analisis pengaruh experiential marketing terhadap ...eprints.undip.ac.id/29858/1/jurnal.pdf ·...
Post on 10-Mar-2019
216 Views
Preview:
TRANSCRIPT
1
Analisis Pengaruh Experiential Marketing Terhadap Keputusan Pembelian
( Studipada Derajat Celcius )
Atina Arlia Wardani
Idris SE, M.Si
ABSTRACT
Derajat Celcius, as a company operating in printing business, needs to create a positive
perception in customer’s minds because it is an important factor in the success of the selling of a product,
which is, by conveying or communicating a product by touching customers’ emotional aspects. One of
marketing concepts that may be used in order to influence customers’ emotions so that they may improve
buying decisions is through the experiential marketing consisting of five aspects, which are sense, feel,
think, act, and relate. the implementation of experiential marketing in Derajat Celcius may give
information and experiences to customers in order to make buying decisions. Therefore, this research has
an objective of finding out the influence of experiential marketing ( sense, feel, think, act, and relate ) on
the buying decisions.
Based on the analysis results of questionnaire data of 100 customers of Derajat Celcius collected
using the accidental sampling technique, several analyses are conducted on the collected data. Those
analyses include : validity and reliability tests, classical assumption test, multiple regression analysis,
hypothesis examination through the t test and F test, and analysis of determination coefficient (R2)
Hypothesis examination using t test shows that there are two examined independent variables,
which are the variables of think and relate, that influence positively and significantly on the dependent
variable of buying decisions. Meanwhile, the other three independent variables, which are sense, feel,
and act influence positively but not significantly on the dependent variable of buying decisions. Then, by
using the F test, it is found that those five independent variables are appropriate to examine the
dependent variable of buying decisions. The Adjusted R Square number as much as 0.535 shows tha 53.5
percent of the buying decisions variable can be explained by those five independent variables in the
regressions equation. Meanwhile, the rest 46.5 percent is explained by other variables outside of those
five variables used in this research.
Keywords : buying decisions, sense, feel, think, act, and relate
2
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Perkembangan dunia bisnis saat ini semakin pesat, persaingan yang semakin ketat
menjadi tantangan maupun ancaman bagi pelaku bisnis. Agar dapat memenangkan persaingan,
setiap bisnis dituntut harus selalu peka terhadap perubahan-perubahan yang terjadi pada pasar
dan harus mampumenciptakan ide-ide yang kreatif agar produk yang ditawarkan dapat menarik
bagi konsumen, sehingga apa yang diinginkan oleh konsumen dapat dipenuhi dengan baik dan
perusahaan dapat bertahan dalam memenangkan persaingan.
Pada era kompetisi yang semakin ketat ini keberhasilan menciptakan persepsi positif
dibenak konsumen merupakan faktor penting dalam kesuksesan penjualan suatu produk,maka
dari itu perusahaan perlu menyampaikan atau mengkomunikasikan suatu produk dengan
menyentuh sisi emosional konsumen.
Salah satu konsep marketing yang dapat digunakan untuk mempengaruhi emosi
konsumen adalah melalui experiential marketing,yaitu suatu konsep pemasaran yang tidak hanya
sekedar memberikan informasi dan peluang pada pelanggan untuk memperoleh pengalaman atas
keuntungan yang didapat tetapi juga membangkitkan emosi dan perasaan yang berdampak
terhadap pemasaran, khususnya penjualan. Andreani(2007, h.2).
Inti dari experiential marketing adalah untuk membangun hubungan yang langgeng
dengan pelanggan melalui 5 aspek yaitu panca indera (sense), perasaan (feel), cara berpikir
(think), kebiasaan (act) dan pertalian atau relasi (relate). Semua produk atau jasa kini harus bisa
menyentuh kelima unsur tersebut.Konsumen mesti bisa merasakan, memikirkan dan bertindak
sesuai harapan.Bahkan jika memungkinkan tercipta rasa memiliki terhadap suatu produk atau
jasa sehingga akhirnya hal ini menjadi diferensiasi bagi produk atau jasa tersebut.Kertajaya
(2006, h.228).
Experiential marketing memberikan peluang pada pelanggan untuk memperoleh
serangkaian pengalaman atas merek, produk dan jasa yang memberikan cukup informasi untuk
melakukan keputusan pembelian.Aspek emosional dan aspek rasional adalah aspek yang ingin
dibidik pemasar melalui program ini dan seringkali kedua aspek ini memberikan efek yang luar
biasa dalam pemasaraan Andreani (2007, h.5).
3
Expriential marketing telah diterapkan di banyak tempat, salah satunya adalah di sektor
percetakan. Para pebisnis yang terjun dalam sektor percetakan berlomba–lomba untuk menarik
konsumen dengan menawarkan berbagai produk dengan desainmenarik, berkualitas dan harga
yang kompetitif, hal tersebut sedang diterapkan oleh Derajat Celcius yang merupakan salah satu
bisnis yang bergerak di sektor percetakan. Bisnis ini menghasilkan berbagai macam produk
seperti kartu nama, undangan, buku, brosur, X-banner, dll.
Untuk memenangkan persaingan bisnis dibidang percetakan, Derajat Celcius
menciptakan keunggulan kompetitif pada strategi bisnis yang di jalankan, yaitu dengan
membidik keunggulan kompetitif di bidang kecepatanmelalui program mencetak kartu nama 1
hari jadi pada produk andalan utama Derajat Celcius yaitu kartu nama. Sedangkan kebanyakan
bisnis percetakan lain pada umumnya membutuhkan waktu beberapa hari untuk mencetak kartu
nama.
Menurut informasi dari Manajer Derajat Celcius bahwa Derajat Celcius melirik
kecepatan sebagai salah satu keunggulan kompetitif karena kebanyakan konsumen mereka
merupakan para pelaku bisnis dan perusahaan yang di tuntut untuk mengejar deadline. Sehingga
kecepatan dalam mencetak produk yang di tawarkan Derajat Celcius diharapkan dapat
memberikan pengalaman baru, berbeda dan membuat konsumen tertarik untuk membeli kartu
nama di Derajat Celcius.
Derajat Celcius juga memberikan pengetahuan kepada konsumen mengenai bahan–bahan
dari produk yangakan dipesan konsumen. Salah satunya dengan cara memperlihatkan berbagai
bahan yang digunakan dan membiarkan konsumen memilih bahan yang sesuai dengan keinginan
konsumen.
1.2 Rumusan Masalah
Persaingan bisnis saat ini semakin tinggi, oleh karena itu setiap bisnis diharapkan dapat
memilki keunggulan kompetitif dari bisnis lain, hal ini bisa diperoleh salah satunya dengan
menerapkan strategi experiential marketing pada perusahaan.Experiential marketing merupakan
strategi yang jitu untuk menarik perhatian konsumen namun apabila strategi ini tidak diterapkan
dengan efektif dan benar-benar memperhatikan keiinginan konsumen maka strategi ini tidak
akanmembawa hasil yang memuaskan bagi perusahaan. Hal inilah yang sedang dialami oleh
Derajat Celcius, berdasarkan hasil wawancara dengan manajer Derajat Celcius diperoleh
4
rumusan masalah yaitu terdapat indikasi bahwa strategi experiential marketing yang dijalankan
perusahaan ini ternyata belum sepenuhnya efektif karena pada kenyataanya masih ada konsumen
merasa bahwa keiinginannya tidak dipahami oleh perusahaan, dan konsumen tidak dapat
menyalurkan saran dan kritik mereka pada perusahaan karena belum tersedianya kotak kritik
dan saran atau sarana untuk menampung hal tersebut. Oleh karena itu diharapkan Derajat Celcius
bisa meninjau kembali dan mengevaluasi strategi experiential yang telah dilakukan.
Dari latar belakang yang baru saja diuraikan maka diperoleh rumusan masalah sebagai
berikut :
1. Apakah pengaruh antara aspeksense terhadap keputusan pembelian produk di Derajat
Celcius ?
2. Apakah pengaruh antara aspekfeel terhadap keputusan pembelian produk di Derajat
Celcius ?
3. Apakah pengaruh antara aspek think terhadap keputusan pembelian produk di Derajat
Celcius ?
4. Apakah pengaruh antaraaspekact terhadap keputusan pembelian produk di Derajat
Celcius ?
5. Apakah pengaruh antara aspek relate terhadap keputusan pembelian produk di Derajat
Celcius ?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya dan rumusan masalah,
maka tujuan dari penilitian ini adalah :
1. Untuk menganalisis pengaruh aspek sense terhadap keputusan pembelian produk di
Derajat Celcius.
2. Untuk menganalisis pengaruh aspek feel terhadap keputusan pembelian produk di Derajat
Celcius
3. Untuk menganalisis pengaruh aspekthink terhadap keputusan pembelian produk di
Derajat Celcius.
4. Untuk menganalisis pengaruh aspekact terhadap keputusan pembelian produk di Derajat
Celcius.
5
5. Untuk menganalisis pengaruh aspekrelate terhadap keputusan pembelian produk di
Derajat Celcius.
1.4 Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi kegunaan sebagai berikut :
1. Bagi Konsumen
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan tambahan informasi kepada
konsumen dalam proses pengambilan keputusan pembelian produk di Derajat Celcius.
2. Bagi Perusahaan
Penelitian ini diharapkan dapat membantu Derajat Celcius untuk mengetahui seberapa
besar pengaruh experiential marketing terhadap keputusan pembelian produk dan sebagai
masukan informasi untuk bahan evaluasi kepada Derajat Celcius dalam membuat
keputusan mengenai strategiexperiential marketing yang paling sesuai dan efektif di
waktu mendatang.
6
II. TELAAH PUSTAKA
2.1 Grand Teori
2.1.1 Keputusan Pembelian
Keputusan pembelian merupakan hal yang lazim dipertimbangkan konsumen dalam
proses pemenuhan kebutuhan akan barang dan jasa. Keputusan pembelian adalah segala sesuatu
yang dikerjakan konsumen untuk membeli, membuang dan menggunakan produk dan jasa.
Dalam keputusan pembelian umumnya ada lima macam peranan yang dapat dilakukan
seseorang. Kelima peran tersebut meliputiKotler(2005, h.220) :
1. Pemrakarsa (Initiator), pemrakarsa merupakan orang yang pertama kali menyadari
adanya keinginan atau kebutuhan yang belum terpenuhi dan mengusulkan ide untuk
membeli suatu barang atau jasa tertentu.
2. Pemberi pengaruh (Influencer), merupakan orang yang memberi pandangan, nasehat,
atau pendapat sehingga dapat membantu keputusan pembelian.
3. Pengambil keputusan (Decider), yaitu orang yang menentukan keputusan pembelian,
apakah jadi membeli, apa yang dibeli, bagaimana cara membeli, atau dimana
membelinya.
4. Pembeli (Buyer), yaitu orang yang melakukan pembelian secara aktual (nyata)
5. Pemakai (User), yaitu orang yang mengkonsumsi atau menggunakan barang atau jasa
yang telah dibeli.
Perusahaan yang cerdik melakukan riset atas proses keputusan pembelian kategori
produk mereka. Mereka menanyai konsumen kapan mereka pertama kali mengenal kategori
produk tersebut, serta seperti apa keyakinan merek mereka, seberapa besar mereka terlibat
dengan produk yang bersangkutan, bagaimana mereka melakukan pemilihan merek, dan
seberapa puas mereka setelah pembelian.
Tahap-tahap proses keputusan pembelian Kotler (2005, h.224) :
1. Pengenalan masalah
Proses pembelian dimulai ketika pembeli mengenali sebuah masalah atau kebutuhan.
Kebutuhan tersebut dapat dicetuskan oleh rangsangan internal dan eksternal.Pemasar
perlu mengidentifikasi keadaan yang memicu kebutuhan tertentu. Dengan
mengumpulkan informasi dari sejumlah konsumen, pemasar dapat mengidentifikasi
7
rangsangan yang paling sering membangkitkan minat akan suatu kategori produk.
Pemasar kemudian dapat mengembangkan strategi pemasaran yang memicu minat
konsumen.
2. Pencarian informasi
Konsumen yang terasang kebutuhanya akan terdorong untuk mencari informasi yang
lebih banyak. Kita dapat membaginya dalam dua tingkat.Situasi pencarian informasi
lebih ringan dinamakan perhatian yang menguat.Pada tingkat itu seseorang hanya
menjadi lebih peka terhadap informasi tentang produk.
3. Evaluasi alternatif
Tidak ada proses evaluasi tunggal sederhana yang digunakan oleh semua konsumen atau
oleh satu konsumen dalam situasi pembelian. Terdapat beberapa proses evaluasi
keputusan, dan model-model yang terbaru memandang proses evaluasi konsumen sebagai
proses yang berorientasi kognitif. Yaitu, model tersebut menganggap konsumen
membentuk penilaian atas produk terutama secara sadar dan rasional. Beberapa konsep
dasar akan membantu kita dalam proses evaluasi konsumen. Pertama, konsumen
berusaha untuk memenuhi suatu kebutuhan.Kedua, konsumen mencari manfaat tertentu
dari solusi produk.Ketiga, konsumen memandang produk sebagai kumpulan atribut
dengan kemampuan yang berebeda-beda dalam memberikan manfaat yang digunakan
untuk memuaskan kebutuhan itu.Para konsumen memiliki sikap yang berbeda-beda
dalam memandang atribut-atribut yang dianggap relevan dan penting. Mereka akan
memberikan perhatian terbesar pada atribut yang memberikan manfaat yang dicarinya.
Pasar sebuah produk sering dapat disegmentasi berdasarkan atribut yang menonjol dalam
suatu kelompok konsumen yang berbeda-beda.
4. Keputusan pembelian
Dalam tahap evaluasi, konsumen membentuk prefensi atas merek-merek dalam kumpulan
pilihan.Konsumen juga mungkin membentuk niat untuk membeli produk yang paling
disukai.Namun, dua faktor berikut dapat berada diantara niat pembelian dan keputusan
pembelian. Faktor pertama adalah sikap orang lain. Sejauh mana sikap orang lain
mengurangi alternatif yang disukai seseorang akan bergantung pada dua hal yaitu
intensitas sikap negatif orang lain terhadap alternatif yang disukai konsumen dan
motivasi konsumen untuk menuruti keinginan orang lain.faktor kedua adalah faktor
8
situasi yang tidak terantisipasi yang dapat muncul dan mengubah niat pembelian.
Keputusan konsumen untuk memodifikasi, menunda dan menghindari suatu keputusan
pembelian sangat dipengaruhi oleh risiko yang dirasakan.Besarnya risiko yang dirasakan
berbeda-beda menurut besarnya uang yang dipertaruhkan, besarnya ketidakpastian
atribut, dan besarnya kepercayaan diri konsumen.
5. Tindakan pasca pembelian
Kepuasan dan ketidakpuasan konsumen terhadap suatu produk akan mempengaruhi
perilaku selanjutnya. Jika konsumen puas, ia akan menunjukan kemungkinan yang lebih
tinggi untuk membeli kembali produk tersebut. Para pelanggan yang tidak puas bereaksi
sebaliknya. Mereka mungkin akan membuang atau mengembalikan produk tersebut.
Mereka mungkin mencari informasi yang mengkonfirmasikan nilai produk yang tinggi
tersebut. Komunikasi pascapembelian dengan pembeli telah terbukti menghasilkan
penurunan pengembalian produk dan pembatalan pesanan.
2.1.2 Experiential Marketing
Experiential marketing merupakan sebuah pendekatan dalam pemasaran yang sebenarnya
telah dilakukan sejak jaman dulu hingga sekarang oleh para pemasar.Pendekatan ini dinilai
sangat efektif karena sejalan dengan perkembangan jaman dan teknologi, para pemasar lebih
menekankan diferensiasi produk untuk membedakan produknya dengan produk kompetitor.
Dengan adanya experiential marketing, pelanggan akan mampu membedakan produk dan jasa
yang satu dengan lainnya karena mereka dapat merasakan dan memperoleh pengalaman secara
langsung melalui lima pendekatan (sense, feel, think, act, relate), baik sebelum maupun ketika
mereka mengkonsumsi sebuah produk atau jasa.(Andreani, 2007, h.1).
Experiential marketing adalah suatu usaha yang digunakan oleh perusahaan atau pemasar
untuk mengemas produk sehingga mampu menawarkan pengalaman emosi hingga menyentuh
hati dan perasaan konsumen Schmitt (1999, h.22) .
Pengalaman konsumen dalam mengkonsumsi barang dan jasa erat kaitanya dengan
konsep experiential marketing.Experiential marketing dapat sangat berguna untuk sebuah
perusahaan yang ingin meningkatkan merek yang berada pada tahap penurunan, membedakan
produk mereka dari produk pesaing, menciptakan sebuah citra dan identitas untuk sebuah
9
perusahaan, meningkatkan inovasi dan membujuk pelanggan untuk mencoba dan membeli
produk.
Hal yang terpenting adalah menciptakan pelanggan yang loyal, pelanggan mencari
perusahaan dan merek–merek tertentu untuk dijadikan bagian dari hidup mereka.Pelanggan juga
ingin perusahaan-perusahaan dan merek-merek tersebut dapat berhubungan dengan hidup
mereka, mengerti mereka, menyesuaikan dengan kebutuhan mereka dan membuat hidup mereka
lebih terpenuhi. Dalam era informasi, teknologi, perubahan dan pilihan, setiap perusahaan perlu
lebih selaras dengan para pelanggan dan pengalaman yang diberikan produk atau jasa mereka
Rini (2009, h.16)Tahap awal dari sebuah experiential marketing yaituterfokus pada tiga kunci
pokok :
1. Pengalaman Pelanggan
Pengalaman pelanggan melibatkan panca indera, hati, pikiran yang dapat menempatkan
pembelian produk atau jasa di antara konteks yang lebih besar dalam kehidupan.
2. Pola Konsumsi
Analisis pola konsumsi dapat menimbulkan hubungan untuk menciptakan sinergi yang
lebih besar.Produk dan jasa tidak lagi dievaluasi secara terpisah, tetapi dapat dievaluasi
sebagai bagian dari keseluruhan pola penggunaan yang sesuai dengan kehidupan
konsumen.Hal yang terpenting, pengalaman setelah pembelian diukur melalui kepuasan
dan loyalitas.
3. Keputusan rasional dan emosional
Pengalaman dalam hidup sering digunakan untuk memenuhi fantasi, perasaan dan
kesenangan.Banyak keputusan dibuat dengan menuruti kata hati dan tidak
rasional.Experiential marketing pelanggan merasa senang dengan keputusan pembelian
yang telah dibuat.
Schmitt (dikutip dari Andreani, 2009, h.16) memberikan suatu framework alternative
yang terdiri dari dua elemen, yaitu strategic experience modulesyang terdiri dari beberapa tipe
experiencedanexperience producers yaitu agen-agen yang dapat menghantarkan experience ini.
strategic experience modulesterdiri dari lima tipe yaitu :
1. Panca Indera (Sense)
Di dalam jurnalnya Andreani (2007, h.2) menyatakan sense berkaitan dengan gaya
(styles) dan simbol-simbolverbal dan visual yang mampu menciptakankeutuhan sebuah
10
kesan. Untuk menciptakankesan yang kuat, baik melalui iklan,packaging ataupun
website, seorang pemasarperlu memilih warna yang tepat sejalan dengancompany
profile.Pilihan warna ini harus menarikuntuk membangkitkan perhatian
pelanggannya.Sedangkan Rini (2009, h.16) berpendapat sense adalah aspek-aspek yang
berwujud dan dapat dirasakan dari suatu produk yang dapat ditangkap oleh kelima indera
manusia,meliputi pandangan, suara, bau, rasa, dan sentuhan.Sense bagi konsumen,
berfungsi untuk mendiferensiasikan suatu produk dari produk yang lain,untuk
memotivasi pembeli untuk bertindak, dan untuk membentuk value pada produk atau jasa
dalam benak pembeli. Penelitian Rinawati (2010) terbukti bahwa terdapat hubungan yang
kuat antara sense dengan keputusan pembelian konsumen yaitu sebesar 0.606, dan
besarnya pengaruh sense terhadap pembentukan keputusan pembelian konsumen yaitu
sebesar 36,72%. Scmitt (1999, h.26) mengemukakan bahwa sense menawarkan
pemahaman baru tentang hubungan antara produkperusahaan dengan konsumennya, dan
sense juga sangat berpengaruh bagikonsumen dalam mengambil tindakan pada saat akan
melakukan pembelian.
H1: Sense berpengaruh positif terhadap keputusan pembelian
2. Perasaan (Feel)
Rini(2009, h.16)menyatakanPerasaan berhubungan dengan perasaan yang paling dalam
dan emosi pelanggan. Iklan yang bersifat feel good biasanya digunakan untuk membuat
hubungan dengan pelanggan, menghubungkan pengalaman emosional mereka dengan
produk atau jasa, dan menantang pelanggan untuk bereaksi terhadap pesan feel campaign
sering digunakan untuk membangun emosi pelanggan secara perlahan. Ketika pelanggan
merasa senang terhadap produk yang ditawarkan perusahaan, pelanggan akan menyukai
produk dan perusahaan. Sebaliknya, ketika pelanggan merasa tidak senang terhadap
produk yang ditawarkan perusahaan, maka konsumen akan meninggalkan produk
tersebut dan beralih kepada produk lain. Jika sebuah strategi pemasaran dapat
menciptakan perasaan yang baik secara konsisten bagi pelanggan, maka perusahaan dapat
menciptakan loyalitas merek yang kuat dan bertahan lama.Schmitt (1999, h.125)
menyatakan feel experience dapat ditampilkan melalui reputasi akan pelayanan terhadap
pelanggan, dengan adanya reputasi pelayanan yang baik kepada pelanggan akan
membuat pelanggan terdorong untuk melakukan pembelian produk perusahaan.
11
H2 :Feel berpengaruh positif terhadap keputusan pembelian
3. Pikiran (Think)
Andreani (2007, h.2) berpendapat bahwa “dengan berpikir (think) dapat merangsang
kemampuan intelektual dan kreativitas seseorang”. Sedangkan menurut Rini (2009, h.17)
melalui aspek think perusahaan berusaha untuk menantang konsumen, dengan cara
memberikan problem-solving experiences, dan mendorong pelanggan untuk berinteraksi
secara kognitif atau secara kreatif dengan perusahaan atau produk. Aspek think dapat
dibangun melalui kejutan, kejutan harus bersifat positif, yang berarti pelanggan
mendapatkan lebih dari yang mereka minta, lebih menyenangkan dari yang mereka
harapkan, atau sesuatu yang sama sekali lain dari yang mereka harapkan yang pada
akhirnya dapat membuat pelanggan merasa senang membeli produk Rini (2009, h.17).
H3: Think berpengaruh positif terhadap keputusan pembelian
4. Tindakan (Act)
Andreani (2007, h.3) berpendapat bahwaact berkaitan dengan perilaku yang nyata dan
gaya hidup seseorang.Act meliputi perilaku yang nyata atau gaya hidup yang lebih luas.
Act marketing bertujuan untuk menciptakan pelanggan untuk merubah perilaku dan gaya
hidup pelanggaan. Act memperlihatkan kepada pelanggan suatu alternatif lain untuk
berbuat sesuatu seperti melakukan pembelian Yulianto (2010 h.125).
H4: Act berpengaruh positif terhadap keputusan pembelian
5. Hubungan (Relate)
Andreani (2007, h.3) berpendapat bahwa relateberkaitan dengan budaya seseorang dan
kelompok referensinya yang dapat menciptakan identitas sosial. Seorang pemasar harus
mampu menciptakan identitas sosial (generasi, kebangsaan, etnis) bagi pelanggannya
dengan produk atau jasa yang ditawarkan.Pemasar dapat menggunakan simbol budaya
dalam kampanye iklan dan desain web yang mampu mengidentifikasikan kelompok
pelanggan tertentu.Relate menghubungkan pelanggan secara individu dengan
masyarakat, atau budaya. Relate menjadi daya tarik keinginan yang paling dalam bagi
pelanggan untuk pembentukan self-improvement, status socio-economic, danimage.
Relate campaign menunjukkan sekelompok orang yang merupakan target pelanggan
dimana seorang pelanggan dapat berinteraksi, berhubungan, dan berbagi kesenangan
yang samaRini (2009, h.17).
12
H5: Relate berpengaruh positif terhadap keputusan pembelian
Kelima tipe dari experience ini disampaikan kepada konsumen melalui experience
provider. Agen–agen yang bisa menghantarkan experience ini adalah Rini (2009, h.18) :
1. Komunikasi, meliputi iklan, komunikasi perusahaan baik internal maupun
eksternal, dan public relation.
2. Identitas dan tanda baik visual maupun verbal, meliputi nama, logo, warna, dan
lain-lain.
3. Tampilan produk, baik desain, kemasan, maupun penampakan.
4. Co-branding, meliputi even–even pemasaran, sponsorship, aliansi dan rekanan
kerja, lisensi, penempatan produk dalam film, dan sebagainya.
5. Lingkungan spatial, termasuk desain kantor, baik interior maupun eksterior, outlet
penjualan, ekshibisi penjualan, dan lain-lain.
6. Web sites
7. Orang, meliputi penjual, representasi perusahaan, customer service dan operator
call centre.
13
III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Variabel Penelitian
Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh data yang berkaitan dengan objek penelitian.
Di dalam penelitian ini terdapat dua variabel yang akan diteliti. Adapun variabel yang akan
diteliti di dalam penelitian ini adalah
1. Variabel Terikat (Dependent Variable)
Variabel dependenyang digunakan dalam penelitian ini yaitu keputusan pembelian
produk percetakan di Derajat Celcius (Y).
2. Variabel Bebas (Independent Variable)
Sedangkan Variabel independen dalam penelitian ini diantaranya adalah :
a. Sense (X1)
b. Feel (X2)
c. Think (X3)
d. Act (X4)
e. Relate (X5)
3.2 Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh konsumen yang melakukan pembelian di
Derajat Celcius.Penentuan sampel dalam penelitian ini menggunakan Non Probability
Samplingdengan menggunakansampling insidental, penentuan sampel yang diambil berdasarkan
kebetulan, yaitu siapa yang kebetulan bertemu dapat dijadikan sampel jika orangtersebut sesuai
atau cocok sebagai sumber data Sugiyono (2009, h.122).
Pada metode ini, setiap anggota populasi tidak memiliki peluang yang sama untuk
terpilih menjadi sampel. Penggunaan metode ini didasarkan pada pertimbangan waktu yang
relatif lebih cepat dan biaya yang lebih murah dibandingkan dengan sampel probabilistik.
Penetapan jumlah sampel dilakukan dengan menggunakan rumus dari Slovinyaitu
sebagai beriku Yulianto (2010, h.66) :
14
Keterangan :
n = Ukuran sampel
N = Ukuran populasi (1740 konsumen Derajat Celcius)
e = Tingkat kesalahan maksimum yang diduga oleh peneliti sebesar 10%
Dengan menggunakan rumus tersebut ukuran sampel secara keseluruhan dapat dihitung
sebagai berikut:
100
Jadi diketahui dari perhitungan ukuran sampel secara keseluruhan dengan tingkat
kesalahan maksimum yang diduga sebesar 10% adalah sebanyak 94.56 responden sehingga
peneliti memutuskan mengambil sample sebanyak 100 responden.
3.3 Metode Pengumpulan Data
Dalam usaha untuk mendapatkan data yang dibutuhkan metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah :
1. Kuesioner (daftar pertanyaan)
Metode ini dilakukan dengan mengajukan daftar pertanyaan kepada
responden.Pertanyaan-pertanyaan diukur dengan menggunakan skala dengan interval 1-5,
yaitu sangat setuju, setuju, netral, tidak setuju, dan sangat tidak setuju.
2. Observasi
Pengamatan dilakukan secara langsung pada obyek penelitian yang berhubungan dengan
experiential marketing di Derajat Celcius.
3. Wawancara
Wawancara dilakukanmelalui tanyajawab secara lisan dengan pihak-pihak dari Derajat
Celcius untuk memperoleh informasi yang berhubungan dengan penelitian.
15
4. Studi pustaka
Informasi yang berhubungan dengan penelitian diperoleh dengan cara mempelajari buku-
buku, makalah dan skripsi.
3.4 Metode Analisis Data
Untuk mencapai tujuan penelitian digunakan analisis regresi berganda.Analisis regresi ini
dapat digunakan untuk memperoleh gambaran yang menyeluruh mengenai hubungan antar
variabel secara menyeluruh baik secara simultan atau secara parsial.Sedangkan untuk mengukur
sah atau valid tidaknya suatu kuesioner digunakan uji validitas dan reliabilitas yang merupakan
alat untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan indikator dari suatu variabel.Dalam
penggunaan regresi berganda harus menghindari adanya kemungkinan penyimpangan asumsi–
asumsi klasik yaitu dengan menggunakan Uji Normalitas, Uji Multikolinieritas, dan Uji
Heterokedastisitas.Selanjutnya dilakukan uji Goodness Of Fit yang ditunjukkan oleh nilai
koefisien determinasinya, uji statistic F kemudian uji hipotesis dengan menggunakan uji t.
16
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Uji Validitas
Pengujian ini untuk mengukur tingkat sah atau valid tidaknya suatu alat ukur yang berupa
indikator variabel pada kuesioner. Hasil perhitungan dapat dilihat dalam Tabel 4.1 di bawah ini:
Tabel 4.1
Hasil Uji Validitas No Indikator Korelasi Sig Keterangan
1.
Sense
- Indikator 1
- Indikator 2
- Indikator 3
- Indikator 4
- Indikator 5
0,658
0,505
0,612
0,757
0,714
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
2. Feel
- Indikator 1
- Indikator 2
- Indikator 3
- Indikator 4
- Indikator 5
0,651
0,836
0,784
0,762
0,747
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
3. Think
- Indikator 1
- Indikator 2
- Indikator 3
- Indikator 4
- Indikator 5
0,657
0,584
0,621
0,656
0,606
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
4. Act
- Indikator 1
- Indikator 2
- Indikator 3
- Indikator 4
- Indikator 5
0,664
0,619
0,717
0,606
0,540
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
5. Relate
- Indikator 1
- Indikator 2
- Indikator 3
- Indikator 4
- Indikator 5
0,630
0,749
0,726
0,569
0,608
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
6. Keputusan pembelian
- Indikator 1
- Indikator 2
- Indikator 3
- Indikator 4
- Indikator 5
0,639
0,687
0,753
0,705
0,672
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
17
Sumber : hasil uji validitas , 2011.
Tabel 4.1 menunjukkan semua indikator yang digunakan dalam variabel penelitian ini
valid, karena ada korelasi antara masing-masing indikator terhadap total skor konstruk
menunjukan hasil yang signifikan.
4.2 Uji Reliabilitas
Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau memiliki keandalan jika jawaban responden
terhadap pertanyaan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Adapun hasil uji
reliabilitas dalam penelitian ini dapat dilihat dalam Tabel 4.2berikut ini:
Tabel 4.2
Hasil Uji Reliabilitas Variabel Alpha Keterangan
Sense 0,660 Reliabel
Feel 0,814 Reliabel
Think 0,610 Reliabel
Act 0,626 Reliabel
Relate 0,672 Reliabel
Keputusan pembelian 0,744 Reliabel
Sumber : hasil uji reliabilitas, 2011.
Dari Tabel 4.2 dapat disimpulkan bahwa variabel-variabel yang digunakan dalam
penelitian ini dikatakan reliabel karena nilai Apha yang lebih besar dari 0,6 atau > 60%. Hal ini
berarti kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini merupakan kuesioner yang reliabel atau
handal.
4.3 Uji Asumsi Klasik
Pengujian ini dilakukan untuk menganalis asumsi-asumsi dasar yang harus dipenuhi
dalam penggunaan regresi. Penelitian ini menggunakan tiga pengujian asumsi klasik yaitu uji
multikolinearitas, uji heteroskedastisitas, dan uji normalitas yang akan dijelaskan sebagai
berikut:
4.3.1 Uji Multikolinearitas
Pengujian ini dilakukan untuk menguji apakah model regresi yang digunakan dalam
penelitian ini ditemukan adanya korelasi antar variabel independen.Apabila terdapat korelasi,
18
maka diidentifikasi ada masalah multikolinearitas sebab model regresi yang baik seharusnya
tidak terjadi korelasi di antara variabel independen.
Tabel 4.3
Hasil Uji Multikolinieritas
Variabel independen Tolerance VIF
Sense 0,649 1,540
Feel 0,693 1,443
Think 0,480 2,084
Act 0,415 2,407
Relate 0,594 1,682
Sumber : hasil uji multikolinieritas, 2011.
Pada Tabel 4.3 menunjukan hasil bahwa tidak ada variabel independen yang memiliki
nilai tolerance kurang dari 0,10 dan tidak ada satupun variabel yang memiliki nilai Variance
Inflation Factor (VIF) yang menunjukkan angka lebih dari 10. Jadi dapat disimpulkan bahwa
tidak ada multikolinieritas antar variabel dalam model regresi.
4.3.2 Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas ini dilakukan untuk mengetahui variasi residual antar pengamatan,
karena pengujian regresi berganda menghendaki agar variasiresidual antar pengamatan adalah
homogen.
Gambar 4.1
Hasil Uji Heteroskedastisitas
Berdasarkan gambar 4.1 dapat terlihat bahwa titik-titik menyebar secara acak, baik di atas
maupun di bawah nol pada sumbu Y dan tidak membentuk suatu pola khusus tertentu. Dengan
19
demikian dapat disimpulkan bahwa data penelitian homoskedastisitas atau tidak terjadi
heteroskedastisitas pada model regresi, oleh karena itu model regresi dalam penelitian ini dapat
dipakai untuk memprediksi variabel keputusan pembelian berdasarkan variabel-variabel
independen yang meliputi sense, feel, think, act, dan relate.
4.3.3 Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, residu dari
persamaan regresinya mempunyai distribusi normal atau tidak.Hal tersebut dapat dibuktikan
dengan bentuk distribusi datanya, yaitu pada grafik normal probability plot.
Gambar 4.2
Uji Normalitas dengan Grafik Normal Plot
Dengan melihat tampilan pada grafik normal plot terlihat titik-titik menyebar disekitar
garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal. Oleh karena itu, model regresi dapat dikatakan
memenuhi asumsi normalitas.
4.4 Uji Goodness of Fit
4.4.1 Koefisien Determinasi ( R2 )
Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen yaitu sense, feel,
think, act dan relate dalam menjelaskan variabel dependen yaitu keputusan pembelian sangat
terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan hampir
20
semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen.Nilai koefisien
determinasi pada penelitian ini adalah :
Tabel4.4
Hasil Koefisien Determinasi
Model Summary
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of
the Estimate
1 0.748a 0.559 0.535 1.525
a. Predictors: (Constant), relate, feel, sense, think, act
Pada Tabel 4.4 terlihat tampilan output SPSS model summary yang menunjukkan bahwa
koefisien determinasi memiliki adjusted R square sebesar 0,535. Hal ini berarti 53,5% variabel
dependen keputusan pembelian (Y) dapat dijelaskan oleh variabel-variabel independen yaitu
sense, feel, think, act, relate. Sedangkan sisanya (100% - 53,5% =46,5%) dijelaskan oleh
variabel-variabel lain di luar model yang tidak dijelaskan dalam penelitian ini seperti bauran
promosi, ekuitas merek, atau pelayanan pelanggan.
4.4.2 Uji Statistik F
Uji F digunakan untuk mengetahui tingkat siginifikansi pengaruh variabel-variabel
independen yaitu sense, feel, think, act, dan relate secara bersama-sama terhadap variabel
dependen yaitu keputusan pembelian Ghozali (2006, h.88). Kriteria yang digunakan adalah :
Jika probabilitas > 0,1 dan jika F hitung < F tabel maka Hoditerima.
Jika probabilitas < 0,1 dan jika F hitung > F tabel maka Ho ditolak.
Tabel4.5
Hasil Uji F
ANOVAb
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
1 Regression 277.056 5 55.411 23.816 0.000a
Residual 218.704 94 2.327
Total 495.760 99
a. Predictors: (Constant), relate, feel, sense, think, act
b. Dependent Variable: keputusan pembelian
21
Dari hasil perhitungan statistik yang menggunakanSPSS 17 yang tertera pada Tabel 4.5,
diperoleh nilai Fhitung sebesar 23,816dengan tingkat signifikansi 0,000. Karena Fhitung
(23,861) > F tabel (2,31) dan tingkat signifikansi 0,000 < 0,1 maka model regresi dapat
digunakan untuk memprediksi keputusan pembelian (Y) atau dikatakan bahwa sense, feel,think,
act dan relate secara bersama-sama berpengaruh terhadap keputusan pembelian.
4.4.3 Uji T
Uji t yaitu suatu uji untuk mengetahui seberapa jauh pengaruh variabel bebas (sense, feel,
think, act, dan relate) secara individual menerangkan variabel terikat (keputusan pembelian).
Tabel 4.6
Hasil Uji t
Variabel Bebas t hitung Signifikansi
Sense 0,840 0,403
Feel 1,629 0,107
Think 2,065 0,042
Act 1,849 0,068
Relate 3,721 0,000
Sumber: hasil uji regresi berganda & uji t, 2011.
Hasil analisis uji t adalah sebagai berikut :
1. Pengujian Hipotesis Pertama
Nilai thitung pada variabel sense (X1) adalah sebesar0,840 dengan tingkat
signifikansi 0,403. Karena 0,403 > 0,1 maka hal ini mengindikasikan bahwa
hipotesis 1 (H1) ditolak.Kesimpulan: variabel sense berpengaruh positif
tetapitidak signifikan terhadap keputusan pembelian.
2. Pengujian Hipotesis Kedua
Tingkat signifikansi pada variabel feel (X2) adalah sebesar 0,107 .
Karena0,107 > 0,1, maka hal ini mengindikasikan bahwa hipotesis 2 (H2)
ditolak.Kesimpulan: variabel feel berpengaruh positif tetapi tidak signifikan
terhadap keputusan pembelian.
3. Pengujian Hipotesis Ketiga
Dari hasil uji dengan menggunakan SPSS didapat nilai thitung pada variabel
think (X3) sebesar 2,065 dengan tingkat signifikansi 0,042. Karena 0,042 <
0,1, maka hal ini mengindikasikan bahwa hipotesis 3 (H3)
22
diterima.Kesimpulan: variabel think berpengaruh positif dan signifikan
terhadap keputusan pembelian.
4. Pengujian Hipotesis Keempat
Hipotesis 4 (H4) diterima karena diperolehtingkat signifikansi pada variabel
act (X4) adalah sebesar 0,068 (0,068 < 0,1) dan nilai t hitung pada variabel act
(X4) adalah sebesar 1,849.Kesimpulan: variabel act berpengaruh positif dan
signifikan terhadap keputusan pembelian.
5. Pengujian Hipotesis Kelima
Variabel relate (X5) memiliki nilai t hitung sebesar 3,721 dengan tingkat
signifikansi 0,000 Karena0,000<0,1, maka hal ini mengindikasikan bahwa
hipotesis 5 (H5) diterima.Kesimpulan: variabel relate berpengaruh positif dan
signifikan terhadap keputusan pembelian.
23
V. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI MANAJER
5.1 Kesimpulan
Derajat Celcius sebagai bisnis percetakan perlu menciptakan persepsi positif dibenak
konsumen karena merupakan faktor penting dalam kesuksesan penjualan suatu produk yaitu
dengan menyampaikan atau mengkomunikasikan suatu produk dengan menyentuh sisi emosional
konsumen. Salah satu konsep marketing yang dapat digunakan untuk mempengaruhi emosi
konsumen agar dapat meningkatkan keputusan pembelian adalah melalui experiential marketing
yang terdiri dari lima aspek yaitu sense, feel, think, act dan relate. Penerapan experiential
marketing di Derajat Celcius mampu memberikan informasi dan pengalaman kepada konsumen
untuk melakukan keputusan pembelian. Untuk itu penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
pengaruh experiential marketing (sense, feel, think, act dan relate) terhadap keputusan
pembelian.
Berdasarkan hasil analisis data kuesioner terhadap 100 responden yang menjadi sampel
penelitian mengenai aspek-aspek experiential marketing terhadap keputusan pembelian di
Derajat Celcius, memberikan beberapa hasil sebagai berikut :
1. Untuk indikator desain sekitar 30% responden menyatakan bahwa desain interior
Derajat Celcius sudah bagus dengan tema minimalis, namun sekitar 45,4% responden
menyatakan bahwa desain eksterior Derajat Celcius tidak terlalu menonjol dan 18,1%
berpendapat bahwa desain eksterior Derajat Celcius terlihat sederhana. Sedangkan
untuk indikator warna yang digunakan Derajat Celcius dapat menarik perhatian
konsumen sangat besar yaitu 51,35% , untuk indikator kebersihan sebanyak 42,4%
responden mengatakan didalam ruangan Derajat Celcius cukup bersih, tetapi untuk
indikator kenyaman ruangan 62,22% yang terdiri dari 31,11% responden menyatakan
ruangan Derajat Celcius kurang dingin dan 31,11% menyatakan ruangan Derajat
Celcius terlalu kecil sehingga tidak cukup untuk menampung konsumen dalam
jumlah yang banyak.
2. Dari hasil penelitian 35% responden berpandapat pelayanan yang diberikan Derajat
Celcius sudah terlihat tanggap dan sebanyak 57,6% responden menyatakan disambut
senyuman ketika datang oleh karyawan Derajat Celcius namun sebanyak 30,76%
responden mengatakan hal ini tidak dilakukan oleh semua karyawan
24
3. Di dalam penelitian dinyatakan bahwa melalui iklan dan promosi penjualan menarik
yang ditawarkan Derajat Celcius ternyata mememilki kemampuan yang besar untuk
mempengaruhi keputusan pembelian konsumen terhadap produk percetakan di
Derajat Celcius karena sebanyak 44% menyatakan bahwa promosi penjualan yang
diberikan Derajat Celcius mampu membuat konsumen terpancing untuk datang dan
sebesar 33,3% beranggapan penggunaan bahasa yang terdapat di iklan Derajat
Celcius menarik. Sebesar 36% responden menyatakan diberi kesempatan untuk
mengeluarkan ide konsumen dan sebesar 33,3% merasa keinginan konsumen dapat
didiskusikan. 28,57% responden berpendapat hasil produk yang dihasilkan Derajat
Celcius sesuai dengan pesanan.
4. Dari jawaban responden sekitar 53,33% beranggapan produk yang disediakan Derajat
Celcius beragam dan tersedia kelengkapan produk sesuai kebutuhan menurut34,78%
responden. Sekitar 30,76% responden setuju bahwa desain untuk produk yang
disedikan Derajat Celcius up to date. 36% reponden bependapat harga yang diberikan
kepada konsumen sudah sesuai dengan kualitas produk, dan sebagian konsumen
(40,9%) mengaku membeli produk di Derajat Celcius karena keinginan sendiri
melalui iklan yang dilakukan Derajat Celcius.
5. Sebanyak 55% responden menyatakan tidak menjalin hubungan dengan konsumen
Derajat Celcius yang lain, namun sebanyak 50% responden berpendapat Derajat
Celcius menjalin hubungan baik dengan konsumen secara langsung melalui
pelayanan pegawai Derajat Celcius yang ramah, sebanyak 33,33% responden
menyatakan bahwa Derajat Celcius patut direkomendasikan ke orang lain. Serta
sebanyak 19,04% responden mengakui mengetahui Derajat Celcius melalui
facebookdan melaluijejaring sosial inidapat memudahkan konsumen mendapatkan
informasi.
Setelah dilakukan pengujian keseluruhan hipotesis, maka diperoleh hasil untuk
mendukung hipotesis-hipotesis yang diajukan sebelumnya, yaitu sebagai berikut :
1. Dari hasil analisis regresi berganda menunjukkan besarnya pengaruh variabel sense
(X1) terhadap keputusan pembelian (Y) adalah sebesar 0,071 dan nilai t hitung
sebesar 0,840 dengan tingkat signifikansi 0,403. Maka dapat ditarik kesimpulan
bahwa hipotesis 1 (H1) ditolak dan mengindikasikan bahwa variabel
25
senseberpengaruh positiftetapi tidak signifikan terhadap keputusan pembelian di
Derajat Celcius.
2. Berdasarkan penelitian diketahui bahwa variabel feel memiliki pengaruh yang tidak
signifikan terhadap keputusan pembelian produk di Derajat Celcius. Dari hasil
pengolahan data dengan SPSS, hasil analisis regresi berganda menunjukkan besarnya
pengaruh variabel feel (X2) sebesar 0,134 terhadap keputusan pembelian (Y) dan nilai
t hitung sebesar 1,629 dengan tingkat signifikansi 0,107 maka hipotesis 2 (H2) ditolak
dan mengindikasikan bahwa variabel feel berpengaruh positif tetapi tidak signifikan
terhadap keputusan pembelian produk di Derajat Celcius.
3. Dapat diketahui bahwa variabel think memiliki pengaruh yang positif dan signifikan
terhadap keputusan produk di Derajat Celcius. Hal ini ditunjukkan pada hasil
pengolahan data dengan SPSS, hasil analisis regresi berganda menunjukkan besarnya
pengaruh variabel think (X3) sebesar 0,204 terhadap keputusan pembelian (Y) dan
nilai t hitungsebesar 2,065 dengan tingkat signifikansi 0,042 maka hipotesis 3 (H3)
diterima dan mengindikasikan bahwa think berpengaruh positif dan signifikan
terhadap keputusan pembelian di Derajat Celcius.
4. Variabel act (X4) memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap keputusan
pembelian di Derajat Celcius. Hal ini ditunjukkan dari hasil penelitian bahwa
besarnya t hitung pada variabel act(X4) adalah 1,849 dengan tingkat signifikansi
sebesar 0,068. Sementara hasil analisis regresi berganda menunjukkan bahwa variabel
act (X4) memiliki pengaruh positif terhadap keputusan pembelian sebesar 0,197, Oleh
karena itu hipotesis 4 (H4) diterima.
5. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa variabel relate berpengaruh positif sebesar
0,331 dan signifikan terhadap keputusan pembelian dengan t hitung sebesar 3,721 dan
tingkat signifikan sebesar 0,000 jadi dapat disimpulkan hipotesis 5 (H5) diterima.
5.2 Implikasi kebijakan
1. Sense pada Derajat Celciustelah mampu mempengaruhi keputusan pembelian
konsumen, namun agar pengaruhnya terhadap pembentukan keputusan pembelian
konsumen lebih besar lagi, hendaknya Derajat Celcius memperbaiki desain eksterior
kantor menjadi lebih menarik, karena dari hasil penelitian sebanyak 45,5% responden
26
berpendapat desain eksterior tidak terlalu memonjol dan 18,1% responden menyatakan
desain eksterior terlalu sederhana untuk itu sebaiknya Derajat Celcius dapat
memperbaiki desain eksteriornya karena desain eksterior yang menarik akan
memberikan kesan pertamabagi konsumen.
2. Menurut hasil penelitian indeks dari feel cukup tinggi namun variabel feel tidak
berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian, karena meskipun 35%
responden menyatakan pelayanan yang diberikan Derajat Celcius terlihat tanggap,
ramah dan cepat namun 30,76% responden berpendapat bahwa hal ini tidak dilakukan
oleh semua karyawan, oleh karena itu sebaiknya Derajat Celcius melakukan pembinaan
pada setiap karyawan dan mengigatkan karyawan yang tidak melayani konsumen
dengan baik agar dapat bekerja lebih baik.
3. Aspek think yang diterapkan Derajat Celcius melalui memberikan kesempatan
konsumen untuk mengeluarkan ide perlu dipertahankan karena memiliki indeks yang
tinggi sebesar 82, namunhanya sekitar 16% yang berpendapat promosi penjualan yang
dilakukan Derajat Celcius beragam untuk itu perlu ditingkatkan variasi promosi
penjualan, karena berdasarkan hasil penelitian 44% responden datang ke Derajat
Celcius disebabkan terpancing promosi penjualan yang dilakukan Derajat
Celciussedangkanuntuk iklan frekuensi pelaksanaan perlu ditingkatkan karena terdapat
23,8% responden yang berpendapat Derajat Celcius jarang beriklan padahal indiktor
iklan memiliki indeks yang tinggi yaitu sebesar 77,6.
4. Sebanyak 53,33% responden didalam variabel act menyatakan bahwa produk yang
dihasilkan Derajat Celcius sudah beragam dan36% responden menyatakan harga
produk yang diberikan Derajat Celcius sudah sesuai dengan kualitas produk yang
diberikan Derajat Celcius, oleh karena itu sebaiknya Derajat Celcius tetap
mempertahankan menyediakan produk dengan berbagai tingkat harga dan menambah
keanekaragaman produk karena hal ini memperoleh indeks yang tinggi dari responden
yaitu sebesar 82,4.
5. Menurut 50% responden menyatakan Derajat Celcius sudah menjalin hubungan baik
dengan konsumen secara langsung melalui pelayanan pegawai yang ramah, hal ini
perlu dipertahankan karena dengan memberikan pelayanan yang baik kepada
konsumen akan membuat konsumen senang membeli produk di Derajat Celcius, namun
27
hanya 19,4% responden yang menyatakan menjalin hubungan dengan Derajat Celcius
melalui media jejaring sosial seperti facebook,untuk itu sebaiknya pihak Derajat
Celcius dapat meningkatkan keeksistensianya melalui dunia maya karenaselain
merupakan bentuk promosi yang cukup murah juga dapat memudahkan konsumen
untuk mendapatkan informasi mengenai Derajat Celcius.
5.3 Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan beberapa keterbatasan, antara lain :
a. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu sense, feel, think, act dan relate yang
hanya mampu menjelaskan 53,5 % faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan
pembelian di Derajat Celcius. Berarti masih sangat mungkin terdapat variabel lain yang
juga mempengaruhi keputusan pembelian di Derajat Celcius.
b. Data penjualan yang diperoleh hanya pada tahun 2010.
5.4 Saran Penelitian Yang Akan Datang
Saran-saran yang dapat diajukan untuk penelitian yang akan datang antara lain meliputi:
1. Karena nilai koefisien deteterminasi (R2) pada penelitan ini yang masih relatif kecil,
sehingga kemungkinan masih banyak faktor-faktor lain yang berpengaruh. Untuk itu
pada penelitian yang akan datang disarankan menambah variabel atau indikator
kedalam penelitian.
2. Penelitian mendatang hendaknya memperluas objek penelitian tidak hanya di outlet
Derajat Celcius Hasanudin tetapi juga di outlet Derajat Celcius lainnya.
28
DAFTAR PUSTAKA
Andreani, Fransisca. 2007. “Experiential Marketing (Sebuah Pendekatan Pemasaran).” Jurnal
Manajemen Pemasaran, Vol. 2, No. 1, h. 1-8.
Boyd. 2000. Manajemen Pemasaran. Jakarta: Erlangga.
Darmawan. 2006. http://wahyudidarmawan.blogspot.com, diakses 19 Maret 2011.
Ferdinand, Agusty. 2006.Metode Penelitian Manajemen (Pedoman Penelitian untuk Penulisan
Skripsi, Tesis, Disertasi Ilmu Manajemen). Semarang: Badan Penerbit Universitas
Diponegoro.
Ghozali, Imam. 2006. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Edisi keempat.
Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
-------------------. 2009. Ekonometrika. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Handi Chandra. 2008. Marketing Untuk Orang Awam. Palembang: Maxikom.
Kartajaya, Hermawan. 2004. Marketing in Venus. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Kotler, Philip. 2005. Manajemen Pemasaran. Jakarta:PT Prenhallindo.
Rinawati. 2010. “Sense Sebagai Experiential MarketingDalam Pengaruhnya Terhadap
Keputusan Pembelian Konsumen Pada Restoran Sambara Cabang Trunojoyo Bandung”.
Skripsi, Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia.
Rini, Endang. 2009. “Menciptakan Pengalaman Konsumen dengan Experiential Marketing.”
Jurnal Manajemen Bisnis, Vol. 2, No. 1, h. 15-20.
29
Schmitt, H. Brend. 1999. Experiential Marketing : How To Get Customers To Sense, Feel, Think,
Act, And Relate To Your Company And Brands. New York: The Free Press.
Stanton, William. 1993. Prinsip Pemasaran. Jakarta: Erlangga.
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Bisnis. Bandung:ALFABETA.
Subiyanto, Ibnu. 2000. Metodologi Penelitian. Yogyakarta: UPP AMPYKPN.
Swasta, Basu. 2005. Azaz-azas marketing. Yogyakarta: Liberty.
Tjiptono, Fandy. 1997. Strategi Pemasaran. Yogyakarta: Andi.
Utami, Mira. 2009. “Anteseden Experiential Marketing Dan Konsekuensinya Pada Customer’s
Brand Loyalty Motor Yamaha Dikota Semarang”. Thesis, Jurusan Magister Manajemen
Pasca SarjanaUniversitas Diponegoro.
Yulianto, Ade. 2010. “Dampak Experiential Marketing Terhadap Loyalitas Pelanggan Resort
Kampoeng Legok Lembang”. Skripsi, Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas
Komputer Indonesia.
top related