4662-6374-1-pb (1)

22
Hubungan Pre Menstrual Syndrome dengan Tingkat Kecemasan pada Remaja Herwinda Octaviana Presti 1 , Warih Andan Puspitosari 2 1 Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, 2 Bagian Psikiatri Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta INTISARI Pre Menstrual Syndrome adalah sekumpulan perubahan fisik serta mental yang dimulai setiap waktu antara 2-14 hari sebelum menstruasi dan mereda hampir seketika pada saat menstruasi itu datang. Pre Menstrual Syndrome cenderung dimulai dan juga meningkat dalam kehidupan wanita yang sedang mengalami perubahan level hormon, contohnya pada saat pubertas. Pre Menstrual Syndrome masih merupakan gangguan yang kontroversional. Belum ada kesepakatan bersama tentang diagnosis Pre Menstrual Syndrome. Beberapa penelitian mengungkapkan bahwa Pre Menstrual Syndrom berhubungan dengan gangguan mood. DSM – IV (Diagnostic and statistical manual for mental disorders – IV) menyebutkan 11 gejala Pre Menstrual Syndrome. Kecemasan sebagai salah satu gejala utama Pre Menstrual Syndrome. Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan Pre Menstrual Syndrome dengan tingkat kecemasan pada remaja. Penelitian ini melibatkan 84 responden dari SMAN 11 Yogyakarta yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi tertentu, yang diminta untuk mengisi kuisioner Shortened Premenstrual Assesment Form (SPAF) untuk menegakkan Pre Menstrual Syndrome dan kuisioner Taylor Manifest Anxiety Scale (TMAS) untuk mengetahui skor kecemasan responden.

Upload: alen-alicesingal-havelaar

Post on 27-Oct-2015

201 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: 4662-6374-1-PB (1)

Hubungan Pre Menstrual Syndrome dengan Tingkat Kecemasan pada Remaja

Herwinda Octaviana Presti1, Warih Andan Puspitosari2

1Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta,

2Bagian Psikiatri Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

INTISARI

Pre Menstrual Syndrome adalah sekumpulan perubahan fisik serta mental yang dimulai setiap waktu antara 2-14 hari sebelum menstruasi dan mereda hampir seketika pada saat menstruasi itu datang. Pre Menstrual Syndrome cenderung dimulai dan juga meningkat dalam kehidupan wanita yang sedang mengalami perubahan level hormon, contohnya pada saat pubertas. Pre Menstrual Syndrome masih merupakan gangguan yang kontroversional. Belum ada kesepakatan bersama tentang diagnosis Pre Menstrual Syndrome. Beberapa penelitian mengungkapkan bahwa Pre Menstrual Syndrom berhubungan dengan gangguan mood. DSM – IV (Diagnostic and statistical manual for mental disorders – IV) menyebutkan 11 gejala Pre Menstrual Syndrome. Kecemasan sebagai salah satu gejala utama Pre Menstrual Syndrome.

Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan Pre Menstrual Syndrome dengan tingkat kecemasan pada remaja.

Penelitian ini melibatkan 84 responden dari SMAN 11 Yogyakarta yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi tertentu, yang diminta untuk mengisi kuisioner Shortened Premenstrual Assesment Form (SPAF) untuk menegakkan Pre Menstrual Syndrome dan kuisioner Taylor Manifest Anxiety Scale (TMAS) untuk mengetahui skor kecemasan responden.

Analisis uji korelasi Pearson menunjukkan adanya hubungan positif sangat lemah (r = +0,016) yang signifikan dengan nilai p=0,263 (p<0,05) antara Pre Menstrual Syndrome dangan tingkat kecemasan pada remaja. Sehingga penderita Pre Menstrual Syndrome mempunyai resiko mengalami kecemasan.

Kata kunci : Pre Menstrual Syndrome, Kecemasan, Remaja

Page 2: 4662-6374-1-PB (1)

The Correlation Between Pre Menstrual Syndrome and Anxiety in Aldolescence

Herwinda Octaviana Presti1, Warih Andan Puspitosari2

1Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta,

2Bagian Psikiatri Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

ABSTRACT

Pre Menstrual Syndrome is a collection of physical and mental changes that started at any time between 2-14 days before menstruation and subside almost immediately at the time of menstruation is coming. Pre Menstrual Syndrome start and also increase in the life of women who are experiencing changes in hormone levels, for example at puberty. Pre Menstrual Syndrome is a disorder that still kontroversional. There is no consensus concerning the diagnosis of Pre menstrual Syndrome. Some studies reveal that the Pre Menstrual Syndrome associated with mood disorders. DSM – IV (Diagnostic and statistical manual for mental disorders – IV) mention that there are 11 symptoms in Pre Menstrual Syndrome. And anxiety as one of the main symptoms of Pre Menstrual Syndrome.

The purpose of this research is to determine the corellation Pre Menstrual Syndrome with levels of anxiety in adolescents.

This research involved 84 respondence from SMAN 11 Yogyakarta that would be included at inclusion and exclusion criteria for certain, who were given and fill out the questionnaire about pre menstrual Shortened Assessment Form (SPAF) to establish Pre Menstrual Syndrome and questionnaire Taylor Manifest Anxiety Scale (TMAS) to assess their anxiety score.

Analysis of Pearson Correlation Test showed that there is a significant very weak positif correlation between Pre menstrual Syndrome with anxiety level in adolescence with p value is 0,263 (p<0,05) and coefficient correlation is +0,016. Thus the Pre Menstrual Syndrome patient have a risk of experiencing anxiety.

Keywords : Pre Menstrual Syndrome, Anxiety, Aldolescence

Page 3: 4662-6374-1-PB (1)

Pendahuluan

Masa remaja atau masa

aldolescence adalah suatu fase

perkembangan yang dinamis dalam

kehidupan seorang individu. Masa

remaja terjadi lebih dini pada remaja

putri dibanding remaja putra, dan

kemungkinan terjadinya perbedaan ini

dikarenakan remaja putri lebih cepat

matang dalam hal psikologikal dan

emosionalnya.1

Pre Menstrual Syndrome

adalah sekumpulan perubahan fisik

serta mental yang dimulai setiap waktu

antara 2-14 hari sebelum menstruasi

dan mereda hampir seketika pada saat

menstruasi itu datang.2 Pre Menstrual

Syndrome cenderung dimulai dan juga

meningkat dalam kehidupan wanita

yang sedang mengalami perubahan

level hormon, contohnya pada saat

pubertas.3

Berdasarkan data statistic

tahun 2004, diperoleh bahwa satu dari

enam wanita di USA mengalami Pre

Menstrual Syndrome, atau sekitar 40,8

juta orang. Di Indonesia pada tahun

yang sama, wanita yang mengalami

Pre Menstrual Syndrome dilaporkan

berjumlah 35.767.942 orang.4

Sekitar 95,59% pelajar di

Etiophia mengalami Pre Menstrual

Syndrome dalam berbagai siklus

menstruasi 12 bulan terakhir. Gejala

yang umumnya muncul adalah gejala

fisik seperti mudah lelah (70,2%),

perubahan nafsu makan (61,9%) dan

perubahan pola tidur (60,3%). Gejala

psychobehavioral yang umumnya

timbul meliputi gangguan mood

(59,9%), mudah kacau (52,5%) dan

iritabilitas (49,6%). Gejala-gejala

tersebut menimbulkan penurunan

aktifitas sehari-hari, seperti penurunan

minat belajar, kuliah, pertemanan dan

melakukan hobi.5

Sepanjang periode menstruasi

awal, gejala yang sering dialami

remaja putri adalah sakit kepala, sakit

punggung, kejang,dan sakit perut yang

diiringi pingsan, emesis, gangguan

kulit, pembengkakan tungkai kaki dan

pergelangan kaki. Akibatnya timbul

Page 4: 4662-6374-1-PB (1)

rasa lelah, tertekan, cemas, dan mudah

marah.6 Beberapa penelitian

mengungkapkan bahwa Pre Menstrual

Syndrom berhubungan dengan

gangguan mood. DSM – IV

(Diagnostic and statistical manual for

mental disorders – IV) menyebutkan

11 gejala Pre Menstrual Syndrome.

Kecemasan sebagai salah satu gejala

utama Pre Menstrual Syndrome.

Kecemasan adalah suatu

keadaan yang ditandai dengan

perasaan ketakutan yang disertai

dengan tanda somatic yaitu terjadinya

hiperaktivitas system saraf otonom.

Kecemasan adalah gejala yang tidak

spesifik yang sering ditemukan dan

seringkali merupakan suatu emosi

yang normal. Remaja yang mengalami

pubertas akan lebih cepat murung,

khawatir, cemas, marah dan menangis

hanya karena hasutan yang sangat

kecil. Selama masa Pre Menstrual dan

awal menstruasi, sensitivitas emosi

dan suasana hati yang negatif ini

sering terjadi.6

Hal ini dapat diperkuat dengan

pernyataan bahwa Pre Menstrual

Syndrome dapat mempengaruhi

penurunan kadar monoamine oksidase

pada otak dihubungkan dengan

terjadinya depresi dan penurunan

serotonin sehingga menimbulkan

perubahan mood.7

Pre Menstrual Syndrome

merupakan salah satu bentuk stressor

fisiologis dan psikologis yang dapat

menyebabkan kerapuhan fisik/mental

sehingga dapat dikatakan bahwa Pre

Menstrual syndrome dapat memicu

kecemasan pada remaja.8

Sehubungan dengan hal

tersebut, maka peneliti merasa perlu

untuk melakukan penelitian yang

bertujuan untuk mengetahui hubungan

antara Pre Menstrual Syndrome dan

tingkat kecemasan pada remaja.

Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan

menggunakan rancangan peneltian

analitik non-eksperimental dengan

pendekatan cross-sectional (potong

lintang) yang diadakan pada bulan

Januari. Sampel penelitian ini adalah

siswi SMAN 11 Yogyakarta dengan

Page 5: 4662-6374-1-PB (1)

kriteria inklusi berusia 15-18 tahun,

dan bersedia bekerjasama dalam

penelitian ini dengan mengisi

kuisioner yang di bagikan untuk

menjadi responden.

Instrumen yang digunakan

untuk mengukur skor Pre Menstrual

Syndrome yaitu Shortened

Premenstrual Assesment Form (SPAF)

yaitu instrumen pengukur Pre

Menstrual Syndrome yang terdiri dari

10 butir kuesioner singkat penilaian

gejala pre menstrual. SPAF sendiri

merupakan instrumen yang telah

dipercaya dan divalidasi. Subyek

penelitian diminta untuk menilai setiap

gejala premenstrual yang dialami dari

10 gejala yang tercantum di kuesioner

dengan skala 1-6 dari tidak ada

perubahan (1) sampai munculnya

gejala yang mengganggu (6). Hasil

penjumlahan nilai gejala

premenstruasi akan meliputi nilai 10-

60. Pre Menstrual Syndrome

Assessment score dikategorikan

menjadi tidak ada gejala ( total nilai

10), sedang (11-35), gejala parah (36-

60).Sedangkan skor kecemasan diukur

dengan menggunakan instrumen

berupa kuesioner Taylor Manifest

Anxiety Scale (TMAS). Instrumen

Taylor Manifest Anxiety Scale (TMAS)

terdiri dari lembaran untuk mengisi

identitas subyek, penjelasan atau

petunjuk yang terdiri dari 50

pernyataan yang disajikan kepada

subyek penelitian dimana subyek-

subyek akan menjawab “YA” atau

“TIDAK” sesuai dengan keadaan

dirinya dengan memberi tanda silang

(x) pada setiap pernyataan. Kemudian

hasil jawaban subyek dicocokkan

dengan kuncinya. Setiap jawaban yang

cocok diberi nilai 1 sehingga skornya

antara 0-50. Makin tinggi skor maka

makin tinggi tingkat kecemasannya.

Skor yang diperoleh kemudian

digolongkan menjadi 2 yaitu ≤ 21

(kecemasan ringan) dan > 21

(kecemasan sedang). Analisis data

menggunakan uji korelasi Pearson.

Hasil dari pengujian ini adalah

signifikansi hubungan antar kedua

variabel serta koefisien korelasi yang

didapatkan.

Page 6: 4662-6374-1-PB (1)

Hasil

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Usia Subyek Penelitian

Usia Frekuensi Presentase (%)

15 tahun 0 0%

16 tahun 10 12%

17 tahun 57 68%

18 tahun 17 20%

Total 84 100%

Tabel 2. Distribusi Frekuensi Tingkat Pre Menstruasi Syndrom subyek

Tingkat Pre Menstruasi Syndrom Frekuensi Presentase (%)

Tidak ade gejala 1 1,2 %

Gejala sedang 68 81%

Gejala berat 15 17,8%

Total 84 100%

Tabel 4.3 Frekuensi Tingkat Cemas Subyek

Tingkat Cemas Frekuensi Presentase (%)

Cemas ringan 14 17%

Cemas sedang 70 83%

Total 84 100%

Page 7: 4662-6374-1-PB (1)

Karakteristik sampel pada

penelitian ini dapat dilihat pada tabel

1. Jumlah responden sebanyak 84

siswi kelas XI SMAN 11 Yogyakarta

sebagian besar berusia 17 tahun

(68%). Berdasarkan tabel 2 diketahui

bahwa 68 orang (81%) siswi SMAN

11 Yogyakarta mengalami Pre

Menstrual Syndrom gejala sedang.

Sedangkan pada tabel 3 diketahui

sebesar 17% (14 orang) dari subyek

yang merupakan Siswi SMAN 11

Yogyakarta mengalamai cemas ringan

dan sebanyak 83% (70 orang)

mengalami cemas sedang.

Perhitungan mean untuk

frekuensi tingkat Pre Menstrual

Syndrome pada subyek menunjukkan

angka 28,06 dengan standar deviasi

8,851 yang berarti rata rata responden

mengalami Pre Menstrual Syndrome

gejala sedang. Sedangkan rerata skor

kecemasan pada subyek secara

keseluruhan didapatkan skor 25,88

dengan standar deviasi 3,648 yang

berarti subyek termasuk mengalami

cemas sedang.

Dalam penelitian ini Pre

menstrual Syndrome ditetapkan

sebagai variabel bebas dan tingkat

kecemasan sebagai veriabel

tergantung. Hasil analisis uji korelasi

pearson menunjukkan nilai p untuk

hubungan Pre menstrual Syndrome

dengan tingkat kecemasan pada remaja

adalah 0,263 (p < 0,05). Hal ini

menunjukkan bahwa adanya hubungan

yang signifikan antara Pre Menstrual

Syndrome dengan tingkat kecemasan

(hipotesis diterima). Kekuatan

hubungan (correlation coefficient)

adalah 0,016 dimana terdapat

hubungan positif sangat lemah

diantara kedua variabel. Hubungan

positif menunjukkan bahwa semakin

besar tingkat Pre Menstrual

Syndrome, makin besar pula tingkat

kecemasannya. Sehingga penderita

Pre Menstrual Syndrome mempunyai

resiko mengalami kecemasan.

Diskusi

Pada penelitian ini, peneliti

ingin mengetahui ada atau tidaknya

hubungan antara Pre Menstrual

Syndrome dengan kecemasan pada

Page 8: 4662-6374-1-PB (1)

remaja. Responden yang diambil

adalah 84 siswi SMAN 11

Yogyakarta, dengan asumsi usia 15-18

tahun. Dari data diatas, diperoleh 68%

dari 84 siswi SMAN 11 Yogyakarta

yang menjadi responden berusia 17

tahun. Dimana usia 17 tahun

merupakan masa remaja pertengahan.

Pada fase ini remaja masuk ke dalam

tahap pubertas. Dimana pada masa

pubertas terjadi berbagai macam

perubahan dalam diri remaja, baik

perubahan fisik maupun perubahan

emoasional. WHO Meeting on

Pregnancy and abortion in

Aldolescence 9 mendefinisikan remaja

sebagai kurun waktu ketika seseorang

secara berangsur angsur

memperlihatkan perubahan perubahan

(morfologis maupun fungsional) dari

saat timbulnya tanda tanda kelamin

sekunder sampai kepada kematangan

seksual. Masa remaja terjadi lebih dini

pada remaja putri dibanding remaja

putra, dan kemungkinan terjadinya

perbedaan ini di karenakan remaja

putri lebih cepat matang dalam hal

psikologikal dan emosionalnya. 1

Pada awal masa pubertas,

kadar hormon LH (luteinizing

hormone) dan FSH (follicle-

stimulating hormone) akan meningkat,

sehingga merangsang pembentukan

hormon seksual. Pada remaja putri,

peningkatan kadar hormon tersebut

menyebabkan pematangan payudara,

ovarium, rahim, dan vagina serta

dimulainya menstruasi pertama

(menarche). Beberapa saat sebelum

menstruasi dimulai, atau bisa pada

hari-hari menstruasi, sejumlah gadis

dan perempuan biasanya mengalami

rasa tidak nyaman. Mereka biasanya

merasakan satu atau beberapa gejala

yang disebut sebagai kumpulan gejala

sebelum menstruasi atau Pre

Menstrual Syndrome.10

Dari data penelitian diatas, di

dapatkan hampir 100% responden

mengalami Pre Menstrual Syndrome,

dimana sebanyak 81% atau 68 siswi

mengalami Pre Menstrual Syndrome

derajat sedang. Dari data responden di

dapatkan gejala gejala yang umumnya

muncul adalah payudara terasa nyeri

dan kencang, merasa tertekan (stress),

Page 9: 4662-6374-1-PB (1)

mudah tersinggung atau marah, dan

nyeri punggung,otot atau kaku sendi.

Salah satu teori menyebutkan bahwa

Pre Menstrual Syndrome

kemungkinan disebabkan oleh :

a. Ketidakseimbangan estrogen-

progesteron yang terjadi selama

fase luteal. Estrogen meningkatkan

efektivitas endhorpin, wanita

dengan Pre Menstrual Syndrome

mengalami hipoestrogenik sehingga

mengalami gejala disfungsi

vasomotor seiring dengan

peningkatan progesterone pada fase

luteal, suhu tubuh basal juga ikut

meningkat 11

b. Interaksi antara estrogen,

progesteron, dan aldosteron.

Penurunan kadar estrogen dan

progesteron dan peningkatan kadar

aldosteron ikut mempengaruhi

terjadinya retensi Na dan edema.7

c. Penurunan kadar monoamine

oksidase pada otak dihubungkan

dengan terjadinya depresi dan

penurunan serotonin sehingga

menimbulkan perasaan perubahan

mood.7

d. Kurangnya nutrisi seperti defisiensi

vitamin B6 atau hipoglokemia

karena fluktuasi kadar glukosa dan

insulin.12 (Reeder & Griffin,1997).

Hipoglikemia kemungkinan

menyebabkan sakit kepala,

lemah/letih dan peningkatan nafsu

makan.3

e. Opiat endogen, pada keadaan

normal, peptida opiat endogen

seperti endorphin, encephalin, dan

dinorphin akan meningkat

konsentrasinya pada fase luteal dan

menurun pada saat menstruasi.

Tetapi pada wanita dengan Pre

Menstrual Syndrome

konsentrasinya menurun.

Endhorpin dapat mempengaruhi

mood seseorang. 8

Pre Menstrual Syndrome cenderung di

mulai dan juga meningkat dalam

kehidupan wanita yang sedang

mengalami perubahan level hormon,

contoh nya pada saat pubertas.3 Tipe

dan gejala Pre Menstrual Syndrome

bermacam-macam. Abraham (2003)

ahli kandungan dan kebidanan dari

Fakultas Kedokteran UCLA, AS,

Page 10: 4662-6374-1-PB (1)

membagi Pre Menstrual Syndrome

menurut gejalanya yakni premenstrual

syndrome tipe A (anxiety), H

(hyperhydration), C(craving), dan

D(depression). Delapan puluh persen

gangguan Pre Menstrual Syndrome

termasuk tipe A. Pre Menstrual

Syndrome tipe A (anxiety) ditandai

dengan gejala seperti rasa cemas,

sensitif, saraf tegang, perasaan labil.

Bahkan beberapa wanita mengalami

depresi ringan sampai sedang saat

sebelum mendapat menstruasi. Gejala

ini timbul akibat ketidakseimbangan

hormon estrogen dan progesteron.

Hormon estrogen terlalu tinggi

dibandingkan dengan hormon

progesteron. Sepanjang periode

menstruasi awal, gejala yang sering

dialami remaja putri adalah sakit

kepala, sakit punggung, kejang,dan

sakit perut yang diiringi pingsan,

emesis, gangguan kulit,

pembengkakan tungkai kaki dan

pergelangan kaki. Akibatnya timbul

rasa lelah, tertekan, cemas, dan mudah

marah.6Penelitian lain yang di lakukan

oleh Aida (2003) melaporkan bahwa

100% respondennya yang terdiri dari

mahasiswi mengalami gejala Pre

Menstrual ringan dengan gejala yang

umum nya muncul meliputi gejala

fisik seperti pegal-pegal, lelah,

payudara nyeri, peningkatan nafsu

makan,masalah kulit dan mengantuk.

Sedangkan gejala emosi yang timbul

adalah seperti badmood, mudah

tersingung dan cemas.

Beberapa penelitian

mengungkapkan bahwa Pre Menstrual

Syndrom berhubungan dengan

gangguan mood. Dalam penelitian ini,

peneliti memfokuskan pada salah satu

gejala emosi yang timbul yaitu

kecemasan. DSM– IV ( Diagnostic

and statistical manual for mental

disorders – IV) menyebutkan 11 gejala

Pre Menstrual Syndrome. Kecemasan

sebagai salah satu gejala utama Pre

Menstrual Syndrome. Dari data

responden, didapatkan sebesar 17%

(14 orang) dari subyek yang

merupakan Siswi SMAN 11

Yogyakarta mengalamai cemas ringan

dan sebanyak 83% (70 orang)

mengalami cemas sedang.

Page 11: 4662-6374-1-PB (1)

Menurut Roan cit Rohmat

etiologi terjadinya kecemasan

bermacam-macam atau multifaktorial ,

meliputi :

a. Faktor genetik, biasanya wanita

lebih banyak daripada pria dan

lebih dari satu anggota keluarga

yang terkena.

b. Faktor organik, kecemasan bisa

timbul pada orang-orang yang

menderita tiroksikosis, trauma

kepala, menopause, menstruasi,

infeksi akut, arteri asklerosis

serebri dan gangguan saraf pusat

lainnya.

Teori biologik yang di cetuskan oleh

Stuart and Laraia (2001) menyebutkan

bahwa di dalam otak terdapat reseptor

spesifik terhadap benzodiazepin,

reseptor ini dapat mengatur timbulnya

kecemasan. Soewardi (1997)

mengungkapkan bahwa umur yang

lebih muda akan mengalami tingkat

stress dan kecemasan yang lebih tinggi

daripada yang berusia tua.

Perubahan mood yang cepat

pada remaja terkait dengan kecemasan

yang mungkin terbentuk. Remaja yang

mengalami pubertas akan lebih cepat

murung, khawatir, cemas, marah dan

menangis hanya karena hasutan yang

sangat kecil. Selama masa Pre

Menstrual dan awal menstruasi,

sensitivitas emosi dan suasana hati

yang negatif ini sering terjadi.6

Koefisien relasi yang di

dapatkan dalam analisis hasil

penelitian ini adalah positif, yang

menunjukkan adanya hubungan positif

antara pre menstrual syndrome dengan

tingkat kecemasan pada remaja yang

diteliti. Hal tersebut berarti bahwa

semakin besar tingkat Pre Menstrual

Syndrome, makin besar pula tingkat

kecemasan nya. Sehingga penderita

Pre Menstrual Syndrome mempunyai

resiko mengalami kecemasan.

Besar koefisien korelasi antara dua

variabel adalah 0,016 yang berarti

terdapat kekuatan hubungan sangat

lemah diantara kedua variabel. Hal ini

dapat terjadi karena penyebab

Page 12: 4662-6374-1-PB (1)

terjadinya kecemasan adalah sangat

multifaktorial, khususnya pada remaja.

Dimana pada masa remaja biasanya

terdapat keinginan yang besar untuk

mencoba banyak hal, hal ini dapat di

tetapkan sebagai pemicu utama

kecemasan pada remaja di samping

faktor faktor lain nya. Faktor-faktor

yang tidak dapat dikendalikan dalam

penelitian ini antara lain meliputi

riwayat keluarga, pengalaman yang

tidak menyenangkan semasa awal

kanak-kanak, stres pada kehidupan,

serta penggunaan alkohol dan

tembakau.

Kesimpulan

Hasil pada penelitian ini adalah

terdapat hubungan bermakna antara

Pre Menstrual Syndrome dengan

tingkat kecemasan (p = 0,263).

Semakin besar tingkat Pre Menstrual

Syndrome pada remaja, makin besar

pula tingkat kecemasannya. Sehingga

penderita Pre Menstrual Syndrome

mempunyai resiko mengalami

kecemasan.

Saran

1. Prevalensi Pre Menstrual Syndrome

yang berbeda-beda pada tiap

penelitian disebabkan belum

adanya kesepakatan bersama

tentang kriteria diagnostik.

Sehingga perlu dilakukan penelitian

lebih lanjut untuk mendapatkan

kriteria Pre Menstrual Syndrome.

2. Pada penelitian ini subyek kurang

mewakili semua usia produktif

karena terbatas pada siswi SMA

saja. Hal ini dilakukan untuk

mempermudah megontrol variabel

perancu karena penelitian ini

menggunakan metodologi yang

sederhana. Sehingga perlu

dilakukan penelitian lebih lanjut

dengan menggunakan

subyek/sampel yang lebih

heterogen dan menggunakan

metode yang lebih baik dan teliti,

misal nya metode experimental

untuk memperoleh hasil penelitian

yang lebih baik.

3. Perlu diberikan penyuluhan bagi

remaja putri mengenai pentingnya

mengetahui siklus menstruasi

Page 13: 4662-6374-1-PB (1)

khususnya Pre Menstrual

Syndrome dan kaitannya dengan

penyakit psikologi yang dialami

selama fase tersebut, dalam hal ini

kecemasan. Sehingga remaja putri

mengetahui bagaimana menghadapi

fase Pre Menstrual Syndrome

tersebut.

Daftar Pustaka

1. Salomon,MD, Philiph.,D.patch,

MD., Vernon.(1971). Handbook of

psychiatry 2nd edition.Lange

medical publication. Loss altos,

california.

2. Hincliff, S., alih bahasa hartono,

andry.(1999).Kamus keperawatan.

edisi 17.Jakarta : EGC

3. Dalton, Katharina. (1984). The

Premenstrual Syndrome and

Progesterone Therapy, 2nd edition,

William Heinermann Medical

Books Ltd, London

4. Nurlaila, eva.(2005). Hubungan

aktifitas olahraga dengan kejadian

premenstrual syndrome pada

mahasiswi program A PSIK FK

UGM (skripsi). Yogyakarta :

program study ilmu keperawatan fk

ugm. Tidak di publikasikan

5. Tenkir, A. Fisseha, N. ayele, B.

(2002). Pre menstrual syndrome :

prevalence and effect on academic

& social performance of student in

Jimma university Ethiopia. Ethiopia

journal health dev. Vol 17 no.3.

page 181-188. Available on :

www.ajol.info/view article.php

6. Al -mighwar, Muhammad.(2006).

Psikologi Remaja (Petunjuk bagi

Guru dan Orang Tua). Bandung :

Pustaka Setia.

7. Luckmann, J., 1997, “manual of

Nursing care”, 1st ed., W.B

Saunders Company, Philaelphia.

8. Aida , Yanni.(2003).Daya tahan

stress & Premenstrual syndrome

pada mahasiswi program A PSIK

FK UGM. Karya Tulis Ilmiah strata

satu, Universitas Gajah Mada:

Yogyakarta

9. Madjikoen, P., (1983) Fertilitas

dan kehamilan remaja,

permasalahan dan pencegahan

nya.Kumpulan makalah panel

forum kesehatan jiwa masyarakat,

Page 14: 4662-6374-1-PB (1)

Fakultas Kedokteran UGM,

Yogyakarta.

10. Octaria, Sherly.(2008). Siklus

haid, sindrome pra-haid, serta

gangguan haid dalam masa

reproduksi, Makalah kesehatan,

Politeknik Kesehatan, Jurusan

kebidanan, Padang

11. Black, Joyce M., Matassarin-

jacobs, Esther, 1993, “ Luckman &

Soresnsen’s medical-Surgical

Nursing : a Psychophysiologic

Approach”. 4th ed., W.B Saunders

Company, Philadelphia.

12. Reeder, Martin, Koniak,

Griffin, 1997, “ Maternity Nursing,

Family, Newborn and Women’s

Health Care”, 18th ed., J.B

Lippincott-Raveb Publisher,

Philadelphia.

Page 15: 4662-6374-1-PB (1)