aktivitas antibakteri ekstrak etanol daun jawer … · , staphylococcus sp, enterococcus sp,...
TRANSCRIPT
AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL DAUN
JAWER KOTOK (Coleus atropurpureus) TERHADAP
BAKTERI KULIT WAJAH BERJERAWAT
YUSTINA DIAN FAJAR
DEPARTEMEN KLINIK REPRODUKSI DAN PATOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Aktivitas Antimikroba
Ekstrak Etanol Daun Jawer Kotok (Coleus atropurpureus) Terhadap Bakteri Kulit
Wajah Berjerawat adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor
Bogor Agustus 2015
Yustina Dian Fajar
NIM B04110105
ABSTRAK
YUSTINA DIAN FAJAR Aktivitas Antimikroba Ekstrak Etanol Daun Jawer
Kotok (Coleus atropurpureus) Terhadap Bakteri Kulit Wajah Berjerawat
Dibimbing oleh RINI MADYASTUTI PURWONO dan USAMAH AFFIF
Penggunaan antibiotik yang tidak rasional akan membuat bakteri menjadi
resisten Meningkatnya resistensi antibiotik mendorong perlu dilakukan eksplorasi
terhadap bahan alternatif yang dapat membunuh atau menghambat pertumbuhan
bakteri Salah satunya adalah daun jawer kotok (Coleus atropurpureus)
Penelitian ini bertujuan untuk menguji aktivitas antibakteri ekstrak etanol daun
jawer kotok (Coleus atropurpureus) terhadap bakteri hasil swab kulit wajah
berjerawat Penelitian ini dilakukan terhadap bakteri Gram positif yang berhasil
ditemukan pada permukaan kulit wajah berjerawat Bakteri tersebut adalah
Staphylococcus aureus Staphylococcus epidermidis Streptococcus sp dan
Micrococcus sp Seluruh bakteri diuji dengan konsentrasi ekstrak bertingkat
mulai dari 20 40 60 80 dan dibandingkan dengan antibiotik klindamisin
1 Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun jawer kotok
memiliki potensi antibakteri yang baik Diameter zona hambat bakteri yang
berada dalam rentan antara 1380 plusmn 109 mm sampai 1700 plusmn 070 mm Metabolit
sekunder yang terkandung dalam daun jawer adalah flavonoid polifenol dan tanin
serta terpenoid yang memiliki potensi sebagai antibakteri
Kata kunci Coleus atropurpureus aktivitas antimikroba ekstrak jawer kotok
flavonoid polifenol tanin terpenoid
ABSTRACT
YUSTINA DIAN FAJAR Antibacterial Activity of Etanol Extract from Jawer
Kotok (Coleus atropurpureus) Leave to Bacterialof Pimpled Faces Supervised by
RINI MADYASTUTI PURWONO and USAMAH AFIF
The misused of antibiotics will resist the bacteria The increasing of
resistance in antibiotic needs exploration other alternative resources which could
kill or obstruct bacteria to grow One of resources is jawer kotok (Coleus
atropurpureus) leave The objectives of this research are to assay jawer kotok
leaversquos etanol extract as antibacterial for pimpled skin Those bacteria are
Staphylococcus aureus Staphylococcus epidermidis Streptococcus sp and
Micrococcus sp The bacterias were challenged with gradual extract consentration
starting from 20 40 60 80 and campared with 1 clindamycin antibiotic
The result of the research showed that jawer kotok leaversquos etanol extract had
potency as good antibacterial The diameter of antibacterial inhibition zone range
from 1380 plusmn 109 mm until 1700 plusmn 070 mm Secondary metabolites in jawer
kotok leave consist of flavonoids polyphenols tannins and terpenoids which had
potency as antibacterial
Keywords Coleus atropurpureus antimicrobial activity jawer kotok extract
flavonoidstannin polyphenols terpenoids
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kedokteran Hewan
pada
Fakultas Kedokteran Hewan
AKTIVITAS ANTIMIKROBA EKSTRAK ETANOL DAUN
JAWER KOTOK (Coleusatropurpureus) TERHADAP BAKTERI
KULIT WAJAH BERJERAWAT
YUSTINA DIAN FAJAR
DEPARTEMEN KLINIK REPRODUKSI DAN PATOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena
atas kasih dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Jawer Kotok (Coleus atropurpureus)
terhadap Bakteri Kulit Wajah Berjerawat Penyusunan skripsi ini merupakan salah
satu syarat kelulusan dalam memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Kedokteran
Hewan Institut Pertanian Bogor Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak
langsung dalam penulisan skripsi ini
1 Kedua orangtua dan keluarga tercinta yang selalu memberikan doa serta
dukungan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini
2 Rini Madyastuti P SSi Apt MSi selaku dosen pembimbing I dan Drh
Usamah Afiff MSc selaku dosen pembimbing II yang telah berkenan
membimbing dan memberikan pengarahan kritik dan saran kepada penulis
selama penelitian sampai akhir penulisan skripsi ini selesai
3 Drs Pudji Achmadi MSi selaku dosen pembimbing akademik yang telah
memberikan banyak motivasi dan saran kepada penulis selama masa perkuliahan
4 Seluruh staff Bagian Mikrobiologi Departemen Ilmu Penyakit Hewan
dan Kesehatan Masyarakat Veteriner staff Bagian Farmasi Depatemen Klinik
Reproduksi dan Patologi Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor
5 Teman-teman Ganglion FKH-48 yang telah memberikan doa semangat dan
dukungan selama berkuliah di FKH IPB
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan oleh
karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari
para pembaca Besar harapan penulis kiranya skripsi ini dapat berguna khususnya
bagi penulis dan umumnya bagi para pembaca serta untuk kemajuan ilmu
pengetahuan di bidang kedokteran hewan
Bogor Agustus 2015
Yustina Dian Fajar
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL vi
DAFTAR GAMBAR vi
DAFTAR LAMPIRAN vi
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Tujuan Penelitian 1
Manfaat Penelitian 1
Ruang Lingkup Penelitian 2
TINJAUAN PUSTAKA 2
Jawer Kotok (Coleusatropurpureus) 2
Jerawat 2
Ekstraksi 3
Antibakteri 3
Antibiotik Klindamisin 4
Morfologi dan Kharakteristik Bakteri Penyebab Jerawat pada Kulit Wajah 4
METODE 5
Tempat dan Waktu Penelitian 5
Alat dan Bahan 5
Prosedur Penelitian 5
Analisis Data 8
HASIL DAN PEMBAHASAN 8
Penapisan Fitokimia Daun Jawer Kotok 8
Bakteri pada Permukaan Kulit Wajah Berjerawat 9
Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Jawer Kotok 9
SIMPULAN DAN SARAN 12
Simpulan 12
Saran 12
Daftar Pustaka 13
LAMPIRAN 15
RIWAYAT HIDUP 20
DAFTAR TABEL
1 Hasil penapisan fitokimia ekstrak etanol daun jawer kotok 9
2 Rata-rata diameter zona hambat bakteri ekstrak daun jawer kotok
terhadap bakteri Gram positif (mm) pada permukaan kulit wajah
berjerawat 10
DAFTAR GAMBAR
1 Coleus atropurpureus 2 2 Uji identifikasi bakteri Gram positif 6
3 Hasil uji fitokimia 8
4 Zona hambat Ekstrak Etanol Daun Jawer Kotok terhadap
Staphylococcus aureus Staphylococcus epidermidis Streptococcus sp
dan Micrococcus sp 9
DAFTAR LAMPIRAN 1 Pembuktian hipotesis 15
2 Hasil Uji ANOVA dan uji lanjutan Duncan 15
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Penggunaan antibiotik mengalami peningkatan yang luar biasa pada lima
dekade terakhir Antibiotik yang digunakan secara tidak rasional akan membuat
bakteri menjadi bersifat resisten dan tetap memperbanyak diri di inangnya
Resistensi bakteri mendorong adanya bahan antibiotik lain yang murah tersedia
secara kontinu dan memiliki semua unsur-unsur yang dibutuhkan untuk
pembuatan antimikroba oleh sebab itu perlu dilakukan eksplorasi terhadap bahan
alternatif yang dapat digunakan sebagai senyawa antibakteri
Perawatan kulit wajah merupakan hal yang penting untuk dilakukan
Perawatan tersebut bertujuan untuk memaksimalkan penampilan diri agar lebih
percaya diri Perawatan yang sering dilakukan adalah melakukan facial
pemakaian krim masker serta sabun agar kulit wajah tidak kusam dan berjerawat
Jerawat merupakan penyakit kulit akibat peradangan pada kelenjar sebacea karena
aktivitas Staphylococcus epidermidis dan Propionibacterium acnes (Seta 2013)
serta Staphylococcus aureus (Razak et al 2013)
Jawer kotok (Coleus atropurpureus) merupakan tanaman yang berfungsi
sebagai tanaman hias dan tanaman obat Masyarakat memanfaatkan daun jawer
kotok sebagai obat untuk berbagai penyakit diare demam pengobatan pasca
melahirkan terlambat datang bulan abses ambeien dan diabetes mellitus
(Ratnawati 2007) Rahmawati (2008) menyatakan bahwa daun jawer kotok dapat
digunakan sebagai senyawa antibakteri
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menguji aktivitas antibakteri ekstrak etanol
daun jawer kotok (Coleus atropurpureus) dalam menghambat pertumbuhan
bakteri pada permukaan kulit wajah berjerawat
Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah memperoleh hasil uji potensi antibakteri
ekstrak etanol daun jawer kotok terhadap bakteri Gram positif pada kulit wajah
berjerawat sehingga dapat digunakan sebagai dasar ilmiah dalam pengembangan
produk farmasi antibakteri Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan
informasi kepada masyarakat akan khasiat daun jawer kotok serta nilai tambah
bagi tanaman jawer kotok secara ekonomis
2
Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini membahas mengenai aktivitas antibakteri ekstrak etanol daun
jawer kotok dengan konsentrasi 20 40 60 dan 80 terhadap bakteri Gram
positif yang ditemukan pada permukaan kulit wajah berjerawat
TINJAUAN PUSTAKA
Jawer Kotok (Coleus atropurpureus)
Tanaman jawer kotok (iler) merupakan tanaman yang umum ditemukan di
IndonesiaTanaman ini tumbuh di tempat lembab dan terbuka seperti pinggir
selokan pematang sawah atau tepi jalan pada ketinggiaan 1-1300 diatas
permukaan laut (dpl) Coleus atropurpureus termasuk ke dalam famili Lamiaceae
Tanaman ini dikenal dengan nama daerah jawer kotok (sunda) kentangan (jawa)
saru-saru atau majaja Daunnya berbentuk bulat telur pangkal membulat
menyerupai bentuk jantung ujung meruncing tepi bergerigi tulang daun
menyirip permukaan mengkilat berambut halus memiliki panjang 7-11 cm dan
lebar 35-6 cm (Dalimartha 2000)
Gambar 1 Coleus atropurpureus
Daun jawer kotok diketahui mengandung flavonoid tanin saponin (Yusuf
et al 2006) polifenol serta steroid (Rahmawati 2008) Flavonoid banyak
ditemukan pada daun berwarna ungu seperti jawer kotok (Waji dan Sugrani 2009)
Jerawat
Jerawat merupakan kondisi kulit yang abnormal yang disebabkan oleh
gangguan produksi dari kelenjar minyak yang berlebihan Kelebihan produksi
3
sebaceous gland akan menyebabkan penyumbatan pada saluran folikel rambut
dan pori-pori kulit Kotoran atau sel kulit mati yang tidak dibersihkan akan
bertumpuk menjadi komedo dan jika terinfeksi bakteri penyebab jerawat komedo
akan berubah menjadi jerawat (Widiawati 2014)
Ekstraksi
Ekstraksi merupakan proses pemisahan bahan dari campurannya dengan
pelarut Ekstraksi tanaman obat adalah pemisahan secara kimia atau fisika suatu
atau sejumlah bahan padat atau bahan cair dari suatu tanaman obat (Agoes 2007)
Daun jawer kotok diekstrak menggunakan metode maserasi Maserasi merupakan
metode ekstraksi yang dilakukan dengan metode merendam sampel dalam pelarut
tanpa pemanasan Metode maserasi dipilih karena metodenya yang sederhana dan
bisa menghindari kerusakan komponen senyawa yang tidak tahan panas yang
terkandung dalam sampel (Rahmawati 2008) Pemilihan etanol 96 sebagai
pelarut didasarkan pada fungsi dari pelarut etanol 96 yang dapat mengikat
berbagai senyawa aktif seperti tanin polifenol flavonoid terpenoid sterol dan
alkaloid (Hamdayati et al 2008) Perbandingan jumlah daun jawer kotok dan
pelarut etanol 96 yang digunakan adalah 1 10 Menurut Arundhina (2014)
semakin banyak pelarut yang digunakan maka rendemen yang diperoleh semakin
besar hal ini disebabkan semakin besarnya rasio pelarut terhadap daun maka luas
permukaan perpindahan massa antara padatan dengan larutan semakin besar
Filtrat dari proses maserasi diuapkan menggunakan rotary evaporator Proses
penguapan dilakukan untuk memisahkan pelarut etanol 96 dan senyawa
fitokimia yang terekstrak dari daun jawer kotok
Antibakteri
Antibakteri merupakan sifat suatu bahan yang menunjukkan efek
menghambat pertumbuhan bakteri Penghambatan pertumbuhan bakteri dibedakan
menjadi bakterisida (mampu membunuh bakteri) dan bakteriostatik (menghambat
pertumbuhan bakteri) (Kee dan Hayes 1996)
Antibiotik Klindamisin
Klindamisin efektif terhadap sebagian besar bakteri aerob Gram positif seperti
Streptococcus sp Staphylococcus sp Enterococcus sp Bacilus antracis dan
Corynebacterium diphtheriae tetapi pada umumnya kurang efektif terhadap bakteri
Gram negatif seperti Enterobacteriaceae Neisseria gonorrhoeae Neisseria
4
Meningitidis dan Haemophilus influenzae Klindamisin juga sangat efektif terhadap
bakteri anaerob Gram positif seperti Eubacterium Proponibacterium Peptococcus
Peptostreptococcus Clostridium perfringens dan Cloctridium Tetani dan juga efektif
terhadap beberapa bakteri aerob negatif seperti Fusobacterium spdan Bacteriodes
sptermasuk Bacteroides fragilis (Nugroho 2013)
Morfologi dan Ciri Umum Bakteri Penyebab Jerawat pada Kulit
Wajah
Staphylococcus aureus
Staphyloccus aureus adalah bakteri Gram positif yang menghasilkan
pigmen kuning bersifat aerob fakultatif tidak menghasilkan spora dan tidak motil
S aureus umumnya tumbuh berpasangan maupun berkelompok seperti buah
anggur dengan diameter 08-10 microm Bakteri ini menghasilkan katalase dan
koagulase S aureus biasanya terdapat pada saluran pernafasan atas kulit saluran
urinari abses infeksi luka radang paru-paru dan selaput lendir lainnya
(Rusmiyati et al 2014)
Staphylococcus epidermidis
Bakteri ini merupakan Gram positif berbentuk kokus berdiameter 05-15
microm berkoloni mengerombol menyerupai buah anggur Koloni biasanya berwarna
putih atau krem S epidermidis bersifat aerob fakultatif katalase positif dan
koagulase negatif Bakteri ini merupakan flora normal pada kulit manusia saluran
pernafasan dan saluran pencernaan makanan Staphylococcus epidermidis yang
mempunyai daya invasi rendah serta bergabung dengan faktor-faktor ekstraseluler
dan toksin berperan pada banyak infeksi kulit misalnya jerawat (Saptarini et al
2008)
Propionibacterium acne
Propionibacterium acne termasuk kelompok Corynebacteria Bakteri ini
termasuk bakteri anaerob Gram positif yang toleran terhadap oksigen P Acne
berbentuk batang tak teratur dan tumbuh relatif lambat Genome dari bakteri ini
dapat menghasilkan enzim untuk meluruhkan kulit dan protein yang mungkin
bersifat immunogenic (mampu mengaktifkan sistem kekebalan tubuh) P acnes
dianggap tidak hanya sebagai flora normal penghuni pada kulit yang normal tetapi
juga bersifat sebagai bakteri patogen fakultatif (Rusmiyati et al2014)
5
METODE
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Mikrobiologi Departemen
Ilmu Penyakit Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner (IPHK) dan
Laboratorium Farmasi Departemen Klinik Reproduksi dan Patologi (KRP)
Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) Institut Pertanian Bogor (IPB) Kegiatan
dimulai sejak bulan Juli 2014 sampai dengan bulan Januari 2015
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam penelitian adalah timbangan analitik cawan
petri mini tube mikro pipet pipet volumentrik pipet pasteur pinset tabung
reaksi cotton bud steril tabung durham tabung effendorf osekapas object glass
bunsen spatula inkubator autoklaf dan mikroskop Bahan yang digunakan
adalah daun jawer kotok bakteri hasil swab wajah (S aureus S epidermidis
Streptococcus sp Micrococcus sp) antibiotik klindamisin satu set zat
pewarnaan gram reagen katalase (larutan 3 H2O2) Brain Heart Infussion (BHI)
Blood Agar (BA) Mac Conkey Agar (MCA) Manitol Salt Agar (MSA)
Tyrpticase Soy Agar (TSA) Muller Hilton Agar (MHA) etanol 96 Dimenthyl
sulfoxide (DMSO) NaOH H2SO4 FeCl3 reagen dragendorff dan reagen meyer
Prosedur Penelitian
Pengambilan Sampel
Metode pengambilan sampel dilakukan dengan melakukan swab pada kulit
wajah berjerawat pada sepuluh orang probandus yang telah dipilih Sepuluh
probandus tersebut terdiri dari 5 orang perempuan dan 5 orang laki-laki Swab
kulit dilakukan dengan menggunakan cotton bud yang telah disterilkan Swab
kulit dilakukan dengan cara mencelupkan cotton bud pada media BHI agar bakteri
pada jerawat dapat terangkat dan menempel pada cotton bud Swab kulit dari satu
orang dimasukan pada media BHI untuk dibawa ke laboratorium Perlakuan yang
sama dilakukan pada setiap probandus
6
Isolasi dan Identifikasi Bakteri pada Permukaan Kulit Wajah Berjerawat
Identifikasi bakteri mengacu pada metode Carter (1990) dan Jang et al
(1976) Sampel yang telah diperoleh dari hasil swab jerawat ditumbuhkan pada
media BA dengan cara mengambil sampel dari media transpor dengan
menggunakan ose steril dan menggoreskannya pada permukaan agar BA Bakteri
yang telah dibiakan pada agar BA diinkubasi pada suhu 37 ordmC selama 24 jam
Setelah diinkubasi dilakukan pengamatan koloni dan diamati koloni yang berbeda
kemudian ditanam pada media TSA dan diinkubasi pada suhu 37 ordmC selama 24
jam Setelah dilakukan isolasi sampel selanjutnya dilakukan pewarnaan bakteri
dan dilanjutkan dengan proses identifikasi (Gambar 2)
Gambar 2 Uji identifikasi bakteri Gram positif
Uji katalase Pengamatan
Mikroskopis
Batang Kokus
+Spora
(Bacillus sp)
((jjh
-Spora (non
Bacillus sp)
((jjh
Positif Negatif
Uji Glukosa Mikroaerofilik
Streptococcaceae
Uji CAMP
(BA)
Staphylococcus
spp
Micrococcus spp
MSA Uji Koagulase
Micrococcaceae
Positif Negatif
Merah Kuning
Staphylococcus aureus Staphylococcus epidermidis
α γ β
Bakteri Gram Positif
7
Daun Jawer Kotok
Daun jawer kotok (Coleus atropurpureus) diperoleh dari Balai Penelitian
Tanaman Rempah dan Obat (BALITRO) dalam keadaan daun basah Bagian
tanaman yang digunakan adalah daunnya yang berwarna merah kecoklatan
Ekstrak Etanol Daun Jawer Kotok
Pembuatan ektrak etanol daun jawer kotok dilakukan dengan metode
maserasi Daun jawer kotok basah sebanyak 800 g diris kecil-kecil kemudian
dibagi menjadi 4 bagian masing-masing bagian 200 g kemudian direndam
dengan etanol 96 (perbandingan 110) dalam 4 tempat penampungan selama
3x24 jam sambil sesekali diaduk dan disaring untuk mendapatkan filtratnya
Filtrat hasil maserasi dievaporasi selama 17 jam menggunakan rotary evaporator
Hasil ekstrak kental daun jawer kotok yang didapat sebanyak 185 g
Penapisan Fitokimia Daun Jawer Kotok
Penapisan fitokimia dilakukan dengan metode Harborne (1987) untuk
mengetahui golongan senyawa kimia (terutama metabolit sekunder) yang
terkandung dalam suatu tanaman Penapisan fitokimia yang sering dilakukan
adalah penapisan untuk metabolit sekunder golongan alkaloid flavonoid tanin
polifenol terpenoid steroid dan saponin Flavonoid diuji dengan memasukan
ekstrak ditambahkan dengan etanol 96 lalu diaduk dan ditambahakan NaOH 7
tetes serta H2SO4 amati perubahan warna menjadi kuning jika hasilnya positif Uji
polifenol dan tanin dilakukan dengan memasukan ekstrak ditambahkan dengan air
lalu dipanaskan dan ditambahkan FeCl3 selanjutnya akan terjadi perubahan warna
menjadi hijau biru sampai hitam untuk hasil positif adanya polifenol dan tanin
Uji alkaloid dilakukan dengan membagi ekstrak menjadi 2 bagian keduanya
ditambahkan larutan etanol 96 Salah satu bagian ditambahkan reagen
dragendorff dan yang lain ditambahkan reagen meyer Hasil positif adanya
alkaloid ditandai dengan warna kuning saat diberi reagen dragendorff dan
endapan putih saat ditambahkan reagen meyer Uji terpenoid dilakukan dengan
memasukkan ekstrak ke dalam tabung reaksi kemudian ditambahkan etanol 96
dan ditetesi dengan H2SO4 pekat Hasil positif terpenoid ditandai dengan
terbentuknya warna merah kecoklatan
Pengujian Daya Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Jawer Kotok
Metode pengujian aktivitas antibakteri yang digunakan adalah metode
sumuran (agar well difusion method) dengan media MHA Suspensi bakteri yang
digunakan memiliki kekeruhan yang setara dengan larutan Mc Farland I atau
3x108
CFUml Suspensi bakteri kemudian digoreskan pada MHA dengan
menggunakan cotton bud steril Setelah digores kemudian didiamkan selama 10
8
menit Kegiatan ini dilakukan sebanyak lima kali ulangan untuk setiap bakteri uji
Pada media MHA dibuat sebanyak 6 sumuran yang akan diisi dengan
Konsentrasi 20 (K1) 02 g ekstrak daun jawer kotok dalam 1 ml DMSO
Konsentrasi 40 (K2) 04 g ekstrak daun jawer kotok dalam 1 ml DMSO
Konsentrasi 60 (K3) 06 g ekstrak daun jawer kotok dalam 1 ml DMSO
Konsentrasi 80 (K4) 08 g ekstrak daun jawer kotok dalam 1 ml DMSO
Kontrol positif (KP) Klindamisin 1
Kontrol negatif (KN) DMSO
Media MHA yang telah diisi dengan larutan uji kemudian diinkubasi pada
suhu 37 ordmC selama 24 jam dan diamati diameter zona hambatnya dengan
penggaris
Analisis Data
Data hasil pengukuran diameter zona hambat dianalis secara kuantitatif
menggunakan metode one way analysis of variance (one way Anova) dan
dilanjutkan dengan uji Duncan
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penapisan Fitokimia Daun Jawer KotoK
Penapisan fitokimia ekstrak etanol daun jawer kotok positif mengandung
metabolit sekunder berupa flavonoid polifenol tanin serta terpenoid dan negatif
terhadap alkaloid Ridwan et al (2006) dan Rahmawati (2008) juga menyebutkan
bahwa daun jawer kotok tidak mengandung alkaloid (Gambar 3 dan Tabel 1)
(a) (b) (c) (d) (f)
Gambar 3 Hasil uji fitokimia flavonoid (a) alkaloid dengan reagen
dragendorff (b) alkaloid dengan reagen meyer (c) polifenol
(d) terpenoid (e)
9
Tabel 1 Hasil penapisan fitokimia ekstrak etanol daun jawer kotok
Penapisan Fitokimia Hasil
Flavonoid +
Alkaloid
Meyer minus
Dragendorff minus
Polifenol dan Tanin +
Terpenoid + aKeterangan + terdeteksi minus tidak terdeteksi
Bakteri pada Permukaan Kulit Wajah Berjerawat
Bakteri Gram positif yang berhasil diidentifikasi adalah Staphylococcus
aureus Staphylococcus epidermidis Streptococcus sp dan Micrococcus sp
Menurut Seta (2013) dan Razak et al (2013) bakteri yang dapat menyebabkan
jerawat adalah S aureus S epidermidis dan Propionibacterium acne P acne
tidak dapat diisolasi karena metode yang digunakan tidak bisa mengisolasi bakteri
anaerob Penemuan bakteri Streptococcus sp mungkin terjadi mengingat
Streptococcus sp merupakan salah satu bakteri pada kulit yang dapat
menyebabkan terjadinya penyakit pyoderma (Caesarita 2011) Micrococcus sp
dapat ditemukan pada hasil swab wajah mengingat kemungkinan adanya
pencemaran bakteri dari lingkungan seperti air udara dan tanah (Andy dan
Taufik 2010)
Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Jawer Kotok
Rata-rata diameter zona hambat bakteri ekstrak etanol daun jawer kotok
terhadap bakteri Gram positif (Gambar 4 dan Tabel 2)
(a) (b) (c) (d)
Gambar 4 Zona hambat ekstrak etanol daun jawer kotok terhadap S aureus (a)
S epidermidis (b) Streptococcus sp (c)dan Micrococcus sp(d)
K2 KP K3 K2 KP K3
K2 KP K3
K2 KP K3
K1 KN K4 K1 KN K4 K1 KN K4 K1 KN K4
10
Tabel 2 Rata-rata diameter zona hambat ekstrak etanol daun jawer kotok terhadap
bakteri Gram positif hasil swab kulit wajah berjerawat (mm)
Kelompok
Perlakuan
S aureus S epidermidis Streptococcus
sp
Micrococcus
sp
K1 1380 plusmn 109 b
1500 plusmn 070b
1560 plusmn 134c
1420 plusmn 178b
K2 1600 plusmn 122c
1540 plusmn054bc
1620 plusmn 109c
1500 plusmn 200b
K3 1600 plusmn 070c
1640 plusmn 151c
1620 plusmn 109c
1500 plusmn 200b
K4 1700 plusmn 070c
1620 plusmn 109c
1560 plusmn 054c
1420 plusmn 130b
KP 4060plusmn 089d
4080 plusmn 044d
4160 plusmn 054d
1820 plusmn 083d
KN 000 plusmn 000a
000 plusmn 000a
000 plusmn 000a
000 plusmn 000a
aKeterangan K1 konsentrasi 20 K2 konsentrasi 40 K3 konsentrasi 60 K4
konsentrasi 80 KP kontrol positif KN kontrol negatif Huruf supercript yang berbeda dalam
satu kolom menunjukkan perbedaan yang nyata pada taraf nyata Plt 005
Pada Tabel 2 diketahui bahwa KN pada keempat bakteri uji tidak memiliki
diameter zona hambat dan berbeda nyata dengan KP dan seluruh konsentrasi uji
Hal tersebut membuktikan bahwa pelarut tidak berpengaruh terhadap aktivitas
antibakteri sehingga aktivitas antibakteri hanya berasal dari konsentasi uji
DMSO digunakan sebagai KN karena tidak memiliki daya hambat bakteri serta
karena sifat dari DMSO yang merupakan pelarut polar berspektrum luas sehingga
dapat melarutkan senyawa alkaloid dan flavonoid (Mulyatni et al 2012)
Kontrol positif memberikan hasil yang berbeda nyata dengan KN dan
keempat konsentrasi uji pada semua bakteri Hal tersebut membuktikan bahwa
bakteri S aureus S epidermidis Streptococcus sp dan Micrococcus sp masih
peka terhadap KP Antibiotik klindamisin 1 digunakan sebagai KP karena
klindamisin paling efektif dalam pengobatan jerawat jika dibandingkan dengan
eritromisin dan tetrasiklin serta paling banyak digunakan masyarakat untuk
mengobati jerawat (Aziz 2010) Klindamisin adalah salah satu antibiotik golongan
aminoglikosida Klindamisin menghambat sintesis protein pada fase pemanjangan
dengan mempengaruhi translokasi (Syukrinawati 2014) Antibiotik ini efektif
terhadap bakteri Gram positif dan bakteri anaerob akan tetapi kurang efektif
terhadap bakteri Gram negatif (Nugroho 2013)
Hasil uji pada bakteri S aureus terlihat bahwa K1 memberikan perbedaan
yang nyata (Plt005) dengan K2 K3 dan K4 Hasil uji pada S epidermidis
memberikan hasil bahwa K1 berbeda nyata (Plt005) dengan K3 dan K4 Seluruh
konsentrasi ekstrak etanol daun jawer kotok yang diujikan terhadap Streptococcus
sp dan Micrococcus sp tidak menunjukkan hasil yang berbeda nyata
Hasil uji yang dilakukan terhadap Saureus memperlihatkan bahwa semakin
tinggi konsentrasi ekstrak maka semakin besar diameter zona hambat yang
terbentuk Hal ini karena semakin banyak zat aktif yang terkandung dalam ekstrak
tersebut sedangkan pada uji yang dilakukan terhadap S epidermidis
Streptococcus sp dan Micrococcus sp diameter zona hambat yang terbentuk pada
K4 mengalami penurunan Hal tersebut menunjukkan bahwa konsentrasi yang
semakin tinggi tidak selalu menghasilkan diameter zona hambat yang semakin
besar Penurunan aktivitas ini disebabkan karena perbedaan jenis bakteri yang
dihambat perbedaan kecepatan difusi senyawa aktif pada media agar serta
konsentrasi ekstrak yang terlalu tinggi dibandingkan dengan pelarutnya (DMSO)
sehingga larutan menjadi jenuh dan sulit untuk larut Brooks et al (2008)
11
menyatakan bahwa aktivitas antibakteri dipengaruhi beberapa faktor yaitu
konsentrasi ekstrak kandungan senyawa antibakteri daya difusi ekstrak dan jenis
bakteri yang dihambat
Diameter zona hambat bakteri menurut Davis dan Stout dalam Rahmawati
(2008) dibagi atas sangat kuat (zona jernih gt 20 mm) kuat (zona jernih 10minus20
mm) sedang (zona jernih 5minus10 mm) dan lemah (zona jernih lt 5 mm) Kontrol
positif (KP) pada bakteri uji S aureus S epidermidis Streptococcussp tergolong
dalam daya hambat sangat kuat sedangkan KP pada bakteri Micrococcus sp
tergolong dalam daya hambat kuat Hal tersebut kemungkinan dikarenakan target
kerja antibiotik klindamisin ditujukan untuk bakteri yang habitatnya di daerah
kulit wajah sedangkan Micrococcus sp merupakan bakteri kontaminasi dari
lingkungan (air tanah udara) Seluruh konsentrasi ekstrak yang diujikan terhadap
seluruh bakteri (K1K2 K3 K4) tergolong dalam konsentrasi yang memberikan
daya hambat kuat karena diameter zona hambat yang terbentuk antara 1380 plusmn
109 mm sampai 1700 plusmn 070 mm
Mengacu pada standar umum yang dikeluarkan oleh Departemen Kesehatan
disebutkan bahwa mikroba dinyatakan peka terhadap antimikroba asal tanaman
apabila mempunyai ukuran diameter daya hambatannya 12minus24 mm (Darmawi et
al 2013) sehingga dapat dikatakan bahwa seluruh bakteri uji peka terhadap K1
K2 K3 dan K4
Hasil penelitian diketahui bahwa seluruh konsentrasi dinyatakan peka dan
memiliki zona hambat bakteri yang kuat terhadap bakteri uji sehingga ekstrak
etanol daun jawer kotok memiliki potensi antibakteri yang baik Adanya potensi
antibakteri diketahui dari kandungan senyawa metabolit sekunder yang terdapat
pada daun jawer kotok yaitu flavonoid tanin polifenol serta terpenoid
Mekanisme kerja flavonoid sebagai antibakteri adalah membentuk senyawa
kompleks dengan protein ekstraseluler dan terlarut sehingga dapat merusak
membran sel bakteri dan diikuti keluarnya senyawa intraselluler (Ngajow et al
2013)
Mekanisme kerja tanin sebagai antibakteri adalah menghambat enzim
reverse transkriptase dan DNA topoisomerase sehingga sel bakteri tidak dapat
terbentuk Tanin juga mempunyai target pada polipeptida dinding sel sehingga
pembentukan polipeptida dinding sel menjadi tidak sempurna Hal ini
menyebabkan sel bakteri menjadi lisis karena tekanan osmotik maupun fisik
sehingga sel bakteri akan mati (Ngajow et al 2013)
Ngajow et al (2013) juga menyatakan bahwa senyawa fenolik dan terpenoid
memiliki target utama yaitu membran sitoplasma bakteri Aktifitas antibakteri
terpenoid diketahui bereaksi dengan porin (protein transmembran) pada membran
luar dinding sel bakteri Terpenoid membentuk ikatan polimer yang kuat sehingga
mengakibatkan rusaknya porin Rusaknya porin yang merupakan pintu keluar
masuknya senyawa akan mengurangi permeabilitas dinding sel bakteri yang akan
mengakibatkan sel bakteri akan kekurangan nutrisi sehingga pertumbuhan bakteri
akan terhambat dan mati
12
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Ekstrak etanol daun jawer kotok mengandung flavonoid polifenol dan tanin
serta terpenoid yang memiliki aktivitas antibakteri yang dapat menghambat
pertumbuhan bakteri kokus Gram positif pada permukaan kulit wajah berjerawat
Ekstrak etanol daun jawer kotok memiliki potensi antibakteri yang baik karena
daya hambat bakteri pada konsentrasi 20 40 60 dan 80 tergolong dalam
daya hambat yang kuat S aureus S epidermidis Streptococcus sp dan
Micrococcus sp dinyatakan peka terhadap seluruh konsentrasi ekstrak
Saran
Saran yang dapat diberikan kepada peneliti selanjutnya yaitu perlu
dilakukan penelitian aktivitas antibakteri ekstrak etanol daun jawer kotok terhadap
bakteri Pacne dan bakteri gram negatif serta penggunaan kontrol positif dengan
antibiotik yang lain Selain itu penelitian ini juga dapat digunakan sebagai dasar
ilmiah dalam pengembangan produk farmasi antibakteri
DAFTAR PUSTAKA
Agoes G 2007 Ekstraksi Tanaman Obat Bandung ITB
Andy Taufik M 2010 Jumlah bakteri dan keberadaan bakteri Salmonella sp
pada daging kuda di Kabupaten Jeneponto Jurnal Agrisistem 6(2) 82-87
Arundhina E 2014 Aktivitas ekstrak etanol daun alamanda (Allamanda
cathartica L) sebagai anti jamur terhadap Candida albicans dan
Pityrosporum ovale secara in vitro [skripsi] Yogyakarta (ID) Universitas
Katolik Atmajaya Yogyakarta
Aziz S2010 Uji aktivitas antibakteri ekstrak etanol daun dan umbi bakung putih
(Crinum asiatikum L) terhadap bakteri penyebab jerawat[skripsi] Jakarta
(ID) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatulloh
Brooks GF Butel JS Morse SA Mikrobiologi Kedokteran Mudihardi E
KuntamanWasito EB et al penerjemah Jakarta (ID) Salemba Medika
Terjemahan dari Medical Microbiology
Caesarita DP 2011 Pengaruh ekstrak buah nanas (Ananas comosus) 100
terhadap bakteri Staphylococcus aureus dari pyoderma [skripsi] Bandung
(ID) Universitas Diponegoro
Carter GR dan Cole JR 1990 Diagnostic Procedures in Veterinary Bacteriology
and Mycology Fifth Edition London (UK) Academi Press Limited
13
Dalimarta S 2000 Atlas Tumbuhan Indonesia Jilid ke-2 Jakarta Trubus
Agriwidya
Darmawi Manaf ZH Putranda F 2013 Daya hambat getah jarak cina (Jatropha
multifida L) terhadap Staphylococcus aureus secara invitro Jurnal Medika
Veterinaria7(2) 113-115
Hamdayati Y Kusnadi Rahadian I 2008 Aktivitas antibakteri ekstrak daun
patikan kebo (Euphorbia hirta) terhadap pertumbuhan bakteri
Staphylococcus epidermidis Jurnal Pengajaran Matematika dan Ilmu
Pengetahuan alam 12(7) 1-10
Harborne JB 1987 Metode Fitokimia Padmawinata K Soediro I penerjemah
Jakarta (ID) UI Press Terjemahan dari Basic Concepts of Analytical
Chemistry
Jang SS Biberstein EL Hirsh DC 1976 A Manual of Veterinary Clinical
Bacteriology and Micology Davis (US) Univ California
Kee JL Hayes ER Farmakologi Pendekatan Proses Keperawatan Anugerah P
penerjemah Jakarta (ID) EGC Terjemahan dari Pharmacology A Nursing
Process Approach
Mulyatni AS Budiani A Taniwiryono D 2012 Aktivitas antibakteri ekstrak kulit
buah kakao (Theobroma cacao L) terhadap Escherichia coli Bacillus
subtilis dan Staphylococcus aureus Jurnal Menara Perkebunan 80(2) 77-
84
Ngajow M Abidjulu J Kamu VS 2013 Pengaruh antibakteri ekstrak kulit batang
matoa (Pometia pinnata) terhadap bakteri Staphylococcus aureus secara in
vitro Jurnal Mipa Unsrat 2(2) 128-132
Nugroho RA 2013 Terapi topikal clindamycin dibandingkan dengan niacinamide
+ zinc pada Acne vulgaris [skripsi] Semarang (ID) Universitas
Diponegoro
Rahmawati F 2008Isolasi dan karakteristik senyawa antibakteri ekstrak daun
miana Coleus scutellarioides [L] Benth [tesis] Bogor (ID) Institut
Pertanian Bogor
Ratnawati Y 2007 Aktivitas antibakteri ekstrak daun jawer kotok (Coleus
scutellarioides [L] Benth) [skripsi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor
Razak A Djamal A Revilla G 2013 Uji daya hambat air perasan buah jeruk
nipis (Citrus aurantifolia) terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus
aureus secara in vitro Jurnal Kesehatan Andalas 2(1) 5-8
Ridwan Y Darusman LK Satrija F Handaryani E 2006 Kandungan kimia
berbagai ekstrak daun miana (Coleus blumei Bent) dan efek anthelmintiknya
terhadap cacing pita pada ayam Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia11(2) 1-6
Rusmiyati I Husain DR Alam G 2014 Bioaktivitas ekstrak metanol daun muda
sirsak (Annona muricata L) sebagai antibakteri terhadap Staphylococcus
aureus dan Propionibacterium acne [penelitian ilmiah] Makasar (ID)
Universitas Hassanudin
Saptarini O Perawati Hartanto Y 2008 Uji aktivitas antibakteri ekstrak etanol
buah mahkota dewa (Phaleria macrocarpa) terhadap Staphylococcus
epidermidis penyebab jerawat Jurnal Biomedika1(1) 1-7
Seta SA 2013 Optimasi formula lotion anti jerawat ekstrak etanol kulit buah
manggis (Garcinia mangostana L) dan uji aktivitas terhadap
14
Propionibacterium acnes dan Staphylococcus epidermidis [skripsi]
Yogyakarta (ID) Universitas Gadjah Mada
Syukrinawati RP 2014 Tingkat pengetahuan penggunaan antibiotik oleh
mahasiswa kepaniteraan klinik departemen bedah mulut RSGM-P FKG
periode September 2-13 Maret 2014 [skripsi] Medan (ID) Universitas
Sumatera Utara
Waji RA 2009 Flavonoid (Quercetin) [Penelitian Ilmiah] Makasar (ID)
Universitas Hasanuddin
Widiawati W Lutfiati D Perbedaan hasil penyembuhan kulit wajah berjerawat
antara masker lidah buaya dengan masker non lidah buaya e- Journal
Universitas Negeri Surabaya 2014 3(1) 217-225
15
LAMPIRAN
Lampiran 1 Pembuktian hipotesis
1 Pengambilan keputusan dari hipotesis yang ditentukan diuji dengan uji
ANOVA
2 Hipotesis dalam penelitian ini berupa Ho yaitu ekstrak etanol daun jawer
kotok dengan konsentrasi ekstrak 20 40 60 dan 80 tidak memiliki
aktivitas antibakteri terhadap bakteri pada permukaan kulit wajah
berjerawat dan H1 yaitu ekstrak etanol daun jawer kotok dengan
konsentrasi ekstrak 20 40 60 dan 80 memiliki aktivitas
antibakteri terhadap bakteri pada permukaan kulit wajah berjerawat
3 Pengambilan keputusan untuk memilih hipotesis mana yang diterima dan
hipotesis mana yang ditolak didasarkan pada perbandingan F hitung dan F
tabel dengan syarat jika F hitung kurang dari F tabel maka tolak H1 dan
terima H0 dan jika F hitung lebih besar dari F tabel maka H0 ditolak dan
terima H1
4 Hasil uji one way ANOVA pada diameter zona hambat bakteri S aureus S
Epidermidis Streptococcus sp dan Micrococcus sp diperoleh nilai F
hitung lebih besar dari F tabel (1143 831 gt 262) (1149 947 gt 262)
(1122 068 gt 262) dan (91144 gt 262) maka hiptotesis yang diterima
adalah H1 yaitu ekstrak etanol daun jawer kotok dengan konsentrasi
ekstrak 20 40 60 dan 80 memiliki aktivitas antibakteri terhadap
bakteri S aureus S epidermidis Streptococcus sp dan Micrococcus sp
Lampiran 2 hasil uji ANOVA dan uji lanjutan Duncan
Descriptives
saureus
N Mean
Std Deviation Std Error
95 Confidence Interval for
Mean
Minimum Maximum Lower Bound
Upper Bound
ekstrak 20 5 138000
109545
48990
124398
151602
1200
1500
ekstrak 40 5 160000
122474
54772
144793
175207
1400
1700
ekstrak 60 5 160000
70711
31623
151220
168780
1500
1700
ekstrak 80 5 170000
70711
31623
161220
178780
1600
1800
kontrol positif 5 406000
89443
40000
394894
417106
3900
4100
kontrol negative 5 0000
00000
00000
0000
0000
00 00
Total 30
172333
1218728
222508
126825
217841
00 4100
16
ANOVA
saureus
Sum of Squares df Mean Square F Sig
Between Groups
4289367 5 857873 1143831
000
Within Groups
18000 24 750
Total 4307367 29
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
saureus
Duncana
perlakuan N
Subset for alpha = 005
1 2 3 4
kontrol negatif 5 0000 ekstrak 20 5
13800
0
ekstrak 40 5
160000
ekstrak 60 5
160000
ekstrak 80 5
170000
kontrol positif 5
406000
Sig 1000 1000 096 1000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000
ONEWAY Sepidermidis BY perlakuan
STATISTICS DESCRIPTIVES
MISSING ANALYSIS
POSTHOC=DUNCAN ALPHA(005)
[DataSet0]
Descriptives
Sepidermidis
N Mean Std Deviation Std Error
95 Confidence Interval
for Mean
Minimum Maximum Lower Bound
Upper Bound
ekstrak 20 5 150000
70711
31623
141220
158780
1400
1600
ekstrak 40 5 154000
54772
24495
147199
160801
1500
1600
ekstrak 60 5 164000
151658
67823
145169
182831
1500
1800
ekstrak 80 5 162000
109545
48990
148398
175602
1500
1800
kontrol positif 5 408000
44721
20000
402447
413553
4000
4100
kontrol negatif 5 0000
00000
00000
0000
0000
00 00
Total 30
173000
1221968
223100
127371
218629
00 4100
17
ANOVA
Sepidermidis
Sum of Squares Df Mean Square F Sig
Between Groups 4312300 5 862460 1149947
000
Within Groups 18000 24 750 Total 4330300 29
Post Hoc Tests
Homogeneous Subsets
Sepidermidis
Duncana
Perlakuan N
Subset for alpha = 005
1 2 3 4
kontrol negative 5 0000 ekstrak 20 5
15000
0
ekstrak 40 5
154000
154000
ekstrak 80 5
162000
ekstrak 60 5
164000
kontrol positif 5
408000
Sig 1000 472 096 1000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000
ONEWAY Sepidermidis BY perlakuan
STATISTICS DESCRIPTIVES
MISSING ANALYSIS
POSTHOC=DUNCAN ALPHA(005)
[DataSet0]
18
Descriptives
Streptococcus
N Mean Std Deviation
Std Error
95 Confidence Interval
for Mean
Minimum Maximum Lower Bound
Upper Bound
ekstrak 20 5 156000
134164
60000
139341
172659
1400 1700
ekstrak 40 5 162000
109545
48990
148398
175602
1500 1700
ekstrak 60 5 162000
109545
48990
148398
175602
1500 1700
ekstrak 80 5 156000
54772
24495
149199
162801
1500 1600
kontrol positif 5 416000
54772
24495
409199
422801
4100 4200
kontrol negatif 5 0000
00000
00000
0000
0000
00 00
Total 30
175333
1246715
227618
128780
221886
00 4200
ANOVA
Streptococcus
Sum of Squares df Mean Square F Sig
Between Groups 4488267 5 897653 1122067
000
Within Groups 19200 24 800 Total 4507467 29
Post Hoc Tests
Homogeneous Subsets
Streptococcus
Duncana
perlakuan N
Subset for alpha = 005
1 2 3
kontrol negatif 5 0000 ekstrak 20 5
15600
0
ekstrak 80 5
156000
ekstrak 40 5
162000
ekstrak 60 5
162000
kontrol positif 5
416000
Sig 1000 343 1000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000
ONEWAY Sepidermidis BY perlakuan
STATISTICS DESCRIPTIVES
MISSING ANALYSIS
POSTHOC=DUNCAN ALPHA(005)
[DataSet0]
19
Descriptives
Micrococcus
N Mean Std Deviation
Std Error
95 Confidence Interval for
Mean
Minimum Maximum Lower Bound
Upper Bound
ekstrak 20 5 142000
178885
80000
119788
164212
1200
1600
ekstrak 40 5 150000
200000
89443
125167
174833
1200
1700
ekstrak 60 5 150000
200000
89443
125167
174833
1200
1700
ekstrak 80 5 142000
130384
58310
125811
158189
1200
1500
kontrol positif 5 182000
83666
37417
171611
192389
1700
1900
kontrol negative
5 0000
00000
00000
0000
0000
00 00
Total 30
127667
612335
111797
104802
150532
00 1900
ANOVA
Micrococcus
Sum of Squares Df Mean Square F Sig
Between Groups 1032967 5 206593 91144 000 Within Groups 54400 24 2267
Total 1087367 29
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
Micrococcus
Duncana
Perlakuan N
Subset for alpha = 005
1 2 3
kontrol negative 5 0000 ekstrak 20 5
14200
0
ekstrak 80 5
142000
ekstrak 40 5
150000
ekstrak 60 5
150000
kontrol positif 5
182000
Sig 1000 451 1000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000
20
RIWAYAT HIDUP
Penulis lahir di Jakarta tanggal 25 september 1992 Penulis merupakan
anak ketiga dari tiga bersaudara dari pasangan Petrus Bambang Wijanarko dan
Susana Tuminah Penulis menempuh pendidikan Sekolah Menengah Pertama di
SMP Strada Bhakti Wiyata Bekasi dan Sekolah Menengah Atas di SMA Santo
Antonius Jakarta Penulis aktif di Organisasi Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM)
Keluarga Mahasiswa Katolik IPB sejak tahun 2011 hingga 2013 Penulis juga
aktif di Himpunan Profesi Ornithologi dan Unggas sejak tahun 2013 hingga 2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Aktivitas Antimikroba
Ekstrak Etanol Daun Jawer Kotok (Coleus atropurpureus) Terhadap Bakteri Kulit
Wajah Berjerawat adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor
Bogor Agustus 2015
Yustina Dian Fajar
NIM B04110105
ABSTRAK
YUSTINA DIAN FAJAR Aktivitas Antimikroba Ekstrak Etanol Daun Jawer
Kotok (Coleus atropurpureus) Terhadap Bakteri Kulit Wajah Berjerawat
Dibimbing oleh RINI MADYASTUTI PURWONO dan USAMAH AFFIF
Penggunaan antibiotik yang tidak rasional akan membuat bakteri menjadi
resisten Meningkatnya resistensi antibiotik mendorong perlu dilakukan eksplorasi
terhadap bahan alternatif yang dapat membunuh atau menghambat pertumbuhan
bakteri Salah satunya adalah daun jawer kotok (Coleus atropurpureus)
Penelitian ini bertujuan untuk menguji aktivitas antibakteri ekstrak etanol daun
jawer kotok (Coleus atropurpureus) terhadap bakteri hasil swab kulit wajah
berjerawat Penelitian ini dilakukan terhadap bakteri Gram positif yang berhasil
ditemukan pada permukaan kulit wajah berjerawat Bakteri tersebut adalah
Staphylococcus aureus Staphylococcus epidermidis Streptococcus sp dan
Micrococcus sp Seluruh bakteri diuji dengan konsentrasi ekstrak bertingkat
mulai dari 20 40 60 80 dan dibandingkan dengan antibiotik klindamisin
1 Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun jawer kotok
memiliki potensi antibakteri yang baik Diameter zona hambat bakteri yang
berada dalam rentan antara 1380 plusmn 109 mm sampai 1700 plusmn 070 mm Metabolit
sekunder yang terkandung dalam daun jawer adalah flavonoid polifenol dan tanin
serta terpenoid yang memiliki potensi sebagai antibakteri
Kata kunci Coleus atropurpureus aktivitas antimikroba ekstrak jawer kotok
flavonoid polifenol tanin terpenoid
ABSTRACT
YUSTINA DIAN FAJAR Antibacterial Activity of Etanol Extract from Jawer
Kotok (Coleus atropurpureus) Leave to Bacterialof Pimpled Faces Supervised by
RINI MADYASTUTI PURWONO and USAMAH AFIF
The misused of antibiotics will resist the bacteria The increasing of
resistance in antibiotic needs exploration other alternative resources which could
kill or obstruct bacteria to grow One of resources is jawer kotok (Coleus
atropurpureus) leave The objectives of this research are to assay jawer kotok
leaversquos etanol extract as antibacterial for pimpled skin Those bacteria are
Staphylococcus aureus Staphylococcus epidermidis Streptococcus sp and
Micrococcus sp The bacterias were challenged with gradual extract consentration
starting from 20 40 60 80 and campared with 1 clindamycin antibiotic
The result of the research showed that jawer kotok leaversquos etanol extract had
potency as good antibacterial The diameter of antibacterial inhibition zone range
from 1380 plusmn 109 mm until 1700 plusmn 070 mm Secondary metabolites in jawer
kotok leave consist of flavonoids polyphenols tannins and terpenoids which had
potency as antibacterial
Keywords Coleus atropurpureus antimicrobial activity jawer kotok extract
flavonoidstannin polyphenols terpenoids
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kedokteran Hewan
pada
Fakultas Kedokteran Hewan
AKTIVITAS ANTIMIKROBA EKSTRAK ETANOL DAUN
JAWER KOTOK (Coleusatropurpureus) TERHADAP BAKTERI
KULIT WAJAH BERJERAWAT
YUSTINA DIAN FAJAR
DEPARTEMEN KLINIK REPRODUKSI DAN PATOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena
atas kasih dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Jawer Kotok (Coleus atropurpureus)
terhadap Bakteri Kulit Wajah Berjerawat Penyusunan skripsi ini merupakan salah
satu syarat kelulusan dalam memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Kedokteran
Hewan Institut Pertanian Bogor Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak
langsung dalam penulisan skripsi ini
1 Kedua orangtua dan keluarga tercinta yang selalu memberikan doa serta
dukungan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini
2 Rini Madyastuti P SSi Apt MSi selaku dosen pembimbing I dan Drh
Usamah Afiff MSc selaku dosen pembimbing II yang telah berkenan
membimbing dan memberikan pengarahan kritik dan saran kepada penulis
selama penelitian sampai akhir penulisan skripsi ini selesai
3 Drs Pudji Achmadi MSi selaku dosen pembimbing akademik yang telah
memberikan banyak motivasi dan saran kepada penulis selama masa perkuliahan
4 Seluruh staff Bagian Mikrobiologi Departemen Ilmu Penyakit Hewan
dan Kesehatan Masyarakat Veteriner staff Bagian Farmasi Depatemen Klinik
Reproduksi dan Patologi Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor
5 Teman-teman Ganglion FKH-48 yang telah memberikan doa semangat dan
dukungan selama berkuliah di FKH IPB
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan oleh
karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari
para pembaca Besar harapan penulis kiranya skripsi ini dapat berguna khususnya
bagi penulis dan umumnya bagi para pembaca serta untuk kemajuan ilmu
pengetahuan di bidang kedokteran hewan
Bogor Agustus 2015
Yustina Dian Fajar
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL vi
DAFTAR GAMBAR vi
DAFTAR LAMPIRAN vi
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Tujuan Penelitian 1
Manfaat Penelitian 1
Ruang Lingkup Penelitian 2
TINJAUAN PUSTAKA 2
Jawer Kotok (Coleusatropurpureus) 2
Jerawat 2
Ekstraksi 3
Antibakteri 3
Antibiotik Klindamisin 4
Morfologi dan Kharakteristik Bakteri Penyebab Jerawat pada Kulit Wajah 4
METODE 5
Tempat dan Waktu Penelitian 5
Alat dan Bahan 5
Prosedur Penelitian 5
Analisis Data 8
HASIL DAN PEMBAHASAN 8
Penapisan Fitokimia Daun Jawer Kotok 8
Bakteri pada Permukaan Kulit Wajah Berjerawat 9
Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Jawer Kotok 9
SIMPULAN DAN SARAN 12
Simpulan 12
Saran 12
Daftar Pustaka 13
LAMPIRAN 15
RIWAYAT HIDUP 20
DAFTAR TABEL
1 Hasil penapisan fitokimia ekstrak etanol daun jawer kotok 9
2 Rata-rata diameter zona hambat bakteri ekstrak daun jawer kotok
terhadap bakteri Gram positif (mm) pada permukaan kulit wajah
berjerawat 10
DAFTAR GAMBAR
1 Coleus atropurpureus 2 2 Uji identifikasi bakteri Gram positif 6
3 Hasil uji fitokimia 8
4 Zona hambat Ekstrak Etanol Daun Jawer Kotok terhadap
Staphylococcus aureus Staphylococcus epidermidis Streptococcus sp
dan Micrococcus sp 9
DAFTAR LAMPIRAN 1 Pembuktian hipotesis 15
2 Hasil Uji ANOVA dan uji lanjutan Duncan 15
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Penggunaan antibiotik mengalami peningkatan yang luar biasa pada lima
dekade terakhir Antibiotik yang digunakan secara tidak rasional akan membuat
bakteri menjadi bersifat resisten dan tetap memperbanyak diri di inangnya
Resistensi bakteri mendorong adanya bahan antibiotik lain yang murah tersedia
secara kontinu dan memiliki semua unsur-unsur yang dibutuhkan untuk
pembuatan antimikroba oleh sebab itu perlu dilakukan eksplorasi terhadap bahan
alternatif yang dapat digunakan sebagai senyawa antibakteri
Perawatan kulit wajah merupakan hal yang penting untuk dilakukan
Perawatan tersebut bertujuan untuk memaksimalkan penampilan diri agar lebih
percaya diri Perawatan yang sering dilakukan adalah melakukan facial
pemakaian krim masker serta sabun agar kulit wajah tidak kusam dan berjerawat
Jerawat merupakan penyakit kulit akibat peradangan pada kelenjar sebacea karena
aktivitas Staphylococcus epidermidis dan Propionibacterium acnes (Seta 2013)
serta Staphylococcus aureus (Razak et al 2013)
Jawer kotok (Coleus atropurpureus) merupakan tanaman yang berfungsi
sebagai tanaman hias dan tanaman obat Masyarakat memanfaatkan daun jawer
kotok sebagai obat untuk berbagai penyakit diare demam pengobatan pasca
melahirkan terlambat datang bulan abses ambeien dan diabetes mellitus
(Ratnawati 2007) Rahmawati (2008) menyatakan bahwa daun jawer kotok dapat
digunakan sebagai senyawa antibakteri
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menguji aktivitas antibakteri ekstrak etanol
daun jawer kotok (Coleus atropurpureus) dalam menghambat pertumbuhan
bakteri pada permukaan kulit wajah berjerawat
Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah memperoleh hasil uji potensi antibakteri
ekstrak etanol daun jawer kotok terhadap bakteri Gram positif pada kulit wajah
berjerawat sehingga dapat digunakan sebagai dasar ilmiah dalam pengembangan
produk farmasi antibakteri Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan
informasi kepada masyarakat akan khasiat daun jawer kotok serta nilai tambah
bagi tanaman jawer kotok secara ekonomis
2
Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini membahas mengenai aktivitas antibakteri ekstrak etanol daun
jawer kotok dengan konsentrasi 20 40 60 dan 80 terhadap bakteri Gram
positif yang ditemukan pada permukaan kulit wajah berjerawat
TINJAUAN PUSTAKA
Jawer Kotok (Coleus atropurpureus)
Tanaman jawer kotok (iler) merupakan tanaman yang umum ditemukan di
IndonesiaTanaman ini tumbuh di tempat lembab dan terbuka seperti pinggir
selokan pematang sawah atau tepi jalan pada ketinggiaan 1-1300 diatas
permukaan laut (dpl) Coleus atropurpureus termasuk ke dalam famili Lamiaceae
Tanaman ini dikenal dengan nama daerah jawer kotok (sunda) kentangan (jawa)
saru-saru atau majaja Daunnya berbentuk bulat telur pangkal membulat
menyerupai bentuk jantung ujung meruncing tepi bergerigi tulang daun
menyirip permukaan mengkilat berambut halus memiliki panjang 7-11 cm dan
lebar 35-6 cm (Dalimartha 2000)
Gambar 1 Coleus atropurpureus
Daun jawer kotok diketahui mengandung flavonoid tanin saponin (Yusuf
et al 2006) polifenol serta steroid (Rahmawati 2008) Flavonoid banyak
ditemukan pada daun berwarna ungu seperti jawer kotok (Waji dan Sugrani 2009)
Jerawat
Jerawat merupakan kondisi kulit yang abnormal yang disebabkan oleh
gangguan produksi dari kelenjar minyak yang berlebihan Kelebihan produksi
3
sebaceous gland akan menyebabkan penyumbatan pada saluran folikel rambut
dan pori-pori kulit Kotoran atau sel kulit mati yang tidak dibersihkan akan
bertumpuk menjadi komedo dan jika terinfeksi bakteri penyebab jerawat komedo
akan berubah menjadi jerawat (Widiawati 2014)
Ekstraksi
Ekstraksi merupakan proses pemisahan bahan dari campurannya dengan
pelarut Ekstraksi tanaman obat adalah pemisahan secara kimia atau fisika suatu
atau sejumlah bahan padat atau bahan cair dari suatu tanaman obat (Agoes 2007)
Daun jawer kotok diekstrak menggunakan metode maserasi Maserasi merupakan
metode ekstraksi yang dilakukan dengan metode merendam sampel dalam pelarut
tanpa pemanasan Metode maserasi dipilih karena metodenya yang sederhana dan
bisa menghindari kerusakan komponen senyawa yang tidak tahan panas yang
terkandung dalam sampel (Rahmawati 2008) Pemilihan etanol 96 sebagai
pelarut didasarkan pada fungsi dari pelarut etanol 96 yang dapat mengikat
berbagai senyawa aktif seperti tanin polifenol flavonoid terpenoid sterol dan
alkaloid (Hamdayati et al 2008) Perbandingan jumlah daun jawer kotok dan
pelarut etanol 96 yang digunakan adalah 1 10 Menurut Arundhina (2014)
semakin banyak pelarut yang digunakan maka rendemen yang diperoleh semakin
besar hal ini disebabkan semakin besarnya rasio pelarut terhadap daun maka luas
permukaan perpindahan massa antara padatan dengan larutan semakin besar
Filtrat dari proses maserasi diuapkan menggunakan rotary evaporator Proses
penguapan dilakukan untuk memisahkan pelarut etanol 96 dan senyawa
fitokimia yang terekstrak dari daun jawer kotok
Antibakteri
Antibakteri merupakan sifat suatu bahan yang menunjukkan efek
menghambat pertumbuhan bakteri Penghambatan pertumbuhan bakteri dibedakan
menjadi bakterisida (mampu membunuh bakteri) dan bakteriostatik (menghambat
pertumbuhan bakteri) (Kee dan Hayes 1996)
Antibiotik Klindamisin
Klindamisin efektif terhadap sebagian besar bakteri aerob Gram positif seperti
Streptococcus sp Staphylococcus sp Enterococcus sp Bacilus antracis dan
Corynebacterium diphtheriae tetapi pada umumnya kurang efektif terhadap bakteri
Gram negatif seperti Enterobacteriaceae Neisseria gonorrhoeae Neisseria
4
Meningitidis dan Haemophilus influenzae Klindamisin juga sangat efektif terhadap
bakteri anaerob Gram positif seperti Eubacterium Proponibacterium Peptococcus
Peptostreptococcus Clostridium perfringens dan Cloctridium Tetani dan juga efektif
terhadap beberapa bakteri aerob negatif seperti Fusobacterium spdan Bacteriodes
sptermasuk Bacteroides fragilis (Nugroho 2013)
Morfologi dan Ciri Umum Bakteri Penyebab Jerawat pada Kulit
Wajah
Staphylococcus aureus
Staphyloccus aureus adalah bakteri Gram positif yang menghasilkan
pigmen kuning bersifat aerob fakultatif tidak menghasilkan spora dan tidak motil
S aureus umumnya tumbuh berpasangan maupun berkelompok seperti buah
anggur dengan diameter 08-10 microm Bakteri ini menghasilkan katalase dan
koagulase S aureus biasanya terdapat pada saluran pernafasan atas kulit saluran
urinari abses infeksi luka radang paru-paru dan selaput lendir lainnya
(Rusmiyati et al 2014)
Staphylococcus epidermidis
Bakteri ini merupakan Gram positif berbentuk kokus berdiameter 05-15
microm berkoloni mengerombol menyerupai buah anggur Koloni biasanya berwarna
putih atau krem S epidermidis bersifat aerob fakultatif katalase positif dan
koagulase negatif Bakteri ini merupakan flora normal pada kulit manusia saluran
pernafasan dan saluran pencernaan makanan Staphylococcus epidermidis yang
mempunyai daya invasi rendah serta bergabung dengan faktor-faktor ekstraseluler
dan toksin berperan pada banyak infeksi kulit misalnya jerawat (Saptarini et al
2008)
Propionibacterium acne
Propionibacterium acne termasuk kelompok Corynebacteria Bakteri ini
termasuk bakteri anaerob Gram positif yang toleran terhadap oksigen P Acne
berbentuk batang tak teratur dan tumbuh relatif lambat Genome dari bakteri ini
dapat menghasilkan enzim untuk meluruhkan kulit dan protein yang mungkin
bersifat immunogenic (mampu mengaktifkan sistem kekebalan tubuh) P acnes
dianggap tidak hanya sebagai flora normal penghuni pada kulit yang normal tetapi
juga bersifat sebagai bakteri patogen fakultatif (Rusmiyati et al2014)
5
METODE
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Mikrobiologi Departemen
Ilmu Penyakit Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner (IPHK) dan
Laboratorium Farmasi Departemen Klinik Reproduksi dan Patologi (KRP)
Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) Institut Pertanian Bogor (IPB) Kegiatan
dimulai sejak bulan Juli 2014 sampai dengan bulan Januari 2015
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam penelitian adalah timbangan analitik cawan
petri mini tube mikro pipet pipet volumentrik pipet pasteur pinset tabung
reaksi cotton bud steril tabung durham tabung effendorf osekapas object glass
bunsen spatula inkubator autoklaf dan mikroskop Bahan yang digunakan
adalah daun jawer kotok bakteri hasil swab wajah (S aureus S epidermidis
Streptococcus sp Micrococcus sp) antibiotik klindamisin satu set zat
pewarnaan gram reagen katalase (larutan 3 H2O2) Brain Heart Infussion (BHI)
Blood Agar (BA) Mac Conkey Agar (MCA) Manitol Salt Agar (MSA)
Tyrpticase Soy Agar (TSA) Muller Hilton Agar (MHA) etanol 96 Dimenthyl
sulfoxide (DMSO) NaOH H2SO4 FeCl3 reagen dragendorff dan reagen meyer
Prosedur Penelitian
Pengambilan Sampel
Metode pengambilan sampel dilakukan dengan melakukan swab pada kulit
wajah berjerawat pada sepuluh orang probandus yang telah dipilih Sepuluh
probandus tersebut terdiri dari 5 orang perempuan dan 5 orang laki-laki Swab
kulit dilakukan dengan menggunakan cotton bud yang telah disterilkan Swab
kulit dilakukan dengan cara mencelupkan cotton bud pada media BHI agar bakteri
pada jerawat dapat terangkat dan menempel pada cotton bud Swab kulit dari satu
orang dimasukan pada media BHI untuk dibawa ke laboratorium Perlakuan yang
sama dilakukan pada setiap probandus
6
Isolasi dan Identifikasi Bakteri pada Permukaan Kulit Wajah Berjerawat
Identifikasi bakteri mengacu pada metode Carter (1990) dan Jang et al
(1976) Sampel yang telah diperoleh dari hasil swab jerawat ditumbuhkan pada
media BA dengan cara mengambil sampel dari media transpor dengan
menggunakan ose steril dan menggoreskannya pada permukaan agar BA Bakteri
yang telah dibiakan pada agar BA diinkubasi pada suhu 37 ordmC selama 24 jam
Setelah diinkubasi dilakukan pengamatan koloni dan diamati koloni yang berbeda
kemudian ditanam pada media TSA dan diinkubasi pada suhu 37 ordmC selama 24
jam Setelah dilakukan isolasi sampel selanjutnya dilakukan pewarnaan bakteri
dan dilanjutkan dengan proses identifikasi (Gambar 2)
Gambar 2 Uji identifikasi bakteri Gram positif
Uji katalase Pengamatan
Mikroskopis
Batang Kokus
+Spora
(Bacillus sp)
((jjh
-Spora (non
Bacillus sp)
((jjh
Positif Negatif
Uji Glukosa Mikroaerofilik
Streptococcaceae
Uji CAMP
(BA)
Staphylococcus
spp
Micrococcus spp
MSA Uji Koagulase
Micrococcaceae
Positif Negatif
Merah Kuning
Staphylococcus aureus Staphylococcus epidermidis
α γ β
Bakteri Gram Positif
7
Daun Jawer Kotok
Daun jawer kotok (Coleus atropurpureus) diperoleh dari Balai Penelitian
Tanaman Rempah dan Obat (BALITRO) dalam keadaan daun basah Bagian
tanaman yang digunakan adalah daunnya yang berwarna merah kecoklatan
Ekstrak Etanol Daun Jawer Kotok
Pembuatan ektrak etanol daun jawer kotok dilakukan dengan metode
maserasi Daun jawer kotok basah sebanyak 800 g diris kecil-kecil kemudian
dibagi menjadi 4 bagian masing-masing bagian 200 g kemudian direndam
dengan etanol 96 (perbandingan 110) dalam 4 tempat penampungan selama
3x24 jam sambil sesekali diaduk dan disaring untuk mendapatkan filtratnya
Filtrat hasil maserasi dievaporasi selama 17 jam menggunakan rotary evaporator
Hasil ekstrak kental daun jawer kotok yang didapat sebanyak 185 g
Penapisan Fitokimia Daun Jawer Kotok
Penapisan fitokimia dilakukan dengan metode Harborne (1987) untuk
mengetahui golongan senyawa kimia (terutama metabolit sekunder) yang
terkandung dalam suatu tanaman Penapisan fitokimia yang sering dilakukan
adalah penapisan untuk metabolit sekunder golongan alkaloid flavonoid tanin
polifenol terpenoid steroid dan saponin Flavonoid diuji dengan memasukan
ekstrak ditambahkan dengan etanol 96 lalu diaduk dan ditambahakan NaOH 7
tetes serta H2SO4 amati perubahan warna menjadi kuning jika hasilnya positif Uji
polifenol dan tanin dilakukan dengan memasukan ekstrak ditambahkan dengan air
lalu dipanaskan dan ditambahkan FeCl3 selanjutnya akan terjadi perubahan warna
menjadi hijau biru sampai hitam untuk hasil positif adanya polifenol dan tanin
Uji alkaloid dilakukan dengan membagi ekstrak menjadi 2 bagian keduanya
ditambahkan larutan etanol 96 Salah satu bagian ditambahkan reagen
dragendorff dan yang lain ditambahkan reagen meyer Hasil positif adanya
alkaloid ditandai dengan warna kuning saat diberi reagen dragendorff dan
endapan putih saat ditambahkan reagen meyer Uji terpenoid dilakukan dengan
memasukkan ekstrak ke dalam tabung reaksi kemudian ditambahkan etanol 96
dan ditetesi dengan H2SO4 pekat Hasil positif terpenoid ditandai dengan
terbentuknya warna merah kecoklatan
Pengujian Daya Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Jawer Kotok
Metode pengujian aktivitas antibakteri yang digunakan adalah metode
sumuran (agar well difusion method) dengan media MHA Suspensi bakteri yang
digunakan memiliki kekeruhan yang setara dengan larutan Mc Farland I atau
3x108
CFUml Suspensi bakteri kemudian digoreskan pada MHA dengan
menggunakan cotton bud steril Setelah digores kemudian didiamkan selama 10
8
menit Kegiatan ini dilakukan sebanyak lima kali ulangan untuk setiap bakteri uji
Pada media MHA dibuat sebanyak 6 sumuran yang akan diisi dengan
Konsentrasi 20 (K1) 02 g ekstrak daun jawer kotok dalam 1 ml DMSO
Konsentrasi 40 (K2) 04 g ekstrak daun jawer kotok dalam 1 ml DMSO
Konsentrasi 60 (K3) 06 g ekstrak daun jawer kotok dalam 1 ml DMSO
Konsentrasi 80 (K4) 08 g ekstrak daun jawer kotok dalam 1 ml DMSO
Kontrol positif (KP) Klindamisin 1
Kontrol negatif (KN) DMSO
Media MHA yang telah diisi dengan larutan uji kemudian diinkubasi pada
suhu 37 ordmC selama 24 jam dan diamati diameter zona hambatnya dengan
penggaris
Analisis Data
Data hasil pengukuran diameter zona hambat dianalis secara kuantitatif
menggunakan metode one way analysis of variance (one way Anova) dan
dilanjutkan dengan uji Duncan
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penapisan Fitokimia Daun Jawer KotoK
Penapisan fitokimia ekstrak etanol daun jawer kotok positif mengandung
metabolit sekunder berupa flavonoid polifenol tanin serta terpenoid dan negatif
terhadap alkaloid Ridwan et al (2006) dan Rahmawati (2008) juga menyebutkan
bahwa daun jawer kotok tidak mengandung alkaloid (Gambar 3 dan Tabel 1)
(a) (b) (c) (d) (f)
Gambar 3 Hasil uji fitokimia flavonoid (a) alkaloid dengan reagen
dragendorff (b) alkaloid dengan reagen meyer (c) polifenol
(d) terpenoid (e)
9
Tabel 1 Hasil penapisan fitokimia ekstrak etanol daun jawer kotok
Penapisan Fitokimia Hasil
Flavonoid +
Alkaloid
Meyer minus
Dragendorff minus
Polifenol dan Tanin +
Terpenoid + aKeterangan + terdeteksi minus tidak terdeteksi
Bakteri pada Permukaan Kulit Wajah Berjerawat
Bakteri Gram positif yang berhasil diidentifikasi adalah Staphylococcus
aureus Staphylococcus epidermidis Streptococcus sp dan Micrococcus sp
Menurut Seta (2013) dan Razak et al (2013) bakteri yang dapat menyebabkan
jerawat adalah S aureus S epidermidis dan Propionibacterium acne P acne
tidak dapat diisolasi karena metode yang digunakan tidak bisa mengisolasi bakteri
anaerob Penemuan bakteri Streptococcus sp mungkin terjadi mengingat
Streptococcus sp merupakan salah satu bakteri pada kulit yang dapat
menyebabkan terjadinya penyakit pyoderma (Caesarita 2011) Micrococcus sp
dapat ditemukan pada hasil swab wajah mengingat kemungkinan adanya
pencemaran bakteri dari lingkungan seperti air udara dan tanah (Andy dan
Taufik 2010)
Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Jawer Kotok
Rata-rata diameter zona hambat bakteri ekstrak etanol daun jawer kotok
terhadap bakteri Gram positif (Gambar 4 dan Tabel 2)
(a) (b) (c) (d)
Gambar 4 Zona hambat ekstrak etanol daun jawer kotok terhadap S aureus (a)
S epidermidis (b) Streptococcus sp (c)dan Micrococcus sp(d)
K2 KP K3 K2 KP K3
K2 KP K3
K2 KP K3
K1 KN K4 K1 KN K4 K1 KN K4 K1 KN K4
10
Tabel 2 Rata-rata diameter zona hambat ekstrak etanol daun jawer kotok terhadap
bakteri Gram positif hasil swab kulit wajah berjerawat (mm)
Kelompok
Perlakuan
S aureus S epidermidis Streptococcus
sp
Micrococcus
sp
K1 1380 plusmn 109 b
1500 plusmn 070b
1560 plusmn 134c
1420 plusmn 178b
K2 1600 plusmn 122c
1540 plusmn054bc
1620 plusmn 109c
1500 plusmn 200b
K3 1600 plusmn 070c
1640 plusmn 151c
1620 plusmn 109c
1500 plusmn 200b
K4 1700 plusmn 070c
1620 plusmn 109c
1560 plusmn 054c
1420 plusmn 130b
KP 4060plusmn 089d
4080 plusmn 044d
4160 plusmn 054d
1820 plusmn 083d
KN 000 plusmn 000a
000 plusmn 000a
000 plusmn 000a
000 plusmn 000a
aKeterangan K1 konsentrasi 20 K2 konsentrasi 40 K3 konsentrasi 60 K4
konsentrasi 80 KP kontrol positif KN kontrol negatif Huruf supercript yang berbeda dalam
satu kolom menunjukkan perbedaan yang nyata pada taraf nyata Plt 005
Pada Tabel 2 diketahui bahwa KN pada keempat bakteri uji tidak memiliki
diameter zona hambat dan berbeda nyata dengan KP dan seluruh konsentrasi uji
Hal tersebut membuktikan bahwa pelarut tidak berpengaruh terhadap aktivitas
antibakteri sehingga aktivitas antibakteri hanya berasal dari konsentasi uji
DMSO digunakan sebagai KN karena tidak memiliki daya hambat bakteri serta
karena sifat dari DMSO yang merupakan pelarut polar berspektrum luas sehingga
dapat melarutkan senyawa alkaloid dan flavonoid (Mulyatni et al 2012)
Kontrol positif memberikan hasil yang berbeda nyata dengan KN dan
keempat konsentrasi uji pada semua bakteri Hal tersebut membuktikan bahwa
bakteri S aureus S epidermidis Streptococcus sp dan Micrococcus sp masih
peka terhadap KP Antibiotik klindamisin 1 digunakan sebagai KP karena
klindamisin paling efektif dalam pengobatan jerawat jika dibandingkan dengan
eritromisin dan tetrasiklin serta paling banyak digunakan masyarakat untuk
mengobati jerawat (Aziz 2010) Klindamisin adalah salah satu antibiotik golongan
aminoglikosida Klindamisin menghambat sintesis protein pada fase pemanjangan
dengan mempengaruhi translokasi (Syukrinawati 2014) Antibiotik ini efektif
terhadap bakteri Gram positif dan bakteri anaerob akan tetapi kurang efektif
terhadap bakteri Gram negatif (Nugroho 2013)
Hasil uji pada bakteri S aureus terlihat bahwa K1 memberikan perbedaan
yang nyata (Plt005) dengan K2 K3 dan K4 Hasil uji pada S epidermidis
memberikan hasil bahwa K1 berbeda nyata (Plt005) dengan K3 dan K4 Seluruh
konsentrasi ekstrak etanol daun jawer kotok yang diujikan terhadap Streptococcus
sp dan Micrococcus sp tidak menunjukkan hasil yang berbeda nyata
Hasil uji yang dilakukan terhadap Saureus memperlihatkan bahwa semakin
tinggi konsentrasi ekstrak maka semakin besar diameter zona hambat yang
terbentuk Hal ini karena semakin banyak zat aktif yang terkandung dalam ekstrak
tersebut sedangkan pada uji yang dilakukan terhadap S epidermidis
Streptococcus sp dan Micrococcus sp diameter zona hambat yang terbentuk pada
K4 mengalami penurunan Hal tersebut menunjukkan bahwa konsentrasi yang
semakin tinggi tidak selalu menghasilkan diameter zona hambat yang semakin
besar Penurunan aktivitas ini disebabkan karena perbedaan jenis bakteri yang
dihambat perbedaan kecepatan difusi senyawa aktif pada media agar serta
konsentrasi ekstrak yang terlalu tinggi dibandingkan dengan pelarutnya (DMSO)
sehingga larutan menjadi jenuh dan sulit untuk larut Brooks et al (2008)
11
menyatakan bahwa aktivitas antibakteri dipengaruhi beberapa faktor yaitu
konsentrasi ekstrak kandungan senyawa antibakteri daya difusi ekstrak dan jenis
bakteri yang dihambat
Diameter zona hambat bakteri menurut Davis dan Stout dalam Rahmawati
(2008) dibagi atas sangat kuat (zona jernih gt 20 mm) kuat (zona jernih 10minus20
mm) sedang (zona jernih 5minus10 mm) dan lemah (zona jernih lt 5 mm) Kontrol
positif (KP) pada bakteri uji S aureus S epidermidis Streptococcussp tergolong
dalam daya hambat sangat kuat sedangkan KP pada bakteri Micrococcus sp
tergolong dalam daya hambat kuat Hal tersebut kemungkinan dikarenakan target
kerja antibiotik klindamisin ditujukan untuk bakteri yang habitatnya di daerah
kulit wajah sedangkan Micrococcus sp merupakan bakteri kontaminasi dari
lingkungan (air tanah udara) Seluruh konsentrasi ekstrak yang diujikan terhadap
seluruh bakteri (K1K2 K3 K4) tergolong dalam konsentrasi yang memberikan
daya hambat kuat karena diameter zona hambat yang terbentuk antara 1380 plusmn
109 mm sampai 1700 plusmn 070 mm
Mengacu pada standar umum yang dikeluarkan oleh Departemen Kesehatan
disebutkan bahwa mikroba dinyatakan peka terhadap antimikroba asal tanaman
apabila mempunyai ukuran diameter daya hambatannya 12minus24 mm (Darmawi et
al 2013) sehingga dapat dikatakan bahwa seluruh bakteri uji peka terhadap K1
K2 K3 dan K4
Hasil penelitian diketahui bahwa seluruh konsentrasi dinyatakan peka dan
memiliki zona hambat bakteri yang kuat terhadap bakteri uji sehingga ekstrak
etanol daun jawer kotok memiliki potensi antibakteri yang baik Adanya potensi
antibakteri diketahui dari kandungan senyawa metabolit sekunder yang terdapat
pada daun jawer kotok yaitu flavonoid tanin polifenol serta terpenoid
Mekanisme kerja flavonoid sebagai antibakteri adalah membentuk senyawa
kompleks dengan protein ekstraseluler dan terlarut sehingga dapat merusak
membran sel bakteri dan diikuti keluarnya senyawa intraselluler (Ngajow et al
2013)
Mekanisme kerja tanin sebagai antibakteri adalah menghambat enzim
reverse transkriptase dan DNA topoisomerase sehingga sel bakteri tidak dapat
terbentuk Tanin juga mempunyai target pada polipeptida dinding sel sehingga
pembentukan polipeptida dinding sel menjadi tidak sempurna Hal ini
menyebabkan sel bakteri menjadi lisis karena tekanan osmotik maupun fisik
sehingga sel bakteri akan mati (Ngajow et al 2013)
Ngajow et al (2013) juga menyatakan bahwa senyawa fenolik dan terpenoid
memiliki target utama yaitu membran sitoplasma bakteri Aktifitas antibakteri
terpenoid diketahui bereaksi dengan porin (protein transmembran) pada membran
luar dinding sel bakteri Terpenoid membentuk ikatan polimer yang kuat sehingga
mengakibatkan rusaknya porin Rusaknya porin yang merupakan pintu keluar
masuknya senyawa akan mengurangi permeabilitas dinding sel bakteri yang akan
mengakibatkan sel bakteri akan kekurangan nutrisi sehingga pertumbuhan bakteri
akan terhambat dan mati
12
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Ekstrak etanol daun jawer kotok mengandung flavonoid polifenol dan tanin
serta terpenoid yang memiliki aktivitas antibakteri yang dapat menghambat
pertumbuhan bakteri kokus Gram positif pada permukaan kulit wajah berjerawat
Ekstrak etanol daun jawer kotok memiliki potensi antibakteri yang baik karena
daya hambat bakteri pada konsentrasi 20 40 60 dan 80 tergolong dalam
daya hambat yang kuat S aureus S epidermidis Streptococcus sp dan
Micrococcus sp dinyatakan peka terhadap seluruh konsentrasi ekstrak
Saran
Saran yang dapat diberikan kepada peneliti selanjutnya yaitu perlu
dilakukan penelitian aktivitas antibakteri ekstrak etanol daun jawer kotok terhadap
bakteri Pacne dan bakteri gram negatif serta penggunaan kontrol positif dengan
antibiotik yang lain Selain itu penelitian ini juga dapat digunakan sebagai dasar
ilmiah dalam pengembangan produk farmasi antibakteri
DAFTAR PUSTAKA
Agoes G 2007 Ekstraksi Tanaman Obat Bandung ITB
Andy Taufik M 2010 Jumlah bakteri dan keberadaan bakteri Salmonella sp
pada daging kuda di Kabupaten Jeneponto Jurnal Agrisistem 6(2) 82-87
Arundhina E 2014 Aktivitas ekstrak etanol daun alamanda (Allamanda
cathartica L) sebagai anti jamur terhadap Candida albicans dan
Pityrosporum ovale secara in vitro [skripsi] Yogyakarta (ID) Universitas
Katolik Atmajaya Yogyakarta
Aziz S2010 Uji aktivitas antibakteri ekstrak etanol daun dan umbi bakung putih
(Crinum asiatikum L) terhadap bakteri penyebab jerawat[skripsi] Jakarta
(ID) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatulloh
Brooks GF Butel JS Morse SA Mikrobiologi Kedokteran Mudihardi E
KuntamanWasito EB et al penerjemah Jakarta (ID) Salemba Medika
Terjemahan dari Medical Microbiology
Caesarita DP 2011 Pengaruh ekstrak buah nanas (Ananas comosus) 100
terhadap bakteri Staphylococcus aureus dari pyoderma [skripsi] Bandung
(ID) Universitas Diponegoro
Carter GR dan Cole JR 1990 Diagnostic Procedures in Veterinary Bacteriology
and Mycology Fifth Edition London (UK) Academi Press Limited
13
Dalimarta S 2000 Atlas Tumbuhan Indonesia Jilid ke-2 Jakarta Trubus
Agriwidya
Darmawi Manaf ZH Putranda F 2013 Daya hambat getah jarak cina (Jatropha
multifida L) terhadap Staphylococcus aureus secara invitro Jurnal Medika
Veterinaria7(2) 113-115
Hamdayati Y Kusnadi Rahadian I 2008 Aktivitas antibakteri ekstrak daun
patikan kebo (Euphorbia hirta) terhadap pertumbuhan bakteri
Staphylococcus epidermidis Jurnal Pengajaran Matematika dan Ilmu
Pengetahuan alam 12(7) 1-10
Harborne JB 1987 Metode Fitokimia Padmawinata K Soediro I penerjemah
Jakarta (ID) UI Press Terjemahan dari Basic Concepts of Analytical
Chemistry
Jang SS Biberstein EL Hirsh DC 1976 A Manual of Veterinary Clinical
Bacteriology and Micology Davis (US) Univ California
Kee JL Hayes ER Farmakologi Pendekatan Proses Keperawatan Anugerah P
penerjemah Jakarta (ID) EGC Terjemahan dari Pharmacology A Nursing
Process Approach
Mulyatni AS Budiani A Taniwiryono D 2012 Aktivitas antibakteri ekstrak kulit
buah kakao (Theobroma cacao L) terhadap Escherichia coli Bacillus
subtilis dan Staphylococcus aureus Jurnal Menara Perkebunan 80(2) 77-
84
Ngajow M Abidjulu J Kamu VS 2013 Pengaruh antibakteri ekstrak kulit batang
matoa (Pometia pinnata) terhadap bakteri Staphylococcus aureus secara in
vitro Jurnal Mipa Unsrat 2(2) 128-132
Nugroho RA 2013 Terapi topikal clindamycin dibandingkan dengan niacinamide
+ zinc pada Acne vulgaris [skripsi] Semarang (ID) Universitas
Diponegoro
Rahmawati F 2008Isolasi dan karakteristik senyawa antibakteri ekstrak daun
miana Coleus scutellarioides [L] Benth [tesis] Bogor (ID) Institut
Pertanian Bogor
Ratnawati Y 2007 Aktivitas antibakteri ekstrak daun jawer kotok (Coleus
scutellarioides [L] Benth) [skripsi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor
Razak A Djamal A Revilla G 2013 Uji daya hambat air perasan buah jeruk
nipis (Citrus aurantifolia) terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus
aureus secara in vitro Jurnal Kesehatan Andalas 2(1) 5-8
Ridwan Y Darusman LK Satrija F Handaryani E 2006 Kandungan kimia
berbagai ekstrak daun miana (Coleus blumei Bent) dan efek anthelmintiknya
terhadap cacing pita pada ayam Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia11(2) 1-6
Rusmiyati I Husain DR Alam G 2014 Bioaktivitas ekstrak metanol daun muda
sirsak (Annona muricata L) sebagai antibakteri terhadap Staphylococcus
aureus dan Propionibacterium acne [penelitian ilmiah] Makasar (ID)
Universitas Hassanudin
Saptarini O Perawati Hartanto Y 2008 Uji aktivitas antibakteri ekstrak etanol
buah mahkota dewa (Phaleria macrocarpa) terhadap Staphylococcus
epidermidis penyebab jerawat Jurnal Biomedika1(1) 1-7
Seta SA 2013 Optimasi formula lotion anti jerawat ekstrak etanol kulit buah
manggis (Garcinia mangostana L) dan uji aktivitas terhadap
14
Propionibacterium acnes dan Staphylococcus epidermidis [skripsi]
Yogyakarta (ID) Universitas Gadjah Mada
Syukrinawati RP 2014 Tingkat pengetahuan penggunaan antibiotik oleh
mahasiswa kepaniteraan klinik departemen bedah mulut RSGM-P FKG
periode September 2-13 Maret 2014 [skripsi] Medan (ID) Universitas
Sumatera Utara
Waji RA 2009 Flavonoid (Quercetin) [Penelitian Ilmiah] Makasar (ID)
Universitas Hasanuddin
Widiawati W Lutfiati D Perbedaan hasil penyembuhan kulit wajah berjerawat
antara masker lidah buaya dengan masker non lidah buaya e- Journal
Universitas Negeri Surabaya 2014 3(1) 217-225
15
LAMPIRAN
Lampiran 1 Pembuktian hipotesis
1 Pengambilan keputusan dari hipotesis yang ditentukan diuji dengan uji
ANOVA
2 Hipotesis dalam penelitian ini berupa Ho yaitu ekstrak etanol daun jawer
kotok dengan konsentrasi ekstrak 20 40 60 dan 80 tidak memiliki
aktivitas antibakteri terhadap bakteri pada permukaan kulit wajah
berjerawat dan H1 yaitu ekstrak etanol daun jawer kotok dengan
konsentrasi ekstrak 20 40 60 dan 80 memiliki aktivitas
antibakteri terhadap bakteri pada permukaan kulit wajah berjerawat
3 Pengambilan keputusan untuk memilih hipotesis mana yang diterima dan
hipotesis mana yang ditolak didasarkan pada perbandingan F hitung dan F
tabel dengan syarat jika F hitung kurang dari F tabel maka tolak H1 dan
terima H0 dan jika F hitung lebih besar dari F tabel maka H0 ditolak dan
terima H1
4 Hasil uji one way ANOVA pada diameter zona hambat bakteri S aureus S
Epidermidis Streptococcus sp dan Micrococcus sp diperoleh nilai F
hitung lebih besar dari F tabel (1143 831 gt 262) (1149 947 gt 262)
(1122 068 gt 262) dan (91144 gt 262) maka hiptotesis yang diterima
adalah H1 yaitu ekstrak etanol daun jawer kotok dengan konsentrasi
ekstrak 20 40 60 dan 80 memiliki aktivitas antibakteri terhadap
bakteri S aureus S epidermidis Streptococcus sp dan Micrococcus sp
Lampiran 2 hasil uji ANOVA dan uji lanjutan Duncan
Descriptives
saureus
N Mean
Std Deviation Std Error
95 Confidence Interval for
Mean
Minimum Maximum Lower Bound
Upper Bound
ekstrak 20 5 138000
109545
48990
124398
151602
1200
1500
ekstrak 40 5 160000
122474
54772
144793
175207
1400
1700
ekstrak 60 5 160000
70711
31623
151220
168780
1500
1700
ekstrak 80 5 170000
70711
31623
161220
178780
1600
1800
kontrol positif 5 406000
89443
40000
394894
417106
3900
4100
kontrol negative 5 0000
00000
00000
0000
0000
00 00
Total 30
172333
1218728
222508
126825
217841
00 4100
16
ANOVA
saureus
Sum of Squares df Mean Square F Sig
Between Groups
4289367 5 857873 1143831
000
Within Groups
18000 24 750
Total 4307367 29
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
saureus
Duncana
perlakuan N
Subset for alpha = 005
1 2 3 4
kontrol negatif 5 0000 ekstrak 20 5
13800
0
ekstrak 40 5
160000
ekstrak 60 5
160000
ekstrak 80 5
170000
kontrol positif 5
406000
Sig 1000 1000 096 1000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000
ONEWAY Sepidermidis BY perlakuan
STATISTICS DESCRIPTIVES
MISSING ANALYSIS
POSTHOC=DUNCAN ALPHA(005)
[DataSet0]
Descriptives
Sepidermidis
N Mean Std Deviation Std Error
95 Confidence Interval
for Mean
Minimum Maximum Lower Bound
Upper Bound
ekstrak 20 5 150000
70711
31623
141220
158780
1400
1600
ekstrak 40 5 154000
54772
24495
147199
160801
1500
1600
ekstrak 60 5 164000
151658
67823
145169
182831
1500
1800
ekstrak 80 5 162000
109545
48990
148398
175602
1500
1800
kontrol positif 5 408000
44721
20000
402447
413553
4000
4100
kontrol negatif 5 0000
00000
00000
0000
0000
00 00
Total 30
173000
1221968
223100
127371
218629
00 4100
17
ANOVA
Sepidermidis
Sum of Squares Df Mean Square F Sig
Between Groups 4312300 5 862460 1149947
000
Within Groups 18000 24 750 Total 4330300 29
Post Hoc Tests
Homogeneous Subsets
Sepidermidis
Duncana
Perlakuan N
Subset for alpha = 005
1 2 3 4
kontrol negative 5 0000 ekstrak 20 5
15000
0
ekstrak 40 5
154000
154000
ekstrak 80 5
162000
ekstrak 60 5
164000
kontrol positif 5
408000
Sig 1000 472 096 1000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000
ONEWAY Sepidermidis BY perlakuan
STATISTICS DESCRIPTIVES
MISSING ANALYSIS
POSTHOC=DUNCAN ALPHA(005)
[DataSet0]
18
Descriptives
Streptococcus
N Mean Std Deviation
Std Error
95 Confidence Interval
for Mean
Minimum Maximum Lower Bound
Upper Bound
ekstrak 20 5 156000
134164
60000
139341
172659
1400 1700
ekstrak 40 5 162000
109545
48990
148398
175602
1500 1700
ekstrak 60 5 162000
109545
48990
148398
175602
1500 1700
ekstrak 80 5 156000
54772
24495
149199
162801
1500 1600
kontrol positif 5 416000
54772
24495
409199
422801
4100 4200
kontrol negatif 5 0000
00000
00000
0000
0000
00 00
Total 30
175333
1246715
227618
128780
221886
00 4200
ANOVA
Streptococcus
Sum of Squares df Mean Square F Sig
Between Groups 4488267 5 897653 1122067
000
Within Groups 19200 24 800 Total 4507467 29
Post Hoc Tests
Homogeneous Subsets
Streptococcus
Duncana
perlakuan N
Subset for alpha = 005
1 2 3
kontrol negatif 5 0000 ekstrak 20 5
15600
0
ekstrak 80 5
156000
ekstrak 40 5
162000
ekstrak 60 5
162000
kontrol positif 5
416000
Sig 1000 343 1000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000
ONEWAY Sepidermidis BY perlakuan
STATISTICS DESCRIPTIVES
MISSING ANALYSIS
POSTHOC=DUNCAN ALPHA(005)
[DataSet0]
19
Descriptives
Micrococcus
N Mean Std Deviation
Std Error
95 Confidence Interval for
Mean
Minimum Maximum Lower Bound
Upper Bound
ekstrak 20 5 142000
178885
80000
119788
164212
1200
1600
ekstrak 40 5 150000
200000
89443
125167
174833
1200
1700
ekstrak 60 5 150000
200000
89443
125167
174833
1200
1700
ekstrak 80 5 142000
130384
58310
125811
158189
1200
1500
kontrol positif 5 182000
83666
37417
171611
192389
1700
1900
kontrol negative
5 0000
00000
00000
0000
0000
00 00
Total 30
127667
612335
111797
104802
150532
00 1900
ANOVA
Micrococcus
Sum of Squares Df Mean Square F Sig
Between Groups 1032967 5 206593 91144 000 Within Groups 54400 24 2267
Total 1087367 29
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
Micrococcus
Duncana
Perlakuan N
Subset for alpha = 005
1 2 3
kontrol negative 5 0000 ekstrak 20 5
14200
0
ekstrak 80 5
142000
ekstrak 40 5
150000
ekstrak 60 5
150000
kontrol positif 5
182000
Sig 1000 451 1000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000
20
RIWAYAT HIDUP
Penulis lahir di Jakarta tanggal 25 september 1992 Penulis merupakan
anak ketiga dari tiga bersaudara dari pasangan Petrus Bambang Wijanarko dan
Susana Tuminah Penulis menempuh pendidikan Sekolah Menengah Pertama di
SMP Strada Bhakti Wiyata Bekasi dan Sekolah Menengah Atas di SMA Santo
Antonius Jakarta Penulis aktif di Organisasi Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM)
Keluarga Mahasiswa Katolik IPB sejak tahun 2011 hingga 2013 Penulis juga
aktif di Himpunan Profesi Ornithologi dan Unggas sejak tahun 2013 hingga 2014
ABSTRAK
YUSTINA DIAN FAJAR Aktivitas Antimikroba Ekstrak Etanol Daun Jawer
Kotok (Coleus atropurpureus) Terhadap Bakteri Kulit Wajah Berjerawat
Dibimbing oleh RINI MADYASTUTI PURWONO dan USAMAH AFFIF
Penggunaan antibiotik yang tidak rasional akan membuat bakteri menjadi
resisten Meningkatnya resistensi antibiotik mendorong perlu dilakukan eksplorasi
terhadap bahan alternatif yang dapat membunuh atau menghambat pertumbuhan
bakteri Salah satunya adalah daun jawer kotok (Coleus atropurpureus)
Penelitian ini bertujuan untuk menguji aktivitas antibakteri ekstrak etanol daun
jawer kotok (Coleus atropurpureus) terhadap bakteri hasil swab kulit wajah
berjerawat Penelitian ini dilakukan terhadap bakteri Gram positif yang berhasil
ditemukan pada permukaan kulit wajah berjerawat Bakteri tersebut adalah
Staphylococcus aureus Staphylococcus epidermidis Streptococcus sp dan
Micrococcus sp Seluruh bakteri diuji dengan konsentrasi ekstrak bertingkat
mulai dari 20 40 60 80 dan dibandingkan dengan antibiotik klindamisin
1 Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun jawer kotok
memiliki potensi antibakteri yang baik Diameter zona hambat bakteri yang
berada dalam rentan antara 1380 plusmn 109 mm sampai 1700 plusmn 070 mm Metabolit
sekunder yang terkandung dalam daun jawer adalah flavonoid polifenol dan tanin
serta terpenoid yang memiliki potensi sebagai antibakteri
Kata kunci Coleus atropurpureus aktivitas antimikroba ekstrak jawer kotok
flavonoid polifenol tanin terpenoid
ABSTRACT
YUSTINA DIAN FAJAR Antibacterial Activity of Etanol Extract from Jawer
Kotok (Coleus atropurpureus) Leave to Bacterialof Pimpled Faces Supervised by
RINI MADYASTUTI PURWONO and USAMAH AFIF
The misused of antibiotics will resist the bacteria The increasing of
resistance in antibiotic needs exploration other alternative resources which could
kill or obstruct bacteria to grow One of resources is jawer kotok (Coleus
atropurpureus) leave The objectives of this research are to assay jawer kotok
leaversquos etanol extract as antibacterial for pimpled skin Those bacteria are
Staphylococcus aureus Staphylococcus epidermidis Streptococcus sp and
Micrococcus sp The bacterias were challenged with gradual extract consentration
starting from 20 40 60 80 and campared with 1 clindamycin antibiotic
The result of the research showed that jawer kotok leaversquos etanol extract had
potency as good antibacterial The diameter of antibacterial inhibition zone range
from 1380 plusmn 109 mm until 1700 plusmn 070 mm Secondary metabolites in jawer
kotok leave consist of flavonoids polyphenols tannins and terpenoids which had
potency as antibacterial
Keywords Coleus atropurpureus antimicrobial activity jawer kotok extract
flavonoidstannin polyphenols terpenoids
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kedokteran Hewan
pada
Fakultas Kedokteran Hewan
AKTIVITAS ANTIMIKROBA EKSTRAK ETANOL DAUN
JAWER KOTOK (Coleusatropurpureus) TERHADAP BAKTERI
KULIT WAJAH BERJERAWAT
YUSTINA DIAN FAJAR
DEPARTEMEN KLINIK REPRODUKSI DAN PATOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena
atas kasih dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Jawer Kotok (Coleus atropurpureus)
terhadap Bakteri Kulit Wajah Berjerawat Penyusunan skripsi ini merupakan salah
satu syarat kelulusan dalam memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Kedokteran
Hewan Institut Pertanian Bogor Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak
langsung dalam penulisan skripsi ini
1 Kedua orangtua dan keluarga tercinta yang selalu memberikan doa serta
dukungan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini
2 Rini Madyastuti P SSi Apt MSi selaku dosen pembimbing I dan Drh
Usamah Afiff MSc selaku dosen pembimbing II yang telah berkenan
membimbing dan memberikan pengarahan kritik dan saran kepada penulis
selama penelitian sampai akhir penulisan skripsi ini selesai
3 Drs Pudji Achmadi MSi selaku dosen pembimbing akademik yang telah
memberikan banyak motivasi dan saran kepada penulis selama masa perkuliahan
4 Seluruh staff Bagian Mikrobiologi Departemen Ilmu Penyakit Hewan
dan Kesehatan Masyarakat Veteriner staff Bagian Farmasi Depatemen Klinik
Reproduksi dan Patologi Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor
5 Teman-teman Ganglion FKH-48 yang telah memberikan doa semangat dan
dukungan selama berkuliah di FKH IPB
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan oleh
karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari
para pembaca Besar harapan penulis kiranya skripsi ini dapat berguna khususnya
bagi penulis dan umumnya bagi para pembaca serta untuk kemajuan ilmu
pengetahuan di bidang kedokteran hewan
Bogor Agustus 2015
Yustina Dian Fajar
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL vi
DAFTAR GAMBAR vi
DAFTAR LAMPIRAN vi
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Tujuan Penelitian 1
Manfaat Penelitian 1
Ruang Lingkup Penelitian 2
TINJAUAN PUSTAKA 2
Jawer Kotok (Coleusatropurpureus) 2
Jerawat 2
Ekstraksi 3
Antibakteri 3
Antibiotik Klindamisin 4
Morfologi dan Kharakteristik Bakteri Penyebab Jerawat pada Kulit Wajah 4
METODE 5
Tempat dan Waktu Penelitian 5
Alat dan Bahan 5
Prosedur Penelitian 5
Analisis Data 8
HASIL DAN PEMBAHASAN 8
Penapisan Fitokimia Daun Jawer Kotok 8
Bakteri pada Permukaan Kulit Wajah Berjerawat 9
Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Jawer Kotok 9
SIMPULAN DAN SARAN 12
Simpulan 12
Saran 12
Daftar Pustaka 13
LAMPIRAN 15
RIWAYAT HIDUP 20
DAFTAR TABEL
1 Hasil penapisan fitokimia ekstrak etanol daun jawer kotok 9
2 Rata-rata diameter zona hambat bakteri ekstrak daun jawer kotok
terhadap bakteri Gram positif (mm) pada permukaan kulit wajah
berjerawat 10
DAFTAR GAMBAR
1 Coleus atropurpureus 2 2 Uji identifikasi bakteri Gram positif 6
3 Hasil uji fitokimia 8
4 Zona hambat Ekstrak Etanol Daun Jawer Kotok terhadap
Staphylococcus aureus Staphylococcus epidermidis Streptococcus sp
dan Micrococcus sp 9
DAFTAR LAMPIRAN 1 Pembuktian hipotesis 15
2 Hasil Uji ANOVA dan uji lanjutan Duncan 15
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Penggunaan antibiotik mengalami peningkatan yang luar biasa pada lima
dekade terakhir Antibiotik yang digunakan secara tidak rasional akan membuat
bakteri menjadi bersifat resisten dan tetap memperbanyak diri di inangnya
Resistensi bakteri mendorong adanya bahan antibiotik lain yang murah tersedia
secara kontinu dan memiliki semua unsur-unsur yang dibutuhkan untuk
pembuatan antimikroba oleh sebab itu perlu dilakukan eksplorasi terhadap bahan
alternatif yang dapat digunakan sebagai senyawa antibakteri
Perawatan kulit wajah merupakan hal yang penting untuk dilakukan
Perawatan tersebut bertujuan untuk memaksimalkan penampilan diri agar lebih
percaya diri Perawatan yang sering dilakukan adalah melakukan facial
pemakaian krim masker serta sabun agar kulit wajah tidak kusam dan berjerawat
Jerawat merupakan penyakit kulit akibat peradangan pada kelenjar sebacea karena
aktivitas Staphylococcus epidermidis dan Propionibacterium acnes (Seta 2013)
serta Staphylococcus aureus (Razak et al 2013)
Jawer kotok (Coleus atropurpureus) merupakan tanaman yang berfungsi
sebagai tanaman hias dan tanaman obat Masyarakat memanfaatkan daun jawer
kotok sebagai obat untuk berbagai penyakit diare demam pengobatan pasca
melahirkan terlambat datang bulan abses ambeien dan diabetes mellitus
(Ratnawati 2007) Rahmawati (2008) menyatakan bahwa daun jawer kotok dapat
digunakan sebagai senyawa antibakteri
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menguji aktivitas antibakteri ekstrak etanol
daun jawer kotok (Coleus atropurpureus) dalam menghambat pertumbuhan
bakteri pada permukaan kulit wajah berjerawat
Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah memperoleh hasil uji potensi antibakteri
ekstrak etanol daun jawer kotok terhadap bakteri Gram positif pada kulit wajah
berjerawat sehingga dapat digunakan sebagai dasar ilmiah dalam pengembangan
produk farmasi antibakteri Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan
informasi kepada masyarakat akan khasiat daun jawer kotok serta nilai tambah
bagi tanaman jawer kotok secara ekonomis
2
Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini membahas mengenai aktivitas antibakteri ekstrak etanol daun
jawer kotok dengan konsentrasi 20 40 60 dan 80 terhadap bakteri Gram
positif yang ditemukan pada permukaan kulit wajah berjerawat
TINJAUAN PUSTAKA
Jawer Kotok (Coleus atropurpureus)
Tanaman jawer kotok (iler) merupakan tanaman yang umum ditemukan di
IndonesiaTanaman ini tumbuh di tempat lembab dan terbuka seperti pinggir
selokan pematang sawah atau tepi jalan pada ketinggiaan 1-1300 diatas
permukaan laut (dpl) Coleus atropurpureus termasuk ke dalam famili Lamiaceae
Tanaman ini dikenal dengan nama daerah jawer kotok (sunda) kentangan (jawa)
saru-saru atau majaja Daunnya berbentuk bulat telur pangkal membulat
menyerupai bentuk jantung ujung meruncing tepi bergerigi tulang daun
menyirip permukaan mengkilat berambut halus memiliki panjang 7-11 cm dan
lebar 35-6 cm (Dalimartha 2000)
Gambar 1 Coleus atropurpureus
Daun jawer kotok diketahui mengandung flavonoid tanin saponin (Yusuf
et al 2006) polifenol serta steroid (Rahmawati 2008) Flavonoid banyak
ditemukan pada daun berwarna ungu seperti jawer kotok (Waji dan Sugrani 2009)
Jerawat
Jerawat merupakan kondisi kulit yang abnormal yang disebabkan oleh
gangguan produksi dari kelenjar minyak yang berlebihan Kelebihan produksi
3
sebaceous gland akan menyebabkan penyumbatan pada saluran folikel rambut
dan pori-pori kulit Kotoran atau sel kulit mati yang tidak dibersihkan akan
bertumpuk menjadi komedo dan jika terinfeksi bakteri penyebab jerawat komedo
akan berubah menjadi jerawat (Widiawati 2014)
Ekstraksi
Ekstraksi merupakan proses pemisahan bahan dari campurannya dengan
pelarut Ekstraksi tanaman obat adalah pemisahan secara kimia atau fisika suatu
atau sejumlah bahan padat atau bahan cair dari suatu tanaman obat (Agoes 2007)
Daun jawer kotok diekstrak menggunakan metode maserasi Maserasi merupakan
metode ekstraksi yang dilakukan dengan metode merendam sampel dalam pelarut
tanpa pemanasan Metode maserasi dipilih karena metodenya yang sederhana dan
bisa menghindari kerusakan komponen senyawa yang tidak tahan panas yang
terkandung dalam sampel (Rahmawati 2008) Pemilihan etanol 96 sebagai
pelarut didasarkan pada fungsi dari pelarut etanol 96 yang dapat mengikat
berbagai senyawa aktif seperti tanin polifenol flavonoid terpenoid sterol dan
alkaloid (Hamdayati et al 2008) Perbandingan jumlah daun jawer kotok dan
pelarut etanol 96 yang digunakan adalah 1 10 Menurut Arundhina (2014)
semakin banyak pelarut yang digunakan maka rendemen yang diperoleh semakin
besar hal ini disebabkan semakin besarnya rasio pelarut terhadap daun maka luas
permukaan perpindahan massa antara padatan dengan larutan semakin besar
Filtrat dari proses maserasi diuapkan menggunakan rotary evaporator Proses
penguapan dilakukan untuk memisahkan pelarut etanol 96 dan senyawa
fitokimia yang terekstrak dari daun jawer kotok
Antibakteri
Antibakteri merupakan sifat suatu bahan yang menunjukkan efek
menghambat pertumbuhan bakteri Penghambatan pertumbuhan bakteri dibedakan
menjadi bakterisida (mampu membunuh bakteri) dan bakteriostatik (menghambat
pertumbuhan bakteri) (Kee dan Hayes 1996)
Antibiotik Klindamisin
Klindamisin efektif terhadap sebagian besar bakteri aerob Gram positif seperti
Streptococcus sp Staphylococcus sp Enterococcus sp Bacilus antracis dan
Corynebacterium diphtheriae tetapi pada umumnya kurang efektif terhadap bakteri
Gram negatif seperti Enterobacteriaceae Neisseria gonorrhoeae Neisseria
4
Meningitidis dan Haemophilus influenzae Klindamisin juga sangat efektif terhadap
bakteri anaerob Gram positif seperti Eubacterium Proponibacterium Peptococcus
Peptostreptococcus Clostridium perfringens dan Cloctridium Tetani dan juga efektif
terhadap beberapa bakteri aerob negatif seperti Fusobacterium spdan Bacteriodes
sptermasuk Bacteroides fragilis (Nugroho 2013)
Morfologi dan Ciri Umum Bakteri Penyebab Jerawat pada Kulit
Wajah
Staphylococcus aureus
Staphyloccus aureus adalah bakteri Gram positif yang menghasilkan
pigmen kuning bersifat aerob fakultatif tidak menghasilkan spora dan tidak motil
S aureus umumnya tumbuh berpasangan maupun berkelompok seperti buah
anggur dengan diameter 08-10 microm Bakteri ini menghasilkan katalase dan
koagulase S aureus biasanya terdapat pada saluran pernafasan atas kulit saluran
urinari abses infeksi luka radang paru-paru dan selaput lendir lainnya
(Rusmiyati et al 2014)
Staphylococcus epidermidis
Bakteri ini merupakan Gram positif berbentuk kokus berdiameter 05-15
microm berkoloni mengerombol menyerupai buah anggur Koloni biasanya berwarna
putih atau krem S epidermidis bersifat aerob fakultatif katalase positif dan
koagulase negatif Bakteri ini merupakan flora normal pada kulit manusia saluran
pernafasan dan saluran pencernaan makanan Staphylococcus epidermidis yang
mempunyai daya invasi rendah serta bergabung dengan faktor-faktor ekstraseluler
dan toksin berperan pada banyak infeksi kulit misalnya jerawat (Saptarini et al
2008)
Propionibacterium acne
Propionibacterium acne termasuk kelompok Corynebacteria Bakteri ini
termasuk bakteri anaerob Gram positif yang toleran terhadap oksigen P Acne
berbentuk batang tak teratur dan tumbuh relatif lambat Genome dari bakteri ini
dapat menghasilkan enzim untuk meluruhkan kulit dan protein yang mungkin
bersifat immunogenic (mampu mengaktifkan sistem kekebalan tubuh) P acnes
dianggap tidak hanya sebagai flora normal penghuni pada kulit yang normal tetapi
juga bersifat sebagai bakteri patogen fakultatif (Rusmiyati et al2014)
5
METODE
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Mikrobiologi Departemen
Ilmu Penyakit Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner (IPHK) dan
Laboratorium Farmasi Departemen Klinik Reproduksi dan Patologi (KRP)
Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) Institut Pertanian Bogor (IPB) Kegiatan
dimulai sejak bulan Juli 2014 sampai dengan bulan Januari 2015
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam penelitian adalah timbangan analitik cawan
petri mini tube mikro pipet pipet volumentrik pipet pasteur pinset tabung
reaksi cotton bud steril tabung durham tabung effendorf osekapas object glass
bunsen spatula inkubator autoklaf dan mikroskop Bahan yang digunakan
adalah daun jawer kotok bakteri hasil swab wajah (S aureus S epidermidis
Streptococcus sp Micrococcus sp) antibiotik klindamisin satu set zat
pewarnaan gram reagen katalase (larutan 3 H2O2) Brain Heart Infussion (BHI)
Blood Agar (BA) Mac Conkey Agar (MCA) Manitol Salt Agar (MSA)
Tyrpticase Soy Agar (TSA) Muller Hilton Agar (MHA) etanol 96 Dimenthyl
sulfoxide (DMSO) NaOH H2SO4 FeCl3 reagen dragendorff dan reagen meyer
Prosedur Penelitian
Pengambilan Sampel
Metode pengambilan sampel dilakukan dengan melakukan swab pada kulit
wajah berjerawat pada sepuluh orang probandus yang telah dipilih Sepuluh
probandus tersebut terdiri dari 5 orang perempuan dan 5 orang laki-laki Swab
kulit dilakukan dengan menggunakan cotton bud yang telah disterilkan Swab
kulit dilakukan dengan cara mencelupkan cotton bud pada media BHI agar bakteri
pada jerawat dapat terangkat dan menempel pada cotton bud Swab kulit dari satu
orang dimasukan pada media BHI untuk dibawa ke laboratorium Perlakuan yang
sama dilakukan pada setiap probandus
6
Isolasi dan Identifikasi Bakteri pada Permukaan Kulit Wajah Berjerawat
Identifikasi bakteri mengacu pada metode Carter (1990) dan Jang et al
(1976) Sampel yang telah diperoleh dari hasil swab jerawat ditumbuhkan pada
media BA dengan cara mengambil sampel dari media transpor dengan
menggunakan ose steril dan menggoreskannya pada permukaan agar BA Bakteri
yang telah dibiakan pada agar BA diinkubasi pada suhu 37 ordmC selama 24 jam
Setelah diinkubasi dilakukan pengamatan koloni dan diamati koloni yang berbeda
kemudian ditanam pada media TSA dan diinkubasi pada suhu 37 ordmC selama 24
jam Setelah dilakukan isolasi sampel selanjutnya dilakukan pewarnaan bakteri
dan dilanjutkan dengan proses identifikasi (Gambar 2)
Gambar 2 Uji identifikasi bakteri Gram positif
Uji katalase Pengamatan
Mikroskopis
Batang Kokus
+Spora
(Bacillus sp)
((jjh
-Spora (non
Bacillus sp)
((jjh
Positif Negatif
Uji Glukosa Mikroaerofilik
Streptococcaceae
Uji CAMP
(BA)
Staphylococcus
spp
Micrococcus spp
MSA Uji Koagulase
Micrococcaceae
Positif Negatif
Merah Kuning
Staphylococcus aureus Staphylococcus epidermidis
α γ β
Bakteri Gram Positif
7
Daun Jawer Kotok
Daun jawer kotok (Coleus atropurpureus) diperoleh dari Balai Penelitian
Tanaman Rempah dan Obat (BALITRO) dalam keadaan daun basah Bagian
tanaman yang digunakan adalah daunnya yang berwarna merah kecoklatan
Ekstrak Etanol Daun Jawer Kotok
Pembuatan ektrak etanol daun jawer kotok dilakukan dengan metode
maserasi Daun jawer kotok basah sebanyak 800 g diris kecil-kecil kemudian
dibagi menjadi 4 bagian masing-masing bagian 200 g kemudian direndam
dengan etanol 96 (perbandingan 110) dalam 4 tempat penampungan selama
3x24 jam sambil sesekali diaduk dan disaring untuk mendapatkan filtratnya
Filtrat hasil maserasi dievaporasi selama 17 jam menggunakan rotary evaporator
Hasil ekstrak kental daun jawer kotok yang didapat sebanyak 185 g
Penapisan Fitokimia Daun Jawer Kotok
Penapisan fitokimia dilakukan dengan metode Harborne (1987) untuk
mengetahui golongan senyawa kimia (terutama metabolit sekunder) yang
terkandung dalam suatu tanaman Penapisan fitokimia yang sering dilakukan
adalah penapisan untuk metabolit sekunder golongan alkaloid flavonoid tanin
polifenol terpenoid steroid dan saponin Flavonoid diuji dengan memasukan
ekstrak ditambahkan dengan etanol 96 lalu diaduk dan ditambahakan NaOH 7
tetes serta H2SO4 amati perubahan warna menjadi kuning jika hasilnya positif Uji
polifenol dan tanin dilakukan dengan memasukan ekstrak ditambahkan dengan air
lalu dipanaskan dan ditambahkan FeCl3 selanjutnya akan terjadi perubahan warna
menjadi hijau biru sampai hitam untuk hasil positif adanya polifenol dan tanin
Uji alkaloid dilakukan dengan membagi ekstrak menjadi 2 bagian keduanya
ditambahkan larutan etanol 96 Salah satu bagian ditambahkan reagen
dragendorff dan yang lain ditambahkan reagen meyer Hasil positif adanya
alkaloid ditandai dengan warna kuning saat diberi reagen dragendorff dan
endapan putih saat ditambahkan reagen meyer Uji terpenoid dilakukan dengan
memasukkan ekstrak ke dalam tabung reaksi kemudian ditambahkan etanol 96
dan ditetesi dengan H2SO4 pekat Hasil positif terpenoid ditandai dengan
terbentuknya warna merah kecoklatan
Pengujian Daya Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Jawer Kotok
Metode pengujian aktivitas antibakteri yang digunakan adalah metode
sumuran (agar well difusion method) dengan media MHA Suspensi bakteri yang
digunakan memiliki kekeruhan yang setara dengan larutan Mc Farland I atau
3x108
CFUml Suspensi bakteri kemudian digoreskan pada MHA dengan
menggunakan cotton bud steril Setelah digores kemudian didiamkan selama 10
8
menit Kegiatan ini dilakukan sebanyak lima kali ulangan untuk setiap bakteri uji
Pada media MHA dibuat sebanyak 6 sumuran yang akan diisi dengan
Konsentrasi 20 (K1) 02 g ekstrak daun jawer kotok dalam 1 ml DMSO
Konsentrasi 40 (K2) 04 g ekstrak daun jawer kotok dalam 1 ml DMSO
Konsentrasi 60 (K3) 06 g ekstrak daun jawer kotok dalam 1 ml DMSO
Konsentrasi 80 (K4) 08 g ekstrak daun jawer kotok dalam 1 ml DMSO
Kontrol positif (KP) Klindamisin 1
Kontrol negatif (KN) DMSO
Media MHA yang telah diisi dengan larutan uji kemudian diinkubasi pada
suhu 37 ordmC selama 24 jam dan diamati diameter zona hambatnya dengan
penggaris
Analisis Data
Data hasil pengukuran diameter zona hambat dianalis secara kuantitatif
menggunakan metode one way analysis of variance (one way Anova) dan
dilanjutkan dengan uji Duncan
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penapisan Fitokimia Daun Jawer KotoK
Penapisan fitokimia ekstrak etanol daun jawer kotok positif mengandung
metabolit sekunder berupa flavonoid polifenol tanin serta terpenoid dan negatif
terhadap alkaloid Ridwan et al (2006) dan Rahmawati (2008) juga menyebutkan
bahwa daun jawer kotok tidak mengandung alkaloid (Gambar 3 dan Tabel 1)
(a) (b) (c) (d) (f)
Gambar 3 Hasil uji fitokimia flavonoid (a) alkaloid dengan reagen
dragendorff (b) alkaloid dengan reagen meyer (c) polifenol
(d) terpenoid (e)
9
Tabel 1 Hasil penapisan fitokimia ekstrak etanol daun jawer kotok
Penapisan Fitokimia Hasil
Flavonoid +
Alkaloid
Meyer minus
Dragendorff minus
Polifenol dan Tanin +
Terpenoid + aKeterangan + terdeteksi minus tidak terdeteksi
Bakteri pada Permukaan Kulit Wajah Berjerawat
Bakteri Gram positif yang berhasil diidentifikasi adalah Staphylococcus
aureus Staphylococcus epidermidis Streptococcus sp dan Micrococcus sp
Menurut Seta (2013) dan Razak et al (2013) bakteri yang dapat menyebabkan
jerawat adalah S aureus S epidermidis dan Propionibacterium acne P acne
tidak dapat diisolasi karena metode yang digunakan tidak bisa mengisolasi bakteri
anaerob Penemuan bakteri Streptococcus sp mungkin terjadi mengingat
Streptococcus sp merupakan salah satu bakteri pada kulit yang dapat
menyebabkan terjadinya penyakit pyoderma (Caesarita 2011) Micrococcus sp
dapat ditemukan pada hasil swab wajah mengingat kemungkinan adanya
pencemaran bakteri dari lingkungan seperti air udara dan tanah (Andy dan
Taufik 2010)
Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Jawer Kotok
Rata-rata diameter zona hambat bakteri ekstrak etanol daun jawer kotok
terhadap bakteri Gram positif (Gambar 4 dan Tabel 2)
(a) (b) (c) (d)
Gambar 4 Zona hambat ekstrak etanol daun jawer kotok terhadap S aureus (a)
S epidermidis (b) Streptococcus sp (c)dan Micrococcus sp(d)
K2 KP K3 K2 KP K3
K2 KP K3
K2 KP K3
K1 KN K4 K1 KN K4 K1 KN K4 K1 KN K4
10
Tabel 2 Rata-rata diameter zona hambat ekstrak etanol daun jawer kotok terhadap
bakteri Gram positif hasil swab kulit wajah berjerawat (mm)
Kelompok
Perlakuan
S aureus S epidermidis Streptococcus
sp
Micrococcus
sp
K1 1380 plusmn 109 b
1500 plusmn 070b
1560 plusmn 134c
1420 plusmn 178b
K2 1600 plusmn 122c
1540 plusmn054bc
1620 plusmn 109c
1500 plusmn 200b
K3 1600 plusmn 070c
1640 plusmn 151c
1620 plusmn 109c
1500 plusmn 200b
K4 1700 plusmn 070c
1620 plusmn 109c
1560 plusmn 054c
1420 plusmn 130b
KP 4060plusmn 089d
4080 plusmn 044d
4160 plusmn 054d
1820 plusmn 083d
KN 000 plusmn 000a
000 plusmn 000a
000 plusmn 000a
000 plusmn 000a
aKeterangan K1 konsentrasi 20 K2 konsentrasi 40 K3 konsentrasi 60 K4
konsentrasi 80 KP kontrol positif KN kontrol negatif Huruf supercript yang berbeda dalam
satu kolom menunjukkan perbedaan yang nyata pada taraf nyata Plt 005
Pada Tabel 2 diketahui bahwa KN pada keempat bakteri uji tidak memiliki
diameter zona hambat dan berbeda nyata dengan KP dan seluruh konsentrasi uji
Hal tersebut membuktikan bahwa pelarut tidak berpengaruh terhadap aktivitas
antibakteri sehingga aktivitas antibakteri hanya berasal dari konsentasi uji
DMSO digunakan sebagai KN karena tidak memiliki daya hambat bakteri serta
karena sifat dari DMSO yang merupakan pelarut polar berspektrum luas sehingga
dapat melarutkan senyawa alkaloid dan flavonoid (Mulyatni et al 2012)
Kontrol positif memberikan hasil yang berbeda nyata dengan KN dan
keempat konsentrasi uji pada semua bakteri Hal tersebut membuktikan bahwa
bakteri S aureus S epidermidis Streptococcus sp dan Micrococcus sp masih
peka terhadap KP Antibiotik klindamisin 1 digunakan sebagai KP karena
klindamisin paling efektif dalam pengobatan jerawat jika dibandingkan dengan
eritromisin dan tetrasiklin serta paling banyak digunakan masyarakat untuk
mengobati jerawat (Aziz 2010) Klindamisin adalah salah satu antibiotik golongan
aminoglikosida Klindamisin menghambat sintesis protein pada fase pemanjangan
dengan mempengaruhi translokasi (Syukrinawati 2014) Antibiotik ini efektif
terhadap bakteri Gram positif dan bakteri anaerob akan tetapi kurang efektif
terhadap bakteri Gram negatif (Nugroho 2013)
Hasil uji pada bakteri S aureus terlihat bahwa K1 memberikan perbedaan
yang nyata (Plt005) dengan K2 K3 dan K4 Hasil uji pada S epidermidis
memberikan hasil bahwa K1 berbeda nyata (Plt005) dengan K3 dan K4 Seluruh
konsentrasi ekstrak etanol daun jawer kotok yang diujikan terhadap Streptococcus
sp dan Micrococcus sp tidak menunjukkan hasil yang berbeda nyata
Hasil uji yang dilakukan terhadap Saureus memperlihatkan bahwa semakin
tinggi konsentrasi ekstrak maka semakin besar diameter zona hambat yang
terbentuk Hal ini karena semakin banyak zat aktif yang terkandung dalam ekstrak
tersebut sedangkan pada uji yang dilakukan terhadap S epidermidis
Streptococcus sp dan Micrococcus sp diameter zona hambat yang terbentuk pada
K4 mengalami penurunan Hal tersebut menunjukkan bahwa konsentrasi yang
semakin tinggi tidak selalu menghasilkan diameter zona hambat yang semakin
besar Penurunan aktivitas ini disebabkan karena perbedaan jenis bakteri yang
dihambat perbedaan kecepatan difusi senyawa aktif pada media agar serta
konsentrasi ekstrak yang terlalu tinggi dibandingkan dengan pelarutnya (DMSO)
sehingga larutan menjadi jenuh dan sulit untuk larut Brooks et al (2008)
11
menyatakan bahwa aktivitas antibakteri dipengaruhi beberapa faktor yaitu
konsentrasi ekstrak kandungan senyawa antibakteri daya difusi ekstrak dan jenis
bakteri yang dihambat
Diameter zona hambat bakteri menurut Davis dan Stout dalam Rahmawati
(2008) dibagi atas sangat kuat (zona jernih gt 20 mm) kuat (zona jernih 10minus20
mm) sedang (zona jernih 5minus10 mm) dan lemah (zona jernih lt 5 mm) Kontrol
positif (KP) pada bakteri uji S aureus S epidermidis Streptococcussp tergolong
dalam daya hambat sangat kuat sedangkan KP pada bakteri Micrococcus sp
tergolong dalam daya hambat kuat Hal tersebut kemungkinan dikarenakan target
kerja antibiotik klindamisin ditujukan untuk bakteri yang habitatnya di daerah
kulit wajah sedangkan Micrococcus sp merupakan bakteri kontaminasi dari
lingkungan (air tanah udara) Seluruh konsentrasi ekstrak yang diujikan terhadap
seluruh bakteri (K1K2 K3 K4) tergolong dalam konsentrasi yang memberikan
daya hambat kuat karena diameter zona hambat yang terbentuk antara 1380 plusmn
109 mm sampai 1700 plusmn 070 mm
Mengacu pada standar umum yang dikeluarkan oleh Departemen Kesehatan
disebutkan bahwa mikroba dinyatakan peka terhadap antimikroba asal tanaman
apabila mempunyai ukuran diameter daya hambatannya 12minus24 mm (Darmawi et
al 2013) sehingga dapat dikatakan bahwa seluruh bakteri uji peka terhadap K1
K2 K3 dan K4
Hasil penelitian diketahui bahwa seluruh konsentrasi dinyatakan peka dan
memiliki zona hambat bakteri yang kuat terhadap bakteri uji sehingga ekstrak
etanol daun jawer kotok memiliki potensi antibakteri yang baik Adanya potensi
antibakteri diketahui dari kandungan senyawa metabolit sekunder yang terdapat
pada daun jawer kotok yaitu flavonoid tanin polifenol serta terpenoid
Mekanisme kerja flavonoid sebagai antibakteri adalah membentuk senyawa
kompleks dengan protein ekstraseluler dan terlarut sehingga dapat merusak
membran sel bakteri dan diikuti keluarnya senyawa intraselluler (Ngajow et al
2013)
Mekanisme kerja tanin sebagai antibakteri adalah menghambat enzim
reverse transkriptase dan DNA topoisomerase sehingga sel bakteri tidak dapat
terbentuk Tanin juga mempunyai target pada polipeptida dinding sel sehingga
pembentukan polipeptida dinding sel menjadi tidak sempurna Hal ini
menyebabkan sel bakteri menjadi lisis karena tekanan osmotik maupun fisik
sehingga sel bakteri akan mati (Ngajow et al 2013)
Ngajow et al (2013) juga menyatakan bahwa senyawa fenolik dan terpenoid
memiliki target utama yaitu membran sitoplasma bakteri Aktifitas antibakteri
terpenoid diketahui bereaksi dengan porin (protein transmembran) pada membran
luar dinding sel bakteri Terpenoid membentuk ikatan polimer yang kuat sehingga
mengakibatkan rusaknya porin Rusaknya porin yang merupakan pintu keluar
masuknya senyawa akan mengurangi permeabilitas dinding sel bakteri yang akan
mengakibatkan sel bakteri akan kekurangan nutrisi sehingga pertumbuhan bakteri
akan terhambat dan mati
12
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Ekstrak etanol daun jawer kotok mengandung flavonoid polifenol dan tanin
serta terpenoid yang memiliki aktivitas antibakteri yang dapat menghambat
pertumbuhan bakteri kokus Gram positif pada permukaan kulit wajah berjerawat
Ekstrak etanol daun jawer kotok memiliki potensi antibakteri yang baik karena
daya hambat bakteri pada konsentrasi 20 40 60 dan 80 tergolong dalam
daya hambat yang kuat S aureus S epidermidis Streptococcus sp dan
Micrococcus sp dinyatakan peka terhadap seluruh konsentrasi ekstrak
Saran
Saran yang dapat diberikan kepada peneliti selanjutnya yaitu perlu
dilakukan penelitian aktivitas antibakteri ekstrak etanol daun jawer kotok terhadap
bakteri Pacne dan bakteri gram negatif serta penggunaan kontrol positif dengan
antibiotik yang lain Selain itu penelitian ini juga dapat digunakan sebagai dasar
ilmiah dalam pengembangan produk farmasi antibakteri
DAFTAR PUSTAKA
Agoes G 2007 Ekstraksi Tanaman Obat Bandung ITB
Andy Taufik M 2010 Jumlah bakteri dan keberadaan bakteri Salmonella sp
pada daging kuda di Kabupaten Jeneponto Jurnal Agrisistem 6(2) 82-87
Arundhina E 2014 Aktivitas ekstrak etanol daun alamanda (Allamanda
cathartica L) sebagai anti jamur terhadap Candida albicans dan
Pityrosporum ovale secara in vitro [skripsi] Yogyakarta (ID) Universitas
Katolik Atmajaya Yogyakarta
Aziz S2010 Uji aktivitas antibakteri ekstrak etanol daun dan umbi bakung putih
(Crinum asiatikum L) terhadap bakteri penyebab jerawat[skripsi] Jakarta
(ID) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatulloh
Brooks GF Butel JS Morse SA Mikrobiologi Kedokteran Mudihardi E
KuntamanWasito EB et al penerjemah Jakarta (ID) Salemba Medika
Terjemahan dari Medical Microbiology
Caesarita DP 2011 Pengaruh ekstrak buah nanas (Ananas comosus) 100
terhadap bakteri Staphylococcus aureus dari pyoderma [skripsi] Bandung
(ID) Universitas Diponegoro
Carter GR dan Cole JR 1990 Diagnostic Procedures in Veterinary Bacteriology
and Mycology Fifth Edition London (UK) Academi Press Limited
13
Dalimarta S 2000 Atlas Tumbuhan Indonesia Jilid ke-2 Jakarta Trubus
Agriwidya
Darmawi Manaf ZH Putranda F 2013 Daya hambat getah jarak cina (Jatropha
multifida L) terhadap Staphylococcus aureus secara invitro Jurnal Medika
Veterinaria7(2) 113-115
Hamdayati Y Kusnadi Rahadian I 2008 Aktivitas antibakteri ekstrak daun
patikan kebo (Euphorbia hirta) terhadap pertumbuhan bakteri
Staphylococcus epidermidis Jurnal Pengajaran Matematika dan Ilmu
Pengetahuan alam 12(7) 1-10
Harborne JB 1987 Metode Fitokimia Padmawinata K Soediro I penerjemah
Jakarta (ID) UI Press Terjemahan dari Basic Concepts of Analytical
Chemistry
Jang SS Biberstein EL Hirsh DC 1976 A Manual of Veterinary Clinical
Bacteriology and Micology Davis (US) Univ California
Kee JL Hayes ER Farmakologi Pendekatan Proses Keperawatan Anugerah P
penerjemah Jakarta (ID) EGC Terjemahan dari Pharmacology A Nursing
Process Approach
Mulyatni AS Budiani A Taniwiryono D 2012 Aktivitas antibakteri ekstrak kulit
buah kakao (Theobroma cacao L) terhadap Escherichia coli Bacillus
subtilis dan Staphylococcus aureus Jurnal Menara Perkebunan 80(2) 77-
84
Ngajow M Abidjulu J Kamu VS 2013 Pengaruh antibakteri ekstrak kulit batang
matoa (Pometia pinnata) terhadap bakteri Staphylococcus aureus secara in
vitro Jurnal Mipa Unsrat 2(2) 128-132
Nugroho RA 2013 Terapi topikal clindamycin dibandingkan dengan niacinamide
+ zinc pada Acne vulgaris [skripsi] Semarang (ID) Universitas
Diponegoro
Rahmawati F 2008Isolasi dan karakteristik senyawa antibakteri ekstrak daun
miana Coleus scutellarioides [L] Benth [tesis] Bogor (ID) Institut
Pertanian Bogor
Ratnawati Y 2007 Aktivitas antibakteri ekstrak daun jawer kotok (Coleus
scutellarioides [L] Benth) [skripsi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor
Razak A Djamal A Revilla G 2013 Uji daya hambat air perasan buah jeruk
nipis (Citrus aurantifolia) terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus
aureus secara in vitro Jurnal Kesehatan Andalas 2(1) 5-8
Ridwan Y Darusman LK Satrija F Handaryani E 2006 Kandungan kimia
berbagai ekstrak daun miana (Coleus blumei Bent) dan efek anthelmintiknya
terhadap cacing pita pada ayam Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia11(2) 1-6
Rusmiyati I Husain DR Alam G 2014 Bioaktivitas ekstrak metanol daun muda
sirsak (Annona muricata L) sebagai antibakteri terhadap Staphylococcus
aureus dan Propionibacterium acne [penelitian ilmiah] Makasar (ID)
Universitas Hassanudin
Saptarini O Perawati Hartanto Y 2008 Uji aktivitas antibakteri ekstrak etanol
buah mahkota dewa (Phaleria macrocarpa) terhadap Staphylococcus
epidermidis penyebab jerawat Jurnal Biomedika1(1) 1-7
Seta SA 2013 Optimasi formula lotion anti jerawat ekstrak etanol kulit buah
manggis (Garcinia mangostana L) dan uji aktivitas terhadap
14
Propionibacterium acnes dan Staphylococcus epidermidis [skripsi]
Yogyakarta (ID) Universitas Gadjah Mada
Syukrinawati RP 2014 Tingkat pengetahuan penggunaan antibiotik oleh
mahasiswa kepaniteraan klinik departemen bedah mulut RSGM-P FKG
periode September 2-13 Maret 2014 [skripsi] Medan (ID) Universitas
Sumatera Utara
Waji RA 2009 Flavonoid (Quercetin) [Penelitian Ilmiah] Makasar (ID)
Universitas Hasanuddin
Widiawati W Lutfiati D Perbedaan hasil penyembuhan kulit wajah berjerawat
antara masker lidah buaya dengan masker non lidah buaya e- Journal
Universitas Negeri Surabaya 2014 3(1) 217-225
15
LAMPIRAN
Lampiran 1 Pembuktian hipotesis
1 Pengambilan keputusan dari hipotesis yang ditentukan diuji dengan uji
ANOVA
2 Hipotesis dalam penelitian ini berupa Ho yaitu ekstrak etanol daun jawer
kotok dengan konsentrasi ekstrak 20 40 60 dan 80 tidak memiliki
aktivitas antibakteri terhadap bakteri pada permukaan kulit wajah
berjerawat dan H1 yaitu ekstrak etanol daun jawer kotok dengan
konsentrasi ekstrak 20 40 60 dan 80 memiliki aktivitas
antibakteri terhadap bakteri pada permukaan kulit wajah berjerawat
3 Pengambilan keputusan untuk memilih hipotesis mana yang diterima dan
hipotesis mana yang ditolak didasarkan pada perbandingan F hitung dan F
tabel dengan syarat jika F hitung kurang dari F tabel maka tolak H1 dan
terima H0 dan jika F hitung lebih besar dari F tabel maka H0 ditolak dan
terima H1
4 Hasil uji one way ANOVA pada diameter zona hambat bakteri S aureus S
Epidermidis Streptococcus sp dan Micrococcus sp diperoleh nilai F
hitung lebih besar dari F tabel (1143 831 gt 262) (1149 947 gt 262)
(1122 068 gt 262) dan (91144 gt 262) maka hiptotesis yang diterima
adalah H1 yaitu ekstrak etanol daun jawer kotok dengan konsentrasi
ekstrak 20 40 60 dan 80 memiliki aktivitas antibakteri terhadap
bakteri S aureus S epidermidis Streptococcus sp dan Micrococcus sp
Lampiran 2 hasil uji ANOVA dan uji lanjutan Duncan
Descriptives
saureus
N Mean
Std Deviation Std Error
95 Confidence Interval for
Mean
Minimum Maximum Lower Bound
Upper Bound
ekstrak 20 5 138000
109545
48990
124398
151602
1200
1500
ekstrak 40 5 160000
122474
54772
144793
175207
1400
1700
ekstrak 60 5 160000
70711
31623
151220
168780
1500
1700
ekstrak 80 5 170000
70711
31623
161220
178780
1600
1800
kontrol positif 5 406000
89443
40000
394894
417106
3900
4100
kontrol negative 5 0000
00000
00000
0000
0000
00 00
Total 30
172333
1218728
222508
126825
217841
00 4100
16
ANOVA
saureus
Sum of Squares df Mean Square F Sig
Between Groups
4289367 5 857873 1143831
000
Within Groups
18000 24 750
Total 4307367 29
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
saureus
Duncana
perlakuan N
Subset for alpha = 005
1 2 3 4
kontrol negatif 5 0000 ekstrak 20 5
13800
0
ekstrak 40 5
160000
ekstrak 60 5
160000
ekstrak 80 5
170000
kontrol positif 5
406000
Sig 1000 1000 096 1000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000
ONEWAY Sepidermidis BY perlakuan
STATISTICS DESCRIPTIVES
MISSING ANALYSIS
POSTHOC=DUNCAN ALPHA(005)
[DataSet0]
Descriptives
Sepidermidis
N Mean Std Deviation Std Error
95 Confidence Interval
for Mean
Minimum Maximum Lower Bound
Upper Bound
ekstrak 20 5 150000
70711
31623
141220
158780
1400
1600
ekstrak 40 5 154000
54772
24495
147199
160801
1500
1600
ekstrak 60 5 164000
151658
67823
145169
182831
1500
1800
ekstrak 80 5 162000
109545
48990
148398
175602
1500
1800
kontrol positif 5 408000
44721
20000
402447
413553
4000
4100
kontrol negatif 5 0000
00000
00000
0000
0000
00 00
Total 30
173000
1221968
223100
127371
218629
00 4100
17
ANOVA
Sepidermidis
Sum of Squares Df Mean Square F Sig
Between Groups 4312300 5 862460 1149947
000
Within Groups 18000 24 750 Total 4330300 29
Post Hoc Tests
Homogeneous Subsets
Sepidermidis
Duncana
Perlakuan N
Subset for alpha = 005
1 2 3 4
kontrol negative 5 0000 ekstrak 20 5
15000
0
ekstrak 40 5
154000
154000
ekstrak 80 5
162000
ekstrak 60 5
164000
kontrol positif 5
408000
Sig 1000 472 096 1000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000
ONEWAY Sepidermidis BY perlakuan
STATISTICS DESCRIPTIVES
MISSING ANALYSIS
POSTHOC=DUNCAN ALPHA(005)
[DataSet0]
18
Descriptives
Streptococcus
N Mean Std Deviation
Std Error
95 Confidence Interval
for Mean
Minimum Maximum Lower Bound
Upper Bound
ekstrak 20 5 156000
134164
60000
139341
172659
1400 1700
ekstrak 40 5 162000
109545
48990
148398
175602
1500 1700
ekstrak 60 5 162000
109545
48990
148398
175602
1500 1700
ekstrak 80 5 156000
54772
24495
149199
162801
1500 1600
kontrol positif 5 416000
54772
24495
409199
422801
4100 4200
kontrol negatif 5 0000
00000
00000
0000
0000
00 00
Total 30
175333
1246715
227618
128780
221886
00 4200
ANOVA
Streptococcus
Sum of Squares df Mean Square F Sig
Between Groups 4488267 5 897653 1122067
000
Within Groups 19200 24 800 Total 4507467 29
Post Hoc Tests
Homogeneous Subsets
Streptococcus
Duncana
perlakuan N
Subset for alpha = 005
1 2 3
kontrol negatif 5 0000 ekstrak 20 5
15600
0
ekstrak 80 5
156000
ekstrak 40 5
162000
ekstrak 60 5
162000
kontrol positif 5
416000
Sig 1000 343 1000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000
ONEWAY Sepidermidis BY perlakuan
STATISTICS DESCRIPTIVES
MISSING ANALYSIS
POSTHOC=DUNCAN ALPHA(005)
[DataSet0]
19
Descriptives
Micrococcus
N Mean Std Deviation
Std Error
95 Confidence Interval for
Mean
Minimum Maximum Lower Bound
Upper Bound
ekstrak 20 5 142000
178885
80000
119788
164212
1200
1600
ekstrak 40 5 150000
200000
89443
125167
174833
1200
1700
ekstrak 60 5 150000
200000
89443
125167
174833
1200
1700
ekstrak 80 5 142000
130384
58310
125811
158189
1200
1500
kontrol positif 5 182000
83666
37417
171611
192389
1700
1900
kontrol negative
5 0000
00000
00000
0000
0000
00 00
Total 30
127667
612335
111797
104802
150532
00 1900
ANOVA
Micrococcus
Sum of Squares Df Mean Square F Sig
Between Groups 1032967 5 206593 91144 000 Within Groups 54400 24 2267
Total 1087367 29
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
Micrococcus
Duncana
Perlakuan N
Subset for alpha = 005
1 2 3
kontrol negative 5 0000 ekstrak 20 5
14200
0
ekstrak 80 5
142000
ekstrak 40 5
150000
ekstrak 60 5
150000
kontrol positif 5
182000
Sig 1000 451 1000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000
20
RIWAYAT HIDUP
Penulis lahir di Jakarta tanggal 25 september 1992 Penulis merupakan
anak ketiga dari tiga bersaudara dari pasangan Petrus Bambang Wijanarko dan
Susana Tuminah Penulis menempuh pendidikan Sekolah Menengah Pertama di
SMP Strada Bhakti Wiyata Bekasi dan Sekolah Menengah Atas di SMA Santo
Antonius Jakarta Penulis aktif di Organisasi Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM)
Keluarga Mahasiswa Katolik IPB sejak tahun 2011 hingga 2013 Penulis juga
aktif di Himpunan Profesi Ornithologi dan Unggas sejak tahun 2013 hingga 2014
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kedokteran Hewan
pada
Fakultas Kedokteran Hewan
AKTIVITAS ANTIMIKROBA EKSTRAK ETANOL DAUN
JAWER KOTOK (Coleusatropurpureus) TERHADAP BAKTERI
KULIT WAJAH BERJERAWAT
YUSTINA DIAN FAJAR
DEPARTEMEN KLINIK REPRODUKSI DAN PATOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena
atas kasih dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Jawer Kotok (Coleus atropurpureus)
terhadap Bakteri Kulit Wajah Berjerawat Penyusunan skripsi ini merupakan salah
satu syarat kelulusan dalam memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Kedokteran
Hewan Institut Pertanian Bogor Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak
langsung dalam penulisan skripsi ini
1 Kedua orangtua dan keluarga tercinta yang selalu memberikan doa serta
dukungan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini
2 Rini Madyastuti P SSi Apt MSi selaku dosen pembimbing I dan Drh
Usamah Afiff MSc selaku dosen pembimbing II yang telah berkenan
membimbing dan memberikan pengarahan kritik dan saran kepada penulis
selama penelitian sampai akhir penulisan skripsi ini selesai
3 Drs Pudji Achmadi MSi selaku dosen pembimbing akademik yang telah
memberikan banyak motivasi dan saran kepada penulis selama masa perkuliahan
4 Seluruh staff Bagian Mikrobiologi Departemen Ilmu Penyakit Hewan
dan Kesehatan Masyarakat Veteriner staff Bagian Farmasi Depatemen Klinik
Reproduksi dan Patologi Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor
5 Teman-teman Ganglion FKH-48 yang telah memberikan doa semangat dan
dukungan selama berkuliah di FKH IPB
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan oleh
karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari
para pembaca Besar harapan penulis kiranya skripsi ini dapat berguna khususnya
bagi penulis dan umumnya bagi para pembaca serta untuk kemajuan ilmu
pengetahuan di bidang kedokteran hewan
Bogor Agustus 2015
Yustina Dian Fajar
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL vi
DAFTAR GAMBAR vi
DAFTAR LAMPIRAN vi
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Tujuan Penelitian 1
Manfaat Penelitian 1
Ruang Lingkup Penelitian 2
TINJAUAN PUSTAKA 2
Jawer Kotok (Coleusatropurpureus) 2
Jerawat 2
Ekstraksi 3
Antibakteri 3
Antibiotik Klindamisin 4
Morfologi dan Kharakteristik Bakteri Penyebab Jerawat pada Kulit Wajah 4
METODE 5
Tempat dan Waktu Penelitian 5
Alat dan Bahan 5
Prosedur Penelitian 5
Analisis Data 8
HASIL DAN PEMBAHASAN 8
Penapisan Fitokimia Daun Jawer Kotok 8
Bakteri pada Permukaan Kulit Wajah Berjerawat 9
Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Jawer Kotok 9
SIMPULAN DAN SARAN 12
Simpulan 12
Saran 12
Daftar Pustaka 13
LAMPIRAN 15
RIWAYAT HIDUP 20
DAFTAR TABEL
1 Hasil penapisan fitokimia ekstrak etanol daun jawer kotok 9
2 Rata-rata diameter zona hambat bakteri ekstrak daun jawer kotok
terhadap bakteri Gram positif (mm) pada permukaan kulit wajah
berjerawat 10
DAFTAR GAMBAR
1 Coleus atropurpureus 2 2 Uji identifikasi bakteri Gram positif 6
3 Hasil uji fitokimia 8
4 Zona hambat Ekstrak Etanol Daun Jawer Kotok terhadap
Staphylococcus aureus Staphylococcus epidermidis Streptococcus sp
dan Micrococcus sp 9
DAFTAR LAMPIRAN 1 Pembuktian hipotesis 15
2 Hasil Uji ANOVA dan uji lanjutan Duncan 15
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Penggunaan antibiotik mengalami peningkatan yang luar biasa pada lima
dekade terakhir Antibiotik yang digunakan secara tidak rasional akan membuat
bakteri menjadi bersifat resisten dan tetap memperbanyak diri di inangnya
Resistensi bakteri mendorong adanya bahan antibiotik lain yang murah tersedia
secara kontinu dan memiliki semua unsur-unsur yang dibutuhkan untuk
pembuatan antimikroba oleh sebab itu perlu dilakukan eksplorasi terhadap bahan
alternatif yang dapat digunakan sebagai senyawa antibakteri
Perawatan kulit wajah merupakan hal yang penting untuk dilakukan
Perawatan tersebut bertujuan untuk memaksimalkan penampilan diri agar lebih
percaya diri Perawatan yang sering dilakukan adalah melakukan facial
pemakaian krim masker serta sabun agar kulit wajah tidak kusam dan berjerawat
Jerawat merupakan penyakit kulit akibat peradangan pada kelenjar sebacea karena
aktivitas Staphylococcus epidermidis dan Propionibacterium acnes (Seta 2013)
serta Staphylococcus aureus (Razak et al 2013)
Jawer kotok (Coleus atropurpureus) merupakan tanaman yang berfungsi
sebagai tanaman hias dan tanaman obat Masyarakat memanfaatkan daun jawer
kotok sebagai obat untuk berbagai penyakit diare demam pengobatan pasca
melahirkan terlambat datang bulan abses ambeien dan diabetes mellitus
(Ratnawati 2007) Rahmawati (2008) menyatakan bahwa daun jawer kotok dapat
digunakan sebagai senyawa antibakteri
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menguji aktivitas antibakteri ekstrak etanol
daun jawer kotok (Coleus atropurpureus) dalam menghambat pertumbuhan
bakteri pada permukaan kulit wajah berjerawat
Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah memperoleh hasil uji potensi antibakteri
ekstrak etanol daun jawer kotok terhadap bakteri Gram positif pada kulit wajah
berjerawat sehingga dapat digunakan sebagai dasar ilmiah dalam pengembangan
produk farmasi antibakteri Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan
informasi kepada masyarakat akan khasiat daun jawer kotok serta nilai tambah
bagi tanaman jawer kotok secara ekonomis
2
Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini membahas mengenai aktivitas antibakteri ekstrak etanol daun
jawer kotok dengan konsentrasi 20 40 60 dan 80 terhadap bakteri Gram
positif yang ditemukan pada permukaan kulit wajah berjerawat
TINJAUAN PUSTAKA
Jawer Kotok (Coleus atropurpureus)
Tanaman jawer kotok (iler) merupakan tanaman yang umum ditemukan di
IndonesiaTanaman ini tumbuh di tempat lembab dan terbuka seperti pinggir
selokan pematang sawah atau tepi jalan pada ketinggiaan 1-1300 diatas
permukaan laut (dpl) Coleus atropurpureus termasuk ke dalam famili Lamiaceae
Tanaman ini dikenal dengan nama daerah jawer kotok (sunda) kentangan (jawa)
saru-saru atau majaja Daunnya berbentuk bulat telur pangkal membulat
menyerupai bentuk jantung ujung meruncing tepi bergerigi tulang daun
menyirip permukaan mengkilat berambut halus memiliki panjang 7-11 cm dan
lebar 35-6 cm (Dalimartha 2000)
Gambar 1 Coleus atropurpureus
Daun jawer kotok diketahui mengandung flavonoid tanin saponin (Yusuf
et al 2006) polifenol serta steroid (Rahmawati 2008) Flavonoid banyak
ditemukan pada daun berwarna ungu seperti jawer kotok (Waji dan Sugrani 2009)
Jerawat
Jerawat merupakan kondisi kulit yang abnormal yang disebabkan oleh
gangguan produksi dari kelenjar minyak yang berlebihan Kelebihan produksi
3
sebaceous gland akan menyebabkan penyumbatan pada saluran folikel rambut
dan pori-pori kulit Kotoran atau sel kulit mati yang tidak dibersihkan akan
bertumpuk menjadi komedo dan jika terinfeksi bakteri penyebab jerawat komedo
akan berubah menjadi jerawat (Widiawati 2014)
Ekstraksi
Ekstraksi merupakan proses pemisahan bahan dari campurannya dengan
pelarut Ekstraksi tanaman obat adalah pemisahan secara kimia atau fisika suatu
atau sejumlah bahan padat atau bahan cair dari suatu tanaman obat (Agoes 2007)
Daun jawer kotok diekstrak menggunakan metode maserasi Maserasi merupakan
metode ekstraksi yang dilakukan dengan metode merendam sampel dalam pelarut
tanpa pemanasan Metode maserasi dipilih karena metodenya yang sederhana dan
bisa menghindari kerusakan komponen senyawa yang tidak tahan panas yang
terkandung dalam sampel (Rahmawati 2008) Pemilihan etanol 96 sebagai
pelarut didasarkan pada fungsi dari pelarut etanol 96 yang dapat mengikat
berbagai senyawa aktif seperti tanin polifenol flavonoid terpenoid sterol dan
alkaloid (Hamdayati et al 2008) Perbandingan jumlah daun jawer kotok dan
pelarut etanol 96 yang digunakan adalah 1 10 Menurut Arundhina (2014)
semakin banyak pelarut yang digunakan maka rendemen yang diperoleh semakin
besar hal ini disebabkan semakin besarnya rasio pelarut terhadap daun maka luas
permukaan perpindahan massa antara padatan dengan larutan semakin besar
Filtrat dari proses maserasi diuapkan menggunakan rotary evaporator Proses
penguapan dilakukan untuk memisahkan pelarut etanol 96 dan senyawa
fitokimia yang terekstrak dari daun jawer kotok
Antibakteri
Antibakteri merupakan sifat suatu bahan yang menunjukkan efek
menghambat pertumbuhan bakteri Penghambatan pertumbuhan bakteri dibedakan
menjadi bakterisida (mampu membunuh bakteri) dan bakteriostatik (menghambat
pertumbuhan bakteri) (Kee dan Hayes 1996)
Antibiotik Klindamisin
Klindamisin efektif terhadap sebagian besar bakteri aerob Gram positif seperti
Streptococcus sp Staphylococcus sp Enterococcus sp Bacilus antracis dan
Corynebacterium diphtheriae tetapi pada umumnya kurang efektif terhadap bakteri
Gram negatif seperti Enterobacteriaceae Neisseria gonorrhoeae Neisseria
4
Meningitidis dan Haemophilus influenzae Klindamisin juga sangat efektif terhadap
bakteri anaerob Gram positif seperti Eubacterium Proponibacterium Peptococcus
Peptostreptococcus Clostridium perfringens dan Cloctridium Tetani dan juga efektif
terhadap beberapa bakteri aerob negatif seperti Fusobacterium spdan Bacteriodes
sptermasuk Bacteroides fragilis (Nugroho 2013)
Morfologi dan Ciri Umum Bakteri Penyebab Jerawat pada Kulit
Wajah
Staphylococcus aureus
Staphyloccus aureus adalah bakteri Gram positif yang menghasilkan
pigmen kuning bersifat aerob fakultatif tidak menghasilkan spora dan tidak motil
S aureus umumnya tumbuh berpasangan maupun berkelompok seperti buah
anggur dengan diameter 08-10 microm Bakteri ini menghasilkan katalase dan
koagulase S aureus biasanya terdapat pada saluran pernafasan atas kulit saluran
urinari abses infeksi luka radang paru-paru dan selaput lendir lainnya
(Rusmiyati et al 2014)
Staphylococcus epidermidis
Bakteri ini merupakan Gram positif berbentuk kokus berdiameter 05-15
microm berkoloni mengerombol menyerupai buah anggur Koloni biasanya berwarna
putih atau krem S epidermidis bersifat aerob fakultatif katalase positif dan
koagulase negatif Bakteri ini merupakan flora normal pada kulit manusia saluran
pernafasan dan saluran pencernaan makanan Staphylococcus epidermidis yang
mempunyai daya invasi rendah serta bergabung dengan faktor-faktor ekstraseluler
dan toksin berperan pada banyak infeksi kulit misalnya jerawat (Saptarini et al
2008)
Propionibacterium acne
Propionibacterium acne termasuk kelompok Corynebacteria Bakteri ini
termasuk bakteri anaerob Gram positif yang toleran terhadap oksigen P Acne
berbentuk batang tak teratur dan tumbuh relatif lambat Genome dari bakteri ini
dapat menghasilkan enzim untuk meluruhkan kulit dan protein yang mungkin
bersifat immunogenic (mampu mengaktifkan sistem kekebalan tubuh) P acnes
dianggap tidak hanya sebagai flora normal penghuni pada kulit yang normal tetapi
juga bersifat sebagai bakteri patogen fakultatif (Rusmiyati et al2014)
5
METODE
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Mikrobiologi Departemen
Ilmu Penyakit Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner (IPHK) dan
Laboratorium Farmasi Departemen Klinik Reproduksi dan Patologi (KRP)
Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) Institut Pertanian Bogor (IPB) Kegiatan
dimulai sejak bulan Juli 2014 sampai dengan bulan Januari 2015
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam penelitian adalah timbangan analitik cawan
petri mini tube mikro pipet pipet volumentrik pipet pasteur pinset tabung
reaksi cotton bud steril tabung durham tabung effendorf osekapas object glass
bunsen spatula inkubator autoklaf dan mikroskop Bahan yang digunakan
adalah daun jawer kotok bakteri hasil swab wajah (S aureus S epidermidis
Streptococcus sp Micrococcus sp) antibiotik klindamisin satu set zat
pewarnaan gram reagen katalase (larutan 3 H2O2) Brain Heart Infussion (BHI)
Blood Agar (BA) Mac Conkey Agar (MCA) Manitol Salt Agar (MSA)
Tyrpticase Soy Agar (TSA) Muller Hilton Agar (MHA) etanol 96 Dimenthyl
sulfoxide (DMSO) NaOH H2SO4 FeCl3 reagen dragendorff dan reagen meyer
Prosedur Penelitian
Pengambilan Sampel
Metode pengambilan sampel dilakukan dengan melakukan swab pada kulit
wajah berjerawat pada sepuluh orang probandus yang telah dipilih Sepuluh
probandus tersebut terdiri dari 5 orang perempuan dan 5 orang laki-laki Swab
kulit dilakukan dengan menggunakan cotton bud yang telah disterilkan Swab
kulit dilakukan dengan cara mencelupkan cotton bud pada media BHI agar bakteri
pada jerawat dapat terangkat dan menempel pada cotton bud Swab kulit dari satu
orang dimasukan pada media BHI untuk dibawa ke laboratorium Perlakuan yang
sama dilakukan pada setiap probandus
6
Isolasi dan Identifikasi Bakteri pada Permukaan Kulit Wajah Berjerawat
Identifikasi bakteri mengacu pada metode Carter (1990) dan Jang et al
(1976) Sampel yang telah diperoleh dari hasil swab jerawat ditumbuhkan pada
media BA dengan cara mengambil sampel dari media transpor dengan
menggunakan ose steril dan menggoreskannya pada permukaan agar BA Bakteri
yang telah dibiakan pada agar BA diinkubasi pada suhu 37 ordmC selama 24 jam
Setelah diinkubasi dilakukan pengamatan koloni dan diamati koloni yang berbeda
kemudian ditanam pada media TSA dan diinkubasi pada suhu 37 ordmC selama 24
jam Setelah dilakukan isolasi sampel selanjutnya dilakukan pewarnaan bakteri
dan dilanjutkan dengan proses identifikasi (Gambar 2)
Gambar 2 Uji identifikasi bakteri Gram positif
Uji katalase Pengamatan
Mikroskopis
Batang Kokus
+Spora
(Bacillus sp)
((jjh
-Spora (non
Bacillus sp)
((jjh
Positif Negatif
Uji Glukosa Mikroaerofilik
Streptococcaceae
Uji CAMP
(BA)
Staphylococcus
spp
Micrococcus spp
MSA Uji Koagulase
Micrococcaceae
Positif Negatif
Merah Kuning
Staphylococcus aureus Staphylococcus epidermidis
α γ β
Bakteri Gram Positif
7
Daun Jawer Kotok
Daun jawer kotok (Coleus atropurpureus) diperoleh dari Balai Penelitian
Tanaman Rempah dan Obat (BALITRO) dalam keadaan daun basah Bagian
tanaman yang digunakan adalah daunnya yang berwarna merah kecoklatan
Ekstrak Etanol Daun Jawer Kotok
Pembuatan ektrak etanol daun jawer kotok dilakukan dengan metode
maserasi Daun jawer kotok basah sebanyak 800 g diris kecil-kecil kemudian
dibagi menjadi 4 bagian masing-masing bagian 200 g kemudian direndam
dengan etanol 96 (perbandingan 110) dalam 4 tempat penampungan selama
3x24 jam sambil sesekali diaduk dan disaring untuk mendapatkan filtratnya
Filtrat hasil maserasi dievaporasi selama 17 jam menggunakan rotary evaporator
Hasil ekstrak kental daun jawer kotok yang didapat sebanyak 185 g
Penapisan Fitokimia Daun Jawer Kotok
Penapisan fitokimia dilakukan dengan metode Harborne (1987) untuk
mengetahui golongan senyawa kimia (terutama metabolit sekunder) yang
terkandung dalam suatu tanaman Penapisan fitokimia yang sering dilakukan
adalah penapisan untuk metabolit sekunder golongan alkaloid flavonoid tanin
polifenol terpenoid steroid dan saponin Flavonoid diuji dengan memasukan
ekstrak ditambahkan dengan etanol 96 lalu diaduk dan ditambahakan NaOH 7
tetes serta H2SO4 amati perubahan warna menjadi kuning jika hasilnya positif Uji
polifenol dan tanin dilakukan dengan memasukan ekstrak ditambahkan dengan air
lalu dipanaskan dan ditambahkan FeCl3 selanjutnya akan terjadi perubahan warna
menjadi hijau biru sampai hitam untuk hasil positif adanya polifenol dan tanin
Uji alkaloid dilakukan dengan membagi ekstrak menjadi 2 bagian keduanya
ditambahkan larutan etanol 96 Salah satu bagian ditambahkan reagen
dragendorff dan yang lain ditambahkan reagen meyer Hasil positif adanya
alkaloid ditandai dengan warna kuning saat diberi reagen dragendorff dan
endapan putih saat ditambahkan reagen meyer Uji terpenoid dilakukan dengan
memasukkan ekstrak ke dalam tabung reaksi kemudian ditambahkan etanol 96
dan ditetesi dengan H2SO4 pekat Hasil positif terpenoid ditandai dengan
terbentuknya warna merah kecoklatan
Pengujian Daya Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Jawer Kotok
Metode pengujian aktivitas antibakteri yang digunakan adalah metode
sumuran (agar well difusion method) dengan media MHA Suspensi bakteri yang
digunakan memiliki kekeruhan yang setara dengan larutan Mc Farland I atau
3x108
CFUml Suspensi bakteri kemudian digoreskan pada MHA dengan
menggunakan cotton bud steril Setelah digores kemudian didiamkan selama 10
8
menit Kegiatan ini dilakukan sebanyak lima kali ulangan untuk setiap bakteri uji
Pada media MHA dibuat sebanyak 6 sumuran yang akan diisi dengan
Konsentrasi 20 (K1) 02 g ekstrak daun jawer kotok dalam 1 ml DMSO
Konsentrasi 40 (K2) 04 g ekstrak daun jawer kotok dalam 1 ml DMSO
Konsentrasi 60 (K3) 06 g ekstrak daun jawer kotok dalam 1 ml DMSO
Konsentrasi 80 (K4) 08 g ekstrak daun jawer kotok dalam 1 ml DMSO
Kontrol positif (KP) Klindamisin 1
Kontrol negatif (KN) DMSO
Media MHA yang telah diisi dengan larutan uji kemudian diinkubasi pada
suhu 37 ordmC selama 24 jam dan diamati diameter zona hambatnya dengan
penggaris
Analisis Data
Data hasil pengukuran diameter zona hambat dianalis secara kuantitatif
menggunakan metode one way analysis of variance (one way Anova) dan
dilanjutkan dengan uji Duncan
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penapisan Fitokimia Daun Jawer KotoK
Penapisan fitokimia ekstrak etanol daun jawer kotok positif mengandung
metabolit sekunder berupa flavonoid polifenol tanin serta terpenoid dan negatif
terhadap alkaloid Ridwan et al (2006) dan Rahmawati (2008) juga menyebutkan
bahwa daun jawer kotok tidak mengandung alkaloid (Gambar 3 dan Tabel 1)
(a) (b) (c) (d) (f)
Gambar 3 Hasil uji fitokimia flavonoid (a) alkaloid dengan reagen
dragendorff (b) alkaloid dengan reagen meyer (c) polifenol
(d) terpenoid (e)
9
Tabel 1 Hasil penapisan fitokimia ekstrak etanol daun jawer kotok
Penapisan Fitokimia Hasil
Flavonoid +
Alkaloid
Meyer minus
Dragendorff minus
Polifenol dan Tanin +
Terpenoid + aKeterangan + terdeteksi minus tidak terdeteksi
Bakteri pada Permukaan Kulit Wajah Berjerawat
Bakteri Gram positif yang berhasil diidentifikasi adalah Staphylococcus
aureus Staphylococcus epidermidis Streptococcus sp dan Micrococcus sp
Menurut Seta (2013) dan Razak et al (2013) bakteri yang dapat menyebabkan
jerawat adalah S aureus S epidermidis dan Propionibacterium acne P acne
tidak dapat diisolasi karena metode yang digunakan tidak bisa mengisolasi bakteri
anaerob Penemuan bakteri Streptococcus sp mungkin terjadi mengingat
Streptococcus sp merupakan salah satu bakteri pada kulit yang dapat
menyebabkan terjadinya penyakit pyoderma (Caesarita 2011) Micrococcus sp
dapat ditemukan pada hasil swab wajah mengingat kemungkinan adanya
pencemaran bakteri dari lingkungan seperti air udara dan tanah (Andy dan
Taufik 2010)
Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Jawer Kotok
Rata-rata diameter zona hambat bakteri ekstrak etanol daun jawer kotok
terhadap bakteri Gram positif (Gambar 4 dan Tabel 2)
(a) (b) (c) (d)
Gambar 4 Zona hambat ekstrak etanol daun jawer kotok terhadap S aureus (a)
S epidermidis (b) Streptococcus sp (c)dan Micrococcus sp(d)
K2 KP K3 K2 KP K3
K2 KP K3
K2 KP K3
K1 KN K4 K1 KN K4 K1 KN K4 K1 KN K4
10
Tabel 2 Rata-rata diameter zona hambat ekstrak etanol daun jawer kotok terhadap
bakteri Gram positif hasil swab kulit wajah berjerawat (mm)
Kelompok
Perlakuan
S aureus S epidermidis Streptococcus
sp
Micrococcus
sp
K1 1380 plusmn 109 b
1500 plusmn 070b
1560 plusmn 134c
1420 plusmn 178b
K2 1600 plusmn 122c
1540 plusmn054bc
1620 plusmn 109c
1500 plusmn 200b
K3 1600 plusmn 070c
1640 plusmn 151c
1620 plusmn 109c
1500 plusmn 200b
K4 1700 plusmn 070c
1620 plusmn 109c
1560 plusmn 054c
1420 plusmn 130b
KP 4060plusmn 089d
4080 plusmn 044d
4160 plusmn 054d
1820 plusmn 083d
KN 000 plusmn 000a
000 plusmn 000a
000 plusmn 000a
000 plusmn 000a
aKeterangan K1 konsentrasi 20 K2 konsentrasi 40 K3 konsentrasi 60 K4
konsentrasi 80 KP kontrol positif KN kontrol negatif Huruf supercript yang berbeda dalam
satu kolom menunjukkan perbedaan yang nyata pada taraf nyata Plt 005
Pada Tabel 2 diketahui bahwa KN pada keempat bakteri uji tidak memiliki
diameter zona hambat dan berbeda nyata dengan KP dan seluruh konsentrasi uji
Hal tersebut membuktikan bahwa pelarut tidak berpengaruh terhadap aktivitas
antibakteri sehingga aktivitas antibakteri hanya berasal dari konsentasi uji
DMSO digunakan sebagai KN karena tidak memiliki daya hambat bakteri serta
karena sifat dari DMSO yang merupakan pelarut polar berspektrum luas sehingga
dapat melarutkan senyawa alkaloid dan flavonoid (Mulyatni et al 2012)
Kontrol positif memberikan hasil yang berbeda nyata dengan KN dan
keempat konsentrasi uji pada semua bakteri Hal tersebut membuktikan bahwa
bakteri S aureus S epidermidis Streptococcus sp dan Micrococcus sp masih
peka terhadap KP Antibiotik klindamisin 1 digunakan sebagai KP karena
klindamisin paling efektif dalam pengobatan jerawat jika dibandingkan dengan
eritromisin dan tetrasiklin serta paling banyak digunakan masyarakat untuk
mengobati jerawat (Aziz 2010) Klindamisin adalah salah satu antibiotik golongan
aminoglikosida Klindamisin menghambat sintesis protein pada fase pemanjangan
dengan mempengaruhi translokasi (Syukrinawati 2014) Antibiotik ini efektif
terhadap bakteri Gram positif dan bakteri anaerob akan tetapi kurang efektif
terhadap bakteri Gram negatif (Nugroho 2013)
Hasil uji pada bakteri S aureus terlihat bahwa K1 memberikan perbedaan
yang nyata (Plt005) dengan K2 K3 dan K4 Hasil uji pada S epidermidis
memberikan hasil bahwa K1 berbeda nyata (Plt005) dengan K3 dan K4 Seluruh
konsentrasi ekstrak etanol daun jawer kotok yang diujikan terhadap Streptococcus
sp dan Micrococcus sp tidak menunjukkan hasil yang berbeda nyata
Hasil uji yang dilakukan terhadap Saureus memperlihatkan bahwa semakin
tinggi konsentrasi ekstrak maka semakin besar diameter zona hambat yang
terbentuk Hal ini karena semakin banyak zat aktif yang terkandung dalam ekstrak
tersebut sedangkan pada uji yang dilakukan terhadap S epidermidis
Streptococcus sp dan Micrococcus sp diameter zona hambat yang terbentuk pada
K4 mengalami penurunan Hal tersebut menunjukkan bahwa konsentrasi yang
semakin tinggi tidak selalu menghasilkan diameter zona hambat yang semakin
besar Penurunan aktivitas ini disebabkan karena perbedaan jenis bakteri yang
dihambat perbedaan kecepatan difusi senyawa aktif pada media agar serta
konsentrasi ekstrak yang terlalu tinggi dibandingkan dengan pelarutnya (DMSO)
sehingga larutan menjadi jenuh dan sulit untuk larut Brooks et al (2008)
11
menyatakan bahwa aktivitas antibakteri dipengaruhi beberapa faktor yaitu
konsentrasi ekstrak kandungan senyawa antibakteri daya difusi ekstrak dan jenis
bakteri yang dihambat
Diameter zona hambat bakteri menurut Davis dan Stout dalam Rahmawati
(2008) dibagi atas sangat kuat (zona jernih gt 20 mm) kuat (zona jernih 10minus20
mm) sedang (zona jernih 5minus10 mm) dan lemah (zona jernih lt 5 mm) Kontrol
positif (KP) pada bakteri uji S aureus S epidermidis Streptococcussp tergolong
dalam daya hambat sangat kuat sedangkan KP pada bakteri Micrococcus sp
tergolong dalam daya hambat kuat Hal tersebut kemungkinan dikarenakan target
kerja antibiotik klindamisin ditujukan untuk bakteri yang habitatnya di daerah
kulit wajah sedangkan Micrococcus sp merupakan bakteri kontaminasi dari
lingkungan (air tanah udara) Seluruh konsentrasi ekstrak yang diujikan terhadap
seluruh bakteri (K1K2 K3 K4) tergolong dalam konsentrasi yang memberikan
daya hambat kuat karena diameter zona hambat yang terbentuk antara 1380 plusmn
109 mm sampai 1700 plusmn 070 mm
Mengacu pada standar umum yang dikeluarkan oleh Departemen Kesehatan
disebutkan bahwa mikroba dinyatakan peka terhadap antimikroba asal tanaman
apabila mempunyai ukuran diameter daya hambatannya 12minus24 mm (Darmawi et
al 2013) sehingga dapat dikatakan bahwa seluruh bakteri uji peka terhadap K1
K2 K3 dan K4
Hasil penelitian diketahui bahwa seluruh konsentrasi dinyatakan peka dan
memiliki zona hambat bakteri yang kuat terhadap bakteri uji sehingga ekstrak
etanol daun jawer kotok memiliki potensi antibakteri yang baik Adanya potensi
antibakteri diketahui dari kandungan senyawa metabolit sekunder yang terdapat
pada daun jawer kotok yaitu flavonoid tanin polifenol serta terpenoid
Mekanisme kerja flavonoid sebagai antibakteri adalah membentuk senyawa
kompleks dengan protein ekstraseluler dan terlarut sehingga dapat merusak
membran sel bakteri dan diikuti keluarnya senyawa intraselluler (Ngajow et al
2013)
Mekanisme kerja tanin sebagai antibakteri adalah menghambat enzim
reverse transkriptase dan DNA topoisomerase sehingga sel bakteri tidak dapat
terbentuk Tanin juga mempunyai target pada polipeptida dinding sel sehingga
pembentukan polipeptida dinding sel menjadi tidak sempurna Hal ini
menyebabkan sel bakteri menjadi lisis karena tekanan osmotik maupun fisik
sehingga sel bakteri akan mati (Ngajow et al 2013)
Ngajow et al (2013) juga menyatakan bahwa senyawa fenolik dan terpenoid
memiliki target utama yaitu membran sitoplasma bakteri Aktifitas antibakteri
terpenoid diketahui bereaksi dengan porin (protein transmembran) pada membran
luar dinding sel bakteri Terpenoid membentuk ikatan polimer yang kuat sehingga
mengakibatkan rusaknya porin Rusaknya porin yang merupakan pintu keluar
masuknya senyawa akan mengurangi permeabilitas dinding sel bakteri yang akan
mengakibatkan sel bakteri akan kekurangan nutrisi sehingga pertumbuhan bakteri
akan terhambat dan mati
12
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Ekstrak etanol daun jawer kotok mengandung flavonoid polifenol dan tanin
serta terpenoid yang memiliki aktivitas antibakteri yang dapat menghambat
pertumbuhan bakteri kokus Gram positif pada permukaan kulit wajah berjerawat
Ekstrak etanol daun jawer kotok memiliki potensi antibakteri yang baik karena
daya hambat bakteri pada konsentrasi 20 40 60 dan 80 tergolong dalam
daya hambat yang kuat S aureus S epidermidis Streptococcus sp dan
Micrococcus sp dinyatakan peka terhadap seluruh konsentrasi ekstrak
Saran
Saran yang dapat diberikan kepada peneliti selanjutnya yaitu perlu
dilakukan penelitian aktivitas antibakteri ekstrak etanol daun jawer kotok terhadap
bakteri Pacne dan bakteri gram negatif serta penggunaan kontrol positif dengan
antibiotik yang lain Selain itu penelitian ini juga dapat digunakan sebagai dasar
ilmiah dalam pengembangan produk farmasi antibakteri
DAFTAR PUSTAKA
Agoes G 2007 Ekstraksi Tanaman Obat Bandung ITB
Andy Taufik M 2010 Jumlah bakteri dan keberadaan bakteri Salmonella sp
pada daging kuda di Kabupaten Jeneponto Jurnal Agrisistem 6(2) 82-87
Arundhina E 2014 Aktivitas ekstrak etanol daun alamanda (Allamanda
cathartica L) sebagai anti jamur terhadap Candida albicans dan
Pityrosporum ovale secara in vitro [skripsi] Yogyakarta (ID) Universitas
Katolik Atmajaya Yogyakarta
Aziz S2010 Uji aktivitas antibakteri ekstrak etanol daun dan umbi bakung putih
(Crinum asiatikum L) terhadap bakteri penyebab jerawat[skripsi] Jakarta
(ID) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatulloh
Brooks GF Butel JS Morse SA Mikrobiologi Kedokteran Mudihardi E
KuntamanWasito EB et al penerjemah Jakarta (ID) Salemba Medika
Terjemahan dari Medical Microbiology
Caesarita DP 2011 Pengaruh ekstrak buah nanas (Ananas comosus) 100
terhadap bakteri Staphylococcus aureus dari pyoderma [skripsi] Bandung
(ID) Universitas Diponegoro
Carter GR dan Cole JR 1990 Diagnostic Procedures in Veterinary Bacteriology
and Mycology Fifth Edition London (UK) Academi Press Limited
13
Dalimarta S 2000 Atlas Tumbuhan Indonesia Jilid ke-2 Jakarta Trubus
Agriwidya
Darmawi Manaf ZH Putranda F 2013 Daya hambat getah jarak cina (Jatropha
multifida L) terhadap Staphylococcus aureus secara invitro Jurnal Medika
Veterinaria7(2) 113-115
Hamdayati Y Kusnadi Rahadian I 2008 Aktivitas antibakteri ekstrak daun
patikan kebo (Euphorbia hirta) terhadap pertumbuhan bakteri
Staphylococcus epidermidis Jurnal Pengajaran Matematika dan Ilmu
Pengetahuan alam 12(7) 1-10
Harborne JB 1987 Metode Fitokimia Padmawinata K Soediro I penerjemah
Jakarta (ID) UI Press Terjemahan dari Basic Concepts of Analytical
Chemistry
Jang SS Biberstein EL Hirsh DC 1976 A Manual of Veterinary Clinical
Bacteriology and Micology Davis (US) Univ California
Kee JL Hayes ER Farmakologi Pendekatan Proses Keperawatan Anugerah P
penerjemah Jakarta (ID) EGC Terjemahan dari Pharmacology A Nursing
Process Approach
Mulyatni AS Budiani A Taniwiryono D 2012 Aktivitas antibakteri ekstrak kulit
buah kakao (Theobroma cacao L) terhadap Escherichia coli Bacillus
subtilis dan Staphylococcus aureus Jurnal Menara Perkebunan 80(2) 77-
84
Ngajow M Abidjulu J Kamu VS 2013 Pengaruh antibakteri ekstrak kulit batang
matoa (Pometia pinnata) terhadap bakteri Staphylococcus aureus secara in
vitro Jurnal Mipa Unsrat 2(2) 128-132
Nugroho RA 2013 Terapi topikal clindamycin dibandingkan dengan niacinamide
+ zinc pada Acne vulgaris [skripsi] Semarang (ID) Universitas
Diponegoro
Rahmawati F 2008Isolasi dan karakteristik senyawa antibakteri ekstrak daun
miana Coleus scutellarioides [L] Benth [tesis] Bogor (ID) Institut
Pertanian Bogor
Ratnawati Y 2007 Aktivitas antibakteri ekstrak daun jawer kotok (Coleus
scutellarioides [L] Benth) [skripsi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor
Razak A Djamal A Revilla G 2013 Uji daya hambat air perasan buah jeruk
nipis (Citrus aurantifolia) terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus
aureus secara in vitro Jurnal Kesehatan Andalas 2(1) 5-8
Ridwan Y Darusman LK Satrija F Handaryani E 2006 Kandungan kimia
berbagai ekstrak daun miana (Coleus blumei Bent) dan efek anthelmintiknya
terhadap cacing pita pada ayam Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia11(2) 1-6
Rusmiyati I Husain DR Alam G 2014 Bioaktivitas ekstrak metanol daun muda
sirsak (Annona muricata L) sebagai antibakteri terhadap Staphylococcus
aureus dan Propionibacterium acne [penelitian ilmiah] Makasar (ID)
Universitas Hassanudin
Saptarini O Perawati Hartanto Y 2008 Uji aktivitas antibakteri ekstrak etanol
buah mahkota dewa (Phaleria macrocarpa) terhadap Staphylococcus
epidermidis penyebab jerawat Jurnal Biomedika1(1) 1-7
Seta SA 2013 Optimasi formula lotion anti jerawat ekstrak etanol kulit buah
manggis (Garcinia mangostana L) dan uji aktivitas terhadap
14
Propionibacterium acnes dan Staphylococcus epidermidis [skripsi]
Yogyakarta (ID) Universitas Gadjah Mada
Syukrinawati RP 2014 Tingkat pengetahuan penggunaan antibiotik oleh
mahasiswa kepaniteraan klinik departemen bedah mulut RSGM-P FKG
periode September 2-13 Maret 2014 [skripsi] Medan (ID) Universitas
Sumatera Utara
Waji RA 2009 Flavonoid (Quercetin) [Penelitian Ilmiah] Makasar (ID)
Universitas Hasanuddin
Widiawati W Lutfiati D Perbedaan hasil penyembuhan kulit wajah berjerawat
antara masker lidah buaya dengan masker non lidah buaya e- Journal
Universitas Negeri Surabaya 2014 3(1) 217-225
15
LAMPIRAN
Lampiran 1 Pembuktian hipotesis
1 Pengambilan keputusan dari hipotesis yang ditentukan diuji dengan uji
ANOVA
2 Hipotesis dalam penelitian ini berupa Ho yaitu ekstrak etanol daun jawer
kotok dengan konsentrasi ekstrak 20 40 60 dan 80 tidak memiliki
aktivitas antibakteri terhadap bakteri pada permukaan kulit wajah
berjerawat dan H1 yaitu ekstrak etanol daun jawer kotok dengan
konsentrasi ekstrak 20 40 60 dan 80 memiliki aktivitas
antibakteri terhadap bakteri pada permukaan kulit wajah berjerawat
3 Pengambilan keputusan untuk memilih hipotesis mana yang diterima dan
hipotesis mana yang ditolak didasarkan pada perbandingan F hitung dan F
tabel dengan syarat jika F hitung kurang dari F tabel maka tolak H1 dan
terima H0 dan jika F hitung lebih besar dari F tabel maka H0 ditolak dan
terima H1
4 Hasil uji one way ANOVA pada diameter zona hambat bakteri S aureus S
Epidermidis Streptococcus sp dan Micrococcus sp diperoleh nilai F
hitung lebih besar dari F tabel (1143 831 gt 262) (1149 947 gt 262)
(1122 068 gt 262) dan (91144 gt 262) maka hiptotesis yang diterima
adalah H1 yaitu ekstrak etanol daun jawer kotok dengan konsentrasi
ekstrak 20 40 60 dan 80 memiliki aktivitas antibakteri terhadap
bakteri S aureus S epidermidis Streptococcus sp dan Micrococcus sp
Lampiran 2 hasil uji ANOVA dan uji lanjutan Duncan
Descriptives
saureus
N Mean
Std Deviation Std Error
95 Confidence Interval for
Mean
Minimum Maximum Lower Bound
Upper Bound
ekstrak 20 5 138000
109545
48990
124398
151602
1200
1500
ekstrak 40 5 160000
122474
54772
144793
175207
1400
1700
ekstrak 60 5 160000
70711
31623
151220
168780
1500
1700
ekstrak 80 5 170000
70711
31623
161220
178780
1600
1800
kontrol positif 5 406000
89443
40000
394894
417106
3900
4100
kontrol negative 5 0000
00000
00000
0000
0000
00 00
Total 30
172333
1218728
222508
126825
217841
00 4100
16
ANOVA
saureus
Sum of Squares df Mean Square F Sig
Between Groups
4289367 5 857873 1143831
000
Within Groups
18000 24 750
Total 4307367 29
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
saureus
Duncana
perlakuan N
Subset for alpha = 005
1 2 3 4
kontrol negatif 5 0000 ekstrak 20 5
13800
0
ekstrak 40 5
160000
ekstrak 60 5
160000
ekstrak 80 5
170000
kontrol positif 5
406000
Sig 1000 1000 096 1000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000
ONEWAY Sepidermidis BY perlakuan
STATISTICS DESCRIPTIVES
MISSING ANALYSIS
POSTHOC=DUNCAN ALPHA(005)
[DataSet0]
Descriptives
Sepidermidis
N Mean Std Deviation Std Error
95 Confidence Interval
for Mean
Minimum Maximum Lower Bound
Upper Bound
ekstrak 20 5 150000
70711
31623
141220
158780
1400
1600
ekstrak 40 5 154000
54772
24495
147199
160801
1500
1600
ekstrak 60 5 164000
151658
67823
145169
182831
1500
1800
ekstrak 80 5 162000
109545
48990
148398
175602
1500
1800
kontrol positif 5 408000
44721
20000
402447
413553
4000
4100
kontrol negatif 5 0000
00000
00000
0000
0000
00 00
Total 30
173000
1221968
223100
127371
218629
00 4100
17
ANOVA
Sepidermidis
Sum of Squares Df Mean Square F Sig
Between Groups 4312300 5 862460 1149947
000
Within Groups 18000 24 750 Total 4330300 29
Post Hoc Tests
Homogeneous Subsets
Sepidermidis
Duncana
Perlakuan N
Subset for alpha = 005
1 2 3 4
kontrol negative 5 0000 ekstrak 20 5
15000
0
ekstrak 40 5
154000
154000
ekstrak 80 5
162000
ekstrak 60 5
164000
kontrol positif 5
408000
Sig 1000 472 096 1000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000
ONEWAY Sepidermidis BY perlakuan
STATISTICS DESCRIPTIVES
MISSING ANALYSIS
POSTHOC=DUNCAN ALPHA(005)
[DataSet0]
18
Descriptives
Streptococcus
N Mean Std Deviation
Std Error
95 Confidence Interval
for Mean
Minimum Maximum Lower Bound
Upper Bound
ekstrak 20 5 156000
134164
60000
139341
172659
1400 1700
ekstrak 40 5 162000
109545
48990
148398
175602
1500 1700
ekstrak 60 5 162000
109545
48990
148398
175602
1500 1700
ekstrak 80 5 156000
54772
24495
149199
162801
1500 1600
kontrol positif 5 416000
54772
24495
409199
422801
4100 4200
kontrol negatif 5 0000
00000
00000
0000
0000
00 00
Total 30
175333
1246715
227618
128780
221886
00 4200
ANOVA
Streptococcus
Sum of Squares df Mean Square F Sig
Between Groups 4488267 5 897653 1122067
000
Within Groups 19200 24 800 Total 4507467 29
Post Hoc Tests
Homogeneous Subsets
Streptococcus
Duncana
perlakuan N
Subset for alpha = 005
1 2 3
kontrol negatif 5 0000 ekstrak 20 5
15600
0
ekstrak 80 5
156000
ekstrak 40 5
162000
ekstrak 60 5
162000
kontrol positif 5
416000
Sig 1000 343 1000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000
ONEWAY Sepidermidis BY perlakuan
STATISTICS DESCRIPTIVES
MISSING ANALYSIS
POSTHOC=DUNCAN ALPHA(005)
[DataSet0]
19
Descriptives
Micrococcus
N Mean Std Deviation
Std Error
95 Confidence Interval for
Mean
Minimum Maximum Lower Bound
Upper Bound
ekstrak 20 5 142000
178885
80000
119788
164212
1200
1600
ekstrak 40 5 150000
200000
89443
125167
174833
1200
1700
ekstrak 60 5 150000
200000
89443
125167
174833
1200
1700
ekstrak 80 5 142000
130384
58310
125811
158189
1200
1500
kontrol positif 5 182000
83666
37417
171611
192389
1700
1900
kontrol negative
5 0000
00000
00000
0000
0000
00 00
Total 30
127667
612335
111797
104802
150532
00 1900
ANOVA
Micrococcus
Sum of Squares Df Mean Square F Sig
Between Groups 1032967 5 206593 91144 000 Within Groups 54400 24 2267
Total 1087367 29
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
Micrococcus
Duncana
Perlakuan N
Subset for alpha = 005
1 2 3
kontrol negative 5 0000 ekstrak 20 5
14200
0
ekstrak 80 5
142000
ekstrak 40 5
150000
ekstrak 60 5
150000
kontrol positif 5
182000
Sig 1000 451 1000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000
20
RIWAYAT HIDUP
Penulis lahir di Jakarta tanggal 25 september 1992 Penulis merupakan
anak ketiga dari tiga bersaudara dari pasangan Petrus Bambang Wijanarko dan
Susana Tuminah Penulis menempuh pendidikan Sekolah Menengah Pertama di
SMP Strada Bhakti Wiyata Bekasi dan Sekolah Menengah Atas di SMA Santo
Antonius Jakarta Penulis aktif di Organisasi Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM)
Keluarga Mahasiswa Katolik IPB sejak tahun 2011 hingga 2013 Penulis juga
aktif di Himpunan Profesi Ornithologi dan Unggas sejak tahun 2013 hingga 2014
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena
atas kasih dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Jawer Kotok (Coleus atropurpureus)
terhadap Bakteri Kulit Wajah Berjerawat Penyusunan skripsi ini merupakan salah
satu syarat kelulusan dalam memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Kedokteran
Hewan Institut Pertanian Bogor Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak
langsung dalam penulisan skripsi ini
1 Kedua orangtua dan keluarga tercinta yang selalu memberikan doa serta
dukungan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini
2 Rini Madyastuti P SSi Apt MSi selaku dosen pembimbing I dan Drh
Usamah Afiff MSc selaku dosen pembimbing II yang telah berkenan
membimbing dan memberikan pengarahan kritik dan saran kepada penulis
selama penelitian sampai akhir penulisan skripsi ini selesai
3 Drs Pudji Achmadi MSi selaku dosen pembimbing akademik yang telah
memberikan banyak motivasi dan saran kepada penulis selama masa perkuliahan
4 Seluruh staff Bagian Mikrobiologi Departemen Ilmu Penyakit Hewan
dan Kesehatan Masyarakat Veteriner staff Bagian Farmasi Depatemen Klinik
Reproduksi dan Patologi Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor
5 Teman-teman Ganglion FKH-48 yang telah memberikan doa semangat dan
dukungan selama berkuliah di FKH IPB
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan oleh
karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari
para pembaca Besar harapan penulis kiranya skripsi ini dapat berguna khususnya
bagi penulis dan umumnya bagi para pembaca serta untuk kemajuan ilmu
pengetahuan di bidang kedokteran hewan
Bogor Agustus 2015
Yustina Dian Fajar
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL vi
DAFTAR GAMBAR vi
DAFTAR LAMPIRAN vi
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Tujuan Penelitian 1
Manfaat Penelitian 1
Ruang Lingkup Penelitian 2
TINJAUAN PUSTAKA 2
Jawer Kotok (Coleusatropurpureus) 2
Jerawat 2
Ekstraksi 3
Antibakteri 3
Antibiotik Klindamisin 4
Morfologi dan Kharakteristik Bakteri Penyebab Jerawat pada Kulit Wajah 4
METODE 5
Tempat dan Waktu Penelitian 5
Alat dan Bahan 5
Prosedur Penelitian 5
Analisis Data 8
HASIL DAN PEMBAHASAN 8
Penapisan Fitokimia Daun Jawer Kotok 8
Bakteri pada Permukaan Kulit Wajah Berjerawat 9
Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Jawer Kotok 9
SIMPULAN DAN SARAN 12
Simpulan 12
Saran 12
Daftar Pustaka 13
LAMPIRAN 15
RIWAYAT HIDUP 20
DAFTAR TABEL
1 Hasil penapisan fitokimia ekstrak etanol daun jawer kotok 9
2 Rata-rata diameter zona hambat bakteri ekstrak daun jawer kotok
terhadap bakteri Gram positif (mm) pada permukaan kulit wajah
berjerawat 10
DAFTAR GAMBAR
1 Coleus atropurpureus 2 2 Uji identifikasi bakteri Gram positif 6
3 Hasil uji fitokimia 8
4 Zona hambat Ekstrak Etanol Daun Jawer Kotok terhadap
Staphylococcus aureus Staphylococcus epidermidis Streptococcus sp
dan Micrococcus sp 9
DAFTAR LAMPIRAN 1 Pembuktian hipotesis 15
2 Hasil Uji ANOVA dan uji lanjutan Duncan 15
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Penggunaan antibiotik mengalami peningkatan yang luar biasa pada lima
dekade terakhir Antibiotik yang digunakan secara tidak rasional akan membuat
bakteri menjadi bersifat resisten dan tetap memperbanyak diri di inangnya
Resistensi bakteri mendorong adanya bahan antibiotik lain yang murah tersedia
secara kontinu dan memiliki semua unsur-unsur yang dibutuhkan untuk
pembuatan antimikroba oleh sebab itu perlu dilakukan eksplorasi terhadap bahan
alternatif yang dapat digunakan sebagai senyawa antibakteri
Perawatan kulit wajah merupakan hal yang penting untuk dilakukan
Perawatan tersebut bertujuan untuk memaksimalkan penampilan diri agar lebih
percaya diri Perawatan yang sering dilakukan adalah melakukan facial
pemakaian krim masker serta sabun agar kulit wajah tidak kusam dan berjerawat
Jerawat merupakan penyakit kulit akibat peradangan pada kelenjar sebacea karena
aktivitas Staphylococcus epidermidis dan Propionibacterium acnes (Seta 2013)
serta Staphylococcus aureus (Razak et al 2013)
Jawer kotok (Coleus atropurpureus) merupakan tanaman yang berfungsi
sebagai tanaman hias dan tanaman obat Masyarakat memanfaatkan daun jawer
kotok sebagai obat untuk berbagai penyakit diare demam pengobatan pasca
melahirkan terlambat datang bulan abses ambeien dan diabetes mellitus
(Ratnawati 2007) Rahmawati (2008) menyatakan bahwa daun jawer kotok dapat
digunakan sebagai senyawa antibakteri
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menguji aktivitas antibakteri ekstrak etanol
daun jawer kotok (Coleus atropurpureus) dalam menghambat pertumbuhan
bakteri pada permukaan kulit wajah berjerawat
Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah memperoleh hasil uji potensi antibakteri
ekstrak etanol daun jawer kotok terhadap bakteri Gram positif pada kulit wajah
berjerawat sehingga dapat digunakan sebagai dasar ilmiah dalam pengembangan
produk farmasi antibakteri Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan
informasi kepada masyarakat akan khasiat daun jawer kotok serta nilai tambah
bagi tanaman jawer kotok secara ekonomis
2
Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini membahas mengenai aktivitas antibakteri ekstrak etanol daun
jawer kotok dengan konsentrasi 20 40 60 dan 80 terhadap bakteri Gram
positif yang ditemukan pada permukaan kulit wajah berjerawat
TINJAUAN PUSTAKA
Jawer Kotok (Coleus atropurpureus)
Tanaman jawer kotok (iler) merupakan tanaman yang umum ditemukan di
IndonesiaTanaman ini tumbuh di tempat lembab dan terbuka seperti pinggir
selokan pematang sawah atau tepi jalan pada ketinggiaan 1-1300 diatas
permukaan laut (dpl) Coleus atropurpureus termasuk ke dalam famili Lamiaceae
Tanaman ini dikenal dengan nama daerah jawer kotok (sunda) kentangan (jawa)
saru-saru atau majaja Daunnya berbentuk bulat telur pangkal membulat
menyerupai bentuk jantung ujung meruncing tepi bergerigi tulang daun
menyirip permukaan mengkilat berambut halus memiliki panjang 7-11 cm dan
lebar 35-6 cm (Dalimartha 2000)
Gambar 1 Coleus atropurpureus
Daun jawer kotok diketahui mengandung flavonoid tanin saponin (Yusuf
et al 2006) polifenol serta steroid (Rahmawati 2008) Flavonoid banyak
ditemukan pada daun berwarna ungu seperti jawer kotok (Waji dan Sugrani 2009)
Jerawat
Jerawat merupakan kondisi kulit yang abnormal yang disebabkan oleh
gangguan produksi dari kelenjar minyak yang berlebihan Kelebihan produksi
3
sebaceous gland akan menyebabkan penyumbatan pada saluran folikel rambut
dan pori-pori kulit Kotoran atau sel kulit mati yang tidak dibersihkan akan
bertumpuk menjadi komedo dan jika terinfeksi bakteri penyebab jerawat komedo
akan berubah menjadi jerawat (Widiawati 2014)
Ekstraksi
Ekstraksi merupakan proses pemisahan bahan dari campurannya dengan
pelarut Ekstraksi tanaman obat adalah pemisahan secara kimia atau fisika suatu
atau sejumlah bahan padat atau bahan cair dari suatu tanaman obat (Agoes 2007)
Daun jawer kotok diekstrak menggunakan metode maserasi Maserasi merupakan
metode ekstraksi yang dilakukan dengan metode merendam sampel dalam pelarut
tanpa pemanasan Metode maserasi dipilih karena metodenya yang sederhana dan
bisa menghindari kerusakan komponen senyawa yang tidak tahan panas yang
terkandung dalam sampel (Rahmawati 2008) Pemilihan etanol 96 sebagai
pelarut didasarkan pada fungsi dari pelarut etanol 96 yang dapat mengikat
berbagai senyawa aktif seperti tanin polifenol flavonoid terpenoid sterol dan
alkaloid (Hamdayati et al 2008) Perbandingan jumlah daun jawer kotok dan
pelarut etanol 96 yang digunakan adalah 1 10 Menurut Arundhina (2014)
semakin banyak pelarut yang digunakan maka rendemen yang diperoleh semakin
besar hal ini disebabkan semakin besarnya rasio pelarut terhadap daun maka luas
permukaan perpindahan massa antara padatan dengan larutan semakin besar
Filtrat dari proses maserasi diuapkan menggunakan rotary evaporator Proses
penguapan dilakukan untuk memisahkan pelarut etanol 96 dan senyawa
fitokimia yang terekstrak dari daun jawer kotok
Antibakteri
Antibakteri merupakan sifat suatu bahan yang menunjukkan efek
menghambat pertumbuhan bakteri Penghambatan pertumbuhan bakteri dibedakan
menjadi bakterisida (mampu membunuh bakteri) dan bakteriostatik (menghambat
pertumbuhan bakteri) (Kee dan Hayes 1996)
Antibiotik Klindamisin
Klindamisin efektif terhadap sebagian besar bakteri aerob Gram positif seperti
Streptococcus sp Staphylococcus sp Enterococcus sp Bacilus antracis dan
Corynebacterium diphtheriae tetapi pada umumnya kurang efektif terhadap bakteri
Gram negatif seperti Enterobacteriaceae Neisseria gonorrhoeae Neisseria
4
Meningitidis dan Haemophilus influenzae Klindamisin juga sangat efektif terhadap
bakteri anaerob Gram positif seperti Eubacterium Proponibacterium Peptococcus
Peptostreptococcus Clostridium perfringens dan Cloctridium Tetani dan juga efektif
terhadap beberapa bakteri aerob negatif seperti Fusobacterium spdan Bacteriodes
sptermasuk Bacteroides fragilis (Nugroho 2013)
Morfologi dan Ciri Umum Bakteri Penyebab Jerawat pada Kulit
Wajah
Staphylococcus aureus
Staphyloccus aureus adalah bakteri Gram positif yang menghasilkan
pigmen kuning bersifat aerob fakultatif tidak menghasilkan spora dan tidak motil
S aureus umumnya tumbuh berpasangan maupun berkelompok seperti buah
anggur dengan diameter 08-10 microm Bakteri ini menghasilkan katalase dan
koagulase S aureus biasanya terdapat pada saluran pernafasan atas kulit saluran
urinari abses infeksi luka radang paru-paru dan selaput lendir lainnya
(Rusmiyati et al 2014)
Staphylococcus epidermidis
Bakteri ini merupakan Gram positif berbentuk kokus berdiameter 05-15
microm berkoloni mengerombol menyerupai buah anggur Koloni biasanya berwarna
putih atau krem S epidermidis bersifat aerob fakultatif katalase positif dan
koagulase negatif Bakteri ini merupakan flora normal pada kulit manusia saluran
pernafasan dan saluran pencernaan makanan Staphylococcus epidermidis yang
mempunyai daya invasi rendah serta bergabung dengan faktor-faktor ekstraseluler
dan toksin berperan pada banyak infeksi kulit misalnya jerawat (Saptarini et al
2008)
Propionibacterium acne
Propionibacterium acne termasuk kelompok Corynebacteria Bakteri ini
termasuk bakteri anaerob Gram positif yang toleran terhadap oksigen P Acne
berbentuk batang tak teratur dan tumbuh relatif lambat Genome dari bakteri ini
dapat menghasilkan enzim untuk meluruhkan kulit dan protein yang mungkin
bersifat immunogenic (mampu mengaktifkan sistem kekebalan tubuh) P acnes
dianggap tidak hanya sebagai flora normal penghuni pada kulit yang normal tetapi
juga bersifat sebagai bakteri patogen fakultatif (Rusmiyati et al2014)
5
METODE
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Mikrobiologi Departemen
Ilmu Penyakit Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner (IPHK) dan
Laboratorium Farmasi Departemen Klinik Reproduksi dan Patologi (KRP)
Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) Institut Pertanian Bogor (IPB) Kegiatan
dimulai sejak bulan Juli 2014 sampai dengan bulan Januari 2015
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam penelitian adalah timbangan analitik cawan
petri mini tube mikro pipet pipet volumentrik pipet pasteur pinset tabung
reaksi cotton bud steril tabung durham tabung effendorf osekapas object glass
bunsen spatula inkubator autoklaf dan mikroskop Bahan yang digunakan
adalah daun jawer kotok bakteri hasil swab wajah (S aureus S epidermidis
Streptococcus sp Micrococcus sp) antibiotik klindamisin satu set zat
pewarnaan gram reagen katalase (larutan 3 H2O2) Brain Heart Infussion (BHI)
Blood Agar (BA) Mac Conkey Agar (MCA) Manitol Salt Agar (MSA)
Tyrpticase Soy Agar (TSA) Muller Hilton Agar (MHA) etanol 96 Dimenthyl
sulfoxide (DMSO) NaOH H2SO4 FeCl3 reagen dragendorff dan reagen meyer
Prosedur Penelitian
Pengambilan Sampel
Metode pengambilan sampel dilakukan dengan melakukan swab pada kulit
wajah berjerawat pada sepuluh orang probandus yang telah dipilih Sepuluh
probandus tersebut terdiri dari 5 orang perempuan dan 5 orang laki-laki Swab
kulit dilakukan dengan menggunakan cotton bud yang telah disterilkan Swab
kulit dilakukan dengan cara mencelupkan cotton bud pada media BHI agar bakteri
pada jerawat dapat terangkat dan menempel pada cotton bud Swab kulit dari satu
orang dimasukan pada media BHI untuk dibawa ke laboratorium Perlakuan yang
sama dilakukan pada setiap probandus
6
Isolasi dan Identifikasi Bakteri pada Permukaan Kulit Wajah Berjerawat
Identifikasi bakteri mengacu pada metode Carter (1990) dan Jang et al
(1976) Sampel yang telah diperoleh dari hasil swab jerawat ditumbuhkan pada
media BA dengan cara mengambil sampel dari media transpor dengan
menggunakan ose steril dan menggoreskannya pada permukaan agar BA Bakteri
yang telah dibiakan pada agar BA diinkubasi pada suhu 37 ordmC selama 24 jam
Setelah diinkubasi dilakukan pengamatan koloni dan diamati koloni yang berbeda
kemudian ditanam pada media TSA dan diinkubasi pada suhu 37 ordmC selama 24
jam Setelah dilakukan isolasi sampel selanjutnya dilakukan pewarnaan bakteri
dan dilanjutkan dengan proses identifikasi (Gambar 2)
Gambar 2 Uji identifikasi bakteri Gram positif
Uji katalase Pengamatan
Mikroskopis
Batang Kokus
+Spora
(Bacillus sp)
((jjh
-Spora (non
Bacillus sp)
((jjh
Positif Negatif
Uji Glukosa Mikroaerofilik
Streptococcaceae
Uji CAMP
(BA)
Staphylococcus
spp
Micrococcus spp
MSA Uji Koagulase
Micrococcaceae
Positif Negatif
Merah Kuning
Staphylococcus aureus Staphylococcus epidermidis
α γ β
Bakteri Gram Positif
7
Daun Jawer Kotok
Daun jawer kotok (Coleus atropurpureus) diperoleh dari Balai Penelitian
Tanaman Rempah dan Obat (BALITRO) dalam keadaan daun basah Bagian
tanaman yang digunakan adalah daunnya yang berwarna merah kecoklatan
Ekstrak Etanol Daun Jawer Kotok
Pembuatan ektrak etanol daun jawer kotok dilakukan dengan metode
maserasi Daun jawer kotok basah sebanyak 800 g diris kecil-kecil kemudian
dibagi menjadi 4 bagian masing-masing bagian 200 g kemudian direndam
dengan etanol 96 (perbandingan 110) dalam 4 tempat penampungan selama
3x24 jam sambil sesekali diaduk dan disaring untuk mendapatkan filtratnya
Filtrat hasil maserasi dievaporasi selama 17 jam menggunakan rotary evaporator
Hasil ekstrak kental daun jawer kotok yang didapat sebanyak 185 g
Penapisan Fitokimia Daun Jawer Kotok
Penapisan fitokimia dilakukan dengan metode Harborne (1987) untuk
mengetahui golongan senyawa kimia (terutama metabolit sekunder) yang
terkandung dalam suatu tanaman Penapisan fitokimia yang sering dilakukan
adalah penapisan untuk metabolit sekunder golongan alkaloid flavonoid tanin
polifenol terpenoid steroid dan saponin Flavonoid diuji dengan memasukan
ekstrak ditambahkan dengan etanol 96 lalu diaduk dan ditambahakan NaOH 7
tetes serta H2SO4 amati perubahan warna menjadi kuning jika hasilnya positif Uji
polifenol dan tanin dilakukan dengan memasukan ekstrak ditambahkan dengan air
lalu dipanaskan dan ditambahkan FeCl3 selanjutnya akan terjadi perubahan warna
menjadi hijau biru sampai hitam untuk hasil positif adanya polifenol dan tanin
Uji alkaloid dilakukan dengan membagi ekstrak menjadi 2 bagian keduanya
ditambahkan larutan etanol 96 Salah satu bagian ditambahkan reagen
dragendorff dan yang lain ditambahkan reagen meyer Hasil positif adanya
alkaloid ditandai dengan warna kuning saat diberi reagen dragendorff dan
endapan putih saat ditambahkan reagen meyer Uji terpenoid dilakukan dengan
memasukkan ekstrak ke dalam tabung reaksi kemudian ditambahkan etanol 96
dan ditetesi dengan H2SO4 pekat Hasil positif terpenoid ditandai dengan
terbentuknya warna merah kecoklatan
Pengujian Daya Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Jawer Kotok
Metode pengujian aktivitas antibakteri yang digunakan adalah metode
sumuran (agar well difusion method) dengan media MHA Suspensi bakteri yang
digunakan memiliki kekeruhan yang setara dengan larutan Mc Farland I atau
3x108
CFUml Suspensi bakteri kemudian digoreskan pada MHA dengan
menggunakan cotton bud steril Setelah digores kemudian didiamkan selama 10
8
menit Kegiatan ini dilakukan sebanyak lima kali ulangan untuk setiap bakteri uji
Pada media MHA dibuat sebanyak 6 sumuran yang akan diisi dengan
Konsentrasi 20 (K1) 02 g ekstrak daun jawer kotok dalam 1 ml DMSO
Konsentrasi 40 (K2) 04 g ekstrak daun jawer kotok dalam 1 ml DMSO
Konsentrasi 60 (K3) 06 g ekstrak daun jawer kotok dalam 1 ml DMSO
Konsentrasi 80 (K4) 08 g ekstrak daun jawer kotok dalam 1 ml DMSO
Kontrol positif (KP) Klindamisin 1
Kontrol negatif (KN) DMSO
Media MHA yang telah diisi dengan larutan uji kemudian diinkubasi pada
suhu 37 ordmC selama 24 jam dan diamati diameter zona hambatnya dengan
penggaris
Analisis Data
Data hasil pengukuran diameter zona hambat dianalis secara kuantitatif
menggunakan metode one way analysis of variance (one way Anova) dan
dilanjutkan dengan uji Duncan
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penapisan Fitokimia Daun Jawer KotoK
Penapisan fitokimia ekstrak etanol daun jawer kotok positif mengandung
metabolit sekunder berupa flavonoid polifenol tanin serta terpenoid dan negatif
terhadap alkaloid Ridwan et al (2006) dan Rahmawati (2008) juga menyebutkan
bahwa daun jawer kotok tidak mengandung alkaloid (Gambar 3 dan Tabel 1)
(a) (b) (c) (d) (f)
Gambar 3 Hasil uji fitokimia flavonoid (a) alkaloid dengan reagen
dragendorff (b) alkaloid dengan reagen meyer (c) polifenol
(d) terpenoid (e)
9
Tabel 1 Hasil penapisan fitokimia ekstrak etanol daun jawer kotok
Penapisan Fitokimia Hasil
Flavonoid +
Alkaloid
Meyer minus
Dragendorff minus
Polifenol dan Tanin +
Terpenoid + aKeterangan + terdeteksi minus tidak terdeteksi
Bakteri pada Permukaan Kulit Wajah Berjerawat
Bakteri Gram positif yang berhasil diidentifikasi adalah Staphylococcus
aureus Staphylococcus epidermidis Streptococcus sp dan Micrococcus sp
Menurut Seta (2013) dan Razak et al (2013) bakteri yang dapat menyebabkan
jerawat adalah S aureus S epidermidis dan Propionibacterium acne P acne
tidak dapat diisolasi karena metode yang digunakan tidak bisa mengisolasi bakteri
anaerob Penemuan bakteri Streptococcus sp mungkin terjadi mengingat
Streptococcus sp merupakan salah satu bakteri pada kulit yang dapat
menyebabkan terjadinya penyakit pyoderma (Caesarita 2011) Micrococcus sp
dapat ditemukan pada hasil swab wajah mengingat kemungkinan adanya
pencemaran bakteri dari lingkungan seperti air udara dan tanah (Andy dan
Taufik 2010)
Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Jawer Kotok
Rata-rata diameter zona hambat bakteri ekstrak etanol daun jawer kotok
terhadap bakteri Gram positif (Gambar 4 dan Tabel 2)
(a) (b) (c) (d)
Gambar 4 Zona hambat ekstrak etanol daun jawer kotok terhadap S aureus (a)
S epidermidis (b) Streptococcus sp (c)dan Micrococcus sp(d)
K2 KP K3 K2 KP K3
K2 KP K3
K2 KP K3
K1 KN K4 K1 KN K4 K1 KN K4 K1 KN K4
10
Tabel 2 Rata-rata diameter zona hambat ekstrak etanol daun jawer kotok terhadap
bakteri Gram positif hasil swab kulit wajah berjerawat (mm)
Kelompok
Perlakuan
S aureus S epidermidis Streptococcus
sp
Micrococcus
sp
K1 1380 plusmn 109 b
1500 plusmn 070b
1560 plusmn 134c
1420 plusmn 178b
K2 1600 plusmn 122c
1540 plusmn054bc
1620 plusmn 109c
1500 plusmn 200b
K3 1600 plusmn 070c
1640 plusmn 151c
1620 plusmn 109c
1500 plusmn 200b
K4 1700 plusmn 070c
1620 plusmn 109c
1560 plusmn 054c
1420 plusmn 130b
KP 4060plusmn 089d
4080 plusmn 044d
4160 plusmn 054d
1820 plusmn 083d
KN 000 plusmn 000a
000 plusmn 000a
000 plusmn 000a
000 plusmn 000a
aKeterangan K1 konsentrasi 20 K2 konsentrasi 40 K3 konsentrasi 60 K4
konsentrasi 80 KP kontrol positif KN kontrol negatif Huruf supercript yang berbeda dalam
satu kolom menunjukkan perbedaan yang nyata pada taraf nyata Plt 005
Pada Tabel 2 diketahui bahwa KN pada keempat bakteri uji tidak memiliki
diameter zona hambat dan berbeda nyata dengan KP dan seluruh konsentrasi uji
Hal tersebut membuktikan bahwa pelarut tidak berpengaruh terhadap aktivitas
antibakteri sehingga aktivitas antibakteri hanya berasal dari konsentasi uji
DMSO digunakan sebagai KN karena tidak memiliki daya hambat bakteri serta
karena sifat dari DMSO yang merupakan pelarut polar berspektrum luas sehingga
dapat melarutkan senyawa alkaloid dan flavonoid (Mulyatni et al 2012)
Kontrol positif memberikan hasil yang berbeda nyata dengan KN dan
keempat konsentrasi uji pada semua bakteri Hal tersebut membuktikan bahwa
bakteri S aureus S epidermidis Streptococcus sp dan Micrococcus sp masih
peka terhadap KP Antibiotik klindamisin 1 digunakan sebagai KP karena
klindamisin paling efektif dalam pengobatan jerawat jika dibandingkan dengan
eritromisin dan tetrasiklin serta paling banyak digunakan masyarakat untuk
mengobati jerawat (Aziz 2010) Klindamisin adalah salah satu antibiotik golongan
aminoglikosida Klindamisin menghambat sintesis protein pada fase pemanjangan
dengan mempengaruhi translokasi (Syukrinawati 2014) Antibiotik ini efektif
terhadap bakteri Gram positif dan bakteri anaerob akan tetapi kurang efektif
terhadap bakteri Gram negatif (Nugroho 2013)
Hasil uji pada bakteri S aureus terlihat bahwa K1 memberikan perbedaan
yang nyata (Plt005) dengan K2 K3 dan K4 Hasil uji pada S epidermidis
memberikan hasil bahwa K1 berbeda nyata (Plt005) dengan K3 dan K4 Seluruh
konsentrasi ekstrak etanol daun jawer kotok yang diujikan terhadap Streptococcus
sp dan Micrococcus sp tidak menunjukkan hasil yang berbeda nyata
Hasil uji yang dilakukan terhadap Saureus memperlihatkan bahwa semakin
tinggi konsentrasi ekstrak maka semakin besar diameter zona hambat yang
terbentuk Hal ini karena semakin banyak zat aktif yang terkandung dalam ekstrak
tersebut sedangkan pada uji yang dilakukan terhadap S epidermidis
Streptococcus sp dan Micrococcus sp diameter zona hambat yang terbentuk pada
K4 mengalami penurunan Hal tersebut menunjukkan bahwa konsentrasi yang
semakin tinggi tidak selalu menghasilkan diameter zona hambat yang semakin
besar Penurunan aktivitas ini disebabkan karena perbedaan jenis bakteri yang
dihambat perbedaan kecepatan difusi senyawa aktif pada media agar serta
konsentrasi ekstrak yang terlalu tinggi dibandingkan dengan pelarutnya (DMSO)
sehingga larutan menjadi jenuh dan sulit untuk larut Brooks et al (2008)
11
menyatakan bahwa aktivitas antibakteri dipengaruhi beberapa faktor yaitu
konsentrasi ekstrak kandungan senyawa antibakteri daya difusi ekstrak dan jenis
bakteri yang dihambat
Diameter zona hambat bakteri menurut Davis dan Stout dalam Rahmawati
(2008) dibagi atas sangat kuat (zona jernih gt 20 mm) kuat (zona jernih 10minus20
mm) sedang (zona jernih 5minus10 mm) dan lemah (zona jernih lt 5 mm) Kontrol
positif (KP) pada bakteri uji S aureus S epidermidis Streptococcussp tergolong
dalam daya hambat sangat kuat sedangkan KP pada bakteri Micrococcus sp
tergolong dalam daya hambat kuat Hal tersebut kemungkinan dikarenakan target
kerja antibiotik klindamisin ditujukan untuk bakteri yang habitatnya di daerah
kulit wajah sedangkan Micrococcus sp merupakan bakteri kontaminasi dari
lingkungan (air tanah udara) Seluruh konsentrasi ekstrak yang diujikan terhadap
seluruh bakteri (K1K2 K3 K4) tergolong dalam konsentrasi yang memberikan
daya hambat kuat karena diameter zona hambat yang terbentuk antara 1380 plusmn
109 mm sampai 1700 plusmn 070 mm
Mengacu pada standar umum yang dikeluarkan oleh Departemen Kesehatan
disebutkan bahwa mikroba dinyatakan peka terhadap antimikroba asal tanaman
apabila mempunyai ukuran diameter daya hambatannya 12minus24 mm (Darmawi et
al 2013) sehingga dapat dikatakan bahwa seluruh bakteri uji peka terhadap K1
K2 K3 dan K4
Hasil penelitian diketahui bahwa seluruh konsentrasi dinyatakan peka dan
memiliki zona hambat bakteri yang kuat terhadap bakteri uji sehingga ekstrak
etanol daun jawer kotok memiliki potensi antibakteri yang baik Adanya potensi
antibakteri diketahui dari kandungan senyawa metabolit sekunder yang terdapat
pada daun jawer kotok yaitu flavonoid tanin polifenol serta terpenoid
Mekanisme kerja flavonoid sebagai antibakteri adalah membentuk senyawa
kompleks dengan protein ekstraseluler dan terlarut sehingga dapat merusak
membran sel bakteri dan diikuti keluarnya senyawa intraselluler (Ngajow et al
2013)
Mekanisme kerja tanin sebagai antibakteri adalah menghambat enzim
reverse transkriptase dan DNA topoisomerase sehingga sel bakteri tidak dapat
terbentuk Tanin juga mempunyai target pada polipeptida dinding sel sehingga
pembentukan polipeptida dinding sel menjadi tidak sempurna Hal ini
menyebabkan sel bakteri menjadi lisis karena tekanan osmotik maupun fisik
sehingga sel bakteri akan mati (Ngajow et al 2013)
Ngajow et al (2013) juga menyatakan bahwa senyawa fenolik dan terpenoid
memiliki target utama yaitu membran sitoplasma bakteri Aktifitas antibakteri
terpenoid diketahui bereaksi dengan porin (protein transmembran) pada membran
luar dinding sel bakteri Terpenoid membentuk ikatan polimer yang kuat sehingga
mengakibatkan rusaknya porin Rusaknya porin yang merupakan pintu keluar
masuknya senyawa akan mengurangi permeabilitas dinding sel bakteri yang akan
mengakibatkan sel bakteri akan kekurangan nutrisi sehingga pertumbuhan bakteri
akan terhambat dan mati
12
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Ekstrak etanol daun jawer kotok mengandung flavonoid polifenol dan tanin
serta terpenoid yang memiliki aktivitas antibakteri yang dapat menghambat
pertumbuhan bakteri kokus Gram positif pada permukaan kulit wajah berjerawat
Ekstrak etanol daun jawer kotok memiliki potensi antibakteri yang baik karena
daya hambat bakteri pada konsentrasi 20 40 60 dan 80 tergolong dalam
daya hambat yang kuat S aureus S epidermidis Streptococcus sp dan
Micrococcus sp dinyatakan peka terhadap seluruh konsentrasi ekstrak
Saran
Saran yang dapat diberikan kepada peneliti selanjutnya yaitu perlu
dilakukan penelitian aktivitas antibakteri ekstrak etanol daun jawer kotok terhadap
bakteri Pacne dan bakteri gram negatif serta penggunaan kontrol positif dengan
antibiotik yang lain Selain itu penelitian ini juga dapat digunakan sebagai dasar
ilmiah dalam pengembangan produk farmasi antibakteri
DAFTAR PUSTAKA
Agoes G 2007 Ekstraksi Tanaman Obat Bandung ITB
Andy Taufik M 2010 Jumlah bakteri dan keberadaan bakteri Salmonella sp
pada daging kuda di Kabupaten Jeneponto Jurnal Agrisistem 6(2) 82-87
Arundhina E 2014 Aktivitas ekstrak etanol daun alamanda (Allamanda
cathartica L) sebagai anti jamur terhadap Candida albicans dan
Pityrosporum ovale secara in vitro [skripsi] Yogyakarta (ID) Universitas
Katolik Atmajaya Yogyakarta
Aziz S2010 Uji aktivitas antibakteri ekstrak etanol daun dan umbi bakung putih
(Crinum asiatikum L) terhadap bakteri penyebab jerawat[skripsi] Jakarta
(ID) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatulloh
Brooks GF Butel JS Morse SA Mikrobiologi Kedokteran Mudihardi E
KuntamanWasito EB et al penerjemah Jakarta (ID) Salemba Medika
Terjemahan dari Medical Microbiology
Caesarita DP 2011 Pengaruh ekstrak buah nanas (Ananas comosus) 100
terhadap bakteri Staphylococcus aureus dari pyoderma [skripsi] Bandung
(ID) Universitas Diponegoro
Carter GR dan Cole JR 1990 Diagnostic Procedures in Veterinary Bacteriology
and Mycology Fifth Edition London (UK) Academi Press Limited
13
Dalimarta S 2000 Atlas Tumbuhan Indonesia Jilid ke-2 Jakarta Trubus
Agriwidya
Darmawi Manaf ZH Putranda F 2013 Daya hambat getah jarak cina (Jatropha
multifida L) terhadap Staphylococcus aureus secara invitro Jurnal Medika
Veterinaria7(2) 113-115
Hamdayati Y Kusnadi Rahadian I 2008 Aktivitas antibakteri ekstrak daun
patikan kebo (Euphorbia hirta) terhadap pertumbuhan bakteri
Staphylococcus epidermidis Jurnal Pengajaran Matematika dan Ilmu
Pengetahuan alam 12(7) 1-10
Harborne JB 1987 Metode Fitokimia Padmawinata K Soediro I penerjemah
Jakarta (ID) UI Press Terjemahan dari Basic Concepts of Analytical
Chemistry
Jang SS Biberstein EL Hirsh DC 1976 A Manual of Veterinary Clinical
Bacteriology and Micology Davis (US) Univ California
Kee JL Hayes ER Farmakologi Pendekatan Proses Keperawatan Anugerah P
penerjemah Jakarta (ID) EGC Terjemahan dari Pharmacology A Nursing
Process Approach
Mulyatni AS Budiani A Taniwiryono D 2012 Aktivitas antibakteri ekstrak kulit
buah kakao (Theobroma cacao L) terhadap Escherichia coli Bacillus
subtilis dan Staphylococcus aureus Jurnal Menara Perkebunan 80(2) 77-
84
Ngajow M Abidjulu J Kamu VS 2013 Pengaruh antibakteri ekstrak kulit batang
matoa (Pometia pinnata) terhadap bakteri Staphylococcus aureus secara in
vitro Jurnal Mipa Unsrat 2(2) 128-132
Nugroho RA 2013 Terapi topikal clindamycin dibandingkan dengan niacinamide
+ zinc pada Acne vulgaris [skripsi] Semarang (ID) Universitas
Diponegoro
Rahmawati F 2008Isolasi dan karakteristik senyawa antibakteri ekstrak daun
miana Coleus scutellarioides [L] Benth [tesis] Bogor (ID) Institut
Pertanian Bogor
Ratnawati Y 2007 Aktivitas antibakteri ekstrak daun jawer kotok (Coleus
scutellarioides [L] Benth) [skripsi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor
Razak A Djamal A Revilla G 2013 Uji daya hambat air perasan buah jeruk
nipis (Citrus aurantifolia) terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus
aureus secara in vitro Jurnal Kesehatan Andalas 2(1) 5-8
Ridwan Y Darusman LK Satrija F Handaryani E 2006 Kandungan kimia
berbagai ekstrak daun miana (Coleus blumei Bent) dan efek anthelmintiknya
terhadap cacing pita pada ayam Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia11(2) 1-6
Rusmiyati I Husain DR Alam G 2014 Bioaktivitas ekstrak metanol daun muda
sirsak (Annona muricata L) sebagai antibakteri terhadap Staphylococcus
aureus dan Propionibacterium acne [penelitian ilmiah] Makasar (ID)
Universitas Hassanudin
Saptarini O Perawati Hartanto Y 2008 Uji aktivitas antibakteri ekstrak etanol
buah mahkota dewa (Phaleria macrocarpa) terhadap Staphylococcus
epidermidis penyebab jerawat Jurnal Biomedika1(1) 1-7
Seta SA 2013 Optimasi formula lotion anti jerawat ekstrak etanol kulit buah
manggis (Garcinia mangostana L) dan uji aktivitas terhadap
14
Propionibacterium acnes dan Staphylococcus epidermidis [skripsi]
Yogyakarta (ID) Universitas Gadjah Mada
Syukrinawati RP 2014 Tingkat pengetahuan penggunaan antibiotik oleh
mahasiswa kepaniteraan klinik departemen bedah mulut RSGM-P FKG
periode September 2-13 Maret 2014 [skripsi] Medan (ID) Universitas
Sumatera Utara
Waji RA 2009 Flavonoid (Quercetin) [Penelitian Ilmiah] Makasar (ID)
Universitas Hasanuddin
Widiawati W Lutfiati D Perbedaan hasil penyembuhan kulit wajah berjerawat
antara masker lidah buaya dengan masker non lidah buaya e- Journal
Universitas Negeri Surabaya 2014 3(1) 217-225
15
LAMPIRAN
Lampiran 1 Pembuktian hipotesis
1 Pengambilan keputusan dari hipotesis yang ditentukan diuji dengan uji
ANOVA
2 Hipotesis dalam penelitian ini berupa Ho yaitu ekstrak etanol daun jawer
kotok dengan konsentrasi ekstrak 20 40 60 dan 80 tidak memiliki
aktivitas antibakteri terhadap bakteri pada permukaan kulit wajah
berjerawat dan H1 yaitu ekstrak etanol daun jawer kotok dengan
konsentrasi ekstrak 20 40 60 dan 80 memiliki aktivitas
antibakteri terhadap bakteri pada permukaan kulit wajah berjerawat
3 Pengambilan keputusan untuk memilih hipotesis mana yang diterima dan
hipotesis mana yang ditolak didasarkan pada perbandingan F hitung dan F
tabel dengan syarat jika F hitung kurang dari F tabel maka tolak H1 dan
terima H0 dan jika F hitung lebih besar dari F tabel maka H0 ditolak dan
terima H1
4 Hasil uji one way ANOVA pada diameter zona hambat bakteri S aureus S
Epidermidis Streptococcus sp dan Micrococcus sp diperoleh nilai F
hitung lebih besar dari F tabel (1143 831 gt 262) (1149 947 gt 262)
(1122 068 gt 262) dan (91144 gt 262) maka hiptotesis yang diterima
adalah H1 yaitu ekstrak etanol daun jawer kotok dengan konsentrasi
ekstrak 20 40 60 dan 80 memiliki aktivitas antibakteri terhadap
bakteri S aureus S epidermidis Streptococcus sp dan Micrococcus sp
Lampiran 2 hasil uji ANOVA dan uji lanjutan Duncan
Descriptives
saureus
N Mean
Std Deviation Std Error
95 Confidence Interval for
Mean
Minimum Maximum Lower Bound
Upper Bound
ekstrak 20 5 138000
109545
48990
124398
151602
1200
1500
ekstrak 40 5 160000
122474
54772
144793
175207
1400
1700
ekstrak 60 5 160000
70711
31623
151220
168780
1500
1700
ekstrak 80 5 170000
70711
31623
161220
178780
1600
1800
kontrol positif 5 406000
89443
40000
394894
417106
3900
4100
kontrol negative 5 0000
00000
00000
0000
0000
00 00
Total 30
172333
1218728
222508
126825
217841
00 4100
16
ANOVA
saureus
Sum of Squares df Mean Square F Sig
Between Groups
4289367 5 857873 1143831
000
Within Groups
18000 24 750
Total 4307367 29
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
saureus
Duncana
perlakuan N
Subset for alpha = 005
1 2 3 4
kontrol negatif 5 0000 ekstrak 20 5
13800
0
ekstrak 40 5
160000
ekstrak 60 5
160000
ekstrak 80 5
170000
kontrol positif 5
406000
Sig 1000 1000 096 1000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000
ONEWAY Sepidermidis BY perlakuan
STATISTICS DESCRIPTIVES
MISSING ANALYSIS
POSTHOC=DUNCAN ALPHA(005)
[DataSet0]
Descriptives
Sepidermidis
N Mean Std Deviation Std Error
95 Confidence Interval
for Mean
Minimum Maximum Lower Bound
Upper Bound
ekstrak 20 5 150000
70711
31623
141220
158780
1400
1600
ekstrak 40 5 154000
54772
24495
147199
160801
1500
1600
ekstrak 60 5 164000
151658
67823
145169
182831
1500
1800
ekstrak 80 5 162000
109545
48990
148398
175602
1500
1800
kontrol positif 5 408000
44721
20000
402447
413553
4000
4100
kontrol negatif 5 0000
00000
00000
0000
0000
00 00
Total 30
173000
1221968
223100
127371
218629
00 4100
17
ANOVA
Sepidermidis
Sum of Squares Df Mean Square F Sig
Between Groups 4312300 5 862460 1149947
000
Within Groups 18000 24 750 Total 4330300 29
Post Hoc Tests
Homogeneous Subsets
Sepidermidis
Duncana
Perlakuan N
Subset for alpha = 005
1 2 3 4
kontrol negative 5 0000 ekstrak 20 5
15000
0
ekstrak 40 5
154000
154000
ekstrak 80 5
162000
ekstrak 60 5
164000
kontrol positif 5
408000
Sig 1000 472 096 1000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000
ONEWAY Sepidermidis BY perlakuan
STATISTICS DESCRIPTIVES
MISSING ANALYSIS
POSTHOC=DUNCAN ALPHA(005)
[DataSet0]
18
Descriptives
Streptococcus
N Mean Std Deviation
Std Error
95 Confidence Interval
for Mean
Minimum Maximum Lower Bound
Upper Bound
ekstrak 20 5 156000
134164
60000
139341
172659
1400 1700
ekstrak 40 5 162000
109545
48990
148398
175602
1500 1700
ekstrak 60 5 162000
109545
48990
148398
175602
1500 1700
ekstrak 80 5 156000
54772
24495
149199
162801
1500 1600
kontrol positif 5 416000
54772
24495
409199
422801
4100 4200
kontrol negatif 5 0000
00000
00000
0000
0000
00 00
Total 30
175333
1246715
227618
128780
221886
00 4200
ANOVA
Streptococcus
Sum of Squares df Mean Square F Sig
Between Groups 4488267 5 897653 1122067
000
Within Groups 19200 24 800 Total 4507467 29
Post Hoc Tests
Homogeneous Subsets
Streptococcus
Duncana
perlakuan N
Subset for alpha = 005
1 2 3
kontrol negatif 5 0000 ekstrak 20 5
15600
0
ekstrak 80 5
156000
ekstrak 40 5
162000
ekstrak 60 5
162000
kontrol positif 5
416000
Sig 1000 343 1000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000
ONEWAY Sepidermidis BY perlakuan
STATISTICS DESCRIPTIVES
MISSING ANALYSIS
POSTHOC=DUNCAN ALPHA(005)
[DataSet0]
19
Descriptives
Micrococcus
N Mean Std Deviation
Std Error
95 Confidence Interval for
Mean
Minimum Maximum Lower Bound
Upper Bound
ekstrak 20 5 142000
178885
80000
119788
164212
1200
1600
ekstrak 40 5 150000
200000
89443
125167
174833
1200
1700
ekstrak 60 5 150000
200000
89443
125167
174833
1200
1700
ekstrak 80 5 142000
130384
58310
125811
158189
1200
1500
kontrol positif 5 182000
83666
37417
171611
192389
1700
1900
kontrol negative
5 0000
00000
00000
0000
0000
00 00
Total 30
127667
612335
111797
104802
150532
00 1900
ANOVA
Micrococcus
Sum of Squares Df Mean Square F Sig
Between Groups 1032967 5 206593 91144 000 Within Groups 54400 24 2267
Total 1087367 29
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
Micrococcus
Duncana
Perlakuan N
Subset for alpha = 005
1 2 3
kontrol negative 5 0000 ekstrak 20 5
14200
0
ekstrak 80 5
142000
ekstrak 40 5
150000
ekstrak 60 5
150000
kontrol positif 5
182000
Sig 1000 451 1000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000
20
RIWAYAT HIDUP
Penulis lahir di Jakarta tanggal 25 september 1992 Penulis merupakan
anak ketiga dari tiga bersaudara dari pasangan Petrus Bambang Wijanarko dan
Susana Tuminah Penulis menempuh pendidikan Sekolah Menengah Pertama di
SMP Strada Bhakti Wiyata Bekasi dan Sekolah Menengah Atas di SMA Santo
Antonius Jakarta Penulis aktif di Organisasi Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM)
Keluarga Mahasiswa Katolik IPB sejak tahun 2011 hingga 2013 Penulis juga
aktif di Himpunan Profesi Ornithologi dan Unggas sejak tahun 2013 hingga 2014
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL vi
DAFTAR GAMBAR vi
DAFTAR LAMPIRAN vi
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Tujuan Penelitian 1
Manfaat Penelitian 1
Ruang Lingkup Penelitian 2
TINJAUAN PUSTAKA 2
Jawer Kotok (Coleusatropurpureus) 2
Jerawat 2
Ekstraksi 3
Antibakteri 3
Antibiotik Klindamisin 4
Morfologi dan Kharakteristik Bakteri Penyebab Jerawat pada Kulit Wajah 4
METODE 5
Tempat dan Waktu Penelitian 5
Alat dan Bahan 5
Prosedur Penelitian 5
Analisis Data 8
HASIL DAN PEMBAHASAN 8
Penapisan Fitokimia Daun Jawer Kotok 8
Bakteri pada Permukaan Kulit Wajah Berjerawat 9
Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Jawer Kotok 9
SIMPULAN DAN SARAN 12
Simpulan 12
Saran 12
Daftar Pustaka 13
LAMPIRAN 15
RIWAYAT HIDUP 20
DAFTAR TABEL
1 Hasil penapisan fitokimia ekstrak etanol daun jawer kotok 9
2 Rata-rata diameter zona hambat bakteri ekstrak daun jawer kotok
terhadap bakteri Gram positif (mm) pada permukaan kulit wajah
berjerawat 10
DAFTAR GAMBAR
1 Coleus atropurpureus 2 2 Uji identifikasi bakteri Gram positif 6
3 Hasil uji fitokimia 8
4 Zona hambat Ekstrak Etanol Daun Jawer Kotok terhadap
Staphylococcus aureus Staphylococcus epidermidis Streptococcus sp
dan Micrococcus sp 9
DAFTAR LAMPIRAN 1 Pembuktian hipotesis 15
2 Hasil Uji ANOVA dan uji lanjutan Duncan 15
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Penggunaan antibiotik mengalami peningkatan yang luar biasa pada lima
dekade terakhir Antibiotik yang digunakan secara tidak rasional akan membuat
bakteri menjadi bersifat resisten dan tetap memperbanyak diri di inangnya
Resistensi bakteri mendorong adanya bahan antibiotik lain yang murah tersedia
secara kontinu dan memiliki semua unsur-unsur yang dibutuhkan untuk
pembuatan antimikroba oleh sebab itu perlu dilakukan eksplorasi terhadap bahan
alternatif yang dapat digunakan sebagai senyawa antibakteri
Perawatan kulit wajah merupakan hal yang penting untuk dilakukan
Perawatan tersebut bertujuan untuk memaksimalkan penampilan diri agar lebih
percaya diri Perawatan yang sering dilakukan adalah melakukan facial
pemakaian krim masker serta sabun agar kulit wajah tidak kusam dan berjerawat
Jerawat merupakan penyakit kulit akibat peradangan pada kelenjar sebacea karena
aktivitas Staphylococcus epidermidis dan Propionibacterium acnes (Seta 2013)
serta Staphylococcus aureus (Razak et al 2013)
Jawer kotok (Coleus atropurpureus) merupakan tanaman yang berfungsi
sebagai tanaman hias dan tanaman obat Masyarakat memanfaatkan daun jawer
kotok sebagai obat untuk berbagai penyakit diare demam pengobatan pasca
melahirkan terlambat datang bulan abses ambeien dan diabetes mellitus
(Ratnawati 2007) Rahmawati (2008) menyatakan bahwa daun jawer kotok dapat
digunakan sebagai senyawa antibakteri
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menguji aktivitas antibakteri ekstrak etanol
daun jawer kotok (Coleus atropurpureus) dalam menghambat pertumbuhan
bakteri pada permukaan kulit wajah berjerawat
Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah memperoleh hasil uji potensi antibakteri
ekstrak etanol daun jawer kotok terhadap bakteri Gram positif pada kulit wajah
berjerawat sehingga dapat digunakan sebagai dasar ilmiah dalam pengembangan
produk farmasi antibakteri Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan
informasi kepada masyarakat akan khasiat daun jawer kotok serta nilai tambah
bagi tanaman jawer kotok secara ekonomis
2
Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini membahas mengenai aktivitas antibakteri ekstrak etanol daun
jawer kotok dengan konsentrasi 20 40 60 dan 80 terhadap bakteri Gram
positif yang ditemukan pada permukaan kulit wajah berjerawat
TINJAUAN PUSTAKA
Jawer Kotok (Coleus atropurpureus)
Tanaman jawer kotok (iler) merupakan tanaman yang umum ditemukan di
IndonesiaTanaman ini tumbuh di tempat lembab dan terbuka seperti pinggir
selokan pematang sawah atau tepi jalan pada ketinggiaan 1-1300 diatas
permukaan laut (dpl) Coleus atropurpureus termasuk ke dalam famili Lamiaceae
Tanaman ini dikenal dengan nama daerah jawer kotok (sunda) kentangan (jawa)
saru-saru atau majaja Daunnya berbentuk bulat telur pangkal membulat
menyerupai bentuk jantung ujung meruncing tepi bergerigi tulang daun
menyirip permukaan mengkilat berambut halus memiliki panjang 7-11 cm dan
lebar 35-6 cm (Dalimartha 2000)
Gambar 1 Coleus atropurpureus
Daun jawer kotok diketahui mengandung flavonoid tanin saponin (Yusuf
et al 2006) polifenol serta steroid (Rahmawati 2008) Flavonoid banyak
ditemukan pada daun berwarna ungu seperti jawer kotok (Waji dan Sugrani 2009)
Jerawat
Jerawat merupakan kondisi kulit yang abnormal yang disebabkan oleh
gangguan produksi dari kelenjar minyak yang berlebihan Kelebihan produksi
3
sebaceous gland akan menyebabkan penyumbatan pada saluran folikel rambut
dan pori-pori kulit Kotoran atau sel kulit mati yang tidak dibersihkan akan
bertumpuk menjadi komedo dan jika terinfeksi bakteri penyebab jerawat komedo
akan berubah menjadi jerawat (Widiawati 2014)
Ekstraksi
Ekstraksi merupakan proses pemisahan bahan dari campurannya dengan
pelarut Ekstraksi tanaman obat adalah pemisahan secara kimia atau fisika suatu
atau sejumlah bahan padat atau bahan cair dari suatu tanaman obat (Agoes 2007)
Daun jawer kotok diekstrak menggunakan metode maserasi Maserasi merupakan
metode ekstraksi yang dilakukan dengan metode merendam sampel dalam pelarut
tanpa pemanasan Metode maserasi dipilih karena metodenya yang sederhana dan
bisa menghindari kerusakan komponen senyawa yang tidak tahan panas yang
terkandung dalam sampel (Rahmawati 2008) Pemilihan etanol 96 sebagai
pelarut didasarkan pada fungsi dari pelarut etanol 96 yang dapat mengikat
berbagai senyawa aktif seperti tanin polifenol flavonoid terpenoid sterol dan
alkaloid (Hamdayati et al 2008) Perbandingan jumlah daun jawer kotok dan
pelarut etanol 96 yang digunakan adalah 1 10 Menurut Arundhina (2014)
semakin banyak pelarut yang digunakan maka rendemen yang diperoleh semakin
besar hal ini disebabkan semakin besarnya rasio pelarut terhadap daun maka luas
permukaan perpindahan massa antara padatan dengan larutan semakin besar
Filtrat dari proses maserasi diuapkan menggunakan rotary evaporator Proses
penguapan dilakukan untuk memisahkan pelarut etanol 96 dan senyawa
fitokimia yang terekstrak dari daun jawer kotok
Antibakteri
Antibakteri merupakan sifat suatu bahan yang menunjukkan efek
menghambat pertumbuhan bakteri Penghambatan pertumbuhan bakteri dibedakan
menjadi bakterisida (mampu membunuh bakteri) dan bakteriostatik (menghambat
pertumbuhan bakteri) (Kee dan Hayes 1996)
Antibiotik Klindamisin
Klindamisin efektif terhadap sebagian besar bakteri aerob Gram positif seperti
Streptococcus sp Staphylococcus sp Enterococcus sp Bacilus antracis dan
Corynebacterium diphtheriae tetapi pada umumnya kurang efektif terhadap bakteri
Gram negatif seperti Enterobacteriaceae Neisseria gonorrhoeae Neisseria
4
Meningitidis dan Haemophilus influenzae Klindamisin juga sangat efektif terhadap
bakteri anaerob Gram positif seperti Eubacterium Proponibacterium Peptococcus
Peptostreptococcus Clostridium perfringens dan Cloctridium Tetani dan juga efektif
terhadap beberapa bakteri aerob negatif seperti Fusobacterium spdan Bacteriodes
sptermasuk Bacteroides fragilis (Nugroho 2013)
Morfologi dan Ciri Umum Bakteri Penyebab Jerawat pada Kulit
Wajah
Staphylococcus aureus
Staphyloccus aureus adalah bakteri Gram positif yang menghasilkan
pigmen kuning bersifat aerob fakultatif tidak menghasilkan spora dan tidak motil
S aureus umumnya tumbuh berpasangan maupun berkelompok seperti buah
anggur dengan diameter 08-10 microm Bakteri ini menghasilkan katalase dan
koagulase S aureus biasanya terdapat pada saluran pernafasan atas kulit saluran
urinari abses infeksi luka radang paru-paru dan selaput lendir lainnya
(Rusmiyati et al 2014)
Staphylococcus epidermidis
Bakteri ini merupakan Gram positif berbentuk kokus berdiameter 05-15
microm berkoloni mengerombol menyerupai buah anggur Koloni biasanya berwarna
putih atau krem S epidermidis bersifat aerob fakultatif katalase positif dan
koagulase negatif Bakteri ini merupakan flora normal pada kulit manusia saluran
pernafasan dan saluran pencernaan makanan Staphylococcus epidermidis yang
mempunyai daya invasi rendah serta bergabung dengan faktor-faktor ekstraseluler
dan toksin berperan pada banyak infeksi kulit misalnya jerawat (Saptarini et al
2008)
Propionibacterium acne
Propionibacterium acne termasuk kelompok Corynebacteria Bakteri ini
termasuk bakteri anaerob Gram positif yang toleran terhadap oksigen P Acne
berbentuk batang tak teratur dan tumbuh relatif lambat Genome dari bakteri ini
dapat menghasilkan enzim untuk meluruhkan kulit dan protein yang mungkin
bersifat immunogenic (mampu mengaktifkan sistem kekebalan tubuh) P acnes
dianggap tidak hanya sebagai flora normal penghuni pada kulit yang normal tetapi
juga bersifat sebagai bakteri patogen fakultatif (Rusmiyati et al2014)
5
METODE
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Mikrobiologi Departemen
Ilmu Penyakit Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner (IPHK) dan
Laboratorium Farmasi Departemen Klinik Reproduksi dan Patologi (KRP)
Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) Institut Pertanian Bogor (IPB) Kegiatan
dimulai sejak bulan Juli 2014 sampai dengan bulan Januari 2015
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam penelitian adalah timbangan analitik cawan
petri mini tube mikro pipet pipet volumentrik pipet pasteur pinset tabung
reaksi cotton bud steril tabung durham tabung effendorf osekapas object glass
bunsen spatula inkubator autoklaf dan mikroskop Bahan yang digunakan
adalah daun jawer kotok bakteri hasil swab wajah (S aureus S epidermidis
Streptococcus sp Micrococcus sp) antibiotik klindamisin satu set zat
pewarnaan gram reagen katalase (larutan 3 H2O2) Brain Heart Infussion (BHI)
Blood Agar (BA) Mac Conkey Agar (MCA) Manitol Salt Agar (MSA)
Tyrpticase Soy Agar (TSA) Muller Hilton Agar (MHA) etanol 96 Dimenthyl
sulfoxide (DMSO) NaOH H2SO4 FeCl3 reagen dragendorff dan reagen meyer
Prosedur Penelitian
Pengambilan Sampel
Metode pengambilan sampel dilakukan dengan melakukan swab pada kulit
wajah berjerawat pada sepuluh orang probandus yang telah dipilih Sepuluh
probandus tersebut terdiri dari 5 orang perempuan dan 5 orang laki-laki Swab
kulit dilakukan dengan menggunakan cotton bud yang telah disterilkan Swab
kulit dilakukan dengan cara mencelupkan cotton bud pada media BHI agar bakteri
pada jerawat dapat terangkat dan menempel pada cotton bud Swab kulit dari satu
orang dimasukan pada media BHI untuk dibawa ke laboratorium Perlakuan yang
sama dilakukan pada setiap probandus
6
Isolasi dan Identifikasi Bakteri pada Permukaan Kulit Wajah Berjerawat
Identifikasi bakteri mengacu pada metode Carter (1990) dan Jang et al
(1976) Sampel yang telah diperoleh dari hasil swab jerawat ditumbuhkan pada
media BA dengan cara mengambil sampel dari media transpor dengan
menggunakan ose steril dan menggoreskannya pada permukaan agar BA Bakteri
yang telah dibiakan pada agar BA diinkubasi pada suhu 37 ordmC selama 24 jam
Setelah diinkubasi dilakukan pengamatan koloni dan diamati koloni yang berbeda
kemudian ditanam pada media TSA dan diinkubasi pada suhu 37 ordmC selama 24
jam Setelah dilakukan isolasi sampel selanjutnya dilakukan pewarnaan bakteri
dan dilanjutkan dengan proses identifikasi (Gambar 2)
Gambar 2 Uji identifikasi bakteri Gram positif
Uji katalase Pengamatan
Mikroskopis
Batang Kokus
+Spora
(Bacillus sp)
((jjh
-Spora (non
Bacillus sp)
((jjh
Positif Negatif
Uji Glukosa Mikroaerofilik
Streptococcaceae
Uji CAMP
(BA)
Staphylococcus
spp
Micrococcus spp
MSA Uji Koagulase
Micrococcaceae
Positif Negatif
Merah Kuning
Staphylococcus aureus Staphylococcus epidermidis
α γ β
Bakteri Gram Positif
7
Daun Jawer Kotok
Daun jawer kotok (Coleus atropurpureus) diperoleh dari Balai Penelitian
Tanaman Rempah dan Obat (BALITRO) dalam keadaan daun basah Bagian
tanaman yang digunakan adalah daunnya yang berwarna merah kecoklatan
Ekstrak Etanol Daun Jawer Kotok
Pembuatan ektrak etanol daun jawer kotok dilakukan dengan metode
maserasi Daun jawer kotok basah sebanyak 800 g diris kecil-kecil kemudian
dibagi menjadi 4 bagian masing-masing bagian 200 g kemudian direndam
dengan etanol 96 (perbandingan 110) dalam 4 tempat penampungan selama
3x24 jam sambil sesekali diaduk dan disaring untuk mendapatkan filtratnya
Filtrat hasil maserasi dievaporasi selama 17 jam menggunakan rotary evaporator
Hasil ekstrak kental daun jawer kotok yang didapat sebanyak 185 g
Penapisan Fitokimia Daun Jawer Kotok
Penapisan fitokimia dilakukan dengan metode Harborne (1987) untuk
mengetahui golongan senyawa kimia (terutama metabolit sekunder) yang
terkandung dalam suatu tanaman Penapisan fitokimia yang sering dilakukan
adalah penapisan untuk metabolit sekunder golongan alkaloid flavonoid tanin
polifenol terpenoid steroid dan saponin Flavonoid diuji dengan memasukan
ekstrak ditambahkan dengan etanol 96 lalu diaduk dan ditambahakan NaOH 7
tetes serta H2SO4 amati perubahan warna menjadi kuning jika hasilnya positif Uji
polifenol dan tanin dilakukan dengan memasukan ekstrak ditambahkan dengan air
lalu dipanaskan dan ditambahkan FeCl3 selanjutnya akan terjadi perubahan warna
menjadi hijau biru sampai hitam untuk hasil positif adanya polifenol dan tanin
Uji alkaloid dilakukan dengan membagi ekstrak menjadi 2 bagian keduanya
ditambahkan larutan etanol 96 Salah satu bagian ditambahkan reagen
dragendorff dan yang lain ditambahkan reagen meyer Hasil positif adanya
alkaloid ditandai dengan warna kuning saat diberi reagen dragendorff dan
endapan putih saat ditambahkan reagen meyer Uji terpenoid dilakukan dengan
memasukkan ekstrak ke dalam tabung reaksi kemudian ditambahkan etanol 96
dan ditetesi dengan H2SO4 pekat Hasil positif terpenoid ditandai dengan
terbentuknya warna merah kecoklatan
Pengujian Daya Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Jawer Kotok
Metode pengujian aktivitas antibakteri yang digunakan adalah metode
sumuran (agar well difusion method) dengan media MHA Suspensi bakteri yang
digunakan memiliki kekeruhan yang setara dengan larutan Mc Farland I atau
3x108
CFUml Suspensi bakteri kemudian digoreskan pada MHA dengan
menggunakan cotton bud steril Setelah digores kemudian didiamkan selama 10
8
menit Kegiatan ini dilakukan sebanyak lima kali ulangan untuk setiap bakteri uji
Pada media MHA dibuat sebanyak 6 sumuran yang akan diisi dengan
Konsentrasi 20 (K1) 02 g ekstrak daun jawer kotok dalam 1 ml DMSO
Konsentrasi 40 (K2) 04 g ekstrak daun jawer kotok dalam 1 ml DMSO
Konsentrasi 60 (K3) 06 g ekstrak daun jawer kotok dalam 1 ml DMSO
Konsentrasi 80 (K4) 08 g ekstrak daun jawer kotok dalam 1 ml DMSO
Kontrol positif (KP) Klindamisin 1
Kontrol negatif (KN) DMSO
Media MHA yang telah diisi dengan larutan uji kemudian diinkubasi pada
suhu 37 ordmC selama 24 jam dan diamati diameter zona hambatnya dengan
penggaris
Analisis Data
Data hasil pengukuran diameter zona hambat dianalis secara kuantitatif
menggunakan metode one way analysis of variance (one way Anova) dan
dilanjutkan dengan uji Duncan
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penapisan Fitokimia Daun Jawer KotoK
Penapisan fitokimia ekstrak etanol daun jawer kotok positif mengandung
metabolit sekunder berupa flavonoid polifenol tanin serta terpenoid dan negatif
terhadap alkaloid Ridwan et al (2006) dan Rahmawati (2008) juga menyebutkan
bahwa daun jawer kotok tidak mengandung alkaloid (Gambar 3 dan Tabel 1)
(a) (b) (c) (d) (f)
Gambar 3 Hasil uji fitokimia flavonoid (a) alkaloid dengan reagen
dragendorff (b) alkaloid dengan reagen meyer (c) polifenol
(d) terpenoid (e)
9
Tabel 1 Hasil penapisan fitokimia ekstrak etanol daun jawer kotok
Penapisan Fitokimia Hasil
Flavonoid +
Alkaloid
Meyer minus
Dragendorff minus
Polifenol dan Tanin +
Terpenoid + aKeterangan + terdeteksi minus tidak terdeteksi
Bakteri pada Permukaan Kulit Wajah Berjerawat
Bakteri Gram positif yang berhasil diidentifikasi adalah Staphylococcus
aureus Staphylococcus epidermidis Streptococcus sp dan Micrococcus sp
Menurut Seta (2013) dan Razak et al (2013) bakteri yang dapat menyebabkan
jerawat adalah S aureus S epidermidis dan Propionibacterium acne P acne
tidak dapat diisolasi karena metode yang digunakan tidak bisa mengisolasi bakteri
anaerob Penemuan bakteri Streptococcus sp mungkin terjadi mengingat
Streptococcus sp merupakan salah satu bakteri pada kulit yang dapat
menyebabkan terjadinya penyakit pyoderma (Caesarita 2011) Micrococcus sp
dapat ditemukan pada hasil swab wajah mengingat kemungkinan adanya
pencemaran bakteri dari lingkungan seperti air udara dan tanah (Andy dan
Taufik 2010)
Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Jawer Kotok
Rata-rata diameter zona hambat bakteri ekstrak etanol daun jawer kotok
terhadap bakteri Gram positif (Gambar 4 dan Tabel 2)
(a) (b) (c) (d)
Gambar 4 Zona hambat ekstrak etanol daun jawer kotok terhadap S aureus (a)
S epidermidis (b) Streptococcus sp (c)dan Micrococcus sp(d)
K2 KP K3 K2 KP K3
K2 KP K3
K2 KP K3
K1 KN K4 K1 KN K4 K1 KN K4 K1 KN K4
10
Tabel 2 Rata-rata diameter zona hambat ekstrak etanol daun jawer kotok terhadap
bakteri Gram positif hasil swab kulit wajah berjerawat (mm)
Kelompok
Perlakuan
S aureus S epidermidis Streptococcus
sp
Micrococcus
sp
K1 1380 plusmn 109 b
1500 plusmn 070b
1560 plusmn 134c
1420 plusmn 178b
K2 1600 plusmn 122c
1540 plusmn054bc
1620 plusmn 109c
1500 plusmn 200b
K3 1600 plusmn 070c
1640 plusmn 151c
1620 plusmn 109c
1500 plusmn 200b
K4 1700 plusmn 070c
1620 plusmn 109c
1560 plusmn 054c
1420 plusmn 130b
KP 4060plusmn 089d
4080 plusmn 044d
4160 plusmn 054d
1820 plusmn 083d
KN 000 plusmn 000a
000 plusmn 000a
000 plusmn 000a
000 plusmn 000a
aKeterangan K1 konsentrasi 20 K2 konsentrasi 40 K3 konsentrasi 60 K4
konsentrasi 80 KP kontrol positif KN kontrol negatif Huruf supercript yang berbeda dalam
satu kolom menunjukkan perbedaan yang nyata pada taraf nyata Plt 005
Pada Tabel 2 diketahui bahwa KN pada keempat bakteri uji tidak memiliki
diameter zona hambat dan berbeda nyata dengan KP dan seluruh konsentrasi uji
Hal tersebut membuktikan bahwa pelarut tidak berpengaruh terhadap aktivitas
antibakteri sehingga aktivitas antibakteri hanya berasal dari konsentasi uji
DMSO digunakan sebagai KN karena tidak memiliki daya hambat bakteri serta
karena sifat dari DMSO yang merupakan pelarut polar berspektrum luas sehingga
dapat melarutkan senyawa alkaloid dan flavonoid (Mulyatni et al 2012)
Kontrol positif memberikan hasil yang berbeda nyata dengan KN dan
keempat konsentrasi uji pada semua bakteri Hal tersebut membuktikan bahwa
bakteri S aureus S epidermidis Streptococcus sp dan Micrococcus sp masih
peka terhadap KP Antibiotik klindamisin 1 digunakan sebagai KP karena
klindamisin paling efektif dalam pengobatan jerawat jika dibandingkan dengan
eritromisin dan tetrasiklin serta paling banyak digunakan masyarakat untuk
mengobati jerawat (Aziz 2010) Klindamisin adalah salah satu antibiotik golongan
aminoglikosida Klindamisin menghambat sintesis protein pada fase pemanjangan
dengan mempengaruhi translokasi (Syukrinawati 2014) Antibiotik ini efektif
terhadap bakteri Gram positif dan bakteri anaerob akan tetapi kurang efektif
terhadap bakteri Gram negatif (Nugroho 2013)
Hasil uji pada bakteri S aureus terlihat bahwa K1 memberikan perbedaan
yang nyata (Plt005) dengan K2 K3 dan K4 Hasil uji pada S epidermidis
memberikan hasil bahwa K1 berbeda nyata (Plt005) dengan K3 dan K4 Seluruh
konsentrasi ekstrak etanol daun jawer kotok yang diujikan terhadap Streptococcus
sp dan Micrococcus sp tidak menunjukkan hasil yang berbeda nyata
Hasil uji yang dilakukan terhadap Saureus memperlihatkan bahwa semakin
tinggi konsentrasi ekstrak maka semakin besar diameter zona hambat yang
terbentuk Hal ini karena semakin banyak zat aktif yang terkandung dalam ekstrak
tersebut sedangkan pada uji yang dilakukan terhadap S epidermidis
Streptococcus sp dan Micrococcus sp diameter zona hambat yang terbentuk pada
K4 mengalami penurunan Hal tersebut menunjukkan bahwa konsentrasi yang
semakin tinggi tidak selalu menghasilkan diameter zona hambat yang semakin
besar Penurunan aktivitas ini disebabkan karena perbedaan jenis bakteri yang
dihambat perbedaan kecepatan difusi senyawa aktif pada media agar serta
konsentrasi ekstrak yang terlalu tinggi dibandingkan dengan pelarutnya (DMSO)
sehingga larutan menjadi jenuh dan sulit untuk larut Brooks et al (2008)
11
menyatakan bahwa aktivitas antibakteri dipengaruhi beberapa faktor yaitu
konsentrasi ekstrak kandungan senyawa antibakteri daya difusi ekstrak dan jenis
bakteri yang dihambat
Diameter zona hambat bakteri menurut Davis dan Stout dalam Rahmawati
(2008) dibagi atas sangat kuat (zona jernih gt 20 mm) kuat (zona jernih 10minus20
mm) sedang (zona jernih 5minus10 mm) dan lemah (zona jernih lt 5 mm) Kontrol
positif (KP) pada bakteri uji S aureus S epidermidis Streptococcussp tergolong
dalam daya hambat sangat kuat sedangkan KP pada bakteri Micrococcus sp
tergolong dalam daya hambat kuat Hal tersebut kemungkinan dikarenakan target
kerja antibiotik klindamisin ditujukan untuk bakteri yang habitatnya di daerah
kulit wajah sedangkan Micrococcus sp merupakan bakteri kontaminasi dari
lingkungan (air tanah udara) Seluruh konsentrasi ekstrak yang diujikan terhadap
seluruh bakteri (K1K2 K3 K4) tergolong dalam konsentrasi yang memberikan
daya hambat kuat karena diameter zona hambat yang terbentuk antara 1380 plusmn
109 mm sampai 1700 plusmn 070 mm
Mengacu pada standar umum yang dikeluarkan oleh Departemen Kesehatan
disebutkan bahwa mikroba dinyatakan peka terhadap antimikroba asal tanaman
apabila mempunyai ukuran diameter daya hambatannya 12minus24 mm (Darmawi et
al 2013) sehingga dapat dikatakan bahwa seluruh bakteri uji peka terhadap K1
K2 K3 dan K4
Hasil penelitian diketahui bahwa seluruh konsentrasi dinyatakan peka dan
memiliki zona hambat bakteri yang kuat terhadap bakteri uji sehingga ekstrak
etanol daun jawer kotok memiliki potensi antibakteri yang baik Adanya potensi
antibakteri diketahui dari kandungan senyawa metabolit sekunder yang terdapat
pada daun jawer kotok yaitu flavonoid tanin polifenol serta terpenoid
Mekanisme kerja flavonoid sebagai antibakteri adalah membentuk senyawa
kompleks dengan protein ekstraseluler dan terlarut sehingga dapat merusak
membran sel bakteri dan diikuti keluarnya senyawa intraselluler (Ngajow et al
2013)
Mekanisme kerja tanin sebagai antibakteri adalah menghambat enzim
reverse transkriptase dan DNA topoisomerase sehingga sel bakteri tidak dapat
terbentuk Tanin juga mempunyai target pada polipeptida dinding sel sehingga
pembentukan polipeptida dinding sel menjadi tidak sempurna Hal ini
menyebabkan sel bakteri menjadi lisis karena tekanan osmotik maupun fisik
sehingga sel bakteri akan mati (Ngajow et al 2013)
Ngajow et al (2013) juga menyatakan bahwa senyawa fenolik dan terpenoid
memiliki target utama yaitu membran sitoplasma bakteri Aktifitas antibakteri
terpenoid diketahui bereaksi dengan porin (protein transmembran) pada membran
luar dinding sel bakteri Terpenoid membentuk ikatan polimer yang kuat sehingga
mengakibatkan rusaknya porin Rusaknya porin yang merupakan pintu keluar
masuknya senyawa akan mengurangi permeabilitas dinding sel bakteri yang akan
mengakibatkan sel bakteri akan kekurangan nutrisi sehingga pertumbuhan bakteri
akan terhambat dan mati
12
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Ekstrak etanol daun jawer kotok mengandung flavonoid polifenol dan tanin
serta terpenoid yang memiliki aktivitas antibakteri yang dapat menghambat
pertumbuhan bakteri kokus Gram positif pada permukaan kulit wajah berjerawat
Ekstrak etanol daun jawer kotok memiliki potensi antibakteri yang baik karena
daya hambat bakteri pada konsentrasi 20 40 60 dan 80 tergolong dalam
daya hambat yang kuat S aureus S epidermidis Streptococcus sp dan
Micrococcus sp dinyatakan peka terhadap seluruh konsentrasi ekstrak
Saran
Saran yang dapat diberikan kepada peneliti selanjutnya yaitu perlu
dilakukan penelitian aktivitas antibakteri ekstrak etanol daun jawer kotok terhadap
bakteri Pacne dan bakteri gram negatif serta penggunaan kontrol positif dengan
antibiotik yang lain Selain itu penelitian ini juga dapat digunakan sebagai dasar
ilmiah dalam pengembangan produk farmasi antibakteri
DAFTAR PUSTAKA
Agoes G 2007 Ekstraksi Tanaman Obat Bandung ITB
Andy Taufik M 2010 Jumlah bakteri dan keberadaan bakteri Salmonella sp
pada daging kuda di Kabupaten Jeneponto Jurnal Agrisistem 6(2) 82-87
Arundhina E 2014 Aktivitas ekstrak etanol daun alamanda (Allamanda
cathartica L) sebagai anti jamur terhadap Candida albicans dan
Pityrosporum ovale secara in vitro [skripsi] Yogyakarta (ID) Universitas
Katolik Atmajaya Yogyakarta
Aziz S2010 Uji aktivitas antibakteri ekstrak etanol daun dan umbi bakung putih
(Crinum asiatikum L) terhadap bakteri penyebab jerawat[skripsi] Jakarta
(ID) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatulloh
Brooks GF Butel JS Morse SA Mikrobiologi Kedokteran Mudihardi E
KuntamanWasito EB et al penerjemah Jakarta (ID) Salemba Medika
Terjemahan dari Medical Microbiology
Caesarita DP 2011 Pengaruh ekstrak buah nanas (Ananas comosus) 100
terhadap bakteri Staphylococcus aureus dari pyoderma [skripsi] Bandung
(ID) Universitas Diponegoro
Carter GR dan Cole JR 1990 Diagnostic Procedures in Veterinary Bacteriology
and Mycology Fifth Edition London (UK) Academi Press Limited
13
Dalimarta S 2000 Atlas Tumbuhan Indonesia Jilid ke-2 Jakarta Trubus
Agriwidya
Darmawi Manaf ZH Putranda F 2013 Daya hambat getah jarak cina (Jatropha
multifida L) terhadap Staphylococcus aureus secara invitro Jurnal Medika
Veterinaria7(2) 113-115
Hamdayati Y Kusnadi Rahadian I 2008 Aktivitas antibakteri ekstrak daun
patikan kebo (Euphorbia hirta) terhadap pertumbuhan bakteri
Staphylococcus epidermidis Jurnal Pengajaran Matematika dan Ilmu
Pengetahuan alam 12(7) 1-10
Harborne JB 1987 Metode Fitokimia Padmawinata K Soediro I penerjemah
Jakarta (ID) UI Press Terjemahan dari Basic Concepts of Analytical
Chemistry
Jang SS Biberstein EL Hirsh DC 1976 A Manual of Veterinary Clinical
Bacteriology and Micology Davis (US) Univ California
Kee JL Hayes ER Farmakologi Pendekatan Proses Keperawatan Anugerah P
penerjemah Jakarta (ID) EGC Terjemahan dari Pharmacology A Nursing
Process Approach
Mulyatni AS Budiani A Taniwiryono D 2012 Aktivitas antibakteri ekstrak kulit
buah kakao (Theobroma cacao L) terhadap Escherichia coli Bacillus
subtilis dan Staphylococcus aureus Jurnal Menara Perkebunan 80(2) 77-
84
Ngajow M Abidjulu J Kamu VS 2013 Pengaruh antibakteri ekstrak kulit batang
matoa (Pometia pinnata) terhadap bakteri Staphylococcus aureus secara in
vitro Jurnal Mipa Unsrat 2(2) 128-132
Nugroho RA 2013 Terapi topikal clindamycin dibandingkan dengan niacinamide
+ zinc pada Acne vulgaris [skripsi] Semarang (ID) Universitas
Diponegoro
Rahmawati F 2008Isolasi dan karakteristik senyawa antibakteri ekstrak daun
miana Coleus scutellarioides [L] Benth [tesis] Bogor (ID) Institut
Pertanian Bogor
Ratnawati Y 2007 Aktivitas antibakteri ekstrak daun jawer kotok (Coleus
scutellarioides [L] Benth) [skripsi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor
Razak A Djamal A Revilla G 2013 Uji daya hambat air perasan buah jeruk
nipis (Citrus aurantifolia) terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus
aureus secara in vitro Jurnal Kesehatan Andalas 2(1) 5-8
Ridwan Y Darusman LK Satrija F Handaryani E 2006 Kandungan kimia
berbagai ekstrak daun miana (Coleus blumei Bent) dan efek anthelmintiknya
terhadap cacing pita pada ayam Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia11(2) 1-6
Rusmiyati I Husain DR Alam G 2014 Bioaktivitas ekstrak metanol daun muda
sirsak (Annona muricata L) sebagai antibakteri terhadap Staphylococcus
aureus dan Propionibacterium acne [penelitian ilmiah] Makasar (ID)
Universitas Hassanudin
Saptarini O Perawati Hartanto Y 2008 Uji aktivitas antibakteri ekstrak etanol
buah mahkota dewa (Phaleria macrocarpa) terhadap Staphylococcus
epidermidis penyebab jerawat Jurnal Biomedika1(1) 1-7
Seta SA 2013 Optimasi formula lotion anti jerawat ekstrak etanol kulit buah
manggis (Garcinia mangostana L) dan uji aktivitas terhadap
14
Propionibacterium acnes dan Staphylococcus epidermidis [skripsi]
Yogyakarta (ID) Universitas Gadjah Mada
Syukrinawati RP 2014 Tingkat pengetahuan penggunaan antibiotik oleh
mahasiswa kepaniteraan klinik departemen bedah mulut RSGM-P FKG
periode September 2-13 Maret 2014 [skripsi] Medan (ID) Universitas
Sumatera Utara
Waji RA 2009 Flavonoid (Quercetin) [Penelitian Ilmiah] Makasar (ID)
Universitas Hasanuddin
Widiawati W Lutfiati D Perbedaan hasil penyembuhan kulit wajah berjerawat
antara masker lidah buaya dengan masker non lidah buaya e- Journal
Universitas Negeri Surabaya 2014 3(1) 217-225
15
LAMPIRAN
Lampiran 1 Pembuktian hipotesis
1 Pengambilan keputusan dari hipotesis yang ditentukan diuji dengan uji
ANOVA
2 Hipotesis dalam penelitian ini berupa Ho yaitu ekstrak etanol daun jawer
kotok dengan konsentrasi ekstrak 20 40 60 dan 80 tidak memiliki
aktivitas antibakteri terhadap bakteri pada permukaan kulit wajah
berjerawat dan H1 yaitu ekstrak etanol daun jawer kotok dengan
konsentrasi ekstrak 20 40 60 dan 80 memiliki aktivitas
antibakteri terhadap bakteri pada permukaan kulit wajah berjerawat
3 Pengambilan keputusan untuk memilih hipotesis mana yang diterima dan
hipotesis mana yang ditolak didasarkan pada perbandingan F hitung dan F
tabel dengan syarat jika F hitung kurang dari F tabel maka tolak H1 dan
terima H0 dan jika F hitung lebih besar dari F tabel maka H0 ditolak dan
terima H1
4 Hasil uji one way ANOVA pada diameter zona hambat bakteri S aureus S
Epidermidis Streptococcus sp dan Micrococcus sp diperoleh nilai F
hitung lebih besar dari F tabel (1143 831 gt 262) (1149 947 gt 262)
(1122 068 gt 262) dan (91144 gt 262) maka hiptotesis yang diterima
adalah H1 yaitu ekstrak etanol daun jawer kotok dengan konsentrasi
ekstrak 20 40 60 dan 80 memiliki aktivitas antibakteri terhadap
bakteri S aureus S epidermidis Streptococcus sp dan Micrococcus sp
Lampiran 2 hasil uji ANOVA dan uji lanjutan Duncan
Descriptives
saureus
N Mean
Std Deviation Std Error
95 Confidence Interval for
Mean
Minimum Maximum Lower Bound
Upper Bound
ekstrak 20 5 138000
109545
48990
124398
151602
1200
1500
ekstrak 40 5 160000
122474
54772
144793
175207
1400
1700
ekstrak 60 5 160000
70711
31623
151220
168780
1500
1700
ekstrak 80 5 170000
70711
31623
161220
178780
1600
1800
kontrol positif 5 406000
89443
40000
394894
417106
3900
4100
kontrol negative 5 0000
00000
00000
0000
0000
00 00
Total 30
172333
1218728
222508
126825
217841
00 4100
16
ANOVA
saureus
Sum of Squares df Mean Square F Sig
Between Groups
4289367 5 857873 1143831
000
Within Groups
18000 24 750
Total 4307367 29
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
saureus
Duncana
perlakuan N
Subset for alpha = 005
1 2 3 4
kontrol negatif 5 0000 ekstrak 20 5
13800
0
ekstrak 40 5
160000
ekstrak 60 5
160000
ekstrak 80 5
170000
kontrol positif 5
406000
Sig 1000 1000 096 1000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000
ONEWAY Sepidermidis BY perlakuan
STATISTICS DESCRIPTIVES
MISSING ANALYSIS
POSTHOC=DUNCAN ALPHA(005)
[DataSet0]
Descriptives
Sepidermidis
N Mean Std Deviation Std Error
95 Confidence Interval
for Mean
Minimum Maximum Lower Bound
Upper Bound
ekstrak 20 5 150000
70711
31623
141220
158780
1400
1600
ekstrak 40 5 154000
54772
24495
147199
160801
1500
1600
ekstrak 60 5 164000
151658
67823
145169
182831
1500
1800
ekstrak 80 5 162000
109545
48990
148398
175602
1500
1800
kontrol positif 5 408000
44721
20000
402447
413553
4000
4100
kontrol negatif 5 0000
00000
00000
0000
0000
00 00
Total 30
173000
1221968
223100
127371
218629
00 4100
17
ANOVA
Sepidermidis
Sum of Squares Df Mean Square F Sig
Between Groups 4312300 5 862460 1149947
000
Within Groups 18000 24 750 Total 4330300 29
Post Hoc Tests
Homogeneous Subsets
Sepidermidis
Duncana
Perlakuan N
Subset for alpha = 005
1 2 3 4
kontrol negative 5 0000 ekstrak 20 5
15000
0
ekstrak 40 5
154000
154000
ekstrak 80 5
162000
ekstrak 60 5
164000
kontrol positif 5
408000
Sig 1000 472 096 1000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000
ONEWAY Sepidermidis BY perlakuan
STATISTICS DESCRIPTIVES
MISSING ANALYSIS
POSTHOC=DUNCAN ALPHA(005)
[DataSet0]
18
Descriptives
Streptococcus
N Mean Std Deviation
Std Error
95 Confidence Interval
for Mean
Minimum Maximum Lower Bound
Upper Bound
ekstrak 20 5 156000
134164
60000
139341
172659
1400 1700
ekstrak 40 5 162000
109545
48990
148398
175602
1500 1700
ekstrak 60 5 162000
109545
48990
148398
175602
1500 1700
ekstrak 80 5 156000
54772
24495
149199
162801
1500 1600
kontrol positif 5 416000
54772
24495
409199
422801
4100 4200
kontrol negatif 5 0000
00000
00000
0000
0000
00 00
Total 30
175333
1246715
227618
128780
221886
00 4200
ANOVA
Streptococcus
Sum of Squares df Mean Square F Sig
Between Groups 4488267 5 897653 1122067
000
Within Groups 19200 24 800 Total 4507467 29
Post Hoc Tests
Homogeneous Subsets
Streptococcus
Duncana
perlakuan N
Subset for alpha = 005
1 2 3
kontrol negatif 5 0000 ekstrak 20 5
15600
0
ekstrak 80 5
156000
ekstrak 40 5
162000
ekstrak 60 5
162000
kontrol positif 5
416000
Sig 1000 343 1000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000
ONEWAY Sepidermidis BY perlakuan
STATISTICS DESCRIPTIVES
MISSING ANALYSIS
POSTHOC=DUNCAN ALPHA(005)
[DataSet0]
19
Descriptives
Micrococcus
N Mean Std Deviation
Std Error
95 Confidence Interval for
Mean
Minimum Maximum Lower Bound
Upper Bound
ekstrak 20 5 142000
178885
80000
119788
164212
1200
1600
ekstrak 40 5 150000
200000
89443
125167
174833
1200
1700
ekstrak 60 5 150000
200000
89443
125167
174833
1200
1700
ekstrak 80 5 142000
130384
58310
125811
158189
1200
1500
kontrol positif 5 182000
83666
37417
171611
192389
1700
1900
kontrol negative
5 0000
00000
00000
0000
0000
00 00
Total 30
127667
612335
111797
104802
150532
00 1900
ANOVA
Micrococcus
Sum of Squares Df Mean Square F Sig
Between Groups 1032967 5 206593 91144 000 Within Groups 54400 24 2267
Total 1087367 29
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
Micrococcus
Duncana
Perlakuan N
Subset for alpha = 005
1 2 3
kontrol negative 5 0000 ekstrak 20 5
14200
0
ekstrak 80 5
142000
ekstrak 40 5
150000
ekstrak 60 5
150000
kontrol positif 5
182000
Sig 1000 451 1000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000
20
RIWAYAT HIDUP
Penulis lahir di Jakarta tanggal 25 september 1992 Penulis merupakan
anak ketiga dari tiga bersaudara dari pasangan Petrus Bambang Wijanarko dan
Susana Tuminah Penulis menempuh pendidikan Sekolah Menengah Pertama di
SMP Strada Bhakti Wiyata Bekasi dan Sekolah Menengah Atas di SMA Santo
Antonius Jakarta Penulis aktif di Organisasi Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM)
Keluarga Mahasiswa Katolik IPB sejak tahun 2011 hingga 2013 Penulis juga
aktif di Himpunan Profesi Ornithologi dan Unggas sejak tahun 2013 hingga 2014
DAFTAR TABEL
1 Hasil penapisan fitokimia ekstrak etanol daun jawer kotok 9
2 Rata-rata diameter zona hambat bakteri ekstrak daun jawer kotok
terhadap bakteri Gram positif (mm) pada permukaan kulit wajah
berjerawat 10
DAFTAR GAMBAR
1 Coleus atropurpureus 2 2 Uji identifikasi bakteri Gram positif 6
3 Hasil uji fitokimia 8
4 Zona hambat Ekstrak Etanol Daun Jawer Kotok terhadap
Staphylococcus aureus Staphylococcus epidermidis Streptococcus sp
dan Micrococcus sp 9
DAFTAR LAMPIRAN 1 Pembuktian hipotesis 15
2 Hasil Uji ANOVA dan uji lanjutan Duncan 15
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Penggunaan antibiotik mengalami peningkatan yang luar biasa pada lima
dekade terakhir Antibiotik yang digunakan secara tidak rasional akan membuat
bakteri menjadi bersifat resisten dan tetap memperbanyak diri di inangnya
Resistensi bakteri mendorong adanya bahan antibiotik lain yang murah tersedia
secara kontinu dan memiliki semua unsur-unsur yang dibutuhkan untuk
pembuatan antimikroba oleh sebab itu perlu dilakukan eksplorasi terhadap bahan
alternatif yang dapat digunakan sebagai senyawa antibakteri
Perawatan kulit wajah merupakan hal yang penting untuk dilakukan
Perawatan tersebut bertujuan untuk memaksimalkan penampilan diri agar lebih
percaya diri Perawatan yang sering dilakukan adalah melakukan facial
pemakaian krim masker serta sabun agar kulit wajah tidak kusam dan berjerawat
Jerawat merupakan penyakit kulit akibat peradangan pada kelenjar sebacea karena
aktivitas Staphylococcus epidermidis dan Propionibacterium acnes (Seta 2013)
serta Staphylococcus aureus (Razak et al 2013)
Jawer kotok (Coleus atropurpureus) merupakan tanaman yang berfungsi
sebagai tanaman hias dan tanaman obat Masyarakat memanfaatkan daun jawer
kotok sebagai obat untuk berbagai penyakit diare demam pengobatan pasca
melahirkan terlambat datang bulan abses ambeien dan diabetes mellitus
(Ratnawati 2007) Rahmawati (2008) menyatakan bahwa daun jawer kotok dapat
digunakan sebagai senyawa antibakteri
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menguji aktivitas antibakteri ekstrak etanol
daun jawer kotok (Coleus atropurpureus) dalam menghambat pertumbuhan
bakteri pada permukaan kulit wajah berjerawat
Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah memperoleh hasil uji potensi antibakteri
ekstrak etanol daun jawer kotok terhadap bakteri Gram positif pada kulit wajah
berjerawat sehingga dapat digunakan sebagai dasar ilmiah dalam pengembangan
produk farmasi antibakteri Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan
informasi kepada masyarakat akan khasiat daun jawer kotok serta nilai tambah
bagi tanaman jawer kotok secara ekonomis
2
Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini membahas mengenai aktivitas antibakteri ekstrak etanol daun
jawer kotok dengan konsentrasi 20 40 60 dan 80 terhadap bakteri Gram
positif yang ditemukan pada permukaan kulit wajah berjerawat
TINJAUAN PUSTAKA
Jawer Kotok (Coleus atropurpureus)
Tanaman jawer kotok (iler) merupakan tanaman yang umum ditemukan di
IndonesiaTanaman ini tumbuh di tempat lembab dan terbuka seperti pinggir
selokan pematang sawah atau tepi jalan pada ketinggiaan 1-1300 diatas
permukaan laut (dpl) Coleus atropurpureus termasuk ke dalam famili Lamiaceae
Tanaman ini dikenal dengan nama daerah jawer kotok (sunda) kentangan (jawa)
saru-saru atau majaja Daunnya berbentuk bulat telur pangkal membulat
menyerupai bentuk jantung ujung meruncing tepi bergerigi tulang daun
menyirip permukaan mengkilat berambut halus memiliki panjang 7-11 cm dan
lebar 35-6 cm (Dalimartha 2000)
Gambar 1 Coleus atropurpureus
Daun jawer kotok diketahui mengandung flavonoid tanin saponin (Yusuf
et al 2006) polifenol serta steroid (Rahmawati 2008) Flavonoid banyak
ditemukan pada daun berwarna ungu seperti jawer kotok (Waji dan Sugrani 2009)
Jerawat
Jerawat merupakan kondisi kulit yang abnormal yang disebabkan oleh
gangguan produksi dari kelenjar minyak yang berlebihan Kelebihan produksi
3
sebaceous gland akan menyebabkan penyumbatan pada saluran folikel rambut
dan pori-pori kulit Kotoran atau sel kulit mati yang tidak dibersihkan akan
bertumpuk menjadi komedo dan jika terinfeksi bakteri penyebab jerawat komedo
akan berubah menjadi jerawat (Widiawati 2014)
Ekstraksi
Ekstraksi merupakan proses pemisahan bahan dari campurannya dengan
pelarut Ekstraksi tanaman obat adalah pemisahan secara kimia atau fisika suatu
atau sejumlah bahan padat atau bahan cair dari suatu tanaman obat (Agoes 2007)
Daun jawer kotok diekstrak menggunakan metode maserasi Maserasi merupakan
metode ekstraksi yang dilakukan dengan metode merendam sampel dalam pelarut
tanpa pemanasan Metode maserasi dipilih karena metodenya yang sederhana dan
bisa menghindari kerusakan komponen senyawa yang tidak tahan panas yang
terkandung dalam sampel (Rahmawati 2008) Pemilihan etanol 96 sebagai
pelarut didasarkan pada fungsi dari pelarut etanol 96 yang dapat mengikat
berbagai senyawa aktif seperti tanin polifenol flavonoid terpenoid sterol dan
alkaloid (Hamdayati et al 2008) Perbandingan jumlah daun jawer kotok dan
pelarut etanol 96 yang digunakan adalah 1 10 Menurut Arundhina (2014)
semakin banyak pelarut yang digunakan maka rendemen yang diperoleh semakin
besar hal ini disebabkan semakin besarnya rasio pelarut terhadap daun maka luas
permukaan perpindahan massa antara padatan dengan larutan semakin besar
Filtrat dari proses maserasi diuapkan menggunakan rotary evaporator Proses
penguapan dilakukan untuk memisahkan pelarut etanol 96 dan senyawa
fitokimia yang terekstrak dari daun jawer kotok
Antibakteri
Antibakteri merupakan sifat suatu bahan yang menunjukkan efek
menghambat pertumbuhan bakteri Penghambatan pertumbuhan bakteri dibedakan
menjadi bakterisida (mampu membunuh bakteri) dan bakteriostatik (menghambat
pertumbuhan bakteri) (Kee dan Hayes 1996)
Antibiotik Klindamisin
Klindamisin efektif terhadap sebagian besar bakteri aerob Gram positif seperti
Streptococcus sp Staphylococcus sp Enterococcus sp Bacilus antracis dan
Corynebacterium diphtheriae tetapi pada umumnya kurang efektif terhadap bakteri
Gram negatif seperti Enterobacteriaceae Neisseria gonorrhoeae Neisseria
4
Meningitidis dan Haemophilus influenzae Klindamisin juga sangat efektif terhadap
bakteri anaerob Gram positif seperti Eubacterium Proponibacterium Peptococcus
Peptostreptococcus Clostridium perfringens dan Cloctridium Tetani dan juga efektif
terhadap beberapa bakteri aerob negatif seperti Fusobacterium spdan Bacteriodes
sptermasuk Bacteroides fragilis (Nugroho 2013)
Morfologi dan Ciri Umum Bakteri Penyebab Jerawat pada Kulit
Wajah
Staphylococcus aureus
Staphyloccus aureus adalah bakteri Gram positif yang menghasilkan
pigmen kuning bersifat aerob fakultatif tidak menghasilkan spora dan tidak motil
S aureus umumnya tumbuh berpasangan maupun berkelompok seperti buah
anggur dengan diameter 08-10 microm Bakteri ini menghasilkan katalase dan
koagulase S aureus biasanya terdapat pada saluran pernafasan atas kulit saluran
urinari abses infeksi luka radang paru-paru dan selaput lendir lainnya
(Rusmiyati et al 2014)
Staphylococcus epidermidis
Bakteri ini merupakan Gram positif berbentuk kokus berdiameter 05-15
microm berkoloni mengerombol menyerupai buah anggur Koloni biasanya berwarna
putih atau krem S epidermidis bersifat aerob fakultatif katalase positif dan
koagulase negatif Bakteri ini merupakan flora normal pada kulit manusia saluran
pernafasan dan saluran pencernaan makanan Staphylococcus epidermidis yang
mempunyai daya invasi rendah serta bergabung dengan faktor-faktor ekstraseluler
dan toksin berperan pada banyak infeksi kulit misalnya jerawat (Saptarini et al
2008)
Propionibacterium acne
Propionibacterium acne termasuk kelompok Corynebacteria Bakteri ini
termasuk bakteri anaerob Gram positif yang toleran terhadap oksigen P Acne
berbentuk batang tak teratur dan tumbuh relatif lambat Genome dari bakteri ini
dapat menghasilkan enzim untuk meluruhkan kulit dan protein yang mungkin
bersifat immunogenic (mampu mengaktifkan sistem kekebalan tubuh) P acnes
dianggap tidak hanya sebagai flora normal penghuni pada kulit yang normal tetapi
juga bersifat sebagai bakteri patogen fakultatif (Rusmiyati et al2014)
5
METODE
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Mikrobiologi Departemen
Ilmu Penyakit Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner (IPHK) dan
Laboratorium Farmasi Departemen Klinik Reproduksi dan Patologi (KRP)
Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) Institut Pertanian Bogor (IPB) Kegiatan
dimulai sejak bulan Juli 2014 sampai dengan bulan Januari 2015
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam penelitian adalah timbangan analitik cawan
petri mini tube mikro pipet pipet volumentrik pipet pasteur pinset tabung
reaksi cotton bud steril tabung durham tabung effendorf osekapas object glass
bunsen spatula inkubator autoklaf dan mikroskop Bahan yang digunakan
adalah daun jawer kotok bakteri hasil swab wajah (S aureus S epidermidis
Streptococcus sp Micrococcus sp) antibiotik klindamisin satu set zat
pewarnaan gram reagen katalase (larutan 3 H2O2) Brain Heart Infussion (BHI)
Blood Agar (BA) Mac Conkey Agar (MCA) Manitol Salt Agar (MSA)
Tyrpticase Soy Agar (TSA) Muller Hilton Agar (MHA) etanol 96 Dimenthyl
sulfoxide (DMSO) NaOH H2SO4 FeCl3 reagen dragendorff dan reagen meyer
Prosedur Penelitian
Pengambilan Sampel
Metode pengambilan sampel dilakukan dengan melakukan swab pada kulit
wajah berjerawat pada sepuluh orang probandus yang telah dipilih Sepuluh
probandus tersebut terdiri dari 5 orang perempuan dan 5 orang laki-laki Swab
kulit dilakukan dengan menggunakan cotton bud yang telah disterilkan Swab
kulit dilakukan dengan cara mencelupkan cotton bud pada media BHI agar bakteri
pada jerawat dapat terangkat dan menempel pada cotton bud Swab kulit dari satu
orang dimasukan pada media BHI untuk dibawa ke laboratorium Perlakuan yang
sama dilakukan pada setiap probandus
6
Isolasi dan Identifikasi Bakteri pada Permukaan Kulit Wajah Berjerawat
Identifikasi bakteri mengacu pada metode Carter (1990) dan Jang et al
(1976) Sampel yang telah diperoleh dari hasil swab jerawat ditumbuhkan pada
media BA dengan cara mengambil sampel dari media transpor dengan
menggunakan ose steril dan menggoreskannya pada permukaan agar BA Bakteri
yang telah dibiakan pada agar BA diinkubasi pada suhu 37 ordmC selama 24 jam
Setelah diinkubasi dilakukan pengamatan koloni dan diamati koloni yang berbeda
kemudian ditanam pada media TSA dan diinkubasi pada suhu 37 ordmC selama 24
jam Setelah dilakukan isolasi sampel selanjutnya dilakukan pewarnaan bakteri
dan dilanjutkan dengan proses identifikasi (Gambar 2)
Gambar 2 Uji identifikasi bakteri Gram positif
Uji katalase Pengamatan
Mikroskopis
Batang Kokus
+Spora
(Bacillus sp)
((jjh
-Spora (non
Bacillus sp)
((jjh
Positif Negatif
Uji Glukosa Mikroaerofilik
Streptococcaceae
Uji CAMP
(BA)
Staphylococcus
spp
Micrococcus spp
MSA Uji Koagulase
Micrococcaceae
Positif Negatif
Merah Kuning
Staphylococcus aureus Staphylococcus epidermidis
α γ β
Bakteri Gram Positif
7
Daun Jawer Kotok
Daun jawer kotok (Coleus atropurpureus) diperoleh dari Balai Penelitian
Tanaman Rempah dan Obat (BALITRO) dalam keadaan daun basah Bagian
tanaman yang digunakan adalah daunnya yang berwarna merah kecoklatan
Ekstrak Etanol Daun Jawer Kotok
Pembuatan ektrak etanol daun jawer kotok dilakukan dengan metode
maserasi Daun jawer kotok basah sebanyak 800 g diris kecil-kecil kemudian
dibagi menjadi 4 bagian masing-masing bagian 200 g kemudian direndam
dengan etanol 96 (perbandingan 110) dalam 4 tempat penampungan selama
3x24 jam sambil sesekali diaduk dan disaring untuk mendapatkan filtratnya
Filtrat hasil maserasi dievaporasi selama 17 jam menggunakan rotary evaporator
Hasil ekstrak kental daun jawer kotok yang didapat sebanyak 185 g
Penapisan Fitokimia Daun Jawer Kotok
Penapisan fitokimia dilakukan dengan metode Harborne (1987) untuk
mengetahui golongan senyawa kimia (terutama metabolit sekunder) yang
terkandung dalam suatu tanaman Penapisan fitokimia yang sering dilakukan
adalah penapisan untuk metabolit sekunder golongan alkaloid flavonoid tanin
polifenol terpenoid steroid dan saponin Flavonoid diuji dengan memasukan
ekstrak ditambahkan dengan etanol 96 lalu diaduk dan ditambahakan NaOH 7
tetes serta H2SO4 amati perubahan warna menjadi kuning jika hasilnya positif Uji
polifenol dan tanin dilakukan dengan memasukan ekstrak ditambahkan dengan air
lalu dipanaskan dan ditambahkan FeCl3 selanjutnya akan terjadi perubahan warna
menjadi hijau biru sampai hitam untuk hasil positif adanya polifenol dan tanin
Uji alkaloid dilakukan dengan membagi ekstrak menjadi 2 bagian keduanya
ditambahkan larutan etanol 96 Salah satu bagian ditambahkan reagen
dragendorff dan yang lain ditambahkan reagen meyer Hasil positif adanya
alkaloid ditandai dengan warna kuning saat diberi reagen dragendorff dan
endapan putih saat ditambahkan reagen meyer Uji terpenoid dilakukan dengan
memasukkan ekstrak ke dalam tabung reaksi kemudian ditambahkan etanol 96
dan ditetesi dengan H2SO4 pekat Hasil positif terpenoid ditandai dengan
terbentuknya warna merah kecoklatan
Pengujian Daya Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Jawer Kotok
Metode pengujian aktivitas antibakteri yang digunakan adalah metode
sumuran (agar well difusion method) dengan media MHA Suspensi bakteri yang
digunakan memiliki kekeruhan yang setara dengan larutan Mc Farland I atau
3x108
CFUml Suspensi bakteri kemudian digoreskan pada MHA dengan
menggunakan cotton bud steril Setelah digores kemudian didiamkan selama 10
8
menit Kegiatan ini dilakukan sebanyak lima kali ulangan untuk setiap bakteri uji
Pada media MHA dibuat sebanyak 6 sumuran yang akan diisi dengan
Konsentrasi 20 (K1) 02 g ekstrak daun jawer kotok dalam 1 ml DMSO
Konsentrasi 40 (K2) 04 g ekstrak daun jawer kotok dalam 1 ml DMSO
Konsentrasi 60 (K3) 06 g ekstrak daun jawer kotok dalam 1 ml DMSO
Konsentrasi 80 (K4) 08 g ekstrak daun jawer kotok dalam 1 ml DMSO
Kontrol positif (KP) Klindamisin 1
Kontrol negatif (KN) DMSO
Media MHA yang telah diisi dengan larutan uji kemudian diinkubasi pada
suhu 37 ordmC selama 24 jam dan diamati diameter zona hambatnya dengan
penggaris
Analisis Data
Data hasil pengukuran diameter zona hambat dianalis secara kuantitatif
menggunakan metode one way analysis of variance (one way Anova) dan
dilanjutkan dengan uji Duncan
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penapisan Fitokimia Daun Jawer KotoK
Penapisan fitokimia ekstrak etanol daun jawer kotok positif mengandung
metabolit sekunder berupa flavonoid polifenol tanin serta terpenoid dan negatif
terhadap alkaloid Ridwan et al (2006) dan Rahmawati (2008) juga menyebutkan
bahwa daun jawer kotok tidak mengandung alkaloid (Gambar 3 dan Tabel 1)
(a) (b) (c) (d) (f)
Gambar 3 Hasil uji fitokimia flavonoid (a) alkaloid dengan reagen
dragendorff (b) alkaloid dengan reagen meyer (c) polifenol
(d) terpenoid (e)
9
Tabel 1 Hasil penapisan fitokimia ekstrak etanol daun jawer kotok
Penapisan Fitokimia Hasil
Flavonoid +
Alkaloid
Meyer minus
Dragendorff minus
Polifenol dan Tanin +
Terpenoid + aKeterangan + terdeteksi minus tidak terdeteksi
Bakteri pada Permukaan Kulit Wajah Berjerawat
Bakteri Gram positif yang berhasil diidentifikasi adalah Staphylococcus
aureus Staphylococcus epidermidis Streptococcus sp dan Micrococcus sp
Menurut Seta (2013) dan Razak et al (2013) bakteri yang dapat menyebabkan
jerawat adalah S aureus S epidermidis dan Propionibacterium acne P acne
tidak dapat diisolasi karena metode yang digunakan tidak bisa mengisolasi bakteri
anaerob Penemuan bakteri Streptococcus sp mungkin terjadi mengingat
Streptococcus sp merupakan salah satu bakteri pada kulit yang dapat
menyebabkan terjadinya penyakit pyoderma (Caesarita 2011) Micrococcus sp
dapat ditemukan pada hasil swab wajah mengingat kemungkinan adanya
pencemaran bakteri dari lingkungan seperti air udara dan tanah (Andy dan
Taufik 2010)
Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Jawer Kotok
Rata-rata diameter zona hambat bakteri ekstrak etanol daun jawer kotok
terhadap bakteri Gram positif (Gambar 4 dan Tabel 2)
(a) (b) (c) (d)
Gambar 4 Zona hambat ekstrak etanol daun jawer kotok terhadap S aureus (a)
S epidermidis (b) Streptococcus sp (c)dan Micrococcus sp(d)
K2 KP K3 K2 KP K3
K2 KP K3
K2 KP K3
K1 KN K4 K1 KN K4 K1 KN K4 K1 KN K4
10
Tabel 2 Rata-rata diameter zona hambat ekstrak etanol daun jawer kotok terhadap
bakteri Gram positif hasil swab kulit wajah berjerawat (mm)
Kelompok
Perlakuan
S aureus S epidermidis Streptococcus
sp
Micrococcus
sp
K1 1380 plusmn 109 b
1500 plusmn 070b
1560 plusmn 134c
1420 plusmn 178b
K2 1600 plusmn 122c
1540 plusmn054bc
1620 plusmn 109c
1500 plusmn 200b
K3 1600 plusmn 070c
1640 plusmn 151c
1620 plusmn 109c
1500 plusmn 200b
K4 1700 plusmn 070c
1620 plusmn 109c
1560 plusmn 054c
1420 plusmn 130b
KP 4060plusmn 089d
4080 plusmn 044d
4160 plusmn 054d
1820 plusmn 083d
KN 000 plusmn 000a
000 plusmn 000a
000 plusmn 000a
000 plusmn 000a
aKeterangan K1 konsentrasi 20 K2 konsentrasi 40 K3 konsentrasi 60 K4
konsentrasi 80 KP kontrol positif KN kontrol negatif Huruf supercript yang berbeda dalam
satu kolom menunjukkan perbedaan yang nyata pada taraf nyata Plt 005
Pada Tabel 2 diketahui bahwa KN pada keempat bakteri uji tidak memiliki
diameter zona hambat dan berbeda nyata dengan KP dan seluruh konsentrasi uji
Hal tersebut membuktikan bahwa pelarut tidak berpengaruh terhadap aktivitas
antibakteri sehingga aktivitas antibakteri hanya berasal dari konsentasi uji
DMSO digunakan sebagai KN karena tidak memiliki daya hambat bakteri serta
karena sifat dari DMSO yang merupakan pelarut polar berspektrum luas sehingga
dapat melarutkan senyawa alkaloid dan flavonoid (Mulyatni et al 2012)
Kontrol positif memberikan hasil yang berbeda nyata dengan KN dan
keempat konsentrasi uji pada semua bakteri Hal tersebut membuktikan bahwa
bakteri S aureus S epidermidis Streptococcus sp dan Micrococcus sp masih
peka terhadap KP Antibiotik klindamisin 1 digunakan sebagai KP karena
klindamisin paling efektif dalam pengobatan jerawat jika dibandingkan dengan
eritromisin dan tetrasiklin serta paling banyak digunakan masyarakat untuk
mengobati jerawat (Aziz 2010) Klindamisin adalah salah satu antibiotik golongan
aminoglikosida Klindamisin menghambat sintesis protein pada fase pemanjangan
dengan mempengaruhi translokasi (Syukrinawati 2014) Antibiotik ini efektif
terhadap bakteri Gram positif dan bakteri anaerob akan tetapi kurang efektif
terhadap bakteri Gram negatif (Nugroho 2013)
Hasil uji pada bakteri S aureus terlihat bahwa K1 memberikan perbedaan
yang nyata (Plt005) dengan K2 K3 dan K4 Hasil uji pada S epidermidis
memberikan hasil bahwa K1 berbeda nyata (Plt005) dengan K3 dan K4 Seluruh
konsentrasi ekstrak etanol daun jawer kotok yang diujikan terhadap Streptococcus
sp dan Micrococcus sp tidak menunjukkan hasil yang berbeda nyata
Hasil uji yang dilakukan terhadap Saureus memperlihatkan bahwa semakin
tinggi konsentrasi ekstrak maka semakin besar diameter zona hambat yang
terbentuk Hal ini karena semakin banyak zat aktif yang terkandung dalam ekstrak
tersebut sedangkan pada uji yang dilakukan terhadap S epidermidis
Streptococcus sp dan Micrococcus sp diameter zona hambat yang terbentuk pada
K4 mengalami penurunan Hal tersebut menunjukkan bahwa konsentrasi yang
semakin tinggi tidak selalu menghasilkan diameter zona hambat yang semakin
besar Penurunan aktivitas ini disebabkan karena perbedaan jenis bakteri yang
dihambat perbedaan kecepatan difusi senyawa aktif pada media agar serta
konsentrasi ekstrak yang terlalu tinggi dibandingkan dengan pelarutnya (DMSO)
sehingga larutan menjadi jenuh dan sulit untuk larut Brooks et al (2008)
11
menyatakan bahwa aktivitas antibakteri dipengaruhi beberapa faktor yaitu
konsentrasi ekstrak kandungan senyawa antibakteri daya difusi ekstrak dan jenis
bakteri yang dihambat
Diameter zona hambat bakteri menurut Davis dan Stout dalam Rahmawati
(2008) dibagi atas sangat kuat (zona jernih gt 20 mm) kuat (zona jernih 10minus20
mm) sedang (zona jernih 5minus10 mm) dan lemah (zona jernih lt 5 mm) Kontrol
positif (KP) pada bakteri uji S aureus S epidermidis Streptococcussp tergolong
dalam daya hambat sangat kuat sedangkan KP pada bakteri Micrococcus sp
tergolong dalam daya hambat kuat Hal tersebut kemungkinan dikarenakan target
kerja antibiotik klindamisin ditujukan untuk bakteri yang habitatnya di daerah
kulit wajah sedangkan Micrococcus sp merupakan bakteri kontaminasi dari
lingkungan (air tanah udara) Seluruh konsentrasi ekstrak yang diujikan terhadap
seluruh bakteri (K1K2 K3 K4) tergolong dalam konsentrasi yang memberikan
daya hambat kuat karena diameter zona hambat yang terbentuk antara 1380 plusmn
109 mm sampai 1700 plusmn 070 mm
Mengacu pada standar umum yang dikeluarkan oleh Departemen Kesehatan
disebutkan bahwa mikroba dinyatakan peka terhadap antimikroba asal tanaman
apabila mempunyai ukuran diameter daya hambatannya 12minus24 mm (Darmawi et
al 2013) sehingga dapat dikatakan bahwa seluruh bakteri uji peka terhadap K1
K2 K3 dan K4
Hasil penelitian diketahui bahwa seluruh konsentrasi dinyatakan peka dan
memiliki zona hambat bakteri yang kuat terhadap bakteri uji sehingga ekstrak
etanol daun jawer kotok memiliki potensi antibakteri yang baik Adanya potensi
antibakteri diketahui dari kandungan senyawa metabolit sekunder yang terdapat
pada daun jawer kotok yaitu flavonoid tanin polifenol serta terpenoid
Mekanisme kerja flavonoid sebagai antibakteri adalah membentuk senyawa
kompleks dengan protein ekstraseluler dan terlarut sehingga dapat merusak
membran sel bakteri dan diikuti keluarnya senyawa intraselluler (Ngajow et al
2013)
Mekanisme kerja tanin sebagai antibakteri adalah menghambat enzim
reverse transkriptase dan DNA topoisomerase sehingga sel bakteri tidak dapat
terbentuk Tanin juga mempunyai target pada polipeptida dinding sel sehingga
pembentukan polipeptida dinding sel menjadi tidak sempurna Hal ini
menyebabkan sel bakteri menjadi lisis karena tekanan osmotik maupun fisik
sehingga sel bakteri akan mati (Ngajow et al 2013)
Ngajow et al (2013) juga menyatakan bahwa senyawa fenolik dan terpenoid
memiliki target utama yaitu membran sitoplasma bakteri Aktifitas antibakteri
terpenoid diketahui bereaksi dengan porin (protein transmembran) pada membran
luar dinding sel bakteri Terpenoid membentuk ikatan polimer yang kuat sehingga
mengakibatkan rusaknya porin Rusaknya porin yang merupakan pintu keluar
masuknya senyawa akan mengurangi permeabilitas dinding sel bakteri yang akan
mengakibatkan sel bakteri akan kekurangan nutrisi sehingga pertumbuhan bakteri
akan terhambat dan mati
12
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Ekstrak etanol daun jawer kotok mengandung flavonoid polifenol dan tanin
serta terpenoid yang memiliki aktivitas antibakteri yang dapat menghambat
pertumbuhan bakteri kokus Gram positif pada permukaan kulit wajah berjerawat
Ekstrak etanol daun jawer kotok memiliki potensi antibakteri yang baik karena
daya hambat bakteri pada konsentrasi 20 40 60 dan 80 tergolong dalam
daya hambat yang kuat S aureus S epidermidis Streptococcus sp dan
Micrococcus sp dinyatakan peka terhadap seluruh konsentrasi ekstrak
Saran
Saran yang dapat diberikan kepada peneliti selanjutnya yaitu perlu
dilakukan penelitian aktivitas antibakteri ekstrak etanol daun jawer kotok terhadap
bakteri Pacne dan bakteri gram negatif serta penggunaan kontrol positif dengan
antibiotik yang lain Selain itu penelitian ini juga dapat digunakan sebagai dasar
ilmiah dalam pengembangan produk farmasi antibakteri
DAFTAR PUSTAKA
Agoes G 2007 Ekstraksi Tanaman Obat Bandung ITB
Andy Taufik M 2010 Jumlah bakteri dan keberadaan bakteri Salmonella sp
pada daging kuda di Kabupaten Jeneponto Jurnal Agrisistem 6(2) 82-87
Arundhina E 2014 Aktivitas ekstrak etanol daun alamanda (Allamanda
cathartica L) sebagai anti jamur terhadap Candida albicans dan
Pityrosporum ovale secara in vitro [skripsi] Yogyakarta (ID) Universitas
Katolik Atmajaya Yogyakarta
Aziz S2010 Uji aktivitas antibakteri ekstrak etanol daun dan umbi bakung putih
(Crinum asiatikum L) terhadap bakteri penyebab jerawat[skripsi] Jakarta
(ID) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatulloh
Brooks GF Butel JS Morse SA Mikrobiologi Kedokteran Mudihardi E
KuntamanWasito EB et al penerjemah Jakarta (ID) Salemba Medika
Terjemahan dari Medical Microbiology
Caesarita DP 2011 Pengaruh ekstrak buah nanas (Ananas comosus) 100
terhadap bakteri Staphylococcus aureus dari pyoderma [skripsi] Bandung
(ID) Universitas Diponegoro
Carter GR dan Cole JR 1990 Diagnostic Procedures in Veterinary Bacteriology
and Mycology Fifth Edition London (UK) Academi Press Limited
13
Dalimarta S 2000 Atlas Tumbuhan Indonesia Jilid ke-2 Jakarta Trubus
Agriwidya
Darmawi Manaf ZH Putranda F 2013 Daya hambat getah jarak cina (Jatropha
multifida L) terhadap Staphylococcus aureus secara invitro Jurnal Medika
Veterinaria7(2) 113-115
Hamdayati Y Kusnadi Rahadian I 2008 Aktivitas antibakteri ekstrak daun
patikan kebo (Euphorbia hirta) terhadap pertumbuhan bakteri
Staphylococcus epidermidis Jurnal Pengajaran Matematika dan Ilmu
Pengetahuan alam 12(7) 1-10
Harborne JB 1987 Metode Fitokimia Padmawinata K Soediro I penerjemah
Jakarta (ID) UI Press Terjemahan dari Basic Concepts of Analytical
Chemistry
Jang SS Biberstein EL Hirsh DC 1976 A Manual of Veterinary Clinical
Bacteriology and Micology Davis (US) Univ California
Kee JL Hayes ER Farmakologi Pendekatan Proses Keperawatan Anugerah P
penerjemah Jakarta (ID) EGC Terjemahan dari Pharmacology A Nursing
Process Approach
Mulyatni AS Budiani A Taniwiryono D 2012 Aktivitas antibakteri ekstrak kulit
buah kakao (Theobroma cacao L) terhadap Escherichia coli Bacillus
subtilis dan Staphylococcus aureus Jurnal Menara Perkebunan 80(2) 77-
84
Ngajow M Abidjulu J Kamu VS 2013 Pengaruh antibakteri ekstrak kulit batang
matoa (Pometia pinnata) terhadap bakteri Staphylococcus aureus secara in
vitro Jurnal Mipa Unsrat 2(2) 128-132
Nugroho RA 2013 Terapi topikal clindamycin dibandingkan dengan niacinamide
+ zinc pada Acne vulgaris [skripsi] Semarang (ID) Universitas
Diponegoro
Rahmawati F 2008Isolasi dan karakteristik senyawa antibakteri ekstrak daun
miana Coleus scutellarioides [L] Benth [tesis] Bogor (ID) Institut
Pertanian Bogor
Ratnawati Y 2007 Aktivitas antibakteri ekstrak daun jawer kotok (Coleus
scutellarioides [L] Benth) [skripsi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor
Razak A Djamal A Revilla G 2013 Uji daya hambat air perasan buah jeruk
nipis (Citrus aurantifolia) terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus
aureus secara in vitro Jurnal Kesehatan Andalas 2(1) 5-8
Ridwan Y Darusman LK Satrija F Handaryani E 2006 Kandungan kimia
berbagai ekstrak daun miana (Coleus blumei Bent) dan efek anthelmintiknya
terhadap cacing pita pada ayam Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia11(2) 1-6
Rusmiyati I Husain DR Alam G 2014 Bioaktivitas ekstrak metanol daun muda
sirsak (Annona muricata L) sebagai antibakteri terhadap Staphylococcus
aureus dan Propionibacterium acne [penelitian ilmiah] Makasar (ID)
Universitas Hassanudin
Saptarini O Perawati Hartanto Y 2008 Uji aktivitas antibakteri ekstrak etanol
buah mahkota dewa (Phaleria macrocarpa) terhadap Staphylococcus
epidermidis penyebab jerawat Jurnal Biomedika1(1) 1-7
Seta SA 2013 Optimasi formula lotion anti jerawat ekstrak etanol kulit buah
manggis (Garcinia mangostana L) dan uji aktivitas terhadap
14
Propionibacterium acnes dan Staphylococcus epidermidis [skripsi]
Yogyakarta (ID) Universitas Gadjah Mada
Syukrinawati RP 2014 Tingkat pengetahuan penggunaan antibiotik oleh
mahasiswa kepaniteraan klinik departemen bedah mulut RSGM-P FKG
periode September 2-13 Maret 2014 [skripsi] Medan (ID) Universitas
Sumatera Utara
Waji RA 2009 Flavonoid (Quercetin) [Penelitian Ilmiah] Makasar (ID)
Universitas Hasanuddin
Widiawati W Lutfiati D Perbedaan hasil penyembuhan kulit wajah berjerawat
antara masker lidah buaya dengan masker non lidah buaya e- Journal
Universitas Negeri Surabaya 2014 3(1) 217-225
15
LAMPIRAN
Lampiran 1 Pembuktian hipotesis
1 Pengambilan keputusan dari hipotesis yang ditentukan diuji dengan uji
ANOVA
2 Hipotesis dalam penelitian ini berupa Ho yaitu ekstrak etanol daun jawer
kotok dengan konsentrasi ekstrak 20 40 60 dan 80 tidak memiliki
aktivitas antibakteri terhadap bakteri pada permukaan kulit wajah
berjerawat dan H1 yaitu ekstrak etanol daun jawer kotok dengan
konsentrasi ekstrak 20 40 60 dan 80 memiliki aktivitas
antibakteri terhadap bakteri pada permukaan kulit wajah berjerawat
3 Pengambilan keputusan untuk memilih hipotesis mana yang diterima dan
hipotesis mana yang ditolak didasarkan pada perbandingan F hitung dan F
tabel dengan syarat jika F hitung kurang dari F tabel maka tolak H1 dan
terima H0 dan jika F hitung lebih besar dari F tabel maka H0 ditolak dan
terima H1
4 Hasil uji one way ANOVA pada diameter zona hambat bakteri S aureus S
Epidermidis Streptococcus sp dan Micrococcus sp diperoleh nilai F
hitung lebih besar dari F tabel (1143 831 gt 262) (1149 947 gt 262)
(1122 068 gt 262) dan (91144 gt 262) maka hiptotesis yang diterima
adalah H1 yaitu ekstrak etanol daun jawer kotok dengan konsentrasi
ekstrak 20 40 60 dan 80 memiliki aktivitas antibakteri terhadap
bakteri S aureus S epidermidis Streptococcus sp dan Micrococcus sp
Lampiran 2 hasil uji ANOVA dan uji lanjutan Duncan
Descriptives
saureus
N Mean
Std Deviation Std Error
95 Confidence Interval for
Mean
Minimum Maximum Lower Bound
Upper Bound
ekstrak 20 5 138000
109545
48990
124398
151602
1200
1500
ekstrak 40 5 160000
122474
54772
144793
175207
1400
1700
ekstrak 60 5 160000
70711
31623
151220
168780
1500
1700
ekstrak 80 5 170000
70711
31623
161220
178780
1600
1800
kontrol positif 5 406000
89443
40000
394894
417106
3900
4100
kontrol negative 5 0000
00000
00000
0000
0000
00 00
Total 30
172333
1218728
222508
126825
217841
00 4100
16
ANOVA
saureus
Sum of Squares df Mean Square F Sig
Between Groups
4289367 5 857873 1143831
000
Within Groups
18000 24 750
Total 4307367 29
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
saureus
Duncana
perlakuan N
Subset for alpha = 005
1 2 3 4
kontrol negatif 5 0000 ekstrak 20 5
13800
0
ekstrak 40 5
160000
ekstrak 60 5
160000
ekstrak 80 5
170000
kontrol positif 5
406000
Sig 1000 1000 096 1000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000
ONEWAY Sepidermidis BY perlakuan
STATISTICS DESCRIPTIVES
MISSING ANALYSIS
POSTHOC=DUNCAN ALPHA(005)
[DataSet0]
Descriptives
Sepidermidis
N Mean Std Deviation Std Error
95 Confidence Interval
for Mean
Minimum Maximum Lower Bound
Upper Bound
ekstrak 20 5 150000
70711
31623
141220
158780
1400
1600
ekstrak 40 5 154000
54772
24495
147199
160801
1500
1600
ekstrak 60 5 164000
151658
67823
145169
182831
1500
1800
ekstrak 80 5 162000
109545
48990
148398
175602
1500
1800
kontrol positif 5 408000
44721
20000
402447
413553
4000
4100
kontrol negatif 5 0000
00000
00000
0000
0000
00 00
Total 30
173000
1221968
223100
127371
218629
00 4100
17
ANOVA
Sepidermidis
Sum of Squares Df Mean Square F Sig
Between Groups 4312300 5 862460 1149947
000
Within Groups 18000 24 750 Total 4330300 29
Post Hoc Tests
Homogeneous Subsets
Sepidermidis
Duncana
Perlakuan N
Subset for alpha = 005
1 2 3 4
kontrol negative 5 0000 ekstrak 20 5
15000
0
ekstrak 40 5
154000
154000
ekstrak 80 5
162000
ekstrak 60 5
164000
kontrol positif 5
408000
Sig 1000 472 096 1000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000
ONEWAY Sepidermidis BY perlakuan
STATISTICS DESCRIPTIVES
MISSING ANALYSIS
POSTHOC=DUNCAN ALPHA(005)
[DataSet0]
18
Descriptives
Streptococcus
N Mean Std Deviation
Std Error
95 Confidence Interval
for Mean
Minimum Maximum Lower Bound
Upper Bound
ekstrak 20 5 156000
134164
60000
139341
172659
1400 1700
ekstrak 40 5 162000
109545
48990
148398
175602
1500 1700
ekstrak 60 5 162000
109545
48990
148398
175602
1500 1700
ekstrak 80 5 156000
54772
24495
149199
162801
1500 1600
kontrol positif 5 416000
54772
24495
409199
422801
4100 4200
kontrol negatif 5 0000
00000
00000
0000
0000
00 00
Total 30
175333
1246715
227618
128780
221886
00 4200
ANOVA
Streptococcus
Sum of Squares df Mean Square F Sig
Between Groups 4488267 5 897653 1122067
000
Within Groups 19200 24 800 Total 4507467 29
Post Hoc Tests
Homogeneous Subsets
Streptococcus
Duncana
perlakuan N
Subset for alpha = 005
1 2 3
kontrol negatif 5 0000 ekstrak 20 5
15600
0
ekstrak 80 5
156000
ekstrak 40 5
162000
ekstrak 60 5
162000
kontrol positif 5
416000
Sig 1000 343 1000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000
ONEWAY Sepidermidis BY perlakuan
STATISTICS DESCRIPTIVES
MISSING ANALYSIS
POSTHOC=DUNCAN ALPHA(005)
[DataSet0]
19
Descriptives
Micrococcus
N Mean Std Deviation
Std Error
95 Confidence Interval for
Mean
Minimum Maximum Lower Bound
Upper Bound
ekstrak 20 5 142000
178885
80000
119788
164212
1200
1600
ekstrak 40 5 150000
200000
89443
125167
174833
1200
1700
ekstrak 60 5 150000
200000
89443
125167
174833
1200
1700
ekstrak 80 5 142000
130384
58310
125811
158189
1200
1500
kontrol positif 5 182000
83666
37417
171611
192389
1700
1900
kontrol negative
5 0000
00000
00000
0000
0000
00 00
Total 30
127667
612335
111797
104802
150532
00 1900
ANOVA
Micrococcus
Sum of Squares Df Mean Square F Sig
Between Groups 1032967 5 206593 91144 000 Within Groups 54400 24 2267
Total 1087367 29
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
Micrococcus
Duncana
Perlakuan N
Subset for alpha = 005
1 2 3
kontrol negative 5 0000 ekstrak 20 5
14200
0
ekstrak 80 5
142000
ekstrak 40 5
150000
ekstrak 60 5
150000
kontrol positif 5
182000
Sig 1000 451 1000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000
20
RIWAYAT HIDUP
Penulis lahir di Jakarta tanggal 25 september 1992 Penulis merupakan
anak ketiga dari tiga bersaudara dari pasangan Petrus Bambang Wijanarko dan
Susana Tuminah Penulis menempuh pendidikan Sekolah Menengah Pertama di
SMP Strada Bhakti Wiyata Bekasi dan Sekolah Menengah Atas di SMA Santo
Antonius Jakarta Penulis aktif di Organisasi Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM)
Keluarga Mahasiswa Katolik IPB sejak tahun 2011 hingga 2013 Penulis juga
aktif di Himpunan Profesi Ornithologi dan Unggas sejak tahun 2013 hingga 2014
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Penggunaan antibiotik mengalami peningkatan yang luar biasa pada lima
dekade terakhir Antibiotik yang digunakan secara tidak rasional akan membuat
bakteri menjadi bersifat resisten dan tetap memperbanyak diri di inangnya
Resistensi bakteri mendorong adanya bahan antibiotik lain yang murah tersedia
secara kontinu dan memiliki semua unsur-unsur yang dibutuhkan untuk
pembuatan antimikroba oleh sebab itu perlu dilakukan eksplorasi terhadap bahan
alternatif yang dapat digunakan sebagai senyawa antibakteri
Perawatan kulit wajah merupakan hal yang penting untuk dilakukan
Perawatan tersebut bertujuan untuk memaksimalkan penampilan diri agar lebih
percaya diri Perawatan yang sering dilakukan adalah melakukan facial
pemakaian krim masker serta sabun agar kulit wajah tidak kusam dan berjerawat
Jerawat merupakan penyakit kulit akibat peradangan pada kelenjar sebacea karena
aktivitas Staphylococcus epidermidis dan Propionibacterium acnes (Seta 2013)
serta Staphylococcus aureus (Razak et al 2013)
Jawer kotok (Coleus atropurpureus) merupakan tanaman yang berfungsi
sebagai tanaman hias dan tanaman obat Masyarakat memanfaatkan daun jawer
kotok sebagai obat untuk berbagai penyakit diare demam pengobatan pasca
melahirkan terlambat datang bulan abses ambeien dan diabetes mellitus
(Ratnawati 2007) Rahmawati (2008) menyatakan bahwa daun jawer kotok dapat
digunakan sebagai senyawa antibakteri
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menguji aktivitas antibakteri ekstrak etanol
daun jawer kotok (Coleus atropurpureus) dalam menghambat pertumbuhan
bakteri pada permukaan kulit wajah berjerawat
Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah memperoleh hasil uji potensi antibakteri
ekstrak etanol daun jawer kotok terhadap bakteri Gram positif pada kulit wajah
berjerawat sehingga dapat digunakan sebagai dasar ilmiah dalam pengembangan
produk farmasi antibakteri Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan
informasi kepada masyarakat akan khasiat daun jawer kotok serta nilai tambah
bagi tanaman jawer kotok secara ekonomis
2
Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini membahas mengenai aktivitas antibakteri ekstrak etanol daun
jawer kotok dengan konsentrasi 20 40 60 dan 80 terhadap bakteri Gram
positif yang ditemukan pada permukaan kulit wajah berjerawat
TINJAUAN PUSTAKA
Jawer Kotok (Coleus atropurpureus)
Tanaman jawer kotok (iler) merupakan tanaman yang umum ditemukan di
IndonesiaTanaman ini tumbuh di tempat lembab dan terbuka seperti pinggir
selokan pematang sawah atau tepi jalan pada ketinggiaan 1-1300 diatas
permukaan laut (dpl) Coleus atropurpureus termasuk ke dalam famili Lamiaceae
Tanaman ini dikenal dengan nama daerah jawer kotok (sunda) kentangan (jawa)
saru-saru atau majaja Daunnya berbentuk bulat telur pangkal membulat
menyerupai bentuk jantung ujung meruncing tepi bergerigi tulang daun
menyirip permukaan mengkilat berambut halus memiliki panjang 7-11 cm dan
lebar 35-6 cm (Dalimartha 2000)
Gambar 1 Coleus atropurpureus
Daun jawer kotok diketahui mengandung flavonoid tanin saponin (Yusuf
et al 2006) polifenol serta steroid (Rahmawati 2008) Flavonoid banyak
ditemukan pada daun berwarna ungu seperti jawer kotok (Waji dan Sugrani 2009)
Jerawat
Jerawat merupakan kondisi kulit yang abnormal yang disebabkan oleh
gangguan produksi dari kelenjar minyak yang berlebihan Kelebihan produksi
3
sebaceous gland akan menyebabkan penyumbatan pada saluran folikel rambut
dan pori-pori kulit Kotoran atau sel kulit mati yang tidak dibersihkan akan
bertumpuk menjadi komedo dan jika terinfeksi bakteri penyebab jerawat komedo
akan berubah menjadi jerawat (Widiawati 2014)
Ekstraksi
Ekstraksi merupakan proses pemisahan bahan dari campurannya dengan
pelarut Ekstraksi tanaman obat adalah pemisahan secara kimia atau fisika suatu
atau sejumlah bahan padat atau bahan cair dari suatu tanaman obat (Agoes 2007)
Daun jawer kotok diekstrak menggunakan metode maserasi Maserasi merupakan
metode ekstraksi yang dilakukan dengan metode merendam sampel dalam pelarut
tanpa pemanasan Metode maserasi dipilih karena metodenya yang sederhana dan
bisa menghindari kerusakan komponen senyawa yang tidak tahan panas yang
terkandung dalam sampel (Rahmawati 2008) Pemilihan etanol 96 sebagai
pelarut didasarkan pada fungsi dari pelarut etanol 96 yang dapat mengikat
berbagai senyawa aktif seperti tanin polifenol flavonoid terpenoid sterol dan
alkaloid (Hamdayati et al 2008) Perbandingan jumlah daun jawer kotok dan
pelarut etanol 96 yang digunakan adalah 1 10 Menurut Arundhina (2014)
semakin banyak pelarut yang digunakan maka rendemen yang diperoleh semakin
besar hal ini disebabkan semakin besarnya rasio pelarut terhadap daun maka luas
permukaan perpindahan massa antara padatan dengan larutan semakin besar
Filtrat dari proses maserasi diuapkan menggunakan rotary evaporator Proses
penguapan dilakukan untuk memisahkan pelarut etanol 96 dan senyawa
fitokimia yang terekstrak dari daun jawer kotok
Antibakteri
Antibakteri merupakan sifat suatu bahan yang menunjukkan efek
menghambat pertumbuhan bakteri Penghambatan pertumbuhan bakteri dibedakan
menjadi bakterisida (mampu membunuh bakteri) dan bakteriostatik (menghambat
pertumbuhan bakteri) (Kee dan Hayes 1996)
Antibiotik Klindamisin
Klindamisin efektif terhadap sebagian besar bakteri aerob Gram positif seperti
Streptococcus sp Staphylococcus sp Enterococcus sp Bacilus antracis dan
Corynebacterium diphtheriae tetapi pada umumnya kurang efektif terhadap bakteri
Gram negatif seperti Enterobacteriaceae Neisseria gonorrhoeae Neisseria
4
Meningitidis dan Haemophilus influenzae Klindamisin juga sangat efektif terhadap
bakteri anaerob Gram positif seperti Eubacterium Proponibacterium Peptococcus
Peptostreptococcus Clostridium perfringens dan Cloctridium Tetani dan juga efektif
terhadap beberapa bakteri aerob negatif seperti Fusobacterium spdan Bacteriodes
sptermasuk Bacteroides fragilis (Nugroho 2013)
Morfologi dan Ciri Umum Bakteri Penyebab Jerawat pada Kulit
Wajah
Staphylococcus aureus
Staphyloccus aureus adalah bakteri Gram positif yang menghasilkan
pigmen kuning bersifat aerob fakultatif tidak menghasilkan spora dan tidak motil
S aureus umumnya tumbuh berpasangan maupun berkelompok seperti buah
anggur dengan diameter 08-10 microm Bakteri ini menghasilkan katalase dan
koagulase S aureus biasanya terdapat pada saluran pernafasan atas kulit saluran
urinari abses infeksi luka radang paru-paru dan selaput lendir lainnya
(Rusmiyati et al 2014)
Staphylococcus epidermidis
Bakteri ini merupakan Gram positif berbentuk kokus berdiameter 05-15
microm berkoloni mengerombol menyerupai buah anggur Koloni biasanya berwarna
putih atau krem S epidermidis bersifat aerob fakultatif katalase positif dan
koagulase negatif Bakteri ini merupakan flora normal pada kulit manusia saluran
pernafasan dan saluran pencernaan makanan Staphylococcus epidermidis yang
mempunyai daya invasi rendah serta bergabung dengan faktor-faktor ekstraseluler
dan toksin berperan pada banyak infeksi kulit misalnya jerawat (Saptarini et al
2008)
Propionibacterium acne
Propionibacterium acne termasuk kelompok Corynebacteria Bakteri ini
termasuk bakteri anaerob Gram positif yang toleran terhadap oksigen P Acne
berbentuk batang tak teratur dan tumbuh relatif lambat Genome dari bakteri ini
dapat menghasilkan enzim untuk meluruhkan kulit dan protein yang mungkin
bersifat immunogenic (mampu mengaktifkan sistem kekebalan tubuh) P acnes
dianggap tidak hanya sebagai flora normal penghuni pada kulit yang normal tetapi
juga bersifat sebagai bakteri patogen fakultatif (Rusmiyati et al2014)
5
METODE
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Mikrobiologi Departemen
Ilmu Penyakit Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner (IPHK) dan
Laboratorium Farmasi Departemen Klinik Reproduksi dan Patologi (KRP)
Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) Institut Pertanian Bogor (IPB) Kegiatan
dimulai sejak bulan Juli 2014 sampai dengan bulan Januari 2015
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam penelitian adalah timbangan analitik cawan
petri mini tube mikro pipet pipet volumentrik pipet pasteur pinset tabung
reaksi cotton bud steril tabung durham tabung effendorf osekapas object glass
bunsen spatula inkubator autoklaf dan mikroskop Bahan yang digunakan
adalah daun jawer kotok bakteri hasil swab wajah (S aureus S epidermidis
Streptococcus sp Micrococcus sp) antibiotik klindamisin satu set zat
pewarnaan gram reagen katalase (larutan 3 H2O2) Brain Heart Infussion (BHI)
Blood Agar (BA) Mac Conkey Agar (MCA) Manitol Salt Agar (MSA)
Tyrpticase Soy Agar (TSA) Muller Hilton Agar (MHA) etanol 96 Dimenthyl
sulfoxide (DMSO) NaOH H2SO4 FeCl3 reagen dragendorff dan reagen meyer
Prosedur Penelitian
Pengambilan Sampel
Metode pengambilan sampel dilakukan dengan melakukan swab pada kulit
wajah berjerawat pada sepuluh orang probandus yang telah dipilih Sepuluh
probandus tersebut terdiri dari 5 orang perempuan dan 5 orang laki-laki Swab
kulit dilakukan dengan menggunakan cotton bud yang telah disterilkan Swab
kulit dilakukan dengan cara mencelupkan cotton bud pada media BHI agar bakteri
pada jerawat dapat terangkat dan menempel pada cotton bud Swab kulit dari satu
orang dimasukan pada media BHI untuk dibawa ke laboratorium Perlakuan yang
sama dilakukan pada setiap probandus
6
Isolasi dan Identifikasi Bakteri pada Permukaan Kulit Wajah Berjerawat
Identifikasi bakteri mengacu pada metode Carter (1990) dan Jang et al
(1976) Sampel yang telah diperoleh dari hasil swab jerawat ditumbuhkan pada
media BA dengan cara mengambil sampel dari media transpor dengan
menggunakan ose steril dan menggoreskannya pada permukaan agar BA Bakteri
yang telah dibiakan pada agar BA diinkubasi pada suhu 37 ordmC selama 24 jam
Setelah diinkubasi dilakukan pengamatan koloni dan diamati koloni yang berbeda
kemudian ditanam pada media TSA dan diinkubasi pada suhu 37 ordmC selama 24
jam Setelah dilakukan isolasi sampel selanjutnya dilakukan pewarnaan bakteri
dan dilanjutkan dengan proses identifikasi (Gambar 2)
Gambar 2 Uji identifikasi bakteri Gram positif
Uji katalase Pengamatan
Mikroskopis
Batang Kokus
+Spora
(Bacillus sp)
((jjh
-Spora (non
Bacillus sp)
((jjh
Positif Negatif
Uji Glukosa Mikroaerofilik
Streptococcaceae
Uji CAMP
(BA)
Staphylococcus
spp
Micrococcus spp
MSA Uji Koagulase
Micrococcaceae
Positif Negatif
Merah Kuning
Staphylococcus aureus Staphylococcus epidermidis
α γ β
Bakteri Gram Positif
7
Daun Jawer Kotok
Daun jawer kotok (Coleus atropurpureus) diperoleh dari Balai Penelitian
Tanaman Rempah dan Obat (BALITRO) dalam keadaan daun basah Bagian
tanaman yang digunakan adalah daunnya yang berwarna merah kecoklatan
Ekstrak Etanol Daun Jawer Kotok
Pembuatan ektrak etanol daun jawer kotok dilakukan dengan metode
maserasi Daun jawer kotok basah sebanyak 800 g diris kecil-kecil kemudian
dibagi menjadi 4 bagian masing-masing bagian 200 g kemudian direndam
dengan etanol 96 (perbandingan 110) dalam 4 tempat penampungan selama
3x24 jam sambil sesekali diaduk dan disaring untuk mendapatkan filtratnya
Filtrat hasil maserasi dievaporasi selama 17 jam menggunakan rotary evaporator
Hasil ekstrak kental daun jawer kotok yang didapat sebanyak 185 g
Penapisan Fitokimia Daun Jawer Kotok
Penapisan fitokimia dilakukan dengan metode Harborne (1987) untuk
mengetahui golongan senyawa kimia (terutama metabolit sekunder) yang
terkandung dalam suatu tanaman Penapisan fitokimia yang sering dilakukan
adalah penapisan untuk metabolit sekunder golongan alkaloid flavonoid tanin
polifenol terpenoid steroid dan saponin Flavonoid diuji dengan memasukan
ekstrak ditambahkan dengan etanol 96 lalu diaduk dan ditambahakan NaOH 7
tetes serta H2SO4 amati perubahan warna menjadi kuning jika hasilnya positif Uji
polifenol dan tanin dilakukan dengan memasukan ekstrak ditambahkan dengan air
lalu dipanaskan dan ditambahkan FeCl3 selanjutnya akan terjadi perubahan warna
menjadi hijau biru sampai hitam untuk hasil positif adanya polifenol dan tanin
Uji alkaloid dilakukan dengan membagi ekstrak menjadi 2 bagian keduanya
ditambahkan larutan etanol 96 Salah satu bagian ditambahkan reagen
dragendorff dan yang lain ditambahkan reagen meyer Hasil positif adanya
alkaloid ditandai dengan warna kuning saat diberi reagen dragendorff dan
endapan putih saat ditambahkan reagen meyer Uji terpenoid dilakukan dengan
memasukkan ekstrak ke dalam tabung reaksi kemudian ditambahkan etanol 96
dan ditetesi dengan H2SO4 pekat Hasil positif terpenoid ditandai dengan
terbentuknya warna merah kecoklatan
Pengujian Daya Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Jawer Kotok
Metode pengujian aktivitas antibakteri yang digunakan adalah metode
sumuran (agar well difusion method) dengan media MHA Suspensi bakteri yang
digunakan memiliki kekeruhan yang setara dengan larutan Mc Farland I atau
3x108
CFUml Suspensi bakteri kemudian digoreskan pada MHA dengan
menggunakan cotton bud steril Setelah digores kemudian didiamkan selama 10
8
menit Kegiatan ini dilakukan sebanyak lima kali ulangan untuk setiap bakteri uji
Pada media MHA dibuat sebanyak 6 sumuran yang akan diisi dengan
Konsentrasi 20 (K1) 02 g ekstrak daun jawer kotok dalam 1 ml DMSO
Konsentrasi 40 (K2) 04 g ekstrak daun jawer kotok dalam 1 ml DMSO
Konsentrasi 60 (K3) 06 g ekstrak daun jawer kotok dalam 1 ml DMSO
Konsentrasi 80 (K4) 08 g ekstrak daun jawer kotok dalam 1 ml DMSO
Kontrol positif (KP) Klindamisin 1
Kontrol negatif (KN) DMSO
Media MHA yang telah diisi dengan larutan uji kemudian diinkubasi pada
suhu 37 ordmC selama 24 jam dan diamati diameter zona hambatnya dengan
penggaris
Analisis Data
Data hasil pengukuran diameter zona hambat dianalis secara kuantitatif
menggunakan metode one way analysis of variance (one way Anova) dan
dilanjutkan dengan uji Duncan
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penapisan Fitokimia Daun Jawer KotoK
Penapisan fitokimia ekstrak etanol daun jawer kotok positif mengandung
metabolit sekunder berupa flavonoid polifenol tanin serta terpenoid dan negatif
terhadap alkaloid Ridwan et al (2006) dan Rahmawati (2008) juga menyebutkan
bahwa daun jawer kotok tidak mengandung alkaloid (Gambar 3 dan Tabel 1)
(a) (b) (c) (d) (f)
Gambar 3 Hasil uji fitokimia flavonoid (a) alkaloid dengan reagen
dragendorff (b) alkaloid dengan reagen meyer (c) polifenol
(d) terpenoid (e)
9
Tabel 1 Hasil penapisan fitokimia ekstrak etanol daun jawer kotok
Penapisan Fitokimia Hasil
Flavonoid +
Alkaloid
Meyer minus
Dragendorff minus
Polifenol dan Tanin +
Terpenoid + aKeterangan + terdeteksi minus tidak terdeteksi
Bakteri pada Permukaan Kulit Wajah Berjerawat
Bakteri Gram positif yang berhasil diidentifikasi adalah Staphylococcus
aureus Staphylococcus epidermidis Streptococcus sp dan Micrococcus sp
Menurut Seta (2013) dan Razak et al (2013) bakteri yang dapat menyebabkan
jerawat adalah S aureus S epidermidis dan Propionibacterium acne P acne
tidak dapat diisolasi karena metode yang digunakan tidak bisa mengisolasi bakteri
anaerob Penemuan bakteri Streptococcus sp mungkin terjadi mengingat
Streptococcus sp merupakan salah satu bakteri pada kulit yang dapat
menyebabkan terjadinya penyakit pyoderma (Caesarita 2011) Micrococcus sp
dapat ditemukan pada hasil swab wajah mengingat kemungkinan adanya
pencemaran bakteri dari lingkungan seperti air udara dan tanah (Andy dan
Taufik 2010)
Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Jawer Kotok
Rata-rata diameter zona hambat bakteri ekstrak etanol daun jawer kotok
terhadap bakteri Gram positif (Gambar 4 dan Tabel 2)
(a) (b) (c) (d)
Gambar 4 Zona hambat ekstrak etanol daun jawer kotok terhadap S aureus (a)
S epidermidis (b) Streptococcus sp (c)dan Micrococcus sp(d)
K2 KP K3 K2 KP K3
K2 KP K3
K2 KP K3
K1 KN K4 K1 KN K4 K1 KN K4 K1 KN K4
10
Tabel 2 Rata-rata diameter zona hambat ekstrak etanol daun jawer kotok terhadap
bakteri Gram positif hasil swab kulit wajah berjerawat (mm)
Kelompok
Perlakuan
S aureus S epidermidis Streptococcus
sp
Micrococcus
sp
K1 1380 plusmn 109 b
1500 plusmn 070b
1560 plusmn 134c
1420 plusmn 178b
K2 1600 plusmn 122c
1540 plusmn054bc
1620 plusmn 109c
1500 plusmn 200b
K3 1600 plusmn 070c
1640 plusmn 151c
1620 plusmn 109c
1500 plusmn 200b
K4 1700 plusmn 070c
1620 plusmn 109c
1560 plusmn 054c
1420 plusmn 130b
KP 4060plusmn 089d
4080 plusmn 044d
4160 plusmn 054d
1820 plusmn 083d
KN 000 plusmn 000a
000 plusmn 000a
000 plusmn 000a
000 plusmn 000a
aKeterangan K1 konsentrasi 20 K2 konsentrasi 40 K3 konsentrasi 60 K4
konsentrasi 80 KP kontrol positif KN kontrol negatif Huruf supercript yang berbeda dalam
satu kolom menunjukkan perbedaan yang nyata pada taraf nyata Plt 005
Pada Tabel 2 diketahui bahwa KN pada keempat bakteri uji tidak memiliki
diameter zona hambat dan berbeda nyata dengan KP dan seluruh konsentrasi uji
Hal tersebut membuktikan bahwa pelarut tidak berpengaruh terhadap aktivitas
antibakteri sehingga aktivitas antibakteri hanya berasal dari konsentasi uji
DMSO digunakan sebagai KN karena tidak memiliki daya hambat bakteri serta
karena sifat dari DMSO yang merupakan pelarut polar berspektrum luas sehingga
dapat melarutkan senyawa alkaloid dan flavonoid (Mulyatni et al 2012)
Kontrol positif memberikan hasil yang berbeda nyata dengan KN dan
keempat konsentrasi uji pada semua bakteri Hal tersebut membuktikan bahwa
bakteri S aureus S epidermidis Streptococcus sp dan Micrococcus sp masih
peka terhadap KP Antibiotik klindamisin 1 digunakan sebagai KP karena
klindamisin paling efektif dalam pengobatan jerawat jika dibandingkan dengan
eritromisin dan tetrasiklin serta paling banyak digunakan masyarakat untuk
mengobati jerawat (Aziz 2010) Klindamisin adalah salah satu antibiotik golongan
aminoglikosida Klindamisin menghambat sintesis protein pada fase pemanjangan
dengan mempengaruhi translokasi (Syukrinawati 2014) Antibiotik ini efektif
terhadap bakteri Gram positif dan bakteri anaerob akan tetapi kurang efektif
terhadap bakteri Gram negatif (Nugroho 2013)
Hasil uji pada bakteri S aureus terlihat bahwa K1 memberikan perbedaan
yang nyata (Plt005) dengan K2 K3 dan K4 Hasil uji pada S epidermidis
memberikan hasil bahwa K1 berbeda nyata (Plt005) dengan K3 dan K4 Seluruh
konsentrasi ekstrak etanol daun jawer kotok yang diujikan terhadap Streptococcus
sp dan Micrococcus sp tidak menunjukkan hasil yang berbeda nyata
Hasil uji yang dilakukan terhadap Saureus memperlihatkan bahwa semakin
tinggi konsentrasi ekstrak maka semakin besar diameter zona hambat yang
terbentuk Hal ini karena semakin banyak zat aktif yang terkandung dalam ekstrak
tersebut sedangkan pada uji yang dilakukan terhadap S epidermidis
Streptococcus sp dan Micrococcus sp diameter zona hambat yang terbentuk pada
K4 mengalami penurunan Hal tersebut menunjukkan bahwa konsentrasi yang
semakin tinggi tidak selalu menghasilkan diameter zona hambat yang semakin
besar Penurunan aktivitas ini disebabkan karena perbedaan jenis bakteri yang
dihambat perbedaan kecepatan difusi senyawa aktif pada media agar serta
konsentrasi ekstrak yang terlalu tinggi dibandingkan dengan pelarutnya (DMSO)
sehingga larutan menjadi jenuh dan sulit untuk larut Brooks et al (2008)
11
menyatakan bahwa aktivitas antibakteri dipengaruhi beberapa faktor yaitu
konsentrasi ekstrak kandungan senyawa antibakteri daya difusi ekstrak dan jenis
bakteri yang dihambat
Diameter zona hambat bakteri menurut Davis dan Stout dalam Rahmawati
(2008) dibagi atas sangat kuat (zona jernih gt 20 mm) kuat (zona jernih 10minus20
mm) sedang (zona jernih 5minus10 mm) dan lemah (zona jernih lt 5 mm) Kontrol
positif (KP) pada bakteri uji S aureus S epidermidis Streptococcussp tergolong
dalam daya hambat sangat kuat sedangkan KP pada bakteri Micrococcus sp
tergolong dalam daya hambat kuat Hal tersebut kemungkinan dikarenakan target
kerja antibiotik klindamisin ditujukan untuk bakteri yang habitatnya di daerah
kulit wajah sedangkan Micrococcus sp merupakan bakteri kontaminasi dari
lingkungan (air tanah udara) Seluruh konsentrasi ekstrak yang diujikan terhadap
seluruh bakteri (K1K2 K3 K4) tergolong dalam konsentrasi yang memberikan
daya hambat kuat karena diameter zona hambat yang terbentuk antara 1380 plusmn
109 mm sampai 1700 plusmn 070 mm
Mengacu pada standar umum yang dikeluarkan oleh Departemen Kesehatan
disebutkan bahwa mikroba dinyatakan peka terhadap antimikroba asal tanaman
apabila mempunyai ukuran diameter daya hambatannya 12minus24 mm (Darmawi et
al 2013) sehingga dapat dikatakan bahwa seluruh bakteri uji peka terhadap K1
K2 K3 dan K4
Hasil penelitian diketahui bahwa seluruh konsentrasi dinyatakan peka dan
memiliki zona hambat bakteri yang kuat terhadap bakteri uji sehingga ekstrak
etanol daun jawer kotok memiliki potensi antibakteri yang baik Adanya potensi
antibakteri diketahui dari kandungan senyawa metabolit sekunder yang terdapat
pada daun jawer kotok yaitu flavonoid tanin polifenol serta terpenoid
Mekanisme kerja flavonoid sebagai antibakteri adalah membentuk senyawa
kompleks dengan protein ekstraseluler dan terlarut sehingga dapat merusak
membran sel bakteri dan diikuti keluarnya senyawa intraselluler (Ngajow et al
2013)
Mekanisme kerja tanin sebagai antibakteri adalah menghambat enzim
reverse transkriptase dan DNA topoisomerase sehingga sel bakteri tidak dapat
terbentuk Tanin juga mempunyai target pada polipeptida dinding sel sehingga
pembentukan polipeptida dinding sel menjadi tidak sempurna Hal ini
menyebabkan sel bakteri menjadi lisis karena tekanan osmotik maupun fisik
sehingga sel bakteri akan mati (Ngajow et al 2013)
Ngajow et al (2013) juga menyatakan bahwa senyawa fenolik dan terpenoid
memiliki target utama yaitu membran sitoplasma bakteri Aktifitas antibakteri
terpenoid diketahui bereaksi dengan porin (protein transmembran) pada membran
luar dinding sel bakteri Terpenoid membentuk ikatan polimer yang kuat sehingga
mengakibatkan rusaknya porin Rusaknya porin yang merupakan pintu keluar
masuknya senyawa akan mengurangi permeabilitas dinding sel bakteri yang akan
mengakibatkan sel bakteri akan kekurangan nutrisi sehingga pertumbuhan bakteri
akan terhambat dan mati
12
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Ekstrak etanol daun jawer kotok mengandung flavonoid polifenol dan tanin
serta terpenoid yang memiliki aktivitas antibakteri yang dapat menghambat
pertumbuhan bakteri kokus Gram positif pada permukaan kulit wajah berjerawat
Ekstrak etanol daun jawer kotok memiliki potensi antibakteri yang baik karena
daya hambat bakteri pada konsentrasi 20 40 60 dan 80 tergolong dalam
daya hambat yang kuat S aureus S epidermidis Streptococcus sp dan
Micrococcus sp dinyatakan peka terhadap seluruh konsentrasi ekstrak
Saran
Saran yang dapat diberikan kepada peneliti selanjutnya yaitu perlu
dilakukan penelitian aktivitas antibakteri ekstrak etanol daun jawer kotok terhadap
bakteri Pacne dan bakteri gram negatif serta penggunaan kontrol positif dengan
antibiotik yang lain Selain itu penelitian ini juga dapat digunakan sebagai dasar
ilmiah dalam pengembangan produk farmasi antibakteri
DAFTAR PUSTAKA
Agoes G 2007 Ekstraksi Tanaman Obat Bandung ITB
Andy Taufik M 2010 Jumlah bakteri dan keberadaan bakteri Salmonella sp
pada daging kuda di Kabupaten Jeneponto Jurnal Agrisistem 6(2) 82-87
Arundhina E 2014 Aktivitas ekstrak etanol daun alamanda (Allamanda
cathartica L) sebagai anti jamur terhadap Candida albicans dan
Pityrosporum ovale secara in vitro [skripsi] Yogyakarta (ID) Universitas
Katolik Atmajaya Yogyakarta
Aziz S2010 Uji aktivitas antibakteri ekstrak etanol daun dan umbi bakung putih
(Crinum asiatikum L) terhadap bakteri penyebab jerawat[skripsi] Jakarta
(ID) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatulloh
Brooks GF Butel JS Morse SA Mikrobiologi Kedokteran Mudihardi E
KuntamanWasito EB et al penerjemah Jakarta (ID) Salemba Medika
Terjemahan dari Medical Microbiology
Caesarita DP 2011 Pengaruh ekstrak buah nanas (Ananas comosus) 100
terhadap bakteri Staphylococcus aureus dari pyoderma [skripsi] Bandung
(ID) Universitas Diponegoro
Carter GR dan Cole JR 1990 Diagnostic Procedures in Veterinary Bacteriology
and Mycology Fifth Edition London (UK) Academi Press Limited
13
Dalimarta S 2000 Atlas Tumbuhan Indonesia Jilid ke-2 Jakarta Trubus
Agriwidya
Darmawi Manaf ZH Putranda F 2013 Daya hambat getah jarak cina (Jatropha
multifida L) terhadap Staphylococcus aureus secara invitro Jurnal Medika
Veterinaria7(2) 113-115
Hamdayati Y Kusnadi Rahadian I 2008 Aktivitas antibakteri ekstrak daun
patikan kebo (Euphorbia hirta) terhadap pertumbuhan bakteri
Staphylococcus epidermidis Jurnal Pengajaran Matematika dan Ilmu
Pengetahuan alam 12(7) 1-10
Harborne JB 1987 Metode Fitokimia Padmawinata K Soediro I penerjemah
Jakarta (ID) UI Press Terjemahan dari Basic Concepts of Analytical
Chemistry
Jang SS Biberstein EL Hirsh DC 1976 A Manual of Veterinary Clinical
Bacteriology and Micology Davis (US) Univ California
Kee JL Hayes ER Farmakologi Pendekatan Proses Keperawatan Anugerah P
penerjemah Jakarta (ID) EGC Terjemahan dari Pharmacology A Nursing
Process Approach
Mulyatni AS Budiani A Taniwiryono D 2012 Aktivitas antibakteri ekstrak kulit
buah kakao (Theobroma cacao L) terhadap Escherichia coli Bacillus
subtilis dan Staphylococcus aureus Jurnal Menara Perkebunan 80(2) 77-
84
Ngajow M Abidjulu J Kamu VS 2013 Pengaruh antibakteri ekstrak kulit batang
matoa (Pometia pinnata) terhadap bakteri Staphylococcus aureus secara in
vitro Jurnal Mipa Unsrat 2(2) 128-132
Nugroho RA 2013 Terapi topikal clindamycin dibandingkan dengan niacinamide
+ zinc pada Acne vulgaris [skripsi] Semarang (ID) Universitas
Diponegoro
Rahmawati F 2008Isolasi dan karakteristik senyawa antibakteri ekstrak daun
miana Coleus scutellarioides [L] Benth [tesis] Bogor (ID) Institut
Pertanian Bogor
Ratnawati Y 2007 Aktivitas antibakteri ekstrak daun jawer kotok (Coleus
scutellarioides [L] Benth) [skripsi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor
Razak A Djamal A Revilla G 2013 Uji daya hambat air perasan buah jeruk
nipis (Citrus aurantifolia) terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus
aureus secara in vitro Jurnal Kesehatan Andalas 2(1) 5-8
Ridwan Y Darusman LK Satrija F Handaryani E 2006 Kandungan kimia
berbagai ekstrak daun miana (Coleus blumei Bent) dan efek anthelmintiknya
terhadap cacing pita pada ayam Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia11(2) 1-6
Rusmiyati I Husain DR Alam G 2014 Bioaktivitas ekstrak metanol daun muda
sirsak (Annona muricata L) sebagai antibakteri terhadap Staphylococcus
aureus dan Propionibacterium acne [penelitian ilmiah] Makasar (ID)
Universitas Hassanudin
Saptarini O Perawati Hartanto Y 2008 Uji aktivitas antibakteri ekstrak etanol
buah mahkota dewa (Phaleria macrocarpa) terhadap Staphylococcus
epidermidis penyebab jerawat Jurnal Biomedika1(1) 1-7
Seta SA 2013 Optimasi formula lotion anti jerawat ekstrak etanol kulit buah
manggis (Garcinia mangostana L) dan uji aktivitas terhadap
14
Propionibacterium acnes dan Staphylococcus epidermidis [skripsi]
Yogyakarta (ID) Universitas Gadjah Mada
Syukrinawati RP 2014 Tingkat pengetahuan penggunaan antibiotik oleh
mahasiswa kepaniteraan klinik departemen bedah mulut RSGM-P FKG
periode September 2-13 Maret 2014 [skripsi] Medan (ID) Universitas
Sumatera Utara
Waji RA 2009 Flavonoid (Quercetin) [Penelitian Ilmiah] Makasar (ID)
Universitas Hasanuddin
Widiawati W Lutfiati D Perbedaan hasil penyembuhan kulit wajah berjerawat
antara masker lidah buaya dengan masker non lidah buaya e- Journal
Universitas Negeri Surabaya 2014 3(1) 217-225
15
LAMPIRAN
Lampiran 1 Pembuktian hipotesis
1 Pengambilan keputusan dari hipotesis yang ditentukan diuji dengan uji
ANOVA
2 Hipotesis dalam penelitian ini berupa Ho yaitu ekstrak etanol daun jawer
kotok dengan konsentrasi ekstrak 20 40 60 dan 80 tidak memiliki
aktivitas antibakteri terhadap bakteri pada permukaan kulit wajah
berjerawat dan H1 yaitu ekstrak etanol daun jawer kotok dengan
konsentrasi ekstrak 20 40 60 dan 80 memiliki aktivitas
antibakteri terhadap bakteri pada permukaan kulit wajah berjerawat
3 Pengambilan keputusan untuk memilih hipotesis mana yang diterima dan
hipotesis mana yang ditolak didasarkan pada perbandingan F hitung dan F
tabel dengan syarat jika F hitung kurang dari F tabel maka tolak H1 dan
terima H0 dan jika F hitung lebih besar dari F tabel maka H0 ditolak dan
terima H1
4 Hasil uji one way ANOVA pada diameter zona hambat bakteri S aureus S
Epidermidis Streptococcus sp dan Micrococcus sp diperoleh nilai F
hitung lebih besar dari F tabel (1143 831 gt 262) (1149 947 gt 262)
(1122 068 gt 262) dan (91144 gt 262) maka hiptotesis yang diterima
adalah H1 yaitu ekstrak etanol daun jawer kotok dengan konsentrasi
ekstrak 20 40 60 dan 80 memiliki aktivitas antibakteri terhadap
bakteri S aureus S epidermidis Streptococcus sp dan Micrococcus sp
Lampiran 2 hasil uji ANOVA dan uji lanjutan Duncan
Descriptives
saureus
N Mean
Std Deviation Std Error
95 Confidence Interval for
Mean
Minimum Maximum Lower Bound
Upper Bound
ekstrak 20 5 138000
109545
48990
124398
151602
1200
1500
ekstrak 40 5 160000
122474
54772
144793
175207
1400
1700
ekstrak 60 5 160000
70711
31623
151220
168780
1500
1700
ekstrak 80 5 170000
70711
31623
161220
178780
1600
1800
kontrol positif 5 406000
89443
40000
394894
417106
3900
4100
kontrol negative 5 0000
00000
00000
0000
0000
00 00
Total 30
172333
1218728
222508
126825
217841
00 4100
16
ANOVA
saureus
Sum of Squares df Mean Square F Sig
Between Groups
4289367 5 857873 1143831
000
Within Groups
18000 24 750
Total 4307367 29
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
saureus
Duncana
perlakuan N
Subset for alpha = 005
1 2 3 4
kontrol negatif 5 0000 ekstrak 20 5
13800
0
ekstrak 40 5
160000
ekstrak 60 5
160000
ekstrak 80 5
170000
kontrol positif 5
406000
Sig 1000 1000 096 1000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000
ONEWAY Sepidermidis BY perlakuan
STATISTICS DESCRIPTIVES
MISSING ANALYSIS
POSTHOC=DUNCAN ALPHA(005)
[DataSet0]
Descriptives
Sepidermidis
N Mean Std Deviation Std Error
95 Confidence Interval
for Mean
Minimum Maximum Lower Bound
Upper Bound
ekstrak 20 5 150000
70711
31623
141220
158780
1400
1600
ekstrak 40 5 154000
54772
24495
147199
160801
1500
1600
ekstrak 60 5 164000
151658
67823
145169
182831
1500
1800
ekstrak 80 5 162000
109545
48990
148398
175602
1500
1800
kontrol positif 5 408000
44721
20000
402447
413553
4000
4100
kontrol negatif 5 0000
00000
00000
0000
0000
00 00
Total 30
173000
1221968
223100
127371
218629
00 4100
17
ANOVA
Sepidermidis
Sum of Squares Df Mean Square F Sig
Between Groups 4312300 5 862460 1149947
000
Within Groups 18000 24 750 Total 4330300 29
Post Hoc Tests
Homogeneous Subsets
Sepidermidis
Duncana
Perlakuan N
Subset for alpha = 005
1 2 3 4
kontrol negative 5 0000 ekstrak 20 5
15000
0
ekstrak 40 5
154000
154000
ekstrak 80 5
162000
ekstrak 60 5
164000
kontrol positif 5
408000
Sig 1000 472 096 1000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000
ONEWAY Sepidermidis BY perlakuan
STATISTICS DESCRIPTIVES
MISSING ANALYSIS
POSTHOC=DUNCAN ALPHA(005)
[DataSet0]
18
Descriptives
Streptococcus
N Mean Std Deviation
Std Error
95 Confidence Interval
for Mean
Minimum Maximum Lower Bound
Upper Bound
ekstrak 20 5 156000
134164
60000
139341
172659
1400 1700
ekstrak 40 5 162000
109545
48990
148398
175602
1500 1700
ekstrak 60 5 162000
109545
48990
148398
175602
1500 1700
ekstrak 80 5 156000
54772
24495
149199
162801
1500 1600
kontrol positif 5 416000
54772
24495
409199
422801
4100 4200
kontrol negatif 5 0000
00000
00000
0000
0000
00 00
Total 30
175333
1246715
227618
128780
221886
00 4200
ANOVA
Streptococcus
Sum of Squares df Mean Square F Sig
Between Groups 4488267 5 897653 1122067
000
Within Groups 19200 24 800 Total 4507467 29
Post Hoc Tests
Homogeneous Subsets
Streptococcus
Duncana
perlakuan N
Subset for alpha = 005
1 2 3
kontrol negatif 5 0000 ekstrak 20 5
15600
0
ekstrak 80 5
156000
ekstrak 40 5
162000
ekstrak 60 5
162000
kontrol positif 5
416000
Sig 1000 343 1000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000
ONEWAY Sepidermidis BY perlakuan
STATISTICS DESCRIPTIVES
MISSING ANALYSIS
POSTHOC=DUNCAN ALPHA(005)
[DataSet0]
19
Descriptives
Micrococcus
N Mean Std Deviation
Std Error
95 Confidence Interval for
Mean
Minimum Maximum Lower Bound
Upper Bound
ekstrak 20 5 142000
178885
80000
119788
164212
1200
1600
ekstrak 40 5 150000
200000
89443
125167
174833
1200
1700
ekstrak 60 5 150000
200000
89443
125167
174833
1200
1700
ekstrak 80 5 142000
130384
58310
125811
158189
1200
1500
kontrol positif 5 182000
83666
37417
171611
192389
1700
1900
kontrol negative
5 0000
00000
00000
0000
0000
00 00
Total 30
127667
612335
111797
104802
150532
00 1900
ANOVA
Micrococcus
Sum of Squares Df Mean Square F Sig
Between Groups 1032967 5 206593 91144 000 Within Groups 54400 24 2267
Total 1087367 29
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
Micrococcus
Duncana
Perlakuan N
Subset for alpha = 005
1 2 3
kontrol negative 5 0000 ekstrak 20 5
14200
0
ekstrak 80 5
142000
ekstrak 40 5
150000
ekstrak 60 5
150000
kontrol positif 5
182000
Sig 1000 451 1000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000
20
RIWAYAT HIDUP
Penulis lahir di Jakarta tanggal 25 september 1992 Penulis merupakan
anak ketiga dari tiga bersaudara dari pasangan Petrus Bambang Wijanarko dan
Susana Tuminah Penulis menempuh pendidikan Sekolah Menengah Pertama di
SMP Strada Bhakti Wiyata Bekasi dan Sekolah Menengah Atas di SMA Santo
Antonius Jakarta Penulis aktif di Organisasi Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM)
Keluarga Mahasiswa Katolik IPB sejak tahun 2011 hingga 2013 Penulis juga
aktif di Himpunan Profesi Ornithologi dan Unggas sejak tahun 2013 hingga 2014
2
Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini membahas mengenai aktivitas antibakteri ekstrak etanol daun
jawer kotok dengan konsentrasi 20 40 60 dan 80 terhadap bakteri Gram
positif yang ditemukan pada permukaan kulit wajah berjerawat
TINJAUAN PUSTAKA
Jawer Kotok (Coleus atropurpureus)
Tanaman jawer kotok (iler) merupakan tanaman yang umum ditemukan di
IndonesiaTanaman ini tumbuh di tempat lembab dan terbuka seperti pinggir
selokan pematang sawah atau tepi jalan pada ketinggiaan 1-1300 diatas
permukaan laut (dpl) Coleus atropurpureus termasuk ke dalam famili Lamiaceae
Tanaman ini dikenal dengan nama daerah jawer kotok (sunda) kentangan (jawa)
saru-saru atau majaja Daunnya berbentuk bulat telur pangkal membulat
menyerupai bentuk jantung ujung meruncing tepi bergerigi tulang daun
menyirip permukaan mengkilat berambut halus memiliki panjang 7-11 cm dan
lebar 35-6 cm (Dalimartha 2000)
Gambar 1 Coleus atropurpureus
Daun jawer kotok diketahui mengandung flavonoid tanin saponin (Yusuf
et al 2006) polifenol serta steroid (Rahmawati 2008) Flavonoid banyak
ditemukan pada daun berwarna ungu seperti jawer kotok (Waji dan Sugrani 2009)
Jerawat
Jerawat merupakan kondisi kulit yang abnormal yang disebabkan oleh
gangguan produksi dari kelenjar minyak yang berlebihan Kelebihan produksi
3
sebaceous gland akan menyebabkan penyumbatan pada saluran folikel rambut
dan pori-pori kulit Kotoran atau sel kulit mati yang tidak dibersihkan akan
bertumpuk menjadi komedo dan jika terinfeksi bakteri penyebab jerawat komedo
akan berubah menjadi jerawat (Widiawati 2014)
Ekstraksi
Ekstraksi merupakan proses pemisahan bahan dari campurannya dengan
pelarut Ekstraksi tanaman obat adalah pemisahan secara kimia atau fisika suatu
atau sejumlah bahan padat atau bahan cair dari suatu tanaman obat (Agoes 2007)
Daun jawer kotok diekstrak menggunakan metode maserasi Maserasi merupakan
metode ekstraksi yang dilakukan dengan metode merendam sampel dalam pelarut
tanpa pemanasan Metode maserasi dipilih karena metodenya yang sederhana dan
bisa menghindari kerusakan komponen senyawa yang tidak tahan panas yang
terkandung dalam sampel (Rahmawati 2008) Pemilihan etanol 96 sebagai
pelarut didasarkan pada fungsi dari pelarut etanol 96 yang dapat mengikat
berbagai senyawa aktif seperti tanin polifenol flavonoid terpenoid sterol dan
alkaloid (Hamdayati et al 2008) Perbandingan jumlah daun jawer kotok dan
pelarut etanol 96 yang digunakan adalah 1 10 Menurut Arundhina (2014)
semakin banyak pelarut yang digunakan maka rendemen yang diperoleh semakin
besar hal ini disebabkan semakin besarnya rasio pelarut terhadap daun maka luas
permukaan perpindahan massa antara padatan dengan larutan semakin besar
Filtrat dari proses maserasi diuapkan menggunakan rotary evaporator Proses
penguapan dilakukan untuk memisahkan pelarut etanol 96 dan senyawa
fitokimia yang terekstrak dari daun jawer kotok
Antibakteri
Antibakteri merupakan sifat suatu bahan yang menunjukkan efek
menghambat pertumbuhan bakteri Penghambatan pertumbuhan bakteri dibedakan
menjadi bakterisida (mampu membunuh bakteri) dan bakteriostatik (menghambat
pertumbuhan bakteri) (Kee dan Hayes 1996)
Antibiotik Klindamisin
Klindamisin efektif terhadap sebagian besar bakteri aerob Gram positif seperti
Streptococcus sp Staphylococcus sp Enterococcus sp Bacilus antracis dan
Corynebacterium diphtheriae tetapi pada umumnya kurang efektif terhadap bakteri
Gram negatif seperti Enterobacteriaceae Neisseria gonorrhoeae Neisseria
4
Meningitidis dan Haemophilus influenzae Klindamisin juga sangat efektif terhadap
bakteri anaerob Gram positif seperti Eubacterium Proponibacterium Peptococcus
Peptostreptococcus Clostridium perfringens dan Cloctridium Tetani dan juga efektif
terhadap beberapa bakteri aerob negatif seperti Fusobacterium spdan Bacteriodes
sptermasuk Bacteroides fragilis (Nugroho 2013)
Morfologi dan Ciri Umum Bakteri Penyebab Jerawat pada Kulit
Wajah
Staphylococcus aureus
Staphyloccus aureus adalah bakteri Gram positif yang menghasilkan
pigmen kuning bersifat aerob fakultatif tidak menghasilkan spora dan tidak motil
S aureus umumnya tumbuh berpasangan maupun berkelompok seperti buah
anggur dengan diameter 08-10 microm Bakteri ini menghasilkan katalase dan
koagulase S aureus biasanya terdapat pada saluran pernafasan atas kulit saluran
urinari abses infeksi luka radang paru-paru dan selaput lendir lainnya
(Rusmiyati et al 2014)
Staphylococcus epidermidis
Bakteri ini merupakan Gram positif berbentuk kokus berdiameter 05-15
microm berkoloni mengerombol menyerupai buah anggur Koloni biasanya berwarna
putih atau krem S epidermidis bersifat aerob fakultatif katalase positif dan
koagulase negatif Bakteri ini merupakan flora normal pada kulit manusia saluran
pernafasan dan saluran pencernaan makanan Staphylococcus epidermidis yang
mempunyai daya invasi rendah serta bergabung dengan faktor-faktor ekstraseluler
dan toksin berperan pada banyak infeksi kulit misalnya jerawat (Saptarini et al
2008)
Propionibacterium acne
Propionibacterium acne termasuk kelompok Corynebacteria Bakteri ini
termasuk bakteri anaerob Gram positif yang toleran terhadap oksigen P Acne
berbentuk batang tak teratur dan tumbuh relatif lambat Genome dari bakteri ini
dapat menghasilkan enzim untuk meluruhkan kulit dan protein yang mungkin
bersifat immunogenic (mampu mengaktifkan sistem kekebalan tubuh) P acnes
dianggap tidak hanya sebagai flora normal penghuni pada kulit yang normal tetapi
juga bersifat sebagai bakteri patogen fakultatif (Rusmiyati et al2014)
5
METODE
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Mikrobiologi Departemen
Ilmu Penyakit Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner (IPHK) dan
Laboratorium Farmasi Departemen Klinik Reproduksi dan Patologi (KRP)
Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) Institut Pertanian Bogor (IPB) Kegiatan
dimulai sejak bulan Juli 2014 sampai dengan bulan Januari 2015
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam penelitian adalah timbangan analitik cawan
petri mini tube mikro pipet pipet volumentrik pipet pasteur pinset tabung
reaksi cotton bud steril tabung durham tabung effendorf osekapas object glass
bunsen spatula inkubator autoklaf dan mikroskop Bahan yang digunakan
adalah daun jawer kotok bakteri hasil swab wajah (S aureus S epidermidis
Streptococcus sp Micrococcus sp) antibiotik klindamisin satu set zat
pewarnaan gram reagen katalase (larutan 3 H2O2) Brain Heart Infussion (BHI)
Blood Agar (BA) Mac Conkey Agar (MCA) Manitol Salt Agar (MSA)
Tyrpticase Soy Agar (TSA) Muller Hilton Agar (MHA) etanol 96 Dimenthyl
sulfoxide (DMSO) NaOH H2SO4 FeCl3 reagen dragendorff dan reagen meyer
Prosedur Penelitian
Pengambilan Sampel
Metode pengambilan sampel dilakukan dengan melakukan swab pada kulit
wajah berjerawat pada sepuluh orang probandus yang telah dipilih Sepuluh
probandus tersebut terdiri dari 5 orang perempuan dan 5 orang laki-laki Swab
kulit dilakukan dengan menggunakan cotton bud yang telah disterilkan Swab
kulit dilakukan dengan cara mencelupkan cotton bud pada media BHI agar bakteri
pada jerawat dapat terangkat dan menempel pada cotton bud Swab kulit dari satu
orang dimasukan pada media BHI untuk dibawa ke laboratorium Perlakuan yang
sama dilakukan pada setiap probandus
6
Isolasi dan Identifikasi Bakteri pada Permukaan Kulit Wajah Berjerawat
Identifikasi bakteri mengacu pada metode Carter (1990) dan Jang et al
(1976) Sampel yang telah diperoleh dari hasil swab jerawat ditumbuhkan pada
media BA dengan cara mengambil sampel dari media transpor dengan
menggunakan ose steril dan menggoreskannya pada permukaan agar BA Bakteri
yang telah dibiakan pada agar BA diinkubasi pada suhu 37 ordmC selama 24 jam
Setelah diinkubasi dilakukan pengamatan koloni dan diamati koloni yang berbeda
kemudian ditanam pada media TSA dan diinkubasi pada suhu 37 ordmC selama 24
jam Setelah dilakukan isolasi sampel selanjutnya dilakukan pewarnaan bakteri
dan dilanjutkan dengan proses identifikasi (Gambar 2)
Gambar 2 Uji identifikasi bakteri Gram positif
Uji katalase Pengamatan
Mikroskopis
Batang Kokus
+Spora
(Bacillus sp)
((jjh
-Spora (non
Bacillus sp)
((jjh
Positif Negatif
Uji Glukosa Mikroaerofilik
Streptococcaceae
Uji CAMP
(BA)
Staphylococcus
spp
Micrococcus spp
MSA Uji Koagulase
Micrococcaceae
Positif Negatif
Merah Kuning
Staphylococcus aureus Staphylococcus epidermidis
α γ β
Bakteri Gram Positif
7
Daun Jawer Kotok
Daun jawer kotok (Coleus atropurpureus) diperoleh dari Balai Penelitian
Tanaman Rempah dan Obat (BALITRO) dalam keadaan daun basah Bagian
tanaman yang digunakan adalah daunnya yang berwarna merah kecoklatan
Ekstrak Etanol Daun Jawer Kotok
Pembuatan ektrak etanol daun jawer kotok dilakukan dengan metode
maserasi Daun jawer kotok basah sebanyak 800 g diris kecil-kecil kemudian
dibagi menjadi 4 bagian masing-masing bagian 200 g kemudian direndam
dengan etanol 96 (perbandingan 110) dalam 4 tempat penampungan selama
3x24 jam sambil sesekali diaduk dan disaring untuk mendapatkan filtratnya
Filtrat hasil maserasi dievaporasi selama 17 jam menggunakan rotary evaporator
Hasil ekstrak kental daun jawer kotok yang didapat sebanyak 185 g
Penapisan Fitokimia Daun Jawer Kotok
Penapisan fitokimia dilakukan dengan metode Harborne (1987) untuk
mengetahui golongan senyawa kimia (terutama metabolit sekunder) yang
terkandung dalam suatu tanaman Penapisan fitokimia yang sering dilakukan
adalah penapisan untuk metabolit sekunder golongan alkaloid flavonoid tanin
polifenol terpenoid steroid dan saponin Flavonoid diuji dengan memasukan
ekstrak ditambahkan dengan etanol 96 lalu diaduk dan ditambahakan NaOH 7
tetes serta H2SO4 amati perubahan warna menjadi kuning jika hasilnya positif Uji
polifenol dan tanin dilakukan dengan memasukan ekstrak ditambahkan dengan air
lalu dipanaskan dan ditambahkan FeCl3 selanjutnya akan terjadi perubahan warna
menjadi hijau biru sampai hitam untuk hasil positif adanya polifenol dan tanin
Uji alkaloid dilakukan dengan membagi ekstrak menjadi 2 bagian keduanya
ditambahkan larutan etanol 96 Salah satu bagian ditambahkan reagen
dragendorff dan yang lain ditambahkan reagen meyer Hasil positif adanya
alkaloid ditandai dengan warna kuning saat diberi reagen dragendorff dan
endapan putih saat ditambahkan reagen meyer Uji terpenoid dilakukan dengan
memasukkan ekstrak ke dalam tabung reaksi kemudian ditambahkan etanol 96
dan ditetesi dengan H2SO4 pekat Hasil positif terpenoid ditandai dengan
terbentuknya warna merah kecoklatan
Pengujian Daya Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Jawer Kotok
Metode pengujian aktivitas antibakteri yang digunakan adalah metode
sumuran (agar well difusion method) dengan media MHA Suspensi bakteri yang
digunakan memiliki kekeruhan yang setara dengan larutan Mc Farland I atau
3x108
CFUml Suspensi bakteri kemudian digoreskan pada MHA dengan
menggunakan cotton bud steril Setelah digores kemudian didiamkan selama 10
8
menit Kegiatan ini dilakukan sebanyak lima kali ulangan untuk setiap bakteri uji
Pada media MHA dibuat sebanyak 6 sumuran yang akan diisi dengan
Konsentrasi 20 (K1) 02 g ekstrak daun jawer kotok dalam 1 ml DMSO
Konsentrasi 40 (K2) 04 g ekstrak daun jawer kotok dalam 1 ml DMSO
Konsentrasi 60 (K3) 06 g ekstrak daun jawer kotok dalam 1 ml DMSO
Konsentrasi 80 (K4) 08 g ekstrak daun jawer kotok dalam 1 ml DMSO
Kontrol positif (KP) Klindamisin 1
Kontrol negatif (KN) DMSO
Media MHA yang telah diisi dengan larutan uji kemudian diinkubasi pada
suhu 37 ordmC selama 24 jam dan diamati diameter zona hambatnya dengan
penggaris
Analisis Data
Data hasil pengukuran diameter zona hambat dianalis secara kuantitatif
menggunakan metode one way analysis of variance (one way Anova) dan
dilanjutkan dengan uji Duncan
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penapisan Fitokimia Daun Jawer KotoK
Penapisan fitokimia ekstrak etanol daun jawer kotok positif mengandung
metabolit sekunder berupa flavonoid polifenol tanin serta terpenoid dan negatif
terhadap alkaloid Ridwan et al (2006) dan Rahmawati (2008) juga menyebutkan
bahwa daun jawer kotok tidak mengandung alkaloid (Gambar 3 dan Tabel 1)
(a) (b) (c) (d) (f)
Gambar 3 Hasil uji fitokimia flavonoid (a) alkaloid dengan reagen
dragendorff (b) alkaloid dengan reagen meyer (c) polifenol
(d) terpenoid (e)
9
Tabel 1 Hasil penapisan fitokimia ekstrak etanol daun jawer kotok
Penapisan Fitokimia Hasil
Flavonoid +
Alkaloid
Meyer minus
Dragendorff minus
Polifenol dan Tanin +
Terpenoid + aKeterangan + terdeteksi minus tidak terdeteksi
Bakteri pada Permukaan Kulit Wajah Berjerawat
Bakteri Gram positif yang berhasil diidentifikasi adalah Staphylococcus
aureus Staphylococcus epidermidis Streptococcus sp dan Micrococcus sp
Menurut Seta (2013) dan Razak et al (2013) bakteri yang dapat menyebabkan
jerawat adalah S aureus S epidermidis dan Propionibacterium acne P acne
tidak dapat diisolasi karena metode yang digunakan tidak bisa mengisolasi bakteri
anaerob Penemuan bakteri Streptococcus sp mungkin terjadi mengingat
Streptococcus sp merupakan salah satu bakteri pada kulit yang dapat
menyebabkan terjadinya penyakit pyoderma (Caesarita 2011) Micrococcus sp
dapat ditemukan pada hasil swab wajah mengingat kemungkinan adanya
pencemaran bakteri dari lingkungan seperti air udara dan tanah (Andy dan
Taufik 2010)
Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Jawer Kotok
Rata-rata diameter zona hambat bakteri ekstrak etanol daun jawer kotok
terhadap bakteri Gram positif (Gambar 4 dan Tabel 2)
(a) (b) (c) (d)
Gambar 4 Zona hambat ekstrak etanol daun jawer kotok terhadap S aureus (a)
S epidermidis (b) Streptococcus sp (c)dan Micrococcus sp(d)
K2 KP K3 K2 KP K3
K2 KP K3
K2 KP K3
K1 KN K4 K1 KN K4 K1 KN K4 K1 KN K4
10
Tabel 2 Rata-rata diameter zona hambat ekstrak etanol daun jawer kotok terhadap
bakteri Gram positif hasil swab kulit wajah berjerawat (mm)
Kelompok
Perlakuan
S aureus S epidermidis Streptococcus
sp
Micrococcus
sp
K1 1380 plusmn 109 b
1500 plusmn 070b
1560 plusmn 134c
1420 plusmn 178b
K2 1600 plusmn 122c
1540 plusmn054bc
1620 plusmn 109c
1500 plusmn 200b
K3 1600 plusmn 070c
1640 plusmn 151c
1620 plusmn 109c
1500 plusmn 200b
K4 1700 plusmn 070c
1620 plusmn 109c
1560 plusmn 054c
1420 plusmn 130b
KP 4060plusmn 089d
4080 plusmn 044d
4160 plusmn 054d
1820 plusmn 083d
KN 000 plusmn 000a
000 plusmn 000a
000 plusmn 000a
000 plusmn 000a
aKeterangan K1 konsentrasi 20 K2 konsentrasi 40 K3 konsentrasi 60 K4
konsentrasi 80 KP kontrol positif KN kontrol negatif Huruf supercript yang berbeda dalam
satu kolom menunjukkan perbedaan yang nyata pada taraf nyata Plt 005
Pada Tabel 2 diketahui bahwa KN pada keempat bakteri uji tidak memiliki
diameter zona hambat dan berbeda nyata dengan KP dan seluruh konsentrasi uji
Hal tersebut membuktikan bahwa pelarut tidak berpengaruh terhadap aktivitas
antibakteri sehingga aktivitas antibakteri hanya berasal dari konsentasi uji
DMSO digunakan sebagai KN karena tidak memiliki daya hambat bakteri serta
karena sifat dari DMSO yang merupakan pelarut polar berspektrum luas sehingga
dapat melarutkan senyawa alkaloid dan flavonoid (Mulyatni et al 2012)
Kontrol positif memberikan hasil yang berbeda nyata dengan KN dan
keempat konsentrasi uji pada semua bakteri Hal tersebut membuktikan bahwa
bakteri S aureus S epidermidis Streptococcus sp dan Micrococcus sp masih
peka terhadap KP Antibiotik klindamisin 1 digunakan sebagai KP karena
klindamisin paling efektif dalam pengobatan jerawat jika dibandingkan dengan
eritromisin dan tetrasiklin serta paling banyak digunakan masyarakat untuk
mengobati jerawat (Aziz 2010) Klindamisin adalah salah satu antibiotik golongan
aminoglikosida Klindamisin menghambat sintesis protein pada fase pemanjangan
dengan mempengaruhi translokasi (Syukrinawati 2014) Antibiotik ini efektif
terhadap bakteri Gram positif dan bakteri anaerob akan tetapi kurang efektif
terhadap bakteri Gram negatif (Nugroho 2013)
Hasil uji pada bakteri S aureus terlihat bahwa K1 memberikan perbedaan
yang nyata (Plt005) dengan K2 K3 dan K4 Hasil uji pada S epidermidis
memberikan hasil bahwa K1 berbeda nyata (Plt005) dengan K3 dan K4 Seluruh
konsentrasi ekstrak etanol daun jawer kotok yang diujikan terhadap Streptococcus
sp dan Micrococcus sp tidak menunjukkan hasil yang berbeda nyata
Hasil uji yang dilakukan terhadap Saureus memperlihatkan bahwa semakin
tinggi konsentrasi ekstrak maka semakin besar diameter zona hambat yang
terbentuk Hal ini karena semakin banyak zat aktif yang terkandung dalam ekstrak
tersebut sedangkan pada uji yang dilakukan terhadap S epidermidis
Streptococcus sp dan Micrococcus sp diameter zona hambat yang terbentuk pada
K4 mengalami penurunan Hal tersebut menunjukkan bahwa konsentrasi yang
semakin tinggi tidak selalu menghasilkan diameter zona hambat yang semakin
besar Penurunan aktivitas ini disebabkan karena perbedaan jenis bakteri yang
dihambat perbedaan kecepatan difusi senyawa aktif pada media agar serta
konsentrasi ekstrak yang terlalu tinggi dibandingkan dengan pelarutnya (DMSO)
sehingga larutan menjadi jenuh dan sulit untuk larut Brooks et al (2008)
11
menyatakan bahwa aktivitas antibakteri dipengaruhi beberapa faktor yaitu
konsentrasi ekstrak kandungan senyawa antibakteri daya difusi ekstrak dan jenis
bakteri yang dihambat
Diameter zona hambat bakteri menurut Davis dan Stout dalam Rahmawati
(2008) dibagi atas sangat kuat (zona jernih gt 20 mm) kuat (zona jernih 10minus20
mm) sedang (zona jernih 5minus10 mm) dan lemah (zona jernih lt 5 mm) Kontrol
positif (KP) pada bakteri uji S aureus S epidermidis Streptococcussp tergolong
dalam daya hambat sangat kuat sedangkan KP pada bakteri Micrococcus sp
tergolong dalam daya hambat kuat Hal tersebut kemungkinan dikarenakan target
kerja antibiotik klindamisin ditujukan untuk bakteri yang habitatnya di daerah
kulit wajah sedangkan Micrococcus sp merupakan bakteri kontaminasi dari
lingkungan (air tanah udara) Seluruh konsentrasi ekstrak yang diujikan terhadap
seluruh bakteri (K1K2 K3 K4) tergolong dalam konsentrasi yang memberikan
daya hambat kuat karena diameter zona hambat yang terbentuk antara 1380 plusmn
109 mm sampai 1700 plusmn 070 mm
Mengacu pada standar umum yang dikeluarkan oleh Departemen Kesehatan
disebutkan bahwa mikroba dinyatakan peka terhadap antimikroba asal tanaman
apabila mempunyai ukuran diameter daya hambatannya 12minus24 mm (Darmawi et
al 2013) sehingga dapat dikatakan bahwa seluruh bakteri uji peka terhadap K1
K2 K3 dan K4
Hasil penelitian diketahui bahwa seluruh konsentrasi dinyatakan peka dan
memiliki zona hambat bakteri yang kuat terhadap bakteri uji sehingga ekstrak
etanol daun jawer kotok memiliki potensi antibakteri yang baik Adanya potensi
antibakteri diketahui dari kandungan senyawa metabolit sekunder yang terdapat
pada daun jawer kotok yaitu flavonoid tanin polifenol serta terpenoid
Mekanisme kerja flavonoid sebagai antibakteri adalah membentuk senyawa
kompleks dengan protein ekstraseluler dan terlarut sehingga dapat merusak
membran sel bakteri dan diikuti keluarnya senyawa intraselluler (Ngajow et al
2013)
Mekanisme kerja tanin sebagai antibakteri adalah menghambat enzim
reverse transkriptase dan DNA topoisomerase sehingga sel bakteri tidak dapat
terbentuk Tanin juga mempunyai target pada polipeptida dinding sel sehingga
pembentukan polipeptida dinding sel menjadi tidak sempurna Hal ini
menyebabkan sel bakteri menjadi lisis karena tekanan osmotik maupun fisik
sehingga sel bakteri akan mati (Ngajow et al 2013)
Ngajow et al (2013) juga menyatakan bahwa senyawa fenolik dan terpenoid
memiliki target utama yaitu membran sitoplasma bakteri Aktifitas antibakteri
terpenoid diketahui bereaksi dengan porin (protein transmembran) pada membran
luar dinding sel bakteri Terpenoid membentuk ikatan polimer yang kuat sehingga
mengakibatkan rusaknya porin Rusaknya porin yang merupakan pintu keluar
masuknya senyawa akan mengurangi permeabilitas dinding sel bakteri yang akan
mengakibatkan sel bakteri akan kekurangan nutrisi sehingga pertumbuhan bakteri
akan terhambat dan mati
12
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Ekstrak etanol daun jawer kotok mengandung flavonoid polifenol dan tanin
serta terpenoid yang memiliki aktivitas antibakteri yang dapat menghambat
pertumbuhan bakteri kokus Gram positif pada permukaan kulit wajah berjerawat
Ekstrak etanol daun jawer kotok memiliki potensi antibakteri yang baik karena
daya hambat bakteri pada konsentrasi 20 40 60 dan 80 tergolong dalam
daya hambat yang kuat S aureus S epidermidis Streptococcus sp dan
Micrococcus sp dinyatakan peka terhadap seluruh konsentrasi ekstrak
Saran
Saran yang dapat diberikan kepada peneliti selanjutnya yaitu perlu
dilakukan penelitian aktivitas antibakteri ekstrak etanol daun jawer kotok terhadap
bakteri Pacne dan bakteri gram negatif serta penggunaan kontrol positif dengan
antibiotik yang lain Selain itu penelitian ini juga dapat digunakan sebagai dasar
ilmiah dalam pengembangan produk farmasi antibakteri
DAFTAR PUSTAKA
Agoes G 2007 Ekstraksi Tanaman Obat Bandung ITB
Andy Taufik M 2010 Jumlah bakteri dan keberadaan bakteri Salmonella sp
pada daging kuda di Kabupaten Jeneponto Jurnal Agrisistem 6(2) 82-87
Arundhina E 2014 Aktivitas ekstrak etanol daun alamanda (Allamanda
cathartica L) sebagai anti jamur terhadap Candida albicans dan
Pityrosporum ovale secara in vitro [skripsi] Yogyakarta (ID) Universitas
Katolik Atmajaya Yogyakarta
Aziz S2010 Uji aktivitas antibakteri ekstrak etanol daun dan umbi bakung putih
(Crinum asiatikum L) terhadap bakteri penyebab jerawat[skripsi] Jakarta
(ID) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatulloh
Brooks GF Butel JS Morse SA Mikrobiologi Kedokteran Mudihardi E
KuntamanWasito EB et al penerjemah Jakarta (ID) Salemba Medika
Terjemahan dari Medical Microbiology
Caesarita DP 2011 Pengaruh ekstrak buah nanas (Ananas comosus) 100
terhadap bakteri Staphylococcus aureus dari pyoderma [skripsi] Bandung
(ID) Universitas Diponegoro
Carter GR dan Cole JR 1990 Diagnostic Procedures in Veterinary Bacteriology
and Mycology Fifth Edition London (UK) Academi Press Limited
13
Dalimarta S 2000 Atlas Tumbuhan Indonesia Jilid ke-2 Jakarta Trubus
Agriwidya
Darmawi Manaf ZH Putranda F 2013 Daya hambat getah jarak cina (Jatropha
multifida L) terhadap Staphylococcus aureus secara invitro Jurnal Medika
Veterinaria7(2) 113-115
Hamdayati Y Kusnadi Rahadian I 2008 Aktivitas antibakteri ekstrak daun
patikan kebo (Euphorbia hirta) terhadap pertumbuhan bakteri
Staphylococcus epidermidis Jurnal Pengajaran Matematika dan Ilmu
Pengetahuan alam 12(7) 1-10
Harborne JB 1987 Metode Fitokimia Padmawinata K Soediro I penerjemah
Jakarta (ID) UI Press Terjemahan dari Basic Concepts of Analytical
Chemistry
Jang SS Biberstein EL Hirsh DC 1976 A Manual of Veterinary Clinical
Bacteriology and Micology Davis (US) Univ California
Kee JL Hayes ER Farmakologi Pendekatan Proses Keperawatan Anugerah P
penerjemah Jakarta (ID) EGC Terjemahan dari Pharmacology A Nursing
Process Approach
Mulyatni AS Budiani A Taniwiryono D 2012 Aktivitas antibakteri ekstrak kulit
buah kakao (Theobroma cacao L) terhadap Escherichia coli Bacillus
subtilis dan Staphylococcus aureus Jurnal Menara Perkebunan 80(2) 77-
84
Ngajow M Abidjulu J Kamu VS 2013 Pengaruh antibakteri ekstrak kulit batang
matoa (Pometia pinnata) terhadap bakteri Staphylococcus aureus secara in
vitro Jurnal Mipa Unsrat 2(2) 128-132
Nugroho RA 2013 Terapi topikal clindamycin dibandingkan dengan niacinamide
+ zinc pada Acne vulgaris [skripsi] Semarang (ID) Universitas
Diponegoro
Rahmawati F 2008Isolasi dan karakteristik senyawa antibakteri ekstrak daun
miana Coleus scutellarioides [L] Benth [tesis] Bogor (ID) Institut
Pertanian Bogor
Ratnawati Y 2007 Aktivitas antibakteri ekstrak daun jawer kotok (Coleus
scutellarioides [L] Benth) [skripsi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor
Razak A Djamal A Revilla G 2013 Uji daya hambat air perasan buah jeruk
nipis (Citrus aurantifolia) terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus
aureus secara in vitro Jurnal Kesehatan Andalas 2(1) 5-8
Ridwan Y Darusman LK Satrija F Handaryani E 2006 Kandungan kimia
berbagai ekstrak daun miana (Coleus blumei Bent) dan efek anthelmintiknya
terhadap cacing pita pada ayam Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia11(2) 1-6
Rusmiyati I Husain DR Alam G 2014 Bioaktivitas ekstrak metanol daun muda
sirsak (Annona muricata L) sebagai antibakteri terhadap Staphylococcus
aureus dan Propionibacterium acne [penelitian ilmiah] Makasar (ID)
Universitas Hassanudin
Saptarini O Perawati Hartanto Y 2008 Uji aktivitas antibakteri ekstrak etanol
buah mahkota dewa (Phaleria macrocarpa) terhadap Staphylococcus
epidermidis penyebab jerawat Jurnal Biomedika1(1) 1-7
Seta SA 2013 Optimasi formula lotion anti jerawat ekstrak etanol kulit buah
manggis (Garcinia mangostana L) dan uji aktivitas terhadap
14
Propionibacterium acnes dan Staphylococcus epidermidis [skripsi]
Yogyakarta (ID) Universitas Gadjah Mada
Syukrinawati RP 2014 Tingkat pengetahuan penggunaan antibiotik oleh
mahasiswa kepaniteraan klinik departemen bedah mulut RSGM-P FKG
periode September 2-13 Maret 2014 [skripsi] Medan (ID) Universitas
Sumatera Utara
Waji RA 2009 Flavonoid (Quercetin) [Penelitian Ilmiah] Makasar (ID)
Universitas Hasanuddin
Widiawati W Lutfiati D Perbedaan hasil penyembuhan kulit wajah berjerawat
antara masker lidah buaya dengan masker non lidah buaya e- Journal
Universitas Negeri Surabaya 2014 3(1) 217-225
15
LAMPIRAN
Lampiran 1 Pembuktian hipotesis
1 Pengambilan keputusan dari hipotesis yang ditentukan diuji dengan uji
ANOVA
2 Hipotesis dalam penelitian ini berupa Ho yaitu ekstrak etanol daun jawer
kotok dengan konsentrasi ekstrak 20 40 60 dan 80 tidak memiliki
aktivitas antibakteri terhadap bakteri pada permukaan kulit wajah
berjerawat dan H1 yaitu ekstrak etanol daun jawer kotok dengan
konsentrasi ekstrak 20 40 60 dan 80 memiliki aktivitas
antibakteri terhadap bakteri pada permukaan kulit wajah berjerawat
3 Pengambilan keputusan untuk memilih hipotesis mana yang diterima dan
hipotesis mana yang ditolak didasarkan pada perbandingan F hitung dan F
tabel dengan syarat jika F hitung kurang dari F tabel maka tolak H1 dan
terima H0 dan jika F hitung lebih besar dari F tabel maka H0 ditolak dan
terima H1
4 Hasil uji one way ANOVA pada diameter zona hambat bakteri S aureus S
Epidermidis Streptococcus sp dan Micrococcus sp diperoleh nilai F
hitung lebih besar dari F tabel (1143 831 gt 262) (1149 947 gt 262)
(1122 068 gt 262) dan (91144 gt 262) maka hiptotesis yang diterima
adalah H1 yaitu ekstrak etanol daun jawer kotok dengan konsentrasi
ekstrak 20 40 60 dan 80 memiliki aktivitas antibakteri terhadap
bakteri S aureus S epidermidis Streptococcus sp dan Micrococcus sp
Lampiran 2 hasil uji ANOVA dan uji lanjutan Duncan
Descriptives
saureus
N Mean
Std Deviation Std Error
95 Confidence Interval for
Mean
Minimum Maximum Lower Bound
Upper Bound
ekstrak 20 5 138000
109545
48990
124398
151602
1200
1500
ekstrak 40 5 160000
122474
54772
144793
175207
1400
1700
ekstrak 60 5 160000
70711
31623
151220
168780
1500
1700
ekstrak 80 5 170000
70711
31623
161220
178780
1600
1800
kontrol positif 5 406000
89443
40000
394894
417106
3900
4100
kontrol negative 5 0000
00000
00000
0000
0000
00 00
Total 30
172333
1218728
222508
126825
217841
00 4100
16
ANOVA
saureus
Sum of Squares df Mean Square F Sig
Between Groups
4289367 5 857873 1143831
000
Within Groups
18000 24 750
Total 4307367 29
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
saureus
Duncana
perlakuan N
Subset for alpha = 005
1 2 3 4
kontrol negatif 5 0000 ekstrak 20 5
13800
0
ekstrak 40 5
160000
ekstrak 60 5
160000
ekstrak 80 5
170000
kontrol positif 5
406000
Sig 1000 1000 096 1000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000
ONEWAY Sepidermidis BY perlakuan
STATISTICS DESCRIPTIVES
MISSING ANALYSIS
POSTHOC=DUNCAN ALPHA(005)
[DataSet0]
Descriptives
Sepidermidis
N Mean Std Deviation Std Error
95 Confidence Interval
for Mean
Minimum Maximum Lower Bound
Upper Bound
ekstrak 20 5 150000
70711
31623
141220
158780
1400
1600
ekstrak 40 5 154000
54772
24495
147199
160801
1500
1600
ekstrak 60 5 164000
151658
67823
145169
182831
1500
1800
ekstrak 80 5 162000
109545
48990
148398
175602
1500
1800
kontrol positif 5 408000
44721
20000
402447
413553
4000
4100
kontrol negatif 5 0000
00000
00000
0000
0000
00 00
Total 30
173000
1221968
223100
127371
218629
00 4100
17
ANOVA
Sepidermidis
Sum of Squares Df Mean Square F Sig
Between Groups 4312300 5 862460 1149947
000
Within Groups 18000 24 750 Total 4330300 29
Post Hoc Tests
Homogeneous Subsets
Sepidermidis
Duncana
Perlakuan N
Subset for alpha = 005
1 2 3 4
kontrol negative 5 0000 ekstrak 20 5
15000
0
ekstrak 40 5
154000
154000
ekstrak 80 5
162000
ekstrak 60 5
164000
kontrol positif 5
408000
Sig 1000 472 096 1000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000
ONEWAY Sepidermidis BY perlakuan
STATISTICS DESCRIPTIVES
MISSING ANALYSIS
POSTHOC=DUNCAN ALPHA(005)
[DataSet0]
18
Descriptives
Streptococcus
N Mean Std Deviation
Std Error
95 Confidence Interval
for Mean
Minimum Maximum Lower Bound
Upper Bound
ekstrak 20 5 156000
134164
60000
139341
172659
1400 1700
ekstrak 40 5 162000
109545
48990
148398
175602
1500 1700
ekstrak 60 5 162000
109545
48990
148398
175602
1500 1700
ekstrak 80 5 156000
54772
24495
149199
162801
1500 1600
kontrol positif 5 416000
54772
24495
409199
422801
4100 4200
kontrol negatif 5 0000
00000
00000
0000
0000
00 00
Total 30
175333
1246715
227618
128780
221886
00 4200
ANOVA
Streptococcus
Sum of Squares df Mean Square F Sig
Between Groups 4488267 5 897653 1122067
000
Within Groups 19200 24 800 Total 4507467 29
Post Hoc Tests
Homogeneous Subsets
Streptococcus
Duncana
perlakuan N
Subset for alpha = 005
1 2 3
kontrol negatif 5 0000 ekstrak 20 5
15600
0
ekstrak 80 5
156000
ekstrak 40 5
162000
ekstrak 60 5
162000
kontrol positif 5
416000
Sig 1000 343 1000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000
ONEWAY Sepidermidis BY perlakuan
STATISTICS DESCRIPTIVES
MISSING ANALYSIS
POSTHOC=DUNCAN ALPHA(005)
[DataSet0]
19
Descriptives
Micrococcus
N Mean Std Deviation
Std Error
95 Confidence Interval for
Mean
Minimum Maximum Lower Bound
Upper Bound
ekstrak 20 5 142000
178885
80000
119788
164212
1200
1600
ekstrak 40 5 150000
200000
89443
125167
174833
1200
1700
ekstrak 60 5 150000
200000
89443
125167
174833
1200
1700
ekstrak 80 5 142000
130384
58310
125811
158189
1200
1500
kontrol positif 5 182000
83666
37417
171611
192389
1700
1900
kontrol negative
5 0000
00000
00000
0000
0000
00 00
Total 30
127667
612335
111797
104802
150532
00 1900
ANOVA
Micrococcus
Sum of Squares Df Mean Square F Sig
Between Groups 1032967 5 206593 91144 000 Within Groups 54400 24 2267
Total 1087367 29
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
Micrococcus
Duncana
Perlakuan N
Subset for alpha = 005
1 2 3
kontrol negative 5 0000 ekstrak 20 5
14200
0
ekstrak 80 5
142000
ekstrak 40 5
150000
ekstrak 60 5
150000
kontrol positif 5
182000
Sig 1000 451 1000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000
20
RIWAYAT HIDUP
Penulis lahir di Jakarta tanggal 25 september 1992 Penulis merupakan
anak ketiga dari tiga bersaudara dari pasangan Petrus Bambang Wijanarko dan
Susana Tuminah Penulis menempuh pendidikan Sekolah Menengah Pertama di
SMP Strada Bhakti Wiyata Bekasi dan Sekolah Menengah Atas di SMA Santo
Antonius Jakarta Penulis aktif di Organisasi Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM)
Keluarga Mahasiswa Katolik IPB sejak tahun 2011 hingga 2013 Penulis juga
aktif di Himpunan Profesi Ornithologi dan Unggas sejak tahun 2013 hingga 2014
3
sebaceous gland akan menyebabkan penyumbatan pada saluran folikel rambut
dan pori-pori kulit Kotoran atau sel kulit mati yang tidak dibersihkan akan
bertumpuk menjadi komedo dan jika terinfeksi bakteri penyebab jerawat komedo
akan berubah menjadi jerawat (Widiawati 2014)
Ekstraksi
Ekstraksi merupakan proses pemisahan bahan dari campurannya dengan
pelarut Ekstraksi tanaman obat adalah pemisahan secara kimia atau fisika suatu
atau sejumlah bahan padat atau bahan cair dari suatu tanaman obat (Agoes 2007)
Daun jawer kotok diekstrak menggunakan metode maserasi Maserasi merupakan
metode ekstraksi yang dilakukan dengan metode merendam sampel dalam pelarut
tanpa pemanasan Metode maserasi dipilih karena metodenya yang sederhana dan
bisa menghindari kerusakan komponen senyawa yang tidak tahan panas yang
terkandung dalam sampel (Rahmawati 2008) Pemilihan etanol 96 sebagai
pelarut didasarkan pada fungsi dari pelarut etanol 96 yang dapat mengikat
berbagai senyawa aktif seperti tanin polifenol flavonoid terpenoid sterol dan
alkaloid (Hamdayati et al 2008) Perbandingan jumlah daun jawer kotok dan
pelarut etanol 96 yang digunakan adalah 1 10 Menurut Arundhina (2014)
semakin banyak pelarut yang digunakan maka rendemen yang diperoleh semakin
besar hal ini disebabkan semakin besarnya rasio pelarut terhadap daun maka luas
permukaan perpindahan massa antara padatan dengan larutan semakin besar
Filtrat dari proses maserasi diuapkan menggunakan rotary evaporator Proses
penguapan dilakukan untuk memisahkan pelarut etanol 96 dan senyawa
fitokimia yang terekstrak dari daun jawer kotok
Antibakteri
Antibakteri merupakan sifat suatu bahan yang menunjukkan efek
menghambat pertumbuhan bakteri Penghambatan pertumbuhan bakteri dibedakan
menjadi bakterisida (mampu membunuh bakteri) dan bakteriostatik (menghambat
pertumbuhan bakteri) (Kee dan Hayes 1996)
Antibiotik Klindamisin
Klindamisin efektif terhadap sebagian besar bakteri aerob Gram positif seperti
Streptococcus sp Staphylococcus sp Enterococcus sp Bacilus antracis dan
Corynebacterium diphtheriae tetapi pada umumnya kurang efektif terhadap bakteri
Gram negatif seperti Enterobacteriaceae Neisseria gonorrhoeae Neisseria
4
Meningitidis dan Haemophilus influenzae Klindamisin juga sangat efektif terhadap
bakteri anaerob Gram positif seperti Eubacterium Proponibacterium Peptococcus
Peptostreptococcus Clostridium perfringens dan Cloctridium Tetani dan juga efektif
terhadap beberapa bakteri aerob negatif seperti Fusobacterium spdan Bacteriodes
sptermasuk Bacteroides fragilis (Nugroho 2013)
Morfologi dan Ciri Umum Bakteri Penyebab Jerawat pada Kulit
Wajah
Staphylococcus aureus
Staphyloccus aureus adalah bakteri Gram positif yang menghasilkan
pigmen kuning bersifat aerob fakultatif tidak menghasilkan spora dan tidak motil
S aureus umumnya tumbuh berpasangan maupun berkelompok seperti buah
anggur dengan diameter 08-10 microm Bakteri ini menghasilkan katalase dan
koagulase S aureus biasanya terdapat pada saluran pernafasan atas kulit saluran
urinari abses infeksi luka radang paru-paru dan selaput lendir lainnya
(Rusmiyati et al 2014)
Staphylococcus epidermidis
Bakteri ini merupakan Gram positif berbentuk kokus berdiameter 05-15
microm berkoloni mengerombol menyerupai buah anggur Koloni biasanya berwarna
putih atau krem S epidermidis bersifat aerob fakultatif katalase positif dan
koagulase negatif Bakteri ini merupakan flora normal pada kulit manusia saluran
pernafasan dan saluran pencernaan makanan Staphylococcus epidermidis yang
mempunyai daya invasi rendah serta bergabung dengan faktor-faktor ekstraseluler
dan toksin berperan pada banyak infeksi kulit misalnya jerawat (Saptarini et al
2008)
Propionibacterium acne
Propionibacterium acne termasuk kelompok Corynebacteria Bakteri ini
termasuk bakteri anaerob Gram positif yang toleran terhadap oksigen P Acne
berbentuk batang tak teratur dan tumbuh relatif lambat Genome dari bakteri ini
dapat menghasilkan enzim untuk meluruhkan kulit dan protein yang mungkin
bersifat immunogenic (mampu mengaktifkan sistem kekebalan tubuh) P acnes
dianggap tidak hanya sebagai flora normal penghuni pada kulit yang normal tetapi
juga bersifat sebagai bakteri patogen fakultatif (Rusmiyati et al2014)
5
METODE
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Mikrobiologi Departemen
Ilmu Penyakit Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner (IPHK) dan
Laboratorium Farmasi Departemen Klinik Reproduksi dan Patologi (KRP)
Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) Institut Pertanian Bogor (IPB) Kegiatan
dimulai sejak bulan Juli 2014 sampai dengan bulan Januari 2015
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam penelitian adalah timbangan analitik cawan
petri mini tube mikro pipet pipet volumentrik pipet pasteur pinset tabung
reaksi cotton bud steril tabung durham tabung effendorf osekapas object glass
bunsen spatula inkubator autoklaf dan mikroskop Bahan yang digunakan
adalah daun jawer kotok bakteri hasil swab wajah (S aureus S epidermidis
Streptococcus sp Micrococcus sp) antibiotik klindamisin satu set zat
pewarnaan gram reagen katalase (larutan 3 H2O2) Brain Heart Infussion (BHI)
Blood Agar (BA) Mac Conkey Agar (MCA) Manitol Salt Agar (MSA)
Tyrpticase Soy Agar (TSA) Muller Hilton Agar (MHA) etanol 96 Dimenthyl
sulfoxide (DMSO) NaOH H2SO4 FeCl3 reagen dragendorff dan reagen meyer
Prosedur Penelitian
Pengambilan Sampel
Metode pengambilan sampel dilakukan dengan melakukan swab pada kulit
wajah berjerawat pada sepuluh orang probandus yang telah dipilih Sepuluh
probandus tersebut terdiri dari 5 orang perempuan dan 5 orang laki-laki Swab
kulit dilakukan dengan menggunakan cotton bud yang telah disterilkan Swab
kulit dilakukan dengan cara mencelupkan cotton bud pada media BHI agar bakteri
pada jerawat dapat terangkat dan menempel pada cotton bud Swab kulit dari satu
orang dimasukan pada media BHI untuk dibawa ke laboratorium Perlakuan yang
sama dilakukan pada setiap probandus
6
Isolasi dan Identifikasi Bakteri pada Permukaan Kulit Wajah Berjerawat
Identifikasi bakteri mengacu pada metode Carter (1990) dan Jang et al
(1976) Sampel yang telah diperoleh dari hasil swab jerawat ditumbuhkan pada
media BA dengan cara mengambil sampel dari media transpor dengan
menggunakan ose steril dan menggoreskannya pada permukaan agar BA Bakteri
yang telah dibiakan pada agar BA diinkubasi pada suhu 37 ordmC selama 24 jam
Setelah diinkubasi dilakukan pengamatan koloni dan diamati koloni yang berbeda
kemudian ditanam pada media TSA dan diinkubasi pada suhu 37 ordmC selama 24
jam Setelah dilakukan isolasi sampel selanjutnya dilakukan pewarnaan bakteri
dan dilanjutkan dengan proses identifikasi (Gambar 2)
Gambar 2 Uji identifikasi bakteri Gram positif
Uji katalase Pengamatan
Mikroskopis
Batang Kokus
+Spora
(Bacillus sp)
((jjh
-Spora (non
Bacillus sp)
((jjh
Positif Negatif
Uji Glukosa Mikroaerofilik
Streptococcaceae
Uji CAMP
(BA)
Staphylococcus
spp
Micrococcus spp
MSA Uji Koagulase
Micrococcaceae
Positif Negatif
Merah Kuning
Staphylococcus aureus Staphylococcus epidermidis
α γ β
Bakteri Gram Positif
7
Daun Jawer Kotok
Daun jawer kotok (Coleus atropurpureus) diperoleh dari Balai Penelitian
Tanaman Rempah dan Obat (BALITRO) dalam keadaan daun basah Bagian
tanaman yang digunakan adalah daunnya yang berwarna merah kecoklatan
Ekstrak Etanol Daun Jawer Kotok
Pembuatan ektrak etanol daun jawer kotok dilakukan dengan metode
maserasi Daun jawer kotok basah sebanyak 800 g diris kecil-kecil kemudian
dibagi menjadi 4 bagian masing-masing bagian 200 g kemudian direndam
dengan etanol 96 (perbandingan 110) dalam 4 tempat penampungan selama
3x24 jam sambil sesekali diaduk dan disaring untuk mendapatkan filtratnya
Filtrat hasil maserasi dievaporasi selama 17 jam menggunakan rotary evaporator
Hasil ekstrak kental daun jawer kotok yang didapat sebanyak 185 g
Penapisan Fitokimia Daun Jawer Kotok
Penapisan fitokimia dilakukan dengan metode Harborne (1987) untuk
mengetahui golongan senyawa kimia (terutama metabolit sekunder) yang
terkandung dalam suatu tanaman Penapisan fitokimia yang sering dilakukan
adalah penapisan untuk metabolit sekunder golongan alkaloid flavonoid tanin
polifenol terpenoid steroid dan saponin Flavonoid diuji dengan memasukan
ekstrak ditambahkan dengan etanol 96 lalu diaduk dan ditambahakan NaOH 7
tetes serta H2SO4 amati perubahan warna menjadi kuning jika hasilnya positif Uji
polifenol dan tanin dilakukan dengan memasukan ekstrak ditambahkan dengan air
lalu dipanaskan dan ditambahkan FeCl3 selanjutnya akan terjadi perubahan warna
menjadi hijau biru sampai hitam untuk hasil positif adanya polifenol dan tanin
Uji alkaloid dilakukan dengan membagi ekstrak menjadi 2 bagian keduanya
ditambahkan larutan etanol 96 Salah satu bagian ditambahkan reagen
dragendorff dan yang lain ditambahkan reagen meyer Hasil positif adanya
alkaloid ditandai dengan warna kuning saat diberi reagen dragendorff dan
endapan putih saat ditambahkan reagen meyer Uji terpenoid dilakukan dengan
memasukkan ekstrak ke dalam tabung reaksi kemudian ditambahkan etanol 96
dan ditetesi dengan H2SO4 pekat Hasil positif terpenoid ditandai dengan
terbentuknya warna merah kecoklatan
Pengujian Daya Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Jawer Kotok
Metode pengujian aktivitas antibakteri yang digunakan adalah metode
sumuran (agar well difusion method) dengan media MHA Suspensi bakteri yang
digunakan memiliki kekeruhan yang setara dengan larutan Mc Farland I atau
3x108
CFUml Suspensi bakteri kemudian digoreskan pada MHA dengan
menggunakan cotton bud steril Setelah digores kemudian didiamkan selama 10
8
menit Kegiatan ini dilakukan sebanyak lima kali ulangan untuk setiap bakteri uji
Pada media MHA dibuat sebanyak 6 sumuran yang akan diisi dengan
Konsentrasi 20 (K1) 02 g ekstrak daun jawer kotok dalam 1 ml DMSO
Konsentrasi 40 (K2) 04 g ekstrak daun jawer kotok dalam 1 ml DMSO
Konsentrasi 60 (K3) 06 g ekstrak daun jawer kotok dalam 1 ml DMSO
Konsentrasi 80 (K4) 08 g ekstrak daun jawer kotok dalam 1 ml DMSO
Kontrol positif (KP) Klindamisin 1
Kontrol negatif (KN) DMSO
Media MHA yang telah diisi dengan larutan uji kemudian diinkubasi pada
suhu 37 ordmC selama 24 jam dan diamati diameter zona hambatnya dengan
penggaris
Analisis Data
Data hasil pengukuran diameter zona hambat dianalis secara kuantitatif
menggunakan metode one way analysis of variance (one way Anova) dan
dilanjutkan dengan uji Duncan
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penapisan Fitokimia Daun Jawer KotoK
Penapisan fitokimia ekstrak etanol daun jawer kotok positif mengandung
metabolit sekunder berupa flavonoid polifenol tanin serta terpenoid dan negatif
terhadap alkaloid Ridwan et al (2006) dan Rahmawati (2008) juga menyebutkan
bahwa daun jawer kotok tidak mengandung alkaloid (Gambar 3 dan Tabel 1)
(a) (b) (c) (d) (f)
Gambar 3 Hasil uji fitokimia flavonoid (a) alkaloid dengan reagen
dragendorff (b) alkaloid dengan reagen meyer (c) polifenol
(d) terpenoid (e)
9
Tabel 1 Hasil penapisan fitokimia ekstrak etanol daun jawer kotok
Penapisan Fitokimia Hasil
Flavonoid +
Alkaloid
Meyer minus
Dragendorff minus
Polifenol dan Tanin +
Terpenoid + aKeterangan + terdeteksi minus tidak terdeteksi
Bakteri pada Permukaan Kulit Wajah Berjerawat
Bakteri Gram positif yang berhasil diidentifikasi adalah Staphylococcus
aureus Staphylococcus epidermidis Streptococcus sp dan Micrococcus sp
Menurut Seta (2013) dan Razak et al (2013) bakteri yang dapat menyebabkan
jerawat adalah S aureus S epidermidis dan Propionibacterium acne P acne
tidak dapat diisolasi karena metode yang digunakan tidak bisa mengisolasi bakteri
anaerob Penemuan bakteri Streptococcus sp mungkin terjadi mengingat
Streptococcus sp merupakan salah satu bakteri pada kulit yang dapat
menyebabkan terjadinya penyakit pyoderma (Caesarita 2011) Micrococcus sp
dapat ditemukan pada hasil swab wajah mengingat kemungkinan adanya
pencemaran bakteri dari lingkungan seperti air udara dan tanah (Andy dan
Taufik 2010)
Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Jawer Kotok
Rata-rata diameter zona hambat bakteri ekstrak etanol daun jawer kotok
terhadap bakteri Gram positif (Gambar 4 dan Tabel 2)
(a) (b) (c) (d)
Gambar 4 Zona hambat ekstrak etanol daun jawer kotok terhadap S aureus (a)
S epidermidis (b) Streptococcus sp (c)dan Micrococcus sp(d)
K2 KP K3 K2 KP K3
K2 KP K3
K2 KP K3
K1 KN K4 K1 KN K4 K1 KN K4 K1 KN K4
10
Tabel 2 Rata-rata diameter zona hambat ekstrak etanol daun jawer kotok terhadap
bakteri Gram positif hasil swab kulit wajah berjerawat (mm)
Kelompok
Perlakuan
S aureus S epidermidis Streptococcus
sp
Micrococcus
sp
K1 1380 plusmn 109 b
1500 plusmn 070b
1560 plusmn 134c
1420 plusmn 178b
K2 1600 plusmn 122c
1540 plusmn054bc
1620 plusmn 109c
1500 plusmn 200b
K3 1600 plusmn 070c
1640 plusmn 151c
1620 plusmn 109c
1500 plusmn 200b
K4 1700 plusmn 070c
1620 plusmn 109c
1560 plusmn 054c
1420 plusmn 130b
KP 4060plusmn 089d
4080 plusmn 044d
4160 plusmn 054d
1820 plusmn 083d
KN 000 plusmn 000a
000 plusmn 000a
000 plusmn 000a
000 plusmn 000a
aKeterangan K1 konsentrasi 20 K2 konsentrasi 40 K3 konsentrasi 60 K4
konsentrasi 80 KP kontrol positif KN kontrol negatif Huruf supercript yang berbeda dalam
satu kolom menunjukkan perbedaan yang nyata pada taraf nyata Plt 005
Pada Tabel 2 diketahui bahwa KN pada keempat bakteri uji tidak memiliki
diameter zona hambat dan berbeda nyata dengan KP dan seluruh konsentrasi uji
Hal tersebut membuktikan bahwa pelarut tidak berpengaruh terhadap aktivitas
antibakteri sehingga aktivitas antibakteri hanya berasal dari konsentasi uji
DMSO digunakan sebagai KN karena tidak memiliki daya hambat bakteri serta
karena sifat dari DMSO yang merupakan pelarut polar berspektrum luas sehingga
dapat melarutkan senyawa alkaloid dan flavonoid (Mulyatni et al 2012)
Kontrol positif memberikan hasil yang berbeda nyata dengan KN dan
keempat konsentrasi uji pada semua bakteri Hal tersebut membuktikan bahwa
bakteri S aureus S epidermidis Streptococcus sp dan Micrococcus sp masih
peka terhadap KP Antibiotik klindamisin 1 digunakan sebagai KP karena
klindamisin paling efektif dalam pengobatan jerawat jika dibandingkan dengan
eritromisin dan tetrasiklin serta paling banyak digunakan masyarakat untuk
mengobati jerawat (Aziz 2010) Klindamisin adalah salah satu antibiotik golongan
aminoglikosida Klindamisin menghambat sintesis protein pada fase pemanjangan
dengan mempengaruhi translokasi (Syukrinawati 2014) Antibiotik ini efektif
terhadap bakteri Gram positif dan bakteri anaerob akan tetapi kurang efektif
terhadap bakteri Gram negatif (Nugroho 2013)
Hasil uji pada bakteri S aureus terlihat bahwa K1 memberikan perbedaan
yang nyata (Plt005) dengan K2 K3 dan K4 Hasil uji pada S epidermidis
memberikan hasil bahwa K1 berbeda nyata (Plt005) dengan K3 dan K4 Seluruh
konsentrasi ekstrak etanol daun jawer kotok yang diujikan terhadap Streptococcus
sp dan Micrococcus sp tidak menunjukkan hasil yang berbeda nyata
Hasil uji yang dilakukan terhadap Saureus memperlihatkan bahwa semakin
tinggi konsentrasi ekstrak maka semakin besar diameter zona hambat yang
terbentuk Hal ini karena semakin banyak zat aktif yang terkandung dalam ekstrak
tersebut sedangkan pada uji yang dilakukan terhadap S epidermidis
Streptococcus sp dan Micrococcus sp diameter zona hambat yang terbentuk pada
K4 mengalami penurunan Hal tersebut menunjukkan bahwa konsentrasi yang
semakin tinggi tidak selalu menghasilkan diameter zona hambat yang semakin
besar Penurunan aktivitas ini disebabkan karena perbedaan jenis bakteri yang
dihambat perbedaan kecepatan difusi senyawa aktif pada media agar serta
konsentrasi ekstrak yang terlalu tinggi dibandingkan dengan pelarutnya (DMSO)
sehingga larutan menjadi jenuh dan sulit untuk larut Brooks et al (2008)
11
menyatakan bahwa aktivitas antibakteri dipengaruhi beberapa faktor yaitu
konsentrasi ekstrak kandungan senyawa antibakteri daya difusi ekstrak dan jenis
bakteri yang dihambat
Diameter zona hambat bakteri menurut Davis dan Stout dalam Rahmawati
(2008) dibagi atas sangat kuat (zona jernih gt 20 mm) kuat (zona jernih 10minus20
mm) sedang (zona jernih 5minus10 mm) dan lemah (zona jernih lt 5 mm) Kontrol
positif (KP) pada bakteri uji S aureus S epidermidis Streptococcussp tergolong
dalam daya hambat sangat kuat sedangkan KP pada bakteri Micrococcus sp
tergolong dalam daya hambat kuat Hal tersebut kemungkinan dikarenakan target
kerja antibiotik klindamisin ditujukan untuk bakteri yang habitatnya di daerah
kulit wajah sedangkan Micrococcus sp merupakan bakteri kontaminasi dari
lingkungan (air tanah udara) Seluruh konsentrasi ekstrak yang diujikan terhadap
seluruh bakteri (K1K2 K3 K4) tergolong dalam konsentrasi yang memberikan
daya hambat kuat karena diameter zona hambat yang terbentuk antara 1380 plusmn
109 mm sampai 1700 plusmn 070 mm
Mengacu pada standar umum yang dikeluarkan oleh Departemen Kesehatan
disebutkan bahwa mikroba dinyatakan peka terhadap antimikroba asal tanaman
apabila mempunyai ukuran diameter daya hambatannya 12minus24 mm (Darmawi et
al 2013) sehingga dapat dikatakan bahwa seluruh bakteri uji peka terhadap K1
K2 K3 dan K4
Hasil penelitian diketahui bahwa seluruh konsentrasi dinyatakan peka dan
memiliki zona hambat bakteri yang kuat terhadap bakteri uji sehingga ekstrak
etanol daun jawer kotok memiliki potensi antibakteri yang baik Adanya potensi
antibakteri diketahui dari kandungan senyawa metabolit sekunder yang terdapat
pada daun jawer kotok yaitu flavonoid tanin polifenol serta terpenoid
Mekanisme kerja flavonoid sebagai antibakteri adalah membentuk senyawa
kompleks dengan protein ekstraseluler dan terlarut sehingga dapat merusak
membran sel bakteri dan diikuti keluarnya senyawa intraselluler (Ngajow et al
2013)
Mekanisme kerja tanin sebagai antibakteri adalah menghambat enzim
reverse transkriptase dan DNA topoisomerase sehingga sel bakteri tidak dapat
terbentuk Tanin juga mempunyai target pada polipeptida dinding sel sehingga
pembentukan polipeptida dinding sel menjadi tidak sempurna Hal ini
menyebabkan sel bakteri menjadi lisis karena tekanan osmotik maupun fisik
sehingga sel bakteri akan mati (Ngajow et al 2013)
Ngajow et al (2013) juga menyatakan bahwa senyawa fenolik dan terpenoid
memiliki target utama yaitu membran sitoplasma bakteri Aktifitas antibakteri
terpenoid diketahui bereaksi dengan porin (protein transmembran) pada membran
luar dinding sel bakteri Terpenoid membentuk ikatan polimer yang kuat sehingga
mengakibatkan rusaknya porin Rusaknya porin yang merupakan pintu keluar
masuknya senyawa akan mengurangi permeabilitas dinding sel bakteri yang akan
mengakibatkan sel bakteri akan kekurangan nutrisi sehingga pertumbuhan bakteri
akan terhambat dan mati
12
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Ekstrak etanol daun jawer kotok mengandung flavonoid polifenol dan tanin
serta terpenoid yang memiliki aktivitas antibakteri yang dapat menghambat
pertumbuhan bakteri kokus Gram positif pada permukaan kulit wajah berjerawat
Ekstrak etanol daun jawer kotok memiliki potensi antibakteri yang baik karena
daya hambat bakteri pada konsentrasi 20 40 60 dan 80 tergolong dalam
daya hambat yang kuat S aureus S epidermidis Streptococcus sp dan
Micrococcus sp dinyatakan peka terhadap seluruh konsentrasi ekstrak
Saran
Saran yang dapat diberikan kepada peneliti selanjutnya yaitu perlu
dilakukan penelitian aktivitas antibakteri ekstrak etanol daun jawer kotok terhadap
bakteri Pacne dan bakteri gram negatif serta penggunaan kontrol positif dengan
antibiotik yang lain Selain itu penelitian ini juga dapat digunakan sebagai dasar
ilmiah dalam pengembangan produk farmasi antibakteri
DAFTAR PUSTAKA
Agoes G 2007 Ekstraksi Tanaman Obat Bandung ITB
Andy Taufik M 2010 Jumlah bakteri dan keberadaan bakteri Salmonella sp
pada daging kuda di Kabupaten Jeneponto Jurnal Agrisistem 6(2) 82-87
Arundhina E 2014 Aktivitas ekstrak etanol daun alamanda (Allamanda
cathartica L) sebagai anti jamur terhadap Candida albicans dan
Pityrosporum ovale secara in vitro [skripsi] Yogyakarta (ID) Universitas
Katolik Atmajaya Yogyakarta
Aziz S2010 Uji aktivitas antibakteri ekstrak etanol daun dan umbi bakung putih
(Crinum asiatikum L) terhadap bakteri penyebab jerawat[skripsi] Jakarta
(ID) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatulloh
Brooks GF Butel JS Morse SA Mikrobiologi Kedokteran Mudihardi E
KuntamanWasito EB et al penerjemah Jakarta (ID) Salemba Medika
Terjemahan dari Medical Microbiology
Caesarita DP 2011 Pengaruh ekstrak buah nanas (Ananas comosus) 100
terhadap bakteri Staphylococcus aureus dari pyoderma [skripsi] Bandung
(ID) Universitas Diponegoro
Carter GR dan Cole JR 1990 Diagnostic Procedures in Veterinary Bacteriology
and Mycology Fifth Edition London (UK) Academi Press Limited
13
Dalimarta S 2000 Atlas Tumbuhan Indonesia Jilid ke-2 Jakarta Trubus
Agriwidya
Darmawi Manaf ZH Putranda F 2013 Daya hambat getah jarak cina (Jatropha
multifida L) terhadap Staphylococcus aureus secara invitro Jurnal Medika
Veterinaria7(2) 113-115
Hamdayati Y Kusnadi Rahadian I 2008 Aktivitas antibakteri ekstrak daun
patikan kebo (Euphorbia hirta) terhadap pertumbuhan bakteri
Staphylococcus epidermidis Jurnal Pengajaran Matematika dan Ilmu
Pengetahuan alam 12(7) 1-10
Harborne JB 1987 Metode Fitokimia Padmawinata K Soediro I penerjemah
Jakarta (ID) UI Press Terjemahan dari Basic Concepts of Analytical
Chemistry
Jang SS Biberstein EL Hirsh DC 1976 A Manual of Veterinary Clinical
Bacteriology and Micology Davis (US) Univ California
Kee JL Hayes ER Farmakologi Pendekatan Proses Keperawatan Anugerah P
penerjemah Jakarta (ID) EGC Terjemahan dari Pharmacology A Nursing
Process Approach
Mulyatni AS Budiani A Taniwiryono D 2012 Aktivitas antibakteri ekstrak kulit
buah kakao (Theobroma cacao L) terhadap Escherichia coli Bacillus
subtilis dan Staphylococcus aureus Jurnal Menara Perkebunan 80(2) 77-
84
Ngajow M Abidjulu J Kamu VS 2013 Pengaruh antibakteri ekstrak kulit batang
matoa (Pometia pinnata) terhadap bakteri Staphylococcus aureus secara in
vitro Jurnal Mipa Unsrat 2(2) 128-132
Nugroho RA 2013 Terapi topikal clindamycin dibandingkan dengan niacinamide
+ zinc pada Acne vulgaris [skripsi] Semarang (ID) Universitas
Diponegoro
Rahmawati F 2008Isolasi dan karakteristik senyawa antibakteri ekstrak daun
miana Coleus scutellarioides [L] Benth [tesis] Bogor (ID) Institut
Pertanian Bogor
Ratnawati Y 2007 Aktivitas antibakteri ekstrak daun jawer kotok (Coleus
scutellarioides [L] Benth) [skripsi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor
Razak A Djamal A Revilla G 2013 Uji daya hambat air perasan buah jeruk
nipis (Citrus aurantifolia) terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus
aureus secara in vitro Jurnal Kesehatan Andalas 2(1) 5-8
Ridwan Y Darusman LK Satrija F Handaryani E 2006 Kandungan kimia
berbagai ekstrak daun miana (Coleus blumei Bent) dan efek anthelmintiknya
terhadap cacing pita pada ayam Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia11(2) 1-6
Rusmiyati I Husain DR Alam G 2014 Bioaktivitas ekstrak metanol daun muda
sirsak (Annona muricata L) sebagai antibakteri terhadap Staphylococcus
aureus dan Propionibacterium acne [penelitian ilmiah] Makasar (ID)
Universitas Hassanudin
Saptarini O Perawati Hartanto Y 2008 Uji aktivitas antibakteri ekstrak etanol
buah mahkota dewa (Phaleria macrocarpa) terhadap Staphylococcus
epidermidis penyebab jerawat Jurnal Biomedika1(1) 1-7
Seta SA 2013 Optimasi formula lotion anti jerawat ekstrak etanol kulit buah
manggis (Garcinia mangostana L) dan uji aktivitas terhadap
14
Propionibacterium acnes dan Staphylococcus epidermidis [skripsi]
Yogyakarta (ID) Universitas Gadjah Mada
Syukrinawati RP 2014 Tingkat pengetahuan penggunaan antibiotik oleh
mahasiswa kepaniteraan klinik departemen bedah mulut RSGM-P FKG
periode September 2-13 Maret 2014 [skripsi] Medan (ID) Universitas
Sumatera Utara
Waji RA 2009 Flavonoid (Quercetin) [Penelitian Ilmiah] Makasar (ID)
Universitas Hasanuddin
Widiawati W Lutfiati D Perbedaan hasil penyembuhan kulit wajah berjerawat
antara masker lidah buaya dengan masker non lidah buaya e- Journal
Universitas Negeri Surabaya 2014 3(1) 217-225
15
LAMPIRAN
Lampiran 1 Pembuktian hipotesis
1 Pengambilan keputusan dari hipotesis yang ditentukan diuji dengan uji
ANOVA
2 Hipotesis dalam penelitian ini berupa Ho yaitu ekstrak etanol daun jawer
kotok dengan konsentrasi ekstrak 20 40 60 dan 80 tidak memiliki
aktivitas antibakteri terhadap bakteri pada permukaan kulit wajah
berjerawat dan H1 yaitu ekstrak etanol daun jawer kotok dengan
konsentrasi ekstrak 20 40 60 dan 80 memiliki aktivitas
antibakteri terhadap bakteri pada permukaan kulit wajah berjerawat
3 Pengambilan keputusan untuk memilih hipotesis mana yang diterima dan
hipotesis mana yang ditolak didasarkan pada perbandingan F hitung dan F
tabel dengan syarat jika F hitung kurang dari F tabel maka tolak H1 dan
terima H0 dan jika F hitung lebih besar dari F tabel maka H0 ditolak dan
terima H1
4 Hasil uji one way ANOVA pada diameter zona hambat bakteri S aureus S
Epidermidis Streptococcus sp dan Micrococcus sp diperoleh nilai F
hitung lebih besar dari F tabel (1143 831 gt 262) (1149 947 gt 262)
(1122 068 gt 262) dan (91144 gt 262) maka hiptotesis yang diterima
adalah H1 yaitu ekstrak etanol daun jawer kotok dengan konsentrasi
ekstrak 20 40 60 dan 80 memiliki aktivitas antibakteri terhadap
bakteri S aureus S epidermidis Streptococcus sp dan Micrococcus sp
Lampiran 2 hasil uji ANOVA dan uji lanjutan Duncan
Descriptives
saureus
N Mean
Std Deviation Std Error
95 Confidence Interval for
Mean
Minimum Maximum Lower Bound
Upper Bound
ekstrak 20 5 138000
109545
48990
124398
151602
1200
1500
ekstrak 40 5 160000
122474
54772
144793
175207
1400
1700
ekstrak 60 5 160000
70711
31623
151220
168780
1500
1700
ekstrak 80 5 170000
70711
31623
161220
178780
1600
1800
kontrol positif 5 406000
89443
40000
394894
417106
3900
4100
kontrol negative 5 0000
00000
00000
0000
0000
00 00
Total 30
172333
1218728
222508
126825
217841
00 4100
16
ANOVA
saureus
Sum of Squares df Mean Square F Sig
Between Groups
4289367 5 857873 1143831
000
Within Groups
18000 24 750
Total 4307367 29
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
saureus
Duncana
perlakuan N
Subset for alpha = 005
1 2 3 4
kontrol negatif 5 0000 ekstrak 20 5
13800
0
ekstrak 40 5
160000
ekstrak 60 5
160000
ekstrak 80 5
170000
kontrol positif 5
406000
Sig 1000 1000 096 1000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000
ONEWAY Sepidermidis BY perlakuan
STATISTICS DESCRIPTIVES
MISSING ANALYSIS
POSTHOC=DUNCAN ALPHA(005)
[DataSet0]
Descriptives
Sepidermidis
N Mean Std Deviation Std Error
95 Confidence Interval
for Mean
Minimum Maximum Lower Bound
Upper Bound
ekstrak 20 5 150000
70711
31623
141220
158780
1400
1600
ekstrak 40 5 154000
54772
24495
147199
160801
1500
1600
ekstrak 60 5 164000
151658
67823
145169
182831
1500
1800
ekstrak 80 5 162000
109545
48990
148398
175602
1500
1800
kontrol positif 5 408000
44721
20000
402447
413553
4000
4100
kontrol negatif 5 0000
00000
00000
0000
0000
00 00
Total 30
173000
1221968
223100
127371
218629
00 4100
17
ANOVA
Sepidermidis
Sum of Squares Df Mean Square F Sig
Between Groups 4312300 5 862460 1149947
000
Within Groups 18000 24 750 Total 4330300 29
Post Hoc Tests
Homogeneous Subsets
Sepidermidis
Duncana
Perlakuan N
Subset for alpha = 005
1 2 3 4
kontrol negative 5 0000 ekstrak 20 5
15000
0
ekstrak 40 5
154000
154000
ekstrak 80 5
162000
ekstrak 60 5
164000
kontrol positif 5
408000
Sig 1000 472 096 1000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000
ONEWAY Sepidermidis BY perlakuan
STATISTICS DESCRIPTIVES
MISSING ANALYSIS
POSTHOC=DUNCAN ALPHA(005)
[DataSet0]
18
Descriptives
Streptococcus
N Mean Std Deviation
Std Error
95 Confidence Interval
for Mean
Minimum Maximum Lower Bound
Upper Bound
ekstrak 20 5 156000
134164
60000
139341
172659
1400 1700
ekstrak 40 5 162000
109545
48990
148398
175602
1500 1700
ekstrak 60 5 162000
109545
48990
148398
175602
1500 1700
ekstrak 80 5 156000
54772
24495
149199
162801
1500 1600
kontrol positif 5 416000
54772
24495
409199
422801
4100 4200
kontrol negatif 5 0000
00000
00000
0000
0000
00 00
Total 30
175333
1246715
227618
128780
221886
00 4200
ANOVA
Streptococcus
Sum of Squares df Mean Square F Sig
Between Groups 4488267 5 897653 1122067
000
Within Groups 19200 24 800 Total 4507467 29
Post Hoc Tests
Homogeneous Subsets
Streptococcus
Duncana
perlakuan N
Subset for alpha = 005
1 2 3
kontrol negatif 5 0000 ekstrak 20 5
15600
0
ekstrak 80 5
156000
ekstrak 40 5
162000
ekstrak 60 5
162000
kontrol positif 5
416000
Sig 1000 343 1000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000
ONEWAY Sepidermidis BY perlakuan
STATISTICS DESCRIPTIVES
MISSING ANALYSIS
POSTHOC=DUNCAN ALPHA(005)
[DataSet0]
19
Descriptives
Micrococcus
N Mean Std Deviation
Std Error
95 Confidence Interval for
Mean
Minimum Maximum Lower Bound
Upper Bound
ekstrak 20 5 142000
178885
80000
119788
164212
1200
1600
ekstrak 40 5 150000
200000
89443
125167
174833
1200
1700
ekstrak 60 5 150000
200000
89443
125167
174833
1200
1700
ekstrak 80 5 142000
130384
58310
125811
158189
1200
1500
kontrol positif 5 182000
83666
37417
171611
192389
1700
1900
kontrol negative
5 0000
00000
00000
0000
0000
00 00
Total 30
127667
612335
111797
104802
150532
00 1900
ANOVA
Micrococcus
Sum of Squares Df Mean Square F Sig
Between Groups 1032967 5 206593 91144 000 Within Groups 54400 24 2267
Total 1087367 29
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
Micrococcus
Duncana
Perlakuan N
Subset for alpha = 005
1 2 3
kontrol negative 5 0000 ekstrak 20 5
14200
0
ekstrak 80 5
142000
ekstrak 40 5
150000
ekstrak 60 5
150000
kontrol positif 5
182000
Sig 1000 451 1000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000
20
RIWAYAT HIDUP
Penulis lahir di Jakarta tanggal 25 september 1992 Penulis merupakan
anak ketiga dari tiga bersaudara dari pasangan Petrus Bambang Wijanarko dan
Susana Tuminah Penulis menempuh pendidikan Sekolah Menengah Pertama di
SMP Strada Bhakti Wiyata Bekasi dan Sekolah Menengah Atas di SMA Santo
Antonius Jakarta Penulis aktif di Organisasi Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM)
Keluarga Mahasiswa Katolik IPB sejak tahun 2011 hingga 2013 Penulis juga
aktif di Himpunan Profesi Ornithologi dan Unggas sejak tahun 2013 hingga 2014
4
Meningitidis dan Haemophilus influenzae Klindamisin juga sangat efektif terhadap
bakteri anaerob Gram positif seperti Eubacterium Proponibacterium Peptococcus
Peptostreptococcus Clostridium perfringens dan Cloctridium Tetani dan juga efektif
terhadap beberapa bakteri aerob negatif seperti Fusobacterium spdan Bacteriodes
sptermasuk Bacteroides fragilis (Nugroho 2013)
Morfologi dan Ciri Umum Bakteri Penyebab Jerawat pada Kulit
Wajah
Staphylococcus aureus
Staphyloccus aureus adalah bakteri Gram positif yang menghasilkan
pigmen kuning bersifat aerob fakultatif tidak menghasilkan spora dan tidak motil
S aureus umumnya tumbuh berpasangan maupun berkelompok seperti buah
anggur dengan diameter 08-10 microm Bakteri ini menghasilkan katalase dan
koagulase S aureus biasanya terdapat pada saluran pernafasan atas kulit saluran
urinari abses infeksi luka radang paru-paru dan selaput lendir lainnya
(Rusmiyati et al 2014)
Staphylococcus epidermidis
Bakteri ini merupakan Gram positif berbentuk kokus berdiameter 05-15
microm berkoloni mengerombol menyerupai buah anggur Koloni biasanya berwarna
putih atau krem S epidermidis bersifat aerob fakultatif katalase positif dan
koagulase negatif Bakteri ini merupakan flora normal pada kulit manusia saluran
pernafasan dan saluran pencernaan makanan Staphylococcus epidermidis yang
mempunyai daya invasi rendah serta bergabung dengan faktor-faktor ekstraseluler
dan toksin berperan pada banyak infeksi kulit misalnya jerawat (Saptarini et al
2008)
Propionibacterium acne
Propionibacterium acne termasuk kelompok Corynebacteria Bakteri ini
termasuk bakteri anaerob Gram positif yang toleran terhadap oksigen P Acne
berbentuk batang tak teratur dan tumbuh relatif lambat Genome dari bakteri ini
dapat menghasilkan enzim untuk meluruhkan kulit dan protein yang mungkin
bersifat immunogenic (mampu mengaktifkan sistem kekebalan tubuh) P acnes
dianggap tidak hanya sebagai flora normal penghuni pada kulit yang normal tetapi
juga bersifat sebagai bakteri patogen fakultatif (Rusmiyati et al2014)
5
METODE
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Mikrobiologi Departemen
Ilmu Penyakit Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner (IPHK) dan
Laboratorium Farmasi Departemen Klinik Reproduksi dan Patologi (KRP)
Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) Institut Pertanian Bogor (IPB) Kegiatan
dimulai sejak bulan Juli 2014 sampai dengan bulan Januari 2015
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam penelitian adalah timbangan analitik cawan
petri mini tube mikro pipet pipet volumentrik pipet pasteur pinset tabung
reaksi cotton bud steril tabung durham tabung effendorf osekapas object glass
bunsen spatula inkubator autoklaf dan mikroskop Bahan yang digunakan
adalah daun jawer kotok bakteri hasil swab wajah (S aureus S epidermidis
Streptococcus sp Micrococcus sp) antibiotik klindamisin satu set zat
pewarnaan gram reagen katalase (larutan 3 H2O2) Brain Heart Infussion (BHI)
Blood Agar (BA) Mac Conkey Agar (MCA) Manitol Salt Agar (MSA)
Tyrpticase Soy Agar (TSA) Muller Hilton Agar (MHA) etanol 96 Dimenthyl
sulfoxide (DMSO) NaOH H2SO4 FeCl3 reagen dragendorff dan reagen meyer
Prosedur Penelitian
Pengambilan Sampel
Metode pengambilan sampel dilakukan dengan melakukan swab pada kulit
wajah berjerawat pada sepuluh orang probandus yang telah dipilih Sepuluh
probandus tersebut terdiri dari 5 orang perempuan dan 5 orang laki-laki Swab
kulit dilakukan dengan menggunakan cotton bud yang telah disterilkan Swab
kulit dilakukan dengan cara mencelupkan cotton bud pada media BHI agar bakteri
pada jerawat dapat terangkat dan menempel pada cotton bud Swab kulit dari satu
orang dimasukan pada media BHI untuk dibawa ke laboratorium Perlakuan yang
sama dilakukan pada setiap probandus
6
Isolasi dan Identifikasi Bakteri pada Permukaan Kulit Wajah Berjerawat
Identifikasi bakteri mengacu pada metode Carter (1990) dan Jang et al
(1976) Sampel yang telah diperoleh dari hasil swab jerawat ditumbuhkan pada
media BA dengan cara mengambil sampel dari media transpor dengan
menggunakan ose steril dan menggoreskannya pada permukaan agar BA Bakteri
yang telah dibiakan pada agar BA diinkubasi pada suhu 37 ordmC selama 24 jam
Setelah diinkubasi dilakukan pengamatan koloni dan diamati koloni yang berbeda
kemudian ditanam pada media TSA dan diinkubasi pada suhu 37 ordmC selama 24
jam Setelah dilakukan isolasi sampel selanjutnya dilakukan pewarnaan bakteri
dan dilanjutkan dengan proses identifikasi (Gambar 2)
Gambar 2 Uji identifikasi bakteri Gram positif
Uji katalase Pengamatan
Mikroskopis
Batang Kokus
+Spora
(Bacillus sp)
((jjh
-Spora (non
Bacillus sp)
((jjh
Positif Negatif
Uji Glukosa Mikroaerofilik
Streptococcaceae
Uji CAMP
(BA)
Staphylococcus
spp
Micrococcus spp
MSA Uji Koagulase
Micrococcaceae
Positif Negatif
Merah Kuning
Staphylococcus aureus Staphylococcus epidermidis
α γ β
Bakteri Gram Positif
7
Daun Jawer Kotok
Daun jawer kotok (Coleus atropurpureus) diperoleh dari Balai Penelitian
Tanaman Rempah dan Obat (BALITRO) dalam keadaan daun basah Bagian
tanaman yang digunakan adalah daunnya yang berwarna merah kecoklatan
Ekstrak Etanol Daun Jawer Kotok
Pembuatan ektrak etanol daun jawer kotok dilakukan dengan metode
maserasi Daun jawer kotok basah sebanyak 800 g diris kecil-kecil kemudian
dibagi menjadi 4 bagian masing-masing bagian 200 g kemudian direndam
dengan etanol 96 (perbandingan 110) dalam 4 tempat penampungan selama
3x24 jam sambil sesekali diaduk dan disaring untuk mendapatkan filtratnya
Filtrat hasil maserasi dievaporasi selama 17 jam menggunakan rotary evaporator
Hasil ekstrak kental daun jawer kotok yang didapat sebanyak 185 g
Penapisan Fitokimia Daun Jawer Kotok
Penapisan fitokimia dilakukan dengan metode Harborne (1987) untuk
mengetahui golongan senyawa kimia (terutama metabolit sekunder) yang
terkandung dalam suatu tanaman Penapisan fitokimia yang sering dilakukan
adalah penapisan untuk metabolit sekunder golongan alkaloid flavonoid tanin
polifenol terpenoid steroid dan saponin Flavonoid diuji dengan memasukan
ekstrak ditambahkan dengan etanol 96 lalu diaduk dan ditambahakan NaOH 7
tetes serta H2SO4 amati perubahan warna menjadi kuning jika hasilnya positif Uji
polifenol dan tanin dilakukan dengan memasukan ekstrak ditambahkan dengan air
lalu dipanaskan dan ditambahkan FeCl3 selanjutnya akan terjadi perubahan warna
menjadi hijau biru sampai hitam untuk hasil positif adanya polifenol dan tanin
Uji alkaloid dilakukan dengan membagi ekstrak menjadi 2 bagian keduanya
ditambahkan larutan etanol 96 Salah satu bagian ditambahkan reagen
dragendorff dan yang lain ditambahkan reagen meyer Hasil positif adanya
alkaloid ditandai dengan warna kuning saat diberi reagen dragendorff dan
endapan putih saat ditambahkan reagen meyer Uji terpenoid dilakukan dengan
memasukkan ekstrak ke dalam tabung reaksi kemudian ditambahkan etanol 96
dan ditetesi dengan H2SO4 pekat Hasil positif terpenoid ditandai dengan
terbentuknya warna merah kecoklatan
Pengujian Daya Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Jawer Kotok
Metode pengujian aktivitas antibakteri yang digunakan adalah metode
sumuran (agar well difusion method) dengan media MHA Suspensi bakteri yang
digunakan memiliki kekeruhan yang setara dengan larutan Mc Farland I atau
3x108
CFUml Suspensi bakteri kemudian digoreskan pada MHA dengan
menggunakan cotton bud steril Setelah digores kemudian didiamkan selama 10
8
menit Kegiatan ini dilakukan sebanyak lima kali ulangan untuk setiap bakteri uji
Pada media MHA dibuat sebanyak 6 sumuran yang akan diisi dengan
Konsentrasi 20 (K1) 02 g ekstrak daun jawer kotok dalam 1 ml DMSO
Konsentrasi 40 (K2) 04 g ekstrak daun jawer kotok dalam 1 ml DMSO
Konsentrasi 60 (K3) 06 g ekstrak daun jawer kotok dalam 1 ml DMSO
Konsentrasi 80 (K4) 08 g ekstrak daun jawer kotok dalam 1 ml DMSO
Kontrol positif (KP) Klindamisin 1
Kontrol negatif (KN) DMSO
Media MHA yang telah diisi dengan larutan uji kemudian diinkubasi pada
suhu 37 ordmC selama 24 jam dan diamati diameter zona hambatnya dengan
penggaris
Analisis Data
Data hasil pengukuran diameter zona hambat dianalis secara kuantitatif
menggunakan metode one way analysis of variance (one way Anova) dan
dilanjutkan dengan uji Duncan
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penapisan Fitokimia Daun Jawer KotoK
Penapisan fitokimia ekstrak etanol daun jawer kotok positif mengandung
metabolit sekunder berupa flavonoid polifenol tanin serta terpenoid dan negatif
terhadap alkaloid Ridwan et al (2006) dan Rahmawati (2008) juga menyebutkan
bahwa daun jawer kotok tidak mengandung alkaloid (Gambar 3 dan Tabel 1)
(a) (b) (c) (d) (f)
Gambar 3 Hasil uji fitokimia flavonoid (a) alkaloid dengan reagen
dragendorff (b) alkaloid dengan reagen meyer (c) polifenol
(d) terpenoid (e)
9
Tabel 1 Hasil penapisan fitokimia ekstrak etanol daun jawer kotok
Penapisan Fitokimia Hasil
Flavonoid +
Alkaloid
Meyer minus
Dragendorff minus
Polifenol dan Tanin +
Terpenoid + aKeterangan + terdeteksi minus tidak terdeteksi
Bakteri pada Permukaan Kulit Wajah Berjerawat
Bakteri Gram positif yang berhasil diidentifikasi adalah Staphylococcus
aureus Staphylococcus epidermidis Streptococcus sp dan Micrococcus sp
Menurut Seta (2013) dan Razak et al (2013) bakteri yang dapat menyebabkan
jerawat adalah S aureus S epidermidis dan Propionibacterium acne P acne
tidak dapat diisolasi karena metode yang digunakan tidak bisa mengisolasi bakteri
anaerob Penemuan bakteri Streptococcus sp mungkin terjadi mengingat
Streptococcus sp merupakan salah satu bakteri pada kulit yang dapat
menyebabkan terjadinya penyakit pyoderma (Caesarita 2011) Micrococcus sp
dapat ditemukan pada hasil swab wajah mengingat kemungkinan adanya
pencemaran bakteri dari lingkungan seperti air udara dan tanah (Andy dan
Taufik 2010)
Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Jawer Kotok
Rata-rata diameter zona hambat bakteri ekstrak etanol daun jawer kotok
terhadap bakteri Gram positif (Gambar 4 dan Tabel 2)
(a) (b) (c) (d)
Gambar 4 Zona hambat ekstrak etanol daun jawer kotok terhadap S aureus (a)
S epidermidis (b) Streptococcus sp (c)dan Micrococcus sp(d)
K2 KP K3 K2 KP K3
K2 KP K3
K2 KP K3
K1 KN K4 K1 KN K4 K1 KN K4 K1 KN K4
10
Tabel 2 Rata-rata diameter zona hambat ekstrak etanol daun jawer kotok terhadap
bakteri Gram positif hasil swab kulit wajah berjerawat (mm)
Kelompok
Perlakuan
S aureus S epidermidis Streptococcus
sp
Micrococcus
sp
K1 1380 plusmn 109 b
1500 plusmn 070b
1560 plusmn 134c
1420 plusmn 178b
K2 1600 plusmn 122c
1540 plusmn054bc
1620 plusmn 109c
1500 plusmn 200b
K3 1600 plusmn 070c
1640 plusmn 151c
1620 plusmn 109c
1500 plusmn 200b
K4 1700 plusmn 070c
1620 plusmn 109c
1560 plusmn 054c
1420 plusmn 130b
KP 4060plusmn 089d
4080 plusmn 044d
4160 plusmn 054d
1820 plusmn 083d
KN 000 plusmn 000a
000 plusmn 000a
000 plusmn 000a
000 plusmn 000a
aKeterangan K1 konsentrasi 20 K2 konsentrasi 40 K3 konsentrasi 60 K4
konsentrasi 80 KP kontrol positif KN kontrol negatif Huruf supercript yang berbeda dalam
satu kolom menunjukkan perbedaan yang nyata pada taraf nyata Plt 005
Pada Tabel 2 diketahui bahwa KN pada keempat bakteri uji tidak memiliki
diameter zona hambat dan berbeda nyata dengan KP dan seluruh konsentrasi uji
Hal tersebut membuktikan bahwa pelarut tidak berpengaruh terhadap aktivitas
antibakteri sehingga aktivitas antibakteri hanya berasal dari konsentasi uji
DMSO digunakan sebagai KN karena tidak memiliki daya hambat bakteri serta
karena sifat dari DMSO yang merupakan pelarut polar berspektrum luas sehingga
dapat melarutkan senyawa alkaloid dan flavonoid (Mulyatni et al 2012)
Kontrol positif memberikan hasil yang berbeda nyata dengan KN dan
keempat konsentrasi uji pada semua bakteri Hal tersebut membuktikan bahwa
bakteri S aureus S epidermidis Streptococcus sp dan Micrococcus sp masih
peka terhadap KP Antibiotik klindamisin 1 digunakan sebagai KP karena
klindamisin paling efektif dalam pengobatan jerawat jika dibandingkan dengan
eritromisin dan tetrasiklin serta paling banyak digunakan masyarakat untuk
mengobati jerawat (Aziz 2010) Klindamisin adalah salah satu antibiotik golongan
aminoglikosida Klindamisin menghambat sintesis protein pada fase pemanjangan
dengan mempengaruhi translokasi (Syukrinawati 2014) Antibiotik ini efektif
terhadap bakteri Gram positif dan bakteri anaerob akan tetapi kurang efektif
terhadap bakteri Gram negatif (Nugroho 2013)
Hasil uji pada bakteri S aureus terlihat bahwa K1 memberikan perbedaan
yang nyata (Plt005) dengan K2 K3 dan K4 Hasil uji pada S epidermidis
memberikan hasil bahwa K1 berbeda nyata (Plt005) dengan K3 dan K4 Seluruh
konsentrasi ekstrak etanol daun jawer kotok yang diujikan terhadap Streptococcus
sp dan Micrococcus sp tidak menunjukkan hasil yang berbeda nyata
Hasil uji yang dilakukan terhadap Saureus memperlihatkan bahwa semakin
tinggi konsentrasi ekstrak maka semakin besar diameter zona hambat yang
terbentuk Hal ini karena semakin banyak zat aktif yang terkandung dalam ekstrak
tersebut sedangkan pada uji yang dilakukan terhadap S epidermidis
Streptococcus sp dan Micrococcus sp diameter zona hambat yang terbentuk pada
K4 mengalami penurunan Hal tersebut menunjukkan bahwa konsentrasi yang
semakin tinggi tidak selalu menghasilkan diameter zona hambat yang semakin
besar Penurunan aktivitas ini disebabkan karena perbedaan jenis bakteri yang
dihambat perbedaan kecepatan difusi senyawa aktif pada media agar serta
konsentrasi ekstrak yang terlalu tinggi dibandingkan dengan pelarutnya (DMSO)
sehingga larutan menjadi jenuh dan sulit untuk larut Brooks et al (2008)
11
menyatakan bahwa aktivitas antibakteri dipengaruhi beberapa faktor yaitu
konsentrasi ekstrak kandungan senyawa antibakteri daya difusi ekstrak dan jenis
bakteri yang dihambat
Diameter zona hambat bakteri menurut Davis dan Stout dalam Rahmawati
(2008) dibagi atas sangat kuat (zona jernih gt 20 mm) kuat (zona jernih 10minus20
mm) sedang (zona jernih 5minus10 mm) dan lemah (zona jernih lt 5 mm) Kontrol
positif (KP) pada bakteri uji S aureus S epidermidis Streptococcussp tergolong
dalam daya hambat sangat kuat sedangkan KP pada bakteri Micrococcus sp
tergolong dalam daya hambat kuat Hal tersebut kemungkinan dikarenakan target
kerja antibiotik klindamisin ditujukan untuk bakteri yang habitatnya di daerah
kulit wajah sedangkan Micrococcus sp merupakan bakteri kontaminasi dari
lingkungan (air tanah udara) Seluruh konsentrasi ekstrak yang diujikan terhadap
seluruh bakteri (K1K2 K3 K4) tergolong dalam konsentrasi yang memberikan
daya hambat kuat karena diameter zona hambat yang terbentuk antara 1380 plusmn
109 mm sampai 1700 plusmn 070 mm
Mengacu pada standar umum yang dikeluarkan oleh Departemen Kesehatan
disebutkan bahwa mikroba dinyatakan peka terhadap antimikroba asal tanaman
apabila mempunyai ukuran diameter daya hambatannya 12minus24 mm (Darmawi et
al 2013) sehingga dapat dikatakan bahwa seluruh bakteri uji peka terhadap K1
K2 K3 dan K4
Hasil penelitian diketahui bahwa seluruh konsentrasi dinyatakan peka dan
memiliki zona hambat bakteri yang kuat terhadap bakteri uji sehingga ekstrak
etanol daun jawer kotok memiliki potensi antibakteri yang baik Adanya potensi
antibakteri diketahui dari kandungan senyawa metabolit sekunder yang terdapat
pada daun jawer kotok yaitu flavonoid tanin polifenol serta terpenoid
Mekanisme kerja flavonoid sebagai antibakteri adalah membentuk senyawa
kompleks dengan protein ekstraseluler dan terlarut sehingga dapat merusak
membran sel bakteri dan diikuti keluarnya senyawa intraselluler (Ngajow et al
2013)
Mekanisme kerja tanin sebagai antibakteri adalah menghambat enzim
reverse transkriptase dan DNA topoisomerase sehingga sel bakteri tidak dapat
terbentuk Tanin juga mempunyai target pada polipeptida dinding sel sehingga
pembentukan polipeptida dinding sel menjadi tidak sempurna Hal ini
menyebabkan sel bakteri menjadi lisis karena tekanan osmotik maupun fisik
sehingga sel bakteri akan mati (Ngajow et al 2013)
Ngajow et al (2013) juga menyatakan bahwa senyawa fenolik dan terpenoid
memiliki target utama yaitu membran sitoplasma bakteri Aktifitas antibakteri
terpenoid diketahui bereaksi dengan porin (protein transmembran) pada membran
luar dinding sel bakteri Terpenoid membentuk ikatan polimer yang kuat sehingga
mengakibatkan rusaknya porin Rusaknya porin yang merupakan pintu keluar
masuknya senyawa akan mengurangi permeabilitas dinding sel bakteri yang akan
mengakibatkan sel bakteri akan kekurangan nutrisi sehingga pertumbuhan bakteri
akan terhambat dan mati
12
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Ekstrak etanol daun jawer kotok mengandung flavonoid polifenol dan tanin
serta terpenoid yang memiliki aktivitas antibakteri yang dapat menghambat
pertumbuhan bakteri kokus Gram positif pada permukaan kulit wajah berjerawat
Ekstrak etanol daun jawer kotok memiliki potensi antibakteri yang baik karena
daya hambat bakteri pada konsentrasi 20 40 60 dan 80 tergolong dalam
daya hambat yang kuat S aureus S epidermidis Streptococcus sp dan
Micrococcus sp dinyatakan peka terhadap seluruh konsentrasi ekstrak
Saran
Saran yang dapat diberikan kepada peneliti selanjutnya yaitu perlu
dilakukan penelitian aktivitas antibakteri ekstrak etanol daun jawer kotok terhadap
bakteri Pacne dan bakteri gram negatif serta penggunaan kontrol positif dengan
antibiotik yang lain Selain itu penelitian ini juga dapat digunakan sebagai dasar
ilmiah dalam pengembangan produk farmasi antibakteri
DAFTAR PUSTAKA
Agoes G 2007 Ekstraksi Tanaman Obat Bandung ITB
Andy Taufik M 2010 Jumlah bakteri dan keberadaan bakteri Salmonella sp
pada daging kuda di Kabupaten Jeneponto Jurnal Agrisistem 6(2) 82-87
Arundhina E 2014 Aktivitas ekstrak etanol daun alamanda (Allamanda
cathartica L) sebagai anti jamur terhadap Candida albicans dan
Pityrosporum ovale secara in vitro [skripsi] Yogyakarta (ID) Universitas
Katolik Atmajaya Yogyakarta
Aziz S2010 Uji aktivitas antibakteri ekstrak etanol daun dan umbi bakung putih
(Crinum asiatikum L) terhadap bakteri penyebab jerawat[skripsi] Jakarta
(ID) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatulloh
Brooks GF Butel JS Morse SA Mikrobiologi Kedokteran Mudihardi E
KuntamanWasito EB et al penerjemah Jakarta (ID) Salemba Medika
Terjemahan dari Medical Microbiology
Caesarita DP 2011 Pengaruh ekstrak buah nanas (Ananas comosus) 100
terhadap bakteri Staphylococcus aureus dari pyoderma [skripsi] Bandung
(ID) Universitas Diponegoro
Carter GR dan Cole JR 1990 Diagnostic Procedures in Veterinary Bacteriology
and Mycology Fifth Edition London (UK) Academi Press Limited
13
Dalimarta S 2000 Atlas Tumbuhan Indonesia Jilid ke-2 Jakarta Trubus
Agriwidya
Darmawi Manaf ZH Putranda F 2013 Daya hambat getah jarak cina (Jatropha
multifida L) terhadap Staphylococcus aureus secara invitro Jurnal Medika
Veterinaria7(2) 113-115
Hamdayati Y Kusnadi Rahadian I 2008 Aktivitas antibakteri ekstrak daun
patikan kebo (Euphorbia hirta) terhadap pertumbuhan bakteri
Staphylococcus epidermidis Jurnal Pengajaran Matematika dan Ilmu
Pengetahuan alam 12(7) 1-10
Harborne JB 1987 Metode Fitokimia Padmawinata K Soediro I penerjemah
Jakarta (ID) UI Press Terjemahan dari Basic Concepts of Analytical
Chemistry
Jang SS Biberstein EL Hirsh DC 1976 A Manual of Veterinary Clinical
Bacteriology and Micology Davis (US) Univ California
Kee JL Hayes ER Farmakologi Pendekatan Proses Keperawatan Anugerah P
penerjemah Jakarta (ID) EGC Terjemahan dari Pharmacology A Nursing
Process Approach
Mulyatni AS Budiani A Taniwiryono D 2012 Aktivitas antibakteri ekstrak kulit
buah kakao (Theobroma cacao L) terhadap Escherichia coli Bacillus
subtilis dan Staphylococcus aureus Jurnal Menara Perkebunan 80(2) 77-
84
Ngajow M Abidjulu J Kamu VS 2013 Pengaruh antibakteri ekstrak kulit batang
matoa (Pometia pinnata) terhadap bakteri Staphylococcus aureus secara in
vitro Jurnal Mipa Unsrat 2(2) 128-132
Nugroho RA 2013 Terapi topikal clindamycin dibandingkan dengan niacinamide
+ zinc pada Acne vulgaris [skripsi] Semarang (ID) Universitas
Diponegoro
Rahmawati F 2008Isolasi dan karakteristik senyawa antibakteri ekstrak daun
miana Coleus scutellarioides [L] Benth [tesis] Bogor (ID) Institut
Pertanian Bogor
Ratnawati Y 2007 Aktivitas antibakteri ekstrak daun jawer kotok (Coleus
scutellarioides [L] Benth) [skripsi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor
Razak A Djamal A Revilla G 2013 Uji daya hambat air perasan buah jeruk
nipis (Citrus aurantifolia) terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus
aureus secara in vitro Jurnal Kesehatan Andalas 2(1) 5-8
Ridwan Y Darusman LK Satrija F Handaryani E 2006 Kandungan kimia
berbagai ekstrak daun miana (Coleus blumei Bent) dan efek anthelmintiknya
terhadap cacing pita pada ayam Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia11(2) 1-6
Rusmiyati I Husain DR Alam G 2014 Bioaktivitas ekstrak metanol daun muda
sirsak (Annona muricata L) sebagai antibakteri terhadap Staphylococcus
aureus dan Propionibacterium acne [penelitian ilmiah] Makasar (ID)
Universitas Hassanudin
Saptarini O Perawati Hartanto Y 2008 Uji aktivitas antibakteri ekstrak etanol
buah mahkota dewa (Phaleria macrocarpa) terhadap Staphylococcus
epidermidis penyebab jerawat Jurnal Biomedika1(1) 1-7
Seta SA 2013 Optimasi formula lotion anti jerawat ekstrak etanol kulit buah
manggis (Garcinia mangostana L) dan uji aktivitas terhadap
14
Propionibacterium acnes dan Staphylococcus epidermidis [skripsi]
Yogyakarta (ID) Universitas Gadjah Mada
Syukrinawati RP 2014 Tingkat pengetahuan penggunaan antibiotik oleh
mahasiswa kepaniteraan klinik departemen bedah mulut RSGM-P FKG
periode September 2-13 Maret 2014 [skripsi] Medan (ID) Universitas
Sumatera Utara
Waji RA 2009 Flavonoid (Quercetin) [Penelitian Ilmiah] Makasar (ID)
Universitas Hasanuddin
Widiawati W Lutfiati D Perbedaan hasil penyembuhan kulit wajah berjerawat
antara masker lidah buaya dengan masker non lidah buaya e- Journal
Universitas Negeri Surabaya 2014 3(1) 217-225
15
LAMPIRAN
Lampiran 1 Pembuktian hipotesis
1 Pengambilan keputusan dari hipotesis yang ditentukan diuji dengan uji
ANOVA
2 Hipotesis dalam penelitian ini berupa Ho yaitu ekstrak etanol daun jawer
kotok dengan konsentrasi ekstrak 20 40 60 dan 80 tidak memiliki
aktivitas antibakteri terhadap bakteri pada permukaan kulit wajah
berjerawat dan H1 yaitu ekstrak etanol daun jawer kotok dengan
konsentrasi ekstrak 20 40 60 dan 80 memiliki aktivitas
antibakteri terhadap bakteri pada permukaan kulit wajah berjerawat
3 Pengambilan keputusan untuk memilih hipotesis mana yang diterima dan
hipotesis mana yang ditolak didasarkan pada perbandingan F hitung dan F
tabel dengan syarat jika F hitung kurang dari F tabel maka tolak H1 dan
terima H0 dan jika F hitung lebih besar dari F tabel maka H0 ditolak dan
terima H1
4 Hasil uji one way ANOVA pada diameter zona hambat bakteri S aureus S
Epidermidis Streptococcus sp dan Micrococcus sp diperoleh nilai F
hitung lebih besar dari F tabel (1143 831 gt 262) (1149 947 gt 262)
(1122 068 gt 262) dan (91144 gt 262) maka hiptotesis yang diterima
adalah H1 yaitu ekstrak etanol daun jawer kotok dengan konsentrasi
ekstrak 20 40 60 dan 80 memiliki aktivitas antibakteri terhadap
bakteri S aureus S epidermidis Streptococcus sp dan Micrococcus sp
Lampiran 2 hasil uji ANOVA dan uji lanjutan Duncan
Descriptives
saureus
N Mean
Std Deviation Std Error
95 Confidence Interval for
Mean
Minimum Maximum Lower Bound
Upper Bound
ekstrak 20 5 138000
109545
48990
124398
151602
1200
1500
ekstrak 40 5 160000
122474
54772
144793
175207
1400
1700
ekstrak 60 5 160000
70711
31623
151220
168780
1500
1700
ekstrak 80 5 170000
70711
31623
161220
178780
1600
1800
kontrol positif 5 406000
89443
40000
394894
417106
3900
4100
kontrol negative 5 0000
00000
00000
0000
0000
00 00
Total 30
172333
1218728
222508
126825
217841
00 4100
16
ANOVA
saureus
Sum of Squares df Mean Square F Sig
Between Groups
4289367 5 857873 1143831
000
Within Groups
18000 24 750
Total 4307367 29
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
saureus
Duncana
perlakuan N
Subset for alpha = 005
1 2 3 4
kontrol negatif 5 0000 ekstrak 20 5
13800
0
ekstrak 40 5
160000
ekstrak 60 5
160000
ekstrak 80 5
170000
kontrol positif 5
406000
Sig 1000 1000 096 1000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000
ONEWAY Sepidermidis BY perlakuan
STATISTICS DESCRIPTIVES
MISSING ANALYSIS
POSTHOC=DUNCAN ALPHA(005)
[DataSet0]
Descriptives
Sepidermidis
N Mean Std Deviation Std Error
95 Confidence Interval
for Mean
Minimum Maximum Lower Bound
Upper Bound
ekstrak 20 5 150000
70711
31623
141220
158780
1400
1600
ekstrak 40 5 154000
54772
24495
147199
160801
1500
1600
ekstrak 60 5 164000
151658
67823
145169
182831
1500
1800
ekstrak 80 5 162000
109545
48990
148398
175602
1500
1800
kontrol positif 5 408000
44721
20000
402447
413553
4000
4100
kontrol negatif 5 0000
00000
00000
0000
0000
00 00
Total 30
173000
1221968
223100
127371
218629
00 4100
17
ANOVA
Sepidermidis
Sum of Squares Df Mean Square F Sig
Between Groups 4312300 5 862460 1149947
000
Within Groups 18000 24 750 Total 4330300 29
Post Hoc Tests
Homogeneous Subsets
Sepidermidis
Duncana
Perlakuan N
Subset for alpha = 005
1 2 3 4
kontrol negative 5 0000 ekstrak 20 5
15000
0
ekstrak 40 5
154000
154000
ekstrak 80 5
162000
ekstrak 60 5
164000
kontrol positif 5
408000
Sig 1000 472 096 1000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000
ONEWAY Sepidermidis BY perlakuan
STATISTICS DESCRIPTIVES
MISSING ANALYSIS
POSTHOC=DUNCAN ALPHA(005)
[DataSet0]
18
Descriptives
Streptococcus
N Mean Std Deviation
Std Error
95 Confidence Interval
for Mean
Minimum Maximum Lower Bound
Upper Bound
ekstrak 20 5 156000
134164
60000
139341
172659
1400 1700
ekstrak 40 5 162000
109545
48990
148398
175602
1500 1700
ekstrak 60 5 162000
109545
48990
148398
175602
1500 1700
ekstrak 80 5 156000
54772
24495
149199
162801
1500 1600
kontrol positif 5 416000
54772
24495
409199
422801
4100 4200
kontrol negatif 5 0000
00000
00000
0000
0000
00 00
Total 30
175333
1246715
227618
128780
221886
00 4200
ANOVA
Streptococcus
Sum of Squares df Mean Square F Sig
Between Groups 4488267 5 897653 1122067
000
Within Groups 19200 24 800 Total 4507467 29
Post Hoc Tests
Homogeneous Subsets
Streptococcus
Duncana
perlakuan N
Subset for alpha = 005
1 2 3
kontrol negatif 5 0000 ekstrak 20 5
15600
0
ekstrak 80 5
156000
ekstrak 40 5
162000
ekstrak 60 5
162000
kontrol positif 5
416000
Sig 1000 343 1000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000
ONEWAY Sepidermidis BY perlakuan
STATISTICS DESCRIPTIVES
MISSING ANALYSIS
POSTHOC=DUNCAN ALPHA(005)
[DataSet0]
19
Descriptives
Micrococcus
N Mean Std Deviation
Std Error
95 Confidence Interval for
Mean
Minimum Maximum Lower Bound
Upper Bound
ekstrak 20 5 142000
178885
80000
119788
164212
1200
1600
ekstrak 40 5 150000
200000
89443
125167
174833
1200
1700
ekstrak 60 5 150000
200000
89443
125167
174833
1200
1700
ekstrak 80 5 142000
130384
58310
125811
158189
1200
1500
kontrol positif 5 182000
83666
37417
171611
192389
1700
1900
kontrol negative
5 0000
00000
00000
0000
0000
00 00
Total 30
127667
612335
111797
104802
150532
00 1900
ANOVA
Micrococcus
Sum of Squares Df Mean Square F Sig
Between Groups 1032967 5 206593 91144 000 Within Groups 54400 24 2267
Total 1087367 29
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
Micrococcus
Duncana
Perlakuan N
Subset for alpha = 005
1 2 3
kontrol negative 5 0000 ekstrak 20 5
14200
0
ekstrak 80 5
142000
ekstrak 40 5
150000
ekstrak 60 5
150000
kontrol positif 5
182000
Sig 1000 451 1000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000
20
RIWAYAT HIDUP
Penulis lahir di Jakarta tanggal 25 september 1992 Penulis merupakan
anak ketiga dari tiga bersaudara dari pasangan Petrus Bambang Wijanarko dan
Susana Tuminah Penulis menempuh pendidikan Sekolah Menengah Pertama di
SMP Strada Bhakti Wiyata Bekasi dan Sekolah Menengah Atas di SMA Santo
Antonius Jakarta Penulis aktif di Organisasi Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM)
Keluarga Mahasiswa Katolik IPB sejak tahun 2011 hingga 2013 Penulis juga
aktif di Himpunan Profesi Ornithologi dan Unggas sejak tahun 2013 hingga 2014
5
METODE
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Mikrobiologi Departemen
Ilmu Penyakit Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner (IPHK) dan
Laboratorium Farmasi Departemen Klinik Reproduksi dan Patologi (KRP)
Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) Institut Pertanian Bogor (IPB) Kegiatan
dimulai sejak bulan Juli 2014 sampai dengan bulan Januari 2015
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam penelitian adalah timbangan analitik cawan
petri mini tube mikro pipet pipet volumentrik pipet pasteur pinset tabung
reaksi cotton bud steril tabung durham tabung effendorf osekapas object glass
bunsen spatula inkubator autoklaf dan mikroskop Bahan yang digunakan
adalah daun jawer kotok bakteri hasil swab wajah (S aureus S epidermidis
Streptococcus sp Micrococcus sp) antibiotik klindamisin satu set zat
pewarnaan gram reagen katalase (larutan 3 H2O2) Brain Heart Infussion (BHI)
Blood Agar (BA) Mac Conkey Agar (MCA) Manitol Salt Agar (MSA)
Tyrpticase Soy Agar (TSA) Muller Hilton Agar (MHA) etanol 96 Dimenthyl
sulfoxide (DMSO) NaOH H2SO4 FeCl3 reagen dragendorff dan reagen meyer
Prosedur Penelitian
Pengambilan Sampel
Metode pengambilan sampel dilakukan dengan melakukan swab pada kulit
wajah berjerawat pada sepuluh orang probandus yang telah dipilih Sepuluh
probandus tersebut terdiri dari 5 orang perempuan dan 5 orang laki-laki Swab
kulit dilakukan dengan menggunakan cotton bud yang telah disterilkan Swab
kulit dilakukan dengan cara mencelupkan cotton bud pada media BHI agar bakteri
pada jerawat dapat terangkat dan menempel pada cotton bud Swab kulit dari satu
orang dimasukan pada media BHI untuk dibawa ke laboratorium Perlakuan yang
sama dilakukan pada setiap probandus
6
Isolasi dan Identifikasi Bakteri pada Permukaan Kulit Wajah Berjerawat
Identifikasi bakteri mengacu pada metode Carter (1990) dan Jang et al
(1976) Sampel yang telah diperoleh dari hasil swab jerawat ditumbuhkan pada
media BA dengan cara mengambil sampel dari media transpor dengan
menggunakan ose steril dan menggoreskannya pada permukaan agar BA Bakteri
yang telah dibiakan pada agar BA diinkubasi pada suhu 37 ordmC selama 24 jam
Setelah diinkubasi dilakukan pengamatan koloni dan diamati koloni yang berbeda
kemudian ditanam pada media TSA dan diinkubasi pada suhu 37 ordmC selama 24
jam Setelah dilakukan isolasi sampel selanjutnya dilakukan pewarnaan bakteri
dan dilanjutkan dengan proses identifikasi (Gambar 2)
Gambar 2 Uji identifikasi bakteri Gram positif
Uji katalase Pengamatan
Mikroskopis
Batang Kokus
+Spora
(Bacillus sp)
((jjh
-Spora (non
Bacillus sp)
((jjh
Positif Negatif
Uji Glukosa Mikroaerofilik
Streptococcaceae
Uji CAMP
(BA)
Staphylococcus
spp
Micrococcus spp
MSA Uji Koagulase
Micrococcaceae
Positif Negatif
Merah Kuning
Staphylococcus aureus Staphylococcus epidermidis
α γ β
Bakteri Gram Positif
7
Daun Jawer Kotok
Daun jawer kotok (Coleus atropurpureus) diperoleh dari Balai Penelitian
Tanaman Rempah dan Obat (BALITRO) dalam keadaan daun basah Bagian
tanaman yang digunakan adalah daunnya yang berwarna merah kecoklatan
Ekstrak Etanol Daun Jawer Kotok
Pembuatan ektrak etanol daun jawer kotok dilakukan dengan metode
maserasi Daun jawer kotok basah sebanyak 800 g diris kecil-kecil kemudian
dibagi menjadi 4 bagian masing-masing bagian 200 g kemudian direndam
dengan etanol 96 (perbandingan 110) dalam 4 tempat penampungan selama
3x24 jam sambil sesekali diaduk dan disaring untuk mendapatkan filtratnya
Filtrat hasil maserasi dievaporasi selama 17 jam menggunakan rotary evaporator
Hasil ekstrak kental daun jawer kotok yang didapat sebanyak 185 g
Penapisan Fitokimia Daun Jawer Kotok
Penapisan fitokimia dilakukan dengan metode Harborne (1987) untuk
mengetahui golongan senyawa kimia (terutama metabolit sekunder) yang
terkandung dalam suatu tanaman Penapisan fitokimia yang sering dilakukan
adalah penapisan untuk metabolit sekunder golongan alkaloid flavonoid tanin
polifenol terpenoid steroid dan saponin Flavonoid diuji dengan memasukan
ekstrak ditambahkan dengan etanol 96 lalu diaduk dan ditambahakan NaOH 7
tetes serta H2SO4 amati perubahan warna menjadi kuning jika hasilnya positif Uji
polifenol dan tanin dilakukan dengan memasukan ekstrak ditambahkan dengan air
lalu dipanaskan dan ditambahkan FeCl3 selanjutnya akan terjadi perubahan warna
menjadi hijau biru sampai hitam untuk hasil positif adanya polifenol dan tanin
Uji alkaloid dilakukan dengan membagi ekstrak menjadi 2 bagian keduanya
ditambahkan larutan etanol 96 Salah satu bagian ditambahkan reagen
dragendorff dan yang lain ditambahkan reagen meyer Hasil positif adanya
alkaloid ditandai dengan warna kuning saat diberi reagen dragendorff dan
endapan putih saat ditambahkan reagen meyer Uji terpenoid dilakukan dengan
memasukkan ekstrak ke dalam tabung reaksi kemudian ditambahkan etanol 96
dan ditetesi dengan H2SO4 pekat Hasil positif terpenoid ditandai dengan
terbentuknya warna merah kecoklatan
Pengujian Daya Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Jawer Kotok
Metode pengujian aktivitas antibakteri yang digunakan adalah metode
sumuran (agar well difusion method) dengan media MHA Suspensi bakteri yang
digunakan memiliki kekeruhan yang setara dengan larutan Mc Farland I atau
3x108
CFUml Suspensi bakteri kemudian digoreskan pada MHA dengan
menggunakan cotton bud steril Setelah digores kemudian didiamkan selama 10
8
menit Kegiatan ini dilakukan sebanyak lima kali ulangan untuk setiap bakteri uji
Pada media MHA dibuat sebanyak 6 sumuran yang akan diisi dengan
Konsentrasi 20 (K1) 02 g ekstrak daun jawer kotok dalam 1 ml DMSO
Konsentrasi 40 (K2) 04 g ekstrak daun jawer kotok dalam 1 ml DMSO
Konsentrasi 60 (K3) 06 g ekstrak daun jawer kotok dalam 1 ml DMSO
Konsentrasi 80 (K4) 08 g ekstrak daun jawer kotok dalam 1 ml DMSO
Kontrol positif (KP) Klindamisin 1
Kontrol negatif (KN) DMSO
Media MHA yang telah diisi dengan larutan uji kemudian diinkubasi pada
suhu 37 ordmC selama 24 jam dan diamati diameter zona hambatnya dengan
penggaris
Analisis Data
Data hasil pengukuran diameter zona hambat dianalis secara kuantitatif
menggunakan metode one way analysis of variance (one way Anova) dan
dilanjutkan dengan uji Duncan
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penapisan Fitokimia Daun Jawer KotoK
Penapisan fitokimia ekstrak etanol daun jawer kotok positif mengandung
metabolit sekunder berupa flavonoid polifenol tanin serta terpenoid dan negatif
terhadap alkaloid Ridwan et al (2006) dan Rahmawati (2008) juga menyebutkan
bahwa daun jawer kotok tidak mengandung alkaloid (Gambar 3 dan Tabel 1)
(a) (b) (c) (d) (f)
Gambar 3 Hasil uji fitokimia flavonoid (a) alkaloid dengan reagen
dragendorff (b) alkaloid dengan reagen meyer (c) polifenol
(d) terpenoid (e)
9
Tabel 1 Hasil penapisan fitokimia ekstrak etanol daun jawer kotok
Penapisan Fitokimia Hasil
Flavonoid +
Alkaloid
Meyer minus
Dragendorff minus
Polifenol dan Tanin +
Terpenoid + aKeterangan + terdeteksi minus tidak terdeteksi
Bakteri pada Permukaan Kulit Wajah Berjerawat
Bakteri Gram positif yang berhasil diidentifikasi adalah Staphylococcus
aureus Staphylococcus epidermidis Streptococcus sp dan Micrococcus sp
Menurut Seta (2013) dan Razak et al (2013) bakteri yang dapat menyebabkan
jerawat adalah S aureus S epidermidis dan Propionibacterium acne P acne
tidak dapat diisolasi karena metode yang digunakan tidak bisa mengisolasi bakteri
anaerob Penemuan bakteri Streptococcus sp mungkin terjadi mengingat
Streptococcus sp merupakan salah satu bakteri pada kulit yang dapat
menyebabkan terjadinya penyakit pyoderma (Caesarita 2011) Micrococcus sp
dapat ditemukan pada hasil swab wajah mengingat kemungkinan adanya
pencemaran bakteri dari lingkungan seperti air udara dan tanah (Andy dan
Taufik 2010)
Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Jawer Kotok
Rata-rata diameter zona hambat bakteri ekstrak etanol daun jawer kotok
terhadap bakteri Gram positif (Gambar 4 dan Tabel 2)
(a) (b) (c) (d)
Gambar 4 Zona hambat ekstrak etanol daun jawer kotok terhadap S aureus (a)
S epidermidis (b) Streptococcus sp (c)dan Micrococcus sp(d)
K2 KP K3 K2 KP K3
K2 KP K3
K2 KP K3
K1 KN K4 K1 KN K4 K1 KN K4 K1 KN K4
10
Tabel 2 Rata-rata diameter zona hambat ekstrak etanol daun jawer kotok terhadap
bakteri Gram positif hasil swab kulit wajah berjerawat (mm)
Kelompok
Perlakuan
S aureus S epidermidis Streptococcus
sp
Micrococcus
sp
K1 1380 plusmn 109 b
1500 plusmn 070b
1560 plusmn 134c
1420 plusmn 178b
K2 1600 plusmn 122c
1540 plusmn054bc
1620 plusmn 109c
1500 plusmn 200b
K3 1600 plusmn 070c
1640 plusmn 151c
1620 plusmn 109c
1500 plusmn 200b
K4 1700 plusmn 070c
1620 plusmn 109c
1560 plusmn 054c
1420 plusmn 130b
KP 4060plusmn 089d
4080 plusmn 044d
4160 plusmn 054d
1820 plusmn 083d
KN 000 plusmn 000a
000 plusmn 000a
000 plusmn 000a
000 plusmn 000a
aKeterangan K1 konsentrasi 20 K2 konsentrasi 40 K3 konsentrasi 60 K4
konsentrasi 80 KP kontrol positif KN kontrol negatif Huruf supercript yang berbeda dalam
satu kolom menunjukkan perbedaan yang nyata pada taraf nyata Plt 005
Pada Tabel 2 diketahui bahwa KN pada keempat bakteri uji tidak memiliki
diameter zona hambat dan berbeda nyata dengan KP dan seluruh konsentrasi uji
Hal tersebut membuktikan bahwa pelarut tidak berpengaruh terhadap aktivitas
antibakteri sehingga aktivitas antibakteri hanya berasal dari konsentasi uji
DMSO digunakan sebagai KN karena tidak memiliki daya hambat bakteri serta
karena sifat dari DMSO yang merupakan pelarut polar berspektrum luas sehingga
dapat melarutkan senyawa alkaloid dan flavonoid (Mulyatni et al 2012)
Kontrol positif memberikan hasil yang berbeda nyata dengan KN dan
keempat konsentrasi uji pada semua bakteri Hal tersebut membuktikan bahwa
bakteri S aureus S epidermidis Streptococcus sp dan Micrococcus sp masih
peka terhadap KP Antibiotik klindamisin 1 digunakan sebagai KP karena
klindamisin paling efektif dalam pengobatan jerawat jika dibandingkan dengan
eritromisin dan tetrasiklin serta paling banyak digunakan masyarakat untuk
mengobati jerawat (Aziz 2010) Klindamisin adalah salah satu antibiotik golongan
aminoglikosida Klindamisin menghambat sintesis protein pada fase pemanjangan
dengan mempengaruhi translokasi (Syukrinawati 2014) Antibiotik ini efektif
terhadap bakteri Gram positif dan bakteri anaerob akan tetapi kurang efektif
terhadap bakteri Gram negatif (Nugroho 2013)
Hasil uji pada bakteri S aureus terlihat bahwa K1 memberikan perbedaan
yang nyata (Plt005) dengan K2 K3 dan K4 Hasil uji pada S epidermidis
memberikan hasil bahwa K1 berbeda nyata (Plt005) dengan K3 dan K4 Seluruh
konsentrasi ekstrak etanol daun jawer kotok yang diujikan terhadap Streptococcus
sp dan Micrococcus sp tidak menunjukkan hasil yang berbeda nyata
Hasil uji yang dilakukan terhadap Saureus memperlihatkan bahwa semakin
tinggi konsentrasi ekstrak maka semakin besar diameter zona hambat yang
terbentuk Hal ini karena semakin banyak zat aktif yang terkandung dalam ekstrak
tersebut sedangkan pada uji yang dilakukan terhadap S epidermidis
Streptococcus sp dan Micrococcus sp diameter zona hambat yang terbentuk pada
K4 mengalami penurunan Hal tersebut menunjukkan bahwa konsentrasi yang
semakin tinggi tidak selalu menghasilkan diameter zona hambat yang semakin
besar Penurunan aktivitas ini disebabkan karena perbedaan jenis bakteri yang
dihambat perbedaan kecepatan difusi senyawa aktif pada media agar serta
konsentrasi ekstrak yang terlalu tinggi dibandingkan dengan pelarutnya (DMSO)
sehingga larutan menjadi jenuh dan sulit untuk larut Brooks et al (2008)
11
menyatakan bahwa aktivitas antibakteri dipengaruhi beberapa faktor yaitu
konsentrasi ekstrak kandungan senyawa antibakteri daya difusi ekstrak dan jenis
bakteri yang dihambat
Diameter zona hambat bakteri menurut Davis dan Stout dalam Rahmawati
(2008) dibagi atas sangat kuat (zona jernih gt 20 mm) kuat (zona jernih 10minus20
mm) sedang (zona jernih 5minus10 mm) dan lemah (zona jernih lt 5 mm) Kontrol
positif (KP) pada bakteri uji S aureus S epidermidis Streptococcussp tergolong
dalam daya hambat sangat kuat sedangkan KP pada bakteri Micrococcus sp
tergolong dalam daya hambat kuat Hal tersebut kemungkinan dikarenakan target
kerja antibiotik klindamisin ditujukan untuk bakteri yang habitatnya di daerah
kulit wajah sedangkan Micrococcus sp merupakan bakteri kontaminasi dari
lingkungan (air tanah udara) Seluruh konsentrasi ekstrak yang diujikan terhadap
seluruh bakteri (K1K2 K3 K4) tergolong dalam konsentrasi yang memberikan
daya hambat kuat karena diameter zona hambat yang terbentuk antara 1380 plusmn
109 mm sampai 1700 plusmn 070 mm
Mengacu pada standar umum yang dikeluarkan oleh Departemen Kesehatan
disebutkan bahwa mikroba dinyatakan peka terhadap antimikroba asal tanaman
apabila mempunyai ukuran diameter daya hambatannya 12minus24 mm (Darmawi et
al 2013) sehingga dapat dikatakan bahwa seluruh bakteri uji peka terhadap K1
K2 K3 dan K4
Hasil penelitian diketahui bahwa seluruh konsentrasi dinyatakan peka dan
memiliki zona hambat bakteri yang kuat terhadap bakteri uji sehingga ekstrak
etanol daun jawer kotok memiliki potensi antibakteri yang baik Adanya potensi
antibakteri diketahui dari kandungan senyawa metabolit sekunder yang terdapat
pada daun jawer kotok yaitu flavonoid tanin polifenol serta terpenoid
Mekanisme kerja flavonoid sebagai antibakteri adalah membentuk senyawa
kompleks dengan protein ekstraseluler dan terlarut sehingga dapat merusak
membran sel bakteri dan diikuti keluarnya senyawa intraselluler (Ngajow et al
2013)
Mekanisme kerja tanin sebagai antibakteri adalah menghambat enzim
reverse transkriptase dan DNA topoisomerase sehingga sel bakteri tidak dapat
terbentuk Tanin juga mempunyai target pada polipeptida dinding sel sehingga
pembentukan polipeptida dinding sel menjadi tidak sempurna Hal ini
menyebabkan sel bakteri menjadi lisis karena tekanan osmotik maupun fisik
sehingga sel bakteri akan mati (Ngajow et al 2013)
Ngajow et al (2013) juga menyatakan bahwa senyawa fenolik dan terpenoid
memiliki target utama yaitu membran sitoplasma bakteri Aktifitas antibakteri
terpenoid diketahui bereaksi dengan porin (protein transmembran) pada membran
luar dinding sel bakteri Terpenoid membentuk ikatan polimer yang kuat sehingga
mengakibatkan rusaknya porin Rusaknya porin yang merupakan pintu keluar
masuknya senyawa akan mengurangi permeabilitas dinding sel bakteri yang akan
mengakibatkan sel bakteri akan kekurangan nutrisi sehingga pertumbuhan bakteri
akan terhambat dan mati
12
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Ekstrak etanol daun jawer kotok mengandung flavonoid polifenol dan tanin
serta terpenoid yang memiliki aktivitas antibakteri yang dapat menghambat
pertumbuhan bakteri kokus Gram positif pada permukaan kulit wajah berjerawat
Ekstrak etanol daun jawer kotok memiliki potensi antibakteri yang baik karena
daya hambat bakteri pada konsentrasi 20 40 60 dan 80 tergolong dalam
daya hambat yang kuat S aureus S epidermidis Streptococcus sp dan
Micrococcus sp dinyatakan peka terhadap seluruh konsentrasi ekstrak
Saran
Saran yang dapat diberikan kepada peneliti selanjutnya yaitu perlu
dilakukan penelitian aktivitas antibakteri ekstrak etanol daun jawer kotok terhadap
bakteri Pacne dan bakteri gram negatif serta penggunaan kontrol positif dengan
antibiotik yang lain Selain itu penelitian ini juga dapat digunakan sebagai dasar
ilmiah dalam pengembangan produk farmasi antibakteri
DAFTAR PUSTAKA
Agoes G 2007 Ekstraksi Tanaman Obat Bandung ITB
Andy Taufik M 2010 Jumlah bakteri dan keberadaan bakteri Salmonella sp
pada daging kuda di Kabupaten Jeneponto Jurnal Agrisistem 6(2) 82-87
Arundhina E 2014 Aktivitas ekstrak etanol daun alamanda (Allamanda
cathartica L) sebagai anti jamur terhadap Candida albicans dan
Pityrosporum ovale secara in vitro [skripsi] Yogyakarta (ID) Universitas
Katolik Atmajaya Yogyakarta
Aziz S2010 Uji aktivitas antibakteri ekstrak etanol daun dan umbi bakung putih
(Crinum asiatikum L) terhadap bakteri penyebab jerawat[skripsi] Jakarta
(ID) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatulloh
Brooks GF Butel JS Morse SA Mikrobiologi Kedokteran Mudihardi E
KuntamanWasito EB et al penerjemah Jakarta (ID) Salemba Medika
Terjemahan dari Medical Microbiology
Caesarita DP 2011 Pengaruh ekstrak buah nanas (Ananas comosus) 100
terhadap bakteri Staphylococcus aureus dari pyoderma [skripsi] Bandung
(ID) Universitas Diponegoro
Carter GR dan Cole JR 1990 Diagnostic Procedures in Veterinary Bacteriology
and Mycology Fifth Edition London (UK) Academi Press Limited
13
Dalimarta S 2000 Atlas Tumbuhan Indonesia Jilid ke-2 Jakarta Trubus
Agriwidya
Darmawi Manaf ZH Putranda F 2013 Daya hambat getah jarak cina (Jatropha
multifida L) terhadap Staphylococcus aureus secara invitro Jurnal Medika
Veterinaria7(2) 113-115
Hamdayati Y Kusnadi Rahadian I 2008 Aktivitas antibakteri ekstrak daun
patikan kebo (Euphorbia hirta) terhadap pertumbuhan bakteri
Staphylococcus epidermidis Jurnal Pengajaran Matematika dan Ilmu
Pengetahuan alam 12(7) 1-10
Harborne JB 1987 Metode Fitokimia Padmawinata K Soediro I penerjemah
Jakarta (ID) UI Press Terjemahan dari Basic Concepts of Analytical
Chemistry
Jang SS Biberstein EL Hirsh DC 1976 A Manual of Veterinary Clinical
Bacteriology and Micology Davis (US) Univ California
Kee JL Hayes ER Farmakologi Pendekatan Proses Keperawatan Anugerah P
penerjemah Jakarta (ID) EGC Terjemahan dari Pharmacology A Nursing
Process Approach
Mulyatni AS Budiani A Taniwiryono D 2012 Aktivitas antibakteri ekstrak kulit
buah kakao (Theobroma cacao L) terhadap Escherichia coli Bacillus
subtilis dan Staphylococcus aureus Jurnal Menara Perkebunan 80(2) 77-
84
Ngajow M Abidjulu J Kamu VS 2013 Pengaruh antibakteri ekstrak kulit batang
matoa (Pometia pinnata) terhadap bakteri Staphylococcus aureus secara in
vitro Jurnal Mipa Unsrat 2(2) 128-132
Nugroho RA 2013 Terapi topikal clindamycin dibandingkan dengan niacinamide
+ zinc pada Acne vulgaris [skripsi] Semarang (ID) Universitas
Diponegoro
Rahmawati F 2008Isolasi dan karakteristik senyawa antibakteri ekstrak daun
miana Coleus scutellarioides [L] Benth [tesis] Bogor (ID) Institut
Pertanian Bogor
Ratnawati Y 2007 Aktivitas antibakteri ekstrak daun jawer kotok (Coleus
scutellarioides [L] Benth) [skripsi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor
Razak A Djamal A Revilla G 2013 Uji daya hambat air perasan buah jeruk
nipis (Citrus aurantifolia) terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus
aureus secara in vitro Jurnal Kesehatan Andalas 2(1) 5-8
Ridwan Y Darusman LK Satrija F Handaryani E 2006 Kandungan kimia
berbagai ekstrak daun miana (Coleus blumei Bent) dan efek anthelmintiknya
terhadap cacing pita pada ayam Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia11(2) 1-6
Rusmiyati I Husain DR Alam G 2014 Bioaktivitas ekstrak metanol daun muda
sirsak (Annona muricata L) sebagai antibakteri terhadap Staphylococcus
aureus dan Propionibacterium acne [penelitian ilmiah] Makasar (ID)
Universitas Hassanudin
Saptarini O Perawati Hartanto Y 2008 Uji aktivitas antibakteri ekstrak etanol
buah mahkota dewa (Phaleria macrocarpa) terhadap Staphylococcus
epidermidis penyebab jerawat Jurnal Biomedika1(1) 1-7
Seta SA 2013 Optimasi formula lotion anti jerawat ekstrak etanol kulit buah
manggis (Garcinia mangostana L) dan uji aktivitas terhadap
14
Propionibacterium acnes dan Staphylococcus epidermidis [skripsi]
Yogyakarta (ID) Universitas Gadjah Mada
Syukrinawati RP 2014 Tingkat pengetahuan penggunaan antibiotik oleh
mahasiswa kepaniteraan klinik departemen bedah mulut RSGM-P FKG
periode September 2-13 Maret 2014 [skripsi] Medan (ID) Universitas
Sumatera Utara
Waji RA 2009 Flavonoid (Quercetin) [Penelitian Ilmiah] Makasar (ID)
Universitas Hasanuddin
Widiawati W Lutfiati D Perbedaan hasil penyembuhan kulit wajah berjerawat
antara masker lidah buaya dengan masker non lidah buaya e- Journal
Universitas Negeri Surabaya 2014 3(1) 217-225
15
LAMPIRAN
Lampiran 1 Pembuktian hipotesis
1 Pengambilan keputusan dari hipotesis yang ditentukan diuji dengan uji
ANOVA
2 Hipotesis dalam penelitian ini berupa Ho yaitu ekstrak etanol daun jawer
kotok dengan konsentrasi ekstrak 20 40 60 dan 80 tidak memiliki
aktivitas antibakteri terhadap bakteri pada permukaan kulit wajah
berjerawat dan H1 yaitu ekstrak etanol daun jawer kotok dengan
konsentrasi ekstrak 20 40 60 dan 80 memiliki aktivitas
antibakteri terhadap bakteri pada permukaan kulit wajah berjerawat
3 Pengambilan keputusan untuk memilih hipotesis mana yang diterima dan
hipotesis mana yang ditolak didasarkan pada perbandingan F hitung dan F
tabel dengan syarat jika F hitung kurang dari F tabel maka tolak H1 dan
terima H0 dan jika F hitung lebih besar dari F tabel maka H0 ditolak dan
terima H1
4 Hasil uji one way ANOVA pada diameter zona hambat bakteri S aureus S
Epidermidis Streptococcus sp dan Micrococcus sp diperoleh nilai F
hitung lebih besar dari F tabel (1143 831 gt 262) (1149 947 gt 262)
(1122 068 gt 262) dan (91144 gt 262) maka hiptotesis yang diterima
adalah H1 yaitu ekstrak etanol daun jawer kotok dengan konsentrasi
ekstrak 20 40 60 dan 80 memiliki aktivitas antibakteri terhadap
bakteri S aureus S epidermidis Streptococcus sp dan Micrococcus sp
Lampiran 2 hasil uji ANOVA dan uji lanjutan Duncan
Descriptives
saureus
N Mean
Std Deviation Std Error
95 Confidence Interval for
Mean
Minimum Maximum Lower Bound
Upper Bound
ekstrak 20 5 138000
109545
48990
124398
151602
1200
1500
ekstrak 40 5 160000
122474
54772
144793
175207
1400
1700
ekstrak 60 5 160000
70711
31623
151220
168780
1500
1700
ekstrak 80 5 170000
70711
31623
161220
178780
1600
1800
kontrol positif 5 406000
89443
40000
394894
417106
3900
4100
kontrol negative 5 0000
00000
00000
0000
0000
00 00
Total 30
172333
1218728
222508
126825
217841
00 4100
16
ANOVA
saureus
Sum of Squares df Mean Square F Sig
Between Groups
4289367 5 857873 1143831
000
Within Groups
18000 24 750
Total 4307367 29
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
saureus
Duncana
perlakuan N
Subset for alpha = 005
1 2 3 4
kontrol negatif 5 0000 ekstrak 20 5
13800
0
ekstrak 40 5
160000
ekstrak 60 5
160000
ekstrak 80 5
170000
kontrol positif 5
406000
Sig 1000 1000 096 1000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000
ONEWAY Sepidermidis BY perlakuan
STATISTICS DESCRIPTIVES
MISSING ANALYSIS
POSTHOC=DUNCAN ALPHA(005)
[DataSet0]
Descriptives
Sepidermidis
N Mean Std Deviation Std Error
95 Confidence Interval
for Mean
Minimum Maximum Lower Bound
Upper Bound
ekstrak 20 5 150000
70711
31623
141220
158780
1400
1600
ekstrak 40 5 154000
54772
24495
147199
160801
1500
1600
ekstrak 60 5 164000
151658
67823
145169
182831
1500
1800
ekstrak 80 5 162000
109545
48990
148398
175602
1500
1800
kontrol positif 5 408000
44721
20000
402447
413553
4000
4100
kontrol negatif 5 0000
00000
00000
0000
0000
00 00
Total 30
173000
1221968
223100
127371
218629
00 4100
17
ANOVA
Sepidermidis
Sum of Squares Df Mean Square F Sig
Between Groups 4312300 5 862460 1149947
000
Within Groups 18000 24 750 Total 4330300 29
Post Hoc Tests
Homogeneous Subsets
Sepidermidis
Duncana
Perlakuan N
Subset for alpha = 005
1 2 3 4
kontrol negative 5 0000 ekstrak 20 5
15000
0
ekstrak 40 5
154000
154000
ekstrak 80 5
162000
ekstrak 60 5
164000
kontrol positif 5
408000
Sig 1000 472 096 1000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000
ONEWAY Sepidermidis BY perlakuan
STATISTICS DESCRIPTIVES
MISSING ANALYSIS
POSTHOC=DUNCAN ALPHA(005)
[DataSet0]
18
Descriptives
Streptococcus
N Mean Std Deviation
Std Error
95 Confidence Interval
for Mean
Minimum Maximum Lower Bound
Upper Bound
ekstrak 20 5 156000
134164
60000
139341
172659
1400 1700
ekstrak 40 5 162000
109545
48990
148398
175602
1500 1700
ekstrak 60 5 162000
109545
48990
148398
175602
1500 1700
ekstrak 80 5 156000
54772
24495
149199
162801
1500 1600
kontrol positif 5 416000
54772
24495
409199
422801
4100 4200
kontrol negatif 5 0000
00000
00000
0000
0000
00 00
Total 30
175333
1246715
227618
128780
221886
00 4200
ANOVA
Streptococcus
Sum of Squares df Mean Square F Sig
Between Groups 4488267 5 897653 1122067
000
Within Groups 19200 24 800 Total 4507467 29
Post Hoc Tests
Homogeneous Subsets
Streptococcus
Duncana
perlakuan N
Subset for alpha = 005
1 2 3
kontrol negatif 5 0000 ekstrak 20 5
15600
0
ekstrak 80 5
156000
ekstrak 40 5
162000
ekstrak 60 5
162000
kontrol positif 5
416000
Sig 1000 343 1000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000
ONEWAY Sepidermidis BY perlakuan
STATISTICS DESCRIPTIVES
MISSING ANALYSIS
POSTHOC=DUNCAN ALPHA(005)
[DataSet0]
19
Descriptives
Micrococcus
N Mean Std Deviation
Std Error
95 Confidence Interval for
Mean
Minimum Maximum Lower Bound
Upper Bound
ekstrak 20 5 142000
178885
80000
119788
164212
1200
1600
ekstrak 40 5 150000
200000
89443
125167
174833
1200
1700
ekstrak 60 5 150000
200000
89443
125167
174833
1200
1700
ekstrak 80 5 142000
130384
58310
125811
158189
1200
1500
kontrol positif 5 182000
83666
37417
171611
192389
1700
1900
kontrol negative
5 0000
00000
00000
0000
0000
00 00
Total 30
127667
612335
111797
104802
150532
00 1900
ANOVA
Micrococcus
Sum of Squares Df Mean Square F Sig
Between Groups 1032967 5 206593 91144 000 Within Groups 54400 24 2267
Total 1087367 29
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
Micrococcus
Duncana
Perlakuan N
Subset for alpha = 005
1 2 3
kontrol negative 5 0000 ekstrak 20 5
14200
0
ekstrak 80 5
142000
ekstrak 40 5
150000
ekstrak 60 5
150000
kontrol positif 5
182000
Sig 1000 451 1000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000
20
RIWAYAT HIDUP
Penulis lahir di Jakarta tanggal 25 september 1992 Penulis merupakan
anak ketiga dari tiga bersaudara dari pasangan Petrus Bambang Wijanarko dan
Susana Tuminah Penulis menempuh pendidikan Sekolah Menengah Pertama di
SMP Strada Bhakti Wiyata Bekasi dan Sekolah Menengah Atas di SMA Santo
Antonius Jakarta Penulis aktif di Organisasi Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM)
Keluarga Mahasiswa Katolik IPB sejak tahun 2011 hingga 2013 Penulis juga
aktif di Himpunan Profesi Ornithologi dan Unggas sejak tahun 2013 hingga 2014
6
Isolasi dan Identifikasi Bakteri pada Permukaan Kulit Wajah Berjerawat
Identifikasi bakteri mengacu pada metode Carter (1990) dan Jang et al
(1976) Sampel yang telah diperoleh dari hasil swab jerawat ditumbuhkan pada
media BA dengan cara mengambil sampel dari media transpor dengan
menggunakan ose steril dan menggoreskannya pada permukaan agar BA Bakteri
yang telah dibiakan pada agar BA diinkubasi pada suhu 37 ordmC selama 24 jam
Setelah diinkubasi dilakukan pengamatan koloni dan diamati koloni yang berbeda
kemudian ditanam pada media TSA dan diinkubasi pada suhu 37 ordmC selama 24
jam Setelah dilakukan isolasi sampel selanjutnya dilakukan pewarnaan bakteri
dan dilanjutkan dengan proses identifikasi (Gambar 2)
Gambar 2 Uji identifikasi bakteri Gram positif
Uji katalase Pengamatan
Mikroskopis
Batang Kokus
+Spora
(Bacillus sp)
((jjh
-Spora (non
Bacillus sp)
((jjh
Positif Negatif
Uji Glukosa Mikroaerofilik
Streptococcaceae
Uji CAMP
(BA)
Staphylococcus
spp
Micrococcus spp
MSA Uji Koagulase
Micrococcaceae
Positif Negatif
Merah Kuning
Staphylococcus aureus Staphylococcus epidermidis
α γ β
Bakteri Gram Positif
7
Daun Jawer Kotok
Daun jawer kotok (Coleus atropurpureus) diperoleh dari Balai Penelitian
Tanaman Rempah dan Obat (BALITRO) dalam keadaan daun basah Bagian
tanaman yang digunakan adalah daunnya yang berwarna merah kecoklatan
Ekstrak Etanol Daun Jawer Kotok
Pembuatan ektrak etanol daun jawer kotok dilakukan dengan metode
maserasi Daun jawer kotok basah sebanyak 800 g diris kecil-kecil kemudian
dibagi menjadi 4 bagian masing-masing bagian 200 g kemudian direndam
dengan etanol 96 (perbandingan 110) dalam 4 tempat penampungan selama
3x24 jam sambil sesekali diaduk dan disaring untuk mendapatkan filtratnya
Filtrat hasil maserasi dievaporasi selama 17 jam menggunakan rotary evaporator
Hasil ekstrak kental daun jawer kotok yang didapat sebanyak 185 g
Penapisan Fitokimia Daun Jawer Kotok
Penapisan fitokimia dilakukan dengan metode Harborne (1987) untuk
mengetahui golongan senyawa kimia (terutama metabolit sekunder) yang
terkandung dalam suatu tanaman Penapisan fitokimia yang sering dilakukan
adalah penapisan untuk metabolit sekunder golongan alkaloid flavonoid tanin
polifenol terpenoid steroid dan saponin Flavonoid diuji dengan memasukan
ekstrak ditambahkan dengan etanol 96 lalu diaduk dan ditambahakan NaOH 7
tetes serta H2SO4 amati perubahan warna menjadi kuning jika hasilnya positif Uji
polifenol dan tanin dilakukan dengan memasukan ekstrak ditambahkan dengan air
lalu dipanaskan dan ditambahkan FeCl3 selanjutnya akan terjadi perubahan warna
menjadi hijau biru sampai hitam untuk hasil positif adanya polifenol dan tanin
Uji alkaloid dilakukan dengan membagi ekstrak menjadi 2 bagian keduanya
ditambahkan larutan etanol 96 Salah satu bagian ditambahkan reagen
dragendorff dan yang lain ditambahkan reagen meyer Hasil positif adanya
alkaloid ditandai dengan warna kuning saat diberi reagen dragendorff dan
endapan putih saat ditambahkan reagen meyer Uji terpenoid dilakukan dengan
memasukkan ekstrak ke dalam tabung reaksi kemudian ditambahkan etanol 96
dan ditetesi dengan H2SO4 pekat Hasil positif terpenoid ditandai dengan
terbentuknya warna merah kecoklatan
Pengujian Daya Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Jawer Kotok
Metode pengujian aktivitas antibakteri yang digunakan adalah metode
sumuran (agar well difusion method) dengan media MHA Suspensi bakteri yang
digunakan memiliki kekeruhan yang setara dengan larutan Mc Farland I atau
3x108
CFUml Suspensi bakteri kemudian digoreskan pada MHA dengan
menggunakan cotton bud steril Setelah digores kemudian didiamkan selama 10
8
menit Kegiatan ini dilakukan sebanyak lima kali ulangan untuk setiap bakteri uji
Pada media MHA dibuat sebanyak 6 sumuran yang akan diisi dengan
Konsentrasi 20 (K1) 02 g ekstrak daun jawer kotok dalam 1 ml DMSO
Konsentrasi 40 (K2) 04 g ekstrak daun jawer kotok dalam 1 ml DMSO
Konsentrasi 60 (K3) 06 g ekstrak daun jawer kotok dalam 1 ml DMSO
Konsentrasi 80 (K4) 08 g ekstrak daun jawer kotok dalam 1 ml DMSO
Kontrol positif (KP) Klindamisin 1
Kontrol negatif (KN) DMSO
Media MHA yang telah diisi dengan larutan uji kemudian diinkubasi pada
suhu 37 ordmC selama 24 jam dan diamati diameter zona hambatnya dengan
penggaris
Analisis Data
Data hasil pengukuran diameter zona hambat dianalis secara kuantitatif
menggunakan metode one way analysis of variance (one way Anova) dan
dilanjutkan dengan uji Duncan
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penapisan Fitokimia Daun Jawer KotoK
Penapisan fitokimia ekstrak etanol daun jawer kotok positif mengandung
metabolit sekunder berupa flavonoid polifenol tanin serta terpenoid dan negatif
terhadap alkaloid Ridwan et al (2006) dan Rahmawati (2008) juga menyebutkan
bahwa daun jawer kotok tidak mengandung alkaloid (Gambar 3 dan Tabel 1)
(a) (b) (c) (d) (f)
Gambar 3 Hasil uji fitokimia flavonoid (a) alkaloid dengan reagen
dragendorff (b) alkaloid dengan reagen meyer (c) polifenol
(d) terpenoid (e)
9
Tabel 1 Hasil penapisan fitokimia ekstrak etanol daun jawer kotok
Penapisan Fitokimia Hasil
Flavonoid +
Alkaloid
Meyer minus
Dragendorff minus
Polifenol dan Tanin +
Terpenoid + aKeterangan + terdeteksi minus tidak terdeteksi
Bakteri pada Permukaan Kulit Wajah Berjerawat
Bakteri Gram positif yang berhasil diidentifikasi adalah Staphylococcus
aureus Staphylococcus epidermidis Streptococcus sp dan Micrococcus sp
Menurut Seta (2013) dan Razak et al (2013) bakteri yang dapat menyebabkan
jerawat adalah S aureus S epidermidis dan Propionibacterium acne P acne
tidak dapat diisolasi karena metode yang digunakan tidak bisa mengisolasi bakteri
anaerob Penemuan bakteri Streptococcus sp mungkin terjadi mengingat
Streptococcus sp merupakan salah satu bakteri pada kulit yang dapat
menyebabkan terjadinya penyakit pyoderma (Caesarita 2011) Micrococcus sp
dapat ditemukan pada hasil swab wajah mengingat kemungkinan adanya
pencemaran bakteri dari lingkungan seperti air udara dan tanah (Andy dan
Taufik 2010)
Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Jawer Kotok
Rata-rata diameter zona hambat bakteri ekstrak etanol daun jawer kotok
terhadap bakteri Gram positif (Gambar 4 dan Tabel 2)
(a) (b) (c) (d)
Gambar 4 Zona hambat ekstrak etanol daun jawer kotok terhadap S aureus (a)
S epidermidis (b) Streptococcus sp (c)dan Micrococcus sp(d)
K2 KP K3 K2 KP K3
K2 KP K3
K2 KP K3
K1 KN K4 K1 KN K4 K1 KN K4 K1 KN K4
10
Tabel 2 Rata-rata diameter zona hambat ekstrak etanol daun jawer kotok terhadap
bakteri Gram positif hasil swab kulit wajah berjerawat (mm)
Kelompok
Perlakuan
S aureus S epidermidis Streptococcus
sp
Micrococcus
sp
K1 1380 plusmn 109 b
1500 plusmn 070b
1560 plusmn 134c
1420 plusmn 178b
K2 1600 plusmn 122c
1540 plusmn054bc
1620 plusmn 109c
1500 plusmn 200b
K3 1600 plusmn 070c
1640 plusmn 151c
1620 plusmn 109c
1500 plusmn 200b
K4 1700 plusmn 070c
1620 plusmn 109c
1560 plusmn 054c
1420 plusmn 130b
KP 4060plusmn 089d
4080 plusmn 044d
4160 plusmn 054d
1820 plusmn 083d
KN 000 plusmn 000a
000 plusmn 000a
000 plusmn 000a
000 plusmn 000a
aKeterangan K1 konsentrasi 20 K2 konsentrasi 40 K3 konsentrasi 60 K4
konsentrasi 80 KP kontrol positif KN kontrol negatif Huruf supercript yang berbeda dalam
satu kolom menunjukkan perbedaan yang nyata pada taraf nyata Plt 005
Pada Tabel 2 diketahui bahwa KN pada keempat bakteri uji tidak memiliki
diameter zona hambat dan berbeda nyata dengan KP dan seluruh konsentrasi uji
Hal tersebut membuktikan bahwa pelarut tidak berpengaruh terhadap aktivitas
antibakteri sehingga aktivitas antibakteri hanya berasal dari konsentasi uji
DMSO digunakan sebagai KN karena tidak memiliki daya hambat bakteri serta
karena sifat dari DMSO yang merupakan pelarut polar berspektrum luas sehingga
dapat melarutkan senyawa alkaloid dan flavonoid (Mulyatni et al 2012)
Kontrol positif memberikan hasil yang berbeda nyata dengan KN dan
keempat konsentrasi uji pada semua bakteri Hal tersebut membuktikan bahwa
bakteri S aureus S epidermidis Streptococcus sp dan Micrococcus sp masih
peka terhadap KP Antibiotik klindamisin 1 digunakan sebagai KP karena
klindamisin paling efektif dalam pengobatan jerawat jika dibandingkan dengan
eritromisin dan tetrasiklin serta paling banyak digunakan masyarakat untuk
mengobati jerawat (Aziz 2010) Klindamisin adalah salah satu antibiotik golongan
aminoglikosida Klindamisin menghambat sintesis protein pada fase pemanjangan
dengan mempengaruhi translokasi (Syukrinawati 2014) Antibiotik ini efektif
terhadap bakteri Gram positif dan bakteri anaerob akan tetapi kurang efektif
terhadap bakteri Gram negatif (Nugroho 2013)
Hasil uji pada bakteri S aureus terlihat bahwa K1 memberikan perbedaan
yang nyata (Plt005) dengan K2 K3 dan K4 Hasil uji pada S epidermidis
memberikan hasil bahwa K1 berbeda nyata (Plt005) dengan K3 dan K4 Seluruh
konsentrasi ekstrak etanol daun jawer kotok yang diujikan terhadap Streptococcus
sp dan Micrococcus sp tidak menunjukkan hasil yang berbeda nyata
Hasil uji yang dilakukan terhadap Saureus memperlihatkan bahwa semakin
tinggi konsentrasi ekstrak maka semakin besar diameter zona hambat yang
terbentuk Hal ini karena semakin banyak zat aktif yang terkandung dalam ekstrak
tersebut sedangkan pada uji yang dilakukan terhadap S epidermidis
Streptococcus sp dan Micrococcus sp diameter zona hambat yang terbentuk pada
K4 mengalami penurunan Hal tersebut menunjukkan bahwa konsentrasi yang
semakin tinggi tidak selalu menghasilkan diameter zona hambat yang semakin
besar Penurunan aktivitas ini disebabkan karena perbedaan jenis bakteri yang
dihambat perbedaan kecepatan difusi senyawa aktif pada media agar serta
konsentrasi ekstrak yang terlalu tinggi dibandingkan dengan pelarutnya (DMSO)
sehingga larutan menjadi jenuh dan sulit untuk larut Brooks et al (2008)
11
menyatakan bahwa aktivitas antibakteri dipengaruhi beberapa faktor yaitu
konsentrasi ekstrak kandungan senyawa antibakteri daya difusi ekstrak dan jenis
bakteri yang dihambat
Diameter zona hambat bakteri menurut Davis dan Stout dalam Rahmawati
(2008) dibagi atas sangat kuat (zona jernih gt 20 mm) kuat (zona jernih 10minus20
mm) sedang (zona jernih 5minus10 mm) dan lemah (zona jernih lt 5 mm) Kontrol
positif (KP) pada bakteri uji S aureus S epidermidis Streptococcussp tergolong
dalam daya hambat sangat kuat sedangkan KP pada bakteri Micrococcus sp
tergolong dalam daya hambat kuat Hal tersebut kemungkinan dikarenakan target
kerja antibiotik klindamisin ditujukan untuk bakteri yang habitatnya di daerah
kulit wajah sedangkan Micrococcus sp merupakan bakteri kontaminasi dari
lingkungan (air tanah udara) Seluruh konsentrasi ekstrak yang diujikan terhadap
seluruh bakteri (K1K2 K3 K4) tergolong dalam konsentrasi yang memberikan
daya hambat kuat karena diameter zona hambat yang terbentuk antara 1380 plusmn
109 mm sampai 1700 plusmn 070 mm
Mengacu pada standar umum yang dikeluarkan oleh Departemen Kesehatan
disebutkan bahwa mikroba dinyatakan peka terhadap antimikroba asal tanaman
apabila mempunyai ukuran diameter daya hambatannya 12minus24 mm (Darmawi et
al 2013) sehingga dapat dikatakan bahwa seluruh bakteri uji peka terhadap K1
K2 K3 dan K4
Hasil penelitian diketahui bahwa seluruh konsentrasi dinyatakan peka dan
memiliki zona hambat bakteri yang kuat terhadap bakteri uji sehingga ekstrak
etanol daun jawer kotok memiliki potensi antibakteri yang baik Adanya potensi
antibakteri diketahui dari kandungan senyawa metabolit sekunder yang terdapat
pada daun jawer kotok yaitu flavonoid tanin polifenol serta terpenoid
Mekanisme kerja flavonoid sebagai antibakteri adalah membentuk senyawa
kompleks dengan protein ekstraseluler dan terlarut sehingga dapat merusak
membran sel bakteri dan diikuti keluarnya senyawa intraselluler (Ngajow et al
2013)
Mekanisme kerja tanin sebagai antibakteri adalah menghambat enzim
reverse transkriptase dan DNA topoisomerase sehingga sel bakteri tidak dapat
terbentuk Tanin juga mempunyai target pada polipeptida dinding sel sehingga
pembentukan polipeptida dinding sel menjadi tidak sempurna Hal ini
menyebabkan sel bakteri menjadi lisis karena tekanan osmotik maupun fisik
sehingga sel bakteri akan mati (Ngajow et al 2013)
Ngajow et al (2013) juga menyatakan bahwa senyawa fenolik dan terpenoid
memiliki target utama yaitu membran sitoplasma bakteri Aktifitas antibakteri
terpenoid diketahui bereaksi dengan porin (protein transmembran) pada membran
luar dinding sel bakteri Terpenoid membentuk ikatan polimer yang kuat sehingga
mengakibatkan rusaknya porin Rusaknya porin yang merupakan pintu keluar
masuknya senyawa akan mengurangi permeabilitas dinding sel bakteri yang akan
mengakibatkan sel bakteri akan kekurangan nutrisi sehingga pertumbuhan bakteri
akan terhambat dan mati
12
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Ekstrak etanol daun jawer kotok mengandung flavonoid polifenol dan tanin
serta terpenoid yang memiliki aktivitas antibakteri yang dapat menghambat
pertumbuhan bakteri kokus Gram positif pada permukaan kulit wajah berjerawat
Ekstrak etanol daun jawer kotok memiliki potensi antibakteri yang baik karena
daya hambat bakteri pada konsentrasi 20 40 60 dan 80 tergolong dalam
daya hambat yang kuat S aureus S epidermidis Streptococcus sp dan
Micrococcus sp dinyatakan peka terhadap seluruh konsentrasi ekstrak
Saran
Saran yang dapat diberikan kepada peneliti selanjutnya yaitu perlu
dilakukan penelitian aktivitas antibakteri ekstrak etanol daun jawer kotok terhadap
bakteri Pacne dan bakteri gram negatif serta penggunaan kontrol positif dengan
antibiotik yang lain Selain itu penelitian ini juga dapat digunakan sebagai dasar
ilmiah dalam pengembangan produk farmasi antibakteri
DAFTAR PUSTAKA
Agoes G 2007 Ekstraksi Tanaman Obat Bandung ITB
Andy Taufik M 2010 Jumlah bakteri dan keberadaan bakteri Salmonella sp
pada daging kuda di Kabupaten Jeneponto Jurnal Agrisistem 6(2) 82-87
Arundhina E 2014 Aktivitas ekstrak etanol daun alamanda (Allamanda
cathartica L) sebagai anti jamur terhadap Candida albicans dan
Pityrosporum ovale secara in vitro [skripsi] Yogyakarta (ID) Universitas
Katolik Atmajaya Yogyakarta
Aziz S2010 Uji aktivitas antibakteri ekstrak etanol daun dan umbi bakung putih
(Crinum asiatikum L) terhadap bakteri penyebab jerawat[skripsi] Jakarta
(ID) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatulloh
Brooks GF Butel JS Morse SA Mikrobiologi Kedokteran Mudihardi E
KuntamanWasito EB et al penerjemah Jakarta (ID) Salemba Medika
Terjemahan dari Medical Microbiology
Caesarita DP 2011 Pengaruh ekstrak buah nanas (Ananas comosus) 100
terhadap bakteri Staphylococcus aureus dari pyoderma [skripsi] Bandung
(ID) Universitas Diponegoro
Carter GR dan Cole JR 1990 Diagnostic Procedures in Veterinary Bacteriology
and Mycology Fifth Edition London (UK) Academi Press Limited
13
Dalimarta S 2000 Atlas Tumbuhan Indonesia Jilid ke-2 Jakarta Trubus
Agriwidya
Darmawi Manaf ZH Putranda F 2013 Daya hambat getah jarak cina (Jatropha
multifida L) terhadap Staphylococcus aureus secara invitro Jurnal Medika
Veterinaria7(2) 113-115
Hamdayati Y Kusnadi Rahadian I 2008 Aktivitas antibakteri ekstrak daun
patikan kebo (Euphorbia hirta) terhadap pertumbuhan bakteri
Staphylococcus epidermidis Jurnal Pengajaran Matematika dan Ilmu
Pengetahuan alam 12(7) 1-10
Harborne JB 1987 Metode Fitokimia Padmawinata K Soediro I penerjemah
Jakarta (ID) UI Press Terjemahan dari Basic Concepts of Analytical
Chemistry
Jang SS Biberstein EL Hirsh DC 1976 A Manual of Veterinary Clinical
Bacteriology and Micology Davis (US) Univ California
Kee JL Hayes ER Farmakologi Pendekatan Proses Keperawatan Anugerah P
penerjemah Jakarta (ID) EGC Terjemahan dari Pharmacology A Nursing
Process Approach
Mulyatni AS Budiani A Taniwiryono D 2012 Aktivitas antibakteri ekstrak kulit
buah kakao (Theobroma cacao L) terhadap Escherichia coli Bacillus
subtilis dan Staphylococcus aureus Jurnal Menara Perkebunan 80(2) 77-
84
Ngajow M Abidjulu J Kamu VS 2013 Pengaruh antibakteri ekstrak kulit batang
matoa (Pometia pinnata) terhadap bakteri Staphylococcus aureus secara in
vitro Jurnal Mipa Unsrat 2(2) 128-132
Nugroho RA 2013 Terapi topikal clindamycin dibandingkan dengan niacinamide
+ zinc pada Acne vulgaris [skripsi] Semarang (ID) Universitas
Diponegoro
Rahmawati F 2008Isolasi dan karakteristik senyawa antibakteri ekstrak daun
miana Coleus scutellarioides [L] Benth [tesis] Bogor (ID) Institut
Pertanian Bogor
Ratnawati Y 2007 Aktivitas antibakteri ekstrak daun jawer kotok (Coleus
scutellarioides [L] Benth) [skripsi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor
Razak A Djamal A Revilla G 2013 Uji daya hambat air perasan buah jeruk
nipis (Citrus aurantifolia) terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus
aureus secara in vitro Jurnal Kesehatan Andalas 2(1) 5-8
Ridwan Y Darusman LK Satrija F Handaryani E 2006 Kandungan kimia
berbagai ekstrak daun miana (Coleus blumei Bent) dan efek anthelmintiknya
terhadap cacing pita pada ayam Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia11(2) 1-6
Rusmiyati I Husain DR Alam G 2014 Bioaktivitas ekstrak metanol daun muda
sirsak (Annona muricata L) sebagai antibakteri terhadap Staphylococcus
aureus dan Propionibacterium acne [penelitian ilmiah] Makasar (ID)
Universitas Hassanudin
Saptarini O Perawati Hartanto Y 2008 Uji aktivitas antibakteri ekstrak etanol
buah mahkota dewa (Phaleria macrocarpa) terhadap Staphylococcus
epidermidis penyebab jerawat Jurnal Biomedika1(1) 1-7
Seta SA 2013 Optimasi formula lotion anti jerawat ekstrak etanol kulit buah
manggis (Garcinia mangostana L) dan uji aktivitas terhadap
14
Propionibacterium acnes dan Staphylococcus epidermidis [skripsi]
Yogyakarta (ID) Universitas Gadjah Mada
Syukrinawati RP 2014 Tingkat pengetahuan penggunaan antibiotik oleh
mahasiswa kepaniteraan klinik departemen bedah mulut RSGM-P FKG
periode September 2-13 Maret 2014 [skripsi] Medan (ID) Universitas
Sumatera Utara
Waji RA 2009 Flavonoid (Quercetin) [Penelitian Ilmiah] Makasar (ID)
Universitas Hasanuddin
Widiawati W Lutfiati D Perbedaan hasil penyembuhan kulit wajah berjerawat
antara masker lidah buaya dengan masker non lidah buaya e- Journal
Universitas Negeri Surabaya 2014 3(1) 217-225
15
LAMPIRAN
Lampiran 1 Pembuktian hipotesis
1 Pengambilan keputusan dari hipotesis yang ditentukan diuji dengan uji
ANOVA
2 Hipotesis dalam penelitian ini berupa Ho yaitu ekstrak etanol daun jawer
kotok dengan konsentrasi ekstrak 20 40 60 dan 80 tidak memiliki
aktivitas antibakteri terhadap bakteri pada permukaan kulit wajah
berjerawat dan H1 yaitu ekstrak etanol daun jawer kotok dengan
konsentrasi ekstrak 20 40 60 dan 80 memiliki aktivitas
antibakteri terhadap bakteri pada permukaan kulit wajah berjerawat
3 Pengambilan keputusan untuk memilih hipotesis mana yang diterima dan
hipotesis mana yang ditolak didasarkan pada perbandingan F hitung dan F
tabel dengan syarat jika F hitung kurang dari F tabel maka tolak H1 dan
terima H0 dan jika F hitung lebih besar dari F tabel maka H0 ditolak dan
terima H1
4 Hasil uji one way ANOVA pada diameter zona hambat bakteri S aureus S
Epidermidis Streptococcus sp dan Micrococcus sp diperoleh nilai F
hitung lebih besar dari F tabel (1143 831 gt 262) (1149 947 gt 262)
(1122 068 gt 262) dan (91144 gt 262) maka hiptotesis yang diterima
adalah H1 yaitu ekstrak etanol daun jawer kotok dengan konsentrasi
ekstrak 20 40 60 dan 80 memiliki aktivitas antibakteri terhadap
bakteri S aureus S epidermidis Streptococcus sp dan Micrococcus sp
Lampiran 2 hasil uji ANOVA dan uji lanjutan Duncan
Descriptives
saureus
N Mean
Std Deviation Std Error
95 Confidence Interval for
Mean
Minimum Maximum Lower Bound
Upper Bound
ekstrak 20 5 138000
109545
48990
124398
151602
1200
1500
ekstrak 40 5 160000
122474
54772
144793
175207
1400
1700
ekstrak 60 5 160000
70711
31623
151220
168780
1500
1700
ekstrak 80 5 170000
70711
31623
161220
178780
1600
1800
kontrol positif 5 406000
89443
40000
394894
417106
3900
4100
kontrol negative 5 0000
00000
00000
0000
0000
00 00
Total 30
172333
1218728
222508
126825
217841
00 4100
16
ANOVA
saureus
Sum of Squares df Mean Square F Sig
Between Groups
4289367 5 857873 1143831
000
Within Groups
18000 24 750
Total 4307367 29
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
saureus
Duncana
perlakuan N
Subset for alpha = 005
1 2 3 4
kontrol negatif 5 0000 ekstrak 20 5
13800
0
ekstrak 40 5
160000
ekstrak 60 5
160000
ekstrak 80 5
170000
kontrol positif 5
406000
Sig 1000 1000 096 1000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000
ONEWAY Sepidermidis BY perlakuan
STATISTICS DESCRIPTIVES
MISSING ANALYSIS
POSTHOC=DUNCAN ALPHA(005)
[DataSet0]
Descriptives
Sepidermidis
N Mean Std Deviation Std Error
95 Confidence Interval
for Mean
Minimum Maximum Lower Bound
Upper Bound
ekstrak 20 5 150000
70711
31623
141220
158780
1400
1600
ekstrak 40 5 154000
54772
24495
147199
160801
1500
1600
ekstrak 60 5 164000
151658
67823
145169
182831
1500
1800
ekstrak 80 5 162000
109545
48990
148398
175602
1500
1800
kontrol positif 5 408000
44721
20000
402447
413553
4000
4100
kontrol negatif 5 0000
00000
00000
0000
0000
00 00
Total 30
173000
1221968
223100
127371
218629
00 4100
17
ANOVA
Sepidermidis
Sum of Squares Df Mean Square F Sig
Between Groups 4312300 5 862460 1149947
000
Within Groups 18000 24 750 Total 4330300 29
Post Hoc Tests
Homogeneous Subsets
Sepidermidis
Duncana
Perlakuan N
Subset for alpha = 005
1 2 3 4
kontrol negative 5 0000 ekstrak 20 5
15000
0
ekstrak 40 5
154000
154000
ekstrak 80 5
162000
ekstrak 60 5
164000
kontrol positif 5
408000
Sig 1000 472 096 1000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000
ONEWAY Sepidermidis BY perlakuan
STATISTICS DESCRIPTIVES
MISSING ANALYSIS
POSTHOC=DUNCAN ALPHA(005)
[DataSet0]
18
Descriptives
Streptococcus
N Mean Std Deviation
Std Error
95 Confidence Interval
for Mean
Minimum Maximum Lower Bound
Upper Bound
ekstrak 20 5 156000
134164
60000
139341
172659
1400 1700
ekstrak 40 5 162000
109545
48990
148398
175602
1500 1700
ekstrak 60 5 162000
109545
48990
148398
175602
1500 1700
ekstrak 80 5 156000
54772
24495
149199
162801
1500 1600
kontrol positif 5 416000
54772
24495
409199
422801
4100 4200
kontrol negatif 5 0000
00000
00000
0000
0000
00 00
Total 30
175333
1246715
227618
128780
221886
00 4200
ANOVA
Streptococcus
Sum of Squares df Mean Square F Sig
Between Groups 4488267 5 897653 1122067
000
Within Groups 19200 24 800 Total 4507467 29
Post Hoc Tests
Homogeneous Subsets
Streptococcus
Duncana
perlakuan N
Subset for alpha = 005
1 2 3
kontrol negatif 5 0000 ekstrak 20 5
15600
0
ekstrak 80 5
156000
ekstrak 40 5
162000
ekstrak 60 5
162000
kontrol positif 5
416000
Sig 1000 343 1000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000
ONEWAY Sepidermidis BY perlakuan
STATISTICS DESCRIPTIVES
MISSING ANALYSIS
POSTHOC=DUNCAN ALPHA(005)
[DataSet0]
19
Descriptives
Micrococcus
N Mean Std Deviation
Std Error
95 Confidence Interval for
Mean
Minimum Maximum Lower Bound
Upper Bound
ekstrak 20 5 142000
178885
80000
119788
164212
1200
1600
ekstrak 40 5 150000
200000
89443
125167
174833
1200
1700
ekstrak 60 5 150000
200000
89443
125167
174833
1200
1700
ekstrak 80 5 142000
130384
58310
125811
158189
1200
1500
kontrol positif 5 182000
83666
37417
171611
192389
1700
1900
kontrol negative
5 0000
00000
00000
0000
0000
00 00
Total 30
127667
612335
111797
104802
150532
00 1900
ANOVA
Micrococcus
Sum of Squares Df Mean Square F Sig
Between Groups 1032967 5 206593 91144 000 Within Groups 54400 24 2267
Total 1087367 29
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
Micrococcus
Duncana
Perlakuan N
Subset for alpha = 005
1 2 3
kontrol negative 5 0000 ekstrak 20 5
14200
0
ekstrak 80 5
142000
ekstrak 40 5
150000
ekstrak 60 5
150000
kontrol positif 5
182000
Sig 1000 451 1000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000
20
RIWAYAT HIDUP
Penulis lahir di Jakarta tanggal 25 september 1992 Penulis merupakan
anak ketiga dari tiga bersaudara dari pasangan Petrus Bambang Wijanarko dan
Susana Tuminah Penulis menempuh pendidikan Sekolah Menengah Pertama di
SMP Strada Bhakti Wiyata Bekasi dan Sekolah Menengah Atas di SMA Santo
Antonius Jakarta Penulis aktif di Organisasi Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM)
Keluarga Mahasiswa Katolik IPB sejak tahun 2011 hingga 2013 Penulis juga
aktif di Himpunan Profesi Ornithologi dan Unggas sejak tahun 2013 hingga 2014
7
Daun Jawer Kotok
Daun jawer kotok (Coleus atropurpureus) diperoleh dari Balai Penelitian
Tanaman Rempah dan Obat (BALITRO) dalam keadaan daun basah Bagian
tanaman yang digunakan adalah daunnya yang berwarna merah kecoklatan
Ekstrak Etanol Daun Jawer Kotok
Pembuatan ektrak etanol daun jawer kotok dilakukan dengan metode
maserasi Daun jawer kotok basah sebanyak 800 g diris kecil-kecil kemudian
dibagi menjadi 4 bagian masing-masing bagian 200 g kemudian direndam
dengan etanol 96 (perbandingan 110) dalam 4 tempat penampungan selama
3x24 jam sambil sesekali diaduk dan disaring untuk mendapatkan filtratnya
Filtrat hasil maserasi dievaporasi selama 17 jam menggunakan rotary evaporator
Hasil ekstrak kental daun jawer kotok yang didapat sebanyak 185 g
Penapisan Fitokimia Daun Jawer Kotok
Penapisan fitokimia dilakukan dengan metode Harborne (1987) untuk
mengetahui golongan senyawa kimia (terutama metabolit sekunder) yang
terkandung dalam suatu tanaman Penapisan fitokimia yang sering dilakukan
adalah penapisan untuk metabolit sekunder golongan alkaloid flavonoid tanin
polifenol terpenoid steroid dan saponin Flavonoid diuji dengan memasukan
ekstrak ditambahkan dengan etanol 96 lalu diaduk dan ditambahakan NaOH 7
tetes serta H2SO4 amati perubahan warna menjadi kuning jika hasilnya positif Uji
polifenol dan tanin dilakukan dengan memasukan ekstrak ditambahkan dengan air
lalu dipanaskan dan ditambahkan FeCl3 selanjutnya akan terjadi perubahan warna
menjadi hijau biru sampai hitam untuk hasil positif adanya polifenol dan tanin
Uji alkaloid dilakukan dengan membagi ekstrak menjadi 2 bagian keduanya
ditambahkan larutan etanol 96 Salah satu bagian ditambahkan reagen
dragendorff dan yang lain ditambahkan reagen meyer Hasil positif adanya
alkaloid ditandai dengan warna kuning saat diberi reagen dragendorff dan
endapan putih saat ditambahkan reagen meyer Uji terpenoid dilakukan dengan
memasukkan ekstrak ke dalam tabung reaksi kemudian ditambahkan etanol 96
dan ditetesi dengan H2SO4 pekat Hasil positif terpenoid ditandai dengan
terbentuknya warna merah kecoklatan
Pengujian Daya Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Jawer Kotok
Metode pengujian aktivitas antibakteri yang digunakan adalah metode
sumuran (agar well difusion method) dengan media MHA Suspensi bakteri yang
digunakan memiliki kekeruhan yang setara dengan larutan Mc Farland I atau
3x108
CFUml Suspensi bakteri kemudian digoreskan pada MHA dengan
menggunakan cotton bud steril Setelah digores kemudian didiamkan selama 10
8
menit Kegiatan ini dilakukan sebanyak lima kali ulangan untuk setiap bakteri uji
Pada media MHA dibuat sebanyak 6 sumuran yang akan diisi dengan
Konsentrasi 20 (K1) 02 g ekstrak daun jawer kotok dalam 1 ml DMSO
Konsentrasi 40 (K2) 04 g ekstrak daun jawer kotok dalam 1 ml DMSO
Konsentrasi 60 (K3) 06 g ekstrak daun jawer kotok dalam 1 ml DMSO
Konsentrasi 80 (K4) 08 g ekstrak daun jawer kotok dalam 1 ml DMSO
Kontrol positif (KP) Klindamisin 1
Kontrol negatif (KN) DMSO
Media MHA yang telah diisi dengan larutan uji kemudian diinkubasi pada
suhu 37 ordmC selama 24 jam dan diamati diameter zona hambatnya dengan
penggaris
Analisis Data
Data hasil pengukuran diameter zona hambat dianalis secara kuantitatif
menggunakan metode one way analysis of variance (one way Anova) dan
dilanjutkan dengan uji Duncan
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penapisan Fitokimia Daun Jawer KotoK
Penapisan fitokimia ekstrak etanol daun jawer kotok positif mengandung
metabolit sekunder berupa flavonoid polifenol tanin serta terpenoid dan negatif
terhadap alkaloid Ridwan et al (2006) dan Rahmawati (2008) juga menyebutkan
bahwa daun jawer kotok tidak mengandung alkaloid (Gambar 3 dan Tabel 1)
(a) (b) (c) (d) (f)
Gambar 3 Hasil uji fitokimia flavonoid (a) alkaloid dengan reagen
dragendorff (b) alkaloid dengan reagen meyer (c) polifenol
(d) terpenoid (e)
9
Tabel 1 Hasil penapisan fitokimia ekstrak etanol daun jawer kotok
Penapisan Fitokimia Hasil
Flavonoid +
Alkaloid
Meyer minus
Dragendorff minus
Polifenol dan Tanin +
Terpenoid + aKeterangan + terdeteksi minus tidak terdeteksi
Bakteri pada Permukaan Kulit Wajah Berjerawat
Bakteri Gram positif yang berhasil diidentifikasi adalah Staphylococcus
aureus Staphylococcus epidermidis Streptococcus sp dan Micrococcus sp
Menurut Seta (2013) dan Razak et al (2013) bakteri yang dapat menyebabkan
jerawat adalah S aureus S epidermidis dan Propionibacterium acne P acne
tidak dapat diisolasi karena metode yang digunakan tidak bisa mengisolasi bakteri
anaerob Penemuan bakteri Streptococcus sp mungkin terjadi mengingat
Streptococcus sp merupakan salah satu bakteri pada kulit yang dapat
menyebabkan terjadinya penyakit pyoderma (Caesarita 2011) Micrococcus sp
dapat ditemukan pada hasil swab wajah mengingat kemungkinan adanya
pencemaran bakteri dari lingkungan seperti air udara dan tanah (Andy dan
Taufik 2010)
Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Jawer Kotok
Rata-rata diameter zona hambat bakteri ekstrak etanol daun jawer kotok
terhadap bakteri Gram positif (Gambar 4 dan Tabel 2)
(a) (b) (c) (d)
Gambar 4 Zona hambat ekstrak etanol daun jawer kotok terhadap S aureus (a)
S epidermidis (b) Streptococcus sp (c)dan Micrococcus sp(d)
K2 KP K3 K2 KP K3
K2 KP K3
K2 KP K3
K1 KN K4 K1 KN K4 K1 KN K4 K1 KN K4
10
Tabel 2 Rata-rata diameter zona hambat ekstrak etanol daun jawer kotok terhadap
bakteri Gram positif hasil swab kulit wajah berjerawat (mm)
Kelompok
Perlakuan
S aureus S epidermidis Streptococcus
sp
Micrococcus
sp
K1 1380 plusmn 109 b
1500 plusmn 070b
1560 plusmn 134c
1420 plusmn 178b
K2 1600 plusmn 122c
1540 plusmn054bc
1620 plusmn 109c
1500 plusmn 200b
K3 1600 plusmn 070c
1640 plusmn 151c
1620 plusmn 109c
1500 plusmn 200b
K4 1700 plusmn 070c
1620 plusmn 109c
1560 plusmn 054c
1420 plusmn 130b
KP 4060plusmn 089d
4080 plusmn 044d
4160 plusmn 054d
1820 plusmn 083d
KN 000 plusmn 000a
000 plusmn 000a
000 plusmn 000a
000 plusmn 000a
aKeterangan K1 konsentrasi 20 K2 konsentrasi 40 K3 konsentrasi 60 K4
konsentrasi 80 KP kontrol positif KN kontrol negatif Huruf supercript yang berbeda dalam
satu kolom menunjukkan perbedaan yang nyata pada taraf nyata Plt 005
Pada Tabel 2 diketahui bahwa KN pada keempat bakteri uji tidak memiliki
diameter zona hambat dan berbeda nyata dengan KP dan seluruh konsentrasi uji
Hal tersebut membuktikan bahwa pelarut tidak berpengaruh terhadap aktivitas
antibakteri sehingga aktivitas antibakteri hanya berasal dari konsentasi uji
DMSO digunakan sebagai KN karena tidak memiliki daya hambat bakteri serta
karena sifat dari DMSO yang merupakan pelarut polar berspektrum luas sehingga
dapat melarutkan senyawa alkaloid dan flavonoid (Mulyatni et al 2012)
Kontrol positif memberikan hasil yang berbeda nyata dengan KN dan
keempat konsentrasi uji pada semua bakteri Hal tersebut membuktikan bahwa
bakteri S aureus S epidermidis Streptococcus sp dan Micrococcus sp masih
peka terhadap KP Antibiotik klindamisin 1 digunakan sebagai KP karena
klindamisin paling efektif dalam pengobatan jerawat jika dibandingkan dengan
eritromisin dan tetrasiklin serta paling banyak digunakan masyarakat untuk
mengobati jerawat (Aziz 2010) Klindamisin adalah salah satu antibiotik golongan
aminoglikosida Klindamisin menghambat sintesis protein pada fase pemanjangan
dengan mempengaruhi translokasi (Syukrinawati 2014) Antibiotik ini efektif
terhadap bakteri Gram positif dan bakteri anaerob akan tetapi kurang efektif
terhadap bakteri Gram negatif (Nugroho 2013)
Hasil uji pada bakteri S aureus terlihat bahwa K1 memberikan perbedaan
yang nyata (Plt005) dengan K2 K3 dan K4 Hasil uji pada S epidermidis
memberikan hasil bahwa K1 berbeda nyata (Plt005) dengan K3 dan K4 Seluruh
konsentrasi ekstrak etanol daun jawer kotok yang diujikan terhadap Streptococcus
sp dan Micrococcus sp tidak menunjukkan hasil yang berbeda nyata
Hasil uji yang dilakukan terhadap Saureus memperlihatkan bahwa semakin
tinggi konsentrasi ekstrak maka semakin besar diameter zona hambat yang
terbentuk Hal ini karena semakin banyak zat aktif yang terkandung dalam ekstrak
tersebut sedangkan pada uji yang dilakukan terhadap S epidermidis
Streptococcus sp dan Micrococcus sp diameter zona hambat yang terbentuk pada
K4 mengalami penurunan Hal tersebut menunjukkan bahwa konsentrasi yang
semakin tinggi tidak selalu menghasilkan diameter zona hambat yang semakin
besar Penurunan aktivitas ini disebabkan karena perbedaan jenis bakteri yang
dihambat perbedaan kecepatan difusi senyawa aktif pada media agar serta
konsentrasi ekstrak yang terlalu tinggi dibandingkan dengan pelarutnya (DMSO)
sehingga larutan menjadi jenuh dan sulit untuk larut Brooks et al (2008)
11
menyatakan bahwa aktivitas antibakteri dipengaruhi beberapa faktor yaitu
konsentrasi ekstrak kandungan senyawa antibakteri daya difusi ekstrak dan jenis
bakteri yang dihambat
Diameter zona hambat bakteri menurut Davis dan Stout dalam Rahmawati
(2008) dibagi atas sangat kuat (zona jernih gt 20 mm) kuat (zona jernih 10minus20
mm) sedang (zona jernih 5minus10 mm) dan lemah (zona jernih lt 5 mm) Kontrol
positif (KP) pada bakteri uji S aureus S epidermidis Streptococcussp tergolong
dalam daya hambat sangat kuat sedangkan KP pada bakteri Micrococcus sp
tergolong dalam daya hambat kuat Hal tersebut kemungkinan dikarenakan target
kerja antibiotik klindamisin ditujukan untuk bakteri yang habitatnya di daerah
kulit wajah sedangkan Micrococcus sp merupakan bakteri kontaminasi dari
lingkungan (air tanah udara) Seluruh konsentrasi ekstrak yang diujikan terhadap
seluruh bakteri (K1K2 K3 K4) tergolong dalam konsentrasi yang memberikan
daya hambat kuat karena diameter zona hambat yang terbentuk antara 1380 plusmn
109 mm sampai 1700 plusmn 070 mm
Mengacu pada standar umum yang dikeluarkan oleh Departemen Kesehatan
disebutkan bahwa mikroba dinyatakan peka terhadap antimikroba asal tanaman
apabila mempunyai ukuran diameter daya hambatannya 12minus24 mm (Darmawi et
al 2013) sehingga dapat dikatakan bahwa seluruh bakteri uji peka terhadap K1
K2 K3 dan K4
Hasil penelitian diketahui bahwa seluruh konsentrasi dinyatakan peka dan
memiliki zona hambat bakteri yang kuat terhadap bakteri uji sehingga ekstrak
etanol daun jawer kotok memiliki potensi antibakteri yang baik Adanya potensi
antibakteri diketahui dari kandungan senyawa metabolit sekunder yang terdapat
pada daun jawer kotok yaitu flavonoid tanin polifenol serta terpenoid
Mekanisme kerja flavonoid sebagai antibakteri adalah membentuk senyawa
kompleks dengan protein ekstraseluler dan terlarut sehingga dapat merusak
membran sel bakteri dan diikuti keluarnya senyawa intraselluler (Ngajow et al
2013)
Mekanisme kerja tanin sebagai antibakteri adalah menghambat enzim
reverse transkriptase dan DNA topoisomerase sehingga sel bakteri tidak dapat
terbentuk Tanin juga mempunyai target pada polipeptida dinding sel sehingga
pembentukan polipeptida dinding sel menjadi tidak sempurna Hal ini
menyebabkan sel bakteri menjadi lisis karena tekanan osmotik maupun fisik
sehingga sel bakteri akan mati (Ngajow et al 2013)
Ngajow et al (2013) juga menyatakan bahwa senyawa fenolik dan terpenoid
memiliki target utama yaitu membran sitoplasma bakteri Aktifitas antibakteri
terpenoid diketahui bereaksi dengan porin (protein transmembran) pada membran
luar dinding sel bakteri Terpenoid membentuk ikatan polimer yang kuat sehingga
mengakibatkan rusaknya porin Rusaknya porin yang merupakan pintu keluar
masuknya senyawa akan mengurangi permeabilitas dinding sel bakteri yang akan
mengakibatkan sel bakteri akan kekurangan nutrisi sehingga pertumbuhan bakteri
akan terhambat dan mati
12
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Ekstrak etanol daun jawer kotok mengandung flavonoid polifenol dan tanin
serta terpenoid yang memiliki aktivitas antibakteri yang dapat menghambat
pertumbuhan bakteri kokus Gram positif pada permukaan kulit wajah berjerawat
Ekstrak etanol daun jawer kotok memiliki potensi antibakteri yang baik karena
daya hambat bakteri pada konsentrasi 20 40 60 dan 80 tergolong dalam
daya hambat yang kuat S aureus S epidermidis Streptococcus sp dan
Micrococcus sp dinyatakan peka terhadap seluruh konsentrasi ekstrak
Saran
Saran yang dapat diberikan kepada peneliti selanjutnya yaitu perlu
dilakukan penelitian aktivitas antibakteri ekstrak etanol daun jawer kotok terhadap
bakteri Pacne dan bakteri gram negatif serta penggunaan kontrol positif dengan
antibiotik yang lain Selain itu penelitian ini juga dapat digunakan sebagai dasar
ilmiah dalam pengembangan produk farmasi antibakteri
DAFTAR PUSTAKA
Agoes G 2007 Ekstraksi Tanaman Obat Bandung ITB
Andy Taufik M 2010 Jumlah bakteri dan keberadaan bakteri Salmonella sp
pada daging kuda di Kabupaten Jeneponto Jurnal Agrisistem 6(2) 82-87
Arundhina E 2014 Aktivitas ekstrak etanol daun alamanda (Allamanda
cathartica L) sebagai anti jamur terhadap Candida albicans dan
Pityrosporum ovale secara in vitro [skripsi] Yogyakarta (ID) Universitas
Katolik Atmajaya Yogyakarta
Aziz S2010 Uji aktivitas antibakteri ekstrak etanol daun dan umbi bakung putih
(Crinum asiatikum L) terhadap bakteri penyebab jerawat[skripsi] Jakarta
(ID) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatulloh
Brooks GF Butel JS Morse SA Mikrobiologi Kedokteran Mudihardi E
KuntamanWasito EB et al penerjemah Jakarta (ID) Salemba Medika
Terjemahan dari Medical Microbiology
Caesarita DP 2011 Pengaruh ekstrak buah nanas (Ananas comosus) 100
terhadap bakteri Staphylococcus aureus dari pyoderma [skripsi] Bandung
(ID) Universitas Diponegoro
Carter GR dan Cole JR 1990 Diagnostic Procedures in Veterinary Bacteriology
and Mycology Fifth Edition London (UK) Academi Press Limited
13
Dalimarta S 2000 Atlas Tumbuhan Indonesia Jilid ke-2 Jakarta Trubus
Agriwidya
Darmawi Manaf ZH Putranda F 2013 Daya hambat getah jarak cina (Jatropha
multifida L) terhadap Staphylococcus aureus secara invitro Jurnal Medika
Veterinaria7(2) 113-115
Hamdayati Y Kusnadi Rahadian I 2008 Aktivitas antibakteri ekstrak daun
patikan kebo (Euphorbia hirta) terhadap pertumbuhan bakteri
Staphylococcus epidermidis Jurnal Pengajaran Matematika dan Ilmu
Pengetahuan alam 12(7) 1-10
Harborne JB 1987 Metode Fitokimia Padmawinata K Soediro I penerjemah
Jakarta (ID) UI Press Terjemahan dari Basic Concepts of Analytical
Chemistry
Jang SS Biberstein EL Hirsh DC 1976 A Manual of Veterinary Clinical
Bacteriology and Micology Davis (US) Univ California
Kee JL Hayes ER Farmakologi Pendekatan Proses Keperawatan Anugerah P
penerjemah Jakarta (ID) EGC Terjemahan dari Pharmacology A Nursing
Process Approach
Mulyatni AS Budiani A Taniwiryono D 2012 Aktivitas antibakteri ekstrak kulit
buah kakao (Theobroma cacao L) terhadap Escherichia coli Bacillus
subtilis dan Staphylococcus aureus Jurnal Menara Perkebunan 80(2) 77-
84
Ngajow M Abidjulu J Kamu VS 2013 Pengaruh antibakteri ekstrak kulit batang
matoa (Pometia pinnata) terhadap bakteri Staphylococcus aureus secara in
vitro Jurnal Mipa Unsrat 2(2) 128-132
Nugroho RA 2013 Terapi topikal clindamycin dibandingkan dengan niacinamide
+ zinc pada Acne vulgaris [skripsi] Semarang (ID) Universitas
Diponegoro
Rahmawati F 2008Isolasi dan karakteristik senyawa antibakteri ekstrak daun
miana Coleus scutellarioides [L] Benth [tesis] Bogor (ID) Institut
Pertanian Bogor
Ratnawati Y 2007 Aktivitas antibakteri ekstrak daun jawer kotok (Coleus
scutellarioides [L] Benth) [skripsi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor
Razak A Djamal A Revilla G 2013 Uji daya hambat air perasan buah jeruk
nipis (Citrus aurantifolia) terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus
aureus secara in vitro Jurnal Kesehatan Andalas 2(1) 5-8
Ridwan Y Darusman LK Satrija F Handaryani E 2006 Kandungan kimia
berbagai ekstrak daun miana (Coleus blumei Bent) dan efek anthelmintiknya
terhadap cacing pita pada ayam Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia11(2) 1-6
Rusmiyati I Husain DR Alam G 2014 Bioaktivitas ekstrak metanol daun muda
sirsak (Annona muricata L) sebagai antibakteri terhadap Staphylococcus
aureus dan Propionibacterium acne [penelitian ilmiah] Makasar (ID)
Universitas Hassanudin
Saptarini O Perawati Hartanto Y 2008 Uji aktivitas antibakteri ekstrak etanol
buah mahkota dewa (Phaleria macrocarpa) terhadap Staphylococcus
epidermidis penyebab jerawat Jurnal Biomedika1(1) 1-7
Seta SA 2013 Optimasi formula lotion anti jerawat ekstrak etanol kulit buah
manggis (Garcinia mangostana L) dan uji aktivitas terhadap
14
Propionibacterium acnes dan Staphylococcus epidermidis [skripsi]
Yogyakarta (ID) Universitas Gadjah Mada
Syukrinawati RP 2014 Tingkat pengetahuan penggunaan antibiotik oleh
mahasiswa kepaniteraan klinik departemen bedah mulut RSGM-P FKG
periode September 2-13 Maret 2014 [skripsi] Medan (ID) Universitas
Sumatera Utara
Waji RA 2009 Flavonoid (Quercetin) [Penelitian Ilmiah] Makasar (ID)
Universitas Hasanuddin
Widiawati W Lutfiati D Perbedaan hasil penyembuhan kulit wajah berjerawat
antara masker lidah buaya dengan masker non lidah buaya e- Journal
Universitas Negeri Surabaya 2014 3(1) 217-225
15
LAMPIRAN
Lampiran 1 Pembuktian hipotesis
1 Pengambilan keputusan dari hipotesis yang ditentukan diuji dengan uji
ANOVA
2 Hipotesis dalam penelitian ini berupa Ho yaitu ekstrak etanol daun jawer
kotok dengan konsentrasi ekstrak 20 40 60 dan 80 tidak memiliki
aktivitas antibakteri terhadap bakteri pada permukaan kulit wajah
berjerawat dan H1 yaitu ekstrak etanol daun jawer kotok dengan
konsentrasi ekstrak 20 40 60 dan 80 memiliki aktivitas
antibakteri terhadap bakteri pada permukaan kulit wajah berjerawat
3 Pengambilan keputusan untuk memilih hipotesis mana yang diterima dan
hipotesis mana yang ditolak didasarkan pada perbandingan F hitung dan F
tabel dengan syarat jika F hitung kurang dari F tabel maka tolak H1 dan
terima H0 dan jika F hitung lebih besar dari F tabel maka H0 ditolak dan
terima H1
4 Hasil uji one way ANOVA pada diameter zona hambat bakteri S aureus S
Epidermidis Streptococcus sp dan Micrococcus sp diperoleh nilai F
hitung lebih besar dari F tabel (1143 831 gt 262) (1149 947 gt 262)
(1122 068 gt 262) dan (91144 gt 262) maka hiptotesis yang diterima
adalah H1 yaitu ekstrak etanol daun jawer kotok dengan konsentrasi
ekstrak 20 40 60 dan 80 memiliki aktivitas antibakteri terhadap
bakteri S aureus S epidermidis Streptococcus sp dan Micrococcus sp
Lampiran 2 hasil uji ANOVA dan uji lanjutan Duncan
Descriptives
saureus
N Mean
Std Deviation Std Error
95 Confidence Interval for
Mean
Minimum Maximum Lower Bound
Upper Bound
ekstrak 20 5 138000
109545
48990
124398
151602
1200
1500
ekstrak 40 5 160000
122474
54772
144793
175207
1400
1700
ekstrak 60 5 160000
70711
31623
151220
168780
1500
1700
ekstrak 80 5 170000
70711
31623
161220
178780
1600
1800
kontrol positif 5 406000
89443
40000
394894
417106
3900
4100
kontrol negative 5 0000
00000
00000
0000
0000
00 00
Total 30
172333
1218728
222508
126825
217841
00 4100
16
ANOVA
saureus
Sum of Squares df Mean Square F Sig
Between Groups
4289367 5 857873 1143831
000
Within Groups
18000 24 750
Total 4307367 29
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
saureus
Duncana
perlakuan N
Subset for alpha = 005
1 2 3 4
kontrol negatif 5 0000 ekstrak 20 5
13800
0
ekstrak 40 5
160000
ekstrak 60 5
160000
ekstrak 80 5
170000
kontrol positif 5
406000
Sig 1000 1000 096 1000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000
ONEWAY Sepidermidis BY perlakuan
STATISTICS DESCRIPTIVES
MISSING ANALYSIS
POSTHOC=DUNCAN ALPHA(005)
[DataSet0]
Descriptives
Sepidermidis
N Mean Std Deviation Std Error
95 Confidence Interval
for Mean
Minimum Maximum Lower Bound
Upper Bound
ekstrak 20 5 150000
70711
31623
141220
158780
1400
1600
ekstrak 40 5 154000
54772
24495
147199
160801
1500
1600
ekstrak 60 5 164000
151658
67823
145169
182831
1500
1800
ekstrak 80 5 162000
109545
48990
148398
175602
1500
1800
kontrol positif 5 408000
44721
20000
402447
413553
4000
4100
kontrol negatif 5 0000
00000
00000
0000
0000
00 00
Total 30
173000
1221968
223100
127371
218629
00 4100
17
ANOVA
Sepidermidis
Sum of Squares Df Mean Square F Sig
Between Groups 4312300 5 862460 1149947
000
Within Groups 18000 24 750 Total 4330300 29
Post Hoc Tests
Homogeneous Subsets
Sepidermidis
Duncana
Perlakuan N
Subset for alpha = 005
1 2 3 4
kontrol negative 5 0000 ekstrak 20 5
15000
0
ekstrak 40 5
154000
154000
ekstrak 80 5
162000
ekstrak 60 5
164000
kontrol positif 5
408000
Sig 1000 472 096 1000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000
ONEWAY Sepidermidis BY perlakuan
STATISTICS DESCRIPTIVES
MISSING ANALYSIS
POSTHOC=DUNCAN ALPHA(005)
[DataSet0]
18
Descriptives
Streptococcus
N Mean Std Deviation
Std Error
95 Confidence Interval
for Mean
Minimum Maximum Lower Bound
Upper Bound
ekstrak 20 5 156000
134164
60000
139341
172659
1400 1700
ekstrak 40 5 162000
109545
48990
148398
175602
1500 1700
ekstrak 60 5 162000
109545
48990
148398
175602
1500 1700
ekstrak 80 5 156000
54772
24495
149199
162801
1500 1600
kontrol positif 5 416000
54772
24495
409199
422801
4100 4200
kontrol negatif 5 0000
00000
00000
0000
0000
00 00
Total 30
175333
1246715
227618
128780
221886
00 4200
ANOVA
Streptococcus
Sum of Squares df Mean Square F Sig
Between Groups 4488267 5 897653 1122067
000
Within Groups 19200 24 800 Total 4507467 29
Post Hoc Tests
Homogeneous Subsets
Streptococcus
Duncana
perlakuan N
Subset for alpha = 005
1 2 3
kontrol negatif 5 0000 ekstrak 20 5
15600
0
ekstrak 80 5
156000
ekstrak 40 5
162000
ekstrak 60 5
162000
kontrol positif 5
416000
Sig 1000 343 1000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000
ONEWAY Sepidermidis BY perlakuan
STATISTICS DESCRIPTIVES
MISSING ANALYSIS
POSTHOC=DUNCAN ALPHA(005)
[DataSet0]
19
Descriptives
Micrococcus
N Mean Std Deviation
Std Error
95 Confidence Interval for
Mean
Minimum Maximum Lower Bound
Upper Bound
ekstrak 20 5 142000
178885
80000
119788
164212
1200
1600
ekstrak 40 5 150000
200000
89443
125167
174833
1200
1700
ekstrak 60 5 150000
200000
89443
125167
174833
1200
1700
ekstrak 80 5 142000
130384
58310
125811
158189
1200
1500
kontrol positif 5 182000
83666
37417
171611
192389
1700
1900
kontrol negative
5 0000
00000
00000
0000
0000
00 00
Total 30
127667
612335
111797
104802
150532
00 1900
ANOVA
Micrococcus
Sum of Squares Df Mean Square F Sig
Between Groups 1032967 5 206593 91144 000 Within Groups 54400 24 2267
Total 1087367 29
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
Micrococcus
Duncana
Perlakuan N
Subset for alpha = 005
1 2 3
kontrol negative 5 0000 ekstrak 20 5
14200
0
ekstrak 80 5
142000
ekstrak 40 5
150000
ekstrak 60 5
150000
kontrol positif 5
182000
Sig 1000 451 1000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000
20
RIWAYAT HIDUP
Penulis lahir di Jakarta tanggal 25 september 1992 Penulis merupakan
anak ketiga dari tiga bersaudara dari pasangan Petrus Bambang Wijanarko dan
Susana Tuminah Penulis menempuh pendidikan Sekolah Menengah Pertama di
SMP Strada Bhakti Wiyata Bekasi dan Sekolah Menengah Atas di SMA Santo
Antonius Jakarta Penulis aktif di Organisasi Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM)
Keluarga Mahasiswa Katolik IPB sejak tahun 2011 hingga 2013 Penulis juga
aktif di Himpunan Profesi Ornithologi dan Unggas sejak tahun 2013 hingga 2014
8
menit Kegiatan ini dilakukan sebanyak lima kali ulangan untuk setiap bakteri uji
Pada media MHA dibuat sebanyak 6 sumuran yang akan diisi dengan
Konsentrasi 20 (K1) 02 g ekstrak daun jawer kotok dalam 1 ml DMSO
Konsentrasi 40 (K2) 04 g ekstrak daun jawer kotok dalam 1 ml DMSO
Konsentrasi 60 (K3) 06 g ekstrak daun jawer kotok dalam 1 ml DMSO
Konsentrasi 80 (K4) 08 g ekstrak daun jawer kotok dalam 1 ml DMSO
Kontrol positif (KP) Klindamisin 1
Kontrol negatif (KN) DMSO
Media MHA yang telah diisi dengan larutan uji kemudian diinkubasi pada
suhu 37 ordmC selama 24 jam dan diamati diameter zona hambatnya dengan
penggaris
Analisis Data
Data hasil pengukuran diameter zona hambat dianalis secara kuantitatif
menggunakan metode one way analysis of variance (one way Anova) dan
dilanjutkan dengan uji Duncan
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penapisan Fitokimia Daun Jawer KotoK
Penapisan fitokimia ekstrak etanol daun jawer kotok positif mengandung
metabolit sekunder berupa flavonoid polifenol tanin serta terpenoid dan negatif
terhadap alkaloid Ridwan et al (2006) dan Rahmawati (2008) juga menyebutkan
bahwa daun jawer kotok tidak mengandung alkaloid (Gambar 3 dan Tabel 1)
(a) (b) (c) (d) (f)
Gambar 3 Hasil uji fitokimia flavonoid (a) alkaloid dengan reagen
dragendorff (b) alkaloid dengan reagen meyer (c) polifenol
(d) terpenoid (e)
9
Tabel 1 Hasil penapisan fitokimia ekstrak etanol daun jawer kotok
Penapisan Fitokimia Hasil
Flavonoid +
Alkaloid
Meyer minus
Dragendorff minus
Polifenol dan Tanin +
Terpenoid + aKeterangan + terdeteksi minus tidak terdeteksi
Bakteri pada Permukaan Kulit Wajah Berjerawat
Bakteri Gram positif yang berhasil diidentifikasi adalah Staphylococcus
aureus Staphylococcus epidermidis Streptococcus sp dan Micrococcus sp
Menurut Seta (2013) dan Razak et al (2013) bakteri yang dapat menyebabkan
jerawat adalah S aureus S epidermidis dan Propionibacterium acne P acne
tidak dapat diisolasi karena metode yang digunakan tidak bisa mengisolasi bakteri
anaerob Penemuan bakteri Streptococcus sp mungkin terjadi mengingat
Streptococcus sp merupakan salah satu bakteri pada kulit yang dapat
menyebabkan terjadinya penyakit pyoderma (Caesarita 2011) Micrococcus sp
dapat ditemukan pada hasil swab wajah mengingat kemungkinan adanya
pencemaran bakteri dari lingkungan seperti air udara dan tanah (Andy dan
Taufik 2010)
Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Jawer Kotok
Rata-rata diameter zona hambat bakteri ekstrak etanol daun jawer kotok
terhadap bakteri Gram positif (Gambar 4 dan Tabel 2)
(a) (b) (c) (d)
Gambar 4 Zona hambat ekstrak etanol daun jawer kotok terhadap S aureus (a)
S epidermidis (b) Streptococcus sp (c)dan Micrococcus sp(d)
K2 KP K3 K2 KP K3
K2 KP K3
K2 KP K3
K1 KN K4 K1 KN K4 K1 KN K4 K1 KN K4
10
Tabel 2 Rata-rata diameter zona hambat ekstrak etanol daun jawer kotok terhadap
bakteri Gram positif hasil swab kulit wajah berjerawat (mm)
Kelompok
Perlakuan
S aureus S epidermidis Streptococcus
sp
Micrococcus
sp
K1 1380 plusmn 109 b
1500 plusmn 070b
1560 plusmn 134c
1420 plusmn 178b
K2 1600 plusmn 122c
1540 plusmn054bc
1620 plusmn 109c
1500 plusmn 200b
K3 1600 plusmn 070c
1640 plusmn 151c
1620 plusmn 109c
1500 plusmn 200b
K4 1700 plusmn 070c
1620 plusmn 109c
1560 plusmn 054c
1420 plusmn 130b
KP 4060plusmn 089d
4080 plusmn 044d
4160 plusmn 054d
1820 plusmn 083d
KN 000 plusmn 000a
000 plusmn 000a
000 plusmn 000a
000 plusmn 000a
aKeterangan K1 konsentrasi 20 K2 konsentrasi 40 K3 konsentrasi 60 K4
konsentrasi 80 KP kontrol positif KN kontrol negatif Huruf supercript yang berbeda dalam
satu kolom menunjukkan perbedaan yang nyata pada taraf nyata Plt 005
Pada Tabel 2 diketahui bahwa KN pada keempat bakteri uji tidak memiliki
diameter zona hambat dan berbeda nyata dengan KP dan seluruh konsentrasi uji
Hal tersebut membuktikan bahwa pelarut tidak berpengaruh terhadap aktivitas
antibakteri sehingga aktivitas antibakteri hanya berasal dari konsentasi uji
DMSO digunakan sebagai KN karena tidak memiliki daya hambat bakteri serta
karena sifat dari DMSO yang merupakan pelarut polar berspektrum luas sehingga
dapat melarutkan senyawa alkaloid dan flavonoid (Mulyatni et al 2012)
Kontrol positif memberikan hasil yang berbeda nyata dengan KN dan
keempat konsentrasi uji pada semua bakteri Hal tersebut membuktikan bahwa
bakteri S aureus S epidermidis Streptococcus sp dan Micrococcus sp masih
peka terhadap KP Antibiotik klindamisin 1 digunakan sebagai KP karena
klindamisin paling efektif dalam pengobatan jerawat jika dibandingkan dengan
eritromisin dan tetrasiklin serta paling banyak digunakan masyarakat untuk
mengobati jerawat (Aziz 2010) Klindamisin adalah salah satu antibiotik golongan
aminoglikosida Klindamisin menghambat sintesis protein pada fase pemanjangan
dengan mempengaruhi translokasi (Syukrinawati 2014) Antibiotik ini efektif
terhadap bakteri Gram positif dan bakteri anaerob akan tetapi kurang efektif
terhadap bakteri Gram negatif (Nugroho 2013)
Hasil uji pada bakteri S aureus terlihat bahwa K1 memberikan perbedaan
yang nyata (Plt005) dengan K2 K3 dan K4 Hasil uji pada S epidermidis
memberikan hasil bahwa K1 berbeda nyata (Plt005) dengan K3 dan K4 Seluruh
konsentrasi ekstrak etanol daun jawer kotok yang diujikan terhadap Streptococcus
sp dan Micrococcus sp tidak menunjukkan hasil yang berbeda nyata
Hasil uji yang dilakukan terhadap Saureus memperlihatkan bahwa semakin
tinggi konsentrasi ekstrak maka semakin besar diameter zona hambat yang
terbentuk Hal ini karena semakin banyak zat aktif yang terkandung dalam ekstrak
tersebut sedangkan pada uji yang dilakukan terhadap S epidermidis
Streptococcus sp dan Micrococcus sp diameter zona hambat yang terbentuk pada
K4 mengalami penurunan Hal tersebut menunjukkan bahwa konsentrasi yang
semakin tinggi tidak selalu menghasilkan diameter zona hambat yang semakin
besar Penurunan aktivitas ini disebabkan karena perbedaan jenis bakteri yang
dihambat perbedaan kecepatan difusi senyawa aktif pada media agar serta
konsentrasi ekstrak yang terlalu tinggi dibandingkan dengan pelarutnya (DMSO)
sehingga larutan menjadi jenuh dan sulit untuk larut Brooks et al (2008)
11
menyatakan bahwa aktivitas antibakteri dipengaruhi beberapa faktor yaitu
konsentrasi ekstrak kandungan senyawa antibakteri daya difusi ekstrak dan jenis
bakteri yang dihambat
Diameter zona hambat bakteri menurut Davis dan Stout dalam Rahmawati
(2008) dibagi atas sangat kuat (zona jernih gt 20 mm) kuat (zona jernih 10minus20
mm) sedang (zona jernih 5minus10 mm) dan lemah (zona jernih lt 5 mm) Kontrol
positif (KP) pada bakteri uji S aureus S epidermidis Streptococcussp tergolong
dalam daya hambat sangat kuat sedangkan KP pada bakteri Micrococcus sp
tergolong dalam daya hambat kuat Hal tersebut kemungkinan dikarenakan target
kerja antibiotik klindamisin ditujukan untuk bakteri yang habitatnya di daerah
kulit wajah sedangkan Micrococcus sp merupakan bakteri kontaminasi dari
lingkungan (air tanah udara) Seluruh konsentrasi ekstrak yang diujikan terhadap
seluruh bakteri (K1K2 K3 K4) tergolong dalam konsentrasi yang memberikan
daya hambat kuat karena diameter zona hambat yang terbentuk antara 1380 plusmn
109 mm sampai 1700 plusmn 070 mm
Mengacu pada standar umum yang dikeluarkan oleh Departemen Kesehatan
disebutkan bahwa mikroba dinyatakan peka terhadap antimikroba asal tanaman
apabila mempunyai ukuran diameter daya hambatannya 12minus24 mm (Darmawi et
al 2013) sehingga dapat dikatakan bahwa seluruh bakteri uji peka terhadap K1
K2 K3 dan K4
Hasil penelitian diketahui bahwa seluruh konsentrasi dinyatakan peka dan
memiliki zona hambat bakteri yang kuat terhadap bakteri uji sehingga ekstrak
etanol daun jawer kotok memiliki potensi antibakteri yang baik Adanya potensi
antibakteri diketahui dari kandungan senyawa metabolit sekunder yang terdapat
pada daun jawer kotok yaitu flavonoid tanin polifenol serta terpenoid
Mekanisme kerja flavonoid sebagai antibakteri adalah membentuk senyawa
kompleks dengan protein ekstraseluler dan terlarut sehingga dapat merusak
membran sel bakteri dan diikuti keluarnya senyawa intraselluler (Ngajow et al
2013)
Mekanisme kerja tanin sebagai antibakteri adalah menghambat enzim
reverse transkriptase dan DNA topoisomerase sehingga sel bakteri tidak dapat
terbentuk Tanin juga mempunyai target pada polipeptida dinding sel sehingga
pembentukan polipeptida dinding sel menjadi tidak sempurna Hal ini
menyebabkan sel bakteri menjadi lisis karena tekanan osmotik maupun fisik
sehingga sel bakteri akan mati (Ngajow et al 2013)
Ngajow et al (2013) juga menyatakan bahwa senyawa fenolik dan terpenoid
memiliki target utama yaitu membran sitoplasma bakteri Aktifitas antibakteri
terpenoid diketahui bereaksi dengan porin (protein transmembran) pada membran
luar dinding sel bakteri Terpenoid membentuk ikatan polimer yang kuat sehingga
mengakibatkan rusaknya porin Rusaknya porin yang merupakan pintu keluar
masuknya senyawa akan mengurangi permeabilitas dinding sel bakteri yang akan
mengakibatkan sel bakteri akan kekurangan nutrisi sehingga pertumbuhan bakteri
akan terhambat dan mati
12
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Ekstrak etanol daun jawer kotok mengandung flavonoid polifenol dan tanin
serta terpenoid yang memiliki aktivitas antibakteri yang dapat menghambat
pertumbuhan bakteri kokus Gram positif pada permukaan kulit wajah berjerawat
Ekstrak etanol daun jawer kotok memiliki potensi antibakteri yang baik karena
daya hambat bakteri pada konsentrasi 20 40 60 dan 80 tergolong dalam
daya hambat yang kuat S aureus S epidermidis Streptococcus sp dan
Micrococcus sp dinyatakan peka terhadap seluruh konsentrasi ekstrak
Saran
Saran yang dapat diberikan kepada peneliti selanjutnya yaitu perlu
dilakukan penelitian aktivitas antibakteri ekstrak etanol daun jawer kotok terhadap
bakteri Pacne dan bakteri gram negatif serta penggunaan kontrol positif dengan
antibiotik yang lain Selain itu penelitian ini juga dapat digunakan sebagai dasar
ilmiah dalam pengembangan produk farmasi antibakteri
DAFTAR PUSTAKA
Agoes G 2007 Ekstraksi Tanaman Obat Bandung ITB
Andy Taufik M 2010 Jumlah bakteri dan keberadaan bakteri Salmonella sp
pada daging kuda di Kabupaten Jeneponto Jurnal Agrisistem 6(2) 82-87
Arundhina E 2014 Aktivitas ekstrak etanol daun alamanda (Allamanda
cathartica L) sebagai anti jamur terhadap Candida albicans dan
Pityrosporum ovale secara in vitro [skripsi] Yogyakarta (ID) Universitas
Katolik Atmajaya Yogyakarta
Aziz S2010 Uji aktivitas antibakteri ekstrak etanol daun dan umbi bakung putih
(Crinum asiatikum L) terhadap bakteri penyebab jerawat[skripsi] Jakarta
(ID) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatulloh
Brooks GF Butel JS Morse SA Mikrobiologi Kedokteran Mudihardi E
KuntamanWasito EB et al penerjemah Jakarta (ID) Salemba Medika
Terjemahan dari Medical Microbiology
Caesarita DP 2011 Pengaruh ekstrak buah nanas (Ananas comosus) 100
terhadap bakteri Staphylococcus aureus dari pyoderma [skripsi] Bandung
(ID) Universitas Diponegoro
Carter GR dan Cole JR 1990 Diagnostic Procedures in Veterinary Bacteriology
and Mycology Fifth Edition London (UK) Academi Press Limited
13
Dalimarta S 2000 Atlas Tumbuhan Indonesia Jilid ke-2 Jakarta Trubus
Agriwidya
Darmawi Manaf ZH Putranda F 2013 Daya hambat getah jarak cina (Jatropha
multifida L) terhadap Staphylococcus aureus secara invitro Jurnal Medika
Veterinaria7(2) 113-115
Hamdayati Y Kusnadi Rahadian I 2008 Aktivitas antibakteri ekstrak daun
patikan kebo (Euphorbia hirta) terhadap pertumbuhan bakteri
Staphylococcus epidermidis Jurnal Pengajaran Matematika dan Ilmu
Pengetahuan alam 12(7) 1-10
Harborne JB 1987 Metode Fitokimia Padmawinata K Soediro I penerjemah
Jakarta (ID) UI Press Terjemahan dari Basic Concepts of Analytical
Chemistry
Jang SS Biberstein EL Hirsh DC 1976 A Manual of Veterinary Clinical
Bacteriology and Micology Davis (US) Univ California
Kee JL Hayes ER Farmakologi Pendekatan Proses Keperawatan Anugerah P
penerjemah Jakarta (ID) EGC Terjemahan dari Pharmacology A Nursing
Process Approach
Mulyatni AS Budiani A Taniwiryono D 2012 Aktivitas antibakteri ekstrak kulit
buah kakao (Theobroma cacao L) terhadap Escherichia coli Bacillus
subtilis dan Staphylococcus aureus Jurnal Menara Perkebunan 80(2) 77-
84
Ngajow M Abidjulu J Kamu VS 2013 Pengaruh antibakteri ekstrak kulit batang
matoa (Pometia pinnata) terhadap bakteri Staphylococcus aureus secara in
vitro Jurnal Mipa Unsrat 2(2) 128-132
Nugroho RA 2013 Terapi topikal clindamycin dibandingkan dengan niacinamide
+ zinc pada Acne vulgaris [skripsi] Semarang (ID) Universitas
Diponegoro
Rahmawati F 2008Isolasi dan karakteristik senyawa antibakteri ekstrak daun
miana Coleus scutellarioides [L] Benth [tesis] Bogor (ID) Institut
Pertanian Bogor
Ratnawati Y 2007 Aktivitas antibakteri ekstrak daun jawer kotok (Coleus
scutellarioides [L] Benth) [skripsi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor
Razak A Djamal A Revilla G 2013 Uji daya hambat air perasan buah jeruk
nipis (Citrus aurantifolia) terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus
aureus secara in vitro Jurnal Kesehatan Andalas 2(1) 5-8
Ridwan Y Darusman LK Satrija F Handaryani E 2006 Kandungan kimia
berbagai ekstrak daun miana (Coleus blumei Bent) dan efek anthelmintiknya
terhadap cacing pita pada ayam Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia11(2) 1-6
Rusmiyati I Husain DR Alam G 2014 Bioaktivitas ekstrak metanol daun muda
sirsak (Annona muricata L) sebagai antibakteri terhadap Staphylococcus
aureus dan Propionibacterium acne [penelitian ilmiah] Makasar (ID)
Universitas Hassanudin
Saptarini O Perawati Hartanto Y 2008 Uji aktivitas antibakteri ekstrak etanol
buah mahkota dewa (Phaleria macrocarpa) terhadap Staphylococcus
epidermidis penyebab jerawat Jurnal Biomedika1(1) 1-7
Seta SA 2013 Optimasi formula lotion anti jerawat ekstrak etanol kulit buah
manggis (Garcinia mangostana L) dan uji aktivitas terhadap
14
Propionibacterium acnes dan Staphylococcus epidermidis [skripsi]
Yogyakarta (ID) Universitas Gadjah Mada
Syukrinawati RP 2014 Tingkat pengetahuan penggunaan antibiotik oleh
mahasiswa kepaniteraan klinik departemen bedah mulut RSGM-P FKG
periode September 2-13 Maret 2014 [skripsi] Medan (ID) Universitas
Sumatera Utara
Waji RA 2009 Flavonoid (Quercetin) [Penelitian Ilmiah] Makasar (ID)
Universitas Hasanuddin
Widiawati W Lutfiati D Perbedaan hasil penyembuhan kulit wajah berjerawat
antara masker lidah buaya dengan masker non lidah buaya e- Journal
Universitas Negeri Surabaya 2014 3(1) 217-225
15
LAMPIRAN
Lampiran 1 Pembuktian hipotesis
1 Pengambilan keputusan dari hipotesis yang ditentukan diuji dengan uji
ANOVA
2 Hipotesis dalam penelitian ini berupa Ho yaitu ekstrak etanol daun jawer
kotok dengan konsentrasi ekstrak 20 40 60 dan 80 tidak memiliki
aktivitas antibakteri terhadap bakteri pada permukaan kulit wajah
berjerawat dan H1 yaitu ekstrak etanol daun jawer kotok dengan
konsentrasi ekstrak 20 40 60 dan 80 memiliki aktivitas
antibakteri terhadap bakteri pada permukaan kulit wajah berjerawat
3 Pengambilan keputusan untuk memilih hipotesis mana yang diterima dan
hipotesis mana yang ditolak didasarkan pada perbandingan F hitung dan F
tabel dengan syarat jika F hitung kurang dari F tabel maka tolak H1 dan
terima H0 dan jika F hitung lebih besar dari F tabel maka H0 ditolak dan
terima H1
4 Hasil uji one way ANOVA pada diameter zona hambat bakteri S aureus S
Epidermidis Streptococcus sp dan Micrococcus sp diperoleh nilai F
hitung lebih besar dari F tabel (1143 831 gt 262) (1149 947 gt 262)
(1122 068 gt 262) dan (91144 gt 262) maka hiptotesis yang diterima
adalah H1 yaitu ekstrak etanol daun jawer kotok dengan konsentrasi
ekstrak 20 40 60 dan 80 memiliki aktivitas antibakteri terhadap
bakteri S aureus S epidermidis Streptococcus sp dan Micrococcus sp
Lampiran 2 hasil uji ANOVA dan uji lanjutan Duncan
Descriptives
saureus
N Mean
Std Deviation Std Error
95 Confidence Interval for
Mean
Minimum Maximum Lower Bound
Upper Bound
ekstrak 20 5 138000
109545
48990
124398
151602
1200
1500
ekstrak 40 5 160000
122474
54772
144793
175207
1400
1700
ekstrak 60 5 160000
70711
31623
151220
168780
1500
1700
ekstrak 80 5 170000
70711
31623
161220
178780
1600
1800
kontrol positif 5 406000
89443
40000
394894
417106
3900
4100
kontrol negative 5 0000
00000
00000
0000
0000
00 00
Total 30
172333
1218728
222508
126825
217841
00 4100
16
ANOVA
saureus
Sum of Squares df Mean Square F Sig
Between Groups
4289367 5 857873 1143831
000
Within Groups
18000 24 750
Total 4307367 29
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
saureus
Duncana
perlakuan N
Subset for alpha = 005
1 2 3 4
kontrol negatif 5 0000 ekstrak 20 5
13800
0
ekstrak 40 5
160000
ekstrak 60 5
160000
ekstrak 80 5
170000
kontrol positif 5
406000
Sig 1000 1000 096 1000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000
ONEWAY Sepidermidis BY perlakuan
STATISTICS DESCRIPTIVES
MISSING ANALYSIS
POSTHOC=DUNCAN ALPHA(005)
[DataSet0]
Descriptives
Sepidermidis
N Mean Std Deviation Std Error
95 Confidence Interval
for Mean
Minimum Maximum Lower Bound
Upper Bound
ekstrak 20 5 150000
70711
31623
141220
158780
1400
1600
ekstrak 40 5 154000
54772
24495
147199
160801
1500
1600
ekstrak 60 5 164000
151658
67823
145169
182831
1500
1800
ekstrak 80 5 162000
109545
48990
148398
175602
1500
1800
kontrol positif 5 408000
44721
20000
402447
413553
4000
4100
kontrol negatif 5 0000
00000
00000
0000
0000
00 00
Total 30
173000
1221968
223100
127371
218629
00 4100
17
ANOVA
Sepidermidis
Sum of Squares Df Mean Square F Sig
Between Groups 4312300 5 862460 1149947
000
Within Groups 18000 24 750 Total 4330300 29
Post Hoc Tests
Homogeneous Subsets
Sepidermidis
Duncana
Perlakuan N
Subset for alpha = 005
1 2 3 4
kontrol negative 5 0000 ekstrak 20 5
15000
0
ekstrak 40 5
154000
154000
ekstrak 80 5
162000
ekstrak 60 5
164000
kontrol positif 5
408000
Sig 1000 472 096 1000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000
ONEWAY Sepidermidis BY perlakuan
STATISTICS DESCRIPTIVES
MISSING ANALYSIS
POSTHOC=DUNCAN ALPHA(005)
[DataSet0]
18
Descriptives
Streptococcus
N Mean Std Deviation
Std Error
95 Confidence Interval
for Mean
Minimum Maximum Lower Bound
Upper Bound
ekstrak 20 5 156000
134164
60000
139341
172659
1400 1700
ekstrak 40 5 162000
109545
48990
148398
175602
1500 1700
ekstrak 60 5 162000
109545
48990
148398
175602
1500 1700
ekstrak 80 5 156000
54772
24495
149199
162801
1500 1600
kontrol positif 5 416000
54772
24495
409199
422801
4100 4200
kontrol negatif 5 0000
00000
00000
0000
0000
00 00
Total 30
175333
1246715
227618
128780
221886
00 4200
ANOVA
Streptococcus
Sum of Squares df Mean Square F Sig
Between Groups 4488267 5 897653 1122067
000
Within Groups 19200 24 800 Total 4507467 29
Post Hoc Tests
Homogeneous Subsets
Streptococcus
Duncana
perlakuan N
Subset for alpha = 005
1 2 3
kontrol negatif 5 0000 ekstrak 20 5
15600
0
ekstrak 80 5
156000
ekstrak 40 5
162000
ekstrak 60 5
162000
kontrol positif 5
416000
Sig 1000 343 1000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000
ONEWAY Sepidermidis BY perlakuan
STATISTICS DESCRIPTIVES
MISSING ANALYSIS
POSTHOC=DUNCAN ALPHA(005)
[DataSet0]
19
Descriptives
Micrococcus
N Mean Std Deviation
Std Error
95 Confidence Interval for
Mean
Minimum Maximum Lower Bound
Upper Bound
ekstrak 20 5 142000
178885
80000
119788
164212
1200
1600
ekstrak 40 5 150000
200000
89443
125167
174833
1200
1700
ekstrak 60 5 150000
200000
89443
125167
174833
1200
1700
ekstrak 80 5 142000
130384
58310
125811
158189
1200
1500
kontrol positif 5 182000
83666
37417
171611
192389
1700
1900
kontrol negative
5 0000
00000
00000
0000
0000
00 00
Total 30
127667
612335
111797
104802
150532
00 1900
ANOVA
Micrococcus
Sum of Squares Df Mean Square F Sig
Between Groups 1032967 5 206593 91144 000 Within Groups 54400 24 2267
Total 1087367 29
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
Micrococcus
Duncana
Perlakuan N
Subset for alpha = 005
1 2 3
kontrol negative 5 0000 ekstrak 20 5
14200
0
ekstrak 80 5
142000
ekstrak 40 5
150000
ekstrak 60 5
150000
kontrol positif 5
182000
Sig 1000 451 1000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000
20
RIWAYAT HIDUP
Penulis lahir di Jakarta tanggal 25 september 1992 Penulis merupakan
anak ketiga dari tiga bersaudara dari pasangan Petrus Bambang Wijanarko dan
Susana Tuminah Penulis menempuh pendidikan Sekolah Menengah Pertama di
SMP Strada Bhakti Wiyata Bekasi dan Sekolah Menengah Atas di SMA Santo
Antonius Jakarta Penulis aktif di Organisasi Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM)
Keluarga Mahasiswa Katolik IPB sejak tahun 2011 hingga 2013 Penulis juga
aktif di Himpunan Profesi Ornithologi dan Unggas sejak tahun 2013 hingga 2014
9
Tabel 1 Hasil penapisan fitokimia ekstrak etanol daun jawer kotok
Penapisan Fitokimia Hasil
Flavonoid +
Alkaloid
Meyer minus
Dragendorff minus
Polifenol dan Tanin +
Terpenoid + aKeterangan + terdeteksi minus tidak terdeteksi
Bakteri pada Permukaan Kulit Wajah Berjerawat
Bakteri Gram positif yang berhasil diidentifikasi adalah Staphylococcus
aureus Staphylococcus epidermidis Streptococcus sp dan Micrococcus sp
Menurut Seta (2013) dan Razak et al (2013) bakteri yang dapat menyebabkan
jerawat adalah S aureus S epidermidis dan Propionibacterium acne P acne
tidak dapat diisolasi karena metode yang digunakan tidak bisa mengisolasi bakteri
anaerob Penemuan bakteri Streptococcus sp mungkin terjadi mengingat
Streptococcus sp merupakan salah satu bakteri pada kulit yang dapat
menyebabkan terjadinya penyakit pyoderma (Caesarita 2011) Micrococcus sp
dapat ditemukan pada hasil swab wajah mengingat kemungkinan adanya
pencemaran bakteri dari lingkungan seperti air udara dan tanah (Andy dan
Taufik 2010)
Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Jawer Kotok
Rata-rata diameter zona hambat bakteri ekstrak etanol daun jawer kotok
terhadap bakteri Gram positif (Gambar 4 dan Tabel 2)
(a) (b) (c) (d)
Gambar 4 Zona hambat ekstrak etanol daun jawer kotok terhadap S aureus (a)
S epidermidis (b) Streptococcus sp (c)dan Micrococcus sp(d)
K2 KP K3 K2 KP K3
K2 KP K3
K2 KP K3
K1 KN K4 K1 KN K4 K1 KN K4 K1 KN K4
10
Tabel 2 Rata-rata diameter zona hambat ekstrak etanol daun jawer kotok terhadap
bakteri Gram positif hasil swab kulit wajah berjerawat (mm)
Kelompok
Perlakuan
S aureus S epidermidis Streptococcus
sp
Micrococcus
sp
K1 1380 plusmn 109 b
1500 plusmn 070b
1560 plusmn 134c
1420 plusmn 178b
K2 1600 plusmn 122c
1540 plusmn054bc
1620 plusmn 109c
1500 plusmn 200b
K3 1600 plusmn 070c
1640 plusmn 151c
1620 plusmn 109c
1500 plusmn 200b
K4 1700 plusmn 070c
1620 plusmn 109c
1560 plusmn 054c
1420 plusmn 130b
KP 4060plusmn 089d
4080 plusmn 044d
4160 plusmn 054d
1820 plusmn 083d
KN 000 plusmn 000a
000 plusmn 000a
000 plusmn 000a
000 plusmn 000a
aKeterangan K1 konsentrasi 20 K2 konsentrasi 40 K3 konsentrasi 60 K4
konsentrasi 80 KP kontrol positif KN kontrol negatif Huruf supercript yang berbeda dalam
satu kolom menunjukkan perbedaan yang nyata pada taraf nyata Plt 005
Pada Tabel 2 diketahui bahwa KN pada keempat bakteri uji tidak memiliki
diameter zona hambat dan berbeda nyata dengan KP dan seluruh konsentrasi uji
Hal tersebut membuktikan bahwa pelarut tidak berpengaruh terhadap aktivitas
antibakteri sehingga aktivitas antibakteri hanya berasal dari konsentasi uji
DMSO digunakan sebagai KN karena tidak memiliki daya hambat bakteri serta
karena sifat dari DMSO yang merupakan pelarut polar berspektrum luas sehingga
dapat melarutkan senyawa alkaloid dan flavonoid (Mulyatni et al 2012)
Kontrol positif memberikan hasil yang berbeda nyata dengan KN dan
keempat konsentrasi uji pada semua bakteri Hal tersebut membuktikan bahwa
bakteri S aureus S epidermidis Streptococcus sp dan Micrococcus sp masih
peka terhadap KP Antibiotik klindamisin 1 digunakan sebagai KP karena
klindamisin paling efektif dalam pengobatan jerawat jika dibandingkan dengan
eritromisin dan tetrasiklin serta paling banyak digunakan masyarakat untuk
mengobati jerawat (Aziz 2010) Klindamisin adalah salah satu antibiotik golongan
aminoglikosida Klindamisin menghambat sintesis protein pada fase pemanjangan
dengan mempengaruhi translokasi (Syukrinawati 2014) Antibiotik ini efektif
terhadap bakteri Gram positif dan bakteri anaerob akan tetapi kurang efektif
terhadap bakteri Gram negatif (Nugroho 2013)
Hasil uji pada bakteri S aureus terlihat bahwa K1 memberikan perbedaan
yang nyata (Plt005) dengan K2 K3 dan K4 Hasil uji pada S epidermidis
memberikan hasil bahwa K1 berbeda nyata (Plt005) dengan K3 dan K4 Seluruh
konsentrasi ekstrak etanol daun jawer kotok yang diujikan terhadap Streptococcus
sp dan Micrococcus sp tidak menunjukkan hasil yang berbeda nyata
Hasil uji yang dilakukan terhadap Saureus memperlihatkan bahwa semakin
tinggi konsentrasi ekstrak maka semakin besar diameter zona hambat yang
terbentuk Hal ini karena semakin banyak zat aktif yang terkandung dalam ekstrak
tersebut sedangkan pada uji yang dilakukan terhadap S epidermidis
Streptococcus sp dan Micrococcus sp diameter zona hambat yang terbentuk pada
K4 mengalami penurunan Hal tersebut menunjukkan bahwa konsentrasi yang
semakin tinggi tidak selalu menghasilkan diameter zona hambat yang semakin
besar Penurunan aktivitas ini disebabkan karena perbedaan jenis bakteri yang
dihambat perbedaan kecepatan difusi senyawa aktif pada media agar serta
konsentrasi ekstrak yang terlalu tinggi dibandingkan dengan pelarutnya (DMSO)
sehingga larutan menjadi jenuh dan sulit untuk larut Brooks et al (2008)
11
menyatakan bahwa aktivitas antibakteri dipengaruhi beberapa faktor yaitu
konsentrasi ekstrak kandungan senyawa antibakteri daya difusi ekstrak dan jenis
bakteri yang dihambat
Diameter zona hambat bakteri menurut Davis dan Stout dalam Rahmawati
(2008) dibagi atas sangat kuat (zona jernih gt 20 mm) kuat (zona jernih 10minus20
mm) sedang (zona jernih 5minus10 mm) dan lemah (zona jernih lt 5 mm) Kontrol
positif (KP) pada bakteri uji S aureus S epidermidis Streptococcussp tergolong
dalam daya hambat sangat kuat sedangkan KP pada bakteri Micrococcus sp
tergolong dalam daya hambat kuat Hal tersebut kemungkinan dikarenakan target
kerja antibiotik klindamisin ditujukan untuk bakteri yang habitatnya di daerah
kulit wajah sedangkan Micrococcus sp merupakan bakteri kontaminasi dari
lingkungan (air tanah udara) Seluruh konsentrasi ekstrak yang diujikan terhadap
seluruh bakteri (K1K2 K3 K4) tergolong dalam konsentrasi yang memberikan
daya hambat kuat karena diameter zona hambat yang terbentuk antara 1380 plusmn
109 mm sampai 1700 plusmn 070 mm
Mengacu pada standar umum yang dikeluarkan oleh Departemen Kesehatan
disebutkan bahwa mikroba dinyatakan peka terhadap antimikroba asal tanaman
apabila mempunyai ukuran diameter daya hambatannya 12minus24 mm (Darmawi et
al 2013) sehingga dapat dikatakan bahwa seluruh bakteri uji peka terhadap K1
K2 K3 dan K4
Hasil penelitian diketahui bahwa seluruh konsentrasi dinyatakan peka dan
memiliki zona hambat bakteri yang kuat terhadap bakteri uji sehingga ekstrak
etanol daun jawer kotok memiliki potensi antibakteri yang baik Adanya potensi
antibakteri diketahui dari kandungan senyawa metabolit sekunder yang terdapat
pada daun jawer kotok yaitu flavonoid tanin polifenol serta terpenoid
Mekanisme kerja flavonoid sebagai antibakteri adalah membentuk senyawa
kompleks dengan protein ekstraseluler dan terlarut sehingga dapat merusak
membran sel bakteri dan diikuti keluarnya senyawa intraselluler (Ngajow et al
2013)
Mekanisme kerja tanin sebagai antibakteri adalah menghambat enzim
reverse transkriptase dan DNA topoisomerase sehingga sel bakteri tidak dapat
terbentuk Tanin juga mempunyai target pada polipeptida dinding sel sehingga
pembentukan polipeptida dinding sel menjadi tidak sempurna Hal ini
menyebabkan sel bakteri menjadi lisis karena tekanan osmotik maupun fisik
sehingga sel bakteri akan mati (Ngajow et al 2013)
Ngajow et al (2013) juga menyatakan bahwa senyawa fenolik dan terpenoid
memiliki target utama yaitu membran sitoplasma bakteri Aktifitas antibakteri
terpenoid diketahui bereaksi dengan porin (protein transmembran) pada membran
luar dinding sel bakteri Terpenoid membentuk ikatan polimer yang kuat sehingga
mengakibatkan rusaknya porin Rusaknya porin yang merupakan pintu keluar
masuknya senyawa akan mengurangi permeabilitas dinding sel bakteri yang akan
mengakibatkan sel bakteri akan kekurangan nutrisi sehingga pertumbuhan bakteri
akan terhambat dan mati
12
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Ekstrak etanol daun jawer kotok mengandung flavonoid polifenol dan tanin
serta terpenoid yang memiliki aktivitas antibakteri yang dapat menghambat
pertumbuhan bakteri kokus Gram positif pada permukaan kulit wajah berjerawat
Ekstrak etanol daun jawer kotok memiliki potensi antibakteri yang baik karena
daya hambat bakteri pada konsentrasi 20 40 60 dan 80 tergolong dalam
daya hambat yang kuat S aureus S epidermidis Streptococcus sp dan
Micrococcus sp dinyatakan peka terhadap seluruh konsentrasi ekstrak
Saran
Saran yang dapat diberikan kepada peneliti selanjutnya yaitu perlu
dilakukan penelitian aktivitas antibakteri ekstrak etanol daun jawer kotok terhadap
bakteri Pacne dan bakteri gram negatif serta penggunaan kontrol positif dengan
antibiotik yang lain Selain itu penelitian ini juga dapat digunakan sebagai dasar
ilmiah dalam pengembangan produk farmasi antibakteri
DAFTAR PUSTAKA
Agoes G 2007 Ekstraksi Tanaman Obat Bandung ITB
Andy Taufik M 2010 Jumlah bakteri dan keberadaan bakteri Salmonella sp
pada daging kuda di Kabupaten Jeneponto Jurnal Agrisistem 6(2) 82-87
Arundhina E 2014 Aktivitas ekstrak etanol daun alamanda (Allamanda
cathartica L) sebagai anti jamur terhadap Candida albicans dan
Pityrosporum ovale secara in vitro [skripsi] Yogyakarta (ID) Universitas
Katolik Atmajaya Yogyakarta
Aziz S2010 Uji aktivitas antibakteri ekstrak etanol daun dan umbi bakung putih
(Crinum asiatikum L) terhadap bakteri penyebab jerawat[skripsi] Jakarta
(ID) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatulloh
Brooks GF Butel JS Morse SA Mikrobiologi Kedokteran Mudihardi E
KuntamanWasito EB et al penerjemah Jakarta (ID) Salemba Medika
Terjemahan dari Medical Microbiology
Caesarita DP 2011 Pengaruh ekstrak buah nanas (Ananas comosus) 100
terhadap bakteri Staphylococcus aureus dari pyoderma [skripsi] Bandung
(ID) Universitas Diponegoro
Carter GR dan Cole JR 1990 Diagnostic Procedures in Veterinary Bacteriology
and Mycology Fifth Edition London (UK) Academi Press Limited
13
Dalimarta S 2000 Atlas Tumbuhan Indonesia Jilid ke-2 Jakarta Trubus
Agriwidya
Darmawi Manaf ZH Putranda F 2013 Daya hambat getah jarak cina (Jatropha
multifida L) terhadap Staphylococcus aureus secara invitro Jurnal Medika
Veterinaria7(2) 113-115
Hamdayati Y Kusnadi Rahadian I 2008 Aktivitas antibakteri ekstrak daun
patikan kebo (Euphorbia hirta) terhadap pertumbuhan bakteri
Staphylococcus epidermidis Jurnal Pengajaran Matematika dan Ilmu
Pengetahuan alam 12(7) 1-10
Harborne JB 1987 Metode Fitokimia Padmawinata K Soediro I penerjemah
Jakarta (ID) UI Press Terjemahan dari Basic Concepts of Analytical
Chemistry
Jang SS Biberstein EL Hirsh DC 1976 A Manual of Veterinary Clinical
Bacteriology and Micology Davis (US) Univ California
Kee JL Hayes ER Farmakologi Pendekatan Proses Keperawatan Anugerah P
penerjemah Jakarta (ID) EGC Terjemahan dari Pharmacology A Nursing
Process Approach
Mulyatni AS Budiani A Taniwiryono D 2012 Aktivitas antibakteri ekstrak kulit
buah kakao (Theobroma cacao L) terhadap Escherichia coli Bacillus
subtilis dan Staphylococcus aureus Jurnal Menara Perkebunan 80(2) 77-
84
Ngajow M Abidjulu J Kamu VS 2013 Pengaruh antibakteri ekstrak kulit batang
matoa (Pometia pinnata) terhadap bakteri Staphylococcus aureus secara in
vitro Jurnal Mipa Unsrat 2(2) 128-132
Nugroho RA 2013 Terapi topikal clindamycin dibandingkan dengan niacinamide
+ zinc pada Acne vulgaris [skripsi] Semarang (ID) Universitas
Diponegoro
Rahmawati F 2008Isolasi dan karakteristik senyawa antibakteri ekstrak daun
miana Coleus scutellarioides [L] Benth [tesis] Bogor (ID) Institut
Pertanian Bogor
Ratnawati Y 2007 Aktivitas antibakteri ekstrak daun jawer kotok (Coleus
scutellarioides [L] Benth) [skripsi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor
Razak A Djamal A Revilla G 2013 Uji daya hambat air perasan buah jeruk
nipis (Citrus aurantifolia) terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus
aureus secara in vitro Jurnal Kesehatan Andalas 2(1) 5-8
Ridwan Y Darusman LK Satrija F Handaryani E 2006 Kandungan kimia
berbagai ekstrak daun miana (Coleus blumei Bent) dan efek anthelmintiknya
terhadap cacing pita pada ayam Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia11(2) 1-6
Rusmiyati I Husain DR Alam G 2014 Bioaktivitas ekstrak metanol daun muda
sirsak (Annona muricata L) sebagai antibakteri terhadap Staphylococcus
aureus dan Propionibacterium acne [penelitian ilmiah] Makasar (ID)
Universitas Hassanudin
Saptarini O Perawati Hartanto Y 2008 Uji aktivitas antibakteri ekstrak etanol
buah mahkota dewa (Phaleria macrocarpa) terhadap Staphylococcus
epidermidis penyebab jerawat Jurnal Biomedika1(1) 1-7
Seta SA 2013 Optimasi formula lotion anti jerawat ekstrak etanol kulit buah
manggis (Garcinia mangostana L) dan uji aktivitas terhadap
14
Propionibacterium acnes dan Staphylococcus epidermidis [skripsi]
Yogyakarta (ID) Universitas Gadjah Mada
Syukrinawati RP 2014 Tingkat pengetahuan penggunaan antibiotik oleh
mahasiswa kepaniteraan klinik departemen bedah mulut RSGM-P FKG
periode September 2-13 Maret 2014 [skripsi] Medan (ID) Universitas
Sumatera Utara
Waji RA 2009 Flavonoid (Quercetin) [Penelitian Ilmiah] Makasar (ID)
Universitas Hasanuddin
Widiawati W Lutfiati D Perbedaan hasil penyembuhan kulit wajah berjerawat
antara masker lidah buaya dengan masker non lidah buaya e- Journal
Universitas Negeri Surabaya 2014 3(1) 217-225
15
LAMPIRAN
Lampiran 1 Pembuktian hipotesis
1 Pengambilan keputusan dari hipotesis yang ditentukan diuji dengan uji
ANOVA
2 Hipotesis dalam penelitian ini berupa Ho yaitu ekstrak etanol daun jawer
kotok dengan konsentrasi ekstrak 20 40 60 dan 80 tidak memiliki
aktivitas antibakteri terhadap bakteri pada permukaan kulit wajah
berjerawat dan H1 yaitu ekstrak etanol daun jawer kotok dengan
konsentrasi ekstrak 20 40 60 dan 80 memiliki aktivitas
antibakteri terhadap bakteri pada permukaan kulit wajah berjerawat
3 Pengambilan keputusan untuk memilih hipotesis mana yang diterima dan
hipotesis mana yang ditolak didasarkan pada perbandingan F hitung dan F
tabel dengan syarat jika F hitung kurang dari F tabel maka tolak H1 dan
terima H0 dan jika F hitung lebih besar dari F tabel maka H0 ditolak dan
terima H1
4 Hasil uji one way ANOVA pada diameter zona hambat bakteri S aureus S
Epidermidis Streptococcus sp dan Micrococcus sp diperoleh nilai F
hitung lebih besar dari F tabel (1143 831 gt 262) (1149 947 gt 262)
(1122 068 gt 262) dan (91144 gt 262) maka hiptotesis yang diterima
adalah H1 yaitu ekstrak etanol daun jawer kotok dengan konsentrasi
ekstrak 20 40 60 dan 80 memiliki aktivitas antibakteri terhadap
bakteri S aureus S epidermidis Streptococcus sp dan Micrococcus sp
Lampiran 2 hasil uji ANOVA dan uji lanjutan Duncan
Descriptives
saureus
N Mean
Std Deviation Std Error
95 Confidence Interval for
Mean
Minimum Maximum Lower Bound
Upper Bound
ekstrak 20 5 138000
109545
48990
124398
151602
1200
1500
ekstrak 40 5 160000
122474
54772
144793
175207
1400
1700
ekstrak 60 5 160000
70711
31623
151220
168780
1500
1700
ekstrak 80 5 170000
70711
31623
161220
178780
1600
1800
kontrol positif 5 406000
89443
40000
394894
417106
3900
4100
kontrol negative 5 0000
00000
00000
0000
0000
00 00
Total 30
172333
1218728
222508
126825
217841
00 4100
16
ANOVA
saureus
Sum of Squares df Mean Square F Sig
Between Groups
4289367 5 857873 1143831
000
Within Groups
18000 24 750
Total 4307367 29
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
saureus
Duncana
perlakuan N
Subset for alpha = 005
1 2 3 4
kontrol negatif 5 0000 ekstrak 20 5
13800
0
ekstrak 40 5
160000
ekstrak 60 5
160000
ekstrak 80 5
170000
kontrol positif 5
406000
Sig 1000 1000 096 1000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000
ONEWAY Sepidermidis BY perlakuan
STATISTICS DESCRIPTIVES
MISSING ANALYSIS
POSTHOC=DUNCAN ALPHA(005)
[DataSet0]
Descriptives
Sepidermidis
N Mean Std Deviation Std Error
95 Confidence Interval
for Mean
Minimum Maximum Lower Bound
Upper Bound
ekstrak 20 5 150000
70711
31623
141220
158780
1400
1600
ekstrak 40 5 154000
54772
24495
147199
160801
1500
1600
ekstrak 60 5 164000
151658
67823
145169
182831
1500
1800
ekstrak 80 5 162000
109545
48990
148398
175602
1500
1800
kontrol positif 5 408000
44721
20000
402447
413553
4000
4100
kontrol negatif 5 0000
00000
00000
0000
0000
00 00
Total 30
173000
1221968
223100
127371
218629
00 4100
17
ANOVA
Sepidermidis
Sum of Squares Df Mean Square F Sig
Between Groups 4312300 5 862460 1149947
000
Within Groups 18000 24 750 Total 4330300 29
Post Hoc Tests
Homogeneous Subsets
Sepidermidis
Duncana
Perlakuan N
Subset for alpha = 005
1 2 3 4
kontrol negative 5 0000 ekstrak 20 5
15000
0
ekstrak 40 5
154000
154000
ekstrak 80 5
162000
ekstrak 60 5
164000
kontrol positif 5
408000
Sig 1000 472 096 1000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000
ONEWAY Sepidermidis BY perlakuan
STATISTICS DESCRIPTIVES
MISSING ANALYSIS
POSTHOC=DUNCAN ALPHA(005)
[DataSet0]
18
Descriptives
Streptococcus
N Mean Std Deviation
Std Error
95 Confidence Interval
for Mean
Minimum Maximum Lower Bound
Upper Bound
ekstrak 20 5 156000
134164
60000
139341
172659
1400 1700
ekstrak 40 5 162000
109545
48990
148398
175602
1500 1700
ekstrak 60 5 162000
109545
48990
148398
175602
1500 1700
ekstrak 80 5 156000
54772
24495
149199
162801
1500 1600
kontrol positif 5 416000
54772
24495
409199
422801
4100 4200
kontrol negatif 5 0000
00000
00000
0000
0000
00 00
Total 30
175333
1246715
227618
128780
221886
00 4200
ANOVA
Streptococcus
Sum of Squares df Mean Square F Sig
Between Groups 4488267 5 897653 1122067
000
Within Groups 19200 24 800 Total 4507467 29
Post Hoc Tests
Homogeneous Subsets
Streptococcus
Duncana
perlakuan N
Subset for alpha = 005
1 2 3
kontrol negatif 5 0000 ekstrak 20 5
15600
0
ekstrak 80 5
156000
ekstrak 40 5
162000
ekstrak 60 5
162000
kontrol positif 5
416000
Sig 1000 343 1000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000
ONEWAY Sepidermidis BY perlakuan
STATISTICS DESCRIPTIVES
MISSING ANALYSIS
POSTHOC=DUNCAN ALPHA(005)
[DataSet0]
19
Descriptives
Micrococcus
N Mean Std Deviation
Std Error
95 Confidence Interval for
Mean
Minimum Maximum Lower Bound
Upper Bound
ekstrak 20 5 142000
178885
80000
119788
164212
1200
1600
ekstrak 40 5 150000
200000
89443
125167
174833
1200
1700
ekstrak 60 5 150000
200000
89443
125167
174833
1200
1700
ekstrak 80 5 142000
130384
58310
125811
158189
1200
1500
kontrol positif 5 182000
83666
37417
171611
192389
1700
1900
kontrol negative
5 0000
00000
00000
0000
0000
00 00
Total 30
127667
612335
111797
104802
150532
00 1900
ANOVA
Micrococcus
Sum of Squares Df Mean Square F Sig
Between Groups 1032967 5 206593 91144 000 Within Groups 54400 24 2267
Total 1087367 29
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
Micrococcus
Duncana
Perlakuan N
Subset for alpha = 005
1 2 3
kontrol negative 5 0000 ekstrak 20 5
14200
0
ekstrak 80 5
142000
ekstrak 40 5
150000
ekstrak 60 5
150000
kontrol positif 5
182000
Sig 1000 451 1000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000
20
RIWAYAT HIDUP
Penulis lahir di Jakarta tanggal 25 september 1992 Penulis merupakan
anak ketiga dari tiga bersaudara dari pasangan Petrus Bambang Wijanarko dan
Susana Tuminah Penulis menempuh pendidikan Sekolah Menengah Pertama di
SMP Strada Bhakti Wiyata Bekasi dan Sekolah Menengah Atas di SMA Santo
Antonius Jakarta Penulis aktif di Organisasi Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM)
Keluarga Mahasiswa Katolik IPB sejak tahun 2011 hingga 2013 Penulis juga
aktif di Himpunan Profesi Ornithologi dan Unggas sejak tahun 2013 hingga 2014
10
Tabel 2 Rata-rata diameter zona hambat ekstrak etanol daun jawer kotok terhadap
bakteri Gram positif hasil swab kulit wajah berjerawat (mm)
Kelompok
Perlakuan
S aureus S epidermidis Streptococcus
sp
Micrococcus
sp
K1 1380 plusmn 109 b
1500 plusmn 070b
1560 plusmn 134c
1420 plusmn 178b
K2 1600 plusmn 122c
1540 plusmn054bc
1620 plusmn 109c
1500 plusmn 200b
K3 1600 plusmn 070c
1640 plusmn 151c
1620 plusmn 109c
1500 plusmn 200b
K4 1700 plusmn 070c
1620 plusmn 109c
1560 plusmn 054c
1420 plusmn 130b
KP 4060plusmn 089d
4080 plusmn 044d
4160 plusmn 054d
1820 plusmn 083d
KN 000 plusmn 000a
000 plusmn 000a
000 plusmn 000a
000 plusmn 000a
aKeterangan K1 konsentrasi 20 K2 konsentrasi 40 K3 konsentrasi 60 K4
konsentrasi 80 KP kontrol positif KN kontrol negatif Huruf supercript yang berbeda dalam
satu kolom menunjukkan perbedaan yang nyata pada taraf nyata Plt 005
Pada Tabel 2 diketahui bahwa KN pada keempat bakteri uji tidak memiliki
diameter zona hambat dan berbeda nyata dengan KP dan seluruh konsentrasi uji
Hal tersebut membuktikan bahwa pelarut tidak berpengaruh terhadap aktivitas
antibakteri sehingga aktivitas antibakteri hanya berasal dari konsentasi uji
DMSO digunakan sebagai KN karena tidak memiliki daya hambat bakteri serta
karena sifat dari DMSO yang merupakan pelarut polar berspektrum luas sehingga
dapat melarutkan senyawa alkaloid dan flavonoid (Mulyatni et al 2012)
Kontrol positif memberikan hasil yang berbeda nyata dengan KN dan
keempat konsentrasi uji pada semua bakteri Hal tersebut membuktikan bahwa
bakteri S aureus S epidermidis Streptococcus sp dan Micrococcus sp masih
peka terhadap KP Antibiotik klindamisin 1 digunakan sebagai KP karena
klindamisin paling efektif dalam pengobatan jerawat jika dibandingkan dengan
eritromisin dan tetrasiklin serta paling banyak digunakan masyarakat untuk
mengobati jerawat (Aziz 2010) Klindamisin adalah salah satu antibiotik golongan
aminoglikosida Klindamisin menghambat sintesis protein pada fase pemanjangan
dengan mempengaruhi translokasi (Syukrinawati 2014) Antibiotik ini efektif
terhadap bakteri Gram positif dan bakteri anaerob akan tetapi kurang efektif
terhadap bakteri Gram negatif (Nugroho 2013)
Hasil uji pada bakteri S aureus terlihat bahwa K1 memberikan perbedaan
yang nyata (Plt005) dengan K2 K3 dan K4 Hasil uji pada S epidermidis
memberikan hasil bahwa K1 berbeda nyata (Plt005) dengan K3 dan K4 Seluruh
konsentrasi ekstrak etanol daun jawer kotok yang diujikan terhadap Streptococcus
sp dan Micrococcus sp tidak menunjukkan hasil yang berbeda nyata
Hasil uji yang dilakukan terhadap Saureus memperlihatkan bahwa semakin
tinggi konsentrasi ekstrak maka semakin besar diameter zona hambat yang
terbentuk Hal ini karena semakin banyak zat aktif yang terkandung dalam ekstrak
tersebut sedangkan pada uji yang dilakukan terhadap S epidermidis
Streptococcus sp dan Micrococcus sp diameter zona hambat yang terbentuk pada
K4 mengalami penurunan Hal tersebut menunjukkan bahwa konsentrasi yang
semakin tinggi tidak selalu menghasilkan diameter zona hambat yang semakin
besar Penurunan aktivitas ini disebabkan karena perbedaan jenis bakteri yang
dihambat perbedaan kecepatan difusi senyawa aktif pada media agar serta
konsentrasi ekstrak yang terlalu tinggi dibandingkan dengan pelarutnya (DMSO)
sehingga larutan menjadi jenuh dan sulit untuk larut Brooks et al (2008)
11
menyatakan bahwa aktivitas antibakteri dipengaruhi beberapa faktor yaitu
konsentrasi ekstrak kandungan senyawa antibakteri daya difusi ekstrak dan jenis
bakteri yang dihambat
Diameter zona hambat bakteri menurut Davis dan Stout dalam Rahmawati
(2008) dibagi atas sangat kuat (zona jernih gt 20 mm) kuat (zona jernih 10minus20
mm) sedang (zona jernih 5minus10 mm) dan lemah (zona jernih lt 5 mm) Kontrol
positif (KP) pada bakteri uji S aureus S epidermidis Streptococcussp tergolong
dalam daya hambat sangat kuat sedangkan KP pada bakteri Micrococcus sp
tergolong dalam daya hambat kuat Hal tersebut kemungkinan dikarenakan target
kerja antibiotik klindamisin ditujukan untuk bakteri yang habitatnya di daerah
kulit wajah sedangkan Micrococcus sp merupakan bakteri kontaminasi dari
lingkungan (air tanah udara) Seluruh konsentrasi ekstrak yang diujikan terhadap
seluruh bakteri (K1K2 K3 K4) tergolong dalam konsentrasi yang memberikan
daya hambat kuat karena diameter zona hambat yang terbentuk antara 1380 plusmn
109 mm sampai 1700 plusmn 070 mm
Mengacu pada standar umum yang dikeluarkan oleh Departemen Kesehatan
disebutkan bahwa mikroba dinyatakan peka terhadap antimikroba asal tanaman
apabila mempunyai ukuran diameter daya hambatannya 12minus24 mm (Darmawi et
al 2013) sehingga dapat dikatakan bahwa seluruh bakteri uji peka terhadap K1
K2 K3 dan K4
Hasil penelitian diketahui bahwa seluruh konsentrasi dinyatakan peka dan
memiliki zona hambat bakteri yang kuat terhadap bakteri uji sehingga ekstrak
etanol daun jawer kotok memiliki potensi antibakteri yang baik Adanya potensi
antibakteri diketahui dari kandungan senyawa metabolit sekunder yang terdapat
pada daun jawer kotok yaitu flavonoid tanin polifenol serta terpenoid
Mekanisme kerja flavonoid sebagai antibakteri adalah membentuk senyawa
kompleks dengan protein ekstraseluler dan terlarut sehingga dapat merusak
membran sel bakteri dan diikuti keluarnya senyawa intraselluler (Ngajow et al
2013)
Mekanisme kerja tanin sebagai antibakteri adalah menghambat enzim
reverse transkriptase dan DNA topoisomerase sehingga sel bakteri tidak dapat
terbentuk Tanin juga mempunyai target pada polipeptida dinding sel sehingga
pembentukan polipeptida dinding sel menjadi tidak sempurna Hal ini
menyebabkan sel bakteri menjadi lisis karena tekanan osmotik maupun fisik
sehingga sel bakteri akan mati (Ngajow et al 2013)
Ngajow et al (2013) juga menyatakan bahwa senyawa fenolik dan terpenoid
memiliki target utama yaitu membran sitoplasma bakteri Aktifitas antibakteri
terpenoid diketahui bereaksi dengan porin (protein transmembran) pada membran
luar dinding sel bakteri Terpenoid membentuk ikatan polimer yang kuat sehingga
mengakibatkan rusaknya porin Rusaknya porin yang merupakan pintu keluar
masuknya senyawa akan mengurangi permeabilitas dinding sel bakteri yang akan
mengakibatkan sel bakteri akan kekurangan nutrisi sehingga pertumbuhan bakteri
akan terhambat dan mati
12
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Ekstrak etanol daun jawer kotok mengandung flavonoid polifenol dan tanin
serta terpenoid yang memiliki aktivitas antibakteri yang dapat menghambat
pertumbuhan bakteri kokus Gram positif pada permukaan kulit wajah berjerawat
Ekstrak etanol daun jawer kotok memiliki potensi antibakteri yang baik karena
daya hambat bakteri pada konsentrasi 20 40 60 dan 80 tergolong dalam
daya hambat yang kuat S aureus S epidermidis Streptococcus sp dan
Micrococcus sp dinyatakan peka terhadap seluruh konsentrasi ekstrak
Saran
Saran yang dapat diberikan kepada peneliti selanjutnya yaitu perlu
dilakukan penelitian aktivitas antibakteri ekstrak etanol daun jawer kotok terhadap
bakteri Pacne dan bakteri gram negatif serta penggunaan kontrol positif dengan
antibiotik yang lain Selain itu penelitian ini juga dapat digunakan sebagai dasar
ilmiah dalam pengembangan produk farmasi antibakteri
DAFTAR PUSTAKA
Agoes G 2007 Ekstraksi Tanaman Obat Bandung ITB
Andy Taufik M 2010 Jumlah bakteri dan keberadaan bakteri Salmonella sp
pada daging kuda di Kabupaten Jeneponto Jurnal Agrisistem 6(2) 82-87
Arundhina E 2014 Aktivitas ekstrak etanol daun alamanda (Allamanda
cathartica L) sebagai anti jamur terhadap Candida albicans dan
Pityrosporum ovale secara in vitro [skripsi] Yogyakarta (ID) Universitas
Katolik Atmajaya Yogyakarta
Aziz S2010 Uji aktivitas antibakteri ekstrak etanol daun dan umbi bakung putih
(Crinum asiatikum L) terhadap bakteri penyebab jerawat[skripsi] Jakarta
(ID) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatulloh
Brooks GF Butel JS Morse SA Mikrobiologi Kedokteran Mudihardi E
KuntamanWasito EB et al penerjemah Jakarta (ID) Salemba Medika
Terjemahan dari Medical Microbiology
Caesarita DP 2011 Pengaruh ekstrak buah nanas (Ananas comosus) 100
terhadap bakteri Staphylococcus aureus dari pyoderma [skripsi] Bandung
(ID) Universitas Diponegoro
Carter GR dan Cole JR 1990 Diagnostic Procedures in Veterinary Bacteriology
and Mycology Fifth Edition London (UK) Academi Press Limited
13
Dalimarta S 2000 Atlas Tumbuhan Indonesia Jilid ke-2 Jakarta Trubus
Agriwidya
Darmawi Manaf ZH Putranda F 2013 Daya hambat getah jarak cina (Jatropha
multifida L) terhadap Staphylococcus aureus secara invitro Jurnal Medika
Veterinaria7(2) 113-115
Hamdayati Y Kusnadi Rahadian I 2008 Aktivitas antibakteri ekstrak daun
patikan kebo (Euphorbia hirta) terhadap pertumbuhan bakteri
Staphylococcus epidermidis Jurnal Pengajaran Matematika dan Ilmu
Pengetahuan alam 12(7) 1-10
Harborne JB 1987 Metode Fitokimia Padmawinata K Soediro I penerjemah
Jakarta (ID) UI Press Terjemahan dari Basic Concepts of Analytical
Chemistry
Jang SS Biberstein EL Hirsh DC 1976 A Manual of Veterinary Clinical
Bacteriology and Micology Davis (US) Univ California
Kee JL Hayes ER Farmakologi Pendekatan Proses Keperawatan Anugerah P
penerjemah Jakarta (ID) EGC Terjemahan dari Pharmacology A Nursing
Process Approach
Mulyatni AS Budiani A Taniwiryono D 2012 Aktivitas antibakteri ekstrak kulit
buah kakao (Theobroma cacao L) terhadap Escherichia coli Bacillus
subtilis dan Staphylococcus aureus Jurnal Menara Perkebunan 80(2) 77-
84
Ngajow M Abidjulu J Kamu VS 2013 Pengaruh antibakteri ekstrak kulit batang
matoa (Pometia pinnata) terhadap bakteri Staphylococcus aureus secara in
vitro Jurnal Mipa Unsrat 2(2) 128-132
Nugroho RA 2013 Terapi topikal clindamycin dibandingkan dengan niacinamide
+ zinc pada Acne vulgaris [skripsi] Semarang (ID) Universitas
Diponegoro
Rahmawati F 2008Isolasi dan karakteristik senyawa antibakteri ekstrak daun
miana Coleus scutellarioides [L] Benth [tesis] Bogor (ID) Institut
Pertanian Bogor
Ratnawati Y 2007 Aktivitas antibakteri ekstrak daun jawer kotok (Coleus
scutellarioides [L] Benth) [skripsi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor
Razak A Djamal A Revilla G 2013 Uji daya hambat air perasan buah jeruk
nipis (Citrus aurantifolia) terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus
aureus secara in vitro Jurnal Kesehatan Andalas 2(1) 5-8
Ridwan Y Darusman LK Satrija F Handaryani E 2006 Kandungan kimia
berbagai ekstrak daun miana (Coleus blumei Bent) dan efek anthelmintiknya
terhadap cacing pita pada ayam Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia11(2) 1-6
Rusmiyati I Husain DR Alam G 2014 Bioaktivitas ekstrak metanol daun muda
sirsak (Annona muricata L) sebagai antibakteri terhadap Staphylococcus
aureus dan Propionibacterium acne [penelitian ilmiah] Makasar (ID)
Universitas Hassanudin
Saptarini O Perawati Hartanto Y 2008 Uji aktivitas antibakteri ekstrak etanol
buah mahkota dewa (Phaleria macrocarpa) terhadap Staphylococcus
epidermidis penyebab jerawat Jurnal Biomedika1(1) 1-7
Seta SA 2013 Optimasi formula lotion anti jerawat ekstrak etanol kulit buah
manggis (Garcinia mangostana L) dan uji aktivitas terhadap
14
Propionibacterium acnes dan Staphylococcus epidermidis [skripsi]
Yogyakarta (ID) Universitas Gadjah Mada
Syukrinawati RP 2014 Tingkat pengetahuan penggunaan antibiotik oleh
mahasiswa kepaniteraan klinik departemen bedah mulut RSGM-P FKG
periode September 2-13 Maret 2014 [skripsi] Medan (ID) Universitas
Sumatera Utara
Waji RA 2009 Flavonoid (Quercetin) [Penelitian Ilmiah] Makasar (ID)
Universitas Hasanuddin
Widiawati W Lutfiati D Perbedaan hasil penyembuhan kulit wajah berjerawat
antara masker lidah buaya dengan masker non lidah buaya e- Journal
Universitas Negeri Surabaya 2014 3(1) 217-225
15
LAMPIRAN
Lampiran 1 Pembuktian hipotesis
1 Pengambilan keputusan dari hipotesis yang ditentukan diuji dengan uji
ANOVA
2 Hipotesis dalam penelitian ini berupa Ho yaitu ekstrak etanol daun jawer
kotok dengan konsentrasi ekstrak 20 40 60 dan 80 tidak memiliki
aktivitas antibakteri terhadap bakteri pada permukaan kulit wajah
berjerawat dan H1 yaitu ekstrak etanol daun jawer kotok dengan
konsentrasi ekstrak 20 40 60 dan 80 memiliki aktivitas
antibakteri terhadap bakteri pada permukaan kulit wajah berjerawat
3 Pengambilan keputusan untuk memilih hipotesis mana yang diterima dan
hipotesis mana yang ditolak didasarkan pada perbandingan F hitung dan F
tabel dengan syarat jika F hitung kurang dari F tabel maka tolak H1 dan
terima H0 dan jika F hitung lebih besar dari F tabel maka H0 ditolak dan
terima H1
4 Hasil uji one way ANOVA pada diameter zona hambat bakteri S aureus S
Epidermidis Streptococcus sp dan Micrococcus sp diperoleh nilai F
hitung lebih besar dari F tabel (1143 831 gt 262) (1149 947 gt 262)
(1122 068 gt 262) dan (91144 gt 262) maka hiptotesis yang diterima
adalah H1 yaitu ekstrak etanol daun jawer kotok dengan konsentrasi
ekstrak 20 40 60 dan 80 memiliki aktivitas antibakteri terhadap
bakteri S aureus S epidermidis Streptococcus sp dan Micrococcus sp
Lampiran 2 hasil uji ANOVA dan uji lanjutan Duncan
Descriptives
saureus
N Mean
Std Deviation Std Error
95 Confidence Interval for
Mean
Minimum Maximum Lower Bound
Upper Bound
ekstrak 20 5 138000
109545
48990
124398
151602
1200
1500
ekstrak 40 5 160000
122474
54772
144793
175207
1400
1700
ekstrak 60 5 160000
70711
31623
151220
168780
1500
1700
ekstrak 80 5 170000
70711
31623
161220
178780
1600
1800
kontrol positif 5 406000
89443
40000
394894
417106
3900
4100
kontrol negative 5 0000
00000
00000
0000
0000
00 00
Total 30
172333
1218728
222508
126825
217841
00 4100
16
ANOVA
saureus
Sum of Squares df Mean Square F Sig
Between Groups
4289367 5 857873 1143831
000
Within Groups
18000 24 750
Total 4307367 29
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
saureus
Duncana
perlakuan N
Subset for alpha = 005
1 2 3 4
kontrol negatif 5 0000 ekstrak 20 5
13800
0
ekstrak 40 5
160000
ekstrak 60 5
160000
ekstrak 80 5
170000
kontrol positif 5
406000
Sig 1000 1000 096 1000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000
ONEWAY Sepidermidis BY perlakuan
STATISTICS DESCRIPTIVES
MISSING ANALYSIS
POSTHOC=DUNCAN ALPHA(005)
[DataSet0]
Descriptives
Sepidermidis
N Mean Std Deviation Std Error
95 Confidence Interval
for Mean
Minimum Maximum Lower Bound
Upper Bound
ekstrak 20 5 150000
70711
31623
141220
158780
1400
1600
ekstrak 40 5 154000
54772
24495
147199
160801
1500
1600
ekstrak 60 5 164000
151658
67823
145169
182831
1500
1800
ekstrak 80 5 162000
109545
48990
148398
175602
1500
1800
kontrol positif 5 408000
44721
20000
402447
413553
4000
4100
kontrol negatif 5 0000
00000
00000
0000
0000
00 00
Total 30
173000
1221968
223100
127371
218629
00 4100
17
ANOVA
Sepidermidis
Sum of Squares Df Mean Square F Sig
Between Groups 4312300 5 862460 1149947
000
Within Groups 18000 24 750 Total 4330300 29
Post Hoc Tests
Homogeneous Subsets
Sepidermidis
Duncana
Perlakuan N
Subset for alpha = 005
1 2 3 4
kontrol negative 5 0000 ekstrak 20 5
15000
0
ekstrak 40 5
154000
154000
ekstrak 80 5
162000
ekstrak 60 5
164000
kontrol positif 5
408000
Sig 1000 472 096 1000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000
ONEWAY Sepidermidis BY perlakuan
STATISTICS DESCRIPTIVES
MISSING ANALYSIS
POSTHOC=DUNCAN ALPHA(005)
[DataSet0]
18
Descriptives
Streptococcus
N Mean Std Deviation
Std Error
95 Confidence Interval
for Mean
Minimum Maximum Lower Bound
Upper Bound
ekstrak 20 5 156000
134164
60000
139341
172659
1400 1700
ekstrak 40 5 162000
109545
48990
148398
175602
1500 1700
ekstrak 60 5 162000
109545
48990
148398
175602
1500 1700
ekstrak 80 5 156000
54772
24495
149199
162801
1500 1600
kontrol positif 5 416000
54772
24495
409199
422801
4100 4200
kontrol negatif 5 0000
00000
00000
0000
0000
00 00
Total 30
175333
1246715
227618
128780
221886
00 4200
ANOVA
Streptococcus
Sum of Squares df Mean Square F Sig
Between Groups 4488267 5 897653 1122067
000
Within Groups 19200 24 800 Total 4507467 29
Post Hoc Tests
Homogeneous Subsets
Streptococcus
Duncana
perlakuan N
Subset for alpha = 005
1 2 3
kontrol negatif 5 0000 ekstrak 20 5
15600
0
ekstrak 80 5
156000
ekstrak 40 5
162000
ekstrak 60 5
162000
kontrol positif 5
416000
Sig 1000 343 1000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000
ONEWAY Sepidermidis BY perlakuan
STATISTICS DESCRIPTIVES
MISSING ANALYSIS
POSTHOC=DUNCAN ALPHA(005)
[DataSet0]
19
Descriptives
Micrococcus
N Mean Std Deviation
Std Error
95 Confidence Interval for
Mean
Minimum Maximum Lower Bound
Upper Bound
ekstrak 20 5 142000
178885
80000
119788
164212
1200
1600
ekstrak 40 5 150000
200000
89443
125167
174833
1200
1700
ekstrak 60 5 150000
200000
89443
125167
174833
1200
1700
ekstrak 80 5 142000
130384
58310
125811
158189
1200
1500
kontrol positif 5 182000
83666
37417
171611
192389
1700
1900
kontrol negative
5 0000
00000
00000
0000
0000
00 00
Total 30
127667
612335
111797
104802
150532
00 1900
ANOVA
Micrococcus
Sum of Squares Df Mean Square F Sig
Between Groups 1032967 5 206593 91144 000 Within Groups 54400 24 2267
Total 1087367 29
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
Micrococcus
Duncana
Perlakuan N
Subset for alpha = 005
1 2 3
kontrol negative 5 0000 ekstrak 20 5
14200
0
ekstrak 80 5
142000
ekstrak 40 5
150000
ekstrak 60 5
150000
kontrol positif 5
182000
Sig 1000 451 1000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000
20
RIWAYAT HIDUP
Penulis lahir di Jakarta tanggal 25 september 1992 Penulis merupakan
anak ketiga dari tiga bersaudara dari pasangan Petrus Bambang Wijanarko dan
Susana Tuminah Penulis menempuh pendidikan Sekolah Menengah Pertama di
SMP Strada Bhakti Wiyata Bekasi dan Sekolah Menengah Atas di SMA Santo
Antonius Jakarta Penulis aktif di Organisasi Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM)
Keluarga Mahasiswa Katolik IPB sejak tahun 2011 hingga 2013 Penulis juga
aktif di Himpunan Profesi Ornithologi dan Unggas sejak tahun 2013 hingga 2014
11
menyatakan bahwa aktivitas antibakteri dipengaruhi beberapa faktor yaitu
konsentrasi ekstrak kandungan senyawa antibakteri daya difusi ekstrak dan jenis
bakteri yang dihambat
Diameter zona hambat bakteri menurut Davis dan Stout dalam Rahmawati
(2008) dibagi atas sangat kuat (zona jernih gt 20 mm) kuat (zona jernih 10minus20
mm) sedang (zona jernih 5minus10 mm) dan lemah (zona jernih lt 5 mm) Kontrol
positif (KP) pada bakteri uji S aureus S epidermidis Streptococcussp tergolong
dalam daya hambat sangat kuat sedangkan KP pada bakteri Micrococcus sp
tergolong dalam daya hambat kuat Hal tersebut kemungkinan dikarenakan target
kerja antibiotik klindamisin ditujukan untuk bakteri yang habitatnya di daerah
kulit wajah sedangkan Micrococcus sp merupakan bakteri kontaminasi dari
lingkungan (air tanah udara) Seluruh konsentrasi ekstrak yang diujikan terhadap
seluruh bakteri (K1K2 K3 K4) tergolong dalam konsentrasi yang memberikan
daya hambat kuat karena diameter zona hambat yang terbentuk antara 1380 plusmn
109 mm sampai 1700 plusmn 070 mm
Mengacu pada standar umum yang dikeluarkan oleh Departemen Kesehatan
disebutkan bahwa mikroba dinyatakan peka terhadap antimikroba asal tanaman
apabila mempunyai ukuran diameter daya hambatannya 12minus24 mm (Darmawi et
al 2013) sehingga dapat dikatakan bahwa seluruh bakteri uji peka terhadap K1
K2 K3 dan K4
Hasil penelitian diketahui bahwa seluruh konsentrasi dinyatakan peka dan
memiliki zona hambat bakteri yang kuat terhadap bakteri uji sehingga ekstrak
etanol daun jawer kotok memiliki potensi antibakteri yang baik Adanya potensi
antibakteri diketahui dari kandungan senyawa metabolit sekunder yang terdapat
pada daun jawer kotok yaitu flavonoid tanin polifenol serta terpenoid
Mekanisme kerja flavonoid sebagai antibakteri adalah membentuk senyawa
kompleks dengan protein ekstraseluler dan terlarut sehingga dapat merusak
membran sel bakteri dan diikuti keluarnya senyawa intraselluler (Ngajow et al
2013)
Mekanisme kerja tanin sebagai antibakteri adalah menghambat enzim
reverse transkriptase dan DNA topoisomerase sehingga sel bakteri tidak dapat
terbentuk Tanin juga mempunyai target pada polipeptida dinding sel sehingga
pembentukan polipeptida dinding sel menjadi tidak sempurna Hal ini
menyebabkan sel bakteri menjadi lisis karena tekanan osmotik maupun fisik
sehingga sel bakteri akan mati (Ngajow et al 2013)
Ngajow et al (2013) juga menyatakan bahwa senyawa fenolik dan terpenoid
memiliki target utama yaitu membran sitoplasma bakteri Aktifitas antibakteri
terpenoid diketahui bereaksi dengan porin (protein transmembran) pada membran
luar dinding sel bakteri Terpenoid membentuk ikatan polimer yang kuat sehingga
mengakibatkan rusaknya porin Rusaknya porin yang merupakan pintu keluar
masuknya senyawa akan mengurangi permeabilitas dinding sel bakteri yang akan
mengakibatkan sel bakteri akan kekurangan nutrisi sehingga pertumbuhan bakteri
akan terhambat dan mati
12
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Ekstrak etanol daun jawer kotok mengandung flavonoid polifenol dan tanin
serta terpenoid yang memiliki aktivitas antibakteri yang dapat menghambat
pertumbuhan bakteri kokus Gram positif pada permukaan kulit wajah berjerawat
Ekstrak etanol daun jawer kotok memiliki potensi antibakteri yang baik karena
daya hambat bakteri pada konsentrasi 20 40 60 dan 80 tergolong dalam
daya hambat yang kuat S aureus S epidermidis Streptococcus sp dan
Micrococcus sp dinyatakan peka terhadap seluruh konsentrasi ekstrak
Saran
Saran yang dapat diberikan kepada peneliti selanjutnya yaitu perlu
dilakukan penelitian aktivitas antibakteri ekstrak etanol daun jawer kotok terhadap
bakteri Pacne dan bakteri gram negatif serta penggunaan kontrol positif dengan
antibiotik yang lain Selain itu penelitian ini juga dapat digunakan sebagai dasar
ilmiah dalam pengembangan produk farmasi antibakteri
DAFTAR PUSTAKA
Agoes G 2007 Ekstraksi Tanaman Obat Bandung ITB
Andy Taufik M 2010 Jumlah bakteri dan keberadaan bakteri Salmonella sp
pada daging kuda di Kabupaten Jeneponto Jurnal Agrisistem 6(2) 82-87
Arundhina E 2014 Aktivitas ekstrak etanol daun alamanda (Allamanda
cathartica L) sebagai anti jamur terhadap Candida albicans dan
Pityrosporum ovale secara in vitro [skripsi] Yogyakarta (ID) Universitas
Katolik Atmajaya Yogyakarta
Aziz S2010 Uji aktivitas antibakteri ekstrak etanol daun dan umbi bakung putih
(Crinum asiatikum L) terhadap bakteri penyebab jerawat[skripsi] Jakarta
(ID) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatulloh
Brooks GF Butel JS Morse SA Mikrobiologi Kedokteran Mudihardi E
KuntamanWasito EB et al penerjemah Jakarta (ID) Salemba Medika
Terjemahan dari Medical Microbiology
Caesarita DP 2011 Pengaruh ekstrak buah nanas (Ananas comosus) 100
terhadap bakteri Staphylococcus aureus dari pyoderma [skripsi] Bandung
(ID) Universitas Diponegoro
Carter GR dan Cole JR 1990 Diagnostic Procedures in Veterinary Bacteriology
and Mycology Fifth Edition London (UK) Academi Press Limited
13
Dalimarta S 2000 Atlas Tumbuhan Indonesia Jilid ke-2 Jakarta Trubus
Agriwidya
Darmawi Manaf ZH Putranda F 2013 Daya hambat getah jarak cina (Jatropha
multifida L) terhadap Staphylococcus aureus secara invitro Jurnal Medika
Veterinaria7(2) 113-115
Hamdayati Y Kusnadi Rahadian I 2008 Aktivitas antibakteri ekstrak daun
patikan kebo (Euphorbia hirta) terhadap pertumbuhan bakteri
Staphylococcus epidermidis Jurnal Pengajaran Matematika dan Ilmu
Pengetahuan alam 12(7) 1-10
Harborne JB 1987 Metode Fitokimia Padmawinata K Soediro I penerjemah
Jakarta (ID) UI Press Terjemahan dari Basic Concepts of Analytical
Chemistry
Jang SS Biberstein EL Hirsh DC 1976 A Manual of Veterinary Clinical
Bacteriology and Micology Davis (US) Univ California
Kee JL Hayes ER Farmakologi Pendekatan Proses Keperawatan Anugerah P
penerjemah Jakarta (ID) EGC Terjemahan dari Pharmacology A Nursing
Process Approach
Mulyatni AS Budiani A Taniwiryono D 2012 Aktivitas antibakteri ekstrak kulit
buah kakao (Theobroma cacao L) terhadap Escherichia coli Bacillus
subtilis dan Staphylococcus aureus Jurnal Menara Perkebunan 80(2) 77-
84
Ngajow M Abidjulu J Kamu VS 2013 Pengaruh antibakteri ekstrak kulit batang
matoa (Pometia pinnata) terhadap bakteri Staphylococcus aureus secara in
vitro Jurnal Mipa Unsrat 2(2) 128-132
Nugroho RA 2013 Terapi topikal clindamycin dibandingkan dengan niacinamide
+ zinc pada Acne vulgaris [skripsi] Semarang (ID) Universitas
Diponegoro
Rahmawati F 2008Isolasi dan karakteristik senyawa antibakteri ekstrak daun
miana Coleus scutellarioides [L] Benth [tesis] Bogor (ID) Institut
Pertanian Bogor
Ratnawati Y 2007 Aktivitas antibakteri ekstrak daun jawer kotok (Coleus
scutellarioides [L] Benth) [skripsi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor
Razak A Djamal A Revilla G 2013 Uji daya hambat air perasan buah jeruk
nipis (Citrus aurantifolia) terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus
aureus secara in vitro Jurnal Kesehatan Andalas 2(1) 5-8
Ridwan Y Darusman LK Satrija F Handaryani E 2006 Kandungan kimia
berbagai ekstrak daun miana (Coleus blumei Bent) dan efek anthelmintiknya
terhadap cacing pita pada ayam Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia11(2) 1-6
Rusmiyati I Husain DR Alam G 2014 Bioaktivitas ekstrak metanol daun muda
sirsak (Annona muricata L) sebagai antibakteri terhadap Staphylococcus
aureus dan Propionibacterium acne [penelitian ilmiah] Makasar (ID)
Universitas Hassanudin
Saptarini O Perawati Hartanto Y 2008 Uji aktivitas antibakteri ekstrak etanol
buah mahkota dewa (Phaleria macrocarpa) terhadap Staphylococcus
epidermidis penyebab jerawat Jurnal Biomedika1(1) 1-7
Seta SA 2013 Optimasi formula lotion anti jerawat ekstrak etanol kulit buah
manggis (Garcinia mangostana L) dan uji aktivitas terhadap
14
Propionibacterium acnes dan Staphylococcus epidermidis [skripsi]
Yogyakarta (ID) Universitas Gadjah Mada
Syukrinawati RP 2014 Tingkat pengetahuan penggunaan antibiotik oleh
mahasiswa kepaniteraan klinik departemen bedah mulut RSGM-P FKG
periode September 2-13 Maret 2014 [skripsi] Medan (ID) Universitas
Sumatera Utara
Waji RA 2009 Flavonoid (Quercetin) [Penelitian Ilmiah] Makasar (ID)
Universitas Hasanuddin
Widiawati W Lutfiati D Perbedaan hasil penyembuhan kulit wajah berjerawat
antara masker lidah buaya dengan masker non lidah buaya e- Journal
Universitas Negeri Surabaya 2014 3(1) 217-225
15
LAMPIRAN
Lampiran 1 Pembuktian hipotesis
1 Pengambilan keputusan dari hipotesis yang ditentukan diuji dengan uji
ANOVA
2 Hipotesis dalam penelitian ini berupa Ho yaitu ekstrak etanol daun jawer
kotok dengan konsentrasi ekstrak 20 40 60 dan 80 tidak memiliki
aktivitas antibakteri terhadap bakteri pada permukaan kulit wajah
berjerawat dan H1 yaitu ekstrak etanol daun jawer kotok dengan
konsentrasi ekstrak 20 40 60 dan 80 memiliki aktivitas
antibakteri terhadap bakteri pada permukaan kulit wajah berjerawat
3 Pengambilan keputusan untuk memilih hipotesis mana yang diterima dan
hipotesis mana yang ditolak didasarkan pada perbandingan F hitung dan F
tabel dengan syarat jika F hitung kurang dari F tabel maka tolak H1 dan
terima H0 dan jika F hitung lebih besar dari F tabel maka H0 ditolak dan
terima H1
4 Hasil uji one way ANOVA pada diameter zona hambat bakteri S aureus S
Epidermidis Streptococcus sp dan Micrococcus sp diperoleh nilai F
hitung lebih besar dari F tabel (1143 831 gt 262) (1149 947 gt 262)
(1122 068 gt 262) dan (91144 gt 262) maka hiptotesis yang diterima
adalah H1 yaitu ekstrak etanol daun jawer kotok dengan konsentrasi
ekstrak 20 40 60 dan 80 memiliki aktivitas antibakteri terhadap
bakteri S aureus S epidermidis Streptococcus sp dan Micrococcus sp
Lampiran 2 hasil uji ANOVA dan uji lanjutan Duncan
Descriptives
saureus
N Mean
Std Deviation Std Error
95 Confidence Interval for
Mean
Minimum Maximum Lower Bound
Upper Bound
ekstrak 20 5 138000
109545
48990
124398
151602
1200
1500
ekstrak 40 5 160000
122474
54772
144793
175207
1400
1700
ekstrak 60 5 160000
70711
31623
151220
168780
1500
1700
ekstrak 80 5 170000
70711
31623
161220
178780
1600
1800
kontrol positif 5 406000
89443
40000
394894
417106
3900
4100
kontrol negative 5 0000
00000
00000
0000
0000
00 00
Total 30
172333
1218728
222508
126825
217841
00 4100
16
ANOVA
saureus
Sum of Squares df Mean Square F Sig
Between Groups
4289367 5 857873 1143831
000
Within Groups
18000 24 750
Total 4307367 29
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
saureus
Duncana
perlakuan N
Subset for alpha = 005
1 2 3 4
kontrol negatif 5 0000 ekstrak 20 5
13800
0
ekstrak 40 5
160000
ekstrak 60 5
160000
ekstrak 80 5
170000
kontrol positif 5
406000
Sig 1000 1000 096 1000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000
ONEWAY Sepidermidis BY perlakuan
STATISTICS DESCRIPTIVES
MISSING ANALYSIS
POSTHOC=DUNCAN ALPHA(005)
[DataSet0]
Descriptives
Sepidermidis
N Mean Std Deviation Std Error
95 Confidence Interval
for Mean
Minimum Maximum Lower Bound
Upper Bound
ekstrak 20 5 150000
70711
31623
141220
158780
1400
1600
ekstrak 40 5 154000
54772
24495
147199
160801
1500
1600
ekstrak 60 5 164000
151658
67823
145169
182831
1500
1800
ekstrak 80 5 162000
109545
48990
148398
175602
1500
1800
kontrol positif 5 408000
44721
20000
402447
413553
4000
4100
kontrol negatif 5 0000
00000
00000
0000
0000
00 00
Total 30
173000
1221968
223100
127371
218629
00 4100
17
ANOVA
Sepidermidis
Sum of Squares Df Mean Square F Sig
Between Groups 4312300 5 862460 1149947
000
Within Groups 18000 24 750 Total 4330300 29
Post Hoc Tests
Homogeneous Subsets
Sepidermidis
Duncana
Perlakuan N
Subset for alpha = 005
1 2 3 4
kontrol negative 5 0000 ekstrak 20 5
15000
0
ekstrak 40 5
154000
154000
ekstrak 80 5
162000
ekstrak 60 5
164000
kontrol positif 5
408000
Sig 1000 472 096 1000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000
ONEWAY Sepidermidis BY perlakuan
STATISTICS DESCRIPTIVES
MISSING ANALYSIS
POSTHOC=DUNCAN ALPHA(005)
[DataSet0]
18
Descriptives
Streptococcus
N Mean Std Deviation
Std Error
95 Confidence Interval
for Mean
Minimum Maximum Lower Bound
Upper Bound
ekstrak 20 5 156000
134164
60000
139341
172659
1400 1700
ekstrak 40 5 162000
109545
48990
148398
175602
1500 1700
ekstrak 60 5 162000
109545
48990
148398
175602
1500 1700
ekstrak 80 5 156000
54772
24495
149199
162801
1500 1600
kontrol positif 5 416000
54772
24495
409199
422801
4100 4200
kontrol negatif 5 0000
00000
00000
0000
0000
00 00
Total 30
175333
1246715
227618
128780
221886
00 4200
ANOVA
Streptococcus
Sum of Squares df Mean Square F Sig
Between Groups 4488267 5 897653 1122067
000
Within Groups 19200 24 800 Total 4507467 29
Post Hoc Tests
Homogeneous Subsets
Streptococcus
Duncana
perlakuan N
Subset for alpha = 005
1 2 3
kontrol negatif 5 0000 ekstrak 20 5
15600
0
ekstrak 80 5
156000
ekstrak 40 5
162000
ekstrak 60 5
162000
kontrol positif 5
416000
Sig 1000 343 1000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000
ONEWAY Sepidermidis BY perlakuan
STATISTICS DESCRIPTIVES
MISSING ANALYSIS
POSTHOC=DUNCAN ALPHA(005)
[DataSet0]
19
Descriptives
Micrococcus
N Mean Std Deviation
Std Error
95 Confidence Interval for
Mean
Minimum Maximum Lower Bound
Upper Bound
ekstrak 20 5 142000
178885
80000
119788
164212
1200
1600
ekstrak 40 5 150000
200000
89443
125167
174833
1200
1700
ekstrak 60 5 150000
200000
89443
125167
174833
1200
1700
ekstrak 80 5 142000
130384
58310
125811
158189
1200
1500
kontrol positif 5 182000
83666
37417
171611
192389
1700
1900
kontrol negative
5 0000
00000
00000
0000
0000
00 00
Total 30
127667
612335
111797
104802
150532
00 1900
ANOVA
Micrococcus
Sum of Squares Df Mean Square F Sig
Between Groups 1032967 5 206593 91144 000 Within Groups 54400 24 2267
Total 1087367 29
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
Micrococcus
Duncana
Perlakuan N
Subset for alpha = 005
1 2 3
kontrol negative 5 0000 ekstrak 20 5
14200
0
ekstrak 80 5
142000
ekstrak 40 5
150000
ekstrak 60 5
150000
kontrol positif 5
182000
Sig 1000 451 1000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000
20
RIWAYAT HIDUP
Penulis lahir di Jakarta tanggal 25 september 1992 Penulis merupakan
anak ketiga dari tiga bersaudara dari pasangan Petrus Bambang Wijanarko dan
Susana Tuminah Penulis menempuh pendidikan Sekolah Menengah Pertama di
SMP Strada Bhakti Wiyata Bekasi dan Sekolah Menengah Atas di SMA Santo
Antonius Jakarta Penulis aktif di Organisasi Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM)
Keluarga Mahasiswa Katolik IPB sejak tahun 2011 hingga 2013 Penulis juga
aktif di Himpunan Profesi Ornithologi dan Unggas sejak tahun 2013 hingga 2014
12
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Ekstrak etanol daun jawer kotok mengandung flavonoid polifenol dan tanin
serta terpenoid yang memiliki aktivitas antibakteri yang dapat menghambat
pertumbuhan bakteri kokus Gram positif pada permukaan kulit wajah berjerawat
Ekstrak etanol daun jawer kotok memiliki potensi antibakteri yang baik karena
daya hambat bakteri pada konsentrasi 20 40 60 dan 80 tergolong dalam
daya hambat yang kuat S aureus S epidermidis Streptococcus sp dan
Micrococcus sp dinyatakan peka terhadap seluruh konsentrasi ekstrak
Saran
Saran yang dapat diberikan kepada peneliti selanjutnya yaitu perlu
dilakukan penelitian aktivitas antibakteri ekstrak etanol daun jawer kotok terhadap
bakteri Pacne dan bakteri gram negatif serta penggunaan kontrol positif dengan
antibiotik yang lain Selain itu penelitian ini juga dapat digunakan sebagai dasar
ilmiah dalam pengembangan produk farmasi antibakteri
DAFTAR PUSTAKA
Agoes G 2007 Ekstraksi Tanaman Obat Bandung ITB
Andy Taufik M 2010 Jumlah bakteri dan keberadaan bakteri Salmonella sp
pada daging kuda di Kabupaten Jeneponto Jurnal Agrisistem 6(2) 82-87
Arundhina E 2014 Aktivitas ekstrak etanol daun alamanda (Allamanda
cathartica L) sebagai anti jamur terhadap Candida albicans dan
Pityrosporum ovale secara in vitro [skripsi] Yogyakarta (ID) Universitas
Katolik Atmajaya Yogyakarta
Aziz S2010 Uji aktivitas antibakteri ekstrak etanol daun dan umbi bakung putih
(Crinum asiatikum L) terhadap bakteri penyebab jerawat[skripsi] Jakarta
(ID) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatulloh
Brooks GF Butel JS Morse SA Mikrobiologi Kedokteran Mudihardi E
KuntamanWasito EB et al penerjemah Jakarta (ID) Salemba Medika
Terjemahan dari Medical Microbiology
Caesarita DP 2011 Pengaruh ekstrak buah nanas (Ananas comosus) 100
terhadap bakteri Staphylococcus aureus dari pyoderma [skripsi] Bandung
(ID) Universitas Diponegoro
Carter GR dan Cole JR 1990 Diagnostic Procedures in Veterinary Bacteriology
and Mycology Fifth Edition London (UK) Academi Press Limited
13
Dalimarta S 2000 Atlas Tumbuhan Indonesia Jilid ke-2 Jakarta Trubus
Agriwidya
Darmawi Manaf ZH Putranda F 2013 Daya hambat getah jarak cina (Jatropha
multifida L) terhadap Staphylococcus aureus secara invitro Jurnal Medika
Veterinaria7(2) 113-115
Hamdayati Y Kusnadi Rahadian I 2008 Aktivitas antibakteri ekstrak daun
patikan kebo (Euphorbia hirta) terhadap pertumbuhan bakteri
Staphylococcus epidermidis Jurnal Pengajaran Matematika dan Ilmu
Pengetahuan alam 12(7) 1-10
Harborne JB 1987 Metode Fitokimia Padmawinata K Soediro I penerjemah
Jakarta (ID) UI Press Terjemahan dari Basic Concepts of Analytical
Chemistry
Jang SS Biberstein EL Hirsh DC 1976 A Manual of Veterinary Clinical
Bacteriology and Micology Davis (US) Univ California
Kee JL Hayes ER Farmakologi Pendekatan Proses Keperawatan Anugerah P
penerjemah Jakarta (ID) EGC Terjemahan dari Pharmacology A Nursing
Process Approach
Mulyatni AS Budiani A Taniwiryono D 2012 Aktivitas antibakteri ekstrak kulit
buah kakao (Theobroma cacao L) terhadap Escherichia coli Bacillus
subtilis dan Staphylococcus aureus Jurnal Menara Perkebunan 80(2) 77-
84
Ngajow M Abidjulu J Kamu VS 2013 Pengaruh antibakteri ekstrak kulit batang
matoa (Pometia pinnata) terhadap bakteri Staphylococcus aureus secara in
vitro Jurnal Mipa Unsrat 2(2) 128-132
Nugroho RA 2013 Terapi topikal clindamycin dibandingkan dengan niacinamide
+ zinc pada Acne vulgaris [skripsi] Semarang (ID) Universitas
Diponegoro
Rahmawati F 2008Isolasi dan karakteristik senyawa antibakteri ekstrak daun
miana Coleus scutellarioides [L] Benth [tesis] Bogor (ID) Institut
Pertanian Bogor
Ratnawati Y 2007 Aktivitas antibakteri ekstrak daun jawer kotok (Coleus
scutellarioides [L] Benth) [skripsi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor
Razak A Djamal A Revilla G 2013 Uji daya hambat air perasan buah jeruk
nipis (Citrus aurantifolia) terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus
aureus secara in vitro Jurnal Kesehatan Andalas 2(1) 5-8
Ridwan Y Darusman LK Satrija F Handaryani E 2006 Kandungan kimia
berbagai ekstrak daun miana (Coleus blumei Bent) dan efek anthelmintiknya
terhadap cacing pita pada ayam Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia11(2) 1-6
Rusmiyati I Husain DR Alam G 2014 Bioaktivitas ekstrak metanol daun muda
sirsak (Annona muricata L) sebagai antibakteri terhadap Staphylococcus
aureus dan Propionibacterium acne [penelitian ilmiah] Makasar (ID)
Universitas Hassanudin
Saptarini O Perawati Hartanto Y 2008 Uji aktivitas antibakteri ekstrak etanol
buah mahkota dewa (Phaleria macrocarpa) terhadap Staphylococcus
epidermidis penyebab jerawat Jurnal Biomedika1(1) 1-7
Seta SA 2013 Optimasi formula lotion anti jerawat ekstrak etanol kulit buah
manggis (Garcinia mangostana L) dan uji aktivitas terhadap
14
Propionibacterium acnes dan Staphylococcus epidermidis [skripsi]
Yogyakarta (ID) Universitas Gadjah Mada
Syukrinawati RP 2014 Tingkat pengetahuan penggunaan antibiotik oleh
mahasiswa kepaniteraan klinik departemen bedah mulut RSGM-P FKG
periode September 2-13 Maret 2014 [skripsi] Medan (ID) Universitas
Sumatera Utara
Waji RA 2009 Flavonoid (Quercetin) [Penelitian Ilmiah] Makasar (ID)
Universitas Hasanuddin
Widiawati W Lutfiati D Perbedaan hasil penyembuhan kulit wajah berjerawat
antara masker lidah buaya dengan masker non lidah buaya e- Journal
Universitas Negeri Surabaya 2014 3(1) 217-225
15
LAMPIRAN
Lampiran 1 Pembuktian hipotesis
1 Pengambilan keputusan dari hipotesis yang ditentukan diuji dengan uji
ANOVA
2 Hipotesis dalam penelitian ini berupa Ho yaitu ekstrak etanol daun jawer
kotok dengan konsentrasi ekstrak 20 40 60 dan 80 tidak memiliki
aktivitas antibakteri terhadap bakteri pada permukaan kulit wajah
berjerawat dan H1 yaitu ekstrak etanol daun jawer kotok dengan
konsentrasi ekstrak 20 40 60 dan 80 memiliki aktivitas
antibakteri terhadap bakteri pada permukaan kulit wajah berjerawat
3 Pengambilan keputusan untuk memilih hipotesis mana yang diterima dan
hipotesis mana yang ditolak didasarkan pada perbandingan F hitung dan F
tabel dengan syarat jika F hitung kurang dari F tabel maka tolak H1 dan
terima H0 dan jika F hitung lebih besar dari F tabel maka H0 ditolak dan
terima H1
4 Hasil uji one way ANOVA pada diameter zona hambat bakteri S aureus S
Epidermidis Streptococcus sp dan Micrococcus sp diperoleh nilai F
hitung lebih besar dari F tabel (1143 831 gt 262) (1149 947 gt 262)
(1122 068 gt 262) dan (91144 gt 262) maka hiptotesis yang diterima
adalah H1 yaitu ekstrak etanol daun jawer kotok dengan konsentrasi
ekstrak 20 40 60 dan 80 memiliki aktivitas antibakteri terhadap
bakteri S aureus S epidermidis Streptococcus sp dan Micrococcus sp
Lampiran 2 hasil uji ANOVA dan uji lanjutan Duncan
Descriptives
saureus
N Mean
Std Deviation Std Error
95 Confidence Interval for
Mean
Minimum Maximum Lower Bound
Upper Bound
ekstrak 20 5 138000
109545
48990
124398
151602
1200
1500
ekstrak 40 5 160000
122474
54772
144793
175207
1400
1700
ekstrak 60 5 160000
70711
31623
151220
168780
1500
1700
ekstrak 80 5 170000
70711
31623
161220
178780
1600
1800
kontrol positif 5 406000
89443
40000
394894
417106
3900
4100
kontrol negative 5 0000
00000
00000
0000
0000
00 00
Total 30
172333
1218728
222508
126825
217841
00 4100
16
ANOVA
saureus
Sum of Squares df Mean Square F Sig
Between Groups
4289367 5 857873 1143831
000
Within Groups
18000 24 750
Total 4307367 29
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
saureus
Duncana
perlakuan N
Subset for alpha = 005
1 2 3 4
kontrol negatif 5 0000 ekstrak 20 5
13800
0
ekstrak 40 5
160000
ekstrak 60 5
160000
ekstrak 80 5
170000
kontrol positif 5
406000
Sig 1000 1000 096 1000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000
ONEWAY Sepidermidis BY perlakuan
STATISTICS DESCRIPTIVES
MISSING ANALYSIS
POSTHOC=DUNCAN ALPHA(005)
[DataSet0]
Descriptives
Sepidermidis
N Mean Std Deviation Std Error
95 Confidence Interval
for Mean
Minimum Maximum Lower Bound
Upper Bound
ekstrak 20 5 150000
70711
31623
141220
158780
1400
1600
ekstrak 40 5 154000
54772
24495
147199
160801
1500
1600
ekstrak 60 5 164000
151658
67823
145169
182831
1500
1800
ekstrak 80 5 162000
109545
48990
148398
175602
1500
1800
kontrol positif 5 408000
44721
20000
402447
413553
4000
4100
kontrol negatif 5 0000
00000
00000
0000
0000
00 00
Total 30
173000
1221968
223100
127371
218629
00 4100
17
ANOVA
Sepidermidis
Sum of Squares Df Mean Square F Sig
Between Groups 4312300 5 862460 1149947
000
Within Groups 18000 24 750 Total 4330300 29
Post Hoc Tests
Homogeneous Subsets
Sepidermidis
Duncana
Perlakuan N
Subset for alpha = 005
1 2 3 4
kontrol negative 5 0000 ekstrak 20 5
15000
0
ekstrak 40 5
154000
154000
ekstrak 80 5
162000
ekstrak 60 5
164000
kontrol positif 5
408000
Sig 1000 472 096 1000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000
ONEWAY Sepidermidis BY perlakuan
STATISTICS DESCRIPTIVES
MISSING ANALYSIS
POSTHOC=DUNCAN ALPHA(005)
[DataSet0]
18
Descriptives
Streptococcus
N Mean Std Deviation
Std Error
95 Confidence Interval
for Mean
Minimum Maximum Lower Bound
Upper Bound
ekstrak 20 5 156000
134164
60000
139341
172659
1400 1700
ekstrak 40 5 162000
109545
48990
148398
175602
1500 1700
ekstrak 60 5 162000
109545
48990
148398
175602
1500 1700
ekstrak 80 5 156000
54772
24495
149199
162801
1500 1600
kontrol positif 5 416000
54772
24495
409199
422801
4100 4200
kontrol negatif 5 0000
00000
00000
0000
0000
00 00
Total 30
175333
1246715
227618
128780
221886
00 4200
ANOVA
Streptococcus
Sum of Squares df Mean Square F Sig
Between Groups 4488267 5 897653 1122067
000
Within Groups 19200 24 800 Total 4507467 29
Post Hoc Tests
Homogeneous Subsets
Streptococcus
Duncana
perlakuan N
Subset for alpha = 005
1 2 3
kontrol negatif 5 0000 ekstrak 20 5
15600
0
ekstrak 80 5
156000
ekstrak 40 5
162000
ekstrak 60 5
162000
kontrol positif 5
416000
Sig 1000 343 1000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000
ONEWAY Sepidermidis BY perlakuan
STATISTICS DESCRIPTIVES
MISSING ANALYSIS
POSTHOC=DUNCAN ALPHA(005)
[DataSet0]
19
Descriptives
Micrococcus
N Mean Std Deviation
Std Error
95 Confidence Interval for
Mean
Minimum Maximum Lower Bound
Upper Bound
ekstrak 20 5 142000
178885
80000
119788
164212
1200
1600
ekstrak 40 5 150000
200000
89443
125167
174833
1200
1700
ekstrak 60 5 150000
200000
89443
125167
174833
1200
1700
ekstrak 80 5 142000
130384
58310
125811
158189
1200
1500
kontrol positif 5 182000
83666
37417
171611
192389
1700
1900
kontrol negative
5 0000
00000
00000
0000
0000
00 00
Total 30
127667
612335
111797
104802
150532
00 1900
ANOVA
Micrococcus
Sum of Squares Df Mean Square F Sig
Between Groups 1032967 5 206593 91144 000 Within Groups 54400 24 2267
Total 1087367 29
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
Micrococcus
Duncana
Perlakuan N
Subset for alpha = 005
1 2 3
kontrol negative 5 0000 ekstrak 20 5
14200
0
ekstrak 80 5
142000
ekstrak 40 5
150000
ekstrak 60 5
150000
kontrol positif 5
182000
Sig 1000 451 1000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000
20
RIWAYAT HIDUP
Penulis lahir di Jakarta tanggal 25 september 1992 Penulis merupakan
anak ketiga dari tiga bersaudara dari pasangan Petrus Bambang Wijanarko dan
Susana Tuminah Penulis menempuh pendidikan Sekolah Menengah Pertama di
SMP Strada Bhakti Wiyata Bekasi dan Sekolah Menengah Atas di SMA Santo
Antonius Jakarta Penulis aktif di Organisasi Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM)
Keluarga Mahasiswa Katolik IPB sejak tahun 2011 hingga 2013 Penulis juga
aktif di Himpunan Profesi Ornithologi dan Unggas sejak tahun 2013 hingga 2014
13
Dalimarta S 2000 Atlas Tumbuhan Indonesia Jilid ke-2 Jakarta Trubus
Agriwidya
Darmawi Manaf ZH Putranda F 2013 Daya hambat getah jarak cina (Jatropha
multifida L) terhadap Staphylococcus aureus secara invitro Jurnal Medika
Veterinaria7(2) 113-115
Hamdayati Y Kusnadi Rahadian I 2008 Aktivitas antibakteri ekstrak daun
patikan kebo (Euphorbia hirta) terhadap pertumbuhan bakteri
Staphylococcus epidermidis Jurnal Pengajaran Matematika dan Ilmu
Pengetahuan alam 12(7) 1-10
Harborne JB 1987 Metode Fitokimia Padmawinata K Soediro I penerjemah
Jakarta (ID) UI Press Terjemahan dari Basic Concepts of Analytical
Chemistry
Jang SS Biberstein EL Hirsh DC 1976 A Manual of Veterinary Clinical
Bacteriology and Micology Davis (US) Univ California
Kee JL Hayes ER Farmakologi Pendekatan Proses Keperawatan Anugerah P
penerjemah Jakarta (ID) EGC Terjemahan dari Pharmacology A Nursing
Process Approach
Mulyatni AS Budiani A Taniwiryono D 2012 Aktivitas antibakteri ekstrak kulit
buah kakao (Theobroma cacao L) terhadap Escherichia coli Bacillus
subtilis dan Staphylococcus aureus Jurnal Menara Perkebunan 80(2) 77-
84
Ngajow M Abidjulu J Kamu VS 2013 Pengaruh antibakteri ekstrak kulit batang
matoa (Pometia pinnata) terhadap bakteri Staphylococcus aureus secara in
vitro Jurnal Mipa Unsrat 2(2) 128-132
Nugroho RA 2013 Terapi topikal clindamycin dibandingkan dengan niacinamide
+ zinc pada Acne vulgaris [skripsi] Semarang (ID) Universitas
Diponegoro
Rahmawati F 2008Isolasi dan karakteristik senyawa antibakteri ekstrak daun
miana Coleus scutellarioides [L] Benth [tesis] Bogor (ID) Institut
Pertanian Bogor
Ratnawati Y 2007 Aktivitas antibakteri ekstrak daun jawer kotok (Coleus
scutellarioides [L] Benth) [skripsi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor
Razak A Djamal A Revilla G 2013 Uji daya hambat air perasan buah jeruk
nipis (Citrus aurantifolia) terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus
aureus secara in vitro Jurnal Kesehatan Andalas 2(1) 5-8
Ridwan Y Darusman LK Satrija F Handaryani E 2006 Kandungan kimia
berbagai ekstrak daun miana (Coleus blumei Bent) dan efek anthelmintiknya
terhadap cacing pita pada ayam Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia11(2) 1-6
Rusmiyati I Husain DR Alam G 2014 Bioaktivitas ekstrak metanol daun muda
sirsak (Annona muricata L) sebagai antibakteri terhadap Staphylococcus
aureus dan Propionibacterium acne [penelitian ilmiah] Makasar (ID)
Universitas Hassanudin
Saptarini O Perawati Hartanto Y 2008 Uji aktivitas antibakteri ekstrak etanol
buah mahkota dewa (Phaleria macrocarpa) terhadap Staphylococcus
epidermidis penyebab jerawat Jurnal Biomedika1(1) 1-7
Seta SA 2013 Optimasi formula lotion anti jerawat ekstrak etanol kulit buah
manggis (Garcinia mangostana L) dan uji aktivitas terhadap
14
Propionibacterium acnes dan Staphylococcus epidermidis [skripsi]
Yogyakarta (ID) Universitas Gadjah Mada
Syukrinawati RP 2014 Tingkat pengetahuan penggunaan antibiotik oleh
mahasiswa kepaniteraan klinik departemen bedah mulut RSGM-P FKG
periode September 2-13 Maret 2014 [skripsi] Medan (ID) Universitas
Sumatera Utara
Waji RA 2009 Flavonoid (Quercetin) [Penelitian Ilmiah] Makasar (ID)
Universitas Hasanuddin
Widiawati W Lutfiati D Perbedaan hasil penyembuhan kulit wajah berjerawat
antara masker lidah buaya dengan masker non lidah buaya e- Journal
Universitas Negeri Surabaya 2014 3(1) 217-225
15
LAMPIRAN
Lampiran 1 Pembuktian hipotesis
1 Pengambilan keputusan dari hipotesis yang ditentukan diuji dengan uji
ANOVA
2 Hipotesis dalam penelitian ini berupa Ho yaitu ekstrak etanol daun jawer
kotok dengan konsentrasi ekstrak 20 40 60 dan 80 tidak memiliki
aktivitas antibakteri terhadap bakteri pada permukaan kulit wajah
berjerawat dan H1 yaitu ekstrak etanol daun jawer kotok dengan
konsentrasi ekstrak 20 40 60 dan 80 memiliki aktivitas
antibakteri terhadap bakteri pada permukaan kulit wajah berjerawat
3 Pengambilan keputusan untuk memilih hipotesis mana yang diterima dan
hipotesis mana yang ditolak didasarkan pada perbandingan F hitung dan F
tabel dengan syarat jika F hitung kurang dari F tabel maka tolak H1 dan
terima H0 dan jika F hitung lebih besar dari F tabel maka H0 ditolak dan
terima H1
4 Hasil uji one way ANOVA pada diameter zona hambat bakteri S aureus S
Epidermidis Streptococcus sp dan Micrococcus sp diperoleh nilai F
hitung lebih besar dari F tabel (1143 831 gt 262) (1149 947 gt 262)
(1122 068 gt 262) dan (91144 gt 262) maka hiptotesis yang diterima
adalah H1 yaitu ekstrak etanol daun jawer kotok dengan konsentrasi
ekstrak 20 40 60 dan 80 memiliki aktivitas antibakteri terhadap
bakteri S aureus S epidermidis Streptococcus sp dan Micrococcus sp
Lampiran 2 hasil uji ANOVA dan uji lanjutan Duncan
Descriptives
saureus
N Mean
Std Deviation Std Error
95 Confidence Interval for
Mean
Minimum Maximum Lower Bound
Upper Bound
ekstrak 20 5 138000
109545
48990
124398
151602
1200
1500
ekstrak 40 5 160000
122474
54772
144793
175207
1400
1700
ekstrak 60 5 160000
70711
31623
151220
168780
1500
1700
ekstrak 80 5 170000
70711
31623
161220
178780
1600
1800
kontrol positif 5 406000
89443
40000
394894
417106
3900
4100
kontrol negative 5 0000
00000
00000
0000
0000
00 00
Total 30
172333
1218728
222508
126825
217841
00 4100
16
ANOVA
saureus
Sum of Squares df Mean Square F Sig
Between Groups
4289367 5 857873 1143831
000
Within Groups
18000 24 750
Total 4307367 29
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
saureus
Duncana
perlakuan N
Subset for alpha = 005
1 2 3 4
kontrol negatif 5 0000 ekstrak 20 5
13800
0
ekstrak 40 5
160000
ekstrak 60 5
160000
ekstrak 80 5
170000
kontrol positif 5
406000
Sig 1000 1000 096 1000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000
ONEWAY Sepidermidis BY perlakuan
STATISTICS DESCRIPTIVES
MISSING ANALYSIS
POSTHOC=DUNCAN ALPHA(005)
[DataSet0]
Descriptives
Sepidermidis
N Mean Std Deviation Std Error
95 Confidence Interval
for Mean
Minimum Maximum Lower Bound
Upper Bound
ekstrak 20 5 150000
70711
31623
141220
158780
1400
1600
ekstrak 40 5 154000
54772
24495
147199
160801
1500
1600
ekstrak 60 5 164000
151658
67823
145169
182831
1500
1800
ekstrak 80 5 162000
109545
48990
148398
175602
1500
1800
kontrol positif 5 408000
44721
20000
402447
413553
4000
4100
kontrol negatif 5 0000
00000
00000
0000
0000
00 00
Total 30
173000
1221968
223100
127371
218629
00 4100
17
ANOVA
Sepidermidis
Sum of Squares Df Mean Square F Sig
Between Groups 4312300 5 862460 1149947
000
Within Groups 18000 24 750 Total 4330300 29
Post Hoc Tests
Homogeneous Subsets
Sepidermidis
Duncana
Perlakuan N
Subset for alpha = 005
1 2 3 4
kontrol negative 5 0000 ekstrak 20 5
15000
0
ekstrak 40 5
154000
154000
ekstrak 80 5
162000
ekstrak 60 5
164000
kontrol positif 5
408000
Sig 1000 472 096 1000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000
ONEWAY Sepidermidis BY perlakuan
STATISTICS DESCRIPTIVES
MISSING ANALYSIS
POSTHOC=DUNCAN ALPHA(005)
[DataSet0]
18
Descriptives
Streptococcus
N Mean Std Deviation
Std Error
95 Confidence Interval
for Mean
Minimum Maximum Lower Bound
Upper Bound
ekstrak 20 5 156000
134164
60000
139341
172659
1400 1700
ekstrak 40 5 162000
109545
48990
148398
175602
1500 1700
ekstrak 60 5 162000
109545
48990
148398
175602
1500 1700
ekstrak 80 5 156000
54772
24495
149199
162801
1500 1600
kontrol positif 5 416000
54772
24495
409199
422801
4100 4200
kontrol negatif 5 0000
00000
00000
0000
0000
00 00
Total 30
175333
1246715
227618
128780
221886
00 4200
ANOVA
Streptococcus
Sum of Squares df Mean Square F Sig
Between Groups 4488267 5 897653 1122067
000
Within Groups 19200 24 800 Total 4507467 29
Post Hoc Tests
Homogeneous Subsets
Streptococcus
Duncana
perlakuan N
Subset for alpha = 005
1 2 3
kontrol negatif 5 0000 ekstrak 20 5
15600
0
ekstrak 80 5
156000
ekstrak 40 5
162000
ekstrak 60 5
162000
kontrol positif 5
416000
Sig 1000 343 1000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000
ONEWAY Sepidermidis BY perlakuan
STATISTICS DESCRIPTIVES
MISSING ANALYSIS
POSTHOC=DUNCAN ALPHA(005)
[DataSet0]
19
Descriptives
Micrococcus
N Mean Std Deviation
Std Error
95 Confidence Interval for
Mean
Minimum Maximum Lower Bound
Upper Bound
ekstrak 20 5 142000
178885
80000
119788
164212
1200
1600
ekstrak 40 5 150000
200000
89443
125167
174833
1200
1700
ekstrak 60 5 150000
200000
89443
125167
174833
1200
1700
ekstrak 80 5 142000
130384
58310
125811
158189
1200
1500
kontrol positif 5 182000
83666
37417
171611
192389
1700
1900
kontrol negative
5 0000
00000
00000
0000
0000
00 00
Total 30
127667
612335
111797
104802
150532
00 1900
ANOVA
Micrococcus
Sum of Squares Df Mean Square F Sig
Between Groups 1032967 5 206593 91144 000 Within Groups 54400 24 2267
Total 1087367 29
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
Micrococcus
Duncana
Perlakuan N
Subset for alpha = 005
1 2 3
kontrol negative 5 0000 ekstrak 20 5
14200
0
ekstrak 80 5
142000
ekstrak 40 5
150000
ekstrak 60 5
150000
kontrol positif 5
182000
Sig 1000 451 1000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000
20
RIWAYAT HIDUP
Penulis lahir di Jakarta tanggal 25 september 1992 Penulis merupakan
anak ketiga dari tiga bersaudara dari pasangan Petrus Bambang Wijanarko dan
Susana Tuminah Penulis menempuh pendidikan Sekolah Menengah Pertama di
SMP Strada Bhakti Wiyata Bekasi dan Sekolah Menengah Atas di SMA Santo
Antonius Jakarta Penulis aktif di Organisasi Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM)
Keluarga Mahasiswa Katolik IPB sejak tahun 2011 hingga 2013 Penulis juga
aktif di Himpunan Profesi Ornithologi dan Unggas sejak tahun 2013 hingga 2014
14
Propionibacterium acnes dan Staphylococcus epidermidis [skripsi]
Yogyakarta (ID) Universitas Gadjah Mada
Syukrinawati RP 2014 Tingkat pengetahuan penggunaan antibiotik oleh
mahasiswa kepaniteraan klinik departemen bedah mulut RSGM-P FKG
periode September 2-13 Maret 2014 [skripsi] Medan (ID) Universitas
Sumatera Utara
Waji RA 2009 Flavonoid (Quercetin) [Penelitian Ilmiah] Makasar (ID)
Universitas Hasanuddin
Widiawati W Lutfiati D Perbedaan hasil penyembuhan kulit wajah berjerawat
antara masker lidah buaya dengan masker non lidah buaya e- Journal
Universitas Negeri Surabaya 2014 3(1) 217-225
15
LAMPIRAN
Lampiran 1 Pembuktian hipotesis
1 Pengambilan keputusan dari hipotesis yang ditentukan diuji dengan uji
ANOVA
2 Hipotesis dalam penelitian ini berupa Ho yaitu ekstrak etanol daun jawer
kotok dengan konsentrasi ekstrak 20 40 60 dan 80 tidak memiliki
aktivitas antibakteri terhadap bakteri pada permukaan kulit wajah
berjerawat dan H1 yaitu ekstrak etanol daun jawer kotok dengan
konsentrasi ekstrak 20 40 60 dan 80 memiliki aktivitas
antibakteri terhadap bakteri pada permukaan kulit wajah berjerawat
3 Pengambilan keputusan untuk memilih hipotesis mana yang diterima dan
hipotesis mana yang ditolak didasarkan pada perbandingan F hitung dan F
tabel dengan syarat jika F hitung kurang dari F tabel maka tolak H1 dan
terima H0 dan jika F hitung lebih besar dari F tabel maka H0 ditolak dan
terima H1
4 Hasil uji one way ANOVA pada diameter zona hambat bakteri S aureus S
Epidermidis Streptococcus sp dan Micrococcus sp diperoleh nilai F
hitung lebih besar dari F tabel (1143 831 gt 262) (1149 947 gt 262)
(1122 068 gt 262) dan (91144 gt 262) maka hiptotesis yang diterima
adalah H1 yaitu ekstrak etanol daun jawer kotok dengan konsentrasi
ekstrak 20 40 60 dan 80 memiliki aktivitas antibakteri terhadap
bakteri S aureus S epidermidis Streptococcus sp dan Micrococcus sp
Lampiran 2 hasil uji ANOVA dan uji lanjutan Duncan
Descriptives
saureus
N Mean
Std Deviation Std Error
95 Confidence Interval for
Mean
Minimum Maximum Lower Bound
Upper Bound
ekstrak 20 5 138000
109545
48990
124398
151602
1200
1500
ekstrak 40 5 160000
122474
54772
144793
175207
1400
1700
ekstrak 60 5 160000
70711
31623
151220
168780
1500
1700
ekstrak 80 5 170000
70711
31623
161220
178780
1600
1800
kontrol positif 5 406000
89443
40000
394894
417106
3900
4100
kontrol negative 5 0000
00000
00000
0000
0000
00 00
Total 30
172333
1218728
222508
126825
217841
00 4100
16
ANOVA
saureus
Sum of Squares df Mean Square F Sig
Between Groups
4289367 5 857873 1143831
000
Within Groups
18000 24 750
Total 4307367 29
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
saureus
Duncana
perlakuan N
Subset for alpha = 005
1 2 3 4
kontrol negatif 5 0000 ekstrak 20 5
13800
0
ekstrak 40 5
160000
ekstrak 60 5
160000
ekstrak 80 5
170000
kontrol positif 5
406000
Sig 1000 1000 096 1000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000
ONEWAY Sepidermidis BY perlakuan
STATISTICS DESCRIPTIVES
MISSING ANALYSIS
POSTHOC=DUNCAN ALPHA(005)
[DataSet0]
Descriptives
Sepidermidis
N Mean Std Deviation Std Error
95 Confidence Interval
for Mean
Minimum Maximum Lower Bound
Upper Bound
ekstrak 20 5 150000
70711
31623
141220
158780
1400
1600
ekstrak 40 5 154000
54772
24495
147199
160801
1500
1600
ekstrak 60 5 164000
151658
67823
145169
182831
1500
1800
ekstrak 80 5 162000
109545
48990
148398
175602
1500
1800
kontrol positif 5 408000
44721
20000
402447
413553
4000
4100
kontrol negatif 5 0000
00000
00000
0000
0000
00 00
Total 30
173000
1221968
223100
127371
218629
00 4100
17
ANOVA
Sepidermidis
Sum of Squares Df Mean Square F Sig
Between Groups 4312300 5 862460 1149947
000
Within Groups 18000 24 750 Total 4330300 29
Post Hoc Tests
Homogeneous Subsets
Sepidermidis
Duncana
Perlakuan N
Subset for alpha = 005
1 2 3 4
kontrol negative 5 0000 ekstrak 20 5
15000
0
ekstrak 40 5
154000
154000
ekstrak 80 5
162000
ekstrak 60 5
164000
kontrol positif 5
408000
Sig 1000 472 096 1000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000
ONEWAY Sepidermidis BY perlakuan
STATISTICS DESCRIPTIVES
MISSING ANALYSIS
POSTHOC=DUNCAN ALPHA(005)
[DataSet0]
18
Descriptives
Streptococcus
N Mean Std Deviation
Std Error
95 Confidence Interval
for Mean
Minimum Maximum Lower Bound
Upper Bound
ekstrak 20 5 156000
134164
60000
139341
172659
1400 1700
ekstrak 40 5 162000
109545
48990
148398
175602
1500 1700
ekstrak 60 5 162000
109545
48990
148398
175602
1500 1700
ekstrak 80 5 156000
54772
24495
149199
162801
1500 1600
kontrol positif 5 416000
54772
24495
409199
422801
4100 4200
kontrol negatif 5 0000
00000
00000
0000
0000
00 00
Total 30
175333
1246715
227618
128780
221886
00 4200
ANOVA
Streptococcus
Sum of Squares df Mean Square F Sig
Between Groups 4488267 5 897653 1122067
000
Within Groups 19200 24 800 Total 4507467 29
Post Hoc Tests
Homogeneous Subsets
Streptococcus
Duncana
perlakuan N
Subset for alpha = 005
1 2 3
kontrol negatif 5 0000 ekstrak 20 5
15600
0
ekstrak 80 5
156000
ekstrak 40 5
162000
ekstrak 60 5
162000
kontrol positif 5
416000
Sig 1000 343 1000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000
ONEWAY Sepidermidis BY perlakuan
STATISTICS DESCRIPTIVES
MISSING ANALYSIS
POSTHOC=DUNCAN ALPHA(005)
[DataSet0]
19
Descriptives
Micrococcus
N Mean Std Deviation
Std Error
95 Confidence Interval for
Mean
Minimum Maximum Lower Bound
Upper Bound
ekstrak 20 5 142000
178885
80000
119788
164212
1200
1600
ekstrak 40 5 150000
200000
89443
125167
174833
1200
1700
ekstrak 60 5 150000
200000
89443
125167
174833
1200
1700
ekstrak 80 5 142000
130384
58310
125811
158189
1200
1500
kontrol positif 5 182000
83666
37417
171611
192389
1700
1900
kontrol negative
5 0000
00000
00000
0000
0000
00 00
Total 30
127667
612335
111797
104802
150532
00 1900
ANOVA
Micrococcus
Sum of Squares Df Mean Square F Sig
Between Groups 1032967 5 206593 91144 000 Within Groups 54400 24 2267
Total 1087367 29
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
Micrococcus
Duncana
Perlakuan N
Subset for alpha = 005
1 2 3
kontrol negative 5 0000 ekstrak 20 5
14200
0
ekstrak 80 5
142000
ekstrak 40 5
150000
ekstrak 60 5
150000
kontrol positif 5
182000
Sig 1000 451 1000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000
20
RIWAYAT HIDUP
Penulis lahir di Jakarta tanggal 25 september 1992 Penulis merupakan
anak ketiga dari tiga bersaudara dari pasangan Petrus Bambang Wijanarko dan
Susana Tuminah Penulis menempuh pendidikan Sekolah Menengah Pertama di
SMP Strada Bhakti Wiyata Bekasi dan Sekolah Menengah Atas di SMA Santo
Antonius Jakarta Penulis aktif di Organisasi Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM)
Keluarga Mahasiswa Katolik IPB sejak tahun 2011 hingga 2013 Penulis juga
aktif di Himpunan Profesi Ornithologi dan Unggas sejak tahun 2013 hingga 2014
15
LAMPIRAN
Lampiran 1 Pembuktian hipotesis
1 Pengambilan keputusan dari hipotesis yang ditentukan diuji dengan uji
ANOVA
2 Hipotesis dalam penelitian ini berupa Ho yaitu ekstrak etanol daun jawer
kotok dengan konsentrasi ekstrak 20 40 60 dan 80 tidak memiliki
aktivitas antibakteri terhadap bakteri pada permukaan kulit wajah
berjerawat dan H1 yaitu ekstrak etanol daun jawer kotok dengan
konsentrasi ekstrak 20 40 60 dan 80 memiliki aktivitas
antibakteri terhadap bakteri pada permukaan kulit wajah berjerawat
3 Pengambilan keputusan untuk memilih hipotesis mana yang diterima dan
hipotesis mana yang ditolak didasarkan pada perbandingan F hitung dan F
tabel dengan syarat jika F hitung kurang dari F tabel maka tolak H1 dan
terima H0 dan jika F hitung lebih besar dari F tabel maka H0 ditolak dan
terima H1
4 Hasil uji one way ANOVA pada diameter zona hambat bakteri S aureus S
Epidermidis Streptococcus sp dan Micrococcus sp diperoleh nilai F
hitung lebih besar dari F tabel (1143 831 gt 262) (1149 947 gt 262)
(1122 068 gt 262) dan (91144 gt 262) maka hiptotesis yang diterima
adalah H1 yaitu ekstrak etanol daun jawer kotok dengan konsentrasi
ekstrak 20 40 60 dan 80 memiliki aktivitas antibakteri terhadap
bakteri S aureus S epidermidis Streptococcus sp dan Micrococcus sp
Lampiran 2 hasil uji ANOVA dan uji lanjutan Duncan
Descriptives
saureus
N Mean
Std Deviation Std Error
95 Confidence Interval for
Mean
Minimum Maximum Lower Bound
Upper Bound
ekstrak 20 5 138000
109545
48990
124398
151602
1200
1500
ekstrak 40 5 160000
122474
54772
144793
175207
1400
1700
ekstrak 60 5 160000
70711
31623
151220
168780
1500
1700
ekstrak 80 5 170000
70711
31623
161220
178780
1600
1800
kontrol positif 5 406000
89443
40000
394894
417106
3900
4100
kontrol negative 5 0000
00000
00000
0000
0000
00 00
Total 30
172333
1218728
222508
126825
217841
00 4100
16
ANOVA
saureus
Sum of Squares df Mean Square F Sig
Between Groups
4289367 5 857873 1143831
000
Within Groups
18000 24 750
Total 4307367 29
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
saureus
Duncana
perlakuan N
Subset for alpha = 005
1 2 3 4
kontrol negatif 5 0000 ekstrak 20 5
13800
0
ekstrak 40 5
160000
ekstrak 60 5
160000
ekstrak 80 5
170000
kontrol positif 5
406000
Sig 1000 1000 096 1000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000
ONEWAY Sepidermidis BY perlakuan
STATISTICS DESCRIPTIVES
MISSING ANALYSIS
POSTHOC=DUNCAN ALPHA(005)
[DataSet0]
Descriptives
Sepidermidis
N Mean Std Deviation Std Error
95 Confidence Interval
for Mean
Minimum Maximum Lower Bound
Upper Bound
ekstrak 20 5 150000
70711
31623
141220
158780
1400
1600
ekstrak 40 5 154000
54772
24495
147199
160801
1500
1600
ekstrak 60 5 164000
151658
67823
145169
182831
1500
1800
ekstrak 80 5 162000
109545
48990
148398
175602
1500
1800
kontrol positif 5 408000
44721
20000
402447
413553
4000
4100
kontrol negatif 5 0000
00000
00000
0000
0000
00 00
Total 30
173000
1221968
223100
127371
218629
00 4100
17
ANOVA
Sepidermidis
Sum of Squares Df Mean Square F Sig
Between Groups 4312300 5 862460 1149947
000
Within Groups 18000 24 750 Total 4330300 29
Post Hoc Tests
Homogeneous Subsets
Sepidermidis
Duncana
Perlakuan N
Subset for alpha = 005
1 2 3 4
kontrol negative 5 0000 ekstrak 20 5
15000
0
ekstrak 40 5
154000
154000
ekstrak 80 5
162000
ekstrak 60 5
164000
kontrol positif 5
408000
Sig 1000 472 096 1000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000
ONEWAY Sepidermidis BY perlakuan
STATISTICS DESCRIPTIVES
MISSING ANALYSIS
POSTHOC=DUNCAN ALPHA(005)
[DataSet0]
18
Descriptives
Streptococcus
N Mean Std Deviation
Std Error
95 Confidence Interval
for Mean
Minimum Maximum Lower Bound
Upper Bound
ekstrak 20 5 156000
134164
60000
139341
172659
1400 1700
ekstrak 40 5 162000
109545
48990
148398
175602
1500 1700
ekstrak 60 5 162000
109545
48990
148398
175602
1500 1700
ekstrak 80 5 156000
54772
24495
149199
162801
1500 1600
kontrol positif 5 416000
54772
24495
409199
422801
4100 4200
kontrol negatif 5 0000
00000
00000
0000
0000
00 00
Total 30
175333
1246715
227618
128780
221886
00 4200
ANOVA
Streptococcus
Sum of Squares df Mean Square F Sig
Between Groups 4488267 5 897653 1122067
000
Within Groups 19200 24 800 Total 4507467 29
Post Hoc Tests
Homogeneous Subsets
Streptococcus
Duncana
perlakuan N
Subset for alpha = 005
1 2 3
kontrol negatif 5 0000 ekstrak 20 5
15600
0
ekstrak 80 5
156000
ekstrak 40 5
162000
ekstrak 60 5
162000
kontrol positif 5
416000
Sig 1000 343 1000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000
ONEWAY Sepidermidis BY perlakuan
STATISTICS DESCRIPTIVES
MISSING ANALYSIS
POSTHOC=DUNCAN ALPHA(005)
[DataSet0]
19
Descriptives
Micrococcus
N Mean Std Deviation
Std Error
95 Confidence Interval for
Mean
Minimum Maximum Lower Bound
Upper Bound
ekstrak 20 5 142000
178885
80000
119788
164212
1200
1600
ekstrak 40 5 150000
200000
89443
125167
174833
1200
1700
ekstrak 60 5 150000
200000
89443
125167
174833
1200
1700
ekstrak 80 5 142000
130384
58310
125811
158189
1200
1500
kontrol positif 5 182000
83666
37417
171611
192389
1700
1900
kontrol negative
5 0000
00000
00000
0000
0000
00 00
Total 30
127667
612335
111797
104802
150532
00 1900
ANOVA
Micrococcus
Sum of Squares Df Mean Square F Sig
Between Groups 1032967 5 206593 91144 000 Within Groups 54400 24 2267
Total 1087367 29
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
Micrococcus
Duncana
Perlakuan N
Subset for alpha = 005
1 2 3
kontrol negative 5 0000 ekstrak 20 5
14200
0
ekstrak 80 5
142000
ekstrak 40 5
150000
ekstrak 60 5
150000
kontrol positif 5
182000
Sig 1000 451 1000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000
20
RIWAYAT HIDUP
Penulis lahir di Jakarta tanggal 25 september 1992 Penulis merupakan
anak ketiga dari tiga bersaudara dari pasangan Petrus Bambang Wijanarko dan
Susana Tuminah Penulis menempuh pendidikan Sekolah Menengah Pertama di
SMP Strada Bhakti Wiyata Bekasi dan Sekolah Menengah Atas di SMA Santo
Antonius Jakarta Penulis aktif di Organisasi Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM)
Keluarga Mahasiswa Katolik IPB sejak tahun 2011 hingga 2013 Penulis juga
aktif di Himpunan Profesi Ornithologi dan Unggas sejak tahun 2013 hingga 2014
16
ANOVA
saureus
Sum of Squares df Mean Square F Sig
Between Groups
4289367 5 857873 1143831
000
Within Groups
18000 24 750
Total 4307367 29
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
saureus
Duncana
perlakuan N
Subset for alpha = 005
1 2 3 4
kontrol negatif 5 0000 ekstrak 20 5
13800
0
ekstrak 40 5
160000
ekstrak 60 5
160000
ekstrak 80 5
170000
kontrol positif 5
406000
Sig 1000 1000 096 1000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000
ONEWAY Sepidermidis BY perlakuan
STATISTICS DESCRIPTIVES
MISSING ANALYSIS
POSTHOC=DUNCAN ALPHA(005)
[DataSet0]
Descriptives
Sepidermidis
N Mean Std Deviation Std Error
95 Confidence Interval
for Mean
Minimum Maximum Lower Bound
Upper Bound
ekstrak 20 5 150000
70711
31623
141220
158780
1400
1600
ekstrak 40 5 154000
54772
24495
147199
160801
1500
1600
ekstrak 60 5 164000
151658
67823
145169
182831
1500
1800
ekstrak 80 5 162000
109545
48990
148398
175602
1500
1800
kontrol positif 5 408000
44721
20000
402447
413553
4000
4100
kontrol negatif 5 0000
00000
00000
0000
0000
00 00
Total 30
173000
1221968
223100
127371
218629
00 4100
17
ANOVA
Sepidermidis
Sum of Squares Df Mean Square F Sig
Between Groups 4312300 5 862460 1149947
000
Within Groups 18000 24 750 Total 4330300 29
Post Hoc Tests
Homogeneous Subsets
Sepidermidis
Duncana
Perlakuan N
Subset for alpha = 005
1 2 3 4
kontrol negative 5 0000 ekstrak 20 5
15000
0
ekstrak 40 5
154000
154000
ekstrak 80 5
162000
ekstrak 60 5
164000
kontrol positif 5
408000
Sig 1000 472 096 1000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000
ONEWAY Sepidermidis BY perlakuan
STATISTICS DESCRIPTIVES
MISSING ANALYSIS
POSTHOC=DUNCAN ALPHA(005)
[DataSet0]
18
Descriptives
Streptococcus
N Mean Std Deviation
Std Error
95 Confidence Interval
for Mean
Minimum Maximum Lower Bound
Upper Bound
ekstrak 20 5 156000
134164
60000
139341
172659
1400 1700
ekstrak 40 5 162000
109545
48990
148398
175602
1500 1700
ekstrak 60 5 162000
109545
48990
148398
175602
1500 1700
ekstrak 80 5 156000
54772
24495
149199
162801
1500 1600
kontrol positif 5 416000
54772
24495
409199
422801
4100 4200
kontrol negatif 5 0000
00000
00000
0000
0000
00 00
Total 30
175333
1246715
227618
128780
221886
00 4200
ANOVA
Streptococcus
Sum of Squares df Mean Square F Sig
Between Groups 4488267 5 897653 1122067
000
Within Groups 19200 24 800 Total 4507467 29
Post Hoc Tests
Homogeneous Subsets
Streptococcus
Duncana
perlakuan N
Subset for alpha = 005
1 2 3
kontrol negatif 5 0000 ekstrak 20 5
15600
0
ekstrak 80 5
156000
ekstrak 40 5
162000
ekstrak 60 5
162000
kontrol positif 5
416000
Sig 1000 343 1000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000
ONEWAY Sepidermidis BY perlakuan
STATISTICS DESCRIPTIVES
MISSING ANALYSIS
POSTHOC=DUNCAN ALPHA(005)
[DataSet0]
19
Descriptives
Micrococcus
N Mean Std Deviation
Std Error
95 Confidence Interval for
Mean
Minimum Maximum Lower Bound
Upper Bound
ekstrak 20 5 142000
178885
80000
119788
164212
1200
1600
ekstrak 40 5 150000
200000
89443
125167
174833
1200
1700
ekstrak 60 5 150000
200000
89443
125167
174833
1200
1700
ekstrak 80 5 142000
130384
58310
125811
158189
1200
1500
kontrol positif 5 182000
83666
37417
171611
192389
1700
1900
kontrol negative
5 0000
00000
00000
0000
0000
00 00
Total 30
127667
612335
111797
104802
150532
00 1900
ANOVA
Micrococcus
Sum of Squares Df Mean Square F Sig
Between Groups 1032967 5 206593 91144 000 Within Groups 54400 24 2267
Total 1087367 29
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
Micrococcus
Duncana
Perlakuan N
Subset for alpha = 005
1 2 3
kontrol negative 5 0000 ekstrak 20 5
14200
0
ekstrak 80 5
142000
ekstrak 40 5
150000
ekstrak 60 5
150000
kontrol positif 5
182000
Sig 1000 451 1000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000
20
RIWAYAT HIDUP
Penulis lahir di Jakarta tanggal 25 september 1992 Penulis merupakan
anak ketiga dari tiga bersaudara dari pasangan Petrus Bambang Wijanarko dan
Susana Tuminah Penulis menempuh pendidikan Sekolah Menengah Pertama di
SMP Strada Bhakti Wiyata Bekasi dan Sekolah Menengah Atas di SMA Santo
Antonius Jakarta Penulis aktif di Organisasi Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM)
Keluarga Mahasiswa Katolik IPB sejak tahun 2011 hingga 2013 Penulis juga
aktif di Himpunan Profesi Ornithologi dan Unggas sejak tahun 2013 hingga 2014
17
ANOVA
Sepidermidis
Sum of Squares Df Mean Square F Sig
Between Groups 4312300 5 862460 1149947
000
Within Groups 18000 24 750 Total 4330300 29
Post Hoc Tests
Homogeneous Subsets
Sepidermidis
Duncana
Perlakuan N
Subset for alpha = 005
1 2 3 4
kontrol negative 5 0000 ekstrak 20 5
15000
0
ekstrak 40 5
154000
154000
ekstrak 80 5
162000
ekstrak 60 5
164000
kontrol positif 5
408000
Sig 1000 472 096 1000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000
ONEWAY Sepidermidis BY perlakuan
STATISTICS DESCRIPTIVES
MISSING ANALYSIS
POSTHOC=DUNCAN ALPHA(005)
[DataSet0]
18
Descriptives
Streptococcus
N Mean Std Deviation
Std Error
95 Confidence Interval
for Mean
Minimum Maximum Lower Bound
Upper Bound
ekstrak 20 5 156000
134164
60000
139341
172659
1400 1700
ekstrak 40 5 162000
109545
48990
148398
175602
1500 1700
ekstrak 60 5 162000
109545
48990
148398
175602
1500 1700
ekstrak 80 5 156000
54772
24495
149199
162801
1500 1600
kontrol positif 5 416000
54772
24495
409199
422801
4100 4200
kontrol negatif 5 0000
00000
00000
0000
0000
00 00
Total 30
175333
1246715
227618
128780
221886
00 4200
ANOVA
Streptococcus
Sum of Squares df Mean Square F Sig
Between Groups 4488267 5 897653 1122067
000
Within Groups 19200 24 800 Total 4507467 29
Post Hoc Tests
Homogeneous Subsets
Streptococcus
Duncana
perlakuan N
Subset for alpha = 005
1 2 3
kontrol negatif 5 0000 ekstrak 20 5
15600
0
ekstrak 80 5
156000
ekstrak 40 5
162000
ekstrak 60 5
162000
kontrol positif 5
416000
Sig 1000 343 1000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000
ONEWAY Sepidermidis BY perlakuan
STATISTICS DESCRIPTIVES
MISSING ANALYSIS
POSTHOC=DUNCAN ALPHA(005)
[DataSet0]
19
Descriptives
Micrococcus
N Mean Std Deviation
Std Error
95 Confidence Interval for
Mean
Minimum Maximum Lower Bound
Upper Bound
ekstrak 20 5 142000
178885
80000
119788
164212
1200
1600
ekstrak 40 5 150000
200000
89443
125167
174833
1200
1700
ekstrak 60 5 150000
200000
89443
125167
174833
1200
1700
ekstrak 80 5 142000
130384
58310
125811
158189
1200
1500
kontrol positif 5 182000
83666
37417
171611
192389
1700
1900
kontrol negative
5 0000
00000
00000
0000
0000
00 00
Total 30
127667
612335
111797
104802
150532
00 1900
ANOVA
Micrococcus
Sum of Squares Df Mean Square F Sig
Between Groups 1032967 5 206593 91144 000 Within Groups 54400 24 2267
Total 1087367 29
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
Micrococcus
Duncana
Perlakuan N
Subset for alpha = 005
1 2 3
kontrol negative 5 0000 ekstrak 20 5
14200
0
ekstrak 80 5
142000
ekstrak 40 5
150000
ekstrak 60 5
150000
kontrol positif 5
182000
Sig 1000 451 1000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000
20
RIWAYAT HIDUP
Penulis lahir di Jakarta tanggal 25 september 1992 Penulis merupakan
anak ketiga dari tiga bersaudara dari pasangan Petrus Bambang Wijanarko dan
Susana Tuminah Penulis menempuh pendidikan Sekolah Menengah Pertama di
SMP Strada Bhakti Wiyata Bekasi dan Sekolah Menengah Atas di SMA Santo
Antonius Jakarta Penulis aktif di Organisasi Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM)
Keluarga Mahasiswa Katolik IPB sejak tahun 2011 hingga 2013 Penulis juga
aktif di Himpunan Profesi Ornithologi dan Unggas sejak tahun 2013 hingga 2014
18
Descriptives
Streptococcus
N Mean Std Deviation
Std Error
95 Confidence Interval
for Mean
Minimum Maximum Lower Bound
Upper Bound
ekstrak 20 5 156000
134164
60000
139341
172659
1400 1700
ekstrak 40 5 162000
109545
48990
148398
175602
1500 1700
ekstrak 60 5 162000
109545
48990
148398
175602
1500 1700
ekstrak 80 5 156000
54772
24495
149199
162801
1500 1600
kontrol positif 5 416000
54772
24495
409199
422801
4100 4200
kontrol negatif 5 0000
00000
00000
0000
0000
00 00
Total 30
175333
1246715
227618
128780
221886
00 4200
ANOVA
Streptococcus
Sum of Squares df Mean Square F Sig
Between Groups 4488267 5 897653 1122067
000
Within Groups 19200 24 800 Total 4507467 29
Post Hoc Tests
Homogeneous Subsets
Streptococcus
Duncana
perlakuan N
Subset for alpha = 005
1 2 3
kontrol negatif 5 0000 ekstrak 20 5
15600
0
ekstrak 80 5
156000
ekstrak 40 5
162000
ekstrak 60 5
162000
kontrol positif 5
416000
Sig 1000 343 1000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000
ONEWAY Sepidermidis BY perlakuan
STATISTICS DESCRIPTIVES
MISSING ANALYSIS
POSTHOC=DUNCAN ALPHA(005)
[DataSet0]
19
Descriptives
Micrococcus
N Mean Std Deviation
Std Error
95 Confidence Interval for
Mean
Minimum Maximum Lower Bound
Upper Bound
ekstrak 20 5 142000
178885
80000
119788
164212
1200
1600
ekstrak 40 5 150000
200000
89443
125167
174833
1200
1700
ekstrak 60 5 150000
200000
89443
125167
174833
1200
1700
ekstrak 80 5 142000
130384
58310
125811
158189
1200
1500
kontrol positif 5 182000
83666
37417
171611
192389
1700
1900
kontrol negative
5 0000
00000
00000
0000
0000
00 00
Total 30
127667
612335
111797
104802
150532
00 1900
ANOVA
Micrococcus
Sum of Squares Df Mean Square F Sig
Between Groups 1032967 5 206593 91144 000 Within Groups 54400 24 2267
Total 1087367 29
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
Micrococcus
Duncana
Perlakuan N
Subset for alpha = 005
1 2 3
kontrol negative 5 0000 ekstrak 20 5
14200
0
ekstrak 80 5
142000
ekstrak 40 5
150000
ekstrak 60 5
150000
kontrol positif 5
182000
Sig 1000 451 1000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000
20
RIWAYAT HIDUP
Penulis lahir di Jakarta tanggal 25 september 1992 Penulis merupakan
anak ketiga dari tiga bersaudara dari pasangan Petrus Bambang Wijanarko dan
Susana Tuminah Penulis menempuh pendidikan Sekolah Menengah Pertama di
SMP Strada Bhakti Wiyata Bekasi dan Sekolah Menengah Atas di SMA Santo
Antonius Jakarta Penulis aktif di Organisasi Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM)
Keluarga Mahasiswa Katolik IPB sejak tahun 2011 hingga 2013 Penulis juga
aktif di Himpunan Profesi Ornithologi dan Unggas sejak tahun 2013 hingga 2014
19
Descriptives
Micrococcus
N Mean Std Deviation
Std Error
95 Confidence Interval for
Mean
Minimum Maximum Lower Bound
Upper Bound
ekstrak 20 5 142000
178885
80000
119788
164212
1200
1600
ekstrak 40 5 150000
200000
89443
125167
174833
1200
1700
ekstrak 60 5 150000
200000
89443
125167
174833
1200
1700
ekstrak 80 5 142000
130384
58310
125811
158189
1200
1500
kontrol positif 5 182000
83666
37417
171611
192389
1700
1900
kontrol negative
5 0000
00000
00000
0000
0000
00 00
Total 30
127667
612335
111797
104802
150532
00 1900
ANOVA
Micrococcus
Sum of Squares Df Mean Square F Sig
Between Groups 1032967 5 206593 91144 000 Within Groups 54400 24 2267
Total 1087367 29
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
Micrococcus
Duncana
Perlakuan N
Subset for alpha = 005
1 2 3
kontrol negative 5 0000 ekstrak 20 5
14200
0
ekstrak 80 5
142000
ekstrak 40 5
150000
ekstrak 60 5
150000
kontrol positif 5
182000
Sig 1000 451 1000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000
20
RIWAYAT HIDUP
Penulis lahir di Jakarta tanggal 25 september 1992 Penulis merupakan
anak ketiga dari tiga bersaudara dari pasangan Petrus Bambang Wijanarko dan
Susana Tuminah Penulis menempuh pendidikan Sekolah Menengah Pertama di
SMP Strada Bhakti Wiyata Bekasi dan Sekolah Menengah Atas di SMA Santo
Antonius Jakarta Penulis aktif di Organisasi Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM)
Keluarga Mahasiswa Katolik IPB sejak tahun 2011 hingga 2013 Penulis juga
aktif di Himpunan Profesi Ornithologi dan Unggas sejak tahun 2013 hingga 2014
20
RIWAYAT HIDUP
Penulis lahir di Jakarta tanggal 25 september 1992 Penulis merupakan
anak ketiga dari tiga bersaudara dari pasangan Petrus Bambang Wijanarko dan
Susana Tuminah Penulis menempuh pendidikan Sekolah Menengah Pertama di
SMP Strada Bhakti Wiyata Bekasi dan Sekolah Menengah Atas di SMA Santo
Antonius Jakarta Penulis aktif di Organisasi Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM)
Keluarga Mahasiswa Katolik IPB sejak tahun 2011 hingga 2013 Penulis juga
aktif di Himpunan Profesi Ornithologi dan Unggas sejak tahun 2013 hingga 2014