analisis biaya kualitas dalam rangka untuk …
Post on 18-Dec-2021
3 Views
Preview:
TRANSCRIPT
182
ANALISIS BIAYA KUALITAS DALAM RANGKA UNTUK
MENINGKATKAN MUTU PRODUK PADA PT. SEGAR
MURNI UTAMA
Mochammad Efendi Pratama
Universitas Negeri Surabaya
Mochammad.efendi.pratama@gmail.com
ABSTRACT This study aim to analyze the cost of quality at PT. Segar Murni Utama in order
to improve product quality. The background of this research is the product that damaged
or defective during the production process. This raises the cost of failure and increasing
the total cost of quality. Interest cost of quality analysis to determine the cost of quality
and useful to know the effect of the cost of quality on product quality PT. Segar Murni
Utama. This study used a qualitative approach using case study method with the
resources derived from observation, interviews and documentation on PT. Segar Murni
Utama. Subsequently, the collected data is processed and analyzed used the methods of
quality costs. The results of this study indicate that during the years 2014-2015, the
average total cost of quality per sales amounted to 2.88%. Meaning they can control the
cost of quality as being between 2.5% - 3% of the value of actual sales. Decreasing the
cost of prevention and assessment, resulting in the cost of internal and external failure
occurs an increase. So that the quality of the product decreases. PT. Segar Murni Utama
must required to improve the prevention and assessment to improve the quality of
products.
Keywords: Quality Cost Case studies, Cost Analysis Quality, Product Quality.
PENDAHULUAN
Mutu produk yang ditawarkan perusahaan sangat menentukan persaingan
usaha selain faktor promosi, inovasi, dan faktor penting lainnya. Selain itu
pengendalian terhadap mutu juga perlu ditingkatkan agar peningkatan mutu dapat
tercapai. Pengendalian mutu dimulai sejak awal produksi yakni dimulai dari
bahan baku, barang dalam proses, sampai produk jadi sehingga dapat diketahui
dengan baik apabila terdapat produk yang tidak sesuai dengan spesifikasi. Sebab
jika perusahaan dapat memproduksi produk dengan mutu yang baik maka
konsumen akan tertarik dengan produk tersebut sehingga keuntungan perusahaan
juga meningkat.
Tujuan dari peningkatan mutu biasanya mencakup tujuan untuk
mengurangi biaya kegagalan. Hansen dan Mowen (2009: 272) menjelaskan biaya
kualitas adalah biaya-biaya yang timbul karena mungkin atau telah terdapat
produk yang kualitasnya buruk. Biaya kualitas diperlukan untuk menjaga
kestabilan hasil produksi yang dilakukan mulai dari sebelum proses produksi,
selama proses produksi dan bahkan setelah proses produksi. Meskipun relatif
183
tinggi, namun biaya ini tidak dapat diketahui dengan pasti. Pada saat perusahaan
menerapkan biaya kualitas, maka timbul kebutuhan untuk memantau sejauh mana
biaya kualitas yang telah dikeluarkan dan hasil yang telah diperoleh dalam
peningkatan mutu, hal ini dapat dilakukan dengan cara membuat analisis biaya
kualitas.
Hasil analisis biaya kualitas ini diharapkan dapat menunjukkan seberapa
besarnya biaya yang digunakan untuk meningkatkan mutu produk,
mempertahankan mutu dan bahkan untuk memperbaiki mutu produk.
Berdasarkan metode Prevention Appraisal Failure (PAF), biaya kualitas
dikelompokkan menjadi biaya pencegahan, biaya penilaian dan biaya kegagalan
menurut Besterfield (1994: 132).
PT. Segar Murni Utama yang merupakan salah satu produsen Air Minum
Dalam Kemasan (AMDK) di kota Mojokerto merupakan perusahaan memiliki
kinerja yang baik dan prospek yang cerah untuk masa depan dan pemasaran yang
cukup luas serta diperkirakan terus cemerlang setiap tahunnya seiring dengan
peningkatan konsumsi air kemasan dalam negeri. Kinerja yang baik itu membuka
peluang perluasan investasi asing dan lokal pada sektor tersebut
Untuk menghasilkan produk yang bemutu tinggi, tenaga kerja juga
dituntut agar mampu bekerja secara efisien. Dari segi manajemen dalam lini
produksi felling ini terdiri dari dua jenis tenaga kerja, yaitu bagian pengemasan
produk cup dan botol. Jumlah tenaga kerja untuk lini ini berjumlah 30 karyawan.
Dalam hal pengendalian kualitas, lini produksi felling ini hanya mengandalkan
beberapa orang tenaga kerja bagian sortir mutu produk yang berfungsi menyortir
produk yang cacat pada saat barang setengah jadi dan barang jadi. Hal ini
berdampak pada adanya produk yang tidak lolos inspeksi.
Kualitas distribusi juga diharapkan mampu menyerahkan produk sesuai
waktu yang diinginkan pelanggan dan promosi yang berkualitas. Sehingga dengan
adanya distribusi yang baik, maka perusahaan akan mampu memikat pembeli.
Akhirnya akan meningkatkan jumlah pelanggan.
KAJIAN PUSTAKA
Akuntansi Biaya
Mulyadi (2009: 7) menjelaskan bahwa pengertian akuntansi biaya adalah;
Akuntansi Biaya adalah proses pencatatan, penggolongan, peringkasan dan
penyajian biaya pembuatan dan penjualan produk atau jasa, dengan cara-cara
184
tertentu, serta penafsiran terhadapnya. Objek kegiatan akuntansi biaya adalah
biaya.
Kualitas
Standar ISO 8402 (Quality Vocabulary) mendefinisikan “kualitas sebagai
totalitas dan karakteristik suatu produk yang menunjang kemampuannya untuk
memuaskan kebutuhan yang dispesifikasikan atau ditetapkan.”
Biaya Kualitas
Hansen dan Mowen (2009: 272) mendefinisikan biaya kualitas adalah
biaya- biaya yang timbul karena mungkin atau telah terdapat produk yang
kualitasnya buruk. Sedangkan menurut Amin Widjaja Tunggal (2009: 786)
Mendefinisikan bahwa biaya kualitas merupakan biaya yang muncul karena
produk dapat atau pada kenyataanya gagal memenuhi spesifikasi desain.
Kategori Biaya Kualitas
Untuk memahami dan meminimkan biaya kualitas, terlebih dahulu harus
diketahui jenis biaya kualitas itu sendiri. Menurut Gaspersz, V. (2001: 169), Pada
dasarnya biaya kualitas dapat dikategorikan ke dalam empat jenis, yaitu :
1. Biaya Pencegahan (Prevention Cost)
2. Biaya Penilaian (Appraisal Cost)
3. Biaya Kegagalan Internal (Internal Failure Cost)
4. Biaya Kegagalan Eksternal (Eksternal Failure Cost)
Tujuan dan Manfaat Informasi Biaya Kualitas
Menurut Garrison, Noreen dan Brewer (2006: 90) laporan biaya kualitas
memiliki beberapa kegunaan, meliputi :
1. Informasi biaya kualitas membantu para manajer melihat keuntungan
financial dari cacatnya produk yang dihasilkan.
2. Informasi biaya kualitas mambantu para manajer mengidentifikasi
pentingnya masalah-masalah kualitas yang dihadapi perusahaan.
3. Informasi biaya kualitas membantu para manajer melihat apakah biaya-
biaya kualitas diperusahaan mereka didistribusikan secara baik atau tidak.
Pelaporan dan Pengendalian Biaya Kualitas
Menurut Besterfield (1994), Biaya kualitas digunakan oleh manajemen
dalam rangka mengejar pengembangan mutu, kepuasan pelanggan, pangsa pasar,
dan perolehan laba. Biaya kualitas merupakan pengukur ekonomis yang
menyediakan data-data yang mendasar untuk Total Quality Management.
185
Peningkatan Mutu Produk
Sadikin, Fransiscus Xaverius (2005: 24) Kontrol terhadap kualitas berguna
untuk menjamin mutu suatu produk, hal ini dilakukan sebelum dilakukan proses
produksi, selama proses produksi, dan sesudah proses produksi. Kontrol ini
dimaksudkan untuk meningkatkan mutu produk selain dari sentuhan teknologi
dan inovasi.
Analisis Biaya Kualitas
Setelah biaya kualitas diidentifikasi dan disusun sesuai dengan kategori
pengelompokannya, maka biaya kualitas dapat dianalisis untuk dijadikan sebagai
dasar dalam pengambilan keputusan yang sesuai, Gaspersz (2001).
METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
kualitatif. Menurut Moleong (2010), penelitian kualitatif adalah penelitian
yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh
subyek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, secara holistik,
dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks
khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah. Data
yang dikumpulkan bukan berupa angka-angka, melainkan kata-kata, kalimat-
kalimat, paragraf-paragraf, hasil wawancara, catatan, memo, dan dokumen resmi
lainnya.
Jenis dan Sumber Data
Studi kasus merupakan penelitian yang menggunakan multi sumber bukti.
Menurut Yin (2012: 101) bukti atau data untuk keperluan studi kasus dapat
berasal dari enam sumber bukti: dokumen, rekaman arsip, wawancara,
pengamatan langsung, observasi partisipasi dan perangkat-perangkat fisik.
Penelitian ini menggunakan dua jenis data, yaitu:
1. Data kualitatif merupakan semua data yang ditanyakan dalam besaran non
numeric yang dibutuhkan dalam penelitian, seperti: profil perusahaan, struktur
organisasi dan data keluhan pelanggan.
2. Data kuantitatif merupakan semua data yang dinyatakan dalam besaran
numeric yang dibutuhkan dalam penelitian, seperti: laporan keuangan
perusahaan.
Menurut sumbernya, data dalam penelitian ini dibagi menjadi dua, yaitu:
data primer dan data sekunder.
186
Alat pengumpulan data dalam kualitatif adalah peneliti itu sendiri dalam
mengungkap sumber data (responden) secara mendalam dan bersifat radikal
sehingga diperoleh data yang utuh tentang segala hal yang disampaikan sumber
data Moleong (2010: 163). Metode pengumpulan data dalam penelitian ini
diperoleh dengan cara Dokumentasi, yaitu merupakan teknik pengumpulan data
dengan cara mengumpulkan dan mengutip dokumen-dokumen resmi, laporan
keuangan, dan arsip-arsip yang berkaitan dengan penelitian.
Teknik Analisis
Analisis merupakan salah satu bagian yang sangat penting dalam metode
ilmiah, karena dengan menggunakan analisis maka data-data yang diperoleh dapat
diberi arti dan makna yang berguna, menurut Moh. Nasir (1998: 23). Teknik
analisis yang digunakan adalah teknik analisis Deskriptif Kualitatif, menurut
Lexy J. Moleong (2002: 23) mendefinisikan penelitian kualitatif sebagai
penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami
oleh subjek penelitian. Sedangkan penelitian deskriptif yaitu jenis penelitian yang
memberikan gambaran atau suatu keadaan sejelas mungkin tanpa ada perlakuan
terhadap objek yang diteliti.
Data Penelian
Berikut ini adalah data-data laporan keuangan yang berkaitan dengan
penelitian pada PT. Segar Murni. Data-data laporan keuangan tersebut
diantaranya:
187
Tabel 1
Laporan Rugi Laba
PT. Segar Murni Utama Tahun 2014
Nama Akun 2014
(Rp)
Pendapatan
Penjualan
Penjualan 9,725,238,440
Discount Penjualan (67,072,650)
Penjualan Lain-lain 718,121,850
Total Penjualan
10,376,287,640
Pendapatan lain-lain
Pendapatan Bunga 793,400
Pendapatan Lain-lain 95,098
Total Pendapatan Lain-lain
888,498
Total Pendapatan
10,377,176,138
Harga Pokok Penjualan
Total Harga Pokok Penjualan 8,725,923,324 (8,725,923,324)
Laba Kotor 1,755,551,104
Beban
Penjualan Lain – lain 122,887,650
Ongkos Angkut Penjualan 1,207,999,640
Administrasi dan Beban Umum 48,899,500
Telpon dan fax 16,183,900
Stationary -
Perbaikan Gedung 22,710,000
Perbaikan Mesin 3,298,000
Perbaikan Kendaraan 58,635,750
Perbaikan Inventaris Kantor 1,045,000
Perjalanan dinas 17,295,400
Perijinan 20,291,000
Entertaint -
Biaya Bank 16,852,300
Social Developmen Program 2,000,000
Biaya Training 22,114,910
Biaya Pajak Kendaraan & PBB 69,996,990
Jumlah Beban 1,656,608,130
Beban Lain-lain
Beban Administrasi Bank 25,617,834
Beban Bunga Bank -
Jumlah Beban Lain-lain 25,617,384
Total Biaya (1,633,712,514)
RUGI / LABA
121,838,590
Sumber: Peneliti (2016)
188
Tabel 2
Laporan Harga Pokok Penjualan
PT. Segar Murni UtamaTahun 2014
Uraian Beginning
(Rp)
Purchase
(Rp)
Ending
(Rp)
Used
(Rp)
Persediaan Bahan Baku Air - 905,452,500 - 905,452,500
Persediaan Kemasan 842,061,388 4,626,701,793 282,340,372 5,186,422,809
842,061,388 5,532,154,293 282,340,372 6,091,875,309
Persediaan Barang Jadi 161,378,442 - 275,482,737 (114,104,295)
Biaya Overhead Pabrik : 1,003,439,830 5,532,154,293 557,823,109 5,977,771,014
Persediaan Bahan Kimia - 17,422,000 3,840,957 13,581,043
Alat - 68,903,500 7,741,178 61,162,322
Suku Cadang Habis Pakai 1,077,275 79,178,550 3,885,136 76,370,689
1,077,275 165,504,050 15,467,271 151,114,054
Depresiasi 345,976,595
Gaji Karyawan 1,501,544,811
Biaya Listrik
126,311,300
Biaya Promo
46,816,800
Biaya Reparasi dan Pemeliharaan
Bangunan 22,710,000
Biaya Perbaikan Mesin
62,978,750
Biaya Angkut Pembelian
490,700,000
Biaya Reproses
8,591,268
Biaya Pemeriksaan Bahan Baku
33,318,827
Biaya Pemeriksaan Bahan Olahan
29,141,734
Biaya Pemeriksaan Bahan Jadi
13,553,928
Biaya Asuransi Pabrik
Biaya Pengembangan Produk
Biaya Sewa lainnya
Total FOH - - - 2,251,061,661
1,077,275 165,504,050 15,467,271 2,748,152,310
Harga Pokok Penjualan 1,004,517,105 5,697,658,343 573,290,380 8,725,923,324
Sumber: Peneliti (2016)
189
Tabel 3
Laporan Rugi Laba
PT. Segar Murni Utama Tahun 2015
Nama Akun 2015
(Rp)
Pendapatan
Penjualan
Penjualan 11,630,571,245
Discount Penjualan (114,165,400)
Penjualan Lain-lain 4,933,900
Total Penjualan 11,521,339,745
Pendapatan lain-lain
Pendapatan Bunga 152,381
Pendapatan Lain-lain 78,000,000
Total Pendapatan Lain-lain 78, 152,381
Total Pendapatan 11,599,492,126
Harga Pokok Penjualan
Total Harga Pokok Penjualan 7,911,783,522 (7,911,783,522)
Laba Kotor 3,912,370,952
Biaya Operasional
Biaya Penjualan
Ongkos Angkut Penjualan 1,337,825,995
Biaya Penjualan Lain – lain 1,230,000
Pembelian Material Promo 169,076,600
Biaya Advertising 100,000,000
Total Biaya Penjualan
1,608,132,595
Biaya Administrasi Umum
Gaji Staff 1,613,383,135
Biaya Administrasi dan Beban Umum 118,363,325
Biaya Listrik & Telp 164,095,600
Biaya Perbaikan Kendaraan 75,526,250
Biaya Perbaikan Gedung 16,339,000
Biaya Entertain 24,365,698
Biaya Perijinan 70,763,100
Biaya Pemberdayaan Masyarakat 20,000
Biaya Perjalanan dinas 44,411,219
Biaya Administrasi Bank 73,541,933
Biaya Training 34,010,712
Total Biaya Administrasi Umum
1,633,712,514
Total Biaya Operasional (3,808,941,855)
RUGI / LABA
103,429,097
Sumber: Peneliti (2016)
190
Tabel 4
Laporan Harga Pokok Penjualan
PT. Segar Murni UtamaTahun 2015
Uraian Beginning
(Rp)
Purchase
(Rp)
Ending
(Rp)
Used
(Rp)
Persediaan Bahan Baku Air - 954,464,000 - 954,464,000
Persediaan Kemasan 282,340,372 3,454,804,548 85,503,311 3,651,641,609
282,340,372 4,409,268,548 85,503,311 4,606,105,609
Persediaan Barang Jadi 275,482,737 1,634,150,964 160,861,427 1,748,772,274
Biaya Overhead Pabrik : 557,823,109 6,043,419,512 246,364,739 6,354,877,883
Persediaan Bahan Kimia 3,840,957 10,780,000 17,292,996 (2,672,039)
Alat 7,741,178 70,930,250 - 78,671,428
Suku Cadang Habis Pakai 3,885,136 127,364,250 193,852 131,055,534
15,467,271 209,074,500 17,486,848 207,054,923
Depresiasi 511,213,872
Gaji Karyawan -
Biaya Listrik
136,913,202
Biaya Promo
Biaya Reparasi dan Pemeliharaan
Bangunan -
Biaya Perbaikan Mesin
60,245,000
Biaya Angkut Pembelian
555,200,000
Biaya Reproses
15,487,292
Biaya Pemeriksaan Bahan Baku
25110293
Biaya Pemeriksaan Bahan Olahan
27,173,137
Biaya Pemeriksaan Bahan Jadi
12,086,923
Biaya Asuransi Pabrik
Biaya Pengembangan Produk
Biaya Sewa lainnya
360,700
Total FOH - - - 698,394,202
15,467,271 209,074,500 17,486,848 1,416,662,997
Harga Pokok Penjualan 573,290,380 6,252,494,012 263,851,587 7,771,540,880
Sumber: peneliti (2016)
PEMBAHASAN
Analisis Biaya Kualitas Dibandingkan Dengan Nilai Penjualan
Analisis ini digunakan untuk memantau pelaksanaan operasional biaya
kualitas dengan menggunakan nilai penjualan sebagai dasar analisis. Analisis
biaya kualitas ini menggunakan data-data periode tahun 2014 hingga tahun 2015.
Biaya-biaya yang terkait dengan biaya kualitas ini nantinya dibandingkan dengan
nilai penjualan pada periode yang terjadi sehingga dapat diketahui kinerja
perusahaan dalam melakukan pengendalian biaya kualitas.
191
Tabel 5
Laporan Biaya Kualitas Berdasarkan Penjualan Aktual
PT. Segar Murni Utama untuk Tahun 2014
Kategori Biaya Kualitas Jumlah (Rp) % dari
Biaya
% dari
Penjualan
Biaya Pencegahan
Biaya Perbaikan Mesin 62,978,750 20.11 0.61
Suku Cadang Habis Pakai 76,370,689 24.39 0.74
Biaya Training 22,114,910 7.06 0.21
Total Biaya Pencegahan 161,464,349 51.58 1.56
Biaya Penilaian
Biaya Pemeriksaan Bahan Baku 33,318,827 11.37 0.32
Biaya Pemeriksaan Bahan Olahan 29,141,734 9.31 0.28
Biaya Pemeriksaan Bahan Jadi 13,553,928 4.33 0.13
Total Biaya Penilaian 76,014,489 24.27 0.73
Biaya Kegagalan Internal
Biaya Reproses 8,591,268 2.74 0.08
Total Biaya Kegagalan Internal 8,591,268 2.74 0.08
Biaya Kegagalan Eksternal
Diskon Penjualan 67,072,650 21.42 0.65
Total Biaya Kegagalan Eksternal 67,072,650 21.42 0.65
Total Biaya Kualitas 313,142,756 100.00 3.02
Penjualan Aktual 10,376,287,640
Sumber: peneliti (2016)
Berdasarkan Tabel 5. di atas menunjukkan selama tahun 2014, total biaya
pencegahan adalah sebesar Rp161,464,349 dengan prosentase 1.56% dari penjualan
aktual sedangkan total biaya penilaian adalah sebesar Rp76,014,489 dengan prosentase
0.73% dari penjualan aktual. Total biaya kegagalan internal pada tahun 2014 adalah
sebesar Rp8,591,268 dengan prosentase 0.08% dari penjualan aktual, sedangkan total
biaya kegagalan eksternal adalah sebesar Rp67,072,650 dengan prosentase 0.65% dari
penjualan aktual. Total biaya kualitas tahun 2014 adalah sebesar Rp313,142,756 dengan
prosentase 3.02% dari penjualan aktual.
192
Tabel 6
Laporan Biaya Kualitas Berdasarkan Penjualan Aktual
PT. Segar Murni Utama untuk Tahun 2015
Kategori Biaya Kualitas Jumlah (Rp) % dari
Biaya % dari Penjualan
Biaya Pencegahan
Biaya Perbaikan Mesin 6,245,000 1.71 0.05
Suku Cadang Habis Pakai 131,055,534
35.87 1.14
Biaya Training 34,010,712
9.31 0.30
Total Biaya Pencegahan 171,311,246 46.89 1.49
Biaya Penilaian
Biaya Pemeriksaan Bahan Baku 25,110,293 6.87 0.22
Biaya Pemeriksaan Bahan Olahan 27,173,137 7.44 0.24
Biaya Pemeriksaan Bahan Jadi 12,086,923 3.31 0.10
Total Biaya Penilaian 64,370,353 17.62 0.56
Biaya Kegagalan Internal
Biaya Reproses 15,487,292
4.24 0.13
Total Biaya Kegagalan Internal 15,487,292 4.24 0.13
Biaya Kegagalan Eksternal
Diskon Penjualan 114,165,400 31.25 0.99
Total Biaya Kegagalan Eksternal 114,165,400 31.25 0.99
Total Biaya Kualitas 365,334,291 100.00 3.17
Penjualan Aktual 11,521,339,745
Sumber: Peneliti (2016)
Sedangkan selama tahun 2015 sebagaimana yang ditunjukkan pada Tabel
6, total biaya pencegahan adalah sebesar Rp171,311,246 dengan prosentase 1.49%
dari penjualan aktual sedangkan total biaya penilaian adalah sebesar
Rp64,370,353 dengan prosentase 0.56% dari penjualan aktual. Total biaya
kegagalan internal adalah sebesar Rp15,487,292 dengan prosentase 0.13% dari
penjualan aktual, sedangkan total biaya kegagalan eksternal adalah sebesar
Rp114,165,400 dengan prosentase 0.99% dari penjualan aktual. Dan total biaya
kualitas pada tahun 2015 adalah sebesar Rp365,334,291 dengan prosentase 3.17%
dari penjualan aktual.
Apabila biaya kualitas periode berjalan lebih rendah dibandingkan periode
sebelumnya maka termasuk perubahan menguntungkan (favorable), namun
apabila biaya kualitas periode berjalan lebih tinggi dibandingkan periode
sebelumnya maka termasuk perubahan yang tidak menguntungkan (unfavorable).
Pelaporan ini memberikan gambaran adanya masalah dalam pengendalian biaya
193
kualitas dalam memonitor pelaksanaan perbaikan kualitas atau mutu produk.
Berikut ini merupakan laporan biaya kualitas periode ganda:
Tabel 7
Laporan Biaya Kualitas Periode Ganda
PT. Segar Murni Utama untuk Tahun 2014 – 2015
Kategori Biaya Kualitas 2014 (Rp) 2015 (Rp)
Biaya Pencegahan
Biaya Perbaikan Mesin 62,978,750 6,245,000
0.61% 0.05%
Suku Cadang Habis Pakai 76,370,689 131,055,534
0.74% 1.14%
Biaya Training 22,114,910 34,010,712
0.21% 0.30%
Total Biaya Pencegahan 161,464,349 171,311,246
1.56% 1.49%
Biaya Penilaian
Biaya Pemeriksaan Bahan
Baku
33,318,827 25,110,293
0.32% 0.22%
Biaya Pemeriksaan Bahan
Olahan
29,141,734 27,173,137
0.28% 0.24%
Biaya Pemeriksaan Bahan Jadi 13,553,928 12,086,923
0.13% 0.10%
Total Biaya Penilaian 76,014,489 64,370,353
0.73% 0.56%
Biaya Kegagalan Internal
Biaya Reproses 8,591,268 15,487,292
0.08% 0.13%
Total Biaya Kegagalan
Internal
8,591,268 15,487,292
0.08% 0.13%
Biaya Kegagalan Eksternal
Diskon Penjualan 67,072,650 114,165,400
0.65% 0.99%
Total Biaya Kegagalan
Eksternal
67,072,650 114,165,400
0.65% 0.99%
Total Biaya Kualitas 313,142,756 365,334,291
3.02% 3.17%
Penjualan Aktual 10,376,287,640 11,521,339,745
Sumber: Peneliti (2016)
194
Dari hasil analisis Tabel 7 menunjukkan bahwa prosentase biaya kualitas
berdasarkan penjualan aktual selama 2014-2015 mengalami fluktuatif karena
beberapa komponen biaya kualitas mengalami peningkatan dan penurunan pada
setiap periodenya. Prosentase total biaya kualitas di tahun 2014 sebesar 3.02%
dan meningkat untuk tahun 2015 sebesar 3.17%, nilai tersebut berada diatas
antara 2.5% - 3% dari nilai penjualan yang menunjukkan bahwa PT. Segar Murni
Utama masih belum optimal dalam mengendalikan biaya kualitas. Mekipun
kondisi seperti itu, perusahaan masih mampu bersaing dipangsa pasar karena total
biaya kualitas masih dibawah 20%. Biaya kegagalan yang dimiliki perusahaan
adalah biaya kegagalan internal yaitu biaya reproses dan biaya kegagalan
eksternal yaitu diskon penjualan, hal ini menunjukkan bahwa perusahaan sudah
melakukan pengendalian biaya kualitas tetapi masih belum efektif dan efisien.
Terbukti bahwa biaya kegagalan pada periode tersebut cenderung meningkat.
Pada tahun 2014 dan 2015 biaya kualitas tertinggi adalah pada kategori
biaya pencegahan yaitu biaya suku cadang habis pakai dengan prosentase di tahun
2015 sebesar 1.14%. Lalu diurutan kedua adalah biaya kegagalan eksternal pada
tahun 2015 yaitu diskon penjualan dengan prosentase sebesar 0.99%. Selanjutnya
yang ketiga adalah biaya penilaian yaitu biaya pemeriksaan bahan baku pada
tahun 2014 sebesar 0,32%. Dan di urutan keempat di kategori biaya kegagalan
internal hanya ada satu yaitu biaya re-proses yang meningkat, di tahun 2015 yakni
sebesar 0.13% naik sebesar 0,05% dimana awalnya sebesar 0.08%.
Biaya kualitas pada total biaya pencegahan mengalami penurunanan dari
tahun 2014 – 2015 sebesar 0.07%. Namun, pada biaya training mengalami
kenaikan dikarenakan ada penambahan karyawan sehingga perlu diadakan
pelatihan untuk memberikan wawasan dan pemahaman kepada para karyawan
agar dapat bekerja sesuai dengan ketentuan yang ada.
Biaya Pemeriksaan bahan baku dan Biaya Pemeriksaan bahan olahan mengalami
penurunan. Pada tahun 2014 Biaya Pemeriksaan bahan baku menurun dari 0.32%
menjadi 0.22% di tahun 2015. Sedangkan biaya pemeriksaan bahan olahan di tahun 2015
menurun 0,4%, yang awalnya di tahun 2014 sebesar 0,28% menjadi 0,24% di tahun
2015. Biaya pemeriksaan bahan baku ini sangat diperlukan karena terkait dengan menilai
bahan baku utama yaitu air (dari sumber pegunungan Trawas) dan bahan bahu
pendukungnya seperti: kemasan botol, kemasan gelas, kemasan galon, karton, lebel dan
195
karet penutup galon. Pada bagian ini, dirasa kinerjanya kurang maksimal dikarenakan
masih ada galon-galon yang kembali dengan kondisi rusak atau bocor. Sehingga
berdampak pada biaya reproses menjadi meningkat.
Biaya Pemeriksaan bahan jadi di tahun 2015 juga mengalami penurunann yaitu
sebesar 0,03% dari tahun 2014. Untuk menghasilkan produk yang bemutu tinggi, tenaga
kerja juga dituntut agar mampu bekerja secara efisien. Dari segi manajemen dalam lini
produksi felling ini terdiri dari dua jenis tenaga kerja, yaitu bagian pengemasan produk
cup dan botol. Jumlah tenaga kerja umtuk lini ini berjumlah 30 karyawan. Dalam hal
pengendalian kualitas pada pemeriksaan bahan jadi, lini produksi felling ini hanya
mengandalkan beberapa orang tenaga kerja bagian sortir mutu produk yang berfungsi
menyortir produk yang cacat pada saat barang setengah jadi dan barang jadi. Hal ini
berdampak pada adanya produk yang tidak lolos inspeksi.
Biaya reproses dikeluarkan perusahaan untuk melakukan pengerjaan ulang suatu
produk yang sudah jadi tetapi produk tersebut belum sesuai dengan standart yang
ditentukan perusahaan. Biaya pengerjaan ulang atas produk-produk yang tidak sesuai
dengan spesifikasi, termasuk adanya pengerjaan ulang dan kemasan galon yang rusak
atau pecah, pada tahun 2015 mengalami peningkatan sebesar 0,05% dari tahun 2014,
yang awalnya 0,08% menjadi 0,13% Ini merupakan pertanda buruk bagi perusahaan,
karena menunjukkan peningkatan dalam jumlah kecacatan atau ketidaksesuaian produk
serta dijumpainya kemasan galon yang rusak. Peningkatan kecacatan ini berarti
peningkatan dalam biaya kegagalan.
Berdasarkan laporan harian pabrik untuk kemasan jenis galon dalam sehari rata-
rata dijumpai ada 30 galon yang mengalami kerusakan atau kebocoran. Tingginya jumlah
kerusakan atau kebocoran ini dikarenakan kualitas yang kurang baik, sehingga
mengakibatkan galon tersebut kurang bisa bertahan lama dan mudah pecah. Maka
perusahaan perlu memperhatikan kualitas dari pada bahan baku pendukung dengan
memiliki biaya penilaian. Sebab dengan adanya biaya penilaian ini perusahaan dapat
menghindari kesalahan atau kerusakan produk sepanjang proses produksi. Oleh karena
ini diperlukan suatu perhitungan biaya kualitas dari lini produksi galon.
Selain itu, biaya kualitas pada biaya kegagalan produk yaitu diskon penjualan
juga meningkat dari tahun 2014 sebesar 0.65% menjadi 0.99% dari penjualan aktualnya
pada tahun 2015. Ini meerupakan biaya-biaya yang berkaitan dengan kewajiban kepada
pelanggan karena produk yang berada di bawah standar kualitas.
Dengan terjadinya peningkatan total biaya kualitas dari tahun ke tahun maka
diharapkan departemen manajemen harus terus mengendalikan biaya yang terus terjadi
196
atau biaya kualitas tersebut. Pengendalian harus dilakukan setiap waktu terutama
terhadap biaya-biaya kualitas yang mengalami kenaikan. Meskipun nantinya tiap tahun
biaya pencegahan dan penilaian semakin meningkat akan tetapi diikuti dengan dengan
penurunan biaya kegagalan internal serta tidak memiliki kegagalan eksternal, jika kinerja
ini meningkat dalam jangka panjang maka PT. Segar Murni Utama mampu
meningkatkan mutu produk yang dihasilkan.
Analisis Biaya Kualitas Dibandingkan Dengan Nilai Profit
Pada bagian ini akan dilakukan analisis biaya kualitas yang dikeluarkan
oleh PT. Segar Murni Utama selama tahun berjalan dengan menggunakan profit
yang berhasil direalisasikan pada periode tersebut sebagai dasar pengukurannya.
Analisis ini bermanfaat untuk mengetahui berapa prosentase dari biaya kualitas
yang dikeluarkan, disamping itu juga untuk memantau sampai sejauh mana
pelaksanaan pengendalian biaya kualitas pada perusahaan ini telah dicapai.
PT. Segar Murni Utama belum melakukan pengendalian secara khusus dan
biaya kualitasnya masih digabungkan dengan biaya produksi, oleh karena itu
besarnya biaya kualitas masing-masing periode harus dikeluarkan dari biaya
produksi. Selanjutnya dapat dianalisis berapa besarnya bagian dari profit tersebut
yang merupakan biaya kualitas perusahaan yang perhitungannya dapat dilakukan
dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
% Biaya kualitas berdasarkan profit =
Jumlah Biaya Kualitas X 100%
Profit
Dengan demikian dapat diketahui bahwa besarnya prosentase biaya
kualitas terhadap profit di tahun 2014adalah :
Rp 313142756 X 100% = 2,57%
Rp 121838590
Dari hasil analisa tersebut dapat diartikan bahwa 3,16% dari profit yang berhasil
diperoleh perusahaan di tahun 2014 merupakan biaya kualitas PT. Segar Murni
Utama.
Sedangkan untuk tahun 2015, besarnya prosentase biaya kualitas terhadap
profit di tahun 2015 adalah :
197
Rp 365334291 X 100% = 3,53%
Rp 103429097
Dari hasil analisa di atas dapat disimpulkan bahwa 3,26% dari profit yang
berhasil diperoleh di tahun 2015 merupakan biaya kualitas dari PT. Segar Murni
Utama. Dari perhitungan tersebut, mulai tahun 2014 hingga tahun 2015 prosentase
biaya kualitas terhadap profit menunjukkan kecenderungan meningkat, hal ini
menunjukkan program kualitas yang dilakukan perusahaan belum sukses. Dalam
pengendalian kualitas, perusahaan tidak boleh melupakan unsur terpenting yaitu
peningkatan mutu, karena adanya peningkatan mutu dapat menarik minat
konsumen dan dalam jangka panjang perusahaan mampu bersaing dengan
perusahaan lain. pengendalian biaya kualitas yang telah dilakukan diharapkan
mampu meningkatkan mutu produk yang dihasilkan.
Analisis Biaya Kualitas Dibandingkan Dengan Complain Customer
Berikut ini keluhan pelanggan pada periode 2014-2015. Dengan data keluhan
pelanggan tersebut secara tidak langsung mencerminkan bagaimana pemenuhan
kualitas yang dilakukan 0leh PT. Segar Murni Utama selama ini.
Tabel 8
Klasiikasi Keluhan Pelangan Berdasarkan Kualitas Produk Pada PT. Segar
Murni Utama
Jenis Keluhan 2014 2015
Kualitas botol 1500ml 3 5
10.34% 11.11%
Kualitas botol 600ml 2 3
6.90% 6.67%
Kualitas gelas 260ml 11 15
37.93% 35.56%
Kualitas gallon 19liter 16 21
44.83% 46.67%
Total Keluhan 32 44
Sumber: Peneliti (2016)
Berdasarkan Tabel 8 diketahui bahwa selama tahun 2014-2015 terdapat
laporan keluhan yang diterima oleh perusahaan, yaitu keluhan tentang kualitas
botol 1500ml, kualitas botol 600ml, kualitas gelas 260ml dan kualitas gallon
19liter. Keluhan pelanggan atas produk tersebut terjadi dikarenakan kurang
sesuainya kualitas produk yang telah diproduksi dengan standar kualitas yang
198
telah ditentukan oleh perusahaan, menunjukkan adanya keluhan keluhan dari
pelanggan kepada perusahaan yang cenderung meningkat dari tahun 2014 hingga
tahun 2015. Keluhan kualitas botol 1500ml meningkat dari 10.34% menjadi
11.11%, kualitas botol 600ml sedikit menurun prosentasenya dari 6.90% menjadi
6.67%, kualitas gelas 260ml prosentasenya juga mengalami sedikit penurunan
dari 37.93% menjadi 35.56%, namun untuk kualitas gallon 19liter mengalami
peningkatan laporan keluhan pelanggan dengan prosentase 44.83% menjadi
46.67%. Untuk keluhan kualitas botol 1500ml, botol 600ml dan gelas 260ml
terjadi dikarenakan adanya produk yang rusak atau cacat. Kerusakan ini terjadi
pada saat proses filling. Pada tahap filling ini membutuhkan tenaga kerja atau
sumber daya manusia untuk membantu prosesnya. Tahap ini adalah tahap
finishing atau tahap terakhir sebelum barang didistribusikan kepelanggan.
Sehingga sangat diperlukannya ketelitian dan kecermatan dalam memeriksa
supaya tidak ada produk cacat yang lolos pemeriksaan dan sampai ke pelanggan.
Adapun keluhan kualitas gallon 19liter terjadi karena masih dijumpainya
gallon yang rusak atau bocor. Kebocoran ini terjadi karena kualitas kemasan
gallon yang kurang baik, sehingga mudah pecah. Laporan keluhan produk gallon
ini merupakan keluhan yang paling banyak yang diterima perusahaan dari para
pelanggan. Keluhan-keluhan yang terjadi diatas merupakan dampak yang
diakibatkan oleh menurunnya biaya pencegahan dan biaya penilaian. Sehingga
mengakibatkan biaya kegagalan internal dan biaya kegagalan eksternal.
Sebagaimana yang telah dijabarkan sebelumnya bahwa selama tahun
2014-2015, total biaya kualitas mengalami peningkatan dengan prosentase sebesar
3.02% menjadi 3.17%. naiknya total biaya kualitas yang terjadi salah satunya
dikarenakan adanya peningkatan yang terjadi pada biaya kegagalan internal dan
biaya kegagalan eksternal. Total biaya internal meningkat dari tahun 2014
Rp8.591.268,00 menjadi Rp15.487.292,00 dan total biaya eksternal meningkat
dari tahun 2014 sebesar Rp67.072.650,00 menjadi Rp114.165.400,00.
Berdasarkan hal tersebut maka, PT. Segar Murni Utama masih harus
melakukan perbaikan dan peningkatan kualitas mutu produk dengan mengadakan
program-program kualitas yang dapat menurunkan total biaya kualitas hingga
mencapai 2.5% dari penjualan aktual. Selain melakukan program perbaikan dan
199
peningkatan kualitas, perusahaan juga harus senantiasa mengendalikan kualitas
dengan menggunakan laporan biaya kualitas sebagai tolak ukur kualitas, sehingga
biaya aktivitas pengendalian (biaya pencegahan dan biaya penilaian) dapat lebih
tinggi dari pada biaya aktivitas kegagalan (biaya kegagalan internal dan biaya
kegagalan eksternal)
Hal ini dikarenakan apabila biaya pengendalian lebih besar maka akan
mengurangi biaya kegagalan yang akan timbul. Apabila biaya kegagalan menurun
maka kegagalan yang dilakukan PT. Segar Murni Utama sudah diminimalisir dan
mutu prodak yang dihasilkan akan meningkat. Sehingga keluhan dari pelanggan
juga akan berkurang dan mencapai angka nol (zero complaint).
Analisis Biaya Kualitas untuk Peningkatan Mutu Produk
Dari hasil analisis data yang telah dilakukan menunjukkan bahwa jumlah
biaya kualitas yang dikeluarkan di tahun 2014 dan 2015 melebihi batas maksimal
kewajaran, yaitu sebesar 3.68% di tahun 2014 dan 4.05% di tahun 2015, dimana
nilai wajar yang diperkenankan adalah antara 2,5% - 3% dari prosentase nilai
penjualan.
Berdasarkan hasil perhitungan biaya kualitas di atas dapat diketahui bahwa
kinerja mutu PT. Segar Murni Utama kurang baik, hal ini terlihat dari
meningkatnya biaya reproses yaitu sebesar 0,03% yang awalnya 0,06% di tahun
2014 menjadi 0,09% di tahun 2015. Biaya ini dikeluarkan untuk memproses ulang
produk gagal selama masa produksi tetapi dilihat dari total biaya kualitas biaya
yang dikeluarkan untuk melakukan pengendalian masih kurang baik karena
melebihi prosentase 3%.
Dari total biaya kualitas, prosentase biaya pencegahan sebesar 1.36% di
tahun 2014 dan 1.25% di tahun 2015, sedangkan biaya kegagalan meningkat dari
0,65% di tahun 2014 menjadi 0,99% di tahun 2015, hal ini menunjukkan PT.
Segar Murni Utama mengeluarkan biaya pencegahan.
Setelah melakukan analisis di atas, maka ada beberapa hal yang harus
dijadikan perhatian oleh PT. Sugar Murni Utama agar dapat meningkatkan
kontrol mutu produknya. Kontrol terhadap kualitas berguna untuk menjamin mutu
suatu produk, hal ini dilakukan sebelum dilakukan proses produksi, selama proses
200
produksi dan sesudah proses produksi. Kontrol ini dimaksudkan untuk
meningkatkan mutu produk selain dari sentuhan teknologi dan inovasi.
Terdapat beberapa cara yang bisa dilakukan untuk meningkatkan mutu
produk, diantaranya :
a. Melakukan perbaikan atau perubahan material yang digunakan:
b. Mengubah desain:
c. Menggunakan peralatan lain yang lebih sesuai dan efektif:
SIMPULAN
PT. Segar Murni adalah sebuah pabrik yang bergerak dalam bidang
industri AMDK. Dalam melakukan aktivitas produksinya perusahaan masih
membutuhkan informasi yang akurat untuk meningkatkan mutu. Salah satu
informasi yang akurat yaitu berkaitan dengan pembuatan suatu produk yang
sesuai dengan apa yang diharapkan perusahaan yaitu informasi laporan biaya
kualitas dan informasi tentang produk cacat.
Analisa biaya kualitas PT. Segar Murni Utama selama tahun 2014-2015
menunjukkan bahwa total biaya kualitas per penjualan aktual rata-rata 3.09% per
penjualan aktual. Tingginya total biaya kualitas ini membuktikan bahwa masih
tinggi pula komponen biaya kualitasnya. Terbukti pada pada biaya kegagalan
internal dan biaya kegagalan eksternal yang meningkat yang dikarenakan
menurunnya biaya pencegahan dan biaya penilaan selama tahun 2014-2015. Hal
ini membuktikan bahwa masing-masing komponen biaya kualitas tersebut saling
mempengaruhi sehingga berdampak dapa mutu produk yang dihasilkan.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dalam menganalisis
komponen biaya kualitas yaitu biaya pencegahan, biaya penilaian, biaya
kegagalan internal dan biaya kegagalan eksternal dalam rangka meningkatkan
mutu produk pada PT. Segar Murni selama tahun 2014-2015 dengan
menggunakan analisis biaya kualitas yang dibandingakan dengan nilai penjualan
dan analisis biaya kualitas yang dibandingankan dengan profit maka dapat ditarik
suatu kesimpulan sebagai berikut.
Analisis Biaya Kualitas Dibandingkan Dengan Nilai Penjualan Analisis ini
bertujuan untuk memantau pelaksanaan operasional biaya kualitas dengan
201
menggunakan nilai penjualan sebagai dasar analisis. Hasil pengukuran dari
metode ini, pada tahun 2014 menunjukkan hasil yang kurang diharapkan yaitu
3,02% dan naik pada tahun 2015 sebesar 3,17%. nilai tersebut berada diatas
kisaran 2,5% - 3% dari nilai penjualan yang menunjukkan bahwa perusahaan
kurang mampu dalam mengendalikan biaya kualitas, hal ini terlihat dari besarnya
biaya pengendalian yang dikeluarkan perusahaan. Besarnya biaya pengendalian
ini dikeluarkan karena adanya kegagalan internal maupun kegagalan eksternal,
sebab tingginya biaya kegagalan akan mengakibatkan kepercayaan konsumen
terhadap perusahaan. Dengan adanya peningkatan mutu produk melalui program
pengendalian kualitas oleh perusahaan, dengan sendirinya akan menurunkan biaya
kegagalan. Dampak positif bagi perusahaan jika dengan adanya peningkatan mutu
produk, akan mendorong peningkatan penjualan karena konsumen merasa puas
kebutuhannya telah terpenuhi.
Selanjutnya analisis Biaya Kualitas Dibandingkan dengan Nilai Profit.
Dari hasil analisis yang dilakukan dengan metode ini, menunjukkan bahwa
program perbaikan kualitas PT. Segar Murni Utama belum sukses karena
prosentase biaya kualitas dibandingkan profit dari tahun ke tahun menunjukkan
trend meningkat yaitu di tahun 2014 yang awalnya 2.57% meningkat di tahun
2015 menjadi 3.53% dari profit yang berhasil diperoleh pada periode tersebut.Dari
total biaya kualitas, biaya yang paling besar adalah diskon penjualan. Biaya ini
berkaitan dengan kewajiban perusahaan kepada pelanggan karena produk yang
berada di bawah standar kualitas atau adanya produk cacat/rusak.
Berdasarkan hal tersebut maka, PT. Segar Murni Utama masih harus
melakukan perbaikan dan peningkatan kualitas mutu produk yang dapat
menurunkan total biaya kualitas hingga mencapai 2.5% dari penjualan aktual,
dimana nilai tersebut didominasi oleh biaya aktivitas pengendalian (biaya
pencegahan dan biaya penilaian) dapat lebih tinggi dari pada biaya aktivitas
kegagalan (biaya kegagalan internal dan biaya kegagalan eksternal). Hal ini
dikarenakan apabila biaya pengendalian lebih besar maka akan mengurangi biaya
kegagalan yang akan timbul. Apabila biaya kegagalan menurun maka kegagalan
yang dilakukan PT. Segar Murni Utama sudah diminimalisir dan mutu prodak
202
yang dihasilkan akan meningkat. Sehingga keluhan dari pelanggan juga akan
berkurang dan mencapai angka nol (zero complaint).
SARAN
Dibawah ini adalah saran dari penulis untuk PT. Segar Murni Utama yang
dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan bagi
pihak manajemen, yaitu :
1. PT. Segar Murni Utama disarankan membuat kebijakan yang ditujuhkan
kepada pihak akuntansi agar menyusun laporan biaya kualitas.
2. PT. Segar Murni Utama disarankan membuat laporan produk cacat sebagai
alat evaluasi bagi manajemen atas kinerja masing-masing divisi.
3. PT. Segar Murni Utama disarankan melakukan pengecekan mesin dan
melakukan perawatan/pemeliharaan seluruh mesin produksi secara rutin dan
berkala sehingga mesin tidak bermasalah saat digunakan.
4. PT. Segar Murni Utama yang diwakili oleh departemen Quality Control
hendaknya lebih meningkatkan pengawasannya terkait hal-hal yang berkaitan
dengan kualitas produk untuk menjamin output yang dihasilkan adalah sesuai
dengan spesifikasi kualitas yang diharapkan.
5. Apabila laporan biaya kualitas dan laporan produk cacat sudah disusun,
selanjutnya diharapkan pihak manajemen melakukan evaluasi terhadap naik
turunnya biaya kualitas apakah sudah berhasil mengurangi produk cacat.
6. PT. Segar Murni Utama perlu meningkatkan program pelatihan karyawan
dibagian produksi yang berkaitan dengan kualitas produk.
DAFTAR PUSTAKA
Astria, Riandri. 2013. Penelitian Kualitatif. Jakarta : Kencana. 2006.
Besterfield, Dale H. 1994. Quality Control, 4th Edition, Prentice-Hall
International, Inc., Englewood Cliffs, New Jersey
Garrison, Ray H., Noreen dan Brewer. 2006. Akuntansi Manajerial, Buku 1. Edisi
11. Terjemahan oleh Nuri Hinduan. Jakarta: Salemba Empat.
203
Gaspersz, Vincent. 2001. Manajemen Kualitas: Penerapan Konsep-konsep
Kualitas dalam Manajemen Bisnis Total. Jakarta: Yayasan Indonesia Emas
dan PT. Gramedia Pustaka Utama.
Hansen, Don R. dan Mowen. 2009. Akuntansi Manajerial, Buku Kedua, Edisi Ke-
delapan. Jakarta: Salemba Empat.
Hansen dan Mowen. 2000. Manajemen Biaya; Edisi 1, diterjemahkan oleh
Purwatiningsih. Jakarta: Penerbit Salemba Empat.
Moleong, L. J. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Moleong, Lexy J. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Mulyadi. 2009. Akuntansi Biaya. Yogyakarta: STIE YPKPN
Nasir, M. 1998. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.
R. A. Supriyono. 2002. Akuntansi Manajemen. Jakarta: Salemba Empat.
Sadikin, Fransiscus Xaverius. 2005. Tip dan Trik Meningkatkan Efisiensi
Produktifitas dan Profitabilitas. Yogyakarta: Andi Yogyakarta.
Tunggal, Amin Widjaja. 2009 Akuntansi Manajemen. Jakarta: Harvindo
Yin, Robert K. 2012. Studi Kasus Desain & Metode. Jakarta: Raja Grafindo
top related