bab i rancang kota
Post on 14-Jun-2015
644 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perancangan menutut J.W. Wade meliputi pemrograman untuk menetapkan hal-hal
yang menjadi tujuan dan kebutuhan objek perancangan, perencanaan untuk menyelesaikan
permasalahan yang ada di lokasi perancangan, dan perancangan itu sendiri yaitu gagasan yang
akan diwujudkan menjadi wujud bangunan.
Urban sprawl adalah pemekaran kota yaitu bertambahnya luas kota secara fisik,
perluasan ini disebabkan oleh semakin berkembangnya penduduk dan semakin tingginya arus
urbanisasi dengan ciri-ciri bertambahnya konversi lahan RTH menjadi lahan terbangun. Urban
sprawl merupakan permasalahan yang mudah ditemui di Kecamatan Ungaran sebagai daerah
pinggiran Kota Semarang. Perkembangan urban sprawl ini tumbuh secara linier disepanjang
jalan arteri Semarang-Bawen karena kemudahan transportasi pribadi membuat masyarakat
cenderung bertempat tinggal di pinggir kota yang tenang dan melakukan ulang-alik menuju
tempat bekerja.
Kemunculan PT Ungaran Sari Garments pada tahun 1975 dan Universitas Darul Ulum
Islamic Center Sudirman tahun 1982 merupakan sebagai magnet pendatang untuk tinggal,
bekerja atau belajar di Kelurahan Gedanganak dan Genuk ini. Sehingga muncullah ekspansi
lahan terbangun sebagai kebutuhan perumahan dan perdagangan jasa. Kasus konversi lahan
semakin meningkat karena tidak adanya pembatasan lahan terbangun. Perumahan yang ada
pada kondisi eksisting tumbuh kampung-kampung secara organis, permukiman yang cukup
teratur namun infrastruktur belum sesuai dengan standar peraturan dan belum direncanakan
dengan baik.
Pada gambar dibawah ini akan terlihat pertumbuhan lahan terbangun wilayah studi dari
tahun 2003, 2008 dan 2013 yang membuktikan bahwa semakin tahun wilayah studi semakin
padat oleh lahan terbangun.
2
Sumber: Analisis Kelompok 4a, Perancangan Kota
Gambar I.1 Peta Figure Ground Tahun 2003
Sumber: Analisis Kelompok 4a, Perancangan Kota
Gambar I.2 Peta Figure Ground Tahun 2008
3
Sumber: Analisis Kelompok 4a, Perancangan Kota
Gambar I.3 Peta Figure Ground Tahun 2013
Pada peta figure groud time series diatas menunjukkan bahwa pertumbuhan bangunan
semakin padat dan terjadi konversi lahan pertanian menjadi lahan terbangun.
Fungsi hunian pada kampung-kampung tersebut adalah sebagai tempat tinggal bagi
penduduk asli dan sebagai tempat tinggal sementara bagi pendatang yang bekerja di PT USG
dan yang belajar di Undaris. Banyaknya penduduk yang menghuni lokasi tersebut sehingga
muncullah kegiatan perdagangan dan jasa yang tidak teratur atau merupakan sektor informal,
bangunan kios yang berderet sepanjang jalan Letjend S. Parman merupakan bangunan tanpa
ijin resmi yang didirikan di bahu jalan.
Sumber: Dokumentasi Kelompok 4a, Perancangan Kota
Gambar 1.4 Pertumbuhan PKL di sepanjang jalan S. Parman
Permasalahan terkait ketidakteraturan permukiman yang seharusnya memenuhi
kebutuhan pekerja dan mahasiswa di lokasi tersebut menjadi objek perancangan suatu konsep
berprinsip compact development yang akan diterapkan. Konsep yang ditawarkan adalah konsep
4
kota industri yang padat dan nyaman, untuk memenuhi kebutuhan penduduknya dan tetap
menjamin kenyamanan dan keasrian lingkungan tersebut.
1.2 Rumusan Masalah
Wilayah studi perancangan kota di Desa Genuk dan Desa Gedanganak terletak di bukit
namun kelerengannya masih tergolong landai (9-15%). Wilayah studi yang telah dideliniasi
memiliki aktivitas yang padat dan kebutuhan penunjang ruang yang cukup lengkap karena
kemunculan PT USG dan Undaris. Dengan adanya PT USG dan Undaris membuat pembangunan
perumahan disekitarnya bertambah pesat dan tidak teratur. Banyaknya pendatang yang bekerja
di PT USG dan pelajar di Undaris mengakibatkan terjadinya alih fungsi bangunan perumahan
menjadi kos-kosan (rent house). Peta dibawah ini akan memperjelas permasalahan yang ada di
lokasi rancang.
Sumber: Analisis Kelompok 4a, Perancangan Kota
Gambar I.5 Peta Permasalahan Kondisi Eksisting
Pertumbuhan ruang di lokasi rancang yang tidak teratur juga dapat dilihat dari
pertumbuhan PKL di sepanjang jalan S. Parman yang semakin hari semakin tidak teratur.
Dampak dari alif fungsi bangunan yang awalnya perumahan menjadi menjadi rumah warung
dan rumah kost sehingga pemilik rumah semakin memperluas bangunan rumahnya, akibatnya
sepanjang perkampungan tidak terdapat lahan terbuka dan tidak memenuhi GSB yang
seharusnya.
5
1.3 Tujuan dan Sasaran
Tujuan dan Sasaran pada laporan ini akan dijelaskan berikut ini
1.3.1 Tujuan
Tujuan dibuatnya buku ini adalah untuk membuat redesain suatu lokasi dengan prinsip
compact city dan mengusung konsep kota industri yang padat dan nyaman (Livable Boarding
Dense City). Penerapan konsep perancangan pada lokasi tersebut dalam bentuk gambar site plan
yang berskala dan gambar 3 dimensi berdasarkan kriteria terukur dan tidak terukur.
Pembuatan siteplan ini nantinya diharapkan dapat memberi gambaran nyata mengenai
rancangan kota industri yang padat dan nyaman.
1.3.2 Sasaran
Untuk mewujudkan tujuan tersebut, maka sasaran yang perlu dicapai dalam buku ini
adalah:
1. Mengidentifikasi potensi dan permasalahan yang terdapat pada lokasi perancangan;
2. Melakukan justifikasi dan penerapan konsep pada lokasi perancangan;
3. Melakukan analisis aktivitas dan analisis perhitungan kebutuhan ruang, analisis tapak,
analisis penyediaan sarana dan prasarana kawasan, analisis sistem transportasi, dan
analisis sistem penyediaan ruang hijau;
4. Melakukan analisis tapak meliputi analisis konstelasi wilayah dan analisis fisik dan non
fisik ruang di lokasi rancang;
5. Menentukan zoning kawasan pada lokasi rancang untuk mengetahui kelebihan dan
kekurangan lokasi rancang;
6. Melakukan desain rancang sebagai strategi dan skenario pengembangan lokasi
perancangan;
7. Melakukan analisis kriteria terukur dan tak terukur di lokasi rancang;
8. Melakukan identifikasi penerapan elemen-elemen perancangan kota, citra kota dan
estetika di lokasi rancang;
9. Melakukan desain amplop bangunan dan site plan beserta detail rancangannya sebagai
interpretasi konsep ke dalam unsur ruang di lokasi rancang;
10. Menentukan urban design guidelines yang sesuai di lokasi rancang.
1.4 Ruang Lingkup
Ruang lingkup pada laporan ini terdiri dari runag lingkup wilayah dan ruang lingkup
materi
1.4.1 Ruang Lingkup Wilayah
Ruang lingkup wilayah terdiri atas wilayah studi makro dan wilayah studi mikro.
6
A. Wilayah studi makro
Wilayah studi makro berada Kelurahan Genuk, Kecamatan Ungaran Barat dan Kelurahan
Gedanganak, Kecamatan Ungaran Timur. Kelurahan Gedanganak memiliki luas wilayah 289,7
Ha dan Kelurahan Genuk memiliki luas wilayah 157.8 Ha. Kelurahan Gedanganak memiliki
batas-batas administrasi yaitu
Utara : Kelurahan Sidomulyo, Kelurahan Genuk, dan Kelurahan Ungaran
Timur : Kelurahan Beji
Selatan : Kelurahan Langensari
Barat : Kelurahan Candirejo dan Kelurahan Genuk
Kelurahan Genuk memiliki batas-batas administrasi yaitu
Utara : Kelurahan Ungaran
Timur : Kelurahan Gedanganak
Selatan : Kelurahan Candirejo
Barat : Kelurahan Nyatnyono
B. Wilayah studi mikro
Wilayah studi perancangan berada di Kelurahan Gedanganak dan Kelurahan Genuk.
Wilayah studi mikro perancangan berada diantara jalan lokal jalan lingkungan. Luas wilayah
studi mikro sebesar 11,4 Ha. Batas wilayah studi mikro perancangan merupakan batas alam
berupa jalan, yaitu sebagai berikut :
Utara : Jalan Melati Raya
Timur : Gang Melati Baru I
Selatan : Jalan Jenderal S. Parman
Barat : Jalan Kenanga
Sumber: Bappeda Kabupaten Semarang 2010
Gambar I.6 Peta Administrasi Wilayah Makro
7
Sumber: Bappeda Kabupaten Semarang 2010
Gambar I.7
Peta Administrasi Wilayah Mikro
1.4.2 Ruang Lingkup Materi
Ruang lingkup materi yang dijelaskan dalam laporan ini meliputi :
1) Identifikasi Struktur Kota dan Ruang Terbangun
Identifikasi struktur kota dan ruang terbangun yang dibentuk oleh urban web, district,
bloks, street, dan public square. Identifikasi lainnya yang terkait yaitu peran dan fungsi ruang
kota yang terlihat dari aktivitas kota beserta arus pergerakan.
2) Analisis aktivitas dan kebutuhan ruang.
Analisis aktivitas dan kebutuhan ruang berkaitan dengan kondisi aktivitas
penduduknya, pengguna aktivitas, serta sistem keruangan itu sendiri yang didasarkan pada
aspek non fisik. Analisis ini meliputi analisis aktivitas dan pennguna, analisis kebutuhan ruang,
analisis hubungan antar kelompok serta analisis organisasi ruang.
3) Analisis tapak
Analisis tapak digunakan untuk menganalisis kondisi lokasi tapak yang akan
direncanakan. Terdapat hal-hal yang harus dianalisis dalam melakukan analisis tapak ini antara
lain, analisis konstelasi wilayah (analisis ini dilakukan untuk mengetahui keterkaitan antara
wilayah lokasi perencanaan tapak dengan lokasi sekitarnya), analisis lingkungan, analisis
topografi, analisis aksesbilitas, analisis view, analisis vegetasi, analisis arah angin dan lintasan
matahari, analisis drainase, analisis kebisingan yang akan menghasilkan rencana zoning suatu
kawasan.
8
4) Analisis kriteria tak terukur
Kriteria tak terukur adalah penentu kualitas fisik suatu kawasan dengan
pertimbangan, access (akses menuju lokasi), compatibility (keselarasan dengan
bangunan disekitarnya), view (pemandangan), identity (identitas) , sense (rasa), dan
livability (tingkat kenyamanan).
5) Analisis kriteria terukur
Kriteria terukur akan digunakan sebagai pertimbangan faktor fisik dasar,
ekonomi, maupun budaya yang meliputi koefisien dasar bangunan (KDB), ketinggian
maksimum bangunan, jarak antar bangunan dan garis sempadan bangunan.
6) Elemen-elemen perancangan kota
Elemen perancangan kota meliputi tata guna lahan, bentuk masa dan bangunan,
pengaturan tata letak sirkulasi dan parkir, signage, open space, pedestrian ways, activity
support, dan bangunan preservasi.
7) Elemen-elemen citra kota
Elemen citra kota meliputi landmark (identitas kota), path (jalur), edges (batas),
nodes (titik persimpangan) dan district (kawasan).
8) Elemen-elemen estetika
Elemen estetika yang akan dibahas mengenai proporsi, simetri, sumbu, hirarki,
skala, konteks dan kontras, organisasi ruang, dan irama.
9
1.5 Kerangka Pikir
Kerangka pemikiran merupakan urutan langkah yang akan dilakukan dalam
merumuskan perencanaan tapak. Langkah-langkah inilah yang menjadi dasar/acuan dari
sistematika penulisan serta konsep bertindak. Kerangka pikir tersebut kami susun sebagai
berikut:
Sumber: Analisis Kelompok 4A, Perencanaan Kota
Gambar I.8
Kerangka Pikir Kelompok
Kerangka pikir ini dimulai dengan input justifikasi dan deliniasi lokasi perancangan serta
mengetahui potensi dan permasalahan di lokasi rancang. Pada tahap proses adalah dengan
menentukan konsep yang berprinsip compact development, yaitu Livable Boarding dense city.
Kesesuaian Lahan
Justifikasi dan Deliniasi Lokasi Rancang
Potensi Permasalahan
Penerapan Konsep “Livable Boarding Dense City”
Analisis Aktivitas dan Kebutuhan Ruang
Analisis Kriteria tak terukur
Analisis Tapak Elemen-elemen estetika
Elemen-elemen citra kota Analisis kriteria terukur
Elemen-elemen
perancangan kota
Amplop Bangunan Site Plan Detail Rancangan
Urban Design Guidelines
10
Selanjutnya menganalisis struktur dan ruang kota, analisis aktivitas dan kebutuhan ruang,
analisis tapak, analisis kriteria tak terukur, analisis kriteria terukur, analisis elemen-elemen
perancangan kota, elemen-elemen citra kota, dan elemen-elemen estetika. Analisis aktivitas dan
kebutuhan ruang, analisis tapak, analisis kriteria terukur menghasilkan amplop bangunan dan
siteplan. Analisis kriteria tak terukur, elemen estetika, elemen citra kota, elemen perancangan
kota menghasilkan detail rancang. Output dari amplop bangunan, siteplan, dan detail rancang
menghasilkan Urban Design Guidelines.
1.6 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dalam laporan ini terdiri dari:
A. BAB I PENDAHULUAN
Bab I berisi latar belakang mengenai isu urban sprawl di Kecamatan Ungaran, tujuan dan
sasaran yang akan dicapai dalam pengerjaan laporan, ruang lingkup wilayah maupun
ruang lingkup materi, kerangka pikir, dan sistematika penulisan laporan.
B. BAB II KAJIAN LITERATUR
Bab II berisi tentang teori atau kajian literatur terkait dengan urban sprawl, compact
development, dan perancangan kota.
C. BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI PERANCANGAN
Bab III berisi tentang gambaran umum lokasi perancangan mulai dari kondisi geografis,
kondisi fisik, kondisi non fisik hingga potensi masalah yang dituangkan dalam SWOT.
D. BAB IV KONSEP PERANCANGAN
Bab III berisi kajian teori yang mendasari konsep compact development, best practice
yang akan diterapkan, serta komponen-komponen yang akan di diterapkan di wilayah
perancangan.
E. BAB V ANALISIS PERANCANGAN
Bab IV berisi identifikasi kondisi eksisting dan respon yang akan dirancang pada analisis
aktivitas dan kebutuhan ruang, tapak, kriteria terukur, criteria tak terukur, elemen
estetika, elemen citra kota, dan elemen perancangan kota.
F. BAB VI URBAN DESIGN GUIDELINES
bab ini berisi tentang UDGL yang akan diterapkan dalam lokasi perancangan.
top related