51 mengoperasikan mesin

32
SUB KOMPETENSI MENGOPERASIKAN MESIN a. Tujuan Kegiatan Pembelajaran Peserta diklat dapat : 1) Memeriksa peralatan keselamatan kerja 2) Memakai peralatan keselamatan kerja 3) Memasang benda kerja pada mesin 4) Mencekam benda kerja dengan alat bantu pencekaman 5) Mengoperasikan mesin 6) Memeriksa proses machining b. Uraian Materi 1) Memeriksa Peralatan Keselamatan Kerja Peralatan keselamatan kerja yang perlu untuk diperiksa pada pekerjaan permesinan adalah : a) Peralatan keselamatan kerja yang digunakan oleh operator mesin. Peralatan keselamatan kerja yang digunakan oleh operator mesin seperti kacamata pengaman, baju kerja, sepatu kerja, helm, masker, dan peralatan keselamatan kerja lainnya yang dipakai selama bekerja. b) Peralatan keselamatan kerja yang dipasang pada mesin Peralatan keselamatan kerja yang dipasang pada mesin yaitut tutup roda gigi mesin, kaca pelindung pada mesin bubut dan mesin gerinda, penahan percikan geram, tutup sabuk mesin, dan peralatan keselamatan lainnya. c) Peralatan keselamatan kerja yang disiapkan di ruang kerja Peralatan ini termasuk tanda-tanda larangan, peringatan, atau perintah perihal keselamatan kerja. Selain itu juga peralatan seperti alat pemadan kebakaran, penghisap debu atau asap, dan sebagainya. 2) Memakai Peralatan Keselamatan Kerja Modul Seri M 7.32A 95

Upload: gunarto-situmorang

Post on 12-Aug-2015

251 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: 51 MENGOPERASIKAN MESIN

SUB KOMPETENSI

MENGOPERASIKAN MESIN

a. Tujuan Kegiatan Pembelajaran

Peserta diklat dapat :

1) Memeriksa peralatan keselamatan kerja

2) Memakai peralatan keselamatan kerja

3) Memasang benda kerja pada mesin

4) Mencekam benda kerja dengan alat bantu pencekaman

5) Mengoperasikan mesin

6) Memeriksa proses machining

b. Uraian Materi

1) Memeriksa Peralatan Keselamatan Kerja

Peralatan keselamatan kerja yang perlu untuk diperiksa pada pekerjaan

permesinan adalah :

a) Peralatan keselamatan kerja yang digunakan oleh operator mesin.

Peralatan keselamatan kerja yang digunakan oleh operator mesin seperti

kacamata pengaman, baju kerja, sepatu kerja, helm, masker, dan

peralatan keselamatan kerja lainnya yang dipakai selama bekerja.

b) Peralatan keselamatan kerja yang dipasang pada mesin

Peralatan keselamatan kerja yang dipasang pada mesin yaitut tutup roda

gigi mesin, kaca pelindung pada mesin bubut dan mesin gerinda,

penahan percikan geram, tutup sabuk mesin, dan peralatan keselamatan

lainnya.

c) Peralatan keselamatan kerja yang disiapkan di ruang kerja

Peralatan ini termasuk tanda-tanda larangan, peringatan, atau perintah

perihal keselamatan kerja. Selain itu juga peralatan seperti alat pemadan

kebakaran, penghisap debu atau asap, dan sebagainya.

2) Memakai Peralatan Keselamatan Kerja

a) Memakai peralatan keselamatan kerja pada pekerjaan

menyekrap

(1) Kacamata kerja.

(2) Penahan tatal.

b) Memakai peralatan keselamatan kerja pada pekerjaan

mengebor seperti kacamata kerja

Modul Seri M 7.32A 95

Page 2: 51 MENGOPERASIKAN MESIN

c) Memakai peralatan keselamatan kerja pada pekerjaan

membubut

(1)Kacamata kerja.

(2)Kaca penahan tatal pada mesin.

(3)Pengait bram.

d) Memakai peralatan keselamatan kerja pada pekerjaan

mengefrais seperti kacamata kerja

e) Memakai peralatan keselamatan kerja pada pekerjaan

menggerinda

(1)Kacamata kerja.

(2)Tutup roda gerinda pada mesin.

(3)Kaca pelindung percikan serbuk gerinda yang dipasang pada mesin

gerinda.,

3) Memasang Benda Kerja Pada Mesin

a) Memasang benda kerja pada mesin sekrap

Gambar 2.137 Ragum mesin sekrap

Ragum mesin sekrap merupakan salah satu alat pencekam benda

kerja. Ragum ini posisinya dapat dirubah sesuai dengan sekala derajat

yang terdapat pada skala nonius.

Gambar 2.138 Pemasangan blok paralel

Blok paralel, digunakan sebagai alas benda kerja yang dicekam pada

ragum agar permukaan benda kerja yang disekrap sejajar dengan

permukaan meja mesin.

Modul Seri M 7.32A 96

Page 3: 51 MENGOPERASIKAN MESIN

Gambar 2.139. Blok Paralel

Blok paralel, mempunyai ukuran yang presisi dan ukuran yang

bermacam-macam, sehingga dapat dipilih sesuai dengan ketebalan alas

yang diperlukan

Gambar 2.140. Posisi penempatan blok paralel

Blok paralel harus disimpan seimbang diantara kedua ujung benda

kerja, sehingga benda kerja berada pada posisi yang rata mengikuti

permukaan blok paralel.

Gambar 2.141. Penggunaan paku

Untuk pencekaman benda kerja yang baik serta kuatnya blok paralel

menahan benda kerja, maka pada saat pencekaman, pukulah benda kerja

dengan palu plastik. Apabila blok paralel sudah tidak bergeser maka

kencangkan pengikatan pada ragum.

b) Memasang benda kerja pada mesin bor

Gambar 2.142. Pemasangn benda kerja pada mesin bor

Benda kerja dipasang pada ragum tangan.

Agar posisi benda kerja terhadap meja mesin lebih sejajar, maka gunakan

blok paralel sebagai alas penjepitan benda kerja. Gunakan palu untuk

memukul benda kerja pada saat pengikatan.

c) Memasang benda kerja pada mesin bubut

Modul Seri M 7.32A 97

Page 4: 51 MENGOPERASIKAN MESIN

Gambar 2.143. Pencekaman benda silindris panjang

Untuk mencekam benda silindris panjang, digunakan chuck rahang 3

dengan ketiga rahangnya pada posisi normal.

Tepatkan posisi benda kerja, lalu kencangkan lubang pengunci dengan

kunci chuck

Gambar 2.144. pencekaman benda kerja silindris pendek

Untuk mencekam benda silindris yang relatif pendek dengan diameter

lebih besar, digunakan chuck rahang 3 dengan ketiga rahangnya pada

posisi dibalik.

Gambar 2.145. Pencekaman benda silindris berdiameter besar

Posisi rahang yang dibalik, digunakan pula untuk mencekam benda

silindris berdiamater besar pada bagian lubangnya.

Gambar 2.146. Penggunaan senter putar kepala lepas

Untuk benda yang lebih panjang, maka gunakan senter putar kepala

lepas sebagai penahan benda

Modul Seri M 7.32A 98

Page 5: 51 MENGOPERASIKAN MESIN

Gambar 2. 147. Pencekaman benda kerja bersegi

Chuck 4 rahang, dipergunakan untuk mencekam benda kerja segi empat

atau segi tidak beraturan. Posisi rahangnya dapat diatur sendiri-sendiri.

Keempat rahangnya dikencangkan setelah titik pusat bagian benda yang

akan dibubut telah sejajar dengan sumbu mesin.

d) Memasang benda kerja pada mesin frais

Gambar 2.148. Pemasangan benda kerja pada ragum mesin frais

Benda kerja yang berbentuk balok, dicekam pada ragum mesin frais.

Blok paralel digunakan agar permukaan benda yang difrais lebih sejajar

dengan bidang di bawahnya

Gambar 2.149. Pemakaian palu pada mesin frais

Untuk pencekaman benda yang lebih baik, digunakan palu untuk

memukul benda. Setelah balok paralel tidak bergeser, kemudian ragum

dikencangkan

4) Mencekam Benda Kerja Dengan Alat Bantu Pencekaman

a) Memasang Benda Kerja Dengan Alat Bantu

Pencekaman pada Mesin Sekrap

Modul Seri M 7.32A 99

Page 6: 51 MENGOPERASIKAN MESIN

Gambar 2.150. Pencekaman benda tipis

Untuk benda kerja yang bentuknya tipis dan yang disekrap bagian sisinya,

maka benda dicekam pada blok siku.

Benda kerja tersebut diikat dengan klem.

Gambar 2.151. Pengikatan benda kerja pada meja mesin

Pencekaman benda kerja yang ukurannya lebih besar dan sulit dicekam

dengan ragum dilakukan dengan mengikatnya langsung pada meja

mesin.

Pengikatan benda pada meja mesin juga dapat dilakukan dengan

menggunakan klem pengikat.

Gambar 2.152. Pengikatan benda kerja dengan klem pengikat

Bagian dari klem adalah baut T yang dipasang pada alur T meja mesin

dan balok T klem dipasang diantara balok penahan klem dengan benda

kerja. Pengikatan dilakukan dengan cara mengencangkan baut klem

b) Memasang Benda Kerja Dengan Alat Bantu

Pencekaman pada Mesin Bor

Modul Seri M 7.32A 100

Page 7: 51 MENGOPERASIKAN MESIN

Gambar 2.153. Pemasangan benda kerja yang tidak dapat dicekam

dengan ragum

Untuk benda kerja yang tidak dapat dicekam pada ragum, maka benda

kerja dicekam langsung pada meja mesin dengan bantuan baut T, Klem,

dan balok penahan klem sebagai pengikat.

Gambar 2.154. Pencekaman benda kerja silindris pada mesin bor

Untuk mencekam benda kerja silindris, gunakan blok dan Klem V sebagai

pengikat benda.

c) Memasang benda kerja dengan alat bantu

pencekaman pada mesin bubut

1

2 3

4

Gambar 2.155. Pencekaman benda diantara dua senter

Pencekaman benda diantara dua senter alat Bantu pencekaman

yang digunakan adalah :

1 = Piring pembawa

2 = Senter tetap

3 = Lathe dog

4 = Senter putar

Gambar 2.156. Pencekaman benda dengan kacamat tetap

Mencekam benda dengan kacamata tetap untuk mencekam benda

panjang, maka digunakan kacamatan tetap untuk menahan agar benda

kerja tidak melentur selama berputar. Kacamatan tetap dipasang pada

Bed mesin

Modul Seri M 7.32A 101

Page 8: 51 MENGOPERASIKAN MESIN

Gambar 2.157. Kacamat jalan

Kacamata jalan digunakan untuk menjaga agar benda kerja tidak

melentur selama pemotongan. Kacamata jalan dipasang pada eretan

melintang.

Gambar 2.158. Pencekaman benda tipis dengan face plate

Mencekam benda tipis untuk mencekam benda tipis maka digunakan

Face plate. Benda kerja diikat dengan menggunakan baut dan klem

penjepit.

d) Memasang benda kerja dengan alat bantu

pencekaman pada mesin frais

Gambar 2.159. Pencekaman benda kerja dengan klem

Mencekam benda kerja dengan klem, alat bantu yang digunakan :

a. Balok klem

b. Balok penahan

c. Mur/baut pengunci

d. Blok V

Gambar 2.160. Pencekaman benda kerja yang lebar

Modul Seri M 7.32A 102

Page 9: 51 MENGOPERASIKAN MESIN

Benda kerja yang lebih lebar dapat pula dicekam langsung di atas meja

dengan bantuan klem penjepit.

Gambar 2.161. Pembentukan benda silindris menjadi segi beraturan

Untuk mencekam benda silindris yang akan difrais menjadi bidang rata

secara beraturan, maka digunakan ragum. Ragum tersebut dapat

dipasang pada kepala pembagi atau pada ragum putar.

5) Mengoperasikan Mesin

a) Mengoperasikan mesin sekrap

Gambar 2.162. Bagian-bagian pengatur posisi dan panjang langkah

pemahaman pada mesin sekrap

Bagian-bagian untuk mengatur posisi serta panjang langkah pemakanan

adalah :

a = motor penggerak

b = roda gigi penggerak

c = Roda pemutar

d = Blok engkol

e = Poros lengan ayun

f = Lengan ayung

g = Kepala luncur

h = Pengikat kepala luncur

Modul Seri M 7.32A 103

Page 10: 51 MENGOPERASIKAN MESIN

Gambar 2.163. Panjang langkah penyekrapan

Untuk langkah pemakanan yang panjang, maka lengan ayun harus

dipasang pada posisi terjauh dari sumbu poros roda pemutar. Lengan

ayun akan bergerak dari A sampai B dan sebaliknya ( ). Karena

lebih besar dari maka langkah kebelakang akan lebih cepat.

Untuk langkah pemakanan yang pendek, maka lengan ayun harus

dipasang pada posisi terdekat dari sumbu poros roda pemutar.

llb la

L

Langkah kerja / mundur

Benda Kerja

Pahat

Gambar 2.164. Panjang langkah pemotongan

Panjang langkah (L) disesuaikan dengan panjang benda (l), panjang awal

(la) dan panjang sisa (lb)

L = l + la + lb

la = 20 mm

lb = 10 mm

Menentukan jumlah langkah maju mundur.

Jumlah kangkah maju mundur per menit (n) tergantung kepada kecepatan

potong bahan (v) dan panjang langkah (L)

Langkah maju mundur (n) =

n = (langkah per menit)

Untuk mengatur jumlah langkah per menit, dilakukan dengan

menempatkan handel pengatur jumlah langkah pada posisi yang paling

Modul Seri M 7.32A 104

Kec. Potong (m/menit) . Panjang langkah maju mundur (m)

V . 2 L

Page 11: 51 MENGOPERASIKAN MESIN

sesuai atau memdekati angka hasil perhitungan. Handel pengatur jumlah

langkah biasanya ditempatkan di bagian belakang mesin sekrap.

Tombol menghidupkan dan mematikan

Apabila panjang langkah, jumlah langkah dan posisi pemotongan sudah

disetel, maka untuk menghidupkan mesin tekan tombol on pada saklar

utama yang tersedia pada mesin.

Untuk menghentikan gerakan kepala ayun sementara mesin tetap hidup,

dilakukan dengan cara menekan tuas kopling yang ada pada bagian

mesin, dan untuk menjalankannya kembali tuas kopling tersebut harus

ditarik.

Untuk mematikan mesin, dilakukan dengan cara menekan tombol off

pada saklar uatama mesin.

Gerakan pemotongan

s

a

Gambar 2.165. Kedalaman pemakanan.

Banyaknya pemakanan (A) tergantung kepada kerataan pengerjaan

mesin (kasar/halus)

Penampang tatal (A) = kedalaman pemakanan (a) x lebar penyayatan (s)

Gambar 2.166. Mengatur kedalaman pemakanan.

Untuk posisi awal, skala nonius handle eretan diseting pada angka nol.

Pengaturan kedalaman pemakanan dilakukan dengan cara memutar

handle eretan sambil melihat angka skala nonius yang menunjukkan

jumlah kedalaman pemakanan

Gambar 2.167. Mengatur tebal pemakanan.

Modul Seri M 7.32A 105

Page 12: 51 MENGOPERASIKAN MESIN

Pengaturan tebalnya pemakanan dilakukan dengan cara memutar poros

penggerak meja mesin setiap kali awal pergerakkan langkah memotong.

b) Mengoperasikan Mesin Bor

Menentukan dan menyetel putaran mesin

Kecepatan putaran spindle mesin bor (n) ditentukan oleh kecepatan

potong bahan (v) dalam meter per menit, dan diameter mata bor yang

digunakan (d).

Kecepatan putar (n) = 1000 x v

x d

Gambar 2.168. Belt pengatur kecepatan putaran

Penyetelan putaran mesin dilakukan dengan mengatur pasangan sabuk

putaran pada pully motor penggerak dan pully poros utama mesin bor.

Posisi pasangan sabuk dengan pully dipilih dengan mengikuti tabel

putaran pada mesin

Menepatkan posisi pengeboran

Gambar 2.169. Menepatkan titik pusat lubang

Sebelum dilakukan pengeboran, benda kerja yang akan dibor dilukis

terlebih dahulu (a), kemudian titik pusat lubang ditandai dengan penitik

(b),

Posisi ujung mata bor ditepatkan terhadap titik pusat lubang yang sudah

ditandai. Pemusatan ujung mata bor tersebut dilakukan dengan

menggeser benda kerja.

Apabila ujung mata bor sudah tepat dengan titik pusat lubang, maka

pengeboran dapat dilakukan.

Pendinginan dilakukan selama proses pengeboran berlangsung.

Kecepatan dan kedalaman pemotongan

Modul Seri M 7.32A 106

Page 13: 51 MENGOPERASIKAN MESIN

Gambar 2.170. Tuas-tuas pengatur kedalaman mengebor.

Kecepatan mengebor tergantung kepada kecepatan potong benda serta

jenis mata bor. Dalam hal ini diperlukan keterampilan teknisi dalam

menekan tuas penggerak selama mengebor.

Untuk membatasi kedalaman pengeboran dalam membuat lubang tidak

tembus, perlu digunakan poros dan mur pembatas kedalaman.

Menghidupkan dan mematikan mesin

Untuk menghidupkan dan mematikan mesin, gunakan saklar pada mesin,

biasanya dipasang di bagian depan atau kiri kepala mesin.

c) Mengoperasikan Mesin Bubut

Gerakan-gerakan dalam membubut

Gambar 2.171. Gerakan-gerakan dalam membubut

Pada proses pembubutan terdapat tiga gerakan utama :

1. Gerakan berputar, yaitu berputarnya benda kerja pada sumbo

poros.

2. Gerakan pengikatan, yaitu pencekaman benda kerja dan

pengikatan pahat bubut.

3. Gerakan pemotongan, yaitu benda yang berputar disayat oleh

pahat yang bergerak sejajar, tegak lurus atau menyudut terhadap

sumbu benda kerja.

Pengaturan putaran dan kecepatan potong benda kerja

Modul Seri M 7.32A 107

Page 14: 51 MENGOPERASIKAN MESIN

Gambar 2.172. Kecepatan potong (v).

Jika benda dengan garis tengah d dipotong dalam satu putaran selama 1

menit, maka panjang tatal yang tersayat adalah d x (keliling). Jika dalam

satu menit lebih dari satu putaran maka panjang tatal adalah d x x n

v = d (mm) x x n (rpm)

karena kecepatan potong dinyatakan dalam m/menit, sedangkan ukuran

benda dalam mm, maka :

v = d (mm) x x n (rpm) (m/men)

1000

n = 1000 . v (r.p.m.)

d. .

Gambar 2.173. Tuas-tuas pengatur kecepatan putaran

Untuk memilih kecepatan putaran mesin, maka stel posisi tuas pengatur

kecepatan putaran mesin sesuai dengan angka kecepatan putar yang

terdapat pada tabel.

Tuas-tuas tersebut terdapat pada kepala tetap mesin bubut.

Tidak selamanya hasil perhitungan sesuai dengan jumlah kecepatan

putaran yang terdapat pada table, oleh karenanya angka yang dipilih

adalah angka yang paling mendekati hasil pergitungan.

Pergerakan Eretan

Gambar 2.174. Pergerakan eretan mesin bubut

Modul Seri M 7.32A 108

Page 15: 51 MENGOPERASIKAN MESIN

Tuas No. 1 berfungsi untuk memutarkan spindle utama mesin bubut

(memutarkan benda kerj)

Eretan memanjang (2) digerakan dengan handle (3), berfungsi untuk

menggerakan pahat sejajar dengan sumbu benda kerja

Eretan melintang (4) digerakan dengan handle (5), berfungsi untuk

menggerakan pahat ke arah melintang terhadap sumbu benda kerja.

Eretan atas (6) posisinya dapat diatur sejajar, melintang atau menyudut

terhadap sumbu benda kejra, digerakan dengan handle (7), berfungsi

untuk pemotongan pendek sejajar, melintang atau untuk membubut

bentuk tirus.

Arah pemotongan

a

Gambar 2.175. Arah pemotongan sejajar,

pahat bergerak menyayat sejajar dengan sumbu benda kerja.

Arah pemotongan ini berfungsi untuk mengurangi diameter benda kerja

b

Gambar 2.176. Arah pemotongan melintang,

pahat bergerak menyayat tegak lurus terhadap sumbu benda kerja

Arah pemotongan ini berfungsi untuk membubut permukaan/ujung

benda, atau untuk memotong benda

c

Gambar 2.177. Arah pemotongan menyudut,

pahat bergerak menyayat menyudut terhadap sumbu benda kerja.

Arah pemotongan ini berfungsi untuk membubut tirus benda

e

Modul Seri M 7.32A 109

Page 16: 51 MENGOPERASIKAN MESIN

Gambar 2.178. Arah pemotongan melingkar,

pahat bergerak sejajar dan melintang terhadap sumbu benda kerja.

Arah pemotongan ini berfungsi untuk membentuk contur radius pada

permukaan benda.

Menghidupkan dan mematikan mesin

Untuk menghidupkan dan mematikan mesin, gunakan saklar listrik utama

mesin. Untuk menjalankan putaran mesin, gunakan tuas (1) yang

terdapat di bagian eretan mesin.

d) Mengoperasikan Mesin Frais

Gerakan-gerakan dalam pengefraisan

A

Gambar 2.179. Gerakan-gerakan dalam mengefrais

A = Gerakan berputar, yaitu gerakan berputarnya pisau frais pada

sumbu arbour.

B = Gerakan pengikatan, yaitu gerakan pencekaman pisau frais pada

sumbu arbour dan pencekaman benda kerja.

C = Gerakan pemotongan. Gerakan ini merupakan gerakan gabungan

dari kedua gerakan sebelumnya. Pisau frais yang berputar menyayat

benda kerja yang bergerak berlawanan atau searah dengan putaran

pisau frais.

Mengatur kecepatan putaran spindle mesin dan kecepatan

potong

Kecepatan potong dihitung dengan rumus :

V = m/menit,

Maka kecepatan putaran spindle mesin atau putaran pisau frais adalah :

V = r.p.m. ,

d = adalah diameter pisau frais

v = adalah kecepatan potong dalam m/menit

Modul Seri M 7.32A 110

d . . n 1000

d . . n 1000

Page 17: 51 MENGOPERASIKAN MESIN

n = adalah kecepatan putaran spindle mesin dalam rev. per menit.

(put/menit)

Metode pengefraisan

Gambar 2.180. Pengefraisan searah,

Sisi pisau frais yang memotong searah dengan gerakan benda kerja

selama penyayatan.

Gambar 2.181. Pengefraisan berlawanan arah,

Sisi pisau frais yang memotong berlawanan arah dengan gerakan benda

kerja selama penyayatan.

Gambar 2.182. Pengefraisan netral,

Sisi pisau frais yang memotong berlawanan dan searah dengan gerakan

benda kerja selama penyayatan.

Metode ini digunakan apabila menggunakan pisau shell end mill.

Mengatur arah gerakan pengefraisan

Gambar 2.183. Gerakan memanjang,

Dengan memutar handle meja memanjang maka benda kerja akan

bergerak ke arah memanjang.

Modul Seri M 7.32A 111

Page 18: 51 MENGOPERASIKAN MESIN

Gambar 2.184. Gerakan melintang.

Gerakan melintang benda kerja dilakukan dengan memutar handle meja

melintang yang dilengkapi dengan skala nonius untuk mengetahui ukuran

gerakan.

Gambar 2.185. Gerakan vertikal.

Kedalaman pengefraisan benda diatur dengan cara menaikan meja mesin

dan untuk membebaskan benda dengan pisau dengan cara

menurunkannya.

Handle penggerak naik turun meja terdapat di bagian depan mesin.

Menghidupkan dan mematikan mesin

Untuk menghidupkan dan mematikan mesin, gunakan saklar utama listrik

yang ada pada mesin. Untuk menghentikan putaran pisau frais sementara

mesin tetap dalam keadaan hidup, maka tekan tuas kopling yang ada di

samping badan mesin, dan menariknya untuk menjalankan kembali

putaran.

6) Memeriksa Proses Machining

a) Memeriksa Proses Penyekrapan

Pemeriksaan proses penyekrapan dilakukan terhadap :

(1) Panjang langkah pemotongan

(2) Posisi panjang langkah.

Dilihat dari posisi langkah paling depan dan paling belakang terhadap

ujung benda kerja yang dipotong.

(3) Jumlah langkah per menit.

(4) Ketebalan dan kedalaman pemakanan pahat

b) Memeriksa Proses Pengeboran

Pemeriksaan proses pengeboran dilakukan terhadap :

Modul Seri M 7.32A 112

Page 19: 51 MENGOPERASIKAN MESIN

(1) Kecepatan putaran spindle mesin (n), dan

(2) Kecepatan dan kedalaman pengeboran

c) Memeriksa Proses Pembubutan

Pemeriksaan proses pembubutan dilakukan terhadap :

(1) Kecepatan putaran spindle mesin (n), dan

(2) Arah putaran spindle

(3) Arah pemotongan

(4) Ketebalan sayat dan kecepatan pemotongan

d) Memeriksa Proses Pengefraisan

Pemeriksaan proses pengafraisan dilakukan terhadap :

(1) Kecepatan putaran spindle mesin (n), dan

(2) Arah putaran spindle

(3) Arah pemotongan

(4) Ketebalan sayat dan kecepatan pemotongan

c. Rangkuman

1) Memeriksa Peralatan Keselamatan Kerja

Peralatan keselamatan kerja yang perlu untuk diperiksa pada pekerjaan

permesinan adalah :

a) Peralatan keselamatan kerja yang digunakan oleh operator mesin.

b) Peralatan keselamatan kerja yang dipasang pada mesin

c) Peralatan keselamatan kerja yang disiapkan di ruang kerja

2) Memakai Peralatan Keselamatan Kerja

Peralatan keselamatan kerja yang dipakai pada saat bekerja pada mesin

sekrap, mesin bor, mesin bubut, mesin frais dan mesin gerinda adalah

kacamata pelindung, pakaian kerja, sepatu kerja, masker (khusus pada

pekerjaan menggerinda), dan peralatan lainnya yang dianggap perlu.

3) Memasang Benda Kerja Pada Mesin

a) Pemasangan benda kerja pada mesin sekrap adalah dengan

menggunakan ragum mesin sekrap.

b) Pemasangan benda kerja pada mesin bor adalah dengan menggunakan

ragum tangan

c) Pemasangan benda kerja pada mesin bubut adalah dengan

menggunakan chuck rahang 3 untuk benda silindris dan chuck rahang 4

untuk bentuk segi empat atau bentuk tidak beraturan.

d) Pemasangan benda kerja pada mesin frais adalah dengan

menggunakan ragum mesin frais.

4) Mencekam Benda Kerja Dengan Alat Bantu Pencekaman

Modul Seri M 7.32A 113

Page 20: 51 MENGOPERASIKAN MESIN

a) Pencekaman benda kerja pada mesin sekrap, mesin bor, dan mesin frais

yang tidak dapat menggunakan ragum, dicekam dengan bantuan klem

penjepit benda.

b) Pencekaman benda pada mesin bubut yang tidak dapat dicekam dengan

chuck rahang 3 atau chuck rahang 4, dilakukan dengan bantuan face

plate. Dan untuk menjaga kelenturan benda kerja yang panjang selama

pembubutan, digunakan kacamata jalan atau kacamata tetap.

5) Mengoperasikan Mesin

Dalam mengoperasikan mesin, perlu dilakukan langkah-langkah utama

diantaranya :

a) Menyetel handel kecepatan putaran mesin

b) Menggunakan saklar atau tuas untuk menghidupkan atau mematikan

mesin.

c) Menentukan arah pemotongan dengan menggerakan bagian penggerak

benda kerja atau alat potong pada mesin.

d) Menentukan ketebalan penyayatan benda kerja.

6) Memeriksa Proses Machining

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam memeriksa proses permesinan

antara lain :

a) Kecepatan dan arah putaran spindle mesin

b) Arah gerakan pemotongan benda kerja

c) Kecepatan dan ketebalan penyayatan

d) Ukuran benda yang dikerjakan setiap periode langkah pemakanan

e) Permukaan hasil penyayatan benda kerja

d. Tugas

Tabel 2.16. Daftar tugas belajar

Tugas-tugas yang ditampilkanKompete

n

Belu

m

Tangg

al

1) Memeriksa Peralatan Keselamatan Kerja

2) Memakai Peralatan Keselamatan Kerja

3) Memasang Benda Kerja Pada Mesin

4) Mencekam Benda Kerja Dengan Alat Bantu

Pencekaman

5) Mengoperasikan Mesin

6) Memeriksa Proses Machining

e. Tes Formatif

1) Tes Tertulis

Modul Seri M 7.32A 114

Page 21: 51 MENGOPERASIKAN MESIN

Peralatan keselamatan kerja yang paling sering digunakan pada

pekerjaan permesinan adalah :

(a) Kacamata pelindung

(b) Sarung tangan

(c) Helm

(d) Pelindung telinga (ear protection)

(2) Berikut ini adalah 3 jenis peralatan keselamatan kerja yang

digunakan pada pekerjaan mesin, kecuali :

(a) Peralatan keselamatan kerja yang digunakan

pekerja

(b) Peralatan keselamatan yang pada kotak PPPK

(c) Peralatan keselamatan kerja yang dipasang

pada mesin

(d) Peralatan keselamatan kerja yang disiapkan di

ruangan

Modul Seri M 7.32A 115

Page 22: 51 MENGOPERASIKAN MESIN

(3) Alat pencekam benda kerja pada mesin bor, mesin sekrp dan mesin

frais pada umumnya dalah ;

(a) Klem paralel

(b) Lathe dog

(c) Ragum

(d) Alat Bantu pencekaman

(4) Fungsi dari blok paralel adalah :

(a) Agar pencekaman benda kerja lebih kuat

(b) Agar ragum tidak cepat rusak

(c) Agar selama pemotongan, benda tidak

bergetar.

(d) Sebagai alas benda kerja yang dicekam pada

ragum agar permukaan yang dipotong lebih sejajar dengan bagian

alasnya.

(5) Untuk mencekam benda kerja yang tidak dapat dicekam dengan

ragum maka digunakan :

(a) Baut penjepit

(b) Klem paralel

(c) Klem penjepit

(d) Balok penahan

(6) Untuk mencekam benda silindris pada pekerjaan mengefrais,

digunakan tambahan alat bantu pencekam, yaitu:

(a) Blok V

(b) Blok paralel

(c) Blok siku

(d) Balok penahan

(7) Pencekaman benda silindris yang tidak terlalu panjang pada mesin

bubut menggunakan :

(a) Chcuk rahang 4

(b) Lathe dog

(c) Chcuk rahang 3

(d) Face plate

(8) Untuk mencekam benda yang bentuknya tidak beraturan dan tipis

pada mesin bubut, dipergunakan :

(a) Chcuk rahang 4

(b) Piring pembawa

(c) Lateh dog

(d) Kacamata jalan

Modul Seri M 7.32A 116

Page 23: 51 MENGOPERASIKAN MESIN

(9) Fungsi piring pembawa dan lathe dog adalah untuk :

(a) Mencekam benda tipis.

(b) Mencekam benda berbentuk tidak beraturan

(c) Mencekam benda kerja panjang

(d) Mencekam benda kerja diantara dua senter

(10) Kacamatan tetap pada mesin bubut berfungsi untuk :

(a) Menahan benda kerja agar tidak bergetar

(b) Memudahkan penyayatan

(c) Menjaga agar benda kerja tidak patah

(d) Menahan benda agar tidak melentur selama

berputar..

(11) Kacamata jalan pada mesin bubut dipasang pada :

(a) Eretan atas

(b) Eretan melintang

(c) Eretan memanjang

(d) Bed mesin

(12) Jika kecepatan potong benda kerja (v) = 25 m/menit, dan panjang

langkah (L) = 100 mm, maka jumlah langkah maju mundur mesin

sekrap (n) adalah :

(a) 500 langkah per menit

(b) 50 langkah per menit

(c) 100 langkah per menit

(d) 250 langkah per menit

(13) Jika kecepatan potong (v) = 30 m/menit, diameter mata bor yang

digunakan (d) = 11,5 mm, maka kecepatan putaran spindle mesin bor

(n) harus disetel pada kecepatan :

(a) 810 rpm

(b) 830 rpm

(c) 820 rpm

(d) 840 rpm

(14) Berikut ini adalah gerakan-gerakan dalam membubut, kecuali :

(a) Gerakan berputar

(b) Gerakan melingkar

(c) Gerakan pencekaman

(d) Gerakan pemotongan

Modul Seri M 7.32A 117

Page 24: 51 MENGOPERASIKAN MESIN

(15) Berapa kecepatan putaran spindle mesin bubut (n) untuk membubut

benda jika kecepatan potong (v) = 25 m/menit dan diameter bahan

yang dibubut (d) = 25 mm.

(a) 320 rpm

(b) 318 rpm

(c) 310 rpm

(d) 330 rpm

(16) Berikut ini adalah arah pemotongan membubut, kecuali :

(a) Memanjang

(b) Melintang

(c) Tirus

(d) Menyudut

(17) Yang tidak termasuk gerakan-gerakan dalam pengefraisan adalah :

(a) Gerakan berputar

(b) Gerakan berlawanan

(c) Gerakan mengikat

(d) Gerakan pemotongan

(18) Jika kecepatan putaran spindle mesin frais (n) = 450 r.p.m. dan

diameter pisau frais (d) = 50 mm, maka kecepatan potong (v) adalah :

(a) 75 m/menit

(b) 80 m/menit

(c) 65 m/menit

(d) 70 m/menit

(19) Yang tidak termasuk metode pengefraisan adalah :

(a) Muka

(b) Searah

(c) Berlawanan

(d) Netral

(20) Pemeriksaan proses machining dilakukan terhadap hal-hal berikut,

kecuali :

(a) Pemasangan alat potong dan benda kerja.

(b) Kecepatan dan arah putaran spindle mesin

(c) Kecepatan dan tebal pemotongan

(d) Arah dan gerakan pemotongan

Modul Seri M 7.32A 118

Page 25: 51 MENGOPERASIKAN MESIN

2) Tes Unjuk Kerja

Tabel 2.17. Daftar tes unjuk kerja

Tugas-tugas yang ditampilkanKompete

n

Belu

m

Tangga

l

a) Apakah peralatan keselamatan kerja yang

dipersyaratkan sudah diperiksa?

b) Apakah peralatan keselamatan kerja yang

dipersyaratkan sudah dipakai?

c) Apakah benda kerja sudah dipasang di

mesin?

d) Apakah benda kerja sudah dicekam dengan

alat bantu yang dipersyaratkan?

e) Apakah mesin sudah dioperasikan?

f) Apakah pelaksanaan machining sudah

diperiksa?

f. Kunci Jawaban Formatif

Tabel 2.18. Daftar kunci jawaban tes tertulis

No. Pertanyaan No. Jawaban1. a2. b3. c4. d5. c6. a7. c8. a9. d10. d11. b12. a13. b14. b15. b16. c17. b18. d19. a20. a

Modul Seri M 7.32A 119