49_prof. drs. sutrisno, m.sc., ph.d _profil pelaksanaan ktsp

30
1 MAKALAH Profil Pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) di Provinsi Jambi (Studi Evaluatif Pelaksanaan KTSP, SD, SMP dan SMA) Prof. Drs. Sutrisno, M.Sc., Ph.D 1* dan Drs. Nuryanto, M.Pd 2* 1* FKIP Universitas Jambi Kampus Pinang Masak, Mendalo Darat, Jambi 2* Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan Provinsi Jambi Disampaikan pada Simposium Tahunan Penelitian Pendidikan 2008 BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL 2008

Upload: legi-yanto

Post on 04-Jul-2015

185 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: 49_Prof. Drs. Sutrisno, M.sc., Ph.D _Profil Pelaksanaan Ktsp

1

MAKALAH

Profil Pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) di Provinsi Jambi

(Studi Evaluatif Pelaksanaan KTSP, SD, SMP dan SMA)

Prof. Drs. Sutrisno, M.Sc., Ph.D1* dan Drs. Nuryanto, M.Pd2*

1*FKIP Universitas Jambi Kampus Pinang Masak, Mendalo Darat, Jambi 2*Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan Provinsi Jambi

Disampaikan pada Simposium Tahunan Penelitian Pendidikan 2008

BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL 2008

Page 2: 49_Prof. Drs. Sutrisno, M.sc., Ph.D _Profil Pelaksanaan Ktsp

2

Profil Pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) di Provinsi Jambi

(Studi Evaluatif Pelaksanaan KTSP, SD, SMP dan SMA)

Prof. Drs. Sutrisno, M.Sc., Ph.D1* dan Drs. Nuryanto, M.Pd2*

1*FKIP Universitas Jambi Kampus Pinang Masak, Mendalo Darat, Jambi

2*Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan Provinsi Jambi [email protected]

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang pelaksanaan KTSP pada jenjang pendidikan dasar dan menengah di provinsi Jambi. Dari hasil penelitian diperoleh informasi bahwa pada semua jenjang elemen-elemen KTSP belum sepenuhnya terimplementasi dengan baik yakni (a) penyusunan pengembangan KTSP, (b) pengembangan silabus, (c) pengembangan diri, (d) pembelajaran terpadu, (e) pengembangan muatan lokal, (f) penyusunan rancangan penilaian hasil belajar, (g) penyusunan laporan peserta didik. Dalam proses pembelajaran guru telah menerapkan prinsip-prinsip dasar pedagogi modern dan yang mengutamakan pentingnya perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi yang tepat. Indikatornya, (1) kelengkapan persiapan mengajar guru, bahan ajar, serta media pembelajaran; (2) kesesuaian pembelajaran dengan skenarionya dan bervariasinya metode pembelajaran yang digunakan; dan (3) ketepatan dalam pemberian tugas, pemanfaatan sumber belajar, dan penggunaan perangkat evaluasi yang tepat untuk mendapatkan umpan balik dari siswa. Namun, dari perspektif kualitasnya, guru masih membutuhkan pembimbingan. Untuk memaksimalkan pelaksanaan KTSP hendaknya dikembangkan secara sinergis antara siswa, guru dan sekolah. Siswa diarahkan secara benar tentang hakekat belajar yang aktif, kreatif dan inovatif yang tertuang dalam RPPnya. Guru secara konsisten melaksanakan tugasnya mulai dari menyiapkan perangkat pembelajaran, RPP, program semesteran, mengidentifikasi materi dan pengalaman belajar, merancang setting pembelajaran, melaksanakan evaluasi dan melaporkan hasil siswa dalam kerangka dan model KTSP. Kata kunci: implementasi ktsp, elemen-elemen ktsp, profil ktsp di Jambi

Page 3: 49_Prof. Drs. Sutrisno, M.sc., Ph.D _Profil Pelaksanaan Ktsp

3

A. PENDAHULUAN Latar Belakang

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) disikapi secara kurang bijaksana oleh

para pelaku pendidikan. Diantaranya, masih banyak dijumpai adanya anggapan KTSP

adalah kurikulum baru yang berbeda dengan kurikulum sebelumnya, Kurikulum Berbasis

Kompetensi (KBK). Sebagai konsekuensinya implementasi kurikulum yang berlaku

sebelumnya harus pula dibenahi atau dirombak. Anggapan inilah yang menimbulkan

sikap apriori dan penolakan secara psikologis terhadap perubahan (Suhadi, 2006).

Seiring dengan tuntutan perkembangan zaman, perubahan kurikulum di sekolah-

sekolah pada jenjang pendidikan dasar dan menengah merupakan sebuah fenomena yang

tidak dapat dihindari. Semangat zaman yang makin mengglobal menyebabkan perubahan

evolusioner dan revolusioner secara mendasar pada dinamika pengetahuan dan

aplikasinya dalam kehidupan manusia sangat dibutuhkan. Tidak hanya itu, dimensi sikap,

perilaku, dan nilai-nilai yang mengatur kehidupan dan interaksi sosial antar manusia juga

mengalami perubahan.

Dalam praksis pendidikan kontemporer, perubahan-perubahan itu menggiring pada

dianutnya paradigma baru, baik yang menyangkut visi maupun aksi dalam pelaksanaan

dan pengelolaan pendidikan. Hal ini disebabkan makin kompleks dan kompetitifnya

kehidupan pada era globalisasi dewasa ini. Akibatnya, sekolah yang sekadar menjalankan

fungsi transmisi pengetahuan menjadi tidak memadai lagi memenuhi tuntutan kehidupan

masyarakat sebagai upaya untuk meningkatkan daya saing pendidikan.

Dalam konteks itu, Peraturan Mendiknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi

Pendidikan (dan Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan/SKL)

menginisiasi pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) di Provinsi

Jambi. Alih-alih mereformasi KTSP, sekadar kurikulum operasional yang disusun oleh

dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan di mana pedoman dan alat ukur

keberhasilannya tetap sentralistik.

Berarti, secara substansial nuansa reformasi kurikulum harus mampu memaknai

otonomi pendidikan yang sebenarnya. Reformasi pendidikan setengah hati akan

membingungkan para pelaku pendidikan. Persoalan yang sering kita temui di lapangan

jangankan menyusun kurikulum, menjalankan kurikulum yang sudah adapun sulitnya

Page 4: 49_Prof. Drs. Sutrisno, M.sc., Ph.D _Profil Pelaksanaan Ktsp

4

masih sulit. Oleh karena itu, diperlukan upaya-upaya kongkrit untuk mengiringi

suksesnya penyempurnaan kurikulum ini.

Semangat perubahan KTSP mensyaratkan sekolah membangun paradigma baru

pengelolaan pendidikan yang selama ini telah terbangun image dan buaian sentralistik

pendidikan yang terjadi telah menjadi virus yang mengerdilkan ide dan kreativitas satuan

pendidikan dalam memberdayakan potensi dirinya. Penyakit akut ini telah coba diatasi

dengan berbagai upaya oleh pemerintah. Misalnya, saat pemerintah pusat tercengang

dengan minimnya pergulatan kreativitas sekolah, dikumandangkanlah paradigma

otonomi pendidikan melalui manajemen berbasis sekolah.

Kenyataannya, institusi prasyarat manajemen berbasis sekolah seperti dewan

pendidikan dan komite sekolah hanya hiasan struktur organisasi. Bukan sebagai alat vital

organisasi. Mereka tak berdaya karena ketidaktahuan dan kebiasaan ketergantungan.

Paradoks KTSP dan kesiapan guru bisa menjadi musibah nasional pendidikan. Musibah

intelektual ini sulit di-recovery dan butuh waktu relatif lama, apalagi jika dikaitkan

dengan konteks global jelas terjadi ironi. Globalisasi memaksa terjadinya variasi dan

dinamika sumber pengetahuan. Dulu guru sebagai satu-satunya sumber pengetahuan.

Sejalan dengan globalisasi, guru bukan satu-satunya lagi sumber pengetahuan. Siswa

memiliki peluang mengakses informasi dari berbagai sumber, dikenallah istilah on-line

learning.

Dengan demikian, KTSP menghadapi tantangan besar terkait keterpaduan informasi

lokal, nasional, dan internasional. Kemampuan memadukan ini hanya bisa dilakukan oleh

sumber daya yang memang disiapkan jauh-jauh hari, bukan oleh guru yang disiapkan

secara instan melalui berbagai program pendampingan pengembangan kurikulum. Lebih

berbahaya lagi jika sekolah akhirnya menjiplak panduan yang ditawarkan Badan Standar

Nasional Pendidikan (BSNP). Tujuan mulia KTSP pada akhirnya hanya akan melahirkan

sekolah-sekolah instan, dan kerdil kreativitas dan itu sangat bertentangan dengan amanat

KTSP.

Setelah sekolah memberlakukan KTSP, mereka berhak menilai keberhasilan

pelaksanaannya; apakah standar kompetensi dan kompetensi dasar tersebut sudah dicapai

oleh peserta didiknya. Model penilaian ini salah satunya melalui ujian sekolah. Hasil

ujian sekolah menjadi alat bagi sekolah untuk meluluskan peserta didiknya, baik naik

Page 5: 49_Prof. Drs. Sutrisno, M.sc., Ph.D _Profil Pelaksanaan Ktsp

5

kelas maupun lulus satuan pendidikan. Implementasi KTSP dengan benar dan reformasi

UN mutlak diperlukan sebagai upaya memperbaiki mutu pendidikan. Harus diakui, KTSP

merupakan batu loncatan kemajuan pendidikan. Penyusun rencana kerja setahun penuh

memang membantu meningkatkan kinerja. Dari rencana inilah sekolah menapak kerja

atas garis-garis yang disusun dewan guru dengan persetujuan komite sekolah sebelum

disahkan Dinas Pendidikan setempat. Sejumlah sekolah setelah KTSP diberlakukan

langsung mengembangkan kreativitasnya bahkan mulai pemilihan ketua OSIS dibuat

seperti mekanisme pemilu. Antusiasme anak tinggi dan ini juga pelatihan demokrasi dan

politik sejak dini.

Seyogianya sebelum sekolah menyusun KTSP, Dinas Pendidikan kabupaten dan kota

lebih dulu membuat rencana kerja setahun ke depan. Atau jangan-jangan kantor tersebut

tidak pernah merancang kegiatan satu tahun pelajaran. Sebagai contoh kegiatan lomba-

lomba mata pelajaran, siswa berprestasi (siswa teladan), kesenian dan olahraga perlu

secepatnya dilaksanakan secara periodik. Demi menjunjung fair play sebaiknya semua

kegiatan tingkat kabupaten atau provinsi disosialisasikan jauh-jauh hari sebelumnya. Jika

perlu setiap awal tahun pelajaran Dinas Pendidikan membuat semacam KTSP yang berisi

kegiatan khususnya lomba-lomba suatu daerah satu tahun ke depan.

Kecenderungan itu bagaimanapun belum menandai perkembangan baru dalam praksis

pendidikan di daerah Jambi. Namun, yang menjadi persoalan adalah apakah dengan

diberlakukan KTSP itu seiring sejalan dengan meningkatnya mutu pendidikan di daerah

Jambi? Pertanyaan sederhana ini tidak akan dapat memperoleh jawaban yang memuaskan

tanpa ikhtiar yang serius untuk mengevaluasi dan meneliti keberadaan pelaksanaan KTSP

yang ada. Dengan kata lain, diperlukan penelitian yang seksama dan berkelanjutan untuk

mengungkapkan pelaksanaan KTSP di sekolah-sekolah yang menyelenggarakannya.

Beberapa alasan yang melatarbelakangi perlunya penelitian ini dilakukan antara lain:

(1) belum ada penelitian terhadap pelaksanaan KTSP yang bersifat evaluatif dan

kebijakan, meskipun sebagian sekolah telah menerapkan KTSP di sejumlah wilayah

Jambi, (2) pelaksanaan KTSP perlu dievaluasi secara kualitatif dan kuantitatif, dan (3)

hasil evaluasi itu dapat dijadikan informasi dan dasar pengambilan kebijakan pendidikan

bagi semua elemen pendidikan yang terkait dalam Provinsi Jambi.

Page 6: 49_Prof. Drs. Sutrisno, M.sc., Ph.D _Profil Pelaksanaan Ktsp

6

Fokus dan Rumusan Masalah

Fokus penelitian ini diarahkan untuk mengungkapkan secara deskriptif ihwal

pelaksanaan KTSP di sekolah dasar, SLTP/SMP, dan Sekolah Menengah Atas yang

tersebar di wilayah provinsi, kota, dan kabupaten di Jambi. Dengan kata lain, fokus

penelitian ini adalah menjawab pertanyaan bagaimanakah pelaksanaan KTSP di sekolah-

sekolah yang tersebar di daerah provinsi Jambi?

Secara spesifik, fokus penelitian tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut:

• Bagaimanakah pelaksanaan KTSP pada sekolah-sekolah penyelenggara di daerah

kota dan kabupaten dalam Provinsi Jambi?

• Bagaimanakah kesiapan guru pada sekolah-sekolah yang sudah menerapkan KTSP di

kota dan kabupaten dalam Provinsi Jambi?

• Apakah kendala-kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan KTSP pada sekolah-

sekolah penyelenggara di kota dan kabupaten dalam Provinsi Jambi?

Tujuan Penelitian dan Hasil yang Diharapkan

Sesuai dengan rumusan masalah, penelitian ini bertujuan mendeskripsikan secara

faktual profil pelaksanaan KTSP di sekolah-sekolah yang tersebar di provinsi Jambi dan

melihat sejauh mana kesiapan guru dalam melaksanakan KTSP. Deskripsi profil ini dapat

dipergunakan untuk memberikan rekomendasi kebijakan tentang penyelenggaraan KTSP

di sekolah-sekolah serta kepada pihak-pihak terkait. Selanjutnya, dari hasil penelitian

evaluatif tentang pelaksanaan KTSP ini diharapkan dapat dipergunakan untuk

meningkatkan kualitas input dan proses pembelajaran, yang pada akhirnya berimplikasi

pada peningkatan kualitas lulusan dari sekolah-sekolah yang sudah menjalankan dan

yang akan melaksanakan KTSP.

Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat diperoleh manfaat praktis yang berupa:

• rekomendasi kebijakan berbasis data yang objektif (Dinas Pendidikan) dan LPMP

Provinsi Jambi

• informasi kepada masyarakat (orang tua dan stake-holder)

Page 7: 49_Prof. Drs. Sutrisno, M.sc., Ph.D _Profil Pelaksanaan Ktsp

7

• dasar pengembangan program kekhususan yang relevan dan mencakup materi

kurikulum SD, SLTP, SMA berbasis KTSP

• dasar pengembangan materi kurikulum LPTK yang relevan dengan standar

kompetensi guru dan muatan lokal yang sesuai dengan potensi daerah.

• Selain itu, penelitian ini dapat dijadikan dasar rujukan teoretis untuk (1)

pengembangan paradigma dan amanat KTSP, baik yang menyangkut aspek

perencanaan, pelaksanaan, maupun evaluasinya dan (2) rekomendasi kebijakan dan

pengembangan model pembelajaran berbasis paradigma keunggulan.

Metodologi Penelitian Metode Penelitian

Penelitian ini menerapkan metode penelitian evaluasi kuantitatif yang dipadu dengan

metode kualitatif. Metode kuantitatif digunakan untuk mendeskripsikan secara evaluatif

fenomena yang berupa kuantitas, sedangkan metode kualitatif digunakan untuk

memaknai secara verbal temuan-temuan penelitian sesuai dengan kualitas data penelitian.

Tahapan Penelitian

Sesuai dengan karakteristik dan tujuan penelitian, prosedur penelitian ini mengikuti

tahapan berikut:

• Observasi awal (site visit)

• Penyusunan proposal dan instrumen penelitian

• Analisis dan diskusi instrumen penelitian

• Perbaikan instrumen dan persiapan memasuki lapangan

• Pengumpulan data

• Analisis dan interpretasi data

• Diskusi dan pembahasan draft hasil penelitian

• Penyusunan laporan

Populasi dan Sampel

Yang menjadi populasi penelitian ini adalah SD, SLTP/SMP, dan SMA di wilayah

provinsi, kota, dan kabupaten di Jambi yang telah melaksanakan KTSP. Mengenai jumlah

Page 8: 49_Prof. Drs. Sutrisno, M.sc., Ph.D _Profil Pelaksanaan Ktsp

8

sekolah yang sudah melaksanakan KTSP belum diperoleh jumlah yang pasti. Adapun

sampel penelitian ditentukan secara purposif berdasarkan informasi dari Dinas Kabupaten

dan Kota dalam provinsi Jambi sesuai dengan sebaran geografis dari sekolah yang

dijadikan sampel penelitian.

Dengan memperhitungkan sebaran geografisnya, maka sekolah-sekolah yang

dijadikan sampel dipilih berdasarkan pembagian wilayah kota dan kabupaten di provinsi

Jambi, yakni Kota Jambi, kabupaten Tanjung Jabung Barat, Tanjung Jabung Timur,

Muaro Jambi, Batanghari, Sarolangun, Bungo, Tebo, dan Kerinci.

Tabel 1. Responden Sekolah yang melaksanakan KTSP Di Provinsi Jambi

NO KABUPATEN/KOTA SEKOLAH SAMPEL

1. Kota Jambi

1. SD NO.66/IV Kota Jambi

2. SDN 124/IV Kota Jambi

3. SMP Negeri 7 Kota Jambi

4. SMP Negeri 5 Kota Jambi

5. SMA Negeri 1 Kota Jambi

6. SMA Negeri 4 Kota Jambi

2 Muara Tebo 1. SD No. 18/VIII Muara Tebo

2. SDN No 7/VIII Muara Tebo

3. SMP Negeri 1 Kabupaten Tebo

4. SMPN 24 Kota Jambi

5. SMA Negeri 3 Kabupaten Tebo

6. SMAN 7 Kabupaten Tebo

3 Merangin 1. SDN No. 115/VI Bangko

2. SDN 100/VI Bangko

3. SMP Negeri 1 Bangko

4. SMA Negeri 1 Bangko

5. SMA Negeri 2 Bangko

4. Tanjung Jabung Timur 1. SD Negeri 61/X Talang Babat

2. SDN 21/X Muara Sabak

Page 9: 49_Prof. Drs. Sutrisno, M.sc., Ph.D _Profil Pelaksanaan Ktsp

9

3. SMP Negeri 1 Muaro Sabak Barat

4. SMP Negeri 2 Muaro Sabak Barat

5. SMA Negeri 1 Muaro Sabak Barat

6. SMA Negeri 1 Muaro Sabak Timur

5. Muaro Bungo 1. SD Negeri 101/II Muaro Bungo

2. SD Negeri 95/II Muaro Bungo

3. SMP Negeri 3 Muaro Bungo

4. SMP Negeri 1 Muaro Bungo

5. SMA Negeri 2 Muaro Bungo

6. Sarolangun 1. SD Negeri 02 Sarolangun

2. SD Negeri 01 Sarolangun

3. SMP Negeri 17 Sarolangun

4. SMP Negeri 5 Sarolangun

5. SMA Negeri 3 Sarolangun

6. SMA Negeri 1 Sarolangun

7 Batanghari 1. SD Negeri No. 112/I Muara Bulian

2. SD Negeri No. 13 Muara Bulian

3. SMP Negeri 3 Batanghari

4. SMP Negeri 1 Batanghari

5. SMA Negeri 1 Batanghari

6. SMA Negeri 6 Batanghari

8 Kerinci 1. SD No. 114/III Desa Gedang

2. SD No. 137 Tanjung Pauh Mudik

3. SMP Negeri 2 Sungai Penuh

4. SMP Negeri 8 Sungai Penuh

5. SMA Negeri 1 Sungai Penuh

6. SMA Negeri 2 Sungai Penuh

9 Muaro Jambi 1. SD Negeri 1/IX Sengeti

2. SD Negeri 76/IX Mendalo Darat

3. SMP Negeri 5 Muaro Jambi

4. SMP Negeri 6 Muaro Jambi

Page 10: 49_Prof. Drs. Sutrisno, M.sc., Ph.D _Profil Pelaksanaan Ktsp

10

5. SMA Negeri 1 Muaro Jambi

6. SMA Negeri Titian Teras

10 Tanjung Jabung Barat 1. SD Negeri 1/IV Kuala Tungkal

2. SD Negeri 5/V Kuala Tungkal

3. SMP Negeri 1 Kuala Tungkal

4. SMP Negeri 3 Kuala Tungkal

5. SMA Negeri 2 Kuala Tungkal

6. SMA Negeri 1 Kuala Tungkal

Sumber:Team Peneliti KTSP, LPMP (2007)

Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan instrumen yang berupa kuesioner,

pedoman wawancara dan observasi. Instrumen ini digunakan untuk mengumpulkan

informasi tentang penataan kelembagaan sekolah melalui wawancara dan angket dengan

Kepala Sekolah, proses di kelas melalui wawancara dengan guru, dan kendala-kendala

yang dihadapi oleh sekolah yang telah melaksanakan KTSP dan dikembangkan

berdasarkan fokus dan rumusan masalah penelitian.

Instrumen terlebih dahulu dibahas dan dipertimbangkan kelayakannya antarpeneliti

untuk selanjutnya diujicobakan agar memenuhi kriteria kesahihan dan keandalan. Selain

itu dilakukan juga studi dokumen yang berhubungan dengan data sekolah, akademis

siswa terkait dengan pengembangan diri dan latar belakang sosial ekonominya.

Teknik Analisis Data

Data dianalisis sesuai dengan jenis dan karakteristik informasi yang diperoleh. Untuk

itu dilakukan tabulasi data atau penyajian data dalam bentuk matriks untuk melakukan

klasifikasi hasil-hasil penelitian. Selanjutnya, data dianalisis, dievaluasi, dan ditafsirkan

secara objektif.

Page 11: 49_Prof. Drs. Sutrisno, M.sc., Ph.D _Profil Pelaksanaan Ktsp

11

B. KAJIAN TEORI Konsep Dasar KTSP

Menurut Nasution (1999), kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan

mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman

penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.

Tujuan itu meliputi tujuan pendidikan nasional serta kesesuaian dengan kekhasan,

kondisi dan potensi daerah, satuan pendidikan dan peserta didik. Oleh sebab itu,

kurikulum disusun oleh satuan pendidikan untuk memungkinkan penyesuaian program

pendidikan dengan kebutuhan dan potensi yang ada di daerah.

KTSP merupakan kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh

masing-masing satuan pendidikan dalam hal ini merujuk pada undang-undang satuan

pendidikan adalah sekolah (Sutrisno, 2008). Dalam mengembangkan KTSP dilakukan

oleh setiap kelompok atau satuan pendidikan dan komite sekolah/madrasah di bawah

koordinasi dan supervisi Dinas Pendidikan/kantor Depag Kab/Kota untuk Pendidikan

Menengah dan Pendidikan Khusus.

Penekanan KTSP adalah pada pengembangan kemampuan melakukan

(kompetensi) dan tugas-tugas dengan standar performasi tertentu sehingga hasilnya dapat

dirasakan oleh siswa yang berupa penguasaan terhadap seperangkat kompetensi tertentu.

Perangkat standar program pendidikan ini hendaknya dapat mengantarkan siswa untuk

memiliki kompetensi pengetahuan, dan nilai-nilai yang digunakan dalam berbagai bidang

kehidupan.

Sejatinya, KTSP merupakan kurikulum yang merefleksi pengetahuan,

keterampilan, dan sikap yang merujuk kepada konsep pendidikan yang dikemukakan oleh

Bloom, yang pada gilirannya dapat meningkatkan potensi peserta didik secara optimal.

Oleh karenanya, kurikulum yang disusun dapat menumbuhkan proses pembelajaran di

sekolah berorientasi pada penguasaan kompetensi-kompetensi yang telah ditentukan

secara integratif. Prisip pengembangannya adalah mampu beradaptasi dengan berbagai

perubahan (berisi prinsip-prinsip pokok, bersifat fleksibel sesuai dengan perkembangan

zaman) dan pengembangannya melalui proses akreditasi yang memungkinkan mata

pelajaran dapat dimodifikasi sesui dengan tuntutan yang berkembang. Dengan demikian,

kurikulum ini merupakan pengembangan dari pengetahuan, pemahaman, kemampuan,

Page 12: 49_Prof. Drs. Sutrisno, M.sc., Ph.D _Profil Pelaksanaan Ktsp

12

nilai, sikap dan minat, untuk melakukan suatu keterampilan atau tugas dalam bentuk

kemahiran dan rasa tanggung jawab. Lebih jauh lagi, kurikulum ini merupakan suatu

desain kurikulum yang dikembangkan berdasarkan sejumlah kompetensi tertentu,

sehingga setelah menyelesaikan jenjang pendidikan tertentu, siswa diharapkan mampu

menguasai serangkaian kompetensi dan menerapkannya dalam kehidupan kelak.

Menurut Beane (1986), diberlakukannya KTSP dalam dunia pendidikan

berimplikasi cukup luas dan kompleks yang berkaitan dengan pembelajaran, pengalaman

belajar, dan sistem penilaian. Bentuk-bentuk pembelajaran yang disarankan dari KTSP

meliputi pembelajaran autentik (authentic instruction), pembelajaran berbasis inquiri

(inquiry based learning), pembelajaran berbasis masalah (problem based learning),

pembelajaran layanan (service learning), pembelajaran berbasis kerja (work based

learning), dan pembelajaran berbasis portofolio (fortopolio based learning).

Penerapan KTSP dalam sistem pendidikan Indonesia tidak sekedar pergantian

kurikulum, tetapi menyangkut perubahan secara mendasar dalam sistem pendidikan.

Penerapan KTSP menuntut perubahan paradigma dalam pembelajaran dan persekolahan,

karena dengan penerapan KTSP tidak hanya menyebabkan perubahan konsep, metode,

dan strategi guru dalam mengajar, tetapi juga menyangkut pola piker, filosofis, komitmen

guru, sekolah, dan stakeholder pendidikan.

Dalam KTSP guru ditempatkan sebagai fasilitator dan mediator yang membantu

agar proses belajar siswa berjalan dengan baik. Perhatian utama pada siswa yang belajar,

bukan pada disiplin atau guru yang mengajar. Fungsi fasilitator atau mediator begitu

berarti, yakni: (1) menyediakan pengalaman belajar yang memungkinkan siswa

bertanggung jawab dalam membuat rancangan dan proses; (2) menyediakan atau

memberikan kegiatan-kegiatan yang meransang keingintahuan siswa dan membantu

mereka untuk mengekspresikan gagasan-gagasannya, menyediakan sarana yang

meransang siswa berpikir secara produktif, menyediakan kesempatan dan pengalaman

konflik; (3) memonitor, mengevaluasi, dan menunjukkan apakah pemikiran siswa jalan

atau tidak. Guru menunjukkan dan mempertanyakan apakah pengetahuan siswa berlaku

untuk menghadapi persoalan baru. Guru membantu mengevaluasi hipotesis dan

kesimpulan siswa.

Page 13: 49_Prof. Drs. Sutrisno, M.sc., Ph.D _Profil Pelaksanaan Ktsp

13

Dalam KTSP guru beserta komponen yang lainnya harus mampu memilih dan

menekankan kompetensi yang menunjang dan bermanfaat bagi peserta didik. Menurut

Ashan (1981) ada enam langkah analisis kompetensi, yaitu pertama, analisis tugas.

Analisis ini dimaksudkan untuk mendeskripsikan tugas-tugas yang harus dilakukan oleh

lulusan ke dalam indikator- indikator kompetensi. Berdasarkan analisis tugas yang harus

dilakukan oleh lulusan, dikembangkan berbagai jenis pekerjaan menurut peran

profesional, selanjutnya ditentukan kompetensi- kompetensi yang diperlukan (daftar

kompetensi). Kedua, pola analisis. Pola ini dimaksudkan untuk mengembangkan

keterampilan baru yang belum ada dalam pekerjaanpola analisis dilakukan dengan

menganalisis setiap pekerjaan yang ada di masyarakat dengan keterampilan-

keterampilan yang dimiliki oleh karyawannya. Selanjutnya dikembangkan keterampilan-

keterampilan baru yang belum dimiliki oleh para karyawan, yang dipandang lebih efektif

dan efisien dalam mencapai tujuan.

Ketiga, research (penelitian) dimaksudkan untuk mengembangkan sejumlah

kompetensi berdasarkan hasil-hasil penelitian dan diskusi. Penelitian dan diskusi ini

melibatkan berbagai ahli yang memahami kondisi serta perkembangan masa kini dan

masa yang akan dating. Berdasarkan pemehaman terhadap kondisi serta perkembangan

masa kini dan masa yang akan dating, diidentifikasi sejumlah kompetensi yang

diperlukan untuk dikuasai oleh individu dalam memenuhi kebutuhan sesuai dengan

kebutuhan dan tuntutan zaman. Keempat, expert judgment. , expert judgment atau

pertimbangan ahli dimaksudkan untuk menganalisis kompetensi berdasarkan

pertimbangan para ahli., expert judgment ini bias dilakukan dengan teknik delpi, sebagai

suatu cara untuk memprediksi masa depan berdasarkan pandangan dan analisis para

pakar ditinjau dari berbagai sudut pandang ilmu. Kelebihan dari teknik ini adalah yang

melakukan analisis dan prediksi masa depan adalah mereka yang telah memiliki wawasan

dan pengetahuan yang andal dalam bidangnya.

Kelima, individual or group interview data. Analisis kompetensi berdasarkan

wawancara, baik secara individu maupun kelompok dimaksudkan untuk menemukan

informasi tentang kegiatan, tugas-tugas, dan pekerjaan yang diketahui oleh seseorang

atau sekelompok orang dalam bentuk lisan. Dalam komunikasi dua arah, penggunaan

wawancara diharapkan dapat memberi kemudahan dalam menganalisis kompetensi untuk

Page 14: 49_Prof. Drs. Sutrisno, M.sc., Ph.D _Profil Pelaksanaan Ktsp

14

memperoleh informasi yang diinginkan oleh pewawancara melalui pertanyaaan-

pertanyaaan yang diajukan. Keenam, role play dimaksudkan untuk melakukan analisis

kompetensi berdasarkan pengamatan dan penilaian terhadap sejumlah orang yang

melakukan peran tertentu. Melalui kegiatan ini diharapkan diperoleh sejumlah peran

tertentu yang ada di masyarakat, sebagai bahan untuk mengidentifikasi kompetensi yang

perlu dikembangkan dan dimiliki oleh peserta didik.

Berbagai hasil analisis kompetensi di atas merupakan bahan untuk merumuskan

tujuan pendidikan dan mengembangkan kompetensi dasar dalam setiap mata pelajaran.

Setiap tugas harus dirumuskan dengan jelas agar peserta didik mengetahui apa yang harus

mereka pelajari., dan untuk apa mereka mempelajari hal tersebut. Berdasarkan

kompetensi dan tujuan yang akan dicapai dikembangkan alat evaluasi untuk mengukur

dengan kompetensi yang telah ditetapkan.

Merujuk pada BNSP (2006) dalam mengembangkan KTSP berlandasan kepada

aspek akademis atau filosofis KTSP adalah sebagai berikut: Jhon Dewey: Peran

pendidikan adalah mengajar siswa cara menjalin hubungan antara sejumlah pengalaman -

pengalaman baru melalui pengalaman lama menjadi pengetahuan. Vygotsky: pengalaman

di luar kelas dibawa ke dalam kelas dan pengalaman belajar siswa sangat penting.

Ausubel: Informasi diorganisasikan dalam pikiran dan dalam struktur kognitif yang

berhubungan dengan standar kompetensi, bila siswa diberi informasi baru, informasi

tersebut akan masuk kedalam susunan kognitif dan melekat pada informasi baru tersebut

mempunyai makna bagi siswa, dan struktur kognitif yang ada bertindak sebagai acvanced

organizer.

Dasar Kebijakan dan Karakteristik KTSP

Berkaitan dengan kurikulum baru untuk menggantikan kurikulum 1994 dan

merevisi kurikulum 2004 (KBK) pemerintah melalui Departemen Pendidikan Nasional

mengeluarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 Tentang

Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah dan Peraturan Menteri

Pendidikan Nasional Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan untuk

Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Sementara itu, untuk pelaksanaan kedua

Permen di atas pemerintah melalui Depdiknas mengeluarkan Permen Nomor 24 Tahun

Page 15: 49_Prof. Drs. Sutrisno, M.sc., Ph.D _Profil Pelaksanaan Ktsp

15

2006 tentang Pelaksanaan Permen Diknas Nomor 22 Tahun 2006 dan Nomor 23 Tahun

2006 tersebut di atas.

Pengembangan dan penetapan kurikulum tingkat satuan pendidikan dasar dan

menengah memperhatikan panduan penyusunan kurikulum tingkat satuan pendidikan

dasar dan menengah yang disusun Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) Pasal 1

ayat 3 Permen Diknas Nomor 24 Tahun 2006. Satuan pendidikan dasar dan menengah

dapat mengadopsi atau mengadaptasi model kurikulum tingkat satuan pendidikan dasar

dan menengah yang disusun oleh BSNP (Pasal 1 ayat 4 Permen Diknas Nomor 24 Tahun

2006). Kurikulum tingkat satuan pendidikan dasar dan menengah oleh kepala satuan

pendidikan dasar dan menengah setelah memperhatikan pertimbangan dari Komite

Sekolah atau Komite Madrasah (Pasal 1 ayat 5 Permen Diknas Nomor 24 Tahun 2006).

Satuan pendidikan dasar dan menengah yang belum melaksanakan uji coba

kurikulum 2004, melaksanakan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun

2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah dan Peraturan

Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi

Lulusan untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah secara bertahap dalam jangka

waktu paling lama tiga tahun, dengan berbagai tahapan.

KTSP menekankan pada kemampuan yang harus dicapai, dan dimiliki oleh lulusan

suatu jenjang pendidikan. Kemampuan lulusan yang harus dinyatakan dengan standar

kompetensi, yaitu kemampuan minimal apa yang harus dicapai lulusan. Standar

kompetensi lulusan merupakan modal utama untuk bersaing di tingkat regional maupun

global, karena persaingan sumber daya manusia. Karateristik kurikulum ini adalah: (1)

hasil belajar dinyatakan dengan kemampuan atau kompetensi yang dapat

didemonstrasikan atau ditampilkan; (2) semua peserta didik harus mencapai ketuntasan

belajar, yaitu menguasai semua kompetensi dasar; (3) kecepatan belajar peserta didik

tidak sama; (4) penilaian menggunakan acuan kriteria; (5) ada program remedial,

pengayaan, dan percepatan; (6) tenaga pengajar atau atau pendidik merancang

pengalaman belajar peserta didik; (7) tenaga pengajar sebagai fasilitator; (8)

pembelajaran mencakup aspek afektif yang terintegrasi dalam semua bidang studi.

Sebagai sebuah konsep, sekaligus sebagai sebuah program, KTSP memiliki

karateristik sebagai berikut:

Page 16: 49_Prof. Drs. Sutrisno, M.sc., Ph.D _Profil Pelaksanaan Ktsp

16

1. KTSP menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa baik Kurikulum Tingkat

Satuan Pendidikan Individual maupun Klasikal. Dalam KTSP peserta didik dibentuk

untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, kemampuan, nilai, sikap, dan

minat yang pada akhirnya akan membentuk pribadi yang terampil dan mandiri.

2. KTSP berorientasi pada hasil belajar (learning outcomes) dan keberagaman.

3. Penyampaian dalam pembelajaran menggunakan pendekatan dan metode yang

bervariasi.

4. Sumber belajar bukan hanya guru, tetapi sumber belajar lainya yang memenuhi

unsure edukatif.

5. Penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya penguasaan atau

pencapaian suatu kompetensi.

Pembelajaran dengan pendekatan kontekstual haruslah ditandai dengan (1) proses

mengobservasi sesuatu; (2) membuat pertanyaan, menghubungkan sesuatu yang

ditanyakan dan ingin dipahami dengan pengalaman dan pengetahuan sebelumnya; (3)

menempuh kegiatan untuk mendapatkan jawaban pertanyaan melalui pembahasan dengan

orang lain; (4) membahas hasil pemahaman melalui pembahasan dengan orang lain; dan

(5) memikirkan kegiatan yang telah dilakukan dan pemahaman yang diperoleh,

menanggapi, membuat kesimpulan (Budiyanto, 2003).

Standar kompetensi yang diharapkan dicapai peserta didik mencakup aspek

berpikir, keterampilan, dan kepribadian. Tujuan utama dari standar kompetensi adalah

untuk memberi arah kepada pendidik tentang kemampuan dan keterampilan yang

menjadi fokus proses pembelajaran dan penilaian. Jadi, standar kompetensi adalah batas

dan arah kemempuan yang harus dimiliki dan dapat dilakukan peserta didik setelah

mengikuti proses pembelajaran suatu pelajaran tertentu.

Plus Minus KTSP

Sebagai kelebihan KTSP adalah (1) sebagai kurikulum untuk mempertegas

kurikulum sebelumnya sehingga tidak diperlukan lagi uji publik. KTSP akan

diberlakukan kepada sekolah yang sudah siap dan memiliki daya dukung yang memadai.

(2) diberlakukan di sekolah dengan penyesuaian kondisi lokal, (3) mendorong

terwujudnya otonomi sekolah dalam penyelenggaraan pendidikan, (4) mendorong para

Page 17: 49_Prof. Drs. Sutrisno, M.sc., Ph.D _Profil Pelaksanaan Ktsp

17

guru, kepala sekolah dan pihak manajemen sekolah untuk semakin meningkatkan

kreativitasnya dalam menyelenggarakan program pendidikan, (5) KTSP sangat

memungkinkan bagi setiap sekolah menitikberatkan dan mengembangkan mata pelajaran

tertentu yang akseptabel bagi kebutuhan siswa.

Disamping itu, KTSP memberi peluang yang lebih luas kepada sekolah-sekolah

plus untuk mengembangkan kurikulum sesuai dengan kebutuhan. Sehingga KTSP

memberi angin segar bagi sekolah-sekolah yang menyebut dirinya sebagai sekolah

berstandar nasional plus.

Adapun sebagai kelemahan KTSP menyangkut: (1) kurangnya SDM yang

memadai yang diharapkan mampu menjabarkan KTSP pada setiap satuan pendidikan

yang ada, (2) kurangnya ketersediaan sarana dan prasarana pendukung sebagai

kelengkapan dari pelaksanaan KTSP. Disamping itu, masih banyak guru yang belum

memahami KTSP secara utuh, penyusunannya maupun praktiknya dilapangan. Penerapan

KTSP merekomendasikan pengurangan jam pelajaran.

C. HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil analisis data-data penelitian KTSP dan penerapannya bagi

sekolah-sekolah penyelenggara dapat dikatagorikan menjadi tiga bagian. Bagian pertama

adalah mendiskripsikan tentang profil pelaksanaan KTSP di sekolah dasar, kedua sekolah

menengah pertama dan ke tiga adalah profil implementasi KTSP pada sekolah menengah

atas.

Beberapa aspek penting yang menjadi pertimbangan dalam penelitian ini adalah

profil sekolah, kesiapan sekolah, pemahaman guru tentang KTSP, sarana dan prasarana

serta model pembelajaran yang telah dilaksanakan di kelas oleh guru. Selanjutnya

mencermati kendala-kendala yang dihadapi oleh sekolah serta upaya-upaya untuk

mengatasinya dengan melihat peran komponen terkait dengan pelaksanaan KTSP di

sekolah dalam Provinsi Jambi.

Page 18: 49_Prof. Drs. Sutrisno, M.sc., Ph.D _Profil Pelaksanaan Ktsp

18

Profil Implementasi KTSP di Sekolah Dasar

Secara umum sekolah dasar (SD) yang dijadikan sampel penelitian untuk semua

Kabupaten dan Kota dalam Provinsi Jambi terdapat beberapa persoalan terkait dengan

dua hal:

Kesiapan sekolah dalam menyiapkan dokumen KTSP

Kewenangan yang diberikan kepada sekolah adalah menyiapkan dokumen

penataan kelembagaan sekolah untuk merumuskan visi dan misi sekolah serta penyiapan

daya dukung sekolah. Sebanyak 98% sekolah dasar yang dijadikan sampel telah

merumuskan visi dan misi sekolah. Dokumen disusun diperoleh dari berbagai sumber.

Salah satunya adalah bersumber dari membeli dokumen KTSP. Sebagain diperoleh

melalui penataran KTSP.

Kendala yang mengemuka tentang penyusunan dokumen penataan kelembagaan

sekolah adalah belum adanya Tim Pengembang KTSP di sekolah. Kepala sekolah pada

umumnya belum semuanya mendapakan pelatihan tentang KTSP. Keterbatasan akses

sekolah dalam mendapatkan informasi-informasi tentang perubahan kurikulum masih

dijumpai di tingkat sekolah, kendatipun secara geografis letak sekolah berada di kota.

Keengganan dalam menyusun KTSP di sekolah dipengaruhi oleh tidak

tersedianya dana yang memadai untuk menyusun dokumen serta kurangnya pembinaan

dari pihak pengawas dan DIKNAS Kabupaten Kota. Padahal peran tersebut sangat

diharapkan oleh sekolah. Kondisi ril dilapangan menunjukkan bahwa terdapat beberapa

sekolah dasar yang membeli perangkat dokumen KTSP dari berbagai penerbit yang

harganya cukup mahal (foto dokumen terlampir).

Persoalan bagi guru yang paling dominan adalah menumbuhkan pembuatan

model-model pembelajaran bagi guru. Kondisi ini menambah persoalan dalam

implementasi KTSP di sekolah. Guru cenderung belum memanfaatkan model

pembelajaran berbasis kearifan lokal serta belum tumbuh inovasi dalam pembuatan

model pembelajaran. Padahal, kunci suksesnya pelaksanaan KTSP adalah inovasi

pembelajaran yang terpusat pada siswa. Contohnya, pembelajaran IPA yang masih

bersifat klasikal, belum memanfaatkan potensi alam sebagai sumber belajar. Ada

beberapa sekolah yang sudah mendapatkan bantuan model pembelajaran namun belum

Page 19: 49_Prof. Drs. Sutrisno, M.sc., Ph.D _Profil Pelaksanaan Ktsp

19

termanfaatkan secara optimal. Hal ini, disebabkan oleh kekurangmampuan guru dalam

mengadopsi perangkat pembelajaran yang dihibahkan. Keengganan pemanfaatan

pembelajaran inilah menambah rumitnya penerapan KTSP di sekolah. Target agar

sekolah yang mendapatkan bantuan peralatan pembelajaran agar ditularkan kepada

sekolah lain belum berjalan sesuai dengan yang diharapkan.

Selanjutnya dalam menyikapi tentang kurikulum muatan lokal terdapat

miskonsepsi. Adanya kesalahan persepsi tentang kurikulum muatan lokal akibat

minimnya informasi tentang kurikulum muatan lokal. Misalnya pelajaran Iqra’, Olahraga

dan Kesenian di jalankan sebagai mata pelajaran muatan lokal padahal mata pelajaran

tersebut merupakan kategori mata pelajaran pengembangan kepribadian. Adanya

keterbatasan buku/bahan rujukan muatan lokal merupakan kendala paling besar dalam

menerapkan KTSP pada jenjang pendidikan dasar. Seyogyanya muatan lokal disusun

sesuai dengan potensi daerah dan ketersediaan bahan yang ada, yang dapat dijadikan

sebagai mata pelajaran keunggulam kompetitif. Pada umumnya muatan lokal yang

dikembangkan di sekolah dasar adalah budaya dan seni daerah.

Persoalannya tentang pengembangan budaya dan seni daerah adalah belum

tersedianya buku rujukan yang memadai. Sehingga sangat tidak mungkin bila

menerapkan buku rujukan budaya daerah dari tempat lain yang struktur dan budayanya

berbeda. Kondisi ini diperparah oleh ketersediaan guru yang memiliki kompetensi dan

kualifikasi bidang studi/mata pelajaran muatan lokal. Peran Dinas Pendidikan

Kabupaten Kota semestinya sudah melakukan inventarisasi tentang kebutuhan sekolah.

Mencermati struktur kurikulum masih sepenuhnya merujuk dan mengadopsi struktur

kurikulum yang tersedia. Kondisi ini disebabkan oleh belum tersosialisasinya dengan

baik tentang KTSP ke sekolah-sekolah dan para guru yang memberikan berbgaia

dampak.

Misaknya, dampak yang ditimbulkan belum terbentuknya tim pengembang

tingkat kabupaten dan kota serta belum adanya bantuan nara sumber yang memadai bagi

guru-guru terutama dalam pengembangan model-model pembelajaran dan sistem

penilaian mengakibatkan terjadinya stagnasi dalam implementasi KTSP. Beberapa faktor

penting penghambat implementasi KTSP adalah minimnya buku paket yang relevan

dengan tuntutan KTSP serta belum lengkapnya sarana dan prasarana pembelajaran serta

Page 20: 49_Prof. Drs. Sutrisno, M.sc., Ph.D _Profil Pelaksanaan Ktsp

20

sesuai dengan persyaratan minimal merujuk pada UU No. 23 Tahun 2003 (Delapan

Standar Pelayanan Minimal). Terjadinya miss konsepsi tentang muatan lokal, padahal

mata pelajaran pengembangan kepribadian dijalankan sebagai mata pelajaran muatan

lokal.

Profil Implementasi KTSP di Sekolah Menengah Pertama

Tidak jauh beda kondisi yang dialami oleh sekolah-sekolah penyelenggara KTSP

pada tingkat SD dengan tingkat SMP. Persolan yang mengemuka adalah minimnya

sosialisasi KTSP pada tingkat sekolah maupun guru. Pemahaman KTSPpun cukup

beragam terkait dengan konsep dasar filosofis maupun teknis pelaksanaan KTSP di

sekolah. Dalam hal penataan sekolah perumusan tujuan, visi dan misi sekolah belum

terjabarkan secara implementatif dan terukur tentang upaya-upaya apa saja yang harus

ditempuh dan pencapaannya.

Adanya kerancuan antara pengembangan muatan lokal dengan pengembangan

kepribadian dalam elemen-elemen KTSP. Padahal harapan dari KTSP adalah tumbuhnya

matapelajaran muatan lokal secara beragam di tiap-tiap sekolah, atau paling tidak pada

tiap kabupaten. Kondisi ini terjadi karena buku rujukan tentang muatan lokal sangat

minim. Team pengembang muatan lokal belum tersedia baik pada tingkat sekolah

maupun Diknas Kabupaten/Kota.

Pada tingkat guru persoalan yang mendasar adalah guru sangat membutuhkan

pelatihan tentang penyusunan RPP dengan menggunakan kata-kata operasional yang

tepat terkait dengan model-model pembelajaran secara terpadu. Kendala kedua adalah

tentang pemahaman sistem penilaian secara format maupun hakekat penilaian sesuai

amanat KTSP. Disamping itu, forum komunikasi guru bidang studi tidak berjalan

sebagaimana mestinya, kendala utamanya adalah masalah pendanaan dan kurangnya

team pakar yang seharusnya dapat diatasi melalui peer teaching.

Kurangnya sarana dan prasarana pembelajaran pada umumnya terkait dengan

bidang studi. Pada umumnya untuk matapelajaran Sains sarana laboratorium kurang

memadai. Inilah salah satu kendala pelaksanaan pembelajaran yang terintegrasi tidak

berjalan sebagai mana mestinya. Sarana lain yang kurang memadai adalah pembelajaran

berbasis teknologi informasi dan komunikasi (TIK). Pada umumnya jaringan internet

Page 21: 49_Prof. Drs. Sutrisno, M.sc., Ph.D _Profil Pelaksanaan Ktsp

21

belum terbangun di tiap sekolah sehingga pemanfaatan TIK sebagai sumber belajar bagi

siswa belum sepenuhnya dilaksanakan.

Profil Implementasi KTSP di Sekolah Menengah Atas

Dalam tataran sosialisasi KTSP belum sepenuhnya semua sekolah yang

menyelenggarakan KTSP belum tersosialisasi dengan baik. Beberapa elemen-elemen

penting dalam KTSP belum sepenuhnya difahami oleh sekolah. Bimbingan teknis tentang

penyusunan KTSP d sekolah sangat dibutuhkan. Adapun elemen-elemen tersebut adalah

sebagai berikut:

Tabel 2. Elemen-elemen KTSP

No

KTSP

Komponen Utama

1. Dokumen satu Penyusunan Pengembangan KTSP

Pengembangan Muatan Lokal

2 Dokumen Dua Pengembangan Silabus

Pengembangan Pembelajaran Terpadu

Pengembangan Laporan Belajar Peserta Didik

Penyusunan Rancangan Penilaian Hasil Belajar

Siswa

Dalam konteks kelembagaan di tingkat sekolah sebagain besar sekolah belum

terbentuk team pengembang KTSP. KTSP disusun secara sepenuhnya merujuk pada

BNSP dan belum diimbangi oleh inovasi dan kreativitas penyusunan yang berbasis pada

kekuatan sekolah penyelenggara. Misalnya, perumusan visi dan misi belum terjabarkan

dengan baik dalam rencana strategis sekolah secara terukur pencapaiannya.

Pada tingkat guru masih dibutuhkan bimbingan tentang merumuskan kata-kata

operasional dalam menyusun desain instruksional. Padahal, pemilihan kata-kata

operasional sangat penting untuk menentukan ketepatan dalam merumuskan tujuan

pembelajaran dan kompetensi yang ingin dicapai dalam proses pembelajaran. Kondisi ini

diperparah oleh kurangnya pemahaman tentang pembuatan model-model pembelajaran

secara terpadu dan terintegrasi untuk semua bidang studi.

Page 22: 49_Prof. Drs. Sutrisno, M.sc., Ph.D _Profil Pelaksanaan Ktsp

22

Disamping itu, pemahaman bagi guru tentang sistem penilaian dengan model

KTSP belum sepenuhnya diikuti oleh guru. Kurangnya sosialisasi tentang KTSP bagi

guru-guru sebagai faktor utamanya. Padahal, memahami secara komprensif tentang

KTSP baik di tingkat sekolah, perencanaan, pelaksanaan dan sistem evaluasi sangat

penting. Terutama pemahaman bagi guru sebagai pelaku agar KTSP dapat berjalan

sebagaimana yang telah diamanatkan. Secara siklus kurikulum, KTSP dapat digambarkan

dalam satu alur sebagai berikut, gambar 1:

Implementasi KTSP dalam Prespektif Kebijakan

Persoalan-persoalan implementasi KTSP yang urgen untuk diketengahkan pada

konteks ini sejatinya bermuara pada kesiapan daerah Jambi dalam mengantisipasi

perubahan paradigma pendidikan dari yang semula sentralistik menjadi desentralistik.

Misalnya, KTSP yang diluncurkan lebih mengedepankan pada otonomi sekolah untuk

mengembangkan kurikulum sendiri yang sesuai dengan kearifan lokal, kurikulum

sekolah tidak lagi terpusat secara nasional. Sekolah bisa membuatnya sendiri dengan

meminta pertimbangan komite sekolah. Peran guru adalah sebagai fasilitator untuk

mendorong anak mau belajar dan mencari tahu (Kompas, 29/2/2007). Setiap elemen-

elemen tersebut belum berjalan sebagaimana mestinya.

Perubahan paradigma tersebut memberikan konsekuensi pada aspek kebijakan

dan implikasinya dalam pelaksanaan praksis pendidikan. Kebijakan pendidikan di daerah

semestinya lebih mengutamakan dimensi kemandirian yang didasarkan kepada analisis

kebutuhandan potensi yang dapat dikembangkan di daerah Jambi. Demikian juga dengan

pengembangan KTSP. Selama ini, sebagian sekolah yang mencobakan KTSP masih

mengadopsi model kurikulum yang dicontohkan oleh Badan Standar Nasional Penilaian

(BSNP). Padahal, kondisi setiap daerah amat beragam. Setiap daerah memiliki kekhasan

masing-masing.

Dengan demikian kurikulum yang dikembangkan dan digunakan semestinya

selaras dengan keanekaragaman karakteristik daerah Jambi. Pada tataran implikasi,

perubahan tersebut mensyaratkan para pengambil kebijakan dan stake holder memiliki

kemampuan untuk dapat menerjemahkan kebijakan-kebijakan pusat dan lokal menjadi

perangkat-perangkat aturan yang dapat dipedomani untuk melaksanakan pendidikan.

Page 23: 49_Prof. Drs. Sutrisno, M.sc., Ph.D _Profil Pelaksanaan Ktsp

23

Gambar 1. Model KTSP

Prinsip Dasar dan Ranah Pembelajaran

KTSP

Komponen yg terlibat dlm KTSP

PGRI

Komunitas lokal

Penasehat Pendidikan

Ortu

Siswa

Komite Skl

Proses KTSP -desain -pelaksanaan -evaluasi

Menghasilkan

Kurikulum Kebutuhan Matapelajaran

Taksonomi Bloom

Potensi Komunitas

Pembelajaran Teknologi

Penelitian

Persyaratan

Model Pemanfaatan sarana Pembelajaran

Refleksi Pengguna

Desain:( Sutrisno, 2007 diadopsi dari Bolstad, R. 2004.)

Page 24: 49_Prof. Drs. Sutrisno, M.sc., Ph.D _Profil Pelaksanaan Ktsp

24

Kondisi riil menunjukkan bahwa perubahan paradigma tersebut tidak serta merta

diikuti dengan hasil yang lebih baik. Sejumlah masalah masih mengedepan dan dominan

mewarnai kebijakan pendidikan dan implementasinya di Jambi, baik pada tataran

provinsi, kota, maupun kabupaten. Pertama, tidak semua sektor yang menentukan arah

kebijakan pendidikan dan implementasinya memiliki SDM yang kompeten untuk dapat

memformulasikan kebijakan dan implikasi teknisnya di lapangan. Perancang dan

pengambil kebijakan pada sektor-sektor yang vital untuk mengembangkan pendidikan di

sebagian daerah tidak memahami benar esensi dan filosofi dalam ranah pendidikan.

Akibatnya, produk kebijakan yang dihasilkannya pun kurang tepat sasaran.

Kedua, intervensi politik kian dominan dalam penentuan kebijakan dan

implementasinya. Dalam konteks ini, seiring dengan kecenderungan otonomi daerah,

mata rantai birokrasi sangat memungkinkan terjadinya dominasi kekuasaan politik

terhadap pendidikan. Sekolah mana dan jenis apa yang perlu dikembangkan di wilayah

tertentu, misalnya, tidak selamanya didasarkan pada hasil evaluasi yang cermat dari

perspektif keilmuan dan kesiapan objektif dan daya dukung lingkungan. Ini berakibat

pada ketidaktepatan dalam pengambilan keputusan dalam penentuan arah pengembangan

SDM dan kompetensi tertentu yang memberikan nilai tambah pada peningkatan kualitas

pendidikan secara kontekstual.

Selain dua persoalan di atas, berkenaan dengan penerapan KTSP yang semestinya

mulai 2007 ini, Dinas Pendidikan dan sekolah sepertinya masih belum beranjak dari

paradigma lama menunggu model baku KTSP yang siap saji untuk guru-guru pelbagai

bidang studi. Dinas Pendidikan pun belum memetakan tingkat kesiapan sekolah-sekolah

dalam penerapan KTSP. Padahal pemetaan itu sangat penting untuk mengidentifikasi

sekolah-sekolah mana yang siap atau tidak siap melaksanakan Kurikulum 2006 atau lebih

dikenal dengan sebutan KTSP.

Namun, tidak hanya di Jambi, secara nasional masih banyak sekolah yang belum

siap melaksanakan KTSP. Sahabat kita, Mungin Eddy Wibowo anggota BSNP,

mengungkapkan bahwa pemetaan kemampuan sekolah-sekolah di daerah untuk

menyusun KTSP itu perlu. Akan tetapi, justru di daerah ada kepala dinas pendidikan

yang justru bingung bagaimana menerapkan KTSP (Kompas, 29/2/2007). Kenyataan ini

Page 25: 49_Prof. Drs. Sutrisno, M.sc., Ph.D _Profil Pelaksanaan Ktsp

25

tentu menambah masalah dan tidak tertutup kemungkinan dihadapi juga oleh Dinas

Pendidikan di Jambi.

Sesungguhnya, selain persoalan komitmen, dalam penerapan KTSP peran Diknas

dan sekolah amat dominan. Diknas seyogyanya memprioritaskan dilakukannya studi

untuk mengkaji tingkat kesiapan sekolah-sekolah, baik dari segi sarana prasarana dan

kesiapan SDM sekolah dalam mengadopsi kurikulum baru ini sehingga penerapan KTSP

nantinya dapat tepat sasaran. Ini dapat dilakukan dengan melibatkan Lembaga

Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK), Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan

(LPMP), dan stake holder dalam sinergi penelitian yang secara khusus ditujukan untuk

memetakan kesiapan sekolah secara menyeluruh di wilayah kota dan kabupaten.

Selain itu, sekolah juga diharapkan proaktif mempersiapkan diri menyongsong

perubahan kurikulum dengan sikap yang positif dan upaya yang mendukung keberhasilan

perubahan itu ke arah yang lebih baik. Kepala sekolah dituntut untuk memfasilitasi dan

berinisiasi meningkatkan kemampuan guru-gurunya agar dapat memiliki bekal dan

kompetensi yang memadai, tidak saja terampil mengajar dengan menggunakan bahan ajar

siap saji, melainkan juga dapat menyusun dan merencanakan sendiri pengajarannya.

Tidak hanya itu, karena KTSP memberi peluang sekolah untuk mengembangkan

kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan dan potensi yang ada di lingkungan sekitar,

maka guru dituntut untuk memiliki kompetensi yang lebih kompleks dan adaptif terhadap

perubahan. Semestinya, dengan diberlakukannya KTSP bisa merangsang guru benar-

benar kreatif dalam memfasilitasi siswanya untuk belajar dengan memanfaatkan sumber-

sumber belajar yang tersedia di lingkungan sekitar. Bahkan, guru harus

mempertimbangkan perbedaan-perbedaan pada peserta didik.

Kenyataan di sebagian sekolah menunjukkan bahwa pemahaman kepala sekolah

dan juga guru masih amat minim dalam pengetahuan tentang KTSP. Masih juga

dipersoalkan hal-hal yang tidak substansial berkenaan dengan nama kurikulum

(Kurikulum 2006 atau KTSP) dan mengapa Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK)

ditinggalkan. Padahal esensi dari perubahan itu tidak berpaling dari persoalan bagaimana

membelajarkan siswa untuk mencapai kompetensi yang dituju, yang setidaknya meliputi

ranah kognitif, afektif, dan psikomotor sesuai dengan jenjang pendidikan.

Page 26: 49_Prof. Drs. Sutrisno, M.sc., Ph.D _Profil Pelaksanaan Ktsp

26

Untuk mengatasi itu diperlukan kemitraan yang erat antara Lembaga Pendidikan

dan Tenaga Kependidikan (LPTK) dan sekolah, yang difasilitasi oleh Dinas Pendidikan

setempat. Realisasinya dapat berupa kerja sama dalam bentuk pelatihan guru-guru dan

juga peningkatan kompetensi guru dengan mengikuti pendidikan setingkat sarjana (dan

pascasarjana) yang sesuai dengan kebutuhan sekolah. Untuk itu, LPTK juga perlu

menyelaraskan kurikulumnya dengan kompetensi guru dan pengelola sekolah, sehingga

dapat memberi bekal yang gayut dengan kebutuhan di sekolah dasar dan menengah.

Dalam konteks penerapan KTSP, kemitraan dalam pelatihan dan pendidikan

lanjut itu perlu didahului dengan analisis situasi yang diperoleh dari hasil penelitian

objektif yang dapat memetakan masalah dan tingkat kesiapan sekolah yang akan

menyelenggarakan KTSP. Setelah itu dapatlah diterapkan uji coba KTSP dengan

mengambil sampel sekolah tertentu secara purposif, yakni dengan memilih sekolah yang

sudah siap menerapkan KTSP di setiap kabupaten. Atau, KTSP dicobakan hanya dalam

satu kabupaten saja terlebih dahulu. Keduanya memiliki keunggulan dan kelemahannya

masing-masing. Selain kesiapan sarana, prasarana, dan SDM sekolah, prinsip yang

semestinya diperhitungkan dalam memilih satu di antara kedua alternatif itu adalah

prinsip keadilan an pemerataan. Ini mengingat bahwa kebijakan apa pun yang diambil

dalam konteks pendidikan senantiasa menghadirkan dampak sosial, ekonomi, dan politik

yang akibatnya dirasakan oleh seluruh masyarakat Jambi.

Sebagai refleksi akhir perlu dikemukakan bahwa keberhasilan dunia pendidikan

di Jambi menerapkan KTSP amat ditentukan oleh itikad baik dan ada tidaknya kemauan

untuk mengubah orientasi menuju paradigma berpikir yang dilandasi falsafah otonomi.

Reorientasi memungkinkan penyelenggaraan dan pendidikan di sekolah secara lebih

efisien dan unggul dalam pengembangan potensi sesuai dengan konteksnya. Sanggupkah

kita berubah menuju yang lebih baik? Sebagian jawabannya ada pada siap atau tidakkah

kita menerapkan KTSP di Tanah Beradat ini.

Page 27: 49_Prof. Drs. Sutrisno, M.sc., Ph.D _Profil Pelaksanaan Ktsp

27

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Berdasarkan temuan yang diperoleh dari pengamatan empirik dapat dikemukakan

beberapa simpulan berikut.

Pertama, pada semua jenjang bahwa (SD, SMP dan SMA) elemen-elemen KTSP

belum terimplementasi dengan baik yakni (a) penyusunan pengembangan KTSP, (b)

pengembangan silabus, (c) pengembangan diri, (d) pembelajaran terpadu, (e)

pengembangan muatan lokal, (f) penyusunan rancangan penilaian hasil belajar, (g)

penyusunan laporan peserta didik.

Kedua, proses belajar mengajar yang berlangsung dengan menggunakan KTSP

di provinsi Jambi dilaksanakan sesuai dengan prinsip-prinsip dasar pedagogi modern dan

yang mengutamakan pentingnya perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi yang tepat. Hal

ini dapat diindikasikan dari (1) kelengkapan persiapan mengajar guru (Satuan Acara

Pelajaran/skenario pembelajaran), bahan ajar (Lembar Kegiatan Siswa), serta media yang

digunakan guru untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran; (2) kesesuaian pembelajaran

dengan skenario pembelajaran dan bervariasinya metode pembelajaran yang digunakan

oleh guru; dan (3) ketepatan dalam pemberian tugas, pemanfaatan sumber belajar, dan

penggunaan perangkat evaluasi yang tepat untuk mendapatkan umpan balik dari siswa.

Namun, dari perspektif kualitas masih dibutuhkan pembimbingan.

Saran

Sebagai implementasi dari dari hasil evaluasi terhadap pelaksanaan KTSP di

Jambi, kepada pihak-pihak terkait dapat disarankan beberapa hal berikut ini.

Sekolah Penyelenggara

Dengan mengadopsi dan mengimplementasikan KTSP, secara implisit sekolah

menyatakan dengan sadar bahwa sekolah akan memiliki komitmen terhadap

pembaharuan terhadap penataan sekolah, aturan dan kebiasaan yang selama ini diikuti.

Sekolah secara konsisten akan menerapkan berbagai standar yang telah ditetatpkan yakni

standar proses, isi, penilaian dan standar lainnya.

Page 28: 49_Prof. Drs. Sutrisno, M.sc., Ph.D _Profil Pelaksanaan Ktsp

28

Untuk memaksimalkan KTSP dan mengoptimalkan kemanfaatannya bagi

peningkatan kualitas proses dan hasil belajar siswa hendaknya dikembangkan secara

sinergis antara siswa, guru dan sekolah. Siswa diarahkan secara benar tentang hakekat

belajar yang aktif, kreatif dan inovatif. Agar siswa dapat menjalankan tugasnya dengan

baik hendaknya diberikan arah dan tujuan yang ingin dicapai dalam pembelajarannya.

Guru secara konsisten melaksanakan tugasnya mulai dari menyiapkan perangkat

pembelajaran, RPP, program semesteran, mengidentifikasi materi dan pengalaman

belajar, merancang setting pembelajaran, melaksanakan evaluasi dan melaporkan hasil

siswa dalam kerangka dan model KTSP.

Guru menerapkan PBM yang lebih demokratis disertai evaluasi berkala dengan

melibatkan peserta didik, guru dan orang tua siswa. Ketiga unsur ini diharapkan dapat

melakukan komunikasi berkala guna membahas berbagai hal yang berkaitan dengan

PBM. Mengikutsertakan siswa, orang tua siswa, dan Komite Sekolah dalam proses

evaluasi terhadap PBM dan kinerja guru perlu menjadi salah satu pertimbangan. Hal ini

tidak saja dibutuhkan untuk menghargai hak siswa dan orang tua siswa, melainkan juga

sebagai kontrol dan peningkatan kompetensi guru dalam mengajar.

Dinas Pendidikan Kab/Kota

1. Melakukan monitoring dan evaluasi yang lebih intensif dan teratur terhadap

pelaksanaan KTSP pada sekolah-sekolah penyelenggara sekaligus sebagai bahan

perencanaan bagi sekolah-sekolah yang belum melaksanakan KTSP.

2. Memfasilitasi jaringan kerjasama antarsekolah penyelenggara sekolah yang sudah

melaksanakan KTSP yang ada di Provinsi Jambi agar dapat saling bertukar informasi

mengenai pengelolaan program ini.

3. Memberikan layanan tenaga ahli yang dibutuhkan oleh sekolah dalam peningkatan

SDM di sekolah, misalnya melalui pelatihan guru dalam metodologi mengajar berbasis

KTSP, metodologi penelitian sebagai upaya pengembangan dan inovasi guru, penguasaan

bidang studi, pengoperasian komputer dan internet, penggunaan media berbasis teknologi

modern, atau dalam penulisan karya ilmiah agar inovasi pembelajaran dapat berjalan

dengan baik oleh tiap-tiap sekolah.

Page 29: 49_Prof. Drs. Sutrisno, M.sc., Ph.D _Profil Pelaksanaan Ktsp

29

4. Mensupport pendanaan yang memadai yang diberikan kepada sekolah untuk

melengkapi sarana dan prasarana untuk mendukung jalannya KTSP.

Pemerintah Daerah Provinsi c.q. Dinas Pendidikan

1. Melakukan perbaikan dan pemutakhiran Buku Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan

dengan menggunakan KTSP

2. Menyelenggarakan diklat yang mendukung peningkatan kualitas sumber daya sekolah;

Menyediakan buku rujukan untuk muatan lokal yang belum ada buku rujukannya

terutama pada tingkat sekolah dasar

3. Melakukan monitoring, evaluasi, dan supervisi secara lebih teratur dan terarah, yang

teknis pelaksanaannya dapat berkordinasi dengan Dinas Pendidikan Kota/Kabupaten dan

Pusat.

LPMP Jambi

Sesuai dengan peran dan fungsinya hendaknya LPMP berkoordinasi dengan

Diknas Propinsi, Kab/Kota untuk melihat kinerja pelaksanaan KTSP di sekolah dari sudut

pandang kesiapan, kendala implementasi, peningkatan profesionalitas guru dan bantuan

peningkatan elemen-elemen penting dalam menjalankan KTSP di Sekolah. Elemen-

elemen tersebut terdiri atas: (a). Penataan sekolah, (b) simulasi setiap bidang studi

tentang pembelajaran yang terpusat pada siswa untuk semua bidang studi, (c) inovasi

pengelolaan sekolah, inovasi pembelajaran guru, dan pengembangan pelajaran muatan

lokal terutama budaya daerah yang buku rujukannya belum tersedia hingga saat ini

terutama pada sekolah dasar.

Page 30: 49_Prof. Drs. Sutrisno, M.sc., Ph.D _Profil Pelaksanaan Ktsp

30

DAFTAR PUSTAKA Anonim, 2007. Plus Minus KTSP, Dunia Guru: http://www.duniaguru.com Anonim, 2006. Towards Piloting School based continuous assessment at middle basic

level, Conference an a Assesment in Education, 26-30 June, 2006. Anonim, 2007. Satndards-Aligned Curriculum Development, Illinois State Board of

Education Website Resources:, http://www.isbe.net/sos/default.htm Anonim, 2006. BNSP dan Kepmendiknas, Permen tentang KTSP, Jakarta. Fernandes, H.J.X. 1984. Evaluation of Educational Program. National Education

Planning, Evaluation and Curriculum Development. Jakarta. Beane, 1996. Dalam Catatan Kritis Kurikulum 2006, Media Indonesia, 5 Oktober 2006

yang ditulis oleh Paulus Maridjan. Suhadi, I. 2006. Menyikapi KTSP Tantangan untuk Penyelenggaraan Pembelajaran yang

Lebih Baik, Journal Pendidikan Inovatif , Vol 2. hal 236-242 Cheong Cheng, Y, 1994. Effectiveness of Curriculum Change in School: An

Organizational Perspective, International of Educational Management, Vol. 8, No. 3, hal. 26-34

Bolstad, R. 2004. School-Based Curriculum Development: Redifining the term for New

Zealand Schools Today and Tomorrow, paper presented at the conference of the New Zealand Association of Research in Education, 24-26 November 2004.

Sutrisno. 2008. Wawancara Khusus tentang KTSP sebagai Inovasi Pendidikan, Jambi

Ekspress, Januari 2008. Kunandar, 2007. Guru Profesional, Implementasi KTSP dan Persiapan Menghadapi

Sertifikasi Guru, Rajagrasindopersada, Jakarta. Ucapan terimakasih: disampaikan kepada (a) team peneliti LPMP Jambi dalam hal pengumpulan data, (b) LPMP Jambi dalam pembiayaan penelitian ini yang dibebankan anggaran rutin LPMP tahun 2007.