67229586-moluskum-kontangiosum
Post on 11-Aug-2015
32 Views
Preview:
TRANSCRIPT
BAB I
Pendahuluan
Latar Belakang
Tahun 1817, jauh sebelum terjadi peningkatan kejadian moluskum kontagiosum,
Bateman pertama kali menjelaskan cairan seperti susu yang bisa didapatkan dari lesi
karakteristik. Henderson dan Paterson, 2 peneliti yang mempelajari moluskum kontagiosum
selama 25 tahun, menggambarkan cairan seperti susu berasal dari jaringan selular. Baru
kemudian kedua peneliti ini menyadari bahwa mereka telah menemukan tanda badan inklusi
intracytoplasmic, yang kemudian dinamakan badan Henderson-Paterson (badan moluskum).
Sampai dengan awal abad ke-20, komunitas medis tetap tidak yakin penyebab
moluskum kontagiosum. Otoritas tertentu percaya bahwa papula menyebabkan pembesaaran
kelenjar sebasea, sementara yang lain mendalilkan bahwa infestasi parasit menyebabkan lesi.
Sebuah terobosan dalam studi moluskum kontagiosum terjadi pada tahun 1905 ketika
Juliusburg menemukan dan mendokumentasikan sifat virus moluskum kantagiosum.
1
BAB II
Moluskum Kontangiosum
Definisi
Moluskum kontangiosum adalah penyakit yang disebabkan virus poks, klinis berupa
papul-papul, pada permukaannya terdapat lekukan, berisi massa yang mengandung badan
moluskum.
Epidemiologi
Infeksi dengan moluskum kontagiosum terjadi pada semua kelompok usia. Kejadian
terbesar adalah pada anak-anak kurang dari 5 tahun. Hal ini diperkirakan sebagai akibat dari
transmisi melalui kontak kulit langsung dan otoinokulasi. Sedikit insiden terjadi pada dewasa
muda, yang dihasilkan melalui kontak seksual. Jika pada orang dewasa digolongkan dalam
penyakit akibat hubungan seksual (PHS). Infeksi pada bayi jarang terjadi, mungkin karena
antibodi ibu.
Etiologi
Virus moluskum kontagiosum, yang berisi linier double-stranded DNA, menyebabkan
penyakit kulit moluskum kontagiosum. Restriksi endonuklease menjelaskan 4 subtipe virus:
virus moluskum kontagiosum subtipe I, II, III, dan IV. Semua subtipe diklasifikasikan
sebagai anggota dari genus Orthopoxvirus atau sebagai poxvirus yang tidak spesifik.
Patofisiologi
Virus ini diketahui hanya menginfeksi epidermis. Infeksi awal tampaknya terjadi di
lapisan basal, dan mungkin disertai periode laten selama 6 bulan. Masa inkubasi biasanya
lebih pendek (yaitu, 2-7 minggu). Hal ini memberi kesan oleh fakta bahwa sementara partikel
virus berada dalam lapisan basal, replikasi DNA virus dan pembentukan partikel virus baru
tidak terjadi sampai spindle dan lapisan granular epidermis terlibat. Kadang-kadang, lesi
dapat berkembang melewati proliferasi seluler lokal, dan mereka dapat menjadi meradang
dengan edema , vaskularisasi meningkat, dan infiltrasi oleh neutrofil, limfosit, dan monosit.
Biasanya, ini hanya terjadi jika terjadi infeksi bakteri sekunder atau jika pecah ke dalam
dermis.
2
Ketika infeksi pada manusia terjadi, keratinosit epidermis yang diserang. Replikasi
virus terjadi dalam sitoplasma sel yang terinfeksi, menghasilkan karakteristik badan inklusi
sitoplasma. Histologi, badan-badan inklusi yang paling nyata terlihat dalam stratum
granulosum dan lapisan stratum korneum pada epidermis. Hiperproliferasi epidermis juga
terjadi karena terjadi peningkatan dua kali lipat dalam devisi seluler lapisan basal epidermis.
Cell-mediated immunity dianggap penting dalam modulasi dan mengendalikan infeksi
karena anak-anak dan pasien terinfeksi HIV yang tercatat memiliki lesi lebih luas dan
menetap. Insiden dan keparahan moluskum pada pasien HIV-positif dan AIDS tampaknya
berbanding terbalik dengan jumlah CD4. Kasus yang lebih parah juga telah dicatat pada
pasien yang menerima prednison dan methotrexate. Virus ini jarang menginduksi
pembentukan antibodi, sehingga tidak imunogenik, dan reinfeksi umum terjadi.
Virus moluskum kontagiosum menyebabkan 3 pola penyakit berbeda dalam 3
populasi pasien yang berbeda yaitu anak-anak, orang dewasa yang imunokompeten, dan
pasien dengan imunokompremais (anak-anak atau orang dewasa). Anak-anak tertular virus
moluskum kontagiosum dapat melalui kontak langsung kulit dengan kulit atau kontak tidak
langsung kulit dengan benda yang terkontaminasi seperti peralatan olahraga dan pemandian
umum. Lesi biasanya terjadi di dada, lengan, badan, kaki, dan wajah. Pada orang dewasa,
moluskum kontagiosum dianggap sebagai penyakit menular seksual (PMS). Pada hampir
semua kasus yang mengenai orang dewasa sehat, pasien menunjukan beberapa lesi, yang
terbatas pada perineum, genital, perut bagian bawah, atau pantat. Umumnya, pada populasi
imunokompeten, moluskum kontagiosum adalah penyakit yang dapat sembuh sendiri.
Pasien yang terinfeksi dengan human immunodeficiency virus (HIV) atau pasien yang
kekebalannya menurun perjalanan penyakitnya lebih lama dengan lesi lebih luas dan atipikal.
Pada pasien terinfeksi HIV, lesi umumnya terdistribusi secara lebih luas, sering terjadi pada
wajah, dan mungkin timbul dalam jumlah ratusan.
Gejala Klinis
Masa inkubasi berlangsung satu sampai beberapa minggu. Moluskum kontagiosum
biasanya muncul sebagai tunggal atau ganda (yaitu, biasanya tidak lebih dari 20) diskret,
kelainan kulit berupa papul milier, kadang-kadang lentikuler dan berwarma putih seperti lilin,
berbentuk kubah yang kemudian ditengahnya terdapat lekukan (delle). Jika dipijat akan
tampak keluar masa berwarna putih seperti nasi. Lokalisasi penyakit ini di daerah muka,
badan dan ekstremitas. Sedangkan pada dewasa di daerah pubis dan genitalia eksterna.
3
Kadang-kadang dapat terjadi infeksi sekunder sehingga timbul supurasi. Secara umum,
gangguan ini tidak disertai dengan gejala sistemik (misalnya, demam, mual, malaise).
Moluskum kontagiosum pada anak, di ketiak dan wajah
Moluskum kontagiosum pada dewasa, di genitalia eksterna
Pemeriksaan Penunjang
Diagnosis moluskum kontagiosum biasanya berdasarkan penampilan klinis dan lokasi
dari lesi. Pewarnaan dari sediaan tipis dengan pewarnaan Giemsa, Gram, atau Wright dapat
mengungkapkan sel yang terinfeksi. Molluscum Contangiosum Virus (MCV) antigen dapat
dideteksi dengan pemeriksaan antibodi fluoresen. Mikroskop elektron dapat mengidentifikasi
partikel virus. Lesi bisa dibiopsi dengan pewarnaan hematoxylin dan eosin (H & E), Dokter
dapat menunjukkan perubahan karakteristik dalam epidermis. Biopsi sangat penting dalam
kasus di mana diagnosis tidak jelas.
4
Histopatologi
Prototipikal pewarnaan hematoxylin dan eosin (H&E) potongan histologis moluskum
kontagiosum menunjukkan gambaran lekukan berbentuk cangkir pada epidermis sampai
kedalam dermis (seperti terlihat pada gambar di bawah).
potongan bagian bawah, terlihat sebuah lesi moluskum kontagiosum menunjukkan gambaranklasik
berbentuk cangkir, invaginasi dari epidermis ke dalam dermis. Badan Henderson-Paterson
diidentifikasi dan berwarna ungu-merah dalam gambar ini.
Dalam wilayah indentasi, epidermis tampak menebal (acanthosis) dibandingkan
dengan kulit sekitarnya yang tidak terinfeksi, dan lapisan sel epitel tidak berinti (cornified)
biasanya sudah hancur. Fitur yang khas adalah inoklusi badan moluskum intrasitoplasma,
eosinofilik, inklusi granular ke dalam lapisan keratinosit basal, keras, dan lapisan granular
epidermis (seperti terlihat pada gambar di bawah).
Potongan media pada lesi moluskum kontagiosum. Pada pembesaran terlihat lebih jelas badan
moluskum intrasitoplasmik (pewarnaan ungu-merah muda) dalam keratinosit.
5
Inklusi ini, yang disebut badan moluskum atau badan Henderson-Paterson, berukuran
diameter 35 um dan menggeser nukleus ke pinggiran sel. studi ultrastructural telah
menunjukkan bahwa badan moluskum tebungkus kantung dengan membran yang banyak
mengandung virion moluskum kontagiosum. Dermis sekitarnya relatif tampak normal.
Dalam kasus nonprototypical, terjadi ruptur badan moluskum intradermal, terdapat
infiltrat inflamasi terdiri dari limfosit, histiosit, dan kadang terdapat benda asing-jenis giant
sel multinuklear dapat ditemukan. Osifikasi metaplastic dapat terjadi tapi jarang. Yang paling
besar, infitrat inflamasi dermal akan terlihat seperti limfoma kulit (pseudolymphoma).
Pengobatan
Prinsip pengobatan adalah mengeluarkan massa yang mengandung badan moluskum.
Dapat dipakai alat seperti ekstraktor komedo, jarum suntik, atau kuret. Cara lain dapat
digunakan elektrokauterisasi atau bedah bekuh dengan CO2, N2 dan sebagainya. Pada orang
dewasa harus dilakukan terapi terhadap pasangannya.
Ada beberapa studi kontrol senyawa (Antihistamin, antiviral, agen keratolitik, agen
citotoksik, retinoid, dan imunomudulator) yang mungkin bermanfaat dalam pengobatan
moluskum kontagiosum.
Karena proses penyakit ini self-limiting, pengobatan invasif atau toksik umumnya
tidak diindikasikan. Perawatan lebih agresif, seperti antivirus, mungkin diperlukan untuk
pasien penekanan imun. Untuk sebagian besar, lesi diterapi dengan cara diangkat,
meningkatkan kekebalan, atau antivirus. Tujuan pengobatan adalah untuk meminimalkan
jumlah lesi tanpa menyebabkan jaringan parut yang tidak perlu.
Terapi andalan untuk pasien imunokompeten adalah penghancuran dari lesi dengan
berbagai bahan kimia dan agen fisik. Perlakuan pilihan saat ini mungkin Cantharidin
(menyebabkan bengkak) dan cryotherapy.
Kuret adalah pilihan lain pengobatan tetapi lebih menyakitkan dan lebih mungkin
untuk meninggalkan bekas. Keuntungan adalah bahwa jaringan diperoleh untuk konfirmasi
diagnostik.
Perawatan topikal lainnya meliputi asam salisilat dan gel tretinoin 0,01%. Perak nitrat,
fenol, dan asam trikloroasetat telah digunakan, meskipun, sekali lagi, ini berhubungan dengan
rasa sakit dan jaringan parut.
6
Medikamentosa
Badan Administrasi Makanan dan Obat (FDA) telah menyetujui tidak ada agen
topikal atau intralesi khusus untuk pengobatan moluskum kontagiosum.
Terapi topikal: keberhasilan klinis telah dilaporkan dengan penggunaan agen topikal
berikut, yang dapat bertindak sebagai bahan iritan, yang merangsang respon imunologi.
a) Krim Imiquimod merupakan pengubah respon kekebalan disetujui untuk mengobati
lesi genitalia eksternal dan perianal pada orang dewasa. Telah dilaporkan efektif
dalam pengobatan moluskum kontagiosum Imiquimod krim dapat digunakan bersama
dengan Cantharidin.
b) Beberapa studi melaporkan bahwa Cantharidin, chemovesicant, efektif dalam
mengobati moluskum kontagiosum. Untuk menguji respon pasien terhadap terapi
yaitu dengan mengobati beberapa lesi pada kunjungan awal. Cantharidin dapat
digunakan dalam kombinasi dengan Imiquimod.
c) Tretinoin dilaporkan telah berhasil dalam pengobatan lesi moluskum kontagiosum
kecil. Tretinoin, Cantharidin, dan Imiquimod diberikan kepada pasien dengan
instruksi aplikasi dan follow up selama pengobatan dilakukan.
d) Asam bichloracetic, asam trikloroasetat, asam salisilat, asam laktat, asam glikolat, dan
silver nitrat juga telah digunakan, namun dokter harus mengaplikasikannya sendiri
kepada pasien.
e) Topikal podophyllotoxin krim 0,5% sendiri diberikan dua kali sehari selama 3 minggu
telah dilaporkan efektif dalam satu penelitian plasebo-terkontrol, double-blind study.
f) Laporan menyatakan bahwa interferon alfa subkutan (IFN-alfa) diaplikasikan intralesi
berguna pada anak-anak dengan imunokompremais.
g) Sebuah laporan kasus baru-baru ini mencatat efektivitas sidofovir topikal dalam
pengobatan moluskum yang tersebar luas pada penderita dengan penurunan kekebalan
tubuh. [14] Sidofovir difosfat dilaporkan dapat menghambat aktivitas virus moluskum
kontagiosum DNA polimerase.
Bedah
a) Kuret: lesi individual dapat dihilangkan dengan “hand-held” kuret, dengan sedikit
ketidaknyamanan. Kuret dikombinasikan dengan penerapan bahan iritan topikal.
b) Cryosurgery: aplikasikan nitrogen cair selama 10-15 detik per lesi. Terapi cairan
nitrogen dapat menyebabkan rasa sakit dan dapat mengakibatkan kulit lecet, melepuh.
Depigmentasi sementara dan permanen terjadi pada individu yang berkulit gelap.
7
c) Electrodesiccation dapat digunakan untuk lesi yang tidak membaik dengan kuretase
atau cryosurgery. Teknik menyebabkan rasa tidak nyaman pada pasien;
pertimbangkan penggunaan anestesi lokal. Berhati-hati pada pasien dengan alat pacu
jantung.
d) Pulse dye laser telah digunakan dan menunjukan keberhasilan pada beberapa kasus.
e) Intense Pulsed Light (IPL) juga digunakan bersama dengan pengaplikasian asam 5-
aminolevulinic dan berhasil pada 6 kasus.
Edukasi
Membatasi kontak fisik dengan individu yang terinfeksi dan meningkatkan kebersihan
pribadi dapat mengurangi transmisi dan autoinoculation virus. Orang tua harus diinstruksikan
untuk mengawasi anak apabila superinfeksi mungkin terjadi (misalnya, bakteri), yang terjadi
di hingga 40% dari semua kasus. Hal ini tidak perlu membuat anak-anak yang terinfeksi tidak
sekolah, meskipun kontak fisik dan berbagi pakaian dan handuk harus dihindari. Pusat
penitipan anak dapat menolak pasien dengan ditemukan lesi.
Penyakit ini biasanya ditularkan secara seksual dalam populasi pasien remaja dan
dewasa, meskipun kontak biasa juga dapat mengakibatkan penularan. Seks yang aman dan /
atau pantang harus didiskusikan, meskipun tidak jelas apakah kondom dan metode
penghalang lainnya memberikan perlindungan yang memadai terhadap transmisi moluskum
kontagiosum.
8
Daftar Pustaka
Bhatia, Ashish C. 2008
Molluscum Contangiosum. (http://emedicine.medscape.com/article/221901-overview).
Akses 6 September 2011
Djuanda, Adhi. Dkk. 2007
Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin edisi kelima. Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. Jakarta
Irwin, Freedberg M. et. al. 2003
Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine. Mc Graw Hill Profesional. New York
Tailac, Peter P. 2008
Molluscum Contagiosum in Emergency Medicine.
(http://emedicine.medscape.com/article/762548-overview). Akses 6 September 2011
Wolff, Klaus. Johnson, Richard A. 2009
Fitzpatrick’s Color Atlas and Synopsis of Clincal Dermatology 6th ed. Mc Graw Hill
Medical. New York
9
top related