analisis perbandingan quality of service (qos) antara metode ......pengujian dan analisis dari...
Post on 24-Mar-2021
15 Views
Preview:
TRANSCRIPT
Analisis Perbandingan Quality of Service (QoS) Antara Metode Differentiated
Service (DiffServ) dan Metode Multiprotocol Label Switching (MPLS)
Artikel Ilmiah
Peneliti:
Christian Yordan Mirah (672010124)
Wiwin Sulistyo, S.T, M.Kom
Teguh Indra Bayu, S.Kom, M.Cs
Program Studi Teknik Informatika
Fakultas Teknologi Informasi
Universitas Kristen Satya Wacana
Salatiga
2016
Analisis Perbandingan Quality Of Service (QoS) Antara Metode Differentiated
Service (DiffServ) Dan Metode Multiprotocol Label Switching (MPLS)
1)Christian Yordan Mirah 2)Wiwin Sulistyo 3)Teguh Indra Bayu
Fakultas Teknologi Informasi
Universitas Kristen Satya Wacana
Jl.Diponegoro 52-60, Salatiga 50711, Indonesia
Email: christianyordanmirah@gmail.com1)
wiwinsulistyo@staff.uksw.edu2)
teguh.bayu@staff.uksw.edu3)
Abtract
The increasing of internet users raise the usage of features provided byinternet such
as audio streaming. This makes the user require a network that has a good Quality
of Service (QoS) which able to support them doing the audio streaming. There are
several methods of QoS that can be used to make the network be qualified to perform
the audio streaming, such as Differentiated Services (DiffServ) and Multiprotocol
Label Switching (MPLS). In order to get QoS value from both methods, it is
necessary to conduct a comparative analysis QoS from DiffServ method and MPLS
so that can be conluded which method is more suitable for audio streaming.
Key Words: QoS, DiffServ, MPLS, Audio Streaming
Abstrak
Bertambahnya pengguna internet membuat penggunaan fitur yang disediakan
internet seperti audio streaming juga akan bertambah. Hal tersebut membuat
pengguna membutuhkan suatu jaringan yang memiliki Quality of Service (QoS)
yang baik agar bisa menunjang pengguna dalam melakukan audio streaming. Ada
beberapa metode QoS yang bisa digunakan untuk membuat jaringan menjadi
mumpuni untuk melakukan audio streaming, diantaranya adalah Differentiated
Service (DiffServ) dan Multiprotocol Label Switching (MPLS). Untuk mendapatkan
nilai QoS dari kedua metode tersebut diperlukan Analisis perbandingan Quality of
Service (QoS) Antara Metode DiffServ dan MPLS agar nilai QoS dari masing-
masing metode dapat diketahui serta dapat disimpulkan metode mana yang lebih
cocok pada audio streaming.
Kata Kunci: QoS, DiffServ, MPLS, Audio Streaming
1)Mahasiswa Fakultas Teknologi Informasi, Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga. 2)Staff Pengajar Fakultas Teknologi Informasi, Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga. 3)Staff Pengajar Fakultas Teknologi Informasi, Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga.
1
1. Pendahuluan
Peningkatan penggunaan jaringan internet dunia dalam kurun waktu lima
tahun terakhir sangatlah pesat. Menurut hasil survei yang dilakukan melalui
Internet Live Stats dan mengabungkan data yang dihasilkan Internastional
Telegraph Union (ITU) pengguna internet pada Juni 2010 mencapai 29,4%
dan berkembang menjadi 40,4% pada bulan Juni 2014. Seiring dengan
berkembang pengguna internet, penggunaan akan suatu fitur-fitur pada
internet akan bertambah pula. Salah satu fitur yang disediakan internet yaitu
audio streaming.
Pengguna membutuhkan suatu jaringan komputer dengan kinerja yang
dapat memenuhi kebutuhan untuk melakukan audio streaming, sehingga
perlu membuat suatu jaringan yang bisa bekerja dengan baik untuk
menjalankan proses tersebut. Maka dari itu dibutuhkan sebuah jaringan yang
memiliki Quality of Service (QoS) yang mumpuni untuk melakukan audio
streaming dengan bisa mempertahankan latency sekecil mungkin sehingga
menjaga agar tidak terjadi pembuangan paket yang menyebabkan packet loss
dan mempertahankan nilai jitter agar tidak berlebih supaya dapat membuat
throughput tetap stabil.
Ada beberapa metode yang bisa digunakan untuk menjalankan Quality of
Service (QoS) diantara metode Differentiated Service (DiffServ) dan metode
Multiprotocol Label Switching (MPLS). Kedua metode tersebut berjalan
dengan proses yang berbeda metode DiffServ melakukan pengiriman paket
dengan memberi marking jenis paket dan kemudian dikirim sesuai dengan
perlakuan sesuai dengan kelas yang telah dikonfigurasi sedangkan metode
MPLS melakukan pengiriman paket dengan memberi label pada paket
tersebut sebagai tanda untuk pengiriman pada router selanjutnya. Dari proses
pengiriman tersebut perlu dilakukan pengujian metode manakah yang
memiliki Quality of Service (QoS) yang lebih baik dalam pengiriman paket
pada audio streaming.
Melihat permasalahan yang terjadi diharapkan analisis kinerja Quality of
Service (QoS) dengan menggunakan metode Differentiated Services
(DiffServ) dan Metode Multiprotocol Label Switching (MPLS) dapat
menghasilkan kualitas jaringan yang baik. Tujuan yang ingin dicapai dari
penelitian ini adalah bagaimana melakukan analisis pengujian kinerja dari
jaringan yang menggunakan metode Differentiated Service (DiffServ) dan
Multiprotocol Label Switching (MPLS) guna mendapatkan data atau nilai
Quality Of Service (QoS) dari kedua metode untuk dapat digunakan dalam
penentuan kualitas serta metode mana yang cocok untuk digunakan pada
audio streaming.
2
2. Tinjauan Pustaka
Penelitian terdahulu yang diambil dalam penelitian ini, yang pertama
adalah Analisis Penerapan DiffServ Pada Teknologi TCP/IP Tradisional
Untuk Jaringan Perangkat Telekomunikasi 3G Berbasis IP di PT Indosat Tbk.
Cabang Malang. Tujuan penelitian yang dilakukan adalah untuk melakukan
pengujian dan analisis dari penerapan metode DiffServ pada jaringan TCP/IP
tradisional guna memberikan perbaikan pada Quality of Service (QoS) pada
perangkat telekomunikasi 3G berbasis IP yang saling terhubung. Dalam
penelitian ini hanya menggunakan satu metode yang diujikan dan kemudian
dianalisis. Hasil dari penelitian tersebut didapatkan bahwa metode DiffServ
bisa diaplikasikan pada jaringan TCP/IP tradisional kendalanya ada pada
kemampuan untuk menjaga jitter agar tetap dibawah nilai maksimum yang
telah ditentukan [1].
Penelitian terdahulu yang kedua adalah Teknologi Multiprotocol Label
Switching (MPLS) Untuk Meningkatkan Performa Jaringan. Pada penelitian
ini dilakukan konfigurasi MPLS yang kemudian dilakukan analisis terhadap
paket-paket data ketika proses pengiriman sedang. Tujuannya untuk
mengetahui apakah MPLS dapat meningkat performa dari jaringan tersebut.
Hasil dari penelitian tersebut adalah jika LSP yang ada bertambah maka
bandwidth yang tersedia akan manjadi terbagi dan membuat pembagian tiap-
tiap LSP berkurang yang mengakibatkan turunnya service rate sehingga
membuat delay pada pengiriman paket menjadi bertambah, selain itu semakin
besar IP precendence suatu paket akan membuat delay akan bertambah
sebalik semakin kecil IP precendence suatu paket makanya semakin kecil
delay yang ada [2].
Quality of service (QoS) adalah teknik atau kemampuan suatu jaringan
untuk menyediakan layanan pengiriman paket atau trafik yang memiliki
jaminan untuk performansi [3]. Parameter-parameter Quality of service (QoS)
yang biasanya digunakan untuk pengukuran antara lain Bandwidth,
Troughput, Delay, Jitter dan Packet Loss [4].
Delay adalah waktu tunda suatu pengiriman paket yang karenakan oleh
proses transmisi dari suatu sumber ke tujuan. Perhitungan untuk mencari nilai
delay menggunakan persamaan 1 [4].
(1)
Packet Loss didefinisikan sebagai banyaknya paket yang tidak berhasil
untuk dikirimkan ketujuan, disebabkan oleh beberapa hal yaitu terjadinya
over load traffic di dalam jaringan, tabrakan (congestion) dalam jaringan,
error yang terjadi pada media fisik, kegagalan yang terjadi pada sisi penerima
antara lain bisa disebabkan karena overflow yang terjadi pada buffer.
3
Jitter merupakan variasi delay antar paket yang terjadi pada jaringan IP.
Besarnya nilai jitter akan sangat dipengaruhi oleh variasi beban trafik dan
besarnya tumbukan antar paket (collision) yang ada dalam jaringan IP.
Bandwidth adalah jumlah data yang dapat ditransfer melalui jaringan dalam
jangka waktu tertentu. Bandwidth biasanya ditentukan dalam satuan Bit Per
Second (bps).
Throughput adalah jumlah total kedatangan paket IP sukses yang diamati
di tempat pengukuran pada destination interval waktu tersebut (sama dengan,
jumlah pengiriman paket IP sukses per Service-second). Perhitungan dalam
mencari nilai throughput menggunakan persamaan 2 [4].
(2)
Differentiated Services (DiffServ) bekerja berdasarkan type of service
(ToS) dan precendence field dengan header berdasarkan pada IPv6. DiffServ
menentukan IP precendence pada awal ketika paket akan masuk ke dalam
jaringan untuk menentukan jalan mana yang harus dilalui [5]. Paket-paket
dalam DiffServ mendapatkan perlakuan khusus dengan melalui tahapan
diklasifikasikan kemudian ditempelkan ditandai mulai saat paket masuk ke
dalam jaringan DiffServ sampai paket dikirimkan ke tujuan [6]. DiffServ
tidak memiliki masalah skalabilitas. Informasi DiffServ hanya sebatas jumlah
kelas, tidak tergantung besarnya trafik (dibandingkan IntServ). Skema ini
juga dapat diterapkan bertahap, tidak perlu sekaligus ke seluruh network [7].
Multiprotocol Label Switching (MPLS) merupakan metode dengan unjuk
kerja tinggi untuk proses forwarding data (frame) di sebuah jaringan yang
memungkinkan router di gerbang (edge) jaringan untuk menyisipkan label
sederhana pada paket, sehingga router yang ada di network core dapat
meneruskan paket seusai label yang ada dengan proses lookup minimal.
MPLS mengintegrasikan kapabilitas unjuk kerja dan manajemen trafik Data
Link Layer 2 dengan skalabilitas dan fleksibilitas routing Network Layer 3.
Berbeda dari label switching, routing IP Layer 3 konvensional yang
berbasis pada pertukaran informasi sesuai jangkauan jaringan. Suatu paket
yang melintasi jaringan, setiap router mengekstraksi semua informasi yang
berhubungan dengan proses forwarding dari header Layer 3. Informasi
tersebut kemudian digunakan sebagai indeks roting table lookup untuk
menentukan hop paket berikutnya. Hal ini berulang di setiap router yang
ditemui di jaringan [5].
Label untuk MPLS di konfigurasi pada jaringan antar router sehingga
router tersebut bisa membuat jalur tersendiri yang disebut label-to-label.
Label tersebut yang melekat pada IP yang membuat router bisa meneruskan
paket melalui koneksi antar label yang terjadi bukan melalui alamat IP yang
menjadi tujuan [8].
4
3. Metode Penelitian
Metode yang digunakan pada peneltian ini adalah PPDIOO (Prepare,
Plan, Design, Implement, Operate And Optimize) adalah sebuah metode
penelitian yang dikembangkan oleh Cisco System [9]. Metode ini terdiri dari
6 fase yaitu:
Prepare adalah tahap untuk menyusun rencana kerja agar penelitian
dapat berjalan dengan baik, baik dari segi keuangan maupun dari strategi
yang akan digunakan. Setelah rencana kerja tersusun kemudian
mempersiapkan semua kebutuhan penelitian yaitu kebutuhan perangkat keras
(hardware) dan perangkat lunak (software).
Plan adalah tahap dimana melakukan analisis kebutuhan baik itu
kebutuhan untuk perangkat lunak maupun kebutuhan untuk perangkat keras
serta memikirkan skenario pengujian yang akan dilakukan. Kebutuhan
perangkat keras (hardware) yang diperlukan yaitu Komputer (Untuk
dijadikan PC Router), Laptop (Untuk dijadikan Host), Kabel UTP, LAN Card
Tang Crimping, Konektor RJ 45. Kebutuhan perangkat lunak (software) yang
diperlukan adalah sebagai berikut Operating System, GNS3, Image IOS Cisco
Router (c3725), VLC Media Player, Wireshark.
Skenario pengujian yang dilakukan adalah sebagai berikut:
1 Melakukan audio streaming pada jaringan yang menggunakan metode
Differentiated Service (DiffServ). Pengambilan data pada audio
streaming menggunakan metode Differentiated Service (DiffServ)
dengan ukuran file voice sebesar 4,59 MB. Proses pengambilan data
dilakukan selama 60 detik atau satu menit dan pengambilan dilakukan
sebanyak 30 kali.
2 Melakukan audio streaming pada jaringan yang menggunakan metode
Multiprotocol Label Switching (MPLS). Pengambilan data pada analisis
menggunakan metode Multiprotocol Label Switching (MPLS) dengan
ukuran file voice sebesar 4,59 MB. Proses pengambilan data dilakukan
selama 60 detik atau satu menit dan pengambilan dilakukan sebanyak 30
kali.
3 Melakukan analisis dari data yang dihasilkan. Setelah melakukan
pengujian dan pengambilan data dilakukan analisis yang berdasarkan dari
data pengujian yang telah diambil menurut parameter Quality of Service
(QoS) yaitu delay, throughput, jitter, packet loss.
Design adalah tahap untuk melakukan desain terhadap topologi jaringan
yang akan digunakan dalam penelitian.
5
Gambar 1 design topologi jaringan DiffServ
Gambar 2 design topologi jaringan MPLS
Implement dilakukan dengan bertahap sesuai dengan design dari masing-
masing topologi jaringan. Mulai dari jaringan DiffServ, konfigurasi dilakukan
terlebih dahulu pada host1 dan host2 yaitu konfigurasi IP address (IPv4),
Gateway, VLC Media Player, streaming voice. Selanjutnya konfigurasi pada
router yaitu menginstal perangkat lunak GNS3, konfigurasi image cisco
router, konfigurasi PC untuk menjadi PC Router, konfigurasi Router (idle)
dan konfigurasi router Cisco Differentiated Service (DiffServ).
Operate dapat dilakukan percobaan sistem yang sudah disiapkan.
Percobaan yang dilakukan adalah menjalankan audio streaming dengan
jaringan yang menggunakan DiffServ dan juga dengan jaringan yang
menggunakan MPLS. Pada tahap ini dapat dilakukan pemecahan masalah
yang timbul selama proses pengambilan data yang mengakibatkan tidak
berjalannya proses komunikasi secara baik dalam jaringan lokal.
Optimize adalah tahap terakhir dimana setelah melakukan analisa, sistem
dapat diperbaharui sesuai dengan kebutuhan agar sistem menjadi lebih baik
dari sebelumnya, karena mungkin saja sebelumnya sistem tidak dapat bekerja
dengan optimal.
4. Hasil dan Pembahasan
Pada penelitian ini digunakan satu buah file audio, file tersebut akan diuji
pada dua jaringan yang berbeda dengan masing-masing pengujian sebanyak
30 kali dan pengambilan data untuk mendapatkan nilai parameter yang
digunakan dilakukan selama satu menit atau selama 60 detik. Pengujian
pertama dilakukan streaming audio terhadap jaringan yang menggunakan
DiffServ dan pengujian kedua dilakukan audio streaming dengan jaringan
yang menggunakan MPLS dan File tersebut berukuran 4.59Mb.
Proses capture akan dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak
(sofware) wireshark. Setelah paket-paket tersebut di capture menggunakan
6
wireshark, kemudian dilakukan analisis statistik pada paket-paket tersebut.
Parameter Quality of Service (QoS) yang akan dijadikan sebagai parameter
pengukur nilai QoS pada masing-masing jaringan adalah nilai delay, nilai
throughput, nilai jitter dan nilai packet loss.
Tabel 1 Nilai Delay Pada Pengukuran File Dengan Menggunakan DiffServ dan
MPLS
Pengujian Ke N
Delay Pada
DiffServ
(millisecond)
Delay Pada MPLS
(millisecond)
1 53.734961 53.465217
2 53.520524 53.541084
3 53.458368 52.56373
4 53.601549 53.430192
5 53.552768 53.911404
6 53.422428 53.512195
7 52.638136 53.428073
8 53.47993 54.172992
9 53.036364 53.618261
10 53.289519 53.236774
11 53.563636 53.66696
12 53.208811 53.532751
13 52.953488 53.49518
14 53.352423 53.543156
15 53.357517 54.37467
16 53.729659 52.761373
17 54.006151 53.685315
18 53.203993 53.452732
19 54.394899 54.240708
20 53.565824 53.463011
21 54.044698 53.456522
22 53.23057 53.181581
23 52.969749 53.030769
24 53.430568 53.392702
25 53.705162 53.804214
26 53.163194 53.591426
27 53.529617 53.642105
28 53.457821 53.750656
29 53.552448 53.494363
30 53.909331 53.495213
Rata-Rata 53.46425361 53.53117763
Pengukuran terhadap nilai dari parameter delay antara jaringan DiffServ
dan MPLS dapat dilihat pada Tabel 1. Dari hasil pengukuran yang didapatkan
nilai delay dari masing-masing metode menjadi naik turun karena waktu
pembungkusan, waktu proses paket, dan pembacaan routing table dari
7
masing-masing metode berbeda-beda. Masing-masing metode akan
melakukan penandaan ataupun pelabelan pada setiap paket-paket yang akan
dikirimkan yang membuat waktu pengiriman untuk masing-masing metode
menjadi berbeda. MPLS mempunyai header paket yang lebih besar dari pada
header paket dari DiffServ sehingga bisa dikatakan bahwa proses pengiriman
dari MPLS lebih memakan waktu dari pada proses pengiriman dari DiffServ
akan tetapi DiffServ memiliki mekanisme pengiriman paket yang labih
banyak dari pada MPLS. Pada selang waktu tertentu yang tidak menentu
masing-masing metode akan melakukan pengecekan jalur routing sehingga
membuat delay masing-masing menjadi naik turun.
Menurut standar ITU-T G.1010 untuk QoS (End-UserMultimedia QoS
Catagories) delay yang mencapai lebih dari 450ms masuk ke dalam kategori
unnaceptable, 300ms sampai dengan 450ms masuk ke dalam kategori poor,
150ms sampai dengan 300ms masuk ke dalam kategori good sedangkan delay
yang kurang dari 150ms masuk ke dalam kategori excellent.
Sesuai dengan kategori delay pada standar ITU-T G.1010 untuk QoS
(End-UserMultimedia QoS Catagories) jaringan DiffServ masuk ke dalam
kategori sangat bagus karena memiliki rata-rata delay 53.46425361
sedangkan jaringan MPLS juga masuk ke dalam kategori sangat bagus karena
memiliki rata-rata delay 53.53117763. Perbandingan nilai delay antara
DiffServ dan MPLS dalam bentuk grafik bisa dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3 Grafik Perbandingan Nilai Delay Pada DiffServ dan MPLS
51
52
53
54
55
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112131415161718192021222324252627282930
DIFFSERV MPLS
8
Tabel 2 Nilai Jitter Pada Pengukuran File Dengan Menggunakan DiffServ dan
MPLS
Pengujian Ke N
Nilai Jitter
Menggunakan
DiffServ(millisecond)
Nilai Jitter
Menggunakan
MPLS(millisecond)
1 0 0
2 0 0
3 0 0
4 0 0
5 0 0
6 0 0
7 0 0
8 0 0
9 0 0
10 0 0
11 0 0
12 0 0
13 0 0
14 0 0
15 0 0
16 0 0
17 0 0
18 0 0
19 0 0
20 0 0
21 0 0
22 0 0
23 0 0
24 0 0
25 0 0
26 0 0
27 0 0
28 0 0
29 0 0
30 0 0
Rata-Rata 0 0
Sesuai dengan hasil pengukuran yang ada pada Tabel 2 didapati bahwa
jitter yang dihasilkan dari kedua jaringan sama-sama bernilai 0ms. Metode
DiffServ dan metode MPLS sama-sama memiliki nilai nol ada jitter karena
pada kedua jaringan tersebut hanya berjalan satu buah proses untuk
permintaan dan pengiriman sehingga paket-paket dari kedua jaringan yang
ada bisa berjalan tanpa tejadi pembagian terhadap bandwitdh yang tersedia.
Hal tersebut membuat proses pengiriman mendapatkan bandwidth yang
cukup walaupun pada jaringan MPLS tidak memiliki pengaturan bandwidth
sehingga paket-paket tidak perlu menunggu dalam waktu yang lama untuk
9
dikirimkan sehingga trafik paket tersebut berjalan dengan dengan baik tanpa
terjadi atrian yang berlebihan yang bisa menyebabkan tubrukan atau
congestion. Antrian yang banyak dalam sebuah jaringan dapat menyebabkan
trafik menjadi padat yang kemudian bisa membuat beban trafik menjadi
banyak yang membuat paket mendapatkan delay. Semakin banyak trafik dan
semakin besar paket yang akan dikirimkan akan membuat jitter bertambah.
Nilai jitter menurut standar ITU-T G.1010 untuk QoS (End-User
Multimedia QoS Catagories) terdapat beberapa kategori, Peak jitter dengan
125ms sampai dengan 225ms masuk ke dalam kategori degradasi Jelek, 76ms
sampai dengan 125ms masuk ke dalam kategori Sedang, 0ms sampai dengan
75ms masuk ke dalam kategori Bagus sedangkan peak jitter dengan 0ms
masuk ke dalam kategori Sangat Bagus. Dari standar yang digunakan, kedua
jaringan yang ada masuk ke dalam peak kategori Sangat Baik karena nilai
rata-rata jitter dari kedua jaringan adalah 0ms.
Hasil pengukuran throughput dari metode DiffServ dan metode MPLS
dapat dilihat pada Tabel 3. DiffServ memiliki rata-rata 0.195966667 Mbit/sec
sedangkan MPLS memiliki rata-rata throughput 0.195933333 Mbit/sec. Hal
ini terjadi karena maksimal bandwidth untuk setiap pengiriman paket dari
adalah 128 kbps sesuai dengan link speed dari file yang digunakan.
Bandwidth dari metode DiffServ memiliki pengaturan pada masing-masing
tipe trafik sehingga setiap pengiriman data yang dilakukan memiliki
bandwidth pengiriman yang tetap sesuai dengan kelas-kelas yang ada dan
masing-masing tipe trafik sudah memiliki jalurnya tersendiri sehingga tidak
mengganggu trafik dari data lain, sedangkan jaringan MPLS tidak memiliki
pengaturan pada besar kecilnya bandwidth dan maka dari itu kemungkinan
untuk naik turun bandwidth pada pengiriman paket akan terjadi sehingga
membuat throughput menjadi sedikit turun. Perbandingan nilai throughput
antara DiffServ dan MPLS dalam bentuk grafik bisa dilihat pada Gambar 4.
10
Tabel 3 Nilai Throughput Pada Pengukuran File Dengan Menggunakan DiffServ
dan MPLS
Pengujian Ke N
Nilai Throughput
Menggunakan
DiffServ
(MBit/Sec)
Nilai Throughput
Menggunakan
MPLS (MBit/sec)
0 0.196 0.196
2 0.196 0.195
3 0.196 0.196
4 0.196 0.196
5 0.196 0.196
6 0.196 0.196
7 0.196 0.196
8 0.196 0.196
9 0.196 0.196
10 0.196 0.196
11 0.196 0.196
12 0.196 0.196
13 0.196 0.196
14 0.196 0.196
15 0.196 0.196
16 0.196 0.196
17 0.196 0.195
18 0.195 0.196
19 0.196 0.196
20 0.196 0.196
21 0.196 0.196
22 0.196 0.196
23 0.196 0.196
24 0.196 0.196
25 0.196 0.196
26 0.196 0.196
27 0.196 0.196
28 0.196 0.196
29 0.196 0.196
30 0.196 0.196
Rata-Rata 0.195966667 0.195933333
11
Gambar 4 Grafik Perbandingan Nilai Throughput Pada DiffServ dan MPLS
Ketika terjadi antrian dan kemudian antrian tersebut melebihi kapasitas
dari sebuah jaringan maka dengan adanya kontrol terhadap jaringan atau
policing maka akan membuat jaringan melakukan pembuangan terhadap
trafik yang ada.
Sesuai dengan hasil pengukuran pada Tabel 4 nilai rata-rata packet loss
dari kedua jaringan baik itu jaringan DiffServ ataupun jaringan MPLS adalah
0ms karena pada kedua jaringan tersebut hanya berjalan satu buah proses
untuk permintaan dan pengiriman sehingga membuat trafik yang ada tidak
mengalami antrian yang berlebihan. Ketika terjadi antrian yang berlebihan
maka jaringan akan membuang trafik berlebih yang dimana pembuangan
trafik tersebut akan mengakibatkan packet loss, jika terjadi pembuangan
trafik maka akan dilakukan pengiriman kembali terhadap paket yang telah
dibuang.
Menurut standar ITU-T G.1010 untuk Quality of Service (QoS) (End-
User Multimedia QoS Catagories) packet loss terbagi dalam beberapa
kategori. 16% sampai dengan 25% masuk ke dalam kategori Jelek, 4%
sampai dengan 15% masuk ke dalam kategori Sedang, 1% sampai dengan 3%
masuk ke dalam kategori Bagus sedangkan 0% masuk ke dalam kategori
Sangat Bagus.
0.1945
0.195
0.1955
0.196
0.1965
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112131415161718192021222324252627282930
DIFFSERV MPLS
12
Tabel 4 Nilai Packet Loss Pada Pengukuran File Dengan Menggunakan DiffServ
dan MPLS
Pengujian Ke N
Nilai Packet Loss
Menggunakan
DiffServ
Nilai Packet Loss
Menggunakan
MPLS
1 0 0
2 0 0
3 0 0
4 0 0
5 0 0
6 0 0
7 0 0
8 0 0
9 0 0
10 0 0
11 0 0
12 0 0
13 0 0
14 0 0
15 0 0
16 0 0
17 0 0
18 0 0
19 0 0
20 0 0
21 0 0
22 0 0
23 0 0
24 0 0
25 0 0
26 0 0
27 0 0
28 0 0
29 0 0
30 0 0
Rata-Rata 0 0
5. Simpulan
Berdasarkan hasil pengukuran yang dilakukan dengan membandingkan
parameter Quality of service (QoS) dari Differentiated Service (DiffServ) dan
Multiprotocol Label Switching (MPLS) bahwa DiffServ memiliki delay dan
throughput yang lebih baik dari MPLS. Nilai rata-rata dari parameter delay
dan parameter throughput dari DiffServ bisa sedikit lebih baik dari MPLS
karena DiffServ membuat pengklasifikasian terhadap paket-paket yang ada ke
dalam kelas-kelas, yang dimana kelas-kelas tersebut memiliki pengaturan
bandwidth yang tetap sehingga proses pengiriman paket dapat berjalan
13
dengan baik sedangkan MPLS tidak memiliki pengaturan terhadap bandwidth
yang digunakan sehingga membuat pengiriman dari paket-paket MPLS
menjadi kurang maksimal.
Dari hasil pengukuran untuk parameter Quality of Service (QoS) dari
kedua metode didapati bahwa DiffServ memiliki kualitas yang sedikit lebih
baik dari pada MPLS pada parameter delay dan throughput. Hal tersebut
dibuktikan dengan selisih nilai Throughput dari metode DiffServ dan MPLS
adalah 0.000033334 MBit/sec dan selisih nilai delay dari metode DiffServ
dan MPLS adalah 0.06692402.
6. Daftar Pustaka
[1] Putro, O. Winarko, 2013, Analisis Penerapan DiffServ Pada Teknologi
TCP/IP Tradisional Untuk Jaringan Perangkat Telekomunikasi 3G
Berbasis IP di PT Indosat, TBK. Cabang Malang, Jurnal Teknologi
Informasi, 4(2): 30-44.
[2] Rijayana, Iwan, 2005, Teknologi Multiprotocol Label Switching (MPLS)
Untuk Meningkatkan Performa Jaringan, Seminar Nasional Aplikasi
Tekonologi Informasi 2005 (SNATI 2005), ISBN: 979-756-061-6: 41-45.
[3] Kamarullah, A.Hafiz, 2009, Penerapan Metode Quality of Service (QoS)
pada Jaringan Traffic yang Padat.
[4] Rifiani, Vina, 2010, Analisa Perbandingan Metode Routing Distance
Vector dan Link State pada Jaringan Packet.
[5] Rozali, Imam, 2005, Studi Empiris Perbaikan Quality of Service Dengan
DiffServ Dan MPLS Pada Jaringan IP, Seminar Nasional Aplikasi
Tekonologi Informasi 2005 (SNATI 2005), ISBN: 979-756-061-6: 71-77.
[6] Anonim, 2013, Differentiated Service, http://www.cisco.com/c/en/us/
products/ios-nx-os-software/differentiated-services/index.html
[7] Zheng Wang, 2001, Internet QoS: Architectures and Mechanisms for
Quality of Service, San Fransisco: Morgan-Kaufmann.
[8] L. D. Ghein, 2006, MPLS Fundamental, Indianapolis: CISCO Press.
[9] Sean Wilkins, 2011, Cisco's PPDIOO Network Cycle, Indianapolis:
CISCO Press.
top related