bab i, ii, iii coba
Post on 24-Jun-2015
970 Views
Preview:
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keberhasilan program pendidikan melalui proses belajar mengajar di
sekolah sebagai lembaga pendidikan formal sangat dipengaruhi oleh beberapa
faktor yaitu: siswa, kurikulum, tenaga kependidikan, biaya, sarana dan
prasarana serta faktor lingkungan. Apabila faktor-faktor tersebut dapat
terpenuhi sudah tentu akan memperlancar proses belajar-mengajar, yang akan
menunjang pencapaian hasil belajar yang maksimal yang pada akhirnya akan
meningkatkan mutu pendidikan.
Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah melalui Departemen
Pendidikan Nasional untuk meningkatkan hasil belajar siswa, diantaranya
penyempurnaan kurikulum materi pelajaran, proses pembelajaran,
mengadakan penataran, perbaikan tunjangan sertifikasi guru serta semakin
meningkatnya pendidikan guru pada jenjang yang lebih tinggi. Tetapi pada
kenyataannya, hasil belajar siswa dalam mata pelajaran matematika masih
rendah. Hal ini, dapat kita lihat dari hasil survey Trends in International
Mathematics and Science Study (TIMMS) tahun 2007 yang menempatkan
Indonesia dalam Bidang Matematika diurutan 34 dari 46 negara responden.
Menurut Zulkardi (dalam Indrawati, 2006: 2) dua masalah utama
dalam pendidikan matematika di Indonesia adalah rendahnya prestasi siswa
serta kurangnya minat mereka dalam belajar matematika (matematika
1
dianggap sulit dan diajarkan dengan metode yang tidak menarik karena guru
menerangkan, sedangkan siswa mencatat). Diduga, pendekatan pembelajaran
matematika di Indonesia masih menggunakan pendekatan konvensional. Yang
menekankan pada latihan mengerjakan soal atau drill and practice. Siswa
kurang terbiasa memecahkan masalah atau aplikasi yang banyak di sekeliling
mereka.
Untuk mengatasi masalah tersebut, khususnya masalah rendahnya hasil
belajar siswa dalam belajar matematika perlu diteliti faktor-faktor yang
mempengaruhi. Berkenaan dengan itu Ruseffendi (2006: 7) menyatakan,
“Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilan siswa dalam
belajar diantaranya yaitu kecerdasan anak, bakat anak, kemauan belajar, minat
anak dan model pembelajaran”. Salah satu upaya untuk meningkatkan hasil
belajar siswa guru hendaklah dapat mengembangkan proses pembelajaran
yang mengembangkan keaktifan dan kreatifitas siswa.
Salah satu pembelajaran yang dapat meningkatkan keaktifan dan
kreatifitas siswa adalah pembelajaran matematika dengan pendekatan
konstruktivisme. Dalam pendekatan konstruktivisme, guru tidak hanya
sekedar memberikan pengetahuan kepada siswa, tetapi siswa harus
membangun sendiri pengetahuan dalam benaknya (Riyanto, 2009: 144). Oleh
karena itu guru dapat memberikan kesempatan kepada siswanya untuk
membangun dan menemukan ide-ide mereka sendiri, sehingga mereka akan
sadar bagaimana cara mereka belajar berdasarkan dari pengalaman yang
mereka peroleh sendiri.
2
Dengan menggunakan pendekatan konstruktivisme diharapkan dapat
membantu siswa dalam meningkatkan hasil belajar matematika. Oleh karena
itu, penulis bermaksud untuk melaksanakan penelitian dengan judul
“Pengaruh Pendekatan Konstruktivisme terhadap Hasil Belajar Matematika
Siswa di kelas VII SMP Negeri 1 Mundu Kabupaten Cirebon”.
B. Rumusan dan Batasan Masalah
Berdasarkan uraian tersebut diatas, memperlihakan bahwa permasala-
han penelitian adalah rendahnya pemahaman siswa terhadap materi yang dia-
jarkan oleh guru, dengan rumusan masalah sebagaimana permasalahan:
“Bagaimanakah pengaruh Pendekatan Konstruktivisme terhadap Hasil Belajar
Matematika Siswa kelas VII di SMP Negeri 1 Mundu Kabupaten Cirebon.
Secara teori Rumusan Masalah tersebut selanjutnya dapat dijabarkan
sebagai berikut:
1. Bagaimanakah pengaruh pembelajaran dengan menggunakan
pendekatan konstruktivisme terhadap hasil belajar matematika siswa?
2. Bagaimana respon siswa terhadap pembelajaran matematika dengan
menggunakan pendekatan konstruktivisme?
Adapun batasan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Materi pelajaran yang diambil dalam penelitian ini tentang sub pokok
bahasan persegi, persegi panjang dan jajargenjang.
3
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk menjawab permasalahan
pokok diatas yaitu:
1) Untuk mengetahui pengaruh pembelajaran matematika dengan
menggunakan pendekatan konstruktivisme terhadap hasil belajar
matematika siswa.
2) Untuk mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran matematika
dengan menggunakan pendekatan konstruktivisme.
2. Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan yang dapat diambil dari penelitian ini antara lain:
1) Bagi siswa, untuk menumbuhkan motivasi belajar, meningkatkan hasil
belajar dan mengembangkan kemampuan matematika siswa dalam
mempelajari matematika.
2) Bagi peneliti, dapat mengetahui manfaat pendekatan konstruktivisme dalam
meningkatkan kemampuan matematika siswa serta untuk memperluas
wawasan.
3) Bagi guru, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada
guru-guru khususnya guru matematika dalam melaksanakan kegiatan belajar
mengajar, sehingga dapat dijadikan salah satu alternatif dalam pembelajaran
matematika.
4
4) Bagi sekolah, dengan mempelajari hasil penelitian ini, diharapkan pihak
sekolah dapat meningkatkan mutu pendidikan.
D. Anggapan Dasar dan Hipotesis
Menurut Arikunto (2006: 24), “Anggapan dasar adalah sesuatu yang
diyakini kebenarannya oleh peneliti yang berfungsi sebagai hal-hal yang
dipakai untuk tempat berpijak bagi peneliti dalam melakukan penelitiannya”.
Berangkat dari pendapat tersebut, penulis menggunakan anggapan dasar yang
melandasi penelitian ini bahwa:
- Guru mampu melaksanakan pembelajaran dengan
menggunakan pendekatan konstruktivisme.
- Pembelajaran dengan pendekatan konstruktivisme cocok
diterapkan pada pokok bahasan persegi, persegi panjang dan jajargenjang.
Dari anggapan dasar tersebut, penulis mengajukan hipotesis. Hipotesis
menurut Sudjana ( 2005: 219) adalah asumsi atau dugaan mengenai sesuatu
hal yang dibuat untuk menjelaskan hal itu yang sering dituntut untuk
melakukan pengecekannya”. Hipotesis yang diajukan pada penelitian ini
adalah “Pendekatan Konstruktivisme berpengaruh terhadap Hasil Belajar
Matematika Siswa”.
5
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Pengertian Belajar
Pengertian belajar menurut Bell-Gredler (dalam Winataputra, 2007:
1.5) bahwa belajar adalah proses yang dilakukan manusia untuk mendapatkan
aneka ragam competencies, skills, and attitudes. Sedangkan kemampuan
(Competencies), keterampilan (skills), dan sikap (attitudes) tersebut diperoleh
secara bertahap dan berkelanjutan mulai dari bayi sampai masa tua melalui
rangkaian proses belajar sepanjang hayat. Sedangkan Gagne (dalam Sagala,
2006: 17) mengemukakan bahwa belajar adalah perubahan yang terjadi dalam
kemampuan manusia yang terjadi setelah belajar secara terus menerus, bukan
hanya disebabkan oleh pertumbuhan saja.
Winataputra (2007: 1.9) menjelaskan bahwa belajar memusatkan pada
tiga hal yaitu:
1. Belajar harus memungkinkan terjadinya perubahan perilaku pada diri individu.
2. Perubahan itu harus merupakan buah dari pengalaman. Perubahan perilaku yang terjadi pada diri individu karena adanya interaksi antara dirinya dengan lingkungan.
3. Perubahan tersebut relatif menetap.
Dalam proses belajar matematika Brunner (dalam Muhsetyo, 2007:
1.6) menyatakan pentingnya tekanan pada kemampuan peserta didik dalam
berpikir intuitif dan analitik akan mencerdaskan peserta didik membuat
6
prediksi dan terampil dalam menemukan pola (pattern) dan hubungan /
keterkaian (relations).
Dari beberapa pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa belajar
adalah proses perubahan kemampuan yang diperoleh oleh siswa, dan terjadi
secara terus menerus dikarenakan adanya interaksi antara dirinya dengan
lingkungan yang ada disekitarnya.
B. Pembelajaran Matematika
Pembelajaran dapat diartikan sebagai upaya guru dalam memilih,
menetapkan dan mengembangkan metode atau strategi yang ingin dicapainya
untuk membantu siswa melakukan kegiatan belajar. Pembelajaran berlangsung
sebagai suatu proses saling mempengaruhi antara guru dan siswa. Dalam UUD
No 20 Tahun 2003 pasal 1 dijelaskan tentang “Pembelajaran adalah proses in-
teraksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkun-
gan belajar”. Sedangkan menurut Sagala (2006: 62),
“Pembelajaran sebagai proses belajar yang dibangun guru untuk mengembangkan kreatifitas berfikir yang dapat meningkatkan ke-mampuan berfikir siswa, serta dapat menigkatkan kemampuan mengkonstruksi pengetahuan baru sebagai upaya meningkatkan penguasaan yang baik terhadap materi pelajaran.”
Matematika menurut James dan James (dalam Ruseffendi, 1990: 1)
adalah ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan, besaran, dan konsep-
konsep berhubungan lainnya yang jumlahnya banyak. Sedangkan menurut
Johnson dan Rising (dalam Suherman, dkk. 2001: 19),
“Matematika adalah pola berfikir, pola mengorganisasikan, pem-buktian yang logik, matematika itu adalah bahasa yang menggu-
7
nakan istilah yang didefinisikan dengan cermat, jelas, dan akurat, representasinya dengan simbol dan padat, lebih berupa bahasa sim-bol mengenai ide daripada mengenai bunyi”.
Ruseffendi (1990: 4) juga menjelaskan tentang matematika dalam
bukunya
1. Matematika itu adalah suatu cara manusia untuk berfikir.2. Matematika adalah bahasa; bahasa simbul, internasional, dan
sangat padat.3. Matematika adalah ilmu pengetahuan mengenai struktur yang
terorganisasikan dengan baik.4. Matematika adalah telaahan atau ilmu tentang pola dan hubungan.5. Matematika adalah seni.6. Matematika itu adalah alat, alat bantu.
Pembelajaran matematika menurut Muhsetyo (2007: 1.26) adalah
proses pemberian pengalaman belajar kepada peserta didik melalui
serangkaian kegiatan yang terencana sehingga peserta didik memperoleh
kompetensi tentang bahan matematika yang telah dipelajari.
Dapat disimpulkan bahwa pembelajaran matematika adalah proses
interaksi antara siswa, guru dan sumber belajar dengan tujuan untuk
meningkatkan cara berfikir yang teroganisir. Di dalam Pembelajaran matem-
atika guru memberikan bantuan kepada siswa untuk membangun konsep-kon-
sep dan prinsip-prinsip matematika dengan kemampuan sendiri melalui proses
internalisasi sehingga konsep atau prinsip itu terbangun
C. Pendekatan Pembelajaran
Pendekatan menurut Khaerudin (dalam Kastara, 2009: 13) dapat diar-
tikan sebagai pola umum yang dilakukan dalam mengelola kelas atau mencip-
takan suasana disiplin dalam pembelajaran. Sedangkan menurut Suherman,
8
dkk (2001: 7) bahwa Pendekatan Pembelajaran Matematika adalah cara yang
ditempuh guru dalam pelaksanaan agar konsep yang disajikan bisa diadaptasi
siswa. Hal ini juga dijelaskan oleh Sagala (2003: 68) bahwa:
Pendekatan Pembelajaran merupakan aktivitas guru dalam memilih kegiatan pembelajaran, apakah guru akan menjelaskan suatu pen-gajaran dengan materi bidang studi yang sudah tersusun dalam uru-tan tertentu, ataukah dengan menggunakan materi yang terkait satu dengan lainnya dalam tingkat kedalaman yang berbeda, atau bahkan merupakan materi yang terintegrasi dalam suatu kesatuan multi disiplin ilmu.
Sagala (2003: 71) juga menjelaskan bahwa pendekatan terbagi menjadi
dua yaitu:
1. Pendekatan konsep adalah suatu pendekatan pengajaran yang secara langsung menyajikan konsep tanpa memberi kesempatan kepada siswa untuk menghayati bagaimana konsep itu diperoleh.
2. Pendekatan proses adalah suatu pendekatan pengajaran memberi kesempatan kepada siswa untuk ikut menghayati proses penemuan atau penyusunan konsep sebagai suatu keterampilan.
Dari uraian tersebut peneliti dapat mengambil sebuah pengertian
pendekatan pembelajaran yaitu suatu cara yang ditempuh guru dalam
menyampaikan materi yang akan disampaikan dan disajikan secara teratur
agar siswa dapat menerima materi dengan baik. Pendekatan pembelajaran
merupakan aktivitas guru dalam memilih kegiatan pembelajaran, apakah guru
akan menjelaskan suatu pelajaran dengan materi bidang studi yang sudah
tersusun dalam urutan tertentu. ataukah dengan menggunakan materi yang
terkait satu dengan yang lainnya dalam tingkat kedalaman yang berbeda.
9
D. Pendekatan Konstruktivisme
Konstruktivisme berarti bersifat membangun. Dalam konteks filsafat
pendidikan, Konstruktivisme merupakan suatu aliran yang berupaya memban-
gun tata susunan hidup kebudayaan yang bercorak modern. Konstruktivistik
berupaya membina suatu konsensus yang paling luas dan mengenai tujuan
pokok dan tertinggi dalam kehidupan manusia (Riyanto, 2009: 143).
Beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam Pembelajaran Kon-
struktivisme menurut Piaget (dalam Sagala, 2009: 188) yaitu:
1. Menyiapkan benda-benda nyata untuk digunakan Siswa.2. Memperkenalkan kegiatan. 3. Menciptakan pertanyaan, masalah dan pemecahannya.4. Siswa saling berinteraksi.5. Hindari istilah teknis dan tekankan berfikir.6. Memperkenalkan Kembali (Reintroduce) Materi kegiatan.
Gagasan Konstruktivisme mengenai pengetahuan dijelaskan menurut
Suprijono (2009: 30) yaitu sebagai berikut:
1. Pengetahuan bukanlah gambaran dunia kenyataan belaka, tetapi se-lalu merupakan konstruksi kenyataan melalui kegiatan subjek.
2. Subjek membentuk skema kognitif, kategori, konsep, dan struktur yang perlu untuk pengetahuan.
3. Pengetahuan dibentuk dalam struktur konsep seseorang.
Esensi yang dijelaskan oleh Sagala (2006: 88) tentang konstruktivisme
adalah ide bahwa siswa harus menemukan dan mentransformasi suatu
informasi kompleks ke situasi lain, dan apabila dikehendaki informasi itu
menjadi milik mereka sendiri. Sehingga seorang guru yang melakukan proses
10
pembelajaran konstruktivisme harus mampu menfasilitasi peserta didik
dengan:
1. Menjadikan pengetahuan bermakna dan relevan bagi siswa
2. Memberi kesempatan siswa menemukan dan menerap-kan idenya sendiri, dan
3. Menyadarkan siswa agar menerapkan strategi mereka sendiri dalam belajar.
Beberapa tujuan yang diungkapkan oleh Riyanto (2009: 147) yang
perlu diwujudkan dalam pembelajaran konstruktivisme yaitu:
1. Memotivasi siswa bahwa belajar adalah tanggung jawab siswa itu sendiri.
2. Mengembangkan kemampuan siswa untuk mengajukan pertanyaan dan mencari sendiri jawabannya.
3. Membantu siswa untuk mengambangkan pengertian atau pemahaman konsep secara lengkap.
4. Mengembangkan kemampuan siswa untuk menjadi pemikir yang mandiri.
Peran guru yang perlu dilakukan di dalam kelas yang menggunakan
pendekatan pembelajaran konstruktivisme yaitu seorang guru harus:
1. Mampu membangun atau menumbuhkan semangat atau jiwa
kemandirian dengan cara memberikan kesempatan kepada siswa untuk
mengambil inisiatif dalam memahami pengetahuan atau teori
2. Mampu membangun atau membimbing siswa dalam memahami
pengetahuan dan mampu berperilaku atau betindak, sesuai dengan
kenyataan yang ada dalam realitas masyarakat.
11
3. Mengkondisikan atau mewujudkan sistem pembelajaran yang
mendukung kemudahan belajar bagi siswa sehingga mempunyai
peluang optimal berlatih untuk memperoleh kompetensi.
Suatu Pendekatan Pembelajaran yang digunakan selalu mempunyai
kelebihan dan kelemahan dalam penerapannya, hal ini dijelaskan oleh Scaum
tentang kelemahan dan kelebihan pendekatan konstruktivisme yang
diterjemahkan oleh Shaleh (dalam Smith, 2009: 208) yaitu:
1. KelemahanDalam sebuah situasi dimana kesesuaian adalah pemikiran dan aksi esensial yang berbeda mungkin menyebabkan masalah.
2. KelebihanKarena pembelajar mampu menafsirkan realitas-realitas ganda, pembelajar menjadi mampu dengan lebih baik menghadapi situasi kehidupan nyata.
Tahapan-tahapan pembelajaran konstruktivisme menurut Hadimulya
(2004: 6) yaitu:
1. Pemanasan Apresiasi
Pada pembelajaran diawali dengan hal-hal yang diketahui dan dipahami
oleh siswa, serta pemberian motivasi dan bahan ajar yang menarik supaya
berguna bagi siswa. Disamping itu peserta didik juga didorong agar
terlibat untuk mengetahui hal-hal yang baru.
2. Eksplorasi
Dalam tahap ini siswa diberikan materi/keterampilan yang baru, serta ma-
teri itu dikaitkan dengan pengetahuan yang dimiliki oleh siswa.
3. Konsolidasi Pembelajaran
12
Peserta didik dilibatkan secara aktif dalam menafsirkan dan memahami
materi ajaran baru, siswa juga diberikan penekanan supaya dapat
dikaitkan antara materi yang baru dengan berbagai aspek kegiatan/ke-
hidupan didalam lingkungan.
4. Pembentukan Sikap dan Perilaku
Peserta didik didorong untuk menerapkan konsep/pengertian yang dipela-
jarinya dalam kehidupan sehari-hari. Pada tahap ini pula peserta didik
membangun sikap dan membentuk perilaku baru dalam kehidupan sehari-
hari berdasarkan pengertian yang dipelajari.
5. Penilaian Formatif
Dalam penilaian hasil belajar ini untuk melihat kelemahan atau kekuran-
gan peserta didik dan untuk mengetahui berbagai masalah yang dihadapi
guru didalam proses pembelajaran.
Dari uraian para ahli yang menjelaskan tentang pendekatan konstruk-
tivisme sehingga penulis mengambil pengertian dalam penelitian ini adalah
suatu cara guru dalam melaksanakan pembelajaran yang menekankan pada ke-
mampuan siswa untuk membentuk pengalaman belajar siswa itu sendiri. Guru
hanya berperan sebagai fasilitator yang membantu siswa dalam membentuk
pengalaman belajarnya sendiri.
E. Pembelajaran Konvensional
Pembelajaran konvensional menurut Ruseffendi (2006: 350) meru-
pakan pembelajaran yang biasa kita lakukan sehari-hari. Pembelajaran kon-
13
vensional yang biasa kita gunakan dalam sehari-hari adalah metode eksposi-
tori, metode latihan, metode diskusi dan metode tanya jawab.
Menurut Suherman, dkk (2001: 171) bahwa metode ekspositori ham-
pir sama dengan metode ceramah yang kegiatannya terpusat pada guru sebagai
pemberi materi, tetapi pada metode ekspositori dominasi guru banyak berku-
rang karena tidak terus-menerus bicara. Seorang guru yang menjelaskan pem-
belajaran dengan metode ekspositori, pada awal pelajaran ia menjelaskan ma-
teri dan contoh soal, dan pada waktu-waktu tertentu ia memberi latihan dan
memberikan kesempatan bertanya apabila ada siswa yang tidak mengerti.
Kelebihan dalam metode ekspositori berdasarkan hasil penelitian di Amerika
(dalam Suherman, dkk. 2001: 171) merupakan mengajar yang paling efektif
dan efisien dalam menanamkan belajar bermakna.
Metode latihan menurut Sagala (2006: 217) merupakan suatu cara
mengajar yang baik untuk menanamkan kebiasaan-kebiasaan tertentu. Kebi-
asaan-kebiasaan tertentu ini akan menjadikan siswa lebih mudah untuk mener-
ima berbagai jenis tipe soal yang diberikan oleh guru.
Metode diskusi ialah percakapan ilmiah yang responsif berisikan per-tukaran pendapat yang dijalin dengan pertanyaan-pertanyaan prob-lematis pemunculan ide-ide dan pengujian ide-ide ataupun pendapat yang dilakukan oleh beberapa orang yang tergabung dalam kelom-pok itu yang diarahkan untuk memperoleh pemecahan masalahnya dan untuk mencari kebenarannya (Sagala, 2006: 208).
Pada metode tanya jawab materi disajikan melalui tanya jawab, karena
pertanyaan-pertanyaan yang diajukan guru itu harus dijawab oleh siswa maka
mengajar dengan metode tanya jawab ini dapat menyebabkan siswa lebih aktif
14
daripada dengan ceramah dan ekspositori. Menurur Ruseffendi (2006: 298)
pada metode tanya jawab unsur penyampaian materi secara informatifnya
masih ada, yang dibahas masih terbatas kepada yang diungkapkan oleh guru.
Tabel 2.1Perbandingan antara Pembelajaran Konvensional dan Pembelajaran
Konstruktivisme
Pembelajaran Konvensional Pembelajaran Konstruktivisme
Kegiatan belajar bersandar pada textbooks
Kegiatan belajar bersandar pada materi hands-on
Presentasi materi dimulai dengan bagian-bagian, kemudian pindah ke seluruhan
Presentasi materi dimulai dengan keseluruhan kemudian pindah keba-gian-bagian
Menekankan pada keterampilan-keterampilan dasar
Menekankan pada ide-ide besar
Guru mempresentasikan informasi kepada peserta didik
Guru menyiapkan lingkungan bela-jar dimana peserta didik dapat men-emukan pengetahuan
Guru berusaha membuat peserta didik memberikan jawaban ”benar”
Guru berusaha membuat peserta didik mengungkapkan sudut pan-dang dan pemahaman mereka se-hingga mereka memahami pembela-jaran mereka
F. Hasil Belajar
Hasil belajar menurut Suprijono (2009: 5) adalah suatu pola-pola
perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apersepsi dan keter-
ampilan yang ia peroleh selama kegiatan pembelajaran. Sedangkan menurut
15
Nurdin Abas (dalam Kastara, 2009: 17) bahwa hasil belajar pada hakikatnya
adalah hasil individu berupa perubahan yang terdapat dalam diri individu yang
dimanifestasikan ke dalam pola tingkah laku dan perbuatan, skill dan penge-
tahuan individu dapat dilihat dari hasil itu sendiri.
Hasil belajar yang tercantum dalam DIRJEN Pendidikan Dasar dan
Menengah (dalam Suparti, 2008: 20) bahwa hasil belajar nampak dalam ben-
tuk perubahan tingkah laku secara subtantif dan komprehensif. Perubahan se-
cara subtantif yaitu perubahan yang terkait langsung dengan mata-mata pela-
jaran, sedangkan perubahan komprehensif yaitu perubahan perilaku yang
menyeluruh.
Dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan, baik
tujuan kurikuler maupun tujuan instruksional, menggunakan klasifikasi hasil
belajar dari Benyamin Bloom yang secara garis besar membginya menjadi tiga
ranah yakni ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik.
Dalam penelitian ini hanya akan diteliti pada ranah kognitif. Menurut
Sudjana (2006: 22), “ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelek-
tual yang terdiri dari enam aspek, yakni pengetahuan atau ingatan, pema-
haman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi”. Pada aspek pengetahuan dan
pemahaman merupakan kognitif tingkat rendah, sedangkan pada aspek ap-
likasi, analisis, sintesis, dan evaluasi termasuk kognitif tingkat tinggi.
16
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Menurut Arikunto (2007: 143), “Metode penelitian adalah cara yang
digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitian”. Metode
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen.
Menurut Arikunto (2006: 3) mengatakan, ”Metode eksperimen yaitu metode
penelitian yang dipergunakan untuk meneliti suatu objek dengan melakukan
suatu percobaan secara nyata di lapangan”. Penelitian bersifat eksperimen,
yaitu sengaja mengusahakan tumbuhnya variabel-variabel dan selanjutnya
dikontrol untuk dilihat pengaruhnya terhadap kemampuan pemahaman konsep
siswa melalui hasil belajar siswa. karena disini penulis membandingkan antara
dua kelas yang menggunakan pendekatan konstruktivisme dan yang
menggunakan pendekatan konvensional serta apakah pengaruhnya terhadap
kemampuan pemahaman konsep siswa melalui hasil belajar.
B. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah himpunan yang lengkap dari satuan-satuan atau indi-
vidu yang karakteristiknya ingin diketahui (Anggoro, 2007: 4.2). Populasi
dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII semester 2 SMPN 1 Mundu Kabu-
paten Cirebon tahun pelajaran 2009/2010 yang terdiri atas tujuh kelas yaitu
17
kelas VII-A sampai dengan kelas VII-G. Dengan jumlah siswa kelas VII
adalah 260 siswa. Pengaturan pembagian kelas tersebut dilakukan secara
acak, tidak berdasarkan ranking sehingga tidak ada kelas unggulan.
2. Sampel
Menurut Anggoro (2007: 4.3), “Sampel adalah sebagian anggota popu-
lasi yang memberikan keterangan atau data yang diperlukan dalam suatu
penelitian”. Penarikan sampel dalam penelitian ini diambil secara simple ran-
dom sampling untuk mengambil dua kelas yang akan dijadikan sebagai
penelitian dengan ketentuan yakni, kelas VII-G sebagai kelas eksperimen dan
kelas VII-D sebagai kelas kontrol. Menurut Riduwan (2007: 58), “Simple ran-
dom sampling adalah cara pengambilan sampel dari anggota populasi dengan
menggunakan acak tanpa memperhatikan strata (tingkatan) dalam anggota
populasi tersebut”. Alasan pemilihan simple random sampling karena peneliti
ingin mengambil dua kelas yang kemampuannya relatif sama atau dikatakan
homogen.
C. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan adalah control group pretest-postes.
Adapun pola yang digunakan adalah sesuai dengan pendapat Arikunto (2006:
86) yang dijelaskan sebagai berikut.
E : O1 X1 O2
K : O1 X2 O2
Keterangan:
18
E = kelas eksperimen
K = kelas kontrol
X1 = kelompok eksperimen dengan perlakuan pembelajaran menggunakan
pendekatan konstruktivisme.
X2 = kelompok kontrol dengan perlakuan pembelajaran menggunakan
pembelajaran konvensional.
O1 = tes awal (pretes)
O2 = tes akhir (postes)
O1 = O2
D. Alur Penelitian
Desain penelitian yang telah diuraikan, dapat dinyatakan dalam
diagram alur pada Gambar 3.1 pada:
KAJIAN PUSTAKA
Pemilihan Populasi
Pemilihan Sampel
Uji Coba Instrumen
Analisis Instrumen
Tes Awal
Interpretasi Data
Kesimpulan
Proses Belajar-Mengajar Kelas Kontrol
Proses Belajar-Mengajar Kelas Ekperimen
Tes Akhir
Penyebaran Angket Kelas Eksperimen
Analisis Data
Gambar 3.1Alur Penelitian
19
E. Insrumen Penelitian
Instrumen penelitian merupakan alat bantu untuk pengumpulan dan
pengolahan data tentang variabel-variabel yang diteliti. Oleh karena itu untuk
memperoleh data dalam menjawab permasalahan untuk menguji hipotesis
yang telah dirumuskan, maka diperlukan alat atau instrumen. Adapun instru-
men dalam penelitian ini adalah:
1. Seperangkat soal
Seperangkat soal dalam penelitian ini berupa tes, dimana untuk
mengukur ada atau tidaknya serta besarnya pengaruh pendekatan
konstruktivisme terhadap pemahaman konsep matematika.
Tes ini dikenakan kepada kedua kelompok subyek penelitian dengan
kriteria tes yang sama, yaitu tes awal (pretes) dan tes akhir (postes). Tes awal
dan tes akhir ini diadakan untuk mengetahui tingkat pemahaman konsep
matematika sebelum dan sesudah pemberian perlakuan.
Bentuk tes yang digunakan adalah tes uraian sebanyak enam soal dari
sepuluh soal yang diujicobakan. Soal tes untuk satu pokok bahasan
sebelumnya diujicobakan terlebih dahulu untuk mengetahui kualitas instrumen
atau alat pengumpul data yang digunakan. Instrumen disebut berkualitas dan
dapat dipertanggungjawabkan pemakaiannya apabila sudah terbukti validitas,
reliabilitas, indeks kesukaran, dan daya pembedanya. Adapun pedoman dalam
menganalisa soal tes uji coba adalah sebagai berikut:
20
a. Menentukan Validitas Soal
Suatu alat evaluasi disebut valid (absah atau sahih) apabila alat terse-
but mampu mengevaluasi apa yang seharusnya di evaluasi. Menurut Suher-
man dan Sukjaya (1990: 154) Validitas butir soal essay (uraian) dihitung den-
gan menggunakan rumus koefisien korelasi Product Moment memakai angka
kasar, yaitu:
Keterangan:
= Koefisien korelasi antara variebel X dan Y
N = banyaknya siswa yang mengikuti tes
X = nilai hasil uji coba
Y = skor total
Tabel 3.2Klasifikasi Koefisien Validitas
No Nilai Interpretasi1 0,80 < 1,00 Validitas Sangat
Tinggi2 0,60 < 0,80 Validitas Tinggi3 0,40 < 0,60 Validitas Sedang4 0,20 < 0,40 Validitas Rendah5 0,00 < 0,20 Validitas Sangat Ren-
dah 6 0,00 Tidak Valid
Sumber: Suherman dan Sukjaya (1990: 147)
21
Kemudian untuk menguji keberartian validitas (koefisien korelasi) soal essay
digunakan statistik uji t yang dikemukakan oleh Sugiyono (2007: 257) yaitu:
Keterangan: t = daya beda Bila maka soal sahih tetapi jika , maka soal tersebut
tidak sahih dan tidak digunakan untuk instrumen penelitian.
b. Menentukan Reliabilitas Soal
Reliabilitas suatu alat ukur sebagai suatu alat yang memberikan hasil
yang tetap sama (konsisten, ajeg). Hasil pengukuran itu harus tetap sama (rel-
ative sama) jika pengukurannya diberikan kepada subjek yang sama meskipun
dilakukan oleh orang yang berbeda, waktu berbeda, dan tempat yang berbeda.
Menurut Suherman dan Sukjaya (1990: 194) untuk menentukan reliabilitas
soal berbentuk essay (uraian) digunakan rumus Alpha, yaitu:
Keterangan = koefisien reliabilitas instrumen
n = banyaknya butir soal
= jumlah skor tiap butir soal
= varians skor total
Sedangkan untuk menghitung varians skor digunakan rumus:
22
Keterangan:
N = banyaknya sampel / peserta tes
= skor butir soal ke-i
i = nomor soal
Tabel 3.3Klasifikasi Koefisien Reliabilitas
No
Nilai Interpre-tasi
1 0,90 <1,00
Sangat tinggi
2 0,70 <0,90
Tinggi
3 0,40 <0,70
Sedang
4 0,20 <0,40
Rendah
5 0,20 Sangat ren-dah
Sumber: Suheman dan Sukjaya (1990: 177)
c. Menentukan daya pembeda soal
Pengertian Daya Pembeda dari sebuah butir soal menurut Suherman
dan Sukjaya (1990: 199) “seberapa jauh kemampuan butir soal tersebut
mampu membedakan antara testi yang mengetahui jawabannya dengan benar
dengan testi yang tidak dapat menjawab soal tersebut”. Daya pembeda dihi-
tung dengan menggunakan rumus DP untuk tes uraian menurut Jihad dan
Haris (2009: 189) sebagai berikut:
23
Keterangan:
= daya pembeda
SA = jumlah skor yang dicapai siswa kelompok atas
SB = jumlah skor yang dicapai siswa kelompok bawah
N = jumlah siswa dari kelompok atas dan kelompok bawah
Maks = Skor maksimal
Tabel 3.4Klasifikasi Koefisien Daya Pembeda
NoNilai Daya Pembeda
(DP)Interpretasi
1 DP 0,00 Sangat jelek2 0,00 < DP 0,20 Jelek3 0,20 < DP 0,40 Cukup4 0,40 < DP 0,70 Baik5 0,70 < DP 1,00 Sangat Baik
Sumber: Suherman dan Sukjaya (1990: 202)
d. Menentukan Tingkat Kesukaran Soal
Untuk menghitung tingkat kesukaran soal yang berbentuk uraian
menurut Jihad dan Haris (2009: 188) digunakan rumus:
Keterangan:
IK = Indeks kesukaran tiap butir soal
SA = Jumlah skor yang dicapai siswa kelompok atas
SB = jumlah skor yang dicapai siswa kelompok bawah
24
N = Jumlah siswa dari kelompok atas dan kelompok bawah
Maks = skor maksimal
Tabel 3.5Klasifikasi Koefisien Indeks Kesukaran
NoNilai Daya Pembeda
(DP)Interpretasi
1 IK 0,00 Terlalu Sukar2 0,00 < IK 0,30 Sukar3 0,30 < IK 0,70 Sedang4 0,70 < IK 1,00 Mudah5 IK =1,00 Sangat Mudah
Sumber: Suherman dan Sukjaya (1990: 213)
25
Adapun hasil perhitungan instrumen disajikan pada Tabel 3.6 sebagai berikut:
Tabel 3.6Hasil Analisis Instrumen Tes Uji Coba
No Soal
Validitas Kesahihan Reliabilitas Daya Pembeda Indeks Kesukaran
Indeks Interpretasi T hi-tung
T Tabel
Interpretasi Indeks Interpretasi Indeks Interpretasi Indeks
1 0,65 Tinggi 4,54
=
5% d
an dk =
28t0,975 =
2,05
Sahih
0,85Sangat Tinggi
0,25 Cukup 0,44
2 0,82 Sangat Tinggi 7,60 Sahih 0,55 Baik 0,73
3 0,40 Rendah 2,29 Sahih 0,11 Jelek 0,34
4 0,89 Sangat Tinggi 10,24 Sahih 0,43 Baik 0,46
5 0,87 Sangat Tinggi 9,16 Sahih 0,37 Cukup 0,39
6 0,89 Sangat Tinggi 10,35 Sahih 0,40 Cukup 0,28
7 0,63 Tinggi 4,24 Sahih 0,25 Cukup 0,43
Dari hasil analisis uji coba instrumen seluruh soal memenuhi kriteria untuk dipakai dalam penenlitian. Sehingga Penulis mengam-
bil soal untuk tes awal dan tes akhir penulis mengambil lima soal, yaitu 1, 2, 4, 5 dan 7.
26
26
27
2. Angket
Mengingat ada hal lain yang tidak dapat diukur dari hasil tes, maka
penulis menggunakan instrumen lain yaitu angket. Menurut Arikunto (2006:
151) “Angket adalah sejumlah pernyataan tertulis yang digunakan untuk
memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya
atau hal-hal yang ia ketahui”.
Angket yang akan digunakan dalam penelitian ini berisi sepuluh per-
tanyaan seputar pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan
konstruktivisme, dengan tujuan untuk mengetahui sikap siswa terhadap pem-
belajaran menggunakan pendekatan konstruktivisme. Angket yang digunakan
sesuai dengan Skala Likert yang terdiri dari dua macam pertanyaan yaitu per-
tanyaan negatif dan pertanyaan positif.
Tabel 3.6Skor Penilaian Angket
No
Pertanyaan Positif Pertanyaan Negatif
Pernyataan
Skor /
Nilai
Pernyataan
Skor/ Ni-lai
1 Sangat Setuju (SS) 4 Sangat Setuju (SS) 12 Setuju (S) 3 Setuju (S) 23 Tidak Setuju (TS) 2 Tidak Setuju (TS) 3
4Sangat Tidak Setuju (STS)
1Sangat Tidak Setuju (STS)
4
Sumber: Ruseffendi (2006: 575)
28
F. Prosedur Penelitian
Untuk mempermudah pelaksanaan penelitian, maka perlu dirancang
suatu prosedur penelitian yang berstruktur. Prosedur tersebut merupakan ara-
han dalam pelaksanaan penelitian dari awal samapai akhir, dengan harapan
penelitian akan sesuai dengan yang telah direncanakan sebelumnya. Dalam
penelitian ini prosedur penelitian diagi dalam tiga tahap, yaitu tahap persiapan,
pelaksanaan, dan penyelesaian penelitian.
1. Persiapan Penelitian
Dalam melaksanakan penelitian ini ditempuh melalui langkah-langkah
sebagai berikut:
a. Mengajukan judul penelitian.
b. Merancang instrumen penelitian.
c. Bersamaan dengan penyusunan instrumen, penulis mengajukan surat un-
tuk permohonan izin penelitian di sekolah.
d. Menyusun jadwal kegiatan penelitian.
e. Menguji reliabilitas, validitas, daya pembeda serta indeks kesukaran
instrumen uji coba, kemudian melakukan revisi.
f. Pelaksanaan penelitian.
2. Pelaksanaan penelitian
Langkah-langkah yang dilakukan pada pelaksanaan penelitian adalah:
a. Memilih sampel simple random
sampling sebanyak dua kelas.
29
b. Memberikan lembar soal pretes yang
sama kepada kedua kelompok sampel kelas tersebut.
c. Proses pembelajaran pada kelas
eksperimen dengan menggunakan pendekatan konstruktivisme dan kelas
kontrol dengan menggunakan pembelajaran konvensional dimana penulis
berperan sebagai pengajarnya.
d. Setelah proses pembelajaran berakhir,
dilakukan postes untuk kedua kelompok yang diteliti.
e. Diadakan penilaian hasil pretes dan
postes pada kedua kelompok kelas tersebut.
f. Pengambilan data angket respon siswa
dan hasil pretes-postes dari kedua kelompok yang diteliti untuk
selanjutnya dianalisis atau dilakukan perhitungan guna memperoleh hasil
belajar siswa.
3. Penyelesaian penelitian
a. Menganalisis data hasil pretes dan postes dari kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol.
b. Meminta surat keterangan telah melaksanakan penelitian dari
sekolah tempat penelitian dilaksanakan.
c. Mengucapkan terima kasih kepada pihak sekolah yang telah
membantu penulis dalam melaksanakan penelitian.
d. Penyusunan skripsi.
30
G. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan pada setiap aktivitas siswa dan situasi
yang berkaitan dengan tindakan penelitian yang dilakukan, yaitu tes dan
angket. Secara garis besar teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dapat
disajikan dalam tabel 3.7 sebagai berikut:
Tabel 3.7Teknik Pengumpulan Data
No Jenis dataTeknik Pengumpu-
lan
1Data kuantitatif dapat dilihat dari hasil belajar siswa.
Tes
2Data kualitatif dapat dilihat dari respon siswa terhadap pembelajaran matematika dengan pendekatan konstruktivisme
Angket
H. Teknik Pengolahan data
1. Pengolahan Data Kuantitatif
Teknik pengolahan data dengan menggunakan komputer program
SPSS Versi 15 dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Entry data ke Worksheet SPSS
2. Analisis data dengan taraf kepercayaan 95%
3. Analisis data dilakukan untuk menguji hipotesis yang telah diru-
muskan Pengambilan kesimpulan.
Sebelum data dianalisis, penulis melakukan pengujian persyaratan
analisis yaitu uji normalitas dan uji homogenitas.
31
1) Uji Normalitas
Uji normalitas data dimaksudkan untuk memperlihatkan bahwa data
sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal.
a Hipotesis
: data berdistribusi normal
: data tidak berdistribusi normal
b Perhitungan
Pengujian normalitas dengan menggunakan Uji Shapiro Wilk
c Pedoman pengambilan Keputusan
Jika nilai Signifikansi/ Sig. < 0,05 artinya ditolak dan data tidak
berdistribusi normal.
Jika nilai Signifikansi/ Sig. > 0,05 artinya diterima dan data
berdistribusi normal.
d Keputusan
Penafsiran dari H0 diterima atau ditolak. Jika hasil pengujian
menunjukkan data sampel yang diperoleh berasal dari data populasi
berdistribusi normal, maka selanjutnya dilakukan pengujian homogenitas
varians. Jika hasil pengujian menunjukkan data sampel yang diperoleh
dari data populasi berdistribusi tidak normal, maka selanjutnya
digunakan uji Mann Whitney.
2) Uji Homogenitas
32
Uji homogenitas dimaksudkan untuk memperlihatkan bahwa dua atau
lebih kelompok data sampel berasal dari populasi yang memiliki variansi yang
sama.
a Hipotesis
Ho: kedua kelompok mempunyai varians yang sama
H1 : kedua kelompok mempunyai varians yang tidak sama
b Perhitungan
Pengujian homogenitas dengan Uji Levene Statistic
c Pengambilan keputusan
Jika atau probabilitas (sig.) > 0,05 maka Ho diterima.
Jika atau probabilitas (sig.) < 0,05 maka Ho ditolak.
d Keputusan
Penafsiran dari H0 diterima atau ditolak. Apabila hasil pengujian
menunjukkan bahwa kedua populasi mempunyai varians yang sama, maka
selanjutnya digunakan uji t. Apabila hasil pengujian menunjukkan bahwa
kedua populasi mempunyai varians yang tidak sama, maka selanjutnya
digunakan uji t’.
Setelah persyaratan analisis dilakukan dan hasilnya menunjukkan
bahwa data tersebut normal dan homogen, maka dilakukan pengujian hipotesis
dengan uji t sebagai berikut:
1) Jika untuk mengetahui perbedaan hasil belajar matematika siswa antara
pembelajaraan yang menggunakan pendekatan konstruktivisme dengan
pembelajaran konvensional, maka menggunakan uji t dua sampel indepen-
33
den (Independent-Samples t Test) dengan data berdistribusi normal dan
mempunyai varians yang homogen. Adapun langkah-langkah untuk pen-
gujian hipotesis sebagai berikut:
a) Uji Perbedaan Rata-rata Pretes Kelas Eksperimen dan Kontrol
(1) Perumusan Hipotesis
H0: µ1 = µ2 Tidak ada perbedaan rata-rata tes awal (pretes) ant-
ara kelas eksperimen dan kelas kontrol.
Ha: µ1 ≠ µ2 Ada perbedaan rata-rata tes awal (pretes) antara
kelas eksperimen dan kelas kontrol.
(2) Perhitungan
Pengujian hipotesis Independent Samples t Test dengan program
SPSS 15.0.
(3) Kriteria Pengujian
i) Jika nilai Probabilitas (Sig.) <
0,05, maka H0 ditolak.
ii) Jika nilai Probabilitas (Sig.) >
0,05, maka H0 diterima.
(4) Pengambilan Keputusan
Dengan mengambil taraf nyata α = 5%, maka tolak H0 jika nilai
Probabilitas (Sig.) < 0,05 dan terima H0 jika nilai Probabilitas
(Sig.) > 0,05.
(5) Kesimpulan
Penafsiran dari H0 diterima atau ditolak.
b) Uji Perbedaan Rata-rata Postes Eksperimen dan Kontrol
(1) Perumusan Hipotesis
34
H0: µ1 = µ2 Tidak ada perbedaan rata-rata tes akhir (postes) ant-
ara kelas eksperimen dan kelas kontrol.
Ha: µ1 ≠ µ2 Ada perbedaan rata-rata tes akhir (postes) antara
kelas eksperimen dan kelas kontrol.
(2) Perhitungan
Pengujian hipotesis Independent Samples t Test dengan program
SPSS 15.0.
(3) Kriteria Pengujian
i) Jika nilai Probabilitas (Sig.) < 0,05, maka H0 ditolak.
ii) Jika nilai Probabilitas (Sig.) > 0,05, maka H0 diterima.
(4) Pengambilan Keputusan
Dengan mengambil taraf nyata α = 5%, maka tolak H0 jika nilai
Probabilitas (Sig.) < 0,05 dan terima H0 jika nilai Probabilitas (Sig.) >
0,05
(5) Kesimpulan
Penafsiran dari H0 diterima atau ditolak.
2) Jika untuk mengetahui pengaruh pembelajaran yang menggunakan
pendekatan konstruktivisme, dapat dilihat dari perbedaan peningkatan hasil
belajar matematika siswa antara pembelajaraan yang menggunakan
pendekatan konstruktivisme dengan pembelajaran konvensional, maka
menggunakan uji t dua sampel berpasangan (Paired-Samples t Test).
Adapun langkah-langkah untuk pengujian hipotesis sebagai berikut:
a) Perumusan Hipotesis
H0: µ1 = µ2 Hasil belajar kelas eksperimen sama meningkatnya
dengan kelas kontrol.
35
Ha: µ1 > µ2 Hasil belajar kelas eksperimen lebih meningkat bila
dibandingkan dengan kelas kontrol.
b) Perhitungan
Pengujian hipotesis Paired-Samples t Test dengan program SPSS 15.0
c) Kriteria Pengujian
i) Jika nilai Probabilitas (Sig.) < 0,05, maka H0 ditolak.
ii) Jika nilai Probabilitas (Sig.) >
0,05, maka H0 diterima.
d) Pengambilan Keputusan
Dengan mengambil taraf nyata α = 5%, maka tolak H0 jika nilai
Probabilitas (Sig.) < 0,05 dan terima H0 jika nilai Probabilitas (Sig.) >
0,05
e) Kesimpulan
Penafsiran dari H0 diterima atau ditolak.
2. Pengolahan Data Kualitatif
Pengolahan data kualitatif dilakukan untuk mengetahui respon siswa
terhadap pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan
konstruktivisme melalui data yang diperoleh dari angket. Adapun langkah-
langkah dalam mengolah data adalah sebagai berikut:
a. Pengelompokkan hasil alternatif jawaban angket siswa yang memilih
sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju
(STS).
b. Menghitung persentase dari jumlah siswa yang memilih alternatif jawaban
sangat setuju, setuju, tidak setuju, dan sangat tidak setuju dengan rumus
sebagai berikut:
36
Keterangan:
p = persentase alternatif jawaban
f = jumlah yang mengisi alternatif jawaban
n = jumlah sampel
c. Menginterpretasikan persentase jawaban
Menafsirkan hubungan antara presentase berdasarkan kriteria Hendro
(dalam Kastara, 2009: 54) sebagai berikut:
0% = Tidak seorang pun1% – 25% = Sebagian kecil26 – 49% = Hampir setengahnya50% = Setengahnya51% – 75% = Sebagian besar76% – 99% = Hampir seluruhnya 100% = Seluruhnya
37
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. (2007). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (revisi). Jakarta: Bumi Aksara.
Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.
Anggoro, T. dkk. (2007). Metode Penelitian. Jakarta: Universitas Terbuka.
Hadimulya. dan Khodijah, I. (2004). Model Model Pembelajaran. Jakarta: DEPDIKNAS DIRJEN Pendidikan Dasar dan Menengah.
Jihad & Haris. (2009). Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta: Multi Pressindo
Indrawati. Y. (2006, Juni). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Guru Matematika dalam Pelaksanaan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) pada Sekolah Menengah Atas Kota Palembang. Jurnal Manajemen & Bisnis Sriwijaya. Vol 4.
Kastara. (2009). Pengaruh Pendekatan Konstektual terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas VII pada Pokok Bahasan Bangun Datar di SMP Negeri 1 Kaliwedi Kabupaten Cirebon. Skripsi pada FKIP Unswagati Cirebon: Tidak diterbitkan.
Muhsetyo, G. (2007). Pembelajaran Matematika SD. Jakarta: Universitas Terbuka.
Republik Indonesia. (2003). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Riduwan. (2007). Belajar Mudah Penelitian untuk Guru, Karyawan dan Peneliti Pemula. Bandung: Alfabeta.
Riyanto, Y. (2009). Paradigma Baru Pembelajaran Sebagai Referensi Bagi Pendidik dalam Implementasi Pembelajaran Yang Efektif dan Berkualitas. Jakarta: Kencana Prenada Media Grup.
Ruseffendi. (1990). Pengajaran Matematika Modern dan Masa Kini. Bandung: Tarsito.
Ruseffendi. (2006). Pengantar Kepada Membantu Guru Mengembangkan Kompetensinya dalam Pengajaran Matematika untuk Meningkatkan CBSA. Bandung: Penerbit Tarsito.
Sagala, Syaiful. (2006). Konsep dan Makna Pembelajaran untuk Membantu Memecahkan Problematika Belajar dan Mengajar. Bandung: CV Alfabeta.
38
Smith, Mark K,. dkk. (2009). Teori Pembelajaran dan Pengajaran. (Shaleh, A Qodir. Terj). Yogyakarta: Mirza Media Pustaka.
Sudjana. (2005). Metoda Statistika. Bandung: Tarsito.
Sudjana, N. (2006). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.
Suherman, dkk. (2001). Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: UPI.
Suherman, E. dan Sukjaya, Y. (1990). Petunjuk Praktis untuk Melaksanakan Evaluasi Pendidikan Matematika. Bandung: Wijayakusumah 157.
Suparti, A. (Maret 2008). Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Terpadu dalam Pembelajaran Sosial di Kelas IX C SMP PGRI Sumber. Forum Dialektika hal. 17-20.
Suprijono, A. (2009). Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM. Yo-gyakarta: Pustaka Pelajar.
Winataputra, dkk (2007). Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Universitas Terbuka.
39
top related