5. bab 2 - bab 3 - daftar pustaka

28
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Lensa Kontak Lensa kontak merupakan lensa sklera kaca berisi cairan. Lensa ini sulit dipakai untuk jangka panjang serta menyebabkan edema kornea dan rasa tidak enak pada mata. Lensa kornea keras merupakan lensa kontak pertama yang benar-benar berhasil dan diterima secara luas sebagai pengganti kacamata. Pengembangan selanjutnya antara lain adalah lensa kaku yang permeable udara, yang terbuat dari asetat butirat selulosa, silicon atau berbagai polimer plastic hidrogel, semuanya memberikan kenyamanan yang lebih baik, tetapi risikonya terjadi komplikasi yang lebih besar. 3 Lensa kontak keras secara spesifik diindikasikan untuk koreksi astigmatisme regular, seperti pada keratokonus. Lensa kontak lunak biasanya digunakan untuk terapi kelainan permukaan kornea, tetapi untuk mengontrol gejala dan bukan untuk alasan refraktif. Semua bentuk kontak lensa digunakan untuk melakukan koreksi refraktif afakia, terutama untuk mengatasi aneiseikonia afakia monokuler, dam koreksi mIopia tinggi, lensa ini menghasilkan kualitas bayangan yang lebih baik daripada kacamata. 3 3

Upload: gigikanan

Post on 01-Jan-2016

114 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

rb

TRANSCRIPT

Page 1: 5. Bab 2 - Bab 3 - Daftar Pustaka

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Lensa Kontak

Lensa kontak merupakan lensa sklera kaca berisi cairan. Lensa ini sulit

dipakai untuk jangka panjang serta menyebabkan edema kornea dan rasa tidak

enak pada mata. Lensa kornea keras merupakan lensa kontak pertama yang benar-

benar berhasil dan diterima secara luas sebagai pengganti kacamata.

Pengembangan selanjutnya antara lain adalah lensa kaku yang permeable udara,

yang terbuat dari asetat butirat selulosa, silicon atau berbagai polimer plastic

hidrogel, semuanya memberikan kenyamanan yang lebih baik, tetapi risikonya

terjadi komplikasi yang lebih besar. 3

Lensa kontak keras secara spesifik diindikasikan untuk koreksi

astigmatisme regular, seperti pada keratokonus. Lensa kontak lunak biasanya

digunakan untuk terapi kelainan permukaan kornea, tetapi untuk mengontrol

gejala dan bukan untuk alasan refraktif. Semua bentuk kontak lensa digunakan

untuk melakukan koreksi refraktif afakia, terutama untuk mengatasi aneiseikonia

afakia monokuler, dam koreksi mIopia tinggi, lensa ini menghasilkan kualitas

bayangan yang lebih baik daripada kacamata.3

2.2 Indikasi Penggunaan Lensa Kontak1,6

1. Indikasi Optik

Penggunaan Lensa Kontak atas indikasi optik antara lain: miopia,

hipermetropia, astigmatisma, presbiopia, aphakia, post keratoplasty dan

keratoconus. Keuntungan penggunaan lensa kontak dibandingkan dengan

kacamata adalah dapat mengoreksi astigmatisma ireguler yang tidak dapat

dikoreksi oleh kacamata baca, lensa kontak tetap mempertahankan lapangan

pandang, menghindari terjadinya aberasi perifer pada penggunaan kacamata,

hujan dan kabut tidak mengganggu penglihatan seperti pada penggunaan

kacamata biasa. Secara kosmetik penggunaan lensa kontak lebih dapat diterima

3

Page 2: 5. Bab 2 - Bab 3 - Daftar Pustaka

oleh pasien, terutama pasien wanita, daripada menggunakan kacamata baca yang

tebal pada gangguan refraksi tinggi.

2. Indikasi Terapeutik

Indikasi Terapeutik pada penggunaan lensa kontak antara lain:

a. Penyakit kornea; seperti ulkus kornea tanpa penyembuhan, keratopati bulosa,

keratitis, sindrom erosi kornea rekuren.

b. Penyakit pada iris seperti aniridia, koloboma, dan albinisme.

c. Pada glaukoma, sebagai perantara masuknya obat glaukoma.

d. Pada ambliopia, lensa kontak digunakan mencegah oklusi.

e. Lensa kontak lunak dapat digunakan pada keratoplasti dan perforasi

mikrokornea.

3. Indikasi Preventif

Indikasi preventif penggunaan lensa kontak antara lain; mencegah

simbleparon dan restorasi forniks pada luka bakar kimiawi, keratitis, dan trikiasis.

4. Indikasi Diagnostik

Indikasi diagnostik penggunaan lensa kontak antara lain; gonioskopi,

elektroretinografi, pemeriksaan fundus pada astigmatisma regular, fundus

photoghrapy, Goldmann’s 3 mirror examination.

5. Indikasi Operatif

Lensa kontak dapat digunakan pada saat operasi sebagai proteksi kornea

pada saat pembedahan

6. Indikasi Kosmetik dan Pekerjaan

Indikasi kosmetik penggunaan lensa kontak antara lain pada skar kornea

yang mengganggu penglihatan, ptosis, dan kosmetik lensa sclera pada ptisis bulbi.

Indikasi penggunaan lensa kontak untuk pekerjaan antara lain pada atlet, pilot dan

aktor.

4

Page 3: 5. Bab 2 - Bab 3 - Daftar Pustaka

2.3 Kontraindikasi Penggunaan Lensa Kontak

Kontraindikasi penggunaan lensa kontak antara lain dry eye, masalah

dengan kelopak mata seperti blefaritis, hordeolum, kalazion, entropion.

Kontraindikasi lainnya adalah konjungtivitis akut dan kronik, abrasi kornea,

hifema, paralisis nervus V, hipopion, uveitis dan iritis. Kontraindikasi yang jarang

ditemukan misalnya alergi, diabetes yang tidak terkontrol, kehamilan dan

pterigium.1 Selain itu bagi pekerja yang bekerja dengan bahan kimia juga tidak

dianjurkan menggunakan lensa kontak, meskipun sudah mengenakan peralatan

untuk proteksi mata dan wajah.7

2.4 Klasifikasi Lensa Kontak

Lensa kontak terbagi 2 jenis yaitu lensa kontak lunak dan keras/kaku, atau

lensa hidrogel dan rigid.

1. Lensa Kontak Lunak (Soft Contact Lenses)

Lensa kontak lunak yang terbuat dari hydroxymethylmethacrylate

(HEMA) atau silicon, yang dari silicon, permeabilitas terhadap oksigennya lebih

besar. Lensa hidrogel dianggap lebih nyaman dipakai daripada lensa kaku tetapi

bersifat fleksibel sehingga bentuknya menyesuaikan dengan permukaan kornea.

Astigmatisme regular dapat dikoreksi sebagian dengan memasukkan silinder ke

dalam lensa lunak, astigmatisme ireguler kurang terkoreksi. Lensa ini lebih murah

tetapi ketahanannya kurang. Komplikasi lebih sering timbul dibandingkan lensa

kaku diantaranya keratitis ulseratif, reaksi imunologik kornea terhadap deposit

pada lensa, giant papillary conjunctivitis dan lain-lain. Lensa kontak lunak terdiri

dari beberapa jenis yaitu extended wear contact lens yang diperbuat dari bahan

yang bertahan selama 2-4 minggu, daily disposable lenses yang sedikit mahal

namun mempunyai resiko untuk terkena infeksi yang rendah dan toric contact

lenses untuk mengoreksi astigmatism yang sedang, juga tersedia dalam kedua

bahan yang keras dan lunak.3,5,6

Lensa lunak torik (toric contact lenses) semakin banyak digunakan

terutama untuk mengkoreksi pasien dengan astigmatisma. Bila seorang dokter

menyarankan seorang pasien dengan astigmatisma menggunakan lensa kontak,

5

Page 4: 5. Bab 2 - Bab 3 - Daftar Pustaka

maka sangat diperlukan lensa lunak torik. Tipe lensa tergantung pada besarya

astigmatisma. Secara umum, astigmatisma lebih dari 0,75 D dapat dikoreksi

dengan lensa kontak torik.5,10

Untuk mengkoreksi astigmatisma, dapat digunakan lensa permukaan

depan torik (front toric contact lenses) atau lensa permukaan belakang torik (back

toric contact lenses).5

Lensa permukaan depan torik (front toric contact lenses) merupakan lensa

torik dengan komponen silinder yang terletak di bagian permukaan anterior lensa

kontak, sedangkan bagian permukaan lensa posteriornya lensa sferis. Lensa jenis

ini dapat dibuat dari semua jenis material tembus gas. Lensa kontak ini digunakan

untuk kelainan refraksi jenis astigmatisma dengan 1-2 dioptri. 10

Lensa permukaan belakang torik (back toric contact lenses) merupakan

lensa torik dengan komponen silinder yang terletak di bagian permukaan posterior

lensa kontak. lensa ini mempunyai dua kurva dengan kelengkungan yang berbeda.

Satu kurva dipasang sesuai dengan kurvatura kornea yang paling datar, sedangkan

kurva yang satunya lagi disesuaikan dengan jumlah astigmatisma korneanya.

Lensa kontak ini digunakan untuk kelainan refraksi jenis astigmatisma murni

dengan lebih dari 2 dioptri. 10

Gambar: Lensa Kontak Lunak

a. Keuntungan Lensa Kontak Lunak

i. Lensa lunak lebih nyaman dipakai karena lensa terletak tepat di bawah

garis kelopak mata, sehingga bila mata berkedip memungkinkan lebih

banyak oksigen untuk mencapai kornea.

6

Page 5: 5. Bab 2 - Bab 3 - Daftar Pustaka

ii. Pandangan kabur jarang terjadi

iii. Kemungkinan lepasnya lensa berkurang, karena ukuran lensa lebih besar

dan pergerakan minimal.

iv. Reaksi mata terhadap penggunaan lensa minimal, karena oksigen dapat

dengan mudah masuk bila mata berkedip.

v. Mata silau dan fotofobia tidak terjadi.

vi. Baik digunakan untuk anak-anak karena nyaman dipakai, dan

kemungkinan kecil terjadi lepasnya lensa.1

b. Pemasangan dan Pelepasan Lensa Lunak

Prosedur pemasangan dan pelepasan lensa lunak sebagai berikut:

1. Sebelum melakukan pemsangan atau pelepasan lensa sebaiknya mencuci

tangan dengan air dan sabun, lalu dikeringkan.

2. Bersihkan lensa kontak dengan larutan pencuci.

3. Letakkan lensa kontak pada ujung jari telunjuk tangan kanan, yang

sebelumnya sudah dibasahi agar lensa tidak mudah jatuh.

4. Basahi lensa kontak lagi dengan setetes cairan pembasah.

5. Jari tengah tangan kiri menahan kelopak mata atas, dan supaya mata tidah

berkedip, jari tengah tangan kanan menahan kelopak mata bawah.

6. Lensa kontak pada jari telunjuk tangan kanan diletakkan tepat di kornea.

7. Lepaskan jari telunjuk, lalu lepaskan kelopak mata bawah perlahan-lahan,

kemudian kelopak mata atas.

8. Tutup mata, lalu dengan lembut masase kelopak mata.

9. Dengan bantuan mata yang lain, fokuskan letak lensa dengan benar.

10. Ulangi prosedur yang sama pada mata berikutnya.

11. Pada saat pelepasan lensa, pandangan ke depan, jari tengah menahan

kelopak mata bawah.

12. Tarik lensa ke bagian putih mata (konjungtiva bulbi), tarik lensa dengan

menggunakan ibu jari dan jari telunjuk kemudian keluarkan. bersihkan

lensa untuk penggunaan berikutnya. 1

7

Page 6: 5. Bab 2 - Bab 3 - Daftar Pustaka

2 Lensa Kontak Keras (Hard Contact Lenses)

Lensa kontak keras adalah jenis lensa yang pertama dikeluarkan pada

tahun 1960-an. Ianya diperbuat daripada sejenis plastik yaitu polymethyl

methacrylate (PMMA) di mana sangat tahan lama namun tidak membenarkan

oksigen dari udara mancapai kornea secara terus. Apabila mata berkedip, lensa

akan tergeser sedikit sehingga oksigen menyerap pada lapisan air mata baru

mancapai kornea. Lensa kontak keras adalah kurang menyamankan dan sudah

jarang digunakan. Namun masih ada yang memakainya atas faktor harga yang

lebih murah dan tahan lama. Lensa kontak keras (hard contact lenses) juga

bersifat lebih tahan terhadap deposit dan memiliki jangka waktu pakai yang lebih

lama dari lensa kontak lunak (soft contact lenses). Lensa tipe ini juga lebih mudah

perawatannya, namun tidak senyaman lensa kontak lunak. Lensa kontak keras ini

termasuk diantaranya lensa rigid gas permeable (RGP lenses) namun ada juga

yang menyebutkan bahwa lensa RGP ini dapat disebut dengan semi soft lenses.1,8

Lensa RGP adalah lensa kaku yang dibuat dari cellulose acetate butyrate,

silicone acrylate, atau silicone yang dikombinasi dengan polymethylmetacrylate.

Keuntungannya adalah mudah ditembus oksigen sehingga memperbaiki

metabolism kornea, dan lebih nyaman sambil tetap mempertahankan sifat-sifat

optik lensa keras walaupun tidak ditoleransi semudah lensa lunak. Lensa kontak

RGP lebih aman dan nyaman berbanding lensa kontak keras biasa dan lensa

lunak. Lensa kontak ini umumnya dipakai pada siang hari (daily-wear) tetapi

dapat dipakai selama 24 jam (extended-wear) pada keadaan khusus. Lensa

permeable gas ini merupakan lensa pilihan utama untuk mengoreksi keratokonus

dan astigmatisme dan pada kondisi-kondisi yang memerlukan lensa bifokus atau

multifokus. 3,6,9

a. Teknik Pemasangan Lensa RGP

Sebelum memegang lensa kontak terlebih dahulu mencuci tangan.

8

Page 7: 5. Bab 2 - Bab 3 - Daftar Pustaka

Gambar. Teknik pemasangan Lensa RGP

1. Bersihkan lensa kontak dengan larutan pencuci.

2. Letakkan lensa kontak pada ujung jari telunjuk tangan kanan, yang

sebelumnya sudah dibasahi agar lensa tidak mudah jatuh.

3. Basahi lensa kontak lagi dengan setetes cairan pembasah.

4. Jari tengah tangan kiri menahan kelopak mata atas, dan supaya mata tidah

berkedip, jari tengah tangan kanan menahan kelopak mata bawah.

5. Lensa kontak pada jari telunjuk tangan kanan diletakkan tepat di kornea.

6. Lepaskan kelopak mata bawah perlahan-lahan, kemudian kelopak mata

atas. 1,10,11

b. Teknik Pelepasan Lensa RGP

Untuk melepaskan lensa kontak RPG disediakan sebuah karet penghisap.

Gambar. Teknik Pelepasan Lensa Kontak.

Sebelum melepas lensa kontak, tangan juga harus dicuci dahulu dan

berdiri menghadap cermin.

a. Mata melihat lurus dan berfiksasi dalam cermin.

9

Page 8: 5. Bab 2 - Bab 3 - Daftar Pustaka

b. Ujung karet penghisap dibersihkan dengan cara dicelupkan ke dalam air

bersih atau aqua.

c. Dekatkan dan tempelkan penghisap tadi ke lensa kontak yang menempel

di kornea, maka dengan sendirinya lensa kontak akan terhisap.

d. Tarik perlahan-lahan hingga keluar mata. Jangan menarik lensa dari karet

penghisap untuk melepaskannya, tetapi geserlah lensa kontak tersebut

secara perlahan-lahan.1

2.5 Komplikasi bagi Pemakai Lensa Kontak2,12

Komplikasi yang dapat terjadi pada mata akibat penggunaan lensa kontak

meliputi komplikasi berupa non-infeksi dan infeksi.

2.5.1 Komplikasi Non-infeksi

Komplikasi yang paling sering terjadi pada pemakai lensa kontak

berhubungan dengan perawatan yang kurang baik terhadap lensa dan cairannya.

Komplikasi non-infeksi dapat diamati pada tabel berikut

10

Page 9: 5. Bab 2 - Bab 3 - Daftar Pustaka

11

Page 10: 5. Bab 2 - Bab 3 - Daftar Pustaka

Komplikasi potensial lain bagi pemakai lensa kontak adalah terjadinya

hipoksia, yang menginduksi perubahan pada seluruh lapisan kornea. Perubahan

ini termasuk mikrokista dan edema mikrokistik (microcystic edema / MCE),

central circular clouding (CCC), pembentukan edema korneal pseudodendritik

pembengkakan formasi kornea (pseudodendritic edematous corneal formations /

12

Page 11: 5. Bab 2 - Bab 3 - Daftar Pustaka

ECF), menurunnya mitosis, sensitivitas dan adhesi epitel, perubahan ketebalan

stroma, asidosis, dan striae, dan blebs endotel serta polymegethism. Pada sindrom

kelelahan kornea (corneal exhaustion syndrome / CES), orang yang sebelumnya

sudah lama memakai lensa kontak tiba-tiba menjadi tidak dapat mentoleransi

lensa kontak. Pannus kornea superfisial dapat dikaitkan dengan hipoksia kronis

atau pengeringan epitel 3/9 kronik (dalam kasus lensa kontak rigid). Perdarahan

intrakorneal sekunder juga dapat terjadi.

Reaksi yang terjadi pada kelopak mata seperti giant papillary

conjunctivitis (GPC) atau ptosis , pada konjungtiva adalah berbagai reaksi alergi

dan toksisitas, baik total maupun parsial, karena penggunaan lensa kontak dan

cairan untuk perawatannya. Lima komplikasi non-infeksi yang menjadi perhatian

adalah: solution reactions, hipoksia, 3/9 staining, abrasi kornea, dan GPC.

a. Solution Reactions

Mayoritas masalah terhadap produk dan cairan perawatan lensa kontak

adalah reaksi yang diperantarai oleh sel (Gell-Coombs tipe IV) terhadap bahan

pengawet.Tanda-tanda pada segmen anterior sering tidak spesifik. Reaksi

terhadap cairan tersebut dapat berupa corneal staining dengan atau tanpa infiltrat,

injeksi konjungtiva, dan/atau edema. Ketika diduga adanya reaksi tersebut,

pemakaian lensa kontak harus dihentikan, dan pengobatan yang tepat serta

pengawasan harus dimulai. Setelah reaksi sudah tidak berlangsung, dokter dapat

memberi regimen perawatan yang berbeda. Ketika tindakan demikian juga tidak

berhasil, dapat diberikan lensa kontak sekali pakai (daily disposable).

b. Hipoksia

Pada pertengahan 1970-an, semua lensa kontak kaku terbuat dari non-

oksigen-permeabel PMMA, dan lensa hidrogel awalnya memiliki transmisibilitas

oksigen yang sangat sederhana, sehingga hipoksia adalah komplikasi yang sering

terjadi.Sekarang telah jelas bahwa tekanan oksigen kornea anterior yang sekitar

100 mmHg akan menghalangi hipoksia fisiologis, meskipun berbagai studi telah

menempatkan nilai ini antara 20 dan 125 mmHg.

Sebagian besar lensa kontak gas permeabel dan hidrogel sekarang tersedia

(terutama silikon hidrogel dan lensa GP diproduksi dengan menggunakan bahan-

13

Page 12: 5. Bab 2 - Bab 3 - Daftar Pustaka

bahan dengan oksigen transmisibilitas minimal 100 Dk unit ) dan umumnya tidak

menyebabkan hipoksia kornea pada pemakaian harian (daily wear). Lensa terbuat

dari bahan-bahan yang sangat tinggi-Dk dan juga memberikan oksigenasi kornea

yang adekuat.

Apabila ditemukan tanda-tanda perubahan hipoksi korne Ketika ada bukti

yang jelas hipoksia kornea (misalnya edema epitel atau stroma, pannus kornea

yang lebih besar dari sekitar 2 mm, tidak terkait dengan 3/9 stain), perubahan

konjungtiva, atau dicurigai CES, dokter harus menyesuaikan jadwal memakai

lensa kontak atau mengubah materi atau desain lensa kontak untuk meningkatkan

ketersediaan oksigen ke permukaan kornea anterior.

c. Three O’clock and Nine O’clock StainingKemungkinan komplikasi yang paling umum pada pemaikaian lensa

kontak rigid adalah 3/9 staining. Penderita 3/9 staining derajat sedang hingga

berat layak untuk mendapatkan perhatian sehingga dapat mengurangi potensi dari

komplikasi ini untuk berlanjut ke infeksi, dellen, atau pseudopterygium

/vascularized limbal keratitis ( VLK ). Penyebab utama 3/9 staining adalah lensa

kontak rigid yang low-riding, menyebabkan penutupan kelopak yang tidak

adekuat dan terjadi pengeringan kornea yang terlokalisir.

Keadaan kelopak atau kelenjar meibom dan lapisan air mata pasien dapat

berkontribusi pada terjadinya 3/9 staining. Posisi lensa dan waktu pemakaian

harus diatur jika diperlukan . Jika semua upaya untuk memperbaiki masalah 3/9

staining tidak berhasil, dokter dapat mempertimbangkan meresepkan lensa kontak

hidrogel, apabila tidak ada kontraindikasi

d. Abrasi Kornea Abrasi epitel kornea merupakan komplikasi yang dapat terjadi pada semua

pemakai lensa kontak . Untuk mendiagnosisnya, kemungkinan terjadinya infeksi

harus disingkirkan dan pemakaian lensa kontak harus dihentikan sementara.

Sebagian klinisi percaya pada pengobatan antibiotik profilaksis, sementara yang

lain lebih memilih untuk tidak memberikan antibiotik dahulu kecuali jika

dicurigai atau terbukti infeksi. Agen anti-inflamasi nonsteroid topikal mungkin

membantu dalam meringankan rasa sakit selama proses penyembuhan.

Pengawasan yang ketat dianjurkan hingga sampai defek epitel sudah tertutup.

14

Page 13: 5. Bab 2 - Bab 3 - Daftar Pustaka

Etiologi abrasi harus dipertimbangkan sebelum pasien melanjutkan memakai

lensa kontak.

e. Giant Papillary Conjunctivitis

Giant papillary conjunctivitis (GPC) adalah reaksi hipersensitivitas Gell-

Coombs tipe I. Dalam reaksi tipe I, adanya antigen mengaktifkan sel mast

konjungtiva yang telah dipresentasikan oleh imunoglobulin E (IgE). Meskipun

tidak pernah diidentifikasi, antigen GPC dipercaya terkait dengan debris biologis

yang melekat pada permukaan lensa atau, mungkin, untuk iritasi konjungtiva

mekanik dari tepi lensa kontak sendiri. Jika memungkinkan, pasien yang akan

didiagnosis dengan GPC harus terlebih dahulu menghentikan pemakaian lensa

kontak hingga gejalanya hilang dan tanda-tanda seperti adanya mukus dan

inflamasi papila konjuntiva tarsal mereda. Pasien kemudian dapat melanjutkan

pemakaian lensa kontak secara hati-hati dengan peningkatan pembersihan lensa

kontak (misalnya, lebih sering, peningkatan penggunaan enzim pembersih)

dan/atau penggantian lensa kontak yang lebih sering. Desinfeksi dengan peroksida

atau penggunaan lensa kontak sekali pakai sangat membantu bagi pemakai lensa

kontak tipe hidrogel, atau dapat juga dilakukan perubahan tipe lensa kontak yang

dipakai dari tipe hidrogel ke tipe gas permeabel atau sebaliknya. Dalam beberapa

kasus, modifikasi desain lensa kontak cukup untuk mencegah terulangnya GPC.

bagi pasien yang tidak cukup dengan pengobatan konservatif (non-medis)

pengobatan, dokter dapat memberikan agen stablisasi sel mast, NSAID,

antihistamin, dan kadang-kadang steroid (diberikan dengan hati-hati, untuk

meminimalkan risiko infeksi okular sekunder, glaukoma atau katarak.

2.5.2 Komplikasi Berupa Infeksi

Insiden keratitis mikrobial pada pemakai lensa kontak secara extended

wear adalah sekitar 20 per 10.000 orang dan 4 per 10.000 pada pengguna lensa

kontak secara daily wear. Keratitis mikrobial merupakan komplikasi yang

berhubungan dengan lensa kontak yang paling menjadi perhatian baik bagi klinisi

maupun bagi penggunanya. Gejala keratitis mikrobial diantaranya adalah nyeri

okular (pada umumnya terjadi secara tiba-tiba), fotofobia, mata merah dan adanya

sekret. Tanda klinis yang dapat dilihat termasuk adanya defek epitel/stroma pada

15

Page 14: 5. Bab 2 - Bab 3 - Daftar Pustaka

kornea yang berhubungan dengan respon inflamasi (infiltrat kornea). Keratitis

mikrobial sering diikuti reaksi pada kamera okuli anterior (termasuk hipopion

pada beberapa kasus), sekret konjungtiva, pembengkakan kelopak mata dan

injeksi konjungtiva.

Infeksi pada kornea bersifat mengancam penglihatan, namun jarang terjadi

pada pasien yang menjaga higienitas pada pemakaian lensa kontak. Penggunaan

lensa kontak hidrogel secara extended wear meningkatkan risiko terjadinya

keratitis mikrobial. Ketika mulai tampak gejala ataupun tanda infeksi dari kornea,

penggunaan lensa kontak harus sesegera mungkin dihentikan terlebih dahulu pada

kedua belah mata untuk menurunkan kemungkinan terjadi infeksi secara bilateral.

a. Infeksi Bakteri

Keratitis yang berhubungan dengan pemakaian lensa kontak biasanya

disebabkan oleh bakteri gram negatif yaitu Pseudomonas aeruginosa, namun

dapat juga disebabkan oleh bakteri Gram positif yaitu Staphylococcus aureus dan

Staphylococcus epidermidis. Bakteri lain juga dapat ditemukan. Infeksi bateri

pada kornea pada umumnya berhubungan dengan penggunaan lensa kontak

hidrogel atau rigid yang extended atau terus menerus, yang memiliki transmisi

oksigen terbatas. Ketidakpatuhan terhadap tata cara perawatan lensa kontak yang

benar juga merupakan faktor risiko utama terjadinya infeksi ini.

Para klinisi cenderung memberikan terapi empiris tanpa melakukan kultur

dan uji sensitivitas terhadap antibiotik, terutama pada lesi yang kecil. antibiotik

fluorokuinolon topikal diperkenalkan untuk perawatan mata pada awal 1990-an,

menggantikan beberapa antibiotik yang sering dipakai sebelumnya. Beberapa

studi menemukan bahwa penggunaan antibiotik fluorokuinolon topikal (misalnya,

Ciloxan) sebagai monoterapi cukup berhasil untuk tersangka infeksi kornea yang

disebabkan oleh bakteri, tanpa dikultur terlebih dahulu terutama pada lesi yang

relatif kecil (<2 mm), dan infeksi tidak berada di pusat serta tidak dalam. Banyak

klinisi menemukan fluorokuinolon sebagai monoterapi adalah sama efektifnya

dengan terapi kombinasi dengan antibiotik golongan aminoglikosida (misalnya

gentamisin, tobramisin, amikasin) dan sefalosporin, dan mereka percaya bahwa

hasil kultur awal tidak dibutuhkan pada kebanyakan kasus. Dengan timbulnya

16

Page 15: 5. Bab 2 - Bab 3 - Daftar Pustaka

resistensi terhadap antibiotik fluorokuinolon, beberapa klinisi telah

mempertimbangkan bentuk terapi ganda, dengan kombinasi antara golongan

fluorokuinolon dan sefalosporin.

Dewasa ini infeksi bakteri pada kornea sering diterapi dengan antibiotik

fluorokuinolon topikal generasi ketiga atau keempat sebagai monoterapi.

Diperlukan loading dose yaitu dengan satu tetes setiap 15 menit pada jam pertama

pengobatan, kemudian diikuti satu tetes tambahan setiap 1-2 jam pada saat pasien

dalam keadaan terjaga. Loading dose tidak diperlukan untuk fluoroquinolone

generasi keempat, yang karakteristik penetrasinya sangat baik.

Pengobatan pada ulkus kornea sentral harus lebih agresif. Setelah

dilakukan kultur, pengobatan topikal yang agresif harus dimulai dengan terapi

ganda yang terdiri dari aminoglikosida topikal (seperti gentamisin, tobramisin,

amikasin) untuk menyerang bakteri Gram-negatif dan sefalosporin (misalnya

cefazolin) atau vankomisin untuk bakteri Gram-positif, atau sesuai hasil uji

sensitivitasnya.

Penggunaan steroid topikal sejak dini umumnya merupakan suatu

kontraindikasi, tetapi beberapa klinisi memberikan steroid pada awal infeksi,

dengan maksud membatasi pembentukan luka dari infiltrasi stroma. Namun,

pengobatan dengan cara ini meningkatkan risiko terjadinya infeksi mikroba

(misalnya Pseudomonas sp., herpes, dan Acanthamoeba).

b. Infeksi Acanthamoeba

Pada setiap keratitis yang terkait dengan lensa kontak, dokter harus selalu

mempertimbangkan kemungkinan infeksi oleh spesies Acanthamoeba, terutama

pada kasus yang kronis, yang hasil kultur awalnya negatif dan pada pasien yang

penyakitnya tidak respon dengan terapi antibiotik. Kecurigaan klinis muncul

ketika pasien mengeluh nyeri okular yang ekstrim dan/atau riwayat terekspos

dengan cairan lensa kontak yang tidak steril, atau ketika adanya epitheliopathy

yang tidak biasa (mengingatkan pada penyakit epitel herpes) atau adanya

neuropati radial kornea perifer. Teknik kultur khusus tersedia untuk infeksi

Acanthamoeba, tetapi biopsi jaringan seringkali diperlukan. Confocal microscopy

sering membantu dalam diagnosis keratitis mikrobial oleh Acanthamoeba, namun

17

Page 16: 5. Bab 2 - Bab 3 - Daftar Pustaka

sayangnya, bahkan di Amerika pun sangat sedikit mikroskop confocal yang dapat

segera tersedia untuk dokter, sehingga kultur dan biopsi masih merupakan teknik

diagnostik yang umumnya dilakukan. Kesalahan dalam diagnosis dan terapi

infeksi Acanthamoeba ini seringkali terjadi.

Kombinasi dari empat jenis agen farmakologis telah berhasil digunakan

untuk pengobatan medis keratitis Acanthamoeba:

Antibiotik/aminoglikosida: paromomycin, neomycin

Antijamur: clotrimazole, ketoconazole, itraconazole, miconozole,

fluconazole

Antiparasit/aromatic diamidine: propamidine isetionat,

hydroxystibamidine, hexamidine di-isethionate

Biocide / cationoc antiseptic: polyhexamethylene biguanide, chlorhexidine

gluconate,povidone-iodine.

c. Infeksi Jamur

Infeksi jamur pada kornea sudah sangat jarang terjadi pada pemakai lensa

kontak. Sebagian besar kasus yang dilaporkan dalam literatur telah melibatkan

penggunaan lensa kontak bandage atau pengobatan kronis dengan steroid topikal

pada pasien yang menderita penyakit mata secara bersamaan (misalnya defek

epitel neurotropik, diabetes, trauma). Infeksi jamur seringkali mirip dengan

infeksi bakteri (termasuk mikobakterium), herpes, atau infeksi amoeba, dan

perawatannya sangat berbeda. Perawatan medis seringkali cukup sulit dan

komplikasi yang timbul dapat menyebabkan kebutuhan transplantasi kornea.

d. Infeksi Virus

Infeksi kornea oleh adenovirus dan virus herpes dapat terjadi selama

pemakaian lensa kontak. Tidak ada hubungan kausatif yang ditemukan untuk

infeksi virus tertentu. Pemakaian lensa kontak harus dihentikan selama terjadinya

infeksi virus, kecuali pemakaian tersebut termasuk dalam suatu protokol

pengobatan. Penatalaksanaan infeksi adenovirus meliputi terapi suportif, seperti

suplemen air mata dan dekongestan topikal, atau terapi steroid. Agen antivirus

yang efektif yang tersedia untuk pengobatan penyakit mata pada herpes (herpetic

eye disease). Kemungkinan infeksi Acanthamoeba juga perlu dipertimbangkan

18

Page 17: 5. Bab 2 - Bab 3 - Daftar Pustaka

pada keratitis herpetik. Perlu dipertimbangkan untuk tidak memakai lagi lensa

kontak yang telah dipakai selama infeksi virus aktif dan mengenakan lensa kontak

yang baru setelah infeksi selesai.

19

Page 18: 5. Bab 2 - Bab 3 - Daftar Pustaka

BAB III

KESIMPULAN

Lensa kontak merupakan lensa sklera kaca berisi cairan. Lensa ini sulit

dipakai untuk jangka panjang serta menyebabkan edema kornea dan rasa tidak

enak pada mata. Lensa kornea keras merupakan lensa kontak pertama yang benar-

benar berhasil dan diterima secara luas sebagai pengganti kacamata. Indikasi

penggunaan lensa kontak pada pasien yaitu indikasi optik seperti pada

anisometropia, indikasi terapeutik pada kelainan kornea, indikasi preventif,

indikasi operatif, indikasi kosmetik dan pekerjaan, masing-masing disesuaikan

dengan kebutuhan.

Beberapa tipe lensa kontak yang dapat digunakan sebagai pilihan pada saat

ini adalah lensa kontak lunak (soft contact lenses), lensa kaku permeable gas

(rigid gas permeable lenses). Penggunaan lensa kontak harus dilakukan secara

benar, serta harus dilakukan perawatan secara reguler, sehingga dapat

menghindari komplikasi yang dapat saja timbul. Komplikasi akibat penggunaan

lensa kontak dapat berupa non-infeksi maupun infeksi. Oleh karena itu

penggunaan lensa kontak harus dengan indikasi yang benar, cara pemasangan

yang benar, dan perawatan lensa yang teratur.

20

Page 19: 5. Bab 2 - Bab 3 - Daftar Pustaka

DAFTAR PUSTAKA

1. Kalaiyarasan. 2004. Contact Lens Fitting. Paramedical 4(2):20-4

2. Forister JFY, Forister EF, Yeung KK, Ping Ye, Chung MY, Tsui A, Weissman BA. 2009. Prevalence of Contact Lens-Related Complications: UCLA Contact Lens Study. Eye & Contact Lens 35(4): 176-80

3. Riordan P, Whitcher JP. 2007. Vaugan and Asbury’s General Opthalmology. Jakarta: EGC. Hal 145-6

4. Sulley A. 2005. Contact Lens Fitting Today, Part 2: Soft Contact Lens Fitting. Association of Optometrics Ireland

5. American Academy of Opthalmology : Clinical Optics, Section 3. Basic Clinical Science Course, 2010-2011, page 181-95

6. Khurana AK. 2007. Comprehensive Opthalmology; Fourth Edition. New Delhi: New Age International. Page 44-46.

7. Schulte PA, Ahlers HW, Jackson LL, Malit BD, Votaw DM. 2005. Contact Lens Use in a Chemical Environment. Columbia: CDC-NIOSH

8. Johnston L. Eye Care: Contact Lens Care. SA Pharmacist’s Assistant Journal, winter 2012

9. Profesional Fitting Guide. 1994. FluoroPerm: Rigid Gas Permeable Contact Lenses for Daily Wear. Paragon Vision Sciences

10. Byrnes S, Denayer G, Edrington T. Contact Lens Clinical Pearls pocket Guide. Gas Permeable Lens Institute.

11. The Adventages and Disadvantages of Soft Contact Lense Compared to Rigid Gas permeable Lenses. 2000. Departement of Opthalmology and Visual Sciences; University of Iowa Hospitals and Clinics Health Care

12. Weissman BA, Barr JT, Harris MG, Kame RT, McMahon TT, Rah M, Secor GB, Sonsino J. 2006. Optometric Clinical Practice Guideline: Care of the Contact Lens Patient. 2nd Edition. St Louis: American Optometrist Association

21