275 yuniarto suwardi,dian novita,sri poedjiastoeti jurusan kimia

47
275 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK – PAIR – SHARE PADA SISWA KELAS XI SEKOLAH MENENGAH ATAS LUAR BIASA (SMALB) KARYA MULIA SURABAYA DALAM MEMPELAJARI IPA POKOK BAHASAN UNSUR, SENYAWA DAN CAMPURAN. Yuniarto Suwardi,Dian Novita,Sri Poedjiastoeti Jurusan Kimia,FMIPA,Universitas Negeri Surabaya ABSTRAK Pendidikan untuk anak berkebutuhan khusus sering kurang mendapatkan perhatian yang besar dari pihak pemerintah pusat, pemerintah daerah maupun dari pihak masyarakat. Salah satu pendidikan untuk anak berkebutuhan khusus adalah pendidikan untuk anak tuli pendengaran atau tunarungu. Agar tidak terjadi diskriminasi yang besar, maka peneliti memberikan inovasi baru dengan melakukan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Think – Pair – Share pada siswa kelas XI Sekolah Menengah Atas Luar Biasa (SMALB) Karya Mulia Surabaya dalam mempelajari IPA pokok bahasan unsur, senyawa dan campuran. Adapun tujuan penelitian adalah mengetahui kemampuan guru dalam mengelola model pembelajaran kooperatif tipe Think – Pair – Share (TPS) dan ketuntasan belajar siswa kelas XI Sekolah Menengah Atas Luar Biasa (SMALB) Karya Mulia Surabaya dalam mempelajari IPA pokok bahasan unsur, senyawa dan campuran. Waktu penelitian bulan Juni 2007. Penelitian ini bersifat deskriptif dan desain penelitian menggunakan PTK (Penelitian Tindakan Kelas) dengan 3 kali siklus putaran. Jumlah sampel penelitian sebanyak 17 siswa yang terbagi menjadi dua kelas yaitu kelas A sebanyak 8 siswa dan kelas B sebanyak 9 siswa. Dari hasil penelitian didapatkan data sebagai berikut: pengelolaan model pembelajaran kooperatif tipe Think – Pair – Share secara keseluruhan pada putaran I dengan penilaian 2,95 (Baik), putaran II dengan penilaian 3,00 (Baik) dan putaran III 3,29 (Baik sekali). Sedangkan ketuntasan belajar siswa kelas XI SMALB Karya Mulia secara klasikal putaran I 94,40 %, putaran II 100 % dan putaran III 94,40 %. Kata kunci : SMALB – B, Kooperatif Tipe Think – Pair – Share, IPA. I. Pendahuluan Setiap masyarakat Indonesia memperoleh pelayanan pendidikan yang bermutu oleh pemerintah dan bisa menikmati untuk belajar di sekolah, luar sekolah serta dapat menambah ilmu pengetahuan yang dimilikinya. Hal ini tertuang di dalam UU nomor 20 tahun 2003 pasal 11 ayat 1 yaitu Pemerintah dan pemerintah daerah wajib memberikan layanan dan kemudahan serta menjamin terselenggaranya

Upload: phamquynh

Post on 31-Dec-2016

238 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: 275 Yuniarto Suwardi,Dian Novita,Sri Poedjiastoeti Jurusan Kimia

275

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIFTIPE THINK – PAIR – SHARE PADA SISWA KELAS XI SEKOLAH MENENGAH

ATAS LUAR BIASA (SMALB) KARYA MULIA SURABAYA DALAMMEMPELAJARI IPA POKOK BAHASAN UNSUR, SENYAWA DAN CAMPURAN.

Yuniarto Suwardi,Dian Novita,Sri PoedjiastoetiJurusan Kimia,FMIPA,Universitas Negeri Surabaya

ABSTRAK

Pendidikan untuk anak berkebutuhan khusus sering kurang mendapatkanperhatian yang besar dari pihak pemerintah pusat, pemerintah daerah maupun daripihak masyarakat. Salah satu pendidikan untuk anak berkebutuhan khusus adalahpendidikan untuk anak tuli pendengaran atau tunarungu. Agar tidak terjadidiskriminasi yang besar, maka peneliti memberikan inovasi baru dengan melakukanpenerapan model pembelajaran kooperatif tipe Think – Pair – Share pada siswa kelasXI Sekolah Menengah Atas Luar Biasa (SMALB) Karya Mulia Surabaya dalammempelajari IPA pokok bahasan unsur, senyawa dan campuran. Adapun tujuanpenelitian adalah mengetahui kemampuan guru dalam mengelola model pembelajarankooperatif tipe Think – Pair – Share (TPS) dan ketuntasan belajar siswa kelas XISekolah Menengah Atas Luar Biasa (SMALB) Karya Mulia Surabaya dalammempelajari IPA pokok bahasan unsur, senyawa dan campuran. Waktu penelitianbulan Juni 2007. Penelitian ini bersifat deskriptif dan desain penelitian menggunakanPTK (Penelitian Tindakan Kelas) dengan 3 kali siklus putaran. Jumlah sampelpenelitian sebanyak 17 siswa yang terbagi menjadi dua kelas yaitu kelas A sebanyak8 siswa dan kelas B sebanyak 9 siswa.

Dari hasil penelitian didapatkan data sebagai berikut: pengelolaan modelpembelajaran kooperatif tipe Think – Pair – Share secara keseluruhan pada putaran Idengan penilaian 2,95 (Baik), putaran II dengan penilaian 3,00 (Baik) dan putaran III3,29 (Baik sekali). Sedangkan ketuntasan belajar siswa kelas XI SMALB KaryaMulia secara klasikal putaran I 94,40 %, putaran II 100 % dan putaran III 94,40 %.

Kata kunci : SMALB – B, Kooperatif Tipe Think – Pair – Share, IPA.

I. Pendahuluan

Setiap masyarakat Indonesia memperoleh pelayanan pendidikan yangbermutu oleh pemerintah dan bisa menikmati untuk belajar di sekolah, luar sekolahserta dapat menambah ilmu pengetahuan yang dimilikinya. Hal ini tertuang di dalamUU nomor 20 tahun 2003 pasal 11 ayat 1 yaitu Pemerintah dan pemerintah daerahwajib memberikan layanan dan kemudahan serta menjamin terselenggaranya

Page 2: 275 Yuniarto Suwardi,Dian Novita,Sri Poedjiastoeti Jurusan Kimia

276

pendidikan yang bermutu bagi setiap warga Indonesia tanpa ada diskriminasi. Darihasil wawancara peneliti dengan pihak guru mengajar IPA dan juga kepala sekolah diSMALB Karya Mulia Surabaya mengalami banyak kesulitan dalam mengajarkanmateri IPA misalnya keterbatasan pengetahuan guru akan materi ilmu IPA khususnyaKimia, metode pembelajaran guru yang cenderung hanya berceramah tanpa adadibuktikan secara langsung terhadap obyeknya. media pembelajaran IPA kurangtersedia, laboraturium IPA yang meliputi Fisika, Biologi dan Kimia kurang tersediadan faktor dari guru pengajar yang kurang mendapatkan pelatihan dari pemerintahmengenai materi IPA khususnya Kimia. faktor – factor tersebut merupakan suatukendala yang harus segera ditangani. Apabila tidak segera ditangani, maka akantimbul beberapa masalah lagi yang lebih kompleks. tujuan dari kurikulum IPASMALB tuna rungu diantaranya siswa SMALB tuna rungu dapat mengembangkanpengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapatditerapkan dalam kehidupan sehari-hari, mengembangkan keterampilan proses untukmenyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan,meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga danmelestarikan lingkungan, dan memperoleh bekal pengetahuan, konsep danketerampilan IPA sebagai dasar untuk kehidupan di masyarakat. (Depdiknas, 2004)

Temuan penelitian oleh Siti Masitoh dalam disertasinya menyebutkanbahwa pembelajaran Kooperatif tipe STAD (Students Team Achievement Division)dengan media visual pada siswa SMPLB tuna rungu kelas 2 dan 3 untuk matapelajaran Geografi dapat meningkatkan hasil ketuntasan belajar siswa pada setiapsiklus. Peningkatan ini didukung oleh sikap kreatifitas guru dalam menyajikaninformasi dan membuat media pembelajaran kepada siswa didik.

Dengan demikian, diperlukan suatu inovasi baru terhadap penerapanpembelajaran IPA di SMALB Karya Mulia Surabaya. Peneliti tertarik untukmengambil penelitian dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif TipeThink – Pair – Share Pada Siswa Kelas XI Sekolah Menengah Atas Luar Biasa(SMALB) Karya Mulia Surabaya Dalam Mempelajari IPA Pokok Bahasan Unsur,Senyawa Dan Campuran “. Adapun rumusan masalah penelitian ini adalahkemampuan guru dalam mengelola pembelajaran di kelas pada penerapan modelpembelajaran kooperatif tipe Think – Pair – Share (TPS) pada materi IPA pokokbahasan unsur, senyawa dan campuran siswa kelas XI Sekolah Mengengah Atas LuarBiasa (SMALB) Karya Mulia Surabaya dan ketuntasan belajar siswa kelas XISekolah Menengah Atas Luar Biasa (SMALB) Karya Mulia Surabaya terhadapmateri IPA pokok bahasan unsur, senyawa dan campuran dengan menggunakanmodel pembelajaran kooperatif tipe Think – Pair – Share (TPS).

II. Kaiian Pustaka

Pembelajaran IPA di SMALB menekankan pada pembelajaranSalingtemas (Sains, lingkungan,teknologi, dan masyarakat) yang diarahkan pada

Page 3: 275 Yuniarto Suwardi,Dian Novita,Sri Poedjiastoeti Jurusan Kimia

277

pengalaman belajar untuk meranang dan membuat suatu karya melalui penerapankonsep IPA dan kompetensi pekerja ilmiah secara bijaksana. (Depdiknas, 2004). Didalam kurikulum IPA 2004 materi Fisika, Biologi dan Kimia tidak dispesifikasikanmenjadi satu, akan tetapi tercakup menjadi satu. Pembelajaran IPA seharusnyadilakukan secara inkuiri ilmiah (Scientific inquiry) yang mempunyai tujuanmenumbuhkan kemampuan berfikir, bekerja dan bersikap imiah serta dapatmengkomunikasikan sebagai aspek penting dalam mengembangkan kecakapan hidup.Untuk mencapai hal tersebut, maka pembelajaran IPA di SMALB jurusan tunarungumenekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung melaluipenggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah.

Pengertian tunarungu atau dalam bahasa asingnya “Hearing impairment”yang meliputi The Deaf (Tuli) dan Hard of Hearing (Kurang Dengar), diantaranyamenurut Daniel F. Hallahan dan James H. Kuffmann (1991) :

“ Hearing impairment, Ageneric term indicating a hearingdisability that may range in severity from mild to profound it includes the substsof deaf and hard of hearing. A deaf person in one whose hearing disabilityprecludes successful processing of liguistic information trough audition, with orwithout a hearing aid. A hard of hearing is one who generally with use of hearingaid, has residual hearing sufficient to enable successful processing of linguisticinformation through audition.”

Dari pernyataan tersebut dapat diartikan bahwa tuna rungu adalah suatuistilah umum yang menunjukkan kesulitan mendengar, meliputi kesulitan mendengardari ringan sampai ke berat, digolongkan ke dalam tuli dan kurang dengar. Padaumumnya anak tunarungu dalam perkembangan kognitifnya tidak jauh beda padaanak yang normal, akan tetapi anak tunarungu dalam perkembangan kognitifnyadihambat oleh tingkat kemampuan bicara, berbahasa, keterbatasan informasi, dandaya abstraksi anak. Kerendahan tingkat intelegensi anak tunarungu tidakdipengaruhi oleh hambatan intelektual yang rendah melainkan secara umum karenaintelegensi tidak mendapat kesempatan untuk berkembang. Menurut Cruiskshankyang dikutip oleh Yuke R. Siregar (1986, 6) mengemukakan anak – anak tunarungusering memperlihatkan keterlambatan dalam belajar dan kadang – kadang tampakterbelakang. Menurut Fruth yang dikutip oleh Sri Moerdani (1987, 3) mengemukakanbahwa anak tunarungu menunjukkan kelemahan dalam memahami konsepberlawanan. Sedangkan konsep berlawanan bergantung dari pengalaman bahasa,sebagai contoh kata Panas dan dingin, Asam dan Basa, dll.

Pada pembelajaran kooperatif terdapat 4 (empat) pendekatan antara lain:Students Team Achievement Division (STAD), Jigsaw, Investigasi Kelompok danpendekatan structural. Pendekatan struktural dalam pembelajaran kooperatif telahdikembanghkan oleh Speancer Kagem (dalam Nur,dkk.2000:25) akan tetapi terdapatperbedaan dan persamaan dalam pendekatan yang lain. Strategi model pembelajarankooperatif tipe Think – Pair – Share dalam pembelajaran memiliki tiga tahap yaitu :Tahap I : Thinking (berpikir) : Guru mengajukan pertanyaan atau isi materi pelajaran

Page 4: 275 Yuniarto Suwardi,Dian Novita,Sri Poedjiastoeti Jurusan Kimia

278

dengan menuliskan pada papan tulis atau komunikasi total siswa tunarungu.Kemudian siswa diminta untuk memikirkan pertanyaan atau isi tersebut secaramandiri untuk beberapa saat. Tahap II : Pairing (Berpasangan). Guru meminta siswaberpasangan dengan siswa lain untuk mendiskusikan pertanyaan dari guru. Interaksianatar siswa tuna rungu lewat komunikasi totalnya diharapkan dapat menunjukkaninteraksi keja sama dalam kelompok untuk memikirkan jawaban dari pertanyaanTahap III Sharing (berbagi) : Guru meminta kepada pasangan untuk berbagi denganseluruh kelas dari hasil diskusinya. Adapun kelebihan model pembelajaran koperatiftipe Think – Pair – Share dalah sebagai berikut : a). Siswa tunarungu dapatmemecahkan masalah dengan komunikasi yang meraka lakukan dan dapatmenemukan konsep yang telah telah dikembangkan lewat interaksi sesama siswatunarungu, b). Meningkatkan keterampilan berpikir siswa tunarungu secara individumaupun secara kelompok, c). Meningkatkan kerja sama antar siswa tunarungu padasaat mereka mencari jawaban atau pada saat mereka melakukan presentasi di depankelas.

Proses belajar mengajar pada materi sains atau IPA khususnya Kimia,haruslah siswa tidak lepas dari lingkup hakekat belajar ilmu sains (IPA). Belajardengan lingkup sains, maka sistem belajarnya tidak sekedar memperoleh informasisains yang meliputi fakta, konsep, prinsip, hukum dalam wujud pengetahuandeklaratif (deklaratif knowledge). Akan tetapi belajar sains juga belajar tentang caramemperoleh informasi sains, cara sains dan teknologi (terapan sains) bekerja dalamwujud “ pengetahuan “ prosedural (Procedural knowledge). Belajar sains difokuskanpada kegiatan penemuan informasi melalui kegiatan mengamati, mengukur,mengajukan pertanyaan, mengelompokkan, memecahkan masalah dan memperjelaspemahaman. (Depdikanas, 2002).

III. Metode Penelitian

A. Sasaran PenelitianSasaran penelitian adalah siswa kelas XI SMALB Karya Mulia

Surabaya dengan jumlah 15 siswa yang terbagi menjadi dua kelas yaitu kelasA dan B. Kelas A dengan jumlah siswa 7 siswa dan kelas B dengan jumlahsiswa 8 siswa. Kelas A dan kelas B terbagi secara heterogen artinya kelas Adan B terdapat tuna rungu dengan ringan, sedang atau berat. Selain itu darisegi kognitifnya terbagi secara merata. Materi yang diambil yaitu materipokok bahasan Unsur, Senyawa dan Campuran semester I. Hal ini padakurikulum kelas XI yang terkandung materi kimia hanya pada semester I.Sedangkan peneliti bertindak sebagai guru pengajar Kimia kelas tersebutselama penelitian.

B. Tempat dan Waktu PenelitianPengambilan data dilakukan di SMALB Karya Mulia Surabaya

pada kelas XI. Waktu penelitian pada Bulan Maret 2007.C. Rancangan Penelitian

Page 5: 275 Yuniarto Suwardi,Dian Novita,Sri Poedjiastoeti Jurusan Kimia

279

Penelitian dilakukan dengan menggunakan desain penelitianTindakan Kelas (PTK). PTK merupakan jenis penelitian yang menawarkanpendekatan dan prosedur baru yang menjanjikan dampak langsung dalambentuk perbaikan dan peningkatan motivasi serta ketuntasan belajar siswaserta perbaikan dan peningkatan mutu dari profesionalisme guru dalammengelola proses belajar mengajar di kelas. Penelitian ini dilakukan dengan 3siklus putaran. Tahapan dari penelitian ini adalah rancangan, kegiatan danpengamatan, refleksi dan revisi.

D. Perangkat Pembelajaran dan Instrumen PenelitianPerangkat Pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini

adalah silabus, rencana pembelajaran, lembar kerja siswa dan buku siswa.Sedangkan instrumen penelitian yang digunakan lembar pengamatanpengelolaan model pembelajaran kooperatif tipe Think – Pair – Share danketuntasan belajar siswa.

E. Teknik Analisis Data1. Analisis lembar pengelolaan pembelajaran

Kemampuan guru dalam mengelola kelas selama proses kegiatan belajarmengajar dianalis dengan menggunakan kriteria: 1. Tidak baik, 2. Kurangbaik, 3. Baik, 4. Baik Sekali

2. Analisis Ketuntasan siswaa. Ketuntasan Individu :

Daya serap = %100xSoalJumlah

benarjawabanJumlah

Keterangan : Siswa secara individu dianggap tuntas belajar bila dayaserap mencapai 60 %

b. Ketuntasan KlasikalKetuntasan Kelas

Daya serap = %100xsiswaJumlah

benarmenjawabyangsiswaJumlah

Keterangan : Siswa secara kelompok (kelas) dianggap tuntasbelajar bila ketuntasan mencapai 75 %.

IV. Analisis Data & PembahasanA. Pengelolaan Model pembelajaran Kooperatif Tipe Think – Pair - Share

Pengelolaan pembelajaran dengan model Think – Pair – Sharemengalami peningkatan yang cukup baik. Guru pada tiap siklus putaranberusaha melakukan refleksi dan revisi pada tahap proses pembelajarannya.Pengelolaan pembelajaran yang dilaksanakan guru diamati oleh 2 orangpengamat yang berasal dari guru SMALB Karya Mulia Surabaya. Prosespengelolaan pembelajaran guru meliputi tahap persiapan. Pendahuluan,

Page 6: 275 Yuniarto Suwardi,Dian Novita,Sri Poedjiastoeti Jurusan Kimia

280

Pengelolaan Model Pembelajaran Kooperatif TipeThink - Pair - Share

0

0,3

0,6

0,9

1,2

1,5

1,8

2,1

2,4

2,7

3

3,3

3,6

3,9

1 2 3

Putaran

Nila

iPen

gelo

laan

kegiatan inti, penutup dan pengelolaan terhadap suasana kelas. Prosespengelolaan pembelajaran pada saat menyajikan pengetahuan demonstrasi daninformasi materi guru menggunakan bantuan media visual macromedia flash.Media visual yang diterapkan guru mampu meningkatkan pemahaman siswaterhadap materi dan peningkatan dalam pengelolaan pembelajaran.Pengelolaan pembelajaran yang diterapkan guru juga mampu melatih siswadalam keterampilan berkomunikasi, bertukar pikiran. Berikut tabel 4.1mengenai pengelolaan pembelajaran kooperatif tipe Think – Pair – Share :

Grafik Batang 4.1 : Pengelolaan Pembelajaran Kooperatif TipeThink – Pair – Share Tiap Putaran Siklus.

Pada putaran I kelas A mendapatkan penilain pengelolaanpembelajaran kooperatif tipe Think – Pair – Share dengan penilaian 2,95(baik) dan kelas B 2,95 (baik) sedangkan putaran II kelas A 2,97 (baik)dan kelas B 3,03 (baik). Putaran III kelas A 3,32 (baik sekali) dan kelas B3,26 (baik sekali). Kemudian nilai tersebut diambil rata – rata penilaiandan didapatkan penilaian pengelolaan model pembelajaran kooperatif tipeThink – Pair – Share putaran I 2,95 (baik), putaran II 3,00 (baik) danputaran III 3,29 (baik sekali). Rata – rata penilaian pengelolaan modelpembelajaran dapat di lihat pada tabel grafik 4.1. Proses pengelolaanpembelajaran yang dilaksanakan mengalami peningkatan pada tiap siklusputaran. Akan tetapi kenaikan penilaian tersebut tidak terlalu tinggi.Proses pembelajaran dapat dikatakan mengalami baik apabila mengalamipeningkatan dalam proses pembalajaran pada tiap putaran. Selama prosespembelajaran putaran I, II, dan III guru mampu mengelola pembelajarandengan model Think – Pair – Share pada siswa kelas XI SMALB karyamulia.

Page 7: 275 Yuniarto Suwardi,Dian Novita,Sri Poedjiastoeti Jurusan Kimia

281

B. Ketuntasan Belajar Siswa

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, didapatkan hasilketuntasan belajar siswa yang cukup meningkat. Siswa banyak mencapaistandart ketuntasan belajar baik secara pribadi maupun secara klasikal.Standar ketuntasan belajar secara individu 60 dan ketuntasan belajarsecara klasikal 75 %. Pada putaran I, terdapat satu siswa kelas B yangtidak tuntas dengan nilai 40. Hal ini dikarenakan tingkat kognitif siswamasih cukup rendah. Pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikanguru masih kurang. Siswa pada pra siklus tidak masuk sehingga padaputaran I siswa masih beradaptasi dengan memahami maksudpenyampaian materi. Kemudian pada putaran III terdapat 1 siswa kelas Byang tidak tuntas dengan nilai 50. Guru mengamati hasil post test siswatersebut. Siswa mengalami keterbatasan dalam memahami maksud soalyang diverbalisasikan pada putaran III. Pemahaman verbal yang dimaksudadalah merumuskan pengertian, manarik kesimpulan daripengidentifikasian yang dilakukan siswa. Keterbatasan memahami kalimatverbal tidak terjadi semua pada siswa, akan tetapi hanya sebagian kecil.Pada dasarnya siswa tunarungu memiliki kemampuan yang terbatas padakalimat soal verbal. Siswa tunarungu memiliki keterbatasan dalam bahasa.Aspek ini akan berpengaruh pada faktor intelegensi siswa. MenurutPermanarian & tati kemampuan prestasi siswa tunarungu dalam kognitifakan seimbang dengan siswa normal apabila bahasa soal atau materi yangdisampaikan tidak diverbalisasikan. Dalam penelitian, guru menemukankesesuaian dengan penjelasan Permanarian & tati. Soal – soal post testdalam bentuk verbal yang dibuat oleh guru memiliki kesukaran pada siswadan terdapat siswa yang tidak tuntas. Akan tetapi terdapat siswa yangtuntas pada kalimat soal yang diverbalisasikan. Penerapan model Think –Pair – Share dapat meningkatkan tingkat kognitif siswa tunarungu dalampembelajaran IPA. Hal ini dapat di lihat pada nilai standar ketuntasanbelajar siswa secara klasikal yang telah memenuhi standar ketuntasanklasikal. Secara klasikal ketuntasan belajar pada setiap putaran dapatdilihat pada grafik batang di bawah ini :

Page 8: 275 Yuniarto Suwardi,Dian Novita,Sri Poedjiastoeti Jurusan Kimia

282

Ketuntasan Belajar siswa Secara Klasikal

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

1 2 3

Putaran

Nila

iP

ros

enta

se

Grafik Batang 4.2 : Rata – rata Ketuntasan Siswa Secara KlasikalPada Tiap Siklus Putaran.

Dari grafik batang 4.2 merupakan penilaian rata – rata ketuntasansiswa secara klasikal pada tiap siklus putaran. Ketuntasan belajar secaraklasikal siswa kelas A putaran I 100 %, putaran II masih tetappenilaiannya 100 % dan pada putaran III juga mengalami tetap padaketuntasan belajarnya 100 %. Sedangkan pada kelas B ketuntasan belajarsiswa putaran I 88,80 %, putaran II mengalami peningkatan menjadi 100% dan pada putaran III mengalami penurunan menjadi 88,80 %.Kemudian rata – rata ketuntasan belajar siswa secara klasikal putaran I94,40 %, putaran II 100 % dan putaran III 94,40 %. Ketuntasan belajarseluruhnya secara klasikal telah mencapai ketuntasan belajar.

V. Simpulan Dan SaranA. Simpulan

Dari hasil penelitian Penerepan Model Think – Pair – Share padapokok bahasan unusr, senyawa dan Campuran yang dilaksanakan padatanggal 22 - 26 Juni 2007 diperoleh kesimpulan sebagai berikut1. Pada putaran I kelas A mendapatkan penilaian pengelolaan pembelajaran

kooperatif tipe Think – Pair – Share dengan penilaian 2,95 (baik) dankelas B 2,95 (baik) sedangkan putaran II kelas A 2,97 (baik) dan kelas B3,03 (baik). Putaran III kelas A 3,32 (baik sekali) dan kelas B 3,26 (baik

Page 9: 275 Yuniarto Suwardi,Dian Novita,Sri Poedjiastoeti Jurusan Kimia

283

sekali) sedangkan rata – rata penilaian putaran I 2,95 (baik), putaran II3,00 (baik) dan putaran III 3,29 (baik sekali). Pengelolaan pembelajaranyang diterapkan guru juga mampu melatih siswa dalam keterampilanberkomunikasi, bertukar pikiran dan meningkatkan nilai ketuntasanbelajar siswa.

2. Ketuntasan belajar secara klasikal siswa kelas A putaran I 100 %, putaranII masih tetap penilaiannya 100 % dan pada putaran III juga mengalamitetap pada ketuntasan belajarnya 100 %. Sedangkan pada kelas Bketuntasan belajar siswa putaran I 88,80 %, putaran II mengalamipeningkatan menjadi 100 % dan pada putaran III mengalami penurunanmenjadi 88,80 % sedangkan rata – rata nilai ketuntasan belajar siswasecara klasikal putaran I 94,40 %, putaran II 100 % dan putaran III 94,40%. Penerapan model Think – Pair – Share dapat meningkatkan tingkatkognitif dan hasil belajar siswa tunarungu dalam mempelajari materi IPA.

B. Saran1. Proses pembelajaran Think – Pair – Share dapat diterapkan dalam proses

pembelajaran IPA pada siswa tunarungu. Proses pembelajaran yangditerapkan harus dibantu dengan penyediaan media visual sehingga siswatunarungu dapat menangkap materi dari guru dengan mudah dan dapatmeningkatkan ketuntasan belajar siswa.

2. Guru dalam penyampaian proses pembelajaran sebaik mungkin dapatmenggunakan bahasa oral yang dapat dimengerti siswa pada saatmenyampaikan materi pembelajaran. Sehingga siswa dapat dengan mudahmengerti maksud dari guru, ketuntasan hasil belajar dapat meningkat lebihbaik.

3. Dalam proses pembelajaran guru harus membuat suasana pembelajaranmenjadi senang dan tidak membuat siswa bosan. Siswa cepat terasa tidaksenang dan bosan apabila pada saat penyampaian materi suasana belajarmengajar tidak disukai oleh siswa. Dalam hal ini, guru menyiapkanstrategi yang baik agar proses pembelajaran yang diterapkan mendapatkanhasil yang meningkat baik pada aktivitas siswa dan ketuntasan belajarsiswa.

VI. DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Mulyono. Dr. 1999. Pendidikan bagi Anak Berkesulitan Belajar.Jakarta : Rineka Cipta.

Bunawan Lani, Dra. 1997. Komunikasi Total. Jakarta : Departemen Pendidikandan Kebudayaan.

Depdiknas.2004. Kurikulum 2004. Mata Pelajaran IPA Sekolah MenengahAtas Luar Biasa TunaRungu. Jakarta. Departemen PendidikanNasional.

Page 10: 275 Yuniarto Suwardi,Dian Novita,Sri Poedjiastoeti Jurusan Kimia

284

Fata Vidari. 2006. Upaya Meningkatan Hasil Belajar Siswa Melalui PenerepanModel Pembelajaran Langsung Dengan Strategi Catatan MatriksPada Pokok Bahasan Reaksi Redoks Di Kelas X – 5 SMA Ta’miriyahSurabaya. Proposal Skipsi yang tidak dipublikasikan : Jurusan Kimia,Universitas Negeri Surabaya.

http : / Kambing,Vlsm: org / bebas / vol / RI / PP / 1991 / PP – 1991 - 072. txtMasitoh Siti. 2006. Peningkatan Aktivitas dan Perolehan Belajar IPA

(Geografi) Siswa SMPLB TunaRungu Melalui PembelajaranKooperatif Metode STAD Bermedia Visual. Disertasi yang tidakdipublikasikan : Program studi Teknologi Pembelajaran UniversitasNegeri Malang.

Michael Purba. 2004. Kimia Untuk SMA Kelas X - A. Jakarta : Erlangga.Parning,Mika,Hurale. 2003. Kimia Kelas X – A. Jakarta : Yudhistira.Permanian, Tati, Dra. 1996. Ortopedagogik Anak TunaRungu. Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan.Sukardi, Prof. 2003. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta : Bumi AksaraSuranto,Basrowi,2002. Sukidin. Menajemen Penelitian Tindakan Kelas.

Jakarta: Insan Cendekia.Sutjihati, Dra. 2006. Psikologi Anak Luar Biasa.Bandung : Refika Aditama.www. Dit Plb.or.id / detail.PAP.id = 10 – 38 K

Page 11: 275 Yuniarto Suwardi,Dian Novita,Sri Poedjiastoeti Jurusan Kimia

238

PENGEMBANGAN BUKU AJAR KIMIA SMA KELAS XI PADA MATERIKESETIMBANGAN KIMIA SEBAGAI PENUNJANG KURIKULUM 2004 SMA

Maslakhah Anis Rakhmawati, Bambang Sugiarto

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kelayakan buku ajar kimia SMApada materi Kesetimbangan Kimia yang dikembangkan. Kelayakan tersebut ditinjaudari kriteria Kurikulum 2004 SMA, materi, penyajian, dan bahasa. Sasaran penelitianini adalah buku ajar kimia SMA kelas XI semester I pada materi Kesetimbangan Kimiasebagai penunjang Kurikulum 2004 SMA. Sumber data dalam penelitian ini adalah 3ahli materi (dosen kimia), 3 guru kimia, dan 12 siswa SMAN 1 Wonoayu.

Jenis penelitian ini adalah penelitian pengembangan yang mengacu pada model 4-D (Four D Models) menurut Thiagarajan. Penelitian ini hanya dibatasi pada tiga tahapyaitu: 1) tahap pendefinisian (Define) yang terdiri dari analisis ujung depan, analisissiswa, analisis tugas, analisis konsep dan spesifikasi indikator pembelajaran; 2) tahapperancangan (Design) yang terdiri dari penulisan, pengadopsian dan pembuatan bukuajar kimia; 3) tahap pengembangan (Develop) yang terdiri dari telaah, revisi, validasi,ujicoba terbatas, dan laporan.

Teknik pengumpulan data menggunakan lembar angket dan analisis data yangdilakukan secara deskriptif kuantitatif dari persentase untuk mengetahui kelayakan bukuajar kimia yang dikembangkan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa buku ajar kimia SMA pada materikesetimbangan kimia yang dikembangkan telah layak digunakan dalam prosespembelajaran. Hal ini ditunjukkan bahwa buku ajar kimia yang dikembangkanmemenuhi: 1) kriteria Kurikulum 2004 SMA dengan persentase menurut ahli materi(dosen kimia) dan guru kimia sebesar 83,24%; 2) kriteria materi dengan persentasemenurut ahli materi (dosen kimia) dan guru kimia sebesar 85,83%; 3) kriteria penyajiandengan persentase menurut ahli materi (dosen kimia) dan guru kimia sebesar 85,65%dan menurut siswa sebesar 92,22%; 4) kriteria bahasa dengan persentase menurut ahlimateri (dosen kimia) dan guru kimia sebesar 79,17% dan menurut siswa sebesar83,33%.

Kata Kunci: Pengembangan, Buku Ajar Kimia, Kurikulum 2004 SMA, Kelayakan,Kesetimbangan Kimia

A. PENDAHULUAN

Pemerintah telah memperbarui kurikulum pendidikan nasional yang dikenaldengan Kurikulum 2004, yang dapat membekali peserta didik dengan berbagaikemampuan sesuai dengan tuntutan zaman dan reformasi yang sedang bergulir,guna menjawab tantangan arus globalisasi, berkontribusi pada pembangunanmasyarakat dan kesejahteraan sosial, lentur dan adaptif terhadap perubahan.Kebijakan pemerintah menggunakan Kurikulum 2004 didasarkan pada PP Nomor25 tahun 2000 tentang pembagian kewenangan pusat dan daerah, dalam bidang

Page 12: 275 Yuniarto Suwardi,Dian Novita,Sri Poedjiastoeti Jurusan Kimia

239

pendidikan dan kebudayaan, dinyatakan bahwa kewenangan pusat adalah dalam halpenetapan standar kompetensi peserta didik dari warga belajar serta pengaturankurikulum nasional dan penilaian hasil belajar secara nasional serta pedomanpelaksanaannya, dan penetapan standar materi pelajaran pokok. Berdasarkan halitu, Departemen Pendidikan Nasional melakukan penyusunan standar nasionaluntuk seluruh mata pelajaran di SMA, yang mencakup standar kompetensi,kompetensi dasar, materi pokok dan indikator pencapaian (Depdiknas, 2003).

Menurut Kurikulum 2004, guru tidak lagi berperan sebagai aktor atau aktrisutama pada proses pembelajaran karena pembelajaran dapat dilakukan denganmendayagunakan aneka ragam sumber belajar. Siswa harus dapat belajar denganbaik tanpa didampingi guru. Untuk memperoleh hasil belajar yang optimal, siswadituntut tidak hanya mengandalkan diri dari apa yang terjadi di dalam kelas, tetapimampu dan mau menelusuri aneka ragam sumber belajar yang diperlukan. Salahsatu sumber belajar yang memberi kemudahan siswa dalam memperoleh informasi,pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan dalam proses belajar mengajar adalahbahan ajar. Bahan ajar merupakan segala bentuk bahan yang digunakan guru dansiswa dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas. Bahan ajar tersebutdapat berupa bahan ajar cetak maupun bahan ajar noncetak. Salah satu bentukbahan ajar cetak adalah buku ajar.

Buku ajar yang memenuhi Kurikulum 2004 yang mencakup tiga aspek yaitukognitif, psikomotor dan afektif serta yang berorientasi pada Contextual Teachingand Learning (CTL) dan Life Skill (Kecakapan hidup). Untuk menunjangKurikulum 2004, buku ajar yang dikembangkan diharapkan dapat menunjukkanbagaimana kimia dapat dikaitkan dengan kehidupan nyata, selain itu siswadiharapkan memperoleh pengetahuan yang lebih luas seperti tokoh-tokoh kimia,contoh permasalahan kimia dalam kehidupan sehari-hari (berupa gambar, analogidan lain-lain), serta perkembangan ilmu kimia, sehingga dapat menerapkan kimiadalam kehidupan sehari-hari di sekitar kita.

Saat ini, buku ajar yang telah beredar di pasaran telah mengalami berbagaiperkembangan dalam upaya menunjang Kurikulum 2004 SMA yang berbasiskompetensi. Beberapa buku ajar yang beredar, belum sepenuhnya cukupmenunjang pembelajaran siswa. Buku ajar yang satu dengan yang lain masih salingmelengkapi, khususnya pada materi yang akan diteliti yaitu Kesetimbangan Kimiakelas XI semester I.

Buku ajar 1 sudah menyajikan materi yang didukung dengan fitur-fiturseperti kegiatan percobaan, kata kunci, contoh dan latihan soal serta rangkumansoal, tetapi masih belum dilengkapi dengan standar kompetensi, kompetensi dasar,indikator hasil belajar, informasi tokoh-tokoh kimia, peta konsep, serta gambar-gambar yang memperjelas materi sangat terbatas. Buku ajar 2 telah menyajikanstandar kompetensi, kompetensi dasar, indikator hasil belajar, materi dengan tintawarna dan aplikasi materi dalam kehidupan sekitar, namun masih belum dilengkapidengan kata kunci, peta konsep, informasi tokoh-tokoh kimia, dan gambar-gambaryang memperjelas materi.

Buku ajar 3 telah menyajikan materi dengan menarik karena terdapat gambar-gambar maupun fakta dalam kehidupan sehari-hari yang memperjelas materi. Bukuajar ini juga menyajikan materi dengan tinta warna sehingga semakin menarik,namun buku ajar ini belum dilengkapi dengan standar kompetensi, kompetensidasar, indikator hasil belajar, kegiatan percobaan, dan peta konsep. Buku ajar 4

Page 13: 275 Yuniarto Suwardi,Dian Novita,Sri Poedjiastoeti Jurusan Kimia

240

telah menyajikan peta konsep dan aplikasi materi dalam kehidupan sehari-hari,tetapi penyajian materi belum menggunakan tinta warna. Keempat buku tersebutbelum mencakup semua komponen yang harus ada untuk menunjang Kurikulum2004 SMA yang berbasis kompetensi yaitu aspek kognitif, psikomotor dan afektifserta yang berorientasi pada CTL dan Life Skill.

Berdasarkan angket pra penelitian yang diedarkan kepada 69 siswa SMANegeri 1 Wonoayu diketahui 53,6% siswa menyatakan bahwa dalam buku ajarkurang mengkaitkan materi dengan kehidupan sehari-hari. Sebanyak siswa (50,7%)mengatakan bahwa tidak terdapat peta konsep dalam buku ajar, dan sebagian besar56,5% siswa mengatakan bahwa dalam buku ajar mereka tidak terdapat situs kimiatentang materi tersebut.

Berdasarkan kenyataan tersebut, peneliti ingin mengembangkan buku ajarsebagai penunjang Kurikulum 2004 SMA yang mencakup tiga aspek yaitu kognitif,afektif, dan psikomotor serta yang berorientasi pada Contextual Teaching andLearning (CTL) dan Life Skill. Pendekatan CTL ini menekankan pada aplikasikehidupan sehari-hari sehingga memudahkan siswa untuk membangun konsepmateri ajar. Pendekatan Life Skill menekankan pada kemampuan siswa untuk beranimenghadapi problema hidup dengan wajar tanpa merasa tertekan, kemudian secaraproaktif mencari serta menemukan solusi untuk mengatasinya. Setelah siswamembaca buku ajar tersebut, siswa tidak hanya mendapatkan ilmu pengetahuansaja, tetapi siswa juga bisa belajar mengenai sikap dan perilaku dalam menghadapikehidupan. Strategi yang dipilih dalam pengembangan buku ajar tersebut adalahdengan mengadopsi ide-ide inovatif yang terdapat di dalam perangkat pembelajaranyang diterbitkan oleh James E. Brady (2003), John W. Moore (2005) dan RaymondChang (2005) serta menggabungkan beberapa komponen yang telah ada pada bukuajar yang beredar di pasaran.

Kesetimbangan Kimia adalah salah satu materi yang diajarkan dalam matapelajaran kimia di SMA. Peneliti memilih materi ini didasarkan fakta bahwadiketahui sebagai contoh 55,1% siswa SMA Negeri I Wonoayu mengatakan materitersebut menarik untuk dipelajari. Salah satu alasan yang dikemukakan adalahdengan mempelajari materi tersebut, dapat mengetahui reaksi-reaksi kesetimbanganbaik reaksi-reaksi dalam tubuh maupun reaksi-reaksi yang biasanya digunakandalam kehidupan sehari-hari.

Adanya fenomena tersebut, peneliti ingin mengembangkan buku ajar yangdiharapkan dapat digunakan oleh siswa untuk menguasai kompetensi tertentu yangmencakup aspek kognitif, afektif dan psikomotor sesuai dengan harapan Kurikulum2004, oleh karena itu peneliti mengambil judul “Pengembangan Buku Ajar KimiaSMA Kelas XI Pada Materi Kesetimbangan Kimia Sebagai Penunjang Kurikulum2004 SMA”.

B. METODE PENELITIANJenis penelitian ini adalah penelitian pengembangan, yaitu pengembangan

buku ajar kimia pada materi Kesetimbangan Kimia sebagai penunjang Kurikulum2004 SMA. Penelitian pengembangan ini mengacu pada model 4-D (Four DModels) yang dikemukakan oleh Thiagarajan yang terdiri dari empat tahap, yaitutahap pendefinisian (Define), perancangan (Design), pengembangan (Develop), danpenyebaran (Disseminate). Penelitian ini hanya terbatas pada tahap pengembangan(Develop). Rancangan dalam penelitian ini dapat disajikan seperti pada gambar 1.Deskripsi dari masing-masing tahap adalah sebagai berikut:

Page 14: 275 Yuniarto Suwardi,Dian Novita,Sri Poedjiastoeti Jurusan Kimia

241

1. Tahap Pendefinisian (Define)Tahap ini bertujuan menentukan dan mendefinisikan kebutuhan dalampembelajaran. Ada lima langkah pokok dalam tahap ini, yaitu:a. Analisis Ujung Depan (Front-End Analysis)

Pada analisis ujung depan, beberapa hal perlu dipertimbangkan adalahkurikulum yang berlaku yaitu Kurikulum 2004 SMA, teori belajar yangrelevan, tantangan dan tuntutan masa depan.

b. Analisis Siswa (Learner Analysis)Dalam tahap ini, peneliti menelaah tentang karakteristik siswa yang sesuaidengan rancangan dan tahap pengembangan pembelajaran. Karakteristiksiswa meliputi kemampuan akademik, latar belakang pengetahuan danperkembangan kemampuan kognitif siswa.

c. Analisis Tugas (Task Analysis)Analisis tugas adalah kumpulan prosedur untuk menentukan isi satuanpelajaran. Analisis tugas dilakukan dengan merinci isi mata pelajaran dalambentuk garis besar. Analisis ini mencakup : 1) analisis struktur isi yang dapatdilihat dari kurikulum, 2) analisis prosedural digunakan untuk mengetahuitahap-tahap penyelesaian tugas sesuai dengan bahan kajian, dan 3) analisisproses informasi bertujuan untuk mengelompokkan tugas yang akandilaksanakan oleh siswa dalam setiap pertemuan.

d. Analisis Konsep (Concept Analysis)Analisis konsep adalah mengidentifikasi konsep-konsep utama yang akandiajarkan dan menyusunnya secara sistematis dengan merinci konsep-konsep relevan dan kurang relevan. Salah satu cara yang dapat digunakanuntuk mengungkapkan skema pemikiran maupun kerangka pemikiranseseorang akan sesuatu hal adalah dengan menuliskan skema pemikirannyadalam suatu peta konsep. Hasil analisis konsep sesuai dengan materipembelajaran yang dipilih yaitu Kesetimbangan Kimia ditampilkan dalambentuk peta konsep seperti gambar 2.

e. Spesifikasi Indikator PembelajaranSpesifikasi indikator pembelajaran bertujuan untuk merumuskan kompetensidasar dan indikator pencapaian hasil belajar yang terdapat dalam Kurikulum2004 SMA agar menjadi lebih operasional.

Analisis Ujung Depan

Analisis Siswa

AnalisisTugas Analisis Konsep

Spesifikasi Indikator Pembelajaran

Desain Awal Buku Ajar Draf 1 Design

Define

Page 15: 275 Yuniarto Suwardi,Dian Novita,Sri Poedjiastoeti Jurusan Kimia

242

dipengaruhi oleh

Gambar 2. Peta Konsep Kesetimbangan Kimia

Telaah Buku Ajar oleh 3 AhliMateri (Dosen Kimia)

Revisi I

Validasi Uji coba terbatas

Draf 2

3 Ahli Materi(Dosen Kimia)

3 Guru Kimia

Analisis Analisis

12 Siswa

Analisis

Laporan

Revisi II Buku Ajar yangDikembangkan

Develop

Gambar 1. Model Pengembangan Buku Ajar Kimia Untuk SMA

Reaksi Kesetimbangan

Keadaan Kesetimbangan Pergeseran Kesetimbangan

Konsentrasi SuhuTekananVolume

Tetapan Kesetimbangan

KcKp

Page 16: 275 Yuniarto Suwardi,Dian Novita,Sri Poedjiastoeti Jurusan Kimia

243

2. Tahap Perancangan (Design)Tujuan tahap ini adalah merancang perangkat pembelajaran yang berupa bukuajar kimia. Kegiatan utama tahap II yaitu penulisan, pengadopsian, pembuatanbuku ajar kimia dan konsultasi secara intensif dengan dosen pembimbing.Pemilihan bahan acuan dan format untuk pengembangan perangkatpembelajaran materi Kesetimbangan Kimia ditempuh dengan cara mengkajibahan acuan dan format dari James E. Brady (2003), John W. Moore (2005) danRaymond Chang (2005) yang isinya akan diadaptasikan dengan Kurikulum2004 SMA serta mengembangkan beberapa komponen yang telah ada padabuku ajar yang beredar di pasaran.

3. Tahap Pengembangan (Develop)Tujuan dari tahap ini adalah untuk menyempurnakan buku ajar yang lebih baikmelalui revisi dan umpan balik dari para ahli yang berkompenten. Tahap inimeliputi:a. Telaah

Telaah dilakukan oleh 3 ahli materi (dosen kimia). Dalam menelaah, 3 ahlimateri (dosen kimia) diminta untuk memberikan pendapat dan masukan atasbuku ajar kimia yang dikembangkan (draf 1).

b. Revisi IHasil telaah dari 3 ahli materi (dosen kimia) dianalisis dan digunakan untukmerevisi draf 1 sehingga menghasilkan draf 2.

c. ValidasiBuku yang telah direvisi dan menghasilkan draf 2, kemudian divalidasi oleh3 ahli materi (dosen kimia) dan 3 guru kimia. Dalam memvalidasi, 3 ahlimateri (dosen kimia) dan 3 guru kimia diminta untuk memberi penilaian atasbuku ajar kimia yang telah direvisi (draf 2) dengan mengisi lembarinstrumen penilaian. Analisis validasi menghasilkan revisi II. Pada revisi IImelakukan perbaikan buku ajar kimia yang telah divalidasi oleh 3 ahlimateri (dosen kimia) dan 3 guru kimia.

d. Uji coba terbatasBersama-sama dengan validasi oleh 3 ahli materi (dosen kimia) dan 3 gurukimia, uji coba terbatas draf 2 dilakukan kepada 12 siswa kelas XI SMA.Hasil uji coba terbatas ini adalah tanggapan siswa terhadap buku ajar kimiayang dikembangkan. Hasil uji coba terbatas akan dianalisis menghasilkanrevisi II.

Hasil analisis validasi 3 ahli materi (dosen kimia), 3 guru kimia, dan uji cobaterbatas kepada 12 siswa kelas XI SMA yang menghasilkan revisi II dipakaisebagai laporan atau hasil penelitian buku ajar kimia.

Data penilaian buku ajar dengan menggunakan lembar angket. Lembar angketdigunakan untuk mengumpulkan informasi tentang penilaian ahli materi (dosenkimia), guru kimia, dan siswa terhadap kelayakan buku ajar kimia yang telahdihasilkan. Lembar angket dimodifikasi dari Nur (2002) dan Depdiknas (2006).Langkah-langkah yang dilakukan adalah menyiapkan angket dengan persetujuandosen pembimbing, kemudian menggandakan dan membagikan angket tersebutsecara berturut-turut kepada 3 ahli materi (dosen kimia), 3 guru kimia, dan 12siswa. Hasil angket dari ahli materi, guru kimia, dan siswa digunakan untuk menilaikelayakan dan mengetahui pendapat mereka tentang buku ajar kimia yangdikembangkan, selanjutnya dianalisis sehingga dapat diambil suatu kesimpulan dan

Page 17: 275 Yuniarto Suwardi,Dian Novita,Sri Poedjiastoeti Jurusan Kimia

244

mengalami revisi (revisi II). Dari revisi II tersebut akan menghasilkan master bukuajar.

Data hasil penilaian terhadap buku ajar kimia pada materi KesetimbanganKimia sebagai penunjang Kurikulum 2004 SMA yaitu draf 2 yang berasal daripenilaian ahli materi dan guru kimia, dikelompokkan kemudian dianalisis secaradeskriptif kuantitatif dengan menggunakan skala Likert.

Tabel 1. Skala LikertPenilaian Nilai SkalaSangat Tidak MemenuhiTidak MemenuhiMemenuhiSangat Memenuhi

1234

Untuk menghitung persentase kelayakan dari tiap indikator digunakan rumussebagai berikut :Skor kriteria = skor tertinggi tiap item x jumlah item x jumlah responden

P (%) = 100%xkriteriaskorjumlah

respondenskorjumlah

(Riduwan, 2003)

Penilaian siswa dikategorikan dengan ya/tidak. Data hasil penilaian siswaterhadap buku ajar kimia pada materi Kesetimbangan Kimia sebagai penunjangKurikulum 2004 SMA dikelompokkan, kemudian dianalisis secara deskriptifkuantitatif dengan melakukan perhitungan persentase tiap kategori jawabanpertanyaan yang diperoleh dari seluruh siswa. Data hasil penilaian siswaselanjutnya dianalisis dengan menggunakan rumus :

P (%) = 100%xsiswaseluruhjumlah

ya/tidakmenjawabyangsiswajumlah

Hasil perhitungan persentase dari lembar angket penilaian 3 ahli materi(dosen kimia), 3 guru kimia dan 12 siswa saat ujicoba terbatas diinterpretasikan kedalam kriteria yang dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 2. Kriteria Interpretasi SkorAngka Kategori

0% - 20%

21% - 40%

41% - 60%

61% - 80%

81% - 100%

Sangat tidak memenuhi

Tidak memenuhi

Cukup memenuhi

Memenuhi

Sangat memenuhi

Berdasarkan kriteria tersebut, buku ajar kimia pada materi KesetimbanganKimia sebagai penunjang Kurikulum 2004 SMA dalam penilaian ini dikatakanlayak apabila persentase ≥61% responden memberikan jawaban memenuhi dan/atau sangat memenuhi (Riduwan, 2003).

(Riduwan, 2003)

Page 18: 275 Yuniarto Suwardi,Dian Novita,Sri Poedjiastoeti Jurusan Kimia

245

C. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil analisis data penilaian yang sudah diperoleh pada saat penelitianditunjukkan pada tabel 3 dan tabel 4.Tabel 3. Hasil Analisis Data Penilaian Ahli Materi dan Guru Kimia Terhadap BukuAjarNo. Kriteria Persentase (%) Kategori1. Kurikulum 2004 SMA 83,24 Sangat memenuhi2. Materi 85,83 Sangat memenuhi3. Penyajian 85,65 Sangat memenuhi4. Bahasa 79,17 Memenuhi

Tabel 4. Hasil Penilaian Siswa Pada Ujicoba TerbatasNo. Kriteria Persen tase rata-rata Kategori1 Kriteria penyajian 92,22% Sangat memenuhi2 Kriteria Bahasa 83,33% Sangat memenuhi

Berdasarkan tabel 3 dan tabel 4 dapat disimpulkan bahwa buku ajarkimia SMA pada materi Kesetimbangan Kimia sebagai penunjang Kurikulum 2004SMA yang dikembangkan layak digunakan dalam proses pembelajaran dan dapatdilanjutkan ke tahap penyebaran (Disseminate).

D. SIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis data penelitian, dapat disimpulkan bahwa buku ajarkimia SMA pada materi Kesetimbangan Kimia sebagai penunjang Kurikulum 2004SMA yang dikembangkan layak digunakan dalam proses pembelajaran dan dapatdilanjutkan ke tahap penyebaran (Disseminate). Kelayakan buku ajar kimiadinyatakan dalam kriteria Kurikulum 2004 SMA, materi, penyajian, dan bahasa,yang diuraikan sebagai berikut:1. Buku ajar kimia yang dikembangkan memenuhi kriteria Kurikulum 2004 SMA

dengan persentase menurut ahli materi (dosen kimia) dan guru kimia sebesar83,24%.

2. Buku ajar kimia yang dikembangkan memenuhi kriteria materi denganpersentase menurut ahli materi (dosen kimia) dan guru kimia sebesar 85,83%.

3. Buku ajar kimia yang dikembangkan memenuhi kriteria penyajian denganpersentase menurut menurut ahli materi (dosen kimia) dan guru kimia sebesar85,65% dan menurut siswa sebesar 92,22%.

4. Buku ajar kimia yang dikembangkan memenuhi kriteria bahasa denganpersentase menurut menurut ahli materi (dosen kimia) dan guru kimia sebesar79,17% dan menurut siswa sebesar 83,33%.

E. DAFTAR PUSTAKA

Azizah, Utiya. 2003. Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and Learning).Makalah disampaikan dalam Kegiatan Uji Coba Naskah Model BukuPelajaran PPKn, Geografi, Biologi, dan Kimia, tanggal 20-22 Oktober 2003di Surabaya.

Page 19: 275 Yuniarto Suwardi,Dian Novita,Sri Poedjiastoeti Jurusan Kimia

246

Belawati, Tian, dkk. 2004. Materi Pokok Pengembangan Bahan Ajar. Jakarta:Universitas Terbuka.

Blanchard, Alan. 2001. Contextual Teaching and Learning. Washington: UniversityCollege of Education.

Brady, James E. 2003. Chemistry Matter and Its Changes. Hobaken: John Willey &Sons.

Chang, Raymond. 2005. Chemistry. New York: Mc. Graw-Hill.

Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas). 2006. Instrumen Naskah ModelBuku Pelajaran Kimia (Untuk Guru). Jakarta: Pusat Perbukuan DepartemenPendidikan Nasional.

Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas). 2006. Naskah Model BukuPelajaran Matematika Instrumen (Untuk Siswa). Jakarta: Pusat PerbukuanDepartemen Pendidikan Nasional.

Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas). 2004. Pedoman UmumPengembangan Bahan Ajar Sekolah Menengah Atas. Jakarta: DirektoratJenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pendidikan MenengahUmum.

Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas). 2003. Kurikulum 2004StandarKompetensi Mata Pelajaran Kimia Sekolah Menengah Atas danMadrasah Aliyah. Jakarta: Pusat Kurikulum Balitbang Depdiknas.

Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas). 2002. Pendekatan Kontekstual(Contextual Teaching and Learning). Jakarta: Direktorat JenderalPendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pendidikan lanjutan Pertama.

Ibrahim, Muslimin. 2001. Model Pengembangan Perangkat Pembelajaran MenurutJerold E. Kemp dan Thiagarajan. Surabaya: Faculty of Mathematics andScience State University of Surabaya.

Johari dan Rachmawati. 2004. Kimia SMA Untuk Kelas XI. Bandung: Esis.

Moore, John W. 2005. Chemistry the Molecular Science. Canada: ThomsonLearning.

Mulyasa. 2003. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung; Remaja Rosdakarya.

Nur, Mohamad. 2002. Model Buku Pelajaran Mata Pelajaran Fisika SMU.Surabaya: Pusat Sains dan Matematika Sekolah Program Pasca SarjanaUnesa.

Nur, Mohamad. 2001. Pengajaran Dan Pembelajaran Kontektual. “ Makalahdisampaikan pada seminar, tanggal 20 Juni s.d 6 Juli 2001 Di Surabaya”.

Page 20: 275 Yuniarto Suwardi,Dian Novita,Sri Poedjiastoeti Jurusan Kimia

247

Nur, Mohamad. 1998. Teori-teori Perkembangan. Surabaya: Universitas NegeriSurabaya.

Nur, Mohamad dan Prima Retno Wikandari. 1998. Pendekatan-pendekatanKonstruktivis Dalam Pembelajaran. Surabaya: IKIP Surabaya.

Nur, Mohamad. 1998. Teori Pembelajaran Sosial. Surabaya: IKIP Surabaya.

Parning dan Horale. 2004. Kimia 2A. Jakarta: Yudhistira.

Purba, Michael. 2004. Kimia Untuk SMA Kelas XI. Jakarta: Erlangga.

Riduwan. 2003. Skala Pengukuran Variabel Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Sutresna, Nana. 2004. Kimia SMA Untuk SMA Kelas XI Semester 1. Bandung:Grafindo Media Pratama.

Suyatno, dkk. 2004. Kimia 2A Untuk SMA Kelas 2. Jakarta: Grasindo.

Page 21: 275 Yuniarto Suwardi,Dian Novita,Sri Poedjiastoeti Jurusan Kimia

248

ANALISIS KEMAMPUAN GURU DALAM MENERAPKAN KETERAMPILANPROSES SAINS DAN KERJA ILMIAH DALAM PEMBELAJARAN IPA SD

DI KABUPATEN LAMONGAN

Oleh:Eko Hariyono, S.Pd., M.Pd.

Prodi Pend. FisikaF MIPA UNESA

AbstrakTujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat kemampuan guru dalam

menerapkan keterampilan proses sains dan kerja ilmiah dalam pembelajaran IPA SD diKabupaten Lamongan. Tehnik penelitian dengan melakukan tes penguasaan konsep-konsepIPA, keterampilan membuat perangkat mengajar, dan keterampilan menggunakan alat peragaIPA.Hasil dari penelitian rata-rata penguasaan konsep IPA guru masih rendah dengan prosenketuntasan pada nilai 75 adalah 41 %. Gambaran keterampilan guru dalam membuat perangkatadalah masih dalam kategori cukup dan kurang, kecuali penggunaan bahasa tulis dalamkategori baik, sedangkan aspek yang paling rendah dalam membuat perangkat pembelajaranadalah penilaian. Kemampuan guru dalam membuat perangkat dalam kategori cukup (87 %)dan kategori kurang 13 %. Dalam penerapan kerja ilmiah, aspek yang paling tinggi dikuasaiadalah membuat gambar rancangan percobaan 58 %, sedang aspek yang paling rendah adalahmenuliskan langkah-langkah percobaan dan memperoleh data hasil percobaan masing-masing29 %. Sedangkan aspek keterampilan proses yang lain dikuasai pada rentang 35 % - 41 %.Gambaran ini memperkuat dugaan bahwa keterampilan proses sains belum dikuasai denganbaik oleh para guru.

Kata Kunci: Keterampilan Proses Sains, Kerja Ilmiah

Page 22: 275 Yuniarto Suwardi,Dian Novita,Sri Poedjiastoeti Jurusan Kimia

249

PENGEMBANGAN MULTIMEDIA INTERAKTIF BERBASISKOMPUTER BERUPA DEMONSTRASI PRAKTIKUMPADA MATERI POKOK SIFAT KOLIGATIF LARUTAN

Ulfah Hidayati, Muchlis

Pengembangan media dilakukan dengan menggunakan model 4D, yaituPendefinisian (define), Perancangan (design), Pengembangan (develop), danPenyebaran (disseminate). Penelitian ini dilakukan sampai pada tahappengembangan (develop), tahap Penyebaran (disseminate) tidak dilakukan. Mediaini dinilai kelayakannya oleh dua guru kimia dan diujicobakan kepada sepuluhsiswa kelas XII SMA Al-Falah Surabaya. Media ini dapat dikatakan layakapabila persentase dari masing-masing kriteria penilaian mencapai skor≥61%.

Persentase respon dari hasil penilaian guru kimia terhadap MultimediaInteraktif Berbasis Komputer Berupa Demonstrasi Praktikum ditinjau dari darikesesuaian materi yang terdapat pada media, kejelasan dalam menyajikan konsep,tampilan gambar dan video sebagai ilustrasi dalam media dan kemudahan dalammengoperasikan media diperoleh penilaian masing-masing sebesar 83,33%,81,25%, 87,5% dan 100% menunjukkan penilaian yang sangat kuat. Persentaserespon siswa ditinjau dari kriteria kesesuaian materi yang terdapat pada mediasebesar 76,67% dan kejelasan dalam menyajikan konsep sebesar 77,5%menunjukkan respon kuat, kriteria tampilan gambar dan video sebagai ilustrasidalam media dan kemudahan dalam mengoperasikan media memperoleh responsebesar 85% menunjukkan respon sangat kuat, sehingga Multimedia InteraktifBerbasis Komputer Berupa Demonstrasi Praktikum Materi Pokok SifatKoligatif Larutan layak untuk digunakan sebagai media pembelajaran.

Kata Kunci : Multimedia Interaktif Berbasis Komputer, DemonstrasiPraktikum, Materi Pokok Sifat Koligatif Larutan

A. LATAR BELAKANGSeorang guru memberikan materi pelajaran kepada siswanya agar

siswa dapat memahami dan menerapkan materi pelajaran dalam kehidupansehari – hari, hal ini merupakan salah satu fungsi guru dalamberkomunikasi dengan siswanya. “Komunikasi dapat diartikan sebagai usahaatau proses untuk menyamakan isi (pesan) antara pemberi dan penerimapesan” (Arifin , 2005:145). Dalam dunia pendidikan, seorang guru sebagaipemberi pesan, para siswa sebagai penerima pesan, sedangkan pesan yangdisampaikan berupa ilmu pengetahuan dan kemampuan baru baik dariaspek kognitif, psikomotor maupun afektif yang harus dimiliki seorangsiswa. Untuk menyampaikan pesan tersebut seorang guru memerlukanalat bantu yang biasa disebut Media Pembelajaran. Media yang relevanakan menjadikan proses belajar–mengajar berlangsung efektif (mencapaitujuan) dan efisien (mudah, cepat dan murah), (Arifin, 2005:146).

Page 23: 275 Yuniarto Suwardi,Dian Novita,Sri Poedjiastoeti Jurusan Kimia

250

Seorang guru kimia menyampaikan pesan yang berupa ilmu kimiakepada para siswa. Dalam mempelajari IPA terutama ilmu kimia kurangberhasil jika tidak ditunjang dengan kegiatan laboratorium (Arifin,2005:109). Seperti halnya ilmu kedokteran yang melakukan kegiatanlaboratorium dengan obyek makhluk hidup yang tidak bernyawa misalnyamanusia yang telah meninggal dunia. Demikian juga ilmu kimia,melakukan kegiatan laboratorium dengan mereaksikan zat kimia/pereaksi.Namun keterbatasan alat, bahan kimia, biaya perawatan, dan tenaga yangmempersiapkan kegiatan laboratorium, terkadang kegiatan laboratorium tidakterlaksana. Agar siswa tetap memahami penerapan konsep dari pelajarankimia, maka siswa dapat melakukan kegiatan laboratorium denganmelihat dan mengamati demonstrasi praktikum.

Dengan demikian seorang guru kimia sebagai mediator dan fasilitatorbagi siswa dapat mengelola kelas dan membekali siswa dengan ilmu kimia yangberorientasi sebagai produk dan proses, ‘Seorang lulusan SMA/MA diharapkanmemiliki kemampuan untuk berpikir logis, kritis, inovatif, dan kreatif dalammemecahkan masalah serta berkomunikasi secara verbal baik lisan maupuntertulis sesuai dengan konteksnya melalui berbagai media termasuk teknologiinformasi’ (Depdiknas, 2003:2). Hal tersebut merupakan tuntutan dari KurikulumBerbasis Kompetensi (KBK) maupun Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan(KTSP) yang sekarang ini berlaku dalam dunia pendidikan Indonesia.

Berdasarkan hasil pengamatan dari angket yang telah disebarkankepada siswa kelas XII SMAN 18 Surabaya dan SMA Al-Falah Surabayayang telah menerima pokok bahasan Sifat Koligatif, ada 43% siswamenyatakan bahwa materi ini sulit dan guru hanya memberikan materidengan klasikal. Materi pokok Sifat Koligatif Larutan merupakan materipelajaran yang memerlukan eksperimen agar siswa dapat mencapaikompetensi dasar yaitu Mendeskripsikan penurunan tekanan uap, kenaikantitik didih, penurunan titik beku larutan dan tekanan osmotik termasuk SifatKoligatif Larutan serta Membandingkan sifat koligatif larutan elektrolit danlarutan non elektrolit pada konsentrasi yang sama.

Dari hasil wawancara dengan guru kimia SMA Al-Falah Surabayadapat diketahui bahwa praktikum pokok bahasan Sifat Koligatif tidakdilakukan pada 3 (tiga) tahun ajaran terakhir disebabkan tidak tersedia alatdan bahan yang menunjang terlaksananya praktikum. Ketidaksediaan alatpraktikum pada pokok bahasan Sifat Koligatif yaitu Manometer, alat untukmengukur tekanan uap; Termometer bersuhu di bawah 0ºC, untuk mengukurpenurunan titik beku; dan pipa kapiler, untuk menunjukkan proses tekananosmotik. Faktor lainnya yaitu adanya pengurangan waktu kegiatan belajar-mengajar untuk mata pelajaran kimia pada KTSP sehingga tidak punya waktuyang cukup untuk melakukan kegiatan praktikum di Laboratorium kimiaterutama materi pokok Sifat Koligatif larutan. Menurut Edward L. Thorndike(Sudjana,2003:124) mengajukan hukum - hukum asosiasi yang dapatmemperkuat hubungan stimulus – respons salah satunya berisi tentang Law ofExercis dimana ‘Hubungan S – R akan lebih kuat bila sering dilatih dan akanlemah jika tidak dipergunakan’. Dengan adanya multimedia dalam bentuk

Page 24: 275 Yuniarto Suwardi,Dian Novita,Sri Poedjiastoeti Jurusan Kimia

251

demonstrasi praktikum ini diharapkan ‘para siswa lebih yakin dalammenangkap pelajarannya karena penyajian pelajaran lebih hidup, lebih realistisserta impresif’ (Sudjana, 2003 : 26), dapat memperkuat hubungan stimulus-respon dan media ini pun dapat berfungsi sebagai sarana komunikasi antaraguru dan murid dalam menyampaikan materi pelajaran.

Salah satu solusi dari masalah tersebut adalah dengan memanfaatkanperkembangan teknologi yang semakin canggih saat ini. Perkembanganteknologi dan informasi terutama perkembangan media pembelajaran yangsekarang telah berbasis komputer dan internet. Media pembelajaran yangdiperlukan oleh siswa dalam mempelajari Sifat Koligatif Larutan dapatberbentuk model kerja praktikum yang bervariatif. Multimedia interaktifberbasis komputer merupakan media audio visual yang memperagakanproses praktikum. Menurut Dengan media pembelajaran ini diharapkan hasilbelajar siswa pada materi pokok Sifat Koligatif Larutan dapat meningkat.Seperti yang dikemukakan oleh Baugh (dalam Achsin 1986), seperti yangdikutip Arsyad (2005: 9-10). bahwa “Perbandingan pemerolehan hasil belajarmelalui indera pandang dan indera pendengar sangat menonjolperbedaannya, 90% hasil belajar seseorang diperoleh melalui indera pandangdan hanya 5% dari indera pendengar serta 5% dari indera lainnya” .

Dengan pemanfaatan media pembelajaran tersebut diharapkan dapatmenggugah kreatifitas, motivasi dan membangun pengetahuan sendiri dari dirisiswa. Dengan adanya laboratorium komputer yang dimiliki sekolah dandidukung dengan adanya 79 % siswa yang memiliki komputer di rumah,siswa dapat belajar dan mencoba praktikum pokok bahasan Sifat Koligatifsendiri dengan sistem pengajaran individual. ‘Tujuan utama dari pengajaranindividual ini agar siswa dapat belajar secara optimal serta bisa mencapaitingkat penguasaan bahan pelajaran yang dipelajarinya’ (Sudjana, 2003:116).Dalam multimedia dalam bentuk demonstrasi praktikum ini siswa dapatmengetahui penerapan konsep dari materi pokok Sifat Koligatif Larutan.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kelayakan multimediainteraktif berbasis komputer berupa demonstrasi praktikum materi pokokSifat Koligatif Larutan yang dikembangkan sebagai media pembelajaranuntuk siswa SMA.

B. PEMBAHASANBerdasarkan data yang diperoleh mulai dari tahap pendefinisian, tahap

perancangan (Design) sampai tahap pengembangan (Develop).1. Tahap Pendefinisian (Define)

Tujuan tahap ini adalah menetapkan dan mendefinisikan syarat –syarat pembelajaran. Tahap ini dilakukan analisis tujuan dalam batasanmateri pelajaran yang akan dikembangkan perangkatnya, ada 5 tahap yaitusebagai berikut :a. Analisis ujung depan

Pada analisis ujung depan ini bermula dari pengetahuan, keterampilan,dan sikap siswa untuk menjadi entering behavior (tingkah laku awal siswa).Masalah yang akan muncul yaitu ada 43% siswa dari SMA Al-Falah

Page 25: 275 Yuniarto Suwardi,Dian Novita,Sri Poedjiastoeti Jurusan Kimia

252

dan SMAN 18 Surabaya kesulitan dalam memahami materi SifatKoligatif Larutan. Maka dibuatlah alternatif pembelajaran yang relevanyaitu multimedia interaktif berbasis komputer dalam bentuk demonstrasipraktikum.b. Analisis siswa

Analisis siswa dilaksanakan dengan memperhatikan ciri, kemampuan,dan pengalaman siswa, baik sebagai kelompok maupun individu. Objek daripenelitian ini adalah 10 (sepuluh) siswa kelas XII SMA Al-Falah Surabayadengan usia antara 16-18 tahun. Menurut Piaget dalam teori perkembangankognitif bahwa usia tersebut tingkat perkembangan kognitif siswa beradapada Tahap Operasi Formal (Nur,1998:2). Dengan adanya keterampilanumum siswa SMA di atas dan keterampilan psikomotor siswa SMA Al-Falah Surabaya, yaitu berupa keterampilan dalam mengoperasikankomputer. Hal tersebut melandasi pembuatan multimedia interaktifberbasis komputer.c. Analisis tugas

Pada tahap ini dilakukan analisis untuk menentukan isi satuanpelajaran, dengan mengelompokkan isi materi ajar dalam bentuk garis besar,agar siswa lebih memahami suatu materi.d. Analisis konsep

Pada tahap ini dilakukan identifikasi terhadap konsep-konsep utamayang akan diajarkan., kemudian ditampilkan dalam suatu bentuk petakonsep.e. Perumusan tujuan pembelajaran

Dalam tahap ini dilakukan pengkonversian hasil analisis tugasdan konsep menjadi tujuan pembelajaran khusus. Tujuan ini selanjutnyamenjadi dasar dalam penyusunan media.

2. Tahap Perancangan (Design)Pada tahap ini dilakukan perancangan media pembelajaran. menyusun

naskah dan mendesain media pembelajaran yang bersifat interaktif. Langkah-langkah yang dilakukan adalah:

a. Menyusun naskah yang akan disajikan ke dalam media interaktif berbasiskomputer. Penyusunan naskah didasarkan dari tujuan pembelajaran yangtelah dirumuskan.

b. Memasukkan naskah yang berupa Dasar teori, Petunjuk keamanan dilaboratorium, Alat dan bahan yang digunakan, Cara kerja Praktikum,Soal Pralab, Demonstrasi kegiatan praktikum, Lembar pengamatanpraktikum, Soal Evaluasi Hasil Belajar dan Kesimpulan dari Materipokok Sifat Koligatif Larutan ke dalam media berbasis komputerdengan menggunakan perangkat lunak macromedia flash 8.. Multimediaberbasis komputer merupakan media audio visual. Komponen visualdalam media ini berupa teks, gambar, animasi dan video. Gambar-gambaryang ada dalam media diperoleh dari situs-situs yang ada diinternet,animasi dibuat dengan bantuan program macromedia flash 8 sedangkanuntuk video perlu diubah dari format MPEG ke format FLV sehingga

Page 26: 275 Yuniarto Suwardi,Dian Novita,Sri Poedjiastoeti Jurusan Kimia

253

video dapat terbaca oleh program macromedia flash 8. Komponen audioberupa musik pengiring dan narasi untuk animasi dan video.

3. Tahap Pengembangan (Develop)Langkah yang dilakukan pada tahap Develop yaitu :

a. Telaah media komputer (oleh ahli media)Telaah media komputer dilakukan kepada ahli media pada tanggal

12-27 Juli 2007. Telaah media komputer dinilai oleh 3 (tiga) ahlimedia yaitu Dian Novita, ST, M.Pd, Drs Harun Nasrudin, MS, danMuchlis, S.Pd, M.Pd. Penilaian kriteria yang diberikan adalah formatmedia, kejelasan konsep dan materi, serta pengoperasian media. Datahasil angket diperoleh saran dan masukan dari para ahli media sebagaiberikut:

1). Tampilan pembukaTampilan pada bagian pembuka mendapat saran untuk

menambah nama dosen pembimbing pada tampilan pembuka.Peneliti telah melakukan revisi dengan menambah nama dosenpembimbing pada tampilan pembuka.

2). Suara/musik yang mengiringiSalah satu komponen dari media komputer adalah audio.

Suara/musik yang mengiringi pada media mendapatkankomentar/penilaian kurang baik karena suara suara guru/modelkurang keras kalah dengan suara musik Peneliti telah melakukanrevisi terhadap media komputer dengan mengecilkan volume suaramusik

3). Kesesuaian letak teks, gambar dan videoKesesuaian letak antara teks, gambar dan video pada media

mendapatkan saran untuk menghapus kode data maupun tanggaldalam video karena dapat mengganggu siswa dalam mengamatidemonstrasi praktikum. Peneliti melakukan revisi denganmentransfer ulang isi video ke dalam VCD denganmenghilangkan kode data dan tanggal tersebut, serta mengeditulang isi dari video untuk mendapatkan isi video yang lebihsingkat.

4). Kesesuaian dalam pemilihan backgroundKesesuaian dalam pemilihan background mendapatkan

penilaian baik sehingga tidak diperlukan revisi pada media.5). Tampilan penutup

Tampilan pada bagian penutup mendapatkan penilaian baiksehingga tidak diperlukan revisi pada media.

6). Kemudahan dalam membaca teksKemudahan dalam membaca teks mencakup pemilihan model

huruf, warna, bahasa dan penulisan. Ahli media memberikankomentar bahwa bahasa yang digunakan kurang baku. Peneliti telahmelakukan revisi terhadap media komputer.

7). Kesesuaian dalam menampilkan gambar sebagai ilustrasi denganmateri

Page 27: 275 Yuniarto Suwardi,Dian Novita,Sri Poedjiastoeti Jurusan Kimia

254

Kesesuaian tampilan gambar sebagai ilustrasi dengan materimendapatkan penilaian baik sehingga tidak diperlukan revisi padamedia.

8). Kesesuaian dalam menampilkan video sebagai ilustrasi dengan materiVideo sebagai ilustrasi dengan materi mendapatkan

komentar bahwa gambar model kurang serasi. Hal ini disebabkankarena cara pengucapan model dengan suara model sedikitlambat. Peneliti tidak dapat melakukan revisi karena kesalahanteknik dalam mentransfer video.

9). Sistematika penyajian materiSistematika penyajian materi didasarkan pada kompetensi

dasar yang akan dicapai oleh siswa. Sistematika penyajian materimendapatkan penilaian baik sehingga tidak diperlukan revisi padamedia.

10). Sistematika penyajian soal evaluasiSistematika penyajian soal evaluasi secara keseluruhan

mendapatkan penilaian baik. Ahli media memberikan komentar agarsesuai dengan pola berpikir siswa dan menambah tulisan indikatordi setiap indikator hasil belajar pada soal evaluasi hasil belajar.Peneliti telah melakukan revisi terhadap media.

11). Kemudahan dalam mengoperasikan mediaKemudahan dalam mengoperasikan media mendapatkan

penilaian baik sehingga tidak diperlukan revisi pada media.Untuk kesempurnaan multimedia berbasis komputer berupa

demonstrasi praktikum. Penelaah juga memberi saran perbaikan yaituNo urut gambar kurang lengkap, Indikator tekanan osmotik kurangmengena, Kalimat cara kerja kurang mengena, kalimat option kurangbagus, Istilah-istilah kurang bagus, Penggunaan kata evaluasi danpenilaian, dan dasar pengambilan kesimpulan harus inquiry dandiscovery. Dari saran-saran perbaikan tersebut, peneliti berusahauntuk merevisi multimedia tersebut.

b. Penilaian media (oleh guru kimia) dan uji coba terbatas (oleh siswa)Uji coba terbatas terhadap multimedia interaktif berbasis komputer

berupa demonstrasi praktikum dengan materi pokok Sifat KoligatifLarutan dilakukan kepada sepuluh siswa SMA Al-Falah Surabaya. Ujicoba dilaksanakan di luar jam sekolah pada tanggal 28 Juli 2007 dilaboratorium komputer SMA Al-Falah Surabaya sedangkan untukpenilaian media oleh guru kimia dilaksanakan setelah waktu ujicobaterbatas. Uji coba dilakukan selama + 2,5 jam. Tahap-tahap yangdilakukan dalam uji coba adalah sebagai berikut:1) Siswa belajar dengan menggunakan media interaktif berbasis

komputer. Tahap ini siswa diberi waktu selama + 2,5 jam2) Siswa mengisi angket penilaian siswa.

Laboratorium komputer SMA Al-Falah Surabaya memiliki 15 unitkomputer dan 1 unit komputer digunakan sebagai server. Pengaturan letakdari 16 unit komputer tersebut adalah membentuk baris dan berhadapan.

Page 28: 275 Yuniarto Suwardi,Dian Novita,Sri Poedjiastoeti Jurusan Kimia

255

Uji coba terbatas ini menggunakan 10 unit komputer yang berarti setiap 1siswa menggunakan 1 unit komputer.

Penilaian media dan uji coba terbatas ini nantinya diperolehpenilaian guru kimia dan siswa terhadap media komputer. Analisis hasilpenilaian dan uji coba terbatas adalah sebagai berikut:

(a). Penilaian guru kimia terhadap media interaktif berbasis komputerPenilaian media berbasis komputer ini dilakukan kepada dua guru

kimia SMA Al-Falah Surabaya. Analisis hasil penelitian dapat dijabarkansebagai berikut:

(1) Kesesuaian materi yang terdapat pada mediaKriteria ini meliputi aspek yang dinilai yaitu kesesuaian materi

yang terdapat pada media dengan indikator belajar dengan persentase87,5%, kesesuaian materi yang terdapat pada media dengan materi yangdisampaikan guru dengan persentase 87,5% dan kesesuaian soal yangterdapat pada media dengan indikator belajar mendapat persentase 75%.Penilaian guru kimia terhadap media pada kriteria ini sebesar 83,33%.Persentase tersebut jika diinterprestasikan terhadap skala likert adalahsangat kuat, hal ini menunjukkan bahwa materi yang diajarkan denganmedia sudah sangat sesuai.

(2) Kejelasan dalam menyajikan konsepKriteria ini meliputi aspek yang dinilai yaitu : kemudahan dalam

membaca teks mendapat penilaian sebesar 87,5% dan mendapatsaran untuk bentuk tulisan diperbanyak agar lebih menarik,kejelasan media dalam menyajikan konsep materi pelajaran mendapatpenilaian sebesar 75%, sistematika penyajian materi mendapatpenilaian sebesar 75% dan mendapat saran untuk lebih variatif danmeningkat, sistematika penyajian soal latihan mendapat penilaiansebesar 87,5% dan saran untuk lebih variatif serta penambahan porsisoal. Penilaian guru kimia terhadap media pada kriteria ini sebesar81,25%. Persentase tersebut jika diinterprestasikan terhadap skala likertadalah kuat sekali, hal ini menunjukkan bahwa konsep materi yangdisajikan pada media sangat sesuai.

(3) Tampilan gambar dan video sebagai ilustrasi dalam mediaKriteria ini meliputi aspek kesesuaian tampilan gambar dan video

sebagai ilustrasi yang relevan dengan materi dengan persentase sebesar87,5%. Penilaian guru kimia terhadap media pada kriteria ini sebesar87,5%. Persentase tersebut jika diinterprestasikan terhadap skala likertadalah kuat sekali, hal ini menunjukkan bahwa tampilan gambar danvideo yang digunakan sebagai ilustrasi dalam media sudah sangat baik.

(4) Kemudahan dalam mengoperasikan mediaKriteria ini meliputi aspek kemudahan dalam menggunakan

media mendapat penilaian sebesar 100%. Penilaian guru kimia terhadapmedia pada kriteria ini sebesar 100%. Persentase tersebut jikadiinterprestasikan terhadap skala likert adalah kuat sekali, hal inimenunjukkan bahwa penggunaan media sudah sangat mudah.

Page 29: 275 Yuniarto Suwardi,Dian Novita,Sri Poedjiastoeti Jurusan Kimia

256

Dari keempat kriteria di atas, yaitu: kesesuaian materi yang terdapatpada media, kejelasan dalam menyajikan konsep, tampilan gambar danvideo sebagai ilustrasi dalam media dan kemudahan dalam mengoperasikanmedia diperoleh penilaian masing-masing sebesar 83,33%, 81,25%, 87,5%dan 100%. Persentase tersebut jika diinterprestasikan terhadap skala likertadalah kuat sekali. Hal ini menunjukkan bahwa multimedia interaktifberbasis komputer yang dibuat sangat baik, yang berarti media tersebutlayak untuk digunakan sebagai media pembelajaran.(b). Penilaian siswa terhadap multimedia interaktif berbasis komputer

Uji coba multimedia berbasis komputer ini dilakukan kepada sepuluhsiswa SMA Al-Falah Surabaya. Analisis penilaian siswa dapat dijabarkansebagai berikut:

(1) Kesesuaian materi yang terdapat pada mediaKriteria ini meliputi aspek yang dinilai yaitu kesesuaian materi

yang terdapat pada media dengan indikator belajar dengan persentase75%, kesesuaian materi yang terdapat pada media dengan materi yangdisampaikan guru dengan persentase 75% dan kesesuaian soal yangterdapat pada media dengan indikator belajar mendapat persentase 80% .Penilaian siswa terhadap media pada kriteria ini sebesar 76,67%.Persentase tersebut jika diinterprestasikan terhadap skala likert adalahkuat, hal ini menunjukkan bahwa materi yang diajarkan dengan mediasudah sesuai.

(2) Kejelasan dalam menyajikan konsepKriteria ini meliputi aspek yang dinilai yaitu : kemudahan dalam

membaca teks mendapat penilaian sebesar 85%, aspek kejelasanmedia dalam menyajikan konsep materi pelajaran mendapat penilaiansebesar 75%, sistematika penyajian materi mendapat penilaian sebesar75%, dan aspek sistematika penyajian soal latihan mendapat penilaiansebesar 75%. Penilaian siswa terhadap media pada kriteria ini sebesar77,5%. Persentase tersebut jika diinterprestasikan terhadap skala likertadalah kuat, hal ini menunjukkan bahwa konsep materi yang disajikanpada media mudah dipahami. Kemudahan dalam memahami materiyang diajarkan dengan menggunakan media juga didukung dari hasilnilai soal pralab sebelum siswa melihat demonstrasi praktikum.Koligatif Larutan sebelum melihat demonstrasi praktikum. Karenadua siswa tersebut memperoleh nilai di bawah nilai standar ketuntasanminimal SMA Al-Falah sebesar 65

Berdasarkan standar ketuntasan minimal hasil belajar siswa SMAAl-Falah Surabaya, yaitu sebesar >65 maka dari data dapat diketahuibahwa sepuluh siswa telah tuntas belajar pada Materi Pokok SifatKoligatif Larutan, hal ini menunjukkan bahwa siswa telah memahamimateri pelajaran yang ada dalam media.

(3) Tampilan gambar dan video sebagai ilustrasi dalam mediaPenilaian siswa terhadap media pada kriteria kesesuaian tampilan

gambar dan video sebagai ilustrasi yang relevan dengan materi sebesar85%. Persentase tersebut jika diinterprestasikan terhadap skala likert

Page 30: 275 Yuniarto Suwardi,Dian Novita,Sri Poedjiastoeti Jurusan Kimia

257

adalah kuat sekali, hal ini menunjukkan bahwa tampilan gambar danvideo yang digunakan sebagai ilustrasi dalam media sangat baik.

(4) Kemudahan dalam mengoperasikan mediaPenilaian siswa terhadap media pada kriteria kemudahan dalam

menggunakan media ini sebesar 85%. Persentase tersebut jikadiinterprestasikan terhadap skala likert adalah kuat, hal ini menunjukkanbahwa pengoperasian media yang dibuat sudah baik.

Dari keempat kriteria di atas, yaitu: Kesesuaian materi yang terdapatpada media mendapat penilaian siswa sebesar 76,67%, Kejelasan dalammenyajikan konsep dengan persentase sebesar 77,5% jikadiinterprestasikan terhadap skala likert adalah kuat. Dan Tampilan gambardan video sebagai ilustrasi dalam media dan Kemudahan dalammengoperasikan media memperoleh penilaian sebesar 85%. Persentasetersebut jika diinterprestasikan terhadap skala likert adalah kuat sekali. Halini menunjukkan bahwa media interaktif berbasis komputer yang dibuatsudah sangat baik, yang berarti media tersebut layak untuk digunakansebagai media pembelajaran.

C. SIMPULAN DAN SARANBerdasarkan hasil penelitian dan pembahasan terhadap media yang

dikembangkan dapat disimpulkan bahwa Multimedia Interaktif BerbasisKomputer Berupa Demonstrasi Praktikum Materi Pokok Sifat KoligatifLarutan layak untuk digunakan sebagai media pembelajaran karena telahtercapai indikator sebagai berikut:1. Penilaian media oleh guru kimia terhadap kesesuaian materi yang

terdapat pada media, kejelasan dalam menyajikan konsep, tampilangambar dan video sebagai ilustrasi dalam media dan kemudahan dalammengoperasikan media diperoleh penilaian masing-masing sebesar83,33%, 81,25%, 87,5% dan 100% menunjukkan penilaian yang sangatkuat.

2. Penilaian siswa terhadap kriteria Kesesuaian materi yang terdapat padamedia mendapat penilaian siswa sebesar 76,67%, dan Kejelasan dalammenyajikan konsep dengan persentase sebesar 77,5% menunjukkanpenilaian yang kuat (didukung oleh aktivitas siswa yang positif selamamenggunakan media dan hasil belajar siswa dengan menggunakan media),kriteria Tampilan gambar dan video sebagai ilustrasi dalam mediamemperoleh penilaian sebesar 85% dan Kemudahan dalammengoperasikan media memperoleh penilaian sebesar 85 %menunjukkan penilaian yang sangat kuat.

Sebagai bahan pertimbangan untuk penelitian selanjutnya yangsejenis, disarankan hal-hal sebagai berikut :1 Perlu dibuat program komputer (software) yang menunjang

pengubahan hasil video ke dalam multimedia sehingga produk videomemperoleh hasil yang lebih baik.

2 Penggunaan multimedia interaktif berbasis komputer berupa demonstrasipraktikum pada materi pokok Sifat Koligatif Larutan hanya dapat

Page 31: 275 Yuniarto Suwardi,Dian Novita,Sri Poedjiastoeti Jurusan Kimia

258

membantu siswa untuk memahami praktikum secara kognitifsehingga diperlukan media lain yang dapat mengukur kompetensipsikomotor siswa hingga dapat dilakukan penilaian lanjutan.

3 Soal Pralab berisi pertanyaan tentang kegiatan/proses yang akandilakukan saat demonstrasi praktikum sehingga tidak rancu dengankonsep pretes-postes.

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Mulyati dkk. 2005. Strategi Belajar Mengajar Kimia. Malang:Unipress

Arsyad, Azhar. 2005. Media Pembelajaran. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada

Depdiknas. 2003. Draft Usulan Perbaikan KBK Mata Pelajaran Kimia SMA danMA. Jakarta

Ibrahim, Muslimin. 2001. Model Pengembangan Perangkat PembelajaranMenurut Jerold E. Kemp dan Thiagarajan. Surabaya: FMIPA Unesa .

Nur, Mohamad. 1998. Teori-Teori Perkembangan. Surabaya: Institut KeguruanDan Ilmu Pendidikan Surabaya.

Sudjana, Nana dan Rivai, A. 2003. Teknologi Pengajaran. Bandung: PenerbitSinar Baru Algesindo.

Tim Penyusun Pedoman Skripsi. 2005. Panduan Penulisan Skripsi dan PenilaianSkripsi. Surabaya: FMIPA Unesa.

Page 32: 275 Yuniarto Suwardi,Dian Novita,Sri Poedjiastoeti Jurusan Kimia

259

IMPLEMENTATION OF INQUIRY INSTRUCTION MODELON RATE OF REACTION FACTORS MAYOR SUBJECT

Anis Yanuarti & Suyono

ABSTRACT: This research aim to know about success of inquiry model implementation on rateof reaction factors subject. Implementation success valued from: (1) syntax feasibility of inquiryinstruction model, (2) student activity in learning process, (3) mastery learning both classicallyand individually. Learning activity held in XI-IPA 1 SMAN 1 Manyar Gresik. Syntax feasibilityvalued by 3 observers using syntax feasibility instruction student activity observation. Masterylearning measured by using evaluation paper in concept comprehension of scientific thingkingand psychomotoric process skill.Feasibility of instruction syntax reached even if phases donerespectable already appropriate with time planning. Student activity fulfill in good criteria ifmost student activity relevant with instruction purpose. Mastery learning analyzed individuallyand classically with minimal mastery 75%.Research result from inquiry instruction model showthat: (1) instruction syntax already done by teacher; (2) activity of most student haverespectable meaning because relevant with instruction purpose already; and (3) masterylearning reached by 36 students, increasing 75% student and classical mastery reach 90%already more than minimal mastery. Mastery of psychomotoric skill had reached 75 %appropriate with minimal mastery.

Keywords: inquiry model, syntax, student activity, indicator mastery, psychomotoric skill

ABSTRAK: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keberhasilan implementasi modelpembelajaran penemuan pada materi pokok faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi.Keberhasilan implementasi dinilai dari: (1) keterlaksanaan sintak model pembelajaranpenemuan, (2) aktivitas siswa dalam proses pembelajaran, (3) ketuntasan hasil belajar siswabaik secara klasikal maupun individual. Kegiatan pembelajaran dilakukan di kelas XI-IPA 1SMAN 1 Manyar Gresik. Keterlaksanaan sintak dinilai oleh tiga pengamat menggunakanformat keterlaksanaan sintak pembelajaran. Aktivitas siswa dinilai oleh 3 pengamatmenggunakan format pengamatan aktivitas siswa. Ketuntasan indikator diukur menggunakanlembar penilaian dalam bentuk pemahaman konsep berpikir ilmiah dan keterampilan prosespsikomotorik. Keterlaksanaan sintak pembelajaran telah terlaksana jika fase-fase sudahterlaksana dengan baik sesuai dengan alokasi yang direncanakan. Aktivitas siswa memenuhikriteria baik jika aktivitas sebagian besar siswa telah relevan dengan tujuan pembelajaran.Ketuntasan indikator dianalisis secara individual dan klasikal dengan batas ketuntasan minimal75%. Hasil penelitian dari implementasi model pembelajaran penemuan menunjukkan bahwa:(1) sintak pembelajaran telah dilaksanakan oleh guru dan sesuai dengan skenario pembelajaranserta waktu yang telah direncanakan; (2) aktivitas sebagian besar siswa sudah bermakna baikkarena telah relevan dengan tujuan pembelajaran; dan (3) ketuntasan individual telah dicapaioleh 36 siswa, terjadi peningkatan siswa sekitar 75% dan ketuntasan klasikal sudah tercapai90% melebihi batas minimal ketuntasan. Ketuntasan keterampilan proses psikomotorikmencapai 75% sesuai dengan batas minimal ketuntasan.

Kata kunci: model penemuan,sintak, aktivitas siswa, ketuntasan indikator, keterampilanpsikomotorik.

PENDAHULUANKurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) memiliki karakteristik sebagai berikut: (1)

Menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa baik secara individual maupun klasikal, (2)Berorientasi pada hasil belajar (learning outcomes) dan keberagaman, (3) Penyampaian dalampembelajaran menggunakan pendekatan dan metode yang bervariasi, (4) Sumber belajar bukan

Page 33: 275 Yuniarto Suwardi,Dian Novita,Sri Poedjiastoeti Jurusan Kimia

260

hanya guru tetapi juga sumber belajar lainnya yang memenuhi unsur edukatif artinya guru tidaklagi berperan sebagai pusat dalam proses pembelajaran, dan (5) Penilaian menekankan padaproses dan hasil belajar dalam upaya atau pencapaian suatu kompetensi (Depdiknas, 2003).

Melalui Pembelajaran Berbasis Kompetensi (PBK), khususnya pengajaran IPAdiharapkan tidak hanya memberikan kemampuan supaya siswa dapat membuat danmemecahkan soal-soal IPA tetapi juga secara konkrit dapat membentuk cara berpikir logis,kritis, dan sikap ilmiah yang lain serta memiliki keterampilan teknologi. Mengajar bukanmerupakan suatu kegiatan statis, tetapi merupakan interaksi yang dinamis antara kondisi sosial,tujuan pengembangan berpikir, teori-teori belajar, teknologi yang mendukung terutama denganaspek personal dan intelektual dari pelajar. Guru seharusnya selalu mencari cara agar dalaminteraksi tersebut semua faktor dapat berintegrasi sehingga diperoleh hasil yang sebaik mungkindengan memanfaatkan berbagai pendekatan dan metode yang cocok sesuai dengan tingkatperkembangan dan materi yang dipelajari siswa (Arifin, 1995).

Materi pokok yang memiliki kompetensi dasar yang dalam pencapaiannya melibatkansuatu proses (penyelidikan) salah satunya adalah faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi.Standar kompetensi yang harus dimiliki siswa adalah memahami kinetika dan kesetimbanganreaksi kimia serta faktor-faktor yang mempengaruhinya. Salah satu kompetensi dasar yangharus dimiliki siswa adalah menyelidiki faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi danmenyimpulkannya (Depdiknas, 2003).

Dalam mencapai standar kompetensi dan kompetensi dasar pada materi pokok faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi, guru perlu mengusahakan berbagai cara untuk membuatpengalaman belajar menjadi lebih bermakna. Pengalaman-pengalaman belajar yang tidakdiupayakan oleh guru akan menimbulkan kesulitan siswa dalam belajar khususnya belajarkimia.

Berdasar penelitian Anwar (2006), dalam mengupayakan kegiatan latihan berpikir kritismelalui penyelidikan laboratorium untuk menemukan konsep adalah salah satu cara yang harusdiupayakan guru agar siswa dapat membuat pengalaman belajarnya lebih bermakna. Modelpembelajaran yang mendukung siswa dalam latihan berpikir kritis melalui peyelidikan adalahmodel pembelajaran penemuan. Pembelajaran penemuan ini memberikan kesempatan padasiswa untuk beraktivitas selama kegiatan latihan keterampilan dan sesuai dengan tingkatperkembangan serta materi yang dipelajari siswa. Guru hanya memegang peran sebagaifasilitator dan pembimbing sehingga memungkinkan hasil belajar tuntas dan siswa dapatmembangun sendiri konsep serta definisinya secara benar.

Karakteristik-karakterisik tersebut sama dengan metode ilmiah yang seharusnya selaluditerapkan siswa ketika mempelajari ilmu kimia. Metode ilmiah tersebut meliputi: (1)pendeskripsian permasalahan, (2) observasi, (3) merumuskan hipotesis, (4) melakukanpercobaan, dan (5) menyimpulkan (Arifin, 1995).

Sebelum melakukan penelitian, dilakukan kegiatan prapenelitian untuk melihat sejauhmana kemampuan siswa dalam menjawab soal-soal bercirikan metode ilmiah. Jenis soal yangdipakai adalah pilihan ganda, mengadopsi dari soal yang dikembangkan oleh Nur dari PusatSains dan Matematika Sekolah (PSMS) Unesa. Pada kegiatan prapenelitian di SMA Negeri IManyar Gresik didapatkan hasil bahwa tidak semua karakteristik-karakteristik metode ilmiahdapat terlaksana dengan baik. Pada soal observasi hanya 32% siswa yang menjawab benar,kegiatan merumuskan masalah hanya 55% siswa yang dapat merumuskan dengan benar, soaleksperimen dan mendefinisikan variabel-variabel percobaan hanya 27% siswa menjawabdengan benar, dan kegiatan menyimpulkan hanya 45% siswa yang menyimpulkan denganbenar. Hasil tersebut tidak sesuai dengan pendapat Sudjana (2006) yang menyatakan bahwasiswa dikatakan tuntas jika telah mencapai sekurang-kurangnya 75% dari tujuan pembelajaranbaik secara klasikal atau individual.

Menitikberatkan hal di atas kekhawatiran-kekhawatiran akan terjadi hal yang sama padamateri laju reaksi membuat peneliti ingin mengantisipasinya dengan menerapkan modelpembelajaran penemuan karena kelebihan-kelebihan seperti yang sudah tertulis pada bagiansebelumnya. Dengan penerapan model penemuan ini diharapkan dapat meningkatkan

Page 34: 275 Yuniarto Suwardi,Dian Novita,Sri Poedjiastoeti Jurusan Kimia

261

keterampilan berpikir ilmiah khususnya dalam mempelajari kimia sehingga dapat membuatpengalaman belajar menjadi lebih bermakna. Penerapan model pembelajaran dapat dikatakanberhasil, pertama jika guru telah berhasil melaksanakan sintak model pembelajaran dengan baikdan sesuai dengan waktu yang telah direncanakan. Kedua, jika aktivitas siswa telah relevandengan tujuan pembelajaran, dan ketiga jika pada akhir pembelajaran, siswa dapatmeningkatkan ketuntasan belajarnya baik secara klasikal maupun individual (Sudjana, 2006).

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan alinea-alinea terdahulu bahwayang menjadi permasalahan pokok dalam penelitian ini adalah “Bagaimana keberhasilanimplementasi model pembelajaran penemuan pada materi pokok faktor-faktor yangmempengaruhi laju reaksi?”

Untuk menjawab rumusan masalah pokok itu perlu dirumuskan pertanyaan-pertanyaanpenelitian yang mengacu pada komponen-komponen pengajaran. Komponen pengajaran sebagaidimensi penilaian proses belajar mengajar setidaknya mencakup: (1) konsistensi KBM dengankurikulum, (2) keterlaksanaan rencana pembelajaran oleh guru, (3) keterlaksanaan rencanapembelajaran oleh siswa, (5) keaktifan para siswa, (6) interaksi antara guru dan siswa, (7)kemampuan atau keterampilan guru mengajar, dan (8) kualitas belajar yang dicapai oleh siswa(Sudjana, 2006).

Permasalahan umum tersebut di atas dapat disederhanakan menjadi beberapa pertanyaanpenelitian sebagai berikut:1. Bagaimana keterlaksanaan sintak model penemuan oleh guru?2. Bagaimana aktivitas siswa selama kegiatan belajar mengajar?3. Bagaimana ketuntasan belajar siswa baik secara individual maupun klasikal?

METODE PENELITIAN1. Sasaran Penelitian dan Sumber Data

Sasaran penelitian ini adalah kegiatan implementasi model pembelajaran penemuan padamateri pokok faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi.

2. Rancangan PenelitianPenelitian yang dilakukan merupakan jenis penilaian deskriptif. Untuk mengetahui

gambaran mengenai hasil implementasi model pembelajaran penemuan, yaituketerlaksanaan sintak pembelajaran, aktivitas siswa di dalam kinerja praktikum(psikomotor), ketuntasan komponen berpikir ilmiah.

Penelitian ini mengikuti rancangan penelitian “One Group Pretest Postest Design”.Sebelum pembelajaran siswa dikenai suatu pretes dan pada akhir pembelajaran siswadikenai postes. Rancangan penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Dengan O1 adalah tes awal sebelum implementasi pembelajaran penemuan. X adalahperlakuan berupa implementasi pembelajaran penemuan pada materi pokok faktor-faktoryang mempengaruhi laju reaksi. O2 adalah tes akhir setelah implementasi pembelajaran.

3. Bahan PenelitianBahan penelitian yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah segala sesuatu yangdipakai dalam implementasi model pembelajaran penemuan, antara lain: RencanaPelaksanaan Pembelajaran (RPP), buku siswa, Lembar Kerja Siswa (LKS), dan LembarPenilaian (LP)

4. Instrumen PenelitianInstrumen yang digunakan dalam pengumpulan data antara lain:a. Format pengamatan keterlaksanaan sintak pembelajaran pada model pembelajaran

penemuan (instrumen 01).b. Format pengamatan aktivitas siswa di dalam praktikum (instrumen 02).

O1 X O2

Page 35: 275 Yuniarto Suwardi,Dian Novita,Sri Poedjiastoeti Jurusan Kimia

262

c. Tes keterampilan berpikir ilmiah dan hasil belajar kimia (instrumen 03).5. Pengumpulan Data

a. Data penilaian keterlaksanaan sintak-sintak merupakan catatan/narasi hasil pengamatanyang dilakukan oleh 3 pengamat. Untuk menjamin releabilitas dan validitas penilaianyang diberikan, maka para pengamat diberikan pengarahan teknis penggunaaninstrumen dan pengumpulan data dan berlatar belakang pendidikan kimia.

b. Data aktivitas siswa dalam kelompok praktikum dikumpulkan dengan mengamati kelassetiap kali tatap muka. Pengamatan dilakukan oleh tiga pengamat yang sudah dilatihsehingga dapat mengoperasikan lembar pengamatan secara benar.

c. Data hasil belajar keterampilan berpikir ilmih dikumpulkan dengan metodepercobaan/eksperimen. Eksperimen dilakukan pada saat implementasi modelpembelajaran penemuan. Data ini digunakan untuk mengetahui seberapa besar siswadapat melakukan keterampilan berpikir ilmiah dengan mengimplementasikan modelpembelajaran penemuan (ketuntasan komponen keterampilan berpikir ilmiah).

d. Catatan khusus: sebelum pelaksanaan pembelajaran yang sebenarnya, penelitimelakukan sosialisasi model pembelajaran yang akan diimplementasikan kepada siswa(sasaran) dan juga pengenalan tentang materi pokok faktor-faktor yang mempengaruhilaju reaksi. Kegiatan ini melibatkan calon pengamat.

6. Teknik Analisis Dataa. Hasil Keterlaksanaan Sintak Pembelajaran. Analisis penilaian pengamat dalam

bentuk pilihan yaitu: terlaksana dan tidak terlaksananya sintak pembelajaran dalamimplementasi model pembelajaran penemuan dilakukan secara deskriptif.

b. Persentase Aktivitas Siswa di dalam Kelompok. Penilaian dilakukan denganmengamati kelas tiap kali tatap muka. Pengamatan dilakukan oleh tiga pengamat yangsudah dilatih sehingga dapat mengoperasikan lembar pengamatan secara benar.Berdasarkan rata-rata penilaian dari tiga pengamat untuk tiap kategori yang diamati,untuk tiap rencana pelaksanaan pembelajaran akan ditentukan persentasenya (P) denganrumus:

%100tan

xPengamaJumlah

pengamattigadarirataRataP

c. Ketuntasan Komponen Keterampilan Berpikir Tingkat TinggiUntuk mendapatkan data tentang pengaruh implementasi model pembelajaran

penemuan sebagai upaya untuk mencapai ketuntasan komponen keterampilan berpikirtingkat tinggi yang digunakan rumus ketuntasan klasikal sebagai berikut:

%100% xsiswaseluruhJumlah

tuntasyangsiswaJumlahklasikalKetuntasan

Prestasi belajar dikatakan tuntas bila penerapan rumus di atas menghasilkan nilai75 % untuk materi pokok faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi.

Selain itu juga di gunakan rumusan ketuntasan komponen keterampilan berpikirilmiah secara individual sebagai berikut:

%100% xkomponenseluruhJumlah

tuntasyangkomponenJumlahindividualKetuntasan

Prestasi siswa dikatakan tuntas bila penerapan rumus di atas menghasilkan 75% untukmateri pokok faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi

Page 36: 275 Yuniarto Suwardi,Dian Novita,Sri Poedjiastoeti Jurusan Kimia

263

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

1. Keterlaksanaan Sintak Pembelajaran untuk RPPData keterlaksanaan sintak untuk RPP1 (Pengaruh Konsentrasi). Data ini

merupakan penggambaran untuk RPP 2, 3 dan 4. Data waktu dan keterlaksanaan sintakuntuk RPP 2, 3 dan 4 kurang lebih sama seperti data pada Tabel 1.

Dari hasil analisis data ditemukan bahwa mayoritas pengamat menyatakanbahwa guru telah taat melaksanakan fase pembelajaran penemuan dengan alokasi waktuyang tidak terpaut jauh dengan waktu yang direncanakan. Ketaatan dalam menjalankanfase pembelajaran merupakan bukti empiris bahwa rencana pembelajaran yang dibuattelah memenuhi skenario pembelajaran penemuan.

Dalam analisis keterlaksanaan sintak, ditinjau dari kriteria terlaksana atau tidakterlaksana. Ketika sebuah fase dinilai terlaksana maka masih terdapat kajian lebih lanjut yaitudimensi waktu. Dengan memperhatikan catatan waktu pelaksanaan fase dalam modelpembelajaran yang sedang diterapkan masih terdapat ketidaksesuaian dengan alokasi waktuyang direncanakan. Di dalam proses belajar mengajar, waktu bukan menjadi penghambat karenaorientasinya adalah kinerja (Slamet, 2004). Dipakainya indikator waktu sebagai indikatorkeberhasilan karena pada pengembangan silabus ada batasan alokasi waktu. RPP adalahoperasionalisasi dari silabus sehingga distribusi waktu masih penting untuk diperhatikan dandalam praktek pembelajaran di kelas tetap ada batasan waktu 2 x 45 menit walau masihkonvensional. Pada tahap pendahuluan, guru mengawali pembelajaran dengan mengingatkansiswa terhadap materi sebelumnya dan kaitannya dengan pengetahuan baru yang akan dialamisiswa. Sesuai dengan teori konstruktivis oleh Vygotsky bahwa mengaitkan pengetahuan barudengan pengetahuan awal yang telah dimiliki siswa berguna untuk membangun pengertian-pengertian baru. Tahap selanjutnya siswa diminta untuk bergabung dalam kelompok kooperatif.Tujuan pembentukan kelompok kooperatif ini adalah agar siswa mampu mengembangkankemampuan mereka dalam memperoleh informasi juga agar siswa saling bekerja sama. Dalammelakukan kegiatan dalam bimbingan guru. Seperti yang disampaikan oleh Vygotsky (dalamNur, 2004) yang percaya bahwa interaksi sosial dengan teman lain akan memacu terbentuknyaide baru dan memperkaya perkembangan intelektual siswa. Pembentukan kelompok dilakukansecara heterogen terdiri atas lima orang tiap kelompok dengan tingkat kemampuan yangberbeda. Pengkategorian ini didasarkan pada hasil pretest siswa. Satu kelompok terdiri atas satusiswa dengan kemampuan lebih, satu siswa dengan kemampuan rendah dan tiga siswa dengankemampuan rata-rata. Arends (1997) mengemukakan bahwa anggota-anggota kelompok diaturdan terdiri atas siswa dengan kemampuan tinggi, sedang, dan rendah. Pembagian kelompokdapat dilihat pada Lampiran 7. Identifikasi siswa dengan kemampuan berbeda ini berdasarkannilai tes atau nilai raport siswa. Dalam penelitian ini yang dipakai pedoman untuk membagisiswa dalam kelompok berdasarkan nilai tes awal.

Page 37: 275 Yuniarto Suwardi,Dian Novita,Sri Poedjiastoeti Jurusan Kimia

264

Tabel 1. Data Keterlaksanaan sintak untuk RPP 1Uraian Tiap Fase Hasil Pengamatan

Pengamat 1 Pengamat 2 Pengamat 3T/TT

Waktu(menit)

T/TT

Waktu(menit)

T/TT

Waktu(menit)

Rencana

Riil Rencana

Riil Rencana

Riil

a. Kegiatan Pendahuluan (5 menit)1. Review (2’)2. Siswa duduk dalam suatu kelompok

kooperatif. (3’)b. Kegiatan IntiFase 1: Identifikasi masalah (7 menit)1. Demonstrasi oleh guru (5’)2. Penyampaian tujuan pembelajaran (2’)Fase 2: Siswa membuat rumusanhipotesis (16 menit)Guru membimbing siswa dalam:3. mengidentifikasi masalah (3’)4. mengumpulkan informasi (8’)5. merumuskan hipotesis (5’)Fase 3: Mengumpulkan data (42 menit)Guru membimbing siswa dalam:6. membuat rancangan percobaan (10’)7. melakukan percobaan (25’)8. menyajikan data (7’)Fase 4: Menginterpretasikan data (10menit)Guru membimbing siswa dalam:9. membuat pernyataan (5’)10. menguji hipotesis (5’)Fase 5: Membuat simpulan (5 menit)Guru membimbing siswa dalam:11. membuat ringkasan (2’)12. membaca ringkasan (1’).13. Mengecek pemahaman siswa (1’)Kegiatan Penutup (5 menit)1. Guru mengadakan evaluasi (4’)2. Meminta siswa mempersiapkan diribelajar materi berikutnya di rumah.

TT

TT

TTT

TTT

TT

TTT

TT

23

52

385

10257

55

212

41

23

52

467

9258

65

222

31

TT

TT

TTT

TTT

TT

TTT

TT

23

52

385

10257

55

212

41

23

52

467

8266

64

222

31

TT

TT

TTT

TTT

TT

TTT

TT

23

52

385

10257

55

212

41

23

52

484

1058

45

222

31

Pada kegiatan inti model pembelajaran penemuan, fase satu sampai fase lima, telahterlaksana dengan baik karena berdasarkan pengamatan, guru telah melaksanakan sintak demisintak dengan baik. Dengan implementasi penemuan diharapkan siswa dapat menggunakanpengalaman dan observasi langsung dalam memperoleh informasi dan memecahkan masalah-masalah ilmiah. Seperti yang dikemukakan oleh Jerome Bruner (dalam Nur, 2004) bahwamodel pembelajaran penemuan adalah suatu model pengajaran yang menekankan padamembantu siswa memahami struktur atau ide kunci dari suatu disiplin ilmu, perlunya siswaaktif terlibat dalam proses pembelajaran dan suatu keyakinan bahwa pembelajaran sebenarnyaterjadi melalui penemuan pribadi

2. Aktivitas Siswa dalam KelompokPersentase rata-rata aktivitas siswa dalam kelompok disajikan dalam Tabel 2.

Page 38: 275 Yuniarto Suwardi,Dian Novita,Sri Poedjiastoeti Jurusan Kimia

265

Tabel 2. Rekapitulasi Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa Dalam Model Pembelajaran Penemuan

No. Aktivitas siswa dalam kelompok Persentase (%) RPP ke…..1 2 3 4

1 Membaca (mencari informasi, dsb) 8,333 8,056 9,722 102 Memanipulasi alat dan bahan 5,833 5,833 6,667 8,8893 Mendiskusikan tugas partisipasi seluruh anggota 7,778 7,222 7,5 7,7784 Mendiskusikan tugas partisipasi ada yang dominan 8,611 8,611 6,389 3,8895 Mendiskusikan prosedur kerja 7,5 7,778 8,889 10,286 Melakukan percobaan dan pengamatan 8,333 9,167 10 10,567 Diskusi yang tidak relevan dengan tugas 9.444 6,667 5,833 3,3338 Saling berbantah prosedur kerja 6,389 8,333 9,722 10,569 Diskusi substansi, relevan dengan tugas 5,556 7,222 9,167 10,5610 Suasana diam atau bingung 10 8,889 5 3,88911 Perilaku yang tidak relevan 10 6,944 5,556 3,61112 Berdiskusi dengan guru 6,111 8,056 7,778 8,61113 Mendengarkan penjelasan guru 6,111 7,222 7,778 8,056

Dari Tabel 2 dapat dilihat bahwa terjadi peningkatan aktivitas siswa yang relevandengan tujuan pembelajaran, misalnya membaca, mendengarkan penjelasan guru, berdiskusidengan partisipasi seluruh anggota, diskusi prosedur kerja, diskusi substansi yang relevan, danmelakukan percobaan. Selain terjadi peningkatan juga terjadi penurunan aktivitas yang tidakrelevan dengan tujuan pembelajaran, seperti: perilaku yang tidak relevan, suasana diam danbingung, diskusi yang tidak relevan dengan tugas, dan ada dominasi dari dua atau tiga anggotakelompok. Diskusi yang tidak relevan dengan tujuan pembelajaran, misalnya berbincang-bincang terlepas dari masalah pembelajaran. Perilaku yang tidak relevan misalnya membuatkeributan ketika sedang dalam KBM, mondar-mandir berbicara keras, dan lain-lain. Aktivitas-aktivitas dalam proses pembelajaran ada yang bersifat menguntungkan atau merugikanbagi tercapainya tujuan pembelajaran atau indikator. Dari Tabel 4.6 terlihat bahwaterjadi peningkatan aktivitas siswa yang relevan dan penurunan aktivitas yang tidakrelevan dengan pembelajaran. Hasil analisis data pada Tabel 2 dapat diringkas dalamsebuah grafik Gambar 1.

0%

20%

40%

60%

80%

100%

1 2 3 4

RPPke.. .

Pers

enta

seAktiv

itas

Aktivitas yang Relevan Akt ivitas yang tidak relevan

Gambar 1. Grafik Persentase Aktivitas Siswa Siswa dalam Pembelajaran

Frekuensi aktivitas yang relevan dengan tujuan pembelajaran cenderungmeningkat seiring dengan urutan pelaksanaan RPP. Hal ini mengindikasikan bahwaimplementasi model pembelajaran penemuan telah berhasil meningkatkan aktivitassiswa dalam kegiatan belajar mengajar. Sesuai yang dikemukakan oleh Bruner (dalamNur, 2004) bahwa dengan model pembelajaran penemuan aktivitas siswa karena siswa

Page 39: 275 Yuniarto Suwardi,Dian Novita,Sri Poedjiastoeti Jurusan Kimia

266

diajak mengalami dan melakukan observasi langsung untuk memperoleh informasi danmemecahkan masalah-masalah ilmiah. Besarnya persentase waktu pembelajaran yangdigunakan oleh siswa untuk beraktivitas dalam RPP 1 sampai 4 didukung oleh datadalam Tabel 2 dan Gambar 1 yaitu keantusiasan siswa yang makin tinggi danmenunjukkan bahwa kegiatan pembelajaran telah berpusat pada siswa. Tingginyasemangat siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran didorong juga olehkemampuan guru dalam mengelola kegiatan pembelajaran cukup baik diantaranyakegiatan memotivasi siswa, membimbing siswa mengerjakan LKS, membimbingpercobaan, dan mengecek pemahaman siswa. Meskipun demikian pada RPP 1 masihditemukan kecenderungan siswa berperilaku kurang relevan dengan pembelajaran.Kecenderungan tersebut berkurang seiring dengan berlangsungnya proses pembelajaranpada pertemuan-pertemuan selanjutnya. Dari penilaian umum terhadap aktivitas siswamenunjukkan bahwa pelaksanaan model pembelajaran penemuan telah dapatmengantarkan siswa dalam meningkatkan aktivitasnya yang relevan denganpembelajaran.

3. Ketuntasan IndikatorKeberhasilan siswa dalam belajar materi pokok faktor-faktor yang mempengaruhi laju

reaksi melalui implementasi model pembelajaran penemuan didasarkan pada data ketuntasanindikator. Data ketuntasan indikator diperoleh melalui tes hasil belajar, baik dari aspekpemahaman konsep maupun pada aspek keterampilan melalui proses psikomotor. Indikator ke-6, adalah indikator untuk menilai aspek psikomotorik siswa. Pada kegiatan pretest dan postestindikator ke-6 ini tidak dinampakkan karena indikator ini hanya berlangsung ketika siswaterlibat dalam kegiatan percobaan. Data ketuntasan indikator pada aspek pemahaman konsepyang diperoleh ditinjau dari dimensi individual dan dimensi klasikal dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3 Data Ketuntasan IndikatorNo.Nama Pretes % T/TT Postes % T/TT

Siswa I N D I K A T O R Ketun- I N D I K A T O R Ketun-

1 2 3 4 5 6 7 8 tasan 1 2 3 4 5 6 7 8 tasan1 ARI 5 2 5 2 2 2 2 20 TT 10 10 20 20 10 20 5 95 T2 AAW 5 2 5 2 5 5 2 26 TT 10 5 15 20 10 20 5 85 T3 CF 10 5 20 10 10 15 5 75 T 10 10 15 10 10 15 5 75 T4 KAR 5 5 10 10 10 10 5 55 TT 10 10 15 15 5 15 5 75 T5 AFN 10 5 20 10 10 15 5 75 T 10 10 15 15 10 20 5 85 T6 CTY 5 5 10 5 5 10 5 45 TT 10 10 10 10 10 20 5 75 T7 DAA 5 10 15 10 5 10 5 60 TT 5 5 10 10 10 15 5 60 TT8 ACD 5 10 10 5 5 10 5 50 TT 10 10 20 10 5 10 5 70 T9 AKV 5 10 20 10 5 10 5 65 TT 10 10 20 10 10 15 5 80 T10 FK 5 10 5 5 5 5 5 40 TT 10 10 10 15 10 15 5 75 T11 FAS 5 5 10 10 5 5 2 42 TT 10 10 20 15 10 10 5 80 T12 RRR 5 10 20 15 10 10 5 75 T 5 10 10 20 10 20 5 80 T13 UC 10 10 20 10 10 10 5 75 T 10 5 20 15 10 15 5 80 T14 VS 10 10 10 10 10 10 5 65 TT 10 10 10 15 10 10 5 70 TT15 WWD 2 5 10 10 5 5 2 39 TT 5 10 15 10 10 20 5 75 T16 AH 10 10 20 15 10 10 5 80 T 10 10 10 15 10 20 5 80 TNo.Nama Pretes % T/TT Postes % T/TT

Siswa I N D I K A T O R Ketun- I N D I K A T O R Ketun-

1 2 3 4 5 6 7 8 tasan 1 2 3 4 5 6 7 8 tasan17 SSM 5 10 10 10 7 10 5 57 TT 10 10 10 15 10 15 5 75 T

Page 40: 275 Yuniarto Suwardi,Dian Novita,Sri Poedjiastoeti Jurusan Kimia

267

18 TNQ 5 10 20 10 7 10 5 67 TT 10 10 20 20 10 15 5 90 T19 WNH 5 5 10 10 5 5 5 45 TT 10 5 10 20 10 20 5 80 T20 WND 2 5 5 10 5 5 2 34 TT 10 10 20 20 5 10 5 80 T21 AM 10 10 20 10 10 20 5 85 T 10 5 20 10 10 15 5 75 T22 ADH 5 10 10 10 10 20 5 70 TT 10 10 20 20 10 10 5 85 T23 DN 5 5 5 5 10 10 2 42 TT 10 10 10 15 10 15 5 75 T24 RIK 5 10 20 10 5 10 5 65 TT 10 10 15 10 10 15 5 75 T25 ARF 5 5 10 10 5 5 2 42 TT 10 10 25 20 10 10 5 90 T26 DP 5 10 20 10 10 10 5 70 T 10 10 20 20 10 20 5 95 T27 ENA 5 5 5 5 10 10 2 42 TT 10 10 10 20 10 20 5 85 T28 IUI 5 10 20 10 5 10 5 65 TT 10 10 10 20 5 20 5 80 T29 RF 5 10 20 10 5 10 5 65 TT 10 10 25 20 10 20 5 100 T30 STW 5 10 20 15 10 10 5 75 T 5 5 20 15 10 20 5 80 T31 BWR 5 10 15 15 10 10 5 70 TT 10 10 20 20 10 20 5 95 T32 FRN 5 5 5 5 10 10 2 42 TT 10 10 15 20 10 5 5 75 T33 LMM 5 10 10 10 7 10 5 57 TT 10 10 10 20 5 5 5 65 TT34 NA 5 5 10 10 5 5 5 45 TT 10 5 10 20 10 15 5 75 T35 UR 5 10 10 10 10 20 5 70 TT 10 10 5 20 10 10 5 70 TT36 AHN 5 10 20 10 10 10 10 75 T 10 10 20 20 10 20 5 95 T37 DAP 0 5 5 10 5 5 5 35 TT 10 10 10 10 10 20 5 75 T38 DS 5 10 20 10 5 10 5 65 TT 10 10 20 10 5 20 5 80 T39 NA 5 5 5 5 10 10 2 42 TT 10 10 10 15 10 15 5 75 T40 BMF 5 10 10 10 5 5 5 50 TT 10 10 20 20 10 15 5 90 TKeterangan: T: Tuntas, TT: Tidak Tuntas

Pengertian ketuntasan keterampilan berpikir ilmiah adalah analisis ketuntasan siswadalam mengerjakan setiap komponen keterampilan berpikir ilmiah. Setiap komponenketerampilan berpikir mempresentasikan keterampilan berpikir yang terpayungi oleh sebuahindikator hasil belajar. Jika seorang siswa benar dalam melakukan sebuah komponenketerampilan berpikir maka siswa tersebut dinyatakan telah menguasai keterampilan berpikirdan sebaliknya.

Dari hasil analisis data terlihat bahwa siswa mengalami peningkatan ketuntasan baikketuntasan individual maupun klasikal. Hal tersebut bermakna bahwa implementasi modelpembelajaran penemuan telah dapat mengantarkan siswa dalam mencapai ketuntasan khususnyapada materi pokok faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi. Ketuntasan indikator hasilbelajar merupakan cerminan dari keberhasilan guru dalam pelaksanaan fase pembelajaran yangmemiliki kualitas baik. Bila dilihat secara klasikal, jumlah siswa yang tuntas mencapai 90%melebihi batas minimal ketuntasan. Menurut Ischak (1987), belajar tuntas (mastery learning)adalah suatu sistem belajar yang mengharapkan sebagian besar siswa dapat menguasai tujuaninstruksional umum dari suatu satuan atau unit pelajaran secara tuntas sekurang-kurangnya 75%dari tujuan instruksional yang hendak dicapai harus dikuasai siswa. Sistem penilaian ini disebutsistem penilaian acuan kriteria. Sistem penilaian acuan kriteria adalah salah satu karakteristikpenilaian dalam KBK (Slamet, 2004). Sistem penilaian acuan kriteria, menilai ketuntasan siswadisesuaikan dengan tujuan pembelajaran. Dengan demikian keberhasilan siswa dibandingkandengan tujuan instruksional yang seharusnya bukan dibandingkan dengan rata-ratakelompoknya. Biasanya keberhasilan siswa ditentukan kriterianya yakni 75%. Sistem penilaianini mengacu pada konsep belajar tuntas atau mastery learning. Prinsip belajar tuntas berlakuumum, baik bagi proses belajar mengajar secara klasikal maupun individual (Sudjana, 2006).

Bertitik tolak dari tujuan pembelajaran pada kurikulum berbasis kompetensi yangmeliputi domain kognitif, psikomotor, dan afektif maka selain domain kognitif seperti yangtelah diungkap pada alinea sebelumnya juga akan diungkap ketuntasan keterampilanpsikomotorik berikut ini. Pada domain psikomotorik diketahui ketuntasan klasikal siswa sebesar

Page 41: 275 Yuniarto Suwardi,Dian Novita,Sri Poedjiastoeti Jurusan Kimia

268

75% sesuai batas minimal ketuntasan. Keterampilan psikomotorik dalam penelitian ini adalahpercobaan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi. Sesuai dengan KBK,penguasaan mata pelajaran dengan menyentuh secara nyata, mendidik siswa untuk cenderunglebih riil, aktual, konkrit, nyata, dan menyentuh realitas. Lebih dari itu proses belajar mengajardapat menerapkan nilai-nilai yang dipelajari ke dalam kehidupan sehari-hari danmenginternalisasikan nilai-nilai ke dalam hati nuraninya.

Ketuntasan belajar mengajar di kelas XI IPA 1 SMAN 1 Manyar Gresik telah tercapaidengan menerapkan model pembelajaran penemuan (inkuiri). Model inkuiri merupakan suatuproses yang ditempuh siswa untuk memecahkan masalah, merencanakan eksperimen,melakukan eksperimen, mengumpulkan dan menganalisis data dan menarik simpulan. Dalammodel ini, siswa terlibat secara mental dan fisik untuk memecahkan suatu permasalahan (Nur,2004).

SIMPULAN DAN SARAN

SimpulanBerdasarkan hasil analisis data penelitian dan pembahasan, dapat dituliskan simpulan

penelitian sebagai berikut:1. Fase-fase dalam sintak model pembelajaran penemuan pada materi pokok faktor-faktor

yang mempengaruhi laju reaksi dapat dilaksanakan sesuai dengan RPP.2. Implementasi model pembelajaran penemuan pada materi pokok faktor-faktor yang

mempengaruhi laju reaksi dapat menumbuhkan aktivitas belajar siswa.3. Implementasi model pembelajaran penemuan pada materi pokok faktor-faktor yang

mempengaruhi laju reaksi berhasil mengantarkan siswa mencapai ketuntasan belajar baiksecara klasikal maupun individual. Terjadi kenaikan siswa yang tuntas sekitar 75%.Ketuntasan siswa secara klasikal tercapai sebesar 90%. Siswa yang tuntas secara individualberjumlah 36 siswa.

SaranBerdasarkan pada simpulan-simpulan yang telah dibuat dan temuan-temuan, peneliti

mengajukan saran atau rekomendasi sebagai berikut:1. Model pembelajaran penemuan terbukti dapat meningkatkan aktivitas dan ketuntasan

belajar siswa. Oleh karena itu guru disarankan untuk menerapkan model pembelajaranpenemuan ketika mengajarkan materi faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi.

2. Melalui model penemuan siswa betul-betul ditempatkan sebagai subyek yang belajar,sehingga perlu dilakukan penelitian untuk mencoba mengimplementasikan modelpenemuan pada materi pokok lain yang mempunyai spesifikasi seperti materi pokok faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi.

3. Dalam mengimplementasikan model penemuan, masih ditemukan aktivitas siswa yangkurang relevan dengan tujuan pembelajaran sehingga perlu dilakukan kajian mendalamterhadap kasus siswa yang kurang relevan tersebut.

4. Sesuai dengan KBK bahwa kompetensi siswa harus meliputi tiga aspek yaitu kognitif,psikomotor, dan afektif dapat terintegrasi dalam suatu kegiatan belajar mengajar. Aspekafektif tidak menjadi perhatian dalam penelitian ini sehingga disarankan agar peneliti laindapat menyusun suatu rancangan penelitian untuk meneliti aspek afektif siswa, sehinggatujuan KBK untuk mengintegrasikan aspek kognitif, psikomotor, dan afektif dapat terwujuddalam suatu rangkaian proses pembelajaran.

DAFTAR PUSTAKA

Anwar, Choirul. 2006. Profil Pengalaman Belajar Penyebab Kesulitan Belajar Kimia SiswaLBB dan Ide Pemecahannya. Skripsi (tidak dipublikasikan). Surabaya: Unesa

Arikunto, Suharsimi. 2003. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara

Page 42: 275 Yuniarto Suwardi,Dian Novita,Sri Poedjiastoeti Jurusan Kimia

269

Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta

Carin, Arthur. 1970. Teaching Modern Science. Ohio: Charless E. Merril Publishing Company

Depdiknas. 2003. Pedoman Khusus Pengembangan Silabus Berbasis Kompetensi Siswa SekolahMenengah Atas. Jakarta: Depdiknas

Djamarah, S. 1996. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta

Gafur, Abdul. 1984. Disain Instruksional. Solo: Tiga Serangkai

Ibrahim, M dan Muhammad Nur. 2005. Pengajaran Berdasarkan Masalah, Surabaya: UnesaUniversity Press

Ischak & Warji. 1987. Program Remedial Dalam Proses Belajar Mengajar. 1987. Yogyakarta:Liberty

Mulyasa. 2003. Kurikulum Berbasis Kompetensi Karakteristik dan Implementasi. Bandung: PT.Remaja Rosdakarya

Ningsih, Nur. 2002. Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri dalam CTL untuk MencapaiKetuntasan Belajar di Kelas IA SLTP Islam Parlaungan Waru Sidoarjo. Skripsi (tidakdipublikasikan). Surabaya: Unesa

Nur, Muhammad dan Wikandari. 2004. Pembelajaran Berpusat Pada Siswa dan PendakatanKonstruktivis. Surabaya: PSMS Universitas Negeri Surabaya

Slamet. 2004. Pendidikan Berbasis Kompetensi. Makalah Yang Disampaikan Pada AcaraPersiapan Monitoring dan Evaluasi Sekolah Standar Nasional. Jakarta

Suderadjat, Hari. 2004. Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung: Cipta CekasGrafika

Sudjana, Nana. 2006. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya

Sudjana, Nana & Daeng Arifin. 1987. Cara Belajar Siswa Aktif Dalam Proses BelajarMengajar. Bandung: Sinar Baru

Suyono. 2004. Perangkat Pembelajaran. Makalah yang Disampaikan Pada Acara TOT guruSains SD se-Jawa Timur Kanwil P dan K Propinsi Jawa Timur

Universitas Negeri Surabaya. 2005. Panduan Penulisan Skripsi dan Penilaian Skripsi.Surabaya: Unesa University Press.

Page 43: 275 Yuniarto Suwardi,Dian Novita,Sri Poedjiastoeti Jurusan Kimia

270

Meningkatkan Ketaqwaan Siswa MelaluiPembelajaran kimia Lingkungan

( S e b u a h M e a n i n g f u l L e a r n i n g )

Oleh: Yatimun*

A b s t r a k

Proses kimia te rjad i ham pi r di semua tempat , di sepanjang waktu dante rus akan te rjad i sampai dunia in i berakh ir. Ban yak ob yek perubahan kimiayan g bers ifat makro maupun mikro yan g dapat digunakan sebagai mediabe la ja r si swa.

Mela lu i in te rnet si swa dapat ki ta tugas kan aga r mendalami prosesperubahan ik lim dan kerusakan lingkungan yan g te rjad i di berbaga i be lahanbumi . Peri st iwa menipi snya lapi san ozon, tumpahnya minyak dari kapa ltangker dan te rcemarnya ai r sungai di Cina dara tan adalah sebuah contohtindakan manusia yan g tak bertanggung jawab te rhadap lingkunga n. Secarategas Al lah SWT te lah berf irman mela lu i Al-Qur’an Sura t Ar-Rum aya t 41yan g berbunyi:

“Telah tampak kerusakan di darat dan di laut karena perbua tantangan manusia supay a Al lah merasakan kepada mereka seb agian dari(akiba t) perbuatan mereka , agar mereka (ke mbal i ke ja lan yan g benar) .”

Kajian kimia lingk ungan yan g diajarkan di seko lah-seko lah ki ran yadapa t digunakan oleh para guru kimia un tuk mencoba menerapkanpengajaran yan g be rm akna (meaningfu l learning). Pengajaran in i dapa tmemadukan berbaga i pendekatan , diant aranya: 1) . Siswa diajak meliha t faktalingk ungan sunga i, se lokan, dan tempat pembuanga n sampah yan g adadi seki ta r seko lah, 2) . Si swa di tugas i un tuk mencar i da ta kena ikan suhu bumidi in te rnet , 3) . Siswa di tugas i mencar i gam bar-gam bar/ fo to kerusakan alamdi berbaga i be lahan bumi akibat /u lah tangan koto r manusia.

Diskusikan masa lah dan fakta-fakta te rsebu t. Kaji bersama untukdicari benang merahn ya. Ban dingkan dengan si fa t-si fa t alamiah padaekos is tem as li tanpa sentuhan manusia (con toh Ekos is tem hutan trop isPapua , ekos is tem ai r taw ar sungai Mahakam, ekos is tem Hutan Lin dung MeruBet ir i) dl l.

Amanat UU Sisdiknas amat lah je las bahwa peningkatan ke takwaansi swa bukan hanya tugas para guru agama. Guru mata pe la ja ran la inpunharus ikut se rta mengajak peserta didik un tuk pandai secara koqnit if , pandaips yko motorik dan pandai da lam hal afek ti f.

* Guru SMA Sejahtera 1 Surabaya

Page 44: 275 Yuniarto Suwardi,Dian Novita,Sri Poedjiastoeti Jurusan Kimia

271

P E N D A H U L U A NJum’at legi tepa t bu lan Ramadhan tanggal 17 Agus tus 1945 , Soekarno –

Hatt a memproklami rka n kemerdekaan bangsa Ind ones ia . Keesokan harinyaUUD 1945 disahkan seb aga i dasar kons ti tusi nasional ki ta .Pada pembukaan UUD 1945 itulah dapat ki ta baca dengan seksama, tu juanpendir ian negar a Republ ik Ind ones ia , yai tu : 1) . Memaj ukan kesej ahteraanumum, 2) . Mencerdaskan kehidupan Bangsa , 3) . Ikut ser ta da lamketert iban dunia dan perdama ian abadi.Diktum mencerdaskan kehidupan bangsa itulah yan g akhi rnya mengi lhamipasa l 31 UUD 1945 yan g menyatakan bahwa 1) . Se ti ap warga negar a berhakmendapatkan pendidikan; 2) . Se tiap warga negar a wa jib mengikut ipend id ikan dasar dan pemerintah wajib membiayai nya; 3) . Pemerintahmengu sahakan dan menye lenggarakan sa tu si st em pendi dikan nas iona l yan gmen ingkatkan kei man an dan ketak waan ser ta akhlak mulia dalam rangkamencerdaskan kehidupan bangsa ; 4) . Neg ara memprior itaskan anggaranPendidikan sekurang – kurangnya dua puluh persen dari AnggaranPendapatan dan Bel anj a Negar a serta dari Anggaran Pendapatan dana Bel an jaDaerah untuk memenuhi kebu tuhan penye lenggaraan pendid ikan nasional ;se rta 5) . Pemerintah memajukan ilmu pen get ahuan dan teknol ogi denganmen junjung tin ggi ni la i – ni la i agama dan persatuan bangs a un tukkemajuan peradaban ser ta kese jahteraan umat manusia.

Ber dasarkan pada pokok – pok ok piki ran dia tas makalah in i dibua t un tukmenye lenggar akan dan mengg abungka n 3 domain pendidikan kimia yai tusi swa memiliki ket rampil an psikomotori k, si swa memiliki kemampuanin te lektua l dan siswa mampu bers ikap santun dalam tindak afek ti f.

K A J I A N P U S T A K AT r i l o g i K e c e r d a s a n

Anak – anak yan g sedang bela ja r di seko lah se lu ruh Ind ones ia saat in iadalah aset , seka li an pemi lik masa depan bangs a. Nasib bangs a dan negar ada lam dua atau tiga dekade mendatang ada di tangan mereka .

Kepada mereka perlu dikembangkan 3 domain kecerdasan sekal igusyai tu kecerdasan Int ek tual (IQ = Int eleqence Quot ient ), KecerdasanEmos iona l (EQ = Emo tional Quot ient ) dan dan Kecerdasan Spir itual (SQ =Spir itua l Quot ient ).Hubungan Ketiga domain kecerdasan di atas menurut Yatimun dapatdigam barkan dengan Model berikut:

Ca ta tan :1. SQ berada di pusa t bermakna Sp ir itua l

Sebagai penuntun hidup manusia un tukmembedakan baik dan buruk (theLight )

2. EQ berada di lingk aran luar bawahmenyi ra tkan peran EQ sebagai pondas ihidup bermasyar akat (foundat ion)

Cerdas Intelektual (IQ)

CerdasSpiritual (SQ)

Page 45: 275 Yuniarto Suwardi,Dian Novita,Sri Poedjiastoeti Jurusan Kimia

272

3. IQ berada di lingkaran luar atasbermakna IQ sebagai pencerahanperadaban. (Br ightness )

Ban gsa Ind ones ia saat in i sudah banya k yan g pandai baik secarain te lektual maupun Emot ional, nam un akhir – akhi r in i ada diant ara merekayan g harus dipenjara karena terjerat kasus kriminal dan kasus tindak pidanakorups i.

Suki rno dalam tu lisannya di sebuah Harian Terbit , menyatakan :“...Namun banyak orang cerdik, pandai bahkan sebagian ilmuwan kita yangsudah mencapai puncak karier serta menduduki jabatan sebagai petingginegara, justru mengalami kegagalan hidup karena terlibat kasus tindak pidanakorupsi. Ternyata hanya dengan dibekali IQ tanpa EQ dan SQ, mereka bukanhanya membuat malu sekaligus menyusahkan keluarga mereka, tetapi jugatelah menyebabkan kerugian negara dan rakyat secara keseluruhan...”

P E L A J A R A N K I M I AKimia adalah sal ah sa tu cabang Ilm u Pengetahuan Alam karenanya

maka ilmu kimia dikem bangk an para ahli denga n ja lan meneli ti , menga mati ,mencatat , mengubah variabel , mencocokkan data dari suatu percobaan –percobaan kimia.

Pe la ja ran kimia yan g diajarkan di sekol ah SMA kadang di jauhi olehbeberapa si swa karena mereka beranggap an bahwa pela ja ran in i sanga t su li t.Akibatnya mereka taku t dengan pela ja ran kimia. (Haryon o Hard jowars ito,1997).

Jika sa ja para gur u dapat mererapkan fi losofi ilmu kimia yai tu ilmuyan g mempelajar i si fa t – si fa t, st ruktur materi , dan per ubahan –perubahannya, maka pela ja ran kimia men jadi pe la ja ran yan g menarik.Apalagi jika topik yan g menjadi pembahasan adalah kimia lingk ungan .

Pada topik in i para si swa bisa diberi tugas penga matan lingk unganseki ta r seko lah (misal se lokan, sungai , TPS, dl l) . Bisa juga diminta mencar ida ta – da ta te rsebu t di in te rnet kemudian didiskusikan dan dibuatl ahkesimpulan , la lu ki ta hubungkan dengan si fa t/peri laku manusia sec ara umum.Kaitkan dengan ajaran – ajaran moral dari aga ma yan g dianut si swa danajak lah se lu ruh si swa untuk merenung.

D I M E N S I K E T A K W A A NKetakwaan adalah suatu kondis i di mana seseorang merasa di liha t dan

diawas i langsung oleh Tuhan sehingga ia tidak berani melanggar la rangan –la rangan -Nya dan se la lu pa tuh menjalankan perintah – perin tah-Nya .

Menjauhi la rangan dan menjalankan perintah Tuhan adalah Konsekuens ilogis dari orang yan g bertakwa. Mesk i di rayu dengan hadiah – hadiah yan gmenggiurkan seka li pun, orang yan g bertakwa tidak akan mau melakukanperbua tan maks iat , karena mereka tahu bahwa Tuhan Maha Tahu danMenya ks ikan segal a perbuatan manusia. Dalam dimens i ket akwaan in iSuki rno menuli s :

“. ..Semua aga ma monot ei sme seperti Isl am, Kr is ten, Katolik dan la in-la innya , mengajarka n bahwa semua makhluk senant iasa da lam

Cerdas Emotional (EQ)

Page 46: 275 Yuniarto Suwardi,Dian Novita,Sri Poedjiastoeti Jurusan Kimia

273

pengawasan Tuhan Yang Maha Esa karena Dia bers ifat Maha Melihatse luruh ciptaan-Nya . Imp likasinya , setiap man us ia harusmen gapres iasi kejujuran, kebenaran, keadilan, keb aikan,keman us iaan, kasih sayang, kesopanan dan kesusi laan sebagaimak hluk sosial sekaligus mak hluk sp iri tual.. .”

M o d e l P e n g a j a r a n K i m i aUntuk meningk atkan pemahaman materi kimia lingkungan sek al igus

ke takwaan si swa, mak a model berikut penuli s ap likasikan di kel as dengantiga al te rnat if :

Alternat if I : Pencema ran lingkungan seki tarLan gka h 1 : memasuki ke las se tel ah menjela skan topik pe la ja ran hari itu

si swa diminta membuat ke lompok masing – masing 4 sampai 5 sis waLan gka h 2 : ke lompok te rsebut ki ta tugas kan untuk menga mati ,

meneli ti , mencatat dan mengelompokkan pencemaran lingkungan di se lokan,sunga i, taman sekol ah, tempat sampat dan sek it ar to ilet

Lan gkah 3 : se tel ah kem bali ke ke las ket ua ke lompok mel aporkan hasi lpenga matann ya di depan kelas.

Lan gkah 4 : di skus ikan bersama dan sa ling tanya jawab.Lan gkah 5 : akhi ri dengan renungan , mengapa pencemaran itu te rus

menerus te rjad i? Menga pa manusia sering merusak dan menya ki tili ngk ungan ?

Alternat if II : Pencema ran udaraLan gkah 1 : beri tugas si swa secara ke lompok untuk mencar i berbaga i

in formas i pencemaran udara di in te rnet .Lan gkah 2 : beberkan data pencemaran itu di dinding kelasLan gkah 3 : se lu ruh si swa diminta membaca, mencatat dan menganal is is

da ta .Lan gkah 4 : di skusikan bersama dan akhi ri dengan renungan .Alternat if II I : Pencemaran ai r sungai dan lau tGant i topik dari pence maran udara menjad i pencemaran ai r lau t oleh

tumpahan minya k dari tangker dan pengeboran lepas pantai .

K e s i m p u l a n d a n s a r a nKesimpulan :

1. semua pela ja ran dapat ki ta gunakan untuk mengajak anak didikaga r lebih bertakwa kepada Tuhan YME.

2. Ketakwaan seseorang memang tidak dapat diukur langsung dariru tini tas ibadah , tet ap i juga harus mel ihat aspek sosialkemasyarakatannya.

3. Semakin paham pelaj aran kimia seharusn ya semakin menambahkedekatan ki ta dengan Tuhan YME sebab proses kimia adalahproses yan g sudah past i, dan hal itu menunjukkan adanya campurtangan Tuhan YME.

Saran1. Semua gur u sebaikny a mengupaya kan peningk atan pemahaman

pela ja ran ba ik dom ain koqnit if , psyko motorik maupun afekti f.

Page 47: 275 Yuniarto Suwardi,Dian Novita,Sri Poedjiastoeti Jurusan Kimia

274

2. Karena semua gur u memi liki kewajiban yan g sama untukmeningkatkan ketakwa an si swa maka har us ada upaya nyatamela lu i pela jaran masing -masing.

D a f t a r P u s t a k aDepartemen pendid ikan Nasional , Teropon g Pen didikan Kita , Pusa t

Inf ormasi dan Humas, Jakarta 2006 .

Departemen pendidikan Nasional , Rencana Strategi s Depdiknas 2005– 2009 , Pusa t Inf ormasi dan Hum as , Jakarta 2007 .

Haryo no Hard jowars ito, Drs. , Pen ggun aan Alat Per aga da lamPembelajaran Kimia , Makalah Seminar Kim ia , IKI P Neger i Sb y,1997

Paul Suparno, Siapkan Guru Sebe lum Kurikulum diubah lagi , HarianKompas 27 Pebruari 2006 .

Soegi jo Cokrod ia rd jo , Prof ., Peman faata n Laboratoriu m dalamPro ses Pembelajaran Kimia , Makalah Seminar Kimia, IKIPNeger i Sb y, 1997 .

Suki rno, Harian Terb it , 18 Juni 2005 .

Yatimun, Drs. H. , Membangun Ket akwaan Siswa Mela lui MataPel ajaran IPA , Maja lah Tunas Ban gsa, Edis i 28 , Okt – Nop2007 .