2. faktor- faktor yang menghambat ibu dalam pemberian asi eksklusif

Upload: suprijati05

Post on 02-Nov-2015

64 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

Jurnal ilmiah ke 2

TRANSCRIPT

  • Jurnal Delima Harapan, Vol 2, No.1 Pebruari-Juli 2014: 66-76

    76

    FAKTOR-FAKTOR YANG MENGHAMBAT IBU DALAM

    PEMBERIAN ASI EKSLUSIF DI WILAYAH PUSKESMAS

    PEMBANTU BAGI KECAMATAN MADIUN

    KABUPATEN MADIUN

    Suprijati

    Email : [email protected]

    ABSTRACT

    Penelitia ini merupakan adalah kualitatif bertujuan untuk mengetahui faktor apa saja yang paling

    dominan yang menjadi kendala ibu dalam memberikan ASI esklusif. lokasi di Desa Bagi Kecamatan

    Madiun Kabupaten Madiun. Informan adalah para ibu menyusuiyang mempunyai bayi umur 0-12 bulan,

    yang tidak menyusui bayinya secara esklusif 0-6 bulan. Variabel penelitian adalah faktor penghambat

    pemberian ASI esklusif. Tehnik pengumpulan data menggunakan FGD (Focus Group Discusion).

    Instrumen Penelitian adalah pedoman FGD tentang faktor penghambat informan dalam pemberian ASI

    esklusif. Hasil penelitian menunjukkanbahwa semua menyatakan faktor umur, pendidikan, pekerjaan

    tidak mengganggu aktifitas menyusui bayi, semua informan mengatakan mulanya mereka memberikan

    ASI setelah kelahiran bayinya namun karena kendala ASI tidak lancar dan tidak mau repot, rewel

    anaknya menangis akhirnya mereka memberikan susu botol. Menurut informan sebetulnya mereka tahu

    tentang pentingnya memberikan ASI dibanding susu formula, namun mereka merasa khawatir bila

    bayinya tidak diberi susu botol maka bayinya tidak bisa menjadi gemuk, atau tidak bisa cepat naik berat

    badannya seperti yang mereka harapkan.

    Kesimpulan penelitian bahwa faktor umur, pendidikkan, pekerjaan bukanlah faktor kendala dalam

    aktifitas menyusui bayi mereka, namun karena alasan / kendala ASI tidak lancar keluar, tidak mau repot

    bila anak rewel, dan yang paling dominan alasan memberi susu botol karena merasa khawatir bila bayi

    tidak diberi susu formula bayi tidak bisa gemuk atau cepat naik berat badannya.

    Saran penelitian pada prinsipnya memeng banyak kendala bagi ibu dalam pelaksanaan pemberian

    ASI esklusif, namun hal tersebut mungkin tidak perlu terjadi bila faktor kendala internal maupun

    eksternal dari buteki bisa teratasi terlebih dulu, maka diharapkan agar instansi kesehahan dan bidan

    praktek swasta untuk tidak bosan memberi KIE tentang manajemen laktasi yang baik dan diperbanyaknya

    buku pedoman manajemen laktasi bagi ibu meneteki pada khususnya dan masyarakat pada umumnya.

    Kata kunci : Faktor penghambat, ASI

    1. PENDAHULUAN Pada masa modern seperti ini, sebagian ibu

    muda merasa enggan menyusui anak,

    sebenarnya gejala tersebut sudah membudaya

    sejak sekian lama, terutama di kota-kota besar,

    semula hal itu dilakukan oleh para ibu muda di

    Eropa dan Amerika pada awal abad ke 20.

    Tindakan ini menyebabkan anak mudah

    terserang penyakit karena daya tahannya lemah.

    Ternyata fenomena yang menunjukkan bahwa

    sebagian ibu tidak menyusui anaknya tidak

    hanya terjadi dinegara-negara maju, tetapi juga

    di negara-negara berkembang, misalnya

    Indonesia ada banyak faktor yang membuat atau

    mempengaruhi ibu hingga tidak menyusui

    anaknya.

    Banyak hal yang harus dipersiapkan ibu

    untuk menyambut kelahiran bayi agar ia tumbuh

    dan berkembang menjadi anak yang sehat dan

    cerdas. Salah satunya adalah persiapan diri agar

    ibu berhasil menyusui bayi secara baik dan

    eksklusif ampai bayi berumur 4-6 bulan.

    Persiapan itu perlu dilakukan oleh setiap ibu

    semenjak masih hamil. Air susu ibu (ASI)

    merupakan sunber gizi paling sempurna yang

    mengandung zat kekebalan serta mudah dicerna

    oleh bayi. Asi juga mempunyai nilai ekonomis

    dan sangat praktis dalam pemberiannya.

    Permasalahannya adalah tidak semua ibu mau

    memberikan air susunya secara eksklusif

    sampai usia 4-6 bulan. Banyak faktor

    mempengaruhi mengapa ibu enggan menyusui

    bayinya secara eklusif, diantaranya adalah

    keharusan ibu dalam bekerja, pentingnya

    penampilan diri menjadi berkurang, gambaran

    tubuh berubah, peran ibu berkurang dan

    sebangai (Perinasia, 1990).

    Air susu ibu (ASI) adalah makanan terbaik

    dan alamiah untuk bayi. Menyusui merupakan

    proses alamiah, namun demikian banyak ibu

    yang tidak berhasil dalam menyusui. Bila ibu

    menghentikan pemberian air susunya maka ibu

    pasti memerlukan bantuan berupa pemberian

    susu formula. Banyak alasan yang diungkapkan

    oleh para ibu mengapa mereka menghentikan

    proses menyusuinya, diantaranya adalah bahwa

    air susunya tidak cukup lagi, atau air susunya

    tidak keluar. Keadaan ini sebetulnya bukan

  • Jurnal Delima Harapan, Vol 2, No.1 Pebruari-Juli 2014: 66-76

    76

    disebabkan karena produksi ASI kurang

    namun disebabkan faktor psikologis dari si ibu

    yang menyebabkan air susunya tidak

    keluar.Disamping faktor psikologis, ternyata

    informasi tentang cara-cara menyusui yang baik

    dan benar belum terjangkau sebagian besar ibu-

    ibu(Depkes RI,2001), (Dwi sunar.P, 2009).

    Dampak yang ditimbulkan akibat

    pemberian ASI tidak memadai adalah

    pertumbuhan bayi terganggu, perkembangan

    bayi terhambat, bayi mudah terserang penyakit,

    hubungan kasih sayang ibu tidak terjalin dengan

    baik. Frekuensi dan lamanya menyusui

    dibanyak bagian dunia telah menunjukkan

    penurunankarena berbagai alasan sosial,

    ekonomi dan budaya. Dengan dikenalnya

    tehnologi modern dan diserapnya gaya hidup

    baru, makna yang melekat dalam praktek

    kebiasaan menyusui telah menunjukkan

    penurunan yang nyata dalam masyarakat

    (Perinasia,1991). Di daerah pedesaan, pada

    umumnya ibu menyusui bayi mereka,

    namun hasil penelitian menunjukkan

    bahwa pengaruh kebiasaan yang kurang

    baik, seperti pemberian makanan pralaktal

    yaitu pemberian makanan / minuman

    untuk menggantikan ASI apabila ASI belum

    keluar pada hari pertama setelah kelahiran. Jenis

    makanan tersebut antara lain: air tajin, air

    kelapa, madu yang dapat membahayakan

    kesehatan bayi dan menyebabkan berkurang

    kesempatan untuk merangsang produksi ASI

    sedini mungkin melalui hisapan bayi pada

    payudara ibu. Disamping itu masih banyak ibu-

    ibu tidak memanfaatkan Colostrum ( ASI yang

    pertama keluar pada hari-hari pertama ), karena

    dianggap tidak baik untuk bayi (susu basi ),

    selanjutnya pemberian Makanan Pendamping

    ASI (MP-ASI) diberikan terlalu dini sebagian

    besar berupa pisang, nasi, bubur yang tidak

    mencukupi baik kuantitas maupun kualitasnya.

    Faktor kemiskinan juga sangat dipengaruhi oleh

    kekerabatan sosial kultur kebiasaan masyarakat.

    Kebiasaan tersebut karena kurangnya

    pengetahuan masyarakat efek akibat pemberian

    makanan tambahan sejak dini pada bayi.

    Anggapan yang salah tentang perlunya

    pemberian makanan pada bayi sejak awal inilah

    yang memberikan konstribusi rendahnya

    cakupan pemberian ASI ekslusif pada bayi

    (Hananto, 2000). Kendala lain yang dihadapi

    dalam upaya peningkatan pemberian ASI adalah

    belum semua sarana pelayanan persalinan

    menerapkan 10 langkah menuju keberhasilan

    menyusui (LMKM) yang merupakan

    kriteria/persyaratan Rumah Sakit Sayang Bayi.

    Disamping itu untuk ibu bekerja belum

    diterapkan Tempat Kerja Sayang Bayi. (Depkes

    RI, 2001).

    Hasil penelitian di Bogor Tahun 2001

    menunjukkan bahwa anak yang diberi ASI

    Ekslusif sampai usia 4 bulan tidak ada yang

    menderita gizi buruk ketika mereka berusia 5

    bulan. Penelitian yang sama menunjukkan

    bahwa 18.7% dari ibu-ibu dianjurkan oleh

    petugas kesehatan untuk memberi susu

    formula pada minggu pertama setelah

    kelahiran.

    Sebagian besar ibu menyatakan bahwa

    sumber promosi-promosi susuf formula

    adalah pelayanan kesehatan (76%) dimana 21 %

    ibu melihat iklan susu formula di rumah

    sakit, 19,5 % di praktek klinik swasta dan

    19.5 % di puskesmas. Lebih jauh lagi, lebih dari

    60 % ibu-ibu menyatakan menerima susu

    formula bayi melalui Rumah Sakit atau Rumah

    Bersalin, dan sekitar 40 % ibu menerima hadiah

    dari perusahaan susu formula untuk bayi.

    Temuan penting lainya dari studi tersebut

    adalah bahwa 14,8 % bidan menyatakan setuju

    untuk memberi susu formula kepada bayi baru

    lahir. (IPB , Depkes, Badan POM dan WHO

    2001).

    Bayi yang diberikan susu selain ASI,

    mempunyai resiko 17 kali lebih besar

    mengalami diare, dan 3 sampai 4 kali lebih

    besar kemungkinan terkena ISPA dibandingkan

    dengan bayi yang mendapat ASI. (WHO 2000).

    Sedangkan di puskesmas Ngujung diperkirakan

    47,36 % saja bayi yang mendapat ASI Ekslusif

    dari target 70 % (Dinkes Kab. Madiun, 2010).

    Agar menyusui dapat berhasil dengan baik

    diperlukan dukungan aktif para ibu selama

    hamil sampai anak usia minimal 2 tahun.

    Dukungan ini bukan hanya dari keluarga dan

    masyarakat melainkan juga dari seluruh sistem

    pelayanan kesehatan. Lebih-lebih petugas

    kesehatan dan kader kesehatan di posyandu

    sebaiknya tidak berhenti dalam memberikan

    penyuluhan dan pendidkan kesehatan tentang

    pentingnya pemberian ASI ekslusif untuk

    pertumbuhan dan perkembangan bayi sampai

    usia 4-6 bulan. Disamping itu perlu adanya

    penyebaran leaflet dan informasi seputar

    pentingnya ASI baik di media cetak maupun

    media elektronik yang terjangkau oleh

    masyarakat.

    Berdasarkan permasalahan dan dampak

    masalah yang ditimbulkan akibat rendahnya

    cakupan program ASI ekslusif, diperlukan studi

    kualitatif tentang faktor-faktor yang

    menghambat sehingga ibu tidak berhasil

    memyusui bayinya secara ekslusif, penelitian ini

    dipilih untuk mengetahui secara

    sesungguhnya/data primer guna menjawab

  • Jurnal Delima Harapan, Vol 2, No.1 Pebruari-Juli 2014: 66-76

    76

    faktor yang paling menonjol mengapa

    pemberian ASI secara ekslusif tidak berhasil

    dengan baik.

    2. KAJIAN PUSTAKA Konsep ASI Eksklusif

    Menyusui secara ekslusif adalah

    pemberian hanya air susu ibu (ASI) saja tanpa

    makanan dan minuman lain dianjurkan sampai 4

    6 bulan pertama kehidupan bayi. (Depkes RI, 2001), Dengan kata lain bayi hanya diberi ASI

    selama 6 bulan tanpa tambahan cairan lain,

    seperti susu formula, jeruk,madu,air teh,dan air

    putih,serta tanpa tambahan makanan padat,

    seperti pisang, bubur susu,biskuit, bubur nasi

    dan nasi tim, kecuali vitamin, mineral dan

    obat,setelah 6 bulan bayi boleh diberi makanan

    pendamping ASI(MP-ASI) dan ASI masih

    diberikan hingga bayi berusia 2 tahun atau lebih

    (Dwi Sunar, 2009, 26) Mengapa Eksklusif ? Karena ASI sebagai sumber utama laktosa

    apabila berhasil secara eksklusif diberikan

    kepada bayi sampai usia 4-6 bulan akan

    menjamin kebutuhan energi dan komponen

    untuk pertumbuhan sel-sel syaraf dan otak

    (cerebrocide dan myelin) sebagai persiapan

    kualitas tumbuh kembang.(Sounders, 1981,

    247).

    Keuntungan ASI

    1. Bagi bayi

    a. Dari segi gizi meliputi; mengandung zat

    gizi lengkap, mudah diserap dan mudah

    dicerna.

    b. Dari segi imunologik; mengandung zat

    kekebalan, dan tidak menyebabkan

    alergi.

    c. Dari segi psikologi meliputi;

    mendekatkan hubungan ibu dan bayi dan

    menimbulkan rasa percaya diri pada ibu.

    2. Bagi Ibu:

    a. Kesehatan Ibu Post Partum

    Isapan bayi pada puting susu ibu akan

    mengurangi perdarahan pasca persalinan

    dan mempercepat proses involusi post

    partum.

    b. Aspek Psikologis meliputi; mendekatkan

    hubungan ibu dan anak dan memberikan

    perasaan diperlukan(pada ibu).

    c. Aspek Keluarga Berencana; meliputi

    menjarangkan kehamilan menunda

    kembalinya kesuburan.

    3.Bagi Keluarga

    a. Segi ekonomi, meliputi; hemat karena

    tidak perlu membeli susu

    formula,menghemat biaya

    pengobatan,karena jarang sakit.

    b. Segi psikologis, meliputi; mendekatkan

    hubungan bayi dengan keluarga,tidak

    mengganggu orang lain utk membuetkan

    susu formula

    Keunggulan dan manfaat ASI

    a. Aspek Gizi, meliputi;Manfaat

    Kolostrom; 1). Kolostrom meengandung

    zat kekebalan terutama Ig.A untuk

    melindungi bayi dari berbagai penyakit

    alergi terutama diare. 2). Jumlah

    kolostrom yang di produksi bervariasi

    tergantung dari hisapan bayi pada hari-

    hari pertama kelahiran, walaupun sedikit

    namun cukup untuk memenuhi zat gizi

    bayi, oleh karena itu harus diberikan

    pada bayi; 3). Kolostrom mengandung

    protein, vitamin A yang tinggi dan

    karbohidrat dan rendah lemak, sehingga

    sesuai dengan kebutuhan gizi bayi pada

    hari-hari pertama setelah kelahiran; dan

    4). Membantu pengeluaran mekonium,

    yaitu kotoran bayi yang pertama

    berwarna hitam kehijauan.

    Komposisi kolostrum, ASI dan susu

    sapi untuk setiap 100 ml, meliputi; 1). ASI

    mudah dicerna, selain mengandung zat

    gizi yang sesuai, juga mengadung

    enzim-enzim untuk mencernakan zat-

    zat gizi yang terdapat dalam ASI tersebut;

    2). ASI mengandung zat-zat gizi

    berkualitas tinggi, yang berguna untuk

    pertumbuhan dan perkembangan

    kecerdasan bayi/anak. 3). Selain

    mengandung protein yang tinggi, ASI

    memiliki perbandingan (Rasio) antara

    whey dan casein yang sesuai untuk bayi.

    Rasio whey : casein merupakan salah satu

    keunggulan ASI dibandingkan dengan

    susu sapi. ASI mengandung whey lebih

    banyak yaitu 65 : 35, komposisi ini

    menyebabkan protein ASI lebih mudah

    diserap dibandingkan dibandingkan susu

    sapi perbandinganya ialah 20 : 80

    mengandung lebih banyak casein yang

    tidak mudah diserap.

    Komposisi Taurin, DHA dan AA

    pada ASI, meliputi ; 1). Taurin adalah

    asam amino kedua yang banyak terdapat

    dalam ASI dan tidak terdapat terdapat

    dalam susu sapi (Raiha,1985). Taurin

    berfungsi sebagai neuro transmiter dan

    berperan penting untuk untuk proses

    maturasi sel otak (Gaul,1985); 2).

    Decosahexanoic Acid (DHA) dan

    Arachidonic Acid (AA), adalah asam

    lemak tak jenuh rantai panjang (

    polyunsaturated fatty- acids) untuk

    pembentukan sel-sel otak yang optimal.

    DHA dan AA dalam ASI jumlahnya

    sangat mencukupin untuk menjamin

  • Jurnal Delima Harapan, Vol 2, No.1 Pebruari-Juli 2014: 66-76

    76

    pertumbuhan dan kecerdasan anak

    dikemudian hari (Depkes RI, 2001:6-8)

    b. Aspek Imunologik

    Telah diketahui bahwa bayi yang

    diberi ASI lebih terlindungi terhadap

    penyakit infeksi terutama diare dan

    mempunyai kesempatan hidup lebih

    besar dibandingkan dengan bayi-bayi yang

    diberi susu botol. Hal ini

    disebabkan karena pemberian ASI

    memberikan keunggulan sebagai berikut;

    1). ASI bersih, bebas dari

    kontaminasi 2). Immunoglobulin terutama

    Ig. A kadarnya lebih tinggi dalam

    kolostrum dibandingkan dengan ASI dan

    melumpuhkan bakteri patogen E.Coli dan

    berbagai virus pada saluran pencernakan;

    3). Lactoferin sejenis protein yang

    merupakan komponen zat kekebalan

    dalam ASI yang mengikat zat besi (ferrum

    ) disaluran pencernakan; 4). Lysossim

    terdapat dalam jumlah 300x lebih banyak

    pada ASI daripada susu sapi,enzim ini

    aktif mengatasi bakteri E.Coli dan

    Salmonella; 5). Sel darah putih:Brochus-

    Asosiated Lympocyte Tissue ( BALT ),

    yang menghasilkan antibodi terhadap

    infeksi saluran pernafasan; Gut Asosiated

    Lympocyte Tissue ( GALT ), yang

    menghasilkan antibodi terhadap saluran

    pencernakan;Mammary-Asosiated

    Lympocyte Tissue ( MALT ), yang

    menyalurkan antibodi melalui jaringan

    payudara ibu. Sel-sel ini memproduksi

    Ig.A, lactoferin,lysosim dan

    interferon,interferon menghambat aktifitas

    firus tertentu; Faktor bifidus sejenis

    karbohidrat yang mengandung nitrogen,

    menunjang pertumbuhan bakteri

    Laktobifyds, bakteri ini menjaga

    keasaman flora usus bayi dan berguna

    untuk menghambat pertumbuhan bakteri

    yang merugikan.Kotoran bayi menjadi

    bersifat asam yang berbeda dari kotoran

    bayi yang mendapat susu botol (Depkes

    RI,2001:9-10 ).

    3. METODOLOGI PENELITIAN Jenis penelitian adalah kualitatif dengan

    pendekatan studi kasus.). Dalam penelitian ini

    juga menggunakan jenis penelitian diskriptif.

    Penulis mencoba menjabarkan kondisi

    konkrit dari obyek penelitian dan

    menghubungkan variabel-variabel dan

    selanjutnya akan dihasilkan diskripsi tentang

    persepsi dan faktor penghambat dalam

    pemberian ASI ekslusif. Lokasi penelitian

    dilakukan di Desa Bagi Kecamatan Madiun

    Kabupaten Madiun. Instrumen adalah alat untuk

    mengumpulkan data yang berupa angket atau

    kuisioner. Adapun reliabelitas dan validitasnya

    lebih pada kelayakan dan kredibilitas peneliti

    karena alat ukur dalam penelitian kualitatif

    bersifat kualitatif juga, sehingga sangat abstrak,

    akan tetapi lengkap dan mendalam. Sampel yng

    peneliti gunakan dalam penelitian kwalitatif

    tersebut kami sebut informan. Informan adalah

    orang yang memberikan informasi data. Data

    penelitian ini informannya adalah Ibu menjusui

    / Ibu yang tidak menjusui bayinya umur 0 s/d 6

    bulan. Pada penelitian ini data yang ingin dicari

    adalah data primer yaitu data yang diperoleh

    atau dikumpulkan langsung di lapangan oleh

    orang yang melakukan penelitian. Berdasarkan

    sifatnya, data pada penelitian ini dikategorikan

    data kualitatif yaitu data yang tidak berbentuk

    bilangan (Hasan MI,2002).

    Untuk memperoleh data yang

    dibutuhkan dari informan, maka metode

    pengumpulan data yang digunakan dalam

    penelitian ini adalah diskusi kelompok

    terfokus / focus group disscution (FGD)

    (Patilima H, 2005). Metode pengumpulan data

    ini digunakan untuk mengali data dan informasi

    mengeai penghambat ibu dalam pemberian ASI

    Ekslusif.

    Pengumpulan data dengan metode diskusi

    kelompok terfokus (FGD), tahapan

    pengumpulan data dan informasi dimulai

    dari :

    a) Setelah mendapatkan izin penelitian, surat ijin itu dikirim ke Kecamatan Madiun

    Puskesmas Pembantu Bagi, Desa Bagi

    sebagai wilayah penelitian.

    b) Langkah selanjutnya setelah proses pengurusan ijin penelitian selesai, maka

    peneliti mulai menentukan informan.

    c) Apabila informan jumlahnya banyak dilakukan proses pemilihan informan

    dengan tehnik pengambilan sampel secara

    acak sederhana.

    d) Apabila informan sudah terpilih sesuai jumlah yang ditentukan, maka peneliti

    menjelaskan maksud dan tujuan penelitian

    kepada informan.

    e) Langkah selanjutnya dari tahap pengumpulan data adalah menentukan

    jumlah kelompok diskusi, menentukan

    jadwal diskusi dan topik diskusi.

    f) Tahapan selanjutnya adalah melakukan FGD sesuai jadwal

    4. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan digambarkan hasil

    penelitian kualitatif terhadap faktor-faktor

  • Jurnal Delima Harapan, Vol 2, No.1 Pebruari-Juli 2014: 66-76

    76

    penghambat ibu dalam pemberian ASI,

    sekaligus pembahasan hasil diskusi terarah

    melalui hasil kegiatan Fokus Group Discusion

    (FGD) yang dilaksanakan pada hari Selasa

    tanggal 12 Juli 2013 bertempat di Balai Desa

    Bagi , Kecamatan Madiun, Kabupaten Madiun.

    Pelaksanaan FGD dihadiri oleh 12 orang

    terdiri dari; dua orang pembimbing penelitian,

    seorang peneliti, tiga orang pembantu peneliti,

    dan enam orang informan. Kelas FGD secara

    melingkar dengan bahan diskusi berupa

    pertanyaan penelitian yaitu; faktor pertanyaan

    tentang pendidikan, pekerjaan, pengetahuan dan

    promosi PASI.

    Pertanyaan pertama penelitian dijabarkan

    dalam beberapa pertanyaan penelitian terbuka

    untuk didiskusikan secara terfokus kepada para

    informan. Pertanyaan tentang faktor usia,

    pendidikan,pekerjaan, (Kode. 1), dijabarkan

    menjadi menjadi 6 pertanyaan yaitu : Usia ibu

    (Kode. 1.01), pendidikan terakhir (Kode 1.02),

    pekerjaan Ibu (Kode 1.03), jumlah anak (Kode

    1.04), pengaruh pekerjaan ibu dalam pemberian

    ASI Eklusif (Kode 1.05), pengaruh pendidikan

    ibu dalam pemberian ASI Esklusif (Kode 1.06).

    Pertanyaan kedua tentang faktor

    pengetahuan Ibu terhadap ASI Esklusif

    dijabarkan menjadi 6 pertanyaan, pertanyaan

    tentang maksud ASI Esklusif (Kode 2.01),

    keuntungan pemberian ASI E sklusif untuk

    bayi (Kode 2.02), keuntungan pemberian ASI

    bagi Ibu (Kode 2.03), apa yang menghambat

    pemberian ASI (Kode 2.04), apakah

    menyusui secara esklusif mengganggu

    pekerjaan (Kode 2.05), cara pemberian SI pada

    Ibu bekerja (Kode 2.06).

    Pertanyaan ketiga tentang promosi PASI

    (Kode 3), dijabarkan menjadi 5 pertanyaan,

    pertanyaan darimana Ibu mengetahui informasi

    mengenai susu tambahan / susu formula (Kode

    3.01), mengapa / apa alasan Ibu memberikan

    susu formula pada bayi (Kode 3.02), sejak usia

    berapa Ibu memberikan susu formula pada bayi

    (Kode 3.03), sampai umur berapa Ibu

    memberikan susu formula pada bayi (Kode

    3.04), apakah susu formula lebih baik/penting

    dari ASI(kode 3.05).

    1.Data Informan

    1.1 Informan 1

    Nama : Ny. Nuning

    Kode : Ny.NU.

    Suami : Haryono

    Umur : 21 tahun

    Pekerjaan Istri : Ibu Rumah Tangga

    Pekerjaan Suami : Swasta

    Pendapatan :< Rp. 1.000.000,-

    /bulan

    Jumlah Anak : 1

    Anak ter kecil umur: 9 Bulan

    Menyusui/tidak : Menyusui

    ditambah susu botol.

    Alamat : Ds Bagi Rt 12 Rw 5

    1.2 Informan 2

    Nama : Ny. Endang

    Kode : Ny. E

    Suami : Yayak

    Umur : 22 tahun

    Pekerjaan Istri : Ibu Rumah Tangga

    Pekerjaan Suami : Swasta

    Pendapatan :> Rp. 1.000.000,-

    /bulan

    Jumlah Anak : 1

    Anak ter kecil umur: 8 Bulan

    Menyusui/tidak : Menyusui ditambah

    susu botol

    Alamat : Desa Bagi Rt 10

    Rw 4

    1.3 Informan 3

    Nama : Ny. Harim

    Kode : Ny.H

    Suami : Harso

    Umur : 38 tahun

    Pekerjaan Istri : Ibu Rumah Tangga

    Pekerjaan Suami : Tani

    Pendapatan :> Rp. 1.000.000,-

    /bulan

    Jumlah Anak : 2

    Anak terkecil : 2 Bulan

    Menyusui/tidak : Menyusui ditambah

    susu botol

    Alamat : Ds Bagi RT 19 RW

    06

    1.4 Informan 4

    Nama : Ny. Neneng

    Hamidah

    Kode : Ny. N H

    Suami : Fendrik Triana

    Umur : 24 tahun

    Pekerjaan Istri : Ibu Rumah Tangga

    Pekerjaan Suami : Swasta

    Pendapatan : Rp. 1.000.000,-/bulan

    Jumlah Anak : 1

    Anak kecil umur : 9 Bulan.

    Menyusui/Tidak : Menyusui ditambah

    susu botol

    Alamat : Ds Bagi RT 6 RW

    2

    1.5 Informan 5

    Nama : Ny. Yunik Nuryani

    Kode : Ny. Y N

    Suami : Hillaludin

    Umur : 30 tahun

    Pekerjaan Istri : Ibu rumah tangga

    Pekerjaan Suami : Wiraswasta

  • Jurnal Delima Harapan, Vol 2, No.1 Pebruari-Juli 2014: 66-76

    76

    Pendapatan :> Rp. 1.000.000,-

    /bulan

    Jumlah Anak : 2

    Anak ter kecil umur: 3 Bulan

    Menyusui/Tidak : Susu botol.

    Alamat : Ds Bagi RT 01 RW

    01

    1.6 Informan 6

    Nama : Ny. Ani Kristiana

    Kode : Ny. A

    Suami : Sugiyanto

    Umur : 38 tahun

    Pekerjaan Istri : Pedagang

    Pekerjaan Suami : Pedagang

    Pendapatan :>Rp. 1.000.000,-

    /bulan

    Jumlah Anak : 2

    Anak terkecil umur : 10 Bulan

    Menyusui/Tidak : Menyusui ditambah

    susu botol.

    Alamat : Desa Bagi RT 02 RW 02

    2. Pertanyaan tentang umur, pendidikan,

    pekerjaan terhadap ASI Esklusif

    (Kode,1)dijabar menjadi 6 pertanyaan yaitu:

    Usia ibu, pendidikan terakhir,pekerjaan ibu,

    jumlah anak,pengaruh pekerjaan Ibu dalam

    pemberian ibudalam pemberian ASI

    esklusif,pengaruh pendidikan ibu dalam

    pemberian ASI esklusif.

    Hasil diskusi terfokus didapatkan

    keterangan menurut Ny. NU (informan 1)

    mengatakan bahwa Pendidikan saya SMP suami SMP, pekerjaan suami saya Swasta, saya

    Ibu rumah tangga, suami saya umur 28 tahun

    dan saya 21 tahun, anak saya baru 1 ini, dulu

    lahirnya di RSU sekarang ini umur 9 bulan,

    dulu berat lahirnya 2200 gram sewaktu di RSU

    anak saya dioven dan diberi susu botol, kadang-

    kadang diberikan ke saya untuk disusui,

    sebenarnya pekerjaan saya sehari-hari itu tidak

    mengganggu saya untuk menyusui Bu, saya

    masih bisa mengerjakan pekerjaan rumah

    seperti mencuci dan memasak, karena setiap

    hari saya dirumah saja, setiapkali nangis juga

    langsung saya susui, tapi kok yang keluar itu

    hanya sedikit sekali, jadi kalau masih nangis ya

    terpaksa saya kasih susu botol saja, kan

    sewaktu di RSU sudah pernah dapat susu

    botol............. Menurut Ny. E (Informan 2)

    mengatakan bahwa Umur saya 22 tahun, sedangkan suami saya 26 Tahun, pendidikan

    saya SMA dan suami saya SMP, saya ibu rumah

    tangga sedangkan suami saya karyawan

    Swasta, anak saya 1 sekarang ini umur 8 bulan,

    berat waktu lahir 2700 gram, saya masih

    tinggal dirumah mertua, saya bisa menyusui

    bayi saya setiap saat, dulu saya melahirkan di

    Bidan Bu, waktu baru lahir itu ya langsung

    diberi ASI saja, ASI saya lancar Bu, 2 hari

    langsung keluar saya susui terus bayi saya

    sampai umur 1 bulan, setelah itu baru saya beri

    susu botol. ............. Menurut Ny.H (Informan 3) saat ditanya

    tentang hal yang sama kulo umur 38 tahun, bojo kulo Tani, kulo nggih Tani, anak kulo 2,

    sing cilik umur 2 wulan, lahire teng RSU, mulai

    lahir nggih minum susu kulo, tapi disambung

    kaleh susu botol, soale kulo nglaerne dioperasi,

    taksih teng rumah sakit niko mimik susu botol

    terus, margi susu kulo dereng medhal, terus

    hari ke 4 niko, kulo ken blajar njusoni,

    amargi lek dereng pinter angsale mimik

    bayine

    dereng saget dibetho wangsul, wangsul saking

    RSU bayine terus kulo mimiki piyambak Bu,

    namung kadang-kadang kulo tambahi susu

    botol, margi bibar operasi, kulo dereng saget

    tandang gawe omah Bu, jane ngeh saget njusui

    sak wanci-wanci, tapi kadang jahitan operasi

    taksih radi sakit, lek bayine mimik kulo gek

    dhereng bancar, akhire nangis, terus kulo

    mesak aken, akhire kulo sambung susu botol.

    Menurut Ny. NH (informan 4) dengan

    logat sunda mengatakan bahwa sekarang saya umur 24 tahun, Bapaknya umur 26 tahun, saya

    dulu tamatan SMP kalau suami saya SLTA dan

    bekerja sebagai pegawai Swasta, anak saya 1,

    sekarang umur 9 bulan, dulu lahirnya berat

    badannya 3100 gram, mulai lahir langsung

    saya susui sendiri, sewaktu-waktu minum ASI

    terus pagi, malam juga. Kalau pagi tidur terus,

    bisa ditinggal ngerjain pekerjaan rumah jadi

    meskipun minum ASI, saya tetap bisa ngerjakan

    pekerjaan rumah, tapi ASI tetap saya kasih

    terus, kata mertua saya, dhah kamu urus saja thuh bayimu, ya udah kalau nangis ya susuin

    lagi Menurut Ny YN(Informan 5), saat

    diberikan pertanyaan serupa saya Ny YN umur 28 tahun suami saya umur 30 tahun, saya

    tamatan SMA dan bekerja sebagai Ibu rumah

    tangga sedangkan suami saya lulusan SMP

    pekerjaan Swasta, anak saya 2 Bu, yang kecil

    umur 3 bulan dulu lahir di Bidan beratnya

    normal 3,5 Kg, mulai lahir diberi minum susu

    botol Bu, karena ASI saya belum keluar, setelah

    pulang dari Bidan, dirumah 2 hari ASI saya

    baru keluar, bayi tetap saya susui sendiri, tapi

    kadang-kadang saya beri susu botol, soalnya

    kadang-kadang kerepotan kalau pas saya

    tinggal, misalnya waktu mandi atau pas makan,

    belum selesai sudah keburu nangis akhirnya

    disambung susu botol.

    Sedangkan Ny. A (informan 6) saat

    ditanya pertanyaan yang sama menjawab saya

  • Jurnal Delima Harapan, Vol 2, No.1 Pebruari-Juli 2014: 66-76

    76

    Ny A umur 30 Tahun lulusan SMA sebagai Ibu

    rumah tangga, suami saya 38 tahun bekerja

    sebagai pedagang, lulusan STM, anak saya

    sudah 2, yang besar umur 5 tahun yang kecil

    umur 10 bulan, dulu waktu melahirkan saya

    tidak tahu kalau hamil berapa bulan, pas

    sedang jualan pakaian keliling tiba-tiba perut

    saya mules kemudian periksa ke Bidan lalu

    dirujuk ke RSU, kataya bayinya kecil, setelah

    lahir ternyata beratnya hanya 1800 gram

    (prematur)bayi dirawat di RSU selama 2

    minggu, di RSU diberi susu botol setelah 2

    minggu bayi boleh pulang karena sudah bisa

    menyusu lancar, dirumah saya beri ASI terus,

    tetapi tetap saya sambung susu botol. Setelah

    melahirkan saya bisa merawat dan menyusui

    bayi saya dirumah karena udah tidak jualan

    keliling lagi Bu . Hasil diskusi ini dapat digambarkan

    bahwa lima diantara enam informan merasa

    bahwa faktor umur,pendidikan,dan pekerjaan

    tidak mengganggu untuk memberikan ASI

    esklusif, tetapi belum mengetahui secara benar

    tentang apa itu ASI Esklusif, sedangkan satu

    informan diantaranya telah mengetahui karena

    didukung oleh keluarga (mertua) untuk

    menyusui bayinya, Pernyataan informan ini

    memberikan keterangan bahwa informasi

    petugas kesehatan tentang pemberian ASI

    esklusif belum diterima baik,atau informasi

    petugas kesehatan melalui penyuluhan

    masyarakat tidak sampai menyentuh ke calon

    para ibu yang akan menyusui bayinya secara

    benar. Fakta ini mencerminkan bahwa upaya

    penyuluhan dan pendidikan kesehatan yang

    dilakukan petugas perlu ditingkatkan lagi.

    Satu informan merasakan menyusui bayi

    secara esklusif tidak mengganggu pekerjaan

    rumah sehari-hari dan bisa membagi waktu

    untuk menyusui secara baik. Proses perubahan

    tingkah laku dan proses belajar ini menurut

    (Notoatmodjo, 2003) dapat dikategorikan

    adanya peranan anggota keluarga dalam

    pengambilan keputusan,peran keluarga untuk

    tetap menyusui bayinya.

    Ternyata, fenomena yang menunjukkan

    bahwa sebagian ibu muda tidak

    menyusui anaknya banyak terjadi ditengah

    masyarakat kita, ada sebuah kekeliruan

    konsep yakni susu formula itu diperlukan oleh

    ibu yang persediaan air susunya tidak

    mencukupi kebutuhan anak, sehingga

    dibutuhkan susu tambahan yang diproduksi oleh

    perusahaan susu. Hal ini sangat mempengaruhi

    pemikiran para ibu yang kurang memiliki

    pengetahuan yang luas tentang ASI, bagi para

    ibu menggunakan susu formula dianggap lebih

    mendatangkan semacam kelonggaran, karena

    mereka tidak perlu selalu siap sedia

    memberikan ASI kepada bayi / anak, lambat

    laun kebiasaan ini akan memupuk sikap mental

    yang enggan repot dan bertindak seenaknya

    sendiri.

    3. Pertanyaan tentang pengetahuan ASI

    Esklusif (Kode 2) dijabarkan menjadi 6

    pertanyaan: pertanyaan maksud ASI

    esklusif,keuntungan pemberian ASI

    esklusif untuk bayi,kuntungan untuk

    ibu,apa yang menghambat pemberian

    ASI,apakah menyusui secara esklusif

    mengganggu pekerjaan,cara pemberian

    ASI pada ibu bekerja.

    Hasil FGD dapat dijabarkan sebagaimana :

    Pendapat Ny NU (Informan 1) tentang

    pengalamannya menyusui sebagai berikut : Coba ibu-ibu ceriterakan apa yang dimaksud

    ASI Esklusif, keuntungan untuk bayi dan ibu

    dan apa yang menghambat pemberian ASI ? Ny NU (Informan 1) menjawab

    Menurut saya ASI Esklusif yaitu bayi hanya

    minum ASI tanpa diberi makanan sampingan

    mulai lahir sampai 6 bulan, ASI yang pertama

    keluar itu mengandung kekebalan, menyusui

    dengan ASI itu sendiri sebenarnya lebih enak

    dibanding dengan susu formula Bu, tidak usah

    membeli dan tidak capek-capek membuatkan,

    sebenarnya pemberian ASI tidak mengganggu

    pekerjaan saya Bu, tetapi karena ASInya tidak

    bisa keluar banyak saya merasa kurang cukup,

    akhirnya saya beri susu tambahan. ... Ny E (Informan 2) menjawab Saya

    setuju dengan ibu NU bahwa ASI saja dari ibu

    sampai 6 bulan tidak diberi makanan apa-apa

    karena sudah mengandung gizi sesuai yang

    dimakan ibunya, keuntungan ASI

    dibandingkan susu formula lebih murah, diberi

    ASI bayi tidak mudah sakit, karena ada zat

    kekebalannya. Sementara itu dengan logat yang khas,

    NY H (Informan 3) menjawab : ASI Esklusif niku nggih bayi dimimiki ibuke mawon,mboten

    diparingi maem nopo-nopo ngantos umur 6

    sasi, ASI niku sae sanjange sampun ngandung

    kekebalan sing damel bocah saget sehat, nek

    disusui piyambak niku sekecane mboten sah

    tumbas, . . .tapi nek nangis kadang-kadang

    nggih kulo mimiki susu botol, kadang-kadang

    kulo kerokne pisang sekedik, mengke nek pun

    ngoten terus mendel, dadose nek ASI thok

    kurang wareg. Menurut pendapat NY NH (Informan 4)

    dengan logat sundanya mengatakan: Maksudnya ASI Esklusif ya bayi mulai lahir

    sampai 6 bulan Cuma diberi ASI doang, tanpa

    diberi tambahan makan atau susu formula. ASI

    itu lebih bagus dari formula karena ada

  • Jurnal Delima Harapan, Vol 2, No.1 Pebruari-Juli 2014: 66-76

    76

    kekebalannya yang tidak ada di susu formula,

    jadinya bikin anak tidak gampang sakit, dikulit

    juga bagus, kalau neteki sebenarnya tidak

    mengganggu pekerjaan dirumah karena saya

    masih bisa ngerjain pekerjaan dirumah,

    penghambat pemberian ASI sebenarnya anak

    saya sejak lahir sudah ASI saja Bu, terus mulai

    4 bulan saya kasih susu botol, karena takut

    berat badannya susah naik, . . . gitu aja Bu. Pendapat Ny Y (Informan 5) sewaktu

    ditanya dengan pertanyaan sama menjawab : ASI Esklusif itu bayi diberi ASI saja sampai 6

    bulan, tidak diberi makan apa-apa, ASI lebih

    bagus untuk pertumbuhan anak, karena sari-

    sari makanan ibu langsung turun keanaknya,

    untungnya kalau diberi ASI itu banyak ya Bu,

    tidak perlu repot-repot membuat, murah,

    kalau anak nangis langsung bisa disusui, yang

    menjadi penghambat itu karena kalau malam

    kadang-kadang rewel, akhirnya tetap saya

    sambung susu botol, karena takut kalau masih

    nangis karena kurang minumnya. Pendapat Ny A ( Informan 6) sewaktu

    ditanya dengan pertanyaan sama menjawab : Kalau yang saya ketahui ya Bu. . . ASI Esklusif

    itu, memberikan ASI saja mulai bayi lahir

    sampai 6 bulan tanpa diberi makan atau susu

    formula, ASI lebih bagus dari susu formula,

    karena sudah mengandung kekebalan, jadi

    seumpama bayi itu sakit maka cepat sembuh, itu

    kalau Ibu makannya bagus seperti sayur-

    sayuran, akan terserap untuk gizi si bayinya,

    sebenarnya menyusui itu tidak menganggu

    pekerjaan saya Bu . . ., tapi terpaksa saya

    tambahi susu formula karena untuk mengejar

    bobotnya itu, soalnya anak saya lahirnya kan

    Cuma 1,8 Kg jadi biar cepat nambah berat

    badannya.

    Dari jawaban yang disampaikan oleh

    kelima dari enam Informan diatas dapat

    disimpulkan bahwa sebenarnya menyusui itu

    tidaklah menganggu pekerjaan Informan yang

    menjadi alasan utama penghambat dalam

    pemberian ASI Esklusif adalah bahwa

    fenomena yang dianggap bahwa susu formula

    itu adalah solusi yang paling tepat untuk

    mengatasi masalah mereka, yaitu karena mereka

    ingin bobot bayi yang tadinya sedikit atau

    kurang bisa dengan cepat dan gampang menjadi

    naik.

    ASI merupakan makanan pertama, utama

    dan terbaik bagi bayi, yang bersifat alamiah.

    ASI mengandung berbagai zat Gizi yang

    dibutuhkan dalam proses pertumbuhan dan

    perkembangan bayi, terkait itu ada suatu hal

    yang perlu disayangkan, yakni rendahnya

    pemahaman ibu, keluarga dan masyarakat

    mengenai pentingnya ASI bagi bayi,

    akibatnya program pemberian ASI Esklusif

    tidak berlangsung secara maksimal, karena

    pemahaman Ibu yang masih setengah-setengah.

    Mereka berfikir bahwa ASI yang diberikannya

    kepada bayi belum cukup memenuhi kebutuhan

    bayi.

    Perilaku dari pandangan biologis

    merupakan suatu kegiatan atau aktivitas

    organisme yang bersangkutan. Jadi perilaku

    manusia pada hakekatnya adalah suatu aktivitas

    dari manusia itu sendiri. Oleh sebab itu,

    perilaku manusia itu mempunyai bentangan

    yang sangat luas, mencakup berjalan, berbicara,

    bereaksi, berpakaian, dan sebagainya. Bahkan

    kegiatan internal (internal activity) seperti

    berpikir, persepsi dan emosi juga merupakan

    perilaku manusia. Untuk kepentingan kerangka

    analisis dapat dikatakan bahwa perilaku adalah

    apa yang dikerjakan oleh organisme tersebut,

    baik dapat diamati secara langsung atau secara

    tidak langsung. Perilaku dan gejala perilaku

    yang tampak pada kegiatan organisme tersebut

    dipengaruhi baik oleh faktor genetik

    (keturunan) dan lingkungan. Secara umum

    dapat dikatakan bahwa faktor genetik dan

    lingkungan ini merupakan penentu dari perilaku

    makhluk hidup termasuk perilaku manusia.

    Pernyataan secara verbal dari kelima

    informan lainnya yaitu Ny.NU, Ny.H, Ny.NH,

    Ny.YN dan Ny.A sebagaimana ungkapan

    kalimat di alinea atas menurut (Noto atmodjo,

    2003) merupakan aplikasi dari teori perubahan

    perilaku yaitu teori S-O-R (stimulus-

    Organisme-Respon) Perubahan perilaku

    tergantung kepada kwalitas rangsang (stimulus)

    yang berkomunikasi dengan organisme. Artinya

    kwalitas dari sumber komunikasi (Sources)

    misalnya : Kredibilitas, kepemimpinan, gaya

    berbicara sangat menentukan keberhasilan

    perubahan perilaku seseorang, kelompok atau

    masyarakat. Oleh sebab itu stimulus atau

    rangsang yang diberikan pada organisme dapat

    diterima atau ditolak. Apabila stimulus tersebut

    tidak diterima atau ditolak berarti stimulus itu

    tidak efektif mempengaruhi perhatian individu,

    dan berhenti disini, tetapi bila stimulus diterima

    oleh organisme berarti ada perhatian dari

    individu dan stimulus tersebut efektif.

    Sedangkan stimulus yang susah diterima adalah

    program ASI Esklusif dan ternyata susah

    diterapkan oleh informan.

    Fakta ini cukup menjadi perhatian dari

    pihak Puskesmas utamanya tenaga

    Bidan, karena program ASI Esklusif belum

    diterima dengan baik oleh masyarakat atau

    belum diterapkan secara baik oleh masyarakat

    meskipun sebenarnya masyarakat itu

  • Jurnal Delima Harapan, Vol 2, No.1 Pebruari-Juli 2014: 66-76

    76

    kebanyakan sudah mengetahui manfaat dan

    pentingnya ASI.

    Pernyataan tersebut terbukti dengan

    semua keterangan atau data yang didapat dari

    hasil fokus grup diskusi terhadap keterangan

    Informan diatas, kebanyakan mereka

    mengetahui manfaat dari penggunaan ASI

    Esklusif akan tetapi dengan berbagai alasan

    mereka belum dapat menerapkan program ASI

    Esklusif sesuai dengan harapan yang

    dicanangkan oleh pemerintah.

    4 Pertanyaan tentang promosi PASI (Kode 3)

    Pertanyaan ini dijabarkan menjadi 5

    pertanyaan, : Pertanyaan darimana ibu

    mengetahui informasi susu formula, mengapa

    dan apa alasan ibu memberikan susu formula,

    sejak usia berapa ibu memberikan susu formula,

    apakah susu formula lebih penting dari ASI.

    Hasil dari FGD diatas didapatkan

    beberapa ungkapan verbal dengan gaya bicara

    yang lugas, tidak takut, tidak merasa canggung,

    bersemangat dan ceplas-ceplos sebagai berikut

    : Ny. NU (Informan 1) berkata; saya tahu susu formula dari RS, karena bayi saya lahir

    prematur, bobotnya Cuma 2200 gram,

    Dokternya menganjurkan diberikan susu yang

    bagus, susunya NAN Bu, sebenarnya makan

    saya sudah banyak lo Bu, saya susui sampai 2

    bulan, dari RS saya diberi pelancar ASI tapi

    ASI saya tetep kurang, tidak bisa lancar, kalau

    diberi ASI saja kalau malam masih nangis,

    setelah diberi susu botol tidurnya langsung

    pulas, sekarang anak saya umurnya 9 bulan

    minum susu formula terus, lha sekarang sudah

    tidak keluar lagi ASInya.

    Ny.E (Informan 2) mengatakan; Kalau saya tahu susu formula dari Bidan yang

    menolong saya Bu, bayi saya waktu lahir

    kulitnya ngglodoki, menurut saya bayi saya

    beratnya kurang. Saya beri susu formula itu

    kalau saya tinggal pas mandi atau pekerjaan

    yang lain, khan diajak sama tetangga takut

    kalau nangis, biar bisa tenang kalau ditinggal

    lebih baik ya diberi susu botol daripada kalau

    nangis bingung, saya beri susu formula sejak

    umur 1 bulan, soalnya sering saya titipkan

    ditetangga, kalau saya tinggal mandi, masak

    atau njuci soalnya mertua saya sudah tua, jadi

    kalau diberi tambahan susu botol bisa saya

    sambi pekerjaan rumah tidak takut kalau

    nangis, sampai sekarang ini.

    Ny. H(Informan 3) mengatakan bahwa; Nek kulo ngertos susu formula ngertos piyambak, mergi bayine nangis terus, pikir kulo

    nyuwun maem . . ., terus disanjangi kaleh adik

    kulo sing dadhos kader niku, sanjangi lek

    bayine kulo niki dereng wancine maem,

    diwenehi susu botol wae. . .la kulo ki kadang-

    kadang jahitane oprasi takseh kraos sakit, nek

    kulo mimiki terus muring nangis mawon, nek

    pun ngoten nggeh terus disukani susu botol,

    nekpun mimik susu botol terus meneng mboten

    nangis maleh, wong riyen saking RS nggih pun

    diparingi susu botol kawit lahir niko, margi

    kulo babarane oprasi, teng ngriyo akhire ngeh

    kulo terusne maringi susu botol dumugi sepriki.

    Sak niki bayi kulo umur 2 wulan niki. Ny.NH(Informan 4) berkata : Kalau

    saya tahu susu formula Mah, dari TV, yang susu

    SGM itu Bu . . ., katanya baik untuk otak si anak

    . . ., yang ada fresinutrinya itu kelihatannnya

    bagus terus ada tetangga juga pakai, katanya

    harganya tidak mahal kok, saya beri susu

    formula Mah, takut kalau berat badannya

    kurang aja, apalagi sekarang makannya susah,

    saya beri minum susu botol mulai umur 4 bulan

    . . ., kalau dikasih makan Mah, baru umur 6

    bulan,sebetulnya ASI lebih bagus tapi kalau

    makannya susah tetep saya beri susu

    formula...takutnya nanti berat badanya nggak

    mau naik. Senada dengan ungkapan informan di

    atas, Ny YN(Informan 5) berkata : Saya tahu susu formula dari iklan tv,dari tetangga

    juga,katanya badan saya kok kecil,biar ada

    tambahan soalnya takut kalau kurang,saya beri

    susu botol ya buat tambahan saja ,takut kalau

    gizinyz kurang,saya beri susu botol sejak lahir

    hingga sekarang umur 3 bln,soalnya waktu itu

    ASI saya belum keluar hingga sekarang

    keterusan bu ndak mau netek saya,sebetulnya

    ASI lebih bagus, tapi tetap saya beri susu botol

    soalnya takutnya gizinya kurang,soalnya saya

    badannya kecil. Ny A sebagai informan terakhir

    memberikan keterangan:Saya tahu susu formula ya di RS waktu melahirkan. Karena

    waktu itu anak saya beratnya Cuma 1800 gram,

    .jadi sebelum meneteknya lancar di RS di beri

    susu formula, kalau diberi susu tambahan

    formula beratnya bayi cepat tambah apalagi

    ASI saya hanya tiga bulan saja karena sudah

    tidak keluar .lha biar cepat nambah berat

    badanya dirumah saya kasih susu botol ,bayi

    saya saya beri susu botol ya sejak lahir itu lalu

    dirumah saya teruskan sampai sekarang umur

    10 bulan dari pada nanti beratnya malah

    kurang. Sewaktu ditanya apakah susu formula

    lebih baik/penting dari ASI ny A melanjutkan

    keteranganya:Kalau saya lebih baik susu formula saja, kalau ibunya tidak makan yang

    bergizi, makanya asal asalan pokoknya makan, ASInya kan belum tentu bagus. Soalnya anak saya, saya beri susu tambahan

    berat badannya naiknya agak banyak..

  • Jurnal Delima Harapan, Vol 2, No.1 Pebruari-Juli 2014: 66-76

    76

    Faktor dominan diatas perlu

    dipertanyakan atau didiskusikan dengan

    informan mengingat tujuan penelitian, bahwa

    peneliti ingin mengetahui faktor apakah yang

    menjadi faktor utama yang menjadi

    penghambat ibu dalam program menggalakkan

    ASI Esklusif, dari banyaknya faktor yang

    menjadi penghambat pemberian ASI Esklusif.

    Fakta hasil FGD dapat diringkas bahwa hampir

    semua informan mengatakan bahwa alasan

    utama kebanyakan ibu tidak dapat memberikan

    ASInya secara Esklusif.

    Fenomena yang diketemukan yang

    menjadi alasan utama pada ibu tidak menyusui

    anaknya secara Esklusif adalah bahwa

    fenomena yang dianggap bahwa susu formula

    itu adalah solusi yang paling tepat untuk

    mengatasi masalah mereka, yaitu karena

    mereka ingin berat badan bayi yang tadinya

    kurang bisa cepat gampang naik. Kemungkinan

    hal tersebut faktor yang paling dominan adalah

    faktor promosi yang terlampau gencar dari

    pihak produsen susu dan menjadikan para ibu

    muda terpengaruh untuk mengantikan ASI

    sebagai makanan utama bayi dengan susu

    formula, boleh jadi anggapan itu muncul setelah

    mencermati keterangan yang tertera pada

    pembungkus susu formula, iklan itu seolah-

    olah menjelaskan bahwa kandungan gizi dalam

    susu formula lebih banyak dari ASI dan

    kwalitasnya lebih baik ketimbang ASI. Ada

    keyakinan / kekeliruan konsep bahwa susu

    formula itu diperlukan oleh para ibu yang

    persediaan air susunya tidak mencukupi

    kebutuhan anak, sehingga dibutuhkan susu

    tambahan lantaran dianggap lebih

    menguntungkan dan membantu mereka dengan

    adanya susu formula, mereka tidak perlu

    memberikan ASI kepada bayi mereka .

    Aktifitas menyusui bayi tentunya tak semudah

    yang dibayangkan. Saat menyusui, ibu sering

    menemui berbagai kendala sesuai dengan

    (Prasetyono.DS, 2009), sebenarnya kendala

    tersebut mungkin tidak terjadi andaikata ibu

    memperoleh informasi yang memadai, faktor

    kendala ketika menyusui dibedakan menjadi 2

    yakni : faktor Internal dan faktor Eksternal.

    a) Faktor Internal. Faktor Internal sangat mempengaruhi

    keberhasilan menyusui bayi diantaranya

    ialah kurangnya pengetahuan yang terkait

    penyusuan, karena tidak mempunyai

    pengetahuan yang memadai, ibu tidak

    mengerti tentang cara menyusui yang tepat,

    manfaat ASI, berbagai dampak yang akan

    ditemui bila ibu tidak menyusui bayinya

    dengan benar,dsbnya.

    b) Faktor Eksternal.

    Faktor eksternal terkait segala sesuatu yang

    tidak akan terjadi bila faktor Internal dapat

    dipenuhi oleh ibu, misalnya ASI belum

    keluar pada hari-hari pertama setelah

    kelahiran bayi, sehingga ibu berfikir untuk

    memberikan susu formula (prelactal

    feeding) kepada bayi, sebenarnya hal

    tersebut tidak perlu terjadi bila ibu-ibu

    dapat menjalankan manajemen laktasi

    dengan baik / berhasil.

    5. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan

    1. Dari ke 6 Informan memberikan keterangan bahwa faktor pekerjaan, umur,

    pendidikan tidaklah mengganggu aktifitas

    menyusui bayi mereka. Tetapi alasan

    mereka memberikan susu botol / tidak ASI

    Esklusif berbeda-beda, karena kesulitan

    memberikan ASI, mengingat ASI kurang

    lancar disebabkan tidak mau repot kalau

    anaknya rewel, dari informan sebagian

    besar memberikan alasan memberikan

    susu botol sebagai solusi yang tepat untuk

    mengatasi masalah mereka yaitu karena

    mereka ingin berat badan bayinya yang

    tadinya kurang bisa dengan cepat dan

    gampang menjadi naik.

    2. Susu formula sejak awal bukan pilihan utama dari sebagian informan, mereka

    sebenarnya tahu bahwa ASI lebih baik dari

    susu formula tetapi karena berbagai

    kendala akhirnya mereka memberikan susu

    botol kepada bayi mereka, oleh karena itu

    bisa disimpulkan bahwa faktor dominan

    yang menjadi bahan pertimbangan

    informan memberikan susu botol karena

    dianggap solusi yang tepat bagi

    permasalahan mereka untuk menaikkan

    berat badan bayinya, yang kurang menjadi

    cepat naik, sesuai yang mereka harapkan.

    5.2 Saran 1. Bagi Institusi Kesehatan dan Bidan

    Praktek Swasta, RSB (Rumah Sakit

    Bersalin) karena sebagian besar ibu

    mengalami kesulitan menyusui karena

    faktor ASI yang kurang lancar, tidak mau

    anaknya rewel dan sebagian besar

    beranggapan bahwa susu botol cepat

    menaikkan berat badan bayi mereka, hal

    tersebut terjadi karena kurang pengetahuan

    ibu tentang manajemen laktasi yang benar.

    Sebagian besar Rumah Sakit atau

    Rumah Sakit Bersalin menitik beratkan

    pada kondisi kesehatan ibu dan bayi,

    akan tetapi, perihal pemberian ASI

    kurang mendapatkan perhatian,

  • Jurnal Delima Harapan, Vol 2, No.1 Pebruari-Juli 2014: 66-76

    76

    seringkali makanan pertama yang

    diberikan kepada bayi justru susu

    formula, bukan ASI, hal ini memberikan

    kesan yang tidak mendidik pada ibu dan

    ibu selalu beranggapan bahwa susu

    formula lebih baik ketimbang ASI, maka

    bagi instansi kesehatan dan Bidan

    praktek swasta, perlu untuk tidak bosan-

    bosannya menginformasikan kepada

    masyarakat umumnya, dan para calon ibu

    khususnya untuk meningkatkan

    pengetahuan dan penyuluhan dalam

    melaksanakan kegiatan manajemen

    laktasi.

    2. Bagi para ibu menyusui. Perlunya adanya buku panduan

    manajemen laktasi sebagai pedoman atau

    bahan acuan bagi ibu-ibu yang yang

    diberikan secara gratis dengan bahasa

    dan penjelasan yang bisa diterima

    oleh semua kalangan yang memuat

    tentang keunggulan ASI dan manfaat

    menyusui, manajemen laktasi, faktor-

    faktor yang mempengaruhi keberhasilan

    menyusui dan sarana penunjang

    manajemen laktasi demi meningkatkan

    upaya pemberian ASI secara baik dan

    benar.

    DAFTAR PUSTAKA

    Arikunto,Suharsini. 2006. Prosedur Penelitian,

    Suatu Pendekatan Praktik Edisi Revisi VI.

    Jakarta ; PT. Rineka Cipta

    Badan Koordinasi Keluarga Berencana

    Nasional.2006. Panduan Praktis Memilih

    Kontrasepsi. Surabaya : BKKBN kota

    Surabaya

    Hartanto, Hanafi. 2004. Keluarga Berencana

    dan Kontrasepsi. Jakarta : Pustaka Sinar

    Harapan

    Hasan, Iqbal, 2004. Analisa Data Peneitian

    Untuk Statistik. Jakarta : PT. BumiAksara

    Kartajaya,Hermawan, dkk, 2005. MarkPlus on

    Strategy. PT Gramedia Pustaka Utama,

    Jakarta.

    Kotler Philip, 2005. Manajemen Pemasaran

    Jilid 1. Alih Bahasa Benyamin Molan, PT

    INDEKS Kelompok Gramedia, Jakarta.

    ---------------, 2005. Manajemen Pemasaran

    Jilid 2. Alih Bahasa Benyamin Molan, PT

    INDEKS Kelompok Gramedia, Jakarta

    Manuaba, I.B.G. 1998. Ilmu Kebidanan

    Penyakit dan Keluarga Berencana untuk

    Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC.

    Notoatmodjo, 2005. Metodologi Penelitian

    Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta

    Patilima Hamid. 2005. Metode Penelitian

    Kualitatif. Bandung : Alfabeta

    Riskesdas. 2007. www.badan

    litbang.depkes.go.id

    Saifudin AB. 2003. Buku Panduan Praktis

    Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta : JBPSP

    Sensus Penduduk. 2010.www.bps.go.id

    Sarwono, Solita, 1999. Sosiologi Kesehatan.

    Gadjah Mada University Press,

    Yogjakarta.

    Simamora, Bilson, 2002. Panduan Riset

    Perilaku Konsumen. PT Gramedia Pustaka

    Utama, Jakarta.

    ----------------------, 2002. Aura Merek, 7

    Langkah Membangun Merek yang Kuat.

    PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

    Sumarwan, Ujang, 2004. Perilaku Konsumen

    Teori dan Penerapannya dalam

    Pemasaran. PT Ghalia Indonesia, Bogor.

    Sutisna, 2003. Perilaku Konsumen dan

    Komunikasi Pemasaran. PT Remaja

    Rosdakarya, Bandung.

    Widayatun Rusmi 1999. Ilmu Perlaku. Jakarta

    :Infomedika

    Wiknjosastro, Hanifa, 2005. Ilmu Kandungan

    Jakarta : Yayasan Bina Pustaka