agribisnis mangga di madiun

35
AGRITEK VOL. 17 NO. 5 SEPTEMBER 2009 ISSN. 0852-5426 PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN MANGGA DI KABUPATEN MADIUN Development of the Superior Commodity of Mango in Madiun Regency Soemarno, Sukindar, Budi Prasetya dan Syafrial Dosen Fakultas Pertanian UB ABSTRACT A study was conducted to evaluate the performances of superior commodity of mango agribussiness system in Madiun , East Java. Survey methode was used to collect data and informations. Field observations were conducted in several mango production areas in Dolopo and Kebonsari, Madiun regency. Land capability were evaluated appraisally using general criteria of altitude, rainfall, and soil. Feasibility of mango farming systems were evaluated involving a number of farmers selected purposively in Dolopo and Kebonsari subdistricts. The mango farming systems in homegardens and commercial monoculture gardens, using plant spacing of 7 m x 7m and 10 m x 10 m were socio-economically feasible and ecologically suitable to be developed. Tjhe agroecology of most region of Madiun regency, East Java are suitable for mango cultivation. Mango production areas generally located at the altitude of 0-400 m asl, under agroclimatic type of C2 , C3 and D. Only few mango cultivars can be cultivated productively at the altitude of 400-1000 m asl. The existing of cultivar of productyive mangoes tree are varied, resulting in a high variations of mangoes fruits marketed. Most of these cultivars produce a lower quality of fruits, although they can be used as good rootstocks. The activities of mango replanting in the rural areas usually involve Gadung and Manalagi cultivars. The serious impact due to the diverse population were the irregular-bearing and the high fluctuation of fruit yield. The yield of Gadung cultivar in Dolopo (monoculture gardens under medium level of management) during period of 5-30 years is about 10-11 ton/ha/year, while the yield of Manalagi cultivar in Dolopo is about 7.5-8.0 ton/ha/year. The usual market conduct in East Java are: Farmer -- rural merchants -- merchants in 1

Upload: sucidewi3

Post on 04-Jul-2015

233 views

Category:

Documents


9 download

TRANSCRIPT

Page 1: Agribisnis Mangga Di Madiun

AGRITEK VOL. 17 NO. 5 SEPTEMBER 2009 ISSN. 0852-5426

PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN MANGGA DI KABUPATEN MADIUN

Development of the Superior Commodity of Mango in Madiun Regency

Soemarno, Sukindar, Budi Prasetya dan SyafrialDosen Fakultas Pertanian UB

ABSTRACT

A study was conducted to evaluate the performances of superior commodity of mango agribussiness system in Madiun , East Java. Survey methode was used to collect data and informations. Field observations were conducted in several mango production areas in Dolopo and Kebonsari, Madiun regency. Land capability were evaluated appraisally using general criteria of altitude, rainfall, and soil. Feasibility of mango farming systems were evaluated involving a number of farmers selected purposively in Dolopo and Kebonsari subdistricts.

The mango farming systems in homegardens and commercial monoculture gardens, using plant spacing of 7 m x 7m and 10 m x 10 m were socio-economically feasible and ecologically suitable to be developed. Tjhe agroecology of most region of Madiun regency, East Java are suitable for mango cultivation. Mango production areas generally located at the altitude of 0-400 m asl, under agroclimatic type of C2 , C3 and D. Only few mango cultivars can be cultivated productively at the altitude of 400-1000 m asl. The existing of cultivar of productyive mangoes tree are varied, resulting in a high variations of mangoes fruits marketed. Most of these cultivars produce a lower quality of fruits, although they can be used as good rootstocks. The activities of mango replanting in the rural areas usually involve Gadung and Manalagi cultivars. The serious impact due to the diverse population were the irregular-bearing and the high fluctuation of fruit yield. The yield of Gadung cultivar in Dolopo (monoculture gardens under medium level of management) during period of 5-30 years is about 10-11 ton/ha/year, while the yield of Manalagi cultivar in Dolopo is about 7.5-8.0 ton/ha/year. The usual market conduct in East Java are: Farmer -- rural merchants -- merchants in towns of Bandung, Surabaya, Jakarta -- retailers -- consumers.

The prospective model of mangoes agribusiness systems in East Java must be supported by five interactive subsystems functionally, i.e. (1) information center about mango technologies and seedlings management, (2) production systems: small scale farming systems and commercial gardens systems, (3) extension institutions which supply inovative technologies, (4) postharvest management systems, and (5) marketing systems including informations of overseas markets.

Keywords: superior commodity, mango agribusiness.

ABSTRAK

Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis keragaan agribisnis komoditi unggulan mangga di Kabupaten Madiun, Jawa Timur. Metode survei digunakan untuk menelusuri data dan informasi primer dan sekunder tentang mangga. Observais lapangan secara appraisal dilakukan di pusat-pusat produksi mangga di Kecamatan Dolopo dan Kebonsari, Kabupaten Madiun dan sekitarnya.

1

Page 2: Agribisnis Mangga Di Madiun

AGRITEK VOL. 17 NO. 5 SEPTEMBER 2009 ISSN. 0852-5426

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sistem usahatani mangga, baik dalam kebun campuran/pekarangan maupun kebun monokultur, secara sosial dan ekonomis layak untuk dikembangkan. Sebagian besar wilayah Kabupaten Madiun, Jawa Timur mempunyai kondisi agroekologi yang sesuai bagi tanaman mangga. Daerah sentra produksi sekarang tersebar pada ketinggian 0-400 m dpl dengan tipe iklim C3 dan D (Klasifikasi Oldeman), seperti kecamatan Dolopo dan Kebonsari. Pada daerah dengan ketinggian 400-1000 m dpl tanaman mangga masih dapat tumbuh dan berproduksi cukup baik. Sebagian besar jenis mangga lokal mempunyai buah yang kualitasnya kurang baik, namun cukup baik untuk digunakan sebagai batang bawah.

Usaha peremajaan tanaman mangga rakyat umumnya memilih bibit mangga Gadung/Arumanis dan Manalagi. Rata-rata produksi buah mangga sekitar 10-11 ton/ha/th (mangga Gadung /Arumanis ) dan 7.5-8 ton/ha/th (mangga Cv. Manalagi).

Saluran pemasaran buah mangga segar secara umum adalah Petani -- pedagang/penebas -- pedagang penyalur di kota-kota besar -- pedagang pengecer -- konsumen. Dalam transaksi penjualan biasanya posisi tawar-menawar petani mangga snagat lemah. Dari hasil-hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa Sistem Agribisnis Mangga di Kabupaten Madiun, Jawa Timur harus didukung oleh lima komponen yang saling berinteraksi, yaitu (1) Pusat Informasi mangga dan kebun bibit, (2) kemitraan sistem produksi antara kebun mangga rakyat dan kebun mangga monokultur, (3) kelembagaan transfer informasi teknologi inovatif, (4) penanganan pascapanen, dan (5) Siatem pemasaran dan informasi pasar buah mangga, termasuk pasar ekspor.

Kata kunci : komoditi unggulan, agribisnis mangga.

PENDAHULUAN

Tanaman mangga cocok untuk dibudidayakan di daerah dengan musim kering selama tiga bulan. Masa kering diperlukan sebelum dan sewaktu berbunga. Jika ditanam di daerah basah, tanaman mengalami banyak serangan hama dan penyakit serta gugur bunga/buah jika bunga muncul pada saat musim hujan.

Dalam pasar negeri mangga tetap menjadi buah favorit pada saat musimnya. Buah yang berkualitas tetap memiliki harga yang jauh lebih baik dan dapat menembus pasar untuk kalangan menengah atas. Di pasar luar negeri mangga adalah buah eksotik yang banyak penggemarnya dan termasuk buah impor yang mahal. Potensi dan peluang ekspor mangga sangat besar, tetapi peluang ini belum dapat diman-faatkan secara maksimal.

Untuk mensuplai kebutuhan mangga luar negeri yang harus kontinyu dan standard mutu tidak berubah, diperlukan pengembangan agribisnis mangga yang mencakup areal tanam luas dengan kultur teknis dan pasca panen yang terkendali

Beberapa permasalahan yang sedang dihadapi oleh sistem agribisnis komoditas mangga di wilayah Kabupaten Madiun dapat diidentifikasikan selama ini adalah:

(a). Volume perdagangan buah mangga ke luar daerah selama ini mengalami fluktuasi yang sangat tajam dari waktu ke waktu. Beberapa faktor yang terkait dengan masalah ini adalah kendala-kendala kualitas (terutama tentang tingginya ragam jenis/varietas yang ada dan umumnya mempunyai kualitas buah yang inferior); keadaan teknik penanganan pascapanen (pengemasan dan pengepakan buah segar) untuk perdagangan jarak jauh; serta kendala-kendala diversifikasi produk olahan buah mangga.

2

Page 3: Agribisnis Mangga Di Madiun

AGRITEK VOL. 17 NO. 5 SEPTEMBER 2009 ISSN. 0852-5426

(b). Selama ini tanaman mangga masih banyak (sekitar 70% dari total populasi) ditanam penduduk pada lahan pekarangan di sela-sela tanaman lainnya. Alternatif pengembangan kebun mangga monokultur pada lahan tegalan atau perkebunan masih belum diketahui secara meyakinkan, apakah tanaman mangga yang diusahakan secara komersial cukup "layak" (feasible) baik ditinjau dari aspek finansiil, ekonomi, maupun sosial.

(c). Biaya investasi untuk pengusahaan mangga apabila dilakukan secara komersial (perkebunan) cukup besar, sulit terjangkau oleh petani yang permodalannya lemah. Oleh karenanya, dalam rangka pengembangan agribisnis mangga, perlu dikaji model penge lolaan yang dapat memecahkan masalah tersebut, termasuk permodalan, pemasaran, transfer teknologi serta permasalahan lainnya.

Tujuan penelitian adalah (1) ikut menggerakkan roda perekonomian nasional pada tingkat akar rumput (grass - roots), khususnya yang melibatkan secara langsung masyarakat dengan segenap sumberdayanya untuk mengelola agribisnis buah mangga ; (2) menganalisis sistem produksi , nilai tambah dan distribusi hasil buah mangga serta hasil-hasil olahannya, melalui perancangan dan upaya penerapan teknologi tepat guna inovatif ; (3) menganalisis prospek kewirausahaan di kalangan masyarakat untuk berwawasan sebagai pengusaha mikro dan/atau pengusaha kecil yang terkait dengan pengelolaan agribisnis komoditas mangga ; (4) menganalisis sinergisme antara masyarakat, kelembagaan tradisional yang ada, perguruan tinggi dan PEMDA guna menggerakkan roda perekonomian masyarakat dengan melibatkan kelompok-kelompok masyarakat (Receiving System Groups) secara langsung dengan segala sumberdayanya untuk mengembangkan agribisnis komoditas mangga .

METODE PENELITIAN

Kerangka KonsepSistem agribisnis sebagai suatu unit

aktivitas ekonomi terdiri atas serangkaian proses-proses produksi primer, sekunder , tersier, dan jasa-jasa (Downey dan Erickson, 1989). Mengacu pada batasan ini, maka kegiatan penelitian diawali dengan evaluasi kapabilitas sumberdaya alam, agro-sosio-teknologi, dan diakhiri dengan kajian alokasi dan distribusi pendapatan di antara pelaku kegiatan, termasuk petani.

(1.). Evaluasi agroekologi. Tiga macam faktor lingkungan yang dianggap snagat menentukan ekeberhasilan pertumbuhan dan produksi mangga adalah ketinggian tempat, curah hujan tahunana (dan jumlah uran kering), dan kedalaman efektif tanah.

(2). Sistem usahatani mangga. Sistem usahatani mangga di Jawa Timur sebagian terbesar dilakukan oleh rakyat seca-ra individual dengan skala kecil. Keragaman sistem usahatani ini dsangat besar dengan tingkat kompleksitas yang berbeda-beda. Secara struktural sistem usahatani mangga terdiri atas komponen ekologis dan komponen sosial-ekonomi.

Data dan Informasi yang dihimpunBertitik tolak dari konsepsi di atas

maka data-data yang diperlukan meliputi data agroekologi (lahan, iklim, dan air), agroekonomi (I/O usahatani mangga, pemasaran, dan lainnya), Agro-sosio-teknologi (teknologi "mangga" yang dikuasai petani: Budidaya, pascapanen dan pengolahan hasil), dan data-data penunjang lainnya.

Lokasi penelitian secara umum adalah Wilayah Kabupaten Madiun, Propinsi Jawa Timur. Daerah pusat produksi mangga yang dipilih adalah Kecamatan Dolopo , Kebonsari, dan sekitarnya dan sekitarnya.

3

Page 4: Agribisnis Mangga Di Madiun

AGRITEK VOL. 17 NO. 5 SEPTEMBER 2009 ISSN. 0852-5426

Pengumpulan Data dan Analisisnya

Kegiatan survei (dengan metode RRA dan Receiving System Groups) dilakukan untuk menghimpun data dan informasi primer tentang: sistem usahatani mangga, sistem pemasaran, karakteristik agro-ekologi, penguasaan teknologi mangga oleh petani, dan respon petani terhadap pengembangan agribisnis mangga.

Kegiatan “transfer informasi tekno-logi inovatif” dilakukan dalam bentuk dialog / diskusi lapangan, penerangan/ penyuluhan/ceramah, Demonstrasi / percontohan, lomba-lomba perawatan tanaman dan penanaman bibit mangga, dan penyebaran leaflets.

Responden petani mangga dipilih di antara pemilik mangga di wilayah Kecamatan Dolopo. Dalam studi pemasaran melibatkan sejumlah lembaga pemasaran buah mangga di Desa Dolopo,

Kecamatan Dolopo, Pasar Dolopo, Pasar Buah Kodya Madiun, dan kis-kios/ pengecer buah mangga di wilayah Kabupaten dan Kota Madiun. Khusus untuk penelaahan pembibitan telah dilibatkan beberapa pusat pembibitan / penangkar bibit di Desa Jiwan- Kabupaten Madiun, Penangkar bibit di Dolopo, dan penangkar di Caruban.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Produktivitas Mangga di Wilayah Kabupaten MadiunPerkembangan produksi mangga di

Madiun, Jawa Timur 1988 - 2008 menunjukkan kecenderungan peningkatan (Tabel 1). Tiga jenis mangga yang dominan Arumanis/ Gadung , Manalagi dan mangga Jawa

Tabel 1. Perkembangan Produksi Mangga.

Tahun Produksi Perkembangan (ton) (% /th)

1998 186.200 - 2000 207.600 11.50 2003 326.220 7.50 2005 455.200 47.00 2008 612.500 35.00

Sumber: Diolah dari laporan Tahunan Dinas Pertanian Tanaman Pangan Propinsi Jawa Timur

Zone Pengembangan ManggaTanaman mangga sangat cocok

untuk daerah-daerah yang mempunyai bulan kering sekitar tiga bulan (tipe iklim yang sesuai B2, C dan D), ia cukup tahan kekeringan (termasuk wilayah Kecamatan Dolopo dan sekitarnya). Di daerah yang beriklim basah tanaman mangga sering mengalami gangguan seperti kerontokan bunga, gangguan penyakit Gleosporium dan penggerek buah. Di daerah iklim kering diperlukan persyaratan bahwa kedalaman air tanah tidak boleh lebih dari 200 cm. Tanaman ini kurang sesuai untuk

daerah dataran tinggi (>1000 m dpl). Periode kering sebelum dan sewaktu pembungaan sangat diperlukan untuk keberhasilan pembuahan, sedangkan cuaca berawan dan banyak hujan pada saat pohon berbunga dapat mengganggu perkawinan bunga dan mengakibatkan kerontokan. Karakteristik tanah yang sesuai adalah gembur dan tekstur lempung berpasir, dan solumnya cukup dalam.

Tiga macam faktor agroekologi utama yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman mangga adalah ketinggian tempat, pola

4

Page 5: Agribisnis Mangga Di Madiun

AGRITEK VOL. 17 NO. 5 SEPTEMBER 2009 ISSN. 0852-5426

hujan sepanjang tahun, dan solum tanah. Sedangkan faktor-faktor agroekologi lain yang dapat membatasi produktivitas tanaman mangga adalah (i) salinitas tanah yang tinggi, (ii) muka air tanah yang terlalu dangkal, (iii) tekstur tanah liat berat, (iv) drainase tanah yang jelek/daerah genangan/banjir, (v) faktor khusus.

Wilayah pengembangan mangga dapat dijelaskan seperti berikut.

(1). Wilayah pengembangan dataran menengah beriklim basah (400-700 m dpl, CH = > 2000 mm/tahun)

Daerah ini kurang sesuai bagi tanaman mangga, faktor pembatasnya adalah curah hujan yang berlebihan. Pada saat tanaman mangga menghendaki periode kering ternyata masih turun hujan. Oleh karena itu kasus yang sering terjadi ialah kerontokan bunga dan bakal buah.

(2). Wilayah pengembangan dataran menengah beriklim agak basah (400-700 m dpl, CH = 1000 - 2000 mm/tahun)

Sebaran wilayah ini sangat luas dengan kondisi agroekologi sangat beragam. Keadaan ini memungkinkan berbagai jenis mangga tumbuh dan berkembang dengan baik. Kendala yang mungkin dihadapi adalah solum tanah yang tipis, tekstur liat berat atau berpasir.

(3). Wilayah pengembangan dataran rendah beriklim kering(0-400 m dpl, CH = < 750 mm/tahun). Wilayah pengembangan ini hanya sesuai bagi tanaman mangga yang tahan terhadap kekeringan, yaitu jenis-jenis lokal yang mempunyai perakaran sangat dalam dan luas, penetrasinya kuat dan umumnya mempunyai tajuk yang daunnya kecil-kecil. Kendala yang lazim adalah cekaman air tanah yang mengakibatkan kegagalan fruitset.

(4). Wilayah pengembangan dataran rendah beriklim agak basah (0-400 m dpl, CH = 1000-2000 mm/tahun). Wilayah ini sangat potensial untuk dikembangkan menjadi pusat produksi mangga. Kondisi agroklimat umumnya sesuai bagi pertumbuhan dan produksi

mangga. Periode kering cukup panjang bagi periodisasi pertumbuhan tanaman mangga. Kendala yang mungkin dihadapi adalah muka air tanah yang terlalu dangkal, drainase jelek atau genangan air, dan tekstur tanah liat berat.

Keragaan Sistem Agribisnis Mangga

1. Sistem PengusahaanTanaman mangga pada umumnya

diusahakan di lahan pekarangan secara sambilan. Estimasi tentang persentase luas pengusahaan mangga berdasarkan sistim pengusahaannya disajikan dalam Tabel 2.

5

Page 6: Agribisnis Mangga Di Madiun

AGRITEK VOL. 17 NO. 5 SEPTEMBER 2009 ISSN. 0852-5426

Tabel 2. Estimasi Persentase Usahatani Tanaman Mangga Berdasarkan Sistem Pengusahaannya

Sistem Usahatani % responden 1. Mangga diusahakan pada lahan pekarangan 60 - 702. Mangga diusahakan pada lahan tegal dan tumpangsari dengan tanaman pangan 20 - 253. Mangga diusahakan pada lahan tegal secara monokultur < 10

Sumber: Appraisal lapangan, 2008.

Tanaman mangga di lahan pekarangan umumnya tidak mendapatkan perawatan secara memadai, pemupukan dilakukan ala kadarnya, pemangkasan tajuk tidak dilakukan. Sebagian besar tanaman telah berumur tua dan dahulu ditanam dari biji. Dalam keadaan seperti ini sifat irregular-bearing sangat menonjol

, kualitas hasil panen dan waktu panen sangat beragam.

2. Produktivitas Tanaman Mangga Jumlah tanaman mangga dan

produksinya di daerah sentra produksi Dolopo disajikan dalam Tabel 3.

Tabel 3 . Estimasi Jumlah Tanaman dan Produksi Mangga Kultivar Jumlah tanaman mangga Produksi Dewasa Muda Total Buah (q)Gadung 95.527 55.520 151.047 137.085Manalagi 44.735 33.149 77.884 58.357 Golek 20.950 23.986 44.936 35.803Madu 7.229 18.303 25.532 7.898 Jenis lain 45.972 63.932 109.904 142.372

Sumber: Diolah dari berbagai sumber data sekunder, 2005-2008

3. Sistem usahatani mangga rakyatTanaman mangga telah banyak

ditanam dan diusahakan oleh masyarakat, mulai dari sekala tradisional hingga sekala

kebun modern. Deskripsi ringkas sistem usahatani mangga yang dilakukan oleh petani dapat disajikan dalam Tabel 4.

Tabel 4. Deskripsi Sistem Usahatani Mangga Yang Dilakukan Petani

Rata-rata kondisi riil1. Rata-rata jumlah pohon / RTP 5 - 15 pohon2. Lahan yang digunakan Lahan pekarangan3. Jarak tanam Tidak beraturan

6

Page 7: Agribisnis Mangga Di Madiun

AGRITEK VOL. 17 NO. 5 SEPTEMBER 2009 ISSN. 0852-5426

4. Sistim penanaman bibit Sebagian besar berasal dari cangkokan5. Jenis mangga yang banyak diusahakan

Arumanis (gadung): umur < 10 tahunMangga Jawa: tanaman tua > 15 tahun

6. Pemangkasan Umumnya dilakukan pada waktu tanaman umur 3-5 tahun7. Pemupukan Umumnya dilakukan pada waktu tanaman umur 2-5 tahun8. Pemberantasan hama dan penyakit Jarang dilakukan

Source: Diolah dari Data Primer , 2008.

4. Pemasaran buah Buah mangga pada umumnya

dipasarkan dalam bentuk buah segar, kurang dari satu persen dari total produksi yang diproses menjadi bentuk olahan. Buah mangga sebagian besar dikonsumsi untuk memenuhi kebutuhan luar daerah sentra produksi.

a. Metode Pemasaran Penjualan buah mangga dari petani

kepada pedagang pengumpul biasnaya dilakukan melalui tiga cara, yakni tebasan, ijon atau kontrak. Sebagian besar petani melakukan pemasaran mangganya dengan cara tebasan (80%), sisanya dengan cara ijon dan kontrak. Dalam hal cara ijon dan kontrak, mekanisme penen-

tuan harga sangat didominasi oleh pedagang.

b. Marjin Pemasaran Marjin pemasaran mangga dari

Kabupaten Madiun ke luar daerah (ke Jakarta dan Bandung) disajikan dalam Tabel 5. Market Share petani dari harga beli konsumen hanya sebesar lebih kurang 40-45%.

c. Saluran Pemasaran Buah mangga yang dihasilkan di

Kabupaten Madiun sebagian kecil dipasarkan di dalam wilayah Kabupaten dan sebagian besar dikirim ke luar wilayah. Saluran pemasaran buah mangga tersebut dapat diabstraksikan sbb:

Petani Pedagang 15-20% Pengecer MANGGA Dolopo di Madiun

20-30% 50 - 65%

Pedagang dalam Propinsi Pedagang luar Propinsi Jawa Timur: Jawa Timur: - Surabaya - Jakarta , Bandung - Malang - Bali - Kediri - Semarang, Solo

Tabel 5. Pemasaran Mangga ke luar wilayah Madiun

Aktivitas Nilai Pangsa relatif

7

Page 8: Agribisnis Mangga Di Madiun

AGRITEK VOL. 17 NO. 5 SEPTEMBER 2009 ISSN. 0852-5426

(Rp/100 buah) (%)1. Petani Harga jual 14.280 44.702. Pedagang pengumpul a. Harga beli 14.280 44.70 b. Biaya - Panen 714 2.23

- Sortasi 460 1.44- Packing 1.285 4.02- Transport lokal 250 0.78

- Kuli angkut 860 2.69- Transport keluar

daerah (Jakarta) 5.732 17.94 Total 9.301 29.12

c. Harga jual 31.945 100 d. Keuntungan 8.355 26.15

Keterangan: Berpedoman harga tahun dasar 2008.5. Agro-Technologi Mangga Berdasarkan hasil penelitian di

Kabupaten Madiun diperoleh informasi tentang agro-teknologi mangga seperti yang diabstraksikan dalam Tabel 7. Sebagian besar petani mangga di dua daerah sentra produksi mangga (Pasuruan dan Probolinggo) kurang menerapkan teknologi budidaya mangga. Terutama para petani yang menanam mangga di pekarangan dapat dikatakan belum melakukan usaha kearah peningkatan teknologi budidaya, atau boleh dikatakan melakukan budidaya apa adanya.

Kelayakan agribisnis mangga 1. Aspek AgroekologiTanaman mangga dapat tumbuh dan

berproduksi dengan baik pada tempat-tempat dengan ketinggian 0-700 meter diatas permukaan laut, sedangkan kondisi yang ideal adalah 0-400 m dpl bebas

banjir/genangan air. Syarat-syarat tumbuh (pola hujan) untuk tanaman mangga: (1). Daerah-daerah yang kondisi

iklimnya ditandai oleh bulan basah kurang dari 9 bulan dan bulan kering minimal 2 bulan, daerah toleransinya adalah 7-8 bulan basah dan 4- 5 bulan kering . Kedalaman muka air tanahnya 50 cm atau lebih, sehingga tidak terjangkau oleh sistem perakaran .

(2). Daerah-daerah yang bulan basahnya 5-7 bulan dan bulan keringnya 4-6 bulan, dengan kedalaman muka air tanah 50 cm sampai 150 cm.

(3). Daerah-daerah yang bulan basahnya kurang dari 5 bulan dan bulan keringnya 6 bulan, sampai yang bulan basahnya 2-4 bulan dan keringnya 8 bulan, dengan kedalaman muka air tanahnya 50 cm sampai dengan 150 cm di bawah permukaan.

Tabel 6. Keadaan Agro-Teknologi Budidaya Mangga.

Dolopo Kebonsari Pekarangan Tegalan Pekarangan Tegalan I. Bibit dan Pembibitan a. Asal bibit - Sendiri 75.0 % 36.5 % 55 % 20% - Membeli 25.0 % 63.5 % 45 % 80 b. Cara Pembibitan - Biji 55.0 % 0 15 % - - Sambungan 26.0 % 55.0 30 % 60%

8

Page 9: Agribisnis Mangga Di Madiun

AGRITEK VOL. 17 NO. 5 SEPTEMBER 2009 ISSN. 0852-5426

- Okulasi 15.0 % 30.0 20 % 40 - Cangkok 4.0 % 15.0 35 % - c. Jarak Tanam; m - Tak teratur 8 x 8 - 7 x 7 - - Teratur 10 x 10 12 x 12 10 x 10 10 x 10 d. Sistim Penanaman - Tumpangsari 100 % 75 % 85 % 50% - Monokultur - 25 % 15 % 50II. Pemeliharaan a. Pemangkasan/ Benalu 55.55 % 40.75 % 50 % 80% b. Pemupukan 11.00 % 55.00 % 20 % 90% c. Pemberantasan hama penyakit 5.00 % 45.00 % 12 % 70% d. Penyiangan 40.00 % 75.00% 20 % 80%III. Jumlah rata-rata 4 -5 pohon 60 3-4 40 pohon setiap orang

Sumber: Diolah dari data primer, 2008.2. Prospek pengembangan manggaKeberhasilan pengembangan mangga

di Kabupaten Madiun, Jawa Timur menghadapi beberapa faktor:

(a). Suplai bahan pangan Pengembangan tanaman

mangga haruslah diarahkan pada lahan kering (pekarangan, tegalan, kebun campur-an, dan lahan-lahan kritis). Arah kebijakan ini dipertegas oleh Dinas Pertanian Cabang Kabupaten yang menggelarkan "gerakan manggani-sasi", yaitu menanam tanaman mang-ga pada setiap jengkal lahan yang kosong.

(b). Pengelolaan lahan Lahan-lahan kritis di wilayah

Kabupaten Madiun sampai saat ini masih memerlukan penanganan yang lebih serius, terutama yang berada di kawasan lahan usaha milik penduduk. Kenyataan ini mendorong adanya kebijakan Pemerintah Daerah untuk menggerakkan program penghijauan. Jenis tanaman unggulan yang dianjurkan adalah mangga, karena tanaman ini disamping untuk tujuan penghijauan sekaligus dapat meningkatkan pendapatan masyarakat.

(c). Respon Masyarakat

Hasil penelitian menunjukkan bahwa respon petani untuk menanam mangga pada lahan kering (peka-rangan, tegalan, kebuun, dan lahan-lahan terlantar) cukup besar. Untuk lebih membantu respon penduduk ini pemerintah daerah telah mengarahkan bantuan pembangunan desa untuk pengadaan bibit mangga yang baik.

(d). Peningkatan intensitas penggunaan lahan

Intensitas penggunaan lahan kering masih sangat rendah yakni satu sampai dua kali setahun (tanam yang kedua kadang-kadang berhasil dipanen dan kadang- kadang gagal dipanen karena mengalami keke-ringan). Pada musim kemarau lahan-lahan seperti ini praktis tidak meng-hasilkan produk, sehingga lazimnya dikategorikan sebagai lahan tidur "Sleeping Land". Dengan demi-kian penanaman mangga pada lahan seperti ini diharapkan dapat mening-katkan intensitas produktivitasnya.

(e). Peningkatan Pendapatan Hasil penelitian menunjukkan

bahwa tanaman mangga memberikan sejumlah pendapatan keluarga. Ke-nyataan ini menunjukkan bahwa apabila pengembangan mangga di-

9

Page 10: Agribisnis Mangga Di Madiun

AGRITEK VOL. 17 NO. 5 SEPTEMBER 2009 ISSN. 0852-5426

arahkan pada lahan-lahan petani tersebut diharakan dapat mening-katkan pendapatan petani.

3. Aspek Sosio-teknologiPenguasaan agroteknologi mangga

oleh penduduk pada umumnya sudah menguasai syarat minimal, akan tetapi untuk menuju kepada usahatani yang lebih intensif masih diperlukan tambahan infor-masi teknologi inovatif. Teknologi bibit dan pembibitan, pena naman dan pera-watan tanaman, serta fungsi pascapanen sederhana telah dikuasai penduduk.

4. Ketersediaan Input Produksi Ketersediaan sarana produksi untuk

pengembangan mangga yang terpenting adalah bibit yang kualitasnya baik. Potensi bibit mangga di wilayah Kabupaten Madiun, Jawa Timur masih dapat dikem-bangkan lagi sesuai dengan permintaan pasar. Dalam rangka penyediaan bibit mangga, peranan masyarakat dalam usahatani pembibitan mangga dipandang perlu dilibatkan, karena usahataninya cukup efisien dan meningkatkan pendapatan petani (Tabel 7).

Tabel 7 . Analisis Usaha pembibitan volume 1500 batang bibit

Bahan : a. Sewa Tanah 0.15 Ha Rp. 150.000 b. Benih 2000 x Rp. 10 Rp. 20.000 c. Pupuk I 10 Kg x Rp. 170.- Rp. 1.700 II 30 Kg x Rp. 170.- Rp. 5.100 d. Tali Plastik Rp. 1.000 e. Kranjang 2000 x Rp. 50.- Rp. 100.000 f. Entris 2000 x Rp. 15 Rp. 30.000 Rp. 307.800 Tenaga_Kerja : a. Pengolahan Tanah: - Bajak 10 HKSP x Rp. 2.000 Rp. 20.000 - Bedengan 17.5 HKSP x Rp. 2.000 Rp. 35.000b. Penanaman: - Ajir & tanam 12.5 HKSP x Rp.2.000. Rp. 25.000 c. Pengairan: - Penyiraman 25 HKSP x Rp. 2.000 Rp. 50.000 - Pengairan 24 HKSP x Rp. 2.000 Rp. 48.000d. Penyiangan 18 HKSP x Rp. 2.000 Rp. 36.000 e. Pemupukan 10 HKSP x Rp. 2.000 Rp. 20.000 f. Penyambungan 1500 x Rp. 100 Rp. 150.000 g. Pemanenan & pembungkusan 50 HKSP x Rp. 2.000 Rp. 100.000 Rp. 484.000Produksi : 1500 bibit x Rp. 1.250 Rp.1.875.000Total biaya: Rp.307.800 + Rp. 484.000 Rp. 791.800 Pendapatan : Rp.1.083.200

Sumber: Olahan hasil data dan informasi, 2008.

5. Aspek Finansial a. Tingkat profit

10

Page 11: Agribisnis Mangga Di Madiun

AGRITEK VOL. 17 NO. 5 SEPTEMBER 2009 ISSN. 0852-5426

Usahatani mangga apabila akan dikembangkan secara kormersial dalam bentuk kebun mangga monokultur, terlebih dahulu perlu dievaluasi keuntungannya. Perkiraan investasi dan keuntungan usahatani mangga monokultur disajikan dalam Tabel 8 dan 9.

Ramalan produksi mangga dilakukan hingga umur ekonomi tanaman mangga 30-35 tahun pada tingkat produktivitas medium. Hal ini dilakukan dengan alasan untuk mem perhitungkan faktor resiko dikarenakan adanya mangga yang tidak bisa dipasarkan karena busuk, terlalu kecil, kecurian, gangguan hama-penyakit

dan lain-lain. Berdasarkan estimasi cash flow selama 30 tahun diperoleh informasi bahwa tanaman mangga baru mendatangkan keuntungan setelah umur 5 tahun. Sedangkan apabila modalnya berasal dari kredit akan dapat terlunasi pada tahun ke-10. Besarnya keuntungan mangga pada "discount rate" 18 persen per tahun dengan "Net Present Value" (NPV) sekitar Rp.4.000.000,- sedangkan besarnya "Internal Rate of Return" (IRR) sekitar 32.75 persen. Dengan informasi ini dapat disimpulkan bahwa secara finansial usahatani kebun mangga secara monokultur sangat menguntungkan.

Tabel 8. Biaya Investasi Awal Usahatani Mangga (Hasil Estimasi)

Uraian Satuan Volume Nilai (Rp)1. Sewa tanah Ha 1 200.0002. Sarana pengairan Buah 2 400.000 (pembuatan sumur) (@ Rp. 200.000 )3. Sarana produksi: a. Bibit batang 175 218.750b. Pengolahan tanah HKSP 11 22.000c. Penanaman HKSP 20 40.000d. Pengairan HKSP 8 16.000e. Pupuk dan rabuk unit 175 43.750 Sub Total 340.500

Total of initial invesment 940.500

6. Teknologi Inovatif Tepat GunaKomoditi buah segar mangga dan

produk olahannya mempunyai potensi yang sangat besar untuk dikembangkan menjadi produk unggulan yang mampu bersaing dengan buah-buah sejenis dari daerah lain dan produk eks-impor. Salah satu kendala utama yang dihadapi oleh

komoditi mangga ini adalah “quality control” untuk mendapatkan kualitas buah segar yang tinggi dan seragam sesuai dengan pasar. Untuk buah Mangga adalah Arumanis/ Gadung Grade A Kualitas 1, Mangga Manalagi adalah Grade 1, dan untuk mangga Golek adalah Kualitas 1.

Tabel 9. Analisis Keuntungan Usahatani kebun mangga (untuk setiap Hektar kebun Mangga)

Keterangan Keadaan1. Umur mulai berproduksi 4 tahun 2. Umur impas permodalan 10 tahun 3. Net Present Value (NPV)

11

Page 12: Agribisnis Mangga Di Madiun

AGRITEK VOL. 17 NO. 5 SEPTEMBER 2009 ISSN. 0852-5426

dengan DF = 18 % Rp. 4.060.000 4. Internal Rate of Return (IRR) 32.75 % 5. Nilai Break Event Point (BEP) a. Produksi 152 buah / pohon b. Harga Rp. 32.5 / buah

Dalam kaitannya dengan perbaikan kualitas buah mangga ini diperlukan upaya-upaya pemberdayaan petani produsen melalui penerapan teknologi tepat guna dalam aspek:1. Teknologi Pra-panen , yang berkenaan

dengan AGROTEKNOLOGI INO-VATIF pembibitan dan penanaman bibit, perawatan tanaman dan pem-bentukan tajuk tanaman, penanganan pembungaan dan pembuahan, serta perawatan buah.

2. Teknologi panen, panen selektif yang berpedoman pada “Kalender petik Buah” serta indikator visual yang berkaitan langsung dengan kualitas buah

3. Teknologi pasca-panen, terutama yang berkenaan dengan “pengemasan dan pengepakan” buah mangga dengan menggunakan keranjang bambu, peti kayu, atau kotak kerdus/karton yang

dilengkapi dengan “guntingan kertas sayur” atau “kertas telur”.

Penggunaan sistem pengepakan dengan peti kayu atau kotak karton yang dilengkapi dengan “Kertas Telur” disarankan dengan kemasan seberat 30-35 kg dan kemasan 15-20 kg untuk buah mangga Grade A kualitas 1. Sistem ini seyogyanya untuk buah mangga yang akan dikirim menempuh jarak jauh.

Dalam hal penerapan teknologi perawatan tanaman hingga panen dapat diabstraksikan sbb:

Tanaman mangga secara alami dapat berbuah sekali dalam setahun. Tindakan pengelolaan selama satu siklus panen buah dengan menerapkan “AGROTEKNOLOGI INOVATIF” untuk menghasilkan buah Grade A dengan Kualitas No 1 adalah sbb:

Panen

Pemupukan dan perawatan tajuk tanaman

Pemupukan Pengairan Circle weeding Pemangkasan tajuk

Pelengkungan cabang

Pestisida Zat tumbuh / Pecah kuncup daun/bunga hormon

Bunga - Fruitset

12

Page 13: Agribisnis Mangga Di Madiun

AGRITEK VOL. 17 NO. 5 SEPTEMBER 2009 ISSN. 0852-5426

penjarangan pembungkusan Perkembangan Buah

Panen

Teknik perawatan tanaman mangga secara inovatif harus berpedoman pada bagan di atas. Perawatan tanaman yang baik pada satu periode panen akan berpengaruh baik pula pada periode panen berikutnya. Demikian juga sebaliknya,

pengelolaan tanaman yang jelek akan menurunkan produktivitas tanaman pada panenan berikutnya.

Teknologi pembibitan grafting untuk mendapatkan bibit unggul produktif:

Biji mangga Jawa Lokal Pohon induk terpilih

Perkecambahan biji Pecah kuncup daun

Bibit /tanaman muda : Sambung pucuk Tunas pucuk

Bibit Grafting di pesemaian Polybag systems

Bibit grafting hidup/siap tanam

Penanaman bibit di lahan : Pocket systems

13

The best management practices:Pembibitan dan Penanaman bibit

mangga

Page 14: Agribisnis Mangga Di Madiun

AGRITEK VOL. 17 NO. 5 SEPTEMBER 2009 ISSN. 0852-5426

Teknologi penanganan pascapanen buah dapat diabstraksikan sbb:

Panen Buah Mangga: Indikator visual “buah tua”

Sortasi dan Gradasi: Grade A Kualitas 1

ke luar propinsi dalam kota/kabupaten Madiun

Penghambatan Percepatan / PenyeragamanProses pematangan Proses Pematangan (perlakuan CaCl2) (Perlakuan ether)

Teknologi TeknologiPengepakan Pengemasan /labelling- keranjang-peti kayu- kotak kardus Pengiriman / Pengangkutan/

Transportasi

Bongkar muatan

Pengemasan akhir & labelling

Penyajian pada market-gate: Kios buah / Swalayan/ Pasar buah/ Pengecer

Konsumen

Kawasan Agribisnis Milik Masya-rakat (KAMM): Kebun Mangga

Dasar Pertimbangan1. Pemberdayaan ekonomi masya-rakat,

khususnya masyarakat perkebunan mangga dan olahan mangga, melalui KAMM Mangga (Kebun rakyat mangga)

2. Antisipasi KRISIS produk buah, akibat melimpahnya buah-buah impor

3. Sistem Produksi dan Distribusi produk buah segar Indonesia:

- lemahnya posisi tawar petani mangga

- Industri estate di Jawa sekala besar in-feasible

14

Page 15: Agribisnis Mangga Di Madiun

AGRITEK VOL. 17 NO. 5 SEPTEMBER 2009 ISSN. 0852-5426

- Produksi mangga pada lahan-lahan subur mengalami tekanan berat dari komoditi lain

- Sistem kemitraan petani mangga - pedagang mangga “kurang adil”

- Biaya produksi relatif tinggi, terutama biaya angkutan

4. Industri hilir masih terbatas pada industri olahan tertentu.

5. Luasnya kawasan lahan kritis yang potensial untuk dikembangkan menjadi kebun-rakyat mangga

Tujuan pengembangan1. Memberdayakan ekonomi masyarakat

perkebunan mangga rakyat melalui KAMM Mangga guna peningkatan daya saing produk buah mangga dari kawasan laon

2. Menginisiasi berkembangnya KAMM Mangga-Terpadu yang didukung oleh adanya techno-industrial cluster yang relevan

3. Pengembangan teknologi pengolahan diversivikasi produk agribisnis mangga: Buah mangga, olahan mangga, pupuk organik, silage pakan ternak

4. Pengembangan kelembagaan Koperasi pengelola KAMM Mangga-terpadu

4. Evaluasi Agribisnis Mangga

Kekuatana. Ketersediaan bahan baku yang

didukung oleh keungolahan manggan komparatif kualitas sumberdaya lahan dan agroklimat

b. Sifat unggul buah mangga untuk pasar regional dan nasional

c. Ketersediaan SDM dan masyarakat dengan etos kerja pantang menyerah

d. Sarana /prasarana dan kelembagaan penunjang yang komitmennya tinggi terhadap pengembangan Kebun-Rakyat Mangga

e. Potensi pasar yang sangat besarKELEMAHAN

a. Kesenjangan hasil LITBANG ke aplikasi komersial

b. Lembaga pemasaran bertindak juga sebagai “lembaga eksklusif”

c. Belum terbentuknya keterkaitan-kemitraan yang adil antar pelaku

(cluster) agribisnis manggad. Produk hilir masih terbatas pada buah

mangga segar.e. Tingginya komponen biaya

transportasi dalam struktur biaya produksi

PELUANGa. Pasar domestik (lokal, regional dan

nasional) sangat terbukab. Diversifikasi produk-produk perke-

bunan mangga sangat potensialc. Kebutuhan pengembangan keterkaitan

antara cluster /pelaku kegiatan agri-bisnis mangga (KAMM Mangga)

d. Kebutuhan Pemberdayaan sistem ke-lembagaan produksi mangga

Ancamana. Hambatan-hambatan sistem distribusi

buah mangga domestikb. Persaingan dengan produk buah imporc. Persaingan dengan komoditi non-

mangga dalam penggunaan lahand. Hambatan-hambatan sistem industri

pengolahan buah mangga

Program Pengembangan

1. Pemberdayaan Koperasi Pengelola KAMM Mangga Terpadu di wilayah Dolopo, Kabupaten Madiun Jawa Timur

2. Pengembangan KAMM Mangga Terpadu dengan komponen utamanya:

a. KSP (Kawasan Sentra Produksi) Kebun rakyat Mangga 3-Strata

b. Cluster Industri Olahan Manggac. Cluster Industri Pupuk Organik

Limbah kebun manggad. Cluster Industri Silages Pakan

Ternak e. Cluster ALSINTAN Pendukungf. Cluster Agrokimia

15

Page 16: Agribisnis Mangga Di Madiun

AGRITEK VOL. 17 NO. 5 SEPTEMBER 2009 ISSN. 0852-5426

g. Cluster LITBANG, Kebun Teknologi dan Sistem Informasi Pasar

h. Cluster Gradasi, Pengemasan dan Pengepakan

i. Cluster Transportasi dan Pemasaran.

3. Kajian Keungolahan manggan produk-produk hilir kebun mangga rakyat

4. Sosialisasi dan Komersialisasi hasil-hasil kajian

5. Implementasi sistem Quality Assurance (QA).

Outcome1. Berkembangnya KAMM Mangga-

terpadu dengan keterkaitan yang adil di antara cluster-cluster yang ada melalui pendekatan kawasan

2. Terbentuknya Koperasi pengelola KAMM Mangga yang mampu meng-koordinasikan sistem produksi dan sistem distribusi produk-produk mang-ga

3. Berkembangnya industri pengolahan buah mangga sekala mini

4. Meningkatnya citra dan keungolahan manggan produk mangga domestik

Dampak1. Sinergi kelembagaan dan industri

dalam “CLUSTER”2. Sinergi antar pelaku agribisnis / agro-

industri dalam KAMM Mangga terpadu

3. Tumbuh-kembangnya semangat masya-rakat untuk memproduksi mangga

4. Tumbuh-kembangnya pasar produk-produk olahan mangga

5. Tumbuhnya semangat untuk melestari-kan sumberdaya lahan kritis

Sasaran yang dicapaiTujuan utama dari pengembangan

Kawasan Agribisnis Mangga ini khusus-nya adalah peningkatan pendapatan petani mangga di wilayah lahan kritis yang direncanakan menjadi sentra produksi komoditi mangga. Tujuan lainnya adalah

meningkatkan kegiatan perekonomian pedesaan di sekitar sentra produksi mangga tersebut yang pada akhirnya diharapkan membawa perbaikan pada taraf hidup masyarakat sekitarnya.

Sasaran pokok atau target yang ingin dicapai adalah : 1. Pengembangan atau pembangunan

kebun-rakyat komoditi utama mangga di wilayah KAMM dengan total areal sekitar 500-1000 ha.

2. Penumbuhan dan peningkatan peran kelembagaan dalam pembangunan pertanian meliputi : Kelompok Usaha Bersama Agribisnis (KUBA) mangga, Koperasi Petani Mangga, perusahaan/swasta, Balai Penyuluhan Informasi Pertanian (BIPP) dan FORKA (Forum Komunikasi Agribisnis Mangga).

3. Pembangunan perluasan dan perbaikan sarana dan prasarana di wilayah KAMM, khususnya pada lokasi-lokasi dimana sentra agribisnis komoditas mangga akan dibangun. Sarana prasarana tersebut meliputi antara lain : sistem pengairan dengan sumur gali, jalan desa/jalan kebun, pasar/kios desa dan pusat informasi agro-teknologi.

4. Perbaikan dan peningkatan fasilitas pengolahan dan sistem pemasaran tradisional.

A. Pengembangan Komoditas

Pembangunan Kebun ManggaGadung Klon 21 dan Arumanis Klon

143 ditetapkan sebagai kultivar mangga yang akan ditanam pada lokasi Kawasan Agribisnis (KAMM) Mangga Mlarak-Sambit.

Target pembangunan kebun mangga/ sentra produksi mangga pada tiga kecamatan terpilih adalah seluas 1000 Ha kebun rakyat; sebagian daer kebun rakyat ini sekarang telah ada dan sisanya dapat dilaksanakan dalam waktu mendatang.

Berdasarkan hasil-hasil penelitian dapat dikemukakan bahwa pengembangan

16

Page 17: Agribisnis Mangga Di Madiun

AGRITEK VOL. 17 NO. 5 SEPTEMBER 2009 ISSN. 0852-5426

sistem agribisnis mangga ditempuh dengan mengintegrasikan (secara fungsional) aktivitas kebun mangga monokultur komersial dengan kebunmangga rakyat (di pekarangan dan kebun campuran) dan pusat-pusat inovasi agro-teknologi mangga (KAMM Mangga).

Lima hal yang masih dipandang sangat penting untuk menunjang pengem-bangan KAMM mangga, adalah : (1). Inovasi teknologi bibit dan pembibitan; (2). Teknologi produksi off-season; (3). Teknologi penghambatan pematangan buah mangga; (4). Pengembangan pusat informasi mangga ; (5). Teknologi pengolahan buah mangga.

Harga buah mangga off season dapat mencapai dua kali lipat dari harga saat panen raya. Contohnya, Pada saat panen raya, harga mangga yang matang pohon Rp 2.500-Rp 5.000 per kilogram, sedangkan harga saat panen di luar musim mencapai Rp 10.000 per kg.

Para petani mangga mulai menyadari dan mengetahui keuntungan panen off season lebih besar, sehingga mereka mulai mencoba kebun off season. Jenis mangga yang dibudidayakan pada lahan-lahan yang sudah dapat panen luar musim adalah gedong gincu, cengkir, dan arum manis.

Misalnya, beberapa wilayah sentra mangga di Cirebon telah menerapkan pembudidayaan panen luar musim, Kecamatan Sedong, Greged, Astanajapura, dan Beber. Kebun mangga yang telah menerapkan off season di Kecamatan Sedong, diperkirakan mencapai 50 ha.

Keuntungan panen mangga off season lebih besar, karena dalam setahun pohon mangga dapat dipanen dua kali. Perbandingannya, jika tahun lalu satu pohon produktivitasnya hanya 25 kg, kini naik menjadi 37 kg per pohon. Akan tetapi, tidak semua pohon dapat dioptimalkan untuk panen di luar musim,

karena kualitas dan perawatan pohon mangganya harus prima. Dari 100 pohon mangga, yang dapat panen di luar musim sekitar 30-40 pohon. Selain itu, petani mangga juga butuh modal yang besar. Biaya produksi satu pohon mangga biasa Rp 50.000 per musim (tahun); jika menerapkan budidaya off season biaya produksinya sekitar Rp 200.000 per pohon.

Pola Pengembangan KawasanSebagaimana telah dikemukakan

bahwa pada setiap UTPP terpilih akan dikembangkan sentra produksi mangga seluas 400-500 ha (100 ha kebun inti dan 300-400 ha daerah dampak). Sekitar 5 Ha dari kebun inti tersebut dapat dikelola oleh Penyuluh Lapang (PL), merupakan kebun inti sekaligus berfungsi sebagai Demplot kebun mangga. Sedangkan selebihnya merupakan tanaman mangga yang dikelola petani mangga.

Tanaman Sela, dan Tanaman Pagar /PembatasPada areal KAMM di antara pohon

mangga muda yang ditanam dengan jarak 8 x 8 meter akan ditanam tanaman palawija jagung, kedelai, kacang tanah, kacang hijau, cabai/lombok yang dapat dipanen setelah 3 - 4 bulan. Tujuan dari pemberian tanaman sela ini antara lain agar petani dapat memperoleh hasil/ pendapatan dari lahan usahataninya sebelum tanaman mangga berproduksi. Salah satu dari kedua palawija tersebut akan ditanam secara bergilir hingga pohon mangga mencapai usia 5 tahun. Sedangkan tanaman pagar/ pembatas dapat berupa jati, sengon, pete, kaliandra, lamtoro gung dan lainnya.

17

Page 18: Agribisnis Mangga Di Madiun

AGRITEK VOL. 17 NO. 5 SEPTEMBER 2009 ISSN. 0852-5426

KEBUN-RAKYAT MANGGA: 1 RTPLK = 0.5 ha kebun mangga

Tanm pagar : Pete, Sengon, Lamtoro gung, JATI

10 m Phn mangga

10 m

jalan kebun/teras kebun: Rumput gajah

tnm sela JAGUNG, KAC HIJAU

arah slope PAH/sumur batas lahan

Kandang ternak: Unit pengolah Kambing/ rabuk-kandang Sapi kereman

Kondisi FisikSetelah kurun waktu beberapa tahun,

diharapkan tercipta sentra produksi mangga milik petani di wilayah KAMM dengan kondisi sebagai berikut :

a. Terdapat kebun-rakyat inti dengan populasi tanaman sebanyak 100-200 pohon per hektar dengan jarak tanam 8 x 8 meter.

18

Page 19: Agribisnis Mangga Di Madiun

AGRITEK VOL. 17 NO. 5 SEPTEMBER 2009 ISSN. 0852-5426

b. Setiap petani berhasil mengelola 0.5-1 ha kebun mangga atau 50 - 75 pohon produktif.

c. Kebun dilengkapi dengan jalan (jalan kebun) sepanjang 100 meter/Ha.

d. Terdapat sumur gali atau PAH dua buah per/ha sebagai sumber air bersih.

B. Kelembagaan

Kelompok Usaha Bersama Agri-bisnis (KUBA) Mangga

Mengingat bahwa sasaran areal pengembangan agribisnis mangga tersebar di wilayah Madiun, maka target penum-buhan kelompok tani sebagai lembaga inti pengembangan sentra agribisnis mangga dalam kurun waktu tersebut mencapai jumlah 50 KUBA. Target penumbuhan kelompok tani sebanyak 50 KUBA ini berdasarkan pertimbangan bahwa dalam skala/luasan 20 Ha kebun/pekarangan dapat dibentuk satu kelompok tani dan dapat bekerja secara efektif.

Satu KUBA mangga terdiri dari 20-30 RTPLK dengan setiap orang diharapkan menguasai lahan tegalan rataan seluas 0.5 Ha. Dalam 1 Ha lahan akan ditanami mangga sebanyak 250 pohon. Dengan demikian satu KUBA Mangga mempunyai tanaman sebanyak 2500-3125 pohon mangga.

Penumbuhan kelompok tani pada Sentra Agribisnis mangga seyogyanya didasarkan pada kedekatan hamparan dengan maksud mempermudah meng-hadapi masa panen dan pemasaran hasil. Karena penumbuhan kelompok tani

berdasarkan kedekatan hamparan usahataninya, maka melalui pelatihan-pelatihan (sekolah lapang) dan dengan bimbingan Petugas Penyuluh Lapangan (PL II) petani-petani yang tergabung dalam kelompok tani hamparan tersebut diharapkan mampu mandiri.

Pengembangan Koperasi Petani ManggaKoperasi dan Kios/Waserda adalah

prasarana pelayanan yang akan dikembang-kan menjadi lembaga pemasaran. Pela-yanan dimaksud berupa :

- Penyediaan saprodi - Membantu menyediakan modal - Sebagai lembaga pemasaran - Investasi armada pengangkutan.Koperasi diharapkan tumbuh dan

keberadaannya dibutuhkan oleh para petani baik dalam fungsinya sebagai lembaga yang menyediakan kebutuhan para petani maupun sebagai lembaga pemasaran bersama yang dapat memasarkan hasil produksi milik petani. Karena itu pengurus koperasi sedapat mungkin berasal dari para kontak tani (Ketua KUBA) dalam kelompok-kelompok tani dalam di wilayah kecamatan yang sama.

Dalam fungsinya sebagai lembaga pemasaran bersama, Kontak Tani Andalan (Ketua KUBA) sebagai pengurus kelom-pok tani serta sebagai pengurus Koperasi diharapkan mampu mengadakan rintisan kemitraan dengan pengusaha/ swasta agar bersedia menampung hasil panen petani. Dengan demikian petani memperoleh kepastian pasar bagi produksinya.

19

Page 20: Agribisnis Mangga Di Madiun

AGRITEK VOL. 17 NO. 5 SEPTEMBER 2009 ISSN. 0852-5426

Kebun-rakyat 3-strata MANGGA seluas 200 ha

RTPM-2 RTPM-400 RTPM-1 0.5 ha tegalan 0.5 ha tegalan 125 phn mangga 0.5 ha tegalan 125 ph mangga tnm sela 125 ph mangga tnm sela tnm sela PPL 5 ha Tegalan 1250 phn mangga tnm sela

KUBA-1 KUBA-2 KUBA-...

25 RTPM 25 RTPM ....... 25 RTPM 12.5 ha kebun 12.5 ha kebun .... ha kebun 3125 ph mangga .... ph mangga

KOPERASI PETANI MANGGA

Kebun Inti 200 ha, 50.000 pohon mangga Klon 21 Tanaman sela jagung, kedelai, kac tanah 200 ha

SUASTA PASAR BRI/BPD

Industri Olahan Pedagang KKPA, KUT

KESIMPULAN DAN SARAN

KESIMPULAN

(1). Sebagian besar wilayah Kabu-paten Madiun, Jawa Timur mempunyai kondisi agro ekologi yang cukup sesuai

bagi pertumbuhan dan produksi tanaman mangga. Daerah sentra produksi mangga umumnya terletak pada ketinggian 0-400 m dpl dengan kondisi iklim tipe C2 dan C3. Pada daerah-daerah dengan keting-gian 400-1000 m dpl juga masih

20

Page 21: Agribisnis Mangga Di Madiun

AGRITEK VOL. 17 NO. 5 SEPTEMBER 2009 ISSN. 0852-5426

ditemukan banyak tanaman mangga yang produktif.

(2). Usahatani mangga, baik yang dilakukan di lahan pekarangan dan kebun cam puran maupun di kebun-kebun monokultur, dengan jarak tanam 7 m x 7 m dan 10 m x 10 m secara sosial-ekonomi dan ekologi layak untuk dikembangkan di daerah dengan ketinggian 0-1000 m dpl dengan tipe iklim C2 dan C3.

(3). Rata-rata produksi buah mangga di Wilayah Kabupaten Madiun, Jawa Timur, pada saat sekarang relatif masih rendah dibandingkan dengan potensi produksi (potensi genetik) yang mungkin dapat dicapai. Rendahnya tingkat “fruitset” (rata-rata kurang dari 40%) belum diupayakan ditingkatkan dengna manipulasi agrokimia atau manipulasi fisik / tajuk tanaman.

(4). Jenis (varietas) pohon mangga produktif yang ada sekarang sangat beragam, sehingga buah mangga yang dipasarkan juga beragam. Usaha pere-majaan tanaman mangga rakyat sebagian besar telah memilih jenis Gadung / Arummanis, Manalagi atau Golek, tanaman mangga jenis unggul ini rata-rata masih di bawah 10 tahun.

(5). Lembaga pemasaran buah mangga segar yang ada sekarang tam-paknya telah terbentuk sejak lama, mulai dari tingkat pedagang pengumpul desa hingga pedagang pengumpul di kota-kota besar dan pedagang pengecer. Pada tingkat petani produsen ternyata mekanisme penetapan harga juah didominasi oleh para penebas/pedagang desa yang membeli buah mangga dengan cara tebasan kontan atau ijon.

1. Saluran pemasaran buah mangga segar di wilayah Kabupaten/kota Madiun, Jawa Timur adalah: Petani ----> pedagang/penebas ----> pedagang penyalur di kota Madiun ----> pengecer lokal ----> Konsumen.

2. Saluran pemasaran buah mangga segar ke luar propinsi Jawa Timur

secara umum adalah: Petani ----> pedagang/penebas desa ----> pedagang pengumpul Kecamatan Dolopo ---------> Pedagang/Grosir di Jakarta/ Bandung / Denpasar/ Semarang ----> Pedagang pe-ngecer lokal ----> Konsumen.

(6). Penerapan fungsi-fungsi pasca-panen dan manajemen pemasaran buah mangga sepenuhnya dilakukan oleh para pedagang, terutama pedagang pengumpul tingkat desa atau kecamatan, yaitu meliputi pengepakan dengan keranjang , kotak karton , atau peti-peti kayu. Produsen jarang sekali melakukan fungsi pasca panen buah mangga. Hal ini yang dianggap sebagai penyebab rendahnya marjin pemasaran yang diterima petani mangga (rata-rata kurang dari 50%).

(7). Model Pengembangan Sistem Agribisnis Mangga yang dapat dikem-bangkan di Kabupaten Madiun, Jawa Timur harus didukung oleh lima subsistem yang saling berinteraksi secara fungsional, yaitu (1) pusat informasi mangga dan kebun bibit yang berfungsi sebagai kelembagaan transfer informasi teknologi inovatif, (2) Subsistem produksi: kebun mangga rakyat dan kebun mangga monokultur dengan pola kemitraan; (3) diversivikasi produk olahan dari buah mangga, (4) penanganan pascapanen buah segar (Pengemasan dan pengepakan), dan (5) promosi dan pemasaran produk-produk buah mangga.

SARAN

Pengembangan Kawasan Agribisnis Milik Masyarakat (KAMM) kebun mangga di wilayah Kabupaten Madiun, Jawa Timur dapat ditempuh dengan mengintegrasikan secara fungsional aktivitas kebun mangga komersial dengan kebun mangga rakyat (di lahan pekarangan/ tegalan dan kebun mangga campuran) dan pusat-pusat inovasi agro-

21

Page 22: Agribisnis Mangga Di Madiun

AGRITEK VOL. 17 NO. 5 SEPTEMBER 2009 ISSN. 0852-5426

sosio-teknologi mangga. Lima hal yang masih dipandang sangat penting untuk menunjang pengembangan kawasan agribisnis mangga ini adalah: (a) pengembangan pusat informasi mangga: inovasi teknologi bibit dan pembibitan, (b) teknologi off-season bearing, (c) teknologi pascapanen buah: penghambatan pema-tangan buah, pengemasan dan pengepakan dan (d) diversifikasi produk olahahan buah mangga kualitas inferior.

DAFTAR PUSTAKA

Afandi, S. 1990. Pengaruh beberapa macam media terhadap pertum-buhan tiga varietas batang bawah mangga dan keberhasilan sam-bungan muda dengan teknik mini-trees. Skripsi, Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas pertanian, Unibraw, Malang.

Annisa. 1992. Pengaruh pemberian pupuk NPK terhadap pertumbuhan mangga Gadung yang disambung pada lima varietas batang bawah mangga (Mangifera indica L.). Skripsi, Jurusan Budidaya Pertanian, Fakul-tas pertanian, Unibraw, Malang.

Bambang Tegopati, 1986. Penggunaan NAA untuk Mempercepat Tum-buhnya Bunga Mangga, Jurnal Hortikultura Nomor 17: 551-553.

Sukindar S.M. 2008. Teknologi Bibit dan Pembibitan Mangga. Program Pascasarjana UB, Malang.

Dinas Pertanian Tanaman Pangan Propinsi Jawa Timur, 2008. Laporan Tahunan Dinas Pertanian Tanaman Pangan Propinsi Jawa Timur, Surabaya.

Direktorat Bina Produksi Hortikultura, 2005. Kebijaksanaan Pemerintah dalam Pengembangan Hortikultura di Indonesia (Makalah Simposium). Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya, Malang.

Indiyah, S. 1988. Pengaruh tiga rarietas batang bawah dan saat penyam-bungan terhadap keberhasilan sam-bung dini tanaman mangga (Mangifera indica L.). Skripsi, Jurusan Budidaya Pertanian, Fa-kultas pertanian, Unibraw, Malang.

Purnomo, S. 1987. Strategi Pengelolaan Tanaman dan Perbaikan Hasil Mangga. Badan LITBANG Per-tanian, Departemen pertanian, Jakarta.

Sentra, I. W. 1988. Pengelolaan Kebun Bibit Buah-buahan di Pasuruan. Kerjasama Bank Indonesia, dengan Fakultas Pertanian Unibraw.

Soemarno. 2001. Model Pewilayahan Komoditi Pertanian yang Ber-wawasan Lingkungan. Simposium Nasional Penelitian dan Pengem-bangan Sistem Usahatani Lahan Kering yang Berkelanjutan, Malang 29-31 Mei 2001.

Soemarno, N. Hanani, S. Wijana dan M. Dewani. 1996. Penelitian Pengem-bangan Agroindustri Buah-buahan di Jawa Timur (Kasus Durian, Mangga dan Rambutan). Kerjasama Pusat Penelitian Unibraw dengan Bappeda Tingkat I Jawa Timur.

Supriyanto, A. 1985. Teknik Pembibitan Buah-buahan Secara Cepat. Sub Balai Penelitian Hortikultura Tle-kung, Malang.

22