abses mammae

43
Abses Mamae Gita Syahputri K.W NIM : 14710125 SMF Bedah RSD dr. Soebandi Jember Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma Surabaya Pendahuluan Abses payudara merupakan komplikasi yang terjadi akibat peradangan payudara kronik, akumulasi nanah pada jaringan payudara yang dapat disebabkan oleh bakteri. Merupakan penyakit yang sulit untuk sembuh sekaligus mudah untuk kambuh. peluang kekambuhan bagi yang pernah mengalaminya berkisar di antara 40-50 persen. Penyakit ini disebabkan oleh infeksi bakteri, salah satunya adalah Staphylococcus aureus. Bakteri yang secara alami bisa ditemukan pada kulit manusia itu bisa masuk apabila ada luka pada payudara terutama di sekitar puting susu Merupakan komplikasi akibat peradangan payudara / mastitis yang sering timbul pada minggu ke dua post partum (setelah melahirkan), karena adanya 1

Upload: gungde-oden

Post on 12-Dec-2015

66 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

Lapsus Abses Mammae

TRANSCRIPT

Page 1: Abses Mammae

Abses Mamae

Gita Syahputri K.W

NIM : 14710125

SMF Bedah RSD dr. Soebandi Jember

Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma Surabaya

Pendahuluan

Abses payudara merupakan komplikasi yang terjadi akibat peradangan payudara

kronik, akumulasi nanah pada jaringan payudara yang dapat disebabkan oleh

bakteri. Merupakan penyakit yang sulit untuk sembuh sekaligus mudah untuk

kambuh.  peluang kekambuhan bagi yang pernah mengalaminya berkisar di antara

40-50 persen.

Penyakit ini disebabkan oleh infeksi bakteri, salah satunya adalah Staphylococcus

aureus. Bakteri yang secara alami bisa ditemukan pada kulit manusia itu bisa

masuk apabila ada luka pada payudara terutama di sekitar puting susu Merupakan

komplikasi akibat peradangan payudara / mastitis yang sering timbul pada minggu

ke dua post partum (setelah melahirkan), karena adanya pembengkakan payudara

akibat tidak menyusui dan lecet pada puting susu.

Abses payudara berbeda dengan mastitis. Abses payudara terjadi apabila mastitis

tidak tertangani dengan baik, sehingga memperberat infeksi.

Breast abscess adalah akumulasi nanah pada jaringan payudara. Hal ini biasanya

disebabkan oleh infeksi pada payudara. Cedera dan infeksi pada payudara dapat

menghasilkan gejala yang sama dengan di bagian tubuh lainnya, kecuali pada

1

Page 2: Abses Mammae

payudara, infeksi cenderung memusat dan menghasilkan abses kecil. Hal ini dapat

menyerupai kista 1-3

Definisi

Abses Mamae

Abses adalah suatu penimbunan nanah, biasanya terjadi akibat suatu infeksi

bakteri. Jika bakteri menyusup ke dalam jaringan yang sehat, maka akan terjadi

infeksi. Sebagian sel mati dan hancur, meninggalkan rongga yang berisi jaringan

dan sel-sel yang terinfeksi. Sel-sel darah putih yang merupakan pertahanan tubuh

dalam melawan infeksi, bergerak ke dalam rongga tersebut dan setelah menelan

bakteri, sel darah putih akan mati. Sel darah putih inilah yang mengisi rongga

tersebut.

Akibat penimbunan nanah ini, maka jaringan disekitarnya akan terdorong.

Jaringan pada akhirnya tumbuh di sekeliling abses dan menjadi dinding pembatas

abses. Hal ini merupakan mekanisme tubuh untuk mencegah penyebaran

infeksi lebih lanjut. Jika suatu abses pecah didalam, maka infeksi bisa menyabar

di dalam tubuh maupun dibawah permukaan kulit, tergantung pada lokasi abses.

Breast abscess adalah akumulasi nanah pada jaringan payudara. Hal ini biasanya

disebabkan oleh infeksi pada payudara. Cedera dan infeksi pada payudara dapat

menghasilkan gejala yang sama dengan di bagian tubuh lainnya, kecuali pada

payudara, infeksi cenderung memusat dan menghasilkan abses kecil. Hal ini dapat

menyerupai kista.

Payudara yang terinfeksi seperti jaringan terinfeksi lain, melokalisasi infeksi

dengan membentuk sawar jaringan granulasi yang mengelilinginya. Jaringan ini

akan menjadi kapsul abses, yang terisi dengan pus. Terdapat benjolan yang

membengkak yang sangat nyeri, dengan kemerahan panas dan edema pada kulit

diatasnya. Jika keadaan ini dibiarkan maka pus akan menjadi berfluktuasi, dengan

perubahan warna kulit dan nekrosis. Dalam kasus seperti ini demam biasa muncul

ataupun tidak . pus dapat diaspirasi denagn spuit dan jarum berlubang besar.

2

Page 3: Abses Mammae

Diagnosis banding abses payudara mencakup galaktokel, fibroadenoma, dan

karsinoma.

Infeksi pada payudara biasanya disebabkan oleh bakteri yang umum ditemukan

pada kulit normal (staphylococcus aureus). Infeksi terjadi khususnya pada saat ibu

menyusui. Bakteri masuk ke tubuh melalui kulit yang rusak, biasanya pada puting

susu yang rusak pada masa awal menyusui. Area yang terinfeksi akan terisi

dengan nanah.

Infeksi pada payudara tidak berhubungan dengan menyusui harus dibedakan

dengan kanker payudara. Pada kasus yang langka, wanita muda sampai usia

pertengahan yang tidak menyusui mengalami subareolar abscesses (terjadi

dibawah areola, area gelap sekitar puting susu). Kondisi ini sebenarnya terjadi

pada perokok.

Abses dikulit atau dibawah kulit sangat mudah dikenali, sedangkan abses dalam

seringkali sulit ditemukan. Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil

pemeriksaan fisik. Jika tidak sedang menyusui, bisa ditemukan mammografi atau

biopsy payudara.1

Mastitis purpuralis

Mastitis purpuralis biasanya ditandai oleh peradangan unilateral, umumnya

terlokalisir, disertai demam, nyeri setempat, nyeri tekan dan eritema segmental.

Seringkali masih terdapat fisura pada puting (tempat masuk bakteri). Kuman

penyebab yang umum adalah Staphylococcus aureus hemolitikus. Karena itu

harus menggunakan terapi antibiotika yang resisten terhadap penisilinase

(misalnya oksasilin, sefalotin). Primigravida lebih sering terkena. Mastitis

purpuralis cenderung terjadi dalam dua tipe epidemiologik, yaitu tipe epidemik

dan sporadik. Pada tipe epidemik, infeksi seringkali dapat ditemukan pada karier

(pembawa), dan tipe ini cenderung berbahaya. Karena itu diperlukan terapi

intensif. Ibu dianjurkan untuk berhenti menyusui, mendapat terapi antibiotika,

penekan laktasi, kompres dingin payudara dan mengenakan bh siang dan malam.

3

Page 4: Abses Mammae

Pada tipe mastitis purpuralis sporadik, bayi (merupakan sumber organisme

penginfeksi yang paling sering) dapat terus menyusu. Dengan berkurangnya

pembengkakan, kemungkinan pembentukan abses juga menurun. Pelindung

puting dapat membantu mengendalikan rasa tidak nyaman. Pengobatan antibiotika

sama dengan untuk tipe epidemik.

Pada kedua tipe, jika pemberian antibiotika dimulai sebelum terjadi supurasi,

infeksi biasanya dapat dikendalikan dalam 24 jam. Jika infeksi berkembang

membentuk abses, diperlukan drainase dengan pembedahan.3

Mastitis tuberkulosa

Mastitis spesifik ini jarang ditemukan. Mungkin dapat timbul abses dingin yang

tidak begitu nyeri. Mastitis tuberkulosa dapat dikacaukan dengan karsinoma

mamma. Dalam hal ini, perlu anamnesis yang teliti dan biopsi di tempat yang

tepat, yaitu pada mamae yang tersisi setelah nanah dialirkan. Kadang mastitis

tuberkulosa membentuk fistel. Diagnosis dipastikan dengan pemeriksaan histologi

biopsi. Pengobatan dengan tuberkulostatik.1

Galaktokel adalah kista retensi berisi air susu. Kadang timbul infeksi di dalam

kista tersebut.1

Penyakit ini boleh dikatakan hampir selalu timbul pada waktu hamil dan laktasi.

Sedangkan mastitis berdasarkan tempatnya dapat dibedakan menjadi:

a. Mastitis yang menyebabkan abses dibawah areola mammae.

b. Mastitis ditengah-tengah mammae yang menyebabkan abses ditempat itu.

c. Mastitis pada jaringan dibawah dorsal dari kelenjar-kelenjar yang

menyebabkan abses antara mammae dan otot-otot dibawahnya.

Sesudah bayi lahir dan plasenta keluar, kadar estrogen dan progesteron turun

dalam 2-3 hari. Dengan ini faktor dari hipotalamus yang menghalangi prolaktin

waktu hamil, dan sangat di pengaruhi oleh estrogen, tidak dikeluarkan lagi, dan

terjadi sekresi prolaktin oleh hipofisis. Hormon ini menyebabkan alveolus-

alveolus kelenjar mammae terisi dengan air susu, tetapi untuk mengeluarkan

4

Page 5: Abses Mammae

dibutuhkan refleks yang menyebabkan kontraksi sel-sel mioepitel yang

mengelilingi alveolus dan duktus kecil kelenjar-kelenjar tersebut. Refleks ini

timbul bila bayi menyusui. Apabila bayi tidak menyusu dengan baik, atau jika

tidak dikosongkan dengan sempurna, maka terjadi bendungan air susu yang

merupakan awal dari terjadinya mastitis dan jika tidak mendapatkan penanganan

yang baik maka akan timbul abses. Mastitis juga dapat disebabkan karena

payudara yang tidak dirawat dengan baik, sehingga mengakibatkan putting susu

pecah yang merupakan porte de entre dari kuman Stafilokokus Aureus, dan jika

tidak mendapatkan penanganan yang tidak baik maka akan berlanjut ke abses.

Pada awalnya bermula dari kuman penyebab mastitis yaitu puting susu yang luka

atau lecet dan kuman tersebut berkelanjutan menjalar ke duktulus-duktulus dan

sinus sehingga mengakibatkan radang pada mamae. Radang duktulus-duktulus

menjadi edematus dan akibatnya air susu tersebut terbendung.

Mastitis / abses payudara selama laktasi, gejalanya merah, panas, benjolan yang

nyeri tekan, gejala sistemik. Jika sudah terinfeksi, payudara akan bengkak dan

terasa nyeri, terasa keras saat diraba dan tampak memerah, permukaan kulit dari

payudara yang terkena infeksi juga tampak seperti pecah-pecah. Badan demam

seperti terserang flu. Namun bila karena sumbatan tanpa infeksi, biasanya badan

tidak terasa nyeri dan tidak demam. Pada payudara juga tidak teraba bagian yang

keras dan nyeri, serta merah.1,4

Pencegahan mastitis

- Mastitis bisa dihindari jika ibu yang baru melahirkan cukup banyak

istirahat dan bisa secara teratur menyusui bayinya agar payudara tidak

menjadi bengkak. Gunakan BH yang sesuai ukuran payudara.serta

usahakan untuk selalu menjaga kebersihan payudara dengan cara

membersihkan dengan kapas dan air hangat sebelum dan sesudah

menyusui.

- Hampir semua kasus mastitis akut dapat dihindari melalui upaya menyusui

dengan benar. Kebersihan harus dipraktekkan oleh semua yang berkontak

5

Page 6: Abses Mammae

dengan bayi baru lahir dan ibu baru,juga mengurangi insiden

mastitis.Tindakan pencegahan termasuk usaha yang cermat untuk

menghindari kintaminasi tersebut dengan menyingkirkan individual yang

diketahui atau dicuigai sebagai karir dari tempat perawatan.Mencuci

tangan engan baik adalah penting untuk mencegh terjadinya infeksi.

Tingkat mastitis ini ada 2 yaitu:

a. Tingkat awal peradangan (non infeksi).

Pada tingkatan ini mastitis sering diakibatkan oleh bendungan ASI. Hal ini

terjadi karena proses menyusui yang tidak berjalan dengan baik, dimana bayi

tidak secara maksimal mendapatkan ASI. Pada peradangan dalam taraf

permulaan penderita hanya merasa nyeri setempat, taraf ini cukup memberi

penyangga pada mammae itu dengan kain tiga segi, agar tidak menggantung

yang memberika rasa nyeri, dan disamping itu perlu diberikan antibiotika.

Dalam hal antibiotika dapat dikemukakan bahwa kuman dari abses yang

dibiakkan dan diperiksa resistensinya terhadap antibiotika ternyata banyak

yang resistensi terhadap penisilin dan streptomisin. Knight dan Nolan dari

Royal Infirmary di Edinburgh mengemukakan bahwa stafilokokus aureus

yang dibiakkan, 93% resisten terhadap penisilin dan 55% terhadap

streptomisin, akan tetapi hampir tidak resisten terhadap linkosin dan

oksasilin, yang diberikan 500 mg setiap 6 jam selama 7-10 hari dan kalau

ternyata alergis terhadap obat-obat ini, eritromisin 250 mg per oral 3 kali

sehari selama 10 hari. Bantu agar ibu tetap meneteki, dianjurkan untuk

menyangga payudaranya dan melakukan kompres hangat sebelum meneteki

untuk mengurangi bengkak dan nyeri. Berikan parasetamol 500 mg dan ibu

perlu dievaluasi selama 3 hari.

b. Tingkat abses (infeksi)

Infeksi payudara dapat berlanjut menjadi abses. Dari tingkat radang ke abses

berlangsung sangat cepat karena oleh radang duktulus-duktulus menjadi

edematous, air susu terbendung, dan air susu yang terbendung itu segera

6

Page 7: Abses Mammae

bercampur dengan nanah. Gejala abses ini pada ibu yang menderita mastitis

infeksi adalah warna kulit menjadi merah, nyeri bertambah hebat di payudara,

kulit diatas abses mengkilap dan suhu tinggi (39-400C), sehingga ibu

mengalami demam, dan pada pemeriksaan ada pembengkakan, dan dibawah

kulit teraba cairan. Dan bayi dengan sendirinya tidak mau minum pada

payudara yang sakit, seolah-olah dia tahu bahwa susu yang sebelah itu

campur nanah. Didaerah payudara ini akan terlihat daerah kemerahan yang

jelas. Meskipun demikian laktasi tidak harus disupresi karena mastitis. Ibu

harus didorong untuk selalu mengeluarkan ASInya dengan menggunakan

pompa atau secara manual, karena tindakan mempertahankan aliran ASI akan

mengurangi jumlah mikroorganisme. Kompres hangat sebelum menyusui

untuk mengurangi bengkak dan nyeri. Berikan parasetamol bila perlu dan

lakukan evaluasi selama 3 hari. Berikan antibiotika kloksasilin 500mg per

oral 4 kali sehari selama 10 hari, atau eritromisin 250 mg per oral 3 kali

sehari selama 10 hari. Lakukan insisi. Lakukan insisi radial dari batas putting

ke lateral untuk menghindari cedera. Anestesia umum dianjurkan. Tampon

dan drain dilepaskan setelah 24 jam, ganti dengan tampon kecil. Jika masih

banyak pus tetap berikan tampon dalam lubang.

Faktor risiko

Masalah-masalah yang sering terjadi pada saat menyusui sering terjadi terutama

pada ibu primipara. Oleh karena itu, ibu menyusui perlu diberikan penjelasan

tentang pentingnya bagaimana perawatan payudara yang baik dan benar, cara

menyusui yang benar dan hal-hal lain yang erat hubungannya dengan proses

menyusui. Masalah-masalah menyusui yang sering terjadi dan merupakan faktor

resiko yang dapat menyebabkan terjadinya infeksi pada payudara adalah puting

lecet, payudara bengkak, saluran susu tersumbat yang dapat menyebabkan

terjadinya mastitis dan abses.

1. Puting nyeri/lecet

7

Page 8: Abses Mammae

Kebanyakan puting yang nyeri atau lecet disebabakan oleh kesalahan dalam

teknik menyusui, yaitu bayi yang tidak mengisap susu sampai ke areola

payudara melainkan hanya terbatas pada puting saja. Bila hal tersebut terjadi

maka bayi hanya akan mendapat ASI dalam jumlah sedikit karena gusi bayi

tidak menekan pada daerah sinus laktiferus. Bila hal ini terus berlanjut maka

akan menyebabkan terjadinya lecet pada daerah puting susu ibu.

2. Payudara bengkak

Pembengkakan atau enorgement payudara terjadi karena ASI tidak diisap

oleh bayi secara adekuat, sehingga sisa ASI terkumpul pada sistem duktus

yang akan mengakibatkan terjadinya pembengkakan. Hal tersebut dapat

menyebabkan terjadinya stasis pada pembuluh darah dan limfe akan

mengakibatkan meningkatnya tekanan intraduktal, yang akan mempengaruhi

beberapa segmen pada payudara, sehingga menyebabkan tekanan seluruh

payudara menjadi meningkat. Akibatnya payudara sering terasa penuh ,

tegang, dan nyeri. Selanjutnya hal tersebut akan diikuti oleh penurunan

produksi ASI dan penurunan refleks Let down. Bra yang terlalu ketat juga

dapat menyebabkan pmbengkakan segmental, demikian pula puting yang

tidak bersih dapat menyebabkan sumbatan pada duktus.

Gejala pembengkakan akan tampak sebagai bentuk areola payudara yang

lebih menonjol dan puting yang lebih mendatar, sehingga membuat puting

lebih mendatar, sehingga menyebabkan puting sukar diisap oleh bayi. Bila

keadaan sudah demikian kulit pada payudara akan tampak lebih mengkilap,

ibu mengalami demam, dan payudara terasa nyeri.

3. Saluran susu tersumbat

Saluran susu tersumbat (obstruction duct) adalah merupakan suatu keadaan

ketika terjadi sumbatan pada satu atau lebih duktus laktiferus. Penyebabnya

meliputi tekanan jari ibu pada waktu menyusui, pamakaian bra yang terlalu

ketat, dan komplikasi payudara bengkak, yaitu susu yang terkumpul tidak

segera dikeluarkan sehingga menjadi suatu sumbatan.

8

Page 9: Abses Mammae

Gejala pada gangguan ini mudah terlihat pada ibu yang kurus akan terlihat

benjolan yang jelas dan lunak pada perabaan. Payudara pada daerah yang

mengalami sumbtan terasa bengkak yang terlokalisasi.5,6

Epidemiologi

Mastitis merupakan masalah yang sering dijumpai pada ibu menyusui.

Diperkirakan sekitar 3-20% ibu menyusui dapat mengalami mastitis. Terdapat dua

hal penting yang mendasari kita memperhatikan kasus ini. Pertama, karena

mastitis biasanya menurunkan produksi ASI dan menjadi alasan ibu untuk

berhenti menyusui. Kedua, karena mastitis berpotensi meningkatkan transmisi

vertikal pada beberapa penyakit (terutama AIDS).

Sebagian besar mastitis terjadi dalam 6 minggu pertama setelah bayi lahir (paling

sering pada minggu ke-2 dan ke-3), meskipun mastitis dapat terjadi sepanjang

masa menyusui bahkan pada wanita yang sementara tidak menyusui.

Abses merupakan komplikasi mastitis yang biasanya terjadi karena pengobatan

terlambat atau tidak adekuat. Bila terdapat daerah payudara teraba keras , merah

dan tegang walaupun ibu telah diterapi, maka kita harus pikirkan kemungkinan

terjadinya abses. Kurang lebih 3% dari kejadian mastitis berlanjut menjadi abses.7

Etiologi

Infeksi pada payudara biasanya disebabkan oleh bakteri yang umum ditemukan

pada kulit normal (staphylococcus aureus). Infeksi terjadi khususnya pada saat ibu

menyusui. Bakteri masuk ke tubuh melalui kulit yang rusak, biasanya pada puting

susu yang rusak pada masa awal menyusui. Area yang terinfeksi akan terisi

dengan nanah.

9

Page 10: Abses Mammae

Infeksi pada payudara tidak berhubungan dengan menyusui harus dibedakan

dengan kanker payudara. Pada kasus yang langka, wanita muda sampai usia

pertengahan yang tidak menyusui mengalami subareolar abscesses (terjadi

dibawah areola, area gelap sekitar puting susu).

Suatu infeksi bakteri bisa menyebabkan abses melalui bebebrapa cara yaitu

sebagai berikut :

1.     Bakteri masuk ke bawah kulit akibat luka dari tusukan jarum tidak steril

2.     Bakteri menyebar dari suatu infeksi dibagian tubuh yang lain.

3.     Bakteri yang dalam keadaan normal, hidup di dalam tubuh manusia dan tidak

menimbulkan gangguan, kadang bias menyebabkan abses.1

Peluang terbentuknya suatu abses akan meningkat jika :

1.     Terdapat kotoran atau benda asing di daerah tempat terjadinya infeksi.

2.     Daerah yang terinfeksi mendapatkan aliran darah yang kurang.

3.     Terdapat gangguan system kekebalan tubuh.

Patofisiologi

Adapun patogenesis dari abses payudara adalah luka atau lesi pada putting terjadi

peradangan masuk (organisme ini biasanya dari mulut bayi) pengeluaran

susu terhambat & produksi susu normal penyumbatan duktus  terbentuk

abses.

Terjadinya mastitis diawali dengan peningkatan tekanan di dalam duktus (saluran

ASI) akibat stasis ASI. Bila ASI tidak segera dikeluarkan maka terjadi tegangan

alveoli yang berlebihan dan mengakibatkan sel epitel yang memproduksi ASI

menjadi datar dan tertekan, sehingga permeabilitas jaringan ikat meningkat.

Beberapa komponen (terutama protein kekebalan tubuh dan natrium) dari plasma

masuk ke dalam ASI dan selanjutnya ke jaringan sekitar sel sehingga memicu

respons imun. Stasis ASI, adanya respons inflamasi, dan kerusakan jaringan

memudahkan terjadinya infeksi.4

10

Page 11: Abses Mammae

Terdapat beberapa cara masuknya kuman yaitu melalui duktus laktiferus ke lobus

sekresi, melalui puting yang retak ke kelenjar limfe sekitar duktus (periduktal)

atau melalui penyebaran hematogen  pembuluh darah). Organisme yang paling

sering adalah Staphylococcus aureus, Escherecia coli dan Streptococcus. Kadang-

kadang ditemukan pula mastitis tuberkulosis yang menyebabkan bayi dapat

menderita tuberkulosa tonsil. Pada daerah endemis tuberkulosa kejadian mastitis

tuberkulosis mencapai 1%.4

Apabila kekebalan dan daya tahan tubuh ibu baik maka dengan penanganan yang

cepat dan tepat maka peradangan akan segera berhenti. Tetapi apabila peradangan

pada payudara tidak diatasi dengan baik dan bila diikuti oleh terjadi infeksi maka

peradangan akan meluas. dan akan terbentuk abses yang menyebabkan

peradangan akan berlanjut dan menimbulkan gejala klinis yang lebih berat dari

sebelumnya. 4

Gambaran klinis

Gejala dari abses tergantung pada lokasi dan pengaruhnya terhadap fungsi suatu

organ atau syaraf. Gejala dan tanda yang sering ditimbulkan oleh abses payudara

diantaranya :

- Tanda-tanda inflamasi pada payudara (merah mengkilap, panas jika

disentuh, membengkak dan adanya nyeri tekan). 

- Teraba massa, suatu abses yang terbentuk tepat dibawah kulit biasanya

tampak sebagai suatu benjolan. Jika abses akan pecah, maka daerah pusat

benjolan akan lebih putih karena kulit diatasnya menipis.

- Gejala sistematik berupa demam tinggi, menggigil, malaise

- Nipple discharge (keluar cairan dari putting susu, bisa mengandung nanah)

- Gatal- gatal

- Pembesaran kelenjar getah bening ketiak pada sisi yang sama dengan

payudara yang terkena.

Menurut Sarwono (2009), pada abses payudara memiliki tanda dan gejala yaitu:

- Nyeri payudara yang berkembang selama periode laktasi

11

Page 12: Abses Mammae

- Fisura putting susu

- Fluktuasi dapat dipalpasi atau edema keras

- Warna kemerahan pada seluruh payudara atau local

- Limfadenopati aksilaris yang nyeri

- Pembengkakan yang disertai teraba cairan dibawah kulit

- Suhu badan meningkat dan menggigil

- Payudara membesar, keras dan akhirnya pecah dengan borok serta

keluarnya cairan nanah bercampur air susu serta darah.

Anamnesis

Penyebaran informasi sesungguhnya tentang riwayat alamiah dan insidens kanker

payudara sering bertanggung jawab untuk kewaspadaan pasien akan penyakit

payudara. Anamnesis terpadu harus didapatkan sebelum melakukan pemeriksaan

fisik. Penyelidikan terinci tentang faktor resiko penyerta seperti usia, paritas serta

riwayat menstruasi dan menyusui, bersifat penting. Usia menarke dan perubahan

siklik dengan menstruasi berkorelasi bermakna dengan penyakit jinak dan ganas.

Pertanyaan tentang tindakan bedah sebelumnya, terutama ooforektomi,

adrenalektomi atau pembedahan pelvis, penting untuk memastikan kemungkinan

efek penghentian sekresi estrogen endogen. Penting riwayat terapi hormon

sebelumnya, yang mencakup kontrasepsi oral dan estrogen eksogen. Kehadiran

dan sifat sekret puting susu maupun hubungannya dengan ovulasi siklik bisa

memberikan petunjuk penting tentang etiologi.

Sekitar 75 sampai 85 persen massa payudara dikenal pasien sebekum mencari

pertolongan medis. Sifat pertumbuhan, reprodusibilitas pemeriksaan selama siklus

menstruasi dan sekret puting susu merupakan pokok informasi bersangkut paut.

Nyeri (mastodinia) dengan pembengkakan dan rasa penuh payudara dalam masa

segera pramenstruasi atau pascamenstruasi menggambarkan lesi payudara sensitif

hormon yang jinak. Penyelidikan riwayat penyakit keluarga kanker payudara dan

gejala konstitusional yang mencakup penurunan berat badan, demam, hemoptisis,

12

Page 13: Abses Mammae

nyeri dada, anoreksia dan nyeri tulang rangka penting bila indeks kecurigaan

keganasan tinggi.4

Pemeriksaan fisik

Inspeksi

Sebelum palpasi, dokter seharusnya duduk menghadapi pasien yang harus

membuka pakaian sampai pinggang serta mengamati simetri dan perubahan kulit

seperti fiksasi, elevasi, retraksi dan warna. Pertama dilakukan pemeriksaan

dengan lengan pasien di samping tubuhnya dan kemudian di atas pinggulnya.

Kontraksi musculus pectoralis akan meningkatkan bentuk payudara. Penting

pengenalan edema difus sebagai hasil selulitis bakterialis atau akibat peresapan

endolimfe dari pembuluh limfe dermis dengan emboli tumor. Terperangkapnya

ligamentum cooper segmental bisa menimbulkan retraksi kulit dan lesung serta

bisa disertai dengan “peau d’ orange”. Gambaran fisik ini biasanya menyertai

massa padat yang dapat teraba profunda, yang terlazim menggambarkan

neoplasma maligna, tetapi kadang-kadang bisa nekrosis lemak.

Palpasi

Palpasi sistematik atas tempat metastasis yang lazim harus dilakukan sebelum

pemeriksaan payudara. Pemeriksaan fossa axillaris dan supraclavicularis

memerlukan palpasi superfisialis dan profunda untuk mengenal metastasis

kelenjar limfe. Pasien harus didudukkan dengan lengan disokong oleh pemeriksa.

Relaksasi otot gelang bahu penting dan tekanan ujung jari tangan yang lembut

terbaik mengenal kelenjar limfe kecil. Metastasis ekstramamma besar bermassa

besar bisa jelas ke pasien dan dokter serta penting dokumentasi lokasi dan ukuran

yang tepat selama pemeriksaan klinik awal. Lima kelompok kelenjar limfe yang

sebelumnya disebutkan harus diperiksa dan jari tangan yang mempalpasi harus

ditempatkan dalam lipat axilla, sehingga semua struktur infraclavicularis di lateral

ligamentum Halsted telah dievaluasi. Ujung jari tangan pemeriksa menekan isi

axilla pada otot dinding dada dan sangkar iga.

13

Page 14: Abses Mammae

Ekstensi lengan penuh dengan tangan istirahat pada puncak kepala meratakan

payudara pada dinding dada dan nyaman bagi pasien. Penempatan pasien kembali

dalam posisi terlentang bisa memungkinkan pemeriksaan lebih menyeluruh,

terutama dengan ekstensi dan rotasi eksterna bahu. Pemeriksaan sistematik semua

kuadran payudara diselesaikan. Evaluasi bertujuan untuk mendeteksi lesi kecil

yang berbeda dari lemak dan stroma payudara sekelilingnya. Lesi yang berbatas

tegas, nyeri dan sama sekali terpisah dari parenkima berdekatan biasanya tidak

ganas, sedangkan lesi tak nyeri dengan batas tak tegas secara klasik mungkin

ganas. Pembedaan antara sifat jinak dan ganas tidak mungkin dilakukan atas

pemeriksaan fisik saja. Penilaian klinik dan biopsi diperlukan. Selama tahun

reproduktif wanita, payudara mempunyai arsitektur lobulus normal, yang dapat

membingungkan pasien selama pemeriksaan payudara sendiri. Pasien harus

diinstruksikan cara memeriksa payudaranya. Penemuan lesi dengan sifat tiga

dimensi seharusnya menyadarkan pasien untuk kembali ke dokternya.

Puting susu dan areola harus diperiksa dengan cermat. Adanya inversi puting susu

harus dicatat dan jika unilateral, harus dicurigai karsinoma. Puting susu normal

terinversi biasanya dapat dieversikan ke posisi anatomi yang tepat. Ketidak-

mampuan melakukan perasatini membenarkan biopsi. Penyakit jinak dapat juga

melibatkan kompleks puting susu-areola. Eksema dan keadaan peradangan

subareola lazim dalam masa pasca persalinan selama laktasi. Adanya erupsi areola

bersisik, berkrusta, ekzematoid patognomonik bagi penyakit paget puting susu.

Lesi ini lazim basah atau berdarah bila kontak. Biopsi penyakit paget

mengkonfirmasi karsinoma duktus primer yang telah menginvasi puting susu dan

kulit areola untuk memberi gambaran klinik yang digambarkan.4

Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan lain untuk menunjang diagnosis tidak

selalu diperlukan. World Health Organization (WHO) menganjurkan pemeriksaan

kultur dan uji sensitivitas pada beberapa keadaan yaitu bila:

Pengobatan dengan antibiotik tidak -- memperlihatkan respons yang baik

dalam 2 hari

14

Page 15: Abses Mammae

Terjadi mastitis berulang

Mastitis terjadi di rumah sakit

Penderita alergi terhadap antibiotik atau pada kasus yang berat.

Bahan kultur diambil dari ASI pancar tengah hasil dari perahan tangan yang

langsung ditampung menggunakan penampung urin steril. Puting harus

dibersihkan terlebih dulu dan bibir penampung diusahakan tidak menyentuh

puting untuk mengurangi kontaminasi dari kuman yang terdapat di kulit yang

dapat memberikan hasil positif palsu dari kultur. Beberapa penelitian

memperlihatkan beratnya gejala yang muncul berhubungan erat dengan tingginya

jumlah bakteri atau patogenitas bakteri. 7

Komplikasi

Penghentian menyusui dini

Mastitis dapat menimbulkan berbagai gejala akut yang membuat seorang ibu

memutuskan untuk berhenti menyusui.Penghentian menyusui secara mendadak

dapat meningkatkan risiko terjadinya abses.Selain itu ibu juga khawatir kalau obat

yang mereka konsumsi tidak aman untuk bayi mereka.Oleh karena itu

penatalaksanaan yang efektif, informasi yang jelas dan dukungan tenaga

kesehatan dan keluarga sangat diperlukan saat ini. 4

Abses

Abses merupakan komplikasi mastitis yang biasanya terjadi karena pengobatan

terlambat atau tidak adekuat. Bila terdapat daerah payudara teraba keras , merah

dan tegang walaupun ibu telah diterapi, maka kita harus pikirkan kemungkinan

terjadinya abses. Kurang lebih 3% dari kejadian mastitis berlanjut menjadi

abses.Pemeriksaan USG payudara diperlukan untuk mengidentifikasi adanya

cairan yang terkumpul.Cairan ini dapat dikeluarkan dengan aspirasi jarum halus

yang berfungsi sebagai diagnostik sekaligus terapi, bahkan mungkin diperlukan

aspirasi jarum secara serial.Pada abses yang sangat besar terkadang diperlukan

15

Page 16: Abses Mammae

tindakan bedah.Selama tindakan ini dilakukan ibu harus mendapat antibiotik.ASI

dari sekitar tempat abses juga perlu dikultur agar antibiotik yang diberikan sesuai

dengan jenis kumannya.4

Mastitis berulang/kronis

Mastitis berulang biasanya disebabkan karena pengobatan terlambat atau tidak

adekuat.Ibu harus benar-benar beristirahat, banyak minum, makanan dengan gizi

berimbang, serta mengatasi stress. Pada kasus mastitis berulang karena infeksi

bakteri diberikan antibiotik dosis rendah (eritromisin 500 mg sekali sehari) selama

masa menyusui.4

Infeksi jamur

Komplikasi sekunder pada mastitis berulang adalah infeksi oleh jamur seperti

candida albicans.Keadaan ini sering ditemukan setelah ibu mendapat terapi

antibiotik.Infeksi jamur biasanya didiagnosis berdasarkan nyeri berupa rasa

terbakar yang menjalar di sepanjang saluran ASI.Di antara waktu menyusu

permukaan payudara terasa gatal.Puting mungkin tidak nampak kelainan.Ibu dan

bayi perlu diobati. Pengobatan terbaik adalah mengoles nistatin krem yang juga

mengandung kortison ke puting dan areola setiap selesai bayi menyusu dan bayi

juga harus diberi nistatin oral pada saat yang sama.4

Penatalaksanaan

Nonmedikamentosa

Tata laksana mastitis dimulai dengan memperbaiki teknik menyusui ibu. Aliran

ASI yang baik merupakan hal penting dalam tata laksana mastitis karena stasis

ASI merupakan masalah yang biasanya mengawali terjadinya mastitis. Ibu

dianjurkan agar lebih sering menyusui dimulai dari payudara yang bermasalah.

Tetapi bila ibu merasa sangat nyeri, ibu dapat mulai menyusui dari sisi payudara

yang sehat, kemudian sesegera mungkin dipindahkan ke payudara bermasalah,

bila sebagian ASI telah menetes (let down) dan nyeri sudah berkurang. Posisikan

bayi pada payudara sedemikian rupa sehingga dagu atau ujung hidung berada

16

Page 17: Abses Mammae

pada tempat yang mengalami sumbatan. Hal ini akan membantu mengalirkan ASI

dari daerah tersebut. 4

Ibu dan bayi biasanya mempunyai jenis pola kuman yang sama, demikian pula

pada saat terjadi mastitis sehingga proses menyusui dapat terus dilanjutkan dan

ibu tidak perlu khawatir terjadi transmisi bakteri ke bayinya. Tidak ada bukti

terjadi gangguan kesehatan pada bayi yang terus menyusu dari payudara yang

mengalami mastitis. Ibu yang tidak mampu melanjutkan menyusui harus memerah

ASI dari payudara dengan tangan atau pompa. Penghentian menyusui dengan

segera memicu risiko yang lebih besar terhadap terjadinya abses dibandingkan

yang melanjutkan menyusui. Pijatan payudara yang dilakukan dengan jari-jari

yang dilumuri minyak atau krim selama proses menyusui dari daerah sumbatan ke

arah puting juga dapat membantu melancarkan aliran ASI.4

Hal lain yang juga perlu diperhatikan adalah ibu harus beristirahat, mengkonsumsi

cairan yang adekuat dan nutrisi berimbang. Anggota keluarga yang lain perlu

membantu ibu di rumah agar ibu dapat beristirahat. Kompres hangat terutama saat

menyusu akan sangat membantu mengalirkan ASI. Setelah menyusui atau

memerah ASI, kompres dingin dapat dipakai untuk mengurangi nyeri dan

bengkak. Pada payudara yang sangat bengkak kompres panas kadang membuat

rasa nyeri bertambah. Pada kondisi ini kompres dingin justru membuat ibu lebih

nyaman. Keputusan untuk memilih kompres panas atau dingin lebih tergantung

pada kenyamanan ibu.

Perawatan di rumah sakit dipertimbangkan bila ibu sakit berat atau tidak ada yang

dapat membantunya di rumah. Selama di rumah sakit dianjurkan rawat gabung ibu

dan bayi agar proses menyusui terus berlangsung. 7

Medikamentosa

Meskipun ibu menyusui sering enggan untuk mengkonsumsi obat, ibu dengan

mastitis dianjurkan untuk mengkonsumsi beberapa obat sesuai indikasi.

17

Page 18: Abses Mammae

Analgesik

Rasa nyeri merupakan faktor penghambat produksi hormon oksitosin yang

berguna dalam proses pengeluaran ASI. Analgesik diberikan untuk mengurangi

rasa nyeri pada mastitis. Analgesik yang dianjurkan adalah obat anti inflamasi

seperti ibuprofen. Ibuprofen lebih efektif dalam menurunkan gejala yang

berhubungan dengan peradangan dibandingkan parasetamol atau asetaminofen.

Ibuprofen sampai dosis 1,6 gram per hari tidak terdeteksi pada ASI sehingga

direkomendasikan untuk ibu menyusui yang mengalami mastitis.

Antibiotik

Jika gejala mastitis masih ringan dan berlangsung kurang dari 24 jam, maka

perawatan konservatif (mengalirkan ASI dan perawatan suportif) sudah cukup

membantu. Jika tidak terlihat perbaikan gejala dalam 12 – 24 jam atau jika ibu

tampak sakit berat, antibiotik harus segera diberikan. Jenis antibiotik yang biasa

digunakan adalah dikloksasilin atau flukloksasilin 500 mg setiap 6 jam secara

oral. Dikloksasilin mempunyai waktu paruh yang lebih singkat dalam darah dan

lebih banyak efek sampingnya ke hati dibandingkan flukloksasilin. Pemberian per

oral lebih dianjurkan karena pemberian secara intravena sering menyebabkan

peradangan pembuluh darah. Sefaleksin biasanya aman untuk ibu hamil yang

alergi terhadap penisillin tetapi untuk kasus hipersensitif penisillin yang berat

lebih dianjurkan klindamisin. 4

Antibiotik diberikan paling sedikit selama 10 – 14 hari. Biasanya ibu

menghentikan antibiotik sebelum waktunya karena merasa telah membaik. Hal ini

meningkatkan risiko terjadinya mastitis berulang. Tetapi perlu pula diingat bahwa

pemberian antibiotik yang cukup lama dapat meningkatkan risiko terjadinya

infeksi jamur pada payudara dan vagina.

Pada penelitian yang dilakukan Jahanfar diperlihatkan bahwa pemberian

antibiotik disertai dengan pengosongan payudara pada mastitis mempercepat

penyembuhan bila dibandingkan dengan pengosongan payudara saja. Sedangkan

18

Page 19: Abses Mammae

penelitian Jimenez dkk. memperlihatkan bahwa pemberian Lactobacillus

salivarius dan Lactobacillus gasseri mempercepat perbaikan kondisi klinik pada

kasus mastitis yang sementara mendapat antibiotik. 7

Penatalaksanaan abses payudara

Bila sampai terjadi abses, penatalaksanaan sama seperti pada radang payudara.

Pemeriksaan USG payudara diperlukan untuk mengidentifikasi adanya cairan

yang terkumpul. Cairan ini dapat dikeluarkan dengan aspirasi jarum halus yang

berfungsi sebagai diagnostik sekaligus terapi, bahkan mungkin diperlukan aspirasi

jarum secara serial. Pada abses yang sangat besar terkadang diperlukan tindakan

bedah. Selama tindakan ini dilakukan ibu harus mendapat antibiotik. ASI dari

sekitar tempat abses juga perlu dikultur agar antibiotik yang diberikan sesuai

dengan jenis kumannya Selama luka bekas insisi belum sembuh bayi disusukan

dari payudara yang sehat.3,7

Sebagian penderita yang hamil atau menyusui, terdapat kecenderungan

mengalami abses payudara, yang mana dianjurkan padanya dilakukan pengaliran

isi abses (drainase) dengan anestesi umum (biasanya sebagian besar terdiri dari

jaringan superfisialis). Biasanya tak diperlukan bukan abses dengan insisi tunggal

yang panjang, tetapi dibuat dua insisi terpisah yang kecil, dan dilalui oleh pipa

karet lunak, untuk memastikan pengaliran yang adekuat, dengan kemungkinan

deformitas yang minimal, dan akhirnya harus dilakukan biopsi. 8

Pencegahan

Beberapa ibu memiliki puting susu yang rata dan membuat menyusui adalah hal

yang sulit atau tidak mungkin. Untuk memperbaiki hal ini, Hoffman’s exercises

dapat dimulai sejak 38 minggu kehamilan.

Oles sedikit pelicin (contoh Vaseline) pada areola. Dua ruas jari atau satu jari dan

dengan arah jempol diletakkan sepanjang sisi puting susu dan kulit dengan lembut

ditarik horizontal. Kemudian, gerakan ini di ulang dengan arah horizontal,

19

Page 20: Abses Mammae

lakukan pada keduanya beebrapa kali. Jika latihan ini dilakukan beberapa kali per

hari, akan membantu mengeluarkan puting susu.

Metode alternatif adalah penarikan puting susu, digunakan pada lapisan khusus di

dalam bra pada saat kehamilan.

• Puting susu dan payudara harus dibersihkan sebelum dan setelah

menyusui.

• Setelah menyusui, puting susu dapat diberikan salep lanolin atau vitamin

A dan D

• Hindari pakaian yang menyebabkan iritasi pada payudara 5,6

Prognosis

Dengan pengobatan yang baik akan menghasilkan prognosis yang baik.

Kesimpulan

Hipotesis diterima. Wanita berusia 28 tahun tersebut menderita abses mamae.

Diagnosis ditentukan dengan dilihat dari gejala klinis pasien dimana terdapat

peradangan pada payudara. Abses mamae merupakan mastitis yang tidak

mendapat penanganan yang baik sehingga terjadi abses. Oleh karena itu perlu

dilakukan penanganan yang baik untuk mencegah komplikasi buruk terjadinya

abses pada payudara. Dengan pengobatan yang baik, prognosisnya juga akan baik.

20

Page 21: Abses Mammae

A. Identitas Pasien

Nama : Ny. R

Umur : 32 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat : Sumbersari, Jember

Agama : Islam

Suku : Jawa

Status : Menikah

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

21

Page 22: Abses Mammae

Tanggal MRS : 24-03-2015

Tanggal KRS : 25-03-2015

No. RM : 036460

B. Anamnesis

Keluhan Utama

Benjolan pada payudara

Riwayat Penyakit sekarang

pasien mengeluhkan benjolan pada payudara kanan sejak 2 minggu

yang lalu. Pasien saat ini sedang menyusui, dan sebelumnya pasien

tidak mempunyai riwayat sakit seperti ini. Demam (-), Nyeri (+).

Riwayat Penyakit Dahulu

Hipertensi (-), Diabetes Mellitus (-), riwayat mempunyai penyakit

seperti ini disangkal.

Riwayat penyakit keluarga

Di keluarga pasien tidak ada yang menderita penyakit yang sama

Riwayat Pengobatan

Riwayat pengobatan disangkal

C. Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan Umum

1. Keadaan Umum : cukup

22

Page 23: Abses Mammae

2. Kesadaran : komposmentis (GCS =

4-5-6)

3. Tanda vital : TD : 130/80

mmHg

N : 84 x/mnt

RR : 20 x/mnt

Tax : 36,50C

4. Kepala / leher : a/i/c/d : -/-/-/-

5. Kulit : Turgor kulit normal,

elastisitas baik

Pemeriksaan khusus

Kepala

Mata : Sklera ikterik -/-

odem palpebra -/-

reflek cahaya +/+

Hidung : dalam batas normal, epistaksis (-)

Mulut : sianosis (-)

Leher : dalam batas normal, pembesaran KGB (-).

Pembesaran tyroid (-)

Thorax

Jantung

23

Page 24: Abses Mammae

Inspeksi : Ictus Cordis tidak terlihat

Palpasi : Ictus Cordis tidak teraba

Perkusi : Batas kanan : redup pada ICS IV PSL D

Batas kiri: Redup pada ICS V MCL S

Auskultasi : S1S2 tunggal

Pulmo

Inspeksi : Simetris, retraksi -/-

Palpasi : Fremitus Raba n/n

Perkusi : Sonor pada bagian ventral dan dorsal

Auskultasi : Vesikuler +/+, Rhonki -/-,

Wheezing -/-

Abdomen

Inspeksi : flat

Auskultasi : bising usus (+) normal

Perkusi : timpani

Palpasi : soepel

Ekstremitas

Atas : Akral Hangat +/+

Oedem: -/-

Bawah : Akral Hangat +/+

24

Page 25: Abses Mammae

Oedem: -/-

D. Status lokalis

Inspeksi : Tampak benjolan di payudara kanan dengan

diameter 5cmx5cm berwarna merah.

Palpasi : Benjolan mobile, padat kenyal. Nyeri tekan (+)

Hari 1 MRS (23/04/2015)

Pemeriksaan Terapi

25

Page 26: Abses Mammae

S: Nyeri payudara kanan

O: KU= cukup

Kes= AVPU

TD= 120/80 mmHg RR = 20x/menit

N = 88x/menit tax= 36,2° C

K/l = a/i/c/d = -/-/-/-

Tho= C/P : S1S2 tunggal

Ves +/+ Wh -/- Rh -/-

Abd= Ekstremitas= + +

I= cembung Akral hangat + +

P= BU +

P= tympani Oedem - -

A= soepel - -

A: Abses Mammae D

P: Pro eksisi abses + Vilet cape hari ini.

Hari 2 MRS (24/04/2015)

26

Page 27: Abses Mammae

Pemeriksaan Terapi

S: Tidak ada keluhan

O:

KU= cukup

Kes= AVPU

TD= 120/90 mmHg RR = 20x/menit

N = 80x/menit tax= 36,2° C

K/l = a/i/c/d = -/-/-/-

Tho= C/P : S1S2 tunggal

Ves +/+ Wh -/- Rh -/-

Abd= Ekstremitas= + +

I= cembung Akral hangat + +

P= BU +

P= tympani Oedem - -

A= soepel - -

A: Abses Mammae D post eksisi H-1

P: infus RL : D5 = I : II

injeksi ceftriaxone 2x1 gr

injeksi antrain 3x1

Rawat luka post op.

Hari ini KRS, obat pulang :

1. Cefixime 2x100 mg

2. As. Mefenamat 3x500 mg

Kontrol poli hari jumat 27/03/2015

27

Page 28: Abses Mammae

28

Page 29: Abses Mammae

Daftar Pustaka

1. Sjamsuhidajat R, Karnadihardja W, Prasetyono TOH, Rudiman R. Buku

ajar ilmu bedah Sjamsuhidajat-de jong. Ed.3. Jakarta: EGC; 2010.h. 473-5.

2. Grace PA, Borley NR. At a glance ilmu bedah. Edisi 3. Editor: Safitri A.

Jakarta: Erlangga; 2006. h. 18-9.

3. Benson RC, Martin L. Buku saku obstetri dan ginekologi. Edisi 9. Editor:

Primarianti S, Resmisari T. Jakarta: EGC; 2008. h. 487-91.

4. Sabiston DC. Buku ajar bedah: sabiston’s essentials surgery. Jakarta:

EGC; 1992. h. 373-83.

5. Saleha. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika;

2009. h. 109-110.

6. Suherni. Perawatan Masa Nifas. Yogyakarta: Fitramaya; 2007. h. 56-7.

7. Alasiry E (2009). Mastitis: pencegahan dan penanganan. Diunduh dari:

http://www.idai.or.id/asi/artikel.asp?q=201252114142, pada tanggal 17

April 2013.

8. Price SA, Wilson LM. Patofisiologi konsep klinis proses-proses penyakit.

Edisi ke-6. Volume 2. Jakarta : EGC; 2005. h. 130-2.

29