amalia wahyu arumsari

Upload: danny-yulyanto

Post on 19-Feb-2018

240 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/23/2019 Amalia Wahyu Arumsari

    1/79

    STUDI TENTANG KEMAMPUAN MENDENGARKAN AKTIF

    DARI SISWA KELAS X SMA STELLA DUCE 2 YOGYAKARTA

    TAHUN AJARAN 2012/2013

    SKRIPSI

    Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

    Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

    Program Studi Bimbingan dan Konseling

    Oleh :

    Amalia Wahyu Arumsari

    NIM: 071114028

    PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING

    JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

    FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

    UNIVERSITAS SANATA DHARMA

    YOGYAKARTA

    2013

  • 7/23/2019 Amalia Wahyu Arumsari

    2/79

    i

    STUDI TENTANG KEMAMPUAN MENDENGARKAN AKTIF

    DARI SISWA KELAS X SMA STELLA DUCE 2 YOGYAKARTA

    TAHUN AJARAN 2012/2013

    SKRIPSI

    Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

    Memperoleh Gelar Sarjana PendidikanProgram Studi Bimbingan dan Konseling

    Oleh :

    Amalia Wahyu Arumsari

    NIM: 071114028

    PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING

    JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

    FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

    UNIVERSITAS SANATA DHARMA

    YOGYAKARTA

    2013

  • 7/23/2019 Amalia Wahyu Arumsari

    3/79

    ii

  • 7/23/2019 Amalia Wahyu Arumsari

    4/79

    iii

  • 7/23/2019 Amalia Wahyu Arumsari

    5/79

    iv

  • 7/23/2019 Amalia Wahyu Arumsari

    6/79

    v

  • 7/23/2019 Amalia Wahyu Arumsari

    7/79

    vi

    MOTTO DAN PERSEMBAHAN

    Senantiasa mengucap syukur dan selalu percaya

    bahwa Tuhan selalu memberikan yang terbaik

    Kupersembahkan Karyaku ini untuk:

    Tuhan Yang Maha Esa yang selalu memberi saya kemudahan,

    kebahagiaan serta kekuatan dalam menjalani hidup.

    Almamaterku Universitas Sanata Dharma.

    Bapak Wagiman dan Ibu Cici Suciyati yang selama ini mendoakan saya,

    memberi perhatian, kasih sayang serta dukungan dengan sepenuh hati.

  • 7/23/2019 Amalia Wahyu Arumsari

    8/79

    vii

    ABSTRAK

    STUDI TENTANG KEMAMPUAN MENDENGARKAN AKTIF

    DARI SISWA KELAS X SMA STELLA DUCE 2

    YOGYAKARTATAHUN AJARAN 2012/2013

    Amalia Wahyu Arumsari

    Universitas Sanata Dharma2013

    Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kemampuan siswa kelas X

    SMA Stella Duce 2 Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013 dalam mendengarkan aktif.Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan menggunakan

    metode survei. Populasi penelitian adalah seluruh siswa kelas X SMA Stella Duce 2Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013 yang berjumlah 147 siswa karena itu penelitianini termasuk penelitian populasi. Pertanyaan yang dijawab dalam penelitian iniadalah: Bagaimanakah kemampuan mendengarkan aktif siswa kelas X SMA StellaDuce 2 Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013?

    Instrumen penelitian ini adalah kuesioner yang disusun sendiri oleh peneliti.

    Kuesioner ini memiliki 34 butir pernyataan, yang mengungkapkan dua aspek kemampuan

    mendengarkan aktif, yaitu: (1) mampu memahami dan mengungkapkan kembali

    ide/fakta/pendapat/pikiran dan (2) mampu memahami dan mengungkapkan kembali

    perasaan.Data dianalisis dengan menggolongankan kemampuan mendengarkan aktif

    berdasarkan Penilaian Acuan Patokan (PAP) Tipe I. Tingkat kemampuanmendengarkan aktif digolongkan menjadi lima, yaitu: sangat kurang mampu,kurang mampu, cukup mampu, mampu, sangat mampu.

    Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: ada 13 siswa (12,38%) yang

    sangat kurang mampu dalam mendengarkan aktif; 29 siswa (27,62) kurang mampudalam mendengarkan aktif; 19 siswa (40,95%), cukup mampu dalam mendengarkanaktif; 43 siswa (40,95%) mampu dalam mendengarkan aktif; 1 siswa (0,95%) sangatmampu dalam mendengarkan aktif.

    Dengan memperhatikan banyaknya siswa yang termasuk cukup mampu, kurangmampu dan yang sangat kurang mampu, dapat disimpulkan bahwa sebagian besarsiswa kelas X SMA Stella Duce 2 Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013 termasukkurang mampu dalam mendengarkan aktif.

  • 7/23/2019 Amalia Wahyu Arumsari

    9/79

    viii

    ABSTRACT

    A STUDY ON THE ABILITY OF ACTIVE LISTENING

    OF THE TENTH GRADE STUDENS AT SMA STELLA

    DUCE 2YOGYAKARTA IN 2012/2013 ACADEMICYEAR

    Amalia Wahyu Arumsari

    Sanata Dharma University2013

    The purpose of this study is to determine the ability of active listening of the

    tenth grade students at SMA Stella Duce 2Yogyakarta in 2012/2013 academic year.This study belongs to a descriptive research by using survey method. The

    population of this research is 147 students at SMA Stella Duce 2 Yogyakarta in2012/2013 academic year. Hence, it belongs to a population research. The question tobe answered in this research is how is the ability of active listening of the tenth gradestudents at SMA Stella Duce 2Yogyakarta in 2012/2013 academic year?

    The instrument of this research is a questionnaire which was arranged by thewriter herself. This questionnaire has 34 question items, which reveals two skillaspects in active listening, namely: (1) the ability to understand/reflect the speakersmessage (opinions/thoughts) and (2) the ability to understand/reflect the speakersfeeling.

    The data analysis technique used is the grouping of active listening skill basedon Standard Reference Evaluation (PAP) type I. The listening active skill is classifiedinto five categories, namely very less able, less able, moderately able, capable, andvery capable.

    The result of this research shows that: there are 13 students (12.38%) withvery less able qualification, there are 29 students (27.62%) with less able

    qualification, there are 19 students (18.10%) with moderately able qualification, thereare 43 students (40.95%) with capable qualification, and there are 1 student (0.95%)with very capable qualification.Considering the number of students that are included quite capable, less capable andfar less capable, it can be concluded that most of the tenth grade students at SMAStella Duce 2Yogyakarta in 2012/2013 academic year belong to less able in activelistening

  • 7/23/2019 Amalia Wahyu Arumsari

    10/79

    ix

    KATA PENGANTAR

    Puji dan syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat

    dan karuniaNya, serta bimbinganNya selama proses penyelesaikan skripsi ini.

    Skripsi ini ditulis dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk

    memperoleh gelar sarjana pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling,

    Jurusan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

    Selama proses penyelesaian skripsi ini, banyak pihak yang telah bersedia

    membantu dan memberikan dorongan kepada penulis. Oleh karena itu dalam

    kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

    1. Bapak Drs. R. H. Dj. Sinurat, M. A, sebagai Dosen Pembimbing yang dengan

    penuh kesungguhan dan kesabaran telah memberikan motivasi dan

    mendampingi selama proses penyusunan skripsi ini.

    2. Dr. Gendon Barus, M.Si. sebagai Ketua Program Studi Bimbingan dan

    Konseling dan dosen pembimbing akademik yang telah banyak menyediakan

    waktu dan tenaga untuk memberikan motivasi kepada penulis selama proses

    penulisan skripsi.

    3. Bapak dan Ibu Dosen di Program Studi Bimbingan dan Konseling Uneversitas

    Sanata Dharma yang telah membekali penulis dengan berbagai ilmu pengetahuan

    selama ini.

    4. Dra. Rosalia Tuti Ratnaningsih. Kepala Sekolah SMA Stella Duce 2

    Yogyakarta yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk pengumpulan

    data.

    5. Ibu, V. Siwi Sridinarti, S.Pd. Guru Bimbingan dan Konseling SMA Stella

    Duce 2 Yogyakarta yang telah membantu penulis dalam penyusunan skripsi

  • 7/23/2019 Amalia Wahyu Arumsari

    11/79

    x

    ini.

    6. Para siswa kelas X SMA STELLA DUCE 2 Yogyakarta yang telah

    berpartisipasi dalam pengumpulan data.

    7. Bapak Ibu, yang selalu sabar mendampingi saya, memberikan doa dan

    perhatian serta kasih sayang.

    8. Danny Yulyanto S.S. yang selalu memberi perhatian, dukungan serta

    kesabaran dalam mendampingi saya selama ini.

    9. Amanda Lanasha Rahni, putri saya yang selalu memberikan semangat dan

    inspirasi dagi penulis.

    10.Teman-teman seangkatan tahun 2007 Program Studi Bimbingan dan

    Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang selalu memberikan

    semangat dan dorongan kepada penulis selama proses penulisan skripsi ini.

    Penulis

  • 7/23/2019 Amalia Wahyu Arumsari

    12/79

    xi

    DAFTAR ISI

    Halaman

    HALAMAN JUDUL........................................................................................ i

    HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ......................................... ii

    HALAMAN PENGESAHAN..................................................................... iii

    HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN......................................... iv

    PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ..................................................... v

    PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ....................................... vi

    ABSTRAK .................................................................................................. vii

    ABSTRAC .................................................................................................. viii

    KATA PENGANTAR ................................................................................ ix

    DAFTAR ISI............................................................................................... xi

    DAFTAR LAMPIRAN............................................................................... xii

    BAB I PENDAHULUAN

    A.Latar Belakang Masalah .................................................................. 1

    B.Rumusan Masalah............................................................................. 6

    C.Tujuan Penelitian ............................................................................. 6

    D.Manfaat Penelitian ............................................................................ 6

    E.Definisi Operasional ......................................................................... 7

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA

    A. Hakekat Kemampuan Mendengarkan Aktif

    1.Pengertian Kemampuan Mendengarkan Aktif ........................... 8

    2.Manfaat Mendengarkan Aktif..................................................... 11

    3.Syarat-Syarat Mendengarkan Akif ............................................. 12

    4.Hambatan-Hambatan dalam Mendengarkan Aktif ..................... 13

    5.

    Intensi dalam Menanggapi Orang Lain. ..................................... 17B. Remaja

    1. Definisi Remaja......................................................................... 20

    2. Perkembangan Remaja.............................................................. 21

    a. Perkembangan Sosial .......................................................... 21

  • 7/23/2019 Amalia Wahyu Arumsari

    13/79

    xii

    b. Perkembangan emosional..................................................... 21

    C. Definisi dan Ragam Bimbingan

    1.

    Definisi Bimbingan.................................................................. 232. Ragam Bimbingan ................................................................... 24

    D. Kemampuan Mendengarkan Aktif Siswa Kelas X SMA Stella Duce 2

    Yogyaarata Tahun Ajaran 2012/2013 ............................................. 26

    E. Penelitian yang Berkaitan dengan Topik Skripsi ini ....................... 27

    BAB III METODOLOGI PENELITIAN

    A.Jenis Penelitian.................................................................................. 28

    B.Subyek Penelitian.............................................................................. 28

    C.Instrumen Penelitian ......................................................................... 29

    D.Validitas dan Reliabilitas .................................................................. 30

    E.Prosedur Pengumpulan Data............................................................. 33

    F.Tehnik Analisis Data......................................................................... 35

    BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    A. Kemampuan Mendengarkan Aktif Siswa Kelas X SMA Stella Duce 2

    Yogyakarta Tahun Ajaran 2012/2013 ............................................. 37

    B. Pembahasan ................................................................................... 38

    BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

    A. Kesimpulan................................................................................. 43

    B. Saran ........................................................................................... 43

    DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 45

    LAMPIRAN .............................................................................................. 47

  • 7/23/2019 Amalia Wahyu Arumsari

    14/79

    xiii

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran 1 : Angket Komunikasi Siswa............................................. 47Lampiran 2 : Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas ................................ 57

    Lampiran 3: Data Lengkap Hasil Kuesioner........................................ 60

    Lampiran 4 : Surat Pengantar Penelitian ........................................... 64

    Lampiran 5 : Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian ............. 65

  • 7/23/2019 Amalia Wahyu Arumsari

    15/79

    BAB I

    PENDAHULUAN

    Dalam bab ini dibahas latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan

    penelitian, manfaat penelitian dan definisi operasional dari beberapa istilah yang

    digunakan dalam penelitian.

    A. Latar Belakang Masalah

    Manusia sebagai makhluk sosial tidak pernah lepas dari manusia lainnya.

    Manusia yang satu dengan manusia yang lain saling membutuhkan. Tidak ada

    satu pun manusia yang mampu hidup sendiri tanpa bantuan manusia yang lain.

    Oleh karena itu diperlukan suatu cara untuk menjalin hubungan antar sesama

    manusia. Salah satu cara yang memudahkan terjalinnya hubungan dengan orang

    lain adalah melakukan komunikasi. Oleh karena itu komunikasi menjadi sangat

    penting dalam hubungan antara dua individu atau lebih. Ada sejumlah

    kebutuhan di dalam diri manusia yang hanya dapat dipuaskan lewat komunikasi

    dengan sesamanya, seperti kebutuhan untuk melakukan sosialisasi dengan orang

    lain, kebutuhan untuk dihargai, kebutuhan untuk mendapat pengakuan dari

    orang lain dan kebutuhan lainnya yang berkaitan dengan orang lain. Dalam

    memenuhi kebutuhan-kebutuhan tersebut, komunikasi memegang peranan

    sangat penting, karena hanya dengan komunikasilah kita dapat mengetahui

    keinginan dan kebutuhan orang lain.

    1

  • 7/23/2019 Amalia Wahyu Arumsari

    16/79

    2

    Komunikasi adalah pertukaran pesan verbal dan/atau nonverbal antara si

    pengirim dengan si penerima pesan untuk mengubah tingkah laku (Muhammad,

    2009: 4). Melalui komunikasi inilah kita menjadi tahu apa keinginan orang lain

    terhadap diri kita dan sebaliknya. Dengan komunikasi kita dapat menyampaikan

    ide, gagasan atau keinginan kita kepada orang-orang di sekitar kita.

    Kecenderungan manusia untuk berhubungan melahirkan komunikasi dua arah

    dengan menggunakan bahasa yang mengandung makna. Banyak ahli

    berpendapat bahwa komunikasi merupakan kebutuhan yang sangat fundamental

    dalam hidup bermasyarakat. Schramm (Croft, 2004: 4) menyebutkan bahwa

    komunikasi dan masyarakat adalah dua kata kembar yang tidak dapat dipisahkan

    satu sama lainnya. Sebab tanpa komunikasi tidak mungkin masyarakat

    terbentuk, sebaliknya tanpa masyarakat manusia tidak mungkin dapat

    mengembangkan komunikasi.

    Agar mampu memulai, mengembangkan dan memelihara komunikasi

    yang akrab, hangat dan produktif dengan orang lain, diperlukan sejumlah

    keterampilan dasar dalam berkomunikasi, yaitu mampu saling memahami,

    mampu mengkomunikasikan pikiran dan perasaan secara tepat dan jelas,

    mampu saling menerima dan saling memberikan dukungan atau saling

    menolong, dan mampu memecahkan konflik dan bentuk-bentuk masalah

    antarpribadi lain yang mungkin muncul dalam komunikasi dengan orang lain

    melalui cara-cara yang konstruktif (Johnson, 1981 dalam Supratiknya, 2009:

    10).

  • 7/23/2019 Amalia Wahyu Arumsari

    17/79

    3

    Komunikasi disebut efektif apabila penerima menginterpretasikan pesan

    yang diterimanya sebagaimana dimaksudkan oleh pengirim. Kenyataannya,

    sering kita gagal saling memahami. Sumber utama kesalahfahaman dalam

    komunikasi adalah cara penerima menangkap makna suatu pesan berbeda

    dari yang dimaksud oleh pengirim, antara lain karena penerima tidak

    memperhatikan apa yang disampaikan oleh pengirim pesan.

    Menurut Johnson (Supratiknya, 2009: 42), beberapa kesalahan umum

    yang sering dilakukan penerima pesan dalam komunikasi antara lain adalah:

    1. Tidak menaruh perhatian kepada pengirim.

    2. Sudah merumuskan jawaban sebelum mendengarkan semua yang hendak

    dikatakan oleh pengirim.

    3. Cenderung mendengarkan detail-detail, seperti kata, intonasi dan

    sebagainya, bukan mendengarkan pesan secara keseluruhan.

    4. Memberikan penilaian benar atau salah, sebelum memahami sepenuhnya

    pesan yang dikirim.

    Untuk meminimalkan kesalahan-kesalahan seperti tersebut di atas orang

    perlu mendengarkan secara seksama apa yang dibicarakan oleh lawan

    bicaranya. Cara mendengarkan dan menanggapi lawan bicara sangat penting

    dalam komunikasi. Agar komunikasi yang terjalin lebih intim dan personal,

    lawan bicara harus mendengarkan dan memahami pesan yang dibicarakan.

    Dalam berkomunikasi, tidak semua pesan yang disampaikan pembicara

    diterima oleh pendengar. Ada beberapa pesan yang diabaikan, karena menurut

    pendengar pesan tersebut tidak perlu ditanggapi. Kondisi ini disebut dengan

  • 7/23/2019 Amalia Wahyu Arumsari

    18/79

    4

    persepsi yang selektif dalam mendengarkan dan menanggapi. Terdapat beberapa

    faktor yang mempengaruhi seleksi dalam menanggapi suatu komunikasi yaitu

    harapan-harapan, kebutuhan-kebutuhan, dambaan-dambaan, keinginan-

    keinginan, pendapat, sikap dan keyakinan (Supratiknya, 2009: 45).

    Mendengarkan aktif merupakan modal dasar bagi terjalinnya relasi

    yang baik dengan siapa pun kita melakukan komunikasi. Relasi yang baik

    dapat dibangun dalam keluarga, komunitas, tempat kerja, maupun pergaulan

    di mana pun manusia berada (Sawitri, 2005 dalam Sarianne, 2008: 1).

    Mendengarkan aktif adalah suatu proses memberikan umpan balik kepada

    pembicara sejalan dengan apa yang menurut pendengar dimaksudkan oleh

    pembicara, baik dari segi isi maupun perasaannya. Mendengarkan aktif

    bukanlah proses yang sekedar mengulang kata-kata pembicara, tetapi lebih

    merupakan upaya memahami keseluruhan pesan pembicara (Devito, 1997).

    Oleh karena itu, kemampuan mendengarkan aktif perlu ditingkatkan agar

    lebih mampu saling memahami dan tidak terjadi kesalahpahaman antara

    penerima dan pemberi pesan.

    Penulis tertarik meneliti kemampuan mendengarkan aktif siswa kelas X

    SMA Stella Duce 2 Yogyakarta karena tertarik dengan pengalaman pribadi

    penulis saat PPL di sekolah tersebut. Pada saat PPL di SMA Stella Duce 2

    Yogyakarta, penulis memperoleh kesan bahwa kemampuan siswa dalam

    mendengarkan aktif masih rendah. Pada waktu penulis memberikan

    bimbingan, banyak siswa yang tidak mampu memahami dan menyampaikan

    kembali pesan yang dikirim penulis, boleh jadi karena tidak memperhatikan

  • 7/23/2019 Amalia Wahyu Arumsari

    19/79

    5

    pesan yang dikirim penulis. Dari hasil wawancara dengan beberapa siswa,

    tampak bahwa kadang-kadang siswa tidak mendengarkan percakapan

    temannya karena bosan dengan isi percakapan tersebut dan sibuk dengan

    urusannya sendiri. Hal tersebut diungkapkan oleh beberapa siswa saat

    wawancara dengan peneliti. Beberapa siswa mengungkapkan bahwa saat

    bercerita dengan temannya, temannya yang bersangkutan tidak memahami

    apa yang diungkapkan atau diceritakannya. Selain itu, faktor lain yang

    menjadi dasar penulis mengangkat topik ini adalah karena mendengarkan

    aktif merupakan cara yang efektif yang perlu dilakukan siswa, agar siswa

    mampu memahami apa yang dijelaskan guru saat proses belajar di sekolah.

    Kemampuan mendengarkan aktif dapat menghilangkan kesalahpahaman

    yang timbul karena siswa tidak menangkapnya dengan tepat pesan yang

    disampaikan guru. Dengan mendengarkan aktif siswa dapat menjalin

    komunikasi yang lebih intim dan personal dengan orang-orang di sekitarnya

    seperti teman, orang tua, dan guru. Remaja umumnya belum mampu

    mendengarkan aktif dengan tepat; remaja masih cenderung menghakimi,

    menasehati, dan memberikan penilaian. Berdasarkan alasan tersebutlah

    penulis berpendapat bahwa perlulah di buktikan dengan penelitian di

    lapangan apakah remaja, dalam hal ini siswa SMA kelas X masih kurang

    mampu mendengarkan secara aktif. Kalau betul dapatlah dipikirkan usaha-

    usaha yang perlu dilakukan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam

    mendengarkan aktif.

  • 7/23/2019 Amalia Wahyu Arumsari

    20/79

    6

    B. Rumusan Masalah

    Pertanyaan yang dijawab di dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

    Bagaimanakah kemampuan mendengarkan aktif siswa kelas X SMA Stella

    Duce 2 Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013?

    C. Tujuan Penelitian

    Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kemampuan

    mendengarkan aktif siswa kelas X SMA Stella Duce 2 Yogyakarta tahun

    ajaran 2012/2013.

    D. Manfaat Penelitian

    Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi:

    1. Peneliti

    Peneliti dapat menggunakan hasil penelitian ini sebagai bekal untuk

    tugas selanjutnya dalam pendampingan kaum muda terutama dalam hal

    mendengarkan aktif.

    2. Sekolah

    Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi terutama

    dalam bidang Bimbingan dan Konseling, yang berkaitan dengan

    kemampuan siswa dalam mendengarkan aktif.

    3. Guru Pembimbing

    Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai

    kemampuan mendengarkan aktif siswa sehingga dapat dibuat topik-topik

  • 7/23/2019 Amalia Wahyu Arumsari

    21/79

    7

    bimbingan yang sesuai untuk meningkatkan kemampuan siswa kelas X

    Stella Duce 2 Yogyakarta dalam mendengarkan aktif.

    4. Peneliti Lain

    Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber referensi dalam

    melakukan penelitian yang berkaitan dengan mendengarkan aktif.

    E. Definisi Operasional

    1. Kemampuan adalah kesanggupan untuk mengerjakan atau melaksanakan

    sesuatu dengan baik.

    2. Mendengarkan aktif adalah berusaha memahami perasaan, ide/pendapat/

    pikiran atau maksud pembicara dan kemudian merumuskan hal yang

    ditangkapnya dengan kata-katanya sendiri (pengertiannya dalam kalimat)

    dan mengirimkannya kembali kepada pembicara.

    3. Kemampuan mendengarkan aktif adalah kesanggupan untuk menentukan

    atau memilih tanggapan (respons) yang tepat dalam menanggapi lawan

    bicara secara deskriptif yaitu tanggapan yang menunjukkan kemampuan

    penanggap dalam memahami perasaan, ide/pendapat/pikiran atau maksud

    pembicara dan kemudian merumuskan dan mengungkapkannya dengan

    kata-kata sendiri seperti yang dimaksudkan dalam butir-butir kuesioner

    yang digunakan.

  • 7/23/2019 Amalia Wahyu Arumsari

    22/79

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    Dalam bab ini dibahas beberapa hal yang berkaitan dengan topik

    penelitian yaitu: (A) Hakekat kemampuan mendengarkan aktif yang meliputi:

    pengertian, manfaat, syarat-syarat, hambatan-hambatan dalam mendengarkan

    aktif, intensi dalam menanggapi orang lain; (B) Remaja yang meliputi definisi

    remaja dan perkembangan sosial remaja; (C) Bimbingan yang meliputi

    pengertian bimbingan dan ragam bimbingan.

    A. Hakekat Kemampuan Mendengarkan Aktif

    1. Pengertian Kemampuan Mendengarkan Aktif

    Alwi (2002: 707) menyebutkan bahwa kemampuan berasal dari

    kata mampu yang berarti yang pertama adalah sanggup, dapat dan kedua

    adalah berada. Arti kata kemampuan sendiri adalah kesanggupan,

    kecakapan, kekuatan, kekayaan.

    Devito (Sarianne, 2008: 11) mengartikan mendengarkan aktif

    sebagai proses aktif menerima rangsangan (stimulus) pada telinga.

    Mendengarkan merupakan proses yang aktif, tidak pasif. Mendengarkan

    tidak terjadi begitu saja, tetapi orang dengan sengaja melakukannya.

    Mendengarkan menuntut tenaga dan komitmen. Mendengarkan

    menyangkut penerimaan rangsangan dan karena itu berbeda dengan

    mendengar sebagai suatu proses fisiologis saja yang tanpa disertai proses

    8

  • 7/23/2019 Amalia Wahyu Arumsari

    23/79

    9

    pemberian arti atau makna. Kata menerima menegaskan bahwa orang

    menyerap rangsangan (stimulus) dan memprosesnya dengan cara tertentu.

    Mendengarkan menyangkut rangsangan auralyaitu, isyarat (gelombang

    suara) yang diterima telinga. Mendengarkan mencakup semua isyarat

    yang dapat didengar tidak hanya kata-kata, tetapi juga mengerti, dan

    memahami perasaan pembicara.

    Gordon (2009: 50) menyatakan bahwa mendengarkan aktif jauh

    lebih efektif daripada mendengar pasif (diam). Mendengarkan aktif adalah

    cara yang baik untuk melibatkan pengirim dengan penerima. Lebih lanjut

    Gordon (2009: 54) mengungkapan bahwa dalam mendengarkan aktif,

    penerima berusaha memahami perasaan pengirim, atau berusaha

    memahami arti pesan yang dikirim. Pengertian dinyatakan dalam kalimat

    dan dikirimkan kembali kepada pengirim. Pesan yang dikirimkan

    penerima hanya apa yang dianggapnya sebagai arti pesan dari pengirim

    dan bukan penilaian, pendapat, analisa atau pertanyaan.

    Safaria (2005: 172) menyatakan bahwa mendengarkan aktif adalah

    berusaha memahami, menangkap dan merumuskan kembali dengan kata-

    kata sendiri pesan pembicara berupa pikiran dan perasaannya.

    Mendengarkan aktif melibatkan sikap empati dari pendengar sehingga

    mampu memantulkan kembali sesuai dengan maksud pembicara secara

    cepat, mudah dan tepat.

    Menurut Paleg (Sariane, 2008: 12) terdapat tiga tehnik sederhana

    untuk mempraktikakan kemampuan mendengarkan aktif, yaitu:

  • 7/23/2019 Amalia Wahyu Arumsari

    24/79

    10

    a. Pendengar mendengarkan apa yang dikatakan pembicara dengan penuh

    perhatian. Pendengar melawan godaan untuk meremehkan, mengkritik,

    menganalisis atau mencoba memecahkan masalah yang dikatakan oleh

    pembicara. Pendengar juga menghilangkan kecenderungan untuk

    memikirkan bentuk respons yang akan pendengar utarakan. Pendengar

    mempertahankan kontak mata, mengangguk ke arah pembicara,

    tersenyum atau mengernyitkan dahi untuk menunjukkan perhatian

    sepenuhnya terhadap ungkapan pembicara.

    b. Pendengar memperhatikan perasaan pembicara dan bukan kata-katanya

    saja. Pendengar menyadari adanya perasaan yang ikut disampaikan

    pembicara dalam menyampaikan pesannya. Pendengar perlu

    memperhatikan pesan-pesan non-verbal pembicara seperti ekspresi

    wajah, nada suara dan gerak tubuh. Pendengar mencoba menempatkan

    dirinya pada situasi yang dialami pembicara.

    c. Pendengar secara aktif memahami apa yang didengarkan. Memahami

    tidak berarti menyetujui. Memahami berarti membiarkan pembicara

    tahu secara verbal bahwa pendengar sedang mendengarkan apa yang

    sedang dikatakan oleh pembicara baik isi maupun perasaannya.

    Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kemampuan

    mendengarkan aktif adalah kesanggupan pendengar untuk memahami

    perasaan atau kemampuan pendengar untuk memahami arti pesan dari

    pembicara dan merumuskan pengertiannya dalam bentuk kalimat serta

    mengirimkannya kembali kepada pembicara. Mendengarkan aktif

  • 7/23/2019 Amalia Wahyu Arumsari

    25/79

    11

    merupakan cara yang tangguh untuk menolong orang lain menyelesaikan

    masalah yang dimilikinya, asalkan pendengar dapat menganggap masalah

    tersebut sebagai milik orang lain dan membiarkan orang itu

    menyelesaikan masalahnya sendiri. Dengan kata lain, mendengarkan aktif

    adalah suatu metode untuk mempengaruhi orang lain untuk mencari

    penyelesaian terhadap masalahnya sendiri (Gordon, 2009: 66).

    2. Manfaat Mendengarkan Aktif

    Ada berbagai manfaat mendengarkan aktif, antara lain (Gordon

    2009: 57)

    a. Mendengarkan aktif mendorong terjadinya katarsis (perasaan negatif

    berkurang atau hilang setelah mengungkapkannya secara terbuka).

    b. Menolong orang untuk tidak terlalu takut dengan perasaan-perasaan

    negatif.

    c. Mengembangkan hubungan yang hangat antara pembicara dengan

    pendengar

    d. Memudahkan pemecahan masalah

    e. Mempengaruhi orang untuk mau lebih mendengarkan pendapat-

    pendapat orang lain.

    f. Merupakan cara yang efektif dalam melatih seseorang untuk lebih

    mengarahkan diri, bertanggung jawab dan berdiri sendiri.

    Mendengarkan aktif meminta pendengar untuk menyingkirkan

    pikiran-pikiran serta perasaan-perasaannya sendiri, untuk dapat memahami

  • 7/23/2019 Amalia Wahyu Arumsari

    26/79

    12

    pesan pembicara. Kondisi ini memaksa pendengar untuk menerima secara

    tepat; apabila pendengar ingin mengerti pesan yang disampaikan

    pembicara, pendengar harus menempatkan dirinya di tempat pembicara.

    Bagian umpan balik dari mendengarkan aktif semata-mata untuk

    mencocokkan ketepatan pendengar dalam mendengarkan. Hal itu juga

    digunakan untuk meyakinkan pembicara bahwa pendengar mengerti

    pesan yang disampaikan.

    3. Syarat-Syarat Mendengarkan Aktif

    Mendengarkan aktif bukan teknik yang sederhana. Metode ini

    memerlukan sikap-sikap dasar yang harus ada sehingga mendengarkan

    aktif menjadi efektif. Sikap-sikap yang dimaksudkan antara lain (Gordon,

    2009: 59):

    a. Pendengar harus bersedia mendengarkan apa yang akan dikatakan

    pembicara. Hal ini berarti pendengar harus meluangkan waktu untuk

    mendengar.

    b. Pendengar harus bersungguh-sungguh bersedia menolong pembicara

    dalam menghadapi masalahnya pada saat itu.

    c. Pendengar harus benar-benar dapat menerima perasaan-perasaan

    pembicara, walaupun perasaan tersebut berlainan dengan perasaan

    pendengar.

  • 7/23/2019 Amalia Wahyu Arumsari

    27/79

    13

    d. Pendengar harus mempercayai kemampuan pembicara untuk mengatasi

    perasaan-perasaannya dan mencari penyelesaian terhadap masalah

    tersebut.

    e. Pendengar harus menyadari bahwa perasaan hanyalah sementara, tidak

    permanen. Oleh karena itu, mengungkapkan perasaan tidak perlu

    ditakutkan, perasan-perasaan tidak akan selamanya berada dalam diri

    orang yang bersangkutan.

    f. Pendengar harus dapat melihat pembicara sebagai seseorang di luar

    pendengar, pribadi yang unik, individu yang terpisah, yang mempunyai

    kehidupan sendiri dan identitas sendiri.

    Peneliti menyimpulkan bahwa kemampuan mendengarkan aktif

    dapat ditingkatkan dengan memperhatikan syarat-syarat

    mendengarkan aktif.

    4. Hambatan-Hambatan dalam Mendengarkan Aktif

    Ada beberapa hambatan dalam mendengarkan aktif (Gordon, 2009:

    82), yaitu:

    a. Pendengar menanggapi dengan bimbingan

    Pendengar cenderung mengarahkan pembicara ke suatu arah atau

    tujuan tertentu. Hal ini berarti pendengar memegang kendali. Sering kali

    jika pendengar memegang kendali dan mengarahkan pembicara kepada

    suatu arah tertentu, pembicara merasa bahwa pendengar tidak memahami

    maksud pesan yang disampaikan pembicara.

  • 7/23/2019 Amalia Wahyu Arumsari

    28/79

    14

    b. Membuka pintu kemudian menutupnya

    Pendengar pada awalnya mulai dengan tujuan membuka pintu

    bagi pembicara untuk berkomunikasi, tetapi kemudian pendengar

    menutup pintu tersebut karena pendengar tidak sabar untuk

    mendengarkan aktif sampai tuntas.

    Mendengarkan aktif digunakan untuk mendorong pembicara

    mengungkapkan perasaan-perasaannya, kemudian disusul dengan

    memberi penilaian atau pendapat, mengajari, dan menasehati

    merupakan cara yang menjurus ke arah kegagalan.

    c. Pendengar yang membeo

    Pendengar cenderung mengulang atau menirukan apa yang

    dikatakan oleh pembicara, dan bukan apa yang dirasakan oleh

    pembicara.

    d. Mendengar tanpa empati

    Empati adalah corak komunikasi yang membuat pengirim pesan

    yakin bahwa si pendengar merasa bersamanya, menempatkan diri di

    tempat si pengirim pesan, serta ikut hidup biarpun sesaat di dalam diri

    si pengirim pesan.

    Dalam mendengar tanpa empati, kesalahan umum yang dilakukan

    oleh pendengar adalah mengumpanbalikkan suatu tanggapan tanpa

    mengikutsertakan unsur perasaan dari pesan pembicara. Perasaan adalah

    bagian terpenting dari kehidupan, bukan sesuatu yang berbahaya.

    Keadaan manusia juga menunjukkan bahwa perasaan-

  • 7/23/2019 Amalia Wahyu Arumsari

    29/79

    15

    perasaan pada umumnya bersifat sementara, datang dan pergi, tanpa

    meninggalkan jejak pada pembicara. Kunci untuk menghilangkan

    perasaan adalah penerimaan dan pengertian pendengar yang

    disampaikan kepada pembicara melalui mendengarkan aktif.

    e. Mendengarkan aktif pada saat yang salah

    Tidak berhasilnya penggunaan mendengarkan aktif sering kali

    disebabkan karena pendengar menggunakannya pada saat yang tidak

    tepat. Pendengar terlalu bersemangat menggunakan cara

    mendengarkan aktif, padahal pembicara tidak memerlukan atau tidak

    ingin diselami perasaannya. Dengan demikian, mendengarkan aktif

    hanya membuka langkah pertama dari pemecahan masalah,

    mengungkapkan perasaan-perasaan dan merumuskan masalah.

    f. Sibuk dengan diri sendiri

    Penghambat yang paling serius dan merusak mendengarkan

    aktif adalah kecenderungan pendengar untuk sibuk dengan diri sendiri,

    sebagai contoh memusatkan perhatian pada tindak tanduk diri sendiri

    selama berinteraksi. Kesibukan dengan diri sendiri timbul karena

    pendengar telah menyiapkan dirinya sebagai pembicara; pendengar

    menyiapkan tanggapan dan memikirkan apa yang akan dikatakannya

    untuk menjawab pembicara. Selama perhatian pendengar berpusat

    pada diri sendiri, pendengar tidak atau kurang memperhatikan apa

    yang dikatakan pembicara; pendengar dapat kehilangan pesan yang

    dimaksud oleh pembicara.

  • 7/23/2019 Amalia Wahyu Arumsari

    30/79

    16

    g. Sibuk dengan masalah-masalah eksternal

    Pendengar cenderung untuk memusatkan perhatian pada

    masalah-masalah yang tidak relevan dengan interaksi. Pendengar

    boleh jadi memikirkan apa yang dilakukannya pada hari-hari sebelum

    interaksi atau memikirkan hal-hal yang akan dilaksanakannya sesudah

    berinteraksi. Kesibukan memikirkan soal-soal eksternal ini akan

    menghambat proses mendengarkan aktif.

    h. Mempertajam

    Kecenderungan pendengar untuk mempertajam satu atau dua

    aspek dari pesan pembicara dapat menjadi penghambat dalam

    mendengarkan aktif. Pendengar menyoroti/menekan/membumbui hal

    tertentu yang kebetulan menonjol dibandingkan dengan hal-hal lain

    yang diutarakan oleh pembicara.

    i. Mengasimilasi

    Kecenderungan pendengar untuk merekonstruksi pesan

    sedemikian rupa sehingga sesuai dengan prasangka, kebutuhan dan

    nilai pendengar sendiri dapat menjadi penghambat dalam

    mendengarkan aktif. Pendengar dapat membuat evaluasi negatif

    terhadap pesan yang diterimanya.

    j. Faktor lawan atau kawan

    Pendengar cenderung mudah menerima pesan pembicara apabila

    hubungan antara pendengar dan pembicara baik atau berteman. Apabila

    hubungan antara pendengar dan pembicara tidak baik, pendengar akan

  • 7/23/2019 Amalia Wahyu Arumsari

    31/79

    17

    sulit menangkap pesan pengirim secara tepat; pendengar akan

    cenderung menilai pesan pembicara secara negatif.

    k. Mendengar yang diharapkan

    Pendengar cenderung mendengarkan apa yang diharapkan dan

    bukan mendengarkan apa yang sebenarnya dikatakan pembicara.

    Pesan dikirimkan pembicara akan lebih mudah ditangkap dan

    dipahami pendengar, apabila pesan tersebut merupakan hal-hal yang

    diharapkan dari pada hal-hal yang tidak diharapkan.

    Peneliti menyimpulkan bahwa kemampuan mendengarkan aktif

    bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan, setiap orang dapat belajar

    dan berlatih untuk meningkatkan kemampuan mendengarkan aktif.

    5. Intensi dalam Menanggapi Orang Lain

    Ada lima macam intensi penting yang mempengaruhi saat seorang

    individu mendengarkan dan menanggapi pesan yang disampaikan orang

    lain (Supratiknya, 2009: 71), yaitu:

    a. Menasehati dan memberikan penilaian

    Nasihat dan penilaian mengkomunikasikan sikap evaluatif,

    korektif, sugestif atau moralistik. Secara khusus, penerima pesan ingin

    menyatakan apa yang seharusnya atau sebaiknya dilakukan oleh pengirim

    pesan untuk memecahkan masalahnya. Pada dasarnya, nasihat membantu

    pihak yang dinasehati, apabila diberikan pada saat yang tepat dan relevan.

    Namun, pada kenyataannya nasehat dan penilaian justru

  • 7/23/2019 Amalia Wahyu Arumsari

    32/79

    18

    menghalangi seseorang untuk menolong dan membangun

    persahabatan dengan orang lain. Tanggapan yang berisi nasihat dan

    penilaian disebut tanggapan evaluatif.

    b. Menganalisis dan menafsirkan

    Dengan menganalisis dan menafsirkan masalah yang

    dikemukakan oleh pengirim pesan, penerima pesan bermaksud

    memberi tahu pengirim pesan tentang bentuk kesulitan dan

    perasaannya terhadap situasi yang sedang dihadapinya, atau

    mengajarkan pengetahuan psikologis tertentu kepadanya.

    Pada umumnya, seorang individu tidak senang bila orang lain

    merasa lebih tahu tentang keadaan dirinya. Mereka lebih senang, jika

    orang lain itu cukup memberi pertolongan berupa cara mengatasi

    permasalahannya saja. Tanggapan yang berisi analisis dan penafsiran

    disebut tanggapan interpretatif.

    c. Meneguhkan dan memberikan dukungan

    Dengan tanggapan yang bersifat memberikan dukungan,

    penerima pesan ingin menunjukkan simpati, meneguhkan kembali

    atau menolong meringankan beban pengirim pesan. Namun, apabila

    diberikan dengan cara tergesa-gesa dukungan ini justru menimbulkan

    kesan bahwa penerima pesan meremehkan perasaan pengirim pesan.

    Tanggapan yang berisi peneguhan disebut tanggapan suportif.

    d. Menanyai dan menyelidiki

  • 7/23/2019 Amalia Wahyu Arumsari

    33/79

    19

    Menyelidiki dengan memberi pertanyaan menimbulkan kesan

    bahwa penerima pesan ingin mengetahui lebih banyak, ingin

    menggiring pembicaraan ke arah tertentu atau ingin mengarahkan

    pengirim pesan pada kesimpuan tertentu yang dipikirkan oleh

    penerima pesan. Tanggapan yang berisi pertanyaan-pertanyaan

    disebut tanggapan menyelidik.

    e. Memparafrasekan dan memahami

    Tanggapan penuh pemahaman yang bersifat merefleksikan apa

    yang diungkapkan oleh pengirim pesan menunjukkan bahwa

    penerima pesan mempunyai intensi untuk memahami pikiran dan

    perasaan pengirim pesan. Tanggapan yang penuh pemahaman ini

    tepat digunakan dalam situasi-situasi berikut ini:

    1) Penerima pesan belum yakin bahwa telah memahami pikiran dan

    perasaan pengirim pesan.

    2) Penerima pesan ingin meyakinkan pengirim pesan bahwa telah

    mendengar apa yang baru diungkapkannya.

    3) Penerima pesan ingin meyakinkan pengirim pesan bahwa

    sungguh-sungguh berusaha memahami pikiran dan perasaan

    pengirim pesan.

    Dari lima macam intensi dalam menanggapi orang lain seperti yang

    dikemukakan di atas, yang sejalan atau sama dengan mendengarkan aktif

    adalah memparafrasekan dan memahami. Dengan memparafrasekan dan

    memahami ditunjukkan bahwa penerima pesan mampu memahami pikiran

  • 7/23/2019 Amalia Wahyu Arumsari

    34/79

    20

    dan perasaan pengirim pesan dan merumuskan serta memantulkannya

    kembali dengan kata-katanya sendiri.

    B. Remaja

    1. Definisi Remaja

    Masa remaja untuk pria dan wanita tidak sama. Masa remaja bagi

    pria berlangsung dari usia 13 tahun sampai dengan 22 tahun, sedangkan

    wanita mulai usia 12 tahun sampai dengan 21 tahun. Hal ini

    menunjukkan bahwa wanita lebih dahulu mencapai tingkat kedewasaan

    daripada pria. Menurut Piaget (Ali dan Asrori, 2005: 9), secara

    psikologis, masa remaja adalah suatu usia di mana individu menjadi

    terintegrasi ke dalam masyarakat dewasa, suatu usia di mana anak tidak

    merasa bahwa dirinya berada di bawah tingkat orang yang lebih tua

    melainkan merasa sama, atau paling tidak sejajar.

    Pada dasarnya remaja tidak mempunyai tempat yang jelas, karena

    remaja sudah bukan anak-anak lagi tapi juga belum bisa diterima pada

    golongan orang dewasa. Oleh karena itu, masa remaja juga dikenal

    dengan nama fase mencari jati diri atau fase topan dan badai. Seperti

    yang diungkapkan oleh Monks (Ali dan Asrori, 2005: 10), remaja masih

    belum mampu menguasai dan memfungsikan secara maksimal fungsi

    fisik dan psikisnya.

  • 7/23/2019 Amalia Wahyu Arumsari

    35/79

    21

    2. Perkembangan Remaja

    Remaja diharapkan meninggalkan sikap dan perilaku kekanak-

    kanakan dan berusaha mencapai kemampuan bersikap dan berperilaku

    dewasa. Untuk itulah diperlukan kemampuan mendengarkan aktif.

    Perkembangan remaja yang berkaitan dengan kemampuan mendengarkan

    aktif antara lain perkembangan sosial dan perkembangan emosi.

    a. Perkembangan sosial

    Perkembangan sosial berarti perolehan kemampuan berperilaku

    yang sesuai dengan tuntutan sosial (Hurlock, 1980: 250).

    Perkembangan sosial pada masa remaja lebih melibatkan kelompok

    teman sebaya daripada orang tua. Remaja diharapkan mampu

    membina hubungan baik dengan kelompok yang belainan jenis. Pada

    masa ini, remaja lebih banyak melakukan kegiatan di luar rumah,

    seperti kegiatan sekolah dan bermain dengan teman (Gunarsa dan

    Gunarsa, 2008: 9). Dalam melakukan kegiatan di luar rumah, remaja

    tidak hanya harus mampu berkomunikasi dalam kata-kata yang dapat

    dimengerti orang lain, tetapi juga harus mampu berbicara tentang

    topik yang dapat dipahami dan menarik bagi orang lain. Pembicaraan

    yang mudah dipahami dan menarik bagi orang lain merupakan

    penunjang yang penting bagi perkembangan sosial remaja terutama

    untuk melatih kemampuannya dalam mendengarkan aktif.

    b. Perkembangan emosional

  • 7/23/2019 Amalia Wahyu Arumsari

    36/79

    22

    Perkembangan emosi mencakup kemampuan untuk bereaksi

    secara emosional yang sesuai dengan usianya. Emosi merujuk pada

    suatu perasaan dan pikiran-pikiran yang khas, suatu keadaan biologis

    dan psikologis dan serangkaian kecenderungan untuk bertindak

    (Goleman, 1996: 411).

    Belum ada kesepakatan dari para ahli tentang penggolongan

    emosi atau perasaan. Suatu penggolongan emosi yang diusulkan oleh

    sejumlah teoritikus adalah sebagai berikut (Goleman,1996: 411):

    a. Amarah (Anger): beringas, mengamuk, benci, marah besar,

    jengkel, kesal hati, terganggu, rasa pahit, berang, tersinggung,

    bermusuhan, dan barangkali yang paling hebat, tindak kekerasan.

    b. Kesedihan (Sadness ): pedih, sedih, muram, suram, melankolis,

    kasihan pada diri sendiri, kesepian, kesal.

    c. Rasa takut (Fear): cemas, takut, gugup, khawatir, was-was, takut

    sekali, waspada, sedih, tidak tenang, ngeri, panik.

    d. Kesenangan (Enjoyment): bahagia, gembira, ringan, puas, riang,

    senang, terhibur, bangga, terpesona.

    e. Cinta (Love): penerimaa, persahabatan, kepercayaan, kebaikan

    hati, rasa dekat, bakti, hormat, kasmaran, kasih.

    f. Rasa heran (Surprise): terkejut, terkesiap,takjub, terpana.

    g. Kejijikan (Disgust): jijik, hina, muak, mual, benci, tidak suka,

    muntah.

    h. Malu ( Shame): rasa salah, malu, kesal, hati hancur lebur.

  • 7/23/2019 Amalia Wahyu Arumsari

    37/79

    23

    Ada dua cara mengungkapkan emosi, yaitu secara verbal dan

    secara non verbal (Supratiknya, 1995: 55). Yang dimaksud secara verbal

    adalah dengan menggunakan kata-kata, baik yang secara langsung

    mendeskripsikan perasaan yang kita alami maupun tudak. Sedangkan

    yang dimaksud secara nonverbal adalah dengan menggunakan kata- kata,

    misalnya sorot mata, raut muka, kepalan tinju, dan sebagainya. Dalam

    kenyataan sehari-hari, kedua cara tersebut sebenarnya susah dipisahkan

    sebab lazimnya hadir bersam-sama. Kalau kita membisikan kata-kata

    mengungkapkan cinta, misalnya, biasanya juga disertai suara lembut,

    mata berbinar, wajah berseri, belaian tangan yang halus, dan sebagainya.

    Maka, agar komunikasi kita jelas dan efektif, ungkapan verbal dan non

    verbal dari perasaan kita itu memang harus cocok atau sesuai.

    C. Definisi dan Ragam Bimbingan

    1. Definisi Bimbingan

    Istilah bimbingan berasal dari bahasa Inggris guidance yang

    berasal dari kata guide yang berarti menunjukkan jalan (showing theway),

    memimpin (leading); menuntun (conducting); memberikan petunjuk(giving

    instruction);mengatur (regulating); mengarahkan (governing);memberikan

    nasehat (giving advice)(Winkel dan Hastuti, 2006: 27).

    Moegiadi (Winkel dan Hastuti, 2006: 29) menyatakan bahwa

    bimbingan dapat berarti:

  • 7/23/2019 Amalia Wahyu Arumsari

    38/79

    24

    a. Suatu usaha untuk melengkapi individu dengan pengetahuan,

    pengalaman dan informasi tentang dirinya sendiri.

    b. Suatu cara pemberian pertolongan atau bantuan kepada individu

    untuk memahami dan mempergunakan secara efisien dan efektif

    segala kesempatan yang dimiliki untuk perkembangan pribadinya.

    c. Sejenis pelayanan kepada individu-individu, agar mereka dapat

    menentukan pilihan, menetapkan tujuan dengan tepat dan menyusun

    rencana yang realistis, sehingga mereka dapat menyesuaikan diri

    dengan memuaskan di dalam lingkungan di mana mereka hidup.

    d. Suatu proses pemberian bantuan atau pertolongan kepada individu

    dalam hal: memahami diri sendiri, menghubungkan pemahaman

    tentang dirinya sendiri dengan lingkungan; memilih, menentukan dan

    menyusun rencana sesuai dengan konsep dirinya sendiri dan tuntutan

    dari lingkungan.

    Natawidjaja (Winkel dan Hastuti, 2006: 29) menyatakan bahwa

    bimbingan adalah proses pemberian bantuan kepada individu yang

    dilakukan secara berkesinambungan, supaya individu yang bersangkutan

    dapat memahami dirinya, sanggup mengarahkan diri dan dapat bertindak

    wajar, sesuai dengan tuntutan dan keadaan keluarga serta masyarakat.

    Dengan demikian dia dapat mengecap kebahagiaan hidupnya serta dapat

    memberikan sumbangan yang berarti.

  • 7/23/2019 Amalia Wahyu Arumsari

    39/79

    25

    2. Ragam Bimbingan

    Terdapat tiga macam ragam bimbingan, yaitu (Winkel dan

    Hastuti, 2006: 2114):

    a. Bimbingan karier

    Bimbingan karier adalah bimbingan dalam mempersiapkan diri

    menghadapi dunia pekerjaan, dalam memilih lapangan pekerjaan atau

    jabatan/profesi tertentu serta membekali diri supaya siap memangku

    jabatan itu dan dalam menyesuaikan diri dengan berbagai tuntutan

    dari lapangan pekerjaan yang telah dimasuki.

    b. Bimbingan akademik

    Bimbingan akademik adalah bimbingan dalam hal menemukan

    cara belajar yang tepat, dalam memilih program studi yang sesuai dan

    dalam mengatasi kesukaran yang timbul berkaitan dengan tuntutan-

    tuntutan belajar di suatu institusi pendidikan.

    c. Bimbingan pribadi-sosial

    Bimbingan pribadi-sosial berarti bimbingan dalam membina

    hubungan kemanusiaan dengan sesama di berbagai lingkungan.

    Bimbingan pribadi-sosial dapat membantu siswa antara lain dalam

    meningkatkan kemampuan mendengarkan aktif. Hal tersebut dapat

    dilakukan dengan membantu siswa berlatih memahami perasaan, ide/

    pendapat/ pikiran maksud pembicara dan kemudian merumuskan hal

    yang ditangkapnya dengan kata-katanya sendiri (pengertiannya dalam

    kalimat) dan mengirimkannya kembali kepada pembicara.

  • 7/23/2019 Amalia Wahyu Arumsari

    40/79

    26

    D. Kemampuan Mendengarkan Aktif Siswa Kelas X SMA Stella Duce 2

    Yogyakarta Tahun Ajaran 2012/2013

    Siswa kelas X SMA Stella Duce 2 Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013

    adalah bagian dari sekelompok individu yang sedang mengalami masa

    remaja. Masa remaja merupakan masa di mana individu merasa menyatu

    dalam masyarakat dewasa, suatu usia di mana anak tidak merasa bahwa

    dirinya berada di bawah tingkat orang yang lebih tua melainkan merasa

    sama, atau paling tidak sejajar. Dalam masa ini remaja dituntut mampu

    membina hubungan baik dengan anggota kelompok yang sejenis maupun

    berlainan jenis serta lingkungan sosial, untuk ini diperlukan kemampuan

    komunikasi yang baik.

    Dalam menjalin komunikasi dengan sesama teman, diperlukan

    kemampuan-kemampuan tertentu seperti kemampuan mendengarkan aktif.

    Dengan kemampuan mendengarkan aktif remaja dapat memasuki kelompok

    tertentu yang sesuai dengan minatnya, dapat bergaul dengan kelompok sosial,

    baik yang lebih kecil seperti persahabatan maupun kelompok yang lebih besar

    seperti organisasi kepemudaan. Siswa dapat menjalin komunikasi yang lebih

    intim dengan orang-orang disekitarnya baik teman, orang tua, guru. Selain itu,

    siswa dapat memahami materi pelajaran yang disampaikan oleh guru, sehingga

    inti dari pelajaran dapat dimengerti oleh siswa., Oleh karena itu, sebagai remaja

    siswa kelas X SMA Stella Duce 2 Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013 kiranya

    perlu untuk memiliki kemampuan mendengarkan aktif,

  • 7/23/2019 Amalia Wahyu Arumsari

    41/79

    27

    untuk mendukung pergaulannya dengan kelompok sosialnya sesuai tugas

    perkembangan yang telah disebutkan sebelumnya.

    E. Penelitian yang Berkaitan dengan Topik Skripsi ini

    Furi (2007) mengadakan penelitian tentang persepsi siswa-siswi kelas XI

    SMA Negeri I Depok Sleman Yogyakarta tahun ajaran 2006/2007 tentang

    keterampilan mendengarkan aktif ibunya. Sampel yang digunakan dalam

    penelitian ini adalah siswa-siswi kelas XI SMA Negeri I Depok Sleman

    yogyakarta tahun ajaran 2006/2007. Teknik analisis data yang digunakan adalah

    Penilaian Acuan Patokan (PAP). Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian

    besar siswa-siswi kelas XI SMA Negeri I Depok Sleman Yogyakarta tahun

    ajaran 2006/2007 berpandangan bahwa keterampilan mendengarkan

    aktif ibunya masih kurang tinggi.

    Sarianne (2008) mengadakan penelitian tentang persepsi keterampilan

    mendengarkan aktif para siswa kelas X SMA Pangudi Luhur Sedayu tahun

    ajaran 2007/2008 dan implikasinya terhadap usulan kegiatan bimbingan. Sampel

    dalam penelitian tersebut adalah seluruh siswa kelas X SMA Pangudi Luhur

    Sedayu tahun ajaran 2007/2008. Teknik analisis data yang digunakan adalah

    Penilaian Acuan Patokan (PAP). Hasil penelitian menunjukkan bahwa

    keterampilan mendengarkan aktif sebagian besar siswa kelas X SMA

    Pangudi Luhur Sedayu tahun ajaran 2007/2008 belum setinggi yang

    diharapkan atau masih kurang dan perlu ditingkatkan.

  • 7/23/2019 Amalia Wahyu Arumsari

    42/79

    BAB III

    METODOLOGI PENELITIAN

    Dalam bab ini dibahas jenis penelitian, subjek penelitian, instrumen

    penelitian, prosedur pengumpulan data dan teknik analisis data.

    A. Jenis Penelitian

    Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif dengan metode survei.

    Sugiyono (2009: 6) menyebutkan bahwa metode survei digunakan untuk

    mendapatkan data dari tempat tertentu secara alamiah (bukan buatan).

    Penelitian ini menggunakan kuesioner untuk mengumpulkan data dari

    subjek. Metode ini sesuai dengan tujuan penelitian ini yaitu untuk

    mengetahui kemampuan mendengarkan aktif siswa kelas X SMA Stela Duce

    Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013.

    B. Subjek Penelitian

    Populasi penelitian ini adalah siswa kelas X SMA Stela Duce 2

    Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013. Siswa kelas X SMA Stela Duce

    Yogyakarta terdiri dari lima pararel kelas, yaitu XA 30 siswa, XB 29 siswa,

    XC 30 siswa, XD 29 siswa dan XE 29 siswa. Semua anggota populasi

    dijadikan subyek penelitian. Karena itu penelitian ini termasuk penelitian

    populasi. Rincian jumlah siswa masing-masing kelas disajikan dalam tabel 1.

    28

  • 7/23/2019 Amalia Wahyu Arumsari

    43/79

    29

    Tabel 1

    Rincian Jumlah Siswa Kelas X

    SMA Stella Duce 2 Yogyakarta

    Tahun Ajaran 2012/2013

    Kelas Jumlah Siswa

    Xa 30

    Xb 29

    Xc 30

    Xd

    29

    Xe 29

    Total siswa 147

    C. Instrumen Penelitian

    Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini berupa

    kuesioner yang disusun sendiri oleh peneliti. Kuesioner dalam penelitian ini

    bersifat tertutup, artinya alternatif jawaban telah ditentukan sebelumnya

    (Furchan. 2007: 46). Kuesioner ini dikembangkan dari aspek-aspek

    kemampuan mendengarkan aktif yang meliputi: (1) kemampuan

    memahami/mengungkapkan kembali ide/fakta/pendapat/pikiran (pribadi,

    belajar, karier, sosial); (2) kemampuan memahami perasaan (amarah,

    kesedihan, rasa takut, kesenangan, cinta, rasa heran, kejijikan, malu).

    Kuesioner disusun oleh peneliti dengan berpedoman pada teknik

    penyusunan skala Guttman yang kemudian dimodifikasi oleh peneliti,

    sehingga terdiri dari empat alternatif tanggapan, tanggapan yang paling tepat

  • 7/23/2019 Amalia Wahyu Arumsari

    44/79

    30

    diberi skor 1 dan tanggapan yang kurang tepat diberi skor 0 (Djaal dan

    Mulyono, 2007).

    D. Validitas dan Reliabilitas

    1. Pengujian Validitas

    Validitas yaitu suatu pengujian yang digunakan untuk mengetahui

    ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya

    (Azwar, 2012: 131). Validitas digunakan untuk mengetahui kesamaan antara

    data yang terkumpul dengan data yang sesungguhnya terjadi pada proyek

    yang diteliti, sehingga dapat diperoleh data yang valid. Instrumen dikatakan

    valid bila mampu mengukur apa yang seharusnya diukur dan mampu

    mengungkap data yang diteliti secara tepat.

    Jenis validitas yang digunakan adalah validitas isi (content

    validity). Validitas isi merupakan validitas yang diestimasi lewat

    pengujian isi tes dengan analisis rasional atau lewat professional

    judgment (Azwar, 2012: 132). Penelaahan butir-butir pada instrumen

    dilakukan oleh dosen pembimbing skripsi Drs. R.H.Dj. Sinurat, M.A,

    salah satu dosen bimbingan dan konseling yaitu A. Setyandari, S.Pd, Psi,

    M.A dan Guru Bimbingan dan Konseling SMA Stella Duce 2

    Yogyakarta yaitu V. Siwi Sridinarti, S.pd. Setelah instrumen ditelaah,

    disadarilah bahwa perlu dilakukan perbaikan pada instrumen agar setiap

    komentar yang dibuat mudah dipahami. Perbaikan juga terdapat pada

    kata pengantar dan petunjuk agar mudah dipahami oleh responden.

  • 7/23/2019 Amalia Wahyu Arumsari

    45/79

    31

    Setelah diperoleh expert judgment,kuesioner diujicobakan. Untuk

    menguji validitas dalam penelitian ini menggunakan bantuan program

    SPSSfor windows versi 17.0dengan metode Split-half,karena skala yang

    digunakan merupakan skala dikotomi. Suatu instrument di katakana

    valid, jika mempunyai nilai koefisien validitas lebih besar dari nilai r

    kritis sebesar 0,30. Apabila koefisien validitas tersebut kurang dari 0,30

    dianggap tidak valid (Azwar, 2012: 143).

    Dari uji coba diketahuilah bahwa dari 40 item pernyataan, ada 6

    item yang mempunyai koefisien validitas kurang dari nilai r kritis sebesar

    0,30 yaitu item nomor 3, 6, 8, 15, 23 dan 28. 34 item temasuk valid

    karena mempunyai koefisien validitas > 0,30. Item-item yang gugur tidak

    dipakai dalam pengambilan data sesungguhnya. Kisi-kisi instrumen yang

    final disajikan dalam tabel 2.

  • 7/23/2019 Amalia Wahyu Arumsari

    46/79

    32

    Tabel 2

    Kisi-Kisi Instrumen Kemampuan Mendengarkan Aktif Siswa Kelas XSMA Stella Duce 2 Yogyakarta 2012/2013

    (Final)

    No Aspek-aspek kemampuan Indikator Pernyataan Jumlah

    mendengarkan aktif

    1 Mampu Pribadi 1,2,4,21,22,24,9 7

    memahami/mengungkapkan Belajar 5,25,26 3

    kembali Karier 7,38,37 3

    ide/fakta/pendapat/pikiran Sosial 10,11,12,13,27,35 7

    ,36

    2 Mampu Amarah 14,9, 2

    memahami/mengungkapkan Kesedihan 15,30 2

    kembali perasaan Rasa takut 16, 1

    Kesenangan 17,29 2

    Cinta 18,34 2

    Rasa heran 40,31 2

    Kejijikan 19,32 2

    Malu 20,33 2

    Jumlah 34

    2. Pengujian Reliabilitas

    Uji reliabilitas digunakan untuk menunjukkan kestabilan dan

    konsistensi hasil instrumen atau alat ukur, sehingga nilai yang diukur tidak

    berubah (Arikunto, 2010: 231). Uji reliabilitas dalam penelitian ini

    menggunakan metode Guttman Split-half dengan program SPSS for

    windows versi 17,0. Dari pengujian diperoleh nilai reliabilitasGuttman

    Split-half sebesar 0,829. Nilai ini menunjukkan bahwa kuesioner

  • 7/23/2019 Amalia Wahyu Arumsari

    47/79

    33

    mendengarkan aktif termasuk reliabel karena lebih besar dari 0,7 (Ghozali,

    2011: 47).

    E. Prosedur Pengumpulan Data

    Prosedur pengumpulan data melalui beberapa tahap, yaitu:

    1. Tahap persiapan

    Pada tahap peneliti melakukan beberapa usaha sebagai persiapan

    melakukan penelitian, yaitu:

    a. Menyusun kuesioner tentang kemampuan mendengarkan aktif.

    b. Menentukan responden yaitu siswa kelas kelas X A SMA Stela Duce

    2 Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013 sebagai subjek uji coba dan

    siswa kelas X B, C, D dan E SMA Stela Duce 2 Yogyakarta tahun

    ajaran 2012/2013 sebagai subjek penelitian.

    c. Meminta ijin untuk melakukan uji coba maupun penelitian kepada

    pihak sekolah.

    d. Pengujian instrumen oleh ahli, yang dilakukan oleh dosen

    pembimbing skripsi pada saat bimbingan dan guru BK SMA Stela

    Duce 2 Yogyakarta.

    e. Menghubungi pihak SMA Stela Duce Yogyakarta untuk meminta ijin

    melaksanakan uji coba kuesioner pada para siswa kelas X.

    f. Pengujian empirik terhadap validitas dan reliabilitas kuesioner dengan

    melakukan uji coba kuesioner kepada para siswa kelas kelas X A SMA

  • 7/23/2019 Amalia Wahyu Arumsari

    48/79

    34

    Stela Duce 2 Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013 pada tanggal 15 Mei

    2013.

    g. Menganalisis data uji empirik dengan memeriksa validitas dan

    reliabilitas kuesioner kemampuan mendengarkan aktif dengan

    menggunakan bantuan program SPSSfor windows Versi 17.0dengan

    metode split-half.

    h. Menghubungi pihak SMA Stela Duce 2 Yogyakarta untuk meminta

    ijin melaksanakan penelitian pada para siswa kelas X.

    2. Tahap pelaksanaan pengumpulan data

    Kuesioner yang telah diujicobakan digunakan untuk mengumpulkan

    data penelitian. Pengisian kuesioner dilaksanakan pada para siswa kelas X

    SMA Stela Duce 2 Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013 pada tanggal 28-30

    Mei 2013. Penyebaran kuesioner penelitian dilakukan oleh peneliti dan

    dibantu guru BK. Saat pelaksanaan penelitian, peneliti membagikan

    kuesioner kepada siswa dan menjelaskan maksud dari penelitian. Peneliti

    menjelaskan cara mengisi kuesioner tersebut. Kemudian peneliti

    mempersilahkan siswa mengisi kuesioner. Saat mengisi kuesioner siswa

    terlihat serius, suasana kelas tenang. Siswa mengatakan bersemangat

    membaca dan mengisi, karena model kuesioner yang diisi merupakan model

    baru. Siswa baru pertamakali mengisi kuesioner dengan model yang peneliti

    pakai. Keseriusan juga terlihat dari cara mereka bertanya apakah

    diperbolehkan mengganti jawaban. Siswa diperbolehkan mengganti

    jawabannya apabila merasa kurang yakin dengan jawaban yang

  • 7/23/2019 Amalia Wahyu Arumsari

    49/79

    35

    pertama. Pada saat penelitian kuesioner yang dibagikan berjumlah 147

    eksemplar dan kembali sebanyak 132 eksemplar.

    F. Teknik Analisis Data

    Data penelitian ini dianalisis dengan menggunakan analisis statistik

    deskriptif yang meliputi penyajian data melalui tabel, perhitungan mean,

    standar deviasi serta pengkategorisasian menurut norma yang telah

    ditentukan penulis. Langkah-langkah yang digunakan peneliti untuk

    menganalisis data adalah sebagai berikut:

    1. Memeriksa keabsahan administrasi hasil jawaban responden untuk diolah

    lebih lanjut.

    2. Memberi skor setiap alternatif jawaban. Jawaban benar diberi skor 1 dan

    jawaban salah diberi 0.

    3. Membuat tabulasi data, menghitung skor total dari masing-masing item

    kuesioner dan skor rata-rata subjek.

    4. Mengkategorikan subjek yang berpedoman pada penjelasan menurut

    Azwar (2012: 148).

    Adapun kategorisasi kemampuan mendengarkan aktif siswa kelas

    X SMA Stela Duce 2 Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013 secara

    keseluruhan diperoleh melalui perhitungan sebagai berikut: jumlah item

    34; nilai tertinggi: 1x34=34, nilai terendah: 0x34=0, sehingga luas jarak

    sebenarnya: 34-0=34. Dengan demikian satuan deviasi standarnya adalah

  • 7/23/2019 Amalia Wahyu Arumsari

    50/79

    36

    34/6=5,7 dan mean teoritisnya adalah (34+0)/2=17. Kategorisasi

    kemampuan mendengarkan aktif siswa dapat dilihat pada tabel berikut ini.

    Tabel 3

    Kategori Kemampuan Mendengarkan Aktif Siswa Kelas X SMA StellaDuce 2 Yogyakarta Tahun Ajaran 2012/2013

    No Formula Kategori Rentang skor Keterangan

    1 X < [ - 1,5] 0 8,45 Sangat Kurang Mampu

    2 [ - 1,5] < X < [ - 0,5] 8,46 14,15 Kurang Mampu

    3 [ - 0,5] < X < [ + 0,5] 14,16 19,85 Cukup Mampu

    4 [ + 0,5] < X < [ + 1,5] 19,86 25,55 Mampu

    5 [ + 1,5] < X 25,56 - 34 Sangat Mampu

    Sumber: Azwar (2012: 148)

    5. Menyajikan hasil olahan data dalam bentuk tabel penggolongan

    kemampuan mendengarkan aktif Siswa Kelas X SMA Stella Duce 2

    Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013. Tabel ini menjadi dasar untuk

    melihat hasil penelitian.

  • 7/23/2019 Amalia Wahyu Arumsari

    51/79

    BAB IV

    HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    Bab ini berisi uraian mengenai (1) Hasil penelitian mengenai kemampuan

    mendengarkan aktif siswa kelas X SMA Stella Duce 2 Yogyakarta tahun ajaran

    2012/2013, (2) Pembahasan hasil penelitian.

    A. Kemampuan Mendengarkan Aktif Siswa Kelas X SMA Stella Duce 2

    Yogyakarta Tahun Ajaran 2012/2013

    Dari pengolahan data, diperoleh hasil mengenai kemampuan siswa kelas X

    SMA Stella Duce 2 Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013 dalam mendengarkan

    aktif, seperti yang ditampilkan pada tabel 4.

    Tabel 4

    Kemampuan Mendengarkan Aktif Siswa Kelas X SMA Stella Duce 2

    Yogyakarta Tahun Ajaran 2012/2013

    No Rentang Skor Kategori Kemampuan Jumlah PersentaseMendengarkan Aktif Siswa

    Siswa1 0 8,45 Sangat Kurang Mampu 13 12,382 8,46 14,15 Kurang Mampu 29 27,623 14,16 19,85 Cukup Mampu 19 18,104 19,86 25,55 Mampu 43 40,955 25,56- 34 Sangat Mampu 1 0,95

    105 100,00

    Dari tabel 4 tampak bahwa :

    1. Ada 13 siswa (12,38%) yang sangat kurang mampu dalam mendengarkan

    aktif.

    37

  • 7/23/2019 Amalia Wahyu Arumsari

    52/79

    38

    2. Ada 29 siswa (27,62%) yang kurang mampu dalam mendengarkan aktif.

    3. Ada 19 siswa (18,10%) yang cukup mampu dalam mendengarkan aktif.

    4. Ada 43 siswa (40,95%) yang mampu dalam mendengarkan aktif.

    5. Ada 1 siswa (0,95%) yang sangat mampu dalam mendengarkan aktif. Dengan

    memperhatikan banyaknya siswa yang termasuk cukup mampu,

    kurang mampu dan yang sangat kurang mampu, dapat disimpulkan bahwa

    sebagian besar siswa kelas X SMA Stella Duce 2 Yogyakarta tahun ajaran

    2012/2013 termasuk kurang mampu mendengarkan aktif.

    B. Pembahasan

    Sudah dikemukanan di atas bahwa sebagian besar siswa kelas X SMA

    Stella Duce 2 Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013 termasuk kurang mampu

    dalam mendengarkan aktif. Ada beberapa dampak atau akibat yang dapat timbul

    apabila siswa kurang mampu dalam mendengarkan aktif. Pertama, siswa dapat

    mengalami kesulitan. Siswa yang kurang mampu dalam mendengarkan aktif

    cenderung tidak teliti dalam memperhatikan petunjuk, saran, peringatan, sehingga

    dapat mengalami kesulitan atau masalah akibat kelalaian yang seharusnya tidak

    perlu terjadi. Siswa yang kemampuannya kurang dalam mendengarkan aktif akan

    mudah salah memahami atau menafsirkan suatu informasi, siswa dapat

    memperoleh dan memiliki pengetahuan yang salah. Gordon (2009: 66)

    menyatakan bahwa mendengarkan aktif merupakan cara yang ampuh untuk

    menyelesaikan masalah. Apabila orang kurang mampu dalam mendengarkan

    aktif, orang yang bersangkutan bisa

  • 7/23/2019 Amalia Wahyu Arumsari

    53/79

    39

    jadi tidak akan mampu menyelesaikan masalahnya sendiri atau membantu

    orang lain mengatasi masalahnya.

    Kedua, siswa tidak dapat menerima banyak informasi. Dengan

    rendahnya kemampuan mendengarkan aktif, siswa hanya akan menerima

    sedikit informasi sehingga tidak dapat menambah wawasannya misalnya

    dalam hal yang berkaitan dengan pelajaran. Ketiga, membuat siswa

    cenderung untuk memaksakan pendapatnya. Dengan kemampuan mendengar

    aktif yang rendah, seorang siswa tidak memiliki banyak informasi yang dapat

    digunakan sebagai referensi dalam mengambil keputusan, sehingga setiap

    keputusan yang diambilnya dapat kurang tepat dan tidak mempertimbangkan

    atau mendengarkan pendapat orang lain. Gordon (2009: 57) menyatakan

    bahwa salah satu manfaat mendengarkan aktif adalah mempengaruhi orang

    untuk mau lebih mendengarkan pendapat-pendapat orang lain, sehingga

    keputusan yang diambilnya dapat lebih bijaksana.

    Keempat, siswa dapat kurang mampu memahami orang lain dengantepat.

    Dengan kemampuan mendengarkan aktif yang rendah, siswa tidak mampu

    memahami sepenuhnya apa yang dibicarakan oleh orang lain, sehingga tidak bisa

    mengikuti jalan pikirannya. Kondisi ini dapat menyebabkan siswa yang

    bersangkutan tidak tahu harus bertindak, bersikap dan memposisikan diri seperti

    apa dalam hubungannya dengan orang lain. Padahal salah satu manfaat dari

    mendengarkan aktif adalah mengembangkan hubungan yang hangat dengan

    pendengar, sehingga terjalin hubungan yang harmonis, pendengar

  • 7/23/2019 Amalia Wahyu Arumsari

    54/79

    40

    mampu mengikuti jalan pikiran pembicara sehingga dapat memposisikan

    dirinya sesuai keinginan pembicara.

    Kelima, siswa mempunyai rasa marah dan curiga terhadap orang lain.

    Kemampuan mendengarkan aktif yang rendah dapat membuat siswa curiga

    terhadap orang-orang di sekitarnya, dan dapat membuat siswan tidak mampu

    memberikan tanggapan yang baik terhadap emosi dari pembicara, tidak mampu

    menunjukkan empati dan meredakan emosinya. Pendengar yang baik mampu

    mendorong terjadinya katarsis yaitu berkurangnya perasaan negatif karena ada

    kesempatan untuk mengungkapkannya secara terbuka (Gordon, 2009: 57).

    Dampak keenam dari kurangnya kemampuan mendengarkan aktif

    adalah siswa kurang menghayati cinta dalam hidup. Salah satu ungkapan rasa

    cinta yang meyakinkan adalah dengan mendengarkan. Seseorang akan merasa

    sangat dihargai dan dipedulikan, apabila didengarkan apa yang

    diungkapkannya. Kurangnya kemampuan mendengarkan aktif, membuat

    orang tidak mampu menghargai pembicaraan orang lain, sehingga tidak

    mampu menunjukkan rasa cinta pada orang yang sedang mengajaknya

    berbicara. Kondisi ini membuat orang yang bersangkutan tidak mampu

    menolong pembicara untuk tidak terlalu takut dengan perasaan-perasaan

    negatif (Gordon, 2009: 57).

    Kurangnya kemampuan mendengarkan aktif dari siswa kelas X SMA

    Stella Duce 2 Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013 dapat disebabkan oleh

    berbagai faktor: pertama, karena siswa kiranya belum pernah dilatih untuk

    mendengarkan aktif baik dirumah dan disekolah. Supratiknya (1995)

  • 7/23/2019 Amalia Wahyu Arumsari

    55/79

    41

    menegasakan bahwa untuk membangun hubungan yang erat dan memuaskan,

    pembicara harus merasa bahwa pendengar menerima pembicara tanpa syarat

    dan tanpa penilaian. Kedua,siswa merasa bosan dengan apa yang dibicarakan

    pembicara, merasa tidak tertarik dengan bahan pembicaraan, merasa sudah

    tahu dengan apa yang akan dibicarakan pembicara. Ketiga, kurang

    tersedianya kesempatan/waktu bagi siswa untuk belajar meningkatkan

    kemampuan mendengarkan aktif. Faktor-faktor tersebut dapat membuat siswa

    malas untuk sungguh-sungguh mendengarkan orang lain dan menjadi kurang

    tanggap terhadap perasaan orang lain.

    Untuk meningkatkan kemampuan mendengar aktif siswa diperlukan

    kerjasama antara siswa, guru dan orang tua. Hal-hal yang perlu dilakukan oleh

    siswa untuk meningkatkan kemampuannya dalam mendengarkan aktif antara

    lain: pertama, siswa belajar mengungkapkan dengan kata-katanya sendiri apa

    yang diungkapkan/ dimaksudkan pembicara. Kedua,bersikap seperti anak kecil

    yang selalu ingin tahu dengan memberi pertanyaan-pertanyaan pada diri sendiri,

    berpikir secara terbuka terhadap ide orang lain dan membiarkan pembicara

    mengeluarkan semua pendapatnya. Seperti yang diungkapkan oleh Gordon

    (2009: 59), untuk menjadi pendengar yang baik, orang harus bersedia

    mendengarkan apa yang dikatakan pembicara, bersedia menolong pembciara

    dalam menghadapi masalahnya pada saat itu, dapat menerima perasaan-perasaan

    pembicara yang berbeda dengan perasaan pendengar, percaya pada kemampuan

    pembicara untuk mengatasi perasaannya dan mencari penyelesaian terhadap

    masalah tersebut, menyadari bahwa perasaan hanya sementara dan

  • 7/23/2019 Amalia Wahyu Arumsari

    56/79

    42

    mampu melihat pembicara yang dihadapinya sebagai pribadi yang unik, yang

    mempunyai kehidupan sendiri dan identitas sendiri.

    Hal-hal yang perlu dilakukan oleh guru untuk meningkatkan

    kemampuan mendengarkan aktif siswa antara lain: pertama, guru dapat

    mengadakan pelatihan kemampuan komunikasi, khususnya mendengarkan

    aktif. Kedua,mengadakan seminar yang menunjang peningkatan kemampuan

    mendengarkan aktif siswa, dapat mendatangkan pembicara yang ahli dalam

    bidang komunikasi khususnya mendengarkan aktif. Ketiga, mengadakan

    sharing dengan siswa terkait kemampuan mendengarkan aktif. Dalamsharing

    tersebut siswa dapat saling mengkomunikasikan gagasan, pendapat, kesulitan

    dalam mendengarkan aktif

    Keluarga terutama orang tua, mempunyai peranan penting untuk

    meningkatkan kemampuan anak dalam mendengarkan aktif. Keluargalah

    merupakan tempat pertama bagi anak untuk belajar mendengarkan,

    bagaimana mengerti pesan dari anggota keluarga yang lain dan bagaimana

    memantulkan kembali pesan dengan kata-kata sendiri sesuai maksudnya.

    Keluarga yang mempunyai kebiasaan berkumpul merupakan tempat yang

    baik untuk meningkatkan kemampuan mendengarkan aktif. Dengan

    berkumpul, orang tua berkesempatan mengajak anak untuk terbuka,

    memberikan kesempatan kepada anak untuk mengeluarkan pendapat dan

    perasaannya, memberikan contoh dari mendengarkan aktif dengan tepat dan

    membiarkan anak untuk mendengrkan aktif.

  • 7/23/2019 Amalia Wahyu Arumsari

    57/79

    BAB V

    KESIMPULAN DAN SARAN

    Pada bab ini dikemukakan kesimpulan hasil penelitian dan saran-saran

    bagi pihak-pihak yang terkait.

    A. Kesimpulan

    Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar siswa kelas X

    SMA Stella Duce 2 Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013 termasuk kurang

    mampu dalam mendengarkan aktif, sehingga perlulah dilakukan upaya-

    upaya untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam mendengarkan aktif.

    B. Saran

    Berikut ini dikemukakan beberapa saran untuk berbagai

    pihak. 1. Guru Pembimbing

    Guru pembimbing hendaknya dapat membantu siswa meningkatkan

    kemampuannya dalam mendengarkan aktif, dengan mengadakan

    pelatihan yang relevan. Layanan bimbingan dan konseling atau pelatihan

    tentang kemampuan mendengarkan aktif bisa melalui bimbingan

    kelompok, atau bimbingan klasikal.

    2. Sekolah

    Pihak sekolah hendaknya memberikan dukungan terhadap guru

    pembimbing dalam pelaksanakan pelatihan untuk meningkatkan

    kemampuan siswa dalam mendengarkan aktif.

    43

  • 7/23/2019 Amalia Wahyu Arumsari

    58/79

    44

    3. Peneliti lain

    a. Kuesioner yang digunakan oleh peneliti menggunakan empat

    alternatif tanggapan. Peneliti lain dapat membuat alternatif

    tanggapan menjadi lima atau tiga.

    b. Kemampuan yang diungkap dalam penelitian ini lebih

    mengungkap kemampuan kognitif yaitu tafsiran atau tanggapan

    yang lebih tepat; belum tentu responden dalam kenyataannya

    mampu secara spontan memberikan respons yang empatik.

    Peniliti lain yang ingin mengembangakan topik ini dianjurkan

    agar lebih mengungkap kemampuan responden memberikan

    tanggapan berdasarkan pengalamanya. Peneliti lain diharapkan

    mencoba mengungkap kemampuan subyek penelitiannya dalam

    mendengarkan aktif berdasarkan pengalaman konkrit, misalnya

    subyeknya dihadapkan pada situasi konkrit kemudian dilihat

    responnya yang sepontan.

  • 7/23/2019 Amalia Wahyu Arumsari

    59/79

    DAFTAR PUSTAKA

    Ali, Mohammad dan Asrori, Mohammad. 2005. Psikologi Remaja:

    Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Bumi Aksara

    Alwi, Hasan dkk. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesi.,Edisi Ketiga.Jakarta:

    Balai Pustaka

    Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik.

    Jakarta: PT Rineka Cipta

    Azwar, Saifuddin. 2012. Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka

    Pelajar

    Croft, Richard S. 2004T.Teori Komunikasi.New York: Harper

    Devito. 1997. Komunikasi Antarmanusia.Jakarta: Profesional Books

    Djaal dan Mulyono, Pudji. 2007. Pengukuran dalam Bidang Pendidikan.

    Jakarta: PT Grasindo Jakarta

    Furchan, H.Arief. 2007. Pengantar Penelitian dalam Pendidikan. Yogyakarta:

    Pustaka Pelajar

    Furi, Frisca Ema Ratna. 2007. Persepsi Siswa-Siswi Kelas XI SMA Negeri I

    Depok Sleman Yogyakarta Tahun Ajaran 2006/2007 tentang

    Keterampilan Mendengarkan Aktif Ibunya. Skripsi. Fakultas Keguruan

    dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

    Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM

    SPSS19. Semarang: BP UNDIP

    Goleman, Daniel. 1996.Emotional Intelligence. Jakarta: PT Gramedia Pustaka

    Utama

    Gordon, Thomas. 2009.Menjadi Orang Tua Efektif; Cara Pintar Mendidik Anak

    agar Bertanggungjawab. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama

    Gunarsa, Singgih D dan Gunarasa, Yuli. 2008. Perkembangan Anak dan

    Remaja.Jakarta: Gunung Mulia

    Hurlock, Elizabeth B. 1980. Psikologi Perkembangan.Jakarta: Gelora Aksara

    Pratama.

    45

  • 7/23/2019 Amalia Wahyu Arumsari

    60/79

    46

    Muhammad, Arni. 2009. Komunikasi Organisasi.Jakarta: Bumi Aksara.

    Safaria, F. 2005. Interpersonal Intelligence: Metode Pengembangan

    InterpersonalAnak. Yogyakarta: Kanisius

    Sarianne, Mega. 2008. Persepsi Keterampilan Mendengarkan Aktif para Siswa

    kelas X SMA Pangudi Luhur Sedayu tahun ajaran 2007/2008 dan

    Implikasinya terhadap Usulan kegiatan Bimbingan. Skripsi.Jurusan Ilmu

    Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata

    Dharma.

    Sugiyono, 2009.Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif.Bandung: Alfabeta

    Supratiknya, 1995. Tinjauan Psikologis Komunikasi Antarpribadi. Yogyakarta:

    KanisiusWinkel, W.S dan Hastuti. 2006.Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan.

    Jakarta: Gramedia

  • 7/23/2019 Amalia Wahyu Arumsari

    61/79

    47

    Lampiran 1: Angket Komunikasi Siswa

    Angket Komunikasi Siswa

    Kata Pengantar

    Adik-adik terkasih,

    Pada kesempatan ini, saya memohon kesediaan adik-adik untuk mengisi

    kuesioner ini. Maksud kuesioner ini adalah untuk memperoleh gambaran tentang

    pengalaman adik-adik dalam berkomunikasi. Informasi yang adik-adik berikan

    dengan menjawab kuesioner ini, akan diolah dan hasilnya akan digunakan untuk

    mengembangkan program bimbingan dan konseling di sekolah.

    Jawaban adik-adik terhadap kuesioner ini tidak mempengaruhi penilaian

    terhadap adik. Setiap jawaban adik adalah baik asal benar-benar sesuai dengan

    pengalaman adik-adik dan saya mengharapkan adik-adik menjawabnya dengan

    jujur. Jawaban adik akan dirahasiakan, dan adik-adik tidak perlu menuliskan

    namamu.

    Atas perhatian dan bantuan adik-adik, saya mengucapkan banyak

    terimakasih.

    Petunjuk:

    Bacalah komentar atau situasi yang berikut dengan teliti. Lalu lingkarilah

    nomor dari tanggapan yang paling tepat menunjukkan bahwa anda memahami hal

    yang dimaksudkan oleh orang yang bersangkutan (perasaan dan ide yang mau

    dikemukakannya). Dengan kata lain pilihlah tanggapan yang paling tepat supaya

    orang yang anda hadapi itu sungguh-sungguh merasa diperhatikan dan dipahami.

    SELAMAT BEKERJA DAN TERIMAKASIH

  • 7/23/2019 Amalia Wahyu Arumsari

    62/79

    48

    Sekolah: Nomor :

    Kelas: Tanggal Pengisian:

    Komentar 1: Tidak enak rasanya karena saya belum sembahyang.

    Tanggapan :

    1. Sebaiknya kamu sembahyang dulu agar merasa tenang.

    2. Kamu merasa tidak nyaman kalau belum sembahyang?

    3. Tampaknya sembahyang perlu bagimu supaya kamu merasa enak.

    4. Kamu merasa tidak enak karena belum sembahyang.

    Komentar 2: Saya merasa tidak siap menghadapi UAS. Akhir-akhir ini banyakmasalah yang menggangu konsentrasi belajar saya.

    Tanggapan :

    1. Masalah apa yang mengganggu konsentrasimu?

    2. Sebaiknya sementara waktu kamu jangan terlalu memikirkan masalah

    tersebut. Cobalah memusatkan konsentrasi pada UAS.

    3. Kamu merasa tidak siap menghadapi ujian karena banyak masalah yang

    kamu alami dan itu mengganggu konsentrsimu dalam belajar.

    4. Tampaknya masalahmu begitu berat sehingga konsentrasi belajarmu

    terganggu.

    Komentar 3: Saya bukanlah wanita yang cantik. Badan saya gemuk. Tidak

    satupun laki-laki yang akan mendekatiku.

    Tanggapan :

    1. Kamu mengira bahwa laki-laki tidak suka dengan wanita gemuk.

    2. Apakah kamu merasa bahwa badan gemuk itu tidak cantik?

    3. Kamu merasa tidak senang karena kamu tidak cantik dan gemuk dan

    mengira tidak ada laki-laki yang akan mendekatimu.

    4. Biarpun kamu gemuk, akan ada laki- laki yang mau mendekatimu.

  • 7/23/2019 Amalia Wahyu Arumsari

    63/79

    49

    Komentar 4: Saya suka belajar di rumah. Suasananya tenang sehingga mudah

    berkonsentrasi.

    Tanggapan :

    1. Saya memahami rasa nyaman yang kamu rasakan.

    2. Nampaknya konsentrasimu dalam belajar sangat dipengaruhi oleh suasana

    tenang.

    3. Seharusnya kamu tetap dapat belajar dengan tenang walaupun suasananya

    tidak tenang.

    4. Kamu merasa nyaman belajar di rumah karena suasananya tenang.

    Komentar 5: Saya ingin menjadi guru TK karena saya menyukai anak-anak.

    Tanggapan :

    1. Apa yang membuat kamu menyukai anak-anak?

    2. Kamu ingin menjadi guru TK,karena kamu senang dengan anak-anak.

    3. Sebaiknya kamu memilih pekerjaan yang sesuai dengan bakatmu.

    4. Rasa sukamu pada anak-anak bisa menjadi modal kamu menjadi guru TK.

    Komentar 6: Setiap saya berangkat sekolah bersama Eno pasti terlambat. Dia

    itupemalas, bangunnya selalu siang.

    Tanggapan :

    1. Mengapa kamu tidak meminta Eno untuk bangun lebih awal?

    2. Kamu sebenarnya ingin agar temanmu rajin dan disiplin.

    3. Kamu tidak begitu suka berangkat sekolah bersama Eno karena dia pemalas.

    4. Kamu bisa meminta Eno untuk bangun lebih awal, agar kalian tidak terlambat.

    Komentar 7: Guru itu sungguh tidak menguasai bahan, mudah marah.

    Tanggapan :

    1. Kamu tidak boleh berpandangan negatif terhadap guru.

    2. Kamu berkata seperti itu karena mungkin kamu tidak suka dengan guru

    tersebut.

    3. Kenapa kamu berkata seperti itu?

    4. Kamu tidak senang dengan gurumu karena menurutmu guru itu kurang

    menguasai bahan.

  • 7/23/2019 Amalia Wahyu Arumsari

    64/79

    50

    Komentar 8: Saya tidak suka dengan sikap orangtuaku. Mereka selalu mengatur

    apa yang akan saya kerjakan. Mereka menganggap saya seperti

    anak kecil yang harus diawasi.

    Tanggapan :

    1. Kamu merasa tidak senang dengan orangtuamu yang selalu mengawasimu.

    2. Itu hal yang biasa, banyak anak yang merasa tidak senang jika diatur

    orangtuanya.

    3. Semua itu mereka lukukan karena mereka sayang kepadamu.

    4. Pernah kamu mengemukakan keberatanmu kepada orangtua?

    Komentar 9: Tetanggaku sungguh tidak mempunyai aturan. Sudah malam tetap

    saja membunyikan musik dengan keras.

    Tanggapan :

    1. Kamu merasa terganggu dengan tetanggamu karena membunyikan musik

    dengan keras.

    2. Saya juga agak terganggu bila ada yang membunyikan musik keras pada

    malam hari.

    3. Kamu hendaknya menegurnya agar tidak membunyikan musik dengan keras.

    4. Apakah kamu tidak menegurnya?

    Komentar 10: Tetangga baruku orang yang ramah. Setiap bertemu selalu

    tersenyum dan menyapa.

    Tanggapan :

    1. Kamu merasa senang dengan tetangga barumu yang ramah dan selalu

    menyapa.

    2. Tiap orang tentu merasa senang kalau mempunyai tetangga yang ramah.

    3. Pantaslah kamu bersyukur karena memiliki tetangga yang ramah.

    4. Menurutmu orang yang bertetangga haruslah ramah dan saling menyapa.

  • 7/23/2019 Amalia Wahyu Arumsari

    65/79

    51

    Komentar 11: Saya tidak mau berteman dengan Ani. Dia pembohong dan tidak

    bisa menjaga rahasia.

    Tanggapan :

    1. Kamu berpendapat berteman haruslah jujur dan dapat menyimpan rahasia.

    2. Apakah Ani menceritakan rahasiamu kepada orang lain?

    3. Kamu tidak senang kepada Ani karena menurutmu dia itu pembohong dan

    tidak bisa menjaga rahasia.

    4. Sebaiknya kamu mengingatkan dia supaya jujur dan dapat menyimpan

    rahasia.

    Komentar 12: Saya tidak berani melihat film horor sendiri. Saya selalu

    memintaibu untuk menemani.

    Tanggapan :

    1. Itu hal yang biasa banyak yang merasa takut nonton film horor sendirian.

    2. Sebaiknya kamu selalu meminta seseorang untuk menemanimu saat melihat

    film horor.

    3. Mengapa kamu takut melihat film horor sendirian?

    4. Kamu merasa takut melihat film horor sendirian karena itu kamu meminta

    ibu kamu untuk menemani.

    Komentar 13: Saya senang sekali mendapatkan nilai yang sesuai dengan

    harapanku.

    Tanggapan :

    1. Agar nilaimu tetap baik hendaknya kamu tetap rajin belajar.

    2. Saya pernah merasakan perasaan persis seperti yang kamu alami.

    3. Tampaknya kamu mendapatkan nilai bagus.

    4. Kamu mersa senang karena mendapatkan nilai yang sesuai dengan harapanmu

    Komentar 14: Saya merasa cinta kepada Tom, tetapi apakah dia mencintai saya?

    Tanggapan :

    1. Tampaknya kamu ingin agar Tom berterus terang menyatakan cintanya

    padamu.

    2. Apakah kamu sudah menyatakan perasaanmu kepadanya?

    3. Kamu merasa cinta kepada Tom, namun masih ragu apakah dia mencintai

    kamu.

    4. Sebaiknya kamu menanyakan perasaannya kepadamu.

  • 7/23/2019 Amalia Wahyu Arumsari

    66/79

    52

    Komentar 15: Saya sangat jijik dengan binatang melata. Rasanya ingin sekali

    memusnahkan semua binatang tersebut.

    Tanggapan :

    1. Kamu merasa jijik dengan binatang melata sehingga tidak mau melihatnya.

    2. Kamu tidak boleh memusnahkan binatang apapun.

    3. Menurutmu binatang melata tidak ada manfaatnya sehingga ingin

    memusnahkannya.

    4. Banyak orang merasa jijik melihat binatang melata.

    Komentar 16: Saya malu tampil di depan banyak orang. Saya selalu gemetaran.

    Tanggapan :

    1. Kamu hendaknya tenang dan percaya diri agar tidak gemetaran.

    2. Tampaknya kamu cenderung berfikir negatif sewaktu mau tampil di muka

    umum.

    3. Itu hal yang biasa; banyak orang gemetaran kalau mau tampil di depan umum.

    4. Kamu merasa malu dan gemetaran sewaktu mau tampil di depan banyak

    orang.

    Komentar 17: Nyaman rasanya karena saya sudah sembahyang.

    Tanggapan :

    1. Sebaiknya kamu selalu sembahyang agar merasa tenang.

    2. Kamu merasa nyaman karena sudah sembahyang.

    3. Menurutmu suatu cara untuk merasa nyaman adalah rutin sembahyang.

    4. Apakah setiap hari kamu sembahyang?

    Komentar 18: Saya siap menghadapi ujian. Saya sudah memusatkan

    konsentrasisaya untuk ujian.

    Tanggapan :

    1. Sudah seharusnya kamu memusatkan perhatianmu pada pelajaran sehingga

    siap menghadapi ujian.

    2. Wajarlah merasa tenang dan siap menghadapi ujian kalau sudah belajar

    dengan sungguh-sungguh.

    3. Kamu merasa siap menghadapi ujian karena sudah belajar dengan penuh

    konsentrasi.

    4. Kamu yakin akan lulus karena sudah sungguh-sungguh mempersiapkan diri.

  • 7/23/2019 Amalia Wahyu Arumsari

    67/79

    53

    Komentar 19: Saya pusing dan badan terasa lemas sekali.

    Tanggapan :

    1. Kamu merasa tidak enak badan, pusing dan lemas.

    2. Sebaiknya kamu beristirahat.

    3. Saya pernah merasakan sama persis seperti yang kamu rasakan.

    4. Sudah berapa lama kamu merasa demikian?

    Komentar 20: Saya tidak bisa berkonsentrasi saat belajar di rumah. Suasananya

    sangat gaduh.

    Tanggapan :

    1. Sebaiknya kamu mencari tempat belajar yang lain.

    2. Rupanya ada masalah di rumahmu yang membuat suasana gaduh.

    3. Saya juga merasa sulit berkonsentrasi jika suasananya gaduh.

    4. Kamu merasa sulit berkonsentrasi saat belajar di rumah karena suasananya

    gaduh.

    Komentar 21: Menyenangkan sekali belajar di sekolah; jika ada kesulitan bisa

    langsung bertanya pada guru.

    Tanggapan :

    1. Kamu ingin agar guru-guru selalu bersedia menjawab pertanyaanmu.

    2. Kamu merasa senang belajar di sekolah karena bisa bertanya kepada guru

    jika mengalami kesulitan.

    3. Apakah kamu selalu bertanya kepada guru jika mengalami kesulitan?

    4. Tentu baik kalau kamu selalu berani bertanya kalau ada kesulitan.

    Komentar 22: Saya tidak lagi berteman dengan Rini. Dia itu penipu.

    Tanggapan:

    1. Apa yang telah kamu lakukan terhadap dia?

    2. Tidak baik mengatakan teman penipu jika tidak ada bukti.

    3. Kamu dikecewakannya sehingga kamu tidak ingin lagi berteman dengannya.4. Kamu tidak senang lagi dekat dengan Rini karena menurutmu dia penipu.

  • 7/23/2019 Amalia Wahyu Arumsari

    68/79

    54

    Komentar 23: Saya sangat bahagia. Hari ini ulang tahun