akuntansi perpajakan persediaan · akuntansi perpajakan persediaan penilaian persediaan barang...
TRANSCRIPT
AKUNTANSI PERPAJAKAN PERSEDIAAN
Yusi Sukmayanda S.Pd M.Ak
SIFAT PERSEDIAAN (PSAK 14)
Persediaan sebagai aset yang :
Tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha normal.
Dalam proses produksi dan atau dalam perjalanan; atau
Dalam bentuk bahan atau perlengkapan (supplies) untuk digunakan dalam prosesatau pemberian jasa.
METODE PENCATATAN PERSEDIAAN
A PERPETUAL
B FISIK (PERIODIK)
CONTOH 1 (PKP)
Pada tanggal 31 Maret 2019, PT Abadi membeli 100 unit barang dagang sehargaRp 5.000.000 (harga belum termasuk PPN) dibayar tunai.
Pada tanggal 1 April 2009 PT Abadi menjual 30 unit barang dagang secara tunaidengan harga jual per masing-masing unit sebesar Rp 70.000 (harga belumtermasuk PPN).
JURNAL PENCATATAN
Tanggal Metode Perpetual Metode Persediaan fisik
31 Maret
2019
Persediaan barang dagang 5.000
PPN Masukan 500
Kas 5.500
Pembelian 5.000
PPN Masukan 500
Kas 5.500
1 April
2019
Kas 2.310
PPN Keluaran 210
Penjualan 2.100
Harga Pokok Penjualan 1.500*
Persediaan barang dagang 1.500* (30 unit x Rp 50.000 = Rp 1.500.000)
Kas 2.310
PPN Keluaran 210
Penjualan 2.100
CONTOH 2 (BUKAN PKP)
Pada tanggal 31 Maret 2019, PT Abadi membeli 100 unit barang dagang sehargaRp 5.000.000 (harga belum termasuk PPN) dibayar tunai.
Pada tanggal 1 April 2009 PT Abadi menjual 30 unit barang dagang secara tunaidengan harga jual per masing-masing unit sebesar Rp 70.000 (harga belumtermasuk PPN).
JURNAL PENCATATAN
Tanggal Metode Perpetual Metode Persediaan fisik
31 Maret
2019
Persediaan barang dagang 5.500
Kas 5.500
Pembelian 5.500
Kas 5.500
1 April
2019
Kas 2.100
Penjualan 2.100
Harga Pokok Penjualan 1.650*
Persediaan barang dagang 1.650*(30 unit x Rp 55.000 = 1.650.000)
Kas 2.100
Penjualan 2.100
PENILAIAN PERSEDIAAN
Inventory Valuation: Cost/Market/COMWIL
TEKNIK MENGHITUNG NILAI AKHIR PERSEDIAAN
1. Metode Laba Bruto (gross profit method), metode ini biasa digunakan apabilainventarisasi fisik tidak mungkin dilakukan dan pencatatan perpetual tidakdilaksanakan.
2. Metode harga eceran (retail method), metode ini sering digunakan untuk olehpengecer, pasar swalayan dan toserba untuk menaksir nilai persediaan gunapenyusunan laporan perhitungan laba rugi.
GROSS PROFIT METHOD
Metode laba kotor ini bersifat estimasi dalam penilaian persediaannya. Biasanyaditerapkan karena keterbatasan dokumen yang terkait dengan persediaan, misalnyakarena terjadi bencana kebakaran dan banjir. Dasar penilaian persediaannyaadalah pada persentase laba kotor perusahaan tahun berjalan atau rata-rataselama beberapa tahun
ILUSTRASI METODE LABA BRUTO
Cetus Corp. memiliki persediaan awal sebesar $60.000 dan pembelian sebesar$200.000, keduanya sebesar biaya perolehan. Penjualan sebesar harga penjualanberjumlah $280.000. Laba bruto sebesar harga penjualan adalah 30%. Cetusmenerapkan metode laba bruto.
PENERAPAN METODE LABA BRUTO
Persediaan awal (pada biaya perolehan) $ 60.000
Pembelian (pada biaya perolehan) $200.000
Barang tersedia (pada biaya perolehan) $260.000
Penjualan (pada harga penjualan) $280.000
Dikurangi : Laba bruto (30% dari $280.000) $ 84.000
Penjualan (pada biaya perolehan) $196.000
Perkiraan persediaan (pada biaya perolehan) $ 64.000
CONTOH
Data yang diperoleh dari buku perusahaan :
Pembelian Rp 10.000.000
Persediaan awal barang Rp 16.000.000
Barang tersedia untuk dijual Rp 26.000.000
Laba kotor penjualan 40% dari harga jual
Besarnya nilai persediaan akhir dihitung sbb :
Total penjualan Rp 20.000.000
Laba Kotor (40% x 20jt) Rp 8.000.000
HPP Rp 12.000.000
Jadi taksiran nilai persediaan akhir Rp 14.000.000
RETAIL METHOD
Metode eceran ini menilai persediaan akhir dengan cara menghitung terlebih dahulunilai persediaan akhir berdasarkan eceran. Nilai persediaan akhir dengan hargapokok akan diketahui dengan cara menghitung rasio antara nilai persediaan yangtersedia untuk dijual dengan pendekatan harga pokok dibandingkan denganpendekatan ritel.
METODE ECERAN (RITEL)Penetapan nilai persediaan akhir berdasarkan pada harga pasar (market value).
Taksiran Persediaan Barang Akhir dapat dihitung sbb :
Barang Tersedia Dijual Rp 600.000.000
Penjualan Rp 520.000.000
Persediaan Barang akhir (Dsr Harga Jual) Rp 80.000.000
Taksiran Pers. Barang Akhir : 70% x Rp 80.000.000 = Rp 56.000.000
Harga Pokok Harga Jual
Persediaan Awal
Pembelian
Barang Tersedia untuk dijual
30.000.000
390.000.000
420.000.000
50.000.000
550.000.000
600.000.000
Persentase Harga Pokok Terhadap Harga Jual (Cost to retail Ratio) :
(420.000.000 / 600.000.000) x 100 % = 70%
PERHITUNGAN HARGA POKOK PENJUALAN
Persediaan Awal Rp 30.000.000
Pembelian Rp 390.000.000
Barang tersedia dijual Rp 420.000.000
Persediaan akhir (Rp 56.000.000)
Harga Pokok Penjualan Rp 364.000.000
PENILAIAN PERSEDIAAN
A
C
B
FIFO (First In First Out)
LIFO (Last In First Out)
Weight of Average Cost
(Biaya rata-rata tertimbang)
CONTOH
Dengan menggunakan data di atas, dan asumsi penjualan adalah Rp4.000 dengan tarif pajak 10%. Hitunglah net income!
Tanggal Keterangan KuantitasHarga Perolehan
per unit
1 Maret Persediaan 100 9
2 Maret Pembelian 100 12
3 Maret Pembelian 100 11.25
4 Maret Penjualan 100
5 Maret Penjualan 100
CONTOH : FIFO(PENJELASAN PASAL 10 AYAT (3) UU 7 / 1983 STTD UU 36 /2008)
No Description Quantity Price COGS Ending Inventory
1 Persediaan
Awal
100 Rp 9 0 100 @ 9 = 900
2 Pembelian 100 Rp 12 0 100 @ 9 = 900
100 @ 12 = 1,200
3 Pembelian 100 Rp 11,25 0 100 @ 9 = 900
100 @ 12 = 1,200
100 @ 11,25 = 1,125
4 Penjualan 100 - 100 @ 9 = 900 100 @ 12 = 1,200
100 @ 11,25 = 1,125
5 Penjualan 100 - 100 @ 12 = 1,200 100 @ 11,25 = 1,125
Rp 2,100 Rp 1,125
CONTOH : LIFO(TIDAK DIPERKENANKAN UU 17 / 2000)
No Description Quantity Price COGS Ending Inventory
1 Persediaan
Awal
100 Rp 9 0 100 @ 9 = 900
2 Pembelian 100 Rp 12 0 100 @ 9 = 900
100 @ 12 = 1,200
3 Pembelian 100 Rp 11,25 0 100 @ 9 = 900
100 @ 12 = 1,200
100 @ 11,25 = 1,125
4 Penjualan 100 - 100 @ 11,25 =1,125 100 @ 9 = 900
100 @ 12 = 1,200
5 Penjualan 100 - 100 @ 12 = 1,200 100 @ 9 = 900
Rp 2,325 Rp 900
CONTOH : AVERAGE(PENJELASAN PASAL 10 AYAT (6) UU 7 / 1983 STTD UU 36 /2008)
No Description Quantity Price COGS Ending Inventory
1 Persediaan
Awal
100 Rp 9 0 100 @ 9 = 900
2 Pembelian 100 Rp 12 0 200 @ 10,50 = 2,100
3 Pembelian 100 Rp 11,25 0 300 @ 10,75 = 3,225
4 Penjualan 100 - 100 @ 10,75 = 1,075 200 @ 10,75 = 2,150
5 Penjualan 100 - 100 @ 10,75 = 1,075 100 @ 10,75 = 1,075
Rp 2,150 Rp 1,075
FIFO, AVERAGE & LIFOCOMPARISON
Description FIFO AVERAGE LIFOSales 4,000 4,000 4,000
Less : Cost of Sales
Beginning Inv.
Purchase
Less Ending Inv
900
2,325
(1,125)
900
2,325
(1,075)
900
2,325
(900)
Cost of Sales (2,100) (2,150) (2,325)
Gross Profit 1,900 1,850 1,675
Tax 10 % (190) (185) (168)
Net Income 1,710 1,665 1,507
JURNAL PERSEDIAAN
Jurnal Persediaan Awal
Jurnal Persediaan Akhir
Keterangan D K
Ikhtisar Laba Rugi (Income Summary)
Persediaan (Inventories)
xxx
xxx
Keterangan D K
Persediaan (Inventories)
Ikhtisar Laba Rugi (Income Summary)
xxx
xxx
AKUNTANSI PERPAJAKAN PERSEDIAAN
Penilaian persediaan barang didasarkan pada harga perolehan. Penilaianpemakaian persediaan untuk penghitungan HPP hanya boleh dilakukan melalui duacara menurut ketentuan perpajakan UU PPh No. 36 tahun 2008 pasal 10 ayat 6,yaitu :
1. Metode Rata-rata (average) atau
2. Metode FIFO
Pemilihan kedua metode tersebut harus dilakukan secara taat asas, artinya sekali WPmemilih salah satu cara penilaian pemakaian persediaan untuk perhitungan HPP,maka untuk selanjutnya harus digunakan cara yang sama.