bab ii kajian pustaka a. tinjauan peneletitian …eprints.umm.ac.id/48870/3/bab ii.pdf11 bab ii...
Post on 06-Jun-2020
11 Views
Preview:
TRANSCRIPT
11
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Tinjauan Peneletitian Terdahulu
Hasil penelitian yang relevan dengan penelitian ini, dilakukan oleh
Wolfe, Sauaia (2003). Penelitian ini adalah penelitian pengembangan dalam
simulasi bisnis dan pengalaman pembelajaran, menggunakan sampel satu
perusahaan yang memiliki lima permaianan top management. Kesimpulan dari
penelitian ini adalah Tobin's Q dapat digunakan sebagai alat diagnostik dan
prediktor kesuksesan perusahaan ketika diterapkan dalam permainan kebijakan
bisnis.
Sudiyanto, Puspitasari (2010). Penelitian ini adalah penelitian kajian
yang membahas Tobin's Q sebagai indikator pengukuran kinerja perusahaan.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah Tobin's Q dapat digunakan untuk
mengetahui kinerja perusahaan melalui potensi perkembangan harga saham,
potensi kemampuan manajer dalam mengelola aktiva perusahaan dan potensi
pertumbuhan investasi.
Rengga, Sukamulja (2015). Penelitian ini menggunakan data sekunder
berupa laporan keuangan pada perusahaan sektor barang konsumsi yang
terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia pada periode tahun 2000-2013.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah kinerja keuangan perusahaan pada sektor
barang konsumsi dalam kedaan baik, hal tersebut dikarenakan nilai Tobin's Q
12
perusahaan yang menjadi sampel penelitian lebih banyak perusahaan yang
memiliki nilai Tobin's Q > 1.
Hutabarat, Senjaya (2016). Penelitian ini menggunakan data sekunder
yang berupa laporan keuangan tahunan yang terdaftar dalam Busra Efek
Indonesia yang tergabung dalam KOMPAS100 pada tahun 2010-2014.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah perusahaan yang tergabung dalam
KOMPAS100 lebih banyak yang menunjukkan undervalued atau nilai Tobin's
Q < 1. Hal tersebut berarti bahwa aset perusahaan lebih rendah nilainya daripada
nilai pasar, seperti pada perusahaan BBNI, BBRI, BBTN, BDMN, PNBN,
BMRI, BBCA, BBKP, BJBR dari tahun ini 2010-2014. Sedangkan yang
menunjukkan overvalued atau nilai Tobin's Q > 1 adalah perusahaan BBTN
pada tahun 2011.
Fu, Singhal, Parkash (2016). Penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan sampel perusahaan Amerika Serikat yang diperdagangkan pada
periode tahun 1988-2004. Kesimpulan yang diperoleh adalah adanya hubungan
yang terkait antara Tobin's Q dan kinerja perusahaan dimasa depan, dimana
Tobin's Q yang tinggi akan menghasilkan kinerja perusahaan yang tinggi.
B. Teori dan Kajian Pustaka
1. Kinerja Keuangan Perusahaan
Menurut Indra Bastian (2006) kinerja keuangan adalah gambaran
dari pencapaian pelaksanaan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan
visi dari suatu organisasi. Sedangkan menurut Irham Fahmi (2011) kinerja
13
keuangan adalah suatu analisis yang dilakukan untuk melihat suatu
perusahaan telah melaksanakan dan menggunakan aturan pelaksanaan
keuangan secara baik dan benar.
Kinerja dari suatu perusahaan adalah gambaran tentang kondisi
keuangan perusahaan yang kemudian dianalisis dengan alat analisis
keuangan, sehingga perusahaan dapat mengetahui kondisi keuangan yang
memperlihatkan prestasi dari kinerja perusahaan dalam periode tertentu.
Penilaian kinerja keuangan perusahaan sangatlah penting agar sumber daya
dapat digunakan secara optimal. Penilaian tersebut adalah cara yang dapat
dilakukan oleh pihak manajemen agar kewajiban terhadap para penyandang
dana terpenuhi dan tujuan yang telah ditetapkan perusahaan tercapai.
Tujuan penilaian kinerja adalah untuk mengetahui kualitas
manajemen organisasi maupun manajemen keuangan suatu perusahaan.
Menurut Mulyadi (2001) tujuan penilaian kinerja perusahaan adalah untuk
memotivasi karyawan dalam mencapai sasaran organisasi dan memenuhi
standar perilaku yang telah ditetapkan agar hasil yang diperoleh sesuai
dengan yang diinginkan. Standar perilaku tersebut adalah kebijakan
manajemen atau rencana formal yang dituangkan dalam anggaran.
2. Analisis Kinerja Keuangan Perusahaan
Menurut Jumingan (2006) analisis kinerja keuangan adalah proses
pengkajian secraa kritis terhadap keuangan perusahaan mengenai data,
menghitung, mengukur, menginterprestasi dan memberikan solusi terhadap
keuangan suatu perusahaan pada periode tertentu.
14
Menurut Sutrisno (2013) menyatakan bahwa dalam menganalisis
kinerja keuangan suatu perusahaan dapat dilakukan dengan cara sebagai
berikut :
a. Analisis Rasio Keuangan
Menurut Fahmi (2011), analisis rasio keuangan adalah instrumen
analisis dari prestasi perusahaan yang dapat menjelaskan hubungan dan
indikator keuangan untuk menunjukkan perubahan dalam kondisi
keuangan atau prestasi dari perusahaan di masa lalu. Menurut Samryn
(2011), analisis rasio keuangan adalah cara yang membuat perbandingan
data keuangan perusahaan, dimana rasio keuangan menjadi dasar untuk
menjawab pertanyaan penting mengenai kesehatan keuangan
perusahaan.
Analisis rasio keuangan yang pada dasarnya disusun dengan
menggabungkan angka-angka yang ada dalam laporan keuangan laba-
rugi dan neraca. Menggunakan cara rasio tersebut diharapkan pengaruh
dari perbedaan ukuran akan hilang. Perhitungan menggunakan analisis
rasio akan memberikan manfaat bagi perusahaan atau pihak-pihak yang
terkait dengan perusahaan.
1) Rasio Likuiditas
Rasio Likuiditas menurut Martono dan Agus (2010) adalah
rasio yang menunjukkan hubungan antara kas perusahaan dan aktiva
lancar dengan hutang lancar. Kegunaan rasio ini untuk mengukur
15
kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek
perusahaan.
Rasio Likuiditas adalah rasio keuangan yang digunakan
untuk menggambarkan kondisi keuangan suatu perusahaan. Rasio
ini digunakan sebagai alat ukur untuk menilai kemampuan
perusahaan dalam melunasi kewajiban-kewajiban jangka pendek
atau kewajiban lancar pada saat jatuh tempo. Rasio yang termasuk
dalam rasio likuiditas adalah sebagai berikut :
a) Current Ratio
b) Quick Ratio
c) Cash Rasio
2) Rasio Leverage
Rasio leverage menurut Martono dan Agus (2010) adalah
rasio yang mengukur seberapa banyak perusahaan dalam
menggunakan dana dari hutang atau pinjaman. Menurut Hanafi dan
Halim (2009), rasio leverage digunakan untuk mengukur
kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka
panjang dan mengukur likuiditas jangka panjang perusahaan.
Rasio leverage atau rasio solvabilitas adalah rasio yang
digunakan untuk mengukur seberapa jauh aktiva perusahaan yang
dibayai dengan hutang. Rasio ini mengukur kemampuan perusahan
dalam memenuhi kewajiban jangka panjang. Rasio yang termasuk
dalam rasio laverage adalah sebagai berikut :
16
a) Debt to Total Assets Ratio (DTA)
b) Long Term Debt to Equity Ratio (LTDtER)
c) Times Interest Earned Ratio (TIE)
d) Debt to Equity Ratio (DER)
3) Rasio Aktivitas
Menurut Martono dan Agus (2010) rasio aktivitas adalah
rasio yang mengukur efisiensi perusahaan dalam mengelola aset
yang dimiliki. Menurut Kasmir (2013), rasio aktivitas digunakan
untuk melihat ukuran tingkat efektivitas perusahaan dalam
menggunakan aktiva yang dimiliki oleh perusahaan tersebut.
Rasio aktivitas adalah rasio yang mengukur efisiensi dari
suatu perusahaan dalam menggunakan aset-aset yang dimiliki.
Rasio ini juga dikenal sebagai rasio efisiensi. Rasio yang termasuk
dalam rasio aktivitas adalah sebagai berikut :
a) Total Assets Turnover
b) Receivable Turnover
c) Inventory Turnover
d) Average Day’s Inventory
e) Working Capital Turnover
4) Rasio Keuntungan
Rasio profitabilitas menurut Munawir (2012) adalah rasio
yang menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan
laba, sedangkan untuk pemegang saham rasio ini menunjukkan
17
tingkat penghasilan dalam berinvestasi. Menurut Sartono (2012),
rasio profitabilitas dapat mengetahui kemampuan perusahaan dalam
memperoleh laba melalui penjualan, total aktiva maupun modal
sendiri.
Rasio keuntungan atau profitability ratio adalah rasio yang
menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memperoleh
keuntungan dari penggunaan modal yang dimiliki. Rasio yang
termasuk dalam rasio keuntungan adalah sebagai berikut :
a) Gross Profit Margin
b) Net Profit Margin
c) Return on Assets
d) Return on Investment
e) Return on Equity
f) Earning per Share
5) Rasio Penilaian
Menurut Sudana (2011) rasio penilaian adalah rasio yang
terkait dengtan penilaian kinerja saham perusahaan yang telah
diperdagangkan di pasar modal atau perusahaan tersebut go public.
Menurut Harahap (2010) rasio penilaian adalah rasio yang lazim dan
khusus digunakan di pasar modal yang menggambarkan keadaan
dari prestasi perusahaan di pasar modal.
Rasio penilaian atau valuation ratio adalah rasio yang
digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen dalam
18
menciptakan nilai pasar agar dapat melebihi biaya modal yang
dimiliki. Jenis-jenis pengukuran rasio nilai pasar menurut Fahmi
(2011) adalah sebagai berikut::
a) Earning Per Share (EPS)
Earning Per Share (EPS) adalah analisis yang
menggambarkan jumlah keuntungan yang akan diperoleh
untuk setiap lembar sahamnya. Semakin tinggi nilai EPS maka
pengembalian yang diperoleh investor juga akan tinggi.
Menurut Fahmi (2011), pendapatan per lembar saham
adalah pemberian keuntungan yang diberikan kepada
pemegang saham dari setiap lembar saham yang dimiliki
perusahaan Tjiptono dan Hendry (2001) earning per shares
adalah rasio yang menunjukkan keuntungan atau pengembalian
yang diperoleh investor atau pemegang saham per lembar
saham.
𝐸𝑃𝑆 =𝐸𝑎𝑟𝑛𝑖𝑛𝑔 𝐴𝑓𝑡𝑒𝑟 𝑇𝑎𝑥
∑ 𝐿𝑒𝑚𝑏𝑎𝑟 𝑆𝑎ℎ𝑎𝑚
b) Price Earning Ratio (PER)
Price Earning Ratio (PER) dapat menunjukkan
seberapa besar seorang investor bersedia untuk membayar per
satuan mata uang dari keuntunganyang dilaporkan. Semakin
tinggi PER maka perusahaan memiliki pendapatan yang tinggi.
Price Earning Ratio menilai seberapa layak saham tersebut
dibeli oleh investor.
19
Menurut Jogiyanto (2009) rasio ini menunjukkan
investor dalam menilai harga dari saham terhadap kelipatan
earnings. Menurut Sutrisno (2013) Price Earning Ratio adalah
rasio yang mengukur bersarnya perbandingan antara harga
saham dengan keuntungan yang diperoleh investor.
𝑃𝐸𝑅 =𝑀𝑎𝑟𝑘𝑒𝑡 𝑃𝑟𝑖𝑐𝑒 𝑃𝑒𝑟𝑠ℎ𝑎𝑟𝑒
Earning Pershare
c) Price Book Value (PBV)
Price Book Value(PBV) menggambarkan potensi pergerakan
harga saham memiliki harga murah atau mahal. Semakin besar
nilai PBV maka harga saham tersebut dianggap semakin mahal.
Menurut Sihombing (2008) Price to Book Value adalah nilai
yang digunakan untuk membandingkan saham perusahaan
dengan saham lainnya lebih mahal atau murah dengan
membandingkan dua perusahaan atau lebih yang memiliki sifat
bisnis yang sama. Rumus Price to Book Value adalah sebagai
berikut:
𝑃𝐵𝑉𝑀𝑎𝑟𝑘𝑒𝑡 𝑃𝑟𝑖𝑐𝑒 𝑝𝑒𝑟 𝑆ℎ𝑎𝑟𝑒
𝐵𝑜𝑜𝑘 𝑉𝑎𝑙𝑢𝑒 𝑝𝑒𝑟 𝑆ℎ𝑎𝑟𝑒
d) Book Value Per Share (BVS)
Rumus Book Value Per Share adalah sebagai berikut:
𝐵𝑉𝑆 =𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑆ℎ𝑎𝑟𝑒 𝐻𝑜𝑙𝑑𝑒𝑟′𝑠 𝐸𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦 − 𝑃𝑟𝑒𝑓𝑓𝑒𝑟𝑒𝑑 𝑆𝑡𝑜𝑐𝑘
𝐶𝑜𝑚𝑚𝑜𝑛 𝑆ℎ𝑎𝑟𝑒𝑠 𝑂𝑢𝑡𝑠𝑡𝑎𝑛𝑑𝑖𝑛𝑔
e) Dividen Yield
Rumus Dividen Yield adalah sebagai berikut:
20
𝐷𝑖𝑣𝑖𝑑𝑒𝑛 𝑌𝑖𝑒𝑙𝑑 =𝐷𝑒𝑣𝑖𝑑𝑒𝑛 𝑝𝑒𝑟 𝑆ℎ𝑎𝑟𝑒
𝑀𝑎𝑟𝑘𝑒𝑡 𝑃𝑟𝑖𝑐𝑒 𝑝𝑒𝑟 𝑆ℎ𝑎𝑟𝑒
f) Dividen payout ratio
Rumus Dividen payout ratio adalah sebagai berikut:
𝐷𝑖𝑣𝑖𝑑𝑒𝑛 𝑃𝑎𝑦𝑜𝑢𝑡 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 =𝐷𝑒𝑣𝑖𝑑𝑒𝑛 𝑝𝑒𝑟 𝑆ℎ𝑎𝑟𝑒
𝐸𝑎𝑟𝑛𝑖𝑛𝑔 𝑝𝑒𝑟 𝑆ℎ𝑎𝑟𝑒
g) Tobin’s Q
Tobin;s Q dapat dikatakan sebagai rasio penilaian
dikarenakan rasio ini dapat digunakan untuk mengukur
kemampuan manajemen dalam menciptakan nilai pasar.
Menurut Sudiyanto (2010) Tobin's Q adalah rasio yang
digunakan untuk mengetahui kinerja perusahaan melalui
potensi perkembangan harga saham, potensi kemampuan
manajer dalam mengelola aktiva perusahaan dan potensi
pertumbuhan investasi.
Kelebihan Tobin’s Q jika dibandingkan dengan rasio
penilaian lainnya adalah rasio yang tidak hanya mengukur
keadaan perusahaan di pasar melalui harga saham yang beredar
dan jumlah saham yang beredar, tetapi juga mengukur aktiva
dan kewajiban yang ada pada perusahaan, sedangkan rasio
penilaian lainnya hanya mengukur keadaan perusahaan dilihat
dari saham dan harga saham yang dimiliki.
Rasio Earning Per Share hanya mengukur jumlah
keuntungan yang diperoleh ivestor di setiap lembar saham yang
dimiliki. Price Earning Ratio menunjukkan investor dalam
21
menilai harga saham dengan keuntungan yang diperoleh. Price
Book Value menggambarkan harga saham memiliki harga
murah atau mahal.
Menurut Lindenberg dan Ross (1981), Tobin's Q
secara matematis dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
𝑄 =𝑀𝑎𝑟𝑘𝑒𝑡 𝑉𝑎𝑙𝑢𝑒 𝑆ℎ𝑎𝑟𝑒 + 𝑀𝑎𝑟𝑘𝑒𝑡 𝑣𝑎𝑙𝑢𝑒 𝑜𝑓 𝑎𝑙𝑙 𝑑𝑒𝑏𝑡
𝑅𝑒𝑝𝑙𝑎𝑐𝑒𝑚𝑒𝑛𝑡 𝑣𝑎𝑙𝑢𝑒 𝑜𝑓 𝑎𝑙𝑙 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑐𝑡𝑖𝑜𝑛 𝑐𝑎𝑝𝑎𝑐𝑖𝑡𝑦
Menurut Chung dan Pruitt (1994) dalam
penggunaannya memodifikasi rumus Tobin's Q yang lebih
sederhana. Modifikasi rumus yang digunakan mendekati dari
versi asli dan diperkiraan menghasilkan 99,6% dari versi asli.
𝑄 =𝑀𝑎𝑟𝑘𝑒𝑡 𝑉𝑎𝑙𝑢𝑒 𝑜𝑓 𝐴𝑙𝑙 𝑂𝑢𝑡𝑠𝑡𝑎𝑛𝑑𝑖𝑛𝑔 𝑆ℎ𝑎𝑟𝑒𝑠 + 𝐷𝑒𝑏𝑡
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡
Market Value of All Outstanding Shares (MVS) adalah
nilai pasar saham yang dihitung dengan rumus:
𝑀𝑉𝑆 = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑆𝑎ℎ𝑎𝑚 𝐵𝑒𝑟𝑒𝑑𝑎𝑟 × 𝐻𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑆𝑎ℎ𝑎𝑚
Debt adalah nilai pasar hutang yang nilainya dapat
dihitung dengan persamaan sebagai berikut:
𝐷𝑒𝑏𝑡 = (𝐴𝑉𝐶𝐿 − 𝐴𝑉𝐶𝐴 ) + 𝐴𝑉𝐿𝑇𝐷
Dimana:
AVCL = Accounting value of the firm’s Current Liabilities
= Hutang Jangka Pendek+Pajak yang Harus
Dibayar
AVCA = Accounting value of the firm’s Current Assets
22
= Kas+Piutang+Persediaan
AVLTD = Accounting value of the firm’s Long Term Debt
= Hutang Jangka Panjang
b. Analisis Du Pont
Analisis Du Pont digunakan untuk menilai kondisi keuangan
perusahaan dengan menggabungkan laporan laba-rugi dan neraca
dengan ukuran profitabilitas. Analisis Du Pont memiliki manfaat yaitu
sebagai efisiensi produksi dan penjuaan, sebagai pengukuran
profiitabilitas dari produk yang diperoleh dan pengukuran dari efisiensi
modal kerja.
Menurut Rangkuti (2004), analisis Du Pont menggabungkan
antara rasio aktivitas dengan profit margin dan dapat menunjukkan
interaksi antar rasio untuk menentukan profitabilitas yang dimiliki oleh
perusahaan. Menurut Astuti (2004) du pont menunjukkan huungan
antara pengembalian aktiva, perputaran aktiva marjin laba dan leverage.
Menurut Ross, Westerfield, Jaffe dan Jordan (2015) pengukuran yang
digunakan dari analisis Du Pont yaitu menggunakan Return on Total
Assets (ROA) dan Return on Equity (ROE) yang akan memperlihatkan
hutang, perputaran aktiva dan profit margin.
1) Return On Assets (ROA)
Return on assets adalah rasio yang dapat mengukur
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dari aktiva yang
telah digunakan. Rasio ini dapat mengukur kemampuan perusahaan
23
dalam menghasilkan keuntungan di periode lalu yang kemudian
diproyeksika di periode yang akan datang.
Menurut Kasmir (2013), Return on Asset adalah rasio yang
menunjukkan hasil pengembalian atas jumlah aktiva yang
digunkana dalam perusahaan. Rasio ini juga merupakan ukuran
tentang bagaimana manajemen perusahaan dalam mengelola
investasinya. Rasio ini dihitung dengan rumus sebagai berikut:
𝑅𝑂𝐴 =𝐿𝑎𝑏𝑎 𝐵𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ 𝑆𝑒𝑡𝑒𝑙𝑎ℎ 𝑃𝑎𝑗𝑎𝑘
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑒𝑡× 100%
2) Return on Equity (ROE)
Return on Equity (ROE) adalah pengukuran yang diperoleh
atas modal yang akan diinvestasikan pada sebuah perusahaan.
Semakin tinggi penghasilan yang didapatkan, maka keadaan
perusahaan akan semakin baik. Menurut Brigham dan Houston
(2010), Return on Equity adalah rasio bersih terhadap ekuitas biasa
yang mengukur tingkat pengembalian atas investasi pemegang
saham biasa. Rasio ini dihitung dengan cara sebagai berikut :
𝑅𝑂𝐸 =𝑃𝑒𝑛𝑔𝑒𝑚𝑏𝑎𝑙𝑖𝑎𝑛 𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎
(1 −𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐻𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎
)× 100%
c. Analisis Common Size
Analisis Common Size adalah analisis yang mengubah angka-
angka yang ada pada laporan keuangan menjadi prosentase dengan dasar
tertentu. Untuk angka yang ada dalam suatu neraca, common base yang
dimaksud adalah total aktiva, uang artinya diubah menjadi 100%.
24
Analisis ini menghitung tiap rekening yang ada dalam laporan laba-rugi
dan neraca sehingga menjadi proporsi dari total penjualan untuk laporan
laba-rugi atau dari total aset untuk neraca. Menurut Prastowo (2010),
analisis common size adalah laporan keuangan dalam bentuk presentase
perkomponen yang menyatakan masing-masing posnya dalam satuan
persen.
1) Perhitungan Neraca
Perhitungan dalam neraca dikategorikan menjadi dua bagia,
yaitu aktiva dan pasiva. Setiap kategori tersebut (total aktiva dan
pasiva) dinyatakan sebesar 100% sedangkan setiap pos yang
termasuk dari setiap kategori dinyatakan dalam bentuk presntase
atas dasat total aktiva atau pasiva (kategori). Rasio ini dapat
dihitung dengan cara sebagai berikut :
𝐾𝑎𝑠 = 𝑆𝑎𝑙𝑑𝑜 𝐾𝑎𝑠
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎× 100%
2) Perhitungan Laba-Rugi
Perhitungan laba-rugi dapat dinyatakan dalam persentase
per komponen atas dasar total penghasilan (Total penghasilan yang
dinyatakan sebesar 100%). Rasio ini dapat dihitung dengan cara
sebagai berikut :
𝐻𝑃𝑃 =𝑆𝑎𝑙𝑑𝑜 𝐻𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑃𝑜𝑘𝑜𝑘 𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑃𝑒𝑛𝑔ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙𝑎𝑛× 100%
25
d. Analisis Indeks
Analsis Indeks adalah analisis yang menilai semua angka yang
ada dalam suatu laporan keuangan pada tahun dasar yang diberikan
angka 100. Tahun dasar ini dipilih dari tahun awal atau tahun dimana
terjadi kondisi yang normal, sehingga dapat menunjukkan
perkembangan usaha dari waktu ke waktu. Dengan menggunakan
analisis indeks perusahaan dapat dengan mudah untuk melihat
perkembangan perusahaannya.
3. Tobin’s Q
a. Pengertian Tobin’s Q
Menurut James Tobin, Tobin’s Q adalah rasio yang dihitung
dengan membagi nilai pasar suatu perusahaan (yang diukur dengan nilai
pasar dari saham yang beredar dan hutang) dengan penggantian aktiva.
Menurut Sudiyanto (2010), Tobin's Q adalah indikator yang digunakan
untuk mengukur kinerja perusahaan, khususnya tentang nilai perusahaan
yang menunjukkan proforma manajemen dalam mengelola aktiva
perusahan. Nilai Tobin's Q menurut Lang (1989), mengambarkan
kondisi peluang investasi yang dimiliki perusahaan atau potensi
pertumbuhan perusahaan.
Tobin‘s Q mengukur dengan cara yang sederhana, sehingga
dapat menarik perhatian dalam perputaran investasi, dimana investor
dan para analis mencari indikator yang serupa dan sederhana untuk
menjelaskan hubungan bisnis dan ekonomi yang kompleks. Tobin’s Q
26
sebagai indikator pengukur nilai perusahaan terutama dalam mengambil
permasalahan nilai perusahaan.
b. Fungsi Tobin’s Q
Tobin's Q memiliki fungsi sebagai pengambilan keputusan
investasi, sebagai alat pengukur nilai intangible asset atau modal
intelektual suatu perusahaan seperti kekuatan monopoli, sistem
manajerial dan peluang pertumbuhan. Tobin's Q digunakan untuk
mengukur kinerja perusahaan yang khususnya tentang nilai perusahaan
sehingga menunjukkan performa manajemen dalam mengelola aktiva
dari perusahaan. Jadi nilai Tobin's Q ini menggambarkan kondisi
peluang investasi yang dimiliki perusahaan atau potensi pertumbuhan
dari suatu perusahaan.
Tobin's Q juga dapat digunakan sebagai bahan evaluasi bagi para
investor. Sebagai bahan pertimbangan untuk pengambilan keputusan
bagi para investor sebelum berinvestasi pada suatu perusahaan.
Sehingga para investor yang mengejar capital gain dapat mengambil
keputusan untuk membeli, menahan atau menjual saham yang
dimilikinya.
c. Keunggulan dan Kelemahan Tobin’s Q
Keunggulan Tobin's Q menurut Smithers dan Wright (2007)
adalah sebagai berikut :
1) Tobin's Q mencerminkan aset dari suatu perusahaan secara
keseluruhan.
27
2) Tobin's Q mencerminkan sentimen pasar, seperti analisis yang
dilihat dari prospek perusahaan atau spekulasi.
3) Tobin's Q dapat mengatasi masalah dalam memperkirakan tingkat
keuntungan atau biaya marjinal suatu perusahaan.
Selain keunggulan tersebut, menurut Smithers dan Wright
(2007), Tobin's Q memiliki kelemahan yaitu dapat menyesatkan dalam
pengukuran kekuatan pasar karena sulitnya dalam memperkirakan biaya
pergantian, pengeluaran untuk iklan dan penelitian serta pengembangan
aset tidak berwujud.
d. Pengukuran dalam Tobin’s Q
Nilai dari Tobin's Q dapat dihitung dengan membagi nilai pasar
perusahaan (yang diukur dari nilai pasar dari saham yang beredar dan
utang) dengan biaya penggantian aktiva. Pengukuran kinerja
menggunakan Tobin's Q tidak hanya menggambarkan aspek
fundamentalnya saja, tetapi juga sejauh mana perusahan menilai
perusahaan dari berbagai aspek yang dapat dilihat oleh pihal luar seperti
investor.
Menurut Chung dan Pruitt (1994), dalam penggunaannya
memodifikasi pengukurannya yang lebih sederhana diberbagai simulasi
permainan. Secara statistik modifikasi ini mendekati Tobin's Q versi asli
dan perkiraan menghasilkan 99,6% dari versi asli yang digunakan oleh
Lindenberg dan Ross (1981). Dimana pengukuran menurut Chung dan
Pruitt ini membagikan total nilai pasar suatu perusahaan (yang diukur
28
dengan nilai pasar dari total saham beredar dan harga saham beredar)
dan nilai pasar hutang dengan total aset. Skor Interprestasi dari Tobin's
Q menurut Wolfe (2003), Sudiyatno (2010), Hutabarat (2016) ini adalah
sebagai berikut:
a. Jika Tobin's Q < 1, artinya bahwa saham perusahaan dalam kondisi
undervalued atau di pasar nilai perusahaan berada dibawah nilai
yang tercatat. Maka manajemen perusahaan diartikan telah gagal
dalam mengelola aktiva yang ada pada perusahaan.
b. Jika Tobin's Q = 1, artinya bahwa saham perusahaan dalam kondisi
avarage atau perusahaan dinilai sama antara nilai perusahaan yang
tercatat dengan nilai perusahaan di pasar. Maka artinya manajemen
perusahaan stagnan dalam mengelola aktiva dan potensi
pertumbuhan investasinya tidak berkembang.
c. Jika Tobin's Q > 1, artinya bahwa saham perusahaan dalam kondisi
overvalued atau perusahaan dinilai lebih tinggi di pasar daripada
nilai perusahaan yang tercatat. Maka artinya manajemen
perusahaan berhasil dalam mengelola aktiva perusahaan.
C. Kerangka Pikir Penelitian
Tanggung jawab dari pihak perusahaan adalah kinerja perusahaan
tersebut selalu dalam kondisi yang baik. Kondisi perusahaan dapat diukur
dengan menggunakan analisis kinerja keuangan salah satunya yaitu Tobin's Q.
Dimana Investor selalu menilai kemampuan kuangan dan kinerja suatu
29
perusahaan dimana mereka menanamkan investansinya, hal tersebut berkaitan
dengan keamanan dana yang telah mereka tanamkan di perusahaan. Tobin's Q
adalah alat yang digunakan untuk mengukur kinerja perusahaan yang dilihat
dari perkembangan harga saham, kemampuan manajer dalam mengelola aktiva
perusahaan dan pertumbuhan investasi dari perusahaan. Sehingga nilai Tobin’s
Q dapat menggambarkan suatu kondisi peluang yang dimiliki oleh perusahaan
atau pertumbuhan perusahaan tersebut. Menurut Sudiyanto dan Puspitasari
(2010) Q memiliki fungsi sebagai proksi dari nilai perusahaan menurut
perspektif investor, sehingga investor yang mengejar capital gain dapat
mengambil keputusan untuk membeli, menahan atau menjual saham yang
dimiliki.
Hasil analisis dengan menggunakan pendekatan Cross Section
Approach yang membandingkan niali Q yang dimiliki perusahaan dengan nilai
rata-rata industri setiap tahunnya. Perusahaan yang memiliki nilai Q < �̅� atau
undervalued, artinya manajemen perusahaan gagal dalam mengelola aktiva
perusahaan dan pertumbuhan investasinya rendah. Perusahaan dengan nilai
Q<�̅� atau average, artinya manajemen perusahaan stagnan dalam mengelola
aktiva yang dimiliki dan potensi pertumbuhan investasinya tidak berkembang,
sedangkan perusahaan dengan nilai Q > �̅� atau overvalued, artinya manajemen
perusahaan berhasil dalam mengelola aktiva dan potensi pertumbuhan
investasinya tinggi.
Hasil analisis dengan menggunakan pendekatan Time Series yang
membandingkan nilai Q yang dimiliki perusahaan dari tahun ke tahun (dengan
30
membandingkan dua periode). Perusahaan dengan nilai 𝑡(𝑡−1,𝑡1)<1 atau
undervalued, artinya manajemen perusahaan gagal dalam mengelola aktiva
perusahaan dan pertumbuhan investasinya rendah. Perusahaan dengan nilai
𝑡(𝑡−1,𝑡1)=1 atau average, artinya manajemen perusahaan stagnan dalam
mengelola aktiva yang dimiliki dan potensi pertumbuhan investasinya tidak
berkembang, sedangkan perusahaan dengan nilai. 𝑡(𝑡−1,𝑡1)>1, overvalued,
artinya manajemen perusahaan berhasil dalam mengelola aktiva dan potensi
pertumbuhan investasinya tinggi.
Gambar 2.1 Kerangka Pikir Penelitian
Time Series Cross Section Approach
Tobin’s Q
Analisis Kinerja Keuangan
Perusahaan
Q < �̅�,
undervalued
Q < �̅�,
average
Q < �̅�,
overvalued
𝑡(𝑡−1,𝑡1) < 1,
undervalued
𝑡(𝑡−1,𝑡1) < 1
average
𝑡(𝑡−1,𝑡1) < 1
overvalued
top related