bab ii kajian pustaka 2.1 2.1.1...
Post on 29-Nov-2020
8 Views
Preview:
TRANSCRIPT
9
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kajian Teori
2.1.1 Pendekatan Scientific
2.1.1.1 Pengertian Pendekatan Scientific
Pendekatan scientific adalah pembelajaran yang menggunakan kaidah-
kaidah keilmuan. Pendekatan scientific atau metode ilmiah pada umumnya
memuat serangkaian aktivitas pengumpulan data melalui observasi, menanya,
eksperimen, mengolah infomasi atau data, kemudian mengkomunikasikan
(Kemendikbud, 2014:19).
Sejalan dengan pendapat di atas, menurut Hosnan (2014:34) pendekatan
scientific adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar peserta
didik secara aktif mengontruk konsep, hokum atau prinsip melalui tahapan-tahapan
mengamati (untuk mengidentifikasi atau menemukan masalah), merumuskan
masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan
berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan dan mengomunikasikan
konsep, hokum atau prinsip yang ditemukan. Pendekatan scientific dimaksudkan
untuk memberikan pemahaman kepada siswa dalam mengenal, memahami berbagai
materi menggunakan pendekatan ilmiah, bahwa informasi bisa berasal dari mana saja,
kapan saja, tidak bergantung pada informasi searah dari guru.
Proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan scientific
diarahkan agar peserta didik mampu merumuskan masalah (dengan banyak
menanya), bukan hanya menyelesaikan masalah dengan menjawab saja. Proses
10
pembelajaran diharapan diarahkan untuk melatih berpikir analitis (peserta didik
diajarkan bagaimana mengambil keputusan) bukan berpikir mekanistis (rutin
dengan haya mendengarkan dan mengahapal semata (Majid, 2014:194).
Jadi dapat disimpulkan bahwa dalam pelaksanaannya pendekatan scientific
berlandaskan pada kaidah keilmuan yang menekankan pentingnya kerjasama
siswa dalam aktivitas pengumpulan data melalui observasi, menanya, eksperimen,
mengolah data atau informasi, dan mengkomunikasikan. Selama pembelajaran
berlangsung siswa harus dapat mencari tahu sendiri dari berbagai sumber melalui
observasi tentang hal yang dipelajari, tidak hanya menerima informasi dan
menjawab pertanyaan dari guru saja.
2.1.1.2 Karakteristik dan Prinsip Pendekatan Scientific
Pembelajaran dengan menggunakan pedekatan scientific memiliki
karakteristik dan prinsip. Menurut Hosnan (2014:36) pendekatan scientific
memiliki karakteristik sebagai berikut: 1) Berpusat pada siswa; 2) Melibatkan
keterampilan proses sains dalam mengontruksi konsep, hokum atau prinsip; 3)
Melibatkan proses-prose kognitif yang potensial dalam merangsang
perkembangan intelektual, khususnya keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa;
4) Dapat mengembangkan karakter siswa.
Selain karakteristik, Hosnan (2014:37) juga menyebutkan prinsip-prinsip
pembelajaran dengan pendekatan scientific yaitu: 1) Pembelajaran berpusat pada
siswa; 2) Pembelajaran membentuk students self concept; 3) Pembelajaran
terhindar dari verbalisme; 4) Pembelajaran memberikan kesempatan pada siswa
untuk mengasimilasi dan mengakomodasi konsep, hokum, dan prinsip; 5)
11
Pembelajaran mendorong terjadinya peningkatan kemampuan berpikir siswa; 6)
Pembelajaran meningkatkan motivasi belajar siswa dan motivasi mengajar guru;
7) Memberikan kesempatan pada siswa untuk melatih kemampuan dalam
komunikasi; 8) Adanya proses validasi terhadap konsep, hokum, dan prinsip yang
dikonstruksi siswa dalam struktur kogntifnya.
2.1.1.3 Tujuan Pembelajaran dengan Pendekatan Scientific
Tujuan pembelajaran dengan pendekatan scientific didasarkan pada
keunggulan pendekatan tersebut. Menurut Hosnan (2014:36) beberapa tujuan
pembelajaran dengan pendekatan scientific adalah sebagai berikut:
1) Untuk meningkatkan kemampuan intelek, khususnya kemampuan berpikir
tingkat tinggi siswa.
2) Untuk membentuk kemampuan siswa dalam menyelesaikan suatu masalah
secara sistematik.
3) Terciptanya kondisi pembelajaran di mana siswa merasa bahwa belajar itu
merupakan suatu kebutuhan.
4) Diperolehnya hasil belajar yang tinggi.
5) Untuk melatih siswa dalam mengomunikasikan ide-ide, khususnya dalam
menulis artikel ilmiah.
6) Untuk mengembangkan karakter siswa.
Jadi dapat disimpulkan tujuan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan
scientific adalah untuk mengembangkan karakter siswa. Selain itu juga untuk
meningkatkan kemampuan berpikir siswa sehingga siswa memiliki kemampuan untuk
meyelesaikan setiap masalah yang dihadapinya dan memiliki hasil belajar yang tinggi.
12
2.1.1.4 Langkah-Langkah Pembelajaran dengan Pendekatan Scientific
Pendekatan scientific memiliki beberapa tahapan pelaksanaan dalam
proses belajar mengajar. Menurut Permendikbud Nomor 81 A Tahun 2013
Lampiran IV, proses pembelajaran terdiri dari lima pengalaman belajar pokok.
Berikut kelima langkah pembelajaran dan keterkaitan dengan kegiatan belajar
serta maknanya:
Tabel 2.1 Keterkaitan antara langkah-langkah pembelajaran dengan kegiatan belajar dan
maknanya
Langkah-langkah
pembelajaran Kegiatan belajar
Kompetensi yang
dikembangkan
Mengamati Membaca, mendengar,
menyimak, melihat (tanpa atau
dengan alat).
Melatih kesungguhan,
ketelitian, mencari informasi.
Menanya Mengajukan pertanyaan
tentang informasi yang tidak
dipahami dari apa yang
diamati atau pertanyaan untuk
mendapatkan informasi
tambahan tentang apa yang
diamati (dimulai dari
pertanyaan faktual sampai ke
pertanyaan yang bersifat
hipotetik).
Mengembangkan kreativitas,
rasa ingin tahu, kemampuan
merumuskan pertanyaan untuk
membentuk pikiran kritis yang
perlu untuk hidup cerdas dan
belajar sepanjang hayat.
Mengumpulkan
informasi/eksperimen Melakukan eksperimen
Membaca sumber lain
selaian buku teks
Mengamati objek/kejadian
Aktivitas
Wawancara dengan
narasumber
Mengembangkan sikap teliti,
jujur, sopan, menghargai
pendapat orang lain, kempuan
berkomunikasi, menerapkan
kemampuan mengumpulkan
informasi melalui berbagai
cara yang dipelajari,
mengembangkan kebiasaan
belajar, dan belajar sepanjang
hayat.
Mengasosiasikan/mengolah
informasi Mengolah informasi yang
sudah dikumpulkan baik
terbatas dari hasil kegiatan
mengumpulkan/eksperime
n maupun hasil dari
kegiatan mengamati dan
kegiatan mengumpulkan
informasi.
Pengolahan informasi
yang dikumpulkan dari
yang bersifat menambah
keleluasaan dan
kedalaman sampai kepada
pengolahan informasi
yang bersifat mencari
solusi dari berbagai
Mengembangkan sikap jujur,
teliti, disiplin, taat aturan,
kerja keras, kemampuan
menerapkan prosedur dan
kemampuan berfikir induktif
serta deduktif dalam
menyimpulkan.
13
Langkah-langkah
pembelajaran Kegiatan belajar
Kompetensi yang
dikembangkan
sumber yang memiliki
pendapat yang berbeda
sampai kepada yang
bertentangan.
Mengkomunikasikan Menyampaikan hasil
pengamatan, kesimpulan
berdasarkan hasil analisis
secara lisan, tertulis, atau
media lainnya.
Mengembangkan sikap jujur,
teliti, toleransi, kemampuan
berpikir sistematis,
mengungkapkan pendapat
dengan singkat dan jelas, dan
mengembangkan kemampuan
berbahasa yang baik dan
benar.
Sumber: Permendikbud Nomor 81 A Tahun 2013
Penjelasan langkah-langkah pendekatan scientific dalam pembelajaran
adalah sebagai berikut:
1) Mengamati (Observing)
Kegiatan pertama pada pendekatan ilmiah (scientific approach) adalah
langkah pembelajaran mengamati (observing). Menurut Hosnan (2014:39) metode
observasi adalah salah satu strategi pembelajaran yang menggunakan pendekatan
kontekstual dan media asli dalam rangka membelajarkan siswa yang
mengutamakan kebermaknaan proses belajar. Dengan metode observasi, siswa
akan merasa tertantang mengeksplorasi rasa keingintahuannya tentang fenomena
dan rahasia alam yang senantiasa menantang. Metode observasi mengedepankan
pengamatan langsung pada objek yang akan dipelajari sehingga siswa
mendapatkan fakta berbentuk data yang objektif yang kemudian dianalisis sesuai
tingkat perkembangan siswa.
Kegiatan mengamati mengutamakan kebermaknaan proses pembelajaran
(meaningful learning). Metode ini memiliki keunggulan tertentu, seperti
menyajikan media objek secara nyata, peserta didik senang dan tertantang, dan
mudah pelaksanaannya. Kegiatan mengamati memerlukan waktu persiapan yang
14
lama dan matang, biaya dan tenaga relative banyak, dan jika tidak terkendali kana
mengaburkan makna serta tujuan pembelajaran (Majid, 2014:211).
2) Menanya (Questioning)
Langkah ke dua pada pendekatan ilmiah (scientific approach) adalah
questioning (menanya). Kegiatan belajarnya adalah mengajukan pertanyaan
tentang informasi yang tidak dipahami dari apa yang diamati atau pertanyaan
untuk mendapatkan informasi tambahan tentang apa yang diamati (dimulai dari
pertanyaan factual sampai pertanyaan yang bersifat hipotetik (Hosnan, 2014:48).
Guru harus mampu menginsprirasi peserta didik untuk meningkatkan dan
mengembangkan ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuannya. Pada saat guru
bertanya, pada saat itu pula guru membimbing atau memandu peserta didik belajar
dengan baik. Ketika guru menjawab pertanyaan peserta didik, ketika itu pula guru
mendorong peserta didik untuk menjadi penyimak dan pembelajar yang baik.
Berbeda dengan penugasan yang menginginkan tindakan nyata, pertanyaan
dimaksudkan untuk memperoleh tanggapan verbal. Istilah “pertanyaan” tidak
selalu dalam bentuk “kalimat tanya”, melainkan juga dapat dalam bentuk
pernyataan, asalkan keduanya menginginkan tanggapan verbal (Majid, 2014:215).
3) Mencoba (Experimenting)
Langkah ketiga pada (scientific approach) adalah Experimenting
(mencoba). Kegiatan belajarnya adalah melakukan eksperimen, membaca sumber
lain selain buku teks, mengamati objek/kejadian/aktivitas, wawancara dengan
narasumber. Eksperimen/mencoba dapat didefinisikan sebagai kegiatan terinci
yang direncanakan untuk menghasilkan data untuk menjawab suatu masalah atau
menguji sesuatu hipotesis (Hosnan, 2014:58).
15
Menurut Majid (2014:231) untuk memperoleh hasil belajar yang nyata
atau otentik, peserta didik harus mencoba atau melakukan percobaan, terutama
untuk materi atau substansi yang sesuai. Pada matapelajaran IPA, misalnya,
peserta didik harus memahami konsep-konsep IPA dan kaitannya dengan
kehidupan sehari-hari. Peserta didik pun harus memiliki keterampilan proses
untuk mengembangkan pengetahuan tentang alam sekitar, serta mampu
menggunakan metode ilmiah dan bersikap ilmiah untuk memcahkan masalah-
masalah yang dihadapinya sehari-hari.
4) Menalar (Associating)
Langkah keempat pada scientific approach adalah associating
(menalar/mengolah informasi). Menalar adalah salah satu istilah dalam kerangka
proses pembelajaran dengan pendekatan ilmiah yang dianut dalam Kurikulum
2013 untuk menggambarkan bahwa guru dan peserta didik merupakan pelaku
aktif. Titik tekannya tentu dalam banyak hal dan situasi peserta didik harus lebih
aktif daripada guru. Penalaran adalah proses berpikir yang logis dan sistematis
atas fakta-fakta empiris yang dapat diobservasi untuk memperoleh simpulan
berupa pengetahuan. Penalaran dimaksudkan merupakan penalaran ilmiah,
walaupun penalaran nonilmiah tidak selalu tidak bermanfaat (Majid, 2014:223).
Istilah aktivitas menalar dalam konteks pembelajaran pada Kurikulum
2013 dengan pendekatan ilmiah banyak merujuk pada teori belajar asosiasi atau
pembelajaran asosiatif. Istilah asosiasi dalam pembelajaran merujuk pada
kemampuan mengelompokkan beragam ide dan mengasosiasikan beragam
peristiwa untuk kemudian memasukkannya menjadi penggalan memori. Selama
mentransfer, peristiwa-peristiwa khusus ke otak, pengalaman tersimpan dalam
16
referensi dengan peristiwa lain. Pengalaman yang sudah tersimpan di memori otak
berelasi dan berinteraksi dengan pengalaman sebelumnya yang sudah tersedia.
Proses itu dikenal sebagai asosiasi atau menalar (Hosnan, 2014:67).
5) Membentuk Jejaring (Networking)
Langkah ke lima pada scientific approach adalah networking (membentuk
jaringan). Model networking adalah model pembelajaran berupa kerja sama antara
siswa dengan seorang ahli dalam mencari data, keterangan, atau lainnya
sehubungan dengan mata pelajaran yang disukainya atau yang diminatinya
sehingga siswa secara tidak langsung mencari tahu dari berbagai sumber. Sumber
dapat berupa buku bacaan, internet, saluran radio, TV, atau teman, kakak, orang
tua atau guru yang dianggap ahli olehnya. Siswa memperluas wawasan belajarnya
sendiri, artinya siswa termotivasi belajar karena rasa ingin tahunya yang besar
dalam dirinya. Networking adalah kegiatan siswa untuk membentuk jejaring pada
kelas. Kegiatan belajarnya adalah menyampaikan hasil pegamatan, Kesimpulan
berdasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis, atau media lainnya. Pada tahapan
ini siswa mempresentasikan kemampuan mereka mengenai apa yang telah
dipelajari sementara siswa lain menanggapi. Tanggapan siswa lain bisa berupa
pertanyaan, sanggahan atau dukungan tentang materi presentasi. Guru berperan
sebagai fasilitator (Hosnan, 2014:77).
Pembelajaran dengan pendekatan scientific menurut pendapat ahli
memang berbeda-beda. Namun, hakikatnya semua sama dan penjelasannya juga
sama yaitu para ahli berpedoman pada Permendikbud Nomor 81 A Tahun 2013.
Sebagai contoh mengamati, para ahli biasa menggunakan mengamati (observing),
menanya para ahli menggunakan menanya (questioning), mengumpulkan
17
informasi/eksperimen para ahli menggunakan mencari (experimenting),
mengasosiasikan/mengolah informasi para ahli menggunakan menalar
(associating), mengkomunikasikan para ahli menggunakan membentuk jejaring
(networking). Jadi, meskipun istilah dalam langkahnya berbeda tapi arti, maksud,
isi, dan tujuannya sama.
2.1.2 Pembelajaran Tematik
2.1.2.1 Pengertian Pembelajaran Tematik
Pembelajaran tematik yakni pembelajaran yang menggunakan tema untuk
mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman
bermakna bagi siswa (Daryanto, 2014:3). Dengan demikian, proses pembelajaran
mengelola pembelajaran yang mengintregasikan materi dari beberapa mata
pelajaran dalam satu topik pembicaraan atau satu tema.
Pembelajaran tematik pada dasarnya merupakan model pembelajaran yang
menggunakan tema untuk memadukan beberapa mata pelajaran dengan menekankan
keterlibatan siswa secara aktif dan menyenangkan, yakni tidak semata-mata mendorong
peserta didik untuk mengetahui (learning to know), tetapi belajar juga untuk melakukan
(learning to do), belajar untuk menjadi (learning to be), dan belajar untuk hidup
bersama (learnig to live together), sehingga aktivitas pembelajaran relevan dan
bermakna bagi siswa (Prastowo, 2013:56).
Jadi dapat disimpulkan bahwa pembelajaran tematik merupakan model
pembelajaran yang menggunakan tema untuk memadukan materi beberapa mata
pelajaran. Pembelajaran dilakukan secara aktif dan menyenangkan agar
memberikan pengalaman bermakna bagi siswa.
18
2.1.2.2 Tujuan Pembelajaran Tematik
Pembelajaran tematik memiliki beberapa tujuan. Menurut Prastowo
(2013:65) tujuan pembelajaran tematik adalah sebagai berikut:
1) Mudah memusatkan perhatian pada satu tema atau topik tertentu;
2) Mempelajari pengetahuan dan mengembangkan berbagai kompetensi dasar
antara mata pelajaran dalam tema yang sama;
3) Pemahaman terhadap materi pelajaran lebih mendalam dan berkesan;
4) Kompetensi dasar dapat dikembangkan lebih baik dengan mengaitkan mata
pelajaran lain dengan pengalaman pribadi siswa;
5) Siswa dapat lebih merasakan manfaat dan makna belajar karena materi
disajikan dalam konteks tema kelas;
6) Siswa dapat lebih bergairah belajar karena dapat berkomunikasi dalam situasi
nyata, untuk mengembangkan suatu kemampuan dalam satu mata pelajaran
sekaligus mempelajari mata pelajaran lain;
7) Guru dapat menghemat waktu karena mata pelajaran yang disajikan secara
terpadu dapat disiapkan sekaligus dan dapat diberikan dalam dua atau tiga
pertemua, waktu selebihnya dapat digunakan untuk kegiatan remedial,
pemantapan, atau pengayaan.
Jadi tujuan pembelajaran tematik adalah pemahaman siswa lebih
mendalam dan berkesan melaui pembelajaran dengan menggunakan topik atau
tema. Selain itu dapat menghemat waktu karena materi pembelajaran disampaikan
dengan menggunakan topik atau tema yang menggabungkan beberapa mata
pelajaran.
19
2.1.2.3 Manfaat Pembelajaran Tematik
Pembelajaran tematik memiliki beberapa manfaat. Menurut Daryanto
(2014:4-5) manfaat dari pembelajaran tematik adalah sebagai berikut:
1) Dengan menggabungkan beberapa kompetensi dasar dan indikator serta isi
mata pelajaran akan terjadi penghematan, karena tumpang tindih materi dapat
dikurangi bahkan dihilangkan.
2) Siswa mampu melihat hubungan-hubungan yang bermakna sebab isi/materi
pembelajaran lebih berperan sebagai sarana atau alat, bukan tujuan akhir.
3) Pembelajaran menjadi utuh sehingga siswa akan mendapat pengertian
mengenai proses dan materi yang tidak terpecah-pecah.
4) Dengan adanya pemanduan antar mata pelajaran maka penguasaan konsep
akan semakin baik dan meningkat.
Jadi manfaat pembelajaran tematik adalah dapat menghemat isi mata
pelajaran. Selain itu materi pelajaran bukan merupakan tujuan akhir
pembelajaran, tetapi berperan sebagai sarana, dan pembelajaran menjadi utuh
karena materi tidak terpecah-pecah sehingga penguasaan konsep semakin baik
dan meningkat.
2.1.2.4 Karakteristik Pembelajaran Tematik
Sebagai model pembelajaran di Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah,
pembelajaran tematik memiliki karakteristik sebagai berikut:
1) Berpusat pada siswa
Hal ini sesuai dengan pendekatan belajar modern yang lebih banyak
menempatkan siswa sebagai subjek belajar sedangkan guru lebih banyak
20
berperan sebagai fasilitator, yaitu memberikan kemudahan kepada siswa untuk
melakukan aktifitas belajar.
2) Memberikan pengalaman langsung
Dengan pengalaman langsung ini, siswa dihadapkan pada sesuatu yang nyata
(konkret) sebagai dasar untuk memahami hal-hal yang lebih abstrak.
3) Pemisahan mata pelajaran tidak begitu jelas
Dalam pembelajaran tematik pemisahan antara mata pelajaran tidak begitu
jelas. Fokus pembelajaran diarahkan kepada pembahasan tema-tema yang
paling dekat berkaitan dengan kehidupan siswa.
4) Menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran
Pembelajaran tematik menyajikan konsep-konsep dari berbagai mata pelajaran
dalam suatu proses pembelajaran. Dengan demikian, siswa mampu memahami
konsep-konsep tersebut secara utuh. Hal ini diperlukan untuk membantu siswa
dalam memecahkan masalah-masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.
5) Bersifat fleksibel
Pembelajaran tematik bersifat luwes (fleksibel) dimana guru dapat mengaitkan
bahan ajar dari satu mata pelajaran dengan mata pelajaran yang lainnya,
bahkan mengaitkannya dengan kehidupan siswa dan keadaan lingkungan
dimana sekolah dan siswa berada.
6) Hasil pembelajaran sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa
Siswa diberi kesempatan untuk mengoptimalkan potensi yang dimilikinya
sesuai dengan minat dan kebutuhannya.
7) Menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkan (Daryanto,
2014: 5).
21
2.1.2.5 Prinsip Pembelajaran Tematik
Pembelajaran tematik memiliki prinsip yang diklasifikasikan menjadi
beberapa prinsip. Menurut Prastowo (2013:60) secara umum prinsip pembelajaran
tematik dapat diklasifikasikan menjadi:
1) Prinsip penggalian tema
Dalam penggalian tema hendaklah memperhatikan beberapa persyaratan
sebagai berikut:
a) Tema hendaklah tidak terlalu luas, namun dengan mudah dapat digunakan
untuk memadukan banyak mata pelajaran.
b) Tema harus bermakna, maksudnya ialah tema yang dipilih untuk dikaji
harus memberikan bekal bagi siswa untuk belajar selanjutnya.
c) Tema harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan psikologis anak.
d) Tema dikembangkan harus mewadahi sebagian besar minat anak.
e) Tema yang diplih hendaknya mempertimbangkan peristiwa-peristiwa
otentik yang terjadi di dalam rentang waktu belajar.
f) Tema yang diplih hendaknya mempertimbangkan kurikulum yang berlaku
serta harapan masyarakat.
g) Tema yang dipilih hendaknya juga mempertimbangkan ketersediaan
sumber belajar.
2) Prinsip pengelolaan pembelajaran
Dalam pengelolaan pembelajaran hendaklah guru dapat berlaku sebagai
berikut:
a) Guru hendaklah jangan menjadi single actor yang mendominasi
pembicaraan dalam proses belajar mengajar.
22
b) Pemberian tanggung jawab individu dan kelompok harus jelas dalam
setiap tugas yang menuntut adanya kerja sama kelompok.
c) Guru perlu mengakomodasi terhadap ide-ide yang terkadang yang sama
sekali tidak terpikirkan dalam perencanaan.
3) Prinsip evaluasi
Dalam melaksanakan evaluasi pembelajaran tematik, diperlukan langkah-
langkah positif antara lain:
a) Memberi kesempatan kepada siswa untuk melakukan evaluasi diri (self
evaluation/self asessment) di samping bentuk evaluasi lainnya.
b) Guru perlu mengajak para siswa untuk mengevaluasi perolehan hasil belajar
yang telah dicapai berdasarkan kriteria keberhasilan pencapaian tujuan yang
akan dicapai.
4) Prinsip reaksi
Guru dituntut agar mampu merencanakan dan melaksanakan pembelajaran
sehingga tercapai secara tuntas tujuan-tujuan pembelajaran. Guru harus
bereaksi terhadap aksi siswa dalam semua peristiwa serta tidak mengarahkan
aspek yang sempit tetapi sebuah kesatuan yang utuh dan bermakna.
2.1.2.6 Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Tematik
Pembelajaran tematik memiliki beberapa kelebihan bagi guru dan siswa.
Kelebihan pembelajaran bagi guru antara lain sebagai berikut:
1) Materi pelajaran tidak dibatasi oleh jam pelajaran, melainkan dapat
dilanjutkan sepanjang hari, mencakup berbagai mata pelajaran. Dengan kata
lain, guru dapat menghemat waktu karena mata pelajaran yang disajikan
23
secara terpadu dapat dipersiapkan sekaligus dan diberikan dalam dua atau
tiga kali pertemuan. Waktu selebihnya dapat digunakan untuk kegiatan
remedial, pemantapan atau pengayaan.
2) Hubungan antar mata pelajaran dan topik dapat diajarkan secara logis dan
alami.
3) Dapat ditunjukkan bahwa belajar merupakan kegiatan yang kontinu, tidak
terbatas pada buku paket, jam pelajaran, atau bahkan empat dinding kelas.
Guru dapat membantu siswa memperluas kesempatan belajar keberbagai
aspek kehidupan.
4) Guru bebas membantu siswa melihat masalah, situasi, atau topik dari
berbagai berbagai sudut pandang.
5) Pengembangan masyarakat belajar terfasilitasi. Penekanan pada kompetisi
bisa dikurangi dan diganti dengan kerja sama dan kolaborasi.
Sedangkan kelebihan pembelajaran tematik bagi siswa antara lain adalah
sebagai berikut:
1) Dapat lebih memfokuskan diri pada proses belajar, daripada hasil belajar.
2) Menghilangkan batas semu antar bagian kurikulum dan menyediakan
pendekatan proses belajar yang integrative.
3) Menyediakan kurikulum yang berpusat pada siswa yang dikaitkan dengan
minat, kebutuhan, dan kecerdasan; mereka didorong untuk membuat
keputusan sendiri dan bertanggung jawab pada keberhasilan belajar.
4) Merangsang penemuan dan penyelidikan mandiri di dalam dan di luar kelas.
5) Membantu siswa membangun hubungan antar konsep dan ide, sehingga
meningkatkan apresiasi dan pemahaman.
24
6) Siswa mudah memusatkan perhatian pada satu tema atau topik tertentu.
7) Siswa dapat mempelajari pengetahuan dan mengembangkan berbagai
kompetensi mata pelajaran dalam tema yang sama.
8) Pemahaman terhadap materi lebih mendalam dan berkesan.
9) Kompetensi yang dibahas bisa dikembangkan lebih baik dengan mengaitkan
mata pelajaran lain dan pengalaman pribadi siswa.
10) Siswa lebih merasakan manfaat dan makna belajar karena materi disajikan
dalam konteks tema yang jelas.
11) Siswa lebih bergairah belajar karena mereka bisa berkomunikasi dalam
situasi yang nyata
Selain kelebihan yang dimiliki, pembelajaran tematik juga memiliki
keterbatasan, terutama dalam pelaksanaannya, yaitu pada perencanaan dan pelaksanaan
evaluasi yang lebih banyak menuntut guru untuk melakukan evaluasi proses, dan tidak
hanya evaluasi dampak pembelajaran langsung saja (Prastowo, 2013: 68).
2.1.3 Aktivitas Belajar
2.1.3.1 Pengertian Aktivitas Belajar
Menurut Gie (dalam Wawan, 2010:1) aktivitas belajar adalah segenap
rangkaian kegiatan atau aktivitas secara sadar yang dilakukan oleh seseorang yang
mengakibatkan perubahan dalam dirinya tergantung pada setiap pengetahuan yang
dimliki. Didalam kurikulum 2013 dijelaskan bahwa aktivitas merupakan hal yang
utama untuk mendorong siswa untuk membangun pemahaman pengetahuan,
keterampilan dan sikap spiritual dan sosial dalam diri siswa melalui kegiatan
mengamati, bertanya, menalar, mencoba serta membuat jaringan.
25
Menurut Dimiyanti dan Mudjiono (2013:45) mengemukakan bahwa dalam
proses belajar, siswa akan menampakakan keaktifan pada saat pembelajaran
berlangsung, keaktifan memiliki bentuk beraneka ragam mulai dari kegiatan fisik
dan psikis yang sulit diamati. Contoh dari kegiatan fisik seperti membaca,
mendengar, menulis dan lain-lain. Sedangkan kegiatan psikis seperti
menyimpulkan hasil experiment.
Menurut Djamarah (2010:49) dipandang dari sisi proses belajar,
pembelajaran berbasis aktivitas siswa menekankan aktivitas siswa yang
optimal, seimbang antara aktivitas fisik, mental, emosional, dan intelektual.
Dipandang dari sisi hasil belajar, pembelajaran berbasis aktivitas siswa
menghendaki hasil belajar yang seimbang dan terpadu antara kemampuan
intelektual (kognitif), sikap (afektif), dan keterampilan (psikomotorik). Dari
beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa Aktivitas belajar adalah segala
kegiatan yang dilakukan dalam proses interaksi guru dan siswa dalam rangka
mencapai tujuan pembelajaran
2.1.3.2 Jenis-jenis Aktivitas Belajar
Adapun jenis-jenis aktivitas dalam belajar yang digolongkan oleh Paul B.
Diedric (dalam Sardiman, 2007:101) adalah sebagai berikut:
1) Visual activities, yang termasuk didalamnya membaca, memperhatikan
gambar demonstrasi, percobaan pekerjaan orang lain.
2) Oral activities, seperti: menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi
saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi.
3) Listening activities, sebagai contoh, mendengarkan: uraian, percakapan,
diskusi, musik pidato.
26
4) Writing activities, seperti: menulis cerita, karangan, laporan, test, angket,
menyalin.
5) Drawing activities, misalnya: menggambar, membuat grafik, peta, diagram, pola.
6) Motor activities, yang termasuk didalamnya adalah: melakukan percobaan,
membuat kontruksi, model mereparasi, bermain, berkebun, berternak.
7) Mental activities, misalnya: menganggap, mengingat, memecahkan soal,
menganalisa melihat hubungan, mengambil keputusan.
Berdasarkan kurikulum 2013, aktivitas dalam pembelajaran meliputi
kegiatan mengamati, menanya, menalar, mencoba dan membentuk jejaring.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa aktivitas belajar adalah
kegiatan yang dilakukan siswa selama proses belajar berlangsung. Menurut
(Permendikbud No. 103 Tahun 2014) Pembelajarana harus dilaksanakan berbasis
aktivitas dengan karakteristik sebagai berikut: 1) interaktif dan inspiratif, 2)
menyenangkan, menantang, dan memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi
aktif, 3) kontekstual dan kolaboratif, 4) memberikan ruang yang cukup bagi
prakarsa, kreativitas, dan kemandirian peserta didik, 5) sesuai dengan bakat,
minat, kemampuan dan perkembangan fisik sera psikologis peserta didik.
2.1.3.3 Pengukuran Aktivitas Pembelajaran dengan Pendekatan Scientific
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengukuran adalah proses, cara,
perbuatan mengukur yang meliputi proses penilaian. Pengukuran aktivitas
pembelajaran adalah proses mengukur aktivitas pembelajaran yang dilakukan peneliti
kepada siswa yang bertujuan untuk mengetahui aktivitas pembelajaran itu sendiri. Alat
yang digunakan untuk mengukur aktivitas pembelajaran scientific yaitu dengan
menggunakan lembar observasi. Cara mengukur aktivitas belajar siswa dapat dengan
27
menggunakan indikator aktivitas pembelajaran. Berikut adalah indikator aktivitas
pembelajaran scientific Kurikulum 2013 antara lain adalah sebagai berikut.
Table 2.2 Aktivitas-aktivitas belajar yang dinilai
No. Jenis
Aktivitas
Indikator Keterangan
1. Mengamati Mengamati opjek yang diberikan oleh guru
Mengumpulkan data melalui objek.
Visual activities
Mental activities
2. Menanya Melakukan Tanya jawab dngan guru.
Mengajukan pendapat dan bertanya pada saat
kelompok lain melakukan presentasi.
Oral activities
Oral activities
3. Mencoba Melakukan percobaan kepada objek yang
diberikan
Menyelesaikan soal yang diberikan oleh guru
Motor activities
Mental activities
4. Menalar Melakukan diskusi untuk menyelesaikan
permasalahan
Menulis hasil diskusi
Motor activities
Writing activities
5. Membentuk
jejaring Melakukan presentasi
Membuat kesimpulan dari hasil diskusi.
Oral activities
Mentas activities
Sedangkan menurut Hosnan (2014:39) kegiatan pembelajaran erat
kaitannya dengan aktivitas belajar siswa dan aktivitas guru.
Tabel 2.3 Keterkaitan antara kegiatan pembelajaran, aktivitas belajar, dan aktivitas guru
Kegiatan Aktivitas belajar Aktivitas guru
Mengamati Melihat, mengamati, membaca,
mendengar, menyimak (tanpa
dan dengan alat)
Guru menyajikan perangkat pembelajaran
berupa media pembelajaran berupa video,
gambar, miniatur, tayangan atau objek asli
Menanya Mengajukan pertanyaan dari
yang faktual sampai ke yang
bersifat hipotesis
Guru membimbing peserta didik untuk dapat
mengajukan pertanyaan: pertanyaan tentang hasil
pengamatan objek yang konkret sampai padayang
abstrak berkenaan dengan fakta, konsep, prosedur,
ataupun hal lain yang lebih abstrak
Mencoba Menentukan data yang
diperlukan dari pertanyaan yang
diajukan, menentukan sumber
data ( benda, dokumen, buku,
eksperimen), mengumpulkan
data
Guru dapat mengembangkan keterlibatan fisik
dan mental, serta emosional siswa.
Keterlibatan fisik dan mental seta emosional
siswa diharapkan dapat diperkenalkan pada
suatu cara atau kondisi pembelajaran yang
dapat menumbuhkan rasa percaya diri dan
juga perilaku yang inovatif dan kreatif
Menalar Menganalisis data dalam bentuk
membuat kategori, menentukan
hubungan data/kategori,
menyimpulkan dari hasil
analisis data
Guru berperan aktif dalam membimbing serta
mengarahkan kegiatan pembelajaran agar
berjalan dengan baik
Membentuk
jejaring
Menyampaikan hasil
konseptualisasi dalam bentuk
lisan, tulisan, diagram, bagan,
gambar atau media lainnya
Guru berfungsi sebagai fasilitator
Sumber: Hosnan (2014:39)
28
Pengukuran terhadap aktivitas pembelajaran scientific baik dari Kurikulum
2013 maupun dari Hosnan sama-sama menggunakan aktivitas mengamati,
menanya, mencoba, menalar, membentuk jejaring dan pada dasarnya isinya juga
sama. Aktivitas pembelajaran dengan menggunakan pendekatan scientific besar
harapannya menjadikan siswa aktif di kelas.
2.1.4 Hasil Belajar dan Faktor yang Mempengaruhinya
2.1.4.1 Pengertian Hasil Belajar
Menurut Thobroni, M & Mustofa, A (2013:24) hasil belajar adalah
perubahan tingkah laku secara menyeluruh bukan hanya dari aspek kemanusian
saja. Sedangkan menurut Sudjana (2005:2) hasil belajar adalah hasil yang dicapai
siswa terhadap ilmu pengetahuan dan keterampilan yang dikembangkan siswa
dalam mata pelajaran dalam bentuk tes.
Berikut ini adalah beberapa definisi hasil belajar menurut para ahli
(Suprihatiningrum, 2013:37) yaitu :
1) Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah melalui
kegiatan belajar (Gagne & Briggs, 1979).
2) Menurut Reigeluth (1983) hasil belajar adalah suatu kegiatan yang
dilakukan siswa untuk mendapatkan hasil.
3) Menurut Permendikbud (2013) penilaian hasil belajar kurikulum 2013 mencakup
3 kompetensi yaitu kompetensi sikap, pengetahuan dan keterampilan. Penilaian
dilakukan secara berimbang yang digunakan untuk menentukan posisi relatif
siswa terhadap standar yang ditentukan. Dari ketiga kompetensi penilaian
tersebut bertujuan untuk menuntaskan proses belajar siswa.
29
Berdasarkan uraian dan beberapa pendapat para ahli tentang hasil belajar
maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah hasil yang dicapai siswa
terhadap ilmu pengetahuan dan keterampilan untuk mencapai perubahan tingkah
laku dari proses belajar yang dilakukan untuk mendapatkan hasil yang ingin
dicapai. Kompetensi dari beberapa aspek diatas dapat diketahui melalui hasil
belajar yang indikatornya dapat diukur dan diamati.
2.1.4.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Menurut Baharuddin, M & Wahyuni, N (2008:19) faktor-faktor yang
mempengaruhi hasil belajar dibedakan atas dua kategori, yaitu faktor internal dan faktor
eksternal. Faktor-faktor yang termasuk internal terdiri dari faktor fisiologis dan faktor
psikologis. Faktor fisiologis meliputi kesehatan jasmani, tidak dalam keadaan lelah dan
capek, tidak cacat jamani dan lain-lain. Sedangkan faktor psikologis mliputi intelegensi,
perhatian, minat dan bakat, motivasi, serta kognitif dan daya nalar. Sedangkan faktor
eksternal terdiri dari keluarga, sekolah dan masyarakat. Faktor keluarga meliputi: cara
orang tua mendidik, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, perhatian orang tua
serta latar blakang kebudayaan. Faktor sekolah meliputi: metode mengajar, kurikulum,
relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, metode belajar, standar pelajaran,
disiplin sekolah, peralatan sekolah dan lain-lain. Sedangkan faktor masyarakat meliputi:
kegiatan siswa dalam masyarakat, mass media, teman bergaul serta bentuk kehidupan
masyarakat.
Menurut Suprihatiningrum (2013:85) terdapat beberapa faktor yang
mempengaruhi proses dan hasil belajar diantaranya siswa, pendidik, kurikulum,
sarana dan prasarana, tenaga nonpendidik dan lingkungan. Sedangkan menurut
30
Slameto (2010:54) faktor yang mempengaruhi hasil belajar terdapat faktor ekstern
yang meliputi tiga faktor yaitu: faktor keluarga, sekolah dan masyrakat. Faktor
sekolah mencakup metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi
siswa dengan siswa serta disiplin sekolah.
Faktor pendidik dan cara mengajar merupakan faktor terpenting dalam
menentukan keberhasilan siswa dalam proses belajar. Cara mengajar dan kemampuan
pendidik dalam menguasai materi adalah kunci keberhasilan dalam proses belajar
mengajar. Model, metode, dan pendekatan yang digunakan sangat berpengaruh
terhadap hasil belajar yang akan diterima oleh siswa, karena dengan menerapkan
model, metode, dan pendekatan pembelajaran yang tepat akan mensukseskan proses
belajar mengajar. Memberikan inovasi pendekatan pembelajaran akan lebih baik
sehingga tidak terjadi kesalahan dalam proses pembelajaran. Selain itu, penggunaan
pendekatan pembelajaran juga diperlukan agar dapat menarik siswa untuk mengikuti
aktivitas pembelajaran dan hasil belajar siswa pun akan meningkat.
Berdasarkan urain dari faktor-faktor yang mempengaruhi proses dan hasil
belajar diatas, yaitu: faktor pendidik, model pembelajaran, metode pembelajaran,
pendekatan pembelajaran, dan penggunaan media pembelajaran memiliki peran
penting dalam menunjang aktivitas dan hasil belajar yang akan dicapai oleh siswa.
Pembelajaran tematik menekankan keaktivan siswa dalam proses belajar. Apabila
siswa aktif dalam pembelajaran, maka akan berpengaruh pada hasil belajar yang
diperoleh. Untuk itu upaya yang dilakukan untuk mencapai tujuan terebut adalah
salah satunya pendekatan pembelajaran yang relevan adalah pendekatan ilmiah
atau pendekatan scientific. pendekatan scientific merupakan pembelajaran yang
melibatkan siswa aktif dalam pembelajaran dan hasil belajar siswa meningkat.
31
2.1.4.3 Pengukuran Hasil Belajar dengan Pendekatan Scientific
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengukuran adalah proses, cara,
perbuatan mengukur yang meliputi proses penilaian. Mengukur hasil belajar
siswa dapat dilakukan dengan cara melalukan penilaian. Penilaian hasil belajar
siswa mencakup kompetensi sikap (afektif), pengetahuan (kognitif), dan
keterampilan (psikomotor) yang dilakukan secara berimbang, sehingga dapat
digunakan untuk menentukan posisi relatif setiap siswa terhadap standar yang
telah ditetapkan (Hosnan, 2014:416).
Menurut Bloom (dalam Thobroni, M & Mustofa, A 2013:23 ) hasil belajar
terdiri dari tiga kemampuan yaitu:
1) Ranah kognitif, yaitu kemampuan yang berhubungn dengan pengetahuan,
ingatan, pemahaman, menerapkan, menguraikan, merencanakan dan
menilai.
2) Ranah afektif, yaitu kemampuan yang berhubungan dengan sikap
menerima, memberikan respon, menilai, organisasi dan karakterisasi.
3) Ranah psikomotorik yaitu kemampuan yang berhubungan dengan
keterampilan dan kemampuan bertindak.
Sedangkan menurut Hosnan (2014:389), ada beberapa hal yang harus
diperhatikan dalam penilaian hasil belajar siswa adalah sebagai berikut.
1) Penilaian terhadap aspek kognitif lebih mudah bila dibandingkan dengan
mengukur ranah afektif maupun psikomotor. Proses pengukuran aspek
kognitif digunakan dengan cara lisan atau tulisan. Aspek kognitif dapat
dikur dengan menggunakan tes esai dan objektif.
32
2) Penilaian terhadap aspek afektif yang dilakukan selama berlangsungnya
kegiatan belajar mengajar, baik di dalam maupun di luar kelas. Penilaian
aspek afektif tidaklah semudah mengukur aspek kognitif. Pengukuran aspek
afektif tidak dapat dilakukan setiap saat karena perubahan tingkah laku
siswa memerlukan waktu yang relatif lama. Beberapa cara terbaik menilai
aspek afektif, yaitu dengan cara (a) observasi, yang merupakan teknik
paling mudah digunakan untuk menilai kemampuan hampeir setiap ranah,
(b) wawancara dan kuesioner, sebagi alat untuk mengetahui pendapat,
aspirasi, harapan, prestasi, keinginan, keyakinan, atau perasaan sebagai hasil
belajar siswa, (c) esai, guru dapat member pertanyaan kepada siswa untuk
membuat sebuat tulisan atau karangan mengenai perasaannya dan sikapnya
terhadap suatu gejala tertentu, (d) pernyataan pendapat (skala sikap), siswa
dapat dinilai dengan menggunakan respon alternatif setuju-tidak setuju,
tertarik-tidak tertarik, (e) iventori, digunaka untuk mengukur minat, (f)
sosiometri, untuk mengukur kemampuan penyesuaian sisoal siswa seperti
berhubungan sosial siswa dengan teman sekelasnya.
3) Penilaiana terhadap aspek psikomotor dilakukan selama berlangsungnya
proses kegiatan belajar mengajar. Mengukur aspek psikomotor dilakukan
terhadap hasil belajar yang berupa penampilan. Namun demikian, biasanya
pengukuran aspek psikomotor ditentujkan atau dimulai dengan pengukuran
aspek kognitif sekaligus.
33
2.2 Penelitian Terdahulu
Penelitian dengan judul “Penerapan Pendekatan Scientific Pada
Pembelajaran Tematik Subtema Perkembangbiakan dan Daur Hidup Hewan
Pelajaran 1 untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Kelas III SDN
Temas 02 Batu” belum pernah dilakukan oleh peneliti terdahulu. Akan tetapi jenis
peneiltian yang menggunakan pendekatan scientific sudah pernah dilakukan,
dengan demikin hasil penelitian terdahulu dijadikan sebagai tinjauan terhadap
penelitian yang sedang dilakukan.
Penelitian tentang pendekatan scientific pernah dilakukan oleh
Marlenawati, Dinsi (2014) dengan judul “Penerapan Pendekatan Saintifik untuk
Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas V SD Negeri
113 Bengkulu Selatan”. Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang sedang
dilakukan yaitu dengan menggunakan pendektan scientific. Perbedaan penelitian
terdahulu diterapkan pada mata pelajaran sedangkan penelitian yang sekarang
diterapkan pada pembelajaran tematik. Dari penlitian teresbut ditemukan bahwa
pembelajaran tematik dengan menggunakan pendekatan scientific dapat
meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa.
2.3 Kerangka Pikir
Dari uraian mengenai penerapan pembelajaran dengan menggunakan
pendekatan scientific untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa .
Secara skematik uraian di atas dapat digambarkan seperti pada Bagan 2.1
34
Gambar 2.1 Kerangka berfikir
2.4 Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kerangka pikir diatas, maka hipotesis tindakan pada penelitian
ini adalah:
1. Penerapan pendekatan scientific pada pembelajaran tematik dapat
meningkatkan aktivitas siswa kelas III SDN Temas 02 Batu.
2. Penerapan pendekatan scientific pada pembelajaran tematik Subtema
Perkembangbiakan dan Daur Hidup Hewan Pelajaran 1 dapat meningkatkan
hasil belajar siswa kelas III SDN Temas 02 Batu.
Pendekatan Scientific
Mengamati: melihat,
mengamati,membaca,
mendengar, menyimak (tanpa
dan dengan alat)
Menanya: mengajukan
pertanyaan dari yang faktual
sampai ke yang bersifat
hipotesis
Mencoba: menentukan data
yang diperlukan dari pertanyaan
yang diajukan, menentukan
sumber data, mengumpulkan
data
Menalar: menganalisis data
dalam bentuk kategori,
menentukan hubungna data,
menyimpulkan dari hasil
analisis data
Membuat jejaring:
menyampaikan hasil
konseptualisasi dalam bentuk
lisan, tulisan, diagram, bagan,
atau gambar
Aktivitas Belajar
Meningkat
(Aktivitas dalam
mengamati, bertanya,
menalar, mencoba serta
membuat jaringan)
Hasil belajar siswa
meningkat
Pembelajaran
Tematik
Langkah –langkah
Pendekatan
Scientific
Dapat menumbuhkan aktivitas siswa
top related