bab ii kajian pustaka 2.1 kajian teori 2.1.1ilmu
Post on 16-Nov-2021
14 Views
Preview:
TRANSCRIPT
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kajian Teori
2.1.1Ilmu Pengetahuan alam
2.1.1.1 Pengetian Ilmu Pengetahuan Alam
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang
alam secara sistematis sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan
pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja
tetapi juga merupakan suatu proses penemuan.
Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik
untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan
lebih lanjut dalam menerapkannya menekankan pada pemberian pengalaman
langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami
alam sekitar ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk Inkuiri dan berbuat,
sehingga dapat membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang
lebih mendalam tentang alam sekitar. ( Trianto, 2007 : 155)
Secara umum Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di SD meliputi aspek-aspek
makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan,
interaksinya dengan lingkungan, kesehatan, benda atau materi, sifat-sifat dan
kegunaanya meliputi benda cair, padat dan gas, energi dan perubahannya meliputi
gaya, bunyi, panas, magnet, listrik, cahaya, dan pesawat sederhana, bumi dan
alam semesta meliputi tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda langit lainnya.
Carin dan Sund dalam Puskur (2007:3), mendefinisikan IPA sebagai
Pengetahuan yang sistematis dan tersusun secara teratur, berlaku umum (
universal ) dan berupa kumpulan data hasil observasi dan eksperimen.
Merujuk pada pengertian IPA, maka dapat disimpulkan bahwa hakikat
IPA meliputi empat unsur utama, yaitu pertama sikap : rasa ingin tahu tentang,
benda fenomena alam, makhluk hidup, serta hubungan sebab akibat yang
menimbulkan masalah baru yang dapat dipecahkan melalui prosedur yang benar,
IPA bersifat open ended, kedua, proses : prosedur masalah melalui metode ilmiah,
metode ilmiah meliputi penyusunan hipotesis, perancangan eksperimen atau
percobaan, evaluasi, pengukuran, dan penarikan kesimpulan, ketiga, produk :
berupa fakta, prinsip, teori, hukum, dan ke empat, aplikasi : penerapan metode
ilmiah dan konsep IPA dalam kehidupan sehari-hari. Ke empat unsur itu
merupakan ciri IPA yang masih utuh yang sebenernya tidak dapat dipisahkan satu
sama lain. (Puskur, 2007:6)
Dalam Standar Kompetensi ( SK ) dan Kompetensi Dasar ( KD ) IPA di
SD/MI merupakan Standar minimum yang secara nasonal harus dicapai oleh
peserta didik dan menjadi acuan dalam pengembangankurikulum disetiap satuan
pendidikan. Pencapaian Standar Kompetensi ( SK ) dan Kompetensi Dasar ( KD )
didasarkan pada pemberdayaan peserta didik untuk membangun kemampuan,
bekerja ilmiah, dan pengetahuan sendiri yang difasilitasi oleh guru. ( Depdiknas,
2009:13)
2.1.1.2. Manfaat Ilmu Pengetahuan Alam
Mata pelajaran IPA di SD/MI bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan :
1. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa
berdasarkankeberadaan, keindahan, dan keteraturan alam ciptaannya,
2. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang
bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari,
3. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif, dan kesadaran tentang adanya
hunbungan yang saling memprngaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan
masyarakat,
4. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar,
memecahkan masalah dan membuat keputusan,
5. Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga dan
melestarikan lingkungan alam,
6. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala ketraturannya
sebagai salah satu ciptaan Tuhan,
7. Memperoleh bekal pengetahuan , konsep, dan keterampilan IPA sebagai dasar
untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTS. (Depdiknas, 2009:14)
Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran IPA adalah
suatu pembelajaran yang membahas alam secara sistematis dan mengembangkan
pengetahuan, keterampilan, dan kesadaran siswa untuk mengetahui, memelihara,
dan menghargai alam.
2.2 Metode Inkuiri
2.2.1 Pengertian Metode Inkuiri
Inkuiri berasal dari bahasa Inggris “Inquiry“, yang secara harafiah berarti
penyelidikan. Carin dan Sund dalam Mulyasa ( Menjadi Guru Profesional
2005:108) menyatakan Inkuiri adalah the proccess of investigatting a problem.
Wina Sanjaya (2006:194) model pembelajaran inkuiri adalah rangkaian
kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan
analisis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang
dipertanyakan.
Indrawati dalam Trianto (2007:134) menyatakan bahwa suatu
pembelajaran pada umumnya akan lebih efektif bila diselenggarakan melalui
model-model pembelajaran yang termasuk rumpun pemrosen informasi. Hal ini
dikarenakan model-model pemrosesan informasi menekankan pada bagaimana
seseorang berpikir dan bagaimana dampakanya terhadap cara-cara mengolah
informasi untuk memecahkan masalah.Salah satu yang termasuk model pemrosen
informasi adalah model pembelajaran Inkuiri.
Trianto (2007:135), menyatakan metode Inkuiri berarti suatu rangkaian
kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa
untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis,kritis, logis, analistis sehingga
mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri.
Menurut Crulck Shank, Jenkins dan Metcaf ( 2006:112 ) menjelaskan,
pembelajaran Inkuiri adalah pembelajaran yang menempatkan siswa untuk
mencari atau menggambarkan suatu hal dari diri mereka sendiri.
Pendapat lain tentang metode Inkuiri terdapat dalam pernyataan Gulo
dalam Trianto (2007:135) adalah suatu rangkaian kegiatan belajar yang
melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan
menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, analitis, sehingga mereka dapat
merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri.
Sedangkan Sanjaya ( 2006.194 ) menyatakan Inkuiri adalah rangkaian
kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan
analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang
dipertanyakan.
Kunandar (2007:371), menjelaskan pembelajara Inkuiri adalah pendekatan
pembelajaran dimana siswa didorong untuk belajar melalui keterlibatan aktif
mereka sendiri dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip, guru mendorong siswa
untuk memiliki pengalaman dan melakukan percobaan yang memungkinkan
siswa menemukan prinsip-rinsip untuk diri mereka sendiri.
Dari beberapa pengertian metode Inkuiri dapat ditarik suatu kesimpulan
Metode Inkuiri adalah salah satu metode pembelajaran yang berperan penting
dalam membangun paradigma pembelajaran yang menekankan keaktifan belajar
siswa dan menumbuhkan kemampuan dalam menggunakan keterampilan proses
dengan menumbuhkan pertanyaan yang mengarah pada kegiatan investigasi,
melakukan percobaan, mengolah data, mengevaluasi dan mengkomunikasikan
hasil temuannya dalam belajar.
2.2.2 Macam-macam Metode Inkuiri
Menurut Amri dan Ahmadi (2010: 89) ada dua tingkatan inkuiri
berdasarkan variasi bentuk keterlibatan dan intensitas keterlibatan siswa yaitu :
2.2.2.1 Inkuiri tingkat pertama
Inkuri tingkat pertama merupakan kegiatan inkuiri dimana masalah
dikemukakan guru atau sumber dari buku teks kemudian siswa bekerja untuk
menemukan jawaban terhadap masalah tersebut di bawah bimbingan intensif
guru.
Inkuiri tipe ini, tergolong kategori inkuiri terbimbing (guided inquiry).
2.2.2.2 Inkuiri Bebas
Inkuiri bebas, siswa difasilitasi untuk dapat mengidentifikasi masalah dan
merancang proses penyelidikan. Siswa dimotivasi untuk mengemukakan
gagasannya dan merancang cara untuk menguji gagasan. Untuk itu siswa diberi
motivasi untuk melatih berfikir kritis seperti mencari informasi, menganalisis
argumen dan data, membangun dan mensintesis ide-ide beru, memanfaatkan ide-
ide awalnya untuk memecahkan masalah serta menggeneralisasikan data.
Berdasarkan uraian tersebut, dalam penelitian ini, peneliti memilih metode
inkuiri terbimbing, karena guru yang berperan dalam menentukan permasalahan
dan tahap-tahap pemecahannya, dan siswa menyelesaikan masalah secara
berdiskusi kelompok dan menarik kesimpulan secara mandiri.
2.2.3 Langkah-langkah Pembelajaran Metode Inkuiri
Gulo dalam Trianto (2007:137) menyatakan bahwa Inkuiri tidak hanya
mengembangkan kemampuan intelektual tetapi sluruh potensi yang ada, termasuk
pengembangan emosional dan keterampilan inkuiri,oleh karena itu pembelajaran
inkuiri dilakukan melalui beberapa siklus yaitu:
a. Observasi (observation), dalam siklus ini siswa melakukan observasi terhadap
objek atau bahan yang akan dijadikan sumber belajar.
b. Bertanya (questioning), setelah melakukan observasi, siswa mengajukan
pertanyaan-pertanyaan berdasarkan hasil observasi.
c. Mengajukan hipotesis (hipotesis), kegiatan pembuatan prekdisi atau jawaban-
jawaban sementara atas pertanyaan-pertanyaan yang telah dirumuskan.
d. Pengumpulan data (data gathering), yaitu kegiatan mengumpulkan data atau
informasi yang bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan dalam masalah yang
telah dirumuskan melalui berbagai sumber yang ada.
e.Pembahasan, yaitu kegiatan menganalisis dan membahas data atau bahan yang
telah berhasil dikumpulkan oleh siswa.
f. Penyimpulan, (conelusion), yaitu kegiatan menyimpulkan atas apa yang sudah
dibahas dan ditemukan terhadap suatu masalah. (Trianto, 2007:140)
Pada penelitian ini tahapan pembelajaran yang digunakan mengadaptasi
dari tahapan pembelajaran inkuiri yang dikemukakan oleh Eggen dan Kauchak
dalam Trianto (2007:142)
Adapun tahapan pembelajaran inkuiri dapat di lihat pada tabel 2.1.
Tabel 2.1
Tahapan Pembelajaran Inkuiri
No Fase Perilaku Guru
1 Menyajikan pertanyaan
atau masalah.
Guru membimbing siswa mengidentifikasi
masalah dan masalah ditulis di papan tulis, Guru
membagi siswa dalam kelompok.
2 Membuat Hipotesis
Guru memberikan kesempatan pada siswa untuk
menyampaikan pendapatnya dalam membentuk
hipotesis.
3 Merancang Percobaan.
Guru membimbing siswa dalam menentukan
hipotesis yang relevan dengan permasalahan dan
memprioritaskan hipotesis mana yang menjadi
prioritas penyelidikan.
4 Melakukan percobaan
untuk memperoleh
informasi.
Guru memberikan kesempatan pada siswa untuk
menentukan langkah-langkah yang sesuai dengan
hipotesis yang akan dilakukan,
Guru membimbing siswa mengusutkan langkah-
langkah percobaan,
Guru membimbing siswa untuk mendapatkan
informasi melalui percobaan.
5 Menyimpulkan dan
menganalis data
Guru memberi kesempatan pada tiap kelompok
untuk menyampaikan hasil pengolahan data yang
terkumpul.
6 Membuat kesimpulan
Guru membimbing siswa dalam membuat
kesimpulan.
(Trianto, 2007:142)
Langkah-langkah pembelajaran metode inkuiri dapat dilihat pada gambar 2.1.
PROSES INKUIRI
SISWA
( Gulo, 2002 )
Gambar 2.1 Bagan proses pembelajaran metode inkuiri
Dengan memahami langkah-langkah pembelajaran dalam Inkuiri maka
keterlibatan siswa sebaiknya dilakukan secara maksimal, logis dan sistematis
dengan merumuskan tujuan pembelajaran yang berfokus pada hipotesis dan
penggunaan faktor sebagai evidensi (informasi dan fakta).
2.2.4 Manfaat Metode Inkuiri
Pembelajaran dengan penemuan (inkuiri) merupakan salah satu pilar
penting dalam pendekatan konstruktivitas yang telah memiliki sejarah panjang
dalam inovasi atau pembaharuan pendidikan. Dalam pembelajaran dengan
penemuan/Inkuiri, siswa didorong untuk terlibat aktif dengan konsep-konsep dan
prinsip-prinsip, dan guru mendorong siswa untuk memiliki pengalaman dan
MERUMUSKAN
MASALAH
MERUMUSKAN
HIPOTESA
MENARIK
KESIMPULAN
SEMENTARA
MENGUMPULKAN
BUKTI
MENGUJI
HIPOTESIS
melakukan percobaan yang memungkinkan mereka menemukan prinsip-prinsip
untuk diri mereka sendiri.
Nurhadi (2004) menyatakan dengan ”pembelajaran Inkuiri dapat memacu
keinginan siswa untuk mengetahui, memotivasi mereka untuk melanjutkan
pekerjaannya sehingga menemukan jawaban, selain itu siswa juga belajar
memecahkan masalah secara mandiri dan memiliki ketrampilan berfikir kritis
karena harus selalu menganalisis dan menangani informasi”.
Selanjutnya Nurhadi (2004) menyatakan pembelajaran dengan metode
Inkuiri dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1) Memberikan pengalaman-pengalaman yang nyata dan aktif kepada siswa
2) Memungkinkan siswa dalam berbagai tahap perkembangannya bekerja dengan
masalah-masalah yang sama dan bahkan bekerja sama mencari solusi
terhadap masalah-masalah
3)Memungkinkan terjadinya integrasi berbagai disiplinilmu ketika siswa
melakukan eksplorasi, mereka akan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang
akan melibatkan sains dan matemaika, ilmu sosial, bahasa, senidan tehnik
4) Memungkinkan guru mempelajari siswa-siswinya, siapa mereka, apa yang
mereka ketahui, dan bagaimana mereka bekerja. Pemahaman guru tentang
siswa akan memungkinkan guru untuk menjadi fasilitator yang lebih efektif
dalam proses pencairan ilmu.
Hasil penelitian Schlenker dalam Gulo (2002) menunjukkan bahwa Inkuiri
dapat meningkatkan pemahaman sains, produktif dalam berfikir kreatif, dan siswa
menjadi trampil dalam memperoleh dan menganalisis informasi.
Gulo (2002) menyatakan strategi belajar mengajar Inkuri di samping
mengantarkan siswa dapat tujuan instruksional tingkat tinggi, dapat juga
menerima tujuan ringan (natrunant effect) atau manfaat sebagai berikut:(1)
Keterampilan memproses secara ilmiah (mengamati, mengumpulkan dan
mengorganisasikan data, mengidentifikasikan variabel), (2) Pengembangan daya
kreatif, (3) Belajar secara mandiri, (4) Memahami hal-hal yang mendua, (5) Sikap
terhadap ilmu pengetahuan yang di terima secara kreatif.
2.2.5 Kelebihan dan Kekurangan Metode Inkuiri
Menurut Wina sanjaya (2007:206) adapun penggunaan inkuiri memiliki
kelebihan sebagai berikut :
a. Model pembelajaran yang menekankan kepada pengembangan aspek kognitif,
efektif, dan psikomotor secara seimbang, sehingga pembelajaran dengan
menggunakan inkuiri dianggap lebih bermakna.
b. Dapat memberikan ruang kepada peserta didik untuk belajar sesuai dengan gaya
belajar mereka.
c. Model pembelajaran inkuiri merupakan strategi yang dianggap sesuai dengan
perekembangan psikolog modern yang menganggap belajar adalah proses
perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman.
d. Dapat melayani kebutuhan peserta didik yang memiliki kemampuan diatas rata-
rata .
Menurut Wina sanjaya (2007:206) selain mempunyai kelebihan
inkuiriyang memiliki kelemahan atau kekurangan yaitu :
a. Jika model pembelajaran inkuiri digunakan, maka akan sulit mengontrol kegiatan
dan keberhasilan peserta didik.
b. Sulit dalam merencanakan pembelajaran oleh karena itu terbentur dengan
kebiasaan peserta didik dalam belajar.
c. Terkadang dalam mengimplementasikannya, memerlukan waktu panjang.
d. Selama kriteria keberhasilan ditentukan belajar ditentukan oleh kemampuan
peserta didik menguasai materi pelajaran, maka inkuiri sulit diimplementasikan
oleh setiap pendidik.
Jadi model pembelajaran inkuiri ini bertujuan untuk menolong peserta
didik dalam mengembangkan disiplin intelektual dan keterampilan yang
dibutuhkan serta mengajak peserta didik untuk aktif dalam memecahkan satu
masalah. Penggunaan metode inkuiri dalam pembelajaran ekonomi besar
manfaatnya dalam meningkatkan kualitas pembelajaran, karena dengan
penggunaan model pembelajaran inkuiridalam proses pembelajaran dapat
mendorong peserta didik untuk berpikir dan bekerja atas inisiatifnyasendiri,
bersifat objektif, jujur, dan terbuka, serta memberikan kesempatan kepada peserta
didik untuk belajar sendiri dan dapat mengembangkan bakat dan kecakapan
individunya. Dengan pelaksanaan metode inkuiri diharapkan bagi peserta didik
termotivasi dalam proses pembelajaran dan dapat meningkatkan hasil belajar yang
maksimal.
2.3Metode Direct Instruction/DI ( Pengajaran Langsung )
2.3.1 Pengertian Metode Direct Instruction
Pengajaran Langsung merupakan suatu model pengajaran yang
sebenarnya bersifat teacher center. Dalam menerapkan model pengajaran
langsung, guru harus mendemonstrasikan pengetahuan atau keterampilan yang
akan dilatihkan kepada siswa secara langkah demi langkah. Karena dalam
pembelajaran peran guru sangat dominan, maka guru dituntut agar dapat menjadi
seorang model yang menarik bagi siswa. (Depdiknas, 2005:5)
Menurut banduran (Depdiknas, 2005:5), belajar yang dialami manusia
sebagian besar diperoleh dari suatu pemodelan yaitu, meniru perilaku dan
pengalaman (keberhasilan dan kegagalan) orang lain.
2.3.2. Pelaksanaan PembelajaranDirect Instruction
Pada model pengajaran langsung terdapat lima fase yang sangat penting.
Guru mengawali pelajaran dengan pekerjaan tentang tujuan dan latar belakang
pembelajaran, serta mempersiapkan siswa untuk menerima penjelasan guru.
Fase persiapan dan motivasi ini kemudian diikuti oleh presentasi materi
ajar yang diajarkan atau demonstrasi tentang keterampilan tertentu.Pelajaran itu
termasuk juga pemberian kesempatan kepada siswa untuk melakukan pelatihan
dan pemberian umpan balik terhadap keberhasilan siswa.Pada fase pelatihan dan
pemberian umpan balik tersebut, guru perlu selalu mencoba memberikan
kesempatan kepada siswa untuk menerapkan pengetahuan atau keterampilan yang
dipelajari ke dalam situasi kehidupan nyata. Rangkuman kelima fase tersebut
dapat dilihat pada tabel 2.2
TABEL 2.2
SINTAKS MODEL PENGAJARAN DIRECT INSTRUCTION
FASE-FASE PERILAKU GURU
Fase 1
Menyampaikan tujuan dan
mempersiapkan siswa.
Fase 2
Mendemonstrasikan pengetahuan
atau keterampilan.
Fase 3
Membimbing pelatihan.
Fase 4
Mengecek pemahaman dan
memberikan umpan balik.
Fase 5
Memberikan kesempatan untuk
pelatihan lanjutan dan penerapan.
Guru menyampaikan tujuan, informasi latar
belakang pelajaran, pentingnya pelajaran,
mempersiapkan siswa untuk belajar.
Guru mendemonstrasikan keterampilan yang
benar, atau menyajikan informasi tahap demi
tahap.
Guru merencanakan dan memberi bimbingan
pelatihan awal.
Guru Mengecek apakah siswa telah berhasil
melakukan tugas dengan baik, memberi
umpan ballik.
Guru mempersiapkan kesempatan melakukan
pelatihan lanjutan, dengan perhatian khusus
pada penerapan kepada situasinlebih
kompleks dan kehidupan sehari-hari.
( Depdiknas, 2005, 7)
2.3.3. Manfaat Metode Direct Instruction
Model pengajaran langsung dirancang secara khusus untuk
mengembangkan belajar siswa tentang pengetahuan prosedural dan pengetahuan
deklaratif yang terstruktur dengan baik dan dapat dipelajari selangkah demi
selangkah. (Depdiknas, 2005, 6)
Selain model pengajaran langsung efektif untuk digunakan agar siswa
menguasai suatu pengetahuan prosedural dan pengetahuan deklaratif sederhana,
model ini juga efektif untuk mengembangkan keterampilan belajar
siswa.Beberapa keterampilan belajar siswa yang harus dikembangkan oleh guru,
seperti menggarisbawahi, membuat catatan, dan membuat rangkuman.
2.4 Hasil Belajar
2.4.1 Pengertian Hasil Belajar
Menurut Suprijono (2009:5-6) hasil belajar adalah pola-pola perbuatan,
nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi, dan keterampilan.
Merujuk pemikiran Gagne, hasil belajar berupa hal-hal berikut :
1. Informasi Verbal, yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk
bahasa, baik lisan maupun tertulis.
2. Keterampilan Intelektual, kemampuan mempresentasikan konsep dan lambang.
3. Srategi Kognitif, yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas
kognitifnya.
4. kerteampilan Motorik, yaitu kem kemampuan menlakukan serangkaian gerak
jasmani dalam urusan dan koordinasi sehingga terwujud otomatisme gerak
jasmani.
5. sikapadalah kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan penilaian
terhadapa objek tersebut.
Menurut Bloom (Suprijono, 2002 :6) hasil belajar mencakup kemampuan
kognitif, afektif, dan psikomotorik.
1. Domain Kognitif mencakup :
a. Knowledge (pengetahuan,ingatan)
b.Comprehension (pemahaman, menjelaskan, meringkas, contoh)
c.Application( menerapkan)
d. Analysis (menguraikan, menentukan hubungan)
e. Synthesis (mengorganisasikan, merencanakan, membentuk bangunan baru)
f. Evaluating( menilai)
2. Domain Afektif mencakup:
a. Receiving (sikap menerima)
b. Responding (memberikan respons)
c. Valuing (nilai)
d. Organization (organisasi)
e. Characterization (karakterisasi)
3. Domain Psikomotor mencakup :
a. Initiatory
b. Pre-routine
c. Rountinized
d. Keterampilan produktif, teknik, fisik, sosial, manajeral, dan intelekual
Selain itu menurut Lindgren ( Suprijono,2009:7), hasil pembelajaran
meliputi kecakapan, informasi, pengertian, dan sikap.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah perubahan
perilaku secara keseluruhan bukan hanya salah satu aspek potensi kemanusiaan
saja.Artinya, hasil pembelajaran yang dikategorisasi oleh para pakar pendidikan
sebagaimana tersebut di atas tidak dilihat secara fragmentaris atau terpisah, tetapi
secara komprehensif.
2.4.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Menurut Slameto (2010:54) Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi hasil
belajar dapat dibedakan menjadi 2 golongan yaitu:
1. Faktor yang ada pada diri siswa itu sendiri yang disebut faktor individu
(intern), yang meliputi : (1). Faktor biologis, meliputi: kesehatan, gizi,
pendengaran, dan penglihatan. Jika salah satu dari faktor biologis terganggu akan
mempengaruhi hasil prestasi belajar, (2). Faktor Psikologis, meliputi: intelegensi,
minat dan motivasi serta perhatian ingatan berfikir, (3). Faktor kelelahan,
meliputi: kelelahan jasmani dan rohani. Kelelahan jasmani nampak dengan
adanya lemah tubuh, lapar dan haus serta mengantuk. Sedangkan kelelahan rohani
dapat dilihat dengan adanya kelesuan dan kebosanan sehingga minat dan
dorongan untuk mengahasilkan sesuatu akan hilang.
2. Faktor yang ada pada luar individu yang disebut dengan faktor ekstern, yang
meliputi: (1). Faktor keluarga. Keluarga adalah lembaga pendidikan yang pertama
dan utama. Merupakan lembaga pendidikan dalam ukuran kecil tetapi bersifat
menentukan untuk pendidikan dalam ukuran besar. (2). Faktor Sekolah, meliputi:
metode mengajar, kurikulum, hubungan guru dengan siswa, siswa dengan siswa
dan berdisiplin di sekolah. (3). Faktor Masyarakat, meliputi: bentuk kehidupan
masyarakat sekitar dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa. Jika lingkungan
siswa adalah lingkungan terpelajar maka siswa akan terpengaruh dan mendorong
untuk lebih giat belajar.
Sudjana (Mahardika, 2011) Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil
belajar siswa adalah:
a. Faktor intern, yaitu faktor yang terdapat dalam diri individu itu sendiri, antara
lain ialah kemampuan yang dimilikinya, minat, motivasi, dan faktor-faktor
lain.
b. Faktor ekstern, yaitu faktor yang berada di luar individu diantaranya
lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat.
Berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar di atas dapat
dikaji bahwa salah satu faktor eksternal yang mempengaruhi hasil belajar adalah
metode guru dalam mengajar (metode pembelajaran) seperti yang dikemukakan
oleh Slameto (2010). Sehingga perlu diperhatikan oleh pengajar atau guru bahwa
penerapan metode dalam pembelajaran sangat menentukan hasil belajar siswa.
2.4.3 Tujuan dan Fungsi Penilaian Hasil Belajar
2.4.3.1 Tujuan hasil belajar :
Tujuan Umum :
1. Menilai pencapaian kompetensi peserta didik;
2. Memperbaiki proses pembelajaran;
3. Sebagai bahan penyusunan laporan kemajuan belajar siswa.
Tujuan Khusus :
1. Mengetahui kemajuan dan hasil belajar siswa;
2. Mendiagnosis kesulitan belajar;
3. Memberikan umpan balik/perbaikan proses belajar mengajar;
4. Penentuan kenaikan kelas;
5.Memotivasi belajar siswa dengan cara mengenal dan memahami diri dan
merangsang untuk melakukan usaha perbaikan.
2.4.3.2 Fungsi Penilaian Hasil Belajar
Fungsi penilaian hasil belajar sebagai berikut.
a. Bahan pertimbangan dalam menentukan kenaikan kelas.
b. Umpan balik dalam perbaikan proses belajar mengajar.
c. Meningkatkan motivasi belajar siswa.
d. Evaluasi diri terhadap kinerja siswa.
2.5 Kajian Hasil Penelitian Yang Relevan
Suatu penelitian yang akan dibuat, perlu memperhatikan penelitian lain
yang digunakan sebagai bahan kajian yang relevan. Adapun penelitian yang
berkaitan dengan variabel penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
Diah Wulandari (2011) dalam skripsinya yang berjudul “Pengaruh Penggunaan
Metode Inkuiri Terhadap Hasil Belajar IPA Materi Cahaya dan Sifat-sifatnya
Pada Siswa Kelas V SD Negeri Mranggen Tengah Kecamatan Bansari
Kabupaten Temanggung Semester II Tahun Pelajaran 2011/2012”,
menyimpulkan bahwa penggunaan metode Inkuiri berpengaruh terhadap hasil
belajar IPA hal ini di buktikan dengan rata-rata hasil belajar kelas eksperimen
sebesar 88,75 dan kelas kontrol sebesar 58, 93, Hail ini membuktikan bahwa
penggunaan metode inkuiri dalam pembelajaran IPA Kelas V SD Negeri
Mranggen Tengah Kecamatan Bansari Kabupaten Temanggungpada materi
cahaya dan sifat-sifatnya mempengaruhi prestasi hasil belajar siswa.
Tutik Handayani (2010) dalam skripsinya yang berjudul “Pengaruh Pemanfaatan
Metode Inkuiri terhadap Prestasi Belajar IPA Kelas V SD Negeri Siwal 01
Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Semarang Pada Semester II Tahun Pelajaran
2010/2011”, menyimpulakan bahwa Prestasi siswa kelas eksperimen pada
keadaan awal diperoleh nilai rata-rata 7 1,40, setelah di treatmen
menggunakan metode inkuiri dan diberi tes, rata-rata kelas meningkat menjadi
76,20, Hail ini membuktikan bahwa pemanfaatan inkuiri dalam pembelajaran IPA
Kelas V SD Negeri Siwal 01 Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Semarang pada
materi cahaya dan sifat-sifatnya mempengaruhi prestasi hasil belajar siswa.
2.6 Kerangka Pikir
Keberhasilan pembelajaran merupakan hal utama yang diharapkan dalam
pembelajaran.Keberhasilan yang diperoleh tidak lepas dari peran guru sebagai
fasilitator.Namun, pada kenyataanya tidak semua siswa dapat mencapai hasil
belajar yang maksimal dan tergolong rendah di bawah Kriteria Ketuntasan
Minimal (KKM).Siswa yang kurang optimal dalam belajar dapat menyebabkan
hasil belajarnya rendah.Bagi siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar atau
hasil belajarnya kurang/rendah perlu diadakanya upaya-upaya tertentu agar siswa
tersebut dapat meningkatkan hasil belajarnya.Agar dapat mencapai keberhasilan
tersebut seorang guru dapat memilih metode pembelajaran yang tepat untuk
diterapkan dalam pembelajaran. Pendekatan pembelajaran yang inovatif yang
dapat meningkatkan penguasaan konsep IPA adalah dengan menggunakan metode
inkuiri yang didefinisikan suatu proses yang ditempuh siswa untuk memecahkan
masalah yang diberikan guru. Dengan demikian, siswa akan terbiasa bersikap
ilmiah sehingga pembelajaran IPA akan terasa lebih bermakna.
Diharapkan dengan memanfaatkan metode inkuiri dalam pembelajaran
dapat mempengaruhi hasil belajar siswa.Dengan metode ini siswa dilatih untuk
selalu berpikir kritis karena membiasakan siswa memecahkan masalah sendiri
sampai siswa dapat menemukanjawaban dari masalah itu. Melalui pemanfaatan
metode inkuiri ini siswa akanlebih mudah memahami dan menguasai materi pada
mata pelajaran IPA, siswa lebih antusias dalam mengikuti proses pembelajaran,
motivasi belajar siswa meningkat, siswa terlibat aktif dalam kegiatan
pembelajaran sehingga suasana kelas menjadi lebih menarik dan tidak
membosankan. Dengan diterapkanya metode inkuiri ini, suasana kelas yang tidak
membosankan, siswa dapat aktif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran
sehingga diharapkan dapat mempengaruhi hadil balajarnya dan sebagian besar
siswa nilainya dapat mencapai KKM.
Dalam penelitian ini, peneliti akan membandingkan hasil belajar antara
kelompok kontrol dan kelompok eksperimen dimana kelompok kontrol
pembelajaran dilakukan dengan pembelajaran direct instruction dan kelas
eksperimen pembelajaran dilakukan dengan menggunakan inkuiri. Untuk pretest
diambil dari alat evaluasi pada kelas uji coba dan hasil pretest kedua kelas (kelas
eksperimen dan kelas kontrol) untuk mengetahui perbedaan varian kedua kelas
apabila kedua kelas homogen atau tidak ada perbedaan varian yang signifikan
kemudian dilakukan pembelajaran yang menggunakan metode inkuiri pada siswa
kelas eksperimen dan pembelajaran secara direct instruction pada siswa kelas
kontrol, hasil belajar dari kedua kelompok dilakukan uji beda rata-rata apakah
penggunaan metode inkuiri berpengaruh signifikan terhadap hasil belajar siswa.
Berdasarkan uraian tersebut, maka penulis menggambarkan kerangka
berpikir dengan
skema pada gambar 2.2 :
Gambar 2.1 Bagan Kerangka Pikir
2.7.Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian teori dan kerangka pikir yang diuraikan, dapat
diajukan hipotesis tindakan, bahwa Metode Inkuiri berpengaruh terhadap hasil
siswa
Kelompok
kontrol Kelompok
eksperimen pretest
Treatmen :
Kelas Kontrol
menggunakan
pembelajaran
Direct Instruction
Hasil pretest kelopmpok
eksperimen dan kontrol
homogen sehingga
dapat diberi treatmen
Treatmen:
Kelas Eksperimen
menggunakan
metode Inkuiri
postest
Membandingkan nilai rata-rata hasil belajar
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dan
Melihat adakah pengaruh metode inkuiri terhadap
hasil belajar IPA.
belajar siswa pada mata pelajaran IPA kelas 5 SD Negeri Ledok 02 Kecamatan
Argomulyo Kota Salatiga.
Hipotesis Statistika
H0 : X1 = X2
Yaitu ”Rata-rata hasil belajar siswa kelas ekperimen (SDN Ledok 02) sama
dengan rata-rata hasil belajar siswa kelas kontrol (SDN Ledok 01) artinya tidak
ada pengaruh penggunaan Metode Inkuiri terhadap hasil belajar”.
H1 : X1 > X2
Yaitu ”Rata-rata hasil belajar siswa kelas ekperimen (SDN Ledok 02) sama
dengan rata-rata hasil belajar siswa kelas kontrol (SDN Ledok 01) artinya ada
pengaruh penggunaan Metode Inkuiri terhadap hasil belajar”.
top related