aktivitas antibakteri ekstrak etanol daun jawer … · , staphylococcus sp, enterococcus sp,...

30
AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL DAUN JAWER KOTOK (Coleus atropurpureus) TERHADAP BAKTERI KULIT WAJAH BERJERAWAT YUSTINA DIAN FAJAR DEPARTEMEN KLINIK, REPRODUKSI, DAN PATOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015

Upload: tranhuong

Post on 05-Mar-2019

233 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL DAUN

JAWER KOTOK (Coleus atropurpureus) TERHADAP

BAKTERI KULIT WAJAH BERJERAWAT

YUSTINA DIAN FAJAR

DEPARTEMEN KLINIK REPRODUKSI DAN PATOLOGI

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2015

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Aktivitas Antimikroba

Ekstrak Etanol Daun Jawer Kotok (Coleus atropurpureus) Terhadap Bakteri Kulit

Wajah Berjerawat adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi

pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi

mana pun Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan

maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan

dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor

Bogor Agustus 2015

Yustina Dian Fajar

NIM B04110105

ABSTRAK

YUSTINA DIAN FAJAR Aktivitas Antimikroba Ekstrak Etanol Daun Jawer

Kotok (Coleus atropurpureus) Terhadap Bakteri Kulit Wajah Berjerawat

Dibimbing oleh RINI MADYASTUTI PURWONO dan USAMAH AFFIF

Penggunaan antibiotik yang tidak rasional akan membuat bakteri menjadi

resisten Meningkatnya resistensi antibiotik mendorong perlu dilakukan eksplorasi

terhadap bahan alternatif yang dapat membunuh atau menghambat pertumbuhan

bakteri Salah satunya adalah daun jawer kotok (Coleus atropurpureus)

Penelitian ini bertujuan untuk menguji aktivitas antibakteri ekstrak etanol daun

jawer kotok (Coleus atropurpureus) terhadap bakteri hasil swab kulit wajah

berjerawat Penelitian ini dilakukan terhadap bakteri Gram positif yang berhasil

ditemukan pada permukaan kulit wajah berjerawat Bakteri tersebut adalah

Staphylococcus aureus Staphylococcus epidermidis Streptococcus sp dan

Micrococcus sp Seluruh bakteri diuji dengan konsentrasi ekstrak bertingkat

mulai dari 20 40 60 80 dan dibandingkan dengan antibiotik klindamisin

1 Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun jawer kotok

memiliki potensi antibakteri yang baik Diameter zona hambat bakteri yang

berada dalam rentan antara 1380 plusmn 109 mm sampai 1700 plusmn 070 mm Metabolit

sekunder yang terkandung dalam daun jawer adalah flavonoid polifenol dan tanin

serta terpenoid yang memiliki potensi sebagai antibakteri

Kata kunci Coleus atropurpureus aktivitas antimikroba ekstrak jawer kotok

flavonoid polifenol tanin terpenoid

ABSTRACT

YUSTINA DIAN FAJAR Antibacterial Activity of Etanol Extract from Jawer

Kotok (Coleus atropurpureus) Leave to Bacterialof Pimpled Faces Supervised by

RINI MADYASTUTI PURWONO and USAMAH AFIF

The misused of antibiotics will resist the bacteria The increasing of

resistance in antibiotic needs exploration other alternative resources which could

kill or obstruct bacteria to grow One of resources is jawer kotok (Coleus

atropurpureus) leave The objectives of this research are to assay jawer kotok

leaversquos etanol extract as antibacterial for pimpled skin Those bacteria are

Staphylococcus aureus Staphylococcus epidermidis Streptococcus sp and

Micrococcus sp The bacterias were challenged with gradual extract consentration

starting from 20 40 60 80 and campared with 1 clindamycin antibiotic

The result of the research showed that jawer kotok leaversquos etanol extract had

potency as good antibacterial The diameter of antibacterial inhibition zone range

from 1380 plusmn 109 mm until 1700 plusmn 070 mm Secondary metabolites in jawer

kotok leave consist of flavonoids polyphenols tannins and terpenoids which had

potency as antibacterial

Keywords Coleus atropurpureus antimicrobial activity jawer kotok extract

flavonoidstannin polyphenols terpenoids

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Kedokteran Hewan

pada

Fakultas Kedokteran Hewan

AKTIVITAS ANTIMIKROBA EKSTRAK ETANOL DAUN

JAWER KOTOK (Coleusatropurpureus) TERHADAP BAKTERI

KULIT WAJAH BERJERAWAT

YUSTINA DIAN FAJAR

DEPARTEMEN KLINIK REPRODUKSI DAN PATOLOGI

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2015

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena

atas kasih dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Jawer Kotok (Coleus atropurpureus)

terhadap Bakteri Kulit Wajah Berjerawat Penyusunan skripsi ini merupakan salah

satu syarat kelulusan dalam memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Kedokteran

Hewan Institut Pertanian Bogor Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-

besarnya kepada pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak

langsung dalam penulisan skripsi ini

1 Kedua orangtua dan keluarga tercinta yang selalu memberikan doa serta

dukungan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini

2 Rini Madyastuti P SSi Apt MSi selaku dosen pembimbing I dan Drh

Usamah Afiff MSc selaku dosen pembimbing II yang telah berkenan

membimbing dan memberikan pengarahan kritik dan saran kepada penulis

selama penelitian sampai akhir penulisan skripsi ini selesai

3 Drs Pudji Achmadi MSi selaku dosen pembimbing akademik yang telah

memberikan banyak motivasi dan saran kepada penulis selama masa perkuliahan

4 Seluruh staff Bagian Mikrobiologi Departemen Ilmu Penyakit Hewan

dan Kesehatan Masyarakat Veteriner staff Bagian Farmasi Depatemen Klinik

Reproduksi dan Patologi Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor

5 Teman-teman Ganglion FKH-48 yang telah memberikan doa semangat dan

dukungan selama berkuliah di FKH IPB

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan oleh

karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari

para pembaca Besar harapan penulis kiranya skripsi ini dapat berguna khususnya

bagi penulis dan umumnya bagi para pembaca serta untuk kemajuan ilmu

pengetahuan di bidang kedokteran hewan

Bogor Agustus 2015

Yustina Dian Fajar

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 1

Manfaat Penelitian 1

Ruang Lingkup Penelitian 2

TINJAUAN PUSTAKA 2

Jawer Kotok (Coleusatropurpureus) 2

Jerawat 2

Ekstraksi 3

Antibakteri 3

Antibiotik Klindamisin 4

Morfologi dan Kharakteristik Bakteri Penyebab Jerawat pada Kulit Wajah 4

METODE 5

Tempat dan Waktu Penelitian 5

Alat dan Bahan 5

Prosedur Penelitian 5

Analisis Data 8

HASIL DAN PEMBAHASAN 8

Penapisan Fitokimia Daun Jawer Kotok 8

Bakteri pada Permukaan Kulit Wajah Berjerawat 9

Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Jawer Kotok 9

SIMPULAN DAN SARAN 12

Simpulan 12

Saran 12

Daftar Pustaka 13

LAMPIRAN 15

RIWAYAT HIDUP 20

DAFTAR TABEL

1 Hasil penapisan fitokimia ekstrak etanol daun jawer kotok 9

2 Rata-rata diameter zona hambat bakteri ekstrak daun jawer kotok

terhadap bakteri Gram positif (mm) pada permukaan kulit wajah

berjerawat 10

DAFTAR GAMBAR

1 Coleus atropurpureus 2 2 Uji identifikasi bakteri Gram positif 6

3 Hasil uji fitokimia 8

4 Zona hambat Ekstrak Etanol Daun Jawer Kotok terhadap

Staphylococcus aureus Staphylococcus epidermidis Streptococcus sp

dan Micrococcus sp 9

DAFTAR LAMPIRAN 1 Pembuktian hipotesis 15

2 Hasil Uji ANOVA dan uji lanjutan Duncan 15

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Penggunaan antibiotik mengalami peningkatan yang luar biasa pada lima

dekade terakhir Antibiotik yang digunakan secara tidak rasional akan membuat

bakteri menjadi bersifat resisten dan tetap memperbanyak diri di inangnya

Resistensi bakteri mendorong adanya bahan antibiotik lain yang murah tersedia

secara kontinu dan memiliki semua unsur-unsur yang dibutuhkan untuk

pembuatan antimikroba oleh sebab itu perlu dilakukan eksplorasi terhadap bahan

alternatif yang dapat digunakan sebagai senyawa antibakteri

Perawatan kulit wajah merupakan hal yang penting untuk dilakukan

Perawatan tersebut bertujuan untuk memaksimalkan penampilan diri agar lebih

percaya diri Perawatan yang sering dilakukan adalah melakukan facial

pemakaian krim masker serta sabun agar kulit wajah tidak kusam dan berjerawat

Jerawat merupakan penyakit kulit akibat peradangan pada kelenjar sebacea karena

aktivitas Staphylococcus epidermidis dan Propionibacterium acnes (Seta 2013)

serta Staphylococcus aureus (Razak et al 2013)

Jawer kotok (Coleus atropurpureus) merupakan tanaman yang berfungsi

sebagai tanaman hias dan tanaman obat Masyarakat memanfaatkan daun jawer

kotok sebagai obat untuk berbagai penyakit diare demam pengobatan pasca

melahirkan terlambat datang bulan abses ambeien dan diabetes mellitus

(Ratnawati 2007) Rahmawati (2008) menyatakan bahwa daun jawer kotok dapat

digunakan sebagai senyawa antibakteri

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menguji aktivitas antibakteri ekstrak etanol

daun jawer kotok (Coleus atropurpureus) dalam menghambat pertumbuhan

bakteri pada permukaan kulit wajah berjerawat

Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah memperoleh hasil uji potensi antibakteri

ekstrak etanol daun jawer kotok terhadap bakteri Gram positif pada kulit wajah

berjerawat sehingga dapat digunakan sebagai dasar ilmiah dalam pengembangan

produk farmasi antibakteri Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan

informasi kepada masyarakat akan khasiat daun jawer kotok serta nilai tambah

bagi tanaman jawer kotok secara ekonomis

2

Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini membahas mengenai aktivitas antibakteri ekstrak etanol daun

jawer kotok dengan konsentrasi 20 40 60 dan 80 terhadap bakteri Gram

positif yang ditemukan pada permukaan kulit wajah berjerawat

TINJAUAN PUSTAKA

Jawer Kotok (Coleus atropurpureus)

Tanaman jawer kotok (iler) merupakan tanaman yang umum ditemukan di

IndonesiaTanaman ini tumbuh di tempat lembab dan terbuka seperti pinggir

selokan pematang sawah atau tepi jalan pada ketinggiaan 1-1300 diatas

permukaan laut (dpl) Coleus atropurpureus termasuk ke dalam famili Lamiaceae

Tanaman ini dikenal dengan nama daerah jawer kotok (sunda) kentangan (jawa)

saru-saru atau majaja Daunnya berbentuk bulat telur pangkal membulat

menyerupai bentuk jantung ujung meruncing tepi bergerigi tulang daun

menyirip permukaan mengkilat berambut halus memiliki panjang 7-11 cm dan

lebar 35-6 cm (Dalimartha 2000)

Gambar 1 Coleus atropurpureus

Daun jawer kotok diketahui mengandung flavonoid tanin saponin (Yusuf

et al 2006) polifenol serta steroid (Rahmawati 2008) Flavonoid banyak

ditemukan pada daun berwarna ungu seperti jawer kotok (Waji dan Sugrani 2009)

Jerawat

Jerawat merupakan kondisi kulit yang abnormal yang disebabkan oleh

gangguan produksi dari kelenjar minyak yang berlebihan Kelebihan produksi

3

sebaceous gland akan menyebabkan penyumbatan pada saluran folikel rambut

dan pori-pori kulit Kotoran atau sel kulit mati yang tidak dibersihkan akan

bertumpuk menjadi komedo dan jika terinfeksi bakteri penyebab jerawat komedo

akan berubah menjadi jerawat (Widiawati 2014)

Ekstraksi

Ekstraksi merupakan proses pemisahan bahan dari campurannya dengan

pelarut Ekstraksi tanaman obat adalah pemisahan secara kimia atau fisika suatu

atau sejumlah bahan padat atau bahan cair dari suatu tanaman obat (Agoes 2007)

Daun jawer kotok diekstrak menggunakan metode maserasi Maserasi merupakan

metode ekstraksi yang dilakukan dengan metode merendam sampel dalam pelarut

tanpa pemanasan Metode maserasi dipilih karena metodenya yang sederhana dan

bisa menghindari kerusakan komponen senyawa yang tidak tahan panas yang

terkandung dalam sampel (Rahmawati 2008) Pemilihan etanol 96 sebagai

pelarut didasarkan pada fungsi dari pelarut etanol 96 yang dapat mengikat

berbagai senyawa aktif seperti tanin polifenol flavonoid terpenoid sterol dan

alkaloid (Hamdayati et al 2008) Perbandingan jumlah daun jawer kotok dan

pelarut etanol 96 yang digunakan adalah 1 10 Menurut Arundhina (2014)

semakin banyak pelarut yang digunakan maka rendemen yang diperoleh semakin

besar hal ini disebabkan semakin besarnya rasio pelarut terhadap daun maka luas

permukaan perpindahan massa antara padatan dengan larutan semakin besar

Filtrat dari proses maserasi diuapkan menggunakan rotary evaporator Proses

penguapan dilakukan untuk memisahkan pelarut etanol 96 dan senyawa

fitokimia yang terekstrak dari daun jawer kotok

Antibakteri

Antibakteri merupakan sifat suatu bahan yang menunjukkan efek

menghambat pertumbuhan bakteri Penghambatan pertumbuhan bakteri dibedakan

menjadi bakterisida (mampu membunuh bakteri) dan bakteriostatik (menghambat

pertumbuhan bakteri) (Kee dan Hayes 1996)

Antibiotik Klindamisin

Klindamisin efektif terhadap sebagian besar bakteri aerob Gram positif seperti

Streptococcus sp Staphylococcus sp Enterococcus sp Bacilus antracis dan

Corynebacterium diphtheriae tetapi pada umumnya kurang efektif terhadap bakteri

Gram negatif seperti Enterobacteriaceae Neisseria gonorrhoeae Neisseria

4

Meningitidis dan Haemophilus influenzae Klindamisin juga sangat efektif terhadap

bakteri anaerob Gram positif seperti Eubacterium Proponibacterium Peptococcus

Peptostreptococcus Clostridium perfringens dan Cloctridium Tetani dan juga efektif

terhadap beberapa bakteri aerob negatif seperti Fusobacterium spdan Bacteriodes

sptermasuk Bacteroides fragilis (Nugroho 2013)

Morfologi dan Ciri Umum Bakteri Penyebab Jerawat pada Kulit

Wajah

Staphylococcus aureus

Staphyloccus aureus adalah bakteri Gram positif yang menghasilkan

pigmen kuning bersifat aerob fakultatif tidak menghasilkan spora dan tidak motil

S aureus umumnya tumbuh berpasangan maupun berkelompok seperti buah

anggur dengan diameter 08-10 microm Bakteri ini menghasilkan katalase dan

koagulase S aureus biasanya terdapat pada saluran pernafasan atas kulit saluran

urinari abses infeksi luka radang paru-paru dan selaput lendir lainnya

(Rusmiyati et al 2014)

Staphylococcus epidermidis

Bakteri ini merupakan Gram positif berbentuk kokus berdiameter 05-15

microm berkoloni mengerombol menyerupai buah anggur Koloni biasanya berwarna

putih atau krem S epidermidis bersifat aerob fakultatif katalase positif dan

koagulase negatif Bakteri ini merupakan flora normal pada kulit manusia saluran

pernafasan dan saluran pencernaan makanan Staphylococcus epidermidis yang

mempunyai daya invasi rendah serta bergabung dengan faktor-faktor ekstraseluler

dan toksin berperan pada banyak infeksi kulit misalnya jerawat (Saptarini et al

2008)

Propionibacterium acne

Propionibacterium acne termasuk kelompok Corynebacteria Bakteri ini

termasuk bakteri anaerob Gram positif yang toleran terhadap oksigen P Acne

berbentuk batang tak teratur dan tumbuh relatif lambat Genome dari bakteri ini

dapat menghasilkan enzim untuk meluruhkan kulit dan protein yang mungkin

bersifat immunogenic (mampu mengaktifkan sistem kekebalan tubuh) P acnes

dianggap tidak hanya sebagai flora normal penghuni pada kulit yang normal tetapi

juga bersifat sebagai bakteri patogen fakultatif (Rusmiyati et al2014)

5

METODE

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Mikrobiologi Departemen

Ilmu Penyakit Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner (IPHK) dan

Laboratorium Farmasi Departemen Klinik Reproduksi dan Patologi (KRP)

Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) Institut Pertanian Bogor (IPB) Kegiatan

dimulai sejak bulan Juli 2014 sampai dengan bulan Januari 2015

Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian adalah timbangan analitik cawan

petri mini tube mikro pipet pipet volumentrik pipet pasteur pinset tabung

reaksi cotton bud steril tabung durham tabung effendorf osekapas object glass

bunsen spatula inkubator autoklaf dan mikroskop Bahan yang digunakan

adalah daun jawer kotok bakteri hasil swab wajah (S aureus S epidermidis

Streptococcus sp Micrococcus sp) antibiotik klindamisin satu set zat

pewarnaan gram reagen katalase (larutan 3 H2O2) Brain Heart Infussion (BHI)

Blood Agar (BA) Mac Conkey Agar (MCA) Manitol Salt Agar (MSA)

Tyrpticase Soy Agar (TSA) Muller Hilton Agar (MHA) etanol 96 Dimenthyl

sulfoxide (DMSO) NaOH H2SO4 FeCl3 reagen dragendorff dan reagen meyer

Prosedur Penelitian

Pengambilan Sampel

Metode pengambilan sampel dilakukan dengan melakukan swab pada kulit

wajah berjerawat pada sepuluh orang probandus yang telah dipilih Sepuluh

probandus tersebut terdiri dari 5 orang perempuan dan 5 orang laki-laki Swab

kulit dilakukan dengan menggunakan cotton bud yang telah disterilkan Swab

kulit dilakukan dengan cara mencelupkan cotton bud pada media BHI agar bakteri

pada jerawat dapat terangkat dan menempel pada cotton bud Swab kulit dari satu

orang dimasukan pada media BHI untuk dibawa ke laboratorium Perlakuan yang

sama dilakukan pada setiap probandus

6

Isolasi dan Identifikasi Bakteri pada Permukaan Kulit Wajah Berjerawat

Identifikasi bakteri mengacu pada metode Carter (1990) dan Jang et al

(1976) Sampel yang telah diperoleh dari hasil swab jerawat ditumbuhkan pada

media BA dengan cara mengambil sampel dari media transpor dengan

menggunakan ose steril dan menggoreskannya pada permukaan agar BA Bakteri

yang telah dibiakan pada agar BA diinkubasi pada suhu 37 ordmC selama 24 jam

Setelah diinkubasi dilakukan pengamatan koloni dan diamati koloni yang berbeda

kemudian ditanam pada media TSA dan diinkubasi pada suhu 37 ordmC selama 24

jam Setelah dilakukan isolasi sampel selanjutnya dilakukan pewarnaan bakteri

dan dilanjutkan dengan proses identifikasi (Gambar 2)

Gambar 2 Uji identifikasi bakteri Gram positif

Uji katalase Pengamatan

Mikroskopis

Batang Kokus

+Spora

(Bacillus sp)

((jjh

-Spora (non

Bacillus sp)

((jjh

Positif Negatif

Uji Glukosa Mikroaerofilik

Streptococcaceae

Uji CAMP

(BA)

Staphylococcus

spp

Micrococcus spp

MSA Uji Koagulase

Micrococcaceae

Positif Negatif

Merah Kuning

Staphylococcus aureus Staphylococcus epidermidis

α γ β

Bakteri Gram Positif

7

Daun Jawer Kotok

Daun jawer kotok (Coleus atropurpureus) diperoleh dari Balai Penelitian

Tanaman Rempah dan Obat (BALITRO) dalam keadaan daun basah Bagian

tanaman yang digunakan adalah daunnya yang berwarna merah kecoklatan

Ekstrak Etanol Daun Jawer Kotok

Pembuatan ektrak etanol daun jawer kotok dilakukan dengan metode

maserasi Daun jawer kotok basah sebanyak 800 g diris kecil-kecil kemudian

dibagi menjadi 4 bagian masing-masing bagian 200 g kemudian direndam

dengan etanol 96 (perbandingan 110) dalam 4 tempat penampungan selama

3x24 jam sambil sesekali diaduk dan disaring untuk mendapatkan filtratnya

Filtrat hasil maserasi dievaporasi selama 17 jam menggunakan rotary evaporator

Hasil ekstrak kental daun jawer kotok yang didapat sebanyak 185 g

Penapisan Fitokimia Daun Jawer Kotok

Penapisan fitokimia dilakukan dengan metode Harborne (1987) untuk

mengetahui golongan senyawa kimia (terutama metabolit sekunder) yang

terkandung dalam suatu tanaman Penapisan fitokimia yang sering dilakukan

adalah penapisan untuk metabolit sekunder golongan alkaloid flavonoid tanin

polifenol terpenoid steroid dan saponin Flavonoid diuji dengan memasukan

ekstrak ditambahkan dengan etanol 96 lalu diaduk dan ditambahakan NaOH 7

tetes serta H2SO4 amati perubahan warna menjadi kuning jika hasilnya positif Uji

polifenol dan tanin dilakukan dengan memasukan ekstrak ditambahkan dengan air

lalu dipanaskan dan ditambahkan FeCl3 selanjutnya akan terjadi perubahan warna

menjadi hijau biru sampai hitam untuk hasil positif adanya polifenol dan tanin

Uji alkaloid dilakukan dengan membagi ekstrak menjadi 2 bagian keduanya

ditambahkan larutan etanol 96 Salah satu bagian ditambahkan reagen

dragendorff dan yang lain ditambahkan reagen meyer Hasil positif adanya

alkaloid ditandai dengan warna kuning saat diberi reagen dragendorff dan

endapan putih saat ditambahkan reagen meyer Uji terpenoid dilakukan dengan

memasukkan ekstrak ke dalam tabung reaksi kemudian ditambahkan etanol 96

dan ditetesi dengan H2SO4 pekat Hasil positif terpenoid ditandai dengan

terbentuknya warna merah kecoklatan

Pengujian Daya Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Jawer Kotok

Metode pengujian aktivitas antibakteri yang digunakan adalah metode

sumuran (agar well difusion method) dengan media MHA Suspensi bakteri yang

digunakan memiliki kekeruhan yang setara dengan larutan Mc Farland I atau

3x108

CFUml Suspensi bakteri kemudian digoreskan pada MHA dengan

menggunakan cotton bud steril Setelah digores kemudian didiamkan selama 10

8

menit Kegiatan ini dilakukan sebanyak lima kali ulangan untuk setiap bakteri uji

Pada media MHA dibuat sebanyak 6 sumuran yang akan diisi dengan

Konsentrasi 20 (K1) 02 g ekstrak daun jawer kotok dalam 1 ml DMSO

Konsentrasi 40 (K2) 04 g ekstrak daun jawer kotok dalam 1 ml DMSO

Konsentrasi 60 (K3) 06 g ekstrak daun jawer kotok dalam 1 ml DMSO

Konsentrasi 80 (K4) 08 g ekstrak daun jawer kotok dalam 1 ml DMSO

Kontrol positif (KP) Klindamisin 1

Kontrol negatif (KN) DMSO

Media MHA yang telah diisi dengan larutan uji kemudian diinkubasi pada

suhu 37 ordmC selama 24 jam dan diamati diameter zona hambatnya dengan

penggaris

Analisis Data

Data hasil pengukuran diameter zona hambat dianalis secara kuantitatif

menggunakan metode one way analysis of variance (one way Anova) dan

dilanjutkan dengan uji Duncan

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penapisan Fitokimia Daun Jawer KotoK

Penapisan fitokimia ekstrak etanol daun jawer kotok positif mengandung

metabolit sekunder berupa flavonoid polifenol tanin serta terpenoid dan negatif

terhadap alkaloid Ridwan et al (2006) dan Rahmawati (2008) juga menyebutkan

bahwa daun jawer kotok tidak mengandung alkaloid (Gambar 3 dan Tabel 1)

(a) (b) (c) (d) (f)

Gambar 3 Hasil uji fitokimia flavonoid (a) alkaloid dengan reagen

dragendorff (b) alkaloid dengan reagen meyer (c) polifenol

(d) terpenoid (e)

9

Tabel 1 Hasil penapisan fitokimia ekstrak etanol daun jawer kotok

Penapisan Fitokimia Hasil

Flavonoid +

Alkaloid

Meyer minus

Dragendorff minus

Polifenol dan Tanin +

Terpenoid + aKeterangan + terdeteksi minus tidak terdeteksi

Bakteri pada Permukaan Kulit Wajah Berjerawat

Bakteri Gram positif yang berhasil diidentifikasi adalah Staphylococcus

aureus Staphylococcus epidermidis Streptococcus sp dan Micrococcus sp

Menurut Seta (2013) dan Razak et al (2013) bakteri yang dapat menyebabkan

jerawat adalah S aureus S epidermidis dan Propionibacterium acne P acne

tidak dapat diisolasi karena metode yang digunakan tidak bisa mengisolasi bakteri

anaerob Penemuan bakteri Streptococcus sp mungkin terjadi mengingat

Streptococcus sp merupakan salah satu bakteri pada kulit yang dapat

menyebabkan terjadinya penyakit pyoderma (Caesarita 2011) Micrococcus sp

dapat ditemukan pada hasil swab wajah mengingat kemungkinan adanya

pencemaran bakteri dari lingkungan seperti air udara dan tanah (Andy dan

Taufik 2010)

Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Jawer Kotok

Rata-rata diameter zona hambat bakteri ekstrak etanol daun jawer kotok

terhadap bakteri Gram positif (Gambar 4 dan Tabel 2)

(a) (b) (c) (d)

Gambar 4 Zona hambat ekstrak etanol daun jawer kotok terhadap S aureus (a)

S epidermidis (b) Streptococcus sp (c)dan Micrococcus sp(d)

K2 KP K3 K2 KP K3

K2 KP K3

K2 KP K3

K1 KN K4 K1 KN K4 K1 KN K4 K1 KN K4

10

Tabel 2 Rata-rata diameter zona hambat ekstrak etanol daun jawer kotok terhadap

bakteri Gram positif hasil swab kulit wajah berjerawat (mm)

Kelompok

Perlakuan

S aureus S epidermidis Streptococcus

sp

Micrococcus

sp

K1 1380 plusmn 109 b

1500 plusmn 070b

1560 plusmn 134c

1420 plusmn 178b

K2 1600 plusmn 122c

1540 plusmn054bc

1620 plusmn 109c

1500 plusmn 200b

K3 1600 plusmn 070c

1640 plusmn 151c

1620 plusmn 109c

1500 plusmn 200b

K4 1700 plusmn 070c

1620 plusmn 109c

1560 plusmn 054c

1420 plusmn 130b

KP 4060plusmn 089d

4080 plusmn 044d

4160 plusmn 054d

1820 plusmn 083d

KN 000 plusmn 000a

000 plusmn 000a

000 plusmn 000a

000 plusmn 000a

aKeterangan K1 konsentrasi 20 K2 konsentrasi 40 K3 konsentrasi 60 K4

konsentrasi 80 KP kontrol positif KN kontrol negatif Huruf supercript yang berbeda dalam

satu kolom menunjukkan perbedaan yang nyata pada taraf nyata Plt 005

Pada Tabel 2 diketahui bahwa KN pada keempat bakteri uji tidak memiliki

diameter zona hambat dan berbeda nyata dengan KP dan seluruh konsentrasi uji

Hal tersebut membuktikan bahwa pelarut tidak berpengaruh terhadap aktivitas

antibakteri sehingga aktivitas antibakteri hanya berasal dari konsentasi uji

DMSO digunakan sebagai KN karena tidak memiliki daya hambat bakteri serta

karena sifat dari DMSO yang merupakan pelarut polar berspektrum luas sehingga

dapat melarutkan senyawa alkaloid dan flavonoid (Mulyatni et al 2012)

Kontrol positif memberikan hasil yang berbeda nyata dengan KN dan

keempat konsentrasi uji pada semua bakteri Hal tersebut membuktikan bahwa

bakteri S aureus S epidermidis Streptococcus sp dan Micrococcus sp masih

peka terhadap KP Antibiotik klindamisin 1 digunakan sebagai KP karena

klindamisin paling efektif dalam pengobatan jerawat jika dibandingkan dengan

eritromisin dan tetrasiklin serta paling banyak digunakan masyarakat untuk

mengobati jerawat (Aziz 2010) Klindamisin adalah salah satu antibiotik golongan

aminoglikosida Klindamisin menghambat sintesis protein pada fase pemanjangan

dengan mempengaruhi translokasi (Syukrinawati 2014) Antibiotik ini efektif

terhadap bakteri Gram positif dan bakteri anaerob akan tetapi kurang efektif

terhadap bakteri Gram negatif (Nugroho 2013)

Hasil uji pada bakteri S aureus terlihat bahwa K1 memberikan perbedaan

yang nyata (Plt005) dengan K2 K3 dan K4 Hasil uji pada S epidermidis

memberikan hasil bahwa K1 berbeda nyata (Plt005) dengan K3 dan K4 Seluruh

konsentrasi ekstrak etanol daun jawer kotok yang diujikan terhadap Streptococcus

sp dan Micrococcus sp tidak menunjukkan hasil yang berbeda nyata

Hasil uji yang dilakukan terhadap Saureus memperlihatkan bahwa semakin

tinggi konsentrasi ekstrak maka semakin besar diameter zona hambat yang

terbentuk Hal ini karena semakin banyak zat aktif yang terkandung dalam ekstrak

tersebut sedangkan pada uji yang dilakukan terhadap S epidermidis

Streptococcus sp dan Micrococcus sp diameter zona hambat yang terbentuk pada

K4 mengalami penurunan Hal tersebut menunjukkan bahwa konsentrasi yang

semakin tinggi tidak selalu menghasilkan diameter zona hambat yang semakin

besar Penurunan aktivitas ini disebabkan karena perbedaan jenis bakteri yang

dihambat perbedaan kecepatan difusi senyawa aktif pada media agar serta

konsentrasi ekstrak yang terlalu tinggi dibandingkan dengan pelarutnya (DMSO)

sehingga larutan menjadi jenuh dan sulit untuk larut Brooks et al (2008)

11

menyatakan bahwa aktivitas antibakteri dipengaruhi beberapa faktor yaitu

konsentrasi ekstrak kandungan senyawa antibakteri daya difusi ekstrak dan jenis

bakteri yang dihambat

Diameter zona hambat bakteri menurut Davis dan Stout dalam Rahmawati

(2008) dibagi atas sangat kuat (zona jernih gt 20 mm) kuat (zona jernih 10minus20

mm) sedang (zona jernih 5minus10 mm) dan lemah (zona jernih lt 5 mm) Kontrol

positif (KP) pada bakteri uji S aureus S epidermidis Streptococcussp tergolong

dalam daya hambat sangat kuat sedangkan KP pada bakteri Micrococcus sp

tergolong dalam daya hambat kuat Hal tersebut kemungkinan dikarenakan target

kerja antibiotik klindamisin ditujukan untuk bakteri yang habitatnya di daerah

kulit wajah sedangkan Micrococcus sp merupakan bakteri kontaminasi dari

lingkungan (air tanah udara) Seluruh konsentrasi ekstrak yang diujikan terhadap

seluruh bakteri (K1K2 K3 K4) tergolong dalam konsentrasi yang memberikan

daya hambat kuat karena diameter zona hambat yang terbentuk antara 1380 plusmn

109 mm sampai 1700 plusmn 070 mm

Mengacu pada standar umum yang dikeluarkan oleh Departemen Kesehatan

disebutkan bahwa mikroba dinyatakan peka terhadap antimikroba asal tanaman

apabila mempunyai ukuran diameter daya hambatannya 12minus24 mm (Darmawi et

al 2013) sehingga dapat dikatakan bahwa seluruh bakteri uji peka terhadap K1

K2 K3 dan K4

Hasil penelitian diketahui bahwa seluruh konsentrasi dinyatakan peka dan

memiliki zona hambat bakteri yang kuat terhadap bakteri uji sehingga ekstrak

etanol daun jawer kotok memiliki potensi antibakteri yang baik Adanya potensi

antibakteri diketahui dari kandungan senyawa metabolit sekunder yang terdapat

pada daun jawer kotok yaitu flavonoid tanin polifenol serta terpenoid

Mekanisme kerja flavonoid sebagai antibakteri adalah membentuk senyawa

kompleks dengan protein ekstraseluler dan terlarut sehingga dapat merusak

membran sel bakteri dan diikuti keluarnya senyawa intraselluler (Ngajow et al

2013)

Mekanisme kerja tanin sebagai antibakteri adalah menghambat enzim

reverse transkriptase dan DNA topoisomerase sehingga sel bakteri tidak dapat

terbentuk Tanin juga mempunyai target pada polipeptida dinding sel sehingga

pembentukan polipeptida dinding sel menjadi tidak sempurna Hal ini

menyebabkan sel bakteri menjadi lisis karena tekanan osmotik maupun fisik

sehingga sel bakteri akan mati (Ngajow et al 2013)

Ngajow et al (2013) juga menyatakan bahwa senyawa fenolik dan terpenoid

memiliki target utama yaitu membran sitoplasma bakteri Aktifitas antibakteri

terpenoid diketahui bereaksi dengan porin (protein transmembran) pada membran

luar dinding sel bakteri Terpenoid membentuk ikatan polimer yang kuat sehingga

mengakibatkan rusaknya porin Rusaknya porin yang merupakan pintu keluar

masuknya senyawa akan mengurangi permeabilitas dinding sel bakteri yang akan

mengakibatkan sel bakteri akan kekurangan nutrisi sehingga pertumbuhan bakteri

akan terhambat dan mati

12

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Ekstrak etanol daun jawer kotok mengandung flavonoid polifenol dan tanin

serta terpenoid yang memiliki aktivitas antibakteri yang dapat menghambat

pertumbuhan bakteri kokus Gram positif pada permukaan kulit wajah berjerawat

Ekstrak etanol daun jawer kotok memiliki potensi antibakteri yang baik karena

daya hambat bakteri pada konsentrasi 20 40 60 dan 80 tergolong dalam

daya hambat yang kuat S aureus S epidermidis Streptococcus sp dan

Micrococcus sp dinyatakan peka terhadap seluruh konsentrasi ekstrak

Saran

Saran yang dapat diberikan kepada peneliti selanjutnya yaitu perlu

dilakukan penelitian aktivitas antibakteri ekstrak etanol daun jawer kotok terhadap

bakteri Pacne dan bakteri gram negatif serta penggunaan kontrol positif dengan

antibiotik yang lain Selain itu penelitian ini juga dapat digunakan sebagai dasar

ilmiah dalam pengembangan produk farmasi antibakteri

DAFTAR PUSTAKA

Agoes G 2007 Ekstraksi Tanaman Obat Bandung ITB

Andy Taufik M 2010 Jumlah bakteri dan keberadaan bakteri Salmonella sp

pada daging kuda di Kabupaten Jeneponto Jurnal Agrisistem 6(2) 82-87

Arundhina E 2014 Aktivitas ekstrak etanol daun alamanda (Allamanda

cathartica L) sebagai anti jamur terhadap Candida albicans dan

Pityrosporum ovale secara in vitro [skripsi] Yogyakarta (ID) Universitas

Katolik Atmajaya Yogyakarta

Aziz S2010 Uji aktivitas antibakteri ekstrak etanol daun dan umbi bakung putih

(Crinum asiatikum L) terhadap bakteri penyebab jerawat[skripsi] Jakarta

(ID) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatulloh

Brooks GF Butel JS Morse SA Mikrobiologi Kedokteran Mudihardi E

KuntamanWasito EB et al penerjemah Jakarta (ID) Salemba Medika

Terjemahan dari Medical Microbiology

Caesarita DP 2011 Pengaruh ekstrak buah nanas (Ananas comosus) 100

terhadap bakteri Staphylococcus aureus dari pyoderma [skripsi] Bandung

(ID) Universitas Diponegoro

Carter GR dan Cole JR 1990 Diagnostic Procedures in Veterinary Bacteriology

and Mycology Fifth Edition London (UK) Academi Press Limited

13

Dalimarta S 2000 Atlas Tumbuhan Indonesia Jilid ke-2 Jakarta Trubus

Agriwidya

Darmawi Manaf ZH Putranda F 2013 Daya hambat getah jarak cina (Jatropha

multifida L) terhadap Staphylococcus aureus secara invitro Jurnal Medika

Veterinaria7(2) 113-115

Hamdayati Y Kusnadi Rahadian I 2008 Aktivitas antibakteri ekstrak daun

patikan kebo (Euphorbia hirta) terhadap pertumbuhan bakteri

Staphylococcus epidermidis Jurnal Pengajaran Matematika dan Ilmu

Pengetahuan alam 12(7) 1-10

Harborne JB 1987 Metode Fitokimia Padmawinata K Soediro I penerjemah

Jakarta (ID) UI Press Terjemahan dari Basic Concepts of Analytical

Chemistry

Jang SS Biberstein EL Hirsh DC 1976 A Manual of Veterinary Clinical

Bacteriology and Micology Davis (US) Univ California

Kee JL Hayes ER Farmakologi Pendekatan Proses Keperawatan Anugerah P

penerjemah Jakarta (ID) EGC Terjemahan dari Pharmacology A Nursing

Process Approach

Mulyatni AS Budiani A Taniwiryono D 2012 Aktivitas antibakteri ekstrak kulit

buah kakao (Theobroma cacao L) terhadap Escherichia coli Bacillus

subtilis dan Staphylococcus aureus Jurnal Menara Perkebunan 80(2) 77-

84

Ngajow M Abidjulu J Kamu VS 2013 Pengaruh antibakteri ekstrak kulit batang

matoa (Pometia pinnata) terhadap bakteri Staphylococcus aureus secara in

vitro Jurnal Mipa Unsrat 2(2) 128-132

Nugroho RA 2013 Terapi topikal clindamycin dibandingkan dengan niacinamide

+ zinc pada Acne vulgaris [skripsi] Semarang (ID) Universitas

Diponegoro

Rahmawati F 2008Isolasi dan karakteristik senyawa antibakteri ekstrak daun

miana Coleus scutellarioides [L] Benth [tesis] Bogor (ID) Institut

Pertanian Bogor

Ratnawati Y 2007 Aktivitas antibakteri ekstrak daun jawer kotok (Coleus

scutellarioides [L] Benth) [skripsi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor

Razak A Djamal A Revilla G 2013 Uji daya hambat air perasan buah jeruk

nipis (Citrus aurantifolia) terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus

aureus secara in vitro Jurnal Kesehatan Andalas 2(1) 5-8

Ridwan Y Darusman LK Satrija F Handaryani E 2006 Kandungan kimia

berbagai ekstrak daun miana (Coleus blumei Bent) dan efek anthelmintiknya

terhadap cacing pita pada ayam Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia11(2) 1-6

Rusmiyati I Husain DR Alam G 2014 Bioaktivitas ekstrak metanol daun muda

sirsak (Annona muricata L) sebagai antibakteri terhadap Staphylococcus

aureus dan Propionibacterium acne [penelitian ilmiah] Makasar (ID)

Universitas Hassanudin

Saptarini O Perawati Hartanto Y 2008 Uji aktivitas antibakteri ekstrak etanol

buah mahkota dewa (Phaleria macrocarpa) terhadap Staphylococcus

epidermidis penyebab jerawat Jurnal Biomedika1(1) 1-7

Seta SA 2013 Optimasi formula lotion anti jerawat ekstrak etanol kulit buah

manggis (Garcinia mangostana L) dan uji aktivitas terhadap

14

Propionibacterium acnes dan Staphylococcus epidermidis [skripsi]

Yogyakarta (ID) Universitas Gadjah Mada

Syukrinawati RP 2014 Tingkat pengetahuan penggunaan antibiotik oleh

mahasiswa kepaniteraan klinik departemen bedah mulut RSGM-P FKG

periode September 2-13 Maret 2014 [skripsi] Medan (ID) Universitas

Sumatera Utara

Waji RA 2009 Flavonoid (Quercetin) [Penelitian Ilmiah] Makasar (ID)

Universitas Hasanuddin

Widiawati W Lutfiati D Perbedaan hasil penyembuhan kulit wajah berjerawat

antara masker lidah buaya dengan masker non lidah buaya e- Journal

Universitas Negeri Surabaya 2014 3(1) 217-225

15

LAMPIRAN

Lampiran 1 Pembuktian hipotesis

1 Pengambilan keputusan dari hipotesis yang ditentukan diuji dengan uji

ANOVA

2 Hipotesis dalam penelitian ini berupa Ho yaitu ekstrak etanol daun jawer

kotok dengan konsentrasi ekstrak 20 40 60 dan 80 tidak memiliki

aktivitas antibakteri terhadap bakteri pada permukaan kulit wajah

berjerawat dan H1 yaitu ekstrak etanol daun jawer kotok dengan

konsentrasi ekstrak 20 40 60 dan 80 memiliki aktivitas

antibakteri terhadap bakteri pada permukaan kulit wajah berjerawat

3 Pengambilan keputusan untuk memilih hipotesis mana yang diterima dan

hipotesis mana yang ditolak didasarkan pada perbandingan F hitung dan F

tabel dengan syarat jika F hitung kurang dari F tabel maka tolak H1 dan

terima H0 dan jika F hitung lebih besar dari F tabel maka H0 ditolak dan

terima H1

4 Hasil uji one way ANOVA pada diameter zona hambat bakteri S aureus S

Epidermidis Streptococcus sp dan Micrococcus sp diperoleh nilai F

hitung lebih besar dari F tabel (1143 831 gt 262) (1149 947 gt 262)

(1122 068 gt 262) dan (91144 gt 262) maka hiptotesis yang diterima

adalah H1 yaitu ekstrak etanol daun jawer kotok dengan konsentrasi

ekstrak 20 40 60 dan 80 memiliki aktivitas antibakteri terhadap

bakteri S aureus S epidermidis Streptococcus sp dan Micrococcus sp

Lampiran 2 hasil uji ANOVA dan uji lanjutan Duncan

Descriptives

saureus

N Mean

Std Deviation Std Error

95 Confidence Interval for

Mean

Minimum Maximum Lower Bound

Upper Bound

ekstrak 20 5 138000

109545

48990

124398

151602

1200

1500

ekstrak 40 5 160000

122474

54772

144793

175207

1400

1700

ekstrak 60 5 160000

70711

31623

151220

168780

1500

1700

ekstrak 80 5 170000

70711

31623

161220

178780

1600

1800

kontrol positif 5 406000

89443

40000

394894

417106

3900

4100

kontrol negative 5 0000

00000

00000

0000

0000

00 00

Total 30

172333

1218728

222508

126825

217841

00 4100

16

ANOVA

saureus

Sum of Squares df Mean Square F Sig

Between Groups

4289367 5 857873 1143831

000

Within Groups

18000 24 750

Total 4307367 29

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

saureus

Duncana

perlakuan N

Subset for alpha = 005

1 2 3 4

kontrol negatif 5 0000 ekstrak 20 5

13800

0

ekstrak 40 5

160000

ekstrak 60 5

160000

ekstrak 80 5

170000

kontrol positif 5

406000

Sig 1000 1000 096 1000

Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000

ONEWAY Sepidermidis BY perlakuan

STATISTICS DESCRIPTIVES

MISSING ANALYSIS

POSTHOC=DUNCAN ALPHA(005)

[DataSet0]

Descriptives

Sepidermidis

N Mean Std Deviation Std Error

95 Confidence Interval

for Mean

Minimum Maximum Lower Bound

Upper Bound

ekstrak 20 5 150000

70711

31623

141220

158780

1400

1600

ekstrak 40 5 154000

54772

24495

147199

160801

1500

1600

ekstrak 60 5 164000

151658

67823

145169

182831

1500

1800

ekstrak 80 5 162000

109545

48990

148398

175602

1500

1800

kontrol positif 5 408000

44721

20000

402447

413553

4000

4100

kontrol negatif 5 0000

00000

00000

0000

0000

00 00

Total 30

173000

1221968

223100

127371

218629

00 4100

17

ANOVA

Sepidermidis

Sum of Squares Df Mean Square F Sig

Between Groups 4312300 5 862460 1149947

000

Within Groups 18000 24 750 Total 4330300 29

Post Hoc Tests

Homogeneous Subsets

Sepidermidis

Duncana

Perlakuan N

Subset for alpha = 005

1 2 3 4

kontrol negative 5 0000 ekstrak 20 5

15000

0

ekstrak 40 5

154000

154000

ekstrak 80 5

162000

ekstrak 60 5

164000

kontrol positif 5

408000

Sig 1000 472 096 1000

Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000

ONEWAY Sepidermidis BY perlakuan

STATISTICS DESCRIPTIVES

MISSING ANALYSIS

POSTHOC=DUNCAN ALPHA(005)

[DataSet0]

18

Descriptives

Streptococcus

N Mean Std Deviation

Std Error

95 Confidence Interval

for Mean

Minimum Maximum Lower Bound

Upper Bound

ekstrak 20 5 156000

134164

60000

139341

172659

1400 1700

ekstrak 40 5 162000

109545

48990

148398

175602

1500 1700

ekstrak 60 5 162000

109545

48990

148398

175602

1500 1700

ekstrak 80 5 156000

54772

24495

149199

162801

1500 1600

kontrol positif 5 416000

54772

24495

409199

422801

4100 4200

kontrol negatif 5 0000

00000

00000

0000

0000

00 00

Total 30

175333

1246715

227618

128780

221886

00 4200

ANOVA

Streptococcus

Sum of Squares df Mean Square F Sig

Between Groups 4488267 5 897653 1122067

000

Within Groups 19200 24 800 Total 4507467 29

Post Hoc Tests

Homogeneous Subsets

Streptococcus

Duncana

perlakuan N

Subset for alpha = 005

1 2 3

kontrol negatif 5 0000 ekstrak 20 5

15600

0

ekstrak 80 5

156000

ekstrak 40 5

162000

ekstrak 60 5

162000

kontrol positif 5

416000

Sig 1000 343 1000

Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000

ONEWAY Sepidermidis BY perlakuan

STATISTICS DESCRIPTIVES

MISSING ANALYSIS

POSTHOC=DUNCAN ALPHA(005)

[DataSet0]

19

Descriptives

Micrococcus

N Mean Std Deviation

Std Error

95 Confidence Interval for

Mean

Minimum Maximum Lower Bound

Upper Bound

ekstrak 20 5 142000

178885

80000

119788

164212

1200

1600

ekstrak 40 5 150000

200000

89443

125167

174833

1200

1700

ekstrak 60 5 150000

200000

89443

125167

174833

1200

1700

ekstrak 80 5 142000

130384

58310

125811

158189

1200

1500

kontrol positif 5 182000

83666

37417

171611

192389

1700

1900

kontrol negative

5 0000

00000

00000

0000

0000

00 00

Total 30

127667

612335

111797

104802

150532

00 1900

ANOVA

Micrococcus

Sum of Squares Df Mean Square F Sig

Between Groups 1032967 5 206593 91144 000 Within Groups 54400 24 2267

Total 1087367 29

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

Micrococcus

Duncana

Perlakuan N

Subset for alpha = 005

1 2 3

kontrol negative 5 0000 ekstrak 20 5

14200

0

ekstrak 80 5

142000

ekstrak 40 5

150000

ekstrak 60 5

150000

kontrol positif 5

182000

Sig 1000 451 1000

Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000

20

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Jakarta tanggal 25 september 1992 Penulis merupakan

anak ketiga dari tiga bersaudara dari pasangan Petrus Bambang Wijanarko dan

Susana Tuminah Penulis menempuh pendidikan Sekolah Menengah Pertama di

SMP Strada Bhakti Wiyata Bekasi dan Sekolah Menengah Atas di SMA Santo

Antonius Jakarta Penulis aktif di Organisasi Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM)

Keluarga Mahasiswa Katolik IPB sejak tahun 2011 hingga 2013 Penulis juga

aktif di Himpunan Profesi Ornithologi dan Unggas sejak tahun 2013 hingga 2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Aktivitas Antimikroba

Ekstrak Etanol Daun Jawer Kotok (Coleus atropurpureus) Terhadap Bakteri Kulit

Wajah Berjerawat adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi

pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi

mana pun Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan

maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan

dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor

Bogor Agustus 2015

Yustina Dian Fajar

NIM B04110105

ABSTRAK

YUSTINA DIAN FAJAR Aktivitas Antimikroba Ekstrak Etanol Daun Jawer

Kotok (Coleus atropurpureus) Terhadap Bakteri Kulit Wajah Berjerawat

Dibimbing oleh RINI MADYASTUTI PURWONO dan USAMAH AFFIF

Penggunaan antibiotik yang tidak rasional akan membuat bakteri menjadi

resisten Meningkatnya resistensi antibiotik mendorong perlu dilakukan eksplorasi

terhadap bahan alternatif yang dapat membunuh atau menghambat pertumbuhan

bakteri Salah satunya adalah daun jawer kotok (Coleus atropurpureus)

Penelitian ini bertujuan untuk menguji aktivitas antibakteri ekstrak etanol daun

jawer kotok (Coleus atropurpureus) terhadap bakteri hasil swab kulit wajah

berjerawat Penelitian ini dilakukan terhadap bakteri Gram positif yang berhasil

ditemukan pada permukaan kulit wajah berjerawat Bakteri tersebut adalah

Staphylococcus aureus Staphylococcus epidermidis Streptococcus sp dan

Micrococcus sp Seluruh bakteri diuji dengan konsentrasi ekstrak bertingkat

mulai dari 20 40 60 80 dan dibandingkan dengan antibiotik klindamisin

1 Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun jawer kotok

memiliki potensi antibakteri yang baik Diameter zona hambat bakteri yang

berada dalam rentan antara 1380 plusmn 109 mm sampai 1700 plusmn 070 mm Metabolit

sekunder yang terkandung dalam daun jawer adalah flavonoid polifenol dan tanin

serta terpenoid yang memiliki potensi sebagai antibakteri

Kata kunci Coleus atropurpureus aktivitas antimikroba ekstrak jawer kotok

flavonoid polifenol tanin terpenoid

ABSTRACT

YUSTINA DIAN FAJAR Antibacterial Activity of Etanol Extract from Jawer

Kotok (Coleus atropurpureus) Leave to Bacterialof Pimpled Faces Supervised by

RINI MADYASTUTI PURWONO and USAMAH AFIF

The misused of antibiotics will resist the bacteria The increasing of

resistance in antibiotic needs exploration other alternative resources which could

kill or obstruct bacteria to grow One of resources is jawer kotok (Coleus

atropurpureus) leave The objectives of this research are to assay jawer kotok

leaversquos etanol extract as antibacterial for pimpled skin Those bacteria are

Staphylococcus aureus Staphylococcus epidermidis Streptococcus sp and

Micrococcus sp The bacterias were challenged with gradual extract consentration

starting from 20 40 60 80 and campared with 1 clindamycin antibiotic

The result of the research showed that jawer kotok leaversquos etanol extract had

potency as good antibacterial The diameter of antibacterial inhibition zone range

from 1380 plusmn 109 mm until 1700 plusmn 070 mm Secondary metabolites in jawer

kotok leave consist of flavonoids polyphenols tannins and terpenoids which had

potency as antibacterial

Keywords Coleus atropurpureus antimicrobial activity jawer kotok extract

flavonoidstannin polyphenols terpenoids

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Kedokteran Hewan

pada

Fakultas Kedokteran Hewan

AKTIVITAS ANTIMIKROBA EKSTRAK ETANOL DAUN

JAWER KOTOK (Coleusatropurpureus) TERHADAP BAKTERI

KULIT WAJAH BERJERAWAT

YUSTINA DIAN FAJAR

DEPARTEMEN KLINIK REPRODUKSI DAN PATOLOGI

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2015

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena

atas kasih dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Jawer Kotok (Coleus atropurpureus)

terhadap Bakteri Kulit Wajah Berjerawat Penyusunan skripsi ini merupakan salah

satu syarat kelulusan dalam memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Kedokteran

Hewan Institut Pertanian Bogor Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-

besarnya kepada pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak

langsung dalam penulisan skripsi ini

1 Kedua orangtua dan keluarga tercinta yang selalu memberikan doa serta

dukungan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini

2 Rini Madyastuti P SSi Apt MSi selaku dosen pembimbing I dan Drh

Usamah Afiff MSc selaku dosen pembimbing II yang telah berkenan

membimbing dan memberikan pengarahan kritik dan saran kepada penulis

selama penelitian sampai akhir penulisan skripsi ini selesai

3 Drs Pudji Achmadi MSi selaku dosen pembimbing akademik yang telah

memberikan banyak motivasi dan saran kepada penulis selama masa perkuliahan

4 Seluruh staff Bagian Mikrobiologi Departemen Ilmu Penyakit Hewan

dan Kesehatan Masyarakat Veteriner staff Bagian Farmasi Depatemen Klinik

Reproduksi dan Patologi Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor

5 Teman-teman Ganglion FKH-48 yang telah memberikan doa semangat dan

dukungan selama berkuliah di FKH IPB

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan oleh

karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari

para pembaca Besar harapan penulis kiranya skripsi ini dapat berguna khususnya

bagi penulis dan umumnya bagi para pembaca serta untuk kemajuan ilmu

pengetahuan di bidang kedokteran hewan

Bogor Agustus 2015

Yustina Dian Fajar

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 1

Manfaat Penelitian 1

Ruang Lingkup Penelitian 2

TINJAUAN PUSTAKA 2

Jawer Kotok (Coleusatropurpureus) 2

Jerawat 2

Ekstraksi 3

Antibakteri 3

Antibiotik Klindamisin 4

Morfologi dan Kharakteristik Bakteri Penyebab Jerawat pada Kulit Wajah 4

METODE 5

Tempat dan Waktu Penelitian 5

Alat dan Bahan 5

Prosedur Penelitian 5

Analisis Data 8

HASIL DAN PEMBAHASAN 8

Penapisan Fitokimia Daun Jawer Kotok 8

Bakteri pada Permukaan Kulit Wajah Berjerawat 9

Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Jawer Kotok 9

SIMPULAN DAN SARAN 12

Simpulan 12

Saran 12

Daftar Pustaka 13

LAMPIRAN 15

RIWAYAT HIDUP 20

DAFTAR TABEL

1 Hasil penapisan fitokimia ekstrak etanol daun jawer kotok 9

2 Rata-rata diameter zona hambat bakteri ekstrak daun jawer kotok

terhadap bakteri Gram positif (mm) pada permukaan kulit wajah

berjerawat 10

DAFTAR GAMBAR

1 Coleus atropurpureus 2 2 Uji identifikasi bakteri Gram positif 6

3 Hasil uji fitokimia 8

4 Zona hambat Ekstrak Etanol Daun Jawer Kotok terhadap

Staphylococcus aureus Staphylococcus epidermidis Streptococcus sp

dan Micrococcus sp 9

DAFTAR LAMPIRAN 1 Pembuktian hipotesis 15

2 Hasil Uji ANOVA dan uji lanjutan Duncan 15

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Penggunaan antibiotik mengalami peningkatan yang luar biasa pada lima

dekade terakhir Antibiotik yang digunakan secara tidak rasional akan membuat

bakteri menjadi bersifat resisten dan tetap memperbanyak diri di inangnya

Resistensi bakteri mendorong adanya bahan antibiotik lain yang murah tersedia

secara kontinu dan memiliki semua unsur-unsur yang dibutuhkan untuk

pembuatan antimikroba oleh sebab itu perlu dilakukan eksplorasi terhadap bahan

alternatif yang dapat digunakan sebagai senyawa antibakteri

Perawatan kulit wajah merupakan hal yang penting untuk dilakukan

Perawatan tersebut bertujuan untuk memaksimalkan penampilan diri agar lebih

percaya diri Perawatan yang sering dilakukan adalah melakukan facial

pemakaian krim masker serta sabun agar kulit wajah tidak kusam dan berjerawat

Jerawat merupakan penyakit kulit akibat peradangan pada kelenjar sebacea karena

aktivitas Staphylococcus epidermidis dan Propionibacterium acnes (Seta 2013)

serta Staphylococcus aureus (Razak et al 2013)

Jawer kotok (Coleus atropurpureus) merupakan tanaman yang berfungsi

sebagai tanaman hias dan tanaman obat Masyarakat memanfaatkan daun jawer

kotok sebagai obat untuk berbagai penyakit diare demam pengobatan pasca

melahirkan terlambat datang bulan abses ambeien dan diabetes mellitus

(Ratnawati 2007) Rahmawati (2008) menyatakan bahwa daun jawer kotok dapat

digunakan sebagai senyawa antibakteri

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menguji aktivitas antibakteri ekstrak etanol

daun jawer kotok (Coleus atropurpureus) dalam menghambat pertumbuhan

bakteri pada permukaan kulit wajah berjerawat

Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah memperoleh hasil uji potensi antibakteri

ekstrak etanol daun jawer kotok terhadap bakteri Gram positif pada kulit wajah

berjerawat sehingga dapat digunakan sebagai dasar ilmiah dalam pengembangan

produk farmasi antibakteri Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan

informasi kepada masyarakat akan khasiat daun jawer kotok serta nilai tambah

bagi tanaman jawer kotok secara ekonomis

2

Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini membahas mengenai aktivitas antibakteri ekstrak etanol daun

jawer kotok dengan konsentrasi 20 40 60 dan 80 terhadap bakteri Gram

positif yang ditemukan pada permukaan kulit wajah berjerawat

TINJAUAN PUSTAKA

Jawer Kotok (Coleus atropurpureus)

Tanaman jawer kotok (iler) merupakan tanaman yang umum ditemukan di

IndonesiaTanaman ini tumbuh di tempat lembab dan terbuka seperti pinggir

selokan pematang sawah atau tepi jalan pada ketinggiaan 1-1300 diatas

permukaan laut (dpl) Coleus atropurpureus termasuk ke dalam famili Lamiaceae

Tanaman ini dikenal dengan nama daerah jawer kotok (sunda) kentangan (jawa)

saru-saru atau majaja Daunnya berbentuk bulat telur pangkal membulat

menyerupai bentuk jantung ujung meruncing tepi bergerigi tulang daun

menyirip permukaan mengkilat berambut halus memiliki panjang 7-11 cm dan

lebar 35-6 cm (Dalimartha 2000)

Gambar 1 Coleus atropurpureus

Daun jawer kotok diketahui mengandung flavonoid tanin saponin (Yusuf

et al 2006) polifenol serta steroid (Rahmawati 2008) Flavonoid banyak

ditemukan pada daun berwarna ungu seperti jawer kotok (Waji dan Sugrani 2009)

Jerawat

Jerawat merupakan kondisi kulit yang abnormal yang disebabkan oleh

gangguan produksi dari kelenjar minyak yang berlebihan Kelebihan produksi

3

sebaceous gland akan menyebabkan penyumbatan pada saluran folikel rambut

dan pori-pori kulit Kotoran atau sel kulit mati yang tidak dibersihkan akan

bertumpuk menjadi komedo dan jika terinfeksi bakteri penyebab jerawat komedo

akan berubah menjadi jerawat (Widiawati 2014)

Ekstraksi

Ekstraksi merupakan proses pemisahan bahan dari campurannya dengan

pelarut Ekstraksi tanaman obat adalah pemisahan secara kimia atau fisika suatu

atau sejumlah bahan padat atau bahan cair dari suatu tanaman obat (Agoes 2007)

Daun jawer kotok diekstrak menggunakan metode maserasi Maserasi merupakan

metode ekstraksi yang dilakukan dengan metode merendam sampel dalam pelarut

tanpa pemanasan Metode maserasi dipilih karena metodenya yang sederhana dan

bisa menghindari kerusakan komponen senyawa yang tidak tahan panas yang

terkandung dalam sampel (Rahmawati 2008) Pemilihan etanol 96 sebagai

pelarut didasarkan pada fungsi dari pelarut etanol 96 yang dapat mengikat

berbagai senyawa aktif seperti tanin polifenol flavonoid terpenoid sterol dan

alkaloid (Hamdayati et al 2008) Perbandingan jumlah daun jawer kotok dan

pelarut etanol 96 yang digunakan adalah 1 10 Menurut Arundhina (2014)

semakin banyak pelarut yang digunakan maka rendemen yang diperoleh semakin

besar hal ini disebabkan semakin besarnya rasio pelarut terhadap daun maka luas

permukaan perpindahan massa antara padatan dengan larutan semakin besar

Filtrat dari proses maserasi diuapkan menggunakan rotary evaporator Proses

penguapan dilakukan untuk memisahkan pelarut etanol 96 dan senyawa

fitokimia yang terekstrak dari daun jawer kotok

Antibakteri

Antibakteri merupakan sifat suatu bahan yang menunjukkan efek

menghambat pertumbuhan bakteri Penghambatan pertumbuhan bakteri dibedakan

menjadi bakterisida (mampu membunuh bakteri) dan bakteriostatik (menghambat

pertumbuhan bakteri) (Kee dan Hayes 1996)

Antibiotik Klindamisin

Klindamisin efektif terhadap sebagian besar bakteri aerob Gram positif seperti

Streptococcus sp Staphylococcus sp Enterococcus sp Bacilus antracis dan

Corynebacterium diphtheriae tetapi pada umumnya kurang efektif terhadap bakteri

Gram negatif seperti Enterobacteriaceae Neisseria gonorrhoeae Neisseria

4

Meningitidis dan Haemophilus influenzae Klindamisin juga sangat efektif terhadap

bakteri anaerob Gram positif seperti Eubacterium Proponibacterium Peptococcus

Peptostreptococcus Clostridium perfringens dan Cloctridium Tetani dan juga efektif

terhadap beberapa bakteri aerob negatif seperti Fusobacterium spdan Bacteriodes

sptermasuk Bacteroides fragilis (Nugroho 2013)

Morfologi dan Ciri Umum Bakteri Penyebab Jerawat pada Kulit

Wajah

Staphylococcus aureus

Staphyloccus aureus adalah bakteri Gram positif yang menghasilkan

pigmen kuning bersifat aerob fakultatif tidak menghasilkan spora dan tidak motil

S aureus umumnya tumbuh berpasangan maupun berkelompok seperti buah

anggur dengan diameter 08-10 microm Bakteri ini menghasilkan katalase dan

koagulase S aureus biasanya terdapat pada saluran pernafasan atas kulit saluran

urinari abses infeksi luka radang paru-paru dan selaput lendir lainnya

(Rusmiyati et al 2014)

Staphylococcus epidermidis

Bakteri ini merupakan Gram positif berbentuk kokus berdiameter 05-15

microm berkoloni mengerombol menyerupai buah anggur Koloni biasanya berwarna

putih atau krem S epidermidis bersifat aerob fakultatif katalase positif dan

koagulase negatif Bakteri ini merupakan flora normal pada kulit manusia saluran

pernafasan dan saluran pencernaan makanan Staphylococcus epidermidis yang

mempunyai daya invasi rendah serta bergabung dengan faktor-faktor ekstraseluler

dan toksin berperan pada banyak infeksi kulit misalnya jerawat (Saptarini et al

2008)

Propionibacterium acne

Propionibacterium acne termasuk kelompok Corynebacteria Bakteri ini

termasuk bakteri anaerob Gram positif yang toleran terhadap oksigen P Acne

berbentuk batang tak teratur dan tumbuh relatif lambat Genome dari bakteri ini

dapat menghasilkan enzim untuk meluruhkan kulit dan protein yang mungkin

bersifat immunogenic (mampu mengaktifkan sistem kekebalan tubuh) P acnes

dianggap tidak hanya sebagai flora normal penghuni pada kulit yang normal tetapi

juga bersifat sebagai bakteri patogen fakultatif (Rusmiyati et al2014)

5

METODE

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Mikrobiologi Departemen

Ilmu Penyakit Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner (IPHK) dan

Laboratorium Farmasi Departemen Klinik Reproduksi dan Patologi (KRP)

Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) Institut Pertanian Bogor (IPB) Kegiatan

dimulai sejak bulan Juli 2014 sampai dengan bulan Januari 2015

Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian adalah timbangan analitik cawan

petri mini tube mikro pipet pipet volumentrik pipet pasteur pinset tabung

reaksi cotton bud steril tabung durham tabung effendorf osekapas object glass

bunsen spatula inkubator autoklaf dan mikroskop Bahan yang digunakan

adalah daun jawer kotok bakteri hasil swab wajah (S aureus S epidermidis

Streptococcus sp Micrococcus sp) antibiotik klindamisin satu set zat

pewarnaan gram reagen katalase (larutan 3 H2O2) Brain Heart Infussion (BHI)

Blood Agar (BA) Mac Conkey Agar (MCA) Manitol Salt Agar (MSA)

Tyrpticase Soy Agar (TSA) Muller Hilton Agar (MHA) etanol 96 Dimenthyl

sulfoxide (DMSO) NaOH H2SO4 FeCl3 reagen dragendorff dan reagen meyer

Prosedur Penelitian

Pengambilan Sampel

Metode pengambilan sampel dilakukan dengan melakukan swab pada kulit

wajah berjerawat pada sepuluh orang probandus yang telah dipilih Sepuluh

probandus tersebut terdiri dari 5 orang perempuan dan 5 orang laki-laki Swab

kulit dilakukan dengan menggunakan cotton bud yang telah disterilkan Swab

kulit dilakukan dengan cara mencelupkan cotton bud pada media BHI agar bakteri

pada jerawat dapat terangkat dan menempel pada cotton bud Swab kulit dari satu

orang dimasukan pada media BHI untuk dibawa ke laboratorium Perlakuan yang

sama dilakukan pada setiap probandus

6

Isolasi dan Identifikasi Bakteri pada Permukaan Kulit Wajah Berjerawat

Identifikasi bakteri mengacu pada metode Carter (1990) dan Jang et al

(1976) Sampel yang telah diperoleh dari hasil swab jerawat ditumbuhkan pada

media BA dengan cara mengambil sampel dari media transpor dengan

menggunakan ose steril dan menggoreskannya pada permukaan agar BA Bakteri

yang telah dibiakan pada agar BA diinkubasi pada suhu 37 ordmC selama 24 jam

Setelah diinkubasi dilakukan pengamatan koloni dan diamati koloni yang berbeda

kemudian ditanam pada media TSA dan diinkubasi pada suhu 37 ordmC selama 24

jam Setelah dilakukan isolasi sampel selanjutnya dilakukan pewarnaan bakteri

dan dilanjutkan dengan proses identifikasi (Gambar 2)

Gambar 2 Uji identifikasi bakteri Gram positif

Uji katalase Pengamatan

Mikroskopis

Batang Kokus

+Spora

(Bacillus sp)

((jjh

-Spora (non

Bacillus sp)

((jjh

Positif Negatif

Uji Glukosa Mikroaerofilik

Streptococcaceae

Uji CAMP

(BA)

Staphylococcus

spp

Micrococcus spp

MSA Uji Koagulase

Micrococcaceae

Positif Negatif

Merah Kuning

Staphylococcus aureus Staphylococcus epidermidis

α γ β

Bakteri Gram Positif

7

Daun Jawer Kotok

Daun jawer kotok (Coleus atropurpureus) diperoleh dari Balai Penelitian

Tanaman Rempah dan Obat (BALITRO) dalam keadaan daun basah Bagian

tanaman yang digunakan adalah daunnya yang berwarna merah kecoklatan

Ekstrak Etanol Daun Jawer Kotok

Pembuatan ektrak etanol daun jawer kotok dilakukan dengan metode

maserasi Daun jawer kotok basah sebanyak 800 g diris kecil-kecil kemudian

dibagi menjadi 4 bagian masing-masing bagian 200 g kemudian direndam

dengan etanol 96 (perbandingan 110) dalam 4 tempat penampungan selama

3x24 jam sambil sesekali diaduk dan disaring untuk mendapatkan filtratnya

Filtrat hasil maserasi dievaporasi selama 17 jam menggunakan rotary evaporator

Hasil ekstrak kental daun jawer kotok yang didapat sebanyak 185 g

Penapisan Fitokimia Daun Jawer Kotok

Penapisan fitokimia dilakukan dengan metode Harborne (1987) untuk

mengetahui golongan senyawa kimia (terutama metabolit sekunder) yang

terkandung dalam suatu tanaman Penapisan fitokimia yang sering dilakukan

adalah penapisan untuk metabolit sekunder golongan alkaloid flavonoid tanin

polifenol terpenoid steroid dan saponin Flavonoid diuji dengan memasukan

ekstrak ditambahkan dengan etanol 96 lalu diaduk dan ditambahakan NaOH 7

tetes serta H2SO4 amati perubahan warna menjadi kuning jika hasilnya positif Uji

polifenol dan tanin dilakukan dengan memasukan ekstrak ditambahkan dengan air

lalu dipanaskan dan ditambahkan FeCl3 selanjutnya akan terjadi perubahan warna

menjadi hijau biru sampai hitam untuk hasil positif adanya polifenol dan tanin

Uji alkaloid dilakukan dengan membagi ekstrak menjadi 2 bagian keduanya

ditambahkan larutan etanol 96 Salah satu bagian ditambahkan reagen

dragendorff dan yang lain ditambahkan reagen meyer Hasil positif adanya

alkaloid ditandai dengan warna kuning saat diberi reagen dragendorff dan

endapan putih saat ditambahkan reagen meyer Uji terpenoid dilakukan dengan

memasukkan ekstrak ke dalam tabung reaksi kemudian ditambahkan etanol 96

dan ditetesi dengan H2SO4 pekat Hasil positif terpenoid ditandai dengan

terbentuknya warna merah kecoklatan

Pengujian Daya Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Jawer Kotok

Metode pengujian aktivitas antibakteri yang digunakan adalah metode

sumuran (agar well difusion method) dengan media MHA Suspensi bakteri yang

digunakan memiliki kekeruhan yang setara dengan larutan Mc Farland I atau

3x108

CFUml Suspensi bakteri kemudian digoreskan pada MHA dengan

menggunakan cotton bud steril Setelah digores kemudian didiamkan selama 10

8

menit Kegiatan ini dilakukan sebanyak lima kali ulangan untuk setiap bakteri uji

Pada media MHA dibuat sebanyak 6 sumuran yang akan diisi dengan

Konsentrasi 20 (K1) 02 g ekstrak daun jawer kotok dalam 1 ml DMSO

Konsentrasi 40 (K2) 04 g ekstrak daun jawer kotok dalam 1 ml DMSO

Konsentrasi 60 (K3) 06 g ekstrak daun jawer kotok dalam 1 ml DMSO

Konsentrasi 80 (K4) 08 g ekstrak daun jawer kotok dalam 1 ml DMSO

Kontrol positif (KP) Klindamisin 1

Kontrol negatif (KN) DMSO

Media MHA yang telah diisi dengan larutan uji kemudian diinkubasi pada

suhu 37 ordmC selama 24 jam dan diamati diameter zona hambatnya dengan

penggaris

Analisis Data

Data hasil pengukuran diameter zona hambat dianalis secara kuantitatif

menggunakan metode one way analysis of variance (one way Anova) dan

dilanjutkan dengan uji Duncan

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penapisan Fitokimia Daun Jawer KotoK

Penapisan fitokimia ekstrak etanol daun jawer kotok positif mengandung

metabolit sekunder berupa flavonoid polifenol tanin serta terpenoid dan negatif

terhadap alkaloid Ridwan et al (2006) dan Rahmawati (2008) juga menyebutkan

bahwa daun jawer kotok tidak mengandung alkaloid (Gambar 3 dan Tabel 1)

(a) (b) (c) (d) (f)

Gambar 3 Hasil uji fitokimia flavonoid (a) alkaloid dengan reagen

dragendorff (b) alkaloid dengan reagen meyer (c) polifenol

(d) terpenoid (e)

9

Tabel 1 Hasil penapisan fitokimia ekstrak etanol daun jawer kotok

Penapisan Fitokimia Hasil

Flavonoid +

Alkaloid

Meyer minus

Dragendorff minus

Polifenol dan Tanin +

Terpenoid + aKeterangan + terdeteksi minus tidak terdeteksi

Bakteri pada Permukaan Kulit Wajah Berjerawat

Bakteri Gram positif yang berhasil diidentifikasi adalah Staphylococcus

aureus Staphylococcus epidermidis Streptococcus sp dan Micrococcus sp

Menurut Seta (2013) dan Razak et al (2013) bakteri yang dapat menyebabkan

jerawat adalah S aureus S epidermidis dan Propionibacterium acne P acne

tidak dapat diisolasi karena metode yang digunakan tidak bisa mengisolasi bakteri

anaerob Penemuan bakteri Streptococcus sp mungkin terjadi mengingat

Streptococcus sp merupakan salah satu bakteri pada kulit yang dapat

menyebabkan terjadinya penyakit pyoderma (Caesarita 2011) Micrococcus sp

dapat ditemukan pada hasil swab wajah mengingat kemungkinan adanya

pencemaran bakteri dari lingkungan seperti air udara dan tanah (Andy dan

Taufik 2010)

Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Jawer Kotok

Rata-rata diameter zona hambat bakteri ekstrak etanol daun jawer kotok

terhadap bakteri Gram positif (Gambar 4 dan Tabel 2)

(a) (b) (c) (d)

Gambar 4 Zona hambat ekstrak etanol daun jawer kotok terhadap S aureus (a)

S epidermidis (b) Streptococcus sp (c)dan Micrococcus sp(d)

K2 KP K3 K2 KP K3

K2 KP K3

K2 KP K3

K1 KN K4 K1 KN K4 K1 KN K4 K1 KN K4

10

Tabel 2 Rata-rata diameter zona hambat ekstrak etanol daun jawer kotok terhadap

bakteri Gram positif hasil swab kulit wajah berjerawat (mm)

Kelompok

Perlakuan

S aureus S epidermidis Streptococcus

sp

Micrococcus

sp

K1 1380 plusmn 109 b

1500 plusmn 070b

1560 plusmn 134c

1420 plusmn 178b

K2 1600 plusmn 122c

1540 plusmn054bc

1620 plusmn 109c

1500 plusmn 200b

K3 1600 plusmn 070c

1640 plusmn 151c

1620 plusmn 109c

1500 plusmn 200b

K4 1700 plusmn 070c

1620 plusmn 109c

1560 plusmn 054c

1420 plusmn 130b

KP 4060plusmn 089d

4080 plusmn 044d

4160 plusmn 054d

1820 plusmn 083d

KN 000 plusmn 000a

000 plusmn 000a

000 plusmn 000a

000 plusmn 000a

aKeterangan K1 konsentrasi 20 K2 konsentrasi 40 K3 konsentrasi 60 K4

konsentrasi 80 KP kontrol positif KN kontrol negatif Huruf supercript yang berbeda dalam

satu kolom menunjukkan perbedaan yang nyata pada taraf nyata Plt 005

Pada Tabel 2 diketahui bahwa KN pada keempat bakteri uji tidak memiliki

diameter zona hambat dan berbeda nyata dengan KP dan seluruh konsentrasi uji

Hal tersebut membuktikan bahwa pelarut tidak berpengaruh terhadap aktivitas

antibakteri sehingga aktivitas antibakteri hanya berasal dari konsentasi uji

DMSO digunakan sebagai KN karena tidak memiliki daya hambat bakteri serta

karena sifat dari DMSO yang merupakan pelarut polar berspektrum luas sehingga

dapat melarutkan senyawa alkaloid dan flavonoid (Mulyatni et al 2012)

Kontrol positif memberikan hasil yang berbeda nyata dengan KN dan

keempat konsentrasi uji pada semua bakteri Hal tersebut membuktikan bahwa

bakteri S aureus S epidermidis Streptococcus sp dan Micrococcus sp masih

peka terhadap KP Antibiotik klindamisin 1 digunakan sebagai KP karena

klindamisin paling efektif dalam pengobatan jerawat jika dibandingkan dengan

eritromisin dan tetrasiklin serta paling banyak digunakan masyarakat untuk

mengobati jerawat (Aziz 2010) Klindamisin adalah salah satu antibiotik golongan

aminoglikosida Klindamisin menghambat sintesis protein pada fase pemanjangan

dengan mempengaruhi translokasi (Syukrinawati 2014) Antibiotik ini efektif

terhadap bakteri Gram positif dan bakteri anaerob akan tetapi kurang efektif

terhadap bakteri Gram negatif (Nugroho 2013)

Hasil uji pada bakteri S aureus terlihat bahwa K1 memberikan perbedaan

yang nyata (Plt005) dengan K2 K3 dan K4 Hasil uji pada S epidermidis

memberikan hasil bahwa K1 berbeda nyata (Plt005) dengan K3 dan K4 Seluruh

konsentrasi ekstrak etanol daun jawer kotok yang diujikan terhadap Streptococcus

sp dan Micrococcus sp tidak menunjukkan hasil yang berbeda nyata

Hasil uji yang dilakukan terhadap Saureus memperlihatkan bahwa semakin

tinggi konsentrasi ekstrak maka semakin besar diameter zona hambat yang

terbentuk Hal ini karena semakin banyak zat aktif yang terkandung dalam ekstrak

tersebut sedangkan pada uji yang dilakukan terhadap S epidermidis

Streptococcus sp dan Micrococcus sp diameter zona hambat yang terbentuk pada

K4 mengalami penurunan Hal tersebut menunjukkan bahwa konsentrasi yang

semakin tinggi tidak selalu menghasilkan diameter zona hambat yang semakin

besar Penurunan aktivitas ini disebabkan karena perbedaan jenis bakteri yang

dihambat perbedaan kecepatan difusi senyawa aktif pada media agar serta

konsentrasi ekstrak yang terlalu tinggi dibandingkan dengan pelarutnya (DMSO)

sehingga larutan menjadi jenuh dan sulit untuk larut Brooks et al (2008)

11

menyatakan bahwa aktivitas antibakteri dipengaruhi beberapa faktor yaitu

konsentrasi ekstrak kandungan senyawa antibakteri daya difusi ekstrak dan jenis

bakteri yang dihambat

Diameter zona hambat bakteri menurut Davis dan Stout dalam Rahmawati

(2008) dibagi atas sangat kuat (zona jernih gt 20 mm) kuat (zona jernih 10minus20

mm) sedang (zona jernih 5minus10 mm) dan lemah (zona jernih lt 5 mm) Kontrol

positif (KP) pada bakteri uji S aureus S epidermidis Streptococcussp tergolong

dalam daya hambat sangat kuat sedangkan KP pada bakteri Micrococcus sp

tergolong dalam daya hambat kuat Hal tersebut kemungkinan dikarenakan target

kerja antibiotik klindamisin ditujukan untuk bakteri yang habitatnya di daerah

kulit wajah sedangkan Micrococcus sp merupakan bakteri kontaminasi dari

lingkungan (air tanah udara) Seluruh konsentrasi ekstrak yang diujikan terhadap

seluruh bakteri (K1K2 K3 K4) tergolong dalam konsentrasi yang memberikan

daya hambat kuat karena diameter zona hambat yang terbentuk antara 1380 plusmn

109 mm sampai 1700 plusmn 070 mm

Mengacu pada standar umum yang dikeluarkan oleh Departemen Kesehatan

disebutkan bahwa mikroba dinyatakan peka terhadap antimikroba asal tanaman

apabila mempunyai ukuran diameter daya hambatannya 12minus24 mm (Darmawi et

al 2013) sehingga dapat dikatakan bahwa seluruh bakteri uji peka terhadap K1

K2 K3 dan K4

Hasil penelitian diketahui bahwa seluruh konsentrasi dinyatakan peka dan

memiliki zona hambat bakteri yang kuat terhadap bakteri uji sehingga ekstrak

etanol daun jawer kotok memiliki potensi antibakteri yang baik Adanya potensi

antibakteri diketahui dari kandungan senyawa metabolit sekunder yang terdapat

pada daun jawer kotok yaitu flavonoid tanin polifenol serta terpenoid

Mekanisme kerja flavonoid sebagai antibakteri adalah membentuk senyawa

kompleks dengan protein ekstraseluler dan terlarut sehingga dapat merusak

membran sel bakteri dan diikuti keluarnya senyawa intraselluler (Ngajow et al

2013)

Mekanisme kerja tanin sebagai antibakteri adalah menghambat enzim

reverse transkriptase dan DNA topoisomerase sehingga sel bakteri tidak dapat

terbentuk Tanin juga mempunyai target pada polipeptida dinding sel sehingga

pembentukan polipeptida dinding sel menjadi tidak sempurna Hal ini

menyebabkan sel bakteri menjadi lisis karena tekanan osmotik maupun fisik

sehingga sel bakteri akan mati (Ngajow et al 2013)

Ngajow et al (2013) juga menyatakan bahwa senyawa fenolik dan terpenoid

memiliki target utama yaitu membran sitoplasma bakteri Aktifitas antibakteri

terpenoid diketahui bereaksi dengan porin (protein transmembran) pada membran

luar dinding sel bakteri Terpenoid membentuk ikatan polimer yang kuat sehingga

mengakibatkan rusaknya porin Rusaknya porin yang merupakan pintu keluar

masuknya senyawa akan mengurangi permeabilitas dinding sel bakteri yang akan

mengakibatkan sel bakteri akan kekurangan nutrisi sehingga pertumbuhan bakteri

akan terhambat dan mati

12

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Ekstrak etanol daun jawer kotok mengandung flavonoid polifenol dan tanin

serta terpenoid yang memiliki aktivitas antibakteri yang dapat menghambat

pertumbuhan bakteri kokus Gram positif pada permukaan kulit wajah berjerawat

Ekstrak etanol daun jawer kotok memiliki potensi antibakteri yang baik karena

daya hambat bakteri pada konsentrasi 20 40 60 dan 80 tergolong dalam

daya hambat yang kuat S aureus S epidermidis Streptococcus sp dan

Micrococcus sp dinyatakan peka terhadap seluruh konsentrasi ekstrak

Saran

Saran yang dapat diberikan kepada peneliti selanjutnya yaitu perlu

dilakukan penelitian aktivitas antibakteri ekstrak etanol daun jawer kotok terhadap

bakteri Pacne dan bakteri gram negatif serta penggunaan kontrol positif dengan

antibiotik yang lain Selain itu penelitian ini juga dapat digunakan sebagai dasar

ilmiah dalam pengembangan produk farmasi antibakteri

DAFTAR PUSTAKA

Agoes G 2007 Ekstraksi Tanaman Obat Bandung ITB

Andy Taufik M 2010 Jumlah bakteri dan keberadaan bakteri Salmonella sp

pada daging kuda di Kabupaten Jeneponto Jurnal Agrisistem 6(2) 82-87

Arundhina E 2014 Aktivitas ekstrak etanol daun alamanda (Allamanda

cathartica L) sebagai anti jamur terhadap Candida albicans dan

Pityrosporum ovale secara in vitro [skripsi] Yogyakarta (ID) Universitas

Katolik Atmajaya Yogyakarta

Aziz S2010 Uji aktivitas antibakteri ekstrak etanol daun dan umbi bakung putih

(Crinum asiatikum L) terhadap bakteri penyebab jerawat[skripsi] Jakarta

(ID) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatulloh

Brooks GF Butel JS Morse SA Mikrobiologi Kedokteran Mudihardi E

KuntamanWasito EB et al penerjemah Jakarta (ID) Salemba Medika

Terjemahan dari Medical Microbiology

Caesarita DP 2011 Pengaruh ekstrak buah nanas (Ananas comosus) 100

terhadap bakteri Staphylococcus aureus dari pyoderma [skripsi] Bandung

(ID) Universitas Diponegoro

Carter GR dan Cole JR 1990 Diagnostic Procedures in Veterinary Bacteriology

and Mycology Fifth Edition London (UK) Academi Press Limited

13

Dalimarta S 2000 Atlas Tumbuhan Indonesia Jilid ke-2 Jakarta Trubus

Agriwidya

Darmawi Manaf ZH Putranda F 2013 Daya hambat getah jarak cina (Jatropha

multifida L) terhadap Staphylococcus aureus secara invitro Jurnal Medika

Veterinaria7(2) 113-115

Hamdayati Y Kusnadi Rahadian I 2008 Aktivitas antibakteri ekstrak daun

patikan kebo (Euphorbia hirta) terhadap pertumbuhan bakteri

Staphylococcus epidermidis Jurnal Pengajaran Matematika dan Ilmu

Pengetahuan alam 12(7) 1-10

Harborne JB 1987 Metode Fitokimia Padmawinata K Soediro I penerjemah

Jakarta (ID) UI Press Terjemahan dari Basic Concepts of Analytical

Chemistry

Jang SS Biberstein EL Hirsh DC 1976 A Manual of Veterinary Clinical

Bacteriology and Micology Davis (US) Univ California

Kee JL Hayes ER Farmakologi Pendekatan Proses Keperawatan Anugerah P

penerjemah Jakarta (ID) EGC Terjemahan dari Pharmacology A Nursing

Process Approach

Mulyatni AS Budiani A Taniwiryono D 2012 Aktivitas antibakteri ekstrak kulit

buah kakao (Theobroma cacao L) terhadap Escherichia coli Bacillus

subtilis dan Staphylococcus aureus Jurnal Menara Perkebunan 80(2) 77-

84

Ngajow M Abidjulu J Kamu VS 2013 Pengaruh antibakteri ekstrak kulit batang

matoa (Pometia pinnata) terhadap bakteri Staphylococcus aureus secara in

vitro Jurnal Mipa Unsrat 2(2) 128-132

Nugroho RA 2013 Terapi topikal clindamycin dibandingkan dengan niacinamide

+ zinc pada Acne vulgaris [skripsi] Semarang (ID) Universitas

Diponegoro

Rahmawati F 2008Isolasi dan karakteristik senyawa antibakteri ekstrak daun

miana Coleus scutellarioides [L] Benth [tesis] Bogor (ID) Institut

Pertanian Bogor

Ratnawati Y 2007 Aktivitas antibakteri ekstrak daun jawer kotok (Coleus

scutellarioides [L] Benth) [skripsi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor

Razak A Djamal A Revilla G 2013 Uji daya hambat air perasan buah jeruk

nipis (Citrus aurantifolia) terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus

aureus secara in vitro Jurnal Kesehatan Andalas 2(1) 5-8

Ridwan Y Darusman LK Satrija F Handaryani E 2006 Kandungan kimia

berbagai ekstrak daun miana (Coleus blumei Bent) dan efek anthelmintiknya

terhadap cacing pita pada ayam Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia11(2) 1-6

Rusmiyati I Husain DR Alam G 2014 Bioaktivitas ekstrak metanol daun muda

sirsak (Annona muricata L) sebagai antibakteri terhadap Staphylococcus

aureus dan Propionibacterium acne [penelitian ilmiah] Makasar (ID)

Universitas Hassanudin

Saptarini O Perawati Hartanto Y 2008 Uji aktivitas antibakteri ekstrak etanol

buah mahkota dewa (Phaleria macrocarpa) terhadap Staphylococcus

epidermidis penyebab jerawat Jurnal Biomedika1(1) 1-7

Seta SA 2013 Optimasi formula lotion anti jerawat ekstrak etanol kulit buah

manggis (Garcinia mangostana L) dan uji aktivitas terhadap

14

Propionibacterium acnes dan Staphylococcus epidermidis [skripsi]

Yogyakarta (ID) Universitas Gadjah Mada

Syukrinawati RP 2014 Tingkat pengetahuan penggunaan antibiotik oleh

mahasiswa kepaniteraan klinik departemen bedah mulut RSGM-P FKG

periode September 2-13 Maret 2014 [skripsi] Medan (ID) Universitas

Sumatera Utara

Waji RA 2009 Flavonoid (Quercetin) [Penelitian Ilmiah] Makasar (ID)

Universitas Hasanuddin

Widiawati W Lutfiati D Perbedaan hasil penyembuhan kulit wajah berjerawat

antara masker lidah buaya dengan masker non lidah buaya e- Journal

Universitas Negeri Surabaya 2014 3(1) 217-225

15

LAMPIRAN

Lampiran 1 Pembuktian hipotesis

1 Pengambilan keputusan dari hipotesis yang ditentukan diuji dengan uji

ANOVA

2 Hipotesis dalam penelitian ini berupa Ho yaitu ekstrak etanol daun jawer

kotok dengan konsentrasi ekstrak 20 40 60 dan 80 tidak memiliki

aktivitas antibakteri terhadap bakteri pada permukaan kulit wajah

berjerawat dan H1 yaitu ekstrak etanol daun jawer kotok dengan

konsentrasi ekstrak 20 40 60 dan 80 memiliki aktivitas

antibakteri terhadap bakteri pada permukaan kulit wajah berjerawat

3 Pengambilan keputusan untuk memilih hipotesis mana yang diterima dan

hipotesis mana yang ditolak didasarkan pada perbandingan F hitung dan F

tabel dengan syarat jika F hitung kurang dari F tabel maka tolak H1 dan

terima H0 dan jika F hitung lebih besar dari F tabel maka H0 ditolak dan

terima H1

4 Hasil uji one way ANOVA pada diameter zona hambat bakteri S aureus S

Epidermidis Streptococcus sp dan Micrococcus sp diperoleh nilai F

hitung lebih besar dari F tabel (1143 831 gt 262) (1149 947 gt 262)

(1122 068 gt 262) dan (91144 gt 262) maka hiptotesis yang diterima

adalah H1 yaitu ekstrak etanol daun jawer kotok dengan konsentrasi

ekstrak 20 40 60 dan 80 memiliki aktivitas antibakteri terhadap

bakteri S aureus S epidermidis Streptococcus sp dan Micrococcus sp

Lampiran 2 hasil uji ANOVA dan uji lanjutan Duncan

Descriptives

saureus

N Mean

Std Deviation Std Error

95 Confidence Interval for

Mean

Minimum Maximum Lower Bound

Upper Bound

ekstrak 20 5 138000

109545

48990

124398

151602

1200

1500

ekstrak 40 5 160000

122474

54772

144793

175207

1400

1700

ekstrak 60 5 160000

70711

31623

151220

168780

1500

1700

ekstrak 80 5 170000

70711

31623

161220

178780

1600

1800

kontrol positif 5 406000

89443

40000

394894

417106

3900

4100

kontrol negative 5 0000

00000

00000

0000

0000

00 00

Total 30

172333

1218728

222508

126825

217841

00 4100

16

ANOVA

saureus

Sum of Squares df Mean Square F Sig

Between Groups

4289367 5 857873 1143831

000

Within Groups

18000 24 750

Total 4307367 29

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

saureus

Duncana

perlakuan N

Subset for alpha = 005

1 2 3 4

kontrol negatif 5 0000 ekstrak 20 5

13800

0

ekstrak 40 5

160000

ekstrak 60 5

160000

ekstrak 80 5

170000

kontrol positif 5

406000

Sig 1000 1000 096 1000

Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000

ONEWAY Sepidermidis BY perlakuan

STATISTICS DESCRIPTIVES

MISSING ANALYSIS

POSTHOC=DUNCAN ALPHA(005)

[DataSet0]

Descriptives

Sepidermidis

N Mean Std Deviation Std Error

95 Confidence Interval

for Mean

Minimum Maximum Lower Bound

Upper Bound

ekstrak 20 5 150000

70711

31623

141220

158780

1400

1600

ekstrak 40 5 154000

54772

24495

147199

160801

1500

1600

ekstrak 60 5 164000

151658

67823

145169

182831

1500

1800

ekstrak 80 5 162000

109545

48990

148398

175602

1500

1800

kontrol positif 5 408000

44721

20000

402447

413553

4000

4100

kontrol negatif 5 0000

00000

00000

0000

0000

00 00

Total 30

173000

1221968

223100

127371

218629

00 4100

17

ANOVA

Sepidermidis

Sum of Squares Df Mean Square F Sig

Between Groups 4312300 5 862460 1149947

000

Within Groups 18000 24 750 Total 4330300 29

Post Hoc Tests

Homogeneous Subsets

Sepidermidis

Duncana

Perlakuan N

Subset for alpha = 005

1 2 3 4

kontrol negative 5 0000 ekstrak 20 5

15000

0

ekstrak 40 5

154000

154000

ekstrak 80 5

162000

ekstrak 60 5

164000

kontrol positif 5

408000

Sig 1000 472 096 1000

Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000

ONEWAY Sepidermidis BY perlakuan

STATISTICS DESCRIPTIVES

MISSING ANALYSIS

POSTHOC=DUNCAN ALPHA(005)

[DataSet0]

18

Descriptives

Streptococcus

N Mean Std Deviation

Std Error

95 Confidence Interval

for Mean

Minimum Maximum Lower Bound

Upper Bound

ekstrak 20 5 156000

134164

60000

139341

172659

1400 1700

ekstrak 40 5 162000

109545

48990

148398

175602

1500 1700

ekstrak 60 5 162000

109545

48990

148398

175602

1500 1700

ekstrak 80 5 156000

54772

24495

149199

162801

1500 1600

kontrol positif 5 416000

54772

24495

409199

422801

4100 4200

kontrol negatif 5 0000

00000

00000

0000

0000

00 00

Total 30

175333

1246715

227618

128780

221886

00 4200

ANOVA

Streptococcus

Sum of Squares df Mean Square F Sig

Between Groups 4488267 5 897653 1122067

000

Within Groups 19200 24 800 Total 4507467 29

Post Hoc Tests

Homogeneous Subsets

Streptococcus

Duncana

perlakuan N

Subset for alpha = 005

1 2 3

kontrol negatif 5 0000 ekstrak 20 5

15600

0

ekstrak 80 5

156000

ekstrak 40 5

162000

ekstrak 60 5

162000

kontrol positif 5

416000

Sig 1000 343 1000

Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000

ONEWAY Sepidermidis BY perlakuan

STATISTICS DESCRIPTIVES

MISSING ANALYSIS

POSTHOC=DUNCAN ALPHA(005)

[DataSet0]

19

Descriptives

Micrococcus

N Mean Std Deviation

Std Error

95 Confidence Interval for

Mean

Minimum Maximum Lower Bound

Upper Bound

ekstrak 20 5 142000

178885

80000

119788

164212

1200

1600

ekstrak 40 5 150000

200000

89443

125167

174833

1200

1700

ekstrak 60 5 150000

200000

89443

125167

174833

1200

1700

ekstrak 80 5 142000

130384

58310

125811

158189

1200

1500

kontrol positif 5 182000

83666

37417

171611

192389

1700

1900

kontrol negative

5 0000

00000

00000

0000

0000

00 00

Total 30

127667

612335

111797

104802

150532

00 1900

ANOVA

Micrococcus

Sum of Squares Df Mean Square F Sig

Between Groups 1032967 5 206593 91144 000 Within Groups 54400 24 2267

Total 1087367 29

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

Micrococcus

Duncana

Perlakuan N

Subset for alpha = 005

1 2 3

kontrol negative 5 0000 ekstrak 20 5

14200

0

ekstrak 80 5

142000

ekstrak 40 5

150000

ekstrak 60 5

150000

kontrol positif 5

182000

Sig 1000 451 1000

Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000

20

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Jakarta tanggal 25 september 1992 Penulis merupakan

anak ketiga dari tiga bersaudara dari pasangan Petrus Bambang Wijanarko dan

Susana Tuminah Penulis menempuh pendidikan Sekolah Menengah Pertama di

SMP Strada Bhakti Wiyata Bekasi dan Sekolah Menengah Atas di SMA Santo

Antonius Jakarta Penulis aktif di Organisasi Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM)

Keluarga Mahasiswa Katolik IPB sejak tahun 2011 hingga 2013 Penulis juga

aktif di Himpunan Profesi Ornithologi dan Unggas sejak tahun 2013 hingga 2014

ABSTRAK

YUSTINA DIAN FAJAR Aktivitas Antimikroba Ekstrak Etanol Daun Jawer

Kotok (Coleus atropurpureus) Terhadap Bakteri Kulit Wajah Berjerawat

Dibimbing oleh RINI MADYASTUTI PURWONO dan USAMAH AFFIF

Penggunaan antibiotik yang tidak rasional akan membuat bakteri menjadi

resisten Meningkatnya resistensi antibiotik mendorong perlu dilakukan eksplorasi

terhadap bahan alternatif yang dapat membunuh atau menghambat pertumbuhan

bakteri Salah satunya adalah daun jawer kotok (Coleus atropurpureus)

Penelitian ini bertujuan untuk menguji aktivitas antibakteri ekstrak etanol daun

jawer kotok (Coleus atropurpureus) terhadap bakteri hasil swab kulit wajah

berjerawat Penelitian ini dilakukan terhadap bakteri Gram positif yang berhasil

ditemukan pada permukaan kulit wajah berjerawat Bakteri tersebut adalah

Staphylococcus aureus Staphylococcus epidermidis Streptococcus sp dan

Micrococcus sp Seluruh bakteri diuji dengan konsentrasi ekstrak bertingkat

mulai dari 20 40 60 80 dan dibandingkan dengan antibiotik klindamisin

1 Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun jawer kotok

memiliki potensi antibakteri yang baik Diameter zona hambat bakteri yang

berada dalam rentan antara 1380 plusmn 109 mm sampai 1700 plusmn 070 mm Metabolit

sekunder yang terkandung dalam daun jawer adalah flavonoid polifenol dan tanin

serta terpenoid yang memiliki potensi sebagai antibakteri

Kata kunci Coleus atropurpureus aktivitas antimikroba ekstrak jawer kotok

flavonoid polifenol tanin terpenoid

ABSTRACT

YUSTINA DIAN FAJAR Antibacterial Activity of Etanol Extract from Jawer

Kotok (Coleus atropurpureus) Leave to Bacterialof Pimpled Faces Supervised by

RINI MADYASTUTI PURWONO and USAMAH AFIF

The misused of antibiotics will resist the bacteria The increasing of

resistance in antibiotic needs exploration other alternative resources which could

kill or obstruct bacteria to grow One of resources is jawer kotok (Coleus

atropurpureus) leave The objectives of this research are to assay jawer kotok

leaversquos etanol extract as antibacterial for pimpled skin Those bacteria are

Staphylococcus aureus Staphylococcus epidermidis Streptococcus sp and

Micrococcus sp The bacterias were challenged with gradual extract consentration

starting from 20 40 60 80 and campared with 1 clindamycin antibiotic

The result of the research showed that jawer kotok leaversquos etanol extract had

potency as good antibacterial The diameter of antibacterial inhibition zone range

from 1380 plusmn 109 mm until 1700 plusmn 070 mm Secondary metabolites in jawer

kotok leave consist of flavonoids polyphenols tannins and terpenoids which had

potency as antibacterial

Keywords Coleus atropurpureus antimicrobial activity jawer kotok extract

flavonoidstannin polyphenols terpenoids

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Kedokteran Hewan

pada

Fakultas Kedokteran Hewan

AKTIVITAS ANTIMIKROBA EKSTRAK ETANOL DAUN

JAWER KOTOK (Coleusatropurpureus) TERHADAP BAKTERI

KULIT WAJAH BERJERAWAT

YUSTINA DIAN FAJAR

DEPARTEMEN KLINIK REPRODUKSI DAN PATOLOGI

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2015

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena

atas kasih dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Jawer Kotok (Coleus atropurpureus)

terhadap Bakteri Kulit Wajah Berjerawat Penyusunan skripsi ini merupakan salah

satu syarat kelulusan dalam memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Kedokteran

Hewan Institut Pertanian Bogor Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-

besarnya kepada pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak

langsung dalam penulisan skripsi ini

1 Kedua orangtua dan keluarga tercinta yang selalu memberikan doa serta

dukungan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini

2 Rini Madyastuti P SSi Apt MSi selaku dosen pembimbing I dan Drh

Usamah Afiff MSc selaku dosen pembimbing II yang telah berkenan

membimbing dan memberikan pengarahan kritik dan saran kepada penulis

selama penelitian sampai akhir penulisan skripsi ini selesai

3 Drs Pudji Achmadi MSi selaku dosen pembimbing akademik yang telah

memberikan banyak motivasi dan saran kepada penulis selama masa perkuliahan

4 Seluruh staff Bagian Mikrobiologi Departemen Ilmu Penyakit Hewan

dan Kesehatan Masyarakat Veteriner staff Bagian Farmasi Depatemen Klinik

Reproduksi dan Patologi Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor

5 Teman-teman Ganglion FKH-48 yang telah memberikan doa semangat dan

dukungan selama berkuliah di FKH IPB

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan oleh

karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari

para pembaca Besar harapan penulis kiranya skripsi ini dapat berguna khususnya

bagi penulis dan umumnya bagi para pembaca serta untuk kemajuan ilmu

pengetahuan di bidang kedokteran hewan

Bogor Agustus 2015

Yustina Dian Fajar

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 1

Manfaat Penelitian 1

Ruang Lingkup Penelitian 2

TINJAUAN PUSTAKA 2

Jawer Kotok (Coleusatropurpureus) 2

Jerawat 2

Ekstraksi 3

Antibakteri 3

Antibiotik Klindamisin 4

Morfologi dan Kharakteristik Bakteri Penyebab Jerawat pada Kulit Wajah 4

METODE 5

Tempat dan Waktu Penelitian 5

Alat dan Bahan 5

Prosedur Penelitian 5

Analisis Data 8

HASIL DAN PEMBAHASAN 8

Penapisan Fitokimia Daun Jawer Kotok 8

Bakteri pada Permukaan Kulit Wajah Berjerawat 9

Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Jawer Kotok 9

SIMPULAN DAN SARAN 12

Simpulan 12

Saran 12

Daftar Pustaka 13

LAMPIRAN 15

RIWAYAT HIDUP 20

DAFTAR TABEL

1 Hasil penapisan fitokimia ekstrak etanol daun jawer kotok 9

2 Rata-rata diameter zona hambat bakteri ekstrak daun jawer kotok

terhadap bakteri Gram positif (mm) pada permukaan kulit wajah

berjerawat 10

DAFTAR GAMBAR

1 Coleus atropurpureus 2 2 Uji identifikasi bakteri Gram positif 6

3 Hasil uji fitokimia 8

4 Zona hambat Ekstrak Etanol Daun Jawer Kotok terhadap

Staphylococcus aureus Staphylococcus epidermidis Streptococcus sp

dan Micrococcus sp 9

DAFTAR LAMPIRAN 1 Pembuktian hipotesis 15

2 Hasil Uji ANOVA dan uji lanjutan Duncan 15

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Penggunaan antibiotik mengalami peningkatan yang luar biasa pada lima

dekade terakhir Antibiotik yang digunakan secara tidak rasional akan membuat

bakteri menjadi bersifat resisten dan tetap memperbanyak diri di inangnya

Resistensi bakteri mendorong adanya bahan antibiotik lain yang murah tersedia

secara kontinu dan memiliki semua unsur-unsur yang dibutuhkan untuk

pembuatan antimikroba oleh sebab itu perlu dilakukan eksplorasi terhadap bahan

alternatif yang dapat digunakan sebagai senyawa antibakteri

Perawatan kulit wajah merupakan hal yang penting untuk dilakukan

Perawatan tersebut bertujuan untuk memaksimalkan penampilan diri agar lebih

percaya diri Perawatan yang sering dilakukan adalah melakukan facial

pemakaian krim masker serta sabun agar kulit wajah tidak kusam dan berjerawat

Jerawat merupakan penyakit kulit akibat peradangan pada kelenjar sebacea karena

aktivitas Staphylococcus epidermidis dan Propionibacterium acnes (Seta 2013)

serta Staphylococcus aureus (Razak et al 2013)

Jawer kotok (Coleus atropurpureus) merupakan tanaman yang berfungsi

sebagai tanaman hias dan tanaman obat Masyarakat memanfaatkan daun jawer

kotok sebagai obat untuk berbagai penyakit diare demam pengobatan pasca

melahirkan terlambat datang bulan abses ambeien dan diabetes mellitus

(Ratnawati 2007) Rahmawati (2008) menyatakan bahwa daun jawer kotok dapat

digunakan sebagai senyawa antibakteri

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menguji aktivitas antibakteri ekstrak etanol

daun jawer kotok (Coleus atropurpureus) dalam menghambat pertumbuhan

bakteri pada permukaan kulit wajah berjerawat

Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah memperoleh hasil uji potensi antibakteri

ekstrak etanol daun jawer kotok terhadap bakteri Gram positif pada kulit wajah

berjerawat sehingga dapat digunakan sebagai dasar ilmiah dalam pengembangan

produk farmasi antibakteri Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan

informasi kepada masyarakat akan khasiat daun jawer kotok serta nilai tambah

bagi tanaman jawer kotok secara ekonomis

2

Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini membahas mengenai aktivitas antibakteri ekstrak etanol daun

jawer kotok dengan konsentrasi 20 40 60 dan 80 terhadap bakteri Gram

positif yang ditemukan pada permukaan kulit wajah berjerawat

TINJAUAN PUSTAKA

Jawer Kotok (Coleus atropurpureus)

Tanaman jawer kotok (iler) merupakan tanaman yang umum ditemukan di

IndonesiaTanaman ini tumbuh di tempat lembab dan terbuka seperti pinggir

selokan pematang sawah atau tepi jalan pada ketinggiaan 1-1300 diatas

permukaan laut (dpl) Coleus atropurpureus termasuk ke dalam famili Lamiaceae

Tanaman ini dikenal dengan nama daerah jawer kotok (sunda) kentangan (jawa)

saru-saru atau majaja Daunnya berbentuk bulat telur pangkal membulat

menyerupai bentuk jantung ujung meruncing tepi bergerigi tulang daun

menyirip permukaan mengkilat berambut halus memiliki panjang 7-11 cm dan

lebar 35-6 cm (Dalimartha 2000)

Gambar 1 Coleus atropurpureus

Daun jawer kotok diketahui mengandung flavonoid tanin saponin (Yusuf

et al 2006) polifenol serta steroid (Rahmawati 2008) Flavonoid banyak

ditemukan pada daun berwarna ungu seperti jawer kotok (Waji dan Sugrani 2009)

Jerawat

Jerawat merupakan kondisi kulit yang abnormal yang disebabkan oleh

gangguan produksi dari kelenjar minyak yang berlebihan Kelebihan produksi

3

sebaceous gland akan menyebabkan penyumbatan pada saluran folikel rambut

dan pori-pori kulit Kotoran atau sel kulit mati yang tidak dibersihkan akan

bertumpuk menjadi komedo dan jika terinfeksi bakteri penyebab jerawat komedo

akan berubah menjadi jerawat (Widiawati 2014)

Ekstraksi

Ekstraksi merupakan proses pemisahan bahan dari campurannya dengan

pelarut Ekstraksi tanaman obat adalah pemisahan secara kimia atau fisika suatu

atau sejumlah bahan padat atau bahan cair dari suatu tanaman obat (Agoes 2007)

Daun jawer kotok diekstrak menggunakan metode maserasi Maserasi merupakan

metode ekstraksi yang dilakukan dengan metode merendam sampel dalam pelarut

tanpa pemanasan Metode maserasi dipilih karena metodenya yang sederhana dan

bisa menghindari kerusakan komponen senyawa yang tidak tahan panas yang

terkandung dalam sampel (Rahmawati 2008) Pemilihan etanol 96 sebagai

pelarut didasarkan pada fungsi dari pelarut etanol 96 yang dapat mengikat

berbagai senyawa aktif seperti tanin polifenol flavonoid terpenoid sterol dan

alkaloid (Hamdayati et al 2008) Perbandingan jumlah daun jawer kotok dan

pelarut etanol 96 yang digunakan adalah 1 10 Menurut Arundhina (2014)

semakin banyak pelarut yang digunakan maka rendemen yang diperoleh semakin

besar hal ini disebabkan semakin besarnya rasio pelarut terhadap daun maka luas

permukaan perpindahan massa antara padatan dengan larutan semakin besar

Filtrat dari proses maserasi diuapkan menggunakan rotary evaporator Proses

penguapan dilakukan untuk memisahkan pelarut etanol 96 dan senyawa

fitokimia yang terekstrak dari daun jawer kotok

Antibakteri

Antibakteri merupakan sifat suatu bahan yang menunjukkan efek

menghambat pertumbuhan bakteri Penghambatan pertumbuhan bakteri dibedakan

menjadi bakterisida (mampu membunuh bakteri) dan bakteriostatik (menghambat

pertumbuhan bakteri) (Kee dan Hayes 1996)

Antibiotik Klindamisin

Klindamisin efektif terhadap sebagian besar bakteri aerob Gram positif seperti

Streptococcus sp Staphylococcus sp Enterococcus sp Bacilus antracis dan

Corynebacterium diphtheriae tetapi pada umumnya kurang efektif terhadap bakteri

Gram negatif seperti Enterobacteriaceae Neisseria gonorrhoeae Neisseria

4

Meningitidis dan Haemophilus influenzae Klindamisin juga sangat efektif terhadap

bakteri anaerob Gram positif seperti Eubacterium Proponibacterium Peptococcus

Peptostreptococcus Clostridium perfringens dan Cloctridium Tetani dan juga efektif

terhadap beberapa bakteri aerob negatif seperti Fusobacterium spdan Bacteriodes

sptermasuk Bacteroides fragilis (Nugroho 2013)

Morfologi dan Ciri Umum Bakteri Penyebab Jerawat pada Kulit

Wajah

Staphylococcus aureus

Staphyloccus aureus adalah bakteri Gram positif yang menghasilkan

pigmen kuning bersifat aerob fakultatif tidak menghasilkan spora dan tidak motil

S aureus umumnya tumbuh berpasangan maupun berkelompok seperti buah

anggur dengan diameter 08-10 microm Bakteri ini menghasilkan katalase dan

koagulase S aureus biasanya terdapat pada saluran pernafasan atas kulit saluran

urinari abses infeksi luka radang paru-paru dan selaput lendir lainnya

(Rusmiyati et al 2014)

Staphylococcus epidermidis

Bakteri ini merupakan Gram positif berbentuk kokus berdiameter 05-15

microm berkoloni mengerombol menyerupai buah anggur Koloni biasanya berwarna

putih atau krem S epidermidis bersifat aerob fakultatif katalase positif dan

koagulase negatif Bakteri ini merupakan flora normal pada kulit manusia saluran

pernafasan dan saluran pencernaan makanan Staphylococcus epidermidis yang

mempunyai daya invasi rendah serta bergabung dengan faktor-faktor ekstraseluler

dan toksin berperan pada banyak infeksi kulit misalnya jerawat (Saptarini et al

2008)

Propionibacterium acne

Propionibacterium acne termasuk kelompok Corynebacteria Bakteri ini

termasuk bakteri anaerob Gram positif yang toleran terhadap oksigen P Acne

berbentuk batang tak teratur dan tumbuh relatif lambat Genome dari bakteri ini

dapat menghasilkan enzim untuk meluruhkan kulit dan protein yang mungkin

bersifat immunogenic (mampu mengaktifkan sistem kekebalan tubuh) P acnes

dianggap tidak hanya sebagai flora normal penghuni pada kulit yang normal tetapi

juga bersifat sebagai bakteri patogen fakultatif (Rusmiyati et al2014)

5

METODE

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Mikrobiologi Departemen

Ilmu Penyakit Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner (IPHK) dan

Laboratorium Farmasi Departemen Klinik Reproduksi dan Patologi (KRP)

Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) Institut Pertanian Bogor (IPB) Kegiatan

dimulai sejak bulan Juli 2014 sampai dengan bulan Januari 2015

Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian adalah timbangan analitik cawan

petri mini tube mikro pipet pipet volumentrik pipet pasteur pinset tabung

reaksi cotton bud steril tabung durham tabung effendorf osekapas object glass

bunsen spatula inkubator autoklaf dan mikroskop Bahan yang digunakan

adalah daun jawer kotok bakteri hasil swab wajah (S aureus S epidermidis

Streptococcus sp Micrococcus sp) antibiotik klindamisin satu set zat

pewarnaan gram reagen katalase (larutan 3 H2O2) Brain Heart Infussion (BHI)

Blood Agar (BA) Mac Conkey Agar (MCA) Manitol Salt Agar (MSA)

Tyrpticase Soy Agar (TSA) Muller Hilton Agar (MHA) etanol 96 Dimenthyl

sulfoxide (DMSO) NaOH H2SO4 FeCl3 reagen dragendorff dan reagen meyer

Prosedur Penelitian

Pengambilan Sampel

Metode pengambilan sampel dilakukan dengan melakukan swab pada kulit

wajah berjerawat pada sepuluh orang probandus yang telah dipilih Sepuluh

probandus tersebut terdiri dari 5 orang perempuan dan 5 orang laki-laki Swab

kulit dilakukan dengan menggunakan cotton bud yang telah disterilkan Swab

kulit dilakukan dengan cara mencelupkan cotton bud pada media BHI agar bakteri

pada jerawat dapat terangkat dan menempel pada cotton bud Swab kulit dari satu

orang dimasukan pada media BHI untuk dibawa ke laboratorium Perlakuan yang

sama dilakukan pada setiap probandus

6

Isolasi dan Identifikasi Bakteri pada Permukaan Kulit Wajah Berjerawat

Identifikasi bakteri mengacu pada metode Carter (1990) dan Jang et al

(1976) Sampel yang telah diperoleh dari hasil swab jerawat ditumbuhkan pada

media BA dengan cara mengambil sampel dari media transpor dengan

menggunakan ose steril dan menggoreskannya pada permukaan agar BA Bakteri

yang telah dibiakan pada agar BA diinkubasi pada suhu 37 ordmC selama 24 jam

Setelah diinkubasi dilakukan pengamatan koloni dan diamati koloni yang berbeda

kemudian ditanam pada media TSA dan diinkubasi pada suhu 37 ordmC selama 24

jam Setelah dilakukan isolasi sampel selanjutnya dilakukan pewarnaan bakteri

dan dilanjutkan dengan proses identifikasi (Gambar 2)

Gambar 2 Uji identifikasi bakteri Gram positif

Uji katalase Pengamatan

Mikroskopis

Batang Kokus

+Spora

(Bacillus sp)

((jjh

-Spora (non

Bacillus sp)

((jjh

Positif Negatif

Uji Glukosa Mikroaerofilik

Streptococcaceae

Uji CAMP

(BA)

Staphylococcus

spp

Micrococcus spp

MSA Uji Koagulase

Micrococcaceae

Positif Negatif

Merah Kuning

Staphylococcus aureus Staphylococcus epidermidis

α γ β

Bakteri Gram Positif

7

Daun Jawer Kotok

Daun jawer kotok (Coleus atropurpureus) diperoleh dari Balai Penelitian

Tanaman Rempah dan Obat (BALITRO) dalam keadaan daun basah Bagian

tanaman yang digunakan adalah daunnya yang berwarna merah kecoklatan

Ekstrak Etanol Daun Jawer Kotok

Pembuatan ektrak etanol daun jawer kotok dilakukan dengan metode

maserasi Daun jawer kotok basah sebanyak 800 g diris kecil-kecil kemudian

dibagi menjadi 4 bagian masing-masing bagian 200 g kemudian direndam

dengan etanol 96 (perbandingan 110) dalam 4 tempat penampungan selama

3x24 jam sambil sesekali diaduk dan disaring untuk mendapatkan filtratnya

Filtrat hasil maserasi dievaporasi selama 17 jam menggunakan rotary evaporator

Hasil ekstrak kental daun jawer kotok yang didapat sebanyak 185 g

Penapisan Fitokimia Daun Jawer Kotok

Penapisan fitokimia dilakukan dengan metode Harborne (1987) untuk

mengetahui golongan senyawa kimia (terutama metabolit sekunder) yang

terkandung dalam suatu tanaman Penapisan fitokimia yang sering dilakukan

adalah penapisan untuk metabolit sekunder golongan alkaloid flavonoid tanin

polifenol terpenoid steroid dan saponin Flavonoid diuji dengan memasukan

ekstrak ditambahkan dengan etanol 96 lalu diaduk dan ditambahakan NaOH 7

tetes serta H2SO4 amati perubahan warna menjadi kuning jika hasilnya positif Uji

polifenol dan tanin dilakukan dengan memasukan ekstrak ditambahkan dengan air

lalu dipanaskan dan ditambahkan FeCl3 selanjutnya akan terjadi perubahan warna

menjadi hijau biru sampai hitam untuk hasil positif adanya polifenol dan tanin

Uji alkaloid dilakukan dengan membagi ekstrak menjadi 2 bagian keduanya

ditambahkan larutan etanol 96 Salah satu bagian ditambahkan reagen

dragendorff dan yang lain ditambahkan reagen meyer Hasil positif adanya

alkaloid ditandai dengan warna kuning saat diberi reagen dragendorff dan

endapan putih saat ditambahkan reagen meyer Uji terpenoid dilakukan dengan

memasukkan ekstrak ke dalam tabung reaksi kemudian ditambahkan etanol 96

dan ditetesi dengan H2SO4 pekat Hasil positif terpenoid ditandai dengan

terbentuknya warna merah kecoklatan

Pengujian Daya Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Jawer Kotok

Metode pengujian aktivitas antibakteri yang digunakan adalah metode

sumuran (agar well difusion method) dengan media MHA Suspensi bakteri yang

digunakan memiliki kekeruhan yang setara dengan larutan Mc Farland I atau

3x108

CFUml Suspensi bakteri kemudian digoreskan pada MHA dengan

menggunakan cotton bud steril Setelah digores kemudian didiamkan selama 10

8

menit Kegiatan ini dilakukan sebanyak lima kali ulangan untuk setiap bakteri uji

Pada media MHA dibuat sebanyak 6 sumuran yang akan diisi dengan

Konsentrasi 20 (K1) 02 g ekstrak daun jawer kotok dalam 1 ml DMSO

Konsentrasi 40 (K2) 04 g ekstrak daun jawer kotok dalam 1 ml DMSO

Konsentrasi 60 (K3) 06 g ekstrak daun jawer kotok dalam 1 ml DMSO

Konsentrasi 80 (K4) 08 g ekstrak daun jawer kotok dalam 1 ml DMSO

Kontrol positif (KP) Klindamisin 1

Kontrol negatif (KN) DMSO

Media MHA yang telah diisi dengan larutan uji kemudian diinkubasi pada

suhu 37 ordmC selama 24 jam dan diamati diameter zona hambatnya dengan

penggaris

Analisis Data

Data hasil pengukuran diameter zona hambat dianalis secara kuantitatif

menggunakan metode one way analysis of variance (one way Anova) dan

dilanjutkan dengan uji Duncan

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penapisan Fitokimia Daun Jawer KotoK

Penapisan fitokimia ekstrak etanol daun jawer kotok positif mengandung

metabolit sekunder berupa flavonoid polifenol tanin serta terpenoid dan negatif

terhadap alkaloid Ridwan et al (2006) dan Rahmawati (2008) juga menyebutkan

bahwa daun jawer kotok tidak mengandung alkaloid (Gambar 3 dan Tabel 1)

(a) (b) (c) (d) (f)

Gambar 3 Hasil uji fitokimia flavonoid (a) alkaloid dengan reagen

dragendorff (b) alkaloid dengan reagen meyer (c) polifenol

(d) terpenoid (e)

9

Tabel 1 Hasil penapisan fitokimia ekstrak etanol daun jawer kotok

Penapisan Fitokimia Hasil

Flavonoid +

Alkaloid

Meyer minus

Dragendorff minus

Polifenol dan Tanin +

Terpenoid + aKeterangan + terdeteksi minus tidak terdeteksi

Bakteri pada Permukaan Kulit Wajah Berjerawat

Bakteri Gram positif yang berhasil diidentifikasi adalah Staphylococcus

aureus Staphylococcus epidermidis Streptococcus sp dan Micrococcus sp

Menurut Seta (2013) dan Razak et al (2013) bakteri yang dapat menyebabkan

jerawat adalah S aureus S epidermidis dan Propionibacterium acne P acne

tidak dapat diisolasi karena metode yang digunakan tidak bisa mengisolasi bakteri

anaerob Penemuan bakteri Streptococcus sp mungkin terjadi mengingat

Streptococcus sp merupakan salah satu bakteri pada kulit yang dapat

menyebabkan terjadinya penyakit pyoderma (Caesarita 2011) Micrococcus sp

dapat ditemukan pada hasil swab wajah mengingat kemungkinan adanya

pencemaran bakteri dari lingkungan seperti air udara dan tanah (Andy dan

Taufik 2010)

Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Jawer Kotok

Rata-rata diameter zona hambat bakteri ekstrak etanol daun jawer kotok

terhadap bakteri Gram positif (Gambar 4 dan Tabel 2)

(a) (b) (c) (d)

Gambar 4 Zona hambat ekstrak etanol daun jawer kotok terhadap S aureus (a)

S epidermidis (b) Streptococcus sp (c)dan Micrococcus sp(d)

K2 KP K3 K2 KP K3

K2 KP K3

K2 KP K3

K1 KN K4 K1 KN K4 K1 KN K4 K1 KN K4

10

Tabel 2 Rata-rata diameter zona hambat ekstrak etanol daun jawer kotok terhadap

bakteri Gram positif hasil swab kulit wajah berjerawat (mm)

Kelompok

Perlakuan

S aureus S epidermidis Streptococcus

sp

Micrococcus

sp

K1 1380 plusmn 109 b

1500 plusmn 070b

1560 plusmn 134c

1420 plusmn 178b

K2 1600 plusmn 122c

1540 plusmn054bc

1620 plusmn 109c

1500 plusmn 200b

K3 1600 plusmn 070c

1640 plusmn 151c

1620 plusmn 109c

1500 plusmn 200b

K4 1700 plusmn 070c

1620 plusmn 109c

1560 plusmn 054c

1420 plusmn 130b

KP 4060plusmn 089d

4080 plusmn 044d

4160 plusmn 054d

1820 plusmn 083d

KN 000 plusmn 000a

000 plusmn 000a

000 plusmn 000a

000 plusmn 000a

aKeterangan K1 konsentrasi 20 K2 konsentrasi 40 K3 konsentrasi 60 K4

konsentrasi 80 KP kontrol positif KN kontrol negatif Huruf supercript yang berbeda dalam

satu kolom menunjukkan perbedaan yang nyata pada taraf nyata Plt 005

Pada Tabel 2 diketahui bahwa KN pada keempat bakteri uji tidak memiliki

diameter zona hambat dan berbeda nyata dengan KP dan seluruh konsentrasi uji

Hal tersebut membuktikan bahwa pelarut tidak berpengaruh terhadap aktivitas

antibakteri sehingga aktivitas antibakteri hanya berasal dari konsentasi uji

DMSO digunakan sebagai KN karena tidak memiliki daya hambat bakteri serta

karena sifat dari DMSO yang merupakan pelarut polar berspektrum luas sehingga

dapat melarutkan senyawa alkaloid dan flavonoid (Mulyatni et al 2012)

Kontrol positif memberikan hasil yang berbeda nyata dengan KN dan

keempat konsentrasi uji pada semua bakteri Hal tersebut membuktikan bahwa

bakteri S aureus S epidermidis Streptococcus sp dan Micrococcus sp masih

peka terhadap KP Antibiotik klindamisin 1 digunakan sebagai KP karena

klindamisin paling efektif dalam pengobatan jerawat jika dibandingkan dengan

eritromisin dan tetrasiklin serta paling banyak digunakan masyarakat untuk

mengobati jerawat (Aziz 2010) Klindamisin adalah salah satu antibiotik golongan

aminoglikosida Klindamisin menghambat sintesis protein pada fase pemanjangan

dengan mempengaruhi translokasi (Syukrinawati 2014) Antibiotik ini efektif

terhadap bakteri Gram positif dan bakteri anaerob akan tetapi kurang efektif

terhadap bakteri Gram negatif (Nugroho 2013)

Hasil uji pada bakteri S aureus terlihat bahwa K1 memberikan perbedaan

yang nyata (Plt005) dengan K2 K3 dan K4 Hasil uji pada S epidermidis

memberikan hasil bahwa K1 berbeda nyata (Plt005) dengan K3 dan K4 Seluruh

konsentrasi ekstrak etanol daun jawer kotok yang diujikan terhadap Streptococcus

sp dan Micrococcus sp tidak menunjukkan hasil yang berbeda nyata

Hasil uji yang dilakukan terhadap Saureus memperlihatkan bahwa semakin

tinggi konsentrasi ekstrak maka semakin besar diameter zona hambat yang

terbentuk Hal ini karena semakin banyak zat aktif yang terkandung dalam ekstrak

tersebut sedangkan pada uji yang dilakukan terhadap S epidermidis

Streptococcus sp dan Micrococcus sp diameter zona hambat yang terbentuk pada

K4 mengalami penurunan Hal tersebut menunjukkan bahwa konsentrasi yang

semakin tinggi tidak selalu menghasilkan diameter zona hambat yang semakin

besar Penurunan aktivitas ini disebabkan karena perbedaan jenis bakteri yang

dihambat perbedaan kecepatan difusi senyawa aktif pada media agar serta

konsentrasi ekstrak yang terlalu tinggi dibandingkan dengan pelarutnya (DMSO)

sehingga larutan menjadi jenuh dan sulit untuk larut Brooks et al (2008)

11

menyatakan bahwa aktivitas antibakteri dipengaruhi beberapa faktor yaitu

konsentrasi ekstrak kandungan senyawa antibakteri daya difusi ekstrak dan jenis

bakteri yang dihambat

Diameter zona hambat bakteri menurut Davis dan Stout dalam Rahmawati

(2008) dibagi atas sangat kuat (zona jernih gt 20 mm) kuat (zona jernih 10minus20

mm) sedang (zona jernih 5minus10 mm) dan lemah (zona jernih lt 5 mm) Kontrol

positif (KP) pada bakteri uji S aureus S epidermidis Streptococcussp tergolong

dalam daya hambat sangat kuat sedangkan KP pada bakteri Micrococcus sp

tergolong dalam daya hambat kuat Hal tersebut kemungkinan dikarenakan target

kerja antibiotik klindamisin ditujukan untuk bakteri yang habitatnya di daerah

kulit wajah sedangkan Micrococcus sp merupakan bakteri kontaminasi dari

lingkungan (air tanah udara) Seluruh konsentrasi ekstrak yang diujikan terhadap

seluruh bakteri (K1K2 K3 K4) tergolong dalam konsentrasi yang memberikan

daya hambat kuat karena diameter zona hambat yang terbentuk antara 1380 plusmn

109 mm sampai 1700 plusmn 070 mm

Mengacu pada standar umum yang dikeluarkan oleh Departemen Kesehatan

disebutkan bahwa mikroba dinyatakan peka terhadap antimikroba asal tanaman

apabila mempunyai ukuran diameter daya hambatannya 12minus24 mm (Darmawi et

al 2013) sehingga dapat dikatakan bahwa seluruh bakteri uji peka terhadap K1

K2 K3 dan K4

Hasil penelitian diketahui bahwa seluruh konsentrasi dinyatakan peka dan

memiliki zona hambat bakteri yang kuat terhadap bakteri uji sehingga ekstrak

etanol daun jawer kotok memiliki potensi antibakteri yang baik Adanya potensi

antibakteri diketahui dari kandungan senyawa metabolit sekunder yang terdapat

pada daun jawer kotok yaitu flavonoid tanin polifenol serta terpenoid

Mekanisme kerja flavonoid sebagai antibakteri adalah membentuk senyawa

kompleks dengan protein ekstraseluler dan terlarut sehingga dapat merusak

membran sel bakteri dan diikuti keluarnya senyawa intraselluler (Ngajow et al

2013)

Mekanisme kerja tanin sebagai antibakteri adalah menghambat enzim

reverse transkriptase dan DNA topoisomerase sehingga sel bakteri tidak dapat

terbentuk Tanin juga mempunyai target pada polipeptida dinding sel sehingga

pembentukan polipeptida dinding sel menjadi tidak sempurna Hal ini

menyebabkan sel bakteri menjadi lisis karena tekanan osmotik maupun fisik

sehingga sel bakteri akan mati (Ngajow et al 2013)

Ngajow et al (2013) juga menyatakan bahwa senyawa fenolik dan terpenoid

memiliki target utama yaitu membran sitoplasma bakteri Aktifitas antibakteri

terpenoid diketahui bereaksi dengan porin (protein transmembran) pada membran

luar dinding sel bakteri Terpenoid membentuk ikatan polimer yang kuat sehingga

mengakibatkan rusaknya porin Rusaknya porin yang merupakan pintu keluar

masuknya senyawa akan mengurangi permeabilitas dinding sel bakteri yang akan

mengakibatkan sel bakteri akan kekurangan nutrisi sehingga pertumbuhan bakteri

akan terhambat dan mati

12

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Ekstrak etanol daun jawer kotok mengandung flavonoid polifenol dan tanin

serta terpenoid yang memiliki aktivitas antibakteri yang dapat menghambat

pertumbuhan bakteri kokus Gram positif pada permukaan kulit wajah berjerawat

Ekstrak etanol daun jawer kotok memiliki potensi antibakteri yang baik karena

daya hambat bakteri pada konsentrasi 20 40 60 dan 80 tergolong dalam

daya hambat yang kuat S aureus S epidermidis Streptococcus sp dan

Micrococcus sp dinyatakan peka terhadap seluruh konsentrasi ekstrak

Saran

Saran yang dapat diberikan kepada peneliti selanjutnya yaitu perlu

dilakukan penelitian aktivitas antibakteri ekstrak etanol daun jawer kotok terhadap

bakteri Pacne dan bakteri gram negatif serta penggunaan kontrol positif dengan

antibiotik yang lain Selain itu penelitian ini juga dapat digunakan sebagai dasar

ilmiah dalam pengembangan produk farmasi antibakteri

DAFTAR PUSTAKA

Agoes G 2007 Ekstraksi Tanaman Obat Bandung ITB

Andy Taufik M 2010 Jumlah bakteri dan keberadaan bakteri Salmonella sp

pada daging kuda di Kabupaten Jeneponto Jurnal Agrisistem 6(2) 82-87

Arundhina E 2014 Aktivitas ekstrak etanol daun alamanda (Allamanda

cathartica L) sebagai anti jamur terhadap Candida albicans dan

Pityrosporum ovale secara in vitro [skripsi] Yogyakarta (ID) Universitas

Katolik Atmajaya Yogyakarta

Aziz S2010 Uji aktivitas antibakteri ekstrak etanol daun dan umbi bakung putih

(Crinum asiatikum L) terhadap bakteri penyebab jerawat[skripsi] Jakarta

(ID) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatulloh

Brooks GF Butel JS Morse SA Mikrobiologi Kedokteran Mudihardi E

KuntamanWasito EB et al penerjemah Jakarta (ID) Salemba Medika

Terjemahan dari Medical Microbiology

Caesarita DP 2011 Pengaruh ekstrak buah nanas (Ananas comosus) 100

terhadap bakteri Staphylococcus aureus dari pyoderma [skripsi] Bandung

(ID) Universitas Diponegoro

Carter GR dan Cole JR 1990 Diagnostic Procedures in Veterinary Bacteriology

and Mycology Fifth Edition London (UK) Academi Press Limited

13

Dalimarta S 2000 Atlas Tumbuhan Indonesia Jilid ke-2 Jakarta Trubus

Agriwidya

Darmawi Manaf ZH Putranda F 2013 Daya hambat getah jarak cina (Jatropha

multifida L) terhadap Staphylococcus aureus secara invitro Jurnal Medika

Veterinaria7(2) 113-115

Hamdayati Y Kusnadi Rahadian I 2008 Aktivitas antibakteri ekstrak daun

patikan kebo (Euphorbia hirta) terhadap pertumbuhan bakteri

Staphylococcus epidermidis Jurnal Pengajaran Matematika dan Ilmu

Pengetahuan alam 12(7) 1-10

Harborne JB 1987 Metode Fitokimia Padmawinata K Soediro I penerjemah

Jakarta (ID) UI Press Terjemahan dari Basic Concepts of Analytical

Chemistry

Jang SS Biberstein EL Hirsh DC 1976 A Manual of Veterinary Clinical

Bacteriology and Micology Davis (US) Univ California

Kee JL Hayes ER Farmakologi Pendekatan Proses Keperawatan Anugerah P

penerjemah Jakarta (ID) EGC Terjemahan dari Pharmacology A Nursing

Process Approach

Mulyatni AS Budiani A Taniwiryono D 2012 Aktivitas antibakteri ekstrak kulit

buah kakao (Theobroma cacao L) terhadap Escherichia coli Bacillus

subtilis dan Staphylococcus aureus Jurnal Menara Perkebunan 80(2) 77-

84

Ngajow M Abidjulu J Kamu VS 2013 Pengaruh antibakteri ekstrak kulit batang

matoa (Pometia pinnata) terhadap bakteri Staphylococcus aureus secara in

vitro Jurnal Mipa Unsrat 2(2) 128-132

Nugroho RA 2013 Terapi topikal clindamycin dibandingkan dengan niacinamide

+ zinc pada Acne vulgaris [skripsi] Semarang (ID) Universitas

Diponegoro

Rahmawati F 2008Isolasi dan karakteristik senyawa antibakteri ekstrak daun

miana Coleus scutellarioides [L] Benth [tesis] Bogor (ID) Institut

Pertanian Bogor

Ratnawati Y 2007 Aktivitas antibakteri ekstrak daun jawer kotok (Coleus

scutellarioides [L] Benth) [skripsi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor

Razak A Djamal A Revilla G 2013 Uji daya hambat air perasan buah jeruk

nipis (Citrus aurantifolia) terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus

aureus secara in vitro Jurnal Kesehatan Andalas 2(1) 5-8

Ridwan Y Darusman LK Satrija F Handaryani E 2006 Kandungan kimia

berbagai ekstrak daun miana (Coleus blumei Bent) dan efek anthelmintiknya

terhadap cacing pita pada ayam Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia11(2) 1-6

Rusmiyati I Husain DR Alam G 2014 Bioaktivitas ekstrak metanol daun muda

sirsak (Annona muricata L) sebagai antibakteri terhadap Staphylococcus

aureus dan Propionibacterium acne [penelitian ilmiah] Makasar (ID)

Universitas Hassanudin

Saptarini O Perawati Hartanto Y 2008 Uji aktivitas antibakteri ekstrak etanol

buah mahkota dewa (Phaleria macrocarpa) terhadap Staphylococcus

epidermidis penyebab jerawat Jurnal Biomedika1(1) 1-7

Seta SA 2013 Optimasi formula lotion anti jerawat ekstrak etanol kulit buah

manggis (Garcinia mangostana L) dan uji aktivitas terhadap

14

Propionibacterium acnes dan Staphylococcus epidermidis [skripsi]

Yogyakarta (ID) Universitas Gadjah Mada

Syukrinawati RP 2014 Tingkat pengetahuan penggunaan antibiotik oleh

mahasiswa kepaniteraan klinik departemen bedah mulut RSGM-P FKG

periode September 2-13 Maret 2014 [skripsi] Medan (ID) Universitas

Sumatera Utara

Waji RA 2009 Flavonoid (Quercetin) [Penelitian Ilmiah] Makasar (ID)

Universitas Hasanuddin

Widiawati W Lutfiati D Perbedaan hasil penyembuhan kulit wajah berjerawat

antara masker lidah buaya dengan masker non lidah buaya e- Journal

Universitas Negeri Surabaya 2014 3(1) 217-225

15

LAMPIRAN

Lampiran 1 Pembuktian hipotesis

1 Pengambilan keputusan dari hipotesis yang ditentukan diuji dengan uji

ANOVA

2 Hipotesis dalam penelitian ini berupa Ho yaitu ekstrak etanol daun jawer

kotok dengan konsentrasi ekstrak 20 40 60 dan 80 tidak memiliki

aktivitas antibakteri terhadap bakteri pada permukaan kulit wajah

berjerawat dan H1 yaitu ekstrak etanol daun jawer kotok dengan

konsentrasi ekstrak 20 40 60 dan 80 memiliki aktivitas

antibakteri terhadap bakteri pada permukaan kulit wajah berjerawat

3 Pengambilan keputusan untuk memilih hipotesis mana yang diterima dan

hipotesis mana yang ditolak didasarkan pada perbandingan F hitung dan F

tabel dengan syarat jika F hitung kurang dari F tabel maka tolak H1 dan

terima H0 dan jika F hitung lebih besar dari F tabel maka H0 ditolak dan

terima H1

4 Hasil uji one way ANOVA pada diameter zona hambat bakteri S aureus S

Epidermidis Streptococcus sp dan Micrococcus sp diperoleh nilai F

hitung lebih besar dari F tabel (1143 831 gt 262) (1149 947 gt 262)

(1122 068 gt 262) dan (91144 gt 262) maka hiptotesis yang diterima

adalah H1 yaitu ekstrak etanol daun jawer kotok dengan konsentrasi

ekstrak 20 40 60 dan 80 memiliki aktivitas antibakteri terhadap

bakteri S aureus S epidermidis Streptococcus sp dan Micrococcus sp

Lampiran 2 hasil uji ANOVA dan uji lanjutan Duncan

Descriptives

saureus

N Mean

Std Deviation Std Error

95 Confidence Interval for

Mean

Minimum Maximum Lower Bound

Upper Bound

ekstrak 20 5 138000

109545

48990

124398

151602

1200

1500

ekstrak 40 5 160000

122474

54772

144793

175207

1400

1700

ekstrak 60 5 160000

70711

31623

151220

168780

1500

1700

ekstrak 80 5 170000

70711

31623

161220

178780

1600

1800

kontrol positif 5 406000

89443

40000

394894

417106

3900

4100

kontrol negative 5 0000

00000

00000

0000

0000

00 00

Total 30

172333

1218728

222508

126825

217841

00 4100

16

ANOVA

saureus

Sum of Squares df Mean Square F Sig

Between Groups

4289367 5 857873 1143831

000

Within Groups

18000 24 750

Total 4307367 29

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

saureus

Duncana

perlakuan N

Subset for alpha = 005

1 2 3 4

kontrol negatif 5 0000 ekstrak 20 5

13800

0

ekstrak 40 5

160000

ekstrak 60 5

160000

ekstrak 80 5

170000

kontrol positif 5

406000

Sig 1000 1000 096 1000

Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000

ONEWAY Sepidermidis BY perlakuan

STATISTICS DESCRIPTIVES

MISSING ANALYSIS

POSTHOC=DUNCAN ALPHA(005)

[DataSet0]

Descriptives

Sepidermidis

N Mean Std Deviation Std Error

95 Confidence Interval

for Mean

Minimum Maximum Lower Bound

Upper Bound

ekstrak 20 5 150000

70711

31623

141220

158780

1400

1600

ekstrak 40 5 154000

54772

24495

147199

160801

1500

1600

ekstrak 60 5 164000

151658

67823

145169

182831

1500

1800

ekstrak 80 5 162000

109545

48990

148398

175602

1500

1800

kontrol positif 5 408000

44721

20000

402447

413553

4000

4100

kontrol negatif 5 0000

00000

00000

0000

0000

00 00

Total 30

173000

1221968

223100

127371

218629

00 4100

17

ANOVA

Sepidermidis

Sum of Squares Df Mean Square F Sig

Between Groups 4312300 5 862460 1149947

000

Within Groups 18000 24 750 Total 4330300 29

Post Hoc Tests

Homogeneous Subsets

Sepidermidis

Duncana

Perlakuan N

Subset for alpha = 005

1 2 3 4

kontrol negative 5 0000 ekstrak 20 5

15000

0

ekstrak 40 5

154000

154000

ekstrak 80 5

162000

ekstrak 60 5

164000

kontrol positif 5

408000

Sig 1000 472 096 1000

Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000

ONEWAY Sepidermidis BY perlakuan

STATISTICS DESCRIPTIVES

MISSING ANALYSIS

POSTHOC=DUNCAN ALPHA(005)

[DataSet0]

18

Descriptives

Streptococcus

N Mean Std Deviation

Std Error

95 Confidence Interval

for Mean

Minimum Maximum Lower Bound

Upper Bound

ekstrak 20 5 156000

134164

60000

139341

172659

1400 1700

ekstrak 40 5 162000

109545

48990

148398

175602

1500 1700

ekstrak 60 5 162000

109545

48990

148398

175602

1500 1700

ekstrak 80 5 156000

54772

24495

149199

162801

1500 1600

kontrol positif 5 416000

54772

24495

409199

422801

4100 4200

kontrol negatif 5 0000

00000

00000

0000

0000

00 00

Total 30

175333

1246715

227618

128780

221886

00 4200

ANOVA

Streptococcus

Sum of Squares df Mean Square F Sig

Between Groups 4488267 5 897653 1122067

000

Within Groups 19200 24 800 Total 4507467 29

Post Hoc Tests

Homogeneous Subsets

Streptococcus

Duncana

perlakuan N

Subset for alpha = 005

1 2 3

kontrol negatif 5 0000 ekstrak 20 5

15600

0

ekstrak 80 5

156000

ekstrak 40 5

162000

ekstrak 60 5

162000

kontrol positif 5

416000

Sig 1000 343 1000

Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000

ONEWAY Sepidermidis BY perlakuan

STATISTICS DESCRIPTIVES

MISSING ANALYSIS

POSTHOC=DUNCAN ALPHA(005)

[DataSet0]

19

Descriptives

Micrococcus

N Mean Std Deviation

Std Error

95 Confidence Interval for

Mean

Minimum Maximum Lower Bound

Upper Bound

ekstrak 20 5 142000

178885

80000

119788

164212

1200

1600

ekstrak 40 5 150000

200000

89443

125167

174833

1200

1700

ekstrak 60 5 150000

200000

89443

125167

174833

1200

1700

ekstrak 80 5 142000

130384

58310

125811

158189

1200

1500

kontrol positif 5 182000

83666

37417

171611

192389

1700

1900

kontrol negative

5 0000

00000

00000

0000

0000

00 00

Total 30

127667

612335

111797

104802

150532

00 1900

ANOVA

Micrococcus

Sum of Squares Df Mean Square F Sig

Between Groups 1032967 5 206593 91144 000 Within Groups 54400 24 2267

Total 1087367 29

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

Micrococcus

Duncana

Perlakuan N

Subset for alpha = 005

1 2 3

kontrol negative 5 0000 ekstrak 20 5

14200

0

ekstrak 80 5

142000

ekstrak 40 5

150000

ekstrak 60 5

150000

kontrol positif 5

182000

Sig 1000 451 1000

Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000

20

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Jakarta tanggal 25 september 1992 Penulis merupakan

anak ketiga dari tiga bersaudara dari pasangan Petrus Bambang Wijanarko dan

Susana Tuminah Penulis menempuh pendidikan Sekolah Menengah Pertama di

SMP Strada Bhakti Wiyata Bekasi dan Sekolah Menengah Atas di SMA Santo

Antonius Jakarta Penulis aktif di Organisasi Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM)

Keluarga Mahasiswa Katolik IPB sejak tahun 2011 hingga 2013 Penulis juga

aktif di Himpunan Profesi Ornithologi dan Unggas sejak tahun 2013 hingga 2014

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Kedokteran Hewan

pada

Fakultas Kedokteran Hewan

AKTIVITAS ANTIMIKROBA EKSTRAK ETANOL DAUN

JAWER KOTOK (Coleusatropurpureus) TERHADAP BAKTERI

KULIT WAJAH BERJERAWAT

YUSTINA DIAN FAJAR

DEPARTEMEN KLINIK REPRODUKSI DAN PATOLOGI

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2015

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena

atas kasih dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Jawer Kotok (Coleus atropurpureus)

terhadap Bakteri Kulit Wajah Berjerawat Penyusunan skripsi ini merupakan salah

satu syarat kelulusan dalam memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Kedokteran

Hewan Institut Pertanian Bogor Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-

besarnya kepada pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak

langsung dalam penulisan skripsi ini

1 Kedua orangtua dan keluarga tercinta yang selalu memberikan doa serta

dukungan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini

2 Rini Madyastuti P SSi Apt MSi selaku dosen pembimbing I dan Drh

Usamah Afiff MSc selaku dosen pembimbing II yang telah berkenan

membimbing dan memberikan pengarahan kritik dan saran kepada penulis

selama penelitian sampai akhir penulisan skripsi ini selesai

3 Drs Pudji Achmadi MSi selaku dosen pembimbing akademik yang telah

memberikan banyak motivasi dan saran kepada penulis selama masa perkuliahan

4 Seluruh staff Bagian Mikrobiologi Departemen Ilmu Penyakit Hewan

dan Kesehatan Masyarakat Veteriner staff Bagian Farmasi Depatemen Klinik

Reproduksi dan Patologi Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor

5 Teman-teman Ganglion FKH-48 yang telah memberikan doa semangat dan

dukungan selama berkuliah di FKH IPB

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan oleh

karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari

para pembaca Besar harapan penulis kiranya skripsi ini dapat berguna khususnya

bagi penulis dan umumnya bagi para pembaca serta untuk kemajuan ilmu

pengetahuan di bidang kedokteran hewan

Bogor Agustus 2015

Yustina Dian Fajar

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 1

Manfaat Penelitian 1

Ruang Lingkup Penelitian 2

TINJAUAN PUSTAKA 2

Jawer Kotok (Coleusatropurpureus) 2

Jerawat 2

Ekstraksi 3

Antibakteri 3

Antibiotik Klindamisin 4

Morfologi dan Kharakteristik Bakteri Penyebab Jerawat pada Kulit Wajah 4

METODE 5

Tempat dan Waktu Penelitian 5

Alat dan Bahan 5

Prosedur Penelitian 5

Analisis Data 8

HASIL DAN PEMBAHASAN 8

Penapisan Fitokimia Daun Jawer Kotok 8

Bakteri pada Permukaan Kulit Wajah Berjerawat 9

Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Jawer Kotok 9

SIMPULAN DAN SARAN 12

Simpulan 12

Saran 12

Daftar Pustaka 13

LAMPIRAN 15

RIWAYAT HIDUP 20

DAFTAR TABEL

1 Hasil penapisan fitokimia ekstrak etanol daun jawer kotok 9

2 Rata-rata diameter zona hambat bakteri ekstrak daun jawer kotok

terhadap bakteri Gram positif (mm) pada permukaan kulit wajah

berjerawat 10

DAFTAR GAMBAR

1 Coleus atropurpureus 2 2 Uji identifikasi bakteri Gram positif 6

3 Hasil uji fitokimia 8

4 Zona hambat Ekstrak Etanol Daun Jawer Kotok terhadap

Staphylococcus aureus Staphylococcus epidermidis Streptococcus sp

dan Micrococcus sp 9

DAFTAR LAMPIRAN 1 Pembuktian hipotesis 15

2 Hasil Uji ANOVA dan uji lanjutan Duncan 15

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Penggunaan antibiotik mengalami peningkatan yang luar biasa pada lima

dekade terakhir Antibiotik yang digunakan secara tidak rasional akan membuat

bakteri menjadi bersifat resisten dan tetap memperbanyak diri di inangnya

Resistensi bakteri mendorong adanya bahan antibiotik lain yang murah tersedia

secara kontinu dan memiliki semua unsur-unsur yang dibutuhkan untuk

pembuatan antimikroba oleh sebab itu perlu dilakukan eksplorasi terhadap bahan

alternatif yang dapat digunakan sebagai senyawa antibakteri

Perawatan kulit wajah merupakan hal yang penting untuk dilakukan

Perawatan tersebut bertujuan untuk memaksimalkan penampilan diri agar lebih

percaya diri Perawatan yang sering dilakukan adalah melakukan facial

pemakaian krim masker serta sabun agar kulit wajah tidak kusam dan berjerawat

Jerawat merupakan penyakit kulit akibat peradangan pada kelenjar sebacea karena

aktivitas Staphylococcus epidermidis dan Propionibacterium acnes (Seta 2013)

serta Staphylococcus aureus (Razak et al 2013)

Jawer kotok (Coleus atropurpureus) merupakan tanaman yang berfungsi

sebagai tanaman hias dan tanaman obat Masyarakat memanfaatkan daun jawer

kotok sebagai obat untuk berbagai penyakit diare demam pengobatan pasca

melahirkan terlambat datang bulan abses ambeien dan diabetes mellitus

(Ratnawati 2007) Rahmawati (2008) menyatakan bahwa daun jawer kotok dapat

digunakan sebagai senyawa antibakteri

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menguji aktivitas antibakteri ekstrak etanol

daun jawer kotok (Coleus atropurpureus) dalam menghambat pertumbuhan

bakteri pada permukaan kulit wajah berjerawat

Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah memperoleh hasil uji potensi antibakteri

ekstrak etanol daun jawer kotok terhadap bakteri Gram positif pada kulit wajah

berjerawat sehingga dapat digunakan sebagai dasar ilmiah dalam pengembangan

produk farmasi antibakteri Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan

informasi kepada masyarakat akan khasiat daun jawer kotok serta nilai tambah

bagi tanaman jawer kotok secara ekonomis

2

Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini membahas mengenai aktivitas antibakteri ekstrak etanol daun

jawer kotok dengan konsentrasi 20 40 60 dan 80 terhadap bakteri Gram

positif yang ditemukan pada permukaan kulit wajah berjerawat

TINJAUAN PUSTAKA

Jawer Kotok (Coleus atropurpureus)

Tanaman jawer kotok (iler) merupakan tanaman yang umum ditemukan di

IndonesiaTanaman ini tumbuh di tempat lembab dan terbuka seperti pinggir

selokan pematang sawah atau tepi jalan pada ketinggiaan 1-1300 diatas

permukaan laut (dpl) Coleus atropurpureus termasuk ke dalam famili Lamiaceae

Tanaman ini dikenal dengan nama daerah jawer kotok (sunda) kentangan (jawa)

saru-saru atau majaja Daunnya berbentuk bulat telur pangkal membulat

menyerupai bentuk jantung ujung meruncing tepi bergerigi tulang daun

menyirip permukaan mengkilat berambut halus memiliki panjang 7-11 cm dan

lebar 35-6 cm (Dalimartha 2000)

Gambar 1 Coleus atropurpureus

Daun jawer kotok diketahui mengandung flavonoid tanin saponin (Yusuf

et al 2006) polifenol serta steroid (Rahmawati 2008) Flavonoid banyak

ditemukan pada daun berwarna ungu seperti jawer kotok (Waji dan Sugrani 2009)

Jerawat

Jerawat merupakan kondisi kulit yang abnormal yang disebabkan oleh

gangguan produksi dari kelenjar minyak yang berlebihan Kelebihan produksi

3

sebaceous gland akan menyebabkan penyumbatan pada saluran folikel rambut

dan pori-pori kulit Kotoran atau sel kulit mati yang tidak dibersihkan akan

bertumpuk menjadi komedo dan jika terinfeksi bakteri penyebab jerawat komedo

akan berubah menjadi jerawat (Widiawati 2014)

Ekstraksi

Ekstraksi merupakan proses pemisahan bahan dari campurannya dengan

pelarut Ekstraksi tanaman obat adalah pemisahan secara kimia atau fisika suatu

atau sejumlah bahan padat atau bahan cair dari suatu tanaman obat (Agoes 2007)

Daun jawer kotok diekstrak menggunakan metode maserasi Maserasi merupakan

metode ekstraksi yang dilakukan dengan metode merendam sampel dalam pelarut

tanpa pemanasan Metode maserasi dipilih karena metodenya yang sederhana dan

bisa menghindari kerusakan komponen senyawa yang tidak tahan panas yang

terkandung dalam sampel (Rahmawati 2008) Pemilihan etanol 96 sebagai

pelarut didasarkan pada fungsi dari pelarut etanol 96 yang dapat mengikat

berbagai senyawa aktif seperti tanin polifenol flavonoid terpenoid sterol dan

alkaloid (Hamdayati et al 2008) Perbandingan jumlah daun jawer kotok dan

pelarut etanol 96 yang digunakan adalah 1 10 Menurut Arundhina (2014)

semakin banyak pelarut yang digunakan maka rendemen yang diperoleh semakin

besar hal ini disebabkan semakin besarnya rasio pelarut terhadap daun maka luas

permukaan perpindahan massa antara padatan dengan larutan semakin besar

Filtrat dari proses maserasi diuapkan menggunakan rotary evaporator Proses

penguapan dilakukan untuk memisahkan pelarut etanol 96 dan senyawa

fitokimia yang terekstrak dari daun jawer kotok

Antibakteri

Antibakteri merupakan sifat suatu bahan yang menunjukkan efek

menghambat pertumbuhan bakteri Penghambatan pertumbuhan bakteri dibedakan

menjadi bakterisida (mampu membunuh bakteri) dan bakteriostatik (menghambat

pertumbuhan bakteri) (Kee dan Hayes 1996)

Antibiotik Klindamisin

Klindamisin efektif terhadap sebagian besar bakteri aerob Gram positif seperti

Streptococcus sp Staphylococcus sp Enterococcus sp Bacilus antracis dan

Corynebacterium diphtheriae tetapi pada umumnya kurang efektif terhadap bakteri

Gram negatif seperti Enterobacteriaceae Neisseria gonorrhoeae Neisseria

4

Meningitidis dan Haemophilus influenzae Klindamisin juga sangat efektif terhadap

bakteri anaerob Gram positif seperti Eubacterium Proponibacterium Peptococcus

Peptostreptococcus Clostridium perfringens dan Cloctridium Tetani dan juga efektif

terhadap beberapa bakteri aerob negatif seperti Fusobacterium spdan Bacteriodes

sptermasuk Bacteroides fragilis (Nugroho 2013)

Morfologi dan Ciri Umum Bakteri Penyebab Jerawat pada Kulit

Wajah

Staphylococcus aureus

Staphyloccus aureus adalah bakteri Gram positif yang menghasilkan

pigmen kuning bersifat aerob fakultatif tidak menghasilkan spora dan tidak motil

S aureus umumnya tumbuh berpasangan maupun berkelompok seperti buah

anggur dengan diameter 08-10 microm Bakteri ini menghasilkan katalase dan

koagulase S aureus biasanya terdapat pada saluran pernafasan atas kulit saluran

urinari abses infeksi luka radang paru-paru dan selaput lendir lainnya

(Rusmiyati et al 2014)

Staphylococcus epidermidis

Bakteri ini merupakan Gram positif berbentuk kokus berdiameter 05-15

microm berkoloni mengerombol menyerupai buah anggur Koloni biasanya berwarna

putih atau krem S epidermidis bersifat aerob fakultatif katalase positif dan

koagulase negatif Bakteri ini merupakan flora normal pada kulit manusia saluran

pernafasan dan saluran pencernaan makanan Staphylococcus epidermidis yang

mempunyai daya invasi rendah serta bergabung dengan faktor-faktor ekstraseluler

dan toksin berperan pada banyak infeksi kulit misalnya jerawat (Saptarini et al

2008)

Propionibacterium acne

Propionibacterium acne termasuk kelompok Corynebacteria Bakteri ini

termasuk bakteri anaerob Gram positif yang toleran terhadap oksigen P Acne

berbentuk batang tak teratur dan tumbuh relatif lambat Genome dari bakteri ini

dapat menghasilkan enzim untuk meluruhkan kulit dan protein yang mungkin

bersifat immunogenic (mampu mengaktifkan sistem kekebalan tubuh) P acnes

dianggap tidak hanya sebagai flora normal penghuni pada kulit yang normal tetapi

juga bersifat sebagai bakteri patogen fakultatif (Rusmiyati et al2014)

5

METODE

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Mikrobiologi Departemen

Ilmu Penyakit Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner (IPHK) dan

Laboratorium Farmasi Departemen Klinik Reproduksi dan Patologi (KRP)

Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) Institut Pertanian Bogor (IPB) Kegiatan

dimulai sejak bulan Juli 2014 sampai dengan bulan Januari 2015

Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian adalah timbangan analitik cawan

petri mini tube mikro pipet pipet volumentrik pipet pasteur pinset tabung

reaksi cotton bud steril tabung durham tabung effendorf osekapas object glass

bunsen spatula inkubator autoklaf dan mikroskop Bahan yang digunakan

adalah daun jawer kotok bakteri hasil swab wajah (S aureus S epidermidis

Streptococcus sp Micrococcus sp) antibiotik klindamisin satu set zat

pewarnaan gram reagen katalase (larutan 3 H2O2) Brain Heart Infussion (BHI)

Blood Agar (BA) Mac Conkey Agar (MCA) Manitol Salt Agar (MSA)

Tyrpticase Soy Agar (TSA) Muller Hilton Agar (MHA) etanol 96 Dimenthyl

sulfoxide (DMSO) NaOH H2SO4 FeCl3 reagen dragendorff dan reagen meyer

Prosedur Penelitian

Pengambilan Sampel

Metode pengambilan sampel dilakukan dengan melakukan swab pada kulit

wajah berjerawat pada sepuluh orang probandus yang telah dipilih Sepuluh

probandus tersebut terdiri dari 5 orang perempuan dan 5 orang laki-laki Swab

kulit dilakukan dengan menggunakan cotton bud yang telah disterilkan Swab

kulit dilakukan dengan cara mencelupkan cotton bud pada media BHI agar bakteri

pada jerawat dapat terangkat dan menempel pada cotton bud Swab kulit dari satu

orang dimasukan pada media BHI untuk dibawa ke laboratorium Perlakuan yang

sama dilakukan pada setiap probandus

6

Isolasi dan Identifikasi Bakteri pada Permukaan Kulit Wajah Berjerawat

Identifikasi bakteri mengacu pada metode Carter (1990) dan Jang et al

(1976) Sampel yang telah diperoleh dari hasil swab jerawat ditumbuhkan pada

media BA dengan cara mengambil sampel dari media transpor dengan

menggunakan ose steril dan menggoreskannya pada permukaan agar BA Bakteri

yang telah dibiakan pada agar BA diinkubasi pada suhu 37 ordmC selama 24 jam

Setelah diinkubasi dilakukan pengamatan koloni dan diamati koloni yang berbeda

kemudian ditanam pada media TSA dan diinkubasi pada suhu 37 ordmC selama 24

jam Setelah dilakukan isolasi sampel selanjutnya dilakukan pewarnaan bakteri

dan dilanjutkan dengan proses identifikasi (Gambar 2)

Gambar 2 Uji identifikasi bakteri Gram positif

Uji katalase Pengamatan

Mikroskopis

Batang Kokus

+Spora

(Bacillus sp)

((jjh

-Spora (non

Bacillus sp)

((jjh

Positif Negatif

Uji Glukosa Mikroaerofilik

Streptococcaceae

Uji CAMP

(BA)

Staphylococcus

spp

Micrococcus spp

MSA Uji Koagulase

Micrococcaceae

Positif Negatif

Merah Kuning

Staphylococcus aureus Staphylococcus epidermidis

α γ β

Bakteri Gram Positif

7

Daun Jawer Kotok

Daun jawer kotok (Coleus atropurpureus) diperoleh dari Balai Penelitian

Tanaman Rempah dan Obat (BALITRO) dalam keadaan daun basah Bagian

tanaman yang digunakan adalah daunnya yang berwarna merah kecoklatan

Ekstrak Etanol Daun Jawer Kotok

Pembuatan ektrak etanol daun jawer kotok dilakukan dengan metode

maserasi Daun jawer kotok basah sebanyak 800 g diris kecil-kecil kemudian

dibagi menjadi 4 bagian masing-masing bagian 200 g kemudian direndam

dengan etanol 96 (perbandingan 110) dalam 4 tempat penampungan selama

3x24 jam sambil sesekali diaduk dan disaring untuk mendapatkan filtratnya

Filtrat hasil maserasi dievaporasi selama 17 jam menggunakan rotary evaporator

Hasil ekstrak kental daun jawer kotok yang didapat sebanyak 185 g

Penapisan Fitokimia Daun Jawer Kotok

Penapisan fitokimia dilakukan dengan metode Harborne (1987) untuk

mengetahui golongan senyawa kimia (terutama metabolit sekunder) yang

terkandung dalam suatu tanaman Penapisan fitokimia yang sering dilakukan

adalah penapisan untuk metabolit sekunder golongan alkaloid flavonoid tanin

polifenol terpenoid steroid dan saponin Flavonoid diuji dengan memasukan

ekstrak ditambahkan dengan etanol 96 lalu diaduk dan ditambahakan NaOH 7

tetes serta H2SO4 amati perubahan warna menjadi kuning jika hasilnya positif Uji

polifenol dan tanin dilakukan dengan memasukan ekstrak ditambahkan dengan air

lalu dipanaskan dan ditambahkan FeCl3 selanjutnya akan terjadi perubahan warna

menjadi hijau biru sampai hitam untuk hasil positif adanya polifenol dan tanin

Uji alkaloid dilakukan dengan membagi ekstrak menjadi 2 bagian keduanya

ditambahkan larutan etanol 96 Salah satu bagian ditambahkan reagen

dragendorff dan yang lain ditambahkan reagen meyer Hasil positif adanya

alkaloid ditandai dengan warna kuning saat diberi reagen dragendorff dan

endapan putih saat ditambahkan reagen meyer Uji terpenoid dilakukan dengan

memasukkan ekstrak ke dalam tabung reaksi kemudian ditambahkan etanol 96

dan ditetesi dengan H2SO4 pekat Hasil positif terpenoid ditandai dengan

terbentuknya warna merah kecoklatan

Pengujian Daya Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Jawer Kotok

Metode pengujian aktivitas antibakteri yang digunakan adalah metode

sumuran (agar well difusion method) dengan media MHA Suspensi bakteri yang

digunakan memiliki kekeruhan yang setara dengan larutan Mc Farland I atau

3x108

CFUml Suspensi bakteri kemudian digoreskan pada MHA dengan

menggunakan cotton bud steril Setelah digores kemudian didiamkan selama 10

8

menit Kegiatan ini dilakukan sebanyak lima kali ulangan untuk setiap bakteri uji

Pada media MHA dibuat sebanyak 6 sumuran yang akan diisi dengan

Konsentrasi 20 (K1) 02 g ekstrak daun jawer kotok dalam 1 ml DMSO

Konsentrasi 40 (K2) 04 g ekstrak daun jawer kotok dalam 1 ml DMSO

Konsentrasi 60 (K3) 06 g ekstrak daun jawer kotok dalam 1 ml DMSO

Konsentrasi 80 (K4) 08 g ekstrak daun jawer kotok dalam 1 ml DMSO

Kontrol positif (KP) Klindamisin 1

Kontrol negatif (KN) DMSO

Media MHA yang telah diisi dengan larutan uji kemudian diinkubasi pada

suhu 37 ordmC selama 24 jam dan diamati diameter zona hambatnya dengan

penggaris

Analisis Data

Data hasil pengukuran diameter zona hambat dianalis secara kuantitatif

menggunakan metode one way analysis of variance (one way Anova) dan

dilanjutkan dengan uji Duncan

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penapisan Fitokimia Daun Jawer KotoK

Penapisan fitokimia ekstrak etanol daun jawer kotok positif mengandung

metabolit sekunder berupa flavonoid polifenol tanin serta terpenoid dan negatif

terhadap alkaloid Ridwan et al (2006) dan Rahmawati (2008) juga menyebutkan

bahwa daun jawer kotok tidak mengandung alkaloid (Gambar 3 dan Tabel 1)

(a) (b) (c) (d) (f)

Gambar 3 Hasil uji fitokimia flavonoid (a) alkaloid dengan reagen

dragendorff (b) alkaloid dengan reagen meyer (c) polifenol

(d) terpenoid (e)

9

Tabel 1 Hasil penapisan fitokimia ekstrak etanol daun jawer kotok

Penapisan Fitokimia Hasil

Flavonoid +

Alkaloid

Meyer minus

Dragendorff minus

Polifenol dan Tanin +

Terpenoid + aKeterangan + terdeteksi minus tidak terdeteksi

Bakteri pada Permukaan Kulit Wajah Berjerawat

Bakteri Gram positif yang berhasil diidentifikasi adalah Staphylococcus

aureus Staphylococcus epidermidis Streptococcus sp dan Micrococcus sp

Menurut Seta (2013) dan Razak et al (2013) bakteri yang dapat menyebabkan

jerawat adalah S aureus S epidermidis dan Propionibacterium acne P acne

tidak dapat diisolasi karena metode yang digunakan tidak bisa mengisolasi bakteri

anaerob Penemuan bakteri Streptococcus sp mungkin terjadi mengingat

Streptococcus sp merupakan salah satu bakteri pada kulit yang dapat

menyebabkan terjadinya penyakit pyoderma (Caesarita 2011) Micrococcus sp

dapat ditemukan pada hasil swab wajah mengingat kemungkinan adanya

pencemaran bakteri dari lingkungan seperti air udara dan tanah (Andy dan

Taufik 2010)

Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Jawer Kotok

Rata-rata diameter zona hambat bakteri ekstrak etanol daun jawer kotok

terhadap bakteri Gram positif (Gambar 4 dan Tabel 2)

(a) (b) (c) (d)

Gambar 4 Zona hambat ekstrak etanol daun jawer kotok terhadap S aureus (a)

S epidermidis (b) Streptococcus sp (c)dan Micrococcus sp(d)

K2 KP K3 K2 KP K3

K2 KP K3

K2 KP K3

K1 KN K4 K1 KN K4 K1 KN K4 K1 KN K4

10

Tabel 2 Rata-rata diameter zona hambat ekstrak etanol daun jawer kotok terhadap

bakteri Gram positif hasil swab kulit wajah berjerawat (mm)

Kelompok

Perlakuan

S aureus S epidermidis Streptococcus

sp

Micrococcus

sp

K1 1380 plusmn 109 b

1500 plusmn 070b

1560 plusmn 134c

1420 plusmn 178b

K2 1600 plusmn 122c

1540 plusmn054bc

1620 plusmn 109c

1500 plusmn 200b

K3 1600 plusmn 070c

1640 plusmn 151c

1620 plusmn 109c

1500 plusmn 200b

K4 1700 plusmn 070c

1620 plusmn 109c

1560 plusmn 054c

1420 plusmn 130b

KP 4060plusmn 089d

4080 plusmn 044d

4160 plusmn 054d

1820 plusmn 083d

KN 000 plusmn 000a

000 plusmn 000a

000 plusmn 000a

000 plusmn 000a

aKeterangan K1 konsentrasi 20 K2 konsentrasi 40 K3 konsentrasi 60 K4

konsentrasi 80 KP kontrol positif KN kontrol negatif Huruf supercript yang berbeda dalam

satu kolom menunjukkan perbedaan yang nyata pada taraf nyata Plt 005

Pada Tabel 2 diketahui bahwa KN pada keempat bakteri uji tidak memiliki

diameter zona hambat dan berbeda nyata dengan KP dan seluruh konsentrasi uji

Hal tersebut membuktikan bahwa pelarut tidak berpengaruh terhadap aktivitas

antibakteri sehingga aktivitas antibakteri hanya berasal dari konsentasi uji

DMSO digunakan sebagai KN karena tidak memiliki daya hambat bakteri serta

karena sifat dari DMSO yang merupakan pelarut polar berspektrum luas sehingga

dapat melarutkan senyawa alkaloid dan flavonoid (Mulyatni et al 2012)

Kontrol positif memberikan hasil yang berbeda nyata dengan KN dan

keempat konsentrasi uji pada semua bakteri Hal tersebut membuktikan bahwa

bakteri S aureus S epidermidis Streptococcus sp dan Micrococcus sp masih

peka terhadap KP Antibiotik klindamisin 1 digunakan sebagai KP karena

klindamisin paling efektif dalam pengobatan jerawat jika dibandingkan dengan

eritromisin dan tetrasiklin serta paling banyak digunakan masyarakat untuk

mengobati jerawat (Aziz 2010) Klindamisin adalah salah satu antibiotik golongan

aminoglikosida Klindamisin menghambat sintesis protein pada fase pemanjangan

dengan mempengaruhi translokasi (Syukrinawati 2014) Antibiotik ini efektif

terhadap bakteri Gram positif dan bakteri anaerob akan tetapi kurang efektif

terhadap bakteri Gram negatif (Nugroho 2013)

Hasil uji pada bakteri S aureus terlihat bahwa K1 memberikan perbedaan

yang nyata (Plt005) dengan K2 K3 dan K4 Hasil uji pada S epidermidis

memberikan hasil bahwa K1 berbeda nyata (Plt005) dengan K3 dan K4 Seluruh

konsentrasi ekstrak etanol daun jawer kotok yang diujikan terhadap Streptococcus

sp dan Micrococcus sp tidak menunjukkan hasil yang berbeda nyata

Hasil uji yang dilakukan terhadap Saureus memperlihatkan bahwa semakin

tinggi konsentrasi ekstrak maka semakin besar diameter zona hambat yang

terbentuk Hal ini karena semakin banyak zat aktif yang terkandung dalam ekstrak

tersebut sedangkan pada uji yang dilakukan terhadap S epidermidis

Streptococcus sp dan Micrococcus sp diameter zona hambat yang terbentuk pada

K4 mengalami penurunan Hal tersebut menunjukkan bahwa konsentrasi yang

semakin tinggi tidak selalu menghasilkan diameter zona hambat yang semakin

besar Penurunan aktivitas ini disebabkan karena perbedaan jenis bakteri yang

dihambat perbedaan kecepatan difusi senyawa aktif pada media agar serta

konsentrasi ekstrak yang terlalu tinggi dibandingkan dengan pelarutnya (DMSO)

sehingga larutan menjadi jenuh dan sulit untuk larut Brooks et al (2008)

11

menyatakan bahwa aktivitas antibakteri dipengaruhi beberapa faktor yaitu

konsentrasi ekstrak kandungan senyawa antibakteri daya difusi ekstrak dan jenis

bakteri yang dihambat

Diameter zona hambat bakteri menurut Davis dan Stout dalam Rahmawati

(2008) dibagi atas sangat kuat (zona jernih gt 20 mm) kuat (zona jernih 10minus20

mm) sedang (zona jernih 5minus10 mm) dan lemah (zona jernih lt 5 mm) Kontrol

positif (KP) pada bakteri uji S aureus S epidermidis Streptococcussp tergolong

dalam daya hambat sangat kuat sedangkan KP pada bakteri Micrococcus sp

tergolong dalam daya hambat kuat Hal tersebut kemungkinan dikarenakan target

kerja antibiotik klindamisin ditujukan untuk bakteri yang habitatnya di daerah

kulit wajah sedangkan Micrococcus sp merupakan bakteri kontaminasi dari

lingkungan (air tanah udara) Seluruh konsentrasi ekstrak yang diujikan terhadap

seluruh bakteri (K1K2 K3 K4) tergolong dalam konsentrasi yang memberikan

daya hambat kuat karena diameter zona hambat yang terbentuk antara 1380 plusmn

109 mm sampai 1700 plusmn 070 mm

Mengacu pada standar umum yang dikeluarkan oleh Departemen Kesehatan

disebutkan bahwa mikroba dinyatakan peka terhadap antimikroba asal tanaman

apabila mempunyai ukuran diameter daya hambatannya 12minus24 mm (Darmawi et

al 2013) sehingga dapat dikatakan bahwa seluruh bakteri uji peka terhadap K1

K2 K3 dan K4

Hasil penelitian diketahui bahwa seluruh konsentrasi dinyatakan peka dan

memiliki zona hambat bakteri yang kuat terhadap bakteri uji sehingga ekstrak

etanol daun jawer kotok memiliki potensi antibakteri yang baik Adanya potensi

antibakteri diketahui dari kandungan senyawa metabolit sekunder yang terdapat

pada daun jawer kotok yaitu flavonoid tanin polifenol serta terpenoid

Mekanisme kerja flavonoid sebagai antibakteri adalah membentuk senyawa

kompleks dengan protein ekstraseluler dan terlarut sehingga dapat merusak

membran sel bakteri dan diikuti keluarnya senyawa intraselluler (Ngajow et al

2013)

Mekanisme kerja tanin sebagai antibakteri adalah menghambat enzim

reverse transkriptase dan DNA topoisomerase sehingga sel bakteri tidak dapat

terbentuk Tanin juga mempunyai target pada polipeptida dinding sel sehingga

pembentukan polipeptida dinding sel menjadi tidak sempurna Hal ini

menyebabkan sel bakteri menjadi lisis karena tekanan osmotik maupun fisik

sehingga sel bakteri akan mati (Ngajow et al 2013)

Ngajow et al (2013) juga menyatakan bahwa senyawa fenolik dan terpenoid

memiliki target utama yaitu membran sitoplasma bakteri Aktifitas antibakteri

terpenoid diketahui bereaksi dengan porin (protein transmembran) pada membran

luar dinding sel bakteri Terpenoid membentuk ikatan polimer yang kuat sehingga

mengakibatkan rusaknya porin Rusaknya porin yang merupakan pintu keluar

masuknya senyawa akan mengurangi permeabilitas dinding sel bakteri yang akan

mengakibatkan sel bakteri akan kekurangan nutrisi sehingga pertumbuhan bakteri

akan terhambat dan mati

12

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Ekstrak etanol daun jawer kotok mengandung flavonoid polifenol dan tanin

serta terpenoid yang memiliki aktivitas antibakteri yang dapat menghambat

pertumbuhan bakteri kokus Gram positif pada permukaan kulit wajah berjerawat

Ekstrak etanol daun jawer kotok memiliki potensi antibakteri yang baik karena

daya hambat bakteri pada konsentrasi 20 40 60 dan 80 tergolong dalam

daya hambat yang kuat S aureus S epidermidis Streptococcus sp dan

Micrococcus sp dinyatakan peka terhadap seluruh konsentrasi ekstrak

Saran

Saran yang dapat diberikan kepada peneliti selanjutnya yaitu perlu

dilakukan penelitian aktivitas antibakteri ekstrak etanol daun jawer kotok terhadap

bakteri Pacne dan bakteri gram negatif serta penggunaan kontrol positif dengan

antibiotik yang lain Selain itu penelitian ini juga dapat digunakan sebagai dasar

ilmiah dalam pengembangan produk farmasi antibakteri

DAFTAR PUSTAKA

Agoes G 2007 Ekstraksi Tanaman Obat Bandung ITB

Andy Taufik M 2010 Jumlah bakteri dan keberadaan bakteri Salmonella sp

pada daging kuda di Kabupaten Jeneponto Jurnal Agrisistem 6(2) 82-87

Arundhina E 2014 Aktivitas ekstrak etanol daun alamanda (Allamanda

cathartica L) sebagai anti jamur terhadap Candida albicans dan

Pityrosporum ovale secara in vitro [skripsi] Yogyakarta (ID) Universitas

Katolik Atmajaya Yogyakarta

Aziz S2010 Uji aktivitas antibakteri ekstrak etanol daun dan umbi bakung putih

(Crinum asiatikum L) terhadap bakteri penyebab jerawat[skripsi] Jakarta

(ID) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatulloh

Brooks GF Butel JS Morse SA Mikrobiologi Kedokteran Mudihardi E

KuntamanWasito EB et al penerjemah Jakarta (ID) Salemba Medika

Terjemahan dari Medical Microbiology

Caesarita DP 2011 Pengaruh ekstrak buah nanas (Ananas comosus) 100

terhadap bakteri Staphylococcus aureus dari pyoderma [skripsi] Bandung

(ID) Universitas Diponegoro

Carter GR dan Cole JR 1990 Diagnostic Procedures in Veterinary Bacteriology

and Mycology Fifth Edition London (UK) Academi Press Limited

13

Dalimarta S 2000 Atlas Tumbuhan Indonesia Jilid ke-2 Jakarta Trubus

Agriwidya

Darmawi Manaf ZH Putranda F 2013 Daya hambat getah jarak cina (Jatropha

multifida L) terhadap Staphylococcus aureus secara invitro Jurnal Medika

Veterinaria7(2) 113-115

Hamdayati Y Kusnadi Rahadian I 2008 Aktivitas antibakteri ekstrak daun

patikan kebo (Euphorbia hirta) terhadap pertumbuhan bakteri

Staphylococcus epidermidis Jurnal Pengajaran Matematika dan Ilmu

Pengetahuan alam 12(7) 1-10

Harborne JB 1987 Metode Fitokimia Padmawinata K Soediro I penerjemah

Jakarta (ID) UI Press Terjemahan dari Basic Concepts of Analytical

Chemistry

Jang SS Biberstein EL Hirsh DC 1976 A Manual of Veterinary Clinical

Bacteriology and Micology Davis (US) Univ California

Kee JL Hayes ER Farmakologi Pendekatan Proses Keperawatan Anugerah P

penerjemah Jakarta (ID) EGC Terjemahan dari Pharmacology A Nursing

Process Approach

Mulyatni AS Budiani A Taniwiryono D 2012 Aktivitas antibakteri ekstrak kulit

buah kakao (Theobroma cacao L) terhadap Escherichia coli Bacillus

subtilis dan Staphylococcus aureus Jurnal Menara Perkebunan 80(2) 77-

84

Ngajow M Abidjulu J Kamu VS 2013 Pengaruh antibakteri ekstrak kulit batang

matoa (Pometia pinnata) terhadap bakteri Staphylococcus aureus secara in

vitro Jurnal Mipa Unsrat 2(2) 128-132

Nugroho RA 2013 Terapi topikal clindamycin dibandingkan dengan niacinamide

+ zinc pada Acne vulgaris [skripsi] Semarang (ID) Universitas

Diponegoro

Rahmawati F 2008Isolasi dan karakteristik senyawa antibakteri ekstrak daun

miana Coleus scutellarioides [L] Benth [tesis] Bogor (ID) Institut

Pertanian Bogor

Ratnawati Y 2007 Aktivitas antibakteri ekstrak daun jawer kotok (Coleus

scutellarioides [L] Benth) [skripsi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor

Razak A Djamal A Revilla G 2013 Uji daya hambat air perasan buah jeruk

nipis (Citrus aurantifolia) terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus

aureus secara in vitro Jurnal Kesehatan Andalas 2(1) 5-8

Ridwan Y Darusman LK Satrija F Handaryani E 2006 Kandungan kimia

berbagai ekstrak daun miana (Coleus blumei Bent) dan efek anthelmintiknya

terhadap cacing pita pada ayam Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia11(2) 1-6

Rusmiyati I Husain DR Alam G 2014 Bioaktivitas ekstrak metanol daun muda

sirsak (Annona muricata L) sebagai antibakteri terhadap Staphylococcus

aureus dan Propionibacterium acne [penelitian ilmiah] Makasar (ID)

Universitas Hassanudin

Saptarini O Perawati Hartanto Y 2008 Uji aktivitas antibakteri ekstrak etanol

buah mahkota dewa (Phaleria macrocarpa) terhadap Staphylococcus

epidermidis penyebab jerawat Jurnal Biomedika1(1) 1-7

Seta SA 2013 Optimasi formula lotion anti jerawat ekstrak etanol kulit buah

manggis (Garcinia mangostana L) dan uji aktivitas terhadap

14

Propionibacterium acnes dan Staphylococcus epidermidis [skripsi]

Yogyakarta (ID) Universitas Gadjah Mada

Syukrinawati RP 2014 Tingkat pengetahuan penggunaan antibiotik oleh

mahasiswa kepaniteraan klinik departemen bedah mulut RSGM-P FKG

periode September 2-13 Maret 2014 [skripsi] Medan (ID) Universitas

Sumatera Utara

Waji RA 2009 Flavonoid (Quercetin) [Penelitian Ilmiah] Makasar (ID)

Universitas Hasanuddin

Widiawati W Lutfiati D Perbedaan hasil penyembuhan kulit wajah berjerawat

antara masker lidah buaya dengan masker non lidah buaya e- Journal

Universitas Negeri Surabaya 2014 3(1) 217-225

15

LAMPIRAN

Lampiran 1 Pembuktian hipotesis

1 Pengambilan keputusan dari hipotesis yang ditentukan diuji dengan uji

ANOVA

2 Hipotesis dalam penelitian ini berupa Ho yaitu ekstrak etanol daun jawer

kotok dengan konsentrasi ekstrak 20 40 60 dan 80 tidak memiliki

aktivitas antibakteri terhadap bakteri pada permukaan kulit wajah

berjerawat dan H1 yaitu ekstrak etanol daun jawer kotok dengan

konsentrasi ekstrak 20 40 60 dan 80 memiliki aktivitas

antibakteri terhadap bakteri pada permukaan kulit wajah berjerawat

3 Pengambilan keputusan untuk memilih hipotesis mana yang diterima dan

hipotesis mana yang ditolak didasarkan pada perbandingan F hitung dan F

tabel dengan syarat jika F hitung kurang dari F tabel maka tolak H1 dan

terima H0 dan jika F hitung lebih besar dari F tabel maka H0 ditolak dan

terima H1

4 Hasil uji one way ANOVA pada diameter zona hambat bakteri S aureus S

Epidermidis Streptococcus sp dan Micrococcus sp diperoleh nilai F

hitung lebih besar dari F tabel (1143 831 gt 262) (1149 947 gt 262)

(1122 068 gt 262) dan (91144 gt 262) maka hiptotesis yang diterima

adalah H1 yaitu ekstrak etanol daun jawer kotok dengan konsentrasi

ekstrak 20 40 60 dan 80 memiliki aktivitas antibakteri terhadap

bakteri S aureus S epidermidis Streptococcus sp dan Micrococcus sp

Lampiran 2 hasil uji ANOVA dan uji lanjutan Duncan

Descriptives

saureus

N Mean

Std Deviation Std Error

95 Confidence Interval for

Mean

Minimum Maximum Lower Bound

Upper Bound

ekstrak 20 5 138000

109545

48990

124398

151602

1200

1500

ekstrak 40 5 160000

122474

54772

144793

175207

1400

1700

ekstrak 60 5 160000

70711

31623

151220

168780

1500

1700

ekstrak 80 5 170000

70711

31623

161220

178780

1600

1800

kontrol positif 5 406000

89443

40000

394894

417106

3900

4100

kontrol negative 5 0000

00000

00000

0000

0000

00 00

Total 30

172333

1218728

222508

126825

217841

00 4100

16

ANOVA

saureus

Sum of Squares df Mean Square F Sig

Between Groups

4289367 5 857873 1143831

000

Within Groups

18000 24 750

Total 4307367 29

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

saureus

Duncana

perlakuan N

Subset for alpha = 005

1 2 3 4

kontrol negatif 5 0000 ekstrak 20 5

13800

0

ekstrak 40 5

160000

ekstrak 60 5

160000

ekstrak 80 5

170000

kontrol positif 5

406000

Sig 1000 1000 096 1000

Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000

ONEWAY Sepidermidis BY perlakuan

STATISTICS DESCRIPTIVES

MISSING ANALYSIS

POSTHOC=DUNCAN ALPHA(005)

[DataSet0]

Descriptives

Sepidermidis

N Mean Std Deviation Std Error

95 Confidence Interval

for Mean

Minimum Maximum Lower Bound

Upper Bound

ekstrak 20 5 150000

70711

31623

141220

158780

1400

1600

ekstrak 40 5 154000

54772

24495

147199

160801

1500

1600

ekstrak 60 5 164000

151658

67823

145169

182831

1500

1800

ekstrak 80 5 162000

109545

48990

148398

175602

1500

1800

kontrol positif 5 408000

44721

20000

402447

413553

4000

4100

kontrol negatif 5 0000

00000

00000

0000

0000

00 00

Total 30

173000

1221968

223100

127371

218629

00 4100

17

ANOVA

Sepidermidis

Sum of Squares Df Mean Square F Sig

Between Groups 4312300 5 862460 1149947

000

Within Groups 18000 24 750 Total 4330300 29

Post Hoc Tests

Homogeneous Subsets

Sepidermidis

Duncana

Perlakuan N

Subset for alpha = 005

1 2 3 4

kontrol negative 5 0000 ekstrak 20 5

15000

0

ekstrak 40 5

154000

154000

ekstrak 80 5

162000

ekstrak 60 5

164000

kontrol positif 5

408000

Sig 1000 472 096 1000

Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000

ONEWAY Sepidermidis BY perlakuan

STATISTICS DESCRIPTIVES

MISSING ANALYSIS

POSTHOC=DUNCAN ALPHA(005)

[DataSet0]

18

Descriptives

Streptococcus

N Mean Std Deviation

Std Error

95 Confidence Interval

for Mean

Minimum Maximum Lower Bound

Upper Bound

ekstrak 20 5 156000

134164

60000

139341

172659

1400 1700

ekstrak 40 5 162000

109545

48990

148398

175602

1500 1700

ekstrak 60 5 162000

109545

48990

148398

175602

1500 1700

ekstrak 80 5 156000

54772

24495

149199

162801

1500 1600

kontrol positif 5 416000

54772

24495

409199

422801

4100 4200

kontrol negatif 5 0000

00000

00000

0000

0000

00 00

Total 30

175333

1246715

227618

128780

221886

00 4200

ANOVA

Streptococcus

Sum of Squares df Mean Square F Sig

Between Groups 4488267 5 897653 1122067

000

Within Groups 19200 24 800 Total 4507467 29

Post Hoc Tests

Homogeneous Subsets

Streptococcus

Duncana

perlakuan N

Subset for alpha = 005

1 2 3

kontrol negatif 5 0000 ekstrak 20 5

15600

0

ekstrak 80 5

156000

ekstrak 40 5

162000

ekstrak 60 5

162000

kontrol positif 5

416000

Sig 1000 343 1000

Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000

ONEWAY Sepidermidis BY perlakuan

STATISTICS DESCRIPTIVES

MISSING ANALYSIS

POSTHOC=DUNCAN ALPHA(005)

[DataSet0]

19

Descriptives

Micrococcus

N Mean Std Deviation

Std Error

95 Confidence Interval for

Mean

Minimum Maximum Lower Bound

Upper Bound

ekstrak 20 5 142000

178885

80000

119788

164212

1200

1600

ekstrak 40 5 150000

200000

89443

125167

174833

1200

1700

ekstrak 60 5 150000

200000

89443

125167

174833

1200

1700

ekstrak 80 5 142000

130384

58310

125811

158189

1200

1500

kontrol positif 5 182000

83666

37417

171611

192389

1700

1900

kontrol negative

5 0000

00000

00000

0000

0000

00 00

Total 30

127667

612335

111797

104802

150532

00 1900

ANOVA

Micrococcus

Sum of Squares Df Mean Square F Sig

Between Groups 1032967 5 206593 91144 000 Within Groups 54400 24 2267

Total 1087367 29

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

Micrococcus

Duncana

Perlakuan N

Subset for alpha = 005

1 2 3

kontrol negative 5 0000 ekstrak 20 5

14200

0

ekstrak 80 5

142000

ekstrak 40 5

150000

ekstrak 60 5

150000

kontrol positif 5

182000

Sig 1000 451 1000

Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000

20

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Jakarta tanggal 25 september 1992 Penulis merupakan

anak ketiga dari tiga bersaudara dari pasangan Petrus Bambang Wijanarko dan

Susana Tuminah Penulis menempuh pendidikan Sekolah Menengah Pertama di

SMP Strada Bhakti Wiyata Bekasi dan Sekolah Menengah Atas di SMA Santo

Antonius Jakarta Penulis aktif di Organisasi Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM)

Keluarga Mahasiswa Katolik IPB sejak tahun 2011 hingga 2013 Penulis juga

aktif di Himpunan Profesi Ornithologi dan Unggas sejak tahun 2013 hingga 2014

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena

atas kasih dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Jawer Kotok (Coleus atropurpureus)

terhadap Bakteri Kulit Wajah Berjerawat Penyusunan skripsi ini merupakan salah

satu syarat kelulusan dalam memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Kedokteran

Hewan Institut Pertanian Bogor Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-

besarnya kepada pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak

langsung dalam penulisan skripsi ini

1 Kedua orangtua dan keluarga tercinta yang selalu memberikan doa serta

dukungan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini

2 Rini Madyastuti P SSi Apt MSi selaku dosen pembimbing I dan Drh

Usamah Afiff MSc selaku dosen pembimbing II yang telah berkenan

membimbing dan memberikan pengarahan kritik dan saran kepada penulis

selama penelitian sampai akhir penulisan skripsi ini selesai

3 Drs Pudji Achmadi MSi selaku dosen pembimbing akademik yang telah

memberikan banyak motivasi dan saran kepada penulis selama masa perkuliahan

4 Seluruh staff Bagian Mikrobiologi Departemen Ilmu Penyakit Hewan

dan Kesehatan Masyarakat Veteriner staff Bagian Farmasi Depatemen Klinik

Reproduksi dan Patologi Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor

5 Teman-teman Ganglion FKH-48 yang telah memberikan doa semangat dan

dukungan selama berkuliah di FKH IPB

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan oleh

karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari

para pembaca Besar harapan penulis kiranya skripsi ini dapat berguna khususnya

bagi penulis dan umumnya bagi para pembaca serta untuk kemajuan ilmu

pengetahuan di bidang kedokteran hewan

Bogor Agustus 2015

Yustina Dian Fajar

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 1

Manfaat Penelitian 1

Ruang Lingkup Penelitian 2

TINJAUAN PUSTAKA 2

Jawer Kotok (Coleusatropurpureus) 2

Jerawat 2

Ekstraksi 3

Antibakteri 3

Antibiotik Klindamisin 4

Morfologi dan Kharakteristik Bakteri Penyebab Jerawat pada Kulit Wajah 4

METODE 5

Tempat dan Waktu Penelitian 5

Alat dan Bahan 5

Prosedur Penelitian 5

Analisis Data 8

HASIL DAN PEMBAHASAN 8

Penapisan Fitokimia Daun Jawer Kotok 8

Bakteri pada Permukaan Kulit Wajah Berjerawat 9

Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Jawer Kotok 9

SIMPULAN DAN SARAN 12

Simpulan 12

Saran 12

Daftar Pustaka 13

LAMPIRAN 15

RIWAYAT HIDUP 20

DAFTAR TABEL

1 Hasil penapisan fitokimia ekstrak etanol daun jawer kotok 9

2 Rata-rata diameter zona hambat bakteri ekstrak daun jawer kotok

terhadap bakteri Gram positif (mm) pada permukaan kulit wajah

berjerawat 10

DAFTAR GAMBAR

1 Coleus atropurpureus 2 2 Uji identifikasi bakteri Gram positif 6

3 Hasil uji fitokimia 8

4 Zona hambat Ekstrak Etanol Daun Jawer Kotok terhadap

Staphylococcus aureus Staphylococcus epidermidis Streptococcus sp

dan Micrococcus sp 9

DAFTAR LAMPIRAN 1 Pembuktian hipotesis 15

2 Hasil Uji ANOVA dan uji lanjutan Duncan 15

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Penggunaan antibiotik mengalami peningkatan yang luar biasa pada lima

dekade terakhir Antibiotik yang digunakan secara tidak rasional akan membuat

bakteri menjadi bersifat resisten dan tetap memperbanyak diri di inangnya

Resistensi bakteri mendorong adanya bahan antibiotik lain yang murah tersedia

secara kontinu dan memiliki semua unsur-unsur yang dibutuhkan untuk

pembuatan antimikroba oleh sebab itu perlu dilakukan eksplorasi terhadap bahan

alternatif yang dapat digunakan sebagai senyawa antibakteri

Perawatan kulit wajah merupakan hal yang penting untuk dilakukan

Perawatan tersebut bertujuan untuk memaksimalkan penampilan diri agar lebih

percaya diri Perawatan yang sering dilakukan adalah melakukan facial

pemakaian krim masker serta sabun agar kulit wajah tidak kusam dan berjerawat

Jerawat merupakan penyakit kulit akibat peradangan pada kelenjar sebacea karena

aktivitas Staphylococcus epidermidis dan Propionibacterium acnes (Seta 2013)

serta Staphylococcus aureus (Razak et al 2013)

Jawer kotok (Coleus atropurpureus) merupakan tanaman yang berfungsi

sebagai tanaman hias dan tanaman obat Masyarakat memanfaatkan daun jawer

kotok sebagai obat untuk berbagai penyakit diare demam pengobatan pasca

melahirkan terlambat datang bulan abses ambeien dan diabetes mellitus

(Ratnawati 2007) Rahmawati (2008) menyatakan bahwa daun jawer kotok dapat

digunakan sebagai senyawa antibakteri

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menguji aktivitas antibakteri ekstrak etanol

daun jawer kotok (Coleus atropurpureus) dalam menghambat pertumbuhan

bakteri pada permukaan kulit wajah berjerawat

Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah memperoleh hasil uji potensi antibakteri

ekstrak etanol daun jawer kotok terhadap bakteri Gram positif pada kulit wajah

berjerawat sehingga dapat digunakan sebagai dasar ilmiah dalam pengembangan

produk farmasi antibakteri Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan

informasi kepada masyarakat akan khasiat daun jawer kotok serta nilai tambah

bagi tanaman jawer kotok secara ekonomis

2

Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini membahas mengenai aktivitas antibakteri ekstrak etanol daun

jawer kotok dengan konsentrasi 20 40 60 dan 80 terhadap bakteri Gram

positif yang ditemukan pada permukaan kulit wajah berjerawat

TINJAUAN PUSTAKA

Jawer Kotok (Coleus atropurpureus)

Tanaman jawer kotok (iler) merupakan tanaman yang umum ditemukan di

IndonesiaTanaman ini tumbuh di tempat lembab dan terbuka seperti pinggir

selokan pematang sawah atau tepi jalan pada ketinggiaan 1-1300 diatas

permukaan laut (dpl) Coleus atropurpureus termasuk ke dalam famili Lamiaceae

Tanaman ini dikenal dengan nama daerah jawer kotok (sunda) kentangan (jawa)

saru-saru atau majaja Daunnya berbentuk bulat telur pangkal membulat

menyerupai bentuk jantung ujung meruncing tepi bergerigi tulang daun

menyirip permukaan mengkilat berambut halus memiliki panjang 7-11 cm dan

lebar 35-6 cm (Dalimartha 2000)

Gambar 1 Coleus atropurpureus

Daun jawer kotok diketahui mengandung flavonoid tanin saponin (Yusuf

et al 2006) polifenol serta steroid (Rahmawati 2008) Flavonoid banyak

ditemukan pada daun berwarna ungu seperti jawer kotok (Waji dan Sugrani 2009)

Jerawat

Jerawat merupakan kondisi kulit yang abnormal yang disebabkan oleh

gangguan produksi dari kelenjar minyak yang berlebihan Kelebihan produksi

3

sebaceous gland akan menyebabkan penyumbatan pada saluran folikel rambut

dan pori-pori kulit Kotoran atau sel kulit mati yang tidak dibersihkan akan

bertumpuk menjadi komedo dan jika terinfeksi bakteri penyebab jerawat komedo

akan berubah menjadi jerawat (Widiawati 2014)

Ekstraksi

Ekstraksi merupakan proses pemisahan bahan dari campurannya dengan

pelarut Ekstraksi tanaman obat adalah pemisahan secara kimia atau fisika suatu

atau sejumlah bahan padat atau bahan cair dari suatu tanaman obat (Agoes 2007)

Daun jawer kotok diekstrak menggunakan metode maserasi Maserasi merupakan

metode ekstraksi yang dilakukan dengan metode merendam sampel dalam pelarut

tanpa pemanasan Metode maserasi dipilih karena metodenya yang sederhana dan

bisa menghindari kerusakan komponen senyawa yang tidak tahan panas yang

terkandung dalam sampel (Rahmawati 2008) Pemilihan etanol 96 sebagai

pelarut didasarkan pada fungsi dari pelarut etanol 96 yang dapat mengikat

berbagai senyawa aktif seperti tanin polifenol flavonoid terpenoid sterol dan

alkaloid (Hamdayati et al 2008) Perbandingan jumlah daun jawer kotok dan

pelarut etanol 96 yang digunakan adalah 1 10 Menurut Arundhina (2014)

semakin banyak pelarut yang digunakan maka rendemen yang diperoleh semakin

besar hal ini disebabkan semakin besarnya rasio pelarut terhadap daun maka luas

permukaan perpindahan massa antara padatan dengan larutan semakin besar

Filtrat dari proses maserasi diuapkan menggunakan rotary evaporator Proses

penguapan dilakukan untuk memisahkan pelarut etanol 96 dan senyawa

fitokimia yang terekstrak dari daun jawer kotok

Antibakteri

Antibakteri merupakan sifat suatu bahan yang menunjukkan efek

menghambat pertumbuhan bakteri Penghambatan pertumbuhan bakteri dibedakan

menjadi bakterisida (mampu membunuh bakteri) dan bakteriostatik (menghambat

pertumbuhan bakteri) (Kee dan Hayes 1996)

Antibiotik Klindamisin

Klindamisin efektif terhadap sebagian besar bakteri aerob Gram positif seperti

Streptococcus sp Staphylococcus sp Enterococcus sp Bacilus antracis dan

Corynebacterium diphtheriae tetapi pada umumnya kurang efektif terhadap bakteri

Gram negatif seperti Enterobacteriaceae Neisseria gonorrhoeae Neisseria

4

Meningitidis dan Haemophilus influenzae Klindamisin juga sangat efektif terhadap

bakteri anaerob Gram positif seperti Eubacterium Proponibacterium Peptococcus

Peptostreptococcus Clostridium perfringens dan Cloctridium Tetani dan juga efektif

terhadap beberapa bakteri aerob negatif seperti Fusobacterium spdan Bacteriodes

sptermasuk Bacteroides fragilis (Nugroho 2013)

Morfologi dan Ciri Umum Bakteri Penyebab Jerawat pada Kulit

Wajah

Staphylococcus aureus

Staphyloccus aureus adalah bakteri Gram positif yang menghasilkan

pigmen kuning bersifat aerob fakultatif tidak menghasilkan spora dan tidak motil

S aureus umumnya tumbuh berpasangan maupun berkelompok seperti buah

anggur dengan diameter 08-10 microm Bakteri ini menghasilkan katalase dan

koagulase S aureus biasanya terdapat pada saluran pernafasan atas kulit saluran

urinari abses infeksi luka radang paru-paru dan selaput lendir lainnya

(Rusmiyati et al 2014)

Staphylococcus epidermidis

Bakteri ini merupakan Gram positif berbentuk kokus berdiameter 05-15

microm berkoloni mengerombol menyerupai buah anggur Koloni biasanya berwarna

putih atau krem S epidermidis bersifat aerob fakultatif katalase positif dan

koagulase negatif Bakteri ini merupakan flora normal pada kulit manusia saluran

pernafasan dan saluran pencernaan makanan Staphylococcus epidermidis yang

mempunyai daya invasi rendah serta bergabung dengan faktor-faktor ekstraseluler

dan toksin berperan pada banyak infeksi kulit misalnya jerawat (Saptarini et al

2008)

Propionibacterium acne

Propionibacterium acne termasuk kelompok Corynebacteria Bakteri ini

termasuk bakteri anaerob Gram positif yang toleran terhadap oksigen P Acne

berbentuk batang tak teratur dan tumbuh relatif lambat Genome dari bakteri ini

dapat menghasilkan enzim untuk meluruhkan kulit dan protein yang mungkin

bersifat immunogenic (mampu mengaktifkan sistem kekebalan tubuh) P acnes

dianggap tidak hanya sebagai flora normal penghuni pada kulit yang normal tetapi

juga bersifat sebagai bakteri patogen fakultatif (Rusmiyati et al2014)

5

METODE

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Mikrobiologi Departemen

Ilmu Penyakit Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner (IPHK) dan

Laboratorium Farmasi Departemen Klinik Reproduksi dan Patologi (KRP)

Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) Institut Pertanian Bogor (IPB) Kegiatan

dimulai sejak bulan Juli 2014 sampai dengan bulan Januari 2015

Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian adalah timbangan analitik cawan

petri mini tube mikro pipet pipet volumentrik pipet pasteur pinset tabung

reaksi cotton bud steril tabung durham tabung effendorf osekapas object glass

bunsen spatula inkubator autoklaf dan mikroskop Bahan yang digunakan

adalah daun jawer kotok bakteri hasil swab wajah (S aureus S epidermidis

Streptococcus sp Micrococcus sp) antibiotik klindamisin satu set zat

pewarnaan gram reagen katalase (larutan 3 H2O2) Brain Heart Infussion (BHI)

Blood Agar (BA) Mac Conkey Agar (MCA) Manitol Salt Agar (MSA)

Tyrpticase Soy Agar (TSA) Muller Hilton Agar (MHA) etanol 96 Dimenthyl

sulfoxide (DMSO) NaOH H2SO4 FeCl3 reagen dragendorff dan reagen meyer

Prosedur Penelitian

Pengambilan Sampel

Metode pengambilan sampel dilakukan dengan melakukan swab pada kulit

wajah berjerawat pada sepuluh orang probandus yang telah dipilih Sepuluh

probandus tersebut terdiri dari 5 orang perempuan dan 5 orang laki-laki Swab

kulit dilakukan dengan menggunakan cotton bud yang telah disterilkan Swab

kulit dilakukan dengan cara mencelupkan cotton bud pada media BHI agar bakteri

pada jerawat dapat terangkat dan menempel pada cotton bud Swab kulit dari satu

orang dimasukan pada media BHI untuk dibawa ke laboratorium Perlakuan yang

sama dilakukan pada setiap probandus

6

Isolasi dan Identifikasi Bakteri pada Permukaan Kulit Wajah Berjerawat

Identifikasi bakteri mengacu pada metode Carter (1990) dan Jang et al

(1976) Sampel yang telah diperoleh dari hasil swab jerawat ditumbuhkan pada

media BA dengan cara mengambil sampel dari media transpor dengan

menggunakan ose steril dan menggoreskannya pada permukaan agar BA Bakteri

yang telah dibiakan pada agar BA diinkubasi pada suhu 37 ordmC selama 24 jam

Setelah diinkubasi dilakukan pengamatan koloni dan diamati koloni yang berbeda

kemudian ditanam pada media TSA dan diinkubasi pada suhu 37 ordmC selama 24

jam Setelah dilakukan isolasi sampel selanjutnya dilakukan pewarnaan bakteri

dan dilanjutkan dengan proses identifikasi (Gambar 2)

Gambar 2 Uji identifikasi bakteri Gram positif

Uji katalase Pengamatan

Mikroskopis

Batang Kokus

+Spora

(Bacillus sp)

((jjh

-Spora (non

Bacillus sp)

((jjh

Positif Negatif

Uji Glukosa Mikroaerofilik

Streptococcaceae

Uji CAMP

(BA)

Staphylococcus

spp

Micrococcus spp

MSA Uji Koagulase

Micrococcaceae

Positif Negatif

Merah Kuning

Staphylococcus aureus Staphylococcus epidermidis

α γ β

Bakteri Gram Positif

7

Daun Jawer Kotok

Daun jawer kotok (Coleus atropurpureus) diperoleh dari Balai Penelitian

Tanaman Rempah dan Obat (BALITRO) dalam keadaan daun basah Bagian

tanaman yang digunakan adalah daunnya yang berwarna merah kecoklatan

Ekstrak Etanol Daun Jawer Kotok

Pembuatan ektrak etanol daun jawer kotok dilakukan dengan metode

maserasi Daun jawer kotok basah sebanyak 800 g diris kecil-kecil kemudian

dibagi menjadi 4 bagian masing-masing bagian 200 g kemudian direndam

dengan etanol 96 (perbandingan 110) dalam 4 tempat penampungan selama

3x24 jam sambil sesekali diaduk dan disaring untuk mendapatkan filtratnya

Filtrat hasil maserasi dievaporasi selama 17 jam menggunakan rotary evaporator

Hasil ekstrak kental daun jawer kotok yang didapat sebanyak 185 g

Penapisan Fitokimia Daun Jawer Kotok

Penapisan fitokimia dilakukan dengan metode Harborne (1987) untuk

mengetahui golongan senyawa kimia (terutama metabolit sekunder) yang

terkandung dalam suatu tanaman Penapisan fitokimia yang sering dilakukan

adalah penapisan untuk metabolit sekunder golongan alkaloid flavonoid tanin

polifenol terpenoid steroid dan saponin Flavonoid diuji dengan memasukan

ekstrak ditambahkan dengan etanol 96 lalu diaduk dan ditambahakan NaOH 7

tetes serta H2SO4 amati perubahan warna menjadi kuning jika hasilnya positif Uji

polifenol dan tanin dilakukan dengan memasukan ekstrak ditambahkan dengan air

lalu dipanaskan dan ditambahkan FeCl3 selanjutnya akan terjadi perubahan warna

menjadi hijau biru sampai hitam untuk hasil positif adanya polifenol dan tanin

Uji alkaloid dilakukan dengan membagi ekstrak menjadi 2 bagian keduanya

ditambahkan larutan etanol 96 Salah satu bagian ditambahkan reagen

dragendorff dan yang lain ditambahkan reagen meyer Hasil positif adanya

alkaloid ditandai dengan warna kuning saat diberi reagen dragendorff dan

endapan putih saat ditambahkan reagen meyer Uji terpenoid dilakukan dengan

memasukkan ekstrak ke dalam tabung reaksi kemudian ditambahkan etanol 96

dan ditetesi dengan H2SO4 pekat Hasil positif terpenoid ditandai dengan

terbentuknya warna merah kecoklatan

Pengujian Daya Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Jawer Kotok

Metode pengujian aktivitas antibakteri yang digunakan adalah metode

sumuran (agar well difusion method) dengan media MHA Suspensi bakteri yang

digunakan memiliki kekeruhan yang setara dengan larutan Mc Farland I atau

3x108

CFUml Suspensi bakteri kemudian digoreskan pada MHA dengan

menggunakan cotton bud steril Setelah digores kemudian didiamkan selama 10

8

menit Kegiatan ini dilakukan sebanyak lima kali ulangan untuk setiap bakteri uji

Pada media MHA dibuat sebanyak 6 sumuran yang akan diisi dengan

Konsentrasi 20 (K1) 02 g ekstrak daun jawer kotok dalam 1 ml DMSO

Konsentrasi 40 (K2) 04 g ekstrak daun jawer kotok dalam 1 ml DMSO

Konsentrasi 60 (K3) 06 g ekstrak daun jawer kotok dalam 1 ml DMSO

Konsentrasi 80 (K4) 08 g ekstrak daun jawer kotok dalam 1 ml DMSO

Kontrol positif (KP) Klindamisin 1

Kontrol negatif (KN) DMSO

Media MHA yang telah diisi dengan larutan uji kemudian diinkubasi pada

suhu 37 ordmC selama 24 jam dan diamati diameter zona hambatnya dengan

penggaris

Analisis Data

Data hasil pengukuran diameter zona hambat dianalis secara kuantitatif

menggunakan metode one way analysis of variance (one way Anova) dan

dilanjutkan dengan uji Duncan

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penapisan Fitokimia Daun Jawer KotoK

Penapisan fitokimia ekstrak etanol daun jawer kotok positif mengandung

metabolit sekunder berupa flavonoid polifenol tanin serta terpenoid dan negatif

terhadap alkaloid Ridwan et al (2006) dan Rahmawati (2008) juga menyebutkan

bahwa daun jawer kotok tidak mengandung alkaloid (Gambar 3 dan Tabel 1)

(a) (b) (c) (d) (f)

Gambar 3 Hasil uji fitokimia flavonoid (a) alkaloid dengan reagen

dragendorff (b) alkaloid dengan reagen meyer (c) polifenol

(d) terpenoid (e)

9

Tabel 1 Hasil penapisan fitokimia ekstrak etanol daun jawer kotok

Penapisan Fitokimia Hasil

Flavonoid +

Alkaloid

Meyer minus

Dragendorff minus

Polifenol dan Tanin +

Terpenoid + aKeterangan + terdeteksi minus tidak terdeteksi

Bakteri pada Permukaan Kulit Wajah Berjerawat

Bakteri Gram positif yang berhasil diidentifikasi adalah Staphylococcus

aureus Staphylococcus epidermidis Streptococcus sp dan Micrococcus sp

Menurut Seta (2013) dan Razak et al (2013) bakteri yang dapat menyebabkan

jerawat adalah S aureus S epidermidis dan Propionibacterium acne P acne

tidak dapat diisolasi karena metode yang digunakan tidak bisa mengisolasi bakteri

anaerob Penemuan bakteri Streptococcus sp mungkin terjadi mengingat

Streptococcus sp merupakan salah satu bakteri pada kulit yang dapat

menyebabkan terjadinya penyakit pyoderma (Caesarita 2011) Micrococcus sp

dapat ditemukan pada hasil swab wajah mengingat kemungkinan adanya

pencemaran bakteri dari lingkungan seperti air udara dan tanah (Andy dan

Taufik 2010)

Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Jawer Kotok

Rata-rata diameter zona hambat bakteri ekstrak etanol daun jawer kotok

terhadap bakteri Gram positif (Gambar 4 dan Tabel 2)

(a) (b) (c) (d)

Gambar 4 Zona hambat ekstrak etanol daun jawer kotok terhadap S aureus (a)

S epidermidis (b) Streptococcus sp (c)dan Micrococcus sp(d)

K2 KP K3 K2 KP K3

K2 KP K3

K2 KP K3

K1 KN K4 K1 KN K4 K1 KN K4 K1 KN K4

10

Tabel 2 Rata-rata diameter zona hambat ekstrak etanol daun jawer kotok terhadap

bakteri Gram positif hasil swab kulit wajah berjerawat (mm)

Kelompok

Perlakuan

S aureus S epidermidis Streptococcus

sp

Micrococcus

sp

K1 1380 plusmn 109 b

1500 plusmn 070b

1560 plusmn 134c

1420 plusmn 178b

K2 1600 plusmn 122c

1540 plusmn054bc

1620 plusmn 109c

1500 plusmn 200b

K3 1600 plusmn 070c

1640 plusmn 151c

1620 plusmn 109c

1500 plusmn 200b

K4 1700 plusmn 070c

1620 plusmn 109c

1560 plusmn 054c

1420 plusmn 130b

KP 4060plusmn 089d

4080 plusmn 044d

4160 plusmn 054d

1820 plusmn 083d

KN 000 plusmn 000a

000 plusmn 000a

000 plusmn 000a

000 plusmn 000a

aKeterangan K1 konsentrasi 20 K2 konsentrasi 40 K3 konsentrasi 60 K4

konsentrasi 80 KP kontrol positif KN kontrol negatif Huruf supercript yang berbeda dalam

satu kolom menunjukkan perbedaan yang nyata pada taraf nyata Plt 005

Pada Tabel 2 diketahui bahwa KN pada keempat bakteri uji tidak memiliki

diameter zona hambat dan berbeda nyata dengan KP dan seluruh konsentrasi uji

Hal tersebut membuktikan bahwa pelarut tidak berpengaruh terhadap aktivitas

antibakteri sehingga aktivitas antibakteri hanya berasal dari konsentasi uji

DMSO digunakan sebagai KN karena tidak memiliki daya hambat bakteri serta

karena sifat dari DMSO yang merupakan pelarut polar berspektrum luas sehingga

dapat melarutkan senyawa alkaloid dan flavonoid (Mulyatni et al 2012)

Kontrol positif memberikan hasil yang berbeda nyata dengan KN dan

keempat konsentrasi uji pada semua bakteri Hal tersebut membuktikan bahwa

bakteri S aureus S epidermidis Streptococcus sp dan Micrococcus sp masih

peka terhadap KP Antibiotik klindamisin 1 digunakan sebagai KP karena

klindamisin paling efektif dalam pengobatan jerawat jika dibandingkan dengan

eritromisin dan tetrasiklin serta paling banyak digunakan masyarakat untuk

mengobati jerawat (Aziz 2010) Klindamisin adalah salah satu antibiotik golongan

aminoglikosida Klindamisin menghambat sintesis protein pada fase pemanjangan

dengan mempengaruhi translokasi (Syukrinawati 2014) Antibiotik ini efektif

terhadap bakteri Gram positif dan bakteri anaerob akan tetapi kurang efektif

terhadap bakteri Gram negatif (Nugroho 2013)

Hasil uji pada bakteri S aureus terlihat bahwa K1 memberikan perbedaan

yang nyata (Plt005) dengan K2 K3 dan K4 Hasil uji pada S epidermidis

memberikan hasil bahwa K1 berbeda nyata (Plt005) dengan K3 dan K4 Seluruh

konsentrasi ekstrak etanol daun jawer kotok yang diujikan terhadap Streptococcus

sp dan Micrococcus sp tidak menunjukkan hasil yang berbeda nyata

Hasil uji yang dilakukan terhadap Saureus memperlihatkan bahwa semakin

tinggi konsentrasi ekstrak maka semakin besar diameter zona hambat yang

terbentuk Hal ini karena semakin banyak zat aktif yang terkandung dalam ekstrak

tersebut sedangkan pada uji yang dilakukan terhadap S epidermidis

Streptococcus sp dan Micrococcus sp diameter zona hambat yang terbentuk pada

K4 mengalami penurunan Hal tersebut menunjukkan bahwa konsentrasi yang

semakin tinggi tidak selalu menghasilkan diameter zona hambat yang semakin

besar Penurunan aktivitas ini disebabkan karena perbedaan jenis bakteri yang

dihambat perbedaan kecepatan difusi senyawa aktif pada media agar serta

konsentrasi ekstrak yang terlalu tinggi dibandingkan dengan pelarutnya (DMSO)

sehingga larutan menjadi jenuh dan sulit untuk larut Brooks et al (2008)

11

menyatakan bahwa aktivitas antibakteri dipengaruhi beberapa faktor yaitu

konsentrasi ekstrak kandungan senyawa antibakteri daya difusi ekstrak dan jenis

bakteri yang dihambat

Diameter zona hambat bakteri menurut Davis dan Stout dalam Rahmawati

(2008) dibagi atas sangat kuat (zona jernih gt 20 mm) kuat (zona jernih 10minus20

mm) sedang (zona jernih 5minus10 mm) dan lemah (zona jernih lt 5 mm) Kontrol

positif (KP) pada bakteri uji S aureus S epidermidis Streptococcussp tergolong

dalam daya hambat sangat kuat sedangkan KP pada bakteri Micrococcus sp

tergolong dalam daya hambat kuat Hal tersebut kemungkinan dikarenakan target

kerja antibiotik klindamisin ditujukan untuk bakteri yang habitatnya di daerah

kulit wajah sedangkan Micrococcus sp merupakan bakteri kontaminasi dari

lingkungan (air tanah udara) Seluruh konsentrasi ekstrak yang diujikan terhadap

seluruh bakteri (K1K2 K3 K4) tergolong dalam konsentrasi yang memberikan

daya hambat kuat karena diameter zona hambat yang terbentuk antara 1380 plusmn

109 mm sampai 1700 plusmn 070 mm

Mengacu pada standar umum yang dikeluarkan oleh Departemen Kesehatan

disebutkan bahwa mikroba dinyatakan peka terhadap antimikroba asal tanaman

apabila mempunyai ukuran diameter daya hambatannya 12minus24 mm (Darmawi et

al 2013) sehingga dapat dikatakan bahwa seluruh bakteri uji peka terhadap K1

K2 K3 dan K4

Hasil penelitian diketahui bahwa seluruh konsentrasi dinyatakan peka dan

memiliki zona hambat bakteri yang kuat terhadap bakteri uji sehingga ekstrak

etanol daun jawer kotok memiliki potensi antibakteri yang baik Adanya potensi

antibakteri diketahui dari kandungan senyawa metabolit sekunder yang terdapat

pada daun jawer kotok yaitu flavonoid tanin polifenol serta terpenoid

Mekanisme kerja flavonoid sebagai antibakteri adalah membentuk senyawa

kompleks dengan protein ekstraseluler dan terlarut sehingga dapat merusak

membran sel bakteri dan diikuti keluarnya senyawa intraselluler (Ngajow et al

2013)

Mekanisme kerja tanin sebagai antibakteri adalah menghambat enzim

reverse transkriptase dan DNA topoisomerase sehingga sel bakteri tidak dapat

terbentuk Tanin juga mempunyai target pada polipeptida dinding sel sehingga

pembentukan polipeptida dinding sel menjadi tidak sempurna Hal ini

menyebabkan sel bakteri menjadi lisis karena tekanan osmotik maupun fisik

sehingga sel bakteri akan mati (Ngajow et al 2013)

Ngajow et al (2013) juga menyatakan bahwa senyawa fenolik dan terpenoid

memiliki target utama yaitu membran sitoplasma bakteri Aktifitas antibakteri

terpenoid diketahui bereaksi dengan porin (protein transmembran) pada membran

luar dinding sel bakteri Terpenoid membentuk ikatan polimer yang kuat sehingga

mengakibatkan rusaknya porin Rusaknya porin yang merupakan pintu keluar

masuknya senyawa akan mengurangi permeabilitas dinding sel bakteri yang akan

mengakibatkan sel bakteri akan kekurangan nutrisi sehingga pertumbuhan bakteri

akan terhambat dan mati

12

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Ekstrak etanol daun jawer kotok mengandung flavonoid polifenol dan tanin

serta terpenoid yang memiliki aktivitas antibakteri yang dapat menghambat

pertumbuhan bakteri kokus Gram positif pada permukaan kulit wajah berjerawat

Ekstrak etanol daun jawer kotok memiliki potensi antibakteri yang baik karena

daya hambat bakteri pada konsentrasi 20 40 60 dan 80 tergolong dalam

daya hambat yang kuat S aureus S epidermidis Streptococcus sp dan

Micrococcus sp dinyatakan peka terhadap seluruh konsentrasi ekstrak

Saran

Saran yang dapat diberikan kepada peneliti selanjutnya yaitu perlu

dilakukan penelitian aktivitas antibakteri ekstrak etanol daun jawer kotok terhadap

bakteri Pacne dan bakteri gram negatif serta penggunaan kontrol positif dengan

antibiotik yang lain Selain itu penelitian ini juga dapat digunakan sebagai dasar

ilmiah dalam pengembangan produk farmasi antibakteri

DAFTAR PUSTAKA

Agoes G 2007 Ekstraksi Tanaman Obat Bandung ITB

Andy Taufik M 2010 Jumlah bakteri dan keberadaan bakteri Salmonella sp

pada daging kuda di Kabupaten Jeneponto Jurnal Agrisistem 6(2) 82-87

Arundhina E 2014 Aktivitas ekstrak etanol daun alamanda (Allamanda

cathartica L) sebagai anti jamur terhadap Candida albicans dan

Pityrosporum ovale secara in vitro [skripsi] Yogyakarta (ID) Universitas

Katolik Atmajaya Yogyakarta

Aziz S2010 Uji aktivitas antibakteri ekstrak etanol daun dan umbi bakung putih

(Crinum asiatikum L) terhadap bakteri penyebab jerawat[skripsi] Jakarta

(ID) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatulloh

Brooks GF Butel JS Morse SA Mikrobiologi Kedokteran Mudihardi E

KuntamanWasito EB et al penerjemah Jakarta (ID) Salemba Medika

Terjemahan dari Medical Microbiology

Caesarita DP 2011 Pengaruh ekstrak buah nanas (Ananas comosus) 100

terhadap bakteri Staphylococcus aureus dari pyoderma [skripsi] Bandung

(ID) Universitas Diponegoro

Carter GR dan Cole JR 1990 Diagnostic Procedures in Veterinary Bacteriology

and Mycology Fifth Edition London (UK) Academi Press Limited

13

Dalimarta S 2000 Atlas Tumbuhan Indonesia Jilid ke-2 Jakarta Trubus

Agriwidya

Darmawi Manaf ZH Putranda F 2013 Daya hambat getah jarak cina (Jatropha

multifida L) terhadap Staphylococcus aureus secara invitro Jurnal Medika

Veterinaria7(2) 113-115

Hamdayati Y Kusnadi Rahadian I 2008 Aktivitas antibakteri ekstrak daun

patikan kebo (Euphorbia hirta) terhadap pertumbuhan bakteri

Staphylococcus epidermidis Jurnal Pengajaran Matematika dan Ilmu

Pengetahuan alam 12(7) 1-10

Harborne JB 1987 Metode Fitokimia Padmawinata K Soediro I penerjemah

Jakarta (ID) UI Press Terjemahan dari Basic Concepts of Analytical

Chemistry

Jang SS Biberstein EL Hirsh DC 1976 A Manual of Veterinary Clinical

Bacteriology and Micology Davis (US) Univ California

Kee JL Hayes ER Farmakologi Pendekatan Proses Keperawatan Anugerah P

penerjemah Jakarta (ID) EGC Terjemahan dari Pharmacology A Nursing

Process Approach

Mulyatni AS Budiani A Taniwiryono D 2012 Aktivitas antibakteri ekstrak kulit

buah kakao (Theobroma cacao L) terhadap Escherichia coli Bacillus

subtilis dan Staphylococcus aureus Jurnal Menara Perkebunan 80(2) 77-

84

Ngajow M Abidjulu J Kamu VS 2013 Pengaruh antibakteri ekstrak kulit batang

matoa (Pometia pinnata) terhadap bakteri Staphylococcus aureus secara in

vitro Jurnal Mipa Unsrat 2(2) 128-132

Nugroho RA 2013 Terapi topikal clindamycin dibandingkan dengan niacinamide

+ zinc pada Acne vulgaris [skripsi] Semarang (ID) Universitas

Diponegoro

Rahmawati F 2008Isolasi dan karakteristik senyawa antibakteri ekstrak daun

miana Coleus scutellarioides [L] Benth [tesis] Bogor (ID) Institut

Pertanian Bogor

Ratnawati Y 2007 Aktivitas antibakteri ekstrak daun jawer kotok (Coleus

scutellarioides [L] Benth) [skripsi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor

Razak A Djamal A Revilla G 2013 Uji daya hambat air perasan buah jeruk

nipis (Citrus aurantifolia) terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus

aureus secara in vitro Jurnal Kesehatan Andalas 2(1) 5-8

Ridwan Y Darusman LK Satrija F Handaryani E 2006 Kandungan kimia

berbagai ekstrak daun miana (Coleus blumei Bent) dan efek anthelmintiknya

terhadap cacing pita pada ayam Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia11(2) 1-6

Rusmiyati I Husain DR Alam G 2014 Bioaktivitas ekstrak metanol daun muda

sirsak (Annona muricata L) sebagai antibakteri terhadap Staphylococcus

aureus dan Propionibacterium acne [penelitian ilmiah] Makasar (ID)

Universitas Hassanudin

Saptarini O Perawati Hartanto Y 2008 Uji aktivitas antibakteri ekstrak etanol

buah mahkota dewa (Phaleria macrocarpa) terhadap Staphylococcus

epidermidis penyebab jerawat Jurnal Biomedika1(1) 1-7

Seta SA 2013 Optimasi formula lotion anti jerawat ekstrak etanol kulit buah

manggis (Garcinia mangostana L) dan uji aktivitas terhadap

14

Propionibacterium acnes dan Staphylococcus epidermidis [skripsi]

Yogyakarta (ID) Universitas Gadjah Mada

Syukrinawati RP 2014 Tingkat pengetahuan penggunaan antibiotik oleh

mahasiswa kepaniteraan klinik departemen bedah mulut RSGM-P FKG

periode September 2-13 Maret 2014 [skripsi] Medan (ID) Universitas

Sumatera Utara

Waji RA 2009 Flavonoid (Quercetin) [Penelitian Ilmiah] Makasar (ID)

Universitas Hasanuddin

Widiawati W Lutfiati D Perbedaan hasil penyembuhan kulit wajah berjerawat

antara masker lidah buaya dengan masker non lidah buaya e- Journal

Universitas Negeri Surabaya 2014 3(1) 217-225

15

LAMPIRAN

Lampiran 1 Pembuktian hipotesis

1 Pengambilan keputusan dari hipotesis yang ditentukan diuji dengan uji

ANOVA

2 Hipotesis dalam penelitian ini berupa Ho yaitu ekstrak etanol daun jawer

kotok dengan konsentrasi ekstrak 20 40 60 dan 80 tidak memiliki

aktivitas antibakteri terhadap bakteri pada permukaan kulit wajah

berjerawat dan H1 yaitu ekstrak etanol daun jawer kotok dengan

konsentrasi ekstrak 20 40 60 dan 80 memiliki aktivitas

antibakteri terhadap bakteri pada permukaan kulit wajah berjerawat

3 Pengambilan keputusan untuk memilih hipotesis mana yang diterima dan

hipotesis mana yang ditolak didasarkan pada perbandingan F hitung dan F

tabel dengan syarat jika F hitung kurang dari F tabel maka tolak H1 dan

terima H0 dan jika F hitung lebih besar dari F tabel maka H0 ditolak dan

terima H1

4 Hasil uji one way ANOVA pada diameter zona hambat bakteri S aureus S

Epidermidis Streptococcus sp dan Micrococcus sp diperoleh nilai F

hitung lebih besar dari F tabel (1143 831 gt 262) (1149 947 gt 262)

(1122 068 gt 262) dan (91144 gt 262) maka hiptotesis yang diterima

adalah H1 yaitu ekstrak etanol daun jawer kotok dengan konsentrasi

ekstrak 20 40 60 dan 80 memiliki aktivitas antibakteri terhadap

bakteri S aureus S epidermidis Streptococcus sp dan Micrococcus sp

Lampiran 2 hasil uji ANOVA dan uji lanjutan Duncan

Descriptives

saureus

N Mean

Std Deviation Std Error

95 Confidence Interval for

Mean

Minimum Maximum Lower Bound

Upper Bound

ekstrak 20 5 138000

109545

48990

124398

151602

1200

1500

ekstrak 40 5 160000

122474

54772

144793

175207

1400

1700

ekstrak 60 5 160000

70711

31623

151220

168780

1500

1700

ekstrak 80 5 170000

70711

31623

161220

178780

1600

1800

kontrol positif 5 406000

89443

40000

394894

417106

3900

4100

kontrol negative 5 0000

00000

00000

0000

0000

00 00

Total 30

172333

1218728

222508

126825

217841

00 4100

16

ANOVA

saureus

Sum of Squares df Mean Square F Sig

Between Groups

4289367 5 857873 1143831

000

Within Groups

18000 24 750

Total 4307367 29

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

saureus

Duncana

perlakuan N

Subset for alpha = 005

1 2 3 4

kontrol negatif 5 0000 ekstrak 20 5

13800

0

ekstrak 40 5

160000

ekstrak 60 5

160000

ekstrak 80 5

170000

kontrol positif 5

406000

Sig 1000 1000 096 1000

Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000

ONEWAY Sepidermidis BY perlakuan

STATISTICS DESCRIPTIVES

MISSING ANALYSIS

POSTHOC=DUNCAN ALPHA(005)

[DataSet0]

Descriptives

Sepidermidis

N Mean Std Deviation Std Error

95 Confidence Interval

for Mean

Minimum Maximum Lower Bound

Upper Bound

ekstrak 20 5 150000

70711

31623

141220

158780

1400

1600

ekstrak 40 5 154000

54772

24495

147199

160801

1500

1600

ekstrak 60 5 164000

151658

67823

145169

182831

1500

1800

ekstrak 80 5 162000

109545

48990

148398

175602

1500

1800

kontrol positif 5 408000

44721

20000

402447

413553

4000

4100

kontrol negatif 5 0000

00000

00000

0000

0000

00 00

Total 30

173000

1221968

223100

127371

218629

00 4100

17

ANOVA

Sepidermidis

Sum of Squares Df Mean Square F Sig

Between Groups 4312300 5 862460 1149947

000

Within Groups 18000 24 750 Total 4330300 29

Post Hoc Tests

Homogeneous Subsets

Sepidermidis

Duncana

Perlakuan N

Subset for alpha = 005

1 2 3 4

kontrol negative 5 0000 ekstrak 20 5

15000

0

ekstrak 40 5

154000

154000

ekstrak 80 5

162000

ekstrak 60 5

164000

kontrol positif 5

408000

Sig 1000 472 096 1000

Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000

ONEWAY Sepidermidis BY perlakuan

STATISTICS DESCRIPTIVES

MISSING ANALYSIS

POSTHOC=DUNCAN ALPHA(005)

[DataSet0]

18

Descriptives

Streptococcus

N Mean Std Deviation

Std Error

95 Confidence Interval

for Mean

Minimum Maximum Lower Bound

Upper Bound

ekstrak 20 5 156000

134164

60000

139341

172659

1400 1700

ekstrak 40 5 162000

109545

48990

148398

175602

1500 1700

ekstrak 60 5 162000

109545

48990

148398

175602

1500 1700

ekstrak 80 5 156000

54772

24495

149199

162801

1500 1600

kontrol positif 5 416000

54772

24495

409199

422801

4100 4200

kontrol negatif 5 0000

00000

00000

0000

0000

00 00

Total 30

175333

1246715

227618

128780

221886

00 4200

ANOVA

Streptococcus

Sum of Squares df Mean Square F Sig

Between Groups 4488267 5 897653 1122067

000

Within Groups 19200 24 800 Total 4507467 29

Post Hoc Tests

Homogeneous Subsets

Streptococcus

Duncana

perlakuan N

Subset for alpha = 005

1 2 3

kontrol negatif 5 0000 ekstrak 20 5

15600

0

ekstrak 80 5

156000

ekstrak 40 5

162000

ekstrak 60 5

162000

kontrol positif 5

416000

Sig 1000 343 1000

Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000

ONEWAY Sepidermidis BY perlakuan

STATISTICS DESCRIPTIVES

MISSING ANALYSIS

POSTHOC=DUNCAN ALPHA(005)

[DataSet0]

19

Descriptives

Micrococcus

N Mean Std Deviation

Std Error

95 Confidence Interval for

Mean

Minimum Maximum Lower Bound

Upper Bound

ekstrak 20 5 142000

178885

80000

119788

164212

1200

1600

ekstrak 40 5 150000

200000

89443

125167

174833

1200

1700

ekstrak 60 5 150000

200000

89443

125167

174833

1200

1700

ekstrak 80 5 142000

130384

58310

125811

158189

1200

1500

kontrol positif 5 182000

83666

37417

171611

192389

1700

1900

kontrol negative

5 0000

00000

00000

0000

0000

00 00

Total 30

127667

612335

111797

104802

150532

00 1900

ANOVA

Micrococcus

Sum of Squares Df Mean Square F Sig

Between Groups 1032967 5 206593 91144 000 Within Groups 54400 24 2267

Total 1087367 29

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

Micrococcus

Duncana

Perlakuan N

Subset for alpha = 005

1 2 3

kontrol negative 5 0000 ekstrak 20 5

14200

0

ekstrak 80 5

142000

ekstrak 40 5

150000

ekstrak 60 5

150000

kontrol positif 5

182000

Sig 1000 451 1000

Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000

20

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Jakarta tanggal 25 september 1992 Penulis merupakan

anak ketiga dari tiga bersaudara dari pasangan Petrus Bambang Wijanarko dan

Susana Tuminah Penulis menempuh pendidikan Sekolah Menengah Pertama di

SMP Strada Bhakti Wiyata Bekasi dan Sekolah Menengah Atas di SMA Santo

Antonius Jakarta Penulis aktif di Organisasi Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM)

Keluarga Mahasiswa Katolik IPB sejak tahun 2011 hingga 2013 Penulis juga

aktif di Himpunan Profesi Ornithologi dan Unggas sejak tahun 2013 hingga 2014

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 1

Manfaat Penelitian 1

Ruang Lingkup Penelitian 2

TINJAUAN PUSTAKA 2

Jawer Kotok (Coleusatropurpureus) 2

Jerawat 2

Ekstraksi 3

Antibakteri 3

Antibiotik Klindamisin 4

Morfologi dan Kharakteristik Bakteri Penyebab Jerawat pada Kulit Wajah 4

METODE 5

Tempat dan Waktu Penelitian 5

Alat dan Bahan 5

Prosedur Penelitian 5

Analisis Data 8

HASIL DAN PEMBAHASAN 8

Penapisan Fitokimia Daun Jawer Kotok 8

Bakteri pada Permukaan Kulit Wajah Berjerawat 9

Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Jawer Kotok 9

SIMPULAN DAN SARAN 12

Simpulan 12

Saran 12

Daftar Pustaka 13

LAMPIRAN 15

RIWAYAT HIDUP 20

DAFTAR TABEL

1 Hasil penapisan fitokimia ekstrak etanol daun jawer kotok 9

2 Rata-rata diameter zona hambat bakteri ekstrak daun jawer kotok

terhadap bakteri Gram positif (mm) pada permukaan kulit wajah

berjerawat 10

DAFTAR GAMBAR

1 Coleus atropurpureus 2 2 Uji identifikasi bakteri Gram positif 6

3 Hasil uji fitokimia 8

4 Zona hambat Ekstrak Etanol Daun Jawer Kotok terhadap

Staphylococcus aureus Staphylococcus epidermidis Streptococcus sp

dan Micrococcus sp 9

DAFTAR LAMPIRAN 1 Pembuktian hipotesis 15

2 Hasil Uji ANOVA dan uji lanjutan Duncan 15

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Penggunaan antibiotik mengalami peningkatan yang luar biasa pada lima

dekade terakhir Antibiotik yang digunakan secara tidak rasional akan membuat

bakteri menjadi bersifat resisten dan tetap memperbanyak diri di inangnya

Resistensi bakteri mendorong adanya bahan antibiotik lain yang murah tersedia

secara kontinu dan memiliki semua unsur-unsur yang dibutuhkan untuk

pembuatan antimikroba oleh sebab itu perlu dilakukan eksplorasi terhadap bahan

alternatif yang dapat digunakan sebagai senyawa antibakteri

Perawatan kulit wajah merupakan hal yang penting untuk dilakukan

Perawatan tersebut bertujuan untuk memaksimalkan penampilan diri agar lebih

percaya diri Perawatan yang sering dilakukan adalah melakukan facial

pemakaian krim masker serta sabun agar kulit wajah tidak kusam dan berjerawat

Jerawat merupakan penyakit kulit akibat peradangan pada kelenjar sebacea karena

aktivitas Staphylococcus epidermidis dan Propionibacterium acnes (Seta 2013)

serta Staphylococcus aureus (Razak et al 2013)

Jawer kotok (Coleus atropurpureus) merupakan tanaman yang berfungsi

sebagai tanaman hias dan tanaman obat Masyarakat memanfaatkan daun jawer

kotok sebagai obat untuk berbagai penyakit diare demam pengobatan pasca

melahirkan terlambat datang bulan abses ambeien dan diabetes mellitus

(Ratnawati 2007) Rahmawati (2008) menyatakan bahwa daun jawer kotok dapat

digunakan sebagai senyawa antibakteri

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menguji aktivitas antibakteri ekstrak etanol

daun jawer kotok (Coleus atropurpureus) dalam menghambat pertumbuhan

bakteri pada permukaan kulit wajah berjerawat

Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah memperoleh hasil uji potensi antibakteri

ekstrak etanol daun jawer kotok terhadap bakteri Gram positif pada kulit wajah

berjerawat sehingga dapat digunakan sebagai dasar ilmiah dalam pengembangan

produk farmasi antibakteri Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan

informasi kepada masyarakat akan khasiat daun jawer kotok serta nilai tambah

bagi tanaman jawer kotok secara ekonomis

2

Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini membahas mengenai aktivitas antibakteri ekstrak etanol daun

jawer kotok dengan konsentrasi 20 40 60 dan 80 terhadap bakteri Gram

positif yang ditemukan pada permukaan kulit wajah berjerawat

TINJAUAN PUSTAKA

Jawer Kotok (Coleus atropurpureus)

Tanaman jawer kotok (iler) merupakan tanaman yang umum ditemukan di

IndonesiaTanaman ini tumbuh di tempat lembab dan terbuka seperti pinggir

selokan pematang sawah atau tepi jalan pada ketinggiaan 1-1300 diatas

permukaan laut (dpl) Coleus atropurpureus termasuk ke dalam famili Lamiaceae

Tanaman ini dikenal dengan nama daerah jawer kotok (sunda) kentangan (jawa)

saru-saru atau majaja Daunnya berbentuk bulat telur pangkal membulat

menyerupai bentuk jantung ujung meruncing tepi bergerigi tulang daun

menyirip permukaan mengkilat berambut halus memiliki panjang 7-11 cm dan

lebar 35-6 cm (Dalimartha 2000)

Gambar 1 Coleus atropurpureus

Daun jawer kotok diketahui mengandung flavonoid tanin saponin (Yusuf

et al 2006) polifenol serta steroid (Rahmawati 2008) Flavonoid banyak

ditemukan pada daun berwarna ungu seperti jawer kotok (Waji dan Sugrani 2009)

Jerawat

Jerawat merupakan kondisi kulit yang abnormal yang disebabkan oleh

gangguan produksi dari kelenjar minyak yang berlebihan Kelebihan produksi

3

sebaceous gland akan menyebabkan penyumbatan pada saluran folikel rambut

dan pori-pori kulit Kotoran atau sel kulit mati yang tidak dibersihkan akan

bertumpuk menjadi komedo dan jika terinfeksi bakteri penyebab jerawat komedo

akan berubah menjadi jerawat (Widiawati 2014)

Ekstraksi

Ekstraksi merupakan proses pemisahan bahan dari campurannya dengan

pelarut Ekstraksi tanaman obat adalah pemisahan secara kimia atau fisika suatu

atau sejumlah bahan padat atau bahan cair dari suatu tanaman obat (Agoes 2007)

Daun jawer kotok diekstrak menggunakan metode maserasi Maserasi merupakan

metode ekstraksi yang dilakukan dengan metode merendam sampel dalam pelarut

tanpa pemanasan Metode maserasi dipilih karena metodenya yang sederhana dan

bisa menghindari kerusakan komponen senyawa yang tidak tahan panas yang

terkandung dalam sampel (Rahmawati 2008) Pemilihan etanol 96 sebagai

pelarut didasarkan pada fungsi dari pelarut etanol 96 yang dapat mengikat

berbagai senyawa aktif seperti tanin polifenol flavonoid terpenoid sterol dan

alkaloid (Hamdayati et al 2008) Perbandingan jumlah daun jawer kotok dan

pelarut etanol 96 yang digunakan adalah 1 10 Menurut Arundhina (2014)

semakin banyak pelarut yang digunakan maka rendemen yang diperoleh semakin

besar hal ini disebabkan semakin besarnya rasio pelarut terhadap daun maka luas

permukaan perpindahan massa antara padatan dengan larutan semakin besar

Filtrat dari proses maserasi diuapkan menggunakan rotary evaporator Proses

penguapan dilakukan untuk memisahkan pelarut etanol 96 dan senyawa

fitokimia yang terekstrak dari daun jawer kotok

Antibakteri

Antibakteri merupakan sifat suatu bahan yang menunjukkan efek

menghambat pertumbuhan bakteri Penghambatan pertumbuhan bakteri dibedakan

menjadi bakterisida (mampu membunuh bakteri) dan bakteriostatik (menghambat

pertumbuhan bakteri) (Kee dan Hayes 1996)

Antibiotik Klindamisin

Klindamisin efektif terhadap sebagian besar bakteri aerob Gram positif seperti

Streptococcus sp Staphylococcus sp Enterococcus sp Bacilus antracis dan

Corynebacterium diphtheriae tetapi pada umumnya kurang efektif terhadap bakteri

Gram negatif seperti Enterobacteriaceae Neisseria gonorrhoeae Neisseria

4

Meningitidis dan Haemophilus influenzae Klindamisin juga sangat efektif terhadap

bakteri anaerob Gram positif seperti Eubacterium Proponibacterium Peptococcus

Peptostreptococcus Clostridium perfringens dan Cloctridium Tetani dan juga efektif

terhadap beberapa bakteri aerob negatif seperti Fusobacterium spdan Bacteriodes

sptermasuk Bacteroides fragilis (Nugroho 2013)

Morfologi dan Ciri Umum Bakteri Penyebab Jerawat pada Kulit

Wajah

Staphylococcus aureus

Staphyloccus aureus adalah bakteri Gram positif yang menghasilkan

pigmen kuning bersifat aerob fakultatif tidak menghasilkan spora dan tidak motil

S aureus umumnya tumbuh berpasangan maupun berkelompok seperti buah

anggur dengan diameter 08-10 microm Bakteri ini menghasilkan katalase dan

koagulase S aureus biasanya terdapat pada saluran pernafasan atas kulit saluran

urinari abses infeksi luka radang paru-paru dan selaput lendir lainnya

(Rusmiyati et al 2014)

Staphylococcus epidermidis

Bakteri ini merupakan Gram positif berbentuk kokus berdiameter 05-15

microm berkoloni mengerombol menyerupai buah anggur Koloni biasanya berwarna

putih atau krem S epidermidis bersifat aerob fakultatif katalase positif dan

koagulase negatif Bakteri ini merupakan flora normal pada kulit manusia saluran

pernafasan dan saluran pencernaan makanan Staphylococcus epidermidis yang

mempunyai daya invasi rendah serta bergabung dengan faktor-faktor ekstraseluler

dan toksin berperan pada banyak infeksi kulit misalnya jerawat (Saptarini et al

2008)

Propionibacterium acne

Propionibacterium acne termasuk kelompok Corynebacteria Bakteri ini

termasuk bakteri anaerob Gram positif yang toleran terhadap oksigen P Acne

berbentuk batang tak teratur dan tumbuh relatif lambat Genome dari bakteri ini

dapat menghasilkan enzim untuk meluruhkan kulit dan protein yang mungkin

bersifat immunogenic (mampu mengaktifkan sistem kekebalan tubuh) P acnes

dianggap tidak hanya sebagai flora normal penghuni pada kulit yang normal tetapi

juga bersifat sebagai bakteri patogen fakultatif (Rusmiyati et al2014)

5

METODE

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Mikrobiologi Departemen

Ilmu Penyakit Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner (IPHK) dan

Laboratorium Farmasi Departemen Klinik Reproduksi dan Patologi (KRP)

Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) Institut Pertanian Bogor (IPB) Kegiatan

dimulai sejak bulan Juli 2014 sampai dengan bulan Januari 2015

Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian adalah timbangan analitik cawan

petri mini tube mikro pipet pipet volumentrik pipet pasteur pinset tabung

reaksi cotton bud steril tabung durham tabung effendorf osekapas object glass

bunsen spatula inkubator autoklaf dan mikroskop Bahan yang digunakan

adalah daun jawer kotok bakteri hasil swab wajah (S aureus S epidermidis

Streptococcus sp Micrococcus sp) antibiotik klindamisin satu set zat

pewarnaan gram reagen katalase (larutan 3 H2O2) Brain Heart Infussion (BHI)

Blood Agar (BA) Mac Conkey Agar (MCA) Manitol Salt Agar (MSA)

Tyrpticase Soy Agar (TSA) Muller Hilton Agar (MHA) etanol 96 Dimenthyl

sulfoxide (DMSO) NaOH H2SO4 FeCl3 reagen dragendorff dan reagen meyer

Prosedur Penelitian

Pengambilan Sampel

Metode pengambilan sampel dilakukan dengan melakukan swab pada kulit

wajah berjerawat pada sepuluh orang probandus yang telah dipilih Sepuluh

probandus tersebut terdiri dari 5 orang perempuan dan 5 orang laki-laki Swab

kulit dilakukan dengan menggunakan cotton bud yang telah disterilkan Swab

kulit dilakukan dengan cara mencelupkan cotton bud pada media BHI agar bakteri

pada jerawat dapat terangkat dan menempel pada cotton bud Swab kulit dari satu

orang dimasukan pada media BHI untuk dibawa ke laboratorium Perlakuan yang

sama dilakukan pada setiap probandus

6

Isolasi dan Identifikasi Bakteri pada Permukaan Kulit Wajah Berjerawat

Identifikasi bakteri mengacu pada metode Carter (1990) dan Jang et al

(1976) Sampel yang telah diperoleh dari hasil swab jerawat ditumbuhkan pada

media BA dengan cara mengambil sampel dari media transpor dengan

menggunakan ose steril dan menggoreskannya pada permukaan agar BA Bakteri

yang telah dibiakan pada agar BA diinkubasi pada suhu 37 ordmC selama 24 jam

Setelah diinkubasi dilakukan pengamatan koloni dan diamati koloni yang berbeda

kemudian ditanam pada media TSA dan diinkubasi pada suhu 37 ordmC selama 24

jam Setelah dilakukan isolasi sampel selanjutnya dilakukan pewarnaan bakteri

dan dilanjutkan dengan proses identifikasi (Gambar 2)

Gambar 2 Uji identifikasi bakteri Gram positif

Uji katalase Pengamatan

Mikroskopis

Batang Kokus

+Spora

(Bacillus sp)

((jjh

-Spora (non

Bacillus sp)

((jjh

Positif Negatif

Uji Glukosa Mikroaerofilik

Streptococcaceae

Uji CAMP

(BA)

Staphylococcus

spp

Micrococcus spp

MSA Uji Koagulase

Micrococcaceae

Positif Negatif

Merah Kuning

Staphylococcus aureus Staphylococcus epidermidis

α γ β

Bakteri Gram Positif

7

Daun Jawer Kotok

Daun jawer kotok (Coleus atropurpureus) diperoleh dari Balai Penelitian

Tanaman Rempah dan Obat (BALITRO) dalam keadaan daun basah Bagian

tanaman yang digunakan adalah daunnya yang berwarna merah kecoklatan

Ekstrak Etanol Daun Jawer Kotok

Pembuatan ektrak etanol daun jawer kotok dilakukan dengan metode

maserasi Daun jawer kotok basah sebanyak 800 g diris kecil-kecil kemudian

dibagi menjadi 4 bagian masing-masing bagian 200 g kemudian direndam

dengan etanol 96 (perbandingan 110) dalam 4 tempat penampungan selama

3x24 jam sambil sesekali diaduk dan disaring untuk mendapatkan filtratnya

Filtrat hasil maserasi dievaporasi selama 17 jam menggunakan rotary evaporator

Hasil ekstrak kental daun jawer kotok yang didapat sebanyak 185 g

Penapisan Fitokimia Daun Jawer Kotok

Penapisan fitokimia dilakukan dengan metode Harborne (1987) untuk

mengetahui golongan senyawa kimia (terutama metabolit sekunder) yang

terkandung dalam suatu tanaman Penapisan fitokimia yang sering dilakukan

adalah penapisan untuk metabolit sekunder golongan alkaloid flavonoid tanin

polifenol terpenoid steroid dan saponin Flavonoid diuji dengan memasukan

ekstrak ditambahkan dengan etanol 96 lalu diaduk dan ditambahakan NaOH 7

tetes serta H2SO4 amati perubahan warna menjadi kuning jika hasilnya positif Uji

polifenol dan tanin dilakukan dengan memasukan ekstrak ditambahkan dengan air

lalu dipanaskan dan ditambahkan FeCl3 selanjutnya akan terjadi perubahan warna

menjadi hijau biru sampai hitam untuk hasil positif adanya polifenol dan tanin

Uji alkaloid dilakukan dengan membagi ekstrak menjadi 2 bagian keduanya

ditambahkan larutan etanol 96 Salah satu bagian ditambahkan reagen

dragendorff dan yang lain ditambahkan reagen meyer Hasil positif adanya

alkaloid ditandai dengan warna kuning saat diberi reagen dragendorff dan

endapan putih saat ditambahkan reagen meyer Uji terpenoid dilakukan dengan

memasukkan ekstrak ke dalam tabung reaksi kemudian ditambahkan etanol 96

dan ditetesi dengan H2SO4 pekat Hasil positif terpenoid ditandai dengan

terbentuknya warna merah kecoklatan

Pengujian Daya Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Jawer Kotok

Metode pengujian aktivitas antibakteri yang digunakan adalah metode

sumuran (agar well difusion method) dengan media MHA Suspensi bakteri yang

digunakan memiliki kekeruhan yang setara dengan larutan Mc Farland I atau

3x108

CFUml Suspensi bakteri kemudian digoreskan pada MHA dengan

menggunakan cotton bud steril Setelah digores kemudian didiamkan selama 10

8

menit Kegiatan ini dilakukan sebanyak lima kali ulangan untuk setiap bakteri uji

Pada media MHA dibuat sebanyak 6 sumuran yang akan diisi dengan

Konsentrasi 20 (K1) 02 g ekstrak daun jawer kotok dalam 1 ml DMSO

Konsentrasi 40 (K2) 04 g ekstrak daun jawer kotok dalam 1 ml DMSO

Konsentrasi 60 (K3) 06 g ekstrak daun jawer kotok dalam 1 ml DMSO

Konsentrasi 80 (K4) 08 g ekstrak daun jawer kotok dalam 1 ml DMSO

Kontrol positif (KP) Klindamisin 1

Kontrol negatif (KN) DMSO

Media MHA yang telah diisi dengan larutan uji kemudian diinkubasi pada

suhu 37 ordmC selama 24 jam dan diamati diameter zona hambatnya dengan

penggaris

Analisis Data

Data hasil pengukuran diameter zona hambat dianalis secara kuantitatif

menggunakan metode one way analysis of variance (one way Anova) dan

dilanjutkan dengan uji Duncan

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penapisan Fitokimia Daun Jawer KotoK

Penapisan fitokimia ekstrak etanol daun jawer kotok positif mengandung

metabolit sekunder berupa flavonoid polifenol tanin serta terpenoid dan negatif

terhadap alkaloid Ridwan et al (2006) dan Rahmawati (2008) juga menyebutkan

bahwa daun jawer kotok tidak mengandung alkaloid (Gambar 3 dan Tabel 1)

(a) (b) (c) (d) (f)

Gambar 3 Hasil uji fitokimia flavonoid (a) alkaloid dengan reagen

dragendorff (b) alkaloid dengan reagen meyer (c) polifenol

(d) terpenoid (e)

9

Tabel 1 Hasil penapisan fitokimia ekstrak etanol daun jawer kotok

Penapisan Fitokimia Hasil

Flavonoid +

Alkaloid

Meyer minus

Dragendorff minus

Polifenol dan Tanin +

Terpenoid + aKeterangan + terdeteksi minus tidak terdeteksi

Bakteri pada Permukaan Kulit Wajah Berjerawat

Bakteri Gram positif yang berhasil diidentifikasi adalah Staphylococcus

aureus Staphylococcus epidermidis Streptococcus sp dan Micrococcus sp

Menurut Seta (2013) dan Razak et al (2013) bakteri yang dapat menyebabkan

jerawat adalah S aureus S epidermidis dan Propionibacterium acne P acne

tidak dapat diisolasi karena metode yang digunakan tidak bisa mengisolasi bakteri

anaerob Penemuan bakteri Streptococcus sp mungkin terjadi mengingat

Streptococcus sp merupakan salah satu bakteri pada kulit yang dapat

menyebabkan terjadinya penyakit pyoderma (Caesarita 2011) Micrococcus sp

dapat ditemukan pada hasil swab wajah mengingat kemungkinan adanya

pencemaran bakteri dari lingkungan seperti air udara dan tanah (Andy dan

Taufik 2010)

Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Jawer Kotok

Rata-rata diameter zona hambat bakteri ekstrak etanol daun jawer kotok

terhadap bakteri Gram positif (Gambar 4 dan Tabel 2)

(a) (b) (c) (d)

Gambar 4 Zona hambat ekstrak etanol daun jawer kotok terhadap S aureus (a)

S epidermidis (b) Streptococcus sp (c)dan Micrococcus sp(d)

K2 KP K3 K2 KP K3

K2 KP K3

K2 KP K3

K1 KN K4 K1 KN K4 K1 KN K4 K1 KN K4

10

Tabel 2 Rata-rata diameter zona hambat ekstrak etanol daun jawer kotok terhadap

bakteri Gram positif hasil swab kulit wajah berjerawat (mm)

Kelompok

Perlakuan

S aureus S epidermidis Streptococcus

sp

Micrococcus

sp

K1 1380 plusmn 109 b

1500 plusmn 070b

1560 plusmn 134c

1420 plusmn 178b

K2 1600 plusmn 122c

1540 plusmn054bc

1620 plusmn 109c

1500 plusmn 200b

K3 1600 plusmn 070c

1640 plusmn 151c

1620 plusmn 109c

1500 plusmn 200b

K4 1700 plusmn 070c

1620 plusmn 109c

1560 plusmn 054c

1420 plusmn 130b

KP 4060plusmn 089d

4080 plusmn 044d

4160 plusmn 054d

1820 plusmn 083d

KN 000 plusmn 000a

000 plusmn 000a

000 plusmn 000a

000 plusmn 000a

aKeterangan K1 konsentrasi 20 K2 konsentrasi 40 K3 konsentrasi 60 K4

konsentrasi 80 KP kontrol positif KN kontrol negatif Huruf supercript yang berbeda dalam

satu kolom menunjukkan perbedaan yang nyata pada taraf nyata Plt 005

Pada Tabel 2 diketahui bahwa KN pada keempat bakteri uji tidak memiliki

diameter zona hambat dan berbeda nyata dengan KP dan seluruh konsentrasi uji

Hal tersebut membuktikan bahwa pelarut tidak berpengaruh terhadap aktivitas

antibakteri sehingga aktivitas antibakteri hanya berasal dari konsentasi uji

DMSO digunakan sebagai KN karena tidak memiliki daya hambat bakteri serta

karena sifat dari DMSO yang merupakan pelarut polar berspektrum luas sehingga

dapat melarutkan senyawa alkaloid dan flavonoid (Mulyatni et al 2012)

Kontrol positif memberikan hasil yang berbeda nyata dengan KN dan

keempat konsentrasi uji pada semua bakteri Hal tersebut membuktikan bahwa

bakteri S aureus S epidermidis Streptococcus sp dan Micrococcus sp masih

peka terhadap KP Antibiotik klindamisin 1 digunakan sebagai KP karena

klindamisin paling efektif dalam pengobatan jerawat jika dibandingkan dengan

eritromisin dan tetrasiklin serta paling banyak digunakan masyarakat untuk

mengobati jerawat (Aziz 2010) Klindamisin adalah salah satu antibiotik golongan

aminoglikosida Klindamisin menghambat sintesis protein pada fase pemanjangan

dengan mempengaruhi translokasi (Syukrinawati 2014) Antibiotik ini efektif

terhadap bakteri Gram positif dan bakteri anaerob akan tetapi kurang efektif

terhadap bakteri Gram negatif (Nugroho 2013)

Hasil uji pada bakteri S aureus terlihat bahwa K1 memberikan perbedaan

yang nyata (Plt005) dengan K2 K3 dan K4 Hasil uji pada S epidermidis

memberikan hasil bahwa K1 berbeda nyata (Plt005) dengan K3 dan K4 Seluruh

konsentrasi ekstrak etanol daun jawer kotok yang diujikan terhadap Streptococcus

sp dan Micrococcus sp tidak menunjukkan hasil yang berbeda nyata

Hasil uji yang dilakukan terhadap Saureus memperlihatkan bahwa semakin

tinggi konsentrasi ekstrak maka semakin besar diameter zona hambat yang

terbentuk Hal ini karena semakin banyak zat aktif yang terkandung dalam ekstrak

tersebut sedangkan pada uji yang dilakukan terhadap S epidermidis

Streptococcus sp dan Micrococcus sp diameter zona hambat yang terbentuk pada

K4 mengalami penurunan Hal tersebut menunjukkan bahwa konsentrasi yang

semakin tinggi tidak selalu menghasilkan diameter zona hambat yang semakin

besar Penurunan aktivitas ini disebabkan karena perbedaan jenis bakteri yang

dihambat perbedaan kecepatan difusi senyawa aktif pada media agar serta

konsentrasi ekstrak yang terlalu tinggi dibandingkan dengan pelarutnya (DMSO)

sehingga larutan menjadi jenuh dan sulit untuk larut Brooks et al (2008)

11

menyatakan bahwa aktivitas antibakteri dipengaruhi beberapa faktor yaitu

konsentrasi ekstrak kandungan senyawa antibakteri daya difusi ekstrak dan jenis

bakteri yang dihambat

Diameter zona hambat bakteri menurut Davis dan Stout dalam Rahmawati

(2008) dibagi atas sangat kuat (zona jernih gt 20 mm) kuat (zona jernih 10minus20

mm) sedang (zona jernih 5minus10 mm) dan lemah (zona jernih lt 5 mm) Kontrol

positif (KP) pada bakteri uji S aureus S epidermidis Streptococcussp tergolong

dalam daya hambat sangat kuat sedangkan KP pada bakteri Micrococcus sp

tergolong dalam daya hambat kuat Hal tersebut kemungkinan dikarenakan target

kerja antibiotik klindamisin ditujukan untuk bakteri yang habitatnya di daerah

kulit wajah sedangkan Micrococcus sp merupakan bakteri kontaminasi dari

lingkungan (air tanah udara) Seluruh konsentrasi ekstrak yang diujikan terhadap

seluruh bakteri (K1K2 K3 K4) tergolong dalam konsentrasi yang memberikan

daya hambat kuat karena diameter zona hambat yang terbentuk antara 1380 plusmn

109 mm sampai 1700 plusmn 070 mm

Mengacu pada standar umum yang dikeluarkan oleh Departemen Kesehatan

disebutkan bahwa mikroba dinyatakan peka terhadap antimikroba asal tanaman

apabila mempunyai ukuran diameter daya hambatannya 12minus24 mm (Darmawi et

al 2013) sehingga dapat dikatakan bahwa seluruh bakteri uji peka terhadap K1

K2 K3 dan K4

Hasil penelitian diketahui bahwa seluruh konsentrasi dinyatakan peka dan

memiliki zona hambat bakteri yang kuat terhadap bakteri uji sehingga ekstrak

etanol daun jawer kotok memiliki potensi antibakteri yang baik Adanya potensi

antibakteri diketahui dari kandungan senyawa metabolit sekunder yang terdapat

pada daun jawer kotok yaitu flavonoid tanin polifenol serta terpenoid

Mekanisme kerja flavonoid sebagai antibakteri adalah membentuk senyawa

kompleks dengan protein ekstraseluler dan terlarut sehingga dapat merusak

membran sel bakteri dan diikuti keluarnya senyawa intraselluler (Ngajow et al

2013)

Mekanisme kerja tanin sebagai antibakteri adalah menghambat enzim

reverse transkriptase dan DNA topoisomerase sehingga sel bakteri tidak dapat

terbentuk Tanin juga mempunyai target pada polipeptida dinding sel sehingga

pembentukan polipeptida dinding sel menjadi tidak sempurna Hal ini

menyebabkan sel bakteri menjadi lisis karena tekanan osmotik maupun fisik

sehingga sel bakteri akan mati (Ngajow et al 2013)

Ngajow et al (2013) juga menyatakan bahwa senyawa fenolik dan terpenoid

memiliki target utama yaitu membran sitoplasma bakteri Aktifitas antibakteri

terpenoid diketahui bereaksi dengan porin (protein transmembran) pada membran

luar dinding sel bakteri Terpenoid membentuk ikatan polimer yang kuat sehingga

mengakibatkan rusaknya porin Rusaknya porin yang merupakan pintu keluar

masuknya senyawa akan mengurangi permeabilitas dinding sel bakteri yang akan

mengakibatkan sel bakteri akan kekurangan nutrisi sehingga pertumbuhan bakteri

akan terhambat dan mati

12

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Ekstrak etanol daun jawer kotok mengandung flavonoid polifenol dan tanin

serta terpenoid yang memiliki aktivitas antibakteri yang dapat menghambat

pertumbuhan bakteri kokus Gram positif pada permukaan kulit wajah berjerawat

Ekstrak etanol daun jawer kotok memiliki potensi antibakteri yang baik karena

daya hambat bakteri pada konsentrasi 20 40 60 dan 80 tergolong dalam

daya hambat yang kuat S aureus S epidermidis Streptococcus sp dan

Micrococcus sp dinyatakan peka terhadap seluruh konsentrasi ekstrak

Saran

Saran yang dapat diberikan kepada peneliti selanjutnya yaitu perlu

dilakukan penelitian aktivitas antibakteri ekstrak etanol daun jawer kotok terhadap

bakteri Pacne dan bakteri gram negatif serta penggunaan kontrol positif dengan

antibiotik yang lain Selain itu penelitian ini juga dapat digunakan sebagai dasar

ilmiah dalam pengembangan produk farmasi antibakteri

DAFTAR PUSTAKA

Agoes G 2007 Ekstraksi Tanaman Obat Bandung ITB

Andy Taufik M 2010 Jumlah bakteri dan keberadaan bakteri Salmonella sp

pada daging kuda di Kabupaten Jeneponto Jurnal Agrisistem 6(2) 82-87

Arundhina E 2014 Aktivitas ekstrak etanol daun alamanda (Allamanda

cathartica L) sebagai anti jamur terhadap Candida albicans dan

Pityrosporum ovale secara in vitro [skripsi] Yogyakarta (ID) Universitas

Katolik Atmajaya Yogyakarta

Aziz S2010 Uji aktivitas antibakteri ekstrak etanol daun dan umbi bakung putih

(Crinum asiatikum L) terhadap bakteri penyebab jerawat[skripsi] Jakarta

(ID) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatulloh

Brooks GF Butel JS Morse SA Mikrobiologi Kedokteran Mudihardi E

KuntamanWasito EB et al penerjemah Jakarta (ID) Salemba Medika

Terjemahan dari Medical Microbiology

Caesarita DP 2011 Pengaruh ekstrak buah nanas (Ananas comosus) 100

terhadap bakteri Staphylococcus aureus dari pyoderma [skripsi] Bandung

(ID) Universitas Diponegoro

Carter GR dan Cole JR 1990 Diagnostic Procedures in Veterinary Bacteriology

and Mycology Fifth Edition London (UK) Academi Press Limited

13

Dalimarta S 2000 Atlas Tumbuhan Indonesia Jilid ke-2 Jakarta Trubus

Agriwidya

Darmawi Manaf ZH Putranda F 2013 Daya hambat getah jarak cina (Jatropha

multifida L) terhadap Staphylococcus aureus secara invitro Jurnal Medika

Veterinaria7(2) 113-115

Hamdayati Y Kusnadi Rahadian I 2008 Aktivitas antibakteri ekstrak daun

patikan kebo (Euphorbia hirta) terhadap pertumbuhan bakteri

Staphylococcus epidermidis Jurnal Pengajaran Matematika dan Ilmu

Pengetahuan alam 12(7) 1-10

Harborne JB 1987 Metode Fitokimia Padmawinata K Soediro I penerjemah

Jakarta (ID) UI Press Terjemahan dari Basic Concepts of Analytical

Chemistry

Jang SS Biberstein EL Hirsh DC 1976 A Manual of Veterinary Clinical

Bacteriology and Micology Davis (US) Univ California

Kee JL Hayes ER Farmakologi Pendekatan Proses Keperawatan Anugerah P

penerjemah Jakarta (ID) EGC Terjemahan dari Pharmacology A Nursing

Process Approach

Mulyatni AS Budiani A Taniwiryono D 2012 Aktivitas antibakteri ekstrak kulit

buah kakao (Theobroma cacao L) terhadap Escherichia coli Bacillus

subtilis dan Staphylococcus aureus Jurnal Menara Perkebunan 80(2) 77-

84

Ngajow M Abidjulu J Kamu VS 2013 Pengaruh antibakteri ekstrak kulit batang

matoa (Pometia pinnata) terhadap bakteri Staphylococcus aureus secara in

vitro Jurnal Mipa Unsrat 2(2) 128-132

Nugroho RA 2013 Terapi topikal clindamycin dibandingkan dengan niacinamide

+ zinc pada Acne vulgaris [skripsi] Semarang (ID) Universitas

Diponegoro

Rahmawati F 2008Isolasi dan karakteristik senyawa antibakteri ekstrak daun

miana Coleus scutellarioides [L] Benth [tesis] Bogor (ID) Institut

Pertanian Bogor

Ratnawati Y 2007 Aktivitas antibakteri ekstrak daun jawer kotok (Coleus

scutellarioides [L] Benth) [skripsi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor

Razak A Djamal A Revilla G 2013 Uji daya hambat air perasan buah jeruk

nipis (Citrus aurantifolia) terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus

aureus secara in vitro Jurnal Kesehatan Andalas 2(1) 5-8

Ridwan Y Darusman LK Satrija F Handaryani E 2006 Kandungan kimia

berbagai ekstrak daun miana (Coleus blumei Bent) dan efek anthelmintiknya

terhadap cacing pita pada ayam Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia11(2) 1-6

Rusmiyati I Husain DR Alam G 2014 Bioaktivitas ekstrak metanol daun muda

sirsak (Annona muricata L) sebagai antibakteri terhadap Staphylococcus

aureus dan Propionibacterium acne [penelitian ilmiah] Makasar (ID)

Universitas Hassanudin

Saptarini O Perawati Hartanto Y 2008 Uji aktivitas antibakteri ekstrak etanol

buah mahkota dewa (Phaleria macrocarpa) terhadap Staphylococcus

epidermidis penyebab jerawat Jurnal Biomedika1(1) 1-7

Seta SA 2013 Optimasi formula lotion anti jerawat ekstrak etanol kulit buah

manggis (Garcinia mangostana L) dan uji aktivitas terhadap

14

Propionibacterium acnes dan Staphylococcus epidermidis [skripsi]

Yogyakarta (ID) Universitas Gadjah Mada

Syukrinawati RP 2014 Tingkat pengetahuan penggunaan antibiotik oleh

mahasiswa kepaniteraan klinik departemen bedah mulut RSGM-P FKG

periode September 2-13 Maret 2014 [skripsi] Medan (ID) Universitas

Sumatera Utara

Waji RA 2009 Flavonoid (Quercetin) [Penelitian Ilmiah] Makasar (ID)

Universitas Hasanuddin

Widiawati W Lutfiati D Perbedaan hasil penyembuhan kulit wajah berjerawat

antara masker lidah buaya dengan masker non lidah buaya e- Journal

Universitas Negeri Surabaya 2014 3(1) 217-225

15

LAMPIRAN

Lampiran 1 Pembuktian hipotesis

1 Pengambilan keputusan dari hipotesis yang ditentukan diuji dengan uji

ANOVA

2 Hipotesis dalam penelitian ini berupa Ho yaitu ekstrak etanol daun jawer

kotok dengan konsentrasi ekstrak 20 40 60 dan 80 tidak memiliki

aktivitas antibakteri terhadap bakteri pada permukaan kulit wajah

berjerawat dan H1 yaitu ekstrak etanol daun jawer kotok dengan

konsentrasi ekstrak 20 40 60 dan 80 memiliki aktivitas

antibakteri terhadap bakteri pada permukaan kulit wajah berjerawat

3 Pengambilan keputusan untuk memilih hipotesis mana yang diterima dan

hipotesis mana yang ditolak didasarkan pada perbandingan F hitung dan F

tabel dengan syarat jika F hitung kurang dari F tabel maka tolak H1 dan

terima H0 dan jika F hitung lebih besar dari F tabel maka H0 ditolak dan

terima H1

4 Hasil uji one way ANOVA pada diameter zona hambat bakteri S aureus S

Epidermidis Streptococcus sp dan Micrococcus sp diperoleh nilai F

hitung lebih besar dari F tabel (1143 831 gt 262) (1149 947 gt 262)

(1122 068 gt 262) dan (91144 gt 262) maka hiptotesis yang diterima

adalah H1 yaitu ekstrak etanol daun jawer kotok dengan konsentrasi

ekstrak 20 40 60 dan 80 memiliki aktivitas antibakteri terhadap

bakteri S aureus S epidermidis Streptococcus sp dan Micrococcus sp

Lampiran 2 hasil uji ANOVA dan uji lanjutan Duncan

Descriptives

saureus

N Mean

Std Deviation Std Error

95 Confidence Interval for

Mean

Minimum Maximum Lower Bound

Upper Bound

ekstrak 20 5 138000

109545

48990

124398

151602

1200

1500

ekstrak 40 5 160000

122474

54772

144793

175207

1400

1700

ekstrak 60 5 160000

70711

31623

151220

168780

1500

1700

ekstrak 80 5 170000

70711

31623

161220

178780

1600

1800

kontrol positif 5 406000

89443

40000

394894

417106

3900

4100

kontrol negative 5 0000

00000

00000

0000

0000

00 00

Total 30

172333

1218728

222508

126825

217841

00 4100

16

ANOVA

saureus

Sum of Squares df Mean Square F Sig

Between Groups

4289367 5 857873 1143831

000

Within Groups

18000 24 750

Total 4307367 29

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

saureus

Duncana

perlakuan N

Subset for alpha = 005

1 2 3 4

kontrol negatif 5 0000 ekstrak 20 5

13800

0

ekstrak 40 5

160000

ekstrak 60 5

160000

ekstrak 80 5

170000

kontrol positif 5

406000

Sig 1000 1000 096 1000

Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000

ONEWAY Sepidermidis BY perlakuan

STATISTICS DESCRIPTIVES

MISSING ANALYSIS

POSTHOC=DUNCAN ALPHA(005)

[DataSet0]

Descriptives

Sepidermidis

N Mean Std Deviation Std Error

95 Confidence Interval

for Mean

Minimum Maximum Lower Bound

Upper Bound

ekstrak 20 5 150000

70711

31623

141220

158780

1400

1600

ekstrak 40 5 154000

54772

24495

147199

160801

1500

1600

ekstrak 60 5 164000

151658

67823

145169

182831

1500

1800

ekstrak 80 5 162000

109545

48990

148398

175602

1500

1800

kontrol positif 5 408000

44721

20000

402447

413553

4000

4100

kontrol negatif 5 0000

00000

00000

0000

0000

00 00

Total 30

173000

1221968

223100

127371

218629

00 4100

17

ANOVA

Sepidermidis

Sum of Squares Df Mean Square F Sig

Between Groups 4312300 5 862460 1149947

000

Within Groups 18000 24 750 Total 4330300 29

Post Hoc Tests

Homogeneous Subsets

Sepidermidis

Duncana

Perlakuan N

Subset for alpha = 005

1 2 3 4

kontrol negative 5 0000 ekstrak 20 5

15000

0

ekstrak 40 5

154000

154000

ekstrak 80 5

162000

ekstrak 60 5

164000

kontrol positif 5

408000

Sig 1000 472 096 1000

Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000

ONEWAY Sepidermidis BY perlakuan

STATISTICS DESCRIPTIVES

MISSING ANALYSIS

POSTHOC=DUNCAN ALPHA(005)

[DataSet0]

18

Descriptives

Streptococcus

N Mean Std Deviation

Std Error

95 Confidence Interval

for Mean

Minimum Maximum Lower Bound

Upper Bound

ekstrak 20 5 156000

134164

60000

139341

172659

1400 1700

ekstrak 40 5 162000

109545

48990

148398

175602

1500 1700

ekstrak 60 5 162000

109545

48990

148398

175602

1500 1700

ekstrak 80 5 156000

54772

24495

149199

162801

1500 1600

kontrol positif 5 416000

54772

24495

409199

422801

4100 4200

kontrol negatif 5 0000

00000

00000

0000

0000

00 00

Total 30

175333

1246715

227618

128780

221886

00 4200

ANOVA

Streptococcus

Sum of Squares df Mean Square F Sig

Between Groups 4488267 5 897653 1122067

000

Within Groups 19200 24 800 Total 4507467 29

Post Hoc Tests

Homogeneous Subsets

Streptococcus

Duncana

perlakuan N

Subset for alpha = 005

1 2 3

kontrol negatif 5 0000 ekstrak 20 5

15600

0

ekstrak 80 5

156000

ekstrak 40 5

162000

ekstrak 60 5

162000

kontrol positif 5

416000

Sig 1000 343 1000

Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000

ONEWAY Sepidermidis BY perlakuan

STATISTICS DESCRIPTIVES

MISSING ANALYSIS

POSTHOC=DUNCAN ALPHA(005)

[DataSet0]

19

Descriptives

Micrococcus

N Mean Std Deviation

Std Error

95 Confidence Interval for

Mean

Minimum Maximum Lower Bound

Upper Bound

ekstrak 20 5 142000

178885

80000

119788

164212

1200

1600

ekstrak 40 5 150000

200000

89443

125167

174833

1200

1700

ekstrak 60 5 150000

200000

89443

125167

174833

1200

1700

ekstrak 80 5 142000

130384

58310

125811

158189

1200

1500

kontrol positif 5 182000

83666

37417

171611

192389

1700

1900

kontrol negative

5 0000

00000

00000

0000

0000

00 00

Total 30

127667

612335

111797

104802

150532

00 1900

ANOVA

Micrococcus

Sum of Squares Df Mean Square F Sig

Between Groups 1032967 5 206593 91144 000 Within Groups 54400 24 2267

Total 1087367 29

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

Micrococcus

Duncana

Perlakuan N

Subset for alpha = 005

1 2 3

kontrol negative 5 0000 ekstrak 20 5

14200

0

ekstrak 80 5

142000

ekstrak 40 5

150000

ekstrak 60 5

150000

kontrol positif 5

182000

Sig 1000 451 1000

Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000

20

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Jakarta tanggal 25 september 1992 Penulis merupakan

anak ketiga dari tiga bersaudara dari pasangan Petrus Bambang Wijanarko dan

Susana Tuminah Penulis menempuh pendidikan Sekolah Menengah Pertama di

SMP Strada Bhakti Wiyata Bekasi dan Sekolah Menengah Atas di SMA Santo

Antonius Jakarta Penulis aktif di Organisasi Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM)

Keluarga Mahasiswa Katolik IPB sejak tahun 2011 hingga 2013 Penulis juga

aktif di Himpunan Profesi Ornithologi dan Unggas sejak tahun 2013 hingga 2014

DAFTAR TABEL

1 Hasil penapisan fitokimia ekstrak etanol daun jawer kotok 9

2 Rata-rata diameter zona hambat bakteri ekstrak daun jawer kotok

terhadap bakteri Gram positif (mm) pada permukaan kulit wajah

berjerawat 10

DAFTAR GAMBAR

1 Coleus atropurpureus 2 2 Uji identifikasi bakteri Gram positif 6

3 Hasil uji fitokimia 8

4 Zona hambat Ekstrak Etanol Daun Jawer Kotok terhadap

Staphylococcus aureus Staphylococcus epidermidis Streptococcus sp

dan Micrococcus sp 9

DAFTAR LAMPIRAN 1 Pembuktian hipotesis 15

2 Hasil Uji ANOVA dan uji lanjutan Duncan 15

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Penggunaan antibiotik mengalami peningkatan yang luar biasa pada lima

dekade terakhir Antibiotik yang digunakan secara tidak rasional akan membuat

bakteri menjadi bersifat resisten dan tetap memperbanyak diri di inangnya

Resistensi bakteri mendorong adanya bahan antibiotik lain yang murah tersedia

secara kontinu dan memiliki semua unsur-unsur yang dibutuhkan untuk

pembuatan antimikroba oleh sebab itu perlu dilakukan eksplorasi terhadap bahan

alternatif yang dapat digunakan sebagai senyawa antibakteri

Perawatan kulit wajah merupakan hal yang penting untuk dilakukan

Perawatan tersebut bertujuan untuk memaksimalkan penampilan diri agar lebih

percaya diri Perawatan yang sering dilakukan adalah melakukan facial

pemakaian krim masker serta sabun agar kulit wajah tidak kusam dan berjerawat

Jerawat merupakan penyakit kulit akibat peradangan pada kelenjar sebacea karena

aktivitas Staphylococcus epidermidis dan Propionibacterium acnes (Seta 2013)

serta Staphylococcus aureus (Razak et al 2013)

Jawer kotok (Coleus atropurpureus) merupakan tanaman yang berfungsi

sebagai tanaman hias dan tanaman obat Masyarakat memanfaatkan daun jawer

kotok sebagai obat untuk berbagai penyakit diare demam pengobatan pasca

melahirkan terlambat datang bulan abses ambeien dan diabetes mellitus

(Ratnawati 2007) Rahmawati (2008) menyatakan bahwa daun jawer kotok dapat

digunakan sebagai senyawa antibakteri

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menguji aktivitas antibakteri ekstrak etanol

daun jawer kotok (Coleus atropurpureus) dalam menghambat pertumbuhan

bakteri pada permukaan kulit wajah berjerawat

Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah memperoleh hasil uji potensi antibakteri

ekstrak etanol daun jawer kotok terhadap bakteri Gram positif pada kulit wajah

berjerawat sehingga dapat digunakan sebagai dasar ilmiah dalam pengembangan

produk farmasi antibakteri Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan

informasi kepada masyarakat akan khasiat daun jawer kotok serta nilai tambah

bagi tanaman jawer kotok secara ekonomis

2

Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini membahas mengenai aktivitas antibakteri ekstrak etanol daun

jawer kotok dengan konsentrasi 20 40 60 dan 80 terhadap bakteri Gram

positif yang ditemukan pada permukaan kulit wajah berjerawat

TINJAUAN PUSTAKA

Jawer Kotok (Coleus atropurpureus)

Tanaman jawer kotok (iler) merupakan tanaman yang umum ditemukan di

IndonesiaTanaman ini tumbuh di tempat lembab dan terbuka seperti pinggir

selokan pematang sawah atau tepi jalan pada ketinggiaan 1-1300 diatas

permukaan laut (dpl) Coleus atropurpureus termasuk ke dalam famili Lamiaceae

Tanaman ini dikenal dengan nama daerah jawer kotok (sunda) kentangan (jawa)

saru-saru atau majaja Daunnya berbentuk bulat telur pangkal membulat

menyerupai bentuk jantung ujung meruncing tepi bergerigi tulang daun

menyirip permukaan mengkilat berambut halus memiliki panjang 7-11 cm dan

lebar 35-6 cm (Dalimartha 2000)

Gambar 1 Coleus atropurpureus

Daun jawer kotok diketahui mengandung flavonoid tanin saponin (Yusuf

et al 2006) polifenol serta steroid (Rahmawati 2008) Flavonoid banyak

ditemukan pada daun berwarna ungu seperti jawer kotok (Waji dan Sugrani 2009)

Jerawat

Jerawat merupakan kondisi kulit yang abnormal yang disebabkan oleh

gangguan produksi dari kelenjar minyak yang berlebihan Kelebihan produksi

3

sebaceous gland akan menyebabkan penyumbatan pada saluran folikel rambut

dan pori-pori kulit Kotoran atau sel kulit mati yang tidak dibersihkan akan

bertumpuk menjadi komedo dan jika terinfeksi bakteri penyebab jerawat komedo

akan berubah menjadi jerawat (Widiawati 2014)

Ekstraksi

Ekstraksi merupakan proses pemisahan bahan dari campurannya dengan

pelarut Ekstraksi tanaman obat adalah pemisahan secara kimia atau fisika suatu

atau sejumlah bahan padat atau bahan cair dari suatu tanaman obat (Agoes 2007)

Daun jawer kotok diekstrak menggunakan metode maserasi Maserasi merupakan

metode ekstraksi yang dilakukan dengan metode merendam sampel dalam pelarut

tanpa pemanasan Metode maserasi dipilih karena metodenya yang sederhana dan

bisa menghindari kerusakan komponen senyawa yang tidak tahan panas yang

terkandung dalam sampel (Rahmawati 2008) Pemilihan etanol 96 sebagai

pelarut didasarkan pada fungsi dari pelarut etanol 96 yang dapat mengikat

berbagai senyawa aktif seperti tanin polifenol flavonoid terpenoid sterol dan

alkaloid (Hamdayati et al 2008) Perbandingan jumlah daun jawer kotok dan

pelarut etanol 96 yang digunakan adalah 1 10 Menurut Arundhina (2014)

semakin banyak pelarut yang digunakan maka rendemen yang diperoleh semakin

besar hal ini disebabkan semakin besarnya rasio pelarut terhadap daun maka luas

permukaan perpindahan massa antara padatan dengan larutan semakin besar

Filtrat dari proses maserasi diuapkan menggunakan rotary evaporator Proses

penguapan dilakukan untuk memisahkan pelarut etanol 96 dan senyawa

fitokimia yang terekstrak dari daun jawer kotok

Antibakteri

Antibakteri merupakan sifat suatu bahan yang menunjukkan efek

menghambat pertumbuhan bakteri Penghambatan pertumbuhan bakteri dibedakan

menjadi bakterisida (mampu membunuh bakteri) dan bakteriostatik (menghambat

pertumbuhan bakteri) (Kee dan Hayes 1996)

Antibiotik Klindamisin

Klindamisin efektif terhadap sebagian besar bakteri aerob Gram positif seperti

Streptococcus sp Staphylococcus sp Enterococcus sp Bacilus antracis dan

Corynebacterium diphtheriae tetapi pada umumnya kurang efektif terhadap bakteri

Gram negatif seperti Enterobacteriaceae Neisseria gonorrhoeae Neisseria

4

Meningitidis dan Haemophilus influenzae Klindamisin juga sangat efektif terhadap

bakteri anaerob Gram positif seperti Eubacterium Proponibacterium Peptococcus

Peptostreptococcus Clostridium perfringens dan Cloctridium Tetani dan juga efektif

terhadap beberapa bakteri aerob negatif seperti Fusobacterium spdan Bacteriodes

sptermasuk Bacteroides fragilis (Nugroho 2013)

Morfologi dan Ciri Umum Bakteri Penyebab Jerawat pada Kulit

Wajah

Staphylococcus aureus

Staphyloccus aureus adalah bakteri Gram positif yang menghasilkan

pigmen kuning bersifat aerob fakultatif tidak menghasilkan spora dan tidak motil

S aureus umumnya tumbuh berpasangan maupun berkelompok seperti buah

anggur dengan diameter 08-10 microm Bakteri ini menghasilkan katalase dan

koagulase S aureus biasanya terdapat pada saluran pernafasan atas kulit saluran

urinari abses infeksi luka radang paru-paru dan selaput lendir lainnya

(Rusmiyati et al 2014)

Staphylococcus epidermidis

Bakteri ini merupakan Gram positif berbentuk kokus berdiameter 05-15

microm berkoloni mengerombol menyerupai buah anggur Koloni biasanya berwarna

putih atau krem S epidermidis bersifat aerob fakultatif katalase positif dan

koagulase negatif Bakteri ini merupakan flora normal pada kulit manusia saluran

pernafasan dan saluran pencernaan makanan Staphylococcus epidermidis yang

mempunyai daya invasi rendah serta bergabung dengan faktor-faktor ekstraseluler

dan toksin berperan pada banyak infeksi kulit misalnya jerawat (Saptarini et al

2008)

Propionibacterium acne

Propionibacterium acne termasuk kelompok Corynebacteria Bakteri ini

termasuk bakteri anaerob Gram positif yang toleran terhadap oksigen P Acne

berbentuk batang tak teratur dan tumbuh relatif lambat Genome dari bakteri ini

dapat menghasilkan enzim untuk meluruhkan kulit dan protein yang mungkin

bersifat immunogenic (mampu mengaktifkan sistem kekebalan tubuh) P acnes

dianggap tidak hanya sebagai flora normal penghuni pada kulit yang normal tetapi

juga bersifat sebagai bakteri patogen fakultatif (Rusmiyati et al2014)

5

METODE

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Mikrobiologi Departemen

Ilmu Penyakit Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner (IPHK) dan

Laboratorium Farmasi Departemen Klinik Reproduksi dan Patologi (KRP)

Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) Institut Pertanian Bogor (IPB) Kegiatan

dimulai sejak bulan Juli 2014 sampai dengan bulan Januari 2015

Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian adalah timbangan analitik cawan

petri mini tube mikro pipet pipet volumentrik pipet pasteur pinset tabung

reaksi cotton bud steril tabung durham tabung effendorf osekapas object glass

bunsen spatula inkubator autoklaf dan mikroskop Bahan yang digunakan

adalah daun jawer kotok bakteri hasil swab wajah (S aureus S epidermidis

Streptococcus sp Micrococcus sp) antibiotik klindamisin satu set zat

pewarnaan gram reagen katalase (larutan 3 H2O2) Brain Heart Infussion (BHI)

Blood Agar (BA) Mac Conkey Agar (MCA) Manitol Salt Agar (MSA)

Tyrpticase Soy Agar (TSA) Muller Hilton Agar (MHA) etanol 96 Dimenthyl

sulfoxide (DMSO) NaOH H2SO4 FeCl3 reagen dragendorff dan reagen meyer

Prosedur Penelitian

Pengambilan Sampel

Metode pengambilan sampel dilakukan dengan melakukan swab pada kulit

wajah berjerawat pada sepuluh orang probandus yang telah dipilih Sepuluh

probandus tersebut terdiri dari 5 orang perempuan dan 5 orang laki-laki Swab

kulit dilakukan dengan menggunakan cotton bud yang telah disterilkan Swab

kulit dilakukan dengan cara mencelupkan cotton bud pada media BHI agar bakteri

pada jerawat dapat terangkat dan menempel pada cotton bud Swab kulit dari satu

orang dimasukan pada media BHI untuk dibawa ke laboratorium Perlakuan yang

sama dilakukan pada setiap probandus

6

Isolasi dan Identifikasi Bakteri pada Permukaan Kulit Wajah Berjerawat

Identifikasi bakteri mengacu pada metode Carter (1990) dan Jang et al

(1976) Sampel yang telah diperoleh dari hasil swab jerawat ditumbuhkan pada

media BA dengan cara mengambil sampel dari media transpor dengan

menggunakan ose steril dan menggoreskannya pada permukaan agar BA Bakteri

yang telah dibiakan pada agar BA diinkubasi pada suhu 37 ordmC selama 24 jam

Setelah diinkubasi dilakukan pengamatan koloni dan diamati koloni yang berbeda

kemudian ditanam pada media TSA dan diinkubasi pada suhu 37 ordmC selama 24

jam Setelah dilakukan isolasi sampel selanjutnya dilakukan pewarnaan bakteri

dan dilanjutkan dengan proses identifikasi (Gambar 2)

Gambar 2 Uji identifikasi bakteri Gram positif

Uji katalase Pengamatan

Mikroskopis

Batang Kokus

+Spora

(Bacillus sp)

((jjh

-Spora (non

Bacillus sp)

((jjh

Positif Negatif

Uji Glukosa Mikroaerofilik

Streptococcaceae

Uji CAMP

(BA)

Staphylococcus

spp

Micrococcus spp

MSA Uji Koagulase

Micrococcaceae

Positif Negatif

Merah Kuning

Staphylococcus aureus Staphylococcus epidermidis

α γ β

Bakteri Gram Positif

7

Daun Jawer Kotok

Daun jawer kotok (Coleus atropurpureus) diperoleh dari Balai Penelitian

Tanaman Rempah dan Obat (BALITRO) dalam keadaan daun basah Bagian

tanaman yang digunakan adalah daunnya yang berwarna merah kecoklatan

Ekstrak Etanol Daun Jawer Kotok

Pembuatan ektrak etanol daun jawer kotok dilakukan dengan metode

maserasi Daun jawer kotok basah sebanyak 800 g diris kecil-kecil kemudian

dibagi menjadi 4 bagian masing-masing bagian 200 g kemudian direndam

dengan etanol 96 (perbandingan 110) dalam 4 tempat penampungan selama

3x24 jam sambil sesekali diaduk dan disaring untuk mendapatkan filtratnya

Filtrat hasil maserasi dievaporasi selama 17 jam menggunakan rotary evaporator

Hasil ekstrak kental daun jawer kotok yang didapat sebanyak 185 g

Penapisan Fitokimia Daun Jawer Kotok

Penapisan fitokimia dilakukan dengan metode Harborne (1987) untuk

mengetahui golongan senyawa kimia (terutama metabolit sekunder) yang

terkandung dalam suatu tanaman Penapisan fitokimia yang sering dilakukan

adalah penapisan untuk metabolit sekunder golongan alkaloid flavonoid tanin

polifenol terpenoid steroid dan saponin Flavonoid diuji dengan memasukan

ekstrak ditambahkan dengan etanol 96 lalu diaduk dan ditambahakan NaOH 7

tetes serta H2SO4 amati perubahan warna menjadi kuning jika hasilnya positif Uji

polifenol dan tanin dilakukan dengan memasukan ekstrak ditambahkan dengan air

lalu dipanaskan dan ditambahkan FeCl3 selanjutnya akan terjadi perubahan warna

menjadi hijau biru sampai hitam untuk hasil positif adanya polifenol dan tanin

Uji alkaloid dilakukan dengan membagi ekstrak menjadi 2 bagian keduanya

ditambahkan larutan etanol 96 Salah satu bagian ditambahkan reagen

dragendorff dan yang lain ditambahkan reagen meyer Hasil positif adanya

alkaloid ditandai dengan warna kuning saat diberi reagen dragendorff dan

endapan putih saat ditambahkan reagen meyer Uji terpenoid dilakukan dengan

memasukkan ekstrak ke dalam tabung reaksi kemudian ditambahkan etanol 96

dan ditetesi dengan H2SO4 pekat Hasil positif terpenoid ditandai dengan

terbentuknya warna merah kecoklatan

Pengujian Daya Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Jawer Kotok

Metode pengujian aktivitas antibakteri yang digunakan adalah metode

sumuran (agar well difusion method) dengan media MHA Suspensi bakteri yang

digunakan memiliki kekeruhan yang setara dengan larutan Mc Farland I atau

3x108

CFUml Suspensi bakteri kemudian digoreskan pada MHA dengan

menggunakan cotton bud steril Setelah digores kemudian didiamkan selama 10

8

menit Kegiatan ini dilakukan sebanyak lima kali ulangan untuk setiap bakteri uji

Pada media MHA dibuat sebanyak 6 sumuran yang akan diisi dengan

Konsentrasi 20 (K1) 02 g ekstrak daun jawer kotok dalam 1 ml DMSO

Konsentrasi 40 (K2) 04 g ekstrak daun jawer kotok dalam 1 ml DMSO

Konsentrasi 60 (K3) 06 g ekstrak daun jawer kotok dalam 1 ml DMSO

Konsentrasi 80 (K4) 08 g ekstrak daun jawer kotok dalam 1 ml DMSO

Kontrol positif (KP) Klindamisin 1

Kontrol negatif (KN) DMSO

Media MHA yang telah diisi dengan larutan uji kemudian diinkubasi pada

suhu 37 ordmC selama 24 jam dan diamati diameter zona hambatnya dengan

penggaris

Analisis Data

Data hasil pengukuran diameter zona hambat dianalis secara kuantitatif

menggunakan metode one way analysis of variance (one way Anova) dan

dilanjutkan dengan uji Duncan

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penapisan Fitokimia Daun Jawer KotoK

Penapisan fitokimia ekstrak etanol daun jawer kotok positif mengandung

metabolit sekunder berupa flavonoid polifenol tanin serta terpenoid dan negatif

terhadap alkaloid Ridwan et al (2006) dan Rahmawati (2008) juga menyebutkan

bahwa daun jawer kotok tidak mengandung alkaloid (Gambar 3 dan Tabel 1)

(a) (b) (c) (d) (f)

Gambar 3 Hasil uji fitokimia flavonoid (a) alkaloid dengan reagen

dragendorff (b) alkaloid dengan reagen meyer (c) polifenol

(d) terpenoid (e)

9

Tabel 1 Hasil penapisan fitokimia ekstrak etanol daun jawer kotok

Penapisan Fitokimia Hasil

Flavonoid +

Alkaloid

Meyer minus

Dragendorff minus

Polifenol dan Tanin +

Terpenoid + aKeterangan + terdeteksi minus tidak terdeteksi

Bakteri pada Permukaan Kulit Wajah Berjerawat

Bakteri Gram positif yang berhasil diidentifikasi adalah Staphylococcus

aureus Staphylococcus epidermidis Streptococcus sp dan Micrococcus sp

Menurut Seta (2013) dan Razak et al (2013) bakteri yang dapat menyebabkan

jerawat adalah S aureus S epidermidis dan Propionibacterium acne P acne

tidak dapat diisolasi karena metode yang digunakan tidak bisa mengisolasi bakteri

anaerob Penemuan bakteri Streptococcus sp mungkin terjadi mengingat

Streptococcus sp merupakan salah satu bakteri pada kulit yang dapat

menyebabkan terjadinya penyakit pyoderma (Caesarita 2011) Micrococcus sp

dapat ditemukan pada hasil swab wajah mengingat kemungkinan adanya

pencemaran bakteri dari lingkungan seperti air udara dan tanah (Andy dan

Taufik 2010)

Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Jawer Kotok

Rata-rata diameter zona hambat bakteri ekstrak etanol daun jawer kotok

terhadap bakteri Gram positif (Gambar 4 dan Tabel 2)

(a) (b) (c) (d)

Gambar 4 Zona hambat ekstrak etanol daun jawer kotok terhadap S aureus (a)

S epidermidis (b) Streptococcus sp (c)dan Micrococcus sp(d)

K2 KP K3 K2 KP K3

K2 KP K3

K2 KP K3

K1 KN K4 K1 KN K4 K1 KN K4 K1 KN K4

10

Tabel 2 Rata-rata diameter zona hambat ekstrak etanol daun jawer kotok terhadap

bakteri Gram positif hasil swab kulit wajah berjerawat (mm)

Kelompok

Perlakuan

S aureus S epidermidis Streptococcus

sp

Micrococcus

sp

K1 1380 plusmn 109 b

1500 plusmn 070b

1560 plusmn 134c

1420 plusmn 178b

K2 1600 plusmn 122c

1540 plusmn054bc

1620 plusmn 109c

1500 plusmn 200b

K3 1600 plusmn 070c

1640 plusmn 151c

1620 plusmn 109c

1500 plusmn 200b

K4 1700 plusmn 070c

1620 plusmn 109c

1560 plusmn 054c

1420 plusmn 130b

KP 4060plusmn 089d

4080 plusmn 044d

4160 plusmn 054d

1820 plusmn 083d

KN 000 plusmn 000a

000 plusmn 000a

000 plusmn 000a

000 plusmn 000a

aKeterangan K1 konsentrasi 20 K2 konsentrasi 40 K3 konsentrasi 60 K4

konsentrasi 80 KP kontrol positif KN kontrol negatif Huruf supercript yang berbeda dalam

satu kolom menunjukkan perbedaan yang nyata pada taraf nyata Plt 005

Pada Tabel 2 diketahui bahwa KN pada keempat bakteri uji tidak memiliki

diameter zona hambat dan berbeda nyata dengan KP dan seluruh konsentrasi uji

Hal tersebut membuktikan bahwa pelarut tidak berpengaruh terhadap aktivitas

antibakteri sehingga aktivitas antibakteri hanya berasal dari konsentasi uji

DMSO digunakan sebagai KN karena tidak memiliki daya hambat bakteri serta

karena sifat dari DMSO yang merupakan pelarut polar berspektrum luas sehingga

dapat melarutkan senyawa alkaloid dan flavonoid (Mulyatni et al 2012)

Kontrol positif memberikan hasil yang berbeda nyata dengan KN dan

keempat konsentrasi uji pada semua bakteri Hal tersebut membuktikan bahwa

bakteri S aureus S epidermidis Streptococcus sp dan Micrococcus sp masih

peka terhadap KP Antibiotik klindamisin 1 digunakan sebagai KP karena

klindamisin paling efektif dalam pengobatan jerawat jika dibandingkan dengan

eritromisin dan tetrasiklin serta paling banyak digunakan masyarakat untuk

mengobati jerawat (Aziz 2010) Klindamisin adalah salah satu antibiotik golongan

aminoglikosida Klindamisin menghambat sintesis protein pada fase pemanjangan

dengan mempengaruhi translokasi (Syukrinawati 2014) Antibiotik ini efektif

terhadap bakteri Gram positif dan bakteri anaerob akan tetapi kurang efektif

terhadap bakteri Gram negatif (Nugroho 2013)

Hasil uji pada bakteri S aureus terlihat bahwa K1 memberikan perbedaan

yang nyata (Plt005) dengan K2 K3 dan K4 Hasil uji pada S epidermidis

memberikan hasil bahwa K1 berbeda nyata (Plt005) dengan K3 dan K4 Seluruh

konsentrasi ekstrak etanol daun jawer kotok yang diujikan terhadap Streptococcus

sp dan Micrococcus sp tidak menunjukkan hasil yang berbeda nyata

Hasil uji yang dilakukan terhadap Saureus memperlihatkan bahwa semakin

tinggi konsentrasi ekstrak maka semakin besar diameter zona hambat yang

terbentuk Hal ini karena semakin banyak zat aktif yang terkandung dalam ekstrak

tersebut sedangkan pada uji yang dilakukan terhadap S epidermidis

Streptococcus sp dan Micrococcus sp diameter zona hambat yang terbentuk pada

K4 mengalami penurunan Hal tersebut menunjukkan bahwa konsentrasi yang

semakin tinggi tidak selalu menghasilkan diameter zona hambat yang semakin

besar Penurunan aktivitas ini disebabkan karena perbedaan jenis bakteri yang

dihambat perbedaan kecepatan difusi senyawa aktif pada media agar serta

konsentrasi ekstrak yang terlalu tinggi dibandingkan dengan pelarutnya (DMSO)

sehingga larutan menjadi jenuh dan sulit untuk larut Brooks et al (2008)

11

menyatakan bahwa aktivitas antibakteri dipengaruhi beberapa faktor yaitu

konsentrasi ekstrak kandungan senyawa antibakteri daya difusi ekstrak dan jenis

bakteri yang dihambat

Diameter zona hambat bakteri menurut Davis dan Stout dalam Rahmawati

(2008) dibagi atas sangat kuat (zona jernih gt 20 mm) kuat (zona jernih 10minus20

mm) sedang (zona jernih 5minus10 mm) dan lemah (zona jernih lt 5 mm) Kontrol

positif (KP) pada bakteri uji S aureus S epidermidis Streptococcussp tergolong

dalam daya hambat sangat kuat sedangkan KP pada bakteri Micrococcus sp

tergolong dalam daya hambat kuat Hal tersebut kemungkinan dikarenakan target

kerja antibiotik klindamisin ditujukan untuk bakteri yang habitatnya di daerah

kulit wajah sedangkan Micrococcus sp merupakan bakteri kontaminasi dari

lingkungan (air tanah udara) Seluruh konsentrasi ekstrak yang diujikan terhadap

seluruh bakteri (K1K2 K3 K4) tergolong dalam konsentrasi yang memberikan

daya hambat kuat karena diameter zona hambat yang terbentuk antara 1380 plusmn

109 mm sampai 1700 plusmn 070 mm

Mengacu pada standar umum yang dikeluarkan oleh Departemen Kesehatan

disebutkan bahwa mikroba dinyatakan peka terhadap antimikroba asal tanaman

apabila mempunyai ukuran diameter daya hambatannya 12minus24 mm (Darmawi et

al 2013) sehingga dapat dikatakan bahwa seluruh bakteri uji peka terhadap K1

K2 K3 dan K4

Hasil penelitian diketahui bahwa seluruh konsentrasi dinyatakan peka dan

memiliki zona hambat bakteri yang kuat terhadap bakteri uji sehingga ekstrak

etanol daun jawer kotok memiliki potensi antibakteri yang baik Adanya potensi

antibakteri diketahui dari kandungan senyawa metabolit sekunder yang terdapat

pada daun jawer kotok yaitu flavonoid tanin polifenol serta terpenoid

Mekanisme kerja flavonoid sebagai antibakteri adalah membentuk senyawa

kompleks dengan protein ekstraseluler dan terlarut sehingga dapat merusak

membran sel bakteri dan diikuti keluarnya senyawa intraselluler (Ngajow et al

2013)

Mekanisme kerja tanin sebagai antibakteri adalah menghambat enzim

reverse transkriptase dan DNA topoisomerase sehingga sel bakteri tidak dapat

terbentuk Tanin juga mempunyai target pada polipeptida dinding sel sehingga

pembentukan polipeptida dinding sel menjadi tidak sempurna Hal ini

menyebabkan sel bakteri menjadi lisis karena tekanan osmotik maupun fisik

sehingga sel bakteri akan mati (Ngajow et al 2013)

Ngajow et al (2013) juga menyatakan bahwa senyawa fenolik dan terpenoid

memiliki target utama yaitu membran sitoplasma bakteri Aktifitas antibakteri

terpenoid diketahui bereaksi dengan porin (protein transmembran) pada membran

luar dinding sel bakteri Terpenoid membentuk ikatan polimer yang kuat sehingga

mengakibatkan rusaknya porin Rusaknya porin yang merupakan pintu keluar

masuknya senyawa akan mengurangi permeabilitas dinding sel bakteri yang akan

mengakibatkan sel bakteri akan kekurangan nutrisi sehingga pertumbuhan bakteri

akan terhambat dan mati

12

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Ekstrak etanol daun jawer kotok mengandung flavonoid polifenol dan tanin

serta terpenoid yang memiliki aktivitas antibakteri yang dapat menghambat

pertumbuhan bakteri kokus Gram positif pada permukaan kulit wajah berjerawat

Ekstrak etanol daun jawer kotok memiliki potensi antibakteri yang baik karena

daya hambat bakteri pada konsentrasi 20 40 60 dan 80 tergolong dalam

daya hambat yang kuat S aureus S epidermidis Streptococcus sp dan

Micrococcus sp dinyatakan peka terhadap seluruh konsentrasi ekstrak

Saran

Saran yang dapat diberikan kepada peneliti selanjutnya yaitu perlu

dilakukan penelitian aktivitas antibakteri ekstrak etanol daun jawer kotok terhadap

bakteri Pacne dan bakteri gram negatif serta penggunaan kontrol positif dengan

antibiotik yang lain Selain itu penelitian ini juga dapat digunakan sebagai dasar

ilmiah dalam pengembangan produk farmasi antibakteri

DAFTAR PUSTAKA

Agoes G 2007 Ekstraksi Tanaman Obat Bandung ITB

Andy Taufik M 2010 Jumlah bakteri dan keberadaan bakteri Salmonella sp

pada daging kuda di Kabupaten Jeneponto Jurnal Agrisistem 6(2) 82-87

Arundhina E 2014 Aktivitas ekstrak etanol daun alamanda (Allamanda

cathartica L) sebagai anti jamur terhadap Candida albicans dan

Pityrosporum ovale secara in vitro [skripsi] Yogyakarta (ID) Universitas

Katolik Atmajaya Yogyakarta

Aziz S2010 Uji aktivitas antibakteri ekstrak etanol daun dan umbi bakung putih

(Crinum asiatikum L) terhadap bakteri penyebab jerawat[skripsi] Jakarta

(ID) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatulloh

Brooks GF Butel JS Morse SA Mikrobiologi Kedokteran Mudihardi E

KuntamanWasito EB et al penerjemah Jakarta (ID) Salemba Medika

Terjemahan dari Medical Microbiology

Caesarita DP 2011 Pengaruh ekstrak buah nanas (Ananas comosus) 100

terhadap bakteri Staphylococcus aureus dari pyoderma [skripsi] Bandung

(ID) Universitas Diponegoro

Carter GR dan Cole JR 1990 Diagnostic Procedures in Veterinary Bacteriology

and Mycology Fifth Edition London (UK) Academi Press Limited

13

Dalimarta S 2000 Atlas Tumbuhan Indonesia Jilid ke-2 Jakarta Trubus

Agriwidya

Darmawi Manaf ZH Putranda F 2013 Daya hambat getah jarak cina (Jatropha

multifida L) terhadap Staphylococcus aureus secara invitro Jurnal Medika

Veterinaria7(2) 113-115

Hamdayati Y Kusnadi Rahadian I 2008 Aktivitas antibakteri ekstrak daun

patikan kebo (Euphorbia hirta) terhadap pertumbuhan bakteri

Staphylococcus epidermidis Jurnal Pengajaran Matematika dan Ilmu

Pengetahuan alam 12(7) 1-10

Harborne JB 1987 Metode Fitokimia Padmawinata K Soediro I penerjemah

Jakarta (ID) UI Press Terjemahan dari Basic Concepts of Analytical

Chemistry

Jang SS Biberstein EL Hirsh DC 1976 A Manual of Veterinary Clinical

Bacteriology and Micology Davis (US) Univ California

Kee JL Hayes ER Farmakologi Pendekatan Proses Keperawatan Anugerah P

penerjemah Jakarta (ID) EGC Terjemahan dari Pharmacology A Nursing

Process Approach

Mulyatni AS Budiani A Taniwiryono D 2012 Aktivitas antibakteri ekstrak kulit

buah kakao (Theobroma cacao L) terhadap Escherichia coli Bacillus

subtilis dan Staphylococcus aureus Jurnal Menara Perkebunan 80(2) 77-

84

Ngajow M Abidjulu J Kamu VS 2013 Pengaruh antibakteri ekstrak kulit batang

matoa (Pometia pinnata) terhadap bakteri Staphylococcus aureus secara in

vitro Jurnal Mipa Unsrat 2(2) 128-132

Nugroho RA 2013 Terapi topikal clindamycin dibandingkan dengan niacinamide

+ zinc pada Acne vulgaris [skripsi] Semarang (ID) Universitas

Diponegoro

Rahmawati F 2008Isolasi dan karakteristik senyawa antibakteri ekstrak daun

miana Coleus scutellarioides [L] Benth [tesis] Bogor (ID) Institut

Pertanian Bogor

Ratnawati Y 2007 Aktivitas antibakteri ekstrak daun jawer kotok (Coleus

scutellarioides [L] Benth) [skripsi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor

Razak A Djamal A Revilla G 2013 Uji daya hambat air perasan buah jeruk

nipis (Citrus aurantifolia) terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus

aureus secara in vitro Jurnal Kesehatan Andalas 2(1) 5-8

Ridwan Y Darusman LK Satrija F Handaryani E 2006 Kandungan kimia

berbagai ekstrak daun miana (Coleus blumei Bent) dan efek anthelmintiknya

terhadap cacing pita pada ayam Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia11(2) 1-6

Rusmiyati I Husain DR Alam G 2014 Bioaktivitas ekstrak metanol daun muda

sirsak (Annona muricata L) sebagai antibakteri terhadap Staphylococcus

aureus dan Propionibacterium acne [penelitian ilmiah] Makasar (ID)

Universitas Hassanudin

Saptarini O Perawati Hartanto Y 2008 Uji aktivitas antibakteri ekstrak etanol

buah mahkota dewa (Phaleria macrocarpa) terhadap Staphylococcus

epidermidis penyebab jerawat Jurnal Biomedika1(1) 1-7

Seta SA 2013 Optimasi formula lotion anti jerawat ekstrak etanol kulit buah

manggis (Garcinia mangostana L) dan uji aktivitas terhadap

14

Propionibacterium acnes dan Staphylococcus epidermidis [skripsi]

Yogyakarta (ID) Universitas Gadjah Mada

Syukrinawati RP 2014 Tingkat pengetahuan penggunaan antibiotik oleh

mahasiswa kepaniteraan klinik departemen bedah mulut RSGM-P FKG

periode September 2-13 Maret 2014 [skripsi] Medan (ID) Universitas

Sumatera Utara

Waji RA 2009 Flavonoid (Quercetin) [Penelitian Ilmiah] Makasar (ID)

Universitas Hasanuddin

Widiawati W Lutfiati D Perbedaan hasil penyembuhan kulit wajah berjerawat

antara masker lidah buaya dengan masker non lidah buaya e- Journal

Universitas Negeri Surabaya 2014 3(1) 217-225

15

LAMPIRAN

Lampiran 1 Pembuktian hipotesis

1 Pengambilan keputusan dari hipotesis yang ditentukan diuji dengan uji

ANOVA

2 Hipotesis dalam penelitian ini berupa Ho yaitu ekstrak etanol daun jawer

kotok dengan konsentrasi ekstrak 20 40 60 dan 80 tidak memiliki

aktivitas antibakteri terhadap bakteri pada permukaan kulit wajah

berjerawat dan H1 yaitu ekstrak etanol daun jawer kotok dengan

konsentrasi ekstrak 20 40 60 dan 80 memiliki aktivitas

antibakteri terhadap bakteri pada permukaan kulit wajah berjerawat

3 Pengambilan keputusan untuk memilih hipotesis mana yang diterima dan

hipotesis mana yang ditolak didasarkan pada perbandingan F hitung dan F

tabel dengan syarat jika F hitung kurang dari F tabel maka tolak H1 dan

terima H0 dan jika F hitung lebih besar dari F tabel maka H0 ditolak dan

terima H1

4 Hasil uji one way ANOVA pada diameter zona hambat bakteri S aureus S

Epidermidis Streptococcus sp dan Micrococcus sp diperoleh nilai F

hitung lebih besar dari F tabel (1143 831 gt 262) (1149 947 gt 262)

(1122 068 gt 262) dan (91144 gt 262) maka hiptotesis yang diterima

adalah H1 yaitu ekstrak etanol daun jawer kotok dengan konsentrasi

ekstrak 20 40 60 dan 80 memiliki aktivitas antibakteri terhadap

bakteri S aureus S epidermidis Streptococcus sp dan Micrococcus sp

Lampiran 2 hasil uji ANOVA dan uji lanjutan Duncan

Descriptives

saureus

N Mean

Std Deviation Std Error

95 Confidence Interval for

Mean

Minimum Maximum Lower Bound

Upper Bound

ekstrak 20 5 138000

109545

48990

124398

151602

1200

1500

ekstrak 40 5 160000

122474

54772

144793

175207

1400

1700

ekstrak 60 5 160000

70711

31623

151220

168780

1500

1700

ekstrak 80 5 170000

70711

31623

161220

178780

1600

1800

kontrol positif 5 406000

89443

40000

394894

417106

3900

4100

kontrol negative 5 0000

00000

00000

0000

0000

00 00

Total 30

172333

1218728

222508

126825

217841

00 4100

16

ANOVA

saureus

Sum of Squares df Mean Square F Sig

Between Groups

4289367 5 857873 1143831

000

Within Groups

18000 24 750

Total 4307367 29

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

saureus

Duncana

perlakuan N

Subset for alpha = 005

1 2 3 4

kontrol negatif 5 0000 ekstrak 20 5

13800

0

ekstrak 40 5

160000

ekstrak 60 5

160000

ekstrak 80 5

170000

kontrol positif 5

406000

Sig 1000 1000 096 1000

Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000

ONEWAY Sepidermidis BY perlakuan

STATISTICS DESCRIPTIVES

MISSING ANALYSIS

POSTHOC=DUNCAN ALPHA(005)

[DataSet0]

Descriptives

Sepidermidis

N Mean Std Deviation Std Error

95 Confidence Interval

for Mean

Minimum Maximum Lower Bound

Upper Bound

ekstrak 20 5 150000

70711

31623

141220

158780

1400

1600

ekstrak 40 5 154000

54772

24495

147199

160801

1500

1600

ekstrak 60 5 164000

151658

67823

145169

182831

1500

1800

ekstrak 80 5 162000

109545

48990

148398

175602

1500

1800

kontrol positif 5 408000

44721

20000

402447

413553

4000

4100

kontrol negatif 5 0000

00000

00000

0000

0000

00 00

Total 30

173000

1221968

223100

127371

218629

00 4100

17

ANOVA

Sepidermidis

Sum of Squares Df Mean Square F Sig

Between Groups 4312300 5 862460 1149947

000

Within Groups 18000 24 750 Total 4330300 29

Post Hoc Tests

Homogeneous Subsets

Sepidermidis

Duncana

Perlakuan N

Subset for alpha = 005

1 2 3 4

kontrol negative 5 0000 ekstrak 20 5

15000

0

ekstrak 40 5

154000

154000

ekstrak 80 5

162000

ekstrak 60 5

164000

kontrol positif 5

408000

Sig 1000 472 096 1000

Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000

ONEWAY Sepidermidis BY perlakuan

STATISTICS DESCRIPTIVES

MISSING ANALYSIS

POSTHOC=DUNCAN ALPHA(005)

[DataSet0]

18

Descriptives

Streptococcus

N Mean Std Deviation

Std Error

95 Confidence Interval

for Mean

Minimum Maximum Lower Bound

Upper Bound

ekstrak 20 5 156000

134164

60000

139341

172659

1400 1700

ekstrak 40 5 162000

109545

48990

148398

175602

1500 1700

ekstrak 60 5 162000

109545

48990

148398

175602

1500 1700

ekstrak 80 5 156000

54772

24495

149199

162801

1500 1600

kontrol positif 5 416000

54772

24495

409199

422801

4100 4200

kontrol negatif 5 0000

00000

00000

0000

0000

00 00

Total 30

175333

1246715

227618

128780

221886

00 4200

ANOVA

Streptococcus

Sum of Squares df Mean Square F Sig

Between Groups 4488267 5 897653 1122067

000

Within Groups 19200 24 800 Total 4507467 29

Post Hoc Tests

Homogeneous Subsets

Streptococcus

Duncana

perlakuan N

Subset for alpha = 005

1 2 3

kontrol negatif 5 0000 ekstrak 20 5

15600

0

ekstrak 80 5

156000

ekstrak 40 5

162000

ekstrak 60 5

162000

kontrol positif 5

416000

Sig 1000 343 1000

Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000

ONEWAY Sepidermidis BY perlakuan

STATISTICS DESCRIPTIVES

MISSING ANALYSIS

POSTHOC=DUNCAN ALPHA(005)

[DataSet0]

19

Descriptives

Micrococcus

N Mean Std Deviation

Std Error

95 Confidence Interval for

Mean

Minimum Maximum Lower Bound

Upper Bound

ekstrak 20 5 142000

178885

80000

119788

164212

1200

1600

ekstrak 40 5 150000

200000

89443

125167

174833

1200

1700

ekstrak 60 5 150000

200000

89443

125167

174833

1200

1700

ekstrak 80 5 142000

130384

58310

125811

158189

1200

1500

kontrol positif 5 182000

83666

37417

171611

192389

1700

1900

kontrol negative

5 0000

00000

00000

0000

0000

00 00

Total 30

127667

612335

111797

104802

150532

00 1900

ANOVA

Micrococcus

Sum of Squares Df Mean Square F Sig

Between Groups 1032967 5 206593 91144 000 Within Groups 54400 24 2267

Total 1087367 29

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

Micrococcus

Duncana

Perlakuan N

Subset for alpha = 005

1 2 3

kontrol negative 5 0000 ekstrak 20 5

14200

0

ekstrak 80 5

142000

ekstrak 40 5

150000

ekstrak 60 5

150000

kontrol positif 5

182000

Sig 1000 451 1000

Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000

20

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Jakarta tanggal 25 september 1992 Penulis merupakan

anak ketiga dari tiga bersaudara dari pasangan Petrus Bambang Wijanarko dan

Susana Tuminah Penulis menempuh pendidikan Sekolah Menengah Pertama di

SMP Strada Bhakti Wiyata Bekasi dan Sekolah Menengah Atas di SMA Santo

Antonius Jakarta Penulis aktif di Organisasi Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM)

Keluarga Mahasiswa Katolik IPB sejak tahun 2011 hingga 2013 Penulis juga

aktif di Himpunan Profesi Ornithologi dan Unggas sejak tahun 2013 hingga 2014

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Penggunaan antibiotik mengalami peningkatan yang luar biasa pada lima

dekade terakhir Antibiotik yang digunakan secara tidak rasional akan membuat

bakteri menjadi bersifat resisten dan tetap memperbanyak diri di inangnya

Resistensi bakteri mendorong adanya bahan antibiotik lain yang murah tersedia

secara kontinu dan memiliki semua unsur-unsur yang dibutuhkan untuk

pembuatan antimikroba oleh sebab itu perlu dilakukan eksplorasi terhadap bahan

alternatif yang dapat digunakan sebagai senyawa antibakteri

Perawatan kulit wajah merupakan hal yang penting untuk dilakukan

Perawatan tersebut bertujuan untuk memaksimalkan penampilan diri agar lebih

percaya diri Perawatan yang sering dilakukan adalah melakukan facial

pemakaian krim masker serta sabun agar kulit wajah tidak kusam dan berjerawat

Jerawat merupakan penyakit kulit akibat peradangan pada kelenjar sebacea karena

aktivitas Staphylococcus epidermidis dan Propionibacterium acnes (Seta 2013)

serta Staphylococcus aureus (Razak et al 2013)

Jawer kotok (Coleus atropurpureus) merupakan tanaman yang berfungsi

sebagai tanaman hias dan tanaman obat Masyarakat memanfaatkan daun jawer

kotok sebagai obat untuk berbagai penyakit diare demam pengobatan pasca

melahirkan terlambat datang bulan abses ambeien dan diabetes mellitus

(Ratnawati 2007) Rahmawati (2008) menyatakan bahwa daun jawer kotok dapat

digunakan sebagai senyawa antibakteri

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menguji aktivitas antibakteri ekstrak etanol

daun jawer kotok (Coleus atropurpureus) dalam menghambat pertumbuhan

bakteri pada permukaan kulit wajah berjerawat

Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah memperoleh hasil uji potensi antibakteri

ekstrak etanol daun jawer kotok terhadap bakteri Gram positif pada kulit wajah

berjerawat sehingga dapat digunakan sebagai dasar ilmiah dalam pengembangan

produk farmasi antibakteri Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan

informasi kepada masyarakat akan khasiat daun jawer kotok serta nilai tambah

bagi tanaman jawer kotok secara ekonomis

2

Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini membahas mengenai aktivitas antibakteri ekstrak etanol daun

jawer kotok dengan konsentrasi 20 40 60 dan 80 terhadap bakteri Gram

positif yang ditemukan pada permukaan kulit wajah berjerawat

TINJAUAN PUSTAKA

Jawer Kotok (Coleus atropurpureus)

Tanaman jawer kotok (iler) merupakan tanaman yang umum ditemukan di

IndonesiaTanaman ini tumbuh di tempat lembab dan terbuka seperti pinggir

selokan pematang sawah atau tepi jalan pada ketinggiaan 1-1300 diatas

permukaan laut (dpl) Coleus atropurpureus termasuk ke dalam famili Lamiaceae

Tanaman ini dikenal dengan nama daerah jawer kotok (sunda) kentangan (jawa)

saru-saru atau majaja Daunnya berbentuk bulat telur pangkal membulat

menyerupai bentuk jantung ujung meruncing tepi bergerigi tulang daun

menyirip permukaan mengkilat berambut halus memiliki panjang 7-11 cm dan

lebar 35-6 cm (Dalimartha 2000)

Gambar 1 Coleus atropurpureus

Daun jawer kotok diketahui mengandung flavonoid tanin saponin (Yusuf

et al 2006) polifenol serta steroid (Rahmawati 2008) Flavonoid banyak

ditemukan pada daun berwarna ungu seperti jawer kotok (Waji dan Sugrani 2009)

Jerawat

Jerawat merupakan kondisi kulit yang abnormal yang disebabkan oleh

gangguan produksi dari kelenjar minyak yang berlebihan Kelebihan produksi

3

sebaceous gland akan menyebabkan penyumbatan pada saluran folikel rambut

dan pori-pori kulit Kotoran atau sel kulit mati yang tidak dibersihkan akan

bertumpuk menjadi komedo dan jika terinfeksi bakteri penyebab jerawat komedo

akan berubah menjadi jerawat (Widiawati 2014)

Ekstraksi

Ekstraksi merupakan proses pemisahan bahan dari campurannya dengan

pelarut Ekstraksi tanaman obat adalah pemisahan secara kimia atau fisika suatu

atau sejumlah bahan padat atau bahan cair dari suatu tanaman obat (Agoes 2007)

Daun jawer kotok diekstrak menggunakan metode maserasi Maserasi merupakan

metode ekstraksi yang dilakukan dengan metode merendam sampel dalam pelarut

tanpa pemanasan Metode maserasi dipilih karena metodenya yang sederhana dan

bisa menghindari kerusakan komponen senyawa yang tidak tahan panas yang

terkandung dalam sampel (Rahmawati 2008) Pemilihan etanol 96 sebagai

pelarut didasarkan pada fungsi dari pelarut etanol 96 yang dapat mengikat

berbagai senyawa aktif seperti tanin polifenol flavonoid terpenoid sterol dan

alkaloid (Hamdayati et al 2008) Perbandingan jumlah daun jawer kotok dan

pelarut etanol 96 yang digunakan adalah 1 10 Menurut Arundhina (2014)

semakin banyak pelarut yang digunakan maka rendemen yang diperoleh semakin

besar hal ini disebabkan semakin besarnya rasio pelarut terhadap daun maka luas

permukaan perpindahan massa antara padatan dengan larutan semakin besar

Filtrat dari proses maserasi diuapkan menggunakan rotary evaporator Proses

penguapan dilakukan untuk memisahkan pelarut etanol 96 dan senyawa

fitokimia yang terekstrak dari daun jawer kotok

Antibakteri

Antibakteri merupakan sifat suatu bahan yang menunjukkan efek

menghambat pertumbuhan bakteri Penghambatan pertumbuhan bakteri dibedakan

menjadi bakterisida (mampu membunuh bakteri) dan bakteriostatik (menghambat

pertumbuhan bakteri) (Kee dan Hayes 1996)

Antibiotik Klindamisin

Klindamisin efektif terhadap sebagian besar bakteri aerob Gram positif seperti

Streptococcus sp Staphylococcus sp Enterococcus sp Bacilus antracis dan

Corynebacterium diphtheriae tetapi pada umumnya kurang efektif terhadap bakteri

Gram negatif seperti Enterobacteriaceae Neisseria gonorrhoeae Neisseria

4

Meningitidis dan Haemophilus influenzae Klindamisin juga sangat efektif terhadap

bakteri anaerob Gram positif seperti Eubacterium Proponibacterium Peptococcus

Peptostreptococcus Clostridium perfringens dan Cloctridium Tetani dan juga efektif

terhadap beberapa bakteri aerob negatif seperti Fusobacterium spdan Bacteriodes

sptermasuk Bacteroides fragilis (Nugroho 2013)

Morfologi dan Ciri Umum Bakteri Penyebab Jerawat pada Kulit

Wajah

Staphylococcus aureus

Staphyloccus aureus adalah bakteri Gram positif yang menghasilkan

pigmen kuning bersifat aerob fakultatif tidak menghasilkan spora dan tidak motil

S aureus umumnya tumbuh berpasangan maupun berkelompok seperti buah

anggur dengan diameter 08-10 microm Bakteri ini menghasilkan katalase dan

koagulase S aureus biasanya terdapat pada saluran pernafasan atas kulit saluran

urinari abses infeksi luka radang paru-paru dan selaput lendir lainnya

(Rusmiyati et al 2014)

Staphylococcus epidermidis

Bakteri ini merupakan Gram positif berbentuk kokus berdiameter 05-15

microm berkoloni mengerombol menyerupai buah anggur Koloni biasanya berwarna

putih atau krem S epidermidis bersifat aerob fakultatif katalase positif dan

koagulase negatif Bakteri ini merupakan flora normal pada kulit manusia saluran

pernafasan dan saluran pencernaan makanan Staphylococcus epidermidis yang

mempunyai daya invasi rendah serta bergabung dengan faktor-faktor ekstraseluler

dan toksin berperan pada banyak infeksi kulit misalnya jerawat (Saptarini et al

2008)

Propionibacterium acne

Propionibacterium acne termasuk kelompok Corynebacteria Bakteri ini

termasuk bakteri anaerob Gram positif yang toleran terhadap oksigen P Acne

berbentuk batang tak teratur dan tumbuh relatif lambat Genome dari bakteri ini

dapat menghasilkan enzim untuk meluruhkan kulit dan protein yang mungkin

bersifat immunogenic (mampu mengaktifkan sistem kekebalan tubuh) P acnes

dianggap tidak hanya sebagai flora normal penghuni pada kulit yang normal tetapi

juga bersifat sebagai bakteri patogen fakultatif (Rusmiyati et al2014)

5

METODE

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Mikrobiologi Departemen

Ilmu Penyakit Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner (IPHK) dan

Laboratorium Farmasi Departemen Klinik Reproduksi dan Patologi (KRP)

Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) Institut Pertanian Bogor (IPB) Kegiatan

dimulai sejak bulan Juli 2014 sampai dengan bulan Januari 2015

Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian adalah timbangan analitik cawan

petri mini tube mikro pipet pipet volumentrik pipet pasteur pinset tabung

reaksi cotton bud steril tabung durham tabung effendorf osekapas object glass

bunsen spatula inkubator autoklaf dan mikroskop Bahan yang digunakan

adalah daun jawer kotok bakteri hasil swab wajah (S aureus S epidermidis

Streptococcus sp Micrococcus sp) antibiotik klindamisin satu set zat

pewarnaan gram reagen katalase (larutan 3 H2O2) Brain Heart Infussion (BHI)

Blood Agar (BA) Mac Conkey Agar (MCA) Manitol Salt Agar (MSA)

Tyrpticase Soy Agar (TSA) Muller Hilton Agar (MHA) etanol 96 Dimenthyl

sulfoxide (DMSO) NaOH H2SO4 FeCl3 reagen dragendorff dan reagen meyer

Prosedur Penelitian

Pengambilan Sampel

Metode pengambilan sampel dilakukan dengan melakukan swab pada kulit

wajah berjerawat pada sepuluh orang probandus yang telah dipilih Sepuluh

probandus tersebut terdiri dari 5 orang perempuan dan 5 orang laki-laki Swab

kulit dilakukan dengan menggunakan cotton bud yang telah disterilkan Swab

kulit dilakukan dengan cara mencelupkan cotton bud pada media BHI agar bakteri

pada jerawat dapat terangkat dan menempel pada cotton bud Swab kulit dari satu

orang dimasukan pada media BHI untuk dibawa ke laboratorium Perlakuan yang

sama dilakukan pada setiap probandus

6

Isolasi dan Identifikasi Bakteri pada Permukaan Kulit Wajah Berjerawat

Identifikasi bakteri mengacu pada metode Carter (1990) dan Jang et al

(1976) Sampel yang telah diperoleh dari hasil swab jerawat ditumbuhkan pada

media BA dengan cara mengambil sampel dari media transpor dengan

menggunakan ose steril dan menggoreskannya pada permukaan agar BA Bakteri

yang telah dibiakan pada agar BA diinkubasi pada suhu 37 ordmC selama 24 jam

Setelah diinkubasi dilakukan pengamatan koloni dan diamati koloni yang berbeda

kemudian ditanam pada media TSA dan diinkubasi pada suhu 37 ordmC selama 24

jam Setelah dilakukan isolasi sampel selanjutnya dilakukan pewarnaan bakteri

dan dilanjutkan dengan proses identifikasi (Gambar 2)

Gambar 2 Uji identifikasi bakteri Gram positif

Uji katalase Pengamatan

Mikroskopis

Batang Kokus

+Spora

(Bacillus sp)

((jjh

-Spora (non

Bacillus sp)

((jjh

Positif Negatif

Uji Glukosa Mikroaerofilik

Streptococcaceae

Uji CAMP

(BA)

Staphylococcus

spp

Micrococcus spp

MSA Uji Koagulase

Micrococcaceae

Positif Negatif

Merah Kuning

Staphylococcus aureus Staphylococcus epidermidis

α γ β

Bakteri Gram Positif

7

Daun Jawer Kotok

Daun jawer kotok (Coleus atropurpureus) diperoleh dari Balai Penelitian

Tanaman Rempah dan Obat (BALITRO) dalam keadaan daun basah Bagian

tanaman yang digunakan adalah daunnya yang berwarna merah kecoklatan

Ekstrak Etanol Daun Jawer Kotok

Pembuatan ektrak etanol daun jawer kotok dilakukan dengan metode

maserasi Daun jawer kotok basah sebanyak 800 g diris kecil-kecil kemudian

dibagi menjadi 4 bagian masing-masing bagian 200 g kemudian direndam

dengan etanol 96 (perbandingan 110) dalam 4 tempat penampungan selama

3x24 jam sambil sesekali diaduk dan disaring untuk mendapatkan filtratnya

Filtrat hasil maserasi dievaporasi selama 17 jam menggunakan rotary evaporator

Hasil ekstrak kental daun jawer kotok yang didapat sebanyak 185 g

Penapisan Fitokimia Daun Jawer Kotok

Penapisan fitokimia dilakukan dengan metode Harborne (1987) untuk

mengetahui golongan senyawa kimia (terutama metabolit sekunder) yang

terkandung dalam suatu tanaman Penapisan fitokimia yang sering dilakukan

adalah penapisan untuk metabolit sekunder golongan alkaloid flavonoid tanin

polifenol terpenoid steroid dan saponin Flavonoid diuji dengan memasukan

ekstrak ditambahkan dengan etanol 96 lalu diaduk dan ditambahakan NaOH 7

tetes serta H2SO4 amati perubahan warna menjadi kuning jika hasilnya positif Uji

polifenol dan tanin dilakukan dengan memasukan ekstrak ditambahkan dengan air

lalu dipanaskan dan ditambahkan FeCl3 selanjutnya akan terjadi perubahan warna

menjadi hijau biru sampai hitam untuk hasil positif adanya polifenol dan tanin

Uji alkaloid dilakukan dengan membagi ekstrak menjadi 2 bagian keduanya

ditambahkan larutan etanol 96 Salah satu bagian ditambahkan reagen

dragendorff dan yang lain ditambahkan reagen meyer Hasil positif adanya

alkaloid ditandai dengan warna kuning saat diberi reagen dragendorff dan

endapan putih saat ditambahkan reagen meyer Uji terpenoid dilakukan dengan

memasukkan ekstrak ke dalam tabung reaksi kemudian ditambahkan etanol 96

dan ditetesi dengan H2SO4 pekat Hasil positif terpenoid ditandai dengan

terbentuknya warna merah kecoklatan

Pengujian Daya Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Jawer Kotok

Metode pengujian aktivitas antibakteri yang digunakan adalah metode

sumuran (agar well difusion method) dengan media MHA Suspensi bakteri yang

digunakan memiliki kekeruhan yang setara dengan larutan Mc Farland I atau

3x108

CFUml Suspensi bakteri kemudian digoreskan pada MHA dengan

menggunakan cotton bud steril Setelah digores kemudian didiamkan selama 10

8

menit Kegiatan ini dilakukan sebanyak lima kali ulangan untuk setiap bakteri uji

Pada media MHA dibuat sebanyak 6 sumuran yang akan diisi dengan

Konsentrasi 20 (K1) 02 g ekstrak daun jawer kotok dalam 1 ml DMSO

Konsentrasi 40 (K2) 04 g ekstrak daun jawer kotok dalam 1 ml DMSO

Konsentrasi 60 (K3) 06 g ekstrak daun jawer kotok dalam 1 ml DMSO

Konsentrasi 80 (K4) 08 g ekstrak daun jawer kotok dalam 1 ml DMSO

Kontrol positif (KP) Klindamisin 1

Kontrol negatif (KN) DMSO

Media MHA yang telah diisi dengan larutan uji kemudian diinkubasi pada

suhu 37 ordmC selama 24 jam dan diamati diameter zona hambatnya dengan

penggaris

Analisis Data

Data hasil pengukuran diameter zona hambat dianalis secara kuantitatif

menggunakan metode one way analysis of variance (one way Anova) dan

dilanjutkan dengan uji Duncan

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penapisan Fitokimia Daun Jawer KotoK

Penapisan fitokimia ekstrak etanol daun jawer kotok positif mengandung

metabolit sekunder berupa flavonoid polifenol tanin serta terpenoid dan negatif

terhadap alkaloid Ridwan et al (2006) dan Rahmawati (2008) juga menyebutkan

bahwa daun jawer kotok tidak mengandung alkaloid (Gambar 3 dan Tabel 1)

(a) (b) (c) (d) (f)

Gambar 3 Hasil uji fitokimia flavonoid (a) alkaloid dengan reagen

dragendorff (b) alkaloid dengan reagen meyer (c) polifenol

(d) terpenoid (e)

9

Tabel 1 Hasil penapisan fitokimia ekstrak etanol daun jawer kotok

Penapisan Fitokimia Hasil

Flavonoid +

Alkaloid

Meyer minus

Dragendorff minus

Polifenol dan Tanin +

Terpenoid + aKeterangan + terdeteksi minus tidak terdeteksi

Bakteri pada Permukaan Kulit Wajah Berjerawat

Bakteri Gram positif yang berhasil diidentifikasi adalah Staphylococcus

aureus Staphylococcus epidermidis Streptococcus sp dan Micrococcus sp

Menurut Seta (2013) dan Razak et al (2013) bakteri yang dapat menyebabkan

jerawat adalah S aureus S epidermidis dan Propionibacterium acne P acne

tidak dapat diisolasi karena metode yang digunakan tidak bisa mengisolasi bakteri

anaerob Penemuan bakteri Streptococcus sp mungkin terjadi mengingat

Streptococcus sp merupakan salah satu bakteri pada kulit yang dapat

menyebabkan terjadinya penyakit pyoderma (Caesarita 2011) Micrococcus sp

dapat ditemukan pada hasil swab wajah mengingat kemungkinan adanya

pencemaran bakteri dari lingkungan seperti air udara dan tanah (Andy dan

Taufik 2010)

Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Jawer Kotok

Rata-rata diameter zona hambat bakteri ekstrak etanol daun jawer kotok

terhadap bakteri Gram positif (Gambar 4 dan Tabel 2)

(a) (b) (c) (d)

Gambar 4 Zona hambat ekstrak etanol daun jawer kotok terhadap S aureus (a)

S epidermidis (b) Streptococcus sp (c)dan Micrococcus sp(d)

K2 KP K3 K2 KP K3

K2 KP K3

K2 KP K3

K1 KN K4 K1 KN K4 K1 KN K4 K1 KN K4

10

Tabel 2 Rata-rata diameter zona hambat ekstrak etanol daun jawer kotok terhadap

bakteri Gram positif hasil swab kulit wajah berjerawat (mm)

Kelompok

Perlakuan

S aureus S epidermidis Streptococcus

sp

Micrococcus

sp

K1 1380 plusmn 109 b

1500 plusmn 070b

1560 plusmn 134c

1420 plusmn 178b

K2 1600 plusmn 122c

1540 plusmn054bc

1620 plusmn 109c

1500 plusmn 200b

K3 1600 plusmn 070c

1640 plusmn 151c

1620 plusmn 109c

1500 plusmn 200b

K4 1700 plusmn 070c

1620 plusmn 109c

1560 plusmn 054c

1420 plusmn 130b

KP 4060plusmn 089d

4080 plusmn 044d

4160 plusmn 054d

1820 plusmn 083d

KN 000 plusmn 000a

000 plusmn 000a

000 plusmn 000a

000 plusmn 000a

aKeterangan K1 konsentrasi 20 K2 konsentrasi 40 K3 konsentrasi 60 K4

konsentrasi 80 KP kontrol positif KN kontrol negatif Huruf supercript yang berbeda dalam

satu kolom menunjukkan perbedaan yang nyata pada taraf nyata Plt 005

Pada Tabel 2 diketahui bahwa KN pada keempat bakteri uji tidak memiliki

diameter zona hambat dan berbeda nyata dengan KP dan seluruh konsentrasi uji

Hal tersebut membuktikan bahwa pelarut tidak berpengaruh terhadap aktivitas

antibakteri sehingga aktivitas antibakteri hanya berasal dari konsentasi uji

DMSO digunakan sebagai KN karena tidak memiliki daya hambat bakteri serta

karena sifat dari DMSO yang merupakan pelarut polar berspektrum luas sehingga

dapat melarutkan senyawa alkaloid dan flavonoid (Mulyatni et al 2012)

Kontrol positif memberikan hasil yang berbeda nyata dengan KN dan

keempat konsentrasi uji pada semua bakteri Hal tersebut membuktikan bahwa

bakteri S aureus S epidermidis Streptococcus sp dan Micrococcus sp masih

peka terhadap KP Antibiotik klindamisin 1 digunakan sebagai KP karena

klindamisin paling efektif dalam pengobatan jerawat jika dibandingkan dengan

eritromisin dan tetrasiklin serta paling banyak digunakan masyarakat untuk

mengobati jerawat (Aziz 2010) Klindamisin adalah salah satu antibiotik golongan

aminoglikosida Klindamisin menghambat sintesis protein pada fase pemanjangan

dengan mempengaruhi translokasi (Syukrinawati 2014) Antibiotik ini efektif

terhadap bakteri Gram positif dan bakteri anaerob akan tetapi kurang efektif

terhadap bakteri Gram negatif (Nugroho 2013)

Hasil uji pada bakteri S aureus terlihat bahwa K1 memberikan perbedaan

yang nyata (Plt005) dengan K2 K3 dan K4 Hasil uji pada S epidermidis

memberikan hasil bahwa K1 berbeda nyata (Plt005) dengan K3 dan K4 Seluruh

konsentrasi ekstrak etanol daun jawer kotok yang diujikan terhadap Streptococcus

sp dan Micrococcus sp tidak menunjukkan hasil yang berbeda nyata

Hasil uji yang dilakukan terhadap Saureus memperlihatkan bahwa semakin

tinggi konsentrasi ekstrak maka semakin besar diameter zona hambat yang

terbentuk Hal ini karena semakin banyak zat aktif yang terkandung dalam ekstrak

tersebut sedangkan pada uji yang dilakukan terhadap S epidermidis

Streptococcus sp dan Micrococcus sp diameter zona hambat yang terbentuk pada

K4 mengalami penurunan Hal tersebut menunjukkan bahwa konsentrasi yang

semakin tinggi tidak selalu menghasilkan diameter zona hambat yang semakin

besar Penurunan aktivitas ini disebabkan karena perbedaan jenis bakteri yang

dihambat perbedaan kecepatan difusi senyawa aktif pada media agar serta

konsentrasi ekstrak yang terlalu tinggi dibandingkan dengan pelarutnya (DMSO)

sehingga larutan menjadi jenuh dan sulit untuk larut Brooks et al (2008)

11

menyatakan bahwa aktivitas antibakteri dipengaruhi beberapa faktor yaitu

konsentrasi ekstrak kandungan senyawa antibakteri daya difusi ekstrak dan jenis

bakteri yang dihambat

Diameter zona hambat bakteri menurut Davis dan Stout dalam Rahmawati

(2008) dibagi atas sangat kuat (zona jernih gt 20 mm) kuat (zona jernih 10minus20

mm) sedang (zona jernih 5minus10 mm) dan lemah (zona jernih lt 5 mm) Kontrol

positif (KP) pada bakteri uji S aureus S epidermidis Streptococcussp tergolong

dalam daya hambat sangat kuat sedangkan KP pada bakteri Micrococcus sp

tergolong dalam daya hambat kuat Hal tersebut kemungkinan dikarenakan target

kerja antibiotik klindamisin ditujukan untuk bakteri yang habitatnya di daerah

kulit wajah sedangkan Micrococcus sp merupakan bakteri kontaminasi dari

lingkungan (air tanah udara) Seluruh konsentrasi ekstrak yang diujikan terhadap

seluruh bakteri (K1K2 K3 K4) tergolong dalam konsentrasi yang memberikan

daya hambat kuat karena diameter zona hambat yang terbentuk antara 1380 plusmn

109 mm sampai 1700 plusmn 070 mm

Mengacu pada standar umum yang dikeluarkan oleh Departemen Kesehatan

disebutkan bahwa mikroba dinyatakan peka terhadap antimikroba asal tanaman

apabila mempunyai ukuran diameter daya hambatannya 12minus24 mm (Darmawi et

al 2013) sehingga dapat dikatakan bahwa seluruh bakteri uji peka terhadap K1

K2 K3 dan K4

Hasil penelitian diketahui bahwa seluruh konsentrasi dinyatakan peka dan

memiliki zona hambat bakteri yang kuat terhadap bakteri uji sehingga ekstrak

etanol daun jawer kotok memiliki potensi antibakteri yang baik Adanya potensi

antibakteri diketahui dari kandungan senyawa metabolit sekunder yang terdapat

pada daun jawer kotok yaitu flavonoid tanin polifenol serta terpenoid

Mekanisme kerja flavonoid sebagai antibakteri adalah membentuk senyawa

kompleks dengan protein ekstraseluler dan terlarut sehingga dapat merusak

membran sel bakteri dan diikuti keluarnya senyawa intraselluler (Ngajow et al

2013)

Mekanisme kerja tanin sebagai antibakteri adalah menghambat enzim

reverse transkriptase dan DNA topoisomerase sehingga sel bakteri tidak dapat

terbentuk Tanin juga mempunyai target pada polipeptida dinding sel sehingga

pembentukan polipeptida dinding sel menjadi tidak sempurna Hal ini

menyebabkan sel bakteri menjadi lisis karena tekanan osmotik maupun fisik

sehingga sel bakteri akan mati (Ngajow et al 2013)

Ngajow et al (2013) juga menyatakan bahwa senyawa fenolik dan terpenoid

memiliki target utama yaitu membran sitoplasma bakteri Aktifitas antibakteri

terpenoid diketahui bereaksi dengan porin (protein transmembran) pada membran

luar dinding sel bakteri Terpenoid membentuk ikatan polimer yang kuat sehingga

mengakibatkan rusaknya porin Rusaknya porin yang merupakan pintu keluar

masuknya senyawa akan mengurangi permeabilitas dinding sel bakteri yang akan

mengakibatkan sel bakteri akan kekurangan nutrisi sehingga pertumbuhan bakteri

akan terhambat dan mati

12

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Ekstrak etanol daun jawer kotok mengandung flavonoid polifenol dan tanin

serta terpenoid yang memiliki aktivitas antibakteri yang dapat menghambat

pertumbuhan bakteri kokus Gram positif pada permukaan kulit wajah berjerawat

Ekstrak etanol daun jawer kotok memiliki potensi antibakteri yang baik karena

daya hambat bakteri pada konsentrasi 20 40 60 dan 80 tergolong dalam

daya hambat yang kuat S aureus S epidermidis Streptococcus sp dan

Micrococcus sp dinyatakan peka terhadap seluruh konsentrasi ekstrak

Saran

Saran yang dapat diberikan kepada peneliti selanjutnya yaitu perlu

dilakukan penelitian aktivitas antibakteri ekstrak etanol daun jawer kotok terhadap

bakteri Pacne dan bakteri gram negatif serta penggunaan kontrol positif dengan

antibiotik yang lain Selain itu penelitian ini juga dapat digunakan sebagai dasar

ilmiah dalam pengembangan produk farmasi antibakteri

DAFTAR PUSTAKA

Agoes G 2007 Ekstraksi Tanaman Obat Bandung ITB

Andy Taufik M 2010 Jumlah bakteri dan keberadaan bakteri Salmonella sp

pada daging kuda di Kabupaten Jeneponto Jurnal Agrisistem 6(2) 82-87

Arundhina E 2014 Aktivitas ekstrak etanol daun alamanda (Allamanda

cathartica L) sebagai anti jamur terhadap Candida albicans dan

Pityrosporum ovale secara in vitro [skripsi] Yogyakarta (ID) Universitas

Katolik Atmajaya Yogyakarta

Aziz S2010 Uji aktivitas antibakteri ekstrak etanol daun dan umbi bakung putih

(Crinum asiatikum L) terhadap bakteri penyebab jerawat[skripsi] Jakarta

(ID) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatulloh

Brooks GF Butel JS Morse SA Mikrobiologi Kedokteran Mudihardi E

KuntamanWasito EB et al penerjemah Jakarta (ID) Salemba Medika

Terjemahan dari Medical Microbiology

Caesarita DP 2011 Pengaruh ekstrak buah nanas (Ananas comosus) 100

terhadap bakteri Staphylococcus aureus dari pyoderma [skripsi] Bandung

(ID) Universitas Diponegoro

Carter GR dan Cole JR 1990 Diagnostic Procedures in Veterinary Bacteriology

and Mycology Fifth Edition London (UK) Academi Press Limited

13

Dalimarta S 2000 Atlas Tumbuhan Indonesia Jilid ke-2 Jakarta Trubus

Agriwidya

Darmawi Manaf ZH Putranda F 2013 Daya hambat getah jarak cina (Jatropha

multifida L) terhadap Staphylococcus aureus secara invitro Jurnal Medika

Veterinaria7(2) 113-115

Hamdayati Y Kusnadi Rahadian I 2008 Aktivitas antibakteri ekstrak daun

patikan kebo (Euphorbia hirta) terhadap pertumbuhan bakteri

Staphylococcus epidermidis Jurnal Pengajaran Matematika dan Ilmu

Pengetahuan alam 12(7) 1-10

Harborne JB 1987 Metode Fitokimia Padmawinata K Soediro I penerjemah

Jakarta (ID) UI Press Terjemahan dari Basic Concepts of Analytical

Chemistry

Jang SS Biberstein EL Hirsh DC 1976 A Manual of Veterinary Clinical

Bacteriology and Micology Davis (US) Univ California

Kee JL Hayes ER Farmakologi Pendekatan Proses Keperawatan Anugerah P

penerjemah Jakarta (ID) EGC Terjemahan dari Pharmacology A Nursing

Process Approach

Mulyatni AS Budiani A Taniwiryono D 2012 Aktivitas antibakteri ekstrak kulit

buah kakao (Theobroma cacao L) terhadap Escherichia coli Bacillus

subtilis dan Staphylococcus aureus Jurnal Menara Perkebunan 80(2) 77-

84

Ngajow M Abidjulu J Kamu VS 2013 Pengaruh antibakteri ekstrak kulit batang

matoa (Pometia pinnata) terhadap bakteri Staphylococcus aureus secara in

vitro Jurnal Mipa Unsrat 2(2) 128-132

Nugroho RA 2013 Terapi topikal clindamycin dibandingkan dengan niacinamide

+ zinc pada Acne vulgaris [skripsi] Semarang (ID) Universitas

Diponegoro

Rahmawati F 2008Isolasi dan karakteristik senyawa antibakteri ekstrak daun

miana Coleus scutellarioides [L] Benth [tesis] Bogor (ID) Institut

Pertanian Bogor

Ratnawati Y 2007 Aktivitas antibakteri ekstrak daun jawer kotok (Coleus

scutellarioides [L] Benth) [skripsi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor

Razak A Djamal A Revilla G 2013 Uji daya hambat air perasan buah jeruk

nipis (Citrus aurantifolia) terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus

aureus secara in vitro Jurnal Kesehatan Andalas 2(1) 5-8

Ridwan Y Darusman LK Satrija F Handaryani E 2006 Kandungan kimia

berbagai ekstrak daun miana (Coleus blumei Bent) dan efek anthelmintiknya

terhadap cacing pita pada ayam Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia11(2) 1-6

Rusmiyati I Husain DR Alam G 2014 Bioaktivitas ekstrak metanol daun muda

sirsak (Annona muricata L) sebagai antibakteri terhadap Staphylococcus

aureus dan Propionibacterium acne [penelitian ilmiah] Makasar (ID)

Universitas Hassanudin

Saptarini O Perawati Hartanto Y 2008 Uji aktivitas antibakteri ekstrak etanol

buah mahkota dewa (Phaleria macrocarpa) terhadap Staphylococcus

epidermidis penyebab jerawat Jurnal Biomedika1(1) 1-7

Seta SA 2013 Optimasi formula lotion anti jerawat ekstrak etanol kulit buah

manggis (Garcinia mangostana L) dan uji aktivitas terhadap

14

Propionibacterium acnes dan Staphylococcus epidermidis [skripsi]

Yogyakarta (ID) Universitas Gadjah Mada

Syukrinawati RP 2014 Tingkat pengetahuan penggunaan antibiotik oleh

mahasiswa kepaniteraan klinik departemen bedah mulut RSGM-P FKG

periode September 2-13 Maret 2014 [skripsi] Medan (ID) Universitas

Sumatera Utara

Waji RA 2009 Flavonoid (Quercetin) [Penelitian Ilmiah] Makasar (ID)

Universitas Hasanuddin

Widiawati W Lutfiati D Perbedaan hasil penyembuhan kulit wajah berjerawat

antara masker lidah buaya dengan masker non lidah buaya e- Journal

Universitas Negeri Surabaya 2014 3(1) 217-225

15

LAMPIRAN

Lampiran 1 Pembuktian hipotesis

1 Pengambilan keputusan dari hipotesis yang ditentukan diuji dengan uji

ANOVA

2 Hipotesis dalam penelitian ini berupa Ho yaitu ekstrak etanol daun jawer

kotok dengan konsentrasi ekstrak 20 40 60 dan 80 tidak memiliki

aktivitas antibakteri terhadap bakteri pada permukaan kulit wajah

berjerawat dan H1 yaitu ekstrak etanol daun jawer kotok dengan

konsentrasi ekstrak 20 40 60 dan 80 memiliki aktivitas

antibakteri terhadap bakteri pada permukaan kulit wajah berjerawat

3 Pengambilan keputusan untuk memilih hipotesis mana yang diterima dan

hipotesis mana yang ditolak didasarkan pada perbandingan F hitung dan F

tabel dengan syarat jika F hitung kurang dari F tabel maka tolak H1 dan

terima H0 dan jika F hitung lebih besar dari F tabel maka H0 ditolak dan

terima H1

4 Hasil uji one way ANOVA pada diameter zona hambat bakteri S aureus S

Epidermidis Streptococcus sp dan Micrococcus sp diperoleh nilai F

hitung lebih besar dari F tabel (1143 831 gt 262) (1149 947 gt 262)

(1122 068 gt 262) dan (91144 gt 262) maka hiptotesis yang diterima

adalah H1 yaitu ekstrak etanol daun jawer kotok dengan konsentrasi

ekstrak 20 40 60 dan 80 memiliki aktivitas antibakteri terhadap

bakteri S aureus S epidermidis Streptococcus sp dan Micrococcus sp

Lampiran 2 hasil uji ANOVA dan uji lanjutan Duncan

Descriptives

saureus

N Mean

Std Deviation Std Error

95 Confidence Interval for

Mean

Minimum Maximum Lower Bound

Upper Bound

ekstrak 20 5 138000

109545

48990

124398

151602

1200

1500

ekstrak 40 5 160000

122474

54772

144793

175207

1400

1700

ekstrak 60 5 160000

70711

31623

151220

168780

1500

1700

ekstrak 80 5 170000

70711

31623

161220

178780

1600

1800

kontrol positif 5 406000

89443

40000

394894

417106

3900

4100

kontrol negative 5 0000

00000

00000

0000

0000

00 00

Total 30

172333

1218728

222508

126825

217841

00 4100

16

ANOVA

saureus

Sum of Squares df Mean Square F Sig

Between Groups

4289367 5 857873 1143831

000

Within Groups

18000 24 750

Total 4307367 29

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

saureus

Duncana

perlakuan N

Subset for alpha = 005

1 2 3 4

kontrol negatif 5 0000 ekstrak 20 5

13800

0

ekstrak 40 5

160000

ekstrak 60 5

160000

ekstrak 80 5

170000

kontrol positif 5

406000

Sig 1000 1000 096 1000

Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000

ONEWAY Sepidermidis BY perlakuan

STATISTICS DESCRIPTIVES

MISSING ANALYSIS

POSTHOC=DUNCAN ALPHA(005)

[DataSet0]

Descriptives

Sepidermidis

N Mean Std Deviation Std Error

95 Confidence Interval

for Mean

Minimum Maximum Lower Bound

Upper Bound

ekstrak 20 5 150000

70711

31623

141220

158780

1400

1600

ekstrak 40 5 154000

54772

24495

147199

160801

1500

1600

ekstrak 60 5 164000

151658

67823

145169

182831

1500

1800

ekstrak 80 5 162000

109545

48990

148398

175602

1500

1800

kontrol positif 5 408000

44721

20000

402447

413553

4000

4100

kontrol negatif 5 0000

00000

00000

0000

0000

00 00

Total 30

173000

1221968

223100

127371

218629

00 4100

17

ANOVA

Sepidermidis

Sum of Squares Df Mean Square F Sig

Between Groups 4312300 5 862460 1149947

000

Within Groups 18000 24 750 Total 4330300 29

Post Hoc Tests

Homogeneous Subsets

Sepidermidis

Duncana

Perlakuan N

Subset for alpha = 005

1 2 3 4

kontrol negative 5 0000 ekstrak 20 5

15000

0

ekstrak 40 5

154000

154000

ekstrak 80 5

162000

ekstrak 60 5

164000

kontrol positif 5

408000

Sig 1000 472 096 1000

Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000

ONEWAY Sepidermidis BY perlakuan

STATISTICS DESCRIPTIVES

MISSING ANALYSIS

POSTHOC=DUNCAN ALPHA(005)

[DataSet0]

18

Descriptives

Streptococcus

N Mean Std Deviation

Std Error

95 Confidence Interval

for Mean

Minimum Maximum Lower Bound

Upper Bound

ekstrak 20 5 156000

134164

60000

139341

172659

1400 1700

ekstrak 40 5 162000

109545

48990

148398

175602

1500 1700

ekstrak 60 5 162000

109545

48990

148398

175602

1500 1700

ekstrak 80 5 156000

54772

24495

149199

162801

1500 1600

kontrol positif 5 416000

54772

24495

409199

422801

4100 4200

kontrol negatif 5 0000

00000

00000

0000

0000

00 00

Total 30

175333

1246715

227618

128780

221886

00 4200

ANOVA

Streptococcus

Sum of Squares df Mean Square F Sig

Between Groups 4488267 5 897653 1122067

000

Within Groups 19200 24 800 Total 4507467 29

Post Hoc Tests

Homogeneous Subsets

Streptococcus

Duncana

perlakuan N

Subset for alpha = 005

1 2 3

kontrol negatif 5 0000 ekstrak 20 5

15600

0

ekstrak 80 5

156000

ekstrak 40 5

162000

ekstrak 60 5

162000

kontrol positif 5

416000

Sig 1000 343 1000

Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000

ONEWAY Sepidermidis BY perlakuan

STATISTICS DESCRIPTIVES

MISSING ANALYSIS

POSTHOC=DUNCAN ALPHA(005)

[DataSet0]

19

Descriptives

Micrococcus

N Mean Std Deviation

Std Error

95 Confidence Interval for

Mean

Minimum Maximum Lower Bound

Upper Bound

ekstrak 20 5 142000

178885

80000

119788

164212

1200

1600

ekstrak 40 5 150000

200000

89443

125167

174833

1200

1700

ekstrak 60 5 150000

200000

89443

125167

174833

1200

1700

ekstrak 80 5 142000

130384

58310

125811

158189

1200

1500

kontrol positif 5 182000

83666

37417

171611

192389

1700

1900

kontrol negative

5 0000

00000

00000

0000

0000

00 00

Total 30

127667

612335

111797

104802

150532

00 1900

ANOVA

Micrococcus

Sum of Squares Df Mean Square F Sig

Between Groups 1032967 5 206593 91144 000 Within Groups 54400 24 2267

Total 1087367 29

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

Micrococcus

Duncana

Perlakuan N

Subset for alpha = 005

1 2 3

kontrol negative 5 0000 ekstrak 20 5

14200

0

ekstrak 80 5

142000

ekstrak 40 5

150000

ekstrak 60 5

150000

kontrol positif 5

182000

Sig 1000 451 1000

Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000

20

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Jakarta tanggal 25 september 1992 Penulis merupakan

anak ketiga dari tiga bersaudara dari pasangan Petrus Bambang Wijanarko dan

Susana Tuminah Penulis menempuh pendidikan Sekolah Menengah Pertama di

SMP Strada Bhakti Wiyata Bekasi dan Sekolah Menengah Atas di SMA Santo

Antonius Jakarta Penulis aktif di Organisasi Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM)

Keluarga Mahasiswa Katolik IPB sejak tahun 2011 hingga 2013 Penulis juga

aktif di Himpunan Profesi Ornithologi dan Unggas sejak tahun 2013 hingga 2014

2

Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini membahas mengenai aktivitas antibakteri ekstrak etanol daun

jawer kotok dengan konsentrasi 20 40 60 dan 80 terhadap bakteri Gram

positif yang ditemukan pada permukaan kulit wajah berjerawat

TINJAUAN PUSTAKA

Jawer Kotok (Coleus atropurpureus)

Tanaman jawer kotok (iler) merupakan tanaman yang umum ditemukan di

IndonesiaTanaman ini tumbuh di tempat lembab dan terbuka seperti pinggir

selokan pematang sawah atau tepi jalan pada ketinggiaan 1-1300 diatas

permukaan laut (dpl) Coleus atropurpureus termasuk ke dalam famili Lamiaceae

Tanaman ini dikenal dengan nama daerah jawer kotok (sunda) kentangan (jawa)

saru-saru atau majaja Daunnya berbentuk bulat telur pangkal membulat

menyerupai bentuk jantung ujung meruncing tepi bergerigi tulang daun

menyirip permukaan mengkilat berambut halus memiliki panjang 7-11 cm dan

lebar 35-6 cm (Dalimartha 2000)

Gambar 1 Coleus atropurpureus

Daun jawer kotok diketahui mengandung flavonoid tanin saponin (Yusuf

et al 2006) polifenol serta steroid (Rahmawati 2008) Flavonoid banyak

ditemukan pada daun berwarna ungu seperti jawer kotok (Waji dan Sugrani 2009)

Jerawat

Jerawat merupakan kondisi kulit yang abnormal yang disebabkan oleh

gangguan produksi dari kelenjar minyak yang berlebihan Kelebihan produksi

3

sebaceous gland akan menyebabkan penyumbatan pada saluran folikel rambut

dan pori-pori kulit Kotoran atau sel kulit mati yang tidak dibersihkan akan

bertumpuk menjadi komedo dan jika terinfeksi bakteri penyebab jerawat komedo

akan berubah menjadi jerawat (Widiawati 2014)

Ekstraksi

Ekstraksi merupakan proses pemisahan bahan dari campurannya dengan

pelarut Ekstraksi tanaman obat adalah pemisahan secara kimia atau fisika suatu

atau sejumlah bahan padat atau bahan cair dari suatu tanaman obat (Agoes 2007)

Daun jawer kotok diekstrak menggunakan metode maserasi Maserasi merupakan

metode ekstraksi yang dilakukan dengan metode merendam sampel dalam pelarut

tanpa pemanasan Metode maserasi dipilih karena metodenya yang sederhana dan

bisa menghindari kerusakan komponen senyawa yang tidak tahan panas yang

terkandung dalam sampel (Rahmawati 2008) Pemilihan etanol 96 sebagai

pelarut didasarkan pada fungsi dari pelarut etanol 96 yang dapat mengikat

berbagai senyawa aktif seperti tanin polifenol flavonoid terpenoid sterol dan

alkaloid (Hamdayati et al 2008) Perbandingan jumlah daun jawer kotok dan

pelarut etanol 96 yang digunakan adalah 1 10 Menurut Arundhina (2014)

semakin banyak pelarut yang digunakan maka rendemen yang diperoleh semakin

besar hal ini disebabkan semakin besarnya rasio pelarut terhadap daun maka luas

permukaan perpindahan massa antara padatan dengan larutan semakin besar

Filtrat dari proses maserasi diuapkan menggunakan rotary evaporator Proses

penguapan dilakukan untuk memisahkan pelarut etanol 96 dan senyawa

fitokimia yang terekstrak dari daun jawer kotok

Antibakteri

Antibakteri merupakan sifat suatu bahan yang menunjukkan efek

menghambat pertumbuhan bakteri Penghambatan pertumbuhan bakteri dibedakan

menjadi bakterisida (mampu membunuh bakteri) dan bakteriostatik (menghambat

pertumbuhan bakteri) (Kee dan Hayes 1996)

Antibiotik Klindamisin

Klindamisin efektif terhadap sebagian besar bakteri aerob Gram positif seperti

Streptococcus sp Staphylococcus sp Enterococcus sp Bacilus antracis dan

Corynebacterium diphtheriae tetapi pada umumnya kurang efektif terhadap bakteri

Gram negatif seperti Enterobacteriaceae Neisseria gonorrhoeae Neisseria

4

Meningitidis dan Haemophilus influenzae Klindamisin juga sangat efektif terhadap

bakteri anaerob Gram positif seperti Eubacterium Proponibacterium Peptococcus

Peptostreptococcus Clostridium perfringens dan Cloctridium Tetani dan juga efektif

terhadap beberapa bakteri aerob negatif seperti Fusobacterium spdan Bacteriodes

sptermasuk Bacteroides fragilis (Nugroho 2013)

Morfologi dan Ciri Umum Bakteri Penyebab Jerawat pada Kulit

Wajah

Staphylococcus aureus

Staphyloccus aureus adalah bakteri Gram positif yang menghasilkan

pigmen kuning bersifat aerob fakultatif tidak menghasilkan spora dan tidak motil

S aureus umumnya tumbuh berpasangan maupun berkelompok seperti buah

anggur dengan diameter 08-10 microm Bakteri ini menghasilkan katalase dan

koagulase S aureus biasanya terdapat pada saluran pernafasan atas kulit saluran

urinari abses infeksi luka radang paru-paru dan selaput lendir lainnya

(Rusmiyati et al 2014)

Staphylococcus epidermidis

Bakteri ini merupakan Gram positif berbentuk kokus berdiameter 05-15

microm berkoloni mengerombol menyerupai buah anggur Koloni biasanya berwarna

putih atau krem S epidermidis bersifat aerob fakultatif katalase positif dan

koagulase negatif Bakteri ini merupakan flora normal pada kulit manusia saluran

pernafasan dan saluran pencernaan makanan Staphylococcus epidermidis yang

mempunyai daya invasi rendah serta bergabung dengan faktor-faktor ekstraseluler

dan toksin berperan pada banyak infeksi kulit misalnya jerawat (Saptarini et al

2008)

Propionibacterium acne

Propionibacterium acne termasuk kelompok Corynebacteria Bakteri ini

termasuk bakteri anaerob Gram positif yang toleran terhadap oksigen P Acne

berbentuk batang tak teratur dan tumbuh relatif lambat Genome dari bakteri ini

dapat menghasilkan enzim untuk meluruhkan kulit dan protein yang mungkin

bersifat immunogenic (mampu mengaktifkan sistem kekebalan tubuh) P acnes

dianggap tidak hanya sebagai flora normal penghuni pada kulit yang normal tetapi

juga bersifat sebagai bakteri patogen fakultatif (Rusmiyati et al2014)

5

METODE

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Mikrobiologi Departemen

Ilmu Penyakit Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner (IPHK) dan

Laboratorium Farmasi Departemen Klinik Reproduksi dan Patologi (KRP)

Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) Institut Pertanian Bogor (IPB) Kegiatan

dimulai sejak bulan Juli 2014 sampai dengan bulan Januari 2015

Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian adalah timbangan analitik cawan

petri mini tube mikro pipet pipet volumentrik pipet pasteur pinset tabung

reaksi cotton bud steril tabung durham tabung effendorf osekapas object glass

bunsen spatula inkubator autoklaf dan mikroskop Bahan yang digunakan

adalah daun jawer kotok bakteri hasil swab wajah (S aureus S epidermidis

Streptococcus sp Micrococcus sp) antibiotik klindamisin satu set zat

pewarnaan gram reagen katalase (larutan 3 H2O2) Brain Heart Infussion (BHI)

Blood Agar (BA) Mac Conkey Agar (MCA) Manitol Salt Agar (MSA)

Tyrpticase Soy Agar (TSA) Muller Hilton Agar (MHA) etanol 96 Dimenthyl

sulfoxide (DMSO) NaOH H2SO4 FeCl3 reagen dragendorff dan reagen meyer

Prosedur Penelitian

Pengambilan Sampel

Metode pengambilan sampel dilakukan dengan melakukan swab pada kulit

wajah berjerawat pada sepuluh orang probandus yang telah dipilih Sepuluh

probandus tersebut terdiri dari 5 orang perempuan dan 5 orang laki-laki Swab

kulit dilakukan dengan menggunakan cotton bud yang telah disterilkan Swab

kulit dilakukan dengan cara mencelupkan cotton bud pada media BHI agar bakteri

pada jerawat dapat terangkat dan menempel pada cotton bud Swab kulit dari satu

orang dimasukan pada media BHI untuk dibawa ke laboratorium Perlakuan yang

sama dilakukan pada setiap probandus

6

Isolasi dan Identifikasi Bakteri pada Permukaan Kulit Wajah Berjerawat

Identifikasi bakteri mengacu pada metode Carter (1990) dan Jang et al

(1976) Sampel yang telah diperoleh dari hasil swab jerawat ditumbuhkan pada

media BA dengan cara mengambil sampel dari media transpor dengan

menggunakan ose steril dan menggoreskannya pada permukaan agar BA Bakteri

yang telah dibiakan pada agar BA diinkubasi pada suhu 37 ordmC selama 24 jam

Setelah diinkubasi dilakukan pengamatan koloni dan diamati koloni yang berbeda

kemudian ditanam pada media TSA dan diinkubasi pada suhu 37 ordmC selama 24

jam Setelah dilakukan isolasi sampel selanjutnya dilakukan pewarnaan bakteri

dan dilanjutkan dengan proses identifikasi (Gambar 2)

Gambar 2 Uji identifikasi bakteri Gram positif

Uji katalase Pengamatan

Mikroskopis

Batang Kokus

+Spora

(Bacillus sp)

((jjh

-Spora (non

Bacillus sp)

((jjh

Positif Negatif

Uji Glukosa Mikroaerofilik

Streptococcaceae

Uji CAMP

(BA)

Staphylococcus

spp

Micrococcus spp

MSA Uji Koagulase

Micrococcaceae

Positif Negatif

Merah Kuning

Staphylococcus aureus Staphylococcus epidermidis

α γ β

Bakteri Gram Positif

7

Daun Jawer Kotok

Daun jawer kotok (Coleus atropurpureus) diperoleh dari Balai Penelitian

Tanaman Rempah dan Obat (BALITRO) dalam keadaan daun basah Bagian

tanaman yang digunakan adalah daunnya yang berwarna merah kecoklatan

Ekstrak Etanol Daun Jawer Kotok

Pembuatan ektrak etanol daun jawer kotok dilakukan dengan metode

maserasi Daun jawer kotok basah sebanyak 800 g diris kecil-kecil kemudian

dibagi menjadi 4 bagian masing-masing bagian 200 g kemudian direndam

dengan etanol 96 (perbandingan 110) dalam 4 tempat penampungan selama

3x24 jam sambil sesekali diaduk dan disaring untuk mendapatkan filtratnya

Filtrat hasil maserasi dievaporasi selama 17 jam menggunakan rotary evaporator

Hasil ekstrak kental daun jawer kotok yang didapat sebanyak 185 g

Penapisan Fitokimia Daun Jawer Kotok

Penapisan fitokimia dilakukan dengan metode Harborne (1987) untuk

mengetahui golongan senyawa kimia (terutama metabolit sekunder) yang

terkandung dalam suatu tanaman Penapisan fitokimia yang sering dilakukan

adalah penapisan untuk metabolit sekunder golongan alkaloid flavonoid tanin

polifenol terpenoid steroid dan saponin Flavonoid diuji dengan memasukan

ekstrak ditambahkan dengan etanol 96 lalu diaduk dan ditambahakan NaOH 7

tetes serta H2SO4 amati perubahan warna menjadi kuning jika hasilnya positif Uji

polifenol dan tanin dilakukan dengan memasukan ekstrak ditambahkan dengan air

lalu dipanaskan dan ditambahkan FeCl3 selanjutnya akan terjadi perubahan warna

menjadi hijau biru sampai hitam untuk hasil positif adanya polifenol dan tanin

Uji alkaloid dilakukan dengan membagi ekstrak menjadi 2 bagian keduanya

ditambahkan larutan etanol 96 Salah satu bagian ditambahkan reagen

dragendorff dan yang lain ditambahkan reagen meyer Hasil positif adanya

alkaloid ditandai dengan warna kuning saat diberi reagen dragendorff dan

endapan putih saat ditambahkan reagen meyer Uji terpenoid dilakukan dengan

memasukkan ekstrak ke dalam tabung reaksi kemudian ditambahkan etanol 96

dan ditetesi dengan H2SO4 pekat Hasil positif terpenoid ditandai dengan

terbentuknya warna merah kecoklatan

Pengujian Daya Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Jawer Kotok

Metode pengujian aktivitas antibakteri yang digunakan adalah metode

sumuran (agar well difusion method) dengan media MHA Suspensi bakteri yang

digunakan memiliki kekeruhan yang setara dengan larutan Mc Farland I atau

3x108

CFUml Suspensi bakteri kemudian digoreskan pada MHA dengan

menggunakan cotton bud steril Setelah digores kemudian didiamkan selama 10

8

menit Kegiatan ini dilakukan sebanyak lima kali ulangan untuk setiap bakteri uji

Pada media MHA dibuat sebanyak 6 sumuran yang akan diisi dengan

Konsentrasi 20 (K1) 02 g ekstrak daun jawer kotok dalam 1 ml DMSO

Konsentrasi 40 (K2) 04 g ekstrak daun jawer kotok dalam 1 ml DMSO

Konsentrasi 60 (K3) 06 g ekstrak daun jawer kotok dalam 1 ml DMSO

Konsentrasi 80 (K4) 08 g ekstrak daun jawer kotok dalam 1 ml DMSO

Kontrol positif (KP) Klindamisin 1

Kontrol negatif (KN) DMSO

Media MHA yang telah diisi dengan larutan uji kemudian diinkubasi pada

suhu 37 ordmC selama 24 jam dan diamati diameter zona hambatnya dengan

penggaris

Analisis Data

Data hasil pengukuran diameter zona hambat dianalis secara kuantitatif

menggunakan metode one way analysis of variance (one way Anova) dan

dilanjutkan dengan uji Duncan

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penapisan Fitokimia Daun Jawer KotoK

Penapisan fitokimia ekstrak etanol daun jawer kotok positif mengandung

metabolit sekunder berupa flavonoid polifenol tanin serta terpenoid dan negatif

terhadap alkaloid Ridwan et al (2006) dan Rahmawati (2008) juga menyebutkan

bahwa daun jawer kotok tidak mengandung alkaloid (Gambar 3 dan Tabel 1)

(a) (b) (c) (d) (f)

Gambar 3 Hasil uji fitokimia flavonoid (a) alkaloid dengan reagen

dragendorff (b) alkaloid dengan reagen meyer (c) polifenol

(d) terpenoid (e)

9

Tabel 1 Hasil penapisan fitokimia ekstrak etanol daun jawer kotok

Penapisan Fitokimia Hasil

Flavonoid +

Alkaloid

Meyer minus

Dragendorff minus

Polifenol dan Tanin +

Terpenoid + aKeterangan + terdeteksi minus tidak terdeteksi

Bakteri pada Permukaan Kulit Wajah Berjerawat

Bakteri Gram positif yang berhasil diidentifikasi adalah Staphylococcus

aureus Staphylococcus epidermidis Streptococcus sp dan Micrococcus sp

Menurut Seta (2013) dan Razak et al (2013) bakteri yang dapat menyebabkan

jerawat adalah S aureus S epidermidis dan Propionibacterium acne P acne

tidak dapat diisolasi karena metode yang digunakan tidak bisa mengisolasi bakteri

anaerob Penemuan bakteri Streptococcus sp mungkin terjadi mengingat

Streptococcus sp merupakan salah satu bakteri pada kulit yang dapat

menyebabkan terjadinya penyakit pyoderma (Caesarita 2011) Micrococcus sp

dapat ditemukan pada hasil swab wajah mengingat kemungkinan adanya

pencemaran bakteri dari lingkungan seperti air udara dan tanah (Andy dan

Taufik 2010)

Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Jawer Kotok

Rata-rata diameter zona hambat bakteri ekstrak etanol daun jawer kotok

terhadap bakteri Gram positif (Gambar 4 dan Tabel 2)

(a) (b) (c) (d)

Gambar 4 Zona hambat ekstrak etanol daun jawer kotok terhadap S aureus (a)

S epidermidis (b) Streptococcus sp (c)dan Micrococcus sp(d)

K2 KP K3 K2 KP K3

K2 KP K3

K2 KP K3

K1 KN K4 K1 KN K4 K1 KN K4 K1 KN K4

10

Tabel 2 Rata-rata diameter zona hambat ekstrak etanol daun jawer kotok terhadap

bakteri Gram positif hasil swab kulit wajah berjerawat (mm)

Kelompok

Perlakuan

S aureus S epidermidis Streptococcus

sp

Micrococcus

sp

K1 1380 plusmn 109 b

1500 plusmn 070b

1560 plusmn 134c

1420 plusmn 178b

K2 1600 plusmn 122c

1540 plusmn054bc

1620 plusmn 109c

1500 plusmn 200b

K3 1600 plusmn 070c

1640 plusmn 151c

1620 plusmn 109c

1500 plusmn 200b

K4 1700 plusmn 070c

1620 plusmn 109c

1560 plusmn 054c

1420 plusmn 130b

KP 4060plusmn 089d

4080 plusmn 044d

4160 plusmn 054d

1820 plusmn 083d

KN 000 plusmn 000a

000 plusmn 000a

000 plusmn 000a

000 plusmn 000a

aKeterangan K1 konsentrasi 20 K2 konsentrasi 40 K3 konsentrasi 60 K4

konsentrasi 80 KP kontrol positif KN kontrol negatif Huruf supercript yang berbeda dalam

satu kolom menunjukkan perbedaan yang nyata pada taraf nyata Plt 005

Pada Tabel 2 diketahui bahwa KN pada keempat bakteri uji tidak memiliki

diameter zona hambat dan berbeda nyata dengan KP dan seluruh konsentrasi uji

Hal tersebut membuktikan bahwa pelarut tidak berpengaruh terhadap aktivitas

antibakteri sehingga aktivitas antibakteri hanya berasal dari konsentasi uji

DMSO digunakan sebagai KN karena tidak memiliki daya hambat bakteri serta

karena sifat dari DMSO yang merupakan pelarut polar berspektrum luas sehingga

dapat melarutkan senyawa alkaloid dan flavonoid (Mulyatni et al 2012)

Kontrol positif memberikan hasil yang berbeda nyata dengan KN dan

keempat konsentrasi uji pada semua bakteri Hal tersebut membuktikan bahwa

bakteri S aureus S epidermidis Streptococcus sp dan Micrococcus sp masih

peka terhadap KP Antibiotik klindamisin 1 digunakan sebagai KP karena

klindamisin paling efektif dalam pengobatan jerawat jika dibandingkan dengan

eritromisin dan tetrasiklin serta paling banyak digunakan masyarakat untuk

mengobati jerawat (Aziz 2010) Klindamisin adalah salah satu antibiotik golongan

aminoglikosida Klindamisin menghambat sintesis protein pada fase pemanjangan

dengan mempengaruhi translokasi (Syukrinawati 2014) Antibiotik ini efektif

terhadap bakteri Gram positif dan bakteri anaerob akan tetapi kurang efektif

terhadap bakteri Gram negatif (Nugroho 2013)

Hasil uji pada bakteri S aureus terlihat bahwa K1 memberikan perbedaan

yang nyata (Plt005) dengan K2 K3 dan K4 Hasil uji pada S epidermidis

memberikan hasil bahwa K1 berbeda nyata (Plt005) dengan K3 dan K4 Seluruh

konsentrasi ekstrak etanol daun jawer kotok yang diujikan terhadap Streptococcus

sp dan Micrococcus sp tidak menunjukkan hasil yang berbeda nyata

Hasil uji yang dilakukan terhadap Saureus memperlihatkan bahwa semakin

tinggi konsentrasi ekstrak maka semakin besar diameter zona hambat yang

terbentuk Hal ini karena semakin banyak zat aktif yang terkandung dalam ekstrak

tersebut sedangkan pada uji yang dilakukan terhadap S epidermidis

Streptococcus sp dan Micrococcus sp diameter zona hambat yang terbentuk pada

K4 mengalami penurunan Hal tersebut menunjukkan bahwa konsentrasi yang

semakin tinggi tidak selalu menghasilkan diameter zona hambat yang semakin

besar Penurunan aktivitas ini disebabkan karena perbedaan jenis bakteri yang

dihambat perbedaan kecepatan difusi senyawa aktif pada media agar serta

konsentrasi ekstrak yang terlalu tinggi dibandingkan dengan pelarutnya (DMSO)

sehingga larutan menjadi jenuh dan sulit untuk larut Brooks et al (2008)

11

menyatakan bahwa aktivitas antibakteri dipengaruhi beberapa faktor yaitu

konsentrasi ekstrak kandungan senyawa antibakteri daya difusi ekstrak dan jenis

bakteri yang dihambat

Diameter zona hambat bakteri menurut Davis dan Stout dalam Rahmawati

(2008) dibagi atas sangat kuat (zona jernih gt 20 mm) kuat (zona jernih 10minus20

mm) sedang (zona jernih 5minus10 mm) dan lemah (zona jernih lt 5 mm) Kontrol

positif (KP) pada bakteri uji S aureus S epidermidis Streptococcussp tergolong

dalam daya hambat sangat kuat sedangkan KP pada bakteri Micrococcus sp

tergolong dalam daya hambat kuat Hal tersebut kemungkinan dikarenakan target

kerja antibiotik klindamisin ditujukan untuk bakteri yang habitatnya di daerah

kulit wajah sedangkan Micrococcus sp merupakan bakteri kontaminasi dari

lingkungan (air tanah udara) Seluruh konsentrasi ekstrak yang diujikan terhadap

seluruh bakteri (K1K2 K3 K4) tergolong dalam konsentrasi yang memberikan

daya hambat kuat karena diameter zona hambat yang terbentuk antara 1380 plusmn

109 mm sampai 1700 plusmn 070 mm

Mengacu pada standar umum yang dikeluarkan oleh Departemen Kesehatan

disebutkan bahwa mikroba dinyatakan peka terhadap antimikroba asal tanaman

apabila mempunyai ukuran diameter daya hambatannya 12minus24 mm (Darmawi et

al 2013) sehingga dapat dikatakan bahwa seluruh bakteri uji peka terhadap K1

K2 K3 dan K4

Hasil penelitian diketahui bahwa seluruh konsentrasi dinyatakan peka dan

memiliki zona hambat bakteri yang kuat terhadap bakteri uji sehingga ekstrak

etanol daun jawer kotok memiliki potensi antibakteri yang baik Adanya potensi

antibakteri diketahui dari kandungan senyawa metabolit sekunder yang terdapat

pada daun jawer kotok yaitu flavonoid tanin polifenol serta terpenoid

Mekanisme kerja flavonoid sebagai antibakteri adalah membentuk senyawa

kompleks dengan protein ekstraseluler dan terlarut sehingga dapat merusak

membran sel bakteri dan diikuti keluarnya senyawa intraselluler (Ngajow et al

2013)

Mekanisme kerja tanin sebagai antibakteri adalah menghambat enzim

reverse transkriptase dan DNA topoisomerase sehingga sel bakteri tidak dapat

terbentuk Tanin juga mempunyai target pada polipeptida dinding sel sehingga

pembentukan polipeptida dinding sel menjadi tidak sempurna Hal ini

menyebabkan sel bakteri menjadi lisis karena tekanan osmotik maupun fisik

sehingga sel bakteri akan mati (Ngajow et al 2013)

Ngajow et al (2013) juga menyatakan bahwa senyawa fenolik dan terpenoid

memiliki target utama yaitu membran sitoplasma bakteri Aktifitas antibakteri

terpenoid diketahui bereaksi dengan porin (protein transmembran) pada membran

luar dinding sel bakteri Terpenoid membentuk ikatan polimer yang kuat sehingga

mengakibatkan rusaknya porin Rusaknya porin yang merupakan pintu keluar

masuknya senyawa akan mengurangi permeabilitas dinding sel bakteri yang akan

mengakibatkan sel bakteri akan kekurangan nutrisi sehingga pertumbuhan bakteri

akan terhambat dan mati

12

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Ekstrak etanol daun jawer kotok mengandung flavonoid polifenol dan tanin

serta terpenoid yang memiliki aktivitas antibakteri yang dapat menghambat

pertumbuhan bakteri kokus Gram positif pada permukaan kulit wajah berjerawat

Ekstrak etanol daun jawer kotok memiliki potensi antibakteri yang baik karena

daya hambat bakteri pada konsentrasi 20 40 60 dan 80 tergolong dalam

daya hambat yang kuat S aureus S epidermidis Streptococcus sp dan

Micrococcus sp dinyatakan peka terhadap seluruh konsentrasi ekstrak

Saran

Saran yang dapat diberikan kepada peneliti selanjutnya yaitu perlu

dilakukan penelitian aktivitas antibakteri ekstrak etanol daun jawer kotok terhadap

bakteri Pacne dan bakteri gram negatif serta penggunaan kontrol positif dengan

antibiotik yang lain Selain itu penelitian ini juga dapat digunakan sebagai dasar

ilmiah dalam pengembangan produk farmasi antibakteri

DAFTAR PUSTAKA

Agoes G 2007 Ekstraksi Tanaman Obat Bandung ITB

Andy Taufik M 2010 Jumlah bakteri dan keberadaan bakteri Salmonella sp

pada daging kuda di Kabupaten Jeneponto Jurnal Agrisistem 6(2) 82-87

Arundhina E 2014 Aktivitas ekstrak etanol daun alamanda (Allamanda

cathartica L) sebagai anti jamur terhadap Candida albicans dan

Pityrosporum ovale secara in vitro [skripsi] Yogyakarta (ID) Universitas

Katolik Atmajaya Yogyakarta

Aziz S2010 Uji aktivitas antibakteri ekstrak etanol daun dan umbi bakung putih

(Crinum asiatikum L) terhadap bakteri penyebab jerawat[skripsi] Jakarta

(ID) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatulloh

Brooks GF Butel JS Morse SA Mikrobiologi Kedokteran Mudihardi E

KuntamanWasito EB et al penerjemah Jakarta (ID) Salemba Medika

Terjemahan dari Medical Microbiology

Caesarita DP 2011 Pengaruh ekstrak buah nanas (Ananas comosus) 100

terhadap bakteri Staphylococcus aureus dari pyoderma [skripsi] Bandung

(ID) Universitas Diponegoro

Carter GR dan Cole JR 1990 Diagnostic Procedures in Veterinary Bacteriology

and Mycology Fifth Edition London (UK) Academi Press Limited

13

Dalimarta S 2000 Atlas Tumbuhan Indonesia Jilid ke-2 Jakarta Trubus

Agriwidya

Darmawi Manaf ZH Putranda F 2013 Daya hambat getah jarak cina (Jatropha

multifida L) terhadap Staphylococcus aureus secara invitro Jurnal Medika

Veterinaria7(2) 113-115

Hamdayati Y Kusnadi Rahadian I 2008 Aktivitas antibakteri ekstrak daun

patikan kebo (Euphorbia hirta) terhadap pertumbuhan bakteri

Staphylococcus epidermidis Jurnal Pengajaran Matematika dan Ilmu

Pengetahuan alam 12(7) 1-10

Harborne JB 1987 Metode Fitokimia Padmawinata K Soediro I penerjemah

Jakarta (ID) UI Press Terjemahan dari Basic Concepts of Analytical

Chemistry

Jang SS Biberstein EL Hirsh DC 1976 A Manual of Veterinary Clinical

Bacteriology and Micology Davis (US) Univ California

Kee JL Hayes ER Farmakologi Pendekatan Proses Keperawatan Anugerah P

penerjemah Jakarta (ID) EGC Terjemahan dari Pharmacology A Nursing

Process Approach

Mulyatni AS Budiani A Taniwiryono D 2012 Aktivitas antibakteri ekstrak kulit

buah kakao (Theobroma cacao L) terhadap Escherichia coli Bacillus

subtilis dan Staphylococcus aureus Jurnal Menara Perkebunan 80(2) 77-

84

Ngajow M Abidjulu J Kamu VS 2013 Pengaruh antibakteri ekstrak kulit batang

matoa (Pometia pinnata) terhadap bakteri Staphylococcus aureus secara in

vitro Jurnal Mipa Unsrat 2(2) 128-132

Nugroho RA 2013 Terapi topikal clindamycin dibandingkan dengan niacinamide

+ zinc pada Acne vulgaris [skripsi] Semarang (ID) Universitas

Diponegoro

Rahmawati F 2008Isolasi dan karakteristik senyawa antibakteri ekstrak daun

miana Coleus scutellarioides [L] Benth [tesis] Bogor (ID) Institut

Pertanian Bogor

Ratnawati Y 2007 Aktivitas antibakteri ekstrak daun jawer kotok (Coleus

scutellarioides [L] Benth) [skripsi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor

Razak A Djamal A Revilla G 2013 Uji daya hambat air perasan buah jeruk

nipis (Citrus aurantifolia) terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus

aureus secara in vitro Jurnal Kesehatan Andalas 2(1) 5-8

Ridwan Y Darusman LK Satrija F Handaryani E 2006 Kandungan kimia

berbagai ekstrak daun miana (Coleus blumei Bent) dan efek anthelmintiknya

terhadap cacing pita pada ayam Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia11(2) 1-6

Rusmiyati I Husain DR Alam G 2014 Bioaktivitas ekstrak metanol daun muda

sirsak (Annona muricata L) sebagai antibakteri terhadap Staphylococcus

aureus dan Propionibacterium acne [penelitian ilmiah] Makasar (ID)

Universitas Hassanudin

Saptarini O Perawati Hartanto Y 2008 Uji aktivitas antibakteri ekstrak etanol

buah mahkota dewa (Phaleria macrocarpa) terhadap Staphylococcus

epidermidis penyebab jerawat Jurnal Biomedika1(1) 1-7

Seta SA 2013 Optimasi formula lotion anti jerawat ekstrak etanol kulit buah

manggis (Garcinia mangostana L) dan uji aktivitas terhadap

14

Propionibacterium acnes dan Staphylococcus epidermidis [skripsi]

Yogyakarta (ID) Universitas Gadjah Mada

Syukrinawati RP 2014 Tingkat pengetahuan penggunaan antibiotik oleh

mahasiswa kepaniteraan klinik departemen bedah mulut RSGM-P FKG

periode September 2-13 Maret 2014 [skripsi] Medan (ID) Universitas

Sumatera Utara

Waji RA 2009 Flavonoid (Quercetin) [Penelitian Ilmiah] Makasar (ID)

Universitas Hasanuddin

Widiawati W Lutfiati D Perbedaan hasil penyembuhan kulit wajah berjerawat

antara masker lidah buaya dengan masker non lidah buaya e- Journal

Universitas Negeri Surabaya 2014 3(1) 217-225

15

LAMPIRAN

Lampiran 1 Pembuktian hipotesis

1 Pengambilan keputusan dari hipotesis yang ditentukan diuji dengan uji

ANOVA

2 Hipotesis dalam penelitian ini berupa Ho yaitu ekstrak etanol daun jawer

kotok dengan konsentrasi ekstrak 20 40 60 dan 80 tidak memiliki

aktivitas antibakteri terhadap bakteri pada permukaan kulit wajah

berjerawat dan H1 yaitu ekstrak etanol daun jawer kotok dengan

konsentrasi ekstrak 20 40 60 dan 80 memiliki aktivitas

antibakteri terhadap bakteri pada permukaan kulit wajah berjerawat

3 Pengambilan keputusan untuk memilih hipotesis mana yang diterima dan

hipotesis mana yang ditolak didasarkan pada perbandingan F hitung dan F

tabel dengan syarat jika F hitung kurang dari F tabel maka tolak H1 dan

terima H0 dan jika F hitung lebih besar dari F tabel maka H0 ditolak dan

terima H1

4 Hasil uji one way ANOVA pada diameter zona hambat bakteri S aureus S

Epidermidis Streptococcus sp dan Micrococcus sp diperoleh nilai F

hitung lebih besar dari F tabel (1143 831 gt 262) (1149 947 gt 262)

(1122 068 gt 262) dan (91144 gt 262) maka hiptotesis yang diterima

adalah H1 yaitu ekstrak etanol daun jawer kotok dengan konsentrasi

ekstrak 20 40 60 dan 80 memiliki aktivitas antibakteri terhadap

bakteri S aureus S epidermidis Streptococcus sp dan Micrococcus sp

Lampiran 2 hasil uji ANOVA dan uji lanjutan Duncan

Descriptives

saureus

N Mean

Std Deviation Std Error

95 Confidence Interval for

Mean

Minimum Maximum Lower Bound

Upper Bound

ekstrak 20 5 138000

109545

48990

124398

151602

1200

1500

ekstrak 40 5 160000

122474

54772

144793

175207

1400

1700

ekstrak 60 5 160000

70711

31623

151220

168780

1500

1700

ekstrak 80 5 170000

70711

31623

161220

178780

1600

1800

kontrol positif 5 406000

89443

40000

394894

417106

3900

4100

kontrol negative 5 0000

00000

00000

0000

0000

00 00

Total 30

172333

1218728

222508

126825

217841

00 4100

16

ANOVA

saureus

Sum of Squares df Mean Square F Sig

Between Groups

4289367 5 857873 1143831

000

Within Groups

18000 24 750

Total 4307367 29

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

saureus

Duncana

perlakuan N

Subset for alpha = 005

1 2 3 4

kontrol negatif 5 0000 ekstrak 20 5

13800

0

ekstrak 40 5

160000

ekstrak 60 5

160000

ekstrak 80 5

170000

kontrol positif 5

406000

Sig 1000 1000 096 1000

Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000

ONEWAY Sepidermidis BY perlakuan

STATISTICS DESCRIPTIVES

MISSING ANALYSIS

POSTHOC=DUNCAN ALPHA(005)

[DataSet0]

Descriptives

Sepidermidis

N Mean Std Deviation Std Error

95 Confidence Interval

for Mean

Minimum Maximum Lower Bound

Upper Bound

ekstrak 20 5 150000

70711

31623

141220

158780

1400

1600

ekstrak 40 5 154000

54772

24495

147199

160801

1500

1600

ekstrak 60 5 164000

151658

67823

145169

182831

1500

1800

ekstrak 80 5 162000

109545

48990

148398

175602

1500

1800

kontrol positif 5 408000

44721

20000

402447

413553

4000

4100

kontrol negatif 5 0000

00000

00000

0000

0000

00 00

Total 30

173000

1221968

223100

127371

218629

00 4100

17

ANOVA

Sepidermidis

Sum of Squares Df Mean Square F Sig

Between Groups 4312300 5 862460 1149947

000

Within Groups 18000 24 750 Total 4330300 29

Post Hoc Tests

Homogeneous Subsets

Sepidermidis

Duncana

Perlakuan N

Subset for alpha = 005

1 2 3 4

kontrol negative 5 0000 ekstrak 20 5

15000

0

ekstrak 40 5

154000

154000

ekstrak 80 5

162000

ekstrak 60 5

164000

kontrol positif 5

408000

Sig 1000 472 096 1000

Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000

ONEWAY Sepidermidis BY perlakuan

STATISTICS DESCRIPTIVES

MISSING ANALYSIS

POSTHOC=DUNCAN ALPHA(005)

[DataSet0]

18

Descriptives

Streptococcus

N Mean Std Deviation

Std Error

95 Confidence Interval

for Mean

Minimum Maximum Lower Bound

Upper Bound

ekstrak 20 5 156000

134164

60000

139341

172659

1400 1700

ekstrak 40 5 162000

109545

48990

148398

175602

1500 1700

ekstrak 60 5 162000

109545

48990

148398

175602

1500 1700

ekstrak 80 5 156000

54772

24495

149199

162801

1500 1600

kontrol positif 5 416000

54772

24495

409199

422801

4100 4200

kontrol negatif 5 0000

00000

00000

0000

0000

00 00

Total 30

175333

1246715

227618

128780

221886

00 4200

ANOVA

Streptococcus

Sum of Squares df Mean Square F Sig

Between Groups 4488267 5 897653 1122067

000

Within Groups 19200 24 800 Total 4507467 29

Post Hoc Tests

Homogeneous Subsets

Streptococcus

Duncana

perlakuan N

Subset for alpha = 005

1 2 3

kontrol negatif 5 0000 ekstrak 20 5

15600

0

ekstrak 80 5

156000

ekstrak 40 5

162000

ekstrak 60 5

162000

kontrol positif 5

416000

Sig 1000 343 1000

Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000

ONEWAY Sepidermidis BY perlakuan

STATISTICS DESCRIPTIVES

MISSING ANALYSIS

POSTHOC=DUNCAN ALPHA(005)

[DataSet0]

19

Descriptives

Micrococcus

N Mean Std Deviation

Std Error

95 Confidence Interval for

Mean

Minimum Maximum Lower Bound

Upper Bound

ekstrak 20 5 142000

178885

80000

119788

164212

1200

1600

ekstrak 40 5 150000

200000

89443

125167

174833

1200

1700

ekstrak 60 5 150000

200000

89443

125167

174833

1200

1700

ekstrak 80 5 142000

130384

58310

125811

158189

1200

1500

kontrol positif 5 182000

83666

37417

171611

192389

1700

1900

kontrol negative

5 0000

00000

00000

0000

0000

00 00

Total 30

127667

612335

111797

104802

150532

00 1900

ANOVA

Micrococcus

Sum of Squares Df Mean Square F Sig

Between Groups 1032967 5 206593 91144 000 Within Groups 54400 24 2267

Total 1087367 29

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

Micrococcus

Duncana

Perlakuan N

Subset for alpha = 005

1 2 3

kontrol negative 5 0000 ekstrak 20 5

14200

0

ekstrak 80 5

142000

ekstrak 40 5

150000

ekstrak 60 5

150000

kontrol positif 5

182000

Sig 1000 451 1000

Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000

20

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Jakarta tanggal 25 september 1992 Penulis merupakan

anak ketiga dari tiga bersaudara dari pasangan Petrus Bambang Wijanarko dan

Susana Tuminah Penulis menempuh pendidikan Sekolah Menengah Pertama di

SMP Strada Bhakti Wiyata Bekasi dan Sekolah Menengah Atas di SMA Santo

Antonius Jakarta Penulis aktif di Organisasi Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM)

Keluarga Mahasiswa Katolik IPB sejak tahun 2011 hingga 2013 Penulis juga

aktif di Himpunan Profesi Ornithologi dan Unggas sejak tahun 2013 hingga 2014

3

sebaceous gland akan menyebabkan penyumbatan pada saluran folikel rambut

dan pori-pori kulit Kotoran atau sel kulit mati yang tidak dibersihkan akan

bertumpuk menjadi komedo dan jika terinfeksi bakteri penyebab jerawat komedo

akan berubah menjadi jerawat (Widiawati 2014)

Ekstraksi

Ekstraksi merupakan proses pemisahan bahan dari campurannya dengan

pelarut Ekstraksi tanaman obat adalah pemisahan secara kimia atau fisika suatu

atau sejumlah bahan padat atau bahan cair dari suatu tanaman obat (Agoes 2007)

Daun jawer kotok diekstrak menggunakan metode maserasi Maserasi merupakan

metode ekstraksi yang dilakukan dengan metode merendam sampel dalam pelarut

tanpa pemanasan Metode maserasi dipilih karena metodenya yang sederhana dan

bisa menghindari kerusakan komponen senyawa yang tidak tahan panas yang

terkandung dalam sampel (Rahmawati 2008) Pemilihan etanol 96 sebagai

pelarut didasarkan pada fungsi dari pelarut etanol 96 yang dapat mengikat

berbagai senyawa aktif seperti tanin polifenol flavonoid terpenoid sterol dan

alkaloid (Hamdayati et al 2008) Perbandingan jumlah daun jawer kotok dan

pelarut etanol 96 yang digunakan adalah 1 10 Menurut Arundhina (2014)

semakin banyak pelarut yang digunakan maka rendemen yang diperoleh semakin

besar hal ini disebabkan semakin besarnya rasio pelarut terhadap daun maka luas

permukaan perpindahan massa antara padatan dengan larutan semakin besar

Filtrat dari proses maserasi diuapkan menggunakan rotary evaporator Proses

penguapan dilakukan untuk memisahkan pelarut etanol 96 dan senyawa

fitokimia yang terekstrak dari daun jawer kotok

Antibakteri

Antibakteri merupakan sifat suatu bahan yang menunjukkan efek

menghambat pertumbuhan bakteri Penghambatan pertumbuhan bakteri dibedakan

menjadi bakterisida (mampu membunuh bakteri) dan bakteriostatik (menghambat

pertumbuhan bakteri) (Kee dan Hayes 1996)

Antibiotik Klindamisin

Klindamisin efektif terhadap sebagian besar bakteri aerob Gram positif seperti

Streptococcus sp Staphylococcus sp Enterococcus sp Bacilus antracis dan

Corynebacterium diphtheriae tetapi pada umumnya kurang efektif terhadap bakteri

Gram negatif seperti Enterobacteriaceae Neisseria gonorrhoeae Neisseria

4

Meningitidis dan Haemophilus influenzae Klindamisin juga sangat efektif terhadap

bakteri anaerob Gram positif seperti Eubacterium Proponibacterium Peptococcus

Peptostreptococcus Clostridium perfringens dan Cloctridium Tetani dan juga efektif

terhadap beberapa bakteri aerob negatif seperti Fusobacterium spdan Bacteriodes

sptermasuk Bacteroides fragilis (Nugroho 2013)

Morfologi dan Ciri Umum Bakteri Penyebab Jerawat pada Kulit

Wajah

Staphylococcus aureus

Staphyloccus aureus adalah bakteri Gram positif yang menghasilkan

pigmen kuning bersifat aerob fakultatif tidak menghasilkan spora dan tidak motil

S aureus umumnya tumbuh berpasangan maupun berkelompok seperti buah

anggur dengan diameter 08-10 microm Bakteri ini menghasilkan katalase dan

koagulase S aureus biasanya terdapat pada saluran pernafasan atas kulit saluran

urinari abses infeksi luka radang paru-paru dan selaput lendir lainnya

(Rusmiyati et al 2014)

Staphylococcus epidermidis

Bakteri ini merupakan Gram positif berbentuk kokus berdiameter 05-15

microm berkoloni mengerombol menyerupai buah anggur Koloni biasanya berwarna

putih atau krem S epidermidis bersifat aerob fakultatif katalase positif dan

koagulase negatif Bakteri ini merupakan flora normal pada kulit manusia saluran

pernafasan dan saluran pencernaan makanan Staphylococcus epidermidis yang

mempunyai daya invasi rendah serta bergabung dengan faktor-faktor ekstraseluler

dan toksin berperan pada banyak infeksi kulit misalnya jerawat (Saptarini et al

2008)

Propionibacterium acne

Propionibacterium acne termasuk kelompok Corynebacteria Bakteri ini

termasuk bakteri anaerob Gram positif yang toleran terhadap oksigen P Acne

berbentuk batang tak teratur dan tumbuh relatif lambat Genome dari bakteri ini

dapat menghasilkan enzim untuk meluruhkan kulit dan protein yang mungkin

bersifat immunogenic (mampu mengaktifkan sistem kekebalan tubuh) P acnes

dianggap tidak hanya sebagai flora normal penghuni pada kulit yang normal tetapi

juga bersifat sebagai bakteri patogen fakultatif (Rusmiyati et al2014)

5

METODE

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Mikrobiologi Departemen

Ilmu Penyakit Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner (IPHK) dan

Laboratorium Farmasi Departemen Klinik Reproduksi dan Patologi (KRP)

Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) Institut Pertanian Bogor (IPB) Kegiatan

dimulai sejak bulan Juli 2014 sampai dengan bulan Januari 2015

Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian adalah timbangan analitik cawan

petri mini tube mikro pipet pipet volumentrik pipet pasteur pinset tabung

reaksi cotton bud steril tabung durham tabung effendorf osekapas object glass

bunsen spatula inkubator autoklaf dan mikroskop Bahan yang digunakan

adalah daun jawer kotok bakteri hasil swab wajah (S aureus S epidermidis

Streptococcus sp Micrococcus sp) antibiotik klindamisin satu set zat

pewarnaan gram reagen katalase (larutan 3 H2O2) Brain Heart Infussion (BHI)

Blood Agar (BA) Mac Conkey Agar (MCA) Manitol Salt Agar (MSA)

Tyrpticase Soy Agar (TSA) Muller Hilton Agar (MHA) etanol 96 Dimenthyl

sulfoxide (DMSO) NaOH H2SO4 FeCl3 reagen dragendorff dan reagen meyer

Prosedur Penelitian

Pengambilan Sampel

Metode pengambilan sampel dilakukan dengan melakukan swab pada kulit

wajah berjerawat pada sepuluh orang probandus yang telah dipilih Sepuluh

probandus tersebut terdiri dari 5 orang perempuan dan 5 orang laki-laki Swab

kulit dilakukan dengan menggunakan cotton bud yang telah disterilkan Swab

kulit dilakukan dengan cara mencelupkan cotton bud pada media BHI agar bakteri

pada jerawat dapat terangkat dan menempel pada cotton bud Swab kulit dari satu

orang dimasukan pada media BHI untuk dibawa ke laboratorium Perlakuan yang

sama dilakukan pada setiap probandus

6

Isolasi dan Identifikasi Bakteri pada Permukaan Kulit Wajah Berjerawat

Identifikasi bakteri mengacu pada metode Carter (1990) dan Jang et al

(1976) Sampel yang telah diperoleh dari hasil swab jerawat ditumbuhkan pada

media BA dengan cara mengambil sampel dari media transpor dengan

menggunakan ose steril dan menggoreskannya pada permukaan agar BA Bakteri

yang telah dibiakan pada agar BA diinkubasi pada suhu 37 ordmC selama 24 jam

Setelah diinkubasi dilakukan pengamatan koloni dan diamati koloni yang berbeda

kemudian ditanam pada media TSA dan diinkubasi pada suhu 37 ordmC selama 24

jam Setelah dilakukan isolasi sampel selanjutnya dilakukan pewarnaan bakteri

dan dilanjutkan dengan proses identifikasi (Gambar 2)

Gambar 2 Uji identifikasi bakteri Gram positif

Uji katalase Pengamatan

Mikroskopis

Batang Kokus

+Spora

(Bacillus sp)

((jjh

-Spora (non

Bacillus sp)

((jjh

Positif Negatif

Uji Glukosa Mikroaerofilik

Streptococcaceae

Uji CAMP

(BA)

Staphylococcus

spp

Micrococcus spp

MSA Uji Koagulase

Micrococcaceae

Positif Negatif

Merah Kuning

Staphylococcus aureus Staphylococcus epidermidis

α γ β

Bakteri Gram Positif

7

Daun Jawer Kotok

Daun jawer kotok (Coleus atropurpureus) diperoleh dari Balai Penelitian

Tanaman Rempah dan Obat (BALITRO) dalam keadaan daun basah Bagian

tanaman yang digunakan adalah daunnya yang berwarna merah kecoklatan

Ekstrak Etanol Daun Jawer Kotok

Pembuatan ektrak etanol daun jawer kotok dilakukan dengan metode

maserasi Daun jawer kotok basah sebanyak 800 g diris kecil-kecil kemudian

dibagi menjadi 4 bagian masing-masing bagian 200 g kemudian direndam

dengan etanol 96 (perbandingan 110) dalam 4 tempat penampungan selama

3x24 jam sambil sesekali diaduk dan disaring untuk mendapatkan filtratnya

Filtrat hasil maserasi dievaporasi selama 17 jam menggunakan rotary evaporator

Hasil ekstrak kental daun jawer kotok yang didapat sebanyak 185 g

Penapisan Fitokimia Daun Jawer Kotok

Penapisan fitokimia dilakukan dengan metode Harborne (1987) untuk

mengetahui golongan senyawa kimia (terutama metabolit sekunder) yang

terkandung dalam suatu tanaman Penapisan fitokimia yang sering dilakukan

adalah penapisan untuk metabolit sekunder golongan alkaloid flavonoid tanin

polifenol terpenoid steroid dan saponin Flavonoid diuji dengan memasukan

ekstrak ditambahkan dengan etanol 96 lalu diaduk dan ditambahakan NaOH 7

tetes serta H2SO4 amati perubahan warna menjadi kuning jika hasilnya positif Uji

polifenol dan tanin dilakukan dengan memasukan ekstrak ditambahkan dengan air

lalu dipanaskan dan ditambahkan FeCl3 selanjutnya akan terjadi perubahan warna

menjadi hijau biru sampai hitam untuk hasil positif adanya polifenol dan tanin

Uji alkaloid dilakukan dengan membagi ekstrak menjadi 2 bagian keduanya

ditambahkan larutan etanol 96 Salah satu bagian ditambahkan reagen

dragendorff dan yang lain ditambahkan reagen meyer Hasil positif adanya

alkaloid ditandai dengan warna kuning saat diberi reagen dragendorff dan

endapan putih saat ditambahkan reagen meyer Uji terpenoid dilakukan dengan

memasukkan ekstrak ke dalam tabung reaksi kemudian ditambahkan etanol 96

dan ditetesi dengan H2SO4 pekat Hasil positif terpenoid ditandai dengan

terbentuknya warna merah kecoklatan

Pengujian Daya Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Jawer Kotok

Metode pengujian aktivitas antibakteri yang digunakan adalah metode

sumuran (agar well difusion method) dengan media MHA Suspensi bakteri yang

digunakan memiliki kekeruhan yang setara dengan larutan Mc Farland I atau

3x108

CFUml Suspensi bakteri kemudian digoreskan pada MHA dengan

menggunakan cotton bud steril Setelah digores kemudian didiamkan selama 10

8

menit Kegiatan ini dilakukan sebanyak lima kali ulangan untuk setiap bakteri uji

Pada media MHA dibuat sebanyak 6 sumuran yang akan diisi dengan

Konsentrasi 20 (K1) 02 g ekstrak daun jawer kotok dalam 1 ml DMSO

Konsentrasi 40 (K2) 04 g ekstrak daun jawer kotok dalam 1 ml DMSO

Konsentrasi 60 (K3) 06 g ekstrak daun jawer kotok dalam 1 ml DMSO

Konsentrasi 80 (K4) 08 g ekstrak daun jawer kotok dalam 1 ml DMSO

Kontrol positif (KP) Klindamisin 1

Kontrol negatif (KN) DMSO

Media MHA yang telah diisi dengan larutan uji kemudian diinkubasi pada

suhu 37 ordmC selama 24 jam dan diamati diameter zona hambatnya dengan

penggaris

Analisis Data

Data hasil pengukuran diameter zona hambat dianalis secara kuantitatif

menggunakan metode one way analysis of variance (one way Anova) dan

dilanjutkan dengan uji Duncan

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penapisan Fitokimia Daun Jawer KotoK

Penapisan fitokimia ekstrak etanol daun jawer kotok positif mengandung

metabolit sekunder berupa flavonoid polifenol tanin serta terpenoid dan negatif

terhadap alkaloid Ridwan et al (2006) dan Rahmawati (2008) juga menyebutkan

bahwa daun jawer kotok tidak mengandung alkaloid (Gambar 3 dan Tabel 1)

(a) (b) (c) (d) (f)

Gambar 3 Hasil uji fitokimia flavonoid (a) alkaloid dengan reagen

dragendorff (b) alkaloid dengan reagen meyer (c) polifenol

(d) terpenoid (e)

9

Tabel 1 Hasil penapisan fitokimia ekstrak etanol daun jawer kotok

Penapisan Fitokimia Hasil

Flavonoid +

Alkaloid

Meyer minus

Dragendorff minus

Polifenol dan Tanin +

Terpenoid + aKeterangan + terdeteksi minus tidak terdeteksi

Bakteri pada Permukaan Kulit Wajah Berjerawat

Bakteri Gram positif yang berhasil diidentifikasi adalah Staphylococcus

aureus Staphylococcus epidermidis Streptococcus sp dan Micrococcus sp

Menurut Seta (2013) dan Razak et al (2013) bakteri yang dapat menyebabkan

jerawat adalah S aureus S epidermidis dan Propionibacterium acne P acne

tidak dapat diisolasi karena metode yang digunakan tidak bisa mengisolasi bakteri

anaerob Penemuan bakteri Streptococcus sp mungkin terjadi mengingat

Streptococcus sp merupakan salah satu bakteri pada kulit yang dapat

menyebabkan terjadinya penyakit pyoderma (Caesarita 2011) Micrococcus sp

dapat ditemukan pada hasil swab wajah mengingat kemungkinan adanya

pencemaran bakteri dari lingkungan seperti air udara dan tanah (Andy dan

Taufik 2010)

Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Jawer Kotok

Rata-rata diameter zona hambat bakteri ekstrak etanol daun jawer kotok

terhadap bakteri Gram positif (Gambar 4 dan Tabel 2)

(a) (b) (c) (d)

Gambar 4 Zona hambat ekstrak etanol daun jawer kotok terhadap S aureus (a)

S epidermidis (b) Streptococcus sp (c)dan Micrococcus sp(d)

K2 KP K3 K2 KP K3

K2 KP K3

K2 KP K3

K1 KN K4 K1 KN K4 K1 KN K4 K1 KN K4

10

Tabel 2 Rata-rata diameter zona hambat ekstrak etanol daun jawer kotok terhadap

bakteri Gram positif hasil swab kulit wajah berjerawat (mm)

Kelompok

Perlakuan

S aureus S epidermidis Streptococcus

sp

Micrococcus

sp

K1 1380 plusmn 109 b

1500 plusmn 070b

1560 plusmn 134c

1420 plusmn 178b

K2 1600 plusmn 122c

1540 plusmn054bc

1620 plusmn 109c

1500 plusmn 200b

K3 1600 plusmn 070c

1640 plusmn 151c

1620 plusmn 109c

1500 plusmn 200b

K4 1700 plusmn 070c

1620 plusmn 109c

1560 plusmn 054c

1420 plusmn 130b

KP 4060plusmn 089d

4080 plusmn 044d

4160 plusmn 054d

1820 plusmn 083d

KN 000 plusmn 000a

000 plusmn 000a

000 plusmn 000a

000 plusmn 000a

aKeterangan K1 konsentrasi 20 K2 konsentrasi 40 K3 konsentrasi 60 K4

konsentrasi 80 KP kontrol positif KN kontrol negatif Huruf supercript yang berbeda dalam

satu kolom menunjukkan perbedaan yang nyata pada taraf nyata Plt 005

Pada Tabel 2 diketahui bahwa KN pada keempat bakteri uji tidak memiliki

diameter zona hambat dan berbeda nyata dengan KP dan seluruh konsentrasi uji

Hal tersebut membuktikan bahwa pelarut tidak berpengaruh terhadap aktivitas

antibakteri sehingga aktivitas antibakteri hanya berasal dari konsentasi uji

DMSO digunakan sebagai KN karena tidak memiliki daya hambat bakteri serta

karena sifat dari DMSO yang merupakan pelarut polar berspektrum luas sehingga

dapat melarutkan senyawa alkaloid dan flavonoid (Mulyatni et al 2012)

Kontrol positif memberikan hasil yang berbeda nyata dengan KN dan

keempat konsentrasi uji pada semua bakteri Hal tersebut membuktikan bahwa

bakteri S aureus S epidermidis Streptococcus sp dan Micrococcus sp masih

peka terhadap KP Antibiotik klindamisin 1 digunakan sebagai KP karena

klindamisin paling efektif dalam pengobatan jerawat jika dibandingkan dengan

eritromisin dan tetrasiklin serta paling banyak digunakan masyarakat untuk

mengobati jerawat (Aziz 2010) Klindamisin adalah salah satu antibiotik golongan

aminoglikosida Klindamisin menghambat sintesis protein pada fase pemanjangan

dengan mempengaruhi translokasi (Syukrinawati 2014) Antibiotik ini efektif

terhadap bakteri Gram positif dan bakteri anaerob akan tetapi kurang efektif

terhadap bakteri Gram negatif (Nugroho 2013)

Hasil uji pada bakteri S aureus terlihat bahwa K1 memberikan perbedaan

yang nyata (Plt005) dengan K2 K3 dan K4 Hasil uji pada S epidermidis

memberikan hasil bahwa K1 berbeda nyata (Plt005) dengan K3 dan K4 Seluruh

konsentrasi ekstrak etanol daun jawer kotok yang diujikan terhadap Streptococcus

sp dan Micrococcus sp tidak menunjukkan hasil yang berbeda nyata

Hasil uji yang dilakukan terhadap Saureus memperlihatkan bahwa semakin

tinggi konsentrasi ekstrak maka semakin besar diameter zona hambat yang

terbentuk Hal ini karena semakin banyak zat aktif yang terkandung dalam ekstrak

tersebut sedangkan pada uji yang dilakukan terhadap S epidermidis

Streptococcus sp dan Micrococcus sp diameter zona hambat yang terbentuk pada

K4 mengalami penurunan Hal tersebut menunjukkan bahwa konsentrasi yang

semakin tinggi tidak selalu menghasilkan diameter zona hambat yang semakin

besar Penurunan aktivitas ini disebabkan karena perbedaan jenis bakteri yang

dihambat perbedaan kecepatan difusi senyawa aktif pada media agar serta

konsentrasi ekstrak yang terlalu tinggi dibandingkan dengan pelarutnya (DMSO)

sehingga larutan menjadi jenuh dan sulit untuk larut Brooks et al (2008)

11

menyatakan bahwa aktivitas antibakteri dipengaruhi beberapa faktor yaitu

konsentrasi ekstrak kandungan senyawa antibakteri daya difusi ekstrak dan jenis

bakteri yang dihambat

Diameter zona hambat bakteri menurut Davis dan Stout dalam Rahmawati

(2008) dibagi atas sangat kuat (zona jernih gt 20 mm) kuat (zona jernih 10minus20

mm) sedang (zona jernih 5minus10 mm) dan lemah (zona jernih lt 5 mm) Kontrol

positif (KP) pada bakteri uji S aureus S epidermidis Streptococcussp tergolong

dalam daya hambat sangat kuat sedangkan KP pada bakteri Micrococcus sp

tergolong dalam daya hambat kuat Hal tersebut kemungkinan dikarenakan target

kerja antibiotik klindamisin ditujukan untuk bakteri yang habitatnya di daerah

kulit wajah sedangkan Micrococcus sp merupakan bakteri kontaminasi dari

lingkungan (air tanah udara) Seluruh konsentrasi ekstrak yang diujikan terhadap

seluruh bakteri (K1K2 K3 K4) tergolong dalam konsentrasi yang memberikan

daya hambat kuat karena diameter zona hambat yang terbentuk antara 1380 plusmn

109 mm sampai 1700 plusmn 070 mm

Mengacu pada standar umum yang dikeluarkan oleh Departemen Kesehatan

disebutkan bahwa mikroba dinyatakan peka terhadap antimikroba asal tanaman

apabila mempunyai ukuran diameter daya hambatannya 12minus24 mm (Darmawi et

al 2013) sehingga dapat dikatakan bahwa seluruh bakteri uji peka terhadap K1

K2 K3 dan K4

Hasil penelitian diketahui bahwa seluruh konsentrasi dinyatakan peka dan

memiliki zona hambat bakteri yang kuat terhadap bakteri uji sehingga ekstrak

etanol daun jawer kotok memiliki potensi antibakteri yang baik Adanya potensi

antibakteri diketahui dari kandungan senyawa metabolit sekunder yang terdapat

pada daun jawer kotok yaitu flavonoid tanin polifenol serta terpenoid

Mekanisme kerja flavonoid sebagai antibakteri adalah membentuk senyawa

kompleks dengan protein ekstraseluler dan terlarut sehingga dapat merusak

membran sel bakteri dan diikuti keluarnya senyawa intraselluler (Ngajow et al

2013)

Mekanisme kerja tanin sebagai antibakteri adalah menghambat enzim

reverse transkriptase dan DNA topoisomerase sehingga sel bakteri tidak dapat

terbentuk Tanin juga mempunyai target pada polipeptida dinding sel sehingga

pembentukan polipeptida dinding sel menjadi tidak sempurna Hal ini

menyebabkan sel bakteri menjadi lisis karena tekanan osmotik maupun fisik

sehingga sel bakteri akan mati (Ngajow et al 2013)

Ngajow et al (2013) juga menyatakan bahwa senyawa fenolik dan terpenoid

memiliki target utama yaitu membran sitoplasma bakteri Aktifitas antibakteri

terpenoid diketahui bereaksi dengan porin (protein transmembran) pada membran

luar dinding sel bakteri Terpenoid membentuk ikatan polimer yang kuat sehingga

mengakibatkan rusaknya porin Rusaknya porin yang merupakan pintu keluar

masuknya senyawa akan mengurangi permeabilitas dinding sel bakteri yang akan

mengakibatkan sel bakteri akan kekurangan nutrisi sehingga pertumbuhan bakteri

akan terhambat dan mati

12

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Ekstrak etanol daun jawer kotok mengandung flavonoid polifenol dan tanin

serta terpenoid yang memiliki aktivitas antibakteri yang dapat menghambat

pertumbuhan bakteri kokus Gram positif pada permukaan kulit wajah berjerawat

Ekstrak etanol daun jawer kotok memiliki potensi antibakteri yang baik karena

daya hambat bakteri pada konsentrasi 20 40 60 dan 80 tergolong dalam

daya hambat yang kuat S aureus S epidermidis Streptococcus sp dan

Micrococcus sp dinyatakan peka terhadap seluruh konsentrasi ekstrak

Saran

Saran yang dapat diberikan kepada peneliti selanjutnya yaitu perlu

dilakukan penelitian aktivitas antibakteri ekstrak etanol daun jawer kotok terhadap

bakteri Pacne dan bakteri gram negatif serta penggunaan kontrol positif dengan

antibiotik yang lain Selain itu penelitian ini juga dapat digunakan sebagai dasar

ilmiah dalam pengembangan produk farmasi antibakteri

DAFTAR PUSTAKA

Agoes G 2007 Ekstraksi Tanaman Obat Bandung ITB

Andy Taufik M 2010 Jumlah bakteri dan keberadaan bakteri Salmonella sp

pada daging kuda di Kabupaten Jeneponto Jurnal Agrisistem 6(2) 82-87

Arundhina E 2014 Aktivitas ekstrak etanol daun alamanda (Allamanda

cathartica L) sebagai anti jamur terhadap Candida albicans dan

Pityrosporum ovale secara in vitro [skripsi] Yogyakarta (ID) Universitas

Katolik Atmajaya Yogyakarta

Aziz S2010 Uji aktivitas antibakteri ekstrak etanol daun dan umbi bakung putih

(Crinum asiatikum L) terhadap bakteri penyebab jerawat[skripsi] Jakarta

(ID) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatulloh

Brooks GF Butel JS Morse SA Mikrobiologi Kedokteran Mudihardi E

KuntamanWasito EB et al penerjemah Jakarta (ID) Salemba Medika

Terjemahan dari Medical Microbiology

Caesarita DP 2011 Pengaruh ekstrak buah nanas (Ananas comosus) 100

terhadap bakteri Staphylococcus aureus dari pyoderma [skripsi] Bandung

(ID) Universitas Diponegoro

Carter GR dan Cole JR 1990 Diagnostic Procedures in Veterinary Bacteriology

and Mycology Fifth Edition London (UK) Academi Press Limited

13

Dalimarta S 2000 Atlas Tumbuhan Indonesia Jilid ke-2 Jakarta Trubus

Agriwidya

Darmawi Manaf ZH Putranda F 2013 Daya hambat getah jarak cina (Jatropha

multifida L) terhadap Staphylococcus aureus secara invitro Jurnal Medika

Veterinaria7(2) 113-115

Hamdayati Y Kusnadi Rahadian I 2008 Aktivitas antibakteri ekstrak daun

patikan kebo (Euphorbia hirta) terhadap pertumbuhan bakteri

Staphylococcus epidermidis Jurnal Pengajaran Matematika dan Ilmu

Pengetahuan alam 12(7) 1-10

Harborne JB 1987 Metode Fitokimia Padmawinata K Soediro I penerjemah

Jakarta (ID) UI Press Terjemahan dari Basic Concepts of Analytical

Chemistry

Jang SS Biberstein EL Hirsh DC 1976 A Manual of Veterinary Clinical

Bacteriology and Micology Davis (US) Univ California

Kee JL Hayes ER Farmakologi Pendekatan Proses Keperawatan Anugerah P

penerjemah Jakarta (ID) EGC Terjemahan dari Pharmacology A Nursing

Process Approach

Mulyatni AS Budiani A Taniwiryono D 2012 Aktivitas antibakteri ekstrak kulit

buah kakao (Theobroma cacao L) terhadap Escherichia coli Bacillus

subtilis dan Staphylococcus aureus Jurnal Menara Perkebunan 80(2) 77-

84

Ngajow M Abidjulu J Kamu VS 2013 Pengaruh antibakteri ekstrak kulit batang

matoa (Pometia pinnata) terhadap bakteri Staphylococcus aureus secara in

vitro Jurnal Mipa Unsrat 2(2) 128-132

Nugroho RA 2013 Terapi topikal clindamycin dibandingkan dengan niacinamide

+ zinc pada Acne vulgaris [skripsi] Semarang (ID) Universitas

Diponegoro

Rahmawati F 2008Isolasi dan karakteristik senyawa antibakteri ekstrak daun

miana Coleus scutellarioides [L] Benth [tesis] Bogor (ID) Institut

Pertanian Bogor

Ratnawati Y 2007 Aktivitas antibakteri ekstrak daun jawer kotok (Coleus

scutellarioides [L] Benth) [skripsi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor

Razak A Djamal A Revilla G 2013 Uji daya hambat air perasan buah jeruk

nipis (Citrus aurantifolia) terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus

aureus secara in vitro Jurnal Kesehatan Andalas 2(1) 5-8

Ridwan Y Darusman LK Satrija F Handaryani E 2006 Kandungan kimia

berbagai ekstrak daun miana (Coleus blumei Bent) dan efek anthelmintiknya

terhadap cacing pita pada ayam Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia11(2) 1-6

Rusmiyati I Husain DR Alam G 2014 Bioaktivitas ekstrak metanol daun muda

sirsak (Annona muricata L) sebagai antibakteri terhadap Staphylococcus

aureus dan Propionibacterium acne [penelitian ilmiah] Makasar (ID)

Universitas Hassanudin

Saptarini O Perawati Hartanto Y 2008 Uji aktivitas antibakteri ekstrak etanol

buah mahkota dewa (Phaleria macrocarpa) terhadap Staphylococcus

epidermidis penyebab jerawat Jurnal Biomedika1(1) 1-7

Seta SA 2013 Optimasi formula lotion anti jerawat ekstrak etanol kulit buah

manggis (Garcinia mangostana L) dan uji aktivitas terhadap

14

Propionibacterium acnes dan Staphylococcus epidermidis [skripsi]

Yogyakarta (ID) Universitas Gadjah Mada

Syukrinawati RP 2014 Tingkat pengetahuan penggunaan antibiotik oleh

mahasiswa kepaniteraan klinik departemen bedah mulut RSGM-P FKG

periode September 2-13 Maret 2014 [skripsi] Medan (ID) Universitas

Sumatera Utara

Waji RA 2009 Flavonoid (Quercetin) [Penelitian Ilmiah] Makasar (ID)

Universitas Hasanuddin

Widiawati W Lutfiati D Perbedaan hasil penyembuhan kulit wajah berjerawat

antara masker lidah buaya dengan masker non lidah buaya e- Journal

Universitas Negeri Surabaya 2014 3(1) 217-225

15

LAMPIRAN

Lampiran 1 Pembuktian hipotesis

1 Pengambilan keputusan dari hipotesis yang ditentukan diuji dengan uji

ANOVA

2 Hipotesis dalam penelitian ini berupa Ho yaitu ekstrak etanol daun jawer

kotok dengan konsentrasi ekstrak 20 40 60 dan 80 tidak memiliki

aktivitas antibakteri terhadap bakteri pada permukaan kulit wajah

berjerawat dan H1 yaitu ekstrak etanol daun jawer kotok dengan

konsentrasi ekstrak 20 40 60 dan 80 memiliki aktivitas

antibakteri terhadap bakteri pada permukaan kulit wajah berjerawat

3 Pengambilan keputusan untuk memilih hipotesis mana yang diterima dan

hipotesis mana yang ditolak didasarkan pada perbandingan F hitung dan F

tabel dengan syarat jika F hitung kurang dari F tabel maka tolak H1 dan

terima H0 dan jika F hitung lebih besar dari F tabel maka H0 ditolak dan

terima H1

4 Hasil uji one way ANOVA pada diameter zona hambat bakteri S aureus S

Epidermidis Streptococcus sp dan Micrococcus sp diperoleh nilai F

hitung lebih besar dari F tabel (1143 831 gt 262) (1149 947 gt 262)

(1122 068 gt 262) dan (91144 gt 262) maka hiptotesis yang diterima

adalah H1 yaitu ekstrak etanol daun jawer kotok dengan konsentrasi

ekstrak 20 40 60 dan 80 memiliki aktivitas antibakteri terhadap

bakteri S aureus S epidermidis Streptococcus sp dan Micrococcus sp

Lampiran 2 hasil uji ANOVA dan uji lanjutan Duncan

Descriptives

saureus

N Mean

Std Deviation Std Error

95 Confidence Interval for

Mean

Minimum Maximum Lower Bound

Upper Bound

ekstrak 20 5 138000

109545

48990

124398

151602

1200

1500

ekstrak 40 5 160000

122474

54772

144793

175207

1400

1700

ekstrak 60 5 160000

70711

31623

151220

168780

1500

1700

ekstrak 80 5 170000

70711

31623

161220

178780

1600

1800

kontrol positif 5 406000

89443

40000

394894

417106

3900

4100

kontrol negative 5 0000

00000

00000

0000

0000

00 00

Total 30

172333

1218728

222508

126825

217841

00 4100

16

ANOVA

saureus

Sum of Squares df Mean Square F Sig

Between Groups

4289367 5 857873 1143831

000

Within Groups

18000 24 750

Total 4307367 29

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

saureus

Duncana

perlakuan N

Subset for alpha = 005

1 2 3 4

kontrol negatif 5 0000 ekstrak 20 5

13800

0

ekstrak 40 5

160000

ekstrak 60 5

160000

ekstrak 80 5

170000

kontrol positif 5

406000

Sig 1000 1000 096 1000

Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000

ONEWAY Sepidermidis BY perlakuan

STATISTICS DESCRIPTIVES

MISSING ANALYSIS

POSTHOC=DUNCAN ALPHA(005)

[DataSet0]

Descriptives

Sepidermidis

N Mean Std Deviation Std Error

95 Confidence Interval

for Mean

Minimum Maximum Lower Bound

Upper Bound

ekstrak 20 5 150000

70711

31623

141220

158780

1400

1600

ekstrak 40 5 154000

54772

24495

147199

160801

1500

1600

ekstrak 60 5 164000

151658

67823

145169

182831

1500

1800

ekstrak 80 5 162000

109545

48990

148398

175602

1500

1800

kontrol positif 5 408000

44721

20000

402447

413553

4000

4100

kontrol negatif 5 0000

00000

00000

0000

0000

00 00

Total 30

173000

1221968

223100

127371

218629

00 4100

17

ANOVA

Sepidermidis

Sum of Squares Df Mean Square F Sig

Between Groups 4312300 5 862460 1149947

000

Within Groups 18000 24 750 Total 4330300 29

Post Hoc Tests

Homogeneous Subsets

Sepidermidis

Duncana

Perlakuan N

Subset for alpha = 005

1 2 3 4

kontrol negative 5 0000 ekstrak 20 5

15000

0

ekstrak 40 5

154000

154000

ekstrak 80 5

162000

ekstrak 60 5

164000

kontrol positif 5

408000

Sig 1000 472 096 1000

Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000

ONEWAY Sepidermidis BY perlakuan

STATISTICS DESCRIPTIVES

MISSING ANALYSIS

POSTHOC=DUNCAN ALPHA(005)

[DataSet0]

18

Descriptives

Streptococcus

N Mean Std Deviation

Std Error

95 Confidence Interval

for Mean

Minimum Maximum Lower Bound

Upper Bound

ekstrak 20 5 156000

134164

60000

139341

172659

1400 1700

ekstrak 40 5 162000

109545

48990

148398

175602

1500 1700

ekstrak 60 5 162000

109545

48990

148398

175602

1500 1700

ekstrak 80 5 156000

54772

24495

149199

162801

1500 1600

kontrol positif 5 416000

54772

24495

409199

422801

4100 4200

kontrol negatif 5 0000

00000

00000

0000

0000

00 00

Total 30

175333

1246715

227618

128780

221886

00 4200

ANOVA

Streptococcus

Sum of Squares df Mean Square F Sig

Between Groups 4488267 5 897653 1122067

000

Within Groups 19200 24 800 Total 4507467 29

Post Hoc Tests

Homogeneous Subsets

Streptococcus

Duncana

perlakuan N

Subset for alpha = 005

1 2 3

kontrol negatif 5 0000 ekstrak 20 5

15600

0

ekstrak 80 5

156000

ekstrak 40 5

162000

ekstrak 60 5

162000

kontrol positif 5

416000

Sig 1000 343 1000

Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000

ONEWAY Sepidermidis BY perlakuan

STATISTICS DESCRIPTIVES

MISSING ANALYSIS

POSTHOC=DUNCAN ALPHA(005)

[DataSet0]

19

Descriptives

Micrococcus

N Mean Std Deviation

Std Error

95 Confidence Interval for

Mean

Minimum Maximum Lower Bound

Upper Bound

ekstrak 20 5 142000

178885

80000

119788

164212

1200

1600

ekstrak 40 5 150000

200000

89443

125167

174833

1200

1700

ekstrak 60 5 150000

200000

89443

125167

174833

1200

1700

ekstrak 80 5 142000

130384

58310

125811

158189

1200

1500

kontrol positif 5 182000

83666

37417

171611

192389

1700

1900

kontrol negative

5 0000

00000

00000

0000

0000

00 00

Total 30

127667

612335

111797

104802

150532

00 1900

ANOVA

Micrococcus

Sum of Squares Df Mean Square F Sig

Between Groups 1032967 5 206593 91144 000 Within Groups 54400 24 2267

Total 1087367 29

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

Micrococcus

Duncana

Perlakuan N

Subset for alpha = 005

1 2 3

kontrol negative 5 0000 ekstrak 20 5

14200

0

ekstrak 80 5

142000

ekstrak 40 5

150000

ekstrak 60 5

150000

kontrol positif 5

182000

Sig 1000 451 1000

Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000

20

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Jakarta tanggal 25 september 1992 Penulis merupakan

anak ketiga dari tiga bersaudara dari pasangan Petrus Bambang Wijanarko dan

Susana Tuminah Penulis menempuh pendidikan Sekolah Menengah Pertama di

SMP Strada Bhakti Wiyata Bekasi dan Sekolah Menengah Atas di SMA Santo

Antonius Jakarta Penulis aktif di Organisasi Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM)

Keluarga Mahasiswa Katolik IPB sejak tahun 2011 hingga 2013 Penulis juga

aktif di Himpunan Profesi Ornithologi dan Unggas sejak tahun 2013 hingga 2014

4

Meningitidis dan Haemophilus influenzae Klindamisin juga sangat efektif terhadap

bakteri anaerob Gram positif seperti Eubacterium Proponibacterium Peptococcus

Peptostreptococcus Clostridium perfringens dan Cloctridium Tetani dan juga efektif

terhadap beberapa bakteri aerob negatif seperti Fusobacterium spdan Bacteriodes

sptermasuk Bacteroides fragilis (Nugroho 2013)

Morfologi dan Ciri Umum Bakteri Penyebab Jerawat pada Kulit

Wajah

Staphylococcus aureus

Staphyloccus aureus adalah bakteri Gram positif yang menghasilkan

pigmen kuning bersifat aerob fakultatif tidak menghasilkan spora dan tidak motil

S aureus umumnya tumbuh berpasangan maupun berkelompok seperti buah

anggur dengan diameter 08-10 microm Bakteri ini menghasilkan katalase dan

koagulase S aureus biasanya terdapat pada saluran pernafasan atas kulit saluran

urinari abses infeksi luka radang paru-paru dan selaput lendir lainnya

(Rusmiyati et al 2014)

Staphylococcus epidermidis

Bakteri ini merupakan Gram positif berbentuk kokus berdiameter 05-15

microm berkoloni mengerombol menyerupai buah anggur Koloni biasanya berwarna

putih atau krem S epidermidis bersifat aerob fakultatif katalase positif dan

koagulase negatif Bakteri ini merupakan flora normal pada kulit manusia saluran

pernafasan dan saluran pencernaan makanan Staphylococcus epidermidis yang

mempunyai daya invasi rendah serta bergabung dengan faktor-faktor ekstraseluler

dan toksin berperan pada banyak infeksi kulit misalnya jerawat (Saptarini et al

2008)

Propionibacterium acne

Propionibacterium acne termasuk kelompok Corynebacteria Bakteri ini

termasuk bakteri anaerob Gram positif yang toleran terhadap oksigen P Acne

berbentuk batang tak teratur dan tumbuh relatif lambat Genome dari bakteri ini

dapat menghasilkan enzim untuk meluruhkan kulit dan protein yang mungkin

bersifat immunogenic (mampu mengaktifkan sistem kekebalan tubuh) P acnes

dianggap tidak hanya sebagai flora normal penghuni pada kulit yang normal tetapi

juga bersifat sebagai bakteri patogen fakultatif (Rusmiyati et al2014)

5

METODE

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Mikrobiologi Departemen

Ilmu Penyakit Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner (IPHK) dan

Laboratorium Farmasi Departemen Klinik Reproduksi dan Patologi (KRP)

Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) Institut Pertanian Bogor (IPB) Kegiatan

dimulai sejak bulan Juli 2014 sampai dengan bulan Januari 2015

Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian adalah timbangan analitik cawan

petri mini tube mikro pipet pipet volumentrik pipet pasteur pinset tabung

reaksi cotton bud steril tabung durham tabung effendorf osekapas object glass

bunsen spatula inkubator autoklaf dan mikroskop Bahan yang digunakan

adalah daun jawer kotok bakteri hasil swab wajah (S aureus S epidermidis

Streptococcus sp Micrococcus sp) antibiotik klindamisin satu set zat

pewarnaan gram reagen katalase (larutan 3 H2O2) Brain Heart Infussion (BHI)

Blood Agar (BA) Mac Conkey Agar (MCA) Manitol Salt Agar (MSA)

Tyrpticase Soy Agar (TSA) Muller Hilton Agar (MHA) etanol 96 Dimenthyl

sulfoxide (DMSO) NaOH H2SO4 FeCl3 reagen dragendorff dan reagen meyer

Prosedur Penelitian

Pengambilan Sampel

Metode pengambilan sampel dilakukan dengan melakukan swab pada kulit

wajah berjerawat pada sepuluh orang probandus yang telah dipilih Sepuluh

probandus tersebut terdiri dari 5 orang perempuan dan 5 orang laki-laki Swab

kulit dilakukan dengan menggunakan cotton bud yang telah disterilkan Swab

kulit dilakukan dengan cara mencelupkan cotton bud pada media BHI agar bakteri

pada jerawat dapat terangkat dan menempel pada cotton bud Swab kulit dari satu

orang dimasukan pada media BHI untuk dibawa ke laboratorium Perlakuan yang

sama dilakukan pada setiap probandus

6

Isolasi dan Identifikasi Bakteri pada Permukaan Kulit Wajah Berjerawat

Identifikasi bakteri mengacu pada metode Carter (1990) dan Jang et al

(1976) Sampel yang telah diperoleh dari hasil swab jerawat ditumbuhkan pada

media BA dengan cara mengambil sampel dari media transpor dengan

menggunakan ose steril dan menggoreskannya pada permukaan agar BA Bakteri

yang telah dibiakan pada agar BA diinkubasi pada suhu 37 ordmC selama 24 jam

Setelah diinkubasi dilakukan pengamatan koloni dan diamati koloni yang berbeda

kemudian ditanam pada media TSA dan diinkubasi pada suhu 37 ordmC selama 24

jam Setelah dilakukan isolasi sampel selanjutnya dilakukan pewarnaan bakteri

dan dilanjutkan dengan proses identifikasi (Gambar 2)

Gambar 2 Uji identifikasi bakteri Gram positif

Uji katalase Pengamatan

Mikroskopis

Batang Kokus

+Spora

(Bacillus sp)

((jjh

-Spora (non

Bacillus sp)

((jjh

Positif Negatif

Uji Glukosa Mikroaerofilik

Streptococcaceae

Uji CAMP

(BA)

Staphylococcus

spp

Micrococcus spp

MSA Uji Koagulase

Micrococcaceae

Positif Negatif

Merah Kuning

Staphylococcus aureus Staphylococcus epidermidis

α γ β

Bakteri Gram Positif

7

Daun Jawer Kotok

Daun jawer kotok (Coleus atropurpureus) diperoleh dari Balai Penelitian

Tanaman Rempah dan Obat (BALITRO) dalam keadaan daun basah Bagian

tanaman yang digunakan adalah daunnya yang berwarna merah kecoklatan

Ekstrak Etanol Daun Jawer Kotok

Pembuatan ektrak etanol daun jawer kotok dilakukan dengan metode

maserasi Daun jawer kotok basah sebanyak 800 g diris kecil-kecil kemudian

dibagi menjadi 4 bagian masing-masing bagian 200 g kemudian direndam

dengan etanol 96 (perbandingan 110) dalam 4 tempat penampungan selama

3x24 jam sambil sesekali diaduk dan disaring untuk mendapatkan filtratnya

Filtrat hasil maserasi dievaporasi selama 17 jam menggunakan rotary evaporator

Hasil ekstrak kental daun jawer kotok yang didapat sebanyak 185 g

Penapisan Fitokimia Daun Jawer Kotok

Penapisan fitokimia dilakukan dengan metode Harborne (1987) untuk

mengetahui golongan senyawa kimia (terutama metabolit sekunder) yang

terkandung dalam suatu tanaman Penapisan fitokimia yang sering dilakukan

adalah penapisan untuk metabolit sekunder golongan alkaloid flavonoid tanin

polifenol terpenoid steroid dan saponin Flavonoid diuji dengan memasukan

ekstrak ditambahkan dengan etanol 96 lalu diaduk dan ditambahakan NaOH 7

tetes serta H2SO4 amati perubahan warna menjadi kuning jika hasilnya positif Uji

polifenol dan tanin dilakukan dengan memasukan ekstrak ditambahkan dengan air

lalu dipanaskan dan ditambahkan FeCl3 selanjutnya akan terjadi perubahan warna

menjadi hijau biru sampai hitam untuk hasil positif adanya polifenol dan tanin

Uji alkaloid dilakukan dengan membagi ekstrak menjadi 2 bagian keduanya

ditambahkan larutan etanol 96 Salah satu bagian ditambahkan reagen

dragendorff dan yang lain ditambahkan reagen meyer Hasil positif adanya

alkaloid ditandai dengan warna kuning saat diberi reagen dragendorff dan

endapan putih saat ditambahkan reagen meyer Uji terpenoid dilakukan dengan

memasukkan ekstrak ke dalam tabung reaksi kemudian ditambahkan etanol 96

dan ditetesi dengan H2SO4 pekat Hasil positif terpenoid ditandai dengan

terbentuknya warna merah kecoklatan

Pengujian Daya Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Jawer Kotok

Metode pengujian aktivitas antibakteri yang digunakan adalah metode

sumuran (agar well difusion method) dengan media MHA Suspensi bakteri yang

digunakan memiliki kekeruhan yang setara dengan larutan Mc Farland I atau

3x108

CFUml Suspensi bakteri kemudian digoreskan pada MHA dengan

menggunakan cotton bud steril Setelah digores kemudian didiamkan selama 10

8

menit Kegiatan ini dilakukan sebanyak lima kali ulangan untuk setiap bakteri uji

Pada media MHA dibuat sebanyak 6 sumuran yang akan diisi dengan

Konsentrasi 20 (K1) 02 g ekstrak daun jawer kotok dalam 1 ml DMSO

Konsentrasi 40 (K2) 04 g ekstrak daun jawer kotok dalam 1 ml DMSO

Konsentrasi 60 (K3) 06 g ekstrak daun jawer kotok dalam 1 ml DMSO

Konsentrasi 80 (K4) 08 g ekstrak daun jawer kotok dalam 1 ml DMSO

Kontrol positif (KP) Klindamisin 1

Kontrol negatif (KN) DMSO

Media MHA yang telah diisi dengan larutan uji kemudian diinkubasi pada

suhu 37 ordmC selama 24 jam dan diamati diameter zona hambatnya dengan

penggaris

Analisis Data

Data hasil pengukuran diameter zona hambat dianalis secara kuantitatif

menggunakan metode one way analysis of variance (one way Anova) dan

dilanjutkan dengan uji Duncan

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penapisan Fitokimia Daun Jawer KotoK

Penapisan fitokimia ekstrak etanol daun jawer kotok positif mengandung

metabolit sekunder berupa flavonoid polifenol tanin serta terpenoid dan negatif

terhadap alkaloid Ridwan et al (2006) dan Rahmawati (2008) juga menyebutkan

bahwa daun jawer kotok tidak mengandung alkaloid (Gambar 3 dan Tabel 1)

(a) (b) (c) (d) (f)

Gambar 3 Hasil uji fitokimia flavonoid (a) alkaloid dengan reagen

dragendorff (b) alkaloid dengan reagen meyer (c) polifenol

(d) terpenoid (e)

9

Tabel 1 Hasil penapisan fitokimia ekstrak etanol daun jawer kotok

Penapisan Fitokimia Hasil

Flavonoid +

Alkaloid

Meyer minus

Dragendorff minus

Polifenol dan Tanin +

Terpenoid + aKeterangan + terdeteksi minus tidak terdeteksi

Bakteri pada Permukaan Kulit Wajah Berjerawat

Bakteri Gram positif yang berhasil diidentifikasi adalah Staphylococcus

aureus Staphylococcus epidermidis Streptococcus sp dan Micrococcus sp

Menurut Seta (2013) dan Razak et al (2013) bakteri yang dapat menyebabkan

jerawat adalah S aureus S epidermidis dan Propionibacterium acne P acne

tidak dapat diisolasi karena metode yang digunakan tidak bisa mengisolasi bakteri

anaerob Penemuan bakteri Streptococcus sp mungkin terjadi mengingat

Streptococcus sp merupakan salah satu bakteri pada kulit yang dapat

menyebabkan terjadinya penyakit pyoderma (Caesarita 2011) Micrococcus sp

dapat ditemukan pada hasil swab wajah mengingat kemungkinan adanya

pencemaran bakteri dari lingkungan seperti air udara dan tanah (Andy dan

Taufik 2010)

Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Jawer Kotok

Rata-rata diameter zona hambat bakteri ekstrak etanol daun jawer kotok

terhadap bakteri Gram positif (Gambar 4 dan Tabel 2)

(a) (b) (c) (d)

Gambar 4 Zona hambat ekstrak etanol daun jawer kotok terhadap S aureus (a)

S epidermidis (b) Streptococcus sp (c)dan Micrococcus sp(d)

K2 KP K3 K2 KP K3

K2 KP K3

K2 KP K3

K1 KN K4 K1 KN K4 K1 KN K4 K1 KN K4

10

Tabel 2 Rata-rata diameter zona hambat ekstrak etanol daun jawer kotok terhadap

bakteri Gram positif hasil swab kulit wajah berjerawat (mm)

Kelompok

Perlakuan

S aureus S epidermidis Streptococcus

sp

Micrococcus

sp

K1 1380 plusmn 109 b

1500 plusmn 070b

1560 plusmn 134c

1420 plusmn 178b

K2 1600 plusmn 122c

1540 plusmn054bc

1620 plusmn 109c

1500 plusmn 200b

K3 1600 plusmn 070c

1640 plusmn 151c

1620 plusmn 109c

1500 plusmn 200b

K4 1700 plusmn 070c

1620 plusmn 109c

1560 plusmn 054c

1420 plusmn 130b

KP 4060plusmn 089d

4080 plusmn 044d

4160 plusmn 054d

1820 plusmn 083d

KN 000 plusmn 000a

000 plusmn 000a

000 plusmn 000a

000 plusmn 000a

aKeterangan K1 konsentrasi 20 K2 konsentrasi 40 K3 konsentrasi 60 K4

konsentrasi 80 KP kontrol positif KN kontrol negatif Huruf supercript yang berbeda dalam

satu kolom menunjukkan perbedaan yang nyata pada taraf nyata Plt 005

Pada Tabel 2 diketahui bahwa KN pada keempat bakteri uji tidak memiliki

diameter zona hambat dan berbeda nyata dengan KP dan seluruh konsentrasi uji

Hal tersebut membuktikan bahwa pelarut tidak berpengaruh terhadap aktivitas

antibakteri sehingga aktivitas antibakteri hanya berasal dari konsentasi uji

DMSO digunakan sebagai KN karena tidak memiliki daya hambat bakteri serta

karena sifat dari DMSO yang merupakan pelarut polar berspektrum luas sehingga

dapat melarutkan senyawa alkaloid dan flavonoid (Mulyatni et al 2012)

Kontrol positif memberikan hasil yang berbeda nyata dengan KN dan

keempat konsentrasi uji pada semua bakteri Hal tersebut membuktikan bahwa

bakteri S aureus S epidermidis Streptococcus sp dan Micrococcus sp masih

peka terhadap KP Antibiotik klindamisin 1 digunakan sebagai KP karena

klindamisin paling efektif dalam pengobatan jerawat jika dibandingkan dengan

eritromisin dan tetrasiklin serta paling banyak digunakan masyarakat untuk

mengobati jerawat (Aziz 2010) Klindamisin adalah salah satu antibiotik golongan

aminoglikosida Klindamisin menghambat sintesis protein pada fase pemanjangan

dengan mempengaruhi translokasi (Syukrinawati 2014) Antibiotik ini efektif

terhadap bakteri Gram positif dan bakteri anaerob akan tetapi kurang efektif

terhadap bakteri Gram negatif (Nugroho 2013)

Hasil uji pada bakteri S aureus terlihat bahwa K1 memberikan perbedaan

yang nyata (Plt005) dengan K2 K3 dan K4 Hasil uji pada S epidermidis

memberikan hasil bahwa K1 berbeda nyata (Plt005) dengan K3 dan K4 Seluruh

konsentrasi ekstrak etanol daun jawer kotok yang diujikan terhadap Streptococcus

sp dan Micrococcus sp tidak menunjukkan hasil yang berbeda nyata

Hasil uji yang dilakukan terhadap Saureus memperlihatkan bahwa semakin

tinggi konsentrasi ekstrak maka semakin besar diameter zona hambat yang

terbentuk Hal ini karena semakin banyak zat aktif yang terkandung dalam ekstrak

tersebut sedangkan pada uji yang dilakukan terhadap S epidermidis

Streptococcus sp dan Micrococcus sp diameter zona hambat yang terbentuk pada

K4 mengalami penurunan Hal tersebut menunjukkan bahwa konsentrasi yang

semakin tinggi tidak selalu menghasilkan diameter zona hambat yang semakin

besar Penurunan aktivitas ini disebabkan karena perbedaan jenis bakteri yang

dihambat perbedaan kecepatan difusi senyawa aktif pada media agar serta

konsentrasi ekstrak yang terlalu tinggi dibandingkan dengan pelarutnya (DMSO)

sehingga larutan menjadi jenuh dan sulit untuk larut Brooks et al (2008)

11

menyatakan bahwa aktivitas antibakteri dipengaruhi beberapa faktor yaitu

konsentrasi ekstrak kandungan senyawa antibakteri daya difusi ekstrak dan jenis

bakteri yang dihambat

Diameter zona hambat bakteri menurut Davis dan Stout dalam Rahmawati

(2008) dibagi atas sangat kuat (zona jernih gt 20 mm) kuat (zona jernih 10minus20

mm) sedang (zona jernih 5minus10 mm) dan lemah (zona jernih lt 5 mm) Kontrol

positif (KP) pada bakteri uji S aureus S epidermidis Streptococcussp tergolong

dalam daya hambat sangat kuat sedangkan KP pada bakteri Micrococcus sp

tergolong dalam daya hambat kuat Hal tersebut kemungkinan dikarenakan target

kerja antibiotik klindamisin ditujukan untuk bakteri yang habitatnya di daerah

kulit wajah sedangkan Micrococcus sp merupakan bakteri kontaminasi dari

lingkungan (air tanah udara) Seluruh konsentrasi ekstrak yang diujikan terhadap

seluruh bakteri (K1K2 K3 K4) tergolong dalam konsentrasi yang memberikan

daya hambat kuat karena diameter zona hambat yang terbentuk antara 1380 plusmn

109 mm sampai 1700 plusmn 070 mm

Mengacu pada standar umum yang dikeluarkan oleh Departemen Kesehatan

disebutkan bahwa mikroba dinyatakan peka terhadap antimikroba asal tanaman

apabila mempunyai ukuran diameter daya hambatannya 12minus24 mm (Darmawi et

al 2013) sehingga dapat dikatakan bahwa seluruh bakteri uji peka terhadap K1

K2 K3 dan K4

Hasil penelitian diketahui bahwa seluruh konsentrasi dinyatakan peka dan

memiliki zona hambat bakteri yang kuat terhadap bakteri uji sehingga ekstrak

etanol daun jawer kotok memiliki potensi antibakteri yang baik Adanya potensi

antibakteri diketahui dari kandungan senyawa metabolit sekunder yang terdapat

pada daun jawer kotok yaitu flavonoid tanin polifenol serta terpenoid

Mekanisme kerja flavonoid sebagai antibakteri adalah membentuk senyawa

kompleks dengan protein ekstraseluler dan terlarut sehingga dapat merusak

membran sel bakteri dan diikuti keluarnya senyawa intraselluler (Ngajow et al

2013)

Mekanisme kerja tanin sebagai antibakteri adalah menghambat enzim

reverse transkriptase dan DNA topoisomerase sehingga sel bakteri tidak dapat

terbentuk Tanin juga mempunyai target pada polipeptida dinding sel sehingga

pembentukan polipeptida dinding sel menjadi tidak sempurna Hal ini

menyebabkan sel bakteri menjadi lisis karena tekanan osmotik maupun fisik

sehingga sel bakteri akan mati (Ngajow et al 2013)

Ngajow et al (2013) juga menyatakan bahwa senyawa fenolik dan terpenoid

memiliki target utama yaitu membran sitoplasma bakteri Aktifitas antibakteri

terpenoid diketahui bereaksi dengan porin (protein transmembran) pada membran

luar dinding sel bakteri Terpenoid membentuk ikatan polimer yang kuat sehingga

mengakibatkan rusaknya porin Rusaknya porin yang merupakan pintu keluar

masuknya senyawa akan mengurangi permeabilitas dinding sel bakteri yang akan

mengakibatkan sel bakteri akan kekurangan nutrisi sehingga pertumbuhan bakteri

akan terhambat dan mati

12

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Ekstrak etanol daun jawer kotok mengandung flavonoid polifenol dan tanin

serta terpenoid yang memiliki aktivitas antibakteri yang dapat menghambat

pertumbuhan bakteri kokus Gram positif pada permukaan kulit wajah berjerawat

Ekstrak etanol daun jawer kotok memiliki potensi antibakteri yang baik karena

daya hambat bakteri pada konsentrasi 20 40 60 dan 80 tergolong dalam

daya hambat yang kuat S aureus S epidermidis Streptococcus sp dan

Micrococcus sp dinyatakan peka terhadap seluruh konsentrasi ekstrak

Saran

Saran yang dapat diberikan kepada peneliti selanjutnya yaitu perlu

dilakukan penelitian aktivitas antibakteri ekstrak etanol daun jawer kotok terhadap

bakteri Pacne dan bakteri gram negatif serta penggunaan kontrol positif dengan

antibiotik yang lain Selain itu penelitian ini juga dapat digunakan sebagai dasar

ilmiah dalam pengembangan produk farmasi antibakteri

DAFTAR PUSTAKA

Agoes G 2007 Ekstraksi Tanaman Obat Bandung ITB

Andy Taufik M 2010 Jumlah bakteri dan keberadaan bakteri Salmonella sp

pada daging kuda di Kabupaten Jeneponto Jurnal Agrisistem 6(2) 82-87

Arundhina E 2014 Aktivitas ekstrak etanol daun alamanda (Allamanda

cathartica L) sebagai anti jamur terhadap Candida albicans dan

Pityrosporum ovale secara in vitro [skripsi] Yogyakarta (ID) Universitas

Katolik Atmajaya Yogyakarta

Aziz S2010 Uji aktivitas antibakteri ekstrak etanol daun dan umbi bakung putih

(Crinum asiatikum L) terhadap bakteri penyebab jerawat[skripsi] Jakarta

(ID) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatulloh

Brooks GF Butel JS Morse SA Mikrobiologi Kedokteran Mudihardi E

KuntamanWasito EB et al penerjemah Jakarta (ID) Salemba Medika

Terjemahan dari Medical Microbiology

Caesarita DP 2011 Pengaruh ekstrak buah nanas (Ananas comosus) 100

terhadap bakteri Staphylococcus aureus dari pyoderma [skripsi] Bandung

(ID) Universitas Diponegoro

Carter GR dan Cole JR 1990 Diagnostic Procedures in Veterinary Bacteriology

and Mycology Fifth Edition London (UK) Academi Press Limited

13

Dalimarta S 2000 Atlas Tumbuhan Indonesia Jilid ke-2 Jakarta Trubus

Agriwidya

Darmawi Manaf ZH Putranda F 2013 Daya hambat getah jarak cina (Jatropha

multifida L) terhadap Staphylococcus aureus secara invitro Jurnal Medika

Veterinaria7(2) 113-115

Hamdayati Y Kusnadi Rahadian I 2008 Aktivitas antibakteri ekstrak daun

patikan kebo (Euphorbia hirta) terhadap pertumbuhan bakteri

Staphylococcus epidermidis Jurnal Pengajaran Matematika dan Ilmu

Pengetahuan alam 12(7) 1-10

Harborne JB 1987 Metode Fitokimia Padmawinata K Soediro I penerjemah

Jakarta (ID) UI Press Terjemahan dari Basic Concepts of Analytical

Chemistry

Jang SS Biberstein EL Hirsh DC 1976 A Manual of Veterinary Clinical

Bacteriology and Micology Davis (US) Univ California

Kee JL Hayes ER Farmakologi Pendekatan Proses Keperawatan Anugerah P

penerjemah Jakarta (ID) EGC Terjemahan dari Pharmacology A Nursing

Process Approach

Mulyatni AS Budiani A Taniwiryono D 2012 Aktivitas antibakteri ekstrak kulit

buah kakao (Theobroma cacao L) terhadap Escherichia coli Bacillus

subtilis dan Staphylococcus aureus Jurnal Menara Perkebunan 80(2) 77-

84

Ngajow M Abidjulu J Kamu VS 2013 Pengaruh antibakteri ekstrak kulit batang

matoa (Pometia pinnata) terhadap bakteri Staphylococcus aureus secara in

vitro Jurnal Mipa Unsrat 2(2) 128-132

Nugroho RA 2013 Terapi topikal clindamycin dibandingkan dengan niacinamide

+ zinc pada Acne vulgaris [skripsi] Semarang (ID) Universitas

Diponegoro

Rahmawati F 2008Isolasi dan karakteristik senyawa antibakteri ekstrak daun

miana Coleus scutellarioides [L] Benth [tesis] Bogor (ID) Institut

Pertanian Bogor

Ratnawati Y 2007 Aktivitas antibakteri ekstrak daun jawer kotok (Coleus

scutellarioides [L] Benth) [skripsi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor

Razak A Djamal A Revilla G 2013 Uji daya hambat air perasan buah jeruk

nipis (Citrus aurantifolia) terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus

aureus secara in vitro Jurnal Kesehatan Andalas 2(1) 5-8

Ridwan Y Darusman LK Satrija F Handaryani E 2006 Kandungan kimia

berbagai ekstrak daun miana (Coleus blumei Bent) dan efek anthelmintiknya

terhadap cacing pita pada ayam Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia11(2) 1-6

Rusmiyati I Husain DR Alam G 2014 Bioaktivitas ekstrak metanol daun muda

sirsak (Annona muricata L) sebagai antibakteri terhadap Staphylococcus

aureus dan Propionibacterium acne [penelitian ilmiah] Makasar (ID)

Universitas Hassanudin

Saptarini O Perawati Hartanto Y 2008 Uji aktivitas antibakteri ekstrak etanol

buah mahkota dewa (Phaleria macrocarpa) terhadap Staphylococcus

epidermidis penyebab jerawat Jurnal Biomedika1(1) 1-7

Seta SA 2013 Optimasi formula lotion anti jerawat ekstrak etanol kulit buah

manggis (Garcinia mangostana L) dan uji aktivitas terhadap

14

Propionibacterium acnes dan Staphylococcus epidermidis [skripsi]

Yogyakarta (ID) Universitas Gadjah Mada

Syukrinawati RP 2014 Tingkat pengetahuan penggunaan antibiotik oleh

mahasiswa kepaniteraan klinik departemen bedah mulut RSGM-P FKG

periode September 2-13 Maret 2014 [skripsi] Medan (ID) Universitas

Sumatera Utara

Waji RA 2009 Flavonoid (Quercetin) [Penelitian Ilmiah] Makasar (ID)

Universitas Hasanuddin

Widiawati W Lutfiati D Perbedaan hasil penyembuhan kulit wajah berjerawat

antara masker lidah buaya dengan masker non lidah buaya e- Journal

Universitas Negeri Surabaya 2014 3(1) 217-225

15

LAMPIRAN

Lampiran 1 Pembuktian hipotesis

1 Pengambilan keputusan dari hipotesis yang ditentukan diuji dengan uji

ANOVA

2 Hipotesis dalam penelitian ini berupa Ho yaitu ekstrak etanol daun jawer

kotok dengan konsentrasi ekstrak 20 40 60 dan 80 tidak memiliki

aktivitas antibakteri terhadap bakteri pada permukaan kulit wajah

berjerawat dan H1 yaitu ekstrak etanol daun jawer kotok dengan

konsentrasi ekstrak 20 40 60 dan 80 memiliki aktivitas

antibakteri terhadap bakteri pada permukaan kulit wajah berjerawat

3 Pengambilan keputusan untuk memilih hipotesis mana yang diterima dan

hipotesis mana yang ditolak didasarkan pada perbandingan F hitung dan F

tabel dengan syarat jika F hitung kurang dari F tabel maka tolak H1 dan

terima H0 dan jika F hitung lebih besar dari F tabel maka H0 ditolak dan

terima H1

4 Hasil uji one way ANOVA pada diameter zona hambat bakteri S aureus S

Epidermidis Streptococcus sp dan Micrococcus sp diperoleh nilai F

hitung lebih besar dari F tabel (1143 831 gt 262) (1149 947 gt 262)

(1122 068 gt 262) dan (91144 gt 262) maka hiptotesis yang diterima

adalah H1 yaitu ekstrak etanol daun jawer kotok dengan konsentrasi

ekstrak 20 40 60 dan 80 memiliki aktivitas antibakteri terhadap

bakteri S aureus S epidermidis Streptococcus sp dan Micrococcus sp

Lampiran 2 hasil uji ANOVA dan uji lanjutan Duncan

Descriptives

saureus

N Mean

Std Deviation Std Error

95 Confidence Interval for

Mean

Minimum Maximum Lower Bound

Upper Bound

ekstrak 20 5 138000

109545

48990

124398

151602

1200

1500

ekstrak 40 5 160000

122474

54772

144793

175207

1400

1700

ekstrak 60 5 160000

70711

31623

151220

168780

1500

1700

ekstrak 80 5 170000

70711

31623

161220

178780

1600

1800

kontrol positif 5 406000

89443

40000

394894

417106

3900

4100

kontrol negative 5 0000

00000

00000

0000

0000

00 00

Total 30

172333

1218728

222508

126825

217841

00 4100

16

ANOVA

saureus

Sum of Squares df Mean Square F Sig

Between Groups

4289367 5 857873 1143831

000

Within Groups

18000 24 750

Total 4307367 29

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

saureus

Duncana

perlakuan N

Subset for alpha = 005

1 2 3 4

kontrol negatif 5 0000 ekstrak 20 5

13800

0

ekstrak 40 5

160000

ekstrak 60 5

160000

ekstrak 80 5

170000

kontrol positif 5

406000

Sig 1000 1000 096 1000

Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000

ONEWAY Sepidermidis BY perlakuan

STATISTICS DESCRIPTIVES

MISSING ANALYSIS

POSTHOC=DUNCAN ALPHA(005)

[DataSet0]

Descriptives

Sepidermidis

N Mean Std Deviation Std Error

95 Confidence Interval

for Mean

Minimum Maximum Lower Bound

Upper Bound

ekstrak 20 5 150000

70711

31623

141220

158780

1400

1600

ekstrak 40 5 154000

54772

24495

147199

160801

1500

1600

ekstrak 60 5 164000

151658

67823

145169

182831

1500

1800

ekstrak 80 5 162000

109545

48990

148398

175602

1500

1800

kontrol positif 5 408000

44721

20000

402447

413553

4000

4100

kontrol negatif 5 0000

00000

00000

0000

0000

00 00

Total 30

173000

1221968

223100

127371

218629

00 4100

17

ANOVA

Sepidermidis

Sum of Squares Df Mean Square F Sig

Between Groups 4312300 5 862460 1149947

000

Within Groups 18000 24 750 Total 4330300 29

Post Hoc Tests

Homogeneous Subsets

Sepidermidis

Duncana

Perlakuan N

Subset for alpha = 005

1 2 3 4

kontrol negative 5 0000 ekstrak 20 5

15000

0

ekstrak 40 5

154000

154000

ekstrak 80 5

162000

ekstrak 60 5

164000

kontrol positif 5

408000

Sig 1000 472 096 1000

Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000

ONEWAY Sepidermidis BY perlakuan

STATISTICS DESCRIPTIVES

MISSING ANALYSIS

POSTHOC=DUNCAN ALPHA(005)

[DataSet0]

18

Descriptives

Streptococcus

N Mean Std Deviation

Std Error

95 Confidence Interval

for Mean

Minimum Maximum Lower Bound

Upper Bound

ekstrak 20 5 156000

134164

60000

139341

172659

1400 1700

ekstrak 40 5 162000

109545

48990

148398

175602

1500 1700

ekstrak 60 5 162000

109545

48990

148398

175602

1500 1700

ekstrak 80 5 156000

54772

24495

149199

162801

1500 1600

kontrol positif 5 416000

54772

24495

409199

422801

4100 4200

kontrol negatif 5 0000

00000

00000

0000

0000

00 00

Total 30

175333

1246715

227618

128780

221886

00 4200

ANOVA

Streptococcus

Sum of Squares df Mean Square F Sig

Between Groups 4488267 5 897653 1122067

000

Within Groups 19200 24 800 Total 4507467 29

Post Hoc Tests

Homogeneous Subsets

Streptococcus

Duncana

perlakuan N

Subset for alpha = 005

1 2 3

kontrol negatif 5 0000 ekstrak 20 5

15600

0

ekstrak 80 5

156000

ekstrak 40 5

162000

ekstrak 60 5

162000

kontrol positif 5

416000

Sig 1000 343 1000

Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000

ONEWAY Sepidermidis BY perlakuan

STATISTICS DESCRIPTIVES

MISSING ANALYSIS

POSTHOC=DUNCAN ALPHA(005)

[DataSet0]

19

Descriptives

Micrococcus

N Mean Std Deviation

Std Error

95 Confidence Interval for

Mean

Minimum Maximum Lower Bound

Upper Bound

ekstrak 20 5 142000

178885

80000

119788

164212

1200

1600

ekstrak 40 5 150000

200000

89443

125167

174833

1200

1700

ekstrak 60 5 150000

200000

89443

125167

174833

1200

1700

ekstrak 80 5 142000

130384

58310

125811

158189

1200

1500

kontrol positif 5 182000

83666

37417

171611

192389

1700

1900

kontrol negative

5 0000

00000

00000

0000

0000

00 00

Total 30

127667

612335

111797

104802

150532

00 1900

ANOVA

Micrococcus

Sum of Squares Df Mean Square F Sig

Between Groups 1032967 5 206593 91144 000 Within Groups 54400 24 2267

Total 1087367 29

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

Micrococcus

Duncana

Perlakuan N

Subset for alpha = 005

1 2 3

kontrol negative 5 0000 ekstrak 20 5

14200

0

ekstrak 80 5

142000

ekstrak 40 5

150000

ekstrak 60 5

150000

kontrol positif 5

182000

Sig 1000 451 1000

Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000

20

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Jakarta tanggal 25 september 1992 Penulis merupakan

anak ketiga dari tiga bersaudara dari pasangan Petrus Bambang Wijanarko dan

Susana Tuminah Penulis menempuh pendidikan Sekolah Menengah Pertama di

SMP Strada Bhakti Wiyata Bekasi dan Sekolah Menengah Atas di SMA Santo

Antonius Jakarta Penulis aktif di Organisasi Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM)

Keluarga Mahasiswa Katolik IPB sejak tahun 2011 hingga 2013 Penulis juga

aktif di Himpunan Profesi Ornithologi dan Unggas sejak tahun 2013 hingga 2014

5

METODE

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Mikrobiologi Departemen

Ilmu Penyakit Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner (IPHK) dan

Laboratorium Farmasi Departemen Klinik Reproduksi dan Patologi (KRP)

Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) Institut Pertanian Bogor (IPB) Kegiatan

dimulai sejak bulan Juli 2014 sampai dengan bulan Januari 2015

Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian adalah timbangan analitik cawan

petri mini tube mikro pipet pipet volumentrik pipet pasteur pinset tabung

reaksi cotton bud steril tabung durham tabung effendorf osekapas object glass

bunsen spatula inkubator autoklaf dan mikroskop Bahan yang digunakan

adalah daun jawer kotok bakteri hasil swab wajah (S aureus S epidermidis

Streptococcus sp Micrococcus sp) antibiotik klindamisin satu set zat

pewarnaan gram reagen katalase (larutan 3 H2O2) Brain Heart Infussion (BHI)

Blood Agar (BA) Mac Conkey Agar (MCA) Manitol Salt Agar (MSA)

Tyrpticase Soy Agar (TSA) Muller Hilton Agar (MHA) etanol 96 Dimenthyl

sulfoxide (DMSO) NaOH H2SO4 FeCl3 reagen dragendorff dan reagen meyer

Prosedur Penelitian

Pengambilan Sampel

Metode pengambilan sampel dilakukan dengan melakukan swab pada kulit

wajah berjerawat pada sepuluh orang probandus yang telah dipilih Sepuluh

probandus tersebut terdiri dari 5 orang perempuan dan 5 orang laki-laki Swab

kulit dilakukan dengan menggunakan cotton bud yang telah disterilkan Swab

kulit dilakukan dengan cara mencelupkan cotton bud pada media BHI agar bakteri

pada jerawat dapat terangkat dan menempel pada cotton bud Swab kulit dari satu

orang dimasukan pada media BHI untuk dibawa ke laboratorium Perlakuan yang

sama dilakukan pada setiap probandus

6

Isolasi dan Identifikasi Bakteri pada Permukaan Kulit Wajah Berjerawat

Identifikasi bakteri mengacu pada metode Carter (1990) dan Jang et al

(1976) Sampel yang telah diperoleh dari hasil swab jerawat ditumbuhkan pada

media BA dengan cara mengambil sampel dari media transpor dengan

menggunakan ose steril dan menggoreskannya pada permukaan agar BA Bakteri

yang telah dibiakan pada agar BA diinkubasi pada suhu 37 ordmC selama 24 jam

Setelah diinkubasi dilakukan pengamatan koloni dan diamati koloni yang berbeda

kemudian ditanam pada media TSA dan diinkubasi pada suhu 37 ordmC selama 24

jam Setelah dilakukan isolasi sampel selanjutnya dilakukan pewarnaan bakteri

dan dilanjutkan dengan proses identifikasi (Gambar 2)

Gambar 2 Uji identifikasi bakteri Gram positif

Uji katalase Pengamatan

Mikroskopis

Batang Kokus

+Spora

(Bacillus sp)

((jjh

-Spora (non

Bacillus sp)

((jjh

Positif Negatif

Uji Glukosa Mikroaerofilik

Streptococcaceae

Uji CAMP

(BA)

Staphylococcus

spp

Micrococcus spp

MSA Uji Koagulase

Micrococcaceae

Positif Negatif

Merah Kuning

Staphylococcus aureus Staphylococcus epidermidis

α γ β

Bakteri Gram Positif

7

Daun Jawer Kotok

Daun jawer kotok (Coleus atropurpureus) diperoleh dari Balai Penelitian

Tanaman Rempah dan Obat (BALITRO) dalam keadaan daun basah Bagian

tanaman yang digunakan adalah daunnya yang berwarna merah kecoklatan

Ekstrak Etanol Daun Jawer Kotok

Pembuatan ektrak etanol daun jawer kotok dilakukan dengan metode

maserasi Daun jawer kotok basah sebanyak 800 g diris kecil-kecil kemudian

dibagi menjadi 4 bagian masing-masing bagian 200 g kemudian direndam

dengan etanol 96 (perbandingan 110) dalam 4 tempat penampungan selama

3x24 jam sambil sesekali diaduk dan disaring untuk mendapatkan filtratnya

Filtrat hasil maserasi dievaporasi selama 17 jam menggunakan rotary evaporator

Hasil ekstrak kental daun jawer kotok yang didapat sebanyak 185 g

Penapisan Fitokimia Daun Jawer Kotok

Penapisan fitokimia dilakukan dengan metode Harborne (1987) untuk

mengetahui golongan senyawa kimia (terutama metabolit sekunder) yang

terkandung dalam suatu tanaman Penapisan fitokimia yang sering dilakukan

adalah penapisan untuk metabolit sekunder golongan alkaloid flavonoid tanin

polifenol terpenoid steroid dan saponin Flavonoid diuji dengan memasukan

ekstrak ditambahkan dengan etanol 96 lalu diaduk dan ditambahakan NaOH 7

tetes serta H2SO4 amati perubahan warna menjadi kuning jika hasilnya positif Uji

polifenol dan tanin dilakukan dengan memasukan ekstrak ditambahkan dengan air

lalu dipanaskan dan ditambahkan FeCl3 selanjutnya akan terjadi perubahan warna

menjadi hijau biru sampai hitam untuk hasil positif adanya polifenol dan tanin

Uji alkaloid dilakukan dengan membagi ekstrak menjadi 2 bagian keduanya

ditambahkan larutan etanol 96 Salah satu bagian ditambahkan reagen

dragendorff dan yang lain ditambahkan reagen meyer Hasil positif adanya

alkaloid ditandai dengan warna kuning saat diberi reagen dragendorff dan

endapan putih saat ditambahkan reagen meyer Uji terpenoid dilakukan dengan

memasukkan ekstrak ke dalam tabung reaksi kemudian ditambahkan etanol 96

dan ditetesi dengan H2SO4 pekat Hasil positif terpenoid ditandai dengan

terbentuknya warna merah kecoklatan

Pengujian Daya Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Jawer Kotok

Metode pengujian aktivitas antibakteri yang digunakan adalah metode

sumuran (agar well difusion method) dengan media MHA Suspensi bakteri yang

digunakan memiliki kekeruhan yang setara dengan larutan Mc Farland I atau

3x108

CFUml Suspensi bakteri kemudian digoreskan pada MHA dengan

menggunakan cotton bud steril Setelah digores kemudian didiamkan selama 10

8

menit Kegiatan ini dilakukan sebanyak lima kali ulangan untuk setiap bakteri uji

Pada media MHA dibuat sebanyak 6 sumuran yang akan diisi dengan

Konsentrasi 20 (K1) 02 g ekstrak daun jawer kotok dalam 1 ml DMSO

Konsentrasi 40 (K2) 04 g ekstrak daun jawer kotok dalam 1 ml DMSO

Konsentrasi 60 (K3) 06 g ekstrak daun jawer kotok dalam 1 ml DMSO

Konsentrasi 80 (K4) 08 g ekstrak daun jawer kotok dalam 1 ml DMSO

Kontrol positif (KP) Klindamisin 1

Kontrol negatif (KN) DMSO

Media MHA yang telah diisi dengan larutan uji kemudian diinkubasi pada

suhu 37 ordmC selama 24 jam dan diamati diameter zona hambatnya dengan

penggaris

Analisis Data

Data hasil pengukuran diameter zona hambat dianalis secara kuantitatif

menggunakan metode one way analysis of variance (one way Anova) dan

dilanjutkan dengan uji Duncan

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penapisan Fitokimia Daun Jawer KotoK

Penapisan fitokimia ekstrak etanol daun jawer kotok positif mengandung

metabolit sekunder berupa flavonoid polifenol tanin serta terpenoid dan negatif

terhadap alkaloid Ridwan et al (2006) dan Rahmawati (2008) juga menyebutkan

bahwa daun jawer kotok tidak mengandung alkaloid (Gambar 3 dan Tabel 1)

(a) (b) (c) (d) (f)

Gambar 3 Hasil uji fitokimia flavonoid (a) alkaloid dengan reagen

dragendorff (b) alkaloid dengan reagen meyer (c) polifenol

(d) terpenoid (e)

9

Tabel 1 Hasil penapisan fitokimia ekstrak etanol daun jawer kotok

Penapisan Fitokimia Hasil

Flavonoid +

Alkaloid

Meyer minus

Dragendorff minus

Polifenol dan Tanin +

Terpenoid + aKeterangan + terdeteksi minus tidak terdeteksi

Bakteri pada Permukaan Kulit Wajah Berjerawat

Bakteri Gram positif yang berhasil diidentifikasi adalah Staphylococcus

aureus Staphylococcus epidermidis Streptococcus sp dan Micrococcus sp

Menurut Seta (2013) dan Razak et al (2013) bakteri yang dapat menyebabkan

jerawat adalah S aureus S epidermidis dan Propionibacterium acne P acne

tidak dapat diisolasi karena metode yang digunakan tidak bisa mengisolasi bakteri

anaerob Penemuan bakteri Streptococcus sp mungkin terjadi mengingat

Streptococcus sp merupakan salah satu bakteri pada kulit yang dapat

menyebabkan terjadinya penyakit pyoderma (Caesarita 2011) Micrococcus sp

dapat ditemukan pada hasil swab wajah mengingat kemungkinan adanya

pencemaran bakteri dari lingkungan seperti air udara dan tanah (Andy dan

Taufik 2010)

Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Jawer Kotok

Rata-rata diameter zona hambat bakteri ekstrak etanol daun jawer kotok

terhadap bakteri Gram positif (Gambar 4 dan Tabel 2)

(a) (b) (c) (d)

Gambar 4 Zona hambat ekstrak etanol daun jawer kotok terhadap S aureus (a)

S epidermidis (b) Streptococcus sp (c)dan Micrococcus sp(d)

K2 KP K3 K2 KP K3

K2 KP K3

K2 KP K3

K1 KN K4 K1 KN K4 K1 KN K4 K1 KN K4

10

Tabel 2 Rata-rata diameter zona hambat ekstrak etanol daun jawer kotok terhadap

bakteri Gram positif hasil swab kulit wajah berjerawat (mm)

Kelompok

Perlakuan

S aureus S epidermidis Streptococcus

sp

Micrococcus

sp

K1 1380 plusmn 109 b

1500 plusmn 070b

1560 plusmn 134c

1420 plusmn 178b

K2 1600 plusmn 122c

1540 plusmn054bc

1620 plusmn 109c

1500 plusmn 200b

K3 1600 plusmn 070c

1640 plusmn 151c

1620 plusmn 109c

1500 plusmn 200b

K4 1700 plusmn 070c

1620 plusmn 109c

1560 plusmn 054c

1420 plusmn 130b

KP 4060plusmn 089d

4080 plusmn 044d

4160 plusmn 054d

1820 plusmn 083d

KN 000 plusmn 000a

000 plusmn 000a

000 plusmn 000a

000 plusmn 000a

aKeterangan K1 konsentrasi 20 K2 konsentrasi 40 K3 konsentrasi 60 K4

konsentrasi 80 KP kontrol positif KN kontrol negatif Huruf supercript yang berbeda dalam

satu kolom menunjukkan perbedaan yang nyata pada taraf nyata Plt 005

Pada Tabel 2 diketahui bahwa KN pada keempat bakteri uji tidak memiliki

diameter zona hambat dan berbeda nyata dengan KP dan seluruh konsentrasi uji

Hal tersebut membuktikan bahwa pelarut tidak berpengaruh terhadap aktivitas

antibakteri sehingga aktivitas antibakteri hanya berasal dari konsentasi uji

DMSO digunakan sebagai KN karena tidak memiliki daya hambat bakteri serta

karena sifat dari DMSO yang merupakan pelarut polar berspektrum luas sehingga

dapat melarutkan senyawa alkaloid dan flavonoid (Mulyatni et al 2012)

Kontrol positif memberikan hasil yang berbeda nyata dengan KN dan

keempat konsentrasi uji pada semua bakteri Hal tersebut membuktikan bahwa

bakteri S aureus S epidermidis Streptococcus sp dan Micrococcus sp masih

peka terhadap KP Antibiotik klindamisin 1 digunakan sebagai KP karena

klindamisin paling efektif dalam pengobatan jerawat jika dibandingkan dengan

eritromisin dan tetrasiklin serta paling banyak digunakan masyarakat untuk

mengobati jerawat (Aziz 2010) Klindamisin adalah salah satu antibiotik golongan

aminoglikosida Klindamisin menghambat sintesis protein pada fase pemanjangan

dengan mempengaruhi translokasi (Syukrinawati 2014) Antibiotik ini efektif

terhadap bakteri Gram positif dan bakteri anaerob akan tetapi kurang efektif

terhadap bakteri Gram negatif (Nugroho 2013)

Hasil uji pada bakteri S aureus terlihat bahwa K1 memberikan perbedaan

yang nyata (Plt005) dengan K2 K3 dan K4 Hasil uji pada S epidermidis

memberikan hasil bahwa K1 berbeda nyata (Plt005) dengan K3 dan K4 Seluruh

konsentrasi ekstrak etanol daun jawer kotok yang diujikan terhadap Streptococcus

sp dan Micrococcus sp tidak menunjukkan hasil yang berbeda nyata

Hasil uji yang dilakukan terhadap Saureus memperlihatkan bahwa semakin

tinggi konsentrasi ekstrak maka semakin besar diameter zona hambat yang

terbentuk Hal ini karena semakin banyak zat aktif yang terkandung dalam ekstrak

tersebut sedangkan pada uji yang dilakukan terhadap S epidermidis

Streptococcus sp dan Micrococcus sp diameter zona hambat yang terbentuk pada

K4 mengalami penurunan Hal tersebut menunjukkan bahwa konsentrasi yang

semakin tinggi tidak selalu menghasilkan diameter zona hambat yang semakin

besar Penurunan aktivitas ini disebabkan karena perbedaan jenis bakteri yang

dihambat perbedaan kecepatan difusi senyawa aktif pada media agar serta

konsentrasi ekstrak yang terlalu tinggi dibandingkan dengan pelarutnya (DMSO)

sehingga larutan menjadi jenuh dan sulit untuk larut Brooks et al (2008)

11

menyatakan bahwa aktivitas antibakteri dipengaruhi beberapa faktor yaitu

konsentrasi ekstrak kandungan senyawa antibakteri daya difusi ekstrak dan jenis

bakteri yang dihambat

Diameter zona hambat bakteri menurut Davis dan Stout dalam Rahmawati

(2008) dibagi atas sangat kuat (zona jernih gt 20 mm) kuat (zona jernih 10minus20

mm) sedang (zona jernih 5minus10 mm) dan lemah (zona jernih lt 5 mm) Kontrol

positif (KP) pada bakteri uji S aureus S epidermidis Streptococcussp tergolong

dalam daya hambat sangat kuat sedangkan KP pada bakteri Micrococcus sp

tergolong dalam daya hambat kuat Hal tersebut kemungkinan dikarenakan target

kerja antibiotik klindamisin ditujukan untuk bakteri yang habitatnya di daerah

kulit wajah sedangkan Micrococcus sp merupakan bakteri kontaminasi dari

lingkungan (air tanah udara) Seluruh konsentrasi ekstrak yang diujikan terhadap

seluruh bakteri (K1K2 K3 K4) tergolong dalam konsentrasi yang memberikan

daya hambat kuat karena diameter zona hambat yang terbentuk antara 1380 plusmn

109 mm sampai 1700 plusmn 070 mm

Mengacu pada standar umum yang dikeluarkan oleh Departemen Kesehatan

disebutkan bahwa mikroba dinyatakan peka terhadap antimikroba asal tanaman

apabila mempunyai ukuran diameter daya hambatannya 12minus24 mm (Darmawi et

al 2013) sehingga dapat dikatakan bahwa seluruh bakteri uji peka terhadap K1

K2 K3 dan K4

Hasil penelitian diketahui bahwa seluruh konsentrasi dinyatakan peka dan

memiliki zona hambat bakteri yang kuat terhadap bakteri uji sehingga ekstrak

etanol daun jawer kotok memiliki potensi antibakteri yang baik Adanya potensi

antibakteri diketahui dari kandungan senyawa metabolit sekunder yang terdapat

pada daun jawer kotok yaitu flavonoid tanin polifenol serta terpenoid

Mekanisme kerja flavonoid sebagai antibakteri adalah membentuk senyawa

kompleks dengan protein ekstraseluler dan terlarut sehingga dapat merusak

membran sel bakteri dan diikuti keluarnya senyawa intraselluler (Ngajow et al

2013)

Mekanisme kerja tanin sebagai antibakteri adalah menghambat enzim

reverse transkriptase dan DNA topoisomerase sehingga sel bakteri tidak dapat

terbentuk Tanin juga mempunyai target pada polipeptida dinding sel sehingga

pembentukan polipeptida dinding sel menjadi tidak sempurna Hal ini

menyebabkan sel bakteri menjadi lisis karena tekanan osmotik maupun fisik

sehingga sel bakteri akan mati (Ngajow et al 2013)

Ngajow et al (2013) juga menyatakan bahwa senyawa fenolik dan terpenoid

memiliki target utama yaitu membran sitoplasma bakteri Aktifitas antibakteri

terpenoid diketahui bereaksi dengan porin (protein transmembran) pada membran

luar dinding sel bakteri Terpenoid membentuk ikatan polimer yang kuat sehingga

mengakibatkan rusaknya porin Rusaknya porin yang merupakan pintu keluar

masuknya senyawa akan mengurangi permeabilitas dinding sel bakteri yang akan

mengakibatkan sel bakteri akan kekurangan nutrisi sehingga pertumbuhan bakteri

akan terhambat dan mati

12

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Ekstrak etanol daun jawer kotok mengandung flavonoid polifenol dan tanin

serta terpenoid yang memiliki aktivitas antibakteri yang dapat menghambat

pertumbuhan bakteri kokus Gram positif pada permukaan kulit wajah berjerawat

Ekstrak etanol daun jawer kotok memiliki potensi antibakteri yang baik karena

daya hambat bakteri pada konsentrasi 20 40 60 dan 80 tergolong dalam

daya hambat yang kuat S aureus S epidermidis Streptococcus sp dan

Micrococcus sp dinyatakan peka terhadap seluruh konsentrasi ekstrak

Saran

Saran yang dapat diberikan kepada peneliti selanjutnya yaitu perlu

dilakukan penelitian aktivitas antibakteri ekstrak etanol daun jawer kotok terhadap

bakteri Pacne dan bakteri gram negatif serta penggunaan kontrol positif dengan

antibiotik yang lain Selain itu penelitian ini juga dapat digunakan sebagai dasar

ilmiah dalam pengembangan produk farmasi antibakteri

DAFTAR PUSTAKA

Agoes G 2007 Ekstraksi Tanaman Obat Bandung ITB

Andy Taufik M 2010 Jumlah bakteri dan keberadaan bakteri Salmonella sp

pada daging kuda di Kabupaten Jeneponto Jurnal Agrisistem 6(2) 82-87

Arundhina E 2014 Aktivitas ekstrak etanol daun alamanda (Allamanda

cathartica L) sebagai anti jamur terhadap Candida albicans dan

Pityrosporum ovale secara in vitro [skripsi] Yogyakarta (ID) Universitas

Katolik Atmajaya Yogyakarta

Aziz S2010 Uji aktivitas antibakteri ekstrak etanol daun dan umbi bakung putih

(Crinum asiatikum L) terhadap bakteri penyebab jerawat[skripsi] Jakarta

(ID) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatulloh

Brooks GF Butel JS Morse SA Mikrobiologi Kedokteran Mudihardi E

KuntamanWasito EB et al penerjemah Jakarta (ID) Salemba Medika

Terjemahan dari Medical Microbiology

Caesarita DP 2011 Pengaruh ekstrak buah nanas (Ananas comosus) 100

terhadap bakteri Staphylococcus aureus dari pyoderma [skripsi] Bandung

(ID) Universitas Diponegoro

Carter GR dan Cole JR 1990 Diagnostic Procedures in Veterinary Bacteriology

and Mycology Fifth Edition London (UK) Academi Press Limited

13

Dalimarta S 2000 Atlas Tumbuhan Indonesia Jilid ke-2 Jakarta Trubus

Agriwidya

Darmawi Manaf ZH Putranda F 2013 Daya hambat getah jarak cina (Jatropha

multifida L) terhadap Staphylococcus aureus secara invitro Jurnal Medika

Veterinaria7(2) 113-115

Hamdayati Y Kusnadi Rahadian I 2008 Aktivitas antibakteri ekstrak daun

patikan kebo (Euphorbia hirta) terhadap pertumbuhan bakteri

Staphylococcus epidermidis Jurnal Pengajaran Matematika dan Ilmu

Pengetahuan alam 12(7) 1-10

Harborne JB 1987 Metode Fitokimia Padmawinata K Soediro I penerjemah

Jakarta (ID) UI Press Terjemahan dari Basic Concepts of Analytical

Chemistry

Jang SS Biberstein EL Hirsh DC 1976 A Manual of Veterinary Clinical

Bacteriology and Micology Davis (US) Univ California

Kee JL Hayes ER Farmakologi Pendekatan Proses Keperawatan Anugerah P

penerjemah Jakarta (ID) EGC Terjemahan dari Pharmacology A Nursing

Process Approach

Mulyatni AS Budiani A Taniwiryono D 2012 Aktivitas antibakteri ekstrak kulit

buah kakao (Theobroma cacao L) terhadap Escherichia coli Bacillus

subtilis dan Staphylococcus aureus Jurnal Menara Perkebunan 80(2) 77-

84

Ngajow M Abidjulu J Kamu VS 2013 Pengaruh antibakteri ekstrak kulit batang

matoa (Pometia pinnata) terhadap bakteri Staphylococcus aureus secara in

vitro Jurnal Mipa Unsrat 2(2) 128-132

Nugroho RA 2013 Terapi topikal clindamycin dibandingkan dengan niacinamide

+ zinc pada Acne vulgaris [skripsi] Semarang (ID) Universitas

Diponegoro

Rahmawati F 2008Isolasi dan karakteristik senyawa antibakteri ekstrak daun

miana Coleus scutellarioides [L] Benth [tesis] Bogor (ID) Institut

Pertanian Bogor

Ratnawati Y 2007 Aktivitas antibakteri ekstrak daun jawer kotok (Coleus

scutellarioides [L] Benth) [skripsi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor

Razak A Djamal A Revilla G 2013 Uji daya hambat air perasan buah jeruk

nipis (Citrus aurantifolia) terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus

aureus secara in vitro Jurnal Kesehatan Andalas 2(1) 5-8

Ridwan Y Darusman LK Satrija F Handaryani E 2006 Kandungan kimia

berbagai ekstrak daun miana (Coleus blumei Bent) dan efek anthelmintiknya

terhadap cacing pita pada ayam Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia11(2) 1-6

Rusmiyati I Husain DR Alam G 2014 Bioaktivitas ekstrak metanol daun muda

sirsak (Annona muricata L) sebagai antibakteri terhadap Staphylococcus

aureus dan Propionibacterium acne [penelitian ilmiah] Makasar (ID)

Universitas Hassanudin

Saptarini O Perawati Hartanto Y 2008 Uji aktivitas antibakteri ekstrak etanol

buah mahkota dewa (Phaleria macrocarpa) terhadap Staphylococcus

epidermidis penyebab jerawat Jurnal Biomedika1(1) 1-7

Seta SA 2013 Optimasi formula lotion anti jerawat ekstrak etanol kulit buah

manggis (Garcinia mangostana L) dan uji aktivitas terhadap

14

Propionibacterium acnes dan Staphylococcus epidermidis [skripsi]

Yogyakarta (ID) Universitas Gadjah Mada

Syukrinawati RP 2014 Tingkat pengetahuan penggunaan antibiotik oleh

mahasiswa kepaniteraan klinik departemen bedah mulut RSGM-P FKG

periode September 2-13 Maret 2014 [skripsi] Medan (ID) Universitas

Sumatera Utara

Waji RA 2009 Flavonoid (Quercetin) [Penelitian Ilmiah] Makasar (ID)

Universitas Hasanuddin

Widiawati W Lutfiati D Perbedaan hasil penyembuhan kulit wajah berjerawat

antara masker lidah buaya dengan masker non lidah buaya e- Journal

Universitas Negeri Surabaya 2014 3(1) 217-225

15

LAMPIRAN

Lampiran 1 Pembuktian hipotesis

1 Pengambilan keputusan dari hipotesis yang ditentukan diuji dengan uji

ANOVA

2 Hipotesis dalam penelitian ini berupa Ho yaitu ekstrak etanol daun jawer

kotok dengan konsentrasi ekstrak 20 40 60 dan 80 tidak memiliki

aktivitas antibakteri terhadap bakteri pada permukaan kulit wajah

berjerawat dan H1 yaitu ekstrak etanol daun jawer kotok dengan

konsentrasi ekstrak 20 40 60 dan 80 memiliki aktivitas

antibakteri terhadap bakteri pada permukaan kulit wajah berjerawat

3 Pengambilan keputusan untuk memilih hipotesis mana yang diterima dan

hipotesis mana yang ditolak didasarkan pada perbandingan F hitung dan F

tabel dengan syarat jika F hitung kurang dari F tabel maka tolak H1 dan

terima H0 dan jika F hitung lebih besar dari F tabel maka H0 ditolak dan

terima H1

4 Hasil uji one way ANOVA pada diameter zona hambat bakteri S aureus S

Epidermidis Streptococcus sp dan Micrococcus sp diperoleh nilai F

hitung lebih besar dari F tabel (1143 831 gt 262) (1149 947 gt 262)

(1122 068 gt 262) dan (91144 gt 262) maka hiptotesis yang diterima

adalah H1 yaitu ekstrak etanol daun jawer kotok dengan konsentrasi

ekstrak 20 40 60 dan 80 memiliki aktivitas antibakteri terhadap

bakteri S aureus S epidermidis Streptococcus sp dan Micrococcus sp

Lampiran 2 hasil uji ANOVA dan uji lanjutan Duncan

Descriptives

saureus

N Mean

Std Deviation Std Error

95 Confidence Interval for

Mean

Minimum Maximum Lower Bound

Upper Bound

ekstrak 20 5 138000

109545

48990

124398

151602

1200

1500

ekstrak 40 5 160000

122474

54772

144793

175207

1400

1700

ekstrak 60 5 160000

70711

31623

151220

168780

1500

1700

ekstrak 80 5 170000

70711

31623

161220

178780

1600

1800

kontrol positif 5 406000

89443

40000

394894

417106

3900

4100

kontrol negative 5 0000

00000

00000

0000

0000

00 00

Total 30

172333

1218728

222508

126825

217841

00 4100

16

ANOVA

saureus

Sum of Squares df Mean Square F Sig

Between Groups

4289367 5 857873 1143831

000

Within Groups

18000 24 750

Total 4307367 29

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

saureus

Duncana

perlakuan N

Subset for alpha = 005

1 2 3 4

kontrol negatif 5 0000 ekstrak 20 5

13800

0

ekstrak 40 5

160000

ekstrak 60 5

160000

ekstrak 80 5

170000

kontrol positif 5

406000

Sig 1000 1000 096 1000

Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000

ONEWAY Sepidermidis BY perlakuan

STATISTICS DESCRIPTIVES

MISSING ANALYSIS

POSTHOC=DUNCAN ALPHA(005)

[DataSet0]

Descriptives

Sepidermidis

N Mean Std Deviation Std Error

95 Confidence Interval

for Mean

Minimum Maximum Lower Bound

Upper Bound

ekstrak 20 5 150000

70711

31623

141220

158780

1400

1600

ekstrak 40 5 154000

54772

24495

147199

160801

1500

1600

ekstrak 60 5 164000

151658

67823

145169

182831

1500

1800

ekstrak 80 5 162000

109545

48990

148398

175602

1500

1800

kontrol positif 5 408000

44721

20000

402447

413553

4000

4100

kontrol negatif 5 0000

00000

00000

0000

0000

00 00

Total 30

173000

1221968

223100

127371

218629

00 4100

17

ANOVA

Sepidermidis

Sum of Squares Df Mean Square F Sig

Between Groups 4312300 5 862460 1149947

000

Within Groups 18000 24 750 Total 4330300 29

Post Hoc Tests

Homogeneous Subsets

Sepidermidis

Duncana

Perlakuan N

Subset for alpha = 005

1 2 3 4

kontrol negative 5 0000 ekstrak 20 5

15000

0

ekstrak 40 5

154000

154000

ekstrak 80 5

162000

ekstrak 60 5

164000

kontrol positif 5

408000

Sig 1000 472 096 1000

Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000

ONEWAY Sepidermidis BY perlakuan

STATISTICS DESCRIPTIVES

MISSING ANALYSIS

POSTHOC=DUNCAN ALPHA(005)

[DataSet0]

18

Descriptives

Streptococcus

N Mean Std Deviation

Std Error

95 Confidence Interval

for Mean

Minimum Maximum Lower Bound

Upper Bound

ekstrak 20 5 156000

134164

60000

139341

172659

1400 1700

ekstrak 40 5 162000

109545

48990

148398

175602

1500 1700

ekstrak 60 5 162000

109545

48990

148398

175602

1500 1700

ekstrak 80 5 156000

54772

24495

149199

162801

1500 1600

kontrol positif 5 416000

54772

24495

409199

422801

4100 4200

kontrol negatif 5 0000

00000

00000

0000

0000

00 00

Total 30

175333

1246715

227618

128780

221886

00 4200

ANOVA

Streptococcus

Sum of Squares df Mean Square F Sig

Between Groups 4488267 5 897653 1122067

000

Within Groups 19200 24 800 Total 4507467 29

Post Hoc Tests

Homogeneous Subsets

Streptococcus

Duncana

perlakuan N

Subset for alpha = 005

1 2 3

kontrol negatif 5 0000 ekstrak 20 5

15600

0

ekstrak 80 5

156000

ekstrak 40 5

162000

ekstrak 60 5

162000

kontrol positif 5

416000

Sig 1000 343 1000

Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000

ONEWAY Sepidermidis BY perlakuan

STATISTICS DESCRIPTIVES

MISSING ANALYSIS

POSTHOC=DUNCAN ALPHA(005)

[DataSet0]

19

Descriptives

Micrococcus

N Mean Std Deviation

Std Error

95 Confidence Interval for

Mean

Minimum Maximum Lower Bound

Upper Bound

ekstrak 20 5 142000

178885

80000

119788

164212

1200

1600

ekstrak 40 5 150000

200000

89443

125167

174833

1200

1700

ekstrak 60 5 150000

200000

89443

125167

174833

1200

1700

ekstrak 80 5 142000

130384

58310

125811

158189

1200

1500

kontrol positif 5 182000

83666

37417

171611

192389

1700

1900

kontrol negative

5 0000

00000

00000

0000

0000

00 00

Total 30

127667

612335

111797

104802

150532

00 1900

ANOVA

Micrococcus

Sum of Squares Df Mean Square F Sig

Between Groups 1032967 5 206593 91144 000 Within Groups 54400 24 2267

Total 1087367 29

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

Micrococcus

Duncana

Perlakuan N

Subset for alpha = 005

1 2 3

kontrol negative 5 0000 ekstrak 20 5

14200

0

ekstrak 80 5

142000

ekstrak 40 5

150000

ekstrak 60 5

150000

kontrol positif 5

182000

Sig 1000 451 1000

Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000

20

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Jakarta tanggal 25 september 1992 Penulis merupakan

anak ketiga dari tiga bersaudara dari pasangan Petrus Bambang Wijanarko dan

Susana Tuminah Penulis menempuh pendidikan Sekolah Menengah Pertama di

SMP Strada Bhakti Wiyata Bekasi dan Sekolah Menengah Atas di SMA Santo

Antonius Jakarta Penulis aktif di Organisasi Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM)

Keluarga Mahasiswa Katolik IPB sejak tahun 2011 hingga 2013 Penulis juga

aktif di Himpunan Profesi Ornithologi dan Unggas sejak tahun 2013 hingga 2014

6

Isolasi dan Identifikasi Bakteri pada Permukaan Kulit Wajah Berjerawat

Identifikasi bakteri mengacu pada metode Carter (1990) dan Jang et al

(1976) Sampel yang telah diperoleh dari hasil swab jerawat ditumbuhkan pada

media BA dengan cara mengambil sampel dari media transpor dengan

menggunakan ose steril dan menggoreskannya pada permukaan agar BA Bakteri

yang telah dibiakan pada agar BA diinkubasi pada suhu 37 ordmC selama 24 jam

Setelah diinkubasi dilakukan pengamatan koloni dan diamati koloni yang berbeda

kemudian ditanam pada media TSA dan diinkubasi pada suhu 37 ordmC selama 24

jam Setelah dilakukan isolasi sampel selanjutnya dilakukan pewarnaan bakteri

dan dilanjutkan dengan proses identifikasi (Gambar 2)

Gambar 2 Uji identifikasi bakteri Gram positif

Uji katalase Pengamatan

Mikroskopis

Batang Kokus

+Spora

(Bacillus sp)

((jjh

-Spora (non

Bacillus sp)

((jjh

Positif Negatif

Uji Glukosa Mikroaerofilik

Streptococcaceae

Uji CAMP

(BA)

Staphylococcus

spp

Micrococcus spp

MSA Uji Koagulase

Micrococcaceae

Positif Negatif

Merah Kuning

Staphylococcus aureus Staphylococcus epidermidis

α γ β

Bakteri Gram Positif

7

Daun Jawer Kotok

Daun jawer kotok (Coleus atropurpureus) diperoleh dari Balai Penelitian

Tanaman Rempah dan Obat (BALITRO) dalam keadaan daun basah Bagian

tanaman yang digunakan adalah daunnya yang berwarna merah kecoklatan

Ekstrak Etanol Daun Jawer Kotok

Pembuatan ektrak etanol daun jawer kotok dilakukan dengan metode

maserasi Daun jawer kotok basah sebanyak 800 g diris kecil-kecil kemudian

dibagi menjadi 4 bagian masing-masing bagian 200 g kemudian direndam

dengan etanol 96 (perbandingan 110) dalam 4 tempat penampungan selama

3x24 jam sambil sesekali diaduk dan disaring untuk mendapatkan filtratnya

Filtrat hasil maserasi dievaporasi selama 17 jam menggunakan rotary evaporator

Hasil ekstrak kental daun jawer kotok yang didapat sebanyak 185 g

Penapisan Fitokimia Daun Jawer Kotok

Penapisan fitokimia dilakukan dengan metode Harborne (1987) untuk

mengetahui golongan senyawa kimia (terutama metabolit sekunder) yang

terkandung dalam suatu tanaman Penapisan fitokimia yang sering dilakukan

adalah penapisan untuk metabolit sekunder golongan alkaloid flavonoid tanin

polifenol terpenoid steroid dan saponin Flavonoid diuji dengan memasukan

ekstrak ditambahkan dengan etanol 96 lalu diaduk dan ditambahakan NaOH 7

tetes serta H2SO4 amati perubahan warna menjadi kuning jika hasilnya positif Uji

polifenol dan tanin dilakukan dengan memasukan ekstrak ditambahkan dengan air

lalu dipanaskan dan ditambahkan FeCl3 selanjutnya akan terjadi perubahan warna

menjadi hijau biru sampai hitam untuk hasil positif adanya polifenol dan tanin

Uji alkaloid dilakukan dengan membagi ekstrak menjadi 2 bagian keduanya

ditambahkan larutan etanol 96 Salah satu bagian ditambahkan reagen

dragendorff dan yang lain ditambahkan reagen meyer Hasil positif adanya

alkaloid ditandai dengan warna kuning saat diberi reagen dragendorff dan

endapan putih saat ditambahkan reagen meyer Uji terpenoid dilakukan dengan

memasukkan ekstrak ke dalam tabung reaksi kemudian ditambahkan etanol 96

dan ditetesi dengan H2SO4 pekat Hasil positif terpenoid ditandai dengan

terbentuknya warna merah kecoklatan

Pengujian Daya Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Jawer Kotok

Metode pengujian aktivitas antibakteri yang digunakan adalah metode

sumuran (agar well difusion method) dengan media MHA Suspensi bakteri yang

digunakan memiliki kekeruhan yang setara dengan larutan Mc Farland I atau

3x108

CFUml Suspensi bakteri kemudian digoreskan pada MHA dengan

menggunakan cotton bud steril Setelah digores kemudian didiamkan selama 10

8

menit Kegiatan ini dilakukan sebanyak lima kali ulangan untuk setiap bakteri uji

Pada media MHA dibuat sebanyak 6 sumuran yang akan diisi dengan

Konsentrasi 20 (K1) 02 g ekstrak daun jawer kotok dalam 1 ml DMSO

Konsentrasi 40 (K2) 04 g ekstrak daun jawer kotok dalam 1 ml DMSO

Konsentrasi 60 (K3) 06 g ekstrak daun jawer kotok dalam 1 ml DMSO

Konsentrasi 80 (K4) 08 g ekstrak daun jawer kotok dalam 1 ml DMSO

Kontrol positif (KP) Klindamisin 1

Kontrol negatif (KN) DMSO

Media MHA yang telah diisi dengan larutan uji kemudian diinkubasi pada

suhu 37 ordmC selama 24 jam dan diamati diameter zona hambatnya dengan

penggaris

Analisis Data

Data hasil pengukuran diameter zona hambat dianalis secara kuantitatif

menggunakan metode one way analysis of variance (one way Anova) dan

dilanjutkan dengan uji Duncan

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penapisan Fitokimia Daun Jawer KotoK

Penapisan fitokimia ekstrak etanol daun jawer kotok positif mengandung

metabolit sekunder berupa flavonoid polifenol tanin serta terpenoid dan negatif

terhadap alkaloid Ridwan et al (2006) dan Rahmawati (2008) juga menyebutkan

bahwa daun jawer kotok tidak mengandung alkaloid (Gambar 3 dan Tabel 1)

(a) (b) (c) (d) (f)

Gambar 3 Hasil uji fitokimia flavonoid (a) alkaloid dengan reagen

dragendorff (b) alkaloid dengan reagen meyer (c) polifenol

(d) terpenoid (e)

9

Tabel 1 Hasil penapisan fitokimia ekstrak etanol daun jawer kotok

Penapisan Fitokimia Hasil

Flavonoid +

Alkaloid

Meyer minus

Dragendorff minus

Polifenol dan Tanin +

Terpenoid + aKeterangan + terdeteksi minus tidak terdeteksi

Bakteri pada Permukaan Kulit Wajah Berjerawat

Bakteri Gram positif yang berhasil diidentifikasi adalah Staphylococcus

aureus Staphylococcus epidermidis Streptococcus sp dan Micrococcus sp

Menurut Seta (2013) dan Razak et al (2013) bakteri yang dapat menyebabkan

jerawat adalah S aureus S epidermidis dan Propionibacterium acne P acne

tidak dapat diisolasi karena metode yang digunakan tidak bisa mengisolasi bakteri

anaerob Penemuan bakteri Streptococcus sp mungkin terjadi mengingat

Streptococcus sp merupakan salah satu bakteri pada kulit yang dapat

menyebabkan terjadinya penyakit pyoderma (Caesarita 2011) Micrococcus sp

dapat ditemukan pada hasil swab wajah mengingat kemungkinan adanya

pencemaran bakteri dari lingkungan seperti air udara dan tanah (Andy dan

Taufik 2010)

Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Jawer Kotok

Rata-rata diameter zona hambat bakteri ekstrak etanol daun jawer kotok

terhadap bakteri Gram positif (Gambar 4 dan Tabel 2)

(a) (b) (c) (d)

Gambar 4 Zona hambat ekstrak etanol daun jawer kotok terhadap S aureus (a)

S epidermidis (b) Streptococcus sp (c)dan Micrococcus sp(d)

K2 KP K3 K2 KP K3

K2 KP K3

K2 KP K3

K1 KN K4 K1 KN K4 K1 KN K4 K1 KN K4

10

Tabel 2 Rata-rata diameter zona hambat ekstrak etanol daun jawer kotok terhadap

bakteri Gram positif hasil swab kulit wajah berjerawat (mm)

Kelompok

Perlakuan

S aureus S epidermidis Streptococcus

sp

Micrococcus

sp

K1 1380 plusmn 109 b

1500 plusmn 070b

1560 plusmn 134c

1420 plusmn 178b

K2 1600 plusmn 122c

1540 plusmn054bc

1620 plusmn 109c

1500 plusmn 200b

K3 1600 plusmn 070c

1640 plusmn 151c

1620 plusmn 109c

1500 plusmn 200b

K4 1700 plusmn 070c

1620 plusmn 109c

1560 plusmn 054c

1420 plusmn 130b

KP 4060plusmn 089d

4080 plusmn 044d

4160 plusmn 054d

1820 plusmn 083d

KN 000 plusmn 000a

000 plusmn 000a

000 plusmn 000a

000 plusmn 000a

aKeterangan K1 konsentrasi 20 K2 konsentrasi 40 K3 konsentrasi 60 K4

konsentrasi 80 KP kontrol positif KN kontrol negatif Huruf supercript yang berbeda dalam

satu kolom menunjukkan perbedaan yang nyata pada taraf nyata Plt 005

Pada Tabel 2 diketahui bahwa KN pada keempat bakteri uji tidak memiliki

diameter zona hambat dan berbeda nyata dengan KP dan seluruh konsentrasi uji

Hal tersebut membuktikan bahwa pelarut tidak berpengaruh terhadap aktivitas

antibakteri sehingga aktivitas antibakteri hanya berasal dari konsentasi uji

DMSO digunakan sebagai KN karena tidak memiliki daya hambat bakteri serta

karena sifat dari DMSO yang merupakan pelarut polar berspektrum luas sehingga

dapat melarutkan senyawa alkaloid dan flavonoid (Mulyatni et al 2012)

Kontrol positif memberikan hasil yang berbeda nyata dengan KN dan

keempat konsentrasi uji pada semua bakteri Hal tersebut membuktikan bahwa

bakteri S aureus S epidermidis Streptococcus sp dan Micrococcus sp masih

peka terhadap KP Antibiotik klindamisin 1 digunakan sebagai KP karena

klindamisin paling efektif dalam pengobatan jerawat jika dibandingkan dengan

eritromisin dan tetrasiklin serta paling banyak digunakan masyarakat untuk

mengobati jerawat (Aziz 2010) Klindamisin adalah salah satu antibiotik golongan

aminoglikosida Klindamisin menghambat sintesis protein pada fase pemanjangan

dengan mempengaruhi translokasi (Syukrinawati 2014) Antibiotik ini efektif

terhadap bakteri Gram positif dan bakteri anaerob akan tetapi kurang efektif

terhadap bakteri Gram negatif (Nugroho 2013)

Hasil uji pada bakteri S aureus terlihat bahwa K1 memberikan perbedaan

yang nyata (Plt005) dengan K2 K3 dan K4 Hasil uji pada S epidermidis

memberikan hasil bahwa K1 berbeda nyata (Plt005) dengan K3 dan K4 Seluruh

konsentrasi ekstrak etanol daun jawer kotok yang diujikan terhadap Streptococcus

sp dan Micrococcus sp tidak menunjukkan hasil yang berbeda nyata

Hasil uji yang dilakukan terhadap Saureus memperlihatkan bahwa semakin

tinggi konsentrasi ekstrak maka semakin besar diameter zona hambat yang

terbentuk Hal ini karena semakin banyak zat aktif yang terkandung dalam ekstrak

tersebut sedangkan pada uji yang dilakukan terhadap S epidermidis

Streptococcus sp dan Micrococcus sp diameter zona hambat yang terbentuk pada

K4 mengalami penurunan Hal tersebut menunjukkan bahwa konsentrasi yang

semakin tinggi tidak selalu menghasilkan diameter zona hambat yang semakin

besar Penurunan aktivitas ini disebabkan karena perbedaan jenis bakteri yang

dihambat perbedaan kecepatan difusi senyawa aktif pada media agar serta

konsentrasi ekstrak yang terlalu tinggi dibandingkan dengan pelarutnya (DMSO)

sehingga larutan menjadi jenuh dan sulit untuk larut Brooks et al (2008)

11

menyatakan bahwa aktivitas antibakteri dipengaruhi beberapa faktor yaitu

konsentrasi ekstrak kandungan senyawa antibakteri daya difusi ekstrak dan jenis

bakteri yang dihambat

Diameter zona hambat bakteri menurut Davis dan Stout dalam Rahmawati

(2008) dibagi atas sangat kuat (zona jernih gt 20 mm) kuat (zona jernih 10minus20

mm) sedang (zona jernih 5minus10 mm) dan lemah (zona jernih lt 5 mm) Kontrol

positif (KP) pada bakteri uji S aureus S epidermidis Streptococcussp tergolong

dalam daya hambat sangat kuat sedangkan KP pada bakteri Micrococcus sp

tergolong dalam daya hambat kuat Hal tersebut kemungkinan dikarenakan target

kerja antibiotik klindamisin ditujukan untuk bakteri yang habitatnya di daerah

kulit wajah sedangkan Micrococcus sp merupakan bakteri kontaminasi dari

lingkungan (air tanah udara) Seluruh konsentrasi ekstrak yang diujikan terhadap

seluruh bakteri (K1K2 K3 K4) tergolong dalam konsentrasi yang memberikan

daya hambat kuat karena diameter zona hambat yang terbentuk antara 1380 plusmn

109 mm sampai 1700 plusmn 070 mm

Mengacu pada standar umum yang dikeluarkan oleh Departemen Kesehatan

disebutkan bahwa mikroba dinyatakan peka terhadap antimikroba asal tanaman

apabila mempunyai ukuran diameter daya hambatannya 12minus24 mm (Darmawi et

al 2013) sehingga dapat dikatakan bahwa seluruh bakteri uji peka terhadap K1

K2 K3 dan K4

Hasil penelitian diketahui bahwa seluruh konsentrasi dinyatakan peka dan

memiliki zona hambat bakteri yang kuat terhadap bakteri uji sehingga ekstrak

etanol daun jawer kotok memiliki potensi antibakteri yang baik Adanya potensi

antibakteri diketahui dari kandungan senyawa metabolit sekunder yang terdapat

pada daun jawer kotok yaitu flavonoid tanin polifenol serta terpenoid

Mekanisme kerja flavonoid sebagai antibakteri adalah membentuk senyawa

kompleks dengan protein ekstraseluler dan terlarut sehingga dapat merusak

membran sel bakteri dan diikuti keluarnya senyawa intraselluler (Ngajow et al

2013)

Mekanisme kerja tanin sebagai antibakteri adalah menghambat enzim

reverse transkriptase dan DNA topoisomerase sehingga sel bakteri tidak dapat

terbentuk Tanin juga mempunyai target pada polipeptida dinding sel sehingga

pembentukan polipeptida dinding sel menjadi tidak sempurna Hal ini

menyebabkan sel bakteri menjadi lisis karena tekanan osmotik maupun fisik

sehingga sel bakteri akan mati (Ngajow et al 2013)

Ngajow et al (2013) juga menyatakan bahwa senyawa fenolik dan terpenoid

memiliki target utama yaitu membran sitoplasma bakteri Aktifitas antibakteri

terpenoid diketahui bereaksi dengan porin (protein transmembran) pada membran

luar dinding sel bakteri Terpenoid membentuk ikatan polimer yang kuat sehingga

mengakibatkan rusaknya porin Rusaknya porin yang merupakan pintu keluar

masuknya senyawa akan mengurangi permeabilitas dinding sel bakteri yang akan

mengakibatkan sel bakteri akan kekurangan nutrisi sehingga pertumbuhan bakteri

akan terhambat dan mati

12

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Ekstrak etanol daun jawer kotok mengandung flavonoid polifenol dan tanin

serta terpenoid yang memiliki aktivitas antibakteri yang dapat menghambat

pertumbuhan bakteri kokus Gram positif pada permukaan kulit wajah berjerawat

Ekstrak etanol daun jawer kotok memiliki potensi antibakteri yang baik karena

daya hambat bakteri pada konsentrasi 20 40 60 dan 80 tergolong dalam

daya hambat yang kuat S aureus S epidermidis Streptococcus sp dan

Micrococcus sp dinyatakan peka terhadap seluruh konsentrasi ekstrak

Saran

Saran yang dapat diberikan kepada peneliti selanjutnya yaitu perlu

dilakukan penelitian aktivitas antibakteri ekstrak etanol daun jawer kotok terhadap

bakteri Pacne dan bakteri gram negatif serta penggunaan kontrol positif dengan

antibiotik yang lain Selain itu penelitian ini juga dapat digunakan sebagai dasar

ilmiah dalam pengembangan produk farmasi antibakteri

DAFTAR PUSTAKA

Agoes G 2007 Ekstraksi Tanaman Obat Bandung ITB

Andy Taufik M 2010 Jumlah bakteri dan keberadaan bakteri Salmonella sp

pada daging kuda di Kabupaten Jeneponto Jurnal Agrisistem 6(2) 82-87

Arundhina E 2014 Aktivitas ekstrak etanol daun alamanda (Allamanda

cathartica L) sebagai anti jamur terhadap Candida albicans dan

Pityrosporum ovale secara in vitro [skripsi] Yogyakarta (ID) Universitas

Katolik Atmajaya Yogyakarta

Aziz S2010 Uji aktivitas antibakteri ekstrak etanol daun dan umbi bakung putih

(Crinum asiatikum L) terhadap bakteri penyebab jerawat[skripsi] Jakarta

(ID) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatulloh

Brooks GF Butel JS Morse SA Mikrobiologi Kedokteran Mudihardi E

KuntamanWasito EB et al penerjemah Jakarta (ID) Salemba Medika

Terjemahan dari Medical Microbiology

Caesarita DP 2011 Pengaruh ekstrak buah nanas (Ananas comosus) 100

terhadap bakteri Staphylococcus aureus dari pyoderma [skripsi] Bandung

(ID) Universitas Diponegoro

Carter GR dan Cole JR 1990 Diagnostic Procedures in Veterinary Bacteriology

and Mycology Fifth Edition London (UK) Academi Press Limited

13

Dalimarta S 2000 Atlas Tumbuhan Indonesia Jilid ke-2 Jakarta Trubus

Agriwidya

Darmawi Manaf ZH Putranda F 2013 Daya hambat getah jarak cina (Jatropha

multifida L) terhadap Staphylococcus aureus secara invitro Jurnal Medika

Veterinaria7(2) 113-115

Hamdayati Y Kusnadi Rahadian I 2008 Aktivitas antibakteri ekstrak daun

patikan kebo (Euphorbia hirta) terhadap pertumbuhan bakteri

Staphylococcus epidermidis Jurnal Pengajaran Matematika dan Ilmu

Pengetahuan alam 12(7) 1-10

Harborne JB 1987 Metode Fitokimia Padmawinata K Soediro I penerjemah

Jakarta (ID) UI Press Terjemahan dari Basic Concepts of Analytical

Chemistry

Jang SS Biberstein EL Hirsh DC 1976 A Manual of Veterinary Clinical

Bacteriology and Micology Davis (US) Univ California

Kee JL Hayes ER Farmakologi Pendekatan Proses Keperawatan Anugerah P

penerjemah Jakarta (ID) EGC Terjemahan dari Pharmacology A Nursing

Process Approach

Mulyatni AS Budiani A Taniwiryono D 2012 Aktivitas antibakteri ekstrak kulit

buah kakao (Theobroma cacao L) terhadap Escherichia coli Bacillus

subtilis dan Staphylococcus aureus Jurnal Menara Perkebunan 80(2) 77-

84

Ngajow M Abidjulu J Kamu VS 2013 Pengaruh antibakteri ekstrak kulit batang

matoa (Pometia pinnata) terhadap bakteri Staphylococcus aureus secara in

vitro Jurnal Mipa Unsrat 2(2) 128-132

Nugroho RA 2013 Terapi topikal clindamycin dibandingkan dengan niacinamide

+ zinc pada Acne vulgaris [skripsi] Semarang (ID) Universitas

Diponegoro

Rahmawati F 2008Isolasi dan karakteristik senyawa antibakteri ekstrak daun

miana Coleus scutellarioides [L] Benth [tesis] Bogor (ID) Institut

Pertanian Bogor

Ratnawati Y 2007 Aktivitas antibakteri ekstrak daun jawer kotok (Coleus

scutellarioides [L] Benth) [skripsi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor

Razak A Djamal A Revilla G 2013 Uji daya hambat air perasan buah jeruk

nipis (Citrus aurantifolia) terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus

aureus secara in vitro Jurnal Kesehatan Andalas 2(1) 5-8

Ridwan Y Darusman LK Satrija F Handaryani E 2006 Kandungan kimia

berbagai ekstrak daun miana (Coleus blumei Bent) dan efek anthelmintiknya

terhadap cacing pita pada ayam Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia11(2) 1-6

Rusmiyati I Husain DR Alam G 2014 Bioaktivitas ekstrak metanol daun muda

sirsak (Annona muricata L) sebagai antibakteri terhadap Staphylococcus

aureus dan Propionibacterium acne [penelitian ilmiah] Makasar (ID)

Universitas Hassanudin

Saptarini O Perawati Hartanto Y 2008 Uji aktivitas antibakteri ekstrak etanol

buah mahkota dewa (Phaleria macrocarpa) terhadap Staphylococcus

epidermidis penyebab jerawat Jurnal Biomedika1(1) 1-7

Seta SA 2013 Optimasi formula lotion anti jerawat ekstrak etanol kulit buah

manggis (Garcinia mangostana L) dan uji aktivitas terhadap

14

Propionibacterium acnes dan Staphylococcus epidermidis [skripsi]

Yogyakarta (ID) Universitas Gadjah Mada

Syukrinawati RP 2014 Tingkat pengetahuan penggunaan antibiotik oleh

mahasiswa kepaniteraan klinik departemen bedah mulut RSGM-P FKG

periode September 2-13 Maret 2014 [skripsi] Medan (ID) Universitas

Sumatera Utara

Waji RA 2009 Flavonoid (Quercetin) [Penelitian Ilmiah] Makasar (ID)

Universitas Hasanuddin

Widiawati W Lutfiati D Perbedaan hasil penyembuhan kulit wajah berjerawat

antara masker lidah buaya dengan masker non lidah buaya e- Journal

Universitas Negeri Surabaya 2014 3(1) 217-225

15

LAMPIRAN

Lampiran 1 Pembuktian hipotesis

1 Pengambilan keputusan dari hipotesis yang ditentukan diuji dengan uji

ANOVA

2 Hipotesis dalam penelitian ini berupa Ho yaitu ekstrak etanol daun jawer

kotok dengan konsentrasi ekstrak 20 40 60 dan 80 tidak memiliki

aktivitas antibakteri terhadap bakteri pada permukaan kulit wajah

berjerawat dan H1 yaitu ekstrak etanol daun jawer kotok dengan

konsentrasi ekstrak 20 40 60 dan 80 memiliki aktivitas

antibakteri terhadap bakteri pada permukaan kulit wajah berjerawat

3 Pengambilan keputusan untuk memilih hipotesis mana yang diterima dan

hipotesis mana yang ditolak didasarkan pada perbandingan F hitung dan F

tabel dengan syarat jika F hitung kurang dari F tabel maka tolak H1 dan

terima H0 dan jika F hitung lebih besar dari F tabel maka H0 ditolak dan

terima H1

4 Hasil uji one way ANOVA pada diameter zona hambat bakteri S aureus S

Epidermidis Streptococcus sp dan Micrococcus sp diperoleh nilai F

hitung lebih besar dari F tabel (1143 831 gt 262) (1149 947 gt 262)

(1122 068 gt 262) dan (91144 gt 262) maka hiptotesis yang diterima

adalah H1 yaitu ekstrak etanol daun jawer kotok dengan konsentrasi

ekstrak 20 40 60 dan 80 memiliki aktivitas antibakteri terhadap

bakteri S aureus S epidermidis Streptococcus sp dan Micrococcus sp

Lampiran 2 hasil uji ANOVA dan uji lanjutan Duncan

Descriptives

saureus

N Mean

Std Deviation Std Error

95 Confidence Interval for

Mean

Minimum Maximum Lower Bound

Upper Bound

ekstrak 20 5 138000

109545

48990

124398

151602

1200

1500

ekstrak 40 5 160000

122474

54772

144793

175207

1400

1700

ekstrak 60 5 160000

70711

31623

151220

168780

1500

1700

ekstrak 80 5 170000

70711

31623

161220

178780

1600

1800

kontrol positif 5 406000

89443

40000

394894

417106

3900

4100

kontrol negative 5 0000

00000

00000

0000

0000

00 00

Total 30

172333

1218728

222508

126825

217841

00 4100

16

ANOVA

saureus

Sum of Squares df Mean Square F Sig

Between Groups

4289367 5 857873 1143831

000

Within Groups

18000 24 750

Total 4307367 29

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

saureus

Duncana

perlakuan N

Subset for alpha = 005

1 2 3 4

kontrol negatif 5 0000 ekstrak 20 5

13800

0

ekstrak 40 5

160000

ekstrak 60 5

160000

ekstrak 80 5

170000

kontrol positif 5

406000

Sig 1000 1000 096 1000

Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000

ONEWAY Sepidermidis BY perlakuan

STATISTICS DESCRIPTIVES

MISSING ANALYSIS

POSTHOC=DUNCAN ALPHA(005)

[DataSet0]

Descriptives

Sepidermidis

N Mean Std Deviation Std Error

95 Confidence Interval

for Mean

Minimum Maximum Lower Bound

Upper Bound

ekstrak 20 5 150000

70711

31623

141220

158780

1400

1600

ekstrak 40 5 154000

54772

24495

147199

160801

1500

1600

ekstrak 60 5 164000

151658

67823

145169

182831

1500

1800

ekstrak 80 5 162000

109545

48990

148398

175602

1500

1800

kontrol positif 5 408000

44721

20000

402447

413553

4000

4100

kontrol negatif 5 0000

00000

00000

0000

0000

00 00

Total 30

173000

1221968

223100

127371

218629

00 4100

17

ANOVA

Sepidermidis

Sum of Squares Df Mean Square F Sig

Between Groups 4312300 5 862460 1149947

000

Within Groups 18000 24 750 Total 4330300 29

Post Hoc Tests

Homogeneous Subsets

Sepidermidis

Duncana

Perlakuan N

Subset for alpha = 005

1 2 3 4

kontrol negative 5 0000 ekstrak 20 5

15000

0

ekstrak 40 5

154000

154000

ekstrak 80 5

162000

ekstrak 60 5

164000

kontrol positif 5

408000

Sig 1000 472 096 1000

Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000

ONEWAY Sepidermidis BY perlakuan

STATISTICS DESCRIPTIVES

MISSING ANALYSIS

POSTHOC=DUNCAN ALPHA(005)

[DataSet0]

18

Descriptives

Streptococcus

N Mean Std Deviation

Std Error

95 Confidence Interval

for Mean

Minimum Maximum Lower Bound

Upper Bound

ekstrak 20 5 156000

134164

60000

139341

172659

1400 1700

ekstrak 40 5 162000

109545

48990

148398

175602

1500 1700

ekstrak 60 5 162000

109545

48990

148398

175602

1500 1700

ekstrak 80 5 156000

54772

24495

149199

162801

1500 1600

kontrol positif 5 416000

54772

24495

409199

422801

4100 4200

kontrol negatif 5 0000

00000

00000

0000

0000

00 00

Total 30

175333

1246715

227618

128780

221886

00 4200

ANOVA

Streptococcus

Sum of Squares df Mean Square F Sig

Between Groups 4488267 5 897653 1122067

000

Within Groups 19200 24 800 Total 4507467 29

Post Hoc Tests

Homogeneous Subsets

Streptococcus

Duncana

perlakuan N

Subset for alpha = 005

1 2 3

kontrol negatif 5 0000 ekstrak 20 5

15600

0

ekstrak 80 5

156000

ekstrak 40 5

162000

ekstrak 60 5

162000

kontrol positif 5

416000

Sig 1000 343 1000

Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000

ONEWAY Sepidermidis BY perlakuan

STATISTICS DESCRIPTIVES

MISSING ANALYSIS

POSTHOC=DUNCAN ALPHA(005)

[DataSet0]

19

Descriptives

Micrococcus

N Mean Std Deviation

Std Error

95 Confidence Interval for

Mean

Minimum Maximum Lower Bound

Upper Bound

ekstrak 20 5 142000

178885

80000

119788

164212

1200

1600

ekstrak 40 5 150000

200000

89443

125167

174833

1200

1700

ekstrak 60 5 150000

200000

89443

125167

174833

1200

1700

ekstrak 80 5 142000

130384

58310

125811

158189

1200

1500

kontrol positif 5 182000

83666

37417

171611

192389

1700

1900

kontrol negative

5 0000

00000

00000

0000

0000

00 00

Total 30

127667

612335

111797

104802

150532

00 1900

ANOVA

Micrococcus

Sum of Squares Df Mean Square F Sig

Between Groups 1032967 5 206593 91144 000 Within Groups 54400 24 2267

Total 1087367 29

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

Micrococcus

Duncana

Perlakuan N

Subset for alpha = 005

1 2 3

kontrol negative 5 0000 ekstrak 20 5

14200

0

ekstrak 80 5

142000

ekstrak 40 5

150000

ekstrak 60 5

150000

kontrol positif 5

182000

Sig 1000 451 1000

Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000

20

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Jakarta tanggal 25 september 1992 Penulis merupakan

anak ketiga dari tiga bersaudara dari pasangan Petrus Bambang Wijanarko dan

Susana Tuminah Penulis menempuh pendidikan Sekolah Menengah Pertama di

SMP Strada Bhakti Wiyata Bekasi dan Sekolah Menengah Atas di SMA Santo

Antonius Jakarta Penulis aktif di Organisasi Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM)

Keluarga Mahasiswa Katolik IPB sejak tahun 2011 hingga 2013 Penulis juga

aktif di Himpunan Profesi Ornithologi dan Unggas sejak tahun 2013 hingga 2014

7

Daun Jawer Kotok

Daun jawer kotok (Coleus atropurpureus) diperoleh dari Balai Penelitian

Tanaman Rempah dan Obat (BALITRO) dalam keadaan daun basah Bagian

tanaman yang digunakan adalah daunnya yang berwarna merah kecoklatan

Ekstrak Etanol Daun Jawer Kotok

Pembuatan ektrak etanol daun jawer kotok dilakukan dengan metode

maserasi Daun jawer kotok basah sebanyak 800 g diris kecil-kecil kemudian

dibagi menjadi 4 bagian masing-masing bagian 200 g kemudian direndam

dengan etanol 96 (perbandingan 110) dalam 4 tempat penampungan selama

3x24 jam sambil sesekali diaduk dan disaring untuk mendapatkan filtratnya

Filtrat hasil maserasi dievaporasi selama 17 jam menggunakan rotary evaporator

Hasil ekstrak kental daun jawer kotok yang didapat sebanyak 185 g

Penapisan Fitokimia Daun Jawer Kotok

Penapisan fitokimia dilakukan dengan metode Harborne (1987) untuk

mengetahui golongan senyawa kimia (terutama metabolit sekunder) yang

terkandung dalam suatu tanaman Penapisan fitokimia yang sering dilakukan

adalah penapisan untuk metabolit sekunder golongan alkaloid flavonoid tanin

polifenol terpenoid steroid dan saponin Flavonoid diuji dengan memasukan

ekstrak ditambahkan dengan etanol 96 lalu diaduk dan ditambahakan NaOH 7

tetes serta H2SO4 amati perubahan warna menjadi kuning jika hasilnya positif Uji

polifenol dan tanin dilakukan dengan memasukan ekstrak ditambahkan dengan air

lalu dipanaskan dan ditambahkan FeCl3 selanjutnya akan terjadi perubahan warna

menjadi hijau biru sampai hitam untuk hasil positif adanya polifenol dan tanin

Uji alkaloid dilakukan dengan membagi ekstrak menjadi 2 bagian keduanya

ditambahkan larutan etanol 96 Salah satu bagian ditambahkan reagen

dragendorff dan yang lain ditambahkan reagen meyer Hasil positif adanya

alkaloid ditandai dengan warna kuning saat diberi reagen dragendorff dan

endapan putih saat ditambahkan reagen meyer Uji terpenoid dilakukan dengan

memasukkan ekstrak ke dalam tabung reaksi kemudian ditambahkan etanol 96

dan ditetesi dengan H2SO4 pekat Hasil positif terpenoid ditandai dengan

terbentuknya warna merah kecoklatan

Pengujian Daya Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Jawer Kotok

Metode pengujian aktivitas antibakteri yang digunakan adalah metode

sumuran (agar well difusion method) dengan media MHA Suspensi bakteri yang

digunakan memiliki kekeruhan yang setara dengan larutan Mc Farland I atau

3x108

CFUml Suspensi bakteri kemudian digoreskan pada MHA dengan

menggunakan cotton bud steril Setelah digores kemudian didiamkan selama 10

8

menit Kegiatan ini dilakukan sebanyak lima kali ulangan untuk setiap bakteri uji

Pada media MHA dibuat sebanyak 6 sumuran yang akan diisi dengan

Konsentrasi 20 (K1) 02 g ekstrak daun jawer kotok dalam 1 ml DMSO

Konsentrasi 40 (K2) 04 g ekstrak daun jawer kotok dalam 1 ml DMSO

Konsentrasi 60 (K3) 06 g ekstrak daun jawer kotok dalam 1 ml DMSO

Konsentrasi 80 (K4) 08 g ekstrak daun jawer kotok dalam 1 ml DMSO

Kontrol positif (KP) Klindamisin 1

Kontrol negatif (KN) DMSO

Media MHA yang telah diisi dengan larutan uji kemudian diinkubasi pada

suhu 37 ordmC selama 24 jam dan diamati diameter zona hambatnya dengan

penggaris

Analisis Data

Data hasil pengukuran diameter zona hambat dianalis secara kuantitatif

menggunakan metode one way analysis of variance (one way Anova) dan

dilanjutkan dengan uji Duncan

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penapisan Fitokimia Daun Jawer KotoK

Penapisan fitokimia ekstrak etanol daun jawer kotok positif mengandung

metabolit sekunder berupa flavonoid polifenol tanin serta terpenoid dan negatif

terhadap alkaloid Ridwan et al (2006) dan Rahmawati (2008) juga menyebutkan

bahwa daun jawer kotok tidak mengandung alkaloid (Gambar 3 dan Tabel 1)

(a) (b) (c) (d) (f)

Gambar 3 Hasil uji fitokimia flavonoid (a) alkaloid dengan reagen

dragendorff (b) alkaloid dengan reagen meyer (c) polifenol

(d) terpenoid (e)

9

Tabel 1 Hasil penapisan fitokimia ekstrak etanol daun jawer kotok

Penapisan Fitokimia Hasil

Flavonoid +

Alkaloid

Meyer minus

Dragendorff minus

Polifenol dan Tanin +

Terpenoid + aKeterangan + terdeteksi minus tidak terdeteksi

Bakteri pada Permukaan Kulit Wajah Berjerawat

Bakteri Gram positif yang berhasil diidentifikasi adalah Staphylococcus

aureus Staphylococcus epidermidis Streptococcus sp dan Micrococcus sp

Menurut Seta (2013) dan Razak et al (2013) bakteri yang dapat menyebabkan

jerawat adalah S aureus S epidermidis dan Propionibacterium acne P acne

tidak dapat diisolasi karena metode yang digunakan tidak bisa mengisolasi bakteri

anaerob Penemuan bakteri Streptococcus sp mungkin terjadi mengingat

Streptococcus sp merupakan salah satu bakteri pada kulit yang dapat

menyebabkan terjadinya penyakit pyoderma (Caesarita 2011) Micrococcus sp

dapat ditemukan pada hasil swab wajah mengingat kemungkinan adanya

pencemaran bakteri dari lingkungan seperti air udara dan tanah (Andy dan

Taufik 2010)

Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Jawer Kotok

Rata-rata diameter zona hambat bakteri ekstrak etanol daun jawer kotok

terhadap bakteri Gram positif (Gambar 4 dan Tabel 2)

(a) (b) (c) (d)

Gambar 4 Zona hambat ekstrak etanol daun jawer kotok terhadap S aureus (a)

S epidermidis (b) Streptococcus sp (c)dan Micrococcus sp(d)

K2 KP K3 K2 KP K3

K2 KP K3

K2 KP K3

K1 KN K4 K1 KN K4 K1 KN K4 K1 KN K4

10

Tabel 2 Rata-rata diameter zona hambat ekstrak etanol daun jawer kotok terhadap

bakteri Gram positif hasil swab kulit wajah berjerawat (mm)

Kelompok

Perlakuan

S aureus S epidermidis Streptococcus

sp

Micrococcus

sp

K1 1380 plusmn 109 b

1500 plusmn 070b

1560 plusmn 134c

1420 plusmn 178b

K2 1600 plusmn 122c

1540 plusmn054bc

1620 plusmn 109c

1500 plusmn 200b

K3 1600 plusmn 070c

1640 plusmn 151c

1620 plusmn 109c

1500 plusmn 200b

K4 1700 plusmn 070c

1620 plusmn 109c

1560 plusmn 054c

1420 plusmn 130b

KP 4060plusmn 089d

4080 plusmn 044d

4160 plusmn 054d

1820 plusmn 083d

KN 000 plusmn 000a

000 plusmn 000a

000 plusmn 000a

000 plusmn 000a

aKeterangan K1 konsentrasi 20 K2 konsentrasi 40 K3 konsentrasi 60 K4

konsentrasi 80 KP kontrol positif KN kontrol negatif Huruf supercript yang berbeda dalam

satu kolom menunjukkan perbedaan yang nyata pada taraf nyata Plt 005

Pada Tabel 2 diketahui bahwa KN pada keempat bakteri uji tidak memiliki

diameter zona hambat dan berbeda nyata dengan KP dan seluruh konsentrasi uji

Hal tersebut membuktikan bahwa pelarut tidak berpengaruh terhadap aktivitas

antibakteri sehingga aktivitas antibakteri hanya berasal dari konsentasi uji

DMSO digunakan sebagai KN karena tidak memiliki daya hambat bakteri serta

karena sifat dari DMSO yang merupakan pelarut polar berspektrum luas sehingga

dapat melarutkan senyawa alkaloid dan flavonoid (Mulyatni et al 2012)

Kontrol positif memberikan hasil yang berbeda nyata dengan KN dan

keempat konsentrasi uji pada semua bakteri Hal tersebut membuktikan bahwa

bakteri S aureus S epidermidis Streptococcus sp dan Micrococcus sp masih

peka terhadap KP Antibiotik klindamisin 1 digunakan sebagai KP karena

klindamisin paling efektif dalam pengobatan jerawat jika dibandingkan dengan

eritromisin dan tetrasiklin serta paling banyak digunakan masyarakat untuk

mengobati jerawat (Aziz 2010) Klindamisin adalah salah satu antibiotik golongan

aminoglikosida Klindamisin menghambat sintesis protein pada fase pemanjangan

dengan mempengaruhi translokasi (Syukrinawati 2014) Antibiotik ini efektif

terhadap bakteri Gram positif dan bakteri anaerob akan tetapi kurang efektif

terhadap bakteri Gram negatif (Nugroho 2013)

Hasil uji pada bakteri S aureus terlihat bahwa K1 memberikan perbedaan

yang nyata (Plt005) dengan K2 K3 dan K4 Hasil uji pada S epidermidis

memberikan hasil bahwa K1 berbeda nyata (Plt005) dengan K3 dan K4 Seluruh

konsentrasi ekstrak etanol daun jawer kotok yang diujikan terhadap Streptococcus

sp dan Micrococcus sp tidak menunjukkan hasil yang berbeda nyata

Hasil uji yang dilakukan terhadap Saureus memperlihatkan bahwa semakin

tinggi konsentrasi ekstrak maka semakin besar diameter zona hambat yang

terbentuk Hal ini karena semakin banyak zat aktif yang terkandung dalam ekstrak

tersebut sedangkan pada uji yang dilakukan terhadap S epidermidis

Streptococcus sp dan Micrococcus sp diameter zona hambat yang terbentuk pada

K4 mengalami penurunan Hal tersebut menunjukkan bahwa konsentrasi yang

semakin tinggi tidak selalu menghasilkan diameter zona hambat yang semakin

besar Penurunan aktivitas ini disebabkan karena perbedaan jenis bakteri yang

dihambat perbedaan kecepatan difusi senyawa aktif pada media agar serta

konsentrasi ekstrak yang terlalu tinggi dibandingkan dengan pelarutnya (DMSO)

sehingga larutan menjadi jenuh dan sulit untuk larut Brooks et al (2008)

11

menyatakan bahwa aktivitas antibakteri dipengaruhi beberapa faktor yaitu

konsentrasi ekstrak kandungan senyawa antibakteri daya difusi ekstrak dan jenis

bakteri yang dihambat

Diameter zona hambat bakteri menurut Davis dan Stout dalam Rahmawati

(2008) dibagi atas sangat kuat (zona jernih gt 20 mm) kuat (zona jernih 10minus20

mm) sedang (zona jernih 5minus10 mm) dan lemah (zona jernih lt 5 mm) Kontrol

positif (KP) pada bakteri uji S aureus S epidermidis Streptococcussp tergolong

dalam daya hambat sangat kuat sedangkan KP pada bakteri Micrococcus sp

tergolong dalam daya hambat kuat Hal tersebut kemungkinan dikarenakan target

kerja antibiotik klindamisin ditujukan untuk bakteri yang habitatnya di daerah

kulit wajah sedangkan Micrococcus sp merupakan bakteri kontaminasi dari

lingkungan (air tanah udara) Seluruh konsentrasi ekstrak yang diujikan terhadap

seluruh bakteri (K1K2 K3 K4) tergolong dalam konsentrasi yang memberikan

daya hambat kuat karena diameter zona hambat yang terbentuk antara 1380 plusmn

109 mm sampai 1700 plusmn 070 mm

Mengacu pada standar umum yang dikeluarkan oleh Departemen Kesehatan

disebutkan bahwa mikroba dinyatakan peka terhadap antimikroba asal tanaman

apabila mempunyai ukuran diameter daya hambatannya 12minus24 mm (Darmawi et

al 2013) sehingga dapat dikatakan bahwa seluruh bakteri uji peka terhadap K1

K2 K3 dan K4

Hasil penelitian diketahui bahwa seluruh konsentrasi dinyatakan peka dan

memiliki zona hambat bakteri yang kuat terhadap bakteri uji sehingga ekstrak

etanol daun jawer kotok memiliki potensi antibakteri yang baik Adanya potensi

antibakteri diketahui dari kandungan senyawa metabolit sekunder yang terdapat

pada daun jawer kotok yaitu flavonoid tanin polifenol serta terpenoid

Mekanisme kerja flavonoid sebagai antibakteri adalah membentuk senyawa

kompleks dengan protein ekstraseluler dan terlarut sehingga dapat merusak

membran sel bakteri dan diikuti keluarnya senyawa intraselluler (Ngajow et al

2013)

Mekanisme kerja tanin sebagai antibakteri adalah menghambat enzim

reverse transkriptase dan DNA topoisomerase sehingga sel bakteri tidak dapat

terbentuk Tanin juga mempunyai target pada polipeptida dinding sel sehingga

pembentukan polipeptida dinding sel menjadi tidak sempurna Hal ini

menyebabkan sel bakteri menjadi lisis karena tekanan osmotik maupun fisik

sehingga sel bakteri akan mati (Ngajow et al 2013)

Ngajow et al (2013) juga menyatakan bahwa senyawa fenolik dan terpenoid

memiliki target utama yaitu membran sitoplasma bakteri Aktifitas antibakteri

terpenoid diketahui bereaksi dengan porin (protein transmembran) pada membran

luar dinding sel bakteri Terpenoid membentuk ikatan polimer yang kuat sehingga

mengakibatkan rusaknya porin Rusaknya porin yang merupakan pintu keluar

masuknya senyawa akan mengurangi permeabilitas dinding sel bakteri yang akan

mengakibatkan sel bakteri akan kekurangan nutrisi sehingga pertumbuhan bakteri

akan terhambat dan mati

12

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Ekstrak etanol daun jawer kotok mengandung flavonoid polifenol dan tanin

serta terpenoid yang memiliki aktivitas antibakteri yang dapat menghambat

pertumbuhan bakteri kokus Gram positif pada permukaan kulit wajah berjerawat

Ekstrak etanol daun jawer kotok memiliki potensi antibakteri yang baik karena

daya hambat bakteri pada konsentrasi 20 40 60 dan 80 tergolong dalam

daya hambat yang kuat S aureus S epidermidis Streptococcus sp dan

Micrococcus sp dinyatakan peka terhadap seluruh konsentrasi ekstrak

Saran

Saran yang dapat diberikan kepada peneliti selanjutnya yaitu perlu

dilakukan penelitian aktivitas antibakteri ekstrak etanol daun jawer kotok terhadap

bakteri Pacne dan bakteri gram negatif serta penggunaan kontrol positif dengan

antibiotik yang lain Selain itu penelitian ini juga dapat digunakan sebagai dasar

ilmiah dalam pengembangan produk farmasi antibakteri

DAFTAR PUSTAKA

Agoes G 2007 Ekstraksi Tanaman Obat Bandung ITB

Andy Taufik M 2010 Jumlah bakteri dan keberadaan bakteri Salmonella sp

pada daging kuda di Kabupaten Jeneponto Jurnal Agrisistem 6(2) 82-87

Arundhina E 2014 Aktivitas ekstrak etanol daun alamanda (Allamanda

cathartica L) sebagai anti jamur terhadap Candida albicans dan

Pityrosporum ovale secara in vitro [skripsi] Yogyakarta (ID) Universitas

Katolik Atmajaya Yogyakarta

Aziz S2010 Uji aktivitas antibakteri ekstrak etanol daun dan umbi bakung putih

(Crinum asiatikum L) terhadap bakteri penyebab jerawat[skripsi] Jakarta

(ID) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatulloh

Brooks GF Butel JS Morse SA Mikrobiologi Kedokteran Mudihardi E

KuntamanWasito EB et al penerjemah Jakarta (ID) Salemba Medika

Terjemahan dari Medical Microbiology

Caesarita DP 2011 Pengaruh ekstrak buah nanas (Ananas comosus) 100

terhadap bakteri Staphylococcus aureus dari pyoderma [skripsi] Bandung

(ID) Universitas Diponegoro

Carter GR dan Cole JR 1990 Diagnostic Procedures in Veterinary Bacteriology

and Mycology Fifth Edition London (UK) Academi Press Limited

13

Dalimarta S 2000 Atlas Tumbuhan Indonesia Jilid ke-2 Jakarta Trubus

Agriwidya

Darmawi Manaf ZH Putranda F 2013 Daya hambat getah jarak cina (Jatropha

multifida L) terhadap Staphylococcus aureus secara invitro Jurnal Medika

Veterinaria7(2) 113-115

Hamdayati Y Kusnadi Rahadian I 2008 Aktivitas antibakteri ekstrak daun

patikan kebo (Euphorbia hirta) terhadap pertumbuhan bakteri

Staphylococcus epidermidis Jurnal Pengajaran Matematika dan Ilmu

Pengetahuan alam 12(7) 1-10

Harborne JB 1987 Metode Fitokimia Padmawinata K Soediro I penerjemah

Jakarta (ID) UI Press Terjemahan dari Basic Concepts of Analytical

Chemistry

Jang SS Biberstein EL Hirsh DC 1976 A Manual of Veterinary Clinical

Bacteriology and Micology Davis (US) Univ California

Kee JL Hayes ER Farmakologi Pendekatan Proses Keperawatan Anugerah P

penerjemah Jakarta (ID) EGC Terjemahan dari Pharmacology A Nursing

Process Approach

Mulyatni AS Budiani A Taniwiryono D 2012 Aktivitas antibakteri ekstrak kulit

buah kakao (Theobroma cacao L) terhadap Escherichia coli Bacillus

subtilis dan Staphylococcus aureus Jurnal Menara Perkebunan 80(2) 77-

84

Ngajow M Abidjulu J Kamu VS 2013 Pengaruh antibakteri ekstrak kulit batang

matoa (Pometia pinnata) terhadap bakteri Staphylococcus aureus secara in

vitro Jurnal Mipa Unsrat 2(2) 128-132

Nugroho RA 2013 Terapi topikal clindamycin dibandingkan dengan niacinamide

+ zinc pada Acne vulgaris [skripsi] Semarang (ID) Universitas

Diponegoro

Rahmawati F 2008Isolasi dan karakteristik senyawa antibakteri ekstrak daun

miana Coleus scutellarioides [L] Benth [tesis] Bogor (ID) Institut

Pertanian Bogor

Ratnawati Y 2007 Aktivitas antibakteri ekstrak daun jawer kotok (Coleus

scutellarioides [L] Benth) [skripsi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor

Razak A Djamal A Revilla G 2013 Uji daya hambat air perasan buah jeruk

nipis (Citrus aurantifolia) terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus

aureus secara in vitro Jurnal Kesehatan Andalas 2(1) 5-8

Ridwan Y Darusman LK Satrija F Handaryani E 2006 Kandungan kimia

berbagai ekstrak daun miana (Coleus blumei Bent) dan efek anthelmintiknya

terhadap cacing pita pada ayam Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia11(2) 1-6

Rusmiyati I Husain DR Alam G 2014 Bioaktivitas ekstrak metanol daun muda

sirsak (Annona muricata L) sebagai antibakteri terhadap Staphylococcus

aureus dan Propionibacterium acne [penelitian ilmiah] Makasar (ID)

Universitas Hassanudin

Saptarini O Perawati Hartanto Y 2008 Uji aktivitas antibakteri ekstrak etanol

buah mahkota dewa (Phaleria macrocarpa) terhadap Staphylococcus

epidermidis penyebab jerawat Jurnal Biomedika1(1) 1-7

Seta SA 2013 Optimasi formula lotion anti jerawat ekstrak etanol kulit buah

manggis (Garcinia mangostana L) dan uji aktivitas terhadap

14

Propionibacterium acnes dan Staphylococcus epidermidis [skripsi]

Yogyakarta (ID) Universitas Gadjah Mada

Syukrinawati RP 2014 Tingkat pengetahuan penggunaan antibiotik oleh

mahasiswa kepaniteraan klinik departemen bedah mulut RSGM-P FKG

periode September 2-13 Maret 2014 [skripsi] Medan (ID) Universitas

Sumatera Utara

Waji RA 2009 Flavonoid (Quercetin) [Penelitian Ilmiah] Makasar (ID)

Universitas Hasanuddin

Widiawati W Lutfiati D Perbedaan hasil penyembuhan kulit wajah berjerawat

antara masker lidah buaya dengan masker non lidah buaya e- Journal

Universitas Negeri Surabaya 2014 3(1) 217-225

15

LAMPIRAN

Lampiran 1 Pembuktian hipotesis

1 Pengambilan keputusan dari hipotesis yang ditentukan diuji dengan uji

ANOVA

2 Hipotesis dalam penelitian ini berupa Ho yaitu ekstrak etanol daun jawer

kotok dengan konsentrasi ekstrak 20 40 60 dan 80 tidak memiliki

aktivitas antibakteri terhadap bakteri pada permukaan kulit wajah

berjerawat dan H1 yaitu ekstrak etanol daun jawer kotok dengan

konsentrasi ekstrak 20 40 60 dan 80 memiliki aktivitas

antibakteri terhadap bakteri pada permukaan kulit wajah berjerawat

3 Pengambilan keputusan untuk memilih hipotesis mana yang diterima dan

hipotesis mana yang ditolak didasarkan pada perbandingan F hitung dan F

tabel dengan syarat jika F hitung kurang dari F tabel maka tolak H1 dan

terima H0 dan jika F hitung lebih besar dari F tabel maka H0 ditolak dan

terima H1

4 Hasil uji one way ANOVA pada diameter zona hambat bakteri S aureus S

Epidermidis Streptococcus sp dan Micrococcus sp diperoleh nilai F

hitung lebih besar dari F tabel (1143 831 gt 262) (1149 947 gt 262)

(1122 068 gt 262) dan (91144 gt 262) maka hiptotesis yang diterima

adalah H1 yaitu ekstrak etanol daun jawer kotok dengan konsentrasi

ekstrak 20 40 60 dan 80 memiliki aktivitas antibakteri terhadap

bakteri S aureus S epidermidis Streptococcus sp dan Micrococcus sp

Lampiran 2 hasil uji ANOVA dan uji lanjutan Duncan

Descriptives

saureus

N Mean

Std Deviation Std Error

95 Confidence Interval for

Mean

Minimum Maximum Lower Bound

Upper Bound

ekstrak 20 5 138000

109545

48990

124398

151602

1200

1500

ekstrak 40 5 160000

122474

54772

144793

175207

1400

1700

ekstrak 60 5 160000

70711

31623

151220

168780

1500

1700

ekstrak 80 5 170000

70711

31623

161220

178780

1600

1800

kontrol positif 5 406000

89443

40000

394894

417106

3900

4100

kontrol negative 5 0000

00000

00000

0000

0000

00 00

Total 30

172333

1218728

222508

126825

217841

00 4100

16

ANOVA

saureus

Sum of Squares df Mean Square F Sig

Between Groups

4289367 5 857873 1143831

000

Within Groups

18000 24 750

Total 4307367 29

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

saureus

Duncana

perlakuan N

Subset for alpha = 005

1 2 3 4

kontrol negatif 5 0000 ekstrak 20 5

13800

0

ekstrak 40 5

160000

ekstrak 60 5

160000

ekstrak 80 5

170000

kontrol positif 5

406000

Sig 1000 1000 096 1000

Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000

ONEWAY Sepidermidis BY perlakuan

STATISTICS DESCRIPTIVES

MISSING ANALYSIS

POSTHOC=DUNCAN ALPHA(005)

[DataSet0]

Descriptives

Sepidermidis

N Mean Std Deviation Std Error

95 Confidence Interval

for Mean

Minimum Maximum Lower Bound

Upper Bound

ekstrak 20 5 150000

70711

31623

141220

158780

1400

1600

ekstrak 40 5 154000

54772

24495

147199

160801

1500

1600

ekstrak 60 5 164000

151658

67823

145169

182831

1500

1800

ekstrak 80 5 162000

109545

48990

148398

175602

1500

1800

kontrol positif 5 408000

44721

20000

402447

413553

4000

4100

kontrol negatif 5 0000

00000

00000

0000

0000

00 00

Total 30

173000

1221968

223100

127371

218629

00 4100

17

ANOVA

Sepidermidis

Sum of Squares Df Mean Square F Sig

Between Groups 4312300 5 862460 1149947

000

Within Groups 18000 24 750 Total 4330300 29

Post Hoc Tests

Homogeneous Subsets

Sepidermidis

Duncana

Perlakuan N

Subset for alpha = 005

1 2 3 4

kontrol negative 5 0000 ekstrak 20 5

15000

0

ekstrak 40 5

154000

154000

ekstrak 80 5

162000

ekstrak 60 5

164000

kontrol positif 5

408000

Sig 1000 472 096 1000

Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000

ONEWAY Sepidermidis BY perlakuan

STATISTICS DESCRIPTIVES

MISSING ANALYSIS

POSTHOC=DUNCAN ALPHA(005)

[DataSet0]

18

Descriptives

Streptococcus

N Mean Std Deviation

Std Error

95 Confidence Interval

for Mean

Minimum Maximum Lower Bound

Upper Bound

ekstrak 20 5 156000

134164

60000

139341

172659

1400 1700

ekstrak 40 5 162000

109545

48990

148398

175602

1500 1700

ekstrak 60 5 162000

109545

48990

148398

175602

1500 1700

ekstrak 80 5 156000

54772

24495

149199

162801

1500 1600

kontrol positif 5 416000

54772

24495

409199

422801

4100 4200

kontrol negatif 5 0000

00000

00000

0000

0000

00 00

Total 30

175333

1246715

227618

128780

221886

00 4200

ANOVA

Streptococcus

Sum of Squares df Mean Square F Sig

Between Groups 4488267 5 897653 1122067

000

Within Groups 19200 24 800 Total 4507467 29

Post Hoc Tests

Homogeneous Subsets

Streptococcus

Duncana

perlakuan N

Subset for alpha = 005

1 2 3

kontrol negatif 5 0000 ekstrak 20 5

15600

0

ekstrak 80 5

156000

ekstrak 40 5

162000

ekstrak 60 5

162000

kontrol positif 5

416000

Sig 1000 343 1000

Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000

ONEWAY Sepidermidis BY perlakuan

STATISTICS DESCRIPTIVES

MISSING ANALYSIS

POSTHOC=DUNCAN ALPHA(005)

[DataSet0]

19

Descriptives

Micrococcus

N Mean Std Deviation

Std Error

95 Confidence Interval for

Mean

Minimum Maximum Lower Bound

Upper Bound

ekstrak 20 5 142000

178885

80000

119788

164212

1200

1600

ekstrak 40 5 150000

200000

89443

125167

174833

1200

1700

ekstrak 60 5 150000

200000

89443

125167

174833

1200

1700

ekstrak 80 5 142000

130384

58310

125811

158189

1200

1500

kontrol positif 5 182000

83666

37417

171611

192389

1700

1900

kontrol negative

5 0000

00000

00000

0000

0000

00 00

Total 30

127667

612335

111797

104802

150532

00 1900

ANOVA

Micrococcus

Sum of Squares Df Mean Square F Sig

Between Groups 1032967 5 206593 91144 000 Within Groups 54400 24 2267

Total 1087367 29

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

Micrococcus

Duncana

Perlakuan N

Subset for alpha = 005

1 2 3

kontrol negative 5 0000 ekstrak 20 5

14200

0

ekstrak 80 5

142000

ekstrak 40 5

150000

ekstrak 60 5

150000

kontrol positif 5

182000

Sig 1000 451 1000

Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000

20

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Jakarta tanggal 25 september 1992 Penulis merupakan

anak ketiga dari tiga bersaudara dari pasangan Petrus Bambang Wijanarko dan

Susana Tuminah Penulis menempuh pendidikan Sekolah Menengah Pertama di

SMP Strada Bhakti Wiyata Bekasi dan Sekolah Menengah Atas di SMA Santo

Antonius Jakarta Penulis aktif di Organisasi Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM)

Keluarga Mahasiswa Katolik IPB sejak tahun 2011 hingga 2013 Penulis juga

aktif di Himpunan Profesi Ornithologi dan Unggas sejak tahun 2013 hingga 2014

8

menit Kegiatan ini dilakukan sebanyak lima kali ulangan untuk setiap bakteri uji

Pada media MHA dibuat sebanyak 6 sumuran yang akan diisi dengan

Konsentrasi 20 (K1) 02 g ekstrak daun jawer kotok dalam 1 ml DMSO

Konsentrasi 40 (K2) 04 g ekstrak daun jawer kotok dalam 1 ml DMSO

Konsentrasi 60 (K3) 06 g ekstrak daun jawer kotok dalam 1 ml DMSO

Konsentrasi 80 (K4) 08 g ekstrak daun jawer kotok dalam 1 ml DMSO

Kontrol positif (KP) Klindamisin 1

Kontrol negatif (KN) DMSO

Media MHA yang telah diisi dengan larutan uji kemudian diinkubasi pada

suhu 37 ordmC selama 24 jam dan diamati diameter zona hambatnya dengan

penggaris

Analisis Data

Data hasil pengukuran diameter zona hambat dianalis secara kuantitatif

menggunakan metode one way analysis of variance (one way Anova) dan

dilanjutkan dengan uji Duncan

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penapisan Fitokimia Daun Jawer KotoK

Penapisan fitokimia ekstrak etanol daun jawer kotok positif mengandung

metabolit sekunder berupa flavonoid polifenol tanin serta terpenoid dan negatif

terhadap alkaloid Ridwan et al (2006) dan Rahmawati (2008) juga menyebutkan

bahwa daun jawer kotok tidak mengandung alkaloid (Gambar 3 dan Tabel 1)

(a) (b) (c) (d) (f)

Gambar 3 Hasil uji fitokimia flavonoid (a) alkaloid dengan reagen

dragendorff (b) alkaloid dengan reagen meyer (c) polifenol

(d) terpenoid (e)

9

Tabel 1 Hasil penapisan fitokimia ekstrak etanol daun jawer kotok

Penapisan Fitokimia Hasil

Flavonoid +

Alkaloid

Meyer minus

Dragendorff minus

Polifenol dan Tanin +

Terpenoid + aKeterangan + terdeteksi minus tidak terdeteksi

Bakteri pada Permukaan Kulit Wajah Berjerawat

Bakteri Gram positif yang berhasil diidentifikasi adalah Staphylococcus

aureus Staphylococcus epidermidis Streptococcus sp dan Micrococcus sp

Menurut Seta (2013) dan Razak et al (2013) bakteri yang dapat menyebabkan

jerawat adalah S aureus S epidermidis dan Propionibacterium acne P acne

tidak dapat diisolasi karena metode yang digunakan tidak bisa mengisolasi bakteri

anaerob Penemuan bakteri Streptococcus sp mungkin terjadi mengingat

Streptococcus sp merupakan salah satu bakteri pada kulit yang dapat

menyebabkan terjadinya penyakit pyoderma (Caesarita 2011) Micrococcus sp

dapat ditemukan pada hasil swab wajah mengingat kemungkinan adanya

pencemaran bakteri dari lingkungan seperti air udara dan tanah (Andy dan

Taufik 2010)

Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Jawer Kotok

Rata-rata diameter zona hambat bakteri ekstrak etanol daun jawer kotok

terhadap bakteri Gram positif (Gambar 4 dan Tabel 2)

(a) (b) (c) (d)

Gambar 4 Zona hambat ekstrak etanol daun jawer kotok terhadap S aureus (a)

S epidermidis (b) Streptococcus sp (c)dan Micrococcus sp(d)

K2 KP K3 K2 KP K3

K2 KP K3

K2 KP K3

K1 KN K4 K1 KN K4 K1 KN K4 K1 KN K4

10

Tabel 2 Rata-rata diameter zona hambat ekstrak etanol daun jawer kotok terhadap

bakteri Gram positif hasil swab kulit wajah berjerawat (mm)

Kelompok

Perlakuan

S aureus S epidermidis Streptococcus

sp

Micrococcus

sp

K1 1380 plusmn 109 b

1500 plusmn 070b

1560 plusmn 134c

1420 plusmn 178b

K2 1600 plusmn 122c

1540 plusmn054bc

1620 plusmn 109c

1500 plusmn 200b

K3 1600 plusmn 070c

1640 plusmn 151c

1620 plusmn 109c

1500 plusmn 200b

K4 1700 plusmn 070c

1620 plusmn 109c

1560 plusmn 054c

1420 plusmn 130b

KP 4060plusmn 089d

4080 plusmn 044d

4160 plusmn 054d

1820 plusmn 083d

KN 000 plusmn 000a

000 plusmn 000a

000 plusmn 000a

000 plusmn 000a

aKeterangan K1 konsentrasi 20 K2 konsentrasi 40 K3 konsentrasi 60 K4

konsentrasi 80 KP kontrol positif KN kontrol negatif Huruf supercript yang berbeda dalam

satu kolom menunjukkan perbedaan yang nyata pada taraf nyata Plt 005

Pada Tabel 2 diketahui bahwa KN pada keempat bakteri uji tidak memiliki

diameter zona hambat dan berbeda nyata dengan KP dan seluruh konsentrasi uji

Hal tersebut membuktikan bahwa pelarut tidak berpengaruh terhadap aktivitas

antibakteri sehingga aktivitas antibakteri hanya berasal dari konsentasi uji

DMSO digunakan sebagai KN karena tidak memiliki daya hambat bakteri serta

karena sifat dari DMSO yang merupakan pelarut polar berspektrum luas sehingga

dapat melarutkan senyawa alkaloid dan flavonoid (Mulyatni et al 2012)

Kontrol positif memberikan hasil yang berbeda nyata dengan KN dan

keempat konsentrasi uji pada semua bakteri Hal tersebut membuktikan bahwa

bakteri S aureus S epidermidis Streptococcus sp dan Micrococcus sp masih

peka terhadap KP Antibiotik klindamisin 1 digunakan sebagai KP karena

klindamisin paling efektif dalam pengobatan jerawat jika dibandingkan dengan

eritromisin dan tetrasiklin serta paling banyak digunakan masyarakat untuk

mengobati jerawat (Aziz 2010) Klindamisin adalah salah satu antibiotik golongan

aminoglikosida Klindamisin menghambat sintesis protein pada fase pemanjangan

dengan mempengaruhi translokasi (Syukrinawati 2014) Antibiotik ini efektif

terhadap bakteri Gram positif dan bakteri anaerob akan tetapi kurang efektif

terhadap bakteri Gram negatif (Nugroho 2013)

Hasil uji pada bakteri S aureus terlihat bahwa K1 memberikan perbedaan

yang nyata (Plt005) dengan K2 K3 dan K4 Hasil uji pada S epidermidis

memberikan hasil bahwa K1 berbeda nyata (Plt005) dengan K3 dan K4 Seluruh

konsentrasi ekstrak etanol daun jawer kotok yang diujikan terhadap Streptococcus

sp dan Micrococcus sp tidak menunjukkan hasil yang berbeda nyata

Hasil uji yang dilakukan terhadap Saureus memperlihatkan bahwa semakin

tinggi konsentrasi ekstrak maka semakin besar diameter zona hambat yang

terbentuk Hal ini karena semakin banyak zat aktif yang terkandung dalam ekstrak

tersebut sedangkan pada uji yang dilakukan terhadap S epidermidis

Streptococcus sp dan Micrococcus sp diameter zona hambat yang terbentuk pada

K4 mengalami penurunan Hal tersebut menunjukkan bahwa konsentrasi yang

semakin tinggi tidak selalu menghasilkan diameter zona hambat yang semakin

besar Penurunan aktivitas ini disebabkan karena perbedaan jenis bakteri yang

dihambat perbedaan kecepatan difusi senyawa aktif pada media agar serta

konsentrasi ekstrak yang terlalu tinggi dibandingkan dengan pelarutnya (DMSO)

sehingga larutan menjadi jenuh dan sulit untuk larut Brooks et al (2008)

11

menyatakan bahwa aktivitas antibakteri dipengaruhi beberapa faktor yaitu

konsentrasi ekstrak kandungan senyawa antibakteri daya difusi ekstrak dan jenis

bakteri yang dihambat

Diameter zona hambat bakteri menurut Davis dan Stout dalam Rahmawati

(2008) dibagi atas sangat kuat (zona jernih gt 20 mm) kuat (zona jernih 10minus20

mm) sedang (zona jernih 5minus10 mm) dan lemah (zona jernih lt 5 mm) Kontrol

positif (KP) pada bakteri uji S aureus S epidermidis Streptococcussp tergolong

dalam daya hambat sangat kuat sedangkan KP pada bakteri Micrococcus sp

tergolong dalam daya hambat kuat Hal tersebut kemungkinan dikarenakan target

kerja antibiotik klindamisin ditujukan untuk bakteri yang habitatnya di daerah

kulit wajah sedangkan Micrococcus sp merupakan bakteri kontaminasi dari

lingkungan (air tanah udara) Seluruh konsentrasi ekstrak yang diujikan terhadap

seluruh bakteri (K1K2 K3 K4) tergolong dalam konsentrasi yang memberikan

daya hambat kuat karena diameter zona hambat yang terbentuk antara 1380 plusmn

109 mm sampai 1700 plusmn 070 mm

Mengacu pada standar umum yang dikeluarkan oleh Departemen Kesehatan

disebutkan bahwa mikroba dinyatakan peka terhadap antimikroba asal tanaman

apabila mempunyai ukuran diameter daya hambatannya 12minus24 mm (Darmawi et

al 2013) sehingga dapat dikatakan bahwa seluruh bakteri uji peka terhadap K1

K2 K3 dan K4

Hasil penelitian diketahui bahwa seluruh konsentrasi dinyatakan peka dan

memiliki zona hambat bakteri yang kuat terhadap bakteri uji sehingga ekstrak

etanol daun jawer kotok memiliki potensi antibakteri yang baik Adanya potensi

antibakteri diketahui dari kandungan senyawa metabolit sekunder yang terdapat

pada daun jawer kotok yaitu flavonoid tanin polifenol serta terpenoid

Mekanisme kerja flavonoid sebagai antibakteri adalah membentuk senyawa

kompleks dengan protein ekstraseluler dan terlarut sehingga dapat merusak

membran sel bakteri dan diikuti keluarnya senyawa intraselluler (Ngajow et al

2013)

Mekanisme kerja tanin sebagai antibakteri adalah menghambat enzim

reverse transkriptase dan DNA topoisomerase sehingga sel bakteri tidak dapat

terbentuk Tanin juga mempunyai target pada polipeptida dinding sel sehingga

pembentukan polipeptida dinding sel menjadi tidak sempurna Hal ini

menyebabkan sel bakteri menjadi lisis karena tekanan osmotik maupun fisik

sehingga sel bakteri akan mati (Ngajow et al 2013)

Ngajow et al (2013) juga menyatakan bahwa senyawa fenolik dan terpenoid

memiliki target utama yaitu membran sitoplasma bakteri Aktifitas antibakteri

terpenoid diketahui bereaksi dengan porin (protein transmembran) pada membran

luar dinding sel bakteri Terpenoid membentuk ikatan polimer yang kuat sehingga

mengakibatkan rusaknya porin Rusaknya porin yang merupakan pintu keluar

masuknya senyawa akan mengurangi permeabilitas dinding sel bakteri yang akan

mengakibatkan sel bakteri akan kekurangan nutrisi sehingga pertumbuhan bakteri

akan terhambat dan mati

12

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Ekstrak etanol daun jawer kotok mengandung flavonoid polifenol dan tanin

serta terpenoid yang memiliki aktivitas antibakteri yang dapat menghambat

pertumbuhan bakteri kokus Gram positif pada permukaan kulit wajah berjerawat

Ekstrak etanol daun jawer kotok memiliki potensi antibakteri yang baik karena

daya hambat bakteri pada konsentrasi 20 40 60 dan 80 tergolong dalam

daya hambat yang kuat S aureus S epidermidis Streptococcus sp dan

Micrococcus sp dinyatakan peka terhadap seluruh konsentrasi ekstrak

Saran

Saran yang dapat diberikan kepada peneliti selanjutnya yaitu perlu

dilakukan penelitian aktivitas antibakteri ekstrak etanol daun jawer kotok terhadap

bakteri Pacne dan bakteri gram negatif serta penggunaan kontrol positif dengan

antibiotik yang lain Selain itu penelitian ini juga dapat digunakan sebagai dasar

ilmiah dalam pengembangan produk farmasi antibakteri

DAFTAR PUSTAKA

Agoes G 2007 Ekstraksi Tanaman Obat Bandung ITB

Andy Taufik M 2010 Jumlah bakteri dan keberadaan bakteri Salmonella sp

pada daging kuda di Kabupaten Jeneponto Jurnal Agrisistem 6(2) 82-87

Arundhina E 2014 Aktivitas ekstrak etanol daun alamanda (Allamanda

cathartica L) sebagai anti jamur terhadap Candida albicans dan

Pityrosporum ovale secara in vitro [skripsi] Yogyakarta (ID) Universitas

Katolik Atmajaya Yogyakarta

Aziz S2010 Uji aktivitas antibakteri ekstrak etanol daun dan umbi bakung putih

(Crinum asiatikum L) terhadap bakteri penyebab jerawat[skripsi] Jakarta

(ID) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatulloh

Brooks GF Butel JS Morse SA Mikrobiologi Kedokteran Mudihardi E

KuntamanWasito EB et al penerjemah Jakarta (ID) Salemba Medika

Terjemahan dari Medical Microbiology

Caesarita DP 2011 Pengaruh ekstrak buah nanas (Ananas comosus) 100

terhadap bakteri Staphylococcus aureus dari pyoderma [skripsi] Bandung

(ID) Universitas Diponegoro

Carter GR dan Cole JR 1990 Diagnostic Procedures in Veterinary Bacteriology

and Mycology Fifth Edition London (UK) Academi Press Limited

13

Dalimarta S 2000 Atlas Tumbuhan Indonesia Jilid ke-2 Jakarta Trubus

Agriwidya

Darmawi Manaf ZH Putranda F 2013 Daya hambat getah jarak cina (Jatropha

multifida L) terhadap Staphylococcus aureus secara invitro Jurnal Medika

Veterinaria7(2) 113-115

Hamdayati Y Kusnadi Rahadian I 2008 Aktivitas antibakteri ekstrak daun

patikan kebo (Euphorbia hirta) terhadap pertumbuhan bakteri

Staphylococcus epidermidis Jurnal Pengajaran Matematika dan Ilmu

Pengetahuan alam 12(7) 1-10

Harborne JB 1987 Metode Fitokimia Padmawinata K Soediro I penerjemah

Jakarta (ID) UI Press Terjemahan dari Basic Concepts of Analytical

Chemistry

Jang SS Biberstein EL Hirsh DC 1976 A Manual of Veterinary Clinical

Bacteriology and Micology Davis (US) Univ California

Kee JL Hayes ER Farmakologi Pendekatan Proses Keperawatan Anugerah P

penerjemah Jakarta (ID) EGC Terjemahan dari Pharmacology A Nursing

Process Approach

Mulyatni AS Budiani A Taniwiryono D 2012 Aktivitas antibakteri ekstrak kulit

buah kakao (Theobroma cacao L) terhadap Escherichia coli Bacillus

subtilis dan Staphylococcus aureus Jurnal Menara Perkebunan 80(2) 77-

84

Ngajow M Abidjulu J Kamu VS 2013 Pengaruh antibakteri ekstrak kulit batang

matoa (Pometia pinnata) terhadap bakteri Staphylococcus aureus secara in

vitro Jurnal Mipa Unsrat 2(2) 128-132

Nugroho RA 2013 Terapi topikal clindamycin dibandingkan dengan niacinamide

+ zinc pada Acne vulgaris [skripsi] Semarang (ID) Universitas

Diponegoro

Rahmawati F 2008Isolasi dan karakteristik senyawa antibakteri ekstrak daun

miana Coleus scutellarioides [L] Benth [tesis] Bogor (ID) Institut

Pertanian Bogor

Ratnawati Y 2007 Aktivitas antibakteri ekstrak daun jawer kotok (Coleus

scutellarioides [L] Benth) [skripsi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor

Razak A Djamal A Revilla G 2013 Uji daya hambat air perasan buah jeruk

nipis (Citrus aurantifolia) terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus

aureus secara in vitro Jurnal Kesehatan Andalas 2(1) 5-8

Ridwan Y Darusman LK Satrija F Handaryani E 2006 Kandungan kimia

berbagai ekstrak daun miana (Coleus blumei Bent) dan efek anthelmintiknya

terhadap cacing pita pada ayam Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia11(2) 1-6

Rusmiyati I Husain DR Alam G 2014 Bioaktivitas ekstrak metanol daun muda

sirsak (Annona muricata L) sebagai antibakteri terhadap Staphylococcus

aureus dan Propionibacterium acne [penelitian ilmiah] Makasar (ID)

Universitas Hassanudin

Saptarini O Perawati Hartanto Y 2008 Uji aktivitas antibakteri ekstrak etanol

buah mahkota dewa (Phaleria macrocarpa) terhadap Staphylococcus

epidermidis penyebab jerawat Jurnal Biomedika1(1) 1-7

Seta SA 2013 Optimasi formula lotion anti jerawat ekstrak etanol kulit buah

manggis (Garcinia mangostana L) dan uji aktivitas terhadap

14

Propionibacterium acnes dan Staphylococcus epidermidis [skripsi]

Yogyakarta (ID) Universitas Gadjah Mada

Syukrinawati RP 2014 Tingkat pengetahuan penggunaan antibiotik oleh

mahasiswa kepaniteraan klinik departemen bedah mulut RSGM-P FKG

periode September 2-13 Maret 2014 [skripsi] Medan (ID) Universitas

Sumatera Utara

Waji RA 2009 Flavonoid (Quercetin) [Penelitian Ilmiah] Makasar (ID)

Universitas Hasanuddin

Widiawati W Lutfiati D Perbedaan hasil penyembuhan kulit wajah berjerawat

antara masker lidah buaya dengan masker non lidah buaya e- Journal

Universitas Negeri Surabaya 2014 3(1) 217-225

15

LAMPIRAN

Lampiran 1 Pembuktian hipotesis

1 Pengambilan keputusan dari hipotesis yang ditentukan diuji dengan uji

ANOVA

2 Hipotesis dalam penelitian ini berupa Ho yaitu ekstrak etanol daun jawer

kotok dengan konsentrasi ekstrak 20 40 60 dan 80 tidak memiliki

aktivitas antibakteri terhadap bakteri pada permukaan kulit wajah

berjerawat dan H1 yaitu ekstrak etanol daun jawer kotok dengan

konsentrasi ekstrak 20 40 60 dan 80 memiliki aktivitas

antibakteri terhadap bakteri pada permukaan kulit wajah berjerawat

3 Pengambilan keputusan untuk memilih hipotesis mana yang diterima dan

hipotesis mana yang ditolak didasarkan pada perbandingan F hitung dan F

tabel dengan syarat jika F hitung kurang dari F tabel maka tolak H1 dan

terima H0 dan jika F hitung lebih besar dari F tabel maka H0 ditolak dan

terima H1

4 Hasil uji one way ANOVA pada diameter zona hambat bakteri S aureus S

Epidermidis Streptococcus sp dan Micrococcus sp diperoleh nilai F

hitung lebih besar dari F tabel (1143 831 gt 262) (1149 947 gt 262)

(1122 068 gt 262) dan (91144 gt 262) maka hiptotesis yang diterima

adalah H1 yaitu ekstrak etanol daun jawer kotok dengan konsentrasi

ekstrak 20 40 60 dan 80 memiliki aktivitas antibakteri terhadap

bakteri S aureus S epidermidis Streptococcus sp dan Micrococcus sp

Lampiran 2 hasil uji ANOVA dan uji lanjutan Duncan

Descriptives

saureus

N Mean

Std Deviation Std Error

95 Confidence Interval for

Mean

Minimum Maximum Lower Bound

Upper Bound

ekstrak 20 5 138000

109545

48990

124398

151602

1200

1500

ekstrak 40 5 160000

122474

54772

144793

175207

1400

1700

ekstrak 60 5 160000

70711

31623

151220

168780

1500

1700

ekstrak 80 5 170000

70711

31623

161220

178780

1600

1800

kontrol positif 5 406000

89443

40000

394894

417106

3900

4100

kontrol negative 5 0000

00000

00000

0000

0000

00 00

Total 30

172333

1218728

222508

126825

217841

00 4100

16

ANOVA

saureus

Sum of Squares df Mean Square F Sig

Between Groups

4289367 5 857873 1143831

000

Within Groups

18000 24 750

Total 4307367 29

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

saureus

Duncana

perlakuan N

Subset for alpha = 005

1 2 3 4

kontrol negatif 5 0000 ekstrak 20 5

13800

0

ekstrak 40 5

160000

ekstrak 60 5

160000

ekstrak 80 5

170000

kontrol positif 5

406000

Sig 1000 1000 096 1000

Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000

ONEWAY Sepidermidis BY perlakuan

STATISTICS DESCRIPTIVES

MISSING ANALYSIS

POSTHOC=DUNCAN ALPHA(005)

[DataSet0]

Descriptives

Sepidermidis

N Mean Std Deviation Std Error

95 Confidence Interval

for Mean

Minimum Maximum Lower Bound

Upper Bound

ekstrak 20 5 150000

70711

31623

141220

158780

1400

1600

ekstrak 40 5 154000

54772

24495

147199

160801

1500

1600

ekstrak 60 5 164000

151658

67823

145169

182831

1500

1800

ekstrak 80 5 162000

109545

48990

148398

175602

1500

1800

kontrol positif 5 408000

44721

20000

402447

413553

4000

4100

kontrol negatif 5 0000

00000

00000

0000

0000

00 00

Total 30

173000

1221968

223100

127371

218629

00 4100

17

ANOVA

Sepidermidis

Sum of Squares Df Mean Square F Sig

Between Groups 4312300 5 862460 1149947

000

Within Groups 18000 24 750 Total 4330300 29

Post Hoc Tests

Homogeneous Subsets

Sepidermidis

Duncana

Perlakuan N

Subset for alpha = 005

1 2 3 4

kontrol negative 5 0000 ekstrak 20 5

15000

0

ekstrak 40 5

154000

154000

ekstrak 80 5

162000

ekstrak 60 5

164000

kontrol positif 5

408000

Sig 1000 472 096 1000

Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000

ONEWAY Sepidermidis BY perlakuan

STATISTICS DESCRIPTIVES

MISSING ANALYSIS

POSTHOC=DUNCAN ALPHA(005)

[DataSet0]

18

Descriptives

Streptococcus

N Mean Std Deviation

Std Error

95 Confidence Interval

for Mean

Minimum Maximum Lower Bound

Upper Bound

ekstrak 20 5 156000

134164

60000

139341

172659

1400 1700

ekstrak 40 5 162000

109545

48990

148398

175602

1500 1700

ekstrak 60 5 162000

109545

48990

148398

175602

1500 1700

ekstrak 80 5 156000

54772

24495

149199

162801

1500 1600

kontrol positif 5 416000

54772

24495

409199

422801

4100 4200

kontrol negatif 5 0000

00000

00000

0000

0000

00 00

Total 30

175333

1246715

227618

128780

221886

00 4200

ANOVA

Streptococcus

Sum of Squares df Mean Square F Sig

Between Groups 4488267 5 897653 1122067

000

Within Groups 19200 24 800 Total 4507467 29

Post Hoc Tests

Homogeneous Subsets

Streptococcus

Duncana

perlakuan N

Subset for alpha = 005

1 2 3

kontrol negatif 5 0000 ekstrak 20 5

15600

0

ekstrak 80 5

156000

ekstrak 40 5

162000

ekstrak 60 5

162000

kontrol positif 5

416000

Sig 1000 343 1000

Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000

ONEWAY Sepidermidis BY perlakuan

STATISTICS DESCRIPTIVES

MISSING ANALYSIS

POSTHOC=DUNCAN ALPHA(005)

[DataSet0]

19

Descriptives

Micrococcus

N Mean Std Deviation

Std Error

95 Confidence Interval for

Mean

Minimum Maximum Lower Bound

Upper Bound

ekstrak 20 5 142000

178885

80000

119788

164212

1200

1600

ekstrak 40 5 150000

200000

89443

125167

174833

1200

1700

ekstrak 60 5 150000

200000

89443

125167

174833

1200

1700

ekstrak 80 5 142000

130384

58310

125811

158189

1200

1500

kontrol positif 5 182000

83666

37417

171611

192389

1700

1900

kontrol negative

5 0000

00000

00000

0000

0000

00 00

Total 30

127667

612335

111797

104802

150532

00 1900

ANOVA

Micrococcus

Sum of Squares Df Mean Square F Sig

Between Groups 1032967 5 206593 91144 000 Within Groups 54400 24 2267

Total 1087367 29

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

Micrococcus

Duncana

Perlakuan N

Subset for alpha = 005

1 2 3

kontrol negative 5 0000 ekstrak 20 5

14200

0

ekstrak 80 5

142000

ekstrak 40 5

150000

ekstrak 60 5

150000

kontrol positif 5

182000

Sig 1000 451 1000

Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000

20

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Jakarta tanggal 25 september 1992 Penulis merupakan

anak ketiga dari tiga bersaudara dari pasangan Petrus Bambang Wijanarko dan

Susana Tuminah Penulis menempuh pendidikan Sekolah Menengah Pertama di

SMP Strada Bhakti Wiyata Bekasi dan Sekolah Menengah Atas di SMA Santo

Antonius Jakarta Penulis aktif di Organisasi Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM)

Keluarga Mahasiswa Katolik IPB sejak tahun 2011 hingga 2013 Penulis juga

aktif di Himpunan Profesi Ornithologi dan Unggas sejak tahun 2013 hingga 2014

9

Tabel 1 Hasil penapisan fitokimia ekstrak etanol daun jawer kotok

Penapisan Fitokimia Hasil

Flavonoid +

Alkaloid

Meyer minus

Dragendorff minus

Polifenol dan Tanin +

Terpenoid + aKeterangan + terdeteksi minus tidak terdeteksi

Bakteri pada Permukaan Kulit Wajah Berjerawat

Bakteri Gram positif yang berhasil diidentifikasi adalah Staphylococcus

aureus Staphylococcus epidermidis Streptococcus sp dan Micrococcus sp

Menurut Seta (2013) dan Razak et al (2013) bakteri yang dapat menyebabkan

jerawat adalah S aureus S epidermidis dan Propionibacterium acne P acne

tidak dapat diisolasi karena metode yang digunakan tidak bisa mengisolasi bakteri

anaerob Penemuan bakteri Streptococcus sp mungkin terjadi mengingat

Streptococcus sp merupakan salah satu bakteri pada kulit yang dapat

menyebabkan terjadinya penyakit pyoderma (Caesarita 2011) Micrococcus sp

dapat ditemukan pada hasil swab wajah mengingat kemungkinan adanya

pencemaran bakteri dari lingkungan seperti air udara dan tanah (Andy dan

Taufik 2010)

Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Jawer Kotok

Rata-rata diameter zona hambat bakteri ekstrak etanol daun jawer kotok

terhadap bakteri Gram positif (Gambar 4 dan Tabel 2)

(a) (b) (c) (d)

Gambar 4 Zona hambat ekstrak etanol daun jawer kotok terhadap S aureus (a)

S epidermidis (b) Streptococcus sp (c)dan Micrococcus sp(d)

K2 KP K3 K2 KP K3

K2 KP K3

K2 KP K3

K1 KN K4 K1 KN K4 K1 KN K4 K1 KN K4

10

Tabel 2 Rata-rata diameter zona hambat ekstrak etanol daun jawer kotok terhadap

bakteri Gram positif hasil swab kulit wajah berjerawat (mm)

Kelompok

Perlakuan

S aureus S epidermidis Streptococcus

sp

Micrococcus

sp

K1 1380 plusmn 109 b

1500 plusmn 070b

1560 plusmn 134c

1420 plusmn 178b

K2 1600 plusmn 122c

1540 plusmn054bc

1620 plusmn 109c

1500 plusmn 200b

K3 1600 plusmn 070c

1640 plusmn 151c

1620 plusmn 109c

1500 plusmn 200b

K4 1700 plusmn 070c

1620 plusmn 109c

1560 plusmn 054c

1420 plusmn 130b

KP 4060plusmn 089d

4080 plusmn 044d

4160 plusmn 054d

1820 plusmn 083d

KN 000 plusmn 000a

000 plusmn 000a

000 plusmn 000a

000 plusmn 000a

aKeterangan K1 konsentrasi 20 K2 konsentrasi 40 K3 konsentrasi 60 K4

konsentrasi 80 KP kontrol positif KN kontrol negatif Huruf supercript yang berbeda dalam

satu kolom menunjukkan perbedaan yang nyata pada taraf nyata Plt 005

Pada Tabel 2 diketahui bahwa KN pada keempat bakteri uji tidak memiliki

diameter zona hambat dan berbeda nyata dengan KP dan seluruh konsentrasi uji

Hal tersebut membuktikan bahwa pelarut tidak berpengaruh terhadap aktivitas

antibakteri sehingga aktivitas antibakteri hanya berasal dari konsentasi uji

DMSO digunakan sebagai KN karena tidak memiliki daya hambat bakteri serta

karena sifat dari DMSO yang merupakan pelarut polar berspektrum luas sehingga

dapat melarutkan senyawa alkaloid dan flavonoid (Mulyatni et al 2012)

Kontrol positif memberikan hasil yang berbeda nyata dengan KN dan

keempat konsentrasi uji pada semua bakteri Hal tersebut membuktikan bahwa

bakteri S aureus S epidermidis Streptococcus sp dan Micrococcus sp masih

peka terhadap KP Antibiotik klindamisin 1 digunakan sebagai KP karena

klindamisin paling efektif dalam pengobatan jerawat jika dibandingkan dengan

eritromisin dan tetrasiklin serta paling banyak digunakan masyarakat untuk

mengobati jerawat (Aziz 2010) Klindamisin adalah salah satu antibiotik golongan

aminoglikosida Klindamisin menghambat sintesis protein pada fase pemanjangan

dengan mempengaruhi translokasi (Syukrinawati 2014) Antibiotik ini efektif

terhadap bakteri Gram positif dan bakteri anaerob akan tetapi kurang efektif

terhadap bakteri Gram negatif (Nugroho 2013)

Hasil uji pada bakteri S aureus terlihat bahwa K1 memberikan perbedaan

yang nyata (Plt005) dengan K2 K3 dan K4 Hasil uji pada S epidermidis

memberikan hasil bahwa K1 berbeda nyata (Plt005) dengan K3 dan K4 Seluruh

konsentrasi ekstrak etanol daun jawer kotok yang diujikan terhadap Streptococcus

sp dan Micrococcus sp tidak menunjukkan hasil yang berbeda nyata

Hasil uji yang dilakukan terhadap Saureus memperlihatkan bahwa semakin

tinggi konsentrasi ekstrak maka semakin besar diameter zona hambat yang

terbentuk Hal ini karena semakin banyak zat aktif yang terkandung dalam ekstrak

tersebut sedangkan pada uji yang dilakukan terhadap S epidermidis

Streptococcus sp dan Micrococcus sp diameter zona hambat yang terbentuk pada

K4 mengalami penurunan Hal tersebut menunjukkan bahwa konsentrasi yang

semakin tinggi tidak selalu menghasilkan diameter zona hambat yang semakin

besar Penurunan aktivitas ini disebabkan karena perbedaan jenis bakteri yang

dihambat perbedaan kecepatan difusi senyawa aktif pada media agar serta

konsentrasi ekstrak yang terlalu tinggi dibandingkan dengan pelarutnya (DMSO)

sehingga larutan menjadi jenuh dan sulit untuk larut Brooks et al (2008)

11

menyatakan bahwa aktivitas antibakteri dipengaruhi beberapa faktor yaitu

konsentrasi ekstrak kandungan senyawa antibakteri daya difusi ekstrak dan jenis

bakteri yang dihambat

Diameter zona hambat bakteri menurut Davis dan Stout dalam Rahmawati

(2008) dibagi atas sangat kuat (zona jernih gt 20 mm) kuat (zona jernih 10minus20

mm) sedang (zona jernih 5minus10 mm) dan lemah (zona jernih lt 5 mm) Kontrol

positif (KP) pada bakteri uji S aureus S epidermidis Streptococcussp tergolong

dalam daya hambat sangat kuat sedangkan KP pada bakteri Micrococcus sp

tergolong dalam daya hambat kuat Hal tersebut kemungkinan dikarenakan target

kerja antibiotik klindamisin ditujukan untuk bakteri yang habitatnya di daerah

kulit wajah sedangkan Micrococcus sp merupakan bakteri kontaminasi dari

lingkungan (air tanah udara) Seluruh konsentrasi ekstrak yang diujikan terhadap

seluruh bakteri (K1K2 K3 K4) tergolong dalam konsentrasi yang memberikan

daya hambat kuat karena diameter zona hambat yang terbentuk antara 1380 plusmn

109 mm sampai 1700 plusmn 070 mm

Mengacu pada standar umum yang dikeluarkan oleh Departemen Kesehatan

disebutkan bahwa mikroba dinyatakan peka terhadap antimikroba asal tanaman

apabila mempunyai ukuran diameter daya hambatannya 12minus24 mm (Darmawi et

al 2013) sehingga dapat dikatakan bahwa seluruh bakteri uji peka terhadap K1

K2 K3 dan K4

Hasil penelitian diketahui bahwa seluruh konsentrasi dinyatakan peka dan

memiliki zona hambat bakteri yang kuat terhadap bakteri uji sehingga ekstrak

etanol daun jawer kotok memiliki potensi antibakteri yang baik Adanya potensi

antibakteri diketahui dari kandungan senyawa metabolit sekunder yang terdapat

pada daun jawer kotok yaitu flavonoid tanin polifenol serta terpenoid

Mekanisme kerja flavonoid sebagai antibakteri adalah membentuk senyawa

kompleks dengan protein ekstraseluler dan terlarut sehingga dapat merusak

membran sel bakteri dan diikuti keluarnya senyawa intraselluler (Ngajow et al

2013)

Mekanisme kerja tanin sebagai antibakteri adalah menghambat enzim

reverse transkriptase dan DNA topoisomerase sehingga sel bakteri tidak dapat

terbentuk Tanin juga mempunyai target pada polipeptida dinding sel sehingga

pembentukan polipeptida dinding sel menjadi tidak sempurna Hal ini

menyebabkan sel bakteri menjadi lisis karena tekanan osmotik maupun fisik

sehingga sel bakteri akan mati (Ngajow et al 2013)

Ngajow et al (2013) juga menyatakan bahwa senyawa fenolik dan terpenoid

memiliki target utama yaitu membran sitoplasma bakteri Aktifitas antibakteri

terpenoid diketahui bereaksi dengan porin (protein transmembran) pada membran

luar dinding sel bakteri Terpenoid membentuk ikatan polimer yang kuat sehingga

mengakibatkan rusaknya porin Rusaknya porin yang merupakan pintu keluar

masuknya senyawa akan mengurangi permeabilitas dinding sel bakteri yang akan

mengakibatkan sel bakteri akan kekurangan nutrisi sehingga pertumbuhan bakteri

akan terhambat dan mati

12

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Ekstrak etanol daun jawer kotok mengandung flavonoid polifenol dan tanin

serta terpenoid yang memiliki aktivitas antibakteri yang dapat menghambat

pertumbuhan bakteri kokus Gram positif pada permukaan kulit wajah berjerawat

Ekstrak etanol daun jawer kotok memiliki potensi antibakteri yang baik karena

daya hambat bakteri pada konsentrasi 20 40 60 dan 80 tergolong dalam

daya hambat yang kuat S aureus S epidermidis Streptococcus sp dan

Micrococcus sp dinyatakan peka terhadap seluruh konsentrasi ekstrak

Saran

Saran yang dapat diberikan kepada peneliti selanjutnya yaitu perlu

dilakukan penelitian aktivitas antibakteri ekstrak etanol daun jawer kotok terhadap

bakteri Pacne dan bakteri gram negatif serta penggunaan kontrol positif dengan

antibiotik yang lain Selain itu penelitian ini juga dapat digunakan sebagai dasar

ilmiah dalam pengembangan produk farmasi antibakteri

DAFTAR PUSTAKA

Agoes G 2007 Ekstraksi Tanaman Obat Bandung ITB

Andy Taufik M 2010 Jumlah bakteri dan keberadaan bakteri Salmonella sp

pada daging kuda di Kabupaten Jeneponto Jurnal Agrisistem 6(2) 82-87

Arundhina E 2014 Aktivitas ekstrak etanol daun alamanda (Allamanda

cathartica L) sebagai anti jamur terhadap Candida albicans dan

Pityrosporum ovale secara in vitro [skripsi] Yogyakarta (ID) Universitas

Katolik Atmajaya Yogyakarta

Aziz S2010 Uji aktivitas antibakteri ekstrak etanol daun dan umbi bakung putih

(Crinum asiatikum L) terhadap bakteri penyebab jerawat[skripsi] Jakarta

(ID) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatulloh

Brooks GF Butel JS Morse SA Mikrobiologi Kedokteran Mudihardi E

KuntamanWasito EB et al penerjemah Jakarta (ID) Salemba Medika

Terjemahan dari Medical Microbiology

Caesarita DP 2011 Pengaruh ekstrak buah nanas (Ananas comosus) 100

terhadap bakteri Staphylococcus aureus dari pyoderma [skripsi] Bandung

(ID) Universitas Diponegoro

Carter GR dan Cole JR 1990 Diagnostic Procedures in Veterinary Bacteriology

and Mycology Fifth Edition London (UK) Academi Press Limited

13

Dalimarta S 2000 Atlas Tumbuhan Indonesia Jilid ke-2 Jakarta Trubus

Agriwidya

Darmawi Manaf ZH Putranda F 2013 Daya hambat getah jarak cina (Jatropha

multifida L) terhadap Staphylococcus aureus secara invitro Jurnal Medika

Veterinaria7(2) 113-115

Hamdayati Y Kusnadi Rahadian I 2008 Aktivitas antibakteri ekstrak daun

patikan kebo (Euphorbia hirta) terhadap pertumbuhan bakteri

Staphylococcus epidermidis Jurnal Pengajaran Matematika dan Ilmu

Pengetahuan alam 12(7) 1-10

Harborne JB 1987 Metode Fitokimia Padmawinata K Soediro I penerjemah

Jakarta (ID) UI Press Terjemahan dari Basic Concepts of Analytical

Chemistry

Jang SS Biberstein EL Hirsh DC 1976 A Manual of Veterinary Clinical

Bacteriology and Micology Davis (US) Univ California

Kee JL Hayes ER Farmakologi Pendekatan Proses Keperawatan Anugerah P

penerjemah Jakarta (ID) EGC Terjemahan dari Pharmacology A Nursing

Process Approach

Mulyatni AS Budiani A Taniwiryono D 2012 Aktivitas antibakteri ekstrak kulit

buah kakao (Theobroma cacao L) terhadap Escherichia coli Bacillus

subtilis dan Staphylococcus aureus Jurnal Menara Perkebunan 80(2) 77-

84

Ngajow M Abidjulu J Kamu VS 2013 Pengaruh antibakteri ekstrak kulit batang

matoa (Pometia pinnata) terhadap bakteri Staphylococcus aureus secara in

vitro Jurnal Mipa Unsrat 2(2) 128-132

Nugroho RA 2013 Terapi topikal clindamycin dibandingkan dengan niacinamide

+ zinc pada Acne vulgaris [skripsi] Semarang (ID) Universitas

Diponegoro

Rahmawati F 2008Isolasi dan karakteristik senyawa antibakteri ekstrak daun

miana Coleus scutellarioides [L] Benth [tesis] Bogor (ID) Institut

Pertanian Bogor

Ratnawati Y 2007 Aktivitas antibakteri ekstrak daun jawer kotok (Coleus

scutellarioides [L] Benth) [skripsi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor

Razak A Djamal A Revilla G 2013 Uji daya hambat air perasan buah jeruk

nipis (Citrus aurantifolia) terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus

aureus secara in vitro Jurnal Kesehatan Andalas 2(1) 5-8

Ridwan Y Darusman LK Satrija F Handaryani E 2006 Kandungan kimia

berbagai ekstrak daun miana (Coleus blumei Bent) dan efek anthelmintiknya

terhadap cacing pita pada ayam Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia11(2) 1-6

Rusmiyati I Husain DR Alam G 2014 Bioaktivitas ekstrak metanol daun muda

sirsak (Annona muricata L) sebagai antibakteri terhadap Staphylococcus

aureus dan Propionibacterium acne [penelitian ilmiah] Makasar (ID)

Universitas Hassanudin

Saptarini O Perawati Hartanto Y 2008 Uji aktivitas antibakteri ekstrak etanol

buah mahkota dewa (Phaleria macrocarpa) terhadap Staphylococcus

epidermidis penyebab jerawat Jurnal Biomedika1(1) 1-7

Seta SA 2013 Optimasi formula lotion anti jerawat ekstrak etanol kulit buah

manggis (Garcinia mangostana L) dan uji aktivitas terhadap

14

Propionibacterium acnes dan Staphylococcus epidermidis [skripsi]

Yogyakarta (ID) Universitas Gadjah Mada

Syukrinawati RP 2014 Tingkat pengetahuan penggunaan antibiotik oleh

mahasiswa kepaniteraan klinik departemen bedah mulut RSGM-P FKG

periode September 2-13 Maret 2014 [skripsi] Medan (ID) Universitas

Sumatera Utara

Waji RA 2009 Flavonoid (Quercetin) [Penelitian Ilmiah] Makasar (ID)

Universitas Hasanuddin

Widiawati W Lutfiati D Perbedaan hasil penyembuhan kulit wajah berjerawat

antara masker lidah buaya dengan masker non lidah buaya e- Journal

Universitas Negeri Surabaya 2014 3(1) 217-225

15

LAMPIRAN

Lampiran 1 Pembuktian hipotesis

1 Pengambilan keputusan dari hipotesis yang ditentukan diuji dengan uji

ANOVA

2 Hipotesis dalam penelitian ini berupa Ho yaitu ekstrak etanol daun jawer

kotok dengan konsentrasi ekstrak 20 40 60 dan 80 tidak memiliki

aktivitas antibakteri terhadap bakteri pada permukaan kulit wajah

berjerawat dan H1 yaitu ekstrak etanol daun jawer kotok dengan

konsentrasi ekstrak 20 40 60 dan 80 memiliki aktivitas

antibakteri terhadap bakteri pada permukaan kulit wajah berjerawat

3 Pengambilan keputusan untuk memilih hipotesis mana yang diterima dan

hipotesis mana yang ditolak didasarkan pada perbandingan F hitung dan F

tabel dengan syarat jika F hitung kurang dari F tabel maka tolak H1 dan

terima H0 dan jika F hitung lebih besar dari F tabel maka H0 ditolak dan

terima H1

4 Hasil uji one way ANOVA pada diameter zona hambat bakteri S aureus S

Epidermidis Streptococcus sp dan Micrococcus sp diperoleh nilai F

hitung lebih besar dari F tabel (1143 831 gt 262) (1149 947 gt 262)

(1122 068 gt 262) dan (91144 gt 262) maka hiptotesis yang diterima

adalah H1 yaitu ekstrak etanol daun jawer kotok dengan konsentrasi

ekstrak 20 40 60 dan 80 memiliki aktivitas antibakteri terhadap

bakteri S aureus S epidermidis Streptococcus sp dan Micrococcus sp

Lampiran 2 hasil uji ANOVA dan uji lanjutan Duncan

Descriptives

saureus

N Mean

Std Deviation Std Error

95 Confidence Interval for

Mean

Minimum Maximum Lower Bound

Upper Bound

ekstrak 20 5 138000

109545

48990

124398

151602

1200

1500

ekstrak 40 5 160000

122474

54772

144793

175207

1400

1700

ekstrak 60 5 160000

70711

31623

151220

168780

1500

1700

ekstrak 80 5 170000

70711

31623

161220

178780

1600

1800

kontrol positif 5 406000

89443

40000

394894

417106

3900

4100

kontrol negative 5 0000

00000

00000

0000

0000

00 00

Total 30

172333

1218728

222508

126825

217841

00 4100

16

ANOVA

saureus

Sum of Squares df Mean Square F Sig

Between Groups

4289367 5 857873 1143831

000

Within Groups

18000 24 750

Total 4307367 29

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

saureus

Duncana

perlakuan N

Subset for alpha = 005

1 2 3 4

kontrol negatif 5 0000 ekstrak 20 5

13800

0

ekstrak 40 5

160000

ekstrak 60 5

160000

ekstrak 80 5

170000

kontrol positif 5

406000

Sig 1000 1000 096 1000

Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000

ONEWAY Sepidermidis BY perlakuan

STATISTICS DESCRIPTIVES

MISSING ANALYSIS

POSTHOC=DUNCAN ALPHA(005)

[DataSet0]

Descriptives

Sepidermidis

N Mean Std Deviation Std Error

95 Confidence Interval

for Mean

Minimum Maximum Lower Bound

Upper Bound

ekstrak 20 5 150000

70711

31623

141220

158780

1400

1600

ekstrak 40 5 154000

54772

24495

147199

160801

1500

1600

ekstrak 60 5 164000

151658

67823

145169

182831

1500

1800

ekstrak 80 5 162000

109545

48990

148398

175602

1500

1800

kontrol positif 5 408000

44721

20000

402447

413553

4000

4100

kontrol negatif 5 0000

00000

00000

0000

0000

00 00

Total 30

173000

1221968

223100

127371

218629

00 4100

17

ANOVA

Sepidermidis

Sum of Squares Df Mean Square F Sig

Between Groups 4312300 5 862460 1149947

000

Within Groups 18000 24 750 Total 4330300 29

Post Hoc Tests

Homogeneous Subsets

Sepidermidis

Duncana

Perlakuan N

Subset for alpha = 005

1 2 3 4

kontrol negative 5 0000 ekstrak 20 5

15000

0

ekstrak 40 5

154000

154000

ekstrak 80 5

162000

ekstrak 60 5

164000

kontrol positif 5

408000

Sig 1000 472 096 1000

Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000

ONEWAY Sepidermidis BY perlakuan

STATISTICS DESCRIPTIVES

MISSING ANALYSIS

POSTHOC=DUNCAN ALPHA(005)

[DataSet0]

18

Descriptives

Streptococcus

N Mean Std Deviation

Std Error

95 Confidence Interval

for Mean

Minimum Maximum Lower Bound

Upper Bound

ekstrak 20 5 156000

134164

60000

139341

172659

1400 1700

ekstrak 40 5 162000

109545

48990

148398

175602

1500 1700

ekstrak 60 5 162000

109545

48990

148398

175602

1500 1700

ekstrak 80 5 156000

54772

24495

149199

162801

1500 1600

kontrol positif 5 416000

54772

24495

409199

422801

4100 4200

kontrol negatif 5 0000

00000

00000

0000

0000

00 00

Total 30

175333

1246715

227618

128780

221886

00 4200

ANOVA

Streptococcus

Sum of Squares df Mean Square F Sig

Between Groups 4488267 5 897653 1122067

000

Within Groups 19200 24 800 Total 4507467 29

Post Hoc Tests

Homogeneous Subsets

Streptococcus

Duncana

perlakuan N

Subset for alpha = 005

1 2 3

kontrol negatif 5 0000 ekstrak 20 5

15600

0

ekstrak 80 5

156000

ekstrak 40 5

162000

ekstrak 60 5

162000

kontrol positif 5

416000

Sig 1000 343 1000

Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000

ONEWAY Sepidermidis BY perlakuan

STATISTICS DESCRIPTIVES

MISSING ANALYSIS

POSTHOC=DUNCAN ALPHA(005)

[DataSet0]

19

Descriptives

Micrococcus

N Mean Std Deviation

Std Error

95 Confidence Interval for

Mean

Minimum Maximum Lower Bound

Upper Bound

ekstrak 20 5 142000

178885

80000

119788

164212

1200

1600

ekstrak 40 5 150000

200000

89443

125167

174833

1200

1700

ekstrak 60 5 150000

200000

89443

125167

174833

1200

1700

ekstrak 80 5 142000

130384

58310

125811

158189

1200

1500

kontrol positif 5 182000

83666

37417

171611

192389

1700

1900

kontrol negative

5 0000

00000

00000

0000

0000

00 00

Total 30

127667

612335

111797

104802

150532

00 1900

ANOVA

Micrococcus

Sum of Squares Df Mean Square F Sig

Between Groups 1032967 5 206593 91144 000 Within Groups 54400 24 2267

Total 1087367 29

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

Micrococcus

Duncana

Perlakuan N

Subset for alpha = 005

1 2 3

kontrol negative 5 0000 ekstrak 20 5

14200

0

ekstrak 80 5

142000

ekstrak 40 5

150000

ekstrak 60 5

150000

kontrol positif 5

182000

Sig 1000 451 1000

Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000

20

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Jakarta tanggal 25 september 1992 Penulis merupakan

anak ketiga dari tiga bersaudara dari pasangan Petrus Bambang Wijanarko dan

Susana Tuminah Penulis menempuh pendidikan Sekolah Menengah Pertama di

SMP Strada Bhakti Wiyata Bekasi dan Sekolah Menengah Atas di SMA Santo

Antonius Jakarta Penulis aktif di Organisasi Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM)

Keluarga Mahasiswa Katolik IPB sejak tahun 2011 hingga 2013 Penulis juga

aktif di Himpunan Profesi Ornithologi dan Unggas sejak tahun 2013 hingga 2014

10

Tabel 2 Rata-rata diameter zona hambat ekstrak etanol daun jawer kotok terhadap

bakteri Gram positif hasil swab kulit wajah berjerawat (mm)

Kelompok

Perlakuan

S aureus S epidermidis Streptococcus

sp

Micrococcus

sp

K1 1380 plusmn 109 b

1500 plusmn 070b

1560 plusmn 134c

1420 plusmn 178b

K2 1600 plusmn 122c

1540 plusmn054bc

1620 plusmn 109c

1500 plusmn 200b

K3 1600 plusmn 070c

1640 plusmn 151c

1620 plusmn 109c

1500 plusmn 200b

K4 1700 plusmn 070c

1620 plusmn 109c

1560 plusmn 054c

1420 plusmn 130b

KP 4060plusmn 089d

4080 plusmn 044d

4160 plusmn 054d

1820 plusmn 083d

KN 000 plusmn 000a

000 plusmn 000a

000 plusmn 000a

000 plusmn 000a

aKeterangan K1 konsentrasi 20 K2 konsentrasi 40 K3 konsentrasi 60 K4

konsentrasi 80 KP kontrol positif KN kontrol negatif Huruf supercript yang berbeda dalam

satu kolom menunjukkan perbedaan yang nyata pada taraf nyata Plt 005

Pada Tabel 2 diketahui bahwa KN pada keempat bakteri uji tidak memiliki

diameter zona hambat dan berbeda nyata dengan KP dan seluruh konsentrasi uji

Hal tersebut membuktikan bahwa pelarut tidak berpengaruh terhadap aktivitas

antibakteri sehingga aktivitas antibakteri hanya berasal dari konsentasi uji

DMSO digunakan sebagai KN karena tidak memiliki daya hambat bakteri serta

karena sifat dari DMSO yang merupakan pelarut polar berspektrum luas sehingga

dapat melarutkan senyawa alkaloid dan flavonoid (Mulyatni et al 2012)

Kontrol positif memberikan hasil yang berbeda nyata dengan KN dan

keempat konsentrasi uji pada semua bakteri Hal tersebut membuktikan bahwa

bakteri S aureus S epidermidis Streptococcus sp dan Micrococcus sp masih

peka terhadap KP Antibiotik klindamisin 1 digunakan sebagai KP karena

klindamisin paling efektif dalam pengobatan jerawat jika dibandingkan dengan

eritromisin dan tetrasiklin serta paling banyak digunakan masyarakat untuk

mengobati jerawat (Aziz 2010) Klindamisin adalah salah satu antibiotik golongan

aminoglikosida Klindamisin menghambat sintesis protein pada fase pemanjangan

dengan mempengaruhi translokasi (Syukrinawati 2014) Antibiotik ini efektif

terhadap bakteri Gram positif dan bakteri anaerob akan tetapi kurang efektif

terhadap bakteri Gram negatif (Nugroho 2013)

Hasil uji pada bakteri S aureus terlihat bahwa K1 memberikan perbedaan

yang nyata (Plt005) dengan K2 K3 dan K4 Hasil uji pada S epidermidis

memberikan hasil bahwa K1 berbeda nyata (Plt005) dengan K3 dan K4 Seluruh

konsentrasi ekstrak etanol daun jawer kotok yang diujikan terhadap Streptococcus

sp dan Micrococcus sp tidak menunjukkan hasil yang berbeda nyata

Hasil uji yang dilakukan terhadap Saureus memperlihatkan bahwa semakin

tinggi konsentrasi ekstrak maka semakin besar diameter zona hambat yang

terbentuk Hal ini karena semakin banyak zat aktif yang terkandung dalam ekstrak

tersebut sedangkan pada uji yang dilakukan terhadap S epidermidis

Streptococcus sp dan Micrococcus sp diameter zona hambat yang terbentuk pada

K4 mengalami penurunan Hal tersebut menunjukkan bahwa konsentrasi yang

semakin tinggi tidak selalu menghasilkan diameter zona hambat yang semakin

besar Penurunan aktivitas ini disebabkan karena perbedaan jenis bakteri yang

dihambat perbedaan kecepatan difusi senyawa aktif pada media agar serta

konsentrasi ekstrak yang terlalu tinggi dibandingkan dengan pelarutnya (DMSO)

sehingga larutan menjadi jenuh dan sulit untuk larut Brooks et al (2008)

11

menyatakan bahwa aktivitas antibakteri dipengaruhi beberapa faktor yaitu

konsentrasi ekstrak kandungan senyawa antibakteri daya difusi ekstrak dan jenis

bakteri yang dihambat

Diameter zona hambat bakteri menurut Davis dan Stout dalam Rahmawati

(2008) dibagi atas sangat kuat (zona jernih gt 20 mm) kuat (zona jernih 10minus20

mm) sedang (zona jernih 5minus10 mm) dan lemah (zona jernih lt 5 mm) Kontrol

positif (KP) pada bakteri uji S aureus S epidermidis Streptococcussp tergolong

dalam daya hambat sangat kuat sedangkan KP pada bakteri Micrococcus sp

tergolong dalam daya hambat kuat Hal tersebut kemungkinan dikarenakan target

kerja antibiotik klindamisin ditujukan untuk bakteri yang habitatnya di daerah

kulit wajah sedangkan Micrococcus sp merupakan bakteri kontaminasi dari

lingkungan (air tanah udara) Seluruh konsentrasi ekstrak yang diujikan terhadap

seluruh bakteri (K1K2 K3 K4) tergolong dalam konsentrasi yang memberikan

daya hambat kuat karena diameter zona hambat yang terbentuk antara 1380 plusmn

109 mm sampai 1700 plusmn 070 mm

Mengacu pada standar umum yang dikeluarkan oleh Departemen Kesehatan

disebutkan bahwa mikroba dinyatakan peka terhadap antimikroba asal tanaman

apabila mempunyai ukuran diameter daya hambatannya 12minus24 mm (Darmawi et

al 2013) sehingga dapat dikatakan bahwa seluruh bakteri uji peka terhadap K1

K2 K3 dan K4

Hasil penelitian diketahui bahwa seluruh konsentrasi dinyatakan peka dan

memiliki zona hambat bakteri yang kuat terhadap bakteri uji sehingga ekstrak

etanol daun jawer kotok memiliki potensi antibakteri yang baik Adanya potensi

antibakteri diketahui dari kandungan senyawa metabolit sekunder yang terdapat

pada daun jawer kotok yaitu flavonoid tanin polifenol serta terpenoid

Mekanisme kerja flavonoid sebagai antibakteri adalah membentuk senyawa

kompleks dengan protein ekstraseluler dan terlarut sehingga dapat merusak

membran sel bakteri dan diikuti keluarnya senyawa intraselluler (Ngajow et al

2013)

Mekanisme kerja tanin sebagai antibakteri adalah menghambat enzim

reverse transkriptase dan DNA topoisomerase sehingga sel bakteri tidak dapat

terbentuk Tanin juga mempunyai target pada polipeptida dinding sel sehingga

pembentukan polipeptida dinding sel menjadi tidak sempurna Hal ini

menyebabkan sel bakteri menjadi lisis karena tekanan osmotik maupun fisik

sehingga sel bakteri akan mati (Ngajow et al 2013)

Ngajow et al (2013) juga menyatakan bahwa senyawa fenolik dan terpenoid

memiliki target utama yaitu membran sitoplasma bakteri Aktifitas antibakteri

terpenoid diketahui bereaksi dengan porin (protein transmembran) pada membran

luar dinding sel bakteri Terpenoid membentuk ikatan polimer yang kuat sehingga

mengakibatkan rusaknya porin Rusaknya porin yang merupakan pintu keluar

masuknya senyawa akan mengurangi permeabilitas dinding sel bakteri yang akan

mengakibatkan sel bakteri akan kekurangan nutrisi sehingga pertumbuhan bakteri

akan terhambat dan mati

12

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Ekstrak etanol daun jawer kotok mengandung flavonoid polifenol dan tanin

serta terpenoid yang memiliki aktivitas antibakteri yang dapat menghambat

pertumbuhan bakteri kokus Gram positif pada permukaan kulit wajah berjerawat

Ekstrak etanol daun jawer kotok memiliki potensi antibakteri yang baik karena

daya hambat bakteri pada konsentrasi 20 40 60 dan 80 tergolong dalam

daya hambat yang kuat S aureus S epidermidis Streptococcus sp dan

Micrococcus sp dinyatakan peka terhadap seluruh konsentrasi ekstrak

Saran

Saran yang dapat diberikan kepada peneliti selanjutnya yaitu perlu

dilakukan penelitian aktivitas antibakteri ekstrak etanol daun jawer kotok terhadap

bakteri Pacne dan bakteri gram negatif serta penggunaan kontrol positif dengan

antibiotik yang lain Selain itu penelitian ini juga dapat digunakan sebagai dasar

ilmiah dalam pengembangan produk farmasi antibakteri

DAFTAR PUSTAKA

Agoes G 2007 Ekstraksi Tanaman Obat Bandung ITB

Andy Taufik M 2010 Jumlah bakteri dan keberadaan bakteri Salmonella sp

pada daging kuda di Kabupaten Jeneponto Jurnal Agrisistem 6(2) 82-87

Arundhina E 2014 Aktivitas ekstrak etanol daun alamanda (Allamanda

cathartica L) sebagai anti jamur terhadap Candida albicans dan

Pityrosporum ovale secara in vitro [skripsi] Yogyakarta (ID) Universitas

Katolik Atmajaya Yogyakarta

Aziz S2010 Uji aktivitas antibakteri ekstrak etanol daun dan umbi bakung putih

(Crinum asiatikum L) terhadap bakteri penyebab jerawat[skripsi] Jakarta

(ID) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatulloh

Brooks GF Butel JS Morse SA Mikrobiologi Kedokteran Mudihardi E

KuntamanWasito EB et al penerjemah Jakarta (ID) Salemba Medika

Terjemahan dari Medical Microbiology

Caesarita DP 2011 Pengaruh ekstrak buah nanas (Ananas comosus) 100

terhadap bakteri Staphylococcus aureus dari pyoderma [skripsi] Bandung

(ID) Universitas Diponegoro

Carter GR dan Cole JR 1990 Diagnostic Procedures in Veterinary Bacteriology

and Mycology Fifth Edition London (UK) Academi Press Limited

13

Dalimarta S 2000 Atlas Tumbuhan Indonesia Jilid ke-2 Jakarta Trubus

Agriwidya

Darmawi Manaf ZH Putranda F 2013 Daya hambat getah jarak cina (Jatropha

multifida L) terhadap Staphylococcus aureus secara invitro Jurnal Medika

Veterinaria7(2) 113-115

Hamdayati Y Kusnadi Rahadian I 2008 Aktivitas antibakteri ekstrak daun

patikan kebo (Euphorbia hirta) terhadap pertumbuhan bakteri

Staphylococcus epidermidis Jurnal Pengajaran Matematika dan Ilmu

Pengetahuan alam 12(7) 1-10

Harborne JB 1987 Metode Fitokimia Padmawinata K Soediro I penerjemah

Jakarta (ID) UI Press Terjemahan dari Basic Concepts of Analytical

Chemistry

Jang SS Biberstein EL Hirsh DC 1976 A Manual of Veterinary Clinical

Bacteriology and Micology Davis (US) Univ California

Kee JL Hayes ER Farmakologi Pendekatan Proses Keperawatan Anugerah P

penerjemah Jakarta (ID) EGC Terjemahan dari Pharmacology A Nursing

Process Approach

Mulyatni AS Budiani A Taniwiryono D 2012 Aktivitas antibakteri ekstrak kulit

buah kakao (Theobroma cacao L) terhadap Escherichia coli Bacillus

subtilis dan Staphylococcus aureus Jurnal Menara Perkebunan 80(2) 77-

84

Ngajow M Abidjulu J Kamu VS 2013 Pengaruh antibakteri ekstrak kulit batang

matoa (Pometia pinnata) terhadap bakteri Staphylococcus aureus secara in

vitro Jurnal Mipa Unsrat 2(2) 128-132

Nugroho RA 2013 Terapi topikal clindamycin dibandingkan dengan niacinamide

+ zinc pada Acne vulgaris [skripsi] Semarang (ID) Universitas

Diponegoro

Rahmawati F 2008Isolasi dan karakteristik senyawa antibakteri ekstrak daun

miana Coleus scutellarioides [L] Benth [tesis] Bogor (ID) Institut

Pertanian Bogor

Ratnawati Y 2007 Aktivitas antibakteri ekstrak daun jawer kotok (Coleus

scutellarioides [L] Benth) [skripsi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor

Razak A Djamal A Revilla G 2013 Uji daya hambat air perasan buah jeruk

nipis (Citrus aurantifolia) terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus

aureus secara in vitro Jurnal Kesehatan Andalas 2(1) 5-8

Ridwan Y Darusman LK Satrija F Handaryani E 2006 Kandungan kimia

berbagai ekstrak daun miana (Coleus blumei Bent) dan efek anthelmintiknya

terhadap cacing pita pada ayam Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia11(2) 1-6

Rusmiyati I Husain DR Alam G 2014 Bioaktivitas ekstrak metanol daun muda

sirsak (Annona muricata L) sebagai antibakteri terhadap Staphylococcus

aureus dan Propionibacterium acne [penelitian ilmiah] Makasar (ID)

Universitas Hassanudin

Saptarini O Perawati Hartanto Y 2008 Uji aktivitas antibakteri ekstrak etanol

buah mahkota dewa (Phaleria macrocarpa) terhadap Staphylococcus

epidermidis penyebab jerawat Jurnal Biomedika1(1) 1-7

Seta SA 2013 Optimasi formula lotion anti jerawat ekstrak etanol kulit buah

manggis (Garcinia mangostana L) dan uji aktivitas terhadap

14

Propionibacterium acnes dan Staphylococcus epidermidis [skripsi]

Yogyakarta (ID) Universitas Gadjah Mada

Syukrinawati RP 2014 Tingkat pengetahuan penggunaan antibiotik oleh

mahasiswa kepaniteraan klinik departemen bedah mulut RSGM-P FKG

periode September 2-13 Maret 2014 [skripsi] Medan (ID) Universitas

Sumatera Utara

Waji RA 2009 Flavonoid (Quercetin) [Penelitian Ilmiah] Makasar (ID)

Universitas Hasanuddin

Widiawati W Lutfiati D Perbedaan hasil penyembuhan kulit wajah berjerawat

antara masker lidah buaya dengan masker non lidah buaya e- Journal

Universitas Negeri Surabaya 2014 3(1) 217-225

15

LAMPIRAN

Lampiran 1 Pembuktian hipotesis

1 Pengambilan keputusan dari hipotesis yang ditentukan diuji dengan uji

ANOVA

2 Hipotesis dalam penelitian ini berupa Ho yaitu ekstrak etanol daun jawer

kotok dengan konsentrasi ekstrak 20 40 60 dan 80 tidak memiliki

aktivitas antibakteri terhadap bakteri pada permukaan kulit wajah

berjerawat dan H1 yaitu ekstrak etanol daun jawer kotok dengan

konsentrasi ekstrak 20 40 60 dan 80 memiliki aktivitas

antibakteri terhadap bakteri pada permukaan kulit wajah berjerawat

3 Pengambilan keputusan untuk memilih hipotesis mana yang diterima dan

hipotesis mana yang ditolak didasarkan pada perbandingan F hitung dan F

tabel dengan syarat jika F hitung kurang dari F tabel maka tolak H1 dan

terima H0 dan jika F hitung lebih besar dari F tabel maka H0 ditolak dan

terima H1

4 Hasil uji one way ANOVA pada diameter zona hambat bakteri S aureus S

Epidermidis Streptococcus sp dan Micrococcus sp diperoleh nilai F

hitung lebih besar dari F tabel (1143 831 gt 262) (1149 947 gt 262)

(1122 068 gt 262) dan (91144 gt 262) maka hiptotesis yang diterima

adalah H1 yaitu ekstrak etanol daun jawer kotok dengan konsentrasi

ekstrak 20 40 60 dan 80 memiliki aktivitas antibakteri terhadap

bakteri S aureus S epidermidis Streptococcus sp dan Micrococcus sp

Lampiran 2 hasil uji ANOVA dan uji lanjutan Duncan

Descriptives

saureus

N Mean

Std Deviation Std Error

95 Confidence Interval for

Mean

Minimum Maximum Lower Bound

Upper Bound

ekstrak 20 5 138000

109545

48990

124398

151602

1200

1500

ekstrak 40 5 160000

122474

54772

144793

175207

1400

1700

ekstrak 60 5 160000

70711

31623

151220

168780

1500

1700

ekstrak 80 5 170000

70711

31623

161220

178780

1600

1800

kontrol positif 5 406000

89443

40000

394894

417106

3900

4100

kontrol negative 5 0000

00000

00000

0000

0000

00 00

Total 30

172333

1218728

222508

126825

217841

00 4100

16

ANOVA

saureus

Sum of Squares df Mean Square F Sig

Between Groups

4289367 5 857873 1143831

000

Within Groups

18000 24 750

Total 4307367 29

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

saureus

Duncana

perlakuan N

Subset for alpha = 005

1 2 3 4

kontrol negatif 5 0000 ekstrak 20 5

13800

0

ekstrak 40 5

160000

ekstrak 60 5

160000

ekstrak 80 5

170000

kontrol positif 5

406000

Sig 1000 1000 096 1000

Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000

ONEWAY Sepidermidis BY perlakuan

STATISTICS DESCRIPTIVES

MISSING ANALYSIS

POSTHOC=DUNCAN ALPHA(005)

[DataSet0]

Descriptives

Sepidermidis

N Mean Std Deviation Std Error

95 Confidence Interval

for Mean

Minimum Maximum Lower Bound

Upper Bound

ekstrak 20 5 150000

70711

31623

141220

158780

1400

1600

ekstrak 40 5 154000

54772

24495

147199

160801

1500

1600

ekstrak 60 5 164000

151658

67823

145169

182831

1500

1800

ekstrak 80 5 162000

109545

48990

148398

175602

1500

1800

kontrol positif 5 408000

44721

20000

402447

413553

4000

4100

kontrol negatif 5 0000

00000

00000

0000

0000

00 00

Total 30

173000

1221968

223100

127371

218629

00 4100

17

ANOVA

Sepidermidis

Sum of Squares Df Mean Square F Sig

Between Groups 4312300 5 862460 1149947

000

Within Groups 18000 24 750 Total 4330300 29

Post Hoc Tests

Homogeneous Subsets

Sepidermidis

Duncana

Perlakuan N

Subset for alpha = 005

1 2 3 4

kontrol negative 5 0000 ekstrak 20 5

15000

0

ekstrak 40 5

154000

154000

ekstrak 80 5

162000

ekstrak 60 5

164000

kontrol positif 5

408000

Sig 1000 472 096 1000

Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000

ONEWAY Sepidermidis BY perlakuan

STATISTICS DESCRIPTIVES

MISSING ANALYSIS

POSTHOC=DUNCAN ALPHA(005)

[DataSet0]

18

Descriptives

Streptococcus

N Mean Std Deviation

Std Error

95 Confidence Interval

for Mean

Minimum Maximum Lower Bound

Upper Bound

ekstrak 20 5 156000

134164

60000

139341

172659

1400 1700

ekstrak 40 5 162000

109545

48990

148398

175602

1500 1700

ekstrak 60 5 162000

109545

48990

148398

175602

1500 1700

ekstrak 80 5 156000

54772

24495

149199

162801

1500 1600

kontrol positif 5 416000

54772

24495

409199

422801

4100 4200

kontrol negatif 5 0000

00000

00000

0000

0000

00 00

Total 30

175333

1246715

227618

128780

221886

00 4200

ANOVA

Streptococcus

Sum of Squares df Mean Square F Sig

Between Groups 4488267 5 897653 1122067

000

Within Groups 19200 24 800 Total 4507467 29

Post Hoc Tests

Homogeneous Subsets

Streptococcus

Duncana

perlakuan N

Subset for alpha = 005

1 2 3

kontrol negatif 5 0000 ekstrak 20 5

15600

0

ekstrak 80 5

156000

ekstrak 40 5

162000

ekstrak 60 5

162000

kontrol positif 5

416000

Sig 1000 343 1000

Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000

ONEWAY Sepidermidis BY perlakuan

STATISTICS DESCRIPTIVES

MISSING ANALYSIS

POSTHOC=DUNCAN ALPHA(005)

[DataSet0]

19

Descriptives

Micrococcus

N Mean Std Deviation

Std Error

95 Confidence Interval for

Mean

Minimum Maximum Lower Bound

Upper Bound

ekstrak 20 5 142000

178885

80000

119788

164212

1200

1600

ekstrak 40 5 150000

200000

89443

125167

174833

1200

1700

ekstrak 60 5 150000

200000

89443

125167

174833

1200

1700

ekstrak 80 5 142000

130384

58310

125811

158189

1200

1500

kontrol positif 5 182000

83666

37417

171611

192389

1700

1900

kontrol negative

5 0000

00000

00000

0000

0000

00 00

Total 30

127667

612335

111797

104802

150532

00 1900

ANOVA

Micrococcus

Sum of Squares Df Mean Square F Sig

Between Groups 1032967 5 206593 91144 000 Within Groups 54400 24 2267

Total 1087367 29

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

Micrococcus

Duncana

Perlakuan N

Subset for alpha = 005

1 2 3

kontrol negative 5 0000 ekstrak 20 5

14200

0

ekstrak 80 5

142000

ekstrak 40 5

150000

ekstrak 60 5

150000

kontrol positif 5

182000

Sig 1000 451 1000

Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000

20

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Jakarta tanggal 25 september 1992 Penulis merupakan

anak ketiga dari tiga bersaudara dari pasangan Petrus Bambang Wijanarko dan

Susana Tuminah Penulis menempuh pendidikan Sekolah Menengah Pertama di

SMP Strada Bhakti Wiyata Bekasi dan Sekolah Menengah Atas di SMA Santo

Antonius Jakarta Penulis aktif di Organisasi Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM)

Keluarga Mahasiswa Katolik IPB sejak tahun 2011 hingga 2013 Penulis juga

aktif di Himpunan Profesi Ornithologi dan Unggas sejak tahun 2013 hingga 2014

11

menyatakan bahwa aktivitas antibakteri dipengaruhi beberapa faktor yaitu

konsentrasi ekstrak kandungan senyawa antibakteri daya difusi ekstrak dan jenis

bakteri yang dihambat

Diameter zona hambat bakteri menurut Davis dan Stout dalam Rahmawati

(2008) dibagi atas sangat kuat (zona jernih gt 20 mm) kuat (zona jernih 10minus20

mm) sedang (zona jernih 5minus10 mm) dan lemah (zona jernih lt 5 mm) Kontrol

positif (KP) pada bakteri uji S aureus S epidermidis Streptococcussp tergolong

dalam daya hambat sangat kuat sedangkan KP pada bakteri Micrococcus sp

tergolong dalam daya hambat kuat Hal tersebut kemungkinan dikarenakan target

kerja antibiotik klindamisin ditujukan untuk bakteri yang habitatnya di daerah

kulit wajah sedangkan Micrococcus sp merupakan bakteri kontaminasi dari

lingkungan (air tanah udara) Seluruh konsentrasi ekstrak yang diujikan terhadap

seluruh bakteri (K1K2 K3 K4) tergolong dalam konsentrasi yang memberikan

daya hambat kuat karena diameter zona hambat yang terbentuk antara 1380 plusmn

109 mm sampai 1700 plusmn 070 mm

Mengacu pada standar umum yang dikeluarkan oleh Departemen Kesehatan

disebutkan bahwa mikroba dinyatakan peka terhadap antimikroba asal tanaman

apabila mempunyai ukuran diameter daya hambatannya 12minus24 mm (Darmawi et

al 2013) sehingga dapat dikatakan bahwa seluruh bakteri uji peka terhadap K1

K2 K3 dan K4

Hasil penelitian diketahui bahwa seluruh konsentrasi dinyatakan peka dan

memiliki zona hambat bakteri yang kuat terhadap bakteri uji sehingga ekstrak

etanol daun jawer kotok memiliki potensi antibakteri yang baik Adanya potensi

antibakteri diketahui dari kandungan senyawa metabolit sekunder yang terdapat

pada daun jawer kotok yaitu flavonoid tanin polifenol serta terpenoid

Mekanisme kerja flavonoid sebagai antibakteri adalah membentuk senyawa

kompleks dengan protein ekstraseluler dan terlarut sehingga dapat merusak

membran sel bakteri dan diikuti keluarnya senyawa intraselluler (Ngajow et al

2013)

Mekanisme kerja tanin sebagai antibakteri adalah menghambat enzim

reverse transkriptase dan DNA topoisomerase sehingga sel bakteri tidak dapat

terbentuk Tanin juga mempunyai target pada polipeptida dinding sel sehingga

pembentukan polipeptida dinding sel menjadi tidak sempurna Hal ini

menyebabkan sel bakteri menjadi lisis karena tekanan osmotik maupun fisik

sehingga sel bakteri akan mati (Ngajow et al 2013)

Ngajow et al (2013) juga menyatakan bahwa senyawa fenolik dan terpenoid

memiliki target utama yaitu membran sitoplasma bakteri Aktifitas antibakteri

terpenoid diketahui bereaksi dengan porin (protein transmembran) pada membran

luar dinding sel bakteri Terpenoid membentuk ikatan polimer yang kuat sehingga

mengakibatkan rusaknya porin Rusaknya porin yang merupakan pintu keluar

masuknya senyawa akan mengurangi permeabilitas dinding sel bakteri yang akan

mengakibatkan sel bakteri akan kekurangan nutrisi sehingga pertumbuhan bakteri

akan terhambat dan mati

12

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Ekstrak etanol daun jawer kotok mengandung flavonoid polifenol dan tanin

serta terpenoid yang memiliki aktivitas antibakteri yang dapat menghambat

pertumbuhan bakteri kokus Gram positif pada permukaan kulit wajah berjerawat

Ekstrak etanol daun jawer kotok memiliki potensi antibakteri yang baik karena

daya hambat bakteri pada konsentrasi 20 40 60 dan 80 tergolong dalam

daya hambat yang kuat S aureus S epidermidis Streptococcus sp dan

Micrococcus sp dinyatakan peka terhadap seluruh konsentrasi ekstrak

Saran

Saran yang dapat diberikan kepada peneliti selanjutnya yaitu perlu

dilakukan penelitian aktivitas antibakteri ekstrak etanol daun jawer kotok terhadap

bakteri Pacne dan bakteri gram negatif serta penggunaan kontrol positif dengan

antibiotik yang lain Selain itu penelitian ini juga dapat digunakan sebagai dasar

ilmiah dalam pengembangan produk farmasi antibakteri

DAFTAR PUSTAKA

Agoes G 2007 Ekstraksi Tanaman Obat Bandung ITB

Andy Taufik M 2010 Jumlah bakteri dan keberadaan bakteri Salmonella sp

pada daging kuda di Kabupaten Jeneponto Jurnal Agrisistem 6(2) 82-87

Arundhina E 2014 Aktivitas ekstrak etanol daun alamanda (Allamanda

cathartica L) sebagai anti jamur terhadap Candida albicans dan

Pityrosporum ovale secara in vitro [skripsi] Yogyakarta (ID) Universitas

Katolik Atmajaya Yogyakarta

Aziz S2010 Uji aktivitas antibakteri ekstrak etanol daun dan umbi bakung putih

(Crinum asiatikum L) terhadap bakteri penyebab jerawat[skripsi] Jakarta

(ID) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatulloh

Brooks GF Butel JS Morse SA Mikrobiologi Kedokteran Mudihardi E

KuntamanWasito EB et al penerjemah Jakarta (ID) Salemba Medika

Terjemahan dari Medical Microbiology

Caesarita DP 2011 Pengaruh ekstrak buah nanas (Ananas comosus) 100

terhadap bakteri Staphylococcus aureus dari pyoderma [skripsi] Bandung

(ID) Universitas Diponegoro

Carter GR dan Cole JR 1990 Diagnostic Procedures in Veterinary Bacteriology

and Mycology Fifth Edition London (UK) Academi Press Limited

13

Dalimarta S 2000 Atlas Tumbuhan Indonesia Jilid ke-2 Jakarta Trubus

Agriwidya

Darmawi Manaf ZH Putranda F 2013 Daya hambat getah jarak cina (Jatropha

multifida L) terhadap Staphylococcus aureus secara invitro Jurnal Medika

Veterinaria7(2) 113-115

Hamdayati Y Kusnadi Rahadian I 2008 Aktivitas antibakteri ekstrak daun

patikan kebo (Euphorbia hirta) terhadap pertumbuhan bakteri

Staphylococcus epidermidis Jurnal Pengajaran Matematika dan Ilmu

Pengetahuan alam 12(7) 1-10

Harborne JB 1987 Metode Fitokimia Padmawinata K Soediro I penerjemah

Jakarta (ID) UI Press Terjemahan dari Basic Concepts of Analytical

Chemistry

Jang SS Biberstein EL Hirsh DC 1976 A Manual of Veterinary Clinical

Bacteriology and Micology Davis (US) Univ California

Kee JL Hayes ER Farmakologi Pendekatan Proses Keperawatan Anugerah P

penerjemah Jakarta (ID) EGC Terjemahan dari Pharmacology A Nursing

Process Approach

Mulyatni AS Budiani A Taniwiryono D 2012 Aktivitas antibakteri ekstrak kulit

buah kakao (Theobroma cacao L) terhadap Escherichia coli Bacillus

subtilis dan Staphylococcus aureus Jurnal Menara Perkebunan 80(2) 77-

84

Ngajow M Abidjulu J Kamu VS 2013 Pengaruh antibakteri ekstrak kulit batang

matoa (Pometia pinnata) terhadap bakteri Staphylococcus aureus secara in

vitro Jurnal Mipa Unsrat 2(2) 128-132

Nugroho RA 2013 Terapi topikal clindamycin dibandingkan dengan niacinamide

+ zinc pada Acne vulgaris [skripsi] Semarang (ID) Universitas

Diponegoro

Rahmawati F 2008Isolasi dan karakteristik senyawa antibakteri ekstrak daun

miana Coleus scutellarioides [L] Benth [tesis] Bogor (ID) Institut

Pertanian Bogor

Ratnawati Y 2007 Aktivitas antibakteri ekstrak daun jawer kotok (Coleus

scutellarioides [L] Benth) [skripsi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor

Razak A Djamal A Revilla G 2013 Uji daya hambat air perasan buah jeruk

nipis (Citrus aurantifolia) terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus

aureus secara in vitro Jurnal Kesehatan Andalas 2(1) 5-8

Ridwan Y Darusman LK Satrija F Handaryani E 2006 Kandungan kimia

berbagai ekstrak daun miana (Coleus blumei Bent) dan efek anthelmintiknya

terhadap cacing pita pada ayam Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia11(2) 1-6

Rusmiyati I Husain DR Alam G 2014 Bioaktivitas ekstrak metanol daun muda

sirsak (Annona muricata L) sebagai antibakteri terhadap Staphylococcus

aureus dan Propionibacterium acne [penelitian ilmiah] Makasar (ID)

Universitas Hassanudin

Saptarini O Perawati Hartanto Y 2008 Uji aktivitas antibakteri ekstrak etanol

buah mahkota dewa (Phaleria macrocarpa) terhadap Staphylococcus

epidermidis penyebab jerawat Jurnal Biomedika1(1) 1-7

Seta SA 2013 Optimasi formula lotion anti jerawat ekstrak etanol kulit buah

manggis (Garcinia mangostana L) dan uji aktivitas terhadap

14

Propionibacterium acnes dan Staphylococcus epidermidis [skripsi]

Yogyakarta (ID) Universitas Gadjah Mada

Syukrinawati RP 2014 Tingkat pengetahuan penggunaan antibiotik oleh

mahasiswa kepaniteraan klinik departemen bedah mulut RSGM-P FKG

periode September 2-13 Maret 2014 [skripsi] Medan (ID) Universitas

Sumatera Utara

Waji RA 2009 Flavonoid (Quercetin) [Penelitian Ilmiah] Makasar (ID)

Universitas Hasanuddin

Widiawati W Lutfiati D Perbedaan hasil penyembuhan kulit wajah berjerawat

antara masker lidah buaya dengan masker non lidah buaya e- Journal

Universitas Negeri Surabaya 2014 3(1) 217-225

15

LAMPIRAN

Lampiran 1 Pembuktian hipotesis

1 Pengambilan keputusan dari hipotesis yang ditentukan diuji dengan uji

ANOVA

2 Hipotesis dalam penelitian ini berupa Ho yaitu ekstrak etanol daun jawer

kotok dengan konsentrasi ekstrak 20 40 60 dan 80 tidak memiliki

aktivitas antibakteri terhadap bakteri pada permukaan kulit wajah

berjerawat dan H1 yaitu ekstrak etanol daun jawer kotok dengan

konsentrasi ekstrak 20 40 60 dan 80 memiliki aktivitas

antibakteri terhadap bakteri pada permukaan kulit wajah berjerawat

3 Pengambilan keputusan untuk memilih hipotesis mana yang diterima dan

hipotesis mana yang ditolak didasarkan pada perbandingan F hitung dan F

tabel dengan syarat jika F hitung kurang dari F tabel maka tolak H1 dan

terima H0 dan jika F hitung lebih besar dari F tabel maka H0 ditolak dan

terima H1

4 Hasil uji one way ANOVA pada diameter zona hambat bakteri S aureus S

Epidermidis Streptococcus sp dan Micrococcus sp diperoleh nilai F

hitung lebih besar dari F tabel (1143 831 gt 262) (1149 947 gt 262)

(1122 068 gt 262) dan (91144 gt 262) maka hiptotesis yang diterima

adalah H1 yaitu ekstrak etanol daun jawer kotok dengan konsentrasi

ekstrak 20 40 60 dan 80 memiliki aktivitas antibakteri terhadap

bakteri S aureus S epidermidis Streptococcus sp dan Micrococcus sp

Lampiran 2 hasil uji ANOVA dan uji lanjutan Duncan

Descriptives

saureus

N Mean

Std Deviation Std Error

95 Confidence Interval for

Mean

Minimum Maximum Lower Bound

Upper Bound

ekstrak 20 5 138000

109545

48990

124398

151602

1200

1500

ekstrak 40 5 160000

122474

54772

144793

175207

1400

1700

ekstrak 60 5 160000

70711

31623

151220

168780

1500

1700

ekstrak 80 5 170000

70711

31623

161220

178780

1600

1800

kontrol positif 5 406000

89443

40000

394894

417106

3900

4100

kontrol negative 5 0000

00000

00000

0000

0000

00 00

Total 30

172333

1218728

222508

126825

217841

00 4100

16

ANOVA

saureus

Sum of Squares df Mean Square F Sig

Between Groups

4289367 5 857873 1143831

000

Within Groups

18000 24 750

Total 4307367 29

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

saureus

Duncana

perlakuan N

Subset for alpha = 005

1 2 3 4

kontrol negatif 5 0000 ekstrak 20 5

13800

0

ekstrak 40 5

160000

ekstrak 60 5

160000

ekstrak 80 5

170000

kontrol positif 5

406000

Sig 1000 1000 096 1000

Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000

ONEWAY Sepidermidis BY perlakuan

STATISTICS DESCRIPTIVES

MISSING ANALYSIS

POSTHOC=DUNCAN ALPHA(005)

[DataSet0]

Descriptives

Sepidermidis

N Mean Std Deviation Std Error

95 Confidence Interval

for Mean

Minimum Maximum Lower Bound

Upper Bound

ekstrak 20 5 150000

70711

31623

141220

158780

1400

1600

ekstrak 40 5 154000

54772

24495

147199

160801

1500

1600

ekstrak 60 5 164000

151658

67823

145169

182831

1500

1800

ekstrak 80 5 162000

109545

48990

148398

175602

1500

1800

kontrol positif 5 408000

44721

20000

402447

413553

4000

4100

kontrol negatif 5 0000

00000

00000

0000

0000

00 00

Total 30

173000

1221968

223100

127371

218629

00 4100

17

ANOVA

Sepidermidis

Sum of Squares Df Mean Square F Sig

Between Groups 4312300 5 862460 1149947

000

Within Groups 18000 24 750 Total 4330300 29

Post Hoc Tests

Homogeneous Subsets

Sepidermidis

Duncana

Perlakuan N

Subset for alpha = 005

1 2 3 4

kontrol negative 5 0000 ekstrak 20 5

15000

0

ekstrak 40 5

154000

154000

ekstrak 80 5

162000

ekstrak 60 5

164000

kontrol positif 5

408000

Sig 1000 472 096 1000

Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000

ONEWAY Sepidermidis BY perlakuan

STATISTICS DESCRIPTIVES

MISSING ANALYSIS

POSTHOC=DUNCAN ALPHA(005)

[DataSet0]

18

Descriptives

Streptococcus

N Mean Std Deviation

Std Error

95 Confidence Interval

for Mean

Minimum Maximum Lower Bound

Upper Bound

ekstrak 20 5 156000

134164

60000

139341

172659

1400 1700

ekstrak 40 5 162000

109545

48990

148398

175602

1500 1700

ekstrak 60 5 162000

109545

48990

148398

175602

1500 1700

ekstrak 80 5 156000

54772

24495

149199

162801

1500 1600

kontrol positif 5 416000

54772

24495

409199

422801

4100 4200

kontrol negatif 5 0000

00000

00000

0000

0000

00 00

Total 30

175333

1246715

227618

128780

221886

00 4200

ANOVA

Streptococcus

Sum of Squares df Mean Square F Sig

Between Groups 4488267 5 897653 1122067

000

Within Groups 19200 24 800 Total 4507467 29

Post Hoc Tests

Homogeneous Subsets

Streptococcus

Duncana

perlakuan N

Subset for alpha = 005

1 2 3

kontrol negatif 5 0000 ekstrak 20 5

15600

0

ekstrak 80 5

156000

ekstrak 40 5

162000

ekstrak 60 5

162000

kontrol positif 5

416000

Sig 1000 343 1000

Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000

ONEWAY Sepidermidis BY perlakuan

STATISTICS DESCRIPTIVES

MISSING ANALYSIS

POSTHOC=DUNCAN ALPHA(005)

[DataSet0]

19

Descriptives

Micrococcus

N Mean Std Deviation

Std Error

95 Confidence Interval for

Mean

Minimum Maximum Lower Bound

Upper Bound

ekstrak 20 5 142000

178885

80000

119788

164212

1200

1600

ekstrak 40 5 150000

200000

89443

125167

174833

1200

1700

ekstrak 60 5 150000

200000

89443

125167

174833

1200

1700

ekstrak 80 5 142000

130384

58310

125811

158189

1200

1500

kontrol positif 5 182000

83666

37417

171611

192389

1700

1900

kontrol negative

5 0000

00000

00000

0000

0000

00 00

Total 30

127667

612335

111797

104802

150532

00 1900

ANOVA

Micrococcus

Sum of Squares Df Mean Square F Sig

Between Groups 1032967 5 206593 91144 000 Within Groups 54400 24 2267

Total 1087367 29

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

Micrococcus

Duncana

Perlakuan N

Subset for alpha = 005

1 2 3

kontrol negative 5 0000 ekstrak 20 5

14200

0

ekstrak 80 5

142000

ekstrak 40 5

150000

ekstrak 60 5

150000

kontrol positif 5

182000

Sig 1000 451 1000

Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000

20

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Jakarta tanggal 25 september 1992 Penulis merupakan

anak ketiga dari tiga bersaudara dari pasangan Petrus Bambang Wijanarko dan

Susana Tuminah Penulis menempuh pendidikan Sekolah Menengah Pertama di

SMP Strada Bhakti Wiyata Bekasi dan Sekolah Menengah Atas di SMA Santo

Antonius Jakarta Penulis aktif di Organisasi Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM)

Keluarga Mahasiswa Katolik IPB sejak tahun 2011 hingga 2013 Penulis juga

aktif di Himpunan Profesi Ornithologi dan Unggas sejak tahun 2013 hingga 2014

12

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Ekstrak etanol daun jawer kotok mengandung flavonoid polifenol dan tanin

serta terpenoid yang memiliki aktivitas antibakteri yang dapat menghambat

pertumbuhan bakteri kokus Gram positif pada permukaan kulit wajah berjerawat

Ekstrak etanol daun jawer kotok memiliki potensi antibakteri yang baik karena

daya hambat bakteri pada konsentrasi 20 40 60 dan 80 tergolong dalam

daya hambat yang kuat S aureus S epidermidis Streptococcus sp dan

Micrococcus sp dinyatakan peka terhadap seluruh konsentrasi ekstrak

Saran

Saran yang dapat diberikan kepada peneliti selanjutnya yaitu perlu

dilakukan penelitian aktivitas antibakteri ekstrak etanol daun jawer kotok terhadap

bakteri Pacne dan bakteri gram negatif serta penggunaan kontrol positif dengan

antibiotik yang lain Selain itu penelitian ini juga dapat digunakan sebagai dasar

ilmiah dalam pengembangan produk farmasi antibakteri

DAFTAR PUSTAKA

Agoes G 2007 Ekstraksi Tanaman Obat Bandung ITB

Andy Taufik M 2010 Jumlah bakteri dan keberadaan bakteri Salmonella sp

pada daging kuda di Kabupaten Jeneponto Jurnal Agrisistem 6(2) 82-87

Arundhina E 2014 Aktivitas ekstrak etanol daun alamanda (Allamanda

cathartica L) sebagai anti jamur terhadap Candida albicans dan

Pityrosporum ovale secara in vitro [skripsi] Yogyakarta (ID) Universitas

Katolik Atmajaya Yogyakarta

Aziz S2010 Uji aktivitas antibakteri ekstrak etanol daun dan umbi bakung putih

(Crinum asiatikum L) terhadap bakteri penyebab jerawat[skripsi] Jakarta

(ID) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatulloh

Brooks GF Butel JS Morse SA Mikrobiologi Kedokteran Mudihardi E

KuntamanWasito EB et al penerjemah Jakarta (ID) Salemba Medika

Terjemahan dari Medical Microbiology

Caesarita DP 2011 Pengaruh ekstrak buah nanas (Ananas comosus) 100

terhadap bakteri Staphylococcus aureus dari pyoderma [skripsi] Bandung

(ID) Universitas Diponegoro

Carter GR dan Cole JR 1990 Diagnostic Procedures in Veterinary Bacteriology

and Mycology Fifth Edition London (UK) Academi Press Limited

13

Dalimarta S 2000 Atlas Tumbuhan Indonesia Jilid ke-2 Jakarta Trubus

Agriwidya

Darmawi Manaf ZH Putranda F 2013 Daya hambat getah jarak cina (Jatropha

multifida L) terhadap Staphylococcus aureus secara invitro Jurnal Medika

Veterinaria7(2) 113-115

Hamdayati Y Kusnadi Rahadian I 2008 Aktivitas antibakteri ekstrak daun

patikan kebo (Euphorbia hirta) terhadap pertumbuhan bakteri

Staphylococcus epidermidis Jurnal Pengajaran Matematika dan Ilmu

Pengetahuan alam 12(7) 1-10

Harborne JB 1987 Metode Fitokimia Padmawinata K Soediro I penerjemah

Jakarta (ID) UI Press Terjemahan dari Basic Concepts of Analytical

Chemistry

Jang SS Biberstein EL Hirsh DC 1976 A Manual of Veterinary Clinical

Bacteriology and Micology Davis (US) Univ California

Kee JL Hayes ER Farmakologi Pendekatan Proses Keperawatan Anugerah P

penerjemah Jakarta (ID) EGC Terjemahan dari Pharmacology A Nursing

Process Approach

Mulyatni AS Budiani A Taniwiryono D 2012 Aktivitas antibakteri ekstrak kulit

buah kakao (Theobroma cacao L) terhadap Escherichia coli Bacillus

subtilis dan Staphylococcus aureus Jurnal Menara Perkebunan 80(2) 77-

84

Ngajow M Abidjulu J Kamu VS 2013 Pengaruh antibakteri ekstrak kulit batang

matoa (Pometia pinnata) terhadap bakteri Staphylococcus aureus secara in

vitro Jurnal Mipa Unsrat 2(2) 128-132

Nugroho RA 2013 Terapi topikal clindamycin dibandingkan dengan niacinamide

+ zinc pada Acne vulgaris [skripsi] Semarang (ID) Universitas

Diponegoro

Rahmawati F 2008Isolasi dan karakteristik senyawa antibakteri ekstrak daun

miana Coleus scutellarioides [L] Benth [tesis] Bogor (ID) Institut

Pertanian Bogor

Ratnawati Y 2007 Aktivitas antibakteri ekstrak daun jawer kotok (Coleus

scutellarioides [L] Benth) [skripsi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor

Razak A Djamal A Revilla G 2013 Uji daya hambat air perasan buah jeruk

nipis (Citrus aurantifolia) terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus

aureus secara in vitro Jurnal Kesehatan Andalas 2(1) 5-8

Ridwan Y Darusman LK Satrija F Handaryani E 2006 Kandungan kimia

berbagai ekstrak daun miana (Coleus blumei Bent) dan efek anthelmintiknya

terhadap cacing pita pada ayam Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia11(2) 1-6

Rusmiyati I Husain DR Alam G 2014 Bioaktivitas ekstrak metanol daun muda

sirsak (Annona muricata L) sebagai antibakteri terhadap Staphylococcus

aureus dan Propionibacterium acne [penelitian ilmiah] Makasar (ID)

Universitas Hassanudin

Saptarini O Perawati Hartanto Y 2008 Uji aktivitas antibakteri ekstrak etanol

buah mahkota dewa (Phaleria macrocarpa) terhadap Staphylococcus

epidermidis penyebab jerawat Jurnal Biomedika1(1) 1-7

Seta SA 2013 Optimasi formula lotion anti jerawat ekstrak etanol kulit buah

manggis (Garcinia mangostana L) dan uji aktivitas terhadap

14

Propionibacterium acnes dan Staphylococcus epidermidis [skripsi]

Yogyakarta (ID) Universitas Gadjah Mada

Syukrinawati RP 2014 Tingkat pengetahuan penggunaan antibiotik oleh

mahasiswa kepaniteraan klinik departemen bedah mulut RSGM-P FKG

periode September 2-13 Maret 2014 [skripsi] Medan (ID) Universitas

Sumatera Utara

Waji RA 2009 Flavonoid (Quercetin) [Penelitian Ilmiah] Makasar (ID)

Universitas Hasanuddin

Widiawati W Lutfiati D Perbedaan hasil penyembuhan kulit wajah berjerawat

antara masker lidah buaya dengan masker non lidah buaya e- Journal

Universitas Negeri Surabaya 2014 3(1) 217-225

15

LAMPIRAN

Lampiran 1 Pembuktian hipotesis

1 Pengambilan keputusan dari hipotesis yang ditentukan diuji dengan uji

ANOVA

2 Hipotesis dalam penelitian ini berupa Ho yaitu ekstrak etanol daun jawer

kotok dengan konsentrasi ekstrak 20 40 60 dan 80 tidak memiliki

aktivitas antibakteri terhadap bakteri pada permukaan kulit wajah

berjerawat dan H1 yaitu ekstrak etanol daun jawer kotok dengan

konsentrasi ekstrak 20 40 60 dan 80 memiliki aktivitas

antibakteri terhadap bakteri pada permukaan kulit wajah berjerawat

3 Pengambilan keputusan untuk memilih hipotesis mana yang diterima dan

hipotesis mana yang ditolak didasarkan pada perbandingan F hitung dan F

tabel dengan syarat jika F hitung kurang dari F tabel maka tolak H1 dan

terima H0 dan jika F hitung lebih besar dari F tabel maka H0 ditolak dan

terima H1

4 Hasil uji one way ANOVA pada diameter zona hambat bakteri S aureus S

Epidermidis Streptococcus sp dan Micrococcus sp diperoleh nilai F

hitung lebih besar dari F tabel (1143 831 gt 262) (1149 947 gt 262)

(1122 068 gt 262) dan (91144 gt 262) maka hiptotesis yang diterima

adalah H1 yaitu ekstrak etanol daun jawer kotok dengan konsentrasi

ekstrak 20 40 60 dan 80 memiliki aktivitas antibakteri terhadap

bakteri S aureus S epidermidis Streptococcus sp dan Micrococcus sp

Lampiran 2 hasil uji ANOVA dan uji lanjutan Duncan

Descriptives

saureus

N Mean

Std Deviation Std Error

95 Confidence Interval for

Mean

Minimum Maximum Lower Bound

Upper Bound

ekstrak 20 5 138000

109545

48990

124398

151602

1200

1500

ekstrak 40 5 160000

122474

54772

144793

175207

1400

1700

ekstrak 60 5 160000

70711

31623

151220

168780

1500

1700

ekstrak 80 5 170000

70711

31623

161220

178780

1600

1800

kontrol positif 5 406000

89443

40000

394894

417106

3900

4100

kontrol negative 5 0000

00000

00000

0000

0000

00 00

Total 30

172333

1218728

222508

126825

217841

00 4100

16

ANOVA

saureus

Sum of Squares df Mean Square F Sig

Between Groups

4289367 5 857873 1143831

000

Within Groups

18000 24 750

Total 4307367 29

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

saureus

Duncana

perlakuan N

Subset for alpha = 005

1 2 3 4

kontrol negatif 5 0000 ekstrak 20 5

13800

0

ekstrak 40 5

160000

ekstrak 60 5

160000

ekstrak 80 5

170000

kontrol positif 5

406000

Sig 1000 1000 096 1000

Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000

ONEWAY Sepidermidis BY perlakuan

STATISTICS DESCRIPTIVES

MISSING ANALYSIS

POSTHOC=DUNCAN ALPHA(005)

[DataSet0]

Descriptives

Sepidermidis

N Mean Std Deviation Std Error

95 Confidence Interval

for Mean

Minimum Maximum Lower Bound

Upper Bound

ekstrak 20 5 150000

70711

31623

141220

158780

1400

1600

ekstrak 40 5 154000

54772

24495

147199

160801

1500

1600

ekstrak 60 5 164000

151658

67823

145169

182831

1500

1800

ekstrak 80 5 162000

109545

48990

148398

175602

1500

1800

kontrol positif 5 408000

44721

20000

402447

413553

4000

4100

kontrol negatif 5 0000

00000

00000

0000

0000

00 00

Total 30

173000

1221968

223100

127371

218629

00 4100

17

ANOVA

Sepidermidis

Sum of Squares Df Mean Square F Sig

Between Groups 4312300 5 862460 1149947

000

Within Groups 18000 24 750 Total 4330300 29

Post Hoc Tests

Homogeneous Subsets

Sepidermidis

Duncana

Perlakuan N

Subset for alpha = 005

1 2 3 4

kontrol negative 5 0000 ekstrak 20 5

15000

0

ekstrak 40 5

154000

154000

ekstrak 80 5

162000

ekstrak 60 5

164000

kontrol positif 5

408000

Sig 1000 472 096 1000

Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000

ONEWAY Sepidermidis BY perlakuan

STATISTICS DESCRIPTIVES

MISSING ANALYSIS

POSTHOC=DUNCAN ALPHA(005)

[DataSet0]

18

Descriptives

Streptococcus

N Mean Std Deviation

Std Error

95 Confidence Interval

for Mean

Minimum Maximum Lower Bound

Upper Bound

ekstrak 20 5 156000

134164

60000

139341

172659

1400 1700

ekstrak 40 5 162000

109545

48990

148398

175602

1500 1700

ekstrak 60 5 162000

109545

48990

148398

175602

1500 1700

ekstrak 80 5 156000

54772

24495

149199

162801

1500 1600

kontrol positif 5 416000

54772

24495

409199

422801

4100 4200

kontrol negatif 5 0000

00000

00000

0000

0000

00 00

Total 30

175333

1246715

227618

128780

221886

00 4200

ANOVA

Streptococcus

Sum of Squares df Mean Square F Sig

Between Groups 4488267 5 897653 1122067

000

Within Groups 19200 24 800 Total 4507467 29

Post Hoc Tests

Homogeneous Subsets

Streptococcus

Duncana

perlakuan N

Subset for alpha = 005

1 2 3

kontrol negatif 5 0000 ekstrak 20 5

15600

0

ekstrak 80 5

156000

ekstrak 40 5

162000

ekstrak 60 5

162000

kontrol positif 5

416000

Sig 1000 343 1000

Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000

ONEWAY Sepidermidis BY perlakuan

STATISTICS DESCRIPTIVES

MISSING ANALYSIS

POSTHOC=DUNCAN ALPHA(005)

[DataSet0]

19

Descriptives

Micrococcus

N Mean Std Deviation

Std Error

95 Confidence Interval for

Mean

Minimum Maximum Lower Bound

Upper Bound

ekstrak 20 5 142000

178885

80000

119788

164212

1200

1600

ekstrak 40 5 150000

200000

89443

125167

174833

1200

1700

ekstrak 60 5 150000

200000

89443

125167

174833

1200

1700

ekstrak 80 5 142000

130384

58310

125811

158189

1200

1500

kontrol positif 5 182000

83666

37417

171611

192389

1700

1900

kontrol negative

5 0000

00000

00000

0000

0000

00 00

Total 30

127667

612335

111797

104802

150532

00 1900

ANOVA

Micrococcus

Sum of Squares Df Mean Square F Sig

Between Groups 1032967 5 206593 91144 000 Within Groups 54400 24 2267

Total 1087367 29

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

Micrococcus

Duncana

Perlakuan N

Subset for alpha = 005

1 2 3

kontrol negative 5 0000 ekstrak 20 5

14200

0

ekstrak 80 5

142000

ekstrak 40 5

150000

ekstrak 60 5

150000

kontrol positif 5

182000

Sig 1000 451 1000

Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000

20

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Jakarta tanggal 25 september 1992 Penulis merupakan

anak ketiga dari tiga bersaudara dari pasangan Petrus Bambang Wijanarko dan

Susana Tuminah Penulis menempuh pendidikan Sekolah Menengah Pertama di

SMP Strada Bhakti Wiyata Bekasi dan Sekolah Menengah Atas di SMA Santo

Antonius Jakarta Penulis aktif di Organisasi Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM)

Keluarga Mahasiswa Katolik IPB sejak tahun 2011 hingga 2013 Penulis juga

aktif di Himpunan Profesi Ornithologi dan Unggas sejak tahun 2013 hingga 2014

13

Dalimarta S 2000 Atlas Tumbuhan Indonesia Jilid ke-2 Jakarta Trubus

Agriwidya

Darmawi Manaf ZH Putranda F 2013 Daya hambat getah jarak cina (Jatropha

multifida L) terhadap Staphylococcus aureus secara invitro Jurnal Medika

Veterinaria7(2) 113-115

Hamdayati Y Kusnadi Rahadian I 2008 Aktivitas antibakteri ekstrak daun

patikan kebo (Euphorbia hirta) terhadap pertumbuhan bakteri

Staphylococcus epidermidis Jurnal Pengajaran Matematika dan Ilmu

Pengetahuan alam 12(7) 1-10

Harborne JB 1987 Metode Fitokimia Padmawinata K Soediro I penerjemah

Jakarta (ID) UI Press Terjemahan dari Basic Concepts of Analytical

Chemistry

Jang SS Biberstein EL Hirsh DC 1976 A Manual of Veterinary Clinical

Bacteriology and Micology Davis (US) Univ California

Kee JL Hayes ER Farmakologi Pendekatan Proses Keperawatan Anugerah P

penerjemah Jakarta (ID) EGC Terjemahan dari Pharmacology A Nursing

Process Approach

Mulyatni AS Budiani A Taniwiryono D 2012 Aktivitas antibakteri ekstrak kulit

buah kakao (Theobroma cacao L) terhadap Escherichia coli Bacillus

subtilis dan Staphylococcus aureus Jurnal Menara Perkebunan 80(2) 77-

84

Ngajow M Abidjulu J Kamu VS 2013 Pengaruh antibakteri ekstrak kulit batang

matoa (Pometia pinnata) terhadap bakteri Staphylococcus aureus secara in

vitro Jurnal Mipa Unsrat 2(2) 128-132

Nugroho RA 2013 Terapi topikal clindamycin dibandingkan dengan niacinamide

+ zinc pada Acne vulgaris [skripsi] Semarang (ID) Universitas

Diponegoro

Rahmawati F 2008Isolasi dan karakteristik senyawa antibakteri ekstrak daun

miana Coleus scutellarioides [L] Benth [tesis] Bogor (ID) Institut

Pertanian Bogor

Ratnawati Y 2007 Aktivitas antibakteri ekstrak daun jawer kotok (Coleus

scutellarioides [L] Benth) [skripsi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor

Razak A Djamal A Revilla G 2013 Uji daya hambat air perasan buah jeruk

nipis (Citrus aurantifolia) terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus

aureus secara in vitro Jurnal Kesehatan Andalas 2(1) 5-8

Ridwan Y Darusman LK Satrija F Handaryani E 2006 Kandungan kimia

berbagai ekstrak daun miana (Coleus blumei Bent) dan efek anthelmintiknya

terhadap cacing pita pada ayam Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia11(2) 1-6

Rusmiyati I Husain DR Alam G 2014 Bioaktivitas ekstrak metanol daun muda

sirsak (Annona muricata L) sebagai antibakteri terhadap Staphylococcus

aureus dan Propionibacterium acne [penelitian ilmiah] Makasar (ID)

Universitas Hassanudin

Saptarini O Perawati Hartanto Y 2008 Uji aktivitas antibakteri ekstrak etanol

buah mahkota dewa (Phaleria macrocarpa) terhadap Staphylococcus

epidermidis penyebab jerawat Jurnal Biomedika1(1) 1-7

Seta SA 2013 Optimasi formula lotion anti jerawat ekstrak etanol kulit buah

manggis (Garcinia mangostana L) dan uji aktivitas terhadap

14

Propionibacterium acnes dan Staphylococcus epidermidis [skripsi]

Yogyakarta (ID) Universitas Gadjah Mada

Syukrinawati RP 2014 Tingkat pengetahuan penggunaan antibiotik oleh

mahasiswa kepaniteraan klinik departemen bedah mulut RSGM-P FKG

periode September 2-13 Maret 2014 [skripsi] Medan (ID) Universitas

Sumatera Utara

Waji RA 2009 Flavonoid (Quercetin) [Penelitian Ilmiah] Makasar (ID)

Universitas Hasanuddin

Widiawati W Lutfiati D Perbedaan hasil penyembuhan kulit wajah berjerawat

antara masker lidah buaya dengan masker non lidah buaya e- Journal

Universitas Negeri Surabaya 2014 3(1) 217-225

15

LAMPIRAN

Lampiran 1 Pembuktian hipotesis

1 Pengambilan keputusan dari hipotesis yang ditentukan diuji dengan uji

ANOVA

2 Hipotesis dalam penelitian ini berupa Ho yaitu ekstrak etanol daun jawer

kotok dengan konsentrasi ekstrak 20 40 60 dan 80 tidak memiliki

aktivitas antibakteri terhadap bakteri pada permukaan kulit wajah

berjerawat dan H1 yaitu ekstrak etanol daun jawer kotok dengan

konsentrasi ekstrak 20 40 60 dan 80 memiliki aktivitas

antibakteri terhadap bakteri pada permukaan kulit wajah berjerawat

3 Pengambilan keputusan untuk memilih hipotesis mana yang diterima dan

hipotesis mana yang ditolak didasarkan pada perbandingan F hitung dan F

tabel dengan syarat jika F hitung kurang dari F tabel maka tolak H1 dan

terima H0 dan jika F hitung lebih besar dari F tabel maka H0 ditolak dan

terima H1

4 Hasil uji one way ANOVA pada diameter zona hambat bakteri S aureus S

Epidermidis Streptococcus sp dan Micrococcus sp diperoleh nilai F

hitung lebih besar dari F tabel (1143 831 gt 262) (1149 947 gt 262)

(1122 068 gt 262) dan (91144 gt 262) maka hiptotesis yang diterima

adalah H1 yaitu ekstrak etanol daun jawer kotok dengan konsentrasi

ekstrak 20 40 60 dan 80 memiliki aktivitas antibakteri terhadap

bakteri S aureus S epidermidis Streptococcus sp dan Micrococcus sp

Lampiran 2 hasil uji ANOVA dan uji lanjutan Duncan

Descriptives

saureus

N Mean

Std Deviation Std Error

95 Confidence Interval for

Mean

Minimum Maximum Lower Bound

Upper Bound

ekstrak 20 5 138000

109545

48990

124398

151602

1200

1500

ekstrak 40 5 160000

122474

54772

144793

175207

1400

1700

ekstrak 60 5 160000

70711

31623

151220

168780

1500

1700

ekstrak 80 5 170000

70711

31623

161220

178780

1600

1800

kontrol positif 5 406000

89443

40000

394894

417106

3900

4100

kontrol negative 5 0000

00000

00000

0000

0000

00 00

Total 30

172333

1218728

222508

126825

217841

00 4100

16

ANOVA

saureus

Sum of Squares df Mean Square F Sig

Between Groups

4289367 5 857873 1143831

000

Within Groups

18000 24 750

Total 4307367 29

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

saureus

Duncana

perlakuan N

Subset for alpha = 005

1 2 3 4

kontrol negatif 5 0000 ekstrak 20 5

13800

0

ekstrak 40 5

160000

ekstrak 60 5

160000

ekstrak 80 5

170000

kontrol positif 5

406000

Sig 1000 1000 096 1000

Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000

ONEWAY Sepidermidis BY perlakuan

STATISTICS DESCRIPTIVES

MISSING ANALYSIS

POSTHOC=DUNCAN ALPHA(005)

[DataSet0]

Descriptives

Sepidermidis

N Mean Std Deviation Std Error

95 Confidence Interval

for Mean

Minimum Maximum Lower Bound

Upper Bound

ekstrak 20 5 150000

70711

31623

141220

158780

1400

1600

ekstrak 40 5 154000

54772

24495

147199

160801

1500

1600

ekstrak 60 5 164000

151658

67823

145169

182831

1500

1800

ekstrak 80 5 162000

109545

48990

148398

175602

1500

1800

kontrol positif 5 408000

44721

20000

402447

413553

4000

4100

kontrol negatif 5 0000

00000

00000

0000

0000

00 00

Total 30

173000

1221968

223100

127371

218629

00 4100

17

ANOVA

Sepidermidis

Sum of Squares Df Mean Square F Sig

Between Groups 4312300 5 862460 1149947

000

Within Groups 18000 24 750 Total 4330300 29

Post Hoc Tests

Homogeneous Subsets

Sepidermidis

Duncana

Perlakuan N

Subset for alpha = 005

1 2 3 4

kontrol negative 5 0000 ekstrak 20 5

15000

0

ekstrak 40 5

154000

154000

ekstrak 80 5

162000

ekstrak 60 5

164000

kontrol positif 5

408000

Sig 1000 472 096 1000

Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000

ONEWAY Sepidermidis BY perlakuan

STATISTICS DESCRIPTIVES

MISSING ANALYSIS

POSTHOC=DUNCAN ALPHA(005)

[DataSet0]

18

Descriptives

Streptococcus

N Mean Std Deviation

Std Error

95 Confidence Interval

for Mean

Minimum Maximum Lower Bound

Upper Bound

ekstrak 20 5 156000

134164

60000

139341

172659

1400 1700

ekstrak 40 5 162000

109545

48990

148398

175602

1500 1700

ekstrak 60 5 162000

109545

48990

148398

175602

1500 1700

ekstrak 80 5 156000

54772

24495

149199

162801

1500 1600

kontrol positif 5 416000

54772

24495

409199

422801

4100 4200

kontrol negatif 5 0000

00000

00000

0000

0000

00 00

Total 30

175333

1246715

227618

128780

221886

00 4200

ANOVA

Streptococcus

Sum of Squares df Mean Square F Sig

Between Groups 4488267 5 897653 1122067

000

Within Groups 19200 24 800 Total 4507467 29

Post Hoc Tests

Homogeneous Subsets

Streptococcus

Duncana

perlakuan N

Subset for alpha = 005

1 2 3

kontrol negatif 5 0000 ekstrak 20 5

15600

0

ekstrak 80 5

156000

ekstrak 40 5

162000

ekstrak 60 5

162000

kontrol positif 5

416000

Sig 1000 343 1000

Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000

ONEWAY Sepidermidis BY perlakuan

STATISTICS DESCRIPTIVES

MISSING ANALYSIS

POSTHOC=DUNCAN ALPHA(005)

[DataSet0]

19

Descriptives

Micrococcus

N Mean Std Deviation

Std Error

95 Confidence Interval for

Mean

Minimum Maximum Lower Bound

Upper Bound

ekstrak 20 5 142000

178885

80000

119788

164212

1200

1600

ekstrak 40 5 150000

200000

89443

125167

174833

1200

1700

ekstrak 60 5 150000

200000

89443

125167

174833

1200

1700

ekstrak 80 5 142000

130384

58310

125811

158189

1200

1500

kontrol positif 5 182000

83666

37417

171611

192389

1700

1900

kontrol negative

5 0000

00000

00000

0000

0000

00 00

Total 30

127667

612335

111797

104802

150532

00 1900

ANOVA

Micrococcus

Sum of Squares Df Mean Square F Sig

Between Groups 1032967 5 206593 91144 000 Within Groups 54400 24 2267

Total 1087367 29

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

Micrococcus

Duncana

Perlakuan N

Subset for alpha = 005

1 2 3

kontrol negative 5 0000 ekstrak 20 5

14200

0

ekstrak 80 5

142000

ekstrak 40 5

150000

ekstrak 60 5

150000

kontrol positif 5

182000

Sig 1000 451 1000

Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000

20

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Jakarta tanggal 25 september 1992 Penulis merupakan

anak ketiga dari tiga bersaudara dari pasangan Petrus Bambang Wijanarko dan

Susana Tuminah Penulis menempuh pendidikan Sekolah Menengah Pertama di

SMP Strada Bhakti Wiyata Bekasi dan Sekolah Menengah Atas di SMA Santo

Antonius Jakarta Penulis aktif di Organisasi Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM)

Keluarga Mahasiswa Katolik IPB sejak tahun 2011 hingga 2013 Penulis juga

aktif di Himpunan Profesi Ornithologi dan Unggas sejak tahun 2013 hingga 2014

14

Propionibacterium acnes dan Staphylococcus epidermidis [skripsi]

Yogyakarta (ID) Universitas Gadjah Mada

Syukrinawati RP 2014 Tingkat pengetahuan penggunaan antibiotik oleh

mahasiswa kepaniteraan klinik departemen bedah mulut RSGM-P FKG

periode September 2-13 Maret 2014 [skripsi] Medan (ID) Universitas

Sumatera Utara

Waji RA 2009 Flavonoid (Quercetin) [Penelitian Ilmiah] Makasar (ID)

Universitas Hasanuddin

Widiawati W Lutfiati D Perbedaan hasil penyembuhan kulit wajah berjerawat

antara masker lidah buaya dengan masker non lidah buaya e- Journal

Universitas Negeri Surabaya 2014 3(1) 217-225

15

LAMPIRAN

Lampiran 1 Pembuktian hipotesis

1 Pengambilan keputusan dari hipotesis yang ditentukan diuji dengan uji

ANOVA

2 Hipotesis dalam penelitian ini berupa Ho yaitu ekstrak etanol daun jawer

kotok dengan konsentrasi ekstrak 20 40 60 dan 80 tidak memiliki

aktivitas antibakteri terhadap bakteri pada permukaan kulit wajah

berjerawat dan H1 yaitu ekstrak etanol daun jawer kotok dengan

konsentrasi ekstrak 20 40 60 dan 80 memiliki aktivitas

antibakteri terhadap bakteri pada permukaan kulit wajah berjerawat

3 Pengambilan keputusan untuk memilih hipotesis mana yang diterima dan

hipotesis mana yang ditolak didasarkan pada perbandingan F hitung dan F

tabel dengan syarat jika F hitung kurang dari F tabel maka tolak H1 dan

terima H0 dan jika F hitung lebih besar dari F tabel maka H0 ditolak dan

terima H1

4 Hasil uji one way ANOVA pada diameter zona hambat bakteri S aureus S

Epidermidis Streptococcus sp dan Micrococcus sp diperoleh nilai F

hitung lebih besar dari F tabel (1143 831 gt 262) (1149 947 gt 262)

(1122 068 gt 262) dan (91144 gt 262) maka hiptotesis yang diterima

adalah H1 yaitu ekstrak etanol daun jawer kotok dengan konsentrasi

ekstrak 20 40 60 dan 80 memiliki aktivitas antibakteri terhadap

bakteri S aureus S epidermidis Streptococcus sp dan Micrococcus sp

Lampiran 2 hasil uji ANOVA dan uji lanjutan Duncan

Descriptives

saureus

N Mean

Std Deviation Std Error

95 Confidence Interval for

Mean

Minimum Maximum Lower Bound

Upper Bound

ekstrak 20 5 138000

109545

48990

124398

151602

1200

1500

ekstrak 40 5 160000

122474

54772

144793

175207

1400

1700

ekstrak 60 5 160000

70711

31623

151220

168780

1500

1700

ekstrak 80 5 170000

70711

31623

161220

178780

1600

1800

kontrol positif 5 406000

89443

40000

394894

417106

3900

4100

kontrol negative 5 0000

00000

00000

0000

0000

00 00

Total 30

172333

1218728

222508

126825

217841

00 4100

16

ANOVA

saureus

Sum of Squares df Mean Square F Sig

Between Groups

4289367 5 857873 1143831

000

Within Groups

18000 24 750

Total 4307367 29

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

saureus

Duncana

perlakuan N

Subset for alpha = 005

1 2 3 4

kontrol negatif 5 0000 ekstrak 20 5

13800

0

ekstrak 40 5

160000

ekstrak 60 5

160000

ekstrak 80 5

170000

kontrol positif 5

406000

Sig 1000 1000 096 1000

Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000

ONEWAY Sepidermidis BY perlakuan

STATISTICS DESCRIPTIVES

MISSING ANALYSIS

POSTHOC=DUNCAN ALPHA(005)

[DataSet0]

Descriptives

Sepidermidis

N Mean Std Deviation Std Error

95 Confidence Interval

for Mean

Minimum Maximum Lower Bound

Upper Bound

ekstrak 20 5 150000

70711

31623

141220

158780

1400

1600

ekstrak 40 5 154000

54772

24495

147199

160801

1500

1600

ekstrak 60 5 164000

151658

67823

145169

182831

1500

1800

ekstrak 80 5 162000

109545

48990

148398

175602

1500

1800

kontrol positif 5 408000

44721

20000

402447

413553

4000

4100

kontrol negatif 5 0000

00000

00000

0000

0000

00 00

Total 30

173000

1221968

223100

127371

218629

00 4100

17

ANOVA

Sepidermidis

Sum of Squares Df Mean Square F Sig

Between Groups 4312300 5 862460 1149947

000

Within Groups 18000 24 750 Total 4330300 29

Post Hoc Tests

Homogeneous Subsets

Sepidermidis

Duncana

Perlakuan N

Subset for alpha = 005

1 2 3 4

kontrol negative 5 0000 ekstrak 20 5

15000

0

ekstrak 40 5

154000

154000

ekstrak 80 5

162000

ekstrak 60 5

164000

kontrol positif 5

408000

Sig 1000 472 096 1000

Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000

ONEWAY Sepidermidis BY perlakuan

STATISTICS DESCRIPTIVES

MISSING ANALYSIS

POSTHOC=DUNCAN ALPHA(005)

[DataSet0]

18

Descriptives

Streptococcus

N Mean Std Deviation

Std Error

95 Confidence Interval

for Mean

Minimum Maximum Lower Bound

Upper Bound

ekstrak 20 5 156000

134164

60000

139341

172659

1400 1700

ekstrak 40 5 162000

109545

48990

148398

175602

1500 1700

ekstrak 60 5 162000

109545

48990

148398

175602

1500 1700

ekstrak 80 5 156000

54772

24495

149199

162801

1500 1600

kontrol positif 5 416000

54772

24495

409199

422801

4100 4200

kontrol negatif 5 0000

00000

00000

0000

0000

00 00

Total 30

175333

1246715

227618

128780

221886

00 4200

ANOVA

Streptococcus

Sum of Squares df Mean Square F Sig

Between Groups 4488267 5 897653 1122067

000

Within Groups 19200 24 800 Total 4507467 29

Post Hoc Tests

Homogeneous Subsets

Streptococcus

Duncana

perlakuan N

Subset for alpha = 005

1 2 3

kontrol negatif 5 0000 ekstrak 20 5

15600

0

ekstrak 80 5

156000

ekstrak 40 5

162000

ekstrak 60 5

162000

kontrol positif 5

416000

Sig 1000 343 1000

Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000

ONEWAY Sepidermidis BY perlakuan

STATISTICS DESCRIPTIVES

MISSING ANALYSIS

POSTHOC=DUNCAN ALPHA(005)

[DataSet0]

19

Descriptives

Micrococcus

N Mean Std Deviation

Std Error

95 Confidence Interval for

Mean

Minimum Maximum Lower Bound

Upper Bound

ekstrak 20 5 142000

178885

80000

119788

164212

1200

1600

ekstrak 40 5 150000

200000

89443

125167

174833

1200

1700

ekstrak 60 5 150000

200000

89443

125167

174833

1200

1700

ekstrak 80 5 142000

130384

58310

125811

158189

1200

1500

kontrol positif 5 182000

83666

37417

171611

192389

1700

1900

kontrol negative

5 0000

00000

00000

0000

0000

00 00

Total 30

127667

612335

111797

104802

150532

00 1900

ANOVA

Micrococcus

Sum of Squares Df Mean Square F Sig

Between Groups 1032967 5 206593 91144 000 Within Groups 54400 24 2267

Total 1087367 29

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

Micrococcus

Duncana

Perlakuan N

Subset for alpha = 005

1 2 3

kontrol negative 5 0000 ekstrak 20 5

14200

0

ekstrak 80 5

142000

ekstrak 40 5

150000

ekstrak 60 5

150000

kontrol positif 5

182000

Sig 1000 451 1000

Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000

20

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Jakarta tanggal 25 september 1992 Penulis merupakan

anak ketiga dari tiga bersaudara dari pasangan Petrus Bambang Wijanarko dan

Susana Tuminah Penulis menempuh pendidikan Sekolah Menengah Pertama di

SMP Strada Bhakti Wiyata Bekasi dan Sekolah Menengah Atas di SMA Santo

Antonius Jakarta Penulis aktif di Organisasi Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM)

Keluarga Mahasiswa Katolik IPB sejak tahun 2011 hingga 2013 Penulis juga

aktif di Himpunan Profesi Ornithologi dan Unggas sejak tahun 2013 hingga 2014

15

LAMPIRAN

Lampiran 1 Pembuktian hipotesis

1 Pengambilan keputusan dari hipotesis yang ditentukan diuji dengan uji

ANOVA

2 Hipotesis dalam penelitian ini berupa Ho yaitu ekstrak etanol daun jawer

kotok dengan konsentrasi ekstrak 20 40 60 dan 80 tidak memiliki

aktivitas antibakteri terhadap bakteri pada permukaan kulit wajah

berjerawat dan H1 yaitu ekstrak etanol daun jawer kotok dengan

konsentrasi ekstrak 20 40 60 dan 80 memiliki aktivitas

antibakteri terhadap bakteri pada permukaan kulit wajah berjerawat

3 Pengambilan keputusan untuk memilih hipotesis mana yang diterima dan

hipotesis mana yang ditolak didasarkan pada perbandingan F hitung dan F

tabel dengan syarat jika F hitung kurang dari F tabel maka tolak H1 dan

terima H0 dan jika F hitung lebih besar dari F tabel maka H0 ditolak dan

terima H1

4 Hasil uji one way ANOVA pada diameter zona hambat bakteri S aureus S

Epidermidis Streptococcus sp dan Micrococcus sp diperoleh nilai F

hitung lebih besar dari F tabel (1143 831 gt 262) (1149 947 gt 262)

(1122 068 gt 262) dan (91144 gt 262) maka hiptotesis yang diterima

adalah H1 yaitu ekstrak etanol daun jawer kotok dengan konsentrasi

ekstrak 20 40 60 dan 80 memiliki aktivitas antibakteri terhadap

bakteri S aureus S epidermidis Streptococcus sp dan Micrococcus sp

Lampiran 2 hasil uji ANOVA dan uji lanjutan Duncan

Descriptives

saureus

N Mean

Std Deviation Std Error

95 Confidence Interval for

Mean

Minimum Maximum Lower Bound

Upper Bound

ekstrak 20 5 138000

109545

48990

124398

151602

1200

1500

ekstrak 40 5 160000

122474

54772

144793

175207

1400

1700

ekstrak 60 5 160000

70711

31623

151220

168780

1500

1700

ekstrak 80 5 170000

70711

31623

161220

178780

1600

1800

kontrol positif 5 406000

89443

40000

394894

417106

3900

4100

kontrol negative 5 0000

00000

00000

0000

0000

00 00

Total 30

172333

1218728

222508

126825

217841

00 4100

16

ANOVA

saureus

Sum of Squares df Mean Square F Sig

Between Groups

4289367 5 857873 1143831

000

Within Groups

18000 24 750

Total 4307367 29

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

saureus

Duncana

perlakuan N

Subset for alpha = 005

1 2 3 4

kontrol negatif 5 0000 ekstrak 20 5

13800

0

ekstrak 40 5

160000

ekstrak 60 5

160000

ekstrak 80 5

170000

kontrol positif 5

406000

Sig 1000 1000 096 1000

Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000

ONEWAY Sepidermidis BY perlakuan

STATISTICS DESCRIPTIVES

MISSING ANALYSIS

POSTHOC=DUNCAN ALPHA(005)

[DataSet0]

Descriptives

Sepidermidis

N Mean Std Deviation Std Error

95 Confidence Interval

for Mean

Minimum Maximum Lower Bound

Upper Bound

ekstrak 20 5 150000

70711

31623

141220

158780

1400

1600

ekstrak 40 5 154000

54772

24495

147199

160801

1500

1600

ekstrak 60 5 164000

151658

67823

145169

182831

1500

1800

ekstrak 80 5 162000

109545

48990

148398

175602

1500

1800

kontrol positif 5 408000

44721

20000

402447

413553

4000

4100

kontrol negatif 5 0000

00000

00000

0000

0000

00 00

Total 30

173000

1221968

223100

127371

218629

00 4100

17

ANOVA

Sepidermidis

Sum of Squares Df Mean Square F Sig

Between Groups 4312300 5 862460 1149947

000

Within Groups 18000 24 750 Total 4330300 29

Post Hoc Tests

Homogeneous Subsets

Sepidermidis

Duncana

Perlakuan N

Subset for alpha = 005

1 2 3 4

kontrol negative 5 0000 ekstrak 20 5

15000

0

ekstrak 40 5

154000

154000

ekstrak 80 5

162000

ekstrak 60 5

164000

kontrol positif 5

408000

Sig 1000 472 096 1000

Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000

ONEWAY Sepidermidis BY perlakuan

STATISTICS DESCRIPTIVES

MISSING ANALYSIS

POSTHOC=DUNCAN ALPHA(005)

[DataSet0]

18

Descriptives

Streptococcus

N Mean Std Deviation

Std Error

95 Confidence Interval

for Mean

Minimum Maximum Lower Bound

Upper Bound

ekstrak 20 5 156000

134164

60000

139341

172659

1400 1700

ekstrak 40 5 162000

109545

48990

148398

175602

1500 1700

ekstrak 60 5 162000

109545

48990

148398

175602

1500 1700

ekstrak 80 5 156000

54772

24495

149199

162801

1500 1600

kontrol positif 5 416000

54772

24495

409199

422801

4100 4200

kontrol negatif 5 0000

00000

00000

0000

0000

00 00

Total 30

175333

1246715

227618

128780

221886

00 4200

ANOVA

Streptococcus

Sum of Squares df Mean Square F Sig

Between Groups 4488267 5 897653 1122067

000

Within Groups 19200 24 800 Total 4507467 29

Post Hoc Tests

Homogeneous Subsets

Streptococcus

Duncana

perlakuan N

Subset for alpha = 005

1 2 3

kontrol negatif 5 0000 ekstrak 20 5

15600

0

ekstrak 80 5

156000

ekstrak 40 5

162000

ekstrak 60 5

162000

kontrol positif 5

416000

Sig 1000 343 1000

Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000

ONEWAY Sepidermidis BY perlakuan

STATISTICS DESCRIPTIVES

MISSING ANALYSIS

POSTHOC=DUNCAN ALPHA(005)

[DataSet0]

19

Descriptives

Micrococcus

N Mean Std Deviation

Std Error

95 Confidence Interval for

Mean

Minimum Maximum Lower Bound

Upper Bound

ekstrak 20 5 142000

178885

80000

119788

164212

1200

1600

ekstrak 40 5 150000

200000

89443

125167

174833

1200

1700

ekstrak 60 5 150000

200000

89443

125167

174833

1200

1700

ekstrak 80 5 142000

130384

58310

125811

158189

1200

1500

kontrol positif 5 182000

83666

37417

171611

192389

1700

1900

kontrol negative

5 0000

00000

00000

0000

0000

00 00

Total 30

127667

612335

111797

104802

150532

00 1900

ANOVA

Micrococcus

Sum of Squares Df Mean Square F Sig

Between Groups 1032967 5 206593 91144 000 Within Groups 54400 24 2267

Total 1087367 29

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

Micrococcus

Duncana

Perlakuan N

Subset for alpha = 005

1 2 3

kontrol negative 5 0000 ekstrak 20 5

14200

0

ekstrak 80 5

142000

ekstrak 40 5

150000

ekstrak 60 5

150000

kontrol positif 5

182000

Sig 1000 451 1000

Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000

20

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Jakarta tanggal 25 september 1992 Penulis merupakan

anak ketiga dari tiga bersaudara dari pasangan Petrus Bambang Wijanarko dan

Susana Tuminah Penulis menempuh pendidikan Sekolah Menengah Pertama di

SMP Strada Bhakti Wiyata Bekasi dan Sekolah Menengah Atas di SMA Santo

Antonius Jakarta Penulis aktif di Organisasi Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM)

Keluarga Mahasiswa Katolik IPB sejak tahun 2011 hingga 2013 Penulis juga

aktif di Himpunan Profesi Ornithologi dan Unggas sejak tahun 2013 hingga 2014

16

ANOVA

saureus

Sum of Squares df Mean Square F Sig

Between Groups

4289367 5 857873 1143831

000

Within Groups

18000 24 750

Total 4307367 29

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

saureus

Duncana

perlakuan N

Subset for alpha = 005

1 2 3 4

kontrol negatif 5 0000 ekstrak 20 5

13800

0

ekstrak 40 5

160000

ekstrak 60 5

160000

ekstrak 80 5

170000

kontrol positif 5

406000

Sig 1000 1000 096 1000

Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000

ONEWAY Sepidermidis BY perlakuan

STATISTICS DESCRIPTIVES

MISSING ANALYSIS

POSTHOC=DUNCAN ALPHA(005)

[DataSet0]

Descriptives

Sepidermidis

N Mean Std Deviation Std Error

95 Confidence Interval

for Mean

Minimum Maximum Lower Bound

Upper Bound

ekstrak 20 5 150000

70711

31623

141220

158780

1400

1600

ekstrak 40 5 154000

54772

24495

147199

160801

1500

1600

ekstrak 60 5 164000

151658

67823

145169

182831

1500

1800

ekstrak 80 5 162000

109545

48990

148398

175602

1500

1800

kontrol positif 5 408000

44721

20000

402447

413553

4000

4100

kontrol negatif 5 0000

00000

00000

0000

0000

00 00

Total 30

173000

1221968

223100

127371

218629

00 4100

17

ANOVA

Sepidermidis

Sum of Squares Df Mean Square F Sig

Between Groups 4312300 5 862460 1149947

000

Within Groups 18000 24 750 Total 4330300 29

Post Hoc Tests

Homogeneous Subsets

Sepidermidis

Duncana

Perlakuan N

Subset for alpha = 005

1 2 3 4

kontrol negative 5 0000 ekstrak 20 5

15000

0

ekstrak 40 5

154000

154000

ekstrak 80 5

162000

ekstrak 60 5

164000

kontrol positif 5

408000

Sig 1000 472 096 1000

Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000

ONEWAY Sepidermidis BY perlakuan

STATISTICS DESCRIPTIVES

MISSING ANALYSIS

POSTHOC=DUNCAN ALPHA(005)

[DataSet0]

18

Descriptives

Streptococcus

N Mean Std Deviation

Std Error

95 Confidence Interval

for Mean

Minimum Maximum Lower Bound

Upper Bound

ekstrak 20 5 156000

134164

60000

139341

172659

1400 1700

ekstrak 40 5 162000

109545

48990

148398

175602

1500 1700

ekstrak 60 5 162000

109545

48990

148398

175602

1500 1700

ekstrak 80 5 156000

54772

24495

149199

162801

1500 1600

kontrol positif 5 416000

54772

24495

409199

422801

4100 4200

kontrol negatif 5 0000

00000

00000

0000

0000

00 00

Total 30

175333

1246715

227618

128780

221886

00 4200

ANOVA

Streptococcus

Sum of Squares df Mean Square F Sig

Between Groups 4488267 5 897653 1122067

000

Within Groups 19200 24 800 Total 4507467 29

Post Hoc Tests

Homogeneous Subsets

Streptococcus

Duncana

perlakuan N

Subset for alpha = 005

1 2 3

kontrol negatif 5 0000 ekstrak 20 5

15600

0

ekstrak 80 5

156000

ekstrak 40 5

162000

ekstrak 60 5

162000

kontrol positif 5

416000

Sig 1000 343 1000

Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000

ONEWAY Sepidermidis BY perlakuan

STATISTICS DESCRIPTIVES

MISSING ANALYSIS

POSTHOC=DUNCAN ALPHA(005)

[DataSet0]

19

Descriptives

Micrococcus

N Mean Std Deviation

Std Error

95 Confidence Interval for

Mean

Minimum Maximum Lower Bound

Upper Bound

ekstrak 20 5 142000

178885

80000

119788

164212

1200

1600

ekstrak 40 5 150000

200000

89443

125167

174833

1200

1700

ekstrak 60 5 150000

200000

89443

125167

174833

1200

1700

ekstrak 80 5 142000

130384

58310

125811

158189

1200

1500

kontrol positif 5 182000

83666

37417

171611

192389

1700

1900

kontrol negative

5 0000

00000

00000

0000

0000

00 00

Total 30

127667

612335

111797

104802

150532

00 1900

ANOVA

Micrococcus

Sum of Squares Df Mean Square F Sig

Between Groups 1032967 5 206593 91144 000 Within Groups 54400 24 2267

Total 1087367 29

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

Micrococcus

Duncana

Perlakuan N

Subset for alpha = 005

1 2 3

kontrol negative 5 0000 ekstrak 20 5

14200

0

ekstrak 80 5

142000

ekstrak 40 5

150000

ekstrak 60 5

150000

kontrol positif 5

182000

Sig 1000 451 1000

Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000

20

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Jakarta tanggal 25 september 1992 Penulis merupakan

anak ketiga dari tiga bersaudara dari pasangan Petrus Bambang Wijanarko dan

Susana Tuminah Penulis menempuh pendidikan Sekolah Menengah Pertama di

SMP Strada Bhakti Wiyata Bekasi dan Sekolah Menengah Atas di SMA Santo

Antonius Jakarta Penulis aktif di Organisasi Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM)

Keluarga Mahasiswa Katolik IPB sejak tahun 2011 hingga 2013 Penulis juga

aktif di Himpunan Profesi Ornithologi dan Unggas sejak tahun 2013 hingga 2014

17

ANOVA

Sepidermidis

Sum of Squares Df Mean Square F Sig

Between Groups 4312300 5 862460 1149947

000

Within Groups 18000 24 750 Total 4330300 29

Post Hoc Tests

Homogeneous Subsets

Sepidermidis

Duncana

Perlakuan N

Subset for alpha = 005

1 2 3 4

kontrol negative 5 0000 ekstrak 20 5

15000

0

ekstrak 40 5

154000

154000

ekstrak 80 5

162000

ekstrak 60 5

164000

kontrol positif 5

408000

Sig 1000 472 096 1000

Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000

ONEWAY Sepidermidis BY perlakuan

STATISTICS DESCRIPTIVES

MISSING ANALYSIS

POSTHOC=DUNCAN ALPHA(005)

[DataSet0]

18

Descriptives

Streptococcus

N Mean Std Deviation

Std Error

95 Confidence Interval

for Mean

Minimum Maximum Lower Bound

Upper Bound

ekstrak 20 5 156000

134164

60000

139341

172659

1400 1700

ekstrak 40 5 162000

109545

48990

148398

175602

1500 1700

ekstrak 60 5 162000

109545

48990

148398

175602

1500 1700

ekstrak 80 5 156000

54772

24495

149199

162801

1500 1600

kontrol positif 5 416000

54772

24495

409199

422801

4100 4200

kontrol negatif 5 0000

00000

00000

0000

0000

00 00

Total 30

175333

1246715

227618

128780

221886

00 4200

ANOVA

Streptococcus

Sum of Squares df Mean Square F Sig

Between Groups 4488267 5 897653 1122067

000

Within Groups 19200 24 800 Total 4507467 29

Post Hoc Tests

Homogeneous Subsets

Streptococcus

Duncana

perlakuan N

Subset for alpha = 005

1 2 3

kontrol negatif 5 0000 ekstrak 20 5

15600

0

ekstrak 80 5

156000

ekstrak 40 5

162000

ekstrak 60 5

162000

kontrol positif 5

416000

Sig 1000 343 1000

Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000

ONEWAY Sepidermidis BY perlakuan

STATISTICS DESCRIPTIVES

MISSING ANALYSIS

POSTHOC=DUNCAN ALPHA(005)

[DataSet0]

19

Descriptives

Micrococcus

N Mean Std Deviation

Std Error

95 Confidence Interval for

Mean

Minimum Maximum Lower Bound

Upper Bound

ekstrak 20 5 142000

178885

80000

119788

164212

1200

1600

ekstrak 40 5 150000

200000

89443

125167

174833

1200

1700

ekstrak 60 5 150000

200000

89443

125167

174833

1200

1700

ekstrak 80 5 142000

130384

58310

125811

158189

1200

1500

kontrol positif 5 182000

83666

37417

171611

192389

1700

1900

kontrol negative

5 0000

00000

00000

0000

0000

00 00

Total 30

127667

612335

111797

104802

150532

00 1900

ANOVA

Micrococcus

Sum of Squares Df Mean Square F Sig

Between Groups 1032967 5 206593 91144 000 Within Groups 54400 24 2267

Total 1087367 29

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

Micrococcus

Duncana

Perlakuan N

Subset for alpha = 005

1 2 3

kontrol negative 5 0000 ekstrak 20 5

14200

0

ekstrak 80 5

142000

ekstrak 40 5

150000

ekstrak 60 5

150000

kontrol positif 5

182000

Sig 1000 451 1000

Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000

20

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Jakarta tanggal 25 september 1992 Penulis merupakan

anak ketiga dari tiga bersaudara dari pasangan Petrus Bambang Wijanarko dan

Susana Tuminah Penulis menempuh pendidikan Sekolah Menengah Pertama di

SMP Strada Bhakti Wiyata Bekasi dan Sekolah Menengah Atas di SMA Santo

Antonius Jakarta Penulis aktif di Organisasi Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM)

Keluarga Mahasiswa Katolik IPB sejak tahun 2011 hingga 2013 Penulis juga

aktif di Himpunan Profesi Ornithologi dan Unggas sejak tahun 2013 hingga 2014

18

Descriptives

Streptococcus

N Mean Std Deviation

Std Error

95 Confidence Interval

for Mean

Minimum Maximum Lower Bound

Upper Bound

ekstrak 20 5 156000

134164

60000

139341

172659

1400 1700

ekstrak 40 5 162000

109545

48990

148398

175602

1500 1700

ekstrak 60 5 162000

109545

48990

148398

175602

1500 1700

ekstrak 80 5 156000

54772

24495

149199

162801

1500 1600

kontrol positif 5 416000

54772

24495

409199

422801

4100 4200

kontrol negatif 5 0000

00000

00000

0000

0000

00 00

Total 30

175333

1246715

227618

128780

221886

00 4200

ANOVA

Streptococcus

Sum of Squares df Mean Square F Sig

Between Groups 4488267 5 897653 1122067

000

Within Groups 19200 24 800 Total 4507467 29

Post Hoc Tests

Homogeneous Subsets

Streptococcus

Duncana

perlakuan N

Subset for alpha = 005

1 2 3

kontrol negatif 5 0000 ekstrak 20 5

15600

0

ekstrak 80 5

156000

ekstrak 40 5

162000

ekstrak 60 5

162000

kontrol positif 5

416000

Sig 1000 343 1000

Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000

ONEWAY Sepidermidis BY perlakuan

STATISTICS DESCRIPTIVES

MISSING ANALYSIS

POSTHOC=DUNCAN ALPHA(005)

[DataSet0]

19

Descriptives

Micrococcus

N Mean Std Deviation

Std Error

95 Confidence Interval for

Mean

Minimum Maximum Lower Bound

Upper Bound

ekstrak 20 5 142000

178885

80000

119788

164212

1200

1600

ekstrak 40 5 150000

200000

89443

125167

174833

1200

1700

ekstrak 60 5 150000

200000

89443

125167

174833

1200

1700

ekstrak 80 5 142000

130384

58310

125811

158189

1200

1500

kontrol positif 5 182000

83666

37417

171611

192389

1700

1900

kontrol negative

5 0000

00000

00000

0000

0000

00 00

Total 30

127667

612335

111797

104802

150532

00 1900

ANOVA

Micrococcus

Sum of Squares Df Mean Square F Sig

Between Groups 1032967 5 206593 91144 000 Within Groups 54400 24 2267

Total 1087367 29

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

Micrococcus

Duncana

Perlakuan N

Subset for alpha = 005

1 2 3

kontrol negative 5 0000 ekstrak 20 5

14200

0

ekstrak 80 5

142000

ekstrak 40 5

150000

ekstrak 60 5

150000

kontrol positif 5

182000

Sig 1000 451 1000

Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000

20

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Jakarta tanggal 25 september 1992 Penulis merupakan

anak ketiga dari tiga bersaudara dari pasangan Petrus Bambang Wijanarko dan

Susana Tuminah Penulis menempuh pendidikan Sekolah Menengah Pertama di

SMP Strada Bhakti Wiyata Bekasi dan Sekolah Menengah Atas di SMA Santo

Antonius Jakarta Penulis aktif di Organisasi Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM)

Keluarga Mahasiswa Katolik IPB sejak tahun 2011 hingga 2013 Penulis juga

aktif di Himpunan Profesi Ornithologi dan Unggas sejak tahun 2013 hingga 2014

19

Descriptives

Micrococcus

N Mean Std Deviation

Std Error

95 Confidence Interval for

Mean

Minimum Maximum Lower Bound

Upper Bound

ekstrak 20 5 142000

178885

80000

119788

164212

1200

1600

ekstrak 40 5 150000

200000

89443

125167

174833

1200

1700

ekstrak 60 5 150000

200000

89443

125167

174833

1200

1700

ekstrak 80 5 142000

130384

58310

125811

158189

1200

1500

kontrol positif 5 182000

83666

37417

171611

192389

1700

1900

kontrol negative

5 0000

00000

00000

0000

0000

00 00

Total 30

127667

612335

111797

104802

150532

00 1900

ANOVA

Micrococcus

Sum of Squares Df Mean Square F Sig

Between Groups 1032967 5 206593 91144 000 Within Groups 54400 24 2267

Total 1087367 29

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

Micrococcus

Duncana

Perlakuan N

Subset for alpha = 005

1 2 3

kontrol negative 5 0000 ekstrak 20 5

14200

0

ekstrak 80 5

142000

ekstrak 40 5

150000

ekstrak 60 5

150000

kontrol positif 5

182000

Sig 1000 451 1000

Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000

20

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Jakarta tanggal 25 september 1992 Penulis merupakan

anak ketiga dari tiga bersaudara dari pasangan Petrus Bambang Wijanarko dan

Susana Tuminah Penulis menempuh pendidikan Sekolah Menengah Pertama di

SMP Strada Bhakti Wiyata Bekasi dan Sekolah Menengah Atas di SMA Santo

Antonius Jakarta Penulis aktif di Organisasi Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM)

Keluarga Mahasiswa Katolik IPB sejak tahun 2011 hingga 2013 Penulis juga

aktif di Himpunan Profesi Ornithologi dan Unggas sejak tahun 2013 hingga 2014

20

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Jakarta tanggal 25 september 1992 Penulis merupakan

anak ketiga dari tiga bersaudara dari pasangan Petrus Bambang Wijanarko dan

Susana Tuminah Penulis menempuh pendidikan Sekolah Menengah Pertama di

SMP Strada Bhakti Wiyata Bekasi dan Sekolah Menengah Atas di SMA Santo

Antonius Jakarta Penulis aktif di Organisasi Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM)

Keluarga Mahasiswa Katolik IPB sejak tahun 2011 hingga 2013 Penulis juga

aktif di Himpunan Profesi Ornithologi dan Unggas sejak tahun 2013 hingga 2014