abses peritonsil
DESCRIPTION
periiiiTRANSCRIPT
ABSES PERITONSIL
Pembimbing:dr. Selvianti, Sp.THT-KL
Hafied Himawan 0910015037M. Rizki Bachtiar 1010015019
Asih Nor Utami 1010015020
PendahuluanAbses peritonsil termasuk salah satu abses leher
bagian dalam dimana abses terbentuk di dalam ruang
potensial, diantara fascia
leher dalam
Hal ini sebagai akibat penjalaran
infeksi dari berbagai sumber,
seperti gigi, mulut, tenggorok, sinus paranasal, telinga tengah
dan leher
Abses peritonsil merupakan
penyakit infeksi yang paling sering
terjadi pada bagian kepala dan
leher.
Tempat potensial terjadinya
abses : didaerah pillar
tonsil anteroposterior, fossa piriform inferior, dan
palatum superior.
Selain abses peritonsil, abses parafaring, abses
submandibula dan angina
ludovici (Ludwig’s
Angina) juga merupakan
bagian dari abses leher dalam.
Abses ini dapat menimbulkan
komplikasi serius jika tidak
ditangani secara dini sehingga diagnosis dan
intervensi secara dini.
Anatomi dan Fisiologi TonsilTonsil adalah massa
yang terdiri dari jaringan limfoid dan
ditunjang oleh jaringan ikat dengan kriptus
didalamnya.
Tonsil faringeal (adenoid)Tonsil palatina
Tonsila lingual
Cincin Waldeye
r
Anatomi dan Fisiologi TonsilTonsila palatina adalah dua
massa jaringan limfoid berbentuk ovoid yang terletak pada dinding lateral orofaring
dalam fossa tonsilaris berbentuk oval dengan panjang 2-5 cm.
Tiap tonsil ditutupi membran mukosa dan permukaan
medialnya yang bebas menonjol kedalam faring
Permukaannnya tampak berlubang-lubang kecil yang
berjalan ke dalam kripta tonsilaris yang berjumlah 6-20
kripte.
Permukaan lateral tonsil ditutupi selapis jaringan fibrosa yang
disebut capsula tonsila palatina, terletak berdekatan dengan
tonsila lingualis
Tonsil tidak selalu mengisi seluruh fossa tonsilaris, daerah yang kosong diatasnya dikenal sebagai fossa supratonsilar.
Secara mikroskopik tonsil terdiri atas tiga komponen yaitu
jaringan ikat, folikel germinativum (merupakan sel
limfoid) dan jaringan interfolikel (terdiri dari jaringan limfoid).
Adapun struktur yang terdapat disekitar tonsil palatina adalah Anterior : arcus palatoglossus Posterior : arcus palatopharyngeus Superior : palatum mole Inferior :1/3 posterior lidah Medial : ruang orofaring Lateral : m. konstrictor faringeus superior
Anatomi dan Fisiologi Tonsil
Vaskularisasi
Tonsil mendapat pendarahan dari cabang-cabang arteri karotis eksterna, yaitu1. Arteri maksilaris eksterna (arteri fasialis) dengan
cabangnya arteri tonsilaris dan arteri palatina asenden2. Arteri maksilaris interna dengan cabangnya arteri
palatina desenden3. Arteri lingualis dengan cabangnya arteri lingualis dorsal4. Arteri faringeal asenden.
Vena-vena menembus m.constrictor pharyngeus superior dan bergabung dengan vena palatine eksterna, vena pharyngealis, atau vena facialis.
Vaskularisasi
Aliran Kelenjar Getah Bening Aliran limfe pembuluh-pembuluh limfe
bergabung dengan nodi limfoid profundi Nodus terpenting dari kelompok ini adalah
nodus jugulodigastricus, yang terletak di bawah dan belakang angulus mandibular
Aliran getah bening dari daerah tonsil akan menuju rangkaian getah bening servikal profunda bagian superior (deep jugular node) di bawah m. sternokleidomastoideus, selanjutnya ke kelenjar toraks dan akhirnya menuju duktus torasikus.
Aliran Kelenjar Getah Bening
Fungsi Tonsil Berperan penting sebagai sistem pertahanan tubuh
terutama terhadap protein asing yang masuk ke saluran makanan atau masuk ke saluran nafas (virus, bakteri, dan antigen makanan)
Mekanisme pertahanan dapat bersifat spesifik atau non spesifik, apabila patogen menembus lapisan epitel maka sel-sel fagositik mononuklear pertama-tama akan mengenal dan mengeliminasi antigen
Tonsil mempunyai dua fungsi utama yaitu menangkap dan mengumpulkan bahan asing dengan efektif dan sebagai organ produksi antibodi dan sensitisasi sel limfosit T dengan antigen spesifik.
Jaringan limfoid pada tonsil mengandung sel limfoid yang mengandung sel limfosit, 0,1-0,2% dari kesuluruhan limfosit tubuh pada orang dewasa.
Pada tonsil terdapat sistem imun kompleks yang terdiri atas sel M (sel membran), makrofag, sel dendrit dan antigen presenting cells) yang berperan dalam proses transportasi antigen ke sel limfosit sehingga terjadi APCs (sintesis immunoglobulin spesifik)
Juga terdapat sel limfosit B, limfosit T, sel plasma dan sel pembawa Ig G
Tonsil merupakan organ limfatik sekunder yang diperlukan untuk diferensiasi dan proliferasi limfosit yang sudah disensitisasi
Tonsil bertindak seperti filter untuk memperangkap bakteri dan virus yang masuk ke tubuh melalui mulut dan sinus.
Tonsil juga menstimulasi sistem imun untuk memproduksi antibodi untuk membantu melawan infeksi
Fungsi Tonsil
Abses Peritonsil
Abses peritonsil adalah proses peradangan unilateral yang melibatkan tidak hanya parenkim tonsil tetapi juga jaringan sekitarnya (peri = sekitar), abses menyebar melewati tonsil melibatkan jaringan ikat diantara parenkim dan otot faring
Abses peritonsil sering disebut sebagai Peritonsillar Abscess (PTA) atau Quinsy adalah suatu rongga yang berisi nanah
didalam jaringan peritonsil yang terbentuk sebagai hasil dari tonsillitis supuratif
Batas dari ruang peritonsilar (Peritonsillar Space): • Kapsul tonsil palatina (batas medial)• m. konstriktor faring superior (batas lateral)• Pilar tonsil (batas superior, inferior, and posterior)
Epidemiologi
Dapat terjadi pada umur 10-60 tahun,
namun paling sering terjadi pada umur 20-40 tahun
Pada anak-anak jarang terjadi kecuali yang
menurun sistem imunnya, tetapi
infeksi bisa menyebabkan obstruksi jalan
nafas yang signifikan pada
anak-anak
Biasanya unilateral dan
lebih sering pada anak-anak yang
lebih tua (>5 tahun) dan
dewasa muda
Laki-laki = Perempuan.
Di Amerika insiden tersebut berkisar
30 kasus per 100.000 orang
per-tahun, diperkirakan
hampir 45.000 kasus/tahun
Etiologi dan Patogenesis
Kadang-kadang, infeksi tonsil
berlanjut menjadi selulitis difusa dari
daerah tonsil meluas sampai ke
palatum mole. Kelanjutan proses ini menyebabkan abses
peritonsilaris. Hal ini dapat terjadi
walaupun sudah diberikan antibiotik golongan penisilin
Abses peritonsil terbentuk karena
penyebaran organisme bakteri yang menginfeksi tenggorokan pada
satu ruangan areolar yang longgar
disekitar faring yang biasa menyebabkan pembentukan abses, dimana infeksi telah menembus bagian kapsul tonsil, tetapi tetap dalam batas
otot konstriktor faring
Proses ini terjadi sebagai komplikasi dari tonsillitis akut atau infeksi
yang bersumber dari kelenjar mukus
Weber
Kuman penyebab : kuman aerob dan anaerob Aerob : Streptococcus pyogenes (Group A Beta-hemolitik
streptococcus), Staphylococcus aureus dan Haemophilus influenza
Anaerob : Bacteroides, Fusobacterium, Prevotella, Porphyromonas dan Peptostreptococcus sp
Virus : Epstein-Bar, adenovirus, Influenza A dan B, herpes simplex dan parainfluenza
Etiologi dan Patogenesis
Interaksi dari faktor host pada pembentukan PTA
Patofisiologi Penyebab terjadinya abses peritonsil belum diketahui
sepenuhnya Teori yang paling banyak diterima kemajuan (progression)
episode tonsillitis eksudatif pertama menjadi peritonsilitis terjadi pembentukan abses yang sebenarnya (frank abcess formation)
Penyebaran infeksi di luar kapsul tonsil ke dalam ruang peritonsillar (biasanya dimulai di kutub superior)
Infiltasi supurasi ke ruang potensial peritonsil paling sering menempati daerah superior dan lateral fosa tonsilaris karena daerah ini merupakan jaringan ikat longgar
Infiltasi pada daerah tersebut menyebabkan palatum mole membengkak. Walaupun sangat jarang, abses peritonsil dapat terbentuk di bagian inferior
Patofisiologi Pada stadium permulaan (stadium infiltrate)
pembengkakan, permukaan yang hiperemis bila proses berlanjut terjadi supurasi lebih lunak
Pembengkakan pada peritonsil mendorong tonsil dan uvula ke arah kontra lateral
Jika proses terus berlangsung peradangan iritasi pada m.pterigoid interna trismus
Abses peritonsil terbukti dapat timbul de novo tanpa ada riwayat tonsillitis kronik atau berulang (recurrent) sebelumnya
Abses peritonsil dapat juga merupakan suatu gambaran (presentation) dari infeksi virus Epstein-Barr (moninocleosis).
Patofisiologi Teori lain menyatakan abses peritonsil berasal dari kelenjar
Weber Kelenjar ludah minor ini ditemukan di ruang peritonsil dan
diperkirakan berfungsi membantu pembersihan debris dari amandel
Kemungkinan, terjadi obstruksi kelenjar Weber akibat infeksi, nekrosis jaringan dan menimbulkan proses pembentukan abses, mengakibatkan terjadinya abses peritonsil
Gejala Klinis Gejala klasik dimulai 3-5 hari, waktu dari onset gejala
sampai terjadinya abses sekitar 2-8 hari Abses peritonsil akan menggeser kutub superior tonsil ke
arah garis tengah dan dapat diketahui derajat pembengkakkan yang ditimbulkan di palatum mole
Terdapat riwayat faringitis akut, tonsillitis dan rasa tidak nyaman pada tenggorokan atau faring unilateral yang semakin memburuk. Kebanyakan pasien menderita nyeri hebat
Abses peritonsil. Pada inspeksi terlihat eritema, pembengkakan unilateral, penonjolan dari tonsil dan soft palate sebelah kiri
Gejala Klinis Odinofagia (nyeri menelan) yang hebat Nyeri pada telinga (otalgia) Muntah (regurgitasi) Demam Mulut berbau (foetor exore) Hipersalivasi Suara gumam (hot potato voice) Sukar untuk membuka mulut (trismus) Stridor Pembengkakan kelenjar submandibular Nyeri tekan.
Pembengkakan di sekitar tonsil kanan
lebih jelas dan terdapat displasemen dari uvula
Abses peritonsil (Quinsy Abcess)
Diagnosis Kadang-kadang sukar memeriksa seluruh faring karena adanya trismus Palatum mole tampak membengkak dan menonjol ke depan, dapat
teraba fluktuasi Uvula bengkak dan terdorong ke arah tengah, depan dan bawah Tonsil bengkak, hiperemesis, mungkin banyak detritus dan terdorong ke
arah tengah, depan dan bawah Untuk membedakannya dari tonsilitis, abses peritonsillar akan memiliki
banyak tanda-tanda berikut:a. Biasa terdapat trismus dengan derajat yang bervariasib. Pada daerah yang terinfeksi/sakit, lengkungan anterior akan
mendorong ke arah medial dan palatum mole akan membengkak kearah depan yang normalnya berbentuk konveks. Lengkungan anterior dan palatum mole juga terlihat eritema.
c. Uvula dapat terdorong ke arah yang sakitd. Pada daerah yang terinfeksi/sakit, mukosa tampak sangat
kemerahan
Pembengkakan, kemerahan dan penonjolan amandel kiri yang ditutupi dengan eksudat putih. Uvula sedikit bergeser ke sisi yang berlawanan
Tonsilitis sebagai perbandingan: perhatikan tanda bintang di atas
ruang peritonsillar, di mana abses akan terkumpul
Visualisasi dari lokasi abses pada ruang peritonsilar
Nasofaringoskopi& laringoskopi fleksibel direkomendasikan untuk penderita yang mengalami gangguan pernafasan
Gold standar pemeriksaan adalah dengan melakukan aspirasi jarum (Needle Aspiration)
Tempat aspirasi dibius/dianestesi dengan lidocaine dan epineprin serta jarum besar berukuran 16-18 yang biasa menempel pada syringe berukuran 10cc
aspirasi material yang bernanah (purulent) merupakan tanda khas, dan material dapat dikirim ke bagian mikrobiologi untuk dibiakkan
Pemeriksaan penunjang Pada pasien yang dicurigai abses peritonsil perlu dilakukan
1. Needle aspiration purulen2. Pemeriksaan darah lengkap (complete blood count)
dan kultur darah (blood cultures)3. Throat culture atau throat swab and culture 4. Tes Monospot (antibodi heterophile) perlu dilakukan
pada pasien dengan tonsillitis dan bilateral cervical lymphadenopathy (+) ada hepatosplenomegali LFT
5. Foto rontgen jaringan lunak lateral nasofaring dan orofaring
6. Ultrasonografi oral7. CT scan
Diagnosa Banding Abses retrofaring Abses parafaring Abses submandibular Angina ludovici
Penatalaksanaan Pada stadium infiltasi, diberikan antibiotika (mengingat
bahwa sebagian besar bakteri penyebab berupa organisme campuran aerobik dan anaerobik)• Golongan Penisilin 600.000-1.200.000 unit, • Ampicillin/amoksisilin 3-4 x 250-500 mg, • Golongan Sefalosforin 3-4 x 250-500 mg, • Klindamisin 2-3 x 500 mg (15 mg/kg per hari), • Metronidazole 3-4 x 250-500 mg
Pengobatan antibiotik diberikan 7-10 hari Obat-obatan simptomatik, Analgetik-antipiretik paracetamol
3-4 x 500mg/hari dapat ditambahkan Pasien juga perlu berkumur-kumur dengan air hangat dan
kompres dingin pada daerah leher
Bakteri pathogen penyebab dan kemungkinan pilihan antimikroba pada pasien dengan abses peritonsilaris
Bakteri AntibiotikStreptococcus PenisilinBakteroides SefalosforinHemofilus Klindamisin
Fusobakterium Staphylococcus aureus
Peptokokus
Penatalaksanaan Kesulitan dapat timbul
dalam memastikan apakah selulitis akut atau abses. Jika ragu-ragu maka lakukan terlebih dahulu aspirasi pus pada daerah yang paling mungkin menghasilkan pus
Jika telah terbentuk abses pungsi pada daerah abses insisi drainase
Jika pus ditemukan secara kebetulan maka dapat segera dilakukan insisi drainase diikuti dengan pemberian antibiotik
Tempat insisi adalah di daerah yang paling menonjol dan lunak, atau pada pertengahan garis yang menghubungkan dasar uvula dengan geraham atas terakhir pada sisi yang sakit
Tehnik insisi dan drainase membutuhkan anestesi lokal
Pada anak yang lebih tua atau dewasa muda dengan trismus yang berat cairan kokain 4% pada daerah insisi dan daerah ganglion sfenopalatina pada fosa nasalis insisi, drainase
Anak-anak yang lebih muda membutuhkan anestesi umum
PenatalaksanaanPertama faring
disemprot dengan anestesi topikal
2cc xilokain dengan
adrenalin 1/100.000
disuntikkan
Pisau tonsila no.12 atau no.11 dengan
plester untuk mencegah penetrasi
yang dalam digunakan untuk membuat insisi melalui mukosa dan submukosa dekat kutub atas dosa
tonsilaris
Pengisapan tonsila sebaiknya segera disediakan untuk
mengumpulkan pus yang dikeluarkan
Hemostat tumpul dimasukkan melalui
insisi ini dan direntangkan
Cara melakukan insisi dan drainase pada abses peritonsil
Normal:Daerah cavum oris yang seharusnya terlihat.
Step 1:Pada gambar ini, pasien memiliki abses peritonsil kiri. Anestesi digunakan pada daerah tonsil sebelah kiri baik berupa topical maupun injeksi.
Cara melakukan insisi dan drainase pada abses peritonsil
Step 2:Setelah anestesi yang adekuat, gunakan skapel untuk melakukan insisi ± 2 cm di sepanjang perbatasan bawah palatum mole seperti yang ditunjukkan oleh garis merah.
Step 3:Setelah diinsisi, tekan pus dan lakukan suction agar pus dapat keluar. Klem biasanya sering dibutuhkan untuk dimasukkan kedaerah insisi agar dapat membuka kantung pus agar pus dapat mengalir keluar.
Lokasi insisi biasanya dapat diidentifikasi pada :1. Pembengkakan di daerah pilar-pilar tonsil atau
dipalpasi pada daerah yang paling fluktuatif2. Pada titik yang terletak dua pertiga dari garis khayal
yang dibuat antara dasar uvula dengan molar terakhir 3. Pada pertengahan garis horizontal antara pertengahan
basis uvula dan M3 atas4. Pada pertemuan garis vertikal melalui titik potong
pinggir medial pilar anterior dengan lidah dengan garis horizontal melalui basis uvula
5. Pada pertemuan garis vertikal melalui pinggir medial M3 bawah dengan garis horizontal melalui basis uvula
Tonsilektomi Pasien dianjurkan untuk operasi tonsilektomi Jika dilakukan bersama-sama dengan tindakan drainase abses
tonsilektomi “a’ chaud” Bila 3-4 hari sesudah drainase abses tonsilektomi “a’ tiede” Bila 4-6 minggu sesudah drainase abses tonsilektomi “a’ froid” Jika tonsilektomi dilakukan 6 minggu kemudian, sering terdapat
jaringan parut, fibrosis dan kapsul tonsilaris yang kurang dapat dikenali
Indikasi untuk dilakukan tonsilektomi segera yakni :
1. Obstruksi jalan napas atas2. Sepsis dengan adenitis servikalis atau abses leher bagian
dalam3. Riwayat abses peritonsilaris sebelumnya4. Riwayat faringitis eksudatifa yang berulang
Komplikasi Komplikasi jarang terjadi Abses yang pecah secara spontan perdarahan, aspirasi
paru ataupun piemia Penjalaran infeksi dan abses ke daerah parafaring abses
parafaring Jika terus menjalar masuk ke daerah mediastinum
mediastinitis Bila terjadi penjalaran ke daerah intracranial thrombus
sinus kavernosus, meningitis dan abses otak Sekuele post streptococcus seperti glomerulonephritis dan
demam rheumatic apabila bakteri penyebab infeksi adalah Streptococcus Group A
TERIMA KASIH