1.1 latar belakang -...
Post on 20-Jul-2019
224 Views
Preview:
TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Organisasi pariwisata dunia atau yang dikenal dengan World Tourism
Organization (WTO) menjelaskan bahwa sektor pariwisata telah menjadi bagian
yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia yang menyangkut aktivitas sosial
ekonomi dan merupakan salah satu motor penggerak untuk menghasilkan
pendapatan dan menciptakan lapangan kerja. Menurut WTO (2014), sektor
pariwisata telah menjadi salah satu industri terbesar di dunia, yang dilihat dari
perkembangan jumlah kunjungan wisatawan dan pendapatan yang diperoleh dari
wisatawan internasional.
Berdasarkan United Nations World Tourism Organization (2017),
kedatangan wisatawan internasional telah meningkat dari 25 juta secara global
pada tahun 1950 menjadi 278 juta pada tahun 1980. Kemudian pada tahun 2000
menjadi 674 juta dan di tahun 2016 menjadi 1.235 juta wisatawan. Selanjutnya
juga terjadi peningkatan penerimaan pariwisata internasional yang diterima dari
negara yang dikunjungi di seluruh dunia dan terjadi lonjakan dari US$ 2 miliar
pada tahun 1950 ke US$ 104 miliar pada tahun 1980, US $ 495 miliar pada tahun
2000, dan US $ 1.220 miliar pada tahun 2016. Pariwisata internasional menempati
urutan ketiga setelah bahan kimia dan bahan bakar, dan pariwisata berada di atas
produk otomotif dan makanan.
2
Kontribusi sektor pariwisata internasional pada tahun 2016 sebesar 7%
dari ekspor barang dan jasa dunia, yang sebelumnya hanya mencapai 6% di tahun
2015. Pariwisata internasional telah tumbuh lebih cepat dari perdagangan dunia
selama lima tahun terakhir dan di banyak negara berkembang, pariwisata adalah
kategori ekspor teratas. Pariwisata juga telah menjadi salah satu sektor pendukung
utama pertumbuhan ekonomi di ASEAN dan telah terbukti tangguh di tengah
tantangan ekonomi global (UNWTO, 2017).
Menurut The World Travel and Tourism Council (WTTC, 2016),
pariwisata memberikan kontribusi terhadap PDB ASEAN sebesar 12,4% pada
tahun 2015 baik kontribusi secara langsung, tidak langsung maupun terimbas
(Gambar 1). Kontribusi langsung dari pariwisata mencerminkan pengeluaran
'internal' untuk perjalanan dan wisata, dalam artian uang yang digunakan
wisatawan untuk membayar semua kebutuhannya dan berbelanja, baik itu berupa
biaya wisata, penginapan hotel, transportasi ataupun makan di restoran.
Kontribusi tidak langsung dari pariwisata berupa multiplier effect, yakni
pemanfaatan uang tersebut bagi si penerima, lalu berputar dan berdampak
ekonomis bagi orang lain seperti pengembangan usaha dalam industri pariwisata
yang akan menciptakan kesempatan kerja, meningkatkan jumlah penyerapan
tenaga kerja dan mendorong masuknya Foreign Direct Investment (FDI).
Kontribusi berimbas diukur oleh pengeluaran wisatawan yang secara langsung
atau tidak langsung berkontribusi pada pariwisata seperti belanja makanan,
pakaian, dan pengeluaran rumah tangga.
3
Menurut WTTC (2016), pariwisata mempunyai multiplier effect yang
sangat luas, karena hampir seluruh sektor kegiatan seperti sektor jasa, industri,
transportasi, pertanian dan perdagangan dapat dihubungkan dengan dunia
kepariwisataan. Adanya pariwisata berdampak ekonomi baik secara langsung,
tidak langsung maupun berimbas. Besarnya kontribusi pariwisata (baik langsung,
tidak langsung maupun berimbas) terhadap PDB dunia khususnya ASEAN tahun
2015 dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
Sumber: WTTC, 2016
Gambar 1. Total Kontribusi Pariwisata terhadap PDB di Dunia
Tahun 2015 (dalam persen)
Terlihat pada gambar diatas, ASEAN adalah wilayah yang paling besar
merasakan kontribusi dari pariwisata terhadap PDB. Kontribusi pariwisata
terhadap peningkatan PDB yang secara langsung (direct) dapat dirasakan wilayah
ASEAN adalah sebesar 5% (paling tinggi bila di bandingkan dengan Afrika,
Amerika bahkan Eropa) dan kontribusi secara tidak langsung (indirect) lebih
besar dibandingkan wilayah lain di dunia, yaitu sekitar 6%. Total penerimaan
pariwisata di ASEAN sebesar 12,4%, lebih besar 2.8% dibanding Eropa.
4
Negara ASEAN memiliki pandangan yang sama mengenai potensi sektor
pariwisata terhadap pertumbuhan ekonomi. Salah satu indikator yang dapat
menunjukkan kondisi sektor pariwisata suatu negara adalah jumlah wisatawan
asing atau international tourist arrival, yang menunjukkan jumlah kunjungan
wisatawan mancanegara yang berwisata di suatu negara. Jumlah wisatawan asing
menjadi indikator pariwisata suatu negara karena peningkatan jumlah wisatawan
asing akan meningkatkan jumlah devisa negara tersebut. Suatu negara dapat
memiliki pendapatan lebih banyak dari setiap kunjungan wisatawan mancanegara.
Negara dengan kunjungan wisatawan asing yang lebih banyak menandakan
negara tersebut memiliki keunggulan destinasi berwisata. Berdasarkan Gambar 2
di bawah ini, kunjungan wisatawan setiap negara anggota ASEAN cenderung
mengalami peningkatan dari tahun 2013 hingga 2015.
Sumber: Sekertariat ASEAN, 2017
Gambar 2. Kunjungan Wisatawan Asing Tahun 2013-2015 (ribu jiwa)
0
20,000,000
40,000,000
60,000,000
80,000,000
100,000,000
120,000,000
Kamboja Indonesia Laos Malaysia Myanmar Filipina Thailand Vietnam ASEAN
2013 2014 2015
5
Peningkatan kunjungan wisatawan di ASEAN hampir di alami oleh setiap
negara. Negara Thailand dan Malaysia menjadi destinasi unggulan di ASEAN
dilihat dari jumlah wisatawan asing yang datang, meskipun dari tahun 2014 ke
2015 terjadi penurunan jumlah kunjungan wisatawan asing ke Malaysia. Jumlah
wisatawan yang tinggi dapat memberikan gambaran bahwa negara (wilayah)
tersebut memiliki keunggulan (keunikan) tersendiri yang dapat dijadikan potensi
daya tarik baik dari keadaan alam, budaya atau kuliner.
Selain peningkatan jumlah wisatawan mancanegara, indikator lain yang
menggambarkan perkembangan pariwisata adalah besarnya penerimaan sektor
pariwisata terhadap PDB suatu negara. Menurut WTTC (2017) memperlihatkan
adanya peningkatan atas penerimaan sektor pariwisata (direct contribution)
negara-negara di ASEAN dari tahun 2009 hingga 2016.
Sumber: WTTC, 2016
Gambar 3. Penerimaan Sektor Pariwisata Delapan Negara di ASEAN
Tahun 2009 dan 2016 (dalam Milyar US $)
1.35
12.95
0.37
11.23
0.51
11.4
21.39
6.36
2.87
18.03
0.59
14.7
1.98
25.05
39.58
11.91
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
CAMBODIA INDONESIA LAOS MALAYSIA MYANMAR PHILIPPINES THAILAND VIETNAM
2009 2016
6
Penerimaan sektor pariwisata cenderung meningkat dari tahun 2009
hingga 2016 pada delapan negara di ASEAN. Hal ini dapat memberikan
gambaran bahwa perkembangan pariwisata di ASEAN berlangsung baik dan
meningkat dalam 8 tahun terahir. Berdasarkan gambar diatas, sektor pariwisata
dapat menjadi salah satu yang diandalkan di setiap negara karena besarnya yang
terus meningkat dari tahun ke tahun. Tidak hanya penerimaan sektor pariwisata
yang terus meningkat dari tahun ke tahun, PDB per kapita juga mengalami
peningkatan dari tahun 2008-2016 yang dilihat dari Gambar 4 berikut ini. Gambar
4 memberikan gambaran secara umum tiap negara mengalami peningkatan PDB
per kapita dari tahun 2008 hingga tahun 2016.
Gambar 4. Diagram PDB per Kapita Delapan Negara di ASEAN tahun 2008 dan
2016 (dalam US $)
76
3.6
9
28
76
.89
10
09
.46
88
90
.79
82
6.0
9 20
20
.15
48
00
.81
11
92
.00
10
79
.11
39
74
.73
16
42
.73
11
03
1.8
2
14
08
.14
27
52
.11
59
10
.45
17
35
.29
0.00
2000.00
4000.00
6000.00
8000.00
10000.00
12000.00
sumber: world bank (harga konstan 2010)
2008 2016
7
Negara Malaysia, Thailand dan Indonesia berturut-turut adalah negara
dengan PDB tertinggi diantara delapan negara tersebut. Masing-masing negara
mengalami peningkatan PDB per kapita dari tahun 2008 hingga 2016. Menurut
Sequira dan Nunes (2008), negara high income tidak terlalu merasakan
keuntungan dari sektor pariwisata, hanya negara low income yang akan lebih
merasakan keuntungan dari sektor pariwisata. Merujuk pada WTTC (2016),
negara berpenghasilan rendah (low income) adalah negara yang PDB per kapita-
nya kurang dari atau sama dengan $ 13,700 dan berdasarkan hal tersebut, delapan
negara di atas (Cambodia, Laos, Indonesia, Malaysia, Myanmar, Phillipines,
Thailand dan Vietnam) termasuk dalam kategori negara low income.
Bank Dunia menegaskan peran pariwisata selain untuk mendorong
pertumbuhan PDB, meningkatkan intensitas perdagangan internasional, pariwisata
juga dapat menambah nilai investasi global. Pariwisata dapat menjadi media bagi
para investor untuk berinvestasi. Investasi yang semakin meningkat akan
meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Todaro (2006) menyebutkan pertumbuhan
merupakan fungsi dari investasi. Menurut data yang diberikan Kantor Staf
Presiden, dibandingkan dengan negara-negara ASEAN, Indonesia menempati
peringkat 1 di awal tahun 2015 untuk porsi investasi, yaitu sebesar 31% dan
diikuti oleh Vietnam 17% dan Malaysia 16%. Padahal, secara umum investasi ke
ASEAN turun 3,2% dibandingkan periode sebelumnya. Sementara, dibandingkan
periode tahun sebelumnya, investasi ke Indonesia justru naik sangat pesat, yaitu
62,4%. Investasi terutama di bidang pariwisata akan meningkatkan PDB perkapita
karena investasi juga akan meningkatkan kesempatan kerja.
8
Tabel 1. Nilai Investasi di 8 Negara ASEAN tahun 2014-2015
Negara
Nilai PMA masuk
(USD juta) Porsi
2015
(%)
Pertumbuhan
2014 (s1) 2014 (s2) 2015 (s1) S-o-S Y-o-Y
Indonesia 8,413 8,470 13,666 31% 61.3% 62.4%
Vietnam 7,504 16,274 7,532 17% -53.7% 0.4%
Malaysia 13,813 4,882 7,010 16% 43.6% -49.2%
Thailand 1,734 6,654 4,079 9% -38.7% 135.2%
Myanmar 1,893 2,925 4,066 9% 39.0% 114.8%
Filipina 5,353 1,677 2,788 6% 66.3% -47.9%
Kamboja 795 1,314 666 2% -49.3% -16.2%
Laos 861 155 294 1% 89.9% -65.8%
Sumber: kantor staf presiden, harga berlaku 2015.
Hubungan antara pertumbuhan pariwisata dan perekonomian dikenal
sebagai Tourism Led Growth hypothesis (TLG hypothesis). Penelitian pertama
mengenai TLG hipotesis dilakukan oleh Balaguer & Cantavella-Jordá (2002),
menjelaskan adanya hubungan yang siginifikan antara pariwisata dan
pertumbuhan ekonomi. Secara teoritis hipotesis TLG mengadopsi hipotesis Export
Led Growth (ELG), yaitu postulat ekonomi yang menyatakan bahwa pertumbuhan
ekonomi dapat ditingkatkan tidak hanya dengan menambah jumlah tenaga kerja
dan modal saja melainkan dengan meningkatkan kegiatan ekspor. Spillane (1987)
menjelaskan bahwa peranan pariwisata dalam pembangunan negara pada garis
besarnya berintikan tiga sisi, yaitu sisi ekonomis (sumber devisa, pajak-pajak), sisi
sosial (penciptaan lapangan kerja), dan sisi kebudayaan (memperkenalkan
kebudayan kita kepada wisatawan-wisatawan asing).
Menurut Balaguer & Cantavella-Jordá (2002), sektor pariwisata
(penerimaan dari wisatawan internasional, jumlah wisatawan) turut menjadi faktor
penentu dalam pertumbuhan ekonomi. Namun persentase rata-rata pertumbuhan
9
jumlah wisatawan asing pada negara anggota ASEAN dengan rata-rata
pertumbuhan PDB perkapita negara anggota ASEAN masih memiliki hubungan
yang tidak searah. Peningkatan jumlah wisatawan belum dapat mengangkat rata-
rata pertumbuhan PDB perkapita. Jika PDB perkapita merupakan proksi dari
kesejahteraan individu dalam suatu negara maka ternyata pariwisata belum dapat
meningkatkan kesejahteraan individu pada delapan negara di ASEAN (terlihat
pada Gambar 5).
Gambar 5. Rata-rata Pertumbuhan Jumlah Wisatawan Asing dan Rata-rata
Pertumbuhan PDB (persen)
Penelitian Lohmann dan Kaim (1999) dalam Payangan (2017),
menjelaskan faktor supply dan demand dari barang dan jasa dapat mempengaruhi
perubahan reaksi terhadap industri kepariwisataan. Negara anggota ASEAN
memiliki wisata yang hampir serupa (budaya, sejarah, cuaca dan bentuk
sumberdaya pariwisata untuk di tawarkan), namun setiap negara memiliki tingkat
pertumbuhan ekonomi yang berbeda.
-2.00
0.00
2.00
4.00
6.00
8.00
10.00
12.00
0.00 20.00 40.00 60.00 80.00 100.00Rat
a-ra
ta P
ertu
mb
uh
an G
DP
P
erka
pit
a
rata-rata pertumbuhan jumlah wisatawan
10
Gambar 6. Rata-rata Kontribusi Pariwisata terhadap PDB (persen) dan Rata-rata
PDB Perkapita (US $)
Hubungan yang tidak searah pada Gambar 5, diikuti dengan hubungan
yang juga tidak searah (Gambar 6) antara rata-rata kontribusi pariwisata terhadap
rata-rata PDB perkapita delapan negara di ASEAN. Pertumbuhan jumlah
wisatawan asing delapan negara di ASEAN ternyata belum diikuti oleh
pertumbuhan PDB perkapita di setiap negara. Hal ini menjadi permasalahan
utama penelitian ini karena berdasarkan tourism-led growth hypothesis seharusnya
pertumbuhan pariwisata (jumlah wisatawan maupun penerimaan dari wisatawan
internasional) akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di negara tersebut.
Beberapa penelitian mengenai hubungan antara pertumbuhan pariwisata
dan pertumbuhan ekonomi telah dilakukan sebagai wujud ketertarikan para policy
makers dalam upaya membuat suatu kebijakan yang dapat meningkatkan
perekonomian melalui pengembangan sektor pariwisata. Chien-Chang Lee (2007)
menganalisis bahwa pembangunan pariwisata memberikan dampak yang lebih
besar terhadap pertumbuhan PDB di negara-negara OECD selama tahun 1990-
-10000.00
0.00
10000.00
20000.00
30000.00
40000.00
50000.00
60000.00
0.00 2.00 4.00 6.00 8.00 10.00 12.00
Rat
a-ra
ta G
DP
Per
kap
ita
rata-rata kontribusi pariwisata terhadap GDP
11
2002. Sama halnya dengan Lee, Fyissa dan Nsiah (2009) juga meneliti mengenai
hubungan pariwisata dan pertumbuhan ekonomi. Hasil yang mereka temukan
adalah industri pariwisata berpengaruh bagi perekonomian lingkup negara.
Penelitian Sequeira dan Nunes (2008) juga sependapat dan menunjukkan hasil
bahwa pariwisata merupakan faktor penentu dalam pertumbuhan ekonomi yang
positif. Selain itu, Sequeira dan Nunes (2008) juga meneliti hal yang sama di
negara-negara kecil dan hasilnya adalah kontribusi pariwisata terhadap
pertumbuhan ekonomi di negara kecil tidak relevan. Penelitian Nizar (2011)
tentang hubungan pertumbuhan pariwisata dan pertumbuhan ekonomi di
Indonesia tahun 1995-2000 memperlihatkan hubungan kausal antara pertumbuhan
pariwisata dengan pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan pariwisata akan
mendorong pertumbuhan ekonomi dalam suatu periode, dan pertumbuhan
ekonomi akan meningkatkan pertumbuhan pariwisata di periode berikutnya.
1.2 Rumusan Masalah
Pada bagian latar belakang sebelumnya, beberapa penelitian banyak
memberikan informasi mengenai perkembangan industri pariwisata baik di tingkat
internasional maupun di ASEAN yang terus meningkat dari tahun ke tahun.
Namun, perkembangan pariwisata delapan negara di ASEAN yang terus
meningkat tidak dibarengi oleh peningkatan pertumbuhan PDB. Rata-rata
kontribusi pariwisata terhadap PDB delapan negara di ASEAN yang meningkat
belum diikuti oleh peningkatan rata-rata PDB per kapita di setiap negara.
Pertumbuhan jumlah wisatawan asing negara anggota ASEAN juga tidak diikuti
oleh pertumbuhan PDB perkapita di setiap negara. Hal ini belum menunjukkan
12
kesesuaian dengan Tourism Led Growth Hypothesis dimana seharusnya sektor
pariwisata (jumlah wisatawan maupun penerimaan dari wisatawan) akan
mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di negara tersebut. Hal ini membuat
peneliti ingin mengetahui apakah Tourism Led Growth Hypothesis yang
menyatakan bahwa sektor pariwisata (penerimaan dari wisatawan) turut menjadi
faktor penentu dalam pertumbuhan ekonomi juga berlaku di negara low income
ASEAN. Oleh karena itu penelitian ini akan mengidentifikasi:
1. Seberapa besar variabel output sektor pariwisata, jumlah wisatawan, capital
investment dan pengeluaran pemerintah dapat mempengaruhi pertumbuhan
ekonomi negara-negara low-income di ASEAN?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan uraian rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini
adalah untuk:
1. Menganalisis pengaruh variabel output sektor pariwisata, jumlah wisatawan,
capital investment dan pengeluaran pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi
negara-negara low-income di ASEAN.
1.4 Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan dipergunakan
sebagai berikut:
1. Secara keilmuan, penelitian ini dapat memberikan manfaat dalam
menambah pengetahuan dan pemikiran tentang pengaruh sektor pariwisata
terhadap pertumbuhan ekonomi.
13
2. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan
kepada birokrat pariwisata dalam menentukan perencanaan dan
melaksanakan pembangunan ekonomi. Selain itu, penelitian ini dapat di
gunakan sebagai referensi bagi para pembuat keputusan dalam membuat
kebijakan tentang pengembangan pariwisata, sesuai dengan potensi yang
dimiliki agar sejalan dengan harapan dan kebutuhan masyarakat.
top related