bab ii kajian teoretik 2.1 hasil belajar 2.1.1 pengertian
Post on 25-Oct-2021
8 Views
Preview:
TRANSCRIPT
10
BAB II
KAJIAN TEORETIK
2.1 Hasil Belajar
2.1.1 Pengertian Hasil Belajar
Menurut Suyono dan haryanto (2014:9) Belajar adalah suatu aktivitas atau
suatu proses untuk memperoleh pengetahuan, meningkatkan keterampilan,
memperbaiki perilaku, sikap, dan mengokohkan kepribadian. Dalam konteks
menjadi tahu atau proses memperoleh pengetahuan, menurut pehaman sains
konvensinal, kontak manusia dengan alam diistilahkan dengan pengalaman
(experience). Menurut Syah (2014:87) Belajar adalah kegiatan yang berproses
dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam penyelenggaran setiap jenis
dan jenjang pendidikan.
Belajar adalah key term ( istilah kunci ) yang paling vital dalam setiap
usaha pendidkan, sehingga tanpa belajar sesungguhnya tidak pernah ada
pendidikan. Sebagai suatu proses, belajar hampir selalu mendapat tempat yang
luas dalam berbagai disiplin ilmu yang berkaitan dengan upaya kependidikan,
misalnya psikologi pendidikan. Menurut Slameto (dalam Rosyid dan Mustajab,
2019:7) Belajar adalah suatu poses usaha yang dilakukan seseorang untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai
hasil pengalamanya sendiri dalam brinteraksi dengan lingkungan. Menurut kamus
besar bahasa indonesia hasil adalah sesuatu yang diadakan atau dibuat , dijadikan
akibat adanya usaha. Dapat disimpulkan hasil belajar adalah kemampuan yang
diperoleh siswa selama melakukan kegiatan belajar.kemampuan yang diperoleh
menyangkut pengetahuan, sikap dan keterampilan.
10
11
Menurut Purwanto (2016:46) hasil belajar adalah peruabahan prilaku
peserta didik akibat belajar. Perubahan prilaku diakibatkan peserta didik mencapai
penguasaan atas sejumlah bahan yang diberikan dalam proses belajar mengajar.
Menurut Mulyono (2003:39) Hasil belajar merupakan keluaran dari suatu sistem
pemrosesan masukan dari sistem tersebut berupa bermacam-macam infirmasi
sedangkan keluarannya adalah perbuatan atau kinerja. Hasil belajar adalah
kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman
belajarnya. Hasil belajar digunakan untuk guru dijadikan ukuran atau kriteria
dalam mencapai suatu tujuan pendidikan.
Menurut Winkel (dalam Purwanto, 2013:45) Hasil belajar adalah
perubahan yang mengakibatkan manusia berubah sikap dan tingkah lakunya.
Hasil belajar merupakan perubahan prilaku yang diperoleh pembelajaran setelah
mengalami aktivitas belajar. Penilaian hasil belajar pada dasarnya untuk
mengetahui tingkat prestasi yang dicapai seorang siswa dalam materi pelajaran
tertentu, dengan cara dilakukan suatu evaluasi. Menurut Herrhyanto (2002:27)
Hasil belajar adalah penguasaan pengetahuan oleh seorang siswa yang diperoleh
setelah mengikuti proses pembelajaran selama jangka waktu tertentu, biasanya
dinyatakan dengan sebuah nilai sesuai dengan kemampuan yang diberikan oleh
guru. Menurut Susanto (2018:56) Hasil belajar adalah pernyataan yang
mendeksripsikan pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang dimiliki siswa
setelah menempuh pelajaran tertentu.
12
Menurut Sudjana (2010:22) Hasil belajar merupakan kemampuan yang
dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajar. Menurut sudjana Hasil
belajar ini dapat di klafikasikan menjadi 3 ranah kognitif, afektif dan
psikomotorik sebagai berikut :
1. Ranah kognitif adalah subtaksinomi yang mengungkapkan tentang kegiatan
mental yang sering berawal dari tingkat pengetahuan sampai ke tingkat yang
lebih tinggi.
2. Ranah Afektif Adalah tujuan yang berhubungan dengan perasaaan, emosi,
sistem nilai, dan sikap hati yang menunjukan penerimaan atau penolakan
terhadap sesuatu.
3. Ranah psikomotor adalah Ranah yang berorientasi kepada keterampilan
monotorik yang berhubungan dengan anggota tubuh, atau tindakan yang
memerlukan koordinasi antara syaraf dan otot.
Menurut Sudjana (2014:33) Penilaian hasil belajar mengisyaratkan hasil
belajar sebagai program atau objek yang menjadi sasaran penilaian. Hasil belajar
sebagai objek penilaian pada hakikatnya menilai penguasaaan siswa terhadap
tujuan-tujuan intruksional. Hal ini adalah karena rumusan tujuan intruksional
menggambarkan hasil belajar yang harus dikuasai siswa berupa kemampuan siswa
setelah menerima atau menyelesaikan pengalaman belajarnya.
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan hasil belajar adalah
perubahan prilaku secara keseluruhan yang berupa kemampuan kognitif, afektif,
psikomotor yang disebabkan dari pengalaman bukan hanya salah satu aspek
potensi saja.
13
Menurut Slameto (dalam supardi, 2015:2) mengemukakan prinsip-prinsip
hasil belajar yaitu:
1. Adanya perubahan belajar.
2. Perubahan belajar yang mempunyai tujuan.
3. Perubahan belajar secara positif.
4. Perubahan belajar bersifat kontinu.
5. Perubahan belajar bersifat permanen.
Berdasarkan prinsip-prinsip hasil belajar diatas dapat disimpulkan bahwa
hasil belajar adanya perubahan dalam pembelajaran, adanya tujuan, bersifat
positif, bersifat kontinu, dan permanen.
2.1.2 Indikator Keberhasilan Belajar
Menurut Djamarah (dalam supardi, 2015:5) untuk mengetahui indikator
keberhasilan belajar dapat dilihat dari daya serap siswa dan perilaku yang tampak
pada siswa yaitu sebagai berikut:
a) Daya serap yaitu tingkat penguasaan bahan pelajaran yang disampaikan oleh
guru dapat dikuasai oleh siswa baik secara individual maupun kelompok.
b) Pemahaman dan pencapaian tingkah laku sesuai yang digariskan dalam
kompetensi dasar atau indikator belajar mengajar dari tidak tahu menjadi
tahu, dari tidak bisa menjadi bisa , dari idak kompeten menjadi kompeten.
Menurut Supardi (2015:6) Indikator yang dapat digunakan untuk
mengukur keberhasilan belajar adalah :
a) Hasil belajar yang dicapai
Hasil belajar yang dimaksud adalah hasil belajar yang dicapai siswa atau
prestasi yang dicapai oleh siswa dalam proses pembelajaran dengan kreterian
14
minimum atau nilai yang telah ditentukan baik menggunakan nilai acuan patokan
maupun nilai acuan normal.
b) Proses belajar mengajar
Hasil belajar yang dimaksud disini adalah membandingkan prestasi belajar
siswa yang didapatkan sebelum mengikuti kegiatan pembelajaran. dan juga
menilai semua aktivitas siswa selama kegiatan pembelajaran yang berlangsung.
2.1.3 Tipe-Tipe Hasil Belajar
Menurut Sudjana (2014:23) Menggunakan klasifikasi hasil belajar dari
byamin bloom yang secara garis besar membanginya menjadi tiga ranah yakni
ranah kognitif, ranah efektif, dan ranah psikomotoris.
1) Ranah Kognitif
Berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek yaitu
Tipe hasil belajar pengetahuan, Tipe hasil belajar pemahaman, Tipe hasil
belajar aplikasi, Tipe hasil belajar analisis, Tipe hasil belajar sintesis, Tipe hasil
belajar evaluasi.
2) Ranah afektif
Ranah afektif berkenaan dengan sikap dan nilai. Beberapa ahali mengatakan
bahwa sikap seseorang dapat diramalkan perubahan bila seseorang telah
memiliki penguasaan kognitif tingkat tinggi. Penilaian hasil belajar afektif
tampak pada siswa dalam berbagai tingkah laku seperti perhatiannya terhadap
pelajaran, disiplin, motivasi belajar, menghargai guru dan teman sekelas,
kebiasaan belajar, dan hubungan sosial.
15
3) Ranah psikomotoris
Hasil belajar psikomotoris tampak dalam bentuk keterampilan dan kemampuan
bertindak individu.ada enam tingkatan keterampilan yakni :
a) Gerakan refleks .
b) Keterampilan pada gerakan sadar.
c) Kemampuan perseptual termasuk didalamnya membedakan visual,
membedakan auditif, motoris, dan lain-lain.
d) Kemampuan dibidang fisik,misalnya kekuatan , keharmonisan, dan ketepatan.
e) Gerakan-gerakan skil mulai dari keterampilan sederhana sampai pada
keterampilan yang kompleks.
f) Kemampuan yang berkenaan dengan komunikasi non –decursive seperti
gerakan ekspresif dan interprelatif.
Berdasar poin-poin diatas dapat disimpulkan tipe-tipe hasil belajar terdiri
dari kognitif (pengetahuan), afektif (sikap), dan psikomotorik (keterampilan)
2.1.4 Faktor –faktor yang mempengaruhi hasil belajar
Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa menurut Slameto
(2010:54) yaitu:Faktor Intern adalah faktor yang berasal dari dalam diri invidu
yang terdiri dari:
a) Faktor jasmaniah ,yang meliputi faktor kesehatan dan cacat tubuh.
b) Faktor psikologis yang meliputi intele gensi, perhatian, minat,
bakat,kematangan dan kesiapan.
c) Faktor kelelahan yang meliputi kelelahan jasmani dan kelelahan rohani.
Kelelahan jasmani terlihat dengan lemah lunglainya tubuh dan kelelahan
16
rohani dilihat dari kelesuan dan kebosanan, sehingga mint dan dorongan untuk
menghasilkan sesuatu itu hilang.
Faktor Ektern adalah faktor yang ada dari luar diri individu yang terdiri dari :
a) Faktor keluarga yang meliputi cara orang tua mendidik anak, relasi
antarnanggota keluarga, suasana rumah tangga dan keadaan ekonomi keluarga.
b) Faktor sekolah yang meliputi belajar mencakup metode mengajar,
kurikulum,relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, pengajaran dan waktu
sekolah standart pelajaran, keadaan gedung dan tugas rumah atau pekerjaan
rumah.
c) Faktor Masyarakat yang meliputi kegiatan siswa dalam masyarakat, teman
bergaul, dan bentuk kehidupan masyarakat.
Faktor-faktor yang dikemukakan tersebut akan mempengaruhi hasil
belajar yang diperoleh siswa. Tinggi rendahnya hasil belajar yang diperoleh
siswa berkaitan dengan faktor yang mempengaruhinya.pada intinya hasil belajar
siwa yang rendah bisa diakibatkan oleh faktor-faktor diantaranya : semangat
belajar siswa yang kurang, sarana belajar siswa yang kurang memadai dan model
pembelajran yang digunakan kurang bervariasi.
Menurut Nuhibbin (2003:156) Mengemukakan beberapa faktor yang
mempengaruhi proses dan hasil belajar yaitu :
1. Faktor internal siswa meliputi aspek psikologis siswa yaitu: jasmani, mata,
telinga, intelegensi, sikap, minat, bakat dan motivasi.
2. Faktor eksternal siswa meliputi : faktor lingkungan sosial yaitu keluarga guru
masyarajat dan teman.
17
3. Faktor pendekatan siswa dalam belajar meliputi : pendekatan tinggi speculative
dan achieving, pendekatan sedang analitical dan deep, pendekatan rendah
reproductive dan survance.
2.2 Model Pembelajaran
2.2.1 Pengertian Model Pembelajaran
Istilah model pembelajaran meliputi pendekatan suatu model pembelajaran
yang luas dan menyeluruh. Menurut Trianto (2009:22) model pembelajaran
adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam
merencanakan pembelajaran dikelas atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk
menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk didalamnya buku-buku,
film, komputer, kurikulum dan lain-lain. Menurut khosim (2017:3) Model
pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai
pedoman dalam merencanakan kegiatan dikelas. Menurut joicc & Weil (2003:11)
Model pembelajaran adalah suatu pola atau rencana yang sudah direncanakan
sedemikian rupa dan digunakan untuk menyusun kurikulum, mengatur materi
pelajaran, dan memberi petunjuk kepada pengajar dikelasnya.
Menurut Joyce (dalam Trianto, 2009:22) Menyatakan bahwa setiap
model pebelajaran mengarahkan kita kedalam mendesain pembelajaran untuk
membantu peserta didik sedemikian rupa sehingga tujuan pebeajaran tercapai.
Istilah model pembelajaran mempunyai makna yang lebih luas dari pada strategi,
metode atau prosedur. Menurut Suprijono (dalam Khosim, 2013:46) Model
pembelajaran mengacu pada pendekatan yang digunakan termasuk di dalamnya
tujuan-tujuan pembelajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran,
lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan kelas dalam pembelajaran. Menurut
18
Soekanto (dalam Nurulwati, 2000:10) Model pembelajaran adalah karangka
konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan
pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan fungsinya sebagai
pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam
merancangkan aktivitas belajar mengajar.Beberapa pendapat tentang model
pembelajaran yang sudah dijelaskan dapat disimpulkan bahwa model
pembelajaran adalah suatu kegaiatan pembelajaran dan rancangan yang dibuat
guru untuk mempermudah dalam proses pembelajaran dalam mencapai tujuan
yang diharapkan dapat dicapai secara efektif dan efisien.
2.2.2 Ciri-Ciri Model Pembelajaran
Adapun ciri-ciri khusus model pembelajaran Menurut Trianto (2009:23)
adalah sebagai berikut :
1. Rasional teoritis logis yang disusun oleh para pecipta atau pengembanganya.
2. Landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar ( tujuanya
pembelajaran yang akan dicapai).
3. Tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat
dilaksanakan dengan berhasil.
4. Lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat
tercapai.
Selain ciri-ciri khusus pada model pembelajaran Menurut Nieveen (dalam
Trianto,2009) suatu model pembelajaran dikatakan baik apabila memenuhi
kriteria sebagai berikut:
19
1. Valid, Aspek validitas dikaitkan dengan dua hal, yaitu : Apakah model yang
dikembangkan didasarkan pada rasional teoritis yang kuat dan Apakah
s1terdapat konsintensi internal.
2. Praktis, Aspek kepraktisan hanya dapat dipenuhi jika para ahli dan praktisi
menyatakan bahwa apa yang dikembangkan dapat diterapkan dan kenyataanya
menunjukan bahwa apa yang dikembagkan tersebut dapat diterapkan.
3. Efektif, ahli dan praktis berdasar pengalamanya menyatakan bahwa model
tersebut efektif dan secara operasional model tersebut memberikan hasil sesuai
dengan yang diharapkan.
Berdasarkan pemilihan model pembelajaran dapat disimpulkan bahwa
dalam pemilihan model pembelajaran perlunya pertimbangan terhadap tujuan,
pertimbangan yang berhubungan dengan materi, perkembangan dari sudut peserta
didik, dan pertimbangan lainnya, hal ini bertujuan untuk supaya dalam pemilihan
model pembelajaran sesuai dengan materi yang diajarkan.
2.2.3 Dasar Pemilihan Model Pembelajaran
Menurut Khosim (2017:5) Sebelum merencanakan model pembelajaran
yang akan digunakan dalam kegiatan pembelajaran ada beberapa hal yang harus
dipertimbangkan guru dalam memilihnya yaitu :
1. Pertimbangan terhadap tujuan yang hendak dicapai, misalnya dengan
pertanyaan apakah tujuan pembelajaran yang ingin dicapai berkenaan dengan
kompetensi akademik, kepribadian, sosial dan kompetensi vokasional atau
yang dulu diistilahkan dengan domain kognitif, afektif dan psikomotor.
20
2. Pertimbagan yang berhubungan dengan bahan atau materi pembelajaran:
Apakah materi pembelajaran itu berupa fakta, konsep, hukum atau teori
tertentu.
3. Pertimbangan dari sudut peseta didik Apakah model pembelajran sesuai
dengan tingkat kematangan peserta didik.
4. Pertimbangan lainya yang bersifat nonteknis.Apakah untuk mencapai tujuan
cukup dengan satu model saja.
2.3 Model Pembelajaran Kooperatif
2.3.1 Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif
Menurut Taniredja, Faridli, dan Harmianto (2015:55) Model pembeljaran
kooperatif adalah sistem pengajaran yang memberi kesempatan kepada anak didik
untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang tersuktur.
Pembelajaran kooperatif dikenal dengan pembelajaran secara kelompok. Menurut
Tukiran (dalam Lie A,2008:29) Model pembelajaran kooperatif tidak sama
dengan sekedar belajar dalam kelompok.ada unsur-unsur dasar pembelajaran
kooperatif learning yang membedakanya dengan pembagian keompok yang
dilakukan alas-alasan.
Pelaksaan prosedur model cooperatif learning dengan benar-benar akan
memungkinkan pendidik mengelolah kelas dengan lebih efektif. Menurut
Rusman (2014:203) Model pembelajaran kooperatif sama hakikatnya dengan
kerja kelompok.Oleh sebab itu, kebayakan guru yang mengatakan tidak ada
sesuatu yang menyimpang dalam pembelajaran kooperatif karena sudah terbiasa
dengan pembelajaran kooperatif dalam bentuk kelompok.
21
Menurut Artzt & Newman (dalam Trianto, 2009:56) Menyatakan bahwa
dalam belajar kooperatif siswa belajar bersama sebagai suatu tim dalam
menyelesaikan tugas-tugas kelompok untuk mencapai tujuan bersama.jadi setiap
kelompok memiliki tanggung jawab yang sama untuk keberhasilan kelompoknya.
Model pembelajaran kooperatif merupakan strategi dalam belajar dengan
kelompok kecil yang tingkat kemampuanya berbeda. Dalam menyelesaikan tugas
kelompok setiap anggota bekerja sama dan saling membantu.
2.3.2 Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif
Menurut Slavin (dalam, Taniredja, Faaridli dan Harmianto 2015:57) ada enam
langkah pembelajaran kooperatif, yaitu:
a) Tujuan kelompok
Bahwa kebayakan metode pembelajran kooperatif menggunakan beberapa
bentuk tujuan kelompok.dalam metode pembelajran tim siswa, ini bisa berupa
sertifikat atau rekognisi lainya yang diberikan kepada tim yang memenuhi
kriteria yang telah ditentukans sebelumnya.
b) Tanggung jawab individu
Menjumlahkan skor kelompok atau nilai rata-rata individu atau peniliaian
lainnya seperti dalam model pembelajaran siswa.kedua merupakan
spesialisasi tugas.
c) Kesempatan sukses yang sama
Merupakan karakteristik unik metode pembelajran tim siswa yakni
penggunaan skor yang memastikan semua siswa mendapatkan kesempatan
yang sama untuk berkontribusi dalam timnya.
22
d) Kompetensi Tim
Sebagai sarana untuk motivasi siswa untuk bekerja sama dengan anggota
timnya.
e) Spesialisasi Tugas
Tugas untuk melaksanakan sub tugas terhadap msing-masing anggita
kelompok
f) Adaptasi terhadap kebutuhan kelompok,metode ini akan mempercepat
langkah kelompok.
Berdasarkan langkah-langkah diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
kooperatif adalah pembelajaran kelompok yang masing-masing anggota dalam
kelompok mempunyai tangung jawab masing-masing dalam menyelesaikan suatu
tugas yang diberikan, setiap kelompok saling berbagi informasi.
2.3.3 Tujuan Kooperatif
Menurut Slavin (1994:50) Tujuan pembelajaran kooperatif adalah
menciptakan situasi dimana keberhasilan individu ditentukan atau dipengaruhi
oleh keberhasilan individu ditentukan atau dipengaruhi oleh keberhasilan
kelompoknya. Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai
setidak-tidaknya tiga tujuan pembelajran penting yaitu : pertama, meningkatkan
hasil akademik, kedua memberikan peluang agar siswa dapat menerima teman-
temanya yang mempunyai berbagai perbedaan latar belajar, ketiga untuk
mengembangkan keterampilan sosial siswa.keterampilan yang dimaksud adalah
tugas,aktif bertanya, menghargai pendapat orang lain dan memancing teman
untuk bertanya. Tujuan pokok belajar kooperatif adalah memaksimalkan belajar
23
siswa untuk peningkatan prestasi akademik dan pemahaman baik secara individu
maupun secara kelompok.
Menurut Zamroni (dalam Trianto, 2009:57) Mengemukakan bahwa manfaat
penerapan bealajar kooperatif adalah dapaat mengurangi kesenjangan pendidikan
khususnya dalam wujud input pada level individual. Dengan belajar kooperatif
diharapkan kelak akan muncul generasi baru yang dimiliki prestasi akademik
yang cemerlang dan memiliki soladaritas sosial yang kuat. Tujuan pembelajaran
ini mencangkup tiga jenis tujuan penting yaitu hasil belajar akademik, penerimaan
terhadap keragaman, dan pengembangan keterampilan sosial.
2.3.4 Kelebihan dan Kekurangan pembelajaran Kooperatif
Menurut Sanjaya (2016:249) Kelebihan model pembelajaran kooperatif
sebagai suatu strategi pembelajaran yaitu :
a) Strategi pembelajaran kooperatif siswa tidak tergantung pada guru, sehingga
dapa menambah kepercayaan dan kemapuan siswa untuk berfikir sendiri dan
menemukan informasi.
b) Dengan adanya strategi pembelajaran kooperatif ini siswa dapat
mengungkapkan pendapat atau ide dengan kata-kata verbal dan
membandingkan pendapatnya dengan orang lain.
c) Dengan adanya strategi pembelajaran kooperatif siswa tidak egois dan dapat
menerima perbedaan pendapat dari teman lain.
d) Strategi pembelajaran kooperatif dapat memperdaya setiap siswa dapat
bertangung jawab.
e) Strategi pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan prestasi siswa dan
kemampuan sosial.
24
f) Dengan adanya strategi pembelajaran kooperatif siswa dapat mengetahui dan
mengukur kemampuan diri sendiri.
g) Dapat meningkatkan kemampuan siswa menggunakan informasi dan
kemampuan belajar.
Kekurangan Model pembelajaran kooperatif Menurut Sanjaya (2016:250) adalah:
1. Dalam strategi pembelajaran kooperatif perlu beberapa waktu untuk
memahami filisafat cooperatif learning.
2. Ciri utama strategi pembelajaran kooperatif bahwa siswa saling
membelajarkan. Oleh karena itu apabila informasi yang diberikan guru tidak
efektif dalam melakukan strategi pembelajaran kooperatif maka , apa yang
seharusnya dipahami dipelajari tidak pernah dicapai oleh siswa.
3. Strategi pembelajaran kooperatif penilaian yang diberikan didasarkan hasil
kerja kelompok masing-masing.
4. Keberhasilan strategi pembelajaran kooperatif upaya untuk mengembangkan
kesadaran kelompok sehingga memerlukan priode waktu yang cukup panjang.
Dapat ditarik kesimpulan mengenai model pembelajaran kooperatif bahwa
Setiap model pembelajaran mestilah memiliki kelebihan dan kelemahannya,
Berdasarkan kelebihan dan kekurangan pembelajaran kooperatif Menurut Sanjaya
(2016:249). kelebihan pembelajaran kooperatif adalah dapat meningkatkan
kemampuan, prestasi siswa, dan pemahaman mengenai suatu pembelajaran serta
dapat meningkatkan keterampilan sosial siswa. Sedangkan kelemahannya
membutuhkan waktu yang cukup lama untuk mencapai target yang diinginkan.
25
2.4 Model Investigasi Kelompok ( Group Investigation)
2.4.1 Pengertian Model Investigasi Kelompok
Menurut Taniredja (2015:74) Model Investigasi Kelompok adalah
perencanaan pengorganisasian kelas dengan menggunakan teknik kooperatif GI
dimana kelompok dibentuk oleh siswa itu sendiri dengan beranggotakan 2-6
orang, tiap kelompok bebas memilih sub topik dari keseluruhan unit materi yang
diajarkan ( pokok bahasan ) yang akan diajarkan, dan kemudian membuat atau
menghasilkan laporan kelompok. Pengembangan belajar kooperatif investigasi
kelompok didasarkan atas suatu premis bahwa proses belajar diseolah
menyangkut kawasan dalam domain sosial dan intelektual, dan proses yang terjadi
merupakan pengabungan nilai-nilai kedua domain tersebut Menurut Slavin (dalam
Taniredja, dan Faridli 2015:74)
Oleh karena itu investigasi group tidak dapat diimplementasikan kedalam
lingkungan pendidikan yang tidak bisa mendukung terjadinya dialog interpesonal
atau tidak mengacu pada dimensi sosial efektif pembelajaran.Menurut Suwangsih
(2004:3) Model investigasi kelompok adalah salah satu pembelajaran yang
membangkitkan minat siswa belajar lebih aktif, membiasakan siswa berpikir
ilmiah, karena investigasi kelompok merupakan pengajaran pemecahan masalah
pada masalah-masalah yang divergen.
Menurut Wahab (2012:60) Model investigasi kelompok ini dikembangkan
oleh john dewey dan herbert A.Thelen yang menggabungkan pandangan-
pandangan proses sosial yang demokratik dengan penggunakan strategi-strategi
inteletaktual atau ilmiah untuk membantu manusia menciptakan pengetahuan dan
masyarakat yang teratur dengan baik.john dowey dalam bukunya “ Democracy
26
and Education “ merekomendasikan bahwa keseluruhan sekolah merupakan
miniatur demokrasi dalam mana siswa berpartisipasi dalam pengembangan sistem
sosial dan diharapkan melalui partisipasi itu secara bertahap ,belajar bagaimana
menerapkan metode ilmiah untuk kesemppurnaan masyarakat manusia. Menurut
Trianto (2009:78) Model investigasi kelompok merupakan model pembelajaran
kooperatif yang saling kompleks.Model ini dikembangkan pertama kali oleh
Thelan dalam perkembang model ini diperluas dan dipertajam oleh sharan.
Menurut Mafruroh (2004:3) Model investigasi juga dapat digunakan untuk
membimbing siswa agar dapat berpikir sistematis, kritis, analitis, berpartisipasi
aktif dalam belajar, dan berbudaya kreatif melalui kegiatan untuk merasakan
masalah dengan rangsangan-rangsangan pertanyaan dan dorongan untuk mencari
informasi yang berkaitan dengan masalah yang akan dipecahkan.
Menurut Thelan ( dalam joyce dan weil, 1980:232) Model investigasi
kelompok mempunyai tiga konsep utama yaitu : inquiri, pegetahuan, dan
dinamika kelompok belajar.Inquiri merupakan cara belajar penelaahan sesuatu
yang bersifat mencari secara kritis, analisis, dan argumentatif menggunakan
langkah-langkah tertentu menuju suatu kesimpulan yang menyakinkan karena
didukung oleh data, fakta, dan argumentasi. Pengetahuan adalah suatu proses
yang dilakukan oleh siswa secara terus menerus untuk mencoba berbagai macam
cara dalam melihat suatu pengalaman, kemudian menafsirkan kembali
pengalaman itu dalam bentuk konsep atau prinsip. Dinamika Kelompok adalah
suasana yang menggambarkan sekelompok individu yang saling berinteraksi
mengenai sesuatu yang sengaja dilihat atau yang dikaji bersama yang melibatkan
proses berbagai gagasan dan pendapat.
27
Beberapa pendapat diatas tentang model investigasi kelompok dapat
disimpulkan bahwa model investigai kelompok adalah salah satu bentuk model
pembelajaran kooperatif yang melibatkan peserta didik secara aktif
,memungkinkan peserta didik secara aktif berkontribusi dari awal hingga pada
tahap evaluasi dalam pembelajran. Didalam implementasinya pembelajran
kooperatif tipe investigasi kelompok dimana setiap kelompok presentasi atas hasil
investigasi mereka didepan kelas.
Menurut joyce, weil dan calhoun (dalam Aunurrahman,2013:151)
mengungkapkan bahwa model investigasi kelompok menawarkan agar dalam
mengembangkan masalah moral dan sosial siswa diorginisasikan dengan cara
melakukan penelitian bersama atau kooperatif inquiry terhadap masalah moral,
dan sosial, maupun masalah akademis. Menurut Slavin (2005:215) Adapun
prinsip-prinsip dalam pembelajaran Investigasi Kelompok ( Group investigation ),
yaitu
a) Menguasai Kemampuan Kelompok
Kesuksesan implementasi dari investigasi kelompok sebelumnya menuntut
pelatihan dalam kemampuan komunikasi dan sosial.
b) Perencanaan Kooperatif
Penting bagi investigasi kelompok adalah perencanaan kooperatif siswa
atas apa yang dituntut dari mereka. Anggota kelompok mengabil bangian dalam
merencanakan berbagai dimensi dan tuntutan dari proyek mereka. Bersama
mereka menentukan apa yang mereka ingin investigasikan sehubungan dengan
upaya mereka untuk menyelesaikan masalah yang mereka hadapi, sumber apa
28
yang mereka butuhkan, siapa akan melakukan apa, dan bagaimana mereka
menampilkan proyek mereka yang sudah selesai di hadapan kelas.
c) Peran guru
Dalam kelas yang melaksanakan proyek investigasi kelompok guru
bertindak sebagai narasumber dan fasilitator. Guru tersebut berkeiling di antara
kelompok-kelompok yang ada dan untuk melihat bahwa mereka bisa mengelolah
tugasnya dan membantu tiap kesulitan yang mereka hadapi dalam interaksi
kelompok termasuk masalah dalam kinerja terhadap tugas-tugas khusus yang
berkaitan dengan proyek pembelajaran.
Berdasar investigasi kan prinsip-prinsip dalam pembelajran investigasi
kelompok menurut Salvin (2005:215) dapat disimpulkan bahwa dalam
pembelajaran investigasi kelompok siswa harus menguasai kemampuan
kelomponya, adanya perencanaan supaya bisa mencapai tujuan yang diinginkan.
dan guru sebagai fasilitator dalam kelompok tersebut.
2.4.2 Langkah-langkah Model Pembelajaran Investigasi Kelompok.
Menurut Sharan (dalam Trianto ,2009:80) Menyebutkan bahwa dalam
model investigasi kelompok para siswa melalui enam langkah yaitu:
1. Memilih topik, Siswa memilih sub topik khusus didalam suatu daerah masalah
umum yang biasa ditetapkan oleh guru. Selanjutnya siswa diorganisasikan
menjadi dua sampai enam anggota tapi kelompok menjadi kelompok-kelompok
yang berorientasi tugas kompesisi kelompok hendaknya heterogen secara
akademis maupun etnis.
29
2. Perencanaan kooperatif, Siswa dan guru merencanakan prosedur pembelajaran,
tugas dan tujuan khusus yang konsisten dengan subtopik yang telah dipilih
pada tahap pertama.
3. Implementasi, Siswa menetapkan rencana yang telah mereka kembangkan
didalam tahap kedua.kegiatan pembelajaran hendaknya melibatkan ragam
aktivitas dan keterampilan yang luas dan hendaknya mengarahkan siswa
kepada jenis-jenis sumber belajar yang berbeda baik didalam maupun diluar
sekolah.
4. Analisis dan sintesis, Siswa menganalisis dan meyintesis informasi yang
diperoleh pada tahap ketiga dan merencanakan bagaimana informasi tersebut
diringkas dan disajikan dengan cara yang menarik sebagai bahan untuk
dpresentasikan kepada seluruh kelas.
5. Presentasi hasil final, Beberapa atau semua kelompok menyajikan hasil
penyelididkanya dengan cara yang menarik kepada seluruh kelas, dengan
tujuan agar siswa yang lain saling terlibat atau satu sama lain dalam pekerjaan
mereka dan memperoleh persektif luas pada topik itu.presentasikan
dikoordinasi oleh guru.
6. Evaluasi, Dalam hal kelompok-kelompok menangani aspek yang berbeda dari
topik yang sama, siswa dan guru mengevaluasi tiap konstibusi kelompok
terhadap kerja kelas sebagai suatu keseluruhan.
Berdasarkan langkah-langkah diatas dapat disimpulkan bahwa model
pembelajaran investigasi kelompok adalah model pembelajaran dalam bentuk
pemecahan masalah yang terdiri dari 4 atau 5 kelompok yang saling bertukar
30
informasi serta menyajikan hasil diskusinya didepan kelas kemudian melakukan
evaluasi atas apa yang telah dipresentasikan di depan.
Menurut Shoimin (2018:81) Adapun langkah-langkah model pembelajaran
investigasi kelompok (Group Investigation) adalah sebagai berikut:
1. Guru membagi kelas menjadi beberapa kelompok yang heterogen.
2. Guru menjelaskan maksud pembelajaran dan tugas kelompok yang harus
dikerjakan.
3. Guru mengundang ketua-ketua kelompok untuk memanggil materi tugas
secara kooperatif dalam kelompoknya.
4. Masing-masing kelompok membahas materi tugas secara kooperatif dalam
kelompoknya.
5. Setelah selesai, masing-masing kelompok yang diwakili ketua kelompok atau
salah satu anggotanya menyampaikan hasil pembahasan.
6. Kelompok lain dapat memberikan tanggapan terhadap hasil pembahasan.
7. Guru memberikan penjlesan singkat (klafikasi) bila terjadi kesalahan konsep
dan memberikan kesimpulan.
8. Evaluasi.
Menurut Taniredja (dalam Slavin, 2015:79) Adapun langkah-langkah model
investigasi kelompok adalah sebagai berikut:
1. Mengindentifikasi topik dan mengatur murid dalam kelompok.
2. Merencanakan tugas yang akan dipelajari.
3. Melaksankan investigasi.
4. Menyiapkan laporan akhir.
5. Mempersentaikan laporan akhir dan evaluasi.
31
2.4.3 Karakteristik Unik Invstigasi Kelompok
Menurut Sharan (2009:145) Karakteristik unik investigasi kelompok ada
pada interaksi dari empat fitur dasar yaitu:
a. Investigasi
Investigasi dimulai ketika guru memberikan masalah yang menantang dan
rumit kepada kelas.di tengah-tengah berlangsungnya penelitian mereka untuk
mencari jawaban masalah,siswa membangun pengetahuan yang mereka peroleh.
b. Interaksi
Interaksi di antara siswa penting bagi investigasi kelompok ini adalah
kendaraan yang denganya siswa saling memberikan dorongan, saling
mengembangkan gagasan satu sama lain saling membantu untuk memfokuskan
perhatian mereka dan saling mempertentangkan gagasan dengan menggunakan
sudut pandang yang berbeda.
c. Penafsiran
Pada saat para siswa mejalankan penelitian, mereka secara individual
berpasangan dan dalam bentuk kelompok kecil, mereka mengumpulkan banyak
sekali informasi dari berbagai sumber berbeda.
d. Motivasi Intrinsik
Dengan mengundang siswa untuk menghubungkan masalah-masalah yang
akan mereka selidiki berdasarkan keiingintahuan pengetahuan dan perasaaan
mereka investigasi kelompok meningkatkan minat pribadi mereka untuk mencari
informasi yang mereka perlukan.
32
2.4.4 Peran Guru Dalam Model Pembelajaran Investigasi kelompok( group
investigation).
1. Memberikan informasi dan intruksi yang jelas.
2. Memberikan bimbingan seperlunya dengan menggali pengetahuan siswa
yang menunjang pada pemecahan masalah.
3. Memberikan dorongan sehingga siswa lebih termotivasi.
4. Menyiapkan fasilitas-fasilitas yang dibutuhkan oleh siswa .
5. Memimpin diskusi pada pengambilan kesimpulan akhir.
2.4.5 Kelebihan dan kekurangan Model Pembelajaran Investigasi kelompok
Menurut Kholid (2014:23) Kelebihan Model Pembelajaran Investigasi
Kelompok adalah sebagai berikut:
1. Dapat melatih siswa untuk menumbuhkan kemampuan berpikir mandiri, kritis,
kreatif, reflektip dan produktif.
2. Dapat melatih siswa untuk mengembangkan sikap saling memahami dan
menghormati.
3. Dapat melatih siswa untuk memiliki kemampuan yang baik dalam
berkomunikasi.
4. Dapat menumbuhkan sikap saling berkerja sama antar siswa.
Menurut Kholid (2014:23) Kekurangan Model Pembelajaran Investigasi
Kelompok adalah sebagai berikut:
1. Merupakan model paling kompleks dan
2. Dalam melaksanakannya membutuhkan waktu yang relatif lama.
3. Sulit diterapkan apabila siswa tidak memiliki komunikasi yang baik.
33
Menurut Kurnasih dan Sani (2015:73) Kelebihan model pembelajaran
Investigasi kelompok adalah sebagai berikut:
1. Model pembelajaran Investigasi kelompok memiliki dampak positif dalam
menigkatkan prestasi belajar siswa.
2. Penerapan model ini mempunyai pengaruh positif yaitu dapat meningkatkan
motivasi belajar siswa.
3. Pembelajaran yang dilakukan membuat suasana saling bekerja sama dan
berinteraksi antar siswa dalam kelompok tanpa memandang latar belakang.
4. Model ini juga melatih siswa untuk memiliki kemampuan yang baik dalam
berkomunikasi dan mengemukakan pendapatnya.
5. Memotivasi dan mendorong siswa agar aktif dalam proses pembelajaran mulai
dari tahap pertama sampai tahap akhir pembelajaran.
Menurut kurnasih dan sani (2015:73) Kelemahan model pembelajaran
investigasi kelompok adalah:
1. Model investigasi kelompok ini memakan waktu yang lama
2. Model ini merupakan model pembelajaran yang kompleks dan sulit
dilaksanakan dalam pembelajaran kooperatif.
Berdasarkan uraian diatas maka, dapat dikemukakan kelebihan model
pembelajaran investigasi kelompok yaitu: bisa meningkatkan prestasi dan
motivasi belajar siswa, saling bekerjasama dan meningkatkan keaktifan siswa.
Kelemahan model investigasi kelompok yaitu: model ini memakan waktu yang
lama dan sulit dilaksankan dalam pembelajaran kooperatif.
34
2.5 Model pembelajaran Learning Together
2.5.1 Pengertian Model Pembelajaran Learning Together
Menurut Slavin (2005:250) menjelaskan model pembelajaran Learning
Together (LT) adalah salah satu model pembelajaraan kooperatif dengan
penggunaan kelompok pembelajaran yang heterogen, interaksi tatap muka yang
saling membantu, saling mendukung dan saling menghargai serta tanggung jawab
individual dan kelompok kecil demi keberhasilan pembelajaran. Menurut Huda
(2015:119) Dalam model pembelajaran Learning Together siswa ditempatkan
dalam kelompok-kelompok kecil, masing-masing kelompok diminta untuk
menghasilkan satu produk kelompok.
Menurut Cooper, danWilderson (1980:82) Model pembelajaran learning
together (LT) menemukan hubungan pertemanan yang jauh lebih dekat antara
siswa-siswa lintas-rasial yang diberikan perlakuan kooperatif dari pada model-
model yang bersifat individu alisasi dimana para siswa tidak diperbolehkan untuk
saling berinteraksi.
Menurut Slavin (2005:4) mengungkapkan bahwa David dan Roger
Johnson dari Universitas Minnesota mengembangkan Learning Together dari
pembelajaran kooperatif. Model yang mereka teliti melibatkan siswa yang dibagi
dalam kelompok terdiri atas empat atau lima siswa dengan latar belakang yang
berbeda mengerjakan lembar tugas. Learning Together merupakan model
pembelajaran kooperatif yang dilakukan dengan cara mengelompokkan peserta
didik yang berbeda tingkat kemampuan dalam satu organisasi. Masing–masing
anggota tim mengambil bagian proyek yang sesuai dengan minat dan
35
kemampuannya. Pada pembelajaran kooperatif tipe LT setiap kelompok
diharapkan bisa membangun dan menilai sendiri kinerja kelompok mereka.
Masing-masing kelompok harus bisa memperlihatkan bahwa kelompok
mereka adalah kelompok yang kompak baik dalam hal diskusi maupun dalam hal
memperkerjakan. Pendapat diatas menjelaskan bahwa dalam Learning together
(LT) siswa membentuk kelompok-kelompok kecil. Masing-masing kelompok
diminta untuk menghasilkan satu tugas kelompok. Guru bertugas mengawasi
kelompok- kelompok ini berdasarkan lima elemen kooperatif: interdepensi positif,
akuntabilitas individu, interaksi langsung, keterampilan-keterampilan sosial, dan
pemerosesan kelompok.
Berdasarkan uraian diatas dapat ditarik kesimpulanya model pembelajaran
Learning Together adalah model pembelajaran kooperatif ,dimana kelompok
heterogen, kelompok dibagi berdasarkan siswa yang berkempuan tinggi
digabukan dengan siswa yang berkemampuan rendah jadi masing-masing
kelompok dibagi sama rata sesuai tingkat kemampuanya. saling bekerjasama dan
betangungjawab dalam kelompok sehingga tujuan pembelajaran tercapai.
Learning Together (LT) menekan kanempat unsur Menurut Slavin (dalam,
Jhonson, Jhonson, Holubec, dan Roy (1948:18):
1. Interaksi tatap muka: Para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok yang
beranggotakan empat sampai lima orang.
2. Interdependensi positif: parasiswa bekerja sama untuk mencapai tujuan
kelompok
3. Tanggung jawab individual: para siswa harus memperlihatkan bahwa
mereka secara individual telah menguasai materinya.
36
4. Kemampuan-kemampuan interpersonal dan kelompok kecil: para siswa
diajari mengenai saran-saran yang efektif untuk bekerja sama dan
mendiskusikan seberapa baik kelompok mereka bekerja.
Kelompok pembelajaran learning together menggunakan kelompok
pembelajaran yang heterogen dan penekanan terhadap indepensi positif , serta
tanggung jawab individu. Pembelajaran kooperatif ini diharapkan mampu
menjadikan siswa saling menolong, berdiskusi, dan memecahkan masalah
bersama-sama. Ciri interdependensi positif pada model pembelajaran Learning
Together (LT) siswa ditekankan bagaimana dapat mencapai tujuan kelompok.
Tujuan kelompok dapat tercapai apabila terdapat kerja sama dan komunikasi
yang baik antar siswa dalam proses pembelajaran. Sedangkan interaksi tatap
muka memiliki keuntungan untuk mempermudah komunikasi antar siswa
sehingga informasi- informasi yang diperlukan dalam proses pembelajaran
diterima dengan baik.
Selanjutnya, tanggung jawab individual ditujukan agar setiap siswa
telah dapat menguasai materi atau konsep sebelum diskusi kelompok
berlangsung, sehingga saat diskusi proses bertukar informasi dapat berjalan
secara aktif.Kelompok kecil yang terdapat pada Learning Together (LT)
memberikan kemudahan pembagian tugas kepada masing-masing siswa dalam
kerja kelompok, sehingga semua siswa dapat berpartisipasi dalam diskusi
kelompok.
37
2.5.2 Langkah- langkah Model Pembelajaran Learning Together
Sintaks atau langkah-langkah model pembelajaran learning together
(LT) Menurut David dan Roger Johnson (dalam Slavin, 2009:25) diantaranya:
1. Membagi siswa menjadi 4 atau 5 kelompok
2. Anggota kelompoknya bersifat heterogen
3. Setiap kelompok diberi tugas yang harus dikerjakan secara bersama-sama
oleh setiap kelompok.
4. Hasil pekerjaan setiap kelompok dinilai oleh guru
5. Guru memberikan penghargaan kepada kelompok atas pekerjaan yang telah
dihasilkan
6. Penghargaan dapat berupa pujian atau bentuk lain yang bersifat mendidik
sehingga dapat menumbuhkan semangat siswa untuk lebih berprestasi lagi.
Menurut Faturrohman (2015:68) Adapun langkah-langkah pembelajaran
model learning Together adalah :
1. Guru menyampaikan pelajaran,
2. Membentuk kelompok yang anggotanya 4 atau 5 secara heterogen.
3. Masing-masing kelompok menerima lembar tugas untuk bahan diskusi
4. Beberapa kelompok mempresentasikan hasil pekerjaanya.
5. Pemberian pujian dan penghargaan berdasarkan hasil kerja kelompok.
Berdasarkan langkah-langkah model pembelajaran Learnimg Together
dapat disimpulkan bahwa dalam model ini siswa dibagi 4 atau 5 kelompok yang
saling bekerjasama, setiap kelompok dibagi secara kolektif dan diberikan
permasalahan serta ditahap evaluasi diberikan penghargaan kepada kelompok
terbaik.
38
2.5.3 Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Learning Together
Kelebihan model pembelajaran tipe Learning Together Menurut Cooper,
Jhonson, Jhonson, dan Wilderson (1980:84) yaitu:
a) Siswa lebih mudah menemukan pilihan pertemanan secara signifikan saat
belajar bersama (learning together) dibandingkan belajar sendiri
(individualistik).
b) Menghilangkan kesenjangan antara siswa yang pintar dengan yang kurang
pintar.
c) Siswa menjadi lebih aktif dalam pembelajaran karena diberi bahan diskusi
oleh guru dan harus berfikir kritis dalam menyelesaikan tugas yang
diberikan oleh guru.
d) Meningkatkan kerjasama siswa dalam kelompok dengan prinsip belajar
bersama (learningtogether).
e) Melatih tanggung jawab dan rasa percaya dirisiswa
f) Siswa termotivasi untuk memperdalam pemahamannya dalam menguasai
materi.
Kelemahan model pembelajaran tipe Learning Together Menurut
Cooper, Jhonson, Jhonson, dan Wilderson (1980:85) yaitu:
a) Hanya cocok diterapkan untuk kegiatan diskusi dan presentasi.
b) Memakan waktu cukup lama dan sedikit membosankan.
c) Tidak bisa melihat kemampuan tiap-tiap siswa karena mereka bekerja dalam
kelompok.
d) Ada siswa yang mengambil jalan pintas dengan meminta tolong pada
temannya untuk mencarikan jawaban.
39
Adapun Menurut Lie (2010:47) Kelebihan model pembelajaran
Learning Together adalah sebagai berikut:
1. Dapat diterapkan pada semua kelas atau tingkatan.
2. Memudahkan proses pengambilan suara saat diskusi.
3. Diharapkan siswa akan berani mengungkapakan pendapat dan idenya.
4. Lebih banyak tugas yang bisa dilakukan.
5. Menambah kekompakan dan rasa percaya diri siswa.
6. Membantu meningkatkan minat dan prestasi belajar .
Menurut Lie (2010:47) Kelemahan model pembelajaran Learning
Together adalah sebagai berikut:
1. Membutuhkan lebih banyak waktu.
2. Membutuhkan sosialisai yang baik.
3. Siswa mudah melepaskan diri dari keterlibatan.
4. Guru kmerasa kesulitan mengelolah kelas.
Berdasarkan kelebihan dan kekurangan model pembelajaran Leraning
Together. Dapat ditarik kesimpulanya yaitu kelebihan model Learning
Together adalah siswa lebih aktif dalam pembelajaran karena saling
bekerjasama dan bertukar informasi sehingga siswa bisa memahami dan
menguasai materi yang diberikan. Dan kelemahan model ini adalah sulit
melihat kemapuan siswa karena mereka bekerja sama dalam diskusi.
40
2.6 Mata Pelajaran Ekonomi ( Materi Kerjasama Ekonomi Internasional)
A. Pengertian Kerjasama ekonomi internasional
Kerja sama internasional adalah bentuk hubungan yang dilakukan oleh suatu
negara dengan negara lain yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan rakyat dan
kepentingan negara-negara di dunia. Kerja sama internasional, meliputi kerja
sama di bidang politik, sosial, pertahanan keamanan, kebudayaan, dan ekonomi,
berpedoman pada politik luar negeri masing-masing. Kerjasama biasa dilakukan
oleh dua negara atau lebih tujuan dari kerjasama adalah untuk mencukupi
kebutuhan masyarakat masing-masing negara, untuk mencegah atau menghindari
konflik yang mungkin terjadi, untuk memperoleh pengakuan sebagai negara
merdeka, untuk mempererat hubungan antar negara di berbagai bidang.
Membebaskan bangsa-bangsa di dunia dari kemiskinan, kelaparan dan
keterbelakangan di bidang ekonomi, memajukan perdagangan, mempercepat
pertumbuhan ekonomi, meningkatkan kestabilan dalam bidang ekonomi, politik,
sosial, budaya dan pertahanan keamanan, memelihara ketertiban dan perdamaian
dunia, meningkatkan dan memperat tali persahabatan antarbangsa di dunia
B. Tujuan Kerjasama Ekonomi Internasional
1. Meningkatkan Ekspor Impor. Untuk memperlancar ekspor impor, Indonesia
bergabung dalam organisasi perdagangan sehingga mengetahui kebijakan
perdagangan antarnegara. Dengan begitu, Indonesia bisa meningkatkan kinerja
ekspor tanpa melanggar aturan.
2. Mempercepat Pembangunan Nasional. Kerja sama ekonomi antarnegara
berguna untuk mendapatkan modal dan bantuan pembangunan. Kebutuhan
41
dana tersebut disalurkan melalui Bank Pembangunan Asia, Bank Dunia, atau
lembaga keuangan internasional lainnya.
3. Membebaskan Negara dari Keterbelakangan Ekonomi. Pertumbuhan ekonomi
tiap-tiap negara berbeda-beda. Kerja sama ini diharapkan mampu mengurangi
ketertinggalan melalui pemberian bantuan berupa modal, teknik, dan sumber
daya manusia yang ahli.
4. Jalinan Persahabatan Antarnegara. Keterlibatan negara-negara di dunia dapat
mempererat persahabatan antarnegara di dunia. Kondisi ini memberikan sinyal
positif dalam menjaga persaudaraan antarnegara.
5. Memelihara Perdamaian Dunia. Untuk mewujudkan perdamaian dibutuhkan
peran aktif beberapa negara di dunia
C. Bentuk-Bentuk Kerjasama Ekonomi Internasional
a. Kerja Sama Bilateral
Kerjasama bilateral adalah sebuah bentuk kerja sama yang melibatkan dua
negara di dunia. Misalnya kerja sama antara Indonesia dengan Republik
Korea dalam bidang ekonomi dan teknik.
b. Kerja Sama Regional
Kerjasama regional adalah bentuk kerjasama yang terjalin &antara
beberapa Negara dalam satu wilayah atau kawasan. Kerja sama ini tidak
dapat dilepaskan dari persamaan lokasi, historis geografis, teknik, sumber
daya alam, dan pemasaran. Misalnya ASEAN di wilayah Asia Tenggara,
APEC di wilayah Asia Pasifik, dan MEE di wilayahEropa.
42
c. Kerja Sama Sub-Regional
Kerja sama sub regional dilakukan oleh beberapa negara di dalam sub
kawasan. Misalnya kerja sama tiga Negara antara Belgia, Belanda, dan
Luksemburg. Kerja sama ini dikenal dengan Benelux. Di kawasan Asia
Tenggara juga terjalin kerja sama antara Indonesia, Malaysia, dan
Singapura. Bentuk kerja sama ini berupa kerja sama pertumbuhan
ekonomi atau Growth Triangle (IMT-GT).
d. Kerja sama multilateral
Kerja sama multilateral adalah bentuk kerja sama yang melibatkan
beberapa negara di dunia tanpa memandang batas wilayah tertentu. Kerja
sama ini bersifat global atau internasional. Misalnya, WTO, PBB, Bank
Dunia, ILO, WHO, dan UNDP.
Dalam buku ekonomi K13 bentuk-bentuk kerja sama ekonomi
internasional terbagi menjadi bilateral, regional, sub-regionla dan
mutirateral.
2.7 Pengaruh Model Pembelajaran Dengan Hasil Belajar
2.7.1 Pengaruh Model Pembelajaran Investigasi kelompok terhadap Hasil
Belajar
Model pembelajaran investigasi kelompok adalah kelompok kecil untuk
menuntun dan mendorong siswa dalam keterlibatan belajar. Model ini menuntut
siswa untuk memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi maupun dalam
keterampilan proses kelompok. Menurut Udin S. Winataputra, dkk (2007:39)
menjelaskan model investigasi kelompok telah digunakan dalam berbagai situasi
dan dalam berbagai bidang studi dan berbagai tingkat usia. Pada dasarnya model
43
ini dirancang untuk membimbing para siswa mendefinisikan masalah,
mengeksplorasikan berbagai cakrawala mengenai masalah, menggumpulkan data
yang relevan, mengembangkan dan mengetas hipotesis.
Menurut Setiawan (2006:9) Model investigasi kelompok mendorong siwa
untuk belajar aktif dan lebih bermakna. Artinya siswa dituntut selalu berpikir
tentang suatu persoalan dan mereka mencari sendiri cara penyelesaiannya.
Dengan demikian mereka terlatih menggunakan keterampilan pengetahuannya
sehingga memberi dampak posititf terhadap hasil belajarnya.Dalam model
pembelajaran investigasi kelompok siswa belajar dengan aktif mulai dari tahap
pertama sehingga tahap evaluasi pada model ini siswa dituntut untuk
mengumpulkan berbagai informasi dari berbagai sumber dan meninvestigasikan
nya.
Menurut Joyce dan Weil (dalam Aunurrahman, 2012:153) Menyimpulkan
bahwa model investigasi kelompok memiliki kelebihan dan komprehensivitas
dimana model ini memadukan penelitian akademik, interaksi sosial, dan proses
belajar sosial. Karena itu model ini sangat sesuai untuk merespon kebutuhan-
kebutuhan siswa akan pentingnya pengembangan kemampuan kooperatif learning
melalui kerja kelompok beranjak dari pengalaman-pengalaman masing-masing
siswa guna mewujudkan interaksi sosial yang baik. Dengan kerja sama yang baik
dalam memahami suatu materi bisa meningkatkan hasil belajar siswa.
Model pembelajaran investigasi kelompok dan hasil belajar adalah dengan
adanya kerjasama di antara kelompok siswa harus memperdalam dan memahami
suatu materi dari proses awal hingga proses akhir sehingga siswa bisa mengerti
dengan materi yang diberikan guru. Informasi tidak hanya didapat dari guru saja
44
namun dari teman sekelompok juga saling bertukar informasi mengenai materi
yang dikerjakan .model investigasi kelompok ini dapat meningkatkan hasil belajar
siswa karena siswa dituntut untuk aktif dalam proses pembeljaran sehingga siswa
memahami materi yang diajarkan.
2.7.2 Pengaruh Model Pembelajaran Learning Together Terhadap Hasil
Belajar
Menuru Slavin (2008:55) Learning Together (LT) didasarkan pada
pembelajaran individual semua anggota kelompok, sehingga dapat meningkatkan
pencapaian siswa dan memiliki pengaruh positif terhadap hasil belajar yang
dikeluarkan. Menurut Johnson, Johnson & Scott (1978:26) menemukan perbedaan
yang signifikan terhadap kelompok individualistik, tetapi dapat menstimulasi
motivasi, proses, dan dapat meningkatkan hasil belajar menggunakan belajar
bersama yang berkaitan dengan materi tertentu padasituasi yang nyata.
Berdasarkan uraian diatas bahwa pengaruh Model Learning Together (LT)
yang melibatkan tanggung jawab individual yang cukup konsisten yang
signifikan dan telah diungkapkan perbedaan individual berkaitan dengan
kemampuan siswa, jadi uraian tersebut menekankan bahwa perbedaan individual
sangat mempengaruhi kemampuan dan prestasi siswa. Perlunya semacam
individual telah dipandang penting khususnya dalam pembelajaran, dimana
pembelajaran dari tiap kemampuan yang diajarkan sebagian besar tergantung pada
penguasaan kemampuan yang dipersyaratkan.
Model pembelajaran kooperatif tipe LT merupakan model pembelajaran
yang membentuk kelompok kecil yang heterogen dengan latar belakang cara
berfikir yang berbeda untuk saling membantu terhadap siswa lain yang
45
membutuhkan bantuan dan diterapkan bimbingan antar teman yaitu siswa yang
pandai bertanggung jawab terhadap siswa yang kurang pandai, disamping itu
dapat meningkatkan partisipasi siswa dalam kelompok kecil.
2.8 Hasil Penelitian yang Relevan
Ada beberapa hasil penelitian terdahulu yang relevan atau berhubungan
dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti, yaitu sebagai berikut:
1. Hasil penelitian yang dilakukan oleh : Yunita Haffidianti yang berjudul “
penerapan Model Pembelajaran Group Investigation (GI) Dalam upaya
meningkatkan Hasil Belajar peseta didik pada Materi poko Bangun Ruang
Kelas VIII F MTS N 1 Semarang”. Dimana hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa pra siklus diperoleh rata-rata hasil belajar dan ketuntasan belajar pada
pra siklus adalah 52,97 dan 26,32%. Setelah dilakukan siklus 1 rata-rata hasil
belajar dan kekuntasan belajar mengalami peningkatan yaitu menjadi 57.89
dan 52.63% . pada siklus II setelah diadakan refleksi pelaksanaan tindakan
pada siklus II mengalami peningkatan yaitu rata-rata hasil belajar dan
ketuntasan belajar adalah 74.90 dan 91.89% .Dari hasil tersebut dapat
disimpulkan dengan penerapan model pembelajaran Groub Investigation
pada materi pokok bangun ruang dapat meningkatkan hasil belajar peserta
didik kelas VIII F mts Negeri 1 semarang tahun pelajaran 2010/2011.
2. Pada penelitan dahulu oleh Azizah (2007) mahasiswa Universitas
Muhammadiyah Malang yang Berjudul “ Pengaruh Model Pembelajaran
Kooperatif tipe Investigasi Kelompok Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa
Kelas IV SD N Lowokwaru 3 Malang.” Hasil uji hipotesis diperoleh thitung
sebesar 2,148 sedangkan nilai ttabel dengan taraf signitifikan 5% adalah 2,042.
46
Dengan hasil ini dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang
signitifikan model pembelajaran kooperatif tipe investigasi kelompok
terhadap hasil belajar IPA siswa VI SD N Lowonkwaru 3 Malang.
3. Hasil relevan yang dilakukan oleh : Karina (2016) mahasiswa universitas
negeri yogyakarta yang berjudul : “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif
Tipe Group Investigation ( Investigasi Kelompok ) Terhadap Hasil Belajar
Matematika Siswa Kelas VI SD Muhammadiyah Karangharjo”. Hasil uji
hipotesis diperoleh thitung sebesar 2,596 sedangkan nilai ttabel dengan taraf
signitifikan 5% adalah 2,021. Dengan hasil ini dapat dinyatakan bahwa
terdapat perbedaan yang signitifikan hasil belajar matematika siswa yang
belajar melalui model pembelajaran kooperatif tipe investigasi kelompok
dengan siswa yang belajar dengan model konvensional. Berdasarkan
perbedaan tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang
signitifikan model pembelajaran kooperatif tipe group investigations terhadap
hasil belajar matematika siswa kelas IV SD Muhammadiyah Karangharjo.
4. Hasil relevan yang dilakukan oleh : Edy Sulistyo (2012) yang Berjudul
“Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Learning Together Terhadap
Hasil Belajar Sejarah’’. Hasil penelitian diperoleh dari rata-rata hasil belajar
siswa untuk kelas eksperimen (model pembelajaran Learning Together)
adalah sebesar 85,71 dan standart deviasinya adalah sebesar 70,00 dan rata-
rata hasil belajar siswa untuk kelas kontrol (model pemnbelajaran
konvensional) adalah sebesar 72,80 dan standart deviasinya adalah 70,00.
Dapat dilihat bahwa model learning together dapat meningkatkan hasil
belajar.
47
5. Hasil relevan yang dilakukan oleh : Arif Hidayat (2011) yang Berjudul “
Perbedaan Hasil Belajar Siswa dengan Menggunakan Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe Learning Together dan model konvensional. Hasil penelitian
menunjukan bahwa pengaruh terhadap hasil ketuntasan siswa sebanyak 26
dari 36 sebesar 72,22% siswa tuntas pada kelas AV 2 dengan menggunakan
model pembelajaran Learning Together, sedangkan pada kelas AV 1
menggunakan model konvensional yang tuntas hanya 15 dari 36 siswa
sebesar 58,33% siswa yang tuntas, dengan standart ketuntasan minimal
sebesar70%.
2.9 Kerangka Berpikir
Menurut Sugiyono (2017:60) Karangka berpikir adalah model konseptual
tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah
diindentifikasi sebagai masalah yang penting. Karangka berpikir yang baik akan
menjelaskan secara teoritis pertautan anatar variabel yang akan diteliti. Jadi secara
teoritis perlu dijelaskan hubungan antar variabel independen dan dipenden.
Latar belakang masalah yang dijelaskan pada penelitian ini menunjukan
bahwa hasil belajar siswa masih rendah. Hal ini disebakan karena guru yang
masih menggunkan model konvensional dalam proses pembelajaran contohnya
seperti ceramah dan tanya jawab dan memberi tugas mengisi lks. Guru tidak
menggunakan model yang menarik dan bervariasi sehingga menyebabkan hasil
belajar siswa rendah karena kurangnya pemahaman siswa dengan model
pembelajaran konvensional. Maka penelitian ini menerapkan model yang belum
48
diterapkan guru yaitu model Investigasi kelompok dan Learning Together untuk
mengetahui apakah model ini dapat mempengaruhi hasil belajar siswa.
Menurut Medyasari, Muhtarom, dan sugiyanti 2017( dalam jurnal
Wicaksono, Sagita, Nugroho vol 8. No.2 2017:2) Model pembelajaran investigasi
kelompok merupakan model pembelajaran kooperatif yang mengahruskan siswa
untuk aktif dan berpartisifasi dalam proses pembelajaran dengan cara mengali/
mencari informasi materi yang akan dipelajari secara mandiri dengan bahan yang
tersedia.
Menurtu Salvin (2008) Model pembelajran learning together adalah model
pembelajaran kooperatif yang dilakukan dengan cara mengelompokkan peserta
didik yang berbeda tingkat kemampuan dalam satu organisasi. Masing –masing
anggota tim mengambil bagian proyek yang sesuai dengan minat dan
kemampuannya. Dalam Learning together (LT) siswa membentuk kelompok-
kelompok kecil. Masing-masing kelompok diminta untuk menghasilkan satu tugas
kelompok. Guru bertugas mengawasi kelompok- kelompok ini berdasarkan lima
elemen kooperatif: interdepensi positif, akuntabilitas individu, interaksi langsung,
keterampilan-keterampilan sosial, dan pemerosesan kelompok.
Jadi dengan adanya model pembelajaran Investigasi kelompok dan
Learning together bisa memotivasi siswa dalam pembelajaran membuat siswa
aktif dikelas. Dengan model pembelajaran yang bervaiasi ini membuat siswa tidak
bosan dalam proses pembelajaran karena model ini meningkatkan pengetahuan
siswa sehingga siswa itu aktif. Siswa tidak hanya mendapatkan pengetahuan
pemehaman materi dari guru saja namun siswa bisa mendaptkan informasi dari
teman sekelompoknya. Baik model pembelajaran investigasi kelompok dan
49
learning together mendorong siswa untuk berperan aktif dalam belajar. diharapkan
siswa benar-benar dapat memahami materi yang ada dalam pembelajran dan
meningkatkan hasil belajar dari yang sebelumnya.
Berdasarkan uraian diatas karangka berpikir dari penelitian ini adalah :
Sugiyono (2017:60)
Bagan 2.1 Kerangka Berpikir
Obeservasi
Subjek Penelitian
Kelas Eksperimen I
Post Test
Hasil Belajar
Post Test
Model Pembelajaran Learning
Together
Pre Test Pre Test
Kelas Ekperimen II
Model Pembelajaran Investigasi
Kelompok
Hasil Belajar
Analisis Data
Kesimpulan
50
2.10 Hipotesis
Menurut Sugiyono (2017:63) Hipotesis adalah jawaban sementara
terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah
dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Dikatakan sementara karena
jawaban yang diberikan pada teori yang relevan belum didasarkan pada fakta-
fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data. Menurut Karlinger
(dalam Sinambela, 2014:55) Hipotesis adalah jawaban sementara dari masalah
yang dirumuskan yang akan diuji kebenaranya melalui data empirik yang
diperoleh. Dimana dalam penelitian ini hipotesisnya berbunyi :
1. Ho = Tidak Terdapat Pengaruh pe ner ap an Mo de l Pembelajaran
Kooperatif Tipe Investigasi Kelompok dan Learning Together Terhadap
Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Ekonomi Kelas XI IPS SMA N 6
Batanghari.
Ha= Terdapat Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Investigasi Kelompok dan Learning Together Terhadap Hasil Belajar Siswa
Pada Mata Pelajaran Ekonomi Kelas XI IPS SMA N 6 Batanghari.
top related