5 bab ii studi literatur 2.1 peramalan permintaan 2.1.1

39
5 BAB II STUDI LITERATUR 2.1 Peramalan Permintaan 2.1.1 Definisi Peramalan Permintaan Menurut Biegel [1999], peramalan adalah suatu perkiraan tingkat permintaan yang diharapkan untuk suatu produk atau beberapa produk dalam periode waktu tertentu di masa yang akan datang. Menurut Gaspersz [2004], aktivitas peramalan merupakan suatu fungsi bisnis yang berusaha memperkirakan permintaan dan penggunaan produk sehingga produk-produk itu dapat dibuat dalam kuantitas yang tepat. Dengan demikian peramalan merupakan suatu dugaan terhadap permintaan yang akan datang berdasarkan pada beberapa variabel peramal, sering berdasarkan data deret waktu historis. Menurut Supranto [1984], forecasting atau peramalan adalah memperkirakan sesuatu pada waktu-waktu yang akan datang berdasarkan data masa lampau yang dianalisis secara ilmiah, khususnya menggunakan metode statistika. Menurut Assauri [1993], peramalan merupakan seni dan ilmu dalam memprediksikan kejadian yang mungkin dihadapi pada masa yang akan datang. Dengan digunakannya peralatan metode-metode peramalan maka akan memberikan hasil peramalan yang lebih dapat dipercaya ketetapannya. Oleh karena masing-masing metode peramalan berbeda-beda, maka penggunaannya harus hati-hati terutama dalam pemilihan metode untuk penggunaan dalam kasus tertentu. 2.1.2 Kegunaan Peramalan Permintaan Peramalan dibutuhkan karena adanya perbedaan waktu antara kesadaran dibutuhkannya suatu kebijakan baru dengan waktu kebijakan tersebut. Maka dalam menentukan kebijaksanaan, perlu diperkirakan kesempatan ataupun peluang yang ada, dan ancaman yang mungkin menghalang.

Upload: hathu

Post on 31-Dec-2016

227 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: 5 BAB II STUDI LITERATUR 2.1 Peramalan Permintaan 2.1.1

5

BAB II

STUDI LITERATUR

2.1 Peramalan Permintaan

2.1.1 Definisi Peramalan Permintaan

Menurut Biegel [1999], peramalan adalah suatu perkiraan tingkat permintaan yang diharapkan

untuk suatu produk atau beberapa produk dalam periode waktu tertentu di masa yang akan

datang. Menurut Gaspersz [2004], aktivitas peramalan merupakan suatu fungsi bisnis yang

berusaha memperkirakan permintaan dan penggunaan produk sehingga produk-produk itu dapat

dibuat dalam kuantitas yang tepat. Dengan demikian peramalan merupakan suatu dugaan

terhadap permintaan yang akan datang berdasarkan pada beberapa variabel peramal, sering

berdasarkan data deret waktu historis.

Menurut Supranto [1984], forecasting atau peramalan adalah memperkirakan sesuatu pada

waktu-waktu yang akan datang berdasarkan data masa lampau yang dianalisis secara ilmiah,

khususnya menggunakan metode statistika. Menurut Assauri [1993], peramalan merupakan seni

dan ilmu dalam memprediksikan kejadian yang mungkin dihadapi pada masa yang akan datang.

Dengan digunakannya peralatan metode-metode peramalan maka akan memberikan hasil

peramalan yang lebih dapat dipercaya ketetapannya. Oleh karena masing-masing metode

peramalan berbeda-beda, maka penggunaannya harus hati-hati terutama dalam pemilihan metode

untuk penggunaan dalam kasus tertentu.

2.1.2 Kegunaan Peramalan Permintaan

Peramalan dibutuhkan karena adanya perbedaan waktu antara kesadaran dibutuhkannya suatu

kebijakan baru dengan waktu kebijakan tersebut. Maka dalam menentukan kebijaksanaan, perlu

diperkirakan kesempatan ataupun peluang yang ada, dan ancaman yang mungkin menghalang.

Page 2: 5 BAB II STUDI LITERATUR 2.1 Peramalan Permintaan 2.1.1

6

Bila ramalan telah dibuat, suatu manfaat dan tujuan harus dapat diperoleh dan dipersiapkan,

sehingga dapat mempengaruhi sifat ramalan. Dalam hal ini terdapat 3 kegunaan dari peramalan

menurut Biegel [1999], yakni:

1. Menentukan apa yang dibutuhkan untuk perluasan pabrik.

2. Menentukan perencanaan lanjutan bagi produk-produk yang ada untuk dikerjakan dengan

fasilitas-fasilitas yang ada.

3. Menentukan penjadwalan jangka pendek produk-produk yang ada untuk dikerjakan

berdasarkan peralatan yang ada.

Prinsip peramalan adalah peramalan akan selalu mengandung eror, kesalahan harus terukur,

ramalan suatu famili produk lebih teliti daripada end item, dan peramalan jangka pendek lebih

teliti daripada peramalan jangka panjang (Render dan Heizer, [2001]).

2.1.3 Teknik dan Metode Peramalan

Dalam memilih teknik dan metode peramalan, peneliti atau analisa harus memilih teknik dan

metode peramalan yang tepat untuk suatu masalah dan keadaan tertentu yang mereka hadapi.

Menurut Sodikin [2012], ada enam faktor yang dapat mengidentifikasi sebagai teknik dan metode

peramalan, yaitu:

1. horizon waktu

2. pola dari data

3. jenis dari mode

4. biaya

5. ketepatan

6. mudah dan tidaknya aplikasi

Adapun hal-hal yang harus diperhatikan dalam memilih metode peramalan adalah : item yang

akan diramalkan, interaksi situasi, dan waktu persiapan.

Page 3: 5 BAB II STUDI LITERATUR 2.1 Peramalan Permintaan 2.1.1

7

Sistem peramalan memiliki sembilan langkah yang harus diperhatikan untuk menjamin efektifitas

dan efisiensi. Langkah-langkah tersebut termasuk dalam manajemen permintaan yang disebut

juga sebagai konsep dasar sistem peramalan menurut Gaspersz [2004], yaitu:

a. Menentukan tujuan dari peramalan.

b. Memilih item independent demand yang akan diramalkan.

c. Menentukan horison waktu dari peramalan (jangka pendek, menengah, dan panjang).

d. Memilih model-model peramalan.

e. Memperoleh data yang dibutuhkan untuk melakukan peramalan.

f. Validasi model peramalan.

g. Membuat peramalan.

h. Implementasi hasil-hasil peramalan.

i. Memantau keandalan hasil peramalan.

Ditinjau dari segi proyeksi, menurut Sodikin [2012] peramalan secara teknis dikualifikasikan

dalam dua cara yaitu peramalan kualitatif dan kuantitatif.

1. Teknik Peramalan dengan Metode Kuantitatif

Metode kuantitatif dapat digunakan jika tersedia data kuantitatif masa lalu

Dari data tersebut dicari pola hubungan yang ada

Berangkat dari asumsi bahwa pola hubungan berlanjut terus pada masa yang akan dating

Metode kuantitatif ini cocok dipakai pada kondisi yang stastis, jelas dan tidak

memerlukan human mind

Dengan metode kuantitatif ini, ketelitian ramalan dapat diprediksi sejak awal sebagai

bahan pengambilan keputusan

Atas dasar hal tersebut diatas, metode kuantitatif ini lebih disukai

2. Teknik Peramalan dengan Metode Kualitatif

Menurut Sodikin [2012], teknik peramalan dengan metode kualitatif digunakan jika tidak

tersedia data kuantitatif masa lalu karena alasan:

Data tidak tercatat

Page 4: 5 BAB II STUDI LITERATUR 2.1 Peramalan Permintaan 2.1.1

8

Yang diramallkan adalah hal baru

Situasi telah berubah

Situasi terbulen dan memerlukan human mind

Kesalahan peramalan tidak dapat diprediksi

Metode kuantitatif secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi 2 menurut Sodikin [2012],

yaitu:

1. Metode Time Series

Digunakan untuk kondisi dimana kita tidak bias menjelaskan faktor apa yang akan dapat

meneybabkan terjadinya event yang diramalkan (Black Box), sehingga waktu yang

dianggap sebagai variabel penyebab terjadinya event tersebut.

Menurut Sodikin [2012] secara garis besar, Metode Time Series dapat dikelompokkan menjadi:

2. Metode Averaging

Dipakai untuk kondisi dimana setiap data pada waktu yang berbeda mempunyai

bobot yang sama sehingga fluktuasi random data dapat diredam dengan rata-ratanya.

Biasa dipakai untuk peramalan jangka pendek.

Adapun metode-metode yang termasuk dalam metode averaging ini, antara lain :

Single Moving Average

Double Moving Average

2.1.4 Metode Regresi Linier

Metode regresi linier sering sekali dipakai untuk memecahkan masalah-masalah dalam

penaksiran tentunya hal ini berlaku juga dalam peramalan sehingga metode regresi linier menjadi

suatu metode yang mempunyai taksiran terbaik diantara metode-metode yang lain. Metode

regresi linier dipergunakan sebagai metode peramalan apabila pola historis dari data aktual

permintaan menunjukkan adanya suatu kecenderungan menaik dari waktu ke waktu. Istilah

regresi linier berarti, bahwa rataan (µy|x) berkaitan linier dengan x dalam bentuk persamaan linier

populasi (Hasan, [1999]).

Page 5: 5 BAB II STUDI LITERATUR 2.1 Peramalan Permintaan 2.1.1

9

Ditinjau secara teori:

Y= a + bx…………………………………………………………………………………........(2.1)

Keterangan

Y : nilai ramalan permintaan pada peiode ke-t

a : intersept

b :slope dari garis kecenderungan,merupakan tingkat perubahan dalam permintaan.

x : indeks waktu ( t = 1,2,3,...,n) ; n adalah banyaknya periode waktu

Dimana a dan b adalah parameter – parameter tetap (tetapi tidak diketahui), x diasumsikan

sebagai suatu ukuran kesalahan.

Ditinjau secara praktek:

Y= a + b푥 + ei………………………………………………………………………………...(2.2)

untuk i= 1, 2, ….n

Dimana a dan b adalah penaksir dan keduanya sekarang merupakan variable random, x tidak

mungkin diukur tanpa kesalahan, ei adalah kesalahan taksiran untuk observasi ke i dan

merupakan variable random.

푏 =푛∑푋푌 − (∑푋)(∑푌)푛∑푋 − (∑푋) … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … (ퟐ.ퟑ)

푎 =∑푌푛 − 푏

∑푋푛 … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … . (ퟐ.ퟒ)

Keterangan

b : slope dari persamaan garis lurus

a : intersept dari persamaan garis lurus

x : index waktu

x-bar : nilai rata-rata dari x

y : variabel permintaan (data aktual permintaan)

y-bar : nilai rata-rata permintaan per periode waktu, rata-rata dari y

Page 6: 5 BAB II STUDI LITERATUR 2.1 Peramalan Permintaan 2.1.1

10

2.1.5 Metode Double Moving Average

Menurut Aribowo [2008] secara umum prosedur metode rata-rata bergerak linier, secara umum

dapat diterangkan melalui persamaan berikut:

푆 ′ =푋 + 푋 + 푋 + ⋯+ 푋

푁 … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … (ퟐ.ퟓ)

푆 ′′ =푆 ′ + 푆 ′ + 푆 ′ + ⋯+ 푆

푁 … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … . … … (ퟐ.ퟔ)

푎 = 푆 ′ + 푆 ′ − 푆 ′′ … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … . . (ퟐ.ퟕ)

푏 =2

푁 − 1 푆 ′ − 푆 ′′ … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … . … . . (ퟐ.ퟖ)

퐹 = 푎 + 푏 .푚… … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … . . … . (ퟐ.ퟗ)

Keterangan

N : jumlah periode dalam moving average

퐹 : nilai sebenarnya pada periode t ditambah jumlah periode kedepan yang akan diramal

푆 : rata-rata bergerak pada periode t

m : periode kedepan yang akan diramal

푎 : nilai rata-rata yang disesuaikan untuk periode t

푏 : nilai kecenderungan

2.1.6 Ukuran Akurasi Peramalan

Validasi metode peramalan terutama dengan menggunakan metode-metode di atas tidak dapat

lepas dari indikator-indikator dalam pengukuran akurasi peramalan. Bagaimanapun juga menurut

Sodikin [2012] ukuran kesalahan (error) adalah besarnya penyimpangan antar actual demand

dengan hasil ramalan, secara umum dapat diterangkan melalui persamaan berikut:

푒 = 푑 − 퐹 … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … . (ퟐ.ퟏퟎ)

│푒 │… … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … . . (ퟐ.ퟏퟏ)

푒 … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … . . (ퟐ.ퟏퟐ)

Page 7: 5 BAB II STUDI LITERATUR 2.1 Peramalan Permintaan 2.1.1

11

푃 =푒푑 × 100% … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … . (ퟐ.ퟏퟑ)

│푃 │… … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … . (ퟐ.ퟏퟒ)

푀퐸 =∑푒푛 … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … (ퟐ.ퟏퟓ)

푀퐴푆퐸 =∑│푒 │푛 … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … . (ퟐ.ퟏퟔ)

푆푆퐸 =∑푒푛 − 1 … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … . (ퟐ.ퟏퟕ)

푀푆퐸 =∑푒푛 … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … (ퟐ.ퟏퟖ)

푀푃퐸 =∑ P푛 … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … . (ퟐ.ퟏퟗ)

푀퐴푃퐸 =∑│푃 │

푛 … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … (ퟐ.ퟐퟎ)

Keterangan :

푒 : error ramalan pada periode waktu t

ME (Mean Error) : rata-rata kesalahan peramalan.

MASE (Mean Absolute Scaled Error) : rata-rata kesalahan peramalan absolute.

SSE (Sum of Squared Error): akar dari jumlah rata-rata kesalahan peramalan.

MSE (Mean Square Error) : pendekatan ini mengatur kesalahan peramalan yang besar karena

kesalahan-kesalahan itu dikuadratkan.

MPE (Mean Percentage Error) : dihitung dengan mencari kesalahan pada tiap periode dibagi

dengan nilai nyata untuk periode itu.

MAPE (Mean Absolute Percentage Error) : pengukuran ketelitian dengan cara persentase

kesalahan absolute.

Page 8: 5 BAB II STUDI LITERATUR 2.1 Peramalan Permintaan 2.1.1

12

2.2 Perencanaan Produksi

2.2.1 Definisi Perencanaan Produksi

Menurut Buffa & Khanna [1996], perencanaan produksi merupakan perencanaan tentang produk

apa dan berapa yang akan diproduksi oleh perusahaan yang bersangkutan dalam satu periode

yang akan datang. Perencanaan produksi merupakan bagian dari perencanaan operasional di

dalam perusahaan. Dalam penyusunan perencanaan produksi, hal yang perlu dipertimbangkan

adalah adanya optimasi produksi sehingga akan dapat dicapai tingkat biaya yang paling rendah

untuk pelaksanaan proses produksi tersebut.

Perencanaan produksi juga dapat didefinisikan sebagai proses untuk memproduksi barang-barang

pada suatu periode tertentu sesuai dengan yang diramalkan atau dijadwalkan melalui

pengorganisasian sumber daya seperti tenaga kerja, bahan baku, mesin dan peralatan lainnya.

Perencanaan produksi menuntut penaksir atas permintaan produk atau jasa yang diharapkan akan

disediakan perusahaan di masa yang akan datang. Dengan demikian, peramalan merupakan

bagian integral dari perencanaan produksi.

2.2.2 Tujuan Perencanaan Produksi

Tujuan perencanaan produksi menurut Ishak [1967] adalah:

1. Sebagai langkah awal untuk menentukan aktivitas produksi yaitu sebagai referensi

perencanaan lebih rinci dari rencana agregat menjadi item dalam jadwal induk produksi.

2. Sebagai masukkan rencana sumber daya sehingga perencanaan sumber daya dapat

dikembangkan untuk mendukung perencanaan produksi.

3. Meredam ( stabilisasi ) produksi dan tenaga kerja terhadap fluktuasi permintaan.

2.2.3 Fungsi Perencanaan Produksi

Fungsi perencanaan produksi dalam aktivitas produksi menurut Kusuma [2002] fungsi dasar

dalam aktivitas perencanaan produksi adalah:

1. Meramalkan permintaan produk yang dinyatakan dalam jumlah produk

sebagai fungsi dari waktu.

Page 9: 5 BAB II STUDI LITERATUR 2.1 Peramalan Permintaan 2.1.1

13

2. Menetapkan jumlah dan saat pemesanan bahan baku serta komponen secara

ekonomis dan terpadu.

3. Menetapkan keseimbangan antara tingkat kebutuhan produksi, teknik

pemenuhan pesanan, serta memonitor tingkat persediaan produk jadi setiap saat,

membandingkannya dengan rencana persediaan, dan melakukan revisi atas rencana

produksi pada saat yang ditentukan.

4. Membuat jadwal produksi, penugasan, pembebanan mesin dan tenaga kerja

yang terperinci sesuai dengan ketersediaan kapasitas dan fluktuasi permintaan

pada suatu periode.

2.2.4. Faktor Perencanaan Produksi

Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam perencanaan produksi menurut Biegel [1999]

adalah sebagai berikut:

1. Kapasitas

2. Jenis perusahaan

3. Sumberdaya

4. Jenis produksi yang dikerjakan

2.2.5. Perencanaan Agregat

Menurut Biegel [1999] perencanaan agregat secara organisasi merupakan tanggung jawab

manager operasi dalam kegiatannya menentukan strategi untuk memenuhi perubahan permintaan,

sehingga dapat meminimasi ongkos dan tujuan perusahaan dapat terpenuhi.

Pengertian agregat tersebut dapat dijelaskan dengan contoh pada gambar 2.1. dibawah ini sebagai

berikut :

Page 10: 5 BAB II STUDI LITERATUR 2.1 Peramalan Permintaan 2.1.1

14

Gambar 2.1 Pengertian Perencanaan Agregat Melalui Produk Sumber: Manajemen Operasi, Ishak, [1967]

Jadi di dalam perencanaan agregat, tidak dihasilkan rencana dalam bentuk individual produk

melainkan dalam betuk agregat produk. Menurut Ishak [1967], penggunaan satuan agregat ini

dilakukan mengingat keuntungan – keuntungan yang dapat diperoleh antara lain:

a. Kemudahan dalam pengolahan data

Dengan menggunakan satuan agregat maka pengolahan data tidak dilakukan untuk setiap

individual produk. Keuntungan ini akan semakin terasa jika pabrik tempat perencanaan

dilakukan memproduksi banyak jenis produk.

b. Ketelitian hasil yang didapatkan

Dengan hanya mengolah satu jenis data produk maka kemungkinan untuk menerapkan

metode yang canggih semakin besar sehingga ketelitian hasil yang didapatkan semakin

baik.

c. Kemudahan untuk melihat dan memahami mekanisme sistem produksi yang terjadi dalam

implementasi rencana.

2.2.6 Tipe Perusahaan Menufaktur

Pada umumnya perusahaan terdiri dari 4 tipe menurut Sodikin [2012], yaitu:

1. Make To Stock

Make to stock adalah tipe industri yang membuat produk akhir untuk disimpan dimana kebutuhan

konsumen diambil dari persediaan di gudang.

Page 11: 5 BAB II STUDI LITERATUR 2.1 Peramalan Permintaan 2.1.1

15

Karakteristik make to stock adalah :

Standard item, high volume

Terus-menerus dibuat lalu disimpan

Harga wajar

Pengiriman dapat dilakukan segera

Customer tidak mau menunggu

Perlu adanya safety stock untuk mengatasi fluktuasi permintaan

2. Make To Order

Make to order adalah tipe industri yang membuat produk hanya untuk memenuhi pesanan.

Rencana produksi disusun berdasarkan jumlah peramalan untuk horizon waktu yang

direncanakan dikurangi selisih antara target backlog akhir dan backlog awal.

Karakteristik make to order adalah :

Inputnya bahan baku

Biasanya untuk supply item dengan banyak jenis

Harga cukup mahal

Perlu keahlian khusus

Komponen biasanya dibeli untuk persediaan

3. Assembly To Order

Assembly to order adalah tipe industri yang membuat produk dengan cara assembling hanya

untuk memenuhi pesanan.

Karakteristik assembly to order adalah :

Inputnya komponen

Untuk supply item dengan banyak jenis

Harganya cukup mahal

Lead time ditetapkan oleh konsumen

Page 12: 5 BAB II STUDI LITERATUR 2.1 Peramalan Permintaan 2.1.1

16

4. Engineer To Order

Engineer to order adalah tipe industri yang membuat produk untuk memenuhi pesanan khusus

dimulai dari perancangan produk sampai pengiriman produk.

Karakteristik engineer to order adalah :

Produk sangat spesifik

Lead time panjang

Harganya mahal

2.2.7 Metode-Metode Perencanaan Agregat

Menurut Ishak [1967], banyak metode yang telah dikembangkan untuk perencanaan agregat ini

tetapi pada dasarnya dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok yaitu ():

a. Dengan pendekatan Optimasi :

– Progamma Linier

– Aturan HMMS (Linier Decision Rule)

– Search Decision Rule, dll

b. Dengan pendekatan Heuristik :

– Metode Grafik

– Metode Koefisien Manajemen

– Metode Parametrik, dll

2.2.8 Ongkos pada Rencana Produksi

Dalam rencana produksi agregat terdapat ongkos-ongkos yang dibebankan dari proses

perencanaan produksi menurut Ahlan [2011], yaitu:

1. Ongkos penambahan tenaga kerja (hiring cost)

2. Ongkos pengurangan tenaga kerja (layoff cost)

3. Ongkos lembur dan pengurangan waktu kerja (overtime cost)

4. Ongkos persediaan (inventory cost)

5. Ongkos sub kontrak

Page 13: 5 BAB II STUDI LITERATUR 2.1 Peramalan Permintaan 2.1.1

17

2.2.9 Perencanaan Agregat Metode Transportasi

Metode transportasi digunakan untuk model program linier. Berikut ini akan dibahas suatu kasus

menggunakan model transportasi dengan data-data (Ishak, [1967]):

Permintaan Tabel 2.1 Tabel Permintaan Metode Transportasi (Contoh)

Periode 1 2 3 4 Permintaan 500 800 1700 900

Sumber: Manajemen Operasi, Ishak, [1967]

Kapasitas Tabel 2.2 Tabel Kapasitas Metode Transportasi (Contoh)

Periode Jam Normal

Jam Lembur Subkontrak

1 700 250 500 2 800 250 500 3 900 250 500 4 500 250 500

Sumber: Manajemen Operasi, Ishak, [1967]

Persediaan awal : 100 unit

Persediaan akhir yang diinginkan : 150 unit

Biaya jam normal : Rp 100/unit

Biaya jam lembur : Rp 125/unit

Biaya Subkontrak : Rp 150/unit

Biaya Persediaan : Rp 20/unit/periode

Page 14: 5 BAB II STUDI LITERATUR 2.1 Peramalan Permintaan 2.1.1

18

Penyelesaian masalah menggunakan metode transportasi menghasilkan perencanaan produksi

dengan biaya total Rp 445.750. Tabel perhitungan dapat dilihat pada tabel 2.3, dibawah ini

(Ishak, [1967]):

Tabel 2.3 Tabel Perencanaan Produksi Metode Transportasi (Contoh)

Sumber: Manajemen Operasi, Ishak, [1967]

Keterangan :

1. Total Cost : RT (RT Cost) + OT (OT Cost) + SK (SK Cost)………………………...(2.21)

Total Cost : 400 (100) + 300 (140) + 800 (100) + 250 (145) + 900 (100) + 250 (125) +

500 (100) + 350 (125) = Rp 445.750

Page 15: 5 BAB II STUDI LITERATUR 2.1 Peramalan Permintaan 2.1.1

19

2. Yang diproduksi adalah :

Tabel 2.4 Tabel Yang Diproduksi (Contoh)

Periode Rencana Produksi Permintaan

1 700 500 2 1050 800 3 1150 1700 4 1250 900

Sumber: Manajemen Operasi, Ishak, [1967]

Berarti yang diproduksi ≠ ∑ Permintaan. Sistem produksi tidak Back Order sehingga kebutuhan

pada periode I tidak mungkin dipenuhi oleh periode 2. Jadwal Produksi induksinya adalah :

Kwartal I → 700 unit

II → 1050 unit

III → 1150 unit

IV → 1250 unit

Menurut Biegel [1999] dalam perencanaan produksi agregat dibutuhkan proses penghitungan kebutuhan

fasilitas dengan menggunakan persamaan:

Kebutuhan fasilitas =∑Waktu dibutuhkan / bulan

∑ Jumlah waktu kerja … … … … … … … … … … … … … … … . (ퟐ.ퟐퟐ)

2.3 Lini Produksi

2.3.1 Definisi Lini Produksi

Lini produksi adalah penempatan area-area kerja dimana operasi-operasi diatur secara berturut-

turut dan material bergerak secara kontinu melalui operasi yang terangkai seimbang. Menurut

karakteristiknya proses produksinya, lini produksi dibagi menjadi dua (Saputra, dkk, [2010]):

1. Lini fabrikasi, merupakan lintasan produksi yang terdiri atas sejumlah operasi

pekerjaan yang bersifat membentuk atau mengubah bentuk benda kerja.

Page 16: 5 BAB II STUDI LITERATUR 2.1 Peramalan Permintaan 2.1.1

20

2. Lini perakitan, merupakan lintasan produksi yang terdiri atas sejumlah operasi

perakitan yang dikerjakan pada beberapa stasiun kerja dan digabungkan menjadi

benda assembly atau subassembly.

2.3.2 Keuntungan Lini Produksi

Beberapa keuntungan yang dapat diperoleh dari perencanaan lini produksi yang baik menurut

Saputra, dkk [2010] sebagai berikut:

1. Jarak perpindahan material yang minim diperoleh dengan mengatur susunan dan

tempat kerja.

2. Aliran benda kerja (material), mencakup gerakan dari benda kerja yang kontinu.

Alirannya diukur dengan kecepatan produksi dan bukan oleh jumlah spesifik.

3. Pembagian tugas terbagi secara merata yang disesuaikan dengan keahlian masing-

masing pekerjaan sehingga pemanfaatan tenaga kerja lebih efisiensi.

4. Pengerjaan operasi yang serentak yaitu setiap operasi dikerjakan pada saat yang sama

di seluruh lintasan produksi.

5. Operasi unit.

6. Gerakan benda kerja tetap sesuai dengan set-up dari lintasan dan bersifat tetap.

7. Proses memerlukan waktu yang minimum.

2.3.3 Persyaratan Lini Produksi

Persyaratan yang harus diperhatikan untuk menunjang kelangsungan lintasan produksi menurut

Saputra, dkk [2010] antara lain:

1. Pemerataan distribusi kerja yang seimbang di setiap stasiun kerja yang terdapat di

dalam suatu lintasan produksi fabrikasi atau lintasan perakitan yang bersifat manual.

2. Pergerakan aliran benda kerja yang kontinu pada kecepat yang seragam. Alirannya

tergantung pada waktu operasi.

3. Arah aliran material harus tetap sehingga memperkecil daerah penyebaran dan

mencegah timbulnya atau setidak-tidaknya mengurangi waktu menunggu karena

keterlambatan benda kerja.

Page 17: 5 BAB II STUDI LITERATUR 2.1 Peramalan Permintaan 2.1.1

21

4. Produksi yang kontinu guna menghindari adanya penumpukan benda kerja di lain

tempat sehingga diperlukan aliran benda kerja pada lintasan produksi secara kontinu.

5. Keseimbangan lintasan, proses penyusunannya bersifat teoritis. Dalam praktik

persyaratan di atas mutlak untuk dijadikan dasar pertimbangan.

2.4 Peta Kerja

Peta kerja adalah suatu alat yang sistematis dan jelas untuk berkomunikasi secara luas dan

sekaligus bisa mendapatkan informasi – informasi yang diperlukan untuk memperbaiki suatu

metoda kerja. Peta kerja dapat menggambarkan kegiatan kerja secara sistematis dan jelas.

Dengan peta kerja, kita dapat melihat semua langkah atau kejadian yang dialami oleh suatu benda

kerja mulai dari masuk pabrik (berbentuk bahan baku) dan semua langkah yang dialami benda

kerja tersebut (transportasi, operasi, mesin, pemeriksaan, perakitan, dll.) sampai akhirnya menjadi

produk jadi (Sutalaksana, dkk, [2006]).

2.4.1 Lambang yang Digunakan

Lambang peta – peta yang digunakan saat ini dikembangkan oleh Gilberth. Untuk membuat suatu

peta kerja awalnya diusulkan 40 lambang, kemudian disederhanakan menjadi 4 lambang menurut

Sutalaksana, dkk [2006], yaitu:

Deskripsi Lambang

Operasi

Transportasi

Pemeriksaan

Penyimpanan/Menunggu

Gambar 2.2 Gambar Lambang Peta Kerja Gilberth Sumber : Teknik Perancangan Sistem Kerja, Sutalaksana, dkk, [2006]

Pada tahun 1947, American Society of Mechanical Engineers (ASME) membuat standar lambang

– lambang yang terdiri dari 5 macam lambing. Lambang – lambang yang di usulkan merupakan

Page 18: 5 BAB II STUDI LITERATUR 2.1 Peramalan Permintaan 2.1.1

22

hasil modifikasi yang di gunakan oleh Gilberth. Lambang – lambang tersebut adalah sebagai

berikut (Sutalaksana, dkk, [2006]):

Deskripsi Lambang

Operasi

Transportasi

Pemeriksaan

Menunggu

Penyimpanan

Aktivitas Gabungan

Gambar 2.3 Gambar Lambang Peta Kerja American Society of Mechanical Enginers (ASME) Sumber : Teknik Perancangan Sistem Kerja, Sutalaksana, dkk, [2006]

Operasi

Terjadi apabila benda kerja mengalami perubahan sifat, baik fisik maupun kimiawi. Mengambil /

menerima informasi maupun memberikan informasi pada suatu kejadian juga merupakan operasi.

Contoh aktivitas operasi : menyerut kayu dengan mesin serut, menggerakkan logam, merakit

mengebor benda kerja, mengetik, dll.

Pemeriksaan

Terjadi apabila benda kerja atau peralatan mengalami pemeriksaan baik kualitas maupun

kuantitas. Pemeriksaan biasanya dilakukan terhadap suatu obyek dengan cara membandingkan

obyek tersebut dengan suatu standar tertentu. Contoh aktivitas pemeriksaan : mengukur dimensi

benda, memeriksa warna benda, menguji kualitas bahan dan produk, memeriksa jumlah bahan

baku dan produk yang dipesan, membaca skala pengukur temperatur.

Page 19: 5 BAB II STUDI LITERATUR 2.1 Peramalan Permintaan 2.1.1

23

Transportasi

Terjadi apabila benda kerja, pekerja atau pelengkapan mengalami perpindahan tempat yang

bukan merupakan bagian dari suatu proses operasi. Suatu pergerakan yang merupakan bagian

dari proses operasi bukanlah merupakan transportasi, contoh : keramik yang mengalami operasi

pemanasan sambil bergerak diatas ban berjalan, merupakan kegiatan operasi, walaupun keramik

tersebut mengalami perpindahan tempat. Contoh aktivitas transportasi benda kerja diangkat dari

mesin bubut ke tempat mesin skrap untuk mengalami operasi berikutnya atau saat suatu

objek/bahan di pindahkan dari lantai bawah ke lantai atas dengan menggunakan elevator.

Menunggu (delay)

Terjadi apabila benda kerja, pekerja atau perlengkapan tidak mengalami kegiatan apa – apa selain

menuggu (biasanya sebentar). Suatu objek/benda kerja/bahan ditinggalkan untuk sementara tanpa

pencatatan sampai diperlukan kembali. Contoh aktivitas menunggu objek menunggu diproses

untuk di periksa, peti barang menunggu untuk dibongkar, bahan menunggu untuk didistribusikan

ke tempat lain, pekerja elevator sampai membawa objek/benda kerja.

Penyimpanan (Storage)

Terjadi apabila benda benda kerja disimpan untuk jangka waktu yang cukup lama. Jika benda

kerja tersebut akan diambil kemballi, biasanya memerlukan suatu prosedur perizinan tertentu.

Prosedur perizinan dan lamanya waktu adalah 2 hal yang membedakan antara kegiatan

menunggu dan penyimpanan. Contoh aktivitas penyimpanan : dokumen – dokumen/catatan –

catatan disimpan dalam brankas, bahan baku disimpan dalam gudang (receiving), barang jadi

disimpan digudang (shipping)

Aktivitas gabungan

Terjadi apabila antara aktivitas operasi dan pemeriksaan dilakukan bersamaan atau dilakukan

pada suatu tempat kerja.

Page 20: 5 BAB II STUDI LITERATUR 2.1 Peramalan Permintaan 2.1.1

24

2.4.2 Macam-Macam Peta Kerja

Pada dasarnya peta kerja dapat dibagi dalam 2 kelompok besar berdasarkan kegiatannya, yaitu:

Peta kerja yang digunakan untuk mengakses kegiatan

Kerja keseluruhan : apabila kegiatan kerja melibatkan sebagian besar atau semua fasilitas yang

diperlukan untuk membuat produk yang bersangkutan. Yang termasuk kelompok kegiatan kerja

keseluruhan adalah (Sutalaksana, dkk, [2006]):

Peta Proses Operasi

Peta Aliran Proses

Peta Proses

Diagram Aliran

Peta kerja yang di gunakan untuk menganalisis kegiatan kerja setempat : apabila kegiatan

tersebut terjadi dalam suatu stasiun kerja yang biasanya hanya melibatkan orang dan fasilitas

dalam jumlah terbatas. Yang termasuk kelompok kegiatan kerja setempat (Sutalaksana, dkk,

[2006]):

Peta Pekerja dan Mesin

Peta Tangan Kanan dan Kiri

A. Peta Proses Operasi (Operation Process Chart – OPC)

Merupakan suatu diagram yang menggambarkan langkah – langkah proses (operasi

dan pemeriksaan) yang akan dialami bahan baku. Dalam peta proses operasi yang

dicatat hanyalah kegiatan – kegiatan operasi dan pemeriksaan saja, biasanya pada akhir

proses terdapat penyimpanan (storage).

Kegunaan peta proses operasi menurut Sutalaksana, dkk [2006], yaitu:

Bisa mengetahui kebutuhan akan mesin dan penganggarannya.

Bisa memperkirakan kebutuhan akan bahan baku.

Sebagai alat untuk menentukan tata letak pabrik.

Sebagai alat untuk melakukan perbaikan cara kerja yang sedang dipakai.

Sebagai alat untuk latihan kerja

Page 21: 5 BAB II STUDI LITERATUR 2.1 Peramalan Permintaan 2.1.1

25

Prinsip pembuatan peta proses operasi menurut Sutalaksana, dkk [2006], yaitu:

Pada baris paling atas dinyatakan kepalanya “Peta Proses Operasi” diikuti oleh

identifikasi lain, seperti nama objek, nama pembuat peta, tanggal dipetakan,

sebagai usulan atau sekarang, nomor peta.

Material yang akan diproses di letakkan diatas garis horizontal, yang menunjukkan

bahwa material tersebut masuk kedalam proses.

Lambang – lambang ditempatkan dalam arah vertikal, yang menunjukkan

terjadinya perubahan proses. Penomoran terhadap suatu kegiatan pemeriksaan

diberikan secara tersendiri dan prinsipnya sama dengan penomoran untuk kegiatan

operasi.

Untuk memperoleh peta proses operasi yang baik, produk yang biasanya paling

banyak memrlukan operasi, harus dipetakan terlebih dahulu. Dipetakan dengan

garis vertikal sebelah kanan halaman atas.

Page 22: 5 BAB II STUDI LITERATUR 2.1 Peramalan Permintaan 2.1.1

26

Bentuk standar Peta Proses Operasi (Operation Process Chart – OPC)

Gambar 2.4 Gambar Operation Process Chart (OPC) Sumber : Teknik Perancangan Sistem Kerja, Sutalaksana, dkk, [2006]

B. Peta Aliran Proses

Suatu diagram yang menunjukkan urutan – urutan dari operasi pemeriksaan,

transportasi, menunggu (delay) dan penyimpanan (storage) yang terjadi selama satu

proses. Dalam peta aliran proses terdapat informasi – informasi yang diperlukan untuk

bahan analisis perbaikan sistem kerja. Informasi yang dapat diperoleh adalah : waktu

yang di butuhkan dalam suatu proses (jam) dan jarak perpindahan (meter) dalam suatu

proses (Sutalaksana, dkk, [2006]).

Page 23: 5 BAB II STUDI LITERATUR 2.1 Peramalan Permintaan 2.1.1

27

Perbedaan Peta Aliran Proses dan Peta Proses Operasi (PPO)

Tabel 2.5 Tabel Perbedaan Peta Aliran Proses & Peta Proses Operasi (PPO) Peta Aliran Proses Peta Proses Operasi

Memperlihatkan semua aktivitas

dasar

Terbatas pada operasi dan

pemeriksaan saja

Menganalisis setiap komponen yang

dip roses secara lebih lengkap (apa,

dimana, kapan, siapa, dan bagaimana)

Analisis (informasi) yang

ditampilkan kurang lengkap

(apa dan bagaimana)

Digunakan untuk menganalisis salah

satu komponen dari produk yang

dirakit/dibuat

Digunakan untuk menganalisis

semua komponen dari produk

yang dirakit/dibuat

Sumber : Teknik Perancangan Sistem Kerja, Sutalaksana, dkk, [2006]

Macam – Macam Peta Aliran Proses

Peta Aliran Proses pada umumnya terbagi dalam 2 tipe menurut Sutalaksana, dkk

[2006],yaitu:

Peta Aliran Proses tipe BAHAN ; suatu peta yang menggambarkan kejadian yang

dialami bahan dalam suatu proses operasi.

Peta Aliran Proses tipe ORANG ; suatu peta yang menggambarkan suatu proses

dalam bentuk aktivitas – aktivitas manusiannya. Peta ini metupakan gambar

simbolis dan sistematis dari suatu metoda kerja yang dijalani oleh seseorang atau

sekelompok pekerja ketika pekerjaannya membutuhkan pergerakan dari suatu

tempat ke tempat lain.

Kegunaan peta aliran proses menurut Sutalaksana,dkk [2006], yaitu:

Bisa digunakan untuk mengetahui aliran bahan atau aktivitas orang. Mulai dari

awal sampai akhir proses.

Memberikan informasi mengenai waktu penyelesaian suatu proses.

Bisa digunakan untuk mengetahui jumlah kegiatan yang dialami bahan atau

dilakukan oleh orang selama proses berlangsung.

Sebagai alat untuk melakukan perbaikan – perbaikan proses atau metoda kerja.

Page 24: 5 BAB II STUDI LITERATUR 2.1 Peramalan Permintaan 2.1.1

28

Prinsip pembuatan peta aliran proses menurut Sutalaksana, dkk [2006], yaitu:

Pada bagian paling atas ditulis kepala peta dengan judul ”Peta Aliran Proses”,

diikuti dengan pencatatan beberapa identifikasi lain seperti: nomor / nama

komponen, nomor peta, peta orang atau bahan / sekarang atau usulan, tanggal

pembuatan, nama pembuat peta (dicatat disebelah kanan atas kertas).

Disebelah kiri atas, dicatat mengenai ringkasan yang memuat jumlah total dan

waktu total dan setiap kegiatan, dan total jarak perpindahan yang dialami bahan

atau orang selama proses berlangsung.

Dibagian badan diuraikan proses yang terjadi lengkap beserta lambang dan

informasi mengenai jarak perpindahan, jumlah yang dilayani, waktu yang

dibutuhkan. Juga ditambahkan dengan kolom analisa, catatan dan tindakan yang

diambil berdasarkan analisa tersebut.

Cara Analisis Peta Aliran Proses

Cara yang cukup efektif untuk menganalisis Peta Aliran Proses adalah dengan

menggunakan ”Dot and Check Technique” sebagai berikut:

Tabel 2.6 Tabel Cara Analisa Peta Aliran Proses

No Pertanyaan Berikutnya Tindakan yang Mungkin Dilakukan

1 Apa tujuannya? Mengapa? Menghilangkan aktivitas yang tidak perlu.

2 Dikerjakan

dimana?

Mengapa? Menggabungkan atau merubah tempat

kerja.

3 Dikerjakan

kapa?

Mengapa? Menggabungkan / merubah waktu atau

urutan proses

4 Siapa yang

mengerjakan?

Mengapa? Menggabungkan atau merubah orang.

5 Bagaimana

mengerjakannya

Mengapa? Menyederhanakan atau memperbaiki

metoda. Sumber : Teknik Perancangan Sistem Kerja, Sutalaksana, dkk, [2006]

Page 25: 5 BAB II STUDI LITERATUR 2.1 Peramalan Permintaan 2.1.1

29

2.4.3 Teknik Pengukuran Waktu Kerja

Dalam melakukan analisis terhadap suatu sistem kerja, maka akan timbul sejumlah alternatif

metode kerja. Proses pemilihan alternatif metode kerja dapat didasarkan pada sejumlah kriteria,

yaitu: waktu, ongkos, beban fisiologi dan sebagainya. Karena waktu sebagai salah satu kriteria

yang memiliki sejumlah kelebihan dibandingkan kriteria-kriteria lainya, maka pengukuran waktu

kerja dan pembakuan waktu kerja cenderung sering digunakan dalam memilih alternatif kerja di

atas (Barnes, [1968]).

A. Time Study

Time study adalah suatu usaha untuk menentukan lamanya waktu kerja yang dibutuhkan

oleh seorang operator untuk menyelesaikan suatu pekerjaan pada tingkat kecepatan kerja

yang normal, serta lengkungan kerja yang trbaik pada saat itu. Metode ini dicetuskan oleh

Frederick Winslow Taylor semasa dia bekerja sebagai mandor di Midvalse Steel

Industries. Tujuan dia mengembangkan teknik ini adalah mencari pegangan untuk

mengukur prestasi kerja seorang pekerja yang melkukan pekerjaan pemindahan bijih besi

dari lapangan ke atas lori dengan emnggunakan singkup. Adapun manfaat dari

pengukuran waktu kerja ini antara lain (Barnes, [1968]):

Melakukan penjadwalan dan perancangan kerja.

Menetukan besar ongkos produksi.

Menentukan jumlah atau kebutuhan operator.

B. Teknik Pengukuran Waktu Proses

Pada garis besarnya teknik-teknik pengukuran waktu proses dibagi dalam dua bagian

menurut Barnes [1968], yaitu:

1. Secara langsung, pengukuran dilakukan secar langsung yaitu ditempat dimana

pekerjaan tersebut dilaksanakan. Beberapa cara yang termasuk kedalam tekik ini

adalah:

Jam henti (stop-watch).

Sampling pekerjaan.

Page 26: 5 BAB II STUDI LITERATUR 2.1 Peramalan Permintaan 2.1.1

30

2. Cara tidak langsung, proses pengukuran waktu dilakukan tanpa harus berada ditempat

pekerjaan berlangsung, melainkan dengan cara membaca tabel yang tersedia asalkan

mengetahui jalannya pekerjaan melalui elemen-elemen pekerjaan atau elemen-elemen

gerakan. Beberapa cara yang termasuk kedalam teknik ini adalah Barnes [1968]:

Pengukuran dengan menggunakan data waktu baku.

Pengukuran dengan menggunakan data waktu gerakan

C. Pengukuran Waktu Jam Henti

Pengukuran waktu ini dilakukan dengan cara ,menggunakan stop-watch sebagai alat

utamanya. Terdapat beberapa aturan pengukuran yang perlu dijalankan untuk

mendapatkan hasil pengukuran yang baik, aturan tersebut diuraikan dalam langkah-

langkah berikut (Sutalaksana, dkk, [2006]):

Penetapan Tujuan Pengukuran

Dalam pengukuran waktu, hal penting yang harus diketahui dan ditetapkan adalah yang

diinginkan dari hasil pengukuran tersebut.

1. Melakukan Penelitian Pendahuluan

Yang dicari dari pengukuran waktu adalah waktu yang pantas diberikan kepada

pekerja untuk menyesuiakan suatu pekerjaan. Waktu kerja yang pantas adalah

merupakan waktu kerja yang diperoleh dari kondisi kerja yang baik.

2. Memilih Operator

Operator yang akan melakukan pekerjaan yang diukur adalah operator yang

berkemampuan normal dan dapat diajak bekerja sama, agar pengukuran dapat

berjalan baik dan dapat diandalkan hasilnya.

3. Melatih Operator

Operator harus dilatih terlebih dahulu agar operatar terbiasa dengan kondisi dan cara

kerja yang telah ditetapkan.

4. Mengurai pekerjaan atas elemen pekerjaan

Pekerjaan dipecah menjadi elemen-elemen pekerjaan yang merupakan gerakan

bagian dari pekerjaan yang bersangkutan. Elemen-elemn inilah yang diukur waktunya.

5. Menyiapkan alat-alat pengukuran

Page 27: 5 BAB II STUDI LITERATUR 2.1 Peramalan Permintaan 2.1.1

31

Alat-alat yang dioperlukan untuk melakukan pengukuran waktu proses tersebut

adalah:

Jam henti (stop-watch).

Lembaran pengamatan.

Alat tulis

2.5 Line Balancing

2.5.1 Definisi Line Balancing

Line balancing merupakan metode penugasan sejumlah pekerjaan ke dalam stasiun-stasiun kerja

yang saling berkaitan/berhubungan dalam suatu lintasan atau lini produksi sehingga setiap stasiun

kerja memiliki waktu yang tidak melebihi waktu siklus dari stasiun kerja tersebut. Menurut

Gasperz [2004], line balancing merupakan penyeimbangan penugasan elemen-elemen tugas dari

suatu assembly line ke workstations untuk meminimumkan banyaknya workstation dan

meminimumkan total harga idle time pada semua stasiun untuk tingkat output tertentu, yang

dalam penyeimbangan tugas ini, kebutuhan waktu per unit produk yang di spesifikasikan untuk

setiap tugas dan hubungan sekuensial harus dipertimbangkan. Selain itu dapat pula dikatakan

bahwa line balancing sebagai suatu teknik untuk menentukan product mix yang dapat dijalankan

oleh suatu assembly line untuk memberikan fairly consistent flow of work melalui assembly line

itu pada tingkat yang direncanakan (Saputra, dkk, [2010]).

Assembly line itu sendiri adalah suatu pendekatan yang menempatkan fabricated parts secara

bersama pada serangkaian workstations yang digunakan dalam lingkungan repetitive

manufacturing atau dengan pengertian yang lain adalah sekelompok orang dan mesin yang

melakukan tugas-tugas sekuensial dalam merakit suatu produk. Sedangkan idle time adalah

waktu dimana operator/sumber-sumber daya seperti mesin, tidak menghasilkan produk karena:

setup, perawatan (maintenance), kekurangan material, kekurangan perawatan, atau tidak

dijadwalkan (Saputra, dkk, [2010]).

Page 28: 5 BAB II STUDI LITERATUR 2.1 Peramalan Permintaan 2.1.1

32

2.5.2 Tujuan Line Balancing

Tujuan line balancing adalah untuk memperoleh suatu arus produksi yang lancar dalam rangka

memperoleh utilisasi yang tinggi atas fasilitas, tenaga kerja, dan peralatan melalui

penyeimbangan waktu kerja antar workstation, dimana setiap elemen tugas dalam suatu kegiatan

produk dikelompokkan sedemikian rupa dalam beberapa stasiun kerja yang telah ditentukan

sehingga diperoleh keseimbangan waktu kerja yang baik. Permulaan munculnya persoalan line

balancing berasal dari ketidak seimbangan lintasan produksi yang berupa adanya work in process

pada beberapa workstation (Saputra, dkk, [2010]).

2.5.3 Persyaratan Line Balancing

Persyaratan umum yang harus digunakan dalam suatu keseimbangan lintasan produksi adalah

dengan meminimumkan waktu menganggur (idle time) dan meminimumkan pula keseimbangan

waktu senggang (balance delay). Sedangkan tujuan dari lintasan produksi yang seimbang adalah

sebagai berikut (Saputra, dkk, [2010]):

1. Menyeimbangkan beban kerja yang dialokasikan pada setiap workstation sehingga

setiap workstation selesai pada waktu yang seimbang dan mencegah terjadinya

bottleneck. Bottleneck adalah suatu operasi yang membatasi output dan frekuensi

produksi.

2. Menjaga agar pelintasan perakitan tetap lancar.

3. Meningkatkan efisiensi atau produktifitas.

Penyeimbangan lintasan memerlukan metode tertentu yang sistematis. Metode penyeimbngan lini

rakit yang biasa digunakan antara lain menurut Saputra, dkk [2010], yaitu:

1. Metode formulasi dengan program sistematis

2. Metode Kilbridge-Wester Heruistic

3. Metode Helgeson-Birnie

4. Metode Moodie Young

5. Metode Immediate Update First-Fit Heruistic

6. Metode Rank And Assign Heruistic

Page 29: 5 BAB II STUDI LITERATUR 2.1 Peramalan Permintaan 2.1.1

33

Syarat dalam pengelompokan stasiun kerja menurut Saputra, dkk [2010], yaitu:

1. Hubungan dengan proses terdahulu

2. Jumlah stasiun kerja tidak boleh melebihi jumlah elemn kerja

3. Waktu siklus lebih dari atau sama dengan waktu maksimum dari tiap waktu di stasiun

kerja dari tiap elemn pengerjaan

2.5.4 Istilah-istilah dalam Line Balancing

Precedence diagram

Merupakan gambaran secara grafis dari urutan kerja operasi kerja, serta

ketergantungan pada operasi kerja lainnya yang tujuannya untuk memudahkan

pengontrolan dan perencanaan kegiatan yang terkait di dalamnya. Adapun tanda-

tanda yang dipakai sebagai berikut:

Simbol lingkaran dengan huruf atau nomor di dalamnya untuk mempermudah

identifikasi dari suatu proses operasi

Tanda panah menunjukkan ketergantungan dan urutan proses operasi. Dalam

hal ini, operasi yang berada pada pangkal panah berarti mendahului operasi

kerja yang ada pada ujung anak panah

Angka di atas simbol lingkaran adalah waktu standar yang diperlukan untuk

menyelesaikan setiap operasi

Gambar 2.5 Contoh Precedence Diagram Pada Line Balancing Sumber: Analysis and Control of Production System, Elsayed dan Bouncher, [1985]

Page 30: 5 BAB II STUDI LITERATUR 2.1 Peramalan Permintaan 2.1.1

34

Asssamble product

Adalah produk yang melewati urutan workstation di mana tiap workstation (WS)

memberikan proses tertentu hingga selesai menjadi produk akhir pada perakitan

akhir.

Work element

Elemen operasi merupakan bagian dari seluruh proses perakitan yang dilakukan.

Waktu operasi (푡 )

Adalah waktu standar untuk menyelesaikan suatu operasi.

Workstation (WS)

Adalah tempat pada lini perakitan di mana proses perakitan dilakukan. Setelah

menentukan interval waktu siklus, maka jumlah stasiun kerja efisien dapat ditetapkan

dengan rumus berikut (Baroto, [2002]):

퐾 =∑ 푡퐶 … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … (ퟐ.ퟐퟑ)

Di mana:

푡 : waktu operasi/elemen ( i=1,2,3,…,n)

C :waktu siklus stasiun kerja

N : jumlah elemen

Kmin : jumlah stasiun kerja minimal

Cycle time (CT)

Merupakan waktu yang diperlukan untuk membuat satu unit produk satu stasiun.

Apabila waktu produksi dan target produksi telah ditentukan, maka waktu siklus

dapat diketahui dari hasil bagi waktu produksi dan target produksi. Dalam mendesain

keseimbangan lintasan produksi untuk sejumlah produksi tertentu, waktu siklus harus

sama atau lebih besar dari waktu operasi terbesar yang merupakan penyebab

terjadinya bottleneck (kemacetan) dan waktu siklus juga harus sama atau lebih kecil

dari jam kerja efektif per hari dibagi dari jumlah produksi per hari, yang secara

matematis dinyatakan sebagi berikut (Baroto, [2002]):

푡 푚푎푥 ≤ 퐶푇 ≤푃푄… … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … . (ퟐ.ퟐퟒ)

Page 31: 5 BAB II STUDI LITERATUR 2.1 Peramalan Permintaan 2.1.1

35

Di mana:

푡 max : waktu operasi terbesar pada lintasan

CT : waktu siklus (cycle time)

P : jam kerja efektif per hari

Q : jumlah produksi per hari

Station time (ST)

Jumlah waktu dari elemen kerja yang dilakukan pada suatu stasiun kerja yang sama

Idle time (I)

Merupakan selisih (perbedaan) antara cycle time (CT) dan station time (ST) atau CT

dikurangi ST

Balance delay (D)

Sering disebut balancing loss, adalah ukuran dari ketidakefisiensinan lintasan yang

dihasilkan dari waktu menganggur sebenarnya yang disebabkan karena pengalokasian

yang kurang sempurna di antara stasiun-stasiun kerja. Balance delay ini dinyatakan

dalam persentase. Balance delay dapat dirumuskan (Baroto, [2002]):

퐷 =(푛 푥 퐶 )– ∑ 푡

( 푛 푥 퐶 ) 푥 100% … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … . (ퟐ.ퟐퟓ)

Di mana:

n : jumlah stasiun kerja

C : waktu siklus terbesar dalam stasiun kerja

∑ 푡푖 : jumlah waktu operasi dari semua operasi

푡 : waktu operasi

퐷 : balance delay (%)

Line efficiency (LE)

Adalah rasio dari total waktu di stasiun kerja dibagi dengan waktu siklus dikalikan

jumlah stasiun kerja (Baroto, [2002]).

퐿퐸 =∑ 푆푇(퐾)(퐶푇) 푥100% … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … . . (ퟐ.ퟐퟔ)

Di mana:

푆푇 : waktu stasiun dari stasiun ke-i

Page 32: 5 BAB II STUDI LITERATUR 2.1 Peramalan Permintaan 2.1.1

36

K : jumlah (banyaknya) stasiun kerja

CT : waktu siklus

Smoothes index (SI)

Adalah suatu indeks yang mengukur tingkat waktu tunggu relatif dari suatu lini

perakitan (Baroto, [2002]).

SI= ∑ (푆푇푖 − 푆푇 ) … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … (ퟐ.ퟐퟕ)

Di mana:

푆푇푖 : maksimum waktu di stasiun

푆푇 : waktu stasiun di stasiun kerja ke-i

Output production (Q)

Adalah jumlah waktu efektif yang tersedia dalam suatu periode dibagi dengan cycle

time (Baroto, [2002]).

푄 =푇퐶푇… … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … . (ퟐ.ퟐퟖ)

Di mana:

T : jam kerja efektif penyelesaiaan produk

CT : waktu siklus terbesar

2.5.5 Metode Assembly Line Balancing

Dalam penyelesaian soal dengan menggunakan line balancing, dikenal 3 metode menurut

Gaspersz [2004], yaitu:

1. Metode Heuristic, yaitu suatu metode yang berdasarkan pengalaman, intuisi atau aturan-

aturan empiris untuk memperoleh solusi yang lebih baik daripada solusi yang telah

dicapai sebelumnya, yang terdiri atas:

a. Ranked Positional Weight/Hegelson and Birnie

b. Kilbridge`s and Waste/Region Approach

c. Large Candidate Rule

d. Al Arcu`s

Page 33: 5 BAB II STUDI LITERATUR 2.1 Peramalan Permintaan 2.1.1

37

2. Metode Analitik atau matematis, yaitu metode penggambaran dunia nyata melalui simbol-

simbol matematis berupa persamaan dan pertidaksamaan. Yang termasuk metode ini

adalah Branch and Bound.

3. Metode Simulasi, yaitu metode yang meniru tingkah laku sistem dengan mempelajari

interaksi komponen-komponennya. Karena tidak memerlukan fungsi-fungsi matematis

secara eksplisit untuk merelasikan variabel-variabel sistem, maka model-model simulasi

ini dapat digunakan untuk memecahkan sistem kompleks yang tidak dapat diselesaikan

secara matematis.

a. CALB (Computer Assembly Line Balancing or Computer Aided Line Balancing)

b. ALBACA (Assembly Line Balancing and Control Activity)

c. COMSOAL (Computer Method or Saumming Operation for Assemble)

2.5.6 Metode Moodie-Young

Metode Moodie-Young memiliki dua tahap analisis. Fase (tahap) satu adalah membuat

pengelompokan stasiun kerja berdasarkan matriks hubungan antar-task, tidak dirangking seperti

metode Helgeson-Birnie. Fase dua, dilakukan revisi pada hasil fase satu (Elsayed dan Bouncher,

[1985]).

Fase satu: Elemen pengerjaan ditempatkan pada stasiun kerja yang berurutan dalam lini

perakitan dengan menggunakan aturan largest-candidate. Aturan largest-candidate terdiri atas

penempatan elemen-elemen yang ada untuk tujuan penurunan waktu. Dari sini, bila dua elemen

pengerjaan cukup untuk ditempatkan di stasiun, salah satu yang mempunyai waktu yang lebih

besar ditempatkan pertama. Setelah masing-masing elemen ditempatkan, ketersediaan elemen

dipertimbangkan untuk tujuan pengurangan nilai waktu untuk penugasan selanjutnya. Sebagai

pemisalan, matriks P menunjukkan pengerjaan pendahulu masing-masing elemen dan matriks F

pengerjaan pengikut untuk tiap elemen untuk tiap prosedur penugasan (Elsayed dan Bouncher,

[1985]).

Page 34: 5 BAB II STUDI LITERATUR 2.1 Peramalan Permintaan 2.1.1

38

Fase dua: Pada fase dua ini mencoba untuk mendistribusikan waktu nganggur (idle) secara

merata (sama) untuk tiap-tiap stasiun melalui mekanisme jual dan transfer elemen antarstasiun.

Langkah-langkah pada step dua ini adalah sebagai berikut (Elsayed dan Bouncher, [1985]):

1. Menentukan dua elemen terpendek dan terpanjang dari waktu stasiun dari penyeimbangan

fase satu.

2. Tentukan setengah dari perbedaan kedua nilai tujuan (GOAL).

GOAL = (푆푇 – 푆푇 ) / 2……………………………………………………..….(2.29)

3. Menentukan elemen tunggal dalam STmax yang lebih kecil dari kedua nilai GOAL dan

yang tidak melampaui elemen pengerjaan terdahulu.

4. Menentukan semua penukaran yang mungkin dari 푆푇 dengan elemen tunggal dari

푆푇 yang mereduksi 푆푇 dan mendapatkan 푆푇 akan lebih kecil dari 2 x GOAL.

5. Lakukan penukaran yang ditunjukkan oleh kandidat dengan perbedaan mutlak terkecil

antara kandidat tersebut dengan GOAL.

6. Bila tidak ada penukaran atau transfer yang dimungkinkan antara stasiun terbesar dan

terkecil, mengusahakan penukaran antara rank pada pengerjaan berikut: N (stasiun

ranking ke N memiliki jumlah waktu idle terbesar), N-1, N-2, N-3, …, 3, 2, 1.

7. Bila penukaran masih tidak mungkin, lakukan pembatasan dengan nilai GOAL dan ulangi

langkah satu hingga enam.

Page 35: 5 BAB II STUDI LITERATUR 2.1 Peramalan Permintaan 2.1.1

39

2.6 Master Production Schedule (MPS)

2.6.1 Definisi Master Production Schedule (MPS)

Master Production Schedule atau Jadwal Induk Produksi menurut Gaspersz [2004] adalah suatu

set perencanaan yang menggambarkan beberapa jumlah yang akan dibuat untuk setiap end item

pada periode tertentu.

Implementasi dan disagregasi rencana produksi dilakukan dalam jadwal prduksi induk (Master

Production Schedule = MPS). Pada dasarnya jadwal produksi induk merupakan suatu pernyataan

tentang produk akhir (termasuk parts pengganti dan suku cadang) dari suatu pernyataan industri

manufaktur yang merencanakan produksi output berkaitan dengan kuantitas dan periode waktu.

Apabila rencana produksi yang merupakan hasil dari proses perencanaan produksi (aktivitas pada

level 1 dalam hierarki perencanaan prioritas) dinyatakan dalam bentuk agregat, maka jadwal

produksi induk (MPS) yang merupakan hasil dari proses penjadwalan produksi induk dinyatakan

dalam konfigurasi spesifik dengan nomor-nomor item yang ada dalam Item Master and BOM

(Bill of Material) files. Namun langkah agregat dilakukan hanya untuk perusahaan yang bersifat

make to stock. Bila perusahaan make to order, maka peramalan tidak perlu dilakukan (cukup

dengan daftar order pelanggan saja). (Baroto, [2002]).

Aktivitas penjadwalan produksi induk pada dasarnya berkaitan dengan proses penyusunan dan

perbaharuan jadwal produksi induk (MPS), memproses transaksi dari MPS, memelihara catatan-

catatan MPS, mengevaluasi efektivitas dari MPS, dan memberikan laporan evaluasi dalam

periode waktu yang teratur untuk keperluan umpan balik dan tinjauan ulang. Berdasarkan uraian

tersebut, diketahui bahwa MPS berkaitan dengan pernyataan tentang produksi, dan bukan

pernyataan tentang permintaan pasar. MPS sering didefinisikan sebagai anticipated build

schedule untuk item-item yang disusun oleh perencana jadwal produksi induk (master scheduler).

MPS membentuk jalinan komunikasi antara bagian pemasaran dan bagian manufakturing,

sehingga bagian pemasaran juga harus mengetahui informasi yang ada dalam MPS terutama

berkaitan dengan ATP (Available To Promise) agar dapat memberikan janji yang akurat kepada

pelanggan.

Page 36: 5 BAB II STUDI LITERATUR 2.1 Peramalan Permintaan 2.1.1

40

2.6.2 Fungsi Master Production Schedule (MPS)

Adapun fungsi MPS menurut Winata [2007] adalah:

1. Menjadwalkan jumlah tiap end item pada periode tertentu.

2. Memberikan input dasar bagi sistem MRP (Material Requirement Planning).

3. Merupakan dasar untuk menetapkan janji pengiriman kepada konsumen.

2.6.3. Tujuan Master Production Schedule (MPS)

Tujuan MPS menurut Winata [2007], yaitu:

- Memenuhi target tingkat pelayanan terhadap konsumen (Customer Service Level).

- Efisiensi penggunaan sumber daya produksi.

- Mencapai target tingkat produksi.

2.6.4. Istilah yang Sering Digunakan dalam Master Production Schedule (MPS)

Istilah yang sering digunakan menurut Sodikin [2012], yaitu:

Time Bucket : pembagian planning periode yang digunakan dalam MPS/MRP

Time Phase Plan : penyajian perencanaan, dimana semua (demand, order, inventory)

disajikan dalam time bucket.

Time Fences : batas waktu penyesuaian pesanan.

Menurut Sodikin [2012] time fences terdiri dari:

a. Demand Time Fences (DTF), adalah periode mendatang dari MPS dimana dalam periode ini

perubahan-perubahan terhadap MPS tidak diijinkan atau tidak diterima karena akan

menimbulkan kerugian biaya yang besar akibat ketidaksesuaian atau kekacauan jadwal.

b. Planning Time Fences (PTF), adalah periode mendatang dari MPS dimana dalam periode ini

perubahan-perubahan terhadap MPS dievaluasi guna mencegah ketidaksesuaian atau

kekacauan jadwal yang akan menimbulkan kerugian.

Page 37: 5 BAB II STUDI LITERATUR 2.1 Peramalan Permintaan 2.1.1

41

Gambar 2.6 MPS Time Fences Sumber: Production Planning and Inventory Control, Gasperz, [2004]

c. Planning Horizon : Jangka waktu perencanaan yang digunakan.

Gambar 2.7 MPS Planning Horizon Sumber: Production Planning and Inventory Control, Gasperz, [2004]

Dalam MPS terdapat tiga jenis order menurut Sodikin [2012], yaitu :

Tabel 2.7 Jenis Order MPS

Planned Order Merupakan order yang rencananya akan di-realised dan

dibuat setelah mempertimbangkan demand-supply,

Firm Planned

Order

Merupakan order yang direncanakan akan dibuat di

perusahaan ini tapi belum di-released (masih perkiraan),

Orders Merupakan order yang sudah dibuat dan diperkirakan untuk

dibuat atau dikerjakan. Sumber : Perancangan Kapasitas Produksi Dengan Menggunakan Metode Rought Cut Capacity Planning

(RCCP) Terhadap Donat Di UD. Ali Bakri Sukabumi, Sodikin, [2012]

Page 38: 5 BAB II STUDI LITERATUR 2.1 Peramalan Permintaan 2.1.1

42

Dalam penampilannya format MPS terdiri dari :

Tabel 2.8 Format MPS

Nama dan Nomor

Item

Periode

Ramalan

Kebutuhan

(Forecast)

Informasi datang dari bagian pemasaran, berupa estimasi

terhadap kuantitas end item yang akan terjual pada setiap

periode.

Pesanan

Konsumen (Actual

Demand)

Pesanan-pesanan yang diterima dan bersifat pasti

Proyeksi

Persediaan

(Onhand/PAB)

Posisi inventori awal yang secara fisik tersedia dalam stock,

yang merupakan kuantitas dari item yang ada dalam stock

Jadwal Produksi

(Master Schedule)

Jadwal produksi atau manufacturing yang diantisipasi untuk

item tertentu Sumber : Perancangan Kapasitas Produksi Dengan Menggunakan Metode Rought Cut Capacity Planning

(RCCP) Terhadap Donat Di UD. Ali Bakri Sukabumi, Sodikin, [2012]

Page 39: 5 BAB II STUDI LITERATUR 2.1 Peramalan Permintaan 2.1.1

43

Contoh format dari master production schedule 1 induk produk menurut Biegel [1999] yaitu:

Tabel 2.9 Contoh Format dari MPS 1 Induk Produk

Periode Ramalan Permintaan

Rencana Produksi Rencana

Persediaan Akhir

Waktu Kerja Biasa

Waktu Kerja

Lembur Persediaan

Total Sumber : Pengendalian Produksi Suatu Pendekatan Kuantitatif, Biegel., [1999]

Adapun cara pengisian format MPS 1 induk produk menurut Biegel [1999] :

Rencana Persediaan Akhir =

Waktu Kerja Biasa + Waktu Kerja Lembur + Rencana Persediaan Akhir −

Ramalan Permintaan ……………………………………………………………………….(2.30)

Dimana waktu kerja biasa, waktu kerja lembur, dan ramalan permintaan diperoleh dari hasil

perencanaan produksi agregat.