3('20$1 3(1*(/2/$$1 58-8.$1 3(1
Post on 20-Nov-2021
5 Views
Preview:
TRANSCRIPT
1
PEDOMAN PENGELOLAAN RUJUKAN PENYAKIT BERDASARKAN KLASIFIKASI KASUS DAN KOMPETENSI FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN
BEDAH NO DIAGNOSIS PPK 1 PPK 2 PPK 3 1 Appendicitis Acute (kasus
gawat darurat, permenkes 856/2009)
Skrining tanda serta gejala klinik Edukasi Rujuk ke PPK 2 /PPK 3 (melalui UGD) Jika yakin pasien akan ke RS, beri therapi pendahuluan (Antibiotik dan analgetik)
Appendectomy, Laparascopy app Kontrol Luka setelah stabil→ rujuk kembali ke perujuk
Appendectomy Laparoskopi app Kontrol Luka setelah stabil→ rujuk kembali ke perujuk
2 Hemorhoid interna & Eksterna
Penilaian klinis, Diagnostik dan terapi (Haemmorrhoid Gr I dan II) Rujuk ke PPK 2 / PPK 3 (RS kelas B dan RS regional) untuk kasus Haemorrhoid Gr III dan IV
Haemorroidectomy Kontrol luka Setelah stabil rujuk kembali ke perujuk
Haemorroidectomy Kontrol luka Setelah stabil rujuk kembali ke perujuk
3 Fistula ani simple Penegakan Diagnosis Therapi pendahuluan Rujuk ke PPK 2
Terapi konservatif Tindakan operatif Setelah stabil rujuk kembali ke PPK 1
Fistula ani kompleks Penegakan Diagnosis Therapi pendahuluan Rujuk ke PPK 2 / 3 (RS kelas B dan RS regional)
Penanganan (Tindakan operatif) Setelah stabil rujuk ke PPK 1 Bila ada penyulit rujuk PPK 3
Pemeriksaan penunjang Penangananpada fistula (Tindakan operatif) Penanganan komplikasi/penyulit Setelah stabil rujuk ke PPK 1
2
4 Fissura ani Penegakkan Diagnosis Therapi Pendahuluan Rujuk ke PPK 2
Therapi dan tindak lanjutan Setelah stabil rujuk kembali ke PPK 1
5 Cholelithiasis (Kasus gawat darurat, permenkes 856/2009)
Deteksi gejala klinik Therapi Simptomatis Rujuk ke PPK 2/3 (semua PPK 3)
Tindakan operasi Bila dg penyulit rujuk ke PPK 3 (tersier puncak/ rujukan nasional)
Tindakan operasi Bila dg penyulit rujuk ke PPK 3 ( tersier puncak/rujukan nasional) Bila dengan penyulit. penanganan oleh Subspesialis ( Tersier puncak) Bila telah stabi → rujuk kembali ke PPK 2
6 Hernia inguinalis lateralis reponibilis (non complicated)
Diagnosis dini Edukasi Rujuk ke PPK 2
Herniorepair Setelah stabil rujuk kembali ke PPK 1
Hernia inguinalis irreponibilis (complicated/ strangulata, incarcerata) (Kasus gawat darurat, permenkes 856/2009)
Diagnosis dini Edukasi Rujuk ke PPK2/ PPK 3 (Semua PPK 3)
Herniorepair Setelah stabil rujuk kembali ke PPK 1
Herniorepair Setelah stabil rujuk kembali ke PPK 1
Hernia umbilical, incisional Diagnosis dini Edukasi Rujuk ke PPK2/ PPK 3 (RS kelas B dan RS regional)
Herniorepair Setelah stabil rujuk kembali ke PPK 1
Herniorepair Setelah stabil rujuk kembali ke PPK 1
7 Peritonitis (kasus gawat darurat, permenkes 856/2009)
Diagnosis dini Edukasi Rujuk ke PPK 2/ 3 (Semua PPK 3)
Laparotomi explorasi Setelah stabil rujuk kembali ke PPK 1
Laparotomi explorasi Setelah stabil rujuk kembali ke PPK 1
3
8 Ileus (Kasus gawat darurat, permenkes 856/2009)
Diagnosis dini Edukasi Rujuk ke PPK 2/ 3 (Semua PPK 3)
Laparotomi explorasi, atasi penyebab ileus Setelah stabil rujuk kembali ke PPK 1
Laparotomi explorasi, atasi penyebab ileus Setelah stabil rujuk kembali ke PPK 1
9 Tumor abdomen Diagnosis dini Edukasi Rujuk ke PPK 2/3 (RS kelas B dan RS regional) Pasien yang telah di diagnosis mengalami keganasan dan membutuhkan radioterapi rujuk ke PPK 3 / tersier puncak (rujukan nasional)
Laparotomi explorasi, (reseksi/ tindakan sesuai letak & kondisi tumor) Setelah stabil rujuk kembali ke PPK 1 Rujuk PPK 3 bila dicurigai keganasan dan membutuhkan Kemoterapi
Laparotomi explorasi, (reseksi/ tindakan sesuai letak & kondisi tumor) Setelah stabil rujuk kembali ke PPK 1 Bila ada penyulit dan membutuhkan radioterapi rujuk ke PPK 3 puncak (rujukan nasional)
10 Trauma abdomen (Kasus gawat darurat, Permenkes 856/2009)
Diagnosis dini, stabilisasi pasien rujuk ke PPK 2/3 (RS kelas B dan RS regional)
Laparotomi explorasi (definitif atau damage control) Setelah stabil rujuk kembali ke PPK 1 Bila ada penyulit, rujuk PPK 3 (RS kelas B dan RS regional)
Laparotomi explorasi (definitif atau damage control) Setelah stabil rujuk kembali ke PPK 1
11 Tumor payudara -Fibro Adenoma Mammae (FAM) -Lesi fibrokistik -Mastopathia
Deteksi / diagnosis dini Simptomatis Rujuk Ke PPK 2 Rujuk PPK 2/3 bila bila dicurigai keganasan Pasien yang telah di diagnosis mengalami keganasan dan membutuhkan radioterapi rujuk ke PPK 3 (tersier) puncak/ rujukan nasional
Tatalaksana (Eksisi ) PA Jaringan Setelah stabil, rujuk balik PPK1 Jika ganas Radical Mastectomy/Modified Radical Mastectomy atau yg terpilih Rujuk PPK 3 bila membutuhkan Kemoterapi (jika tdk ada sarpras pendukung) dan radioterapi
Penanganan di PPK 3 Tatalaksana (Eksisi ) PA Jaringan Setelah baik rujuk balik PPk1 Jika ganas Radical Mastectomy/Modified Radical Mastectomy atau yg terpilih Bila ada keganasan Kemoterapi Bila membutuhkan Radioterapi rujuk ke PPK 3 puncak ( tersier
4
puncak/ rujukan nasional) Untuk keganasan Penanganan di PPK 3
12 Lipoma Simptomatis Eksisi dan perawatan luka post eksisi Ukuran di atas 2 cm, rujuk PPK 2 Rujuk ke PPK 2 bila : Multiple Lipoma dan atau diarea yang sulit Rujuk ke PPK 3 (RS kelas B dan RS regional) bila curiga keganasan
Eksisisi Rujuk kembali ke PPK I untuk perawatan Eksisi dlm narkose umum Rujuk kembali ke PPK I untuk perawatan luka
Eksisi dlm narkose umum Rujuk kembali ke PPK I untuk perawatan luka
13 Ateroma Penanganan di PPK 1 Simptomatis Eksisi dan perawatan luka post eksisi Rujuk ke PPK 2 bila Giant Ateroma
Ekstirpasi dlm narkose umum Rujuk kembali ke PPK I untuk perawatan luka
14 Struma Deteksi gejala dan Pemeriksaan Fisik Edukasi Simptomatik Rujuk PPK 2/PPK 3 (RS kelas B dan RS regional)
Penanganan lebih lanjut (operatif) Jika terkontrol, rujuk PPK 1 Rujuk Rujuk ke PPK 3 puncak (tersier puncak) jika memerlukan penegakkan diagnostic dan penanganan subspelialistik
Penanganan lebih lanjut Penanganan Subspesialistik (bila ada subspesialis) Jika terkontrol, rujuk kembali ke PPK 2 Rujuk ke PPK 3 puncak (tersier puncak) jika memerlukan penegakkan diagnostic dan penanganan subspelialistik
5
15 Ca mammae Deteksi gejala dan pemeriksaan fisik Edukasi Simptomatik Rujuk PPK2/ PPK 3 (RS kelas B dan RS regional) Pasien yang telah di diagnosis mengalami keganasan dan membutuhkan radioterapi rujuk ke PPK 3 puncak (tersier puncak /rujukan nasional)
Penanganan lebih lanjut operatif Jika terkontrol, rujuk PPK 1 Rujuk ke PPK 3 puncak (tersier puncak/rujukan nasional) jika memerlukan penegakkan diagnostic dan penanganan subspelialistik, kemoterapi
Penanganan lebih lanjut Penanganan Subspesialistik (bila ada subspesialis) Jika terkontrol, rujuk kembali ke PPK 2 Rujuk Rujuk ke PPK 3 puncak (tersier puncak/rujukan nasional) jika memerlukan penegakkan diagnostic dan penanganan subspelialistik
16 Batu saluran kencing Deteksi gejala dan Pemeriksaan Fisik Edukasi Simptomatik Rujuk PPK 2/PPK 3 (RS kelas B dan RS regional)
Penanganan lebih lanjut operatif Jika terkontrol, rujuk PPK 1 Rujuk ke PPK 3 (RS kelas B dan RS regional) jika memerlukan penanganan lebih lanjut
Penanganan lebih lanjut Jika terkontrol, rujuk kembali ke PPK 1/2 Rujuk Rujuk ke PPK 3 puncak (tersier puncak/ rujukan nasional) jika terdapat komplikasi yang tidak dapat ditangani oleh PPK 3.
17 BPH Deteksi gejala dan Pemeriksaan Fisik Edukasi Simptomatik Rujuk PPK 2/PPK 3 (RS kelas B dan RS regional)
Penanganan lebih lanjut operatif Jika terkontrol, rujuk PPK 1 Rujuk Rujuk ke PPK 3 (RS kelas B dan RS regional)
Penanganan lebih lanjut Jika terkontrol, rujuk kembali ke PPK 1/2 Rujuk Rujuk ke PPK 3 puncak (tersier puncak/ rujukan nasional) jika terdapat komplikasi yang tidak dapat ditangani oleh PPK 3.
18 Ruptur tendo (Permenkes 856 masuk kategori gawat darurat)
Deteksi gejala dan Pemeriksaan Fisik Edukasi Rujuk PPK 2/PPK 3 ( semua
Penanganan lebih lanjut operatif Jika terkontrol, rujuk balik PPK 1 Rujuk Rujuk ke PPK 3 (RS kelas
Penanganan lebih lanjut, operatif Jika terkontrol, rujuk kembali ke PPK 1
6
fasilitas PPK 2 dan 3) Area jari rujuk ke PPK3 puncak.
B dan RS regional) jika tidak dapat menangani sesuai insikasi medis.
Rujuk Rujuk ke PPK 3 puncak (tersier puncak/rujukan nasional) jika terdapat komplikasi yang tidak dapat ditangani oleh PPK 3.
19 Fraktur (Permenkes 856 masuk kategori gawat darurat)
Deteksi gejala dan Pemeriksaan Fisik Edukasi Rujuk PPK 2/PPK 3 ( semua fasilitas PPK 2 dan 3) Area jari rujuk ke PPK3 puncak/ RS Rujukan Nasional
Penanganan lebih lanjut operatif Jika terkontrol, rujuk balik PPK 1 Rujuk Rujuk ke PPK 3 (kelas B dan kelas A) jika tidak dapat menangani sesuai insikasi medis.
Penanganan lebih lanjut, operatif Jika terkontrol, rujuk kembali ke PPK 1 Rujuk Rujuk ke PPK 3 puncak (tersier puncak/ RS rujukan nasional) jika terdapat komplikasi yang tidak dapat ditangani oleh PPK 3.
20 Trauma thorax Non complicated Trauma thorax Complicated
Deteksi gejala dan Pemeriksaan Fisik Edukasi PPK2/PPK 3 (RS kelas B dan RS regional) Deteksi gejala dan Pemeriksaan Fisik Edukasi & stabilisasi Rujuk PPK 3
Penanganan lebih lanjut Jika terkontrol, rujuk PPK 1
Penanganan lebih lanjut Jika terkontrol, rujuk PPK 1 Stabilisasi dan Penanganan pasien
7
PENYAKIT DALAM NO DIAGNOSIS PPK 1 PPK 2 PPK 3 1 DM Tipe 1 TEGAKKAN DIAGNOSIS
KLINIS Rujuk PPK 2/PPK3 (untuk penegakan diagnosis dan pelacakan komplikasi) Rujuk PPK 3 (Bila sudah ditegakkan diagnosis DM tipe 1 dengan komplikasi Nefropati, Retinopati, Neuropati , komplikasi cerebrocardiovascular)
TERKENDALI Pengelolaan di PPK 2 Rujuk PPK 3 (RS kelas B dan RS regional): BILA TIDAK TERKENDALI Hba 1 C > 7 (tiap 3 bulan) GDP >170 selama 3 bulan
pengelolaan PELACAKAN KOMPLIKASI TIDAK OPTIMAL DENGAN KECURIGAAN KLINIS Nefropati, Retinopati,
Neuropati , komplikasi cerebrocardiovascular
TERKENDALI Penananganan di PPK 3 Pemantauan Hba 1c/ GDP Penanganan komplikasi Penanganan tetap di PPK
3 bila Hba1c > 7 / GDP > 170 mg/dl selama 3 bulan dan atau komplikasi tidak teratasi
Rujuk balik PPK 2 bila : Hba 1 C < 7 (tiap 3 bulan) GDP <170 selama 3 bulan
pengelolaan dan tidak didapatkan komplikasi
2 DM dengan kehamilan TEGAKKAN DIAGNOSIS KLINIS Rujuk PPK 2 khusus - RS KIA / PPK3 (RS kelas B dan RS regional)
TERKENDALI → Pengelolaan Komprehensif di PPK 3 (Rujukan internal)
3 DM Tipe 2 Tanpa komplikasi
Pengelolaan di PPK 1 bila : TERKENDALI dengan obat hipoglikemik oral (OHO) Rujuk PPK 2 bila : TIDAK TERKENDALI HbA1C > 7 selama 3 bulan
Pengelolaan di PPK 2 bila: TERKENDALI (GDP <170 selama 3 bulan pengelolaan) →Masuk PRB Rujuk PPK 3 (RS kelas B dan RS regional) bila :
Pengelolaan di PPK 3 Masuk PRB bila : TERKENDALI HbA1C < 7 GDP <170 selama 3 bulan
pengelolaan dan tidak didapatkan komplikasi
8
pengelolaan GDP >170 selama 3 bulan pengelolaan DM Inisiasi Insulin tanpa
komplikasi DM dengan terapi obat yang tidak masuk pada daftar obat PRB( misal Piogltazon/ Pionic)
TIDAK TERKENDALI (GDP >170 selama 3 bulan pengelolaan PELACAKAN KOMPLIKASI TIDAK OPTIMAL DENGAN
KECURIGAAN KLINIS/ KOMPLIKASI TIDAK TERTANGANI Nefropati, Retinopati,
Neuropati , komplikasi cerebrocardiovascular
(tembusan pada PPK 2)
4 DM Tipe 2 Komplikasi kronik makro-mikro vaskular
TEGAKKAN DIAGNOSIS KLINIS Rujuk PPK 2 bila : Terjadi komplikasi Ulkus DM (Limb Threatening) Grade 2 dan 3, Neuropati Rujuk PPK 3 (RS kelas B dan RS regional) bila: Terjadi komplikasi Ulkus DM
(Life Threatening) Grade 4 Terjadi Komplikasi cerebrocardiovaskular
Rujuk PPK 2 Kelas C/ PPK3 bila: Terjadi Komplikasi Nefropati, Retinopati
Pengelolaan di PPK2 Masuk PRB bila: TERKENDALI HbA1C < 7 atau GDP <170 selama 3 bulan pengelolaan Tidak didapatkan
komplikasi makro-mikrovaskular
Rujuk PPK 3 bila : TIDAK TERKENDALI HbA1C > 7 atau GDP >170 selama 3 bulan
pengelolaan PENANGANAN KOMPLIKASI TIDAK OPTIMAL
TERKENDALI Rujuk balik PPK 2 bila: HbA1C < 7 atau GDP <170 selama 3
bulan pengelolaan dan penanganan komplikasi optimal
Masuk PRB bila : Tidak didapatkan komplikasi makro-mikrovaskular)
9
5 DM dengan gangguan kognitif
Diagnosis awal Rujuk ke PPK 2
Skrining kognitif Rujuk PPK 3 ( rujukan nasional)
Penanganan di PPK 3 (rujukan nasional)
6 DM dengan komorbid TEGAKKAN DIAGNOSIS KLINIS → Rujuk PPK 2 /PPK3
TERKENDALI → Pengelolaan di PPK 2 Rujuk PPK 3 (RS kelas B dan RS regional) bila: TIDAK TERKENDALI (HbA1C > 7 atau GDP >170 selama 3 bulan pengelolaan)
TERKENDALI →Pengelolaan di PPK3 Rujuk balik ke PPK 2 bila: TERKENDALI (HbA1C < 7 atau DP <170 selama 3 bulan pengelolaan)
7 DM tipe 2 Hipoglikemi
TEGAKKAN DIAGNOSIS KLINIS
TERAPI PENDAHULUAN RUJUK SEGERA PPK 2
Pengelolaan di PPK 2 Rujuk kembali ke PPK 1 bila TERKENDALI Rujuk PPK 3 (RS kelas B dan RS regional) bila: TIDAK TERKENDALI dalam 24 jam
Pengelolaan di PPK 3 Rujuk kembali ke PPK 1 bila TERKENDALI
8 DM tipe 2 Komplikasi Akut Hiperglikemi KAD-HHS
TEGAKKAN DIAGNOSIS
KLINIS TERAPI PENDAHULUAN RUJUK PPK 2
Pengelolaan di PPK 2 Rujuk kembali ke PPK 1 bila: TERKENDALI Rujuk PPK 3 (RS kelas B dan RS regional) bila: TIDAK TERKENDALI dalam 24 jam
Pengelolaan di PPK 3 (Pengelolaan tetap di PPK 3 bila terjadi komplikasi dan obat hanya tersedia di PPK 3, PPK 3 membuat surat keterangan masih dalam perawatan) Rujuk kembali ke faskes perujuk bila TERKENDALI
10
9 Hipertensi Esensial TANPA KOMPLIKASI: Pengelolaan di PPK 1 Masukan program Prolanis
Rujuk PPK 2 apabila terjadi : Hipertensi dengan komplikasi (Retinopati, Nefropati, HHD, CHF,cerebrocardiovaskular) Resistensi hipertensi Krisis hipertensi( hipertensi emergency dan urgensi) Obat golongan I tidak dapat memberikan hasil yang baik Intolerance Obat gol ACEI (Captopril, Lisinopril ) dan CCB( ( Amlodipin )
Pengelolaan pasien rujuk balik Masukkan program PRB
Pengelolaan di PPK 2 Masuk PRB bila TERKENDALI tanpa komplikasi (PPK 1 merujuk kembali ke PPK 2 tiap 3 bulan) Pengelolaan di PPK 2 bila TERKENDALI dengan komplikasi Rujuk PPK 3 (RS kelas B dan RS regional) bila TIDAK TERKENDALI atau penanganan komplikasi tidak optimal
Pengelolaan di PPK 3 TERKENDALI tanpa komplikasi Masuk PRB
TERKENDALI dengan komplikasi →Pengelolaan tetap di PPK 3 (Pasien kontrol setiap bulan di PPK 3 karena obat nya tidak ada di PRB dengan surat keterangan masih dalam perawatan dari PPK 3)
10 Hipertensi sekunder 1. Tegakkan diagnosis 2. Terapi pendahuluan 3. Rujuk PPK 2
Penegakan diagnosis (penyebab) dan Pengelolaan di PPK 2 Bila TERKENDALI, rujuk balik ke PPK 1 ( PRB) bila obat tersedia di Apotik PRB Rujuk PPK 3 bila : -Tidak terkendali -Penegakan penyebab terkendala fasilitas
Pengelolaan di PPK 3 Bila TERKENDALI masuk PRB
11
11 ASHD (Peny Jantung Koroner Kronik Stabil)
PJK KRONIK STABIL TEGAKKAN DIAGNOSIS KLINIS TERAPI PENDAHULUAN
RUJUK PPK2/PPK3 (RS kelas B dan RS regional) Pengeloaan setelah rujuk balik: Bila tersedia obat di apotik PRB, Pengelolaan di PPK 1 dan rujuk ke PPK 2 setiap 4 bulan
TERKENDALI Pengelolaan tetap di PPK 2 (Bila obat tidak tersedia di PPK 1/apotik PRB , rujukan tiap 4 bulan dari PPK 1) Rujuk PPK 3 bila: Obat tidak tersedia di PPK 2 Rujuk balik PPK 1 (Bila obat tersedia di PPK1/ apotik PRB)
TERKENDALI Pengelolaan di PPK 3: (Bila obat tidak tersedia di PPK 1 dan PPK2, PPK 1 merujuk ke PPK 3 tiap bulan/ PPK 3 membuat surat keterangan masih dalam perawatan) Rujuk kembali ke PPK 2 (Bila obat tersedia di PPK 2) Rujuk balik PPK 1 (Bila obat ada di daftar obat PRB )
12 ASHD (Sindroma Koroner Akut)
Sindroma Koroner Akut (SKA) TEGAKKAN DIAGNOSIS
KLINIS TERAPI PENDAHULUAN RUJUK PPK 3
TERKENDALI → Pengelolaan di PPK 3 Bila stabil dan komplikasi tertangani, Rujuk kembali ke PPK 1 sebagai ASHD Koroner Kronik Stabil
13 Geriatri (sudah terdiagnosis di Poliklinik Geriatri) Multipatologi (minimal 3
penyakit) Sindrom Geriatri Polifarmasi
TEGAKKAN DIAGNOSIS KLINIS RUJUK PPK 3
TERKENDALI → Pengelolaan di PPK 3 (Kontrol di PPK 3 setiap bulan dengan surat keterangan masih dalam perawatan)
12
14 ASHD (gagal jantung) Tegakkan dx klinis Terapi pendahuluan Rujuk PPK 2
Pengelolaan pasien yang sudah di rujuk balik Pemberian obat seperti
PPK 3 (RS kelas B dan RS regional) melalui Apotik PRB Rujuk ke PPK2 tiap 3 bulan
Terkendali --> Pengelolaan di PPK 2 Rujuk balik ke PPK1 ( PRB) bila : Stabil dan terkendali (rujuk tiap 3 bulan dari PPK 1 ke PPK 2) Rujuk PPK 3 bila tidak stabil dan tidak terkendali Rujuk ke PPK 3 (tersier puncak/rujukan nasional) bila : Diperlukan tindakan diagnostik (misal pada penyakit jantung katup) dan atau tindakan intervensi
Pengelolaan di PPK 3 Rujuk balik ke PPK1 (PRB) bila : Stabil dan terkendali (rujuk tiap 3 bulan dari PPk 1 ke PPK 2)
15 Diare Rujuk PPK 2 bila : Tanda dehirasi sedang-berat Penurunan berat badan Nyeri perut yang sangat Tidak dapat dilakukan rehidrasi oral Tidak mampu melakukan rehidrasi parenteral di pelayanan primer Lebih dari 2 minggu
Pengelolaan di PPK 2 Bila terkendali Rujuk kembali PPK 1 Rujuk PPK 3 (RS kelas B dan RS regional) bila : Diare kronik perlu dilakukan pelacakan dan bila fasilitas tidak memadai
Bila tidak didapatkan kelainan organik rujuk kembali PPK 1
16 Disentri Rujuk PPK 2 bila : Perburukan klinis Sepsis Komplikasi: hiponatremia berat, hipoglikemia berat,
Penanganan di PPK 2 Bilat teratasi: rujuk kembali ke PPK 1
13
ensefalopati, megakolon, prolaps rektal, peritonitis, perforasi, abses rektum, hemoroid
Bila tidak teratasi rujuk ppk 3 (RS kelas B dan RS regional)
17 Goiter Tegakkan dx klinis Rujuk ke PPK 2: Jika diperlukan pemeriksan hormon tiroid ( tergantung fasilitas laboratorium)
Pengelolaan di PPK 2 (jika ada lab penunjang) Rujuk PPK 3 jika : Membutuhkan tindakan intervensi dx/terapi atau tidak terkendali di ppk2
Pengelolaan di PPK 3 Jika terkendali rujuk kembali ke PPK 1
18 Pneumonia tanpa komplikasi
1. Tegakkan dx klinis 2. Terapi pendahuluan 3. Rujuk ke ppk 2 atau ppk
3 ( RS kelas B/ RS regional)
Terkendali pengelolaan di PPK 2 Rujuk PPK 3 (RS kelas B dan RS regional) bila: Selama perawatan tidak
membaik Gejala klinis berat Disertai faktor komorbid
Pengelolaan di PPK 3 Bila tidak membaik rujuk ke PPK 3 (tersier puncak/ rujukan nasional)
19 Leukemia TEGAKKAN DIAGNOSIS KLINIS → Rujuk PPK3 (penegakan diagnosis)
Pengelolaan di PPK.3
20 Perdarahan saluran cerna TEGAKKAN DIAGNOSIS KLINIS Rujuk PPK 2/PPK3 (RS kelas B dan RS regional yang mempunyai fasilitas endoskopi) untuk penegakan diagnosis dan
Pengelolaan di PPK 2 Rujuk PPK 3 bila: Manifestasi perdarahan berat dan berulang .
Pengelolaan di PPK 3
14
penanganan 21 HIV 1.Tegakkan diagnosis
2. VCT Rujuk PPK 2 untuk stadium 1 Rujuk PPK 3 untuk stadium 2
Pengelolaan di PPK 2 (stadium 1): Terapi ARV (ada tim
konseling)
Rujuk PPK 3 bila : HIV stadium 2 ke atas
Pengelolaan di PPK 3 ( Untuk stadium 2 ke atas)
22 Hepatitis akut 1.Tegakkan diagnosis 2.Rujuk PPK 2/PPK3 (RS kelas B dan RS regional)
Pengelolaan di PPK.2. Rujuk balik ke PPK 1 bila stabil Rujuk PPK 3 bila : Manifestasi klinis berat Ada komorbid
Pengelolaan di PPK 3
23 Hepatitis kronis Tegakkan diagnosis Rujuk PPK 2
Pengelolaan di PPK 2 Rujuk PPK 3 (RS kelas B dan RS regional) bila : Manifestasi peluang
pemberian terapi hepatitis (+) SGPT meningkat 2x dari batas atas dan menetap dalam evaluasi 1 bulan
Rujuk ke PPK3 puncak/ RS rujukan nasional jika curiga sirosis atau ca hepar
Pengelolaan di PPK 3
24 Demam tifoid tanpa komplikasi
Tegakkan diagnosis klinis Pengelolaan di PPK 1 Rujuk PPK 2 bila: Pengelolaan 3 hari tidak ada
Pengelolaan di PPK 2 Rujuk PPK 3 (RS kelas B dan RS regional) bila : Pengelolaan 3 hari tidak ada perbaikan
Pengelolaan di PPK 3
15
perbaikan Rujuk PPK 3 bila: Terjadi komplikasi (Tifoid toksik, Pankreatitis akut, Ileus Paralitik, Perforasi usus)
Rujuk PPK 3 bila ada penyulit lain (Tifoid toksik, Pankreatitis akut, Ileus Paralitik, Perforasi usus)
25 Demam tifoid dengan komplikasi/ penyulit Tifoid toksik Pankreatitis akut Ileus Paralitik Perforasi usus
Penegakan diagnosis Rujuk PPK III (semua PPK III)
Pengeloaan di PPK III
26 Leptospirosis Penegakan diagnosis klinis Rujuk PPK 2/PPK3 (RS kelas B dan RS regional)
Pengelolaan di PPK 2 Bila stabil rujuk kembali Rujuk PPK 3 bila : Timbul manifestasi klinis berat Ada komorbid
Leptospirosis dengan manifestasi klinis berat Pengelolaan di PPK 3 Rujuk ke PPK 3 puncak jika terjadi komplikasi yang tidak dapat ditangani di PPK (RS kelas B dan RS regional)
27 Artritis dengan komplikasi Tegakkan diagnosis klinis Terapi simptomatis Rujuk PPK 2 bila : Klinis Artritis reumatoid Artritis dengan gejala
ekstraartikular/sistemik, Artritis gout yang tidak membaik dalam terapi selama 3 hari, Skleroderma Artritis septik Spondiloartropati
Pengelolaan di PPK 2 Rujuk kembali ke PPK 1 bila : Terkendali/ komplikasi teratasi Obat tersedia di PPK 1 Rujuk PPK 3 (RS kelas B dan RS regional) bila: Terdapat deformitas Kerusakan kartilago/tulang
Penanganan di PPK 3 : 1. Rehabilitasi medik/ fisioterapi 2. Intervensi bedah bila
diperlukan Rujuk PPK 3 (tersier puncak/ rujukan nasional ) bila tidak ada perbaikan Rujuk kembali PPK 1 bila: Terkendali/ komplikasi teratasi Obat tersedia di PPK 1
16
Osteoarthritis berat Rujuk kembali ke PPK 2 bila obat tidak tersedia di PPK 1
28 SLE 1. Tegakkan diagnosis klinis 2. Terapi pendahuluan
Rujuk ke PPK2
Penatalaksanaan di PPK 2: Tegakkan diagnosis Terapi Rujuk balik ke PPK 1 (PRB) bila : Stabil dan sudah di tap off (PPK 1 melakukan monitoring aktivitas penyakit) Rujuk PPK 3 (RS kelas B dan RS regional) bila: Tidak membaik SLE dengan banyak target
organ
Pengelolaan di PPK 3 Bila terkendali→Rujuk balik PPK 1 (PRB) Rujuk ke PPK 3 puncak (tersier puncak/ rujukan nasional) jika terjadi komplikasi yang tidak dapat ditangani di PPK 3 (RS kelas B dan RS regional)
29 SLE ( pasien rujuk balik / PRB)
Rujuk ke PPK 2 setiap bulan ( bila obat tidak tersedia di apotik PRB)
Pengelolaan di PPK 2 Rujuk ke PPK 3 RS kelas B dan RS regional) tiap 3 bulan
30 Gastritis Pengelolaan di PPK 1 Rujuk PPK 2 bila: 3x pengobatan tidak ada
perbaikan Terjadi alarm symptomp : perdarahan, berat badan turun 10% dalam 6 bulan, mual muntah berlebihan, hematemesis melena, anemia
Penanganan di PPK 2 Tegakkan diagnosis (Bila perlu, dilakukan endoskopi)
Rujuk ke PPK 3 (RS kelas B dan RS regional) bila : Tidak membaik selama 3 x
pengobatan Bila tidak terdapat fasilitas untuk penegakan diagnosis ( endoskopi)
Pengelolaan di PPK 3 Rujuk kembali ke PPK 1 bila Post Endoskopi/Post pelacakan tidak didapatkan kelainan organik
17
Rujuk PPK 2/PPK3 (RS kelas B dan RS regional) bila membutuhkan penegakan diagnosis dengan endoskopi
Rujuk ke ppk 3 puncak (tersier puncak/ rujukan nasional) jika terdapat kecurigaan keganasan
31 Reflux Gastroesofagus Penanganan di PPK I
Rujuk PPK 2 bila : Pengobatan empirik 3x tak menunjukkan hasil Pengobatan empirik menunjukkan hasil,tetapi kambuhkembali dalam waktu kurang dari 1 bulan atau dalam 3 bulan terdapat kekambuhan 3x atau lebih Ada alarm symtomp: berat badan turun, haematemesis melena, disfagia, odinofagia, Anemia
Rujuk PPK 2/PPK3 (RS kelas B dan RS regional) bila membutuhkan penegakan diagnosis dengan endoskopi
Penanganan di PPK 2 Tegakkan diagnosis (Bila perlu, dilakukan endoskopi) Rujuk ke PPK 3 (RS kelas B dan RS regional) bila : Tidak membaik selama 3 x
pengobatan Bila tidak terdapat fasilitas untuk penegakan diagnosis ( endoskopi)
Pengelolaan di PPK 3 Rujuk PPK 3( tersier puncak/ rujukan nasional) bila terjadi komplikasi yang tidak bisa ditangani di PPK 3 (RS kelas B dan RS regional) Rujuk kembali ke PPK 1 bila: Post Endoskopi/Post pelacakan tidak didapatkan komplikasi esofagus (striktur, ulkus, Barret, adenoca) maupun ekstra esofagus (asma, bronkospasme, laringitis)
32 Demam Dengue dengan komplikasi (Kasus gawat darurat, Permenkes 856/2009)
Penegakan diagnosis dan penanganan awal Rujuk PPK 2 / PPK 3 ( termasuk rujukan nasional) bila : DSS/ tanda2 shock
Pengelolaan di PPK 2 Rujuk PPK 3 (semua PPK, termasuk rujukan nasional) bila: komplikasi tidak tertangani
Pengelolaan di PPK 3 (Pengelolaan komplikasi)
18
Warning signs: Tak ada perbaikan klinis saat demam mereda Tak mau makan/minum Muntah terus-menerus Letargi, perubahan perilaku/ penurunan kesadaran Pucat, extremitas dingin Perdarahan: epistaksis, hematemesis, melena, menoragia, hematuria panas 40 derajat tak mempan dg anti piretik Trombocyt < 125 rb Kenaikan HMt 20% dari sebelumnya
33 Gagal ginjal Akut ( Permenkes 856/2009 masuk kasus gawat darurat)
Tegakkan diagnosis klinis Rujuk ke PPK 2/3 ( semua PPK 3) untuk penegakkan diagnosis
Penegakan diagnosis Pengelolaan bila ada fasilitas HD Rujuk PPK 3 ( semua PPK 3) bila :tidak stabil/ tidak membaik Rujuk bailik PPK 1 bila stabil atau membaik
Penegakan diagnosis Pengelolaan bila ada fasilitas HD Rujuk bailik PPK 1 bila stabil atau membaik
34 GGK terminal Tegakkan diagnosis klinis Rujuk PPK 2/3 dengan fasilitas HD Pasien terdiagnosis GGK
Pengelolaan di PPK bila ada fasilitas HD Stabil/HD rutin selama 3 bulan Rujuk kembali ke PPK 1
Pengelolaan di PPK 3 Stabil/HD rutin selama 3
19
terminal yang membutuhkan HD dirujuk tiap 3 bulan.
Rujuk PPK 3 bila: tidak stabil/ tidak membaik
bulan Rujuk kembali ke PPK 1
35 Sindroma Nefrotik Tegakkan diagnosis klinis Rujuk ke PPK2 Pengelolaan setelah terdiagnosis SN kontrol PPK 2/3 tiap 3 bulan
Pengelolaan di PPK 2, membaik hingga tapp off Rujuk kembali ke PPK 1
bila stabil. (proteinuria negatif)
kontrol kembali setiap 3 bulan ( rujukan dari PPK 1)
Rujuk PPK 3 bila: tidak membaik (proteinuria menetap setelah evaluasi sebulan terapi, albumin <3, peningkatan ureum creatinin)
Pengelolaan di PPK 3 Rujuk kembali ke PPK
1 bila stabil (proteinuria negatif)
Pasien kontrol kembali setiap 3 bulan ( rujukan dari PPK1)
36 Anemia berat Tegakkan diagnosis Rujuk ke PPK2
Penegakan causa anemia -> kelola bila causa dapat ditegakkan. Rujuk PPK 3 bila penyebab tidak bisa ditegakkan Rujuk ke PPK3 puncak / rujukan nasional jika terdapat kecurigaan keganasan
Pengelolaan di PPK 3
20
PENYAKIT PARU
No
Diagnosa
PPK 1
PPK 2
PPK 3
1 ASMA Skrining dan Diagnosa Penanganan di PPK I
- Asma terkontrol masuk PRB
- Asma dlm serangan ringan
- Catatan : - penentuan Asma terkontrol
memakai kriteria ACT (Asthma Controle Test)
Rujuk PPK 2 bila :
- Asma tidak terkontrol - Status asmatikus - Asma dengan penyakit
penyerta (seperti : Hipertensi, DM,Cor Pulmonale, Aritmia, GERD dan keganasan Paru)
- Asma dengan kehamilan
Penaganan di PPK II
Sarana/prasarana : Thorax Foto,Spirometri,Analisa Gas Darah,Ruang ICU/Ventilator. Bila terkontrol, masuk PRB Rujuk PPK 3 (RS kelas B dan RS regional) bila:
- Asma persistent sedang/berat. - Asma dg mengancam gagal
napas - Asma dengan gagal napas - Asma dengan Riwayat Intubasi
(Riwayat “ Near- Fatal Asthma”)
- Asma Dengan kemungkinan Allergic bronchopulmonary Aspergillosis (ABPA)
Penanganan di PPK 3 Sarana/prasarana : ICU/Ventilator, Analisa Gas Darah, Spirometri, Bila asma terkontrol, masuk PRB
21
2 PPOK Skrining dan diagnosa klinis Rujuk PPK 2
Penanganan di PPK 2 untuk : - PPOK Stabil - PPOK Eksaserbasi Akut - PPOK dengan Penyakit Komorbid Bila stabil, masuk PRB Rujuk PPK 3 (RS kelas B dan RS regional) bila Ada riwayat intubasi (“ Near Fatal
Asthma) PPOK dengan gagal nafas
Penanganan di PPK 3 Sarana/prasarana : ICU/Ventilator, Analisa Gas Darah, Spirometri, Bila stabil masuk PRB
3 TB Paru - TB Paru tanpa komplikasi ( Penanganan di PPK 1 bekerjasama dengan Puskesmas/ rujukan horisontal) Rujuk PPK 2 bila:
- TB paru Luas/Destroid Lung - TB diluar Paru (TB Ekstra
paru) - TB paru dengan penyakit
penyerta ( seperti : DM/Gagal ginjal,dll)
- TB Millier - TB paru dengan B20/HIV - TB paru dengan Komplikasi
( seperti : Batuk darah, Effusi pleura Pneumothorak, Efek samping OAT)
Penanganan di PPK 2 Sarana/Prasarana : Poli DOTS TB/Pojok TB Rujuk PPK 3 (RS kelas B dan RS regional)bila:
- TB paru dg Impending gagal napas
- TB paru dg gagal Napas - Spondilitis TB
Rujuk ke PPK3 puncak jika :
- TB paru MDR
Penanganan di PPK 3 Sarana/Prasarana : ICU/Ventilator, ICCU, dokter spesialis/ sub. Spesialis lainnya.
22
Rujuk PPK 3 (RS kelas B dan RS regional) bila:
- TB paru dg Impending gagal napas
- TB paru dg gagal Napas - Spondilitis TB -
Rujuk PPK 3 puncak (tersier puncak/rujukan nasional) bila :
- TB paru MDR - Meningitis TB - Perikarditis TB - Peritonitis TB
- Meningitis TB - Perikarditis TB - Peritonitis TB
4 Pneumonia Skrining dan diagnosa klinis Penanganan pendahuluan Rujuk ke PPK 2/ PPK 3 (RS kelas B dan RS regional)
Penegakkan diagnosis Penanganan untuk pneumonia: - Pneumonia dg penyulit - Pneumonia dg penyakit penyerta
(DM/Gagal ginjal, Keganasan dll) - Pneumonia dg B20/HIV - Sarana/Prasarana : Thorax Foto,USG, CT Scan Rujuk PPK 3 bila : - Pneumonia dg Impending Gagal
Napas - Pneumonia dg Gagal Napas - Pneumonia dg Sepsis/Septic Syock
Penegakkan diagnosis Penanganan di PPK 3 Saran/prasaran : ICU/Ventilator,CT Scan Rujuk PPK 3 puncak/ rujukan nasional bila tidak tertangani di PPK 3
5 Abses Paru Skrining dan diagnosa klinis Penanganan awal di PPK 1
Penegakan diagnosis Penanganan di PPK 2 untuk kasus:
Penegakan diagnosis Penanganan di PPK 3
23
Rujuk PPK 2/ PPK 3
- Abses Paru tanpa penyulit Sarana/ prasarana: Thorax Foto Rujuk PPK 3 bila:
- Abses Paru dg Sepsis - Abses Paru dg Gagal Napas - Abses Paru dg Penyulit
Sarana/ prasarana : ICU/Ventilator,USG, Ct Scan thorax, Sub spesialis Bedah TKV
6 Effusi Pleura Skrining dan diagnosa klinis Penanganan awal di PPK 1 Rujuk PPK 2/ PPK 3 (RS kelas B dan RS regional)
Penegakan diagnosis Penanganan di PPK 2 untuk kasus:
- Effusi pleura tanpa penyulit Sarana/ prasarana : Thorax Foto,USG Rujuk PPK 3 (RS kelas B dan RS regional) bila:
- Effusi pleura dg Gagal Napas - Effusi Pleura dg Penyulit
Penegakan diagnosis Penanganan di PPK 3 Sarana /prasarana : ICU/Ventilator,USG, Ct Scan thorax, Sub spesialis Bedah TKV
7 Empiema Skrining dan diagnosa klinis Penanganan awal di PPK 1 Rujuk PPK 2/ PPK 3 (RS kelas B dan RS regional)
Penegakan diagnosis Penanganan di PPK 2 untuk kasus:
- Empiema tanpa penyulit Sarana/prasarana : Thorax Foto, USG Rujuk PPK 3 (RS kelas B dan RS regional) bila :
- Empiema dg Sepsis - Empiema dg Gagal Napas - Empiema dg Penyulit
Penanganan di PPK 3 Sarana/ Prasaran : ICU/Ventilator,USG, Ct Scan thorax, Sub spesialis Bedah TKV
8 Pneumothorax Skrining dan diagnosa klinis Penanganan awal di PPK 1
Penegakan diagnosis Penanganan di PPK 2 untuk kasus:
- Pneumothorax tanpa penyulit Sarana/ prasarana :
Penanganan di PPK 3 untuk kasus:
- Pneumothorax dg Sepsis - Pneumothorax dg Gagal
24
Rujuk PPK 2/ PPK 3 (RS kelas B dan RS regional)
Thorax Foto, Alat WSD /Continous suction WSD Thorak. Rujuk ke PPK 3 (RS kelas B dan RS regional) bila :
- Pneumothorax dg Sepsis - Pneumothorax dg Gagal
Napas - Pneumothorax dg Penyulit
Napas - Pneumothorax dg
Penyulit Sarana/ Prasaran : ICU/Ventilator,USG, Ct Scan thorax, Sub spesialis Bedah TKV
9 Haemathothorax Diagnosis klinis dan penanganan awal RUJUK ppk 3 (RS kelas B dan RS regional) Rujuk ke PPK 3 puncak ( tersier puncak/rujukan nasional) jika terdapat kecurigaan keganasan
Penanganan di PPK 3 pada kasus:
- Haematothorax tanpa penyulit
- Haematothorax dg Sepsis
- Haematothorax dg Gagal Napas
- Haematothorax dg Penyulit
Sarana/ Prasaran : ICU/Ventilator,USG, Ct Scan thorax, Sub spesialis Bedah TKV Rujuk ke PPK 3 puncak ( tersier puncak/rujukan nasional) jika terdapat kecurigaan keganasan
10 Tumor Paru Penegakan diagnosis klinis Rujuk PPK 2 kelas C dengan
Penegakan Diagnosis Sarana/Prasarana :
Penanganan di PPK 3 - Tumor Paru tanpa
penyulit - Tumor Paru dg penyulit
25
fasilitas/ PPK 3 Rujuk ke PPK 3 (tersier puncak / rujukan nasional) bila : Pasien yang sudah terdiagnosis sebagai Ca Paru ( keganasan) dapat
Thorax Foto, Ct Scan Rujuk PPK 3 untuk tatalaksana
- Tumor Paru dg Gagal Napas
- Tumor Paru dg Penyulit - Modalitas Terapi Tumor
Paru ( Kemoterapi,Radio terapi, pembedahan)
Sarana/ Prasaran : ICU/Ventilator,USG, CT Scan Thorax, Sub spesialis Bedah TKV, Sarana Tim Onkologi.
11 Tumor Mediastinum
Penegakan diagnosis klinis Rujuk PPK 2 kelas C dengan fasilitas/ PPK 3 Pasien yang sudah terdiagnosis sebagai Ca Paru ( keganasan) dapat dirujuk ke PPK 3( tersier puncak/ rujukan nasional)
- Penegakan Diagnosis Sarana/Prasarana : Thorax Foto, Ct Scan Rujuk PPK 3 untuk tatalaksana
Penanganan di PPK 3 - Tumor Mediastinum
Tanpa Penyulit Tumor mediastinum dg Penyulit
- Tumor Mediastinum dg Gagal Napas
- Tumor Mediastinum dg Penyulit
- Modalitas Terapi Tumor Mediastinum ( Kemoterapi,Radio terapi, pembedahan)
Sarana/ Prasarana : ICU/Ventilator,USG, CT Scan Thorax, Sub spesialis Bedah TKV, Sarana Tim Onkologi.
12 Bronkiectasis Penegakkan diagnosis klinis Rujuk PPK 2
Tatalaksana di PPK 2 - Bronkiectasis tanpa penyulit Sarana/ prasarana: Thorax Foto Rujuk PPK 3 kelas RS kelas B dan RS regional bila:
- Bronkiectasis dg Sepsis
Tatalaksana di PPK 3 Kelas RS kelas B/ RS regional
- Bronkiectasis dg Sepsis - Bronkiectasis dg Gagal
Napas - Bronkiectasis dg
Penyulit Sarana/ Prasarana :
26
- Bronkiectasis dg Gagal Napas - Bronkiectasis dg Penyulit
ICU/Ventilator,USG, Ct Scan , CT Angiografi, Sub spesialis Bedah TKV Rujuk PPK 3 tersier puncak/rujukan nasional bila tidak membaik
13 Policystic Lung Desease
Penegakkan diagnosis klinis Rujuk PPK 2
Tatalaksana di PPK 2 - Policystic Lung Disease tanpa penyulit Sarana/ prasarana: Thorax Foto Rujuk PPK 3 kelas RS kelas B dan RS regional bila:
- Policystic Lung Disease dg Sepsis
- Policystic Lung Disease dg Gagal Napas
- Policystic Lung Disease dg Penyulit
Tatalaksana di PPK 3 kelas RS kelas B dan RS regional :
- Policystic Lung Disease dg Sepsis
- Policystic Lung Disease dg Gagal Napas
- Policystic Lung Disease dg Penyulit
Sarana/ Prasaran : ICU/Ventilator,USG, Ct Scan , Sub spesialis Bedah TKV
14 Contusio Paru Penegakkan diagnosis klinis Rujuk PPK 2
Tatalaksana di PPK 2 - Contusio Paru Tanpa penyulit Tata laksana awal Sarana/ Prasarana : Thorax Foto, USG Rujuk PPK 3 kelas RS kelas B dan RS regional bila:
- Contusio Paru dg Sepsis - Contusio Paru dg Gagal
Napas - Contusio Paru dg Penyulit
Tatalaksana di PPK 3 kelas RS kelas B dan RS regional :
- Contusio Paru dg Sepsis - Contusio Paru dg Gagal
Napas - Contusio Paru dg
Penyulit
Sarana/ Prasaran ICU/Ventilator,USG
27
15 Edema Paru non Cardiogenik
Penegakkan diagnosis klinis Rujuk PPK 2
Tatalaksana di PPK 2 - Edema Paru non Cardiogenik Tanpa penyulit Tatalaksana awal Sarana/ Prasarana : Thorax Foto, USG Rujuk PPK 3 kelas RS kelas B dan RS regional bila:
- Edema Paru non Cardiogenik dg Gagal Napas
- Edema Paru non Cardiogenik dg Penyulit
Tatalaksana di PPK 3 kelas RS kelas B dan RS regional :
- Edema Paru non Cardiogenik dg Gagal Napas
- Edema Paru non Cardiogenik dg Penyulit
Sarana/ Prasaran : ICU/Ventilator,USG
-
16 Emboli Paru Penegakan diagnosis klinis Rujuk PPK 2/ PPK3 untuk penegakan diagnosis
Penanganan di PPK 2 - Emboli Paru Tanpa penyulit Penegakan Diganosis dan tatalaksana awal Sarana/ Prasarana : Thorax Foto, USG Rujuk PPK 3 bila:
- Emboli Paru dg Gagal Napas - Emboli Paru dg Penyulit
Penanganan di PPK 3 - Emboli Paru dg Gagal
Napas - Emboli Paru dg Penyulit
Sarana/ Prasarana : ICU/Ventilator,USG, Ct Scan
28
SARAF Kelompok Studi Nyeri No.
Diagnosis PPK 1 PPK 2 PPK 3
1. Migrain Tatalaksana oleh dokter di layanan primer Rujuk ke Spesialis Saraf (PPK 2) bila: Timbul komplikasi: stroke
iskemik, migren komplikata dengan hemiparesis Efek samping OAINS: perdarahan dan ulkus Terdapat tanda-tanda defek neurologis berat migren terus berlanjut (> 72 jam) Frekuensi > 3x dalam setahun atau migren tidak hilang dengan pengobatan analgesik non-spesifik.
Tatalaksana kasus migrain yang persisten dan tidak hilang dengan pengobatan analgesik non-spesifik. Pengobatan migren dengan obat-obatan spesifik dan profilaksis.
Rujuk ke PPK 3 bila dalam pengobatan tidak membaik atau terjadi migren komplikasi
Tatalaksana kasus migrain yang persisten dan tidak hilang dengan pengobatan analgesik non-spesifik maupun spesifik, serta dicurigai terdapat kelainan struktural di otak Tatalaksana kasus migren dengan kemungkinan terjadi migren komplikasi Melakukan pemeriksaan MRI dan diagnostik penunjang lain bila diperlukan
2. Nyeri Kepala Tipe Tegang (Tension Headache)
Tatalaksana oleh dokter di layanan primer Rujuk PPK 2 bila: Nyeri tak membaik lebih dari 15 hari (kronik) ( spesialis
saraf) Penyulit depresi berat dengan
Tatalaksana rujukan kasus nyeri kepala tipe tegang yang tidak membaik. Rujuk internal bila membutuhkan pelayanan spesialis lain (seperti spesialis jiwa) Di PPK 2 diharapkan kasus
29
ide bunuh diri ( ke spesialis jiwa) Keluarga dan penderita tidak kooperatif
TTH dapat terselesaikan
3. Nyeri Kepala Kluster Identifikasi diagnosis dan tatalaksana awal Rujuk PPK 2/3 untuk penegakan diagnosis
Bila sudah terdiagnosis Nyeri kepala kuster, rujuk ke PPK 3.
Tatalaksana medis Pemeriksaan CT-Scan + kontras bila didapatkan defisit neurologi, diterapi belum membaik selama 3 bulan serta keluhan makin memberat.
Tatalaksana medis Pemeriksaan MRI + kontras bila didapatkan defisit neurologi, diterapi belum membaik selama 3 bulan serta keluhan makin memberat.
4. Carpal Tunnel Syndrome Skrining diagnostic Tatalaksana pendahuluan dan merujuk ke dokter spesialis saraf ( PPK 2/3)
Talaksana medis dan intervensi sesuai dengan ketersediaan fasilitas Rujuk PPK 3 bila tidak membaik
Talaksana medis komprehensif, intervensi invasif minimal dan operatif
5. Trigger Finger Skrining diagnostic Tatalaksana pendahuluan dan merujuk ke dokter spesialis saraf ( PPK 2/3)
Talaksana medis dan intervensi sesuai dengan ketersediaan fasilitas
Talaksana medis komprehensif, intervensi invasif minimal dan operatif
6. Sindrom De Quervain Skrining diagnostic Terapi pendahuluan dan merujuk ke dokter spesialis saraf (PPK2/3) untuk diagnosis dan terapi Merujuk ke Spesialis Bedah Ortopedi/ bedah saraf untuk tindakan bedah
Talaksana medis dan intervensi invasif minimal sesuai dengan ketersediaan fasilitas Rujukan internal
Talaksana medis komprehensif, intervensi invasif minimal, dan operatif Rujukan internal
7. Epikondilitis Lateral Skrining diagnostic. Terapi pendahuluan dan merujuk ke dokter spesialis saraf (PPK 2/ PPK3)
Talaksana medis dan intervensi invasif minimal sesuai dengan ketersediaan fasilitas
Talaksana medis komprehensif, intervensi invasif minimal, dan operatif
30
8. Kapsulitis Adhesiva Bahu Skrining diagnostic. Terapi pendahuluan dan merujuk ke dokter spesialis saraf ( PPK 2/PPK3)
Talaksana medis dan intervensi invasif minimal sesuai dengan ketersediaan fasilitas
Talaksana medis komprehensif, intervensi invasif minimal, dan operatif
9. Sindrom Rotator Cuff Skrining diagnostic. Terapi pendahuluan dan merujuk ke dokter spesialis saraf (PPK 2/ PPK3)
Talaksana medis dan intervensi invasif minimal sesuai dengan ketersediaan fasilitas
Talaksana medis komprehensif, intervensi invasif minimal, dan operatif
10. Knee Pain Skrining diagnostic. Terapi pendahuluan dan merujuk ke dokter spesialis saraf (PPK 2 / PPK3)
Talaksana medis dan intervensi invasif minimal sesuai dengan ketersediaan fasilitas
Talaksana medis komprehensif, intervensi invasif minimal, dan operatif
11. Fibromialgia Skrining diagnostic Rujuk ke PPK 2 Talaksana medis sesuai
dengan ketersediaan fasilitas Rujuk PPK 3 bila tidak membaik dan membutuhkan intervensi komprehensif
Talaksana medis komprehensif, intervensi non medika mentosa (CBT)
12. Sprain dan Strain Otot Tatalaksana oleh dokter di layanan primer Merujuk ke Spesialis Saraf (PPK2) sesuai algoritma tatalaksana Bila terdapat faktor komorbid dirujuk ke pelayanan sekunder yang memiliki dokter spesialis bedah tulang
Tatalaksana kasus sprain/strain yang tidak membaik Talaksana medis dan intervensi invasif minimal sesuai dengan ketersediaan fasilitas Rujuk PPK 3 bila tidak membaik dan membutuhkan intervensi komprehensif
Talaksana medis komprehensif, intervensi invasif minimal, dan operatif
13. Neuropatika Diabetika Tatalaksana awal dan pengenalan gejala awal oleh dokter di layanan primer Manajemen nyeri sederhana: analgetik non opioid Merujuk ke Spesialis Saraf (PPK 2) untuk penegakan
Pemeriksaan penunjang (pemeriksaan neurofisiologi) Tatalaksana medis dengan analgetik non opioid dan opioid, serta analgetik adjuvant Rujuk PPK 3 bila tidak membaik dan membutuhkan
Tatalaksana medis serta tindakan intervensi pain jika diperlukan. Pemeriksaan penunjang
31
diagnosis dan penanganan intervensi komprehensif 14. Neuralgia Paska Herpes Membuat diagnosis klinik dan
memberikan terapi pendahuluan. Rujuk ke PPK 2
Tatalaksana kasus neuralgia paska herpes dari layanan kesehatan primer Evaluasi terapi neuralgia paska herpes secara farmakologismaupun non-farmakologis Rujuk PPK 3 bila tidak membaik dan membutuhkan intervensi komprehensif
Tatalaksana kasus neuralgia paska herpes intraktabel
15. Neuralgia Trigeminal Skrining diagnostic Rujuk PPK 2/3 Tatalaksana medis sesuai dengan ketersediaan fasilitas Talaksana medis komprehensif, minimal invasive dan surgikal
16. Cervical Syndrome Diagnosis dan pemeriksaan penunjang sederhana Tatalaksana awal Merujuk ke Spesialis Saraf (PPK 2) sesuai algoritma tatalaksana
Tatalaksana medis dan intervensi invasif minimal sesuai dengan ketersediaan fasilitas Rujuk PPK 3 bila tidak membaik dan membutuhkan intervensi komprehensif
Talaksana medis komprehensif, intervensi invasif minimal, dan operatif
17. Cervical Disc Disorder Skrining diagnostik Tatalaksana nyeri sederhana dan merujuk ke dokter spesialis saraf (PPK 2/3)
Tatalaksana medis dan intervensi invasif minimal sesuai dengan ketersediaan fasilitas Rujuk PPK 3 bila tidak membaik dan membutuhkan intervensi komprehensif
Talaksana medis komprehensif, intervensi invasif minimal, dan operatif
18. Nyeri Punggung Bawah (LBP)
Diagnostik awal Tatalaksana nyeri sederhana dan bila tidak membaik (4 minggu) merujuk ke dokter spesialis saraf (PPK 2)
Tatalaksana medis sesuai dengan ketersediaan fasilitas Tatalaksana intervensi invasif minimal
Rujuk PPK 3 apabila: Tidak membaik, Membutuhkan intervensi komprehensif
Tatalaksana medis komprehensif Tatalaksana intervensi invasif minimal (tanpa alat bantu pemandu, USG-guided dan C-arm guided) Tatalaksana bedah/operatif
32
Membutuhkan tindakan operatif
19. Nyeri Radikulopati Lumbal Skrining diagnostik Tatalaksana awal dan merujuk ke dokter spesialis saraf (PPK2/PPK3)
Tatalaksana medis dan intervensi invasif minimal sesuai dengan ketersediaan fasilitas
Talaksana medis komprehensif, intervensi invasif minimal, dan operatif
20. Kelainan Diskus Intervertebral Lumbal
Tatalaksana oleh dokter di layanan primer Merujuk ke Spesialis Saraf ( PPK2 ) sesuai algoritma tatalaksana
Talaksana medis dan intervensi invasif minimal sesuai dengan ketersediaan fasilitas Rujuk PPK 3 bila membutuhkan tindakan intervensi / operatif
Talaksana medis komprehensif, intervensi invasif minimal, dan operatif
21. Spinal Stenosis Lumbalis Tatalaksana oleh dokter di layanan primer Merujuk ke Spesialis Saraf ( PPK 2) sesuai algoritma tatalaksana
Talaksana medis dan intervensi invasif minimal sesuai dengan ketersediaan fasilitas Rujuk PPK 3 bila membutuhkan tatalaksana medis komprehensif, tindakan intervensi invasif minimal dan operatif
Talaksana medis komprehensif, intervensi invasif minimal, dan operatif
22. Nyeri Neuropatik pada HIV Diagnosis dan pemeriksaan penunjang sederhana Manajemen nyeri sederhana : analgesik non opioid
• Rujuk ke PPK 2 (RS kelas C)/ PPK 3
Pemeriksaan penunjang seperti di faskes primer, ditambah pemeriksaan immunologi pemeriksaan neurofisiologi Tatalaksana medis dengan analgesik non opioid dan opioid, serta analgesik adjuvant
Rujuk PPK 3 bila : Membutuhkan pemeriksaan MRI Tindakan intervensi pain (neurolitik)
Pemeriksaan penunjang seperti PPK 2, ditambah imaging MRI Tatalaksana seperti di PPK 2, ditambah tindakan intervensi pain (neurolitik) jika diperlukan
33
23. Nyeri Kanker Mendiagnosis dan merujuk Rujuk PPK 3
Pemeriksaan penunjang lengkap termasuk MRI, Biopsi dan EMG NCV Tatalaksana medis dengan analgetik Tatalaksana intervensi dengan blok saraf/ganglion Perawatan paliatif (termasuk operasi dan radiasi paliatif)
Kelompok Studi Epilepsi No Diagnosis PPK 1 PPK 2 PPK3
1 Epilepsi Diagnostik awal, untuk penanganan awal pasien harus dirujuk ke dokter spesialis saraf (PPK 2) Tatalaksana epilepsi sesuai dengan rujuk balik (Obat tersedia di apotik PRB)
Rujuk bulan ke 4
Pemeriksaan penunjang Lab, Lumbal Pungsi, Rontgen Thorax dan EEG, CT scan dengan kontras, USG abdomen (kasus ibu hamil) Talaksana medis sesuai dengan ketersediaan fasilitas
Rujuk balik PPK 1 ( PRB) Rujuk PPK 3 bila membutuhkan penanganan lebih lanjut
Untuk epilepsi refrakter, epilepsi simtomatik (etiologi tumor, post trauma, epilepsi post enchepalitis,dll) epilepsi pada pasien HIV AIDS Pemeriksaan penunjang
seperti PPK 2 ditambah EEG monitoring, MRI dan pemeriksaan neurobehaviour Pemeriksaan kadar obat dalam darah dan toksikologi, pemeriksaan genetik, hormonal, serologi penanda
34
tumor, biomarker, Human Leukocyte Antigen (HLA) Pemeriksaan PET scan, SPECT atau MRS Talaksana medis komprehensif termasuk CBT Tatalaksana bedah epilepsi
2 Status epileptikus (Kasus gawat darurat / Permenkes 856/2009)
Penegakan diagnosis dan tatalaksana awal, kemudian dirujuk ( melalui UGD di PPK2 / PPK3)
Pemeriksaan penunjang Lab, Lumbal Pungsi, rontgen thorax dan EEG, CT scan dengan kontras, USG abdomen (kasus ibu hamil dengan status epilepsil) Tatalaksana medis sesuai dengan ketersediaan fasilitas
Status epilepsi refrakter Pemeriksaan penunjang
seperti PPK 2 ditambah EEG monitoring, MRI dan pemeriksaan neurobehaviour Pemeriksaan kadar obat dalam darah dan toksikologi, pemeriksaan genetik, hormonal, serologi penanda tumor, biomarker, Human Leukocyte Antigen (HLA) Pemeriksaan PET scan, SPECT atau MRS Talaksana medis komprehensif termasuk CBT Tatalaksana bedah epilepsi
35
Kelompok Studi Neurootologi/Vertigo No Diagnosis PPK 1 PPK 2 PPK 3 1 BPPV (vertigo perifer) Diagnosis awal Tatalaksana farmakologis dan
non farmakologis
Rujuk PPK 2 bila: Dalam 1 bulan / 3 kali pengobatan tidak membaik Vertigo vestibular tipe sentral
Tatalaksana sesuai dengan fasilitas, maksimal 3 kali control Rujuk PPK III bila 3 kali pengobatan tidak membaik
Tatalaksana komprehensif (farmakologis/non farmakologis/pembedahan) sesuai indikasi
2 Meniere disease, labirintis, neuritis vestibularis (vertigo perifer selain BPPV)
Diagnosis awal Rujuk PPK 2 Penegakan diagnosis Tatalaksana sesuai dengan
fasilitas, maksimal 3 kali kontrol Merujuk ke PPK 3 bila tidak membaik
Tatalaksana komprehensif (farmakologis/non farmakologis/pembedahan) sesuai indikasi
3 Vertigo Sentral Diagnosis awal Rujuk PPK2 Penegakan diagnosis Tatalaksana sesuai dengan fasilitas, maksimal 3 kali kontrol Merujuk ke PPK 3 bila tidak
membaik
Tatalaksana komprehensif (farmakologis/non farmakologis/pembedahan) sesuai indikasi
4 Vertigo Cervicogenik Diagnosis awal Rujuk PPK2 Penegakan diagnosis Tatalaksana sesuai dengan
fasilitas, maksimal 3 kali kontrol Merujuk ke PPK 3 bila tidak membaik
Tatalaksana komprehensif (farmakologis/non farmakologis/pembedahan) sesuai indikasi
5 Vertigo Psikogenik Diagnosis awal Rujuk PPK 2 Penegakan diagnosis Tatalaksana sesuai dengan
fasilitas, maksimal 3 kali kontrol Merujuk ke PPK 3 bila tidak membaik
Tatalaksana komprehensif multidisiplin (farmakologis/non farmakologis) sesuai indikasi
36
Kelompok Studi Stroke dan Pembuluh Darah No Diagnosis PPK 1 PPK 2 PPK 3 1 Transient Ischemic Attack
(TIA) (Permenkes 856/2009)
Penegakkan diagnosis, penanganan awal ABC ( Rujuk UGD PPK 2/ PPK 3)
Pemeriksaan lab, EKG, Ro Thorax, CT Scan, Doppler Carotis, TCD Talaksana emergensi dan medis sesuai dengan ketersediaan fasilitas
Pemeriksaan penunjang seperti di PPK 2 ditambah MRI, Angiografi, (CTA/MRA/DSA), Doppler Carotis dan TCD/TCCD Talaksana emergensi dan medis komprehensif
2 Stroke Iskemik (Permenkes 856/2009)
Penegakkan diagnosis, penanganan awal ABC ( Rujuk UGD PPK 2/ PPK 3)
Pemeriksaan lab, EKG, Ro Thorax, CT Scan dan Doppler Carotis dan TCD/TCCD Talaksana emergensi (termasuk trombolisis intravena) dan tatalaksana medis sesuai dengan ketersediaan fasilitas Stroke Iskemik dengan faktor pemberan dan terdapat Organ failure dirujuk ke PPK3
Pemeriksaan penunjang seperti di PPK 2 ditambah MRI, Angiografi (CTA/MRA/DSA), Doppler Carotis dan TCD/TCCD Talaksana emergensi (termasuk trombolisis intravena) dan medis Tatalaksana trombektomi dan tindakan neurointervensi lain dan tatalaksana bedah jika diperlukan
3 Stroke Hemoragik (Permenkes 856/2009)
Penegakkan diagnosis, penanganan awal ABC ( Rujuk UGD PPK 2/ PPK 3)
Pemeriksaan lab, EKG, Ro Thorax, CT Scan Talaksana emergensi dan medis sesuai dengan ketersediaan fasilitas Stroke hemoragik dengan faktor pemberan dan terdapat Organ failure dirujuk ke PPK3
Pemeriksaan penunjang seperti di PPK 2 ditambah MRI, Angiografi (CTA/MRA/DSA), Doppler Carotis dan TCD/TCCD Talaksana emergensi (termasuk evakuasi hematom) dan medis komprehensif
37
Tatalaksana neurointervensi Tatalaksana bedah saraf 4 Perdarahan Subarahnoid
(Permenkes 856/2009) Penegakkan diagnosis, penanganan awal ABC ( Rujuk UGD PPK 2/ PPK 3)
Pemeriksaan lab, EKG, Ro Thorax, CT Scan, Doppler Carotis dan TCD/TCCD Talaksana emergensi dan medis sesuai dengan ketersediaan fasilitas Perdarahan subarahnoid dengan tanda-tanda hidrosefalus dirujuk ke PPK3
Pemeriksaan penunjang seperti di PPK 2 ditambah MRI, Angiografi (CTA/MRA/DSA), Doppler Carotis dan TCD/TCCD Talaksana emergensi dan medis komprehensif Tatalaksana neurointervensi Tatalaksana bedah saraf
5 Sinkop (pingsan sesaat < 20 detik)
Diagnosis dan tatalaksana awal Rujuk ke PPK 2 Bila > 20 detik Bila berulang
Talaksana emergensi dan medis sesuai dengan ketersediaan fasilitas Sinkop dengan faktor pemberat (gangguan ginjal/ jantung) dirujuk ke PPK3
Talaksana emergensi dan medis komprehensif
6 Koma & Penurunan Kesadaran (Permenkes 856/2009)
Diagnosis dan tatalaksana awal (ABC & Resusitasi) ( Rujuk UGD PPK 2/ PPK 3)
Talaksana medis dan bedah sesuai dengan indikasi dan ketersediaan fasilitas Penurunan kesadaran disertai tanda-tanda gagal nafas dirujuk ke PPK3
Talaksana medis komprehensif Tatalaksana bedah sesuai indikasi
Kelompok Studi Neuroonkologi No Diagnosis PPK 1 PPK 2 PPK 3 1 Tumor Otak Diagnostik dan tatalaksana awal
rujuk PPK 2/ PPK 3 Talaksana emergensi dan medis sesuai dengan ketersediaan fasilitas → rujukuntukintervensi/bedah ke
Tatalaksana medis komprehensif, tatalaksana intervensi, dan
38
PPK 3 tatalaksanabedah 2 Tumor Medulla Spinalis Diagnostik dan tatalaksana awal
rujuk PPK 2/ PPK3 Talaksana emergensi dan medis sesuai dengan ketersediaan fasilitas → rujuk untuk intervensi/bedah ke PPK 3
Tatalaksana medis komprehensif, tatalaksana intervensi, dan tatalaksana bedah
Kelompok Studi Neuroinfeksi No Diagnosis PPK 1 PPK 2 PPK 3 1. Abses Otak Diagnosis awal Rujuk ke PPK 2/ PPK 3
Melakukan pemeriksaan penunjang : Darah rutin (leukosit, LED), ureum, kreatinin, SGOT, SGPT, CT Scan kepala + kontras Tatalaksana medis komprehensif
Pemeriksaan penunjang seperti PPK 2, ditambah MRI Kepala Pungsi lumbal bila tidak ada kontraindikasi Tatalaksana medis komprehensif kasus seperti di PPK 2 Tatalaksana operasi
2. Ensefalitis Toxoplasma Diagnosis awal Rujuk ke PPK 2/ PPK 3 Manajemen komprehensif
sesuai dengan fasilitas yang tersedia Rujuk ke PPK 3 jika fasilitas tidak memadai
MRI Kepala Pungsi Lumbal Manajemen komprehensif
3. Meningitis Kriptokokus Diagnosis awal Rujuk ke PPK 2/ PPK 3 Manajemen komprehensif
sesuai dengan fasilitas yang tersedia Rujuk ke PPK 3 jika fasilitas tidak memadai
MRI Kepala Pungsi Lumbal Manajemen komprehensif
39
4. Ensefalitis Viral
Diagnosis awal Rujuk ke PPK 2/ PPK 3 Melakukan pemeriksaan
penunjang : Darah lengkap, Kimia klinik, Serologi darah untuk HSV dan CMV, CT scan kepala + kontras Tatalaksana medis komprehensif kasus HSV dan VZV berikut penyulitnya Rujuk PPK 3 untuk penanganan selanjutnya/ fasilitas tidak memadai
Pemeriksaan penunjang seperti PPK 2, ditambah Pungsi lumbal, PCR HSV, CMV, HHV-6, EEG (high voltage periodic spike wave dan kompleks slow wave di temporal yang menunjukkan infeksi HSV) dan MRI + kontras Tatalaksana medis komprehensif kasus seperti di PPK 2 ditambah kasus HSV yang memerlukan terapi intravena dan resisten terhadap asiklovir, Epstein Barr virus, CMV dan HHV
5. Meningitis Bakterial Tatalaksana ABC dan Resusitasi Rujuk ke PPK 2/ PPK 3
Tatalaksana medis komprehensif sesuai ketersediaan fasilitas Rujuk ke PPK 3 bila : Pasien tidak mengalami perbaikan setelah diberi terapi
empirik selama 3-7 hari, Mengalami status epilepsy Refrakter, Memerlukan tindakan definitive untuk menurunkan TIK Dan atau tidak memiliki fasilitas seperti pada PPK 3
MRI Kepala Pungsi Lumbal Manajemen komprehensif
40
6. Meningitis Tuberkulosa
Tatalaksana ABC dan Resusitasi Rujuk ke PPK 2/ PPK 3
Tatalaksana medis komprehensif sesuai ketersediaan fasilitas Rujuk PPK 3 bila: Penanganan selama 3-7 hari
tidak membaik Memerlukan pemeriksaan penunjang MRI
MRI Kepala Pungsi Lumbal Manajemen komprehensif Tatalaksana operatif
7. Spondilitis Tuberkulosis Tatalaksana ABC dan Resusitasi Rujuk ke PPK 2/ PPK 3
Tatalaksana medis komprehensif sesuai ketersediaan fasilitas Merujuk pada PPK 3 untuk tatalaksana medis komprehensif dan bedah
MRI Lumbal Pungsi Tatalaksana medis komprehensif dan bedah
8. Rabies Tatalaksana awal di faskes primer, Rujuk ke PPK 2/ PPK 3
Manajemen komprehensif sesuai dengan fasilitas yang tersedia, rujuk ke Rujuk PPK 3 jika fasilitas tidak memadai
Manajemen komprehensif
9. Tetanus Tatalaksana awal di faskes primer, Rujuk ke PPK 2/ PPK 3
Manajemen komprehensif sesuai dengan fasilitas yang tersedia, rujuk ke Rujuk PPK 3 jika fasilitas tidak memadai
Manajemen komprehensif
10. Ensefalitis HIV Diagnosis awal Rujuk ke PPK 2/ PPK 3 Penegakan Diagnosis Merujuk pada PPK 3
Manajemen komprehensif 11. AIDS Demensia Kompleks Diagnosis awal Rujuk ke PPK 2/ PPK 3
Penegakan Diagnosis Merujuk pada PPK 3 Manajemen komprehensif
41
12. Infeksi Oportunistik HIV Diagnosis awal Rujuk ke PPK 2/ PPK 3 Penegakan Diagnosis Merujuk pada PPK 3
Manajemen komprehensif 13 Myelitis transversa Diagnosis awal
Tatalaksana emergensi Rujuk ke PPK 2/ PPK 3 Manajemen komprehensif sesuai dengan fasilitas yang tersedia, Rujuk ke PPK 3 jika fasilitas tidak memadai
Manajemen komprehensif
14 Subacute Sclerosing Pan Encephalitis
Diagnosis awal Tatalaksana emergensi Rujuk ke PPK 2/ PPK 3 Manajemen komprehensif sesuai dengan fasilitas yang tersedia Rujuk ke PPK 3 jika fasilitas tidak tersedia
Manajemen komprehensif
Kelompok Studi Gangguan Gerak No. Diagnosis PPK 1 PPK 2 PPK 3 1. Penyakit Parkinson - Skrining diagnosis dan
tatalaksana kegawatan - Menemukan kumpulan gejala tremor, bradikinesia, rigiditas dan ketidakseimbangan postural - Merujuk ke PPK 2
- Diagnosis; kriteria penegakan diagnosis klinis menggunakan kriteria UKPDS brain’s bank clinical criteria - Tatalaksana penyakit parkinson awal bila ada dokter spesialis saraf : farmakologis dan non farmakologis - Terapi penyakit parkinson lanjut dengan komplikasi yang masih dapat diprediksi - Merujuk ke PPK 3 bila memerlukan tatalaksana medis komprehensif
- Diagnosis dan tatalaksana tahap lanjut - Kriteria diagnosis menggunakan MDS Clinical Diagnostic Criteriafor Parkinson Disease - Tatalaksana paripurna secara multidisiplin. - Terapi pembedahan atas indikasi dan keadaan memungkinkan
42
2. Restless Leg syndrome - Diagnosis awal - Merujuk ke PPK 2 - Penegakan diagnosis dan
tatalaksana medis sesuai dengan ketersediaan fasilitas - Merujuk ke PPK 3 bila memerlukan tatalaksana medis komprehensif
Tatalaksana medis komprehensif
3. Hemifasial spasme - Diagnosis awal - Merujuk ke PPK 2 - Penegakan diagnosis dan
tatalaksana medis sesuai dengan ketersediaan fasilitas - Merujuk ke PPK 3 bila memerlukan tatalaksana medis komprehensif
Tatalaksana medis komprehensif
4. TICS dan TOURETTE - Diagnosis awal - Merujuk ke PPK 2 - Penegakan diagnosis dan tatalaksana medis sesuai
dengan ketersediaan fasilitas - Merujuk ke PPK 3 bila memerlukan tatalaksana medis komprehensif
Tatalaksana medis komprehensif
Kelompok Studi Neuropediatri No Diagnosis PPK 1 PPK 2 PPK 3 1. Palsi Serebral Penegakkan diagnosis dan
diberikan penanganan awal. Rujuk PPK 2 untuk penanganan selanjutnya. Syarat: PPK 2 memiliki dokter spesialis saraf, spesialis anak, rehabilitasi anak.
Talaksana medis sesuai dengan ketersediaan fasilitas Rujuk PPK 3 bila membutuhkan pemeriksaan penunjang diagnostik (MRI atau CT-Scan, EEG, BERA)
Talaksana medis komprehensif, pemeriksaan penunjang lain (MRI atau CT-Scan, EEG, BERA)
43
2. Autisme Diagnosis awal Rujuk ke PPK II untuk penegakan diagnosis Pasien yang sudah terdiagnosis autism dirujuk ke PPK 3 yang memiliki dokter spesialis Saraf, dokter spesialis anak, dokter psikiatri anak dan dokter rehabilitasi anak, saraf anak
Penegakan diagnosis Tatalaksanan di PPK 2 (Apabila penanganan tetap di PPK 2, dokter membuat surat keterangan masih dalam perawatan) Rujuk PPK 3 bila : Obat-obatan dan peralatan untuk terapi kurang lengkap dirujuk ke PPK 3
Penanganan komprehensif di PPK 3 (Dapat ditangani multi disiplin saraf anak, dokter spesilis anak, dokter psikiater anak, dokter rehabilitasi medis, psikolog dan peralatan terapi yang lengkap.) (Apabila penanganan tetap di PPK 3, dokter membuat surat keterangan masih dalam perawatan)
3. Paraparese atau tetraparese Diagnosis awal dan merujuk ke PPK 2
Talaksana medis sesuai dengan ketersediaan fasilitas, Rujuk PPK ke 3 bila : Penanganan sebanyak 3 kali tidak membaik
Talaksana medis komprehensif (termasuk pemeriksaan neurofisiologi, PCR , biopsi otot dan terapi kortikosteroid). Ditangani multi disiplin dengan dokter rehabilitasi medis dan peralatan terapi yang lengkap.
4. Duchenne Muscular Dystrophy
Skrining diagnosis dan merujuk PPK2/ PPK3 untuk penegakan diagnosis Bila Sudah terdiagnosis DMP, rujuk PPK 3
Penegakkan diagnosis awal, Rujuk ke PPK 3
Talaksana medis komprehensif (termasuk pemeriksaan neurofisiologi, PCR , biopsi otot dan terapi kortikosteroid). Ditangani multi disiplin dengan dokter rehabilitasi medis dan peralatan terapi yang lengkap.
44
5. Spinal Muscular Atrophy (SMA)
Skrining diagnosis dan merujuk PPK2/ PPK3 untuk penegakan diagnosis Bila Sudah terdiagnosis SMA, rujuk PPK 3
Penegakkan diagnosis awal, Rujuk ke PPK 3
Talaksana medis komprehensif (termasuk pemeriksaan neurofisiologi, PCR , biopsi otot dan terapi kortikosteroid). Ditangani multi disiplin dengan dokter rehabilitasi medis dan peralatan terapi yang lengkap.
6. Developmental delay Skrinign diagnosis dan merujuk PPK2/ PPK3 untuk penegakan diagnosis Bila Sudah terdiagnosis Developmental delay, rujuk PPK 3
Penegakkan diagnosis awal, Rujuk ke PPK 3
Talaksana medis komprehensif
7. Retardasi mental Diagnosis awal dan merujuk PPK 2
Talaksana medis sesuai dengan ketersediaan fasilitas. Rujuk PPK 3 bila tidak membaik
Talaksana medis komprehensif
8. Gangguan pemusatan dan perhatian (ADHD)
Diagnosis awal Dapat mendiagnosis, kemudian merujuk PPK 2 kelas C/ PPK 3 yang mempunyai dokter spesialis saraf, dokter spesialis anak, dokter psikiatri anak, dokter rehabilitasi anak.
Tatalaksana di PPk 2 ( RS Kelas C) Rujuk PPK 3 bila obat-obatan & peralatan untuk terapi kurang lengkap
Penanganan secara komprehensif (Ditangani multi disiplin : dokter spesialis saraf anak, dokter spesilis anak, dokter psikiater anak, dokter rehabilitasi medis dan peralatan terapi yang lengkap).
45
9. Epilepsi pada anak Diagnosis awal Dapat mendiagnosis epilepsi sesuai tipe bangkitan, jika diagnosis epilepsi sudah ditegakkan, dapat mulai dengan OAE (Obat Anti Epilepsi) lini pertama dan jika tidak berhasil mengatasi bangkitan dengan monoterapi lini pertama, maka dirujuk ke PPK 2/3
Pasien ditangani oleh dokter Spesialis Saraf atau dokter Spesialis Anak. Apabila pasien sudah diberi OAE ( Obat Anti Epilepsi) lini pertama sampai dosis maksimal dan belum dapat mengatasi bangkitan maka mulai dengan OAE yang kedua, sedangkan OAE yang pertama diturunkan bertahap Rujuk PPK 3 bila membutuhkan dokter spesialis saraf anak
Di PPK 3 pasien ditangani oleh Spesialis Saraf Anak dari Departemen Neurologi atau dari Departemen IK. Anak. Penanganan pasien sesuai dengan Sindrom Epilepsi yang diderita pasien
10. Kejang Demam Sederhana Dapat mendiagnosis dan memberikan tatalaksana. Selesai bila kejang tertangani. Rujuk PPK 2 bila : Tak membaik dengan obat
antikonvulsi Indikasi untuk EEG Curiga Meningitis Curiga Ensefalitis Epilepsi Disertai gangguan metabolik Kejang atipikal dan berulang
Talaksana medis sesuai dengan ketersediaan fasilitas Rujuk PPK 3 bila membutuhkan tatalaksana medis komprehensif dan memerlukan pemeriksaan penunjamg lain
Talaksana medis komprehensif, pemeriksaan penunjang lain, bila diperlukan.
11. Kejang Demam Kompleks (kejang fokal, durasi >15 menit, kejang berulang dalam
Dapat mendiagnosis awal, rujuk PPK2
Talaksana medis sesuai dengan ketersediaan fasilitas, penanganan sebanyak 3 kali
Talaksana medis komprehensif, pemeriksaan penunjang lain (MRI atau CT-Scan dan EEG)
46
24 jam) tidak membaik, rujuk ke PPK3 12. Kejang tanpa Demam Dapat mendiagnosis awal, rujuk
PPK2 Talaksana medis sesuai dengan ketersediaan fasilitas, penanganan sebanyak 3 kali tidak membaik, rujuk ke PPK3
Talaksana medis komprehensif, pemeriksaan penunjang lain (MRI atau CT-Scan dan EEG)
13. Kejang interaktable Dapat mendiagnosis awal, rujuk PPK2/ PPK 3
Talaksana medis sesuai dengan ketersediaan fasilitas, penanganan sampai dengan 2 jenis OAE secara maksimal dan belum membaik, rujuk ke PPK3
Talaksana medis komprehensif, pemeriksaan penunjang lain (MRI atau CT-Scan dan EEG)
14. Vertigo pada anak Dapat mendiagnosis awal, rujuk PPK2/ PPK 3
Talaksana medis sesuai dengan ketersediaan fasilitas, penanganan sebanyak 3 kali tidak membaik, rujuk ke PPK3
Talaksana medis komprehensif, pemeriksaan penunjang lain (MRI atau CT-Scan dan BERA)
15. Nyeri kepala pada anak Dapat mendiagnosis awal, rujuk PPK2
Talaksana medis sesuai dengan ketersediaan fasilitas, penanganan sebanyak 3 kali tidak membaik, rujuk ke PPK3
Tatalaksana medis komprehensif, pemeriksaan penunjang lain yang mendukung (MRI atau CT Scan, EEG atau lainnya)
16. Stroke pada anak Dapat mendiagnosis awal, rujuk PPK2/ PPK3
Talaksana medis sesuai dengan ketersediaan fasilitas, penanganan sebanyak 3 kali tidak membaik, rujuk ke PPK3
Tatalaksana medis komprehensif, pemeriksaan penunjang lain yang mendukung (MRI atau CT Scan atau DSA atau TCD), tatalaksana interdisiplin komprehensif dengan bagian
47
lain seperi rehabilitasi medis atau neuro intervensi, bila diperlukan
17. Cedera kepala pada anak (Kasus gawat darurat Permenkes 856/2009)
Tatalaksana ABC & Resusitasi awal, lalu rujuk PPK 2/ PPK 3
Talaksana medis dan bedah sesuai dengan ketersediaan fasilitas
Talaksana medis dan bedah koomprehensif
18. Tumor otak dan tumor medula spinalis pada anak
Pengenalan gejala dan tanda, rujuk ke Spesialis Saraf PPK 2/3
Pemeriksaan pencitraan otak, rujuk untuk terapi pembedahan dan kemoterapi serta radioterapi
Terapi pembedahan, radioterapi dan kemoterapi
Kelompok Studi Sleep Disorder
No Diagnosis PPK 1 PPK 2 PPK 3 1. Obstructive Sleep Apnea Skrining diagnosis Merujuk 3
Tatalaksana sesuai dengan fasilitas Merujuk ke PPK 3 bila tidak tertangani
Tatalaksana komprehensif (farmakologi/non-farmakologi/pembedahan) sesuai indikasi
48
Kelompok Studi Neuromuskular
2.
Insomnia Skrining Diagnosis Terapi non farmakologis dan farmakologis Sederhana Rujuk PPK 2 bila tidak berespon terhadap terapi
Tatalaksana farmakologis dan non farmakologis sesuai dengan fasilitas Rujuk PPK 3 bila 3 kali terapi tidak membaik
Tatalaksana interdisiplin komprehensif
Diagnosis PPK 1 PPK 2 PPK 3 1. Neuropati DM - Tatalaksana awal dan
pengenalan gejala awal oleh dokter di layanan primer - Manajemen nyeri sederhana : analgetik non opioid
Rujuk PPK 2
- Pemeriksaan penunjang (pemeriksaan neurofisiologi) - Tatalaksana medis dengan analgetik non opioid dan opioid, serta analgetik adjuvan - Penanganan interdisiplin ( rujukan internal)
Rujuk PPK 3 bila tidak tertangani
- Pemeriksaan penunjang seperti PPK 2 - Tatalaksana seperti di PPK 2, ditambah tindakan intervensi pain jika diperlukan serta terapi penunjang. - Penanganan interdisiplin, rujukan internal - Masuk program PRB untuk kasus DM
2. Bell’s palsy Diagnosis dan tatalaksana - Pemeriksaan penunjang : EMG - Tatalaksana medis - Pemeriksaan penunjang seperti PPK 2, ditambah MRI
49
komprehensif Rujuk PPK 2 bila: − Rujuk sesuai algoritma Tak membaik dengan terapi standart Dicurigai kelainan
supranuklear Paralisis fasialis komplit (grade V-VI skala house & brackmann)
komprehensif - Tatalaksana rehabilitasi Rujuk PPK 3 bila memerlukan : Pemeriksaan MRI Kepala Tatalaksana medis
komprehensif Tatalaksana Rehabilitasi Tindakan operasi (jika diperlukan)
Kepala - Tatalaksana medis komprehensif - Tatalaksana Rehabilitasi - Tindakan operasi (jika diperlukan)
3. Myastenia gravis
Skrining diagnostik, resusitasi dan tatalaksana emergensi jika diperlukan Rujuk PPK 2/ PPK 3
Talaksana medis sesuai dengan ketersediaan fasilitas (tanpa IVIG dan Plasmafaresis) lalu rujuk. Bila terjadi krisis myastemia rujuk PPK 3
Talaksana medis komprehensif (termasuk pemberian IVIG dan Plasmafaresis)
4. Krisis myastenia Diagnosis seawal mungkin, tatalaksana emergensi, lalu segera rujuk PPK 3
Tatalaksana komprehensif (termasuk pemberian IVIG dan Plasmafaresis) dan ketersediaan ICU
5. GBS Skrining diagnostic, resusitasi dan tatalaksana emergensi jika diperlukan. Rujuk PPK 2/PPK 3
Talaksana medis sesuai dengan ketersediaan fasilitas (tanpa IVIG dan Plasmafaresis)
Talaksana medis komprehensi (termasuk pemberian IVIG dan Plasmafaresis) dan ketersediaan ICU
6. Paralisis periodic hipokalemia
Diagnosis awal Rujuk PPK 2/ PPK 3 yang memiliki dokter spesialis saraf dan mempunyai fasilitas ICU
Talaksana medis sesuai dengan ketersediaan fasilitas, ketersediaan ICU
Talaksana medis komprehensif
50
9. Carpal Thunnel Syndrome - Tatalaksana awal dan pengenalan gejala awal oleh dokter di layanan primer - Manajemen nyeri sederhana : analgetik non opioid
Rujuk PPK 2
- Pemeriksaan penunjang (pemeriksaan neurofisiologi) - Tatalaksana medis dengan analgetik non opioid dan opioid, serta analgetik adjuvan - Rujuk PPK 3 bila tidak membaik dalam 3 kali terapi
- Talaksana medis komprehensif, termasuk tindakan intervensi pain dan tindakan operatif bila diperlukan
10. Tenosinovitis de Quervain - Tatalaksana awal dan pengenalan gejala awal oleh dokter di layanan primer - Manajemen nyeri sederhana : analgetik non opioid - Rujuk PPK 2
- Tatalaksana medis dengan analgetik non opioid dan opioid, serta analgetik adjuvan. - Bila dengan penanganan 3 kali tidak membaik, rujuk PPK3.
- Talaksana medis komprehensif, termasuk tindakan intervensi pain dan tindakan operatif bila diperlukan
11. Guyon Thunnel Syndrome - Tatalaksana awal dan pengenalan gejala awal oleh dokter di layanan primer - Manajemen nyeri sederhana : analgetik non opioid - Rujuk PPK 2
- Pemeriksaan penunjang (pemeriksaan neurofisiologi) - Tatalaksana medis dengan analgetik non opioid dan opioid, serta analgetik adjuvan - Rujuk PPK 3 bila tidak membaik dalam 3 kali terapi
- Talaksana medis komprehensif, termasuk tindakan intervensi pain dan tindakan operatif bila diperlukan
12. Plantar Fascitis - Tatalaksana awal dan pengenalan gejala awal oleh dokter di layanan primer - Manajemen nyeri sederhana : analgetik non opioid - Rujuk PPK 2
- Pemeriksaan penunjang (pemeriksaan neurofisiologi) - Tatalaksana medis dengan analgetik non opioid dan opioid, serta analgetik adjuvan - Rujuk PPK 3 bila tidak membaik dalam 3 kali terapi
- Talaksana medis komprehensif, termasuk tindakan intervensi pain dan tindakan operatif bila diperlukan
13. Sindroma Piriformis - Tatalaksana awal dan pengenalan gejala awal oleh
- Pemeriksaan penunjang (pemeriksaan neurofisiologi)
- Talaksana medis komprehensif, termasuk
51
Kelompok Studi Neurointensif No Diagnosis PPK 1 PPK 2 PPK 3 1 Sinkop Diagnosis dan tatalaksana awal
Rujuk PPK 2 (apabila dijumpai sinkop karena trauma kepala, hipoglikemia pada DM, epilepsi, kardial,syok hipovolemia, anemia;durasi sinkop >10 menit;frekuensi sinkop >3x/bulan)
Talaksana emergensi dan medis serta diagnostik sesuai dengan ketersediaan fasilitas, sumber daya manusia yang memadai
Talaksana emergensi dan medis serta diagnostik komprehensif dan interdisipliner
2 Koma dan penurunan kesadaran (Permenkes 856/2009, kasus gawat darurat)
Diagnosis dan tatalaksana awal (ABC & Resusitasi), Rujuk PPK 2/ PPK 3 melalui UGD
Talaksana emergensi dan medis serta diagnostik sesuai dengan ketersediaan fasilitas, sumber daya manusia yang memadai
Talaksana emergensi dan medis serta diagnostik komprehensif dan interdisipliner
dokter di layanan primer - Manajemen nyeri sederhana : analgetik non opioid - Rujuk PPK 2
- Tatalaksana medis dengan analgetik non opioid dan opioid, serta analgetik adjuvan - Rujuk PPK 3 bila tidak membaik dalam 3 kali terapi
tindakan intervensi pain dan tindakan operatif bila diperlukan
52
Kelompok Studi Neurotrauma No Diagnosis PPK 1 PPK 2 PPK 3 1 Cedera kepala
(Permenkes 856/2009, kasus gawat darurat)
Tatalaksana ABC & Resusitasi awal, rujuk (cedera kepala ringan yaitu GCS 13– 15, dapat terjadi kehilangan kesadaran (pingsan ) kurang dari 30 menit atau mengalami amnesia retrograde) Rujuk PPK 2/ PPK 3 melalui UGD
Talaksana medis dan bedah sesuai dengan ketersediaan fasilitas,cedera kepala sedang, (CT Scan,bedah saraf), rujuk jika tidak tersedia sarana tersebut.
Talaksana medis dan bedah koomprehensif cedera kepala berat dan adanya komplikasi cedera kepala yaitu kejang pasca trauma, hidrosefalus, spastisitas, agitasi, gangguan kognitif, sindrom post kontusio)
2 Cedera medulla spinalis (Permenkes 856/2009, kasus gawat darurat)
Tatalaksana ABC & Resusitasi awal, rujuk Rujuk PPK 2/ PPK 3 melalui UGD
Talaksana medis dan bedah (bedah saraf, bedah spine) sesuai dengan ketersediaan fasilitas (CT Scan, MRI).
Talaksana medis dan bedah komprehensif, rehabilitasi pasca cedera medulla spinalis
53
TELINGA HIDUNG TENGGOROK NO DIAGNOSIS PPK 1 PPK 2 PPK 3
TELINGA 1 a. Otitis Media Supuratif
Kronik
Skrining tanda dan gejala klinis
Tatalaksana di PPK 1 Rujuk ke PPK 2 bila dalam
terapi sampai 3 kali belum membaik (atau terapi selama 7 hari)
(bila ada SpTHT-KL dan fasilitas memadai)
Skrining tanda dan gejala klinis Foto Rontgen ( Schuller atau
Stenver ) Kultur resistensi bila tidak ada
rujuk PPK 3 Tatalaksana farmakoterapi lanjutan Tindakan operasi (bila ada fasilitas) Rujuk ke PPK 3 bila:
1. Komplikasi intracranial 2. Komplikasi intratemporal 3. Otorea menetap setelah terapi maksimal/optimal 4. Fasilitas tidak memadai untuk penanganan dan kompetensi pada SDM nya
Menerima rujukan balik dari PPK untuk terapi lanjutan setelah 3 bulan terapi pasca operasi atau kondisi sudah stabil (luka kering). Apabila belum membaik dan perlu perawatan lanjutan dengan fasilitas yang lebih memadai, di rujuk kembali ke PPK 3 ( Untuk kontrol rutin PPK 2 membuat surat keterangan dalam perawatan)
Skrining tanda dan gejala klinis Foto Rontgen Schuller atau
Stenver CT Scan telinga Kultur resistensi Pemeriksaan Oto-Mikroskopi Audiometri Tindakan : bedah mikro telinga Catatan: Kriteria rujuk balik ke
PPK 2 pasca operasi setelah 3 bulan terapi atau kondisi sudah stabil (luka kering). PPK 3 memberikan catatan selama perawatan.
54
b. Otitis Media Supuratif Kronis dengan Penyulit atau emergency (granuloma/kolesteatoma, abses, perforasi MT total/attic, penurunan kesadaran, paresis facialis, nyeri kepala hebat dengan tanda2 komplikasi intrakranial)
Skrining tanda dan gejala klinis Rujuk PPK 3 Bila dengan
penyulit/emergency rujuk langsung PPK 3
Menerima rujukan balik dari PPK 2
untuk terapi lanjutan setelah 3 bulan terapi pasca operasi atau kondisi sudah stabil (luka kering).
Apabila belum membaik dan perlu perawatan lanjutan dengan fasilitas yang lebih memadai, kembali di rujuk ke PPK 3
Skrining tanda dan gejala klinis Foto Rontgen Schuller atau
Stenver CT Scan telinga Kultur resistensi Pemeriksaan Oto-Mikroskopi Audiometri Tindakan : bedah mikro telinga Rujuk kembali ke PPK 2 Catatan: Kriteria rujuk balik ke
PPK 2 pasca operasi setelah 3 bulan terapi atau kondisi sudah stabil (luka kering). PPK 3 memberikan catatan selama perawatan. (apakah pengembalian perawatan ke PPK 2 bisa langsung tanpa melalui PPK 1?)
2 Speech delayed (Terlambat bicara)
Skrining tanda dan gejala klinis
Pemeriksaan pendengaran sederhana
Rujuk PPK 2 (bila ada SpTHT-KL Dan ada fasilitas OAE)
Bila tidak ada OAE ke PPK 3 (OAE = Otoacoustic Emission)
Skrining tanda dan gejala klinis Bila tidak ada fasilitas OAE, rujuk
ke PPK 3 Habilitasi dan ABD bila ada fasilitas,
bila tidak ada fasilitas rujuk PPK 3
Skrining tanda dan gejala klinis Pemeriksan Timpanometri Pemeriksaan BOA Pemeriksaan Brain Evoked
Respon Audiometri (BERA) Pemeriksaan Auditory Steady
State Respon (ASSR)
Habilitasi dan ABD, bila perlu kandidasi Implantasi Kokhlea
55
3 Otitis eksterna Penegakan diagnosis Tatalaksana di PPK 1 Rujuk ke PPK 2 bila dalam
terapi sampai 3 kali belum membaik (atau terapi selama 7 hari) (bila ada SpTHT-KL)
Rujuk PPK 3 bila: Ada penyulit seperti stenosis
CAE telinga dan faktor resiko DM/penyakit sistemik
Skrining tanda dan gejala klinis Tatalaksana lanjutan Pemeriksaan penunjang
Rujuk PPK 3 bila: Dengan penyulit Bila malignasi Defek permanen
Skrining tanda dan gejala klinis Tatalakasana lanjutan Pemeriksaan penunjang Pembedahan bila
memungkinkan Konsul ke Sp lain untuk
pelacakan Komorbid ( Rujukan internal)
4 a. Otitis media akuta Penegakan diagnosis Penanganan di PPK 1 Rujuk PPK 2 bila: Dalam 7 hari terapi belum
membaik Ada indikasi miringotomi OMA pada bayi dengan BB
kurang (BGM) Membrana timpani tidak
menutup lagi setelah 3 bulan Rujuk PPK 3 bila : Terjadi komplikasi intra temporal dan intrakranial (penurunan kesadaran)
Skrining tanda dan gejala klinis Tatalaksana lanjutan Pemeriksaan penunjang Rujuk PPK 3 bila : Dengan penyulit yang tidak dapat
diatasi (Terjadi komplikasi intra temporal dan intrakranial /penurunan kesadaran)
Skrining tanda dan gejala klinis Tatalakasana lanjutan Pemeriksaan penunjang Pembedahan bila
memungkinkan Konsul ke Sp lain untuk Co-
morbid ( Rujukan internal)
b. Otitis media efusi Skrining tanda dan gejala klinis
Rujuk ke PPK 2 (bila ada SpTHT-KL)
Skrining tanda dan gejala klinis Tatalaksana lanjutan Pemeriksaan penunjang Bila fasilitas memadai, dapat
Skrining tanda dan gejala klinis Tatalaksana lanjutan Pemeriksaan penunjang Tindakan operasi (miringotomi
56
dilakukan miringotomi/pasang grommet
Rujuk PPK 3 bila : Dengan penyulit yang tidak dapat
diatasi
dan atau pasang grommet, rekonstruksi telinga tengah)
5 Cerumen prop Penegakan diagnosis Tatalaksana di PPK 1 Rujuk PPK 2 apabila: dalam tatalaksana sampai 3
kali belum membaik (atau terapi selama 7 hari) (bila ada SpTHT-KL dan fasilitas)
Penderita tidak kooperatif Rujuk PPK 3 apabila terdapat penyulit seperti kolesteatoma, granuloma, laserasi kanal berat, pasca operasi telinga atau MT perforasi
Skrining tanda dan gejala klinis Tatalaksana lanjutan (operasi
dengan anestesi local atau general) Rujuk PPK 3 bila : Dengan penyulit yang tidak dapat
diatasi seperti kolesteatoma, granuloma, laserasi kanal berat, pasca operasi telinga atau MT perforasi
Skrining tanda dan gejala klinis Tatalaksana lanjutan (operasi
dengan anestesi local atau general)
6 Ot hematom (Hematoma auricular)
Skrining tanda dan gejala klinis
Identifikasi klinis dan manifestasinya.
Rujuk ke PPK 2
Rujuk PPK 3 bila ada penyulit dan komplikasi (cauliflower)
Skrining tanda dan gejala klinis Terapi dan tindakan operasi kalau
perlu (baik dengan anestesi local maupun general)
Evaluasi pasca tindakan Rujuk PPK 3 bila ada penyulit dan
komplikasi
Skrining tanda dan gejala klinis Pemeriksaan penunjang Tindakan mendikamentosa dan
operasi kalau perlu (baik dengan anestesi local maupun general)
Evaluasi pasca tindakan
7 Perikondritis, kondritis Skrining tanda dan gejala klinis
Skrining tanda dan gejala klinis Terapi dan tindakan operasi kalau
Skrining tanda dan gejala klinis Pemeriksaan penunjang
57
Rujuk ke PPK 2 (apabila terdapat spesialis THT-KL dan fasilitas minor set, ruang tindakan steril, pemeriksaan penunjang : laboratorium.
Rujuk PPK 3 bila ada penyulit dan komplikasi (cauliflower)
perlu (baik dengan anestesi local maupun general)
Evaluasi pasca tindakan Rujuk PPK 3 bila ada penyulit dan
komplikasi
Tindakan mendikamentosa dan operasi kalau perlu (baik dengan anestesi local maupun general)
Evaluasi pasca tindakan
8 Sinus preaurikula terinfeksi (Usul masuk diagnosis PPK 1)
Penegakan diagnosis Tatalaksana awal Rujuk PPK 2 apabila telah
diterapi 3 kali (atau selama 7 hari) tidak ada perbaikan (apabila terdapat spesialis THT dan fasilitas memadai) atau PPK 3
Rujuk PPK 3 bila ada penyulit (terbentuk abses) dan komplikasi
Skrining tanda dan gejala klinis Terapi dan tindakan operasi kalau
perlu (baik dengan anestesi local maupun general)
Evaluasi pasca tindakan Rujuk PPK 3 bila ada penyulit dan
komplikasi
Skrining tanda dan gejala klinis Pemeriksaan penunjang Tindakan mendikamentosa dan
operasi kalau perlu (baik dengan anestesi local maupun general)
Evaluasi pasca tindakan
9 Benda asing di telinga (Kasus gawat darurat, Permenkes 856/2009)
Penegakan diagnosis Tatalaksana awal Evakuasi corpal Rujuk PPK 2 / PPK 3 bila
gagal dan menyebabkan perdarahan
Skrining tanda dan gejala klinis Pemeriksaan penunjang (Rontgen) Evakuasi corpal (baik local maupun
general) Evaluasi tindakan operasi sampai
dinyatakan aman bagi pasien Rujuk PPK 3 bila ada penyulit (
contoh corpal menancap di tulang)
Skrining tanda dan gejala klinis Pemeriksaan penunjang
(rontgen, CT scan, laboratorium) Tindakan operatif (baik local
maupun general) Evaluasi tindakan operasi
sampai dinyatakan aman bagi pasien
10 TINITUS Skrining tanda dan gejala Skrining tanda dan gejala klinis Skrining tanda dan gejala klinis
58
klinis Identifikasi klinis dan
manifestasinya. Bukan karena cerumen prop /
otitis eksterna (kriteria rujuk) Rujuk PPK 2 (bila terdapat
spesialis THT dan fasilitas memadai)
Pemeriksaan laboratorium dasar Pemeriksaan audiometri nada murni
(bila ada) Pemeriksaan Timpanometri (bila
ada) Pemeriksaan OAE (bila ada) Rujuk ke PPK 3 bila membutuhkan
pemeriksaan lebih lanjut
Pemeriksaan laboratorium untuk factor resiko
Pemeriksaan audiometri nada murni (bila ada)
Pemeriksaan Timpanometri (bila ada)
Pemeriksaan OAE (bila ada) Pemeriksaan reflek akustik (bila
ada) 11 HEARING LOSS
(DEWASA) Skrining tanda dan gejala
klinis Identifikasi klinis dan
manifestasinya. Bukan karena cerumen prop /
otitis eksterna Rujuk PPK 2 (bila terdapat
spesialis THT dan fasilitas memadai = audiometri nada murni)
Skrining tanda dan gejala klinis Pemeriksaan laboratorium dasar Pemeriksaan audiometri nada murni
(bila ada) Pemeriksaan Timpanometri (bila
ada) Pemeriksaan OAE/ Otoacoustic
Emission (bila ada) Rujuk ke PPK 3 bila membutuhkan
pemeriksaan lebih lanjut
Skrining tanda dan gejala klinis Pemeriksaan laboratorium untuk
factor resiko Pemeriksaan audiometri nada
murni (bila ada) Pemeriksaan audiometri tutur /
Speech audiometri (bila ada) Pemeriksaan Timpanometri (bila
ada) Pemeriksaan OAE (bila ada) Pemeriksaan reflek akustik (bila
ada) 12 Vertigo dan BPPV H.82 Penegakan diagnosis
Tatalaksana awal Penanganan fase akut
vertigo selama 7-10 hari Rujuk PPK 2 bila tidak
membaik atau terjadi kekambuhan 3 kali dalam sebulan (bila ada SpTHT-
Skrining tanda dan gejala klinis Bedside Testing (dengan metode
manual, frenzel atau video frenzel) Terapi lanjutan Rehabilitasi
Rujuk PPK 3 apabila fasilitas tidak memadai
Skrining tanda dan gejala klinis Bedside Testing (dengan
metode manual, frenzel atau video frenzel)
Test VEMP Test VHit Test nistagmografi Terapi lanjutan
59
KL) Rehabilitasi, dan tindakan operatif bila diperlukan
HIDUNG 13 Rinosinusitis akut (tanpa
komplikasi, misal mata) (Usul diagnosis PPK 1)
Penegakan diagnosis Tatalaksana awal Terapi sesuai pedoman di
PPK 1 Rujuk PPK 2 bila tidak
berkurang setelah terapi selama 2 minggu (bila terdapat spesialis THT-KL)
Skrining tanda dan gejala klinis Nasoendoskopi Tatalaksana lanjutan Kultur resistensi Rontgen sinus ( waters,
Caldwelluck) Tindakan bedah hidung sinus
konvensional Bila terdapat penyulit dan
komplikasi, rujuk ke PPK 3
Skrining tanda dan gejala klinis Nasoendoskopi Kultur resistensi CT Scan Sinus Paranasal Tindakan pembedahan lanjut
atau endoksopik Evaluasi pasca tindakan operasi
kurang lebih maksimal 3 bulan. (Penanganan pasca operasi bisa di PPK 2 setelah 1 sd 3 bulan)
Rinosinusitis akut dengan kecurigaan komplikasi (misal: mata)
Skrining tanda dan gejala klinis
Dengan komplikasi, langsung rujuk ke PPK 2 (bila ada SpTHT-KL)
Kejadian komplikasi pada anak-anak langsung ke PPK 3
Rinosinusitis kronis dengan/tanpa polip disertai penyulit
Skrining tanda dan gejala klinis
Langsung rujuk ke PPK 2 (bila terdapat SpTHT-KL)
14 Rhinitis Alergi dan Vasomotor
Penegakan diagnosis Tatalaksana awal Rhinitis alergi intermiten derajat ringan di terapi di
Skrining tanda dan gejala klinis Rhinitis alergi persisten derajat
sedang-berat dan memerlukan imunoterapi Rujuk PPK 3
Rhinitis vasomotor : jika
o Skrining tanda dan gejala klinis o Pemeriksaan penunjang
(nasoendoskopi, CT Scan) o Pemeriksaan tes alergi (Skin
Prick Test)
60
PPK 1 selama 2 x 2 minggu. Rujuk PPK 2 minggu (bila ada SpTHT-KL) bila : Tidak membaik selama
2x2 Derajat sedang-berat dan rhinitis alergi persisten rujuk ke PPK 2 (bila ada SpTHT-KL) atau PPK 3
Rhinitis vasomotor Rujuk PPK 2 apabila: Tidak membaik dengan
terapi selama 7 hari (bila ada Sp.THTKL )
Bila terjadi komplikasi polip nasal, sinusitis paranasal, otitis media
memerlukan konkotomi/neurektomi vidians rujuk PPK 3
o Imunoterapi o Dengan penyulit, dilakukan
operasi (reseksi submkosa konka inferior, posterior neurektomi)
15 Epistaksis (R.4) Penegakan diagnosis Tatalaksana awal Epistaksis anterior e/c
rhinitis simplek: terapi konservatif di PPK 1.
Rujuk PPK 2 apabila : Berulang sampai 3 kali
dalam 1 bulan Epistaksis inferior Epistaksis yang
menyertai demam hari ke
Skrining tanda dan gejala klinis Tampon hidung anterior dan atau
posterior
Rujuk PPK 3 bila perdarahan tetap tidak dapat teratasi
Skrining tanda dan gejala klinis Nasoendoskopi → mencari
sumber perdarahan Tampon hidung anterior dan
posterior Tindakan pembedahan
61
3 Epistaksis lain Skrining tanda dan gejala
klinis Apabila tidak dapat
diidentifikasi sumber perdarahan atau dengan penyulit (misal: tumor, trauma, aneurisma), rujuk ke PPK 2 (bila ada SpTHT-KL) atau PPK 3
Skrining tanda dan gejala klinis Pemeriksaan penunjang diagnostic Tatalaksana epistaksis (konservatif
atau operasi dengan bius local atau total)
Dengan penyulit atau tidak dapat diidentifikasi, rujuk PPK 3
Skrining tanda dan gejala klinls Nasoendoskopi → mencari
sumber perdarahan Tampon hidung anterior dan
posterior Tindakan pembedahan
16 Rhinitis akut Penegakan diagnosis Tatalaksana awal Tuntas di PPK 1
Rujuk ke PPK 2 ( bila ada SpTHT-KL) apabila: Dalam 7 hari tidak ada
perbaikan Bila disertai tanda otitis
media akuta, sinusitis paranasalis dan infeksi traktus respiratorius bag bawah
Skrining tanda dan gejala klinis Tuntas di PPK 2 Jika terdapat factor penyulit
rujuk PPK 3
Skrining tanda dan gejala klinis Tatalaksana lanjutan Pemeriksaan penunjang
(laboratorium, rontgen, endoskopi, CT scan
17 Benda asing di hidung T.17 (kasus gawat darurat, permenkes 856/2009)
Penegakan diagnosis Tatalaksana awal Apabila benda asing
tampak pada rinoskopi anterior, lakukan evakuasi.
Skrining tanda dan gejala klinis Bila perlu Rontgen apabila corpal
dari benda keras Bila perlu lakukan dengan bius total
(GA) Rujuk PPK 3 bila terdapat penyulit
Skrining tanda dan gejala klinik awal.
Bila perlu penegakkan diagnosis dengan menggunakan CT scan dan atau endoskopi
Dilakukan evakuasi dengan GA
62
Rujuk PPK 2/PPK 3 apabila : Benda asing terletak di
dalam/tidak tervisualisas Gagal dilakukan evakuasi Ada perdarahan saat
evakuasi (dengan syarat ada Spesialis THT-KL dan fasilitas memadai)
Rujuk PPK 3 apabila dengan penyulit/ emergency ( barang organik atau komplikasi abses)
yang tidak bisa ditangani di PPK 2 dan terdapat komplikasi akibat tindakan evakuasi/eksplorasi corpal
Evaluasi pasca evakuasi
18 Furunkel pada hidung J.34
Penegakan diagnosis Tatalaksana awal Rujuk PPK 2 bila dalam
terapi sampai 3 kali belum membaik (atau terapi selama 7 hari) (dengan syarat ada Spesialis THT-KL dan fasilitas memadai)
Rujuk PPK 3 bila terdapat abses, vestibulitis dan penyebaran infeksi menjadi trombophlebitis
Skrining tanda dan gejala klinis Perlu pemeriksaan penunjang Rujuk PPK 3 bila ada penyulit dan
adanya komplikasi yang tidak dapat ditangani (misal deformitas, komplikasi sistemik, curiga kegasanan)
Skrining tanda dan gejala klinis Perlu pemeriksaan penunjang Terapi kausatif sesuai temuan
(medikamentosa dan atau operatif)
19 Influenza J.11 Penegakan diagnosis Tatalaksana awal Tuntas di PPK 1 Rujuk ke PPK 2 jika
Skrining tanda dan gejala klinis Tuntas di PPK 2 Jika terdapat factor penyulit rujuk
PPK 3
Skrining tanda dan gejala klinis Tatalaksana lanjutan Pemeriksaan penunjang
(laboratorium, rontgen,
63
dalam 7 hari tidak ada perbaikan
(pertimbangkan rujukan ke anak/ dalam : masukan kolegium)
endoskopi, CT scan)
MULUT –TENGGOROK-LEHER-LAIN-LAIN 20 Benda asing di esofagus Skrining tanda dan gejala
klinis Bila diyakini secara klinis
terdapat benda asing di esofagus langsung rujuk PPK 3
Skrining tanda dan gejala klinis Bila diyakini secara klinis terdapat
benda asing di trakea dan atau bronkus rujuk PPK 3
Skrining tanda dan gejala klinis Pemeriksaan penunjang
(laboratorium, rontgen, endoskopi, CT scan)
Tindakan operatif Konsultasi dengan spesialis lain Evaluasi tindakan operatif
sampai dinyatakan aman bagi pasien
21 Benda asing di Trakea dan atau Bronkus
Skrining tanda dan gejala klinis
Bila diyakini secara klinis terdapat benda asing di trakea dan atau bronkus langsung rujuk PPK 3
Skrining tanda dan gejala klinis Bila diyakini secara klinis terdapat
benda asing di trakea dan atau bronkus rujuk PPK 3
Skrining tanda dan gejala klinis Pemeriksaan penunjang
(laboratorium, rontgen, endoskopi, CT scan)
Tindakan operatif Konsultasi dengan spesialis lain Evaluasi tindakan operatif
sampai dinyatakan aman bagi pasien
22 Tumor THT dan Kepala dan Leher a. Karsinoma Nasofaring b. Karsinoma Sinonasal c. Karsinoma Laring
Skrining tanda dan gejala klinis
Rujuk ke PPK 2/3 untuk penegakkan diagnosis
Rujuk PPK 3 bila dengan
Skrining tanda dan gejala klinis Nasofaringoskopi Biopsi, FNAB Rujuk ke PPK 3 untuk penanganan
selanjutnya (operasi, kemoterapi,
Skrining tanda dan gejala klinis Nasofaringoskopi FNAB Biopsi dengan endoskopi (lokal
anestesi)
64
d. Tumor di leher e. Tumor lidah dan
rongga mulut f. Tumor telinga g. Tumor kelenjar liur h. Massa Leher
penyulit/emergency (sesak nafas, perdarahan, kesulitan menelan, kenaikan tekanan intrakranial, timbul abses
radioterapi) Terdapat penyulit/emergensi yang
tidak dapat ditangani langsung rujuk PPK 3
Menerima rujukan balik dari PPK 3 untuk evaluasi dan monitoring setelah dilakukan terapi lengkap
Operasi dengan endoskopi Operasi kasus dengan penyulit Radiotherapi Kemotherapi Kontrol setelah tindakan 6 bulan
pertama 23 Tonsilitis J.03 Penegakan diagnosis
Tatalaksana awal Terapi simptomatik dan
antibiotik oral bila diperlukan
Bila tidak sembuh dalam 7-10 hari, demam tidak dapat diatasi, sulit atau tidak bisa menelan, kambuh > 3x dalam 1 th atau terdapat tanda-tanda kronis (hipertrofi persisten, muara kripte melebar, detritus, halitosis) rujuk PPK 2 (Bila ada spesialis THT-KL dan fasilitas memadai) atau PPK 3
Skrining tanda dan gejala klinis Terapi simptomatik dan antibiotik
oral Pemeriksaan penunjang Tindakan tonsilektomi sesuai
indikasi Bila terdapat penyulit (kelainan
darah, obesitas, sleep apneu, deformitas maksilofacial), curiga keganasan, kelainan jantung/darah rujuk PPK 3
Skrining tanda dan gejala klinis Pemeriksaan penunjang Biopsi atau tonsilektomi intoto
sesuai indikasi Atasi penyulit dengan konsultasi
spesialis lain
25 Laringitis J.04 Penegakan diagnosis Tatalaksana awal Rujuk PPK 2 (bila ada
SpTHT-KL)
Skrining tanda dan gejala klinis Pemeriksaan laringoskopi indirek Pemeriksaan penunjang
Skrining tanda dan gejala klinis Pemeriksaan endoskopi laring
rigid maupun fleksibel Pemeriksaan penunjang lain
65
bila tidak membaik (3 kali terapi atau selama 7 hari) atau ada gejala sumbatan jalan nafas atas
Laringitis kronis
Rujuk PPK 3 bila terdapat penyulit (kecurigaan keganasan, gangguan jalan nafas)
Direk laringoskopi Biopsi jika diperlukan (anestesi
local atau general) Terapi adekuat (medikamentosa
dan atau operatif) Rehabilitasi jika diperlukan
26 Faringitis J.02 Penegakan diagnosis Tatalaksana awal Penanganan di PPK 1
Rujuk PPK 2 apabila : Terapi sampai 3 kali
belum membaik (atau terapi selama 7 hari)
Terjadi Komplikasi: epiglotitis, abses peritonsiler, abses retrofaringeal, septikemia, meningitis, glomerulonefritis, demam rematik akut (sesak nafas, penurunan kesadaran, nyeri telan berat)
Merupakan Faringitis luetika
Skrining tanda dan gejala klinis Swab orofaring dan kultur
sensitivitas kuman (bila fasilitas tersedia)
Terapi simptomatik dan antibiotik sesuai kultur
Pemeriksaan penunjang yang tidak ada fasilitas rujuk PPK 3
Tindakan kauterisasi orofaring bila diperlukan
Rujuk PPK 3 bila : Pemeriksaan penunjang yang tidak
ada fasilitas Terdapat kecurigaan kondisi
imunocompromized
Skrining tanda dan gejala klinis Swab orofaring dan kultur
sensitivitas kuman Pemeriksaan penunjang lain Evaluasi dengan endoskop Pelacakan factor etiologi dan
predisposisi, dan kemungkinan kondisi imunocompromized
Terapi kausatif sesuai temuan Tindakan kauterisasi orofaring
bila diperlukan
27 Candidiasis mulut B.37 Penegakan diagnosis Tatalaksana awal Rujuk PPK 2/ PPK 3 bila
diterapi 3 kali (selama 7
Skrining tanda dan gejala klinis Perlu pemeriksaan penunjang
(rontgen, swab tenggorok, laboratorium, dll)
Skrining tanda dan gejala klinis Tindakan diagnostic dan
pelacakan etiologi (rontgen, swab tenggorok, endoskopi, CT
66
hari) belum membaik Rujuk PPK 3 bila
terdiagnosis ada penyulit seperti imunokompromise
Rujuk PPK 3 bila ada penyulit atau penyakit komorbid lain yang memberatkan
scan) Terapi medikamentosa dan atau
pembedahan 28 Parotitis B.26 Skrining tanda dan gejala
klinis Penegakan diagnosis Tatalaksana awal Rujuk PPK 2 bila dalam terapi
sampai 3 kali belum membaik (atau terapi selama 7 hari)
Rujuk langsung PPK 2/PPK 3 bila dengan penyulit ( parotitis dgn komplikasi/abses atau dengan akibat kelainan sistemik)
Skrining tanda dan gejala klinis Rujuk PPK 3 bila dengan penyulit (
parotitis dgn komplikasi atau dengan akibat kelainan sistemik dan tidak dapat ditangani di PPK 2
Skrining tanda dan gejala klinis Terapi medikamentosa sesuai
kausa Bila kondisi pasien membaik
dan memerlukan terapi lanjutan yang dapat dilakukan di PPK 1 dikembalikan ke PPK 1
29 Gangguan menelan/ disfagia (permenkes 856/20109)
Skrining tanda dan gejala klinis
Identifikasi etiologi dan manifestasi klinis
Rujuk ke PPK 2/ PPK 3 melalui IGD
Bila dapat diketahui bahwa kelainan diakibatkan oleh defek intracranial/neurologis rujuk sejawat Spesialis Saraf
Skrining tanda dan gejala klinis (reflek menelan, muntah, fungsi menelan fase oral-faringeal-esofagus)
Pemeriksaan esofagografi Konsultasi dengan Spesialis lain Rujuk PPK 3 bila tidak dapat
ditangani
Skrining tanda dan gejala klinis Penegakan diagnosis dan
pelacakan etiologi dengan esofagografi, endoskopi, CT scan
Dilakukan tindakan medis bila terdapat obstruksi mekanik
FEES (Functional Endoscopic for Evaluation of Swallowing)
Bekerja sama dengan spesialis lain (misal Saraf, Bedah Saraf dan Rehabilitasi Medik)
Apabila kondisi pasien membaik
67
dan dapat dilakukan terapi lanjutan di PPK 2 atau PPK 1, dikembalikan untuk terapi lanjutan
30 Limfadenitis Penegakan diagnosis Tatalaksana awal Rujuk PPK 2 (bila
terdapat spesialis THT-KL) bila 3 kali terapi (selama 7 hari), tidak ada perbaikan
Rujuk langsung PPK 2/ PPK 3 Bila ada penyulit dan komplikasi lain (abses, kecurigaan keganasan)
Skrining tanda dan gejala klinis Pemeriksaan penunjang (AJH,
laboratorium, rontgen) Terapi lanjutan Rujuk PPK 3 bila ada penyulit dan
komplikasi yang tidak bisa diatas
Skrining tanda dan gejala klinis Pemeriksaan penunjang
(laboratorium, Rontgen, CT scan, endoskopi)
Skrining keganasan Terapi lanjutan dan pelacakan
etiologi Tindakan operatif kalau perlu Evaluasi pasca tindakan
31 Ulkus mulut Penegakan diagnosis Tatalaksana awal Pelacakan etiologi dan
terapi awal Rujuk PPK 2 (Bila ada
spesialis THT-KL dan fasilitas memadai bila diterapi 3 kali (selama 1 minggu) belum membaik
Rujuk langsung ke PPK 3 bila ada penyulit atau diketahui adanya komplikasi(gangguan
Skrining tanda dan gejala klinis Perlu pemeriksaan penunjang
(rontgen, swab tenggorok, laboratorium, dll)
Konsultasi dengan spesialis lain Rujuk PPK 3 bila ada penyulit dan
adanya komplikasi yang tidak dapat ditangani
Skrining tanda dan gejala klinis Tindakan diagnostic dan
pelacakan etiologi (rontgen, swab tenggorok, endoskopi, CT scan)
Terapi medikamentosa atau pembedahan
Konsultasi dengan spesialis lain Bila kondisi pasien membaik
dan memerlukan terapi lanjutan yang dapat dilakukan di PPK 1 dikembalikan ke PPK 1
68
menelan berat, sepsis) 32 Refluks
ekstragastroesofageal/ Refluks laringofaring (RLF)
Penegakan diagnosis Tatalaksana awal Pemberian terapi awal:
PPI dan identifikasi fator risiko.
Rujuk PPK 2 (Bila ada spesialis THT-KL)apabila dalam 3 kali terapi (selama 1 minggu) tidak ada perbaikian sama sekali
Pasien dikembalikan ke PPK1 apabila kondisi umum membaik dan masih memerlukan terapi lanjutan yang diberikan oleh PPK2/3
Skrining tanda dan gejala klinis Perlu pemeriksaan penunjang bila
fasilitas memadai (misal endoskopi, swab tenggorok)
Melacak etiologi yang lain Konsultasi dengan spesialis lain Rujuk PPK 3 bila kondisi pasien
memburuk dan terdapat penyulit yang tidak bisa diatasi oleh PPK 2
Bila kondisi pasien membaik dan memerlukan terapi lanjutan yang dapat dilakukan di PPK 1 dikembalikan ke PPK1 untuk lanjutan terapi dari PPK2
Skrining tanda dan gejala klinis Tindakan diagnostik dengan alat
/pemeriksaan penunjang Evaluasi factor penyulit kalau
ada Evaluasi terapi dengan alat
penunjang Konsultasi dengan spesialis lain Bila kondisi pasien membaik
dan memerlukan terapi lanjutan yang dapat dilakukan di PPK 1 dikembalikan ke PPK1 untuk lanjutan terapi dari PPK3
33 Fraktur di bidang THT - fraktur OS nasale - fraktur maksila - fraktur zygoma - fraktur naso-orbita-
ethmoid - fraktur frontal - fraktur mandibula - multifraktur
Skrining tanda dan gejala klinis
Identifikasi klinis dan manifestasinya
Rujuk PPK 2/ PPK 3 Rujuk langsung ke PPK 3
bila ada fraktur komplek maksilofacial dan mandibula rujuk
Skrining tanda dan gejala klinis Terapi dan tindakan operasi kalau
perlu (baik dengan anestesi local maupun general)
Rujuk PPK 3 bila : Evaluasi pasca tindakan, bila ada
penyulit dan komplikasi, infeksi serta kegawatan yg tdk dpt diatasi di PPK 2
Fasilitas tidak memadai atau tdk kompeten (atau rujukan horisontal)
Skrining tanda dan gejala klinis Pemeriksaan diagnostik dengan
alat/pemeriksaan penunjang Evaluasi faktor penyulit atau
komplikasi serta kegawatan yang ada
Terapi dan tindakan operasi kalau perlu (baik dengan anestesi local maupun general)
Konsultasi dengan spesialis lain Evaluasi pasca tindakan
69
Bila kondisi pasien membaik dan memerlukan terapi lanjutan yang dapat dilakukan di PPK 1 dikembalikan ke PPK1 untuk lanjutan terapi
Bila kondisi pasien membaik dan memerlukan terapi lanjutan yang dapat dilakukan di PPK 1/2 dikembalikan ke PPK1/2 untuk lanjutan terapi
34 Vulnus di bidang THT (Permenkes 856/209 kasus gawat darurat)
Skrining tanda dan gejala klinis
Lakukan perawatan luka sesuai kompetensi dan manajemen terapi di PPK 1
Bila ada vulnus luas/kompleks, penyulit, komplikasi, infeksi serta kegawatan rujuk PPK 2 (bila ada Spesialis THT-KL) atau PPK 3 melalui UGD
Skrining tanda dan gejala klinis Terapi dan tindakan operasi kalau
perlu (baik dengan anestesi local maupun general)
Evaluasi pasca tindakan, bila ada penyulit dan komplikasi, infeksi serta kegawatan yg tdk dpt diatasi di PPK 2 rujuk ke PPK 3
Rujuk ke PPK 3 bila fasilitas tdk memadai atau tidak kompeten
Bila kondisi pasien membaik dan memerlukan terapi lanjutan yang dapat dilakukan di PPK 1 dikembalikan ke PPK1 untuk lanjutan terapi
Skrining tanda dan gejala klinis Pemeriksaan diagnostik dengan
alat/pemeriksaan penunjang Evaluasi faktor penyulit atau
komplikasi serta kegawatan yang ada
Terapi dan tindakan operasi kalau perlu (baik dengan anestesi local maupun general)
Evaluasi pasca tindakan Bila kondisi pasien membaik
dan memerlukan terapi lanjutan yang dapat dilakukan di PPK 1/2 dikembalikan ke PPK1/2 untuk lanjutan terapi
35 Abses di bidang THT (dapat berupa abses submandibula, peritonsiller, parafaring retrofaring, dan leher dalam)
Skrining tanda dan gejala klinis
Apabila sudah menjadi abses leher rujuk ke PPK 2 / PPK 3
Rujuk langsung PPK 3 bila : Ada penyulit dan komplikasi
Skrining tanda dan gejala klinis Perlu pemeriksaan penunjang
(rontgen, laboratorium, swab tenggorok)
Lakukan incisi dan eksplorasi sederhana
Rujuk PPK 3 bila:
Skrining tanda dan gejala klinis Pemeriksaan penunjang
(laboratorium, rontgen, swab tenggorok, endoskopi, CT scan)
Tindakan medikamentosa dan operatif
Evaluasi pasca operasi Perlu konsultasi dengan
70
(penurunan kesedaran, sesak nafas, sepsis)
Abses leher dalam Ada penyulit dan komplikasi (sesak
nafas, gangguan menelan, DM, deficit neurologis)
spesialias lain Bila kondisi pasien stabil dan
tidak memerlukan tindakan di PPK3, terapi dapat dilakukan di PPK1, dikembalikan ke PPK1
36 Benda asing di tenggorok Skrining tanda dan gejala klinis
Bila diyakini secara klinis terdapat benda asing di hipofaring dan valekula rujuk ke PPK 2 / PPK 3
Skrining tanda dan gejala klinis Pemeriksaan penunjang (Rontgen) Evakuasi corpal (baik local maupun
general) Evaluasi tindakan operasi sampai
dinyatakan aman bagi pasien Rujuk PPK 3 bila ada penyulit
Skrining tanda dan gejala klinis Pemeriksaan penunjang
(rontgen, CT scan, laboratorium) Tindakan operatif (baik local
maupun general) Konsultasi dengan spesialis lain Evaluasi tindakan operasi
sampai dinyatakan aman bagi pasien
Catatan Rujukan: - Apabila ada tambahan diagnosis dengan kronis, dapat di rujuk langsung ke PPK 2 (bila ada spesialis THT-KL) atau PPK 3
71
MATA NO DIAGNOSIS PPK 1 PPK 2 PPK 3 1. KONJUNGTIVITIS - Bakteri - Virus - Iritasi - Alergi - Vernalis - SJS (Steven Johnson Syndrome) - GO
DIAGNOSIS Mata merah, gatal, berair
dengan sekret dapat mukoid, mukopurulen atau purulen
Tanpa penurunan visus PENGOBATAN/ TATA LAKSANA AWAL DI PPK 1 Rujuk ke PPK 2/PPK 3 bila: Bila tidak tidak ada perbaikan
dan atau terjadi komplikasi pada kornea, segera rujuK
Bila tidak ada perbaikan dengan terapi dalam 1 minggu pada konjungtivitis bakteri, 2 minggu pada konjungtivitis virus dan alergi,
Bila ada kecurigaan konjungtivitis GO (rujuk segera)
PENGOBATAN Memberiksan pengobatan dengan
antibiotik spektrum luas atau antibiotik tertentu sesuai dengan gejala klinis jika dicurigai penyebabnya infeksi
Bila tidak ada perbaikan, terjadi perburukan atau terjadi komplikasi lain dalam 1 bulan, pasien dirujuk ke PPK 3
PENGOBATAN Pemeriksaan mikrobiologi dan
test sensitivitas antibiotik dari apus konjungtiva
Melakukan pengobatan dengan antibiotik spektrum luas dilanjutkan dengan atibiotik sesuai dengan hasil sensitivitas
Jika penyebabkan curiga suatu kelainan imunologis, dilakukan pelacakan kemungkinan kelainan imunologis dan tatalaksana dengan spesialisasi lain (kulit, penyakit dalam, anak, dll.)
Rujuk balik ke PPK perujuk bila sudah tertangani
2 KERATITIS DAN ULKUS KORNEA
DIAGNOSIS Mata merah Visus turun Terasa nyeri Fotofobia Bercak putih pada kornea PENGOBATAN/ TATA LAKSANA AWAL di PPK 1
PENGOBATAN Melakukan pengobatan dengan
antibiotik spektrum luas atau berdasarkan pemeriksaan klinis
Rujuk ke PPK 3 apabila didapatkan : Ulkus kornea yang terjadi pada
pasien yang hanya mempunyai satu mata Ulkus kornea pada anak-anak
PENGOBATAN Pemeriksaan mikrobiologi dan
test sensitivitas antibiotik dari apus konjungtiva
Melakukan pengobatan dengan antibiotik spektrum luas dilanjutkan dengan atibiotik sesuai dengan hasil sensitivitas
Melakukan graft konjungtiva maupun transplantasi membran
72
Segera rujuk ke PPK 2 /PPK 3 apabila : Tajam penglihatan awal
buruk atau menurun setelah 3 hari pengobatan
Tampak lesi putih (infiltrat) di kornea
Adanya kecen- derungan untuk perforasi dan desmetocele Kecurigaan ulkus kornea jamur, tetapi tidak mempunyai fasilitas pemeriksaan langsung KOH 10% atau pewarnaan jamur lainnya. Tidak didapatnya kemajuan terapi setelah 3 hari pengobatan (ulkus kornea bakteri) atau 7 hari pengobatan (ulkus kornea jamur).
Follow up pasien setelah ditangani di PPK 3
amnion jika terdapat ancaman perforasi kornea
Melakukan tindakan keratoplasti pada kasus ulkus kornea yang sudah tenang dengan kekeruhan kornea persisten.
Rujuk kembali ke PPK perujuk apabila penyakit sudah tertangani
3 GLAUKOMA KRONIS DIAGNOSIS Gejala dan tanda glaukoma kronis: Seringkali tanpa gejala Tajam penglihatan masih
baik Penyempitan lapang
pandang (pada glaukoma berat lapang pandang seperti terowongan)
Sakit kepala ringan Pada glaukoma berat reflek
cahaya di pupil lambat dan pupil mid dilatasi
Mempunyai faktor risiko glaukoma: Berusia di atas 40 tahun Memiliki riwayat keluarga
PENGOBATAN Glaukoma sudut terbuka primer
(POAG): Medikamentosa Trabekulektomi Glaukoma sekunder: Medikamentosa Iridektomi perifer Trabekulektomi Bedah katarak/ ekstraksi lensa. Glaukoma sudut tertutup kronis
(CACG) Medikamentosa Trabekulektomi Rujuk ke PPK 3 apabila: Tekanan bola mata tidak dapat
turun/turun tidak mencapai target atau Jika terjadi progresifitas penyakit
PENGOBATAN Medikamentosa Tatalaksana bedah: Laser perifer iridotomy (LPI) Iridektomi Trabekulektomi Trabekulotomi Trabekuloplasty Glaucoma implants Cyclocryoterapy Evaluasi terapi dan progresifitas
glaukoma (OCT RNFL+ONH dan Perimetri)
Rujuk kembali ke PPK perujuk apabila tekanan bola mata sudah mencapai target atau tertangani
73
penderita glaukoma Memiliki riwayat tekanan
bola mata tinggi Penderita myopia
(kacamata minus) dan hippermetropia (kacamata plus) yang tinggi
Memliki riwayat penyakit diabetes, hipertensi, migraine, jantung.
Pemakai obat steroid dalam jangka waktu lama
Pernah mengalami trauma mata
PENGOBATAN/ TATALAKSANA AWAL: Analgetik jika terasa sakit
kepala
Rujuk ke PPK 2 atau 3
4 KATARAK PADA PENDERITA DEWASA
DIAGNOSIS DINI/ PENGENALAN GEJALA DAN TANDA Rujuk ke PPK 2/ PPK 3
PENGOBATAN Penatalaksanaan bersifat non
bedah, dimana pasien dengan virus lebih dari 6/12 diberikan kacamata dengan koreksi terbaik.
Jika visus kurang dari 6/12 atau sudah mengganggu untuk melakukan kegiatan sehari-hari berkaitan dengan pekerjaan pasien
PENGOBATAN Penatalaksanaan bersifat bedah, jika visus sudah mengganggu untuk melakukan kegiatan sehari-hari berkaitan dengan pekerjaan pasien atau ada indikasi lain untuk operasi dapat dilakukan ekstraksi lenda dengan
74
atau ada indikasi lain dapat dilakukan operasi ekstraksi lensa dan implantasi intra ocular (IOL) lens (ECCE+iol, SICS+IOL atau Phacoemulsifikasi+ IOL)
Rujuk PPK 3 apabila : Katarak patologis (katarak komplikata, katarak trumatika, subluksasi lensa)
implantasi iol (ecce+iol, sics+iol, phacoemulsfiikasi+iol)
5 PTERYGIUM DIAGNOSIS DINI/ PENGENALAN GEJALA DAN TANDA PENATALAKSANAAN Penatalaksanaan bersifat
non bedah,. Pada pterygium derajat 1-2
yang mengalami inflamasi, pasien dapat diberikan obat tetes mata kombinasi antibiotic dan steroid
Rujuk PPK 2/ PPK 3: Pterygium derajat 2 dengan
inflamasi berulang atau dengan keluhan mengganjal
Pterygium derajat 3 dan 4
PENGOBATAN Pada pterygium derajat 3 dan 4, dilakukan tindakan bedah berupa ektirpasi pterygium dengan bare sclera, flap atau graft konjungtiva. Rujuk PPK 3 apabila: Pterygium dengan risiko rekurensi tinggi dapat
PENGOBATAN Penatalaksanaan pada fasilitas tersier bersifat bedah dengan untuk mengurangi rekurensi pterygium dengan cangkok konjungtiva auto graft pada mata yang sama atau sebelahnya dengan fibrin glue graft atau jahit graft. Rujuk kembali ke PPK perujuk apabila pasien sudah tertangani.
6 KELAINAN REFRAKSI PADA ANAK
DIAGNOSIS DINI/ DIAGNOSIS DINI/ PENGENALAN GEJALA DAN TANDA
PENGOBATAN Koresi kelainan refraksi pada semua kelompok harus berdasarkan pertimbangan : besarnya kelainan
PENGOBATAN Penatalaksanaan amblipio dan
akomodatif esotropia Koreksi (tindakan)sisa esotropia
75
Pemeriksaan visus Rujuk ke PPK 2 / PPK 3
rekraksi cukup mengganggu aktivitas: kemampuan akomodasi pasien :. Kebutuhan tajam penlihatan sesuai umur; resiko yang timbul akibat adanya kelainan refraksi. Rujuk ke PPK 3 bila dijumpai amblyopia, mata juling, high myop, astigmatisma tinggi, tidak dapat dikoreksi penuh atau low vision
pada kasus akomodatif esotropia setelah koreksi kaca mata diberikan
Pemeriksaan dengan streak retinoskop dan dikonsulkan ke bagian pediatrik oftalmologi dan retina
Rujuk kembali ke PPK 2 apabila sudah tertangani.
7 STRABISMUS DIAGNOSIS DINI/ PENGENALAN GEJALA DAN TANDA Pemeriksaan visus Rujuk ke PPK 2/ PPK 3
PENGOBATAN/ TATALAKSANA Pemeriksaan visus dilakukan sesuai Bila terdapat kelainan rekraksi,
koreksi dengan kaca mata yang sesuai
Bila terdapat ambliopia, lakukan terapi ambliopia dengan patching mata yang dominan dengan terlebih dahulu koreksi kelainan refraksi.
Bila dengan pemberian kaca mata tidak ada perbaikan pada deviasinya maka dirujuk ke fasilitas kesehatan tertier / PPK 3 untuk dilakukan penatalaksanaan selanjutnya.
PENGOBATAN/ TATALAKSANA Pemeriksaan visus dilakukan
sesuai Bila dengan koreksi kelainan
refraksi, tetap ekstropia, lakukan operasi.
Jenis operasi yang dilakukan disesuaikan dengan diagnosis dan pola deviasi yang ada dan keadaan visus masing-masing mata.
Bila tipe Divergence Excess dapat dilakukan reses rektus lateral pada kedua mata.
Bila tipe Basic dan bila visus salah satu mata tidak baik, dapat dilakukan reses –resek pada mata yang tidakk dominan atau yang visusnya lebih buruk
Bila tipe convergence insufficiency dapat dilakukan
76
resek rektus medieus. Rujuk kembali ke PPK 2 apabila sudah tertangani.
8 TUMOR ORBITA DIAGNOSIS DINI/ PENGENALAN GEJALA DAN TANDA DIAGNOSIS Gejala: Dengan atau tanpa penurunan penglihatan Dengan atau tanpa penglihatan dobel Gangguan gerak bola mata Pergeseran atau penonjolan bola mata PENATALAKSANAAN Rujuk PPK 2/PPK 3
PENEGAKAN DIAGNOSIS - Pemeriksaan Radiologi - Pemeriksaan PA PENGOBATAN/TATALAKSANA Jika dicurigai tumor jinak dan
diagnosis dibuat pseudotumor dapat diberikan pengobatan steroid oral, seperti prednisone dosis tinggal 12-16 tablet (12mg perKgBB) setiap hari selama dua minggu, kemudian diturunkan secara bertahap. Jika tidak berhasil sebaiknya dirujuk untuk ekspolari lanjut.
Pada tumor epitel adneksa, berukuran kecil dan diduga jinak, dapat dilakukan ekstripasi dengan meninggalkan jaringan sehat.Pada tumor epitel yang dicurigai ganas dapat dilakukan eksisi dengan memperhatikan jaringan sehat yang ditinggalkan.
Pemeriksaan dilanjutkan dengan pemeriksaan patologi jaringan tumor.
Lakukan biopsy insisi untuk pemeriksaan patologi pada tumor orbita baik jinak, ganas maupun metastase
PENEGAKAN DIAGNOSIS Pemeriksaan radiologi : - Ultrasonografi : - CT-scan - Pemeriksaan MRI - Pemeriksaan patologi anatom PENGOBATAN Jika dicurigai tumor jinak dan
diagnosis dibuat pseudotumor dapat diberikan pengobatan steroid oral,. Jika tidak berhasil dapat diberikan sitostatika single agent seperti chlorambucil dengan pengawasan ahli hematologi.
Pada tumor yang lebih luas, eksisi dengan rekonstruksi. Pada tumor yang lanjut dan telah berinvasi ke orbita dilakukan tindakan pembedahan radikal eksenterasi orbita.
Pengobatan tambahan radiasi atau sitostatika dapat diberikan. Pada tumor konjungtiva, karsinoma sel skuamosa stadium 1 setelah ektirpasi tumor dapat dilanjutkan dengan
77
Rujuk PPK 3 bila : Jika diagnosis meragukan,
sebaiknya dirujuk. Jika meragukan melakukan tindakan, terutama pada tumor orbita, baik jinak, ganas ataupun metastasis/invasi. Memerlukan tindakan pembedahan, radiasi, ataupun sitostatika.
pemberian sitostatika local seperti tetes mata mitomycin. Pemeriksaan patologi jaringan tumor harus dilakukan.
Pembedahan, jenis pembedahan sesuai dengan lokasi dan jenis tumor. Pemberian terapi tambahan radiasi dan sitostatika dapat diberikan sesuai kebutuhan dan sesuai dengan patogenesa jenis tumor, dengan kerjasama antar disiplin ilmu.
Rujuk kembali ke PPK 2 apabila sudah tertangani.
9 RETINOPATI DIABETIKA DIAGNOSIS DINI/ PENGENALAN GEJALA DAN TANDA DIAGNOSIS: Semua penderita diabetes mellitus memerlukan pemeriksaan retina (screening retinopati diabetika) karena bisa dengan atau tanpa keluhan gangguan penglihatan. PENATALAKSANAAN: Penatalaksanaan diabetes mellitus Penatalaksanaan hipertensi dan hiperkolesterol jika
PENGOBATAN Pasien DM tanpa retinopati
diabetika atau retinopati diabetika stadium non-proliferative (NPDR) memerlukan evaluasi retina 1 tahun sekali.
Pasien dengan retinopati diabetika stadium non proliferative (NPDR) sedang dievaluasi retinaya 3-6 bulan sekali.
Pasien dengan NPDR berat, yaitu apabila ditemukan salah satu dibawah ini dapat dilakukan tindakan terapi laser fotokoagulasi pan retina jika memiliki fasilitas tersebut Pendarahan intra retina 4
PENGOBATAN Fundus Fluorocence
Angiography (FFA), dilakukan apabila ada indikasi.
USG, bila terdapat kekeruhan media dan fundus tidak tembus.
Pasien dengan retinopati diabetika non-proliferative (NPDR) stadium berat atau proliferative (PDR) dilakukan terapi fotokoagulasi laser.
Pasien dengan retinopati diabetika non-proliferative (NPDR) atau proliferative (PDR) semua stadium dengan edema makula dilakukan terapi laser focal/grid atau injeksi
78
menyertai Pasien dirujuk ke PPK 2 /PPK 3 untuk dilakukan screening, grading serta tatalaksana retinopati diabetika.
kwadran Pelebaran vena 2 kwadran Intra retina mikrovaskular abnormalism (IRMA) 1 kwadran
Pasein retinopati diabetika non-proliferative (NPDR) semua stadium dengan edema makula yang ditegakkan berdasarkan pemeriksaan klinis (CSME/Clinical significant macular edema), atau berdasarkan pemeriksaan penunjang Optical Coherence Tomography (OCT) dapat dilakukan tindakan injeksi intravitreal Anti-VEGF atau Triamcinolone acetonide atau laser fokal/grid jika memiliki fasilitas tersebut. Apabila tidak memiliki fasilitas tersebut pasien dirujuk ke pelayanan kesehatan tersier.
Apabila ditemukan katarak yang mempersulit evalusi segmen poeterior, dapat dilakukan operasi, dengan penjelasan akan prognosis penglihatan dan kemungkinan retinopati bertambah berat setelah operasi.
Melakukan follow-up paska tindakan retina. Rujuk PPK 3 apabila : Tidak memiliki fasilitas terapi
laser fotokoagulasi pan retina
injtravitreal Anti-VEGF atau Triamcinolone acetonide.
Operasi vitrektomi dilakukan apabila terdapat pendarahan vitreus, pertumbuhan jaringan fibrovaskular di retina, persistent mascular edema dan ablasio retina traksional.
Dirujuk kembali ke PPK 2 jika kondisi mata dianggap stabil dalam 3 bulan paska terapi terakhir atau apabila tatalaksana sudah maksimal atau kondisi mata dan pasien tidak operabel.
79
Tidak memiliki fasilitas untuk injeksi intravitreal Anti-VEGF atau Triamcinolone acetonide atau laser fokal/grid Pasien dengan Proliferative Diabetic Retinopathy (PDR), yaitu dengan adanya pendarahan vitreus dan pertumbuhan jaringan fibrovaskular di vitreus,
Dirujuk kembali ke PPK 1 untuk penatalaksanaan diabetes dan hipertensi jika kondisi mata dianggap stabil dalam 6 bulan paska terapi terakhir dan apabila tatalaksana mata sudah maksimal.
10 RETINA LEPAS (RETINAL DETACHMENT/ ABLASIO RETINA)
DIAGNOSIS DINI/ PENGENALAN GEJALA DAN TANDA DIAGNOSIS Gejala klinis: 1. Fotopsia, yaitu perasaan melihat kilatan cahaya 2. Floaters, yaitu gerakan kekeruhan vitreus yang dapat dilihat bila bayangannya jatuh di atas retina 3. Defek lapang pandang sampai penurunan tajam penglihatan yang disebabkan perluasan cairan subretina dari ekuator ke polus posterior posterior dan dilihat pasien
PENEGAKAN DIAGNOSIS PEMERIKSAAN: Dengan oftalmoskop direk/indirek ditemukan retina yang mengalami ablasi akan bergerak bebas pada pergerakan bola mata kecuali pada kasus proliferative vitreoretinopati (PVR) yang berat. PENATALAKSANAAN Rujuk ke PPK 3 untuk tatalaksana lebih lanjut. Follow-up paska tindakan retina. Dirujuk kembali ke PPK 1 apabila
retina stabil 6 bulan paska tindakan retina, atau apabila tindakan retina sudah maksimal.
PENGOBATAN Melakukan tindakan sesuai dengan tipe retina lepas dan komplikasinya. Pada ablasio retina
rhegmatogen akut mengancam yang macula, operasi dilakukan secepatnya, sedangkan yang kronik dapat dioperasi dalam waktu 1 minggu.
Jenis operasi (sclera buckling atau vitektomi atau kombinasi keduanya) tergantung kondisi yang ditemukan pre-operative. Jenis tamponade apakah minyak silikon atau gas intraokular ditentukan oleh
80
seperti tirai hitam PENATALAKSANAAN Rujuk ke PPK 2 / PPK 3
keadaan yang ditemukan pre-operative, durante operasi, kondisi mata sebelahnya dan mobilitas penderita.
Ablasio retina tipe exudativa memerlukan pengobatan sesuai dengan penyakit yang mendasari.
Dirujuk kembali ke PPK 2 jika: kondisi mata dianggap stabil
dalam 3 bulan paska terapi terakhir atau apabila tatalaksana sudah maksimal atau kondisi mata/ pasien tidak operabel.
81
PSIKIATRI No.
DIAGNOSA PPK 1 PPK 2 PPK 3 1. GANGGUAN MENTAL ORGANIK A Demensia Skrining
Diagnosa Penanganan awal gaduh gelisah Penanganan awal gejala perasaan dan perilaku yang tidak berisiko membahayakan diri sendiri dan lingkungannya Rujuk ke PPK 2/3 Tatalaksana pasca rujuk balik Komunikasi, informasi
dan edukasi Rehabilitasi masyarakat
Skrining Diagnosa Penanganan awal dan lanjutan gaduh gelisah Penanganan awal dan lanjutan gejala perasaan dan perilaku yang berisiko membahayakan diri sendiri dan lingkungannya Pengelolaan demensia dengan kondisi: Bila kehilangan daya ingat mendadak atau agitasi tak terkendali Demensia akibat penyakit fisik yang memerlukan pengobatan spesialistik (misal sifilis, hematoma subdural dll) Penatalaksanaan rawat jalan paska rawat inap pada fase stabilisasi dam maintenance Konseling dan psikoterapi (Bila masih membutuhkan perawatan dapat menggunakan surat keterangan dalam perawatan untuk terapi medikamentosa)
Skrining Diagnosa Penanganan awal dan lanjutan gaduh gelisah Penanganan awal dan lanjutan gejala perasaan dan perilaku yang berisiko membahayakan diri sendiri dan lingkungannya Pengelolaan demensia dengan kondisi: Bila kehilangan daya ingat mendadak atau agitasi tak terkendali Demensia akibat penyakit fisik yang memerlukan pengobatan spesialistik (misal sifilis, hematoma subdural dll) Penatalaksanaan rawat jalan paska rawat inap pada fase stabilisasi dam maintenance Konseling dan psikoterapi (Bila masih membutuhkan perawatan dapat menggunakan surat keterangan dalam perawatan untuk terapi medikamentosa)
B Delirium Skrining Diagnosa Penanganan awal gaduh gelisah Penanganan awal gejala perasaan dan perilaku
Skrining Diagnosa Penanganan awal dan lanjutan gaduh gelisah Penanganan awal dan lanjutan gejala perasaan dan perilaku yang berisiko
Skrining Diagnosa Penanganan awal dan lanjutan gaduh gelisah Penanganan awal dan lanjutan gejala perasaan dan perilaku yang berisiko
82
yang tidak berisiko membahayakan diri sendiri dan lingkungannya Rujuk PPK 2/ PPK 3:
Tatalaksana pasca rujuk balik Komunikasi, informasi
dan edukasi
.
membahayakan diri sendiri dan lingkungannya Pengelolaan delirium dengan kondisi: Bila kehilangan daya ingat mendadak atau agitasi tak terkendali Delirium akibat penyakit fisik yang memerlukan pengobatan spesialistik (misal intoksikasi atau putus alkohol atau zat/obat lain, infeksi berat, perubahan metabolik, trauma berat dan hipoksiadll) Penatalaksanaan rawat jalan paska rawat inap pada fase stabilisasi dam maintenance Konseling dan psikoterapi ((Bila masih membutuhkan perawatan dapat menggunakan surat keterangan dalam perawatan untuk terapi medikamentosa)
membahayakan diri sendiri dan lingkungannya Pengelolaan delirium dengan kondisi: Bila kehilangan daya ingat mendadak atau agitasi tak terkendali Demensia akibat penyakit fisik yang memerlukan pengobatan spesialistik (misal intoksikasi atau putus alkohol atau zat/obat lain, infeksi berat, perubahan metabolik, trauma berat dan hipoksiadll) Penatalaksanaan rawat jalan paska rawat inap pada fase stabilisasi dam maintenance Konseling dan psikoterapi (Bila masih membutuhkan perawatan dapat menggunakan surat keterangan dalam perawatan untuk terapi medikamentosa)
2. A Gangguan Mental dan
Perilaku akibat Penyalah gunaan zat psikoaktif
Skrining Diagnosa awal Penangan awal gaduh gelisah Penanganan awal gejala putus zat Penanganan awal gejala psikiatrik yang menyertai Rujuk ke PPK 2/PPK 3 bila:
Skrining Diagnosa Penangan lanjutan gaduh gelisah Penanganan awal dan lanjutan gejala putus zat Penanganan awal gejala psikiatrik yang menyertai Penanganan lanjutan pada: Kondisi akut Ada gangguan pikiran, perasaan dan perilaku yang berisiko membahayakan diri sendiri dan orang lain
Skrining Diagnosa Penangan lanjutan gelisah Penanganan awal dan lanjutan gejala putus zat Penanganan awal gejala psikiatrik yang menyertai Rujuk bila: Kondisi akut tidak tertangani Ada gangguan pikiran, perasaan dan perilaku yang berisiko membahayakan diri sendiri dan orang lain
83
Komorbiditas dengan penyakit fisik dan gangguan jiwa berat Komunikasi, informasi dan edukasi Terapi substitusi Penanganan kondisi akut akibat putus zat Rehabilitasi (bagi PPK 2 yang memiliki sarana/prasarana rehabilitasi) (Bila masih membutuhkan perawatan dapat menggunakan surat keterangan dalam perawatan untuk terapi medikamentosa)
Komorbiditas dengan penyakit fisik dan gangguan jiwa berat Komunikasi, informasi dan edukasi Memerlukan rehabilitasi Memerlukan terapi substitusi (Bila masih membutuhkan perawatan dapat menggunakan surat keterangan dalam perawatan untuk terapi medikamentosa)
3 SKIZOFRENIA, GANGGUAN SKIZOTIPAL, GANGGUAN WAHAM DAN GANGGUAN SKIZOAFEKTIF A Skizofrenia, Gangguan
Skizotipal, Gangguan Waham
Skrining Diagnosa awal Penanganan awal gaduh gelisah Penatalaksanaan farmakologi pada fase akut, stabilisasi dan maintenance Rujuk PPK 2/PPK 3 bila: Tatalaksana pasca rujuk balik -Rujuk ke PPK2/3 pada bulan ke 4 ( bila obat ada di apotik PRB). -Komunikasi, informasi dan edukasi
Skrining Diagnosa Penanganan lanjutan gaduh gelisah Penatalaksanaan farmakologi pada fase akut, stabilisasi dan maintenance Penanganan -Gaduh gelisah yang tidak terkendali -Ada risiko membahayakan diri sendiri dan orang lain -Respon terapi tidak adekuat setelah diterapi 2 minggu -Komorbiditas dengan gangguan fisik dan gangguanpsikiatri berat lainnya -Komunikasi, informasi dan edukasi -Konseling individu keluarga -Psikoterapi Program Rujuk Balik
Skrining Diagnosa awal Penanganan awal gaduh gelisah Penatalaksanaan farmakologi pada fase akut, stabilisasi dan maintenance Penanganan : -Gaduh gelisah tidak terkendali -Ada risiko membahayakan diri sendiri dan orang lain -Respon terapi tidak adekuat setelah diterapi 2 minggu -Komorbiditas dengan gangguan fisik dan gangguanpsikiatri berat lainnya -Komunikasi, informasi dan edukasi -Konselingindividu keluarga -Psikoterapi -Intervensi perilaku - Intervensi psikososial -Rehabilitasi
84
-Konseling keluarga
B Gangguan Skizoafektif Skrining Diagnosa awal Penanganan awal gaduh gelisah Penatalaksanaan farmakologi pada fase akut, stabilisasi dan maintenance Rujuk PPK 2/ PPK 3 : Tatalaksana pasca rujuk balik -Komunikasi, informasi dan edukasi -Konseling keluarga
Skrining Diagnosa Penanganan lanjutan gaduh gelisah Penatalaksanaan farmakologi pada fase akut, stabilisasi dan maintenance Penanganan -Gaduh gelisah yang tidak terkendali -Ada risiko membahayakan diri sendiri dan orang lain -Respon terapi tidak adekuat setelah diterapi 2 minggu -Komorbiditas dengan gangguan fisik dan gangguanpsikiatri berat lainnya -Komunikasi, informasi dan edukasi -Konseling individu keluarga -Psikoterapi (Bila masih membutuhkan perawatan dapat menggunakan surat keterangan dalam perawatan untuk terapi medikamentosa)
Skrining Diagnosa awal Penanganan awal gaduh gelisah Penatalaksanaan farmakologi pada fase akut, stabilisasi dan maintenance Penanganan : -Gaduh gelisah tidak terkendali -Ada risiko membahayakan diri sendiri dan orang lain -Respon terapi tidak adekuat setelah diterapi 2 minggu -Komorbiditas dengan gangguan fisik dan gangguanpsikiatri berat lainnya -Komunikasi, informasi dan edukasi -Konselingindividu keluarga -Psikoterapi -Intervensi perilaku - Intervensi psikososial -Rehabilitasi (Bila masih membutuhkan perawatan dapat menggunakan surat keterangan dalam perawatan untuk terapi medikamentosa)
4. GANGGUAN SUASANA PERASAAN A Episode depresif Skrining
Diagnosa Penatalaksanaan farmakoterapi dan non farmakoterapi (komunikasi, informasi dan edukasi)
Skrining Diagnosa Penatalaksanaan farmakoterapi dan non farmakoterapi (komunikasi, informasi dan edukasi). Penanganan lanjutan rujukan dari PPK
Skrining Diagnosa Penatalaksanaan farmakoterapi dan non farmakoterapi (komunikasi, informasi dan edukasi). Penanganan lanjutan rujukan dari PPK
85
Rujuk PPK 2/ PPK 3: Tatalaksana pasca rujuk balik - Komunikasi, informasi dan edukasi -Konseling keluarga
1 Respon terapi tidak adekuat setelah 2 minggu Depresi sedang-berat dengan komorbiditas penyakit kronik yang berisiko membahayakan diri sendiri dan lingkungan Depresi berat dengan gejala psikotik Depresi berat dengan ide dan percobaan bunuh diri
Psikoterapi (Bila masih membutuhkan perawatan dapat menggunakan surat keterangan dalam perawatan untuk terapi medikamentosa)
2 Respon terapi tidak Depresi sedang-berat dengan komorbiditas penyakit kronik yang berisiko membahayakan diri sendiri dan lingkungan Depresi berat dengan gejala psikotik Depresi berat dengan ide dan percobaan bunuh diri
Psikoterapi Terapikelompok (Bila masih membutuhkan perawatan dapat menggunakan surat keterangan dalam perawatan untuk terapi medikamentosa)
B Episode manik Skrining Diagnosa Penatalaksanaan awal gaduh gelisah Penatalaksanaan farmakoterapi dan non farmakoterapi (komunikasi, informasi dan edukasi) selama 2 minggu Rujuk PPK 2/ PPK 3
Tatalaksana pasca rujuk balik - Komunikasi, informasi dan edukasi -Konseling keluarga
Skrining Diagnosa Penatalaksanaan lanjutan gaduh gelisah Penatalaksanaan farmakoterapi dan non farmakoterapi (komunikasi, informasi dan edukasi). Penanganan lanjutan rujukan dari PPK 1 Respon terapi tidak adekuat setelah 2
minggu Mania sedang- dengan komorbiditas dengan gejala psikotik dan penyakit kronik yang berisiko membahayakan diri sendiri dan lingkungan Mania dengan ide membahayak an diri sendiri dan lingkungan
Psikoterapi
Skrining Diagnosa Penatalaksanaan lanjutan gaduh gelisah Penatalaksanaan farmakoterapi dan non farmakoterapi (komunikasi, informasi dan edukasi). Penanganan lanjutan rujukan dari PPK 2 Respon terapi tidak adekuat Mania sedang- dengan komorbiditas dengan gejala psikotik
dan penyakit kronik yang berisiko membahayakan diri sendiri dan lingkungan Mania dengan ide membahayak an diri sendiri dan lingkungan
86
(Bila masih membutuhkan perawatan dapat menggunakan surat keterangan dalam perawatan untuk terapi medikamentosa)
Psikoterapi Intervensi perilaku Intervensi psikososial (Bila masih membutuhkan perawatan dapat menggunakan surat keterangan dalam perawatan untuk terapi medikamentosa)
C Gangguan afektif bipolar Skrining Diagnosa Penatalaksanaan awal gaduh gelisah Penatalaksanaan farmakoterapi dan non farmakoterapi (komunikasi, informasi dan edukasi) selama 2 minggu Rujuk PPK 2/PPK 3: Tatalaksana pasca rujuk balik - Komunikasi, informasi dan edukasi -Konseling keluarga
Skrining Diagnosa Penatalaksanaan lanjutan gaduh gelisah Penatalaksanaan farmakoterapi dan non farmakoterapi (komunikasi, informasi dan edukasi). Penanganan lanjutan rujukan dari PPK 1 Respon terapi tidak adekuat setelah 2
minggu Mania sedang- dengan komorbiditas dengan gejala psikotik dan penyakit kronik yang berisiko membahayakan diri sendiri dan lingkungan Mania dengan ide membahayak an diri sendiri dan lingkungan
Psikoterapi (Bila masih membutuhkan perawatan dapat menggunakan surat keterangan dalam perawatan untuk terapi medikamentosa)
Skrining Diagnosa Penatalaksanaan lanjutan gaduh gelisah Penatalaksanaan farmakoterapi dan non farmakoterapi (komunikasi, informasi dan edukasi). Penanganan lanjutan rujukan dari PPK 2 Respon terapi tidak adekuat Mania sedang- dengan
komorbiditas dengan gejala psikotik dan penyakit kronik yang berisiko membahayakan diri sendiri dan lingkungan Mania dengan ide membahayak an diri sendiri dan lingkungan Psikoterapi Intervensi perilaku Intervensi psikososial
(Bila masih membutuhkan perawatan dapat menggunakan surat keterangan dalam perawatan untuk terapi medikamentosa)
87
5. GANGGUAN NEUROTIK, GANGGUAN SOMATOFORM DAN GANGGUAN STRES A Gangguan Panik
- Gangguan panik tanpa agorafobia - Gangguan panik dengan agorafobia - Agorafobia tanpa riwayat gangguan panik
-Skrining -Diagnosa -Penatalaksanaan awal kondisi akut - Rujuk PPK 2/PPK 3
-Skrining -Diagnosa -penatalaksanaan lanjutan kondisi akut -Penatalaksanaan lanjutan farmakoterapi - -serangan panik berat dan berulang -Konseling -Psikoterapi (Bila masih membutuhkan perawatan dapat menggunakan surat keterangan dalam perawatan untuk terapi medikamentosa)
-Skrining -Diagnosa -penatalaksanaan lanjutan kondisi akut -Penatalaksanaan lanjutan farmakoterapi - -serangan panik berat dan berulang -Konseling -Psikoterapi (Bila masih membutuhkan perawatan dapat menggunakan surat keterangan dalam perawatan untuk terapi medikamentosa)
B Gangguan Ansietas Menyeluruh
Skrining Diagnosa Penatalaksanaan awal kondisi akut Pemberian farmakoterapi, evaluasi tiap dua minggu Rujuk PPK 2/PPK 3: Tatalaksana pasca rujuk balik - Komunikasi, informasi dan edukasi -Konseling keluarga
Skrining Diagnosa Penatalaksanaan awal dan lanjutan kondisi akut Pemberian farmakoterapi Komorbiditas dengan penyakit fisik dan gangguan jiwa berat lainnya Komunikasi, informasi dan edukasi Konseling individu dan keluarga Psikoterapi (Bila masih membutuhkan perawatan dapat menggunakan surat keterangan dalam perawatan untuk terapi medikamentosa)
Skrining Diagnosa Penatalaksanaan awal dan lanjutan kondisi akut Pemberian farmakoterapi Komorbiditas dengan penyakit fisik dan gangguan jiwa berat lainnya Komunikasi, informasi dan edukasi Konseling individu dan keluarga Psikoterapi (Bila masih membutuhkan perawatan dapat menggunakan surat keterangan dalam perawatan untuk terapi medikamentosa)
C Gangguan Obsesif Kompulsif
-Skrining -Diagnosa -Penatalaksanaan awal kondisi akut -Rujuk PPK 2/PPK 3
-Skrining -Diagnosa -penatalaksanaan lanjutan kondisi akut -Penatalaksanaan lanjutan farmakoterapi -
-Skrining -Diagnosa -penatalaksanaan lanjutan kondisi akut -Penatalaksanaan lanjutan farmakoterapi -
88
-Konseling -Psikoterapi (surat keterangan dalam perawatan)
-Konseling -Psikoterapi
D Gangguan Stres Pasca Trauma
-Skrining -Diagnosa -Penatalaksanaan awal kondisi akut -Rujuk PPK 2/ PPK 3
-Skrining -Diagnosa -penatalaksanaan lanjutan kondisi akut -Penatalaksanaan lanjutan farmakoterapi - -Konseling -Psikoterapi (Bila masih membutuhkan perawatan dapat menggunakan surat keterangan dalam perawatan untuk terapi medikamentosa)
-Skrining -Diagnosa -penatalaksanaan lanjutan kondisi akut -Penatalaksanaan lanjutan farmakoterapi - -Konseling -Psikoterapi (Bila masih membutuhkan perawatan dapat menggunakan surat keterangan dalam perawatan untuk terapi medikamentosa)
6. SINDROM PERILAKU YANG BERHUBUNGAN DENGAN GANGGUAN FISIOLOGIK DAN FAKTOR FISIK
Skrining Diagnosa Penangan awal kondisi akut Farmakoterapi evaluasi setiap dua minggu Rujuk PPK 2 / PPK 3 : Tatalaksana pasca rujuk balik Komunikasi informasi
dan edukasi Konseling
Skrining Diagnosa Penangan awal kondisi akut Farmakoterapi komorbiditas dengan penyakit fisik kronik dan gangguan jiwa lain yang berisiko membahayakan diri dan lingkungan rujuk -Komunikasi informasi dan edukasi -Konseling -Psikoterapi (Bila masih membutuhkan perawatan dapat menggunakan surat keterangan dalam perawatan untuk terapi medikamentosa)
Skrining Diagnosa Penangan awal kondisi akut Farmakoterapi komorbiditas dengan penyakit fisik kronik dan gangguan jiwa lain yang berisiko membahayakan diri dan lingkungan rujuk -Komunikasi informasi dan edukasi -Konseling -Psikoterapi (Bila masih membutuhkan perawatan dapat menggunakan surat keterangan dalam perawatan untuk terapi medikamentosa)
7. GANGGUAN KEPRIBADIAN DAN PERILAKU MASA
Skrining Diagnosa Rujuk PPK 2/PPK 3
Skrining Diagnosa Konseling
Skrining Diagnosa Konseling
89
DEWASA Psikoterapi Psikoterapi 8. RETARDASI MENTAL Skrining
Diagnosa awal Rujuk PPK 2/PPK 3 bila ada gangguan pikiran, perasaan dan perilaku
Skrinig Diagnosa awal Pengelolaan farmakologi berdasarkan simptom Terapi keluarga Konseling Psikoterapi
Skrinig Diagnosa awal Pengelolaan farmakologi berdasarkan simptom Terapi keluarga Konseling Psikoterapi
9. GANGGUAN PERKEMBANGAN PSIKOLOGIK A Gangguan autistik
- Skrining - Rujuk PPK 2/PPK 3
- Skrining - Diagnosis Non farmakologik - Konseling orang tua - Psikoedukasi keluarga (surat keterangan dalam perawatan)
Non farmakologik - Konseling orang tua - Psikoedukasi keluarga - Terapi perilaku - Terapi okupasi - Terapi wicara
10.
GANGGUAN PERILAKU DAN EMOSIONAL DENGAN ONSET MASA KANAK DAN REMAJA A Gangguan pemusatan
perhatian dan hiperaktivitas Gangguan tempertantrum Gangguan depresi Gangguan cemas Gangguan akibat persaingan antar saudara Gangguan kelekatan reaktif
- Skrining - Rujuk PPK 2/ PPK 3
- Skrining - Diagnosis Penatalaksanaan
Penatalaksanaan lanjutan
91
PENGELOLAAN PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN NO DIAGNOSIS PPK 1 PPK 2 PPK 3 KULIT
1. Candidiasis Kutis Anamnesis Pemeriksaan fisik dan status
dermatovenerologis Tatalaksana simtomatis dan kausatif (antijamur) Edukasi Rujuk PPK 2 bila tidak membaik dalam 2 minggu atau terdapat komplikasi atau pada pasien imunokompromais (bila ada SpKK dan fasilitas)
Anamnesis Pemeriksaan fisik dan status dermatovenerologis Pemeriksaan penunjang: pemeriksaan mikroskopis Tatalaksana simtomatis dan etiologis (antijamur) Edukasi Rujuk PPK 3 bila tidak membaik dalam 2 minggu terapi dan muncul komplikasi lain atau pada pasien imunokompromais Jika membaik rujuk kembali ke PPK 1
Anamnesis Pemeriksaan fisik dan status dermatovenerologis Dokumentasi fotografi (bila tersedia fasilitas) Pemeriksaan penunjang: o Pemeriksaan mikroskopis o Kultur jamur bila perlu Tatalaksana simtomatis dan
etiologis (antijamur) Edukasi Jika membaik rujuk kembali ke PPK 2
2. Candidiasis Mukosa Anamnesis Pemeriksaan fisik dan status
dermatovenerologis Pemeriksaan penunjang: pemeriksaan mikroskopis Tatalaksana simtomatis dan kausatif (terapi antifungal) Edukasi Rujuk PPK 2 bila tidak membaik dalam 2 minggu atau terdapat komplikasi atau pada pasien imunokompromais (bila ada SpKK dan fasilitas)
Anamnesis Pemeriksaan fisik dan status dermatovenerologis Pemeriksaan penunjang: pemeriksaan mikroskopis Tatalaksana simtomatis dan etiologis (antijamur) Edukasi Rujuk PPK 3 bila tidak membaik dalam 2 minggu terapi dan muncul komplikasi lain atau pada pasien imunokompromais Jika membaik rujuk kembali ke PPK 1
Anamnesis Pemeriksaan fisik dan status dermatovenerologis Dokumentasi fotografi (bila tersedia fasilitas) Pemeriksaan penunjang : o Pemeriksaan mikroskopis o Kultur jamur bila perlu Tatalaksana simtomatis dan etiologis (anti jamur) Edukasi Jika membaik rujuk kembali ke PPK 2
3. Candidiasis kuku Anamnesis Anamnesis Anamnesis
92
Pemeriksaan fisik dan status dermatovenerologis Edukasi: o Pemutusan rantai
penularan o Jaga kelembaban o Hindari faktor predisposisi o Pemutusan rantai penularan Langsung rujuk ke PPK 2 (bila ada SpKK dan fasilitas)
atau PPK 3
Pemeriksaan fisik dan status dermatovenerologis Pemeriksaan penunjang : o Pemeriksaan mikroskopis Tatalaksana simtomatis dan etiologis (anti jamur) Edukasi: o Tata cara pemakaian obat o Jaga kelembaban o Hindari faktor predisposisi o Pemutusan rantai penularan Rujuk ke PPK 3 o untuk kultur jamur o tidak membaik dalam 12 minggu
pengobatan
Pemeriksaan fisik dan status dermatovenerologis Dokumentasi fotografi (bila tersedia fasilitas) Pemeriksaan penunjang : o Pemeriksaan mikroskopis o Kultur jamur o Biopsi kuku bila perlu Tatalaksana simtomatis dan etiologis (anti jamur) Edukasi: o Tata cara pemakaian obat o Jaga kelembaban o Hindari faktor predisposisi o Pemutusan rantai penularan Jika membaik rujuk kembali ke PPK 2
4. Cutaneous larva migran Anamnesis Pemeriksaan fisik dan status
dermatovenerologis Tatalaksana simtomatis dan etiologis (antiparasit) Edukasi Rujuk PPK 2 bila tidak membaik dalam 1 minggu atau terjadi komplikasi atau pada pasien imunokompromais (bila ada SpKK dan fasilitas) atau PPK 3
Anamnesis Pemeriksaan fisik dan status dermatovenerologis Pemeriksaan penunjang pemeriksaan mikroskopis (bila diperlukan) Tatalaksana simtomatis dan etiologis (anti parasit), dan infeksi sekunder bila ada Edukasi Rujuk PPK 3 bila tidak membaik dalam 2 minggu dan muncul komplikasi lain maka Jika membaik rujuk kembali ke PPK 1
Anamnesis Pemeriksaan fisik dan status dermatovenerologis Pemeriksaan penunjang o pemeriksaan mikroskopis (bila
diperlukan) o biopsi kulit bila diperlukan Tatalaksana simtomatis, etiologis (anti parasit ), dan infeksi sekunder Edukasi
93
5. Filariasis Anamnesis Pemeriksaan fisik dan status dermatovenerologis Tatalaksana simtomatis dan kausatif (obat antifilaria) Edukasi : o Mencegah gigitan
nyamuk o Pemberantasan nyamuk dewasa o Pemberantasan jentik nyamuk Rujuk PPK 2 bila dibutuhkan
pengobatan operatif atau bila gejala tidak membaik dengan pengobatan konservatif (bila ada SpKK dan fasilitas) atau PPK 3
Anamnesis Pemeriksaan fisik dan status dermatovenerologis Pemeriksaan penunjang darah tepi untuk mengetahui adanya infeksi cacing Tatalaksana simtomatis dan kausatif (obat antifilaria) Edukasi : o Mencegah gigitan nyamuk o Pemberantasan nyamuk dewasa o Pemberantasan jentik nyamuk Rujuk PPK 3 bila dibutuhkan pengobatan operatif atau bila gejala tidak membaik dengan pengobatan dan bila terjadi komplikasi Jika membaik rujuk kembali ke PPK 1
Anamnesis Pemeriksaan fisik dan status dermatovenerologis Pemeriksaan penunjang darah tepi untuk mengetahui adanya infeksi cacing dan pemeriksaan sediaan daran untuk mendeteksi adanya mikrofilaria Tatalaksana simptomatis dan kausatif (obat antifilaria) Edukasi : o Mencegah gigitan nyamuk o Pemberantasan nyamuk
dewasa o Pemberantasan jentik nyamuk Jika sudah membaik rujuk kembali ke PPK 2
6. Pediculosis Anamnesis Pemeriksaan fisik dan status dermatovenerologis Tatalaksana simptomatis (anti pruritus), etiologi (terapi pedikulosid) Edukasi Rujuk PPK 2 jika terjadi infestasi kronis dan tidak sensitive terhadap terapi yang diberikan atau terjadi infeksi sekunder atau pada pasien dengan imunokompromais
Anamnesis Pemeriksaan fisik dan status dermatovenerologis Pemeriksaan penunjang (pemeriksaan mikroskopis) Tatalaksana simptomatis (anti pruritus), etiologis (terapi pedikulosid), dan infeksi sekunder Edukasi Rujuk PPK 3 jika terjadi infestasi kronis dan tidak sensitive terhadap terapi yang diberikan Jika membaik rujuk kembali ke PPK 1
Anamnesis Pemeriksaan fisik dan status dermatovenerologis Pemeriksaan penunjang (pemeriksaan mikroskopis / dermoskopi) Tatalaksana simptomatis (anti pruritus), etiologis (terapi pedikulosid), dan infeksi sekunder Edukasi
94
7. Scabies Anamnesis Pemeriksaan fisik dan status dermatovenerologis Tatalaksana simptomatis (anti pruritus), etiologi (anti scabies), dan linen. Edukasi Rujuk PPK 2 jika tidak membaik dalam 2x terapi dan muncul komplikasi maka
Anamnesis Pemeriksaan fisik dan status dermatovenerologis Pemeriksaan penunjang (pemeriksaan mikroskopis) Tatalaksana simptomatis (anti pruritus), etiologis (anti scabies), dan infeksi sekunder serta tatalaksana linen Edukasi Rujuk PPK 3 bila Norwegian Scabies Jika membaik rujuk kembali ke PPK 1
Anamnesis Pemeriksaan fisik dan status dermatovenerologis Pemeriksaan penunjang (pemeriksaan mikroskopis / dermoskopi) Tatalaksana simptomatis (anti pruritus), etiologis (anti scabies), dan infeksi sekunder serta tatalaksana linen Edukasi
8. Reaksi gigitan serangga (DKI toksik)
Anamnesis Pemeriksaan fisik dan status dermatovenerologis Tatalaksana simptomatis Edukasi Rujuk jika rekalsitran atau Reaksi berat (angioedema / anafilaktik) ke PPK 2 (bila ada SpKK dan fasilitas) atau PPK 3
Anamnesis Pemeriksaan fisik dan status dermatovenerologis Tatalaksana dengan prinsip mengurangi pruritus, menekan inflamasi, dan menjaga hidrasi kulit Identifikasi dan eliminasi bahan iritan tersangka Pemeriksaan penunjang: Uji temple bila diperlukan Edukasi Jika membaik rujuk kembali ke PPK 1 Jika tidak membaik atau rekalsitran rujuk ke PPK 3
Anamnesis Pemeriksaan fisik dan status dermatovenerologis Tatalaksana dengan prinsip mengurangi pruritus, menekan inflamasi, dan menjaga hidrasi kulit Identifikasi dan eliminasi bahan iritan tersangka Pemeriksaan penunjang: Uji temple bila diperlukan Edukasi
9. Dermatitis kontak iritan Anamnesis Pemeriksaan fisik dan status
dermatovenerologis Anamnesis Pemeriksaan fisik dan status
dermatovenerologis Anamnesis Pemeriksaan fisik dan status
dermatovenerologis
95
Tatalaksana simtomatis Edukasi Rujuk ke PPK 2 jika rekalsitran
Tatalaksana dengan prinsip mengurangi pruritus, menekan inflamasi, dan menjaga hidrasi kulit Identifikasi dan eliminasi bahan iritan tersangka Pemeriksaan penunjang: Uji tempel bila diperlukan (bila tersedia fasilitas) Edukasi Rujuk PPK 3 jika tidak membaik atau rekalsitran Jika membaik rujuk kembali ke PPK 1
Tatalaksana dengan prinsip mengurangi pruritus, menekan inflamasi, dan menjaga hidrasi kulit Identifikasi dan eliminasi bahan iritan tersangka Pemeriksaan penunjang: Uji tempel bila diperlukan Edukasi JIika sudah membaik rujuk kembali ke PPK 2
10. Dermatitis kontak
alergi Anamnesis Pemeriksaan fisik dan status dermatovenerologis Rujuk ke PPK 2 atau PPK 3
Anamnesis Pemeriksaan fisik dan status dermatovenerologis Tatalaksana dengan prinsip mengurangi pruritus, menekan inflamasi, dan menjaga hidrasi kulit Identifikasi dan eliminasi bahan iritan tersangka Pemeriksaan penunjang: Uji tempel bila diperlukan (bila tersedia fasilitas) Edukasi Rujuk PPK 3 bila tidak membaik atau rekalsitran Jika membaik rujuk kembali ke PPK 1
Anamnesis Pemeriksaan fisik dan status dermatovenerologis Tatalaksana dengan prinsip mengurangi pruritus, menekan inflamasi, dan menjaga hidrasi kulit Identifikasi dan eliminasi bahan iritan tersangka Pemeriksaan penunjang: Uji tempel bila diperlukan Edukasi JIika sudah membaik rujuk kembali ke PPK 2
11. Dermatitis atopik
Anamnesis Pemeriksaan fisik dan status dermatovenerologis Tatalaksana simptomatis Edukasi Rujuk PPK 2 jika tidak
Anamnesis Pemeriksaan fisik dan status dermatovenerologis Tatalaksana dengan prinsip mengurangi pruritus, menekan inflamasi, dan menjaga hidrasi kulit
Anamnesis Pemeriksaan fisik dan status dermatovenerologis Tatalaksana dengan prinsip mengurangi pruritus, menekan inflamasi, dan menjaga hidrasi
96
membaik selama 2 minggu terapi atau rekalsitran Pemeriksaan penunjang: Uji tempel
bila diperlukan (bila ada) Edukasi Rujuk PPK 3 jika membutuhkan fototerapi atau imunoterapi Jika membaik rujuk kembali ke PPK 1
kulit Pemeriksaan penunjang: Uji tempel bila diperlukan Psikoterapi (konsultasi) Edukasi Jika sudah membaik rujuk kembali ke PPK 2
12. Dermatitis numularis Anamnesis Pemeriksaan fisik dan status
dermatovenerologis Tatalaksana simptomatis Edukasi Rujuk PPK 2 jika dalam 2 kali pengobatan tidak ada penyembuhan dan muncul komplikasi
Anamnesis Pemeriksaan fisik dan status dermatovenerologis Tatalaksana dengan prinsip mengurangi pruritus, menekan inflamasi, dan menjaga hidrasi kulit Pemeriksaan penunjang: Uji tempel bila diperlukan Edukasi Jika membaik rujuk kembali ke PPK 1 Rujuk PPK 3 jika tidak membaik atau muncul komplikasi
Anamnesis Pemeriksaan fisik dan status dermatovenerologis Tatalaksana dengan prinsip mengurangi pruritus, menekan inflamasi, dan menjaga hidrasi kulit Pemeriksaan penunjang: Uji tempel bila diperlukan Konsultasi multidisiplin jika perlu Edukasi
13. Morbili Anamnesis Pemeriksaan fisik dan status DV dan tanda Koplik Spot Pemeriksaan penunjang: o Pemeriksaan darah Tatalaksana komprehesif Edukasi Rujuk PPK 2/ PPK 3 jika ada komplikasi atau untuk kasus pada bayi dan geriatri atau pasien immunokompromais
Anamnesis Pemeriksaan fisik dan status DV dan tanda Koplik Spot Pemeriksaan penunjang: o Pemeriksaan darah o Pemeriksaan serologi Tatalaksana komprehesif Edukasi Jika membaik rujuk kembali ke PPK 1 Rujuk ke PPK 3 jika ada komplikasi atau memerlukan penanganan lanjutan
Anamnesis Pemeriksaan fisik dan status DV dan tanda Koplik Spot Pemeriksaan penunjang: o Pemeriksaan darah o Pemeriksaan serologi Evaluasi pengobatan Tatalaksana komprehesif Edukasi
97
14. Varisela Anamnesis Pemeriksaan fisik dan status DV Tatalaksana komprehesif Edukasi Rujuk PPK 2/ PPK 3 jika ada komplikasi atau untuk kasus pada bayi atau geriatri atau pasien immunokompromais
Anamnesis Pemeriksaan fisik dan status DV Tatalaksana komprehesif Rawat untuk kasus tertentu Edukasi Jika membaik rujuk kembali ke PPK 1 Rujuk ke PPK 3 jika untuk kasus berat yang membutuhkan terapi antiviral intravena
Anamnesis Pemeriksaan fisik dan status DV Pemeriksan sitology Tzanck Smear Dokumentasi fotografi (bila tersedia) Tatalaksana komprehesif Rawat untuk kasus tertentu Edukasi
15. Herpes Simpleks Anamnesis Pemeriksaan fisik dan status DV Tatalaksana komprehesif Edukasi Rujuk ke PPK 2/ PPK 3 jika ada komplikasi atau pasien bayi dan geriatri atau pasien imunokompromais
Anamnesis Pemeriksaan fisik dan status DV Pemeriksaan penunjang: o Pemeriksaan mikroskopik Tatalaksana komprehesif Konsultasi dan rawat bersama multidisiplin bila perlu Edukasi Jika membaik rujuk kembali ke PPK 1 Rujuk ke PPK 3 jika terjadi komplikasi dan tidak ada perbaikan
Anamnesis Pemeriksaan fisik dan status DV Dokumentasi fotografi (bila tersedia) Pemeriksaan penunjang: o Pemeriksaan mikroskopik o Serologis (bila ada) Tatalaksana komprehesif Konsultasi dan rawat bersama multidisiplin bila perlu Edukasi
16. Impetigo/ impetigo ulseratif Anamnesis Pemeriksaan fisik dan
status DV Tatalaksana komprehesif Edukasi Rujuk ke PPK 2 jika ada komplikasi, tidak membaik dalam 1 minggu, dan dalam keadaan komorbid (bila ada SpKK dan
Anamnesis Pemeriksaan fisik dan status DV Dilakukan pemeriksaan penunjang Tatalaksana komprehesif Rawat inap sesuai indikasi untuk erysipelas, selulitis, flegmon Edukasi Jika membaik rujuk kembali ke PPK 1
Anamnesis Pemeriksaan fisik dan status DV Dokumentasi fotografi (bila tersedia) Dilakukan pemeriksaan penunjang Evaluasi pengobatan dan sensitivitas tes Tatalaksana komprehesif Rawat inap sesuai indikasi untuk
98
fasilitas) atau PPK 3 Rujuk ke PPK 3 jika ada komplikasi, tidak membaik dengan pengobatan, dan dalam keadaan komorbid, memerlukan kultur
erysipelas, selulitis, flegmon Edukasi
17. Folikulitis Superficialis, Furunkel, Karbunkel
Anamnesis Pemeriksaan fisik dan status DV Pemeriksaan penunjang (jika perlu dan fasilitas memadai): o Pemeriksaan mikroskopis Tatalaksana sesuai etiologi Edukasi
Rujuk ke PPK 2 (bila ada SpKK dan fasilitas) atau PPK 3 jika : Ada komplikasi (erisipelas, sellulitis, ulkus, limfangitis,
limfadenitis supuratif, bakteriemia (sepsis)) Tidak membaik dalam 1 minggu, dan dalam keadaan komorbid
Anamnesis Pemeriksaan fisik dan status DV Pemeriksaan penunjang (jika perlu): o Pemeriksaan mikroskopis o Kultur dan resistensi dari spesimen lesi Tatalaksana sesuai etiologi Edukasi Jika membaik rujuk kembali ke PPK 1 Rujuk PPK 3 bila kasus berat dan memerlukan kultur
Anamnesis Pemeriksaan fisik dan status DV Dokumentasi fotografi (bila tersedia) Pemeriksaan penunjang (jika perlu): o Pemeriksaan mikroskopis o Kultur dan resistensi dari
specimen lesi o Kultur dan resistensi darah bila diduga bakteremia Evaluasi pengobatan Tatalaksana sesuai etiologi Edukasi
18. Lepra Anamnesis Pemeriksaan fisik dan status DV Tatalaksana komprehesif Edukasi Rujuk ke PPK 2 (bila ada SpKK dan fasilitas) Rujuk PPK 3 jika terdapat
Anamnesis Pemeriksaan fisik dan status DV Pemeriksaan penunjang: o Pemeriksaan slit skin smear o Pemeriksaan mikroskopik Tatalaksana komprehesif Edukasi Jika membaik rujuk kembali ke
Anamnesis Pemeriksaan fisik dan status DV Dokumentasi fotografi (bila tersedia) Pemeriksaan penunjang: o Pemeriksaan slit skin smear o Pemeriksaan mikroskopik o Biopsy
99
efek samping obat yang serius, terdapat reaksi kusta, dan komplikasi
PPK 1 Rujuk ke PPK 3 jika terdapat relaps atau rekuren
Evaluasi pengobatan Tatalaksana komprehesif Edukasi 19. Tinea Anamnesis Pemeriksaan fisik dan status
DV Pemeriksaan Penunjang: Pemeriksaan mikroskopis Tatalaksana simptomatis dan etiologis (anti jamur) Edukasi: o Tata cara pemakaian obat o Pemutusan rantai
penularan o Tidak berbagi penggunaan barang pribadi dengan orang lain Rujuk ke PPK 2 (bila ada
SpKK dan fasilitas) atau PPK 3 bila o > dari 10 % luas
permukaan tubuh atau o tidak membaik dengan terapi standar dalam 2 minggu atau
Rujuk PPK 2/ PPK 3 bila pasien imunokompromais
Anamnesis Pemeriksaan fisik dan status DV Pemeriksaan Penunjang: o Pemeriksaan mikroskopis o Pemeriksaan Lampu Wood (bila ada) Tatalaksana simptomatis dan etiologis (anti jamur) Edukasi: o Tata cara pemakaian obat o Pemutusan rantai penularan Jika membaik rujuk kembali ke PPK
1 Rujuk ke PPK 3 jika tidak ada perbaikan dengan terapi 3 bulan atau ada penyulit atau memerlukan kultur dan biopsi
Anamnesis Pemeriksaan fisik dan status DV Dokumentasi fotografi (bila tersedia) Pemeriksaan Penunjang: o Pemeriksaan mikroskopis o Pemeriksaan Lampu Wood o Kultur Jamur bila perlu Evaluasi pengobatan Tatalaksana simptomatis dan etiologis (anti jamur) Edukasi: o Tata cara pemakaian obat o Pemutusan rantai penularan
20. Pitiriasis Versikolor Anamnesis Pemeriksaan fisik dan status DV termasuk tanda finger nail Tatalaksana komprehesif
Anamnesis Pemeriksaan fisik dan status DV termasuk tanda finger nail Pemeriksaan penunjang (jika
Anamnesis Pemeriksaan fisik dan status DV termasuk tanda finger nail Pemeriksaan penunjang:
100
Edukasi: o Usahakan pakaian tidak lembab Rujuk ke PPK 2 jika tidak
responsif pengobatan dalam 2 minggu atau ada penyulit atau pasien imunokompromais
fasilitas memadai): o Pemeriksaan Lampu Wood o Pemeriksaan mikroskopik (tanda spaghetti and meatball) Tatalaksana komprehesif Edukasi Jika membaik rujuk kembali ke PPK 1 Rujuk ke PPK 3 jika tidak
responsive pengobatan dalam 3 bulan dan ada penyulit
o Pemeriksaan Lampu Wood o Pemeriksaan mikroskopik (tanda spaghetti and meatball) Evaluasi pengobatan Tatalaksana komprehesif Edukasi
21. Napkin Ekzema Anamnesis Pemeriksaan fisik dan status DV Tatalaksana dengan prinsip mengurangi gejala dan mencegah bertambah beratnya lesi Edukasi Rujuk ke PPK 2 jika tidak responsive pengobatan dalam 2 minggu atau ada penyulit atau pasien imunokompromais
Anamnesis Pemeriksaan fisik dan status DV Pemeriksaan penunjang : o Pemeriksaan KOH/gram Tatalaksana dengan prinsip mengurangi gejala dan mencegah bertambah beratnya lesi Tatalaksana pemberian farmakoterapi untuk menekan inflamasi dan mengatasi infeksi kandida Edukasi Jika membaik rujuk kembali ke PPK1 Rujuk ke PPK 3 jika keluhan tidak membaik 2 minggu atau memerlukan pemeriksaan lanjutan
Anamnesis Pemeriksaan fisik dan status DV Dokumentasi fotografi (bila tersedia) Pemeriksaan penunjang : o Pemeriksaan KOH/gram Tatalaksana dengan prinsip mengurangi gejala dan mencegah bertambah beratnya lesi Tatalaksana pemberian farmakoterapi untuk menekan inflamasi dan mengatasi infeksi kandida Edukasi
22. Dermatitis Seboroik Anamnesis Pemeriksaan fisik dan status
DV Tatalaksana dengan prinsip menghilangkan dan
Anamnesis Pemeriksaan fisik dan status DV Tatalaksana dengan prinsip menghilangkan dan mengeluarkan skuama dan krusta, menghambat
Anamnesis Pemeriksaan fisik dan status DV Dokumentasi fotografi (bila tersedia) Tatalaksana dengan prinsip
101
mengeluarkan skuama dan krusta, menghambat kolonisasi jamur, mengkontrol infeksi sekunder, mengurangi eritema dan gatal Edukasi Rujuk PPK 2 (bila ada SpKK dan fasilitas) /PPK 3 jika tidak membaik selama 2 minggu terapi atau rekalsitran atau terdapat kelainan sistemik atau lesi luas atau HIV/AIDS,
kolonisasi jamur, mengkontrol infeksi sekunder, mengurangi eritema dan gatal Edukasi Jika membaik rujuk kembali ke PPK1 Rujuk ke PPK 3 jika keluhan tidak membaik atau memerlukan fototerapi
menghilangkan dan mengeluarkan skuama dan krusta, menghambat kolonisasi jamur, mengkontrol infeksi sekunder, mengurangi eritema dan gatal + fototerapi Edukasi
23. Ptiriasis Rosea Anamnesis Pemeriksaan fisik dan status DV Tatalaksana tidak diperlukan bila tanpa komplikasi Edukasi
Rujuk ke PPK 2 (bila ada SpKK dan fasilitas) /PPK 3 jika: Tidak membaik selama 2 minggu terapi atau rekalsitran Terdapat kelainan sistemik
atau lesi luas atau HIV/AIDS. maka
Anamnesis Pemeriksaan fisik dan status DV Tatalaksana tidak diperlukan bila tanpa komplikasi Tatalaksana bila perlu Edukasi Jika membaik rujuk kembali ke PPK1 Rujuk ke PPK 3 jika keluhan tidak membaik dalam 6 minggu atau memerlukan fototerapi
Anamnesis Pemeriksaan fisik dan status DV Dokumentasi fotografi (bila tersedia) Tatalaksana tidak diperlukan bila tanpa komplikasi Tatalaksana bila perlu : o Kortikosteroid topikal o Fototerapi Edukasi
24. Acne Vulgaris Anamnesis Pemeriksaan fisik dan status DV Tatalaksana tidak diperlukan bila tanpa komplikasi Edukasi Rujuk ke PPK 2 (bila ada
Anamnesis Pemeriksaan fisik dan status DV Pemeriksaan penunjang Tatalaksana tidak diperlukan bila tanpa komplikasi Edukasi Jika membaik rujuk kembali ke PPK
Anamnesis Pemeriksaan fisik dan status DV Dokumentasi fotografi (bila tersedia) Pemeriksaan penunjang : o Kultur Surgical care
102
SpKK dan fasilitas) / PPK 3 bila Acne papulopustulosa, acne nodulokistik dan acne fulminan maka
1 Rujuk ke PPK 3 jika keluhan tidak membaik dengan terapi selama 8 minggu
Edukasi Jika membaik rujuk kembali ke PPK 2
25. Dermatitis Perioral Anamnesis Pemeriksaan fisik dan status DV Pemeriksaan penunjang tidak
diperlukan tanpa komplikasi Tatalaksana mengurangi pruritus dan menekan inflamasi Edukasi Jika tidak membaik selama 2 minggu terapi maka rujuk ke PPK 2 (bila ada SpKK dan fasilitas) atau PPK 3
Anamnesis Pemeriksaan fisik dan status DV Pemeriksaan penunjang tidak diperlukan tanpa komplikasi Pemberian farmakoterapi Tatalaksana mengurangi pruritus dan menekan inflamasi Edukasi Jika membaik rujuk kembali ke PPK1 Rujuk ke PPK 3 jika keluhan tidak membaik selama 2 minggu terapi
Anamnesis Pemeriksaan fisik dan status DV Dokumentasi fotografi (bila tersedia) Pemeriksaan penunjang tidak diperlukan tanpa komplikasi Pemberian farmakoterapi Tatalaksana mengurangi pruritus dan menekan inflamasi Edukasi Jika membaik rujuk kembali ke PPK 2
26. Miliaria Anamnesis Pemeriksaan fisik dan status DV Pemeriksaan penunjang umunya tidak diperlukan Tatalaksana mengurangi pruritus, menekan inflamasi dan membuka retensi keringat Edukasi : o Melakukan modifikasi gaya
hidup o Memakai pakaian yang tipi dan dapat menyerap keringat o Menghindari panas dan kelembapan yang
Anamnesis Pemeriksaan fisik dan status DV Pemeriksaan penunjang umumnya tidak diperlukan Tatalaksana mengurangi pruritus, menekan inflamasi dan membuka retensi keringat Tatalaksana memberikan farmakoterapi Edukasi : o Melakukan modifikasi gaya hidup o Memakai pakaian yang tipi dan
dapat menyerap keringat o Menghindari panas dan kelembapan yang berlebihan o Menjaga kebersihan kulit
Anamnesis Pemeriksaan fisik dan status DV Dokumentasi fotografi (bila tersedia) Pemeriksaan penunjang umumnya tidak diperlukan Tatalaksana mengurangi pruritus, menekan inflamasi dan membuka retensi keringat Tatalaksana memberikan farmakoterapi Edukasi : o Melakukan modifikasi gaya
hidup o Memakai pakaian yang tipi dan dapat menyerap keringat
103
berlebihan o Menjaga kebersihan kulit o Mengusahakan ventilasi yang baik Jika tidak membaik selama 2
minggu terapi maka rujuk ke PPK 2 (bila ada SpKK dan fasilitas) atau PPK 3
o Mengusahakan ventilasi yang baik Jika membaik rujuk kembali ke PPK1 Rujuk ke PPK 3 jika keluhan tidak
membaik diberi pengobatan 2 minggu
o Menghindari panas dan kelembapan yang berlebihan o Menjaga kebersihan kulit o Mengusahakan ventilasi yang baik Jika membaik rujuk kembali ke
PPK 2 27. Urtikaria Akut Anamnesis Pemeriksaan fisik dan status DV Tatalaksana simptomatis
(antihistamin) Atasi keadaan akut terutama pada angioderma karena dapat terjadi obstruksi saluran napas Edukasi Rujuk ke PPK 2 jika keluhan tidak membaik dalam 3 kali pengobatan Kasus berat/kronik rujuk PPK 2 dengan Sp. KK atau PPK 3
Anamnesis Pemeriksaan fisik dan status DV Pemeriksaan penunjang : o Darah perifer lengkap o Urinalisis o Feses lengkap o Uji dermografisme o Uji provokasi (ice cube, air hangat) o Uji kulit (bila ada) o Uji tusuk (bila ada) Tatalaksana o Atasi keadaan akut terutama
pada angioderma karena dapat terjadi obstruksi saluran napas. Dapat dilakukan di unit gawat darurat bersama-sama dengan / atau dikonsulkan ke Sp. THT o Terapi topikal o Terapi sistemik Edukasi Rujuk ke PPK 3 o Identifikasi o Komplikasi / keluhan tidak membaik
Anamnesis Pemeriksaan fisik dan status DV Dokumentasi fotografi (bila tersedia) Pemeriksaan penunjang : o Darah perifer lengkap o Urinalisis o Feses lengkap o IgE total o CRP o Uji kulit jika memenuhi syarat o Uji dermografism o Uji ice cube o Uji tusuk standar o Uji eliminasi makanan Tatalaksana Atasi keadaan akut terutama pada angioderma karena dapat terjadi obstruksi saluran napas. Dapat dilakukan di unit gawat darurat bersama-sama dengan / atau dikonsulkan ke Sp. THT Terapi topikal Terapi sistemik Edukasi
104
Jika membaik rujuk kembali ke PPK 1
Jika membaik rujuk kembali ke PPK 2
28. Eksantematous Drug Eruption, Fixed Drug Eruption
Anamnesis Pemeriksaan fisik dan status DV Pemeriksaan penunjang tidak diperlukan tanpa komplikasi Tatalaksana mengurangi
pruritus, menekan inflamasi Edukasi Rujuk ke PPK 2 (bila ada SpKK dan fasilitas) atau ke PPK 3 o Jika lesi luas termasuk
mukosa (kemungkinan SJS) serta dengan gejala sistemik o Memerlukan uji pembuktian obat yang diduga sebagai penyebab o Pada pasien imunokompromais o Jika keluhan tidak membaik dalam 5 hari
Anamnesis Pemeriksaan fisik dan status DV Pemeriksaan penunjang tidak diperlukan tanpa komplikasi Tatalaksana mengurangi pruritus, menekan inflamasi Tatalaksana pemberian farmakoterapi Edukasi Jika membaik rujuk kembali ke PPK1 Rujuk ke PPK 3 jika keluhan tidak membaik dalam 5 hari atau terdapat komplikasi sistemik berat
Anamnesis Pemeriksaan fisik dan status DV Dokumentasi fotografi (bila tersedia) Pemeriksaan penunjang tidak diperlukan tanpa komplikasi Tatalaksana mengurangi pruritus, menekan inflamasi Tatalaksana pemberian farmakoterapi Edukasi Jika membaik rujuk kembali ke PPK 2 atau PPK 1
29. Ulkus kronik pada tungkai bawah Anamnesis Pemeriksaan fisik dan status
DV Pemeriksaan penunjang (sesuai dengan kemungkinan penyebab) o Pemeriksaan darah
lengkap
Anamnesis Pemeriksaan fisik dan status DV Pemeriksaan penunjang (sesuai dengan kemungkinan penyebab) o Pemeriksaan darah lengkap o Urinalisa o Pemeriksaan gula darah
Anamnesis Pemeriksaan fisik dan status DV Pemeriksaan penunjang : o Kultur bila perlu o Doppler bila perlu Dokumentasi fotografi (bila tersedia) Tatalaksana komprehensif
105
o Urinalisa o Pemeriksaan kadar gula
dan kolesterol Tatalaksana : sesuai jenis
ulkus Edukasi Kriteria Rujukan PPK 2 (bila ada SpKK dan fasilitas) atau ke PPK 3 o Sudah diterapi selama 2
minggu tidak membaik o Dengan komplikasi o Komorbiditas dengan penyakit lain o Pada pasien imunokompromais
o Kolesterol Tatalaksana komprehensif Edukasi Kriteria Rujukan PPK 3 Dengan komplikasi Memerlukan tindakan operatif atau
invasif lanjut Memerlukan pemeriksaan lanjutan untuk pelacakan kausa Jika membaik rujuk kembali ke PPK
1
Edukasi Rawat bersama multi disiplin bila perlu Jika membaik rujuk kembali ke PPK 2
30. Lipoma Anamnesis Pemeriksaan fisik dan status DV Tatalaksana Biasanya Lipoma tidak perlu
dilakukan tindakan apapun. o Pembedahan o Dengan indikasi : kosmetika tanpa keluhan lain. o Cara eksisi Lipoma dengan melakukan sayatan di atas benjolan, lalu mengeluarkan jaringan lipoma o Terapi pasca eksisi: antibiotik, anti nyeri
Anamnesis Pemeriksaan fisik dan status DV Pemeriksaan penunjang : Dapat dilakukan tusukan jarum halus untuk mengetahui isi massa. Tatalaksana Komprehensif Kriteria rujukan PPK 3 o Massa ukuran > 2 cm dengan
pertumbuhan yang cepat. o Ada gejala nyeri spontan maupun
tekan. o Predileksi di lokasi yang berisiko
bersentuhan dengan pembuluh darah atau saraf. Jika membaik rujuk kembali ke PPK
1
Anamnesis Pemeriksaan fisik dan status DV Pemeriksaan penunjang: Pemeriksaan radiologi bila perlu Dokumentasi fotografi (bila tersedia) Tatalaksana Komprehensif Rawat bersama multi disiplin sesuai komplikasi bila perlu Jika membaik rujuk kembali ke PPK 2
106
o Simtomatik: obat anti nyeri Kriteria rujukan PPK 2 (bila ada SpKK dan fasilitas) atau PPK 3 o Kriteria ukuran lebih dari 2
cm o lokasi pada tempat yang sulit dan vital o Jumlah lebih dari satu. o Memerlukan anestesi sedasi
31. Veruka Vulgaris Anamnesis Pemeriksaan fisik dan status DV Tatalaksana: Pengobatan topikal dilakukan dengan pemberian bahan kaustik Edukasi Kriteria rujukan PPK 2 (bila ada SpKK dan fasilitas) atau PPK 3 o Kesulitan penegakan
diagnosis o Tidak tersedia bahan kaustik o Tidak respon terhadap terapi topikal o Tindakan yang memerlukan anestesi / sedasi.
Anamnesis Pemeriksaan fisik dan status DV Pemeriksaan penunjang : Pemeriksaan mikroskopis jika memungkinkan Tatalaksana Komprehensif Pengobatan topikal dilakukan dengan pemberian bahan kaustik Tindakan : Cryotherapy Kuretase atau eksisi pada lesi yang tidak respon terapi topikal Edukasi Kriteria Rujukan ke PPK 3: o Diagnosis belum dapat
ditegakkan. o Belum membaik dengan terapi o Rekuren o Memerlukan imunoterapi
Jika membaik rujuk kembali ke PPK 1
Anamnesis Pemeriksaan fisik dan status DV Dokumentasi fotografi (bila tersedia) Pemeriksaan penunjang :
Pemeriksaan mikroskopis histopatologi Tatalaksana Komprehensif Pengobatan topikal dilakukan dengan pemberian bahan kaustik Tindakan : Cryotherapy Kuretase atau eksisi pada lesi yang tidak respon terapi topikal Laser Rawat bersama multi disiplin
sesuai komplikasi bila perlu Jika membaik atau perawatan post tindakan, rujuk kembali ke PK 2
107
32. Moluscum
Contagiosum Anamnesis Pemeriksaan fisik dan status DV. Tatalaksana Tindakan bedah kuretase /
enukleasi Terapi topikal Edukasi Kriteria rujukan PPK 2 (bila
ada SpKK dan fasilitas) atau PPK 3 o Tidak ditemukan badan
moluskum / tidak khas o MK multipel dan
komplikata o Tidak tersedia terapi
topikal o Terdapat penyakit
komorbiditas yang terkait dengan kelainan hematologi.
o Pasien dengan gangguan sistem imun ( seperti HIV/AIDS, kanker ) o Pada pasien yang tidak kooperatif
Anamnesis Pemeriksaan fisik dan status DV Pemeriksaanpenunjang : o Biasanya tidak diperlukan o Pemeriksaan mikroskopik pewarnaan Giemsa Tatalaksana o Tindakan bedah kuretase / enukleasi o Terapi topikal o Terapi Sistemik Edukasi Kriteria Rujukan PPK 3 o Pasien dengan gangguan sistem imun ( seperti HIV/AIDS, kanker )
Jika membaik rujuk kembali ke PPK 1
Anamnesis Pemeriksaan fisik dan status DV Dokumentasi fotografi (bila tersedia) Pemeriksaanpenunjang : Biasanya tidak diperlukan Pemeriksaan mikroskopik dengan pewarnaan Giemsa Pemeriksaan histopatologi bila lesi tidak khas MK. Tatalaksana Komprehensif Tatalaksana o Tindakan bedah kuretase /
enukleasi o Terapi topikal o Terapi Sistemik o Laser Edukasi Rawat bersama multi disiplin sesuai komplikasi bila perlu
33. Herpes Zoster Anamnesis Pemeriksaan fisik dan status DV Tatalaksana o Pengobatan topikal
Anamnesis Pemeriksaan fisik dan status DV Pemeriksaan penunjang : Pemeriksaan laboratorium (tzanck smear) bila memungkinkan
Anamnesis Pemeriksaan fisik dan status DV Dokumentasi fotografi (bila tersedia) Pemeriksaan penunjang :
108
o Pengobatan antivirus oral bila diperlukan
Edukasi Kriteria rujukan PPK 2 (bila ada SpKK dan fasilitas) atau PPK 3 o Jika ada komplikasi atau
usia >50 tahun dengan gambaran klinis berat o Zoster Oftalmikus dan Zoster Otikus
Tatalaksana Edukasi : Rujukan ke PPK 3 o Pada pasien imunokompromais o Jika memerlukan pemeriksaan lanjutan
Pemeriksaan laboratorium (tzanck smear, direct flourescent assay, PCR dan biopsi kulit) bila diperlukan Tatalaksana Komprehensif Edukasi Rawat bersama multi disiplin sesuai komplikasi bila perlu
109
PENYAKIT JANTUNG
No. Diagnosa Kode ICD X Penanganan Awal Penanganan
Lanjutan (Kontrol)
PPK I PPK II PPK III
1 Angina Pectoris I20.8 AP CCS I-II Pemberian Terapi Rawat Jalan Rujuk PPK 2 bila memelrukan rawat inap
AP CCS III-IV Pemberian Terapi Rawat Inap Non Revaskularisasi Rujuk Bila memerlukan revaskularisasi
AP CCS III-IV Yang memerlukan revaskularisasi
PPK II
2 UAP – NSTEMI I20.0; I20.4 Rujuk PPK 2 Pemberian Terapi Rawat Inap Non Revaskularisasi Rujuk Bila memerlukan revaskularisasi
Pemberian Terapi Rawat Inap bila memerlukan revaskularisasi
PPK II
3 STEMI I21.1; I21.2; I21.3
Rujuk PPK 2 Pemberian Terapi Rawat Inap Fibrinolisis Rujuk untuk PCI
Pemberian Terapi Rawat Inap untuk PCI
PPK II
4 Infark Miokard I21.1; I21.2; Rujuk PPK 2 Pemberian Terapi Rawat Inap
Pemberian Terapi Rawat Inap untuk
PPK II
110
Perioperatif I21.3 Fibrinolisis Rujuk untuk PCI
PCI
5 Syok Kardiogenik I50.1 Rujuk PPK 2 Pemberian Terapi Rawat Inap Medikamentosa (Non Invasive)
Pemberian Terapi Rawat Inap Medikamentosa & Invasive
PPK II
6 Kardiomiopati Dilatasi I42.0 Pemberian Terapi Rawat Jalan Bila kondisi stabil (Tidak didapatkan pemberatan gejala & tanda gagal jantung)
Pemberian Terapi Rawat Inap Medikamentosa (Non Invasive) (Bila didapatkan pemberatan gejala & tanda gagal jantung)
Pemberian Terapi Rawat Inap Medikamentosa & Invasive
PPK I/II
No. Diagnosa Kode ICD X Penanganan Awal Penanganan
Lanjutan (Kontrol)
PPK I PPK II PPK III
7 Kardiomiopati Hipertrofi
I42.1; I42.2 Rujuk PPK 2 Pemberian Terapi Rawat Jalan & Inap Medikamentosa (Non Invasive) (Bila terdapat pemberatan gejala & tanda gagal jantung dan
Pemberian Terapi Rawat Inap Medikamentosa & Invasive
PPK II
111
aritmia) 8 Gagal Jantung Akut I50; I50.21;
I50.23; I50.31; I50.33;
I50.41; I50.43
Rujuk PPK 2 Pemberian Terapi Rawat Inap Medikamentosa (Non Invasive)
Pemberian Terapi Rawat Inap Medikamentosa & Invasive
PPK II
9 Gagal Jantung Kronik I50.22; I50.32 Pemberian Terapi Rawat Jalan Bila kondisi stabil (Tidak didapatkan pemberatan gejala & tanda gagal jantung)
Pemberian Terapi Rawat Inap Medikamentosa (Non Invasive) (Bila didapatkan pemberatan gejala & tanda gagal jantung)
Pemberian Terapi Rawat Inap Medikamentosa & Invasive
PPK I/II
10 Hipertensi Primer
I10 Pemberian Terapi Rawat Jalan Bila kondisi stabil (Tidak didapatkan Krisis Hipertensi)
Pemberian Terapi Rawat Jalan & Inap Medikamentosa (Non Invasive) (Bila didapatkan Krisis Hipertensi)
Pemberian Terapi Rawat Inap Medikamentosa & Invasive
PPK I/II
11 Penyakit Jantung Hipertensi
I11.0; I11.9 Pemberian Terapi Rawat Jalan Bila kondisi stabil (Tidak didapatkan pemberatan gejala & tanda gagal
Pemberian Terapi Rawat Jalan & Inap Medikamentosa (Non Invasive) (Bila didapatkan pemberatan gejala & tanda gagal
Pemberian Terapi Rawat Inap Medikamentosa & Invasive
PPK I/II
112
jantung) jantung)
No. Diagnosa Kode ICD X Penanganan Awal Penanganan
Lanjutan (Kontrol)
PPK I PPK II PPK III
12 Supra Ventrikular Takikardia
I47.1; Rujuk PPK 2 Pemberian Terapi Rawat Jalan & Inap Medikamentosa (Non Invasive)
Pemberian Terapi Rawat Inap Medikamentosa & Invasive
PPK II
13 Ekstra Sistol Ventrikel I49.3 Rujuk PPK 2 Pemberian Terapi Rawat Jalan & Inap Medikamentosa (Non Invasive)
Pemberian Terapi Rawat Inap Medikamentosa & Invasive
PPK II
14 Takikardia Ventrikular I47.2 Rujuk PPK 2 Pemberian Terapi Rawat Inap Medikamentosa (Non Invasive)
Pemberian Terapi Rawat Inap Medikamentosa & Invasive
PPK II
15 Atrio Ventrikular Blok Derajat I
I44.0 Observasi - - PPK I
16 Atrio Ventrikular Blok Derajat II Tipe I dan
Tipe II I44.1 Rujuk PPK 2/ PPK
3 Rujuk Pemasangan pacu
jantung sementara kemudian pacu jantung permanen bila diperluikan
PPK II
113
17 Atrio Ventrikular Blok Derajat III
I44.2 Rujuk PPK 2/ PPK 3
Rujuk Pemasangan pacu jantung permanen
PPK II
18 Fibrilasi Atrium I48.0; I48.1; I48.2
Rujuk PPK 2 Pemberian Terapi Rawat Jalan & Inap Medikamentosa (Non Invasive)
Pemberian Terapi Rawat Inap Medikamentosa & Invasive
PPK II
19 Diseksi Aorta I71.0; I71.01; I71.02; I71.03
Rujuk PPK 2 Rujuk Pemberian Terapi Rawat Inap Medikamentosa & Invasive
PPK II
No. Diagnosa Kode ICD X Penanganan Awal Penanganan
Lanjutan (Kontrol)
PPK I PPK II PPK III
20 Aneurisma Aorta I71.1; I71.2; I71.3; I71.4
Rujuk PPK 2/ PPK 3
Rujuk Pemberian Terapi Rawat Inap Medikamentosa & Invasive
PPK II
21 Sindrom Raynaud’s I73.00; I73.01 Rujuk PPK 2/ PPK 3
Rujuk Pemberian Terapi Rawat Inap Medikamentosa & Invasive
PPK II
22 Penyakit Burger I73.1 Rujuk PPK 2/ PPK Rujuk Pemberian Terapi Rawat Inap
PPK II
114
3 Medikamentosa & Invasive
23 Stenosis Arteri Karotis I65.2 Rujuk PPK 2/ PPK 3
Rujuk Pemberian Terapi Rawat Inap Medikamentosa & Invasive
PPK II
24 Stenosis Arteri Renalis I70.1 Rujuk PPK 2/ PPK 3
Rujuk Pemberian Terapi Rawat Inap Medikamentosa & Invasive
PPK II
25 Iskemik Mesenterika K55.0 Rujuk PPK 2/ PPK 3
Rujuk Pemberian Terapi Rawat Inap Medikamentosa & Invasive
PPK II
26 Iskemia Tungkai Kronis Tidak Kritis
I70.21 Rujuk PPK 2/ PPK 3
Pemberian Terapi Rawat Jalan & Inap Medikamentosa (Non Invasive)
Pemberian Terapi Rawat Inap Medikamentosa & Invasive
PPK II
No. Diagnosa Kode ICD X Penanganan Awal Penanganan
Lanjutan (Kontrol)
PPK I PPK II PPK III
20 Aneurisma Aorta I71.1; I71.2; Rujuk PPK 2/ PPK Rujuk Pemberian Terapi Rawat Inap
PPK II
115
I71.3; I71.4 3 Medikamentosa & Invasive
21 Sindrom Raynaud’s I73.00; I73.01 Rujuk PPK 2/ PPK 3
Rujuk Pemberian Terapi Rawat Inap Medikamentosa & Invasive
PPK II
22 Penyakit Burger I73.1 Rujuk PPK 2/ PPK 3
Rujuk Pemberian Terapi Rawat Inap Medikamentosa & Invasive
PPK II
23 Stenosis Arteri Karotis I65.2 Rujuk PPK 2/ PPK 3
Rujuk Pemberian Terapi Rawat Inap Medikamentosa & Invasive
PPK II
24 Stenosis Arteri Renalis I70.1 Rujuk PPK 2/ PPK 3
Rujuk Pemberian Terapi Rawat Inap Medikamentosa & Invasive
PPK II
25 Iskemik Mesenterika K55.0 Rujuk PPK 2/ PPK 3
Rujuk Pemberian Terapi Rawat Inap Medikamentosa & Invasive
PPK II
26 Iskemia Tungkai Kronis Tidak Kritis
I70.21 Rujuk PPK 2/ PPK 3
Pemberian Terapi Rawat Jalan & Inap Medikamentosa
Pemberian Terapi Rawat Inap Medikamentosa &
PPK II
116
(Non Invasive) Invasive
No. Diagnosa Kode ICD X Penanganan Awal Penanganan
Lanjutan (Kontrol)
PPK I PPK II PPK III
27 Iskemia Tungkai Kronis Kritis
I70.22 Rujuk Pemberian Terapi Rawat Jalan & Inap Medikamentosa (Non Invasive)
Pemberian Terapi Rawat Inap Medikamentosa & Invasive
PPK II
28 Iskemia Ekstremitas Akut
I74.2; I74.3 Rujuk PPK 2/ PPK 3
Rujuk Pemberian Terapi Rawat Inap Medikamentosa & Invasive
PPK II
29 Emboli Paru I26 Rujuk PPK 2/ PPK 3
Rujuk Pemberian Terapi Rawat Inap Medikamentosa & Invasive
PPK II
30 Trombosis Vena Dalam
I82.4; I82.6 Rujuk PPK 2 Pemberian Terapi Rawat Jalan & Inap Medikamentosa (Non Invasive)
Pemberian Terapi Rawat Inap Medikamentosa & Invasive
PPK II
31 Arteriovenous Fistula I77.0 Rujuk PPK 2/ PPK 3
Rujuk Pemberian Terapi Rawat Inap Medikamentosa &
PPK II
117
Invasive 32 Insufisiensi Vena
Kronik I87.2 Rujuk PPK 2 Pemberian Terapi
Rawat Jalan & Inap Medikamentosa (Non Invasive)
Pemberian Terapi Rawat Inap Medikamentosa & Invasive
PPK II
33 Stenosis Mitral I05.0; I34.2 Rujuk PPK 2 Pemberian terapi suportif, Rujuk bila memerlukan tindakan invasif/ Pembedahan
Stenosis Mitral yang memerlukan tindakan invasif atau pembedahan
PPK II
No. Diagnosa Kode ICD X Penanganan Awal Penanganan
Lanjutan (Kontrol)
PPK I PPK II PPK III
34 Regurgitasi Mitral I05.1; I05.2; I34.0; I34.1; I23.4; I23.5
Rujuk PPK 2 regurgitasi sedang yang tidak memerlukan tindakan invasif. rujuk jika memerlukan tindakan invasif
regurgitas yang memerlukan tindakan invasif atau pembedahan. Regurgitasi berat yang tidak dapat dioperasi atau tidak mau dioperasi.
PPK II
118
35 Stenosis Aorta I06.0; I35.0 Rujuk PPK 2 Stenosis ringan-sedang yang tidak memerlukan tindakan intervensi. Rujuk bila memerlukan tindakan intervensi atau pembedahan
Stenosis yang memerlukan tindakan intervensi atau pembedahan. stenosis sedang-berat yang tidak dapat dioperasi atau tidak mau doperasi
PPK II
36 Regurgitasi Aorta I06.1; I06.2; I35.1; I35.2
Rujuk PPK 2 Regurgitasi ringan sedang yang tidak membutuhkan tindakan intervensi atau pembedahan Rujuk bila memerlukan tindakan invasif/ pembedahan.
Regurgitasi yang memerlukan tindakan intervensi/ pembedahan. Regurgitasi berat yang tidak dapat di lakukan tindkan invasif/ pembedahan.
PPK II
37 Stenosis Trikuspid I07.0; I07.1; I07.2
Rujuk PPK 2 Stenosis-regurgitasi trikuspid ringan yang tidak memerlukan tindakan invasif/ pembedahan. Rujuk bila memerlukan
Stenosis dan regurgitasi yang memerlukan tindakan pembedahan/ invasif.
PPK II
119
tindakan pembedahan.
No. Diagnosa Kode ICD X Penanganan Awal Penanganan
Lanjutan (Kontrol)
PPK I PPK II PPK III
38 Kelainan Katup Mitral, Aorta, Trikuspid
I08.3 Rujuk PPK 2 Kelainan katup mitral-aorta, trikuspid yang tidak memerlukan tindakan invasif/ pembedahan. Rujuk bila memerlukan tindakan pembedahan atau invasif.
Kelainan katup mitral, aorta dan trikuspid yang memerlukan tindakan invasif/ pembedahan
PPK II
Rekomendasi
1. Penunjukan FasKes sebagai PPK I yang dapat menerima kasus-kasus kardiovakular harus memiliki syarat minimal berupa : a. Memiliki dokter umum,dengan kemampuan membaca ecg untuk pasiennya sendiri b. Memiliki alat rekam jantung (ECG) c. Pasien yang kontrol di PPK I hanya boleh 3 bulan berturut-turut, di bulan ke 4, 8, 12, dst.. wajib kontrol ke PPK II atau III
2. Penunjukan RS sebagai PPK II yang dapat menerima rujukan kasus-kasus kardiovakular dari PPK I harus memiliki syarat minimal berupa :
120
a. Memiliki dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah atau Spesialis Penyakit Dalam b. Memiliki ICU/ICCU beserta sarana, prasarana dan SDM yang memadai c. Dapat menyediakan obat-obatan kardiovaskular sesuai Formularium Nasional d. Memilki fasilitas penunjang berupa Echocardiografi dan Treadmill Test
3. Penunjukan RS sebagai PPK III yang dapat menerima rujukan kasus-kasus kardiovakular dari PPK I harus memiliki syarat minimal
berupa : a. Memiliki dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah dengan kualifikasi Konsultan Intervensi, Echocardiografi, Rehabilitasi Jantung,
Imaging b. Memiliki ICU/ICCU beserta sarana, prasarana dan SDM yang memadai c. Memiliki Ruang Cath Lab untuk tindakan-tindakan invasif beserta sarana, prasarana dan SDM yang memadai d. Memiliki Fasilitas Transesofageal Echocardiografi e. Memilki fasilitasi Imaging Cardiology (MSCT Cardiac) f. Dapat menyediakan obat-obatan kardiovaskular sesuai Formularium Nasional
121
PEDOMAN PENANGANAN GAWAT DARURAT DI FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN No. BAGIAN DIAGNOSA ANAK 1. Anemia sedang
2. Apnea/gasping 3. Asfiksia neonatarum 4. Bayi ikterik, anak ikterik 5. Bayi kecil/ prematur 6. Cardiac arrest/ payah jantung 7. Cyanotic spell (penyakit jantung) 8. Diare profuse (> 10x/hr) disertai dehidrasi atau
tidak 9. Diphtery 10. Ditemukan bising jantung, aritmia 11. Edema/ bengkak seluruh badan 12. Epistaxis, tanda pedarahan lain disertai febris 13. Gagal ginjal akut 14. Gagal nafas akut 15. Gangguan kesadaran, fungsi vital masih baik 16. Hematuria 17. Hipertensi berat 18. Hipotensi/ syok ringan sd sedang 19. Intoksikasi (minyak tanah, baygon) keadaan
umum masih baik 20. Intoksikasi disertai gangguan fungsi vital 21. Kejang disertai penurunan kesadaran 22. Muntah profus( >6x/hari) disertai dehidrasi
maupun tidak 23. Panas tinggi > 40 ° celcius 24. Resusitasi cairan 25. Sangat sesak, gelisah, kesadaran menurun,
sianosis ada retraksi hebat (penggunaan otot pernfasan sekunder)
26. Sering kencing, kemungkinan diabetes 27. Sesak tapi kesadaran dan keadaan umum
masih baik 28. Shock berat (profound) : nadi tak teraba,
tekanan darah terukur 29. Tetanus 30. Tidak kencing > 8 jam 31. Tifus abdominalis dengan komplikasi 32. Pendarahan pada organ vital yang berlangsung
akut atau terus menerus (Syok hipovolumik) 33. Kegawatan onkologi : hiperleukositosis
(leukosit > 50.000), tumor lysis syndrome, Sindrom vena cava superior, demam neutropenia (ANC < 1000), pendesakan saraf oleh tumor
34. Gangguan elektrolit dan asam basa ( penurunan kesadaran)
35. Tanda bahaya pada demam berdarah: nyeri
122
perut berat, muntah terus menerus, trombositopenia < 100.000, tanda kebocoran plasma, syok)
36. Hipotermi (<36.5) 37. Febris tinggi pada balita > 38,50C 38. Hipoglikemia 39. Dehidrasi sedang sampai berat 40. Ketoasidosis diabetikum 41. Infeksi intracranial 42. Obstruksi saluran cerna 43. Sepsis / Infeksi Neonatus 44. Bayi Makrosomi (BB bayi > 4000gram) 45. Fetal Distress 46. Infant of diabetic mother (IDM) 47. Tetanus neonatorum 48. Cyanotic congenital heart disease 49. Kejang demam, riwayat kejang dalam 12 Jam 50. Labiopalatognatoskizis pada BBL atau dengan
gangguan ABC 51. Reaksi Alergi dengan risiko ABC
BEDAH 1. Abses cerebri 2. Abses submandibula 3. Amputasi penis 4. Anuria 5. Appendiccitis akut 6. Atresia ani ( anus malformasi) 7. Akut abdomen 8. BPH dengan retensio urin 9. Cedera kepala berat 10. Cedera kepala sedang 11. Cedera tulang belakang (vertebral) 12. Cedera wajah dengan gangguan jalan nafas 13. Cedera wajah tanpa gangguan jalan nafas,
antara lain : a. patah tulang hidung / nasal terbuka dan
tertutup b. patah tulang pipi ( zygoma) terbuka dan
tertutup c. patah tulang rahang (maksila dan
mandibula) terbuka dan tertutup 14. Cellulitis 15. Cholesistitis akut 16. Corpus allienum pada :
a. Leher b. Thorax c. Abdomen d. anggota gerak e. genitalia
17. CVA bleeding 18. Dislokasi persendian 19. Drawning 20. Flail Chest
123
21. Fraktur tulang kepala 22. Gastroskisis 23. Gigitan binatang/ manusia 24. Hanging 25. Hematothorax dan pneumothorak 26. Hematuria 27. Hemorrhoid grade IV (dengan tanda
strangulasi) 28. Hernia incarcerata 29. Hydrocephalus dengan TIK meningkat 30. Hirsprung's disease 31. Ileus obstruktif 32. Internal bleeding 33. Luka Bakar 34. Luka terbuka daerah abdomen 35. Luka terbuka daerah kepala 36. Luka terbuka daerah thorax 37. Meningokel/ myelokel pecah 38. Multiple Trauma 39. Omfalokel pecah 40. Pankreatitis akut 41. Patah tulang dengan dugaan cidera pembuluh
darah 42. Patah tulang iga multiple 43. Patah tulang leher 44. Patah tulang terbuka 45. Patah tulang tertutup 46. Periappendikular infiltrat 47. Peritonitis generalisata 48. Pleghmon dasar mulut 49. Priapismus 50. Prolaps uteri 51. Rectal bleeding 52. Ruptur otot dan tendon 53. Strangulasi penis 54. Shock neurogenik 55. Tension Pneumothorak 56. Tetanus generalisata 57. Tenggelam 58. Torsio testis 59. Tracheoesophagus fistule 60. Trauma tajam dan tumpul daerah leher 61. Trauma tumpul abdomen 62. Trauma thorax 63. Trauma Muskuloskeletal 64. Trauma spiral 65. Trauma amputasi 66. Tumor otak dengan penurunan kesadaran 67. Unstable pelvic 68. Urosepsis
Kardiovaskuler 1. Aritmia 2. Aritmia dan shock
124
3. Angina pektoris 4. Cor pulmonal dekompensata yang akut 5. Edema paru akut 6. Henti jantung 7. Hipertensi berat dengan komplikasi ( HT
encephalopati, CVA) 8. Infark myocard dengan komplikasi ( shock) 9. Kelainan jaantung bawaan dngan gangguan
ABC ( Airway, Breathing, Circulation) 10. Kelaina katup jantung dengan gangguan ABC (
Airway, Breathing, Circulation) 11. Krisis Hipertensi 12. Myocarditis dengan shock 13. Nyeri dada 14. PEA ( Pulseless Electrical Activity) dan asistol 15. Sesak nafas karena payah jantung 16. Syndrome koroner akut 17. Syncope karena penyakit jantung
Kebidanan 1. Abortus 2. Atonia uteri 3. Distosia bahu 4. Eklampsia 5. Ekstraksi vakum 6. Infeksi nifas 7. Kehamilan ektopik terganggu 8. Perdarahan antepartum 9. Perdarahan post partum 10. Perlukaan jalan lahir 11. Pre eklampsia & eklampsia 12. Sisa plasenta
Mata 1. Benda asing di kornea / kelopak mata 2. Blenorhhoe / Gonoblenorhroe 3. Dakriosistitis akut 4. Endophtalmitis/ panophtalmitis 5. Glaukoma :
a. akut b. sekunder
6. Penurunan tajam penglihatan mendadak : 7. Sellulitis Orbita
a. Ablasio retina b. CRAO c. Vitreous bleeding
8. Semua kelainan kornea mata a. Erosi b. Ulkus/ abses c. Descematolis
9. Semua trauma mata a. Trauma tumpul b. Trauma fotoelektrik/ radiasi c. Trauma tajam/ tajam tembus
10. Trombosis sinus kavernosus 11. Tumor orbita dengan prdarahan
125
12. Uveitis/ skleritis/ iritasi Paru-paru 1. Asma bronkitis moderat sd severe
2. Aspirasi pneuminia 3. Emboli paru 4. Gagal nafas 5. Injury paru 6. Massive hemoptosis 7. Massive pleural effusion 8. Edema paru non kardiogenik 9. Open/ closed pneumothoraks 10. PPOK ekserbasasi akut 11. Pneumonia sepsis 12. Pneumothoraks ventil 13. Reccurent hemoptoe 14. Status Asmaticus 15. Tenggelam 16. Bronkhiolitis 17. Efusi pleura dengan sesak napas 18. Pneumonia yang mengganggu ABC 19. Empiema 20. Hidropneumothoraks 21. PPOK dengan CPC dekompesata 22. Status asmatikus
Penyakit Dalam 1. Demam berdarah dengue 2. Demam tifoid 3. Diphtery 4. Disequilibrium pasca HD 5. Gagal ginjal akut 6. GEA dan dehidrasi 7. Hematemesis melena 8. Hematoschezia 9. Hipertensi maligna 10. Intoksikasi opiat 11. Keracunan makanan 12. Keracunan obat 13. Koma metabolik 14. Keto Asidosis Diabetikum (KAD) 15. Leptospirosis 16. Malaria 17. Observasi shock 18. Demam Dengue dengan tanda bahaya ( lihat
warning sign) THT 1. Abses di bidang THT dan kepala leher
2. Benda asing laring/trakea/bronkus, dan benda asing tenggorokan
3. Benda asing telinga dan hidung 4. Disfagia 5. Obstruksi saluran nafas atas Gr II/III Jackson 6. Obstruksi saluran nafas atas GR IV Jackson 7. Otalgia akut ( apapun penyebabnya) 8. Parese ekstrimitas akut
top related