS SMP/MTs antara lain:
1) Ilmi pengetahuan sosial merupakan gabungan dari unsure-unsur geografi,
sejarah, ekonomi, hukum dan politik, kewarganegaraan, sosiologi, bahkan
juga bidang humaniora, pendidikan dan agama (Numan Soemantri, 2001
dalam BNSP: 2006)
2) Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS berasal dari struktur keilmuan
geografi, sejarah, ekonomi, dan sosiologi, yang dikemas sedemikian rupa
sehingga menjadi pokok bahasan atau topik (tema) tertentu.
3) Standar Kompetensi Dasar IPS juga menyangkut berbagai masalah sosial yang
dirumuskan dengan pendekatan interdisipliner dan multidisipliner.
4) Standar Kompetensi dan Kompetensi dasar menyangkut pariwisata dan
perubahan kehidupan masyarakat dengan prinsip sebab akibat, kewilayahan,
adaptasi dan penggolongan lingkuangan, struktur, proses dan masalah sosial
serta upaya-upaya perjuangan hidup agar survive seperti pemenuhan
kebutuhan, kekuasan, keadilan dan jaminan keamanan (Daldjoeni,1981)
5) Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS menggunakan tiga dimnsi
dalam menguji dan memahami kehidupan manusia secara keseluruhan.
Menurut Solihatin (2007 : 15) pada dasarnya tujuan dari pendidikan IPS
adalah untuk mendidik dan memberi bekal kemampuan dasar sesuai dengan
bakat, minat, kempuan lingkungannya serta berbagai bekal bagi siswa untuk
melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi.
Upaya Meningkatkan Aktivitas..., Fathiyatul Laela, FKIP, 2012
Tujuan utama Ilmu Pengetahuan sosial ialah untuk mengembangkan
potensi peserta didik agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi di
masyarakat, memiliki sikap mental positif terhadap perbaikan segala ketimpangan
yang terjadi, dan terampil mengatasi setiap masalah yang terjadi sehari-hari baik
yang meninpa dirinya sendiri maupun yang menimpa masyarakat. (BSNP, 2006:
5)
c. Materi pelajaran mendeskripsikan kondisi Geografi dan Penduduk
Mendeskripsikan kondisi geografi dan penduduk merupakan kompetensi
dasar yang terdapat dalam silabus kelas VII semester 2 dengan indikator, yaitu 1)
mendeskripsikan kondisi geografi suatu wilayah pada peta, 2) mendeskripsikan
kondisi penduduk suatu wilayah, 3) menganalisis kaitan antara kondisi geografi
dengan keadaan penduduk.
Dalam kompetensi dasar tentang “mendeskripsikan kondisi geografi dan
penduduk” terdapat materi pembelajaran yang terdiri dari:
1) Kondisi geografis, merupakan materi pembelajaran yang menjelaskan tentang
kondisi geografi atau kondisi fisik geografi suatu wilayah khususnya kondisi
geografis Indonesia.
2) Adaptasi terhadap kondisi geografi merupakan materi pembelajaran yang
memberi penjelasan kepada siswa tentang pengertian adaptasi, macam-macam
adaptasi mahluk hidup terhadap kondisi georafi. Seperti adaptasi fisiografis,
adaptasi morfologis, adaptasi budaya, adaptasi bahan makanan, adaptasi
psikologis.
3) Topologi wilayah merupakan materi pembelajaran yang mencakup wilayah
sebagai bentuk permukaan bumi yang berkaiatan erat dengan letak (letak
Upaya Meningkatkan Aktivitas..., Fathiyatul Laela, FKIP, 2012
astronomis, letak geografis), luas keseluruhan wilayah indonesia dan luas
pulau-pulau di indonesia, dan batas.
4) Kondisi penduduk merupakan materi pembelajaran yang memberi informasi
kepada siswa tentang kondisi penduduk. materi di dalamnya meliputi : kondisi
fisik yang mempengaruhi pola hidup penduduk, ekonomi, kebudayaan
penduduk dalam kehidupan sehari-hari, pertumbuhan penduduk dan kepadatan
penduduk.
B. Penelitian Relevan
Penelitian yang telah dilakukan oleh Hidayatunrohman pada tahun
2010/2011 yang berjudul” peningkatan aktivitas dan prestasi belajar IPS melalui
pembelajaran kooperatif model Snowball throwing pada materi perjuangan
mempertahankan kemerdekaan di kelas V SD Negeri Karangmangu”. Hasil
penelitian menyimpulkan bahwa penerapan model Snowball Throwing dapat
meningkatkan aktivitas siswa dalam pembelajaran.
Penelitian Supriyanto (2010) dengan judul “Upaya Meningkatkan Prestasi
Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPS Melalui Model Snowball Throwing di
SMP Negeri 3 Kalibaagor Bayumas. Diperoleh peningkatan belajar siswa dengan
rata-rata kelas 77,2 pada siklus I dan 81,5 pada siklus II. Sedangkan untuk
ketuntasan siswa meningkat menjadi 86,1 % pada siklus I dan 94,4 % pada siklus
II.
Penelitian Suci (2012) dengan judul peningkatan partisipasi dan prestasi
belajar IPS materi perjuangan melawan penjajahan melalui pembelajaran
Upaya Meningkatkan Aktivitas..., Fathiyatul Laela, FKIP, 2012
kooperatif tipe Snowball Throwing di kelas V SD Negeri Sambang Wetan.
Berdasarkan hasil penelitian prestasi belajar siklus I diperoleh rata-rata nilai 75,46
dengan ketuntasan belajar 68,75% dan siklus II diperoleh rata-rata nilai 80,31
dengan ketuntasan belajar 87,5%. Hasil pengamatan partisipasi siswa siklus I
diperoleh nilai rata-rata sebesar 73,43% dan siklus II sebesar 86,97%.
C. Kerangka Pikir
Berdasarkan kajian teori maka kerangka berpikir, suatu proses
pembelajaran merupakan interaksi antara siswa dengan guru dan sumber belajar
yang ada dalam suatu lingkungan belajar. Pembelajaran yang bermakna adalah
pembelajaran yang menimbulkan aktivitas dan hasil belajar siswa yang maksimal
terhadap materi yang diterima. Selain itu proses belajar mementingkan partisipasi
aktif dari tiap siswa.
Keberhasilan pembelajaran tidak lepas dari peran guru sebagai pengajar
dan pendidik. Dalam proses pembelajaran guru masih menggunakan model
pembelajaran konvensional. Model pembelajaran ini dirasakan oleh siswa kurang
diberi kesempatan untuk mengemukakan pendapat dan mengembangkan
pengetahuan yang telah dimiliki siswa terkesan pasif.
Berdasarkan hal tersebut dibutuhkan suatu model pembelajaran sebagai
sarana untuk mendorong aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar yang
dapat meningkatkan hasil belajar. Salah satu model pembelajaran Snowball
Throwing yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerja sama dan
memberikan informasi kepada orang lain.
Upaya Meningkatkan Aktivitas..., Fathiyatul Laela, FKIP, 2012
Melalui model pembelajaran Snowball throwing siswa dilibatkan secara
langsung baik aspek fisik, emosional dan intelektualnya. Dengan penggunaan
model Snowball throwing menyebabkan siswa tersebut dapat melakukan berbagai
kegiatan. Kegiatan model Snowball throwing ini yaitu : 1) peserta didik dapat
mengenal cara membuata soal, 2) peserta didik dapat menjawab pertanyaan dari
teman lain, 3) peserta didik dapat belajar sambil bermaian yaitu dengan melempar
bola yang terbuat dari kertas dan berisi pertanyaan sehingga memberi kesan yang
menyenangkan.
D. Hipotesis
Berdasarkan landasan teori dan kerangka pikir dalam penelitian ini adalah
pembelajaran dengan menggunakan model Snowball Throwing pada siswa kelas
VII di SMP Muhammadiyah dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar
peserta didik. Dengan kompetensi dasar “mendeskripsikan kondisi geografi dan
penduduk”.
Upaya Meningkatkan Aktivitas..., Fathiyatul Laela, FKIP, 2012
top related