89763851 kegawatdaruratan di bidang tht

27
1 KEGAWATDARURATAN DI BIDANG THT Kegawatdaruratan di bidang THT :-Epistaksis-Abses leher Dalam-Obstruksi Saluran Napas Atas-Benda Asing Saluran Napas-Trauma Laring A. Epistaksis Epistaksis adalah perdarahan dari hidung yang dapat terjadi akibat sebab lokal atausebab kelainan sistemik. Epistaksis seringkali merupakan gejala atau manifestasi penyakitlain. Kebanyakan ringan dan sering berhenti sendiri tanpa perlu bantuan medis, tetapiepistaksis yang berat dan sulit ditangani merupakan suatu kedaruratan yang harus segeraditanggulangi Etiologi Penyebab lokal: TraumaPerdarahan dapat terjadi karena trauma ringan misalnya mengorek hidung, benturan ringan, bersin atau mengeluarkan ingus terlalu keras atau sebagai akibattrauma yang lebih hebat seperti kena pukulan, jatuh, atau kecelakaan lalu lintas.Selain itu juga bisa terjadi akibat adanya benda asing tajam atau trauma pembedahan . Infeksi hidung dan sinus paranasal, seperti rhinitis, sinusitis serta granulomaspesifik seperti lepra dan sifilis. Tumor Epistaksis dapat timbul pada hemangioma dan karsinoma. Yang lebih seringterjadi pada angiofibroma, dapat menyebabkan epistaksis berat. Pengaruh lingkungan, misalnya perubahan tekanan atmosfir mendadak seperti pada penerbang dan penyelam atau lingkungan udara yang sangat dingin. Benda asing dan rinolit dapat menyebabkan epistaksis ringan disertai ingus berbau busuk.

Upload: brojeem

Post on 13-Aug-2015

219 views

Category:

Documents


8 download

TRANSCRIPT

Page 1: 89763851 Kegawatdaruratan Di Bidang Tht

1

KEGAWATDARURATAN DI BIDANG THT

Kegawatdaruratan di bidang THT :-Epistaksis-Abses leher Dalam-Obstruksi Saluran Napas

Atas-Benda Asing Saluran Napas-Trauma Laring

A. Epistaksis

Epistaksis adalah perdarahan dari hidung yang dapat terjadi akibat sebab lokal atausebab

kelainan sistemik. Epistaksis seringkali merupakan gejala atau manifestasi penyakitlain.

Kebanyakan ringan dan sering berhenti sendiri tanpa perlu bantuan medis, tetapiepistaksis

yang berat dan sulit ditangani merupakan suatu kedaruratan yang harus segeraditanggulangi

Etiologi

Penyebab lokal:

TraumaPerdarahan dapat terjadi karena trauma ringan misalnya mengorek hidung, benturan

ringan, bersin atau mengeluarkan ingus terlalu keras atau sebagai akibattrauma yang lebih

hebat seperti kena pukulan, jatuh, atau kecelakaan lalu

lintas.Selain itu juga bisa terjadi akibat adanya benda asing tajam atau trauma pembedahan

.

Infeksi hidung dan sinus paranasal, seperti rhinitis, sinusitis serta granulomaspesifik

seperti lepra dan sifilis.

Tumor Epistaksis dapat timbul pada hemangioma dan karsinoma. Yang lebih seringterjadi

pada angiofibroma, dapat menyebabkan epistaksis berat.

Pengaruh lingkungan, misalnya perubahan tekanan atmosfir mendadak seperti pada

penerbang dan penyelam atau lingkungan udara yang sangat dingin.

Benda asing dan rinolit dapat menyebabkan epistaksis ringan disertai ingus berbau busuk.

Page 2: 89763851 Kegawatdaruratan Di Bidang Tht

2

Idiopatik,biasanya merupakan epistaksis yang ringan dan berulang pada anak

danremaja.Penyebab sistemik:

Penyakit kardiovaskular Hipertensi dan kelainan pembuluh darah seperti yang terjadi pada

arteriosklerosis,nefritis kronik, sirosis hepatik atau diabetes mellitus dapat menyebabkane

pistaksis. Epistaksis yang terjadi pada penyakit hipertensi seringkali hebat dandapat

berakibat fatal.

Kelainan darahPenyebab epistaksis antara lain leukemia, trombositopenia, bermacam-

macamanemia serta hemofilia.

Infeksi

sistemik Yang sering menyebabkan epistaksis ialah demam berdarah, demam tifoid,influenz

a dan morbili juga dapat disertai epistaksis.

Gangguan endokrin seperti pada kehamilan dan menopause

Kelainan kongenital yang sering meneyebabkan epistaksis ialah teleangiektasishemoragik

herediter (penyakit Osler).

Sumber Perdarahan

Melihat asal perdarahannya, epistaksis dibagi menjadi epistaksis

anterior dan epistaksis posterior.

Epistaksis anterior Pada epistaksis anterior, perdarahan berasal dari pleksus kiesselbach

(yang paling banyak terjadi dan sering ditemukan pada anak-anak), atau dari arteri

etmoidalisanterior. Biasanya perdarahan tidak begitu hebat dan bila pasien duduk darah

akankeluar melalui lubang hidung. Sering kali dapat berhenti spontan dan mudahdiatasi

Page 3: 89763851 Kegawatdaruratan Di Bidang Tht

3

Epistaksis posterior Pada epistaksis posterior, perdarahan berasal dari arteri

sfenopalatina dan arterietmoidalis posterior. Epistaksis posterior sering terjadi panda

pasien usia

lanjutyang menderita hipertensi, arteriosclerosis atau penyakit kardiovaskular.Perdarahan

biasanya hebat dan jarang dapat berhenti spontan.

Penatalaksanaan

Prinsip penatalaksanaannya ialah memperbaiki keadaan umum, mencari

sumber perdarahan, menghentikan perdarahan, mencari faktor penyebab untuk mencegah

berulangnya perdarahan. Anamnesis yang lengkap sangat membantu dalam menentukansebab

perdarahan.Pasien dengan epistaksis diperiksa dalam posisi duduk, biarkan darah

mengalir keluar dari hidung sehingga bisa dimonitor. Kalau keadaannya lemah sebaiknya

setengahduduk atau berbaring dengan kepala ditinggikan, dan perlu juga diperhatikan

jangansampai darah mengalir ke saluran napas bawah. Untuk pasien anak, pasien duduk dipan

gku, badan dan tangan dipeluk, kepala dipegangi agar tegak dan tidak bergerak-

gerak.Setelah itu mencari sumber perdarahan, membersihkan hidung dari darah dan bekuan

darah dengan bantuan alat pengisap. Kemudian memasang tampon sementarayaitu kapas

yang sudah dibasahi adrenalin 1/5000-1/10.000 dan pantocain atau lidocain 2% dimasukkan

kedalam rongga hidung untuk menghentikan perdarahan dan mengurangirasa nyeri panda

saat dilakukan tindakan selanjutnya. Tampon tersebut dibiarkan selama10-15 menit, setelah

terjadi vasokontriksi dapat dilihat apakah perdarahan berasal dari bagian anterior atau

posterior hidung.

Menghentikan perdarahanPerdarahan anterior

Perdarahan anterior seringkali berasal dari pleksus kisselbach di septum bagiandepan.

Apabila tidak berhenti dengan sendirinya, perdarahan anterior terutama pada anak dapat

dicoba hentikan dengan menekan hidung dari luar selama 10-15 menit

Bila sumber perdarahan dapat terlihat,tempat asal perdarahan dikaustik denganlarutan

Nitras Argenti (AgNO3) 25-30 %. Kemudian area tersebut diberi krim

antibiotik.Bila dengan cara ini perdarahan masih terus berlangsung, maka diperlukan pemasa

ngan tampon anterior yang dibuat dari kapas atau kasa yang diberi pelumasvaselin atau

salep antibiotik. Tujuan pemberian pelumas agar tampon mudah

dimasukkandan tidak menimbulkan perdarahan baru saat dimasukkan atau dicabut. Tampond

imasukkan sebanyak 2-4 buah, disusun dengan teratur dan harus dapat menekan

asal perdarahan. Tampon dipertahankan selama 2 x 24 jam, harus dikeluarkan untuk menceg

ah infeksi hidung. Selama 2 hari ini dilakukan pemeriksaan penunjang

Page 4: 89763851 Kegawatdaruratan Di Bidang Tht

4

untuk mencari faktor penyebab epistaksis, serta dipasang tampon baru apabila perdarahan

masih belum berhenti.

Perdarahan Posterior

Perdarahan dari bagian posterior lebih sulit diatasi daripada perdarahan anterior karena

biasanya perdarahannya hebat dan sulit dicari sumbernya dengan pemeriksaanrinoskopi

anterior.Untuk mengatasi perdarahan posterior dilakukan pemasangan tampon

posterior yang disebut tampon Bellocq. Tampon ini dibuat dari kasa padat dibentuk kubus

atau bulat dengan diameter 3 cm. Pada tampon ini terikat 3 utas benang, 2 buah disatu sisi

dansebuah disisi yang berlawanan.Pada perdarahan satu sisi, untuk memasang tampon

posterior digunakan bantuankateter karet yang dimasukkan dari lubang hidung sampai

tampak di orofaring,lalu

ditarik keluar dari mulut.Pada ujung kateter ini diikatkan 2 benang tampon Bellocq tadi,kem

udian kateter ditarik kembali melalui hidung sampai benang keluar dan dapat

ditarik.Tampon perlu didorong dengan bantuan jari telunjuk untuk dapat melewati palatum

molemasuk ke nasofaring. Bila masih ada perdarahan, maka dapat ditambah tampon

anterior kedalam kavum nasi. Kedua benang yang keluar dari hidung diikat pada sebuah

gulungankain kasa di depan nares anterior, supaya

tampon yang terletak di nasofaring tetapditempatnya. Benang lain yang keluar dari mulut

diikatkan secara longgar pada pipi pasien, hal ini bermanfaat untuk menarik tampon keluar

melalui mulut setelah 2-3 hari.

Bila perdarahan berat dari kedua sisi, misalnya pada kasus angiofibroma,digunakan bantuan

dua kateter masing-masing melalui kavum nasi kanan dan kiri, dantampon posterior

terpasang ditengah-tengah nasofaring.Sebagai pengganti tampon Bellocq, dapat digunakan

kateter Folley dengan balon.Metode ini menggunakan kateter yang dipasang didasar hidung

sampai nasofaring.Balon kateter kemudian diisi dan kateter ditarik ke anterior sehingga

balon menutupikoana. Keuntungan dari metode ini adalah mudah untuk dimasukkan, sedikit

traumatik bagi pasien dan aliran udara hidung masih ada sebagian.

Komplikasi dan pencegahan

Komplikasi dapat terjadi sebagai akibat dari epistaksisnya sendiri atau sebagaiakibat dari

usaha penanggulangan

epistaksis.Pada perdarahan yang hebat dapat menyebabkan terjadinya aspirasi darahkedala

m saluran napas bawah, juga dapat menyebabkan syok, anemia dan gagal

ginjal.Turunnya tekanan darah secara mendadak dapat menimbulkan hipotensi, hipoksia,iske

mia serebri, insufisiensi koroner sampai infark miokard sehingga dapat

Page 5: 89763851 Kegawatdaruratan Di Bidang Tht

5

menyebabkankematian. Dalam hal ini pemberian infus atau transfusi darah harus dilakukan

secepatnya.Akibat pembuluh darah yang terbuka dapat menyebabkan terjadinya infeksi,seh

ingga perlu diberikan antibiotik.Pemasangan tampon dapat menyebabkan rinosinusitis, otitis

media, septikemia,atau

toxic shock syndrome

. Oleh karena itu, harus selalu diberikan antibiotik pada setiap pemasangan tampon hidung,

dan setelah 2-3 hari tampon harus dicabut. Bila perdarahanmasih berlanjut dipasang

tampon baru.Pemasangan tampon posterior (tampon Bellocq) dapat menyebabkan

laserasi palatum mole atau sudut bibir, jika benang yang keluar dari mulut terlalu ketat

dilekatkan pada pipi. Kateter balon atau tampon balon tidak boleh dipompa terlalu keras

karenadapat menyebabkan nekrosis mukosa hidung atau septum

B. Abses Leher Dalam

Nyeri tenggorok dan demam disertai dengan terbatasnya gerakan membuka mulutdan leher

harus dicurigai kemungkinan disebabkan oleh abses leher dalam. Abses

leher dalam terbentuk di dalam ruang potensial diantara fasia leher dalam sebagai akibat p

enjalaran infeksi dari berbagai sumber seperti gigi, mulut, tenggorok, sinus

paranasal,telinga tengah dan leher. Gejala dan tanda klinik biasanya berupa nyeri dan pembe

ngkakan di leher dalam yang

terlibat.Kebanyakan kuman penyebab adalah golongan Streptococcus, Staphylococcus,kuma

n anaerob Bacteroides atau kuman campuran. Abses leher dalam dapat berupa

abses peritonsil, abses retrofaring, abses parafaring, abses submandibula dan angina

ludovici.

1. Abses Peritonsil

Etiologi

Proses ini terjadi sebagai komplikasi tonsilis akut atau infeksi yang bersumber dari

kelenjar mukus Weber di kutub atas tonsil. Biasanya kuman penyebabsama dengan

penyebab tonsillitis.

Patologi

Page 6: 89763851 Kegawatdaruratan Di Bidang Tht

6

Daerah superior dan lateral fossa tonsilaris merupakan jaringan ikat longgar,oleh karena itu

infiltrasi ke ruang potensial peritonsil tersering menempati daerahtersebut, sehingga

tampak palatum mole

membengkak.Pada stadium permulaan (stadium infiltrate), selain pembengkakan tampak per

mukaannya hiperemis. Bila proses berlanjut, terjadi supurasi sehingga daerahtersebut lebih

lunak. Pembengkakan peritonsil akan mendorong tonsil dan uvula kearah

kontralateral.Bila proses berlangsung terus, peradangan jaringan di sekitarnya akanmenyeb

abkan iritasi pada m.pterigoid interna, sehingga timbul trismus.Abses dapat pecah spontan,

mungkin dapat terjadi aspirasi ke paru.

Gejala dan Tanda

Gejala dan tanda tonsilitis

Odinofagia hebat

Otalgia

Muntah (regurgitasi)

Mulut berbau (foeter ex ore)

Hipersalivasi

Suara sengau (rinolalia)

Sukar membuka mulut (trismus)

Page 7: 89763851 Kegawatdaruratan Di Bidang Tht

7

Pembengkakan kelenjar submandibula dengan nyeri tekan

Pemeriksaan

Palatum mole membengkak dan menonjol ke depan

Uvula membengkak dan terdorong ke kontra lateral

Tonsil bengkak dan hiperemis

Terapi

Stadium infiltrasi dapat diberikan antibiotika dosis tinggi, obat simtomatik,kumur2 dengan

cairan hangat, & kompres dingin pada leher

Bila telah terbentuk abses, dilakukan pungsi di daerah abses, kemudian diinsisiuntuk

mengeluarkan nanah. Tempat insisi adalah tempat yang paling

menonjoldan lunak, atau pada pertengahan garis yang menghubungkan dasar uvuladengan

geraham atas terakhir pada sisi yang sakit.

Tonsilektomi, pada umumnya dilakukan sesudah infeksi tenang, 2-3 minggusetelah drainase

abses.

Komplikasi

(1)Abses pecah spontan, dapat mengakibatkan perdarahan, aspirasi paru atau piremia

(2)

Penjalaran infeksi dan abses ke daerah parafaring, sehingga terjadi abses parafaring. Pada

penjalaran selanjutnya, masuk ke mediastinum, sehingga terjadimediastinitis.(3)Bila terjadi

Page 8: 89763851 Kegawatdaruratan Di Bidang Tht

8

penjalaran ke daerah intracranial, dapat mengakibatkan thrombus sinuskavernosus,

meningitis, dan abses otak.

2. Abses RetrofaringEtiologi

Secara umum abses retrofaring terbagi 2 jenis yaitu :1. Akut.Sering terjadi pada anak-

anak berumur dibawah 4 – 5 tahun. Keadaan ini terjadiakibat infeksi pada saluran nafas

atas seperti pada adenoid, nasofaring, rongga hidung,sinus paranasal dan tonsil yang meluas

ke kelenjar limfe retrofaring ( limfadenitis )sehingga menyebabkan supurasi pada daerah

tersebut. Sedangkan pada orang dewasa terjadi akibat infeksi langsungoleh karena trauma

akibat penggunaan instrumen ( intubasi endotrakea, endoskopi,sewaktu adenoidektomi )

atau benda asing.2. Kronis.Biasanya terjadi pada orang dewasa atau anak-anak yang lebih

tua. Keadaan initerjadi akibat infeksi tuberkulosis ( TBC ) pada vertebra servikalis dimana

pus secaralangsung menyebar melalui ligamentum longitudinal anterior. Selain itu abses

dapat

erjadi akibat infeksi TBC pada kelenjar limfe retrofaring yang menyebar dari

kelenjar limfe

servikal.Pada banyak kasus sering dijumpai adanya kuman aerob dan anaerob secara bersam

aan. Beberapa organisme yang dapat menyebabkan abses retrofaring

adalah(1) Kuman aerob :

Streptococcus beta –hemolyticus group A

(paling sering) ,

Streptococcus pneumoniae, Streptococcus non – hemolyticus, Staphylococcusaureus ,

Haemophilus sp

(2) Kuman anaerob :

Bacteroides sp, Veillonella, Peptostreptococcus, Fusobacteria

Gejala dan tanda klinis

Dari anamnesis biasanya didahului oleh infeksi saluran nafas atas. Gejala dantanda klinis

yang sering dijumpai pada anak :

demam

Page 9: 89763851 Kegawatdaruratan Di Bidang Tht

9

sukar dan nyeri menelan

suara sengau

dinding posterior faring membengkak ( bulging ) dan hiperemis pada satu sisi.

pada palpasi teraba massa yang lunak, berfluktuasi dan nyeri tekan

pembesaran kelenjar limfe leher ( biasanya unilateral ).

Pada keadaan lanjut keadaan umum anak menjadi lebih buruk, dan bisa

dijumpai adanya :

kekakuan otot leher (

neck stiffness

) disertai nyeri pada pergerakan

air liur menetes (

drooling

)

Page 10: 89763851 Kegawatdaruratan Di Bidang Tht

10

obstruksi saluran nafas seperti mengorok, stridor, dispneaGejala yang timbul pada orang

dewasa pada umumnya tidak begitu berat biladibandingkan pada anak. Dari anamnesis

biasanya didahului riwayat tertusuk bendaasing pada dinding posterior faring, pasca

tindakan endoskopi atau adanya riwayat batuk kronis. Gejala yang dapat dijumpai adalah :

demam

sukar dan nyeri menelan

rasa sakit di leher (

neck pain

)

keterbatasan gerak leher

dispneaPada bentuk kronis, perjalanan penyakit lambat dan tidak begitu khas sampai

terjadi pembengkakan yang besar dan menyumbat hidung serta saluran nafas.

Diagnosis

Diagnosis ditegakkan berdasarkan adanya riwayat infeksi saluran napas atas atautrauma,

gejala dan tanda klinik serta pemeriksaan penunjang foto rontgen jaringanlunak leher

lateral. Pada foto rontgen akan tampak pelebaran ruang retrofaring lebihdari 7 mm pada

anak dan dewasa serta pelebaran retrotrakeal lebih dari 14 mm padaanak dan lebih dari 22

mm pada dewasa. Selain itu juga dapat terlihat berkurangnyalordosis vertebral servikal.

Diagnosis Banding

-Adenoiditis-Tumor -Anuerisma aorta

Penatalaksanaan

I . Mempertahankan jalan nafas yang adekuat :- posisi pasien

Page 11: 89763851 Kegawatdaruratan Di Bidang Tht

11

supine

dengan leher ekstensi- pemberian O2- intubasi endotrakea dengan visualisasi langsung /

intubasi

fiber optik

- trakeostomi / krikotirotomiII. Medikamentosa1. Antibiotik ( parenteral

)Pemberian antibiotik secara parenteral sebaiknya diberikan secepatnya tanpamenunggu ha

sil kultur pus. Antibiotik yang diberikan harus mencakup terhadapkuman aerob dan anaerob,

gram positip dan gram negatif. Dahulu diberikan

kombinasiPenisilin G dan Metronidazole sebagai terapi utama, tetapi sejak dijumpainya peni

ngkatan kuman yang menghasilkan B – laktamase kombinasi obat ini sudah

banyak ditinggalkan. Pilihan utama adalah

clindamycin

yang dapat diberikan tersendiriatau dikombinasikan dengan

sefalosporin generasi kedua (seperti

cefuroxime

) atau

beta – lactamase – resistant penicillin

seperti

ticarcillin / clavulanate, piperacillin / tazobactam, ampicillin / sulbactam.

Pemberian antibiotik biasanya dilakukan selamalebih kurang 10 hari.2. Simtomatis3. Bila

terdapat dehidrasi, diberikan cairan untuk memperbaiki keseimbangancairan elektrolit.4.

Pada infeksi Tuberkulosis diberikan obat tuberkulostatika.III. Operatif :a. Aspirasi pus (

needle aspiration

) b. Insisi dan drainase :- Pendekatan intra oral ( transoral ) : untuk abses yang kecil dan

terlokalisir.Pasien diletakkan pada “posisi Trendelenburg”, dimana leher dalam keadaanhiper

ekstensi dan kepala lebih rendah dari bahu. Insisi vertikal dilakukan pada daerahyang paling

berfluktuasi dan selanjutnya pus yang keluar harus segeradiisap dengan alat penghisap

Page 12: 89763851 Kegawatdaruratan Di Bidang Tht

12

untuk menghindari aspirasi pus. Lalu insisi diperlebar dengan forsep atau klem arteri untuk

memudahkan evakuasi pus.- Pendekatan eksterna ( external approach ) baik secara anterior

atau posterior : untuk abses yang besar dan meluas ke arah

hipofaring.Pendekatan anterior dilakukan dengan membuat insisi secara horizontal

mengikutigaris kulit setingkat krikoid atau pertengahan antara tulang hioid dan klavikula.

Kulitdan subkutis dielevasi untuk memperluas pandangan sampai terlihat m.sternokleidomas

toideus. Dilakukan insisi pada batas anterior m.sternokleidomastoideus. Dengan menggunaka

n klem erteri bengkok, m.

sternokleidomastoideus dan selubung karotis disisihkan ke arah lateral. Setelah

absesterpapar dengan cunam tumpul abses dibuka dan pus dikeluarkan. Bila diperlukaninsisi

dapat diperluas dan selanjutnya dipasang drain (

Penrose drain

).Pendekatan posterior dibuat dengan melakukan insisi pada batas posterior m.sternokleido

mastoideus. Kepala diputar ke arah yang berlawanan dari abses.Selanjutnya fasia dibelakan

g m. sternokleidomastoideus diatas abses dipisahkan.Dengan diseksi tumpul pus dikeluarkan

dari belakang selubung karotis.

Komplikasi

Komplikasi yang mungkin terjadi ialah :-Penjalaran ke ruang parfaring, ruang vaskular

visera-Penjalaran ke madiastinum

mediastinitis-Obstruksi jalan napas

asfiksia-Abses pecah spontan

pneumonia aspirasi dan abses paru

3. Abses Parafaring

Abses parafaring adalah penumpukan nanah atau pus pada ruang parafaring

Insiden

Page 13: 89763851 Kegawatdaruratan Di Bidang Tht

13

:- Pada semua umur - Tinggi pada dewasa muda dan remaja- Biasanya unilateral

Etiologi :

Tertanam langsung jarum operasi

Melalui pembuluh darah

Saluran limfatik/ supurasi dari kelenjar servikal dalam, gigi, tonsil, faring, hidung,sinus

paranasal, mastoid, vertebra servikal.

Penjalaran infeksi dari ruang peritonsil, retrofaring atau submandibula.

Patologi :

Dimulai dari daerah prastiloid sebagai selulitis, jika tidak diobati berkembangmenjadi suatu

abses dan akhirnya menjadi suatu trombosis dari vena jugularis interna.Abses dapat

mengikuti m. stiloglossus ke dasar mulut dimana terbentuk abses.Infeksi dapat menyebar

ke anterior ke bagian posterior, dengan perluasan ke bawah sepanjang sarung pembuluh-

pembuluh darah besar, disertai oleh trombosis v. jugularis/ mediastinitis. Infeksi bagian

posterior : meluas ke atas sepanjang pembuluh- pembuluh darah dan mengakibatkan infeksi

intrakranial/ erosi a. karotis interna.

Gejala dan Tanda

Gejala dan tanda yang utama ialah trismus, indurasi atau pembengkakan

sekitar angulus mandibula, demam tinggi, dan pembengkakan dinding lateral faring,sehingga

menonjol ke arah medial.

Pentalaksanaan

-Antibiotik dosis tinggi parenteral

Page 14: 89763851 Kegawatdaruratan Di Bidang Tht

14

kuman aerob dan anaerob-Evakuasi abses jika dalam 24-48 jam tidak ada perbaikan dengan

pemberianantibiotik. Insisi abses terdiri dari :a)Insisi dari luar Dilakukan 2 ½ jari di bawah

dan sejajar mandibula. Secara tumpul

eksplorasidi lanjutkan dari batas anterior m. Sternokleidomastoideus ke arah atas belakang

menyusuri bagian medial mandibula dan m. Pterigoid internamencapai ruang parafaring deng

an terabanya prosesus stiloid. Bila nanahterdapat di dalam selubung karotis, insisi

dilanjutkan vertikal dari pertengahaninsisi horizontal ke bawah dengan m.

Sternokleidomastoideus. b)Insisi intraoralDilakukan pada dinding lateral faring. Dengan

memakai klem arteri eksplorasidilakukan dengan menembus m. Konstriktor faring superior

ke dalam ruang parafaring anterior. Insisi intraoral dilakukan bila perlu dan sebagai

terapitambahan insisi eksternal.

Komplikasi

-Penjalaran ke intrakranial-Penjalaran ke mediastinum-Kerusakan dinding pembuluh darah

nekrosis

perdarahan-Flebitis, tromboflebitis dan septikemia.

4. Abses Submandibula

Ruang submandibula terdiri dari ruang sublingual dan ruang submaksila. Ruangsublingual dan

submandibula terpisahkan oleh otot milohioid.Ruang submaksila selanjutnya dibagi

lagi atas ruang submental dan submaksila(lateral) oleh otot digastrikus

anterior.Abses dapat terbentuk di ruang submandibula atau salah satu komponennyasebagai

kelanjutan infeksi dari daerah kepala leher.

Etiologi

Infeksi dapat bersumber dari gigi, dasar mulut, faring, kelenjar liur, kelenjar limfe

submandibula. Kuman penyebab biasanya campuran kuman aerob dan anaerob.

Gejala dan tanda

Nyeri leher

Page 15: 89763851 Kegawatdaruratan Di Bidang Tht

15

Pembengkakan di bawah mandibula dan atau di bawah lidah

Terapi

Antibiotika dosis tinggi yang diberikan secara parenteral

Abses dangkal & terlokalisasi

evakuasi abses

Abses dalam & luas

eksplorasi dalam narkosis

5.Angina Ludovici

Infeksi ruang submandibula berupa selulitis dengan pembengkakan seluruh

ruangsubmandibula & tidak membentuk abses.

Etiologi

infeksi dari gigi atau dasar mulut.

Gejala dan tanda

Nyeri tenggorok & leher

Pembengkakan di daerah submandibula

Page 16: 89763851 Kegawatdaruratan Di Bidang Tht

16

Dasar mulut membengkak

mendorong lidah ke atas belakang

sumbatan jalan napas

sesak napas

Diagnosis

Riwayat sakit gigi, mengorek atau cabut gigi, gejala & tanda klinik.

Terapi

Antibiotika dosis tinggi

Dekompresi dan evakuasi pus / jaringan nekrosis

Pengobatan terhadap penyebab infeksi (gigi)

Komplikasi

Sumbatan jalan napas

Penjalaran abses ke ruang leher dalam lain & mediastinum

Page 17: 89763851 Kegawatdaruratan Di Bidang Tht

17

Sepsis

C. Obstruksi Saluran Napas Atas

Obstruksi dapat bersifat sebagian, dapat juga sumbatan total. Obstruksi ringanmengakibat

kan sesak sedangkan obstruksi yang lebih berat namun masih ada

sedikitcelah menyebabkan sianosis (berwarna biru pada kulit dan mukosa membran yangdise

babkan kekurangan oksigen dalam darah), gelisah bahkan penurunan kesadaran.Obstruksi

total bila tidak ditolong dengan segera dapat menyebabkan kematian .Obstruksi

Saluran Nafas Atas menyebabkan terjadinya Hipoventilasi Alveolar dan3 perubahan

Biokimia yaitu hipoksemia arteri, retensi CO

2

[hiperkapnea], dan asidosisrespiratori dan metabolik [karena PH yg Rendah]. Ketiga faktor

ini akan menyebabkankeadaan Asfiksia.Keadaan Asphyxia menstimulasi Kemoreseptor pada

Carotid & Aortic Bodies.

Keadaan Hipoksemia menstimuli:

Chemoreceptor & Symphatetic nervous system

.Perangsangan

Chemoreceptor & Symphathetic Nervous System

ini menyebabkan peningkatan usaha respirasi ,takikardia, vasokontriksi perifer hipertensi, p

eningkatanresistensi Vascular Pulmonar , peningkatan aktivitas adrenal, peningkatan aktivit

asCerebral Cortical.Obstruksi saluran napas atas yang akan dibahas kali ini adalah obstruksi

padalaring. Prinsip penaggulangan obstruksi laring ialah menghilangkan penyebab

sumbatandengan cepat atau membuat jalan napas baru yang dapat menjamin ventilasi.

Sumbatan pada laring atau saluran napas atas dapat disebabkan oleh :-radang akut dan

kronis-Benda asing-Trauma akibat kecelakaan-Trauma akibat tindakan medik

-

Tumor saluran napas atas (tumor jinak maupun ganas)

Kelumpuhan nervus rekuren bilateral

Gejala dan tanda

Page 18: 89763851 Kegawatdaruratan Di Bidang Tht

18

-

Serak (disfoni) sampai afoni

Sesak napas (dispnea)

Stridor (nafas berbunyi) yang terdengar pada waktu inspirasi.

Cekungan yang terdapat pada waktu inspirasi di suprasternal, epigastrium,supraklavikula

dan interkostal.

Gelisah karena pasien haus udara (

air hunger

)

Warna muka pucat dan terakhir menjadi sianosis karena hipoksia.

Derajat (Kriteria Jackson)

Stadium I:Cekungan sedikit pada inspirasi didaerah suprasternal, kadang-kadang belum ada

stridor.Stadium II:Cekungan di suprasternal dan epigastrium dan stridor mulaiterdengar.S

tadium III:Cekungan terdapat di suprasternal, epigastrium, intercostals, dansuprakalvikula.

Stridor jelas terdengar dan pasien tampak

gelisah.Stadium IV:Cekungan bertambah dalam,sianosis,pasien yang mula-mulagelisah mulai

tampak lemah dan akhirnya diam dan kesadaranmenurun.

Pemeriksaan penunjang

Page 19: 89763851 Kegawatdaruratan Di Bidang Tht

19

Pemeriksaan foto leher dengan posisi tegak untuk menilai jaringan lunak leher serta thorak

postero-anterior dan lateral.

Endoskopi dilakukan atas indikasi diagnostic dan terapi.

Pemeriksaan laboratorium darah berguna untuk mengetahui gangguankeseimbangan asam

basa dan tanda infeksi traktus trakeobronkial.

Penatalaksanaan

Stadium I: Tindakan konservatif dengan pemberian antiinflamasi, anti alergi, anti biotik

serta pemberian oksigen intermiten jika disebabkan

oleh peradangan.Stadium II: Intubasi endotrakea

dan trakeostomiStadium III: Intubasi endotrakea dan trakeostomiStadium IV: Krikotiroid

ektomi

Intubasi Endotrakeal

Indikasi :-Untuk mengatasi sumbatan saluran napas bagian atas-Membantu ventilasi-

Memudahkan menghisap sekret dari traktus trakeobronkial-Mencegah aspirasi sekret yang

ada di rongga mulut yang berasal dari lambungTeknik Intubasi :-Posisi pasien tidur

telentang, leher sedikit fleksi dan kepala ekstensi.-Laringoskop dengan spatel bengkok di

pegang dengan tangan kiri, dimasukkanmelalui mulut sebelah kanan sehingga ligah terdorong

ke kiri.-Spatel diarahkan menelusuri pangkal lidah ke valekula, lalu laringoskop diangkatke

atas sehingga terlihat pita suara.-Dengan tangan kanan pipa endotrakeal dimasukkan melalui

dua celah dantara pitasuara ke dalam trakea.-Balon diisi dengan udara lalu pipa endotrakeal

difiksasi dengan benar.-Harus berhati-hati dalam memasukkan pipa endotrakeal karena

dapatmenyebabkan trauma pita suara, laserasi pita suara sehingga timbul granulomadan

stenosis laring atau trakea.

Trakeostomi

Tindakan membuat lubang pada dinding depan/anterior trakea untuk bernapas.

Page 20: 89763851 Kegawatdaruratan Di Bidang Tht

20

Menurut letak stoma trakeostomi dibedakan letak yang tinggi dan letak yangrendah dan

batas letak ini adalah cincin trakea ke tiga

Menurut waktu dilakukan tindakan dibagi dalam :

Trakeostomi darurat dan segera dengan persiapan sarana sangat kurang

Trakeostomi berencana (persiapan sarana cukup) dan dapat dilakukansecara baik (legal

artis)Indikasi :-Mengatasi obstruksi laring-Mengurangi ruang rugi (

dead air space

) disaluran napas bagian atas sepertidaerah rongga mulut, sekitar lidah dan faring.-

Mempermudah pengisapan sekret dari bronkus pada pasien yang tidak dapatmengeluarkan

sekret secara fisiologik, misalnya pada pasien dalam keadaan koma-Untuk memasang

respirator atau alat bantu pernapasan-Untuk mengambil benda asing dari subglotik, apabila

tidak mempunyai fasilitasuntuk bronkoskopi.

Krokotiroidektomi

Dilakukan dengan cara membelah membran krikotiroid.

Kontraindikasi :

Anak < 12 tahun.

Tumor laring yang sudah meluas ke subglotis dan terdapat laringitis.

D. Benda Asing Saluran Napas

Benda asing adalah benda yang berasal dari luar atau dalam tubuh yang

padakeadaan normal tidak ada. Ada yang eksogen (organik (kacang-

Page 21: 89763851 Kegawatdaruratan Di Bidang Tht

21

kacangan, tulang),anorganik (paku, jarum,peniti, batu baterai dll), zat kimia cair, makanan di

esophagus)dan endogen (sekret kental, bekuan darah, membran difteri, mekonium dlm

saluran nafas)

Gejala dan Tanda

Tergantung lokasi : Batuk hebat, rasa tercekik, tersumbat di tenggorok, bicaragagap,

obstruksi jalan nafas yang terjadi segera.

Nyeri daerah leher, rasa tidak enak di substernal, nyeri punggung, disfagia,

nyerimenelan, perforasi esofagus

Etiologi dan Faktor Predisposisi

Faktor yang mempermudah terjadinya aspirasi benda asing ke dalam saluran

napasantara lain, faktor personal (umur, jenis kelamin, pekerjaan, kondisi sosial, tempatting

gal), kegagalan mekanisme proteksi yang normal (antara lain keadaan tidur,

kesadarnmenurun, alkoholisme, dan epilepsi), faktor fisik (yaitu kelainan dan penyakitneurol

ogik), proses menelan yang belum sempurna pada anak, faktor dental, medikal dansurgical

(antara lain tindakan bedah, ekstraksi gigi, belum tumbuhnya gigi molar padaanak yang

berumur < 4 tahun), faktor kejiwaan (antara lain emosi, gangguan psikis),ukuran dan bentuk

serta sifat benda asing, faktor kecerobohan (antara lain meletakkan benda asing di mulut,

persiapan makanan yang kurang baik, makan atau minum tergesa-gesa, makan sambil

bermain, memberikan kacang atau permen pada anak yang gigimolarnya belum lengkap)

Gejala

Gejala awal aspirasi akut dapat ditandai dengan episode yang khas yaitu „

choking

‟ (rasatercekik), „

gagging

‟ (tersumbat), „

sputtering

Page 22: 89763851 Kegawatdaruratan Di Bidang Tht

22

‟ (gagap), „

wheezing

‟ (napas berbunyi),

paroxysmal coughing

, serak, disfonia sampai afonia dan sesak napas tergantung dari derajat sumbatan.Benda

asing yang tersangkut di trakea akan menyebabkan stridor, dapat ditemukan

denganauskultasi (

audible strido

r) dan palpasi di daerah leher (

palpatory thud

). Jika benda asingmenyumbat total trakea akan timbul sumbatan jalan napas akut yang

memerlukan tindakan segerauntuk membebaskan jalan napas.PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan radiologik leher dalam posisi tegak untuk menilai jaringan lunak leher

dan pemeriksaan toraks postero anterior dan lateral

Video fluoroskopi

Bronkogram

Pemeriksaan laboratorium

Penatalaksaan

Bronkoskop kaku dengan kontrol pernapasan merupakan pilihan utama untuk kasus

bendaasing di traktus trakeobronkial. Kebanyakan pasien yang datang ke pelayanan

tertier telahmelewati fase darurat akut. Bila terdapat gangguan jalan napas berat atau

adanya obstruksi totaldan benda asing tidak tajam lakukanlah

Page 23: 89763851 Kegawatdaruratan Di Bidang Tht

23

back blows, abdominal thrusts

atau

Heimlich

. Metode initergantung umur

penderita.Persiapan ekstraksi benda asing harus dilakukan sebaik-

baiknya dengan tenagamedis/operator, kesiapan alat yang lengkap. Besar dan bentuk benda

asing harus diketahui danmengusahakan duplikat benda asing serta cunam yang sesuai benda

asing yang akan dikeluarkan.Benda asing yang tajam harus dilindungi dengan memasukkan

benda tersebut ke dalam lumen bronkoskop. Bila benda asing tidak dapat masuk ke lumen

alat maka benda asing kita tarik secara bersamaan dengan bronkoskop.Pemberian steroid

dan antibiotik preoperatif dapat mengurangi komplikasi seperti edemasaluran napas dan

infeksi. Metilprednisolon 2 mg/kg IV dan antibiotik spektrum luas yang cukupmencakup

Streptokokus hemolitik

dan

Staphylococcus aureus

dapat dipertimbangkan sebelumtindakan bronkoskopi.Untuk sumbatan jalan napas bila

terdapat benda asing di hidung cara mengeluarkannyaialah dengan memakai pengait (haak)

yang dimasukkan ke dalam hidung bagian atas, menyusuriatap kavum nasi sampai menyentuh

nasofaring. Setelah itu pengait diturunkan sedikit dan

ditarik ke depan. Sedangkan benda asing di tonsildan dasar lidah digunakan cunam untuk me

ngambilnya. Untuk benda asing yang terletak di dasar lidah, dapat digunakan kaca

tenggorok yang besar untuk membantu pengembilan benda asing tersebut. Pasien diminta

menarik lidahnyasendiri dan pemeriksa memegang kaca tenggorok dengan tangan kiri,

sedangkan tangan kananmemegang cunam untuk mengambil benda tersebut. Gunakan

Xylocain terlebih dahulu jika pasien merasa sensitif

E. Trauma Laring

Ballanger membagi penyebab trauma laring atas:1.Trauma mekanik eksternal (trauma

tumpul, trauma tajam, komplikasi trakeostomiatau

krikotirotomi) dan mekanik internal (akibat tindakan endoskopi, intubasiendotrakea atau

pemasangan pipa nasogaster).2.Trauma akibat luka bakar oleh panas (gas atau cairan yang

panas) dan kimia(cairan alcohol, amoniak, natrium hipoklorit dan lisol) yang

Page 24: 89763851 Kegawatdaruratan Di Bidang Tht

24

terhirup.3.Trauma akibat radiasi pada pemberian radioterapi tumor ganas leher.4.Trauma

otogen akibat penggunaan suara yang berlebihan (vocal abuse) misalnyaakibat berteriak,

menjerit keras, atau bernyanyi dengan suara keras.

Patofisiologi

Trauma dapat menyebabkan edem dan hematoma plika ariepiglotika

danventrikularis oleh karena jaringan submukosa di daerah ini mudahmembengkak. Selain

itu Mukosa faring dan laring mudah robek

kemudiandiikuti terbentuknya emfisema subkutis di daerah leher yang akanmenyebabkan

infeksi sekunder .

Tulang rawan laring dan persendiannya dapat mengalami fraktur dandislokasi.

Gejala klinik

Stridor, suara serak, emfisema subkutis, krepitasi kulit, hemoptisis,disafgia.

Penatalaksanaan

Luka terbuka : asfiksia

penanganan segera

Adanya gelembung udara pada daerah luka

Tujuan : perbaiki saluran nafas dan mencegah aspirasi darah ke paru

Trakeostomi dengan kanul trakea

eksplorasi : jahit mukosa dan tulangrawan yang robek

Page 25: 89763851 Kegawatdaruratan Di Bidang Tht

25

Antibiotik utk mencegah tetanus

Luka tertutup : fraktur & dislokasi tulang rawan, laserasi mukosa laring

Konservatif : istirahat suara, humidifikasi, kortikosteroid

Indikasi untuk melakukan eksplorasi ialah: sumbatan jalan napas yangmemerlukan

trakesotomi, emfisema subkutis progresif, laserasi mukosaluas, tulang krikoid terbuka,

paralisis bilateral terbuka

Eksplorasi dengan insisi kulit horisontal , untuk mereposisi tulang rawanatau sendi yang

mengalami fraktur atau dislokasi, menjahit mukosa yangrobek dan menutup tulang rawan

yang terbuka.

Komplikasi

Dapat terjadi apabila penatalaksanaannya kurang tepat dan cepat. Komplikasi yangdapat

timbul antara lain:

Terbentuknya jaringan parut disekitar luka dan terjadinya stenosis laring

Paralisis nervus rekuren

Infeksi luka dengan akibat terjadinya perikondritis, jaringan parut, dan stenosislaring dan

trakea.

DAFTAR PUSTAKA

Page 26: 89763851 Kegawatdaruratan Di Bidang Tht

26

Mangunkosumo E, Wardani R. 2007. Perdarahan Hidung dan Gangguan Penghidu.Dalam :

Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorokan Kepaladan Leher. Ed.6. Balai

Penerbit FKUI. Jakarta. Hal : 155-159.Shumrick KA, Sheft SA. Deep Neck Infections In :

Paparella Otolaryngology, Head andneck. Vol III. Ed. 3. Philadelphia. W.B. Saunders. 1991 :

p. 2545-62.Cicameli GR dan Grillone GA. Inferior Pole Peritonsillar Abcess. Otolaryngology

Headneck Surgery. 1998 ; 118: 99-101.Goldenberg D, Golz dan Joachims HZ. Retrofaringeal

Abcess a Clinical Review. J.Laryngol Otol. 1997; 111 : 546-50.Adams Gl, Boies LR, Paparella

MM. Trecheostomy. In : Adams GC, Boies LR, Higer PA. Fundamentals of Otolaryngology.

Ed. 6. Philadelphia, WB Saunders Co.1989 : p. 705-16.Hadiwikarta A, Rusmarjono, Soepardi

EA. Penanggulangan Sumbatan laring. Dalam :Buku Ajar Ilmu kesehatan Telinga, Hidung,

Tenggorokan, Kepala dan leher.Ed. 6. Balai Penerbit FKUI. Jakarta. Hal : 243-253.Darraw

DH, Holinger LD. Foreign Bodies of The larynx, Trachea and Bronchi. In :Bluestrone CD,

Stool SE, Kenna MA, ads. Pediatric Otolaryngology, Vol. 2.Philadelphia, Pa. WB. Saunders.

1996. p; 39-401.Munir M, hadiwikarta A, Hutauruk SM. 2007. Trauma laring. Dalam : Buku

Ajar IlmuKesehatan Telinga, Hidung, Tenggorokan, kepala dan leher. ED.6. BalaiPenerbit

FKUI. Jakarta. Hal ; 209-211

Page 27: 89763851 Kegawatdaruratan Di Bidang Tht

27