bab ii landasan teori 2.1 ergonomieprints.umm.ac.id/53148/3/bab ii.pdf · 2006). ergonomi juga...
Post on 19-Dec-2020
3 Views
Preview:
TRANSCRIPT
4
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Ergonomi
Ergonomi berasal dari kata ergo dan nomos, ergo yang artinya kerja dan
nomor yang artinya hukum. Maka dari itu pengertian ergonomi adalah ilmu
yang membahas hubungan antara manusia dengan pekerjaannya. (Sritomo,
2006). Ergonomi juga dikenal dengan berbagai istilah, misalnya Human Factor
Engineering, Biomechanics, Bio-Technology, Engineering Psychology, dan
lainnya.
Istilah ergonomi diresmikan pada tahun 1949, namun kegiatan yang
berhubungan dengan ergonomi telah muncul pada puluhan tahun yang lalu
(Nugroho, 2008). Sejak 4000 tahun yang lalu, ergonomi telah menjadi bagian
dari perkembangan budaya. Namun pengggunaan ergonomi secara terang -
terangan dimulai saat Perang Dunia I yang digunakan untuk mengoptimalkan
hubungan interaksi antara produk dengan manusia. Kemudian, penjelasan
tentang ergonomi semakin meningkat setelah terjadinya Perang Dunia II
dengan bukti nyata berupa penggunaan peralatan yang sesuai dengan kemajuan
manusia dalam meningkatkan pekerjaan agar lebih efektif.
Bidang dalam ergonomi dikelompokkan secara rinci dan mencakup seluruh
kegiatan manusia dalam melakukan pekerjaan. Menurut Sutalaksana (1979)
ilmu ergonomi dapat dikelompokkan menjadi beberapa jenis, diantaranya
adalah :
1. Antropometri
Antropometri adalah keilmuan yang berhubungan dengan pengukuran
keadaan fisik manusia. Dalam merancang alat atau sistem kerja yang aman
dan nyaman membutuhkan informasi tentang dimesi tubuh yang sesuai.
2. Faal Kerja
Faal kerja merupakan keilmuan yang mempelajari tentang pekerjaan
manusia yang bersifat fisik dan mental serta mempunyai intensitas yang
5
berbeda – beda. Intensitas yang tinggi menunjukkan bahwa pemakaian
energi terlalu berlebihan, namun intensitas rendah dapat menimbulakn rasa
bosan.
3. Biomekanika Kerja
Biomekanika kerja adalah salah satu aplikasi mekanika teknik yang
digunakaan untuk meganalisa sistem dalam kerangka otot manusia.
4. Penginderaan
Secara biologis indera terdiri dari penglihatan, pendengaran, penciuman,
dan perasa. Masing – masing dari indera tersebut akan memberikan respon
terhadap kerja indera lainnya.
5. Psikologi Kerja
Psikologi kerja adalah keilmuan yang membahas perbedaan khusus pada
manusia diantaranya yaitu pendidikan, pengalaman, kepribadian, usia,
nilai, motivasi, dan lainnya.
2.2 K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja)
Keselamatan kerja merupakan hal penting yang ada hubungannya dengan
mesin, alat kerja, bahan baku, proses produksi, stasiun kerja, serta lingkungan
(Ridley,2004). Kesehatan dan keselamatan kerja (K3) adalah pemikiran dan
upaya yang dilakukan untuk mencapai keutuhan dan kesempurnaan tubuh
tenaga kerja sehingga mendapatkan hasil karya yang baik. Sedangkan dalam
keilmuan, K3 merupakan penerapan dan ilmu pengetahuan dalam usaha
meminimalkan kemungkinan – kemungkinan terjadinya kecelakaan dan
penyakit yang diakibatkan oleh kerja. K3 berhubungan erat dengan proses
produksi, karena kaitannya selalu dengan proses produksi baik dalam jasa
maupun industri. Tujuan dalam penerapan K3 adalah agar dapat menciptakan
tempat kerja yang sehat, aman, serta bebas dari pencemaran sehingga dapat
meminimalkan terjadinya kecelakaan kerja. Berdasarkan pengertian –
pengertian yang telah dijelakan tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa peran
K3 antara lain adalah :
6
1. Seluruh pekerja berhak mendapat perlindungan keselamatan disetiap
pekerjaan yang dilakukan sehingga dapat meningkatkan jumlah produk dan
produktifitas
2. Seluruh pekerja di tempat kerja harus terjamin keselamatannya.
3. Seluruh sumber produksi harus digunakan secara aman dan efisien.
4. Agar dapat mengurangi biaya pengeluaran perusahaan jika terjadi
kecelakaan kerja dan penyakit yang ditimbulkan ketika bekerja karena telah
dipersiapkan tindakan antisipasi dari perusahaan.
Pada pasal 3 ayat 1 dan pasal 9 ayat 3 dalam Undang – Undang no. 1 tahun
1970 berbunyi “dengan peraturan perundangan ditetapkan syarat – syarat
keselamatan kerja untuk :
1. Mengurangi atau mencegah terjadinya kecelakaan.
2. Menghindari terjadinya kebakaran.
3. Menghindari terjadinya bahaya peledak.
4. Menyelamatkan diri sendiri pada waktu terjadinya kejadian yang
membahayakan.
5. Memberikan pertolongan jika terjadi kecelakaan.
6. Memberikan alat pelindung diri (APD) pada pekerja.
7. Menghindari dan mengendalikan tibulkan penyakit akibat kerja.
8. Menciptakan dan memelihara kebersihan, ketertiban, dan kesehatan.
9. Mencapai hubungan yang seimbang antara tenaga kerja, cara kerja, alat
kerja, proses kerja, dan lingkungan.
10. Menyesuaikan keamanan pada pekerjaan yang memiliki risiko bahaya
tinggi.
Sedangkan pada bagian 6 dalam Undang – Undang Kesehatan No. 23 Tahun
1992 tentang kesehatan kerja, berbunyi : Kesehatan kerja dilakukan untuk
mendapatkan produktivitas kerja yang optimal.
1. Kesehatan kerja mencakup perlindungan kesehatan kerja, syarat
kesehatan kerja, dan pencegahan penyakit akibat kerja
7
2. Setiap tempat kerja wajib menyelenggarakan kesehatan kerja.
Dalam K3 ada tiga norma yang selalu harus dipahami oleh perusahaan
sebelum menerapkan K3, yaitu :
1. Aturan yang ada berhubungan dengan keselamatan dan kesehatan kerja.
2. Diselenggarakan untuk melindungi para tenaga kerja.
3. Penyakit akibat kerja dan risiko terjadinya kecelakaan.
Sasaran dari penerapan K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja) pada suatu
perusahaan adalah :
1. Menjamin keselamatan operator dan orang lain.
2. Menjamin penggunaan peralatan yang aman untuk dioperasikan.
3. Menjamin proses produksi aman dan lancar.
Ada berbagai macam jenis bahaya yang ada dalam K3 dan telah
dikategorikan menjadi 3 jenis, diantaranya :
1. Jenis fisika adalah kerusakan pendengaran, pencahayaan yang kurang,
dan suhu tubuh yang tidak normal.
2. Jenis kimia adalah uap bahan kimia, gas bahan kimia, dan abu sisa
pembakaran bahan kimia.
3. Jenis proyek adalah pemindahan barang yang tidak hati – hati sehingga
melukai pekerja, kerusakan penglihatan, dan pengamanan yang kurang
lengkap.
2.3 Hazard (Bahaya) dan Risk (Risiko)
Hazard atau bahaya adalah suatu keadaan, perubahan, maupun tindakan
yang dapat meningkatkan risiko terjadinya kecelakaan (Sakit, 2015). Secara
umum terdapat 5 faktor bahaya di tempat kerja, diantaranya adalah :
1. Faktor bahaya biologi yaitu jamur, virus, bakteri
2. Faktor bahaya kimia yaitu gas, debu, bahan beracun
3. Faktor bahaya fisik / mekanik yaitu mesin, tekanan
8
4. Faktor bahaya biomekanik yaitu posisi kerja, gerakan
5. Faktor bahaya sosial psikologis yaitu stress, kekerasan
Sedangkan pengertian risiko adalah macam – macam kegiatan yang
mungkin terjadi dalam suatu kondisi tertentu (Labombang, 2011). Penilaian
risiko adalah hasil dari perkalian antara nilai keparahan (severity) dengan nilai
frekuensi (frequency) suatu risiko.
Menurut sumber – sumber penyebabnya, risiko dapat dibedakan menjadi
beberapa katergori, yaitu :
1. Risiko eksternal adalah risiko yang berasal dari luar perusahaan
2. Risiko internal adalah risiko yang berasal dari dalam perusahaan itu sendiri.
3. Risiko operasional adalah risiko lain yang tidak termasuk dalam kategori
risiko keuangan dan biasanya disebabkan oleh faktor manusia, alam, dan
teknologi.
4. Risiko keuangan adalah risiko yang disebabkan oleh faktor – faktor
ekonomi dan keuangan, seperti perubahan harga dan tingkat bunga.
Manajemen risiko adalah proses mengukur, mengidentifikasi, dan
memastikan strategi untuk mengelola risiko tersebut. Manajemen risiko dapat
melibatkan metode, proses, maupun teknik yang dapat membantu manajer
proyek memaksimalkan probabilitas dan konsekuensi dari nilai positif dan
meminimalkan probabilitas serta konsekuensi nilai yang berlawanan.
Sedangkan manajemen risiko K3 adalah kegiatan yang dilakukan dengan
tujuah mencegah adanya kecelakaan kerja yang tidak diinginkan dalam sebuah
sustem.
2.4 Metode SWIFT (The Structured What – If Analysis)
Metode SWIFT adalah teknik yang digunakan untuk mengetahui bahaya
dari kegiatan – kegiatan yang ada serta disesuaikan dengan kemampuan analisa
dari setiap anggota dalam meningkatkan serta mempersiapkan checklist (daftar
periksa) yang digunakan untuk mengungkap kemungkinan – kemungkinan
9
terjadinya risiko bahaya yang terjadi selama proses produksi (Destrianty,
Prassetiyo, & Ginanjar, 2012). Metode ini dikembangkan dengan tujuan dapat
menganalisa bahaya yang ada di pabrik, namun metode ini juga mampu
digunakan sesuai dengan sistuasi yang ada. Metode SWIFT ini mempunyai
prosedur tinggi, selain itu juga bersifat fleksibel dan dapat dimodifikasi atau
disesuaikan dengan keperluan setiap individu. Adapun tahapan dalam
melakukan metode SWIFT, diantaranya:
1. Prepare the Guidewords : Tahapan menentukan kata acuan yang dapat
digunakan sebagai alat dalam memudahkan untuk mengarahkan tim.
2. Assemble the Team : Menentukan anggota tim yang dapat dipercaya dalam
menjalankan metode SWIFT sesuai dengan objek yang akan dianalisa.
3. Background : Mengetahui alasan atau pemicu dilakukannya metode
SWIFT, seperti evaluasi kondisi.
4. Articulate the Purpose : Mengetahui tujuan yang diharapkan dapat tercapai
dalam penerapan metode SWIFT misalnya seperti meningkatkan
produktivitas pekerja.
5. Define the Requirement : Mengetahui tingkat kesuksesan yang akan
didapatkan.
6. Describe the System : Mengetahui pemahaman tingkat tinggi, misalnya
melakukan analisa risiko mengguakan tulisan atau gambar.
7. Identify the Risks / Hazards : Pada tahapan ini adalah permulaan
penggunaan metode SWIFT, dengan menggunakan checklist pada setiap
sistem atau proses. Seluruh partisipan harus melakukan contoh seperti
“Bagaimana jika...” atau “Bagaimana bisa...” untuk mengetahui risiko yang
berbahaya.
8. Asses the Risks : Pada tahapan ini memerlukan teknik analisa risiko untuk
menentukan hubungan antara risiko dengan ancaman yang telah
teridentifikasi.
9. Propose Actions : Tahapan ini adalah memberikan solusi untuk dilakukan
pengendalian risiko dengan tujuan meminimalkan dampak yang telah
ditimbulkan oleh risiko.
10
10. Review the Process : Pada tahap ini yaitu menentukan metode SWIFT
sudah sesuai dengan tujuan diadakannya pengendalian risiko apa belum,
atau analisis risiko yang lebih rinci membutuhkan untuk bagian dalam
proses. 11. Overview : Menghasilkan hasil dari pelaksanaan metode SWIFT dalam
bentuk dokumen untuk dikomunikasikan dengan pihak terkait. 12. Additional Risk Assessment : Melakukan analisis risiko lebih detail atau
menggunakan teknik kuantitatif apabila diperlukan.
Kata - kata yang digunakan dalam penerapan metode SWIFT yaitu (Hakim,
Yuniar, & Irianti, 2015) :
1. Severity adalah nilai keparahan yang disebabkan oleh permasalahan dalam
sistem.
2. Frequency adalah jumlah untuk kemungkinan terjadinya kegagalan dalam
permasalahan tersebut.
3. Risk Rating Number (RRN) adalah hasil yang didapatkan dari perkalian
antara nilai severity dan nilai frequency. Hasil RRN digunakan untuk
mennetukan prioritas suatu risiko yang akan diusulkan untuk mendapatkan
perbaikan.
4. Safeguard adalah solusi yang diberikan untuk meminimalkan terjadinya
risiko bahaya pada objek penelitian.
Beberapa fitur khas SWIFT diantaranya adalah :
1. Mampu mengidentifikasi bahaya, mampu mengevaluasi risiko dalam
pengertian kualitatif, dan mampu merekomendasikan solusi yang sesuai.
2. Menggunakan keahlian kelompok dengan pengetahuan khusus tentang
kegiatan yang diteliti.
3. Metode ini merupakan metode yang menggabungkan antara pendapat, hasil
diskusi, dan checklist.
Laporan kerja SWIFT dibuat sampai penilaian risiko menggunakan metode
Risk Rating Number (RRN). Pada metode ini dilakukan proses penilaian risiko
dengan memperhatikan 2 aspek penting yaitu keparahan dan frekuensi.
11
Tabel 2.1 Tingkat Keparahan Bahaya (Severity)
Deskripsi Kategori Nilai Definisi
Catastrophic I 4 Terjadinya kematian atau kehilangan pada
sebuah sistem
Critical II 3
Terjadinya luka berat yang dapat
menyebabkan cacat permanen
Penyakit parah yang diakibatkan kerja
Terjadinya kerusakan berat pada sistem
Marginal III 2
Terjadinya luka sedang, yang hanya
diperlukan perawatan medis
Penyakit ringan yang diakibatkan kerja
Terjadinya kerusakan sebagian pada sistem
Neglicable IV 1
Terjadinya luka ringan, yang hanya
diperlukan pertolongan pertama
Terjadinya kerusakan sebagian kecil pada
sistem
Tabel 2.2 Klasifikasi Frekuensi Bahaya
Deskripsi Level Nilai Keterangan
Frequent A 5 Kejadian yang sering terjadi
Probable B 4 Kejadian yang terjadi beberapa kali
Occasional C 3 Kejadian yang terjadi kadang – kadang
Remote D 2 Kejadian yang mungkin dapat terjadi
Improbable E 1 Kejadian yang tidak mungkin terjadi
Untuk mendapatkan nilai risiko dari sumber bahaya diperoleh dengan
menghitung nilai RRN (Risk Rating Number) sebagai berikut:
RRN = DPH x LO
Keterangan : DPH = Degree of Possble Harm (Severity)
12
LO = Likelihood of Occurance (Frequency)
Untuk melihat tingkat risiko setelah melakukan perhitungan RRN dapat
dilihat tabel 2.4
Tabel 2.3 Peta Prioritas Risiko
RRN Tingkat Risiko
0,1 – 0,3 Prioritas yang tergolong paling rendah
0,4 – 4,0 Prioritas yang tergolong rendah
6,0 – 9,0 Prioritas yang tergolong menengah
≥ 10 Prioritas yang tergolong utama
2.5 Perbedaan Metode SWIFT, HAZOP, dan FMEA
Tabel 2.4 Perbedaan Metode SWIFT, HAZOP, dan FMEA
Keterangan SWIFT HAZOP FMEA
Pengertian
Teknik yang digunakan
untuk mengetahui
bahaya dari kegiatan –
kegiatan yang ada serta
mempersiapkan checklist
untuk mengungkap
kemungkinan terjadinya
risiko bahaya yang
terjadi selama proses
produksi
Teknik analisa
bahaya yang
digunakan untuk
mempersiapkan
keamanan dalam
sebuah sistem baru
untuk mengetahui
potensi bahaya.
Metode yang digunakan
dalam mengevaluasi
kegagalan ketika terjadi
dalam sebuah sistem, desain,
maupun pelayanan.
Fokus
Mempertimbangkan
penyimpangan dari
operasi normal
Perangkat keras Arus proses
Hasil Usulan rekomendasi
untuk keseluruhan mulai
Mengetahui tingkat
risiko tiap kegiatan
Usulan perbaikan untuk risiko
terbesar
13
dari tingkat risiko
prioritas utama
selama proses
produksi
Kelebihan
Metode yang membahas
kecelakaan kerja secara
spesifik dan lengkap
mulai dari aktivitas
operator, lingkungan,
peralatan dan mesin, dan
seluruh faktor eksternal
yang dapat menghasilkan
potensi bahaya.
Metode yang dapat
mengidentifikasi
risiko bahaya dengan
tepat dan tidak hanya
terfokus pada
keamanan melainkan
juga
mengidentifikasi
bahaya.
Metode ini meningkatkan
kepuasan pelanggan dan
dapat meningkatkan penilaian
yang baik pada perusahaan.
Kekurangan
Metode yang kurang
terstruktur dan jika orang
yang kurang
berpengalaman akan
mengalami kesulitas
ketika
mengaplikasikannya.
Metode ini
membutuhkan waktu
yang lama dan juga
melelahkan. Tak
hanya itu metode ini
tidak efektif jika
digunakan dalam
penerapan dengan
multiple failure.
Implementasi metodenya
membutuhkan input yang
cukup besar, sulit untuk
memperkirakan keadaan
kegagalan sebagian dari
bagian – bagian proses.
2.6 Penelitian Terdahulu
Metode SWIFT sebelumnya telah digunakan pada beberapa studi kasus
yang membahas tentang kecelakaan kerja, dimana metode ini sangat membantu
dalam meminimalkan terjadinya kecelakaan kerja.
14
Tabel 2.5 Penelitian Terdahulu Metode SWIFT
No Penulis Judul Tahun Masalah Variabel /
Metode Hasil
1
Arie Desrianty,
Hendro
Prassetiyo,
Gilang Ginanjar
Rancangan Sistem
Keselamatan Kerja
Berdasarkan Metode
SWIFT (The
Structured What-If
Analysis), Studi
Kasus di Stasiun
Kerja Belt Grinding
Unit PRASKA PT.
PINDAD Persero
Bandung
2012
Penerapan SMK3
pada PT.
PINDAD belum
mendapatkan
sertifikasi dengan
alasan metode
identifikasi
bahaya yang
digunakan belum
cukup baik
karena hanya
menilai aktivitas
operator.
SMK3,
Perhitungan
RRN,
SWIFT
Setelah melakukan analisa
menggunakan metode
tersebut, didapatkan hasil
bahwa bahaya yang
mendapatkan tingkat risiko
prioritas utama adalah zat
kimia, beban postur tubuh,
dan lingkungan kerja yang
kurang baik. Dan akhirnya
didapatkan hasil
rekomendasi dalam bentuk
penggantian metode kerja,
pengadaan fasilitas
keamanan keselamatan
kerja, dan pengendalian
administratif dalam bentuk
display peringatan serta
pengadaan pelatihan
operator
2
Hadi Luqman
Hakim, Yuniar,
Lauditta Irianti
Usulan Perbaikan
Sistem Manajemen
Keselamatan dan
Kesehatan Kerja
(SMK3) di Pabrik
Wire Rod Mill
Berdasarkan Metode
SWIFT, Studi Kasus
di PT. X
2015
Sistem SMK3
yang kurang
ditinjau secara
berkala sehingga
banyak terjadi
kecelakaan kerja
hingga mencapai
40% dengan jenis
kecelakaan mulai
dari kecelakaan
SMK3,
Perhitungan
RRN,
SWIFT
Hasil yang didapatkan dari
penelitian ini yaitu dapat
menentukan prioritas
bahaya yang terjadi dan
kemudian dibuat solusi
perbaikan yang dapat
direkomendasikan oleh
perusahaan.
15
kecil hingga
besar.
3
Hendro
Prassetiyo, Arie
Desrianty
Rancangan Sistem
Keselamatan Kerja
Stasisun Kerja
Induksi Furnace
Berdasarkan Metode
SWIFT (The
Structured What - If
Analysis), Studi
kasus di Unit
PRASKA PT.
PINDAD Persero
Bandung
2013
SMK3 yang
diterapkan PT.
PINDAD hanya
menilai aktivitas
operator,
sedangkan faktor
- faktor lain
seperti utilitym
lingkungan,
peralatan dan
mesin, serta
faktor eksternal
yang dapat
menghasilkan
potensi bahaya
tidak
dipertimbangkan
SMK3,
Perhitungan
RRN,
SWIFT
Setelah didapatkan hasil
bahaya yang menjadi
prioritas utama, maka
selanjutnya dihasilkan
rekomendasi dalam bentuk
penggantian metode kerja,
pengadaan fasilitas
keamanan keselamatan
kerja, dan pengendalian
administratif dalam bentuk
display peringatan serta
pengadaan pelatihan
operator.
2.7 Metode – Metode Lain yang Berhubungan Dengan Identifikasi Risiko
Tabel 2.6 Metode – metode lain
Deskripsi Contoh
Keandalan teknik
analisis
Mengukur keandalan teknis. Masukan untuk analisis risiko
kuantitatif
FMEA/FMECA,
PDS
Konsekuensi
analisis
Mengidentifikasi efek dari beban kecelakaan dengan
menggunakan model fenomena fisik
FTA, ETA
Risiko kuantitatif
analisis
Mengidentifikasi dan menganalisis bahaya berdasarkan data
kuantitatif
QRA/TRA
Tugas analisis Metode faktor manusia untuk analisis tindakan dan keputusan
manusia. Dasar juga untuk analisis keandalan manusia.
HTA
Keandalan
manusia analisis
Mengukur probabilitas kesalahan manusia dalam proses kerja.
Masukan untuk analisis risiko kuantitatif.
HRA
Risiko organisasi
analisis
Analisis pengaruh faktor – faktor organisasi dan manajemen
dalam kaitannya dengan analisis risiko kuantitatif.
BORA
16
Risiko kualitatif
analisis
Mengidentifikasi dan menganalisis peristiwa yang tidak
diinginkan mungkin, penilaian kualitatif.
MANAGER,
MACHINE,
SAM, I-RISK,
ORIM, OMT,
WPAM, PHA
Model sistemik Menganalisa ketahanan sistem berdasarkan sosio – teknis SWIFT,
HAZOP,
HAZID, JSA,
FRAM, STAMP
Verifikasi analisis Melakukan verifikasi dan validasi manusia, teknis, organisasi,
serta kondisi
CRIOP
top related