2. bab i & ii
DESCRIPTION
nnnTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Proses menua merupakan suatu yang fisiologis, yang akan dialami oleh
setiap orang. Batasan orang dikatakan lanjut usia berdasarkan UU No 13 tahun
1998 adalah 60 tahun.
Proses penuaan dipandang sebagai sebuah proses total dan sudah dimulai
saat masa konsepsi. Meskipun penuaan adalah sebuah proses berkelanjutan, belum
tentu seseorang meninggal hanya karena usia tua. Sebab individu memiliki
perbedaan yang unik terhadap genetik, sosial, psikologik, dan faktor-faktor
ekonomi yang saling terjalin dalam kehidupannya menyebabkan peristiwa menua
berbeda pada setiap orang. Dalam sepanjang kehidupannya, seseorang mengalami
pengalaman traumatik baik fisik maupun emosional yang bisa melemahkan
kemampuan seseorang untuk memperbaiki atau mempertahankan
dirinya. Akhirnya periode akhir dari hidup yang disebut senescence terjadi saat
organisme biologik tidak dapat menyeimbangkan lagi mekanisme “Pengrusakan
dan Perbaikan”.
Proses menua (aging) merupakan suatu perubahan progresif pada organisme
yang telah mencapai kematangan intrinsik dan bersifat irreversibel serta
menunjukkan adanya kemunduran sejalan dengan waktu. Proses alam yang
disertai dengan adanya penurunan kondisi fisik, psikologis maupun sosial akan
saling berinteraksi satu sama lain . Proses menua yang terjadi pada lansia secara
linier dapat digambarkan melalui tiga tahap yaitu, kelemahan (impairment),
keterbatasan fungsional (functional limitations), ketidakmampuan (disability), dan
keterhambatan (handicap) yang akan dialami bersamaan dengan proses
kemunduran (Nugroho, 2000).
Undang-undang No. 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lansia menyatakan
bahwa lansia adalah seseorang yang mencapai usia 60 tahun ke atas. Jumlah
penduduk Indonesia yang berusia lanjut terus meningkat. Peningkatan jumlah
tersebut seiring dengan meningkatnya umur harapan hidup , yakni 63 tahun untuk
laki-laki dan 67 untuk wanita. Biro Pusat Statistik mencatat jumlah penduduk usia
lanjut Indonesia pada tahun 2000 mencapai 7,1 % dari total penduduk yang
201.241.999 jiwa atau mencapai 14.415.814 jiwa. Ini mencerminkan salah satu
satu hasil pembangunan kesehatan di Indonesia. Tetapi di sisi lain sekaligus
menjadi tantangan untuk mengupayakan agar mereka mampu mempertahankan
kualitas hidupnya. Meningkatnya umur harapan hidup dipengaruhi oleh majunya
pelayanan kesehatan, menurunnya angka kematian pada bayi dan anak, perbaikan
gizi dan sanitasi dan meningkatnya pengawasan terhadap penyakit infeksi.
Pada tahun 2002, jumlah lansia di Indonesia berjumlah 16 juta dan
diproyeksikan akan bertambah menjadi 25,5 juta pada tahun 2020 atau sebesar
11,37 % penduduk dan ini merupakan peringkat keempat dunia, dibawah Cina,
India dan Amerika Serikat . Data terbaru menunjukkan bahwa angka harapan
hidup masyarakat Indonesia pada tahun 2005 tercatat 67,68. dan jumlah lanjut
usia ini mencapai 18,4 juta (8,4%) dari total penduduk Indonesia. Data statistik
tersebut mengisyaratkan pentingnya pengembangan keperawatan gerontik di
Indonesia (Harian Waspada, 24 September 2006, hal. 15).
Populasi lansia di Indonesia pada tahun 2005 (15,8 juta/ 7,2 % penduduk
Indonesia) meningkat 3 kali lebih besar daripada tahun 1970 (5,3 juta) (BPS,
2010). Jumlah lansia diperkirakan akan mencapai 11,34% pada tahun 2020 di
Indonesia. Kenaikan pesat itu berkaitan dengan usia harapan hidup penduduk
Indonesia. Pada tahun 2000, usia harapan hidup di Indonesia mencapai 67 tahun
dan jumlah populasi orang-orang lansia sebanyak 17juta (7%). Menurut perkiraan,
pada tahun 2020 usia harapan hidup di Indonesia mencapai 71tahun dan jumlah
populasi lansia diperkirakan sebanyak 28juta jiwa.
Meningkatnya kualitas kesehatan usia lanjut dipengaruhi oleh pelayanan
kesehatan dimana perawat termasuk di dalamnya. Perawatan lansia menjadi
tantangan tersendiri bagi perawat, perubahan–perubahan kecil dalam kemampuan
seorang lansia untuk melaksanakan aktivitas sehari-hari atau perubahan
kemampuan seorang pemberi asuhan keperawatan dalam memberi dukungan
hendaknya memiliki kemampuan untuk mengkaji aspek fungsional, sosial,
spiritual dan aspek yang lain. Berkaitan dengan peran perawat sebagai pemberi
perawatan maka dirasa perlu untuk mengadakan praktek keperawatan khususnya
asuhan keperawatan pada lansia sebagai kelompok.
Fokus asuhan keperawatan pada lansia ditujukan pada dua kelompok lansia,
yaitu (1) lansia yang sehat dan produktif, dan (2) lansia yang memiliki kerentanan
tubuh dengan ditandai kondisi fisik yang mulai melemah, sakit-sakitan, dan daya
pikir menurun . Pemberian asuhan keperawatan bagi kedua kelompok tersebut
bertujuan untuk memenuhi harapan-harapan yang diinginkan oleh lansia yaitu
memiliki kualitas hidup yang lebih baik dan produktif dalam tiga dimensi, yaitu
fisik, fungsional, dan kognitif (Nugroho, 2000). Perubahan-perubahan akan terjadi
pada tubuh manusia sejalan dengan makin meningkatnya usia. Perubahan tubuh
terjadi sejak awal kehidupan hingga usia lanjut pada semua organ dan jaringan
tubuh (Hanafi, 2008).
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa dapat memberikan asuhan keperawatan pada lansia sebagai
kelompok di Wisma Asoka Panti Sosial Tresna Werdha Martapura.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa dapat melakukan pengkajian kepada lansia sebagai kelompok
di Wisma Asoka Panti Sosial Tresna Werdha Martapura.
b. Mahasiswa dapat mengidentifikasi masalah kesehatan lansia yang tinggal
di Wisma Asoka Panti Sosial Tresna Werdha Martapura.
c. Mahasiswa dapat menetapkan rencana tindakan keperawatan atas
permasalahan kesehatan yang terjadi pada lansia di Wisma Asoka Panti
Sosial Tresna Werdha Martapura.
d. Mahasiswa dapat mengimplementasikan tindakan keperawatan sesuai
dengan rencana yang telah ditetapkan pada lansia seabagai kelompok di
Wisma Asoka Panti Sosial Tresna Werdha Martapura.
e. Mahasiswa dapat melakukan evaluasi asuhan keperawatan lansia seabagai
kelompok di Wisma Asoka Panti Sosial Tresna Werdha Martapura.
C. Manfaat
Manfaat dari praktek keperawatan gerontik adalah :
1) Bagi mahasiswa
Dapat menerapkan konsep teori/asuhan keperawatan gerontik pada lansia
sebagai kelompok di Wisma Asoka Panti Sosial Tresna Werdha
Martapura.
2) Bagi Lansia di Wisma Asoka Panti Sosial Tresna Werdha Martapura
a) Lansia dapat mengenal masalah kesehatannya
b) Lansia mendapatkan penjelasan tentang kesehatannya secara
sederhana
c) Lansia dapat meningkatkan kualitas hidupnya secara optimal
3) Panti Sosial Tresna Werdha
Diharapkan dapat memberikan sumbangan/masukan berupa informasi
tentang kondisi kesehatan masyarakat panti guna membantu program
kesehatan pada masyarakat khususnya pada lansia.
D. Sistematika Penulisan
BAB I Pendahuluan berisi: latar belakang, tujuan, manfaat, sistematika
penulisan.
BAB II Tinjauan Pustaka berisi: pengertian usia lanjut, battasan usia lanjut,
proses menua, faktor-faktor yang mempengaruhi ketuaan, teori proses
menua, tugas perawat dalam setiap teori penuaan, perubahan yang
terjadi pada lansia, permasalahan yang terjadi pada lansia,\
BAB III Tinjuan Lapangan berisi: pengkajian, analisa masalah, prioritas
masalah, diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi, evaluasi
dan catatan perkembangan.
BAB IV Pembahasan berisi: masalah nyeri kronis, masalah risiko jatuh, masalah
perilaku kesehatan cenderung berisiko dan kesiapan meningkatkan
komunikasi.
BAB V Penutup berisi: kesimpulan dan saran.
Daftar Pustaka
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Lanjut Usia
Usia lanjut adalah sesuatu yang harus diterima sebagai suatu kenyataan dan
fenomena biologis. Kehidupan itu akan diakhiri dengan proses penuaan yang
berakhir dengan kematian (Hutapea, 2005).
WHO dan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang
kesejahteraan lanjut usia pada Bab 1 Pasal 1 Ayat 2 menyebutkan bahwa
usia 60 tahun adalah usia permulaan tua. Menua bukanlah suatu penyakit,
tetapi merupakan proses yang berangsur-angsur mengakibatkan perubahan
kumulatif, merupakan proses menurunya daya tahan tubuh dalam
menghadapi rangsangan dari dalam dan luar tubuh.
Lanjut usia merupakan istilah tahap akhir dari proses penuaan. Dalam
mendefinisikan batasan penduduk lanjut usia menurut Badan Koordinasi
Keluarga Berencana Nasional ada tiga aspek yang perlu dipertimbangkan
yaitu aspek biologi, aspek ekonomi dan aspek sosial (BKKBN 1998).
B. Batasan Lansia
Menurut organisasi kesehatan dunia (WHO), lanjut usia meliputi:
a. Usia pertengahan (middle age) ialah kelompok usia 45 – 59 tahun
b. Lanjut usia (elderly) antara 60 – 74 tahun
c. Lanjut usia tua (old) antara 75 – 90 tahun
d. Usia sangat tua (very old) di atas 90 tahun
Menurut Prof. Dr. Koesmanto Setyonegoro, Pengelompokan lanjut usia
sebagai berikut;
a. Usia dewasa muda (elderly adulhood), 18 atau 29-25 tahun.
b. Usia dewasa penuh (middle years) atau maturitas, 25-60 tahun atau 65
tahun
c. Lanjut usia (geriatric age) lebih dari 65 tahun atau 70 tahun
70-75 tahun (yaoung old)
75-80 tahun (old)
Lebih dari 80 (very old)
C. Proses Menua (Aging Process)
Proses menua merupakan suatu yang fisiologis, yang akan dialami oleh
setiap orang. Batasan orang dikatakan lanjut usia berdasarkan UU No 13 tahun
1998 adalah 60 tahun.
Penuaan adalah konsekuensi yang tidak dapat dihindarkan. Menua (menjadi
tua) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan
jaringan untuk memeperbaiki diri/mengganti dan mempertahankan fungsi
normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki
kerusakan yang diderita (Constantindes, 1994)
Menua adalah suatu proses menghilangnya kemampuan jaringan untuk
memperbaiki atau mengganti diri serta mempertahankan struktur dan fungsi
normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas (termasuk infeksi) dan
memperbaiki kerusakan yang diderita (Dharmojo, 2000).
Pada hakekatnya menjadi tua merupakan proses alamiah yang berarti
seseorang telah melalui tiga tahap kehidupannya yaitu masa anak, masa dewasa
dan masa tua (Nugroho, 1992). Tiga tahap ini berbeda baik secara biologis
maupun psikologis. Memasuki masa tua berarti mengalami kemunduran secara
fisik maupun psikis. Kemunduran fisik ditandai dengan kulit yang mengendor,
rambut memutih, penurunan pendengaran, penglihatan memburuk, gerakan
lambat, kelainan berbagai fungsi organ vital, sensitivitas emosional meningkat
dan kurang gairah.
D. Faktor – faktor yang Mempengaruhi Ketuaan
a. Hereditas atau ketuaan genetik
b. Nutrisi atau makanan
c. Status kesehatan
d. Pengalaman hidup
e. Lingkungan dan stress
E. Teori Proses Menua
Teori Biologik
Menurut Mary Ann Christ et al. (1993), penuaan merupakan proses yang
secara berangsur mengakibatkan perubahan yang kumulatif dan mengakibatkan
perubahan di dalam yang berakhir dengan kematian. Penuaan juga menyangkut
perubahan sel, akibat interaksi sel dengan lingkungannya, yang pada akhirnya
menimbulkan perubahan degeneratif.
Teori biologis tentang proses penuaan dapat dibagi menjadi teori intrinsik
dan ekstrinsik. Intrinsik berarti perubahan yang berkaitan dengan usia, timbul
akibat penyebab di dalam sel sendiri, sedangkan teori ekstrinsik menjelaskan
bahwa perubahan yang terjadi diakibatkan oleh pengaruh lingkungan.
Faktor intrinsik, peranan enzym seperti DNA polymerase yang berperan
besar pada penggandaan dan perbaikan DNA, serta enzym proteolytik yang dapat
menemukan sel yang mengalami degradasi protein sangat penting. Sedangkan
pada faktor ekstrinsik yang penting dikemukakan adalah radikal bebas, fungsi
kekebalan seluler dan humoral, oksidasi stress, cross link serta mekanisme
“dipakai dan aus” sangat menentukan dalam proses penuaan yang terjadi .
Adanya faktor pengaruh intrinsik dan ekstrinsik tadi pada akhirnya akan
mempengaruhi tingkat perubahan pada sel , sel otak dan saraf, gangguan otak ,
serta jaringan tubuh lainnya.
1) Teori Genetik dan Mutasi, Genetic Clock
Menua terjadi sebagai akibat dari perubahan biokimia yang
diprogram oleh molekul /DNA dan setiap sel pada saatnya akan mengalami
mutasi.
Teori ini menyatakan bahwa proses menua terjadi akibat adanya program
jam genetik didalam nuklei. Jam ini akan berputar dalam jangka waktu
tertentu dan jika jam ini sudah habis putarannya maka, akan
menyebabkan berhentinya proses mitosis. Hal ini ditunjukkan oleh hasil
penelitian Haiflick, (1980) dikutif Darmojo dan Martono (1999) dari teori itu
dinyatakan adanya hubungan antara kemampuan membelah sel dalam kultur
dengan umur spesies Mutasisomatik (teori error catastrophe) hal penting
lainnya yang perlu diperhatikan dalam menganalisis faktor-aktor penyebab
terjadinya proses menua adalah faktor lingkungan yang menyebabkan
terjadinya mutasi somatik. Sekarang sudah umum diketahui bahwa radiasi
dan zat kimia dapat memperpendek umur. Menurut teori ini terjadinya mutasi
yang progresif pada DNA sel somatik, akan menyebabkan terjadinya
penurunan kemampuan fungsional sel tersebut.
2) Teori ERROR
Salah satu hipotesis yang berhubungan dengan mutasi sel somatik adalah
hipotesis "Error Castastrophe" (Darmojo dan Martono, 1999). Menurut teori
tersebut menua diakibatkan oleh menumpuknya berbagai macam
kesalahan sepanjang kehidupan manusia. Akibat kesalahan tersebut akan
berakibat kesalahan metabolisme yang dapat mengakibatkan kerusakan sel
dan fungsi sel secara perlahan.
3) Pemakaian dan Rusak, wear and tear theori
Kelebihan usaha dan stres menyebabkan sel-sel tubuh lelah
4) Autoimune
Pada proses metabolisme tubuh , suatu saat diproduksi suatu zat khusus.
Saat jaringan tubuh tertentu yang tidak tahan terhadap zat tersebut sehingga
jaringan tubuh menjadi lemah dan mati.
Proses menua dapat terjadi akibat perubahan protein pasca tranlasi yang
dapat mengakibatkan berkurangnya kemampuan sistem imun tubuh
mengenali dirinya sendiri (Self recognition). Jika mutasi somatik
menyebabkan terjadinya kelainan pada permukaan sel, maka hal ini akan
mengakibatkan sistem imun tubuh menganggap sel yang mengalami
perubahan tersebut sebagai sel asing dan menghancurkannya Goldstein(1989)
dikutip dari Azis (1994). Hal ini dibuktikan dengan makin bertambahnya
prevalensi auto antibodi pada lansia (Brocklehurst,1987 dikutif dari Darmojo
dan Martono, 1999). Dipihak lain sistem imun tubuh sendiri daya
pertahanannya mengalami penurunan pada proses menua, daya serangnya
terhadap antigen menjadi menurun, sehingga sel-sel patologis meningkat
sesuai dengan menigkatnya umur (Suhana,1994 dikutif dari Nuryati, 1994)
5) Teori Stres
Menua terjadi akibat hilangnya sel-sel yang biasa digunakan. Regenerasi
jaringan tidak dapat mempertahankan kestabilan lingkungan internal dan
stres menyebabkan sel-sel tubuh lelah dipakai.
6) Teori Radikal Bebas
Tidak stabilnya redikal bebas mengakibatkan oksidasi-oksidasi bahan
bahan organik seperti karbohidrat dan protein . radikal ini menyebabkan sel-
sel tidak dapat regenerasi.
Penuaan dapat terjadi akibat interaksi dari komponen radikal bebas dalam
tubuh manusia. Radikal bebas dapat berupa : superoksida (O2), Radikal
Hidroksil (OH) dan Peroksida Hidrogen (H2O2). Radikal bebas sangat
merusak karena sangat reaktif , sehingga dapat bereaksi dengan DNA,
protein, dan asam lemak tak jenuh. Menurut Oen (1993) yang dikutif dari
Darmojo dan Martono (1999) menyatakan bahwa makin tua umur makin
banyak terbentuk radikal bebas, sehingga poses pengrusakan terus terjadi ,
kerusakan organel sel makin banyak akhirnya sel mati.
7) Teori Kolagen
Peningkatan jumlah kolagen dalam jaringan menyebabkan kecepatan
kerusakan jaringan dan melambatnya perbaikan sel jaringan.
Teori Sosial
1) Teori Aktifitas
Lanjut usia yang sukses adalah mereka yang aktif dan ikut banyak dalam
kegiatan social
2) Teori Pembebasan
Dengan bertambahnya usia, seseorang secara berangsur angsur mulai
melepaskan diri dari kehidupan sosialnya. Keadaan ini mengakibatkan
interaksi sosial lanjut usia menurun, baik secara kwalitas maupun kwantitas.
Sehingga terjadi kehilangan ganda yakni :
a) Kehilangan peran
b) Hambatan kontrol sosial
c) Berkurangnya komitmen
3) Teori Kesinambungan
Teori ini mengemukakan adanya kesinambungan dalam siklus kehidupan
lansia. Dengan demikian pengalaman hidup seseorang pada usatu saat
merupakan gambarannya kelak pada saat ini menjadi lansia.
Pokok-pokok dari teori kesinambungan adalah :
a) lansia tak disarankan untuk melepaskan peran atau harus aktif dalam
proses penuaan, akan tetapi didasarkan pada pengalamannya di masa
lalu, dipilih peran apa yang harus dipertahankan atau dihilangkan
b) Peran lansia yang hilang tak perlu diganti
c) Lansia dimungkinkan untuk memilih berbagai cara adaptasi.
4) Teori Interaksi Sosial (Social Exchange Theory).
Teori ini mencoba menjelaskan mengapa lansia bertindak pada suatu
situasi tertentu, yaitu atas dasar hal-hal yang dihargai masyarakat.
Mauss (1954), Homans (1961) dan Blau (1964) mengemukakan bahwa
interaksi sosial didasarkan atas hukum pertukaran barang dan jasa, sedangkan
pakar lain Simmons (1945) mengemukakan bahwa kemampuan lansia untuk
terus menjalin interaksi sosial merupakan kunci untuk mempertahankan status
sosialnya untuk melakukan tukar menukar.
Pokok-pokok Social Exchanger Theory sebagai berikut :
a) Masyarakat terdiri atas aktor-aktor sosial yang berupaya mencapai
tujuannya masing-masing.
b) Dalam upaya tersebut terjadi interaksi sosial yang memerlukan biaya dan
waktu.
c) Untuk mencapai tujuan yang hendak dicapai seorang aktor akan
mengeluarkan biaya.
d) Aktor senantiasa berusaha mencari keuntungan dan mencegah terjadinya
kerugian.
e) Hanya interaksi yang ekonomis saja yang dipertahankan olehnya.
5) Teori Penarikan Diri (Disengagament Theory)
Cumming dan Henry ( 1961) mengemukakan bahwa kemiskinan yang
diderita lansia dan menurunnya derajat kesehatan mengakibatkan seseorang
lansia secara perlahan-lahan menarik diri dari pergaulan sekitarnya. Selain hal
tersebut, dari pihak masyarakat juga mempersiapkan kondisi agar para lansia
menarik diri. Keadaan ini mengakibatkan interaksi sosial lansia menurun baik
secara kualitas maupun secara kuantitas.
Pokok-pokok disenggagement theory adalah :
a) Pada pria, kehilangan peran utama hidup terjadi pada masa pensiun.
Pada wanita terjadi pada masa peran dalam keluarga berkurang misalnya
saat anak menginjak dewasa dan meninggalkan rumah untukbelajar dan
menikah.
b) Lansia danmasyarakat menarik manfaat dari hal ini, karena lansia dapat
merasakan bahwa tekanan sosial berkurang sedangkan kaum muda
memperoleh kerja yang lebih luas.
c) Tiga aspek utama dalam teori ini adalah :
1. Proses menarik diri terjadi sepanjang hidup
2. Proses tak dapat dihindari
3. Hal ini diterima lansia dan masyarakat.
6) Teori Aktivitas (Activity theory)
Teori ini dikembangkan oleh Palmore (1965) dan Lemon et al. (1972)
yang mengatakan bahwa penuaan yang sukses tergantung dari bagaimana
lansia merasakan kepuasan dalam melakukan aktivitas dan mempertahankan
aktivitas tersebut selama mungkin.
Pokok-pokok teori aktivitas adalah :
a) Moral dan kepuasan berkaitan dengan interaksi sosial dan keterlibatan
sepenuhnya dari lansia di masyarakat.
b) Kehilangan peran akan menghilangkan kepuasan seorang lansia.
7) Teori Perkembangan (Development Theory)
Teori ini menekankan pentingnya mempelajari apa yang telah dialami
oleh lansia pada saat muda hingga dewasa, dengan demikian perlu dipahami
teori Freud, Buhler, Jung dan Erikson.
Sigmund Freud meneliti tentang psikoanalisa dan perubahan psikososial
anak dan balita . Erikson (1930) membagi kehidupan menjadi 8 fase dan
lansia perlu menemukan integritas diri melawan keputusasaan (ego integrity
versus despair).
Havighurst dan Duvall menguraikan tujuh jenis tugas perkembangan
(development tasks) selama hidup yang harus dilaksanakan oleh lansia
yaitu;
a) Penyesuaian terhadap penurunan fisik dan psikis
b) Penyesuaian terhadap pensiun dan penurunan pendapatan
c) Menemukan makna kehidupan
d) Mempertahankan pengaturan hidup yang memuaskan
e) Menemukan kepuasan dalam hidup berkeluarga
f) Penyesuaian diri terhadap kenyataan akan meninggal dunia
g) Menerima dirinya sebagai calon lansia
Joan Birchenall RN, Med dan Mary E Streight RN (1973) menekankan
perlunya mempelajari psikologi perkembangan guna mengerti perubahan
emosi dan sosial seseorang selama fase kehidupannya.
Pokok-pokok dalam development theory adalah :
a) Masa tua merupakan saat lansia merumuskan seluruh masa
kehidupannya.
b) Masa tua merupakan masa penyesuaian diri terhadap kenyataan sosial
yang baru yaitu pensiun dan atau menduda atau menjanda.
c) Lansia harus menyesuaaikan diri akibat perannya yang berakhir dalam
keluarga, kehilangan identitas dan hubungan sosialnya akibat pensiun,
ditinggal mati oleh pasangan hidup dan teman-temannya.
8) Teori Stratifikasi Usia (Age Stratification Theory)
Wiley (1971), menyusun stratifikasi lansia berdasarkan usia kronologis
yang menggambarkan serta membentuk adanya perbedaan kapasitas peran,
kewajiban, serta hak mereka berdasarkan usia. Dua elemen penting dari
model stratifikasi usia tersebut adalah struktur dan prosesnya.
Pokok-pokok dari teori ini adalah :
a) Arti usia dan posisi kelompok usia bagi masyarakat
b) Terdapatnya transisi yang dialami oleh kelompok
c) Terdapatnya mekanisme pengalokasian peran di antara penduduk.
Teori Psikologi
1) Teori Kebutuhan Manusia menurut Hirarki Maslow
Menurut teori ini, setiap individu memiliki hirarki dari dalam diri,
kebutuhan yang memotivasi seluruh perilaku manusia (Maslow,
1954). Kebutuhan ini memiliki urutan prioritas yang berbeda. Ketika
kebutuhan dasar manusia sudah terpenuhi, mereka berusaha menemukannya
pada tingkat selanjutnya sampai urutan yang paling tinggi dari kebutuhan
terbsebut tercapai. Semua kebutuhan ini sering digambarkan seperti sebuah
segitiga dimana kebutuhan dasar terletak paling bawah/di dasar.
2) Teori Individual Jung
Carl Jung (1960) menyusun sebuah teori perkembangan kepribadian
dari seluruh fase kehidupan yaitu mulai dari masa kanak-kanak, masa muda
dan masa dewasa muda, usia pertengahan sampai lansia. Kepribadian
individu terdiri dari Ego, ketidaksadaran seseorang dan ketidaksadaran
bersama. Menurut teori ini kepribadian digambarkan/diorientasikan
terhadap dunia luar (ekstroverted) atau ke arah subyektif, pengalaman-
pengalaman dari dalam diri (introvert). Keseimbangan antara kekuatan ini
dapat dilihat pada setiap individu, dan merupakan hal yang paling penting
bagi kesehatan mental.
3) Teori Proses Kehidupan Manusia
Charlotte Buhler (1968) menyusun sebuah teori yang menggambarkan
perkembangan manusia yang didasarkan pada penelitian ektensif dengan
menggunakan biografi dan melalui wawancara. Fokus dari teori ini adalah
mengidentifikasi dan mencapai tujuan hidup manusia yang melewati klima
fase proses perkembangan. Menurutnya, pemenuhan kebutuhan diri sendiri
merupakan kunci perkembangan yang sehat dan itu membahagiakan,
dengan kata lain orang yang tidak dapat menyesuaikan diri berarti dia tidak
dapat memenuhi kebutuhannya dengan beberapa cara.
Pada tahun 1968 Buhler mengembangkan awal pemikirannya yang
secara jelas mengidentifikasi lima fase yang terpisah dalam pencapaian
tujuan kehidupan yang dilewati manusia. Pada masa kanak-kanak belum
terbentuk tujuan hudup yang spesifik dan pada masa depan pengakhiran
kehidupan juga tidak jelas. Masa remaja dan masa dewasa muda dicapai
hanya sekali dalam kehidupan. Seseorang mulai mengkonsep tujuan-tujuan
hidup yang spesifik dan memperokleh pengertian terhadap kemampuan
individu. Saat berumur 25 tahun seseorang menjadi lebih konkrit mengenai
tujuan hidupnya dan secara aktif diterapkan dalam diri mereka. Buhler
melihat fase akhir dari lansia (usia 65 atau 70 tahun) sebagai usia untuk
mengakhiri cita-citanya yang muluk untuk mencapai tujuan hidup.
F. Tugas-Tugas Perawat Dalam Setiap Teori Penuaan
Tugas Perawat dalam Teori Biologi
Perawatan yang memperhatikan kesehatan obyektif, kebutuhan, kejadian-
kejadian yang dialami klien lansia semasa hidupnya, perubahan fisik pada organ
tubuh, tingkat kesehatan yang masih bisa dicapai dikembangkan, penyakit yang
dapat dicegah atau ditekan progresifitasnya.
Perawatan fisik secara umum bagi klien lansia dapat dibagi atas 2 bagian
yakni :
a. Klien lansia yang masih aktif, dimana keadaan fisiknya masih mampu bergerak
tanpa bantuan orang lain sehingga untuk kebutuhannnya sehari-hari masih
mampu melakukan sendiri.
b. Klien lansia yang pasif atau tidak dapat bangun, dimana keadaan fisiknya
mengalami kelumpuhan atau sakit.
Perawat harus mengetahui dasar perawatan klien lansia ini terutama hal-hal
yang berhubungan dengan kebersihan perorangan untuk mempertahankan
kesehatannya. Kebersihan perorangan sangat penting dalam usaha mencegah
timbulnya penyakit/peradangan mengingat sumber infeksi dapat timbul bila
kebersihan kurang mendapat perhatian.
Disamping itu kemunduran kondisi fidik akibat proses penuaan dapat
mempengaruhi ketahanan tubuh terhadap gangguan atau serangan infeksi dari
luar.
Untuk klien lansia yang aktif dapat diberikan bimbingan mengenai
kebersihan mulut dan gigi, kebersihan kulit dan badan, kebersihan kuku dan
rambut, kebersihan temopat tidur serta posisinya, hal makan, cara memakan obat,
dan cara pindah dari tempat tidur ke kursi atau sebaliknya.
Komponen pendekatan fisik yang lebih mendasar adalah memperhatikan
dan membantu para klien lansia untuk bernafas dengan lancar, makan (termasuk
memilih dan menentukan makanan), minum melakukan eliminasi, tidur, menjaga
sikap tutbuh waktu berjalan, duduk, merubah posisitiduran, beristrahat, kebersihan
tubuh, memakai dan menukar pakaian, mempertahankan suhu badan, melindungi
kulit dari kecelakaan.
Dari hasil rangkuman Pertemuan Kesehatan persiapan Usia Lanjut oleh
Depkes (1995) ditetapkan Penjaringan Kesehatan Lansia dengan cara sebagai
berikut :
GIZI
a. Pengamatan
D = disease
E = eating poorly
T = tooth loss
E = economic hardship
R = reduced social contact
M = Multiple medicine
I = involuntary weight loss and gains
N = need assistance in self care
E = elder years
b. Pendidikan gizi dan konseling diet
c. Prinsip gizi yang harus diikuti oleh lansia :
1) Kecukupan kalori 5 – 10 % kurang dari usia 20 – 25 tahun
2) Kecukupan lemak maksimak 25 % diutamakan lemak tak jenuh
3) Protein normal 10 – 12 % dari kecukupan energi, 10 % berasal dari hewani
4) Hidrat arang, gula murni dikurangi
5) Vitamin dan mineral harus cukup terutama vitamin B, Vitamin C, asam
folat, kalsium dan Fe
Prinsip :
Sayur dan buah > protein, ikan, ayam, kacang-kacangan dan telur > nasi, jagung,
kentang > lemak > gula, garam
OLAHRAGA
Latihan olahraga yang baik dan benar serta teratur harus memenuhi
komponan sebagai berikut:
1. Peregangan dan pemanasan 10 – 15 menit
2. Latihan initi 15 – 60 menit
3. Pendinginan 10 – 15 menit
Faktor yang diperhatikan :
1. Intensitas latihan ………………pra usia lanjut 60 % - 80 % DNM
DNM (Denyut Nadi Maksimal ) : 220 – usia x menit
Contoh : Bila usia 40 tahun DNM = 220 – 40 = 180 x / mnt
Batas atas 85 % = 85 % -x 180 x/mnt = 153 x/mnt
Batas bawah 60 % = 60 % x 180 x/mnt = 108 x/mnt
2. Frekuensi latihan --------------------3 – 5 x seminggu
3. Lamanya latihan -------------------- 30 – 45 menit, tidak termasuk waktu
pemanasan dan pendinginan.
Toleransi terhadap kekurangan O2 sangat menurun pada klien lansia, untuk
itu kekurangan O2 yang mendadak harus dicegah dengan cara posisi bersandar
pada beberapa bantal, jangan makan terlalu banyak, jangan melakukan gerak
badan yang berlebihan dan sebagainya.
Seorang perawat harus dapat memotivasi para klien lansia agar mau dan
menerima makanan yang disajikan. Kurangnya kemampuan mengunyah sering
dapat menyebabkan hilangnya nafsu makan. Untuk mengatasi masalah ini adalah
dengan menghidangkan makanan lunak atau memakai gigi palsu. Waktu makan
yang teratur, menu bervariasi dan bergizi, makanan yang serasi, serta suasana
yang menyenangkan dapat menambah selera makan, bila ada penyakit tertentu
perawat harus mengatur makanan sesuai diet yang dianjurkan.
Perawat perlu mengadakan pemeriksaan kesehatan terutama pada klien
lansia yang diduga menderita penyakit tertentu atau secara berkala dilakukan bila
terdapat kelainan tertentu misalnya batuk-batuk, pilek, (terutama klien lansia yang
tinggal di panti Werda ).
Perawat perlu memberikan penjelasan dan penyuluhan kesehatan, mengkaji
penyebab keluhan, kemudian mengkomunikasikan dengan klien tentang cara
pemecahannya.
Perawat harus mendekatkan diri dengan klien lansia, membimbing dengan
sabar dan ramah, sambil bertanya apa yang dirasakan, bagaimana tentang tidur,
makan, apakah obat sudah diminum, apakah mereka bisa melaksanakan ibadah
dan sebagainya. Sentuhan ( misalnya genggaman tangan ) terkadang sangat berarti
bagi mereka.
Tugas Perawat Dalam Teori Sosial
Perawat sebaiknya memfasilitasi sosialisasi antar lansia dengan mengadakan
diskusi dan tukar pikiran serta bercerita sebagai salah satu upaya pendekatan
sosial. Memberi kesempatan untuk berkumpul bersama berarti menciptakan
sosialisasi antar manusia, yang menjadi pegangan bagi perawat bahwa orang yang
dihadapinya adalah mahluk sosial yang membutuhkan orang lain. Hubungan yang
tercipta adalah hubungan sosial antara werda dengan werda maupun werda
dengan perawat sendiri.
Perawat memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada para werda
untuk mengadakan komunikasi, melakukan rekreasi seperti jalan pagi, menonton
film atau hiburan-hiburan lain karena mereka perlu diransang untuk mengetahui
dunia luar. Dapat disadari bahwa pendekatan komunikasi dalam perawatan tidak
kalah pentingnya dengan upaya pengobatan medis dalam proses penyembuhan
atau ketenangan para klien lansia.
Menurut Drs H. Mannan dalam bukunya Komunikasi dalam Perawatan
mengatakan : tidak sedikit klien tidak bisa tidur karena stres. Stres memikirkan
penyakitnya, biaya hidup, keluarga yang dirumah, sehingga menimbulkan
kekecewaan, rasa ketakutan atau kekhawatiran, rasa kecemasan dan sebagainya.
Untuk menghilangkan rasa jemu dan menimbulkan perhatian terhadap
sekelilingnya perlu diberikan kesempatan kepada mereka untuk antara lain ikut
menikmati keadaan diluar, agar mereka merasa masih ada hubungan dengan dunia
luar.
Tidak jarang terjadi pertengkaran dan perkelahian di antara mereka
(terutama bagi yang tinggal di panti werda ), hal ini dapat diatasi dengan berbagai
usaha, antara lain selalu mengadakan kontak sesama mereka, makan dan duduk
nbersama, menanamkan rasa kesatuan dan persatuan, senasib dan
sepenanggungan, mengenai hak dan kewajiban bersama. Dengan demikian
perawat tetap mempunyai hubungan komunikasi baik sesama mereka maupun
terhadap petugas yang secara langsung berkaitan dengan pelayanan klien lansia di
panti werda.
Tugas Perawat dalam Teori Psikologi
Perawat mempunyai peranan penting untuk mengadakan pendekatan
edukatif pada klien lansia, perawat dapat berperan sebagai supporter, interpreter
terhadap segala sesuatu yang asing sebagai penampung rahasia yang pribadi dan
sebagai sahabat yang akrab. Perawat hendaknya memiki kesabaran dan ketelitian
dalam memberikan kesempatan dan waktu yang cukup banyak untuk menerima
berbagai bentuk keluhan agar mereka merasa puas.
Pada dasarnya klien lansia membutuhkan rasa aman dan cinta kasih dari
lingkungannya termasuk perawat yang memberikan perawatan. Untuk itu perawat
harus menciptakan suasana yang aman, tidak gaduh, membiarkan mereka
melakukan kegiatan dalam batas kemampuan dan hobby yang dimilikinya.
Perawat harus dapat membangkitkan semangat dan kreasi klien lansia
dalam memecahkan dan mengurangi rasa putus asa, rasa rendah diri, rasa
keterbatasan, sebagai akibat dari ketidakmampuan fisik dan kelainan yang
dideritanya, hal ini perlu dilakukan karena : perubahan psikologi terjadi bersama
dengan makin lanjutnya usia. Perubahan-perubahan ini meliputi gejala-gejala
seperti menurunnya dayaingat untuk peristiwa yang baru terjadi, berkurangnya
kegairahan atau keinginan, peningkatan kewaspadaan, perubahan pola tidur
dengan suatu kecenderungan untuk tiduran di waktu siang dan pergeseran libido.
Perawat harus sabar mendengarkan cerita-cerita yang membosankan, jangan
mentertawakan atau memarahi bila klien lansia lupa atau bila melakukan
kesalahan. Harus diingat, kemunduran ingatan akan mewarnai tingkah laku
mereka dan kemunduran ingatan jangan dimanfaatkan untuk tujuan-tujuan
tertentu.
Bila perawat ingin merubah tingkah laku dan pandangan mereka terhadap
kesehatan, perawatbisa melakukannya secara perlahan-lahan dan bertahap,
perawat harus dapat mendukung mental mereka ke arah pemuasan pribadi
sehingga pengalaman yang dilaluinya tidak menambah beban, bila perlu
diusahakan agar di masa lansia ini mereka tetap merasa puas dan bahagia.
G. Perubahan-Perubahan Pada Lansia
a. Perubahan – Perubahan Fisik
a) Sel
o Lebih sedikit jumlahnya
o Berkurangnya jumlah cairan tubuh dan kurangnya cairan intramuskuler
o Menurunnya porposi protein di otak, otot,ginjal, darah dan hati
o Terganggunya mekanisme perbaikan sel
o Otak menjadi atropis beratnya berkurang 5-10%
b) Sistem pernafasan
o Cepat menurunnya persarafan
o Lambannya dalam respon dan waktu untuk bereaksi khususnya dengan
stres.
o Mengecilnya saraf panca indra: berkurangnya penglihatan, hilangnya
pendengaran, mengecilnya saraf penciuman dan rasa,. Lebih sensitif
terhadap perubahan suhu dengan rendahnya ketahanan terhadap dingin.
o Kurangnya sensitif pada sentuhan
c) Sistem Pendengaran
o Prebiakusis ( gangguan dalam pendengaran ), hilangnya kemampuan atau
daya pendengaran pada telinga dalam, terutama terhadap bunyi dan atau
nada – nada tinggi, suara yang tidak jelas, sulit mengerti kata, 50% terjadi
pada usia diatas 65 tahun.
o Membran timpani menjadi atropi menyebabkan otosklerosis
o Terjadinya pengumpulan serumen dapat mengeras karena meningkanya
kreatin
o Pendengaran bertambah menurun pada lanjut usia yang mengalami
ketegangan jiwa atau stres
d) Sistem penglihatan
o Spingter pupil timbul sklerosis dan hilangnya respon terhadap sinar
o Kornea lebih berbentuk sferis atau bola, lensa lebih suram atau kekeruhan
pada lensa menjadi katarak, jelas menyebabkan gangguan penglihatan
o Meningkatnya ambang, pengamatan sinar, daya adaptasi terhadap
kegelapan menjadi lebih lambat, dan susah melihat dalam cahaya gelap
o Hilangnya daya akomodasi, menurunya lapang pandang, menurunnya
membedakan warna biru atau hijau.
e) Sistem kardiovaskuler
o Elastisitas dinding vaskuler menurun,katup jantung menebal dan menjadi
kaku.
o Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah
berumur 20 tahun, menyebabkan kontraksi dan volumenya.
o Kehilangan elestisitas pembuluh darah, kurangnya efektifitas pembuluh
darah perifer untuk oksigenasi, perubahan posisi dari tidur ke duduk, atau
dari duduk ke berdiri bisa menyebabkan tekanan darah menurun menjadi
65 mmHg ( mengakibatkan pusing mendadak).
o Tekanan darah meningkat diakibatkan meningkatnya resistensi pembuluh
darah perifer, sistolik normal kurang lebih 170 mmHg, diastolik normal
kurang lebih 90 mmHg.
f) Sistem pengaturan temperatur tubuh
o Pada pengaturan tuhu, hipotalamus dianggap bekerja sebagai termostat,
yaitu menetapkan suhu teratur, kemunduran terjadi akibat berbagai faktor
yang mempengaruhinya.
o Temperatur tubuh menurun atau hipotermi secara fisiologis kurang lebih
35 derajat celcius ini akibat metabolisme menurun.
o Keterbatasan reflek menggigil dan tidak dapat memproduksi panas banyak
sehingga terjadi rendahnya aktifitas otot.
g) Sistem Respirasi
o Otot pernafasan kehilangan kekuatan dan menjadi kaku, menurunnya
aktifitas silia
o Paru – paru kehilangan elastisitas, kapasitas residu meningkat, menarik
nafas lebih berat, kapasitas pernafasan maksimum menurun dan
kedalaman bernafas menurun.
o Alveoli ukurannya melebar dari biasa dan jumlahnya berkurang
o Oksigen pada arteri menurun menjadi 75 mmHg, karbodioksida pada arteri
tidak berganti
o Kemampuan untuk batuk berkurang
o Kemampuan pegas, dinding dada dan kekuatan otot pernafasan akan
menurun seiring dengan pertambahan usia.
h) Sistem gastrointestinal
o Kehilangan gigi penyebab utama adanya periondontal disease
o Indra pengecap menurun dan esofagus melebar
o Lambung : rasa lapar menurun asam lambung menurun, waktu
mengosongkan menurun
o Peristaltik lemah dan biasanya timbul konstipasi
o Liver : makin mengecil dan menurunnya tempat penyimpanan,
berkurangnya aliran darah
o Menciutnya ovari dan uterus
o Atropi payudara
o Pada laki – laki testis masih dapat memproduksi spermatozoa, meskipun
adanya penurunan secara berangsur – angsur.
o Dorongan seksual menetap sampai usia diatas 70 tahun
o Selaut lendir menurun
i) Sistem Genitourinaria
o Ginjal: mengecil dan nefron menjadi atropi, aliran darah ke ginjal menurun
sampai 50% fungsi tubulus berkurang.
o Vesika urinaria : otot – otot menjadi lemah, kapasitas menurun sampai
200ml, atau dapat menyebabkan buang air kecil meningkat, vasikaurinaria
susah dikosongkan sehingga mengakibatkan meningkatnya retensi urin.
o Pembesaran prostat kurang lebih 75 % dialami oleh pria diatas 65 % tahun
o Atrofi vulva
j) Sistem Endokrin
o Produksi dari hampir semua hormon menurun.
o Fungsi paratiroid dan sekresinya tidak berubah.
o Pitutari: pertumbuhan hormon ada terapi lebih rendah dan hanya didalam
pembuluh darah,berkurangnya produksi dari ACT,TSH,FSH dan LH.
o Menurunnya aktifitas tiroid menurunnya BMR dan daya pertukaran zat
o Menurunnya produksi aldosteron
o Menurunnya sekresi hormon kelamin, misalnya progesteron, estrogen dan
testosteron
k) Sistem kulit
o Kulit keriput atau mengkerut
o Permukaan kulit kasar dan bersisik
o Menurunnya respon terhadap trauma, mekanisme proteksi kulit menurun.
o Kulit kepala dan rambut menipis berwarna kelabu.
o Rambut dan hidung dan telinga menebal.
o Berkurangnya elastisitas kulit akibat dari menurunnya cairan dan
vaskularitas
o Pertumbuhan kuku lebih lambat, kuku jari menjadi keras dan rapuh, kuku
kaki tumbuh secara berlebihan, kuku menjadi pudar dan kurang bercahaya.
o Kelenjar keringat berkurang jumlah dan fungsinya.
l) Sistem muskoloskeletal
o Tulang kehilangan density ( cairan ) dan makin rapuh
o Kiposis, pinggang lutut dan jari –jari pergelangan terbatas geraknya.
o Discus intervertebralis menipis dan menjadi pendek.
o Persendian membesar dan kaku
o Tendon mengerut dan mengalami sklerosis
o Atropi serabut otot, sehingga gerak menjadi lambat, otot kram dan tremor.
b. Perubahan-Perubahan Psikososial
a) Kehilangan Finansial
b) Kehilangan Status
c) Kehilangan teman
d) Kehilangan pekerjaan
e) Merasakan / sadar akan kematian
f) Perubahan dalam cara hidup
g) Penyakit kronis dan ketidakmampuan
Akibat perkembangan usia, lanjut usia mengalami perubahan – perubahan
yang menuntut dirinya untuk menyesuakan diri secara terus – menerus. Apabila
proses penyesuaian diri dengan lingkungannya kurang berhasil maka timbulah
berbagai masalah. Hurlock (1979) seperti dikutip oleh Munandar Ashar Sunyoto
(1994) menyebutkan masalah – masalah yang menyertai lansia yaitu:
a. Ketidakberdayaan fisik yang menyebabkan ketergantungan pada orang
lain,
b. Ketidakpastian ekonomi sehingga memerlukan perubahan total pola
hidupnya,
c. Membuat teman baru untuk mendapatkan ganti mereka yang telah
meninggal,
d. Mengembangkan aktifitas baru untuk mengisi waktu luang yang
bertambah banyak, dan
e. Belajar memperlakukan anak – anak yang telah tumbuh dewasa. Berkaitan
dengan perubahan fisk, Hurlock mengemukakan bahwa perubahan fisik
yang mendasar adalah perubahan gerak.
Lanjut usia juga mengalami perubahan dalam minat. Pertama minat
terhadap diri makin bertambah. Kedua minat terhadap penampilan semakin
berkurang. Ketiga minat terhadap uang semakin meningkat, terakhir minta
terhadap kegiatan – kegiatan rekreasi tak berubah hanya cenderung menyempit.
Untuk itu diperlukan motivasi yang tinggi pada diri usia lanjut untuk selalu
menjaga kebugaran fisiknya agar tetap sehat secara fisik. Motivasi tersebut
diperlukan untuk melakukan latihan fisik secara benar dan teratur untuk
meningkatkan kebugaran fisiknya.
Dalam menghadapi perubahan tersebut diperlukan penyesuaian. Ciri – ciri
penyesuaian yang tidak baik dari lansia (Hurlock, 1979, Munandar, 1994) adalah:
a. Minat sempit terhadap kejadian di lingkungannya
b. Penarikan diri ke dalam dunia fantasi
c. Selalu mengingat kembali masa lalu
d. Selalu khawatir karena pengangguran
e. Kurang ada motivasi
f. Rasa kesendirian karena hubungan dengan keluarga kurang baik, dan
g. Tempat tinggal yang tidak diinginkan.
Di lain pihak ciri penyesuaian diri lanjut usia yang baik antara lain adalah:
minat yang kuat, ketidaktergantungan secara ekonomi, kontak sosial luas,
menikmati kerja dan hasil kerja, menikmati kegiatan yang dilakukan saat ini dan
memiliki kekhawatiran minimal terhadap diri dan orang lain.
H. Permasalahan yang Terjadi pada Lansia
Akibat perkembangan usia, lanjut usia mengalami perubahan – perubahan
yang menuntut dirinya untuk menyesuakan diri secara terus – menerus. Apabila
proses penyesuaian diri dengan lingkungannya kurang berhasil maka timbulah
berbagai masalah. Hurlock (1979) seperti dikutip oleh Munandar Ashar Sunyoto
(1994) menyebutkan masalah – masalah yang menyertai lansia yaitu:
a. Ketidakberdayaan fisik yang menyebabkan ketergantungan pada orang
lain,
b. Ketidakpastian ekonomi sehingga memerlukan perubahan total pola
hidupnya,
c. Membuat teman baru untuk mendapatkan ganti mereka yang telah
meninggal,
d. Mengembangkan aktifitas baru untuk mengisi waktu luang yang
bertambah banyak, dan
e. Belajar memperlakukan anak – anak yang telah tumbuh dewasa. Berkaitan
dengan perubahan fisk, Hurlock mengemukakan bahwa perubahan fisik
yang mendasar adalah perubahan gerak.
Lanjut usia juga mengalami perubahan dalam minat. Pertama minat
terhadap diri makin bertambah. Kedua minat terhadap penampilan semakin
berkurang. Ketiga minat terhadap uang semakin meningkat, terakhir minta
terhadap kegiatan – kegiatan rekreasi tak berubah hanya cenderung menyempit.
Untuk itu diperlukan motivasi yang tinggi pada diri usia lanjut untuk selalu
menjaga kebugaran fisiknya agar tetap sehat secara fisik. Motivasi tersebut
diperlukan untuk melakukan latihan fisik secara benar dan teratur untuk
meningkatkan kebugaran fisiknya.
Dalam menghadapi perubahan tersebut diperlukan penyesuaian. Ciri – ciri
penyesuaian yang tidak baik dari lansia (Hurlock, 1979, Munandar, 1994) adalah:
a. Minat sempit terhadap kejadian di lingkungannya
b. Penarikan diri ke dalam dunia fantasi
c. Selalu mengingat kembali masa lalu
d. Selalu khawatir karena pengangguran
e. Kurang ada motivasi
f. Rasa kesendirian karena hubungan dengan keluarga kurang baik, dan
g. Tempat tinggal yang tidak diinginkan.
Di lain pihak ciri penyesuaian diri lanjut usia yang baik antara lain adalah:
minat yang kuat, ketidaktergantungan secara ekonomi, kontak sosial luas,
menikmati kerja dan hasil kerja, menikmati kegiatan yang dilakukan saat ini dan
memiliki kekhawatiran minimal terhadap diri dan orang lain.