4. dokkel m
Post on 08-Jul-2016
224 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
Lab Ilmu Kesehatan Masyarakat Kedokteran Keluarga
Fakultas Kedokteran
Universitas Mulawarman
Puskesmas Palaran Samarinda
ISPA + Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) +
Gangguan Perkembangan Bicara
Disusun oleh:
Meliana Sulistio
1010015053
Pembimbing:
dr. M. Khairul Nuryanto, M.Kes
Veronika Hinum, S. KM, MM
dr. Kasiman
LABORATORIUM ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MULAWARMAN
PUSKESMAS PALARAN
SAMARINDA
2016
BAB IPENDAHULUAN
1.1 Latar belakangAnak memiliki suatu ciri yang khas yaitu selalu tumbuh dan berkembang sejak
konsepsi sampai berakhirnya masa remaja. Hal ini yang membedakan anak dengan dewasa.
Anak bukan dewasa kecil. Anak menunjukkan ciri-ciri pertumbuhan dan perkembangan yang
sesuai dengan usianya. Periode penting dalam tumbuh kembang anak adalah masa balita
karena pada masa ini pertumbuhan dasar yang akan mempengaruhi dan menentukan
perkembangan anak selanjutnya. Pada masa ini perkembangan kemampuan berbahasa,
kreativitas, kesadaran sosial, kesadaran emosional dan inteligensia berjalan sangat cepat.
Perkembangan psikososial sangat dipengaruhi lingkungan dan interaksi antara anak dengan
orangtuanya. Perkembangan anak akan optimal bila interaksi sosial diusahakan sesuai dengan
kebutuhan anak pada berbagai tahap perkembangan. Pada usia prasekolah anak mengalami
lompatan kemajuan berupa fisik, sosial dan emosional.1
Pertumbuhan mempunyai dampak terhadap aspek fisik, sedangkan perkembangan
berkaitan dengan pematangan fungsi organ atau individu. Walaupun demikian kedua
peristiwa itu terjadi secara sinkron pada setiap individu. Sedangkan untuk tercapainya
tumbuh kembang yang optimal tergantung pada potensi biologiknya. Tingkat tercapainya
potensi biologik seseorang, merupakan hasil interaksi berbagai faktor yang saling berkaitan,
yaitu faktor genetik, lingkungan biofisiko-psiko-sosial dan perilaku. Proses yang unik dan
hasil akhir yang berbeda-beda yang memberikan ciri tersendiri pada setiap anak.2
Gangguan pertumbuhan dapat menyebabkan berbagai penyakit pada anak, salah
satunya adalah infeksi saluran pernapasan. Penyakit pada saluran pernapasan merupakan
sumber yang paling penting pada status kesehatan yang buruk dan mortalitas di kalangan
anak-anak kecil. ISPA merupakan suatu penyakit yang terbanyak diderita oleh anak-anak,
baik di negara berkembang maupun di negara maju. ISPA meliputi infeksi akut saluran
pernapasan bagian atas dan bagian bawah. ISPA masih merupakan masalah kesehatan yang
penting karena menyebabkan kematian bayi dan balita yang cukup tinggi yaitu kira-kira 1
dari 4 kematian yang terjadi. Setiap anak diperkirakan mengalami 3-6 episode ISPA setiap
tahunnya. 40-60% dari kunjungan di puskesmas adalah oleh penyakit ISPA. Dari seluruh
kematian yang disebabkan oleh ISPA mencakup 20-30%. Kematian yang terbesar umumnya
adalah karena pneumonia pada bayi berumur kurang dari 2 bulan.2,3,4
2
Gangguan perkembangan pada anak seperti gangguan pemusatan perhatian dan
gangguan perkembangan berbicara. ADHD merupakan gangguan neurobehavioral pada anak
yang terbanyak, meliputi kira-kira 50% yang dirujuk ke neurologis anak, neuropsikologis,
behavioral pediatrician, dan psikiatri anak. Prevalensi gangguan ini sebesar 2,2% untuk tipe
hiperaktif-impulsif, 5,3% untuk tipe campuran hiperaktif-impulsif dan inatensi, serta 15,3%
untuk ADHD tipe inatensi. Terjadi pada 3-5% populasi anak dan didiagnosa 2-16% pada
anak usia sekolah. Sedangkan gangguan perkembangan berbicara terjadi pada 0,9% anak
dibawah umur 5 tahun dan 1,94% pada anak usia 5-14 tahun. Deteksi dini perlu ditegakkan
agar penyebabnya dapat segera dicari, sehingga pengobatan serta pemulihannya dapat
dilakukan seawal mungkin.5,6,7
1.2 Tujuan Penulisan
1. Menambah ilmu pengetahuan dan mengenai penyakit yang dilaporkan.
2. Mengkaji ketepatan penegakan diagnosis dan penatalakasanaan terhadap ISPA,
ADHD, dan gangguan perkembangan bicara.
3
BAB IILAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIENNama : An. AMUmur : 7 tahunJenis Kelamin : Laki-lakiAlamat : Jl. Padat Karya RT. 10 Kel. Handil BaktiStatus Keluarga : Anak ke 3 dari 3 bersaudaraSuku : JawaAgama : IslamPendidikan : Belum sekolah
IDENTITAS ORANG TUANama Ayah : Tn. Y Nama Ibu : Ny. FUmur : 43 tahun Umur : 42 tahunSuku : Jawa Suku : BugisAgama : Islam Agama : IslamPendidikan : SMA Pendidikan : SMPPekerja an : Pegawai Swasta Pekerjaan : Tidak diketahui
IDENTITAS PENGASUH Nama Paman : Tn. S Nama Nenek : Ny. SUmur : 31 tahun Umur : 72 tahunSuku : Jawa Suku : JawaAgama : Islam Agama : IslamPendidikan : SMA Pendidikan : SDPekerja an : Pegawai Swasta PT. Borneo Karya Persada
ANAMNESISAnamnesa dilakukan pada tanggal 16 Februari 2016, pukul 17.00 WITA secara aloanamnesa dengan nenek pasien.
Keluhan UtamaBatuk dan pilek.
Keluhan TambahanTidak bisa diam dan belum bisa berbicara dengan lancar.
Riwayat Penyakit SekarangPaman pasien membawa pasien datang berobat ke poli anak Puskesmas Palaran dengan keluhan batuk sejak 1 minggu yang lalu disertai dahak kental berwarna keputihan. Sedangkan keluhan pilek dialami pasien sejak 4 hari yang lalu dengan ingus encer warna keputihan dan bersin-bersin terutama saat pagi hari. Keluhan demam, mual, dan muntah disangkal. Nafsu makan pasien baik.Paman pasien juga mengeluh jika pasien tidak bisa duduk diam. Keadaan ini muncul sejak
pasien berusia 5 tahun atau sekitar 2 tahun yang lalu. Apabila ada kegiatan, pasien tidak bisa
diam, selalu berlari-lari keliling ruang, mengganggu hingga memukul teman sebaya, dan
selalu mengambil barang milik orang lain. Pasien selalu menginginkan mainan mobil-
mobilan dan balon. Apabila keinginan pasien terhadap kedua barang tersebut tidak terpenuhi,
pasien akan marah lalu mengamuk dan akan melakukan apa saja untuk memenuhi
keinginannya tersebut. Pasien pernah lari ke tengah jalan untuk menghentikan penjual balon
dan hampir ditabrak kendaraan.
Pasien juga mengalami keterlambatan dalam masalah perkembangan bicara. Paman pasien
tidak mengetahui sejak kapan pasien bisa berbicara, namun hingga sekarang artikulasi yang
diucapkan belum jelas. Kata-kata yang dikeluarkan oleh pasien hanya dimengerti oleh paman
dan nenek pasien. Apabila pasien dipanggil, ditanya, maupun disuruh melakukan sesuatu,
pasien dapat menoleh, menanggapi pertanyaan, dan mengerti maksud pertanyaan tersebut.
Namun jawaban yang diberikan tidak jelas dan sulit dimengerti.
Pasien sudah tinggal dengan paman dan nenek pasien sejak pasien berusia 3 tahun. Orangtua
pasien bercerai dan hak asuh anak jatuh pada ayah pasien. Namun karena ayah pasien bekerja
di luar kota, pasien dititipkan dengan paman dan nenek pasien hingga sekarang. Ayah dan ibu
pasien tidak pernah datang menjenguk pasien.
5
Riwayat Penyakit DahuluPasien sering mengalami keluhan batuk dan pilek sejak kecil.
Riwayat Penyakit KeluargaSepupu kandung pasien mempunyai keadaan yang serupa dengan pasien namun tidak
mendapatkan penatalaksanaan lebih lanjut. Pasien tidak tinggal satu rumah dengan sepupu
pasien tersebut.
Riwayat Medis dan Psikiatri yang lain
1. Gangguan Mental dan Emosi
Tidak ada riwayat gangguan mental dan emosi sebelumnya.
2. Gangguan Psikosomatik
Tidak ada riwayat gangguan psikosomatik sebelumnya.
3. Kondisi Medis
Paman pasien belum pernah membawa pasien berobat sebelumnya. Pasien dianjurkan
dibawa berobat ke dokter spesialis anak namun hal tersebut belum dilakukan.
4. Gangguan Neurologi
Tidak ada riwayat gangguan neurologi sebelumnya
Riwayat KebiasaanPasien jarang mandi pagi dan sore hari. Apabila pasien dipaksa untuk mandi oleh nenek pasien, pasien akan mengamuk dan membanting semua barang yang ada di rumah lalu pergi keluar rumah. Pasien juga jarang tidur pada malam hari. Pasien biasanya tidur sejak pukul 23.00 namun pukul 03.00-04.00 WITA sudah bangun dan biasanya membuat kericuhan di dalam rumah.
Pemeliharaan Prenatal
Periksa di : Bidan praktek swasta
Penyakit Kehamilan : Tidak ada
Obat-obatan yang pernah diminum : Tidak ada
6
Riwayat Kelahiran
Pasien lahir di klinik bidan dan ditolong oleh bidan dengan persalinan spontan. BB dan PB
lahir pasien tidak diketahui oleh paman maupun nenek pasien
Riwayat ImunisasiPaman dan nenek pasien tidak mengetahui status imunisasi pasien.Pertumbuhan Dan Perkembangan Anak
Berat badan lahir : Tidak diketahui
Panjang badan lahir : Tidak diketahui
Berat badan sekarang : 27 kg
Panjang badan sekarang : 113 cm
Duduk : Tidak diketahui
Merangkak : Tidak diketahui
Berdiri : Tidak diketahui
Berjalan : Tidak diketahui
Berbicara 2 suku kata : Tidak bisa hingga sekarang
Makan dan Minum Anak
ASI : Tidak diketahui
Susu sapi : Hingga sekarang
Bubur susu : Tidak diketahui
Tim saring : Tidak diketahui
Buah : Tidak diketahui
Lauk dan makan padat : 2 tahun hingga sekarang
PEMERIKSAAN FISIKKeadaan Umum : BaikKesadaran : KomposmentisBerat Badan : 25 kgTinggi Badan : 113 cmBMI : 19,6
Tanda Vital
7
Nadi : 76 kali/menitFrekuensi Nafas : 18 kali/menitSuhu : 36,8oC
Status GeneralisataKulit : Normal, bekas luka (-), scar (-), bekas suntikan (-)
Kepala : Normocephali, edema kulit kepala (-), trauma (-)
Mata : Simetris, anemis (-/-), ikterik (-/-), mata cowong (-/-), pupil
isokor (3 mm/3 mm)
Hidung : Simetris, napas cuping hidung (-), deviasi septum nasi (-)
Telinga : Simetris, otorhea (-), perdarahan (-), sekret (-), nyeri (-)
Mulut : Sianosis (-), perdarahan (-)
Tenggorokan : Faring dan tonsil sulit dievaluasi
Leher : Simetris, deviasi trakea (-), pembesaran KGB (-)
Thorax
Jantung : Iktus kordis tidak terlihat, batas jantung normal, S1S2 tunggal
reguler
Paru-paru : Simetris, retraksi (-), vesikuler (+/+), rhonki (-/-), wheezing (-/-)
Abdomen
Hepar : Tidak ada perbesaran
Lien : Tidak ada perbesaran
Ruang Traube : Normal, timpani
Bising Usus : Bising usus normal, suara metalik (-)
Ekstremitas : Akral hangat, edema (-), CRT <2 detik
Status Neurologi
Kesadaran : Komposmentis, GCS E4V5M6
Nervus Kranialis : Normal
Tanda Meningeal : Normal
Sistem Motorik : MMT kanan = kiri (5 = 5)
Sistem Sensorik : Normal
Sistem Otonom : Normal
8
Status Psikiatri
Penampilan : Pasien datang diantar paman pasien ke poli umum untuk
berkonsultasi masalah yang dialami. Pasien tampak tidak rapi,
tidak bisa duduk diam, dan tidak kooperatif untuk di anamnesis.
Bicara : Kontak verbal baik, kontak visual menurun karena pasien tidak
bisa duduk diam dan selalu bergerak. Pasien tampak hiperaktif.
Mood dan Afek :
1. Mood (Subyektif)
Stabil.
2. Afek (Obyektif)
Sesuai.
Pikiran dan Persepsi :
1. Bentuk Pikiran
Inkoheren, kata-kata yang diucapkan pasien tidak jelas artikulasinya sehingga harus
diterjemahkan terlebih dahulu oleh paman pasien. Proses berpikir cepat.
2. Isi pikiran
Waham dan ide bunuh diri disangkal.
3. Gangguan Persepsi
Halusinasi disangkal, ilusi disangal, depersonalisasi disangkal, dan derealisasi disangkal.
4. Waham dan Fantasi
Waham dan fantasi disangkal.
Sensori :
1. Kesadaran
Komposmentis, GCS E4V5M6.
2. Orientasi
a. Waktu sulit di evaluasi
b. Orang sulit di evaluasi
c. Tempat sulit di evaluasi
3. Konsentrasi dan Berhitung
Pasien sulit berkonsentrasi terhadap satu topik. Saat anamnesis, pasien berulang kali
pergi sehingga harus dikejar oleh nenek pasien.
4. Ingatan
a. Masa Dahulu sulit di evaluasi
b. Masa Kini sulit dievaluasi
9
c. Segera sulit dievaluasi
5. Pengetahuan
Kurang
6. Kemampuan Berpikir Abstrak
Sulit di evaluasi.
7. Tilikan Diri
Pasien tidak mengetahui jika dirinya sakit (Tilikan +1)
8. Penilaian
Sulit di evaluasi.
9. Psikomotor
Meningkat.
Pemeriksaan Laboratorium
Tidak dilakukan pemeriksaan laboratorium.
Pemeriksaan Psikologi
Skala Penilaian Perilaku Anak Hiperaktif Indonesia (SPPAHI)
Penilaian
SamaSekaliTidak/Sangat jarang
Kadang
kadang
Sering
kali
Selalu
demi-
kian
1. Sering sulit mempertahankan perhatian pada waktu
melaksanakan tugas atau kegiatan bermain
2. Sering berlari-lari atau memanjat secara berlebihan
pada situasi yang tidak sesuai untuk hal tersebut
3. Gagal menyelesaikan sesuatu yang telah dimulai
4. Gagal memberi perhatian pada hal-hal kecil atau
ceroboh dalam menyelesaikan tugas-tugas sekolah,
pekerjaan, atau kegiatan lainnya
5. Sering seolah-olah tidak memperhatikan orang pada
waktu diajak bicara
6. Sering lambat dalam menyelesaikan tugas di
10
sekolah (mencatat, menyalin, mengerjakan soal)
7. Kemampuan sosialisasi buruk
8. Sering lupa tentang sesuatu yang telah dipelajari
9. Menghindari, enggan, atau mengalami kesulitan
melaksanakan tugas-tugas yang membutuhkan
ketekunan yang berkesinambungan (seperti
menyelesaikan pekerjaan sekolah atau pekerjaan
rumah)
10. Membutuhkan bimbingan penuh untuk dapat
menyelesaikan tugas
11. Mengalami kesulitan bermain atau melaksanakan
kegiatan dengan tenang di waktu senggang
12. Mudah terangsang dan impulsif (bertindak tanpa
berpikir)
13. Sering melontarkan jawaban secara terburu-buru
terhadap pertanyaan yang belum selesai ditanyakan
14. Meninggalkan tempat duduk di kelas atau situasi
lain di mana diharapkan untuk tetap duduk diam
15. Mengalami kesulitan untuk antri atau menunggu
giliran dalam bermain atau situasi kelompok
16. Sering perhatiannya mudah terpecah atau terbagi
17. Mudah tersinggung dan terganggu oleh orang lain
18. Tidak mampu menyelesaikan pekerjaan dengan
baik tanpa bantuan orang lain
19. Tidak dapat menyelesaikan tugas sesuai dengan
waktunya
20. Tidak dapat mengikuti perintah secara berurutan
21. Perhatiannya mudah beralih ketika diberi petunjuk
untuk mengerjakan sesuatu
22. Perhatiannya sering mudah dialihkan oleh
rangsangan dari luar
23. Sering ceroboh atau tidak teliti dalam
menyelesaikan tugas
11
24. Tidak pernah bisa diam, tidak mengenal lelah
25. Sering menghilangkan benda-benda yang
diperlukan untuk menyelesaikan tugas atau kegiatan
lain (seperti tugas sekolah : pensil, buku, peralatan
atau alat bermain)
26. Sering seperti tidak mendengarkan pada waktu
diajak bicara secara langsung
27. Sering gagal menyelesaikan tugas
28. Selalu dalam keadaan “siap gerak” atau
aktivitasnya seperti digerakkan oleh mesin
29. Sulit dikendalikan pada saat berada di Mall atau
sedang berbelanja
30. Sering menyela atau memaksakan diri terhadap
orang lain (misalnya memotong, “menyelak”
percakapan atau mengganggu permainan)
31. Sering usil, mengganggu anak lain di dalam kelas
32. Terlalu aktif atau aktivitas berlebihan
33. Tidak mampu mengikuti petunjuk dan gagal
menyelesaikan tugas sekolah (tidak disebabkan oleh
tingkah laku/sikap menentang atau kegagalan untuk
memahami petunjuk)
34. Tidak bisa duduk diam (kaki dan tangannya tidak
bisa diam, atau selalu bergerak)
35. Sering “bengong”, pada waktu melaksanakan tugas
Total Skor : 81 ADHD
DIAGNOSIS I : ISPA
DIAGNOSIS II :
a. Aksis I : ADHD + Gangguan Perkembangan Bicara
b. Aksis II : Tidak ada diagnosis
c. Aksis III : Tidak ada diagnosis
12
d. Aksis IV : Tidak ada diagnosis
e. Aksis V : GAF 80-71
PENATALAKSANAANNon Farmakologis
ISPA
a. Edukasi mengenai penyakitnya, gejala, faktor predisposisi dan terapi
b. Edukasi bahwa penyakit ini mudah menular sehingga orang-orang di sekitar harus
menjaga kebersihan dan menjaga daya tahan tubuh
c. Menjaga kebersihan diri dan lingkungan, rajin mencuci tangan setelah kontak dengan
pasien
d. Makan makanan yang bergizi
e. Istirahat yang cukup
ADHD dan Gangguan Perkembangan Bicara
a. Rujuk ke dokter spesialis anakb. Edukasi mengenai penyakitnya, gejala, faktor predisposisi dan terapi
c. Edukasi bahwa penyakit ini bukan kutukan, melainkan masalah perkembangan pasien
dan dapat diterapi namun tidak tersedia di Puskesmas Palaran
d. Menjelaskan pertumbuhan dan perkembangan anak normal
e. Menjelaskan peran keluarga dalam perbaikan kondisi pasien
f. Keluarga harus sabar dalam membimbing pasien agar dapat mencapai perkembangan
sesuai dengan usia pasien
Farmakologisa. Amoxicilin 2 x 250 mg tabletb. Ambroxol 3 x 15 mgc. Vitamin C 2 x 1 tablet
PROGNOSIS
13
Prognosis ad vitam : Dubia ad bonamPrognosis ad functionam : Dubia ad bonamPrognosis ad sanationam : Dubia ad bonam
ANALISIS KEDOKTERAN KELUARGA
No
I. KEPALA KELUARGA II. PASANGAN
1 Nama Tn. S Ny. W2. Umur 32 tahun 27 tahun3. Jenis kelamin Laki-laki Perempuan4. Status
perkawinan Menikah Menikah5. Agama Islam Islam6. Suku bangsa Jawa Jawa7. Pendidikan SMA SMP8. Pekerjaan Pegawai Swasta PRT9. Alamat lengkap RT 10 Handil Bakti Samarinda
ANGGOTA KELUARGA
No
AnggotaKeluarg
aUsia Pekerjaa
nHub.
KeluargaStatus
Pernikahan
Serumah
Ya Tdk Kdg
1 Tn. Y 43 thn
Pegawai Swasta
Ayah Kandung
Cerai (Duda) - Tdk -
2 Tn. S 32 thn
Pegawai Swasta
Paman Kandung Menikah Ya - -
3 Ny. S 72 thn
Tidak Bekerja
Nenek Kandung Janda Ya - -
4 Ny. W 27 thn PRT Istri Tn. S
(Ipar) Menikah - Tdk -
5 An. AM (pasien) 7 thn
Tidak Bekerja/
Tidak Sekolah
Anak/Cucu/
Keponakan
Belum Menikah Ya - -
14
GENOGRAM
Keterangan
: Pria
: Wanita
: Pasien
: Tinggal serumah
15
: Cerai
STATUS FISIK, SOSIAL, EKONOMI, KELUARGA DAN LINGKUNGAN
No Ekonomi Keluarga Keterangan
1 Luas tanah 10 x 15 meter2 Luas Bangunan 8 x 10 meter3 Pembagian ruangan Rumah adalah rumah beton, terdiri dari 1 lantai,
5 ruangan yang disekat dengan beton yang terdiri
dari ruang tamu, 2 kamar tidur, WC, dan dapur.
4 Besarnya daya listrik 900 watt 5 Tingkat pendapatan
keluarga : a. Pengeluaran rata-rata/bulan
Bahan makanan : Beras,
lauk/ikan, tempe-tahu, dan
sayur mayur
Di luar bahan makanan :
Pendidikan
Kesehatan
Listrik
Air bersih
b. Penghasilan keluarga/bulan
Rp 500.000,00
Rp 0,00
Rp 0,00
Rp 200.000,00
Rp 70.000,00
Rp 3.000.000,00
16
No Perilaku Kesehatan
1 Pelayanan promotif/preventif
Puskesmas Palaran
2 Pemeliharaan kesehatan anggota keluarga lain
Puskesmas Palaran (Dokter)
3 Pelayanan pengobatan Puskesmas Palaran (Dokter)4 Jaminan pemeliharaan
kesehatanBPJS
No Pola Makan Keluarga
1 Pasien Makan 2-3 kali sehari (pagi, siang dan malam). Nasi, tahu, tempe, ikan, telur, sayur, susu SGM
2 Nenek dan paman pasien Makan 3x sehari, nasi putih, ikan/telur, sayur, tahu dan tempe setiap hari
No Aktivitas Keluarga
1 Aktivitas fisika. Pasien
b. Paman Pasien
c. Nenek pasien
Tidak bekerja ataupun sekolah. Hanya di dalam rumah berbaring atau bermain sendiri. Aktivitas keseharian tidak mandiri.Setiap hari bekerja di perusahaan sejak pukul 08.00 sampai pukul 17.00 WITANenek pasien bekerja sebagai Ibu Rumah
Tangga, aktivitas terpusat pada pagi hari untuk
mempersiapkan makanan, mencuci pakaian dan
membersihkan rumah
2 Aktivitas mental Seluruh anggota keluarga jarang melaksanakan shalat 5 waktu
No Lingkungan
1 Sosial Hubungan dengan lingkungan sekitar cukup baik. Namun ada beberapa
17
tetangga yang tidak menyukai tingkah laku pasien
2 Fisik/BiologikPerumahan dan fasilitasLuas tanahLuas bangunanJenis dinding Jenis lantai Sumber penerangan utamaSarana MCK
Sumber air sehari-hariSumber air minumPembuangan sampahHalaman
Sederhana10 x 15 meter8 x 10 meterBetonBeton Lampu listrikKamar mandi terpisah dengan WC dan berada di sebelah dapur, WC berupa jamban dengan penampungan airAir PDAMAir galonDibuang ke tempat pembuangan sampah umumRumah pasien masih memiliki lahan kosong
dibelakang dan samping rumah yang disemen
dan digunakan untuk memarkir motor, menjemur
pakaian serta kandang hewan peliharaan
3 Lingkungan kerjaa. Pasienb. Paman pasien
c. Nenek pasien
Di luar dan di dalam rumahDi luar dan di dalam rumah, risiko kecelakaan kerja (+)Di luar dan di dalam rumah
PENILAIAN APGAR KELUARGA
Kriteria PernyataanHampirSelalu
(2)
KadangKadang
(1)
Hampir tidak
pernah (0)
Adaptasi Saya puas dengan keluarga saya karena masing-masing
anggota keluarga sudah
√
18
menjalankan sesuai dengan seharusnya
Kemitraan
Saya puas dengan keluarga saya karena dapat
membantu memberikan solusi terhadap
permasalahan yang dihadapi
√
Pertumbuhan
Saya puas dengan kebebasan yang diberikan
keluarga saya untuk mengembangkan
kemampuan yang saya miliki
√
Kasih sayang
Saya puas dengan kehangatan dan kasih sayang yang diberikan
keluarga saya
√
Kebersamaan
Saya puas dengan waktu yang disediakan keluarga
untuk menjalin kebersamaan
√
Total 8
19
Keterangan : Total skor 8-10 = Fungsi keluarga sehat
Total skor 6-7 = Fungsi keluarga kurang sehatTotal skor ≤ 5= Fungsi keluarga sakit
Kesimpulan : Nilai skor keluarga ini adalah 8, artinya keluarga ini menunjukan fungsi keluarga sehat
POLA HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) KELUARGA
No Indikator Pertanyaan KeteranganJawaban
Ya Tidak
A. Perilaku Sehat
1Tidak merokok
Tidak ada yang memiliki kebiasaan merokok
Dirumah pasien tidak ada yang merokok
√
2Persalinan
Dimana ibu melakukan persalinan
Ditolong oleh bidan √
3Imunisasi
Apakah bayi ibu sudah di imunisasi lengkap
Status imunisasi pasien tidak diketahui
√
4Balita di timbang
Apakah balita ibu sering ditimbang? Dimana?
Penimbangan di posyandu dan
puskesmas
√
5
Sarapan pagiApakah seluruh anggota
keluarga memiliki kebiasaan sarapan pagi?
Makanan yang biasa dikonsumsi setiap hari adalah nasi dan lauk-
pauk
√
6 Dana sehat / AskesApakah anda ikut menjadi
peserta askes
BPJS √
20
7
Cuci tanganApakah anggota keluarga
mempunyai kebiasaan mencuci tangan
menggunakan sabun sebelum dan sesudah
buang air besar ?
Seluruh keluarga tidak mempunyai kebiasaan
mencuci tangan dengan air dan sabun
hingga bersih
√
8
Sikat gigiApakah anggota keluarga memiliki kebiasaan gosok gigi menggunakan odol
Seluruh anggota keluarga tidak
melakukan kebiasaan menggosok gigi
√
9
Aktivitas fisik/olahragaApakah anggota keluarga melakukan aktivitas fisik
atau olah raga teratur
Seluruh anggota keluarga jarang
melakukan aktifitas fisik
√
B. Lingkungan Sehat
1
JambanApakah dirumah tersedia
jamban dan seluruh keluarga
menggunakannya
Rumah memiliki 1 buah kloset (WC)
√
2
Air bersih dan bebas jentik
Apakah dirumah tersedia air bersih dengan
tempat/tendon air tidak ada jentik ?
Rumah memiliki 1 bak
penampungan air yang bebas
jentik
√
3 Bebas sampahApakah dirumah tersedia tempat sampah? Dan di
lingkungan sekitar rumah tidak ada sampah
Rumah terlihat bersih/bebas sampah dan tersedia tempat
sampah didalam/diluar
√
21
berserakan? rumah
4SPAL
Apakah ada/tersedia SPAL disekitar rumah
Lingkungan yang bersih tidak ada air limbah yang menggenang
√
5Ventilasi
Apakah ada pertukaran udara didalam rumah
Ukuran ventilasi lebih kurang 1/10 luas lantai
untuk tiap ruangan√
6
KepadatanApakah ada kesesuaian rumah dengan jumlah
anggota keluarga?
Luas rumah 120 m2, masing-
masing orang mempunyai
ruang sebesar 30 m2 (minimal
3.5 m2/orang)
√
7Lantai
Apakah lantai bukan dari tanah?
Seluruh lantai rumah disemen
√
C. Indikator tambahan
1
ASI EksklusifApakah ada bayi usia 0-6 bulan hanya mendapat
ASI daja sejak lahir sampai 6 bulan
Status ASI ekskusif pasien tidak diketahui
√
2
Konsumsi buah dan sayur
Apakah dalam 1 minggu terakhir anggota keluarga mengkonsumsi buah dan
sayur?
Semua anggota keluarga
mengkonsumsi buah dan sayur
√
Jumlah 13 5
Klasifikasi
SEHAT I : Dari 18 pertanyaan jawaban ”Ya” antara 1-5 pertanyaan (Merah, pratama)
SEHAT II : Dari 18 pertanyaan jawaban ”Ya” antara 6-10 pertanyaan (Kuning, madya)
SEHAT III : Dari 18 pertanyaan jawaban ”Ya” antara 11-15 pertanyaan (Hijau, utama)
SEHAT IV : Dari 18 pertanyaan jawaban ”Ya” antara 16-18 pertanyaan (Biru, paripurna)
22
Kesimpulan
Dari 18 indikator yang ada, yang dapat dijawab ”Ya” ada 13 pertanyaan yang berarti
identifikasi keluarga dilihat dari Perilaku Hidup Bersih dan Sehatnya masuk dalam
klasifikasi SEHAT III.
23
RESUME FAKTOR RISIKO LINGKUNGAN KELUARGA
Faktor Resiko
Fisik
Rumah:
Ventilasi cukup namun ventilasi jarang dibuka sehingga tidak ada
pertukaran udara selain dari pintu depan rumah
Sanitasi lingkungan cukup bersih
MCK bersih
Kamar dan dapur kurang rapi
Kasur, bantal, boneka berdebu dan kotor
Irigasi (parit) ada di depan rumah
Kualitas sumber air untuk keperluan sehari-hari kurang bersih
Tidak ada sampah berserakan di sekitar rumah
Biologi Tidak ada anggota keluarga yang mengalami ISPA
Pasien berisiko menularkan penyakitnya kepada anggota keluarga di rumah
Psiko-sosio-
ekonomi
Memiliki kartu jaminan kesehatan yang pembiayaannya ditanggung oleh
perusahaan setiap bulannya
Pengetahuan tentang penyakit terkait, gizi seimbang serta lingkungan yang
sehat kurang
Pendapatan keluarga prioritas untuk kebutuhan sandang dan pangan
Perilaku
Kesehatan
Higiene pribadi kurang
Kebersihan pribadi tergantung pada yang merawat
Pasien jarang mau mandi
Berobat langsung di sarana pengobatan seperti Puskesmas jika keluhan
dirasakan memberat
Pengetahuan mengenai pengobatan ISPA masih kurang
Rendahnya pengetahuan tentang penyakit ADHD meskipun sepupu pasien
juga mengalami keluhan serupa dengan pasien
Gaya hidup
Tidur bersama dalam 1 ruangan
Kebiasaan mencuci tangan sebelum makan kurang
Pola makan yang kurang bergizi
Lingkungan
Kerja
Tidak ada
24
DIAGNOSIS KELUARGA (Resume masalah kesehatan)Status kesehatan dan faktor risiko (Individu, keluarga dan komunitas)
Status fungsi keluarga sehat baik. Pengetahuan keluarga mengenai penyakit ISPA, ADHD, dan
gangguan perkembangan bicara kurang memadai. Keluarga pasien kurang memperhatian kebersihan dan pola makan
pasien sehingga ISPA bersifat kambuh-kambuhan.Status upaya kesehatan (Individu, keluarga dan komunitas)
Pendapatan keluarga untuk prioritas pemenuhan sandang dan pangan
Pemeriksaan kesehatan ke puskesmas dan rumah sakit Pemeliharaan kebersihan keluarga dan lingkungan kurang Memiliki jaminan kesehatan Semua anggota keluarga memiliki kesempatan yang sama dalam
berobatStatus lingkungan
Kondisi rumah dan lingkungan secara umum kurang baik. Rumah tempat tinggal kurang sehat karena tidak ada sarana
pembuangan air limbah yang memadai. Tidak adanya tempat sampah di dalam maupun luar rumah. Ukuran luas rumah cukup memadai untuk menampung anggota
keluarga dan ventilasi cukup.
Diagnosis keluargaSebuah keluarga Tn. S terdiri dari 3 orang anggota keluarga dengan 1 anggota keluarga menderita ISPA, ADHD, dan gangguan perkembangan bicara. Keluarga ini menempati rumah yang kurang sehat, sosial ekonomi cukup, kebersihan lingkungan kurang, serta kesadaran PHBS yang cukup baik dan fungsi keluarga sehat sudah baik.
25
Rencana Penatalaksanaan Masalah KesehatanTerhadap status kesehatan individu dan keluarga
No Masalah Kesehatan Pengobatan Tindakan Medis
1 PasienISPA
Farmakologis:a. Amoxicilin 2 x
250 mg tabletb. Ambroxol 3 x 15
mgc. Vitamin C 2 x 1
tablet
Non-farmakologis :a. Menjaga kebersihan diri dan
lingkungan, rajin mencuci tangan
setelah kontak dengan pasien
b. Makan makanan yang bergizi
c. Istirahat yang cukup
PasienADHD + Gangguan Perkembangan Bicara
Farmakologis (-) Non-farmakologis : Rujuk dokter spesialis anak
2 Anggota keluarga lain
- a. Edukasi mengenai penyakit, gejala,
faktor predisposisi dan terapi
b. Edukasi bahwa penyakit ISPA mudah
menular sehingga orang-orang di
sekitar harus menjaga kebersihan dan
menjaga daya tahan tubuh
c. Edukasi mengenai penyakitnya,
gejala, faktor predisposisi dan terapi
d. Edukasi bahwa penyakit ADHD atau
keterlambatan perkembangan bicara
bukan kutukan, melainkan masalah
perkembangan pasien dan dapat
26
diterapi namun tidak tersedia di
Puskesmas Palaran
e. Menjelaskan pertumbuhan dan
perkembangan anak normal
f. Menjelaskan peran keluarga dalam
perbaikan kondisi pasien
g. Keluarga harus sabar dalam
membimbing pasien agar dapat
mencapai perkembangan sesuai
dengan usia pasien
3 Lingkungan sekitar
- a. Penyuluhan/ KIE tentang hidup sehat, menjaga lingkungan sehat dan penularan, dan pencegahan penyakit.
b. Pengadaan tempat pembuangan sampah
c. Pengadaan sarana pembuangan air limbah dari setiap rumah
d. Edukasi mengenai penyakitnya,
gejala, faktor predisposisi dan terapi
e. Edukasi bahwa penyakit ADHD atau
keterlambatan perkembangan bicara
bukan kutukan, melainkan masalah
perkembangan pasien dan dapat
diterapi namun tidak tersedia di
Puskesmas Palaran
f. Menjelaskan pertumbuhan dan
perkembangan anak normal
g. Menjelaskan peran komunitas dalam
perbaikan kondisi pasien
27
Perawatan Masalah Kesehatan Keluarga
Masalah
Kesehatan
Tindakan Perawatan (Promotif, Preventif, Protektif)
Individu Keluarga Komunitas
ISPA + ADHD
+ Gangguan
perkembangan
Bicara
a. Edukasi serta
pemberian terapi
farmakologis
terkait dengan
penyakit yang
dideritanya
b. Untuk tatalaksana
lebih lanjut
mengenai
perkembangan
pasien maka pasien
dirujuk ke dokter
spesialis anak
a. Edukasi mengenai
penyakit, gejala,
faktor predisposisi
dan terapi
b. Edukasi bahwa
penyakit ISPA
mudah menular
sehingga orang-orang
di sekitar harus
menjaga kebersihan
dan menjaga daya
tahan tubuh
c. Edukasi mengenai
penyakitnya, gejala,
faktor predisposisi
dan terapi
d. Edukasi bahwa
penyakit ADHD atau
keterlambatan
perkembangan bicara
bukan kutukan,
melainkan masalah
perkembangan pasien
dan dapat diterapi
namun tidak tersedia
di Puskesmas Palaran
e. Menjelaskan
pertumbuhan dan
perkembangan anak
normal
a. Edukasi mengenai
penyakit pada pasien,
gejala, faktor
predisposisi dan
terapi
b. Edukasi bahwa
penyakit ADHD atau
keterlambatan
perkembangan bicara
bukan kutukan,
melainkan masalah
perkembangan pasien
dan dapat diterapi
namun tidak tersedia
di Puskesmas Palaran
c. Menjelaskan
pertumbuhan dan
perkembangan anak
normal
d. Menjelaskan peran
komunitas dalam
perbaikan kondisi
pasien
e. Edukasi mengenai
pentingnya perilaku
pola hidup bersih dan
sehat serta
pentingnya kondisi
tempat tinggal yang
memadai.
f. Menjelaskan peran
keluarga dalam
perbaikan kondisi
pasien
g. Keluarga harus sabar
dalam membimbing
pasien agar dapat
mencapai
perkembangan sesuai
dengan usia pasien
29
GAYA HIDUPKebiasaan mencuci tangan kurangPaman dan nenek pasien kurang
mengawasi higiene anakTidak pernah berolahraga sama
sekali
PASIENBatuk dan pilek
Pasien tidak bisa duduk diam dan cenderung mengganggu
teman sebayaPasien sudah berumur 7 tahun
dan belum bisa berbicara dengan jelas
Pasien didiagnosis dengan ISPA + ADHD + Gangguan Perkembangan Bicara
LINGK. PSIKO-SOSIO-EKONOMIMemiliki kartu jaminan kesehatanPengetahuan kesehatan dan gizi rendahPendapatan prioritas untuk kebutuhan sandang dan pangan
LINGK. FISIKVentilasi dan pencahayaan
cukupSanitasi kurang, MCK kurangKamar dan dapur berantakan
Sampah rumah tangga banyak di samping rumah
Kasur, bantal, boneka berdebu dan kotor
FAMILY
PELAYANAN KES.Jarak rumah-pusat
pelayanan kesehatan : 2 km, ditempuh dengan kendaraan bermotor
PERILAKU KESEHATANHigiene pribadi kurang
Pasien jarang mau mandiBerobat langsung di sarana
pengobatan seperti Puskesmas atau RS
Percaya mitos kesehatan
BIOLOGIPasien memang sering
mengalami batuk dan pilek sejak kecil
Komunitas: Sanitasi rumah cukup baikPasien suka bermain dengan teman sebaya namun sering mengganggu temannya
Mandala of Health
30
SKORING KEMAMPUAN PENYELESAIAN MASALAH DALAM KELUARGA
Masalah Skor
Awal
Upaya
Penyelesaian
Fungsi biologis
Pasien memang sering mengalami
batuk dan pilek sejak kecil
4 Edukasi mengenai penyakit dan
pencegahan melalui upaya penyuluhan
dan risiko yang dapat ditimbulkan apabila
tidak menjalankan pola hidup sehat
Fungsi ekonomi & pemenuhan
kebutuhan
Pendapatan keluarga cukup, hampir
semua memiliki jaminan kesehatan,
namun Pendapatan prioritas untuk
kebutuhan sandang dan pangan
5 Motivasi keluarga untuk menyisihkan
sedikit uangnya untuk keperluan yang
mendesak
Faktor perilaku kesehatan keluarga
Higiene individu dan lingkungan
kurang, pasien jarang mandi
Percaya mitos-mitos kesehatan
3
4
Edukasi tentang pentingnya
kebersihan diri dan lingkungan untuk
mencegah banyak penyakit. Edukasi
untuk mencuci tangan sebelum dan
sesudah makan serta setelah kontak
dengan pasien.
Edukasi mengenai penyakit yang
diderita pasien dan menjelaskan
pentingnya peran keluarga dan
komunitas dalam perbaikan kondisi
pasien
Lingkungan rumah
Ventilasi ada namun tidak pernah
dibuka
Kasur, bantal, boneka berdebu
5 Mengedukasi untuk membuka ventilasi
agar ada sirkulasi udara dan mencegah
penularan penyakit dan membersihkan
dan kotor kasur, bantal, boneka
Klasifikasi skor kemampuan menyelesaikan masalah
Skor 1 : Tidak dilakukan, keluarga menolak, tidak ada partisipasi.
Skor 2 : Keluarga mau melakukan tapi tidak mampu, tidak ada sumber (hanya keinginan);
penyelesaian masalah dilakukan sepenuhnya oleh provider.
Skor 3 : Keluarga mau melakukan namun perlu penggalian sumber yang belum
dimanfaatkan, penyelesaian masalah dilakukan sebagianbesar oleh provider
Skor 4 : Keluarga mau melakukan namun tak sepenuhnya, masih tergantung pada upaya
provider
Skor 5 : Dapat dilakukan sepenuhnya oleh keluarga
32
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 ISPA
3.1.1 Definisi
ISPA sering disalah artikan sebagai infeksi saluran pernapasan atas. Yang benar ISPA
merupakan singkatan Infeksi Saluran Pernapasan Akut. ISPA meliputi saluran pernapasan
bagian atas dan saluran pernapasan bagian bawah. ISPA adalah infeksi saluran pernapasan
yang berlangsung 14 hari. Yang dimaksud dengan saluran pernapasan adalah organ mulai
dari hidung sampai gelembung paru, beserta organ-organ disekitarnya seperti sinus, ruang
telinga tengah dan selaput paru.2
Sebagian besar dari infeksi saluran pernapasan hanya bersifat ringan seperti batuk pilek
dan tidak memerlukan pengobatan dengan antibiotik, namun demikian anak akan menderita
pneumoni bila infeksi paru ini tidak diobati dengan antibiotik dapat mengakibatkan kematian.
Program Pemberantasan Penyakit (P2) ISPA membagi penyakit ISPA dalam 2 golongan
yaitu pneumoni dan yang bukan pneumoni. Pneumoni dibagi atas derajat beratnya penyakit
yaitu pneumoni berat dan pneumoni tidak berat. Penyakit batuk pilek seperti rhinitis,
faringitis, tonsillitis dan penyakit jalan napas bagian atas lainnya digolongkan sebagai bukan
pneumoni. Etiologi dari sebagian besar penyakit jalan napas bagian atas ini ialah virus dan
tidak dibutuhkan terapi antibiotik. Faringitis oleh kuman Streptococcus jarang ditemukan
pada balita. Bila ditemukan harus diobati dengan antibiotik penisilin, semua radang telinga
akut harus mendapat antibiotik.3
ISPA ditularkan melalui air ludah, darah, bersin, udara pernapasan yang mengandung
kuman yang terhirup oleh orang sehat kesaluran pernapasannya. Kelainan pada sistem
pernapasan terutama infeksi saluran pernapasan bagian atas dan bawah, asma dan fibro kistik,
menempati bagian yang cukup besar pada lapangan pediatrik. Infeksi saluran pernapasan
bagian atas terutama yang disebabkan oleh virus, sering terjadi pada semua golongan
masyarakat pada bulan-bulan musim dingin.2
Tetapi ISPA yang berlanjut menjadi pneumonia sering terjadi pada anak kecil terutama
apabila terdapat gizi kurang dan dikombinasi dengan keadaan lingkungan yang tidak hygiene.
Risiko terutama terjadi pada anak-anak karena meningkatnya kemungkinan infeksi silang,
beban imunologisnya terlalu besar karena dipakai untuk penyakit parasit dan cacing, serta
tidak tersedianya atau berlebihannya pemakaian antibiotik.2
3.1.2 Klasifikasi ISPA
Program Pemberantasan ISPA (P2 ISPA) mengklasifikasi ISPA sebagai berikut :
a) Pneumonia berat : ditandai secara klinis oleh adanya tarikan dinding dada kedalam
(chest indrawing).
b) Pneumonia : ditandai secara klinis oleh adanya napas cepat.
c) Bukan pneumonia : ditandai secara klinis oleh batuk pilek, bisa disertai demam,
tanpa tarikan dinding dada kedalam, tanpa napas cepat.
Klasifikasi ISPA ini dapat dibedakan sesuai dengan golongan umur, yaitu :
1. Golongan umur kurang 2 bulan :
a. Pneumonia berat : ditandai dengan nafas cepat dan tarikan dalam dan
kuat dinding dada bagian bawah. Batas napas cepat untuk golongan
umur < 2 bulan yaitu 60kali per menit atau lebih.
b. Bukan pneumonia : batuk pilek biasa, bila tidak ditemukan tanda tarikan
kuat dinding dada bagaian bawah atau napas cepat (frekuensi napas <
60x/menit). 2
2. Golongan umur 2 bulan sampai 5 tahun :
a. Pneumonia berat : bila disertai napas sesak yaitu adanya tarikan dinding
dada bagian bawah kedalam pada waktu anak menarik napas (pada saat
diperiksa anak harus dalam keadaan tenang tidak menangis atau
meronta)
b. Pneumonia : tidak ada tanda tarikan dinding dada bagian bawah ke
dalam, adanya napas cepat :
- usia 2-12 bulan adalah 50 kali per menit atau lebih
- usia 1-4 tahun adalah 40 kali per menit atau lebih.
c. Bukan pneumonia : batuk pilek biasa, bila tidak ditemukan tarikan
dinding dada bagian bawah dan tidak ada napas cepat :
- Usia 2-12 bulan adalah kurang dari 50 kali per menit
- Usia 1-4 tahun adalah kurang dari 40 kali per menit
3.1.3 Etiologi dan Faktor Resiko ISPA
Infeksi saluran napas akut dapat disebabkan oleh virus, bakteri, jamur. Sebagian besar
infeksi saluran napas atas disebabkan oleh virus dan tidak dibutuhkan terapi antibiotik.
Faktor Resiko
a. Kontak dekat (terutama pada anak-anak di sekolah atau playgroup)
34
b. Merokok dan perokok pasif
c. Imunodefisiensi
d. Polip hidung, bentuk muka, traum ajalan nafas atas
e. Penderita carrier streptococcus group A
Pada ISPA dikenal 3 cara penyebaran infeksi ini :
a. Melalui aerosol yang lembut, terutama oleh karena batuk-batuk
b. Melalui aerosol yang lebih kasar, terjadi waktu batuk-batuk dan bersin-bersin.
c. Melalui kontak langsung / tidak langsung dari benda-benda yang telah dicemari jasad
renik (hand to hand transmission)
Pada infeksi virus, transmisi diawali dengan penyebaran virus, terutama melalui bahan
sekresi hidung. Virus ISPA terdapat 10-100 kali lebih banyak dalam mukosa hidung daripada
mukosa faring.
Dari beberapa penelitian klinik, laboratorium, maupun di lapangan, diperoleh
kesimpulan bahwa sebenarnya kontak “hand to hand” merupakan modus yang terbesar
dibandingkan dengan cara penularan aerogen yang semula banyak diduga.2
3.1.4 Diagnosis ISPA
ISPA yang ringan umumnya tidak memerlukan pemeriksaan penunjang. Diagnosis
ISPA sering dilakukan secara klinis. Namun apabila terjadi komplikasi seperti pneumonia
berat, biasanya diperlukan pemeriksaan laboratorium dan roentgen. Pada kondisi tertentu
seperti demam yang berkepanjangan mungkin diperlukan pemeriksaan laboratorium.
Diskusikan dengan dokter anda mengenai pemeriksaan ISPA.
Berikut merupakan penyakit yang termasuk dalam golongan ISPA : commond cold,
influenza, sinusitis, otitis media akut, laringitis, bronkitis, pneumonia, dan lain-lain.3
Gejala
Penemuan penderita ISPA dilakukan secara pasif (passive case finding) yaitu penemuan
penderita ISPA yang datang berobat dengan gejala-gejala saluran pernapasan yaitu sebagai
berikut.2
a. Batuk
b. Pilek
c. Kesulitan bernapas
d. Demam (38-40°C)
35
e. Bersin-bersin
f. Nyeri menelan
g. Sakit kepala, nyeri sendi
h. Lemah, lesu
i. Frekuensi napas cepat
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan artinya memperoleh informasi tentang penyakit anak dengan mengajukan
beberapa pertanyaan kepada ibunya, melihat dan mendengarkan anak. Hal ini penting agar
selama pemeriksaan anak tidak menangis (bila menangis akan meningkatkan frekuensi
napas), untuk ini diusahakan agar anak tetap dipangku oleh ibunya. Menghitung napas dapat
dilakukan tanpa membuka baju anak. Bila baju anak tebal, mungkin perlu membuka sedikit
untuk melihat gerakan dada. Untuk melihat tarikan dada bagian bawah, baju anak harus
dibuka sedikit. Auskultasi dapat dilakukan untuk mendengarkan apakah ada kelainan suara
paru. Namun, untuk membedakan pneumonia atau bukan pneumonia dapat dilihat dari
adanya tarikan dinding dada dan napas cepat.2,3
3.1.5 Penatalaksanaan ISPA
Pengobatan pada penyakit ISPA dapat dibagi sesuai dengan klasifikasinya, yaitu
sebagai berikut.2,3
1. Pneumonia berat :
Dirawat dirumah sakit, diberikan antibiotik parenteral, oksigen dsb.
2. Pneumonia :
Diberi obat antibiotik kortimoksasol peroral.
Bila penderita tidak mungkin diberi kortimoksasol atau ternyata dengan
pemberian kortimoksasol keadaan penderita menetap, dapat dipakai obat
antibiotik pengganti yaitu ampisilin, amoksisilin atau penisilin prokain.
3. Bukan Pneumonia :
Pengobatan bersifat symptomatik
Tanpa pemberian obat antibiotik, diberikan perawatan di rumah, untuk batuk
dapat diberikan obat batuk yang tidak mengandung zat yang merugikan
seperti kodein, dekstrometorfan dan, antihistamin.
Bila demam diberikan obat penurun panas yaitu parasetamol
Perawatan dirumah
36
Beberapa hal yang perlu dikerjakan seorang ibu untuk mengatasi anaknya yang menderita
ISPA : 3
1. Mengatasi panas (demam) :
Untuk anak usia 2 bulan samapi 5 tahun demam diatasi dengan memberikan
parasetamol atau dengan kompres, bayi dibawah 2 bulan dengan demam harus
segera dirujuk. Parasetamol diberikan 4 kali tiap 6 jam untuk waktu 2 hari. Cara
pemberiannya, tablet dibagi sesuai dengan dosisnya, kemudian digerus dan
diminumkan. Memberikan kompres, dengan menggunakan kain bersih, celupkan
pada air (tidak perlu air es).
2. Mengatasi batuk :
Dianjurkan memberi obat batuk yang aman yaitu ramuan tradisional yaitu jeruk
nipis ½ sendok teh dicampur dengan kecap atau madu ½ sendok teh , diberikan tiga
kali sehari.
3. Pemberian makanan
Berikan makanan yang cukup gizi, sedikit-sedikit tetapi berulang-ulang yaitu
lebih sering dari biasanya, lebih-lebih jika muntah. Pemberian ASI pada bayi yang
menyusu tetap diteruskan.
4. Pemberian minuman
Usahakan pemberian cairan (air putih, air buah dan sebagainya) lebih banyak
dari biasanya. Ini akan membantu mengencerkan dahak, kekurangan cairan akan
menambah parah sakit yang diderita.
5. Lain-lain
Tidak dianjurkan mengenakan pakaian atau selimut yang terlalu tebal dan
rapat, lebih-lebih pada anak dengan demam. Jika pilek, bersihkan hidung yang
berguna untuk mempercepat kesembuhan dan menghindari komplikasi yang lebih
parah. Usahakan lingkungan tempat tinggal yang sehat yaitu yang berventilasi
cukup dan tidak berasap. Apabila selama perawatan dirumah keadaan anak
memburuk maka dianjurkan untuk membawa kedokter atau petugas kesehatan.
Untuk penderita yang mendapat obat antibiotik, selain tindakan diatas usahakan
agar obat yang diperoleh tersebut diberikan dengan benar selama 5 hari penuh.
Dan untuk penderita yang mendapatkan antibiotik, usahakan agar setelah 2 hari
anak dibawa kembali kepetugas kesehatan untuk pemeriksaan ulang.
Pencegahan
37
Penyakit ISPA dapat dicegah penularannya dengan cara :6
1. Menjaga keadaan gizi agar tetap baik
2. Immunisasi
3. Menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan
4. Mencegah anak berhubungan dengan penderita ISPA
5. Pemberian ASI eksklusif (antibodi)
6. Berhenti merokok atau hindari asap rokok
7. Nutrisi adekuat untuk meningkatkan daya tahan tubuh
8. Aktivitas fisik ditingkatkan
9. Hindari stress karena dapat menurunkan daya tahan tubuh
10. Istirahat yang cukup
3.1.6 Komplikasi
Komplikasi ISPA yang dapat terjadi diantaranya sebagai berikut.3
1. Sinusitis
2. Sesak napas
3. Pneumonia dan pneumonia berat
4. Otitis Media Akut
5. Demam Reumatik, Penyakit Jantung Reumatik dan Glomerulonefritis, yang
disebabkan oleh radang tenggorokan karena infeksi Streptococcus beta hemolitikus
grup A (Strep Throat)
3.1.7 Prognosis
Prognosis untuk penyakit ISPA umunya baik bila ditangani dengan tepat serta
didukung dengan status gizi yang baik. Namun dapat menjadi buruk bahkan sampai
menimbulkan kematian bila pasien datang berobat dalam keadaan berat serta adanya
penyulit-penyulit dan gizi yang buruk.
3.2 ADHD
3.2.1 Definisi
ADHD (Attention Deficit Hyperactive Disorder) disebut juga dengan gangguan
pemusatan perhatian dan hiperaktif (GPPH). ADHD adalah gangguan perkembangan anak
yang ditandai dengan peningkatan aktivitas motorik dan menyebabkan aktivitas anak yang
tidak lazim dan cenderung berlebihan. ADHD ditandai rentang perhatian yang buruk yang
38
tidak sesuai dengan perkembangan atau ciri hiperaktivitas dan impulsivitas atau keduanya
yang tidak sesuai dengan usia. Kondisi ini sangat mempengaruhi fungsi akademik dan sosial
pasien. ADHD terjadi sebelum usia 7 tahun dan gangguan tersebut harus berlangsung selama
minimal 6 bulan.6,7
3.2.2`Etiologi
Penyebab gangguan ADHD tidak diketahui secara pasti. Sebagian besar anak dengan
ADHD tidak menunjukkan tanda-tanda cedera struktural yang besar pada sistem saraf pusat.
Sebaliknya, sebagian besar anak dengan gangguan neurologis yang diketahui yang
disebabkan oleh cedera otak tidak menunjukan gejala ADHD. Faktor predisposisi mungkin
termasuk temperamen anak, faktor genetik-familial, dan tuntutan sosial untuk mematuhi cara
berkelakuan dan bertindak yang rutin. Status sosioekonomi tampaknya bukan merupakan
faktor predisposisi.5
1. Faktor genetik
Bukti-bukti untuk dasar genetik untuk gangguan ADHD adalah lebih besarnya angka
kesesuaian dalam kembar monozigotik dibandingkan kembar dizigotik. Sanak
saudara anak-anak hiperaktif memiliki risiko dua kali menderita gangguan
dibandingkan populasi umum. Orangtua biologis dari anak-anak dengan gangguan
memiliki risiko yang lebih tinggi untuk memiliki gangguan ADHD dibandingkan
orangtua adoptif. Jika gangguan ADHD ada bersama-sama dengan gangguan
konduksi pada anak, gangguan penggunaan alkohol, dan gangguan kepribadian
antisosial adalah lebih sering pada orangtua dibandingkan pada populasi umum.
2. Faktor neurokimiawi
Banyak neurotransmiter telah dihubungkan dengan gejala ADHD. Sebaguan temuan
berasal dari pemakaian banyak medikasi yang menimbulkan efek positif pada
gangguan. Obat yang paling banyak diteliti dalam terapi ADHD adalah stimulan
yang mempengaruhi dopamin maupun norepinefrin yang menghasilkan hipotesis
neurotransmiter yang menyatakan kemungkinan disfungsi pada sistem adrenergik
dan dopaminergik. Stimulan meningkatkan katekolamin dengan mempermudah
pelepasannya dan dengan menghambat ambilannya. Obat lain yang menurunkan
hiperaktivitas adalah obat trisiklik dan inhibitor monoamin oksidase (MAOI). Secara
keseluruhan tidak ada bukti-bukti yang jelas yang melibatkan suatu neurotransmiter
tunggal dalam perkembangan ADHD, tetapi banyak neurotransmiter mungkin
terlibat dalam proses perkembangan penyakit.
39
3. Faktor neurologis
Otak manusia normalnya menjalani kecepatan pertumbuhan utama pada beberapa
usia, yaitu usia 3-10 bulan, 2-4 tahun, 6-8 tahun, 10-12 tahun, dan 14-16 tahun.
Beberapa anak mengalami maturasi pertumbuhan secara berurutan dan menunjukan
gejala ADHD yang bersifat sementara. Suatu korelasi fisiologis adalah
ditemukannya berbagai pola elektroensefalogram (EEG) abnormal yang
terdisorganisasi dan karakteristik untuk anak kecil. Pada beberapa kasus temuan
EEG menjadi normal dengan berjalannya waktu.
4. Faktor psikososial
Anak-anak dalam institusi seringkali overaktif dan memiliki rentang atensi yang
buruk. Tanda tersebut dihasilkan dari pemutusan emosional yang lama dan gejala
menghilang jika faktor pemutus dihilangkan seperti melalui adopsi atau penempatan
di rumah penitipan. Kejadian fisik yang menimbulkan stres, suatu gangguan dalam
keluarga, dan faktor yang menyebabkan kecemasan berperan dalam awal atau
berlanjutnya ADHD.
5. Cedera otak
Telah lama diperkirakan bahwa beberapa anak yang terkena ADHD mendapatkan
cedera otak yang minimal dan samar-samar pada sistem saraf pusatnya selama
periode janin dan perinatalnya. Atau cedera otak mungkin disebabkan oleh efek
sirkulasi, toksik, metabolik, mekanik, dan efek lain yang merugikan dan oleh stres
dan kerusakan fisik pada otak selama masa bayi yang disebabkan oleh infeksi,
peradangan, dan trauma. Cedera otak minimal, samar-samar, sub-klinis mungkin
bertanggung jawab untuk timbulnya gangguan belajar dan ADHD. Tanda neurologis
non fokal mungkin ditemukan.
3.2.3 Manifestasi Klinis
Anak dengan ADHD mungkin memiliki onset pada masa bayi. Bayi dengan ADHD
adalah peka terhadap stimuli dan mudah dimarahkan oleh cuara, cahaya, temperatur, dan
perubahan lingkungan lain. Kadang-kadang terjadi kebalikannya, anak menjadi tenang dan
lemah, banyak tidur, dan tampaknya berkembang lambat pada bulan-bulan pertama
kehidupan. Tetapi lebih sering untuk bayi dengan ADHD untuk bersikap aktif ditempat
tidurnya, sedikit tidur, dan banyak menangis. Anak ADHD jauh lebih jarang dibandingkan
anak normal untuk menurunkan aktivitas lokomotoriknya saat lingkungan mereka terstruktur
oleh batas-batas sosial. Di sekolah, anak ADHD dapat dengan cepat menyambar ujian tetapi
40
hanya menjawab satu atau dua pekerjaan pertama. Mereka tidak mampu menunggu giliran
orang lain. Di rumah, mereka tidak dapat didiamkan walaupun hanya semenit.5
Anak-anak dengan ADHD seringkali mudah marah secara meledak. Iritabilitas mereka
mungkin ditimbulkan oleh stimuli yang relatif kecil, yang mungkin membingungkan dan
mencemaskan anak. Mereka seringkali labil secara emosional, mudah dibuat tertawa atau
menangis, dan mood dan kinerja mereka cenderung bervariasi dan tidak dapat diramalkan.
Impulsivitas dan ketidak mampuan menunda kegembiraan adalah karakteristik. Mereka
sering sekali rentan terhadap kecelakaan.5
Kesulitan emosional penyerta sering ditemukan. Kenyataan bahwa anak-anak lain
menumbuhkan perilaku tersebut tetapi anak ADHD tidak menumbuhkannya pada waktu dan
kecepatan yang sama dapat menyebabkan ketidakpuasan dan tekanan pada orang dewasa.
Konsep diri yang negatif dan permusuhan reaktif yang dihasilkannya adalah diperburuk oleh
kesadaraan anak bahwa ia memiliki masalah.5
Karakteristik anak-anak dengan ADHD yang tersering dinyatakan adalah hiperaktivitas,
gangguan motorik perseptual, labilitas emosional, defisit koordinasi menyeluruh, gangguan
atensi (rentang atensi yang pendek, distraktibilitas, keras hati, gagal menyelesaikan hal,
inatensi, konsentrasi yang buruk), impulsivitas (bertindak sebelum berpikir, mengubah
perilaku dengan tiba-tiba, tidak memiliki organisasi, meloncat-loncat di sekolah), gangguan
daya ingat dan pikiran, ketidakmampuan belajar spesifik, gangguan bicara dan pendengaran,
dan tanda neurologis dan iregularitas EEG yang samar-samar.5
Kira-kira 75% anak-anak dengan ADHD hampir konsisten menunjukkan gejala
perilaku agresi dan menantang. Tetapi bilamana menantang dan agresif adalah berkaitan
dengan hubungan dalam keluarga yang merugikan, hiperaktivitas lebih erat berhubungan
dengan gangguan kinerja pada tes kognitif yang memerlukan konsentrasi. Beberapa
penelitian menyatakan bahwa beberapa sanak saudara dari anak-anak hiperaktivitas
menunjukkan ciri-ciri gangguan kepribadian antisosial.5
3.2.4 Diagnosis
Tanda utama hiperaktivitas harus menyadarkan klinisi tentang kemungkinan ADHD.
Riwayat pranatal yang terinci tentang pola perkembangan anak dan pengamatan langsung
biasanya menemukan aktivitas motorik yang berlebihan. Hiperaktivitas mungkin ditemukan
pada beberapa situasi (misalnya sekolah) tetapi tidak dalam situasi lainya (misalnya
menonton televisi) dan mungkin tidak jelas pada situasi yang terstruktur dibandingkan pada
situasi yang tidak terstruktur. Hiperaktivitas tidak merupakan manifestasi perilaku yang
41
tersendiri, singkat, dan transien di bawah stress tetapi ditemukan selama waktu yang lama.
Ciri pembeda lain dari ADHD adalah rentang perhatian yang pendek dan distraktibilitas yang
mudah. Di sekolah, anak-anak dengan ADHD tidak dapat mengikuti instruksi dan sering
menuntut perhatian ekstra dari gurunya. Di rumah, mereka seringkali tidak mematuhi
perintah orangtua. Mereka berkelakuan secara impulsif, menunjukkan labilitas emosional,
dan eksplosif serta iritabel. Gangguan mengenai membaca, berhitung, dan koordinasi
mungkin ditemukan bersamaan dengan ADHD. Riwayat penyakit anak dapat memberikan
petunjuk pada faktor pranatal (termasuk genetik), natal, dan pascanatal yang mungkin telah
mempengaruhi struktur dan fungsi sistem saraf pusat.5
Pemeriksaan status mental mungkin menunjukan mood terdepresi sekunder tetapi tidak
ada gangguan pikiran, gangguan tes realitas, atau afek yang tidak sesuai. Anak mungkin
menunjukkan distraktibilitas yang besar, kekerasan hati, dan cara berpikir yang konkrit dan
harafiah. Indikasi masalah visual-perseptual, audiotorik-perseptual, bahasa, atau kognisi
mungkin ditemukan. Kadang-kadang bukti-bukti menunjukkan kecemasan dasar, meresap,
dan dengan dasar organik seringkali dinamakan sebagai kecemasan tubuh.5
Pemeriksaan neurologis mungkin menemukan imaturitas atau gangguan visual-
motorik-perseptual atau auditoris-diskrimatorik tanpa tanda gangguan ketajaman visual atau
audiotorik yang jelas. Anak-anak mungkin menunjukkan masalah pada koordinasi motorik
dan kesulitan mencontoh gambar yang sesuai dengan usianya, gerakan yang berubah dengan
cepat, diskriminasi kanan dan kiri, asimetri refleks, dan berbagai tanda neurologis non fokal.
Klinisi harus mendapatkan EEG untuk mengenali anak dengan pelepasan yang sering dan
serempak secara bilateral yang menyebabkan hilangnya pembicaraan yang singkat. Anak
tersebut mungkin bereaksi di sekolah dengan hiperaktivitas untuk menyembunyikan frustrasi.
Tidak ada pemeriksaan laboratorium yang patognomonik untuk gangguan ADHD.5
42
43
Gambar 3.1 Kriteria Diagnosis ADHD Menurut DSM-V8
3.2.5 Penatalaksanaan
Farmakoterapi
Agen farmakologis untuk ADHD adalah stimulan sistem saraf pusat, terutama
dextroamphetamine, methylphenidate, dan pemoline. Destroamphetamin diizinkan pada
anak berusia 3 tahun atau lebih dan methylphenidate pada anak yang berusia 6 tahun
atau lebih. Keduanya adalah obat yang paling sering digunakan. Mekanisme kerja dari
stimulan belum dapat diketahui. Methylphenidate telah terbukti sangat efektif pada
hampir tigaperempat anak dengan ADHD dan memiliki efek samping yang relatif kecil.
Methylphenidate adalah medikasi kerja singkat yang biasanya digunakan secara efektif
pada jam-jam sekolah, sehingga anak dengan ADHD dapat memperhatikan tugasnya
dan tetap di dalam ruang kelas. Efek samping obat yang paling sering adalah nyeri
44
kepala, nyeri lambung, mual, dan insomnia. Beberapa anak mengalami efek “rebound”
dimana mereka menjadi agak mudah marah dan tampak agak hiperaktif selama waktu
yang singkat saat medikasi dihetikan. Permasalahan lain yang sering tentang
methylphenidate adalah apakah obat akan mensupresi pertumbuhan. Selama periode
pemakaian, methylphenidate dapat disertai dengan supresi pertumbuhan tetapi anak
cenderung tumbuh saat mereka diberikan libur obat di musim panas atau pada akhir
minggu.5,6
Antidepresan telah digunakan untuk mengobati ADHD dengan suatu
keberhasilan. Pada anak-anak dengan gangguan kecemasan atau gangguan depresif
komorbid dan pada anak dengan gangguan tik yang menghalangi pemakaian stimulan,
antidepresan mungkin berguna walaupun stimulan lebih manjur. Antidepresan
memerlukan monitoring yang cermat pada fungsi jantung. Beberapa penelitian
melaporkan kematian mendadak pada anak dengan ADHD yang diobati dengan
antidepresan.7
Psikoterapi
Medikasi sendiri saja jarang memuaskan kebutuhan terapeutik yang menyeluruh
pada anak ADHD dan biasanya hanya merupakan satu segi dari regimen multi
modalitas. Pada psikoterapi individual, modifikasi perilaku, konseling orangtua, dan
terapi tiap gangguan belajar yang menyertai mungkin diperlukan. Jika anak-anak
dengan ADHD dibantu untuk menyusun lingkungannya, kecemasan mereka berkurang.
Dengan demikian mereka harus membangun struktur hadiah atau hukuman yang dapat
diperkirakan dengan menggunakan model terapi perilaku dan menerapkannya pada
lingkungan fisik. Orangtua harus juga dibantu untuk menyadari bahwa walaupun ada
kekurangan pada anak-anak mereka dalam beberapa bidang, mereka menghadapi tugas
maturasi yang normal, termasuk perlu mengambil tanggung jawab atas tindakan
mereka.5
3.2.6 Prognosis
Perjalanan penyakit ADHD agak bervariasi. Gejala dapat menetap sampai masa remaja
atau kehidupan dewasa, gejala dapat menghilang pada pubertas, atau hiperaktivitas mungkin
menghilang, tetapi penurunan rentang atensi dan masalah pengendalian impuls mungkin
menetap. Overaktivitas biasanya merupakan gejala pertama yang menghilang dan
distraktibilitas adalah yang terakhir. Remisi kemungkinan tidak terjadi sebelum usia 12
45
tahun. Jika remisi memang tidak terjadi, biasanya terjadi antara usia 12-20 tahun. Remisi
dapat disertai dengan masa remaja dan kehidupan remaja yang produktif, hubungan
interpersonal yang memuaskan, dan relatif sedikit sekuela yang bermakna. Tetapi sebagian
besar pasien dengan ADHD mengalami remisi parsial dan rentan terhadap gangguan
kepribadian antisosial dan gangguan kepribadian lain dan gangguan mood. Masalah belajar
seringkali terus berlanjut hingga dewasa. Anak-anak dengan ADHD yang gejalanya menetap
sampai remaja adalah berada dalam risiko tinggi untuk mengalami gangguan konduksi. Kira-
kira 50% anak-anak dengan gangguan konduksi akan mengembangkan gangguan kepribadian
antisosial di masa dewasanya. Anak-anak dengan ADHD dan gangguan konduksi juga berada
dalam risiko mengalami gangguan berhubungan dengan zat.5
Biederman, Mick, dan Faraone mendefinisikan beberapa jenis remisi pada ADHD
dengan menggunakan pendekatan klasifikasi yang disusun oleh Keck et al, yaitu sebagai
berikut.6
1. Remisi sindromatik yaitu kondisi yang ditunjukkan oleh 6-11 gejala dari 18 gejala
ADHD yang terdapat dalam kriteria diagnostik ADHD berdasarkan DSM-IV
2. Remisi simtomatik yaitu kondisi yang ditunjukkan oleh kurang dari 6 gejala dari 18
gejala ADHD yang terdapat dalam kriteria diagnostik ADHD berdasarkan DSM-IV
dan disertai dengan gangguan fungsi global anak (GAF <60)
3. Remisi fungsional yaitu kondisi yang ditunjukkan oleh <6 gejala dari 18 gejala
ADHD yang terdapat dalam kriteria diagnostik ADHD berdasarkan DSM-IV tanpa
disertai gangguan fungsi global anak (GAF >60)
3.3 Gangguan Perkembangan Bicara
3.3.1 Definisi
Gangguan bicara dan bahasa merupakan suatu keterlambatan dalam berbahasa
ataupun bicara dimana jika dilakukan penanganan dini akan sangat menolong anak dalam
masalah bahasa. Bahasa dapat dirumuskan sebagai pengetahuan tentang sistem lambang
yang dipergunakan dalam komunikasi yang dilakukan secara lisan; sedangkan ucapan
atau berbicara adalah memperlihatkan pengetahuan tersebut dalam suatu tingkah laku
yang dapat didengar. Bahasa dapat dipandang sebagai dasar di atas mana kemudian
dibangun kemampuan berbicara tersebut, keduanya akan berkembang dalam progresi
yang beraturan. Kemampuan berbahasa diperlihatkan dengan cara bagaimana anak
merespon petunjuk lisan yang diberikan; gerakan yang diperlihatkan anak untuk
46
mengkomunikasikan kebutuhan, keinginan serta penetahuan tenatng lingkungan serta
melalui permainan kreatif dan imajinatif.1,5
3.3.2 Etiologi
Penyebab kelainan berbahasa bermacam-macam yang melibatkan berbagai faktor yang
dapat saling mempengaruhi, antara lain kemampuan lingkungan, pendengaran, kognitif,
fungsi saraf, emosi, psikologis dan lain sebagainya. Etiologi gangguan perkembangan bahasa
dirangkum sebagai berikut.1
1. Lingkungan sosial anak
Interaksi antar personal merupakan dasar dari semua komunikasi dan perkembangan
bahasa. Lingkungan yang tidak mendukung akan menyebabkan gangguan bicara dan
bahasa pada anak.
2. Sistem masukan/input
Adalah sistem pendengaran, penglihatan dan integritas taktil-kinestetik dari anak.
Pendengaran merupakan alat yang penting dalam perkembangan bicara. Anak deng otitis
media kronik dengan penurunan daya pendengaran akan mengalami keterlambatan
kemampuan menerima ataupun mengungkapkan bahasa. Gangguan bicara juga terdapat
pada tuli oleh karena kelainan genetik dan metabolik (tuli primer), tuli neurosensorial,
(infeksi intra uterin ; sifilis, rubella, tolsoplasmosis, sitomegalovirus), tuli konduktif
seperti akibat malformasi telinga luar, tuli sentral (sama sekali tidak mendengar), tuli
perseptif/afasia sensorik (terjadi kegagalan , integrasi arti bicara yang didengar menjadi
suatu pengertian yang menyeluruh), dan tuli psikis seperti pada schizoprenia, autisme
infantil, keadaan cemas dan reaksi psikologis lainnya. Pola bahsa juga akan berpengaruh
pada anak dengan gangguan penglihatan yang berat, demikian juga dengan anak dengan
defisit taktil kinestetik akan tejadi gangguan artikulasi.
3. Sistem pusat bicara dan bahasa
Kelainan susunan saraf pusat akan mempengaruhi pemahaman, inteprestasi, formulasi
dan perencanaan bahasa, juga pada aktifitas dan kemampuan intelektual dari anak.
Gangguan komunikasi biasanya merupakan bagian dari retasrdasi mental, misalnya pada
Sindrom Down.
4. Sistem Produksi
Sistem produksi suara seperti laring, hidung, struktur mulut dan mekanisme
neuromuskular yang berpengaruh terhadap pengaturan nafas untuk berbicara, bunyi
47
laring, pembentukan bunyi untuk artikulasi bicara melalui aliran udara lewat laring,
faring dan rongga mulut.
3.3.3 Klasifikasi
Berdasarkan patofisologi kelainan perkembangan bicara pada anak dibagi menjadi tipe
sebagai berikut.1
1. Primer ekspresif
a. disfraksia verbal
b. anak mengerti sefala sesuatu yang dikatakan kepadanya, mereka lebih sering
menunjuk daripada bicara
c. gangguan defisit produksi fonologi
d. anak bicara dengan kata-kata dan frase yang susah dimengerti bahkan pada orang-
orang yang sering kontak dengannya sehingga menimbulkan rasa marah dan frustasi
bagi si anak.
2. Defisit represif dan ekspresif
a. gangguan campuran ekspresif represif
b. anak berbicara sulit dipahami dengan kalimat yang pendek dan banyak dari mereka
yang autistik.
c. disfrasia verbal auditori agnosia
d. anak mengerti sedikit pada apa yang dikatakan kepadanya walaupun kadang-kadang
mereka mengikuti suatu pembicaraan dengan cara lain dan miskin dalam artikulasi
kata-kata.
3. Defisit bahasa yang lebih berat
a. gangguan leksikal sintaksis
b. anak kesulitan dalam menemukan kata-kata yang tepat khususnya saat bercakap-
cakap. Mereka tidak gagap dan tidak menghindar untuk berbicara.
c. gangguan semantik pragmantik
d. Anak dapat berbicara lancar tetapi mereka bicara tanpa henti mengenai satu topik.
3.3.4 Penatalaksanaan
Deteksi dan penanganan dini pada problem bicara dan bahasa pada anak, akan
membantu anak-anak dan orang tua untuk menghindari atau memperkecil kemungkinan
kelainan pada masa sekolah antara lain yang dengan menggunakan pemeriksaan DDST.
Setelah terdeteksi terdapat masalah dalam perkembangan bahasa maka dapat dicarai
48
penyebabnya. Dengan perbaikan masalah medis seperti tuli konduksi dapat menghasilkan
perkembangan bahasa yang normal pada anak yang tidak retardasi mental. Sedangkan
perkembangan bahasa dan kognitif pada anak dengan gangguan pendengaran sensoris
bervariasi. Dikatakan bahwa anak dengan gangguan fonologi biasaya prognosisnya lebih
baik. Sedangkan gangguan bicara pada anak yang itelegensinya normal perkembangan
bahasanya lebih baik daripada anak yang retardasi mental. Tetapi pada anak dengan
gangguan yang multipel terutama dengan gangguan pemahaman, gangguan bicara ekspresif
atau kemampuan naratif yang tidak berkembang pada usia 4 tahu, mempunyai gangguan
bahasa yang menetap pada usia 5,5 tahun.1
Berikut ini penatalaksanaan kelainan bicara dan bahasa menurut Blager (1981).1
Masalah Penatalaksanaan Rujukan
Lingkungan
a. Sosek rendah
b. Tekanan Keluarga
c. Keluarga bisu
d. Bahasa Bilingual
• Meningkatkan stimulasi
• Mengurangi tekanan
• Meningkatkan stimulasi
• Menyederhanakan masukan
bahasa
• Kelompok BKB (Bina
Keluarga dan Balita) atau
kelompok bermain.
• Konseling keluarga
• Kelompok BKB
• Ahli, terapi wicara
Emosi
a. Ibu yang tertekan
b. Gangguan serius
pada keluarga
c. Gangguan serius
• Meningkatkan stimulasi
• Meningkatkan status emosi
anak
• Meningkatkan status emosi
anak
• Konseling, kelompok
BKB/bermain
• Psikoterapi
• Psikoterapi
Masalah Pendengaran
a. Kongenital
b. Didapat
• Monitor dan obati kalau
memungkinkan
• Monitor dan obati kalu
memungkinkan
• Audiologist/ahli THT
• Audiologist/ahli THT
Perkembangan lambat
49
a. Dibawah rata-rata
b. Perkembangan
terlambat
c. Retardasi mental
• Meningkatkan stimulasi
• Meningkatkan stimulasi
• Maksimalkan potensi
• Ahli terapi wicara
• Ahli terapi wicara
• Program khusus
Cacat bawaan
a.Palatum sumbing
b. Sindrom Down
• Monitor dan dioperasi
• Monitor dan stimulasi
• Ahli terapi setelah operasi
• Rujuk ke ahli terapi
wicara, SLB C, monitor
pendengarannya
Kerusakan otak
a.Kerusakan
neuromuskular
b. Sensorimotor
c.Palsi Serebralis
d. Masalah persepsi
• Atasi masalah makan dan
meningkatkan kemampuan
bicara anak
• Mengatasi masalah makan dan
meningkatkan kemampuan
bicara anak
• Mengoptimalkan kemampuan
fisik kogntitif dan bicara anak
• Mengatasi masalah
keterlambatan bicara
• Rujuk ke ahli terapi kerja,
ahli gizi, ahli patologi
wicara
• Rujuk ke ahli terapi kerja,
ahli gizi, ahli terapi
wicara
• Rujuk ke ahli rehabilitasi,
ahli terapi wicara
• Rujuk ke ahli patologi
wicara , kelompok BKB
BAB IV
50
PEMBAHASAN
Studi kasus dilakukan pada pasien An. AM usia 7 tahun dengan keluhan batuk sejak 1 minggu yang lalu disertai dahak kental berwarna keputihan. Sedangkan keluhan pilek dialami pasien sejak 4 hari yang lalu dengan ingus encer warna keputihan dan bersin-bersin terutama saat pagi hari. Keluhan demam, mual, dan muntah disangkal. Nafsu makan pasien baik. Sebagian besar dari infeksi saluran pernapasan hanya bersifat ringan seperti
batuk pilek dan tidak memerlukan pengobatan dengan antibiotik. ISPA bukan pneumonia
ditandai secara klinis oleh batuk pilek, bisa disertai demam, tanpa tarikan dinding dada
kedalam, tanpa napas cepat.2 Perilaku pasien yang jarang mandi, kondisi kamar yang kotor
dan berdebu, jarang cuci tangan, jarang berolahraga, dan ventilasi rumah yang jarang dibuka
menyebabkan pasien mudah terserang infeksi seperti ISPA maupun infeksi virus lainnya.
Kondisi ini yang menyebabkan pasien sering mengalami ISPA yang berulang.
Selain mengeluhkan batuk dan pilek, paman pasien juga mengeluh jika pasien tidak
bisa duduk diam. Keadaan ini muncul sejak pasien berusia 5 tahun atau sekitar 2 tahun yang
lalu. Apabila ada kegiatan, pasien tidak bisa diam, selalu berlari-lari keliling ruang,
mengganggu hingga memukul teman sebaya, dan selalu mengambil barang milik orang lain.
Pasien selalu menginginkan mainan mobil-mobilan dan balon. Apabila keinginan pasien
terhadap kedua barang tersebut tidak terpenuhi, pasien akan marah lalu mengamuk dan akan
melakukan apa saja untuk memenuhi keinginannya tersebut. Pasien pernah lari ke tengah
jalan untuk menghentikan penjual balon dan hampir ditabrak kendaraan. Diagnosis ADHD
berdasarkan anamnesis berupa anak yang bersikap aktif, sedikit tidur, tidak bisa diam,
seringkali labil secara emosional, mudah dibuat tertawa atau menangis, dan mood cenderung
bervariasi dan tidak dapat diramalkan. Impulsivitas dan ketidak mampuan menunda
kegembiraan adalah karakteristik. Anak sering sekali rentan terhadap kecelakaan5, seperti
pada pasien ini yang sering lari ke tengah jalan dan hampir ditabrak kendaraan akibat
keiinginannya yang tidak terpenuhi. Pemeriksaan status mental pada anak dengan ADHD
mungkin menunjukan mood terdepresi sekunder tetapi tidak ada gangguan pikiran, gangguan
tes realitas, atau afek yang tidak sesuai.5 Keadaan ini sesuai dengan pemeriksaan psikiatri
pada pasien dimana selama proses anamnesis dan pemeriksaan pasien tampak hiperaktif
dengan penampilan yang tidak rapi. Kontak verbal baik, kontak visual menurun karena pasien
tidak bisa duduk diam dan selalu bergerak. Sedangkan untuk persepsi dan pikiran pasien
51
inkoheren namun tidak ditemukan adanya halusinasi atau ide bunuh diri. Berdasarkan survei
menggunakan Skala Penilaian Perilaku Anak Hiperaktif Indonesia (SPPAHI), nilai yang
diperoleh pasien menunjukkan diagnosis ADHD. Berdasarkan DSM-V, terdapat 3 jenis
ADHD, yaitu inatensi, hiperaktif, maupun campuran.8 Pada pasien ini, jenis ADHD yang
dialami oleh pasien adalah jenis campuran.
Pasien juga mengalami keterlambatan dalam masalah perkembangan bicara. Paman
pasien tidak mengetahui sejak kapan pasien bisa berbicara, namun hingga sekarang artikulasi
yang diucapkan belum jelas. Kata-kata yang dikeluarkan oleh pasien hanya dimengerti oleh
paman dan nenek pasien. Apabila pasien dipanggil, ditanya, maupun disuruh melakukan
sesuatu, pasien dapat menoleh, menanggapi pertanyaan, dan mengerti maksud pertanyaan
tersebut. Namun jawaban yang diberikan tidak jelas dan sulit dimengerti. Dasar diagnosis
gangguan perkembangan bicara adalah pada usia >36 bulan atau pada pasien ini berusia 7
tahun namun belum dapat menggunakan kalimat-kalimat sederhana untuk berbicara maupun
untuk bertanya. Kemampuan berbahasa diperlihatkan dengan cara bagaimana anak merespon
petunjuk lisan yang diberikan; gerakan yang diperlihatkan anak untuk mengkomunikasikan
kebutuhan, keinginan serta penetahuan tentang lingkungan serta melalui permainan kreatif
dan imajinatif.7 Pasien masih dapat menoleh saat dipanggil maupun menanggapi pertanyaan
sehingga diagnosis banding tuli kongenital dapat disingkirkan.
Pasien sudah tinggal dengan paman dan nenek pasien sejak pasien berusia 3 tahun.
Orangtua pasien bercerai dan hak asuh anak jatuh pada ayah pasien. Namun karena ayah
pasien bekerja di luar kota, pasien dititipkan dengan paman dan nenek pasien hingga
sekarang. Ayah dan ibu pasien tidak pernah datang menjenguk pasien. Teori menyatakan
bahwa anak dengan pemutusan emosional yang lama, anak yang di adopsi, atau anak yang
ditempatkan di rumah penitipan dapat menimbulkan stres, suatu gangguan dalam keluarga,
dan faktor yang menyebabkan kecemasan yang berperan dalam awal atau berlanjutnya
ADHD dan gangguan perkembangan.5 Cedera otak minimal yang terjadi saat persalinan
maupun perkembangan anak, samar-samar, sub-klinis mungkin bertanggung jawab untuk
timbulnya gangguan belajar, ADHD, dan gangguan perkembangan.7 Proses perkembangan
pasien tidak diketahui karena sejak usia 3 tahun pasien sudah dititipkan pada paman dan
nenek pasien. Sepupu pasien juga mempunyai kondisi yang sama dengan pasien. Menurut
teori sanak saudara anak-anak hiperaktif memiliki risiko dua kali menderita gangguan
dibandingkan populasi umum.5
Diagnosis banding autisme dapat disingkirkan pada pasien ini. Autis adalah sebuah
gangguan perkembangan yang ditandai dengan gangguan dalam berkomunikasi, berinteraksi
52
sosial dengan orang lain, atau gangguan perilaku. Anak autis cenderung fokus pada dunianya
sendiri sehingga tidak ada perhatian ketika diajak berkomunikasi. Sedangkan pada pasien ini
cenderung tidak bisa diam sehingga tidak ada perhatian saat diajak berkomunikasi. Gejala
autis biasanya tampak sebelum anak berusia 3 tahun. Sedangkan pada ADHD terjadi sebelum
usia 7 tahun dan gangguan tersebut harus berlangsung selama minimal 6 bulan.6 Pada pasien
ini sulit dinilai karena paman pasien tidak mengetahui keadaan pasien sebelum berusia 3
tahun.
Terapi farmakologis yang diberikan pada pasien untuk mengobati ISPA adalah Amoxicilin 2 x 250 mg tablet, Ambroxol 3 x 15 mg, Vitamin C 2 x 1 tablet. Sebagian besar dari infeksi saluran pernapasan hanya bersifat ringan seperti
batuk pilek dan tidak memerlukan pengobatan dengan antibiotik. ISPA bukan pneumonia
yang tidak disertai demam, tanpa tarikan dinding dada kedalam, tanpa napas cepat hanya
butuh pengobatan konservatif seperti istirahat yang cukup dan makan makanan bergizi.2
Nafsu makan pasien masih baik sehingga diharapkan ISPA yang diderita pasien dapat
sembuh dengan antibodi pasien sendiri. Antibiotik hanya diberikan apabila ISPA yang
diderita pasien sudah lama dan menyebabkan pasien demam, penurunan nafsu makan, dan
adanya tarikan pada dinding dada.2
Selain pengobatan farmakologis juga diperlukan edukasi mengenai
penyakitnya, gejala, faktor predisposisi dan terapi, edukasi bahwa penyakit ini mudah
menular sehingga orang-orang di sekitar harus menjaga kebersihan dan menjaga daya tahan
tubuh, menjaga kebersihan diri dan lingkungan, rajin mencuci tangan setelah kontak dengan
pasien, makan makanan yang bergizi, dan istirahat yang cukup kepada keluarga pasien agar
tidak terjadi kondisi yang serupa di kemudian hari. Edukasi yang diberikan kepada keluarga
penting sekaligus untuk memutus rantai penularan virus. Anak harus menjaga keadaan gizi
agar tetap baik, menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan, mencegah anak
berhubungan dengan penderita ISPA, anggota keluarga disarankan berhenti merokok atau
hindari asap rokok , aktivitas fisik ditingkatkan, dan istirahat yang cukup.2
Sedangkan tatalaksana untuk ADHD dan gangguan perkembangan bicara tidak dapat
ditangani di Puskesmas sehingga pasien harus dirujuk ke dokter spesialis anak untuk
tatalaksana lanjutan. Pada baberapa kasus yang berat biasanya pasien diberikan pengobatan
farmakologis. Agen farmakologis untuk ADHD adalah stimulan sistem saraf pusat, terutama
dextroamphetamine, methylphenidate, dan pemoline. Destroamphetamin diizinkan pada anak
berusia 3 tahun atau lebih dan methylphenidate pada anak yang berusia 6 tahun atau lebih.
53
Keduanya adalah obat yang paling sering digunakan. Mekanisme kerja dari stimulan belum
dapat diketahui. Methylphenidate telah terbukti sangat efektif pada hampir tigaperempat anak
dengan ADHD dan memiliki efek samping yang relatif kecil. Methylphenidate adalah
medikasi kerja singkat yang biasanya digunakan secara efektif pada jam-jam sekolah,
sehingga anak dengan ADHD dapat memperhatikan tugasnya dan tetap di dalam ruang kelas.
Efek samping obat yang paling sering adalah nyeri kepala, nyeri lambung, mual, dan
insomnia. Beberapa anak mengalami efek “rebound” dimana mereka menjadi agak mudah
marah dan tampak agak hiperaktif selama waktu yang singkat saat medikasi dihetikan.
Permasalahan lain yang sering tentang methylphenidate adalah apakah obat akan mensupresi
pertumbuhan. Selama periode pemakaian, methylphenidate dapat disertai dengan supresi
pertumbuhan tetapi anak cenderung tumbuh saat mereka diberikan libur obat di musim panas
atau pada akhir minggu.5,6,7 Medikasi sendiri saja jarang memuaskan kebutuhan terapeutik
yang menyeluruh pada anak ADHD dan biasanya hanya merupakan satu segi dari regimen
multi modalitas. Pada psikoterapi individual, modifikasi perilaku, konseling orangtua, dan
terapi tiap gangguan belajar yang menyertai mungkin diperlukan.5
Selain diberikan pengobatan dan psikoterapi, keluarga juga harus diedukasi mengenai
penyakitnya, gejala, faktor predisposisi dan terapi, edukasi bahwa penyakit ini bukan
kutukan, melainkan masalah perkembangan pasien dan dapat diterapi namun tidak tersedia di
Puskesmas Palaran, menjelaskan pertumbuhan dan perkembangan anak normal, menjelaskan
peran keluarga dalam perbaikan kondisi pasien, dan keluarga harus sabar dalam membimbing
pasien agar dapat mencapai perkembangan sesuai dengan usia pasien. Keluarga pasien masih
percaya mitos jika penyakit ini karena kutukan atau hal-hal gaib sehingga penyakit ini harus
benar-benar diberikan penjelasan yang mendalam. Pasien disarankan untuk disekolahkan.
Apabila tidak dapat disekolahkan di sekolah biasa, pasien dapat disekolahkan di sekolah luar
biasa. Edukasi tidak hanya diberikan pada keluarga namun juga pada tetangga pasien karena
beberapa tetangga pasien menjauhi keluarga pasien dan pasien akibat kondisi ini. Orangtua
dan keluarga harus dibantu untuk menyadari bahwa walaupun ada kekurangan pada anak-
anak mereka dalam beberapa bidang, mereka menghadapi tugas maturasi yang normal,
termasuk perlu mengambil tanggung jawab atas tindakan mereka.5,7
Selain itu, anak dengan ADHD harus di atur pola makannya. Dalam kasus ADHD,
memasukkan makanan tertentu yang biasa dimakan setiap bisa saja akan memperburuk atau
bahkan meringankan gejala. Diet untuk ADHD harus kaya protein. Diet ini baik untuk otak,
dan otomatis menjadi pilihan yang baik untuk ADHD. Protein harus dimasukkan dalam menu
makanan yang mencakup telur, daging, keju dan kacang-kacangan. Karbohidrat sederhana
54
seperti permen, sirup jagung, tepung putih, roti putih, beras putih, kentang yang dikupas dan
gula, perlu dihilangkan dari diet ADHD. Hal ini akan membantu untuk mengurangi
hiperaktivitas pada penderita. Sementara menghilangkan asupan karbohidrat sederhana, diet
ADHD harus meningkatkan jumlah asupan karbohidrat kompleks, karena nutrisi ini akan
dicerna secara perlahan-lahan sehingga membuat perut kenyang untuk waktu yang lama. Hal
ini untuk mencegah ngemil di antara waktu makan, dan menghindarkan dari makanan olahan
dan junk food yang dapat memperburuk gejala ADHD. Sertakan lebih banyak sayuran dan
buah-buahan, seperti buah pir, jeruk keprok, jeruk, buah kiwi, apel dan jeruk dalam diet
penderita. Karbohidrat kompleks di malam hari juga dapat membantu penderita supaya
mudah tertidur. Jangan biarkan pasien mengkonsumsi makanan dengan aditif, karena
penelitian telah membuktikan bahwa bahan pewarna buatan, pengawet dan perisa dalam
makanan olahan dapat meningkatkan gejala hiperaktif pada anak-anak dengan ADHD. Selain
itu, aspartam dan MSG juga harus dihilangkan dari diet ADHD. Gula dan makanan manis
bisa membuat beberapa anak menjadi hiperaktif. Meskipun tidak ada bukti yang jelas yang
menunjukkan bahwa gula dan makanan manis dapat menyebabkan ADHD, namun
membuang makanan ini dari daftar diet akan membantu menghilangkan gejala.
Perjalanan penyakit ADHD agak bervariasi. Gejala dapat menetap sampai masa
remaja atau kehidupan dewasa, gejala dapat menghilang pada pubertas, atau hiperaktivitas
mungkin menghilang, tetapi penurunan rentang atensi dan masalah pengendalian impuls
mungkin menetap. Keadaan ini menyebabkan pasien harus segera di rujuk ke fasilitas
kesehatan lanjutan agar kondisi pasien tidak bertambah berat.
55
DAFTAR PUSTAKA
1. Soetjiningsih. 2007. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
2. Nelson WE, ed. 2000. Ilmu Kesehatan Anak. 15th ed. Alih bahasa. Samik Wahab.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran: EGC
3. Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). 2008. Buku Ajar Respirologi anak, edisi pertama.
Jakarta: Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia
4. Yoga, Tjandra. 2007. Penanganan ISPA pada anak di RS kecil negara berkembang,
pedoman untuk dokter dan petugas kesehatan senior. Jakarta: Media Press
5. Kaplan, H. I., Sadock, B. J., & Grebb, J. A. (2010). Sinopsis Psikiatri Jilid II. Tangerang:
Binarupa Aksara.
6. Maramis, W., & Maramis, A. A. (2009). Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Jakarta: Penerbit
Airlangga University Press.
7. Sadock, B., & Sadock, V. (2010). Buku Ajar Psikiatri Klinis Edisi 2. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC.
8. American Psychiatric Association. (2013). Diagnostic and Statistical Manual of Mental
Disorders Fifth Edition (DSM-V). London: American Psychiatric Publishing.
56
DOKUMENTASI
Rumah Bagian Luar
Ruang Tamu
57
Ruang Keluarga
Kamar Tidur
58
Dapur
Kamar Mandi dan Toilet
59
top related