aktivitas antibakteri ekstrak etanol...
TRANSCRIPT
AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL KELOPAK
BUNGA ROSELLA (Hibiscus sabdariffa L.) TERHADAP
Pseudomonas aeruginosa SECARA IN VIVO MENGGUNAKAN
MODEL INFEKSI Drosophila melanogaster
IN VIVO ANTIBACTERIAL ACTIVITY OF ETHANOL EXTRACT OF
ROSELLE CALYCES (Hibiscus sabdariffa L.) AGAINST
Pseudomonas aeruginosa USING Drosophila melanogaster
AS THE INFECTION MODEL
HIKMAWATI
SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR 2017
AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL KELOPAK
BUNGA ROSELLA (Hibiscus sabdariffa L.) TERHADAP
Pseudomonas aeruginosa SECARA IN VIVO MENGGUNAKAN
MODEL INFEKSI Drosophila melanogaster
IN VIVO ANTIBACTERIAL ACTIVITY OF ETHANOL EXTRACT OF
ROSELLE CALYCES (Hibiscus sabdariffa L.) AGAINST
Pseudomonas aeruginosa USING Drosophila melanogaster
AS THE INFECTION MODEL
HIKMAWATI
P2501215006
SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR 2017
AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL KELOPAK BUNGA ROSELLA (Hibiscus sabdariffa L.) TERHADAP
Pseudomonas aeruginosa SECARA IN VIVO MENGGUNAKAN MODEL INFEKSI Drosophila melanogaster
Tesis
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar Magister
Program Studi
Magister Farmasi – Herbal Medicine
Disusun dan diajukan oleh
HIKMAWATI
kepada
SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR 2017
TESIS
AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL KELOPAK BUNGA ROSELLA (Hibiscus sabdariffa L.) TERHADAP
Pseudomonas aeruginosa SECARA IN VIVO MENGGUNAKAN MODEL INFEKSI Drosophila melanogaster
Disusun dan diajukan oleh
HIKMAWATI
Nomor Pokok P2501215006
telah dipertahankan di depan Panitia Ujian Tesis
pada tanggal 18 Agustus 2017
dan dinyatakan telah memenuhi syarat
Menyetujui
Komisi Penasehat,
Dr. Sartini, M,Si, Apt Firzan Nainu, M.Biomed Sc.Ph.D., Apt Ketua Anggota
Ketua Program Studi Dekan Fakultas Farmasi
Magister Ilmu Farmasi, Universitas Hasanuddin
Dr. Hj. Latifah Rahman, DESS, Apt Prof. Dr. Gemini Alam, M.Si., Apt
iv
PERNYATAAN KEASLIAN TESIS
Yang bertanda tangan di bawah ini Nama : Hikmawati Nomor mahasiswa : P2501215006 Program Studi : Magister Farmasi – Herbal Medicine Menyatakan dengan sebenarnya bahwa tesis yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilalihan tulisan atau pemikiran orang lain. Apabila di kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan bahwa sebagian atau keseluruhan tesis ini hasil karya orang lain, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.
Makassar, Agustus 2017 Yang Menyatakan Hikmawati
v
PRAKATA
Alhamdulillah segala puji bagi Allah SWT atas segala limpahan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga Penulis dapat menyelesaikan tesis ini yang berjudul
“Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Kelopak Bunga Rosella (Hibiscus
sabdariffa L.) terhadap Pseudomonas aeruginosa secara In Vivo Menggunakan
Model Infeksi Drosophila melanogaster” sebagai salah satu persyaratan untuk
mencapai gelar Magister di Program Studi Ilmu Farmasi Konsentrasi Herbal
Medicine di Universitas Hasanuddin Makassar. Beriring pula shalawat beserta
salam kepada Rasulullah Muhammad SAW pemimpin dan tauladan seluruh
umat.
Dalam penyusunan tesis ini, Penulis mengalami berbagai rintangan dan
hambatan, namun berkat bantuan dari berbagai pihak sehingga tesis ini dapat
terselesaikan. Oleh karena itu, perkenankanlah Penulis mengungkapkan rasa
hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada ayahanda dan ibunda
tercinta H. Sappara AS, Ak dan Hj. A. Najirah Isham, SE yang selalu
mendoakan, memberikan nasehat dan semangat serta membimbing Penulis
dengan tulus dan ikhlas. Semoga perjuangan dan pengorbanan mereka dalam
membesarkan dan mendidik Penulis menjadi amal ibadah di sisi Allah SWT.
Adik Ahmad Husain, SE dan Reni Retnowati, SE serta keponakan tersayang
Husnah Qorirah yang selalu memberikan senyuman, canda, tawa dan
menghibur Penulis.
vi
Penulis juga menyampaikan terima kasih yang setulusnya dan
penghargaan yang setinggi-tingginya kepada Ibu Dr. Hj. Sartini, M.Si., Apt dan
Bapak Firzan Nainu, M.Biomed.Sc., PhD., Apt. selaku komisi penasehat yang
disela-sela kesibukannya tetap dengan sabar dan tanpa kenal waktu
menuntun, mengarahkan, memberikan masukan dan memotivasi Penulis
dalam menyelesaikan tesis ini.
Pada kesempatan ini pula, Penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1. Ibu Prof. Dr. Elly Wahyudin, DEA., Apt., Ibu Dr. Mufidah, S.Si., M.Si., Apt.
serta Bapak Prof. Dr. M. Natsir Djide, MS., Apt. selaku komisi penguji atas
saran, koreksi dan masukannya terhadap penyusunan tesis ini.
2. Bapak Prof. Dr. Gemini Alam, M.Si., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi
Universitas Hasanuddin dan jajarannya.
3. Ibu Dr. Hj. Latifah Rahman, DESS., Apt. selaku Ketua Program Studi
Magister Ilmu Farmasi Universitas Hasanuddin.
4. Para dosen Fakultas Farmasi Universitas Hasanuddin yang telah
memberikan bekal ilmu bagi Penulis.
5. Bapak H. Sabirin Yahya, S.Sos selaku Bupati Sinjai yang telah memberi
kesempatan tugas belajar melalui bantuan beasiswa Badan
Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan
(BPPSDMK) Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
6. Para analis dan staf Laboratorium Biofarmaka Fakultas Farmasi,
Universitas Hasanuddin yang telah berbagi ilmu dan memberikan bantuan
pada penelitian ini.
vii
7. Seluruh teman angkatan Genome 2015 atas segala doa, bantuan serta
dukungannya selama ini. Terkhusus untuk kak Nurul dan dek Ahsan.
Terima kasih untuk waktu dan semangatnya dalam penelitian dan proses
penyusunan tesis.
8. Unhas Fly Research Group (UFRG) Fakultas Farmasi Universitas
Hasanuddin yang dibimbing oleh Bapak Firzan Nainu, M.Biomed.Sc.,
PhD., Apt. beserta rekan peneliti lainnya yaitu Tisar, Alvin, Yuni, Azan,
Mims dan Ulfah.
9. Semua pihak yang tidak sempat Penulis sebutkan namanya satu persatu
yang telah banyak membantu sehingga tesis ini dapat diselesaikan.
Semoga Allah SWT membalas kebaikan mereka dengan pahala yang
setimpal.
Penulis menyadari bahwa tesis ini masih memiliki banyak kekurangan
dan masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, Penulis memohon maaf
bila ada kesalahan dalam penulisan tesis ini dan Penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun dari semua pihak.
Semoga tesis ini dapat berkontribusi dalam pengembangan ilmu dan
bermanfaat bagi kita semua. Aamiin Yaa Rabbalalamin.
Makassar, Agustus 2017
Hikmawati
viii
ABSTRAK
HIKMAWATI. Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Kelopak Bunga Rosella
(Hibiscus sabdariffa L.) terhadap Pseudomonas aeruginosa secara In Vivo Menggunakan Model Infeksi Drosophila melanogaster (dibimbing oleh Sartini dan Firzan Nainu)
Salah satu tanaman yang telah terbukti secara in vitro bermanfaat sebagai antibakteri adalah rosella (Hibiscus sabdariffa L.). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas antibakteri ekstrak etanol kelopak bunga rosella secara in vivo dengan menggunakan model infeksi D. melanogaster.
Pengujian yang dilakukan berupa pengukuran kadar fenolik total, survival assay, colony forming assay, dan pengukuran level mRNA Diptericin. Pengukuran kadar fenolik total ditentukan dengan pereaksi Folin–Ciocalteu menggunakan Spetrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang 750 nm. Survival assay dilakukan dengan cara pengamatan kelangsungan hidup D. melanogaster setelah diinfeksi P. aeruginosa. Colony forming assay dilakukan dengan cara menyiapkan filtrat dari 5 ekor D. melanogaster, setelah diinfeksi P. aeruginosa kemudian diinokulasikan pada medium CETA. Pengukuran level mRNA Diptericin ditentukan dengan cara menyiapkan RNA total dari 5 ekor D. melanogaster kemudian diamplifikasi menggunakan metode real-time Reverse Transcriptase PCR (RT-PCR) dan dianalisis.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar fenolik total ekstrak etanol kelopak bunga rosella yaitu 0,716% dengan rendemen 22,61%. Hasil survival assay dan colony forming assay menunjukkan ekstrak rosella 1,25% meningkatkan angka kelangsungan hidup dan menurunkan jumlah bakteri dalam tubuh D. melanogaster w1118 yang terinfeksi P. aeruginosa jika dibandingkan dengan kontrol negatif. Terdapat perbedaan yang signifikan pada level mRNA Diptericin kelompok kontrol negatif dan ekstrak 1,25%. Hasil survival assay dan colony forming assay terhadap D. melanogaster mutan imunologik imd1 serupa dengan D. melanogaster w1118. Hal ini menunjukkan bahwa ekstrak etanol kelopak bunga rosella memiliki aktivitas antibakteri secara in vivo menggunakan model infeksi D. melanogaster kemungkinan melalui interaksi langsung komponen ekstrak dengan bakteri. Kata kunci: antibakteri, Hibiscus sabdariffa L., Drosophila melanogaster,
Pseudomonas aeruginosa, in vivo
ix
ABSTRACT
HIKMAWATI. In Vivo Antibacterial Activity of Ethanol Extract of Roselle
Calyces (Hibiscus sabdariffa L.) against Pseudomonas aeruginosa Using Drosophila melanogaster as The Infection Model (supervised by Sartini and Firzan Nainu)
One of plants that has been proven in vitro useful as antibacterial is roselle (Hibiscus sabdariffa L.). This study was aimed to determine in vivo antibacterial activity of ethanol extract of roselle calyces using D. melanogaster as the infection model.
Assays performed in this study were analysis of total phenolic content,
survival assay, colony forming assay, and analysis of Diptericin mRNA level. Analysis of total phenolic content was determined by Folin–Ciocalteu reagent using UV-Vis spectrophotometer at wavelength 750 nm. Survival assay was carried out by observing the survival rate of D. melanogaster after P. aeruginosa infection. Colony forming assay was conducted by preparing a filtrate of five D. melanogaster after P. aeruginosa infection, then inoculated on CETA medium. Analysis of Diptericin mRNA level were determined by preparing total RNA from five D. melanogaster then amplified using real-time Reverse Transcriptase PCR (RT-PCR) method and analyzed.
The results showed that total phenolic content of ethanol extract of roselle calyces was 0.716% with the yield 22.61%. Results from survival and colony forming assays showed that the 1.25% roselle extract increased the survival rate and decreased the number of bacteria in D. melanogaster w1118 infected with P. aeruginosa when compared to negative control. A significant difference was observed in the level of Diptericin mRNA between negative control group and 1.25% extract treated group. The results of survival and colony forming assay in D. melanogaster immunologic mutants imd1 resembled those in D. melanogaster w1118. These suggest that ethanol extract of roselle calyces exert antibacterial activity in infection model of D. melanogaster which probably acted by direct interaction of extract component with bacteria. Keywords: antibacterial, Hibiscus sabdariffa L., Drosophila melanogaster,
Pseudomonas aeruginosa, in vivo
x
DAFTAR ISI
halaman
PRAKATA v
ABSTRAK viii
ABSTRACT ix
DAFTAR ISI x
DAFTAR TABEL xii
DAFTAR GAMBAR xiii
DAFTAR LAMPIRAN xiv
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah 1
B. Rumusan Masalah 5
C. Tujuan Penelitian 5
D. Manfaat Penelitian 6
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Uraian Tumbuhan Rosella (Hibiscus sabdariffa L) 7
B. Uraian Bakteri Uji Pseudomonas aeruginosa 12
C. Uraian Hewan Uji Drosophila melanogaster 13
D. Kerangka Teori 18
E. Kerangka Konsep 19
F. Hipotesis 20
III. METODE PENELITIAN
A. Rancangan dan Lokasi Penelitian 21
xi
B. Alat dan Bahan 21
C. Metode Kerja 22
D. Pengumpulan dan Analisis Data 31
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian 32
B. Pembahasan 37
V. PENUTUP
A. Kesimpulan 43
B. Saran 43
DAFTAR PUSTAKA 44
xii
DAFTAR TABEL
nomor halaman
1. Perbandingan metode infeksi mikroba terhadap D. melanogaster 17
2. Hasil rendemen ekstrak etanol kelopak bunga rosella 32 3. Hasil pengukuran kadar fenolik total 32
4. Jumlah bakteri P. aeruginosa dalam tubuh D. melanogaster genotip w1118 5 hari setelah infeksi 34
5. Hasil pengukuran ekspresi gen Diptericin 35
6. Jumlah bakteri P. aeruginosa dalam tubuh D. melanogaster imd1 5 hari setelah infeksi 37 7. Hasil pengukuran absorbansi baku asam galat 56
xiii
DAFTAR GAMBAR
nomor halaman
1. Tanaman dan kelopak bunga rosella (Hibiscus sabdariffa L.) 7
2. Drosophila melanogaster 14
3. Grafik survival assay D. melanogaster w1118 yang diinfeksi P. aeruginosa 33
4. Grafik survival assay D. melanogaster w1118 yang tidak
diinfeksi P. aeruginosa 33
5. Grafik hasil colony forming assay pada D. melanogaster w1118 34 6. Grafik hasil pengukuran level mRNA Diptericin 35
7. Grafik survival assay D. melanogaster imd1 yang diinfeksi P. aeruginosa 36
8. Grafik survival assay D. melanogaster imd1 yang tidak
diinfeksi P. aeruginosa 36 9. Grafik hasil colony forming assay pada D. melanogaster imd1 37
10. Kurva baku asam galat 55 11. Kit isolasi RNA 61 12. Foto hasil colony forming assay pada D. melanogaster w1118
0 hari setelah infeksi 62
13. Foto hasil colony forming assay pada D. melanogaster w1118 5
hari setelah infeksi 63
14. Foto hasil colony forming assay pada D. melanogaster imd1
0 hari setelah infeksi 64
15. Foto hasil colony forming assay pada D. melanogaster imd1 5
hari setelah infeksi 65 16. Foto penyiapan simplisia dan ekstrak kelopak bunga rosella 75 17. Foto alat-alat penelitian 77
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
nomor halaman
1. Skema kerja ekstraksi sampel 48
2. Skema kerja penyiapan model infeksi 49 3. Skema kerja survival assay 50 4. Skema kerja pengukuran kuantitas bakteri 51
5. Skema kerja pengukuran level mRNA Diptericin 52 6. Perhitungan konsentrasi ekstrak rosella dan antibiotik
tetrasiklin 53 7. Perhitungan konsentrasi kurva baku asam galat 54 8. Perhitungan kadar fenolik total 57
9. Komposisi medium 59
10. Komposisi pakan Drosophila melanogaster 60
11. Komposisi reagen SV Total RNA Isolation System 61
12. Gambar hasil colony forming assay pada Drosophila
melanogaster w1118 62 13. Gambar hasil colony forming assay pada Drosophila
melanogaster imd1 64 14. Perhitungan Colony Forming Unit (CFU) 66 15. Perhitungan level ekspresi Diptericin 71
16. Gambar penyiapan simplisia dan ekstrak kelopak bunga
rosella 75 17. Gambar alat-alat penelitian 76 18. Identifikasi tanaman 78
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Penggunaan bahan alam sebagai obat tradisional di Indonesia telah
dilakukan oleh nenek moyang kita sejak berabad-abad yang lalu. Indonesia
dengan jumlah penduduk lebih dari 200 juta jiwa, memiliki lebih kurang 30.000
spesies tumbuhan dan 940 spesies diantaranya termasuk tumbuhan
berkhasiat. Tumbuhan tersebut menghasilkan metabolit sekunder dengan
struktur molekul dan aktifitas biologi yang beraneka ragam serta memiliki
potensi yang sangat baik untuk dikembangkan menjadi obat berbagai macam
penyakit.
Salah satu tanaman di Indonesia yang dimanfaatkan sebagai bahan
obat tradisional adalah rosella (Hibiscus sabdariffa L.). Indonesia merupakan
negara produksi rosella ke-5 terbesar dengan presentasi 6,23% setelah Cina
(27,76%), India (17,91%), Sudan (9,1%) dan Uganda (8,40%) (Cid-Ortega, et
al., 2015). Rosella merupakan sumber vitamin, mineral, dan senyawa bioaktif,
seperti asam organik, fitosterol, dan polifenol. Kandungan fenol terutama terdiri
dari anthocyanin seperti delphinidin-3-glucoside, sambubioside, dan cyanidin-
3-sambubioside; flavonoid lain seperti gossypetin, hibiscetin, dan glikosida;
Asam protocatechuic, eugenol, dan sterol seperti β-sitoesterol dan ergoesterol
(Ali, et al., 2005).
2
Beberapa penelitian sebelumnya melaporkan bahwa rosella memiliki
efek sebagai antioksidan, antihipertensi, antidiare, antispasmodik, antiobesitas,
antidiabetes, antiinflamasi, antipiretik, antikolesterol, antihiperamonemia,
antiurolitiasis, antiparasit, antiprotozoa, antimutagenik, antikanker, diuretik,
hepatoprotektif, nefroprotektif, hemoprotektif, imunoprotektif, imunomodulator,
stimulan keratinosit, efek urikosurik, efek laktasi, efek sedatif/anxiolitik, efek
laksatif dan antibakteri (BPOM RI, 2010; Lim T.K., 2014).
Aktivitas rosella sebagai antibakteri secara in vitro terutama bagian
kelopak bunga telah dilakukan pula oleh beberapa peneliti sebelumnya. Liu, et
al,. (2005) melaporkan bahwa ekstrak kelopak bunga rosella dapat
menghambat pertumbuhan beberapa jenis bakteri gram positif dan gram
negatif termasuk P. aeuroginosa. Hal yang sama dilaporkan pula oleh Olaleye
(2007) bahwa ekstrak air-metanol kelopak bunga rosella pada konsentrasi 20
mg/mL terbukti dapat menghambat pertumbuhan P. aeuroginosa secara in vitro
dengan nilai hambat sebesar 10 ± 0.4 mm; Al-Hashimi (2012) melaporkan
bahwa ekstrak etanol kelopak bunga rosella pada konsentrasi 10 mg/mL
menghambat pertumbuhan P. aeuroginosa dengan nilai hambat sebesar ± 17
mm; Sirag, et al (2014) melaporkan bahwa ekstrak etanol kelopak bunga
rosella pada konsentrasi 250 mg/mL menghambat pertumbuhan P.
aeuroginosa dengan nilai hambat sebesar ± 29 mm; Effendi (2017) juga
melaporkan bahwa ekstrak etanol kelopak bunga rosella pada konsentrasi 25
mg/mL menghambat pertumbuhan P. aeuroginosa dengan nilai hambat
sebesar ± 21,05 mm (kekuatan daya antibakteri yang sangat kuat yaitu lebih
dari 20 mm menurut kriteria Davis dan Stout, 1991). Berdasarkan hasil in vitro
3
tersebut sehingga di anggap perlu untuk dilakukan pengujian aktivitas
antibakteri secara in vivo.
Pseudomonas aeuroginosa adalah bakteri gram negatif yang dapat
tumbuh dan berkembang di berbagai lingkungan dan sumber nutrisi. P.
aeruginosa merupakan patogen penting yang menyebabkan berbagai infeksi
akut dan kronis. P. aeruginosa jarang menyebabkan infeksi pada individu yang
sehat, tetapi merupakan patogen oportunistik yang menyebabkan infeksi serius
terutama pada pasien rawat inap, individu yang immunocompromised dan
pasien dengan cystic fibrosis, dan merupakan penyebab umum dari infeksi
nosokomial termasuk infeksi luka bakar, infeksi saluran kemih, bakteremia, dan
pneumonia (Sadikot, et al., 2005).
Salah satu alternatif model uji platform in vivo sebagai antibakteri yang
dapat digunakan terutama untuk mempelajari interaksi inang-patogen yaitu
lalat buah (Drosophila melanogaster). Hal ini dikarenakan: (1) D. melanogaster
dapat berkembang biak dengan cepat sehingga diperoleh hewan uji dalam
jumlah banyak dan tidak memerlukan kode etika bila digunakan dalam
penelitian; (2) tersedianya hewan mutan atau transgenik untuk penelusuran
mekanisme kerja dan eksperimen lanjutan; dan (3) memiliki susunan yang
relatif kompleks, dengan saluran pencernaan dan rongga tubuh yang berbeda
sehingga infeksi lokal atau sistemik masing-masing dapat berlangsung.
Keuntungan lain menggunakan D. melanogaster sebagai model uji adalah
ukurannya yang kecil sehingga tidak membutuhkan banyak tempat dan tidak
memerlukan biaya perawatan yang besar dan juga memiliki siklus hidup yang
singkat (60-90 hari) sehingga sangat cocok digunakan untuk pengamatan yang
4
berhubungan dengan toksisitas dan life span (usia satu hari D. melanogaster
kurang lebih sesuai dengan usia satu tahun manusia) (Pandey, et al., 2011;
Tzelepis, et al., 2013; Filloux, et al., 2014).
Belakangan ini studi microarray menunjukkan bahwa infeksi mikroba
menyebabkan perubahan luas dalam program ekspresi gen D. melanogaster.
Drosophila melanogaster tidak memiliki sistem kekebalan adaptif dan hanya
bergantung pada reaksi kekebalan tubuh alami sebagai pertahanan. Untuk
memerangi infeksi mikroba. D. melanogaster mengaktifkan beberapa respon
seluler dan humoral termasuk, misalnya, kaskade proteolitik yang
menyebabkan pembekuan darah dan melanisasi, produksi beberapa efektor
molekul seperti anti mikroba peptida (AMP) dan penyerapan mikroorganisme
oleh sel-sel darah. AMP yang dibuat dalam lemak tubuh D. melanogaster,
setara dengan fungsional hati mamalia, dan disekresi dalam hemolimf, di mana
mereka langsung membunuh mikroorganisme yang menyerang. Analisis
genetik menunjukkan bahwa gen AMP diatur oleh jalur Toll dan Imd. Jalur Toll
diaktifkan terutama oleh bakteri gram-positif dan jamur, sedangkan jalur Imd
merespon terutama untuk infeksi bakteri gram-negatif dan mengontrol ekspresi
gen antibakteri peptida (Tzou, et al., 2002a; Hoffmann, et al., 2002).
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan
pengujian aktivitas antibakteri ekstrak etanol kelopak bunga rosella terhadap P.
aeruginosa secara in vivo menggunakan model infeksi D. melanogaster
genotip w1118 dan mutan imunologik imd1.
5
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka
rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Apakah D. melanogaster dapat digunakan sebagai platform model uji in
vivo dari aktivitas antibakteri ekstrak etanol kelopak bunga rosella terhadap
P. aeruginosa?
2. Bagaimanakah pengujian survival assay, colony forming assay dan
pengukuran level mRNA Diptericin terhadap D. melanogaster genotip
w1118?
3. Bagaimanakah pengujian survival assay dan colony forming assay pada D.
melanogaster mutan imunologik imd1 dapat mengindikasikan mekanisme
kerja efek antibakteri ekstrak etanol kelopak bunga rosella?
C. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui kemampuan D. melanogaster sebagai platform model uji in vivo
dari aktivitas antibakteri ekstrak etanol kelopak bunga rosella terhadap P.
aeruginosa.
2. Menganalisis mekanisme kerja efek antibakteri ekstrak etanol kelopak
bunga rosella.
6
D. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini yaitu untuk memberikan informasi mengenai
potensi penggunaan D. melanogaster sebagai platform uji in vivo kandidat obat
dari bahan alam.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Uraian Tumbuhan Rosella (Hibiscus sabdariffa L)
1. Klasifikasi
Gambar 1. Tanaman dan kelopak bunga rosella (Hibiscus sabdariffa L.) (Lim T.K., 2014)
Menurut Serial Data Ilmiah Terkini Tumbuhan Obat, Rosella
diklasifikasikan sebagai berikut: (BPOM RI, 2010)
Kerajaan : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Subkelas : Dilleniidae
Bangsa : Malvales
Suku : Malvaceae
Marga : Hibiscus
Jenis : Hibiscus sabdariffa L
8
2. Nama Lain
Arab: Bissap, Carcadé, Karkadé, Karkady; China: Mei Gui Qie, Luo
Shen Hua, Luo Shen Kui, Shan Qie Zi; India: Meśta / Meshta, Mathipuli,
Chukiar, Tengamora, Gongura, Pundi; Indonesia: Gamet Walanda (Sunda),
Kasturi Roriha (Ternate), Rosela; Inggris: Roselle; Sudan: Karkade; Uganda:
Kalabi, Musayi (Bulamogi Country), Musayi (Rutooro) (Lim T.K., 2014).
3. Deskripsi
Habitat asli tumbuhan rosella berasal dari Nigeria, namun tumbuh
berkembang di seluruh dunia, terutama daerah tropis. Rosella merupakan
herba tahunan yang berdaun lebat, tegak dan sangat bercabang, ketinggian
bisa mencapai antara 1 - 3 m dan memiliki akar tunggang. Batang kemerahan,
bulat, dan berbulu tajam. Daun berseling, berstipula, berpetiolate; panjang
tangkai daun 20 - 50 mm; panjang stipula 6 - 8 mm, filiform; berbentuk bulat
telur dan tidak berlekuk di bagian bawah, pangkal daun lonjong, pinggiran
bergerigi, dan ujung daun tajam, berwarna hijau tua sampai merah. Bunga
rosella keluar dari ketiak daun dan merupakan bunga tunggal, artinya pada
setiap tangkai hanya terdapat satu bunga, dominan berwarna kuning dan
merah, teratur. Tangkai bunga; epicalyx terdiri dari sekitar 12 daun pelindung
kemerahan, panjang 10 - 12 mm. Kelopak bunga panjangnya 15 - 30 mm (bila
terdapat buah dapat membesar sampai 40 mm), terdiri dari 5 sepal besar
berwarna kemerahan yang menyatu di dasar (kelopak bunga ini sering
dianggap bunga oleh masyarakat). Mahkota bunga panjangnya 15 - 25 mm,
benang sari 100 (beragam) berukuran pendek dan tebal, putiknya berbentuk
9
tabung berwarna kuning atau merah. Buah terbagi menjadi 5 ruang, tidak
berdaging, berbentuk kapsul bulat telur berwarna merah terang, panjang 18 -
20 mm dan lebar 15 - 18 mm. Bentuk biji menyerupai ginjal, berbulu dengan
panjang 5 mm dan lebar 4 mm. Saat masih muda biji berwarna putih dan
setelah tua berubah menjadi abu-abu (BPOM RI, 2010; Lim T.K., 2014; Cid-
Ortega, et al., 2015; Maryani, et al., 2005).
4. Kandungan Kimia
Kandungan senyawa bioaktif (terutama fenolik dan antosianin) pada
kelopak bunga rosella bervariasi sesuai dengan kultivar, metode ekstraksi,
jenis pelarut, dan ukuran partikel material. Kelopak bunga rosella kering
dilaporkan mengandung anthocyanidins, delphinidin-3-sambubioside dan
cyanidin-3-sambubioside sebagai komponen utama dan cyanidin-3-O-
rutinoside, delphinidin-3-O-glucoside dan cyanidin-3,5-diglucoside, dan asam
klorogenik sebagai komponen yang lebih kecil (Cid-Ortega, et al., 2015;
Segura-Carretero, et al., 2008).
Peng-Kong et al. (2002) melaporkan konsentrasi total antosianin dari
serbuk rosella adalah 2.520 ± 50 mg / 100 g (dinyatakan sebagai delphinidin-3-
glucoside). Mereka juga menyebutkan bahwa, menurut analisis High
Performance Liquid Chromatography (HPLC), antosianin utama di kelopak
bunga rosella adalah delphinidin-3-sambubioside (71,4%) dan cyanidin-3-
sambubioside (26,6%). Sedangkan Galicia-Flores et al. (2008) melaporkan
konsentrasi total antosianin antara 364,98 dan 606,67 mg / 100 g sampel
kering dalam ekstrak yang diperoleh dengan menggunakan metanol yang
10
diasamkan dengan 1% asam trifluoroasetat dan antara 172,58 dan 296,99 mg /
100 g kelopak bunga kering menggunakan air suling sebagai pengekstrak (Cid-
Ortega, et al., 2015).
5. Manfaat
Semua bagian tanaman rosella bermanfaat dan dapat dikonsumsi.
Bagian tanaman yang paling bernilai dan banyak digunakan adalah kelopak
bunga. Pada produk makanan, kelopak bunga rosella segar digunakan dalam
salad dan untuk membuat anggur rosela, sirup, gelatin, kavurma (makanan
tradisional Turki), minuman penyegar, puding, acar, kue, teh herbal, jeli, yogurt,
es krim, mentega, kue, saus, tart dan makanan penutup lainnya (Lim T.K.,
2014; Cid-Ortega, et al., 2015).
Aktivitas farmakologi kelopak bunga rosella dapat digunakan sebagai
antihipertensi, antiinflamasi, antiobesitas, antikolesterol, hepatoprotektif,
antidiare, antioksidan, antispasmodik, efek urikosurik, efek laktasi, efek
sedatif/anxiolitik, efek laksatif dan antibakteri (BPOM RI, 2010). Ekstrak
kelopak bunga rosella memiliki aktivitas sebagai antioksidan, antikanker,
hemoprotektif, hipolipidemik, diuretik, antipiretik, dan hipoglikemik. (Cid-Ortega,
et al., 2015). Ekstrak air dan etanol H.sabdariffa L memiliki aktivitas
antioksidan, antikanker dan antibakteri (Al-Hashimi, 2012; Sirag, 2014; Liu,
2005; Olaleye 2007).
11
6. Toksisitas
Profil toksisitas H. sabdariffa L telah banyak dilaporkan sebelumnya.
Pada salah satu uji toksisitas akut, tidak terdapat toksisitas setelah pemberian
oral dosis tinggi 15 g / kg ekstrak etanol dan air kelopak bunga H. sabdariffa
pada tikus yang diamati dalam waktu 7 hari (Reanmongkol, et al., 2007).
Penggunaan dalam jangka waktu lama pada dosis level 15 ekstrak air-
metanol kelopak bunga H. sabdariffa pada dosis 250 mg / kg dapat
menyebabkan kerusakan hati pada tikus (Akindahunsi, et al., 2003).
Uji toksisitas akut dilakukan dengan pemberian sekali dosis ekstrak
etanol kelopak rosella secara oral dalam dosis 40, 200, 1000 dan 5000 mg /
kg BB terhadap tikus SD yang diamati dalam rentang 14 hari setelah
pemberian, menunjukkan bahwa ekstrak etanol kelopak rosella ditemukan
LD50 pada 850,90 mg / kg BB, aktivitas AST, ALT, ALP tidak berbeda
signifikan pada kelompok perlakuan dengan kelompok kontrol (p<0,05) dan
histopatologi ditemukan beberapa perubahan struktur sel dan jaringan pada
organ hepar serta efek toksik yang tertunda sampai hari ke 14 juga tidak
ditemukan (Sari, et.al., 2016).
Pada uji toksisitas subkronis ditemukan bahwa nilai SGOT, SGPT,
alkaline fosfatase, bilirubin dan albumin berada dalam rentang nilai normal.
Urea dan dan kreatinin sebagai indikator fungsi ginjal juga dalam nilai normal
(BPOM RI, 2010). Uji toksisitas subkronis (12 minggu) dari ekstrak air kelopak
bunga H. sabdariffa pada dosis 1,15; 2,30; dan 4,60 g / kg dapat menginduksi
toksisitas testis pada tikus (Orisakwe, et al., 2004). Selain itu, pemberian oral
selama 90 hari pada tikus albino, ekstrak air dan alkohol kelopak bunga H.
12
sabdariffa dengan dosis 2.000 mg / kg menyebabkan kematian hewan, yang
didahului oleh penurunan berat badan disertai dengan diare (Fakeye, et al,.
2009).
Pemberian dosis tunggal ekstrak air H. sabdariffa 5.000 mg / kg berat
badan selama 14 hari tidak menghasilkan toksisitas akut. Begitu pula dengan
pemberian oral ekstrak air H. sabdariffa pada dosis 50, 100 dan 200 mg / kg
berat badan selama 270 hari tidak menyebabkan keracunan kronis pada tikus
(Sireeratawong, et al., 2013). Pemberian ekstrak etanol H. sabdariffa (200 mg
/ kg dan 300 mg / kg, secara oral) pada kelinci selama delapan minggu tidak
menunjukkan efek toksik (Ekor, et al., 2010).
B. Uraian Bakteri Uji Pseudomonas aeruginosa
1. Klasifikasi
Menurut Bergey’s Manual of Systematic Bacteriology, bakteri
Pseudomonas aeruginosa diklasifikasikan sebagai berikut: (Garrity, et al.,
2005)
Kingdom : Bacteria
Filum : Proteobacteria
Kelas : Gammaproteobacteria
Bangsa : Pseudomonadales
Suku : Pseudomonadaceae
Marga : Pseudomonas
Jenis : Pseudomonas aeruginosa
13
2. Karakteristik Fisik dan Pertumbuhan Pseudomonas aeruginosa
Pseudomonas aeruginosa adalah bakteri Gram-negatif berbentuk
batang, panjang 2,5-3,0 μm dan lebar 0,5-0,8 μm, berspora (asporogenous),
dan monoflagellated. Memiliki penampilan seperti mutiara (pearlescent) dan
bau seperti anggur atau seperti tortilla. P. aeruginosa tumbuh baik pada 25oC
sampai 37oC, dan kemampuannya untuk tumbuh pada 42oC membantu
membedakannya dari spesies Pseudomonas lainnya. P. aeruginosa adalah
mikroorganisme yang memiliki kemampuan bertahan hidup di berbagai kondisi
lingkungan. P. aeruginosa tidak hanya menyebabkan penyakit pada tanaman
dan hewan, tetapi juga pada manusia, menyebabkan infeksi serius pada
pasien yang memiliki imunitas lemah (immunocompromised) dengan kanker
dan pasien yang menderita luka bakar dan cystic fibrosis (Wu, et al., 2015).
C. Uraian Hewan Uji Drosophila melanogaster
1. Klasifikasi
Menurut Kunci Determinasi Serangga, hewan uji Drosophila
melanogaster diklasifikasikan sebagai berikut: (Lilies, 2014)
Kerajaan : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Bangsa : Diptera
Suku : Drosophilidae
Marga : Drosophila
Jenis : Drosophila melanogaster
14
2. Deskripsi
Drosophila melanogaster termasuk dalam kelas serangga yang memiliki
tiga bagian utama tubuh yaitu kepala, dada (thorax), dan perut (abdomen).
Bagian dada terbagi atas tiga segmen yaitu prothorax (anterior), mesothorax
(tengah) dan metathorax (posterior) (Gompel, et al., 2013).
D. melanogaster merupakan spesies dimorfik seksual, dimana jantan
dan betina dapat dengan mudah dibedakan atas dasar beberapa perbedaan
morfologi. Betina umumnya lebih besar dibandingkan jantan (tapi ini mungkin
bervariasi sesuai dengan usia, kondisi kultur, dan latar belakang genetik). Pada
jantan, segmen posterior abdomen sepenuhnya gelap dan mengkilat;
sedangkan pada betina, pewarnaan segmen ini bervariasi dari pucat ke hampir
seluruhnya gelap. Kedua jenis kelamin memiliki pola garis-garis melintang
gelap di sisi dorsal dari setiap segmen abdomen. Selain itu, betina memiliki
abdomen dengan ujung runcing sedangkan perut laki-laki bulat dan cenderung
meringkuk ke dalam (Gompel, et al., 2013).
Gambar 2. Drosophila melanogaster (Gompel, et al., 2013)
15
3. Pakan
Kondisi D. melanogaster sangat tergantung pada pakan, lebih dari pada
lingkungan. Survei terbatas mengenai laboratorium D. melanogaster di dunia
mengungkapkan bahwa kemungkinan tidak ada dua laboratorium yang
memproduksi persis makanan lalat yang sama. Hal ini dapat menyebabkan
masalah ketika aspek terkait pertumbuhan berada di bawah penyelidikan. Oleh
karena itu, bukan mengandalkan temuan yang dipublikasikan, tetapi harus
selalu melakukan kontrol terhadap kondisi gizi dan lingkungan yang sama
(Dahmann, 2008).
Sebagian besar resep makanan lalat didasarkan pada bahan-bahan
yang mirip yaitu air, agar, gula, tepung jagung, ragi, dan fungisida. Perbedaan
utama adalah sumber karbohidrat. Laboratorium di Amerika Serikat cenderung
menggunakan molase (produk sampingan dari pengolahan tebu atau gula bit),
sedangkan di Eropa dan Asia tampaknya lebih memilih glukosa atau dekstrosa.
Pada prinsipnya, makanan lalat dapat disiapkan dalam panci masak
sederhana. Namun, untuk mempersiapkan jumlah besar diperlukan ketel
pengaduk (volume sampai 100 L) dan pompa peristaltik (Dahmann, 2008).
4. Metode Infeksi Mikroba Terhadap Drosophila melanogaster
Pemilihan metode infeksi yang akan digunakan harus tergantung pada
hasil yang diinginkan (Apidianakis, et al., 2009).
a. Needle pricking pada bagian thorax atau abdomen; penusukan jarum
melibatkan penggunaan jarum tungsten yang dicelupkan ke dalam suspensi
bakteri, untuk menimbulkan luka di epitel kutikula thorax lalat dan otot
16
bagian dasar atau epitel perut. Metode ini memasukkan bakteri secara lokal
di lokasi luka; bakteri berkembang biak kemudian menyebarkan ke seluruh
tubuh lalat selama beberapa waktu tertentu. Metode ini menciptakan infeksi
luka dan memungkinkan untuk penilaian efek lokal dan sistemik.
b. Injector pumping; menghasilkan inokulasi terutama sistemik, karena bakteri
disuntikkan langsung dalam hemolymph Drosophila. Metode ini
memungkinkan untuk penilaian dampak secara sistemik, karena bakteri
segera didistribusikan ke seluruh tubuh lalat, sedangkan diameter kecil
pada ujung kapiler hanya menimbulkan luka minimal. Selain itu, metode
injector pumping memungkinkan inokulasi menggunakan dosis yang tepat
dari bakteri dan virus.
c. Feeding assay; metode infeksi ini dilakukan dengan cara memberikan
makanan pada lalat secara terus menerus dengan menggunakan media
yang mengandung bakteri dengan populasi tertentu. Metode ini menyerupai
infeksi pada usus yaitu memasukkan berbagai mikroba ke dalam usus lalat.
17
Tabel 1. Perbandingan metode infeksi mikroba terhadap D. melanogaster (Apidianakis, et al., 2009)
Metode
Tempat infeksi primer
Kehadiran bakteri / infeksi
Reproduktifitas
Pro dan Kontra
Kinetika bakteri
Needle pricking
Tempat luka
(lokal)
Tempat luka dan infeksi aliran darah
Baik Lancar, memungkinkan penilaian dari efek lokal dan sistemik, dan penyebaran potensi bakteri; cocok untuk skala besar
Eksponensial
Injector pumping
Sistemik Infeksi aliran darah
Sangat Baik Dikontrol beban inokulum; kurang cocok untuk skala besar
Eksponensial
Feeding assay
Intestinal (lokal)
Kolonisasi di usus / infeksi
Cukup Baik Manipulasi cairan makanan, cocok untuk skala besar; pemberian makanan konstan pada konsentrasi bakteri
Konstan 104-105 CFU tiap
lalat