9 x 3 kpi
DESCRIPTION
INDIKATOR KUNCI KEBERHASILANTRANSCRIPT
9 x 3 KPI : Intisari Ekonomi Umat …KATEGORI : ENTREPRENEURSHIP
Published on Thursday, 12 December 2013 00:24
Oleh : Muhaimin Iqbal
Key Performance Indicators (KPI) atau indikator kinerja kunci adalah salah satu jenis tolok ukur untuk
mengetahui seberapa jauh suatu usaha mencapai tujuannya. Tetapi karena mayoritas usaha bertujuan untuk
mencapai keuntungan duniawi semata, pendekatan standar KPI yang ada di dunia usaha umumnya tidak sejalan
dengan tujuan hidup yang sesungguhnya dari para pelaku usaha itu sendiri – bila dia seorang mukmin. Lantas
seperti apa KPI usaha yang Islami itu ? berikut adalah di antara indikator-indikatornya yang saya kumpulkan dari
berbagai sumber, utamanya tentu dari Al-Qur’an dan Al-hadits.
Ada setidaknya 27 indicators yang saya kelompokkan dalam 9 bidang, masing-masing bidang ada 3 indicators
sehingga pendekatan ini saya sebut 9 x 3 KPI.
Fondasi Usaha
3 Fondasi Usaha
Fondasi usahanya harus dilandaskan pada 3 hal
yaitu ke-Imanan, Ketakwaan dan Amal Shaleh. Hanya
Iman dan Takwa yang akan menghadirkan
keberkahan ( QS 7 : 96), sedangkan kombinasi Iman
dan Amal Shaleh akan menjadikan penguasa di muka
bumi ( QS 24 :55). Aplikasi dua ayat ini dalam bidang
usaha akan menghadirkan keberkahan dalam usaha itu
dan membuatnya memimpin di bidangnya.
Fondasi ini yang akan membedakan usaha seorang mukmin dengan usaha-usaha pada umumnya. Bila usaha
pada umumnya didorong untuk mengejar keuntungan sebanyak-banyaknya dan sangat ketakutan untuk
bangkrut dan jatuh miskin, pendorong usaha seorang mukmin adalah keinginannya yang sangat untuk
memperoleh ampunan Allah dan karuniaNya (QS 2 : 268).
Pelaku usaha pada umumnya bekerja jungkir balik siang dan malam untuk menumpuk harta, sedangkan yang
beriman bekerja keras di siang hari dan bangun malam di kala orang lain tidur – untuk mohon ampunan dan
karuniaNya.
Jenis-jenis Transaksi
3 Jenis Transaski
Ada tiga jenis transaksi utama dalam dunia usaha, hanya satu yang sangat terlarang yaitu Riba dan akan
dimusnahkan oleh Allah (QS 2 :275; 2 : 276), yang lainnya halal yaitu Jual-Beli (QS 2 : 275) dan bahkan satu
lagi dijanjikan kesuburannya oleh Allah yaitu Sedekah ( QS 2 : 276).
Logikanya seorang pengusaha mukmin pasti akan berlari sejauhnya dari Riba karena selain sangat terlarang
juga akan membawa kehancuran usahanya. Sebaliknya pengusaha mukmin akan aktif menghidup-hidupkan
berbagai jenis jual beli – menghidupkan pasar – yang berarti menghadirkan kemakmuran bukan hanya bagi
dirinya sendiri tetapi juga orang lain. Bahkan juga pengusaha yang beriman akan banyak-banyak bersedekah,
memutar hartanya bukan hannya karena pertimbangan ekonomi , tetapi juga pertimbangan sosial.
Hukum Harta
3 Hukum Harta
Pelaku yang beriman pastinya dia juga tahu dan patuh
hukum-hukum harta yang 3 yaitu harta yang sangat
dilarang bila di ditimbun – Yaknizun ( QS 9 : 34),
diijinkan secukupnya menyimpan bila itu dalam konteks
ketahanan usahanya – Yukhsinun ( QS 12 :48) dan tidak
ada batasan bila harta itu berputar di jalan Allah
– Duulah ( QS 59 :7).
Harta yang ditimbun (Yaknizun) adalah harta yang disimpan untuk mencari keuntungan semata – padahal harta
itu dibutuhkan oleh umat yang banyak, yang ini sedikitpun tidak boleh jadi harus ditekan sampai habis.
Sedangkan harta yang disimpan untuk ketahanan usaha (Yukhsinun) boleh dilakukan secukupnya untuk maksud
tersebut, misalnya suatu usaha perlu dana simpanan jangka panjang untuk membayari pesangon karyawannya
yang pensiun, dana untuk penggantian mesin, dana pengembangan usaha dlsb.
Diluar yang dua hal tersebut, harta yang berputar di jalan Allah tidak ada batasannya, sebanyaknya-pun boleh.
Jenis-jenis Aset
3 Jenis Aset
Pelaku yang beriman dari waktu ke waktu mampu
meningkatkan kwalitas asetnya dari aset-aset yang
menurunkan kwalitas kemakmuran ( Wealth Reducing
Assets) , menuju aset-aset yang mampu
mempertahankan kemakmuran (Wealth Preserving
Assets) dan akhirnya aset-aset yang meningkatkan
kemakmuran (Wealth Producing Assets).
Aset yang menurunkan kwalitas kemakmuran adalah segala jenis aset kertas yang nilainya tergerus inflasi. Aset
yang mampu mempertahankan kemakmuran adalah aset yang nilainya mampu mempertahankan daya belinya,
sedangkan aset yang meningkatkan kemakmuran adalah seluruh jenis aset – utamanya aset yang berputar –
yang nilainya terus tumbuh dan berkembang secara riil bukan sekedar angka.
Jenis-jenis Pengeluaran
3 Jenis Pengeluaran
Pelaku usaha mukmin yang bisa mengendalikan
pengeluarannya secara berimbang untuk tiga keperluan
yaitu Konsumi, Investasi dan Sedekah – dia akan
ditolong oleh Allah dengan ‘hujan khusus’ – yaitu
pertolong yang datang khusus kepadanya – tidak
kepada orang lain.
Dasarnya adalah hadits hadits Rasulullah SAW yang
panjang sebagai berikut : Dari Abu Hurairah RA, dari nabi SAW, beliau bersabda, “ Pada suatu hari seorang laki-
laki berjalan-jalan di tanah lapang, lantas mendengar suara dari awan :” Hujanilah kebun Fulan.” (suara tersebut
bukan dari suara jin atau manusia, tapi dari sebagian malaikat). Lantas awan itu berjalan di ufuk langit, lantas
menuangkan airnya di tanah yang berbatu hitam. Tiba-tiba parit itu penuh dengan air. Laki-laki itu meneliti air
(dia ikuti ke mana air itu berjalan). Lantas dia melihat laki-laki yang sedang berdiri di kebunnya. Dia
memindahkan air dengan sekopnya. Laki-laki (yang berjalan tadi) bertanya kepada pemilik kebun : “wahai
Abdullah (hamba Allah), siapakah namamu ?”, pemilik kebun menjawab: “Fulan- yaitu nama yang dia dengar di
awan tadi”. Pemilik kebun bertanya: “Wahai hambah Allah, mengapa engkau bertanya tentang namaku ?”. Dia
menjawab, “ Sesungguhnya aku mendengar suara di awan yang inilah airnya. Suara itu menyatakan : Siramlah
kebun Fulan – namamu-. Apa yang engkau lakukan terhadap kebun ini ?”. Pemilik kebun menjawab :”Bila kamu
berkata demikian, sesungguhnya aku menggunakan hasilnya untuk bersedekah sepertiganya. Aku dan
keluargaku memakan daripadanya sepertiganya, dan yang sepertiganya kukembalikan ke sini (sebagai modal
penanamannya)”. (HR. Muslim).
Kebutuhan Pokok
3 Kebutuhan Pokok
Pelaku usaha yang beriman hendaknya bersyirkah
dalam tiga urusan pokok manusia yaitu Pangan – Energi
dan Air. Dasarnya adalah hadits : “Orang-orang muslim
itu bersyirkah dalam tiga hal, dalam hal padang rumput,
air dan api” (Sunan Abu Daud, no 3745)
Padang rumput dalam hadits tersebut di atas adalah mewakili lahan penggembalaan – yang kemudian
menghasilkan daging dan susu (pangan), air adalah tentang pengelolaan mata air untuk kepentingan bersama
dan api adalah yang di bahasa kita sekarang energi.
Tiga hal tersebut Pangan, Energi dan Air atau yang biasa disebut FEW (Food, Energy and Water) harus
diupayakan secara maksimal untuk dikelola secara bersyirkah antara seluruh kekuatan umat ini – agar tiga
kebutuhan dasar tersebut tidak dikuasai oleh orang lain yang membuat umat tergantung pada supply mereka.
Bisa saja umat ini memiliki berbagai usaha besar yang sukses, bila tiga hal kebutuhan pokok tersebut tidak
dikuasai oleh umat ini, maka ketergantungan terhadap orang-orang diluar Islam bisa setiap saat melemahkan
kekuatan umat. Saat inipun sudah terjadi ketika urusan obat (bagian dari kelompok pangan) kita serahkan ke
orang di luar Islam – ternyata 99.3 % obat yang ada di pasaran tidak terjamin kehalalannya.
Pilar-pilar Ekonomi
3 Pilar Ekonomi
Secara bersama-sama, pelaku usaha dan masyarakat
dari umat ini harus menguasai tiga pilar kekuatan
ekonomi yaitu Pasar, Produksi dan Modal. Umat ini
memiliki system pasar yang sangat unggul yang pernah
menumbangkan dominasi pasar Yahudi di Madinah
dalam tempo kurang dari sepuluh tahun. Bila system
pasar Islam yang bercirikan falaa yuntaqoshonna wa laa
yudrabanna (jangan dipersempit dan jangan dibebabni) dan diawasai oleh pengawas pasar (Muhtasib) – ini
berkembang di kalangan umat, niscaya umat akan memiliki lokomotif kemakmurannya.
Bila pasar yang menjadi lokomotif kemakmuran dikuasai oleh umat, maka gerbong-gerbong kemakmuran
berikutnya akan mudah ditarik yaitu produksi barang-barang dan jasa untuk memenuhi berbagai kebutuhan umat
ini. Bila pasar dan produksi dikuasai, maka modal akan datang dengan sendirinya.
Sumber-sumber Pendanaan
3 Sumber Pendanaan
Umat ini memiliki seluruh sumber-sumber pendanaan
yang insyaAllah selalu akan ada yang cocok untuk
setiap keperluan umat. Sumber pendanaan ini secara
umum terbagi dalam tiga bagian yaitu Social,
Commercial dan Accidental.
Keperluan sosial atau yang memenuhi hajat hidup orang banyak seperti pasar, rumah sakit, sekolah, jalan raya,
santunan fakir miskin dlsb – sumber pendanaannya yang utama adalah ZISWAF (Zakat, Infaq, Sedekah dan
Wakaf).
Untuk keperluan commercial seperti modal usaha dagang dlsb., sumber utamanya adalah syirkah, mudharabah,
qirad dan berbagai bentuk akad-akad syirkah lainnya. Untuk keperluan yang bersifat accidental seperti
menghadapi musibah bencana alam, kegagalan usaha dlb., umat ini punya konsep aaqilah, Ta’awun dlsb.
Bila sumber-sumber pendanaan berbagai keperluan umat tersebut dihidupkan dengan institusi-institusi yang
sesuai, maka niscaya umat ini tidak akan kekurangan sumber pendanaan untuk memajukan perekonomiannya.
Implementation Plan
3 Yang Diperlukan Untuk Implementasi
Semua keunggulan-keunggulan di atas tidak ada artinya
bila tidak diamalkan atau diimplementasikan di lapangan
dalam bentuk amal nyata. Untuk implementasi ini
setidaknya dibutuhkan tiga hal yaitu Strategi,
Operasionalisasi dan Orang (SOP – Strategy,
Operationalization and People).
Strategy utama yang amat sangat dibutuhkan untuk umat saat ini adalah bagaimana kita bisa berjuang dalam
‘ barisan yang teratur , seakan –akan seperti bangunan yang tersusun kokoh ‘ (QS 61 :4). Setiap diri kita harus
bisa menjadi bagian pagar – yang mencegah umat lain masuk dan mengobok-obokkepentingan umat. Seperti
sangkar burung, bila satu jari-jari saja patah – burung bisa terbang keluar, maka demikianlah pentingnya umat ini
untuk merapatkan barisan di setiap aspek kehidupannya – termasuk juga dalam bermuamalah.
Setiap diri kita adalah batu bata dari bangunan Islam, maka hendaklah kita berperan untuk menjadi batu bata
terbaik di bidang kita masing-masing, sehingga secara bersama-sama kita menjadi bangunan yang tersusun
kokoh dan indah.
Untuk operasionalisasinya- umat inipun punya standar yang sangat tinggi yang disebut Ikhsan, bila kita
memfokuskan karya kita untuk menjadi yang terbaik dalam bidangnya – jauh melebihi yang standar, maka tidak
ada yang kita perlu kawatirkan balasannya – karena Allah sendirilah yang menjanjikan balasanNya “ Tidak ada
balasan untuk sesuatu yang ikhsan kecuali yang ikhsan pula” (QS 55 :60)
Seperti apa orang-orang yang bisa melakukan implementasi project-project usaha keumatan ini dalam suatu
barisan yang rapat dan dengan kwalitas kerja yang ikhsan – jauh melebihi yang sekedar standar ?, itulah orang-
orang yang Qawiyyun Amin Hafidzun ‘Alim (QAHA – QS 28:26 dan QS 12 :55) yaitu yang kuat (dalam bahasa
sekarang professional dan competent di bidangnya), amanah, pandai memelihara/menjaga (baik kemampuan
manajerialnya) dan tentu juga berilmu yang lebih dari cukup dibidangnya.
Dengan memahami intisai berupa indikator-indikator kinerja kunci bagi ekonomi umat tersebut di atas dan juga
kemudian secara sungguh-sungguh dan bersama-sama kita meng-implementasikannya, maka insyaAllah
waktunya tidak lama lagi sebelum umat ini kembali berjaya di segala bidang termasuk di bidang ekonomi ini.
InsyaAllah.