65260225 ileum perforasi peritonitis referat

30
BAB I TINJAUAN PUSTAKA 1. PERITONITIS 1.1 PERITONEUM Peritoneum adalah selaput dinding dalam rongga abdomen dan membungkus sebagian organ tertentu, mulai diafragma, dinding perut, rongga pelvis, dan membentuk rongga peritoneum. Bagian yang melekat pada dinding perut disebut peritoneum parietale, dan yang membungkus organ disebut viscerale. Peritoneum berasal dari sel- sel mesotelial dengan membran basal yang ditunjang jaringan ikat longgar dan kaya pembuluh darah. Luas peritoneum kira-kira 1,8 meter kuadrat, sama dengan luas permukaan kulit orang dewasa. Fungsi peritoneum adalah setengah bagiannya memiliki mmembran basal semipermiabel yang berguna untuk difusi air, elektrolit, makro, maupum mikro sel. Oleh karena itu peritoneum punya kemampuan untuk digunakan sebagai media cuci darah yaitu peritoneal dialisis dan menyerap cairan otak pada operasi ventrikulo peritoneal shunting dalam kasus hidrochepalus. 1.2 DEFINISI Peritonitis merupakan keradangan akut maupun kronis pada peritoneum parietale, dapat terjadi secara 1

Upload: irhamrifai

Post on 31-Oct-2015

162 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

referat

TRANSCRIPT

Page 1: 65260225 Ileum Perforasi Peritonitis Referat

BAB ITINJAUAN PUSTAKA

1. PERITONITIS

1.1 PERITONEUM

Peritoneum adalah selaput dinding dalam rongga abdomen dan

membungkus sebagian organ tertentu, mulai diafragma, dinding perut, rongga

pelvis, dan membentuk rongga peritoneum. Bagian yang melekat pada dinding

perut disebut peritoneum parietale, dan yang membungkus organ disebut

viscerale. Peritoneum berasal dari sel-sel mesotelial dengan membran basal yang

ditunjang jaringan ikat longgar dan kaya pembuluh darah.

Luas peritoneum kira-kira 1,8 meter kuadrat, sama dengan luas permukaan

kulit orang dewasa. Fungsi peritoneum adalah setengah bagiannya memiliki

mmembran basal semipermiabel yang berguna untuk difusi air, elektrolit, makro,

maupum mikro sel. Oleh karena itu peritoneum punya kemampuan untuk

digunakan sebagai media cuci darah yaitu peritoneal dialisis dan menyerap cairan

otak pada operasi ventrikulo peritoneal shunting dalam kasus hidrochepalus.

1.2 DEFINISI

Peritonitis merupakan keradangan akut maupun kronis pada peritoneum

parietale, dapat terjadi secara lokal (localized peritonitis) ataupun menyeluruh

(general peritonitis).

Peritoneum sebenarnya tahan terhadap infeksi, bila kedalam rongga

peritoneum disuntikkan kuman maka dalam waktu yang cepat akan diceranakan

oleh fagosit dan akan segera dibuang. Juga bila disuntikkan sejumlah bakteri

subkutan atau retroperitoneal maka akan terjadi pembentukan abses ataupun

selulitis.

Suatu peritonitis dapat terjadi oleh karena kontaminasi yang terus menerus

oleh kuman, kontaminasi dari kuman dengan strain yang ganas, adanya benda

asing ataupun cairan bebas seperti cairan ascites akan mengurangi daya tahan

1

Page 2: 65260225 Ileum Perforasi Peritonitis Referat

peritoneum terhadap bakteri. Omentum juga merupakan jaringan yang penting

dalam penmgontrolan infeksi dalam rongga perut.

1.3 PATOGENESIS

Reaksi awal keradangan peritoneum adalah keluarnya eksudat fibrinosa

diikuti terbentuknya nanah dan perlekatan-perlekatan fibrinosa untuk melokalisisr

infeksi. Bila infeksi mereda, perlekata akan menghilang, tetapi bila proses akan

berlanjut terus maka pita-pita perlengketan peritoneum akan sampai ke bagian

lengkung usus ataupu organ-organ. Eksudasi cairan dapat berlebihan hingga

menyebabkan dehidrasi yang terjadi penumpiukan cairan di rongga peritoneal.

Cairan dan elektrolit tadi akan masuk kedalam lumen usus dan

menyebabkan terbentuknya sekuestrasi. Dengan disertai perlekatan-perlekatan

usus, maka dinding usus menjadi atonia. Atonia dinding usus menyebabkan

permeabilitas dinding usus terganggu mengakibatkan dehidrasi, syok, gangguan

sirkulasi, oliguri. Sedangkan perlekatan-perlekatan menyebabkan ileus paralitik

atau obstruksi. Ileus menyebabkan kembung, nausea, vomitting, sedangkan reaksi

inflamasi menyebabkan febris.

1.4 ETIOLOGI DAN KLASIFIKASI

Peritonitis dapat digolongkan menjadi 2 kelompok berdasarkan dari

penyebabnya:

1. Peritonitis Primer (Spontaneus)

Disebabkan oleh invasi hematogen dari organ peritoneal yang langsung

dari rongga peritoneum. Banyak terjadi pada penderita :

- sirosis hepatis dengan asites

- nefrosis

- SLE

- bronkopnemonia dan TBC paru

- pyelonefritis

- benda asing dari luar

2

Page 3: 65260225 Ileum Perforasi Peritonitis Referat

2. Peritonitis Sekunder

Disebabkan oleh infeksi akut dari organ intraperitoneal seperti :

1) Iritasi kimiawi

Perforasi gaster, pankreas, kandung empedu, hepar, lien, kehamilan

extra tuba yang pecah.

2) Iritasi bakteriil

Perforasi kolon, usus halus, appendix, kista ovarii pecah, ruptur buli

dan ginjal.

3. Peritonitis Tersier

Peritonitis yang mendapat terapi tidak adekuat, superinfeksi kuman, dan

akibat tindakan operasi sebelumnya

1.5 GEJALA

Pada gejala akan didapatkan berupa nyeri perut hebat (nyeri akan

menyeluruh pada seluruh lapangan abdomen bila terjadi peritonitis generalisata),

mual muntah, dan demam. Namun gejala yang timbul pada setiap orang dapat

sangat bervariasi.

Pada gejala lanjutan, maka perut menjadi kembung, terdapat tanda-tanda

ileus sampai dengan syok. Serta hipotensi.

1.6 PEMERIKSAAN FISIK

Secara sistematis maka pemeriksaan fisik abdomen akan menampakkan :

Inspeksi :

Pernapasan perut tertinggal atau tak bergerak karena rasa nyeri.

Palpasi :

Defans muskuler, nyeri tekan seluruh otot perut

Perkusi :

Nyeri ketok seluruh perut, pekak hati menghilang

Auskultasi :

Bising usus menurun sampai hilang

3

Page 4: 65260225 Ileum Perforasi Peritonitis Referat

1.7 LABORATORIUM

Akan didapatkan leukositosis, hemokonsentrasi, metabolik asidosis,

alkalosis respiratorik.

1.8 RADIOLOGIS

Pada pemeriksaan BOF akan menunjukkan diustensi usus besar dan usus

halus dengan permukaan cairan. Pada diafragma foto akan ditemukan air sickle

cell dibawah diafragma kanan (30% false negatif).

1.9 PEMERIKSAAN KHUSUS

Dialisis Peritoneal Lavage

Sangat berguna untuk mengetahui perdarahan intraperitoneal atau

peritonitis akibat rudapaksa (tapi tak menembus peritoneum).

1.10 PERFORASI ILEUM

Pada perforasi ileum, maka feses cair dan kuman-kuman segera

mengkontaminir peritoneum dan setelah melewati masa inkubasi (rata-rata 6-8

jam) baru menimbulkan gejala peritonitis. Tetapi ileum sebenarnya memiliki sifat

”protective mechanism” yaitu sifat bila suatu segemen ileum mengalami perforasi

maka akan segera segemen tadi kaan berkontraksi sedemikian rupa sehingga

menutup lubang perforasi.

Sifat ini berlangsung selama 1-4 jam tergantung keadaan umum dan juga

keadaan usus itu sendiri. Misalkan penderita dengan keadaan umum jelek (KP,

kakeksia) maka sifat ini berlangsung 1 jam atau kurang bahakan tak ada sama

sekali. Juga pada usus yang sakit misalkan pada tifus abdominalis maka

mekanisme ini juga akan berkurang.

Secara ringkas disimpulkan bila ileum mengalami perforasi maka gejala

peritonitis timbul sesudah 8-12 jam kemudian. Penderita harus diobservasi ketat

selama minimal 24 jam pertama pada kasus trauma tumpul abdomen.

4

Page 5: 65260225 Ileum Perforasi Peritonitis Referat

2. DEMAM TIFOID

2.1 DEFINISI

Infeksi akut pada usus halus yang disebabkan oleh karena mikroba

Salmonella typhosa.

2.2 PATOGENESIS

Masuknya kuman Salmonella typhi dan Salmonella paratyphi kedalam

tubuh manusia terjadi melalui makanan yang terinfeksi kuman. Sebagian kuman

akan dimusnahkan dalam lambung, tetapi sebagian lagi akan lolos dan memasuki

usus serta berkembang biak. Bila respon imunitas humoral mukosa (Ig A) usus

kurang baik maka kuman akan menembus sel-sel epitel dan selanjutnya ke lamina

propria.

Di lamina propria maka kuman akan dimakan oleh sel – sel makrofag.

Kuman yang termakan sel makrofag sebagian masih bertahan hidup dan akan

terbawa ke bagian Peyer Patch di ileum distal dan kelenjar getah bening

mesenterika. Selanjutnya melalui duktus toraksikus maka kuman ini akan dibawa

masuk kedalam sirkulasi darah (menyebabkan bakterimia asimptomatis) dan

menyebar ke seluruh organ retikuloendotelial tubuh dan mengakibatkan

bakterimia yang kedua kalinya dengan disertai tanda dan gejala sistemik.

Didalam hati, kuman akan masuk dalam kandung empedu, berkembang

biak dan bersama dengan cairan empedu disekresikan secara intermittent kedalam

lumen usus. Proses yang sama selanjutnya akan terulang kembali, berhubung

makrofag sudah aktif dan teraktifasi serta hipertrofi maka saat fagositosis kuman

Salmonella terjadi pelepasan beberapa mediator inflamasi yang selanjutnya akan

menyebabakan reaksi infeksi sistemik perut seperti demam, malaise, mual,

muntah, instabilitas vaskular, gangguan mental, dan koagulasi.

Didalam Peyer Patch makrofag hiperaktif menimbulkan reaksi hiperplasi

jaringan (S. Thypi intramakrofag akan menimbulkan reski hipersensitivitas tipe

lambat, hiperplasi organ, serta nekrosis organ). Perdarahan saluran cerna dapat

terjadi akibat akumulasi sel-sel mononuklear dalam dinding usus. Proses patologi

5

Page 6: 65260225 Ileum Perforasi Peritonitis Referat

jaringan limfoid ini dapat berkembang hingga ke lapisan otot, serosa usus, dan

dapat mengakibatkan perforasi.

Endotoksin dapat menempel di reseptor sel endotel kapiler dengan akibat

timbulnya komplikasi seperti neuropsikiatrik, kardiovaskular, pernapasan, dan

gangguan orga lainnya.

2.3 MANIFESTASI KLINIS

Penegakkan diagnosis sedini mungkin sangat bermanfaat agar dapat

diberika terapi yang ideal dan meninimalisir komplikasi yang akan terjadi.

Anamnesa, pemeriksaan fisik, serta ditambah dengan pemeriksaan penunjang

seperti laboratorium yang baik maka merupakan dasar menegakkan diagnosa

demam tifoid. Pemeriksaan laboratorium meliputi uji widal, darah lengkap, dan

kultur darah.

2.4 GEJALA KLINIK

Masa tunas demam tifoid sekitar 10 sampai 14 hari. Gejala klinis yang

timbul sangat bervariasi mulai yang ringan, sedang, sampai yang berat. Dari yang

asimptomatis hingga yang khas dan bahkan disertai dengan komplikasi hingga

kematian.

Pada minggu pertama perjlaanan penyakit ditemukan keluhan dan gejala

serupa dengan infeksi akut pada umumnya, yaitu demam, nyeri kepala, mual,

muntah, obstipasi atau diare bahakan rasa tidak nyaman pada perut. Pada

pemeriksaan fisik hanya didapatkan suhu badan meningkat, sifatnya meningkat

perlahan – lahan terutama di sore hari dan petang hari. Dalam minggu kedua

gejala semakin bertambah jelas, berupa demam, bradikardi relatif, lidah kotor

berselaput, hingga hepatosplenomegali, meteorismus, gangguan mental.

2.5 KOMPLIKASI

A. INTESTINAL

Pada Peyer Patch yang terinfeksi dapat terbentuk luka atau tukak

yang berbentuk lonjong atau memanjang dalam sumbu usus. Bila luka

6

Page 7: 65260225 Ileum Perforasi Peritonitis Referat

menembus lumen usus dan mengenai pembuluh darah maka terjadi

perdarahan. Selanjutnya bila tukak menembus dinding usus maka perforasi

dapat terjadi. Selain karena faktor luka, perdarahan juga dapat terjadi karena

gangguan koagulasi darah (KID) atau gabungan dari kedua faktor. Sekitar

25 % penderita tifoid menderita perdarahan minor yang tidak membutuhkan

transfusi darah. Secara klinis, perdarahan akut darurat bedah, ditegakkan bila

terdapat perdarahan sebanyak 5 ml/kgBB/ jam dengan faktor hemostasis

dalam batas normal.

Perforasi Usus

Terjadi pada sekitar 3% penderita yang dirawat. Biasanyan timbul

pada minggu ketiga namun dapat pula terjadi pada minggu pertama. Selain

gejala umum demam tifoid yang umum terjadi, maka penderita demam

tifoid dengan perforasi mengeluh nyeri perut yang hebat terutama di derah

kuadran kanan bawah yang menyebar ke seluruh perut dan akan disertai

dengan tanda-tanda ileus obstruksi. Bila pada foto polos abdomen 3 posisi,

detemukan udara bebas pada rongga peritoneum atau subdiafragma maka

cukup untuk menegakkan perforasi usus. Bising usus melemah, pekak hati

mengilang, ditemukan adanya udara bebas intraabdomen. Tanda perforasi

lain adalah nadi cepat lemah, tekanan darah turun bahkan syok, leukositosis

dengan pergeseran ke kiri juga menuokong perforasi.

Beberapa faktor yang meningkatkan kejadian perforasi adalah

umur (biasanya 20 sampai 30 tahun), lama demam, medalitas terapi,

beratnya penyakit, dan mobilitas penderita.

Antibiotik diberikan secara selektif bukan hanya untuk mengatasi

S. Thypi saja tetapi juga untuk mangatasi kuman yang bersifat fakultatif dan

anaerob pada flora usus. Umumnya diberikan antibiotik spektrum luas

dengan kombinasi kloramfenikol dan penisilllin intravena. Untuk

kontaminasi usus dapat diberikan gentamisin atau metronidazol. Cairan

harius diberikan dalam jumlah yang cukup dan pasien dipuasakan dan

dipasang NGT. Transfusi darah diberikan bila terdapat perdarahan hebat

akibat perforasi.

7

Page 8: 65260225 Ileum Perforasi Peritonitis Referat

B. EKSTRA INTESTINAL

Meliputi komplikasi hematologik, hepatitis tifosa, pankreatitis

tifosa, miokarditis, neuropsikiatrik, serta sepsis.

8

Page 9: 65260225 Ileum Perforasi Peritonitis Referat

BAB II

LAPORAN KASUS

IDENTITAS PASIEN

Nama : An. RA

Umur : 9 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Alamat : Jl. Banjar Sengon 2/3 Patrang Jember

Agama : Islam

Bangsa / Suku : Jawa

No. Rekam Medis : 266904

Tanggal MRS : 24 September 2009

Tanggal KRS : 30 September 2009

Tanggal Pemeriksaan : 24 – 30 September 2009

KELUHAN UTAMA

Nyeri perut

RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG

Pasien mengeluh nyeri perut sejak 5 hari SMRS, nyeri dirasakan awalnya

di perut bagian bawah tetapi lama kelamaan meluas hingga ke semua bagian perut

dan makin nyeri. Perut pasien juga membesar dan dindingnya tegang selama 5

hari SMRS juga. Selama 5 hari itu, pasien hanya satu kali, BAB setengah padat,

warna coklat, lendir (-), darah (-). Pasien masih bisa kentut saat masih bisa BAB,

kemudian tidak kentut lagi. Mual (-). Muntah (-). Pasien demam selama 4 hari

terakhir. BAK lancar, tidak nyeri, sering, tetapi 1 hari terakhir pasien hanya

kencing sekali dari pagi hari hingga malam (tiba di RSD dr. Soebandi).

RIWAYAT PENYAKIT DAHULU

Satu minggu SMRS pasien dinyatakan sakit tipus dan sudah berobat ke

Puskesmas dengan gejala badan demam selama lebih dari seminggu sebelum

9

Page 10: 65260225 Ileum Perforasi Peritonitis Referat

dibawa berobat ke Puskesmas. Demamnya naik turun, tinggi saat malam hari,

sedangkan siang harinya mereda, nyeri perut (-), mual (+), muntah (+), BAB dan

BAK lancar dan baik. Riwayat perutnya dipijat (-). Riwayat jatuh sebelumnya (-).

RIWAYAT PEMBERIAN OBAT

Pasien mengkonsumsi obat tipus yang diberikan Puskesmas sebelumnya

berupa sirup dan 2 macan tablet tetapi bapak pasien tidak tahu nama obatnya.

Untuk nyeri perut saat ini belum diberikan obat apapun. Badan pasien hanya

dikompres bila panas.

PEMERIKSAAN FISIK

A. Pemeriksaan Umum

1. Keadaan Umum : Lemah

2. Keadaan sakit : Berat

3. Kesadaran : Kualitatif : Apatis

Kuantitatif : GCS 4-4-6

4. Status Gizi : Baik

BB Ideal : (7n-5) : 2 = 29 kg

BB Pasien : 30 kg (Gizi Baik)

5. Vital Sign

Tensi : 90/60 mmHg

Nadi : 172 x/menit

RR : 70 x/menit

Suhu : 39,8 oC

B. Pemeriksaan Khusus

1. Kepala

Wajah : tidak ada deformitas

Kulit : tidak anemis, tidak ikterik

2. Mata

Konjungtiva : anemis +/+, perdarahan -/-

10

Page 11: 65260225 Ileum Perforasi Peritonitis Referat

Sklera : ikterus -/-

Palpebra : oedem -/-

Pupil : refleks cahaya +/+, pupil isokor 3/3 mm

3. Telinga

Bentuk : Normal

Lubang : Normal

Pendengaran : Normal

Perdarahan : -/-

Sekret : -/-

4. Hidung

Sekret (-), perdarahan (-), massa (-)

5. Mulut

Bibir : Kelainan kongenital (-), sianosis (-), odema (-)

Lidah : Tidak ada deformitas

6. Leher

KGB : Tidak ada pembesaran

Tiroid : Tidak ada pembesaran

7. Thorax

Bentuk : simetris (+), tidak ada deformitas

Pergerakan dinding thorax : simetris (+/+)

Retraksi (+/+)

8. Jantung

I : ictus cordis tidak nampak

P : ictus cordis tidak teraba

P : redup pada PSL (D) sampai dengan ICS V MVL (S)

A : S1S2 tunggal, extrasistole/gallop/murmur : -/-/-/-

9. Pulmo

I : simetris, retraksi +/+, ketertinggalan gerak -/-

P : fremitus raba N/N

P : sonor +/+

A : vesikular +/+, wheezing (-/-), rhonki (-/-)

11

Page 12: 65260225 Ileum Perforasi Peritonitis Referat

10. Abdomen

I : cembung, distensi , simetris, massa (-), darm countur (-), darm

steifung (-)

A : bising usus (-)

P : hipertimpani, nyeri ketok (+) di seluruh regio, pekak hepar (+)

P : defans muskuler (+), nyeri tekan (+) di seluruh regio, hepatomegali

(-), splenomegali (-)

11. Extremitas

Oedem - -

- -

Akral hangat

- -

- -

STATUS LOKALIS

R. Abdomen :

(Pemeriksaan sama seperti pemeriksaan khusus R. Abdomen)

PEMERIKSAAN PENUNJANG

LABORATORIUM

Hasil Pemeriksaan Nilai Normal

Haemoglobin 8,9 L : 12 – 17.5 gr/dl

Lekosit 6.600 4.000 – 11.000 /mm3

LED 37/85 L < 15 mm/jam

Differential count -/-/-/85/12/3 0-4/0-1/3-5/54-62/25-33/3-5

Hematokrit 28,3 L : 40 – 45 %

Trombosit 405.000 150.000–400.000 /mm3

Bilirubin Direk 0,82 0,2 – 0,4 U/L

Bilirubun Total 1, 3 < 1,2 U/L

12

Page 13: 65260225 Ileum Perforasi Peritonitis Referat

SGOT 57 10 – 35 mg/dl

SGPT 21 9 – 43 mg/dl

Albumin 2,3 3,4 – 4,8 mg/dl

Creatinin 0,6 < 1,4 mg/dl

BUN 18 6 – 20 mg/dl

Urea 38 10 – 50 mg/dl

Bleeding Time 2 menit

Clotting Time 7 menit

Uji Serologi Widal

S. thypi O - 1/20

S. thypi H - 1/20

S. parathypi A - 1/20

S. parathypi B + 1/320

Natrium 126,3 135 – 155

Kalium 4,31 3,5 – 5,5

Calsium 1, 82 2,1 – 2,5

THORAKS FOTO

Kesan : Dalam batas normal

BOF

Kesan : Tampak distensi usus besar dan usus halus

FOTO LATERAL ABDOMEN

Kesan : Tidak tampak air sickle

DIAGNOSA

Dx Utama : Suspect Perforasi Organ Berongga

Dx Komplikasi : Peritonitis Generalisata

DIFFERENSIAL DIAGNOSA

13

Page 14: 65260225 Ileum Perforasi Peritonitis Referat

(Untuk Diagnosa Utama)

1. Ileus Obstruksi

TERAPI

1. Infus RL resusitasi 2500 cc / jam

2. O2 5 Liter/menit

3. Pasang NGT

4. Pasang Dauer Kateter

5. Pasang Lingkar Abdomen

6. Injeksi Cefotaksim 3 x 500 mg

7. Injeksi Antrain 3 x ½ ampul

8. Pasien dipuasakan

9. Pemeriksaan penunjang pre op : Foto Thoraks, Laboratorium

10. Pro Laparotomi

Pelaksanaan Operasi (Laporan Operasi) :

Operasi : Laparotomi dan Repair Ileum

Sifat : Besar, Emergency

DPO : Peritonitis Generalisata ec Perforasi Organ Berongga

DDO : Peritonitis Generalisata ec Perforasi Ileum

Uraian Pembedahan :

- Informed consent

- Injeksi antibiotik terapetik : Cefotaksim 3x500 mg&Metronidazol 3x500 mg

- Pasien posisi terlentang & General Anestesi

- Desinfeksi dengan Povidon Iodine 10 % & tutup lapangan operasi dengan duk

steril

- Insisi transversal supraumbilikal diperdalam sampai dengan membuka

peritoneum

- Didapatkan :

1. Udara menyemprot

14

Page 15: 65260225 Ileum Perforasi Peritonitis Referat

2. Cairan pus bercampur fecal material mengkontaminasi seluruh cavum

abdomen sekitar 500 cc

3. Perforasi ileum dengan lokasi 20 cm dari Ileocolical Junction

4. Appendiks posisi antesekal, diameter 0,5 cm

5. Organ lain intak

- Dilakukan :

1. Jahit perforasi (repair ileum)

2. Cuci cavum abdomen

- Pasang drain

- Tutup luka lapis demi lapis

- Operasi selesai

FOLLOW UP PASIEN

Tanggal 25 September 2009

S : mual (+), belum bisa kentut

O : a. Status Generalis :

KU : Lemah Kesadaran : Composmentis

Tensi : 111/88 mmHg

HR : 96 x/menit

RR : 28 x/menit

Suhu : 37 C

K/L : a/i/c/d = -/-/-/-

b. Pemeriksaan Khusus :

Thorax : C/P : Normal

Abdomen :

I : Bekas luka post op tertutup verband, rembesan (-), darah (+)

Flat, simetris, distensi (-)

Au : BU (+) lemah

Pe : Timpani

Pa : Soepel, nyeri tekan (+) pada sekitar luka post op

Extremitas : Akral hangat pada keempat extremitas, tidak ada oedem

15

Page 16: 65260225 Ileum Perforasi Peritonitis Referat

A : Peritonitis generalisata ec perforasi ileum

Post Laparotomi & Repair Ileum H1

P : - Infus RL:D5 = 1:1

- Diet : puasa

- Cefotaksim 3 x 1 gram

- Metronidazole 2 x 500 mg

- Ketorolac 3 x ½ ampul

- Ranitidin 2 x ½ ampul

- Alinamin 3 x ½ ampul

- Produksi drain : 100 cc, darah (+)

- Produksi urine : 1100 cc/24 jam

- Produksi NGT : 80 cc, kuning kecoklatan

Tanggal 26 September 2009

S : Px sudah bisa kentut

O : a. Status Generalis :

KU : Cukup Kesadaran : Composmentis

Tensi : 91/50 mmHg

HR : 91 x/menit

RR : 26 x/menit

Suhu : 37 C

K/L : a/i/c/d = -/-/-/-

Pemeriksaan Khusus :

Thorax : C/P : Normal

Abdomen :

I : Bekas luka post op tertutup verband, rembesan (-), darah (-)

Flat, simetris, distensi (-)

Au : BU (+) lemah

Pe : Timpani

Pa : Soepel, nyeri tekan (+) pada sekitar luka post op

Extremitas : Akral hangat pada keempat extremitas, tidak ada oedem

16

Page 17: 65260225 Ileum Perforasi Peritonitis Referat

A : Peritonitis generalisata ec perforasi ileum

Post Laparotomi & Repair Ileum H2

P : - Infus RL:D5 = 1:1

- Diet : MSS 6 x 50 cc

- Cefotaksim 3 x 1 gram

- Metronidazole 2 x 500 mg

- Ketorolac 3 x ½ ampul

- Ranitidin 2 x ½ ampul

- Alinamin 3 x ½ ampul

- Produksi drain : 100 cc, darah (+)

- Produksi urine : 1030 cc/24 jam

- Produksi NGT : 60 cc, kuning kecoklatan

- Rawat luka post op

Laboratorium : - Albumin : 2,3 mg / dl

Tanggal 27 September 2009

S : (-)

O : a. Status Generalis :

KU : Cukup Kesadaran : Composmentis

Tensi : 100/60 mmHg

HR : 98 x/menit

RR : 22 x/menit

Suhu : 36,5 C

K/L : a/i/c/d = -/-/-/-

Pemeriksaan Khusus :

Thorax : C/P : Normal

Abdomen :

I : Bekas luka post op tertutup verband, rembesan (-), darah (-)

Flat, simetris, distensi (-)

Au : BU (+) normal

Pe : Timpani

17

Page 18: 65260225 Ileum Perforasi Peritonitis Referat

Pa : Soepel

Extremitas : Akral hangat pada keempat extremitas, tidak ada oedem

A : Peritonitis generalisata ec perforasi ileum

Post Laparotomi & Repair Ileum H3

P : - Infus RL:D5 = 1:1

- Diet : MSS 8 x 100 cc

- Cefotaksim 3 x 1 gram

- Metronidazole 2 x 500 mg

- Ketorolac 3 x ½ ampul

- Ranitidin 2 x ½ ampul

- Alinamin 3 x ½ ampul

- Produksi drain : 25 cc, darah kecoklatan (+)

- Produksi urine : 1550 cc/24 jam

- Produksi NGT : 20 cc, kuning kecoklatan

- Mobilisasi duduk

Laboratorium : - Albumin : 2,7 mg / dl

- Hb : 12,2 g/dl

- Lekosit : 7.900/ mm3

- Ht : 36,6 %

Tanggal 28 September 2009

S : (-)

O : a. Status Generalis :

KU : Cukup Kesadaran : Composmentis

Tensi : 110/65 mmHg

HR : 92 x/menit

RR : 22 x/menit

Suhu : 36,5 C

K/L : a/i/c/d = -/-/-/-

Pemeriksaan Khusus :

Thorax : C/P : Normal

18

Page 19: 65260225 Ileum Perforasi Peritonitis Referat

Abdomen :

I : Bekas luka post op tertutup verband, rembesan (-), darah (-)

Flat, simetris, distensi (-)

Au : BU (+) normal

Pe : Timpani

Pa : Soepel

Extremitas : Akral hangat pada keempat extremitas, tidak ada oedem

A : Peritonitis generalisata ec perforasi ileum

Post Laparotomi & Repair Ileum H4

P : - Infus RL:D5 = 1:1

- Diet : MSS 6 x 200 cc

- Cefotaksim 3 x 750 mg

- Metronidazole 3 x 250 mg

- Ketorolac 3 x ½ ampul

- Ranitidin 2 x ½ ampul

- Alinamin 3 x ½ ampul

- Aff drain

- Aff DK

- Aff NGT

- Mobilisasi berdiri

Tanggal 29 September 2009

S : (-)

O : a. Status Generalis :

KU : Cukup Kesadaran : Composmentis

Tensi : 110/70 mmHg

HR : 96 x/menit

RR : 22 x/menit

Suhu : 36,4 C

K/L : a/i/c/d = -/-/-/-

Pemeriksaan Khusus :

19

Page 20: 65260225 Ileum Perforasi Peritonitis Referat

Thorax : C/P : Normal

Abdomen :

I : Bekas luka post op tertutup verband, rembesan (-), darah (-), pus (-)

Flat, simetris, distensi (-)

Au : BU (+) normal

Pe : Timpani

Pa : Soepel

Extremitas : Akral hangat pada keempat extremitas, tidak ada oedem

A : Peritonitis generalisata ec perforasi ileum

Post Laparotomi & Repair Ileum H5

P : - Infus RL:D5 = 1:1

- Diet : BH

- Cefotaksim 3 x 750 mg

- Metronidazole 3 x 250 mg

- Ketorolac 3 x ½ ampul

- Ranitidin 2 x ½ ampul

- Alinamin 3 x ½ ampul

- Mobilisasi berjalan

Tanggal 30 September 2009

S : (-)

O : a. Status Generalis :

KU : Cukup Kesadaran : Composmentis

Tensi : 110/70 mmHg

HR : 98 x/menit

RR : 24 x/menit

Suhu : 36,4 C

K/L : a/i/c/d = -/-/-/-

Pemeriksaan Khusus :

Thorax : C/P : Normal

Abdomen :

20

Page 21: 65260225 Ileum Perforasi Peritonitis Referat

I : Bekas luka post op tertutup verband, rembesan (-), darah (-), pus (-)

Flat, simetris, distensi (-)

Au : BU (+) normal

Pe : Timpani

Pa : Soepel

Extremitas : Akral hangat pada keempat extremitas, tidak ada oedem

A : Peritonitis generalisata ec perforasi ileum

Post Laparotomi & Repair Ileum H6

P : - Aff infus

- Diet : BH

- Obat diganti oral :

Cefadroksil 2 x 500 mg

Asam mefenamat 3 x 500

- Pasien dipulangkan

21