analisis pengaruh kurs, inflasi, dan investasi …eprints.ums.ac.id/68162/11/naspub.pdfngaruh kurs,...
Post on 30-Mar-2019
232 Views
Preview:
TRANSCRIPT
1
ANALISIS PENGARUH KURS, INFLASI, DAN INVESTASI TERHADAP
NILAI EKSPOR NONMIGAS DI INDONESIA TAHUN 2000-2016
Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I
pada Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Oleh :
HELDA DESY PERMATASARI
B300140133
PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2018
1
ANALISIS PENGARUH KURS, INFLASI, DAN INVESTASI TERHADAP
NILAI EKSPOR NONMIGAS DI INDONESIA TAHUN 2000-2016
Abstrak
Salah satu kegiatan perdagangan internasional yang dilakukan Indonesia untuk
mampu memenuhi pasar internasional dan mendapatkan devisa negara adalah
ekspor, khususnya pada komoditas barang non-migas. Penelitian ini bertujuan
untuk menganalisis pengaruh kurs dollar Amerika Serikat, inflasi, dan investasi
modal asing baik secara simultan maupun parsial terhadap nilai ekspor barang
non-migas Indonesia tahun 2000-2016. Metode dasar yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode eksplanatif deskriptif. Data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah data sekunder deret waktu (time series) dari tahun 2000-
2016, yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS), Bank Dunia, Bank
Indonesia, dan Kementrian Perdagangan. Teknik analisis data menggunakan
metode OLS (Ordinary LeastSquare) dalam bentuk regresi linier berganda dengan
uji asumsi klasik. Berdasarkan hasil analisis menunjukkan secara simultan seluruh
variabel independen yaitu kurs dollar Amerika Serikat, inflasi, dan investasi
modal asing berpengaruh signifikan terhadap nilai ekspor barang non-migas
Indonesia dengan nilai R2sebesar 0,4009 yang berarti sebesar 40,09% nilai ekspor
dapat dijelaskan oleh variabel independen. Secara parsial kurs dollar Amerika
Serikat berpengaruh negatif signifikan terhadap nilai ekspor barang non-migas,
sedangkan inflasi dan investasi modal asing tidak berpengaruh signifikan terhadap
nilai ekspor barang non-migas Indonesia tahun 2000-2016.
Kata Kunci : Ekspor, non-migas, kurs, inflasi, investasi modal asing
Abstract
One of the international trade activities carried out by Indonesia to be able to meet
the international market and gain foreign exchange is exports, especially for non-
oil and gas commodities. This study aims to analyze the effect of the United
States dollar exchange rate, inflation, and foreign capital investment both
simultaneously and partially on the value of Indonesia's non-oil / gas goods export
in 2010-2016. The basic method used in this study is descriptive explanative
method. The data used in this study are time series secondary data from 2000-
2016, obtained from the Central Statistics Agency (BPS), the World Bank, Bank
Indonesia, and the Ministry of Trade. Data analysis techniques using OLS
(Ordinary Least Square) method in the form of multiple linear regression with the
classic assumption. Based on the results of the analysis shows simultaneously all
independent variables namely the United States dollar exchange rate, inflation,
and foreign capital investment have a significant effect on the value of Indonesia's
2
non-oil / gas goods exports with a R2 value of 0.4009 which means that 40.09%
of export value can be explained by independent variable. Partially the US dollar
exchange rate has a significant negative effect on the value of non-oil / gas goods
exports, while inflation and foreign capital investment have no significant effect
on the value of Indonesia's non-oil / gas goods exports in 2000-2016.
Keywords: Export, non-oil and gas, exchange rate, inflation, foreign capital
investment
1. PENDAHULUAN
Perdagangan internasional pada dasarnya merupakan hubungan antara suatu
negara dengan negara lain dalam bidang ekonomi yang ditempuh dengan cara
ekspor maupun impor. Ekspor merupakan total barang dan jasa yang
diperdagangkan antara satu negara dengan negara lain yang terdiri atas barang,
asuransi, dan jasa pada suatu periode (Priadi, 2000). Peningkatan kegiatan
ekspor bukanlah merupakan suatu pilihan melainkan suatu keharusan untuk
mendukung pertumbuhan perekonomian suatu negara. Dengan adanya ekspor
dapat memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan perdagangan
internasional, dan terutama dapat memajukan perekonomian negara-negara
berkembang. Sehubungan dengan hal tersebut, Indonesia menempatkan ekspor
sebagai salah satu usaha untuk memajukan pertumbuhan ekonomi Indonesia,
khususnya komoditi barang nonmigas (Bustami, 2013).
Komoditas ekspor dapat digolongkan menjadi bentuk migas dan
nonmigas. Barang golongan nonmigas meliputi bahan bakar mineral, lemak
dan minyak hewan, mesin/peralatan listrik, karet, mesin-mesin atau pesawat
mekanik, plastik dan barang dari plastik, kendaraan dan bagiannya, pakaian
jadi, berbagai produk kimia, barang-barang rajutan, bijih besi, baja, perak, abu
logam, serelia, industri makanan, dan kapas. Dan yang merupakan golongan
barang migas diantaranya minyak mentah, hasil minyak, dan gas (Maslinda,
2015). Krisis keuangan global yang melanda seluruh dunia, khususnya negara
adidaya yang menjadi tujuan ekspor seperti Amerika, menyebabkan
melemahnya permintaan produk di pasaran internasional sehingga berimbas
pada volume/nilai ekspor Indonesia. Krisis ekonomi global juga
mempengaruhi kurs mata uang, bursa saham, harga aset di beberapa negara
3
menurun, dan inflasi. Krisis juga menimbulkan ketidakpercayaan pihak
investor untuk menanamkan sahamnya di Indonesia (Juliantari dan Setiawina,
2015).
Fluktuasi nilai ekspor Indonesia diduga dipengaruhi oleh berbagai
faktor, baik faktor ekonomi maupun non ekonomi. Faktor ekonomi yang
diduga berpengaruh terhadap fluktuasi nilai ekspor antara lain: inflasi, tingkat
suku bunga, jumlah uang beredar, pendapatan nasional dan posisi neraca
pembayaran internasional. Sedangkan faktor non ekonomi yang diduga
berpengaruh terhadap fluktuasi nilai ekspor antara lain: ketahanan nasional,
politik, soisal budaya dan keamanan (Atmadja, 2002 dalam Mahendra dan
Kesumajaya, 2015). Sedangkan (Mankiw, 2006) berpendapat bahwa faktor
ekonomi yang berpengaruh terhadap nilai ekspor adalah selera konsumen,
harga, nilai tukar (kurs), pendapatan konsumen dan kebijakan pemerintah
terhadap perdagangan internasional. Nilai tukar rupiah terhadap dollar
Amerika juga menjadi salah satu penyebab fluktuasi ekspor barang non-migas
di Indonesia. Menjaga kestabilan nilai tukar rupiah sangat penting, karena
sangat berpengaruh terhadap kegiatan perekonomian, terutama pada
perdagangan dan bisnis internasional. Dengan kurs mata uang inilah, untuk
menentukan kesetaraan dari nilai barang ekspor, dan yang paling sering
digunakan sebagai nilai kesetaraan adalah dollar Amerika. Oleh karena itu,
kurs menjadi salah satu faktor ekonomi yang memepengaruhi peningkatan
atau penurunan aktivitas ekspor (Mankiw, 2006).
Selain kurs mata uang asing, yang akan mempengaruhi fluktuasi
ekspor barang non-migas yaitu inflasi. Inflasi di suatu negara pengekspor
dapat mempengaruhi kegiatan ekspor, dikarenakan tingginya harga-harga
barang menyebabkan tingginya harga bahan baku yang digunakan dalam
produksi barang-barang yang akan diekspor. Ketidakpercayaan investor asing
untuk menanamkan modalnya di Indonesia juga menjadi faktor yang
mempengaruhi nilai ekspor barang non-migas di Indonesia. Dengan adanya
aliran modal asing, akan dapat meningkatkan produktivitas industri barang
4
non-migas, sehingga kelebihan produksi dapat digunakan untuk
meningkatkan volume ekspor, yang artinya meningkat pula nilai ekspor.
Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti berusaha mengetahui lebih
lanjut seberapa besar pengaruh yang ditimbulkan oleh kurs dollar, inflasi,
penanaman modal asing, dan volume produksi terhadap nilai ekspor barang
nn-migas di Indonesia. Oleh karena itu, penelitian ini berjudul “Pengaruh
Kurs, Inflasi, dan Investasi terhadap Nilai Ekspor Barang Non-migas di
Indonesia Tahun 2000-2016”.
2. METODE
Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksplanatif deskriptif dengan
pendekatan kuantitatif. Variabel independen, yaitu kurs dollar Amerika
Serikat, inflasi, dan investasi modal asing; dan variabel dependen yaitu nilai
ekspor barang non-migas Indonesia pada tahun 2000-2016. Data diperoleh
dari Badan Pusat Statistik (BPS), Bank Indonesia (BI), Departemen
Perindustrian dan Perdagangan, dan UN Comtrade. Disamping itu, data-data
pendukung lain yaitu skripsi, website yang relevan, jurnal-jurnal penelitian
dan hal-hal yang mendukung lainnya. Metode Analisis Data yang digunakan
Analisis Regresi, Uji Asumsi Klasik (Uji Multikolinearitas, Uji Normalitas
Residual, Uji Heteroskedastisitas, Uji Linearitas (Spesifikasi Model)), Uji
Kebaikan Model (Uji Koefisien Determinasi (Adjusted R2), Uji Signifikansi
Simultan F (Uji F), Uji Validitas Pengaruh (Uji t)).
5
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil
Tabel 1. Perkembangan Nilai Tukar Dollar Amerika Serikat terhadap
Rupiah tahun 2000-2016
Sumber: Bank Indonesia, 2000-2016
Tabel 1 menunjukkan perkembangan nilai tukar Dollar Amerika
Serikat terhadap rupiah cenderung mengalami peningkatan dari tahun ke
tahun. Fluktuasi nilai tukar Dollar Amerika Serikat terhadap rupiah yang
tinggi ditunjukkan pada tahun 2000 hingga tahun 2001, yang mengalami
kenaikan sebesar 21,85% dari semula Rp 8.421 per dollar Amerika
menjadi Rp 10.261 per dollar Amerika. Kenaikan ini dapat disebabkan
karena dampak dari krisis ekonomi pada tahun 1998 sehingga mata uang
Indonesia melemah, yang masih dirasakan hingga tahun 2001.
Peningkatan nilai tukar Dollar Amerika Serikat terhadap Rupiah,
merupakan dampak yang terjadi akibat adanya perubahan masyarakat yang
membentuk permintaan atas barang-barang impor, terjadi peningkatan
inflasi serta perkembangan ekonomi yang berlangsung dalam suatu negara.
Keadaan yang demikian inilah yang menyebabkan penurunan atau
melemahnya nilai tukar mata uang Rupiah terhadap mata uang asing. Hal
ini disebabkan semakin tinggi permintaan pada suatu mata uang asing,
maka nilai mata uang tersebut semakin tinggi. Dalam hal ini dollar sebagai
mata uang internasional, yang dijadikan alat transaksi internasional.
0
2.000
4.000
6.000
8.000
10.000
12.000
14.000
16.000
20
00
20
01
20
02
20
03
20
04
20
05
20
06
20
07
20
08
20
09
20
10
20
11
20
12
20
13
20
14
20
15
20
16
Nilai Tukar
6
Tabel 2. Inflasi Indonesia Tahun 2000-2016
Sumber: Bank Indonesia, 2000-2016
Dari tabel 2 diatas dapat terlihat inflasi selama periode 2000-2016
sangat fluktuatif yang berkisar antara 3,53% sampai dengan 13,11%.
Dimana inflasi paling tinggi tejadi pada tahun 2006 sebesar 13,11%
sedangkan inflasi paling rendah terjadi pada tahun 2016 sebesar 3,53%.
Tabel 3. Investasi Modal Asing di Indonesia Tahun 2000-2016
Sumber: World Bank, 2000-2016
Pada tabel diatas memperlihatkan terjadinya fluktuasi penanaman
modal asing ke Indonesia, tetapi fluktuasi yang terjadi tidak terlalu
signifikan. Penurunan investasi modal asing terendah yaitu pada tahun
2006 yang menurun sebesar 55,84% yang semula sebesar 13.579.200.000
0,00
2,00
4,00
6,00
8,00
10,00
12,00
14,00
Inflasi
0,00
5.000,00
10.000,00
15.000,00
20.000,00
25.000,00
30.000,00
35.000,00
20
00
20
01
20
02
20
03
20
04
20
05
20
06
20
07
20
08
20
09
20
10
20
11
20
12
20
13
20
14
20
15
20
16
PMA
7
dollar Amerika menjadi 5.997.000.000 dollar Amerika. Sedangkan
peningkatan investasi modal asing terjadi pada tahun 2007 sebesar 72,44%
atau menjadi sebesar 10.341.400.000 dollar Amerika. Tetapi investasi
tertinggi pada periode 2000-2016 terjadi pada tahun 2015 sebesar
29.275.900.000 dollar Amerika.
Fluktuasi investasi modal asing banyak disebabkan oleh
kepercayaan investor asing terhadap Indonesia dan dipicu oleh keadaan
ekonomi, dan situasi keamanan serta sosial politik Indonesia.
Tabel 4. Perkembangan Nilai Ekspor Barang Non-migas Indonesia Tahun
2000-2016
Sumber: BPS, 2017 dan Kementrian Perdagangan, 2017
Tabel 4 memperlihatkan perkembangan nilai ekspor barang non-
migas Indonesia dari tahun 2000-2016. Nilai ekpor rata-rata barang non-
migas Indonesia dalam memenuhi pasar luar negeri mencapai
99.282.630.000 dollar Amerika per tahunnya dengan laju pertumbuhan
sebesar 8,28%. Nilai ekspor sempat mengalami penurunan terus tiap
tahunnya pada tahun 2012 hingga tahun 2015. Nilai ekspor non-migas
pada tahun 2011 sebesar 162.019.600.000 dollar AS turun menjadi
153.043.000.000 dollar Amerika di tahun 2012, hingga akhirnya turun
mencapai 131.791.900.000 dollar Amerika di tahun 2015. Tetapi pada
tahun 2016, nilai ekspor mulai memperlihatkan kenaikan meskipun tidak
0,00
20.000,00
40.000,00
60.000,00
80.000,00
100.000,00
120.000,00
140.000,00
160.000,00
180.000,00
20
00
20
01
20
02
20
03
20
04
20
05
20
06
20
07
20
08
20
09
20
10
20
11
20
12
20
13
20
14
20
15
20
16
Nilai Ekspor
8
signifikan yaitu sebesar 0,22% yaitu mencapai 132.080.800.000 dollar
Amerika.
Tabel 5. Hasil Estimasi Model Ekonometri
= -1520.956 – 9.554699 D(KURS)t+ 1172.200 INFt +1.294901 D(INV)t
(0.0076)* (0.2793) (0.1061)
R2 = 0.520684; DW-Stat = 2.066089; F-Stat = 4.345230 Sig. F-Stat = 0.027263
Uji Diagnosis
(1) Multikolinieritas (uji VIF)
GROWTH = 1.001626 INF = 1.238357 log(INV) = 1.239689
(2) Normalitas (uji Jarque Bera)
2 = 0.060558 Sig(
2) = 0.970175
(3) Heteroskedastisitas (uji White)
2 = 7.584801 Sig(
2) = 0.5765
(4) Linieritas (uji Ramsey Reset)
F(2,10) = 0.122301 Sig(F) = 0.8862
Keterangan : *Signifikan pada = 0,01;
**Signifikan pada = 0,05;
***Signifikan
pada = 0,10; Angka dalam kurung adalah probabilitas nilai t-statistik.
Sumber: Data Diolah, 2018
Berdasarkan hasil analisis data yang ditunjukkan pada tabel 5,
dapat dijelaskan: Nilai VIF Kurs yaitu sebesar 1,001626 atau lebih kecil
dari 10, sehingga tidak terjadi multikolinearitas pada variabel kurs. Nilai
VIF Inflasi yaitu sebesar 1,238357 atau lebih kecil dari 10, sehingga tidak
terjadi multikolinearitas pada variabel inflasi. Nilai VIF Investasi yaitu
sebesar 1,239689 atau lebih kecil dari 10, sehingga tidak terjadi
multikolinearitas pada variabel investasi. Berdasarkan uji multikolinearitas
tersebut, menunjukkan bahwa tidak ada variabel independen yang
mempunyai nilai VIF ≥ 10, sehingga disimpulkan model regresi penelitian
ini tidak terjadi multikolinearitas dan model regresi layak digunakan.
Uji normalitas dengan menggunakan uji Jarque-Bera yang
dilakukan pada variabel nilai ekspor barang non-migas Indonesia,
diperoleh probabilitas sebesar 0,97 pada tabel 5, dimana nilai probability
lebih besar dari α (10%), sehingga data berdistribusi normal.
Penelitian ini menggunakan uji White untuk menguji ada tidaknya
heteroskedastisitas. Kriteria pengujiannya yaitu apabila nilai signifikansi
probabilitas Obs*R-squared (X2) > α (10%), yang diperlihatkan pada tabel
9
5 menunjukkan nilai probabilitas sebesar 0,5765 yaitu lebih besar dari
10% (0,5765 > 0,1), maka data terbebas dari masalah heteroskedastisitas
atau tidak adanya heteroskedastisitas.
Uji spesifikasi model yang digunakan dalam peneitian ini yaitu
Ramsey Riset Test. Kriteria pengujian yaitu apabila probabilitas statistik F
> α (0,05) maka spesifikasi model benar (model linier). Hasil Ramsey
Riset Test ditunjukkan pada tabel 5. Berdasarkan hasil pengujian Ramsey
Riset Test pada tabel diatas, diperoleh nilai probabilitas statistik F sebesar
0,8862 dimana lebih besar dari α (> 0,05), maka spesifikasi model benar
(model linier).
Uji koefisien determinasi dapat dilihat dari besarnya nilai adjusted
R2 yang ditunjukkan pada tabel 5. Nilai adjusted R
2 sebesar 0,40085 atau
sebesar 40,09%. Berdasarkan nilai tersebut, dapat diartikan bahwa variasi
dari variabel independen yang digunakan pada penelitian ini, yaitu kurs
dollar, inflasi, dan investasi secara bersama-sama mampu menjelaskan
variasidari variabel nilai ekspor barang non-migas Indonesia periode 2000-
2016 sebesar 40,09%. Sedangkan sisanya sebesar 59,91% dijelaskan oleh
variasi dari variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model penelitian
ini.
Uji F digunakan untuk mengetahui pengaruh secara keseluruhan
dari variabel independen terhadap variabel dependen, dengan kriteria jika
Fhitung> Ftabel maka variabel independen secara keseluruhan atau bersama-
sama berpengaruh terhadap variabel dependen. Berdasarkan hasil analisis
uji statistik Eviews.6 yang ditunjukkan pada Tabel 5 memperlihatkan nilai
Fhitung (4,345) > Ftabel (0,027). Maka dapat diartikan bahwa kurs dollar
Amerika Serikat, inflasi, dan investasi modal asing secara
simultan/bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap nilai ekspor
barang non-migas Indonesia pada tahun 2000-2016 yang berarti model
dalam penelitian cukup eksis untuk digunakan.
Uji t adalah uji hipotesis untuk mengetahui pengaruh masing-
masing variabel independen terhadap nilai ekspor barang non-migas secara
10
individual. Pada tabel diatas, terlihat pengaruh masing-masing variabel
independen terhadap variabel dependen sebagai berikut: Kurs Dollar
Amerika Serikat memperoleh nilai t sebesar -3,202 dengan tingkat
probabilitas signifikansi 0,0076 < 0,01. Hal ini mengindikasikan bahwa
kurs dollar Amerika Serikat berpengaruh signifikan dengan arah negatif
terhadap nilai ekspor barang non-migas Indonesia periode 2000-2016 pada
tingkat signifikansi α = 1%.
Inflasi memperoleh nilai t sebesar 1,133 dengan tingkat
probabilitas signifikansi sebesar 0,2793 > 0,1. Hal ini mengindikasikan
bahwa inflasi tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai ekspor barang
non-migas Indonesia periode 2000-2016 pada tingkat signifikansi α
sampai dengan 10%.
Investasi modal asing memperoleh nilai t sebesar 1,748 dengan
tingkat probabilitas signifikansi sebesar 0,1061 > 0,1. Hal ini
mengindikasikan bahwa investasi modal asing tidak berpengaruh
signifikan terhadap nilai ekspor barang non-migas Indonesia periode 2000-
2016 pada tingkat signifikansi α sampai dengan 10%.
3.2 Pembahasan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan memperoleh nilai
Fhitung (4,345) > Ftabel (0,027) pada tabel 6 yang artinya variabel
independen pada penelitian ini yaitu kurs dollar, inflasi, dan investasi
modal asing secara bersama-sama atau simultan mempengaruhi nilai
ekspor barang non-migas Indonesia periode 2000-2016. Hasil tersebut
juga diperkuat dengan nilai adjusted R2 sebesar 0,40085 atau sebesar
40,09% artinya variabel kurs dollar, inflasi, dan investasi modal asing
secara bersama-sama mampu menjelaskan perubahan yang terjadi pada
nilai ekspor barang non-migas Indonesia periode 2000-2016 sebesar
40,09%.
Berdasarkan hasil uji statistik, variabel kurs dollar AS memperoleh
nilai t sebesar -3,202 dengan tingkat probabilitas signifikansi 0,0076 <
0,01 yang berarti kurs dollar AS berpengaruh negatif signifikan terhadap
11
nilai ekspor barang non-migas Indonesia. Hal ini menunjukkan jika kurs
dollar AS atau nilai tukar rupiah terhadap dollar naik 1% maka nilai ekspor
barang non-migas akan turun sebesar 3,2US$, begitu juga sebaliknya, jika
kurs dollar AS atau nilai tukar rupiah terhadap dollar turun sebesar 1%
maka nilai ekspor barang non-migas Indonesia akan naik sebesar 3,2US$.
Inflasi tidak berpengaruh signifikan terhadap milai ekspor barang
non-migas Indonesia pada tingkat signifikansi α = 0,1 (10%). Berdasarkan
hasil uji statistik diperoleh nilai t sebesar 1,133 dengan tingkat probabilitas
signifikansi sebesar 0,2793 > 0,1.Hal ini menunjukkan bahwa meskipun di
Indonesia terjadi inflasi tidak akan mempengaruhi nilai ekspor barang non-
migas Indonesia.
Investasi modal asing tidak berpengaruh terhadap nilai ekspor
barang non-migas Indonesia periode 2000-2016, pada tingkat signifikansi
α = 0,1 (10%). Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh nilai t sebesar
1,748 dengan tingkat probabilitas signifikansi sebesar 0,1061 > 0,1. Hal ini
mengindikasikan bahwa investasi modal asing tidak berpengaruh
signifikan terhadap nilai ekspor barang non-migas Indonesia periode 2000-
2016.
Berdasarkan hasil analisis regresi menunjukkan bahwa kurs dollar
AS berpengaruh signifikan dengan arah negatif terhadap nilai ekspor
barang non-migas Indonesia periode 2000-2016. Artinya apabila kurs
dollar AS mengalami kenaikan terhadap mata uang dalam negeri (Rupiah),
maka akan menurunkan nilai ekspor, begitu pula sebaliknya apabila kurs
dollar AS mengalami depresiasi terhadap Rupiah, maka dapat
meningkatkan nilai ekspor barang non-migas Indonesia.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Anshari, et.al., (2017)
yang menemukan bahwa variabel kurs berpengaruh secara negatif terhadap
ekspor di negara Indonesia, Malaysia, dan Singapura. Penelitian Adam,
et.al. (2017) juga menemukan hubungan pengaruh kurs dollar AS dengan
nilai ekspor adalah negatif signifikan. Hasil ini konsisten dengan fenomena
yang sedang marak tahun 2001-2016 dimana ketika nilai tukar Rupiah
12
terhadap Dollar AS berfluktuasi maka akan menurunkan nilai ekspor.
Studi empiris lain juga dilakukan oleh Maslinda (2015) dan Mohamad
(2008) yang menemukan bahwa kurs dollar AS berpengaruh signifikan
dengan arah negatif.
Dapat disimpulkan bahwa apabila nilai kurs rupiah terhadap dollar
meningkat atau menguatnya nilai dollar terhadap rupiah akan
menyebabkan penurunan harga barang ekspor, sehingga nilai ekspor
barang non-migas pun akan mengalami penurunan. Pengaruh melemahnya
nilai tukar rupiah membuat harga relatif komoditas ekspor Indonesia di
pasar dunia menjadi rendah. Hal tersebut yang menyebabkan nilai ekspor
Indonesia di pasar dunia menurun (Maslinda, 2015).
Berdasarkan hasil analisis regresi menunjukkan bahwa inflasi tidak
berpengaruh signifikan terhadap nilai ekspor barang non-migas Indonesia.
Hal ini tidak sejalan dengan teori bahwa kenaikan harga barang juga
berimbas pada kenaikan harga bahan baku yang menyebabkan produsen
mengalami penurunan kuantitas produksi yang akhirnya akan
mempengaruhi nilai ekspor (Raharja dan Manurung, 2004: 319).
Penelitian ini sejalan dengan penelitian Mahendra dan Kesumujaya
(2015) yang menemukan bahwa inflasi tidak berpengaruh signifikan
terhadap ekspor Indonesia tahun 1992-2012. Begitu pula dengan penelitian
Juliantari dan Setiawina (2015) yang menemukan bahwa inflasi secara
parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai ekspor makanan dan
minuman Indonesia tahun 1992-2014. Hal tersebut dikarenakan importir
makanan dan minuman tidak memperhatikan tingkat inflasi, jadi tidak
mempengaruhi daya beli importir sebab makanan dan minuman
merupakan salah satu komoditi primer yang menjadi kebutuhan dasar dan
importir tetap akan melakukan ekspor guna mendukung tercukupinya
kebutuhan masyarakat di negaranya (Juliantari dan Setiawina, 2015).
Inflasi tidak berpengaruh terhadap nilai ekspor Indonesia pada
tingkat signifikansi 10% diduga karena inflasi pada tahun 2000-2016
masih berada dibawah 20% yaitu dengan inflasi tertinggi mencapai
13
13,11% atau rata-rata perkembangan sekitar 7,17% tiap tahunnya. Inflasi
tersebut dikategorikan sebagai jenis inflasi sedang (moderate inflation),
yaitu inflasi dibawah dua digit seperti dibawah 20% per tahun, sehingga
tidak terlalu menimbulkan distorsi pada harga relative (Nanga, 2005: 247).
Hal ini menyebabkan inflasi tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai
ekspor barang non-migas Indonesia periode 2000-2016.
Berdasarkan hasil analisis regresi menunjukkan bahwa investasi
tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai ekspor barang non-migas
Indonesia pada tingkat signifikansi 10%.Hal ini dapat disebabkan karea
adanya ketidakstabilan ekonomi dan non ekonomi negara Indonesia, serta
kurangnya keamanan yang menjamin investasi yang dilakukan di
indonesia seingga menyebabkan para investor ragu dan lebih memilih
berhati-hati untuk menanamkan investasinya. Hasil penelitian ini sejalan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Mahendra dan Kesumajaya (2015)
yang menyatakan bahwa investasi tidak berpengaruh signifikan terhadap
ekspor Indonesia tahun 1992-2012.
4. PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis yang telah dibahas, maka dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut:
Berdasarkan hasil analisis uji F menunjukkan bahwa kurs dollar
AS, inflasi, dan investasi secara bersama-sama mempengaruhi nilai ekspor
barang non-migas Indonesia periode 2000-2016.
Berdasarkan hasil analisis uji t secara parsial menunjukkan bahwa:
Kurs dollar AS berpengaruh signifikan dengan arah negatif terhadap nilai
ekspor barang non-migas Indonesia periode 2000-2016. Sedangkan Inflasi
dan Investasi Modal Asing tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai
ekspor barang non-migas Indonesia periode 2000-2016.
4.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan, maka saran-saran yang dapat diberikan penulis
adalah sebagai berikut:
14
Bagi pemerintah melalui kementrian dan perdagangan diharapkan
lebih mengupayakan peningkatan nilai ekspor dengan memperhatikan
variabel-variabel yang dapat mempengaruhi nilai ekspor dan memperluas
pasar ke negara-negara yang memiliki potensi besar.
Bagi pemerintah diharapkan dapat membuat kebijakan tentang kurs
rupiah terhadap dollar, seperti mengadakan intervensi nilai kurs di pasaran
tanpa membatasi pergerakan ekonomi di sektor riil agar dapat
menstabilkan kurs dollar Amerika Serikat sehingga diharapkan dapat
meningkatkan ekspor Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
Atmaja, S. A. (2002). Analisa Pergerakan Nilai Tukar Rupiah terhadap Dollar
Amerika Serikat setelah Diterapkannya Kebijakan Sistem Nilai Tukar
Mengambang Bebas di Indonesia. Jurnal Ekonomi Akuntansi dan
Keuangan, Vol. 4, No. 1: 69-78.
Bustami, B. R. (2013). Analisis Daya Saing Produk Ekspor Provinsi Sumatra
Utara. Jurnal Ekonomi dan Keuangan. Vol. 1 No. 2.
Ghozali, I. (2009). Ekonometrika Teori, Konsep dan Aplikasi dengan SPSS 17,
Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Gujarati, D. N. (2004). Basic Econometrics Fourth Edition. McGraw-Hill
Companies.
Hady, H. (2009). Ekonomi Internasional. Cetakan Kelima Jilid Satu. Ghalian
Indonesia.
Juliantari, D. P. E., dan Setiawina, N. D. (2015). Analisis pengaruh kurs dollar
Amerika Serikat, inflasi, dan penanaman modal asing terhadap nilai ekspor
makanan dan minuman di Indonesia. E-Jurnal Ekonomi Pembangunan
Universitas Udayana Vol. 4 No. 12 Desember 2015.
Mahendra, I. G. Y., and Kesumajaya, I. W. W. (2015). Analisis Pengaruh Inflasi,
Kurs Dollar Amerika Serikat dan Suku Bunga Kredit terhadap Ekspor
Indonesia Tahun 1992-2012. E-Jurnal Ekonomi Pembangunan Universitas
Udayana, Vol. 4, No. 5: 525-545.
Mankiw, N.G. (2006). Principles of Economics. Pengantar Ekonomi Mikro.
Jakarta: Salemba Empat.
Maslinda, D. (2015). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ekspor Impor Indonesia
Periode 2008-2013. Skripsi. Politeknik Negeri Batam.
15
Mohamad, S. (2008). Exchange Rates and Export Growth in Asian Economies.
Asian Social Science Journal, Vol 4, No. 11: 30-36
Mutia, R. (2015). Analisis Pengaruh Kurs, PDB dan Tingkat Inflasi terhadap
Ekspor Indonesia ke Negara ASEAN (Studi pada Negara Malaysia,
Singapura, Filipina, dan Thailand). Skripsi. Semarang: Universitas
Diponegoro.
Nanga, M. (2005). Makro Ekonomi: Teori, Masalah, dan Kebijakan. Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada.
Pamungkas, R. A. A. (2011). Analisis Faktor-faktor yang mempengaruhi Volume
Ekspor Teh di Provinsi Jawa Tengah. Skripsi. Surakarta: Universitas
Sebelas Maret.
Raharja dan Manurung. (2004). Uang, Perbankan dan Ekonomi Moneter. Jakarta:
Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Silviana, H. (2016). Analisis Pengaruh Kurs dan Inflasi terhadap Neraca
Perdagangan di Negara-negara Anggota Organisasi Kerjasama Islam.
Yogyakarta: Universitas Islam Sunan Kalijaga.
Soekartawi. (2002). Prinsip Dasar Ekonomi Pertanian: Teori dan Aplikasi.
Cetakan Keempat Edisi kedua. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Sukirno, S. (2002). Pengantar Teori makroekonomi, Cetakan Keempat belas.
Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Tambunan, T. (2001). Perdagangan Internasional dan Neraca Pembayaran. Edisi
1. Jakarta: LP-FEUL.
Wardhono, A. (2004). Mengenal Ekonometrika Teori dan Aplikasi. Fakultas
Ekonomi. Universitas Jember.
top related