bab ii konsep dasar a. pengertian -...
Post on 06-Feb-2018
219 Views
Preview:
TRANSCRIPT
BAB II
KONSEP DASAR
A. Pengertian
Kista ovarium adalah tumor yang diduga timbul dari bagian yng
normalnya hilang saat menstruasi, asalnya tidak teridentifikasi. Kista ini
tumbuh dengan lambat dan ditemukan selama pembedahan dan mengandung
material sebasea kental, berwarna kuning yang timbul dari lapisan kulit
(Smeltzer, 2002 : 1556).
Kistoma ovari adalah kista yang permukaannya rata dan halus,
biasanya bertangkai, bilateral dan dapat menjadi besar. Dinding kista tipis
berisi cairan serosa dan berwarna kuning (Mansjoer, 2000: 388).
Kistoma ovari merupakan suatu tumor, baik yang kecil maupun yang
besar, kistik atau padat, jinak atau ganas. Dalam kehamilan, tumor ovarium
yang dijumpai yang paling sering ialah kista dermoid, kista coklat atau kista
lutein. Tumor ovarium yang cukup besar dapat menyebabkan kelainan letak
janin dalam rahim atau dapat menghalang-halangi masuknya kepala ke dalam
panggul (Wiknjosastro, 1999).
B. Anatomi
Organ reproduksi wanita terdiri atas organ eksterna dan organ interna.
Organ interna berfungsi dalam kopulasi, sedangkan organ interna berfungsi
dalam ovulasi,sebagai tempat fertilisasi sel telur dan perpindahan blastosis,
1
serta sebagai tempat implantasi; dapat dikatakan organ interna berfungsi
untuk pertumbuhan dan kelahiran janin.
1. Organ Eksterna
a. Mons Pubis
Mons pubis atau mons veneris adalah bantalan yang berisi
lemak yang terletak di permukaan anterior simpisis pubis. Setelah
pubertas kulit mons pubis tertutup rambut ikal yang membentuk pola
distribusi tertentu (escutcheon). Mons pubis berfungsi sebagai bantal
pada waktu melakukan hubungan seks. Kulit mons pubis mengandung
kelenjar keringat yang khusus dan sekresi kelenjar tersebut
memberikan aroma yang khas.
b. Labia Mayora
Merupakan dua buah jaringan bulat dengan jaringan lemak
yang di tutupi kulit memanjang ke bawah dan kebelakang dari mons
pubis sampai sekitar satu inchi dari rectum. Panjang labia mayora 7-8
cm, lebar 2-3 cm, tebal 1-1,5 cm dan agak meruncing pada ujung
bawah. Pada nullipara kedua sisi labia terletak berdekatan sehingga
menutupi sama sekali jaringan dibawahnya,sedangkan multipara
kedua jaringan bisa terbuka lebar. Labia mayora berlanjut menjadi
mons pubis, dibagian superior bersatu menjadi perineum dibagian
posterior, sedangkan didaerah medial bergabung menjadi komisura
posterior.
2
Pada labia mayora banyak terdapat kelenjar minyak. Dibawah
kulitnya terdapat jaringan ikat padat yang kaya akan serabut elastin
dan jaringan lemak,tetapi hampir tidak ditemukan unsure otot. Pada
bagian dibawah kulit terdapat gumpalan lemak yang merupakan
bagian terbesar labia, pada jaringan lemak ini terdapat jaringan
pleksus venosus yang sebagai akibat traum eksternal dapat robek dan
membentuk hematoma. Labia mayora berfungsi sebagai pelindung
karena kedua bibir ini menutupi lubang masuk vagina sementara
bantalan lemaknya berfungsi sebagai bantal.
c. Labia Minora
Jaringan berwarna kemerahan yang kedua sisinya menyatu
pada ujung atas vulva disebut labia minora atau nimfe. Labia minora
merupakan dua buah lipatan tipis kulit yang terletak disebelah dalam
labia mayora. Labia minora adalah lipatan jaringan yang tipis dan bila
terbuka terlihat lembab dan kemurahan, menyerupai selaput mukosa.
Jaringan ini ditutupi oleh epitel gepeng berlapis dan banyak tonjolan
papilla, tidak ditemukan folikel rambut namun banyak terdapat folikel
sebasea dan kadang-kadang terdpat kelenjar keringat.
d. Klitoris
Klitoris adalah jaringan yang homolog dengan penis,
bentuknya kecil, silinder, erektil, dan letaknya dekat dengan ujung
superior vulva. Organ ini menonjol ke bawah diantara kedua ujung
labia minora.
3
Klitoris terdiri dari : glans, korpus, dan dua buah krura. Glans
terdiri dari sel-sel berbentuk fusiformis dan pada korpus terdapat dua
korpora kavernosa, dimana pada dindingnya terdapat serabut otot
polos. Krura bentuknya tipis dan panjang berawal dipermukaan
inferior ramus iskiopubis dan menyatu tepat di baawah pertengahan
arkus pubis membentuk korpus klitoris. Panjang klitoris jarang
melebihi 2 cm bahkan dalam keadaan ereksi sekalipun dan posisinya
sangat berlipat karena tarikan labia minora. Akibatnya ujung klitoris
mengarah ke bawah dan menuju liang vagina.
e. Vulva
Vulva adalah bagian alat kandungan luar yang berbentuk
lonjong, berukuran panjang mulai dari klitoris, kanan kiri dibatasi
bibir kecil, sampai ke belakang dibatasi perineum.
f. Vestibulum
Merupakan daerah berbentuk buah amandel yang dibatasi
labia minora dilateral dan memanjang dari klitoris diatas hingga
fourchet dibawah. Vestibulum adalah jaringan fungsional pada wanita
yang berasal dari urogenital pada embrio. Pada tahap pematangan ada
6 buah lubang uretra, vagina, 2 saluran kelenjar bartholini dan kadang
kala terdapat duktus dari kelenjar parauretral atau disebut juga duktus
skene. Disekitar vestibulum terdapat kelenjar vestibularis mayor yaitu
kelenjar bartholini. Kelenjar ini terletak dibawah otot konstriktir vgina
dan kadangkala ditemukan tertutup sebagian oleh bulbus vestibularis.
4
g. Introitus Vagina
Introitus vagina adalah pintu masuk ke vagina. Dilindungi oleh
labia minora, dapat dilihat jika bibir kecil dibuka, ditutupi oleh selaput
dara (hymen).
h. Selaput dara (hymen)
Lubang hymen biasanya berbentuk bulan sabit atau bulat
kadang berupa banyak lubang kecil dan dapat berupa celah atau
berumbai tidak beraturan. Hymen akan robek pada koitus apalagi
setelan bersalin. Sisanya disebut kurunkula mirtiformis. Hymen
imperforate merupakan keadaan dimana liang vagina tertutup sama
sekali dan mengakibatkan retensi kotoran saat menstruasi.
i. Orifisum Uretra Eksterna (lubang kemih)
Dua per tiga bagian bawah uretra terletak tepat di atas dinding
depan vagina dan bermuara pada meatus uretra. Meatus uretra terletak
pada garis tengah vestibulum, 1-1,5 cm di bawah arkus pubis,
letaknya dekat dengan bagian atas liang vagina dan biasanya terlihat
menonjol berkerut-kerut.
j. Perineum
Perineum terletak antara vulva dan anus, panjangnya rata-rata
4 cm. Jaringan yang menopang perineum adalah diafragma pelvis dan
urogenital. Perineum terdiri dari otot yang dilapisi dengan kulit
menjadi penting karena perineum dapat robek selama melahirkan.
5
2. Organ Internal
a. Vagina
Vagina merupakan saluran fibromuskuler elastis yang
membentang ke atas dan ke belakang dari vulva hingga uterus.
Dinding anterior vagina mempunyai panjang kurang lebih 7,5 cm dan
dinding posteriornya 9 cm. Vagina mempunyai banyak fungsi yaitu
sebagai saluran keluar dari uterus, dilalui sekresi uterus, dan kotoran
menstruasi, sebagai organ kopulasi dan sebagai bagian jalan lahir saat
persalinan.
Dinding vagina terdiri atas empat lapisan:
Lapisan epitel gepeng berlapis; pada lapisan ini tidak terdapat kelenjar
tetapi cairan akan merembes melalui epitel untuk memberikan
kelembaban.
Jaringan kolektif areoler yang dipasok pembuluh dengan baik.
Jaringan otot polos berserabut longitudinal dan sirkuler.
Lapisan luar jaringan ikat fibrosa berwarna putih.
Fornik berasal dari kata latin yang artinya selokan. Pada tempat
servik menuju kedalam kubah vagina terbentuk sebuah selokan
melingkar yang mengelilingi servik. Fernik ini terbagi menjadi empat
bagian: fornik posterior, anterior dan dua buah fernik lateral.
b. Uterus
Uterus merupakan organ muskuler yang sebagian tertutup oleh
peritoneum atau serosa. Bentuk uterus menyerupai buah pir yang
6
gepeng. Uterus wanita yang tidak hamil terletak pada rongga panggul
antara kandung kemih di anterior dan rectum posterior.
Uterus wanita nullipara panjang 6-8 cm, dibandingkan dengan
9-10 cmpada wanita multipara. Berat uterus wanita yang pernah
melahirkan antara 50-70 gram sedangkan pada yang belum pernah
melahirkan beratnya 80 gram atau lebih.
Uterus terdiri atas:
1) Fundus uteri
Merupakan bagian uterus proksimal, disitu kedua tuba falopi
berinsersi ke uterus. Di dalam klinik penting diketahui sampai
dimana fundus uteri berada, oleh karena tuanya kehamilan dapat di
perkirakan dengan perabaan fundus uteri.
2) Korpus uteri
Merupakan bagian uterus yang terbesar. Rongga yang terdapat
pada korpus uteri disebut kavum uteri. Dinding korpus uteri terdiri
dari 3 lapisan: serosa, muskula dan mukosa. Mempunyai fungsi
utama sebagai perkembangan janin.
3) Servik uteri
Servik merupakan bagian uterus dengan fungsi khusus,terletak di
bawah isthmus. Servik memiliki serabut otot polos namun terutama
terdiri atas jaringan kolagen, ditambah jaringan elastin serta
pembuluh darah. Kelenjar ini berfungsi mengeluarkan secret yang
kental dan lengket dari kanalis servikalis. Jika saluran kelenjar
7
servik tersumbat dapat berbentuk kista, retensi berdiameter
beberapa millimeter yang disebut sebagai folikel nabothian.
Secara histologik uterus terdiri atas:
a) Endometrium di korpus uteri dan endoservik di servik uteri
Merupakan bagian terdalam dari uterus yaitu lapisan
mukosa yang melapisi rongga uterus pada wanita yang tidak
hamil. Endometrium terdiri atas epitel kubik,kelenjar-kelenjar
dan jaringan dengan banyak pembuluh darah yang berkeluk-
keluk. Ukuran endometrium bervariasi yaitu 0,5 mm hingga 5
mm. Endometrium terdiri dari epitel permukaan, kelenjar dan
jaringan mesenkim antar kelenjar yang di dalamnya banyak
terdapat pembuluh darah.
Epitel permukaan endometrium terdiri dari satu lapisan
sel kolumner tinggi, bersilia dan tersusun rapat. Kelenjar uterus
berbentuk tubuler merupakan invaginasi dari epitel, kelenjar ini
menghasilkan cairan alkalis encer yang berfungsi menjaga
rongga uterus tetap lembab.
b) Miometrium
Miometrium merupakan jaringan pembentuk sebagian
besar uterus dan terdiri dari kumpulan otot polos yang
disatukan jaringan ikat dengan banyak serabut elastin
didalamnya. Menurut Schwalm dan Dubrauszky, 1966
banyaknya serabut otot pada uterus sedikit demi sedikit
8
berkurang kearah kaudal, sehingga pada servik otot hanya
merupakan 10% dari massa jaringan. Selama masa kehamilan
terutama melalui proses hipertrofi, miometrium sangat
membesar, namun tidak terjadi perubahan yang berarti pada
otot servik.
c) Lapisan serosa, yakni peritoneum visceral
Uterus sebenarnya terapung-apung dalam rongga pelvis
dengan jaringan ikat dan ligamentum yang menyokongnya.
Ligamentum yang memfiksasi uterus adalah:
i) Ligamentum kardial sinistra at dextra (mackenrodt)
Yaitu ligamentum yang terpenting mencegah
suplay uterus tidak turun, terdiri atas jaringan ikat tebal
dan berjalan dari servik dan puncak vagina ke arah lateral
dinding pelvis. Di dalamnya ditemukan banyak pembuluh
darah antara lain vena dan arteri uteria.
ii) Ligamentum Sakro Uterinum Sinitra at Dextra
Yaitu ligamentum yang menahan uterus agar tidak
banyak bergerak, berjalan dari servik bagian belakang, kiri
dan kanan, kearah os sacrum kiri dan kanan.
iii) Ligamentum Rotundum Sinistra at Dextra
Yaitu ligamentum yang menahan uterus dalam
antefleksi dan berjalan dari fundus uteri kiri dan kanan ke
daerah inguinal kiri dan kanan.
9
iv) Ligamentum Latum Sinistra at Dextra
Yaitu ligamentum yang meliputi tuba, berjalan dari
uterus ke arah sisi, tidak banyak mengandung jaringan
ikat. Di bagian dorsal ligamentum ini di temukan indung
telur (ovarium sinistra at dextra).
v) Ligamentum Infudibula Pelvicum
Yaitu ligamentum yang menahan tuba falopi
berjalan dari arah infidibulum ke dinding pelvis. Di
dalamnya terdapat urat-urat saraf, saluran-saluran limfe,
arteri dan vena ovarica.
Istmus adalah bagian uterus antara servik dan
korpus uteri diliputi oleh peritoneum visceral yang mudah
sekali digeser dari dasarnya atau digerakkan di daerah
plika vesiaka uteria.
Uterus diberi darah oleh arteri uterine sinistra at
dextra yang terdiri dari istmus asenden dan desenden.
Pembuluh darah yang lain yang memperdarahi uterus
adalah arteri ovarica sinistra at dextra. Inversasi uterus
terdiri atas system saraf simpatis, parasimpatis dan
serebrospinal. Yang dari system parasimpatis ini berada
dalam panggul di sebelah kiri dan kanan os sacrum,
berasal dari saraf sacral 2, 3, dan 4. Dan selanjutnya
memasuki pleksus frankenhauser. Yang dari system
10
simpatis masuk ke dalam rongga panggul sebagai pleksus
hipogastrikus melalui biforkasio aorta dan promontorium
terus ke bawah dan menuju pleksus frankenhauser. Serabut
saraf tersebut memberi inervasi pada miometrium dan
endometrium. Kedua system simpatik dan prasimpatik
mengandung unsure sensorik dan motorik. Simpatik
menimbulkan kontraksi dan vasokonstriksi sedangkan
parasimpatik mencegah kontraksi dan menimbulkan
vasodilatasi.
c. Tuba Falopi
Tuba falopi marupakan saluran ovum yang terentang antara kornu
uterine hingga suatu tempat di dekat ovarium dan merupakan jalan
ovum mencapai rongga uterus. Panjang tuba falopi antara 8-14 cm,
tuba tertutup oleh peritoneum dan lumennya dilapisi oleh membrane
mukosa.
Tuba falopi terdiri atas:
1) Pars interstisialis
Bagian yang terdapat di dinding uterus.
2) Pars Ismika
Merupakan bagian medial tuba yang sempit seluruhnya.
3) Pars Ampularis
Bagian yang terbentuk agak lebar, tempat konsepsi terjadi.
11
4) Pars Infudilum
Bagian ujung tuba yang terbuka kearah abdomen dan mempunyai
fimbria. Fimbria penting artinya bagi tuba untuk menangkap telur
dan kemudian menyalurkan ke dalam tuba.
d. Ovarium
Ovarium merupakan kelenjar berbentuk buah kenari terletak di
kiri dan kanan uterus, di bawah tuba uterine dan terikat di sebelah
belakang oleh ligamentum latum uterus. Setiap bulan folikel
berkembang dan sebuah ovum dilepaskan pada saat kira-kira
pertengahan (hari ke-14) siklus menstruasi. Ovulasi yaitu pematangan
folikel graaf dan mengeluarkan ovum. Bila folikel graaf sobek, maka
terjadi penggumpalan darah pada ruang folikel.
Ovarium mempunyai 3 fumgsi, yaitu :
1) Memproduksi ovum
2) Memproduksi hormone estrogen
3) Memproduksi hormone progesterone
Ovarium disebut juga indung telur, di dalam ovarium ini
terdapat jaringan bulbus dan tubulus yang menghasilkan telur (ovum)
dan ovarium ini hanya terdapat pada wanita, letaknya di dalam pelvis
di kiri kanan uterus, membentuk, mengembang serta melepaskan
ovum dan menimbulkan sifat-sifat kewanitaan, misalnya : pelvis yang
membesar, timbulnya siklus menstruasi.
12
Bentuk ovarium bulat telur beratnya 5-6 kg, bagian dalam
ovarium disebut medulla ovary di buat di jaringan ikat, jaringan yang
banyak mengandung kapiler darah dan serabut kapiler saraf, bagian
luar bernama korteks ovary, terdiri dari folikel-folikel yaitu kantong-
kantong kecil yang berdinding epithelium dan berisi ovum.
Kelenjar ovarika terdapat pada ovarium di samping kiri dan
kanan uterus, menghasilkan hormone estrogen dan progesterone.
Hormon ini dapat mempengaruhi kerja dan mempengaruhi sifat-sifat
kewanitaan, misalnya panggul yang besar, panggul sempit dan lain-
lain.
Apabila folikel de graaf sobek, maka terjadi penggumpalan
darah di dalam rongga folikel dan sel yang berwarna kuning yang
berasal dari dinding folikel masuk dalam gumpalan itu dan
membentuk korpus luteum tumbuh terus sampai beberapa bulan
menjadi besar. Bila ovum tidak di buahi maka korpus luteum bertahan
hanya sampai 12-14 hari tepat sebelum masa menstruasi berikutnya,
korpus luteum menjadi atropi.
Siklus menstruasi, perubahan yang terjadi di dalam ovarium
dan uterus dimana masa menstruasi berlangsung kira-kira 5 hari,
selama masa ini epithelium permukaan dinding uterus terlepas dan
terjadi sedikit perdarahan.
Masa setelah menstruasi adalah masa perbaikan dan
pertumbuhan yang berlangsung 9 hari ketika selaput terlepas untuk
13
diperbaharui, tahap ini dikendalikan olen estrogen, sedangkan
pengendalian estrogen dikendallikan oleh FSH (Folikel Stimulating
Hormon) terjadi pada hari ke-14, kemudian disusul 14 hari tahap
sekretorik yang di kendalikan oleh progesterone.
14
Etiologi
Menurut etiologinya, kista ovarium dibagi menjadi dua, yaitu
(Wiknjosastro,1999):
Kista non neoplasma, disebabkan karena ketidakseimbangan hormon estrogen
dan progesteron, diantaranya adalah :
Kista non fungsional
Kista serosa inklusi, berasal dari permukaan epitelium yang berkurang
di dalam kortek.
Kista fungsional
1) Kista folikel, disebabkan karena folikel yang matang menjadi
ruptur atau folikel yang tidak matang direabsorbsi cairan folikuler
diantara siklus menstruasi. Banyak terjadi pada wanita yang
menarche kurang dari 12 tahun.
Kista korpus luteum, terjadi karena bertambahnya sekresi
progesteron setelah ovulasi.
Kista tuka lutein, disebabkan karena meningkatnya kadar HCG
terdapat pada mola hidatidosa.
Kista stein laventhal, disebabkan karena peningkatan kadar LH yang
menyebabkan hiperstimulasi ovarium.
2. Kista neoplasma
a. Kistoma ovari simpleks. Adalah suatu jenis kistadenoma serosum
yang kehilangan epitel kelenjarnya karena tekanan cairan dalam kista.
15
b. Kistadenoma ovari musinosum. Asal kista ini belum pasti, mungkin
berasal dari suatu teratoma yang pertumbuhannya satu elemen
mengalahkan elemen yang lain.
c. Kistadenoma ovari serosum. Berasal dari epitel permukaan ovarium
(germinal ovarium).
d. Kista endometroid. Belum diketahui penyebabnya dan tidak ada
hubungannya dengan endometrioid.
e. Kista dermoid. Tumor berasal dari sel telur melalui proses patogenesis.
Patofisiologi
Banyak tumor ovarium tidak menunjukkan tanda dan gejala, terutama
tumor ovarium kecil. Sebagian tanda dan gejala akibat dari pertumbuhan,
aktivitas hormonal dan komplikasi tumor-tumor tersebut.
1. Akibat pertumbuhan
Adanya tumor di dalam perut bagian bawah bisa menyebabkan
pembesaran perut, tekanan terhadap alat sekitarnya, disebabkan oleh
besarnya tumor atau posisinya dalam perut. Selain gangguan miksi, tekanan
tumor dapat mengakibatkan konstipasi, edema, tumor yang besar dapat
mengakibatkan tidak nafsu makan dan rasa sakit.
2. Akibat aktivitas hormonal
Pada umumnya tumor ovarium tidak mengganggu pola haid kecuali
jika tumor itu sendiri mengeluarkan hormon.
16
3. Akibat komplikasi
a. Perdarahan ke dalam kista
Perdarahan biasanya sedikit, kalau tidak sekonyong-konyong dalam
jumlah banyak akan terjadi distensi dan menimbulkan nyeri perut.
b. Torsi
Torsi atau putaran tangkai menyebabkan tarikan melalui ligamentum
infundibulo pelvikum terhadap peritoneum parietal dan
menimbulkan rasa sakit.
c. Infeksi pada tumor
Infeksi pada tumor dapat terjadi bila di dekat tumor ada sumber
kuman patogen seperti appendicitis, divertikulitis atau salpingitis
akut.
d. Robekan dinding kista
Robekan pada kista disertai hemoragi yang timbul secara akut, maka
perdarahan dapat sampai ke rongga peritoneum, dan menimbulkan
rasa nyeri terus-menerus.
e. Perubahan keganasan
Dapat terjadi pada beberapa kista jinak, sehingga setelah tumor
diangkat perlu dilakukan pemeriksaan mikroskopis yang seksama
terhadap kemungkinan perubahan keganasan.
(Wiknjosastro, 1999: 347-348)
17
Ovarium merupakan tempat yang umum bagi kista, yang merupakan
pembesaran sederhana konstituen ovarium normal, folikel de graaf atau
korpus luteum. Kista ovarium dapat timbul akibat pertumbuhan abdomen dari
epitelium ovarium. Diduga timbul dari bagian ovum yang normalnya
menghilang saat menstruasi. Asalnya tidak teridentifikasi dan terdiri atas sel-
sel embrional yang tidak terdiferensiasi. Kista ini timbul dengan lambat dan
ditemukan selama pembedahan dan mengandung material sebasea kental,
berwarna kuning yang timbul dari lapisan kulit. Rambut, gigi, tulang dan
banyak jaringan lainnya ditemukan dalam keadaan rudimenter pada kista.
(Brunner dan Suddarth, 2002: 1556)
Pada tumor ovaium penyebaran dapat terjadi secara langsung, secara
implantasi, melalui pembuluh limfe atau pembuluh darah. Kapsul tumor dapat
ditembus atau tumor pecah segara spontan sehinggan sel tumor ganas akan
merangsang peritoneum dan akan terjadi ascites dan tentunya akan terjadi
penyebaran ke cavum peritoneal.
(Rustam Harahap)
Klasifikasi tingkat keganasasn menurut FIGO (Federation Inteernationale
de Gynekologi et d’Obstetrique) adalah
Stadium Kriteria
I Terbatas pada ovarium
Ia Satu ovarium, tanpa ascites
Ib Kedua ovarium, tanpa asites
18
Ic Satu atau dua ovarium, ada ascites
II Dengan perluasan ke panggul
IIa Uterus atau tuba, tanpa ascites
IIb Jaringan panggul lainnya, tanpa ascites
IIc Jaringan panggul lainnya, dengan ascites
III Perluasan ke usus halus atau omentum dalam panggul atau
penyebaran intraperitoneal/ kelenjar retraperitoneal
IV Penyebaran ke alat-alat jauh
Gambaran Klinis Kistadenoma Ovarium Serosum
Mayoritas penderita tumor ovarium tidak menunjukkan adanya gejala
sampai periode waktu tertentu. Hal ini disebabkan perjalanan penyakit
ovarium berlangsung secara tersembunyi sehingga diagnosis sering ditemukan
pada waktu pasien dalam keadaan stadium lanjut. Sampai pada waktunya
klien mengeluh adanya ketidakteraturan menstruasi, nyeri pada perut bawah,
rasa sebah pada perut, dan timbul benjolan pada perut.
Pada umumnya kista jenis ini tak mempunyai ukuran yang amat besar
dibandingkan dengan kistadenoma musinosum. Permukaan tumor biasanya
licin, akan tetapi dapat pula berbagala karena kista ovariumpun dapat
berbentuk multilokuler, meskipun lazimnya berongga satu. Warna kista putih
keabu-abuan. Ciri khas kista ini adalah potensi pertumbuhan papiler ke dalam
rongga kista sebesar 50 %; dan keluar pada permukaan kista sebesar 5 %. Isi
kista cair kuning dan kadang-kadang coklat karena campuran darah. Tidak
jarang kistanya sendiri kecil, tetapi permukaannya penuh dengan
pertumbuhan papiler (solid papiloma).
19
Proses Penyembuhan Luka
Tanpa memandang bentuk, proses penyembuhan luka adalah sama,
perbedaan terjadi menurut waktu pada tiap-tiap fase penyembuhan dan waktu
granulasi jaringan. (Long, 1996), fase-fase penyembuhan luka antara lain :
Fase I
Pada fase ini leukosit mencerna bakteri dan jaringan rusak, terbentuk
fibrin yang bertumpuk mengisi luka dari benang fibrin. Lapisan tipis dari
sel epitel bermigrasi lewat luka dan membantu menutupi luka. Kekuatan
luka rendah tapi luka dijahit akan menahan jahitan dengan baik. Setelah
besar pasien akan merasa sakit pada fase ini dan berlangsung selama 3
hari.
Fase II
Berlangsung 3 sampai 14 hari setelah bedah, leukosit mulai menghilang
dan ceruk mulai berisi kolagen serabut protein putih. Semua lapisan sel
epitel beregenerasi dalam 1 minggu, jaringan ikat kemerahan karena
banyak pembuluh darah. Tumpukan kolagen akan menunjang luka dengan
baik dalam 6 sampai 7 hari, jadi jahitan diangkat pada fase ini, tergantung
pada tempat dan luasnya bedah.
Fase III
Kolagen terus tertumpuk, hal ini menekan pembuluh darah baru dan arus
darah menurun. Luka sekarang terlihat seperti berwarna merah jambu
yang luas, terjadi pada minggu ke dua hingga enam post bedah, pasien
harus menjaga agar tidak menggunakan otot yang terkena.
20
Fase IV
Berlangsung beberapa bulan setelah bedah, pasien akan mengeluh gatal di
seputar luka, walau kolagen terus menimbun, pada waktu ini luka menciut
dan menjadi tegang. Bila luka dekat persendian akan terjadi kontraktur
karena penciutan luka akan terjadi ceruk yang berlapis putih.
Pemeriksaan Penunjang
Laparaskopi
Pemeriksaan ini sangat berguna untuk mengetahui apakah sebuah tumor
berasal dari ovarium atau tidak, dan untuk menentukan sifat-sifat tumor
itu.
Ultrasonografi
Dengan pemeriksaan ini dapat ditentukan letak dan batas tumor apakah
tumor berasal dari uterus, ovarium, atau kandung kencing, apakah tumor
kistik atau solid, dan dapatkah dibedakan pula antara cairan dalam rongga
perut yang bebas dan yang tidak.
Foto Rontgen
Pemeriksaan ini berguna untuk menentukan adanya hidrotoraks.
Selanjutnya, pada kista dermoid kadang-kadang dapat dilihat gigi dalam
tumor. Penggunaan foto rontgen pada pictogram intravena dan pemasukan
bubur barium dalam colon disebut di atas.
21
Parasentesis
Telah disebut bahwa fungsi pada asites berguna menentukan sebab asites.
Perlu diingatkan bahwa tindakan tersebut dapat mencemarkan cavum
peritonei dengan kista bila dinding kista tertusuk.
(Wiknjosastro, et.all, 1999)
Penatalaksanaan
Dapat dipakai sebagai prinsip bahwa tumor ovarium neoplastik
memerlukan operasi dan tumor nonneoplastik tidak. Jika menghadapi tumor
ovaium yang tidak memberi gejala atau keluhan dan besarnya tidak melebihi
jeruk nipis dengan diameter kurang dari 5 cm termasuk tumor nonneoplastik.
Tidak jarang tumor-tumor tersebut mengalami pengecilan secara spontan dan
menghilang. Tindakannya yaitu menunggu selama 2-3 bulan, sementara
mengadakan pemeriksaan ginekologik berulang. Jika selama waktu observasi
dilihat peningkatan dalam pertumbuhan tumor tersebut, kita mengambil
kesimpulan bahwa kemungkinan besar tumor itu bersifat neoplastik, dan
dapat dipertimbangkan satu pengobatan operatif.
Tindakan operasi pada tumor ovarium neoplastik yang tidak ganas ialah
pengangkatan tumor dengan mengadakan reseksi pada bagian ovarium yang
mengandung tumor. Akan tetapi, jika tumornya besar atau ada komplikasi
perlu dilakukan pengangkatan ovarium disertai pengangkatan tuba
(salpingooforektomi). Pada saat operasi kedua ovarium harus segera diperiksa
untuk mengetahui apakah tumor ditemukan pada satu atau dua ovarium. Pada
22
operasi tumor ovarium yang diangkat harus segera dibuka, untuk mengetahui
apakah ada keganasan atau tidak. Jika keadaan meragukan, perlu pada saat
operasi dilakukan pemeriksaan sediaan yang dibekukan (frozen section) oleh
seorang ahli patologi anatomic untuk mendapatkan kepastian apakah tumor
ganas atau tidak.
Jika terdapat keganasan, operasi yang tepat adalah histerektomi dan
salpingooforektomi bilateral. Akan tetapi, pada wanita masih ingin mendapat
keturunan dan dengan tingkatn keganasan tumor yang rendah ( misalnya
tumor sel granulose), dapat dipertanggung jawabkan untuk mengambil resiko
dengan melakukan operasi yang tidak seberapa radikal.
(Prawiroharjo, 1999 : 351)
Pembatasan cacat selanjutnya setelah operasi yaitu penyinaran ke
daerah panggul sebanyak 5000-6000 R dan daerah paraaortik sebanyak 3000
R. Sebenarnya lebih dianjurkan pemberian sitostatika setelah operasi misalnya
gabungan Cis-Pt + Alkeran + Leukeran.
(Harahap, Rustam E, 1984 : 151)
Karsinoma ovary khususnya yang bersifat epitel, bereaksi baik
terutama terhadap obat-obatan golongan alkil. Terapi sitostatika diberikan
sebagai terapi adjuvant pembedahan. Sitostatika diberikan dalam beberapa
kombinasi, misalnya untuk tumor ovarium jenis germinal regimen yang di
berikan adalah :
23
Cis-Platinum + Vinblastin+Bleomicin (PVB) atau
Vincristin+Actinomicin+Cyclophosphamid (VAC)
Respon pengobatan sitostatika pada tumor ovarium cukup
memuaskan yaitu 24-80%. Syarat pemberian sitostatika adalah :
Keadaan umum harus cukup baik
Penderita mengetahui tujuan pengobatan dan efek samping yang akan terjadi
Faal ginjal (kadar ureum <40 mg% dan kadar kreatinin <1,5 mg%) dan faal
hati baik.
Diagnosis histopatologik diketahui
Jenis tumor diketahui sensitive terhadap kemoterapi
Hemoglobin >10 g%
Leukosit >5000/ml
Trombosit >100000/ml.
Efek toksik yang paling cepat ialah pada traktus digestivus yaitu
gingivitis, stomatitis, diare, mual muntah dan perdarahan usus. Gangguan
sum-sum tulang tampak sebagai anemia, leukopeni dan trombositopeni.
Gangguan faal hati tampak sebagai kenaikan suhu, hiperpigmentasi kulit dan
gatal-gatal, sedangkan gangguan faal ginjal tampak dalam kenaikan kadar
ureum dan kreatinin. Alopesia juga sering terjadi.
(Wiknjosastro,1999 : 660-662)
Pengkajian Fokus
24
Yaitu suatu kegiatan mengumpulkan dan mengorganisasikan data
yang dikumpulkan dari berbagai sumber dan merupakan dasar untuk
tindakan dan keputusan yang diambil pada tahap-tahap selanjutnya.
Adapun pengkajiannya meliputi :
Biodata
Meliputi identitas pasien, identitas penanggung jawab dan identitas
masuk.
Riwayat kesehatan, meliputi:
a. Keluhan utama: nyeri perut bagian bawah disertai timbulnya
benjolan.
b. Riwayat kesehatan sekarang: ketidakteraturan menstruasi, rasa
sebah pada perut, mual muntah, anoreksi, rasa sesak dan gangguan
miksi.
c. Riwayat kesehatan dahulu: sebelumnya mempunyai riwayat
penyakit kanker payudara dan kanker kolon (usus besar).
d. Riwayat kesehatan keluarga: di dalam keluarga ada yang
mempunyai riwayat tumor ovarium, kanker payudara, dan kanker
kolon (usus besar).
e. Riwayat social ekonomi: banyak terjadi pada orang dengan social
ekonomi menengah ke bawah.
Status Obstetrikus, meliputi :
a. Menstruasi: Banyak terjadi pada wanita yang menarche kurang dari
12 tahun, siklus menstruasi yang tidak teratur.
25
26
b. Riwayat perkawinan: wanita yang menikah usia muda lebih
beresiko terkena kanker ovarium.
c. Riwayat persalinan: banyak terjadi pada wanita yang sering
melahirkan.
d. Riwayat KB: pada wanita yang tidak KB lebih beresiko terkena
kanker ovarium karena dari hasil penelitian, asupan pil kontrasepsi
oral (pil KB) jangka panjang dapat membantu mengurangi resiko
tumor ovarium.
Data penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium: pemeriksaan darah lengkap (HB, HT,
SDP)
b. Terapi: terapi yang diberikan pada post operasi baik injeksi
maupun peroral
27
Menekan alat/organ disekitar ovarium dextra
Retensi
urin
Penurunan ristaltik usus
↓ absorbsi air di kolon
Menekan kandung kemih
Menekan anus
Rasa sebah pada perut
Pengosongan kandung kemih tidak optimal
Konstipasi Mual
Resiko perubahan
nutrisi kurang dari
k b h b h
Nyeri
Resiko
konstipasi
Resti injury
Penekanan syaraf
N. vagus
Relaksasi otot-otot polos lambung
HCl meningkat
Mual muntah
ake nutrisi menurun
Gangguan pemenuhan
nutrisi kurang dari
k b h b h
pe ↓ metabolisme
Hipolisis
Kenaikan asam laktat
Keletihan
Gangguan mobilisasi
S care defisit
Reflek menelan menurun
Resti aspirasi
Pengaruh anestasi general Luka op
Diskontinuitas jaringan
Nyeri
Port d'entry
Resti infeksi
Kura engetahuan
tentang penyakit,
prosedur & tindakan
Kurang informasi
Anoreksi
Intake nutrisi menurun
Tekanan syaraf oleh sel tumor
Peningkatan beban tubuh
Mengganggu aktifitas
Intoleran
aktifitas
Kemoterapi
Prosedur kemoterapi
33
Metastase ke ovarium dextra Post operasi
Fungsi N.vagus menurun
Kesadaran menurun
Salpingooforektomi sinistra dan omentum parsial
Etiologi : - Ketidakseimbangan h
estrogen + progesteroDegenerasi ovarium
ormon ne
-
Cistoma ovari
Pertumbuhan tumor ovarium
Membesar
Pathway
ng p
pe
Int
elf
a. Diagnosa Keperawatan Dan Fokus Intervensi
Pre Operasi
1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan adanya penekanan syaraf oleh
sel tumor.
Tujuan : Setelah tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam, rasa nyaman
terpenuhi
KH : - Pasien mengungkapkan nyeri berkurang
- Wajah pasien tampak rileks
- TTV normal
Intervensi :
a. Kaji skala, lokasi, intensitas nyeri
b. Monitor TTV
c. Beri posisi senyaman mungkin
d. Ajarkan teknik relaksasi : tarik napas dalam
e. Kolaborasi pemberian analgetik
2. Gangguan Eliminasi Buang Air Kecil (BAK) : retensi urin berhubungan dengan
desakan kandung kemih oleh sel tumor.
Tujuan : Tidak terjadi retensi urine, setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 2 x 24
KH : - Pasien dapat mengontrol pengeluaran bladder setiap 4 jam
- Tanda dan gejala retensi urin tidak ada
28
Intervensi :
a. Monitor keadaan bladder setiap 2 jam
b. Ukur intake dan output cairan setiap 4 jam
c. Berikan cairan 200 ml/hari
d. Lakukan latihan pergerakan
e. Lakukan relaksasi ketika duduk berkemih
f. Kolaborasi pemasangan kateter
3. Gangguan eliminasi BAB : konstipasi berhubungan dengan tekanan anus oleh sel
tumor
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam tidak terjadi
konstipasi.
KH : Feses keluar lunak tanpa mengedan.
Intervensi
a. Catat dan kaji warna, konsistensi, jumlah dan waktu BAB
b. Kaji dan catat pergerakan usus
c. Berikan banyak minum
d. Berikan makanan tinggi serat dan hindari makanan yangbanyakmengandung
gas
e. Anjurkan klien untuk banyak melakukan aktivitas
f. Kolaborasi pemberian laksatif
29
4. Resti perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anoreksi
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam, tidak
terjadi kekurangan nutrisi
KH : - Peningkatan status nutrisi
- BB dalam batas normal
Intervensi :
a. Kaji status nutrisi pasien
b. Timbang BB setiap hari
c. Sajikan makanan yang mudah dicerna, dalam keadaan hangat, tertutup dan
berikan sedikit – sedikit tapi sering
d. Motivasi pasien untuk berikan posisi yang nyaman saat makan
e. Kolaborasi pemasangan NGT
5. Intoleran aktivitas berhubungan dengan peningkatan beban tubuh oleh tumor
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam,
intoleran aktivitas dapat di atasi
KH : - Berpartisipasi dalam aktivitas yang diinginkan
- Memenuhi kebutuhan perawatan diri sendiri
- Mencapai peningkatan toleransi aktivitas
- Tanda-tanda vital dalam batas normal selama aktivitas
Intervensi :
a. Monitor keterbatasan aktivitas
b. Catat tanda-tanda vital sebelum dan selama aktivitas
c. Bantu dalam melakukan aktivitas sendiri
30
d. Anjurkan istirahat setelah aktivitas
e. Berikan diet yang adekuat dengan kolaborasi ahli diet
6. Kurang pengetahuan tentang penyakit, prosedur dan tindakan kemotherapi
berhubungan dengan kurang informasi
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x30 menit, klien
mengerti tentang penyakit dan tindakan kemotherapi
KH : klien mengungkapkan pemahaman tentang penyakit dan tindakan
kemotherapi, klien tidak bingung.
Intervensi :
a. Kaji tingkat pengetahuan klien tentang penyakitnya
b. Berikan pengetahuan klien tentang penyebab dan pengobatannya
(kemotherapi)
c. Berikan informasi tentang efek samping dari pengobatan (kemotherapi)
Post Operasi
Resiko tinggi aspirasi berhubungan dengan penurunan kesadaran (Carpenito, 2001)
Tujuan : Tidak terjadi aspirasi yang berhubungan dengan penurunan
kesadaran.
Kriteria hasil : Tidak mengalami aspirasi, pasien dapat mengungkapkan
tindakan untuk menghindari aspirasi.
Intervensi :
a. Pertahankan posisi baring miring jika tidak ada kontra indikasi karena cidera.
b. Kaji posisi lidah, pastikan bahwa lidah tidak (jatuh ke belakang, menyumbat
jalan nafas).
31
c. Jaga bagian kepala tempat tidur tetap tinggi, jika tidak ada kontra indikasi.
d. Bersihkan sekresi dari mulut dan tenggorok dengan tissu atau penghisap
dengan perlahan-lahan.
e. Kaji kembali dengan sering adanya obstruksi benda-benda dalam mulut dan
tenggorok.
Resiko injuri berhubungan dengan penurunan kesadaran (Carpenito, 1995)
Tujuan : Tidak terjadi injuri yang berhubungan dengan penurunan
kesadaran.
Kriteria hasil : GCS normal (E4, V5, M6)
Intervensi:
a. Gunakan tempat tidur yang rendah dengan pagar pengaman yang terpasang.
b. Jauhkan benda-benda yang dapat melukai pasien dan anjurkan keluarga untuk
menemani pasien.
Gangguan rasa nyaman: nyeri abdomen berhubungan dengan insisi pada abdomen
(Long,1996)
Tujuan : Rasa nyaman terpenuhi
Kriteria hasil : skala nyeri 0, pasien mengungkapkan berkurangnya rasa nyeri,
tanda-tanda vital normal.
Intervensi :
a. Jelaskan penyebab nyeri pada pasien.
b. Kaji skala nyeri pasien.
c. Ajarkan tehnik distraksi selama nyeri.
d. Berikan individu kesempatan untuk istirahat yang cukup.
32
e. Berikan individu pereda rasa sakit yang optimal dengan analgesik sesuai
program dokter.
f. 30 menit setelah pemberian obat pengurang rasa sakit, evaluasi kembali
efektifitasnya.
Resiko infeksi berhubungan dengan invasi kuman sekunder terhadap pembedahan
(Carpenito, 1995)
Tujuan : Tidak terjadi infeksi.
Kriteria hasil : tidak ada tanda-tanda infeksi (TTV normal, tidak ada
peningkatan leukosit).
Intervensi :
a. Kaji tanda-tanda infeksi dan monitor TTV
b. Gunakan tehnik antiseptik dalam merawat pasien
c. Isolasikan dan instruksikan individu dan keluarga untuk mencuci tangan
sebelum mendekati pasien
d. Tingkatkan asupan makanan yang bergizi
e. Berikan terapi antibiotik sesuai program dokter
Resiko konstipasi berhubungan dengan pembedahan abdominal (Doenges, 2000)
Tujuan : Tidak terjadi konstipasi
Kriteria hasil : Peristaltik usus normal (5-35 kali per menit), pasien akan
menunjukkan pola eliminasi biasanya.
Intervensi :
a. Monitor peristaltik usus, karakteristik feses dan frekuensinya
33
b. Dorong pemasukan cairan adekuat, termasuk sari buah bila pemasukan peroral
dimulai.
c. Bantu pasien untuk duduk pada tepi tempat tidur dan berjalan.
Gangguan pemenuhan kebutuhan diri (mandi, makan, minum, bak, bab berpakaian)
berhubungan dengan keletihan pasca operatif dan nyeri (Carpenito, 2001)
Tujuan : Kebersihan diri pasien terpenuhi
Kriteria hasil : Pasien dapat berpartisipasi secara fisik maupun verbal dalam
aktifitas pemenuhan kebutuhan dirinya
Intervensi :
a. Dorong pasien untuk mengekspresikan perasaaan tentang kurangnya
kemampuan perawatan diri dan berikan bantuan dalam memenuhi kebutuhan
pasien.
b. Berikan pujian atas kemampuan pasien dan melibatkan keluarga dalam
perawatan pasien.
Cemas berhubungan dengan kurangnya informasi (Doenges, 2000)
Tujuan : Pasien mengetahui tentang efek samping dari operasinya.
Kriteria hasil : Pasien menyatakan memahami tentang kondisinya.
Intervensi :
a. Tinjau ulang efek prosedur pembedahan dan harapan pada masa yang akan
datang.
b. Diskusikan dengan lengkap masalah yang diantisipasi selama masa
penyembuhan.
34
c. Diskusikan melakukan kembali aktifitas
d. Identifikasi keterbatasan individu
e. Kaji anjuran untuk memulai koitus seksual
f. Identifikasi kebutuhan diet
g. Dorong minum obat yang diberikan secara rutin
h. Identifikasi tanda atau gejala yang memerlukan evaluasi medis.
35
top related