39706963 anaerobic digester

29
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Metode pengolahan air limbah secara anaerobik merupakan metode pengolahan untuk air limbah yang mempunyai kandungan organik tinggi (≥ 2000 mg/L). Dengan tingginya kandungan organik biasanya pengolahan secara aerobik tidak dapat berlangsung dengan efisisen karena waktu yang dibutuhkan untuk dekomposisi bahan-bahan organik terlalu lama dan ukuran reaktor yang dibutuhkan terlalu besar. Pengolahan anaerobik juga ditujukan untuk menghasilkan biogas yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi. Pengolahan anaerobik membutuhkan bakteri anaerobik yang pertumbuhannya sangat lambatdan penjagaan kondisi kedap oksigen bebas yang cukup ketat. Dengan demnikian tahap persiapan penumbuhan bakteri anaerobik (tahap start-up) merupakan salah satu kendala dalam implementasi pengolahan air limbah secara anaerobik. Penjagaan kondisi kedap oksigen bebas membutuhkan penanganan khusus dan biaya yang tidak murah. Maka dalam aplikasi di industri pengolahan anaerobik biasanya dikombinasikan dengan pengolahan aerobik. 1.2 Tujuan a. Menentukan konsentrasi awal kandungan organik (COD) dalam umpan dan konsentrasi kandungan organic

Upload: trio-febrianta

Post on 17-Jan-2016

26 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Mekanisme Pengolahan Limbah Dengan Lumpur Aktifpengolahan sludge

TRANSCRIPT

Page 1: 39706963 Anaerobic Digester

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Metode pengolahan air limbah secara anaerobik merupakan metode pengolahan

untuk air limbah yang mempunyai kandungan organik tinggi (≥ 2000 mg/L). Dengan

tingginya kandungan organik biasanya pengolahan secara aerobik tidak dapat

berlangsung dengan efisisen karena waktu yang dibutuhkan untuk dekomposisi bahan-

bahan organik terlalu lama dan ukuran reaktor yang dibutuhkan terlalu besar. Pengolahan

anaerobik juga ditujukan untuk menghasilkan biogas yang dapat dimanfaatkan sebagai

sumber energi. Pengolahan anaerobik membutuhkan bakteri anaerobik yang

pertumbuhannya sangat lambatdan penjagaan kondisi kedap oksigen bebas yang cukup

ketat. Dengan demnikian tahap persiapan penumbuhan bakteri anaerobik (tahap start-up)

merupakan salah satu kendala dalam implementasi pengolahan air limbah secara

anaerobik. Penjagaan kondisi kedap oksigen bebas membutuhkan penanganan khusus dan

biaya yang tidak murah. Maka dalam aplikasi di industri pengolahan anaerobik biasanya

dikombinasikan dengan pengolahan aerobik.

1.2 Tujuan

a. Menentukan konsentrasi awal kandungan organik (COD) dalam umpan dan

konsentrasi kandungan organic (COD) dalam efluen setelah percobaan

berlangsung selama seminggu,

b. Menghitung efisiensi pengolahan dengan cara menentukan persen (%) kandungan

bhan organic yang didekomposisi selama seminggu oleh mikroorganisme dalam

reactor terhadap kandungan bahan organic mula-mula,

c. Menghitung total gas yang dihasilkan setelah proses berjalan selama seminggu

untuk mengetahui efisiensi pembentukan gas.

Page 2: 39706963 Anaerobic Digester

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Proses pengolahan air limbah secara biologi dapat dilakukan secara aerobik dan

anaerobik. Pada pengolahan air limbah secara anaerobik, mikroorganisme

pendekomposisi bahan bahan organic dalam air limbah akan terganggu pertumbuhannya

jika terdapat O2 dalam system pengolahannya. Dalam pengolahan air limbah secara

aerobic, mikroorganisme mengoksidasi dan mendekomposisi bahan-bahan organik dalam

air limbah dengan menggunakan oksigen yang disuplai oleh aerasi dengan bantuan

enzim dalam mikroorganisme. Pada waktu yang sama mikroorganisme mendapatkan

energi sehingga mikroorganisme baru dapat bertumbuh.

Pada dasarnya, pertumbuhan mikroba dalam peralatan pengolah air limbah

terdapat dua macam pertumbuhan mikroorganisme:

1. Pertumbuhan tersuspensi (suspended growth);

Pertumbuhan tersuspensi merupakan pertumbuhan dimana mikroba

pendegradasi bahan-bahan organic bercampur merata dengan air limbah dalam

peralatan pengolah limbah.

2. Pertumbuhan terlekat (attached growth);

Pertumbuhan terlekat merupakan pertumbuhan mikroba yang melekat pada

bagian pengisi yang terdapat pada peralatan pengolah air limbah.

Contoh pengolah limbah secara anaerobik yang menggunakan sistem

pertumbuhan mikroba tersuspensi diantaranya yaitu Laguna Anaerobik dan Up-Flow

Anaerobic Sludge Blanket. Sedangkan Filter Anaerobik dan Anaerobic Fluidized Bed

Reactor merupakan contoh peralatan pengolahan air limbah/reaktor yang menggunakan

sistem pertumbuhan mikroba terlekat secara anaerobik. Contoh peralatan pengolahan

aerobic diantaranya yaitu Lumpur Aktif dan Laguna Teraerasi. Sedangkan reaktor yang

menggunakan sistem pertumbuhan mikroba terlekat secara aerobik diantaranya yaitu

Trickling Filter dan Rotating Biological Contactor.

Dalam proses pengolahan air limbah secara anaerobik terdapat dua macam sistem

pengolahan, yaitu pengolahan satu tahap dan pengolahan dua tahap. Pada pengolahan

satu tahap, semua tahap reaksi pengolahan secara anaerobic berlangsung dalam satu

Page 3: 39706963 Anaerobic Digester

reactor. Pada pengolahan dua tahap, reaksi hidrolisis berlangsung dalam reaktor pertama

pada pH 4,5 – 6,0. Asetogenesis dan metanogenesis di reaktor dua pada pH 6,5 – 7,0.

Dengan pemisahan tahapan reaksi yang berlangsung pada rentang pH yang berbeda maka

pada pengolahan dua tahap diharapkan sistem pengolahan seperti ini lebih efisien.

Page 4: 39706963 Anaerobic Digester

BAB III

METODOLOGI

3.1 Alat dan BahanTahap Percobaan

3.1.1 Alat yang digunakan

2 buah labu erlenmeyer 250 ml 1 buah oven

2 buah corong gelas 1 buah furnacee

2 buah cawan porselen 1 buah hach COD digester

1 buah desikator 2 buah tabung hach

1 buah neraca analitis 1 buah buret , klem, dan statif

3.1.2 Bahan kimia yang digunakan

Nama bahan Konsentrasi

(g/L)

Volume

(mL)

Glukosa 2,0 -

NH4HCO3 0,15

KH2PO4 0,15 -

NaHCO3 0,5 -

K2HPO4 0,5 -

Trace Metal Solution - 1

MgSO4.7H2O 5,0 -

Trace Metal Solution - 1

FeCl3 5,0

CaCl2 5,0

KCl 5,0

CoCl2 1,0

NiCl2 1,0

FAS - -

Indikator Ferroin ( 3 tetes) -

Kertas saring - -

Page 5: 39706963 Anaerobic Digester

25 ml sampel hasil

pengenceran 10x

Labu takar 25 m l

2,5 ml sampel

Aquadest hingga tanda

batas

3.2 Prosedur Kerja

Standardisasi larutan FAS

Pengenceran sampel hingga 10 kali pengenceran

Page 6: 39706963 Anaerobic Digester
Page 7: 39706963 Anaerobic Digester

Tabung hach

2,5 ml sampel

1,5 ml pereaksi kalium bikromat3,5 ml pereaksi asam sulfat

Penentuan kandungan organik (COD) dari sampel

Page 8: 39706963 Anaerobic Digester

BAB IV

PENGOLAHAN DATA

4.1 Standardisasi Larutan FAS

Kondisi Awal

Volume K2Cr2O7 = 100 ml

Volume FAS (1) = 11,204 ml

Volume FAS (2) = 10,894 ml

N K2Cr2O7 = 0,025 N

N FAS = .... ?

N FAS = volume K 2 Cr 2 O7 X N K 2 Cr 2 O7

volume FAS

= 100 ml x0 , 025 N

11,049 ml

= 0,226 N

Kondisi Akhir

Volume K2Cr2O7 = 100 ml

Volume FAS = 11,528 ml

N K2Cr2O7 = 0,025 N

N FAS = .... ?

N FAS = volume K 2 Cr 2 O7 X N K 2 Cr 2 O7

volume FAS

= 100 ml x0 , 025 N

11,528 ml

= 0,217 N

Page 9: 39706963 Anaerobic Digester

4.2 Penentuan kandungan organik (COD) dari sampel

Tabel volume FAS saat titrasi :

Vol FAS awal

(ml)

Vol FAS akhir

(ml)

Blanko 1 1,350 1,458

Blanko 2 1,288l 1,402

Rata-rata 1,319 1,430

Effluent Reaktor 1 1,220 1,402

Effluent Reaktor 1 1,270 1,432

Rata-rata 1,245 1,417

Effluent Reaktor 2 1,138 1,422

Effluent Reaktor 2 1,106 1,420

Rata-rata 1,122 1,421

Perhitungan p enentuan kandungan organik (COD) dari sampel :

Berdasarkan data titrasi FAS

COD (mgO2 /L )= ( a−b ) . c .1000 .d . pml sampel

a = ml FAS untuk blanko

b = ml FAS untuk sampel

c = normalitas FAS

d = berat ekivalen oksigen ( 8 )

p = pengenceran

Kondisi awal

1. Effluent Reaktor 1

Page 10: 39706963 Anaerobic Digester

COD (mgO2 /L )= ( a−b ) . c .1000 .d . pml sampel

COD (awal )= (1,319−1,245 ) x 0,226 x1000 x8 x 102,5 ml

= 535,168 (mg O2/L)

2. Effluent Reaktor 2

COD (awal )= (1,319−1,122 ) x 0,226 x 1000 x8 x102,5 ml

= 1424,704 (mg O2/L)

Kondisi akhir

1. Effluent Reaktor 1

COD (mgO2 /L )= ( a−b ) . c .1000 .d . pml sampel

COD (akhir )= (1,430−1,417 ) x 0,217 x1000 x 8 x 102,5 ml

= 90,272 (mg O2/L)

2. Effluent Reaktor 2

COD (akhir )= (1,430−1,421 ) x 0,217 x1000 x8 x 102,5 ml

= 62,496 (mg O2/L)

Perhitungan Efisiensi

efisiensi pengolahan=COD awal−COD akhirCOD awal

x 100 %

Page 11: 39706963 Anaerobic Digester

Efisiensi pada reaktor 1

efisiensi pengolahan=535,168−90,272535,168

x100 %

= 83,132%

Efisiensi pada reaktor 2

efisiensi pengolahan=1424,704−62,4961424,704

x100 %

= 95,613%

Perhitungan total gas

Total gas di reaktor 1

Total gas = 118 ml – 110 ml = 8 ml

Total gas di reaktor 2

Total gas = 246 ml – 238 ml = 8 ml

Page 12: 39706963 Anaerobic Digester

4.3 Pembahasan

Pembahasan oleh Lazuardy R. Zakaria (08401013)

Praktikum kali ini melakukan percobaan mengenai pengolahan limbah

menggunakan metoda anaerobik. Maksud dari anaerobik itu sendiri adalah kondisi

operasi dilakukan pada lingkungan yg anaerob, karena mikroba sebagai agen pengurai

bahan organik hidup dan tumbuuh secara optimal pada lingkungan yang anaerob. Metoda

ini digunakan dengan alasan bahwa limbah yang akan diuraikan memiliki kandungan

senyawa organik yg tinggi.

Percobaan pertama yg dilakukan adalah mengukur nilai COD awal dengan cara

mengambil sampel dari dua reaktor pengolahan. pengolahan dilakukan secara satu tahap,

hal ini dikarenakan proses aklimatisasi sudah dilakukan sebelumnya. Sampel ari kedua

reaktor diambil dan diencerkan 10 kali. Pengenceran bertujuan untuk mempermudah

dalam perhitungan nilai COD.setelah sampel diencerkan sampel ditambahkan dengan

pereaksi kalium bikrimat dan asam sulfat pekat, yang kemudian larutan ini dipanaskan

dalma digester dengan suhu 150oC selama 2 jam. Pemanasan ini bertujuan menguapkan

pelarut dan air sehingga didapatkan berat kering sampel. Setalah ddipanaskan kemudian

sampel dititrasi dengan FAS. Didapatkan bahwa nilai COD reaktor 1 adalah 535,168 mg

O2/L dan reaktor 2 adalah 1424,704 mg O2/L. Dan denga perlakuan yang sama setelah

tujuh hari didapatkan nilai COD akhir reaktor 1 adalah 90,272 mg O2/Ldan reaktor 2

adalah 62,496 mg O2/L.

Dari nilai COD awal dan nilai COD akhir pada kedua reaktor bisa kita dapatkan

nilai efisisensi proses pengolahan selama 7 hari. Pada reaktor pertama efisiensi proses

sebesar 83,132% dan pada reaktor 2 sebesar 95,613%. Dapat kita lihat bahwa efisiensi

proses reaktor 1 lebih kecil dibandingkan reaktor 2, hal ini diakibatkan oleh pembacaan

titrasi yang kurang teliti sehingga terdapat perbedaan nilai COD pada kedua reaktor.

Selama proses penguraian berlangsung, hasil dari penguraian ini menghasilkan

gas yang dapat digunakan sebagai sumber energi. Gas yang dihasilkan terutama adalah

gas metana. Gas yang dihasilkan dari proses inilah salah satu keunggulan metoda ini.

Page 13: 39706963 Anaerobic Digester

Jumlah gas yang dihasilkan dapat dilihat dari tabung gasa yang berisi air. Penambahan

gas dilihat dari perubahan ketinggian air, karena besarnya ketinggian ari sama dengan

jumlah volume gas yang dihasilkan. Dari reaktor 1 dihasilkan gas sebesar 8ml dan dari

reaktor kedua dihasilkan gas sebesar 8 ml. Dari jumlah ini dapat dilihat bahwa proses

yang berlangsung pada kedua reaktor adalah sama karena pada kedua reaktor kondisi

pertumbuhan dijaga tetap mulai dari nutrisi dan pH.

Pembahasan oleh Lisnawati (08401014)

Pada praktikum ini dilakukan pengolahan air limbah secara anaerobik.

Mikrobiologi yang terlibat dalam proses termasuk fakultatif dan mikroorganisme

anaerob, dimana tidak ada oksigen, mengubah material menjadi produk akhir gas seperti

karbondioksida dan metana. Pengolahan secara anaerobik dilakukan apabila air limbah

mengandung kadar COD yang cukup tinggi. Selain itu, pengolahan secara anaerobik

dilakukan untuk mendapatkan biogas yang digunakan sebagai sumber energi.

Pada pengolahan secara anaerobik, terdapat dua sistem pengolahan, yaitu

pengolahan satu tahap dan dua tahap. Kali ini, pengolahan anaerob dilakukan secara

batch pada sistem pengolahan satu tahap dimana proses hidrolisis, asetogenesis, dan

metagenesis dilakukan dalam satu reaktor. Karena proses aklimatisasi sudah dilakukan

jadi proses selanjutnya adalah mengukur COD dan total gas yang dihasilkan oleh

mikroorganisme ketika penguraian kandungan senyawa organik.

Pada dasarnya, pertumbuhan mikroba terjadi secara tersuspensi (suspended

growth) dan terlekat (attached growth). Pada pertumbuhan tersuspensi, mikroba

pendegradasi bahan-bahan organic bercampur merata dengan air limbah dalam reaktor.

Pada ertumbuhan terlekat, mikroba yang melekat pada bagian pengisi pada reaktor. Pada

proses anaerobik ini, pertumbuhan mikroba berlangsung secara tersuspensi dan terlekat.

Pada proses anaerob yang dimanfaatkan bakteri methanogen lebih sensitif pada

pH dan bekerja optimum pada kisaran pH 6,5 – 7,5. Sekurang-kurangnya, pH harus

dijaga pada nilai 6,2. Biasanya dilakukan penambahan bikarbonat ke dalam reaktor untuk

mengontrol pH.

Untuk mengetahui kandungan organik (COD) dari sampel, dilakukan pengambilan

sampel pada reaktor 1 dan reaktor 2. Kemudian dilakukan pengenceran terhadap sampel

Page 14: 39706963 Anaerobic Digester

sebanyak 10 kali. Pengenceran ini dilakukan agar COD dapat terukur. Sebanyak 2,5 ml

sampel hasil pengenceran dimasukkan ke dalam tabung hach untuk dilakukan penentuan

kandungan organik (COD) awal dari sampel. Selain itu, pada tabung hach juga

ditambahkan pereaksi kalium bikromat dan pereaksi asam sulfat pekat. Selanjutnya

dilakukan pemanasan pada temperatur 150oC selama 2 jam. COD awal yang diperoleh

adalah 535,168 mgO2/L pada reaktor 1 dan 1424,704 mg O2/L pada reaktor 2.

Untuk mengetahui efisiensi pengolahan dari proses anaerobik ini, dilakukan

pengukuran kadar COD akhir dalam reaktor. Nilai COD pada reaktor 1 berkurang

menjadi 90,272 mg O2/Ldan pada reaktor 2 menjadi 62,496 mg O2/L. Efisiensi

pengolahan pada reaktor pertama adalah 83,132% dan pada reaktor 2 adalah 95,613%.

Dapat dilihat bahwa efisiensi pengolahan pada reactor 1 dan 2 sudah cukup optimum.

Pengolahan limbah dengan memanfaatkan bakteri anaerob ini dapat menguraikan zat-zat

organik dengan cukup optimim.

Produk akhir dari degradasi anaerob adalah gas, paling banyak metana (CH4),

karbondioksida (CO2), dan sebagian kecil hidrogen sulfide (H2S) dan hydrogen (H2).

Proses yang terlibat adalah fermentasi asam dan fermentasi metana. Dalam fermentasi

asam, enzim ekstraseluler dari grup heterogen dan bakteri anaerob kompleks hidrolisis

komponen limbah organic (protein, lipid, dan karbohidrat). Dalam proses acetogenesi,

terjadi fermentasi metana, dimana rantai pendek asam lemak (selain asetat) diubah

menjadi asetat, gas hydrogen, dan karbondioksida. Selanjutnya, pada metanogenesis,

beberapa bakteri anaerob dibawa. Dihasilkan metana dari asetat dan reduksi

karbondioksida.

Pada pengolahan anaerobik ini, dihasilkan gas pada reaktor pertama dan kedua yang

besarnya sama, yaiti sebesar 8 ml. Perolehan gas dapat ditandai dengan terjadinya

penurunan level air dalam tabung.

Ada banyak keuntungan yang dapat diperoleh dari proses pengolahan secara

anaerob ini, diantaranya : diperoleh yield biomass yang cukup rendah, dihasilkan gas

metana yang bisa dinilai secara ekonomis. Selain itu, terdapat kelemahan proses anaerob,

diantaranya : energi yang dipakai untuk temperature reactor untuk memelihara aktifitas

mikroba dan kondisi operasi yang cukup sullit.

Page 15: 39706963 Anaerobic Digester

Pembahasan oleh Mira Anisa (08401016)

Pengolahan limbah secara anaerobik dilakukan untuk mengolah limbah yang

mengandung lebih dari 2000 mg/liter kandungan organik. Dalam pengolahan, proses

anaerobik ini menghasilkan biogas berupa metana yang bisa dijadikan sumber energi.

Pengolahan anaerob yang dilakukan adalah proses satu tahap, dimana reaksi hidrolisis,

metanogenesis dan asetogenesis berlangsung dalam satu reaktor. Namun dalam

praktikum ini terdapat dua reaktor batch yang memiliki kandungan organik berbeda.

Sistem pertumbuhan mikroba pada reaktor yang digunakan adalah gabungan dari

tersuspensi dan terlekat. Ada sebagian mikroba yang tumbuh merata bersama limbah, dan

ada juga yang menempel pada isian. Di dalam reaktor terdapat isian dimana bisa

ditempati mikroba untuk tumbuh. Selain itu, reaktor juga diselimuti dengan jacket untuk

menjaga kondisi suhu.

Dalam praktikum dilakukan proses aklimatisasi, pemberian nutrisi, pengukuran

COD, dan pengukun biogas yang dilakukan. Namun proses aklimatisasi dan pemberian

nutrisi telah dilakukan sebelumnya, sehingga yang dilakukan hanya pengukuran COD

wal dan akhir serta pengukuran gas buang yang dihasilkan.

Pada pengukururan COD awal diambil sejumlah sampe dari aliran effluentl dari

reaktor yang nantinya diencerkan sebanyak 10 kali. Pengenceran ini dilakukan agar COD

dapat terukur, karena apabila tidak diencerkan sampel akan terlalu pekat dan pengukuran

tidak optimal. Pada sampel yang telah diencerkan ditambah pereaksi K2Cr2O7 dan

H2SO4. Sebelumnya kedua pereksi ini ditambah Ag untuk mempercepat terjadinya

reaksi dan juga untuk mengikat ion Cl yang terdapat dalam sampel. Setelah ditambah

pereaksi sampel dipanaskan pada suhu 150oC selama 2 jam dalam COD digester. Setelah

itu sampel dititrasi dengan FAS yang sebelumnya distandardisasi. Konsentrasi FAS

adalah 0,226 N. Titik akhir titrasi ditandai dengan berubahnya warna larutan dari hijau

menjadi merah bata. Nilai COD reaktor pertama adalah 535,168 mg O2/L dan reaktor

kedua adalah 1424,704 mg O2/L.

Setelah proses penguraian berlangsung selama seminggu. Nilai COD dalam reaktor

berkurang. Nilai COD reaktor pertama berkurang menjadi 90,272 mg O2/Ldan reaktor

kedua adalah 62,496 mg O2/L. Dari nilai ini dapat diketahui efisiensi pengolahanpada

Page 16: 39706963 Anaerobic Digester

reaktor pertama sebesar 83,132% dan pada reaktor 2 sebesar 95,613%. Perbedaan nilai

efisiensi ini bisa diakibatkan oleh perbedaan jumlah mikroorganisme pengurai dalam

masing-masing reaktor.

Gas yang dihasilkan dalam proses pengolahan limbah secara anaerobik ini pada

reaktor pertama dan kedua besarnya sama, yaiti sebesar 8 ml. nilai gas yang dihasilkan ini

dapat diketahui dari besarnya penurunan air dalam tabung penampung gas. Adanya gas

dapat menekan level air menjadi lebih kecil.

Pembahasan oleh Muhamad Firdaus (08401017)

Pengolahan secara anaerobik dilakukan apabila air limbah mengandung kadar COD

yang cukup tinggi lebih dari 2000 mg/L. Selain itu, pengolahan secara anaerobik

dilakukan untuk mendapatkan biogas yang digunakan sebagai sumber energi. Kali ini,

pengolahan anaerob dilakukan secara batch pada sistem pengolahan satu tahap. Pada

praktikum ini proses aklimatisasi telah dilakukan sehingga praktikan tinggal melakukan

pengecekan kandungan COD pada reaktor 1 dan reaktor 2 ,selain itu juga menghitung gas

yang terbentuk karena penguraian secara anaerobik.

Disini praktikan melakukan pengecekan COD dari reaktok 1 dan reaktor 2 dengan

mengambil sampel masing-masing lalu diencerkan 10 kali dari konsentarasi awal. Setelah

itu diambil dari pengenceran tersebut masing sebanyak 2,5 ml. Kemudian tambahkan

kalium bikromat sebanyak 1,5 ml dan H2SO4 3,5 ml. Selanjutnya dilakukan pemanasan

pada temperatur 150oC selama 2 jam. Hal yang sama juga dikenakan terhadap air aqudest

untuk larutan blanko.

Pengerjaan ini dilakukan secara duplo agar dihasilkan hasil yang teliti. Dari hasil

titrasi yang didapat selanjutnya diolah sehingga didapat kandungan COD dari sampel

kedua reaktor tersebut. Untuk reaktor pertama didapatkan nilai COD awal sebesar

535,168 mgO2/L. Lalu untuk reaktor 2 COD awal sebesar 1424,704 mg O2/L. Dan Nilai

COD mengalami penurunan setelah pengolahan berlangsung selama satu minggu dengan

nilai COD akhir pada reaktor 1 sebesar 90,272 mg O2/L dan pada reaktor 2 COD akhir

sebesar 62,496 mg O2/L.

Page 17: 39706963 Anaerobic Digester

Dari COD awal dan COD akhir dapat ditentukan efisiensi pengolahannya disetiap

reaktor. Untuk reaktor pertama memilki efisiensi pengolahan sebesar 83,132% dan

reaktor kedua memiliki nilai 95,613%. Melihat besarnya efisiensi pengolahan dari kedua

reaktor ini bisa dikatakan kedua reaktor memiliki pengatur suhu yang baik dan pH yang

sesuia dalam pengolahannya sehingga mikroorganisme yang terdapat pada kedua rektor

tersebut dapat bekerja secara maksimal untuk menguraikan zat organik.

Pengolahan limbah secara anaerobik ini menghasilkan gas yang didapat dari hasil

penguraian kandungan senyawa organik dalam limbah oleh mikroba secara anaerobik.

Gas–gas yang dihasilkan antara lain gas metan, CO2, dan H2S. Perolehan gas dari

pengolahan limbah ini yaitu sebanyak 8 mL untuk reaktor 1 dan 2.

4.4 Kesimpulan

Dari percobaan yang telah dilakukan dapat diperoleh :

Nilai COD awal pada reaktor 1 sebesar 535,168 mgO2/L dan COD akhir

sebesar 90,272 mgO2/L dan pada reaktor 2 diperoleh nilai COD awal sebesar

1424,704 mgO2/L dan COD akhir sebesar 62,496 mgO2/L.

Efisiensi pengolahan pada reaktor 1 sebesar 83,312% dan pada reaktor 2

sebesar 95,613%.

Perolehan gas pada reaktor 1 dan 2 sebesar 8 ml.

Page 18: 39706963 Anaerobic Digester

DAFTAR PUSTAKA

Budiastuti, Herawati , “Pengolahan Air Limbah secara Anaerobik”, Politeknik Negeri

Bandung.

JEMAI, 1999, “Pengetahuan Dasar pada Penanggulangan Pencemaran Lingkungan

Air”,2nd ed.,pp188-206, JETRO.

Sumber internet :

________. Wastewaterengineering.com. “Anaerobic Digester”. Diakses pada 01 Oktober

2010.

Amanda, w. 2010. http://wiedeva.wordpress.com/seputar-tl/. “Pengolahan Air Limbah

Secara Anaeerobik”. Diakses pada 01 Oktober 2010.

Page 19: 39706963 Anaerobic Digester

LAPORAN PRAKTIKUM

PENGOLAHAN AIR LIMBAH SECARA ANAEROBIK

Dosen pembimbing : Ir. Herawati Budiastuti, Ph.D

Disusun oleh :

Lazuardy R. Z ( 08401013 )

Lisnawati ( 08401014 )

Mira Anisa ( 08401016 )

Muhamad Firdaus ( 08401017 )

Kelas : 3 – A

Kelompok : IV (empat)

LABORATORIUM PENGOLAHAN LIMBAH INDUSTRI

JURUSAN TEKNIK KIMIA

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

2010

Page 20: 39706963 Anaerobic Digester