abses periapikal

30
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Abses periapikal adalah akumulasi atau kumpulan pus yang dikelilingi oleh jaringan yang mengalami proses inflamasi yang berlokasi di dekat apeks dari akar gigi yang sudah non-vital. Penyebab yang paling umum adalah infeksi bakteri di pulpa yang merupakan kelanjutan dari karies gigi. Oleh karena itu, proses inflamasi dapat menyebar melalui foramen apikal sampai mengenai bagian periapikal dari ligamentum periodontal. 1 Tidak ada predileksi ras dan jenis kelamin dalam insidensi abses periapikal. Abses periapikal lebih banyak ditemukan pada anak-anak dibandingkan dengan dewasa. Hal ini dikarenakan pada anak-anak yang biasanya oral hiegiennya kurang baik, email lebih tipis, dan biasanya gigi yang terbentuk mempunyai lebih banyak suplai darah, yang memungkinkan terjadinya peningkatan respon imun. 1 Faktor yang berperan terhadap terjadinya infeksi adalah virulensi dan jumlah bakteri, pertahanan tubuh lokal, pertahanan humoral, pertahanan seluler. Abses periapikal menunjukkan gejala apabila terjadi akumulasi material purulen pada alveolus. Pada stadium awal akan terasa sakit pada gigi yang terkena yang pada umumnya berkurang dengan penekanan langsung. Selanjutnya rasa sakit menjadi semakin kuat dan seringkali sangat sensitif terhadap perkusi, terjadi ekstrusi dan pembengkakan jaringan sekitarnya. 2

Upload: eshasawitri

Post on 11-Jul-2016

178 views

Category:

Documents


8 download

DESCRIPTION

abses periapikal

TRANSCRIPT

Page 1: abses periapikal

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Abses periapikal adalah akumulasi atau kumpulan pus yang dikelilingi oleh jaringan

yang mengalami proses inflamasi yang berlokasi di dekat apeks dari akar gigi yang sudah

non-vital. Penyebab yang paling umum adalah infeksi bakteri di pulpa yang merupakan

kelanjutan dari karies gigi. Oleh karena itu, proses inflamasi dapat menyebar melalui foramen

apikal sampai mengenai bagian periapikal dari ligamentum periodontal.1

Tidak ada predileksi ras dan jenis kelamin dalam insidensi abses periapikal. Abses

periapikal lebih banyak ditemukan pada anak-anak dibandingkan dengan dewasa. Hal ini

dikarenakan pada anak-anak yang biasanya oral hiegiennya kurang baik, email lebih tipis, dan

biasanya gigi yang terbentuk mempunyai lebih banyak suplai darah, yang memungkinkan

terjadinya peningkatan respon imun.1

Faktor yang berperan terhadap terjadinya infeksi adalah virulensi dan jumlah bakteri,

pertahanan tubuh lokal, pertahanan humoral, pertahanan seluler. Abses periapikal

menunjukkan gejala apabila terjadi akumulasi material purulen pada alveolus. Pada stadium

awal akan terasa sakit pada gigi yang terkena yang pada umumnya berkurang dengan

penekanan langsung. Selanjutnya rasa sakit menjadi semakin kuat dan seringkali sangat

sensitif terhadap perkusi, terjadi ekstrusi dan pembengkakan jaringan sekitarnya.2

Diagnosis periapikal abses didapatkan dari tanda dan gejala klinis serta yang paling

penting adalah pemeriksaan radiologi.3

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa definisi dan epidemiologi terjadinya abses periapikal?

2. Apa saja etiologi dan faktor resiko dari abses periapikal?

3. Bagaimana manifestasi klinis dari abses periapikal?

4. Bagaimana penegakan diagnosis dari abses periapikal?

5. Bagaimana penanganan dan pencegahan dari abses periapikal?

1.3 Tujuan

1. Mengetahui dan memahami definisi dan epidemiologi terjadinya abses periapikal

2. Mengetahui etiologi dan faktor resiko dari abses periapikal

Page 2: abses periapikal

2

3. Mengetahui dan memahami manifestasi klinis dari abses periapikal

4. Mengetahui dan memahami penegakan diagnosis dari abses periapikal

5. Mengetahui dan memahami penanganan dan pencegahan dari abses periapikal

1.4 Manfaat

1. Menambah wawasan mengenai ilmu kedokteran pada umumnya, dan ilmu gigi dan mulut

pada khususnya.

2. Sebagai proses pembelajaran bagi dokter muda yang sedang mengikuti kepaniteraan

klinik bagian ilmu gigi dan mulut.

Page 3: abses periapikal

3

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Abses Periapikal

3.1.1 Definisi

Abses periapikal adalah akumulasi atau kumpulan pus yang dikelilingi oleh jaringan

yang mengalami proses inflamasi yang berlokasi di dekat apeks dari akar gigi yang sudah

non-vital. Penyebab yang paling umum adalah infeksi bakteri di pulpa yang merupakan

kelanjutan dari karies gigi. Oleh karena itu, proses inflamasi dapat menyebar melalui foramen

apikal sampai mengenai bagian periapikal dari ligamentum periodontal.1

Gigi yang telah nekrosis mempunyai potensi yang cukup besar untuk terjadinya proses

infeksi pada bagian periapikal. Pada keadaan bakteri cukup banyak dan kondisi tubuh lemah

maka penyebaran infeksi periapikal akan terus berlanjut ke dasar sekitarnya, menyebar ke

berbagai spasium sekitar rongga mulut dan menyebar melalui peredaran darah sehingga

terjadi septikemia.1

Beberapa membagi abses periapikal menjadi jenis akut dan kronis. Pembagian ini

sebenarnya kurang tepat karena keduanya menunjukkan reaksi radang akut. Abses peripapikal

sebaiknya dibagi menjadi simptomatik dan asimptomatik berdasarkan gambaran klinis yang

tampak.1

3.1.2 Epidemiologi

Tidak ada predileksi ras dan jenis kelamin dalam insidensi abses periapikal. Abses

periapikal lebih banyak ditemukan pada anak-anak dibandingkan dengan dewasa. Hal ini

dikarenakan pada anak-anak yang biasanya oral hiegiennya kurang baik, email lebih tipis, dan

biasanya gigi yang terbentuk mempunyai lebih banyak suplai darah, yang memungkinkan

terjadinya peningkatan respon imun.2

Page 4: abses periapikal

4

Mikroorganisme penyebab infeksi odontogenik :

Organisme Persentase (%)

Aerob

Gram (+) Coccus

Streptococcus spp.

Streptococcus (group D) spp.

Staphylococcus spp.

Eikenella spp.

Gram (-) coccus (neisseria spp.)

Gram (+) batang (Corunebacterium spp.)

Gram (-) batang haemophyllus spp.)

Anaerob

Gram (+) coccus

Strepotococcus spp.

Peptococcus spp.

Petostreptococcus spp.

Gram (-) coccus (veilonella spp)

Gram (+) batang

Eubacterium spp.

Lactobacillus spp.

Actinomyces spp.

Clostridia spp.

Gram (-) batang

Bacteriodes spp.

Fusobacterium spp.

Dan lain-lain

25

85

90

2

6

2

2

3

6

4

75

30

33

33

33

4

14

50

75

25

6

Pada umumnya infeksi yang terjadi disebabkan oleh lebih dari satu strain bakteri yang

virulen dan eksudat yang timbul biasanya mengandung eksotoksin potensial dan enzim litik

yang dapat dengan cepat menghancurkan barier jaringan.2

Page 5: abses periapikal

5

3.1.3 Patogenesis

Faktor yang berperan terhadap terjadinya infeksi adalah:

1. Virulensi dan jumlah bakteri

2. Pertahanan tubuh lokal

3. Pertahanan humoral

4. Pertahanan seluler

Ada tiga tahap penyebaran infeksi bersumber gigi, yaitu tahap abses dentoalveolar,

tahap yang melibatkan spatium dan tahap lebih lanjut yang merupakan tahap komplikasi.2

Pada abses dentoalveolar, bakteri dapat masuk melalui foromen apical dengan cara

menghancurkan integritas gigi (karies), marginal gingival, trauma operasi, saluran pada dentin

yang rusak, invasi ligament periodontal, apeks gigi yang tertular dari gigi sebelahnya dan

bakterimia.2

Penyebaran melalui foramen apikal berawal dari kerusakan gigi atau karies, untuk

kemudian berlanjut hingga terjadi proses inflamasi di sekitar periapikal di daerah membran

periodontal berupa periododontitis apikalis. Membran periodontal di apikal bereaksi

membentuk dinding untuk mengisolasi penyebaran infeksi. Respon jaringan periapikal

terhadap infeksi tersebut bisa akut atau kronis. Apabila terjadi akut akan berupa periodontitis

apikalis supuratif atau abses dentoaveolar.3

Pada infeksi sekitar foramen apikalis terjadi nekrosis disertai akumulasi leukosit yang

banyak dan sel-sel inflamasi lainnya. Sedangkan pada jaringan sekitar abses akan tampak

hiperemis dan edema. Bila masa infeksi bertambah, maka tulang sekitarnya akan tersangkut,

dimulai dengan hiperemia pembuluh darah kemudian infiltrasi leukosit dan akhirnya proses

supurasi. Penyebaran selanjutnya akan melalui kanal tulang menuju permukaan tulang dan

periosteum. Tahap berikutnya periosteum pecah dan pus akan terkumpul di suatu tempat di

antara spatia sehingga membentuk suatu rongga patologis.1

Pembentukan abses pada umumnya didahului oleh periodontitis apikalis akut, namun

dapat juga langsung tanpa didahului oleh periodontitis apikalis.1

3.1.4 Histopatologi

Biopsi murni dari materi abses jarang dilakukan karena materinya dalam bentuk cair.

Abses terdiri dari lautan polimorfonuklear leukosit terkadang bercampur dengan eksudat

inflamasi, debris selular, materi nekrosis, koloni bakteri, atau histiosit.1

Page 6: abses periapikal

6

3.1.5 Gejala klinis

Abses periapikal menunjukkan gejala apabila terjadi akumulasi material purulen pada

alveolus. Pada stadium awal akan terasa sakit pada gigi yang terkena yang pada umumnya

berkurang dengan penekanan langsung. Selanjutnya rasa sakit menjadi semakin kuat dan

seringkali sangat sensitif terhadap perkusi, terjadi ekstrusi dan pembengkakan jaringan

sekitarnya,1

Gejala akut abses periapikal dapat berupa keluhan sakit yang hebat yang berdenyut

spontan dan terus-menerus. Pada umumnya juga terdapat peningkatan suhu dan malaise. Rasa

sakit bertambah saat mengunyah dan berbaring. Pembengkakan menyebar kemerah-merahan,

pembesaran kelenjar limfa lokalis, gigi terasa memanjang (akibat tekanan abses) dan sensitif

terhadap sentuhan. Gigi juga dapat mengalami ekstrusi. Pada pemeriksaan intraoral lainnya

akan tampak gusi sekitar gigi kemerah-merahan tetapi lipatan mukobukal masih dalam batas

normal. Gigi relatif tidak sensitif/tidak bereaksi terhadap panas, dingin, dan ransangan

elektrik.Jika telah kronis, biasanya abses periapikal tidak akan memberikan gejala atau

asimtomatik karena kurangnya akumulasi material purulent di dalam alveolus.2

Gambar 1.1 Abses periapikal. Pembengkakan jaringan lunak bilateral pada palatum

anterior.

Gambar 1.2. Nodul kekuningan pada

mandibula anterior tulang alveolaris. Gigi secara

klinis normal dan tidak menunjukkan gejala.

Page 7: abses periapikal

7

Gambar 1.3. Gambaran perbedaan abses periapikal dan periodontitis apikalis

3.1.6 Pemeriksaan Radiologis

Terdapat sedikit pelebaran pada ruang periodontal apikal di daaerah sekitar apeks gigi.

Selain itu pada pemeriksaan radiologis, proses lisis tulang alveolar di sekitar apeks gigi

memberikan gambaran radiolusen berbentuk rongga pada daerah apikal. Karena abses

periapikal merupakan suatu proses litik yang berjalan cepat , gambaran radiologis tidak akan

menunjukkan garis batas yang tegas antara proses peradangan dan tulang normal.4

Gambar 1.4. Abses Periapikal. Gambaran

radiolusen multipel yang overlapping pada maksila anterior. Keempat incisif maksila telah

mengalami nekrosis pulpa

Gambar 1.5. Gambaran radiolusen periapikal dihubungkan dengan gigi incisif lateral

mandibular yang non-vital.

3.1.7 Diagnosis

Page 8: abses periapikal

8

Diagnosis periapikal abses didapatkan dari tanda dan gejala klinis. Dan yang paling

penting adalah pemeriksaan radiologi.3

3.1.8 Penatalaksanaan

Penanganan abses periapikal ini meliputi :

1. Tindakan pembedahan

Prinsip utama dari penanganan abses periapikal adalah melakukan pembedahan untuk

drainase dan menghilangkan penyebab infeksi. Tujuan utama pembedahan yaitu untuk

menghilangkan sumber infeksi yang biasanya berupa pulpa yang nekrotik. Tujuan kedua yaitu

untuk melakukan drainase untuk kumpulan pus dan jaringan nekrotik. Jika gigi tidak dapat

diselamatkan, maka harus segera dilakukan pencabutan. Ekstraksi menghilangkan sumber

infeksi dan memberikan drainase terhadap kumpulan pus dan nekrotik.4

Insisi pada abses memberikan drainase dan pengeluaran bakteri dari jaringan di

bawahnya, selain itu, drainase juga mengurangkan ketegangan jaringan sehingga

meningkatkan aliran darah dan aliran zat-zat yang berguna untuk pertahanan tubuh pada

lokasi infeksi.4

2. Medikamentosa

Antibiotika sebagai salah satu bentuk terapi pada periapikal abses mempunyai manfaat

yang sangat besar. Bila diperlukan pemberian obat antibiotika, langkah awal dalam pemilihan

jenis antiiotika dapat dilakukan secara empiris. Sekitar lebih dari 90% bakteri penyebab

infeksi orofasial adalah golongan streptococcus aerob dan anaerob, peptococcus, fusobakteria,

bacteriodes, dan beberapa jenis bakteri lainnya. Antibiotik yang dapat dipilih adalah :

Penicillin

Erythromycin

Clindamycin

Cephadroxil

Metronidazole

Tetracyclin

Sebaiknya penggunaan antibiotik adalah untuk mereka yang kondisi sistemiknya

kurang baik atau terdapat tanda-tanda infeksi berat (demam, limfadenopati, selulitis, bengkak

yang luas) dan pasien berisiko tinggi dengan tujuan untuk mengurangi komplikasi (pasien

dengan gangguan imunitas, diabetes melitus, atau penyakit jantung). Antibiotik tidak perlu

diberikan pada pasien yang absesnya terlokalisir dengan baik dan mudah untuk dilakukan

Page 9: abses periapikal

9

drainase. Tanda dan gejala abses periapikal lokal akan hilang dalam waktu 48 jam setelah

dilakukan drainase yang baik. Pada gigi yang mengalami ekstrusi maka sebaiknya dilakukan

tindakan untuk mengurangi oklusi.1

Pada abses periapikal juga dapat dipertimbangkan pemberian analgesik (anti nyeri)

apabila terdapat nyeri yang hebat. Obat analgesik yang umum diberikan diantaranya :

parasetamol, ibuprofen, codein, naproxen, diclofenac sodium.1

3.1.9 Prognosis

Abses akan tetap ada apabila tidak dilakukan tindakan pengobatan. Penyebaran infeksi

dapat mengakibatkan destruksi tulang, namun prognosisnya baik dengan penatalaksanaan

yang tepat.

3.2 Penyebaran Abses Periapikal

Gambar 1.6 Ruang-ruang potensial penyebaran infeksi odontogenik

Fistula Cellulitis

Page 10: abses periapikal

10

Bacteremia- Acute-chronic Deep facial

septicemia periapical infection space infection

Intraoral soft Ascending

tissue abscess Osteomyelitis facial-cerebral

infection

Bagan 1.1 Pathway of dental infection

Gambar 1.7 Penyebaran abses periapikal

Page 11: abses periapikal

11

Gambar 1.8 penyebaran abses periapikal

Jika infeksi tetap terlokalisasi di akar apeks, maka akan terbentuk infeksi periapikal kronik

yang bisa meluas ke jaringan keras dan lunak:

1. Meluas ke ruang medulla menyebabkan osteomielitis.

- Osteomielitis adalah peradangan dari seluruh struktur tulang meliputi medula,

korteks dan periosteum.

- Terjadi karena virulensi bakteri yang tinggi, daya tahan tubuh yang rendah dan

kurangnya drainase.

- Pada osteomielitis akut, infeksi dalam medula akan menimbulkan reaksi

inflamasi supuratif.

- Akumulasi pus akan menyebabkan tekanan dalam medula bertambah dan

menekan bagian korteks tulang kemudian mencapai periosteum.

- Pus yang terkumpul di bawah periosteum menyebabkan periosteum terangkat

dan memutuskan suplai darah ke dalam tulang sehingga terjadi iskemi diikuti

kematian tulang (sekuester).2

2. Apabila periosteum ruptur, ia akan tembus ke jaringan lunak. Tempat tembusnya akan

membentuk saluran sinus (fistel) yang multipel.3

- Jalur fistula dibentuk melalui tulang alveolar dan keluar ke jaringan ikat

sekitarnya.

- Fenomena ini sering dihubungkan dengan pembengkakan jaringan ikat yang

tiba-tiba dan berkurangnya tekanan dalam tulang, sehingga rasa nyeri

dirasakan pasien berkurang.

- Fistula tersebut dapat berpenetrasi ke mukosa atau kulit sehingga menyediakan

drainase alami dan abses tersebut.

Page 12: abses periapikal

12

- Osteomielitis dikatakan kronis bila fistel yang terbentuk disertai pus yang

melimpah dan berlangsung dalam beberapa hari.

- Pada rahang bawah, kompresi pada bundel neurovaskuler mempercepat

trombosis dan iskemi yang menyebabkan parestesi dari nervus alveolaris

inferior.1

Gambar 1.9 Pembentukan fistula

- Gejala klinis akut yang timbul pada pasien:

Sakit hebat

Demam

Malaise

Parestesi labial

Pembengkakan wajah

Trismus

Gigi terasa sakit pada oklusi dan goyang

Gingiva bengkak

Pus keluar dari gingiva marginal atau fistel multiple pada mukosa

Limfadenopati regional

- Gejala klinis kronis:

Rasa sakit berkurang

Demam

Kegoyangan gigi berkurang dan dapat berfungsi kembali meski kurang

sempurna.

Terdapat supurasi dan abses lokal

Fistel multipel pada mukosa dan kulit

Tampak sekuester sebagai tulang terbuka atau fraktur patologis

3. Jika abses tidak bisa membuat drainase melalui permukaan kulit atau ke dalam rongga

mulut, ia akan menyebar secara difus melalui lapisan fasia jaringan ikat sebagai

Page 13: abses periapikal

13

selulitis. Abses adalah ruangan yang berdinding tebal yang berisi pus, sedangkan

sellulitis infeksi subkutan atau eritema submukosa yang difus. Staphylococci spp.

sering dikaitkan dengan pembentukan abses dimana membentuk enzim koagulase.

Streptococci sering diasosiasikan dengan sellulitis karena dapat memproduksi enzim

seperti streptokinase, hyaluronidase, dan streptodornase. Abses yang berdinding tebal

dengan sedikit atau tidak ada suplai pembuluh darah ke lumennya mempunyai respon

yang lambat dan buruk terhadap terapi antibiotik. Sedangkan selulitis berespon baik

tanpa perlu operasi drainase.2

4. Selulitis merupakan penyebaran akut dan edema dari proses inflamasi akut. Terbagi

menjadi 2:

Ludwig’s Angina

o Selulitis pada regio submandibular

o 70% berkembang dari penyebaran infeksi akut dari gigi molar rahang

bawah

o Ruang submandibular terdiri dari ruang sublingual dan submaksilari yang

dipisahkan otot mylohyoid

o Penyebaran akan berlanjut ke ruang lateral faringeal, lalu ke retrofaringeal

Trombosis Sinus Cavernosus

o Infeksi berasal dari gigi premolar atau molar maksilari, berjalan ke arah

buccal cortical plate masuk ke sinus maksilari, ruang pterigopalatine atau

fossa infratemporal, mencapai orbit melalui fissura orbital inferior. Dan

akhirnya infeksi menyebar ke sinus cavernosus.3

5. Lokalisasi dari abses dentoalveolar pada suatu spatial tergantung dari letak anatomi

dari akar gigi mana yang terkena infeksi, terutama hubungannya dengan perlekatan

otot, khususnya otot buccinator dan mylohyoid. Infeksi biasanya mengikuti jalur yang

hambatannya paling minimal. Pada keadaan tertentu dapat terkena lebih dari satu

spatial, hal ini merupakan keadaan yang sangat serius di dalam penyebaran. Infeksi

sampai dapat menimbulkan suatu penyebaran yang lebih jauh ke arah atas kepala dan

ke bawah leher sampai mediastinum.2

Selulitis yang melibatkan ruang fasia di antara otot dan struktur dasar mulut

yang boleh menyebabkan kematian dikenal sebagai Ludwig’s Angina (plegmon).

-tanda-tanda klinis:

Page 14: abses periapikal

14

Edema pada kedua sisi dasar mulut

Lidah terangkat (woody tongue)

Edema yang menyebar dari leher ke bawah

Leher tampak kaku, kemerahan dan lunak pada palpasi (bull’s neck)

Trismus yang progresif

Drooling

Suhu tubuh meningkat

Sulit menelan (disfagia)

Sulit bicara (disfonia)

Sulit bernafas (dispnea)

Gambar 1.10 Ludwig’s Angina

Komplikasi selulitis terjadi bila penyebaran eksudat ke dalam ruang sinus kavernus

maksilaris menyebabkan tromboflebitis

Infeksi orbita (rahang atas)

Abses serebral

Necrotizing fasiitis

Mediastinitis

Periostitis/Abses Periosteal (Periostal)

Merupakan penyebaran lebih lanjut dari Abses Periapikal. Sebelum menyebar ke

tulang harus melewati lapisan periosteum yang merupakan ‘barrier’ tulang.1

Gejala klinis ditandai dengan:

Rasa sakit yang hebat (karena periosteum banyak mengandung pembuluh syaraf)

dan berdenyut

Dalam serta tidak terlokalisir

Page 15: abses periapikal

15

Belum terlihat adanya pembengkakan (akibat terkumpulnya nanah), yang terlihat

mungkin pembengkakan karena reaksi radang (Tumor) sama halnya seperti pada

Abses Periapikal. Pembengkakan menyebar ke ekstraoral, warna kulit sedikit

merah pada daerah gigi penyebab.

Sakit menyebar dan bila mengenai rahang bawah, dapat menyebar ke sendi rahang

dan telinga, pada beberapa kasus disertai subfebris sampai febris disertai keadaan

umum kurang baik. Bila mengenai rahang atas dapat menyebar le pelipis dan

kening.

Periostitis yang berasal dari gigi insisif rahang atas akan menimbulkan edema pada

bibir.

Periostitis dari gigi kaninus, premolar, dan molar akan menyebabkan sulkus

nasolabialis mendatar dan kelopak mata bawah membengkak.

Pada rahang bawah, bila berasal dari gigi premolar atau molar pembengkakan

dapat meluas dari pipi sampai pinggir mandibula, tetapi masih dapat diraba.

Gigi penyebab sensitif pada sentuhan dan tekanan.

Pemeriksaan intraoral tampak sedikit pembengkakan yang landai, agak sakit pada

palpasi, fluktuasi negatif dan lipatan mukobukal sedikit terhapus.

Abses subperiosteal (subperiostal) tanpa pembengkakan.

Lapisan subperiosteal adalah lapisan periosteal yang menghadap langsung ke arah

tulang. Pada abses ini pengumpulan nanah terdapat antara lapisan subperiosteal dengan

rahang tulang dari abses subperiosteal.2

Proses abses akan menyebar ke dalam tulang karena ‘barrier’ dari tulang (perosteal

dan subperiosteal) sudah tertembus abses. Pada proses selanjutnya sumsum tulang

dihancurkan maka terjadilah osteomyelitis.4

Gejala klinis yang sering ditemukan adalah:

rasa sakit tetapi tidak sehebat pada periostitis.

Belum terlihat adanya pembengkakan karena pengumpulan nanah masih dibatasi

oleh tulang yang terlihat mungkin hanya reaksi radang berupa daerah hiperemis

dengan konsistensi yang keras di ekstra oral.

Abses subperiosteal (dengan pembengkakan)

Page 16: abses periapikal

16

Dari suatu abses subperiosteal (tanpa pembengkakan) bila penyebarannya lebih ke

arah akar gigi maka akan terkumpul nanah di subperiosteal sebelah bukal dan akan

menyebabkan pembengkakan pada pipi dengan fluktuasi yang negatif.4

Abses gingiva

Bila abses subperiosteal menyebar tanpa merusak tulang, maka nanah akan menyebar

dan berkumpul di lapisan subperiosteal di sebelah bukal. Di daerah gusi, pengumpulan nanah

di subperiosteal akan menyebabkan pembengkakan pada gusi maka terjadilah abses gingiva

dengan fluktuasi negatif. Bila proses abses berlanjut, maka lapisan periosteum di sebelah

bukal akan pecah dan akhirnya nanah akan berkumpul pada jaringan gingiva, tetap namanya

abses gingiva tapi dengan fluktuasi positif karena nanah letaknya lebih ke permukaan.1

Gambar 1.11 Abses gingiva

Abses bukal

Ruang di antara kulit wajah dan otot buccinator. Merupakan bagian dari subkutan

sehingga infeksi dari bukal dapat menyebar ke ruang subkutan dan ke rongga orbita. Setelah

melewati bagian inferior dari ramus mandibula jaringan subkutan akan terbuka ke arah ruang

submandibular.

Gambar 1.12 Abses bukal

Abses submukosa

Page 17: abses periapikal

17

Dari suatu abses subperiosteal akan berlanjut dengan pecahnya lapisan periosteum

(sebelah bukal) dan nanah akan menyebar kemudian masuk ke lapisan mukosa dari pipi, maka

terjadilah abses submukosa dengan tanda klinis pembengkakan dengan fluktuasi positif serta

mukobukal fold (fornix) terangkat.2

Abses subkutan

Abses subkutan adalah abses yang terjadi akibat dari abses di spatium bukal. Pada

abses ini bengkak ekstra oral terjadi dan kelihatan berkilat dan keras. Pada puncak abses

terlihat daerah kehitam-hitaman yaitu daerah kulit yang mengalami nekrosis kerana

peregangan dari kulit.

Abses sublingual

Merupakan ruangan yang dibatasi oleh mukosa dari lantai mulut pada bagian superior,

inferior oleh otot myelohyoid. Otot genioglossus menyebabkan ruangan ini terbagi 2, kiri dan

kanan.dari ruang ini dapat menyebar ke runag submandibular di sekitar batas superior otot

myelohyoid. Dapat juga menyebar menuju epiglottis melalui otot-otot intrinsik lidah.

Pengumpulan nanah di bawah lidah sehingga lidah terangkat. Fluktuasi (+).1

Gambar 1.13 Abses sublingual

Abses submandibular

Abses submandibular juga dikenal sebagai abses submaksilla. Gejala klinis yang

ditemukan adanya pinggiran bawah mandibula (margo inferior mandibulae) yang teraba di

bawah otot mylohyoid. Bila fluktuasi positif, disebut abses submandibular subkutan. Dan bila

fluktuasi negatif, ia disebut sebagai abses submandibular subperiosteal.3

Page 18: abses periapikal

18

Gambar 1.14 Abses submandibular

Abses perimandibular

Abses submandibular adalah suatu abses odontogenik yang terdapat di bawah insertie

otot buccinator. Gejala klinis yang biasa ditemukan adalah pembengkakan besar di regio

angulus mandibula, trismus rahang sehingga tidak dapat makan, margo inferior mandibular

tidak teraba, kelenjar getah bening radang akut, dan suhu badan tinggi dan badan menjadi

lesu. Bila fluktuasi positif, ia dikenal sebagai abses perimandubular subkutan. Dan bila

fluktuasi negatif, ia dikenal sebagai abses perimandibular subperiosteal.1

Abses submental

Abses yang terjadi di daerah mentalis. Gejala klinis ditandai dengan rasa sakit yang

bisa menembus ke platysma. Bengkak juga terjadi yaitu di daerah mentalis. Fluktuasi adalah

positif jika sudah menyebar ke subkutan.

Gambar 1.15 Abses submental

Abses lateral pharyngeal

Ruang ini berbentuk seperti piramida terbalik dengan dasarnya di basis cranii dan

apeksnya di os hyoid. Sublingual space memasuki ruang ini melalui dasar mulut dan

submandibular space melalui vebter posterior digastrikus.

Page 19: abses periapikal

19

Gambar 1.16 Abses pharyngeal

Abses retropharyngeal

Ruang ini meluas secara vertikal dr basis cranii yang ekmudian bersatu dengan fascia

retropharyngeal yang merupakan bagian medial dr fascia cervicalis profunda.1

Gambar 1.17 Abses pharyngeal

Abses ruang masticator

Ruang ini dibatasi oleh fascia cervicalis profunda anterior yang membungkus oto-otot

mengunyah. Ruang ini dibagi atas:

-Submasseter space

-Pterigomandibular space

-Superficial temporal space

-Deep temporal space

Page 20: abses periapikal

20

Gambar 1.18 Abses ruang mastikator

Gambar 1.19 Abses ruang temporal

Page 21: abses periapikal

21

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Abses periapikal adalah akumulasi atau kumpulan pus yang dikelilingi oleh jaringan

yang mengalami proses inflamasi yang berlokasi di dekat apeks dari akar gigi yang sudah

non-vital. Penyebab yang paling umum adalah infeksi bakteri di pulpa yang merupakan

kelanjutan dari karies gigi. Tidak ada predileksi ras dan jenis kelamin dalam insidensi abses

periapikal. Abses periapikal lebih banyak ditemukan pada anak-anak dibandingkan dengan

dewasa. Hal ini dikarenakan pada anak-anak yang biasanya oral hiegiennya kurang baik,

email lebih tipis, dan biasanya gigi yang terbentuk mempunyai lebih banyak suplai darah,

yang memungkinkan terjadinya peningkatan respon imun.

Abses periapikal menunjukkan gejala apabila terjadi akumulasi material purulen pada

alveolus. Pada stadium awal akan terasa sakit pada gigi yang terkena yang pada umumnya

berkurang dengan penekanan langsung. Diagnosis periapikal abses didapatkan dari tanda dan

gejala klinis. Dan yang paling penting adalah pemeriksaan radiologi.

Page 22: abses periapikal

22

DAFTAR PUSTAKA

1. Neville. Damn. Allen. Oral & Maxillofacial Pathology. 2nd edition. WB Saunders. 2002.

USA

2. Carranza, Fermin. Newman, Michael. Clinical Periodontology. 8th edition. WB Saunders

Company. 1996. USA

3. .Soames J.V, Southam J. C. Oral Pathology. 4th edition. Oxford University Press. 2005.

New York.

4. Topazian, Goldberg, Hupp. Oral and maxillofacial Pathology. 4th edition. WB Saunders

2002. USA