2. bab i & ii

40
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proses menua merupakan suatu yang fisiologis, yang akan dialami oleh setiap orang. Batasan orang dikatakan lanjut usia berdasarkan UU No 13 tahun 1998 adalah 60 tahun. Proses penuaan dipandang sebagai sebuah proses total dan sudah dimulai saat masa konsepsi. Meskipun penuaan adalah sebuah proses berkelanjutan, belum tentu seseorang meninggal hanya karena usia tua. Sebab individu memiliki perbedaan yang unik terhadap genetik, sosial, psikologik, dan faktor-faktor ekonomi yang saling terjalin dalam kehidupannya menyebabkan peristiwa menua berbeda pada setiap orang. Dalam sepanjang kehidupannya, seseorang mengalami pengalaman traumatik baik fisik maupun emosional yang bisa melemahkan kemampuan seseorang untuk memperbaiki atau mempertahankan dirinya. Akhirnya periode akhir dari hidup yang disebut senescence terjadi saat organisme biologik tidak dapat menyeimbangkan lagi mekanisme “Pengrusakan dan Perbaikan”. Proses menua (aging) merupakan suatu perubahan progresif pada organisme yang telah mencapai kematangan intrinsik dan bersifat irreversibel serta menunjukkan

Upload: anesfikri7

Post on 12-Jan-2016

227 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

nnn

TRANSCRIPT

Page 1: 2. BAB I & II

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Proses menua merupakan suatu yang fisiologis, yang akan dialami oleh

setiap orang. Batasan orang dikatakan lanjut usia berdasarkan UU No 13  tahun

1998 adalah 60 tahun.

Proses penuaan dipandang sebagai sebuah proses total dan sudah dimulai

saat masa konsepsi. Meskipun penuaan adalah sebuah proses berkelanjutan, belum

tentu seseorang meninggal hanya karena usia tua.  Sebab individu memiliki

perbedaan yang unik terhadap genetik, sosial, psikologik, dan faktor-faktor

ekonomi yang saling terjalin dalam kehidupannya menyebabkan peristiwa menua

berbeda pada setiap orang.  Dalam sepanjang kehidupannya, seseorang mengalami

pengalaman traumatik baik fisik maupun emosional yang  bisa melemahkan

kemampuan seseorang untuk memperbaiki atau mempertahankan

dirinya.  Akhirnya periode akhir dari hidup yang disebut senescence terjadi saat

organisme biologik tidak dapat menyeimbangkan lagi mekanisme “Pengrusakan

dan Perbaikan”.

Proses menua (aging) merupakan suatu perubahan progresif pada organisme

yang telah mencapai kematangan intrinsik dan bersifat irreversibel serta

menunjukkan adanya kemunduran sejalan dengan waktu. Proses alam yang

disertai dengan adanya penurunan kondisi fisik, psikologis maupun sosial akan

saling berinteraksi satu sama lain . Proses menua yang terjadi pada lansia secara

linier dapat digambarkan melalui tiga tahap yaitu, kelemahan (impairment),

keterbatasan fungsional (functional limitations), ketidakmampuan (disability), dan

keterhambatan (handicap) yang akan dialami bersamaan dengan proses

kemunduran (Nugroho, 2000).

Undang-undang No. 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lansia menyatakan

bahwa lansia adalah seseorang yang mencapai usia 60 tahun ke atas. Jumlah

penduduk Indonesia yang berusia lanjut terus meningkat. Peningkatan jumlah

tersebut seiring dengan meningkatnya umur harapan hidup , yakni 63 tahun untuk

Page 2: 2. BAB I & II

laki-laki dan 67 untuk wanita. Biro Pusat Statistik mencatat jumlah penduduk usia

lanjut Indonesia pada tahun 2000 mencapai 7,1 % dari total penduduk yang

201.241.999 jiwa atau mencapai 14.415.814 jiwa. Ini mencerminkan salah satu

satu hasil pembangunan kesehatan di Indonesia. Tetapi di sisi lain sekaligus

menjadi tantangan untuk mengupayakan agar mereka mampu mempertahankan

kualitas hidupnya. Meningkatnya umur harapan hidup dipengaruhi oleh majunya

pelayanan kesehatan, menurunnya angka kematian pada bayi dan anak, perbaikan

gizi dan sanitasi dan meningkatnya pengawasan terhadap penyakit infeksi.

Pada tahun 2002, jumlah lansia di Indonesia berjumlah 16 juta dan

diproyeksikan akan bertambah menjadi 25,5 juta pada tahun 2020 atau sebesar

11,37 % penduduk dan ini merupakan peringkat keempat dunia, dibawah Cina,

India dan Amerika Serikat . Data terbaru menunjukkan bahwa angka harapan

hidup masyarakat Indonesia pada tahun 2005 tercatat 67,68. dan jumlah lanjut

usia ini mencapai 18,4 juta (8,4%) dari total penduduk Indonesia. Data statistik

tersebut mengisyaratkan pentingnya pengembangan keperawatan gerontik di

Indonesia (Harian Waspada, 24 September 2006, hal. 15).

Populasi lansia di Indonesia pada tahun 2005 (15,8 juta/ 7,2 % penduduk

Indonesia) meningkat 3 kali lebih besar daripada tahun 1970 (5,3 juta) (BPS,

2010). Jumlah lansia diperkirakan akan mencapai 11,34% pada tahun 2020 di

Indonesia. Kenaikan pesat itu berkaitan dengan usia harapan hidup penduduk

Indonesia. Pada tahun 2000, usia harapan hidup di Indonesia mencapai 67 tahun

dan jumlah populasi orang-orang lansia sebanyak 17juta (7%). Menurut perkiraan,

pada tahun 2020 usia harapan hidup di Indonesia mencapai 71tahun dan jumlah

populasi lansia diperkirakan sebanyak 28juta jiwa.

Meningkatnya kualitas kesehatan usia lanjut dipengaruhi oleh pelayanan

kesehatan dimana perawat termasuk di dalamnya. Perawatan lansia menjadi

tantangan tersendiri bagi perawat, perubahan–perubahan kecil dalam kemampuan

seorang lansia untuk melaksanakan aktivitas sehari-hari atau perubahan

kemampuan seorang pemberi asuhan keperawatan dalam memberi dukungan

hendaknya memiliki kemampuan untuk mengkaji aspek fungsional, sosial,

spiritual dan aspek yang lain. Berkaitan dengan peran perawat sebagai pemberi

Page 3: 2. BAB I & II

perawatan maka dirasa perlu untuk mengadakan praktek keperawatan khususnya

asuhan keperawatan pada lansia sebagai kelompok.

Fokus asuhan keperawatan pada lansia ditujukan pada dua kelompok lansia,

yaitu (1) lansia yang sehat dan produktif, dan (2) lansia yang memiliki kerentanan

tubuh dengan ditandai kondisi fisik yang mulai melemah, sakit-sakitan, dan daya

pikir menurun . Pemberian asuhan keperawatan bagi kedua kelompok tersebut

bertujuan untuk memenuhi harapan-harapan yang diinginkan oleh lansia yaitu

memiliki kualitas hidup yang lebih baik dan produktif dalam tiga dimensi, yaitu

fisik, fungsional, dan kognitif (Nugroho, 2000). Perubahan-perubahan akan terjadi

pada tubuh manusia sejalan dengan makin meningkatnya usia. Perubahan tubuh

terjadi sejak awal kehidupan hingga usia lanjut pada semua organ dan jaringan

tubuh (Hanafi, 2008).

B. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Mahasiswa dapat memberikan asuhan keperawatan pada lansia sebagai

kelompok di Wisma Asoka Panti Sosial Tresna Werdha Martapura.

2. Tujuan Khusus

a. Mahasiswa dapat melakukan pengkajian kepada lansia sebagai kelompok

di Wisma Asoka Panti Sosial Tresna Werdha Martapura.

b. Mahasiswa dapat mengidentifikasi masalah kesehatan lansia yang tinggal

di Wisma Asoka Panti Sosial Tresna Werdha Martapura.

c. Mahasiswa dapat menetapkan rencana tindakan keperawatan atas

permasalahan kesehatan yang terjadi pada lansia di Wisma Asoka Panti

Sosial Tresna Werdha Martapura.

d. Mahasiswa dapat mengimplementasikan tindakan keperawatan sesuai

dengan rencana yang telah ditetapkan pada lansia seabagai kelompok di

Wisma Asoka Panti Sosial Tresna Werdha Martapura.

e. Mahasiswa dapat melakukan evaluasi asuhan keperawatan lansia seabagai

kelompok di Wisma Asoka Panti Sosial Tresna Werdha Martapura.

Page 4: 2. BAB I & II

C. Manfaat

Manfaat dari praktek keperawatan gerontik adalah :

1) Bagi mahasiswa

Dapat menerapkan konsep teori/asuhan keperawatan gerontik pada lansia

sebagai kelompok di Wisma Asoka Panti Sosial Tresna Werdha

Martapura.

2) Bagi Lansia di Wisma Asoka Panti Sosial Tresna Werdha Martapura

a) Lansia dapat mengenal masalah kesehatannya

b) Lansia mendapatkan penjelasan tentang kesehatannya secara

sederhana

c) Lansia dapat meningkatkan kualitas hidupnya secara optimal

3) Panti Sosial Tresna Werdha

Diharapkan dapat memberikan sumbangan/masukan berupa informasi

tentang kondisi kesehatan masyarakat panti guna membantu program

kesehatan pada masyarakat khususnya pada lansia.

D. Sistematika Penulisan

BAB I Pendahuluan berisi: latar belakang, tujuan, manfaat, sistematika

penulisan.

BAB II Tinjauan Pustaka berisi: pengertian usia lanjut, battasan usia lanjut,

proses menua, faktor-faktor yang mempengaruhi ketuaan, teori proses

menua, tugas perawat dalam setiap teori penuaan, perubahan yang

terjadi pada lansia, permasalahan yang terjadi pada lansia,\

BAB III Tinjuan Lapangan berisi: pengkajian, analisa masalah, prioritas

masalah, diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi, evaluasi

dan catatan perkembangan.

BAB IV Pembahasan berisi: masalah nyeri kronis, masalah risiko jatuh, masalah

perilaku kesehatan cenderung berisiko dan kesiapan meningkatkan

komunikasi.

BAB V Penutup berisi: kesimpulan dan saran.

Daftar Pustaka

Page 5: 2. BAB I & II

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Lanjut Usia

Usia lanjut adalah sesuatu yang harus diterima sebagai suatu kenyataan dan

fenomena biologis. Kehidupan itu akan diakhiri dengan proses penuaan yang

berakhir dengan kematian (Hutapea, 2005).

WHO  dan  Undang-Undang  Nomor  13  Tahun  1998  tentang

kesejahteraan  lanjut  usia  pada  Bab  1  Pasal  1  Ayat  2  menyebutkan bahwa 

usia  60  tahun  adalah  usia  permulaan  tua.  Menua  bukanlah suatu  penyakit, 

tetapi  merupakan  proses  yang  berangsur-angsur mengakibatkan  perubahan 

kumulatif,  merupakan  proses  menurunya daya  tahan  tubuh  dalam 

menghadapi  rangsangan  dari  dalam  dan  luar tubuh.

Lanjut  usia  merupakan  istilah  tahap  akhir  dari  proses  penuaan.  Dalam

mendefinisikan  batasan  penduduk  lanjut  usia  menurut  Badan  Koordinasi

Keluarga  Berencana  Nasional  ada  tiga  aspek  yang  perlu  dipertimbangkan 

yaitu aspek  biologi,  aspek ekonomi  dan  aspek  sosial  (BKKBN  1998). 

B. Batasan Lansia

Menurut organisasi kesehatan dunia (WHO), lanjut usia meliputi:

a. Usia pertengahan (middle age) ialah kelompok usia 45 – 59 tahun

b. Lanjut usia (elderly) antara 60 – 74 tahun

c. Lanjut usia tua (old) antara 75 – 90 tahun

d. Usia sangat tua (very old) di atas 90 tahun

Menurut Prof. Dr. Koesmanto Setyonegoro, Pengelompokan lanjut usia

sebagai berikut;

a. Usia dewasa muda (elderly adulhood), 18 atau 29-25 tahun.

b. Usia dewasa penuh (middle years) atau maturitas, 25-60 tahun atau 65

tahun

c. Lanjut usia (geriatric age) lebih dari 65 tahun atau 70 tahun

70-75 tahun (yaoung old)

Page 6: 2. BAB I & II

75-80 tahun (old)

Lebih dari 80 (very old)

C. Proses Menua (Aging Process)

Proses menua merupakan suatu yang fisiologis, yang akan dialami oleh

setiap orang. Batasan orang dikatakan lanjut usia berdasarkan UU No 13 tahun

1998 adalah 60 tahun.

Penuaan adalah konsekuensi yang tidak dapat dihindarkan. Menua (menjadi

tua) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan

jaringan untuk memeperbaiki diri/mengganti dan mempertahankan fungsi

normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki

kerusakan yang diderita (Constantindes, 1994)

Menua adalah suatu proses menghilangnya kemampuan jaringan untuk

memperbaiki atau mengganti diri serta mempertahankan struktur dan fungsi

normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas (termasuk infeksi) dan

memperbaiki kerusakan yang diderita (Dharmojo, 2000).

Pada hakekatnya menjadi tua merupakan proses alamiah yang berarti

seseorang telah melalui tiga tahap kehidupannya yaitu masa anak, masa dewasa

dan masa tua (Nugroho, 1992). Tiga tahap ini berbeda baik secara biologis

maupun psikologis. Memasuki masa tua berarti mengalami kemunduran secara

fisik maupun psikis. Kemunduran fisik ditandai dengan kulit yang mengendor,

rambut memutih, penurunan pendengaran, penglihatan memburuk, gerakan

lambat, kelainan berbagai fungsi organ vital, sensitivitas emosional meningkat

dan kurang gairah.

D. Faktor – faktor yang Mempengaruhi Ketuaan

a. Hereditas atau ketuaan genetik

b. Nutrisi atau makanan

c. Status kesehatan

d. Pengalaman hidup

e. Lingkungan dan stress

Page 7: 2. BAB I & II

E. Teori Proses Menua

Teori Biologik

Menurut Mary Ann Christ et al. (1993), penuaan merupakan proses yang

secara berangsur mengakibatkan perubahan yang kumulatif dan mengakibatkan

perubahan di dalam yang berakhir dengan kematian. Penuaan juga menyangkut

perubahan sel, akibat interaksi sel dengan lingkungannya, yang pada akhirnya

menimbulkan perubahan degeneratif.

Teori biologis tentang proses penuaan dapat dibagi menjadi teori intrinsik

dan ekstrinsik.  Intrinsik berarti perubahan yang berkaitan dengan usia, timbul

akibat penyebab di dalam sel sendiri, sedangkan teori ekstrinsik menjelaskan

bahwa perubahan yang  terjadi diakibatkan oleh pengaruh lingkungan.

Faktor intrinsik, peranan enzym seperti DNA polymerase yang berperan

besar pada penggandaan dan perbaikan DNA, serta enzym proteolytik yang dapat

menemukan sel yang mengalami degradasi protein sangat penting. Sedangkan

pada faktor ekstrinsik yang penting dikemukakan adalah radikal bebas,  fungsi

kekebalan seluler dan humoral, oksidasi stress, cross link serta mekanisme

“dipakai dan aus” sangat menentukan dalam proses penuaan yang terjadi .

Adanya  faktor pengaruh intrinsik dan  ekstrinsik tadi pada akhirnya akan

mempengaruhi tingkat perubahan pada sel , sel otak dan saraf, gangguan otak ,

serta jaringan tubuh lainnya.

1) Teori Genetik dan Mutasi, Genetic Clock

Menua terjadi sebagai akibat dari perubahan biokimia yang

diprogram  oleh molekul /DNA dan setiap sel pada saatnya akan mengalami

mutasi.

Teori ini menyatakan bahwa proses menua terjadi akibat  adanya program

jam genetik didalam nuklei. Jam ini akan berputar dalam jangka  waktu

tertentu dan jika jam ini sudah habis putarannya maka, akan

menyebabkan  berhentinya proses mitosis. Hal ini ditunjukkan oleh hasil

penelitian Haiflick, (1980) dikutif Darmojo dan Martono (1999) dari teori itu

dinyatakan adanya hubungan antara kemampuan membelah sel dalam kultur

dengan umur spesies Mutasisomatik (teori error catastrophe) hal penting

Page 8: 2. BAB I & II

lainnya yang perlu diperhatikan dalam menganalisis faktor-aktor penyebab

terjadinya proses menua adalah faktor lingkungan yang menyebabkan

terjadinya mutasi somatik. Sekarang sudah umum diketahui bahwa radiasi

dan zat kimia dapat memperpendek umur. Menurut teori ini terjadinya mutasi

yang progresif pada DNA sel somatik, akan menyebabkan terjadinya

penurunan kemampuan fungsional sel tersebut.

2) Teori ERROR

Salah satu hipotesis yang berhubungan dengan mutasi sel somatik adalah

hipotesis "Error Castastrophe" (Darmojo dan Martono, 1999). Menurut teori

tersebut menua diakibatkan oleh menumpuknya berbagai macam

kesalahan  sepanjang kehidupan manusia. Akibat kesalahan tersebut akan

berakibat kesalahan metabolisme yang dapat mengakibatkan kerusakan sel

dan fungsi sel secara perlahan.

3) Pemakaian dan Rusak, wear and tear theori

Kelebihan usaha dan stres menyebabkan sel-sel tubuh lelah

4) Autoimune

Pada proses metabolisme tubuh , suatu saat diproduksi suatu zat khusus.

Saat jaringan tubuh tertentu yang tidak tahan  terhadap zat tersebut sehingga

jaringan tubuh menjadi lemah dan mati.

Proses menua dapat terjadi akibat perubahan protein pasca tranlasi yang

dapat mengakibatkan berkurangnya kemampuan sistem imun tubuh

mengenali dirinya sendiri (Self recognition). Jika mutasi somatik

menyebabkan terjadinya kelainan pada permukaan sel, maka hal ini akan

mengakibatkan  sistem imun tubuh menganggap sel yang mengalami

perubahan tersebut sebagai sel asing dan menghancurkannya Goldstein(1989)

dikutip dari Azis (1994). Hal ini dibuktikan dengan makin bertambahnya

prevalensi auto antibodi pada lansia (Brocklehurst,1987 dikutif dari Darmojo

dan Martono, 1999). Dipihak lain sistem  imun tubuh sendiri daya

pertahanannya mengalami penurunan pada proses menua,  daya serangnya

terhadap antigen menjadi menurun, sehingga sel-sel patologis meningkat

sesuai dengan menigkatnya umur (Suhana,1994 dikutif dari Nuryati, 1994)

Page 9: 2. BAB I & II

5) Teori Stres

Menua terjadi akibat hilangnya sel-sel yang biasa digunakan. Regenerasi

jaringan tidak dapat mempertahankan kestabilan  lingkungan internal dan

stres menyebabkan sel-sel tubuh lelah  dipakai.

6) Teori Radikal Bebas

Tidak stabilnya redikal bebas mengakibatkan oksidasi-oksidasi bahan

bahan organik seperti karbohidrat dan protein . radikal ini menyebabkan sel-

sel tidak dapat regenerasi.

Penuaan dapat terjadi akibat interaksi dari komponen radikal bebas dalam

tubuh manusia. Radikal bebas dapat  berupa : superoksida (O2), Radikal

Hidroksil (OH) dan Peroksida Hidrogen (H2O2). Radikal bebas sangat

merusak karena sangat reaktif , sehingga dapat bereaksi dengan DNA,

protein, dan asam lemak tak jenuh. Menurut Oen (1993) yang dikutif dari

Darmojo dan Martono (1999) menyatakan bahwa makin tua umur makin

banyak terbentuk  radikal bebas, sehingga poses pengrusakan terus terjadi ,

kerusakan organel sel makin banyak akhirnya sel mati.

7) Teori Kolagen

Peningkatan jumlah kolagen dalam jaringan menyebabkan kecepatan

kerusakan jaringan dan melambatnya perbaikan sel  jaringan.

Teori Sosial

1) Teori Aktifitas

Lanjut usia yang sukses adalah mereka yang aktif dan ikut banyak dalam

kegiatan social

2) Teori Pembebasan

Dengan bertambahnya usia, seseorang secara berangsur angsur mulai

melepaskan diri dari kehidupan sosialnya. Keadaan ini mengakibatkan

interaksi sosial lanjut usia menurun, baik secara kwalitas maupun kwantitas.

Sehingga terjadi kehilangan ganda yakni :

a) Kehilangan peran

b) Hambatan kontrol sosial

Page 10: 2. BAB I & II

c) Berkurangnya komitmen

3) Teori Kesinambungan

Teori ini mengemukakan adanya kesinambungan dalam siklus kehidupan

lansia. Dengan demikian pengalaman hidup seseorang pada usatu saat

merupakan gambarannya kelak pada saat ini menjadi lansia.

Pokok-pokok dari teori kesinambungan adalah :

a) lansia tak disarankan untuk melepaskan peran atau harus aktif dalam

proses penuaan, akan tetapi didasarkan pada pengalamannya di masa

lalu, dipilih peran apa yang harus dipertahankan atau dihilangkan 

b) Peran lansia yang hilang tak perlu diganti

c) Lansia dimungkinkan untuk memilih berbagai cara adaptasi.

4) Teori Interaksi Sosial (Social  Exchange Theory).

Teori ini mencoba menjelaskan mengapa lansia bertindak pada suatu

situasi tertentu, yaitu atas dasar hal-hal yang dihargai masyarakat.

Mauss   (1954), Homans (1961) dan Blau (1964) mengemukakan bahwa

interaksi sosial didasarkan atas hukum pertukaran barang dan jasa, sedangkan

pakar lain Simmons (1945) mengemukakan bahwa kemampuan lansia untuk

terus menjalin interaksi sosial merupakan kunci untuk mempertahankan status

sosialnya untuk melakukan tukar menukar.

Pokok-pokok Social Exchanger Theory sebagai berikut :

a) Masyarakat terdiri atas aktor-aktor sosial yang berupaya mencapai

tujuannya masing-masing.

b) Dalam upaya tersebut terjadi interaksi sosial yang memerlukan biaya dan

waktu.

c) Untuk mencapai tujuan yang hendak dicapai seorang aktor akan

mengeluarkan biaya.

d) Aktor senantiasa berusaha mencari keuntungan dan mencegah terjadinya

kerugian.

e) Hanya interaksi yang ekonomis saja yang dipertahankan olehnya.

Page 11: 2. BAB I & II

5) Teori Penarikan Diri (Disengagament Theory)

Cumming  dan Henry ( 1961) mengemukakan bahwa kemiskinan yang

diderita lansia dan menurunnya derajat kesehatan mengakibatkan seseorang

lansia secara perlahan-lahan menarik diri dari pergaulan sekitarnya. Selain hal

tersebut, dari pihak masyarakat juga mempersiapkan  kondisi agar para lansia

menarik diri. Keadaan ini mengakibatkan interaksi sosial lansia menurun baik

secara kualitas maupun secara kuantitas.

Pokok-pokok disenggagement theory adalah :

a) Pada pria, kehilangan peran utama hidup terjadi pada masa  pensiun.

Pada wanita terjadi pada masa peran dalam keluarga berkurang misalnya

saat anak menginjak dewasa dan meninggalkan rumah untukbelajar dan

menikah.

b) Lansia danmasyarakat menarik manfaat dari hal ini, karena lansia dapat

merasakan bahwa tekanan sosial berkurang sedangkan kaum muda

memperoleh kerja yang lebih luas.

c) Tiga aspek utama dalam teori ini adalah :

1. Proses menarik diri terjadi sepanjang hidup

2. Proses tak dapat dihindari

3. Hal ini diterima lansia dan masyarakat.

6) Teori Aktivitas (Activity theory)

Teori ini dikembangkan oleh Palmore (1965) dan Lemon et al. (1972)

yang mengatakan bahwa penuaan yang sukses tergantung dari bagaimana

lansia merasakan kepuasan dalam melakukan aktivitas dan mempertahankan

aktivitas tersebut selama mungkin.

Pokok-pokok teori aktivitas adalah :

a) Moral dan kepuasan berkaitan dengan interaksi sosial dan keterlibatan

sepenuhnya dari lansia di masyarakat.

b) Kehilangan peran akan menghilangkan kepuasan seorang lansia.

7) Teori Perkembangan (Development Theory)

Page 12: 2. BAB I & II

Teori ini menekankan pentingnya mempelajari apa yang telah dialami

oleh lansia pada saat muda hingga dewasa, dengan demikian perlu dipahami

teori Freud, Buhler, Jung dan Erikson.

Sigmund Freud meneliti tentang psikoanalisa dan perubahan psikososial

anak dan balita . Erikson (1930) membagi kehidupan menjadi 8 fase dan

lansia perlu menemukan integritas diri melawan keputusasaan (ego integrity

versus despair).

Havighurst dan Duvall menguraikan tujuh jenis tugas perkembangan

(development tasks) selama hidup yang harus dilaksanakan oleh lansia

yaitu;

a) Penyesuaian terhadap penurunan fisik dan psikis

b) Penyesuaian terhadap pensiun dan penurunan pendapatan

c) Menemukan makna kehidupan

d) Mempertahankan pengaturan hidup yang memuaskan

e) Menemukan kepuasan dalam hidup berkeluarga

f) Penyesuaian diri terhadap kenyataan akan meninggal dunia

g) Menerima dirinya sebagai calon lansia

Joan Birchenall  RN, Med dan Mary E Streight RN (1973) menekankan

perlunya mempelajari psikologi perkembangan guna mengerti perubahan

emosi dan sosial seseorang selama fase kehidupannya.

Pokok-pokok dalam development theory adalah :

a) Masa tua merupakan saat lansia merumuskan seluruh masa

kehidupannya.

b) Masa tua merupakan masa penyesuaian diri terhadap kenyataan sosial

yang baru yaitu pensiun dan atau menduda atau menjanda.

c) Lansia harus menyesuaaikan diri akibat perannya yang berakhir dalam

keluarga, kehilangan identitas dan hubungan sosialnya akibat pensiun,

ditinggal mati oleh pasangan hidup dan teman-temannya.

8) Teori Stratifikasi Usia (Age Stratification Theory)

Wiley (1971), menyusun stratifikasi lansia berdasarkan usia kronologis

yang menggambarkan serta membentuk adanya perbedaan kapasitas peran,

Page 13: 2. BAB I & II

kewajiban, serta hak mereka berdasarkan usia. Dua elemen penting dari

model stratifikasi usia tersebut adalah struktur dan prosesnya.

Pokok-pokok dari teori ini adalah :

a) Arti usia dan posisi kelompok usia bagi masyarakat

b) Terdapatnya transisi yang dialami oleh kelompok

c) Terdapatnya mekanisme pengalokasian peran di antara penduduk.

Teori Psikologi

1) Teori Kebutuhan Manusia menurut Hirarki Maslow

Menurut teori ini, setiap individu memiliki hirarki dari dalam diri,

kebutuhan yang memotivasi seluruh perilaku manusia (Maslow,

1954). Kebutuhan ini memiliki urutan prioritas yang berbeda. Ketika

kebutuhan dasar manusia sudah terpenuhi, mereka berusaha menemukannya

pada tingkat selanjutnya sampai urutan yang paling tinggi dari kebutuhan

terbsebut tercapai. Semua kebutuhan ini sering digambarkan seperti sebuah

segitiga dimana kebutuhan dasar terletak paling bawah/di dasar.

2) Teori Individual Jung

Carl Jung (1960) menyusun sebuah teori perkembangan kepribadian

dari seluruh fase kehidupan yaitu mulai dari masa kanak-kanak, masa muda

dan masa dewasa muda, usia pertengahan sampai lansia. Kepribadian

individu terdiri dari Ego, ketidaksadaran seseorang dan ketidaksadaran

bersama. Menurut teori ini kepribadian digambarkan/diorientasikan

terhadap dunia luar (ekstroverted) atau ke arah subyektif, pengalaman-

pengalaman dari dalam diri  (introvert).  Keseimbangan antara kekuatan ini

dapat dilihat pada setiap individu, dan merupakan hal yang paling penting

bagi kesehatan mental.

3) Teori Proses Kehidupan Manusia

Charlotte Buhler (1968) menyusun sebuah teori yang menggambarkan

perkembangan manusia yang didasarkan pada penelitian ektensif dengan

menggunakan biografi dan melalui wawancara. Fokus dari teori ini adalah

mengidentifikasi dan mencapai tujuan hidup manusia yang melewati klima

Page 14: 2. BAB I & II

fase proses perkembangan. Menurutnya, pemenuhan kebutuhan diri sendiri

merupakan kunci perkembangan yang sehat dan itu membahagiakan,

dengan kata lain orang yang tidak dapat menyesuaikan diri berarti dia tidak

dapat memenuhi kebutuhannya dengan beberapa cara.

Pada tahun 1968 Buhler mengembangkan awal pemikirannya yang

secara jelas mengidentifikasi lima fase yang terpisah dalam pencapaian

tujuan kehidupan yang dilewati manusia. Pada masa kanak-kanak belum

terbentuk tujuan hudup yang spesifik dan pada masa depan pengakhiran

kehidupan juga tidak jelas. Masa remaja dan masa dewasa muda dicapai

hanya sekali dalam kehidupan. Seseorang mulai mengkonsep tujuan-tujuan

hidup yang spesifik dan memperokleh pengertian terhadap kemampuan

individu. Saat berumur 25 tahun seseorang menjadi lebih konkrit mengenai

tujuan hidupnya dan secara aktif diterapkan dalam diri mereka. Buhler

melihat fase akhir dari lansia (usia 65 atau 70 tahun) sebagai usia untuk

mengakhiri cita-citanya yang muluk untuk mencapai tujuan hidup.

F. Tugas-Tugas Perawat Dalam Setiap Teori Penuaan

Tugas Perawat dalam Teori Biologi

Perawatan yang memperhatikan kesehatan obyektif, kebutuhan, kejadian-

kejadian yang dialami klien lansia semasa hidupnya, perubahan fisik pada organ

tubuh, tingkat kesehatan yang masih bisa dicapai dikembangkan, penyakit yang

dapat dicegah atau ditekan progresifitasnya.

Perawatan fisik secara umum bagi klien lansia dapat dibagi atas 2 bagian

yakni :

a. Klien lansia yang masih aktif, dimana keadaan fisiknya masih mampu bergerak

tanpa bantuan orang lain sehingga untuk kebutuhannnya sehari-hari masih

mampu melakukan sendiri.

b. Klien lansia yang pasif atau tidak dapat bangun, dimana keadaan fisiknya

mengalami kelumpuhan atau sakit.

Perawat harus mengetahui dasar perawatan klien lansia ini terutama hal-hal

yang berhubungan dengan kebersihan perorangan untuk mempertahankan

Page 15: 2. BAB I & II

kesehatannya. Kebersihan perorangan sangat penting dalam usaha mencegah

timbulnya penyakit/peradangan mengingat sumber infeksi dapat timbul bila

kebersihan kurang mendapat perhatian.

Disamping itu kemunduran  kondisi fidik akibat proses penuaan dapat

mempengaruhi ketahanan tubuh terhadap gangguan atau serangan infeksi dari

luar.

Untuk klien lansia yang aktif dapat diberikan bimbingan mengenai

kebersihan mulut dan gigi, kebersihan kulit dan badan, kebersihan kuku dan

rambut, kebersihan temopat tidur serta posisinya, hal makan, cara memakan obat,

dan cara pindah dari tempat tidur ke kursi atau sebaliknya.

Komponen pendekatan fisik yang lebih mendasar adalah memperhatikan

dan membantu para klien lansia untuk bernafas dengan lancar, makan (termasuk

memilih dan menentukan makanan), minum melakukan eliminasi, tidur, menjaga

sikap tutbuh waktu berjalan, duduk, merubah posisitiduran, beristrahat, kebersihan

tubuh, memakai dan menukar pakaian, mempertahankan suhu badan, melindungi

kulit dari kecelakaan. 

Dari hasil rangkuman Pertemuan Kesehatan persiapan Usia Lanjut oleh

Depkes (1995) ditetapkan Penjaringan Kesehatan Lansia dengan cara sebagai

berikut :

GIZI

a. Pengamatan

D = disease

E  = eating poorly

T  = tooth loss

E  = economic hardship

R  = reduced social contact

M = Multiple medicine

I  = involuntary weight loss and gains

N = need assistance in self care

E  = elder years

Page 16: 2. BAB I & II

b. Pendidikan gizi dan konseling diet

c. Prinsip gizi yang harus diikuti oleh lansia :

1) Kecukupan kalori 5 – 10 % kurang dari usia 20 – 25 tahun

2) Kecukupan lemak maksimak 25 % diutamakan lemak tak jenuh

3) Protein normal 10 – 12 % dari kecukupan energi, 10 % berasal dari hewani

4) Hidrat arang,  gula murni dikurangi

5) Vitamin dan mineral harus cukup terutama vitamin B, Vitamin C, asam

folat, kalsium dan Fe

Prinsip :

Sayur dan buah > protein, ikan, ayam, kacang-kacangan dan telur > nasi, jagung,

kentang > lemak > gula, garam

OLAHRAGA

Latihan olahraga yang baik dan benar serta teratur harus memenuhi

komponan sebagai berikut:

1.      Peregangan dan pemanasan 10 – 15 menit

2.      Latihan initi 15 – 60 menit

3.      Pendinginan 10 – 15 menit

Faktor yang diperhatikan :

1. Intensitas latihan ………………pra usia lanjut 60 % - 80 %  DNM

                DNM (Denyut Nadi Maksimal ) : 220 – usia x menit

                Contoh : Bila usia 40 tahun DNM  = 220 – 40  = 180 x / mnt

                               Batas atas 85 % = 85 % -x 180 x/mnt   = 153 x/mnt

                               Batas bawah 60 % = 60 % x 180 x/mnt = 108 x/mnt

2. Frekuensi latihan --------------------3 – 5 x seminggu

3. Lamanya latihan -------------------- 30 – 45 menit, tidak termasuk waktu

pemanasan dan pendinginan.

Toleransi terhadap kekurangan O2 sangat menurun pada klien lansia, untuk

itu kekurangan O2 yang mendadak harus dicegah dengan cara posisi bersandar

pada beberapa bantal, jangan makan terlalu banyak, jangan melakukan gerak

badan yang berlebihan dan sebagainya.

Page 17: 2. BAB I & II

Seorang perawat harus dapat memotivasi para klien lansia agar mau dan

menerima makanan yang disajikan. Kurangnya kemampuan mengunyah sering

dapat menyebabkan hilangnya nafsu makan. Untuk mengatasi masalah ini adalah

dengan menghidangkan makanan lunak atau memakai gigi palsu. Waktu makan

yang teratur, menu bervariasi dan bergizi, makanan yang serasi, serta suasana

yang menyenangkan dapat menambah selera makan, bila ada penyakit tertentu

perawat harus mengatur makanan sesuai diet yang dianjurkan.

Perawat perlu mengadakan pemeriksaan kesehatan terutama pada klien

lansia yang diduga menderita penyakit tertentu atau secara berkala dilakukan bila

terdapat kelainan tertentu misalnya batuk-batuk, pilek, (terutama klien lansia yang

tinggal di panti Werda ).

Perawat perlu memberikan penjelasan dan penyuluhan kesehatan, mengkaji

penyebab keluhan, kemudian mengkomunikasikan dengan klien tentang cara

pemecahannya.

Perawat harus mendekatkan diri dengan klien lansia, membimbing dengan

sabar dan ramah, sambil bertanya apa yang dirasakan, bagaimana tentang tidur,

makan, apakah obat sudah diminum, apakah mereka bisa melaksanakan ibadah

dan sebagainya. Sentuhan ( misalnya genggaman tangan ) terkadang sangat berarti

bagi mereka.

Tugas Perawat Dalam Teori Sosial

Perawat sebaiknya memfasilitasi sosialisasi antar lansia dengan mengadakan

diskusi dan tukar pikiran serta bercerita sebagai salah satu upaya pendekatan

sosial. Memberi kesempatan untuk berkumpul bersama berarti menciptakan

sosialisasi antar manusia, yang menjadi pegangan bagi perawat bahwa orang yang

dihadapinya adalah mahluk sosial yang membutuhkan orang lain. Hubungan yang

tercipta adalah hubungan sosial antara werda dengan werda maupun werda

dengan perawat sendiri.

Perawat memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada para werda

untuk mengadakan komunikasi, melakukan rekreasi seperti jalan pagi, menonton

film atau hiburan-hiburan lain karena mereka perlu diransang untuk mengetahui

dunia luar. Dapat disadari bahwa pendekatan komunikasi dalam perawatan tidak

Page 18: 2. BAB I & II

kalah pentingnya dengan upaya pengobatan medis dalam proses penyembuhan

atau ketenangan para klien lansia.

Menurut Drs H. Mannan dalam bukunya Komunikasi dalam Perawatan

mengatakan : tidak sedikit klien tidak bisa tidur karena stres. Stres memikirkan

penyakitnya, biaya hidup, keluarga yang dirumah, sehingga menimbulkan

kekecewaan, rasa ketakutan atau kekhawatiran, rasa kecemasan dan sebagainya.

Untuk menghilangkan rasa jemu dan menimbulkan perhatian terhadap

sekelilingnya perlu diberikan kesempatan kepada mereka untuk antara lain ikut

menikmati keadaan diluar, agar mereka merasa masih ada hubungan dengan dunia

luar.

Tidak jarang terjadi pertengkaran dan perkelahian di antara mereka

(terutama bagi yang tinggal di panti werda ), hal ini dapat diatasi dengan berbagai

usaha, antara lain selalu mengadakan kontak sesama mereka, makan dan duduk

nbersama, menanamkan rasa kesatuan dan persatuan, senasib dan

sepenanggungan,  mengenai hak dan kewajiban bersama. Dengan demikian

perawat tetap mempunyai hubungan komunikasi baik sesama mereka maupun

terhadap petugas yang secara langsung berkaitan dengan pelayanan klien lansia di

panti werda.

Tugas Perawat dalam Teori Psikologi

Perawat mempunyai peranan penting untuk mengadakan pendekatan

edukatif pada klien lansia, perawat dapat berperan sebagai supporter, interpreter

terhadap segala sesuatu yang asing sebagai penampung rahasia yang pribadi dan

sebagai sahabat yang akrab. Perawat hendaknya memiki kesabaran dan ketelitian

dalam memberikan kesempatan dan waktu yang cukup banyak untuk menerima

berbagai bentuk keluhan agar mereka merasa puas.

Pada dasarnya klien lansia membutuhkan rasa aman dan cinta kasih dari

lingkungannya termasuk perawat yang memberikan perawatan. Untuk itu perawat

harus menciptakan suasana yang aman, tidak gaduh, membiarkan mereka

melakukan kegiatan dalam batas kemampuan dan hobby yang dimilikinya.

 Perawat harus dapat membangkitkan semangat dan kreasi klien lansia

dalam memecahkan dan mengurangi rasa putus asa, rasa rendah diri, rasa

Page 19: 2. BAB I & II

keterbatasan, sebagai akibat dari ketidakmampuan fisik dan kelainan yang

dideritanya, hal ini perlu dilakukan karena : perubahan psikologi terjadi bersama

dengan makin lanjutnya usia. Perubahan-perubahan ini meliputi gejala-gejala

seperti menurunnya dayaingat untuk peristiwa yang baru terjadi, berkurangnya

kegairahan atau keinginan, peningkatan kewaspadaan, perubahan pola tidur

dengan suatu kecenderungan untuk tiduran di waktu siang dan pergeseran libido.

Perawat harus sabar mendengarkan cerita-cerita yang membosankan, jangan

mentertawakan atau memarahi bila klien lansia lupa atau bila melakukan

kesalahan. Harus diingat, kemunduran ingatan akan mewarnai tingkah laku

mereka  dan kemunduran ingatan jangan dimanfaatkan untuk tujuan-tujuan

tertentu.

Bila perawat ingin merubah tingkah laku dan pandangan mereka terhadap

kesehatan, perawatbisa melakukannya secara perlahan-lahan dan bertahap,

perawat harus dapat mendukung mental mereka ke arah pemuasan pribadi

sehingga pengalaman yang dilaluinya tidak menambah beban, bila perlu

diusahakan  agar di masa lansia ini mereka tetap merasa puas dan bahagia.

G. Perubahan-Perubahan Pada Lansia

a. Perubahan – Perubahan Fisik

a) Sel

o Lebih sedikit jumlahnya

o Berkurangnya jumlah cairan tubuh dan kurangnya cairan intramuskuler

o Menurunnya porposi protein di otak, otot,ginjal, darah dan hati

o Terganggunya mekanisme perbaikan sel

o Otak menjadi atropis beratnya berkurang 5-10%

b) Sistem pernafasan

o Cepat menurunnya persarafan

o Lambannya dalam respon dan waktu untuk bereaksi khususnya dengan

stres.

Page 20: 2. BAB I & II

o Mengecilnya saraf panca indra: berkurangnya penglihatan, hilangnya

pendengaran, mengecilnya saraf penciuman dan rasa,. Lebih sensitif

terhadap perubahan  suhu dengan rendahnya ketahanan terhadap dingin.

o Kurangnya sensitif pada sentuhan

c) Sistem Pendengaran

o Prebiakusis ( gangguan dalam pendengaran ), hilangnya kemampuan atau

daya pendengaran pada telinga dalam, terutama terhadap bunyi dan atau

nada – nada tinggi, suara yang tidak jelas, sulit mengerti kata, 50% terjadi

pada usia diatas 65 tahun.

o Membran timpani menjadi atropi menyebabkan otosklerosis

o Terjadinya pengumpulan serumen dapat mengeras karena meningkanya

kreatin

o Pendengaran bertambah menurun pada lanjut usia yang mengalami

ketegangan jiwa atau stres

d) Sistem penglihatan

o Spingter pupil timbul sklerosis dan hilangnya respon terhadap sinar

o Kornea lebih berbentuk sferis atau bola, lensa lebih suram atau kekeruhan

pada lensa menjadi katarak, jelas menyebabkan gangguan penglihatan

o Meningkatnya ambang, pengamatan sinar, daya adaptasi terhadap

kegelapan menjadi lebih lambat, dan susah melihat dalam cahaya gelap

o Hilangnya daya akomodasi, menurunya lapang pandang, menurunnya

membedakan warna biru atau hijau.

e) Sistem kardiovaskuler

o Elastisitas dinding vaskuler menurun,katup jantung menebal dan menjadi

kaku.

o Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah

berumur 20 tahun, menyebabkan kontraksi dan volumenya.

o Kehilangan elestisitas pembuluh darah, kurangnya efektifitas pembuluh

darah perifer untuk oksigenasi, perubahan posisi dari tidur ke duduk, atau

Page 21: 2. BAB I & II

dari duduk ke berdiri bisa menyebabkan tekanan darah menurun menjadi

65 mmHg ( mengakibatkan pusing mendadak).

o Tekanan darah meningkat diakibatkan meningkatnya resistensi pembuluh

darah perifer, sistolik normal kurang lebih 170 mmHg, diastolik normal

kurang lebih 90 mmHg.

f) Sistem pengaturan temperatur tubuh

o Pada pengaturan tuhu, hipotalamus dianggap bekerja sebagai termostat,

yaitu menetapkan suhu teratur, kemunduran terjadi akibat berbagai faktor

yang mempengaruhinya.

o Temperatur tubuh menurun atau hipotermi secara fisiologis kurang lebih

35 derajat celcius ini akibat metabolisme menurun.

o Keterbatasan reflek menggigil dan tidak dapat memproduksi panas banyak

sehingga terjadi rendahnya aktifitas otot.

g) Sistem Respirasi

o Otot pernafasan kehilangan kekuatan dan menjadi kaku, menurunnya

aktifitas silia

o Paru – paru kehilangan elastisitas, kapasitas residu meningkat, menarik

nafas lebih berat, kapasitas pernafasan maksimum menurun dan

kedalaman bernafas menurun.

o Alveoli ukurannya melebar dari biasa dan jumlahnya berkurang

o Oksigen pada arteri menurun menjadi 75 mmHg, karbodioksida pada arteri

tidak berganti

o Kemampuan untuk batuk berkurang

o Kemampuan pegas, dinding dada dan kekuatan otot pernafasan akan

menurun seiring dengan pertambahan usia.

h) Sistem gastrointestinal

o Kehilangan gigi penyebab utama adanya periondontal disease

o Indra pengecap menurun dan esofagus melebar

o Lambung : rasa lapar menurun asam lambung menurun, waktu

mengosongkan menurun

Page 22: 2. BAB I & II

o Peristaltik lemah dan biasanya timbul konstipasi

o Liver : makin mengecil dan menurunnya tempat penyimpanan,

berkurangnya aliran darah

o Menciutnya ovari dan uterus

o Atropi payudara

o Pada laki – laki testis masih dapat memproduksi spermatozoa, meskipun

adanya penurunan secara berangsur – angsur.

o Dorongan seksual menetap sampai usia diatas 70 tahun

o Selaut lendir menurun

i) Sistem Genitourinaria

o Ginjal: mengecil dan nefron menjadi atropi, aliran darah ke ginjal menurun

sampai 50% fungsi tubulus berkurang.

o Vesika urinaria : otot – otot menjadi lemah, kapasitas menurun sampai

200ml, atau dapat menyebabkan buang air kecil meningkat, vasikaurinaria

susah dikosongkan sehingga mengakibatkan meningkatnya retensi urin.

o Pembesaran prostat kurang lebih 75 % dialami oleh pria diatas 65 % tahun

o Atrofi vulva

j) Sistem Endokrin

o Produksi dari hampir semua hormon menurun.

o Fungsi paratiroid dan sekresinya tidak berubah.

o Pitutari: pertumbuhan hormon ada terapi lebih rendah dan hanya didalam

pembuluh darah,berkurangnya produksi dari ACT,TSH,FSH dan LH.

o Menurunnya aktifitas tiroid menurunnya BMR dan daya pertukaran zat

o Menurunnya produksi aldosteron

o Menurunnya sekresi hormon kelamin, misalnya progesteron, estrogen dan

testosteron

k) Sistem kulit

o Kulit keriput atau mengkerut

o Permukaan kulit kasar dan bersisik

o Menurunnya respon terhadap trauma, mekanisme proteksi kulit menurun.

Page 23: 2. BAB I & II

o Kulit kepala dan rambut menipis berwarna kelabu.

o Rambut dan hidung dan telinga menebal.

o Berkurangnya elastisitas kulit akibat dari menurunnya cairan dan

vaskularitas

o Pertumbuhan kuku lebih lambat, kuku jari menjadi keras dan rapuh, kuku

kaki tumbuh secara berlebihan, kuku menjadi pudar dan kurang bercahaya.

o Kelenjar keringat berkurang jumlah dan fungsinya.

l) Sistem muskoloskeletal

o Tulang kehilangan density ( cairan ) dan makin rapuh

o Kiposis, pinggang lutut dan jari –jari pergelangan terbatas geraknya.

o Discus intervertebralis menipis dan menjadi pendek.

o Persendian membesar dan kaku

o Tendon mengerut dan mengalami sklerosis

o Atropi serabut otot, sehingga gerak menjadi lambat, otot kram dan tremor.

b. Perubahan-Perubahan Psikososial

a) Kehilangan Finansial

b) Kehilangan Status

c) Kehilangan teman

d) Kehilangan pekerjaan

e) Merasakan / sadar akan kematian

f) Perubahan dalam cara hidup

g) Penyakit kronis dan ketidakmampuan

Akibat perkembangan usia, lanjut usia mengalami perubahan – perubahan

yang menuntut dirinya untuk menyesuakan diri secara terus – menerus. Apabila

proses penyesuaian diri dengan lingkungannya kurang berhasil maka timbulah

berbagai masalah. Hurlock (1979) seperti dikutip oleh Munandar Ashar Sunyoto

(1994) menyebutkan masalah – masalah yang menyertai lansia yaitu:

a. Ketidakberdayaan fisik yang menyebabkan ketergantungan pada orang

lain,

b. Ketidakpastian ekonomi sehingga memerlukan perubahan total pola

Page 24: 2. BAB I & II

hidupnya,

c. Membuat teman baru untuk mendapatkan ganti mereka yang telah

meninggal,

d. Mengembangkan aktifitas baru untuk mengisi waktu luang yang

bertambah banyak, dan

e. Belajar memperlakukan anak – anak yang telah tumbuh dewasa. Berkaitan

dengan perubahan fisk, Hurlock mengemukakan bahwa perubahan fisik

yang mendasar adalah perubahan gerak.

Lanjut usia juga mengalami perubahan dalam minat. Pertama minat

terhadap diri makin bertambah. Kedua minat terhadap penampilan semakin

berkurang. Ketiga minat terhadap uang semakin meningkat, terakhir minta

terhadap kegiatan – kegiatan rekreasi tak berubah hanya cenderung menyempit.

Untuk itu diperlukan motivasi yang tinggi pada diri usia lanjut untuk selalu

menjaga kebugaran fisiknya agar tetap sehat secara fisik. Motivasi tersebut

diperlukan untuk melakukan latihan fisik secara benar dan teratur untuk

meningkatkan kebugaran fisiknya.

Dalam menghadapi perubahan tersebut diperlukan penyesuaian. Ciri – ciri

penyesuaian yang tidak baik dari lansia (Hurlock, 1979, Munandar, 1994) adalah:

a. Minat sempit terhadap kejadian di lingkungannya

b. Penarikan diri ke dalam dunia fantasi

c. Selalu mengingat kembali masa lalu

d. Selalu khawatir karena pengangguran

e. Kurang ada motivasi

f. Rasa kesendirian karena hubungan dengan keluarga kurang baik, dan

g. Tempat tinggal yang tidak diinginkan.

Di lain pihak ciri penyesuaian diri lanjut usia yang baik antara lain adalah:

minat yang kuat, ketidaktergantungan secara ekonomi, kontak sosial luas,

menikmati kerja dan hasil kerja, menikmati kegiatan yang dilakukan saat ini dan

memiliki kekhawatiran minimal terhadap diri dan orang lain.

H. Permasalahan yang Terjadi pada Lansia

Page 25: 2. BAB I & II

Akibat perkembangan usia, lanjut usia mengalami perubahan – perubahan

yang menuntut dirinya untuk menyesuakan diri secara terus – menerus. Apabila

proses penyesuaian diri dengan lingkungannya kurang berhasil maka timbulah

berbagai masalah. Hurlock (1979) seperti dikutip oleh Munandar Ashar Sunyoto

(1994) menyebutkan masalah – masalah yang menyertai lansia yaitu:

a. Ketidakberdayaan fisik yang menyebabkan ketergantungan pada orang

lain,

b. Ketidakpastian ekonomi sehingga memerlukan perubahan total pola

hidupnya,

c. Membuat teman baru untuk mendapatkan ganti mereka yang telah

meninggal,

d. Mengembangkan aktifitas baru untuk mengisi waktu luang yang

bertambah banyak, dan

e. Belajar memperlakukan anak – anak yang telah tumbuh dewasa. Berkaitan

dengan perubahan fisk, Hurlock mengemukakan bahwa perubahan fisik

yang mendasar adalah perubahan gerak.

Lanjut usia juga mengalami perubahan dalam minat. Pertama minat

terhadap diri makin bertambah. Kedua minat terhadap penampilan semakin

berkurang. Ketiga minat terhadap uang semakin meningkat, terakhir minta

terhadap kegiatan – kegiatan rekreasi tak berubah hanya cenderung menyempit.

Untuk itu diperlukan motivasi yang tinggi pada diri usia lanjut untuk selalu

menjaga kebugaran fisiknya agar tetap sehat secara fisik. Motivasi tersebut

diperlukan untuk melakukan latihan fisik secara benar dan teratur untuk

meningkatkan kebugaran fisiknya.

Dalam menghadapi perubahan tersebut diperlukan penyesuaian. Ciri – ciri

penyesuaian yang tidak baik dari lansia (Hurlock, 1979, Munandar, 1994) adalah:

a. Minat sempit terhadap kejadian di lingkungannya

b. Penarikan diri ke dalam dunia fantasi

c. Selalu mengingat kembali masa lalu

d. Selalu khawatir karena pengangguran

e. Kurang ada motivasi

Page 26: 2. BAB I & II

f. Rasa kesendirian karena hubungan dengan keluarga kurang baik, dan

g. Tempat tinggal yang tidak diinginkan.

Di lain pihak ciri penyesuaian diri lanjut usia yang baik antara lain adalah:

minat yang kuat, ketidaktergantungan secara ekonomi, kontak sosial luas,

menikmati kerja dan hasil kerja, menikmati kegiatan yang dilakukan saat ini dan

memiliki kekhawatiran minimal terhadap diri dan orang lain.