analisis akurasi arah kiblat masjid kabupaten...
Post on 02-Apr-2019
258 Views
Preview:
TRANSCRIPT
ANALISIS AKURASI ARAH KIBLAT MASJID KABUPATEN
LOMBOK TENGAH NUSA TENGGARA BARAT (NTB)
S K R I P S I
Diajukan Juga Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat
Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata 1 (S. 1)
Dalam Ilmu Syari’ah
Oleh
H A S A N U D I N
NIM: 0 7 2 1 1 1 0 6 3
FAKULTAS SYARI’AH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2012
M O T T O
.......
...........
Artinya: “....Palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram. dan
dimana saja kamu berada, Palingkanlah mukamu ke
arahnya.....(Q. S. Al-Baqarah 144)1
1 Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahnya,Semarang :
Kumudasmoro Grafindo, 1994, hlm. 37.
PERSEMBAHAN
Skripsi ini penulis persembahkan kepada :
Ayahanda danIbunda tercinta
yang selalu berjuang, berdo’a dan memberikan restunya, sehingga penulis
dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Semoga Allah SWT selalu
mencurahkan Rahmat dan Hidayah-Nyakepada kita se-Keluarga. Amin.
Saudara saya di Rumah
yang selalu memberi kandorongan baik moral maupun spiritual, sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Istri Tercinta (Ela Winayusa, S.Pd)
Yang senantiasa selalu menemani penulis dalam suka maupun duka guna
kelancaran dalam penyelesaian skripsi ini.
Anakku Tercinta (Andhika Ardiansyah Saputra)
Yang senantiasa memberikan semamngat buat penulis walau hanya
dengan memandang senyuman manismu.
Semua Guru-ku, danUstadz-ku khususnya kepada Romo Kyai H.Sirodj
Khudhori dan Bapak Dr. H.A. Izzuddin, M.Ag,
yang telah menuntun jiwa dan raga yang dho’if ini kecahaya Illahiyah.
Terimakasih telah mendidik dan mengajarku walauharfan.
DEKLARASI
Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab,
penulis menyatakan bahwa skripsi ini tidak
berisi materi yang pernah ditulis oleh orang
lain atau diterbitkan. Demikian juga skripsi ini
tidak berisi satupun pikiran-pikiran orang lain
kecuali informasi yang terdapat dalam
referensi yang dijadikan bahan rujukan.
Semarang, 4 Juni 2012
Deklarator
H A S A N U D I N
Nim: 7 2 1 1 1 0 6 3
ABSTRAK
Arah kiblat merupakan suatu hal yang sangat penting bagi umat Islam,
khususnya ketika hendak malakukan ibadah shalat. Mengahadap kiblat
merupakan syarat sah ibadah shalat. Dalam penentuan arah kiblat terdapat
beberapa macam metode. Secara garis besar para ahli falak membagi metode
penentuan arah kiblat ini menjadi dua metode yaitu azimuth kiblat dan rashdul
kiblat.
Menurut pandangan penulis, dua metode penentuan arah kiblat ini
merupakan metode penentuan arah kiblat yang sudah sesuai dengan teori
astronomi modern dan hasil perhitungannya telah memiliki tingkat keakurasian
yang tinggi. Berangkat dari sinilah penulis mencoba menerapkan metode rashdul
kiblat tersebut sebagai metode penentuan arah kiblat tersebut untuk menganalisis
akurasi arah kiblat masjid kabupaten Lombok Tengah Nusa Tenggara Barat. Hal
ini penulis lakukan karena belum menemukan adanya penelitian tentang arah
kiblat yang di lakukan terhadap masjid yang ada di kabupaten Lombok Tengah
Nusa Tenggara Barat ini.
Hal ini pula yang menjadi latar belakang muncul permasalahan pokok
yakni bagaimanakah arah kiblat Masjid Kabupaten Lombok Tengah Nusa
Tenggara Barat (NTB) saat ini dan bagaimana arah kiblat yang seharusnya bagi
Masjid Kabupaten Lombok Tengah Nusa Tenggara Barat (NTB). Masjid yang
menjadi obyek penelitian adalah masjid di kabupaten Lombok tengah dengan
rincian setiap kecamatan diambil satu masjid sebagai sampel penelitian yang
merupakan masjid prioritas kecamatan di setiap kecamatan kabupaten Lombok
Tengah. Kabupaten Lombok Tengah sendiri terdiri dari 12 kecamatan, dengan
demikian masjid yang menjadi obyek penelitian berjumlah 12 masjid.
Dengan menggunakan bentuk penelitian lapangan (field research), dengan
melakukan kajian-kajian terhadap tulisan-tulisan sejarah pengukuran arah kiblat
khususnya tentang Masjid kabupaten Lombok Tengan Nusa Tenggara
Barat(NTB), dengan wawancara (interview) dan melakukan observasi /
pengamatan langsung dengan melakukan pengukuran kembali arah kiblat Masjid
Kabupaten Lombok Tengah dengan menggunakan metode rashdul kiblat
diperoleh fakta bahwa arah kiblat Masjid Kabupaten Lombok Tengah secara
keseluruhan mengalami kekurang akuratan dari arah kiblat yang seharusnya.
Oleh karena itu di anggap perlu ada upaya untuk “meluruskan kembali” arah
kiblat Masjid Kabupaten Lombok Tengah Nusa Tenggara Barat sebagai upaya
untuk memantapkan keyakinan dalam melaksanakan ibadah shalat di masjid-
masjid tersebut.
Dari 12 Masjid yang menjadi obyek penelitian penulis secara keseluruhan
mengalami kemelencengan arah kiblat, kemelencenag arah kiblat masjid-asjid
tersebut bevariasi antara 0˚ - 12˚. Masjid yang mengalami kemelencengan terkecil
yakni masji Al-Hikmah Kecamatan Kopang sebesar 0˚ 21’ 29,14”, sedangkan
masjid yang mengalami keelencengan terbesar adalah masjid Al-Istiqomah
Kecamatan Batukliang Utara sebesar 12˚ 10’ 5.17”.
Key Words : Arah Kiblat, Masjid Kabupaten Lombok Tengah, Rashdul Kiblat
ABSTRACT
Qibla direction is something that is very important for Muslims, especially
when about possibilities were praying. facing the mecca is a legitimate
requirement praying. In determining the Qibla direction, there are several kinds of
methods. Broadly speaking, the astronomers divide this method of determining
the Qibla direction into two methods, namely the azimuth direction and rashdul
qibla.
According to the author's view, two methods of determining the Qibla
direction is a method of determining the Qibla direction which is in conformity
with the theory of modern astronomy and the calculation result has a high level of
accuracy. Departure from where the author tries to apply the method rashdul as a
method of determining the Qibla Qibla direction is to analyze the accuracy of the
direction of qibla mosque of Central Lombok regency of West Nusa Tenggara.
This is because the authors did not find any research on the direction of the Qibla
of the mosque will be undertaken in Central Lombok regency of West Nusa
Tenggara.
It is also the background of the fundamental problems that arise how the
mosque mecca of Central Lombok regency of West Nusa Tenggara (NTB) at the
moment and how that should be for the Qiblah direction Mosque of Central
Lombok regency of West Nusa Tenggara (NTB). The mosque is the object of
research is a mosque in central Lombok district with details of each sub-sample is
taken of the mosque as a priority research that is mosque in every sub-district of
Central Lombok regency. Central Lombok regency itself consists of 12 districts,
with the mosque so that the object of the study amounted to 12 mosques.
By using a form of field research (field research), to conduct studies on the
measurement of historical writings, especially about the Mosque of Qiblah
direction amid the Lombok district of West Nusa Tenggara (NTB), the interview
(interview) and observation / direct observation by measuring back toward the
mosque mecca of Central Lombok regency rashdul using the fact that the
direction of the Qibla obtained mosque mecca of Central Lombok regency as a
whole experienced a lack of accuracy that should be the direction of Qibla.
Therefore there needs to be considered an attempt to "realign" the mecca mosque
Central Lombok regency of West Nusa Tenggara.
Of the 12 mosques that are the object of research as a whole experienced
writer direction deviates direction of Qibla, Qibla direction kemelencenag the
mosque-asjid bevariasi between 0 ˚ - 12 ˚. The mosque which has the smallest
direction deviates is mosque Al-Hikmah District Kopang at 0 ˚ 21 '29.14 ", while
the mosque which has the largest direction deviates is mosque Al-Istiqomah
Batukliang District of North of 12 ˚ 10' 5:17 '.
Key Words: Direction of Qiblah, Mosques of Central Lombok regency,
Rashdul Qiblah.
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT. penulis panjatkan atas
segala limpahan rahmat, taufiq, hidayah dan inayah-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul Analisis Akurasi Arah Kiblat Masjid
Kabupaten Lombok Tengah Nusa Tenggara Barat (NTB) dengan baik tanpa
banyak menemui kendala yang berarti.
Shalawat dan Salam Allah SWT. semoga selalu terlimpahkan dan
senantiasa penulis sanjungkan kepada junjungan kita Rasulullah Muhammad
SAW beserta keluarga, sahabat-sahabat, dan para pengikutnya yang telah
membawa dan mengembangkan Islam hingga seperti sekarang ini.
Penulis menyadari bahwa terselesaikannya skripsi ini bukanlah semata
hasil dari “jerih payah” penulis secara pribadi. Akan tetapi semua itu terwujud
berkat adanya usaha dan bantuan baik berupa moral maupun spiritual dari
berbagai pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Oleh karena itu, penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya
terutama kepada :
1. Dekan Fakultas Syari’ah IAIN Walisongo Semarang dan Pembantu-Pembantu
Dekan yang telah memberikan izin kepada penulis untuk menulis skripsi
tersebut dan memberikan fasilitas untuk belajar dari awal hingga akhir.
2. Drs. H. Muhyiddin, M.Ag, selaku Pembimbing I, atas bimbingan dan
pengarahan yang diberikan dengan sabar dan tulus ikhlas.
3. Drs. KH. Slamet Hambali, M.S.I, selaku Pembimbing II yang selalu menjadi
motivator, dan inspirator untuk segera menyelesaikan skripsi ini, serta
memberi banyak masukan dan solusi.
4. Dr. H. Moh. Arja Imroni, M.Ag, selaku ketua program konsentrasi ilmu falak
yang selalu memberikan motivasi untuk terus meningkatkan prestasi.
5. Dosen Wali Studi Drs. H. Eman Sulaeman, M.H, yang selalu meluangkan
waktu untuk memberikan bimbingan, arahan dan memberikan ilmunya
kepada penulis.
6. Ketua Jurusan dan Sekretaris Jurusan al-Ahwal asy-Syakhsiyah, dosen-dosen
dan karyawan Fakultas Syari’ah IAIN Walisongo atas segala didikan, bantuan
dan kerjasamanya.
7. Kedua orang tua penulis beserta segenap keluarga, terimaksih atas segala do’a,
perhatian, dukungan, motivasi, dan segala kasih sayang telah diberikani.
8. Istri (Ela Winayusa, S.Pd) dan anak (Andhika Ardiansyah Saputra) tercinta
yang senantiasa selalu menemani penulis dalam suka maupun duka.
9. Keluarga Besar Pondok Pesantren Daarun Najaah Jerakah Tugu Semarang,
khususnya kepada KH. Sirojd Chudlori dan Ahmad Izzuddin, M.Ag, selaku
pengasuh yang juga menjadi motivator dan inspirator penulis dan yang telah
memberikan ilmu-ilmunya dan juga telah meminjamkan semua buku-buku
falak yang penulis butuhkan serta atas bimbingan dan arahannya.
10. Keluarga besar Pondok Pesantren Darul Aminin NW Aikmual, Keluarga
Besar MTs dan MA NW Aikmual Praya Lombok Tengah yang telah
mendidik, memberikan motivasi dan memberikan arahan kepada penulis.
11. Semua temen-temen 30 orang angkatan 2007 jurusan konsentrasi Ilmu falak
dari seluruh Indonesia, (Achmad Jaelani, Anifatul Kifitiyah, Anisah Budiwati,
Ansorullah, Arrikah Imeldawati, Ayuk Khoirun Nisak, Encep Abdul Rojak, Eni
Nur Aini Maryam, Faqih Baidhawi, Hasna Tuddar Putri, Kitri Sulastri,
Latifah, M. Rifa Jamaluddin, Mahya Laila, M. Syamsul Ma’arif, Maryani,
Mitahur Rahman, M. Mannan Ma’nawi, Muhsin Ari Wibowo, Musyayadah,
Oki Yosi, Robi’atul Aslamiyah, Siti Muslifah, Siti Tatmainnul Qulub, Siti
Mufarrohah, Sri Hidayati, Tahrir Fauzi, Wahyu Fitria, dan Yuyun
Khudzaifah) yang selalu membantu dan bersama-sama baik suka maupun
duka. Dan juga semua adik kelas angkatan 2008, 2009, dan 2010 serta 2011.
12. Semua temen-temen Pondok Pesantren Daarun Naajah khususnya buat
penghuni Asem Rowo.
Harapan dan do’a penulis semoga semua amal kebaikan dan jasa-jasa dari
semua pihak yang telah membantu hingga terselesaikannya skripsi ini diterima
Allah SWT. serta mendapatkan balasan yang lebih baik dan berlipat ganda.
Penulis juga menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan
yang disebabkan keterbatasan kemampuan penulis. Oleh karena itu penulis
mengharap saran dan kritik konstruktif dari pembaca demi sempurnanya skripsi
ini.
Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat
nyata bagi penulis khususnya dan para pembaca umumnya.
Semarang, 25 April 2012
Penulis
Hasanudin
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ii
HALAMAN PENGESAHAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . iii
HALAMAN MOTTO . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . iv
HALAMAN PERSEMBAHAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . v
HALAMAN DEKLARASI . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . vi
HALAMAN ABSTRAK . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . vii
HALAMAN KATA PENGANTAR . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . viii
HALAMAN DAFTAR ISI . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . xi
BAB I : Pendahuluan
A. Latar Belakang Permasalahan .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1
B. Rumusan Masalah . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 10
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 10
D. Telaah Pustaka . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 11
E. Metode Penelitian . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 12
F. Sistematika Penulisan . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 16
BAB II : Arah Kiblat Umat Islam
A. Pengertian Kiblat . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 18
B. Sejarah Ka’bah ( Kiblat Umat Islam ) . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . 21
C. Dasar Hukum Menghadap Kiblat . . . . ... . . . . . . . . . . . . . . . . . 24
D. Berbagai Macam Metode Penentuan Arah Kiblat . . . . . . . . . . 27
E. Pandangan Ulama’ Tentang Arah Kiblat . . . . . . . . . . . . . . . . . 34
BAB III : Gambaran Umum Masjid Kabupaten Lombok Tengah Propinsi
Nusa Tenggara Barat (NTB)
A. Gambaran Umum Kabupaten Lombok . . . . . . . . . . . . . . . . 38
B. Gambaran Umum Masjid di Kabupaten Lombok . . . . . . . .. 40
C. Arah Kiblat Masjid Kabupaten Lombok NTB . . . . . . . . . ... 54
D. Pandangan Masyarakat Terhadap Pengecekan Arah Kiblat Masjid
Kabupaten Lombok Tengah Nusa Tenggara Barat . . . . . . . .. 57
BAB IV : Analisis Akurasi Arah Kiblat Masjid Kabupaten Lombok Tengah
Nusa Tenggara Barat (NTB)
A. Analisis Arah Kiblat Masjid Kabupaten Lombok Tengah . . . . 67
B. Analisis Tanggapan Masyarakat Terhadap Pengecekan Arah
Kiblat Masjid Kabupaten Lombok Tengah Nusa Tenggara Barat .
. . . . . . . . . ... . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ... . . . . . . . . ... 84
BAB V : Penutup
A. Kesimpulan . . . . . . . . . . ... . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 87
B. Saran-saran . . . . . . . . . . ... . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 88
C. Penutup . . . . . . . . . . ... . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. 89
DAFTAR KEPUSTAKAAN
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT PENDIDIKAN PENULIS
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebanyak 320.000 atau 40 persen dari 800.000 jumlah masjid di
seluruh Indonesia mengalami pergeseran arah kiblat.Salah satu penyebabnya
adalah bergesernya lempeng bumi dan musibah gempa bumi bertubi-tubi yang
melanda Tanah Air.1Padahal sebagaimana kita ketahui bahwa kiblat
merupakan arah yang dituju oleh setiap orang Islam di seluruh belahan dunia
dalam dalam melaksanakan ibadah shalat yang berpusat di Ka‟bah. Dengan
kata lain, kiblat adalah arah ke Ka‟bah di Makkah yang merupakan syarat
sahnya shalat.2
Thomas Djamaluddin, seorang ahli astronomi dan ilmu falak
mengatakan bahwa kebanyakan masjid di Indonesia cenderung dibangun
dengan arah kiblat yang sekedar mengikuti arah barat. Sang pengukur
kemudian menyerongkan arah masjid sedikit ke kanan.Ada juga yang hanya
mendasarkan perhitungannya pada arah kiblat masjid terdekat yang belum
teruji kebenarannya. Dia juga mengatakan bahwa yang menjadi masalah
bukan alat hitungnya akan tetapi metodenya.3
Bangunan Ka‟bah yang merupakan arah kaum muslimin menghadap
ketika shalat sudah ada sejak zaman Nabi adam as. Ia adalah orang yang
1http//Arah Kiblat Masjid Bergeser Islam Dalam Gambar Dan Berita Nasional.htm,
diakses pada 10 Juni 2010. 2 Susiknan Azhari, Ilmu Falak (Perjumpaan Khazanah Islam dan Sains Modern),
Yogyakarta: Suara Muhammadiyah. 2007, hlm. 39 3http//Djamaluddin,Tidak AdaPergeseran Arah Kiblat Masjid Salman ITB.htm, diakses
pada 10 Juni 2010.
2
dianggap sebagai peletak dasar pertama bangunan ka‟bah tersebut di bumi.
Ka‟bah pertama kali di bangun dua ribu tahun sebelum di ciptakan dunia.4
Yaqut Al Hamawi (pakar sejarah dari Irak), mengemukakan bahwa Ka‟bah
berada di lokasi kemah Nabi Adam as setelah beliau diturunkan Allah SWT
dari surga ke bumi, setelah nabi Adam as wafat bangunan itu kembali
diangkat Allah ke langit.5
Kemudian pada masa nabi Ibrahim dan putranya nabi Isma‟il kembali
berlanjut cerita dari bangunan ini yang mana lokasi tersebut pada masa ini
dijadikan sebagai tempat untuk membangun sebuah rumah ibadah, sehingga
bangunan ini merupakan tempat ibadah pertama yang dibangun pada masa
itu,6 sebagaimana dijelaskan oleh Allah SWT:
Artinya: “ Sesungguhnya rumah yang mula-mula dibangun untuk (tempat
beribadat) manusia, ialah Baitullah yang di Bakkah (Mekah) yang
diberkahi dan menjadi petunjuk bagi semua manusia.”
(QS. Al-Imran: 96)7
Kemudian dalam pembangunan tersebut, nabi Isma‟il menerima Hajar
Aswad dari malaikat Jibril as di Gunung Qubais.Beliau meletakkannya di
sudut tenggara bangunan.Bangunan itu berbentuk persegi atau kubus, dalam
bahasa Arab disebut dengan Muka‟ab.Dari sinilah kemudian muncul kata
4Ibid, hlm. 41.
5 Ahmad Izzuddin, Ilmu Falak Praktis, Semarang: Komala Grafika, 2006, hlm. 25.
6Op.cit.
7Al-Qur‟an for Microsoft Word.
3
Ka‟bah yang berarti bangun persegi. Nama itulah yang sekarang menjadi
nama bangunan tersebut sampai saat ini.8
Sebelum datangnya agama Islam, bangunan ini (Ka‟bah) di pelihara
oleh kakek nabi Muhammad SAW yaitu Abdul Muthalib.Beliau memberi
hiasan pada pintu ka‟bah dengan emas yang di temukan ketika menggali
sumur zam-zam.9Di jelaskan bahwa di dalam hati Rasulullah selalu memiliki
kecenderungan untuk menghadap ke Ka‟bah.10
Dengan demikian ketika
Rasulullah berada di Makkah, saat melaksanakan shalat beliau selalu
mengambil tempat di sebelah selatan Ka‟bah, sehingga dapat menghadap ke
Ka‟bah sekaligus menghadap ke Masjid al-Aqsha.
Akan tetapi permasalahan muncul ketika Rasulullah hijrah dan
menetap di Madinah.Kurang lebih 16 atau 17 bulan Rasulullah SAW selalu
menjalankan shalat menghadap Bait al-Maqdis. Kemudian turunlah wahyu
Allah SWT yang memerintahkan Rasulullah dan umat Islam untuk shalat
menghadap Ka‟bah. Hal inilah yang menyebabkan banyak orang Islam yang
pada saat itu kadar keimanannya masih lemah memilih untuk berpaling dari
Islam dan kembali kepada kekafirannya. Demikian juga orang-orang Yahudi
sangat benci kepada Rasulullah, karena mereka beranggapan bahwa tidak ada
tempat paling suci selain Bait al-Maqdis yang merupakan sumber agama yang
dibawa oleh nabi keturunan bangsa Israil.
8Op.cit.
9 Susiknan Azhari, op.cit., hlm. 42.
10 Muhammad Rasyid Ridlo, Tafsir al-Qur‟an al-Karim (asy-Syahir bi Tafsir al-
Manaar),Juz. II, Beirut : Darul Ma‟rifat, t.t., hlm. 2.
4
Hal ini didasarkan pada hadits Rasulullah SAW yang artinya :
“Bercerita Muhammad bin Musanna dan Abu Bakar bin Khalad, dari Yahya,
Ibnu Musanna berkata: Yahya bin Sa‟id bercerita kepadaku, dari Shofyan,
Abu Ishak bercerita kepadaku, berkata: “Saya mendengar dari Bara‟ berkata:
Kita shalat bersama Rasulullah SAW dengan menghadap Bait al-Maqdis
selama 16 bulan atau 17 bulan, kemudian berpaling kita ke arah Ka‟bah”
(HR. Muslim).11
Ada pula yang mengatakan bahwa sebelumnya kiblat shalat adalah ke
arah Masjid al-Aqsha namun pada tahun kedua hijriah terjadi perubahan arah
kiblat menjadi menghadap ke Makkah.Dijelaskan, pada suatu hari di masjid
Banu Salamah di Madinah, nabi menunaikan shalat berjama‟ah, tiba-tiba
setelah raka‟at pertama, nabi menerima wahyu agar mengubah kiblatnya
kearah Makkah, yang kemudian hal itu diikuti oleh para jama‟ah.Sehingga
masjid Banu Salamah dikenal dengan Masjid Qiblatain.12
Hal yang paling penting dilakukan dalam ibadah shalat adalah
ketulusan hati dalam menjalankan perintahNya, dengan kerendahan hati
memohon petunjuk jalan yang lurus kepadaNya. Karena pemaknaan arah
kiblat bukanlah Bait al-Maqdis atau Ka‟bah, akan tetapi urgensi dari
pemaknaan kiblat adalah ketulusan dan kerendahan hati dalam menghadap
dan menyembah Allah SWT.
Sebagaimana dijelaskan di atas, setelah kurang lebih 16 atau 17 bulan
Rasulullah SAW berada di Madinah dan selalu shalat menghadap ke Baitul
11
Imam Muslim, Shahih Muslim,Juz. I, Beirut : Darul Kutubil „Ilmiyyah, t.t., hlm. 214. 12
Susiknan Azhari, Ensiklopedi Hisab Rukyat, Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2008 hlm.
175.
5
Maqdis, akhirnya turunlah wahyu Allah SWT yang memerintahkan Rasulullah
SAW dan umat islam untuk memindahkan kiblat mereka dari Bait al-Maqdis
ke Baitullah atau Masjid al-Haram sebagai respon atas do‟a dan keinginan
Rasulullah SAW untuk menghadap ke Ka‟bah. Sebagaimana yang termaktub
dalam surat al-Baqarah: 144. Allah SWT berfirman :
Artinya :“Sungguh Kami (sering) melihat mukamu menengadah ke langit,
maka sungguh Kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu
sukai. Palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram.Dan dimana
saja kamu berada, palingkanlah mukamu ke arahnya.Dan
sesungguhnya orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang di beri al-
Kitab (Taurat dan Injil) memang mengetahui, bahwa berpaling ke
Masjidil Haram itu adalah benar dari Tuhannya; dan Allah sekali-
kali tidak lengah dari apa yang mereka kerjakan.”13
Dari penjelasan asbaban-nuzul ayat di atas yang juga dipertegas
dengan hadits-hadits Rasulullah SAW, para fuqaha bersepakat menetapkan
bahwa menghadap kiblat sebagai syarat sah bagi seseorang yang hendak
melakukan shalat14
. Artinya bahwa apabila shalat dilakukan tanpa menghadap
13
Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur‟an dan Terjemahnya,Semarang :
Kumudasmoro Grafindo, 1994, hlm. 37. 14
Ibnu Rusyd al-Qurtuby, Bidayat al-Mujtahid wa Nihayat al-Muqtashid, juz. II, Beirut :
Darul Kutubil „Ilmiyyah, t.t., hlm. 115.
6
kiblat atau mengarah ke Ka‟bah, dengan tanpa beberapa pengecualian15
, maka
shalatnya dinyatakan tidak sah.
Oleh sebab itu, ketika seorang hendak menunaikan shalat, maka ia
harus memenuhi syarat-syarat sah shalat, diantaranya harus yakin dan sadar
bahwa ia melakukan shalat tepat menghadap arah kiblat. Hal ini dikuatkan
dengan hadits Rasulullah SAW, yaitu:
قال ات ززج رض اهلل تعانع قال : قال رطل اهلل صهاهلل عه طهى
: اطتقثم انقثهح كثز )را انثخار(
Artinya: “Dari Abi Hurairah r.a berkata : Rasulullah SAW bersabda:
“menghadaplah kiblat lalu takbir.”(HR.Bukhari).16
Namun sekarang yang menjadi permasalahannya adalah Apakah
menghadap kiblat harus persis ke Baitullah (ka‟bah) ataukah boleh hanya
perkiraan saja?Untuk merunut masalah ini tentunya kita perlu berpikir bahwa
Islam adalah agama yang mudah untuk dijalankan. Allah tidak akan
membebankan sesuatu yang tidak mampu dilakukan oleh umatNya,
sebagaimana firman Allah SWT:
.................
Artinya: “Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan
kesanggupannya.........” (QS. Al-Baqarah: 286).17
15
Pengecualian di sini dipergunakan dalam beberapa hal, di antaranya ketika shalat dalam
ketakutan, keadaan terpaksa, keadaan sakit berat (QS. Al-Baqarah ayat 239) dan ketika melakukan
shalat sunnah di atas kendaraan (QS. Al-Baqarah ayat 115). 16
Abi Abdillah Muhammad bin Ismail al-Bukhari, Shahih al-Bukhari, Juz. I, Beirut :
Darul Kutubil „Ilmiyyah, t.t., hlm. 130.
7
Sehingga dari pertanyaan tersebut muncullah berbagai jawaban yang
diantaranya dikemukakan oleh golongan Hanafiyah dan Malikiyah
berpandangan bahwa bagi penduduk Makkah yang dapat menyaksikan
Ka‟bah, maka wajib menghadap kepada „ain Ka‟bah, tetapi bagi yang tidak
dapat menyaksikan Ka‟bah cukup dengan menghadap ke arahnya
saja.18
Sedangkan golongan Syafi‟iyah dan Hanabilah menyatakan bahwa
kewajiban menghadap kiblat tidaklah berhasil terkecuali bila menghadap „ain
Ka‟bah, hal itu berarti bahwa kewajiban ini harus dilakukan dengan tepat
menghadap ke Ka‟bah yang berada di dalam Masjid al-Haram.
Pendapat dari golongan Hanafiyah dan Malikiyah ini diperkuat dengan
hadits Rasululah SAW. yang menyatakan bahwa :
حذثا انحظ ت تكز انزس حذثا انعه ت يصر حذثا عثذ اهلل ت
جعفز انحشي ع عثا ت يحذ األخض ع طعذ انقثز ع ات
تعان ع قال : قال رطل اهلل صهاهلل عه طهى: يا ززج رض اهلل
ت انشزق انغزب قثهح )را انتزيذ قا انثخار(
Artinya :”Bercerita Hasan bin Bakar al-Maruzy bercerita al-Ma‟ally bin
Manshur bercerita Abdullah bin Ja‟far al-Mahzumy dari Utsman
bin Muhammad al-Akhnas dari Sa‟id al-Maqbury dari Abi
Hurairah r.a berkata : Rasulullah SAW bersabda :“Arah yang ada
di antara Timur dan Barat adalah Kiblat” (HR. Tirmidzi dan
dikuatkan oleh Bukhari).19
17
Departemen Agama Republik Indonesia, op. cit, hlm. 72. 18
Muhyiddin Khazin, Ilmu Falak Dalam Teori dan Prakek, Yogyakarta: Buana Pustaka,
2004), cet. I, hlm. 51-54. 19
Muhammad ibnu Ismail ash-Shan‟ani, Subul al-Salam, juz. I, Beirut : Darul Kutubil
„Ilmiyyah, t.t., hlm. 250.
8
Hadits di atas menyatakan bahwa kiblat yang harus dihadapi oleh
orang yang tidak dapat menyaksikan Ka‟bah adalah cukup arahnya saja,
karena pada dasarnya seluruh alam semesta adalah milik Allah SWT Namun
meskipun demikian selama ada cara-cara penentuan arah kiblat secara akurat
mengarah kearah ka‟bah, maka kita perlu menggunakan cara-cara tersebut
guna mengecek kembali kiblat masjid-masjid agar lebih tepat.
Dengan dasar inilah yang mendorong penulis melakukan penulisan
dan penelitian tentang “Analisis Akurasi Arah Kiblat Mesjid Di Kabupaten
Lombok Tengah Propinsi Nusa Tenggara Barat (NTB)”. Mengingat untuk
daerah Indonesia jika terdapat kemelencengan sebesar 1 derajat saja, maka
arah shalat kita akan melenceng sekitar 111 km dari arah ka'bah.20
Dari data-data yang telah penulis sebutkan di atas tentunya penulis
menganggap perlu untuk melakukan studi tentang pengecekan arah kiblat
sebagai upaya menyikapi perbedaan-perbedaan yang terjadi saat ini di
masyarakat yang cenderung tidak peduli terhadap masalah ini.sekaligus untuk
mendapatkan keyakinan dan kemantapan dalam melaksanakan ibadah shalat,
dengan „ain al-yaqin atau haqq al-yaqin.
Untuk bisa mengetahui penentuan arah yang tepat tersebut, tentunya
dibutuhkan usaha yang keras dengan perhitungan yang cermat, semisal dengan
ilmu pengetahuan tentang falak untuk mendapatkan arah yang tepat menuju ke
Ka‟bah, dengan penentuan arah kiblat yang dikembangkan dengan
kemampuan ijtihad insani.Dalam praktiknya, sudah seharusnya kita
20
Ahmad Izzuddin, Ilmu Falak Praktis, loc. cit.
9
menggunakan suatu penemuan yang memiliki ketelitian dan keakurasian yang
lebih tinggi. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT:
.........
Artinya :“………Sebab itu sampaikanlah berita itu kepada hamba-hambaKu.
Yang mendengarkan perkataan lalu mengikuti apa yang paling
baik diantaranya. Mereka itulah orang-orang yang telah di beri
Allah petunjuk dan mereka itulah orang-orang yang mempunyai
akal.”(QS. Az-Zumar : 17-18).21
Sehingga dari keterangan-keterangan di atas, penulis bermaksud
melakukan studi tentang pengecekan arah kiblat sekaligus sebagai upaya
untuk memantapkan keakurasian arah kiblat, khususnya Masjid yang berada
dalam wilayah Kabupaten Lombok Tengah Propinsi Nusa Tenggara Barat
(NTB).Karena di daerah tersebut belum banyak, atau dapat dikatakan hampir
tidak ada yang mengenal dan memahami ilmu falak. Yaitu sebuah disiplin
ilmu yang mempelajari tentang perhitungan dan pengukuran arah kiblat guna
lebih sempurnanya amal ibadah kita, sebagai seorang muslim.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan di atas,
maka dapat dikemukakan pokok-pokok permasalahan yang berusaha penulis
bahas dalam skripsi ini, yaitu:
1. Berapakah akurasi arah kiblat masjid-masjid di Kabupaten Lombok
Tengah NTB ?
21
Departemen Agama Republik Indonesia, op. cit, hlm. 748.
10
2. Bagaimanakah tanggapan masyarakat terhadap keakurasian arah kiblat
masjid-masjid di Kabupaten Lombok Tengah NTB ?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Penelitian ini memiliki dua tujuan utama, yaitu:
1. Mengetahui berapa akurasi arah kiblat masjid-masjid di Kabupaten
Lombok Tengah NTB.
2. Mengetahui bagaimana respon masyarakat terhadap keakurasian arah
kiblat masjid-masjid di Kabupaten Lombok Tengah NTB.
Selain itu, diharapkan dengan penelitian ini, masyarakat di Kabupaten
Lombok Tengah NTB dapat mengambil beberapa manfaat, antara lain:
1. Agar kita lebih berhati-hati dalam melaksanakan syari‟at islam sebagai
agama yang kita peluk. Berusaha menjalankan perintah agama sesuai
dengan tuntunan Rasulullah SAW.
2. Memaham atau minimal mengetahui dan kenal terlebih dahulu dengan apa
yang disebut ilmu falak, beserta manfaat-manfaat yang dapat diperoleh
kala mempelajarinya.
3. Mengetahui cara pengukuran arah kiblat yang praktis, mudah, efisien dan
terbilang akurat.
4. Mendapatkan tambahan wawasan islami.
D. Telaah Pustaka
Sejauh penelusuran penulis, belum pernah ada ditemukan tulisan yang
secara spesifik dan mendetail yang membahas penentuan arah kiblat Masjid
Di Kabupaten Lombok Tengah.Namun demikian ada beberapa tulisan yang
11
mempunyai relevansi terhadap penelitian ini. Tulisan-tulisan tersebut adalah
tulisan-tulisan yang menguraikan tentang arah kiblat antara lain yaitu Fiqh
Hisab Rukyah Indonesia (Sebuah Upaya Penyatuan Mazhab Rukyah dengan
Mazhab Hisab) karya Ahmad Izzuddin,22
dalam buku ini di jelaskan tentang
fiqh menghadap ke arah kiblat, buku ini menguraikan tentang menghadap arah
kiblat dengan di pandang dari sisi fiqhnya. Buku ini juga menjelaskan secara
praktis tentang cara perhitungan arah kiblat dengan cepat dan tepat
Skripsi “Aplikasi Trigonometri dalam Penentuan Arah Kiblat” yang
ditulis oleh Iwan Kuswidi.23
Dalam skripsi ini dijelaskan bahwa bumi
dipahami seperti bentuk bola. Sehingga dalam menjelaskan penentuan arah
kiblat ia menggunakan ilmu ukur segitiga bola yang sering disebut
Trigonometri. Rumus ini dapat diaplikasikan dalam penentuan arah kiblat
secara umum sehingga dimanapun tempat di muka bumi dapat diketahui arah
kiblatnya secara pasti.
Buku lain adalah Ilmu Falak (Dalam Teori dan Praktik) karya
Muhyiddin Khazin,24
serta Ilmu Falak (Teori dan Praktek) yang disusun oleh
Susiknan Azhari.25
Selain itu juga ada karya Susiknan Azhari yang mengkaji
salah satu tokoh falak Indonesia dengan karyanya yang berjudul:
Pembaharuan Pemikiran Hisab di Indonesia (Studi atas Pemikiran
22
Ahmad Izzuddin,Fiqh Hisab Rukyah di Indonesia (Upaya Penyatuan Mazhab Rukyah
dengan Mazhab Hisab),Yogyakarta : Logung Pustaka, cet. I, 2003. 23
Iwan Kuswidi, Aplikasi Trigonometri dalam Penentuan Arah Kiblat,Skripsi strata 1 Fakultas
Syari‟ah UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta, 2003. 24
Muhyiddin Khazin, Ilmu Falak Dalam Teori dan Praktik, loc.cit. 25
Susiknan Azhari, Ilmu Falak Teori dan Praktek), loc.cit.
12
Saadoe‟ddin Djambek).26
Berkenaan dengan tata cara pengecekan arah kiblat
terhadap bangunan yang sudah terlebih dahulu ada, skripsi Ismail Khudhori
(2005) S. 1 Fakultas Syari‟ah IAIN Walisongo Semarang yang berjudul
“Studi Tentang Pengecekan Arah Kiblat Masjid Agung Surakarta”.27
Skripsi
ini menguraikan kemelencengan arah kiblat Masjid Agung Surakarta dari arah
yang sebenarnya.Skripsi ini juga menjelaskan pentingnya mengadap kiblat
secara akurat.Sehingga tempat-tempat ibadah yang belum lurus menghadap
kiblat perlu adanya pelurusan kembali.
Karya lain yaitu :Kumpulan materi dari Workshop Nasional “Mengkaji
Ulang Metode Penentuan Awal Waktu Shalat dan Arah Kiblat Dalam
Perspektif Ilmu Syari‟ah dan Astronomi”28
serta Sains Untuk Kesempurnaan
Ibadah29
karya Dimsiki Hadi. Semuanya berkisar tentang pembahasan metode-
metode penentuan arah kiblat, rumus-rumus arah kiblat, serta tidak lepas dari
perhitungan arah kiblat di dalamnya yang merupakan bagian dari kajian ilmu
falak.
Berbagai kepustakaan di atas menunjukkan bahwa penelitian-
penelitian terdahulu berbeda dengan permasalahan yang akan diangkat
penulis. Belum ada yang secara spesifik membahas tentang akurasi masjid-
masjid di Kabupaten Lombok Tengah.
26
Susiknan Azhari, Pembaharuan Pemikiran Hisab di Indonesia (Studi atas Pemikiran
Saadoe‟ddin Djambek),cet. I, Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2002. 27
Ismail Khudhori, Skripsi: Studi Tentang Pengecekan Arah Kiblat Masjid Agung
Surakarta, Semarang: IAIN Walisongo, 2005. 28
Kumpulan materi, Workshop Nasional “ Mengkaji Ulang Metode Penentuan Awal
Waktu Shalat dan Arah Kiblat Dalam Perspektif Ilmu Syari‟ah dan Astronomi ”,Universitas Islam
Indonesia, tanggal 07 April 2001. 29
Dimsiki Hadi, Sains Untuk Kesempurnaan Ibadah, Yogyakarta: Prima Pustaka, 2009.
13
E. Metode Penelitian
Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode sebagai berikut :
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini, termasuk jenis penelitian kualitataif, metode
pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan penelitian tindakan
(Action Reseach), selain itu juga menggunakan metode pengumpulan data
library research, memakai sumber karya tulis kepustakaan.30
Metode ini
penulis gunakan dengan jalan membaca, menelaah buku-buku dan artikel
yang berkaitan dengan tema penelitian ini.
2. Metode Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini metode pengumpulan data yang digunakan
mencakup tiga model pengumpulan data yaitu wawancara atau interview,
observasi serta dokumentasi.
a) Wawancara, dilakukan terhadap key informanyakni para pengurus
masjid di wilayah Kabupaten Lombok Tengah NTB, tokoh masyarakt
setempat beserta masyarakat, yang menjadi jamaah salat di masjid
tersebut. Pedoman wawancara yang penulis pilih adalah, wawancara
tidak terstruktur, yaitu pedoman wawancara yang hanya memuat garis
besar yang akan dinyatakan. Jenis wawancara ini cocok untuk
penelitian kasus.31
Pengajuan pertanyaan yang langsung pada pokok
masalah tanpa bertele-tele akan membuat wawancara menjadi
30
Noeng Muhadjir, Metodologi Penelitian Kualitatif, Jogjakarta: Rake Sarasin, 1996, ed.
III, hlm. 159. 31
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek,Jakarta: Rineka
Cipta, 1998, Cet.XI, hlm. 231
14
dinamis.32
Wawancara ini juga digunakan sebagai media cross check
penulis dalam menginterpretasikan data yang kurang dapat ditangkap
maksudnya.
b) Observasi, dimaksudkan untuk mengecek dan mengamati langsung
arah kiblat masjid-masjid di Kabupaten Lombok Tengah NTB. Tehnik
observasi langsung yaitu, tehnik pengumpulan data dimana penyelidik
mengadakan pengamatan secara langsung (tanpa alat bantu) terhadap
gejala-gejala subyek yang diselidiki.
c) Metode pengumpulan data melalui dokumentasi juga tidak kalah
penting dari metode-metode lain. Metode dokumentasi digunakan
dengan cara mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa
catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah dan sebagainya.
Selain menggunakan tiga metode di atas, penulis menggunakan
teknik Sampling Purposive.Sampling Purposive adalah teknik penentuan
sampel dengan pertimbangan tertentu.33
Unit sampel yang dihubungi,
disesuaian dengan kriteria-kriteria tertentu yang diterapkan berdasarkan
tujuan penelitian.Dalam hal ini, peneliti melakukan pengecekan untuk 12
masjid yang menjadi masjid kecamatan.Perlu diketahui, terdapat 12
kecamatan di Kabupaten Lombok Tengah NTB. Dengan kata lain, peneliti
mengambil satu sampel pada tiap kecamatan.
3. Metode Analisis Data
32
Britha Mikeen, Metode Penelitian Partisipatoris dan Upaya-Upaya Pemberdayaan
Sebuah Buku pegangan Bagi Para Praktisi Lapangan,Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1998,
hlm. 86. 33
S. Margono, Metodologi penelitian pendidikan, Jakarta: PT Rineka cipta, 1997, cet. I,
hlm. 121 - 126.
15
Setelah data terkumpul, lalu diolah dan dianalisis. Metode yang
digunakan untuk menganalisis data-data tersebut adalah metode tehnik
analisis verifikasi dengan cara menguji kembali dan melakukan
pengukuran kembali arah kiblat masjid-masjid saat ini dengan metode
rasdul kiblat.34
Di samping mudah serta praktis, metode ini dapat dikatakan
akurat.
Tehnik analisis semacam ini disebut juga analisis kualitatif.35
Hal
ini dikarenakan data yang akan dianalisis berupa data yang didapat dengan
cara pendekatan kualitatif, dan data yang kami peroleh bersifat deskriptif
(data textular). Karena data-data yang di dapat merupakan hasil dari
pendekatan sejarah yang lebih bertumpu pada analisis kasus maka analisis
data ini juga dilakukan dengan menggunakan dua metode kritik yaitu kritik
eksternal dan kritik internal.Kritik eksternal menanyakan “apakah data
tersebut otentik atau tidak?”,sedangkan kritik internal menanyakan
“apabila data itu otentik, apakah data tersebut akurat atau relevan?”36
F. Sistematika Penulisan
Secara garis besar penulisan skripsi ini terdiri dari 5 bab, dimana
dalam setiap bab terdapat sub-sub bab permasalahan; yaitu :
BAB I : Pendahuluan.
34
Rashdul kiblat adalah ketentuan waktu di mana bayangan benda yang terkena sinar
matahari menunjuk arah kiblat. 35
Analisis kualitatif pada dasarnya mempergunakan pemikiran logis, analisis dengan
logika, induksi, deduksi, analogi, komparasi dan sejenisnya. Lihat Tatang M. Amirin, Menyusun
Rencana Penelitian, Jakarta : Raja Grafindo Persada, 1995, hlm. 95. 36
M. Sayuthi Ali, Metodologi Penelitian Agama (Pendekatan Teori dan Praktek), cet. I,
Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2002, hlm. 169.
16
Bab ini memuat tentang latar belakang permasalahan, pokok
permasalahan, tujuan penelitian, telaah pustaka, metode penelitian
dan sistematika penulisan.
BABII : Konsep Umum Arah Kiblat
Dalam bab ini terdapat berbagai sub pembahasan diantaranya
tentang pengertian kiblat , dasar hukum menghadap kiblat, sejarah
kiblat, metode-metode penentuan arah kiblat dan pandangan
ulama‟ tentang arah kiblat.
BAB III : Gambaran Umum Arah Kiblat Masjid di Kabupaten Lombok
Tengah NTB.
Bab ini mencakup berbagai hal.Pertama, adalah gambaran umum
Kabupaten Lombok Tengah dan Kabupaten Lombok Tengah itu
sendiri.Kedua, gambaran masjid-masjid di Kabupaten Lombok
Tengah.Ketiga, Arah kiblat masjid-masjid di Kabupaten lombok
Tengah NTB. Keempat, pendapat masyarakat setempat tentang
arah kiblat masjid-masjid tersebut.
BAB IV : Analisis Akurasi Arah Kiblat Masjid di Kabupaten Lombok
Tengah NTB.
Terdapat dua sub-bab.Pertama, Analisisakurasi arah kiblat masjid
di Kabupaten Lombok Tengah NTB.Kedua, Analisispendapat
masyarakat berkenaan dengan arah kiblat masjid-masjid tersebut,
sejauh mana mereka mengetahui dan memahaminya.
17
BAB V : Penutup
Bab ini memuat kesimpulan, saran-saran dan penutup.
18
BAB II
ARAH KIBLAT UMAT ISLAM
A. Pengertian Kiblat
1. Pengertian Kiblat menurut Bahasa
Kata kiblat berasal dari bahasa Arab, yaitu قثهح salah satu bentuk
masdar (derivasi) dari قثم, قثم, قثهح yang berarti menghadap.37
Kata kiblat
dalam al-Qur‟an al-Karim mempunyai beberapa arti, yaitu :
a. Kata kiblat yang berarti arah
Maksudnya adalah arah menuju ke bangunan ka‟bah di Masjid
al-Haram. Arti ini tersurat dalam firman Allah SWT dalam surat al-
Baqarah ayat 142 :
Artinya : “Orang-orang yang kurang akalnya di antara manusia akan
berkata : “Apakah yang memalingkan mereka (umat Islam)
dari kiblatnya (Baitul Maqdis) yang dahulu mereka telah
berkiblat kepadanya?” Katakanlah : “Kepunyaan Allah
timur dan barat; Dia memberi petunjuk kepada siapa yang
dikehendaki-Nya ke jalan yang lurus.” 38
37
Ahmad Warson Munawir, al-Munawir Kamus Arab-Indonesia, Surabaya : Pustaka
Progressif, 1997, hlm. 1087-1088. Louis Ma‟luf, al-Munjid fi al- Lughah wa al-„Alam, Beirut :
Darul Masyriq, 1986, hlm. 606-607. Lihat juga Musthofa al-Ghalayaini, Jami‟ ad-Durus al-
„Arabiyyah, Beirut : Mansyuratul Maktabatul „Ishriyyah, t.t, hlm. 161. 38
Departemen Agama Republik Indonesia, op.cit, hlm. 36.
19
Arti yang sama tentang kiblat juga tersurat dalam surat al-Baqarah ayat
143, ayat 144 dan ayat 145.39
b. Kata kiblat yang berarti tempat salat.
Hal ini sebagaimana firman Allah SWT dalam surat Yunus ayat 87 :
Artinya: ”Dan Kami wahyukan kepada Musa dan saudaranya :
“Ambillah olehmu berdua beberapa buah rumah di Mesir
untuk tempat tinggal bagi kaummu dan jadikanlah olehmu
rumah-rumahmu itu tempat bersembahyang dan dirikanlah
olehmu sembahyang serta gembirakanlah orang-orang yang
beriman.” 40
2. Pengertian Kiblat menurut Istilah
Ketika berbicara kiblat secara istilah, maka telah diketahui bersama
bahwa akan berbicara tentang arah ke Ka‟bah. Para ulama memberikan
definisi yang bervariasi tentang arah kiblat, meskipun pada dasarnya hal
tersebut berpangkal pada satu obyek kajian, yakni Ka‟bah.Abdul Aziz
Dahlan dan kawan-kawan mendefinisikan kiblat sebagai bangunan Ka‟bah
atau arah yang dituju kaum muslimin dalam melaksanakan sebagian
ibadah.41
Harun Nasution dan kawan-kawan dalam Ensiklopedi Islam
Indonesia, mengartikan kiblat sebagai arah menghadap pada waktu salat42
Mochtar Effendy mengartikan kiblat sebagai arah salat, arah Ka‟bah di
39
Ibid. hlm. 36-37. 40
Ibid. hlm. 320. 41
Abdul Azis Dahlan, et al., Ensiklopedi Hukum Islam, Jakarta: PT Ichtiar Baru Van
Hoeve, Cet. Ke-1, 1996, hlm. 944. 42
Harun Nasution, et al., Ensiklopedi Hukum Islam, Jakarta: Djambatan, 1992, hlm. 563.
20
kota Makkah.43
Departemen Agama Republik Indonesia mendefinisikan
kiblat yaitu suatu arah tertentu kaum muslimin mengarahkan wajahnya
dalam ibadah salat.44
Dari berbagai definisi di atas dapat disimpulkan bahwa kiblat
adalah arah terdekat dari seseorang menuju Ka‟bah dan setiap muslim
wajib menghadap ke arahnya saat mengerjakan salat. Hal ini hampir sama
dengan makna yang diberikan oleh Muhyiddin Khazin, ia mendefinisikan
kiblat sebagai arah atau jarak terdekat sepanjang lingkaran besar yang
melewati ke Ka‟bah (Makkah) dengan tempat kota yang bersangkutan.45
Namun yang terjadi di negara Indonesia saat ini adalah banyaknya
bangunan masjid yang di bangun secara permanen baik masjid kuno
maupun masjid yang baru di bangun tidak mengarah persis ke Ka‟bah
(Makkah). Hal ini juga dibuktikan dari berbagai penelitian tentang arah
kiblat di antaranya di Masjid Agung Yogyakarta dan Masjid Agung
Surakarta yang saat ini telah di ubah shaf / barisan salatnya untuk
mengarahkan shafnya menuju arah kiblat.
Menurut penulis, hal tersebut muncul karena pada zaman dahulu,
kebanyakan orang menandai arah kiblat dengan arah mata angin dan
penentuan arah kiblat dilakukan dengan “kira-kira”.Sedangkan pada
zaman sekarang, hal tersebut timbul karena anggapan remeh dan sikap
43
Mochtar Effendy, Ensiklopedi Agama dan Filasafat ,Vol. 5, Palembang : Penerbit
Universitas Sriwijaya, cet. I, 2001, hlm. 49. 44
Departemen Agama RI, Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam
Proyek Peningkatan Prasarana dan Sarana Perguruan Tinggi Agama / IAIN, Ensiklopedi Islam,
Jakarta: CV. Anda Utama, 1993, hlm. 629. 45
Muhyiddin Khazin, op. cit., hlm. 50.
21
acuh masyarakat, khususnya saat membangun masjid, mushola maupun
surau.Banyak dari masyarakat kita yang tidak meminta bantuan kepada
pakar / ahli yang mampu menentukan arah kiblat dengan tepat.Tetapi
mereka cenderung menyerahkan masalah penentuan arah kiblat ini
sepenuhnya kepada tokoh maupun orang yang dianggap tua kalangan
mereka sendiri.Apa yang telah diputuskan oleh seorang tokoh masyarakat,
maka itulah yang dianut, meskipun pada akhirnya diketahui bahwa
penentuan arah kiblat kurang tepat.46
Hal ini biasanya terjadi pada
kelompok masyarakat yang cara berfikirnya belum begitu terbuka dan di
sana ada seorang tokoh yang cukup berpengaruh, berwibawa dan
mempunyai kharisma tinggi.
B. Sejarah Ka’bah ( Kiblat Umat Islam )
Ka‟bah, tempat peribadatan paling terkenal dalam Islam, dan biasa
disebut dengan Baitullah (the temple or house of God).47
Dalam The
Encyclopedia Of Religion dijelaskan bahwa bangunan Ka‟bah merupakan
bangunan yang terbuat dari batu-batu (granit) Makkah yang kemudian di
bangun menjadi bangunan berbentuk kubus (cube-like building) dengan tinggi
kurang lebih 16 meter, panjang 13 meter dan lebar 11 meter.48
Batu-batu yang
46
Departemen Agama Republik Indonesia, Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan
Agama Islam, Direktorat Pembinaan Badan Peradilan Agama Islam, op. cit, hlm. 5-6. 47
C. E. Bostworth, et. al (ed), The Encyclopedia Of Islam, Vol. IV, Leiden : E. J. Brill,
1978, hlm. 317. 48
Mircea Eliade (ed), The Encyclopedia Of Religion, Vol. 7, New York : Macmillan
Publishing Company, t.t, hlm. 225.
22
dijadikan bangunan Ka‟bah saat itu di ambil dari limasacred mountains (lima
gunung suci), yakni: Sinai, al-Judi, Hira, Olivet dan Lebanon.49
Nabi Adam AS di anggap sebagai peletak dasar bangunan Ka‟bah di
bumi karena menurut Yaqut al-Hamawi (ahli sejarah dari Irak) menyatakan
bahwa bangunan Ka‟bah berada di lokasi kemah Nabi Adam AS setelah
diturunkan Allah SWT dari surga ke bumi50
.Setelah Nabi Adam AS wafat,
bangunan itu di angkat ke langit.Lokasi itu dari masa ke masa diagungkan dan
disucikan oleh umat para nabi.
Pada masa Nabi Ibrahim AS dan puteranya Nabi Ismail AS, lokasi itu
digunakan untuk membangun sebuah rumah ibadah. Bangunan ini merupakan
rumah ibadah pertama yang di bangun., berdasarkan ayat al-Qur‟an surat Ali
Imran ayat 96.51
Dalam pembangunan itu Nabi Ismail AS menerima Hajar
Aswad (batu hitam)52
dari Malaikat Jibril di Jabal Qubais, lalu meletakkannya
di sudut tenggara bangunan. Bangunan itu berbentuk kubus yang dalam
bahasa arab disebut muka‟ab. Dari kata inilah muncul sebutan Ka‟bah.
Setelah wafatnya Nabi Ismail, pemeliharaan Ka‟bah di pegang oleh
keturunannya, lalu Bani Jurhum, lalu Bani Khuza‟ah yang memperkenalkan
penyembahan berhala. Selanjutnya pemeliharaan Ka‟bah di pegang oleh
49
Lihat dalam Susiknan Azhari, op. cit., hlm. 34-35. 50
Abdul Azis Dahlan, et al., op. cit. 51
Departemen Agama Republik Indonesia, op. cit, hlm. 91. Dalam hal ini Ahli Kitab
mengatakan bahwa rumah ibadah yang pertama kali di bangun berada di Baitul Maqdis, dan oleh
karena itu Allah membantahnya. 52
Dalam The Encyclopedia Of Religion disebutkan bahwa Hajar Aswad atau batu hitam
yang terletak di sudut tenggara bangunan Ka‟bah ini sebenarnya tidak berwarna hitam, melainkan
berwarna merah kecoklatan (gelap). Hajar Aswad ini merupakan batu yang “disakralkan” oleh
umat Islam.Mereka mencium atau menyentuh Hajar Aswad tersebut saat melakukan thawaf karena
Nabi Muhammad SAW.juga melakukan hal tersebut. Pada dasarnya “pensakralan” tersebut
dimaksudkan bukan untuk menyembah Hajar Aswad, akan tetapi dengan tujuan menyembah Allah
SWT.
23
kabilah-kabilah Quraisy yang merupakan generasi penerus garis keturunan
Nabi Ismail AS.53
Menjelang kedatangan Islam, Ka‟bah di pelihara oleh Abdul
Muthalib, kakek Nabi Muhammad SAW.Ia menghiasi pintunya dengan emas
yang ditemukan ketika menggali sumur zam-zam.
Ka‟bah sebagai bangunan pusaka purbakala semakin rapuh di makan
waktu, sehingga banyak bagian-bagian temboknya yang retak dan
bengkok.Selain itu Makkah juga pernah di landa banjir hingga menggenangi
Ka‟bah sehingga meretakkan dinding-dinding Ka‟bah yang memang sudah
rusak.
Pada saat itu orang-orang Quraisy berpendapat perlu diadakan renovasi
bangunan Ka‟bah untuk memelihara kedudukannya sebagai tempat
suci.Dalam renovasi ini turut serta pemimpin–pemimpin kabilah dan para
pemuka masyarakat Quraisy.Sudut-sudut Ka‟bah itu oleh Quraisy dibagi
empat bagian,54
tiap kabilah mendapat satu sudut yang harus di rombak dan di
bangun kembali. Ketika sampai ke tahap peletakan Hajar Aswad mereka
berselisih tentang siapa yang akan meletakkannya. Pilihan akhirnya jatuh ke
tangan seseorang yang dikenal sebagai al-Amin (yang jujur atau terpercaya)
yaitu Muhammad yang kemudian menjadi Rasulullah SAW. Setelah
penaklukan kota Makkah, pemeliharaan Ka‟bah di pegang oleh kaum
muslimin. Dan berhala-berhala sebagai lambang kemusyrikan yang terdapat di
sekitarnya pun dihancurkan oleh kaum muslimin.55
53
Abdul Azis Dahlan, et al., op. cit. 54
Pojok sebelah utara disebut ar-rukn al-Iraqi, sebelah barat ar-rukn al-Syam, sebelah
selatan ar-rukn al-Yamani, sebelah timur ar-rukn al-Aswadi (karena Hajar Aswad terletak di sini). 55
Lihat dalam Susiknan Azhari, loc. cit.
24
C. Dasar Hukum Menghadap Kiblat
1. Dasar Hukum dari al-Qur‟an
Banyak ayat al-Qur‟an yang menjelaskan mengenai dasar hukum
menghadap kiblat, antara lain yaitu:
a. Firman Allah SWT dalam surat al-Baqarah ayat 144
Artinya: “Sungguh Kami (sering) melihat mukamu menengadah ke
langit, maka sungguh Kami akan memalingkan kamu ke
kiblat yang kamu sukai. Palingkanlah mukamu ke arah
Masjidil Haram.Dan dimana saja kamu berada,
palingkanlah mukamu ke arahnya.Dan sesungguhnya orang-
orang (Yahudi dan Nasrani) yang di beri al-Kitab (Taurat
dan Injil) memang mengetahui, bahwa berpaling ke Masjidil
Haram itu adalah benar dari Tuhannya; dan Allah sekali-
kali tidak lengah dari apa yang mereka kerjakan.”56
b. Firman Allah SWT dalam surat al-Baqarah ayat 150
56
Departemen Agama Republik Indonesia, op. cit, hlm. 37.
25
Artinya: “Dan darimana saja kamu keluar (datang) maka
palingkanlah wajahmu ke arah Masjidil Haram, dan dimana
saja kamu semua berada maka palingkanlah wajahmu ke
arahnya, agar tidak ada hujjah bagi manusia atas kamu,
kecuali orang-orang yang zalim di antara mereka. Maka
janganlah kamu takut kepada mereka, dan takutlah kepada
Ku.Dan agar Ku-sempurnakan nikmat-Ku atas kamu, dan
supaya kamu dapat petunjuk.”57
2. Dasar Hukum dari al-Hadits
Hadits-hadits Nabi Muhammad SAW yang membicarakan tentang
kiblat memang cukup banyak jumlahnya. Hadits-hadits tersebut antara lain
adalah :
a. Hadits riwayat Muslim
كز ات شثح حذثا عفا حذثا حاد ت طهح ع ثاتت ع أض أ حذثا ات ت
رطل اهلل صه اهلل عه طهى كا صه ح تت انقذص فشنت " قذ ز
ظجذ انحزاو" كشطز ان ج ل ا ف ك قثهح تزض ن اء فه ك ف انظ ج تقهة
رجم ي ت طهح ى ركع ف صالج انفجز قذ صها ركعح فاد أال فز
ا انقثهح قذ حنت فانا كاى ح انقثهح.
Artinya : “Bercerita Abu Bakar bin Abi Saibah, bercerita „Affan,
bercerita Hammad bin Salamah, dari Tsabit dari Anas:
“Bahwa sesungguhnya Rasulullah SAW (pada suatu hari)
sedang salat dengan menghadap Baitul Maqdis, kemudian
turunlah ayat “Sesungguhnya Aku melihat mukamu sering
menengadah ke langit, maka sungguh Kami palingkan
mukamu ke kiblat yang kamu kehendaki. Palingkanlah
mukamu ke arah Masjidil Haram”.Kemudian ada seseorang
dari bani Salamah bepergian, menjumpai sekelompok
sahabat sedang ruku‟ pada salat fajar. Lalu ia menyeru
“Sesungguhnya kiblat telah berubah”. Lalu mereka
berpaling seperti kelompok Nabi, yakni ke arah kiblat.”58
57
Ibid, hlm. 38. 58
Muslim, op. cit., hlm. 214-215.
26
b. Lihat juga dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh al-Bukhari:
قال ات ززج رض اهلل تعانع قال : قال رطل اهلل صهاهلل عه طهى :
اطتقثم انقثهح كثز )را انثخار(
Artinya :Dari Abi Hurairah r.a berkata : Rasulullah SAW.
bersabda:“menghadaplah kiblat lalu takbir.” 59
Berdasarkan dalil-dalil di atas, kita dapat menyimulkannya dalam dua
poin besar.Pertama, menghadap kiblat merupakan suatu keharusan bagi
seseorang yang melaksanakan salat, sehingga para ahli fiqh bersepakat
mengatakan bahwa menghadap kiblat merupakan syarat sah salat.Kedua
apabila seseorang hendak melakukan salat ketika di atas kendaraan, maka
diwajibkan baginya untuk menghadap kiblat sepenuhnya (mulai takbiratul
ihram sampai dengan salam) ketika melaksanakan salat fardlu, akan tetapi
dalam melaksanakan salat sunnah hanya diwajibkan ketika melakukan
takbiratul ihram saja.
D. Berbagai Macam Metode Penentuan Arah Kiblat
Secara historis, cara atau metode penentuan arah kiblat di Indonesia
telah mengalami perkembangan yang cukup signifikan. Perkembangan
penentuan arah kiblat ini dapat di lihat dari alat-alat yang dipergunakan untuk
mengukurnya, seperti tongkat istiwa60
, rubu‟ mujayyab61
, kompas, dan
59
Abi Abdillah Muhammad bin Ismail al-Bukhari, loc. cit. 60
Tongkat istiwa berfungsi sebagai alat bantu penentuan arah utara-selatan sejati dengan
memanfaatkan bantuan sinar matahari.
27
theodolite. Selain itu sistem perhitungan yang dipergunakan juga mengalami
perkembangan, baik mengenai data koordinat maupun sistem ilmu ukurnya
yang sangat terbantu dengan adanya alat bantu perhitungan seperti kalkulator
scientific maupun alat bantu pencarian data koordinat yang semakin canggih
seperti GPS (Global Positioning System).
Namun, sangat disayangkan perkembangan penentuan arah kiblat ini
terkesan hanya dimiliki oleh sebagian kelompok saja, sedangkan kelompok
yang lain masih mempergunakan sistem yang di anggap telah ketinggalan
zaman. Hal ini tentunya tidak lepas dari berbagai faktor, antara lain tingkat
pengetahuan kaum muslim yang beragam, dan sikap tertutup dalam menerima
ilmu pengetahuan.
Pada saat ini metode yang sering dipergunakan untuk menentukan arah
kiblat ada dua macam:62
1. Azimuth Kiblat
Azimuth kiblat adalah arah atau garis yang menunjuk ke kiblat
(Ka‟bah). Untuk menentukan Azimuth kiblat ini diperlukan beberapa data,
antara lain:
a. Lintang – Tempat/ „Ardlul Balad daerah yang kita kehendaki.
b. Bujur Tempat/ Thulul Balad daerah yang kita kehendaki.
61
Rubu‟ Mujayyab berfungsi sebagai alat bantu untuk menentukan arah kiblat dengan
azimuth kiblat / sudut yang menunjukkan arah kiblat, biasanya digunakan dalam pondok pesantren
salaf yang mempelajari kitab falak klasik. 62
Ahmad Izzuddin, Hisab Praktis Arah Kiblat dalam Materi Pelatihan Hisab Rukyah
Tingkat Dasar Jawa Tengah Pimpinan Wilayah Lajnah Falakiyyah NU Jawa Tengah, Semarang :
t.p, 2002, hlm. 1-4. Lihat Zuhdi Alfiani.Azimuth Kiblat dan Waktu Salat, Jombang : Bahrul „Ulum,
1996, hlm. 5-7. Lihat juga dalam Materi Ilmu Falak (Perhitungan Waktu Salat dan Cara Membuat
Jadwal Salat, Perhitungan Arah Kiblat dan Cara Penerapannya), Ujung Pandang: Fakultas Syari‟ah
IAIN Alauddin, 1990, hlm. 27-29.
28
c. Lintang – dan bujur tempat kota Makkah.63
Metode azimuth kiblat dapat diaplikasikan di lapangan dengan
bantuan berbagai macam alat, misalnya dengan menggunakan tongkat
istiwa, theodolit dan sebagainya.Semakin modern alat yang dipergunakan,
biasanya semakin akurat hasil yang didapatkan.
2. Rashdul Kiblat
Rashdul kiblat adalah ketentuan waktu dimana bayangan benda
yang terkena sinar matahari menunjuk ke arah kiblat.64
Oleh Turaichan
Ajhuri ditetapkan tanggal 28 Mei dan tanggal 15 atau 16 Juni setiap tahun
sebagai “Yaumur Rashdul Kiblat” atau hari dimana rashdul kiblat dapat
diketahui dengan tepat. Karena pada tanggal tersebut jam yang telah
ditentukan menunjukkan bahwa matahari berada tepat di atas Ka‟bah.
Atau juga bisa disebut dengan istiwa a‟dzam yaitu suatu keadaan dimana
matahari akan berada tepat di titik zenith ketika istiwa.65
Penentuan arah kiblat dengan cara melihat langsung posisi
matahari seperti yang disebutkan di atas (pada tanggal-tanggal tertentu
63
Besarnya data Lintang – Makkah adalah 21º 25‟ 21.04” LU dan 39º 49‟ 34,3” . Ini
menurut Slamet hambali, seorang pakar ilmu falak,murid dari KH. Zubair Umar Al-Jaelani
(muallif kitab Al-Khulasah Al-Wafia‟ah) anggota BHR RI, lajnah Falakiyyah NU, dosen ilmu
falak. Dan ketika peneliti melakukan pengecekan melalui program Google Earth, lintang – bujur
ka‟bah tersebut dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya.
Sedangkan Hasil Penelitian Sa‟adoeddin Djambek tahun 1972 menyebutkan bahwa
Lintang – Makkah adalah 21º 25‟ LU dan Bujur Makkah sebesar 39º 50‟ . Dalam Daftar Lintang –
dan Bujur Kota-Kota penting di Dunia oleh Offset Yogyakarta menyebutkan bahwa Lintang –
Makkah 21º 30‟ LU dan Bujur Makkah 39º 58‟ . Lihat Susiknan Azhari, op. cit, hlm. 38., dan
Ahmad Izzuddin, Hisab Praktis Arah Kiblat dalam Materi Pelatihan Hisab Rukyah Tingkat Dasar
Jawa Tengah Tengah Pimpinan Wilayah Lajnah Falakiyyah NU Jawa Tengah, op. cit, hlm. 1. 64
Ahmad Izzuddin, Hisab Praktis Arah Kiblat dalam Materi Pelatihan Hisab Rukyah
Tingkat Dasar Jawa Tengah Pimpinan Wilayah Lajnah Falakiyyah NU Jawa Tengah, op. cit.,
hlm. 4. 65
http://imran.kusza.edu.my, tentang Fenomena Istiwa Matahari di Ka‟bah., diakses
pada: 05 desember 2010.
29
yang disebutkan di atas), tidaklah bisa dilakukan di semua tempat, karena
bentuk bumi yang bundar. Tempat-tempat yang bisa menggunakan cara di
atas untuk menentukan arah kiblat adalah tempat-tempat yang terpisah
dengan Makkah kurang dari 90º. Pada tempat-tempat yang terpisah dari
Makkah lebih dari 90º, saat matahari tepat berada di atas Ka‟bah ,
matahari jika di lihat dari tempat tersebut telah berada di bawah horizon.66
Namun demikian, perlu diketahui bahwa Rashdul Kiblat dapat
diketahui selain pada hari-hari tersebut dan berlaku di seluruh tempat di
bumi. Bahkan setiap hari bisa ditentukan Rashdul Kiblat dengan bantuan
sinar matahari karena setiap hari jam Rashdul Kiblat mengalami
perubahan karena dipengaruhi oleh deklinasi matahari.
Untuk mempermudahkan perhitungan arah kiblat suatu daerah
menggunakan metode rasdhul kiblat haruslah memperhatikan beberapa
hal dan istilah, antara lain: 67
a. Deklinasi Matahari
Deklinasi Matahari atau Mailus Syams adalah jarak sepanjang
lingkaran deklinasi dihitung dari equator sampai matahari.Deklinasi
biasanya di lambangkan δ (delta).Data deklinasi matahari dapat dilihat
dalam progam Win Hisab atau data ephimeris.68
b. Equation of Time
66
Ferry M. Simatupang, Penentuan Arah Kiblat dari Posisi Matahari, lihat dalam Ferry‟s
Astronomi Page. 67
Muhyiddin Khazin, Ilmu Falak (Dalam Teori dan Praktik), , Yogyakarta : Buana
Pustaka, Cet. I, 2004. Hlm. 65 68
Muhyiddin Khazin, Ilmu Falak (Dalam Teori dan Praktik), Ibid. h;m. 65
30
Equation of Time = Waktu Hakiki – Waktu Pertengahan
MP = 12 - e
Disebut juga dengan Ta‟dilul Waqti yang berarti “Perata Waktu”, yaitu
selisih waktu antara waktu matahari hakiki dengan waktu matahari
rata-rata. Equation of Time di lambangkan dengan e (kecil)
Waktu matahari hakiki adalah waktu yang dihitung berdasarkan pada
perputaran bumi pada sumbunya sehari semalam yang tidak selalu 24
jam, namun bisa kurang ataupun lebih dari 24 jam.69
c. Meredian Pass
Meridian Pass (MP) merupakan waktudimana matahari tepat berada di
titik kulminasi atas atau tepat di meridian langit menurut waktu
pertengahan, sedangkan menurut waktu hakiki saat itu menunjukkan
tepat jam 12.70
Rumus menetukan Meredian Pass:
d. Waktu Setempat
Waktu Setempat atau disebut juga dengan Local Mean Time (LMT),
adalah waktu pertengahan menurut bujur tempat di suatu tempat,
sebanyak bujur tempat di permukaan bumi, sebnyak itu pula waktu
pertengahan yang didapati. Namun sekarang sudah dibuat kelompok
waktu yang dikenal dengan nama Waktu Daerah (Zone Time).71
e. Waktu Daerah
69
Ibid. hlm. 67 70Ibid, hlm. 69 71
Muhyiddin Khazin, Ilmu Falak (Dalam Teori dan Praktik). Ibid. hlm. 69
31
Interpolasi Waktu = ( λ - λd) : 15
Waktu Daerah = Waktu Pertengahan – Interpolasi Waktu
Waktu Daerah adalah waktu yang diberlakukan untuk satu wilayah
bujur tempat (meredian) tertentu, sehingga dalam satu wilayah bujur
hanya berlaku satu bujur daerah.Oleh karena itu, daerah dalam satu
wilayah itu disebut Daerah Kesatuan Waktu.72
f. Interpolasi Waktu
Interpolasi Waktu yaitu suatu upaya dalam rangka merubah waktu
pertengahan menjadi waktu daerah.
Rumus :73
Keterangan : λd WIB = 150˚
λd WITA = 120˚
λd WIT = 135˚
Setelah Interpolasi Waktu didapatkan, maka;
Untuk mengetahui kapan terjadi bayangan kiblat, kita harus
mengetahui kapan pada hari tersebut posisi matahari berada pada jalur
Ka‟bah. Langkah-langkah yang harus dilakukan untuk melakukan proses
perhitungan atau menentukan jam Rashdul Kiblat yaitu:
a) Menentukan lokasi atau tempat untuk diketahui data lintang – dan
bujur tempatnya.
b) Menghitung arah kiblat untuk tempat tersebut, dengan rumus:74
72
Ibid. hlm 69
73
Ibid. Hlm 71
32
Tan B = Cos φT . Tan φ
M : Sin C – Sin φ
T : Tan C
a = 90 – δ
b = 90 – φT
MP = 12 – e
Ket: C = λtempat – λ makkah
c) Menentukan tanggal untuk diketahui data Deklinasi Matahari dan
Equation of Time
d) Menghitung unsur-unsur yang diperlukan dalam rumus
e) Melakukan perhitungan dengan rumus yang ada.
Unsur :75
Az = Azimut arah kiblat, yaitu besarnya sudut yang dihitung dari
titik utara ke barat, atau timur sampai garis yang menuju arah
kiblat.
a = Jarak antara kutub utara dengan Deklinasi Matahari diukur
sepanjang lingkaran deklinasi.
Rumus :
b = Jarak antara kutub utara langit dengan Zenit
Rumus :
MP = Meridian Pass yaitu waktu pada saat matahari tepat pada titik
kulminasi atas atau tepat di meridian langit.
Rumus :
74
Muhyiddin Khazin, Ilmu Falak (Dalam Teori dan Praktik), hlm. 56 75
Ibid hlm. 73
33
Cotan P = cos b .tan Az
Cos (C-P) = cotan a .tan b . cos P
C = (C-P) + P
Bayangan = C : 15 + MP
Intr = Interpolasi Waktu yaitu selisih waktu antara dua tempat.
Rumus :
Langkah terakhir adalah pengaplikasiannya di lapangan.Yaitu
setelah hasil hitungan didapatkan (berupa waktu ketika bayang-bayang
benda menunjukkan arah kiblat). Tata cara penerapan hasil perhitungan
waktu rashdul kiblat adalah: 76
a. Tegakkan sebuah tongkat atau benda apa saja yang bayang-bayangnya
akan dijadikan pedoman berdiri tegak lurus pada pelataran yang betul-
betul datar (ukur pakai water-pass). Ukurlah dengan mempergunakan
lot atau lot itu sendiri dijadikan fungsi sebagai tongkat dengan cara di
gantung pada jangka berkaki tiga (tripod) atau dibuatkan tiang
sedemikian rupa sehingga benang lot itu dapat diam dan bayangannya
mengenai pelataran, tidak terhalang benda-benda lain.
b. Cocokkan jam yang akan digunakan dengan jam radio RRI yang di
kontrol oleh Badan Meteorologi dan Geofisika Departemen
Perhubungan atau pakai GPS sesuai dengan waktu standar di wilayah
tersebut. Pada saat ini, telah beredar banyak handphone yang
berfasilitaskan GPS dan Google track.
76
Selain di buku Muhyiddin, lihat juga dalam Ahmad Izzuddin, Hisab Praktis Arah
Kiblat, dalam Materi Orientasi Hisab Rukyah Kanwil Departemen Agama Jawa Tengah Tahun
2005, hlm. 5-7.
34
c. Tunggu bayang-bayang benda tersebut sesuai dengan jam yang telah
ditentukan. Bayang-bayang yang dihasilkan dari benda tersebut sesuai
dengan waktu yang telah ditentukan, berarti menunjukkan arah kiblat.
E. Pandangan Ulama’ Tentang Arah Kiblat
Pada dasarnya, Muhyiddin Khazin telah berusaha merangkum semua
pendapat fuqaha, terutama dari kalangan syafi‟iyyah berkenaan dengan
perintah menghadap arah kiblat, apakah harus epat menghadap ke arahnya ata
boleh berupa perkiraan saja.Bagi yang langsung dapat melihat Ka‟bah
baginya wajib berusaha agar dapat menghadap persis ke Ka‟bah. Sedangkan
yang umat islam yang tidak dapat menyaksikan langsung bangunan ka‟bah
karena jauhnya tempat tinggal orang tersebut, maka ia hanya hanya wajib
menghadap ke arahnya saja (syatrah).77
Muhammad Jawad Mughni, dalam karya fenomenalnya Fikih Lima
Madzhab memberikan penjelasan tentang pendapat imam madzahib
berkenaan dengan arah kibat dan kewajiban menghadap ke arahnya ketika
melakukan salat, di antaranya: 78
1. Imam Hanafi, Hambali, Maliki, dan sebagian dari Imamiyah menerangkan
bahwa kiblat orang yang berada jauh dari Ka‟bah adalah arah dari
bangunan Ka‟bah.
2. Tetapi Imam Syafi‟i dan sebagian ulama‟ dari madzhab Imamiyah
mengatakan wajib hukumnya untuk menghadap Ka‟bah secara pasti.
Hukum ini berlaku baik bagi orang yang dapat melihat langsung ataupun
77
Muhyiddin Khazin, op. cit., hlm. 51-54. 78
Muhammad Jawad Mughni, Fiqih Lima Madzhab, Jakarta: Lentera, 2008, cet. XXI,
hlm. 77.
35
tidak langsung. Umat Muslim wajib bersungguh-sungguh dalam berijtihat
untuk mengetahui kiblat secara tepat.Imam Syafi‟i mewajibkan seluruh
umat Islam untuk menghadap kiblat saat melaksanakn salat fardhu, sunah,
menguburkan jenazah, sujud syukur, dan sujud tilawah. Imam Syafi‟i
mengambil dasar dari al-Qur‟an surat Al-Baqarah ayat 150. 79
3. Salat seseorang akan batal bila seseorang tidak mau berusaha untuk
menemukan arah kiblat. Ini merupakan pendapat dari Imam Maliki dan
Hambali.Sedangkan imam Hanafi dan Imamiyah mengatakan sah salat
seseorang jika yakin arah kiblatnya benar, karena niatnya dalam
melakukan salat adalah untuk mendekatkan diri kepada Allah (melihat
pada niatnya).
4. Imam Syafi‟i, empat mazhab dan sekelompok Imamiyah lainnya
mengesahkan umat Muslim untuk melaksanakan salat ke arah mana saja
ketika tidak menemukan kiblat setelah bersungguh-sungguh dalam
berijtihat.
5. Imamiyah berpendapat bahwa ketika seseorang yang melaksanakan
sedang salatlalu mengetahui arah kiblat yang benar, maka ia harus
berpndah arah srkrtika itu juga. Bagi seseorang mengetahui kesalahan
menghadap kiblat setelah selesai salat maka salatnya diulang seketika itu
bukan di luar waktu salat tersebut.Dan bagi seseorang yang sengaja tidak
menghadap ke kiblat ketia salat maka salatnya batal.80
79
Ibid, baca juga dalam fikih Imam Syafi‟i, Mukhtashar Kitab Al-Umm Fiil Fiqhi, yang
telah ditarjamahkan ke dalam bahasa Indonesia.Mohammad Yazir Abd. Muthalib, Andi Arlin,
“Ringkasan Kitab Al Umm”, Jakarta : Pustaka Azzam, 2004, hlm. 146. 80
Muhammad Jawad Mughni, Fiqih Lima Madzhab. Op. Cit. hlm. 78-79
36
6. Pendapat Imamiyah sebagian mengatakan tidak perlu mengulangi salat
jika melenceng sedikit akan tetapi jika seseorang salat membelakangi
Ka‟bah maka harus mengulangi seketika itu bukan di luar waktu salat
tersebut.81
7. Imam Hanafi dan Hambali mengatakan jika seseorang tidak menemukan
arah yang diyakini sebagai pedoman kiblat maka dia boleh menghadap ke
arah mana saja.82
81IbidMuhammad Jawad Mughni, Fiqih Lima Madzhab. 82IbidMuhammad Jawad Mughni, Fiqih Lima Madzhab.
37
BAB III
GAMBARAN UMUM MASJID KABUPATEN LOMBOK TENGAH
PROPINSI NUSA TENGGARA BARAT (NTB)
A. Gambaran Umum Kabupaten Lombok Tengah
1. Tentang Kabupaten Lombok Tengah
Kabupaten Lombok Tengah terletak pada posisi 8 2° 7' - 8° 30'
Lintang – Selatan dan 116° 10' - 116° 30' Bujur Timur, membujur mulai
dari kaki Gunung Rinjani di sebelah Utara hingga ke pesisir pantai Kuta
di sebelah Selatan dengan beberapa pulau kecil yang ada disekitarnya.83
Luas wilayah Kabupaten Lombok Tengah adalah 1.208,39 km² dengan
batas-batas sebagai berikut:
a. Utara : Gunung Rinjani
b. Selatan : Samudera Indonesia
c. Barat : Kabupaten Lombok Barat
d. Timur : Kabupaten Lombok Timur
Wilayah Lombok Tengah yang membujur dari utara ke selatan
tersebut mempunyai letak dan ketinggian yang bervariasi mulai dari nol
(0) hingga 2000 meter dari permukaan laut. Berikut daftar nama
kecamatan di wilayah Kabupaten Lombok Tengah:84
83
Profil wilayah Lombok Tengah di situs Pemprov NTB 84
Ibid.
38
No Kecamatan Kabupaten Propinsi
1 Batukliang Lombok Tengah Nusa Tenggara Barat
2 Batukliang Utara Lombok Tengah Nusa Tenggara Barat
3 Janapria Lombok Tengah Nusa Tenggara Barat
4 Jonggat Lombok Tengah Nusa Tenggara Barat
5 Kopang Lombok Tengah Nusa Tenggara Barat
6 Praya Lombok Tengah Nusa Tenggara Barat
7 Praya Barat Lombok Tengah Nusa Tenggara Barat
8 Praya Barat Daya Lombok Tengah Nusa Tenggara Barat
9 Praya Tengah Lombok Tengah Nusa Tenggara Barat
10 Praya Timur Lombok Tengah Nusa Tenggara Barat
11 Pringgarata Lombok Tengah Nusa Tenggara Barat
12 Pujut Lombok Tengah Nusa Tenggara Barat
2. Penduduk Kabupaten Lombok Tengah
Menurut data hasil sensus penduduk tahun 2000, jumlah
penduduk Kabupaten Lombok Tengah sebanyak 745.433 jiwa (laki-laki
350.734 jiwa dan perempuan 394.699 jiwa) dengan Sex Ratio 89. Laju
pertumbuhan sebesar 0.97%. Tingkat pertumbuhan merupakan kemajuan
dari sebelumnya, yaitu 211% per tahun (periode 1970 - 1980)dan 1,64%
per tahun (periode 1980 - 1990). Tingkat kepadatan penduduk Kabupaten
ini mencapai 617 jiwa/km².85
3. Mata Pencaharian Masyarakat Kabupaten Lombok Tengah
Mengingat sebagian wilayah Kabupaten Lombok Tengah
merupakan areal pertanian, maka sebagian besar penduduknya hidup
85
Jumlah penduduk Kabupaten Lombok Tengah tahun 2008 menurut Biro Pusat Statistik
(BPS) NTB.
39
sebagai petani. Secara keseluruhan, persentase pembagian penduduk di
Kabupaten Lombok Tengah dari segi mata pencaharian adalah: pertanian
72%, industri 7%, jasa 7%, perdagangan 7%, angkutan 3%, konstruksi
2% dan lainnya 2%.
4. Keadaan Sosial Keagamaan
Mayoritas masyarakat kotaKabupaten Lombok Tengah beragama
Islam dengan keberagamaan yang sangat baik. Hal ini dapat di lihat dari
banyaknya intensitas kegiatan keagamaan yang dilaksanakan di
lingkungan masyarakat. Keberagamaan masyarakat juga dapat kita lihat
dari organisai masyarakat Islam yang ada di kota tersebut diantaranya
Nahdlatul Ulama, Muhammadiyahdan Nahdlatul Wathanyang masih
eksis sampai saat ini.86
B. Gambaran Umum Masjid Di Kabupaten Lombok Tengah
Mengingat Kabupaten Lombok Tengah terdiri dari 12 Kecamatan,
maka penulis mengambil satu (1) masjid dalam setiap kecamatan sebagai
obyek penelitian sehingga berjumlah 12 mesjid. Pengambilan sampel masjid
yang di jadikan objek penelitian ini di ambil dari masjid yang ada di setiap
kecamatan yang ada di Kabupaten Lombok Tengah, mengingat masjid ini
merupakan masjid yang menjadi unggulan di setiap kecamatan, dengan rincian
sebagai berikut:
1) Masjid Nurul Iman Kecamatan Praya
a. Sejarah Masjid Nurul Iman Aikmual kecamatan Praya
86
Hasil wawancara dengan H. Baihaqi, Imam Masjid Nurul Iman Aikmual Praya
Lombok Tengah dan merupakan Koordinator Bidang Peribadatan dan Dakwah. 21 Januari 2011.
40
Masjid Nurul Iman yang terletak di Desa Aikmual kecamatan
Praya Kabupaten Lombok Tengah.Masjid ini dibangun pada tahun
1967 oleh tiga orang tokoh masyarakat yang sangat di segani oleh
masyaratak desa Aikmual yakni; TGKH.Moh. Amin (alm), TGKH. M.
Muharis (alm), TGKH. M. Ma‟rif (alm)87
. Beliau bertigalah yang
pertama kali membangun masjid ini yang mana waktu itu masih
meggunakan bahan yang sanagat sederhana, hanya bertiangkan bambu,
dan dindingnya yang hanya menggunakanpagar88
, sedangkan atapnya
menggunakan daun kelapa yang dianyam. Baru setelah tahun 1975
dilakukan perbaikan, namun roboh, sehingga dilakukan perbaikan lagi
pada tahun 1998 sampai sekarang dengan lantai bertingkat 2, namun
pada tingkat 2 masih belum dilanjutkan lagi pembangunannya.89
Masjid ini hanya menggunakan tingkat pertama saja dalam
melaksanakan ibadah. Rencana melanjutkan pembangunan lantai dua
masjid saat ini sudah mulai dijalankan, tetapi pembangunannya belum
dapat direalisasikan. Hal ini tidak lepas dari tidak adanya dana untuk
melanjutkan pembangunan tersebut. Selama ini pengurus masjid hanya
mencari melalui infaq, shadaqah dan zakat dari kaum muslim kota
kecamatan Praya.
b. Bangunan Masjid Nurul Iman Aikmual kecamatan Praya
87
Wawancara dengan H. Abd. Muin, tokoh masyarakat desa Aikmual , pada tanggal 22
Januari 2011. 88
Masyarakat Lombok menyebutnya pagar yaitu sebuah anyaman dari bambu yang di
kupas tipis kemudian dianyam sehingga berbentuk lembaran-lembaran bambu 89
Wawancara dengan Muljan selaku ta,mir masjid Umul Iman Aikmual pada tanggal 22
Januari 2011.
41
Bangunan Masjid Nurul Iman Aikmual ini secara keseluruhan
merupakan suatu bangunan yang berbentuk persegi dengan ukuran 22
m x 22 m. Adapun secara garis besar komponen-komponen Masjid
Umul Iman Aikmual ini terdiri dari:
1. Ruang Shalat Utama
Ruang shalat utama atau ruang dalam ini berupa ruang
tertutup yang memiliki 2 ruang, ruang shalat untuk jama‟ah laki-
laki dan ruang shalat untuk jamaah wanita.Di dalam ruang shalat
utama ini terdapat kelengkapan yang secara lazim terdapat pula di
masjid-masjid lainnya yaitu mihrab sebagai tempat untuk imam
dan mimbar sebagai tempat khatib berkhotbah pada salat Jum‟at.
2. Tempat berwudlu bagi wanita dan pria
Tempat wudlu bagi wanita dan laki-laki ditempatkan di
emper selatan yang di pisah dengan tembok antara laki-laki dan
wanita di buat menjadi bangunan tertutup.
3. Pagar keliling dengan pintu gerbang
Dari empat sisi pagar keliling halaman Masjid Nurul Iman
masih dalam keadaan utuh dan masih lengkap.Namun pada sisi
bagian barat sudah tidak utuh, hal ini di kerenakan bangunan ini
sudah menyatu dengan Madrasah Darul Aminin Aikmual.
4. Manfaat lain masjid Umul Iman Aikmual
42
Masjid umul Iman Aikmual mempunyai kemanfaatan yang
lain, yakni setiap malam senin selalu dipergunakan untuk Hiziban
Akbar dan setiap malam jum‟at di pergunakan untuk barzanjian.
2) Masjid Al-Muttaqin Kecamatan Praya Tengah
a. Sejarah Masjid Al-Muttaqin kecamatan Praya Tengah
Masjid Al-Muttaqin berada di kecamatan Praya Tengah, Masjid
ini berbentuk persegi panjang dengan lebar 20 meter dan panjang
25.Menurut pengurus masjid, masjid ini dibangun oleh para sesepuh
masyarakat pada tahun 1984.90
Masjid ini terletak di sebelah utara dari
kantor camat kecamatan Praya Tengah.
b. Bangunan Masjid Al-Muttaqin kecamatan Praya Tengah
1. Ruang shalat utama
Ruang shalat utama atau ruang dalam ini memiliki 2 ruang,
ruang shalat untuk jama‟ah laki-laki dan ruang shalat untuk jamaah
wanitayang ditutup dengan tirai sebagai pemisah antara jama‟ah
laki-laki dengan jama‟ah wanita. Di dalam ruang shalat utama ini
terdapat kelengkapan yang secara lazim terdapat pula di masjid-
masjid lainnya yaitu mihrab sebagai tempat untuk imam dan
mimbar sebagai tempat khatib berkhotbah.
2. Tempat berwudlu bagi wanita dan pria
90
Wawancara dengan H. M. Amin dan Aq. Marinah selaku pengurus dan ta‟mir masjid,
pada tanggal 5 Februari 2011.
43
Tempat wudlu bagi wanita ditempatkan di emper selatan
bangunan masjid yang kemudian di buat menjadi bangunan
tertutup.Bagi pria disediakan tempat wudlu di sisi utara masjid.
3) Masjid Al-Amanah Kecamatan Praya Barat
Masjid Al-Amanah terletak di desa MAsjuring kecamatan Praya
Barat. Masjid ini dibangun pada tahun 1989 oleh masyarakat kecamatan
Praya Barat, setelah sebagian bangunan sudah dirasa tidak layak kemudian
dilakukan perbaikan lagi pada tahun 1999.91
Masjid ini berbentuk persegi
panjang yakni memiliki luas 15 m x 21 m.
Adapun mengenai bangunan Masjid ini tidak jauh beda dengan
masjid-masjid lainnya yakni ruang shalat utama yang khusus di
peruntukkan untuk shalat berjama‟ah. Dalam ruangan ini terdapat dua
bagian yang dipisah oleh tirai warna putih yang menjadi ruangan-ruangan,
yang mana ruang sebelah kanan digunakan untuk jama‟ah laki-laki dan
satunya lagi untuk jama‟ah wanita.Dalam ruangan inipun terdapat mihrab
yang dijadikan sebagai tempat imam dan juga mimbar sebagai tempat
khatib berkhotbah ketika jum‟atan.
Sebelah selatan bangunan masjid dijadikan sebagai tempat wudu‟
baik laki-laki dan wanita dengan dipisah hanya dengan tembok pembatas.
Pagar dan gapura dari masjid ini sudah seabagian roboh, namun belum
dilakukan perbaikan, mengingat terbatasnya dana.
91
Wawancara dengan H. Mustafa pengurus masjid Al-Amanah pada tanggal 1 Februari
2011.
44
4) Masjid Jami’ Nurul Huda Kecamatan Praya Barat Daya
Masjid Jami‟ Nurul Huda terletak di kecamatan Praya Barat Daya
Kabupaten Lombok Tengah.Masjid ini dibangun pertama kali pada tahun
1960, kemudian dilakukan perbaikan pada tahun 1983, dan selanjutnya
dilakukan perbaikan lagi pada tahun 2002.92
Sekarang masjid ini memiliki
ukuran dengan luas 20 m x 30 m. Bangunan Masjid Jami‟ Nurul Huda
kecamatan Praya Barat:
a. Ruang Shalat Utama
Ruang shalat utama masjid ini terdiri dari 2 ruangan, yakni
ruang untuk jama‟ah laki-laki dan ruang untuk jama‟ah wanita.Dalam
ruang inipun terdapat mihrab yang merupakan ruang untuk iman dan
mimbar yang digunakan khatib ketika khotbah jum‟at.
b. Tempat Wudu‟
Terletak di sebelah selatan dari bangunan masjid ini.Tempat
wudu‟ laki-laki dan wanita di gabung menjadi satu tempat namun
dibatasi dengan tembok pembatas.
c. Menara Masjid
Masjid ini memiliki 2 buah menara yang megah yang memiliki
tinggi 35m.Kedua menara tersebut berada di sebelah selatan dan utara
masjid.Menara ini digunakan sebagai sekretarian kepengurusan masjid
dan bagian puncak menara ini sebagai tempat pengeras suara.
92
Wawancara dengan H. Hasbullah pengurus Masjid Jami‟ Nurul Hudakecamatan Praya
Barat Daya pada tanggal 23 Januari 2011 jam 09.15 WITA
45
5) Masjid Al-Muttaqin Kecamatan Praya Timur
Masjid Al-Muttaqin berada kecamatan Praya Timur.Masjid ini
memiliki luas 17m x 21m, dibangun pada tahun 1998 oleh para tokoh
masyarakat di kecamatan Praya Timur.93
Bangunan Masjid Al-Muttaqin
Kecamatan Praya Timur:
a. Serambi Masjid
Masjid ini memiliki serambi yang berada de sebelah selatan
bangunan masjid yang memiliki ukuran 5m x 6 m. Bangunan ini
digunakan sebagai tempat musyawarah dan tempat istirahat.
b. Ruang Shalat Utama
Ruang shalat utama pda masjid Al-Muttaqin kecamatan Praya
Timur tidak jauh berbeda dengan masjid lain, yakni memiliki 2 ruang
shalat untuk jam‟ah laki-laki dan wanita. Bagian depan terdapat
mihrab sebagai ruang imam dan tempat mimbar untuk khatib saat
khotbah jum‟at.
c. Tempat Wudu‟
Tempat wudu‟ terdapat di sebelah selatan masjid atau sebelah
barat bangunan serambi.Tempat wudu‟ baik laki-laki dan wanita
tergabung manjadi satu bangunan saja.
6) Masjid Darul Hikmah Kecamatan Jonggat
Masjid Darul Hikmah terletak di desa Puyung kecamatan Jonggat.
Masjid ini terletak di jalan utama bagian selatan yang menghubungkan
93
Wawancara dengan ta‟mir masjid Al-Muttaqin kecamatan Praya Timur H. Abd. Syukur
pada tanggal 06 Februari 2011 jam 12.15 WITA.
46
Kabupaten Lombok Tengah dengan Kabupaten Lombok Barat ( Mataram).
Masjid ini sendiri memiliki ukuran 20m x 25 m, dibangun pada tahun
200394
oleh tokoh masyarakat desa Puyung. Bangunan Masjid Darul
Hikmah Kecamatan Jonggat:
a. Ruang Shalat Utama
Masjid ini memiliki ruang shalat utama yang terdiri dari 2
ruangan yakni untuk jama‟ah laki-laki dan jama‟ah wanita.Pada
ruangan ini juga terdapat mihrab dan mimbar.
b. Tempat Wudu‟
Tempat wudu‟ terdapat di sebelah barat dari bangunan masjid
ini, yakni sebelah selatan dari runag mihrab untuk tempat wudu‟
jama‟ah wanita sedangkan untuk jama‟ah laki-laki terdapat di sebelah
utara mihrab.
7) Masjid Baiturrahim Kecamatan Pringgarata
Masjid Baiturrahim desa Bagu merupakan salah satu masjid yang
terletak di Kecamatan Pringgarata.Masjid ini terdiri dari 2 lantai dengan
ukuran 21 m x 30 m, yang dibangun pada tahun 2001 oleh tokoh
masyarakat setempat. Bangunan Masjid Baiturrahim kecamatan
Pringgarata adalah sebagai berikut:
a. Ruang Shalat Utama
Ruang shalat utama masjid baiturrahim terdapat 2 tempat,
yakni pada lantai pertama (dasar) dan lantai kedua.Pada lantai dasar di
94
Wawancara dengan H. Sahlan selaku pengurus Darul Hikmah kecamatan Jonggat
masjid pada tanggal 26 Januari 2011 jam 08.55 WITA.
47
bagi menjadi 2 ruangan yakni bagi jama‟ah permpuan dan sebagian
jama‟ah laki-laki.Pada lantai dasar juga terdapat mihrab yakni tempat
imam dan mimbar untuk khatib.Sedangkan pada lantai kedua secara
keseluruhan digunakan bagi jama‟ah laki-laki saja.Sebagai
penghubung antara lantai dasar dan lantai dua dihubungkan dengan
dua buah tangga yang terletak di luar bagian timur masjid.
b. Tempat Wudu‟
Tempat wudu‟ pada bangunan masjid Baiturrahim kecamatan
Ptinggarata ini terdapat di sebelah timur pojok selatan pagar bangunan
masjid.Tempat wudu‟ laki-laki dan wanita dijadikan satu bangunan.
8) Masjid Al-HudaKecamatan Batukliang
Masjid Al-Huda terletak di kecamatan Batukliang.Masjid ini
terletak di jalan utama bagian utara yang menghubungkan Kabupaten
Lombok Timur, Kabupaten Lombok Tengah dan Kabupaten Lombok
Barat. Masjid ini dibangun pada tahun 1982, kemudain dilakukan
perbaikan pada tahun 2001, dengan ukuran sekarang 20 m x 28 m.95
Bangunan Masjid Al-HudaKecamatan Batukliang:
a. Serambi Masjid
Masjid ini memiliki serambi yang terlertak di samping utara,
selatan dan timur masjid. Serambi ini dipergunakan sebagai tempat
musyawarah, kegiatan mengajar ngaji anak-anak setiap sore dan ba‟da
maghrib, dan juga dipergunakan sebagai tempat istirahat.
95
Hasil wawancara dengan Aq. Maemunah ta‟mir masjid Al-Abshar
kecamatanBatukliang pada tanggal 30 Januari 2011 jam 10.30 WITA.
48
b. Ruang Shalat Utama
Ruang shalat utama terdiri dari dua ruangan yang dipisahkan
oleh satir sebagai pemisah jama‟ah laki-laki dengan jama‟ah
wanita.Pada ruangan ini juga terdapat mihrab sebagai tempat imam
dan mimbar untuk khatib.
c. Tempat Wudu‟
Bangunan yang dijadikan tempat wudu‟ pada masjid ini
terletak di sebelah utara bangunan masjid.Bangunan ini dibagi menjadi
2 ruangan, ruangan sebelah barat untuk jama‟ah wanita dan ruangan
sebelah timur untuk jama‟ah laki-laki.
d. Pagar dan Gapura Masjid
Bangunan masjid ini memiliki pagar tinggi yang mengelilingi
bangunan masjid.Pintu utama bangunan masjid ini terletak di sebelah
timur dan selatan masjid.Bagian halaman sebelah timur bangunan
masjid terdapat sebuah tugu kecil setinggi 5 meter yang menjadi air
pancur yang indah.
9) Masjid Al-Istiqomah Kecamatan Batukliang Utara
Masjid Al-Istiqomah terletak di Desa Aikbuka‟ kecamatan
Batukliaang Utara.Masjid ini di bangun pada tahun 199296
oleh masyarakat
Aikbuka‟.Masjid berbentuk persegi panjang dengan ukuran 15 m x 20 m.
Bangunan Masjid Al-Istiqomah kecamatan Batukliang Utara:
96
Wawancaradengan pengurus masjid Al-Istiqomah kecamatan Batukliang Utara H. L.
Ma‟mur pada tanggal 03 Februari 2011.
49
a. Ruang Shalat Utama
Ruang shalat masjid ini terdiri dari 2 raung shalat utama, yakni
sebelah kiri digunakan bagi jama‟ah wanita sedangkan sebelah kanan
digunakan bagi jama‟ah laki-laki.Pada ruang ini juga sebagaimana
masjid-masjid pada umumnya terdapat mihrab yang menjadi tempat
imam dan pada bagian kanan terdapat mimbar yang menjadi tempat
khatib ketika khotbah jum‟at.
b. Tempat Wudu‟
Bagian timur pada bangunan masjid ini terdapat sebuah
bangunan yang dijadikan sebagai tempat wudu‟ baik laki-laki dan
wanita.Pada bangunan ini terdapat 2 buah kamar mandi untuk laki-laki
dan satu lagi untuk wanita.
c. Kegunaan lain masjid Al-Istiqomah
Setiap hari masjid ini digunakan sebagai tempat menuntut ilmu
belajar al-qur‟an untuk anak-anak.Dan setiap ba‟da subuh juga
digunakan sebagai tempat pengajian (Ceramah) atau biasa di sebut
dengan kultum.
10) Masjid Baiturrahim Kecamatan Janapria
Masjid Baiturrahim merupakan salah satu masjid di Kecamatan
Janapria yang dijadikan sampel penelitian juga oleh penulis. Masjid ini
memiliki bentuk persegi panjang dengan ukuran 15m x 23m dibangun
pada tahun 1987 oleh tokoh masyarakat kemudian karena sudah banyak
bagian bangunan yang sudah roboh dilakukan perbaikan lagi pada tahun
50
1999 oleh masyarakat Janapria97
. Bangunan Masjid Baiturrahim
Kecamatan Janapria adalah sebagai berikut:
a. Ruang Shalat Utama
Pada bangunan masjid ini memiliki ruang shalat utama yang
terdiri dari dua bagian yang dibatasi dengan satir warna putih yang
membagi antara jama‟ah laki-laki dengan jama‟ah wanita. Pada bagian
depan terdapat mihrab dan mimbar untuk khatib.
b. Tempat Wudu‟
Sarana yang dijadikan sebagai tempat wudu‟ terdapat sebuah
bangunan yang terletak di sebelah utara bangunan masjid. Tempat
wudu‟ laki-laki dan wanita dipisah, yakni bangunan bagian barat
sebagai tempat wudu‟ jama‟ah wanita, sedangkan bangunan bagian
timur untuk tempat wudu‟ jama;ah laki-laki.
c. Kegunaan Lain Masjid Bitur Rahim kecamatan Janapria
Masjid Baiturrahim ini setiap malam jum‟at di gunakan sebagai
tempat untuk hiziban,98
sedangkan setiap ba‟da jum‟atan diadakan
pengajian umum.
11) Masjid Al-Hikmah Kecamatan Kopang
Masjid Al-Hikmah yang berada dekat dengan terminal Kopang dan
kantor camat kecamatan Kopang. Masjid ini dibangun pada tahun 1998
97
Wawancara dengan Aq. Efendi pengurus masjid Baiturrahim kecamatan Janapria pada
tanggal 25 Januari 2011 jam 10.35 WITA. 98
Membaca hizb, lantunan doa yang selalu dibaca oleh masyarakat Nahdlatul Watan.
51
oleh masyarakat kopang.99
Bangunan dari masjid ini berbentuk persegi
panjang dengan luas 19 m x 25 m. Bangunan Masjid Al-Hikmah
kecamatan Kopang Lombok Tengah:
a. Serambi Masjid
Serambi ini terletak di setiap samping dari bangunan masjid ini
yang digunakan sebagai tempat diskusi para pelajar juga di gunakan
sebagai tempat belajar mengaji stiap selesai shalat maghrib, serta
digunakan sebagai sarana istirahat bagi orang-orang yang dalam
perjalanan untuk melepas lelah.
b. Ruang Shalat Utama
Ruang shalat utama masjid ini terletak di tengah-tengah
serambi masjid yang terdiri dari dua bagian untuk jama‟ah laki-laki
dan wanita.Juga terdapat mihrab dan sebuah mimbar.
c. Tempat Wudu‟
Bangunan yang di gunakan sebagai tempat untuk wudu‟ dibagi
menjadi dua tempat.Sebelah selatan bangunan masjid dijadikan tempat
wudu‟ bagi jama‟ah wanita, sedangkan bagian utara bangunan masjid
sebagi tempat wudu‟ jama‟ah laki-laki.
d. Kegunaan Lain Masjid Al-Hikmah Kecamatan Kopang
Masjid ini untuk setiap hari minggu digunakan sebagai tempat
pengajian umum yang diadakan oleh pengurus masjid guna
memperdalam pengetahuan tentang islam.
99
Wawancara dengan H. M. Mushlih pengurus masjid Al-Hikmah kecamatan Kopang
pada tanggal 4 Februari 2011 jam 12.05 WITA.
52
12) Masjid Baiturrahman Kecamatan Pujut
Masjid Baiturrahman salah satu masjid yang dijadikan obyek
penelitian penulis. Masjid ini terletak di sebelah barat kantor camat
kecamatan Pujut. Pengurus masjid Baiturrahman mengatakan masjid ini
merupakan masjid tertua yang merupakan masjid yang pertama kali
dibangun di Pujut pada 23 juli tahun 1968.100
Masjid ini masih kelihatan
sederhana dengan ukuran 10 m x 15 m dan hanya dilakukan perbaikan satu
kali pada tahun 1998. Bangunan Masjid Baiturrahman Kecamatan Pujut
Lombok Tengah adalah sebagai berikut:
a. Serambi Masjid
Masjid ini memiliki serambi yang terletak di samping kiri dan
kanan. Serambi ini biasa digunakan sebagai tempat anak-anak belajar
mengaji setaiap hari selesai shalat ashar dan selesai shalat maghrib.
b. Ruang Shalat Utama
Ruang shalat merupakan hal yang utama setiap bangunan
masjid. Sebagaimana masjid yang lain, masjid ini juga mempunyai
ruang shalat utama yang terdiri dari dua bagian yang hanya dipisahkan
oleh satir yang memisahkan antara jama‟ah laki-laki dengan jama‟ah
wanita. Pada ruang inipun terdapat mihrab dan mimbar.
c. Tempat Wudu‟
Tempat wudu‟ terletak dalam satu bangunan yang berada di
sebelah utara bangunan masjid.Tempat wudu‟ baik laki-laki maupun
100
Wawancara dengan H. Moh. Suhaimi pengurus masjid Baiturrahmankecamatan Pujut
pada tanggal 28 Januari 2011 pada jam 11.45 WITA.
53
wanita dijadikan satu tempat yang hanya dipisahkan oleh tembok
pemisah setinggi 2 meter.
C. Arah Kiblat Masjid Kabupaten Lombok NTB
Sejarah penentuan arah kiblat masjid di Kabupaten Lombok tengah
tidak ada dalam catatan sejarah yang secara khusus, jelas dan tegas dalam
memberikan penjelasan tentang metode penentuan arah kiblat Masjid di
Kabupaten Lombok Tengah ini. Adapun arah kiblat untuk masjid di
Kabupaten Lombok Tengah saat ini adalah:
a. Masjid Nurul Iman Kecamatan Praya
Masjid ini berada pada lintang –08˚ 39‟ 03.03” dan bujur timur 116˚ 17‟
25.16”.101
Masjid Nurul Iman Aikmual ini memiliki arah kiblat sebesar
23˚ 31‟ 3.38” dari arah barat ke utara atau azimuth kiblat 293˚ 31‟ 3.38”
UTSB.Untuk saat ini masjid Umul Iman ini memiliki azimuth kiblat,
289˚ 3‟ 1.61” UTSB.
b. Masjid Al-Muttaqin Kecamatan Praya Tengah
Masjid Al-Muttaqin ini terletak pada lintang –08˚ 42‟ 23.46” dan bujur
timur 116˚ 16‟ 07.27”102
. Dan untuk arah kiblat masjid ini adalah 23˚
30‟ 10.6” dari barat ke utara atau azimuth kiblat 293˚ 30‟ 10.6”
(UTSB).Saat ini masjid ini masjid ini memiliki arah kiblat dari barat ke
utara sebesar 25˚ 49‟ 45.5” atau azimuth kiblat 295˚ 49‟ 45.5” (UTSB).
101
Data diperoleh dari GPS Garmin Asus tipe 350 tanggal 09 Januari jam 08.05
WITA 102
Ibid data GPS tanggal 09 Januari jam 09.40 WITA
54
c. Masjid Al-Amanah Kecamatan Praya Barat
Masjid terletakpada lintang – 08˚ 45‟ 59.06” dan bujur timur 116˚ 14‟
05.34”103
dengan arah kiblat 23˚ 32‟ 48.24” dari barat ke utara atau
azimuth kiblat 293˚ 32‟ 48.24” (UTSB).
d. Masjid Jami’ Nurul HudaKecamatan Praya Barat Daya.
Masjid ini memiliki data astronomi lintang -08˚ 44‟ 19.18” dan bujur
timur 116˚ 14‟ 37.71”104
dengan arah kiblat untuk masjid ini adalah 23˚
27‟ 16.92” dari barat ke utara atau azimuth 293˚ 27‟ 16.92” (UTSB).
e. Masjid Al-Muttaqin Kecamatan Praya Timur
Pada masjid ini terdapat data astronomis dengan lintang –08˚ 46‟ 44.21”
dan bujur timur 116˚ 22‟ 00..57”.105
Masjid ini memiliki arah kiblat
sebesar 23˚ 31‟ 12.39” dari barat ke utara atau memiliki azimuth kiblat
sebesar 293˚ 31‟ 12.39” (UTSB). Untuk saat ini masjid ini memiliki arah
kiblat 26˚ 44‟ 22.47” dari barat ke utara atau memiliki azimuth kiblat
296˚ 44‟ 22.47” (UTSB).
f. Masjid Darul Hikmah Kecamatan Jonggat.
Masjid ini berada dalam lintang –08˚ 41‟ 01.10” dan bujur timur 116˚
14‟ 37.71”.106
Azimuth kiblat untuk masjid ini sebesar 293˚ 35‟ 13.25”
atau 23˚ 35‟ 13.25” dari barat ke utara. Untuk saat ini yaitu hanya 20˚
44‟ 9.94” dari barat ke utara atau azimuth kiblat sebesar 290˚ 44‟ 9.94”.
103
Ibid data GPS tanggal 10 Januari jam 10.43 WITA 104
Ibid data GPS tanggal 09 Januari jam 14.21 WITA 105
Ibid data GPS tanggal 10 Januari jam 08.11 WITA
106
Ibid data GPS tanggal 10 Januari jam 11.24 WITA
55
g. Masjid BaiturrahimKecamatan Pringgarata
Masjid ini berada pada lintang –08˚ 37‟ 15.15” dan bujur 116˚ 11‟
55.94”107
dengan arah kiblat 23˚ 35‟ 13.25” dari arah barat ke utara (B-
U) atau azimuth kiblat 293˚ 35‟ 13.25”. Saat ini masjid ini memiliki
arah kiblat 19˚ 7‟ 11.48” dari barat ke utara.
h. Masjid Al-HudaKecamatan Batukliang
Masjid untuk daerah ini memiliki lintang tempat –08˚ 36‟ 54.17” dan
bujur timur 116˚ 18‟ 48.40” .
i. Masjid Al-Istiqomah Kecamatan Batuklian Utara
Untuk masjid ini terletak pad lintang – tempat –08˚ 35‟ 17.07” dan
bujur tempat 116˚ 20‟ 30.47”108
, sementara arah kiblat untuk masjid ini
adalah 23˚ 29‟ 50.09” atau azimuth kiblat untuk masjid ini adalah 293˚
29‟ 50.09”. Untuk saat ini masjid ini memiliki arah kiblat hanya sebesar
11˚ 19‟ 44.92”.
j. Masjid BaiturrahimKecamatan Janapria
Masjid ini terletak pada lintang – 08˚ 40‟ 19.25” dan bujur 116˚ 20‟
07.23”,109
dengan kiblat untuk masjid ini adalah 23˚ 30‟ 39.94” dari
barat ke utara atau azimuth kiblat 293˚ 30‟ 39.94”. Saat ini masjid ini
memiliki arah kiblat 19˚ 45‟ 23.19” dari barat ke utara.
107
Ibid data GPStanggal 10 Januari jam 13. 40 WITA 108
Ibid data GPStanggal 10 Januari jam 15. 21 WITA 109
Ibid data GPStanggal 11 Januari jam 12. 20 WITA
56
k. Masjid Al-Hikmah Kecamatan Kopang
Masjid ini barada dalam data astronomis yakni berada pada lintang –8˚
37‟ 57.18”110
dan berada pada bujur timur 116˚ 21‟ 03.42” , dengan
azimut kiblat untuk masjid ini 23˚ 30‟ 6.83”.
l. Masjid BaiturrahmanKecamatan Pujut
Masjid ini merupakan masjid yang berada di kecamatan Pujut Lombok
Tengah. Masjid ini berada pada lintang –08˚ 48‟ 11.77” dan bujur timur
116˚ 17‟ 34.52”.111
Masjid ini memiliki arah kiblat sebesar 23˚ 32‟
22.87” dari barat ke utara atau azimuth kiblat 293˚ 32‟ 22.87”.
D. Pandangan Masyarakat Terhadap Pengecekan Arah Kiblat
MasjidKabupaten Lombok Tengah Nusa Tenggara Barat
Dalam melakukan wawancara untuk mengetahui respon masyarakat
Kabupaten Lombok Tengah terhadap pengecekan arah kiblat masjid di
Kabupaten Lombok Tengah saat ini. Penulis membagi wawancara dengan
masyarakat Ampel menjadi 3 bagian :
1. Wawancara dengan pengurus atau ta‟mir masjid
2. Wawancara dengan tokoh masyarakat Kabupaten Lombok Tengah
3. Wawancara dengan pelajar / mahasiswa Lombok Tengah
1. Wawancara dengan Ta’mir atau Pengurus masjid
Dalam wawancara ini, penulis mewawancarai para pengurus atau ta‟mir
masjid di setiap 12 masjid yang menjadi obyek penelitian penulis.
110
Ibid data GPStanggal 11 Januari jam 09. 06 WITA 111
Ibid data GPS tanggal 11 Januari jam 15.19 WITA
57
a. Berdasarkan wawancara pada tanggal 22 Januari 2011 pada jam 13.15
WITA dengan pengurus Masjid Nurul Iman Kecamatan Praya Drs. H.
Moh. Ma‟ali, beliau mengatakan bahwa arah kiblat masjid khususnya
masjid Nurul Iman sendiri di bangun berdasarkan bangunan masjid
terdahulu yang sudah ditentukan oleh tiga tokoh yang sangat dihormati
dan disegani yakni TGKH. Moh Amin, TGKH. M. Muharis dan
TGKH. Moh. Ma‟arif.112
Beliau memberikan apresiasi yang positif atas pengecekan arah kiblat
masjid dan menerima hasil dari pengecekan arah kiblat tersebut.Beliu
berkata dala bahasa NTB sambil tersenyaum “Tiang jak terima‟ doang
lamun araq sak dengan cek arah kiblat marak niki, senga‟ niki ilmu
baru aran.Sengaq badeq dengan laeq aran araq bae taon keliru”.113
b. Hal senada pun di sampaikan oleh H. Abd. Hanan pengurus masjid
Baiturrahim kecamatan Pringgarata saat wawancara pada tanggal 27
Januari 2011 di kediaman beliau yang berada di samping utara masjid.
Beliau mengatakan pengecekan arah kiblat memang penting dilakukan
mengingat kemungkin dulu dalam penentuan menggunakan metode
dan alat yang kurang sesuai dan masih terdapat kekeliruan.
c. Sedangkan dalam wawancara dengan ta‟mir masjid Al-Amanah
kecamatan Praya Barat H. Arifin pada tanggal 1 Februari 2011
mengatakan saya mendukung sepenuhnya atas pengecekan dan
112
TGKH adalah singkatan dari Tuan Guru Kiai Haji yang merupakan sebutan bagi
seorang ulama‟ di NTB. 113
Maksudnya “ Kalau saya terima saja kalo ada pengecekan arah kiblat seperti ini,
karena inikan ilmu baru namanya, namanya juga orang dulu pasti ada saja kekeliruan dalam
menentukan arah kiblat.”
58
pelurusan arah kiblat masjid, namun menurut saya arah kiblat
merupakan keyakinan dalam hati kalau sudah berniat mustaqbilal
qiblati ya sudah, yang penting niat tutur beliau, tapi lanjut beliau kalau
memang arah dalam penentuan arah kiblat ada ilmu yang bisa tepat
saya tambah senang bisa menambah keyakinan pada diri saya.
d. Pada tanggal 06 Februari 2011 jam 12.15. penulis melakukan
wawancara dengan ta‟mir masjid Al-Muttaqin kecamatan Praya Timur
H. Abd. Syukur. Beliau memberikan respon positif dengan adanya
pengecekan arah kiblat ini. Beliau berkata “ selama ini yang tiang tahu
tentang arah kiblat ya arah barat, karena selama ini banyak tamu di
rumah yang tanya kalau mau shalat mbe andang bat ni.114
Tapi
sekarang tiang juga dapat ilmu baru, lanjutnya. Beliau juga
menyatakan keinginannya untuk belajar ilmu falak supaya bisa
menentukan arah kiblat di kemudian hari, kerena menurut beliau
dahulu dalam pentuan arah kiblat masjid ini hanya mempergunakan
perkiraan saja arah barat digeser sedikit ke kanan (utara).
e. Wawancara dengan Aq. Maemunah ta‟mir masjid Al-
HudakecamatanBatukliang pada tanggal 30 Januari 2011 jam 10.30.
dari sudut pandang beliu pribadi merasa senang dilakukan pelurusan
arah kiblat. Beliau bilang selama ini saya kalau shalat selalu
memiringkan badan lebih ke utara dari arah kiblat masjid ini, tidak
tahu kenapa tapi itu keyakinan saya, banyak juga yang mengikuti, tapi
114
Tiang adalah bahasa kromo sasak yang berarti saya.
mbeandang bat ni artinya ini mana arah barat.
59
banyak juga yang mengarah seperti arah bangunan masjid. Mudah-
mudahan setelah pengukuran ini mereka dapat mengerti bahwa arah
kiblat masjid ini memang melenceng.
f. Wawancara dengan pengurus masjid Al-Istiqomah kecamatan
Batukliang Utara H. L. Ma‟mur pada tanggal 03 Februari 2011. Beliau
merasa kaget atas hasil pengecekan arah kiblat ini, beliau tidak
menyangka aka sejauh ini kemelencengannya. Ini memeng masjid
yang dibangun oleh masyarakat sekitar di atas bangunan masjid lama
yang dulu ditentukan dengan cara arah barat serong sedikit saja ke
utara, kita tidak tahu kalo masih jauh lagi harus di serong. Beliau
berkeinginan mengubah shaf shalat yang sekarang dengan arah hasil
yang penulis teliti.
g. Wawancara dengan H. Hasbullah pengurus Masjid Jami‟ Nurul
Hudakecamatan Praya Barat Daya pada tanggal 23 Januari 2011 jam
09.15 WITA. Beliau memberikan apresiasi terhadap penelitian ini,
beliau menyatakan kegembiraannya atas penelitian ini apalagi
mengenai arah kiblat yang merupakan hal yang sangat penting agar
tidak ada keraguan lagi dalam beribadah ungkap beliau. Beliu juga
akan mengabarkan hasil pengecekan ini kepada jama‟ah agar jama‟ah
juga tahu dan semakin mantap untuk menghadap sang pencipta. Hal ini
kerena dalam menetapkan arah kiblat masjid ini dulunya menggunakan
kompas saja oeh KH. M. Shopwan (Almarhum, Tokoh Masyarakat).
60
h. Wawancara dengan ta‟mir masjid Al-Muttaqin kecamatan Praya Timur
H. Abd. Syukur pada tanggal 06 Februari 2011 jam 12.15 di kediaman
beliau sebelah barat masjid. Beliau juga tidak jauh beda dengan
tanggapan yang lain juga merasa apresiatif sekali karena hal ini
memang di rasa sangat berguna kemantapan dan ketenangan dalam
melaksanakan rutinitas seharian dalam hal ibadah kepada Allah SWT.
Hal ini menurut beliau sebenarnya sudah lama mendengar tentang ilmu
falak, namun dalam aplikasi penentuan arah kiblat ini belum
menemukan secara langsung, jadi ilmu ini ternyata bisa mengukur arah
barat secara akurat dan sesuatu yang benar dan punya dasar pasti kita
akan ikuti.
i. Wawancara dengan H. M. Mushlih pengurus masjid Al-Hikmah
kecamatan Kopang pada tanggal 4 Februari 2011 jam 12.05 WITA
saat di temui di masjid menyatakan bahwa untuk melakukan
pengecekan kembali terhadap masjid memang hal yang sangat penting
dan perlu untuk di luruskan kembali. Beliau juga merasa senang sekali
karena ternyata masjid Al-Hikmah ternyata tidak jauh melenceng dari
kiblat yang sekarang yang kurang dari 1o. walaupu demikian ungkap
beliau, arah ini akan kita ubah sesuai dengan hasil yang akurat dan
punya landasan ilmu dan teori yang benar dan tepat, kerena sesuatu
tanpa dasar ilmu pengetahuan pohon tanpa buah tidak ada hasilnya
atau sudah pasti salah kalau hanya mengira saja.
61
j. Wawancara dengan H. L. Moh. Suhaimi pengurus masjid
Baiturrahmankecamatan Pujut pada tanggal 28 Januari 2011 pada jam
11.45 WITA. Penulis mewawancarai beliau lansung di rumah beliau
yang berada di sebelah selatan masjid. Beliau mengungkapkan selama
ini masjid ini memang belum pernah dilakukan pengecekan kembali
arah kiblatnya sehingga saat pengecekan ini dilakukan beliau sangat
mendukung sekali dan membantu dalam pengukuran. Pada saat
pembangunan masjid ini juga tidak ada ketentuan pasti dalam
penentuan arah kiblatnya, kita membangun masjid ini berdasarkan
masjidAl-Muhajirin yang ada di desa sebelah. Dari hasil pengukuran
ini beliau juga mengungkapkan kesedihannya atas kemelencengan ini
dan akan berusaha memperbaiki shaf sebagaimana hasil dari
pengukuran yang dilakukan penulis, kerena ini merupakan ilmu yang
manfaat dan hasilnya dapat dipertanngung jawabkan.
k. Wawancara dengan H. M. Amin selaku pengurus masjid Al-Muttaqin
kecamatan Praya Tengah, pada tanggal 5 Februari 2011. Saat penulis
temui beliau sehabis shalat zuhur di dalam masjid beliau merasa
memang sudah seharusnya setiap masjid itu dilakukan pngukuran
kembali arah kiblat untuk mengetahui seberapa jauh kemelencengan
terhadap masji tersebut guna perbaikan kembali arah kiblat yang
seharusnya. Beliau mendukung sepenuhnya jika ada orang yang
melakukan hal serupa yakni melakukan pengecekan kembali arah
kiblat untuk setiap masjid. Untuk hasil beliau menyatakan
62
kesediaannya untuk meluruskan, kerena sesuatu yang dilakukan oleh
ahlinya pasti benar ungkap beliau.
l. Wawancara dengan H. Sahlan selaku pengurus Darul Hikmah
kecamatan Jonggat masjid pada tanggal 26 Januari 2011 jam 08.55
WITA. Beliau juga mengungkapkan hal senada dengan tanggapan para
narasumber yang pernah penulis wawancarai, beliau mengungkapkan
rasa bangga atas pengecekan kembali yang dilakukan atas masjid
Darul Hikmah ini, beliau juga bersyukur ada yang melakukan
pengukuran semacam ini mengingat pengukuran terhadap kiblat
masjid memang benar-benar sangat penting agar mantap dalam
beribadah. Penentuan ini juga berdasakan ilmu falak yang jarang-
jarang orang mempelajarinya
2. Wawancara dengan tokoh masyarakat Kabupaten Lombok Tengah
Dalam wawancara dengan beberapa tokoh masyarakat yang ada di
setiap kecamatan di Kabupaten Lombok tengah penulis melakukan
wawancara dengan beberapa narasumber yang ada di sekitar masjid yang
di teliti diantaranya:
a. Ustadz H. Abd. Muin.
Dalam wawancara dengan beliau pada tanggal 23 Januari 2011 di
kediaman sebelah barat masjid Nurul Iman kec Praya, beliau
menyatakan sangat senang atas hasil pengecekan ini. Hal ini demi
memantapkan lagi keyakinan kita dalam melakukan ibadah terutama
ibadah shalat.Ini merupakan langkah yang baik, kalau bisa semua
63
masjid di NTB perlu dilakukan pengecekan kembali arah kiblatnya.
Sebagai guru fiqh beliau merasa penentuan ini akan benar jika
dilakukan dengan orang yang benar-benar menguasai ilmu tersebut.
Jadi dalam pelususan arah kiblat ini siap membantu sepenuhnya untuk
meluluskan shaf masjid kea rah yang benar.
b. L. Khaerudin.115
Penulis Melakukan wawancara dengan beliau pada tanggal 25 Januari
2011 pada saat melakukan pengukuran di masjid Baiturrahim
kecamatan Janapria. Belaiau juga memberikan tanggapan positif atas
pengecekan ini, belaiau mengatakan “saya senang sekali ada ilmu yang
seperti ini yang bisa menentukan arah kiblat hanya dengan bayang
matahari saja, ini ilmu yang langka, saya saja baru pertama kali melihat
yang demikian, paling dulu pernah ada tapi dia menggunakan
kompas.”. untuk hasilnya kita akan melakukan perbaikan bersama
dengan perbaikan terhadap shaf shalat yang selama ini kearah hasil ini.
c. Di masjid Al-Muttaqin kecamatan Praya Tengah penulis melakukan
wawancara dengan MamiqWawan saat penulis selesai melakukan
pengukuran di masjid ini pada tanggal 5 Februari 2011.116
Beliau
memberikan tanggapan atas hasil pengecekan terhadap masjid Al-
Muttaqin ini bahwa kalau sudah kita ketahui ada yang lebih akurat dan
dengan dasar ilmu yang kuat sudah menjadi kewajiban untuk dilakukan
115
L adalah singkatan dari kata Lalu yang di peruntukkan untuk laki-laki, sedangkan
untuk perempuan adalah Bq. singkatan dari kata Baiq, gelar ini di peruntukkan untuk mereka yang
merupakan keturunan dari para bangsawan sasak di NTB. 116
Mamiq, juga merupakan sebutan bagi orang yang merupakan keturunan para
bangsawan di Lombok, sama halnya dengan laludi atas.
64
pelurusan arah kiblat sesuai dengan hasil yang sudah di ukur, itu akan
menjadikan kita tenang dalam melakukan runinitas ibadah kita.
d. Hal senadapun penulis temui saat melakukan wawancara di masjid Al-
Amanah kecamatan Praya Barat dengan Aq. Malik. Beliau juga
merespon atas hasil pengecekan yang sudah dilakukan ini bahwa
sebagai jama‟ah rutin masjid merasa kecewa atas pengurus masjid yang
tidak melakukan pengecekan sebelumnya meski kemelencengannya
hanya 1o saja tapikan sudah melenceng juga namanya, beliau berpesan
agar segera melakukan perbaikan shaf shalat untuk masjid ini.
e. Pada tanggal 23 Januari 2010 di masjid Jami‟ Nurul Hudakecamatan
Praya Barat Daya, penulis melakukan wawancara dengan H. Amin
Syukur, beliau mengungkapkan hendaknya pengukuran arah kiblat ini
hal yang perlu agar tidak ada keraguan bagi jama‟ah di masjid ini
pengukuran ini sudah seharusnya kita ikuti kerena ada dasar
pengukurannya.
f. Untuk kecamatan Praya Timur yakni di masjid Al-Muttaqin, penulis
mewawancarai Aq. Salman pada tanggal 6 Februari saat mengikuti
proses pengukuran terhadap masjid ini, beliau menyatakan sangat
apresiatif sekali atas pengukuran ini, hal ini untuk mengetahui arah
yang sebenarnya, kita juga dapat gambaran kemelencengan arah kiblat
atas arah kiblat yang sebelumnya, sehingga kita tidak menghadap yang
salah lagi.
65
g. Di kecamatan Jonggat yaitu di masjid Darul Hikmah pada tanggal 26
Januari 2011 saat selesai melakukan pengukuran di masjid ini penulis
melakukan wawancara dengan H. Moh. Khalqi beliau menyatakan
apresiasinya atas pengukuran yang dilakukan penulis beliau juga
menyarankan hal serupa berupa pengukuran arah kiblat ini juga
dilakukan terhadap masjid-masjid yang ada di Kabupaten Lombok
tengah dan seluruh masjid yang ada di Nusa tenggara Barat.
h. Wawancara dengan Aq. Sahabudin warga sekitar masjid
Baiturrahimkecamatan Pringgarata pada tanggal 27 Januari 2011 di
serambi masjid saat selesai melakukan pengukuran arah kiblat untuk
masjid ini, beliau memberikan respon positif terhadap hasil dari
pengukuran yang dilakukan terhadap masjid Baiturrahim ini, beliau
menyatakan pelurusan arah kiblat serta hasilnya harus disampaikan
kepada para jama‟ah masjid ini agar mereka bisa mengetahui arah
kiblat masjid ini sebelumnya kemudian hasilnya serta jauh
kemelencengannya.
i. Pada tanggal 30 Januari 2011 selesai pengukuran atas masjid Al-
Hudakecamatan Batukliang, penulis melakukan wawancara dengan
seorang jama‟ah yang rumahnya berada di samping utara masjid yakni
H. Abd. Jalil, beliau juga yang membantu penulis dalam melakukan
pengukuran terhadap masjid Al-Hudaini. Beliau juga menerangkan
bahwa banyak juga masyarakat yang kurang yakin terhadap arah kiblat
masjid yang sebelumnya, banyak jama‟ah yang ketika shalat agak
66
memiringkan badan kea rah utara seikit, dengan hasil penelitian ini
menambah keyakinan bagi jama‟ah terhadap arah kiblat masjid yang
seharusnya untuk masjid Al-Hudaini.
j. Wawancara dengan PapuqMultazam di kediaman beliau sebelah selatan
masjid Al-Istiqomah kecamatan Batukliang Utara pada tanggal 3
Februari 2011.117
Dari hasil wawancara dengan beliau menghasilkan
tanggapan positif juga, beliau menyatakan ilmu penentuan arah kiblat
ini penting untuk dipelajari oleh pengurus masjid maupun merbot agar
dalam pembangunan masjid selanjutnya ditempat lain tidak terjadi
kemelencengan lagi.118
k. Wawancara dengan masyarakat di sekitar masjid Al-Hikmah kecamatan
Kopang pada tanggal 4 Februari 2011 penulis melakukan wawancara
dengan H. Salimudin (tokoh agama) di kediaman beliau yang berjarak
50 m sebelah timur masjid. Beliau memberi respon bahwa dalam
pengukuran arah kiblat memang perlu dengan ilmu dan alat yang akurat
bukan dengan perasaan arah barat serong dikit ke utara, namun perlu
dilakukan perhitungan yang pasti, dengan adanya pengecekan ini beliau
menyatakan perlu melakukan perbaikan terhadap shaf shalat untuk
masjid Al-Hikmah ini.
l. Wawancara selanjutnya penulis mewawancarai seorang warga sekitar
masjid saat setelah dilakukan pengecekan arah kiblat masjid
Baiturrahman kecamatan Pujut yakni Aq. Jihadi (tokoh masyarakat),
117
Papuqdalam bahasa Indonesia berarti kakek. 118
Merbot, dalam bahasa Indonesia berarti ta‟mir masjid.
67
dari wawancara dengan beliau yang berlangsung di dalam masjid
Baiturrahman ini sesaat setelah pengukuran arah kiblat ini. Seperti
narasumber yang lain beliau juga mengungkapkan kegembiraannya
terhadap pengecekan kembali arah kiblat masjid Kabupaten Lombok
tengah terutama di masjid Baiturrahman ini sendiri. Namun beliau
mengungkapkan hasil pengukuran ini jangan sampai menjadi
perpecahan antara masyarakat, namun biarlah mengikuti arah yang
menjadi keyakinan masing-masing.
3. Wawancara dengan para pelajar/ mahasiswa yang ada di Kabupaten
Lombok Tengah.
Penulis juga melakukan wawancara dengan pelajar/ mahasiswa
yang berasal dariKabupaten Lombok Tengah.
a. Wawancara yang pertama penulis lakukan dengan seorang mahasiswa
UMM (Universitas Muhamadiyah Mataram) yang bernama Efendy.
Dia berpendapat seharusnya ilmu ini harus menjadi ilmu fardu kifayah
bagi setiap masyarakat di setiap desa, karena kalau sudah ada satu
orang yang bisa, maka menggugurkan kewajiban yang lain, karena kita
tahu bahwa ilmu ini sangatlah penting demi memantapkan kita dalam
melakukan ibadah, biar kita juga merasa tenang. Dia juga
mengungkapkan bahwa masyarakat lebih cendrung mempelajari ilmu-
ilmu umum daripada ilmu yang sperti ini yang menurut mereka kurang
srek, tapi pada kenyataannya ilmu ini sangatlah berguna bagi umat
islam secara umum.
68
b. Wawancara yang kedua penulis lakukan dengan Ela Wina Yusa
mahasiswi IKIP Mataram. Dia memberikan tanggapan bahwa sudah
seharusnya masyarakat NTB melakukan pelurusan arah kiblat kembali
berdasarkan ilmu dan metode yang baru. “kalau ada ilmu yang lebih
akurat kenapa tidak” tegas dia. Dia juga memberikan masukan supaya
yang menjadi pengurus maupun ta‟mir masjid harus bisa ilmu falak
agar bisa menentukan arah kiblat seperti ini, bisa membuat jadwal
shalat, dan bisa juga menentukukan awal bulan.
c. Untuk wawancara ketiga, penulis lakukan dengan Nasri seorang
mahasiswa Muhamadiyah Mataram. Dia berkomentar kalau memang
rata-rata masjid yang ada di Lombok tengah melenceng sudah
seharusnyakan diluruskan, kita tahu kan kiblat merupakan arah harus
dituju ketika ibadah terutama shalat, kan sudah seharusnya hal ini
diluruskan. Saya senang ada semetonyang melakukan penelitian di
sini, karena itu sangat bermanfaat bagi masyarakat.119
119
Semeton dalam bahasa Indonesia berarti Saudara
69
BAB IV
ANALISIS AKURASI ARAH KIBLAT MASJID
KABUPATEN LOMBOK TENGAH NUSA TENGGARA BARAT (NTB)
A. Arah Kiblat Masjid Kabupaten Lombok Tengah
Sejarah penentuan arah kiblat masjid di Kabupaten Lombok tengah
tidak ada dalam catatan sejarah yang secara khusus, jelas dan tegas dalam
memberikan penjelasan tentang metode penentuan arah kiblat Masjid masji di
Kabupaten Lombok Tengah ini. Namun pada kenyataannya masjid-masjid
yang ada di Kabupaten Lombok Tengah khususnya yang menjadi objek
penelitian secara keseluruhan mengalami kemelencengan arah kiblat. Padahal
perhitungan yang sebenarnya dan arah kiblat yang seharusnya untuk masjid di
Kabupaten Lombok Tengah adalah :
1. Masjid Nurul Iman Kecamatan Praya Lombok Tengah
Masjid ini berada pada lintang – 08˚ 39‟ 03.03” dan bujur 116˚
17‟ 25.16”. Masjid Nurul Iman Aikmual ini memiliki arah kiblat
sebesar 23˚ 31‟ 3.38” dari arah barat ke utara atau azimuth kiblat 293˚
31‟ 3.38” UTSB . Menurut perhitungan astronomis pada tanggal 22
januari 2011 dengan data astronomis pada tanggal ini, Deklinasi
Matahari δ = –19˚ 48‟ 11” dan Equation of Time e = –00j 11
m 22
d,120
rasdhul kiblat di masjid ini terjadi pada jam 10j 19
m 44.47
d (WITA).
Setelah dilakukan pengecekan berdasarkan rashdul kiblat pada
hari tersebut, ternyata masjid ini mengalami kemelencengan sejauh 4˚
120
Data diambil dari winhisab versi tahun 2006 pada tanggal 22 Januari 2011
70
28‟ 1.77” kurang ke utara.Maka azimuth kiblat masjid ini adalah 289˚
3‟ 1.61” UTSB atau kurang ke utara sejauh 4˚ 28‟ 1.77”.
Kemelencengan ini di ketahui setelah pada hari pengukuran
tersebut, penulis menggunakan tongkat istiwa‟ sepanjang 100 cm.
setelah pada jam 10j 19
m 44.47
d (WITA) penulis menarik garis lurus
mengikuti bayang-bayang matahari sepanjang 32 cm, kemudian
membentuk garis siku-siku sesuai dengan arah masjid yang
sebenarnya.
Gambar: 1
Ket:
Garis Lurus = Arah Kiblat Masjid Saat ini
Garis Miring = Arah Kiblat Masjid seharusnya
Setelah di hitung dengan menggunakan rumus Tan yakni:
Tan sudut (C) = 2.5 cm : 32 cm
= 4˚ 28‟ 1.77”.
Sehingga dapat di simpulkan bahwa masjid Nurul Iman Aikmual
kecamatan Praya ini mengalami kemelencenagn arah kiblat sejauh 4˚
28‟ 1.77” kurang ke utara.
71
2. Masjid Al-Muttaqin kecamatan Praya Tengah Lombok Tengah
Masjid Al-Muttaqin ini terletak pada lintang – 08˚ 42‟ 23.46”
sedangkan bujurnya 116˚ 16‟ 07.27” . Sedangkan untuk arah kiblat
masjid ini adalah 23˚ 30‟ 10.6” dari barat ke utara atau azimuth kiblat
293˚ 30‟ 10.6” (UTSB).
Setelah perhitungan dengan menggunakan rashdul kiblat pada
tanggal 5 Febriari 2011 dengan data astronomis pada tanggal ini yakni
Deklinasi Matahari δ = –16˚ 20‟ 17” dan Equation of Time e = –00j
12m
49d,121
yang terjadi pada jam 11j 08
m 38.17
d (WITA), masjid ini
mengalami kemelencengan sejauh 2˚ 19‟ 34.9” terlalu ke utara. Jadi
saat ini masjid ini masjid ini memiliki arah kiblat dari barat ke utara
sebesar 25˚ 49‟ 45.5” atau azimuth kiblat 295˚ 49‟ 45.5” (UTSB).
Kemelencengan ini di ketahui setelah pada hari pengukuran
tersebut, penulis menggunakan tongkat istiwa‟ sepanjang 100 cm.
setelah pada jam 11j 08
m 38.17
d (WITA) penulis menarik garis lurus
mengikuti bayang-bayang matahari sepanjang 32 cm, kemudian
membentuk garis siku-siku sesuai dengan arah masjid yang
sebenarnya.
121
Ibid Winhisab versi tahun 2006 pada tanggal 05 Februari 2011
72
Gambar: 2
Ket:
Garis Lurus : Arah kiblat masjid saat ini
Garis Miring : Arah kiblat yang seharusnya
Setelah di hitung dengan menggunakan rumus tan yakni
Tan sudut (C) = 1.3 cm : 32 cm
= 2˚ 19‟ 34.9”
Sehingga dapat di simpulkan bahwa masjid Al-Amanah kecamatan
Praya Tengah ini mengalami kemelencenagn arah kiblat sejauh 4˚ 2˚
19‟ 34.9” terlalu ke utara.
3. Masjid Al-Amanah Kecamtan Praya Barat
Masjid ini memiliki data astronomis dengan lintang – 08˚ 45‟
59.06” dan bujur 116˚ 14‟ 05.34” . dengan arah kiblat 23˚ 32‟ 48.24”
dari barat ke utara atau azimuth kiblat 293˚ 32‟ 48.24” (UTSB).
Penulis melakukan pengecekan pada tanggal 01 Februari 2011 dengan
data astronomis pada tanggal ini yakni Deklinasi Matahari δ = –17˚
00‟ 37” dan Equation of Time e = –00j 13
m 38
d,122
yang mana Rasdhul
Kiblat pada saat itu terjadi pada jam 11j 2
m 8.7
d (WITA).
122
Ibid Winhisab versi tahun 2006 pada tanggal 01 Februari 2011
73
Setelah dilakukan pengecekan lapangan terhadap masjid ini
ternyata masih terdapat kemelencengan, meskipun tidak terlalu jauh
yakni hanya 1˚ 04‟ 27.01” terlalu ke utara. Masjid ini boleh dikatakan
tingkat akuraisnya sudah akurat karena hanya memiliki
kemelencengan yang kecil yakni 1 derajat saja , dan menurut data
kemelencengan 1 derajat masih masuk dalam wilayah kota makkah.
Kemelencengan ini di ketahui setelah pada hari pengukuran
tersebut, penulis menggunakan tongkat istiwa‟ sepanjang 100 cm.
setelah pada jam 11j 2
m 8.7
d (WITA) penulis menarik garis lurus
mengikuti bayang-bayang matahari sepanjang 32 cm, kemudian
membentuk garis siku-siku sesuai dengan arah masjid yang
sebenarnya.
Ket:
Garis Lurus : Arah kiblat masjid saat ini
Garis Miring : Arah kiblat yang seharusnya
Gambar: 3
Setelah di hitung dengan menggunakan rumus tan yakni
Tan sudut (C) = 0.6 cm : 32 cm
= 1˚ 04‟ 27.01”
74
Sehingga dapat di simpulkan bahwa masjid Al-Amanah kecamatan
Praya Barat ini mengalami kemelencenagn arah kiblat sejauh 1˚ 04‟
27.01” terlalu ke utara.
4. Masjid Masjid Jami’ Nurul Huda Kecamatan Praya Barat Daya.
Masjid ini memiliki data astronomi 08˚ 44‟ 19.18” dan bujur
tempat 116˚ 14‟ 37.71” , dengan arah kiblat untuk masjid ini adalah
23˚ 27‟ 16.92” dari barat ke utara atau azimuth 293˚ 27‟ 16.92”
(UTSB). Berdasarkan perhitungan astronomis pada tanggal 23 januari
dengan data astronomis pada tanggal ini yakni Deklinasi Matahari δ =
–19˚ 22‟ 11” dan Equation of Time e = –00j 11
m 54
d,123
untuk masjid
ini terjadi rashdul kiblat pada jam 10j 27
m 22.6
d (WITA).
Kemudian setelah dilakukan penegecekan, ternyata masjid ini
juga memiliki kemelencengan sejauh 0˚ 42‟ 58.18” terlalu ke arah
utara, dengan kata lain untuk saat ini masjid ini memiliki azimut kiblat
294˚ 10‟ 15.1” (UTSB). Kemelencengan ini di ketahui setelah pada
hari pengukuran tersebut, penulis menggunakan tongkat istiwa‟
sepanjang 100 cm. setelah pada jam 10j 27
m 22.6
d (WITA) penulis
menarik garis lurus mengikuti bayang-bayang matahari sepanjang 32
cm, kemudian membentuk garis siku-siku sesuai dengan arah masjid
yang sebenarnya.
123
Ibid Winhisab versi tahun 2006 pada tanggal 23 Januari 2011
75
Ket:
Garis Lurus : Arah kiblat masjid saat ini
Garis Miring : Arah kiblat yang seharusnya
Gambar: 4
Setelah di hitung dengan menggunakan rumus tan yakni
Tan sudut (C) = 0.4 cm : 32 cm
= 0˚ 42‟ 58.18”
Sehingga dapat di simpulkan bahwa masjid Jami‟ Nurul Huda
kecamatan Praya Barat Daya ini mengalami kemelencenagn arah kiblat
sejauh 1˚ 0˚ 42‟ 58.18” terlalu ke utara.
Masjid ini adalah masjid yang memiliki keakurasian yang sangat baik
yakni hanya mengalami kemelencengna yang snagat kecil yakni hanya
0˚ 42‟ 58.18” saja.
5. Masjid Al-Muttaqin Kecamatan Praya Timur Lombok Tengah.
Pada masjid ini terdapat data astronomis dengan lintang – 08˚
46‟ 44.21” dan bujur tempat 116˚ 22‟ 00..57” . Masjid ini memiliki
arah kiblat sebesar 23˚ 31‟ 12.39” dari barat ke utara atau memiliki
azimuth kiblat sebesar 293˚ 31‟ 12.39” (UTSB).
Berdasarkan perhitungan astronomis tentang rashdul kiblat
pada tanggal 6 Februari 2011 dengan data astronomis pada tanggal ini
yakni Deklinasi Matahari δ = –15˚ 47‟ 20” dan Equation of Time e =
76
–00j 14
m 01
d,124
maka masjid ini mengalami rashdul kiblat yang
terjadi pada jam 11j 16
m 40.34
d (WITA). dan setelah dilakukan
pengecekan arah kiblat untuk masjid ini mengalami kemelencengan
arah kiblat sejauh 3˚ 13‟ 10.08” terlalu ke utara.
Untuk saat ini masjid ini memiliki arah kiblat 26˚ 44‟ 22.47”
dari barat ke utara atau memiliki azimuth kiblat 296˚ 44‟ 22.47”
(UTSB). Kemelencengan ini di ketahui setelah pada hari pengukuran
tersebut, penulis menggunakan tongkat istiwa‟ sepanjang 100 cm.
setelah pada jam 11j 16
m 40.34
d (WITA) penulis menarik garis lurus
mengikuti bayang-bayang matahari sepanjang 32 cm, kemudian
membentuk garis siku-siku sesuai dengan arah masjid yang
sebenarnya.
Ket:
Garis Lurus : Arah kiblat masjid saat ini
Garis Miring : Arah kiblat yang seharusnya
Gambar: 5
Setelah di hitung dengan menggunakan rumus tan yakni
Tan sudut (C) = 1.8 cm : 32 cm
= 03˚ 13‟ 10.08”
124
Ibid Winhisab versi tahun 2006 pada tanggal 06 Februari 2011
77
Sehingga dapat di simpulkan bahwa masjid Al-Muttaqin kecamatan
Praya Timur ini mengalami kemelencenagn arah kiblat sejauh 3˚ 13‟
10.08” terlalu ke utara.
6. Masjid Darul Hikmah kecamatan Jonggat Lombok Tengah.
Masjid ini berada dalam lintang – 08˚ 41‟ 01.10” dan bujur
116˚ 14‟ 37.71” . Azimuth kiblat untuk masjid ini sebesar 293˚ 35‟
13.25” atau 23˚ 35‟ 13.25” dari barat ke utara.
Pada tanggal 26 Januari berdasarkan data astronomis pada
tanggal tersebut yakni Deklinasi Matahari δ = –18˚ 37‟ 59” dan
Equation of Time e = –00j 12
m 36
d,125
penulis melakukan pengecekan
arah kiblat untuk masjid ini yang mana pada hari itu Rashdul Kiblat
terjadi pada jam 10j 32
m 57.81
d (WITA). Setelah dilakukan koreksi
arah kiblat untuk masjid ini, tenyata mengalami kemelencengan arah
kiblat sebesar 2˚ 08‟ 51.31” kurang ke utara. Masjid ini masih
memiliki arah kiblat untuk saat ini yaitu hanya 20˚ 44‟ 9.94” dari barat
ke utara atau azimuth kiblat ssebesar 290˚ 44‟ 9.94”.
Kemelencengan ini di ketahui setelah pada hari pengukuran
tersebut, penulis menggunakan tongkat istiwa‟ sepanjang 100 cm.
setelah pada jam 10j 32
m 57.81
d (WITA) penulis menarik garis lurus
mengikuti bayang-bayang matahari sepanjang 32 cm, kemudian
membentuk garis siku-siku sesuai dengan arah masjid yang
sebenarnya.
125
Ibid Winhisab versi tahun 2006 pada tanggal 26 Januari 2011
78
Ket:
Garis Lurus : Arah kiblat masjid saat ini
Garis Miring : Arah kiblat yang seharusnya
Gambar: 6
Setelah di hitung dengan menggunakan rumus tan yakni
Tan sudut (C) = 1.2 cm : 32 cm
= 2˚ 08‟ 51.31”
Sehingga dapat di simpulkan bahwa masjid Darul Hikmah kecamatan
Jonggat ini mengalami kemelencenagn arah kiblat sejauh 2˚ 08‟ 51.31”
kurang ke utara.
7. Masjid Baiturrahim Kecamatan Pringgarata Lombok Tengah.
Masjid ini berada pada lintang – 08˚ 37‟ 15.15” dan bujur
116˚ 11‟ 55.94” dengan arah kiblat 23˚ 35‟ 13.25” dari arah barat ke
utara (B-U) atau azimuth kiblat 293˚ 35‟ 13.25”.
Berdasarkan perhitungan penulis pada tanggal 27 Januari 2011
dengan data astronomis pada tanggal ini yakni Deklinasi Matahari δ =
–18˚ 22‟ 33” dan Equation of Time e = –00j 12
m 48
d,126
masjid ini
memiliki Rashdul Kiblat (Bayangan Kiblat) terjadi pada jam 10j 39
m
16.52d
(WITA). Setelah dilakukan perhitungan, ternyata masjid ini
terjadi kemelencenna sejauh 4˚ 28‟ 1.77” kurang ke utara.Jadi saat ini
126
Ibid Winhisab versi tahun 2006 pada tanggal 27 Januari 2011
79
masjid ini memiliki arah kiblat 19˚ 7‟ 11.48” dari barat ke utara kurang
dari arah kiblat yang seharusnya 23˚ 35‟ 13.25” B-U.
Kemelencengan ini di ketahui setelah pada hari pengukuran
tersebut, penulis menggunakan tongkat istiwa‟ sepanjang 100 cm.
setelah pada jam 10j 39
m 16.52
d (WITA) penulis menarik garis lurus
mengikuti bayang-bayang matahari sepanjang 32 cm, kemudian
membentuk garis siku-siku sesuai dengan arah masjid yang
sebenarnya.
Ket:
Garis Lurus : Arah kiblat masjid saat ini
Garis Miring : Arah kiblat yang seharusnya
Gambar: 7
Setelah di hitung dengan menggunakan rumus tan yakni
Tan sudut (C) = 2.5 cm : 32 cm
= 4˚ 28‟ 1.77”
Sehingga dapat di simpulkan bahwa masjid Baiturrahim kecamatan
Pringgarata ini mengalami kemelencenagn arah kiblat sejauh 4˚ 28‟
1.77” kurang ke utara.
8. Masjid Al-HudaKecamatan Batukliang Lombok Tengah.
Masjid untuk daerah ini memiliki lintang – tempat –08˚ 36‟
54.17” dan bujur tempat 116˚ 18‟ 48.40” . Pada tanggal 30 Januari
80
dengan data astronomis pada tanggal ini yakni Deklinasi Matahari δ =
–16˚ 41‟ 07” dan Equation of Time e = –00j 13
m 44
d,127
dilakukan
perhitungan rashdul kiblat untuk masjid ini dan terjadi pada jam 10j
49m
13.09d
(WITA). Namun masjid ini masih juga mengalami
kemelencengan sejauh 3˚ 17‟ 32.45” terlalu ke utara.
9. Masjid Al-Istiqomah kecamatan Batuklian Utara Lombok Tengah
Untuk masjid ini terletak pad lintang – tempat –08˚ 35‟ 17.07”
dan bujur tempat 116˚ 20‟ 30.47” , sementara arah kiblat untuk masjid
ini adalah 23˚ 29‟ 50.09” atau azimuth kiblat untuk masjid ini adalah
293˚ 29‟ 50.09”. pada tanggal 3 februari 2011 dilakukan perhitungan
rashdul kiblat, pada hari tersebut rashdul kiblat terjadi pada jam 11j
03m
36.64d
(WITA). Setelah dilakukan perhitungan kemelencengan,
ternyata masjid ini mengalami kemelencengan sebesar 12˚ 10‟ 5.17”
kurang ke utara.Masjid ini adalah masjid yang memiliki
kemelencengan terbesar dari 12 masjid yang menjadi obyek penelitian.
Dengan kata lain untuk saat ini masjid ini memiliki arah kiblat hanya
sebesar 11˚ 19‟ 44.92” jauh dari arah kiblat yang seharusnya yakni 23˚
29‟ 50.09” dari barat ke utara.
Kemelencengan ini di ketahui setelah pada hari pengukuran
tersebut, penulis menggunakan tongkat istiwa‟ sepanjang 100 cm.
setelah pada jam 11j 03
m 36.64
d (WITA) penulis menarik garis lurus
mengikuti bayang-bayang matahari sepanjang 32 cm, kemudian
127
Ibid Winhisab versi tahun 2006 pada tanggal 30 Januari 2011
81
membentuk garis siku-siku sesuai dengan arah masjid yang
sebenarnya.
Ket:
Garis Lurus : Arah kiblat masjid saat ini
Garis Miring : Arah kiblat yang seharusnya
Gambar: 8
Setelah di hitung dengan menggunakan rumus tan yakni
Tan sudut (C) = 6.9 cm : 32 cm
= 12˚ 10‟ 5.17”
Sehingga dapat di simpulkan bahwa masjid Al-Istiqomah kecamatan
Batukliang Utara ini mengalami kemelencenagn arah kiblat sejauh 12˚
10‟ 5.17” kurang ke utara.
10. Masjid Baiturrahim Kecamatan Janapria Kabupaten Lombok
Tengah.
Masjid ini terletak pada lintang – 08˚ 40‟ 19.25” dan bujur
116˚ 20‟ 07.23” , dengan kiblat untuk masjid ini adalah 23˚ 30‟ 39.94”
dari barat ke utara atau azimuth kiblat 293˚ 30‟ 39.94”.
Berdasarkan perhitungan data pada tanggal 25 Januari 2011
dengan data astronomis pada tanggal ini yakni Deklinasi Matahari δ =
–18˚ 53‟ 04” dan Equation of Time e = –00j 12
m 23
d,128
maka terjadi
128
Ibid Winhisab versi tahun 2006 pada tanggal 25 Januari 2011
82
Rashdul Kiblat di masjid ini pada jam 10j 34
m 27.66
d (WITA). Setelah
dilakukan pengecekan langsung berdasarkan Rashdul Kiblat pada hari
itu, ternyata masjid ini memiliki kemelencengan yakni sejauh 3˚ 45‟
16.75” kurang ke utara, dengan kata lain untuk saat ini masjid ini
memiliki arah kiblat 19˚ 45‟ 23.19” dari barat ke utara.
Kemelencengan ini di ketahui setelah pada hari pengukuran
tersebut, penulis menggunakan tongkat istiwa‟ sepanjang 100 cm.
setelah pada jam 10j 34
m 27.66
d (WITA) penulis menarik garis lurus
mengikuti bayang-bayang matahari sepanjang 32 cm, kemudian
membentuk garis siku-siku sesuai dengan arah masjid yang
sebenarnya.
Ket:
Garis Lurus : Arah kiblat masjid saat ini
Garis Miring : Arah kiblat yang seharusnya
Gambar: 9
Setelah di hitung dengan menggunakan rumus tan yakni
Tan sudut (C) = 2.1 cm : 32 cm
= 3˚ 45‟ 16.75”
Sehingga dapat di simpulkan bahwa masjid Baiturrahim kecamatan
Janapria ini mengalami kemelencenagn arah kiblat sejauh 3˚ 45‟
16.75” kurang ke utara.
83
11. Masjid Al-Hikmah Kecamatan Kopang Lombok Tengah
Masjid ini barada dalam data astronomis yakni berada pada
lintang – 8˚ 37‟ 57.18” dan berada pada bujur 116˚ 21‟ 03.42” ,
dengan azimut kiblat untuk masjid ini 23˚ 30‟ 6.83”.
Pada tanggal 4 Februari 2011 dengan data astronomis pada
tanggal ini yakni Deklinasi Matahari δ = –16˚ 23‟ 28” dan Equation
of Time e = –00j 13
m 50
d,129
pada masjid ini terjadi rashdul kiblat pada
jam 11j 07
m 47.87
d (WITA). Berdasarkan rashdul kiblat tersebut, maka
dilakukan pengecekan arah kiblat untuk masjid ini, dan ternyata
mengalami kemelencengan sejauh 0˚ 21‟ 29.14” terlalu ke utara.
Masjid ini adalah masji yang memiliki kemelencengan paling kecil
dari sekian masjid yang di jadikan sebagai obyek penelitian yakni
hanya 0˚ 21‟ 29.14” dengan kata lain masjid ini memiliki tingkat
akurasi yang sudah akurat.
Kemelencengan ini di ketahui setelah pada hari pengukuran
tersebut, penulis menggunakan tongkat istiwa‟ sepanjang 100 cm.
setelah pada jam 11j 07
m 47.87
d (WITA) penulis menarik garis lurus
mengikuti bayang-bayang matahari sepanjang 32 cm, kemudian
membentuk garis siku-siku sesuai dengan arah masjid yang
sebenarnya.
129
Ibid Winhisab versi tahun 2006 pada tanggal 04 Februari 2011
84
Ket:
Garis Lurus : Arah kiblat masjid saat ini
Garis Miring : Arah kiblat yang seharusnya
Gambar: 10
Setelah di hitung dengan menggunakan rumus tan yakni
Tan sudut (C) = 0.2 cm : 32 cm
= 0˚ 21‟ 29.14”
Sehingga dapat di simpulkan bahwa masjid Al-Hikmah kecamatan
Kopang ini mengalami kemelencenagn arah kiblat sejauh 0˚ 21‟
29.14”terlalu ke utara.
12. Masjid BaiturrahmanKecamatan Pujut
Masjid ini merupakan masjid yang berada di kecamatan Pujut
Lombok Tengah. Masjid ini berada pada lintang – 08˚ 48‟ 11.77” dan
bujur 116˚ 17‟ 34.52” . Masjid ini memiliki arah kiblat sebesar 23˚ 32‟
22.87” dari barat ke utara atau azimuth kiblat 293˚ 32‟ 22.87”.
Menurut perhitungan astronomis berdasarkan data dari masjid
tersebut, maka pada tanggal 28 Januari 2011 Dengan data astronomis
pada tanggal ini yakni Deklinasi Matahari δ = –18˚ 20‟ 38” dan
Equation of Time e = –00j 12
m 47
d,130
maka rasdhul kiblat terjadi pada
jam 10j 42
m 24.75
d (WITA). Kemudian dilakukan perhitungan
130
Ibid Winhisab versi tahun 2006 pada tanggal 28 Januari 2011
85
kemelencengan pada masjid ini dan mengalami kemelencengan sejauh
11˚ 49‟ 31.71” kurang ke utara.
Kemelencengan ini di ketahui setelah pada hari pengukuran
tersebut, penulis menggunakan tongkat istiwa‟ sepanjang 100 cm.
setelah pada jam 10j 42
m 24.75
d (WITA) penulis menarik garis lurus
mengikuti bayang-bayang matahari sepanjang 32 cm, kemudian
membentuk garis siku-siku sesuai dengan arah masjid yang
sebenarnya.
Ket:
Garis Lurus : Arah kiblat masjid saat ini
Garis Miring : Arah kiblat yang seharusnya
Gambar: 11
Setelah di hitung dengan menggunakan rumus tan yakni
Tan sudut (C) = 2.1 cm : 32 cm
= 11˚ 49‟ 31.71”
Jadi dapat di simpulkan bahwa masjid Baiturrahman kecamatan Pujut
ini mengalami kemelencenagn arah kiblat sejauh 11˚ 49‟ 31.71”
kurang ke utara.
Dari data-data di atas secara keseluruhan masjid-masjid yang di
jadikan obyek penelitian mengalami kemelencengan, meskipun ada sebagian
86
masjid yang memiliki tingkat akurasi yang sudah bisa di katakana
akurat.Seperti masjid Al-Hikmah kecamatan Kopang yang hanya memiliki
kemelencengan 0˚ 21‟ 29.14” saja.Sedangkan masjid yang mengalami
kemelencengan yang paling besar adalah masjid Al-Istiqomah yang berada di
kecamatan Batukliang Utara yakni sebesar 12˚ 10‟ 5.17”.sehingga dapat di
tarik rata-rata kemelencengan masjid di Kabupaten Lombok Tengah Nusa
Tenggara Barat (NTB) adalah sebesar 04˚ 50‟ 3.78”.
Kemelencengan-kemelencengan ini tentunya tidak terlepas dari tidak
adanya pakar falak pada saat untuk menentukan arah kiblat.Faktor minimnya
pengetahuan dalam menentukan arah kiblat juga turut mempengaruhi. Selain
itu, pada zaman dahulu tidak adanya peralatan falak baik tradisonal maupun
modern seperti saat ini untuk melakukan proses perhitungan dan penerapan
arah kiblat. Semua penentuan arah kiblat masjid hanya berdasarkan pada
intuisi dan perkiraan.
Meskipun demikian apresiasi positif patut diberikan pada para tokoh
dalam pembangunan Masjid di Kabupaten Lombok Tengah ini.Karena dengan
tidak adanya pegetahuan dan peralatan yang memadai mereka ternyata mampu
menentukan arah kiblat Masjid tersebut.
Padahal, menurut peneliti, kita dapat mengecek arah kiblat dengan
metode paling mudah dan murah, yaitu metode rashdul kiblat.Hanya saja
memang belum ada sosialisasi lebih lanjut.Dan dengan adanya ilmu
pengetahuan tentang falak dan tersedianya peralatan falak, baik yang
87
sederhana maupun modern bisa ditentukan berapa azimuth kiblat atau sudut
yang menunjukkan arah kiblat.
B. Analisis Tanggapan Masyarakat Terhadap Pengecekan Arah Kiblat
Masjid Kabupaten Lombok Tengah Nusa Tenggara Barat
Berdasarkan hasil wawancara dengan para narasumber, dengan ini
penulis melakukan analisis:
1. Wawancara dengan Ta’mir atau Pengurus masjid.
Berdasarkan wawancara dengan Drs. H. Moh. Ma‟ali, penulis memberikan
apresiasi setinggi-tingginya karena telah ikut serta dalam proses
pengukuran dan bisa menerima hasil dari pengecekan ini. Demikian pula
dengan dengan bapak H. Abd.Hanan yang juga sangat mendukung dalam
melakukan pengecekan arah kiblat ini.Kerena menurut beliau dalam
penentuan arah kiblat yang dilakukan oleh para pandahulu tidak
menggunakan dasar yang ilmu yang pasti yang hanya mempergunakan
perkiraan saja.Sedangkan untuk narasumber yang lain yakni bapak
H.Arifin, menurut beliau kiblat merupakan keyakinan dalam hati, beliau
juga dengan senang hati menerima hasil pengukuran yang berdasarkan
ilmu dan ahlinya.
Begitu juga dengan para narasumberlain yang sudah pennulis wawancarai
yakni H. Abd. Syukur, Aq. Maemunah, H. L. Ma‟mur, H. Hasbullah, H.
Abd. Syukur, H. M. Mushlih, H. L. Moh. Suhaimi, H. M. Amin, serta H.
Sahlan juga memberikan apresiasi yang positif atas hasil pengukuran yang
penulis lakukan. Dan secara keseluruhan menerima dan bersedia
88
memperbaiki shaf shalat selama ini sebagaimana hasil dari pengecekan
yang dilakukan penulis hal ini dikarenakan seperti yang mereka
ungkapkan saat pertama pembanguanan dalam penentuan arah kiblat
masjid tidak ada hal semmacam pengukuran, hanya mempergunakan
perkiraan dan dengan mengikuti arah kibalt masjid lain.
2. Wawancara dengan Masyarakat Kabupaten Lombok Tengah
Dari keseluruhan narasumber yang penulis wawancarai yakni dengan ;
Ustadz H. Abd. Muin, L. Khaerudin, Mamiq Wawan, Aq. Malik, H. Amin
Syukur,Aq. Salman, H. Moh. Khalqi, Aq. Sahabudin, H. Abd. Jalil, Papuq
Multazam, serta H. Salimudin yang merupakan para tokoh masyarakat di
setiap kecamatan di Kabupaten Lombok Tengah yang menjadi obyek
penelitian penulis dapat mengambil analisis bahwa mereka dapat
menerima dengan baik dari hasil pengecekan arah kiblat ini. Hal ini seperti
yang beliau-beliau ungkapkan bahwa sesuatu yang di dasarkan atas ilmu
yang pasti maka hasilnya juga akan pasti pula, dan sesuatu yang dilakukan
oleh orang yang memang punya keahlian dalam bidang tersebut, maka
tidak ada keraguan lagi untuk menolak sesuatu yang benar.Mereka
memberikan respon yang positif atas pengukuran arah kiblat atas masjid
yang ada di Kabupaten Lombok Tengah Nusa Tenggara Barat.
3. Wawancara dengan pelajar/ mahasiswa.
Dari hasil wawancara dengan beberapa orang mahasiswa yakni Efendy
(Mahasiswa Universitas Muhadiyah Mataram), Ela Wina Yusa
(Mahasiswi IKIP Mataram), dan Nasri (Mahasiswa Universitas
89
Muhamadiyah Mataram) penulis menganalisa bahwa, para mahasiswa
memberi apresiasi positif atas ilmu falak, menurut mereka ilmu ini
memang kurang yang meminati, masyarakat lebih senang dan bangga untu
belajar ilmu-ilmu umum saja, tapi menurut mereka ilmu ini harus di
ajarkan kepada semua pihak,bahkan ada yang menginginkan ilmu ini
sebagai fardu kifayah untuk setiap desa di Nusa Tenggara Barat. Mereka
menginginkan pelurusan arah kiblat secara keseluruhan terhadap masjid-
masjid yang ada di seluruh propinsi Nusa Tenggara Barat, demi kebaikan,
ketenangan dan kenyamanan masyarakat dalam melakukan setiap ibadah
di dalam masjid masing-masing tersebut. Agar tidak ada lagi perasaan
was-was yang timbul yang berkecamuk dalam hati apakah sudah benar
atau belum arah kiblat masjid tempat kita shalat ini.Mereka menyayangkan
sekali terhadap masjid yang melenceng, ini karena tidak adanya pengajar
yang bisa member pengarahan dalam menentukan arah kiblat masjid.
90
Bab V
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan dan analisis dari beberapa bab terdahulu,
maka dapat di ketahui bahwa seluruh masjid pusat di setiap kecamatan
Kabupaten Lombok Tengah belum akurat.
Hal ini tentunya pada saat pembangunan masjid tidak adanya
peralatan falak baik tradisonal maupun modern seperti saat ini untuk
melakukan proses perhitungan dan penerapan arah kiblat. Semua penentuan
arah kiblat masjid hanya berdasarkan pada intuisi dan perkiraan.
Meskipun demikian apresiasi patut diberikan pada para tokoh yang
melakukan penentuan arah kiblat terdahulu dalam pembangunan Masjid di
Kabupaten Lombok Tengah ini.Karena dengan tidak adanya peralatan yang
memadai mereka ternyata mampu menentukan arah kiblat Masjid tersebut.
Selanjutnya penulis akan menyimpulkan sebagai jawaban dari
berbagai pokok-pokok permasalahan sebagai berikut :
1. Masjid-masjid di atas yang di jadikan obyek penelitian penulis, secara
keseluruhan mengalami kemelencengan, meskipun ada sebagian masjid
yang mengalami kemelencengan yang sangat kecil.
Masjid Al Al-Hikmah kecamatan Kopang Kabupaten Lombok Tengah
yang memiliki kemelencengan paling kecil yakni hanya 0˚ 21‟ 29.14”.
sedangkan masjid yang kemelencengan paling besar adalah masjid Al-
91
Istiqomah kecamatan Batukliang Utara Kabupaten Lombok Tengah yakni
sebesar 12˚ 10‟ 5.17”.
2. Tanggapan masyarakat Kabupaten Lombok Tengah secara keseluruhan
bedasarkan wawancara dengan ta‟mir dan pengurus masjid, masyarakat
Lombok Tengah, serta tanggapan para pelajar/ mahasiswa, mereka dapat
menerima dengan baik dari hasil pengecekan arah kiblat Kabupaten
Lombok Tengah Nusa Tenggara Barat dan akan melakukan perbaikan lagi
terhadap shaf shalat kea rah yang seharusnya. Mereka meyakini sesuatu
yang dilakukan dengan dasar ilmu pengetahun dan dengan orang yang
sudah ahli melakukan tersebut maka akan mendapatkan hasil yang dapat
dipertanggung jawabkan kebenarannya. Debgan perkembngan ilmu
pengetahuan dan tekhnologi maka kita juga harus bisa mengikuti
perkembangan tersebut denagn menerima dari hasil ini yang dilakukan
berdasarkan ilmu penegtahuan yang berkembang saat ini.
Saran-Saran
1. Sudah seharusnya dilakukan pengukuran kembali arah kiblat Masjid di
Kabupaten Lombok tengah dengan menggunakan metode-metode
penentuan arah kiblat yang memiliki tingkat keakurasian yang tinggi,
yang sesuai dengan perhitungan arah kiblat yang sebenarnya, sebagai
upaya untuk menemukan arah kiblat yang tepat untuk sehingga bisa
memantapkan keyakinan umat Islam dalam melaksanakan ibadah shalat.
2. Pemerintah melalui Departemen Agama sudah seharusnya memiliki
tanggung jawab terhadap permasalahan arah kiblat ini dengan bekerja
92
sama dengan para ulama dan pakar falak dalam upaya penentuan arah
kiblat agar tidak terjadi perselihan di tengah masyarakat dalam penentuan
arah kiblat.
3. Terhadap masjid-masjid khususnya Masjid di Kabupaten Lombok tengah
dan juga masjid di NTB termasuk dalam penentuan arah kiblat,
hendaknya dilakukan pengecekan kembali untuk menghindari kesalahan-
kesalahan dalam penentuan arah kiblat.
4. Ilmu Falak termasuk penentuan arah kiblat di dalamnya merupakan salah
satu ilmu yang langka karena tidak banyak orang yang mempelajari dan
menguasainya. Oleh karena itu hendaknya ilmu ini tetap di jaga
eksistensinya dengan melakukan pengembangan dan pembelajaran baik
bersifat personal maupun institusi pendidikan formal seperti IAIN
maupun informal seperti pondok pesantren. Karena telah kita ketahui
bersama bahwa ilmu ini memiliki peranan sangat penting terhadap
syari‟at agama Islam.
93
Penutup
Syukur alhamdulillah kepada Allah SWT.penulis ucapkan sebagai
ungkapan rasa syukur karena telah menyelesaikan skripsi ini. Meskipun telah
berupaya dengan optimal, penulis yakin masih ada kekurangan dan
kelemahan skripsi ini dari berbagai sisi.Namun demikian penulis berdo‟a dan
berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi penulis
khususnya dan para pembaca pada umumnya.
Atas saran dan kritik konstruktif untuk kebaikan dan kesempurnaan
tulisan ini, penulis ucapkan terima kasih. Wallahu A’lam.
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Hasanuddin Z., M.Sc., Ir., Dr., Penentuan Arah Kiblat Berteknologi
GPS, Pikiran Rakyat Cyber Media, Kamis, tanggal 29 Juli 2004.
Abubakar, Bahrun, Terjemahan Tafsir Al Maraghy, Semarang: Toha Putra, 1974.
Diterjemahkn dari kitab Tafsir Al Maraghy karangan Ahmad
Musthafa Al Maraghy, Mesir: Mustafa al Babi Al Halabi, tt.
Ali, Sayuthi M., M.Ag., H., Metodologi Penelitian Agama (Pendekatan Teori
dan Praktek), cet. I, Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2002.
Arikunto, Suharsini, Prof., Dr., Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktek),
Jakarta : PT. Rineka Cipta, Cet. XII, 2002.
Azhari, Susiknan, M.Ag., Ensiklopedi Hisab Rukyah, Yogyakarta : Pustaka
Pelajar, Cet. I, 2005.
______, Ilmu Falak (Teori dan Praktek), Yogyakarta : Suara Muhammadiyah,
2004.
Departemen Agama Republik Indonesia, Almanak Hisab Rukyah, Jakarta :
Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam,
Direktorat Pembinaan Badan Peradilan Agama Islam, 1998/1999.
______, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Semarang : Kumudasmoro Grafindo,
1994.
______, Pedoman Penentuan Arah Kiblat, Jakarta : Direktorat Jenderal
Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, Direktorat Pembinaan
Badan Peradilan Agama Islam, 1995.
Hambali, Slamet, Drs., H., Ilmu Falak I (Tentang Penentuan Awal Waktu Shalat
dan Penentuan Arah Kiblat Di Seluruh Dunia), Semarang : t.p,
1998.
Izzuddin, Ahmad, M.Ag.,Fiqh Hisab Rukyah di Indonesia (Upaya Penyatuan
Mazhab Rukyah dengan Mazhab Hisab), Yogyakarta : Logung
Pustaka, Cet. I, 2003.
______, Melacak Pemikiran Hisab Rukyah Tradisional (Studi Atas Pemikiran
Muhammad Mas Manshur al-Batawi), Semarang : t.p., 2004.
Khazin, Muhyiddin, Drs., Ilmu Falak (Dalam Teori dan Praktik), , Yogyakarta :
Buana Pustaka, Cet. I, 2004.
Muhadjir, Noeng, Prof., Dr., H., Metodologi Penelitian Kualitatif, Yogyakarta :
Rake Sarasin, Ed. III, 1996.
Nazir, Moh, Ph.D., Metode Penelitian, Jakarta : Ghalia Indonesia, 1998.
Simatupang, Ferry, M., Penentuan Arah Kiblat dari Posisi Matahari, dalam
Ferry’s Astronomi Page.
Soekanto, Soerjono, S.H., M.A., Dr., Pengantar Penelitian Hukum, cet. III,
Jakarta : Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press), 1986.
Suryabrata, Sumadi, BA., Drs., MA., Ed.S., Ph.D., Metodologi Penelitian, Ed. I,
Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, Cet. 10, 1997.
Tim Penulis Fakultas Syari’ah IAIN Walisongo, Pedoman Penulisan Skripsi
Fakultas Syari’ah IAIN Walisongo, Semarang,:t.p, 2000.
Wawancara dengan H. Moh Ma’ali, Lombok, tanggal 25 Januari 2011.
Wawancara dengan H. Sahlan selaku pengurus masjid pada tanggal 26 Januari
2011.
Wawancara dengan H. Baihaqi, Imam Masjid Nurul Iman Aikmual Praya
Lombok Tengah dan merupakan Koordinator Bidang Peribadatan
dan Dakwah. 21 Januari 2011.
Wawancara dengan H. Abd. Muin, tokoh masyarakat desa Aikmual , pada
tanggal 22 Januari 2011.
Wawancara dengan Muljan selaku ta,mir masjid Umul Iman Aikmual pada
tanggal 22 Januari 2011.
Wawancara dengan ta’mir masjid Al-Muttaqin kecamatan Praya Timur H. Abd.
Syukur pada tanggal 06 Februari 2011 jam 12.15.
Wawancara dengan H. Mustafa pengurus masjid Al-Amanah pada tanggal 1
Februari 2011.
Wawancara dengan H. Hasbullah pengurus Masjid Nurul Huda kecamatan Praya
Barat Daya pada tanggal 23 Januari 2011 jam 09.15 WITA
Wawancara dengan H. M. Amin dan Aq. Marinah selaku pengurus dan ta’mir
masjid, pada tanggal 5 Februari 2011.
Wawancara dengan H. Abd. Muin, tokoh masyarakat desa Aikmual , pada
tanggal 22 Januari 2011.
Wawancara dengan Muljan selaku ta,mir masjid Umul Iman Aikmual pada
tanggal 22 Januari 2011.
wawancara dengan H. Baihaqi, Imam Masjid Nurul Iman Aikmual Praya
Lombok Tengah dan merupakan Koordinator Bidang Peribadatan
dan Dakwah. 21 Januari 2011.
Hasil wawancara dengan Aq. Memunah ta’mir masjid Al-Abshar kecamatan
Batukliang pada tanggal 30 Januari 2011 jam 10.30.
Wawancara dengan pengurus masjid Al-Istiqomah kecamatan Batukliang Utara
H. L. Ma’mur pada tanggal 03 Februari 2011.
Wawancara dengan H. M. Mushlih pengurus masjid Al-Hikmah kecamatan
Kopang pada tanggal 4 Februari 2011 jam 12.05 WITA.
Wawancara dengan H. Moh. Suhaimi pengurus masjid Baiturrahman kecamatan
Pujut pada tanggal 28 Januari 2011 pada jam 11.45 WITA.
Equation of Time = Waktu Hakiki – Waktu Pertengahan
MP = 12 - e
Lampiran 1
Perhitungan Arah Kiblat Dengan Menggunakan Metode Rashdul Kiblat
perhitungan arah kiblat suatu daerah menggunakan metode rasdhul kiblat
haruslah memperhatikan beberapa hal dan istilah, antara lain: 1
a. Deklinasi Matahari
Deklinasi Matahari atau Mailus Syams adalah jarak sepanjang lingkaran deklinasi
dihitung dari equator sampai matahari.Deklinasi biasanya di lambangkan δ
(delta).Data deklinasi matahari dapat dilihat dalam progam Win Hisab atau data
ephimeris.2
b. Equation of Time
Disebut juga dengan Ta’dilul Waqti yang berarti “Perata Waktu”, yaitu selisih waktu
antara waktu matahari hakiki dengan waktu matahari rata-rata. Equation of Time di
lambangkan dengan e (kecil)
Waktu matahari hakiki adalah waktu yang dihitung berdasarkan pada perputaran
bumi pada sumbunya sehari semalam yang tidak selalu 24 jam, namun bisa kurang
ataupun lebih dari 24 jam.3
c. Meredian Pass
Meridian Pass (MP) merupakan waktudimana matahari tepat berada di titik
kulminasi atas atau tepat di meridian langit menurut waktu pertengahan, sedangkan
menurut waktu hakiki saat itu menunjukkan tepat jam 12.4
Rumus menetukan Meredian Pass:
1 Muhyiddin Khazin, Ilmu Falak (Dalam Teori dan Praktik), , Yogyakarta : Buana Pustaka, Cet. I, 2004.
Hlm. 65 2Muhyiddin Khazin, Ilmu Falak (Dalam Teori dan Praktik), Ibid. h;m. 65
3Ibid. hlm. 67
4Ibid, hlm. 69
Interpolasi Waktu = ( λ - λd) : 15
Waktu Daerah = Waktu Pertengahan – Interpolasi Waktu
d. Waktu Setempat
Waktu Setempat atau disebut juga dengan Local Mean Time (LMT), adalah waktu
pertengahan menurut bujur tempat di suatu tempat, sebanyak bujur tempat di
permukaan bumi, sebnyak itu pula waktu pertengahan yang didapati. Namun
sekarang sudah dibuat kelompok waktu yang dikenal dengan nama Waktu Daerah
(Zone Time).5
e. Waktu Daerah
Waktu Daerah adalah waktu yang diberlakukan untuk satu wilayah bujur tempat
(meredian) tertentu, sehingga dalam satu wilayah bujur hanya berlaku satu bujur
daerah.Oleh karena itu, daerah dalam satu wilayah itu disebut Daerah Kesatuan
Waktu.6
f. Interpolasi Waktu
Interpolasi Waktu yaitu suatu upaya dalam rangka merubah waktu pertengahan
menjadi waktu daerah.
Rumus :7
Keterangan : λd WIB = 150˚
λd WITA = 120˚
λd WIT = 135˚
Setelah Interpolasi Waktu didapatkan, maka;
Untuk mengetahui kapan terjadi bayangan kiblat, kita harus mengetahui kapan
pada hari tersebut posisi matahari berada pada jalur Ka‟bah. Langkah-langkah yang harus
dilakukan untuk melakukan proses perhitungan atau menentukan jam Rashdul Kiblat
yaitu:
a) Menentukan lokasi atau tempat untuk diketahui data lintang – dan bujur tempatnya.
5 Muhyiddin Khazin, Ilmu Falak (Dalam Teori dan Praktik). Ibid. hlm. 69
6Ibid. hlm 69
7 Ibid. Hlm 71
Tan B = Cos φT . Tan φ
M : Sin C – Sin φ
T : Tan C
a = 90 – δ
b = 90 – φT
MP = 12 – e
b) Menghitung arah kiblat untuk tempat tersebut, dengan rumus:8
Ket: C = λtempat – λ makkah
c) Menentukan tanggal untuk diketahui data Deklinasi Matahari dan Equation of Time
d) Menghitung unsur-unsur yang diperlukan dalam rumus
e) Melakukan perhitungan dengan rumus yang ada.
Unsur :9
Az = Azimut arah kiblat, yaitu besarnya sudut yang dihitung dari titik utara ke
barat, atau timur sampai garis yang menuju arah kiblat.
a = Jarak antara kutub utara dengan Deklinasi Matahari diukur sepanjang
lingkaran deklinasi.
Rumus :
b = Jarak antara kutub utara langit dengan Zenit
Rumus :
MP = Meridian Pass yaitu waktu pada saat matahari tepat pada titik kulminasi atas
atau tepat di meridian langit.
Rumus :
8Muhyiddin Khazin, Ilmu Falak (Dalam Teori dan Praktik), hlm. 56
9Ibid hlm. 73
Cotan P = cos b .tan Az
Cos (C-P) = cotan a .tan b . cos P
C = (C-P) + P
Bayangan = C : 15 + MP
Intr = Interpolasi Waktu yaitu selisih waktu antara dua tempat.
Rumus :
Langkah terakhir adalah pengaplikasiannya di lapangan.Yaitu setelah hasil
hitungan didapatkan (berupa waktu ketika bayang-bayang benda menunjukkan arah
kiblat). Tata cara penerapan hasil perhitungan waktu rashdul kiblat adalah: 10
a. Tegakkan sebuah tongkat atau benda apa saja yang bayang-bayangnya akan dijadikan
pedoman berdiri tegak lurus pada pelataran yang betul-betul datar (ukur pakai water-
pass). Ukurlah dengan mempergunakan lot atau lot itu sendiri dijadikan fungsi
sebagai tongkat dengan cara di gantung pada jangka berkaki tiga (tripod) atau
dibuatkan tiang sedemikian rupa sehingga benang lot itu dapat diam dan bayangannya
mengenai pelataran, tidak terhalang benda-benda lain.
b. Cocokkan jam yang akan digunakan dengan jam radio RRI yang di kontrol oleh
Badan Meteorologi dan Geofisika Departemen Perhubungan atau pakai GPS sesuai
dengan waktu standar di wilayah tersebut. Pada saat ini, telah beredar banyak
handphone yang berfasilitaskan GPS dan Google track.
c. Tunggu bayang-bayang benda tersebut sesuai dengan jam yang telah ditentukan.
Bayang-bayang yang dihasilkan dari benda tersebut sesuai dengan waktu yang telah
ditentukan, berarti menunjukkan arah kiblat.
10
Selain di buku Muhyiddin, lihat juga dalam Ahmad Izzuddin, Hisab Praktis Arah Kiblat, dalam Materi
Orientasi Hisab Rukyah Kanwil Departemen Agama Jawa Tengah Tahun 2005, hlm. 5-7.
Lampiran 2
Aplikasi Perhitungan Azimuth Kiblat Dan Rashdul Kiblat
1. Perhitungan Azimuth Kiblat untuk Masjid Nurul Iman Kec. Praya pada tanggal 25 Juni
2012.
Rumus :
Tan Q = tan LM x cos LT x cosec SBMD – sin LT x cotg SBMD
Keterangan :
LM : Lintang Makkah
LT : Lintang Tempat
SBMD : Selisih Bujur Makkah Daerah
Perhitungan :
Surakarta 08º 39‟ 03.03" LS dan 116º 17 „ 25" BT
Langkah I : cari SBMD 116º 17 „ 25" – 39º 49‟ 34.3”. = 76º 27‟ 50.7”
Langkah berikutnya masukkan ke rumus :
Tan Q = tan 21º 25‟ 21.04” x cos -08º 37‟ 15.15" x cosec 76º 27‟ 50.7” – sin - 08º 39‟
03.03" x cotg 76º 27‟ 50.7”
23º 31’ 3.38"
Jadi Azimuth Kiblat untuk Masjid Umul Iman Kec. Praya adalah 23º 31‟ 3.38" dari titik
barat ke utara atau 66º 28„ 56.62" dari titik utara ke barat atau 293º 31‟ 3.38" " UTSB.
11
Untuk mengfungsikan hasil hisab azimuth kiblat tersebut kita dapat menggunakan kompas,
tongkat istiwa atau theodolite untuk menentukan arah kiblat.12
11 Lihat juga contoh perhitungan azimuth kiblat dalam Ahmad Izzuddin, Hisab Praktis Arah Kiblat dalam
Materi Pelatihan Hisab Rukyah Pimpinan Wilayah Lajnah Falakiyyah NU Jawa Tengah, Semarang, Kamis s.d Sabtu 28 s.d 30 Maret 2002, hlm. 1-2.
12 Lihat dalam Ibid. Lihat dalam Ahmad Izzuddin, Hisab Praktis Arah Kiblat dalam Materi Pelatihan Hisab Rukyah Tingkat Nasional Ma’had ‘Aly, Benda, Sirampog, Brebes, Sabtu s.d Rabu, tanggal 07 s.d 11 Mei 2005. Lihat juga dalam Ahmad Izzuddin, Cara Pengukuran Kiblat Dengan Theodolite dalam Materi Diklat Nasional Hisab
2. Perhitungan Rashdul Kiblat untuk Masjid Umul Iman Kec. Praya
( tanggal 25 Juni 2012)
Rumus I : Sin LT x Cotag AQ = Cotg A
Rumus II : Tan Dekl x Cotg LT x Cos A = Cos B+A
Keterangan : LT = Lintang Tempat
AQ = Azimuth Kiblat
Lintang Tempat Surakarta : 08º 37‟ 15.15" LS (-08º 37‟ 15.15")
Azimuth Kiblat Surakarta : 23º 35‟ 13.25"
Deklinasi tanggal 02 April 2003 : -23º 23‟ 22”.13
Rumus I :
sin - 08º 37‟ 15.15" x Cotg 23º 35‟ 13.25" = Cotg A
- 70º 58‟ 0.81"
Rumus II :
tan -23º 23‟ 22” x cotg –08º 37‟ 15.15" x cos - - 70º 58‟ 0.81" = cos B + A
jam 17 : 37 : 14.24
Jadi pada jam 17 : 37 : 14.24 bayang-bayang benda dari sinar matahari menunjukkan arah
Kiblat.
Rukyah Tingkat II, PPLFNU di INISNU Jepara, Selasa s.d Jum’at, tanggal 06 s.d 09 Agustus 2002. Lihat juga dalam Slamet Hambali, Menentukan Arah Kiblat Berdasarkan Posisi Matahari Dengan Alat Bantu Theodolite dalam Materi Orientasi Hisab Rukyah Kanwil Departemen Agama Jawa Tengah Tahun 2005, Semarang, Senin-Kamis 20-23 Juni 2005.
13 Deklinasi ini diambil dari data matahari dalam Ephimeris tanggal 02 April 2005 pada jam 13:00 WIB atau jam 06:00 GMT. Diambil data pada jam 13:00 WIB karena berdasarkan perhitungan dengan menggunakan deklinasi ‘urfi Rashdul Kiblat terjadi pada jam 13:40 WIB. Untuk deklinasi ‘urfi lihat Ahmad Izzuddin, Hisab Praktis Arah Kiblat dalam Materi Pelatihan Hisab Rukyah Pimpinan Wilayah Lajnah Falakiyyah NU Jawa Tengah, Op. Cit., hlm. 4-5.
Foto 1: Ka’bah di ambil dari program google earth.
Pin warna kuning menunjukkan bangunan Ka’bah.
Garis warna putih enunjukkan arah kiblat bagi masjid yang menjadi obyek
pengukuran arah kiblat.
Foto 2: Ka’bah di ambil dari program google earth.
Pin warna kuning menunjukkan bangunan Ka’bah..
Garis warna putih enunjukkan arah kiblat bagi masjid yang menjadi obyek
pengukuran arah kiblat.
Lampiran 3
Foto3: Masjid Nurul Iman Kec. Praya di ambil dari program google earth.
Pin warna kuning menunjukkan bangunan masjid.
Garis warna putih menunjukkan arah Ka’bah (kiblat).
Foto4: Masjid Al-Muttaqin Kec. Praya Tengah di ambil dari program google earth.
Pin warna kuning menunjukkan bangunan masjid..
Garis warna putih menunjukkan arah Ka’bah (kiblat).
Foto 5: Masjid Al-Amanah Kec. Praya Barat di ambil dari program google earth.
Pin warna kuning menunjukkan bangunan masjid.
Garis warna putih menunjukkan arah Ka’bah (kiblat)
Foto 6: Masjid Jami’ Nurul Huda Kec. Praya Barat Daya di ambil dari program google earth.
Pin warna kuning menunjukkan bangunan Masjid
Garis warna putih enunjukkan arah Ka’bah (kiblat)
Foto 7: Masjid Al-Muttaqin Kec. Praya Timur di ambil dari program google earth.
Pin warna kuning menunjukkan bangunan masjid.
Garis warna putih enunjukkan arah Ka’bah (kiblat).
Foto 8: Masjid Darul Hikmah kec. Jonggat di ambil dari program google earth.
Pin warna kuning menunjukkan Ka’bah.
Garis warna putih enunjukkan arah Ka’bah (kiblat).
Foto 1: Masjid Baiturrahim di ambil dari program google earth
Pin warna kuning menunjukkan bangunan masjid.
Garis warna putih enunjukkan arah Ka,bah (Kiblat).
Foto 1: Masjid Al-Abshar kec Batukliang di ambil dari program google earth.
Pin warna kuning menunjukkan bangunan masjid.
Garis warna putih enunjukkan arah arah masjid (kiblat masjid).
Foto 1: Masjid Al-Istiqomah Kec. Batukliang Utara di ambil dari program google earth.
Pin warna kuning menunjukkan bangunan masjid.
Garis warna putih menunjukkan arah ka,bah (kiblat masjid)
Foto 1: MAsjid Baiturrahim Kec. Janapria di ambil dari program google earth.
Pin warna kuning menunjukkan bangunan masjid.
Garis warna putih menunjukkan arah ka,bah (kiblat masjid)
Foto 1: Masjid Al-Hikmah Kec. Jonggat di ambil dari program google earth.
Pin warna kuning menunjukkan bangunan Masjid.
Garis warna putih menunjukkan arah ka'bah (kiblat masjid)
Foto 1: Masjid BAiturrahman Kec. Pujut di ambil dari program google earth.
Pin warna kuning menunjukkan bangunan Masjid.
Garis warna putih enunjukkan arah Ka,bah (Kiblat masjid).
DAFTAR RIWAYAT PENDIDIKAN
Nama Lengkap : Hasanudin
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tempat, Tanggal Lahir : Dasan Baru, 30 Maret 1988
Agama : Islam
Alamat Asal : Jl. Praya-Mantang km.7 Aikmual Praya Lombok
Tengah Nusa Tenggara Barat
Alamat Sekarang : PP. Daarun Najaah Jl. Stasiun No. 275 Jerakah Tugu
Semarang
Telepon : 081 907 900 824
Pendidikan Formal : - SDN Inpres UPT Woko Dompu, lulus tahun 2001
- MTs. DArul Aminin NW Aikmual, lulus tahun
2004
- MA Darul Aminin Nw Aikmual, lulus tahun 2007
- IAIN Walisongo Semarang Fakultas Syari’ah lulus
tahun 2012
Pendidikan Non Formal : - Pondok Pesantren Darul Aminin Nw Aikmual
- PP. Daarun Najaah Jerakah Tugu Semarang.
Semarang, 25 Juni 2012
Hasanudin
top related