203760791 epilepsi lobus temporalis

Upload: citra-eva-meilyndha

Post on 02-Mar-2018

385 views

Category:

Documents


11 download

TRANSCRIPT

  • 7/26/2019 203760791 Epilepsi Lobus Temporalis

    1/26

    TEXTBOOK READING

    EPILEPSI LOBUS TEMPORALIS

    Dosen pembimbing:

    dr. Muttaqien Pramudigdo, Sp.S

    Disusun oleh:

    Khuriyatun Nadhifah

    G1A212035

    SMF ILMU PENYAKIT SARAF

    FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN UNSOED

    PURWOKERTO

    RSUD Prof. Dr. MARGONO SOEKARJO

    PURWOKERTO

    2012

  • 7/26/2019 203760791 Epilepsi Lobus Temporalis

    2/26

    Lembar Pengesahan

    Telah dipresentasikan dan disetujui Textbook Reading yang berjudul:

    Epilepsi Lobus Temporalis

    Diajukan untuk memenuhi sebagian syarat ujian di SMF Ilmu Penyakit Saraf

    RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto

    Disusun oleh:

    Khuriyatun Nadhifah G1A212035

    Telah dipresentasikan

    Tanggal: Oktober 2012

    Pembimbing

    dr. Muttaqien Pramudigdo, Sp.S

  • 7/26/2019 203760791 Epilepsi Lobus Temporalis

    3/26

    I. PENDAHULUAN

    Epilepsi merupakan salah satu kelaian otak yang serius dan umum

    terjadi, sekitar lima puluh juta orang diseluruh dunia mengalami kelainan

    ini. Angka epilepsi lebih tinggi di Negara berkembang. Insiden epilepsi di

    Negara maju ditemukan sekitar 50/100.000 penduduk sementara di Negara

    berkembang mencapai 100/100.000 penduduk, jumlah ini setara dengan

    penyakit kanker payudara pada wanita dan kanker paru-paru pada pria

    diseluruh dunia.1

    Epilepsi di Negara berkembang sekitar 80-90% diantaranya tidak

    mendapatkan pengobatn apapun. Penderita laki-laki umumnya sedikit

    lebih banyak dibandingkan dengan perempuan. Insiden tertinggi pada

    anak berusia dibawah 2 tahun (262/100.000 kasus) dan usia lanjut diatas

    65 tahun (81/100.000 kasus).2

    Epilepsi lobus Temporal juga dapat meningkatkan risiko kematian

    dini. 3 Efek fungsi kognitif ditandai dengan sklerosis hipokampus, kejang

    fokal dengan tanda kepribadian lobus temporal sebelah medial.

    Hipokampus dan sekitarnya adalah komponen terbesar dalam sistem

    frontotemporal.1

  • 7/26/2019 203760791 Epilepsi Lobus Temporalis

    4/26

    II. TINJAUAN PUSTAKA

    a.

    Anatomi dan Fisiologi

    1. Anatomi

    Lobus temporalis merupakan satu dari empat lobus utama dari

    otak. Lobus temporalis berada di bawah sylvian fissure dan di

    anterior korteks oksipital dan parietal. Brodmann mengidentifikasi

    10 area temporal, tetapi penelitian anatomi terbaru menunjukkan

    banyak area pada monyet, apalagi pada wanita. Region pada

    permukaan lateral temporal dapat dilihat pada bentuk auditory dan

    visual. Sylvian fissure berisi jaringan yang membentuk insula yang

    meliputi gustatory cortex. Superior temporal sulcus (STS)

    memisahkan girus superior dan middle serta berisi jumlah yang

  • 7/26/2019 203760791 Epilepsi Lobus Temporalis

    5/26

    signifikan dari neocortex, yang bisa dibagi dalam beberapa region.

    Korteks dari STS bersifat multimodal, menerima input dari

    auditory, visual, dan region somatik. Lobus temporal memiliki dua

    sulci penting yang terletak secara horizontal dan parallel dengan

    Sylvian fissure. Mereka membagi lobus temporal menjadi 3 gyri:

    Superior Temporal Gyrus, Middle Temporal Gyrus, dan Inferior

    Temporal Gyrus. Inferior Temporal Gyrus ukurannya lebih besar

    daripada yang kita lihat biasa dari samping korteks karena itu

    letaknya di permukaan bawah dalam tengkorak.3

    2. Fisiologi

    Lobus temporalis tidak memiliki fungsi yang satu, karena

    dalam lobus temporalis terdapat primary auditory cortex, the

    secondary auditory, dan visual cortex, limbic cortex, dan

    amygdala. Tiga fungsi basis dari korteks temporal adalah

    memproses input auditori, mengenali objek visual, dan

    penyimpanan jangka lama dari input sensori, ditambah dengan

    fungsi amigdala, yaitu nada afeksi (emosi) pada input sensori dan

    memori. Beberapa fungsi lainnya adalah sebagai berikut :

  • 7/26/2019 203760791 Epilepsi Lobus Temporalis

    6/26

    Tabel 1. Fungsi lobus temporalis.3

    Fungsi KeteranganKemampuan

    bicara

    diatur pada bagian sebelah kiri temporal,

    terdapat zona bahasa atau berbicara bernama

    Wernicke. Area ini mengontrol proses termasukkomprehensif dan memori verbal.

    Memori mengatur retensi memori jangka panjang berupa

    fakta, kejadian, orang, dan tempat

    Membaca memproses suara dan kata-kata tertulis menjadi

    suatu informasi sehingga menjadi ingat.

    Respon

    emosi

    berasal dari amygdala didalam lobus temporalis

    Responauditori

    primary auditory cortex(terletak pada Heschlsgyri) bertanggung jawab untuk merespon

    frekuensi suara yang berbeda untuk lokalisasi

    suara. Bagian ini bertugas untuk peka terhadapsuara.

    Pemrosesan

    visual

    memunculkan perasaan yakin dan insight.

    Fungsi

    penciuman

    tugas dari lobus olfaktori untuk identifikasi

    informasi.

    b. Definisi

    Epilepsi adalah suatu keadaan yang ditandai oleh bangkitan

    epilepsi berulang berselang lebih dari 24 jam yang timbul tanpa

    provokasi. Sedangkan yang dimaksud dengan bangkitan epilepsi

    adalah manifestasi klinik yang disebabkan oleh aktivitas listrik otak

    yang abnormal dan berlebihan dari sekelompok neuron. Manifestasi

    klinis ini terjadi secara tiba-tiba dan sementara berupa perubahan

  • 7/26/2019 203760791 Epilepsi Lobus Temporalis

    7/26

    perilaku yang stereotipik, dapat menimbulkan gangguan kesdaran,

    gangguan motorik, sensorik, otonom, ataupunpsikis.4

    Epilepsi merupakan suatu kondisi neurologik yang

    mempengaruhi sistem saraf. Epilepsi juga dikenal sebagai penyakit

    kejang. Epilepsi dapat didiagnosis paling tidak setelah mengalami dua

    kali kejang yang tidak disebabkan oleh kondisi medis seperti

    kecanduan alkohol atau kadar gula yang sangat rendah (hipoglikemi).

    Menurut International League Against Epilepsy (ILAE), epilepsi dapat

    didiagnosis setelah mengalami satu kali kejang, jika seseorang berada

    dalam kondisi dimana mereka memiliki risiko tinggi untuk menderita

    kejang lagi. Kejang pada epilepsi mungkin berhubungan dengan

    trauma otak atau kecenderungan keluarga tetapi kebanyakan penyebab

    epilepsi tidak diketahui.4

    Epilepsi lobus temporalis yaitu kejang berulang tanpa

    provokasi yang berasal dari medial atau lateral lobus temporalis,

    biasanya berupa kejang parsial kompleks dengan atau tanpa penurunan

    kesadaran dan dapat berupa kejang parsial sederhana tanpa gangguan

    kesadaran, dengan atau tanpa aura.5

    Epilepsi lobus temporal merupakan jenis epilepsi yang banyak

    ditemukan pada orang dewasa, pada kebanyakan kasus region

    epileptogenik melibatkan struktur mesial lobus temporal, terutama

    hippocampus, amygdala, girus parahipocampus. Kejang biasanya

  • 7/26/2019 203760791 Epilepsi Lobus Temporalis

    8/26

    dimulai pada masa anak-anak atau remaja, dan ummnya terdapat

    riwayat demam. Hampir semua pasien epilepsi lobus temporal,

    memiliki tipe kejang parsial kompleks dan beberapa diantaranya

    kejang umum sekunder.6

    c. Klasifikasi

    Ada dua klasifikasi epilepsi yang direkomendasikan oleh ILAE yaitu

    pada tahun 1981 dan tahun 1989.1,7

    International League Against Epilepsy (ILAE) pada tahun 1981

    menetapkan klasifikasi epilepsi berdasarkan jenis bangkitan (tipe

    serangan epilepsi):

    1. Bangkitan parsial

    a. Bangkitan parsial sederhana (kesadaran baik)

    1) Dengan gejala motorik

    2)

    Dengan gejala sensorik

    3) Dengan gejala otonom

    4) Dengan gejala psikis

    b. Bangkitan parsial kompleks (kesadaran terganggu)

    1) Bangkitan parsial sederhana diikuti dengan gangguan

    kesadaran

    2) Bangkitan kesadaran saat awal serangan

  • 7/26/2019 203760791 Epilepsi Lobus Temporalis

    9/26

    c. Bangkitan parsial yang menjadi umum sekunder

    1) Parsial sederhana menjadi tonik-klonik

    2)

    Parsial kompleks menjadi tonik-klonik

    3) Parsial sederhana menjadi parsial kompleks menjadi tonik-

    klonik

    2. Bangkitan umum

    a. Lena (absence)

    1) Tipikal lena

    2)

    Atipikal lena

    b. Mioklonik

    c. Tonik

    d. Klonik

    e. Tonik-klonik

    f. Atonik (Astatik)

    3. Bangkitan yang tidak terklasifikasi.

    Klasifikasi ILAE tahun 1981 di atas ini lebih mudah digunakan untuk

    para klinisi karena hanya ada dua kategori utama, yaitu

    a. Serangan fokal yaitu bangkitan epileptik yang dimulai dari fokus

    yang terlokalisir di otak.

    b.

    Serangan umum yaitu bangkitan epileptik terjadi pada daerah

    yang lebih luas pada kedua belahan otak.

  • 7/26/2019 203760791 Epilepsi Lobus Temporalis

    10/26

    Klasifikasi menurut sindroma epilepsi yang dikeluarkan ILAE tahun

    1989 adalah :

    1. Fokal/partial (localized related)

    a. Idiopatik (berhubungan dengan usia awitan)

    1) Epilepsi benigna dengan gelombang paku di daerah

    sentrotemporal (childhood epilepsy with centrotemporal

    spikes)

    2)

    Epilepsi benigna dengan gelombang paroksismal pada

    daerah oksipital

    3) Epilepsi primer saat membaca (primary reading epilepsy)

    b. Simptomatik

    1) Epilepsi parsial kontinua yang kronik progresif pad anak-

    anak (Kojenikows Syndrome)

    2) Sindrom dengan bangkitan yang dipresipitasi oleh suatu

    rangsangan (kurang tidur, alkohol, obat obatan,

    hiperventilasi, reflex epilepsi, stimulasi fungsi kortikal

    tinggi, membaca)

    3) Epilepsi lobus temporal

    4)

    Epilepsi lobus frontal

    5) Epilepsi lobus parietal

    6) Epilepsi lobus oksipital

  • 7/26/2019 203760791 Epilepsi Lobus Temporalis

    11/26

    2. Epilepsi umum

    a.

    Idiopatik

    1) Kejang neonatus familial benigna

    2) Kejang neonatus benigna

    3) Kejang epilepsi mioklonik pada bayi

    4) Epilepsi lena pada anak

    5) Epilepsi lena pada remaja

    6)

    Epilepsi mioklonik pada remaja

    7) Epilepsi dengan bangkitan umum tonik-klonik pada saat

    terjaga

    8) Epilepsi umum idiopatik lain yang tidak termasuk salah

    satu diatas

    9) Epilepsi tonik klonik yang dipresipitasi dengan aktivasi

    yang spesifik

    b. Kriptogenik

    1) Sindrom west (spasme infantile dan spasme salam)

    2) Sindrom lennox-gastaut

    3) Epilepsi mioklonik astatik

    4)

    Epilepsi mioklonik lena

    c. Simtomatik

    1) Etiologi non spesifik

    a)Ensefalopati mioklonik dini

  • 7/26/2019 203760791 Epilepsi Lobus Temporalis

    12/26

    b)Ensefalopati pada infantil dini dengan burst supresi

    c)Epilepsi simptomatik umum lainnya yang tidak

    termasuk diatas

    2) Sindrom spesifik

    3) Bangkitan epilepsi sebagai komplikasi penyakit lain

    3. Epilepsi dan sindrom yang tidak dapat ditentukan fokal atau umum

    a. Bangkitan umum dan fokal

    1) Bangkitan neonatal

    2)

    Epilepsi mioklonik berat pada bayi

    3) Epilepsi dengan gelombang paku kontinyu selama tidur

    dalam

    4) Epilepsi afasia yang didapat (sindrom landau-kleffer)

    5) Epilepsi yang tidak termasuk dalamklasifikasi diatas

    b. Tanpa gambaran tegtas fokal atau umum

    4. Sindrom khusus

    Bangkitan yang berkaitan dengan situasi tertentu

    a. Kejang demam

    b. Bangkitan kejang yang timbul sekali (isolated)

    c. Bangkitan yang hanya terjadi bila terdapat kejadian metabolic

    akut, atau toksis, alkohol, obat-obatan, eklamsia, hiperglikemi

    non ketotik

    d. Bangkitan berkaitan dengan pencetus spesifik (epilepsi

    reflektorik)

  • 7/26/2019 203760791 Epilepsi Lobus Temporalis

    13/26

    Diagnosis pasti epilepsi adalah dengan menyaksikan secara

    langsung terjadinya serangan, namun serangan epilepsi jarang bisa

    disaksikan langsung oleh dokter, sehingga diagnosis epilepsi hampir

    selalu dibuat berdasarkan alloanamnesis. Namun alloanamnesis yang

    baik dan akurat sulit didapatkan, karena gejala yang diceritakan oleh

    orang sekitar penderita yang menyaksikan sering kali tidak khas,

    sedangkan penderitanya sendiri tidak tahu sama sekali bahwa ia baru

    saja mendapat serangan epilepsi. Satu-satunya pemeriksaan yang

    dapat membantu menegakkan diagnosis penderita epilepsi adalah

    rekaman elektroensefalografi (EEG).

    Terdapat beberapa tanda kardinal kejang epilepsi lobus temporal yaitu:

    1. Gejala prodromal

    Bebrapa pasien mengalami gejala prodromal, yang mungkin

    dapat membantu memprediksi datangnya kejang. Prodromal dapat

    berlangsung beberapa menit, jam, atau kadang berhari-hari. Contoh

    yang termasuk gejala prodromal adalah sakit kepala, perubahan

    kepribadian, cepat marah, kecemasan atau gugup.5

    2. Aura

    Aura dalam kenyataannya terjadi pada kejang parsial sederhana

    tetapi sebagian besar terjadi pada pasien kejang parsial kompleks.

    Aura tersebut dapat berlangsung dari beberapa detik sampai 1-2

    menit sebelum kesadaran hilang. Beberapa penulis menyebutkan

  • 7/26/2019 203760791 Epilepsi Lobus Temporalis

    14/26

    bahwa teradapat hubungan antara aura sensorik dengan epilepsi

    lobus temporalis. Contohnya gejala seperti viserosensory yaitu

    sensasi epigastrium seperti naik dan beberapa fenomena meliputi

    rasa takut, dejavu, jamais vu, ilusi visual dan auditori, dan

    halusinasi visual atau auditorik kompleks. Halusinasi olfaktori dan

    gustatori relatif khusus terjadi pada epilepsi lobus temporal.8

    3. Penurunan kesadaran

    Kejang parsial kompleks berhubungan dengan penurunan

    kesadaran, dan amnesia. Biasanya hal tersebut menetap dengan

    durasi 30 detik sampai 1 atau 2 menit. Kesadaran memiliki

    beberapa aspek termasuk kognisi, persepsi, memori dan gerakan

    voluntary.9

    4. Amnesia

    Pasien kejang parsial kompleks mungkin tidak menyadari

    bahwa mereka telah kejang beberapa menit sebelumnya dan mereka

    mungkin tidak mengingat peristiwa-peristiwa yang terjadi sebelum

    onset kejang. Kemungkinan amnesia pasca kejang diakibatkan oleh

    penurunan fungsi hipokampus bilateral.9

    5. Automatisme

    Aktivitas motorik involunter bersifat stereotipi dan hampir

    selalu disertai dengan penurunan kesadaran dan diikuti amnesia.

    Salah satu sistem membagi automatisasi de novo dan automatisasi

    preservative. Automatisme de novo dikatakan terjadi secara spontan

  • 7/26/2019 203760791 Epilepsi Lobus Temporalis

    15/26

    pada saat kejang atau setelah kejang. Misalnya, pasien mungkin

    minum dari cangkir dan ditempatkan di tangannya atau mengunyah

    permen karet ditempatkan dalam mulutnya. Automatisasi

    preservative mungkin mewakili kelanjutan dari tindakan kompleks

    motorik sebelum onset kejang misalnya, membuka dan menutup

    pintu berulang kali. Automatisasi preservative terjadi pada hampir

    dua pertiga dari kejang parsial dari mesial lobus temporal onset.

    Mereka sering melibatkan tangan (meraba-raba, memetik, gelisah)

    atau mulut (mengunyah, bibir memukul, menelan).5,10

    d. Etiologi

    Etiologi epilepsi dapat dibagi kedalam tiga kategori, yaitu:

    1. Idiopatik: tidak terdapat lesi struktural di otak atau defisit

    neurologik.

    2. Kriptogenik: dianggap simtomatik tetapi penyebabnya belum

    diketahui. Termasuk disini adalah sindrom west, sindrom lennox-

    gastaut dan epilepsi mioklonik.

    3. Simtomatik: bangkitan epilepsi disebabkan oleh kelainan/lesi

    struktural pada otak, misalnya cedera, infeksi SSP, kelainan

    kongenital, lesi desak ruang, gangguan peredaran darah otak,

    toksik (alkohol, obat), metabolik, kelainan neurodegeneratif.

    4. Epilepsi yang juga disebut bangkitan kejang merupakan satu

    manifestasi lepas muatan listrik yang berlebihan di sel neuron saraf

  • 7/26/2019 203760791 Epilepsi Lobus Temporalis

    16/26

    pusat. Keadaan ini merupakan terganggunya fungsi otak.

    Gangguan ini dapat disebabkan oleh faktor fisiologis, biokimia,

    anatomis atau gabungan faktor tersebut. Tiap-tiap penyakit atau

    kelainan yang dapat mengganggu fungsi otak, dapat menyebabkan

    bangkitan kejang. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa

    epilepsi dapat disebabkan oleh bermacam-macam penyakit atau

    kelainan di antaranya trauma lahir, traumakapitis, radang otak,

    tumor otak, perdarahan otak, gangguan peredaran darah, hipoksia,

    anomali kongenital otak, kelainan degeneratif susunan saraf pusat,

    gangguan metabolisme, gangguan elektrolit, demam, rekasi toksis-

    alergi, keracunan obat atau zat kimia dan jaringan parut.10

    e. Patofisiologi

    Otak terdiri dari sekian biliun sel neuron yang satu dengan

    lainnya saling berhubungan. Hubungan antar neuron tersebut terjalin

    melalui impuls listrik dengan bahan perantara kimiawi yang dikenal

    sebagai neurotransmitter. Dalam keadaan normal, lalu-lintas impuls

    antar neuron berlangsung dengan baik dan lancar. Apabila mekanisme

    yang mengatur lalu-lintas antar neuron menjadi kacau dikarenakan

    breaking sistem pada otak terganggu maka neuron-neuron akan

    bereaksi secara abnormal. Neurotransmiter yang berperan dalam

    mekanisme pengaturan ini adalah:

  • 7/26/2019 203760791 Epilepsi Lobus Temporalis

    17/26

    a. Glutamat, yang merupakan brains excitatory neurotransmitter

    b.

    GABA (Gamma Aminobutyric Acid), yang bersifat sebagai brains

    inhibitory neurotransmitter. Golongan neurotransmiter lain yang

    bersifat eksitatorik adalah aspartat dan asetil kolin, sedangkan yang

    bersifat inhibitorik lainnya adalah noradrenalin, dopamine,

    serotonin (5-HT) dan peptide. Neurotransmiter ini hubungannya

    dengan epilepsi belum jelas dan masih perlu penelitian lebih lanjut.4

    Bangkitan epilepsi apapun jenisnya selalu disebabkan oleh

    transmisi impuls di area otak yang tidak mengikuti pola yang normal,

    sehingga terjadilah apa yang disebut sinkronisasi dari impuls.

    Sinkronisasi ini dapat mengenai pada sekelompok kecil neuron atau

    kelompok neuron yang lebih besar atau bahkan meliputi seluruh

    neuron di otak secara serentak. Lokasi yang berbeda dari kelompok

    neuron yang ikut terkena dalam proses sinkronisasi inilah yang secara

    klinik menimbulkan manifestasi yang berbeda dari jenis-jenis

    serangan epilepsi. Secara teoritis faktor yang menyebabkan hal ini

    yaitu:

    1. Keadaan dimana fungsi neuron penghambat (inhibitorik) kerjanya

    kurang optimal sehingga terjadi pelepasan impuls epileptik secara

    berlebihan, disebabkan konsentrasi GABA yang kurang. Pada

    penderita epilepsi ternyata memang mengandung konsentrasi

    GABA yang rendah di otaknya (lobus oksipitalis).4

  • 7/26/2019 203760791 Epilepsi Lobus Temporalis

    18/26

    2. Keadaan dimana fungsi neuron eksitatorik berlebihan sehingga

    terjadi pelepasan impuls epileptik yang berlebihan. Disini fungsi

    neuron penghambat normal tapi sistem pencetus impuls

    (eksitatorik) yang terlalu kuat. Keadaan ini ditimbulkan oleh

    meningkatnya konsentrasi glutamat di otak. Pada penderita

    epilepsi didapatkan peningkatan kadar glutamat pada berbagai

    tempat di otak.4

    Pada dasarnya otak yang normal itu sendiri juga mempunyai potensi

    untuk mengadakan pelepasan abnormal impuls epileptik. Sehingga

    dapat disimpulkan bahwa untuk timbulnya kejang sebenarnya ada tiga

    kejadian yang saling terkait :

    1) Perlu adanya pacemaker cells yaitu kemampuan intrinsic dari

    sel untuk menimbulkan bangkitan.

    2) Hilangnya postsynaptic inhibitory controle sel neuron.

    3) Perlunya sinkronisasi dari epileptic discharge yang timbul.4

    Area di otak dimana ditemukan sekelompok sel neuron yang

    abnormal, bermuatan listrik berlebihan dan hipersinkron dikenal

    sebagai fokus epileptogenesis (fokus pembangkit serangan kejang).

    Fokus epileptogenesis dari sekelompok neuron akan mempengaruhi

    neuron sekitarnya untuk bersama dan serentak dalam waktu sesaat

    menimbulkan serangan kejang.4

  • 7/26/2019 203760791 Epilepsi Lobus Temporalis

    19/26

    f. Pemeriksaan penunjang

    Pemeriksaan penunjang dilakukan sesuai indikasi dan apabila

    keadaaan memungkinkan. Pemeriksaan ini mencakup:

    1. Pemeriksaan electro-encephalography (EEG)

    Rekaman EEG merupakan pemeriksaan yang paling berguna

    pada dugaan sutau bangkitan. Pemeriksaan EEG akan membantu

    menunjang diagnosis dan membantu penentuan jenis bangkitan

    maupun sindrom epilepsi. Pada keadaan tertentu dapat membantu

    menentukan prognosis dan penentuan perlu/tidaknya pengobatan

    dengan AED.11

    2. Pemeriksaan pencitraan otak (brain imaging)

    Pemeriksaan CT scan dan MRI meningkatkan kemampuan

    dalam mendeteksi lesi epileptogenik di otak. Dengan MRI

    beresolusi tinggi berbagai macam lesi patologik dapat terdiagnosis

    secara non-invasif, misalnya mesial temporal sclerosis, glioma,

    ganglioma, malformasi kavernosus, DNET (dysembryoplastic

    neuroepithellialtumor). Ditemukannya lesi-lesi ini menambah

    pilihan terapi pada epilepsi yang refrakter terhadap OAE.

    Functional brain imaging seperti Positron Emission Tomography

    (PET), Single Photon Emisssion Computed Tomography (SPECT)

    dan Magnetic Resonance Spectroscopy (MRS) bermanfaat dalam

    menyediakan informasi tambahan mengenai dampak perubahan

  • 7/26/2019 203760791 Epilepsi Lobus Temporalis

    20/26

    metabolik dan perubahan aliran darah regional di otak berkaitan

    dengan bangkitan.12

    g.

    Penatalaksanaan

    Tujuan terapi epilepsi adalah mengupayakan tercapainya kualitas

    hidup optimal untuk penyandang epilepsi sesuai dengan perjalanan

    penyakit dan disbilitas fisik maupun mental yang dimilikinya

    Pirnsip terapi faramakologi

    1. OAE diberikan bila:

    a.

    Diagnosis epilepsi sudah dipastikan

    b. Pastikan faktor pencetus bangkitan dapat dihindari (misalnya:

    alkohol, kurang tidur, stress, dll)

    c. Terdapat minimum 2 bangkitan dalam setahun

    d. Penyandang dan atau keluarganya sudah menerima penjelasan

    tentang tujuan pengobatan

    e. Penyandang dan/atau keluarganya telah diberitahu tentang

    kemungkinan efek samping yang timbul dari obat anti epilepsi.

    2. Terapi dimulai dngan monoterapi, menggunakan obat antiepilepsi

    pilihan sesuai dengan jenis bangkitan dan jenis sindrim epilepsi.

    3. Pemberian obat dimulai dari dosis rendah dan dinaikkan bertahap

    sampaidosis efektif tercapai atau timbul efek samping; kadar obat

    dalam plasmaditentukan bila bangkitan tidak terkontrol dengan dosis efektif.

    4. Bila dengan pengguanaan dosis maksimum OAE tidak dapat

    mengontrol bangkitan, ditambahkan OAE kedua. Bila OAE kedua

  • 7/26/2019 203760791 Epilepsi Lobus Temporalis

    21/26

    telah mencapai kadar terapi, maka OAE pertama diturunkan bertahap

    perlahan-lahan.

    5.

    Penambahan OAE ketiga baru dilakukan setelah terbukti bangkitan

    tidak dapat diatasi dengan pengguanaan dosis maksimal kedua OAE

    pertama.13

    Tabel 2. Pemilihan OAE Didasarkan Atas Jenis Bangkitan

    Tipe Bangkitan OAE lini pertama OAE linikedua/tambahan

    OAE liniketiga/tambahan

    Lena Sodium valproate,lamotrigine

    Ethosuximide Levetiracetam,zonisamide

    Mioklonik Sodium valproate Topiramate,levetiracetam,zonisamide

    Lamotrigine,clobazam,clonazepam,

    Phenobarbital

    Tonik klonik Sodium valproate,carbamazepine,

    phenitoin,

    phenobarbital

    Lamotrigine,oxcarbazepine

    Topiranate,levetiracetam,

    zonisamide,

    pirimidon

    Atonik Sodium valproate Lamotrigine,topiramate

    Felbamate

    Parsial Carbamazepine,

    phenitoin,phenobarbital,

    oxcarbazepine,

    lamotrigine,topiramate,

    gabapentin

    Sodium

    valproate,levetiracetam,

    zonisamide,

    pregabalin

    Tiagabine,

    vigabatrin,felbamate,

    pirimidon

    Tidak

    terklasifikasikan

    Sodium valproate Lamotrigine Topiramate,

    levetiracetam,zonisamide

  • 7/26/2019 203760791 Epilepsi Lobus Temporalis

    22/26

    Tabel 3. Dosis OAE untuk orang dewasa

    OAE Dosis awal

    (mg/hari)

    Dosis rumatan

    (mg/hari)

    Jumlah dosis

    per hari

    Carbamazepine 400-600 400-1600 2-3x

    Phenitoin 200-300 200-400 1-2xSodium valproate 500-1000 500-2500 2-3x

    Phenobarbital 50-100 50-200 1

    Clonazepam 1 4 1 atau 2Clobazam 10 10-30 1-2x

    Oxcarbazepine 600-900 600-3000 2-3x

    Levetiracetam 1000-2000 1000-3000 2x

    Topiramate 100 100-400 2xGabapentine 900-1800 900-3600 2-3x

    Lamotrigine 50-100 50-200 1-2x

    Zonisamid 100-200 100-400 1-2x

    Pregabalin 50-75 50-600 2-3x

    Epilepsi lobus temporal adalah jenis epilepsi fokal yang

    potensial untuk resisten terhadap pengobatan. Epilepsi lobus temporal

    yang tidak merespons obat dapat meningkatkan harapan hidup dan

    kualitas hidup dengan menjalani operasi dari bagian lobus temporal

    dari otak, Meskipun obat anti-epilepsi tersedia saat ini, 20 persen

    sampai 40 persen dari semua pasien dengan epilepsi tidak memberikan

    respon terhadap manajemen medis.1

    Alternatif bentuk pengobatan nya adalah lobus temporal

    resection (prosedur dimana jaringan otak pada lobus temporal adalah

    dipotong). Pasien menjadi bebas kejang setelah dilakukan reseksi

    lobus temporal anterior (reseksi ke arah depan) untuk mengurangi

    tingkat kematian terhadap pasien terus mengalami kejang.1

  • 7/26/2019 203760791 Epilepsi Lobus Temporalis

    23/26

    Keuntungan reseksi anterior lobus temporal adalah untuk

    meningkatkan harapan hidup dan kualitas hidup. Untuk pasien dengan

    epilepsi lobus temporal pharmacoresistant, hasil ini memberikan

    perspektif tambahan untuk membandingkan manfaat relatif dari

    operasi epilepsi dengan manajemen medis lanjutan, waktu yang tepat

    untuk dilakukannya operasisangat penting, karena pada usia yang

    lebih tua kemungkinan untuk bebas kejang lebih rendah. Setelah

    reseksi lobus anterior temporal, Referral untuk program bedah epilepsi

    harus dipertimbangkan apabila telah terjadi toleransi pada minimal 2

    obat antiepilepsi yang telahdi coba pada dosis maksimum. Kerugian

    pembedahan lobus tempoaral pada epilepsi yaitu akan terjadi

    penurunan yangsignifikan dalam memori verbal. Jenis kehilangan

    memori dikaitkan dengan belajar dan mengingat.1

  • 7/26/2019 203760791 Epilepsi Lobus Temporalis

    24/26

    III. KESIMPULAN

    1.

    Epilepsi merupakan salah satu kelaian otak yang serius dan umum

    terjadi, sekitar lima puluh juta orang diseluruh dunia mengalami

    kelainan ini. Angka epilepsi lebih tinggi di Negara berkembang.

    2. Epilepsi lobus Temporal juga dapat meningkatkan risiko kematian

    dini. 3 Efek fungsi kognitif ditandai dengan sklerosis hipokampus,

    kejang fokal dengan tanda kepribadian lobus temporal sebelah

    medial. Hipokampus dan sekitarnya adalah komponen terbesar dalam

    sistem frontotemporal.

    3. Terdapat beberapa tanda kardinal pada kejang epilepsi lobus

    temporalis yaitu, terdapat gejala prodromal, dapat dijumpai aura,

    penurunan kesadaran, amnesia dan automatisme.

    4. Epilepsi lobus temporal adalah jenis epilepsi fokal yang potensial

    untuk resisten terhadap pengobatan.

    5. Alternatif bentuk pengobatan nya adalah lobus temporal resection

    (prosedur dimana jaringan otak pada lobus temporal adalah

    dipotong).

  • 7/26/2019 203760791 Epilepsi Lobus Temporalis

    25/26

    DAFTAR PUSTAKA

    1.

    Wiebe, Samuel, et al. 2001. A Randomized, Controlled Trial Of SurgeryFor Temporal-LobeEpilepsy, Massachusetts Medical Society. Pp. 675-678;

    2001.

    2. WHO 2005 Atlas Epilepsy Care In The World Epilepsy foundation.

    AboutEpilepsy

    http://www.epilepsyfoundation.org/aboutepilepsy/index.cfm/statistics.cfm

    3. Martini, F.H, Nath, J.L. Fundamentals Of Anatomy And Phisiology Edisi 8.

    San Fransisco Boston New York Cape Town Hongkong London Madrid

    Mexico City Montreal Munich Paris Singapore Sydney Tokyo Toronto;Pearson International. Pp 569-577; 2009.

    4. Panayiotopoulus CP. The Epilepsies Seizure, Syndromes and Management.

    Blandom Medical Publishing. UK. Pp. 1-26; 2005.

    5. R. M. Sadler, The syndrome of mesial temporal lobe epilepsy with

    hippocampal sclerosis: clinical features and differential diagnosis, Advancesin Neurology, vol. 97, pp. 2737, 2006.

    6. A. T. Berg, S. F. Berkovic, M. J. Brodie et al., Revised terminology and

    concepts for organization of seizures and epilepsies: report of the ILAECommission on Classification and Terminology, 2005-2009, Epilepsia, vol.

    51, no. 4, pp. 676685, 2010.

    7. Purba JS: Epilepsi: Permasalahan di Reseptor atau Neurotransmiter.

    Medicinus Scientific of Journal of Pharmacutical DevelopmentAnd Medical

    Aplication. Jakarta. 2008; 21 : 9

    8. R. A. Horvath, A. Fogarasi, R. Schulz et al., Ictal vocalizations occur more

    often in temporal lobe epilepsy with dominant (left-sided) epileptogenic

    zone,Epilepsia, vol. 50, no. 6. Pp. 15421546, 2009.

    9. N. B. Danielson, J. N. Guo, and H. Blumenfeld, The default mode network

    and altered consciousness in epilepsy,Behavioural Neurology, vol. 24, no. 1,

    pp. 5565, 2011.

    10.A. Fogarasi, I. Tuxhorn, J. Janszky et al., Age-dependent seizure semiology

    in temporal lobe epilepsy,Epilepsia, vol. 48, no. 9, pp. 16971702, 2007.

    http://www.epilepsyfoundation.org/aboutepilepsy/index.cfm/statistics.cfmhttp://www.epilepsyfoundation.org/aboutepilepsy/index.cfm/statistics.cfm
  • 7/26/2019 203760791 Epilepsi Lobus Temporalis

    26/26

    11.

    Harsono. Klasifikasi Bangkitan Epilepsi dan Penjelasannya dalam Epilepsi.

    Edisi kedua. Gajah Mada University Press. 2007. Hal : 26-35

    12.

    Moshe SL, Pedley TA: Overview: Diagnostik Evaluation in Epilepsi, AComprehensive Txtboo/editors Jerome Engel JR., Tomothy A. Pedley, 2

    nded,

    vol 1, Lippincot Williams & Wilkins, 2008, pp : 783-784

    13.National Institute of Clinical Excellence. The epilepsies: the diagnosis and

    management of the epilepsies in adults and children in primary and secondary

    care. Clinical guideline 20. London. October 2004