95712377 mgl analisis peta topografi

26
PEMBAHASAN 1. Delineasi Bentuk Lahan Peta topografi yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah peta topografi daerah Bayat. Dari kenampakan kontur, peta topografi daerah Bayat ini dibedakan ke dalam 5 macam bentuk lahan. Kelima bentuk lahan tersebut adalah bentuk lahan fluvial, bentuk lahan vulkanik, bentuk lahan denudasional, bentuk lahan karst dan bentuk lahan struktural. Bentuk lahan fluvial merupakan bentuk lahan yang terbentuk sebagai akibat adanya aliran air permukaan. Terbentuknya bentuk lahan fluvial dalam hal ini sungai, padaa awalnya terjadi rekahan (fracture) yang terjadi pada permukaan bumi pada daerah yang memiliki densitas yang tinggi serta memiliki resistensi yang lemah, hal tersebut diakibatkan oleh adanya aktivitas tektonik yang diindikasikan diakibatkan oleh adanya dinamika arus konveksi sehingga memicu pergerakan lempeng, lalu rekahan yang terbentuk tersebut selanjutnya dianggap sebagai zona lemah (weak zone), sehingga saat terjadi hujan, air hujan tersebut mengalir ke permukaan yang terekahkan (zona lemah) tersebut dikarenakan sifat air yang selalu mengalir ke zona yang lebih lemah lalu air tersebut ikut mengalir tererosi oleh air hujan yang 1

Upload: tono-ganteng

Post on 29-Dec-2015

82 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

XSAXSA

TRANSCRIPT

Page 1: 95712377 Mgl Analisis Peta Topografi

PEMBAHASAN

1. Delineasi Bentuk Lahan

Peta topografi yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah peta

topografi daerah Bayat. Dari kenampakan kontur, peta topografi daerah Bayat

ini dibedakan ke dalam 5 macam bentuk lahan. Kelima bentuk lahan tersebut

adalah bentuk lahan fluvial, bentuk lahan vulkanik, bentuk lahan denudasional,

bentuk lahan karst dan bentuk lahan struktural.

Bentuk lahan fluvial merupakan bentuk lahan yang terbentuk sebagai

akibat adanya aliran air permukaan. Terbentuknya bentuk lahan fluvial dalam

hal ini sungai, padaa awalnya terjadi rekahan (fracture) yang terjadi pada

permukaan bumi pada daerah yang memiliki densitas yang tinggi serta

memiliki resistensi yang lemah, hal tersebut diakibatkan oleh adanya aktivitas

tektonik yang diindikasikan diakibatkan oleh adanya dinamika arus konveksi

sehingga memicu pergerakan lempeng, lalu rekahan yang terbentuk tersebut

selanjutnya dianggap sebagai zona lemah (weak zone), sehingga saat terjadi

hujan, air hujan tersebut mengalir ke permukaan yang terekahkan (zona lemah)

tersebut dikarenakan sifat air yang selalu mengalir ke zona yang lebih lemah

lalu air tersebut ikut mengalir tererosi oleh air hujan yang mengalir melewati

retakan tersebut. Lama-kelamaan, retakan yang tererosi tersebut akan semakin

lebar dan meluas secara vertikal maupun lateral. Erosi yang berkepanjangan

tersebut dapat membentuk sungai sebagai salah satu bentuk lahan fluvial.

Sungai yang terbentuk pada peta adalah Kali Dengkeng dan Kali Trembong.

Selain itu juga terbentuk sebuah rawa bernama Rawa Tawangdjombor

yang terletak di sebelah Barat Laut peta topografi. Rawa terbentuk karena

adanya pengisian air pada dataran yang lebih rendah dari sekitarnya. Rawa

terisi oleh air secara terus-menerus yang terisi oleh lumpur.

Untuk mengetahui jenis relief pada satuan bentuk lahan fluvial ini

dilakukan analisis dan perhitungan morfometri dari data peta kontur bayat.

Sayatan satuan fluvial

1

Page 2: 95712377 Mgl Analisis Peta Topografi

1. IK = 1/2000 x Skala

= 1/2000 x 25.000

= 12.5 m

∆h = n x IK

= 1 x 12,5

= 12,5

D = p x skala

= 3,4 x 25.000

= 85.000 cm = 850 m

% = 12,5/850 x 100% = 1,47 %

2. D = p x skala

= 1,5 x 25.000

= 37.500 cm = 375 m

% = 12,5/375 x 100% = 3,33 %

3. D = p x skala

= 2,5 x 25.000

= 62.500 cm = 625 m

% = 12,5/625 x 100% = 2 %

4. D = p x skala

= 3 x 25.000

= 75.000 cm = 750 m

% = 12,5/750 x 100% = 1,67 %

5. D = p x skala

= 1,4 x 25.000

= 35.000 cm = 350 m

% = 12,5/350 x 100% = 3,57 %

Rata-rata presentasi = 1,47% + 3,33% + 2 % + 1,67 % + 3,57 % : 5

= 12,04 : 5

= 2,408 %

2

Page 3: 95712377 Mgl Analisis Peta Topografi

Klasifikasi Relief Persen Beda tinggi

Datar/Hampir datar 0 – 2 < 50

Bergelombang landai 3 - 7 5 – 50

Bergelombang miring 8 - 13 25 – 75

Berbukit bergelombang 14 - 20 50 – 100

Berbukit terjal 21 - 55 200 – 500

Pegunungan sangat terjal 56 - 140 500 – 100

Pegunungan sangat curam >140 >1000

Didapatkan perhitungan morfometrinya yaitu berjumlah 2,408 %, jadi

dapat disimpulkan jika diklasifikasikan dengan klasifikasi kelerengan milik

Van Zuidam (1983) masuk kepada klasifikasi relief datar/hampir datar. Jadi

nama bentuk lahan ini adalah satuan bentuk lahan fluvial relief datar/hampir

datar.

Bentuk lahan denudasional adalah bentuk lahan yang terbentuk karena

adanya litologi yang memiliki resistensi rendah. Sehingga mudah tererosi oleh

berbagai media seperti air, angin maupun gletser (apabila dekat dengan daerah

kutub). Pada daerah bayat ini, bentuk lahan denudasional memiliki kontur yang

renggang sampai tak berkontur. Hal tersebut dapat disebabkan oleh adanya

tingkat erosi dan pelapukan dengan tingkat yang cukup tinggi karena bukit

yang dahulunya terbentuk pada satuan bentuk lahan denudasional ini

mengalami pelapukan lalu tererosi oleh media angin maupun air dari sungai

dekat daerah tersebut, faktor berikutnya diindikasikan dari litologi penyusun

bukit yang didominasi oleh litologi yang tidak resisten, hal tersebut

mengakibatkan hilangnya kenampakan topografi dari bukit yang dahulunya

terbentuk di daerah tersebut. Bentuk lahan ini biasa dicirikan dengan tata guna

lahan berupa perkotaan maupun permukiman penduduk. Karena pada daerah

3

Page 4: 95712377 Mgl Analisis Peta Topografi

dengan kontur yang renggang (landai) hingga dataran rendah, merupakan

daerah yang aman dari bencana longsor, namun selain potensi positif dari

bentuk lahan ini, terdapat potensi negative yakni rawan akan bencana banjir,

dikarenakan bentuk lahan denudasional merupakan salah satu zona lemah

tempat air bisa lewat di permukaan. Daerah yang termasuk bentuk lahan

denudasional antara lain Tegalredjo, Dukuh, Gamping Gede, Kaliogo,

Kradenan, Babadan, Balong, Melikan, Ngruweng, Talang, Tlukan dam

sekitarnya.

Daerah Bayat juga memiliki daerah dengan bentuk lahan karst. Bentuk

lahan karst memiliki ciri khusus kenampakan pada peta berupa pola pengaliran

multibasinal. Pola pengaliran multibasinal merupakan pola pengaliran yang

tiba-tiba menghilang, pada peta topografi ditunjukkan dengan garis putus-putus

dengan bentuk melingkar. Hal ini disebabkan karena bentuk lahan karst terdiri

dari litologi batugamping. Batugamping merupakan batu yang mudah larut

apabila terkena air hujan. Sehingga pada daerah bentuk lahan karst, air yang

mengalir membentuk sungai akan memiliki bentuk yang tidak beraturan

tergantung pada resistensi dari batugamping yang menyusun tersebut. Bentuk

lahan karst berada di daerah Ngembal, Konang, Gunung Konang, Djerukan,

Gunung Pendul, Gunung Kemas dan sekitarnya.

Untuk mengetahui jenis relief pada satuan bentuk lahan karst ini

dilakukan analisis dan perhitungan morfometri dari data peta kontur bayat.

Sayatan satuan karst

1. IK = 1/2000 x Skala

= 1/2000 x 25.000

= 12.5 m

∆h = n x IK

= 5 x 12,5

= 62,5

D = p x skala

= 1 x 25.000

= 25.000 cm = 250 m

4

Page 5: 95712377 Mgl Analisis Peta Topografi

% = 62,5/250 x 100% = 25 %

2. D = p x skala

= 1,1 x 25.000

= 27.500 cm = 275 m

% = 62,5/275 x 100% = 22,72 %

3. D = p x skala

= 1,2 x 25.000

= 30.000 cm = 300 m

% = 62,5/300 x 100% = 20,83 %

4. D = p x skala

= 1 x 25.000

= 25.000 cm = 250 m

% = 62,5/250 x 100% = 25 %

5. D = p x skala

= 1 x 25.000

= 25.000 cm = 250 m

% = 62,5/250 x 100% = 25 %

Rata-rata presentasi = 25 % + 22,72 % + 20,83 % + 25 % + 25 % : 5

= 23,71 %

Beda tinggi = 422 m – 202 m

= 220 meter

5

Page 6: 95712377 Mgl Analisis Peta Topografi

Klasifikasi ReliefPersen

(%)Beda tinggi (m)

Datar/Hampir datar 0 – 2 < 50

Bergelombang landai 3 - 7 5 – 50

Bergelombang miring 8 - 13 25 – 75

Berbukit bergelombang 14 - 20 50 – 100

Berbukit terjal 21 - 55 200 – 500

Pegunungan sangat terjal 56 - 140 500 – 100

Pegunungan sangat curam >140 >1000

Didapatkan rata-rata presentase perhitungan morfometrinya yaitu

berjumlah 23,71 % dan beda tingginya yaitu 220 meter, jadi dapat disimpulkan

jika diklasifikasikan dengan klasifikasi kelerengan milik Van Zuidam (1983)

masuk kepada klasifikasi relief berbukit terjal. Jadi nama bentuk lahan ini

adalah satuan bentuk lahan karst berbukit terjal.

Satuan bentuk lahan berikutnya adalah satuan bentuk lahan vulkanik

yaitu berupa intrusi granit yang terdapat pada Gunung Pendul, hal tersebut

berdasarkan data geologi regional daerah bayat, kenampakan intrusi granit ini

cukup kecil dengan kontur yang demikian rapat. Intrusi granit ini berjenis dyke

dikarenakan intrusi ini memotong perlapisan secara tegak lurus.

Bentuk lahan yang terakhir adalah bentuk lahan struktural. Bentuk

lahan struktural pada daerah bayat terbagi menjadi dua bagian yaitu satuan

structural dengan kontur yang rapat pada satu sisi dan satuan structural dengan

kontur yang renggang pada sisi yang lain. Kontur yang cenderung rapat

memiliki bentuk seperti ini dapat mengindikasikan adanya sesar. Bentuk lahan

struktural dapat terbentuk karena adanya gaya tektonik berupa pengangkatan

(uplift). Daerah bentuk lahan struktural ditunjukkan pada Ngipik, Djemplo,

Gunung Watugenuk, Gunung Watukutjing, Gunung Wonodadi, Gunung

6

Page 7: 95712377 Mgl Analisis Peta Topografi

Gambar dan sekitarnya. Delineasi bentuk lahan structural terbagi menjadi dua

delineasi yaitu delineasi bentuk lahan structural berkontur rapat dan bentuk

lahan structural berkontur renggang. Untuk mengetahui jenis relief pada

satuan structural ini, dilakukan analisis dan perhitungan morfometri, berikut

caranya:

Satuan structural berkontur renggang

1. IK = 1/2000 x Skala

= 1/2000 x 25.000

= 12.5 m

∆h = n x IK

= 5 x 12,5

= 62,5

D = p x skala

= 0,9 x 25.000

= 22.500 cm = 225 m

% = 62,5/225 x 100% = 27,78 %

2. D = p x skala

= 0,7 x 25.000

= 17.500 cm = 175 m

% = 62,5/175 x 100% = 35,71 %

3. D = p x skala

= 0,9 x 25.000

= 22.500 cm = 225 m

% = 62,5/225 x 100% = 27,78 %

4. D = p x skala

= 1 x 25.000

= 25.000 cm = 250 m

% = 62,5/250 x 100% = 25 %

5. D = p x skala

= 0,7 x 25.000

= 17.500 cm = 175 m

7

Page 8: 95712377 Mgl Analisis Peta Topografi

% = 62,5/175 x 100% = 35,71 %

Rata-rata presentasi = 27,78 % + 35,71 % + 27,78 % + 25 % + 35,71 % : 5

= 30,39 %

Beda tinggi = 460 m – 237 m

= 223 meter

Klasifikasi ReliefPersen

(%)Beda tinggi (m)

Datar/Hampir datar 0 – 2 < 50

Bergelombang landai 3 - 7 5 – 50

Bergelombang miring 8 - 13 25 – 75

Berbukit bergelombang 14 - 20 50 – 100

Berbukit terjal 21 - 55 200 – 500

Pegunungan sangat terjal 56 - 140 500 – 100

Pegunungan sangat curam >140 >1000

Didapatkan rata-rata presentase perhitungan morfometrinya yaitu

berjumlah 30,39 % dan beda tingginya yaitu 223 meter, jadi dapat disimpulkan

jika diklasifikasikan dengan klasifikasi kelerengan milik Van Zuidam (1983)

masuk kepada klasifikasi relief berbukit terjal. Jadi nama bentuk lahan ini

adalah satuan bentuk lahan structural kontur renggang berbukit terjal.

Satuan bentuk lahan structural kontur rapat

1. IK = 1/2000 x Skala

= 1/2000 x 25.000

= 12.5 m

∆h = n x IK

= 5 x 12,5

= 62,5

8

Page 9: 95712377 Mgl Analisis Peta Topografi

D = p x skala

= 0,4 x 25.000

= 10.000 cm = 100 m

% = 62,5/100 x 100% = 62,5 %

2. D = p x skala

= 0,3 x 25.000

= 7.500 cm = 75 m

% = 62,5/75 x 100% = 83,33 %

3. D = p x skala

= 0,4 x 25.000

= 10.000 cm = 100 m

% = 62,5/100 x 100% = 62,5 %

4. D = p x skala

= 0,4 x 25.000

= 10.000 cm = 100 m

% = 62,5/100 x 100% = 62,5 %

5. D = p x skala

= 0,2 x 25.000

= 5.000 cm = 50 m

% = 62,5/50 x 100% = 125 %

Rata-rata presentasi = 62,5 % + 83,33 % + 62,5 % + 62,5 % + 125 % : 5

= 79,16 %

Beda tinggi = 884 m – 267 m

= 617 meter

9

Page 10: 95712377 Mgl Analisis Peta Topografi

Klasifikasi ReliefPersen

(%)Beda tinggi (m)

Datar/Hampir datar 0 – 2 < 50

Bergelombang landai 3 - 7 5 – 50

Bergelombang miring 8 - 13 25 – 75

Berbukit bergelombang 14 - 20 50 – 100

Berbukit terjal 21 - 55 200 – 500

Pegunungan sangat terjal 56 - 140 500 – 100

Pegunungan sangat curam >140 >1000

Didapatkan rata-rata presentase perhitungan morfometrinya yaitu

berjumlah 79,166 % dan beda tingginya yaitu 617 meter, jadi dapat

disimpulkan jika diklasifikasikan dengan klasifikasi kelerengan milik Van

Zuidam (1983) masuk kepada klasifikasi relief pegunungan sangat terjal. Jadi

nama bentuk lahan ini adalah satuan bentuk lahan structural kontur rapat

pegunungan sangat terjal.

Peta Delineasi Bentuk Lahan

Legenda

Bentuk lahan fluvial

Bentuk lahan struktural

Bentuk lahan vulkanik

10

Page 11: 95712377 Mgl Analisis Peta Topografi

Bentuk lahan denudasional

Bentuk lahan karst

Batas bentuk lahan

11

Page 12: 95712377 Mgl Analisis Peta Topografi

2. Litologi Hardrock dan Softrock

Peta topografi yang dipakai adalah peta topografi daerah Bayat.

Secara kenampakan kontur pada peta, terlihat daerah ini memiliki kontur rapat

dan renggang.

Kontur renggang menunjukkan bahawa daerah dengan kontur

renggang karena kontur renggang memiliki litologi softrock atau litologi yang

memiliki resistensi batuan yang rendah. Sehingga litologi softrock mudah

tererosi dan hancur oleh angin ataupun mudah larut oleh air. Daerah yang

termasuk dalam litologi softrock sesuai dengan delineasi bentuk lahan adalah

bentuk lahan denudasional dan bentuk lahan fluvial serta bentuk lahan karst.

Litologi yang termasuk dalam litologi softrock adalah batuan sedimen seperti

batugamping (limestone) yang terdapat pada satuan bentuk lahan karst berbukit

terjal. Batugamping sangat mudah larut dan tererosi oleh air permukaan,

batugamping tersusun atas mineral kalsit maupun dolomite ataupun aragonite

yang semuanya memiliki sifat fisik yang menunjukan resistensi mineral

tersebut seperti kekerasan mineral tersebut yang besarnya hanya 3,5 skala

Mohs (dapat dihancurkan dengan kuku jari manusia) lalu batuan sedimen yang

lainnya yang memiliki resistensi yang rendah sehingga dapat tererosikan oleh

air maupung angin, resistensi yang rendah tersebut disebabkan oleh adanya

mineral dalam batuan sedimen tersebut yang memiliki resistensi yang rendah.

Sedangkan kontur yang rapat menunjukkan batuan penyusun bentuk

lahan ini merupakan litologi yang memiliki resistensi tinggi. Resistensi yang

tinggi pada litologi di kontur yang rapat tercipta karena litologinya tersusun

oleh mineral-mineral yang memiliki sifat fisik resistensi yang baik seperti

kuarsa dengan kekerasan 7 skala Mohs dan merupakan mineral utama

penyusun batuan yang paling stabil. Batuan yang termasuk dalam hardrock

adalah batuan beku dan metamorf contohnya adalah granit yang terdapat pada

intrusi granit pada Gunung Pendul dan schist, gneiss. Setelah dilakukan

delineasi bentuk lahan sesuai dengan kenampakan kontur dan pola pengaliran

yang ada, bagian dari litologi hardrock pada bagian utara peta termasuk dalam

12

Page 13: 95712377 Mgl Analisis Peta Topografi

bentuk lahan vulkanik yaitu pada intrusi granit Gunung Pendul lalu bentuk

lahan structural kontur renggang dan rapat.

Delineasi Litologi Hardrock dan Softrock

Legenda

Hardrock

Softrock

Batas litologi

13

Page 14: 95712377 Mgl Analisis Peta Topografi

3. Pola Pengaliran

Pola pengaliran yang ditunjukkan pada peta kontur berbeda pada

setiap bentuk lahan. Pada bentuk lahan struktural, pola pengaliran yang

berkembang adalah pola pengaliran subdendritik. Pola pengaliran subdendritik

adalah pola pengaliran yang memiliki bentuk bercabang seperti pohon, namun

mengalami modifikasi karena adanya struktur yang terbentuk pada bentuk

lahan struktural. Sehingga bentuk sungai yang ada tidak beraturan, namun

dibeberapa tempat masih terlihat pola pengaliran dendritik yang membentuk

percabangan seperti pohon.

Sedangkan pada bentuk lahan karst, pola pengaliran yang berkembang

adalah pola pengaliran multibasinal. Pola pengaliran multibasinal adalah pola

pengaliran yang percabangan sungainya tidak bermuara ke sungai utama,

melainkan hilang ke bawah permukaan. Hal ini disebabkan karena litologi

penyusun bentuk lahan karst memiliki resistensi yang rendah dan mudah larut.

Sehingga sungai yang mengalir pada bentuk lahan karst tidak akan menerus,

melainkan akan mengalir ke bawah karena batuan yang ada ikut larut.

14

Page 15: 95712377 Mgl Analisis Peta Topografi

4. Pola Kelurusan

Pola kelurusan yang ditunjukkan oleh kontur yang bentuknya

mendekati lurus pada peta topografi ditunjukkan pada sepanjang Gunung

Watugenuk, Gunung Gambar, Gunung Butik, Gunung Djojo, Gunung

Watukutjing, Gunung Baturagung, dan sekitarnya. Pola kelurusan yang

ditunjukkan pada peta topografi ditunjukkan pada kelurusan punggungan atau

yang ada di kontur rapat. Pola kelurusan punggungan merupakan indikasi

struktur geologi pada bidang perlapisan batuan yang lebih resisten terhadapa

pelapukan. Hal ini sesuai dengan yang ditunjukkan oleh peta topografi, dimana

pola kelurusan berada pada bentuk lahan struktural. Adanya pola kelurusan

merupakan dasar dari penarikan jalur sesar yang berkembang di daerah

penelitian.

Pola Pengaliran dan Pola Kelurusan

Legenda

Pola pengaliran

Pola kelurusan

15

Page 16: 95712377 Mgl Analisis Peta Topografi

5. Proses Geologi

Proses geologi yang terjadi pada bentuk lahan karst yang memiliki

litologi berupa batugamping, menunjukkan adanya asosiasi dengan kompleks

terumbu (reef). Sehingga bentuk lahan karst terbentuk karena adanya

pengangkatan (uplift), sehingga singkapan betugamping ini muncul didaratan.

Proses geologi yang terjadi pada bentuk lahan struktural di awali

dengan pembentukan bentuk lahan vulkanik yang dicirikan dengan adanya

struktur yang rapat (terjal) dan banyaknya gunung yang ada pada bentuk lahan

vulkanik. Sehingga pembentukan awalnya dipengaruhi oleh oleh aktivitas

vulkanik. Kemudian lama-kelamaan akan mengalami proses tektonik yang

menyebabkan terjadinya pergerakan tanah yang membentuk struktur sepanjang

bentuk lahan vulkanik. Sehingga bentuk lahan yang sebelumnya vulkanik dapat

disebut degan bentuk lahan struktural karena adanya aktivitas yang

menyebabkan terbentuknya struktur.

Proses geologi yang terjadi pada daerah bentuk lahan vulkanik

diakibatkan karena pada daerah Gunung Kendeng berupa zona lemah yang

memiliki intensitas struktur yang banyak sehingga magma yang berada di

bawah pemukaan bumi menerobos keluar ke permukaan bumi melewati zona

lemah tersebut lalu membeku di permukaan bumi. Magma yang keluar tersebut

disebut sebagai intrusi batuan beku dengan jenis dyke karena intrusi tersebut

memotong perlapisan batuan di atasnya.

Proses geologi yang terjadi pada bentuk lahan denudasional

dipengaruhi oleh aktivitas erosi oleh angin maupun air pada batuan dengan

resistensi rendah dan memiliki komposisi mineral dengan tingkat resistensi

serta tingkat kestabilan yang rendah pula. Apabila proses erosi ini ini terjadi

terus-menerus, maka permukaan bumi yang pada awalnya memiliki batuan

dengan resistensi rendah dan topografi yang berbeda-beda akan menghilang

topografinya membentuk dataran yang rendah dengan topografi yang

cenderung relatif sama.

Sedangkan proses geologi yang membentuk bentuk lahan fluvial, pada

awalnya terjadi rekahan (fracture) yang terjadi pada permukaan bumi pada

16

Page 17: 95712377 Mgl Analisis Peta Topografi

daerah yang memiliki densitas yang tinggi serta memiliki resistensi yang

lemah, hal tersebut diakibatkan oleh adanya aktivitas tektonik yang

diindikasikan diakibatkan oleh adanya dinamika arus konveksi sehingga

memicu pergerakan lempeng, lalu rekahan yang terbentuk tersebut selanjutnya

dianggap sebagai zona lemah (weak zone), sehingga saat terjadi hujan, air

hujan tersebut mengalir ke permukaan yang terekahkan (zona lemah) tersebut

dikarenakan sifat air yang selalu mengalir ke zona yang lebih lemah lalu air

tersebut ikut mengalir tererosi oleh air hujan yang mengalir melewati retakan

tersebut. Lama-kelamaan, retakan yang tererosi tersebut akan semakin lebar

dan meluas secara vertikal maupun lateral. Erosi yang berkepanjangan tersebut

dapat membentuk sungai sebagai salah satu bentuk lahan fluvial.

17