a - edihendrim.files.wordpress.com file · web viewpenggunaan penilaian karya (product assessment)...
Post on 30-Jun-2019
215 Views
Preview:
TRANSCRIPT
A. JUDUL PENELITIAN PENGGUNAAN PENILAIAN KARYA (PRODUCT ASSESSMENT) DAN MODEL COOPERATIVE LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KERJA ILMIAH SISWA PADA PEMBELAJARAN SAINS DI SDN CIKAWUNG-ADING KECAMATAN CIPATUJAH KABUPATEN TASIKMALAYA. (PTK pada Pembelajaran Sains di Kelas IV untuk Topik Merancang Pesawat Sederhana)
B. BIDANG KAJIAN
Sistem Asesmen dan Evaluasi Pembelajaran Sains
C. PENDAHULUAN
Pemberlakuan Kurikulum 2004 atau popular dengan nama Kurikulum
Berbasis Kompetensi (KBK), selain manfaat positif, juga telah menimbulkan
dampak bermasalah bagi guru-guru di lapangan. Masalah terjadi pada saat
pengimplementasian kurikulum ini, khususnya guru SD. Permasalahan yang
terjadi nampaknya disebabkan oleh belum efektifnya program sosialisai yang
dilakukan oleh intansi terkait. Sosialisasi Kurikulum 2004 saat ini dengan
sistim penataran berantai dari pusat hingga ke daerah dengan peserta sangat
terbatas telah menyebabkan terjadinya bias, reduksi, dan ketidakpastian
pemaknaan bagi guru-guru SD terhadap sejumlah komponen baru dalam
kurikulum tersebut. Pada ujungnya, keadaan seperti itu menimbulkan kega-
mangan pelaksanaan di lapangan. Demikian kesan umum yang terungkap
dalam diskusi antara sejumlah guru SD di Kecamatan Cipatujah, termasuk
guru-guru SD Negeri Cikawungading Kecamatan Cipatujah.
Dalam diskusi tentang implementasi Kurikulum 2004, khususnya
untuk Standar Kompetensi Mata Pelajaran Sains, guru SDN Cikawungading
mengemukakan beberapa kendala yang dihadapi mereka dalam mengelola
pembelajaran sains yang berorientasi kepada Kurukulum 2004. Kendala
tersebut timbul karena guru harus mengimplementasikan hal-hal yang
dirasakan baru. Dari materi Kurikulum 2004 yang terkait dengan Mata
Pelajaran Sains yang dianggap baru oleh guru SDN Cikawungading dan oleh
karenanya dirasakan bermasalah dalam pengimplementasiannya adalah
tentang Kerja Ilmiah dan Penilaian Kelas.
Kerja Ilmiah merupakan ruang lingkup Mata Pelajaran Sains yang
secara eksplisit dicantumkan dalam Kurikulum 2004, dan sekaligus merupa-
kan salah satu pembeda dengan kurikulum sebelumnya. Kerja ilmiah tersebut
meliputi kemampuan dasar siswa yang berhubungan dengan: penyelidikan/
penelitian, berkomunikasi ilmiah, pengembangan kreativitas dan pemecahan
masalah, serta sikap dan nilai ilmiah. Kerja ilmiah ini bukan merupakan bahan
ajar melainkan dampak pengiring (nurturant effect) bahan ajar yang harus
terintegrasi dalam setiap pembelajaran (Depdiknas, Standar Kompetensi Mata
Pelajaran Sains, 2004:7,12). Jika dikaitkan dengan karakteristik pembelajaran
sains, kerja ilmiah tidak lain merupakan dimensi proses dan sikap sains.
Karena tercantum dengan tegas dalam kurikulum, pengembangan kerja ilmiah
siswa dalam pembelajaran sains dipandang oleh guru-guru SD Negeri
Cikawungading sebagai kewajiban profesi yang direalisasikan.
Guru-guru SDN Cikawungading menyadari bahwa kebiasaan selama
ini, yakni menyajikan pembelajaran sains yang sangat verbalistik dengan
metode utama ceramah atau tanya jawab menjadi salah satu penyebab
kesulitan mereka untuk mengembangkan kerja ilmiah siswa dalam
pembelajaran sains. Selain itu, sosialisasi oleh para penatar Kurikulum 2004
pun tidak begitu bermakna bagi mereka karena juga disampaikan sangat
verbalistik serta miskin contoh dan tidak disertai dengan implementasi konkrit
dalam pembelajaran. Dengan demikian, meskipun pelaksanaan Kurikulum
2004 sudah berlangsung selama 1 (satu) tahun, belum diarasakan dampak
positifnya terhadap kualitas pembe-lajaran sains. Satu-satunya dampak yang
ada hanya lah dalam perubahan format dan kelengkapan administrasi
pembelajaran yang makin kompleks. Adapun kualitas kegiatan belajar
mengajar relative masih sama seperti sebelum diberlakukan Kurikulum 2004.
Oleh karena itu, guru di SDN Cikawungading sangat berkeinginan
memperoleh pengalaman dan bimbingan langsung dalam merancang dan
mengoperasionalkan pembelajaran sains yang dapat mengembangkan aspek
kerja ilmiah siswa sebagaimana dituntut oleh Kurikulum 2004.
Hal lain yang saat ini dirasakan sebagai kendala oleh guru-guru di
SDN Cikawungading dalam melaksanakan Kurikulum 2004, khususnya dalam
2
mata pelajaran sains, adalah merealisasikan Penilaian Kelas. Dalam buku
pedoman tentang penilaian kelas (Depdiknas, 2004:11) dijelaskan bahwa
penilaian kelas merupakan salah satu pilar dalam kurikulum berbasis
kompetensi. Penilaian kelas adalah proses pengumpulan dan penggunaan
informasi oleh guru untuk pemberian nilai terhadap hasil belajar siswa
berdasarkan tahapan kemajuan belajarnya sehingga didapatkan potret/profil
kemampuan siswa sesuai dengan daftar kompetensi yang ditetapkan dalam
kurikulum. Penilaian kelas dilaksanakan secara terpadu dengan kegiatan
belajar-mengajar. Penilaian ini dapat dilakukan baik dalam suasana formal
maupun informal, di dalam kelas, di luar kelas, terintegrasi dalam kegiatan
belajar-mengajar atau dilakukan pada waktu yang khusus.
Penilaian kelas dilaksanakan melalui berbagai cara, seperti tes tertulis
(paper and pencil test), penilaian hasil kerja siswa melalui kumpulan hasil
kerja (karya) siswa (portofolio), penilaian produk 3 dimensi, dan penilaian,
unjuk kerja (performance) siswa. Penilaian kelas merupakan suatu proses
yang dilakukan melalui langkah-langkah perencanaan, pengumpulan informasi
melalui sejumlah bukti yang menunjukkan pencapaian hasil belajar siswa,
pelaporan, dan penggunaan informasi tentang hasil belajar siswa. Penilaian
seperti ini dikenal juga dengan istilah asesmen (assessment) (Depdiknas,
2004:12).
Pengalaman guru di SDN Cikawungading dalam melakukan penilaian
dalam pembelajaran sains selama ini, hanya terbatas pada jenis penilaian
terhadap hasil belajar kognitif berupa penguasaan konsep. Alat penilaian yang
digunakan adalah tes tertulis jenis pilihan ganda dan sedikit uraian singkat.
Jenis penilaian seperti ini merupakan jenis penilaian yang dengan formal dan
baku digunakan selama puluhan tahun oleh Dinas Pendidikan tingkat
kabupaten untuk mengukur hasil belajar siswa SD pada setiap kegiatan tes
sumatif pada setiap akhir semester. Kebijakan penggunaan jenis penilaian
yang hanya mengukur hasil belajar siswa pada aspek kognitif telah
mempengaruhi cara guru mengelola kegiatan belajar mengajar di setiap SD.
Untuk memenuhi target keberhasilan pembelajaran dalam bentuk pencapaian
3
nilai ulangan (tes) di atas rata-rata (6,0) maka para guru mengelola
pembelajaran dengan sistim mentransfer sebanyak-banyaknya konsep-konsep
dan teori-teori yang sudah jadi ke dalam otak anak. Dengan demikian
pembelajaran berlangsung sangat verbalistik dengan dominasi kegiatan siswa
mengerjakan latihan-latihan soal.
Akibat pembelajaran sains selama ini yang sangat verbalistik dengan
sistim penilaian tradisional berupa paper and pencil test, para guru (khususnya
di SDN Cikawungading) belum pernah sama sekali bersentuhan dengan
pengalaman membuat dan menggunakan jenis-jenis penilaian sebagaimana
dituntut oleh Penilaian Kelas dalam Kurikulum 2004. Oleh karenanya, dari
hasil studi pendahuluan diperoleh temuan bahwa saat ini para guru SDN
Cikawungading sangat antusias untuk mendapatkan pengalaman melakukan
kaji-tindak tentang perancangan dan penggunaan model pembelajaran dan
model penilaian untuk pembelajaran sains yang sesuai dengan karakteristik
pendidikan sains dan penilaian kelas dalam kurikulum 2004.
Diantara jenis penilaian kelas yang relevan dengan ruang lingkup
pembelajaran sains khususnya untuk mengembangkan kreativitas siswa dalam
merancang dan membuat karya adalah Penilaian Produk. “Penilaian Produk
merupakan bentuk penilaian hasil kerja yang meliputi penilaian terhadap
kemampuan siswa membuat produk-produk teknologi dan seni” (Depdiknas,
2003:43). Selanjutnya ditegaskan pula bahwa “Penilaian produk tidak hanya
menilai hasil akhirnya saja tetapi juga proses pembuatannya”. (Depdiknas,
2003:6).Oleh karena itu melalui penilaian produk yang dinilai bukan saja
produk akhirnya saja tetapi juga kemampuan (kinerja) siswa dalam setiap
tahapan pembuatan karya. Pelaksanaan penilaian produk dilaksanakan melalui
tiga tahap kegiatan yaitu: (1) tahap perencanaan, (2) tahap pembuatan, dan (3)
tahap penilaian.
Selain berkeinginan memperbaiki cara menilai, para guru di SDN
Cikawungading juga berkeinginan untuk mengelola pembelajaran sains sesuai
dengan tuntutan kurikulum. Sehubungan dengan hal tersebut, maka para guru
di SDN Cikawungading sepakat memilih model Cooveratif Learning sebagai
4
model pembelajaran yang diduga dapat menunjang upaya kaji tindak untuk
memperbaiki pembelajaran sains tersebut. Model ini dipilih karena sebagaima-
na dikaji dalam beberapa penataran, sangat cocok untuk mengaktifkan siswa
dan mengefektifkan pencapaian hasil belajar.
Setelah melakukan kajian bersama tentang keterkaitan antara
Kurikulum 2004, Penilaian Kelas, dan karakteristik Pendidikan Sains di SD,
serta dihubungkan dengan pengalaman mereka dalam mengelola pembelajaran
sains, guru SDN Cikawungading sampai pada pemahaman bahwa penilaian
sebagai bagian dari pemelajaran mempunyai peranan yang sangat penting
terhadap pencapaian hasil belajar siswa. Model penilaian yang baik dapat
memberikan kontribusi positif terhadap proses pembelajaran dan hasil belajar
siswa. Pemahaman tersebut sejalan dengan penegasan Stiggins (1994:55)
bahwa pembelajaran yang efektif, efisien, dan produktif perlu disertai dengan
penilaian yang baik dan bermakna yang disebut penilaian karya atau asesmen
alternatif. Para guru juga menyimpulkan bahwa penilaian (asesmen) otentik
cukup memiliki makna penting dalam mengukur kemampuan siswa secara
terpadu dalam pembelajaran sains yang meliputi dimensi proses, sikap, dan
produk sains. Dimensi proses dan sikap dari pembelajaran sains, dalam
Kurikulum 2004 disebut Kerja Ilmiah.
Berdasarkan hasil kajian sebagaimana dipaparkan di atas, beberapa
guru SDN Cikawungading tergerak untuk melakukan kolaborasi dalam
mengatasi permasalahan yang berhubungan dengan pengelolaan pembelajaran
sains menurut Kurikulum 2004. Prioritas permasalahan yang akan diatasi
adalah bagaimana merancang dan melaksanakan pembelajaran sains yang
berorientasi kepada pengimplementasian penilaian kelas (jenis penilaian
produk) yang realistik serta mampu mengembangkan kerja ilmiah siswa.
Bentuk kolaborasi akan diaktualisasikan dalam bentuk kegiatan
Penelitian Tindakan Kelas. Melalui penelitian ini, guru akan memperoleh
pengalaman berdaur melakukan tindakan reflektif dalam hal (1) menyusun
silabus pembelajaran sains berorientasi Kurikulum 2004; (2) membuat Lembar
Kerja Siswa (LKS) untuk pengembangan kerja ilmiah; (3) membuat alat
5
peraga sains; (4) membuat instrument penilaian kelas (jenis penilaian produk)
untuk pembelajaran sains; dan (5) mengoperasionalkan pembelajaran sains
yang efektif sesuai dengan tuntutan Kurikulum 2004.
D. PERUMUSAN MASALAH
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana membuat
dan menggunakan penilaian produk dan model Cooperative Learning agar
dapat meningkatkan kerja ilmiah siswa dalam pembelajaran sains di SDN
Cikawungading Kecamatan Cipatujah Kabupaten Tasikmalaya?”
Rumusan masalah tersebut lebih lanjut dirinci dengan pertanyaan
penelitian tindakan sebagai berikut.
1. Bagaimana mengoptimalkan kemampuan guru membuat penilaian karya
untuk pembelajaran sains?
2. Bagaimana mengoptimalkan kemampuan guru membuat indikator-
indikator kerja ilmiah pada pembelajaran sains?
3. Bagaimana mengoptimalkan kemampuan guru membuat silabus (rencana)
pembelajaran yang berorientasi pada penggunaan model Cooperative
Learning dan penilaian karya serta pengembangan kerja ilmiah siswa?
4. Bagaimana mengoptimalkan kemampuan guru mengelola pembelajaran
sains yang berorientasi pada penggunaan model Cooperative Learning dan
penilaian karya serta pengembangan kerja ilmiah siswa?
5. Bagaimana efektifitas pencapaian hasil belajar pada pembelajaran sains
yang berorientasi pada penggunaan model Cooperative Learning dan
penilaian karya, dan pengembangan kerja ilmiah siswa?
Agar upaya pemecahan masalah lebih terfokus, rumusan permasalah
dan pertanyaan penelitian di atas dibatasi dengan penjelasan operasional
sebagai berikut.
a. Asesmen hasil karya (asesmen produk) digunakan untuk menilaian dan
meningkatkan kreatifitas siswa dalam membuat suatu karya berupa benda
berdimensi dua (rancangan model) dan benda berdimensi tiga.
6
b. Kerja ilmiah siswa yang akan ditingkatkan dalam pembelajaran sains
diprioritaskan pada jenis Kerja Ilmiah Kreativitas membuat karya.
c. Pembelajaran sains yang akan dijadikan latar penelitian adalah
pembelajaran sains pada semester genap di kelas IV pada tahun pelajaran
2006.
E. PEMECAHAN MASALAH
Implementasi penilaian kelas (berupa penilaian karya) untuk
meningkatkan kerja ilmiah siswa dalam pembelajaran sains pada penelitian
tindakan kelas ini akan lebih banyak memberikan pengalaman atau
keterlibatan langsung kepada guru Kelas IV SD Negeri Cikawungading. Guru
yang lain hanya bertindak sebagi peneliti mitra.
Pemberian porsi terbesar keterlibatan bagi guru dalam penelitian
didasarkan pada pertimbangan bahwa dalam konteks PTK guru adalah peneliti
yang lebih mengetahui dan memahami permasalahan dan keperluan penye-
lesaiannya. Dengan demikian produk dan penggunaan penilaian karya serta
tindakan pengembangan kerja ilmiah siswa dalam pembelajaran akan
berlangsung lebih objektif dan realistis.
Secara garis besar, pemecahan masalah dalam penelitian ini akan
dilaksanakan melalui tindakan reflektif meliputi aspek-aspek sebagai berikut.
No. Aspek Tindakan Indikator Keberhasilan
1. Meningkatan kompetensi guru melaku-kan penilaian karya dalam pembela-jaran sains.
Guru mampu membuat con-toh instrumen untuk penilai-an karya bagi pembelajaran sains.
2. Meningkatan kompetensi guru me-ngembangkan kerja ilmiah siswa dalam pembelajaran sains.
Guru mampu membuat con-toh indikator bagi setiap ker-ja ilmiah kreativitas mem-buat karya dalam pembela-jaran sains.
3. Meningkatan kompetensi guru tentang penggunaan penilaian karya yang relevan dengan kerja ilmiah siswa
Guru mampu memilih, mem-buat dan menggunakan jenis-jenis instrumen penilaian
7
dalam pembelajaran sains. karya yang relevan dengan kerja ilmiah siswa yang akan dikembangkan dalam pembe-lajaran.
4. Meningkatkan kompetensi guru meran-cang dan membuat instrumen-instru-men penunjang bagi pembelajaran sains yang efektif.
Guru mampu membuat Lem-bar Kerja Siswa (LKS) dan alat peraga sains yang sesuai dengan karakteristik pendi-dikan sains dan tuntutan Ku-rikulum 2004.
5. Meningkatkan kompetensi guru meran-cang dan mengelola pembelajaran sains yang efektif dengan model cooparative learning.
Guru mampu menyusun dan mengoperasionalkan silabus pembelajaran sains yang se-suai dengan karakteristik pendidikan sains dan tun-tutan Kurikulum 2004 serta rambu-rambu cooverative learning.
3. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan hasil studi pendahuluan dan rencana pemecahan masalah
seperti diungkapkan di muka, maka hipotesis tindakan secara umum dirumus-
kan sebagai berikut.
“Serangkaian tindakan reflektif berdaur untuk mengoptimalkan wawasan dan
keterampilan guru dalam menyusun dan mengoperasionalkan penilaian karya
akan dan model cooperative learning dapat meningkatkan kerja ilmiah siswa
pada pembelajaran sains di kelas IV SDN Cikawungading”
F. TUJUAN PENELITIAN
Secara umum tujuan penelitian ini adalah mengoptimalkan kemam-
puan guru SDN Cikawungading dalam membuat dan mengimplementasikan
penilaian karya yang dapat berfungsi meningkatkan kerja ilmiah siswa dalam
pembelajaran sains. Lebih spesifik tujuan tersebut dirinci sebagai berikut.
1. Mengoptimalkan kemampuan guru membuat penilaian karya untuk
pembelajaran sains.
8
2. Mengoptimalkan kemampuan guru membuat indicator-indikator kerja
ilmiah pada pembelajaran sains.
3. Mengoptimalkan kemampuan guru membuat silabus (rencana) pembe-
lajaran yang berorientasi pada penggunaan penilaian karya dan
pengembangan kerja ilmiah siswa pada pembelajaran sains.
4. Mengoptimalkan kemampuan guru mengelola pembelajaran sains yang
berorientasi pada penggunaan penilaian karya dan pengembangan kerja
ilmiah siswa.
5. Mengefektifkan pencapaian hasil belajar pada pembelajaran sains yang
berorientasi pada penggunaan penilaian karya dan pengembangan kerja
ilmiah siswa.
G. MANFAAT HASIL PENELITIAN
Penelitian ini dapat memberikan manfaat sebagai berikut.
1. Memberikan kontribusi inspiratif dan faktual bagi upaya peningkatan
kualitas pembelajaran sains di sekolah dasar, khususnya di SDN
Cikawungading Kecamatan Cipatujah Kabupaten Tasikmalaya.
2. Memberikan solusi untuk mengatasi kesulitan guru-guru SDN
Cikawungading dalam memahami Kurikulum 2004, khususnya yang
terkait dengan implementasi Penilaian Kelas dan pengembangan Kerja
Ilmiah siswa.
3. Memberikan pengalaman berupa cara-cara ilmiah, realistik, dan relatif
mudah dalam mengatasi permasalahan pembelajaran melalui pelaksanaan
penelitian tindakan kelas.
4. Memberikan pengalaman belajar yang sangat berharga bagi siswa dalam
hal pengembangan potensi ‘sainstis’ dan potensi kreatif melalui
pembelajaran sains yang menyenangkan.
5. Menjadi dorongan bagi guru-guru SD dan para pemegang kebijakan
pendidikan dasar di tingkat kecamatan/kabupaten untuk mencoba
melakukan upaya peningkatan kualitas pembelajaran melalui PTK.
6. Memberikan masukan data empiris bagi dosen pengampu mata kuliah IPA
di PGSD sebagai bahan untuk meningkatkan kualitas perkuliahan IPA SD
yang lebih berorientasi kepada kebutuhan objektif di lapangan.
9
H. KAJIAN PUSTAKA
Pada bagian ini dikaji berbagai teori dan pendapat para ahli tentang:
1. Penilaian (Asesmen) KaryaSumber: Tuliskan minimal 3 sumber2. Model Cooperative LearningSumber: Tuliskan minimal 3 sumber3. Pembelajaran Sains di SDSumber: Tuliskan minimal 3 sumber
I. RENCANA DAN PROSEDUR PENELITIAN
Model PTK yang dijadikan landasan dalam penelitian ini adalah model
PTK yang diadaptasi dari John Elliot. Dalam desain model ini, satu fokus
tindakan (Action) merupakan satu siklus tindakan terdiri dari satu step atau
langkah tindakan pembelajaran. Hal ini didasarkan pada pemikiran bahwa
PTK dilakukan untuk meningkatkan lebih dari satu aspek kerja ilmiah
(kemampuan siswa melakukan penyelidikan dan kreatifitas dalam membuat
karya) pada satu pokok bahasan atau satu materi pokok. Satu materi pokok
terdiri dari beberapa materi yang yang diselesaikan dalam beberapa kali
tindakan, (Depdikbud, 1999:21-22). Sedangkan bentuk PTK yang
dilaksanakan adalah PTK kolaboratif yang melibatkan beberapa pihak dengan
jalinan bersifat kemitraan sebagaimana dijelaskan oleh Kasihani Kasbolah
(1998:123) yang menyatakan bahwa Penelitian Tindakan Kolaboratif melibatkan
beberapa pihak yaitu guru, kepala sekolah, peneliti, maupun dosen secara serempak
melakukan penelitian dengan tujuan meningkatkan prakatek pembelajaran,
menyumbang pada perkembangan teori, dan meningkatkan karir guru
1. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah seluruh siswa Kelas IV dan guru yang melakukan
tindakan pada Pembelajaran sains di Kelas IV SDN Cikawungading.
2. Waktu dan Tempat Penelitian
Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas akan berlangsung selama 2
bulan (Juli – Agustus 2006), bertempat di SDN Cikawungading, UPT Dinas
Pendidikan Kecamatan Cipatujah, Kabupaten Tasikmalaya.
10
3. Definisi Operasional Variabel Penelitian
Variabel adalah kondisi-kondisi atau karakteristik-karakteristik yang
oleh peneliti dimanipulasikan, dikontrol atau diobservasi. Agar variabel
tersebut dapat terukur, variabel tersebut didefinisikan ke dalam bentuk
rumusan yang lebih operasional (Faisal, 1982:82-83). Variabel penelitian
dalam PTK terdiri dari variabel input, variabel proses, dan variabel output
(Tim Pelatih PGSM, 1999:65). Variabel-variabel tersebut dirumuskan dalam
definisi operasional sebagai berikut.
a. Variabel Input
Variabel input penelitian adalah pengetahuan dan kerja ilmiah awal siswa
dalam membuat karya pesawat parasut; materi pembelajaran; serta wawasan
dan bekal keterampilan guru (peneliti) mengelola pembelajaran dengan
mengimplementasikan Asesmen Karya atau Penilaian Karya.
b. Variabel Proses
Variabel proses dalam tindakn pembelajaran adalah:
1) Aktivitas guru Kelas IV menggunakan Penilaian Karya dalam proses
pembelajaran sains. Dinyatakan dengan skor dan deskripsi hasil penilaian
observer terhadap kinerja guru pada setiap pembelajaran.
2) Aktivitas siswa Kelas IV dalam proses pembelajaran sains dengan
menggunakan Penilaian karya yang berhubungan dengan kerja ilmiah
siswa antara lain: penggunaan alat indera, penggunaan alat ukur,
pencatatan data hasil pengamatan, dan intensitas keaktifan dalam
kelompok; serta pengembangan kreatifitas dalam merancang, membuat,
dan medemonstrasikan hasil karya.
c. Variabel Output
Variabel output berkaitan dengan kualitas pembelajaran yaitu peningkatan
waktu efektif belajar (on task) dan kerja ilmiah siswa selama mengikuti
pembelajaran sains. Kerja ilmiah dibatasi pada kemampuan melakukan
penyelidikan dasar (observasi), dan pengembangan kreatifitas dalam
membuat karya (benda berdimensi tiga).
11
4. Prosedur Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan dalam bentuk proses
berdaur (siklus). Setiap siklus terdiri dari tahapan (fase): perencanaan
(planning), tindakan (action), pengamatan (observation), dan refleksi
(reflection). Berikut digambarkan ikhtisar siklus tindakan pada penelitian ini:
Bagan Model Dasar Siklus PTK (Sumber: Edi Hendri, 2005)
Fase-fase tersebut dioperasionalkan dalam kegiatan berikut.:
a. Tahap Refleksi Awal
Pada tahap ini guru kelas mencermati, mengidentifikasi dan meru-
muskan masalah dalam pembelajaran sains di Kelas IV SD Cikawungading
terutama terkait dengan isu Kerja Ilmiah dan Penilaian Kelas yang berorientasi
kepada Kurikulum 2004.
12
Refleksi
Tindakan & Observasi
Identifikasi Masalah
Perumusan Rencana
Refleksi
Tindakan & Observasi
Perubahan Rencana
Refleksi
Tindakan & Observasi
Pra Tindakan
Siklus 1
Siklus 2
b. Merancang langkah-langkah tindakan pemecahan masalah
Pada tahap ini dirumuskan upaya penyelesaian atau penanganan terhadap
masalah utama yang teridentifikasi. Rumusan lebih difokuskan kepada
memilih tindakan pembelajaran yang dapat mengoptimalkan kemampuan guru
membuat dan menggunakan Penilaian karya untuk meningkatkan kemam-
puan siswa melakukan kerja ilmiah sebagaimana dituntut oleh Kurikulum
2004, terutama dalam hal melakukan kegiatan observasi dan penyelidikan.
Dalam merumuskan masalah serta tindakan penyelesaiannya guru mempertim-
bangkan: karakteristik siswa, aspek prioritas manfaat, kesanggupan guru untuk
melakukan tindakan, fasilitas pendukung, materi pembelajaran, waktu
pelaksanaan serta landasan teori pembelajaran sains terutama yang
berhubungan dengan Kerja Ilmiah dan penggunaan Penilaian karya.
c. Menuangkan gagasan penyelesaian masalah ke dalam bentuk:
1) Rencana atau silabus pembelajaran.
2) Lembar Kerja Siswa
3) Alat peraga pembelajaran.
4) Instrumen penilaian karya untuk menilai kerja ilmiah
siswa.
5) Instrumen penilaian karya untuk mengukur waktu efektif
belajar siswa.
6) Instrumen untuk mengobservasi aktivitas guru.
d. Tahap Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan penelitian yang dimaksud adalah langkah realistik yang
ditempuh oleh peneliti bersama peneliti mitra di lapangan sejak orientasi, pra
tindakan hingga terselesaikannya pemecahan masalah. Secara garis besar
tahapan-tahapan tersebut adalah sebagai berikut:
1) Orientasi
Orientasi yang dilakukan oleh peneliti bersama peneliti mitra adalah
melakukan studi pendahuluan yang berhubungan dengan konsep-konsep
penting pelaksanaan PTK. Studi tersebut berupa hal-hal berikut:
13
a) Menyamakan persepsi antara peneliti, peneliti mitra, dan kepala sekolah
tentang Penelitian Tindakan Kelas.
b) Menyamakan pemahaman peneliti dan observer tentang Kerja Ilmiah dan
penggunaan Penilaian karya pada pembelajaran sains.
c) Penetapan siklus dan fokus tindakan, topic (materi) pembelajaran beserta
instrumen dan administrasi persiapan mengajar yang akan digunakan.
2) Persiapan Pra Tindakan
Sebelum penelitian dilakukan dalam bentuk pembelajaran, persiapan
awal yang dilakukan guru kelas (peneliti) adalah sebagai berikut.
a) Bersama peneliti mitra mendiskusikan rencana umum PTK sebagai upaya
mengoptimalkan kemampuan guru membuat dan menggunakan Penilaian
karya untuk meningkatkan kerja ilmiah siswa dalam pembelajaran sains;
alternatif tema pembelajaran yang digunakan dalam penelitian, instrumen
penelitian yang diperlukan, dan waktu pelaksanaan.
b) Bersama peneliti mitra mendiskusikan jenis penilaian karya dan aspek
kerja ilmiah yang bagaimana yang mungkin untuk ditingkatkan dalam
PTK yang waktunya sangat terbatas.
c) Berdasarkan hasil kesepahaman dengan peneliti mitra dan dosen
pembimbing diusun rencana pembelajaran dan instrumen penelitian..
d) Untuk keperluan membuat instrumen penelitian, menetapkan indikator
bagi masing-masing aspek fokus tindakan. Peningkatan kerja ilmiah jenis
observasi dalam PTK ini direncanakan dalam dua aspek fokus tindakan,
yaitu: penggunaan penilaian karya untuk meningkatkan kerja ilmiah siswa
melakukan penyelidikan; dan penggunaan penilaian karya untuk
meningkatkan kreatifitas siswa dalam membuat karya .
e) Direncanakan bahwa ketiga aspek fokus tindakan tersebut akan ditindaki
dan diobservasi pada setiap siklus tindakan.
3). Pelaksanaan Tindakan dan Observasi Pembelajaran
Tindakan pembelajaran dilakukan dalam bentuk siklus tindakan. Setiap
siklus terdiri dari beberapa tindakan pembelajaran. Jumlah pembelajaran pada
setiap siklus bersifat realistik, artinya bergantung pada ketercapaian tujuan
14
PTK. Upaya tindakan perbaikan pada penelitian ini direncanakan akan
dilakukan dalam 2 sampai 3 siklus tindakan sesuai dengan ketercapaian
optimal rencana tindakan.
Untuk merealisasikan fokus tindakan dan mencapai indikator
keberhasilan yang ditetapkan, siklus tindakan akan dilaksanakan dalam format
sebagai berikut.
a) Merancang tindakan pembelajaran antara lain: pembuatan persiapan
mengajar guru, pembuatan lembar pengamatan, menyiapkan media dan
alat peraga yang diperlukan, dan mengelompokkan siswa untuk memudah-
kan dalam pengamatan proses aktivitas siswa.
b) Melaksanakan tindakan pembelajaran 1, 2, 3 dan setrusnya. Pada saat
berlangsung tindakan pembelajaran, guru kelas dan pengamat mitra
bertindak sebagai observer.
4) Tahap Refleksi
Data yang terkumpul sebagai hasil observasi terhadap setiap pem-
belajaran segera diolah, dideskripsikan, kalau perlu disederhanakan dalam
bentuk tabel, grafik bagan, atau skema. Data yang telah tersaji dianalisis,
didiskusikan dan dikaji ulang secara bersama-sama terutama yang berkaitan
dengan kelebihan dan kekurangan yang terjadi dalam proses pembelajaran.
Hasil kegiatan merefleksi ini digunakan untuk bahan pertimbangan dalam
menyusun rencana tindakan berikutnya, yang dilaksanakan, diobservasi dan
direfleksi seperti pada pembelajaran sebelumnya. Kegiatan refleksi dilakukan
pada dan setelah kegiatan pembelajaran untuk bahan pertimbangan pembela-
jaran selanjutnya.
5. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikui:
a) Teknik Observasi
Observasi kegiatan di kelas dibantu oleh rekan pengamat mitra yang
duduk di belakang untuk mengamati proses pembelajaran model penemuan
15
terbimbing; sementara penulis sendiri melakukan pengelolaan kelas dan
pengamatan terhadap siswa. Alat yang digunakan untuk menjaring data
tersebut yaitu alat perekam, lembar observasi untuk mengamati aktivitas guru
dalam pembelajaran, lembar observasi untuk mengamatai kerja ilmiah siswa,
dan catatan lapangan. Tiga alat bantu tersebut digunakan oleh pengamat mitra
dan guru sebagai alat bantu untuk menganalisis dan merefleksi setiap tahapan
tindakan pembelajaran yang dijadikan bahan perbaikan pada tindakan
berikutnya, sehingga menghasilkan proses dan hasil belajar yang lebih
meningkat.
Observasi yang dilaksanakan, merekam dan mencatat semua peristiwa
yang terjadi dalam pembelajaran, terutama hal-hal yang telah disepakati
bersama dalam upaya pengumpulan data. Hasil observasi yang berupa data,
segera diberikan kepada pelaku tindakan dan didiskusikan agar segera
diketahui apa-apa yang sudah tercapai dan apa pula yang belum tercapai.
b) Teknik Tes atau Penilaian
Tes digunakan untuk menjaring data tentang hasil belajar penguasaan
konsep siswa.
c) Analisis Deskriptif
Teknik Analisis Deskriftif digunakan untuk menjelaskan seluruh rangkaian
penelitian mulai dari perencanaan sampai tahap refleksi, begitu juga dengan
daur dan hasil penelitian.
6. Teknik Pengolahan Data
Data yang diperoleh dari hasil observasi, wawancara dan tes dianalisis
dengan mengacu kepada pola pengolahan data dari Hopkin (1993) dalam
Kanda (2001:55), yang dilakukan melalui tahap-tahap berikut:
a) Coding atau Labeling. Yang dimaksud adalah mekanisme pengolahan data
yang berkaitan dengan pengumpulan data (melalui observasi, tes dan
wawancara), penamaan data, kategorisasi data, pengklasifikasian data, dan
deskripsi makna data baik berdasarkan jenis subjek penelitian (siswa dan
guru), fokus tindakan (kerja ilmiah siswa dalam melakukan observasi),
16
waktu dan proses tindakan (tahapan pembelajaran) maupun hasil tindakan
(peningkatan kerja ilmiah siswa dalam melakukan observasi).
b) Triangulasi, merupakan teknik validasi data yang berarti bahwa kesahihan
(validitas) data ditentukan oleh sumber data dan interpretasi data yang
berasal dari berbagai pihak terkait, terutama yang merepresentasikan
keterwakilan: peneliti, guru sejawat (peneliti mitra) dan kepala sekolah,
serta pakar akademik yang relevan dengan masalah yang dianalisis, baik
bersifat personal maupun gagasan-gagasan dalam literatur yang dapat
dipertanggungjawabkan.
c) Saturasi (Kejenuhan). Karena keterbatasan waktu penelitian, saturasi juga
dijadikan salah satu teknik validasi tindakan dan data. Dengan teknik ini
peneliti memastikan bahwa tindakan dan hasil perbaikan ditetapkan telah
optimal dilakukan dengan pertimbangan bahwa potensi perubah, baik yang
terdapat pada peneliti (guru), subjek penelitian (siswa), fasilitas, waktu dan
faktor-faktor penentu perubahan lainnya sudah sampai pada batas
kemampuan optimal saat itu.
7. Alur Pelaksanaan Tindakan.
Rencana yang telah dibuat berdasrkan hasil studi pendahuluan, refleksi
awal, dan orientasi materi penelitian, dilaksanakan dalam bentuk tindakan
pada proses pembelajaran di kelas. Pelaksanaan tindakan ini diikuti dengan
observasi terhadap semua aspek dan indikator keberhasilan yang telah
ditetapkan dan disepakati sebelumnya. Hasil observasi dianalisis dan direfleksi
sebagai bahan pertimbangan pada tindakan selanjutnya.
Alur pelaksanaan tindakan tersebut ditunjukkan pada bagan berikut.
17
18
Hasil dan Evaluasi Keseluruhan Tindakan
Analisis dan Refleksi thdp tindakan siklus II
-Hasil temuan-Rekomendasi bagi tin dakan berikutnya
Siklus II:Tindakan dan refleksi
pembelajaran 1,2,3, . . .
Observasi pelaksanaan dan pengaruh tindakan pembelajaran 1,2,3, . . .
Analisis dan refleksi
terhadap Siklus I
siklus I
Hasil temuan dan rekomendasi bagi tin
dakan selanjutnya
ObservasiTerhadap tindakan
pembelajaran
Refleksi awal terhadap- Pembelajaran Sains di kelas IV- Kerja ilmiah siswa yang akan
dikembangkan- Materi kurikulum & Penilaian
Identifikiasi Masalah- perlu penggunaan
penilaian karya untuk meningkatkan kerja ilmiah siswa
- perlu ditetapkan kerja ilmiah siswa dan jenis asesmen yang tepat untuk tindakan awal.
- tindakan perbaikan dilaksa-nakan melalui PTK
Pra tindakanDiskusi tentang as-pek kerja ilmiah siswa yang akan di-jadikan fokus tin-dakan.Diskusi dengan ob-server ttng Ases-men dan PTK yang akan digunakan.
Rencana Tindakan-Menetapkan metode penelitian dan siklus tindakan-Siklus I: Fokus Tinda kan 1 pembelajaran 1,2,3 …
-Siklus II: Fokus Tin-dakan 2 pembelajaran 1,2,3 …
Siklus I:Tindakan dan refleksi
pembelajaran 1,2,3, . . .
Gambar Bagan Daur (Siklus) Pelaksanaan PTK
J. JADWAL PENELITIAN
KegiatanBulan ke
1 2 3 4 5 6 7 8Studi Pendahuluan ke lokasi SD penelitian dan refleksi hasil studi pendahuluan.
Penyusunan silabus pembela-jaran, asesmen, dan LKS.
Pembuatan alat peraga dan lem-bar observasi
Pelaksanaan pra tindakan dan tindakan Siklus I
Pelaksanaan tindakan Siklus II dan evaluasi akhir tindakan
Pembuatan draft skripsi, produk, dan draft laporan hasil pene-litian; serta pelaksanaan seminar.
Penyelesaian dokumen penggandaan dan pengi-riman laporan, publikasi hasil penelitian.
19
K. DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Nugraha, dkk. 1998. Penggunaan Performance Assessment untuk meningkatkan Efektivitas Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar. Laporan Penelitian Tindakan Kelas di SD Kecamatan Singaparna Kabupaten Tasikmalaya. PGSD FIP IKIP Bandung.
Asmawi, Z. dan Nasution, N. 1994. Penilaian Hasil Belajar. Jakarta: Dirjen Dikti Depdikbud.
Balai Pengembangan Teknologi Pendidikan (BPTP). 2004. Pengantar Penilaian Pemelajaran Sains. http://www.bptpdisdik-jabar.go.id
Carin, A.A. & Sund, R.B. 1989. Teaching Science Through Discovery. Columbus: Merrill Publishing Company.
Cavendish, S. et al. 1990. Observing Activities: Assessing Science in the Primary Classroom. London: Paul Chapman Publishing Ltd.
Dahar, R.W. 1991. Teori-Teori Belajar. Jakarta : Erlangga.
Departemen Pendidikan Nasional.2004. Kurikulum 2004 : Kompetensi Standar Mata Pelajaran Sains. Jakarta: DepdiknasRepublik Indonesia.
________.2003. Pedoman Pengembangan Silabus. Jakarta:Pusat Kurikulum.
________.2003. Kerangka Dasar Kurikulum 2004. Jakarta: Pusat Kurikulum
________.2003. Pedoman Pengembanagan Silabus. Jakarta: Pusat Kuriku-lum
Galton, M. & Harlen, W. 1990. Assessing Science in the Primary School: Written Task. London: Paul Chapman Publishing Ltd.
Harlen, W. & Galton, M. (Eds.).1990. Observing Activities - Assessing Science in The Primary Classroom. London: Paul Chapman Publishing Ltd.
Kanda. 2001. Penelitian Tindakan Kelas. Dirjen Dikti Proyek Pendidikan Guru.
Kasbolah, K. 1998. Penelitian Tindakan Kelas. Malang: Dirjen Dikti Proyek Pendidikan Guru Sekolah Dasar.
Mulyana, Edi Hendri. 2003. Metodologi Pendidikan Sains Sekolah Dasar. Tasikmalaya: Buku Wajib Perkuliahan IPA PGSD UPI Kampus Tasikmalaya. Tidak dipublikasikan.
20
Mulyasa, E. 2002. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung : Remaja Rosdakarya
L. LAMPIRAN
1. Kerangka dan Rambu-rambu Instrumen Penelitian
a. Instrumen Penilaian Kinerja (Performance Assessment)
Kelompok/Nama Siswa: Tanggal:
No. Aspek Kinerja SK K C B SB
1 Menunjukkan minat/inisiatif beraktivitas
2 Terlibat aktif melaksanakan kegiatan
3 Ketepatan melakukan tugas/menggunakan alat
4 Menghargai hak orang lain
5 Menunjukkan kreatifitasNilai: SK = 0 – 3,4; K = 3,5 – 5,4; C = 5,5 – 6,4; B = 6,5 – 8,4; SB = 8,5 – 10
b. Format penilaian Karya Siswa (Penilaian Produk/Product Assessment). Misalnya membuat parasut dari plastisin.
1. Penilaian Perencanaan
ASPEK YANG DINILAI SK K C B SB
Memilih bahan sesuai dengan tujuanMenetapkan alat-alat sesuai dengan tujuanMemilih jenis pesawat yang akan dibuatMenetapkan bahan-bahan untuk memperindah parasut
2. Penilaian Proses Pembuatan
ASPEK YANG DINILAI SK K C B SB
Dikerjakan mandiri (tanpa bantuan guru yang berarti)Kerjasama antar anggota nampak kompakWaktu yang digunakan untuk membuat parasut efektifUpaya dan hasil untuk memperindah parasut
3. Penilaian Produk/Hasil Karya
ASPEK YANG DINILAI SK K C B SB
Penampilan pesawat: rapih dengan bentuk wajarUkuran ruang parasut sudah optimal sesuai dengan bahanAda hasil kreasi untuk memperindah penampilan
21
Daya tampung parasut (jumlah beban yang diangkut)
d. Instrumen menilai proses pembuatan dan hasil karya siswa berupa ‘parasut’.
1. Penilaian Perencanaan
ASPEK YANG DINILAI SK K C B SB
Memilih bahan sesuai dengan tujuanMenetapkan alat-alat sesuai dengan tujuanMemilih jenis pesawat yang akan dibuatMenetapkan bahan-bahan untuk memperindah parasut
2. Penilaian Proses Pembuatan
ASPEK YANG DINILAI SK K C B SB
Dikerjakan mandiri (tanpa bantuan guru yang berarti)Kerjasama antar anggota nampak kompakWaktu yang digunakan untuk membuat parasut efektifUpaya dan hasil untuk memperindah parasut
3. Penilaian Produk/Hasil Karya
ASPEK YANG DINILAI SK K C B SB
Penampilan pesawat: rapih dengan bentuk wajarDengan mudah parasut dapat diatur penerbangannyaAda hasil kreasi untuk memperindah penampilan
Catatan.
Masih perlu diperjelas kriteria dan indikator pada setiap aspek yang dinilai SK
(sangat kurang), K (kurang), C (cukup), B (baik), dan SB (sangat baik).
e. Instrumen menilai kerja ilmiah siswa
Kerja ilmiah yang dinilai adalah keterampilan proses dasar: mengamati,
melakukan pengukuran dan mencatat/menyajikan data hasil pengamatan/
pengukuran.
22
top related